Anda di halaman 1dari 15

STUDI PERILAKU MODEL PANEL DINDING BATA memadai dalam menahan beban gempa atau disebut non

PENGISI PADA STRUKTUR BETON BERTULANG engineering building.


Dari segi struktur, rumah sederhana atau non
Nama : Rany Rakitta Dewi engineering building terdiri dari kolom praktis, balok, dan
NRP : 3107 100 083 dinding bata. Namun fungsi dinding bata sebagai komponen
Jurusan : Teknik Sipil FTSP - ITS non-struktural dalam peraturan tingkat Nasional (SNI 03-
Dosen Pembimbing : Data Iranata ST., MT., Ph.D 2847 2002) mengakibatkan pengaruh kekuatan dan
Tavio ST., MT., Ph.D kekakuan dinding bata sering tidak diperhitungkan dalam
perencanaan suatu bangunan.
Pada kenyataannya, dinding bata tersusun oleh
ABSTRAK material batu bata dan mortar yang memiliki nilai kekuatan
Kerusakan terbanyak akibat gempa yang terjadi di dan kekakuan. Pengaruh kekuatan dan kekakuan dinding
Indonesia adalah pada bangunan sederhana dengan dinding bata pada bangunan bertingkat rendah cukup signifikan.
pengisi batu bata. Hal ini disebabkan bangunan sederhana Perilaku portal dengan dinding bata terhadap
termasuk sebagai non engineering building. Penetapan pembebanan lateral telah lama diselidiki, misalnya Holmes
dinding bata sebagai komponen non-struktural dalam SNI (1961), Stafford dan Smith (1962,1966,1967), Mainstone
juga menyebabkan kekuatan dan kekakuan yang dimiliki dan Week (1970), Dawe dan Sheah (1989), Flanagan et al.
dinding bata tidak diperhitungkan dalam perencanaan. (1992), Mander et al. (1993), Saneinejad dan Hobbs (1995)
Namun kenyataannya, dinding bata memiliki nilai kekuatan dan lainnya (Wiryanto 2005). Dari beberapa penelitian yang
dan kekakuan yang berpengaruh secara signifikan untuk ada, pemodelan dinding bata sebagai bracing tekan yang
bangunan sederhana. diteliti oleh Saneinejad dan Hobbs (1995) dinilai paling
Dalam studi ini dibuat 3 buah model panel struktur sederhana namun representatif. Untuk lebih mudah
beton bertulang yaitu dengan lebar 4 m, 3 m, dan 2 m, menganalisa perilaku non – liniernya, diusulkan penggunaan
terdiri dari satu tingkat, berfungsi sebagai hunian, berada Analisa Beban Dorong Statik (static pushover analysis).
di zona gempa 6 tanah lunak, dan direncanakan Karena beberapa program komputer seperti SAP 2000 dan
menggunakan analisa struktur berbasis gaya (Force Based ETABS telah mempunyai kemampuan untuk melakukan
Design). Konfigurasi balok dan kolom yang didapatkan, static pushover analysis tersebut. (Lumantarna 2008).
selanjutnya dianalisa dengan dinding yang divariasi Dari latar belakang tersebut, dalam tugas akhir ini akan
susunan dan pembatasnya. ketebalan dinding diasumsikan dianalisa bagaimana perilaku dinding bata pada struktur
sebagai susunan satu bata dan setengah bata dengan tiga beton bertulang dengan mengasumsikannya sebagai bracing
dan empat pembatas. Pada analisa struktur, dinding bata tekan. Bracing tekan tersebut merupakan representasi dari
pengisi dimodelkan sebagai bracing tekan. Sehingga jumlah luasan dinding bata yang akan dianalisa, baik dinding bata
total model yang dianalisa adalah sejumlah 12 buah. dengan 4 pembatas maupun 3 pembatas. Dinding dengan 4
Hasil studi menunjukan bahwa struktur dengan pembatas memiliki arti dinding yang dibatasi oleh 2 kolom
dinding pengisi batu bata memiliki nilai daktilitas yang dan 2 balok atau tidak terdapat bukaan. Sedangkan dinding
lebih baik dan kapasitas base share yang lebih besar bila dengan 3 pembatas adalah dinding yang dibatasi oleh 2
dibandingkan dengan struktur open frame. Dari evaluasi kolom dan 1 balok atau terdapat bukaan seperti jendela.
kinerjanya, struktur dengan dinding pengisi batu bata Sebelumnya akan didesain struktur beton bertulang
mampu mencapai range Life Safety-Collapse Prevention dengan tinggi 3,2 m dan lebar bervariasi mulai dari 2 m, 3 m
sedangkan struktur open frame hanya mampu berada pada sampai 4 m. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan desain
daerah Immediate Occupancy. Berdasarkan hasil tersebut, struktur yang mewakili desain rumah sederhana pada
dapat disimpulkan bahwa struktur dengan dinding pengisi umumnya di Indonesia. Umumnya susunan yang sering
batu bata memiliki perilaku yang lebih baik bila digunakan di Indonesia adalah susunan dinding setengah
dibandingkan dengan struktur open frame. Karenanya bata, namun tidak menutup kemungkinan digunakan juga
kekuatan dan kekakuan dinding bata pengisi perlu susunan dinding satu bata. Karena kedua jenis susunan
diperhatikan dalam proses desain bangunan rumah dinding ini memiliki kekuatan yang berbeda maka kedua
sederhana. jenis susunan dinding tersebut akan dianalisa juga
perilakunya pada penelitian ini.
Kata Kunci : dinding bata, pushover analysis, rumah Parameter yang ditinjau adalah kapasitas dan daktilitas
sederhana struktur menggunakan evaluasi kinerja dengan pushover
analysis. Software bantu untuk menghitung pushover
BAB I analysis menggunakan SAP2000. Untuk nilai kuat tekan
PENDAHULUAN batu bata (fbc) dan mortar (fmc), juga nilai modulus elastisitas
1.1 Latar Belakang (E) dari mortar akan dilakukan penelitian di laboratorium
Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat terlebih dahulu dari beberapa sampel yang diambil di tempat
rawan terjadi gempa. Hal ini tentu menimbulkan kerugian penelitian berlangsung yaitu di Surabaya.
materi dan korban jiwa yang tidak sedikit. 1.2 Perumusan Masalah
Kerusakan terbanyak akibat gempa di Indonesia terjadi 1. Berapa nilai kuat tekan dan modulus elastisitas dari
pada bangunan sederhana, dikarenakan bangunan sederhana batu bata dan mortar yang digunakan pada perencanaan
di Indonesia pada umumnya dibangun tanpa bantuan ?
seorang ahli bangunan dan struktur, atau hanya dibuat 2. Bagaimana nilai daktilitas struktur portal dengan
berdasarkan pengalaman para tukang lokal atau setempat. dinding bata pada lebar 4 m, 3 m dan 2 m ?
Sehingga rumah tersebut tidak memiliki kinerja yang 3. Bagaimanakah nilai kapasitas struktur portal dengan
dinding bata pada lebar 4 m, 3 m dan 2 m ?

