BAB I
PENDAHULUAN
tentang “Studi Penelitian Penyempurnaan Model Bata Ringan Berkait Dan Pengujian
Struktur Dinding Akibat Geser Bidang”. Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan
komposisi benda uji berupa bata ringan berkait dan dilakukan pengujian geser
bidang, serta untuk membandingkan kekuatan antara model bata ringan yang sudah
diperjualbelikan di pasaran dengan model bata ringan berkait yang dilakukan
penelitian di laboratorium. Dengan demikian diharapkan bata ringan yang diteliti
pada penelitian ini memiliki kekuatan lebih besar sehingga dapat menahan gaya
geser pada pasangan dinding.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana menganalisis komposisi yang optimal pada campuran trial mix
dengan variasi faktor air semen, konsentrasi foam agent terhadap air, dan
perbandingan berat fiberglass terhadap berat semen?
2. Bagaimana menganalisis hasil trial mix dengan variasi faktor air semen,
konsentrasi foam agent terhadap air, dan perbandingan berat fiberglass
terhadap berat semen yang sesuai untuk pembuatan bata ringan berkait?
3. Bagaimana menganalisis hasil pengujian struktur dinding akibat geser
bidang?
1.3 Batasan Masalah
Untuk mendapatkan hasil yang lebih focus serta pembahasan dapat lebih
terkonsentrasi terhadap judul yang diambil dan tidak meluas, maka diperlukan
batasan masalah sebagai berikut:
1. Tidak meninjau perhitungan bentuk kait pada bata ringan berkait.
2. Jenis bahan yang digunakan untuk bata ringan berkait adalah bata ringan
dengan foam agent dan semen putih.
3. Berat jenis ditargetkan sekitar 500-1000 kg/m3, karena termasuk jenis
material non-struktural.
4. Tidak melakukan pengujian karakteristik dari semen, karena sudah dianggap
layak.
5. Tidak melakukan pengujian karakteristik sifat fisis dari foam agent.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dinding
Dinding pasangan bata adalah elemen pemikul beban vertikal di mana
ketahanan terhadap tekanan tekan merupakan faktor utama dalam desain. Namun,
dinding sering diperlukan untuk menahan gaya geser horizontal atau tekanan lateral
dari angin dan oleh karena itu kekuatan pasangan bata dalam geser dan tegangan juga
harus dipertimbangkan (Hendry et al. 2017).
Dinding memiliki berbagai jenis berdasarkan bahan penyusunnya, antara lain
adalah dinding beton, dinding bata, dinding batako, dinding kayu, dan dinding batu
alam. Sedangkan berdasarkan strukturnya terdapat dua jenis struktur dinding yaitu
struktur dinding pengisi rangka beton bertulang (infill wall) dan struktur dinding
terkekang (confined masonry). Dinding terkekang merupakan sistem struktur yang
material dasarnya sama dengan struktur dinding pengisi rangka beton bertulang, tapi
cara dan urutan pengerjaannya berbeda. Pada dinding terkekang, dinding pasangan
bata dikekang oleh balok dan kolom beton bertulang pada keempat sisinya.
Pembuatannya dengan cara dinding pasangan bata dibangun terlebih dahulu, setelah
itu dilakukan pengecoran pada balok dan kolom secara in situ (Iyer et al. 2012)
Gambar 2.1 Perbedaan struktur dinding (a) dinding pengisi, (b) dinding terkekang
Sumber: Iyer et al. 2012
6
kekuatan tarik. Dari segi ketahanan struktural, retakan ini akan menimbulkan korosi
pada tulangan baja sehingga akan mengurangi luas tulangan baja, meskipun dari
sudut pandang struktur retak ini tidak berbahaya. Salah satu cara untuk mengurangi
retakan pada area tarik adalah dengan menambahkan bahan yang ditambahkan serat.
Penambahan prinsip serat itu sendiri memberikan penguatan pada beton yang
disebarkan secara merata ke dalam campuran beton dengan orientasi acak untuk
mencegah keretakan beton yang terlalu dini pada area tarik karena panas atau hidrasi
akibat beban. Sehingga kekuatan tarik beton bisa lebih tinggi dari kekuatan tarik
beton biasa (Subandi et al. 2019)
yang terjadi pada saat gempa berlangsung ke segala arah sumbu kuat dinding
maupun sumbu lemah dinding. Pembebanan yang berlangsung pada arah sumbu kuat
dinding memberikan tahanan lateral yang lebih baik dibandingkan pembebanan yang
terjadi pada sumbu lemah dinding (Murty, 2005).
Bangunan dengan struktur dinding bata merah di Indonesia belum
menggunakan tulangan sebagai penguat. Bangunan tersebut dikenal sebagai
pasangan bata tanpa perkuatan. Penggunaan pasangan bata terbatas juga telah dikenal
luas di daerah perkotaan, dan sebaliknya di daerah pedesaan. Di pedesaan masih ada
banyak tempat tinggal tanpa dinding terekang dengan hanya pasangan dinding saja.
