Anda di halaman 1dari 15

MODUL PERKULIAHAN

Pengetahuan
Bahan
Concrete Material

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

10
Teknik Teknik Industri W161700004 HERY NURMANSYAH ST., MT.

Abstract Kompetensi
Introduction to Concrete, Structure of Mahasiswa/mahasiswi mengerti dan
concrete, Progress in Concrete memahami arti concrete, structure of
Technology, the Future of Concrete concrete, progress in concrete
technology, the future of concrete, and
application
DEFINISI CONCRETE
Concrete merupakan composite partikel besar biasa dimana matriks dan fase dispersinya
adalah material keramik (Callister & Rethwisch, 2015)
Concrete merupakan perpaduan dari semen (9-15%), air (15-16%), agregate halus (pasir,
25-30%), agregate kasar (gravel atau crushed rock, 30-45%), udara (2-6%) dan chemical
admixture dimana semen dan air telah dikeraskan oleh reaksi kimia hidrasi untuk mengikat
agregate.

Gambar 1. Komponen Concrete (Al-Neshawy, F.:2016)

CONCRETE AS A STRUCTURAL MATERIAL


Material konstruksi yang paling banyak digunakan adalah concrete, dan pada umumnya
dibuat dengan mencampurkan Portland cement dengan pasir, batu karang yang
dihancurkan (crushed rock), dan air.
Concrete merupakan material yang tidak sekuat dan sekeras steel, tapi ada beberapa
alasan mengapa concrete banyak digunakan sebagai engineering material:
a. Excellent resistant to water, dengan demikian concrete banyak digunakan untuk
membuat bendungan (dam), kanal, pipa air, dan tempat penyimpanan, elemen
structural seperti: piles, foundations, footings, floors, beams, columns, roofs, exterior
walls, pavement, dimana dikuatkan dengan steel.

21 Pengetahuan Bahan – Modul 10


2 HERY NURMANSYAH ST., MT.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
b. Ease with which structural concrete elements can be formed into a variety of shapes
and sizes
c. The cheapest and most readily available material on the job: bahan utama untuk
membuat concrete adalah Portland cement dan aggregate yang merupakan relative
tidak mahal dan lebih banyak tersedia di dunia ini.
d. Dibandingkan dengan material lain, maka untuk menghasilkan concrete dibutuhkan
energy yang lebih sedikit  considerations of energy and resource conservation

Dengan dasar inilah concrete disebut sebagai material yang mendunia  universal material

COMPONENTS OF MODERN CONCRETE


1. Concrete merupakan composite material yang terdiri dari media pengikat yang
dikelilingi oleh bagian dari aggregate. Dalam hydraulic cement concrete, pengikat
dibentuk dari campuran hydraulic cement dan air.
2. Aggregate merupakan granular material seperti pasir, batu kecil (gravel), crushed
stone ataupun iron blast furnace slag yang digunakan dengan cementing medium
untuk membentuk hydraulic cement concrete atau mortar
 Coarse aggregate: mengacu pada partikel aggregate yang lebih besar dari 4.75
mm. terdiri dari 40% - 45% dari campuran dan terdiri dari partikel yang lebih
besar dari 4 milimeter.
 Fine aggregate: mengacu pada partkel aggregate yang lebih kecil dari 4.75 mm.
dikenal juga dengan pasir, komponen ini bisa pasir alami atau batu yang
dihancurkan dan mempresentasikan partikel yang lebih kecil dari 4 milimeter.
Umumnya terdapat 30% - 35% dari campuran
 Gravel: coarse aggregate yang berasal dari disintegrasi alami dan abrasi dari
batu karang
 Sand: fine aggregate yang berasal dari disintegrasi alami dan abrasi batu karang
 Crushed stone: produk yang dihasilkan penghancuran batu karang, boulders
(batu karang besar halus), cobblestone yang besar dan diproses secara industry
 Iron blast furnace slag: material yang didapat dengan menghancurkan blast
furnace slag yang telah solid dibawah pengaruh atmosfir
 Mortar: campuran pasir, semen dan air
 Grout: campuran material semen dan aggregate
 Shotcrete: mortar atau concrete yang ditransportasikan melalui hose dan siap
dituang ke permukaan dengan kecepatan tinggi

