Abstrak
Perkuatan struktur merupakan suatu teknik untuk menaikan kapasitas struktur dalam
peninjauan kekuatan, kekakuan, daktilitas, stabilitas dan lainnya. Perkuatan sering dilakukan untuk
memperkuat bangunan – bangunan yang telah rusak pasca gempa, konstruksi yang jelek, dan
perubahan fungsional dari struktur. Telah banyak metode yang dikembangkan untuk melakukan suatu
teknik perkuatan, salah satu yang paling digemari adalah concrete jacketing karena metode
pelaksanaan yang mudah. Dalam kasus ini penulis melakukan studi analitis terkait kapasitas dari suatu
struktur yang telah dilakukan perubahan fungsional bangunan dengan adanya upaya perkuatan
concrete jacketing. Adapun tinjauan yang akan diamati dalam penelitian ini adalah terkait dengan gaya
geser dasar bangunan, simpangan antar lantai, periode getar struktur dan kapasitas axial momen pada
penampang kolom. Analisa beban menyesuaikan pada SNI 1727:2013 dan SNI 1726:2012 dengan
menggunakan analisa gempa dinamik. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dengan adanya
perkuatan concrete jacketing pada kolom maka akan terjadinya peningkatan gaya geser dasar.
Disamping itu perkuatan dapat mereduksi simpangan yang terjadi, dan adanya peningkatan kapasitas
axial momen. Namun disisi lain, pada kasus ini perkuatan concrete jacketing dapat memperpendek
getaran struktur, yang mana beban gempa akan menjadi lebih besar.
Kata kunci: Analisa dinamik, bangunan, concrete jacketing, kolom, perkuatan struktur.
Abstrak
Retrofitting is a technique to improve the capacity of a structure in reviewing strength,
stiffness, ductility, stability etc. Retrofitting is often done to strengthen buildings that have been
damaged after the earthquake, poor construction, and functional changes in the structure. There have
been many methods developed to carry out a retrofitting technique, one of the most popular is
concrete jacketing because of the easy method of implementation. In this case the author conducted
an analytical study related to the capacity of a structure that has carried out a functional change of the
building with the effort of reinforcing concrete jacketing. Author will be observed in this study is related
to the base shear, the interstory drift, the vibration period and axial moment capacity. Earthquake load
analysis based on codes SNI 1727: 2013 and SNI 1726: 2012 using dynamic analysis. From the results
of the study, it was found that the retrofitting in the column would improve the base shear force.
Besides that retrofitting can reduce the interstory drift, and there is an increase in axial moment
capacity. But on the other hand, this retrofitting can shorten the vibration of the structure, where the
earthquake load will be greater.
1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Seringkali terjadinya perubahan fungsional struktur pasca konstruksi atau setelah terjadinya masa
layan. Hal ini akan menyebabkan adanya perubahan kapasitas struktur eksisting. Salah satu pilihan
yang akan dipilih untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan dilakukannya perkuatan struktur. Banyak
metode perkuatan yang telah dikembangkan dan memiliki beberapa standar pelaksanaan dan
keuntungan yang didapat dari perkuatan tersebut. Namun metode concrete jacketing masih menjadi
pilihan oleh beberapa pelaksana dikarenakan pelaksanaannya dalam metode ini cukup mudah dan jika
ditinjau dari segi mekanis, perkuatan ini dapat menaikan kapasitas aksial, lentur, geser, daktilitas dan
kekakuan pada elemen.
Dalam kasus ini, dilakukan analisa studi komparasi terhadap bangunan eksisting dan yang telah
diretrofitting pada bangunan gedung kantor yang awalnya pada lantai 2 difungsikan sebagai ruang
kantor biasa menjadi ruang arsip/ komputer. Alih fungsi bangunan berdasarkan SNI 1727:2013 tentang
spesifikasi beban minimum gedungtersebut akan menyebabkan terjadinya perubahan pembebanan dari
2,4 kN/m2 menjadi 4,79 kN/m2 atau beban layan tersebut naik berkisar 199%. Adapun analisa beban
gempa yang digunakan adalah dengan menggunakan analisa dinamik dengan respon spektrum.
Komparasi Hasil
a. Eksisting b. Retrofit
Gambar 2. Potongan penampang kolom
a. Eksisting b. Retrofit
Gambar 3. Momen kurvatur penampang
c. Eksisting d. Retrofit
Gambar 4. Diagram interaksi penampang
2.3 PEMODELAN STRUKTUR
Gambar 5.3D Perspektive View bangunan Gambar 6.3D Perspektive View bangunan retrofitting
eksisting
Gambar 7. Potongan arah melintang bangunan Gambar 8. Potongan arah memanjang bangunan
Gambar 9.3D Perspektive View bangunan Gambar 10.3D Perspektive View bangunan
eksisting retrofitting
2.4 PEMBEBANAN
2.4.1 BEBAN MATI
Gambar 11.Assign beban selfweight dan Gambar 12.Assign beban dinding pada
Superdead pada struktur portal struktur portal
Gambar 13.Assign beban hidup fungsional Gambar 14.Assign beban hidup fungsional
lama baru
Gambar 16. Parameter Respon Spektrum arah X Gambar 17. Parameter Respon Spektrum arah Y
Dari tabel base shear diatas dapat dilihat bahwa jika suatu struktur dirubah fungsional dan
elemen strukturnya maka akan mempengaruhi nilai base shear. Hal ini dikarenakan nilai base shear
dipengaruhi nilai massa dari suatu struktur tersebut. Dalam analisa gempa static maupun dynamic
base shear akan terdistribusi pada tiap lantai menjadi gaya gempa (F).
Jika diamati dalam tabel diatas terlihat bahwa dari beban layan eksisting (kantor)
menghasilkan reaksi sebesar 426 kN, dan ketika suatu bangunan tersebut berganti fungsi menjadi
ruang penyimpan/ arsip maka untuk reaksi gaya dasar naik menjadi 704,390 kN atau artinya naik
menjadi 165%. Dari naiknya gaya dasar tersebut maka akan berpengaruh terhadap masa struktur
yang kemudian nantinya akan didistribusikan menjadi gaya lateral (gempa).
Pada sumbu Y bangunan lebih panjang daripada sumbu X bangunan, sehingga jika dilihat
dari beban gempa arah X dan Y maka nilai base shear arah Y cenderung lebih besar. Pada
peninjauan arah Y terlihat bahwa jika pada bangunan eksisting dengan beban layan yang lama
kemudian dirubah secara fungsi maka akan menaikan base shear sebesar 109% sehingga untuk
mengantisipasi tersebut dilakukanlah perkuatan concrete jacketing yaitu dengan penambahan
luasan penampang yang walaupun terjadi penambahan base shear pula sebesar 111% namun
diharapkan perkuatan ini dapat mengcover adanya perubahan beban secara fungsional.
Gambar 18. Story Drift dari 18 kombinasi pembebanan pada tiap bangunan
.................................................................................................................. (1)
Berdasarkan simpangan antar lantai yang diijinkan oleh SNI 03 1726:2002 (dalam
Budiono:2012) adalah berdasarkan rumus diatas. Maka didapatkan drift ijin untuk lantai 1 adalah
15 mm dan untuk lantai 2 adalah 30 mm.
Dari semua analisa pada 4 kasus bangunan tersebut, didapatkan bahwa semua drift yang
terjadi masih aman karena berada dibawah batas yang diijinkan. Akan tetapi, jika dilihat pada
peninjauan 1 yaitu bangunan dengan kolom eksisting beban lama ke beban baru terjadi
peningkatan drift dari 0,426 mm menjadi 0,525 mm atau 123%. Sedangkan pada peninjauan 2
bangunan dengan kolom retrofit beban lama ke beban baru terjadi peningkatan drift dari 0,185
mm menjadi 0,221 mm atau 119%.Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
peninjauan yang ke 3 bahwa dengan adanya perkuatan kolom tersebut maka dapat mereduksi
simpangan antar lantai dari 0,426 mm menjadi 0,185 mm atau sekitar 230%.
a. Eksisting 20x20 dengan beban layan lama b. Eksisting 20x20 dengan beban layan baru
c. Eksisting 20x20 dengan beban layan lama d. Eksisting 20x20 dengan beban layan baru
Gambar 19.Mode shape getaran bangunan
Gambar 20. Getaran mode shape dalam fungsi respon spectrum
Dari persamaan rumus diatas dapat disimpulkan bahwa nilai suatu periode atau pun
frekuensi getaran dari suatu struktur merupakan suatu produk dari nilai kekakuan dan massa
struktur. Semakin besar nilai kekakuan dan massa maka akan semakin kecil nilai periode getarnya.
Pada dasarnya suatu bangunan akan mempunyi nilai getar jika telah di modelkan bentuk
strukturnya, sehingga akan banyak kemungkinan terjadinya perbedaan periode getar. Periode akan
akan mempengaruhi gaya gempa terdistribusi pada suatu bangunan. Jika kita lihat pada gambar 20
yaitu pada saat periode 0 – 0,14 percepatan tanahnya adalah 0,246 – 0,615 yang aritnya naik
secara linear. Kemudian pada periode 0,14- 0,7 percepatan yang terjadi adalah 0,615 yang artinya
merupakan puncak dari gaya percepatan tanah (peak load ) yang kemudian pada periode lebih dari
0,7 gaya percepatan tanahnnya mulai turun secara non-linear. Sehingga dalam hal ini pada FEMA
450-2 (2003) menyebutkan bahwa pengambilan periode getar struktur harus lebih kecil dari
periode struktur secara empiris yang dihitung. Sehingga bangunan didesain lebih resistance
terhadap beban gempa.
Dari hasil yang diambil pada gambar 19 dapat dilihat bahwa bangunan yang telah
diretrofit mengalami perpendekan di periode getar struktur. Hal ini disebabkan karena adanya
penambahan gross section yang otomatis akan meningkatkan kekakuan dan massa pada struktur.
Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa, sedikit saja perubahan pada geometri penampang
elemen maka akan terjadi perubahan pada periode getar yang mana itu juga akan merubah gaya
gempa, bisa menjadi besar atau menjadi lebih kecil.
3.4 KONTROL KAPASITAS ELEMEN KOLOM
a. Eksisting 20x20 dengan beban layan lama b. Eksisting 20x20 dengan beban layan baru
c. Retrofit 30x30 dengan beban layan lama d. Retrofit 30x30 dengan beban layan baru
Gambar 21. Diagram Interaksi dan beban ultimate yang bekerja
Salah satu parameter yang dapat digunakan untuk menentukan kapasitas elemen kolom
adalah dengan menghitung diagram interaksinya. Dalam diagram interaksi terdapat beberapa
kondisi – kondisi pembebanan secara umum yaitu axial murni, seimbang dan lentur murni.
Perhitungan pada diagram interaksi tersebut dalam penelitian ini adalah memanfaatkan output
yang ada pada program ETABS yang oleh penulis telah dilakukan validasi hasil dengan perhitungan
diagram interaksi secara manual berdasarkan analisa teoritis penampang kolom. Adapun beban
ultimate berupa beban axial dan momen didapatkan dari hasil gaya dalam dari 18 kombinasi
pembebanan pada salah satu kolom di lantai 1 gedung.
Jika dilihat pada gambar 21 diatas pada point a dan b, terlihat bahwa perubahan beban
fungsional awal (kantor) menjadi beban yang baru (ruang arsip/ penyimpanan) tidak terlalu
dominan pada beban axial dan momen struktur. Hal ini dikarenakan pada kombinasi pembebanan
struktur sesuai SNI 1727:2013 pada kombinasi ke 3 sampai 10 sesuai pada data sebelumnya
bahwa beban hidup tereduksi sebesar 50%. Selain itu beban hidup juga direduksi sebesar 50%
pada perhitungan massa struktur. Hal ini akan berakibat pada beban lateral gempa dinamik
maupun statik.
Pada gambar diatas, struktur dengan kolom eksisting 20x20 dalam melayani beban
fungsional awal maupun yang baru terlihat bahwa kolom tersebut masih berada didalam diagram,
sehingga masih dapat dikatakan mencukupi/ memadai. Akan tetapi beban axial ultimate pada
kolom eksisting telah mencapai 0,5*P0 dan pada kolom retrofit 30x30 telah mencapai 0,6*P0
sehingga ini sangat kritis atau terjadi pada daerah tekan. Untuk mengatasi hal tersebut maka
penggunaan concrete jacketing dirasa cukup membantu untuk menaikan kapasitas tersebut.
Terlhat pada gambar 21 point d, dimana kolom retrofit dapat mengcover beban axial ultimate
hanya sebesar 0,2*P0.
Adapun saran yang dapat diambil penulis ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Perlu adanya peninjauan pada bangunan sesungguhnya dengan data yang lebih lengkap
b. Perlu adanya peninjauan lain pada perkuatan jenis lain untuk meninjau tingkat efektivitas .
5. REFERENSI
Budiono, B, dan Lucky S. (2011). Studi Komparasi Desain Bangunan Tahan Gempa
dengan menggunakan SNI 3-1726-2002 dan RSNI 03-1726-201X. Penerbit ITB,
Bandung.
Budiono, Bambang. (2011). “Konsep SNI Gempa 1726-201X”. Seminar HAKI 2011.
Dewayanti, oryza, dkk. (2013). Perhitungan Simpangan Struktur Bangunan Bertingkat
(Studi Komparasi Model Pembalokan Arah Radial dan Grid ). Jurnal Sipil Statik,
Vol. 1 No.11
PPURG (1987). Perencanaan Untuk Rumah dan Gedung, DepartemenPU, Jakarta.
Satyarno, I, dkk. (2012). Belajar SAP2000 Analisis Gempa. Zamil Publishing,
Yogyakarta
SNI 03-1726-2002 (2002).Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung, DepartemenKimpraswil PU, Bandung.
SNI 03-1726-2012 (2012).Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan NonGedung. Badan Standardisasi Nasional BSN.
SNI 03-1727-2013 (2013).Beban Minimum Untuk Perencanaan Bangunan Gedung dan
Struktur Lain. Badan Standardisasi Nasional BSN.
Tavio dan Benny Kusuma. (2009). Desain Sistem Rangka Pemikul Momen dan Dinding
Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa. ITS Press, Surabaya.
Tavio dan Usman Wijaya. (2018). Desain Rekayasa Gempa Berbasis Kinerja. Penerbit
Andi, Yogyakarta.