Oleh karena itu perlu dicatat bahwa Indonesia berada di zona gempa, sehingga beban
yang menghancurkan bangunan adalah beban gempa. Ini ditunjukkan dalam
peristiwa gempa beberapa waktu lalu (Wisnumurti et al., 2013)
Analisis gempa pada struktur tidak beraturan (asimetris) dapat dilakukan
dengan analisis dinamik nonlinear riwayat waktu, tetapi dalam pengerjaanya analisis
ini sangat rumit dan tidak banyak progam komputer yang memiliki fasilitas untuk
analisis ini. Pendekatan analisis gempa dinamik non-linear ini dapat dilakukan
dengan analisis pushover (ATC 40, 1997). Pada dasarnya analisis pushover ini cukup
sederhana, yaitu suatu beban statik tertentu diberikan secara incremental dalam arah
lateral pada pusat massa tiap lantai dari suatu bangunan hingga tercapai keruntuhan
pada elemen struktur atau batasan displacement-nya terlampaui. Hasil akhir dari
analisis ini berupa nilai-nilai gaya-gaya geser dasar (base shear) untuk
mengahasilkan perpindahan dari struktur tersebut. Nilai-nilai tersebut akan
digambarkan dalam bentuk kurva kapasitas yang merupakan gambaran perilaku
struktur dalam bentuk perpindahan lateral terhadap beban (demand) yang diberikan.
(Wisnumurti et al., 2008)
Gambar 2.6 Beban gempa pada arah sumbu kuat dan sumbu lemah
Sumber: Murty (2003)
13
Beban gempa yang terjadi pada arah sumbu kuat dinding dapat menyebabkan
dinding mengalami perubahan geometri menjadi bentuk jajaran genjang
(parallelogram). Perubahan geometri yang terjadi, selain dapat menimbulkan
rusaknya elemen lain yang ada didalam bidang dinding seperti jendela atau kaca,
juga dapat menyebabkan kerusakan atau keruntuhan dinding bila defleksi akibat
beban yang bekerja melebihi kapasitas dari dinding tersebut. Sedangkan pembebanan
pada arah sumbu lemah dinding dapat menyebabkan dinding menjadi runtuh atau
terguling (Murty, 2003)
2.6.1 Pengujian Geser Dinding
Ari, Wisnumurti & Ribut (2016) telah melakukan penelitian mengenai
perilaku geser pada dinding panel jaring kawat baja tiga dimensi dengan variasi rasio
tinggi dan lebar (hw/lw) terhadap beban lateral statik dan menyimpulkan bahwa
beban maksimum (Pu) yang bekerja pada dinding dengan rasio tinggi dan lebar
dinding (Hw/Lw) = 1 mempunyai kapasitas beban yang paling besar baik secara
aktual dan teoritis dibandingkan dengan dinding lainnya yaitu berkisar antara 3
sampai 4 ton lebih.
Pengujian geser dinding telah dilakukan oleh Wang dkk. Pengujian tersebut
untuk memperoleh kekuatan geser dinding dan menganalisis pola keretakan pada
dinding pasangan bata merah konvensional. Wang et al. (2018) menguji kuat geser
dinding yang terdiri dari total sembilan spesimen dinding bata berlubang, termasuk
enam dinding silang. Kolom konstruksi dan ring balok disusun mengelilingi dinding
dengan beton 25 MPa. Bagian lebar kolom dan ring balok harus sama dengan
ketebalan dinding, dan sekitar Skala 1: 2 diadopsi untuk bagian ketinggian. Jadi,
penampang melintangnya adalah 120 mm × 240 mm dan 100 mm × 240 mm adalah
dimensi untuk kolom dan ring balok, untuk tulangan utama dan sengkang adalah tipe
HPB300 dengan diameter 12 mm dan 6 mm. Jarak sengkang adalah 100 dan 150 mm
untuk dua ujung kolom dan ring balok, dan 200 mm untuk bagian tengah. Panjang
perkuatan sengkang yaitu 300 mm di ujung dan 600 mm di tengah untuk kolom dan
balok. Pengaturan dimensi dan penguatan ditunjukkan pada Gambar 2.4.
14
Gambar 2.8 Pembuatan spesimen: (a) membangun dinding pusat, (b) memasang
bekisting, dan (c) melepas bekisting.
