Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN TUGAS

PERANCANGAN BANGUNAN TEKNIK SIPIL

PERANCANGAN GEDUNG ASLC FAKULTAS PETERNAKAN UGM


MENGGUNAKAN SAP2000

Disusun oleh :
KELOMPOK 6
PETRUS NUGROHO W. 16/395357/TK/44649

STEVEN YOHANES 16/395372/TK/44664


WHELLY TRISYA PUTRA 16/395375/TK/44667
ABADI GRAFITA YANS SWEIGA 16/395896/TK/44778

FADILLA AUDREY PARAMITHA V. 16/400284/TK/45298

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2019
BAB I

Pendahuluan

1.1 Daftar Standar Yang Digunakan


Standar/peraturan yang digunakan pada perancangan bangunan ini antara lain
sebagai berikut:
1. SNI 1727:2013 mengenai Beban Minimum Untuk Perancangan
Bangunan Gedung dan Struktur Lain, digunakan untuk menentukan
nilai beban yang bekerja pada pada struktur gedung.
2. SNI 1727:1989 mengenai Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk
Rumah dan Gedung/PPPURG 1989, digunakan sebagai dasar dalam
menentukan besarnya beban yang tidak dijelaskan pada SNI 1727:2013
seperti beban mati tambahan dan syarat minimum beban angin.
3. SNI 1726:2012 mengenai Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung, digunakan sebagai
acuan untuk menentukan besarnya beban gempa sesuai parameter-
parameter yang berlaku pada struktur gedung.
4. SNI 2847:2013 mengenai Persyaratan Beton Struktural Untuk
Bangunan Gedung, digunakan untuk melakukan analisis kapasitas gaya
dalam dan momen komponen struktur beton bertulang.
5. SNI 1729:2015 mengenai Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja
Struktural, digunakan untuk melakukan analisis kapasitas gaya dalam
dan momen komponen struktur baja.
6. SNI 07-7178-2006 mengenai Baja Profil WF-beam proses canai panas
(Bj P WF-beam ), digunakan untuk menentukan profil yang akan
digunakan.
7. SNI 2610:2011 mengenai Baja Profil H (Bj P H -beam), digunakan
untuk menentukan profil yang akan digunakan.
8. Permen PU No. 28/PRT/M/2016 Tentang Pedoman Analisis Harga
Satuan Pekerjaan
9. SNI 8460 2017, Persyaratan Perancangan Geoteknik
1.2 Ketentuan Pemodelan Struktur Bangunan Gedung
1.2.1 Umum
1. Fungsi Bangunan : Gedung Kuliah
2. Lokasi Bangunan : Yogyakarta
3. Tipe gedung : Struktur Baja
4. Fondasi : Fondasi Dalam (Tiang Bor )
1.2.2 Panjang Parameter Sesuai Denah
1. Tinggi Basement : 4,2 m
2. Tinggi Lantai 1 :5m
3. Tinggi Lantai 2 : 4,5 m
4. Tinggi Lantai 3 : 4,5 m
5. Tinggi Lantai 4 : 4,5 m
6. Tinggi Lantai 5 : 4,5 m
7. Tinggi Total : 4,5 m
8. Panjang Bangunan : 54,4 m
9. Lebar Bangunan : 18,3 m
1.2.3 Material ( Bangunan Gedung )
a. Beton
Kuat tekan beton : 25 Mpa
Berat/volume : 2400 kg/m3
Angka Poison : 0,2
Modulus Elastisitas, E : 4700*(fc0,5)
b. Baja
Berat/volume : 7850 kg/m3
Rasio Poison : 0,3
Modulus Elastisitas, E : 200000 Mpa
Modulus Geser, G : 80000 Mpa
BJ 37
fy : 240 Mpa
fu : 370 Mpa
c. Tulangan Longitudinal
Tulangan diameter > 12mm
Berat/volume : 7850 kg/m3
Modulus Elastisitas, E : 200000 Mpa
BJ 550
fy : 400 Mpa
fu : 550 Mpa
fye : 1,1*fy
fue : 1,1*fu
d. Tulangan Sengkang
Tulangan diameter <12mm
Berat/volume : 7850 kg/m3
Modulus Elastisitas, E : 200000 Mpa
BJ 550
fy : 240 Mpa
fu : 370 Mpa
fye : 1,1*fy
fue : 1,1*fu
e. Plat
Material : Beton
Tebal : 12 cm
f. Dinding
Material : Pasangan Bata Merah
Tebal : 15 cm
g. Pasangan Bata Merah
Berat/volume : 1700 kg/m3
Angka Poison : 0,2
Modulus Elastisitas, E : 1050 Mpa
1.2.4 Profil (Rangka Bangunan Gedung )
a. Kolom
Profil : H 400.400.13.21
: H 150.150.7.10
b. Balok Induk
Profil : WF 400.300.10.16
c. Balok Anak
Profil : WF 350.175.7.11
d. Sloof
Profil : 400 x 600 mm
: 200 x 300 mm
e. Bressing
Profil : WF 350.175.7.11
f. Kuda-Kuda
Profil : WF 350.175.7.11
g. Gording
Profil : C 200.70.7.10

1.3 Pembebanan Struktur


Proses awal dalam analisis maupun perancangan suatu struktur gedung adalah
perhitungan pembebanan yang terjadi pada struktur tersebut. Besarnya beban yang
terjadi pada struktur gedung akan menentukan dimensi penampang beserta detail
tulangan dan sambungan yang dibutuhkan dari setiap elemen struktural.

1.3.1. Beban Mati

Beban mati yang terdapat pada struktur bangunan gedung merupakan beban
yang berasal dari berat sendiri elemen struktural yang ada seperti struktur atap,
kolom, balok, pelat lantai, dan dinding serta beban mati tambahan yang berasal dari
penutup pelat lantai, plafon, instalasi ME, dan lain sebagainya. Dalam perhitungan
beban mati pada perancangan ulang struktur gedung ini, nilai berat sendiri bahan
bangunan dan komponen gedung diambil dari SNI PPPURG 1989. Nilai beban
sendiri yang digunakan pada perhitungan pembebanan akibat beban mati dapat
dilihat pada Tabel 1.1
Tabel 1.1 Berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung

Berat Sendiri Bahan Bangunan dan Komponen Gedung


Bahan Bangunan Berat Sendiri Satuan
Beton Bertulang 24 kN/m3
Baja 78,5 kN/m3
Penutup Lantai dari ubin semen
portland,teraso dan beton, tanpa adukan per
cm tebal 24 kg/m2
Spesi, per cm tebal 21 kg/m2
Langit-Langit 11 kg/m2
Penggantung 7 kg/m2
Instalasi ME 25 kg/m2
Waterproofing 22 kg/m2

1.3.2. Beban Mati Tambahan

Berat sendiri elemen struktural dihitung secara otomatis oleh program


SAP2000 berdasarkan data yang diinputkan. Sedangkan untuk beban tetap
tambahan dihitung secara manual dan diinputkan sebagai beban terbagi merata pada
pelat lantai. Besarnya beban tetap tambahan diuraikan sebagai berikut:

Tabel 1.2 Beban mati tambahan pada basement

Beban mati tambahan pada basement


Bahan Bangunan Tebal Berat Sendiri Satuan
Keramik 1.5 cm 36 kg/m2
Spesi 3 cm 63 kg/m2
Total 99 kg/m2

Tabel 1.3 Beban mati tambahan pada pelat lantai

Beban mati tambahan pada pelat lantai


Berat
Bahan Bangunan Tebal Sendiri Satuan
Keramik (1.5 cm) 1.5 cm 36 kg/m2
Spesi (3 cm) 3 cm 63 kg/m2
Langit-langit + penggantung 18 kg/m2
Instalasi ME 25 kg/m2
Total 142 kg/m2
Tabel 1.4 Beban mati tambahan pada pelat atap

Beban mati tambahan pada pelat atap


Berat
Bahan Bangunan Tebal Sendiri Satuan
Waterproofing 2 cm 44 kg/m2
Langit-langit + penggantung 18 kg/m2
Instalasi ME 25 kg/m2
Total 87 kg/m2

Tabel 1.5 Beban mati tambahan pada pelat bordes

Beban mati tambahan pada bordes


Berat
Bahan Bangunan Tebal Sendiri Satuan
Keramik 1.5 cm 36 kg/m2
Spesi 3 cm 63 kg/m2
Total 99 kg/m2

Tabel 1.6 Beban mati tambahan pada atap

Beban mati tambahan pada atap


Bahan Bangunan Berat Sendiri Satuan
Plafond Gypsum 5.5 kg/m2
Penggantung 7 kg/m2
Instalasi kabel 5 kg/m2
Usuk + reng 50 kg/m2
Total 67.5 kg/m2

1.3.3. Beban Hidup

Beban hidup pada struktur gedung ditentukan berdasarkan SNI 1727:2013,


dimana beban hidup yang digunakan dalam perancangan struktur adalah beban
maksimum yang diharapkan terjadi akibat penggunaan bangunan dan tidak boleh
kurang dari beban merata minimal yang disyaratkan. Oleh karena itu, pada
pembebanan gedung digunakan beban hidup yang dianggap tidak mengalami
reduksi. Beban hidup memiliki nilai yang berbeda-beda tergantung pada fungsi
ruangan yang kemudian diinputkan sebagai beban merata pada pelat lantai. Nilai
beban hidup minimum yang digunakan pada pembebanan struktur gedung dapat
dilihat pada Tabel 1.7 berikut.

