Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beton adalah salah satu komponen penyusun struktur yang sangat dikenal
di dunia konstruksi. Beton biasanya digunakan pada struktur bangunan seperti
gedung, bangunan air, jembatan, jalan, dll. Beton dipilih sebagai salah satu
komponen struktur bangunan karena kuat tekannya. Beton memiliki kelebihan
seperti tahan terhadap air, mudah dibentuk, dan mudah perawatannya. Kelebihan
beton juga terdapat pada material penyusunnya yang relatif mudah didapat. Selain
kelebihan tentunya beton juga memiliki kekurangan, yaitu sifatnya yang kaku dan
kuat tarik yang lebih rendah dibandingkan dengan kuat tekannya sendiri.
Beton merupakan materi yang paling banyak digunakan di seluruh dunia.
Sejarah permulaan teknologi beton dimulai dari tahun 6500 SM ditepian sungai
Danube di Lepenski Vir, daerah Negara Yugoslavia. Ada catatan bahwa bangsa
Assyria dan Babilonia kuno menggunakan tanah liat sebagai bahan semen pengikat.
Bahkan ada kemungkinan bahwa api ditemukan untuk tujuan mengubah batu kapur
menjadi gamping, yang memanas waktu dicampur dengan air, dan secara lambat
menjadi kaku. Sekitar tahun 3000 SM, orang mesir kuno juga telah menggunakan
tanah liat yang dikombinasikan dengan jerami untuk untuk mengikat batu bata yang
dikeringkan, dan membangun piramida-piramida Ramses yang terkenal. Ilustrasi
pengecoran beton yang paling dini terdapat pada mural di Thebes, dari tahun 1950
SM. (Mulyono,2004:3-4). Kemudian keterampilan membuat beton menyebar dari
Mesir ke laut tengah (Mediterranian) bagian timur, dan pada tahun 500 SM
digunakan di Yunani kuno. Orang Yunani menggunakan komposisi dasar kapur
untuk menutupi dinding dari bata yang tidak dibakar. Istana Croesus dan Attalus
dibangun dengan cara ini. Beton pada masa itu terdiri dari batu-batu besar yang
diikat menjadi datu oleh satu mortar kapur dan pasir.
Secara garis besar beton bisa menjadi keras akibat dari campuran-campuran
antara semen, air, agregat halus (pasir), dan agregat kasar (kerikil). Terkadang ada
juga yang dicampurkan dengan bahan lain dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas beton tersebut. Nilai kekuatan beton tergantung dari komposisi bahan yang

1
Laporan Praktikum Beton Pendahuluan

digunakan, semakin baik mutu bahan, semakin baik pula hasil beton yang didapat.
Permasalahan dalam pembuatan beton adalah komposisi bahan yang digunakan.
Komposisi bahan memerlukan rencana takaran-takaran bahan yang digunakan
untuk pembuatan beton. Diperlukan beberapa percobaan-percobaan agar
mendapatkan angka yang tepat, supaya beton yang dihasilkan sesuai dengan
ekspektasi yang diharapkan.
Saat ini banyak inovasi teknologi yang dilakukan oleh beberapa ahli untuk
meningkatkan efesiensi pekerjaan yang berkaitan dengan beton. Salah satu
teknologi dalam pembuatan beton adalah beton precast. Beton precast sengat
membantu pekerjaan konstruksi sehingga waktu pelaksanaan bisa dilakukan
dengan cepat. Beton precast sudah pasti dibuat dengan berbagai mutu, tergantung
dari kebutuhan mulai dari mutu rendah, mutu sedang, hingga mutu tinggi. Oleh
karena itu beton memang dimanfaatkan kuat tekannya, maka beton dapat
mengalami regangan yang disebabkan oleh beban yang melampaui kapasitas.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan analisis mengenai
regangan dan beban yang diizinkan untuk ditahan oleh suatu struktur sehingga tidak
terjadi kegagalan struktur.

1.2 Tujuan
Dalam pelaksanaan praktikum ini mahasiswa dituntut untuk mengetahui
beberapa tujuan, yaitu:
1. Mampu menentukan berat isi agregat halus, kasar atau campuran yang
didefinisikan sebagai perbandingan antara berat material kering dengan
volume agregat kering itu sendiri.
2. Mampu menentukan pembagian butiran (gradasi) agregat dan modulus
kehalusan.
3. Mampu menentukan persentase berat bahan dalam agregat halus yang lolos
saringan No. 200 dengan cara pencucian.
4. Mampu menentukan berdasarkan kandungan bahan organik dalam agregat
halus standar warna Hellige Tester (SNI 2816:2014).
5. Mampu menentukan persentase lumpur dalam agregat halus.
6. Mampu menentukan kadar air agregat dengan cara pengeringan.