Sumber: Wang, Shi and Tao (2018)
2.6.2 Pengaturan Pengujian dan Pembebanan
Pengaturan tes yang digunakan untuk program eksperimental adalah
ditunjukkan pada Gambar 2.6 dan Gambar 2.7. Beban vertikal ditempatkan pada
bagian atas dinding menggunakan aktuator hidrolik, dan peralatan roller dipasang di
antara dongkrak hidrolik dan balok reaksi. Bantalan balok kaku ganda ditempatkan
antara jack vertikal dan spesimen, jadi beban vertikal dapat dimuat pada spesimen
dinding secara merata dalam bentuk empat beban terkonsentrasi. Pembebanan lateral
dilakukan oleh aktuator elektro-hidrolik servo 1000 kN, dan Seluruh proses
15
pemuatan dikendalikan oleh sistem pengujian beban servo elektro hidrolik MTS
(Wang, Shi and Tao, 2018).
Gambar 2.10 Pengaturan pengujian: (kiri) membuat sketsa peta dan (kanan) foto
dari beban aktual.
Sumber: Wang, Shi and Tao (2018)
Keterangan gambar : (1) Gelagar reaksi; (2): jack minyak; (3): dudukan balok; (4):
dinding reaksi; (5): aktuator untuk gaya lateral; (6): sekrup;
(7): spesimen uji; (8): baut; dan (9): perkuatan balok pondasi.
Ada dua langkah pembebanan dalam tes, yaitu sebagai berikut: (1) gaya
kompresi aksial pertama kali diinduksi oleh load-jack (sesuai dengan target vertikal
kompresif stres) dan kompresi aksial dijaga konstan selama seluruh proses
pembebanan, dan (2) beban siklik kemudian diterapkan secara lateral menggunakan
aktuator MTS (Wang, Shi &Tao 2018).
16
Ke = (2.2)
dengan :
Ke : Kekakuan elastis (kN/mm)
0,4 Ppeak : Beban pada saat 0,4 Ppeak (kN)
18
v peak = (2.3)
dengan :
v peak : Kuat geser (kN/mm)
Ppeak : Beban maksimum (kN)
L : lebar dinding yang dikenai beban (mm)
2.7.2 Beban leleh dan simpangan leleh
Menurut ASTM E 2126-2011 Beban pada saat kondisi leleh (Pyield) dapat
dihitung dengan persamaan berikut:
dengan :
Pyield : Beban leleh (kN)
Δu : Simpangan pada saat beban ultimit (mm)
A : Luas kurva envelope mulai dari nol hingga simpangan ultimit
(kNmm)
Ke : Kekakuan elastis (kN/mm)
Setelah menentukan Pyield maka menurut ASTM E2126 02a (ASTM 2013)
simpangan leleh dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Δyield = (2.5)
dengan :
Δyield : Simpangan leleh (mm)
Pyield : Beban leleh (kN)
Ke : Kekakuan elastis (kN/mm)
2.7.3 Daktilitas
Daktilitas adalah kemampuan suatu struktur untuk melakukan deformasi
melewati batas elastisitasnya yang dinyatakan dengan leleh pertama kali (first yield)
tanpa adanya penurunan kekakuan yang berlebihan. Daktilitas merupakan
19
perbandingan antara simpangan ultimit dengan simpangan leleh dari grafik hubungan
antara beban dengan simpangan yang dihitung pada butir sebelumnya (ASTM
E2126). Berikut persamaan daktilitas:
µ= (2.6)
dengan :
µ : Daktilitas (mm)
Δ𝑢ltimit : Simpangan pada saat beban 0,8Ppeak (mm)
Δ 𝑖𝑒𝑙𝑑 : Simpangan pada saat beban leleh pertama kali (mm)
2.7.4 Kurva equivalent energy elastic – plastic (EEEP)
Kurva EEEP merupakan suatu luasan pendekatan dari kurva beban simpangan
ataupun kurva envelope yang asli yang dipengaruhi oleh simpangan ultimit dan
simpangan pada sumbunya. Bagian dari kurva EEEP (Gambar 2.9) tersebut bisa
terdiri dari kemiringan yang sama dengan kemiringan kurva asli berupa kekakuan
elastis (Ke) sedangkan kondisi plastis ditunjukkan dengan garis horizontal dengan
beban leleh (Pyield). Luasan kurva elastis plastis didapat dengan prinsip keseimbangan
luasan kurva beban simpangan yang dihubungkan puncaknya. Bagian dari kurva
yang mempunyai garis dengan kemiringan sama berupa kekakuan geser elastis-
plastis pada saat beban 0,4Ppeak dan simpangan Δ0,4Ppeak. Beban runtuh merupakan
nilai 0,8Ppeak sedangkan nilai failure limit state menyatakan titik dimana hubungan
antara beban dan simpangan terhadap titik data terakhir dengan beban waktu sebesar
atau lebih besar dari 0,8 Ppeak.
2.7.5 Kehilangan energi (energy dissipation)
Struktur mampu menahan deformasi yang besar dan sebagian besar
mengalami kehilangan energi selama terjadi gempa. Jumlah kehilangan energi dari
struktur diambil langsung dari kurva beban-perpindahan. Kehilangan energi dari
hasil tes monotonik adalah luas area di bawah kurva diukur dari perpindahan awal
sampai pada perpindahan pada saat dinding mengalami kerusakan.
20
dengan timbulnya retak pada dinding seperti pola tangga (Ramadhan, 2019). Grafik
hasil pengujian dapat dilihat pada gambar 2.11.
Gambar 2.13 Kurva Equivalent energy elastic plastic curve portal dinding
interlocking masonry brick
Sumber: Sumber: Wang, Shi and Tao (2018)
Wang, Shi and Tao (2018) melakukan penelitian pengujian perilaku seismik
dan kuat geser dinding pada benda uji CW1 dengan parameter desain kelas kekuatan
mortar terendah sebagai tolak ukur yaitu kelas M5 dan kuat tekan vertikal 0,5 MPa,
didapatkan hasil sebesar 361 kN pada beban maksimum, simpangan leleh sebesar
3,18 mm, simpangan ultimit sebesar 8,03 mm dan faktor daktilitas rata-rata sebesar
2,69. Grafik hasil pengujian dapat dilihat pada gambar 2.12.
BAB III
METODOLOGI
Mulai
Identifikasi masalah
Pengujian bahan
A
28
Selesai
d. Foam agent, Foam Agent adalah bahan utama dalam penelitian ini karena
penambahan bahan ini bertujuan untuk membuat gelembung pada campuran bata
ringan.
l. Timbangan dengan kapasitas 100 kg dan ketelitian mencapai 0,1 kg, untuk
menimbang material dan benda uji, serta timbangan digital untuk menimbang
berat fiberglass dengan ketelitian 0,01 gram.
b. Menimbang bahan material seperti semen, foam agent, fiberglass, dan air
sesuai kebutuhan.
Gambar 3.19 Pengadukan manual pada saat trial dengan bor listrik
Sumber: Dokumen Pribadi
e. Memeriksa berat jenis basah campuran adukan bata ringan.
Gambar 3.20 Pemeriksaan berat basah adonan bata ringan ukuran 1 liter
Sumber: Dokumen Pribadi
3.8.3 Pencetakan Benda Uji
a. Menyiapkan cetakan. Untuk pencetakan pada trial benda uji, menggunakan
cetakan Kubus. Tujuan digunakan cetakan ini adalah nantinya benda uji akan
dilakukan pengujian kuat tekan guna untuk mengetahui kekuatan tekan yang
dapat diterima oleh benda uji yang nantinya dapat dilanjutkan untuk bahan
pembuatan bata ringan berkait.
b. Memasukkan campuran adukan bata ringan ke dalam cetakan.
38
c. Langkah kerja:
1) Mengambil benda uji yang akan ditentukan kekuatan tekannya dari bak
perendam, bersihkan sampel dari kotoran yang menempel dengan kain
yang lembab
2) Menimbang berat dan ukuran benda uji.
3) Meletakkan benda uji di mesin tekan.
4) Menyalakan mesin tekan dengan kecepatan yang ditentukan.
5) Mematikan mesin tekan setelah itu lihat kekuatan beton tersebut.
6) Mengeluarkan benda uji dari mesin tekan.
7) Catatlah hasil dari kuat tekan yang sudah diperoleh, lalu hitunglah kuat
tekan benda uji dengan membagi beban tekan maksimum dengan luas
penampang benda uji. Berdasarkan SNI 1974:2011 rumus yang
digunakan untuk menhitung kuat tekan beton adalah sebagai berikut:
f’c = (3.1)
Keterangan:
f’c = Kuat Tekan (kg/cm2)
P = Beban tekan maksimum (kg)
A = Luas penampang benda uji (cm2)
8) Ulangi langkah diatas pada setiap variasi campuran hingga selesai.
3.9.2 Pengujian Statik Dinding dengan Beban Pushover
Penelitian ini menguji kuat geser dinding pasangan bata ringan berkait dengan
dimensi (1,0 x 1,0 x 0,125) m yang diletakkan di atas sloof sesuai perencanaan agar
tidak terangkat saat pengujian. Proses pembuatan dinding uji dengan cara melakukan
pengecoran sloof berukuran 0,13 m x 0,13 m terlebih dahulu dengan mengaitkan satu
pasangan dasar bata ringan berkait dengan sloof. Lalu menyusun bata menjadi
susunan ½ bata. Kemudian dilakukan pengecoran kolom berukuran 0,13 m x 0,13 m
dan ring balok berukuran 0,13 m x 0,13 m bila seluruh bata telah terpasang. Tunggu
sampel dinding hingga berumur 28 hari sehingga sampel dapat diuji.
Pengujian statik dinding bata ringan interlock mengacu pada ASTM E 564-
2003. Penyetelan (setting) alat uji statik dilakukan dengan memasang hydraulic jack
pada siku atas dinding diletakkan sejajar in-plane dinding. Sedangkan sisi depan
41
hydraulic jack dipasang dial gauge untuk mengetahui displacement lateral yang
terjadi akibat beban pushover. IWF-beam dan hydraulic jack dirakit sedemikian
rupa, sehingga beban dapat mendorong benda uji dan pembacaan dial lebih akurat.
Penyetelan dan letak alat hydraulic jack dapat lebih jelas dilihat pada gambar 3.4.
Semua dial gauge dan load cell harus sudah dikalibarasi terlebih dahulu untuk
memastikan bahwa alat-alat tersebut berfungsi secara baik dan tidak memengaruhi
hasil penelitian. Pengujian statik dinding diperlukan beberapa orang untuk membaca
dial load dan dial gauge. Beban diberi dan ditambah secara bertahap dengan interval
kenaikan yang sama hingga dinding runtuh. Dinding dikatakan runtuh apabila tebal
retak yang terjadi lebih besar dari 4 mm (Prayuda, 2015. Setiap kenaikan beban tiap
bar dicatat dial load, dial indicator dan lihat pola retak yang terjadi.
Gambar 3.25 Setting uji kuat geser bidang pasangan dinding bata ringan berkait
Sumber: Dokumen pribadi
3.10 Pemodelan Bata Ringan Berkait (Interlocking)
Pada penelitian ini digunakan dua model bata ringan berkait. Keduanya
merupakan bentuk dan modelnya diambil dari jurnal dan penelitian sebelumnya
namun sedikit mengubah dimensi dan bentuk kaitnya. Berikut adalah gambaran
bentuk nyata konstruksi bata ringan berkait berukuran 50 cm x 20 cm x 12,5 cm yang
akan digunakan.
42
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa berat isi terkecil adalah 533,33
kg/m3 dan yang terbesar adalah 1037,03 kg/m3. Semua trial berada pada berat isi
rencana yaitu pada 500-1000 kg/m3 kecuali trial nomor 12 dengan kode RUN 12
yang mempunyai berat isi 1037,04 kg/m3. Seluruh benda uji mengapung di air kolam
perawatan karena berat jenisnya di bawah berat jenis air yaitu 1000 kg/m 3.
Berdasarkan tabel diatas, maka didapatkan grafik seperti dibawah ini.
900
850
0,5; 853 0,55; 848 0,6; 844
Berat Isi (kg/m3)
800
750
700
0,65; 698
650
0,5 0,55 0,6 0,65
Faktor Air Semen (liter/kg)
45
Gambar 4.1 Grafik berat isi benda uji terhadap Faktor Air Semen
Dari grafik diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa semakin besar faktor air
semen, maka berat isi trial mix semakin kecil. FAS berpengaruh terhadap berat isi
trial mix karena semakin besar FAS atau semakin banyak air maka semakin banyak
pula busa yang dihasilkan. Campuran dengan busa yang banyak maka akan
menciptakan rongga udara yang semakin banyak dan mengakibatkan perbesaran
volume dan memperkecil berat isi campuran.
4.1.2.1 Penentuan Komposisi Campuran Dengan Metode Taguchi
Penerapan metode taguchi bertujuan untuk mencari berat isi yang optimal
dengan memperhatikan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh pada komposisi
campuran. Peningkatan atau perbaikan berat isi dan kuat tekan dapat dicapai dengan
pengen dalian kualitas yang tepat. Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan
dalam pengendalian kualitas, yaitu secara on-line dan off-line. Secara on-line
pengendalian kualitas dilakukan saat proses produksi sedang berjalan, sedangkan
secara off-line dilakukan pada tahap awal dan bersifat preventif. Salah satu metode
pengendalian kualitas secara off-line adalah metode Taguchi yang diusulkan oleh Dr.
Genichi Taguchi. Metode ini bertujuan untuk menghasilkan produk yang lebih
tangguh dan berupaya mengoptimalkan rancangan produk dan proses sehingga
performansi akhir akan sesuai dengan target (Zayendra dan Yozza, 2016)
Pada penelitian ini akan dikaji penggunaan metode Taguchi untuk
optimalisasi berat jenis dan kuat tekan bata ringan. Percobaan dilakukan di
Laboratorium Teknologi Bahan Politeknik Negeri Malang dengan melibatkan tiga
faktor yaitu faktor air semen, penambahan prosentase fiberglass terhadap berat
semen, dan konsentrasi foam agent terhadap air dengan respon berat isi bata ringan.
Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data primer dan diperoleh secara
langsung melalui percobaan. Faktor dan level yang digunakan pada percobaan ini
dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Faktor dan Level Percobaan
Level
kode Faktor dan Level Percobaan
1 2 3 4
A Faktor Air Semen 0,50 0,55 0,60 0,65
B Konsentrasi Foam terhadap air 1:10 1:12,5 1:15 1:20
C Persentase berat fiberglass terhadap semen 1% 1,5% 2% 2,5%
46
10 3 3 1 0,919
11 3 2 2 0,696
12 3 1 3 1,037
13 4 4 2 0,533
14 4 3 3 0,593
15 4 2 4 0,741
16 4 1 1 0,924
Setelah mendapatkan data, maka dilakukan tahap analisis data. Tahap analisis
data meliputi menghitung Rata-Rata, menghitung Signal to Noise Ratio (SNR),
menghitung Efek Faktor dari Rata-Rata, dan menghitung Efek Faktor dari Signal to
Noise Ratio (SNR).
