Anda di halaman 1dari 91

LAPORAN

DESIGN STRUCTURE & GAMBAR KERJA

LAPORAN
BANGUNAN RUMAH TINGGAL PERUMAHAN TELUK
OWNER : PERUMAHAN TELUK

 
  






LAPORAN

 
  






1. Pendahuluan
Rencana konstruksi bangunan rumah tinggal di Purwokerto, Jawa Tengah. Sedangkan
konstruksi atapnya menggunakan konstruksi beton bertulang.

II. Konsep Perencanaan Struktur


II.1. Sistem Pondasi
Jenis pondasi yang digunakan sesuai dengan data tanah dan kondisi lingkungan, hasil
penyelidikan tanah adalah tipe pondasi footplate beton bertulang.

II.3. Parameter Perencanaan Dasar


II.3.1. Peraturan-peraturan standar yang digunakan
1. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1987
2. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung 2012
3. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang 2002
4. Code/Standard/Normalisasi International yang relevan.

II.3.3. Beban
a. Beban Mati
Beban mati pada struktur bangunan ditentukan dengan menggunakan berat
jenis bahan bangunan dengan berdasarkan Peraturan Perencanaan
Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987 dan unsur-unsur yang diketahui
seperti pada denah arsitektur dan struktur. Beban-beban yang diakibatkan oleh
gravitasi yang bersifat permanen dalam hal ini berat sendiri struktur.
Beban mati yang diperhitungkan adalah :
Beton = 2400 kg/m3.
Baja = 7850 kg/m3.
b. Beban Hidup
Beban hidup yang diperhitungkan adalah sebagai berikut :
Beban P : 100 kg (pada gording)
III. Perencanaan Struktur Utama
III.1. Letak Perletakan Jepit Pada Dasar Gedung
Struktur utama gedung ini didukung oleh pondasi sebagai struktur jepit. Titik-titik jepit
tersebut terletak disetiap kaki kolom dianggap terjepit.
2.1 Konsep Perencanaan
2.1.1 Pembebanan
Di Indonesia pada umumnya umur rencana dari suatu bangunan adalah 50
tahun. Oleh karena itu selama umur rencananya, struktur bangunan dapat menerima
berbagai macam kondisi pembebanan yang mungkin terjadi.
Kesalahan dalam menganalisis beban merupakan salah satu penyebab
utama kegagalan struktur. Mengingat hal tersebut, sebelum melakukan analisis dan
design struktur perlu adanya gambaran yang jelas mengenai perilaku dan besar
beban yang bekerja pada struktur beserta karakteristiknya.
Beban-beban yang bekerja pada struktur bangunan dapat berupa kombinasi
dari beberapa beban yang terjadi secara bersamaan. Secara garis besar beban pada
struktur dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu beban statik dan beban
dinamik. Beban statik yaitu perubahan intensitas beban berjalan perlahan sehingga
pengaruh waktu tidak dominan. Beban dinamik yaitu jika perubahan intensitas
beban bervariasi secara cepat terhadap waktu. Untuk memastikan bahwa suatu
struktur bangunan dapat bertahan selama umur rencananya, maka pada proses
perancangan dari struktur perlu ditinjau beberapa kombinasi pembebanan yang
mungkin terjadi.
Beban mati :
• Beban akibat beban sendiri struktur
• Beban akibat beban elemen bangunan

Beban hidup :
• Fungsi bangunan
• Beban akibat hunian atau penggunaan
Beban statik (akibat orang, peralatan, kendaraan)
• Beban akibat air hujan
• Beban pelaksanaan / konstruksi

Beban khusus :
• Beban akibat penurunan pondasi
• Beban akibat tekanan tanah atau tekanan air
• Beban akibat pengaruh temperatur

Beban dinamik (Bergetar) :


• Beban akibat gempa atau angin
Beban dinamik
Beban dinamik (Impact) :
• Beban akibat ledakan atau benturan
• Beban akibat getaran mesin

Gambar 2.1 Jenis jenis beban.

a. Beban mati (Dead Load/LD)


Menurut PPIUG 1983 BAB 2. Beban mati Pasal 2.1 ayat (1) Berat sendiri
dari bahan bangunan penting dan dari beberapa komponen gedung yang harus
ditinjau didalam menentukan beban mati dari suatu gedung, harus diambil
menurut Tabel 2.1
Tabel 2.1 Berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung.

No Bahan Berat Satuan


1 Baja 7850 kg/m3
2 Batu alam 2600 kg/m3
3 Batu belah, batu bulat, batu gunung (berat tumpuk) 1500 kg/m3
4 Batu karang (berat tumpuk) 700 kg/m3
5 Batu pecah 1450 kg/m3
6 Batu tuang 7250 kg/m3
7 Beton (1) 2200 kg/m3
8 Beton bertulang (2) 2400 kg/m3
9 Kayu kelas I (3) 1000 kg/m3
10 Kerikil, koral (kering udara sampai lembab, tanpa diayak) 1650 kg/m3
11 Pasangan batu merah 1700 kg/m3
12 Pasangan batu belah, batu bulat, batu gunung 2200 kg/m3
13 Pasangan batu cetak 2200 kg/m3
14 Pasangan batu karang 1450 kg/m3
15 Pasir (kering udara sampai lembab) 1600 kg/m3
16 Pasir (jenuh air) 1800 kg/m3
17 Pasir kerikil, koral (kering udara sampai lembab) 1850 kg/m3
18 Tanah, lempung dan lanau (kering udara sampai
1700 kg/m3
lembab)
19 Tanah, lempung dan lanau (basah) 2000 kg/m3
20 Timah hitam (timbel) 11400 kg/m3
Komponen gedung
21 Adukan per cm tebal :
a) Dari semen 21 kg/m2
b) Dari kapur, semen merah atau tras 17 kg/m2
22 Aspal, termasuk bahan-bahan mineral penambah, per cm
14 kg/m2
tebal
23 Dinding pasangan batako :
Berlubang :
c) Tebal dinding 20 cm (HB 20) 200 kg/m2
d) Tebal dinding 10 cm (HB 10) 120 kg/m2
Tanpa lubang :
e) Tebal dinding 15 cm 300 kg/m2
f) Tebal dinding 10 cm 200 kg/m2
Tabel 2.1 Berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung.
24 Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk-rusuknya,
tanpa penggantung langit-langit atau pengaku), terdiri
dari :
g) Semen asbes (eternit dan bahan lain sejenis), dengan 11 kg/m2
tebal maksimum 4 mm
h) Kaca tebal 3-4 mm 10 kg/m2
25 Lantai kayu sederhana dangan balok kayu, tanpa langit –
langit dengan bentang maksimum 5 m dan untuk beban 40 kg/m2
hidup maksimum 200 kg/m2
26 Penggantung langit-langit dari (kayu), dengan bentang
7 kg/m2
maksimum 5 m dan jarak s.k.s maksimum 0,80 m
27 Penutup atap genteng dengan reng dan usuk/kaso per m2
50 kg/m2
bidang atap
28 Penutup atap sirap dengan reng dan usuk/kaso, per m2
40 kg/m2
bidang atap
29 Penutup atap seng gelombang (BWG 24) tanpa gording 10 kg/m2
30 Penutup lantai dari ubin semen portland, teraso beton,
24 kg/m2
tanpa adukan, per cm tebal
31 Semen asbes gelombang (tebal 5 mm) 11 kg/m2
Sumber : PPIUG 1983

b. Beban hidup (Live Load/LL)


Menurut PPIUG 1983 BAB 3. Beban hidup Pasal 3.1 ayat (1) Beban
hidup pada lantai gedung harus diambil menurut tabel 3.1. kedalam beban hidup
tersebut sudah termasuk perlengkapan ruang sesuai dengan kegunaan lantai ruang
yang besangkutan, dan juga dinding-dinding pemisah ringan dengan berat tidak
lebih dari 100 kg/m. Beban-beban berat, misalnya yang disebabkan oleh lemari-
lemari arsip dan perpustakaan serta oleh alat-alat, mesin-mesin dan barang-barang
lain tertentu yang sangat berat, harus ditentukan sendiri.
Tabel 2.2 Beban hidup pada lantai gedung

No Beban Hidup Berat Satuan


1 Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang
200 kg/m2
disebut dalam (1)
2 Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana dan
gudang-gudang tidak penting yang bukan untuk 125 kg/m2
toko, pabrik atau bengkel
3 Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko,
250 kg/m2
toserba, restoran, hotel, asrama dan rumah sakit
4 Lantai ruang olah raga 400 kg/m2
5 Lantai ruang dansa 500 kg/m2
6 Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk
pertemuan yang lain dari pada yang disebut dalam
(1) s/d (5) seperti masjid, gereja, ruang pagelaran, 400 kg/m2
ruang rapat, bioskop dan panggung penonton
dengan tempat duduk tetap
7 Panggung penonton dengan tempat duduk tidak
500 kg/m2
tetap atau untuk penonton yang berdiri
8 Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut
300 kg/m2
dalam (3)
9 Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut
500 kg/m2
dalam (4), (5), (6), dan (7)
10 Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam
250 kg/m2
(3), (4), (5), (6), dan (7)
11 Lantai untuk : pabrik, bengkel, gudang,
perpustakaan, ruang arsip, toko buku, toko besi,
ruang alat-alat, dan ruang mesin, harus 400 kg/m2
direncanakan terhadap beban hidup yang ditentukan
tersendiri, dengan minimum
12 Lantai gedung parkir bertingkat :
a) Untuk lantai bawah 800 kg/m2
b) Untuk lantai tingkat lainnya 400 kg/m2
a. 13 Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus
direncanakan terhadap beban hidup dari lantai 300
kg/m2
ruang yang berbatasan, dengan minimum
Sumber : PPIUG 1983
2.1.2 Provisi Keamanan Struktur Beton
1) Faktor beban dan kombinasi pembebanan
Untuk keperluan design, analisis dan sistem struktur perlu diperhitungkan
terhadap kemungkinan terjadinya kombinasi pembebanan (Load Combination)
dan beberapa kasus beban yang dapat bekerja secara bersamaan selama umur
rencana. Menurut PPIUG 1983 ada 2 (dua) kombinasi pembebanan yang perlu
ditinjau pada struktur yaitu kombinasi pembebanan tetap dan kombinasi
pembebanan sementara. Disebut pembebanan tetap karena beban dianggap
bekerja terus menerus pada struktur selama umur rencana. Kombinasi
pembebanan ini disebabkan oleh bekerjanya beban mati (Dead load) dan beban
hidup (Live load).
Kombinasi pembebanan sementara tidak bekerja secara terus menerus
pada struktur, tetapi pengaruhnya tetap diperhitungkan dalam analisa.
Kombinasi pembebanan ini disebabkan oleh bekerjanya beban mati, beban hidup
dan beban gempa. Nilai-nilai beban tersebut diatas dikalikan dengan suatu faktor
magnifikasi yang disebut faktor beban, tujuannya agar struktur dan
komponennya memenuhi syarat kekuatan dan layak pakai terhadap berbagai
kombinasi beban.
Faktor beban memberikan nilai kuat perlu bagi perencanaan pembebanan
pada struktur. SNI 03-2847-2002 menentukan nilai kuat perlu sebagai berikut :
a. Untuk beban mati / tetap = 1.2
b. Untuk beban hidup sementara = 1.6
Namun pada beberapa kasus yang meninjau berbagai kombinasi beban, nilai
kombinasi kuat perlu yang diberikan :
1) 1,4 D
2) 1,2 D + 1,6L + 0,5 La
3) 1,2 D + 1,0 L + 1,0 E
4) 0,9 D + 1,0 D
2) Faktor reduksi kekuatan
Faktor reduksi kekuatan merupakan suatu bilangan yang bersifat
mereduksi kekuatan beban, dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi paling
buruk jika pada saat pelaksanaan nanti terdapat perbedaan mutu bahan yang
ditetapkan sesuai standar bahan yang ditetapkan dalam perencanaan
sebelumnya. SNI 03-2847-2002 menetapkan berbagai nilai faktor reduksi (Φ)
untuk berbagai jenis besaran gaya yang didapat dari perhitungan struktur.

Tabel 2.6 Tabel reduksi kekuatan

Kondisi pembebanan Faktor reduksi


Beban lentur tanpa gaya aksial 0,80
Beban aksial dan beban aksial dengan lentur
Gaya aksial Tarik, gaya aksial tarik dengan lentur 0,80
Gaya aksial tekan, gaya aksial tekan dengan lentur
Dengan tulangan spiral 0,70
Dengan tulangan biasa 0,65
Lintang dan torsi 0,75
Pada komponen struktur penahan gempa kuat 0,55
Pada kolom dan balok yang diberi tulangan diagonal 0,80
Tumpuan pada beton 0,65
Daerah pengangkuran pasca tarik 0,85
Penampang lentur tanpa beban aksial pada komponen
struktur pratarik dimana Panjang penanaman strand-nya 0,75
kurang dari Panjang penyaluran yang di terapkan.
Beban lentur, tekan, geser dan tumpu pada beton polos
0,55
struktural
Sumber : SNI 03-1726-2002
2.2 Data Perencanaan
2.2.1 Data Tanah
Pengujian kedalaman tanah keras dengan tes sondir yang dilakukan dilakukan
pada 5 titik pengujian. Berdasarkan hasil tes sondir tersebut, didapat kedalaman tanah
keras atau mencapai nilai konus sebesar 150 kg/cm2 yang bervariasi di masing masing
titik. Kedalaman tanah keras yang didapat pada setiap titik pengujian adalah ∑ = 2,20
m.

