Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai secara tepat waktu.
Makalah ini kami beri judul “Materi Kolom Beton Pracetak”.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas perkuliahan dari dosen
pengampu. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi kami
sebagai penyusun dan bagi para pembaca. Khususnya dalam hal menambah pengetahuan kita
mengenai kolom beton pracetak.
Kami selaku penyusun tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dimas
Pustaka Dibiantara, S.T., M.Sc. selaku dosen pengampu mata kuliah Struktur Beton Pracetak.
Tidak lupa bagi rekan-rekan mahasiswa lain yang telah mendukung penyusunan makalah ini kami
juga mengucapkan terima kasih.
Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sepenuhnya sempurna. Maka
dari itu kami terbuka terhadap kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan kami, agar pada
tugas berikutnya dapat menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kami dan para pembaca.

Surabaya, Oktober 2022

Penyusun

STRUKTUR BETON PRACETAK


BAB I
FILOSOFI DESAIN

1.1 Umum
Struktur rangka yang menahan beban vertikal adalah kolom. Meskipun pada kasus kolom
bergoyang tidak hanya menahan gaya aksial atau gaya vertikal tetapi ada gaya horizontal akibat
gaya lateral (beban gempa atau beban angin), namun kapasitasnya dibatasi untuk struktur yang
lebih dari 3 lantai.

Joint atau sambungan pada kolom disebut splice. Rasio maksimum perbandingan panjang
terhadap tinggi untuk pengangkatan (lifting) dan penempatan (pitching) adalah 50:1.

Kebanyakan kolom difabrikasi secara horizontal, tetapi untuk kolom dengan struktur 1 lantai
atau struktur yang bukan gedung bertingkat tinggi dengan panjang kolom sampai 3 m dapat
difabrikasi secara vertikal dengan syarat harus sangat terkontrol supaya mutu beton tersebut tetap
bagus.

Untuk memanfaatkan metode pracetak, dimungkinkan untuk menggunakan tulangan tarik


hingga 10%. Tulangan minimum yang dapat digunakan adalah tulangan dengan diameter mulai
dari 12 mm supaya saat mendesain dapat menjamin perkuatannya pada saat proses fabrikasi
hingga proses pemasangan. Untuk tulangan maksimum yang dapat digunakan adalah tulangan
dengan diameter 40 mm dan tidak dianjurkan grouping 2 tulangan. Kemudian tulangan disebar
merata di sekeliling perimeter dari struktur, terutama di sudut-sudut dan di sisi tengah.

Mutu beton karakteristik yang biasanya digunakan adalah 50 MPa. Namun, karena mutu awal
yang diperlukan untuk pengangkatan di pabrik, kekuatan mutu beton karakteristik sebenarnya
berada pada kisaran 60-70 MPa.

STRUKTUR BETON PRACETAK


1.2 Desain Kolom Pracetak
Desain kolom pracetak dilakukan dalam tiga tahapan yaitu sebagai berikut:

1) Tahap 1: Pada saat fabrikasi, untuk penulangan dan pengangkatannya harus sesuai
dengan rencana. Sebagai kontraktor harus benar-benar mengikuti instruksi dari pabrik.
Tujuan dari desain tahap 1 adalah untuk mengirimkan komponen pracetak ke lokasi proyek
dengan aman agar dapat berfungsi dan digunakan dengan baik.
2) Tahap 2: Pada saat pemasangan di lokasi, di mana desain dilakukan untuk memastikan
keamanan selama pemasangan frame. Dilakukan oleh insinyur proyek dengan
berkonsultasi dengan kontraktor pemasangan. Desain tahap 2 ini mungkin desain yang
paling krusial untuk kolom pracetak karena secara pembebanan sangat berbeda dengan
kondisi ultimate pada saat service, sehingga semua kombinasi dan perletakan pada desain
tahap 2 sangat perlu diperhatikan supaya tidak ada kerusakan atau terjadinya pelelehan
pada struktur sebelum digunakan.
3) Tahap 3: In service, di mana untuk memenuhi persyaratan diperlukan perhitungan ultimate
limit state. Desain ini termasuk tegangan yang terlokalisasi, sehingga mungkin berada
pada connection atau detail pondasi khusus.

Gambar 1.1 Filosofi Desain Kolom Untuk Cor In Situ (Kiri), Kerangka Pracetak (Tengah), dan
Kerangka Portal Pracetak (Kanan)

STRUKTUR BETON PRACETAK


BAB II
DESAIN UNTUK MANUVER FABRIKASI

2.1 Desain Kolom Pracetak Untuk Manuver Fabrikasi


Pada saat kolom diangkat dari cetakan, untuk kolom yang tidak terlalu panjang pengangkatan
dapat dilakukan pada 2 titik dan untuk kolom yang panjang pengangkatan dapat dilakukan pada 4
titik, baik menggunakan spreader ataupun tanpa spreader. Sehingga harus pada posisi yang telah
ditentukan untuk meminimalisasi defleksi dan regangan tarik.

Untuk titik angkat pada umumnya berada di posisi 1/4 hingga 1/6 bentang dari kedua ujung
kolom. Momen yang terjadi pada saat pengangkatan harus dipastikan terjadi seminimal mungkin.
Oleh sebab itu ketika menggunakan kolom yang panjang (L/D > 50) diperbolehkan melakukan
pengangkatan dengan 4 titik agar momen yang terjadi lebih kecil.

Momen tekuk dan gaya geser dihitung berdasarkan berat sendiri ditambah dengan mould
suction sebesar 25% dan impact allowance.

Penulangan didesain menggunakan fS: 0.95fy dan 1,4ULF (Ultimate Load Factor). Mutu beton
aktual diambil minimum f’c = 20 MPa, namun pada saat perencanaan digunakan f’c = 15 MPa.

Gambar 2.1 Desain Kolom Untuk Manuver Fabrikasi

STRUKTUR BETON PRACETAK


BAB III
DESAIN UNTUK MANUVER TRANSPORTASI DAN PEMASANGAN

3.1 Umum
Single Point Pitching (Titik Angkat Tunggal ) adalah yang paling praktis. Biasanya cukup sulit
untuk melepaskan satu sling dari crane hook yang dekat dengan bagian atas kolom tinggi daripada
melepaskan dua sling. Momen tekuk minimum (pada kolom prismatik penampang konstan berat
sendiri (w) per satuan panjang ) berada pada 0,3L dari panjang total kolom. Momen Ultimit yang
dihasilkan adalah : M = 0,113 w L2. Sedangkan untuk Gaya Geser Ultimit Maksimum adalah : V =
0,74 w L.

Dual Pitching (Titik Angkat Ganda) ) yang menggunakan rantai geser dapat digunakan pada
kolom yang sangat panjang. Titik angkat berada pada 0,16L dan 0,60L dari bagian atas kolom dan
Momen Ultimit Maksimum adalah : M = 0,023 w L2.

Gambar 3.1 Titik Angkat Pada Desain Kolom Pracetak

STRUKTUR BETON PRACETAK


3.2 Contoh Soal
Hitunglah persyaratan lentur untuk pengangkatan untuk kolom dengan panjang 15m, dengan
dimensi 300 mm x 350 mm dimana diangkat dengan dua titik pengangkatan dan posisi optimum.
Gunakan f’cu = 15 N/mm², fy = 460 N/mm², dan cover 30 mm untuk sengkang diameter 8 mm.
Berat sendiri beton = 24 KN/m³

Penyelesaian :
Titik pengangkatan berada pada 0.208L dari ujung = 3.12 m dari ujung.
Berat sendiri = 0.350 x 0.300 x 24 = 2.52 KN/m ditambah 25 persen faktor suction dan impact untuk
cetakan sempit = 3.15 KN/m.
Momen Ultimit M = 1.4 x 3.15 x 3.12²/2 = 21.5 KN.m
Pada tahap ini tidak diketahui orientasi kolom mana yang akan diproduksi. Diasumsikan tulangan
diameter 25 mm dan sengkang diameter 8 mm.

b = 350 mm; d= 300 - 30 - 8 - 12 = 250 mm


K = (21.5 x 106 ) / (15 x 350 x 250²) = 0.066; oleh sebab itu z / d = 0.92
As = (21.5 x 106 ) / (0.95 x 460 x 0.92 x 250) = 214 mm²

STRUKTUR BETON PRACETAK


BAB IV
KOLOM STRUKTUR TAK BERGOYANG & BERGOYANG

4.1 Kolom Struktur Tak Bergoyang


Kolom struktur tak bergoyang harus diperiksa kelangsingannya, faktor panjang efektif 1,0
digunakan di semua lantai atas dan 0,9 antara fondasi dan lantai pertama. Kolom diklasifikasikan
ramping jika le / h > 15.

Pelat dasar dan pondasi dapat dianggap sebagai penahan momen penuh, tetapi koefisien
kekakuannya c = 1,0 berarti tidak kaku sepenuhnya. Kolom ramping yang dikakukan dianalisis
dengan cara biasa dengan mempertimbangkan momen-momen awal Me = Ve dan momen
tambahan lainnya.

Jika M1 dan M2 adalah momen ujung awal yang lebih kecil dan lebih besar daripada ujung-
ujung kolom, momen desain Mt diambil yang terbesar dari :
a) M2
b) 0.4 M1 + 0.6 M2 + Madd atau 0.4 M2 + Madd
c) M1 + 0.5 Madd
d) 0.05 Nh

Gambar 4.1 Kolom Pracetak Pada Struktur Tak Bergoyang

STRUKTUR BETON PRACETAK


4.2 Kolom Struktur Bergoyang
Stabilitas struktur sambungan pin tanpa pengaku ditahan atau ditopang seluruhnya oleh
kolom yang dirancang sebagai kantilever untuk ketinggian penuh struktur. Oleh karena itu, garis
beban berada pada pusat sistem lantai. Distribusi pembebanan horizontal antar kolom berbanding
lurus dengan momen kedua luas kolom pada kondisi yang tidak retak. Momen guling maksimum
di setiap kolom adalah 𝚺Hi.hi, di mana H adalah reaksi diafragma lantai pada setiap kolom, dan h
adalah tinggi efektif dari titik 50 mm di bawah puncak pondasi ke titik berat pelat lantai di tingkat
lantai disebut i. Momen guling adalah tambahan pada momen rangka yang diturunkan dari desain
kolom. Tidak ada distribusi m dibatas hanya 3 lantai.

Kolom ramping yang tidak diberi pengaku dianalisis dengan cara biasa dengan
mempertimbangkan pertimbangan momen awal Me = Ve dan momen tambahan seperti yang
diberikan di atas. Jika M1 dan M2 adalah momen ujung awal yang lebih kecil dan lebih besar pada
ujung kolom, dan Madd1 dan Madd2 adalah momen tambahan yang sesuai, momen desain
maksimum Mt diberikan sebagai yang lebih besar dari berikut ini:
a) M1+ Madd1
b) M2+ Madd2
c) 0.05 Nh

Gambar 4.2 Kolom Pracetak Pada Struktur Bergoyang

STRUKTUR BETON PRACETAK


4.3 Tahapan Desain Kolom Struktur Tak Bergoyang & Bergoyang
Kolom dan tingkat pada struktur harus ditetapkan sebagai kolom atau tingkat tidak bergoyang
atau bergoyang. Desain kolom pada rangka bergoyang atau tingkat tak bergoyang harus
berdasarkan SNI 2847-2013 pasal 10.10. Berikut tahapan mendesain kolom bergoyang atau tidak
bergoyang.

4.3.1 Klasifikasi Kolom atau Portal


Penampang kolom perlu di cek terhadap keseluruhan bangunan apakah lantai bergoyang
atau tidak. Suatu lantai dapat dikatakan tidak bergoyang apabila memenuhi persamaan
berikut ini.

𝛴𝑃𝑢 . ∆𝑜
Q= < 0,05 (SNI 2847-2013 Pasal 10.10.5.2 Pers. 10-10)
𝛴𝑉𝑢 . 𝑙𝑐

Dimana :
Q : Indeks stabilitas
𝛴𝑃𝑢 : Jumlah gaya aksial terfaktor semua kolom pada lantai yang ditinjau
∆𝑜 : Simpangan antar lantai pada lantai yang ditinjau
𝛴𝑉𝑢 : Jumlah gaya lateral terfaktor semua kolom pada lantai yang ditinjau
𝑙𝑐 : Tinggi kolom lantai yang ditinjau

4.3.2 Menentukan Faktor Panjang Efektif Kolom


Nilai faktor panjang efektif kolom dihitung dengan persamaan dibawah ini.

𝐸𝐼
𝛴 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚
𝜓𝐴 = 𝐿
𝐸𝐼 (SNI 2847-2013 Pasal 10.10.7.2)
𝛴 𝐵𝑎𝑙𝑜𝑘
𝐿

𝐸𝐼
𝛴 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚
𝜓𝐵 = 𝐿
𝐸𝐼 (SNI 2847-2013 Pasal 10.10.7.2)
𝛴 𝐵𝑎𝑙𝑜𝑘
𝐿

STRUKTUR BETON PRACETAK


Dimana :
Ebeton : 4700 . √𝑓′𝑐
1
IKolom/balok : 12 . b . h3

Hasil dimasukan ke dalam diagram monogram yang dapat dilihat pada gambar dibawah
untuk mendapatkan nilai faktor panjang efektif kolom (k).

Gambar 4.3 Diagram Monogram Untuk Menentukan Faktor Panjang Efektif Kolom (k)

4.3.3 Menentukan Kelangsingan


Kolom merupakan suatu komponen struktur tekan yang jika semakin langsing maka
komponen tersebut akan mudah mengalami tekuk. Untuk lantai tidak bergoyang, pengaruh
kelangsingan suatu kolom dapat diabaikan apabila memenuhi persamaan berikut.

𝑘.𝑙𝑢 𝑀
≤ 34 – 12 (𝑀1 ) ≤ 40 (SNI 2847-2013 Pasal 10.10.1 Pers. 10-6)
𝑟 2

STRUKTUR BETON PRACETAK


𝐼
Dengan r = √𝐴 (SNI 2847-2013 Pasal 10.10.1 Pers. 10-7)

Dimana :
k : Faktor panjang efektif kolom
𝑙𝑢 : Tinggi bersih kolom
𝑟 : radius girasi kolom
𝐴 : Luas penampang
𝐼 : Momen inersia
M1 : Momen ujung terfaktor kolom yang nilainya lebih kecil
M2 : Momen ujung terfaktor kolom yang nilainya lebih besar

4.3.4 Prosedur Pembesaran Momen Kolom Tak Bergoyang


Komponen struktur tekan harus didesain untuk gaya aksial terfaktor Pu dan momen
terfaktor yang diperbesar untuk pengaruh kurvatur komponen struktur Mc:

Mc = δns x M2 (SNI 2847-2013 Pasal 10.10.6 Pers. 10-11)

Dimana :
𝐶𝑚
δns = 𝑃𝑢 ≥1 (SNI 2847-2013 Pasal 10.10.6 Pers. 10-12)
1−
0,75 𝑥 𝑃𝑐

𝜋 2 𝑥 𝐸𝐼
Pc = (𝑘 𝑥 𝑙 2
(SNI 2847-2013 Pasal 10.10.6 Pers. 10-13)
𝑢)

0,4 𝑥 𝐸𝑐 𝑥 𝐼𝑔
EI = (SNI 2847-2013 Pasal 10.10.6 Pers. 10-15)
1+ 𝛽𝑑𝑛𝑠

𝛽𝑑𝑛𝑠 harus diambil sebagai rasio beban tetap aksial terfaktor maksimum yang dikaitkan
dengan kombinasi beban yang sama, tetapi tidak boleh besar dari 1,0
Untuk komponen struktur tanpa beban transversal diantara tumpuannya, C m harus diambil
sebesar :

𝑀
Cm = 0,6 + 0,4 𝑀1 (SNI 2847-2013 Pasal 10.10.6 Pers. 10-16)
2

STRUKTUR BETON PRACETAK


Dimana M1/M2 adalah positif jika kolom dibengkokan dalam kurvatur tunggal, dan negatif
jika komponen struktur dibengkokan dalam kurvatur ganda. Untuk komponen struktur
dengan beban transversal diantara tumpuannya, Cm harus diambil sebesar 1,0.

4.3.5 Prosedur Pembesaran Momen Kolom Bergoyang


Momen M1 dan M2 di ujung komponen struktur individu harus diambil sebesar :

M1 = M1ns + δs M1s (SNI 2847-2013 Pasal 10.10.7 Pers. 10-18)


M2 = M2ns + δs M2s (SNI 2847-2013 Pasal 10.10.7 Pers. 10-19)

Dimana :
1
δs = 1−𝑄 ≥ 1,0 (SNI 2847-2013 Pasal 10.10.7 Pers. 10-20)

Jika δs melebihi 1,5 maka δs boleh duihitung menggunakan analisis elastis orde kedua atau
dalam persamaan dibawah ini :

1
δs = Σ𝑃𝑢 ≥1 (SNI 2847-2013 Pasal 10.10.7 Pers. 10-21)
1−
0,75 𝑥 𝑃Σ𝑐

Dimana Σ𝑃𝑢 adalah jumlah semua beban vertical terfaktor pada suatu tingkat dan Σ𝑃𝑐
adalah jumlah untuk semua kolom penahan goyangan pada suatu tingkat. Pc dihitung
menggunakan SNI 2847-2013 Persamaan 10-13.

STRUKTUR BETON PRACETAK


4.4 Alur Desain Kolom Struktur Tak Bergoyang & Bergoyang
Alur desain Kolom Struktur Tak Bergoyang dan Bergoyang diterangkan seperti flow chart
dibawah

Gambar 4.4 Flow Chart Desain Kolom Tak Bergoyang & Bergoyang

STRUKTUR BETON PRACETAK


4.5 Contoh Soal Kolom Tak Bergoyang
Kolom pracetak empat lantai seperti ditunjukkan pada Gambar 4.5 (a) menahan balok pada
dua sisi yang berlawanan. Jarak dari muka kolom ke reaksi ujung balok adalah 80 mm. Toleransi
konstruksinya adalah 15 mm.

Gambar 4.5 Contoh Soal Kolom Tak Bergoyang

Karakteristik reaksi ujung balok (dalam KN) adalah :


Beban Mati Balok Lantai : 144 KN
Beban Hidup Balok Lantai : 120 KN
Beban Mati Balok Atap : 96 KN
Beban Hidup Balok Atap :36 KN

Tentukan ukuran kolom yang sesuai beserta penulangannya. Penampang kolom harus persegi.
Asumsikan titik simpul berada pada pertengahan tinggi balok.Gunakan fcu = 50 N/mm2 dan fy = 460
N/mm2. Sb = 50 mm.

Penyelesaian :
Dimensi ke titik pusat ditunjukkan pada Gambar 4.5 (b). Penting untuk memilih ukuran kolom awal.
Dicoba b = 250 mm, h = 250 m (berat sendiri = 1.5 KN/m). d/h = 200/250 = 0.8.

STRUKTUR BETON PRACETAK


Kasus beban 1. Pembebanan pada bentang yang berdekatan
-Beban dan Momen
emax = 125 + 80 + 15 = 220 mm, emin = 125 + 80 - 15 = 190 mm
Vmax atap = (1,4 x 96) + (1,6 x 36) = 192 KN
Vmin atap = 1,0 x 96 = 96 KN
Vmax lantai = (1,4 x 144) + (1,6 x 120) = 394 KN
Vmin lantai = 1,0 x 144 = 144 KN
Mnet atap = (192 x 0,22) – (96 x 0,19) = 24 KN.m
Mnet lantai = (394 x 0,22) – (144 x 0,22) = 59,3 KN.m

-Beban Aksial
N pada atap = 192 + 96 = 288 KN
N pada lantai 3 = 288 + 538 + (1,4 x 1,5 x 3.3) = 833 KN
N pada lantai 2 = 833 + 538 + 7 = 1378 KN
N pada lantai 1 = 1378 + 538 + 7 = 1923 KN

Pada pondasi N = 1923 + 9 = 1932 KN

-Faktor Distribusi Momen


Pada lantai 3 :
3
3,350
kDE = 3 4 = 0,44
+
3,350 3,500

kDC = 1 – 0,44 = 0,56

Pada lantai 2 :
kCD = kCB = 0,5 dengan inspeksi

Pada lantai 1 :
4
3,350
kDE = 4 4 = 0,55
+
3,500 4,250

STRUKTUR BETON PRACETAK


kDC = 1 – 0,55 = 0,45

Pada pondasi :
kAB = 0.5
kBA = 0.225 (Menopang 50%)

Diagram momen lentur yang dihasilkan ditunjukkan pada gambar 4.5 (c).

-Kelangsingan
Pondasi - lantai 1, le= 0,9 lo= 0,9 x 4000 = 3600 mm
le/h = 3600/250 = 14.4 < 15, maka kolom pendek

lantai 1 ke lantai 2, dan lantai 2 ke lantai 3


le= 1,0 lo= 1,0 x 3000 = 3000 mm < 3600, maka kolom pendek.

Lantai 3 ke lantai atap, tidak kritis berdasarkan inspeksi.

-Momen Desain Kolom


Mt = 26,68 KN.m dan N = 1923 KN
N/bh = 30,7 dan M/bh2 = 1,7

Digunakan BS8110, Part 3, Tabel 47 karena d/h = 200/250 = 0.8


Maka 100Asc/bh = 3.3

Kasus beban 2. Pembebanan Maksimum pada Seluruh Bentang


-Beban dan Momen
Mnet atap = (192 x 0,22) – (192 x 0,19) = 5,8 KN.m (atau = 192 x 0,03 = 5,8 KN.m)
Mnet lantai = (394 x 0,22) – (394 x 0,19) = 11,8 KN.m

-Beban Aksial
Pada pondasi N = 384 + (3x788) + 30 = 2778 KN

STRUKTUR BETON PRACETAK


-Momen Desain Kolom
Mt = 0,05 Nh = 34.7 KN dan N = 2778 KN
N/bh = 44,45 dan M/bh2 = 2,22

Maka 100Asc/bh = 7,1


Asc maksimum = 7,1bh/100 = 4438 mm2
Digunakan Kolom dengan dimensi 250 x 250 mm dengan 4 Tulangan T32 ditambah 4 Tulangan
T20 (4472 mm2)

4.6 Contoh Soal Kolom Bergoyang


Rangka tiga lantai yang ditunjukkan pada Gambar (a) memiliki dimensi yang sama dan
menopang beban balok yang sama seperti pada contoh 6.4. Karakteristik beban angin pada rangka
adalah tinggi 6,0 kN/m. Tentukan ukuran dan tulangan yang sesuai untuk kolom internal saja.
Dapat diasumsikan bahwa pengaku berada di luar arah bidang dan tidak ada momen tambahan
kedua di bidang ini. Dapat juga diasumsikan bahwa garis depan horizontal 1,5 persen Gk tidak
kritis.

Gambar 4.6 Contoh Soal Kolom Bergoyang

Penyelesaian :
Dimensi ke titik pusat ditunjukkan pada Gambar (b). Penting untuk memilih ukuran kolom awal.
Dicoba b = 300 mm, h = 500 m (berat sendiri = 3.6 kN/m). d/h = 0,9

STRUKTUR BETON PRACETAK


Kasus beban 1. Pembebanan pada bentang yang berdekatan, tanpa beban angin
Beban dan Momen
emax = 250 + 80 + 15 = 345 mm, emin = 250 + 80 - 15 = 315 mm (dengan persamaan 6.6)
Mnet atap = 192 x 0,345 - 96 x 0.315 = 36.0 kNm (dengan persamaan 6.8)
Mnet lantai = 394 x 0.345 - 144 x 0.315 = 90.6 kNm (dengan persamaan 6.8)

Beban Aksial
N akibat beban atap = 288 kN
N akibat beban lantai = 538 + (1.4 x 3.6 x 3.35) = 555 kN
Pada pondasi N = 288 + (2 x 555) + 20 = 1418 kN
Kemudian N / bh = 9.45, artinya K = 1.0 terlepas dari M/bh2.
Faktor Distribusi Momen
Di Lantai 2 kCD= 0.44; kCB = 0.56
Di Lantai 1 kBC= 0.55; kBA = 0.45
Di pondasi kAB = 0.5 kBA = 0.225 ( = 50% menopang)
Hasil diagram momen lentur disajikan pada gambar (c).

Kelangsingan
Pondasi - lantai 1, le= 2.3 lo= 2.3 x 4000 = 9200 mm
le/h = 9200/50 = 18.4 > 10, maka kolom “langsing”
Pondasi - lantai 2 le= 2.3 lo= 2.3 x (4000 + 500 + 3000) = 17250 mm
le/h = 17250/500 = 34.5 > 20, maka efek aksial ganda harus dipertimbangkan, namun
seperti yang dinyatakan dalam pertanyaan dan dibuktikan pada contoh 6.4 tidak ada momen
tambahan pada sumbu minor.
Pondasi - atap = le= 2.3 lo= 2.3 x (7500 + 500 + 2900) = 25070 mm
le/h = 25070/500 = 50.1 > 20, seperti sebelumnya.

Momen Tambahan
Madd akibat beban atap = 288 x 50.12 x 1.0 x 0.5/2000 = 180.7 kNm
Madd akibat beban lantai 2 = 555 x 34.52 x 1.0 x 0.5/2000 = 165.1 kNm
Madd akibat beban lantai 1 = 555 x 18.42 x 1.0 x 0.5/2000 = 47.0 kNm

STRUKTUR BETON PRACETAK


Total Madd = 392.8 kNm di pondasi

Desain Momen Kolom


Memverifikasi bahwa fondasi itu penting
Mt= 20.38 + 392.8 = 413.2 kNm dan N = 1418 kN (dengan persamaan 6.21)
N/bh = 9.45 dan M/bh2 = 5.51
Kemudian 100Asc/bh = 1.7 dan K = 1.0

Kasus beban 2. Pembebanan maksimum pada semua bentang tanpa beban angin
Beban dan Momen
Mnet atap = 5.8 kNm (= 192 x 0.03 = 5.8) (dengan persamaan 6.8)
Mnet lantai = 11.8 kNm (dengan persamaan 6.8)
M pondasi = 0.225 x 11.8 = 2.66 kNm

Beban Aksial
N akibat beban atap = 384 kN
N akibat beban lantai = 788 + 17 = 805 kN
Di pondasi N = 384 + (2 x 805) + 20 = 2014 kN (nilai lainnya tidak penting)
Kemudian N/bh = 13.43, dicoba K = 0.9 dan diverifikasi kemudian

Momen Tambahan
Madd akibat beban atap = 384 x 50.12 x 1.0 x 0.5/2000 = 216.9 kNm
Madd akibat beban lantai 2 = 805 x 34.52 x 1.0 x 0.5/2000 = 215.6 kNm
Madd akibat beban lantai 1= 805 18.42 x 1.0 x 0.5/2000 = 61.3 kNm

Desain Momen Kolom


Memverifikasi pondasi itu penting
Mt= 493.8 + 2.66 = 496.5 kNm dan N = 2014 kN (dengan persamaan 6.21)
N/bh = 13.43 dan M/bh2 = 6.62
Kemudian 100Asc/bh = 2.8 dan K = 0.9

STRUKTUR BETON PRACETAK


BAB V
CONTOH KASUS KOLOM BETON PRACETAK

Contoh kasus penggunaan kolom beton pracetak dikutip dari jurnal karya teknik sipil dengan
judul “Perencanaan Struktur Rumah Susun Sederhana Sewa Ungaran Menggunakan Beton
Pracetak” Karya Syarifuddin, et. al., 2016 Universitas Diponegoro. Semarang.

Rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Ungaran ini berlokasi di jalan Karimunjawa,
Kelurahan Gedanganak, Kabupaten Ungaran Barat. Rusunawa ini terdiri 5 lantai yang didesain
menggunakan sistem beton pracetak. Bangunan ini didesain memakai sistem struktur dengan
rangka pemikul momen khusus (SRPMK). Acuan yang digunakan dalam mendesain bangunan ini
adalah Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002), Tata
Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI
1726-2012), dengan nilai parameter respon gempa diperoleh dari website Puskim Kementerian
Pekerjaan Umum. Untuk mempermudah analisis struktur, desain rusunawa Ungaran
menggunakan aplikasi SAP.2000 versi 14 dan program PCA COL. Dalam perencanaan gedung
dengan sistem pracetak sangatlah penting dalam menentukan metode pracetaknya, karena
kelemahan dari sistem pracetak salah satunya ada pada sambungan antar elemen. Perencanaan
struktur rusunawa Ungaran ini menggunakan sistem Adhi BCS (Beam Coloumn Slab). Ciri khas
sistem Adhi BCS adalah penggunaan beton topping pada elemen pelat dan balok yang menambah
kekakuan.

5.1 Pendahuluan
Beton Pracetak (Precast) merupakan elemen atau komponen tanpa atau dengan tulangan
yang dicetak terlebih dahulu sebelum dirakit menjadi bangunan. Umumnya digunakan pada
struktur bangunan tingkat rendah sampai menengah. Manfaat lebih dari menggunakan beton
pracetak ini antara lain terkait waktu, biaya, kualitas, predictability, keandalan, produktivitas,
kesehatan, keselamatan, lingkungan, koordinasi, inovasi, reusability, serta relocatability.

Penggunaan metode beton pracetak dipilih guna mengurangi atau menghilangkan pemakaian
bekisting atau perancah yang dapat menghabiskan anggaran biaya yang cukup besar. Selain itu

STRUKTUR BETON PRACETAK


metode konstruksi ini juga dapat mengurangi total waktu pekerjaan. Melalui perencanaan ini
diharapkan menghasilkan bangunan dengan menekan biaya seminimal mungkin atau ekonomis
dan juga praktis.

5.2 Metode Perencanaan


Bangunan dirancang dengan konsep strong coloum weak beam dengan sistem rangka
pemikul momen khusus agar lebih daktail. Dalam perencanaan tahanan gedung terhadap gempa
digunakan peraturan SNI 1726-2012.

Perhitungan struktur dilakukan dengan menentukan beban beban yang terjadi sesuai fungsi
bangunan. Selanjutnya dilakukan perhitungan struktur tangga, pelat atap, pelat lantai, balok,
kolom, pondasi, tie beam, dan perhitungan elemen pracetak pelat, balok dan kolom sekaligus
perhitungan sambungan antar elemen pracetak sesuai referensi sistem Adhi BCS. Software yang
digunakan dalam membantu analisa struktur adalah SAP 2000 v. 14 dan PCA COL.

5.3 Hasil dan Pembahasan


5.3.1 Perhitungan Gempa
Mengacu pada Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non Gedung (SNI 1726 - 2012). Menentukan nilai Ss(Parameter percepatan
respon spektral periode pendek), S1 (Parameter percepatan respon spektral periode
panjang), FA (Koefisien situs untuk perioda pendek), FV (Koefisien situs untuk perioda
panjang), SMS (Parameter percepatan respon spektral perioda pendek yang sudah
disesuaikan terhadap pengaruh kelas situs), SM1 (Percepatan percepatan respons
spektral yang sudah disesuaikan terhadap pengaruh kelas situs), serta percepatan disain
SDS, SD1. Perhitungan nilai spektrum gempa dibandingkan dengan nilai respon spectra
dari www.puskim.pu.go.id. Hasil perbedaan nilai spektrum respon percepatan desain
antara perhitungan manual dan website puskim PU pada tabel 5.1

STRUKTUR BETON PRACETAK


Tabel 5.1 Nilai Parameter Gempa Hasil Manual dan Website Puskim

Kedua data parameter gempa tersebut dibandingkan, didapatkan data parameter dari
website PU dengan koordinat -7.502132 , 110.4175 hasilnya lebih besar, maka dipilih data
dari website Puskim Kementerian PU sebagai acuan perhitungan. Nilai spectrum respon
percepatan desain dari website puskim pada Tabel 5.2

Tabel 5.2 Nilai Spektrum Respon Percepatan Desain Hasil Puskim

Gambar 5.1 Grafik Spektrum Respon Percepatan Desain

STRUKTUR BETON PRACETAK


5.3.2 Perencanaan Struktur Pelat
Tebal pelat lantai gedung rusunawa Ungaran adalah 12 cm, sedangkan pelat atap
menggunakan tebal 10 cm. Pelat yang didesain, menggunakan tulangan Ø10-125 untuk
daerah tumpuan dan lapangan. Detail penulangan hasil perhitungan ditampilkan pada
Gambar 5.2

Gambar 5.2 Detail Penulangan Pelat

5.3.3 Perencanaan Struktur Balok


Perencanaan balok induk menurut Vis dan Gideon (1997), dimensi tinggi balok induk
diperkirakan h = (1/10 – 1/15) L dan perkiraan lebar balok induk b = (1/2 – 2/3) h. Sehingga
direncanakan dimensi balok induk dengan L = 4250 mm adalah b = 300 mm dan h = 450
mm.

Gambar 5.3 Diagram Bidang Momen Pada Balok Induk

Gaya geser balok dihitung dari persamaan berikut ini:

𝑀𝑝𝑟1+𝑀𝑝𝑟2 𝑊𝑢 𝑥 𝑙𝑛
Vu = ±
𝑙𝑛 2

STRUKTUR BETON PRACETAK


𝑉𝑢
Vx = – Vc
ϕ

Perlu diperhitungkan terhadap puntir/torsi. Untuk menentukan tulangan menggunakan


persamaan dibawah ini :

a. Tulangan Torsi Transversal


𝑇𝑢
Tn = ϕ
𝐴𝑡 𝑇𝑛
= 2 x A0 x Cotg θ
s

b. Tulangan Torsi Longitudinal


𝐴𝑡 𝑓𝑦𝑣
A1 = x Ph x Cotg² θ²
s fyt

Gambar 5.4 Detail Penulangan Balok

5.3.4 Perencanaan Struktur Kolom


Kolom ditinjau terhadap portal bergoyang atau tidak bergoyang, serta ditinjau terhadap
kelangsingan, termasuk kolom pendek atau kolom langsing (panjang). Perencanaan geser
pada kolom tidak berdasarkan momen kapasitas pada kolom melainkan momen probable
balok pada sisi atas dan bawah kolom. Geser yang terjadi pada kolom tidak akan melebihi
goyangan akibat momen probable balok. Rumus perhitungan geser kolom seperti pada
persamaan.dibawah ini :

STRUKTUR BETON PRACETAK


Gambar 5.5 Gaya Pada Kolom

Perhitungan kolom yang direncanakan pada struktur gedung rusunawa ungaran adalah
kolom lantai 1 as C-2 karena memiliki gaya aksial terbesar.

Gambar 5.6 Kolom Yang Ditinjau

STRUKTUR BETON PRACETAK


Menurut SNI 2847-2002 pasal 23.4.4.6 sepanjang sisa tinggi kolom bersih (tinggi kolom
total dikurangi l0 di masing-masing ujung kolom) diberi hoops dengan spasi minimum 150
mm atau 6 kali diameter tulangan longitudinal yaitu 114 mm. Penulangan kolom dipasang
sebagai berikut:
- Sepanjang l0 = 550 mm menggunakan 12D19 sengkang D13-100
- Diluar l0 menggunakan 12D19 sengkang D13-150.

Gambar 5.7 Detail Penulangan Kolom Yang Ditinjau

5.3.5 Perencanaan Sambungan Elemen Pracetak


Dalam perencanaan sambungan elemen pracetak ini, mengikuti standar yang diterapkan
oleh sistem Adhi BCS (beam column slab). Untuk sambungan antar balok menggunakan
panjang pengelasan 110 mm, untuk pelat menggunakan panjang pengelasan 60 mm, dan
untuk sambungan antar kolom menggunakan panjang pengelasan 170 mm.

Gambar 5.8 Tampak dan Potongan Sambungan Balok

STRUKTUR BETON PRACETAK


Gambar 5.9 Sambungan Tiga Balok Pracetak Pada Kolom Double

Gambar 5.10 Sambungan Antar Pelat Pracetak

Gambar 5.11 Sambungan Antar Kolom Pracetak

STRUKTUR BETON PRACETAK


5.3 Kesimpulan
Dalam merencanakan elemen pracetak, harus meninjau dari beberapa kondisi tahapan
pelaksanaan, yaitu:
- saat proses pengangkatan (transport / erection)
- saat pemasangan Perencanaan Elemen Pracetak menggunakan konsep desain elastis, dengan
tujuan supaya elemen masih bersifat elastis saat menerima beban saat pelaksanaan.

STRUKTUR BETON PRACETAK

Anda mungkin juga menyukai