Untuk mencari nilai rata-rata data kita dapat menggunakan rumus sebagai
berikut.
∑
ȳ= (4.1)
dari perhitungan yang dilakukan diperoleh rata-rata (ȳ) seperti pada tabel 4.6.
16 0,924 0,924
SNR = -10log10[ ∑ ]
Nilai Signal to Noise Ratio (SNR) dari data dapat dilihat pada tabel 4.7.
Berat Isi
Run Signal to Noise Ratio (SNR)
3
(kg/dm )
1 0,889 1,023
2 0,844 1,469
3 0,770 2,266
4 0,910 0,823
5 0,800 1,938
6 0,726 2,782
7 0,889 1,023
8 0,978 0,195
9 0,726 2,782
10 0,919 0,738
11 0,696 3,144
12 1,037 -0,316
13 0,533 5,460
14 0,593 4,545
15 0,741 2,607
16 0,924 0,682
1 3,413 0,853
2 3,393 0,848
A 0,156 2
3 3,378 0,844
4 2,791 0,698
1 3,849 0,962
2 3,096 0,774
B 0,225 1
3 3,081 0,770
4 2,948 0,737
1 3,621 0,905
2 3,052 0,763
C 0,142 3
3 3,200 0,800
4 3,102 0,776
1 5,580 1,395
2 5,939 1,485
A 1,928 2
3 6,349 1,587
4 13,294 3,323
1 1,384 0,346
2 9,040 2,260
B 2,455 1
3 9,534 2,383
4 11,203 2,801
1 3,467 0,867
2 10,268 2,567
C 1,700 3
3 8,433 2,108
4 8,994 2,248
3 39
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Rata-rata
Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan di atas, maka benda uji kubus
termasuk dalam kategori III dengan nilai kuat tekan rata-rata 40 kg/cm3. Ketentuan
ini tercantum dalam SNI 03-0349-1989 bahwa kuat tekan bruto rata-rata minimum
adalah 40 kg/cm3 untuk bata beton pejal dan 35 kg/cm3 untuk masing-masing benda
uji minimum bata beton pejal.
BRB-3
BRB-4
BRB-5
BRB-6
BRB-7
BRB-8
BRB-9
BRB-10
BRB-1 Tidak retak
BRB-2
BRB-3
BRB-4
BRB-5
Keretakan
BRB-6
BRB-7
BRB-8
BRB-9
BRB-10
BRB-1 Halus
BRB-2
BRB-3
BRB-4
BRB-5
Kehalusan
BRB-6
BRB-7
BRB-8
BRB-9
BRB-10
BRB-1 Siku
Rusuk-rusuk kesikuan BRB-2
BRB-3
53
BRB-4
BRB-5
BRB-6
BRB-7
BRB-8
BRB-9
BRB-10
BRB-1 Tajam
BRB-2
BRB-3
BRB-4
BRB-5
ketajaman
BRB-6
BRB-7
BRB-8
BRB-9
BRB-10
BRB-1 Kuat
BRB-2
BRB-3
BRB-4
BRB-5
kekuatan
BRB-6
BRB-7
BRB-8
BRB-9
BRB-10
Pada tabel 4.11 bata ringan berkait yang telah dicetak memenuhi syarat
tampak luar menurut ketentuan SNI-3-0349-1989 tentang bata beton untuk pasangan
dinding. Ketentuan dari SNI tersebut yakni bidang permukaan yang tidak cacat,
rusuk-rusuknya siku terhadap yang lain, dan sudut rusuknya tidak mudah dirapikan
54
10 BRB-10
Rata-rata
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa berat isi rata-rata adalah 533,33 kg/m3
dengan berat isi terkecil adalah 1037,03 kg/m3 dan yang terbesar adalah 1037,03
kg/m3. Semua benda uji bata ringan berkait berada pada berat isi rencana yaitu pada
500-1000 kg/m3. Seluruh benda uji mengapung di air kolam perawatan karena berat
jenisnya di bawah berat jenis air yaitu 1000 kg/m3.
b. Kuat Geser
c. Beban Leleh
A (luasan kurva dari perhitungan aplikasi autocad) =
Pyiel =( √ )𝐾𝑒
=
=
d. Simpangan Leleh
e. Daktilitas
Daktilitas (µ) = =
Tabel 4.14 Hasil pengujian statik portal dinding bata ringan berkait
Kekakuan Kuat
Δyield Pu Elastis Geser Daktilitas
(N) (mm) (N) (N) (mm) (Ke) (vpeak) (µ)
(N/mm) (N/mm)
Dari hasil analisis di atas nilai – nilai tersebut dapat digambarkan menjadi
kurva equivalent energy elastic plastic sebagai berikut:
58
Dari grafik di atas terlihat bahwa garis yang awalnya linear berubah menjadi
tidak linear setelah 0,4Ppeak karena pada saat 0,4Ppeak adalah batas kekakuan elastis
dinding sehingga sehingga ketahanan dinding dalam menerima beban semakin
berkurang. pada garis EEEP digambarkan linear untuk memudahkan penentuan
beban leleh dindin, dan dinding dianggap runtuh dengan pembebanan sebesar beban
leleh secara konstan.
4.3.3 Pola Retak Dinding Bata Ringan Berkait
59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pengujian bata ringan berkait dan pengujian
pembebanan pada spesimen dinding bata ringan berkait, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
a. Berdasarkan beberapa spesimen trial mix dan analisis data menggunakan
metode Taguchi dapat disimpulkan bahwa berat jenis bata ringan berkait akan
optimal jika menggunakan rancangan usulan A4, B4, dan C2 yaitu FAS 0,65,
konsentrasi foam 1:20, dan fiber 1,5% dari berat semen.
b. Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan trial mix, maka benda uji kubus
termasuk dalam kategori III dengan nilai kuat tekan rata-rata 40 kg/cm3 dan
kuat tekan trial mix yang digunakan sebagai benda uji bata ringan berkait
adalah 40 kg/cm3 yaitu pada trial mix run-13.
c. Berdasarkan hasil pengujian bata ringan berkait yang telah dicetak memenuhi
syarat tampak luar menurut ketentuan SNI-3-0349-1989 tentang bata beton
untuk pasangan dinding. Ketentuan dari SNI tersebut yakni bidang
permukaan yang tidak cacat, rusuk-rusuknya siku terhadap yang lain, dan
sudut rusuknya tidak mudah dirapikan dengan kekuatan jari tangan (tidak
rapuh).
d. Berdasarkan hasil pengukuran didapat dimensi yang sesuai dengan
perencanaan yaitu panjang 500 mm, lebar 125 mm dan tinggi 200 mm. Hal
ini dikarenakan benda uji dipadatkan dengan cara menggetarkan dengan palu
karet dan cetakan yang kokoh karena model cetakan yang saling mengunci
satu sama lain.
e. Berdasarkan hasil pengujian disimpulkan bahwa berat isi rata-rata adalah
533,33 kg/m3 dengan berat isi terkecil adalah 1037,03 kg/m3 dan yang
terbesar adalah 1037,03 kg/m3. Semua benda uji bata ringan berkait berada
pada berat isi rencana yaitu pada 500-1000 kg/m3. Seluruh benda uji
mengapung di air kolam perawatan karena berat jenisnya di bawah berat jenis
air yaitu 1000 kg/m3.
60
f. Dari hasil pengujian beban statik pushover, dapat disimpulkan bahwa bata
ringan berkait dapat menerima beban maksimum sebesar 43434243 N pada
saat spesimen dinding mengalami retak dengan tebal 4 mm dan simpangan
lateral ultimet sebesar 23 mm.
g. Dari hasil analisis didapatkan kuat geser dinding bata ringan berkait adalah
33,21 N/mm, yang artinya setiap lebar 1 mm dinding dapat menahan beban
statik pushover sebesar 33,21 N/mm.
h. Kekakuan elastis dinding bata ringan berkait yang didapat dari hasil analisis
sebesar 6565,88 N/mm, simpangan leleh sebesar 8,23 mm, beban leleh
sebesar 65774,88 N dan daktilitas sebesar 343.
i. Kegagalan portal dinding bata ringan berkait yang terjadi akibat gaya geser
menghasilkan pola retak tipe stepped cracs shear failure yang ditandai
timbulnya retak seperti pola tangga.
j. Semakin bertambah kekakuan dinding maka semakin bertambah kekuatan
dinding menahan beban lateral sehingga tidak mudah mengalami kegagalan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dan untuk perbaikan penelitian
pasangan dinding bata ringan berkait, maka pada penelitian selanjutnya disarankan:
a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap metode pengadukan, rasio air
pasta dan air untuk pembuatan foam pada proses pengecoran benda uji.
b. Pada tahap trial mix sebaiknya dilakukan 3 kali percobaan untuk setiap Run
dan disarankan menggunakan concrete mixer supaya metode dan waktu
pencampuran lebih seragam karena menggunakan mesin.
c. Perlu dilakukan pengujian geser dinding bata ringan berkait tanpa portal
dinding beton.
d. Dalam pembuatan bata ringan berkait disarankan menggunakan material
fiberglass yang lebih halus serta ukurannya diseragamkan supaya lebih
tercampur dalam semen dan foam pada saat proses pengadukan.