2.2.2 Jenis struktur


Jenis Struktur yang digunakan dalam perencanaan struktur gedung Hotel Gilar Exco
Banjarnegara adalah :
- Atap : beton bertulang & Baja Ringan
- Pelat : beton bertulang
- Rangka ( balok dan kolom ) : beton bertulang
- Fondasi : fondasi Tapak/footplat

2.2.3 Mutu Material


Spesifikasi bahan / material yang digunakan dalam perencanaan struktur adalah :
- Mutu beton
Pelat dan balok : f’c 25 Mpa
Kolom : f’c 25 Mpa
Fondasi : f’c 25 Mpa
- Mutu baja tulangan
Tulangan utama : BJTD 40, jika diameter > 12 mm
Tulangan geser : BJTP 24, jika diameter < 12 mm
2.2.4 Standar Perencanaan
Dalam perencanaan struktur, pedoman yang digunakan sebagai acuan adalah :
- Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 yang disesuai kan dengan SNI-
03-1727-1989.
- SNI-03-2847-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung
- SNI-03-1726-2002 Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Struktur Bangunan
Gedung.

2.2.5 Perhitungan mekanika


Struktur atas terdiri dari struktur portal yang merupakan kesatuan antar balok,
kolom, pelat. Perencanaan struktur portal berdasarkan SNI 03-1728-2002 (Tata cara
perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung). Prosedur perhitungan
mekanika/analitis struktur untuk struktur portal dilakukan dengan bantuan program
komputer Structural Analysis Program (SAP) 2000 V12. Dengan bantuan program
komputer ini akan didapatkan output program berupa gaya-gaya dalam yang bekerja
pada struktur akibat semua kombinasi beban yang ada termasuk beban gempa.
Adapun diagram alir (flow chart) perhitungan mekanika portal menggunakan SAP
2000 :
Start

Menggambar geometri struktur ( Frame )

Memasukan kombinasi

Input Jenis material, dimensi elemen struktur

Input beban mati, hidup dan gempa

Run

Error

Output data SAP 2000 : Gaya-gaya dalam ( M,N,D dan T )

Stop
Gambar 3.2 Diagram alur perhitungan mekanika SAP2000
3.1 Perhitungan Struktur
1. Pendimensian Balok
➢ Lantai Dasar
a. Balok Induk
1) Balok induk B1
Bentang balok, L = 300 & 350 cm
1 1
Tinggi balok = 10 . L s/d 15 . L
1 1
= 10 . 350 s/d 15 . 350

= 35 s/d 23,3 = 30 cm
1 2
Lebar Balok = 2 . h s/d 3 . h
1 2
= 2 . 30 s/d 3 . 30

= 15 s/d 20 = 15 cm
Digunakan dimensi balok induk untuk tipe (B1) dengan ukuran :
Lebar balok = 15 cm → 150 mm
Tinggi balok = 30 cm → 300 mm

2) Balok induk RB - Gunungan


Bentang balok, L = 300 & 350 cm
1 1
Tinggi balok = 10 . L s/d 15 . L
1 1
= 10 . 350 s/d 15 . 350

= 35 s/d 23,3 = 25 cm
1 2
Lebar Balok = 2 . h s/d 3 . h
1 2
= 2 . 25 s/d 3 .25

= 12,5 s/d 16,60 = 15 cm


Digunakan dimensi balok induk untuk tipe (B2) dengan ukuran :
Lebar balok = 15 cm → 150 mm
Tinggi balok = 25 cm → 250 mm
3) Balok induk BA
Bentang balok, L = 300 & 350 cm
1 1
Tinggi balok = 10 . L s/d 15 . L
1 1
= 10 . 350 s/d 15 . 350

= 35 s/d 23,3 = 25 cm
1 2
Lebar Balok = 2 . h s/d 3 . h
1 2
= 2 . 25 s/d 3 .25

= 12,5 s/d 16,60 = 15 cm


Digunakan dimensi balok induk untuk tipe (B2) dengan ukuran :
Lebar balok = 15 cm → 150 mm
Tinggi balok = 25 cm → 250 mm

4) Ring Balk
Lebar balok = 15 cm → 150 mm
Tinggi balok = 20 cm → 200 mm

2. Pendimensian Sloof
1) Sloof sumbu x
a) Sloof ( SF1 )
Bentang sloof, L = 350 cm
1 1
Tinggi sloof = 10 . L s/d 15 . L
1 1
= 10 . 350 s/d 15 . 350

= 35 s/d 23,30 = 25 cm
1 2
Lebar sloof = 2 . h s/d 3 . h
1 2
= 2 . 25 s/d 3 . 25

= 12,5 s/d 16,6 = 15 cm


Digunakan dimensi sloof untuk tipe (SF1) dengan ukuran :
Lebar sloof = 15 cm → 150 mm
Tinggi sloof = 25 cm → 250 mm
2) Sloof sumbu y
a) Sloof & Tie Beam ( SF 1 & TB 1 )
Bentang sloof, L = 350 cm
1 1
Tinggi sloof = 10 . L s/d 15 . L
1 1
= 10 . 350 s/d 15 . 350

= 35 s/d 23,30 = 25 cm
1 2
Lebar sloof = 2 . h s/d 3 . h
1 2
= 2 . 25 s/d 3 . 25

= 12,5 s/d 16,6 = 15 cm


Digunakan dimensi sloof untuk tipe (SF1) dengan ukuran :
Lebar sloof = 15 cm → 150 mm
Tinggi sloof = 25 cm → 250 mm
3.2 PERHITUNGAN STRUKTUR PADA PLAT
1. Pembebanan Pada Pelat Lantai
a). Beban mati (WD)
Bs. pelat lantai ( t = 12 cm) = ( 0,12 . 24 ) = 2,88 kN/m²
B.adukan (t = 3 cm), = ( 3 .0,21 ) = 0,63 kN/m²
B.keramik (t = 1 cm) = (1.0,24) = 0,24 kN/m²
Berat plafon = ( 0,07 + 0,11) = 0,18 kN/m² +
Beban Mati Total DL = 3,93 kN/m²
b). Beban hidup (WL)
Beban hidup untuk rumah tinggal = 200 kg/m2
LL = ( 200 kg/m² . 9,81 ) / 1000 kg/m²
DL = 1,96 kN/m²
Beban ultimit (terfaktor) adalah sebagai berikut,
UL = (1,2 . DL ) + (1,6 . LL)
= (1,2 . 3,93) + (1,6 . 1,96 )
= 7,85 kN/m²

2. Pembebanan Pelat Atap Dak


a) Beban mati ( WD )
Bs. pelat Atap ( t = 10 cm) = ( 0,10 . 24 ) DL1 = 2,4 kN/m²
Berat waterproofing = ( 1 x 2 x 0,21 ) DL2 = 0,42 kN/m²
Beban air hujan = (1 x 0,05 x 10) DL3 = 0,5 kN/m²
Bondek 0,80 mm = (1 x 0,075 ) DL4 = 0,075 kN/m²
Berat plafon = ( 0,07 + 0,11) DL5 = 0,18 kN/m² +
Beban Mati Total DL = 3,575 kN/m²
b). Beban hidup (WL)
Peruntukan rumah tinggal maka beban hidup
LL = ( 100 kg/m² . 9,81 ) / 1000 kg/m²
DL = 0,98 kN/m²
Beban ultimit (terfaktor) adalah sebagai berikut,
UL = (1,2 . DL ) + (1,6 . LL)
= (1,2 . 3,575) + (1,6 . 0,98 )
= 5,858 kN/m²
3. Perhitungan Momen Pelat Lantai
1) Pelat lantai ( Plat Lantai) S12’A

Menerus
Tidak Menerus

Menerus
S12(A)
350

TidakMenerus

300

Ly = 3,5 m
Lx = 3,0 m
Ly 3,5
= = 1,16 ≤ 2,0 ( Plat dua arah )
Lx 3,0

Koefisien momen (Tabel Gideon)


Klx = 33,8
Kly = 27,2
Ktx = 68,4
Ktx = 67,2
Dari tabel koefesien momen (satu sisi tidak menerus) didapat :
Mlx = 0,001 . UL . Lx2 . klx
= 0,001 . 7,85 . 3,00 2 . 33,8
= 2,387 kNm
Mly = 0,001 . UL . Lx2 .kly
= 0,001 . 7,85 . 3,00 2 . 27,2
= 1,921 kNm
Mtx = 0,001 . UL .Lx2 . ktx
= 0,001 . 7,85 . 3,00 2 . 68,4
= 4,83 kNm
Mtx = 0,001 . UL .Lx2 . ktx
= 0,001 . 7,85 . 3,00 2 . 67,2
= 4,74 kNm
2) Pelat lantai ( Plat Lantai) S12’B

Menerus

Menerus

Menerus
S12(B) 200

Menerus

350

Ly = 3,5 m
Lx = 2,0 m
Ly 3,5
= = 1,75 ≤ 2,0 ( Plat dua arah )
Lx 2,0

Koefisien momen (Tabel Gideon)


Klx = 31,75
Kly = 22,75
Ktx = 60
Ktx = 53,25
Dari tabel koefesien momen (satu sisi tidak menerus) didapat :
Mlx = 0,001 . UL . Lx2 . klx
= 0,001 . 7,85 . 2,00 2 . 28
= 0,879 kNm
Mly = 0,001 . UL . Lx2 .kly
= 0,001 . 7,85 . 2,00 2 . 25
= 0,785 kNm
Mtx = 0,001 . UL .Lx2 . ktx
= 0,001 . 7,85 . 2,00 2 . 60
= 1,88 kNm
Mtx = 0,001 . UL .Lx2 . ktx
= 0,001 . 7,85 . 2,00 2 . 54
= 2,009 kNm
B. Menghitung Tulangan Pelat
1) Menghitung Tulangan Pelat lantai
Penutup beban Penutup beban (pada table 3 tebal minimum penutup beton pada
tulangan dalam mm, buku Dasar – dasar Perencanaan Beton Bertulang Ir. Gideon H.
Kusuma, M. Eng. Hal 44), didapat nilai selimut beton (ρ) = 20 mm
Data Perencanaan :
Diameter tulangan
Arah x (Ø) = 10 mm
Arah y (Ø) = 10 mm
Tulangan Pelat Lantai untuk semua type plat lantai dalam tumpuan dan lapangan serta
tulangan dalam arah x dan y akan di samakan dengan mengambil nilai momen ekstrim.
Di gunakan momen tumpuan dalam arah X (Mtx) dari pelat Tipe C dengan besar momen
yaitu = 4,83 kNm
h = 120 mm
ρ = 20 mm
Fc’ = 20 Mpa
Mu = 4,83 kNm = 4830000 Nmm
fy = 240 Mpa
b = 1000 mm
Tinggi efektif :
d =h–p–½Ø
= 120 – 20 – ½ 10
= 95 mm
1,4 1,4
ρmin = 𝑓𝑦 = 240 = 0,00583
0,85.𝑓𝑐 ′ .𝛽 600 0,85.20.0,85 600
ρmax = 0,75. ∙ 600+𝑓𝑦 = 0,75. . 600+240 = 0,032
𝑓𝑦 240

k = Mu / bd²
= 4830000 / (0,8 . 1000 . 95²)
= 0,668
𝑓𝑦 2
𝑓𝑦   −   √𝑓𝑦 2   −  2,36   𝑘
𝑓𝑐
𝜌 =
𝑓𝑦 2
1,18 
𝑓𝑐
2402
240  −   √2402   −  2,36   .0,668
25
𝜌 =
2402
1,18 
25
𝜌 = 0,00310

ρAktual < ρmin < ρMax

Maka Di gunakan ρmin


As = 𝜌. b . d = 0,00583. 1000 . 95 = 553,85 mm²
Dengan As perlu 553,85 mm² maka, struktur pelat lantai direncanakan menggunakan
tulangan dengan Ø 10 - 100 dengan As = 785 mm²  As perlu. (Gambar penulangan
pelat lantai dapat dilihat pada lampiran).
4. Perhitungan Momen Pelat Atap/Dak
1) Pelat lantai ( Plat Lantai) S12’B

Menerus

S10(A) 200

350

Ly = 3,5 m
Lx = 2,0 m
Ly 3,5
= = 1,75 ≤ 2,0 ( Plat dua arah )
Lx 2,0

Koefisien momen (Tabel Gideon)