21 Pengetahuan Bahan – Modul 10


3 HERY NURMANSYAH ST., MT.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Cement merupakan bahan halus, semen disebut juga produk hydrasi pada saat
stabil dalam lingkungan. Produk hydraulic cement yang banyak dipakai adalah
Portland cement yang terdiri dari hydraulic calcium silicate. Portland cement adalah
semen hidrolik yang berarti bereaksi dan mengeras secara kimiawi dengan
tambahan air. Semen terdiri dari limestone, clay, rock dan bijih besi yang diolah dan
dipanaskan sampai ke suhu 1200 sampai 1500 derajat Celcius. Gypsum
ditambahkan untuk mengontrol waktu.
4. Admixture: material selain dari aggregate, cement, dan air yang ditambahkan ke
concrete batch dengan segera sebelum dan selama curing
 Air entraining admixture: menambah gelembung udara mikroskopik ke dalam
concrete, meningkatkan ketahanan terhadap pembekuan dan membuat
conrete lebih mudah untuk diselesaikan
 Set accelerator: mempercepat set-time campuran, memungkinkan
menyelesaikan aktivitas lebih cepat dan berguna saat cuaca dingin
 Set retarder: merupakan pengaruh yang berlawanan dengan set accelerator
– membuat set lebih lambat dan memungkinkan pengiriman ke tempat yang
lebih jauh dan selesai selama cuaca panas
 Water reducer: digunakan untuk mengurangi jumlah air yang dibutuhkan
untuk menghasilkan slump. Water reducer juga bisa membuat concrete lebih
mudah untuk diselesaikan dan menghasilkan semen hidrasi yang lebih baik.
Dengan mengurangi jumlah air yang dibutuhkan, jumlah semen bisa
dikurangi karena kekuatan beton secara langsung berhubungan dengan rasio
air/sement
Mineral admixture termasuk fly ash, hydrated lime, silica fume dan ground blast
furnace slag. Material ini memiliki sifat seperti semen, meningkatkan kekuatan dan
densitas dari concrete yang sudah selesai proses. Dan berguna untuk meningkatkan
mampu kerja, densitas, dan kekuatan concrete jangka panjang

Type of Concrete
a. Based on unit weight:
a.1. normal weight concrete: 2400 Kg / m3
a.2. lightweight concrete: 1800 Kg / m3
a.3. heavyweight concrete: 3200 Kg / m3

b. Based on compressive strength:


b.1. low strength concrete: < 20 Mpa (3000 psi)

21 Pengetahuan Bahan – Modul 10


4 HERY NURMANSYAH ST., MT.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
b.2. moderate strength concrete: 20 – 40 Mpa (3000 – 6000 psi)
b.3. high strength concrete: > 40 Mpa (6000 psi)

Tabel 1. Typical Proportions of Materials in Concrete of Different Strength


Low strength Moderate strength High strength
Lb/yd3 Lb/yd3 Lb/yd3
Cement 430 600 860
Water 300 300 300
Fine aggregate 1350 1430 1500
Coarse aggregate 1970 1740 1470
Cement paste proportion:
- Percent by mass 18 22.1 28.1
- Percent by volume 26 29.3 34.3
Water/cement ratio by mass 0.7 0.5 0.35
Strength (Mpa) 18 30 60

CONCRETE PROPERTIES
Ada 3 kondisi concrete:
1. Plastic
2. Setting state
3. Hardened
Kemudian ada 4 properties utama concrete:
1. Workability: artinya mudah untuk menempatkan, menangani, memadatkan dan
menyelesaikan concrete. Dipengaruhi oleh pasta semen dan sifat agregat
2. Cohesiveness: artinya seberapa baik concrete saling mengikat pada kondisi plastik.
Dipengaruhi aggregate grading dan water content
3. Strength
4. Durability: terkait dengan strength. Semakin kuat maka concrete akan semakin awet.
Strength dan durability dipengaruhi oleh compaction (menghilangkan udara dari
concrete), curing (menjaga agar concrete tetap lembab untuk periode tertentu agar
mencapai kekuatan maximum), cuaca, jenis semen, dan water cement ratio.

