Anda di halaman 1dari 13

PERBEDAAN KEKAKUAN BALOK BETON BERTULANG

SETELAH RETROFIT DENGAN MENGGUNAKAN TULANGAN


BAJA EKSTERNAL

Novita Ike T1), Sri Murni D2), Lilya S3)


1,2,3,4)
Teknik Sipil, Universitas Brawijaya email:
Novitalia20@gmail.com

Abstrak
Retrofit sekarang ini menjadi inovasi yang sedang menjadi topik utama dalam dunia
konstruksi. Perbaikan atau retrofitting itu sendiri secara umum diartikan sebagai penambahan
komponen-komponen struktur baru kepada system yang lama sehingga terjadi peningkatan kinerja
struktur yang terjadi. Sebelumnya memang banyak metode yang dikembangkan untuk melakukan suatu
teknik retrofit ini, dalam penelitian ini penulis melakukan eksperimen dengan metode penambahan
tulangan baja eksternal. Dalam kasus ini penulis melakukan eksperimen dengan benda uji balok
sebelum dan setelah dilakukan retrofit dengan menggunakan tulangan baja eksternal. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui kekakuan. Analisa beban menyesuaikan pada SNI 1727:2013
dan SNI 1726:2012 dengan menggunakan analisa gempa dinamik. Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa dengan adanya perkuatan concrete jacketing pada kolom maka akan terjadinya peningkatan
gaya geser dasar. Disamping itu perkuatan dapat mereduksi simpangan yang terjadi, dan adanya
peningkatan kapasitas axial momen. Namun disisi lain, pada kasus ini perkuatan concrete jacketing
dapat memperpendek getaran struktur, yang mana beban gempa akan menjadi lebih besar.

Kata kunci: Analisa dinamik, bangunan, concrete jacketing, kolom, perkuatan struktur.

1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Seringkali terjadinya perubahan fungsional struktur pasca konstruksi atau setelah terjadinya masa
layan. Hal ini akan menyebabkan adanya perubahan kapasitas struktur eksisting. Salah satu pilihan
yang akan dipilih untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan dilakukannya perkuatan struktur. Banyak
metode perkuatan yang telah dikembangkan dan memiliki beberapa standar pelaksanaan dan
keuntungan yang didapat dari perkuatan tersebut. Namun metode concrete jacketing masih menjadi
pilihan oleh beberapa pelaksana dikarenakan pelaksanaannya dalam metode ini cukup mudah dan jika
ditinjau dari segi mekanis, perkuatan ini dapat menaikan kapasitas aksial, lentur, geser, daktilitas dan
kekakuan pada elemen.
Dalam kasus ini, dilakukan analisa studi komparasi terhadap bangunan eksisting dan yang telah
diretrofitting pada bangunan gedung kantor yang awalnya pada lantai 2 difungsikan sebagai ruang
kantor biasa menjadi ruang arsip/ komputer. Alih fungsi bangunan berdasarkan SNI 1727:2013 tentang
spesifikasi beban minimum gedungtersebut akan menyebabkan terjadinya perubahan pembebanan dari
2,4 kN/m2 menjadi 4,79 kN/m2 atau beban layan tersebut naik berkisar 199%. Adapun analisa beban
gempa yang digunakan adalah dengan menggunakan analisa dinamik dengan respon spektrum.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Adapun untuk mencapai tujuan masalah, maka penuls menyusun suatu rumusan masalah yang
akan dicapai dalam penelitian ini. Yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh perubahan fungsi bangunan pada struktur eksisting terhadap gaya geser
dasar bangunan (Base Shear )
2. Bagaimana pengaruh perubahan fungsi bangunan pada struktur eksisting terhadap simpangan
antar lantai (Story Drift )
3. Bagaimana pengaruh perubahan fungsi bangunan pada struktur eksisting terhadap getaran alami
struktur
4. Bagaimana pengaruh perubahan fungsi bangunan pada struktur eksisting terhadap kapasitas
kolom jika ditinjau berdasarkan diagram interaksi kolom
5. Bagaimana performance yang dapat dicapai oleh struktur yang telah diperkuat dengan concrete
jacketing.