Tabel 1.7 Tabel beban hidup tersistribusi merata minimum

Tabel Beban hidup terdistribusi merata minimum


Fungsi Ruangan Beban (kN/m2)
Ruang Kantor 2.40
Ruang Komputer 4.79
Ruang Laboratorium 2.87
Ruang Pertemuan 4.79
Ruang Kuliah 1.92
Ruang Workshop 5.00
Ruang Penyimpanan 6.00
Ruang Mesin Lift 0.96
Toilet 2.40
Koridor (Lantai 1) 4.79
Koridor (di atas lantai 1) 3.83
Tangga 4.79
Tangga (Difable) 4.79
Balkon 4.79
Garasi/Parkir 1.92
Atap datar/dak 0.96
Watertank 10.00
Beban Watertank 9.00
Hall & ruang display 4.79
Ruang multifungsi 4.79
Perpustakaan Ruang Baca 2.87
Perpustakaan ruang penyimpanan 7.18
Tabel 1.8 Tabel beban hidup tersistribusi merata minimum basement

Tabel Beban hidup terdistribusi merata minimum Basement


Fungsi Ruangan Beban (kN/m2)
Toilet 2.40
Ruang Penyimpanan 6.00
Koridor (Lantai 1) 4.79
Dapur -
Ruang Komputer 4.79
Ruang Pertemuan 4.79
Tangga 4.79
Ruang multifungsi 4.79

Tabel 1.9 Tabel beban hidup tersistribusi merata minimum lantai 1

Tabel Beban hidup terdistribusi merata minimum Lantai 1


Fungsi Ruangan Beban (kN/m2)
Toilet 2.40
Ruang Penyimpanan 6.00
Koridor (Lantai 1) 4.79
Dapur -
Ruang Komputer 4.79
Ruang Pertemuan 4.79
Tangga 4.79
Ruang multifungsi 4.79

Tabel 1.10Tabel beban hidup tersistribusi merata minimum lantai 2

Tabel Beban hidup terdistribusi merata minimum Lantai 2


Fungsi Ruangan Beban (kN/m2)
Toilet 2.40
Ruang Kuliah 1.92
Koridor (di atas lantai 1) 3.83
Ruang Kantor 2.40
Ruang Laboratorium 2.87
Balkon 4.79
Tangga 4.79
Hall & ruang display 4.79
Tabel 1.11 Tabel beban hidup tersistribusi merata minimum lantai 3

Tabel Beban hidup terdistribusi merata minimum Lantai 3


Fungsi Ruangan Beban (kN/m2)
Toilet 2.40
Ruang Kantor 2.40
Ruang Kuliah 1.92
Koridor (di atas lantai 1) 3.83
Ruang Pertemuan 4.79
Ruang Kesehatan
Tangga 4.79
Tangga 4.79
Hall & ruang display 4.79
Perpustakaan ruang penyimpanan 7.18
Ruang Laboratorium 2.87

Tabel 1.12 Tabel beban hidup tersistribusi merata minimum lantai 4

Tabel Beban hidup terdistribusi merata minimum Lantai 4


Fungsi Ruangan Beban (kN/m2)
Toilet 2.40
Ruang Penyimpanan 6.00
Koridor (di atas lantai 1) 3.83
Ruang Komputer 4.79
Mushola -
Perpustakaan -
Tangga 4.79
Hall & ruang display 4.79
Perpustakaan Ruang Baca 2.87
Perpustakaan ruang penyimpanan 7.18
Tabel 1.13 Tabel beban hidup tersistribusi merata minimum lantai 5

Tabel Beban hidup terdistribusi merata minimum Lantai 5


Fungsi Ruangan Beban (kN/m2)
Toilet 2.40
Ruang Laboratorium 2.87
Ruang Pertemuan 4.79
Koridor (di atas lantai 1) 3.83
Ruang Kantor 2.40
Ruang Penyimpanan 6.00
Tangga 4.79
Hall & ruang display 4.79

Tabel 1.14 Tabel beban hidup tersistribusi merata minimum lantai roof

Tabel Beban hidup terdistribusi merata minimum Roof


Fungsi Ruangan Beban (kN/m2)
Watertank 9.00

1.3.4. Beban Hujan

Untuk beban hujan, diasumsikan kedalaman air pada atap yang tidak
melendut meningkat ke lubang masuk sistem drainase sekunder apabila sistem
drainase primer tertutup (tinggi statis), ds, sebesar 20 mm. Sedangkan tambahan
kedalaman air pada atap yang tidak melendut di atas lubang masuk sistem drainase
sekunder pada aliran air rencana (tinggi hidrolik), dh, sebesar 10 mm. Maka, besar
beban hujan menurut SNI 1727:2013 adalah 0,294 kN/m2.

1.3.5. Beban Angin

Pembebanan angin pada struktur gedung ditentukan berdasarkan SNI


1727:2013 dan SNI PPPURG 1989, beban angin desain minimum dalam Struktur
Penahan Beban Angin Utama (SPBAU) untuk bangunan tertutup adalah 0,77
kN/m2 pada dinding dan 0,38 kN/m2 pada atap. Hasil perhitungan besarnya
tekanan angin yang bekerja akan diinputkan ke pemodelan bangunan pada program
SAP2000.
1.3.6 Beban Gempa

Pembebanan gempa pada penelitian ini dihitung berdasarkan peraturan SNI


1726:2012 mengenai tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur
bangunan gedung dan non gedung. Dalam menganalisis beban gempa perlu
memperhatikan data atau parameter berikut:

Tabel 1.15 Perhitungan Beban Gempa

Perhitungan Beban Gempa


Gedung Panduan PBTS
Fungsi Bangunan Pendidikan Gedung 2019
Tabel 1-SNI 1726-
Kategori Resiko IV 2012
Tabel 2-SNI 1726-
Faktor keutamaan Gempa, Ie 1.5 2012
SD (Tanah Tabel 3-SNI 1726-
Kelas Situs Sedang ) 2012
Percepatan Respons Spektra Perioda
pendek, Ss 1.2 Peta Gempa 2017
Percepatan Respons Spektra Perioda
pendek, S1 0.5 Peta Gempa 2017
Tabel 4-SNI 1726-
Koefisien Situs Perioda Pendek, Fa 1.146 2012
Tabel 5-SNI 1726-
Koefisien Situs Perioda 1 detik, Fv 1.686 2012
Spektrum respons perioda pendek,
Sms 1.375 Persamaan 5
Spektrum respons perioda 1 detik ,
Sm1 0.843 Persamaan 6
Percepatan Spektral Desain perioda
pendek, Sds 0.917 Persamaan 7
Percepatan Spektral Desain perioda 1
detik , Sd1 0.562 Persamaan 8
To = 0.2 * ( Sd1/Sds) 0.123 Pasal 6.4
Ts = Sd1/Sds 0.613 Pasal 6.4
Kategori Desain Seismik Berdasarkan
Parameter Respons Percepatan pada Tabel 7 SNI
Perioda Pendek D 1726:2012
Kategori Desain Seismik Berdasarkan
Parameter Respons Percepatan pada Tabel 8 SNI
Perioda Satu Detik D 1726:2012
Sistem Rangka Tabel 9 SNI
Sistem Penahan Gaya Seismik Baja Pemikul 1726:2012
Momen Khusus
(SRPMK)
Tabel 9 SNI
Koefisien modifikasi Respons , R 6 1726:2012
Tabel 9 SNI
Faktor Kuat Lebih sistem, Ωo 3 1726:2012
Tabel 9 SNI
Faktor Pemberat Defleksi, Cd 5.5 1726:2012
Tabel 14 SNI
Koefisien Batas atas Perioda, Cu 1.4 1726:2012
Tabel 15 SNI
Koefisien Ct 0.0466 1726:2012
Tabel 15 SNI
Koefisien x 0.9 1726:2012
Ketinggia Struktur, H 36.14 -
Persamaan 26 SNI
Perioda Fundamental Pendekatan, Ta 1.176 1726:2012
Persamaan 22 SNI
Koefisien Respons Seismik , Cs 0.229 1726:2012
Persamaan 23 SNI
Koefisien Respons Seismik , Cs 0.119 1726:2012
Persamaan 24 SNI
Koefisien Respons Seismik , Cs 0.061 1726:2012
Digunakan Koefisien Respons Persamaan 23 SNI
Seismik , Cs 0.119 1726:2012

1.4 Kombinasi Pembebanan


Berdasarkan SNI 1727:2013, elemen struktural yang dirancang dengan
metode kuat batas harus dirancang agar kekuatannya sama atau melebihi beban-
beban terfaktor dengan kombinasi sebagai berikut:
1. 1,4D
2. 1,2D + 1,6L + 0,5 (Lr atau R)
3. 1,2D + 1,6 (Lr atau R) + (L atau 0,5W)
4. 1,2D + 1,0W + L + 0,5 (Lr atau R)
5. 1,2D + 1,0E + L
6. 0,9D + 1,0W
7. 0,9D + 1,0E
Pada SNI 1726:2012 dijelaskan ketentuan mengenai faktor redundansi sebesar
1,3 untuk struktur dengan kategori desain seismik D serta kombinasi akibat
pengaruh beban gempa yang dikombinasikan dengan pengaruh beban lainnya,
sehingga kombinasi pembebanan yang terdapat pengaruh beban gempa menjadi
seperti berikut:
1. Kombinasi beban mati, beban hidup, dan beban gempa
(1,2 + 0,2 SDS)D + ρE + L
(1,2 + 0,2 x 0,916)D + 1,3E + L
1,38D + 1,3E + L
2. Kombinasi beban mati dan beban gempa
(0,9 - 0,2 SDS)D + ρE
(0,9 – 0,2 x 0,916 ) D + 1,3E
0,72D + 1,3E

Tabel 1.16 Kombinasi beban untuk metode kuat batas/ultimit

Kombinasi beban untuk Metode kuat batas/ultimit


Combination 1 1.4D + 1.4 SD
Combination 2 1.2D + 1.2 SD + 1.6L + 0.5R
Combination 3 1.2D + 1.2 SD + 1.6R+ L
Combination 4 1.2D + 1.2 SD + 1W+ 0.5R
Combination 5 1.38D + 1.38SD + 0.5L+ 1EQx + 0.3 EQy
Combination 6 1.38D + 1.38SD + 0.5L+ 1EQx - 0.3 EQy
Combination 7 1.38D + 1.38SD + 0.5L - 1EQx + 0.3 EQy
Combination 8 1.38D + 1.38SD + 0.5L - 1EQx - 0.3 Eqy
Combination 9 1.38D + 1.38SD + 0.5L + 1EQy + 0.3EQx
Combination 10 1.38D + 1.38SD + 0.5L + 1EQy - 0.3EQx
Combination 11 1.38D + 1.38SD + 0.5L - 1EQy + 0.3EQx
Combination 12 1.38D + 1.38SD + 0.5L - 1EQy - 0.3EQx
Combination 13 1.38D + 1.38SD + 0.5L+ 1 RSx + 0.3 Rsy
Combination 14 1.38D + 1.38SD + 0.5L+ 1RSx - 0.3 RSy
Combination 15 1.38D + 1.38SD + 0.5L - 1RSx + 0.3 RSy
Combination 16 1.38D + 1.38SD + 0.5L - 1RSx - 0.3 RSy
Combination 17 1.38D + 1.38SD + 0.5L + 1RSy + 0.3RSx
Combination 18 1.38D + 1.38SD + 0.5L + 1RSy - 0.3RSx
Combination 19 1.38D + 1.38SD + 0.5L - 1RSy + 0.3RSx
Combination 20 1.38D + 1.38SD + 0.5L - 1RSy - 0.3RSx
Combination 21 0.9D + 0.9 SD + 1W
Combination 22 0.72D + 0.72 SD + 1 EQx + 0.3 EQy
Combination 23 0.72D + 0.72 SD + 1 EQx - 0.3 EQy
Combination 24 0.72D + 0.72 SD - 1 EQx + 0.3 EQy
Combination 25 0.72D + 0.72 SD - 1 EQx - 0.3 EQy
Combination 26 0.72D + 0.72 SD + 1EQy + 0.3EQx
Combination 27 0.72D + 0.72 SD + 1EQy - 0.3EQx
Combination 28 0.72D + 0.72 SD - 1EQy + 0.3EQx
Combination 29 0.72D + 0.72 SD - 1EQy - 0.3EQx
Combination 30 0.72D + 0.72 SD + 1RSx + 0.3 RSy
Combination 31 0.72D + 0.72 SD + 1RSx - 0.3 RSy
Combination 32 0.72D + 0.72 SD - 1 RSx + 0.3 RSy
Combination 33 0.72D + 0.72 SD - 1 RSx - 0.3 RSy
Combination 34 0.72D + 0.72 SD + 1RSy + 0.3RSx
Combination 35 0.72D + 0.72 SD + 1RSy - 0.3RSx
Combination 36 0.72D + 0.72 SD - 1RSy + 0.3RSx
Combination 37 0.72D + 0.72 SD - 1RSy - 0.3RSx

Tabel 1.17 Kombinasi beban untuk metode ijin

Kombinasi Beban untuk metode ijin


Combination 38 1D + 1 SD
Combination 39 1D + 1 SD + 1L
Combination 40 1D + 1 SD + 1R
Combination 41 1D + 1 SD + 0.75L + 0.75R
Combination 42 1D + 1 SD + 0.6 W
Combination 43 1D + 1 SD + 0.45 W + 0.75L + 0.75R
Combination 44 0.6D + 0.6SD + 0.6 W
Combination 45 0.6D + 0.6SD + 0.7 EQx + 0.7EQy
Combination 46 0.6D + 0.6SD + 0.7 EQx - 0.7EQy
Combination 47 0.6D + 0.6SD - 0.7 EQx + 0.7EQy
Combination 48 0.6D + 0.6SD - 0.7 EQx - 0.7EQy
Combination 49 0.6D + 0.6SD + 0.7 EQy + 0.7EQx
Combination 50 0.6D + 0.6SD + 0.7 EQy - 0.7EQx
Combination 51 0.6D + 0.6SD - 0.7 EQy + 0.7EQx
Combination 52 0.6D + 0.6SD - 0.7 EQy - 0.7EQx
Combination 53 0.6D + 0.6SD + 0.7 RSx + 0.7 RSy
Combination 54 0.6D + 0.6SD + 0.7 RSx - 0.7RSy
Combination 55 0.6D + 0.6SD - 0.7 RSx + 0.7RSy
Combination 56 0.6D + 0.6SD - 0.7 RSx - 0.7RSy
Combination 57 0.6D + 0.6SD + 0.7 RSy + 0.7RSx
Combination 58 0.6D + 0.6SD + 0.7 RSy - 0.7RSx
Combination 59 0.6D + 0.6SD - 0.7 RSy + 0.7RSx
Combination 60 0.6D + 0.6SD - 0.7 RSy - 0.7RSx
BAB II

PERHITUNGAN BEBAN GEMPA

2.1. Syarat Batas Perida Fundamental Struktur

Periode fundamental pendekatan (Ta) pada gedung dihitung berdasarkan


Persamaan 26 SNI 1726:2012 dengan terlebih dahulu menentukan nilai parameter
periode pendekatan. Berdasarkan Tabel 3.14 didapatkan nilai parameter periode
pendekatan untuk rangka baja pemikul momen khusus yaitu Ct = 0,0466 dan x =
0,9. Nilai batas atas periode fundamental struktur dapat dihitung dari koefisien batas
atas (Cu) dikalikan dengan periode fundamental pendekatan (Ta). Pada gedung
diketahui memiliki nilai SD1 = 0,444, maka berdasarkan Tabel 3.13 didapatkan nilai
Cu sebesar 1,4. Perhitungan nilai periode struktur dihitung dengan cara sebagai
berikut:

Ta = 1,176 detik

Cu.Ta = 1,647 detik

Tc : pada mode ke-1 = 0, 542 detik

pada mode ke-2 = 0,229 detik

Untuk menentukan periode mana yang digunakan dalam perhitungan beban


gempa, berlaku persyaratan sebagai berikut:

Jika Tc > Cu.Ta, maka digunakan T = Cu.Ta

Jika Ta < Tc < Cu.Ta, maka digunakan T = Tc

Jika Tc < Ta, maka digunakan T = Ta

Karena dari hasil perhitungan diketahui jika Tc < Ta, maka periode yang
digunakan adalah T = Ta = 1,176 detik.
2.2. Syarat Mode Shape

Mode shape 1,2, dan 3 harus menunjukanan bentuk ragam translasi,


translasi dan boleh rotasi.

Tabel 2.1 Pengecekan mode shape struktur (SAP2000)

Table: Modal Participating Mass Ratios


OutputCase StepType StepNum Period SumUX SumUY
Text Text Unitless Sec Unitless Unitless
MODAL Mode 1 0.542636 0.09721 0.72122
MODAL Mode 2 0.529441 0.83619 0.81587
MODAL Mode 3 0.42149 0.83626 0.81655

2.3. Syarat Partisipasi Massa

Pada SNI 1726:2012 pasal 7.9.1 disebutkan bahwa analisis harus dilakukan
untuk menentukan waktu getar alami untuk struktur. Analisis harus menyertakan
jumlah ragam yang cukup untuk mendapatkan partisipasi massa ragam
terkombinansi sebesar paling sedikit 90 % dari massa aktual dalam masing-masing
arah horizontal ortogonal dari respons yang ditinjau oleh model.

Tabel 2.2 Modal partisipasi massa struktur (SAP2000)

Table: Modal Participating Mass Ratios


OutputCase StepType StepNum Period SumUX SumUY
Text Text Unitless Sec Unitless Unitless
MODAL Mode 1 0.542636 0.09721 0.72122
MODAL Mode 2 0.529441 0.83619 0.81587
MODAL Mode 3 0.42149 0.83626 0.81655
MODAL Mode 4 0.229718 0.83626 0.81659
MODAL Mode 5 0.220747 0.83627 0.81758
MODAL Mode 65 0.145931 0.89469 0.91783
MODAL Mode 66 0.141667 0.89777 0.91805
MODAL Mode 67 0.140682 0.8978 0.91806
MODAL Mode 68 0.14027 0.89792 0.91806
MODAL Mode 69 0.13987 0.89922 0.91808
MODAL Mode 70 0.137734 0.9001 0.9181
2.5. Syarat Gaya Geser Dasar

Berdasarkan SNI 1726:2012, gaya geser dasar hasil analisis ragam respons
spektrum disyaratkan minimal sebesar 85% dari gaya geser dasar hasil analisis
statik ekuivalen. Dalam program SAP2000 dapat dilakukan pengecekan gaya geser
dengan menginputkan parameter-parameter beban gempa sesuai dengan metode
analisis gempa yang digunakan. Berikut adalah langkah-langkah untuk mengecek
gaya geser dasar pada struktur bangunan:

a. Beban gempa statik ekuivalen

Untuk mendapatkan gaya geser dasar hasil analisis statik ekuivalen,


dilakukan proses input data atau parameter beban gempa ke SAP2000 pada menu
Define kemudian Load Pattern. Pada pemodelan gedung ini digunakan referensi
beban gempa IBC 2009 dimana input beban gempa statik ekuivalen dilakukan
pada dua sumbu global, yaitu arah X dan arah Y. Parameter yang digunakan pada
kedua arah adalah sama, namun berbeda pada Load Direction and Diaphragm
Eccentricity seperti yang terlihat pada Gambar 2.5 dan Gambar 2.6

Gambar 2.1 Beban gempa statik ekuivalen arah X pada struktur gedung
(SAP2000)
Gambar 2.2 Beban gempa statik ekuivalen arah Y pada struktur gedung
(SAP2000)

b. Beban gempa respons spektrum

Beban gempa dengan analisis ragam respons spektrum dilakukan dengan


cara menginputkan fungsi respons spektrum pada pemodelan program
SAP2000. Fungsi tersebut didapatkan dari website Pusat Penelitian dan
Pengembangan Permukiman-Kementerian Pekerjaan Umum (puskim.pu.go.id).
Penginputan parameter beban gempa dengan analisis respons spektrum pada
Program SAP2000 berbeda dengan input analisis statik ekuivalen. Fungsi
respons spektrum diinputkan melalui melalui menu Define kemudian Function.
Selanjutnya proses input dilakukan pada kotak Define Function dengan mengisi
nilai parameter respons spektra desain dari tiap periode. Setelah fungsi respons
spektrum telah diinputkan, pada kotak bagian Function Graph akan tertampil
grafik respons spektrum sesuai yang didefinisikan sebelumnya. Grafik respons
spektrum hasil Penginputan fungsi respons spektrum dapat dilihat pada Gambar
5.7 berikut ini.
Gambar 2.3 Input fungsi respons spektrum (SAP2000)

c. Input faktor skala beban gempa

Nilai beban gempa respons spektrum perlu dikalikan dengan suatu faktor
skala yang besarnya dihitung dari persamaan g x Ie/R, dengan g merupakan
besaran gravitasi, yaitu 9,81 m/s2. Dari persamaan tersebut, didapatkan faktor
skala gempa sebesar 2,4525. Faktor skala gempa tersebut kemudian harus
diinputkan pada Program SAP2000 melalui Analysis Case Data pada kedua arah
X dan Y dari pembebanan gempa. Sebagai tambahan, pada Analysis Case Data
tersebut juga dipilih metode penjumlahan ragam yang akan digunakan. Pada
pemodelan tahap awal metode penjumlahan ragam yang digunakan adalah CQC
(Complete Quadratic Combination). Kemadian mode pada pemodelan struktur
gedung memiliki waktu getar alami yang berdekatan (selisih periode >15%)
sehingga digunakan meode SRSS (Square Roof of the Sum Square).
Tabel 2.3 Pemilihan jenis ragam

Waktu Getar Struktur


Period
Mode Δ T (%)
(T)
1 0.542636 2.432
2 0.529441 20.390
3 0.42149 45.499
4 0.229718 3.905
5 0.220747 0.496
6 0.219653 1.450
7 0.216469 4.581
8 0.206552 1.619
9 0.203207 0.074
10 0.203057 0.604

Gambar 2.4. Input faktor skala beban gempa respons spektrum arah X
metode CQC (SAP2000)
Gambar 2.5. Input faktor skala beban gempa respons spektrum arah Y

metode CQC (SAP2000)

d. Pengecekan gaya geser dasar

Setelah melakukan input beban gempa berdasarkan metode analisis statik


ekuivalen dan analisis respons spektrum, kemudian dilanjutkan dengan
pengecekan gaya geser dasar. Dari SAP2000 diperoleh gaya geser dasar hasil
kedua metode yang ditunjukkan pada Tabel 5.13 berikut.

Tabel 2.4. Gaya geser dasar struktur (SAP2000)

TABLE: Base Reactions


OutputCase CaseType GlobalFX GlobalFY
Text Text KN KN
EX LinStatic -10096 177,071
EY LinStatic 126,341 -9848,111
RS-X LinRespSpec 7170,41 3446,74
RS-Y LinRespSpec 3650,06 6909,044
Tabel 2.5 Pengecekan gaya geser dasar struktur (SAP2000)

0.85 x
Dinamik Statik
Statik
Geser Geser Faktor Skala (0.85
Base Shear Geser kontrol
Dasar Dasar Vstatik/Vdinamik)
Dasar (Vd >
( kN ) ( kN )
( kN ) 85% Vs)
Tidak
X - Direction
7170.406 10095.964 8581.569 1.197 Memenuhi
Tidak
Y - Direction
6909.044 9848.111 8370.894 1.212 Memenuhi

Tabel 2.6 Gaya geser dasar struktur modifikasi (SAP2000)

TABLE: Base Reactions


OutputCase CaseType GlobalFX GlobalFY
Text Text KN KN
EX LinStatic -10096 177.07
EY LinStatic 126.341 -9848.1
RS-X LinRespSpec 8582.98 4125.7
RS-Y LinRespSpec 4424.01 8374

Tabel 2.7 Pengecekan gaya geser dasar struktur modifikasi (SAP2000)

Dinamik Statik
0.85 x Statik Faktor Skala
Geser Geser kontrol
Base Shear Geser Dasar (0.85
Dasar Dasar (Vd > 85%
( kN ) Vstatik/Vdinamik)
( kN ) ( kN ) Vs)
X - Direction 8582.976 10095.964 8581.5694 1.000 Memenuhi
Y - Direction 8374.034 9848.111 8370.89435 1.000 Memenuhi
Gambar 2.6. Input faktor skala beban gempa respons spektrum arah X
metode SRSS (SAP2000)

Gambar 2.7. Input faktor skala beban gempa respons spektrum arah Y
metode SRSS (SAP2000)
2.6 Syarat Batas Simpangan Antar Tingkat

Nilai simpangan antar tingkat lantai dihitung dengan Persamaan 3.58 dimana
selisih defleksi titik-titik di atas dan di bawah pada tingkat yang ditinjau dikalikan
dengan faktor Cd/Ie terlebih dahulu, kemudian baru dibandingkan dengan
simpangan antar lantai tingkat yang diizinkan (Δa). Sesuai dengan Tabel 3.15,
untuk jenis struktur “semua struktur lainnya” dan kategori risiko IV, maka
simpangan antar tingkat izin adalah 0,010 hsx, dengan hsx adalah ketinggian tingkat
di bawah tingkat x. Hasil simpangan antar tingkat lantai dapat dilihat pada Tabel
5.14 di bawah ini.

Tabel 2.8. Simpangan antar lantai tingkat pada struktur gedung

Hsx δx δy Δx Δy Δa (ijin)
Lantai Keterangan
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
6 4500 18.819 22.233 3.51583 6.90339 112.5 Aman
5 4500 17.860 20.350 6.31518 11.217 112.5 Aman
4 4500 16.138 17.291 9.01286 12.9791 112.5 Aman
3 4500 13.680 13.751 11.9519 15.2562 112.5 Aman
2 5000 10.420 9.590 27.031 22.8894 125 Aman
1 4200 3.048 3.348 11.1762 12.2749 105 Aman
BS 0 0 0 0 0 0 Aman

Anda mungkin juga menyukai