61
DAFTAR PUSTAKA
Alireza Kashani, Tuan Duc Ngo, Priyan Mendis, Jay R. Black, Ailar
Hajimohammadi 2017, A Sustainable Application Of Recycled Tyre Crumbs As
Insulator In Lightweight Cellular Concrete, Journal Of Cleaner Production.
American Standard Testing and Material. 2003. ASTM E 564 – 2003. Standard
Practice for Static Load Test for Shear Resistance of Framed Walls for
Buildings.
American Standard Testing and Material. 2011. ASTM E 2126 – 2011. Cyclic
(Reversed) Load Test for Shear Resistance of Vertical Elements of the Lateral
Force Resisting Systems for Buildings.
Ari Wibowo, Wisnumurti, Ribut Hermawan 2016, Perilaku Geser Pada Dinding
Panel Jaring Kawat Baja Tiga Dimensi Dengan Variasi Rasio Tinggi Dan
Lebar (Hw/Lw) Terhadap Beban Lateral Statik, Rekayasa Sipil / Volume 10,
No.2 – 2016 Issn 1978 – 5658,
Arya, C 2009, Design Of Structural Elements: Concrete, Steelwork, Masonry And
Timber Designs To British Standards And Eurocodes. Crc Press.
Badan Standarisasi Nasional. 1974. SNI 1974:2011: Cara Uji Kuat Tekan Beton
Dengan Benda Uji Silinder.
Badan Standarisasi Nasional. 1989. SNI 03-0349-1989: Bata Beton Untuk Pasangan
Dinding.
Barabanshchikov, Y., Belyaeva, S., Avdeeva, A. And Perez, M. 2015, Fiberglass
Reinforcement For Concrete. In Applied Mechanics And Materials (Vol. 725,
Pp. 475-480). Trans Tech Publications.
Bernat E, Gil L And Roca P 2015, Numerical Analysis Of The Load-Bearing
Capacity Of Brick Masonry Walls Strengthened With Textile Reinforced
Mortar And Subjected To Eccentric Compressive Loading. Engineering
Structures 91: 96–111.
Brown, P. 1932, U.S. Patent No. 1,984,393. Brooklyn, N.Y: U.S. Patent Office.
Calvin, E. L. 1976, U.S. Patent No. 3,936,987. Washington, DC: U.S. Patent and
Trademark Office.
Chiang, K.Y., Chou, P.H., Hua, C.R., Chien, K.L. and Cheeseman, C., 2009,
Lightweight bricks manufactured from water treatment sludge and rice
husks. Journal of hazardous materials, 171(1-3), pp.76-82.
Hamad, A. J. 2014, Materials, production, properties and application of aerated
lightweight concrete. International Journal of Materials Science and
Engineering, 2(2), pp. 152-157.
Hancock, N. L. 1976, U.S. Patent No. 3,936,989. Washington, DC: U.S. Patent and
Trademark Office
Hendry, Arnold W.; Sinha, Bhek Pati; Davies, S. R 2017, Design Of Masonry
Structures. Crc Press,
Ibrahim, W., Mastura, W., Hussin, K., Al Bakri, M.M.A., Abdul Kadir, A. and
Binhussain, M., 2015, Development of Fly Ash-Based Geopolymer Lightweight
Bricks Using Foaming Agent-A Review. In Key Engineering Materials (Vol.
660, pp. 9-16). Trans Tech Publications.
Murtono, A. 2015, Pemanfaatan Foam Agent dan Material Lokal dalam Pembuatan
Bata Ringan, Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
62
LAMPIRAN I
JADWAL PELAKSANAAN SKRIPSI
LAMPIRAN II
FORMULIR KERJA PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON DENGAN
BENDA UJI SILINDER
No Pengujian : _________________________________________________
Jenis Contoh : _________________________________________________
Jumlah Contoh : _________________________________________________
Terima Tanggal : _________________________________________________
Diuji Tanggal : _________________________________________________
Diuji Oleh : _________________________________________________
Diperiksa Oleh : _________________________________________________
Catatan:
(_________________) (_________________)
NIP.
66
LAMPIRAN III
FORMULIR KERJA PENGUJIAN STATIK PORTAL DINDING BATA
RINGAN BERKAIT
No Pengujian : _________________________________________________
Jenis Contoh : _________________________________________________
Jumlah Contoh : _________________________________________________
Diuji Tanggal : _________________________________________________
Diuji Oleh : _________________________________________________
Diperiksa Oleh : _________________________________________________
Tekanan Konversi
Luas Simpangan
Hydraulic Tekanan Beban Kekakuan
Piston (Δ)
No Jack (N/mm2) Dorong (N) (N/mm)
(mm2) (mm)
(Bar) (B) (D)=(B*C) (D/E)
(C) (E)
(A) = (A*0,1)