1.3. BATASAN MASALAH


Agar penelitian ini lebih dapat terarah, terencana dan tidak menyebar, maka penulis menargetkan
suatu batasan masalah yaitu sebagai berikut :
1. Struktur bangunan yang ditinjau adalah gedung 2 lantai
2. Lokasi bangunan berada di Kota Malang, dengan data percepatan tanah diambil dari data pada
PUSKIM PU dengan kategori tanah sedang. Sehingga beban gempa yang digunakan dalam analisa
ini adalah menggunakan analisa respon dinamik berupa fungsi respon spektrum.
3. Fokus penelitian adalah perubahan pada fungsi bangunan kantor lantai 2 yaitu dari fungsi awalnya
adalah kantor umum menjadi ruang arsip/ computer. Hal ini sangat dominan berbeda dari segi
beban hidup yaitu hamper naik mencapai 200%.
4. Sistem struktur yang digunakan adalah SRPMK portal beton
5. Data material dan geometri ada pada bab 2.
2. METODE PENELITIAN/ RANCANGAN PEMECAHAN PERMASALAHAN

2.1 KONSEP UMUM PENELITIAN

Adanya perubahan Terjadi Perubahan Dilakukan Perkuatan


Kolom
fungsional struktur Beban Rencana Dengan Concrete Jacketing

Analisa MEH Dengan Penentuan Dimensi


Etabs Penampang

Performa Kolom Performa Kolom Performa Kolom Performa Kolom


Eksisting, Beban Eksisting, Beban retrofit,Beban retrofit, Beban
lama baru lama baru

Komparasi Hasil

Kesimpulan dan Saran

Gambar1. Algoritma Konsep Penelitian

2.2 MATERIAL DAN GEOMETRI PENAMPANG - Fy = 530,72 N/mm2


- Fu = 755,87N/mm2
2.2.1 Material  Beton
- Es = 200000 N/mm2
- Fc eksisting = 20,05 N/mm2
- Berat jenis baja = 7850 kg/m3
- Fc retrofit = 25,84 N/mm2
 Bambu
- Ec eksisting = 21450 N/mm2
- Ec retrofit = 23891 N/mm2 - Fy = 256,54 N/mm2
- Berat jenis beton = 2400 kg/m3 - Fu = 178,82 N/mm2
 Baja Tulangan Polos - Es = 10000 N/mm2
- Fy = 411,65 N/mm2 - Berat jenis baja = 300 kg/m3
- Fu = 658,64 N/mm2  Baja Tulangan Ulir
- Es = 200000 N/mm2
- Berat jenis baja = 7850 kg/m3
2.2.2 GEOMETRI PENAMPANG
• Tebal pelat lantai dak = 10 cm
• Tebal pelat lantai = 12 cm
• Balok = 20/30 cm
• Kolom Eksisting = 20x20 cm
- Material Tulangan = Baja
- Penulangan longitudinal = 4D12
- Penulangan transversal = Ø8 - 75
• Kolom Retrofitting = 30x30 cm (penambahan tebal 5 cm)
- Material Tulangan = Bambu
- Penulangan longitudinal = 8D11,3 (11,3 = ekivalensi dari luasan tulangan 10x10)
- Penulangan transversal = Ø7,6 - 75

a. Eksisting b. Retrofit
Gambar 2. Potongan penampang kolom

a. Eksisting b. Retrofit
Gambar 3. Momen kurvatur penampang

c. Eksisting d. Retrofit
Gambar 4. Diagram interaksi penampang
2.3 PEMODELAN STRUKTUR

Gambar 5.3D Perspektive View bangunan Gambar 6.3D Perspektive View bangunan retrofitting
eksisting

Gambar 7. Potongan arah melintang bangunan Gambar 8. Potongan arah memanjang bangunan

Gambar 9.3D Perspektive View bangunan Gambar 10.3D Perspektive View bangunan
eksisting retrofitting
2.4 PEMBEBANAN
2.4.1 BEBAN MATI

Gambar 11.Assign beban selfweight dan Gambar 12.Assign beban dinding pada
Superdead pada struktur portal struktur portal

 Berat sendiri (Self weight)


Berat sendiri merupakan beban mati yang bersifat permanen pada struktur secara
keseluruhan. Adapun berat sendiri yang digunakan pada struktur ini dihitung secara
otomatis pada program perhitungan struktur yaitu ETABS 2017. Perhitungan berat sendiri
struktur diperoleh dari volume struktur dikalikan dengan berat satuan dari tiap – tiap
material yang digunakan. Berat satuan yang digunakan berdasarkan pada peraturan
standar pembebanan :
Beton = 2400 kg/m3 = 23,536 KN/m3
Baja Tulangan = 7850 kg/m3. = 76,982 KN/m3
 Beban mati tambahan (Super imposed dead load)
Beban mati tambahan pada struktur ini berupa beban mati tambahan yang berada diluar
pemodelan struktur. Adapun beban mati tambahan yang digunakan adalah berupa berat
dinding (line frame load) maupun berat finishing pekerjaan lantai (surface load).
Beban Finisihing Lantai 2
Adukan ( 3 cm ) = 3 x 21 kg/m2 = 63 kg/m2
Keramik ( 2cm ) = 2 x 24 kg/m2 = 48 kg/m2
Berat plafond + penggantung = 14 kg/m2
Mekanikal elektrikal = 20 kg/m2
Total = 145 kg/m 2
Beban
Finisihing Dak Atap
Adukan ( 3 cm ) = 3 x 21 kg/m2 = 63 kg/m2
Berat plafond + penggantung = 14 kg/m2
Mekanikal elektrikal = 20 kg/m2
Total = 97 kg/m 2
Beban Dinding
Q = BJ dinding x Tinggi dinding x tebal dinding x %efektif luas dinding
= 500 kg/m3 x 4,0 m x 0,1 m x 80%

= 160 kg/m’
2.4.2 BEBAN HIDUP
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghuni atau pengguna suatu
gedung, termasuk beban – beban struktur yang dapat berpindah. Adapun beban layan dari tiap
fungsi bangunan adalah sebagai berikut :
 Atap Dak
Atap datar, berbubung dan lengkung = 0,96 kN/m2

 Gedung Perkantoran

Kantor = 2,4 KN/m2

Dak Kantor = 1,5 x 2,4

= 3,6 kN/m2 atau tidak melebihi 4,79 kN/m2

Ruang arsip dan Komputer = 4,79 kN/m2

Gambar 13.Assign beban hidup fungsional Gambar 14.Assign beban hidup fungsional
lama baru

2.4.3 BEBAN GEMPA

Lokasi: ( Lat: -7.95175040862563 , Long: 112.6337046234147 )


Gambar 15. Respon Spektrum Kota Malang, Tanah Sedang
Sumber : Puskim, PU
Beban gempa dinamik response spektrum dalam analisa ini dilakukan pada load case
tersendiri secara individual kedalam arah sumbu global/ sumbu utama gedung (X dan Y) yang
kemudian digabung kedalam kombinasi pembebanan. Pada analisa ini dilakukan analisa gempa
secara dinamis dengan parameter yang digunakan sebagai berikut:
Scale Faktor = g . I/ R
g = 9,81 m/s2 (percepatan gravitasi)
I = 1,0 (faktor keutamaan gempa, berdasarkan kategori resiko SNI 1726:2012)
R = 8,0 (Koef. Modifikasi respon gedung SRPM beton, SNI 1726:2012)

Gambar 16. Parameter Respon Spektrum arah X Gambar 17. Parameter Respon Spektrum arah Y

2.4.4 KOMBINASI PEMBEBANAN


Kombinasi pembebanan berfungsi sebagai alat bantu dalam analisa untuk menggabungkan
seluruh kemungkinan beban – beban akan terjadi bersamaan termasuk adalah efek – efek gempa
ortogonal. Disamping itu, desain rekayasa gempa berbasis kinerja ( Performance Based Design)
akibat pengaruh gempa horizontal dapat mengabaikan gempa vertikal (Tavio,2018). Kombinasi
pembebanan berikut adalah mengacu pada SNI 1727:2013 yang termuat dalam Tavio,
2018. • COMB8= 1,2 DL+0,5LL-0,3EQx + 1,0
EQy
• COMB1= 1,4 DL
• COMB9= 1,2 DL+0,5LL+0,3EQx - 1,0
• COMB2= 1,2 DL + 1,6 LL
EQy  COMB10= 1,2 DL+0,5LL-0,3EQx -1,0 EQy
• COMB3= 1,2 DL+0,5 LL+1,0EQx+0,3
• COMB11= 1,2 DL+1,0 EQx+0,3 EQy
EQy  COMB4= 1,2 DL+0,5LL+1,0EQx - 0,3 EQy
• COMB12= 1,2 DL+1,0 EQx -0,3 EQy
• COMB5= 1,2 DL+0,5LL- 1,0EQx + 0,3
• COMB13= 1,2 DL-1,0 EQx +0,3 EQy 
EQy
• COMB6= 1,2 DL+0,5LL- 1,0EQx - 0,3 COMB14= 1,2 DL-1,0 EQx - 0,3 EQy
EQy • COMB15= 1,2 DL+0,3 EQx+1,0 EQy
• COMB7= 1,2 DL+0,5LL+0,3EQx + 1,0 • COMB16= 1,2 DL+0,3 EQx -1,0 EQy
EQy
• COMB17= 1,2 DL-0,3 EQx +1,0 EQy 
COMB18= 1,2 DL-0,3 EQx -1,0 EQy
3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 GAYA GESER DASAR (BASE SHEAR)

Tabel 1 Base Shear masing – masing kondisi struktur


Jenis Struktur Dead Load Jenis Struktur Live Load
X Y Z X Y Z
Kolom Eksisting, Beban Lama 0,000 0,000 1455,017 Kolom Eksisting, Beban Lama 0,000 0,000 426,000
Kolom Eksisting, Beban Baru 0,000 0,000 1455,017 Kolom Eksisting, Beban Baru 0,000 0,000 704,390
Kolom Retrofit, Beban Lama 0,000 0,000 1617,432 Kolom Retrofit, Beban Lama 0,000 0,000 426,000
Kolom Retrofit, Beban Baru 0,000 0,000 1617,430 Kolom Retrofit, Beban Baru 0,000 0,000 704,390

Earthquake-X Load Earthquake-Y Load


Jenis Struktur Jenis Struktur
X Y Z X Y Z
Kolom Eksisting, Beban Lama 0,053 0,000 0,000 Kolom Eksisting, Beban Lama 0,000 0,054 0,000
Kolom Eksisting, Beban Baru 0,058 0,000 0,000 Kolom Eksisting, Beban Baru 0,000 0,059 0,000
Kolom Retrofit, Beban Lama 0,093 0,000 0,000 Kolom Retrofit, Beban Lama 0,000 0,095 0,000
Kolom Retrofit, Beban Baru 0,103 0,000 0,000 Kolom Retrofit, Beban Baru 0,000 0,105 0,000

Dari tabel base shear diatas dapat dilihat bahwa jika suatu struktur dirubah fungsional dan elemen
strukturnya maka akan mempengaruhi nilai base shear. Hal ini dikarenakan nilai base shear dipengaruhi nilai
massa dari suatu struktur tersebut. Dalam analisa gempa static maupun dynamic base shear akan
terdistribusi pada tiap lantai menjadi gaya gempa (F).
Jika diamati dalam tabel diatas terlihat bahwa dari beban layan eksisting (kantor) menghasilkan
reaksi sebesar 426 kN, dan ketika suatu bangunan tersebut berganti fungsi menjadi ruang penyimpan/ arsip
maka untuk reaksi gaya dasar naik menjadi 704,390 kN atau artinya naik menjadi 165%. Dari naiknya gaya
dasar tersebut maka akan berpengaruh terhadap masa struktur yang kemudian nantinya akan
didistribusikan menjadi gaya lateral (gempa).
Pada sumbu Y bangunan lebih panjang daripada sumbu X bangunan, sehingga jika dilihat dari
beban gempa arah X dan Y maka nilai base shear arah Y cenderung lebih besar. Pada peninjauan arah Y
terlihat bahwa jika pada bangunan eksisting dengan beban layan yang lama kemudian dirubah secara
fungsi maka akan menaikan base shear sebesar 109% sehingga untuk mengantisipasi tersebut
dilakukanlah perkuatan concrete jacketing yaitu dengan penambahan luasan penampang yang walaupun
terjadi penambahan base shear pula sebesar 111% namun diharapkan perkuatan ini dapat mengcover
adanya perubahan beban secara fungsional.

3.2 SIMPANGAN ANTAR LANTAI (STORY DRIFT)

Gambar 18. Story Drift dari 18 kombinasi pembebanan pada tiap bangunan
Berdasarkan simpangan antar lantai yang diijinkan oleh SNI 03 1726:2002 (dalam Budiono:2012)
adalah berdasarkan rumus diatas. Maka didapatkan drift ijin untuk lantai 1 adalah 15 mm dan untuk lantai
2 adalah 30 mm.
Dari semua analisa pada 4 kasus bangunan tersebut, didapatkan bahwa semua drift yang terjadi
masih aman karena berada dibawah batas yang diijinkan. Akan tetapi, jika dilihat pada peninjauan 1 yaitu
bangunan dengan kolom eksisting beban lama ke beban baru terjadi peningkatan drift dari 0,426 mm
menjadi 0,525 mm atau 123%. Sedangkan pada peninjauan 2 bangunan dengan kolom retrofit beban lama
ke beban baru terjadi peningkatan drift dari 0,185 mm menjadi 0,221 mm atau 119%.Oleh karena itu
dapat ditarik kesimpulan bahwa pada peninjauan yang ke 3 bahwa dengan adanya perkuatan kolom
tersebut maka dapat mereduksi simpangan antar lantai dari 0,426 mm menjadi 0,185 mm atau sekitar
230%.

3.3 MODE SHAPE GETARAN

a. Eksisting 20x20 dengan beban layan lama b. Eksisting 20x20 dengan beban layan baru

c. Eksisting 20x20 dengan beban layan lama d. Eksisting 20x20 dengan beban layan baru
Gambar 19.Mode shape getaran bangunan
Gambar 20. Getaran mode shape dalam fungsi respon spectrum

............................................. .......................................................................................... (1)

Dari persamaan rumus diatas dapat disimpulkan bahwa nilai suatu periode atau pun frekuensi
getaran dari suatu struktur merupakan suatu produk dari nilai kekakuan dan massa struktur. Semakin besar
nilai kekakuan dan massa maka akan semakin kecil nilai periode getarnya. Pada dasarnya suatu bangunan
akan mempunyi nilai getar jika telah di modelkan bentuk strukturnya, sehingga akan banyak kemungkinan
terjadinya perbedaan periode getar. Periode akan akan mempengaruhi gaya gempa terdistribusi pada suatu
bangunan. Jika kita lihat pada gambar 20 yaitu pada saat periode 0 – 0,14 percepatan tanahnya adalah
0,246 – 0,615 yang aritnya naik secara linear. Kemudian pada periode 0,14- 0,7 percepatan yang terjadi
adalah 0,615 yang artinya merupakan puncak dari gaya percepatan tanah ( peak load ) yang kemudian pada
periode lebih dari 0,7 gaya percepatan tanahnnya mulai turun secara non-linear. Sehingga dalam hal ini
pada FEMA 450-2 (2003) menyebutkan bahwa pengambilan periode getar struktur harus lebih kecil dari
periode struktur secara empiris yang dihitung. Sehingga bangunan didesain lebih resistance terhadap beban
gempa.
Dari hasil yang diambil pada gambar 19 dapat dilihat bahwa bangunan yang telah diretrofit mengalami
perpendekan di periode getar struktur. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan gross section yang
otomatis akan meningkatkan kekakuan dan massa pada struktur. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa,
sedikit saja perubahan pada geometri penampang elemen maka akan terjadi perubahan pada periode getar
yang mana itu juga akan merubah gaya gempa, bisa menjadi besar atau menjadi lebih kecil.
3.4 KONTROL KAPASITAS ELEMEN KOLOM

a. Eksisting 20x20 dengan beban layan lama b. Eksisting 20x20 dengan beban layan baru

c. Retrofit 30x30 dengan beban layan lama d. Retrofit 30x30 dengan beban layan baru
Gambar 21. Diagram Interaksi dan beban ultimate yang bekerja

Salah satu parameter yang dapat digunakan untuk menentukan kapasitas elemen kolom adalah
dengan menghitung diagram interaksinya. Dalam diagram interaksi terdapat beberapa kondisi – kondisi
pembebanan secara umum yaitu axial murni, seimbang dan lentur murni. Perhitungan pada diagram
interaksi tersebut dalam penelitian ini adalah memanfaatkan output yang ada pada program ETABS yang
oleh penulis telah dilakukan validasi hasil dengan perhitungan diagram interaksi secara manual berdasarkan
analisa teoritis penampang kolom. Adapun beban ultimate berupa beban axial dan momen didapatkan dari
hasil gaya dalam dari 18 kombinasi pembebanan pada salah satu kolom di lantai 1 gedung.
Jika dilihat pada gambar 21 diatas pada point a dan b, terlihat bahwa perubahan beban fungsional
awal (kantor) menjadi beban yang baru (ruang arsip/ penyimpanan) tidak terlalu dominan pada beban axial
dan momen struktur. Hal ini dikarenakan pada kombinasi pembebanan struktur sesuai SNI 1727:2013 pada
kombinasi ke 3 sampai 10 sesuai pada data sebelumnya bahwa beban hidup tereduksi sebesar 50%. Selain
itu beban hidup juga direduksi sebesar 50% pada perhitungan massa struktur. Hal ini akan berakibat pada
beban lateral gempa dinamik maupun statik.
Pada gambar diatas, struktur dengan kolom eksisting 20x20 dalam melayani beban fungsional awal
maupun yang baru terlihat bahwa kolom tersebut masih berada didalam diagram, sehingga masih dapat
dikatakan mencukupi/ memadai. Akan tetapi beban axial ultimate pada kolom eksisting telah mencapai
0,5*P0 dan pada kolom retrofit 30x30 telah mencapai 0,6*P0 sehingga ini sangat kritis atau terjadi pada
daerah tekan. Untuk mengatasi hal tersebut maka penggunaan concrete jacketing dirasa cukup membantu
untuk menaikan kapasitas tersebut. Terlhat pada gambar 21 point d, dimana kolom retrofit dapat
mengcover beban axial ultimate hanya sebesar 0,2*P0.

4. KESIMPULAN DAN SARAN


Adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bangunan eksisting dengan beban layan yang lama kemudian dirubah secara fungsi maka akan
menaikan base shear sebesar 109% sehingga untuk mengantisipasi tersebut dilakukanlah
perkuatan concrete jacketing yaitu dengan penambahan luasan penampang yang walaupun
terjadi peningkatan base shear pula sebesar 111% namun diharapkan perkuatan ini dapat
mengcover adanya perubahan beban secara fungsional.
b. Dengan adanya perkuatan kolom dengan concrete jacketing tersebut maka dapat mereduksi
simpangan antar lantai sebesar 230%.
c. Bahwa yang telah diretrofit dengan concrete jacketing mengalami perpendekan di periode getar
struktur. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan gross section yang otomatis akan
meningkatkan kekakuan dan massa pada struktur.
d. Jika ditinjau pada kasus ini, maka kolom eksisting masih mampu melayani beban lama maupun
baru namun beban ultimate yang terjadi cukup kritis, sehingga perlu adanya perkuatan untuk
menaikan kapasitas kolom menjadi hampir 3 kali lebih besar.

Adapun saran yang dapat diambil penulis ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Perlu adanya peninjauan pada bangunan sesungguhnya dengan data yang lebih lengkap
b. Perlu adanya peninjauan lain pada perkuatan jenis lain untuk meninjau tingkat efektivitas .

5. REFERENSI

Budiono, B, dan Lucky S. (2011). Studi Komparasi Desain Bangunan Tahan Gempa dengan
menggunakan SNI 3-1726-2002 dan RSNI 03-1726-201X. Penerbit ITB, Bandung.
Budiono, Bambang. (2011). “Konsep SNI Gempa 1726-201X”. Seminar HAKI 2011.
Dewayanti, oryza, dkk. (2013). Perhitungan Simpangan Struktur Bangunan Bertingkat
(Studi Komparasi Model Pembalokan Arah Radial dan Grid ). Jurnal Sipil Statik, Vol. 1
No.11
PPURG (1987). Perencanaan Untuk Rumah dan Gedung, DepartemenPU, Jakarta.
Satyarno, I, dkk. (2012). Belajar SAP2000 Analisis Gempa. Zamil Publishing, Yogyakarta
SNI 03-1726-2002 (2002).Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung, DepartemenKimpraswil PU, Bandung.
SNI 03-1726-2012 (2012).Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung dan NonGedung. Badan Standardisasi Nasional BSN.
SNI 03-1727-2013 (2013).Beban Minimum Untuk Perencanaan Bangunan Gedung dan
Struktur Lain. Badan Standardisasi Nasional BSN.
Tavio dan Benny Kusuma. (2009). Desain Sistem Rangka Pemikul Momen dan Dinding
Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa. ITS Press, Surabaya.
Tavio dan Usman Wijaya. (2018). Desain Rekayasa Gempa Berbasis Kinerja. Penerbit Andi,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai