Anda di halaman 1dari 34

Pelatihan Bridge Design Engineer

Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

BAB 3
PERENCANAAN ABUTMENT JEMBATAN

3.1.

Umum
Bab ini mengetengahkan uraian mengenai perencanaan abutment jembatan yang
mencakup

kriteria

perencanaan

abutment

jembatan,

penerapan

ketentuan

pembebanan dan perhitungan / perencanaan dimensi abutment jembatan.


Kriteria perencanaan abutment jembatan, berkaitan dengan persyaratan mutu bahan
yang akan digunakan untuk abutment. Mutu bahan yang digunakan akan
memberikan gambaran bagi bridge design engineer untuk menentukan batasanbatasan tegangan ijin dalam proses perhitungan konstruksi.
Penerapan ketentuan pembebanan, dimulai dengan memilih, standar pembebanan
yang mana yang akan digunakan dalam perencanaan abutment. Atas dasar standar
pembebanan yang telah dipilih tersebut, bridge design engineer menyusun tata urut
proses perhitungan, diawali dengan menghitung beban-beban yang bekerja,
berbagai gaya yang diperhitungkan akan berpengaruh pada desain abutment,
tekanan tanah dan kombinasi dari beban dan gaya-gaya yang mempunyai pengaruh
paling tinggi dalam perhitungan perencanaan abutment.
Perhitungan dan perencanaan abutment, merupakan perhitungan yang didasarkan
atas beban mati, beban hidup, tekanan tanah dan gaya-gaya lain yang disusun
secara terstruktur mengikuti proses perhitungan sebagaimana ditentukan di dalam
pedoman pembebanan jembatan jalan raya yang digunakan. Hasil perhitungan
nantinya akan digunakan sebagai masukan dalam penyiapan gambar rencana, yang
merupakan salah satu komponen dari produk perencanaan teknis jembatan.
3.2.

Kriteria Perencanaan Abutment Jembatan


Penentuan kriteria perencanaan untuk abutment tergantung pada tipe dan jenis
abutment yang dipilih. Modul ini membatasi diri pada abutment yang dibuat dari
beton bertulang, sehingga seluruh aspek perencanaan didasarkan atas perilaku
beton bertulang. Ada 3 jenis beton yang dikenal pada saat sekarang yaitu:

3-1

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

Beton mutu tinggi (K-400, K450, K-500 dan K-600)


Beton mutu sedang (K-250, K-300, dan K-350)
Beton mutu rendah (K-125 dan K-175).
Untuk abutment jembatan, disarankan menggunakan beton K-350. Untuk dapat
membuat beton K-350 perencana harus mempelajari Spesifikasi terlebih dahulu
untuk mengetahui persyaratan-persyaratan bahan penyusun beton K-350 yaitu
semen, air, agregat dan mungkin juga bahan tambah. Dari keempat jenis bahan ini
yang perlu mendapatkan perhatian adalah pemilihan agregat yang terdiri dari
agregat kasar dan agregat halus. Fokus perhatian perlu ditujukan kepada agregat
kasar, dalam hal ini perencana harus memilih, berapa ukuran terbesar agregat kasar
yang akan digunakan. Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran
agregat terbesar tidak lebih dari jarak bersih minimum antara baja tulangan atau
antara baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton harus
dicor. Kekuatan karakteristik untuk beton K-350 pada umur 28 hari Fc = 29.05 Mpa.
Untuk baja tulangan, menurut Spesifikasi tersedia banyak pilihan, yaitu baja lunak
BJ-24, baja sedang BJ-32, baja keras BJ-39 dan baja keras BJ-48. Namun misalkan
di pasar yang tersedia adalah baja dengan kekuatan karakteristik leleh baja Fy =
400 Mpa, meskipun di dalam Spesifikasi yang tersedia adalah BJ-39 dengan Fy =
390 Mpa, bisa saja kita menggunakan baja BTJD 40 dengan Fy = 400 Mpa. Dengan
demikian kriteria perencanaan untuk perhitungan abutment didasarkan atas Fc =
29.05 Mpa dan Fy = 400 Mpa jika menggunakan beton K-350.
3.3.

Penerapan Ketentuan Pembebanan


Ada 2 pilihan yang dapat digunakan untuk menghitung perencanaan abutment, yaitu
Pedoman Pembebanan Jalan Raya SKBI 1.3.28.1987 UDC 624.042 : 62421
atau BMS7-C2-Bridge Design Code 1992. Sub bab ini akan mengetengahkan
penggunaan BMS7-C2-Bridge Design Code 1992 untuk perencanaan abutment.
Penjelasan lebih rinci tentang Standar BMS7-C2-Bridge Design Code 1992 telah
ditulis dalam Modul BDE-03 Bab 4 Sub Bab 4.1. Sub-sub Bab 4.1.1.,

dapat

digunakan sebagai referensi untuk Modul BDE-04 Bab 3 Sub Bab 3.3 ini.
Untuk memudahkan penerapan ketentuan pembebanan tersebut ke dalam istilahistilah yang lazim digunakan dalam perencanaan jembatan selama ini, maka istilah

3-2

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

yang digunakan di sini masih didasarkan atas istilah-istilah lama yaitu beban mati,
beban hidup, dan sebagainya, tidak menggunakan istilah baru seperti aksi tetap,
aksi transient, aksi lingkungan dan sebagainya.
Penjelasan selanjutnya tentang Sub Bab ini berkaitan dengan Sub Bab 3.4,
sehingga penerapan ketentuan pembebanan untuk perencanaan abutment ini perlu
dimulai dengan memahami kondisi yang dihadapi yaitu sebagai contoh: abutment
harus memikul beban bangunan atas yang terdiri dari: 6 balok gelagar I (beton),
pelat lantai beton, kerb, perkerasan aspal, sandaran, dan diafragma. Selain itu juga
terdapat beban-beban bangunan bawah, sehingga beban-beban yang bekerja pada
abutment dengan demikian dapat dirinci sebagai berikut:

Beban/gaya yang berasal dari bangunan atas:


Beban Mati
i.

Berat sendiri girder

ii. Berat plat lantai


iii. Berat kerb
iv. Berat aspal
v. Berat sandaran
vi. Berat diafragma

Beban Hidup
i.

Beban merata (UDL, Uniform Dead Load)

ii. Beban garis (KEL, Knife Edge Load)


iii. Beban hidup dengan kejut (hanya untuk UDL)

Catatan : factor kejut diambil dari Dynamic Load Allowance for KEL of
D Lane Load butir 2.3.6 Bridge Design Code, Setion 2 Bridge
Loads, Document No. BMS7-C2.

Penempatan beban hidup pada lantai jembatan, selebar 5.50 m


beben 100% , sisanya beban 50%.

Beban UDL yang bekerja pada abutment.

iv. Gaya rem


v. Gaya gesek pada perletakan

Gaya horizontal akibat gempa


Beban/gaya yang berasal dari berat sendiri bangunan bawah dan tekanan tanah:
Berat sendiri abutment

3-3

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

Penetapan koefisien tekanan tanah


i.

Pada kondisi normal

ii. Pada kondisi gempa

Tekanan tanah
Summary: Beban-beban yang bekerja pada abutment.
Gaya dan momen yang bekerja di dasar abutment.
Kombinasi-kombinasi beban

Abutment + Tekanan Tanah + Beban Mati Superstructure


Kondisi normal : Abutment + Tekanan Tanah + Beban Mati / Beban Hidup
Superstructure + Gaya Rem + Gaya Gesek.

Kondisi Gempa : Abutment + Tekanan Tanah + Beban Mati Superstructure +


Gaya Gesek.

Perhitungan tulangan dinding abutment


Penetapan potongan lebar 1.00 meter dari abutment untuk perhitungan
tulangan dinding.

Penentuan potongan-potongan yang dipertimbangkan kritis dalam memikul


beban-beban yang bekerja (gaya dan momen).

Perhitungan gaya-gaya dan momen V, H, dan M untuk masing-masing


potongan pada kondisi normal.

Perhitungan gaya-gaya dan momen V, H, dan M untuk masing-masing


potongan pada kondisi gempa.

Perencanaan tulangan dinding abutment dengan SKSNI


Perhitungan tulangan dinding abutment baik pada kondisi normal maupun
kondisi gempa diterapkan pada potongan-potongann yang telah dipilih.

Penyiapan perencanaan tulangan dinding abutment pada kondisi normal.


Pemeriksaan kekuatan penampang berdasarkan hancur tarik pada kondisi
normal.

Pemeriksaan kekuatan penampang berdasarkan hancur tekan pada kondisi


normal.

Penyiapan perencanaan tulangan dinding abutment pada kondisi gempa.

3-4

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

Pemeriksaan kekuatan penampang berdasarkan hancur tarik pada kondisi


gempa.

Pemeriksaan kekuatan penampang berdasarkan hancur tekan pada kondisi


gempa.
3.4.

Perhitungan dan Perencanaan Dimensi Abutment Jembatan


Berikut ini diberikan contoh perhitungan dimensi abutment dengan data-data beban
yang harus dipikul sebagaimana tersebut di bawah:

Panjang bentang bangunan atas jembatan L = 40.80 m, diletakkan di atas abutment


di ujung-ujung jembatan. Banyaknya gelagar induk = 6 buah dengan jarak antara
masing-masing gelagar = 1.50 m.
Berat 1 girder = 1.19 ton/m, berat jenis = 2.5 ton/m
Tebal plat lantai beton = 25 cm, berat jenis = 2.5 ton/m
Kerb beton tebal = 25 cm lebar = 1 m, berat jenis = 2.5 ton/m
Aspal tebal 7.5 cm, lebar lebar 7.5 m, berat jenis = 2.3 ton/m
Berat sandaran + beton = 0.052 ton/m
Untuk girder pinggir, berat diapragma = 0.433 ton
Untuk girder tengah, berat diapragma = 0.866 ton
Diminta merencanakan abutment beton bertulang untuk memikul bangunan atas
tersebut di atas.
3.4.1

Beban/Gaya-gaya dari Bangunan Atas

A. Beban Mati

3-5

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

Berat sendiri girder 1.19

x 6 x L/2

Berat pelat lantai (w x t x y x L)/2


Lebar (w)

9.4 m

Tebal(t)

0.25 m

Berat jenis ( )

2.5 Ton/m

Berat Kerb 2 x (w x t x y x L)/2


Lebar (w) =

1 m

Tebal(t)

0.25 m

Berat jenis () =

146.08 Ton

239.7 Ton

25.5 Ton

2.5 Ton/m

Berat Aspal w x t x y x L/2


Lebar (w) =

7.5 m

tebal(t)

0.075 m

= 26.39 Ton

Berat jenis ( ) = 2.3 Ton/m


Berat Sandaran

0.052 x L/2

1.06 Ton

Diaphragma

34.628/2

17.31 Ton

Berat beban mati super-struktur (masuk di Abutment) = 456.04

Ton

B. Beban Hidup
beban garis KEL = 44 KN/M = 4.4 Ton/m
( = 12 ton /m / jalur )

Beban terbagi rata UDL = 8 Kpa = 0.8 t/m2 (


2.2 ton / m / jalur )

1. Beban merata (DDL)


q = 2.2 t/m' jalur, lebar jalur = 2.75m maka q = 2.2 /2.75 = 0.8 t/m2
atau lihat BMS section 2.3
L < 30m
q = 8 Kpa = 0.8

Ton/m2

1 kpa = 0.102 t/m2

L > 30m

3-6

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

q = 8.0(0.5 + 15/L) Kpa =

6.94

Kpa =

0.71

t/m2

2. Beban garis ( KEL)


p = 12 t/jalur , lebar jalur = 2.75 m, maka p = 12/2.75 = 4.4 t/m
atau lihat BMS section 2.3
p = 44KN = 4.4

Ton/m

1 KN = 0.1021

3. Faktor kejut (Impact factor, DLA)

BMS section 2.3.6

untuk L < 50 , DLA = 40%


'K = 1 + 0.4 =

1.4

4. Beban hidup dengan kejut ( hanya untuk UDL)


Beban merata (UDL), q = 0.7 t/m2
Beban garis

(KEL), p x k = 6.16

t/m

5. Penempatan beban hidup yang masuk pada Abutmen


Lebar plat lantai jembatan Kelas "A" =7.5 m maka penempatan nya adalah
sebagai berikut:

6. Beban UDL yang masuk di Abutment


RUDL = (qx100%x(5.5)xL/2) + (q x50% x(2x 1,0)xL/2) = 93.8808
R KEL = (p x 100% x ( 5.5 )) + ( P x 50% x (2 x 1,00) ) =

ton

28.6 ton (tanpa kejut)

R KEL = (p x 100% x ( 5.5)) + ( p x 50% x (0.5) ) = 40.04 (dengan kejut)


Total R UDL + R KEL (tanpa kejut)
Total R UDL + R KEL (dengan kejut)