Properties of Hardened concrete and their significance


Pemilihan material untuk aplikasi khusus harus memperhitungkan kemampuannya untuk
menahan applied force (gaya). Deformasi terjadi dari beban yang diberikan  strain, yang
didefinisikan sebagai perubahan panjang per unit panjang; beban diekspresikan sebagai
stress yang didefinisikan sebagai gaya per satuan luas.
Pada saat strain seimbang dengan stress dan bias kembali ke bentuk semula pada saat
beban diangkat maka disebut elastic strain. Elastic modulus concrete dalam compression

21 Pengetahuan Bahan – Modul 10


5 HERY NURMANSYAH ST., MT.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
berkisar 14 x 103 sampai dengan 40 x 103 Mpa. Yang perlu diperhatikan pada batas elastic
adalah pembatasan maksimum strees yang diijinkan sebelum bahan mengalami deformasi
yang permanen.
Pada saat strain tidak seimbang lagi dengan stress maka strain ini disebut dengan plastic
atau inelastic strain.
Jumlah inelastic strain yang terjadi sebelum kegagalan merupakan pengukuran untuk
ductility.
Untuk pengukuran energy adalah toughness
Secara umum, pada saat strength suatu bahan meningkat maka ductility dan toughness
akan menurun.
Fenomena peningkatan strain secara bertahap dalam satuan waktu dalam stress yang
berkelanjutan disebut dengan creep
Thermal shrinkage akan terjadi pada saat pendinginan concrete yang panas. Shrinkage
strain sangat penting pada concrete karena pada saat di-restrained, maka akan
bermanifestasi ke tensile stress. Pada saat tensile strength concrete rendah, maka concrete
structure sering terbuka pada proses penyusutan yang disebabkan oleh kelembaban
(moisture) atau perubahan temperature
Durability didefinisikan sebagai service life bahan pada kondisi lingkungan. Secara umum
watertight concrete memiliki durability yang lebih panjang.

STRUCTURE OF CONCRETE
Jenis, jumlah, ukuran, bentuk, dan fase distribusi yang ada dalam bentuk solid 
berhubungan dengan struktur.
Macrostructure secara umum digunakan untuk gross structure dan bisa terlihat dengan
kasat mata. Batas kasat mata ini 200 µm. Microstructure digunakan untuk porsi microskop

Significance
Properties (sifat bahan) dapat dimodifikasi dengan membuat perubahan yang sesuai dalam
struktur bahan. Meskipun concrete merupakan material yang paling banyak digunakan,
namun struktur concrete merupakan struktur yang sangat kompleks dan heterogen.
Faktor yang paling mempengaruhi concrete adalah:
- Strength (kekuatan)
- Elasticity
- Shrinkage
- Creep
- Cracking
- Durability

Complexities

21 Pengetahuan Bahan – Modul 10


6 HERY NURMANSYAH ST., MT.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Fase yang dapat dibedakan secara mudah adalah aggregate particles (size and shape) dan
medium pengikat (binding medium) yang terdiri dari incoherent mass of hydrated cement
paste (hcp).
Kemudian ada fase yang ketiga yakni transition zone yang mempresentasikan interfacial
region antara particle coarse aggregate dan hcp.
Struktur concrete tidak stabil, hal ini dikarenakan adanya 2 komponen (hcp dan transition
zone) yang bisa berubah – ubah menurut waktu, kelembaban lingkungan, dan temperatur

Structure of the Aggregate phase


Aggregate phase sangat berperan terhadap berat satuan, modulus elastisitas, dan
kestabilan dimensi dari concrete. Properties ini tergantung pada density dan strength
aggregatenya lebih ditentukan oleh karakteristik fisiknya ketimbang kimia-nya.

Structure of Hydrated Cement Paste (HCP)


Hcp dalam modul ini mengacu pada Portland cement. Struktur hcp berkembang seiring
dengan reaksi kimia antara portland cement mineral dan air
a. Solids in hydrated cement paste
- Calcium silicate hydrate:
komponen ini disingkat dengan C-S-H dan merupakan penyusun 50 – 60% volume
solid dalam hydrated Portland cement paste, sehingga merupakan komponen yang
paling penting dalam menentukan properties dari pasta tersebut. C-S-H ini disebut
juga dengan tobermorite gel.

- Calcium hydroxide:
Calcium hydroxide crystal disebut juga portlandite merupakan komponen penyusun
sebesar 20 sampai 25% volume solid dalam pasta hydrated. Calcium hydroxide ini
merupakan senyawa stoichiometry yang terdefinisi. Cenderung untuk membentuk
Kristal besar dengan hexagonal prisma morfologi yang khas
- Calcium sulfoaluminates:
Komponen ini hanya terdiri berkisar 15 – 20% dari volume solid sehingga hanya
memegang peranan minor dalam hubungan structure – properties

- Unhydrated clinker grains:


Dengan bergantung pada distribusi ukuran partikel anhydrous cement dan tingkat
hidrasi, maka beberapa unhydrated clinker grains dapat ditemukan dalam
microstructure pasta cement hydrasi (hydrated cement paste) bahkan setelah
beberapa lama mengalami hidrasi.

