Anda di halaman 1dari 46

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil

Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

BAB II
PERHITUNGAN STRUKTUR
2.1. Uraian Umum
Dalam perencanaan suatu konstruksi bangunan di Indonesia, diperlukan
dasar-dasar teori perhitungan yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di
Indonesia. Dasar teori perhitungan tersebut meliputi: kekuatan bahan, angka-
angka konstan, berat beban suatu material, lambang-lambang yang digunakan
yang sesuai standar penulisan, serta kekuatan ijin yang diijinkan.
Perencanaan bangunan sipil merupakan suatu usaha untuk menyusun dan
mengorganisasikan suatu proyek konstruksi baik berupa perhitungan-
perhitungan maupun tulisan-tulisan sehingga bangunan yang dihasilkan
sesuai dengan yang diinginkan dan tetap memperhatikan standar ekonomis,
aman, kuat, dan nyaman.

2.2. Tinjauan Pustaka


Pada sub bab ini, berisikan peraturan perhitungan struktur banguna beton dan
baja serta peraturan pembebanan yang didasarkan pada Standar Nasional
Indonesia.

2.2.1 Peraturan-Peraturan
Perhitungan konstruksi gedung ini memperhatikan ketentuan-ketentuan yang
berlaku yang terdapat pada buku-buku pedoman antara lain:
a.Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-
2847-2019. Berdasarkan peraturan tersebut, maka ketentuan yang
digunakan dalam tugas ini adalah:
1. Modulus elastisitas beton ( Ec) dengan satuan Mpa
2. Kuat perlu ( U ),
3. Faktor reduksi kekuatan (),
4. Faktor 1,
5. Tebal selimut beton dengan satuan mm.

Purnomo Eko Prasetyo /17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
4

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

b. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung


SNI-1729-2015. Berdasarkan peraturan tersebut, maka ketentuan yang
digunakan dalam tugas ini adalah:
1. Modulus elastisitas baja (Es) dengan satuan MPa
2. Mutu baja dengan satuan MPa
3. Tegangan-tegangan baja (tegangan izin, geser, leleh) dengan satuan
MPa

2.2.2 Beban yang bekerja pada struktur


Berdasarkan Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung
SNI-03-1727-1989-PPPURG, struktur gedung harus direncanakan
kekuatannya terhadap pembebanan-pembebanan sebagai berikut:
a. Beban Mati
Beban mati adalah semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap,
termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-
mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari gedung itu. Menurut SNI-03-1727-1989-PPPURG, beban berat
sendiri komponen gedung yang digunakan dalam perencanaan gedung
dapat diperlihatkan pada Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Berat Sendiri Komponen Gedung
Adukan,percm tebal:
2
1 a. dari semen 21 kg/m
2
b. dari kapur, semen merah atau tras 17 kg/m
2
2 Aspal, termasuk bahan-bahan mineral penambah, per cm tebal 14 kg/m
Dinding pasangan bata merah:
2
3 a. satu batu 450 kg/m
2
b. setengah batu 250 kg/m
Dinding pasangan batako:
Berlubang:
2
a. tebal dinding 20 cm (HB20) 200 kg/m
2
4 b. tebal dinding 10 cm (HB10) 120 kg/m
Tanpa lubang
2
a. tebal dinding 15 cm 300 kg/m
2
b. tebal dinding 10 cm 200 kg/m
Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk-rusuknya, tanpa
penggantung langit-langit atau pengaku), terdiri dari:
5
a. semen asbes (eternity dan bahan lain sejenis), dengan tebal maksimum 2
11 kg/m
4 mm

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
5

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

2
b. kaca, dengan tebal 3–4 mm 10 kg/m

Lantai kayu sederhana dengan balok kayu,tanpa langit-langit dengan 2


6 bentang maksimum 5 m dan untuk beban hidup maksimum 200 kg/m2 40 kg/m

Penggantung langit-langit (dari kayu), dengan bentang maksimum 2


7 7 kg/m
5 m dan jarak s.k.s. minimum 0,80 m
2
8 Penutup atap genting dengan reng dan usuk/kaso, per m2 bidang atap 50 kg/m

9 Penutup atap sirap dengan reng dan usuk/kaso, per m2 bidang atap 2
40 kg/m
Sumber : SNI-03-1727-1989
Menurut SNI-03-1727-1989-PPPURG, beban berat sendiri bahan yang
digunakan dalam perencanaan gedung dapat diperlihatkan pada tabel 2.2
berikut.
Tabel 2.2 Berat Sendiri Bahan Bangunan
1 Baja 3
7.850 kg/m
2 Batu alam 3
2.600 kg/m
3 Batu belah, batu bulat,batu gunung (berat tumpuk) 3
1.500 kg/m
4 Batu karang (berat tumpuk) 3
700 kg/m
5 Batu pecah 3
1.450 kg/m
6 Besi tuang 3
7.250 kg/m
7 Beton 3
2.200 kg/m
8 Beton bertulang 3
2.400 kg/m
9 Kayu (Kelas1) 3
1.000 kg/m
10 Kerikil, koral (kering udara sampai lembab, tanpa diayak) 3
1.650 kg/m
11 Pasangan bata merah 3
1.700 kg/m
12 Pasangan batu belah, batu bulat,batu gunung 3
2.200 kg/m
13 Pasangan batu cetak 3
2.200 kg/m
14 Pasangan batu karang 3
1.450 kg/m
15 Pasir(kering udara sampai lembab) 3
1.600 kg/m
16 Pasir(jenuh air) 3
1.800 kg/m
17 Pasir kerikil, koral (kering udara sampai lembab) 3
1.850 kg/m
18 Tanah, lempung dan lanau(kering udara sampai lembab) 3
1.700 kg/m
19 Tanah, lempung dan lanau (basah) 3
2.000 kg/m
20 Timah hitam (timbel) 3
11.400 kg/m
Sumber : SNI-03-1727-1989

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
6

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

b. Beban Hidup
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung, dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada
lantai yang berasal dari beban-beban yang dapat berpindah, mesin-mesin
serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga
mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan lantai tersebut.
Pada struktur atap, beban yang berasal dari air hujan, baik akibat
genangan maupun akibat tekanan jatuh (energi kinetik) butiran air dapat
dikategorikan sebagai beban hidup. Menurut SNI-03-1727-1989-PPPURG,
beban hidup yang digunakan dalam perencanaan gedung dapat diperlihatkan
pada Tabel 2.3 berikut
Tabel 2.3 Beban Hidup pada Lantai Gedung
1 Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut dalam b 200 kg/m
Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana dan gudang – gudang tidak
2 125 kg/m
penting yang bukan toko, pabrik atau bengkel
Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba, restoran, hotel, asrama
3 250 kg/m
dan rumah sakit
4 Lantai ruang olah raga 400 kg/m
5 Lantai ruang dansa 500 kg/m
Lantai dan balkon – balkon dalam dari ruang – ruang untuk pertemuan yang
lain dari pada yang disebut dalam a s/d e, seperti masjid, gereja, ruang
6 400 kg/m
pagelaran, ruang rapat, bioskop dan panggung penonton dengan tempat
duduk tetap
Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau untuk penonton
7 500 kg/m
yang berdiri
8 Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam c 300 kg/m
9 Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam d, e, f dan g 500 kg/m
10 Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c, d, e, f dan g 250 kg/m
Lantai untuk : pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip, toko
11 buku, toko besi, ruang alat – alat dan ruang mesin, harus direncanakan 400 kg/m
terhadap beban hidup yang ditentukan tersendiri, dengan minimum
Lantai gedung parkir bertingkat
12 a. Untuk lantai bawah 800 kg/m
b. Untuk lantai tingkat lainnya 400 kg/m
Balkon – balkon yang menjorok bebas keluar harus direncakan terhadap
13 300 kg/m
beban hidup dari lantai ruang yang berbatasan, dengan minimum
Sumber : SNI-03-1727-1989

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
7

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

c. Beban Angin
Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian
gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban angin
ditentukan dengan asumsi adanya tekanan positif dan negatif (hisapan),
yang bekerja tegak lurus pada bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan
ditentukan dengan mengalikan tekanan tiup dan koefisien angin. Dasar
teori tentang beban angin diambil dari SNI-03-1727-1989-PPPURG.

2.3. Landasan Teori


Pada sub bab ini, menjelaskan rumus yang penulis gunakan berdasarkan SNI
yang berlaku.

2.3.1. Pembebanan
Struktur gedung direncanakan kekuatannya terhadap pembebanan
pembebanan sebagai berikut :
a. Kombinasi beban pada struktur beton (SNI 03-2847-2019):
U = 1,4 D.............................................................................................(2.1)
U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (L atau R).....................................................(2.2)
U = 1,2 D + 1,6 L (L atau R) + (1,0 L atau 0,5W )..............................(2.3)
U = 1,2 D + 1,0 W + 1,0 L + 0,5( L, atau R)........................................
(2.4)
U = 1,2 D + 1,0 E ± 1,0 L...................................................................(2.5)
U =0,9 D + 1,0 W................................................................................(2.6)
U = 0,9 D + 1,0 E................................................................................(2.7)
Keterangan:
U : kekuatan yang diperlukan untuk menahan beban terfaktor atau
momen dan gaya yang berhubungan dengannya
D : beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan
dengan beban mati,
L : beban hidup atau momen dan gaya dalam yang berhubungan
dengannya,
A : beban atap,
R : beban hujan,

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
8

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

W : beban angin atau momen gaya dalam yang berhubungan


dengannya beban angin (Pedoman Perencanaan Pembebanan
Untuk Rumah dan Gedung 1989),
E : beban gempa (SNI-1726-2019).

b. Kombinasi beban pada struktur baja menurut SNI-1729-2015:


U = 1,4 D.............................................................................................(2.8)
U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (La atau H)....................................................(2.9)
U = 1,2 D + 1,6 (La atau H) + (γLL atau 0,8 W).................................(2.10)
U = 1,2 D + 1,3 W + γLL+ 0,5 (La atau H)........................................(2.11)
U = 1,2 D ± 1,0 E + γLL....................................................................(2.12)
U = 0,9 D ± (1,3W atau 1,0E)............................................................(2.13)
Keterangan:
U : kekuatan yang diperlukan untuk menahan beban terfaktor atau
momen dan gaya yang berhubungan dengannya.
D : beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen,
termasuk dinding, lantai, atap, plafond, partisi tetap, tangga,
dan peralatan layan tetap.
L : beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung
termasuk beban kejut, tetapi tidak termasuk beban lingkungan
seperti angin dan hujan,
La : beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh
pekerja, peralatan dan material, atau selama penggunaan biasa
oleh orang dan benda bergerak.
H : beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air,
W : beban angin atau momen gaya dalam yang berhubungan
dengannya beban angin (Pedoman Perencanaan Pembebanan
Untuk Rumah dan Gedung 1989),
E : beban gempa (SNI-1726-2002) dengan, γL = 0,5 bila L< 5 kPa,
dan γL = 1 bila L≥ 5 kPa.

2.3.2. Rumus yang digunakan


a. Perhitungan Gording
1. Perhitungan Momen
i. Akibat beban mati
1 2
Mx¿ × q x × Jarak antar kuda−kuda .......................................(2.14)
8

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
9

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

2
1 1
My¿ × q y ×( × Jarak antar kuda−kuda) .............................(2.15)
8 2

ii. Akibat beban hidup


1
Mx ¿ × P x × Jarak antar kuda−kuda................................................................. (2.16)
4
1 1
My ¿ × P y × × Jarak antar kuda – kuda................................(2.17)
4 2
iii. Akibat beban angin
Karena beban angin bekerja tegak lurus sumbu x sehingga hanya
ada Mx
1 2
Mwx ¿ × ωtekan ×Jarak antar kuda−kuda .............................(2.18)
8
2
1 1
Mwx ¿ × ωhisap ×( × Jarak antar kuda) .................................................... (2.19)
8 2
iv. Akibat beban hujan
Karena beban hujan bekerja tegak lurus sumbu x sehingga hanya
ada Mx
1 2
MRx ¿ ×Q R × Jarak antar kuda−kuda ................................(2.20)
8

2. Kontrol Terhadap Momen


i. Momen yang bekerja pada profil
Mnx = Zx x fy............................................................................(2.21)
Mny = Zy x fy............................................................................(2.21)
ii. Kontrol tegangan lendutan
M ux M uy
f= +
ϕ . M nx ϕ. M ny <1fy.........................................................(2.23)

3. Kontrol lendutan
i. Lendutan di x (δ x )
δ x =¿ ......................................................................................(2.24)

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
10

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

ii. Lendutan di y¿)


δ y =¿.......................................................................................(2.25)

iii. Kontrol lendutan (δ)


δ=√ δ x +δ y..............................................................................(2.26)
2 2

b. Perhitungan Tangga
Momen maksimum yang diperoleh yang terjadi pada tangga diperoleh
dari hasil output menggunakan program SAP2000 v15 yang kemudian
diolah dengan persamaan sebagai berikut:
( 12× M u ×1.000 )
Rn = 2 .........................................................(2.27)
(∅ bd )
Kontrol pembatasan luas tulangan minimum tangga dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut :

ρ = (
0,85 × f ' c
fy )(
× 1− 1−
2 Rn
'
β×f c √ )
....................................(2.28)

As = ρ × b × d........................................................................(2.29)

( )
2
1 (∅ tulangan)
Jarak tulangan= π× × 1.000......................(2.30)
4 As pakai

Weight of one step = trapezoidal area × 150 psf (2.31)


Weight of one step = trapezoidal area × 150 psf (2.32)

Average per foot length = Weight of one step × (12run ) (2.33)

tebal pelat tangga


Weight of landing = × 150 psf (2.34)
12
DL on stairs = Avg. foot length + weight of step cover (2.35)
DL on landing = weight of landing + weight of landing cover (2.36)
Wu = 1,2 DL + 1,6 LL (2.37)

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
11

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

c. Perhitungan Plat Lantai


Dalam perencanaan ini digunakan pelat floor deck. Berdasarkan SNI-
1726-2012 persamaan yang digunakan untuk menghitung penulangan
plat lantai sebagai berikut :
∅ tulangan x
d x =t−20− .........................................................(2.38)
2
∅ tulangan y
d y =t−20−∅ tulangan x − .................................(2.39)
2
2
M u=0,001 ×q u × C ×l ❑...........................................................(2.40)
M u × 10.000
M n= ...................................................................(2.41)
0,8
qu = (1,2  qDL) + (1,6  qLL) ...................................................
(2.42)
Jarak Tulangan Bawah Ke Tepi Atas Pelat :
dx = t – d” – 0,5 diameter tulangan x .......................................
(2.43)
dy = t – d” – diameter tulangan x - 0,5 diameter tulangan y .....
(2.44)
Momen pada pelat :
Mulx = Mutx = 0,001  qu  Cx  lx2............................................
(2.45)
Muly = Muty = 0,001  qu  Cy  lx ............................................(2.46)
M ulx
Mnlx = - Mntx = .................................................................
Φ
(2.47)
M ulx
Mnly = - Mnty = .................................................................
Φ
(2.48)
Nilai 𝛼 :

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
12

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

0,5(0,85fc`1.000)𝛼x2 –(0,85fc’1.000dx) 𝛼x+Mnx= 0 .........(2.49)


0,5(0,85fc`1.000)𝛼y2 –(0,85fc’1.000dy)𝛼y+Mny= 0 ..........(2.50)
Luas Tulangan :
0.85× fc × 1.000× α
As = .........................................................
fy
(2.51)

As min =
√ fc ×1.000 × d ..............................................................
4×f y

(2.52)
1.4 ×1.000 ×d
As min = ................................................................
fy
(2.53)
0.25× π × ∅ tulangan ×1.000
Jarak Penulangan = ........................
A s pakai
(2.54)

Kontrol pembatasan luas tulangan minimum tulangan pelat lantai dapat


menggunakan persamaan sebagai berikut :

Asmin=
√ f ' c × 1.000× d .........................................................(2.55)
4 × fy
1,4 ×1.000 ×d
Asmin = ............................................................(2.56)
fy

1
Jarak arah x= π ×
4 (
(∅)2
As pakai )
×1.000 .....................................(2.57)

d. Perhitungan Penulangan Balok


1. Tulangan Tunggal
Dengan menggunakan bantuan SAP 2000 didapatkan nilai momen
terbesar, lalu dilanjutkan mencari kebutuhan tulangan, sebagai
berikut:
(12× M u ×1.000)
Rn = ............................................................(2.58)
∅ b d2

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
13

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

ρ= ( 0,85fyf ' )( 1−√ 1− β2 Rf ' )..................................................(2.59)


c n

As= ρ× b ×d ...........................................................................(2.60)
3 √ fc ’ 200
ρmin = dan tidak boleh kurang dari (2.61)
fy fy

β1 = 0,85 (fc` ≤ 4000 psi) (2.62)

β1 = 0,85 – (1000
f ` - 4000
c
) (0,05) ≥ 0,65( f ` ≥ 4000 psi) c

(2.63)

ρb = ( 0,85 β1 f c `
fy )( 87000
87000 + f y )
(2.64)
ρmax = 0,75 ρb (2.65)
Mu
Rn =
ϕ b d2
(2.66)

ρ =
0,85 f c `
fy ( √ 1- 1-
2 Rn
0,85 f c ` )
(2.67)
As = ρpakai × b × d (2.68)
π 2 b
s = ×D × (2.69)
4 As

2. Tulangan Geser
Mencari kebutuhan sengkang:
∅ V c =0.85 ×(2 √ f c ×b × d )....................................................(2.70)
'

Mencari jarak teoritis:


V u−∅ V c
V s= .........................................................................(2.71)

Av f y d
s= ...............................................................................(2.72)
Vs

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
14

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

Vu (
= W u × lebar tangga–
d
12 ) (2.73)

ϕVc = 0,75 (2 √ f c b d) (2.74)


Av f y
S = (2.75)
50 b
Jarak maksimum untuk memberikan Av minimum sengkang:
Av f y
s= ..................................................................................(2.76)
50 b

3. Tulangan Torsi
Analisis desain tulangan torsi, sebagai berikut:
Acp = b × h............................................................................(2.77)
Pcp = 2 ×(b+h)....................................................................(2.78)
1 1
Tu = × Mu × .................................................................(2.79)
3 2
2
Acp
Tn = 0,85 × √ f ' c × ....................................................(2.80)
Pcp
Keterangan :
Acp : luas cakupan keliling luar penampang beton
Pcp : keliling luar dari penampang tersebut
Tu : momen torsi berfaktor maksimum

e. Perhitungan Sloof
Analisis desain sloof, sebagai berikut:
1. Tulangan Tunggal
Mencari kebutuhan tulangan pada sloof:
1 2
Mu = ×qu total × L ...........................................................(2.81)
12
(12× M u ×1.000)
Rn = ............................................................(2.82)
∅ b d2

ρ= ( 0,85 f ' c
fy )(
1− 1−

2 Rn
β f 'c )
..................................................(2.83)

As= ρ× b ×d ...........................................................................(2.84)

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
15

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

2. Sengkang
Mencari kebutuhan tulangan pada sloof:
1
Vu = ×qu total × L..............................................................(2.85)
2
∅ V c =0.85 ×(2 √ f ' c ×b × d )....................................................(2.86)
Mencari jarak teoretis sengkang :
V u−∅ V c
V s= .........................................................................(2.87)

Av f y d
s= ...............................................................................(2.88)
Vs
Jarak maksimum untuk memberikan Av minimum sengkang:
Av f y
s= ..................................................................................(2.89)
50 b

f. Perhitungan Kolom
Analisis desain kolom, sebagai berikut :
1. Penulangan Tulangan Pokok
Pu
Pn= ...................................................................................(2.90)

Mu
Mn= .................................................................................(2.91)
0,7
12 Mn
e= ................................................................................(2.92)
Pn
γh = h – (2 × d’)....................................................................(2.93)
γh
γ = ..................................................................................(2.94)
h
ρ didapatkan dari diagram interaksi
As...............= ρ × b × d..........................................................(2.95)

2. Penulangan Tulangan Geser

∅ V c =0.85 ×2 × 1+ ( Nu
2.000 × Ag )
× √ f c × b× d ......................(2.96)
'

Mencari jarak teoritis:

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
16

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

V u−∅ V c
V s= ..........................................................................(2.97)

Av f y d
s= ................................................................................(2.98)
Vs
Jarak maksimum untuk memberikan Av minimum sengkang:
Av f y
s= ..................................................................................(2.99)
50 b

g. Perhitungan Gempa
Gaya gempa diasumsikan sebagai gaya frontal (lateral horisontal) yang
bekerja pada setiap lantai gedung. Berdasarkan Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung SNI-1726-2012 persamaan
yang digunakan sebagai berikut.
W i× Hi
F ixy = ×V xy............................................................(2.100)
Σ W i× Hi
Keterangan :
Fi : beban gempa pada lantai tingkat ke-i (ton)
V : beban geser dasar nominal (ton)
Wi : berat lantai tingkat ke-i (ton)
Hi : ketinggian lantai tingkat ke-i (meter)
K : eksponen yang terkait dengan perioda struktur

Beban gempa dasar gedung yaitu beban horisontal lateral dihitung


dengan persamaan:
V =CS × W ............................................................................(2.101)
Keterangan :
V : beban geser dasar nominal (ton)
W : berat seismic efektif (ton)
Cs : koefisien respons seismik
Waktu getar struktur dikontrol dengan cara T. Rayleigh yaitu
selisih waktu getar (T) yang diperoleh dengan rumus T sebagai
berikut:


2
Σ W i × d ix , y
T x , y =6,3 ................................................(2.102.)
g × Σ F ix , y × d ix , y

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
17

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

Keterangan :
T : waktu getar alami (detik)
Wi : berat lantai ke-i (kg)
Fi x,y : gaya gempa lantai ke-i (kg)
2.3.3 Asumsi Yang Digunakan
Asumsi – asumsi yang digunakan dalam perencanaan adalah:
a. Struktur utama dibuat dari konstruksi beton bertulang sedangkan atap
menggunakan rangka kuda-kuda baja,
b. Berdasarkan PPPURG 1989 Tabel 2.2, beban mati yang digunakan:
1. beton bertulang = 2400 kg/m3
2. pasir = 1800 kg/m3
3. spesi dengan tebal 1 cm = 21 kg/m2
4. pasangan bata merah tebal setengah batu = 300 kg/m2
5. plafon dan penggantung = 18 kg/m2
6. keramik = 24 kg/m2
7. penutup atap genting = 50 kg/m2
c. Berdasarkan PPPURG 1989 Tabel 2.3, beban hidup yang digunakan:
1. lantai kantor = 250 kg/m2
2. tangga dan bordes = 300 kg/m2
3. pekerja = 100 kg
koefisien reduksi beban hidup untuk portal dan balok induk sebesar 0,75,
d. Kuda-kuda dan rangka atap perhitungan dimensi dan profilnya mengacu
pada Load and Resistance Factor Design (LRFD)
1. analisa terhadap tegangan,
2. analisa terhadap lendutan.
e. Profil kuda-kuda yang digunakan double siku L 70.70.7 dengan ikatan
double siku L 70.70.7
f. Menurut McCormac, JC. (2004), mutu beton yang digunakan untuk
semua elemen struktur adalah K = 300 (f’c=24,9 MPa), dengan modulus
elastisitas Ec = 4700√ f ’ c = 4700√ 24,9 = 23452,95291 MPa,
g. Mutu baja yang digunakan ada 3 macam:
1. baja profil untuk struktur baja : BJ 37

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
18

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

2. baja tulangan dengan  ≤10 mm : U 24 (fy = 240 MPa)


3. baja tulangan dengan D  16 mm : U 39 (fy = 390 MPa)
dengan modulus elastisitas Es= 2,0 ×105 MPa
h. Berdasarkan SNI 03–2847–2002, faktor-faktor reduksi (∅) kekuatan
beton:

1. lentur ( f c ) : 0,80

2. geser ( Vu ) dan torsi ( T ) : 0,75


3. aksial tarik dengan lentur : 0,7
4. aksial tekan dengan lentur : 0,65
i. Pelat lantai beton (12 cm),
j. Balok
Tipe kolom yang direncanakan kolom persegi dengan dimensi sesuai
gambar rencana. (Namun jika hasil SAP tidak memenuhi syarat, maka
dimensi akan diubah agar memenuhi syarat teknis dan ekonomis),
k. Kolom
Tipe kolom yang direncanakan kolom persegi dengan dimensi sesuai
gambar rencana. (Namun jika hasil SAP tidak memenuhi syarat, maka
dimensi akan diubah agar memenuhi syarat teknis dan ekonomis),
l. Beban merata (q) yang berasal dari beban pelat ekivalen maupun berat
sendiri balok dan pelat akan diterima oleh balok anak dan atau balok
induk. Sistem pembebanan didasarkan pada anggapan bahwa balok anak
dan balok induk merupakan konstruksi yang menerima beban secara
bersamaan. Beban-beban tersebut akan didistribusikan ke kolom oleh
balok yang kemudian diteruskan ke pondasi,
m. Tebal dinding direncanakan pasangan batu bata setengah batu dengan
tebal 15 cm termasuk plesteran dan acian,
n. Perhitungan mekanika menggunakan aplikasi software komputer yaitu
SAP2000v15 untuk portal utama dan rangka atap.
o. Pondasi adalah struktur bagian bawah yang paling penting, karena
pondasi berfungsi sebagai media atau perantara untuk meneruskan

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
19

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

seluruh beban dari atas kepada tanah pendukung. Untuk bangunan ini
direncanakan menggunakan pondasi footplat.

2.4. Spesifikasi Atap

Gambar 2.1 Desain Struktur Kuda-Kuda


Tipe kuda-kuda yang dianalisa adalah satu kuda-kuda(kuda-kuda utama )
Data rangka atap ;
a. Bentang kuda – kuda = 12 m
b. Jarak kuda – kuda =4m
c. Kemiringan atap = 34º
d. Jarak gording = 1,803 m
e. Tinggi kuda – kuda =4 m
f. Alat sambung = Baut ø16 mm
g. Mutu baja Fy 37 = 2.400 kg/cm2
h. Modulus elastisitas baja = 2 x 106 kg/cm2
i. Modulus tekanan tiup angin = 25 kg/m2
j. Berat penutup atap (genteng) = 50 kg/m2
k. Beban pekerja = 100 kg
l. Beban plafon = 18 kg/m2

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
20

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

2.4.1 Perhitungan Gording


Setelah ditentukan tipe kuda-kuda yang akan dipakai dan profil yang
digunakan, selanjutnya yaitu menghitung gording, berikut adalah
perhitungannya.

2.4.1.1 Dimensi Profil

Profil yang digunakan = Light Lip Channels 150 x 75 x 20 x 4,5


Data:
Wgording = 11 kg/m
A = 13,97 cm2
Ix = 5,92 cm4
Iy = 2,66 cm4
ix = 5,71 cm
iy = 1,81 cm Gambar 2.2 Profil Kanal C
Sumber: Gunawan (1987)
Zx = 37,4 cm3
Zy = 8,19 cm3
Jarak antar gording (s) = 2,365 m
Jarak antar kuda-kuda =2 m
Kemiringan atap () = 35 o
2.4.2 Perhitungan Ikatan Angin
Jarak antar gording 1,803 m
jarak antar kuda2 4 m
Sudut kemiringan (α) 34 derajat
Berat penutup atap 50 Kg/m2
Berat sendiri gording 11 Kg/m2
Berat org & peralatan 100 Kg
Mutu baja BJ-37

Pembebanan

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
21

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

beban direncanakan sebagai beban terpusat pada tiap joint ikatan angin
sebagai berikut :
pD = ( berat penutup x JAK x JAG) + (berat sendiri gording JAK)
= 409 kg
pL = 100 kg

beban searah sumbu batang


pD = (pD tiap join/sin α) x 2
= 1636 kg
pL = (pL tiap join/sin α ) x 2
= 400 kg
Pu = 1,2 pD + 1,6 pL
= 2603,200 kg
= 26032 N
Tahanan Tarik Ikatan Angin
Asumsi ikatan angin berdiameter =16 mm
Kondisi leleh Sebesar :
Tn = Ag x fy
= 48230,4 N
φTn = 24416,64 N
Kondisi Fraktur Sebesar :
Tn = Ag x fy
= 43407,4 N
φTn = 66919,68 N
φTn ( tahanan tarik batang ) = 2441,64 N > Pu = 16040,55 N OK
Jadi ikatan angin menggunakan diameter 16 mm.

2.4.3 Beban-Beban Atap


Berat penutup atap (genteng) = 50 kg/m2
Beban orang dan peralatan = 100 kg
Beban angin (ω) = 25 kg/m2
Beban plafond + penggantung = 18 kg/m2

2.4.4 Pembebanan
a. Beban Mati
Penutup Atap Genteng (50 ×2,365) = 118,25 kg/m
Berat Gording (6,76 ) = 6,76 kg/m
Plafond + penggantung ¿ ×2,365 ¿ = 42,57 kg/m +

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
22

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

qd = 167,58 kg/m
b. Beban Hidup
Beban orang dan peralatan = 100 kg
P = 100 kg
2.4.4.1 Beban Angin (untuk  = 34)
Untuk  < 65 → 0,02 - 0,4
Koefisien angin tekan (Ct) = 0,02 - 0,4 = 0,3
Koefisien angin hisap (Ch) = - 0,4
ωtekan ¿ C t × Bebanangin ( ω ) × Jarak gording (s )
= 0,3 × 25 × 2,365
= 17,74 kg/m
ωhisap ¿ C h × Beban angin ( ω ) × Jarak gording( s)
= -0,4 × 25 × 2,365
= -23,65 kg/m

2.4.4.2 Akibat Beban Mati


qy = q sin 
= 167,58 sin 350
= 96,12 kg/m
qx = q cos 
= 167,58 cos 350
Gambar 2.3 Pemodelan Beban Mati = 137,27 kg/m
pada Bidang Miring

2.4.4.3 Akibat beban hidup

Py = P sin 
= 100 sin 350
= 57,36 kg
Px = P cos 
= 100 cos 350
= 81,92 kg
Gambar 2.4 Pemodelan Beban Hidup
pada Bidang Miring
Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101
Aditya Suryadi / 17.B1.0104
23

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

2.4.4.4 Angin Tekan

ω tekan = 17,74 kg/m


Mux = 1/8 x Wty x 22
= 8,87 Kgm
Muy = 1/8 x Wtx x 22
= 0 kgm

Gambar 2.5 Pemodelan Beban Angin


Tekan pada Bidang Miring

2.4.4.5 Angin Hisap

ω hisap = -23,65 kg/m


Mux = 1/8 x Why x 22
= -11,83 Kgm
Muy = 1/8 x Whx x 22
= 0 Kgm

Gambar 2.6 Pemodelan Beban Angin


Hisap pada Bidang Miring

2.4.5 Perhitungan Momen


2.4.5.1 Akibat beban mati

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
24

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

Gambar 2.7 Pemodelan Bidang Momen


Akibat Beban Mati

1 2
Mx ¿ × q x × Jarak Kuda−Kuda
8
1 2
¿ ×137,27 × 2
8
¿ 68,64 kg .m
1 1 2
My ¿ × q y ×( x Jarak Kuda−Kuda )
8 2
1
¿ × 96,12× 12
8
¿ 12,01 kg . m
2.4.5.2 Akibat beban hidup

1/4 x P x L

Gambar 2.8 Pemodelan Bidang


Momen Akibat Beban Hidup

1
Mx ¿ × P x × Jarak Kuda−Kuda
4
1
¿ ×81,92 ×2
4
¿ 40,96 kg . m
1 1
My ¿ × P y ×( x Jarak Kuda−Kuda)
4 2
1
¿ ×57,36 ×1
4
¿ 14,34 kg . m

2.4.5.3 Akibat beban angin


i. Angin Tekan

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
25

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

Akibat arah beban angin adalah tegak lurus pada bidang atap, maka
beban yang bekerja adalah :
Wtx = 0 Kg/m
Wty = Wt
= 17,74 Kg/m
Sehingga Momen ultimate (Mu) yang bekerja pada gording :
1 2
Muₓ¿ × ωtekan ×Jarak Kuda−Kuda
8
1
¿ × (17,74 ) × 22
8
¿ 8,87 kg .m
ii. Angin Hisap
Karena arah beban angin adalah tegak lurus pada bidang atap, maka
beban yang bekerja adalah :
Wtx = 0 Kg/m
Wty = Wh
= -23,65 Kg/m
Sehingga Momen ultimate (Mu) yang bekerja pada gording:
1 2
Mₓ ¿ × ωhisap × Jarak Kuda−Kuda
8
1
¿ × (−23,65 ) × 22
8
¿−11,83 kg . m

2.4.6 Kombinasi Beban


Setelah diketahui besaran masing-masing beban selanjutnya melakukan
perhitungan beban kombinasi berdasar ketentuan. Menurut peraturan pada
SNI-1729-2015, karena beban akan bekerja pada struktur baja maka
hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2.4
Tabel 2.4 Kombinasi Beban
N Arah x Arah z
Kombinasi Beban
o (kg.cm) (kg.cm)
1. U = 1,4D     9.609,145 1681,10

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
26

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

2. U = 1,2D + 1,6La     14798,63 3736,10


U = 1,2D + 1,6La +
  15499,13 3736,10
0,8Wt  
U = 1,2D + 1,6La +
13843,63 3736,10
0,8Wh
U = 1,2D + 1,3Wt +
3. 11437,23 2158,77
0,5La
U = 1,2D + 1,3Wh + 0,5La 8747,04 1441,80

4. U = 0,9D + 1,3Wt 7330,24 1081,35


U = 0,9D + 1,3Wh   4640,06 1081,35
Sumber : SNI-1729-2015
Momen – momen yang maksimum
Mx Max = 15.499,13 kg.cm
My Max = 3.736,10 kg.cm

2.4.7 Kontrol Terhadap Momen


Momen yang bekerja pada profil
Mnx = Zx × fy
= 37,4 cm3 × 2.400 kg/m2
= 89760 kg.cm
Mny = Z y × fy
= 8,19 cm3 × 2400 kg/m2
= 19656 kg.cm

2.4.8 Kontrol Tegangan Lentur


M ux M uy
+ ≤1
∅ × M nx ∅ × M ny
15499,13 3736,1
+ ≤1
0,9 ×89760 0,9× 19656
0,40 ≤1  Aman
2.4.9 Kontrol Lendutan
Menurut Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI 1983)
batas lendutan maksimum arah vertikal untuk gording batang tunggal
menerus sebagai berikut.

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
27

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

1 1
× jarak kuda−kuda= ×200=1,11 cm
180 180
2.4.9.1 Lendutan di y (δ y )
4 3
5 × qy × L Py×L
δ y= +
384 × E s × I x 48 × E s × I x
4 3
5 ×( 96,51/100)×200 57,36 × 200
δ y= 6
+ 6
δ y =0,053 cm
384 ×2.10 × 280 48 × 2.10 × 280
2.4.9.2 Lendutan di x (δ x )
4 3
5 × qx × L Px× L
δ x= +
384 × Es × I y 48 × E s × I y

5 ×(137,83/100) ×200 4 81,92× 200


3
δ x= 6
+ 6
384 × 2.10 × 28,3 48× 2.10 ×28,3
δ x =0,746 cm
2.4.9.3 Kontrol lendutan (δ)
δ=√ δ 2x +δ 2y

δ=√ 0,7492 +0,0532


δ =0,750 cm ≤1,11 cm  Aman
Berdasarkan analisis perhitungan, pembebanan pada atap memenuhi
persyaratan untuk profil gording Light Lip Channel 150.50.20.3,2

2.4.10. Perhitungan Dimensi Trekstang


Data – data :
Jarak antar gording (s) = 2,365 m
Jarak antar kuda-kuda =2 m
Kemiringan atap () = 35o
Jumlah trekstang =1 buah
Berat penutup atap (genteng) = 50 kg/m2
Beban orang dan peralatan = 100 kg
Beban angin (ω) = 25 kg/m2
Beban hujan = 40 kg/m2

2.4.10.1 Pembebanan

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
28

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

a. Beban Mati
Penutup Atap Genteng (50 ×2) = 100 kg/m
Berat Gording (6,76 + (10% × 6,76) = 6,76 kg/m+
qD = 106,76 kg/m

b. Beban Hidup
Beban orang dan peralatan = 100 kg
PL = 100 kg
c. Beban Angin (untuk  = 34)
Untuk  < 65 → 0,02 - 0,4
Koefisien angin tekan (Ct) = 0,02 - 0,4 = 0,3
Koefisien angin hisap (Ch) = - 0,4
ωtekan ¿ C t × Bebanangin ( ω ) × Jarak gording (s )
= 0,3 × 25 ×2,365
= 17,74 kg/m
ωhisap ¿ C h × Beban angin ( ω ) × Jarak gording( s)
= -0,4 × 25 × 2,365
= -23,65 kg/m

d. Beban Hujan
Muatan air hujan = 40 – 0,8 kg/m2 = 12 kg/m2
Beban air hujan (Qh)= 16 x 3 = 48 kg/m

e. Pembebanan Total (P total)


P total = (Qd + ωtekan + Qh) x jarak antar kuda – kuda + PL
= (106,76 kg/m + 17,74 kg/m + 48 kg/m) x 2 + 100 kg
= 444,995 kg
f. Beban yang timbul persegmen panjang gording (P persegmen)
Jumlah trekstang yang digunakan = 1 buah, maka n = 1
P total 444,995
P persegmen = = = 222,498 kg
n+1 2

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
29

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

g. Luas Batang Trekstang yang Dibutuhkan (Fn)


σ ijin = 1400 kg/cm2
P 223,174
Fn = = = 0,159 cm2
σ 1400
h. Luas Batang Trekstang yang Dibutuhkan Berdasarkan Angka
Keamanan (Fbr)
Fbr = 1,25 x Fn
= 1,25 x 0,159
= 0,199 cm2
i. Diameter Trekstang yang Digunakan

d =
√ Fbr
¼π
=

0,199
¼π
= 0,503 cm = 5,03 mm

Digunakan trekstang dengan diameter 10 mm (berdasarkan yang dijual di


pasar, minimal Ø 10 mm)

2.4.11 Perhitungan Atap Baja


Jarak gording = 1,803 m
Bentang kuda-kuda = 12 m
Tinggi kuda-kuda =4 m

Su
dut kemiringan kuda-kuda = 34˚
Gambar 2.9 Desain Struktur Kuda-Kuda

2.4.11.1 Analisa Statika / Beban

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
30

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

Setelah menentukan desain struktur kuda-kuda, selanjutnya dilakukan


perhitungan untuk menguji kekuatan struktur.

a. Pembebanan
Beban mati
Jarak Total
Beban Koefisien berat panjang
kuda2 (kg)
Beban mati
1. beban Gording 6.76 2 13.520
2. beban Penutup Atap 50 2.365 2 2.36500

Beban Arah X Arah Z

1. Beban Gording 0 44
2. Beban Penutup Atap 0 360,6
250.020

Beban Hidup (L)


Pekerja = 100 kg/m2
1) Beban Hujan
Untuk beban akibat air hujan diabaikan karena air hujan langsung di alirkan ke
bawah melalui saluran pipa.
2) Beban Angin (W)
Beban Angin (qa) = 25 kg/m2
Kemiringan atap (α) = 340
Koefisien angin tekan (Ct) = 0,02 x α - 0,4 = 0,30
Koefisien angin hisap (Ch) = -0,40
Angin Tekan (Wt)
Angin Tekan = qa x Ct x jarak gording x jarak kuda-kuda
= 25 kg/m2 x 0,3 x 2,365 m

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
31

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

= 17,74 kg
Angin Hisap (Wh)
Angin Hisap = qa x Ch x jarak gording x jarak kuda-kuda
= 25 kg/m2 x (-0,4) x 2,365 m
= -23,65 kg
b. Analisa Statistika
1. Beban Mati (D)
Beban Gording = berat gording x jarak kuda-kuda
= 6,76 x 2 = 13,52
Beban Penutup atap = berat atap x jarak kuda-kuda x jarak gording
= 50 x 2 x 2,365
Beban Gording + Beban Penutup Atap = 512,61
Beban Plafond = berat plafond x jarak plafond x jarak kuda-kuda
= 18 x 1,938 x 2 = 69,77
Maka beban mati dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.10 Beban Mati pada Struktur Atap

2. Beban Hidup (L)


Beban Pekerja =100kg

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
32

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

Gambar 2.11 Beban Hidup pada Struktur Atap

3. Beban Angin (W)


i. Angin Kiri
Angin Tekan
Wtx = Wtx x sin α = 35,48 kg x sin 35˚ = 20,35 kg
Wty = Wty x cos α = 35,48 kg x cos 35˚ = 29,06 kg
Angin Hisap
Whx = Wtx x sin α = -47,3 kg x sin 35˚ = -27,13 kg
Why = Wty x cos α = -47,3 kg x cos 35˚ = -38,75 kg
ii. Angin Kanan
Angin Tekan
Wtx = Wtx x sin α = 35,48 kg x sin 35˚ = 20,35 kg
Wty = Wty x cos α = 35,48 kg x cos 35˚ = 29,06 kg

Angin Hisap
Whx = Wtx x sin α = -47,3 kg x sin 35˚ = -27,13 kg
Why = Wty x cos α = -47,3 kg x cos 35˚ = -38,75 kg

Berikut ini adalah rekap pembebanan tiap buhul yang berikutnya dapat
diinput ke aplikasi SAP2000, dapat diperlihatkan pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Rekap Pembebanan pada Kuda-Kuda
Titik Beban Mati Beban Hidup Angin

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
33

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

(DL) (LL)
Buhul Arah X Arah Z
(Kg) (Kg)
(Kg) (Kg)
1 159,99 100,00 -27,13 29,06

2 250,02 100,00 -27,13 29,06

3 250,02 100,00 -27,13 29,06

4 250,02 100,00 -27,13 29,06

5 250,02 100,00 20,35 29,06

6 250,02 100,00 20,35 -38,75

7 250,02 100,00 20,35 -38,75

8 250,02 100,00 20,35 -38,75

9 159,99 100,00 20,35 -38,75

10 69,77 0 0 0

11 69,77 0 0 0

12 69,77 0 0 0

13 69,77 0 0 0

14 69,77 0 0 0

15 69,77 0 0 0

16 69,77 0 0 0

2.5 Hasil SAP2000


Data – data :
Jarak antar kuda - kuda =2 m
Jarak antar gording = 2,365 m
Kuda - kuda baja = ┘└ 70.70.7
Berat profil (w) = 7,38 kg/m
Luas (Ag) = 10,1 cm2
Berat Gording baja Lip Channel 150.50.20.3,2 = 6,76 kg/m
2.5.1 Perhitungan SAP
a. Profil ┘└ 70.70.7
Hasil cek struktur dapat dilihat pada Gambar 2.12.

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
34

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

Gambar 2.12 Tampilan Bentuk Atap pada SAP2000


b. Pembebanan Atap
Hasil input pembebanan dapat dilihat pada gambar 2.13, 2.14, dan 2.15.

Gambar 2.13 Input Beban Mati (kg/m)

Gambar 2.14 Input Beban Hidup (kg)

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
35

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

Gambar 2.15 Input Beban Angin (kg/m)


c. Hasil permodelan
Hasil Gaya aksial batang pada struktur kuda-kuda dapat dilihat pada
Gambar 2.16.

Gambar 2.16 Axial Force (kg.m)

Hasil reaksi tumpuan batang pada struktur kuda-kuda dapat dilihat pada
Gambar 2.17

Gambar 2.17 Reaksi Tumpuan (kg.m)

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
36

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

Perhitungan pembebanan atap baja menggunakan SAP untuk mendapatkan


nilai RA dan RB. Pada gambar hasil perhitungan diambil nilai RA/RB
terbesar yaitu 4590,97 kg.

2.5.2 Kontrol Hitungan


Dari Output SAP diperoleh :
Gaya Tarik Maksimum (Nu) = 5500,64 kg
Gaya Tekan Maksimum (Nu) = -6739,36 kg (tanda – Arah)
Batang Tarik (contoh S12)
Nu = 5500,64 kg
Panjang Batang (L) = 1938 mm
Profil Baja yang dianalisis adalah 2L 70.70.7
Dengan data profil sebagai berikut ini :
Ag = 940 mm2 ix = 21,2 mm
Ix = 424000 mm4 iy = 21,2 mm
Iy = 424000 mm2 e = 19,7 mm
Mutu Baya BJ 37
Fy = 240 N/mm2
Fu = 370 N/mm2
Syarat Kelangsingan
L
λ = < Fy
i min
1938
λ = < 240
2 x 21,2
λ = 45,71 < 240  Aman

Kontrol Tegangan
Terhadap Leleh
Ag = 2 x 940
= 1880 mm2
ϕ Nn = ϕ x Ag x Fy
= 0,9 x 1880 x 240

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
37

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

= 406080 N
= 40608 kg
Nu < ϕ Nn
5500,64 < 40608,00  Aman
Terhadap Fraktur
An = 2 x 940 mm2
= 1880 mm2
Menurut Pasal 10.2 SNI 03-1729-2002;
e
U = 1− ≤ 0,9
¿
(2 x 19,7 )
= 1− ≤ 0,9
1938
= 0,98 ≤ 0,9
Maka untuk nilai Koefisien reduksi (U) adalah 0,9
Ae = U x An
= 0,9 x 1880
= 1692 mm2
ϕ Nn = ϕ x Ae x Fu
= 0,75 x 1693 x 370
= 469530 N = 46953 Kg
Nu ≤ ϕ Nn
5500,64 ≤ 46953,00  Aman

Batang Tekan (contoh S2)


Nu = 5922,52 kg
Panjang Batang (L) = 2.365 mm
Profil Baja yang dianalisis adalah 2L 70.70.7
Dengan data profil sebagai berikut ini :
Ag = 940 mm2 ix = rx = 21,2 mm
Ix = 424000 mm4 iy = ry = 21,2 mm
Iy = 424000 mm2 e = 19,7 mm
r min = 42,4 mm

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
38

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

Mutu Baja BJ 37
Fy = 240 N/mm2
Fu = 370 N/mm2

Kontrol Tegangan
Menurut Pasal 7.6-1 SNI 03-1729-2002
Karena Tumpuan Sendi-Rol maka Koefisien, Kc = 2
Panjang Batang 2365
L1 = = = 157,67 mm
Jumlah Pelat−1 16−1
L1 157,67
λ1 = = = 3,718632075
r min 42,4
Syarat :
λ1 < 50
3,718632075 < 50  Aman

Arah Sumbu Kuat (Sumbu X)


K.Lx
λx =
rx
2 x 2.365
=
42,4
= 111,56

λcx =
π √
λ x Fy
E

=
111,56
π √240
200000
= 1,2301
1,43
ωx =
1,6−(0,67 . λc x)
1,43
=
1,6−(0,67 x 3,8912)
= 1,84
Nn = Ag x fcr

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
39

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

fy
= Ag x
ωy
240
= 940 x
−1,4199
= 244796,930 kg
ФNn = 0,85 x Nn
= 0,85 x 244796,930
= 208077,39 kg
Syarat :
ФNn > Nu
208077,39 > 5922,52  Aman

Arah Sumbu Lemah (Sumbu Y)


tp
Iy = 2 (λy1 + Ag (ey +( ) ²)
2
10
= 2 (424000 + 940 (19,7 + ( )² ¿
2
= 932036 mm4
A Profil = 2 x Ag
= 2 x 940
= 1880 mm2

fy =
√ Iy
A Profil

=
√ 932036
1880
= 22,27 mm
K. L y
λy =
ry
2 x 2.365
=
22,27
= 212,39
Kelangsingan Ideal

√ 2 m
λ y +λiy λ 1²
2 =

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
40

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

√ 2 2
212,39 + 3,718 ²
2 =
= 212,42
Syarat :
λiy > 1,2.λ1
212,42 > 4,462358491  Aman
Karena :
λiy < λx
212,42 < 111,56
212,42 < 111,56  Aman
Maka, tekuk terjadi pada sumbu kuat (sumbu X)

λcy =
π √
λ iy Fy
E

=
π √
211,42 240
20000
= 2,3423

0,25 < λcy < 1,2


0,25 < 2,342265 < 1,2
1,43
ωy =
1,6−(0,67 . 2,342265)
= 46,61
Nn = Ag x fcr
fy
= Ag x
ωy
240
= 940 x
46,61
= 9680,920 kg
ФNn = 0,85 x Nn
= 0,85 x 9680,920
= 8228,78 kg
Syarat :
Nu ≤ ϕ Nn

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
41

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

5922,52 ≤ 8228,920  Aman


Berdasarkan Pasal 9.2 SNI 03-1729-2002
Pemeriksaan Terhadap Tekuk Lentur Torsi
GxJ
G =
A x ṝ ₀²

200.000
=
2(1+0,3)
= 76.923,08
J = 2 .∑ 1 .b . t ³
3
1 3 1 3
= 2 x [( x 65 x 7 )+( x ( 65−7 ) x 7 )]
3 3
= 28.126 mm4
yo = eₓ− t
2
= 19,7 −7
2
= 16,2 mm
xo =0
ṝ₀² = Ix+ Iy
+ x₀² + y₀²
A
( 42,4+42,4 ) x 104
= + 0² +
2 X 940
= 713,5

GxJ
fcrz =
A x ṝ ₀²
76923,08 x 28126
= ( 2 x 940 ) x 713,5

= 1612,92 Mpa
2
H = 1− x ₀ + y ₀²
ṝ ₀²
2
0 +15²
` = 1−
608,91
= 0,63

fy
fcry = ωy

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
42

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

= 240
1,37
= 5,15 Mpa

Fclt =
fcry +fcrz
2H
x 1− 1−

4. fcry . fcrz . H
(fcry + fcrz)²

=
5.15+1612,92
2 x 0,63
x 1− 1−

4 . 5,15 x 1612,92 x 0,63
(5,15+1612,92) ²

= 1169,36 Mpa
Nnlt = Ag x fclt
= 940 x 1169,36
= 1099198,4 kg
øc x Nnlt = 0,85 x 1099198,4
= 934318,64 kg
Syarat :
Nu < øc x Nnlt
5922,5 < 934318,6 kg  Aman
Nn < Nnlt
9680,92 < 1099198,4
Jadi, Kuat tekan rencana menentukan
Nu = 5922,5
øc x Nn 8228,78

= 0,72
Nu
øc x Nn < 1
0,19 < 1  Cukup Kuat
Jadi, Profil 2L 70.70.7 Cukup Kuat!

2.5.3 Perhitungan Alat Sambung


Data perencanaan :
Tebal pelat buhul = 10 mm
Diameter baut (db) = 16 mm

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
43

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

Luas (Ab ) = 1/4 x π x db2


= 201,06 mm2

Mutu Baja BJ 37
Baut
fy = 240 MPa
fub = 370 MPa

Pelat
fy = 240 MPa
fu = 370 MPa

1. Kekuatan terhadap Geser


Menurut Pasal 13.2-2 SNI 03-1729-2002
“Apabila jarak lubang tepi terdekat dengan sisi pelat dalam arah kerja
gaya lebih besar daripada 1,5 kali diameter lubang, jarak antar lubang
lebih besar daripada 3 kali diameter lubang, dan ada lebih dari satu baut
dalam arah kerja gaya”
Jumlah bidang geser (m) =2
Baut tanpa ulir pada bidang geser (r2) = 0,5
ϕRn = ϕ x r1 x m x fub x Ab
= 0,75 x 0,5 x 2 x 370 x 201,06
= 55.794,7 N
= 5.579,47 kg

2. Kekuatan terhadap Tumpu


Menurut Pasal 13.2-7 SNI 03-1729-2002
ϕRn = ϕ x 2,4 x db x tp x Fu
= 0,75 x 2,4 x 16 x 10 x 370
= 106.560 N
= 10.650 kg

Maka yang menentukan adalah 5.579,47 kg

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
44

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

3. Kebutuhan Baut
Batang Tarik (contoh S12)
Nu = 5500,64 kg
ϕRn = 5.579,47 kg
N baut = Nu
ϕRn
= 5500,64
5.579,47
= 0,99 ≈ 2 buah
Pemasangan baut:
1,5d ≤ S1 ≤ 3d
24 ≤ 40 ≤ 48

S1  40

3d ≤ S ≤ 15tp
48 ≤ 80 ≤ 150
S  80

Batang Tekan (contoh S2)


Nu = 6739,36 kg
ϕRn = 5.579,47 kg
Gambar 2.18 Tata Letak Baut
N baut = Nu
Sumber : Setiawan (2017)

ϕRn

= 6739,36

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
45

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

5.579,47
= 1,21 ≈ 2 buah
Pemasangan baut:
1,5d ≤ S1 ≤ 3d
24 ≤ 40 ≤ 48
S1  40

3d ≤ S ≤ 15tp
48 ≤ 80 ≤ 150

S  80
Gambar 2.19 Tata Letak Baut
Sumber : Setiawan (2017)

Rekap kebutuhan baut tiap sambungan dapat diperlihatkan pada tabel 2.6
sebagai berikut:
Tabel 2.6 Rekap Sambungan

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
46

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

2.6 Perhitungan Base Plat


Data Rencana :
B = 700 mm

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
47

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

N = 700 mm
bf = 70 mm
d = 70 mm
fy = 240 MPa
Pu = - 4451,09 kgf
Vu = 219,87 kgf
Tu = 3626,2 kgf
Tebal Base Plate (Kategori A)
N −0,95 d 600−0,95 x 60
m = = = 316,2 mm
2 2
B−0,8 bf 600−0,8 x 60
n = = = 322 mm
2 2

n’ =
√ d x bf
4

=
√ 60 x 60
4
= 35 mm

Tp Perlu > 1,49 x c x


√ PU
B x n x fu

> 1,49 x 276 x


√ 5385 ,24
600 x 600 x 240
> 9 mm
Angkur (4 Diameter 16 A325)
n =4
Vu
Vub =
n
219,87
=
4
= 54,96 N
ϕ Fv Ab = 0,75 x 414 x 201,0619
= 62.429,73 N > Vub (54,96 N) ………... Aman
Ft = 807-1,5 Fv < 621
= 807 – 1,5 x 414
= 186 mPa < 621…….. Aman

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104
48

Tugas Besar Perancangan Bangunan Sipil


Proyek Pembangunan Gedung Dormitory Ungaran Tiga Lantai

Tu
Tub =
n
3626,2
=
4
= 906,55 N

ϕ Ft Ab = 0,75 x 186 x 201,0619


= 28.048,14 N > Tub (906,55 N) …….. Aman

Ambil tebal base plate tp = 9 mm


Sehingga ukuran base plate adalah 700 x 700 x 70 mm sejumlah 2 plat.

Purnomo Eko Prasetyo / 17.B1.0101


Aditya Suryadi / 17.B1.0104

Anda mungkin juga menyukai