Arnol M.M Sihombing 2


Laporan Praktikum Beton Pendahuluan

7. Mampu menentukan Bulk dan Apparent Spesific Gravity dan penyerapan


(absorption) dari agregat kasar menurut prosedur (SNI 1969:2008).
8. Mampu menentukan Bulk dan Apparent Spesific Gravity dan penyerapan
(absorption) dari agregat halus menurut prosedur (SNI 1970:2008).
9. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan agregat kasar
terhadap keausan dengan menggunakan mesin Los Angeles.
10. Mampu menentukan komposisi komponen atau unsur beton basah dengan
ketentuan kuat tekan karakteristik dan slump rencana.
11. Mampu menentukan ukuran derajat kemudahan pengecoran adukan beton
basah.
12. Mampu menentukan berat isi beton.
13. Mampu membuat benda uji untuk pemeriksaan kekuatan beton.
14. Mampu menentukan kekuatan tekan benda uji yang berbentuk kubus dan
silinder yang dibuat dan dirawat di laboratorium.
15. Menentukan hubungan antara kekuatan tekan beton dengan kekuatan lentur
beton.
16. Menentukan maksimum kemampuan beton dalam menerima beban lentur.

1.3 Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan dalam dalam pelaksanaan praktikum beton


adalah sebagai berikut:

1.3.1 Pengertian Beton


Berdasarkan SNI-03-2847-2002, beton adalah campuran antara semen
Portland atau semen hidraulik lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan
tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat. Beton adalah suatu campuran
yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah atau agregat agregat lain yang dicampur
jadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari semen dan air membentuk suatu
massa mirip batuan. Terkadang satu atau lebih bahan aditif ditambahkan untuk
menghasilkan beton dengan karakteristik tertentu, seperti kemudahan pengerjaan
(workability), durabilitas, dan waktu pengerasan.
Kemampuan dikerjakan (workability) campuran beton adalah suatu nilai yang
menunjukkan tingkat kemudahan pekerjaan dari beton tersebut yang dinyatakan

Arnol M.M Sihombing 3


Laporan Praktikum Beton Pendahuluan

dengan slump dan cm. Semakin tinggi nilai slump maka semakin tinggi juga tingkat
kemudahan dalam pengerjaan, semakin tinggi juga kadar air yang diperlukan, dan
kuat tekan beton semakin rendah. Slump beton sebaiknya ditentukan serendah-
rendahnya, tetapi dikerjakan dengan baik. Dengan demikian sifat workability dari
beton sangat dipengaruhi oleh:
1. Banyaknya air yang dipakai dalam campuran beton. Gradasi campuran agregat
kasar dan agregat halus.
2. Gradasi campuran agregat kasar dan agregat halus.
3. Konsistensi normal semen.
4. Mobilitas setelah aliran dimulai.
5. Kohesi atau perlawanan terhadap pemindahan barang.
6. Sifat saling melekat (berhubungan dengan kohesi) yang berarti penyusunannya
tidak akan terpisah-pisah sehingga akan memudahkan dalam pengerjaan.

1.3.2 Unsur-Unsur Bahan Campuran Beton


Dalam kontruksi, beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang
terbuat dari agregat dan perekat. Bahan yang paling umum digunakan adalah air,
semen, agregat halus dan agregat kasar. Selain itu ada juga penambahan campuran
bahan agar menghasilkan beton dengan kualitas terbaik.
1. Semen
Semen berasal dari Bahasa latin caementum yang berarti bahan perekat. Secara
umum, semen didefinisikan sebagai bahan perekat yang memiliki sifat mampu
mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang kompak dan kuat.
Berdasarkan SNI 15-2049-2002, semen portland adalah semen hidrolis yang
dihasilkan dengan cara menggiling terak (clinker) portland terutama yang
terdiri dari kalsium silikat (xCaO.SiO2) yang bersifat hidrolis dan digiling
bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal
senyawa kalsium sulfat (CaSO4.xHO2) dan boleh ditambah dengan bahan
tambahan lain (mineral in component).
Hidrolis berarti sangat senang bereaksi dengan air, senyawa yang bersifat
hidrolis akan bereaksi dengan air secara cepat. Semen portland bersifat hidrolis
karena di dalamnya terkandung kalsium silikat (xCaO.SiO2) dan kalsium sulfat
(CaSO4.xH2O) yang bersifat hidrolis dan sangat cepat bereaksi dengan air.