21 Pengetahuan Bahan – Modul 10


7 HERY NURMANSYAH ST., MT.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
b. Voids in hydrated cement paste
- Interlayer space in C-S-H:
Lebarnya sekitar 18 Ǻ dan 28% porosity pada solid C-S-H. Space berkisar antar 5
sampai 25 Ǻ. Ukuran rongga ini terlalu kecil untuk mempengaruhi kekuatan dan
permeability hcp. Namun, air dalam rongga kecil dapat memiliki hydrogen bonding,
dan untuk menghilangkannya dapat menyebabkan drying shrinkaged dan creep.

- Capilary voids:
Mempresentasikan space yang tidak diisi oleh komponen solid hcp. Total volume
campuran semen dan air tidak berubah selama proses hidrasi. Metode untuk
menghitung total volume rongga kapiler yang lazim disebut porosity dalam Portland
cement pastes memiliki ratio water / cement yang berbeda atau tingkat hidrasi yang
berbeda. Rongga capiler berkisar antara 10 sampai 50 nm dalam pasta ratio
water/cement yang tinggi. Pada awal hidrasi ronggal capiler berkisar 3 sampai 5 µm.
Rongga yang lebih besar dari 50 nm disebut dengan macropores dan dapat merusak
kekuatan (strength) dan permeability. Rongga yang lebih kecil dari 50 nm disebut
dengan micropores dan diasumsikan lebih penting dalam drying shrinkage dan creep

- Air voids:
Memiliki bentuk umum spherical, sedangkan pada capillary void memiliki bentuk
yang tidak teratur. Admixture ditambahkan ke concrete untuk mengatasi ronggal
udara yang sangat kecil dalam pasta semen. Udara dapat terjebak dalam pasta
cement yang fresh selama proses mixing. Rongga udara yang terperangkap bisa
sebesar 3 nm; entrained rongga udara biasanya sekitar 50 sampai 200 µm. Oleh
karena itu baik entrapped maupun entrained rongga udara dalam hcp lebih besar
dari ronggal capiler (capillary voids) bisa mempengaruhi kekuatan (strength) dan
impermeability

c. Water in hydrated cement paste


- Capillary water:
merupakan air yang ada dalam rongga yang lebih besar dari 50 Ǻ. Behavior dari
capillary water dalam hcp, dibagi menjadi 2 kategori yakni water dalam rongga yang
besar dan lebih dari 50 nm (0.05 µm) dan diperhitungkan sebagai air yang bebas
(free water) karena jika dibuang pun tidak menyebabkan perubahan volume.
Kemudian yang satu lagi ditahan dalam capillary tension dalam capillaries yang kecil

21 Pengetahuan Bahan – Modul 10


8 HERY NURMANSYAH ST., MT.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
( 5 sampai 50 nm) dan jika dibuang maka akan menyebabkan shrinkage dalam suatu
system

- Adsorbed water:
Ini merupakan air yang dekat dengan permukaan padat, dan dalam pengaruh
tekanan molekul air yang secara fisik diakumulasikan pada permukaan solid di hcp.
Kehilangan akumulasi air akan mempegaruhi shrinkage hcp

- Interlayer water:
Diasosiasikan dengan struktur C-S-H. Layer air monomolecular ini berada diantara
layer C-S-H yang diikat secara kuat dengan ikatan hydrogen. Interlayer water akan
hilang hanya pada strong drying. Struktur C-S-H akan menyusut pada saat interlayer
water hilang

- Chemically combined water:


Ini merupakan air yang terintegrasi dengan produk hidrasi cement yang beraneka
ragam. Air ini tidak hilang pada saat drying

PERBEDAAN CONCRETE DENGAN CEMENT (Callister & Rethwisch, 2015: concrete)