1
2

4. Bagaimana perbedaan perilaku struktur portal dengan


dinding bata sebagai bracing tekan dibandingkan
Elastik Inelastik Strength loss

dengan perilaku struktur portal rangka terbuka ? Fu

Fy
1.3 Tujuan
1. Mendapatkan nilai kuat tekan dan modulus elastisitas Fr

dari batu bata dan mortar yang digunakan pada


perencanaan. Δy Δu Δr Δf

2. Mendapatkan nilai daktilitas struktur portal dengan Gambar 1 Kurva hubungan gaya dan deformasi
dinding bata pada lebar 4 m, 3 m dan 2 m. (ATC-40 1996)
3. Mendapatkan nilai kapasitas struktur portal dengan
2.2 Dinding Bata
dinding bata pada lebar 4 m, 3 m dan 2 m.
Dimensi dinding bata
4. Mengetahui perbedaan antara perilaku struktur portal
Representasi wilayah seluas dinding bata dinotasikan
dengan dinding bata sebagai bracing tekan
dengan Ad dan ditentukan oleh persamaan berikut:
dibandingkan dengan perilaku struktur portal rangka
terbuka. Ld Tb
1.4 Batasan Masalah
Ad  (2.1)
 cos 2  ..........................................
1. Untuk desain elemen – elemen struktur digunakan
peraturan perencanaan SNI 03-2847-2002. V
Δ
Vn
Δu

2. Untuk desain pembebanan gempa menggunakan SNI


1726-2002.
3. Peraturan yang dipakai untuk penentuan tingkatan Ad
kinerja gedung memakai Federal Emergency
Ø
Management Agency (FEMA-273/356/440).
4. Analisa pushover menggunakan software bantu (a) (b)
SAP2000. Gambar 4 Simulasi Dinding Bata : (a) Beban lateral dan
5. Lebar portal dengan dinding bata bervariasi, yaitu 2 m, deformasi dari dinding bata, (b) Beban lateral dan deformasi
3 m, dan 4 m. dari dinding bata sebagai bracing tekan (Chen 2003)
6. Menggunakan dinding bata standart dengan dimensi 2 2
230 x 110 x 50 mm menurut Standar Bata Merah di Ld  Wb  H b (2.2)
.......................................
Indonesia yaitu Y.D.N.I. (Yayasan Dana  Hb 
Normalisasi Indonesia) nomor NI-10.   tan 1  
7. Pembebanan gempa yaitu pada zona 6, dan jenis  Wb  ............................................... (2.3)
3
tanah lunak. 5
   
3  Wb  7 H  3 H
  2    b   2    b3
8. Susunan dinding adalah satu bata dan setengah bata. 4 2  Hb  4  Wb  2  Wb
....... (2.4)
9. Dinding bata dimisalkan sebagai bracing tekan yang dimana Ld adalah panjang dari dinding bata (mm), Tb
merupakan representasi luasan dinding 4 pembatas dan adalah ketebalan dinding bata (mm), ν diambil sebagai 0,15,
3 pembatas. Hb adalah tinggi dinding bata (mm), dan Wb adalah lebar
1.5 Manfaat
1. Untuk mengetahui bagaimana perilaku dinding bata dinding bata (mm), yaitu 0.5   H b   2.0 .
W 
pada struktur beton bertulang.  b
2. Dapat digunakan sebagai referensi dalam Kekuatan dan Deformasi Dinding Bata
merencanakan bangunan gedung bertingkat rendah Kegagalan strut diagonal dinding bata, θ, dipengaruhi
dengan dinding bata yang tahan terhadap gempa oleh jenis susunan dinding bata (Gambar 5 dan Gam,bar 6).
Nilai θ untuk jenis susunan tersebut dapat dilihat pada
BAB II persamaan berikut. (Chen 2003)
TINJAUAN PUSTAKA
Setengah bata : tan 
2 h  gh  
2.1 Non-Engineering Building
Boen (2007) menyatakan bahwa perencanaan rumah l  gv
..................... (2.5)
sederhana sebagai bangunan non-engineered pada umumnya
berdasarkan pada: Satu bata : tan 
2 h  gh  
......................... (2.6)
1. Mempelajari kerusakan bangunan dari gempa masa w  l  2g v
lalu. dimana l, w, dan h adalah panjang, lebar, dan tinggi
2. Menggunakan engineering judgment yang terlatih. batu bata, masing-masing (mm); gh dan gv adalah tebal
3. Dengan kemajuan bidang perangkat keras dan horizontal dan vertical mortar (mm).
lunak, sejak beberapa tahun terakhir telah dicoba
untuk engineering non-engineered buildings.
Tersedianya perangkat keras dan perangkat lunak
seperti SAP2000 (2008) dan Perform3D (2006) telah
mempermudah pekerjaan para ahli struktur untuk melakukan
rekayasa bangunan dengan cepat dan efisien. Pada akhirnya Gambar 5 Susunan dinding bata tipe setengah bata
dengan menggunakan teknologi yang semakin canggih
diharapkan dapat diperoleh suatu desain bangunan, terutama
rumah sederhana, yang lebih aman dan tahan terhadap
gempa.
3

Table 2.1 Gaya aksial sendi plastis untuk dinding bata


(Chen 2003)
Points Force/SF Displacement/SF
A 0 0
B a 0
Gambar 6 Susunan dinding bata tipe satu bata C 1 1
Kekuatan utama dari dinding bata dibedakan antara
dinding dengan 4 pembatas dengan dinding dengan 3 Vr
D 1.1
pembatas seperti dijelaskan oleh persamaan berikut. Vn
1. Dinding batu bata dengan 4 pembatas
Dinding bata dengan 4 pembatas adalah dinding yang Vr
dibatasi oleh 2 kolom dan 2 balok. E 10
Vn
H

bila tan  b ,maka Vn  Tb Wb  f  H b    f mbt  2.3 Pushover Analysis
Wb static pushover analysis) adalah dimana struktur
didorong secara bertahap ditingkatkan dengan faktor pengali
Hb hingga beberapa komponen struktur mengalami leleh dan
sedangkan untuk tan  , maka berdeformasi inelastis dan satu target perpindahan lateral
Wb
dari suatu titik acuan tercapai (Lumantarna 2008).
 '
 
Vn  Tb Wb   f  H1  f mbt  0.5 H b  H1   f mbt    f bt  Pada dasarnya dalam analisa kinerja ini dilakukan
perbandingan antara kapasitas (Capacity) dengan kebutuhan
(Demand). Bila kapasitas struktur lebih besar dari
2. Dinding batu bata dengan 3 pembatas kebutuhan, maka kinerja yang disyaratkan dapat dicapai.
Dinding bata dengan 3 pembatas memiliki arti dinding Grafik yang menyatakan hubungan antara beban total (gaya
yang hanya dibatasi oleh 2 kolom dan 2 balok. Dinding geser dasar, base shear) dengan Displacement pada puncak
tersebut memiliki bukaan (Gambar 2.11). bangunan dinamakan kurva kapasitas (capacity curve)

Vn  Tb Wb   f  H 2    f mbt
.........
(2.9)  (Lumantarna 2008).
dimana: Dalam proses membandingkan kapasitas dan
kebutuhan, ada beberapa cara yang dapat digunakan, tetapi
H b'  min( H b ,Wb ) ................................. (2.10) saat ini yang banyak digunakan adalah cara yang dinamakan
H 1  Wb tan  .......................................... (2.11) Capacity Spectrum Method (CSM). Seluruh proses evaluasi
ini dapat dilakukan secara otomatis dengan program SAP
H 2  0.5  Wb tan  H b (2.12)
2000.
........................
N ... (2.13) Mengevaluasi level kinerja struktur ketika titik kontrol
  0.0258 f 0.885  0.654  0.00515 f 
f mc mc
Ad tepat berada pada target perpindahan : merupakan hal utama
f mbt  0.232 f mc  dari perencanaan barbasis kinerja. Komponen struktur dan
0.338
.............................. (2.14)
aksi perilakunya dapat dianggap memuaskan jika memenuhi
f bt  0.22 f bc ............................................ (2.15) kriteria yang dari awal sudah ditetapkan, baik terhadap
α and β adalah koefisien kekuatan, keduanya diambil persyaratan deformasi maupun kekuatan.
sebesar 0.45
fmbt adalah kekuatan tarik dinding batu bata (Mpa)
fbt adalah kekuatan tarik batu bata (Mpa)
fmc adalah kekuatan tekan mortar (Mpa)
fbc adalah kekuatan tekan bata (Mpa)
N adalah beban aksial compressive brace
Perpindahan ultimate (the ultimate displacement) dari
dinding bata ditentukan oleh persamaan berikut,
N
u   ............................................ (2.16)
Eu Tb
dimana:
Eu  modulus elastisitas dinding bata (Mpa) (2.17)
Karena komponen dinding bata memiliki dua titik
kritis, yaitu titik ultimate dan titik sisa. Maka kekuatan
residu dari dinding bata dapat dihitung dengan rumus
berikut :
Vr   f  Tb  Wb  0.6Vn

Gambar 7 Prosedur Analisa Kinerja


4

(Lumantarna 2008) BAB IV


PEMBEBANAN DAN PERMODELAN STRUKTUR
BETON BERTULANG PADA SAP2000
4.1 Preliminary desain
Data – data material untuk permodelan dirangkum
dalam Tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1 Data material model
Material
Parameter Symbol Nilai
tipe
Kuat Tekan f c' 20 MPa
Modulus
Beton Elastisitas
Ec 21019 MPa

Poisson’s 0.17
rasio
c (Park & Pauley)
Tegangan fy 320 MPa
leleh
Tulangan
(a) (b) Baja Modulus
Elastisitas
Es 2 x 105 MPa
(a) Kurva kapasitas menjadi spectrum kapasitas
(b) Format standar menjadi format ADRS Poisson’s
Gambar 8 Pembuatan Spektrum Kapasitas ratio
s 0.3

Kuat Tekan
BAB III Mortar
f mc 10 MPa
METODOLOGI
Kuat Tekan
3.1 Bagan Alir Tugas Akhir Batu Bata
f bc 7 MPa
Dinding
Bagan alur berikut menjelaskan metodologi yang bata 2237 Mpa
Modulus
digunakan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
Elastisitas
Eb (Essy dalam Yohannes,
Start
2010)
Poisson’s 0.15
Study
Literatur ratio
b (Chen 2003)
4.1.1 Hasil Tes Kuat Tekan Batu Bata
Preliminary Design
Batu bata yang digunakan pada perencanaan adalah
Pembuatan Model merupakan batu bata setempat. Terdapat 2 jenis batu bata
Sruktur Portal Beton
Bertulang
yang akan diuji kuat tekannya, yaitu batu bata produksi
pabrik dan batu bata konvensional. Dimensi kedua jenis batu
Struktur Portal Struktur Portal Struktur Portal
bata tersebut adalah 230 x 110 x 50.
Lebar 2 m Lebar 3 m Lebar 4 m Setelah semua benda uji dites kuat tekan, tercatat
beban maksimum untuk batu bata produksi pabrik adalah
sebesar 7900 kg, sedangkan untuk batu bata konvensional
Pembebanan
adalah sebesar 3100 kg. Bila dibagi dengan luas permukaan,
Beban Gravitasi :
maka didapatkan fbc = 7 Mpa (batu bata produksi pabrik)
1. Beban Mati
2. Beban Hidup
Pembebanan
Lateral dan fbc = 3 Mpa (batu bata konvensional). Batu bata yang
akan digunakan pada perencanaan adalah batu bata buatan
pabrik dengan nilai fbc = 7 Mpa.
Analisa struktur dengan
SAP2000 untuk mendapatkan
gaya dalam balok dan kolom

Desain Kebutuhan
tulangan lentur dan
geser balok dan kolom

Pemodelan dan analisa


statik nonlinier pushover
NO struktur

YES

Gambar 10 Batu bata setelah dites kuat tekan


Cek daktilitas dan Sedangkan nilai modulus elastisitas batu bata untuk
kapasitas struktur
perencanaan mengacu pada penelitian di Indonesia
(Laboratorium Bahan Universitas Indonesia) yaitu sebesar
2237 Mpa (Essy dalam Yohannes, 2010).
Kesimpulan
4. 1.2 Hasil Tes Kuat Tekan dan Modulus Elastisitas
Mortar
Finish
Metode pengujian kuat tekan mortar tidak jauh berbeda
Gambar 9 Flowchart Studi Analisa dengan beton. Dipersiapkan 3 benda uji silinder dengan
5

diameter 15 cm dan tinggi 30 cm yang dibuat dari bahan batanya. Adapun data-data perencanaan struktur beton
yang sama dengan benda uji untuk tes modulus elastisitas bertulang adalah sebagai berikut:
yaitu perbandingan 1:5. Setelah di curing selama 28 hari, 1. Mutu beton : 20 MPa
benda uji mortar siap untuk dites kuat tekan. 2. Mutu baja tulangan : 320 MPa
Dari ketiga benda uji yang telah di uji kuat tekannya, 3. Jumlah lantai : 1 lantai
tercatat kuat tekan maksimum mortar adalah 18.000 kg, bila 4. Tinggi tiap lantai : 3.2 m
dibagi dengan luas permukaan, maka fmc = 10 Mpa. 6. Luas bangunan : 4 m x 3 m , 3 m x 3 m,
Sedangkan untuk nilai modulus elastisitas mortar dapat dan 2 m x 3 m
diketahui dengan menggunakan alat kompresometer. Hasil 7. Dimensi kolom : 20 cm x 20 cm
pengujian akan dimasukkan dalam perhitungan modulus 8. Dimensi balok : 25 cm x 15 cm
S 2  S1 9. Wilayah gempa : zona 6, tanah lunak
elastisitas menurut rumus E  10. Berat jenis beton : 2400 kg/m3
 2  0,000050
11. Berat jenis dinding : 450 kg/m2 (satu bata)
dimana : 250 kg/m2 (1/2 bata)
E = modulus elastisitas, dalam Mpa Perencanaan struktur beton betulang ini dimodelkan
S2 = kuat tekan pada saat 40% dari beban maksimum sebagai Building Open Frame System, yaitu suatu struktur
(Mpa) yang dengan asumsi bahwa frame akan memikul beban mati
S1 = kuat tekan pada saat regangan mencapai 50 per dan beban hidup atau beban gravitasi.
juta (Mpa) Terdapat 3 model struktur portal yang akan di studi
ε2 = regangan longitudinal yang dihasilkan pada saat S2 perilaku dinding batanya, yaitu rangka struktur portal
Dimensi benda uji : dengan lebar 4 m, 3 m, dan 2 m dengan data–data dan denah
D = 150 mm sebagai berikut :
H = 300 mm  Struktur portal lebar 4 m
1 1 Lebar bangunan :4m
A = D 2  3,14 152  176,625 cm 2
2 2 Panjang bangunan : 3 m
Dari hasil uji kuat tekan diketahui kuat tekan Tinggi bangunan : 3,2 m
maksimum sebesar 18.000 kg, maka 40% dari kuat tekan
maksimum adalah 7.200 kg. Tercatat terjadi deformasi
sebesar 0,16 mm pada saat beban 40%.
deformasi 0,16 3000 mm
2    0,00073
H 220
P 7200
S2    40,76 kg  4,076 Mpa A A
A 176,625 cm 2
Benda uji mengalami deformasi sebesar 45 perjuta 4000 mm

mm, ketika beban mencapai 560 kg, maka pada saat


deformasi sebesar 50 perjuta bebannya sebesar 616 kg. Gambar 12 Denah Struktur Portal lebar 4 m
P 616
S    3,488 kg 2  0,3488 Mpa
1 A 176,625 cm
Maka dapat dicari nilai modulus elastisitas mortar
dengan rumus
S 2  S1 4,076  0,3488
E   5504 Mpa
 2  0,000050 0,00073 0,00005

Gambar 13 Pemodelan struktur portal lebar 4m di SAP2000


 Struktur portal lebar 3 m
Lebar bangunan :3m
Panjang bangunan : 3 m
Tinggi bangunan : 3,2 m

Gambar 11 Tes modulus elastisitas mortar


4.2 Pemodelan Struktur Beton Bertulang
Perencanaan struktur beton bertulang dilakukan
sebelum menganalisa lebih jauh mengenai perilaku dinding
6

3000 mm = Lx
3000 mm

A A 4000 mm = Ly
3000 mm
- Berat sendiri plat = 0,12 x 24 = 2,88 kN/m2
Gambar 14 Denah Struktur Portal lebar 3 m - Berat plafon + rangka = 0,11 + 0,07 = 0,18 kN/m2
- Berat finishing (2cm) = 2 x 0,21 = 0,42 kN/m2
- Berat tegel = 1 x 0,24 = 0,24 kN/m2
qD = 3,72 kN/m2
1
 berat mati plat   3,72  3  3,72 kN / m
segitiga 3
1  1 3 2
 berat mati plattrapesium    3,72  31       4,53 kN / m
2  3 4  
 
 berat sendiri balok  0,25  0,15  24  0,9 kN / m
Beban Hidup (LL)
Gambar 15 pemodelan struktur portal lebar 3 m di SAP2000 qL = 2 kN/m2
 Struktur portal lebar 2 m 1
Lebar bangunan :2m  beban hidup plat   2  3  2 kN / m
segitiga 3
Panjang bangunan : 3 m 2
1  1 3
Tinggi bangunan : 3,2 m  beban hidup plattrapesium    2  31       2,44 kN / m
2  3 4  
 
Permodelan beban mati dan hidup struktur pada
permodelan SAP2000 dapat dilihat pada Gambar 4.11 dan
Gambar 4.12.
3000 mm

A A

2000 mm

Gambar 16 Denah Struktur Portal lebar 2 m

Gambar 18 Pemodelan beban mati struktur 4 m pada


SAP2000

Gambar 17 Pemodelan struktur portal lebar 2 m di SAP2000

4.4 Perhitungan Pembebanan


4.4.1 Perhitungan Beban Gravitasi
4.4.1.1 Pembebanan pada struktur lebar 4 m
Gambar 19 Pemodelan beban hidup struktur 4 m pada
 Beban Mati (DL)
SAP2000
Beban mati balok terdiri dari berat sendiri balok
ditambah beban mati plat. Beban mati plat berupa beban Hasil perhitungan bembebanan yang lain dapat
ekuivalen terdiri dari berat plafon, penggantung plafon, ditabelkan sebagai berikut :
finishing dan tegel. Beban ekuivalen adalah transformasi
beban trapesium dan beban segitiga dari beban plat menjadi
beban merata di balok.
7

Tabel 4.2 Rekapitulasi beban gravitasi 4.4.2.4 Rekapitulasi pembebanan gempa


Beban Beban Beban Beban Tabel 4.5 Distribusi gaya gempa pada rumah 1 lantai
Struktur mati Hidup mati Hidup arah x arah y
segitiga segitiga trapesium trapesium (100%) (30%)
Lebar hn Fi Fi y
4.62 2.00 5.43 2.44 Struktur wi(kN) wi*hi
4m (m) x(kN) (kN)
Lebar Lebar
4.62 2.00 - - 3.2 84 268,8 8,17 2,45
3m 4m
Lebar Lebar
3.2 69 220,8 6,73 2,02
3.38 1.33 4.07 1.70 3m
2m
Lebar
4.4.2 Perhitungan Beban Gempa 3.2 63 201.6 6,13 1,84
2m
4.4.2.1 Pembebanan gempa pada struktur 4 m Gambar input beban gempa pada struktur dengan lebar
 Perhitungan Berat Total Tiap Lantai (Wt) 4 m, 3 m, dan 2 m disajikan pada gambar berikut.

Gambar 20 Pemodelan beban gempa struktur 4 m pada


SAP2000

Sehingga berat total bangunan rumah lantai 1 (Wt) adalah : BAB V


Wt = DL + 0,3 LL DESAIN BALOK dan KOLOM
Wt = 76 + 0,3  24 = 84 kg
Menghitung Waktu Getar Alami Struktur (T) dan Koefisien 5.1 Umum.
C Setelah pembebanan menggunakan SAP2000,
 Waktu getar alami struktur (T) berdasarkan UBC 1997: didapatkan gaya dalam pada balok yang ditampilkan pada
Untuk rumah 2 lantai, tinggi total bangunan (H) adalah Tabel 5.1. Gaya – gaya dalam tersebut digunakan untuk
6,4 m mendesain penampang dan tulangan lentur maupun geser
T = Ct  H3/4 dari balok :
T = 0,0731  (6,4)3/4 = 0,294 detik Tabel 5.1 Rekapitulasi gaya dalam maksimum balok hasil
 Waktu getar alami struktur (T) maksimum berdasarkan analisa SAP2000
SNI 1726 :
Mn
T1 =n Mn Tumpuan P tekan
Struktur Lapangan V (N)
T1 = 0,15  2 = 0,3 detik (Nmm) (N)
(Nmm)
Sehingga digunakan T = 0,294 detik.
Dengan melihat grafik respon spektrum pada gambar. 2 SNI Portal 4 m 8,938,187 10,854,482 1131.61 20875.34
– 03 – 1726 – 2002, didapat nilai C = 0,83
Portal 3 m 5,062,185 6,108,730 643.88 13921.08
Menghitung Gaya Geser Gempa Dasar :
R = 8,5 untuk rangka terbuka beton bertulang.
Portal 2 m 2,430,011 2,590,232 290.71 7439.58
0,83  1  84
V  8,17 kN
8,5 5.2 Desain Tulangan Balok
Menghitung Gaya Geser Tiap Lantai : Berikut akan ditampilkan contoh perhitungan desain
Tabel 4.2 Gaya Geser pada portal lebar 4 m tulangan balok untuk struktur portal dengan luasan terbesar,
yaitu lebar 4 m. untuk hasil perhitungan lainnya disajikan
arah x arah y pada tabel.
(100%) (30%) 5.2.1. Desain tulangan lentur balok
hn Fi y 5.2.1.1. Perhitungan kebutuhan tulangan lentur balok
Lantai wi(kN) wi*hi Fi x(kN)
(m) (kN) Contoh perhitungan tulangan lentur balok diambil dari
I 3.2 84 268,8 8,17 2,45 balok lapangan pada struktur lebar 4 m.
Dari hasil analisa SAP 2000 didapat gaya dalam momen
Jumlah 84 268,8 ultimate adalah :
8

Mu = 10.854.482 Nmm  a 
φ = 0,8 Mnmax  C max   d  max 
Mu 10.854.482  2 
Mn    13568102 Nmm  89,6 
 0,8 Mn max  228470,99   215,5    39000401,86 Nmm
 2 
Data balok :
b = 150 mm  sengkang = 8 mm Mnmax  39000401,86 Nmm > Mn perlu  13568101,96 Nmm
h = 250 mm D tul. utama= 13 mm  Analisa beton bertulangan tunggal
fc'
= 20 MPa εcu = 0,003 Perhitungan ρ perlu :
β1 = 0,85 Es = 2 x 105 MPa fy 320
fy = 320 MPa Cc = 20 mm m  = 18,82
d = h-Cc- sengkang-0,5 D tul. utama 0.85 * f c ' 0.85 * 20
= 250-20-8-0,513 = 215,5 mm Mn 13.568.102
fy Rn    1,95
s  
320
 0,0016 b*d2 150 * 215,5 2
Es 200000
1  2.Rn 
Perhitungan ρ min :  .1  1  
Berdasarkan SNI 2847-2002 pasal 12.5, nilai ρmin tidak m  0,85 * f c ' 
boleh diambil kurang dari :
 2 * 1,95 
f ' 20  18,82.1  1    0,00648
 min  c  = 0,003494
 0,85 * 20 
4. f y 4 x320
dan tidak lebih kecil dari
 min  0,00437 <  perlu  0,00648 <
1,4 1,4  max  0,022 (OK)
 min  = = 0.004375
fy 320 sehingga, dipakai :  perlu  0,00648
Perhitungan ρ max : Perhitungan As perlu :
1  0,85  untuk beton f c' < 30 MPa As perlu    b  d  0,00648  150  215,5 = 209,54
0,85  f c ' 600 mm2
 b  1 .  Perhitungan jumlah tulangan (n) :
fy 600  f y As perlu 209,54
0,85  20 600 ntul  =  1,579 2
 0.85.  = 0.029 1 1
320 600  320 *  * dtul.utama2 *  * 132
4 4
 max  0.75  b  0,75  0,029  0,022 buah
Cek apakah balok perlu didesain dengan menggunakan sehingga :
tulangan tunggal atau rangkap : 1 2
Asterpasang  n     Dtul.utama
εcu = 4
0,003 1
   132  265,33 mm
2
Asterpasang  2 
4
X Perhitungan jarak spasi antar tulangan longitudinal :
b d bw  2  sengkang  2  Cc  n  Dtul.utama
s
n 1
150  2  8  2  20  2  13
ε s  68 mm > 25 mm (OK)
2 1
Gambar 21 Diagram
s regangan beton dan baja 5.3 Desain Kapasitas Kolom
Berdasarkan gambar 5.1, maka letak garis netral pada posisi Kapasitas kolom harus memenuhi diagram interaksi
berimbang adalah : Aksial-Momen. Diagram ini adalah salah satu parameter
 cu 0,003 penting dalam mengontrol kemampuan kolom terhadap
xb  d  215,5  140,54 mm
 cu   s 0,003  0,0016 gaya-gaya dominan yang terjadi padanya, yaitu aksial dan
momen. Apabila gaya-gaya yang terjadi berada di luar
xmax  0,75  xb  0,75  140,54  105,41 mm diagram ini, maka desain kolom dianggap tidak mencukupi
sehingga perlu didesain ulang.
amax  1  xmax  0,85  105,41  89,60 mm
Gaya akibat beton tertekan adalah :
Cmax  amax  b  f c'  0,85  89,6  150  20  0,85
C max 228470,99 Nmm
Momen nominal balok pada saat As maksimum adalah
9

Gambar 22 Kapasitas kolom berukuran 200 x 200 mm2


dengan 8D10
Gambar 23 Bacaan kuat rencana diagram interaksi kolom
Gambar 5.3 menunjukkan bahwa kapasitas kolom
tengah bawah
berukuran 200 x 200 mm dengan 8D10 sudah cukup
memenuhi syarat kekuatan untuk kolom struktur lebar 4 m. Kontrol HBK juga perlu diperhatikan selain syarat
Namun tetap harus dilakukan pengecekan terhadap syarat strong column weak beam.
Strong Column Weak Beam, seperti berikut : T1 = 1.25 A s bawah f y = 1.25 x 265.46x 320 = 106.185,83N = 106,19 kN
Data balok yang tersambung pada kolom tengah bawah: T2 = 1.25 A s atas f y = 1.25 x 157.08x 320 = 62.831,85N = 62,83kN
b = 150 mm
h = 250 mm M -pr = 1.25 A s bawah fy (d - a/2) = 1.25 x 265.46x 320(215,5- 33,31/2)
dc = 20 mm (tebal selimut beton) = 21114352 Nmm = 21,11 kNm
d = h – dc – dia. sengkang – ½ dia. tul. utama bawah 
M pr = 1.25 A s atas fy d - a/2 = 1.25 x 157.08x320217 - 25,26/2
= 250 – 20 – 8 – ½ .13 = 215,5 mm
d’ = h – dc – dia. sengkang – ½ dia. tul. utama atas = 13015243 Nmm = 13,02 kNm
= 200 – 20 – 8 – ½ .10 = 217 mm M -pr  M 
pr  21,11  13,02 
As = 2 x (0.25 x π x 132) = 265.46 mm2 Mu = =  = 17,06kNm
As’ = 2 x (0.25 x π x 102) = 157.08 mm2 2  2 
2 Mu 2 x 17,06
Menghitung momen nominal tulangan bawah: Vh = = = 11,38kN
ln (3.2 - 0.2)
A fy 265,46 x 320
a = s bawah =  33,31 mm Maka,
0.85 f c' b 0.85 x 20 x 150
Vxx = T1 + T2 - Vh = 106,19+ 62,83- 11,38 = 157,64 kN
 a  33,31
M n atas = A s atas fy  d -  = 265,46x 320 215,5- 
 2  2  Dimana, SNI 2847-02 dalam Pasal 23.5.3(1) mengatur
= 16891481 Nmm = 16,89 kNm tentang kemampuan HBK untuk kolom yang terkekang pada
keempat sisinya:
Menghitung momen nominal tulangan atas:
Vc = 0.75 x 1.7  (bbalok  h kolom)  f c '
A fy 157.08 x 320
a = s bawah =  19,71 mm = 0.75 1.7  (150  250)  20
0.85 f c' b 0.85 x 20 x 150
 a  19,71 = 213.824 N = 213,82 kN > Vxx
M n bawah = A s bawah fy  d -  = 157.08x 320 217 -  (HBK memenuhi syarat)
 2  2 
= 10412194 Nmm = 10,41 kNm
Sehingga, BAB VI
6 6 6 EVALUASI KINERJA STRUKTUR BETON
 M g=  M n atas  M n bawah  = 16,89  10,41 = 32,76 BERTULANG DENGAN DINDING BATA
5 5   5
6.1 Umum
kNm Dari beberapa penelitian mengenai perilaku dinding
bata terhadap beban lateral, metode bracing tekan yang
Untuk memenuhi syarat ini, maka direncanakan kolom diajukan Saneinejad dan Hobbs (1995) dapat digunakan
berukuran 200 x 200 mm2 dengan tulangan 8D10, seperti karena dinilai paling sederhana dan representatif. Metode
yang ditunjukkan oleh Gambar 5.4. Dari gambar tersebut inilah yang akan digunakan untuk mengevaluasi struktur
dapat kita lihat bahwa setelah gaya dalam diplot, beban beton bertulang dengan dinding pengisi yang telah
aksial terfaktor yang paling kecil kemudian ditarik garis
direncanakan konfigurasinya pada bab 4 dan 5.
untuk mencari nilai momennya. Dari bacaan diperoleh:
Terdapat beberapa variasi dinding bata dengan 2
M = 26 kNm, sehingga: variabel yang diubah – ubah untuk ketiga struktur bangunan
Σ Me = 26/0.65 = 40 kNm > 6/5 Σ Mg (Strong column beton bertulang yang telah direncanakan. Hal ini dilakukan
weak beam OK)
untuk mengetahui pengaruh dinding bata pada struktur
portal beton bertulang, variabel tersebut antara lain
1. Variabel tipe pembatas
Dinding bata divariasi menjadi 2 tipe pembatas,
yaitu dinding dengan 4 pembatas (Gambar 3.9)
10

dan dinding bata dengan 3 pembatas. Dinding bata


dengan 3 pembatas direncanakan memiliki bukaan Tabel 6.1 Rekapitulasi 12 macam pemodelan dinding bata
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.11. Lebar Susunan
Dinding bata dimodelkan sebagai bracing tekan Model Portal Tipe Bukaan Dinding
yang merepresentasikan luasan dinding bata (m) Bata
tersebut. Pemodelan dari kedua jenis pembatas
M1 4 4 pembatas satu bata
dapat dilihat pada Gambar 3.10 dan Gambar 3.12.
M2 4 4 pembatas ½ bata
M3 4 3 pembatas satu bata
3200 mm M4 4 3 pembatas ½ bata
M5 3 4 pembatas satu bata
M6 3 4 pembatas ½ bata
M7 3 3 pembatas satu bata
Gambar 24 Dinding bata dengan 4 pembatas M8 3 3 pembatas ½ bata
M9 2 4 pembatas satu bata
M 10 2 4 pembatas ½ bata
3200 mm
M 11 2 3 pembatas satu bata
M 12 2 3 pembatas ½ bata

Gambar 25 Pemodelan dinding


4000 mm
bata dengan 4 pembatas 6.2 Pemodelan Struktur Beton dengan Dinding Bata
Pemodelan struktur beton bertulang dengan dinding
bata sebagai komponen yang ikut menerima beban lateral
pada SAP2000 cukup dilakukan secara 2D dengan Static
3200 mm
Pushover Analysis, yaitu portal diberi beban gempa secara
monotonik. Sedangkan pemodelan yang akan dilakukan
1600 mm
pada penelitian ini, dinding bata dimodelkan sebagai bracing
tekan dengan bentuk bulat solid yang memiliki karakteristik
material beton dengan berat jenis sebesar 19,56 kN/m3 (satu
Gambar 26 Dinding bata dengan 3 pembatas bata), dan sebesar 22,72 kN/m3 (setengah bata), f’c = 7 Mpa
(dinding bata), E = 2237 Mpa (Essy dalam Yohannes, 2010),
dan poisson ratio’s = 0,15 (Chen 2003) (Gambar 6.3).

3200 mm

Gambar 27 Pemodelan 4000


dinding
mm
dengan 3 pembatas
2. Variabel jenis susunan dinding bata
Terdapat 2 jenis susunan dinding bata yang
digunakan yaitu susunan 1 bata dan setengah bata.
Hal ini harus dibedakan karena kedua tipe susunan
tersebut memiliki nilai kekuatan dan kekakuan (a) dinding satu bata (b) dinding setengah bata
yang berbeda. Gambar 30 Input properti material dinding bata pada
SAP2000
Komponen bracing tekan harus didefinisikan dengan
tepat pada SAP2000 untuk merepresentasikan dinding bata
3200 mm
sesuai3200keadaan
mm
sebenarnya
6.2.1 Menentukan Dimensi Bracing
Tiap model memiliki representasi wilayah dinding bata
yg berbeda – beda. Kemudian dari nilai Ad tersebut dapat
Gambar 28 Dinding dengan susunan setengah bata dicari dimensi bracing tekan yang direncanakan berbentuk
bulat solid. Untuk hasil perhitungan variable yang lain, akan
ditabelkan.
3200 mm 3200 mm
Dinding dengan 4 pembatas
3
5 3 W  7 H  3 H
      b   2    b   2    b3
 4 2  Hb  4  Wb  2  Wb
3
5 3  4000  7  3200  3  3200
Gambar 29 Dinding dengan susunan satu bata     0,15    2  0,15    2  0,15  3
4 2  3200  4  4000  2  4000
  4,79
11

Hb 3200 laboratorium (bab 4). Nilai kuat tekan batu bata,


  tan 1  tan 1  38,66 o
Wb 4000 f bc  7 Mpa , kuat tekan mortar, f mc  10Mpa ,
Modulus elastisitas dinding bata 2237 Mpa (Essy dalam
Ld  Wb 2
 Hb 2   4000 2

 3200 2  5122,49 mm Yohannes, 2010).
 Dinding dengan susunan satu bata (M1) Untuk mengetahui kekuatan dan deformasi dari
5122,49  230 dinding bata, harus diketahui besarnya gaya aksial yang
Ad  terjadi pada bracing, yaitu N. Berikut disajikan tabel yang
4,79 cos 2 38,66 merangkum gaya aksial.
Ad  403135,18 mm2  0,40 m 2
maka, Tabel 6.3 Gaya Aksial pada bracing akibat beban gempa
b  0,72 m
N
 Dinding dengan susunan setengah bata (M2) Model
(newton)
5122,49  110
Ad  M1 2513
4,79 cos 2 38,66
M2 2469
Ad  192804 mm2  0,19 m 2
M3 2808
maka,
M4 2493
b  0,50 m
M5 2487
Pemodelkan dinding bata dengan 4 pembatas pada
SAP 2000 ditunjukan oleh gambar berikut : M6 2423
M7 2548
M8 2427
3200 mm
3200
M9 2659
M 10 2511
M 11 2414
4000 mm
M 12 2278
4000
Kekuatan Strut bracing tekan
(a) dinding dengan 4 pembatas (b) bracing tekan setinggi

2 h  gh  250  65
portal tan    0,87  setengah bata
Gambar 31 Pemodelan dinding bata dengan 4 pembatas l  gv 230  35  
Hasil perhitungan direkap dalam Tabel 6.2 berikut. 
2 h  gh 250  125
Tabel 6.2 Dimensi bracing tekan tan    0,85  satu bata
w  l  2 g v 110  230  235  
Pemodelan M1
Ad D α and β = 0,45
Model
(mm2) (mm)
f mbt  0.232 f mc   0.23210
0.338 0.338
 0,51 Mpa
M1 403135 720 f bt  0.22 f bc  0.22  7  1,54Mpa
M2 192804 500 Tb = 230 mm
Wb = 4.000 mm
M3 242753 560 Hb = 3.200 mm
M4 116099 380 H 1  Wb tan   4000  0,85  3414,6 mm
M5 331983 650 H 2  0.5 Wb tan   0.5  4000  0,85  1707,3 mm  H
0.885  2513 
M6 158774 450  f  0.025810   0.654  0.0051517   0,202
 403135
M7 233057 540
H b / Wb  3200/ 4000  0,8  tan
M8 111462 380
M9 226269 540 Maka,
M 10 108216 370
M 11 201568 510
M 12 96402 350
6.2.2 Kekuatan dan Deformasi Dinding Bata
Berikut akan dipaparkan contoh perhitungan untuk
nilai kekuatan utama dari dinding bata dengan data material
dinding bata yang telah didapatkan dari penelitian di
12


Vn  Tb Wb   f  H b    f mbt  Sedangkan untuk dinding bata akan diinput parameter
– parameter non linier non-default hinge properties di SAP
 
 230 4000  0,202  3471,7  0,45 0,51 2000. Sendi plastis akibat beban aksial pada dinding bata
dengan empat pembatas mengikuti Tabel 6.7 – 6.12. Khusus
 353518,8 N untuk dinding bata dengan 3 pembatas memiliki nilai
Vr   f  Wb  Tb properti sendi plastis yang sama seperti disajikan pada tabel
6.13. Properti sendi plastis untuk dinding bata diberikan
 0,202  4000  230 pada tengah – tengah bracing tekan.
Tabel 6.7 Gaya aksial sendi plastis dinding M1
 186187,1 N  0,6 Vn
6.2.3 Sendi plastis balok, kolom dan dinding bata Points Force/SF Displacement/SF
Tabel 6.5 Parameter model dan kriteria penerimaan untuk
prosedur nonlinier balok beton bertulang A 0 0
B 0.8 0
C 1 1
D 0,527 1.1
E 0,527 10
Tabel 6.8 Gaya aksial sendi plastis dinding M2
Points Force/SF Displacement/SF

A 0 0
B 0.88 0
C 1 1
D 0,532 1.1
E 0,532 10

Tabel 6.9 Gaya aksial sendi plastis dinding M5

Points Force/SF Displacement/SF

A 0 0
Sumber : FEMA 356 2000 B 0.8 0
Tabel 6.6 Parameter model dan kriteria penerimaan untuk C 1 1
prosedur nonlinier balok beton bertulang (FEMA-356 2000)
D 0.410 1.1
E 0.410 10
Tabel 6.10 Gaya aksial sendi plastis dinding M6
Points Force/SF Displacement/SF

A 0 0
B 0.88 0
C 1 1
D 0.420 1.1
E 0.420 10
Tabel 6.11 Gaya aksial sendi plastis dinding M 9
Points Force/SF Displacement/SF

A 0 0
B 0.8 0
C 1 1
D 0.277 1.1
E 0.277 10
Tabel 6.12 Gaya aksial sendi plastis dinding M10
13

Load case Dead, Live dan Quake didefinisikan sebagai


Points Force/SF Displacement/SF beban linier. Khusus untuk input pushover case, diisi sesuai
Gambar 6.19 dan Gambar 6.10.
A 0 0
B 0.88 0
C 1 1
D 0.286 1.1
E 0.286 10
Tabel 6.13 Gaya aksial sendi plastis dinding untuk model
dengan 3 pembatas Gambar 6.9 Input Cases Pushover (1)
Points Force/SF Displacement/SF

A 0 0
B 0.8 0
C 1 1
D 1 1.1
E 1 10 Gambar 33 Input Cases Pushover (2)
Langkah 6 : Mendefinisikan sendi plastis (hinges)
6.3 Contoh Analisis Nonlinier Statik Pushover Sendi plastis pada balok :
Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai langkah – Terlebih dahulu pilih balok yang akan didefinisikan
langkah yang perlu diperhatikan dalam analisa pushover sendi plastisnya, kemudian klik Assign >> Frame >>
pada program SAP 2000, mulai dari pembuatan model, cara Hinges untuk mendefinisikan dan menset sendi plastisnya.
memasukkan parameter – parameter yang perlu dilakukan, Untuk balok, pada hinge property dipilih M3 (karena gaya
running program serta hasil analisa pushover dan daktilitas dalam tersebut yang dominan/yang paling besar terjadi pada
displacement struktur. Dipilih untuk menganalisa model M1 balok) dan relative distance 0 (untuk ujung kiri balok) dan 1
sebagai contoh pengerjaan. (untuk ujung kanan balok) (lihat Gambar 6.15 dan Gambar
Langkah – langkah analisis pushover pada program 6.16).
SAP2000 adalah sebagai berikut :
Langkah 1 : Gambar model struktur portal 2D frames
Langkah 2 : Input data –data pemodelan
Number of stories = 1. Number of bays, X = 1. Story
Height = 3.2 m. Bay width, X = 4 m. Kemudian add new
properties balok dan juga kolom seperti pada konfigurasi
yang telah direncanakan pada Bab 4 dan Bab 5.
Langkah 3 : Membuat bracing tekan yang merupakan
representasi dari dinding satu bata dengan 4 pembatas (M1) Gambar 34 Input default sendi plastis balok
Klik Define >> Section Properties >> Frame
Properties >> Add new Properties kemudian pilih property
type other kemudian klik section designer. Input data – data
bracing sesuai Gambar 6.9.

Gambar 35Definisi hinge properties untuk balok


Sendi plastis pada kolom :
Terlebih dahulu pilih kolom yang akan didefinisikan
sendi plastisnya, kemudian klik Assign >> Frame >>
Gambar 32 Input pembuatan properti bracing tekan Hinges. Untuk kolom, pada hinge property dipilih M3
Langkah 4 : Memberikan pembebanan seperti pada Bab 4 (karena analisa 2D) dan relative distance 0 (untuk ujung
Beban gravitasi juga beban horisontal yang sudah dihitung bawah kolom) dan 1 (untuk ujung atas kolom) (lihat gambar
pada Bab 4, dimasukan ke dalam pemodelan panel dinding. 6.17 dan 6.18).
Beban gravitasi dikenakan pada balok, dan beban horisontal
pada joint seperti ditunjukkan gambar berikut.
Langkah 5 : Mendefinisikan case beban pushover
14

Gambar 36 Input default sendi plastis kolom Gambar 40 Sendi plastis pada elemen struktur
Langkah 7 : Running program
Analisis beban dorong pertama tama di run adalah
beban mati dan hidup, juga gempa (Gambar 6.22). Setelah
itu, kapasitas elemen struktur di cek dengan menggunakan
Check design structure untuk mengetahui apakah struktur
mampu menahan beban – beban tersebut. Jika hasil cek
struktur sudah OK, baru dilakukan run ke dua yaitu beban
pushovernya saja (Gambar 6.23).

Gambar 37 Definisi hinge properties untuk kolom


Sendi plastis pada bracing tekan:
Pertama – tama harus diinput non-default hinges Gambar 41 Running pertama
properties dari bracing tekan dengan klik Define >> Hinge
Properties >> Add new property. Pilih hinge tipe
Deformation control dan modify tabel Displacement Control
Parameter berdasarkan tabel yang telah dihitung pada
subbab sebelumnya.

Gambar 42 Running ke dua


Langkah 8 : Melihat kurva kapasitas hasil pushover
Setelah running complete, hasil kurva pushover dapat
dilihat dengan mengklik Display >> Show static pushover
curve. Dari hasil running pushover dapat diketahui nilai
daktilitas Displacement struktur yang diperoleh dari
perbandingan antara Displacement saat runtuh (ultimate)
Gambar 38 Modify non-default hinge properties bracing M1 terhadap Displacement saat leleh (ditunjukkan pada gambar
Kemudian pilih bracing tekan yang akan didefinisikan, 6.24). Sedangkan dari gambar 6.25 dapat diketahui
klik Assign >> Frame >> Hinges. Untuk bracing, pada performance point.
hinge property dipilih FHI dan relative distance 0,5 (untuk
tengah – tengah bracing) (lihat Gambar 6.20)

Gambar 43 Kurva Pushover


Mengganti nilai
Ca dan Cv

Gambar 39 Input hinge properties untuk bracing

Performance
point

Gambar 44 Kurva Spectrum Kapasitas


15

Tabel 6.14 Hasil Analisa Pushover


Base
Type Model Lebar Jumlah Susunan Step
Δy (m) Δu (m) μΔ δt (m) Share Kategori
struktur No. Portal (m) Pembatas Dinding Akhir
(kN)
Struktur M04 4 - - 1.35330E-02 7.61530E-02 5.62721 0.0035 5.100 B to IO 16
Open M03 3 - - 1.30510E-02 7.69250E-02 5.89418 0.0027 4.196 B to IO 17
Frame M02 2 - - 1.35380E-02 7.61910E-02 5.62794 0.0020 3.355 B to IO 20
M1 satu bata 1.27320E-02 7.6696E-02 6.02388 0.0160 13.962 CP to C 18
4 pembatas
M2 ½ bata 1.27320E-02 7.6696E-02 6.02388 0.0093 12.626 IO to LS 18
4
M3 satu bata 1.35620E-02 7.7093E-02 5.68449 0.0069 10.216 IO to LS 16
3 pembatas
M4 ½ bata 1.34220E-02 7.7127E-02 5.74631 0.0058 8.686 B to IO 16
Struktur M5 satu bata 1.37370E-02 7.7486E-02 5.64068 0.0140 10.975 CP to C 22
4 pembatas
dengan M6 ½ bata 1.37380E-02 7.7485E-02 5.64020 0.0069 7.943 IO to LS 22
3
Bracing M7 satu bata 1.37890E-02 7.5966E-02 5.50917 0.0048 6.636 IO to LS 17
3 pembatas
Tekan M8 ½ bata 1.37800E-02 7.5983E-02 5.51401 0.0035 5.439 B to IO 17
M9 satu bata 1.49380E-02 7.3945E-02 4.95013 0.0150 9.034 CP to C 23
4 pembatas
M10 ½ bata 1.49390E-02 7.3951E-02 4.95020 0.0050 4.074 IO to LS 23
2
M11 satu bata 1.43020E-02 7.5294E-02 5.26458 0.0032 4.480 IO to LS 21
3 pembatas
M12 ½ bata 1.42880E-02 7.5315E-02 5.27121 0.0022 3.979 B to IO 21
BAB VII
PENUTUP
7.2 SARAN
7.1 KESIMPULAN Saran yang dapat diberikan sesuai dengan tugas akhir
Dari hasil perencanaan dan analisa pada bab-bab ini adalah:
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa : 1 Kekuatan dan kekakuan dinding bata pengisi perlu
1 Dari hasil tes di laboratorium, nilai kuat tekan batu diperhatikan dalam proses desain bangunan rumah
bata adalah fbc = 7 Mpa dan untuk nilai kuat tekan sederhana.
mortar didapatkan fmc = 10 Mpa . Nilai modulus 2 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
elastisitas mortar didapatkan sebesar 5600 Mpa. pengaruh kinerja panel dinding pengisi bata pada
Sedangkan nilai modulus elastisitas batu bata untuk struktur bertingkat rendah dan struktur bertingkat
perencanaan mengacu pada penelitian di Indonesia tinggi.
(Laboratorium Bahan Universitas Indonesia) yaitu Penelitian ini masih menganalisa perilaku dinding
sebesar 2237 Mpa (Essy dalam Yohannes, 2010) bata pengisi pada struktur portal tunggal (single
hal ini dikarenakan keterbatasan alat yang tersedia frmae). Untuk selanjutnya dapat dilakukan studi
di laboratorium. untuk meneliti kinerja dari bangunan rumah atau
2 Berdasarkan hasil pushover, nilai daktilitas semua gedung dengan dinding pengisi batu bata.
model baik portal dengan lebar 4 m, 3 m, dan 2 m,
memenuhi syarat. Dari hasil perbandingan variasi
dinding bata yang ada, dapat ditarik kesimpulan
bahwa nilai daktilitas suatu struktur dipengaruhi
oleh luasan dan tebal dinding bata. Semakin besar
dan tebal sebuah dinding semakin besar pula nilai
kekakuan dan kekuatannya mempengaruhi sebuah
struktur beton bertulang.
3 Evaluasi kapasitas model struktur dengan bracing
tekan menunjukkan hasil yang telah memenuhi
syarat, hal ini dapat dilihat dari kinerja struktur
ketika mencapai performance point, keseluruhan
model mencapai range IO to LS (Immediate
Occupancy to Life Safety).
4 Hasil studi menunjukan bahwa struktur dengan
dinding pengisi batu bata memiliki nilai daktilitas
yang lebih baik dan kapasitas base share yang lebih
besar bila dibandingkan dengan struktur open
frame. Dari evaluasi kinerjanya, struktur dengan
dinding pengisi batu bata mampu mencapai range
Life Safety-Collapse Prevention sedangkan struktur
open frame hanya mampu berada pada daerah
Immediate Occupancy. Berdasarkan hasil tersebut,
dapat disimpulkan bahwa struktur dengan dinding
pengisi batu bata memiliki perilaku yang lebih baik
bila dibandingkan dengan struktur open frame.

Anda mungkin juga menyukai