Anda di halaman 1dari 73

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Dasar Perencanaan

2.1.1 Jenis Pembebanan

Perencanakan struktur pada suatu bangunan bertingkat berdasarkan pada

gaya gaya yang akan bekerja pada bangunan tersebut. struktur yang didisain harus

mampu mendukung berat bangunan, beban hidup akibat fungsi bangunan, tekanan

angin, maupun beban khusus berupa gempa dll. Beban-beban yang bekerja pada

struktur dihitung menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983.

2.1.1.1 Beban Mati (qDL)

Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap,

termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian–penyelesaian, mesin mesin serta

peralatan tetap yang merupakan bagian tak terpisahkan dari gedung itu.Untuk

merencanakan gedung ini, beban mati yang terdiri dari berat sendiri bahan

bangunan dan komponen gedung adalah :

Tabel 2.1. Berat jenis bahan bangunan

No. Material Berat Keterangan


1. Baja 7850 kg/m3
2. Batu alam 2600 kg/m3
3. Batu belah, batu bulat,batu gunung 1500 kg/m3 berat tumpuk
4. Batu karang 700 kg/m3 berat tumpuk
5. Batu pecah 1450 kg/m3
6. Besi tuang 7250 kg/m3
7. Beton 2200 kg/m3


 
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Berat jenis bahan bangunan (lanjutan)

No. Material Berat Keterangan


8. Beton bertulang 2400 kg/m3
9. Kayu 1000 kg/m3 kelas I
10. Kerikil, koral 1650 kg/m3 kering udara sampai
11. Pasangan bata merah 1700 kg/m3
12. Pasangan batu belah, batu bulat, 2200 kg/m3
13. Pasangan batu cetak 2200 kg/m3
14. Pasangan batu karang 1450 kg/m3
15. Pasir 1600 kg/m3 kering udara sampai
16. Pasir 1800 kg/m3 jenuh air
17. Pasir kerikil, koral 1850 kg/m3 kering udara sampai
18. Tanah, lempung dan lanau 1700 kg/m3 kering udara sampai
19. Tanah, lempung dan lanau 2000 kg/m3 basah
20. Timah hitam / timbel) 11400 kg/m3
(Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983.)

Tabel 2.2. Beban Mati Tambahan (komponen gedung)

No. Material Berat Keterangan


Adukan, per cm tebal :
1. 21 kg/m2
- dari semen
- dari kapur, semen merah/tras 17 kg/m2
2. Aspal, per cm tebal : 14 kg/m2
Dinding pasangan bata merah :
3. 450 kg/m2
- satu batu
- setengah batu 250 kg/m2
Dinding pasangan batako :
- berlubang :
tebal dinding 20 cm (HB 20) 200 kg/m2
4. tebal dinding 10 cm (HB 10) 120 kg/m2

- tanpa lubang : 300 kg/m2


tebal dinding 15 cm tebal
200
dinding 10 cm kg/m2


 
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Beban mati tambahan (komponen gedung) (lanjutan)

No. Material Berat Keterangan


Langit-langit & dinding, terdiri :
termasuk rusuk-rusuk,
- semen asbes (eternit), tebal 11 kg/m2
5. tanpa pengantung atau
maks. 4 mm
pengaku
- kaca, tebal 3-5 mm 10
kg/m2
6. Lantai kayu sederhana dengan 40 kg/m2 tanpa langit-langit, bentang

7. Penggantung langit-langit (kayu) 7 kg/m2 bentang maks. 5 m, jarak

8. Penutup atap genteng 50 kg/m2 dengan reng dan usuk / kaso

9. Penutup atap sirap 40 kg/m2 dengan reng dan usuk / kaso

10. Penutup atap seng gelombang 10 kg/m2 tanpa usuk

11. Penutup lantai ubin, /cm tebal 24 kg/m2 ubin semen portland, teraso

12. Semen asbes gelombang (5 mm) 11 kg/m2


(Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983.)

2.1.1.2 Beban Hidup (qLL)

Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghuni atau pengguna suatu

gedung, termasuk beban – beban pada lantai yang berasal dari barang – barang yang

dapat berpindah, mesin – mesin serta peralatan yang merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu,

sehingga mengakibatkan perubahan pembebanan lantai dan atap tersebut.

Khususnya pada atap, beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan

(PPIUG 1983)


 
Universitas Sumatera Utara
Beban hidup merupakan baban-beban gravitasi yang bekerja pada saat struktur

telah berfungsi, namun bervariasi dalam besar dan lokasinya. Contohnya adalah

beban orang, furnitur, perkakas yang dapat bergerak, kendaraan dan barang-barang

yang dapat disimpan. Secara praktis beban hidup bersifat tidak permanen

sedangkan, yang lainnya sering berpindah-pindah tempatnya. Karena tidak

diketahui besar, lokasi dan kepadatannya, besar dan posisi sebenarnya dari beban-

beban semacam itu sulit sekali ditentukan (Salmon dan Johnson, 1992).

Beban hidup untuk bangunan terdiri dari beban hidup lantai dan beban hidup atap

yang bervariasi bergantung pada fungsi bangunan tersebut

Tabel 2.3. Beban Hidup Pada Lantai Bangunan

No. Fungsi Beban Hidup


a. Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali disebut no b 200 kg/m2
Lantai & tangga rumah tinggal sederhana dan gudang
b. gudang tidak penting yang bukan untuk toko, pabrik atau 125 kg/m2
bengkel
Lantai sekolah ruang kuliah, Kantor, Toko, toserba,
c. 250 kg/m2
Restoran, Hotel, asrama, Rumah Sakit
d. Lantai ruang olahraga 400 kg/m2
e. Lantai ruang dansa 500 kg/m2
Lantai dan balkon dalam dari ruang pertemuan yang lain
f. dari pada yang disebut dalam a s/d e seperti masjid, gereja, 400 kg/m2
ruang pagelaran/rapat, bioskop dengan tempat duduk tetap
Lantai panggung dengan tempat duduk tidak tetap atau
g. 500 kg/m2
untuk penonton yang berdiri
Lantai Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut
h. 300 kg/m2
dalam c
Lantai Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut
i. 500 kg/m2
dalam d, e, f, dan g
Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c, d, e, f,
j. 250 kg/m2
dan g
Lantai Pabrik, bengkel, gudang Perpustakaan, ruang
arsip,toko buku, toko besi, ruang alat alat dan ruang mesin
k. 400 kg/m2
harus direncanakan terhadap beban hidup ditentukan
tersendiri, dengan minimum


 
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3. Beban Hidup Pada Lantai Bangunan (lanjutan)

No. Fungsi Beban Hidup


Lantai gedung parkir bertingkat :
l. - Lantai bawah 800 kg/m2
- Lantai tingkat lainnya 400 kg/m2
Lantai balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus
m. direncanakan terhadap beban hidupdari lantai ruang 300 kg/m2
berbatasan, dengan minimum
(Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983.)

Tabel 2.4. Beban Hidup Pada Atap

No. Fungsi Beban


Hidup
Atap / bagiannya dapat dicapai orang, termasuk kanopi
a. 100 kg/m2
dan atap dak
Atap / bagiannya tidak dapat dicapai orang (diambil min.) :
b. - beban hujan 20 kg/m2
- beban terpusat 100 kg
c. Balok/gording tepi kantilever 200 kg/m2
(Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983.)

Berhubung peluang untuk terjadi beban hidup penuh yang membebani semua

bagian dan semua unsur struktur pemikul secara serempak selama unsur gedung

tersebut adalah sangat kecil, maka pada perencanaan balok induk dan portal dari

system pemikul beban dari suatu struktur gedung, beban hidupnya dikalikan

dengan suatu koefisien reduksi yang nilainya tergantung pada penggunaan

gedung yang ditinjau dan yang dicantumkan pada tabel 2.5.

10 
 
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.5. Koefisien reduksi beban hidup

Koefisien Reduksi Beban Hidup


Penggunaan gedung Perencanaan balok Peninjauan
induk dan portal gempa
PERUMAHAN/PENGHUNIAN :
Rumah tinggal, asrama, hotel, rumah 0,75 0,30
sakit
PENDIDIKAN :
Sekolah, Ruang kuliah 0,90 0,50

PERTEMUAN UMUM :
Mesjid, gereja, bioskop, restoran, ruang 0,90 0,50
dansa, ruang pagelaran
KANTOR :
0,60 0,30
Kantor, Bank
PERDAGANGAN :
Toko, toserba, pasar 0,80 0,80

PENYIMPANAN :
Gudang, perpustakaan, ruang arsip 0,80 0,80

INDUSTRI :
Pabrik, bengkel 1,00 0,90

TEMPAT KENDARAAN :
0,90 0,50
Garasi, gedung parkir
GANG & TANGGA :
- Perumahan/penghunian
- Pendidikan, kantor
0,75 0,30
0,75 0,50
- Pertemuan umum, perdagangan,
0,90 0,50
- Penyimpanan, industri, tempat
kendaraan

(Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983.)

11 
 
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.3 Beban Angin (qWL)

Besarnya beban angin yang bekerja pada struktur bangunan tergantung dari

kecepatan angin, rapat massa udara, letak geografis, bentuk dan ketinggian

bangunan, serta kekakuan struktur. Bangunan yang berada pada lintasan angin,

akan menyebabkan angin berbelok atau dapat berhenti. Sebagai akibatnya, energi

kinetik dari angin akan berubah menjadi energi potensial, yang berupa tekanan atau

hisapan pada bangunan. Beban Angin adalah semua beban yang bekerja pada

gedung atau bagian gedung

Beban Angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan

negatif (hisapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang yang ditinjau. Besarnya

tekanan positif dan negatif yang dinyatakan dalam kg/m2 ini ditentukan dengan

mengalikan tekanan tiup dengan koefisien – koefisien angin. Tekan tiup harus

diambil minimum 25 kg/m2, kecuali untuk daerah di laut dan di tepi laut sampai

sejauh 5 km dari tepi pantai. Pada daerah tersebut tekanan hisap diambil minimum

40 kg /m2 (dimana V adalah kecepatan angin dalam m/det, yang harus ditentukan

oleh instansi yang berwenang. Sedangkan koefisien angin ( + berarti tekanan dan –

berarti isapan ). beban tekanan angin disederhanakan dalam bentuk koefisen angin

yang di rangkum dalam tabel 2.6

12 
 
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.6. Koefisien Beban Angin

No. Jenis Gedung / Struktur Posisi Tinjauan Koefisien


1. Gedung tertutup :
a. Dinding vertikal - di pihak angin + 0,9
- di belakang angin - 0,4
- sejajar arah angin - 0,4

b. Atap segitiga - di pihak angin (α < 65o) ( 0,02.α - 0,4)


+ 0,9
- di pihak angin (65o < α <90o)
- 0,4
- di belakang angin (semua sudut)

c. Atap segitiga majemuk ( 0,02.α - 0,4)


- bidang atap di pihak angin (α < 65o ) + 0,9
- bidang atap di pihak angin
(65o<α<90o) - 0,4
- bidang atap di belakang angin
(semua sudut) + 0,4
- bidang atap vertikal di belakang
angin (semua sudut)

2. Gedung terbuka sebelah Sama dengan No.1, dengan tambahan :

- bid. dinding dalam di pihak angin + 0,6

- bid. dinding dalam di belakang angin - 0,3


(Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983.)

2.1.1.4.Beban Gempa

Perhitungan beban gempa dilakukan dengan standart Tata Cara Perencanaan

ketahanan gempa untuk struktur gedung dan non gedung SNI 1726 2012. Pada

peraturan tersebut menggunakan percepatan permukaan tanah (PGA) sebagai acuan

dasar standart. Percepatan permukaan tanah adalah percepatan tanah yang sampai

ke lokasi bangunan tersebut akibat adanya gempa dari pusat gempa. Variasi

percepatan permukaan tanah bervariasi tergantung jarak dari pusat gempa

13 
 
Universitas Sumatera Utara
Sumber : http://ekspedisi.kompas.com/cincinapi/index.php/infografis/39

Gambar 2.1. Jalur Cincin Api dan Gunung Berapi Sebagai Pusat Gempa

Gambar 2.2. Peta Gempa Pada SNI 1726 2012

Beban Gempa rencana pada SNI 1726 2012 ditetapkan sebagai gempa dengan

kemungkinan terlewati besaran nya selama umur struktur bangunan 50 tahun

sebesar 2%. Untuk berbagai kategori risiko struktur bangunan gedung dan non

gedung sesuai Tabel 1 pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikalikan

14 
 
Universitas Sumatera Utara
dengan suatu faktor keutamaan Ie menurut Tabel 2. Khusus untuk struktur

bangunan dengan kategori risiko IV, bila dibutuhkan pintu masuk untuk

operasional dari struktur bangunan yang bersebelahan, maka struktur bangunan

yang bersebelahan tersebut harus didesain sesuai dengan kategori risiko IV.

Tabel 2.7. Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban

gempa

Jenis pemanfaatan Kategori risiko


Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap jiwa manusia
pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk, antara lain:
- Fasilitas pertanian, perkebunan, perternakan, dan perikanan I
- Fasilitas sementara
- Gudang penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori risiko
I,III,IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Perumahan
- Rumah toko dan rumah kantor
- Pasar
- Gedung perkantoran II
- Gedung apartemen/ rumah susun
- Pusat perbelanjaan/ mall
- Bangunan industri
- Fasilitas manufaktur
- Pabrik

15 
 
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.7. Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban

gempa (lanjutan)

 
Jenis pemanfaatan Kategori risiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa manusia pada
saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara
- Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV, yang
memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau
gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi III
kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penanganan air
- Fasilitas penanganan limbah
- Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori risiko IV,
(termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses, penanganan,
penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya,
bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang mudah meledak)
yang mengandung bahan beracun atau peledak di mana jumlah kandungan
bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan
cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran.
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting,
termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas bedah
dan unit gawat darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta garasi
kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat
perlindungan darurat lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas lainnya IV
untuk tanggap darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan pada
saat keadaan darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki penyimpanan
bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik, tangki air pemadam
kebakaran atau struktur rumah atau struktur pendukung air atau material
atau peralatan pemadam kebakaran ) yang disyaratkan untuk beroperasi
pada saat keadaan darurat

Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi struktur
bangunan lain yang masuk ke dalam kategori risiko IV.
(Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983.) 
16 
 
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.8. Faktor keutamaan gempa

Kategori risiko Faktor keutamaan gempa, I e


I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
(Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983.) 

lokasi proyek berada pada daerah wilayah medan (0.45g = 4.41 m/s2) sehingga

di digunakan spectrum rencana sebagai berikut :

Sumber : http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/

Gambar 2.3. Respon Spektrum Gempa Rencana Wilayah Medan

(SNI-03-1726-2012)

17 
 
Universitas Sumatera Utara
Sistem penahan gaya gempa lateral dan vertikal dasar harus memenuhi salah

satu tipe yang ditunjukkan dalam Tabel 9 atau kombinasi sistem seperti dalam

7.2.2, 7.2.3 dan 7.2.4. Pembagian setiap tipe berdasarkan pada elemen vertikal

yang digunakan untuk menahan gaya gempa lateral. Sistem struktur yang

digunakan harus sesuai dengan batasan system struktur dan batasan ketinggian

struktur yang ditunjukkan dalam Tabel 9. Koefisien modifikasi respons yang

sesuai, R, faktor kuat lebih sistem, 0 Ω , dan koefisien amplifikasi defleksi, d C

, sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel9 harus digunakan dalam penentuan

geser dasar, gaya desain elemen, dan simpangan antarlantai tingkatdesain.

Setiap sistem penahan gaya gempa yang dipilih harus dirancang dan didetailkan

sesuai dengan persyaratan khusus bagi sistem tersebut yang ditetapkan dalam

dokumen acuan yang berlaku seperti terdaftar dalam Tabel 9 dan persyaratan

tambahan yang ditetapkan dalam 7.14. Sistem penahan gaya gempa yang tidak

termuat dalam Tabel 9 diijinkan apabila data analitis dan data uji diserahkan

kepada pihak yang berwenang memberikan persetujuan, yang membentuk

karakteristik dinamis dan menunjukkan tahanan gaya lateral dan kapasitas

disipasi energi agar ekivalen dengan sistem struktur yang terdaftar dalam Tabel

9 untuk nilainilai ekivalen dari koefisien modifikasi respons, R, koefisien kuat-

lebih sistem, Ω0 , dan factor amplifikasi defleksi, Cd . (SNI 1726:2012)

18 
 
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.9. Faktor R , Cd , dan Ω0 untuk sistem penahan gaya gempa

Batasan sistem struktur dan batasan


Koefisien Faktor kuat- Faktor c
modifika lebih sistem, pembesaran tinggi struktur, h (m)
Sistem penahan-gaya seismik si respons, Ω0g defleksi, Kategori desain seismik
a Cdb
R B C d d e
D E F
A. Sistem dinding penumpu 7.1.1 7.1.2 7.1.3 7.1.4 7.1.5 7.1.6 7.1.7 7.1.8
1. Dinding geser beton bertulang khusus 5 2½ 5 TB TB 48 48 30
2. Dinding geser beton bertulang biasa 4 2½ 4 TB TB TI TI TI
3. Dinding geser beton polos didetail 2 2½ 2 TB TI TI TI TI

4. Dinding geser beton polos biasa 1½ 2½ 1½ TB TI TI TI TI


5. Dinding geser pracetak menengah 4 2½ 4 TB TB 12k 12k 12k
6. Dinding geser pracetak biasa 3 2½ 3 TB TI TI TI TI
7. Dinding geser batu bata bertulang khusus 5 2½ 3½ TB TB 48 48 30
8. Dinding geser batu bata bertulang 3½ 2½ 2¼ TB TB TI TI TI
h
9. Dinding geser batu bata bertulang biasa 2 2½ 1¾ TB 48 TI TI TI
10.Dinding geser batu bata polos didetail 2 2½ 1¾ TB TI TI TI TI

11.Dinding geser batu bata polos biasa 1½ 2½ 1¼ TB TI TI TI TI


12.Dinding geser batu bata prategang 1½ 2½ 1¾ TB TI TI TI TI
13.Dinding geser batu bata ringan (AAC) 2 2½ 2 TB 10 TI TI TI
bertulang biasa

14.Dinding geser batu bata ringan (AAC) 1½ 2½ 1½ TB TI TI TI TI


polos biasa

15.Dinding rangka ringan (kayu) dilapisi 6½ 3 4 TB TB 20 20 20


dengan panel struktur kayu yang ditujukan
untuk tahanan geser, atau dengan lembaran
baja
16.Dinding rangka ringan (baja canai dingin) 6½ 3 4 TB TB 20 20 20
yang dilapisi dengan panel struktur kayu
yang ditujukan untuk tahanan geser, atau
dengan lembaran baja

17. Dinding rangka ringan dengan panel geser 2 2½ 2 TB TB 10 TI TI


dari semua material lainnya

18.Sistem dinding rangka ringan (baja 4 2 3½ TB TB 20 20 20


canai dingin) menggunakan bresing strip
datar

19 
 
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.9. Faktor R , Cd , dan Ω0 untuk sistem penahan gaya gempa (lanjutan)

Batasan sistem struktur dan batasan


Koefisien Faktor kuat- Faktor c
modifikas lebih sistem, pembesaran tinggi struktur, h (m)
Sistem penahan-gaya seismik i respons, Ω0g defleksi, Kategori desain seismik
a Cdb
R d d e
B C D E F

B. Sistem rangka bangunan


1. Rangka baja dengan bresing eksentris 8 2 4 TB TB 48 48 30
2. Rangka baja dengan bresing konsentris 6 2 5 TB TB 48 48 30
3. Rangka baja dengan bresing konsentris biasa 3¼ 2 3¼ TB TB 10j 10j TIj
4. Dinding geser beton bertulang khusus 6 2½ 5 TB TB 48 48 30
5. Dinding geser beton bertulang biasa 5 2½ 4 TB TB TI TI TI
6. Dinding geser beton polos detail 2 2½ 2 TB TI TI TI TI
7. Dinding geser beton polos biasa 1½ 2½ 1 TB T TI TI TI
8. Dinding geser pracetak menengah 5 2½ 4 TB TB 12k 12k 12k
9. Dinding geser pracetak biasa 4 2½ 4 TB TI TI TI TI
10.Rangka baja dan beton komposit 8 2 4 TB TB 48 48 30
dengan bresing eksentris
11.Rangka baja dan beton komposit 5 2 4 TB TB 48 48 30
dengan bresing konsentris khusus ½
12.Rangka baja dan beton komposit 3 2 3 TB TB TI TI TI
dengan bresing biasa
13.Dinding geser pelat baja dan beton komposit 6½ 2½ 5 TB TB 48 48 30
14.Dinding geser baja dan beton komposit 6 2½ 5 TB TB 48 48 30
15.Dinding geser baja dan beton komposit biasa 5 2½ 4 TB TB TI TI TI
16.Dinding geser batu bata bertulang khusus 5½ 2½ 4 TB TB 48 48 30
17.Dinding geser batu bata bertulang menengah 4 2½ 4 TB TB TI TI TI
18.Dinding geser batu bata bertulang biasa 2 2½ 2 TB 48 TI TI TI
19.Dinding geser batu bata polos didetail 2 2½ 2 TB TI TI TI TI
20.Dinding geser batu bata polos biasa 1½ 2½ 1 TB T TI TI TI
21.Dinding geser batu bata prategang 1½ 2½ 1 TB T TI TI TI
22.Dinding rangka ringan (kayu) yang dilapisi 7 2½ 4½ TB TB 22 22 22
dengan panel struktur kayu yang
dimaksudkan untuk tahanan geser
23.Dinding rangka ringan (baja canai dingin) 7 2½ 4½ TB TB 22 22 22
yang dilapisi dengan panel struktur kayu
yang dimaksudkan untuk tahanan geser,
atau dengan lembaran baja
24.Dinding rangka ringan dengan panel 2½ 2½ 2½ TB TB 10 TB TB
geser dari semua material lainnya
25.Rangka baja dengan bresing 8 2½ 5 TB TB 48 48 30
terkekang terhadap tekuk
26.Dinding geser pelat baja khusus 7 2 6 TB TB 4 48 30
C. Sistem rangka pemikul momen
1. Rangka baja pemikul momen khusus 8 3 5½ TB TB T TB TB
2. Rangka batang baja pemikul momen khusus 7 3 5½ TB TB 48 30 TI

20 
 
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.9. Faktor R , Cd , dan Ω0 untuk sistem penahan gaya gempa (lanjutan)

Batasan sistem struktur dan batasan


Koefisien Faktor kuat- Faktor c
modifikasi lebih sistem, pembesaran tinggi struktur, h (m)
Sistem penahan-gaya seismik respons, Ω0g defleksi, Kategori desain seismik
a Cdb
R d d e
B C D E F
3. Rangka baja pemikul momen menengah 4½ 3 4 TB 1TB 10h,i TIh TIi
4. Rangka baja pemikul momen biasa 3½ 3 3 TB TB TIh TIh TIi
5. Rangka beton bertulang pemikul 8 3 5½ TB TB TB TB TB
momen khusus
6. Rangka beton bertulang pemikul 5 3 4½ TB TB TI TI TI
momen menengah
7. Rangka beton bertulang pemikul momen 3 3 2½ TB TI TI TI TI
8. Rangka baja dan beton komposit 8 3 5½ TB TB TB TB TB
pemikul momen khusus
9. Rangka baja dan beton komposit 5 3 4½ TB TB TI TI TI
pemikul momen menengah
10.Rangka baja dan beton komposit 6 3 5½ 48 48 30 TI TI
terkekang parsial pemikul momen
11.Rangka baja dan beton komposit 3 3 2½ TB TI TI TI TI
pemikul momen biasa
12. Rangka baja canai dingin pemikul 3½ 3o 3½ 10 10 10 10 10
momen khusus dengan pembautan
D. Sistem ganda dengan rangka pemikul
momen khusus yang mampu menahan
paling sedikit 25 persen gaya gempa
yang ditetapkan
1. Rangka baja dengan bresing eksentris 8 2½ 4 TB TB TB TB TB
2. Rangka baja dengan bresing 7 2½ 5½ TB TB TB TB TB
konsentris khusus
3. Dinding geser beton bertulang khusus 7 2½ 5½ TB TB TB TB TB
4. Dinding geser beton bertulang biasa 6 2½ 5 TB TB TI TI TI
5. Rangka baja dan beton komposit 8 2½ 4 TB TB TB TB TB
dengan bresing eksentris
6. Rangka baja dan beton komposit 6 2½ 5 TB TB TB TB TB
dengan bresing konsentris khusus
7. Dinding geser pelat baja dan beton 7½ 2½ 6 TB TB TB TB TB
8. Dinding geser baja dan beton komposit 7 2½ 6 TB TB TB TB TB
9. Dinding geser baja dan beton komposit 6 2½ 5 TB TB TI TI TI
10.Dinding geser batu bata bertulang khusus 5½ 3 5 TB TB TB TB TB
11.Dinding geser batu bata bertulang 4 3 3½ TB TB TI TI TI
12.Rangka baja dengan bresing 8 2½ 5 TB TB TB TB TB
terkekang terhadap tekuk
13.Dinding geser pelat baja khusus 8 2½ 6½ TB TB TB TB TB
E. Sistem ganda dengan rangka pemikul
momen menengah mampu menahan
paling sedikit 25 persen gaya
gempayang ditetapkan

1. Rangka baja dengan bresing 6 2½ 5 TB TB 10 TI TIh,k


konsentris khususf
2. Dinding geser beton bertulang khusus 6½ 2½ 5 TB TB 48 30 30

21 
 
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.9. Faktor R , Cd , dan Ω0 untuk sistem penahan gaya gempa (lanjutan) 

Batasan sistem struktur dan batasan


Koefisien Faktor kuat- Faktor c
pembesaran tinggi struktur, h (m)
modifikasi lebih sistem,
Sistem penahan-gaya seismik respons, defleksi, Kategori desain seismik
Ω0g 0
a Cdb d d e
R B C D E F
3. Dinding geser batu bata bertulang biasa 3 3 2½ TB 48 TI T TI
4. Dinding geser batu bata bertulang 3½ 3 3 TB TB TI TI TI
5. Rangka baja dan beton komposit 5½ 2½ 4½ TB TB 48 30 TI
dengan bresing konsentris khusus
6. Rangka baja dan beton komposit 3½ 2½ 3 TB TB TI TI TI
dengan bresing biasa
7. Dinding geser baja dan betonkomposit 5 3 4½ TB TB TI TI TI
8. Dinding geser beton bertulang biasa 5½ 2½ 4½ TB TB TI TI TI
F. Sistem interaktif dinding geser- 4½ 2½ 4 TB TI TI TI TI
rangka dengan rangka pemikul
momen beton bertulang biasa dan
dinding geser beton bertulang biasa
G. Sistem kolom kantilever didetail
untuk memenuhi persyaratan
1. Sistem kolom baja dengan kantilever 2½ 1¼ 2½ 10 10 10 10 10
khusus
2. Sistem kolom baja dengan kantilever biasa 1¼ 1¼ 1¼ 10 10 TI TIh,i TIh,
i
3. Rangka beton bertulang pemikul momen 2½ 1¼ 2½ 10 10 10 10 10
khusus
4. Rangka beton bertulang pemikul momen 1½ 1¼ 1½ 10 10 TI TI TI
menengah
5. Rangka beton bertulang pemikul momen 1 1¼ 1 10 TI TI TI TI
biasa
6. Rangka kayu 1½ 1½ 1½ 10 10 10 TI TI

H. Sistem baja tidak didetail secara 3 3 3 TB TB TI TI TI


khusus untuk ketahanan seismik,
tidak termasuk sistem kolom
kantilever

(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gedung dan non gedung
SNI 1726:2012.) 
 

Bekerjanya beban untuk bangunan bertingkat berlaku sistem gravitasi, yaitu

elemen struktur yang berada di atas akan membebani elemen struktur di

bawahnya, atau dengan kata lain elemen struktur yang mempunyai kekuatan

lebih besar akan menahan atau memikul elemen struktur yang mempunyai

kekuatan lebih kecil.

22 
 
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian sistem bekerjanya beban untuk elemen – elemen struktur

gedung bertingkat secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut : beban pelat

lantai didistribusikan terhadap balok anak dan balok portal, beban balok portal

didistribusikan ke kolom dan beban kolom kemudian diteruskan ke tanah dasar

melalui pondasi.

Dalam perumusan kriteria desain seismik suatu bangunan di permukaan tanah

atau penentuan amplifikasi besaran percepatan gempa puncak dari batuan dasar

ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus diklasifikasikan

terlebih dahulu. Profil tanah di situs harus diklasifikasikan sesuai dengan Tabel

2.10, berdasarkan profil tanah lapisan 30 m paling atas. Penetapan kelas situs

harus melalui penyelidikan tanah di lapangan dan dilaboratorium, yang

dilakukan oleh otoritas yang berwewenang atau ahli desain geoteknik

bersertifikat, dengan minimal mengukur secara independen dua dari tiga

parameter tanah yang tercantum dalam Tabel 2.10. Dalam hal ini, kelas situs

dengan kondisi yang lebih buruk harus diberlakukan. Apabila tidak tersedia data

tanah yang spesifik pada situs sampai kedalaman 30 m, maka sifat-sifat tanah

harus diestimasi oleh seorang ahli geoteknik yang memiliki sertifikat/ijin

keahlian yang menyiapkan laporan penyelidikan tanah berdasarkan kondisi

getekniknya. Penetapan kelas situs SA dan kelas situs SB tidak diperkenankan

jika terdapat lebih dari 3 m lapisan tanah antara dasar telapak atau rakit fondasi

dan permukaan batuan dasar (SNI 1726:2012).

23 
 
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.10 Klasifikasi situs

Kelas situs v s (m/detik) N atau N ch s u (kPa)


SA (batuan keras) >1500 N/A N/A
SB (batuan) 750 sampai 1500 N/A N/A
SC (tanah keras, sangat
padat dan batuan 350 sampai 750 >50 2 100
lunak)
SD (tanah sedang) 175 sampai 350 15sampai 50 50 sampai100
< 175 <15 < 50
SE (tanah lunak) Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih dari 3 m tanah dengan
karateristik sebagai berikut :

2
0
,
1. Indeks plastisitas, PI >

4
0
%
,
2. Kadar air, w 2

2
5
3. Kuat geser niralir su < kPa
SF (tanah khusus) Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu atau lebih dari
karakteristik berikut:
- Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat beban gempa seperti
mudah likuifaksi, lempung sangat sensitif, tanah tersementasi lemah

3
- Lempung sangat organik dan/atau gambut (ketebalan H > m)

7
,
5
- Lempung berplastisitas sangat tinggi (ketebalan H > m dengan

7
5
Indeks Plasitisitas PI > )

3
5
Lapisan lempung lunak/setengah teguh dengan ketebalan H >
5
0

m
dengan su < kPa

(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur


gedung dan non gedung SNI 1726:2012.) 

- Kecepatan rata-rata gelombang geser, Vs

Dimana :

di = tebal setiap lapisan antara kedalaman 0 sampai 30 meter

Vsi = kecepatan gelombang geser lapisan i dinyatakan dalam meter per

detik (m/detik)

- Tahanan penetrasi standar lapangan rata-rata, N

24 
 
Universitas Sumatera Utara
Dimana :

di = tebal setiap lapisan antara kedalaman 0 sampai 30 meter

Ni = tahanan penetrasi standar 60 persen energy ( N60 ) yang terukur

langsung di lapangan tanpa koreksi, dengan nilai tidak lebih dari

305 pukulan/m

- Kuat geser niralir rata-rata, Su

Dimana :

dc = jumlah ketebalan total dari lapisan - lapisan tanah kohesif di

dalam lapisan 30 meter paling atas

Sui = kuat geser niralir (kPa), dengan nilai tidak lebih dari 250 kPa

Untuk penentuan respons spektral percepatan gempa MCER di permukaan tanah,

diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik pada perioda 0,2 detik dan perioda 1

detik. Faktor amplifikasi meliputi faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada

getaran perioda pendek (Fa) dan faktor amplifikasi terkait percepatan yang

mewakili getaran perioda 1 detik (Fv). Parameter spektrum respons percepatan pada

perioda pendek (SMS). dan perioda 1 detik (SM1). Yang disesuaikan dengan

25 
 
Universitas Sumatera Utara
pengaruh klasifikasi situs (SNI 1726:2012), harus ditentukan dengan perumusan

berikut ini:

SMS = Fa . Ss

SM1 = Fv . S 1

Dimana :

Ss = parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk

perioda pendek

S1 = parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk

perioda 1,0 detik.

dan koefisien situs Fa dan Fv mengikuti Tabel 2.11 dan Tabel 2.12

Tabel 2.11 Koefisien situs, Fa

Kelas Parameter respons spektral percepatan gempa (MCER) terpetakan pada


situs perioda pendek, T=0,2 detik, S s
0
,
2
5

0
,
5

0
,
7
5

1
,
0

1
,
2
5
  S s :s Ss = Ss = Ss = Ss 2
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0
SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0
SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
SF SSb
(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur
gedung dan non gedung SNI 1726:2012.) 

CATATAN:
- Untuk nilai-nilai antara S s dapat dilakukan interpolasi linier
- SS = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons
situs spesifik,
 

26 
 
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.12 Koefisien situs, Fv

Kelas Parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan pada

1
situs perioda 1 detik, S

0
,
1

0
,
2

0
,
3

0
,
4

0
,
5
 

1
S :s S = S = S = S 2
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3
SD 2,4 2 1,8 1,6 1,5
SE 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4
SF SSb
(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur
gedung dan non gedung SNI 1726:2012.) 

CATATAN:
- Untuk nilai-nilai antara S s dapat dilakukan interpolasi linier
- SS = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons
situs spesifik,

Struktur harus ditetapkan memiliki suatu kategori desain seismik. Struktur dengan

kategori risiko I, II, atau III yang berlokasi di mana parameter respons spektral

percepatan terpetakan pada perioda 1 detik, S1 , lebih besar dari atau sama dengan

0,75 harus ditetapkan sebagai struktur dengan kategori desain seismik E. Struktur

yang berkategori risiko IV yang berlokasi di mana parameter respons spektral

percepatan terpetakan pada perioda 1 detik, S1 , lebih besar dari atau sama dengan

0,75, harus ditetapkan sebagai struktur dengan kategori desain seismik F. Semua

struktur lainnya harus ditetapkan kategori desain seismiknya berdasarkan kategori

risikonya dan parameter respons spektral percepatan desainnya, SDS dan SD1

.Masing-masing bangunan dan struktur harus ditetapkan ke dalam kategori desain

seismik yang lebih parah, dengan mengacu pada Tabel 2.13 atau 2.14 , terlepas dari

nilai perioda fundamental getaran struktur, T (SNI 1726:2012).

27 
 
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.13 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons
percepatan pada perioda pendek

Kategori risiko
Nilai S DS
I atau II atau III IV

0
,
1
6
7 0
S DS < A A

0
,
1
6
7

,
3
3
:< S DS < B C
0
,
3
3 0

0
,
5
0
:< SDS < C D
,
5
0 :< S DS D D
(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gedung
dan non gedung SNI 1726:2012.) 

Tabel 2.14 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons


percepatan pada perioda 1 detik

Kategori risiko
1

Nilai S D
I atau II atau III IV
0
1 1 1
,
6
7 0

A A
1

SD <
0
,
0
6
7

,
1 ,
3 2
3 0

:< S D < B C
0
,
1
3
3 0

:< S D < C D
,
2
0

D D
1

:< S D
(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gedung
dan non gedung SNI 1726:2012.) 

Geser dasar seismik, V , dalam arah yang ditetapkan harus ditentukan sesuai

dengan persamaan berikut:

V = Cs . W

Keterangan:

Cs = koefisien respons seismik

W = berat seismik efektif

Berat seismik efektif struktur, W menurut SNI 1726:2012 , harus menyertakan

seluruh beban mati dan beban lainnya yang terdaftar di bawah ini:

28 
 
Universitas Sumatera Utara
1. Dalam daerah yang digunakan untuk penyimpanan: minimum sebesar 25

persen beban hidup lantai (beban hidup lantai di garasi publik dan struktur

parkiran terbuka, serta beban penyimpanan yang tidak melebihi 5 persen

dari berat seismik efektif pada suatu lantai, tidak perlu disertakan);

2. Jika ketentuan untuk partisi disyaratkan dalam desain beban lantai: diambil

sebagai yang terbesar di antara berat partisi aktual atau berat daerah lantai

minimum sebesar 0,48 kN/m2;

3. Berat operasional total dari peralatan yang permanen;

4. Berat lansekap dan beban lainnya pada taman atap dan luasan sejenis

lainnya.

Koefisien respons seismik, Cs , harus ditentukan sesuai dengan

Cs =

Dimana :

SDS = parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentang perioda

pendek

R = faktor modifikasi respons dalam Tabel 2.9

Ie = faktor keutamaan gempa yang ditentukan sesuai Tabel 2.8

Nilai Cs yang dihitung sesuai dengan Persamaan diatas tidak perlu melebihi Cs dari

persamaan di bawah :

Cs =

29 
 
Universitas Sumatera Utara
Cs yang di dapatkan harus tidak kurang dari :

Cmin = 0,044 . SDS . Ie > 0,01

Sebagai tambahan, untuk struktur yang berlokasi di daerah di mana 1 S sama

dengan atau lebih besar dari 0,6g , maka Cs harus tidak kurang dari:
,
Cs =

Dimana :

SDS = parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentang perioda

pendek

SD1 = parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentang sebesar

1,0 detik,

R = faktor modifikasi respons dalam Tabel 2.9

Ie = faktor keutamaan gempa yang ditentukan sesuai Tabel 2,8

T = perioda fundamental struktur (detik)

Perioda fundamental pendekatan Ta , dalam detik, harus ditentukan dari :

Ta = Ct

Dimana :

hn = ketinggian struktur, dalam (m)

Ct = koefisien prioda struktur pendekatan yang ditentukan dalam tabel 2.13

x = koefisien ketinggian yang ditentukan dalam tabel 2.13

30 
 
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.15 Nilai parameter perioda pendekatan Ct dan x

Tipe struktur Ct x
Sistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul 100 persen gaya    
gempa yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau dihubungkan dengan
komponen yang lebih kaku dan akan mencegah rangka dari defleksi jika
dikenai gaya gempa:
Rangka baja pemikul momen 0,0724 a 0,8
a
Rangka beton pemikul momen 0,0466 0,9
a
Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731 0,75
Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk 0,0731 a 0,75
a
Semua sistem struktur lainnya 0,0488 0,75
(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gedung
dan non gedung SNI 1726:2012.) 

Sebagai alternatif, menurut SNI 1726:2012 untuk menentukan perioda fundamental

pendekatan Ta, dalam detik, dari persamaan berikut untuk struktur dengan

ketinggian tidak melebihi 12 tingkat di mana sistem penahan gaya gempa terdiri

dari rangka penahan momen beton atau baja secara keseluruhan dan tinggi tingkat

paling sedikit 3 m:

Ta = 0,1N

Dimana :

N = jumlah, tingkat (m)

Perioda fundamental struktur harus dibatasi dengan :

Tmax = Cu Ta

Dimana :

Ta = waktu getar struktur, dalam (m)

Cu = koefisien batas prioda struktur yang ditentukan dalam tabel 2.14

31 
 
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.16 Koefisien untuk batas perioda struktur

Parameter percepatan respons spektral desain


Koefisien Cu
pada 1 detik, S D1
> 0,4 1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
< 0,1 1,7
(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur
gedung dan non gedung SNI 1726:2012.) 

2.1.2 Kombinasi Pembebanan

komponen-elemen struktur dan elemen-elemen fondasi menurut SNI

1726:2012 harus dirancang sedemikian hingga kuat rencananya sama atau melebihi

pengaruh beban-beban terfaktor dengan kombinasi-kombinasi sebagai berikut:

1. 1,4D

2. 1,2D + 1,6L + 0,5(Lr atau R)

3. 1,2D + 1,6(Lr atau R) + (L atau 0.5W)

4. 1,2D + 1,0 W + L + 0,5(Lr atau R)

5. 1,2D + 1,0 E + L

6. 0,9D + 1,0 W

7. 0,9D + 1,0 E

8.

Pengaruh beban gempa, E , harus ditentukan sesuai dengan berikut ini:

1. Untuk penggunaan dalam kombinasi beban 5 dalam

E = Eh + Ev

32 
 
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk penggunaan dalam kombinasi beban 7

E = Eh - E v

Keterangan:

E = pengaruh beban gempa;

Eh = pengaruh beban gempa horisontal

Ev = pengaruh beban gempa vertikal

Pengaruh beban gempa horisontal, Eh , harus ditentukan sesuai dengan Persamaan

sebagai berikut:

Eh = ρQh

Keterangan:

Q = pengaruh gaya gempa horisontal dari V atau F p

ρ = faktor redundansi

Untuk struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik D, E, atau F,m

SNI 1726:2012 mengatur ρ harus sama dengan 1,3 kecuali jika satu dari dua

kondisi berikut dipenuhi, di mana p diijinkan diambil sebesar 1,0:

a. Masing-masing tingkat yang menahan lebih dari 35 persen geser dasar dalam

arah yang ditinjau harus sesuai dengan Tabel 2.12;

b. Struktur dengan denah beraturan di semua tingkat dengan sistem penahan gaya

gempa terdiri dari paling sedikit dua bentang perimeter penahan gaya gempa

yang merangka pada masing-masing sisi struktur dalam masing-masing arah

ortogonal di setiap tingkat yang menahan lebih dari 35 persen geser dasar.

33 
 
Universitas Sumatera Utara
Jumlah bentang untuk dinding geser harus dihitung sebagai panjang dinding

geser dibagi dengan tinggi tingkat atau dua kali panjang dinding geser dibagi

dengan tinggi tingkat, hsx , untuk konstruksi rangka ringan.

Tabel 2.17 Persyaratan untuk masing-masing tingkat yang menahan lebih


dari 35 persen gaya geser dasar
Elemen penahan
Persyaratan
gaya lateral
Rangka dengan Pelepasan bresing individu, atau sambungan yang terhubung, tidak akan
bresing mengakibatkan reduksi kuat tingkat sebesar lebih dari 33 persen, atau sistem
yang dihasilkan tidak mempunyai ketidakteraturan torsi yang berlebihan
(ketidakteraturan struktur horisontal Tipe 1b).
Rangka pemikul Kehilangan tahanan momen di sambungan balok ke kolom di kedua ujung
momen balok tunggal tidak akan mengakibatkan lebih dari reduksi kuat tingkat sebesar
33 persen, atau sistem yang dihasilkan tidak mempunyai ketidakteraturan
torsi yang berlebihan (ketidakteraturan struktur horisontal Tipe 1b).
Dinding geser atau Pelepasan dinding geser atau pier dinding dengan rasio tinggi terhadap
pilar dinding dengan panjang lebih besar dari 1,0 di semua tingkat, atau sambungan kolektor yang
rasio tinggi terhadap terhubung, tidak akan mengakibatkan lebih dari reduksi kuat tingkat sebesar
panjang lebih besar 33 persen, atau sistem yang dihasilkan mempunyai ketidakteraturan torsi yang
dari 1,0 berlebihan (ketidakteraturan struktur horisontal Tipe 1b).
Kolom kantilever Kehilangan tahanan momen di sambungan dasar semua kolom kantilever
tunggal tidak akan mengakibatkan lebih dari reduksi kuat tingkat sebesar 33
persen, atau sistem yang dihasilkan mempunyai ketidakteraturan torsi yang
berlebihan (ketidakteraturan struktur horisontal Tipe 1b).
Lainnya Tidak ada persyaratan
(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur
gedung dan non gedung SNI 1726:2012.) 

2.2 Kinerja Struktur Gedung

2.2.1 Kinerja Batas Layan

Kinerja batas layan struktur gedung ditentukan oleh simpangan antar tingkat

akibat pengaruh gempa rencana, yaitu untuk membatasi terjadinya pelelehan baja

dan peretakan beton yang berlebihan, di samping untuk mencegah kerusakan

nonstruktur dan ketidaknyamanan penghuni. Simpangan antar-tingkat ini harus

34 
 
Universitas Sumatera Utara
dihitung dari simpangan struktur gedung tersebut akibat pengaruh gempa nominal

yang telah dibagi Faktor Skala..


,
Faktor Skala = >1

Dimana :

V1 = Gaya geser dasar nominal sebagai respons dinamik ragam yang

pertama saja

Vt = Gaya geser dasar nominal yang didapat dari hasil analisis ragam

spektrum respons yang telah dilakukan.

Gaya geser dasar nominal yang didapat dari hasil spektrum respons Analisis harus

dilakukan untuk menentukan ragam getar alami untuk struktur. Analisis harus

menyertakan jumlah ragam yang cukup untuk mendapatkan partisipasi massa

ragam terkombinasi sebesar paling sedikit 90 persen dari massa aktual dalam

masing-masing arah horisontal ortogonal dari respons yang ditinjau oleh model.

Parameter respons ragam untuk masing-masing parameter desain terkait gaya yang

ditinjau, termasuk simpangan antar lantai tingkat, gaya dukung, dan gaya elemen

struktur individu untuk masing-masing ragam respons harus dihitung menggunakan

properti masing-masing ragam dan spectrum respons dibagi dengan kuantitas (R/

Ie). Parameter respons terkombinasi untuk perpindahan dan kuantitas simpangan

antar lantai harus dikalikan dengan kuantitas (Cd/Ie) . Nilai untuk masing-masing

parameter yang ditinjau, yang dihitung untuk berbagai ragam, harus

dikombinasikan menggunakan metoda akar kuadrat jumlah kuadrat (SRSS) atau

metoda kombinasi kuadrat lengkap (CQC), sesuai dengan SNI 1726:2012. Metoda

CQC harus digunakan untuk masing-masing nilai ragam di mana ragam berjarak

35 
 
Universitas Sumatera Utara
dekat mempunyai korelasi silang yang signifikan di antara respons translasi dan

torsi.

Kinerja batas ultimit struktur gedung ditentukan oleh simpangan antar-tingkat

maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana dalam kondisi struktur

gedung di ambang keruntuhan, yaitu untuk membatasi kemungkinan terjadinya

keruntuhan struktur gedung yang dapat menimbulkan korban jiwa manusia dan

untuk mencegah benturan berbahaya antar-gedung atau antar bagian struktur

gedung yang dipisah dengan sela pemisah (sela delatasi). simpangan antar-tingkat

ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung akibat pembebanan gempa

nominal (SNI 1726:2002) Penentuan simpangan antar lantai tingkat desain ( ∆ )

harus dihitung sebagai perbedaan defleksi pada pusat massa di tingkat teratas dan

terbawah yang ditinjau. Lihat Gambar 2.4, Apabila pusat massa tidak terletak

segaris dalam arah vertikal, diijinkan untuk menghitung defleksi di dasar tingkat

berdasarkan proyeksi vertikal dari pusat massa tingkat di atasnya (SNI 1726:2012)

Gambar 2.4 Penentuan simpangan antar lantai

36 
 
Universitas Sumatera Utara
Defleksi pusat massa di tingkatx (δx) (mm) harus ditentukan sesuai dengan

persamaan berikut:

.
δx =

Dimana :

Cd = faktor amplifikasi defleksi dalam Tabel 2,9

δxe = defleksi pada lokasi yang disyaratkan pada pasal ini yang ditentukan

dengan analisis elastis

Ie = faktor keutamaan gempa yang ditentukan sesuai dengan tabel 2,8

Simpangan antar lantai tingkat desain ∆ tidak boleh melebihi simpangan antar

lantai tingkat ijin ∆a seperti didapatkan dari Tabel 2.13 untuk semua tingkat.

Tabel 2.18 Simpangan antar lantai ijin

Kategori risiko
Struktur 0
,I atau II III IV
0
2
5

0
,
0
2
0

0
,
0
1
5
Struktur, selain dari struktur dinding geser batu bata, 4 tingkat c
hsx hsx hsx
atau kurang dengan dinding interior, partisi, langit-langit dan
sistem dinding eksterior yang telah didesain untuk
mengakomodasi simpangan antar lantai tingkat.
0
,
0
1
0

0
,
0
1
0

0
,
0
1
0
Struktur dinding geser kantilever batu batad hsx hsx hsx
0
,
0
0
7

0
,
0
0
7

0
,
0
0
7
Struktur dinding geser batu bata lainnya hsx hsx hsx
0
,
0
2
0

0
,
0
1
5

0
,
0
1
0
Semua struktur lainnya hsx hsx hsx
(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur
gedung dan non gedung SNI 1726:2012.) 

Dua bagian struktur gedung yang tidak direncanakan untuk bekerja sama sebagai

satu kesatuan dalam mengatasi pengaruh Gempa Rencana, harus dipisahkan yang

satu terhadap yang lainnya dengan suatu sela pemisah (sela delatasi) yang lebarnya

paling sedikit harus sama dengan jumlah simpangan masing-masing bagian struktur

37 
 
Universitas Sumatera Utara
gedung pada taraf itu. Dalam segala hal lebar sela pemisah tidak boleh ditetapkan

kurang dari 75 mm (SNI 1726:2012).

2.2.2 Kinerja Batas kekuatan

2.2.2.1 Perencanaan Pelat Floor Deck

Floor deck pada pelat menggantikan fungsi tulangan Tarik pada daerah

lapangan. Analisis pelat floor deck meggunakan metode pelat satu arah. Bila pelat

mengalami rotasi bebas pada tumpuan, pelat dan tumpuan sangat kaku terhadap

momen puntir, maka pelat itu dikatakan jepit penuh. Bila balok tepi tidak cukup

kuat untuk mencegah rotasi, maka dikatakan terjepit sebagian. Tebal minimum

yang ditentukan dalam Tabel 2.14 berlaku untuk konstruksi satu arah yang tidak

menumpu atau tidak disatukan dengan partisi atau konstruksi lain yang mungkin

akan rusak akibat lendutan yang besar, kecuali bila erhitungan lendutan

menunjukkan bahwa ketebalan yang lebih kecil dapat digunakan tanpa

menimbulkan pengaruh yang merugikan.

Tabel 2.19. Tebal Minimum Balok Non-Prategang Atau Pelat Satu Arah Bila

Lendutan Tidak Dihitung


Tebal minimum, h
Tertumpu Satu ujung Kedua ujung Kantilever
Komponen struktur
Komponen struktur tidak menumpu atau tidak dihubungkan dengan partisi atau
konstruksi lainnya yang mungkin rusak oleh lendutan yang besar

Pelat masif satu-arah


20 24 28 10

Balok atau pelat rusuk


satu-arah 16 18,5 21 8

(Sumber : Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung


SNI 2847:2002)

38 
 
Universitas Sumatera Utara
CATATAN:
Panjang bentang dalam mm.
Nilai yang diberikan harus digunakan langsung untuk komponen struktur dengan beton normal
dan tulangan tulangan Mutu 420 MPa. Untuk kondisi lain, nilai di atas harus dimodifikasikan
sebagai berikut:
a. Untuk struktur beton ringan dengan berat jenis (equilibrium density), w , di antara 1440 sampai
1840 kg/m3, nilai tadi harus dikalikan dengan (1,65 – 0,0003wc) tetapi tidak kurang dari 1,09.
b. Untuk fy selain 420 MPa, nilainya harus dikalikan dengan (0,4 + fy/700).

a. Disain pada Momen Positif

Disain pada momen positif gaya Tarik disumbangkan oleh metal deck dan

gaya tekan disumbangkan oleh beton. Dalam hal ini penampang beton

berbentuk persegi panjang

Gambar 2.5. Diagram tegangan momen positif floor deck

Penulangan lentur dihitung analisa tulangan tunggal dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

Mn =

Dimana ϕ= 0.8

Rn =

m=
.


ρ= 1– 1–
.

39 
 
Universitas Sumatera Utara
As PERLU = ρ b d

rasio tulangan minimum menggunakan syarat tulangan susut dan tulangan

suhu sebagai acuan dan di tabelkan sebagai berikut :

Tabel 2.20 Rasio Tulangan Minimum Pada Pelat

Jenis Pelat ρmin


Pelat yang menggunakan batang tulangan ulir mutu 300 0,0020
Pelat yang menggunakan batang tulangan ulir atau jaring kawat las 0,0018
Pelat yang menggunakan tulangan dengan tegangan leleh melebihi 0,0018 x 400/ f y
(Sumber : Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung
SNI 2847:2002)

Persyaratan lain yang harus dipenuhi dalam mendisain pelat satu arah adalah

jarak tulangan maximum. Pasal 12 SNI 03-2847-2002 butir 6.4 jarak tulangan

adalah :

S= – 2.5 Cc

Dimana :

fs = 60% fy

Cc = Selimut Beton

b. Disain pada Momen Negatif

Disain pada momen positif gaya Tarik disumbangkan oleh wiremesh dan gaya

tekan disumbangkan oleh beton. Dalam hal ini penampang beton berbentuk

sebagai berikut

40 
 
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.6. Diagram tegangan momen negatif floor deck

2.2.2.2 Perencanaan Pelat Chekered

Pelat metal didisain menggunakan metode pelat satu arah . syarat batas yang

harus di penuhi pelat metal adalah

ϕMn > Mu

dimana :

ϕMn = momen nominal = Zx fy

Mu = momen ultimate

2.2.2.3 Perencanaan Batang Tekan

Kekuatan tekan disain harus nilai terendah yang diperoleh berdasarkan

keadaan batas dari tekuk lentur, tekuk torsi, dan tekuk torsi lentur. Profil dengan

dominan keruntuhan tekuk lentur kekuatan nominal nya adalah :

ϕPn = 0,9 . fcr . A

tegangan kritis, fcr ditentukan sebagai berikut :

.
a. Bila < 4,71 ( atau < 2,25 )

fcr = 0,658 . fy

41 
 
Universitas Sumatera Utara
.
b. Bila > 4,71 ( atau > 2,25 )

fcr = 0,877 . fe


fe =

Dimana :

K = faktor panjang efektir

L = panjang profil

r = jari jari inersia

fcr = tegangan kritis

fe = tegangan euler
.
λ = kelangsingan =

2.2.2.4 Perencanaan Batang Lentur

Pembebanan balok disesuaikan dengan peraturan pembebanan Indonesia

untuk gedung (PPIUG) 1983, sedangkan pemakaian profil dihitung sesuai dengan

SNI 03-1729-2015 .

Tabel 2.21. Nilai kekuatan lentur berdasarkan SNI 1729 2015

q Lr Lp MP Mr Vn
PROFIL
kg/m m m KN m KN m KN
WF 150 x 75 x 5 x 7 14.00 3.16 0.84 23.54 15.09 108.00
WF 150 x 100 x 6 x 9 21.10 5.30 1.20 36.09 23.46 127.87
WF 200 x 100 x 4.5 x 7 18.20 3.46 1.12 40.89 27.20 128.30
WF 200 x 100 x 5.5 x 8 21.30 3.78 1.12 48.02 31.28 158.40
WF 200 x 150 x 6 x 9 30.60 6.37 1.82 71.08 46.88 167.62
WF 250 x 125 x 5 x 8 25.70 4.20 1.41 73.27 48.45 178.56

42 
 
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.21. Nilai kekuatan lentur berdasarkan SNI 1729 2015 (lanjutan)

q Lr Lp MP Mr Vn
PROFIL
kg/m m m KN m KN m KN
WF 250 x 125 x 6 x 9 29.60 4.46 1.41 84.43 55.08 216.00
WF 300 x 150 x 5.5 x 8 32.00 4.75 1.67 109.20 72.08 236.02
WF 300 x 150 x 6.5 x 9 36.70 4.97 1.67 125.28 81.77 280.80
WF 350 x 175 x 6 x 9 41.40 5.53 1.97 165.38 108.97 298.94
WF 350 x 175 x 7 x 11 49.60 5.93 2.00 201.79 131.75 352.80
WF 400 x 200 x 7 x 11 56.60 6.46 2.27 261.00 171.70 399.17
WF 400 x 200 x 8 x 13 66.00 6.84 2.30 308.61 202.30 460.80
WF 450 x 200 x 9 x 14 76.00 6.67 2.23 389.13 253.30 583.20
WF 500 x 200 x 10 x 16 89.60 6.69 2.19 503.11 324.70 720.00
WF 600 x 200 x 11 x 17 106.00 6.28 2.09 687.14 440.30 950.40
HB 100 x 100 x 6 x 8 17.20 7.24 1.25 20.18 13.00 86.40
HB 125 x 125 x 6.5 x 9 23.80 8.06 1.58 35.78 23.12 117.00
HB 150 x 150 x 7 x 10 31.50 8.95 1.90 57.48 37.23 151.20
HB 175 x 175 x 7.5 x 11 40.20 9.81 2.22 86.28 56.10 189.00
HB 200 x 200 x 8 x 12 49.90 10.72 2.55 123.14 80.24 230.40
HB 250 x 250 x 9 x 14 72.40 12.55 3.19 224.83 147.39 324.00
HB 300 x 300 x 10 x 15 94.00 13.76 3.81 351.52 231.20 432.00
HBC 350 x 350 x 12 x 19 137.00 17.18 4.49 598.34 391.00 604.80
HBC 400 x 400 x 13 x 21 172.00 19.03 5.13 864.02 566.10 748.80
WFC 600 x 300 x 12 x 20 151.00 10.45 3.48 1034.13 683.40 1016.06
WFC 700 x 300 x 13 x 24 185.00 10.41 3.44 1499.68 979.20 1310.40
WFC 800 x 300 x 14 x 26 210.00 10.10 3.36 1918.89 1239.30 1612.80
WFC 900 x 300 x 16 x 28 243.00 9.84 3.24 2441.78 1553.80 2073.60

- Profil I dan Kanal

a. Kontrol Momen

ϕMn = 0.9 Mn

- Apabila L < Lp

Mn = Mp = Zx fy

- Apabila Lp < L < Lr



Mn = Cb Mp – ( Mp- Mr)

43 
 
Universitas Sumatera Utara
Apabila L > Lr


Mn = Mcr = 1

,
= < 2,3
,

2
=4


= 1 1

= 1,76

Untuk profil I konstanta torsi dan konstanta warping adalah

J = [ 2b +h ]

Cw =

Untuk profil kanal konstanta torsi dan konstanta warping adalah

J = [ 2b +h ]


Cw = [ ]

44 
 
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.7. Kuat Momen Lentur Nominal Akibat Tekuk Torsi Lateral

b. Kontrol Geser

Untuk profil I

= 0,60 fyw Aw < Vu

Persamaan diatas dapat dipenuhi bila syarat kelangsingan untuk tebal pelat web

sebagai berikut :

<

c. Kontrol Lendutan

Batas-batas lendutan untuk keadaan kemampuan-layan batas harus sesuai

dengan struktur, fungsi penggunaan, sifat pembebanan, serta elemen-elemen

yang didukung oleh struktur tersebut. Batas lendutan maksimum diberikan

dalam Tabel dibawah .

45 
 
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.22. Batas Lendutan Maksimum

Komponen struktur dengan beban tidak Beban tetap Beban


Balok pemikul dinding atau finishing yang getas L/360 -
Balok biasa L/240 -
Kolom dengan analisis orde pertama saja h/500 h/200
Kolom dengan analisis orde kedua h/300 h/200
(Sumber : Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung,
SNI 1729:2002)

- Profil Siku

a. Kontrol Momen

ϕMn = 0.9 Mn

- Momen Leleh

Mn = 1,5 My

Dimana :

My = momen leleh di sumbu lentur

- Momen dengan tekuk torsi lateral

1. Bila Me < My
,
Mn = [ 0,92 - ] Me

2. Bila Me > My

Mn = [ 1,92 – 1,17 ] Me < 1,5 My

Lentur di sumbu utama major dari baja siku kaki sama :

,
Me =

Dimana :

Lb = Panjang profil tak terkekang

46 
 
Universitas Sumatera Utara
b = lebar siku

E = elastisitas profil siku

t = tebal profil siku

Me = momen tekuk lateral-torsi elastis

b. kontrol geser

ϕVn = 0,9 . 0,6 . Aw . fy . cv

Dimana :
Vn = kekuatan geser penampang
Aw = luas badan = b x t
fy = tegangan leleh profil siku

Nilai cv dari persamaan diatas ditentukan dengan :

- Bila

< 1,1

cv =1

- Bila

1,1 < < 1,37


cv = 1,1 x

- Bila

> 1,37

,
cv = x

47 
 
Universitas Sumatera Utara
2.2.2.5 Perencanaan Balok Kolom

Komponen struktur yang mengalami momen lentur dan gaya aksial harus

direncanakan memenuhi ketentuan sebagai berikut:

Untuk > 0,2


+ ( + ) < 1

Untuk < 0,2


+ ( + ) < 1

Dimana :

Pu = Gaya aksial (tarik atau tekan) terfaktor, N

Pn = Kuat nominal penampang, N

ϕ = Faktor reduksi kekuatan

= 0.9 untuk aksial tarik

= 0,9 untuk aksial tekan

Mux = Momen lentur terfaktor terhadap sumbu-x

Muy = Momen lentur terfaktor terhadap sumbu-y

Mnx = Kuat nominal lentur penampang terhadap sumbu-x

Mny = Kuat nominal lentur penampang terhadap sumbu-y

ϕb = Faktor reduksi kekuatan lentur = 0,9

2.2.2.6 Perencanaan Balok Komposit

Menurut SNI 1729:2015 lebar efektif balok komposit adalah :

- seperdelapan dari bentang balok, pusat-ke-pusat tumpuan

- setengah jarak ke sumbu dari balok yang berdekatan

48 
 
Universitas Sumatera Utara
- jarak ke tepi dari pelat

Kekuatan Lentur Positif balok komposit bisa di disain secara plastis jika memenuhi

< 3,76 . Jika > 3,76 maka momen harus di tentukan dengan

superposisi tegangan elastis. (SNI 1729:2015). Nilai ultimate dari momen lentur

dapat di tinjau dari 2 kondisi yaitu :

1. Sumbu netral jatuh pada pelat beton

Besar nya gaya tekan pada kondisi ultimate adalah :

C = 0,85 . . a . be

Gaya tarik pada profil baja adalah :

T = As . fy

Gaya tarik floor deck adalah

T = Afd . fu

Jika ẏ > (tf - hfd) keseimbangan gaya C = T , maka diperoleh

. .
a =
, . .

Lengan kopel terhadap gaya tekan

d1 = ts – ċ -

d2 = + ts -

Kuat momen lentur nominal positif balok komposit adalah :

ϕMn = 0,9 [ As fy ( d2 ) + Afd . fu . ( d1 ) ]

49 
 
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.8. Diagram tegangan balok komposit momen positif dengan ẏ < (ts - hfd)

 
Jika ẏ < (tf - hfd) gaya tarik floor deck adalah

T = Aefd . fu

keseimbangan gaya C = T , maka diperoleh

. .
a =
, . .

Lengan kopel terhadap gaya tekan

d1 = ts – ċ -

d2 = + ts -

Kuat momen lentur nominal positif balok komposit adalah :

ϕMn = 0,9 [ As fy ( d2 ) + Aefd . fu . ( d1 ) ]

Gambar 2.9. Diagram tegangan balok komposit momen positif dengan ẏ > (ts - hfd)

  50 
 
Universitas Sumatera Utara
2. Sumbu netral jatuh pada baja profil

Besar nya gaya tekan pada kondisi ultimate adalah :

Cc = 0,85 . . a . be

Gaya tarik pada profil baja adalah :

T = As . fy

Keseimbangan gaya diperoleh

T’ = Cc + Cs

Besarnya T’ sekarang lebih kecil daripada As.fy yaitu :

T’ = As . fy - Cs

Sehingga gaya tekan profil baja

Cc + Cs = As . fy - Cs

2Cs = Cc + As . fy

.
Cs =

Jika ẏ < (ts + tf) Pusat tarik profil

ẏ ẏ
ӯ =

lengan kopel terhadap pusat tarik

d1 = d – ӯ - (ẏ - ts)

d2 = d – ӯ + pusat tekan beton

kapasitas lentur positif nominal

ϕMn = 0,9 [ Cc ( d2 ) + Cs. ( d1 ) ]

51 
 
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.10. Diagram tegangan balok komposit momen positif dengan ẏ < (ts + tf)

Jika (ts+ d) > ẏ > (ts + tf) Pusat tarik profil adalah


– ẏ

ӯ

Lengan kopel terhadap gaya tarik

d1 = d – ӯ - tf

d2 = d – ӯ – tf - (ẏ - tf)

d3 = d – ӯ + pusat tekan beton

kapasitas lentur positif nominal

ϕMn = 0,9 [ Cc ( d3 ) + Csf. ( d2 ) + Csw. ( d1 ) ]

52 
 
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.11. Diagram tegangan balok komposit momen positif dengan ẏ > (ts + tf)

Dimana :

As = Luas baja profil, mm2

Afd = Luas floor deck, mm2

Aefd = Luas efektif floor deck, mm2

a Tinggi dari luasan tekan beton, mm

b E Lebar efektif beton

C = Gaya tekan, KN

Ċ = Titik berat floor deck, mm

d = Tinggi baja profil, mm

= Tegangan leleh baja profil

= Tegangan ultimate floor deck

hfd = Tinggi floor deck

ts = Tebal pelat lantai, mm

53 
 
Universitas Sumatera Utara
Kapasitas momen lentur negative menurut SNI 1729:2015 dapat di tentukan dari

kapasitas momen nominal dari profil baja itu sendiri, sebagai alternatif dapat

ditentukan kapasitas momen negatif dari distribusi plastis penampang komposit

untuk keadaan leleh asalkan menenuhi :

- Balok baja adalah penampang kompak dan dibreising secara cukup

- Steel headed stud atau angkur kanal baja yang menyambungkan pelat ke

balok baja pada daerah momen negatif

- Tulangan pelat yang paralel pada balok baja, di lebar efektif pelat,

diperhitungkan dengan tepat.

Nilai ultimate dari momen lentur negatif komposit adalah :

Gaya tarik tulangan

Tsr = Asr . fyr

Gaya tarik floor deck

Tfd = Afd. fu

Gaya tarik total

T = Tsr + Tfd

Gaya tekan maximum profil baja

Cmax = As . f y

Jika Cmax > T maka titik berat berada pada profil baja

T + Ts = Cmax – Ts

2Ts = Cmax – T

Ts = (Cmax – T)

Jika sumbu netral jatuh di sayap maka

b . .t . fy = Ts

54 
 
Universitas Sumatera Utara
tc =

Pusat gaya tekan

ẏ ẏ
ӯ =

Lengan kopel terhadap gaya tekan

d1 = d – ӯ – tc

d2 =d–ӯ+Ċ

d3 = d – ӯ + ts – selimut pelat - ∅

Momen nominal

ϕMn = 0.9 [Mn1 + Mn2 + Mn3]

= Tsr . d3 + Tfd . d2 + t . fy .d1

Gambar 2.12. Diagram tegangan balok komposit momen negatif dengan ts > ẏ > (ts + tf)  

Jika sumbu netral jatuh di web maka

h' . .tw . fy = Ts - Tf

h’ =

55 
 
Universitas Sumatera Utara
Pusat gaya tekan


ӯ

Lengan kopel terhadap gaya tekan

d1 = d – ӯ – tf - h’

d2 = d – ӯ – tf

d3 =d–ӯ+Ċ

d4 = d – ӯ + ts – selimut pelat - ∅

Momen nominal

ϕMn = 0.9 [Mn1 + Mn2 + Mn3 + Mn4]

= Tsr . d4 + Tfd . d3 + tf . fy .d2 + h’. tw . fy . d1

Gambar 2.13. Diagram tegangan balok komposit momen negatif dengan ẏ > (ts + tf)

Kekuatan geser yang tersedia dari balok komposit dengan steel headed stud atau

angkur kanal baja harus ditentukan berdasarkan properti dari penampang baja

sendiri. Kekuatan geser nominal satu angkur steel headed stud yang ditanam pada

56 
 
Universitas Sumatera Utara
suatu pelat beton solid atau pada suatu pelat komposit dengan dek harus ditentukan

sebagai berikut:

Qn = 0,5 Asc < Rg Rp Asc fu

Dimana

Asc = Luas penampang shear conector

fc’ = Kuat tekan beton

Ec = Modulus elastisitas beton

fu = kuat putus shear conektor

Rg = 1,0 untuk :

a. Satu angkur steel headed stud yang di las pada suatu rusuk

dek baja dengan dek yang diorientasikan tegak lurus terhadap

profil baja

b. Sejumlah dari angkur steel headed stud di suatu lajur/baris

secara langsung terhadap profil baja

c. Sejumlah dari angkur steel headed stud yang di las pada

suatu lajur sampai dek baja dengan dek diorientasikan paralel

terhadap profil baja dan rasio dari lebar rusuk rata-rata

terhadap kedalaman rusuk ≥ 1,5

0,85 untuk :

a. Dua angkur steel headed stud yang dilas pada suatu rusuk

dek baja dengan dek diorientasikan tegak lurus terhadap

profil baja;

57 
 
Universitas Sumatera Utara
b. Satu angkur steel headed stud yang di las melewati dek baja

dengan dek diorientasikan paralel terhadap profil baja dan

rasio dari lebar rusuk rata-rata terhadap kedalaman rusuk <

1,5

0,7 untuk tiga atau lebih angkur steel headed stud yang dilas pada

suatu rusuk dek baja dengan dek yang diorientasikan tegak lurus

terhadap profil baja

Rp = 0,75 untuk :

a. Angkur steel headed stud yang dilas secara langsung pada

profil baja;

b. Angkur steel headed stud yang dilas pada suatu pelat komposit

dengan dek yang diorientasikan tegak lurus terhadap balok dan

emid-ht ≥ 2 in. (50 mm) Angkur steel headed stud yang dilas

melewati dek baja, atau lembaran baja yang digunakan sebagai

material pengisi gelagar, dan ditanam pada suatu pelat

komposit dengan dek diorientasikan paralel terhadap balok

tersebut.

0,6 untuk angkur steel headed stud yang di las pada suatu pelat

komposit dengan dek diorientasikan tegak lurus terhadap balok

dan emid-ht < 2 in. (50 mm)

58 
 
Universitas Sumatera Utara
emid-ht = jarak dari tepi kaki angkur steel headed stud terhadap

badan dek baja, diukur di tengahtinggi dari rusuk dek,

dan pada arah tumpuan beban dari angkur steel headed

stud (dengan kata lain, pada arah dari momen maksimum

untuk suatu balok yang ditumpu sederhana),

Tabel 2.23. Nilai untuk Rg dan Rp untuk setiap kasus. Kapasitas untuk
angkur steel headed stud

Kondisi Rg Rp
Tanpa dek 1,0 1,0
Dek diorientasi paralel terhadap profil baja
> 1,5 1,0 0,75

< 1,5 0,85** 0,75


Dek diorientaskan tegak lurus terhadap profil
baja
Jumlah dari angkur steel headed stud yang
memiliki rusuk dek yang sama
1 1,0 0,6*
2 0,85 0,6*
+
0,6
3 atau lebih 0,7
+
(Sumber : Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural,
SNI 1729:2015)
Catatan :
Wr = lebar rata-rata dari rusuk atau voute beton
hr = tinggi rusuk nominal,
** untuk suatu angkur steel headed stud tunggal
* nilai ini dapat ditingkatkan sampai 0,75 bila emid-ht > 51 mm

2.2.2.7 Perencanaan Sambungan Las

Luas efektif dari suatu las sudut adalah panjang efektif dikalikan dengan throat

efektif. Throat efektif dari suatu las sudut merupakan jarak terpendek (garis tinggi)

dari perpotongan kaki las ke muka las diagrammatik. Suatu penambahan dalam

throat efektif diizinkan jika penetrasi konsisten di luar jarak terpendek (garis tinggi)

59 
 
Universitas Sumatera Utara
dari perpotongan kaki las ke muka las diagrammatik yang dibuktikan melalui

pengujian dengan menggunakan proses produksi dan variabel prosedur. Untuk las

sudut dalam lubang dan slot, panjang efektif harus panjang dari sumbu las

sepanjang pusat bidang yang melalui throat. Pada kasus las sudut yang

beroverlap, luas efektif tidak boleh melebihi luas penampang nominal dari lubang

atau slot, dalam bidang permukaan lekatan. (SNI 1729:2015).

Sumber : http://www.twi-global.com/technical-knowledge/job-knowledge/design-part-2-091/

Gambar 2.14. Tebal efektif las sudut

Ukuran minimum las sudut menurut SNI 1729:2015 harus tidak kurang dari ukuran

yang diperlukan untuk menyalurkan gaya yang dihitung, atau ukuran seperti yang

tertera dalam Tabel 2.23 Ukuran maksimum dari las sudut dari bagian-bagian yang

tersambung harus:

a. Sepanjang tepi material dengan ketebalan kurang dari ¼ in. (6 mm); tidak

lebih besar dari ketebalan material.

b. Sepanjang tepi material dengan ketebalan ¼ in. (6 mm) atau lebih; tidak

lebih besar dari ketebalan material dikurangi 1/16 in. (2 mm), kecuali las

yang secara khusus diperlihatkan pada gambar pelaksanaan untuk

memperoleh ketebalan throat-penuh. Untuk kondisi las yang sudah jadi,

60 
 
Universitas Sumatera Utara
jarak antara tepi logam dasar dan ujung kaki las boleh kurang dari 1/16 in.

(2 mm) bila ukuran las secara jelas dapat diverifikasi.

Tabel 2.24. Tebal minimum las sudut

Ketebalan Material dari Bagian Paling Tipis Ukuran Minimum Las Sudut,[a] in.
yang Tersambung, in. (mm) (mm)
Sampai dengan ¼ (6) 1/8 (3)
Lebih besar dari ¼ (6) sampai dengan ½ (13) 3/16 (5)
Lebih besar dari ½ (13) sampai dengan ¾ (19) ¼ (6)
Lebih besar dari ¾ (19) 5/16 (8)
[a]
Dimensi kaki las sudut. Las pas tunggal harus digunakan.
Catatan: Lihat Pasal J2.2b untuk ukuran maksimum las sudut.
(Sumber : Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural, SNI 1729:2015)

Panjang minimum dari las sudut yang dirancang berdasarkan kekuatan tidak boleh

kurang dari empat kali ukuran las nominal, atau ukuran lain dari las harus

diperhitungkan tidak melebihi ¼ dari panjangnya. Jika las sudut longitudinal saja

digunakan pada sambungan ujung dari komponen struktur tarik tulangan-rata,

panjang dari setiap las sudut tidak boleh kurang dari jarak tegak lurus antaranya.

Gambar 2.15. Panjang las longitudinal

61 
 
Universitas Sumatera Utara
Kekuatan desain, ϕRn yang dilas harus merupakan nilai terendah dari kekuatan

material dasar yang ditentukan menurut keadaan batas dari keruntuhan tarik dan

keruntuhan geser dan kekuatan logam las yang ditentukan menurut keadaan batas

dari keruntuhan berikut ini:

Untuk logam dasar

ϕRn = 0,75 . fn BM . ABM

Untuk logam las

ϕRn = 0,75 . fne . AWE

Dimana :

fn BM = tegangan nominal dari logam dasar, ksi (MPa)

fne = tegangan nominal dari logam las, ksi (MPa)

ABM = luas penampang logam dasar, in2. (mm2)

AWE = luas efektif las, in2. (mm2)

kelompok las linear dengan suatu ukuran kaki yang seragam, dibebani

melalui titik berat

ϕRn = 0,75 . fne . AWE

dan

fne = 0,60 fEXX ( 1 + 0,5sin1,5 θ )

dimana :

fEXX = kekuatan klasifikasi logam pengisi, ksi (MPa)

θ = sudut pembebanan yang diukur dari sumbu longitudinal las, derajat

62 
 
Universitas Sumatera Utara
Kekuatan sambungan las pada sambungan pemikul momen adalah

ϕMn = ∑ ϕPlas . d

Dimana :

ϕMn = Kekuatan nominal sambungan las terhadap momen

ϕPlas = Gaya las terkoreksi

d = Lengan kopel terhadap garis netral

Gambar 2.16. Momen plastis siklik pada sambungan pemikul momen

2.2.2.8. Perencanaan Sambungan Baut

Semua baut kekuatan-tinggi yang disyaratkan pada gambar desain yang digunakan

dalam pra-tarik atau joint kritis-slip harus dikencangkan dengan suatu ketegangan

baut tidak kurang dari yang diberikan dalam Tabel 2.24 , kuat tarik nominal dan

kuat geser nominal pada sambungan tipe tumpu diberikan dalam tabel 2.25, dan

ukuran lubang maksimum untuk baut diberikan dalam Tabel 2.26. Jarak antara

pusat-pusat standar, ukuran-berlebih, atau lubang-lubang slot tidak boleh kurang

63 
 
Universitas Sumatera Utara
dari 2 2/3 kali diameter nominal, d, dari pengencang; suatu jarak 3d yang lebih

disukai. Jarak dari pusat lubang standar ke suatu tepi dari suatu bagian yang

disambung pada setiap arah tidak boleh kurang dari nilai yang berlaku dari Tabel

2.27. Jarak maksimum dari pusat setiap baut ke tepi terdekat dari bagian-bagian

dalam kontak harus 12 kali ketebalan dari bagian yang disambung akibat

perhitungan, tetapi tidak boleh melebihi 6 in. (150 mm) (SNI 1729:2015). Spasi

longitudinal pengencang antara elemen-elemen yang terdiri dari suatu pelat dan

suatu profil atau dua pelat pada kontak menerus harus sebagai berkut:

1. Untuk komponen struktur dicat atau komponen struktur tidak dicat yang

tidak menahan korosi, spasi tersebut tidak boleh melebihi 24 kali ketebalan

dari bagian tertipis atau 12 in. (305 mm).

2. Untuk komponen struktur tidak dicat dari baja yang berhubungan dengan

cuaca yang menahan korosi atmospheric, spasi tidak boleh melebihi 14 kali

ketebalan dari bagian tertipis atau 7 in. (180 mm)

Catatan: Dimensi pada (a) dan (b) tidak berlaku untuk elemen-elemen yang terdiri

dari dua profil dalam kontak menerus.

Tabel 2.25. Pratarik baut minimum, kN*

Ukuran Baut, mm Baut A325M Baut A490M


M16 91 114
M20 142 179
M22 176 221
M24 205 257
M27 267 334
M30 326 408
M36 475 595
* Sama dengan 0,70 dikalikan kekuatan tarik minimum baut, dibulatkan mendekati kN, seperti
disyaratkan dalam spesifikasi untuk baut ASTM A325M dan A490M dengan ulir UNC.
(Sumber : Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural, SNI 1729:2015)

64 
 
Universitas Sumatera Utara
Kekuatan tarik atau geser desain, dari suatu baut snug-tightened atau baut kekuatan-

tinggi pra-tarik atau bagian berulir harus ditentukan sesuai dengan keadaan batas

dari keruntuhan tarik dan keruntuhan geser sebagai berikut:

ϕRn = 0,75 . fn . AB

Dimana

AB = Luas penampang baut

fn = kuat nominal baut terhadap tarik (fnt) atau geser (fnv) (tabel 2.25)

Kekuatan tarik yang tersedia dari baut yang menahan kombinasi gaya tarik dan

geser harus ditentukan sesuai dengan keadaan batas dari keruntuhan geser sebagai

berikut:

ϕRn = 0,75 . fn’ . AB

dan

fn’ = 1,3 fnt - frv < fnt


,

dimana :

fn’ = tegangan tarik nominal yang dimodifikasi mencakup efek tegangan

geser, ksi (MPa)

fnt = tegangan tarik nominal dari Tabel 2.25, ksi (MPa)

fnv = tegangan geser dari Tabel 2.25, ksi (MPa)

frv = tegangan geser yang diperlukan, ksi (MPa)

Tegangan geser yang tersedia dari sarana penyambung sama dengan atau melebihi

tegangan geser yang diperlukan,frv.

65 
 
Universitas Sumatera Utara
Catatan: Catatan bahwa bila tegangan yang diperlukan, f ,baik geser atau tarik,

yang kurang dari atau sama dengan 30 persen dari tegangan yang tersedia yang

sesuai, efek kombinasi tegangan tidak perlu diperiksa.

Tabel 2.26. Kekuatan nominal pengencang dan bagian yang berulir, ksi (MPa)

Kekuatan Geser Nominal


Kekuatan Tarik
dalam Sambungan Tipe-
Deskripsi Pengencang Nominal, Fnt,
Tumpu, Fnv,
ksi (MPa)[a]
ksi (MPa)[b]
Baut A307 45 (310) 27 (188) [c][d]
Baut group A (misal, A325), bila ulir 90 (620) 54 (372)
tidak dikecualikan dari bidang geser
Baut group A (misal, A325), bila ulir 90 (620) 68 (457)
tidak termasuk dari bidang geser
Baut A490 atau A490M, bila ulir tidak 113 (780) 68 (457)
dikecualikan dari bidang geser
Baut A490 atau A490M, bila ulir tidak 113 (780) 84 (579)
termasuk dari bidang geser
Bagian berulir yang memenuhi 0,75 Fu 0,450 Fu
persyaratan Pasal A3.4, bila ulir tidak
dikecualikan dari bidang geser
Bagian berulir yang memenuhi 0,75 Fu 0,563 Fu
persyaratan Pasal A3.4, bila ulir tidak
termasuk dari bidang geser
[a]
untuk baut kekuatan tinggi yang menahan beban fatik tarik
[b]
Untuk ujung sambungan yang dibebani dengan panjang pola pengencang lebih besar dari 38
in. (965 mm), Fnv harus direduksi sampai 83,3 % dari nilai tabulasi. Panjang pola pengencang
merupakan jarak maksimum sejajar dengan garis gaya antara sumbu baut-baut yang
menyambungkan dua bagian dengan satu permukaan lekatan.
[c]
Untuk baut A307 nilai yang ditabulasikan harus direduksi sebesar 1 persen untuk setiap 1/16
in. (2 mm) di atas diameter 5 dari panjang pada pegangan/grip tersebut.
[d]
Ulir diizinkan pada bidang geser.
(Sumber : Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural, SNI 1729:2015)

Tabel 2.27. Dimensi Lubang Nominal, mm

Dimensi Lubang
Diameter Standar Ukuran-lebih Slot-Pendek Slot-Panjang
Baut (Diameter) (Diameter) (Lebar x Panjang) (Lebar x Panjang)
M16 18 20 18 x 22 18 x 40
M20 22 24 22 x 26 22 x 50
M22 24 28 24 x 30 24 x 55
M24 27 [a] 30 27 x 32 27 x 60
M27 30 35 30 x 37 30 x 67
M30 33 38 33 x 40 33 x 75
≥ M36 d+3 d+8 (d + 3) x (d + 10) (d + 3) x 2,5d
[a]
Izin yang diberikan memungkinkan penggunaan baut 1 in. jika diinginkan.
(Sumber : Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural, SNI 1729:2015)

66 
 
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.28. Jarak tepi minimum dari pusat lubang standar ke tepi dari bagian

yang disambung

Diameter Baut (mm) Jarak Tepi Minimum


16 22
20 26
22 28
24 30
27 34
30 38
36 46
Di atas 36 1,25d
[a]
Jika diperlukan, jarak tepi terkecil diizinkan asalkan ketentuan yang sesuai Pasal J3.10 dan J4
dipenuhi, tetapi jarak tepi yang kurang dari satu diameter baut tidak diizinkan tanpa persetujuan
dari Insinyur yang memiliki izin bekerja sebagai perencana.
[b]
Untuk ukuran-berlebih atau lubang-lubang slot, lihat Tabel J3.5M.
(Sumber : Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural, SNI 1729:2015)

Beberapa aplikasi dari sambungan baut adalah sambungan pemikul momen dan

sambungan geser. Prinsip dasar dari sambungan baut adalah baut menahan gaya

geser dan gaya tarik.

1. Sambungan pemikul momen

(a) Sambungan tidak diperkaku  (b) Sambungan diperkaku (c) Sambungan diperkaku + pengaku kolom

               
Gambar 2.17. Sambungan pemikul momen menurut AISC 2003

67 
 
Universitas Sumatera Utara
Perencanaan sambungan baut untuk balok kolom lebih kuat dari profil yang

disambung untuk menghindari prilaku sambungan yg runtuh getas. Momen

rencana untuk sambungan adalah

- Sambungan tidak diperkaku

Muc = Mp + Vu (k), k : terkecil dari d atau 3b

- Sambungan diperkaku

Muc = Mp + Vu (Lst + tp)

Gambar 2.18. Lokasi sendi plastis Gambar 2.19. Menentukan Muc 

Lst =

Gambar 2.20. Geometri sambungan end-plate

68 
 
Universitas Sumatera Utara
Sambungan end-plate pada umum nya mempunya 2 buat setiap baris, jika dibebani

sampai kondisi ultimate maka reaksi setiap baut adalah 2Pt. kapasitas sambungan

tanpa efek prying maka momen kapasitas sambungan adalah jumlah kumulatif

statis momen gaya reaksi baut tarik 2Pt terhadap titik resultan desak di pusat berat

pelat sayap profil (Dewobroto 2016). Kuat sambungan berdasarkan baut tanpa efek

prying adalah

ϕMnp = 2 ϕPt. ∑

= 2 ϕPt ∑ (h0 + h1 + h3 … hi)

Dimana :

Mnp = kapasitas sambungan end-plate didasarkan pada kuat tarik tanpa

efek prying

Pt = gaya reaksi tarik baut

Gambar 2.21. Momen kopel baut tarik terhadap sayap tekan

69 
 
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.29. Kapasitas sambungan end-pelat menurut AISC 2003

No. Kapasitas Sambungan

Konfigurasi 4 baut tanpa pengaku

Konfigurasi 4 baut dengan pengaku

70 
 
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.29. Kapasitas sambungan end-pelat menurut AISC 2003 (lanjutan)

No. Kapasitas Sambungan

Konfigurasi 6 baut tanpa pengaku

Konfigurasi 8 baut tanpa pengaku

Sumber : Extended end-plateed moment connections seismic and wind


applications AISC 2003

71 
 
Universitas Sumatera Utara
2. Sambungan Geser

Gambar 2.22. Sambungan balok anak ke balok induk

Perencanaan sambungan baut untuk geser juga harus lebih kuat dari profil yang

disambung untuk menghindari prilaku sambungan yg runtuh getas. Gaya geser

rencana untuk sambungan adalah gaya geser ultimate balok anak, sehingga

jumlah baut yg diperlukan adalah :

Dimana :

= kuat geser nominal profil

= kuat geser minimum baut

2.2.3. Disain untuk stabilitas

Stabilitas harus disediakan untuk struktur secara keseluruhan dan untuk setiap

elemennya. Efek terhadap stabilitas struktur dan elemen-elemennya harus

memperhitungkan hal-hal berikut:

1. lentur, geser dan deformasi komponen struktur aksial, dan semua deformasi

lainnya yang memberi kontribusi terhadap perpindahan struktur;

2. efek orde-kedua (kedua efek P-∆ dan P-δ)

3. ketidaksempurnaan geometri;

72 
 
Universitas Sumatera Utara
4. reduksi kekakuan akibat inelastisitas;

5. ketidakpastian dalam kekakuan dan kekuatan. Semua efek yang bergantung

beban harus dihitung di level pembebanan sesuai dengan kombinasi beban

Direct Analysis Method (DAM) dibuat untuk mengatasi keterbatasan Effective

Length Method (ELM) yang merupakan strategi penyederhanaan analisis cara

manual. Akurasi DAM dapat diandalkan karena memakai komputer, dan

mempersyaratkan program analisis struktur yang dipakai, seperti :

1. Dapat memperhitungkan deformasi komponen-komponen struktur dan

sambungannya yang mempengaruhi deformasi struktur keseluruhan.

Deformasi komponen yang dimaksud berupa deformasi akibat lentur, aksial

dan geser. Persyaratan ini cukup mudah, hampir sebagian besar program

komputer analisa struktur berbasis metoda matrik kekakuan, apalagi

‘metoda elemen hingga’ yang merupakan algoritma dasar ana-lisa struktur

berbasis komputer sudah memasukkan pengaruh deformasi pada elemen

formulasinya (Dewobroto 2013).

2. Pengaruh Orde ke-2 (P-Δ & P-δ). Program komputer yang dapat

menghitung gaya-gaya batang dengan analisa struktur orde ke-2 yang

mempertimbangkan pengaruh P-Δ dan P-δ adalah sangat penting dan

menentukan. Umumnya program komputer komersil bisa melakukan

analisa struktur orde ke-2, meskipun kadangkala hasilnya bisa berbeda satu

dengan lain-nya. Oleh karena itu diperlukan verifikasi terhadap kemam-

puan program komputer yang dipakai. Ketidaksempurnaan terjadi ketika

program ternyata hanya mampu memperhi-tungkan pengaruh P-Δ saja,

73 
 
Universitas Sumatera Utara
tetapi tidak P-δ. Adapun yang dimaksud P-Δ adalah pengaruh pembebanan

akibat terjadinya perpindahan titik-titik nodal elemen, sedangkan P-δ adalah

pengaruh pembebanan akibat deformasi di elemen (di antara dua titik nodal)

(Dewobroto 2013). seperti terlihat pada Gambar 2.8 di bawah.

Gambar 2.23. Pengaruh Orde ke-2 (AISC 2010)

3. Perhitungan stabilitas struktur modern didasarkan anggapan bah-a

perhitungan gaya-gaya batang diperoleh dari analisa struktur elastik orde-2,

yang memenuhi kondisi keseimbangan setelah pembebanan, yaitu setelah

deformasi. Ketidak-sempurnaan atau cacat dari elemen struktur, seperti

ketidaklurusan batang akibat proses fabrikasi atau konsekuensi adanya

toleransi pelaksanaan lapangan, akan menghasilkan apa yang disebut efek

destabilizing. Adanya cacat bawaan (initial imperfection) yang

mengakibatkan efek destablizing dalam Direct Analysis Method (DAM)

dapat diselesaikan dengan dua cara, yaitu [1] cara pemodelan langsung cacat

pada geometri model yang dianalisis, atau [2] memberikan beban notional

74 
 
Universitas Sumatera Utara
(beban lateral ekivalen) dari sebagian prosentasi beban gravitasi (vertikal)

yang bekerja. Cara pemodelan langsung dapat diberikan pada titik nodal

batang yang digeser untuk sejumlah tertentu perpindahan, yang besarnya

diambil dari toleransi maksimum yang diperbolehkan dalam perencanaan

maupun pelaksanaan. Pola penggeseran titik nodal pada pemodelan

langsung harus dibuat sedemikian rupa sehingga memberikan efek

destabilizing terbesar. Pola yang dipilih dapat mengikuti pola lendutan hasil

pembebanan atau pola tekuk yang mungkin terjadi. Beban notional

merupakan beban lateral yang diberikan pada titik nodal di semua level,

berdasarkan prosentasi beban vertikal yang bekerja di level tersebut, dan

diberikan pada sistem struktur penahanbeban gravitasi melalui rangka atau

kolom vertikal, atau dinding, sebagai simulasi pengaruh adanya cacat

bawaan (initial imperfection).Beban notional harus ditambahkan bersama-

sama beban lateral lain, juga pada semua kombinasi, kecuali kasus tertentu

yang memenuhi kriteria pada Section C2.2b(1) (SNI 1729 2015). Besarnya

beban notional adalah

Ni = 0,002 α Yi

Dimana :

α = 1,6 untuk metode tegangan izin dan 1,0 untuk metode ultimit

Ni = Beban notional yang digunakan pada level i

Yi = Beban grafitasi yang digunakan pada level i

Nilai 0.002 mewakili nilai nominal rasio kemiringan tingkat (story out of

plumbness) sebesar 1/500, yang mengacu AISC Code of Standard Practice.

75 
 
Universitas Sumatera Utara
Jika struktur aktual ternyata punya kemiringan tingkat berbeda, lebih besar

tentunya, maka nilai tersebut tentunya perlu ditinjau ulang. Beban notional

pada level tersebut nantinya akan didistribusikan seperti halnya beban

gravitasi, tetapi pada arah lateral yang dapat menimbulkan efek

destabilizing terbesar. Jadi perlu beberapa tinjauan.Pada bangunan gedung,

jika kombinasi beban belum memasukkan efek lateral, maka beban notional

diberikan dalam dua arah alternatif ortogonal, masing-masing pada arah

positip dan arah negatif, yang sama untuk setiap level. Sedangkan untuk

kombinasi dengan beban lateral, maka beban notional diberikan pada arah

sama dengan arah resultan kombinasi beban lateral pada level tersebut. Jadi

penempatan notional load diatur sedemikian rupa agar jangan sampai hasil

akhir kombinasinya akan lebih ringan. Bukankah notional load adalah

untuk memodelkan ketidaksempurnaan (Dewobroto 2015).

Adanya leleh setempat (partial yielding) akibat tegangan sisa pada profil

baja (hot rolled atau welded) akan menyebabkan pelemahan kekuatan saat

mendekati kondisi batasnya. Kondisi tersebut pada akhirnya menghasilkan

efek destabilizing seperti yang terjadi akibat adanya geometry imperfection.

Kondisi tersebut pada Direct Analysis Method (DAM) akan diatasi dengan

penyesuaian kekakuan struktur, yaitu memberikan faktor reduksi kekakuan.

Nilainya diperoleh dengan cara kalibrasi dengan membandingkannya

dengan analisa distribusi plastisitas maupun hasil uji test empiris (Galambos

1998). Faktor reduksi kekakuan, EI*=0.8τbEI dan EA*=0.8EA dipilih DAM

dengan dua alasan.

76 
 
Universitas Sumatera Utara
Pertama: Portal dengan elemen langsing, yang kondisi batasnya ditentukan

oleh stabilitas elastis, maka faktor 0.8 pada kekakuan dapat

menghasilkan kuat batas sistem sebesar 0.8 × kuat tekuk

elastis.Hal ini ekivalen dengan batas aman yang ditetapkan pada

perencanaan kolom langsing memakai Efective Length Method,

persamaan E3-3 (SNI 1729 2015), yaitu φPn = 0.9 (0.877 Pe) =

0.79 Pe.

Kedua : Portal dengan elemen kaku / stocky dan sedang, faktor

0.8τb dipakai memperhitungkan adanya pelemahan (softening)

akibat kombinasi aksial tekan dan momen lentur. Jadi kebetulan

jika ternyata faktor reduksi kolom langsing dan kolom kaku

nilainya saling mendekati atau sama. Untuk itu satu faktor reduksi

sebesar 0.8τb dipakai bersama untuk semua nilai kelangsingan

batang (SNI 1729 2015 C2.3(1)) (Dewobroto 2015)..

Faktor τb mirip dengan reduksi kekakuan inelastis kolom akibat hilangnya

kekakuan batang. Untuk kondisi Pr ≤ 0.5Py, dimana Pr= adalah gaya tekan

perlu hasil kombinasi LRFD.:

τb = 1

Jika gaya tekannya besar, yaitu Pr > 0.5Py maka :

τb = 4 [1- ]

Pemakaian reduksi kekakuan hanya berlaku untuk memperhitungkan

kondisi batas kekuatan dan stabilitas struktur baja, dan tidak digunakan pada

perhitungan drift (pergeseran), lendutan, vibrasi dan penentuan periode

getar. Untuk kemudahan pada kasus τb = 1, reduksi EI* dan EA* dapat

77 
 
Universitas Sumatera Utara
diberikan dengan cara memodifikasi nilai E dalam analisis. Tetapi jika

komputer program bekerja semi otomatis, perlu diperhatikan bahwa reduksi

E hanya diterapkan pada 2nd order analysis. Adapun nilai modulus elastis

untuk perhitungan kuat nominal penampang tidak boleh dikurangi, seperti

misal saat perhitungan tekuk torsi lateral pada balok tanpa tumpuan lateral

(Dewobroto 2015). Bebanan notional dapat juga dipakai untuk antisipasi

pelemahan kekakuan lentur, τb akibat kondisi inelastic adanya tegangan

residu. Strategi ini cocok untuk menyederhanakan perhitungan DAM pada

batang dengan gaya tekan besar αPr > 0.5Py , dimana nilai τb < 1.0 . Jika

strategi ini akan dipakai, maka τb = 1.0 dan diberikan beban notional

tambahan sebesar :

Ni = 0,001 α Yi

Dimana :

α = 1,6 untuk metode tegangan izin dan 1,0 untuk metode ultimit

Ni = Beban notional yang digunakan pada level i

Yi = Beban grafitasi yang digunakan pada level i

Beban tersebut diberikan sekaligus bersama beban notional yang

merepresentasikan cacat geometri bawaan (initial imperfection), karena

sifatnya memperbesar maka beban notional akhir menjadi Ni=0.003Yi

sedangkan τb = 1.0 untuk semua kombinasi beban (Dewobroto 2015)..

78 
 
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai