Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan


Pada pekerjaan konstruksi bangunan sipil, baik bangunan rumah tinggal sederhana
maupun gedung bertingkat, pekerjaan jalan dan jembatan maupun pekerjaan bangunan
keairan, sangat banyak ditemui pekerjaan yang menggunakan teknik pemasangan batu. Pada
pekerjaan yang menggunakan teknik pemasangan batu ini sangat diperlukan pengetahuan
praktis yaitu mengenai material pencampurnya serta syarat-syaratnya, peralatan yang
dipergunakannya serta teknik pelaksanaan pekerjaan yang baik seperti yang ditetapkan.

Praktek bengkel kerja batu di Politeknik Negeri Pontianak ini dilaksanakan selama
waktu 10 hari atau 2 minggu tiap masing-masing kelompok. Dalam praktek tersebut
mahasiswa diajarkan tentang beberapa jenis ikatan pasangan bata, teknik pelaksanaan
pekerjaan pasangan bata, teknik pelaksanaan pembuatan rollag dan juga teknik pelaksanaan
pemasangan keramik lantai.

1.2. Tujuan Umum Praktikum :


Adapun tujuan umum setelah melaksanakan praktek kerja batu tersebut yaitu agar
mahasiswa dapat :
a. Memiliki pengetahuan tentang konstruksi pasangan batu
b. Mengetahui penggunaan peralatan kerja sesuai dengan keperluannya
c. Menganalisa kebutuhan bahan yang diperlukan

1.3. Tujuan Khusus Praktikum :


Sedangkan tujuan khusus setelah melaksanakan praktek kerja batu tersebut yaitu agar
mahasiswa dapat :
a. Mengetahui bentuk-bentuk ikatan pasangan bata
b. Mengetahui jenis ukuran bata dan penggunaannya sesuai jenis ikatan pasangannya
c. Mengetahui langkah kerja pemasangan ikatan tembok yang benar
d. Mengetahui perbandingan adukan dan cara pencampuran yang benar
e. Mengetahui tebal ukuran siar yang tepat
f. Mengetahui teknik pelaksanaan pemasangan tembok bata
g. Mengetahui teknik pelaksanaan pemasangan ubin / keramik pada lantai

1.4. Instruksi Umum Dan Keselamatan Kerja :


Sebelum melaksanakan praktek kerja batu, mahasiswa harus memperhatikan instruksi
umum dan keselamatan kerja sebagai berikut :
a. Perhatikan gambar kerja dan pahami langkah pelaksanaan pekerjaan, tanyakan pada
instruktur bila belum paham.
b. Gunakan teknik yang benar dalam melaksanakan pekerjaan.
c. Gunakan peralatan sesuai fungsinya dengan baik serta cek kembali jumlah peralatan yang
digunakan bila sudah selesai praktek.
d. Konsentrasi pada pekerjaan sangat diperlukan
e. Kerja sama dan ke kompakan dalam team / kelompok tetap dijaga
f. Pakailah selalu pakaian kerja dan pakaianan untuk keselamat kerja lainnya.

1
BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1. Definisi Kerja Batu


Kerja Batu adalah pekerjaan pada konstruksi bangunan sipil (rumah tinggal/gedung
bertingkat, jalan dan jembatan dan bangunan keairan) yang pelaksanaannya menggunakan
teknik pemasangan batu, bahannya dapat menggunakan batuan alam atau batu buatan,
kemudian cara pemasangannya dapat menggunakan ikatan atau tanpa ikatan.

Beberapa jenis batu alam yang digunakan yaitu : batu kali, batu candi, batu pecah, dll.
Sedangkan beberapa jenis batu alam yang dapat digunakan untuk pekerjaan ini yaitu : batu
bata merah, bataco, bata ringan (celcon blok ; hebel), keramik/porselin, blok beton,dll.

Dalam pemasangan kerja batu tersebut dapat dengan ikatan yaitu campuran antara
semen, pasir dan air dengan perbandingan tertentu, namun juga tanpa ikatan yaitu bahan
batuan hanya disusun sedemikian rupa secara kosongan (seperti bangunan untuk penahan
gelombang jenis ravetmen) ataupun diisi dengan agregat halus (seperti pemasangan pondasi
bawah untuk pekerjaan jalan raya).