Concrete merupakan composite material yang terdiri dari aggregate particle yang terikat
satu sama lain dalam kondisi solid oleh beberapa media pengikat yaitu semen
Ada 2 jenis concrete yang paling popular yaknik Portland cement dan Asphaltic cement
Portland cement digunakan untuk structural building sedangkan asphaltic cement
digunakan untuk material jalan (paving material).
Portland cement memiliki keterbatasan yakni relative lemah dan brittle serta tensile
strengthnya hanya 1/15 atau 1/10 dari compressive strengthnya.
Reinforced concrete merupakan concrete yang dikuatkan dengan memberikan tambahan
penguat berupa:
- Steel rods
- Wires
- Bars (rebars)
- Mesh
- High modulus material seperti glass, steel, nylon, dan polyethylene

STRUCTURE – Property Relationship in Hydrated Cement Paste (HCP)


Strength

21 Pengetahuan Bahan – Modul 10


9 HERY NURMANSYAH ST., MT.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Yang harus dicatat adalah sumber utam kekuatan pada produk solid hcp adalah keberadaan
ikatan van der waals. Dan hubungan antara kekuatan dengan porosity merupakan
hubungan yang terbalik. Kekuatan yang ada pada bagian solid; maka rongga akan merusak
kekuatan.

Dimensional Stability
Saturated hcp secara dimensi tidak stabil. Sepanjang dijaga 100% RH (relative humidity)
maka secara praktis tidak ada perubahan dimensi yang terjadi. Namun jika diekspos dengan
kelembaban lingkungan, dimana secara normal lebih rendah dari 100%, maka material akan
mulai kehilangan air dan menyusut. Yang perlu dicatat bahwa mekanisme yang berperan
dalam drying shrinkage amak akan berperan juga dalam creep hcp.

Durability
Berhubungan dengan service life pada kondisi lingkungan. Hcp adalah alkaline, dan
diekspose pada air yang mengandung asam maka akan merusak material. Pada kondisi ini
maka impermeability yang disebut juga watertightness menjadi factor utama untuk
menentukan durability. Impermeability hcp merupakan karakter yang penting karena
diasumsikan impermeable hcp akan menghasilkan impermeable concrete.
Permeability didefinisikan sebagai kemudahan zat cair untuk mengalir melalui zat padat,
sehingga jelaslah bahwa ukuran dan keberlangsungan pori – pori dalam struktur solid
menentukan permeability.
Strength dan permeability hcp merupakan 2 sisi koin yang berhubungan dengan capillarity
porosity atau ration solid / space.

PROGRESS IN CONCRETE TECHNOLOGY


Normal concrete yang dibuat dengan Portland cement dan aggregate alam yang
konvensional telah mengalami kekuarangan. Percobaan untuk mengatasi hal ini
menimbulkan perkembangan concrete
Dibandingkan dengan steel, low strength / weight ration untuk concrete mempresentasikan
masalah ekonomi dalam dunia konstruksi seperti gedung yang tinggi, jembatan yang
panjang, dan struktur yang mengapung. Untuk meningkatkan strength/weight ratio, 2
pendekatan dilakukan:
1. Lightweight concrete dengan 100 lb/ft3 (1600 Kg/m3) dan 4000 sampai 6000 psi (25
sampai 40 Mpa) compressive strength
2. Highstrength concrete dengan 2400 Kg/m3 dengan 9000 sampai 12000 psi (60
sampai 80 Mpa) compressive strength dengan menggunakan superplasticizing water
reducing admixtures dan pozzolans.

21 Pengetahuan Bahan – Modul 10


10 HERY NURMANSYAH ST., MT.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dengan pengembangan ini maka concrete yang memiliki berat ringan (light weight) dan
kekuatan tinggi (high strength) dapat dicapai bersamaan. Superplasticized concrete dapat
menghasilkan high workability atau flowing concrete mixture tanpa ratio water/cement yang
tinggi dan segregation.
Shrinkage concrete menyebabkan cracking. Hal ini dikenal dalam pembuatan pavement,
floor, dan struktur yang tipis. Untuk mengatasi hal ini digunakan shrinkage-compensating
concrete yang terdiri dari cement yang mahal atau admixture yang mahal
Dibandingkan dengan bahan bangunan yang lain maka toughness-nya concrete sangat
rendah sehingga ketahanan terhadap kekuatan yang tinggi sangat rendah. Untuk mengatasi
ini digunakanlah fibre reinforced concrete yang terdiri dari fiber polypropylene, steel, ataupun
kaca (glass).
Ketahanan material terhadap kelembaban dan larutan kimia, maka digunakan concrete
containing polymer yang memiliki permeability yang rendah dan ketahanan terhadap kimia
yang tinggi. Concrete ini berguna untuk melindungi karat terhadap reinforcing steel pada
aplikasi lantai dan bridges deck. Concrete ini juga digunakan untuk merehabilitasi pavement
yang rusak
Heavyweight concrete dibuat dari bahan dengan densitas yang tinggi, sekitar 50% lebih
berat dibandingkan dengan normal concrete. Type ini digunakan untuk radiation shielding
dalam pabrik bertenaga nuklir
Mass concrete digunakan untuk bendungan dan struktur besar lainnya. Bendungan yang
tingginya kurang dari 100 meter maka dibuat dengan roller compacted concrete.