Klx = 41,5
Kly = 37,5
Ktx = 99,25
Dari tabel koefesien momen (satu sisi tidak menerus) didapat :
Mlx = 0,001 . UL . Lx2 . klx
= 0,001 . 5,858 . 2,00 2 . 41
= 0,960 kNm
Mly = 0,001 . UL . Lx2 .kly
= 0,001 . 5,858 . 2,00 2 . 37,5
= 0,878 kNm
Mtx = 0,001 . UL .Lx2 . ktx
= 0,001 . 5,858 . 2,00 2 . 99,5
= 2,33 kNm
2) Menghitung Tulangan Pelat lantai
Penutup beban Penutup beban (pada table 3 tebal minimum penutup beton pada
tulangan dalam mm, buku Dasar – dasar Perencanaan Beton Bertulang Ir. Gideon H.
Kusuma, M. Eng. Hal 44), didapat nilai selimut beton (ρ) = 20 mm
Data Perencanaan :
Diameter tulangan
Arah x (Ø) =8 mm
Arah y (Ø) =8 mm
Tulangan Pelat Lantai untuk semua type plat lantai dalam tumpuan dan lapangan serta
tulangan dalam arah x dan y akan di samakan dengan mengambil nilai momen ekstrim.
Di gunakan momen tumpuan dalam arah X (Mtx) dari pelat Tipe C dengan besar momen
yaitu = 2,33 kNm
h = 100 mm
ρ = 20 mm
Fc’ = 25 Mpa
Mu = 2,33 kNm = 2330000 Nmm
fy = 240 Mpa
b = 1000 mm
Tinggi efektif :
d =h–p–½Ø
= 100 – 20 – ½ 8
= 76 mm
1,4 1,4
ρmin = 𝑓𝑦 = 240 = 0,00583
0,85.𝑓𝑐 ′ .𝛽 600 0,85.20.0,85 600
ρmax = 0,75. ∙ 600+𝑓𝑦 = 0,75. . 600+240 = 0,032
𝑓𝑦 240

k = Mu / bd²
= 2330000 / (0,8 . 1000 . 76²)
= 0,504
𝑓𝑦 2
𝑓𝑦   −   √𝑓𝑦 2   −  2,36   𝑘
𝑓𝑐
𝜌 =
𝑓𝑦 2
1,18 
𝑓𝑐
2402
240  −   √2402   −  2,36   .0,504
25
𝜌 =
2402
1,18 
25
𝜌 = 0,0021

ρAktual < ρmin < ρMax

Maka Di gunakan ρmin


As = 𝜌. b . d = 0,00583. 1000 . 76 = 443,08 mm²
Dengan As perlu 443,08 mm² maka, struktur pelat lantai direncanakan menggunakan
tulangan dengan Ø 8 - 100 dengan As = 503 mm²  As perlu. (Gambar penulangan
pelat lantai dapat dilihat pada lampiran).

3.2 PERHITUNGAN BEBAN PADA BALOK


a. Perencanaan Dimensi Portal
a) Dimensi kolom K1 ( 15/30 ) cm untuk lantai dasar
b) Dimensi kolom K2 ( 20/15 ) cm untuk lantai 1
c) Dimensi kolom KP ( 15/15 ) cm untuk lantai dasar &1
d) Dimensi balok portal B1 ( 15/30 ) cm
e) Dimensi balok portal B2 ( 15/25 ) cm
f) Dimensi balok portal BA ( 15/25 ) cm
g) Dimensi balok portal RA ( 15/20 ) cm
h) Dinding menggunakan bata merah

b. Akibat beban dinding


Sumbu X
Pada As C ( bentang 1 – 3 )
W1D = Wd x tinggi dinding
= 2,50 x (3,60-0,30)
= 8,25 kN/m
3.3 PERHITUNGAN TANGGA

16,1

16,1

16,1

16,1
300
16,1
25 25 25 25 25 25 25 25 100
16,1

16,1

16,1

16,1

19,4

350 19,4

200 19,4

16,1

16,1

16,1

16,1

16,1
195
16,1

16,1

16,1

16,1

200

Data-data tangga :
Perbedaan elevasi = 350 cm
Tinggi bordes = 175 cm
Panjang bordes = 100 cm
Lebar bordes = 200 cm
Panjang tangga = 200 cm
Lebar antrade (A) = 25 cm
Tebal pelat tangga minimum berdasarkan SK SNI T-15-1991-03 sebagai berikit :
L = 200 cm
𝐿 𝑓𝑦
hmin = 20 . [ 0,4 + 700 ]
200 240
= . [ 0,4 + 700 ]
20

= 7,42 cm
Diambil tebal pelat tangga 13 cm dan Bordes 15 cm
Perhitungan Beban Tangga
1. Pada pelat tangga
Beban mati :
Bs. pelat tangga (t = 13 cm) = (0,13. 24) = 3,12 kN/m²
B. adukan (t = 3 cm) = ( 3 . 0,21 ) = 0,63 kN/m²
B. keramik (t = 1 cm) = ( 1 . 0,24 ) = 0,24 kN/m²
Beban Mati Total DL1 = 3,99 kN/m²

B. sandaran (pas. bata ringan tinggi 1 m) = ( 1 . 1,00 ) = 1,00 kN/m


Handrill (ditafsirkan) = 0,12 kN/m
DL2 = 1,12 kN/m
WD1 dan WD2 = (DL1 . lebar tangga) + DL2
= (0,13 . 75) + 1,12
= 10,87 kN/m
Beban hidup
Pada pelat tangga untuk rumah tinggal : 300 kg/m² = 3,00 kN/m²
WL1 dan WL2 = 3,00 . 1,50 = 4,50 kN/m²
2. Pada pelat bordes
Beban mati :
Bs. pelat bordes (t = 15 cm) = (0,15 . 24) DL1 = 3,60 kN/m²
B. adukan (t = 3 cm) = ( 3 . 0,21 ) DL2 = 0,63 kN/m²
B. keramik (t = 1 cm) = ( 1 . 0,24 ) DL3 = 0,24 kN/m²
Beban Mati Total WD3 = 4,47 kN/m²
Beban hidup
Pada pelat bordes untuk rumah tinggal : 300 kg/m² = 3,00 kN/m²
WL3 = 3,00 . 1,50
= 4,50 kN/m²
175
WD2 = 10,87 kN/m²
WL2 = 3,99 kN/m²

WD3 = 4,47 kN/m²


WL3 = 4,50 kN/m²

WD1 = 10,87 kN/m²

175
WL1 = 3,99 kN/m²

200 100

Gambar. Pembebanan yang terjadi pada tangga


Analisis struktur tangga dan bordes menggunakan bantuan aplikasi SAP2000
guna mencari nilai momen dan gaya lintang menggunakan kombinasi
pembebanan sesuai dengan SNI 03 -2847 – 2002 sbb :
U = 1,2 D + 1,6 L
-27
,79
kN
m

13
-13 175
,70 ,00
kN kN
m m -29,88 kNm

m
kN 8,54 kNm
,00
-13

175
m
kN
kN
m
3,70
1
,79
-27

200 100

Gambar. Momen yang terjadi pada tangga


Perhitungan Momen
Dari hasil perhitungan SAP2000 didapatkan nilai momen dimana momen terbesar
digunakan untuk mendimensi tulangan, diperoleh momen ultimit :
1. Pelat tangga 1 dan tangga 2
Momen tumpuan = -27,7920 kNm
Momen lapangan = 13,7028 kNm
2. Pelat bordes
Momen tumpuan = -29,8755 kNm
Momen lapangan = - 7,5279 kNm
Perhitungan Tulangan Tangga
1. Pelat tangga 1 dan pelat tangga 2
Data perencanaan :
Mutu beton, fc’ : 20 Mpa
Diameter tulangan utama, D : 16 Mpa
Mutu tulangan utama, (>Ø12) fy : 300 Mpa
Selimut beton, p : 30 mm
Tebal plat tangga h : 130 mm
Tinggi efektif (d) = h – p – Ds = 130 – 20 – (½ . 16) = 102 mm
1,4 1,4
ρmin = 𝑓𝑦 = 300 = 0,00467

0,85.𝑓𝑐 ′ .𝛽 600 0,85.20.0,85 600


ρmax = 0,75 . ∙ 600+𝑓𝑦 = 0,75 . . 600+300 = 0,02408
𝑓𝑦 300

a) Tulangan Tumpuan
Mu = 27,7920 kNm = 27792000 Nmm
k = Mu/bd²

= 27792000 / (0,8 . 1000 . 102²)

= 3,339

𝑓𝑦 2
𝑓𝑦  − √𝑓𝑦 2  − 2,36   𝑘
𝑓𝑐
𝜌 = 𝑓𝑦 2
1,18 
𝑓𝑐
3002
300  −   √3002   −  2,36  20  . 3,339
𝜌 =
3002
1,18  20
𝜌 = 0,0125
 min <  <  max, jadi digunakan 

Tulangan pokok yang di butuhkan :

Aspokok =.b.d = 0,0125. 1000 . 102 = 1275 mm²

Dipasang tulangan  16 – 150 = 1340,40 mm²  Aspokok

Tulangan bagi :

Asbagi = 0,0020 . b . h = 0,0020 . 1000 . 130 = 260 mm²

Dipasang tulangan bagi  10 – 150 = 523,60 mm²  Asbagi

b) Tulangan Lapangan
Mu = 13,7028 kNm = 13702800 Nmm
k = Mu/bd² = 13702800 / (0,8 . 1000 . 102²) = 1,646

𝑓𝑦 2
𝑓𝑦  − √𝑓𝑦 2  − 2,36   𝑘
𝑓𝑐
𝜌 = 𝑓𝑦 2
1,18 
𝑓𝑐

3002
300  −   √3002   −  2,36  20  . 1,646
𝜌 =
3002
1,18  20

𝜌 = 0,00578

 min <  <  max, jadi digunakan 

Tulangan pokok yang di butuhkan :

ASpokok =.b.d = 0,00578 . 1000 . 102 = 589,56 mm²

Dipasang tulangan  16 – 150 = 1340,40 mm²  Aspokok

Tulangan bagi :

Asbagi = 0,0020 . b . h = 0,0020 . 1000 . 130 = 260 mm²

Dipasang tulangan bagi  10 – 150 = 523,60 mm²  Asbagi


2. Pelat bordes
Mutu beton, fc’ : 20 Mpa
Diameter tulangan utama, D : 16 Mpa
Mutu tulangan utama,(> Ø12) fy : 300 Mpa
Selimut beton, p : 30 mm
Tebal plat bordes h : 150 mm
Tinggi efektif (d) = h – p – Ds = 150 – 20 – (½ 16) = 122 mm
1,4 1,4
ρmin = 𝑓𝑦 = 300 = 0,00467

0,85.𝑓𝑐 ′ .𝛽 600 0,85.20.0,85 600


ρmax = 0,75 . ∙ 600+𝑓𝑦 = 0,75 . . 600+300 = 0,02408
𝑓𝑦 300

a) Tulangan Tumpuan
Mu = 29,8755 kNm = 29875500 Nmm
k = Mu/bd² = 29875500 / 0,8 . 1000 . 122² = 2,509

𝑓𝑦 2
𝑓𝑦   −   √𝑓𝑦 2   −  2,36   𝑘
𝑓𝑐
𝜌 =
𝑓𝑦 2
1,18 
𝑓𝑐

3002
300  −   √3002   −  2,36  20  . 2,509
𝜌 =
3002
1,18  20

𝜌 = 0,00910

 min <  <  max, jadi digunakan 

Tulangan pokok yang di butuhkan :

Aspokok = . b . d = 0,00910 .1000 . 122 = 1110,20 mm²

Dipasang tulangan  16 – 150 = 1340,40 mm²  Aspokok

Jumlah tulangan 11D16, jarak antar tulangan 150 mm

Tulangan bagi :

Asbagi = 0,0020 b.h = 0,0020 . 1000. 150 = 300 mm²

Dipasang tulangan bagi  10 – 150 = 523,60 mm²  Asbagi


b) Tulangan Lapangan
Mu = 7,7279 kNm = 7527900 Nmm
k = Mu/bd² = 7527900 / 0,8 . 1000 . 122² = 0,632

𝑓𝑦 2
𝑓𝑦   −   √𝑓𝑦 2   −  2,36   𝑘
𝑓𝑐
𝜌 =
𝑓𝑦 2
1,18 
𝑓𝑐

3002
300  −   √3002   −  2,36  20  . 0,632
𝜌 =
3002
1,18  20

𝜌 = 0,00215

 <  min <  max, jadi digunakan  min

Tulangan pokok yang di butuhkan :

Aspokok = min . b . d = 0,00467 . 1000 . 122 = 569,74 mm²

Dipasang tulangan  16 – 150 = 1340,40 mm²  Aspokok

Tulangan bagi :

Asbagi = 0,0020 b.h = 0,0020 . 1000. 150 = 300 mm²

Dipasang tulangan bagi  10 – 150 = 523,60 mm²  Asbagi


3.4 Perencanaan Portal
Pada Perencanaan Struktur Rumah Tinggal di Purwokerto, struktur
portal berupa portal 3D dalam analisis pada software SAP 2000 v.20.