122.4808
133.9208

ton

ton

7. GayaRem BMS bagian 2 ( 2.3.7 )


untuk L < 80 m
Gaya Rem, Hrem =

250 KN = 25 Ton

3-7

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

(bekerja pada permukaan lantai jembatan arah memanjang )


8. Gaya gesek pada perletakan
Gaya gesek = 15% beban mati
Beban mati super -struktur
H gsk

68.41

456.04

ton

ton

C. Gaya Horizontal Akibat Gempa (Gh)

lihat SNI03 - 2833 -1992

Gh

Kh x M (bbn mati spstruktur) = 82.09 Ton

Kh

Kr. f .p. b = 0.18

dimana:
Kh

Koefisien gempa horizontal Ekuivalen

Kr

Koefisien respons gabungan tergantung waktu getar alami (Tg)

Tg

(0.3Mp Ma)
h 3 detik = 0.47 detik
(3.E.I .g

Wilayah gempa 4 (contoh) didapat

k = 0.15

tinggi Abutment

6.06 m

faktor struktur

faktor kepentingan

1.2

faktor bahan

Mp

Berat Abutment

279.20 Ton

Ma

beban mati Super Struktur

Modulus elastisitas beton

E beton = 4700
K 300
I

456.04 Ton

Fc ' x 300 x 0,83 (kubus) 23452.953 Mpa =

Fc' = 300 x 0.83 f kubus) = 249 Kg/Cm2 =

2345295.29 t/m2

24.9

Mpa

= Momen Inersia Telapak (M4) = 1/12.Wabt.b3 = 0.31 M4.

23452.953 Mpa =
g = percepatan
gravitasi = 9.8

K 300
Fc' = 300 x 0.83 ( k ubus ) =
I
= Momen Inersia Telapak ( M 4 )

249

Kg/Cm 2 =

2
2345295.29 t/m

24.9

Mpa

m/det2.

h=
g

= percepatan gravitasi = 9.8 m/det 2.

6.06 m

(b)
0.70
11

( wabt )

3-8

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

3.4.2

Perencanaan Bangunan Bawah

Beban-beban Bangunan Bawah

A. Perhitungan titik berat dan berat Abutment


0.30
0.30
1

0.60

2.00
0.45

0.45

0.40

1.40
0.60

0.40

3
0.70

0.30
0.30

0.45

1.05

5b
#REF!

5a

0.30
0.70

H = 7.26
6
1.90

3.06

0.50

2.40

0.70

2.40
8

0.40

0.80

O
0.50

1.50

1.50

1.50

0.50

5.50

3-9

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

B. Koefisien tekanan tanah

1. Keadaan Normal
=
e =
a =
= 1/3

30
0
0
10

=
1.8 ton
h =
7.261 m
q = 0.6.y = 1.08 ton/m (surcharge)

3-10

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

2. Pada Keadaan Gempa

3. Tekanan Tanah

3-11

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

a. Keadaan Normal

Lebar abutment (Wabt) =

11 m

Pa = 1/2. g. Ka .h2 = 14,637 ton/m

Pa x wabt =

161,003 Ton

Pah = Pa. cos d

= 14,414 ton/m

Pah x wabt =

158,557 Ton

Pav = Pa. sin d

= 2,542 ton/m

Pav x wabt =

27,958 To

Surcharge ( beban lalulintas )


Pq = q.Ka.h

= 2,419 ton/m

Pq x wabt =

26,608 Ton

Pqh = Pq. cos d

= 2,382 ton/m

Pqh x wabt =

26,204 Ton

Pqv = Pq. sin d

= 0,420 ton/m

Pqv x wabt =

4,621 Ton

Tekanan tanah diatas Footing


(Beban Vertikal)
Ta1 = area * = 2,160

Ta1 x wabt =

23,760 Ton

Ta2 = area * = 7,344

Ta2 x wabt =

80,784 Ton

Ta3 = area * = 0,189

Tb1 x wabt =

2,079 Ton

Ta4 = area * = 13,224

Tb2 x wabt =

145,459 Ton

Ta5 = area * = 0,864

Tb3 x wabt =

9,504 Ton

b. Keadaan Gempa

3-12

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

Pae = 1/2.g.Kae.h2= 21,666 ton/m

Pae x wabt =

238,330 Ton

C. Summary: Beban-beban Yang Bekerja Pada Abutment

Hrem

Rspstr

Gh spst

Hgsk

Pqh

h=
7.26

Pq
Pah

Pqv

Gh.abt
5.26

1/2h = 3.6305
2.12

1/3h =

P
a

Pae

Pa
v2.42

G.abt
2.86
0.11

R.spstr

Faktor beban Ultimate ( lihat BMS )

R mati

456,04 ton

1,3 =

592,85 ton

R hidup

133,92 ton

267,84 ton

H rem

25,00

ton

50,00

ton

H gsk

68,41

ton

1,3 =

88,93

ton

82,09

ton

Gh (dari superstruktur )=
G.abt =

Mp =

Gh.abt =

G.abt x Kh

Pqv

4,62ton

Pqh

26,20

Pav

27,96

Pah
Pae

82,09

ton

279,20 ton

1,3 =

362,96 ton

50,26

4,62ton

ton

26,20

ton

ton

27,96

ton

158,56 ton

158,56 ton

238,330 ton

238,33 ton

= 50,26 ton

ton

3-13

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

D. Gaya dan Moment Yang Bekerja di dasar Footing


(besaran gaya ditinjau untuk selebar Abutment)
1. Abutment + Tekanan tanah

3-14

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

3-15

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

2. Kondisi Normal (Abutment + Tekanan Tanah + Superstructure)

3-16

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

3. Keadaan Gempa (Abutment + Tekanan Tanah + Beban Mati


Superstructure)

Gaya - gaya & Momen yang bekerja didasar Abutment

3-17

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

a. Kondisi Normal ( DL + LL + Tekanan tanah )


Vo = 1517,817 Ton

1517817

Kg

Ho = 323,690

323690

Kg

Ton.m =

695167

Kg .m (

Mo =

0,46

Ton
m

695,167

V x e)

V x e)

b. Kondisi Gempa ( DL + Tekanan tanah )


Vo = 987,504 Ton

987504

Kg

Ho = 459,601 Ton

459601

Kg

1017943

Kg .m (

Mo =

1,03

1017,943 Ton.m =

Jika memakai Pondasi Sumuran


Kontrol Daya dukung dibawah sumuran :
1. Kondisi Normal
t

V/p.D2 ( 4 + 32 . e / D )

V untuk 1 sumuran

V/2

D =4.00

758.91 Ton

max =

115.77 T/m2

11.58 Kg /Cm2

main =

5.07

0.51

Kombinasi - 2

T/m2

M ( diameter sumuran)

Kg /Cm2

( beban mati + Hidup )

Kontrol Daya dukung dibawah sumuran :


2. Kondisi Gempa
t

V/p.D2 ( 4 + 32 e / D )

V untuk 1 sumuran

D =4,00

M ( diameter sumuran)

V/2 = 493,75 Ton

max

120,36 T/m2 =

12,04 Kg/Cm2

min

-41,73 T/m2 =

-4,17 Kg/Cm2

3-18

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

Perhitungan tulangan dinding abutment

Potongan I - I
Tinggi dinding
=
2,00 m
Gaya - gaya dan momen dihitung untuk lebar abutment 1 m
a. Kondisi Normal

3-19

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

b. Kondisi Gempa

Potongan II II
Tinggi dinding = 6.06 m
Gaya-gaya daan momen dihitung untuk lebar abutment = 1 m
a. Kondisi Normal

3-20

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

b. Kondisi Gempa
(Potongan II II)

3-21

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

Perencanaan Tulangan Dinding Abutment dengan SKSNI


Potongan I-I
Kondisi Normal

3-22

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

Pemeriksaan Kekuatan Penampang berdasarkan hancur tarik menentukan


Potongan A-A Kondisi Normal

Pemeriksaan Kekuatan Penampang berdasarkan hancur tekan menentukan


Potongan A-A Kondisi Normal

3-23

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

Potongan I I
Kondisi Gempa

Pemeriksaan Kekuatan Penampang berdasarkan hancur tarik menentukan

3-24

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

Pemeriksaan Kekuatan Penampang berdasarkan hancur tekan menentukan

Potongan II II
Kondisi Normal

3-25

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

Pemeriksaan Kekuatan Penampang berdasarkan hancur tarik menentukan


Penampang II II Kondisi Normal

Pemeriksaan Kekuatan Penampang berdasarkan hancur tekan menentukan


Potongan II II Kondisi Normal

3-26

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

Potongan II II
Kondisi Gempa

3-27

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

Pemeriksaan Kekuatan Penampang berdasarkan hancur tarik menentukan


Penampang II II Kondisi Gempa

Pemeriksaan Kekuatan Penampang berdasarkan hancur tekan menentukan


Penampang II II Kondisi Gempa

3-28

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

Perencanaan Tulangan Footing

M max = P1 x (1.50 +0.40) + P2 x 0.40 =


V max = P1 + P2

213,11 Ton

140,45 Ton

Perhitungan Tulangan Footing


Formula SKSNI

3-29

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

Perhitungan tulangan akibat geser

3-30

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

RANGKUMAN
1. Bab 3 ini menjelaskan perencanaan abutment jembatan, mencakup kriteria
perencanaan abutment jembatan, penerapan ketentuan pembebanan, perhitungan
dan perencanaan dimensi abutment jembatan.
2. Kriteria

perencanaan

abutment

jembatan,

menjelaskan

penentuan

kriteria

perencanaan untuk abutment pada dasarnya tergantung pada tipe dan jenis
abutment yang dipilih. Modul ini membatasi diri pada abutment yang dibuat dari
beton bertulang, sehingga seluruh aspek perencanaan didasarkan atas perilaku
beton bertulang. Untuk abutment jembatan, disarankan menggunakan beton K-350,
perencana harus mempelajari Spesifikasi terlebih dahulu untuk mengetahui
persyaratan-persyaratan bahan penyusun beton K-350 yaitu semen, air, agregat dan
mungkin juga bahan tambah. Selain itu persyaratan baja yang akan digunakan untuk
penulangan beton juga harus dicermati oleh perencana.
3. Penerapan ketentuan pembebanan, menjelaskan ada 2 pilihan yang dapat
digunakan untuk menghitung perencanaan abutment, yaitu Pedoman Pembebanan
Jalan Raya SKBI 1.3.28.1987 UDC 624.042 : 62421 atau BMS7-C2-Bridge
Design Code 1992. Modul ini mengetengahkan penggunaan BMS7-C2-Bridge
Design Code 1992 untuk perencanaan abutment.
4. Perhitungan dan perencanaan dimensi abutment jembatan, memberikan contoh
perhitungan abutment jembatan dengan menguraikan beban/gaya-gaya dari
bangunan atas, beban-beban bangunan bawah, summary: beban-beban yang
bekerja pada abutment dan gaya/momen yang bekerja didasar footing ditinjau pada
kondisi normal maupun kondisi gempa.

3-31

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

LATIHAN / PENILAIAN MANDIRI


Latihan atau penilaian mandiri menjadi sangat penting untuk mengukur diri atas tercapainya
tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh para pengajar/ instruktur, maka pertanyaan
dibawah perlu dijawab secara cermat, tepat dan terukur.
Kode/ Judul Unit Kompetensi :
INA.5212.113.01.04.07 : Merencanakan bangunan bawah jembatan
Soal :

No.

Elemen Kompetensi /
KUK (Kriteria Unjuk
Kerja)

1.

Menetapkan tipe dan jenis


bangunan bawah
jembatan.

2.

Merencanakan abutment
jembatan

Pertanyaan

Ya

Jawaban:
Apabila Ya
sebutkan butirTdk
butir kemampuan
anda

Sudah dibuat soalnya di


Bab 2

2.1. Kriteria desain


abutment jembatan
ditetapkan sesuai
dengan ketentuan
teknis yang berlaku

2.1. Apakah anda mampu


menetapkan kriteria
desain abutment
jembatan sesuai
dengan ketentuan
teknis yang berlaku?

a. .........................

2.2. Ketentuan
pembebanan
jembatan yang
berlaku untuk
perencanaan
abutment diterapkan

2.2. Apakah anda mampu


menerapkan
ketentuan
pembebanan
jembatan yang
berlaku untuk
perencanaan
abutment?

a. .........................

2.3. Dimensi abutment


dihitung dan
direncanakan sesuai
dengan persyaratan
teknis yang
ditentukan

2.3. Apakah anda mampu


menghitung dan
merencanakan
dimensi abutment
sesuai dengan
persyaratan teknis
yang ditentukan?

a. .........................

b. .........................
c. .........................
dst.

b. .........................
c. .........................
dst.

b. .........................
c. .........................
dst.

3-32

Pelatihan Bridge Design Engineer


Jembatan

Perencanaan Bangunan Bawah

3-33

Anda mungkin juga menyukai