PENDAHULUAN
1
Laporan Praktikum Beton Pendahuluan
digunakan, semakin baik mutu bahan, semakin baik pula hasil beton yang didapat.
Permasalahan dalam pembuatan beton adalah komposisi bahan yang digunakan.
Komposisi bahan memerlukan rencana takaran-takaran bahan yang digunakan
untuk pembuatan beton. Diperlukan beberapa percobaan-percobaan agar
mendapatkan angka yang tepat, supaya beton yang dihasilkan sesuai dengan
ekspektasi yang diharapkan.
Saat ini banyak inovasi teknologi yang dilakukan oleh beberapa ahli untuk
meningkatkan efesiensi pekerjaan yang berkaitan dengan beton. Salah satu
teknologi dalam pembuatan beton adalah beton precast. Beton precast sengat
membantu pekerjaan konstruksi sehingga waktu pelaksanaan bisa dilakukan
dengan cepat. Beton precast sudah pasti dibuat dengan berbagai mutu, tergantung
dari kebutuhan mulai dari mutu rendah, mutu sedang, hingga mutu tinggi. Oleh
karena itu beton memang dimanfaatkan kuat tekannya, maka beton dapat
mengalami regangan yang disebabkan oleh beban yang melampaui kapasitas.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan analisis mengenai
regangan dan beban yang diizinkan untuk ditahan oleh suatu struktur sehingga tidak
terjadi kegagalan struktur.
1.2 Tujuan
Dalam pelaksanaan praktikum ini mahasiswa dituntut untuk mengetahui
beberapa tujuan, yaitu:
1. Mampu menentukan berat isi agregat halus, kasar atau campuran yang
didefinisikan sebagai perbandingan antara berat material kering dengan
volume agregat kering itu sendiri.
2. Mampu menentukan pembagian butiran (gradasi) agregat dan modulus
kehalusan.
3. Mampu menentukan persentase berat bahan dalam agregat halus yang lolos
saringan No. 200 dengan cara pencucian.
4. Mampu menentukan berdasarkan kandungan bahan organik dalam agregat
halus standar warna Hellige Tester (SNI 2816:2014).
5. Mampu menentukan persentase lumpur dalam agregat halus.
6. Mampu menentukan kadar air agregat dengan cara pengeringan.
dengan slump dan cm. Semakin tinggi nilai slump maka semakin tinggi juga tingkat
kemudahan dalam pengerjaan, semakin tinggi juga kadar air yang diperlukan, dan
kuat tekan beton semakin rendah. Slump beton sebaiknya ditentukan serendah-
rendahnya, tetapi dikerjakan dengan baik. Dengan demikian sifat workability dari
beton sangat dipengaruhi oleh:
1. Banyaknya air yang dipakai dalam campuran beton. Gradasi campuran agregat
kasar dan agregat halus.
2. Gradasi campuran agregat kasar dan agregat halus.
3. Konsistensi normal semen.
4. Mobilitas setelah aliran dimulai.
5. Kohesi atau perlawanan terhadap pemindahan barang.
6. Sifat saling melekat (berhubungan dengan kohesi) yang berarti penyusunannya
tidak akan terpisah-pisah sehingga akan memudahkan dalam pengerjaan.
Reaksi semen dengan air berlangsung secara irreversible, artinya hanya dapat
terjadi satu kali dan tidak bisa kembali lagi ke kondisi semula. Semen
dikategorikan dalam beberapa jenis:
a. Semen portland tipe I
Jenis semen tipe ini paling familiar disekitar kita karena paling banyak
digunakan masyarakat. Jenis ini biasa digunakan untuk konstruksi
bangunan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus untuk hidrasi
panas dan kekuatan tekan awal. Karakteristik semen ini cocok digunakan
di kawasan yang jauh dari pantai dan memiliki kadar sulfat rendah.
Pemakaian semen tipe ini umumnya untuk konstruksi beton pada
bangunan, seperti: jalan, bangunan, beton bertulang, jembatan, tangki,
waduk dan lain-lain.
b. Semen portland tipe II
Semen ini digunakan untuk pencegahan serangan sulfat dari lingkungan,
seperti sistem drainase dengan kadar konsentrat yang tinggi di dalam tanah.