Beberapa KEUNTUNGAN Concrete dibandingkan dengan Steel


- Engineering consideration
a. Maintenance
Concrete tidak mengalami korosi, sehingga tidak memerlukan surface treatment,
dan kekuatannya meningkat seiring dengan waktu, dengan demikian concrete
tidak memerlukan perawatan dibandingkan dengan steel yang bias korosif dalam
lingkungan laut (lepas pantai)

b. Fire resistance
Api dapat merusak steel secara permanen dan juga mengancam keselamatan
manusia dan investasi. Tidak halnya dengan concrete, namun untuk panas yang
berlebihan concrete memerlukan proteksi juga.

21 Pengetahuan Bahan – Modul 10


11 HERY NURMANSYAH ST., MT.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
c. Resistance to cyclic loading
Fatigue strength pada struktur steel dipengaruhi oleh tekanan local pada
sambungan pengelasan, korosi dan perubahan mendadak dalam geometry.
Tekanan pada concrete yang diijinkan adalah 50% dari kekuatannya, sehingga
fatigue strength tidak berpengaruh terhadap concrete

d. Vibration damping
Berkaitan dengan kenyamanan manusia, efek kelembaban dengan minimal
vibrasi dalam struktur dan pondasi mesin sangatlah penting untuk keberhasilan
operasi. Steel memiliki efek damping yang lebih rendah dibandingkan dengan
concrete

e. Control of deflections
Defleksi prestressed concrete hanya sekitar 35%

f. Explosion resistance
Explosion resistance yang dimiliki concrete beam lebih baik dibandingkan
dengan normal steel girders. Terhadap ledakan, api, sabotage, dan misil, struktur
reinforced concrete memiliki resiko yang lebih rendah dibandingkan dengan
material lainnya.

g. Resistance to cryogenic temperatures


Lebih tahan terhadap suhu yang rendah dibandingkan dengan steel.

- Economic consideration
Dalam pengerjaan, concrete hanya membutuhkan beberapa hari saja dibandingkan
dengan steel yang bisa membutuhkan waktu 1 tahun untuk project berstruktur tinggi

- Energy consideration
Banyak studi menunjukkan bahwa struktur concrete lebih hemat energy
dibandingkan dengan steel.

- Ecological consideration
Dibandingkan dengan steel, maka reinforced concrete merupakan material yang
ramah lingkungan.

BEBERAPA KETERBATASAN (LIMITATIONS) CONCRETE:

21 Pengetahuan Bahan – Modul 10


12 HERY NURMANSYAH ST., MT.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
 Kekuatan tarik (tensile strength) concrete relatif rendah
 Concrete kurang elastis
 Low strength to weight ratio
 Concrete bisa mengandung senyawa garam. Dan senyawa garam menyebabkan
pemekaran concrete (efflorescence effect)
 Concrete rentan terhadap keretakan ( susceptible to cracking)

OPTIONS FOR THE FUTURE OF CEMENT (Scrivener, K.L: 2014)


Dalam dunia konstruksi, concrete dan semen menyumbang 5-8% emisi CO2 buatan
manusia. Tabel dibawah ini menunjukkan berbagai macam material bangunan berikut energi
dan CO2
Tabel 2. Material Bangunan, Energi, dan CO2

Oleh karena itu perlu adanya tindakan mengurangi semen dalam concrete agar bisa
mengurangi emisi CO2.
Cara mengurangi emisi CO2 adalah dengan:
1. Dengan economical mix design
2. Mengganti cement dengan flyash
3. Dengan menggunakan bahan alternatif seperti bacterial concrete atau geopolymer
concrete (tidak ada cement dalam concrete)
Salah satu cara untuk mengurangi emisi ini bisa dilakukan dengan menggunakan alternatif
SCM (Supplementary Cementitious Materials) yakni LC3 – Limestone, Calcined Clay, Clinker
Cements.
Keuntungan utama dari penggunaan teknologi LC3 adalah:
1. Harga produksi yang lebih murah
2. LC3 bisa diproduksi dengan peralatan (equipment) yang ada dalam pabrik semen
3. LC3 tidak memerlukan perubahan besar dalam teknologi concrete

