PERHITUNGAN STRUKTUR
h 665
≤ ...............................................................(2-18)
𝑡𝑤
√fy
c. Struktur lentur
Akibat adanya pembebanan akan menimbukan reaksi lentur
pada struktur. Reaksi tersebut akan menimbulkan lendutan pada
struktur yang dibebani.
c.1. Tahanan momen nominal
Struktur haruslah mampu menahan momen yang
terjadi. Tahanan yang ada harus memenuhi persamaan
berikut:
ɸb Mn > Mu ...................................................................................... (2-24)
Perhitungan tahanan momen nominal dibedakan antara
penampang kompak, tidak kompak,dan langsing.
Penampang langsing (λ > λr) sebaiknya tidak digunakan
karena akan mudah terjadi kegagalan struktur. Penampang
disebut kompak apabila penampang profil mampu menahan
kekuatan tekan yang diberikan oleh beban-beban yang
bekerja pada area tekan penampang profil yang digunakan.
Berikut tahanan momen nominal untuk penampang kompak
dan tidak kompak:
i. Penampang kompak
Penampang kompak dengan batasan λ < λp
memiliki tahanan momen nominal sebagai berikut:
Mn = Mp = Z fy ................................................................ (2-25)
ii. Penampang tidak kompak
Penampang tidak kompak yang memiliki batasan
λp < λ < λr, tahanan momen nominal dicari
menggunakan persamaan:
λr - λ λ - λp
Mn = Mp + Mr ..........................(2-26)
λr - λp λr - λp
c.2. Lendutan
Lendutan maksimum yang terjadi pada balok biasa
tidak boleh lebih dari L/240 sedangkan untuk balok
pemikul dinding atau bagian finishing yang getas tidak
boleh lebih dari L/360. Lendutan maksimum juga dapat
disyaratkan sendiri dengan syarat balok masih dapat
memberikan kemampuan layanan yang baik.
Lendutan yang terjadi pada bentang sederhana (balok
dengan tumpuan sendi atau roll) dapat menggunakan
persamaan berikut:
5 M L2
δ= ..............................................................(2-29)
48 E I
d. Sambungan baut
Sambungan menggunakan baut harus kuat menahan gaya
pada sambungan dengan mengacu pada SNI 03-1729-2002.
d.1. Tipe baut
Baut dibagi menjadi 3 tipe yaitu baut tipe A307, A325,
dan A490. Berikut ini diameter, proof load dan kuat tarik
minimum baut berdasarkan tipenya:
Tabel 2.2 Tipe – Tipe Baut
Diameter Proof Strees Kuat Tarik Min.
Tipe Baut
(mm) (MPa) (MPa)
A307 6,35 – 10,4 - 60
A325 12,7 – 25,4 585 825
28,6 – 38,1 510 725
A490 12,7 – 38,1 825 1035
Sumber : Agus Setiawan, 2013
d.2. Tahanan nominal baut
Baut harus mampu memikul beban terfaktor sesuai
bersamaan berikut:
Ru ≤ ɸ Rn ........................................................................................... (2-30)
Tahanan nominal baut ditinjau berdasarkan tahanan
geser baut, tahanan tarik baut, dan tahanan tumpu baut.
i. Tahanan geser baut
Tahanan nominal satu buah baut yang memikul
gaya geser didapat dengan persamaan:
Rn = m r1 fub Ab ............................................................... (2-31)
r1 bernilai 0,5 bila baut tanpa ulir pada bidang geser
dan bernilai 0,4 bila baut dengan ulir pada bidang
geser.
ii. Tahanan tarik baut
Baut yang memikul gaya tarik, tahanan
nominalnya dihitung sebagai berikut:
Rn = 0,75 fub Ab......................................................................... (2-32)
iii. Tahanan tumpu baut
Tahanan tumpu nominal tergantung pada kondisi
yang terlemah dari baut atau komponen pelat yang
disambung. Besarnya tahanan tumpu nominal sebagai
berikut:
Rn = 2,4 db tp fu ............................................................... (2-33)
d.3. Tata letak baut
Tata letak baut menurut SNI 03-1729-2002 yaitu:
i. Jarak antar pusat lubang baut harus diambil tidak
kurang dari tiga kali diameter nominal baut dan jarak
maksimumnya tidak boleh melebihi lima belas kali
tebal pelat tertipis dalam sambungan atau maksimum
200 mm (3db < S < 15tp atau 200 mm).
ii. Jarak antara baut tepi dengan ujung pelat harus
sekurang – kurangnya 1,5 diameter nominal baut dan
jarak maksimumnya tidak boleh melebihi 100 mm
ditambah empat kali tebal pelat tertipis dalam
sambungan atau maksimum 200 mm (1,5db < S1 <
(4tp + 100 mm) atau 200 mm).
e. Faktor tahanan
Perencanaan struktur dengan metode LRFD (Load
Resistance and Factor Design) memperhitungkan faktor tahanan.
Faktor tahanan menurut SNI 03-1729-2002 yang digunakan
dalam perhitungan sebagai berikut:
e.1. Komponen struktur memikul lentur ....................... ϕ = 0,90
e.2. Komponen struktur memikul gaya tekan aksial ..... ϕ = 0,85
e.3. Komponen struktur memikul gaya tarik
i. Terhadap kuat tarik leleh .............................. ϕ = 0,90
ii. Terhadap kuat tarik fraktur ........................... ϕ = 0,75
e.4. Komponen struktur pemikul gaya aksial dan lentur
ϕ = 0,90
e.5. Sambungan baut ..................................................... ϕ = 0,75
4
= arc tan (1 )
⁄2 × 12
= 33,69
tinggi kuda-kuda
Panjang sisi miring kuda-kuda = (2-35)
sin α
4
= sin 33,69
= 7,211 m
Gording ditempatkan pada titik buhul, sehingga jarak antar gording:
panjang sisi miring kuda-kuda
Jarak antar gording = (2-36)
jumlah segmen
7,211
= 4
= 1,803 m
Jumlah trekstang = 2 buah
Jarak antar kuda-kuda =4m
Gording dengan mutu BJ37 dicoba menggunakan profil Light Lip
Channel 125.50.20.5 dengan data dari tabel profil sebagai berikut:
W = 8,32 kg/m iy = 1,81 cm
A = 10,59 cm2 Sx = 34,70
cm3
Ix = 217 cm4 Sy = 9,38 cm3
Iy = 33,1 cm4 Zx = 50,78
Gambar 2.2 Penampang Profil Light Lip
Channel 125.50.20.5 cm3
ix = 4,77 cm Zy = 15,14 cm3
2.3.2 Pembebanan
Pembebanan gording dihitung berdasarkan point 2.1.1 sebagai
berikut:
a. Beban mati
Penutup Atap (50 × 1,803) = 90,14 kg/m
Berat Gording (8,32 + (10% × 8,32) = 9,15 kg/m +
QD = 99,29 kg/m
QDy = QD sin α
= 99,29 sin 33,69
= 55,08 kg/m
QDx = QD cos α
= 99,29 cos 33,69
Gambar 2.3 Gaya Akibat Beban Mati = 82,61 kg/m
b. Beban hidup
Beban terpusat orang dan peralatan = 100 kg +
PL = 100 kg
PLy = PL sin α
= 100 sin 33,69
= 55,47 kg
PLx = PL cos α
= 100 cos 33,69
Gambar 2.4 Gaya Akibat Beban
Orang dan Peralatan = 83,21 kg
c. Beban angin (untuk = 33,69)
Lokasi Wisma Utan Kayu berada lebih dari 5 km dari tepi
pantai sehingga beban angin yang diperhitungkan diambil sebesar
25 kg/m2
Koefisien angin tekan (Ct) = 0,02 - 0,4 = 0,274
Koefisien angin hisap (Ch) = - 0,4
ωtekan = Ct × Beban angin(ω) × Jarak gording(s) (2-37)
= 0,274 × 25 × 1,803
= 12,34 kg/m
ωhisap = Ch × Beban angin(ω) × Jarak gording(s) (2-38)
= - 0,4 × 25 × 1,803
= -18,03 kg/m
ωtekan ωhisap
QR
= 165,23 kg m
1 1 2
MDy = 8 × QDy × ( 3 jarak antar kuda-kuda)
1 4 2
= 8 × 55,08 × (3)
= 12,24 kg m
b. Akibat beban hidup orang dan peralatan
1
MLx = 4 × PLx × jarak antar kuda-kuda
1
= 4 × 83,21 × 4
= 83,21 kg m
1 1
MLy = 4 × PLy × ( 3 jarak antar kuda-kuda)
1 4
= × 55,47 ×
4 3
= 18,49 kg m
c. Akibat beban angin
Beban angin bekerja tegak lurus sumbu x sehingga momen
yang ada Mx.
1
Mwx tekan = 8 × ωtekan × jarak antar kuda-kuda2
1
= 8 × 12,34 × 42
= 24,68 kg m
1 1 2
Mwx hisap = 8 × ωhisap ×( 3 jarak antar kuda-kuda)
1 4 2
= 8 × (-18,03) × (3)
= -4,01 kg m
d. Akibat beban hujan
Beban hujan bekerja tegak lurus sumbu x sehingga momen
yang ada Mx
1
MRx = 8 × QR × jarak antar kuda-kuda2
1
= 8 × 23,52 × 42
= 47,05 kg m
Berdasarkan kombinasi beban pada point 2.1.2, Momen ultimit
searah sumbu x dan sumbu y dapat ditabelkan sebagai berikut:
Tabel 2.3 Kombinasi Beban Ultimit Gording
No. Kombinasi Beban Arah x (kg m) Arah y (kg m)
1. U = 1,4D 231,322 17,135
2. U = 1,2D+1,6L+0,5Lr 331,404 44,271
U = 1,2D+1,6L+0,5R 354,926 44,271
3. U = 1,2D+1,6Lr+L 281,481 33,177
U = 1,2D+1,6Lr+0,5W 210,616 14,687
U = 1,2D+1,6R+L 356,753 33,177
U = 1,2D+1,6R+0,5W 285,888 14,687
4. U = 1,2D+1,0W+L+0,5Lr 306,161 33,177
U = 1,2D+1,0W+L+0,5R 329,683 33,177
5. U = 0,9D+1,0W 173,387 11,015
Jadi Mux = 356,753 kg m = 356,753 × 104 N mm
Muy = 44,271 kg m = 44,271 × 104 N mm
2.3.4 Kontrol Tegangan Lentur
Untuk menentukan penampang kompak atau tidak, maka perlu
dihitung kontrol kelangsingan penampang:
Flens:
λf ≤ λp
b 170
≤
tflens √fy
50 170
≤
5 √240
10 < 10,97 (Penampang Kompak)
Web:
λ𝑤 ≤ λ𝑝
ℎ 665
≤
𝑡𝑤𝑒𝑏 √𝑓𝑦
125 665
≤
5 √240
25 < 42,93 (Penampang Kompak)
Profil dinyatakan memiliki penampang kompak dapat Mn dapat
diperoleh dengan persamaan (2-20):
Mnx = Zx .fy
= 50,78 × 103 × 240
= 1218,75 × 104 N mm
Mny = Zy .fy
= 15,14 × 103 × 240
= 363,48 × 104 N mm
Untuk mengantisipasi masalah puntiran maka Mny dapat dibagi dua
sehingga kontrol penampang pada persamaan (2-3) sebagai berikut:
Mux Muy
f =ϕ + 𝑀𝑛𝑦
b Mnx ϕb
2
= 0,60 < 1 OK
2.3.5 Kontrol Lendutan
Syarat nilai lendutan tidak melebihi 1/300 dari jarak kuda-kuda
1 1
× jarak kuda-kuda = × 4000 = 16,67 mm
240 240
Lendutan dihitung berdasarkan persamaan (2-24) sebagai berikut:
Lendutan arah sumbu x (δx)
5 × Mx × (L)2
δx = 48 × E × Ix
2
5 × 356,753 ×104 × (4 × 103 )
δx =
48 × 200000 × 217 × 104
= 13,70 mm
Lendutan arah sumbu y (δy)
5 × My × (L)2
δy = 48 × E × Iy
2
5 × 44,271 ×104 × (2 × 103 )
δx =
48 × 200000 × 33,1 × 104
= 1,70 mm
Kontrol lendutan (δ)
= √(13,70)2 + (1,70)2
100
PL = sin(29,02 ) × 2 = 412,31 kg
o
2.8.3. Pembebanan
Pembebanan yang dihitung meliputi pembebanan pada tangga dan
bordes.
tebal pelat tangga
x= cos θ
4,72
x= = 5,504 in
cos 30,96
Weight of one step = trapezoidal area ×150 psf
x + (rise + x) run
= ( ) × ( 12 ) × 150 psf
2 × 12
5,504 + (7,09 + 5,504) 11,81
= ( )×( ) × 150 psf
2 × 12 12
= 113,11 lb/ft
tebal pelat tangga
Weight of 4,92 in. Landing = × 150
12
4,92
= × 150
12
= 61,5 lb/ft
Weight of step cover = 7,5 lb/ft
Weight of landing = 2 lb/ft
Total DL on stairs = Avg. foot length + weight of step cover
= 113,11 + 7,5
= 120,61 lb/ft
Total DL on landing = Weight of 4,92” landing + weight of landing
= 61,5 + 2
= 63,5 lb/ft
Life Load = 120 lb/ft (ACI 301M – 99)
Wu (on stairs) = 1,2 DL + 1,6 LL
= 1,2 × 120,61 + 1,6 × 120 = 336,72 lb/ft
Wu (on landing) = 1,2 DL + 1,6 LL
= 1,2 × 63,5 + 1,6 × 120 = 268,2 lb/ft
Gambar 2.20 Pembebanan pada Tangga
RA = 2151,44 lb
RB = 2151,44 lb
Momen pada tengah bentang tangga
WuL
MU = R A × g – × a × f – WuS × d × e
2
268,2
= 2151,44× 9,35 – × 4,92 × 6,89 – 336,7 × 4,43 × 2,22
2
RA = 473,54 lb
Momen lendutan maksimum (MU)
WuL
MU = R A × g – × a × f – WuL × d × e
2
268,2
MU = 2151,44× 3,61 – × 2,95 × 1,805 – 268,2 × 0,33 × 0,17
2
12,26 ×12
= 0,5
0,9 × 50,76 ×(4,35 - )
2
= 0,79 in2
cek nilai a yang dihitung
As ×fy
a = 0,85 × fc' × b
0,79 ×50,76
= = 1,09 in > 0,5 in........................ OK
0,85 × 3,61 × 12
Hitung nilai ρmin
3 √fc’ 3 √3611,45
ρmin = = = 0,0036
fy 50763,2
12,26 ×12
= 0,8 = 0,82 in2
0,9 × 50,76 ×(4,35 - )
2
0,85.f’c 2.Rn
ρ = [1 – √1 – ]
fy 0,85.f'c
0,85.3611,45 2.810,15
= [1 – √1 – ] = 0,019
50763,2 0,85.3611,45
f’c 87000
ρmax = 0,75.0,85.β. fy . [87000 + fy]
3611,45 87000
= 0,75.0,85.0,85. 50763,2 . [87000 + 50763,2] = 0,024
a. Tulangan Pelat Tangga Arah X
As perlu = ρ × b × h = 0,019 × 12 × 4,72 = 1,076 in2
Gunakan tulangan #4 (D13), As = 0,2 in2
b .As tulangan 12 . 0,2
Jarak tulangan = =
As perlu 1,076
= 2,23 in = 56,642 mm ≈ 50 mm
b .As tulangan 12 .0,2
As = jarak tulangan = = 1,076 in2 = 694,19 mm2
2,23
0,00300
c= 50763,2 × 4,35 = 2,36 in
0,00300 +( )
20×106
3 √fc’ 3 √3611,45
ρmin = = = 0,0036
fy 50763,2
0,85.f’c 2.Rn
ρ = [1 – √1 – ]
fy 0,85.f'c
0,85.3611,45 2.550
= [1 – √1 – ] = 0,012
50763,2 0,85.3611,45
Nilai a = 0,4
Mu × 12
As = a
ϕ × fy ×(d - )
2
7,04 ×12
= 0,4
0,9 × 50,76 ×(4,35 - )
2
= 0,45 in2
As perlu = ρ × b × h = 0,012 × 12 × 4,72 = 0,68 in2
As < As perlu, gunakan As perlu karena nilainya lebih besar.
Gunakan tulangan #4 (D13), As = 0,2 in2
b .As tulangan 12 .0,2
Jarak tulangan = =
As perlu 0,68
= 3,53 in = 89,66 mm ≈ 50 mm
b .As tulangan 12 .0,2
As = jarak tulangan = = 0,68 in2 = 438,71 mm2
3,53
2.9.2 Pembebanan
Beban sendiri pelat (2400 × 0,12) = 288 kg/m2
Beban pasir (1800 × 0,07) = 126 kg/m2
Beban spesi (21 kg/m2 × 2) = 42 kg/m2
Beban keramik (24 kg/m2 × 1) = 24 kg/m2
Beban plafon dan penggantungnya = 18 kg/m2
Beban mechanical and electrical (M&E) = 20 kg/m2
qDL = 518 kg/m2
Beban hidup lantai = 250 kg/m2
qLL = 250 kg/m2
qu = 1,2 qDL + 1,6 qLL
= 1,2 × 518 + 1,6 × 250
= 1021,6 kg/m2
√20,75 × 1000 × 90
= 4 × 400
= 256,23 mm2
1,4 1000 dx
Asx min = (2-55)
fy
1,4 × 1000 × 90
= 400
= 315 mm2
Asx pakai diambil nilai terbesar dari ketiga nilai Asx yang telah dihitung
sehingga Asx pakai sebesar 315 mm2
Jarak antar tulangan arah x dihitung sebagai berikut:
0,25 π diameter2 1000
Jarak penulangan arah x = (2-56)
Asx pakai
√20,75 × 1000 × 80
= 4 × 400
= 227,76 mm2
1,4 1000 dy
Asy min = (2-59)
fy
1,4 × 1000 × 80
= 400
= 280 mm2
Asy pakai diambil nilai terbesar dari ketiga nilai Asy yang telah dihitung
sehingga Asy pakai sebesar 280 mm2
Jarak antar tulangan arah y dihitung sebagai berikut:
0,25 π diameter2 1000
Jarak penulangan arah y = (2-60)
Asy pakai