Kegunaan semen ini pada umumnya sebagai material bangunan yang
letaknya di pinggir laut, tanah rawa, dermaga, saluran irigasi dan
bendungan. Karakteristik semen ini tahan terhadap asam sulfat antara
0,1%-0,2 % dan hidrasi panas yang bersifat sedang.
c. Semen portland tipe III
Semen tipe ini mempunyai waktu perkerasan yang cepat (High Early
Strength Portland Cement). Umumnya waktu perkerasan kurang dari
seminggu. Digunakan pada struktur bangunan yang bekistingnya harus
cepat dibuka dan akan segera dipakai, pembangunan gedung bertingkat
tinggi, jalan beton atau jalan bebas hambatan, bandar udara dan bangunan
dalam air yang tidak memerlukan ketahanan asam sulfat. Karakteristik
semen ini memiliki daya tekan awal yang tinggi pada permulaan setelah
proses pengikatan terjadi, lalu kemudian segera dilakukan penyelesaian
secepatnya. Kekuatan beton ini sama dengan kekuatan umur 28 hari beton
yang menggunakan Portland tipe I.
d. Semen portland tipe IV
Semen ini merupakan semen dengan hidrasi panas rendah yang digunakan
saringan 4,75 mm. agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alami, hasil
pecahan dari batuan secara alami, atau berupa pasir buatan yang dihasilkan
oleh mesin pemecah batuyang biasa disebut abu batu. Agregat halus tidak
boleh mengandung lumpur lebih dari 5%, serta tidak mengandung zat-zat
organik yang dapat merusak beton. Kegunaannya adalah untuk mengisi
ruangan antara butir agregat kasar.
Persyaratan agregat halus secara umum menurut SNI-03-6821-2002 adalah
sebagai berikut:
1) Agregat halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras.
2) Butir-butir halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur karena
faktor cuaca. Sifat kekal agregat halus dapat diuji dengan larutan jenuh
garam. Jika dipakai natrium sulfat maksimum bagian yang hancur adalah
10% berat.
3) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (terhadap
berat kering) jika kadar lumpurnya melebihi 5% maka pasir harus di cuci.
Agregat menurut asalnya dapat dibagi dua yaitu agregat alami yang diperoleh
dari sungai dan agregat buatan yang diperoleh dari batu pecah. Dalam hal ini,
agregat yang digunakan adalah agregat alami yang berupa coarse agregat
(kerikil), coarse sand (pasir kasar), dan fine sand (pasir halus). Dalam
campuran beton, agregat merupakan bahan penguat (strengther) dan pengisi
(filler). Berdasarkan dari sumbernya, agregat dapat dibagi menjadi 2 (dua)
bagian, yaitu:
a. Agregat alam, yaitu agregat yang berasal dari alam tanpa pengolahan
terebih dahulu, pada umumnya adalah dari batu alam, bak dari batuan beku,
batuan endapan ataupun batuan sedimen maupun dari batuan metamorph
(malihan). Batu alam banyak digunakan sebagai bahan agregat karena
sangat melimpah jumlahnya yang banyak di temukan di gunung berapi.
Gunung berapi merupakan sumber batu alam dengan jumlah yang sangat
melimpah sehingga harganya bisa terjangkau.
b. Agregat buatan. Agregat ini sengaja dibuat, contohnya ALWA (artificial
light weight agregate) atau di indonesia dikenal dengan nama lempung
bekah. Agregat ini dibuat dengan jenis lempung tertentu, sehingga
1. Beton kelas I
Beton kelas I umumnya dimanfaatkan untuk proyek non-struktural.
Pembuatannya tidak memerlukan keahlian khusus. Pengawasan mutu
dilakukan sebatas pada kualitas bahannya saja.
2. Beton kelas II
Beton kelas II biasanya digunakan untuk pekerjaan struktural umum. Beton
Kelas II terbagi ke dalam 4 mutu standar meliputi: B1, K125, K175 dan K225.
Pada mutu B1, pengawasannya hanya sebatas pada kualitas bahan, sementara
kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan. Pada mutu-mutu K125, K175,
K225, pengawasan mutu cenderung lebih ketat, mulai dari bahan-bahan hingga
pemeriksaan kekuatan tekan beton secara berkelanjutan.
3. Beton kelas III
Beton Kelas III merupakan jenis beton yang paling kuat, biasanya
dimanfaatkan untuk pekerjaan struktural khusus. Sebab, proses konstruksinya
memang membutuhkan kekuatan tekan yang lebih tinggi dari 225 kg/cm2.
Pelaksanaannya memerlukkan keahlian khusus dan harus dilakukan di bawah
pimpinan tenaga-tenaga ahli. Beton jenis ini harus melewati uji laboratorium
beton dengan peralatan yang lengkap oleh tenaga-tenaga ahli yang dapat
melakukan pengawasan mutu beton berkelanjutan. Mutu beton kelas III
dinyatakan dengan huruf K diikuti angka di belakangnya. Angka tersebut
merujuk pada kekuatan karakteristik beton yang bersangkutan.
Klarifikasi beton berdasarkan fungsinya adalah sebagai berikut:
1. Beton normal
Beton normal merupakan beton yang cukup berat, dengan Berat Volume 2400
kg/m³ dengan memiliki nilai kuat tekan 15 MPa - 40 MPa dan dapat
menghantar panas.
2. Beton morar
Bahan baku pembuatan beton mortar terdiri dari campuran semen, pasir dan
batu kapur (limestone). Ada tiga ragam mortar yang sering digunakan antara
lain semen, kapur dan agregat halus. Beton ini memiliki kekuatan tarik dan
daktilitas yang baik. Jika di campur air, adonan ini lebih kental dan pekat di
banding beton atau concrete. Beton mortar sering digunakan untuk melekatkan
benda seperti bata atau batu agar menyatu.
3. Beton ringan
Beton ringan dibuat dengan memakai agregat yang berbobot ringan. Seringkali
ditambahkan zat aditif yang dapat menyebabkan terbentuknya gelembung-
gelembung udara di dalam adonan beton. Banyaknya gelembung udara yang
terjadi menyebabkan volume adonan juga semakin besar sementara bobotnya
lebih ringan dibandingkan beton lain dengan volume yang sama. Beton ringan
biasanya diaplikasikan untuk dinding non-struktur.
4. Beton massa
Beton massa adalah beton yang dituang dalam volume besar yaitu
perbandingan antara volume dan luas permukaannya besar. Biasanya dianggap
beton massa jika dimensinya lebih dari 60 cm. Beton ini umunya digunakan
dalam proses pembangunan pilar bangunan, bendungan, dan pondasi bangunan
besar.
5. Beton hampa (vacuum concrete)
Beton ini dibuat seperti beton biasa, namun setelah tercetak padat kemudian air
sisa reaksi disedot dengan cara khusus, disebut cara vakum (vacuum method).
Dengan demikian air yang tinggal hanyalah air yang dipakai sebgai reaksi
dengan semen sehingga beton yang diperoleh sangat kuat.
6. Ferosemen
Ferosemen adalah suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan memberikan
kepada mortar semen suatu tulangan yang berupa anyaman. Ferosemen dapat
diartikan beton bertulang.
7. Beton serat
Beton serat adalah beton komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain
yang berupa serat. Bahan serat dapat berupa serat asbes, serat tumbuh-
tumbuhan (rami, bambu, ijuk), serat plastic (polypropylene) atau potongan
kawat logam. penambahan bahan serat berguna untuk menambah kekuatan
daya tarik dari beton. Hal ini membuat beton serat lebih kuat serta tahan
terhadap perubahan cuaca.
8. Beton bertulang
Beton bertulang dihasilkan dari perpaduan atau campuran adukan beton dan
tulangan baja. Beton bertulang mempunyai sifat kuat terhadap gaya tekan,
tetapi lemah dengan gaya tarik. Penambahan tulangan baja ini akan
meningkatkan kekuatan terhadap gaya tarik dan juga ductility struktur
bangunan. Beton bertulang biasanya diaplikasikan dalam struktur dengan
bentangan yang lebar, seperti jalan raya, jembatan, pelat lantai dll.
9. Beton pra tegang
Pembuatan beton pra-tegang hampir sama dengan beton bertulang,
perbedaannya hanya terletak pada tulangan baja yang akan dimasukkan ke
beton harus melewati proses penegangan terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar
beton tidak mengalami keretakan walaupun menahan beban lentur yang besar.
Beton pra-tegang biasanya digunakan untuk menyangga struktur bangunan
dengan bentangan lebar.
10. Beton pra cetak
Beton pra-cetak merupakan beton yang dicctak terpisah di luar arca pekerjaan
proyek pembangunan yang memang sengaja dibuat di tempat lain agar
kualitasnya lebih baik. Pemilihan beton pra-cetak juga kerap didasari pada
sempitnya lokasi proyek atau terbatasnya tenaga di lokasi proyek. Beton pra-
cetak biasanya diproduksi oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di
bidang pembangunan dan pengadaan material.
11. Beton ready mix
Beton ready mix merupakan jenis beton yang juga dibuat di luar lokasi proyek.
Pembuatan beton ini biasanya disebut batching plant. Ketika dikirim ke lokasi
proyek, beton ini tidak langsung berwujud cor utuh melainkan berupa
campuran adonan kemudian dituangkan ke cetakan yang sudah disediakan.
12. Beton siklop (cyclops concrete)
Beton siklop merupakan beton yang menggunakan agregat cukup besar sebagai
bahan pengisi tambahannya dengan besar ukuran penampang agrerat tersebut
berkisar antara 15 cm-20 cm. Bahan tersebut kemudian ditambahkan ke adukan
beton normal untuk digunakan dalam pengerjaan bangunan yang
bersinggungan dengan air, seperti jembatan dan bendungan.
13. Beton berpola
Beton berpola atau disebut juga beton stamped concrete terbuat dari material
karet yang dirancang menggunakan cetakan. Umumnya cetakan tersebut
menyerupai batu alam, batu tulis, batu bulat, ubin, atau papan kayu. Beton ini
diterapkan pada hamparan lempengan beton yang sudah ada.
akan sumber daya alam misalnya pasir beton dapat ditemukan dipegunungan
maupun didasar lautan.
8. Mempunyai tekstur yang terlihat alami sebagai batuan sehingga dapat
difungsikan sebagai bagian dari seni arsitektur untuk memperindah bangunan.
9. Umurnya yang tahan lama.
keadaan setting awal. Tujuan pemadatan pada beton dalam keadaan segar adalah:
1. Untuk mengurangi rongga-rongga udara dalam beton, dapat dilakukan dengan
penekanan awal (initial pressure) sebelum beton mengeras.
2. Untuk mendapatkan kepadatan beton yang optimal.
Pemadatan beton dapat dilakukan menggunakan batang penumbuk baja
dengan menusukkan pada beton, menggunakan alat getar mekanis (Vibrator),
menggunakan mesin penggetar dan mesin sentrifugal, juga dapat memberikan
tekanan awal pada beton segar. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat dilakukan
pemadatan adalah:
1. Pemadatan dilakukan sebelum waktu setting, biasanya antara 1 sampai 2 jam
tergantung apakah ada pemakaian admixture.
2. Alat pemadat tidak boleh menggetarkan pembesiannya, karena akan
menghilangkan pelepasan kuat lekat antar besi dengan beton yang baru dicor
dan memasuki tahap waktu setting.
3. Pemadatan tidak boleh terlalu lama untuk menghindari bleeding, yaitu naiknya
air atau pasta semen ke atas permukaan beton dan meninggalkan agregat di
bagian bawah.
Dalam melakukan proses pemadatan bahan uji beton ini dapat menggunakan
beberapa metode. Metode pemadatan yang dilakukan terdiri dari 3 cara antara lain:
1. Metode manual yang dilakukan dengan menggunakan tongkat pemadat dengan
ukuran panjang 305 mm dan diameter 10 mm. Pemadatan dilakukan dengan
melakukan tusukan sebanyak 25 kali pada tiap lapisan yang berjumlah 3
lapisan.
2. Metode pemadat standar yang dilakukan dengan menggunakan meja getar
standar. Meja ini dapat menghasilkan getaran dengan frekuensi 3600 rpm.
3. Metode pemadat modifikasi yang dilakukan dengan menggunakan meja getar
modifikasi. Alat ini di desain khusus yang dapat menghasilkan getaran dengan
frekuensi 3600 rpm.