Geopolymer Concrete:

21 Pengetahuan Bahan – Modul 10


13 HERY NURMANSYAH ST., MT.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Shetty, M.S. dalam tulisannya berjudul “Concrete Technology: Theory & Practice) bahwa
geopolymer ditemukan pertama kali oleh Daviddovits pada tahun 1978. Geopolymer
merupakan polymer alumino-slicate yang inorganic, yang kemudian disintesiskan dari bahan
silicon dan aluminium seperti flyash. Cairan alkaline digunakan untuk menginduksi atom
silicon dan aluminium dan menjadi bentuk gel. Proses polymerisasi terbantu dengan
mengplikasikan panas yang kemudian menjadi kering. Gel geopolymer kemudian mengikat
agregat kasar dan halus untuk membentuk geopolymer concrete. Geopolymer gel
menggantikan C-S-H dalam cement concrete. Periode reaksi kimia berlangsung cepat dan
kebutuhan periode curing berkisar 24 sd 48 jam.
Data menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi compressive strength dalam
geopolymer concrete adalah sebagai berikut:

 Ratio massa dalam fly ash Silicon oxide (SiO2) terhadap aluminium oxide (Al2O3)
dalam ranah 2 – 3.5. Ratio ini cocok untuk menghasilkan concrete yang bagus

 Ratio massa cairan activator terhadap sumber material fly ash

 Konsentrasi sodium hydroxide NaOH menurut terminologi Molarity (M) dalam ranah
8 – 16 M

 Ratio massa sodium silicate terhadap larutan sodium hydroxide. Efek parameter
tergantung pada komposisi larutan sodium silicate

 Curing temperature dalam ranah 30 – 90 derajat Celcius

 Curing time dalam ranah 6 – 48 jam

 Kandungan air dalam campuran

DAFTAR PUSTAKA
- Al-Neshawy, F. 2016. Introduction to Concrete Technology. Aalto University, School
of Engineering. Finlandia.
- Callister, W.D., Rethwisch, D.G. 2015. Material Science and Engineering. John Wiley
and Sons
- ______. Concrete Basics: A Guide to Concrete Practice. Cement Concrete and
Aggregates. Australia.
- Groover, M.P. 2002. Fundamentals of Modern Manufacturing: Physical Properties of
Materials. John Wiley and Sons.
- Harris, Bryan. 1999. Engineering composite material. Institute of Material, London.
- Idol, James D., Lehman, Richard L. 2004. Chapter 12: Materials: Polymer. CRC
Press
- Kailas, S.V. Material Science: Chapter 02, Indian Institute of Science, Bangalore,
India.
- Mehta, P.Kumar, Monteiro, Paulo J.M. 1993. Concrete: Structure, Properties, and
Materials. Prentice Hall, Englewood cliff, New Jersey 07632.
- Roylance, D. 2008. Mechanical Properties of Material, Massachussets Institute of
Technology (MIT).

21 Pengetahuan Bahan – Modul 10


14 HERY NURMANSYAH ST., MT.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
- Sacrivener, K.L. 2014. Options for the Future of Cement. Technical Paper. The
Indian Concrete Journal.
- Shelby, Chapter 3: Glass Making.
- The Army Institute for Professional Development, Metal Properties, Characteristics,
Uses, and Codes, Army Correspondence Course Program, 7th edition.
- Tuttle, Mark E. 1992. A Brief Introduction to Polymeric Materials, Department of
Mechanical Engineering, University of Washington, Seattle, Washington.
- U.S. Department of Energy, Pacific Northwest National Laboratory, Introduction to
Materials Science and Technology.
- University of Tennessee, Department of Material Science and Engineering,
Introduction to Material Science and Engineering, Chapter 01 & Chapter 13.
- Van Vlack, L.H. Elements of Material Science and Engineering. Addison Wesley,
Massachussets
- White, Rachel L. 2007. Glass as a Structural Material, a Report for Master of
Science, Kansas State University, Manhattan, Kansas
- -, Chapter 3: Properties of Wood and Structural Wood Product

21 Pengetahuan Bahan – Modul 10


15 HERY NURMANSYAH ST., MT.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai