BAB II
PERHITUNGAN STRUKTUR
2.1. Uraian Umum
Dalam perencanaan suatu konstruksi bangunan di Indonesia, diperlukan
dasar-dasar teori perhitungan yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di
Indonesia. Dasar teori perhitungan tersebut meliputi: kekuatan bahan, angka-
angka konstan, berat beban suatu material, lambang-lambang yang digunakan
yang sesuai standar penulisan, serta kekuatan ijin yang diijinkan.
Perencanaan bangunan sipil merupakan suatu usaha untuk menyusun dan
mengorganisasikan suatu proyek konstruksi baik berupa perhitungan-
perhitungan maupun tulisan-tulisan sehingga bangunan yang dihasilkan
sesuai dengan yang diinginkan dan tetap memperhatikan standar ekonomis,
aman, kuat, dan nyaman.
2.2.1 Peraturan-Peraturan
Perhitungan konstruksi gedung ini memperhatikan ketentuan-ketentuan yang
berlaku yang terdapat pada buku-buku pedoman antara lain:
a.Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-
2847-2019. Berdasarkan peraturan tersebut, maka ketentuan yang
digunakan dalam tugas ini adalah:
1. Modulus elastisitas beton ( Ec) dengan satuan Mpa
2. Kuat perlu ( U ),
3. Faktor reduksi kekuatan (),
4. Faktor 1,
5. Tebal selimut beton dengan satuan mm.
2
b. kaca, dengan tebal 3–4 mm 10 kg/m
9 Penutup atap sirap dengan reng dan usuk/kaso, per m2 bidang atap 2
40 kg/m
Sumber : SNI-03-1727-1989
Menurut SNI-03-1727-1989-PPPURG, beban berat sendiri bahan yang
digunakan dalam perencanaan gedung dapat diperlihatkan pada tabel 2.2
berikut.
Tabel 2.2 Berat Sendiri Bahan Bangunan
1 Baja 3
7.850 kg/m
2 Batu alam 3
2.600 kg/m
3 Batu belah, batu bulat,batu gunung (berat tumpuk) 3
1.500 kg/m
4 Batu karang (berat tumpuk) 3
700 kg/m
5 Batu pecah 3
1.450 kg/m
6 Besi tuang 3
7.250 kg/m
7 Beton 3
2.200 kg/m
8 Beton bertulang 3
2.400 kg/m
9 Kayu (Kelas1) 3
1.000 kg/m
10 Kerikil, koral (kering udara sampai lembab, tanpa diayak) 3
1.650 kg/m
11 Pasangan bata merah 3
1.700 kg/m
12 Pasangan batu belah, batu bulat,batu gunung 3
2.200 kg/m
13 Pasangan batu cetak 3
2.200 kg/m
14 Pasangan batu karang 3
1.450 kg/m
15 Pasir(kering udara sampai lembab) 3
1.600 kg/m
16 Pasir(jenuh air) 3
1.800 kg/m
17 Pasir kerikil, koral (kering udara sampai lembab) 3
1.850 kg/m
18 Tanah, lempung dan lanau(kering udara sampai lembab) 3
1.700 kg/m
19 Tanah, lempung dan lanau (basah) 3
2.000 kg/m
20 Timah hitam (timbel) 3
11.400 kg/m
Sumber : SNI-03-1727-1989
b. Beban Hidup
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung, dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada
lantai yang berasal dari beban-beban yang dapat berpindah, mesin-mesin
serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga
mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan lantai tersebut.
Pada struktur atap, beban yang berasal dari air hujan, baik akibat
genangan maupun akibat tekanan jatuh (energi kinetik) butiran air dapat
dikategorikan sebagai beban hidup. Menurut SNI-03-1727-1989-PPPURG,
beban hidup yang digunakan dalam perencanaan gedung dapat diperlihatkan
pada Tabel 2.3 berikut
Tabel 2.3 Beban Hidup pada Lantai Gedung
1 Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut dalam b 200 kg/m
Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana dan gudang – gudang tidak
2 125 kg/m
penting yang bukan toko, pabrik atau bengkel
Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba, restoran, hotel, asrama
3 250 kg/m
dan rumah sakit
4 Lantai ruang olah raga 400 kg/m
5 Lantai ruang dansa 500 kg/m
Lantai dan balkon – balkon dalam dari ruang – ruang untuk pertemuan yang
lain dari pada yang disebut dalam a s/d e, seperti masjid, gereja, ruang
6 400 kg/m
pagelaran, ruang rapat, bioskop dan panggung penonton dengan tempat
duduk tetap
Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau untuk penonton
7 500 kg/m
yang berdiri
8 Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam c 300 kg/m
9 Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam d, e, f dan g 500 kg/m
10 Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c, d, e, f dan g 250 kg/m
Lantai untuk : pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip, toko
11 buku, toko besi, ruang alat – alat dan ruang mesin, harus direncanakan 400 kg/m
terhadap beban hidup yang ditentukan tersendiri, dengan minimum
Lantai gedung parkir bertingkat
12 a. Untuk lantai bawah 800 kg/m
b. Untuk lantai tingkat lainnya 400 kg/m
Balkon – balkon yang menjorok bebas keluar harus direncakan terhadap
13 300 kg/m
beban hidup dari lantai ruang yang berbatasan, dengan minimum
Sumber : SNI-03-1727-1989
c. Beban Angin
Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian
gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban angin
ditentukan dengan asumsi adanya tekanan positif dan negatif (hisapan),
yang bekerja tegak lurus pada bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan
ditentukan dengan mengalikan tekanan tiup dan koefisien angin. Dasar
teori tentang beban angin diambil dari SNI-03-1727-1989-PPPURG.
2.3.1. Pembebanan
Struktur gedung direncanakan kekuatannya terhadap pembebanan
pembebanan sebagai berikut :
a. Kombinasi beban pada struktur beton (SNI 03-2847-2019):
U = 1,4 D.............................................................................................(2.1)
U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (L atau R).....................................................(2.2)
U = 1,2 D + 1,6 L (L atau R) + (1,0 L atau 0,5W )..............................(2.3)
U = 1,2 D + 1,0 W + 1,0 L + 0,5( L, atau R)........................................
(2.4)
U = 1,2 D + 1,0 E ± 1,0 L...................................................................(2.5)
U =0,9 D + 1,0 W................................................................................(2.6)
U = 0,9 D + 1,0 E................................................................................(2.7)
Keterangan:
U : kekuatan yang diperlukan untuk menahan beban terfaktor atau
momen dan gaya yang berhubungan dengannya
D : beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan
dengan beban mati,
L : beban hidup atau momen dan gaya dalam yang berhubungan
dengannya,
A : beban atap,
R : beban hujan,
2
1 1
My¿ × q y ×( × Jarak antar kuda−kuda) .............................(2.15)
8 2
3. Kontrol lendutan
i. Lendutan di x (δ x )
δ x =¿ ......................................................................................(2.24)
b. Perhitungan Tangga
Momen maksimum yang diperoleh yang terjadi pada tangga diperoleh
dari hasil output menggunakan program SAP2000 v15 yang kemudian
diolah dengan persamaan sebagai berikut:
( 12× M u ×1.000 )
Rn = 2 .........................................................(2.27)
(∅ bd )
Kontrol pembatasan luas tulangan minimum tangga dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut :
ρ = (
0,85 × f ' c
fy )(
× 1− 1−
2 Rn
'
β×f c √ )
....................................(2.28)
As = ρ × b × d........................................................................(2.29)
( )
2
1 (∅ tulangan)
Jarak tulangan= π× × 1.000......................(2.30)
4 As pakai
As min =
√ fc ×1.000 × d ..............................................................
4×f y
(2.52)
1.4 ×1.000 ×d
As min = ................................................................
fy
(2.53)
0.25× π × ∅ tulangan ×1.000
Jarak Penulangan = ........................
A s pakai
(2.54)
Asmin=
√ f ' c × 1.000× d .........................................................(2.55)
4 × fy
1,4 ×1.000 ×d
Asmin = ............................................................(2.56)
fy
1
Jarak arah x= π ×
4 (
(∅)2
As pakai )
×1.000 .....................................(2.57)
As= ρ× b ×d ...........................................................................(2.60)
3 √ fc ’ 200
ρmin = dan tidak boleh kurang dari (2.61)
fy fy
β1 = 0,85 – (1000
f ` - 4000
c
) (0,05) ≥ 0,65( f ` ≥ 4000 psi) c
(2.63)
ρb = ( 0,85 β1 f c `
fy )( 87000
87000 + f y )
(2.64)
ρmax = 0,75 ρb (2.65)
Mu
Rn =
ϕ b d2
(2.66)
ρ =
0,85 f c `
fy ( √ 1- 1-
2 Rn
0,85 f c ` )
(2.67)
As = ρpakai × b × d (2.68)
π 2 b
s = ×D × (2.69)
4 As
2. Tulangan Geser
Mencari kebutuhan sengkang:
∅ V c =0.85 ×(2 √ f c ×b × d )....................................................(2.70)
'
Vu (
= W u × lebar tangga–
d
12 ) (2.73)
3. Tulangan Torsi
Analisis desain tulangan torsi, sebagai berikut:
Acp = b × h............................................................................(2.77)
Pcp = 2 ×(b+h)....................................................................(2.78)
1 1
Tu = × Mu × .................................................................(2.79)
3 2
2
Acp
Tn = 0,85 × √ f ' c × ....................................................(2.80)
Pcp
Keterangan :
Acp : luas cakupan keliling luar penampang beton
Pcp : keliling luar dari penampang tersebut
Tu : momen torsi berfaktor maksimum
e. Perhitungan Sloof
Analisis desain sloof, sebagai berikut:
1. Tulangan Tunggal
Mencari kebutuhan tulangan pada sloof:
1 2
Mu = ×qu total × L ...........................................................(2.81)
12
(12× M u ×1.000)
Rn = ............................................................(2.82)
∅ b d2
ρ= ( 0,85 f ' c
fy )(
1− 1−
√
2 Rn
β f 'c )
..................................................(2.83)
As= ρ× b ×d ...........................................................................(2.84)
2. Sengkang
Mencari kebutuhan tulangan pada sloof:
1
Vu = ×qu total × L..............................................................(2.85)
2
∅ V c =0.85 ×(2 √ f ' c ×b × d )....................................................(2.86)
Mencari jarak teoretis sengkang :
V u−∅ V c
V s= .........................................................................(2.87)
∅
Av f y d
s= ...............................................................................(2.88)
Vs
Jarak maksimum untuk memberikan Av minimum sengkang:
Av f y
s= ..................................................................................(2.89)
50 b
f. Perhitungan Kolom
Analisis desain kolom, sebagai berikut :
1. Penulangan Tulangan Pokok
Pu
Pn= ...................................................................................(2.90)
∅
Mu
Mn= .................................................................................(2.91)
0,7
12 Mn
e= ................................................................................(2.92)
Pn
γh = h – (2 × d’)....................................................................(2.93)
γh
γ = ..................................................................................(2.94)
h
ρ didapatkan dari diagram interaksi
As...............= ρ × b × d..........................................................(2.95)
∅ V c =0.85 ×2 × 1+ ( Nu
2.000 × Ag )
× √ f c × b× d ......................(2.96)
'
V u−∅ V c
V s= ..........................................................................(2.97)
∅
Av f y d
s= ................................................................................(2.98)
Vs
Jarak maksimum untuk memberikan Av minimum sengkang:
Av f y
s= ..................................................................................(2.99)
50 b
g. Perhitungan Gempa
Gaya gempa diasumsikan sebagai gaya frontal (lateral horisontal) yang
bekerja pada setiap lantai gedung. Berdasarkan Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung SNI-1726-2012 persamaan
yang digunakan sebagai berikut.
W i× Hi
F ixy = ×V xy............................................................(2.100)
Σ W i× Hi
Keterangan :
Fi : beban gempa pada lantai tingkat ke-i (ton)
V : beban geser dasar nominal (ton)
Wi : berat lantai tingkat ke-i (ton)
Hi : ketinggian lantai tingkat ke-i (meter)
K : eksponen yang terkait dengan perioda struktur
√
2
Σ W i × d ix , y
T x , y =6,3 ................................................(2.102.)
g × Σ F ix , y × d ix , y
Keterangan :
T : waktu getar alami (detik)
Wi : berat lantai ke-i (kg)
Fi x,y : gaya gempa lantai ke-i (kg)
2.3.3 Asumsi Yang Digunakan
Asumsi – asumsi yang digunakan dalam perencanaan adalah:
a. Struktur utama dibuat dari konstruksi beton bertulang sedangkan atap
menggunakan rangka kuda-kuda baja,
b. Berdasarkan PPPURG 1989 Tabel 2.2, beban mati yang digunakan:
1. beton bertulang = 2400 kg/m3
2. pasir = 1800 kg/m3
3. spesi dengan tebal 1 cm = 21 kg/m2
4. pasangan bata merah tebal setengah batu = 300 kg/m2
5. plafon dan penggantung = 18 kg/m2
6. keramik = 24 kg/m2
7. penutup atap genting = 50 kg/m2
c. Berdasarkan PPPURG 1989 Tabel 2.3, beban hidup yang digunakan:
1. lantai kantor = 250 kg/m2
2. tangga dan bordes = 300 kg/m2
3. pekerja = 100 kg
koefisien reduksi beban hidup untuk portal dan balok induk sebesar 0,75,
d. Kuda-kuda dan rangka atap perhitungan dimensi dan profilnya mengacu
pada Load and Resistance Factor Design (LRFD)
1. analisa terhadap tegangan,
2. analisa terhadap lendutan.
e. Profil kuda-kuda yang digunakan double siku L 70.70.7 dengan ikatan
double siku L 70.70.7
f. Menurut McCormac, JC. (2004), mutu beton yang digunakan untuk
semua elemen struktur adalah K = 300 (f’c=24,9 MPa), dengan modulus
elastisitas Ec = 4700√ f ’ c = 4700√ 24,9 = 23452,95291 MPa,
g. Mutu baja yang digunakan ada 3 macam:
1. baja profil untuk struktur baja : BJ 37
1. lentur ( f c ) : 0,80
seluruh beban dari atas kepada tanah pendukung. Untuk bangunan ini
direncanakan menggunakan pondasi footplat.
Pembebanan
beban direncanakan sebagai beban terpusat pada tiap joint ikatan angin
sebagai berikut :
pD = ( berat penutup x JAK x JAG) + (berat sendiri gording JAK)
= 409 kg
pL = 100 kg
2.4.4 Pembebanan
a. Beban Mati
Penutup Atap Genteng (50 ×2,365) = 118,25 kg/m
Berat Gording (6,76 ) = 6,76 kg/m
Plafond + penggantung ¿ ×2,365 ¿ = 42,57 kg/m +
qd = 167,58 kg/m
b. Beban Hidup
Beban orang dan peralatan = 100 kg
P = 100 kg
2.4.4.1 Beban Angin (untuk = 34)
Untuk < 65 → 0,02 - 0,4
Koefisien angin tekan (Ct) = 0,02 - 0,4 = 0,3
Koefisien angin hisap (Ch) = - 0,4
ωtekan ¿ C t × Bebanangin ( ω ) × Jarak gording (s )
= 0,3 × 25 × 2,365
= 17,74 kg/m
ωhisap ¿ C h × Beban angin ( ω ) × Jarak gording( s)
= -0,4 × 25 × 2,365
= -23,65 kg/m
Py = P sin
= 100 sin 350
= 57,36 kg
Px = P cos
= 100 cos 350
= 81,92 kg
Gambar 2.4 Pemodelan Beban Hidup
pada Bidang Miring
Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101
Aditya Suryadi / 17.B1.0104
23
1 2
Mx ¿ × q x × Jarak Kuda−Kuda
8
1 2
¿ ×137,27 × 2
8
¿ 68,64 kg .m
1 1 2
My ¿ × q y ×( x Jarak Kuda−Kuda )
8 2
1
¿ × 96,12× 12
8
¿ 12,01 kg . m
2.4.5.2 Akibat beban hidup
1/4 x P x L
1
Mx ¿ × P x × Jarak Kuda−Kuda
4
1
¿ ×81,92 ×2
4
¿ 40,96 kg . m
1 1
My ¿ × P y ×( x Jarak Kuda−Kuda)
4 2
1
¿ ×57,36 ×1
4
¿ 14,34 kg . m
Akibat arah beban angin adalah tegak lurus pada bidang atap, maka
beban yang bekerja adalah :
Wtx = 0 Kg/m
Wty = Wt
= 17,74 Kg/m
Sehingga Momen ultimate (Mu) yang bekerja pada gording :
1 2
Muₓ¿ × ωtekan ×Jarak Kuda−Kuda
8
1
¿ × (17,74 ) × 22
8
¿ 8,87 kg .m
ii. Angin Hisap
Karena arah beban angin adalah tegak lurus pada bidang atap, maka
beban yang bekerja adalah :
Wtx = 0 Kg/m
Wty = Wh
= -23,65 Kg/m
Sehingga Momen ultimate (Mu) yang bekerja pada gording:
1 2
Mₓ ¿ × ωhisap × Jarak Kuda−Kuda
8
1
¿ × (−23,65 ) × 22
8
¿−11,83 kg . m
1 1
× jarak kuda−kuda= ×200=1,11 cm
180 180
2.4.9.1 Lendutan di y (δ y )
4 3
5 × qy × L Py×L
δ y= +
384 × E s × I x 48 × E s × I x
4 3
5 ×( 96,51/100)×200 57,36 × 200
δ y= 6
+ 6
δ y =0,053 cm
384 ×2.10 × 280 48 × 2.10 × 280
2.4.9.2 Lendutan di x (δ x )
4 3
5 × qx × L Px× L
δ x= +
384 × Es × I y 48 × E s × I y
2.4.10.1 Pembebanan
a. Beban Mati
Penutup Atap Genteng (50 ×2) = 100 kg/m
Berat Gording (6,76 + (10% × 6,76) = 6,76 kg/m+
qD = 106,76 kg/m
b. Beban Hidup
Beban orang dan peralatan = 100 kg
PL = 100 kg
c. Beban Angin (untuk = 34)
Untuk < 65 → 0,02 - 0,4
Koefisien angin tekan (Ct) = 0,02 - 0,4 = 0,3
Koefisien angin hisap (Ch) = - 0,4
ωtekan ¿ C t × Bebanangin ( ω ) × Jarak gording (s )
= 0,3 × 25 ×2,365
= 17,74 kg/m
ωhisap ¿ C h × Beban angin ( ω ) × Jarak gording( s)
= -0,4 × 25 × 2,365
= -23,65 kg/m
d. Beban Hujan
Muatan air hujan = 40 – 0,8 kg/m2 = 12 kg/m2
Beban air hujan (Qh)= 16 x 3 = 48 kg/m
d =
√ Fbr
¼π
=
√
0,199
¼π
= 0,503 cm = 5,03 mm
Su
dut kemiringan kuda-kuda = 34˚
Gambar 2.9 Desain Struktur Kuda-Kuda
a. Pembebanan
Beban mati
Jarak Total
Beban Koefisien berat panjang
kuda2 (kg)
Beban mati
1. beban Gording 6.76 2 13.520
2. beban Penutup Atap 50 2.365 2 2.36500
1. Beban Gording 0 44
2. Beban Penutup Atap 0 360,6
250.020
= 17,74 kg
Angin Hisap (Wh)
Angin Hisap = qa x Ch x jarak gording x jarak kuda-kuda
= 25 kg/m2 x (-0,4) x 2,365 m
= -23,65 kg
b. Analisa Statistika
1. Beban Mati (D)
Beban Gording = berat gording x jarak kuda-kuda
= 6,76 x 2 = 13,52
Beban Penutup atap = berat atap x jarak kuda-kuda x jarak gording
= 50 x 2 x 2,365
Beban Gording + Beban Penutup Atap = 512,61
Beban Plafond = berat plafond x jarak plafond x jarak kuda-kuda
= 18 x 1,938 x 2 = 69,77
Maka beban mati dapat digambarkan sebagai berikut :
Angin Hisap
Whx = Wtx x sin α = -47,3 kg x sin 35˚ = -27,13 kg
Why = Wty x cos α = -47,3 kg x cos 35˚ = -38,75 kg
Berikut ini adalah rekap pembebanan tiap buhul yang berikutnya dapat
diinput ke aplikasi SAP2000, dapat diperlihatkan pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Rekap Pembebanan pada Kuda-Kuda
Titik Beban Mati Beban Hidup Angin
(DL) (LL)
Buhul Arah X Arah Z
(Kg) (Kg)
(Kg) (Kg)
1 159,99 100,00 -27,13 29,06
10 69,77 0 0 0
11 69,77 0 0 0
12 69,77 0 0 0
13 69,77 0 0 0
14 69,77 0 0 0
15 69,77 0 0 0
16 69,77 0 0 0
Hasil reaksi tumpuan batang pada struktur kuda-kuda dapat dilihat pada
Gambar 2.17
Kontrol Tegangan
Terhadap Leleh
Ag = 2 x 940
= 1880 mm2
ϕ Nn = ϕ x Ag x Fy
= 0,9 x 1880 x 240
= 406080 N
= 40608 kg
Nu < ϕ Nn
5500,64 < 40608,00 Aman
Terhadap Fraktur
An = 2 x 940 mm2
= 1880 mm2
Menurut Pasal 10.2 SNI 03-1729-2002;
e
U = 1− ≤ 0,9
¿
(2 x 19,7 )
= 1− ≤ 0,9
1938
= 0,98 ≤ 0,9
Maka untuk nilai Koefisien reduksi (U) adalah 0,9
Ae = U x An
= 0,9 x 1880
= 1692 mm2
ϕ Nn = ϕ x Ae x Fu
= 0,75 x 1693 x 370
= 469530 N = 46953 Kg
Nu ≤ ϕ Nn
5500,64 ≤ 46953,00 Aman
Mutu Baja BJ 37
Fy = 240 N/mm2
Fu = 370 N/mm2
Kontrol Tegangan
Menurut Pasal 7.6-1 SNI 03-1729-2002
Karena Tumpuan Sendi-Rol maka Koefisien, Kc = 2
Panjang Batang 2365
L1 = = = 157,67 mm
Jumlah Pelat−1 16−1
L1 157,67
λ1 = = = 3,718632075
r min 42,4
Syarat :
λ1 < 50
3,718632075 < 50 Aman
λcx =
π √
λ x Fy
E
=
111,56
π √240
200000
= 1,2301
1,43
ωx =
1,6−(0,67 . λc x)
1,43
=
1,6−(0,67 x 3,8912)
= 1,84
Nn = Ag x fcr
fy
= Ag x
ωy
240
= 940 x
−1,4199
= 244796,930 kg
ФNn = 0,85 x Nn
= 0,85 x 244796,930
= 208077,39 kg
Syarat :
ФNn > Nu
208077,39 > 5922,52 Aman
fy =
√ Iy
A Profil
=
√ 932036
1880
= 22,27 mm
K. L y
λy =
ry
2 x 2.365
=
22,27
= 212,39
Kelangsingan Ideal
√ 2 m
λ y +λiy λ 1²
2 =
√ 2 2
212,39 + 3,718 ²
2 =
= 212,42
Syarat :
λiy > 1,2.λ1
212,42 > 4,462358491 Aman
Karena :
λiy < λx
212,42 < 111,56
212,42 < 111,56 Aman
Maka, tekuk terjadi pada sumbu kuat (sumbu X)
λcy =
π √
λ iy Fy
E
=
π √
211,42 240
20000
= 2,3423
200.000
=
2(1+0,3)
= 76.923,08
J = 2 .∑ 1 .b . t ³
3
1 3 1 3
= 2 x [( x 65 x 7 )+( x ( 65−7 ) x 7 )]
3 3
= 28.126 mm4
yo = eₓ− t
2
= 19,7 −7
2
= 16,2 mm
xo =0
ṝ₀² = Ix+ Iy
+ x₀² + y₀²
A
( 42,4+42,4 ) x 104
= + 0² +
2 X 940
= 713,5
GxJ
fcrz =
A x ṝ ₀²
76923,08 x 28126
= ( 2 x 940 ) x 713,5
= 1612,92 Mpa
2
H = 1− x ₀ + y ₀²
ṝ ₀²
2
0 +15²
` = 1−
608,91
= 0,63
fy
fcry = ωy
= 240
1,37
= 5,15 Mpa
Fclt =
fcry +fcrz
2H
x 1− 1−
√
4. fcry . fcrz . H
(fcry + fcrz)²
=
5.15+1612,92
2 x 0,63
x 1− 1−
√
4 . 5,15 x 1612,92 x 0,63
(5,15+1612,92) ²
= 1169,36 Mpa
Nnlt = Ag x fclt
= 940 x 1169,36
= 1099198,4 kg
øc x Nnlt = 0,85 x 1099198,4
= 934318,64 kg
Syarat :
Nu < øc x Nnlt
5922,5 < 934318,6 kg Aman
Nn < Nnlt
9680,92 < 1099198,4
Jadi, Kuat tekan rencana menentukan
Nu = 5922,5
øc x Nn 8228,78
= 0,72
Nu
øc x Nn < 1
0,19 < 1 Cukup Kuat
Jadi, Profil 2L 70.70.7 Cukup Kuat!
Mutu Baja BJ 37
Baut
fy = 240 MPa
fub = 370 MPa
Pelat
fy = 240 MPa
fu = 370 MPa
3. Kebutuhan Baut
Batang Tarik (contoh S12)
Nu = 5500,64 kg
ϕRn = 5.579,47 kg
N baut = Nu
ϕRn
= 5500,64
5.579,47
= 0,99 ≈ 2 buah
Pemasangan baut:
1,5d ≤ S1 ≤ 3d
24 ≤ 40 ≤ 48
S1 40
3d ≤ S ≤ 15tp
48 ≤ 80 ≤ 150
S 80
ϕRn
= 6739,36
5.579,47
= 1,21 ≈ 2 buah
Pemasangan baut:
1,5d ≤ S1 ≤ 3d
24 ≤ 40 ≤ 48
S1 40
3d ≤ S ≤ 15tp
48 ≤ 80 ≤ 150
S 80
Gambar 2.19 Tata Letak Baut
Sumber : Setiawan (2017)
Rekap kebutuhan baut tiap sambungan dapat diperlihatkan pada tabel 2.6
sebagai berikut:
Tabel 2.6 Rekap Sambungan
N = 700 mm
bf = 70 mm
d = 70 mm
fy = 240 MPa
Pu = - 4451,09 kgf
Vu = 219,87 kgf
Tu = 3626,2 kgf
Tebal Base Plate (Kategori A)
N −0,95 d 600−0,95 x 60
m = = = 316,2 mm
2 2
B−0,8 bf 600−0,8 x 60
n = = = 322 mm
2 2
n’ =
√ d x bf
4
=
√ 60 x 60
4
= 35 mm
Tu
Tub =
n
3626,2
=
4
= 906,55 N