Arnol M.M Sihombing 4


Laporan Praktikum Beton Pendahuluan

Reaksi semen dengan air berlangsung secara irreversible, artinya hanya dapat
terjadi satu kali dan tidak bisa kembali lagi ke kondisi semula. Semen
dikategorikan dalam beberapa jenis:
a. Semen portland tipe I
Jenis semen tipe ini paling familiar disekitar kita karena paling banyak
digunakan masyarakat. Jenis ini biasa digunakan untuk konstruksi
bangunan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus untuk hidrasi
panas dan kekuatan tekan awal. Karakteristik semen ini cocok digunakan
di kawasan yang jauh dari pantai dan memiliki kadar sulfat rendah.
Pemakaian semen tipe ini umumnya untuk konstruksi beton pada
bangunan, seperti: jalan, bangunan, beton bertulang, jembatan, tangki,
waduk dan lain-lain.
b. Semen portland tipe II
Semen ini digunakan untuk pencegahan serangan sulfat dari lingkungan,
seperti sistem drainase dengan kadar konsentrat yang tinggi di dalam tanah.
Kegunaan semen ini pada umumnya sebagai material bangunan yang
letaknya di pinggir laut, tanah rawa, dermaga, saluran irigasi dan
bendungan. Karakteristik semen ini tahan terhadap asam sulfat antara
0,1%-0,2 % dan hidrasi panas yang bersifat sedang.
c. Semen portland tipe III
Semen tipe ini mempunyai waktu perkerasan yang cepat (High Early
Strength Portland Cement). Umumnya waktu perkerasan kurang dari
seminggu. Digunakan pada struktur bangunan yang bekistingnya harus
cepat dibuka dan akan segera dipakai, pembangunan gedung bertingkat
tinggi, jalan beton atau jalan bebas hambatan, bandar udara dan bangunan
dalam air yang tidak memerlukan ketahanan asam sulfat. Karakteristik
semen ini memiliki daya tekan awal yang tinggi pada permulaan setelah
proses pengikatan terjadi, lalu kemudian segera dilakukan penyelesaian
secepatnya. Kekuatan beton ini sama dengan kekuatan umur 28 hari beton
yang menggunakan Portland tipe I.
d. Semen portland tipe IV
Semen ini merupakan semen dengan hidrasi panas rendah yang digunakan

Arnol M.M Sihombing 5


Laporan Praktikum Beton Pendahuluan

pada struktur-struktur dam, bangunan-bangunan masif. Dimana panas yang


terjadi sewaktu hidrasi merupakan faktor penentu bagi kebutuhan beton.
e. Semen portland tipe V
Jenis semen ini digunakan untuk penangkal sulfat, digunakan untuk beton
yang lingkungannya mengandung sulfat terutama pada tanah atau air tanah
dengan kadar sulfat tinggi lebih dari 0,2% seperti rawa-rawa, air laut atau
pantai dan kawasan tambang.
2. Agregat
Agregat adalah bahan pengisi beton. Agregat yang baik adalah agregat yang
dapat bereaksi dengan unsur memiliki distribusi ukuran sedemikian rupa
sehingga ukuran rongga unsur semen serta rongga antar agregat terisi oleh
partikel-partikel padat. Pada umumnya penggunaan bahan agregat dalam
campuran beton berjumlah lebih kurang 70%-75% dari seluruh volume massa
padat beton. Untuk membentuk massa padat diperlukan susunan gradasi
agregat yang baik. Agregat yang bergradasi baik yaitu pembagian ukuran
agregat tidak seragam sehingga beton yang dihasilkan mempunyai
ruang/rongga yang kecil karena agregat-agregat tersebut saling mengisi.
Disamping itu bahan agregat harus mempunyai cukup kekerasan, sifat kekal,
tidak bersifat reaktif terhadap alkali dan tidak mengandung bagian lumpur.
Agregat yang umum dipakai adalah pasir, kerikil dan batu batu pecah.
Pemilihan agregat tergantung dari:
a. Syarat-syarat yang ditentukan beton.
b. Persediaan lokasi pembuatan beton.
c. Perbandingan yang telah ditentukan antara biaya dan mutu.
d. Kebersihan agregat.
e. Keras dan bebas dari penyerapan kimia
f. Tidak bercampur dengan tanah liat/lumpur.
g. Distribusi/gradasi ukuran agregat memenuhi ketentuan yang berlaku.
Pada dasarnya agregat memiliki rtujuan untuk dapat masuk atau lewat diantara
sela- sela tulangan atau acuan. Berdasarkan ukurannya, agregat terbagi atas
agregat halus dan agregat kasar. Agregat halus pada umumnya terdiri dari pasir
atau partikel yang lolos saringan No.4 atau 4,75 mm, sedangkan agregat kasar

Arnol M.M Sihombing 6


Laporan Praktikum Beton Pendahuluan

tertahan pada saringan tersebut. Ukuran maksimum agregat kasar dalam


struktur beton diatur dalam peraturan untuk kepentingan berbagai komponen.
a. Agregat kasar adalah komponen utama pembinaan struktur konkrit. Agregat
kasar memiliki peranan yang penting dalam proses membantu konkrit.
Agregat kasar adalah terdiri daripada serpihan batu yang ukurannya
melebihi 4,75 mm sehingga ukuran maksimum yang dibenarkan untuk
kerja-kerja konkrit yang tertentu, biasanya tidak melebihi 50 mm. Agregat
kasar adalah agregat yang tertahan saringan No. 4. Bagi agregat kasar yang
keras, padat dan tahan lasak menghasilkan konkrit yang bermutu tinggi.
Berdasarkan SK SNI S-04-1989-F tentang spesifikasi bahan bangunan
bagian A, agregat kasar harus.
1) Butiran agregat kasar harus bertekstur keras dan tidak berpori, indeks
kekerasan < 5%.
2) Agraget kasar harus bersifat kuat, tidak mudah pecah atau hancur. Ketika
diuji dengan larutan garam Natrium Sulfat bagian yang hancur tidak
boleh lebih dari 12%-nya, jika diuji dengan garam Magnesium Sulfat
bagian yang hancur pada agregat kasar tidak boleh lebih dari 18%.
3) Agregat kasar tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat
ayakan 0,06) lebih dari 1% dalam berat keringnya, jika melampuai 1%
maka harus dicuci.
4) Agregat kasar ini tidak boleh mengandung zat relatif alkali yang dapat
merusak beton.
5) Butiran agregat kasar yang pipih dan panjang tidak boleh lebih dari 20%
dari berat agregat seluruhnya.
6) Modulus halus butir atau angka kehalusan (fineness modulus) pada
agregat kasar berkisar antara 6-7,1 dan dengan variasi butir sesuai standar
gradasi.
7) Ukuran butir agregat kasar maksimalnya tidak boleh melebihi dari 1/5
jarak terkecil antara bidang-bidang samping cetakan, 3/4 jarak bersih
antar tulangan atau berkas tulangan, dan 1/3 tebal pelat beton.
b. Agregat halus menurut SNI 02-6820-2002 adalah agregat dengan besar
butiran maksimum 4,75 mm. Agregat halus adalah semua butiran lolos

Arnol M.M Sihombing 7


Laporan Praktikum Beton Pendahuluan

saringan 4,75 mm. agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alami, hasil
pecahan dari batuan secara alami, atau berupa pasir buatan yang dihasilkan
oleh mesin pemecah batuyang biasa disebut abu batu. Agregat halus tidak
boleh mengandung lumpur lebih dari 5%, serta tidak mengandung zat-zat
organik yang dapat merusak beton. Kegunaannya adalah untuk mengisi
ruangan antara butir agregat kasar.
Persyaratan agregat halus secara umum menurut SNI-03-6821-2002 adalah
sebagai berikut:
1) Agregat halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras.
2) Butir-butir halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur karena
faktor cuaca. Sifat kekal agregat halus dapat diuji dengan larutan jenuh
garam. Jika dipakai natrium sulfat maksimum bagian yang hancur adalah
10% berat.
3) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (terhadap
berat kering) jika kadar lumpurnya melebihi 5% maka pasir harus di cuci.
Agregat menurut asalnya dapat dibagi dua yaitu agregat alami yang diperoleh
dari sungai dan agregat buatan yang diperoleh dari batu pecah. Dalam hal ini,
agregat yang digunakan adalah agregat alami yang berupa coarse agregat
(kerikil), coarse sand (pasir kasar), dan fine sand (pasir halus). Dalam
campuran beton, agregat merupakan bahan penguat (strengther) dan pengisi
(filler). Berdasarkan dari sumbernya, agregat dapat dibagi menjadi 2 (dua)
bagian, yaitu:
a. Agregat alam, yaitu agregat yang berasal dari alam tanpa pengolahan
terebih dahulu, pada umumnya adalah dari batu alam, bak dari batuan beku,
batuan endapan ataupun batuan sedimen maupun dari batuan metamorph
(malihan). Batu alam banyak digunakan sebagai bahan agregat karena
sangat melimpah jumlahnya yang banyak di temukan di gunung berapi.
Gunung berapi merupakan sumber batu alam dengan jumlah yang sangat
melimpah sehingga harganya bisa terjangkau.
b. Agregat buatan. Agregat ini sengaja dibuat, contohnya ALWA (artificial
light weight agregate) atau di indonesia dikenal dengan nama lempung
bekah. Agregat ini dibuat dengan jenis lempung tertentu, sehingga

Arnol M.M Sihombing 8


Laporan Praktikum Beton Pendahuluan

membentuk agregat yang mengambang atau membesar. Agregat ini


termasuk agregat ringan, karena memiliki berat jenis ± 1,0. Pemakaian
lempung bekah untuk konstruksi adalah untuk pembuatan beton ringan.
3. Air
Pengerasan beton terjadi berdasarkan reaksi antara semen dan air. Maka sangat
diperlukan pemeriksaan apakah air yang akan digunakan memenuhi syarat-
syarat tertentu. Air yang dapat diminum dapat digunakan untuk adukan semen.
Keasaman air (pH) tidak boleh lebih dari 6% dan tidak boleh terlalu sedikit
mengandung kapur. Perbandingan berat air dan semen untuk adukan semen
dinamakan Water Cement Ratio (WC rasio atau W/C). Agar terjadi proses
hidrasi yang sempurna dalam adukan beton pada umumnya digunakan nilai
Water Cement Ratio 0,4-0,6 tergantung mutu beton yang diinginkan. Semakin
tinggi mutu beton yang diinginkan, maka semakin rendah nilai Water Cement
Ratio yang digunakan. Untuk menambah daya workability (kelecakan, sifat
mudah dikerjakan) diperlukan nilai Water Cement Ratio yang lebih tinggi.
Menurut (Pramono dan Suryadi, 1998), dalam pemakaian air untuk beton itu
sebaiknya air memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Tidak mengandung lumpur lebih dari 2 gram/liter.
b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton lebih dari 15
gram.
c. Tidak mengandung khlorida (Cl) dari 0,5 gram/liter.
d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
Kandungan zat-zat tersebut apabila terlalu banyak dapat berpengaruh jelek
terhadap beton, antara lain:
a. Memperngaruhi proses reaksi kimia dari semennya.
b. Mempengaruhi lekatan antara pasta semen dan butiran batuan.
c. Mengurangi kekuatan atau kekuatan beton.
d. Dapat juga membuat beton mengambang, sehingga terjadi retak-retak.

1.3.3 Jenis-Jenis Beton


Beton memiliki jenis-jenis untuk diketahui. Jenis beton dapat
diklarifikasikan berdasarkan mutu dan fungsinya. Klarifikasi beton berdasarkan
mutunya adalah sebagai berikut:

Arnol M.M Sihombing 9


Laporan Praktikum Beton Pendahuluan

1. Beton kelas I
Beton kelas I umumnya dimanfaatkan untuk proyek non-struktural.
Pembuatannya tidak memerlukan keahlian khusus. Pengawasan mutu
dilakukan sebatas pada kualitas bahannya saja.
2. Beton kelas II
Beton kelas II biasanya digunakan untuk pekerjaan struktural umum. Beton
Kelas II terbagi ke dalam 4 mutu standar meliputi: B1, K125, K175 dan K225.
Pada mutu B1, pengawasannya hanya sebatas pada kualitas bahan, sementara
kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan. Pada mutu-mutu K125, K175,
K225, pengawasan mutu cenderung lebih ketat, mulai dari bahan-bahan hingga
pemeriksaan kekuatan tekan beton secara berkelanjutan.
3. Beton kelas III
Beton Kelas III merupakan jenis beton yang paling kuat, biasanya
dimanfaatkan untuk pekerjaan struktural khusus. Sebab, proses konstruksinya
memang membutuhkan kekuatan tekan yang lebih tinggi dari 225 kg/cm2.
Pelaksanaannya memerlukkan keahlian khusus dan harus dilakukan di bawah
pimpinan tenaga-tenaga ahli. Beton jenis ini harus melewati uji laboratorium
beton dengan peralatan yang lengkap oleh tenaga-tenaga ahli yang dapat
melakukan pengawasan mutu beton berkelanjutan. Mutu beton kelas III
dinyatakan dengan huruf K diikuti angka di belakangnya. Angka tersebut
merujuk pada kekuatan karakteristik beton yang bersangkutan.
Klarifikasi beton berdasarkan fungsinya adalah sebagai berikut:
1. Beton normal
Beton normal merupakan beton yang cukup berat, dengan Berat Volume 2400
kg/m³ dengan memiliki nilai kuat tekan 15 MPa - 40 MPa dan dapat
menghantar panas.
2. Beton morar
Bahan baku pembuatan beton mortar terdiri dari campuran semen, pasir dan
batu kapur (limestone). Ada tiga ragam mortar yang sering digunakan antara
lain semen, kapur dan agregat halus. Beton ini memiliki kekuatan tarik dan
daktilitas yang baik. Jika di campur air, adonan ini lebih kental dan pekat di

Arnol M.M Sihombing 10


Laporan Praktikum Beton Pendahuluan

banding beton atau concrete. Beton mortar sering digunakan untuk melekatkan
benda seperti bata atau batu agar menyatu.
3. Beton ringan
Beton ringan dibuat dengan memakai agregat yang berbobot ringan. Seringkali
ditambahkan zat aditif yang dapat menyebabkan terbentuknya gelembung-
gelembung udara di dalam adonan beton. Banyaknya gelembung udara yang
terjadi menyebabkan volume adonan juga semakin besar sementara bobotnya
lebih ringan dibandingkan beton lain dengan volume yang sama. Beton ringan
biasanya diaplikasikan untuk dinding non-struktur.
4. Beton massa
Beton massa adalah beton yang dituang dalam volume besar yaitu
perbandingan antara volume dan luas permukaannya besar. Biasanya dianggap
beton massa jika dimensinya lebih dari 60 cm. Beton ini umunya digunakan
dalam proses pembangunan pilar bangunan, bendungan, dan pondasi bangunan
besar.
5. Beton hampa (vacuum concrete)
Beton ini dibuat seperti beton biasa, namun setelah tercetak padat kemudian air
sisa reaksi disedot dengan cara khusus, disebut cara vakum (vacuum method).
Dengan demikian air yang tinggal hanyalah air yang dipakai sebgai reaksi
dengan semen sehingga beton yang diperoleh sangat kuat.
6. Ferosemen
Ferosemen adalah suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan memberikan
kepada mortar semen suatu tulangan yang berupa anyaman. Ferosemen dapat
diartikan beton bertulang.
7. Beton serat
Beton serat adalah beton komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain
yang berupa serat. Bahan serat dapat berupa serat asbes, serat tumbuh-
tumbuhan (rami, bambu, ijuk), serat plastic (polypropylene) atau potongan
kawat logam. penambahan bahan serat berguna untuk menambah kekuatan
daya tarik dari beton. Hal ini membuat beton serat lebih kuat serta tahan
terhadap perubahan cuaca.
8. Beton bertulang

Arnol M.M Sihombing 11


Laporan Praktikum Beton Pendahuluan

Beton bertulang dihasilkan dari perpaduan atau campuran adukan beton dan
tulangan baja. Beton bertulang mempunyai sifat kuat terhadap gaya tekan,
tetapi lemah dengan gaya tarik. Penambahan tulangan baja ini akan
meningkatkan kekuatan terhadap gaya tarik dan juga ductility struktur
bangunan. Beton bertulang biasanya diaplikasikan dalam struktur dengan
bentangan yang lebar, seperti jalan raya, jembatan, pelat lantai dll.
9. Beton pra tegang
Pembuatan beton pra-tegang hampir sama dengan beton bertulang,
perbedaannya hanya terletak pada tulangan baja yang akan dimasukkan ke
beton harus melewati proses penegangan terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar
beton tidak mengalami keretakan walaupun menahan beban lentur yang besar.
Beton pra-tegang biasanya digunakan untuk menyangga struktur bangunan
dengan bentangan lebar.
10. Beton pra cetak
Beton pra-cetak merupakan beton yang dicctak terpisah di luar arca pekerjaan
proyek pembangunan yang memang sengaja dibuat di tempat lain agar
kualitasnya lebih baik. Pemilihan beton pra-cetak juga kerap didasari pada
sempitnya lokasi proyek atau terbatasnya tenaga di lokasi proyek. Beton pra-
cetak biasanya diproduksi oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di
bidang pembangunan dan pengadaan material.
11. Beton ready mix
Beton ready mix merupakan jenis beton yang juga dibuat di luar lokasi proyek.
Pembuatan beton ini biasanya disebut batching plant. Ketika dikirim ke lokasi
proyek, beton ini tidak langsung berwujud cor utuh melainkan berupa
campuran adonan kemudian dituangkan ke cetakan yang sudah disediakan.
12. Beton siklop (cyclops concrete)
Beton siklop merupakan beton yang menggunakan agregat cukup besar sebagai
bahan pengisi tambahannya dengan besar ukuran penampang agrerat tersebut
berkisar antara 15 cm-20 cm. Bahan tersebut kemudian ditambahkan ke adukan
beton normal untuk digunakan dalam pengerjaan bangunan yang
bersinggungan dengan air, seperti jembatan dan bendungan.
13. Beton berpola

Arnol M.M Sihombing 12


Laporan Praktikum Beton Pendahuluan

Beton berpola atau disebut juga beton stamped concrete terbuat dari material
karet yang dirancang menggunakan cetakan. Umumnya cetakan tersebut
menyerupai batu alam, batu tulis, batu bulat, ubin, atau papan kayu. Beton ini
diterapkan pada hamparan lempengan beton yang sudah ada.

1.3.4 Sifat-Sifat Umum Beton


Beton memiliki beberapa sifat yang harus diperhatikan untuk mencapai
hasil maksimal. Sifat-sifat beton dikategorikan sebagai berikut
1. Workability
Workability adalah kemudahan pengerjaan untuk dicampur, dicor dan diangkut
serta didapatkan tanpa mengurangi homogenitas beton dan beton tak terurai
dan bleeding berlebihan untuk mencapai kekuatan yang direncanakan
workability ini tergantung pada konsistensi beton, dan konsistensi beton
tergantung pada:
a. Proporsi campuran
b. Sifat-sifat dari individu material beton (pasir, kerikil), misalnya permukaan
agregat, bentuk agregat dan dan lain sebagainya.
c. Diameter maksimum agregat kasar.
d. Jenis konstruksi yang akan dibangun.
e. Temperatur.
Selain itu, terdapat beberapa unsur yang mempengaruhi sifat workability dari
suatu beton yaitu:
a. Jumlah air yang dipakai dalam campuran adukan beton. Makin banyak air
dipakai makin mudah beton segar itu dikerjakan.
b. Penambahan semen kedalam campuran juga memudahkan cara pengerjaan
adukan betonnya, karena pasti diikuti dengan bertambahnya air campuran
untuk memperoleh nilai faktor air semen tetap.
c. Gradasi campuran pasir dan kerikil. Bila campuran pasir dan kerikil
mengikuti gradasi yang telah disarankan oleh peraturan maka adukan beton
akan mudah dikerjakan.
d. Pemakaian butir-butir batuan yang bulat mempermudah cara pengerjaan
beton.
e. Pemakaian butir maksimum kerikil yang dipakai juga berpengaruh terhadap

Arnol M.M Sihombing 13


Laporan Praktikum Beton Pendahuluan

tingkat kemudahan dikerjakan


f. Cara pemadatan adukan beton menentukan sifat pengerjaan yang berbeda.
Bila cara pemadatan dilakukan dengan alat getar maka diperlukan tingkat
kelecakan yang berbeda, sehingga diperlukan jumlah air yang lebih sedikit
daripada jika dipadatkan dengan tangan.
2. Durability
Durability (ketahanan) merupakan kemampuan beton menahan pengaruh dari
luar. Durabilitas beton adalah kemampuan beton untuk menahan cuaca,
serangan kimia, abrasi ataupun proses pengrusakan yang lainnya. Dengan
demikian durabilitas beton akan mempertahankan beton tersebut untuk tetap
dalam bentuk asli, mempertahankan kualitas dan kemampuan layan beton saat
terekspos di lingkungan.
3. Kekuatan
Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan tekan
adalah kemampuan beton untuk dapat menerima gaya per satuan luas. Nilai
kekuatan beton diketahui dengan melakukan pengujian kuat tekan terhadap
benda uji silinder ataupun kubus pada umur 28 hari yang dibebani dengan gaya
tekan sampai mencapai beban maksimum.

1.3.5 Kelebihan Beton


Beton menjadi pilihan yang tepat pada setiap konstruksi. Karena itu beton
memiliki beberapa kelebihan, antara lain sebagai berikut:
1. Kekuatannya tinggi dan dapat disesuaikan dengan kebetuhan struktur seperti
beton mutu K-225, K-250, K-350 dan seterusnya.
2. Mudah dibentuk menggunakan bekisting sesuai dengan kebutuhan struktur
bangunan.
3. Tahan terhadap temperature tinggi jadi aman jika terjadi kebakaran gedung.
4. Biaya pemeliharaan rendah karena setelah mengeras menjadi batu, asalkan besi
tulangan berada pada posisi yang baik di dalam beton maka kemungkinan
terjadinya karat dapat dikurangi.
5. Lebih mudah jika dibandingkan dengan baja
6. Memunyai kuat tekan yang tinggi.
7. Mudah didapat bahan bakunya, karena Indonesia merupakan negara yang kaya

Arnol M.M Sihombing 14


Laporan Praktikum Beton Pendahuluan

akan sumber daya alam misalnya pasir beton dapat ditemukan dipegunungan
maupun didasar lautan.
8. Mempunyai tekstur yang terlihat alami sebagai batuan sehingga dapat
difungsikan sebagai bagian dari seni arsitektur untuk memperindah bangunan.
9. Umurnya yang tahan lama.

1.3.6 Kekurangan Beton


Beton memiliki kelebihan, akan tetapi beton juga memiliki beberapa
kekurangan, antara lain sebagai berikut:
1. Beton termasuk material yang mempunyai berat jenis 2400 kg/cm².
2. Kuat tarik kecil (9%-15%) dari kuat tekan.
3. Menuntut ketelitian yang tinggi dalam pelaksanaanya.
4. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah.
5. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi.
6. Berat.
7. Daya pantul suara besar.

1.3.7 Kepadatan dan pemadatan beton


Untuk mendapatkan mutu beton yang baik harus memperhatikan kepadatan
beton. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepadatan beton antara lain:
1. Gradasi agregat
Gradasi agregat mempengaruhi kepadatan beton dan kuat tekan beton. Agregat
kasar yang tidak pecah atau kerikil alami biasanya licin dan bulat menghasilkan
beton yang mempunyai kuat tekan yang relatif rendah dibandingkan dengan
beton yang memakai batu pecah.
2. Proporsi campuran
Proporsi campuran adalah proporsi volume dari bermacam macam bahan
pilihan dari campuran beton yang mempengaruhi workability.
3. Kadar air
Faktor kepadatan dikaitkan dengan kadar air beton. Kadar air dalam volume
campuran adalah penting menentukan w/c (water cemen) yang sekecil
mungkin sehingga pori-pori beton semakin kecil.
Pemadatan dapat dilakukan pada beton dalam kadaan segar dan dalam

Arnol M.M Sihombing 15


Laporan Praktikum Beton Pendahuluan

keadaan setting awal. Tujuan pemadatan pada beton dalam keadaan segar adalah:
1. Untuk mengurangi rongga-rongga udara dalam beton, dapat dilakukan dengan
penekanan awal (initial pressure) sebelum beton mengeras.
2. Untuk mendapatkan kepadatan beton yang optimal.
Pemadatan beton dapat dilakukan menggunakan batang penumbuk baja
dengan menusukkan pada beton, menggunakan alat getar mekanis (Vibrator),
menggunakan mesin penggetar dan mesin sentrifugal, juga dapat memberikan
tekanan awal pada beton segar. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat dilakukan
pemadatan adalah:
1. Pemadatan dilakukan sebelum waktu setting, biasanya antara 1 sampai 2 jam
tergantung apakah ada pemakaian admixture.
2. Alat pemadat tidak boleh menggetarkan pembesiannya, karena akan
menghilangkan pelepasan kuat lekat antar besi dengan beton yang baru dicor
dan memasuki tahap waktu setting.
3. Pemadatan tidak boleh terlalu lama untuk menghindari bleeding, yaitu naiknya
air atau pasta semen ke atas permukaan beton dan meninggalkan agregat di
bagian bawah.
Dalam melakukan proses pemadatan bahan uji beton ini dapat menggunakan
beberapa metode. Metode pemadatan yang dilakukan terdiri dari 3 cara antara lain:
1. Metode manual yang dilakukan dengan menggunakan tongkat pemadat dengan
ukuran panjang 305 mm dan diameter 10 mm. Pemadatan dilakukan dengan
melakukan tusukan sebanyak 25 kali pada tiap lapisan yang berjumlah 3
lapisan.
2. Metode pemadat standar yang dilakukan dengan menggunakan meja getar
standar. Meja ini dapat menghasilkan getaran dengan frekuensi 3600 rpm.
3. Metode pemadat modifikasi yang dilakukan dengan menggunakan meja getar
modifikasi. Alat ini di desain khusus yang dapat menghasilkan getaran dengan
frekuensi 3600 rpm.

Arnol M.M Sihombing 16

Anda mungkin juga menyukai