Gambar. Pemodelan Struktur Portal 3D Gedung Tepi

Pembebanan Struktur Portal


Input data pembebanan struktur portal pada SAP 2000 meliputi beban
mati, beban hidup dan beban gempa berdasarkan SNI 1726-2012 beserta
kombinasi yang digunakan :
1. Beban Mati
Pada beban mati input data yang digunakan pada SAP 2000, yaitu :
• Beton bertulang = 24 kN/m³
• Beban spesi = 0,21 kN/m²
• Beban dinding bata merah = 2,50 kN/m²
• Beban penutup lantai = 0,24 kN/m²
• Beban plafon dan penggantung = 0,18 kN/m³
2. Beban Hidup
Pada beban hidup input data yang digunakan pada SAP 2000, yaitu :
• Muatan hidup lantai berguna = 1,00 kN/m²
• Beban hidup untuk atap = 1,00 kN/m²
• Beban hidup untuk lantai rumah = 2,00 kN/m²

3. Beban Gempa
Pada beban gempa input data berupa spektrum respon desain yang
didapatkan atau disediakan oleh website Pusat Penelitian dan
Pengembangan Pemukiman – Kementerian Pekerjaan Umum
(PUSKIM) Indonesia
http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/

Gambar. Lokasi Rumah yang di tinjau


Gambar. Tampilan Hasil Spektrum Respon Desain dari PUSKIM

4. Kombinasi
a. U1 = 1,4 D
b. U2 = 1,2 D + 1,6 L
c. U3 = 1,2 D + 1,0 E + 1,0 L
d. U4 = 0,9 D + 1,0 E

Tabel. Gaya Dalam Balok


Momen 3-3 (kN-m) Shear 2-2 (kN)
Lt Frame Balok As Bentang (cm)
Tumpuan Lapangan Tumpuan Tumpuan Lapangan
1-3 B1 (150x300) As 5 ( btg A - C ) 300 -22,319 15,177 -29,066 50,104 27,173
1-3 BA (150x250) As A ( btg 4 - 5 ) 300 -2,192 3,535 -3,443 10,124 0,951

Tabel. Gaya Dalam Kolom


Momen 3-3 (kN-m) Shear 2-2 (kN)
Lantai Tinggi Kolom (cm) Frame (mm) P (axial ) kN COMB
M bawah M atas Shear bawah Shear atas
dasar ~ 1 350 ( AS ( B;4 )) K1 (150x300) 12,278 -11,538 6,805 6,805 232,762 2
dasar ~ 1 350 ( AS ( C;7 )) K2 (150x200) -0,075 0,083 6,805 0,045 56,971 2

Tabel. Gaya Aksial & Momen Joint


Joint Aksial Momen Lateral Combinasi
F1 197,782 8,249 0,151 2
F2 273,113 12,217 0,909 2
4. Perencanaan Struktur Balok, Kolom, Pondasi
1. Balok B1
Dari tabel hasil analisis struktur untuk didapatkan nilai momen tumpuan dan
lapangan, gaya lintang tumpuan dan lapangan balok B1 adalah :
Mtump = -29,006 kN/m
Mlap = 15,177 kN/m
Qtump = 50,105 kN
Qlap = 27,173 kN
Data Perencanaan :
Tinggi penampang balok, h : 300 mm
Lebar penampang balok, b : 150 mm
Mutu beton, fc’ : 25 Mpa
Diameter tulangan utama, D : 13 mm
Mutu tulangan utama, fy : 300 Mpa
Diameter tulangan sengkang, Ø :8 mm
Mutu tulangan sengkang, fy : 240 Mpa
Selimut beton, p : 30 mm
Bentang balok L : 3500 mm

a. Tulangan Tumpuan Negatif


Momen maksimal pada tumpuan, Mu = -29,006 kNm = 29006000 Nmm
d =h-p-Ø–½D
= 300 – 30 – 8 – ½ . 13
= 255,5 mm
d' = p + Ø + ½ D
= 30 + 8 + ½ . 13
= 44,5 mm
Cek apakah balok harus menggunakan sistem tulangan rangkap atau cukup
menggunakan sistem tulangan tunggal.
β1 = 0,85 Untuk 0 < fc < 30 MPa
β2 = 0,85 - 0,008 (fc - 30) Untuk 30 < fc < 55 MPa
β3 = 0,65 Untuk fc > 55 Mpa
fc 600
ρb = 0,85 . β1 ( ) ( )
fy 600 + fy
20 600
ρb = 0,85 . 0,85 ( )( )
300 600 + 300
ρb = 0,03211

ρmaks = 0,75 . ρb = 0,75 . 0,03211 = 0,02408

ρmin = 1,4/fy = 1,4/300 = 0,00467


0,59 . ρmaks . d . fy
Mnkap = ρmaks . b . d . fy . (d − )
fc
0,59 . 0,02408 . 255,5 . 300
Mnkap = 0,02408 . 150 . 255,5 . 240 . (256 − )
25
Mnkap = 69585664,81 Nmm
Sehingga,
MR = Ø Mn
= 0,80 . 69585664,81
= 55668531 Nmm
= 55,66 kNm
MR = 55,66 kNm > Mu = 29,006 kNm, maka balok cukup menggunakan sistem
tulangan tunggal.
𝑀𝑢 29,006 . 106
kperlu = = = 3,70
𝜑⋅𝑏⋅𝑑 2 0,8 . 150 . 255,5²

fy 2
fy-√fy 2 −2,36. .k
fc`
perlu = fy 2
1,18.
fc`

2402
300-√3002 −2,36. . 3,70
25
= 3002
= 0,01366
1,18.
25

 min <  <  maks, jadi digunakan 


Asperlu =  . b . d = 0,01366 . 150 . 255,5 = 523,690 mm2
Digunakan tulangan 6 D13 = 796 mm2 > Asperlu = 523,690 mm2
Ceking terhadap jarak pemasangan :
Sp ≥ 25 mm (syarat minimal jarak antar tulangan berdasarkan SNI 03-2847-2002)
b = 2p + 2 Øs + n.D + (n-1) Sp
150 = 2.30 + 2.8 + 6.13 + (6-1) Sp
150 = 60 + 16 + 78+ Sp
Sp = -0,8 mm < 25 mm ... Tidak Aman
Maka harus dipasang 3 lapis,
Natas di isi = 2 bh
Nbawah di isi = 2 bh
Nbawah di isi = 2 bh
Check terhadap d aktual :

Gambar. Titik berat tulangan tumpuan balok B1

Menghitung letak titik berat tulangan (statis momen dari sisi bawah) dikarnakan
tulangan 2 lapis di bagian atas.
Dengan :
Y1 = P + Ø sengkang + D +Sp + ½ D
= 30 + 8 + 13 + 50 + ½ 13
= 107,5 mm
Y1 = P + Ø sengkang + D +Sp + ½ D
= 30 + 8 + 13 + 25 + ½ 13
= 82,5 mm
Y2 = P + Ø sengkang + ½ D
= 30 + 8 + ½ 13
= 44,5 mm
As1. Y1 + As2 . Y2 + As3 . Y3 (2.107,5) + (2.82,5) + (2.58)
𝑌 = =
(As1 + As2 + As3) (2 + 2 + 2)
= 78,16 𝑚𝑚
d akt = H –Y
= 300 – 78,16
= 221,84 mm
Check Mn ;
Mn = As. Fy . daktual
= 769 . 300 . 221,84
= 51178488 Nmm
= 51,178 kNm
MR =  Mn
= 0,80 . 51,178
= 40,942 kNm
MR = 40,942 kNm > Mu = 29,006 kNm . . . ok
Ceking kembali jarak pemasangan :
Sp ≥ 25 (syarat minimal jarak antar tulangan berdasarkan SNI 03-2847-2002)
Dengan,
n = jumlah tulangan satu baris,
b = lebar balok
p = selimut beton
D = diameter tulangan utama
Sp = jarak bersih antar tulangan
Digunakan,
n = 4 buah tulangan dalam satu baris
b = 2p + 2 Øs + n.D + (n-1) Sp
150 = 2.30 + 2.8+ 2.13 + (2-1) Sp
150 = 60 + 16 + 26 + 1Sp
Sp = 48 mm ≥ 25 mm . . . aman

b. Tulangan Lapangan
Momen maksimal pada tumpuan, Mu = 15,177 kNm = 15177000 Nmm
d =h-p-Ø–½D
= 300 – 30 – 8 – ½ . 13
= 255,5 mm
d' = p + Ø + ½ D
= 30 + 8 + ½ . 13
= 44,5 mm
Cek apakah balok harus menggunakan sistem tulangan rangkap atau cukup
menggunakan sistem tulangan tunggal.
β1 = 0,85 Untuk 0 < fc < 30 MPa
β2 = 0,85 - 0,008 (fc - 30) Untuk 30 < fc < 55 MPa
β3 = 0,65 Untuk fc > 55 Mpa
fc 600
ρb = 0,85 . β1 ( ) ( )
fy 600 + fy
20 600
ρb = 0,85 . 0,85 ( )( )
300 600 + 300
ρb = 0,03211

ρmaks = 0,75 . ρb = 0,75 . 0,03211 = 0,02408

ρmin = 1,4/fy = 1,4/300 = 0,00467


0,59 . ρmaks . d . fy
Mnkap = ρmaks . b . d . fy . (d − )
fc
0,59 . 0,02408 . 255,5 . 300
Mnkap = 0,02408 . 150 . 255,5 . 240 . (256 − )
25
Mnkap = 69585664,81 Nmm
Sehingga,
MR = Ø Mn
= 0,80 . 69585664,81
= 55668531 Nmm
= 55,66 kNm
MR = 55,66 kNm > Mu = 15,177 kNm, maka balok cukup menggunakan sistem
tulangan tunggal.
𝑀𝑢 15,177 . 106
kperlu = = = 1,93
𝜑⋅𝑏⋅𝑑 2 0,8 . 150 . 255,5²

fy 2
fy-√fy 2 −2,36. .k
fc`
perlu = fy 2
1,18.
fc`

3002
300-√3002 −2,36. . 1,93
25
= 3002
= 0,006783
1,18.
25

 min <  <  maks, jadi digunakan 


Asperlu =  . b . d = 0,006783 . 150 . 255,5 = 259,99 mm2
Digunakan tulangan 6 D19 = 769 mm2 > Asperlu = 259,99 mm2
Ceking kembali jarak pemasangan :
Sp ≥ 25 (syarat minimal jarak antar tulangan berdasarkan SNI 03-2847-2002)
Dengan,
Sp ≥ 25 mm (syarat minimal jarak antar tulangan berdasarkan SNI 03-2847-2002)
Cek jarak
b = 2p + 2 Øs + n.D + (n-1) Sp
150 = 2.30 + 2.8 + 6.13 + (6-1) Sp
150 = 60 + 16 + 78+ Sp
Sp = -0,8 mm < 25 mm ... Aman
Maka harus dipasang 3 lapis,
Natas di isi = 2 bh
Nbawah di isi = 2 bh
Nbawah di isi = 2 bh
Check terhadap d aktual :

Gambar. Titik berat tulangan lapangan balok B1

Menghitung letak titik berat tulangan (statis momen dari sisi bawah) dikarnakan
tulangan 2 lapis di bagian atas.
Dengan :
Y1 = P + Ø sengkang + D +Sp + ½ D
= 30 + 8 + 13 + 50 + ½ 13
= 107,5 mm
Y1 = P + Ø sengkang + D +Sp + ½ D
= 30 + 8 + 13 + 25 + ½ 13
= 82,5 mm
Y2 = P + Ø sengkang + ½ D
= 30 + 8 + ½ 13
= 44,5 mm
As1. Y1 + As2 . Y2 + As3 . Y3 (2.107,5) + (2.82,5) + (2.58)
𝑌 = =
(As1 + As2 + As3) (2 + 2 + 2)
= 78,16 𝑚𝑚
d akt = H –Y
= 300 – 78,16
= 221,84 mm
Check Mn ;
Mn = As. Fy . daktual
= 769 . 300 . 221,84
= 51178488 Nmm
= 51,178 kNm
MR =  Mn
= 0,80 . 51,178
= 40,942 kNm
MR = 40,942 kNm > Mu = 15,177 kNm . . . ok
Ceking kembali jarak pemasangan :
Sp ≥ 25 (syarat minimal jarak antar tulangan berdasarkan SNI 03-2847-2002)
n = jumlah tulangan satu baris,
b = lebar balok
p = selimut beton
D = diameter tulangan utama
Sp = jarak bersih antar tulangan
Digunakan,
n = 4 buah tulangan dalam satu baris
b = 2p + 2 Øs + n.D + (n-1) Sp
150 = 2.30 + 2.8+ 2.13 + (2-1) Sp
150 = 60 + 16 + 26 + 1Sp
Sp = 48 mm ≥ 25 mm . . . aman
6 D13 mm 2 D13 mm

Ø8 mm Ø8 mm

2 D13 mm 6 D13 mm

Gambar. Penulangan balok B1

b. Tulangan Geser/Sengkang
Lbalok = 3500 mm
Vtumpuan = 34,008 kN
Vlapangan = 21,007 kN
Besarnya gaya lintang pada penampang kritis (se
jauh d dari muka kolom) yaitu :

VU1
VU2

Gambar. Penampang Kritis Dengan Perbandingan Segitiga B1


Dengan perbandingan segitiga :
50,105 kN VU1
=
1750 (1750 − d)
50,105 x (1750 − 255,5)
Vu1 = = 23,0483 kN
1750
Kapasitas gaya geser yang disumbangkan beton dihitung dengan persamaan:
1
Vc = 6 . √fc'.b.d
1
= . √25 . 150 . 255,5
6

= 31937 N
= 31,937 kN
  Vc = 0,60 . Vc
= 0,60 . 31,937
= 19,162 kN
Ternyata Vu1 = 23,0483 kN >  .Vc = 19,162 kN, maka balok memerlukan tulangan
geser.
Vs = Vn – Vc
= (Vu/ ) - Vc
= (50,105/0.6) – 31,937
= 51 ,570 kN
= 51570 N
Tulangan geser digunakan sengkang vertilkal, Ø = 8 mm
Av = (0,25 . 3,14 . 8² ). 2 = 100,48 mm
𝐴𝑣 . 𝑓𝑦 . 𝑑
Jarak sengkang (s) =
𝑉𝑠
100,48 . 240 . 255,5
= = 119,475 mm
51570

Syarat : Smin < ½ d = ½ . 255,5 = 127,75 mm


Maka digunakan sengkang dengan jarak sengkang 100 mm
Digunakan sengkang s Ø 8 – 100 mm dipasang ¼ L = 8750 mm x 2 (kiri dan kanan)
50,150 kN VU2
=
1750 (1750 − 0,25 L )
114,231 x (1750 − 875)
VU2 =
1750
= 25,075 kN
Kapasitas gaya geser yang disumbangkan beton dihitung dengan persamaan:
1
Vc = 6 . √fc'.b.d
1
= . √25 . 150 . 255,5
6

= 31937 N
= 31,937 kN
  Vc = 0,60 . Vc
= 0,60 . 31,937
= 19,162 kN
Ternyata Vu1 = 25,0075 kN >  .Vc = 19,162 kN, maka balok memerlukan tulangan
geser.
Vs = Vn – Vc
= (Vu2/ ) - Vc
= (25,075/0.6) – 31,937
= 9,84 kN
= 9840 N
Tulangan geser digunakan sengkang vertilkal, Ø = 8 mm
Av = (0,25 . 3,14 . 8² ). 2 = 100,48 mm
𝐴𝑣 . 𝑓𝑦 . 𝑑
Jarak sengkang (s) =
𝑉𝑠
100,48 . 240 . 255,5
= = 626 mm
9840

Syarat : Smin < ½ d = ½ . 255,5 = 127,75 mm


Maka digunakan sengkang dengan jarak sengkang 125 mm
Digunakan sengkang s Ø 8 – 100 mm dipasang ¼ L = 1750 mm x 2 (kiri dan kanan)
VU1
VU2

Gambar. Penulangan Sengkang B1


2. Balok BA
Dari tabel hasil analisis struktur untuk didapatkan nilai momen tumpuan dan
lapangan, gaya lintang tumpuan dan lapangan balok BA adalah :
Mtump = - 3,443 kN/m
Mlap = 3,535 kN/m
Qtump = 10,124 kN
Qlap = 0,951 kN
Data Perencanaan :
Tinggi penampang balok, h : 250 mm
Lebar penampang balok, b : 150 mm
Mutu beton, fc’ : 25 Mpa
Diameter tulangan utama, D : 13 mm
Mutu tulangan utama, fy : 300 Mpa
Diameter tulangan sengkang, Ø :8 mm
Mutu tulangan sengkang, fy : 240 Mpa
Selimut beton, p : 30 mm
Bentang balok L : 3500 mm

a. Tulangan Tumpuan Negatif


Momen maksimal pada tumpuan, Mu = -3,443 kNm = 3443000 Nmm
d =h-p-Ø–½D
= 250 – 30 – 8 – ½ . 13
= 205,5 mm
d' = p + Ø + ½ D
= 30 + 8 + ½ . 16
= 44,5 mm
Cek apakah balok harus menggunakan sistem tulangan rangkap atau cukup
menggunakan sistem tulangan tunggal.
β1 = 0,85 Untuk 0 < fc < 30 MPa
β2 = 0,85 - 0,008 (fc - 30) Untuk 30 < fc < 55 MPa
β3 = 0,65 Untuk fc > 55 Mpa
fc 600
ρb = 0,85 . β1 ( ) ( )
fy 600 + fy
20 600
ρb = 0,85 . 0,85 ( )( )
300 600 + 300
ρb = 0,03211

ρmaks = 0,75 . ρb = 0,75 . 0,03211 = 0,02408

ρmin = 1,4/fy = 1,4/300 = 0,00467


0,59 . ρmaks . d . fy
Mnkap = ρmaks . b . d . fy . (d − )
fc
0,59 . 0,02408 . 205,5 . 300
Mnkap = 0,02408 . 150 . 205,5 . 300 . (256 − )
25
Mnkap = 45015452,94 Nmm
Sehingga,
MR = Ø Mn
= 0,80 . 45015452,94
= 36012362 Nmm
= 36,012 kNm
MR = 36,012 kNm > Mu = 3,443 kNm, maka balok cukup menggunakan sistem
tulangan tunggal.
𝑀𝑢 3,443 . 106
kperlu = = = 0,68
𝜑⋅𝑏⋅𝑑 2 0,8 . 150 . 205,5²

fy 2
fy-√fy 2 −2,36. .k
fc`
perlu = fy 2
1,18.
fc`

2402
300-√3002 −2,36. . 0,68
25
= 3002
= 0,00230
1,18.
25
 min >  <  maks, jadi digunakan min
Asperlu =  . b . d = 0,00467 . 150 . 205,5 = 143,95 mm2
Digunakan tulangan 4 D13 = 531 mm2 > Asperlu = 143,95 mm2
Ceking terhadap jarak pemasangan :
Sp ≥ 25 mm (syarat minimal jarak antar tulangan berdasarkan SNI 03-2847-2002)
b = 2p + 2 Øs + n.D + (n-1) Sp
150 = 2.30 + 2.8 + 4.13 + (4-1) Sp
150 = 60 + 16 + 54+ Sp
Sp = 7,33 mm < 25 mm ... Tidak Aman
Maka harus dipasang 2 lapis,
Natas di isi = 2 bh
Nbawah di isi = 2 bh
Check terhadap d aktual :

Gambar. Titik berat tulangan tumpuan balok B2

Menghitung letak titik berat tulangan (statis momen dari sisi bawah) dikarnakan
tulangan 2 lapis di bagian atas.
Dengan :
Y1 = P + Ø sengkang + D +Sp + ½ D
= 30 + 8 + 13 + 7,33+ ½ 13
= 64,83 mm
Y2 = P + Ø sengkang + ½ D
= 30 + 8 + ½ 13
= 44,5 mm
As1. Y1 + As2 . Y2 (2 . 64,83) + (2 . 44,5)
𝑌 = = = 78,16 𝑚𝑚
(As1 + As2) (2 + 2)
d akt = H –Y
= 250 – 54,665
= 195,335 mm
Check Mn ;
Mn = As. Fy . daktual
= 531 . 300 . 195,335
= 31116865,5 Nmm
= 31,116 kNm
MR =  Mn
= 0,80 . 31,116
= 24,893 kNm
MR = 24,893 kNm > Mu = 3,443 kNm . . . ok
Ceking kembali jarak pemasangan :
Sp ≥ 25 (syarat minimal jarak antar tulangan berdasarkan SNI 03-2847-2002)
Dengan,
n = jumlah tulangan satu baris,
b = lebar balok
p = selimut beton
D = diameter tulangan utama
Sp = jarak bersih antar tulangan
Digunakan,
n = 4 buah tulangan dalam satu baris
b = 2p + 2 Øs + n.D + (n-1) Sp
150 = 2.30 + 2.8+ 2.13 + (2-1) Sp
150 = 60 + 16 + 26 + 1Sp
Sp = 48 mm ≥ 25 mm . . . aman

b. Tulangan Lapangan
Momen maksimal pada tumpuan, Mu = 3,535 kNm = 3535000 Nmm
d =h-p-Ø–½D
= 250 – 30 – 8 – ½ . 13
= 205,5 mm
d' = p + Ø + ½ D
= 30 + 8 + ½ . 16
= 44,5 mm
Cek apakah balok harus menggunakan sistem tulangan rangkap atau cukup
menggunakan sistem tulangan tunggal.
β1 = 0,85 Untuk 0 < fc < 30 MPa
β2 = 0,85 - 0,008 (fc - 30) Untuk 30 < fc < 55 MPa
β3 = 0,65 Untuk fc > 55 Mpa
fc 600
ρb = 0,85 . β1 ( ) ( )
fy 600 + fy
20 600
ρb = 0,85 . 0,85 ( )( )
300 600 + 300
ρb = 0,03211

ρmaks = 0,75 . ρb = 0,75 . 0,03211 = 0,02408

ρmin = 1,4/fy = 1,4/300 = 0,00467


0,59 . ρmaks . d . fy
Mnkap = ρmaks . b . d . fy . (d − )
fc
0,59 . 0,02408 . 205,5 . 300
Mnkap = 0,02408 . 150 . 205,5 . 300 . (256 − )
25
Mnkap = 45015452,94 Nmm
Sehingga,
MR = Ø Mn
= 0,80 . 45015452,94
= 36012362 Nmm
= 36,012 kNm
MR = 36,012 kNm > Mu = 3,535 kNm, maka balok cukup menggunakan sistem
tulangan tunggal.
𝑀𝑢 3,535 . 106
kperlu = = = 0,69
𝜑⋅𝑏⋅𝑑 2 0,8 . 150 . 205,5²

fy 2
fy-√fy 2 −2,36. .k
fc`
perlu = fy 2
1,18.
fc`

3002
300-√3002 −2,36. . 0,69
25
= 3002
= 0,00236
1,18.
25

 min >  <  maks, jadi digunakan 


Asperlu =  . b . d = 0,00467 . 150 . 205,5 = 143,95 mm2
Digunakan tulangan 4 D13 = 531 mm2 > Asperlu = 143,95 mm2
Ceking terhadap jarak pemasangan :
Sp ≥ 25 mm (syarat minimal jarak antar tulangan berdasarkan SNI 03-2847-2002)
b = 2p + 2 Øs + n.D + (n-1) Sp
150 = 2.30 + 2.8+ 4.13 + (4-1) Sp
150 = 60 + 16 + 52+ Sp
Sp = 7,33 mm < 25 mm ...Tidak Aman
Maka harus dipasang 2 lapis,
Natas di isi = 2 bh
Nbawah di isi = 2 bh
Check terhadap d aktual :

Gambar. Titik berat tulangan tumpuan balok B2

Menghitung letak titik berat tulangan (statis momen dari sisi bawah) dikarnakan
tulangan 2 lapis di bagian atas.
Dengan :
Y1 = P + Ø sengkang + D +Sp + ½ D
= 30 + 8 + 13 + 7,33+ ½ 13
= 64,83 mm
Y2 = P + Ø sengkang + ½ D
= 30 + 8 + ½ 13
= 44,5 mm
As1. Y1 + As2 . Y2 (2 . 64,83) + (2 . 44,5)
𝑌 = = = 78,16 𝑚𝑚
(As1 + As2) (2 + 2)
d akt = H –Y
= 250 – 54,665
= 195,335 mm
Check Mn ;
Mn = As. Fy . daktual
= 531 . 300 . 195,335
= 31116865,5 Nmm
= 31,116 kNm
MR =  Mn
= 0,80 . 31,116
= 24,893 kNm
MR = 24,893 kNm > Mu = 3,443 kNm . . . ok
Ceking kembali jarak pemasangan :
Sp ≥ 25 (syarat minimal jarak antar tulangan berdasarkan SNI 03-2847-2002)
Dengan,
n = jumlah tulangan satu baris,
b = lebar balok
p = selimut beton
D = diameter tulangan utama
Sp = jarak bersih antar tulangan
Digunakan,
n = 4 buah tulangan dalam satu baris
b = 2p + 2 Øs + n.D + (n-1) Sp
150 = 2.30 + 2.8+ 2.13 + (2-1) Sp
150 = 60 + 16 + 26 + 1Sp
Sp = 48 mm ≥ 25 mm . . . aman
4 D13 mm 2 D13 mm

Ø8 mm
Ø8 mm

2 D13 mm 4 D13 mm

Gambar. Penulangan tumpuan balok BA

b. Tulangan Geser/Sengkang
Lbalok = 3500 mm
Vtumpuan = 26,026 kN
Vlapangan = 10,136 kN
Besarnya gaya lintang pada penampang kritis (sejauh d dari muka kolom) yaitu :

VU1
VU2

Gambar. Penampang Kritis Dengan Perbandingan Segitiga BA


Dengan perbandingan segitiga :
10,124 kN VU1
=
1750 (1750 − d)
10,124 x (1750 − 204)
Vu1 = = 8,935 kN
1750
Kapasitas gaya geser yang disumbangkan beton dihitung dengan persamaan:
1
Vc = 6 . √fc'.b.d
1
= . √25 . 150 . 205,5
6

= 25687,5 N
= 25,687 kN
  Vc = 0,60 . Vc
= 0,60 . 25,687
= 15,412 kN
Ternyata Vu1 = 8,9353 kN >  .Vc = 15,412 kN, maka balok tidak memerlukan
tulangan geser.
Syarat : Smin < ½ d = ½ . 205,4 = 102,5 mm
Maka digunakan sengkang dengan jarak sengkang 100 mm
Digunakan sengkang s Ø 8 – 100 mm dipasang ¼ L = 875 mm x 2 (kiri dan kanan)
10,124 kN VU2
=
1750 (1750 − 0,25 L )
10,124 x (1750 − 875)
VU2 =
1750
= 5,062 kN
Kapasitas gaya geser yang disumbangkan beton dihitung dengan persamaan:
1
Vc = 6 . √fc'.b.d
1
= 6 . √25 . 150 . 205,5

= 25687,5 N
= 25,687 kN
  Vc = 0,60 . Vc
= 0,60 . 25,687
= 15,412 kN
Ternyata Vu1 = 5,062 kN >  .Vc = 15,412 kN, maka balok tidak memerlukan
tulangan geser.
Maka digunakan sengkang dengan jarak sengkang 125 mm
Digunakan sengkang Ø 8 – 125 mm ditengah bentang ½L = 1750 mm.

VU1
VU2

Gambar. Penulangan Sengkang BA


5 . PERENCANAAN PENULANGAN KOLOM
• Kolom Tipe K1
Kolom tipe K1 ditinjau pada titik (2;C) lantai dasar dengan gaya axial terbesar
Data Perencanaan :
Lebar penampang kolom, b : 150 mm
Tinggi penampang kolom, h : 300 mm
Mutu beton, fc’ : 25 MPa
Diameter tulangan utama, D : 13 mm
Mutu baja tul. utama, fy : 300 MPa
Diameter tul. sengkang,  :8 mm
Mutu baja tul.sengkang, fy : 240 MPa
Lebar balok, b : 150 mm
Tinggi balok, h : 300 mm
Selimut kolom p : 30 mm
Penyelesaian :
a) Tulangan Tumpuan
Pu = 232,762 kN = 232762 N
M2 = 1,384 kNm
M1 = 2,763 kNm
Kekakuan Kolom
Dimensi kolom, b = 150 mm ; h = 300 mm
Ig = 1/12 . b . h³
= 1/12 . 150 . 300³
= 337500000 mm4
Ec = 4700 .√fc’
= 4700 .√25
= 23500 MPa
1,2 D
Bd =
1,2 D+1,6 L
1,2 .(4,93)
=
1,2 .(4,93)+1,6 .(2,50)

= 0,591
(Ec .Ig)/2,5
Eik =
(1+Bd)
(23500 . 337500000)/2,5
=
(1+0,60)
= 1,99319 . 1012 Nmm²
Pada SKSNI T-15-1991-03, jika Eik dan Eib dihitung dengan
menggunakan Ig dalam satuan mm4, maka Eik dan Eib didapat satuan
Nmm². Dikalikan dengan 10-9 untuk diperoleh dalam satuan kNm².
Eik = 1993,189 kNm
Kekakuan Balok
Dimensi balok, b = 150 mm ; h = 300 mm Lb = 3,50 m
Ig = 1/12 . b . h³
= 1/12 . 150 . 300³
= 337500000 mm4
Ec = 4700 .√fc’
= 4700 .√25
= 23500 MPa
1,2 D
Bd =
1,2 D+1,6 L
1,2 .(4,93)
=
1,2 .(4,93)+1,6 .(2,50)
= 0,591
(Ec .Ig)/5
Eib =
(1+Bd)
(23500 . 337500000)/2,5
=
(1+0,591)

= 1,99319 . 1012 Nmm²


Pada SKSNI T-15-1991-03, jika Eik dan Eib dihitung dengan
menggunakan Ig dalam satuan mm4, maka Eik dan Eib didapat satuan
Nmm². Dikalikan dengan 10-9 untuk diperoleh dalam satuan kNm².
Eib = 1992,189 kNm²
Kekakuan relative kolom (Ψ)
ΨB = ΨA

Eik
Lk
Bawah, ΨB =∑( Eib )
Lb
1993,189 1993,189
3,50
+ 3,50
= ∑( 1993,189 1993,189 )
+
3,5 3,5

= 1,70
Pada struktur dengan pengaku, berdasarkan grafik nomogram dari buku “
struktur beton bertulang ”oleh Gideon H. Kusuma (lampiran I Nomogram
kolom tipe K1) didapatkan nilai k = 0,83
Kelangsingan Kolom
Syarat
K .Lu M1b
≤ 34 -12. ( )
r M2b
0,83 .3,50 2,763
≤ 34 -12. ( )
0,3 .h kolom 1,384
0,83 .3,50
≤ 43,92
0,3 . 0,3
32,277 ≤ 43,92. . . syarat terpenuhi
Karena syaratnya terpenuhi, maka kolom harus tidak diperhitungkan
terhadap momen yang diperbesar (pengaruh kelangsingan)
Menentukan Eksentrisitas
M2 1,384
et = = = 0,0059 m = 5,9 mm
Pu 232,76
etmin = (15 + 0,03 h)
= (15 + 0,03 .300)
= 24 mm
Agr = 150 . 300 = 45000 mm²
Faktor reduksi kolom  = 0,65
Menentukan nilai “r”
d’ = P + Øs + (D/2)
= 30 + 10 + (13/2)
= 44,5 mm
d′ 44,5
= = 0,148
h 300
Pu 232,76
= = 0,374
Ø .Agr .0,85 .fc′ 0,65 . 45000 . 0,85 . 25
Pu et 232,76 24
. = . = 0,0299
Ø .Agr .0,85 .fc′ h 0,65 . 45000 . 0,85 . 20 300
Menurut grafik 6.2.c buku grafik dan tabel perhitungan beton bertulang
seri 4, Gideon kusuma untuk penulangan didua sisi (Lihat lampiran II
grafik Kolom tipe K1)
Karena berdasarkan Pumax tidak mendapatkan nilai r (tidak membutuhkan
tulangan), Maka perhitungan yang di pakai menggunakan rumusan umum
pembatasan luas baja tulangan di dalam penampang kolom SK SNI T-15-
1991-03 pasal 3.3.9 ;
Asmin = 1,0 % Ag
= 0,01 . 45000
= 450 mm²
As max = 8 % Ag
= 0,08 . 45000
= 3600 mm²
Kebutuhan tulangan total :
Ast = ρ . Agr
= 0,024. 45000
= 1080 mm²
As satu tulangan D16 dari tabel A-3 Apendiks = 201
Digunakan tulangan utama 6 D 13 (As terpasang = 769 mm²)
Asmin ≤ Ast ≤ As max
450 ≤ 1080 ≤ 3600 . . . syarat terpenuhi
Kuat kolom maksimum rencana
Pn(max) = 0,85 .  . { 0,85 . fc’ . ( Ag – Ast )+ ( Ast . fy )}
= 0,85 . 0,65 { 0,85 . 25 . (45000 – 769) + ( 769 . 300 )}
= 646761 N
= 646,761 kN > Pu = 232,76 kN → Ok

b) Tulangan Geser
Vu = 6,802 kN
Nu = 232,762 kN = 232762 N
d = h – p - Ø – (D/2)
= 300 - 30 – 8 – (13/2)
= 255,5 mm
Nu √fc
Vc = (1 + )( ) . bw .d
14.Ag 6

232762 √25
= (1 + )( ). 300 . 255,5
14.(45000) 6

= 23600,48 N
= 23,600 kN
Harus lebih kecil dari :
0,3 .𝑁𝑢
Vc = 0,3√fc .bw . d√1 +
𝐴𝑔

0,3 .(232762)
= 0,3√25 . 300 . 255,5√1 +
45000

= 183663 N
Ø.Vc = 0,6 . 183663
= 110197 N
= 110,197 kN
Vu < Ø.Vc (1,161 kN < 2,238 kN) sehingga tidak perlu tulangan geser.
Syarat jarak sengkang,
s < ½ . d = ½ . 255,5 = 127,75 mm
Untuk mengantisipasi gaya geser yang diakibatkan oleh gempa akan
dipasang s8 – 100 mm pada jarak 0,875 meter dari joint balok 2 (atas
dan bawah) dan s8 – 125 mm pada jarak 1,750 meter (ditengah
bentang kolom).

6 D13
Ø8 - 100
30

15
Gambar. Penulangan kolom K1 koordinat (2:B) lantai dasar

Menurut SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.


Jarak anatar tulangan pada kolom bersengkang segi empat tidak boleh
kurang dari 15 Db atau 40 mm.
Ceking penampang kolom :
n = jumlah tulangan satu baris,
b = lebar balok
p = selimut beton
D = diamater tulangan utama
Sp = jarak bersih antar tulangan
Penyelesaian :
n = 3 buah tulangan dalam satu baris
b = 2p + 2 Øs + n.D + (n-1) Sp
300 = 2.30 + 2.8 + 3.13 + (3-1) Sp
Sp = 92,5 mm ≥ 40 ...... ok
• Kolom Tipe K22
Kolom tipe K2 ditinjau pada titik (7;C) lantai dasar dengan gaya axial terbesar
Data Perencanaan :
Lebar penampang kolom, b : 150 mm
Tinggi penampang kolom, h : 200 mm
Mutu beton, fc’ : 25 MPa
Diameter tulangan utama, D : 13 mm
Mutu baja tul. utama, fy : 300 MPa
Diameter tul. sengkang,  :8 mm
Mutu baja tul.sengkang, fy : 240 MPa
Lebar balok, b : 150 mm
Tinggi balok, h : 300 mm
Selimut kolom p : 30 mm
Penyelesaian :
c) Tulangan Tumpuan
Pu = 59,971 kN = 59971 N
M2 = 0,075 kNm
M1 = 0,143 kNm
Kekakuan Kolom
Dimensi kolom, b = 150 mm ; h = 200 mm
Ig = 1/12 . b . h³
= 1/12 . 150 . 200³
= 100000000 mm4
Ec = 4700 .√fc’
= 4700 .√25
= 23500 MPa
1,2 D
Bd =
1,2 D+1,6 L
1,2 .(4,93)
=
1,2 .(4,93)+1,6 .(2,50)

= 0,591
(Ec .Ig)/2,5
Eik =
(1+Bd)
(23500 . 100000000)/2,5
=
(1+0,60)
= 5,887 . 1011 Nmm²
Pada SKSNI T-15-1991-03, jika Eik dan Eib dihitung dengan
menggunakan Ig dalam satuan mm4, maka Eik dan Eib didapat satuan
Nmm². Dikalikan dengan 10-9 untuk diperoleh dalam satuan kNm².
Eik = 588,7 kNm
Kekakuan Balok
Dimensi balok, b = 150 mm ; h = 300 mm Lb = 3,50 m
Ig = 1/12 . b . h³
= 1/12 . 150 . 300³
= 337500000 mm4
Ec = 4700 .√fc’
= 4700 .√25
= 23500 MPa
1,2 D
Bd =
1,2 D+1,6 L
1,2 .(4,93)
=
1,2 .(4,93)+1,6 .(2,50)
= 0,591
(Ec .Ig)/5
Eib =
(1+Bd)
(23500 . 337500000)/2,5
=
(1+0,591)

= 1,99319 . 1012 Nmm²


Pada SKSNI T-15-1991-03, jika Eik dan Eib dihitung dengan
menggunakan Ig dalam satuan mm4, maka Eik dan Eib didapat satuan
Nmm². Dikalikan dengan 10-9 untuk diperoleh dalam satuan kNm².
Eib = 1992,189 kNm²
Kekakuan relative kolom (Ψ)
ΨB = ΨA

Eik
Lk
Bawah, ΨB =∑( Eib )
Lb
588,70 588,70
+
3,50 3,50
= ∑( 1993,189 1993,189 )
3,5
+ 3,5

= 0,52
Pada struktur dengan pengaku, berdasarkan grafik nomogram dari buku “
struktur beton bertulang ”oleh Gideon H. Kusuma (lampiran I Nomogram
kolom tipe K1) didapatkan nilai k = 0,68
Kelangsingan Kolom
Syarat
K .Lu M1b
≤ 34 -12. ( )
r M2b
0,68 .3,50 0,143
≤ 34 -12. ( )
0,3 .h kolom 0,075
0,68 .3,50
≤ 41,946
0,3 . 0,2
39,666 ≤ 43,92. . . syarat terpenuhi
Karena syaratnya terpenuhi, maka kolom harus tidak diperhitungkan
terhadap momen yang diperbesar (pengaruh kelangsingan)
Menentukan Eksentrisitas
M2 0,075
et = = = 0,0012 m = 1,2 mm
Pu 59,971
etmin = (15 + 0,03 h)
= (15 + 0,03 .200)
= 21 mm
Agr = 150 . 200 = 30000 mm²
Faktor reduksi kolom  = 0,65
Menentukan nilai “r”
d’ = P + Øs + (D/2)
= 30 + 10 + (13/2)
= 44,5 mm
d′ 44,5
= = 0,2225
h 200
Pu 59,971
= = 0,144
Ø .Agr .0,85 .fc′ 0,65 .30000 . 0,85 . 25
Pu et 59,971 21
. = . = 0,02152
Ø .Agr .0,85 .fc′ h 0,65 . 30000 . 0,85 . 25 200
Menurut grafik 6.2.c buku grafik dan tabel perhitungan beton bertulang
seri 4, Gideon kusuma untuk penulangan didua sisi (Lihat lampiran II
grafik Kolom tipe K1)
Karena berdasarkan Pumax tidak mendapatkan nilai r (tidak membutuhkan
tulangan), Maka perhitungan yang di pakai menggunakan rumusan umum
pembatasan luas baja tulangan di dalam penampang kolom SK SNI T-15-
1991-03 pasal 3.3.9 ;
Asmin = 1,0 % Ag
= 0,01 . 30000
= 300 mm²
As max = 8 % Ag
= 0,08 .30000
= 2400 mm²
Kebutuhan tulangan total :
Ast = ρ . Agr
= 0,024. 30000
= 720 mm²
As satu tulangan D16 dari tabel A-3 Apendiks = 201
Digunakan tulangan utama 4 D 13 (As terpasang = 531 mm²)
Asmin ≤ Ast ≤ As max
450 ≤ 1080 ≤ 3600 . . . syarat terpenuhi
Kuat kolom maksimum rencana
Pn(max) = 0,85 .  . { 0,85 . fc’ . ( Ag – Ast )+ ( Ast . fy )}
= 0,85 . 0,65 { 0,85 . 25 . (30000 – 531) + ( 531 . 300 )}
= 531758 N
= 531,758 kN > Pu = 59,971kN → Ok

d) Tulangan Geser
Vu = 0,045 kN
Nu = 59,971 kN = 59971 N
d = h – p - Ø – (D/2)
= 200 - 30 – 8 – (13/2)
= 155,5 mm
Nu √fc
Vc = (1 + )( ) . bw .d
14.Ag 6

59971 √25
= (1 + )( ). 200 . 155,5
14.(30000) 6

= 29617 N
= 29,671 kN
Harus lebih kecil dari :
0,3 .𝑁𝑢
Vc = 0,3√fc .bw . d√1 +
𝐴𝑔

0,3 .(59971)
= 0,3√25 . 200 . 155,5√1 +
30000

= 59002 N
Ø.Vc = 0,6 . 59002
= 35401 N
= 35,401 kN
Vu < Ø.Vc (0,045 kN < 35,401kN) sehingga tidak perlu tulangan geser.
Untuk mengantisipasi gaya geser yang diakibatkan oleh gempa akan
dipasang s8 – 100 mm pada jarak 0,875 meter dari joint balok 2 (atas
dan bawah) dan s8 – 125 mm pada jarak 1,750 meter (ditengah bentang
kolom).
6 D13
Ø8 - 100
20

15
Gambar. Penulangan kolom K2 koordinat (7:C) lantai lt 1

Menurut SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.


Jarak anatar tulangan pada kolom bersengkang segi empat tidak boleh
kurang dari 15 Db atau 40 mm.
Ceking penampang kolom :
n = jumlah tulangan satu baris,
b = lebar balok
p = selimut beton
D = diamater tulangan utama
Sp = jarak bersih antar tulangan
Penyelesaian :
n = 3 buah tulangan dalam satu baris
b = 2p + 2 Øs + n.D + (n-1) Sp
200 = 2.30 + 2.8 + 2.13 + (2-1) Sp
Sp = 98 mm ≥ 40 ...... ok

Tabel. Penulangan Kolom


Tipe Ukuran Tulangan Tulangan Sengkang
Kolom (mm) Utama Ekstra Tumpuan Lapangan
K1 150x300 6 D13 - Ø8-100 Ø8-125
K2 150x200 4 D13 - Ø8-100 Ø8-125
6. Sloof
Dari tabel hasil analisis struktur untuk didapatkan nilai momen tumpuan dan
lapangan, gaya lintang tumpuan dan lapangan sloof adalah :
Mtump = - 17,531 kN/m
Mlap = 5,993 kN/m
Qtump = 36,117 kN
Qlap = 0,337 kN
Data Perencanaan :
Tinggi penampang balok, h : 250 mm
Lebar penampang balok, b : 150 mm
Mutu beton, fc’ : 25 Mpa
Diameter tulangan utama, D : 13 mm
Mutu tulangan utama, fy : 300 Mpa
Diameter tulangan sengkang, Ø :8 mm
Mutu tulangan sengkang, fy : 240 Mpa
Selimut beton, p : 30 mm
Bentang balok L : 3500 mm

a. Tulangan Tumpuan Negatif


Momen maksimal pada tumpuan, Mu = -17,531 kNm = 17531000 Nmm
d =h-p-Ø–½D
= 250 – 30 – 8 – ½ . 13
= 205,5 mm
d' = p + Ø + ½ D
= 30 + 8 + ½ . 16
= 44,5 mm
Cek apakah balok harus menggunakan sistem tulangan rangkap atau cukup
menggunakan sistem tulangan tunggal.
β1 = 0,85 Untuk 0 < fc < 30 MPa
β2 = 0,85 - 0,008 (fc - 30) Untuk 30 < fc < 55 MPa
β3 = 0,65 Untuk fc > 55 Mpa
fc 600
ρb = 0,85 . β1 ( ) ( )
fy 600 + fy
20 600
ρb = 0,85 . 0,85 ( )( )
300 600 + 300
ρb = 0,03211

ρmaks = 0,75 . ρb = 0,75 . 0,03211 = 0,02408

ρmin = 1,4/fy = 1,4/300 = 0,00467


0,59 . ρmaks . d . fy
Mnkap = ρmaks . b . d . fy . (d − )
fc
0,59 . 0,02408 . 205,5 . 300
Mnkap = 0,02408 . 150 . 205,5 . 300 . (256 − )
25
Mnkap = 45015452,94 Nmm
Sehingga,
MR = Ø Mn
= 0,80 . 45015452,94
= 36012362 Nmm
= 36,012 kNm
MR = 36,012 kNm > Mu = 17,531 kNm, maka balok cukup menggunakan
sistem tulangan tunggal.
𝑀𝑢 17,531 . 106
kperlu = = = 3,46
𝜑⋅𝑏⋅𝑑 2 0,8 . 150 . 205,5²

fy 2
fy-√fy 2 −2,36. .k
fc`
perlu = fy 2
1,18.
fc`

2402
300-√3002 −2,36. .3,46
25
= 3002
= 0,01266
1,18.
25
 min <  <  maks, jadi digunakan 
Asperlu =  . b . d = 0,01266 . 150 . 205,5 = 390,47 mm2
Digunakan tulangan 4 D13 = 531 mm2 > Asperlu = 390,47 mm2
Ceking terhadap jarak pemasangan :
Sp ≥ 25 mm (syarat minimal jarak antar tulangan berdasarkan SNI 03-2847-2002)
b = 2p + 2 Øs + n.D + (n-1) Sp
150 = 2.30 + 2.8 + 4.13 + (4-1) Sp
150 = 60 + 16 + 54+ Sp
Sp = 7,33 mm < 25 mm ... Tidak Aman
Maka harus dipasang 2 lapis,
Natas di isi = 2 bh
Nbawah di isi = 2 bh
Check terhadap d aktual :

Gambar. Titik berat tulangan tumpuan sloof

Menghitung letak titik berat tulangan (statis momen dari sisi bawah) dikarnakan
tulangan 2 lapis di bagian atas.
Dengan :
Y1 = P + Ø sengkang + D +Sp + ½ D
= 30 + 8 + 13 + 7,33+ ½ 13
= 64,83 mm
Y2 = P + Ø sengkang + ½ D
= 30 + 8 + ½ 13
= 44,5 mm
As1. Y1 + As2 . Y2 (2 . 64,83) + (2 . 44,5)
𝑌 = = = 78,16 𝑚𝑚
(As1 + As2) (2 + 2)
d akt = H –Y
= 250 – 54,665
= 195,335 mm
Check Mn ;
Mn = As. Fy . daktual
= 531 . 300 . 195,335
= 31116865,5 Nmm
= 31,116 kNm
MR =  Mn
= 0,80 . 31,116
= 24,893 kNm
MR = 24,893 kNm > Mu = 3,443 kNm . . . ok
Ceking kembali jarak pemasangan :
Sp ≥ 25 (syarat minimal jarak antar tulangan berdasarkan SNI 03-2847-2002)
Dengan,
n = jumlah tulangan satu baris,
b = lebar balok
p = selimut beton
D = diameter tulangan utama
Sp = jarak bersih antar tulangan
Digunakan,
n = 4 buah tulangan dalam satu baris
b = 2p + 2 Øs + n.D + (n-1) Sp
150 = 2.30 + 2.8+ 2.13 + (2-1) Sp
150 = 60 + 16 + 26 + 1Sp
Sp = 48 mm ≥ 25 mm . . . aman

b. Tulangan Lapangan
Momen maksimal pada tumpuan, Mu = 5,993 kNm = 5993000 Nmm
d =h-p-Ø–½D
= 250 – 30 – 8 – ½ . 13
= 205,5 mm
d' = p + Ø + ½ D
= 30 + 8 + ½ . 16
= 44,5 mm
Cek apakah balok harus menggunakan sistem tulangan rangkap atau cukup
menggunakan sistem tulangan tunggal.
β1 = 0,85 Untuk 0 < fc < 30 MPa
β2 = 0,85 - 0,008 (fc - 30) Untuk 30 < fc < 55 MPa
β3 = 0,65 Untuk fc > 55 Mpa
fc 600
ρb = 0,85 . β1 ( ) ( )
fy 600 + fy
20 600
ρb = 0,85 . 0,85 ( )( )
300 600 + 300
ρb = 0,03211

ρmaks = 0,75 . ρb = 0,75 . 0,03211 = 0,02408

ρmin = 1,4/fy = 1,4/300 = 0,00467


0,59 . ρmaks . d . fy
Mnkap = ρmaks . b . d . fy . (d − )
fc
0,59 . 0,02408 . 205,5 . 300
Mnkap = 0,02408 . 150 . 205,5 . 300 . (256 − )
25
Mnkap = 45015452,94 Nmm
Sehingga,
MR = Ø Mn
= 0,80 . 45015452,94
= 36012362 Nmm
= 36,012 kNm
MR = 36,012 kNm > Mu = 5,993 kNm, maka balok cukup menggunakan sistem
tulangan tunggal.
𝑀𝑢 3,535 . 106
kperlu = = = 0,69
𝜑⋅𝑏⋅𝑑 2 0,8 . 150 . 205,5²

fy 2
fy-√fy 2 −2,36. .k
fc`
perlu = fy 2
1,18.
fc`

3002
300-√3002 −2,36. . 0,69
25
= 3002
= 0,00236
1,18.
25

 min <  <  maks, jadi digunakan 


Asperlu =  . b . d = 0,00236 . 150 . 205,5 = 72,895 mm2
Digunakan tulangan 4 D13 = 531 mm2 > Asperlu = 72,895 mm2
Ceking terhadap jarak pemasangan :
Sp ≥ 25 mm (syarat minimal jarak antar tulangan berdasarkan SNI 03-2847-2002)
b = 2p + 2 Øs + n.D + (n-1) Sp
150 = 2.30 + 2.8+ 4.13 + (4-1) Sp
150 = 60 + 16 + 52+ Sp
Sp = 7,33 mm < 25 mm ...Tidak Aman
Maka harus dipasang 2 lapis,
Natas di isi = 2 bh
Nbawah di isi = 2 bh
Check terhadap d aktual :

Gambar. Titik berat tulangan tumpuan balok sloof

Menghitung letak titik berat tulangan (statis momen dari sisi bawah) dikarnakan
tulangan 2 lapis di bagian atas.
Dengan :
Y1 = P + Ø sengkang + D +Sp + ½ D
= 30 + 8 + 13 + 7,33+ ½ 13
= 64,83 mm
Y2 = P + Ø sengkang + ½ D
= 30 + 8 + ½ 13
= 44,5 mm
As1. Y1 + As2 . Y2 (2 . 64,83) + (2 . 44,5)
𝑌 = = = 78,16 𝑚𝑚
(As1 + As2) (2 + 2)
d akt = H –Y
= 250 – 54,665
= 195,335 mm
Check Mn ;
Mn = As. Fy . daktual
= 531 . 300 . 195,335
= 31116865,5 Nmm
= 31,116 kNm
MR =  Mn
= 0,80 . 31,116
= 24,893 kNm
MR = 24,893 kNm > Mu = 3,443 kNm . . . ok
Ceking kembali jarak pemasangan :
Sp ≥ 25 (syarat minimal jarak antar tulangan berdasarkan SNI 03-2847-2002)
Dengan,
n = jumlah tulangan satu baris,
b = lebar balok
p = selimut beton
D = diameter tulangan utama
Sp = jarak bersih antar tulangan
Digunakan,
n = 4 buah tulangan dalam satu baris
b = 2p + 2 Øs + n.D + (n-1) Sp
150 = 2.30 + 2.8+ 2.13 + (2-1) Sp
150 = 60 + 16 + 26 + 1Sp
Sp = 48 mm ≥ 25 mm . . . aman
4 D13 mm 2 D13 mm

Ø8 mm
Ø8 mm

2 D13 mm 4 D13 mm

Gambar. Penulangan tumpuan balok sloof

b. Tulangan Geser/Sengkang
Lbalok = 3500 mm
Vtumpuan = 26,026 kN
Vlapangan = 10,136 kN
Besarnya gaya lintang pada penampang kritis (sejauh d dari muka kolom) yaitu :

VU1
VU2

Gambar. Penampang Kritis Dengan Perbandingan Segitiga BA


Dengan perbandingan segitiga :
10,124 kN VU1
=
1750 (1750 − d)
10,124 x (1750 − 204)
Vu1 = = 8,935 kN
1750
Kapasitas gaya geser yang disumbangkan beton dihitung dengan persamaan:
1
Vc = 6 . √fc'.b.d
1
= . √25 . 150 . 205,5
6

= 25687,5 N
= 25,687 kN
  Vc = 0,60 . Vc
= 0,60 . 25,687
= 15,412 kN
Ternyata Vu1 = 8,9353 kN >  .Vc = 15,412 kN, maka balok tidak memerlukan
tulangan geser.
Syarat : Smin < ½ d = ½ . 205,4 = 102,5 mm
Maka digunakan sengkang dengan jarak sengkang 100 mm
Digunakan sengkang s Ø 8 – 100 mm dipasang ¼ L = 875 mm x 2 (kiri dan kanan)
10,124 kN VU2
=
1750 (1750 − 0,25 L )
10,124 x (1750 − 875)
VU2 =
1750
= 5,062 kN
Kapasitas gaya geser yang disumbangkan beton dihitung dengan persamaan:
1
Vc = 6 . √fc'.b.d
1
= 6 . √25 . 150 . 205,5

= 25687,5 N
= 25,687 kN
  Vc = 0,60 . Vc
= 0,60 . 25,687
= 15,412 kN
Ternyata Vu1 = 5,062 kN >  .Vc = 15,412 kN, maka balok tidak memerlukan
tulangan geser.
Maka digunakan sengkang dengan jarak sengkang 125 mm
Digunakan sengkang Ø 8 – 125 mm ditengah bentang ½L = 1750 mm.

VU1
VU2

Gambar. Penulangan Sengkang sloof


7. Pondasi Footplat Tipe F1
Perencanaan pondasi (F1) nilai Pu di ambil dari data kolom portal
kolom tipe K1 titik (4,A).
• Mencari nilai daya dukung tanah
Berikut perhitungan daya dukung tanah pada kedalaman 2,20 m dari MTA
dengan qc = 150 kg/cm² dengan metode L. Herminer, sebagai berikut :
𝐶𝑅
Qu =
15
𝑄𝑢
Qi =
𝐹𝐾
Dengan :
Qu = Daya dukung ultimate tanah (ton/m²)
Qi = Daya dukung ijin tanah ((ton/m²)
CR = Perlawanan ujung konus (cone resistant)
15 = Faktor reduksi
FK = Faktor keamanan diambil (2)
Maka :
150 .100
Qu = = 1000 kN/m²
15
1000
Qi = = 500 kN/m²
2

• Perencanaan Footplat (Poer)


a) Perhitungan dimensi footplat
Didapat nilai Pu Maks dari Kolom K1, titik (4,A) : 197,782 kN
P
Qi =A
197,782 kN
500 kN =
A
197,782
A =
500
A = 0,395 m²
Foot plat berbentuk bujur sangkar sehingga :
Luas pondasi = P dan L
√0,395 = P dan L
P dan L = 0,62 meter  Diambil dimensi : 0,80 meter
b) Data perencanaan
Mutu beton, Fc’ = 25 Mpa
Mutu Baja Fy = 300 Mpa
BJ Beton = 24 kN/m²
Dimensi(Pondasi) = 0,80 x 0,80 m
Tebal Plat, h = 0,25 m
Hp = 0,10 m
Tul. Pokok = 13 mm
Selimut (pondasi) = 70 mm
Pu

Mu

80
10

25

80 80

Gambar. Rencana pondasi foot plat sebagai poer

c) Pembebanan pondasi
Reaksi dari Portal : = 197,786 kN
BS.Kolom : 0,15 x 0,30 x 1,25 x 24 = 1,350 kN
BS.Plat : (0,8 x 0,8 x 0,35) x 24 = 5,376 kN
Berat Tanah : (22 – (0,15 . 0,30)) x 1,25 x 17 = 84,043 kN +
Total Beban Yang Bekerja P = 288,555 kN
𝑃
Tegangan yang terjadi (PU) τ =
𝐴
288,555
τ =
0,8 .0,8
τ = 450,86 kN/m²
Sehingga, tegangan yang terjadi > tegangan izin
450,86 kN/m² < 500 kN/m² jadi pondasi aman
d) Kontrol gaya geser pondasi
h = 350 mm
p = 70 mm
Besi = D13 mm
d = G = 300 – 70 – ½ 13
= 273,5 mm
Kontrol gaya geser pondasi untuk arah kerja dua arah :
B = Lebar kolom + ½ d . 2
= 300 + ½ . 273 . 5
= 436,75 mm
Vu = PU (W²-B²) = 366,906 (2² - 0,43675²) = 1397,63 kN
Vc= 4.(√𝐹𝑐′) b . d
= 4.(√25 . 436,75 . 273,5
= 2389022 N
= 2389,002 kN
ф Vn = ф Vc
= 0,60 . 2389,002
= 1433,401 kN
Maka Vu < ф Vn memenuhi syarat
Vu = 1397,63 kN < ф Vn = 1433,401 kN pondasi aman terhadap gaya geser
pondasi dua arah.
e) Perhitungan penulangan plat pondasi
Penulangan telapak pondasi
D = 13 mm
P = 70 mm
d = 273,5 mm
Perhitungan plat telapak pondasi diambil momen terbesar kolom K1titik (4, A)
Mu = 8,655 kNm = 8655000 Nmm
𝑓𝑐 600
𝜌𝑏 = 0,85 β1  ( ) ( )
𝑓𝑦 600  +  𝑓𝑦
25 600
𝜌𝑏 = 0,85 . 0,85  ( ) ( )
300 600  + 300
𝜌𝑏 = 0,03211
Pmaks = 0,75 . ρb = 0,75 . 0,03211 = 0,02408
Pmin = 1,4/fy = 1,4/300 = 0,00467
Mu 8655000
k = = = 0,144
ɸ.b.d2 0,8 . 1000 . 273,52

𝑓𝑦 2
𝑓𝑦   −   √𝑓𝑦 2   −  2,36   𝑘
𝑓𝑐
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =
𝑓𝑦 2
1,18 
𝑓𝑐

3002
300  −   √3002   −  2,36   0,144
25
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =
3002
1,18 
25
ρperlu = 0,0027
ρperlu < ρmin < ρmax
Dipakai ρmin = 0,00467
Asperlu = ρperlu . b . d = 0,00467 . 1000 . 273,5 = 1277,24 mm²
Dari tabel apendiks tabel A-5 digunakan plat pondasi D13 - 100 mm dengan
As = 1327 mm²
As rencana = 1327 mm² > As perlu = 1277,24 mm² . . . ok
Untuk memperoleh kesempurnaan pelimpahan beban tersebut, SK SNI T – 15-
1991-03 mensyaratkan luas penampang dowel minimum sebagai berikut:
As perlu = 0,005 Ag
= 0,005 . (150 x 300) = 225 mm2
Maka perlu dipasang tulangan pasak 2 – D13 (As = 265 mm2) pada setiap sudut
kolom.
8. Pondasi Footplat Tipe F2
Perencanaan pondasi (F2) nilai Pu di ambil dari data kolom portal
kolom tipe K1 titik (4,B).
• Mencari nilai daya dukung tanah
Berikut perhitungan daya dukung tanah pada kedalaman 2,20 m dari MTA
dengan qc = 150 kg/cm² dengan metode L. Herminer, sebagai berikut :
𝐶𝑅
Qu =
15
𝑄𝑢
Qi =
𝐹𝐾
Dengan :
Qu = Daya dukung ultimate tanah (ton/m²)
Qi = Daya dukung ijin tanah ((ton/m²)
CR = Perlawanan ujung konus (cone resistant)
15 = Faktor reduksi
FK = Faktor keamanan diambil (2)
Maka :
150 .100
Qu = = 1000 kN/m²
15
1000
Qi = = 500 kN/m²
2

• Perencanaan Footplat (Poer)


a) Perhitungan dimensi footplat
Didapat nilai Pu Maks dari Kolom K1, titik (4,B) : 273,113 kN
P
Qi =A
273,113 kN
500 kN =
A
273,113
A =
500
A =0,546 m²
Foot plat berbentuk bujur sangkar sehingga :
Luas pondasi = P dan L
√0,546 = P dan L
P dan L = 0,73 meter  Diambil dimensi : 1,00 meter
b) Data perencanaan
Mutu beton, Fc’ = 25 Mpa
Mutu Baja Fy = 300 Mpa
BJ Beton = 24 kN/m²
Dimensi(Pondasi) = 1,00 x 1,00 m
Tebal Plat, h = 0,25 m
Hp = 0,10 m
Tul. Pokok = 13 mm
Selimut (pondasi) = 70 mm
Pu

Mu

100
10

25

100 100

Gambar. Rencana pondasi foot plat sebagai poer

c) Pembebanan pondasi
Reaksi dari Portal : = 273,113 kN
BS.Kolom : 0,15 x 0,30 x 1,25 x 24 = 1,350 kN
BS.Plat : (1,0 x 1,0 x 0,35) x 24 = 8,4 kN
Berat Tanah : (22 – (0,15 . 0,30)) x 1,25 x 17 = 84,043 kN +
Total Beban Yang Bekerja P = 366,906 kN
𝑃
Tegangan yang terjadi (PU) τ =
𝐴
366,906
τ =
1,0 .1,0
τ = 366,906 kN/m²
Sehingga, tegangan yang terjadi > tegangan izin
366,906 kN/m² < 500 kN/m² jadi pondasi aman
d) Kontrol gaya geser pondasi
h = 350 mm
p = 70 mm
Besi = D16 mm
d = G = 300 – 70 – ½ 13
= 273,5 mm
Kontrol gaya geser pondasi untuk arah kerja dua arah :
B = Lebar kolom + ½ d . 2
= 300 + ½ . 273 . 5
= 436,75 mm
Vu = PU (W²-B²) = 366,906 (2² - 0,43675²) = 1397,63 kN
Vc= 4.(√𝐹𝑐′) b . d
= 4.(√25 . 436,75 . 273,5
= 2389022 N
= 2389,002 kN
ф Vn = ф Vc
= 0,60 . 2389,002
= 1433,401 kN
Maka Vu < ф Vn memenuhi syarat
Vu = 1397,63 kN < ф Vn = 1433,401 kN pondasi aman terhadap gaya geser
pondasi dua arah.
e) Perhitungan penulangan plat pondasi
Penulangan telapak pondasi
D = 16 mm
P = 70 mm
d = 273,5 mm
Perhitungan plat telapak pondasi diambil momen terbesar kolom K1titik (4, B)
Mu = 12,217 kNm = 12217000 Nmm
𝑓𝑐 600
𝜌𝑏 = 0,85 β1  ( ) ( )
𝑓𝑦 600  +  𝑓𝑦
25 600
𝜌𝑏 = 0,85 . 0,85  ( ) ( )
300 600  + 300
𝜌𝑏 = 0,03211
Pmaks = 0,75 . ρb = 0,75 . 0,03211 = 0,02408
Pmin = 1,4/fy = 1,4/300 = 0,00467
Mu 12217000
k = = = 0,204
ɸ.b.d2 0,8 . 1000 . 273,52

𝑓𝑦 2
𝑓𝑦   −   √𝑓𝑦 2   −  2,36   𝑘
𝑓𝑐
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =
𝑓𝑦 2
1,18 
𝑓𝑐

3002
300  −   √3002   −  2,36   0,204
25
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =
3002
1,18 
25
ρperlu = 0,0027
ρperlu < ρmin < ρmax
Dipakai ρmin = 0,00467
Asperlu = ρperlu . b . d = 0,00467 . 1000 . 273,5 = 1277,24 mm²
Dari tabel apendiks tabel A-5 digunakan plat pondasi D13 - 100 mm dengan
As = 1327 mm²
As rencana = 1327 mm² > As perlu = 1277,24 mm² . . . ok
Untuk memperoleh kesempurnaan pelimpahan beban tersebut, SK SNI T – 15-
1991-03 mensyaratkan luas penampang dowel minimum sebagai berikut:
As perlu = 0,005 Ag
= 0,005 . (150 x 300) = 225 mm2
Maka perlu dipasang tulangan pasak 2 – D13 (As = 265 mm2) pada setiap sudut
kolom.

Anda mungkin juga menyukai