2.2. Pasangan Dinding Bata


Berbagai jenis bahan bangunan dapat dipergunakan untuk membuat dinding
bangunan, tetapi bata merupakan salah satu jenis bahan dinding yang banyak digunakan. Hal
tersebut dikarenakan :

1) dinding pasangan bata dapat berfungsi sebagai pembagi ruangan


2) mampu menahan beban
3) tahan terhadap pemuaian dan penyusutan (tergantung banyak bahan perekat)
4) isolasi terhadap suara/bunyi serta panas/cuaca
5) sebagai proteksi terhadap kebakaran (ketahanan api sampai 600C sedang
beton hanya 300C)
6) tahan terhadap daya rembes air hujan
7) Dinding pasangan bata juga merupakan bahan bata relatif murah dan awet
8) dalam bidang datar sangat fleksibel
9) dapat menampilkan permukaan luar yang menarik (estetika).

Dalam suatu pasangan tembok dari bata, diperlukan kurang lebih 30% adukan untuk
membuatnya. Dinding tersebut dibuat sedemikian, sehingga memenuhi syarat kekuatan,
keawetan dan stabil serta memberikan sifat yang baik terhadap pengaruh cuaca dimana.

Karena pasangan dinding bata merupakan susunan dari bata dan adukan / mortar,
maka sifat dinding tersebut dipengaruhi oleh sifat bata dan adukan pasangannya. Oleh karena
itu pengetahuan mengenai sifat bata, terutama sifat kekuatannya perlu diketahui sehingga
dapat diperkirakan kekuatan dinding tembok yang akan dibuat.

Disamping itu perlu diketahui pula cara pelaksanaan pekerjaannya, karena walaupun
bahan yang dipakai baik mutunya tetapi bila cara pelaksanaannya tidak benar maka akan
menghasilkan tembok yang tidak baik. Oleh karena itu sifat suatu dinding tembok bata
tergantung dari beberapa faktor sebagai berikut :
2
1) sifat dari bahan pembuatnya yaitu adukannya (sifat mortar) serta sifat bata yang
dipakai untuk pasangan
2) cara pelaksanaan pemasangan bata.

2.2.1. Sifat-Sifat Bahan Pembuatannya


Seperti diketahui dalam pasangan dinding bata terdiri dari batu bata itu sendiri
sebagai bahan pengisi (bahan yang diikat) dan adukan spesi sebagai bahan pengikat, dimana
bata menempati 65%-70% komposisinya dalam suatu pasangan.

A. Adukan / Mortar / Spesi


Adukan untuk pasangan bata tersusun dari terutama : bahan perekat adukan, pasir/
agregat halus (bahan pengisi adukan) dan air (merupakan bahan pereaksi kimiawi pada bahan
perekat), sehingga merupakan campuran yang memiliki kelecakan (konsistensi) yang enak
untuk dikerjakan (workable).

Fungsi dan persyaratan adukan untuk pekerjaan pasangan bata atau pekerjaan
sejenisnya harus memiliki sifat-sifat :

1) cukup plastis (konsistensi) dan enak dikerjakan / dipasang (workability)


2) menghasilkan rekatan dan perletakan yang baik dari bata
3) dapat mengisi celah-celah dari bata dengan rapat dan rata
4) memberikan kekuatan yang merata
5) sifat tahan lama, sehingga konstruksi pasangan bata yang direkatkan dapat
menahan gaya horizontal dan vertikal serta pengaruh sekitar tembok.

Dalam pelaksanaan pekerjaan suatu dinding bata, adukan dibagi atas 2 macam
tergantung cara / tujuan pemakaiannya, yaitu :

 Adukan pasangan, yaitu adukan untuk merekatkan bata untuk membentuk suatu
konstruksi dinding atau sejenisnya.
 Adukan plesteran, yaitu adukan untuk menutup permukaan dinding / tembok atau
untuk menutup permukaan tembok.

Selain itu, sering pula orang membedakan jenis adukan menurut sifatnya, misalnya :

 Adukan rapat air, yaitu adukan yang sifatnya tidak menyerap air dipakai untuk
menahan jangan sampai air itu meresap ke dalam bata, adukan ini juga disebut aduk
trass-raam (istilah Belanda) dipakai di atas pondasi untuk mencegah rembesan air
naik ke tembok.
 Adukan biasa, yaitu jenis adukan tanpa bahan tertentu.

B. Bahan Campuran Adukan


Bahan campuran untuk adukan/spesi terdiri dari :
a. Semen Portland / pc
Semen Portland / pc dalam suatu adukan adalah sebagai bahan perekat yang terbaik,
karena semen setelah tercampur dengan air dalam beberapa jam akan mengeras (proses
hidrasi) kemudian mengikat butir-butir agregat, sehingga adukan yang terbuat dari
semen umumnya memiliki daya rekat serta kekerasan yang baik.

3
b. Agregat halus/pasir
Pasir dalam suatu adukan adalah sebagai bahan pengisi. Besar butir pasir untuk adukan
maksimal 1/5 tebal adukan, misal : bila adukan setebal 10 mm maka besar butir pasir =
1/5 x 10 mm = 2 mm.
Syarat-syarat agregat halus untuk adukan menurut SII yaitu :
 Kekerasan, yaitu mempuyai kadar silika tinggi (80%)
 Kebersihan, yaitu bersih dari zat-zat organik / sisa-sisa mahluk hidup dan bersih dari
butiran lumpur (< 5%).
 Tidak terlalu banyak butiran halus.

c. Air
Air dalam suatu adukan adalah sebagai bahan pereaksi, karena bila air dicampurkan pada
material semen dan agregat akan membentuk suatu masa yang mememiliki kekerasan
tertentu. Persyaratan untuk air adalah air yang bersih, atau air yang layak diminum, yaitu
tidak mengandung garam, minyak, asam, organik, alkali, dan lain-lain yang dapat
mempengaruhi kekuatan pasangan. Apabila sukar didapat maka dapat dipakai air yang
tidak menurunkan kekuatan adukan lebih dari 10% dibandingkan dengan adukan yang
dibuat dengan air bersih.

2.2.2. Perbandingan Campuran Adukan


Campuran adukan untuk bahan perekat dan agregat berbeda-beda perbandingan
tergantung pada tujuan pemakaiannya dalam konstruksi. Pada umumnya bila dipakai bahan
perekat dari semen portland dipakai campuran 1 bagian volume dari semen + 2 bagian
volume pasir untuk adukan rapat air, atau adukan 1 semen + 3 volume pasir untuk adukan
tidak rapat air. Standarisasi tentang ini belum ada, tetapi penelitian tetap dilakukan. Sebagai
pedoman pembuatan adukan untuk suatu konstruksi sesuai dengan tujuan pemakaian, dapat
dipakai Buku Peraturan Bangunan Nasional dalam tabel berikut.

Tabel 1. Perbandingan bahan adukan terhadap tujuan pemakaian.


Perbandingan bahan dalam adukan
Semen Semen Kapur Tujuan pemakaian
trass pasir
portland merah padam
Aduk perekat :
- - 1 1 2 Pondasi konstruksi berat
- - 1 1 3 Pondasi rumah biasa
- - 2 3 4 Pondasi rumah sederhana
- 1 - 1 3 Dinding rumah
- 1 - 1,5 5 Pondasi rumah
- 2 - 1 - Pondasi rumah sederhana
- 1 - 1 5 Dinding rumah
1 - - - 2 Trastaam dinding (aduk rapat air)
1 - - - 4 Pondasi rumah
Plesteran :
- - - 1 2 Dinding lama atau baru
- - 1 1 1 Dinding baru
1 - - - 2 Trasraam / rapat air
1 - - - 3 Untuk lantai
1 - - - 4 Untuk anyaman bambu / kawat
1 1 - - 4 Dekat laut
- 1 1 1 3 Untuk dinding

4
2.3. Macam-macam produk untuk pekerjaan pasangan bata
2.3.1. Bata merah / bata tanah liat dibakar
Adalah merupakan unsur bahan bangunan yang terbuat dari tanah lempung (clay)
dengan atau tanpa campuran dan dicetak dalam ukuran tertentu serta dibakar dalam suhu
tertentu, terdiri dari :

a. Bata merah pejal yaitu bata yang masip atau boleh mengandung lubang dengan luas
penampang tidak lebih dari 15% luas penampang bata. Jenis bata ini sebagian besar
dihasilkan oleh industri kecil, sehingga mutu dan ukurannya sering tidak seragam.

b. Bata berlubang yaitu sejenis bata tanah liat dibakar yang sengaja dibuat berlubang
antara 15 – 35% luas penampang bata. Syarat kuat tekan minimal 50 kg/cm2 dan untuk
konstruksi yang menahan beban digunakan kekuatan 100 kg/cm2.

c. Bata berongga / bata krawang yaitu sejenis bata berlubang dengan luas lubang antara
35 – 75% luas penampang batanya. Syarat-syarat suatu bata yang baik untuk pekerjaan
konstruksi, yaitu :
 berbentuk prisma persegi empat panjang
 rusuk siku-suku dan tajam
 bidang permukaan datar dan rata
 tidak ada retak.

Pemakaian bata berlubang dan berongga belum umum di Indonesia, karenanya digunakan
pada konstruksi tertentu. Pada pembuatannya diperlukan ketelitian dan mutu bahan
mentahnya, sehingga diperoleh mutu dan kekuatan tekan yang baik. Bata ini hanya
dihasilkan oleh industri besar.
Syarat mutu berdasarkan kekuatan bagi bata berongga yaitu : kuat tekan yang sejajar
lubang dan tekan tegak lurus lubang. Pemakaian bata pejal dan bata berlubang pada
pekerjaan dinding umumnya sama, tetapi untuk bata berongga dapat digunakan pada
kolom bertulang atau balok bertulang, pengisi lantai bertingkat, dan lain sebagainya.

2.3.2. Bata yang tidak dibakar


Jenis bata ini yaitu : bata beton (bata dengan perekat semen portland atau sejenisnya),
bata tras kapur dan bata tanah stabilisasi. Jenis bata ini ada yang pejal dan juga berlubang.

2.4. Pemasangan Bata


Cara kerja pemasangan bata sangat berpengaruh pada kekuatan dari pasangan bata.
Untuk bata dengan ukuran rendah harus dilakukan pembuatan adukan dengan mutu yang
baik, agar dapat meningkatkan mutu kekuatan pasangan menjadi lebih dari 100%. Mutu
pasangan tergantung dari :
 mutu bata
 mutu bahan adukan dan cara membuat adukan
 cara pemasangan bata
 penggunaan peralatan yang baik.

2.4.1. Mutu dan ukuran bata


Mutu/kuat tekan pada bata tergantung pada daya serap terhadap air, bata dengan daya
serap air tinggi (pada bata hasil industri kecil yang tidak sempurna pembakarannya) akan
mengembang dan melemah kekuatannya, sehingga mengakibatkan keretakan pada pasangan
5
dinding walaupun sudah diplester dengan adukan rapat air. Oleh karena itu mutu / kuat tekan
bata dalam suatu konstruksi harus seragam sehingga kekuatan bata merata. Untuk dinding
yang menahan gaya vertikal kekuatan bata bata harus seragam di atas 100 kg/m 2. Syarat
mutu terhadap kuat tekan terbagi atas :

 25 dan 50 kg/cm2, digunakan untuk konstruksi yang tidak menahan beban


 100, 150, 200 dan 250 kg/cm2, digunakan untuk konstruksi yang menahan beban.

Untuk mendapatkan pasangan yang kuat, rapi dan cepat (produktifitas) perlu dipakai
ukuran bata yang seragam. Menurut standar SII 021, ukuran batu bata untuk suatu konstruksi
bangunan yang disyaratkan yaitu : (1) M6 = 55 x 110 x 230 mm ; (2) M5a = 65 x 90 x 190
mm dan (3) M5b = 65 x 190 x 190 mm. Toleransi penyimpangan ukuran untuk panjang = 4
mm dan lebar = 2 mm.

Pemakaian ukuran bata yang seragam berpengaruh pada kekuatan, kerapihan, hemat
dan cepat (produktifitas tinggi). Contoh, bata merah pejal ukuran M6 panjang 230 mm
dipakai untuk pasangan dengan panjang kelipatan 60 cm, misal untuk membuat dinding
panjang 300 cm (3 m) akan digunakan 13 buah bata.

2.4.2. Ikatan pasangan bata / masonry bond


Bentuk ikatan pasangan bata banyak macamnya (akan dijelaskan di bab kemudian).
Bentuk-bentuk tersebut dipilih terutama ditinjau dari segi keindahan karenanya pasangan
bata merah sering digunakan untuk pasangan dinding yang menonjolkan bentuk susunan
bata, tanpa diplester.

Dalam memasang bata, agar mendapat ikatan pasangan yang baik maka pada
pemasangan siar vertikal tidak merupakan garis lurus. Ukuran siar yang baik yaitu antara
0,8–1,2cm.

Untuk bata ukuran besar (bata beton atau bata berlubang) pasangan ikatan disebut
‘ikatan memanjang’ dimana siar vertikal berada ditengah panjang bata (strescher bond).
Untuk bata ukuran kecil terdapat jenis ‘ikatan memanjang’ serta ‘ikatan silang’ (cross bond)
yaitu siar vertikal satu dengan lainnya berselang ke atas berjarak ¼ atau ½ bata. dan ikatan
tegak.

Untuk mendapatkan pasangan bata yang kuat harus diperhatikan hal-hal tersebut :
 bila pasangan bata lebih besar dari ½ ukuran bata, sebaiknya dipakai ikatan silang
ikatan ¼ bata
 usahakan agar jumlah sambungan sesedikit mungkin
 usahakan pemakaian bata dengan ukuran ¼, ½, 3/4 dan 1 bata

2.4.3. Tahapan pekerjaan pasangan bata


Setelah menganalisa kebutuhan bahan yang kaan dipergunakan, dalam pekerjaan
pasangan dinding bata ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, yaitu :

a. Menyiapkan lokasi kerja


Sebelum pekerjaan dilaksanakan, lokasi kerja harus dipersiapkan terlebih dahulu agar
tidak menggangu aktivitas pekerjaan. Persiapan tersebut meliputi pembersihan lokasi kerja
dari hal-hal yang menggangu seperti sampah, batang pohon, akar tanaman, benda-benda yang
menggangu, dan sebagainya.
6
b. Menyiapkan peralatan kerja
Peralatan kerja harus dipersiapkan sebelum pekerjaan dilaksanakan. Peralatan
diletakkan dekat lokasi kerja namun posisinya tidak menggangu aktivitas pekerjaan. Setelah
menggunakan peralatan harus dibersihkan dari sisa bahan adukan yang melekat serta
diminyaki dengan oli untuk perawatan.

c. Menyiapkan bahan
Bata, hal yang perlu disiapkan untuk bata adalah :
 Siapkan bata dengan ukuran dan mutu seragam
 Rendam bata dengan air agar bata kedap air sehingga tidak menyerap air pada adukan
/ mortar, namun untuk bata yang berkualitas rendah cukup dicelup saja.
 Pada bata beton dan bata trasram tidak perlu direndam hanya permukaan yang terkena
adukan yang dibasahi.

Adukan, hal yang perlu disiapkan untuk adukan adalah :


 Siapkan bahan adukan dalam keadaan kering
 Sebaiknya pencampuran dilakukan secara mekanis
 Bila dilakukan secara manual campur bahan adukan (semen dan pasir) dalam keadaan
kering (agregat dahulu kemudian bahan perekat), buat gundukan dan di atasnya
dibuat kawah untuk memberi air. Setelah ditambah air, diaduk tidak kurang dari 8
menit diaduk sampai merata, sehingga diperoleh adukan lecak, plastis, enak
dikerjakan (workability) dan tidak kelebihan air (bleeding).

d. Memasang bata dengan adukan


Dalam pemasangan bata dengan adukan harus diperhatikan teknis-teknis pemasangan
yang benar agar diperoleh keefektifan pekerjaan, yaitu :

 menghampar adukan sehingga dapat diletaki 3 – 5 buah bata


 ukuran tebal siar antara 0,8 – 1,2 cm, dapat diambil rata-rata 1 cm
 pada pemasangan siar vertikal tidak merupakan garis lurus
 pada sisi sambungan siar vertikal diberi adukan sepadat mungkin
 kedataran dan ketegakan harus benar-benar diperhatikan, untuk itu perlu digunakan
waterpass sebagai pengontrol
 menentukan kedataran dan kelurusan pasangan dinding dapat dilakukan dengan
bantuan benang pada line bobyn
 sedangkan menentukan kesikuan pasangan antara dua dinding dengan baja siku 90

e. Merawat pasangan bata


Agar pasangan dinding bata dapat lebih baik kualitas kekuatannya, ada beberapa cara
dalam merawat pasangan bata setelah pelaksanaan pekerjaan pemasangannya diantaranya
adalah :

 Pasangan dinding tidak boleh ditekan atau digoyang-goyang bila baru terpasang, hal
ini akan melepaskan ikatan antara bata dan adukannya.
 Pasangan tidak dibiarkan segera kering oleh panas matahari, oleh karena itu di atas
pasangan ditutup dengan plastik terpal, dan sebagainya
 Diupayakan membuat suatu adukan yang baik karena adukan ini tidak mengering
dengan cepat, sehingga hal ini menyebabkan air tersebut dapat memberikan
pengerasan yang sempurna dari bahan pengikat.
7
2.5. Analisa Kebutuhan Bahan

Seperti dijelaskan pada bab sebelumnya, sifat bahan-bahan pencampur sangat


mempengaruhi hasil adukan / mortarnya. Jumlah perbandingan bahan pencampur dan jenis
bahan pencampur harus disesuaikan fungsi dari adukan, apakah untuk adukan perekat atau
plesteran, atau untuk adukan biasa atau adukan kedap air, dan lain-lain.

Dalam menganalisa kebutuhan bahan pada pekerjaan pasangan bata harus


diperhitungkan yaitu :

 kebutuhan jumlah bata


 kebutuhan jumlah bahan pencampur

2.5.1. Perhitungan Kebutuhan Jumlah Bata


Pada perhitungan kebutuhan jumlah bata dilakukan berdasarkan luas pasangan (m2),
yaitu :
luas pasangan
Jumlah bata =
luas persegmen bata

dimana : Luas pasangan = panjang x lebar (m2)


Luas persegmen = luas perbuah bata (m2)

Contoh : Ukuran bata = (5 x 10 x 21) cm


Ukuran siar = 1 cm
Panjang 1 bata dalam pasangan = panjang bata + 1 siar
maka 1 bata = 21 + 1 = 22 cm

Untuk menghitung luas persegmen bata diambil sisi panjang dan lebar ditambah siar masing-
masing sisi.

Segmen = (0,05+0,01) x (0,21+0,01)


5 cm
= 0,06 x 0,22
21 cm
= 0,0132 m2

Contoh soal :
Menghitung kebutuhan bata untuk pasangan dinding pasangan bata dengan ukuran seperti
gambar berikut.

Luas pasangan : 0,48 x 1,25 = 0,6 m2


maka jumlah bata yang dibutuhkan :
48 cm
0,6
= 45,45 ~ 46 buah bata
0,0132

125 cm

8
2.5.2. Perhitungan Kebutuhan Adukan/Spesi
A. Kebutuhan Adukan Ikatan 1pc : 3ps
Dalam perhitungan kebutuhan bahan pencampur untuk adukan dilakukan berdasarkan
volume pasangan (m3), yaitu panjang x lebar x tebal dari pasangan. Dalam 1 m3 pasangan
menggunakan 35% ~ 0,35 spesi dalam pasangan bata atau 0,35 m3 adukan per m3 pekerjaan.

Untuk menentukan perbandingan bahan pencampur dapat diasumsi dalam kondisi


basah, yaitu prosentase perbandingan antara air dengan bahan pencampur. Pengujian
dilakukan di laboratorium dengan memasukkan bahan pencampur ke dalam gelas ukur
setinggi skala 1, kemudian ditambah dengan air yang sama tingginya dengan bahan
pencampur tersebut. Setelah diaduk ternyata terjadi pengendapan pada masing-masing bahan
pencampur, yang ketinggiannya diperoleh : pc = 76 % ~ 0,76 sedangkan ps = 67,5% ~ 0,675
dalam perbandingan adukan.

Perbandingan adukan = 1 pc : 3 ps
Maka jumlah : pc basah : 0,760 x 1 = 0,760
ps basah : 0,675 x 3 = 2,025 +
Jumlah = 2,785

1
Berarti semen dalam satu perbandingan = = 0,359 m3
2,785
= 0,359 m3 x 1000 = 359 kg = 7,18 zak
3
Pasir dalam tiga perbandingan = = 1,077 m3
2,785
karena untuk pasangan dinding bata dibutuhkan perekat 0,35 m3 per m3 pekerjaan
maka untuk menghitung koefesien bahan adalah sbb :
 semen/pc = 7,18 zak x 0,35 m3 = 2,51 zak
 pasir/ps = 1,077 m3 x 0,35 m3 = 0,377 m3
Jadi untuk adukan 1 pc : 3 ps dibutuhkan bahan semen = 2,51 zak ; pasir = 0,377 m3

Contoh perhitungan :
Bila ukuran dinding bata : T = 48 cm ; L = 125 cm ; t = 10 cm
Volume pasangan = luas x tebal pasangan
= (0,48 x 1,25) x 0,1 = 0,6 x 0,1 = 0,06 m3

maka : kebutuhan pc = 0,06 m3 x 2,51 zak = 0,151 zak


kebutuhan ps = 0,06 m3 x 0,377 m3 = 0,023 m3

Dapat pula dihitung dengan cara sbb :

0,35
Kebutuhan pc = x 1 x 0,06 = 0,00754 m3 ~ 7,54 kg ~ 0,151 zak
2,785
9
0,35
Kebutuhan ps = x 3 x 0,06 = 0,023 m3
2,785

Maka :
Untuk luas dinding ½ bata 0,6 m2 dengan campuran perbandingan 1 pc : 3 ps diperlukan
bahan (1) bata = 46 buah ; (2) semen (pc) = 0,151 zak; (3) pasir (ps) = 0,023 m3.

B. Kebutuhan Adukan Plesteran 1pc : 2ps


Untuk mencari koefesien bahan pada adukan pleseteran juga sama.
Contoh pada pleseteran dengan tebal 15 mm = 0,018 m3 perekat
Jadi plesteran adukan 1 : 2 dengan tebal 15 mm, maka kebutuhan bahan sbb :
semen = (1 x 0,76) + (2 x 0,675) = 2,11
atau semen = 1/2,11 = 0,474 m3
= 0,474 m3 x 0,018 m3 = 0,00853 m3
= 0,00853 m3 x 1000 = 8,53 kg
pasir = 2/2,11 = 0,948 m3
= 0,948 x 0,018 m3 = 0,0171 m3
Jadi untuk plesteran 1: 2 dengan tebal 15 mm dibutuhkan dari bahan :
semen = 8,53 kg dan pasir = 0,0171 m3

contoh perhitungan :
bila diketahui suatu dinding dengan ukuran : T = 100 cm ; dan L = 200 cm
tebal plesteran =15 mm,
Luas pekerjaan plesteran = 1,0 x 2,0 = 2,0 m2
maka : kebutuhan pc = 2,0 m2 x 8,53 kg = 17,06 kg
kebutuhan ps = 2,0 m2 x 0,0171 m3 = 0,0342 m3 ~ 34,2 kg

10
BAB 4
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA BATU

4.1. Jenis-jenis pasangan dinding bata


Jenis pasangan dinding bata dapat berupa pasangan sudut 2 dinding, pasangan
pertemuan 2 dinding, dan pasangan persilangan 2 dinding, dimana ukuran pasangan tersebut
dapat berupa ukuran dinding ½ bata ataupun 1 bata.

Jenis-jenis pasangan dinding tersebut dapat dilihat pada gambar berukut :

Gambar 4.1. Gambar 4.2.


Pasangan sudut 2 tembok 1 Pasangan pertemuan 2 tembok 1
dan ½ bata ikatan tegak dan ½ bata ikatan tegak

Gambar 4.3. Gambar 4.4.


Pasangan persilangan 2 tembok 1 Pasangan bentang tembok 1 bata
dan ½ bata ikatan tegak ikatan silang

11
Gambar 4.5. Gambar 4.6.
Pasangan bentang tembok 1 bata Pasangan bentang tembok 1 bata
ikatan silang ikatan Vlaams

Gambar 4.7. Gambar 4.8.


Pasangan pertebalan 1 bata pada Pasangan pertebalan 1 bata pada
sudut tembok ½ bata pertemuan tembok ½ bata

12
Pasangan persilangan tembok 1/2 bata pada pertebalan 1 bata

Gambar 4.9.
Pasangan persilangan
tembok 1/2 bata pada
pertebalan 1 bata

rollag

pilaster

Gambar 4.10. Pasangan rollag dan pilaster

4.2. Peralatan Kerja Batu


Peralatan yang dipergunakan pada pekerjaan pasangan bata, yaitu :
- Sendok spesi, terdiri dari sendok plesteran berfungsi memasang plesteran dan sendok
kecil berfungsi merapikan bagian yang kecil / sudut
- Waterpass tukang berfungsi menentukan kedataran dan ketegakan pasangan
- Plat siku berfungsi menentukan kesikuan
- Line bobyn berfungsi menentukan kelurusan antara bata pada pasangan bata
- Tongkat ukur berfungsi menentukan ketinggian pasangan batu agar tinggi pemasangan
spesi seragam (pengecekan)
- Palu pemotong bata berfungsi memotong bata
- Jointer berfungsi merapikan spesi / pekerjaan finishing

13
- Meteran berfungsi mengukur jarak
- Ruskam berfungsi merapikan pasangan
- Kotak spesi berfungsi menyimpan adukan
- Pengangkat bata berfungsi membawa bata dengan tangan
- Sekop berfungsi pengadu spesi
- Gerobak dorong berfungsi membawa material
- Sikat baja berfungsi membersihkan peralatan
- Ember berfungsi membawa air dan hasil adukan.

4.3. Langkah Awal Pekerjaan Pemasangan Tembok Batu :


a. Siapkan alat-alat yang diperlukan dan simpan ditempat yang aman (mudah dilihat dan
mudah dijangkau).
b. Siapkan tempat, bersihkan, ratakan dan siram dengan air.
c. Siapkan bahan secukupnya dan simpan dekat lokasi pekerjaan.
d. Ukur panjang dan tebal bata untuk menentukan panjang pasangan dan tebal pasangan.
e. Ambil tongkat ukur, bagi sebanyak lapisan yang diminta (tiap lapis = tebal bata + 1
siar).
f. Ukur panjang pasangan = (n x lebar bata) + (n x tebal siar) dimana n = jumlah bata.
g. Buat adukan sesuai dengan rencana.
h. Pasang bata awal dan akhir di luar ukuran lebar tembok yang akan dipasang, periksa
kedatarannya dengan waterpass, periksa pula ketebalannya dengan tongkat ukur.
i. Pasang line bobyn / plat siku dengan benang yang tegang pada kedua ujung bata awal
dan akhir.
j. Pasang bata antara bata awal dan akhir sampai penuh dan selesikan lapis pertama.
k. Ukur kedataran dengan waterpass.

Line bobyn Tali yang direntang kencang

Bata awal 1 Bata awal 2

Gambar 4.11.
Pekerjaan awal pada pemasangan dinding bata

l. Untuk pasangan sudut 2 tembok bata atau persilangan 2 tembok bata, maka
diperlukan 2 buah bata awal dan bata akhir yang dipasang bersilangan.

14
Bata awal 1
Tali yang direntang kencang

Line bobyn

Bata awal 2

Gambar 4.12.
Pekerjaan awal pada pemasangan persilangan 2 dinding bata

4.4. Job praktek kerja batu


Dalam praktek kerja batu akan dilaksanakan job kerja mengenai :
Job 1 : Memasang dinding ½ bata ikatan tegak
Job 2 : Memasang sudut 2 tembok 1 dan ½ bata ikatan tegak
Job 3 : Memasang pertemuan 2 tembok 1 dan ½ bata ikatan tegak
Job 4 : Memasang persilangan 2 tembok 1 dan 1 bata ikatan silang
Job 5 : Memasang lantai porselin
Job 6 : Memasang rollag dan pilaster

15

Anda mungkin juga menyukai