DASAR TEORI
gaya gaya yang akan bekerja pada bangunan tersebut. struktur yang didisain harus
mampu mendukung berat bangunan, beban hidup akibat fungsi bangunan, tekanan
angin, maupun beban khusus berupa gempa dll. Beban-beban yang bekerja pada
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap,
peralatan tetap yang merupakan bagian tak terpisahkan dari gedung itu.Untuk
merencanakan gedung ini, beban mati yang terdiri dari berat sendiri bahan
6
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Berat jenis bahan bangunan (lanjutan)
7
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Beban mati tambahan (komponen gedung) (lanjutan)
11. Penutup lantai ubin, /cm tebal 24 kg/m2 ubin semen portland, teraso
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghuni atau pengguna suatu
gedung, termasuk beban – beban pada lantai yang berasal dari barang – barang yang
dapat berpindah, mesin – mesin serta peralatan yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu,
Khususnya pada atap, beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan
(PPIUG 1983)
8
Universitas Sumatera Utara
Beban hidup merupakan baban-beban gravitasi yang bekerja pada saat struktur
telah berfungsi, namun bervariasi dalam besar dan lokasinya. Contohnya adalah
beban orang, furnitur, perkakas yang dapat bergerak, kendaraan dan barang-barang
yang dapat disimpan. Secara praktis beban hidup bersifat tidak permanen
diketahui besar, lokasi dan kepadatannya, besar dan posisi sebenarnya dari beban-
beban semacam itu sulit sekali ditentukan (Salmon dan Johnson, 1992).
Beban hidup untuk bangunan terdiri dari beban hidup lantai dan beban hidup atap
9
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3. Beban Hidup Pada Lantai Bangunan (lanjutan)
Berhubung peluang untuk terjadi beban hidup penuh yang membebani semua
bagian dan semua unsur struktur pemikul secara serempak selama unsur gedung
tersebut adalah sangat kecil, maka pada perencanaan balok induk dan portal dari
system pemikul beban dari suatu struktur gedung, beban hidupnya dikalikan
10
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.5. Koefisien reduksi beban hidup
PERTEMUAN UMUM :
Mesjid, gereja, bioskop, restoran, ruang 0,90 0,50
dansa, ruang pagelaran
KANTOR :
0,60 0,30
Kantor, Bank
PERDAGANGAN :
Toko, toserba, pasar 0,80 0,80
PENYIMPANAN :
Gudang, perpustakaan, ruang arsip 0,80 0,80
INDUSTRI :
Pabrik, bengkel 1,00 0,90
TEMPAT KENDARAAN :
0,90 0,50
Garasi, gedung parkir
GANG & TANGGA :
- Perumahan/penghunian
- Pendidikan, kantor
0,75 0,30
0,75 0,50
- Pertemuan umum, perdagangan,
0,90 0,50
- Penyimpanan, industri, tempat
kendaraan
11
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.3 Beban Angin (qWL)
Besarnya beban angin yang bekerja pada struktur bangunan tergantung dari
kecepatan angin, rapat massa udara, letak geografis, bentuk dan ketinggian
bangunan, serta kekakuan struktur. Bangunan yang berada pada lintasan angin,
akan menyebabkan angin berbelok atau dapat berhenti. Sebagai akibatnya, energi
kinetik dari angin akan berubah menjadi energi potensial, yang berupa tekanan atau
hisapan pada bangunan. Beban Angin adalah semua beban yang bekerja pada
Beban Angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan
negatif (hisapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang yang ditinjau. Besarnya
tekanan positif dan negatif yang dinyatakan dalam kg/m2 ini ditentukan dengan
mengalikan tekanan tiup dengan koefisien – koefisien angin. Tekan tiup harus
diambil minimum 25 kg/m2, kecuali untuk daerah di laut dan di tepi laut sampai
sejauh 5 km dari tepi pantai. Pada daerah tersebut tekanan hisap diambil minimum
40 kg /m2 (dimana V adalah kecepatan angin dalam m/det, yang harus ditentukan
oleh instansi yang berwenang. Sedangkan koefisien angin ( + berarti tekanan dan –
berarti isapan ). beban tekanan angin disederhanakan dalam bentuk koefisen angin
12
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.6. Koefisien Beban Angin
2.1.1.4.Beban Gempa
ketahanan gempa untuk struktur gedung dan non gedung SNI 1726 2012. Pada
dasar standart. Percepatan permukaan tanah adalah percepatan tanah yang sampai
ke lokasi bangunan tersebut akibat adanya gempa dari pusat gempa. Variasi
13
Universitas Sumatera Utara
Sumber : http://ekspedisi.kompas.com/cincinapi/index.php/infografis/39
Gambar 2.1. Jalur Cincin Api dan Gunung Berapi Sebagai Pusat Gempa
Beban Gempa rencana pada SNI 1726 2012 ditetapkan sebagai gempa dengan
sebesar 2%. Untuk berbagai kategori risiko struktur bangunan gedung dan non
14
Universitas Sumatera Utara
dengan suatu faktor keutamaan Ie menurut Tabel 2. Khusus untuk struktur
bangunan dengan kategori risiko IV, bila dibutuhkan pintu masuk untuk
yang bersebelahan tersebut harus didesain sesuai dengan kategori risiko IV.
Tabel 2.7. Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban
gempa
15
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.7. Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban
gempa (lanjutan)
Jenis pemanfaatan Kategori risiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa manusia pada
saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara
- Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV, yang
memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau
gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi III
kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penanganan air
- Fasilitas penanganan limbah
- Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori risiko IV,
(termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses, penanganan,
penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya,
bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang mudah meledak)
yang mengandung bahan beracun atau peledak di mana jumlah kandungan
bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan
cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran.
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting,
termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas bedah
dan unit gawat darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta garasi
kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat
perlindungan darurat lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas lainnya IV
untuk tanggap darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan pada
saat keadaan darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki penyimpanan
bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik, tangki air pemadam
kebakaran atau struktur rumah atau struktur pendukung air atau material
atau peralatan pemadam kebakaran ) yang disyaratkan untuk beroperasi
pada saat keadaan darurat
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi struktur
bangunan lain yang masuk ke dalam kategori risiko IV.
(Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983.)
16
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.8. Faktor keutamaan gempa
lokasi proyek berada pada daerah wilayah medan (0.45g = 4.41 m/s2) sehingga
Sumber : http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/
(SNI-03-1726-2012)
17
Universitas Sumatera Utara
Sistem penahan gaya gempa lateral dan vertikal dasar harus memenuhi salah
satu tipe yang ditunjukkan dalam Tabel 9 atau kombinasi sistem seperti dalam
7.2.2, 7.2.3 dan 7.2.4. Pembagian setiap tipe berdasarkan pada elemen vertikal
yang digunakan untuk menahan gaya gempa lateral. Sistem struktur yang
digunakan harus sesuai dengan batasan system struktur dan batasan ketinggian
Setiap sistem penahan gaya gempa yang dipilih harus dirancang dan didetailkan
sesuai dengan persyaratan khusus bagi sistem tersebut yang ditetapkan dalam
dokumen acuan yang berlaku seperti terdaftar dalam Tabel 9 dan persyaratan
tambahan yang ditetapkan dalam 7.14. Sistem penahan gaya gempa yang tidak
termuat dalam Tabel 9 diijinkan apabila data analitis dan data uji diserahkan
disipasi energi agar ekivalen dengan sistem struktur yang terdaftar dalam Tabel
18
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.9. Faktor R , Cd , dan Ω0 untuk sistem penahan gaya gempa
19
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.9. Faktor R , Cd , dan Ω0 untuk sistem penahan gaya gempa (lanjutan)
20
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.9. Faktor R , Cd , dan Ω0 untuk sistem penahan gaya gempa (lanjutan)
21
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.9. Faktor R , Cd , dan Ω0 untuk sistem penahan gaya gempa (lanjutan)
(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gedung dan non gedung
SNI 1726:2012.)
bawahnya, atau dengan kata lain elemen struktur yang mempunyai kekuatan
lebih besar akan menahan atau memikul elemen struktur yang mempunyai
22
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian sistem bekerjanya beban untuk elemen – elemen struktur
gedung bertingkat secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut : beban pelat
lantai didistribusikan terhadap balok anak dan balok portal, beban balok portal
melalui pondasi.
atau penentuan amplifikasi besaran percepatan gempa puncak dari batuan dasar
ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus diklasifikasikan
terlebih dahulu. Profil tanah di situs harus diklasifikasikan sesuai dengan Tabel
2.10, berdasarkan profil tanah lapisan 30 m paling atas. Penetapan kelas situs
parameter tanah yang tercantum dalam Tabel 2.10. Dalam hal ini, kelas situs
dengan kondisi yang lebih buruk harus diberlakukan. Apabila tidak tersedia data
tanah yang spesifik pada situs sampai kedalaman 30 m, maka sifat-sifat tanah
jika terdapat lebih dari 3 m lapisan tanah antara dasar telapak atau rakit fondasi
23
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.10 Klasifikasi situs
2
0
,
1. Indeks plastisitas, PI >
4
0
%
,
2. Kadar air, w 2
2
5
3. Kuat geser niralir su < kPa
SF (tanah khusus) Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu atau lebih dari
karakteristik berikut:
- Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat beban gempa seperti
mudah likuifaksi, lempung sangat sensitif, tanah tersementasi lemah
3
- Lempung sangat organik dan/atau gambut (ketebalan H > m)
7
,
5
- Lempung berplastisitas sangat tinggi (ketebalan H > m dengan
7
5
Indeks Plasitisitas PI > )
3
5
Lapisan lempung lunak/setengah teguh dengan ketebalan H >
5
0
m
dengan su < kPa
Dimana :
detik (m/detik)
24
Universitas Sumatera Utara
Dimana :
305 pukulan/m
Dimana :
Sui = kuat geser niralir (kPa), dengan nilai tidak lebih dari 250 kPa
diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik pada perioda 0,2 detik dan perioda 1
detik. Faktor amplifikasi meliputi faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada
getaran perioda pendek (Fa) dan faktor amplifikasi terkait percepatan yang
mewakili getaran perioda 1 detik (Fv). Parameter spektrum respons percepatan pada
perioda pendek (SMS). dan perioda 1 detik (SM1). Yang disesuaikan dengan
25
Universitas Sumatera Utara
pengaruh klasifikasi situs (SNI 1726:2012), harus ditentukan dengan perumusan
berikut ini:
SMS = Fa . Ss
SM1 = Fv . S 1
Dimana :
perioda pendek
dan koefisien situs Fa dan Fv mengikuti Tabel 2.11 dan Tabel 2.12
0
,
5
0
,
7
5
1
,
0
1
,
2
5
S s :s Ss = Ss = Ss = Ss 2
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0
SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0
SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
SF SSb
(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur
gedung dan non gedung SNI 1726:2012.)
CATATAN:
- Untuk nilai-nilai antara S s dapat dilakukan interpolasi linier
- SS = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons
situs spesifik,
26
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.12 Koefisien situs, Fv
1
situs perioda 1 detik, S
0
,
1
0
,
2
0
,
3
0
,
4
0
,
5
1
S :s S = S = S = S 2
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3
SD 2,4 2 1,8 1,6 1,5
SE 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4
SF SSb
(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur
gedung dan non gedung SNI 1726:2012.)
CATATAN:
- Untuk nilai-nilai antara S s dapat dilakukan interpolasi linier
- SS = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons
situs spesifik,
Struktur harus ditetapkan memiliki suatu kategori desain seismik. Struktur dengan
kategori risiko I, II, atau III yang berlokasi di mana parameter respons spektral
percepatan terpetakan pada perioda 1 detik, S1 , lebih besar dari atau sama dengan
0,75 harus ditetapkan sebagai struktur dengan kategori desain seismik E. Struktur
percepatan terpetakan pada perioda 1 detik, S1 , lebih besar dari atau sama dengan
0,75, harus ditetapkan sebagai struktur dengan kategori desain seismik F. Semua
risikonya dan parameter respons spektral percepatan desainnya, SDS dan SD1
seismik yang lebih parah, dengan mengacu pada Tabel 2.13 atau 2.14 , terlepas dari
27
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.13 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons
percepatan pada perioda pendek
Kategori risiko
Nilai S DS
I atau II atau III IV
0
,
1
6
7 0
S DS < A A
0
,
1
6
7
,
3
3
:< S DS < B C
0
,
3
3 0
0
,
5
0
:< SDS < C D
,
5
0 :< S DS D D
(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gedung
dan non gedung SNI 1726:2012.)
Kategori risiko
1
Nilai S D
I atau II atau III IV
0
1 1 1
,
6
7 0
A A
1
SD <
0
,
0
6
7
,
1 ,
3 2
3 0
:< S D < B C
0
,
1
3
3 0
:< S D < C D
,
2
0
D D
1
:< S D
(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gedung
dan non gedung SNI 1726:2012.)
Geser dasar seismik, V , dalam arah yang ditetapkan harus ditentukan sesuai
V = Cs . W
Keterangan:
seluruh beban mati dan beban lainnya yang terdaftar di bawah ini:
28
Universitas Sumatera Utara
1. Dalam daerah yang digunakan untuk penyimpanan: minimum sebesar 25
persen beban hidup lantai (beban hidup lantai di garasi publik dan struktur
dari berat seismik efektif pada suatu lantai, tidak perlu disertakan);
2. Jika ketentuan untuk partisi disyaratkan dalam desain beban lantai: diambil
sebagai yang terbesar di antara berat partisi aktual atau berat daerah lantai
4. Berat lansekap dan beban lainnya pada taman atap dan luasan sejenis
lainnya.
Cs =
Dimana :
pendek
Nilai Cs yang dihitung sesuai dengan Persamaan diatas tidak perlu melebihi Cs dari
persamaan di bawah :
Cs =
29
Universitas Sumatera Utara
Cs yang di dapatkan harus tidak kurang dari :
dengan atau lebih besar dari 0,6g , maka Cs harus tidak kurang dari:
,
Cs =
Dimana :
pendek
1,0 detik,
Ta = Ct
Dimana :
30
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.15 Nilai parameter perioda pendekatan Ct dan x
Tipe struktur Ct x
Sistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul 100 persen gaya
gempa yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau dihubungkan dengan
komponen yang lebih kaku dan akan mencegah rangka dari defleksi jika
dikenai gaya gempa:
Rangka baja pemikul momen 0,0724 a 0,8
a
Rangka beton pemikul momen 0,0466 0,9
a
Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731 0,75
Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk 0,0731 a 0,75
a
Semua sistem struktur lainnya 0,0488 0,75
(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gedung
dan non gedung SNI 1726:2012.)
pendekatan Ta, dalam detik, dari persamaan berikut untuk struktur dengan
ketinggian tidak melebihi 12 tingkat di mana sistem penahan gaya gempa terdiri
dari rangka penahan momen beton atau baja secara keseluruhan dan tinggi tingkat
paling sedikit 3 m:
Ta = 0,1N
Dimana :
Tmax = Cu Ta
Dimana :
31
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.16 Koefisien untuk batas perioda struktur
1726:2012 harus dirancang sedemikian hingga kuat rencananya sama atau melebihi
1. 1,4D
5. 1,2D + 1,0 E + L
6. 0,9D + 1,0 W
7. 0,9D + 1,0 E
8.
E = Eh + Ev
32
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk penggunaan dalam kombinasi beban 7
E = Eh - E v
Keterangan:
sebagai berikut:
Eh = ρQh
Keterangan:
ρ = faktor redundansi
Untuk struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik D, E, atau F,m
SNI 1726:2012 mengatur ρ harus sama dengan 1,3 kecuali jika satu dari dua
a. Masing-masing tingkat yang menahan lebih dari 35 persen geser dasar dalam
b. Struktur dengan denah beraturan di semua tingkat dengan sistem penahan gaya
gempa terdiri dari paling sedikit dua bentang perimeter penahan gaya gempa
ortogonal di setiap tingkat yang menahan lebih dari 35 persen geser dasar.
33
Universitas Sumatera Utara
Jumlah bentang untuk dinding geser harus dihitung sebagai panjang dinding
geser dibagi dengan tinggi tingkat atau dua kali panjang dinding geser dibagi
Kinerja batas layan struktur gedung ditentukan oleh simpangan antar tingkat
akibat pengaruh gempa rencana, yaitu untuk membatasi terjadinya pelelehan baja
34
Universitas Sumatera Utara
dihitung dari simpangan struktur gedung tersebut akibat pengaruh gempa nominal
Dimana :
pertama saja
Vt = Gaya geser dasar nominal yang didapat dari hasil analisis ragam
Gaya geser dasar nominal yang didapat dari hasil spektrum respons Analisis harus
dilakukan untuk menentukan ragam getar alami untuk struktur. Analisis harus
ragam terkombinasi sebesar paling sedikit 90 persen dari massa aktual dalam
masing-masing arah horisontal ortogonal dari respons yang ditinjau oleh model.
Parameter respons ragam untuk masing-masing parameter desain terkait gaya yang
ditinjau, termasuk simpangan antar lantai tingkat, gaya dukung, dan gaya elemen
properti masing-masing ragam dan spectrum respons dibagi dengan kuantitas (R/
antar lantai harus dikalikan dengan kuantitas (Cd/Ie) . Nilai untuk masing-masing
metoda kombinasi kuadrat lengkap (CQC), sesuai dengan SNI 1726:2012. Metoda
CQC harus digunakan untuk masing-masing nilai ragam di mana ragam berjarak
35
Universitas Sumatera Utara
dekat mempunyai korelasi silang yang signifikan di antara respons translasi dan
torsi.
maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana dalam kondisi struktur
keruntuhan struktur gedung yang dapat menimbulkan korban jiwa manusia dan
gedung yang dipisah dengan sela pemisah (sela delatasi). simpangan antar-tingkat
ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung akibat pembebanan gempa
harus dihitung sebagai perbedaan defleksi pada pusat massa di tingkat teratas dan
terbawah yang ditinjau. Lihat Gambar 2.4, Apabila pusat massa tidak terletak
segaris dalam arah vertikal, diijinkan untuk menghitung defleksi di dasar tingkat
berdasarkan proyeksi vertikal dari pusat massa tingkat di atasnya (SNI 1726:2012)
36
Universitas Sumatera Utara
Defleksi pusat massa di tingkatx (δx) (mm) harus ditentukan sesuai dengan
persamaan berikut:
.
δx =
Dimana :
δxe = defleksi pada lokasi yang disyaratkan pada pasal ini yang ditentukan
Simpangan antar lantai tingkat desain ∆ tidak boleh melebihi simpangan antar
lantai tingkat ijin ∆a seperti didapatkan dari Tabel 2.13 untuk semua tingkat.
Kategori risiko
Struktur 0
,I atau II III IV
0
2
5
0
,
0
2
0
0
,
0
1
5
Struktur, selain dari struktur dinding geser batu bata, 4 tingkat c
hsx hsx hsx
atau kurang dengan dinding interior, partisi, langit-langit dan
sistem dinding eksterior yang telah didesain untuk
mengakomodasi simpangan antar lantai tingkat.
0
,
0
1
0
0
,
0
1
0
0
,
0
1
0
Struktur dinding geser kantilever batu batad hsx hsx hsx
0
,
0
0
7
0
,
0
0
7
0
,
0
0
7
Struktur dinding geser batu bata lainnya hsx hsx hsx
0
,
0
2
0
0
,
0
1
5
0
,
0
1
0
Semua struktur lainnya hsx hsx hsx
(Sumber : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur
gedung dan non gedung SNI 1726:2012.)
Dua bagian struktur gedung yang tidak direncanakan untuk bekerja sama sebagai
satu kesatuan dalam mengatasi pengaruh Gempa Rencana, harus dipisahkan yang
satu terhadap yang lainnya dengan suatu sela pemisah (sela delatasi) yang lebarnya
paling sedikit harus sama dengan jumlah simpangan masing-masing bagian struktur
37
Universitas Sumatera Utara
gedung pada taraf itu. Dalam segala hal lebar sela pemisah tidak boleh ditetapkan
Floor deck pada pelat menggantikan fungsi tulangan Tarik pada daerah
lapangan. Analisis pelat floor deck meggunakan metode pelat satu arah. Bila pelat
mengalami rotasi bebas pada tumpuan, pelat dan tumpuan sangat kaku terhadap
momen puntir, maka pelat itu dikatakan jepit penuh. Bila balok tepi tidak cukup
kuat untuk mencegah rotasi, maka dikatakan terjepit sebagian. Tebal minimum
yang ditentukan dalam Tabel 2.14 berlaku untuk konstruksi satu arah yang tidak
menumpu atau tidak disatukan dengan partisi atau konstruksi lain yang mungkin
akan rusak akibat lendutan yang besar, kecuali bila erhitungan lendutan
Tabel 2.19. Tebal Minimum Balok Non-Prategang Atau Pelat Satu Arah Bila
38
Universitas Sumatera Utara
CATATAN:
Panjang bentang dalam mm.
Nilai yang diberikan harus digunakan langsung untuk komponen struktur dengan beton normal
dan tulangan tulangan Mutu 420 MPa. Untuk kondisi lain, nilai di atas harus dimodifikasikan
sebagai berikut:
a. Untuk struktur beton ringan dengan berat jenis (equilibrium density), w , di antara 1440 sampai
1840 kg/m3, nilai tadi harus dikalikan dengan (1,65 – 0,0003wc) tetapi tidak kurang dari 1,09.
b. Untuk fy selain 420 MPa, nilainya harus dikalikan dengan (0,4 + fy/700).
Disain pada momen positif gaya Tarik disumbangkan oleh metal deck dan
gaya tekan disumbangkan oleh beton. Dalam hal ini penampang beton
sebagai berikut :
Mn =
Dimana ϕ= 0.8
Rn =
m=
.
ρ= 1– 1–
.
39
Universitas Sumatera Utara
As PERLU = ρ b d
Persyaratan lain yang harus dipenuhi dalam mendisain pelat satu arah adalah
jarak tulangan maximum. Pasal 12 SNI 03-2847-2002 butir 6.4 jarak tulangan
adalah :
S= – 2.5 Cc
Dimana :
fs = 60% fy
Cc = Selimut Beton
Disain pada momen positif gaya Tarik disumbangkan oleh wiremesh dan gaya
tekan disumbangkan oleh beton. Dalam hal ini penampang beton berbentuk
sebagai berikut
40
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.6. Diagram tegangan momen negatif floor deck
Pelat metal didisain menggunakan metode pelat satu arah . syarat batas yang
ϕMn > Mu
dimana :
Mu = momen ultimate
keadaan batas dari tekuk lentur, tekuk torsi, dan tekuk torsi lentur. Profil dengan
.
a. Bila < 4,71 ( atau < 2,25 )
fcr = 0,658 . fy
41
Universitas Sumatera Utara
.
b. Bila > 4,71 ( atau > 2,25 )
fcr = 0,877 . fe
fe =
Dimana :
L = panjang profil
fe = tegangan euler
.
λ = kelangsingan =
untuk gedung (PPIUG) 1983, sedangkan pemakaian profil dihitung sesuai dengan
SNI 03-1729-2015 .
q Lr Lp MP Mr Vn
PROFIL
kg/m m m KN m KN m KN
WF 150 x 75 x 5 x 7 14.00 3.16 0.84 23.54 15.09 108.00
WF 150 x 100 x 6 x 9 21.10 5.30 1.20 36.09 23.46 127.87
WF 200 x 100 x 4.5 x 7 18.20 3.46 1.12 40.89 27.20 128.30
WF 200 x 100 x 5.5 x 8 21.30 3.78 1.12 48.02 31.28 158.40
WF 200 x 150 x 6 x 9 30.60 6.37 1.82 71.08 46.88 167.62
WF 250 x 125 x 5 x 8 25.70 4.20 1.41 73.27 48.45 178.56
42
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.21. Nilai kekuatan lentur berdasarkan SNI 1729 2015 (lanjutan)
q Lr Lp MP Mr Vn
PROFIL
kg/m m m KN m KN m KN
WF 250 x 125 x 6 x 9 29.60 4.46 1.41 84.43 55.08 216.00
WF 300 x 150 x 5.5 x 8 32.00 4.75 1.67 109.20 72.08 236.02
WF 300 x 150 x 6.5 x 9 36.70 4.97 1.67 125.28 81.77 280.80
WF 350 x 175 x 6 x 9 41.40 5.53 1.97 165.38 108.97 298.94
WF 350 x 175 x 7 x 11 49.60 5.93 2.00 201.79 131.75 352.80
WF 400 x 200 x 7 x 11 56.60 6.46 2.27 261.00 171.70 399.17
WF 400 x 200 x 8 x 13 66.00 6.84 2.30 308.61 202.30 460.80
WF 450 x 200 x 9 x 14 76.00 6.67 2.23 389.13 253.30 583.20
WF 500 x 200 x 10 x 16 89.60 6.69 2.19 503.11 324.70 720.00
WF 600 x 200 x 11 x 17 106.00 6.28 2.09 687.14 440.30 950.40
HB 100 x 100 x 6 x 8 17.20 7.24 1.25 20.18 13.00 86.40
HB 125 x 125 x 6.5 x 9 23.80 8.06 1.58 35.78 23.12 117.00
HB 150 x 150 x 7 x 10 31.50 8.95 1.90 57.48 37.23 151.20
HB 175 x 175 x 7.5 x 11 40.20 9.81 2.22 86.28 56.10 189.00
HB 200 x 200 x 8 x 12 49.90 10.72 2.55 123.14 80.24 230.40
HB 250 x 250 x 9 x 14 72.40 12.55 3.19 224.83 147.39 324.00
HB 300 x 300 x 10 x 15 94.00 13.76 3.81 351.52 231.20 432.00
HBC 350 x 350 x 12 x 19 137.00 17.18 4.49 598.34 391.00 604.80
HBC 400 x 400 x 13 x 21 172.00 19.03 5.13 864.02 566.10 748.80
WFC 600 x 300 x 12 x 20 151.00 10.45 3.48 1034.13 683.40 1016.06
WFC 700 x 300 x 13 x 24 185.00 10.41 3.44 1499.68 979.20 1310.40
WFC 800 x 300 x 14 x 26 210.00 10.10 3.36 1918.89 1239.30 1612.80
WFC 900 x 300 x 16 x 28 243.00 9.84 3.24 2441.78 1553.80 2073.60
a. Kontrol Momen
ϕMn = 0.9 Mn
- Apabila L < Lp
Mn = Mp = Zx fy
43
Universitas Sumatera Utara
Apabila L > Lr
√
Mn = Mcr = 1
,
= < 2,3
,
2
=4
= 1 1
= 1,76
J = [ 2b +h ]
Cw =
J = [ 2b +h ]
Cw = [ ]
44
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.7. Kuat Momen Lentur Nominal Akibat Tekuk Torsi Lateral
b. Kontrol Geser
Untuk profil I
Persamaan diatas dapat dipenuhi bila syarat kelangsingan untuk tebal pelat web
sebagai berikut :
<
c. Kontrol Lendutan
45
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.22. Batas Lendutan Maksimum
- Profil Siku
a. Kontrol Momen
ϕMn = 0.9 Mn
- Momen Leleh
Mn = 1,5 My
Dimana :
1. Bila Me < My
,
Mn = [ 0,92 - ] Me
2. Bila Me > My
,
Me =
Dimana :
46
Universitas Sumatera Utara
b = lebar siku
b. kontrol geser
Dimana :
Vn = kekuatan geser penampang
Aw = luas badan = b x t
fy = tegangan leleh profil siku
- Bila
< 1,1
cv =1
- Bila
1,1 < < 1,37
cv = 1,1 x
- Bila
> 1,37
,
cv = x
47
Universitas Sumatera Utara
2.2.2.5 Perencanaan Balok Kolom
Komponen struktur yang mengalami momen lentur dan gaya aksial harus
+ ( + ) < 1
+ ( + ) < 1
Dimana :
48
Universitas Sumatera Utara
- jarak ke tepi dari pelat
Kekuatan Lentur Positif balok komposit bisa di disain secara plastis jika memenuhi
< 3,76 . Jika > 3,76 maka momen harus di tentukan dengan
superposisi tegangan elastis. (SNI 1729:2015). Nilai ultimate dari momen lentur
C = 0,85 . . a . be
T = As . fy
T = Afd . fu
. .
a =
, . .
d1 = ts – ċ -
d2 = + ts -
49
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.8. Diagram tegangan balok komposit momen positif dengan ẏ < (ts - hfd)
Jika ẏ < (tf - hfd) gaya tarik floor deck adalah
T = Aefd . fu
. .
a =
, . .
d1 = ts – ċ -
d2 = + ts -
Gambar 2.9. Diagram tegangan balok komposit momen positif dengan ẏ > (ts - hfd)
50
Universitas Sumatera Utara
2. Sumbu netral jatuh pada baja profil
Cc = 0,85 . . a . be
T = As . fy
T’ = Cc + Cs
T’ = As . fy - Cs
Cc + Cs = As . fy - Cs
2Cs = Cc + As . fy
.
Cs =
ẏ ẏ
ӯ =
ẏ
d1 = d – ӯ - (ẏ - ts)
51
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.10. Diagram tegangan balok komposit momen positif dengan ẏ < (ts + tf)
Jika (ts+ d) > ẏ > (ts + tf) Pusat tarik profil adalah
ẏ
– ẏ
ӯ
ẏ
d1 = d – ӯ - tf
d2 = d – ӯ – tf - (ẏ - tf)
52
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.11. Diagram tegangan balok komposit momen positif dengan ẏ > (ts + tf)
Dimana :
C = Gaya tekan, KN
53
Universitas Sumatera Utara
Kapasitas momen lentur negative menurut SNI 1729:2015 dapat di tentukan dari
kapasitas momen nominal dari profil baja itu sendiri, sebagai alternatif dapat
- Steel headed stud atau angkur kanal baja yang menyambungkan pelat ke
- Tulangan pelat yang paralel pada balok baja, di lebar efektif pelat,
Tfd = Afd. fu
T = Tsr + Tfd
Cmax = As . f y
Jika Cmax > T maka titik berat berada pada profil baja
T + Ts = Cmax – Ts
2Ts = Cmax – T
Ts = (Cmax – T)
b . .t . fy = Ts
54
Universitas Sumatera Utara
tc =
ẏ ẏ
ӯ =
ẏ
d1 = d – ӯ – tc
d2 =d–ӯ+Ċ
d3 = d – ӯ + ts – selimut pelat - ∅
Momen nominal
Gambar 2.12. Diagram tegangan balok komposit momen negatif dengan ts > ẏ > (ts + tf)
h' . .tw . fy = Ts - Tf
h’ =
55
Universitas Sumatera Utara
Pusat gaya tekan
–
ӯ
d1 = d – ӯ – tf - h’
d2 = d – ӯ – tf
d3 =d–ӯ+Ċ
d4 = d – ӯ + ts – selimut pelat - ∅
Momen nominal
Gambar 2.13. Diagram tegangan balok komposit momen negatif dengan ẏ > (ts + tf)
Kekuatan geser yang tersedia dari balok komposit dengan steel headed stud atau
angkur kanal baja harus ditentukan berdasarkan properti dari penampang baja
sendiri. Kekuatan geser nominal satu angkur steel headed stud yang ditanam pada
56
Universitas Sumatera Utara
suatu pelat beton solid atau pada suatu pelat komposit dengan dek harus ditentukan
sebagai berikut:
Dimana
Rg = 1,0 untuk :
a. Satu angkur steel headed stud yang di las pada suatu rusuk
profil baja
0,85 untuk :
a. Dua angkur steel headed stud yang dilas pada suatu rusuk
profil baja;
57
Universitas Sumatera Utara
b. Satu angkur steel headed stud yang di las melewati dek baja
1,5
0,7 untuk tiga atau lebih angkur steel headed stud yang dilas pada
suatu rusuk dek baja dengan dek yang diorientasikan tegak lurus
Rp = 0,75 untuk :
profil baja;
b. Angkur steel headed stud yang dilas pada suatu pelat komposit
emid-ht ≥ 2 in. (50 mm) Angkur steel headed stud yang dilas
tersebut.
0,6 untuk angkur steel headed stud yang di las pada suatu pelat
58
Universitas Sumatera Utara
emid-ht = jarak dari tepi kaki angkur steel headed stud terhadap
Tabel 2.23. Nilai untuk Rg dan Rp untuk setiap kasus. Kapasitas untuk
angkur steel headed stud
Kondisi Rg Rp
Tanpa dek 1,0 1,0
Dek diorientasi paralel terhadap profil baja
> 1,5 1,0 0,75
Luas efektif dari suatu las sudut adalah panjang efektif dikalikan dengan throat
efektif. Throat efektif dari suatu las sudut merupakan jarak terpendek (garis tinggi)
dari perpotongan kaki las ke muka las diagrammatik. Suatu penambahan dalam
throat efektif diizinkan jika penetrasi konsisten di luar jarak terpendek (garis tinggi)
59
Universitas Sumatera Utara
dari perpotongan kaki las ke muka las diagrammatik yang dibuktikan melalui
pengujian dengan menggunakan proses produksi dan variabel prosedur. Untuk las
sudut dalam lubang dan slot, panjang efektif harus panjang dari sumbu las
sepanjang pusat bidang yang melalui throat. Pada kasus las sudut yang
beroverlap, luas efektif tidak boleh melebihi luas penampang nominal dari lubang
Sumber : http://www.twi-global.com/technical-knowledge/job-knowledge/design-part-2-091/
Ukuran minimum las sudut menurut SNI 1729:2015 harus tidak kurang dari ukuran
yang diperlukan untuk menyalurkan gaya yang dihitung, atau ukuran seperti yang
tertera dalam Tabel 2.23 Ukuran maksimum dari las sudut dari bagian-bagian yang
tersambung harus:
a. Sepanjang tepi material dengan ketebalan kurang dari ¼ in. (6 mm); tidak
b. Sepanjang tepi material dengan ketebalan ¼ in. (6 mm) atau lebih; tidak
lebih besar dari ketebalan material dikurangi 1/16 in. (2 mm), kecuali las
60
Universitas Sumatera Utara
jarak antara tepi logam dasar dan ujung kaki las boleh kurang dari 1/16 in.
Ketebalan Material dari Bagian Paling Tipis Ukuran Minimum Las Sudut,[a] in.
yang Tersambung, in. (mm) (mm)
Sampai dengan ¼ (6) 1/8 (3)
Lebih besar dari ¼ (6) sampai dengan ½ (13) 3/16 (5)
Lebih besar dari ½ (13) sampai dengan ¾ (19) ¼ (6)
Lebih besar dari ¾ (19) 5/16 (8)
[a]
Dimensi kaki las sudut. Las pas tunggal harus digunakan.
Catatan: Lihat Pasal J2.2b untuk ukuran maksimum las sudut.
(Sumber : Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural, SNI 1729:2015)
Panjang minimum dari las sudut yang dirancang berdasarkan kekuatan tidak boleh
kurang dari empat kali ukuran las nominal, atau ukuran lain dari las harus
diperhitungkan tidak melebihi ¼ dari panjangnya. Jika las sudut longitudinal saja
panjang dari setiap las sudut tidak boleh kurang dari jarak tegak lurus antaranya.
61
Universitas Sumatera Utara
Kekuatan desain, ϕRn yang dilas harus merupakan nilai terendah dari kekuatan
material dasar yang ditentukan menurut keadaan batas dari keruntuhan tarik dan
keruntuhan geser dan kekuatan logam las yang ditentukan menurut keadaan batas
Dimana :
kelompok las linear dengan suatu ukuran kaki yang seragam, dibebani
dan
dimana :
62
Universitas Sumatera Utara
Kekuatan sambungan las pada sambungan pemikul momen adalah
ϕMn = ∑ ϕPlas . d
Dimana :
Semua baut kekuatan-tinggi yang disyaratkan pada gambar desain yang digunakan
dalam pra-tarik atau joint kritis-slip harus dikencangkan dengan suatu ketegangan
baut tidak kurang dari yang diberikan dalam Tabel 2.24 , kuat tarik nominal dan
kuat geser nominal pada sambungan tipe tumpu diberikan dalam tabel 2.25, dan
ukuran lubang maksimum untuk baut diberikan dalam Tabel 2.26. Jarak antara
63
Universitas Sumatera Utara
dari 2 2/3 kali diameter nominal, d, dari pengencang; suatu jarak 3d yang lebih
disukai. Jarak dari pusat lubang standar ke suatu tepi dari suatu bagian yang
disambung pada setiap arah tidak boleh kurang dari nilai yang berlaku dari Tabel
2.27. Jarak maksimum dari pusat setiap baut ke tepi terdekat dari bagian-bagian
dalam kontak harus 12 kali ketebalan dari bagian yang disambung akibat
perhitungan, tetapi tidak boleh melebihi 6 in. (150 mm) (SNI 1729:2015). Spasi
longitudinal pengencang antara elemen-elemen yang terdiri dari suatu pelat dan
suatu profil atau dua pelat pada kontak menerus harus sebagai berkut:
1. Untuk komponen struktur dicat atau komponen struktur tidak dicat yang
tidak menahan korosi, spasi tersebut tidak boleh melebihi 24 kali ketebalan
2. Untuk komponen struktur tidak dicat dari baja yang berhubungan dengan
cuaca yang menahan korosi atmospheric, spasi tidak boleh melebihi 14 kali
Catatan: Dimensi pada (a) dan (b) tidak berlaku untuk elemen-elemen yang terdiri
64
Universitas Sumatera Utara
Kekuatan tarik atau geser desain, dari suatu baut snug-tightened atau baut kekuatan-
tinggi pra-tarik atau bagian berulir harus ditentukan sesuai dengan keadaan batas
ϕRn = 0,75 . fn . AB
Dimana
fn = kuat nominal baut terhadap tarik (fnt) atau geser (fnv) (tabel 2.25)
Kekuatan tarik yang tersedia dari baut yang menahan kombinasi gaya tarik dan
geser harus ditentukan sesuai dengan keadaan batas dari keruntuhan geser sebagai
berikut:
dan
dimana :
Tegangan geser yang tersedia dari sarana penyambung sama dengan atau melebihi
65
Universitas Sumatera Utara
Catatan: Catatan bahwa bila tegangan yang diperlukan, f ,baik geser atau tarik,
yang kurang dari atau sama dengan 30 persen dari tegangan yang tersedia yang
Tabel 2.26. Kekuatan nominal pengencang dan bagian yang berulir, ksi (MPa)
Dimensi Lubang
Diameter Standar Ukuran-lebih Slot-Pendek Slot-Panjang
Baut (Diameter) (Diameter) (Lebar x Panjang) (Lebar x Panjang)
M16 18 20 18 x 22 18 x 40
M20 22 24 22 x 26 22 x 50
M22 24 28 24 x 30 24 x 55
M24 27 [a] 30 27 x 32 27 x 60
M27 30 35 30 x 37 30 x 67
M30 33 38 33 x 40 33 x 75
≥ M36 d+3 d+8 (d + 3) x (d + 10) (d + 3) x 2,5d
[a]
Izin yang diberikan memungkinkan penggunaan baut 1 in. jika diinginkan.
(Sumber : Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural, SNI 1729:2015)
66
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.28. Jarak tepi minimum dari pusat lubang standar ke tepi dari bagian
yang disambung
Beberapa aplikasi dari sambungan baut adalah sambungan pemikul momen dan
sambungan geser. Prinsip dasar dari sambungan baut adalah baut menahan gaya
Gambar 2.17. Sambungan pemikul momen menurut AISC 2003
67
Universitas Sumatera Utara
Perencanaan sambungan baut untuk balok kolom lebih kuat dari profil yang
- Sambungan diperkaku
Lst =
68
Universitas Sumatera Utara
Sambungan end-plate pada umum nya mempunya 2 buat setiap baris, jika dibebani
sampai kondisi ultimate maka reaksi setiap baut adalah 2Pt. kapasitas sambungan
tanpa efek prying maka momen kapasitas sambungan adalah jumlah kumulatif
statis momen gaya reaksi baut tarik 2Pt terhadap titik resultan desak di pusat berat
pelat sayap profil (Dewobroto 2016). Kuat sambungan berdasarkan baut tanpa efek
prying adalah
ϕMnp = 2 ϕPt. ∑
Dimana :
efek prying
69
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.29. Kapasitas sambungan end-pelat menurut AISC 2003
70
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.29. Kapasitas sambungan end-pelat menurut AISC 2003 (lanjutan)
71
Universitas Sumatera Utara
2. Sambungan Geser
Perencanaan sambungan baut untuk geser juga harus lebih kuat dari profil yang
rencana untuk sambungan adalah gaya geser ultimate balok anak, sehingga
Dimana :
Stabilitas harus disediakan untuk struktur secara keseluruhan dan untuk setiap
1. lentur, geser dan deformasi komponen struktur aksial, dan semua deformasi
3. ketidaksempurnaan geometri;
72
Universitas Sumatera Utara
4. reduksi kekakuan akibat inelastisitas;
dan geser. Persyaratan ini cukup mudah, hampir sebagian besar program
2. Pengaruh Orde ke-2 (P-Δ & P-δ). Program komputer yang dapat
analisa struktur orde ke-2, meskipun kadangkala hasilnya bisa berbeda satu
73
Universitas Sumatera Utara
tetapi tidak P-δ. Adapun yang dimaksud P-Δ adalah pengaruh pembebanan
pengaruh pembebanan akibat deformasi di elemen (di antara dua titik nodal)
dapat diselesaikan dengan dua cara, yaitu [1] cara pemodelan langsung cacat
pada geometri model yang dianalisis, atau [2] memberikan beban notional
74
Universitas Sumatera Utara
(beban lateral ekivalen) dari sebagian prosentasi beban gravitasi (vertikal)
yang bekerja. Cara pemodelan langsung dapat diberikan pada titik nodal
destabilizing terbesar. Pola yang dipilih dapat mengikuti pola lendutan hasil
merupakan beban lateral yang diberikan pada titik nodal di semua level,
sama beban lateral lain, juga pada semua kombinasi, kecuali kasus tertentu
yang memenuhi kriteria pada Section C2.2b(1) (SNI 1729 2015). Besarnya
Ni = 0,002 α Yi
Dimana :
α = 1,6 untuk metode tegangan izin dan 1,0 untuk metode ultimit
Nilai 0.002 mewakili nilai nominal rasio kemiringan tingkat (story out of
75
Universitas Sumatera Utara
Jika struktur aktual ternyata punya kemiringan tingkat berbeda, lebih besar
tentunya, maka nilai tersebut tentunya perlu ditinjau ulang. Beban notional
jika kombinasi beban belum memasukkan efek lateral, maka beban notional
positip dan arah negatif, yang sama untuk setiap level. Sedangkan untuk
kombinasi dengan beban lateral, maka beban notional diberikan pada arah
sama dengan arah resultan kombinasi beban lateral pada level tersebut. Jadi
penempatan notional load diatur sedemikian rupa agar jangan sampai hasil
Adanya leleh setempat (partial yielding) akibat tegangan sisa pada profil
baja (hot rolled atau welded) akan menyebabkan pelemahan kekuatan saat
Kondisi tersebut pada Direct Analysis Method (DAM) akan diatasi dengan
dengan analisa distribusi plastisitas maupun hasil uji test empiris (Galambos
76
Universitas Sumatera Utara
Pertama: Portal dengan elemen langsing, yang kondisi batasnya ditentukan
persamaan E3-3 (SNI 1729 2015), yaitu φPn = 0.9 (0.877 Pe) =
0.79 Pe.
nilainya saling mendekati atau sama. Untuk itu satu faktor reduksi
kekakuan batang. Untuk kondisi Pr ≤ 0.5Py, dimana Pr= adalah gaya tekan
τb = 1
τb = 4 [1- ]
kondisi batas kekuatan dan stabilitas struktur baja, dan tidak digunakan pada
getar. Untuk kemudahan pada kasus τb = 1, reduksi EI* dan EA* dapat
77
Universitas Sumatera Utara
diberikan dengan cara memodifikasi nilai E dalam analisis. Tetapi jika
E hanya diterapkan pada 2nd order analysis. Adapun nilai modulus elastis
misal saat perhitungan tekuk torsi lateral pada balok tanpa tumpuan lateral
batang dengan gaya tekan besar αPr > 0.5Py , dimana nilai τb < 1.0 . Jika
strategi ini akan dipakai, maka τb = 1.0 dan diberikan beban notional
tambahan sebesar :
Ni = 0,001 α Yi
Dimana :
α = 1,6 untuk metode tegangan izin dan 1,0 untuk metode ultimit
78
Universitas Sumatera Utara