PENDAHULUAN
beton ringan selular atau dikurangi beton kepadatan. Apabila beton busa di
aplikasikan pada saluran air (drainase dan irigasi) maka tidak hanya diuji
kekuatannya akan tetapi diuji permeabilitas agar tidak mengurangi volume
air yang di akibatkan oleh rembesan pada beton itu sendiri. Dilihat dari segi
manfaatnya saluran air khususnya drainase sebagai tempat pembuangan air
kotor (limbah) rumah, gedung, pabrik, kantor dan sebagainya yang nantinya
akan dialirkan pada permukaan yang lebih rendah yaitu sungai, danau, atau
laut agar tercemar pada lingkungan pada daerah tersebut. Sedangkan pada
saluran air pada irigasi adalah saluran bangunan, dan bangunan pelengkap
yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan,
pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
Permeabilitas merupakan kemampuan pori-pori beton ringan dilalui
oleh air. Pasta semen yang telah mengeras tersusun atas banyak partikel,
dihubungkan antar permukaan yang jumlahnya relatif lebih kecil dari total
permukaan partikel yang ada. Air memiliki viskositas yang tinggi namun
demikian dapat bergerak dan merupakan bagian dari aliran yang terjadi
(Neville, 1995). Hal ini peneliti menguji ketahanan foam concrete terhadap
kuat tekan dan rembesan (permeabilitas test).
1.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengaruh agent foam terhadap uji kuat tekan beton pada
masing-masing campuran beton busa?
b. Berapa koefisien permeabilitas yang didapat pada beton busa terhadap
masing-masing campuran beton busa?
1.3. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
dan D : 15 cm.
Tidak membahas masalah biaya
Menggunakan jenis semen tipe 1 (PC)
Menggunakan agent foam
Karakteristik kuat tekan dan nilai
porositas
bata
beton
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Umum Foam Concrete
Beton foam adalah campuran antara semen, air, agregat dengan bahan
tambah
(admixture) tertentu yaitu dengan membuat gelembung-gelembung
gas atau udara dalam adukan semen sehingga terjadi banyak pori-pori udara
didalam betonnya (Husin, dan Setiaji, 2008).
Beton busa, juga dikenal sebagai beton berbusa, foamcrete, beton
ringan selular atau dikurangi beton kepadatan, adalah bubur yang dibuat
dengan menyuntikkan mortar atau semen pasta dengan busa sintetik
diangin-anginkan. Hampir tidak ada agregat kasar yang digunakan dalam
memproduksi beton busa, sehingga beton istilah teknis keliru. beton berbusa
berbeda dari diautoklaf beton aerasi , yang merupakan bubur menyatu
dengan reaksi kimia bubuk aluminium dan kalsium hidroksida.
Menurut Murdock, L.J dan Brook, K. M, dalam Bahan dan Praktek
Beton, ada banyak cara yang dilakukan untuk menghasilkan beton ringan,
tetapi ini semua tergantung adanya rongga udara dalam agregat atau
pembentukan rongga udara dalam beton dengan menghilangkan agregat
halus, atau pembentukan rongga udara dalam pasta semen dengan
menambahkan beberapa bahan yang menyebabkan busa, dan pada beberapa
jenis beton ringan, kedua cara tersebut dapat dikombinasikan. Beton ringan
juga tidak hanya diperhitungkan karena memiliki berat yang ringan, tetapi
juga karena isolasi suhu yang tinggi dibandingkan dengan beton biasa.
Umumnya
dikembangkan
pada
1970-an
dan
awal
80-an,
yang
diterapkan pada bata beton ringan, dimana kuat tekan yang dihasilkan
sebesar 15,26 kg/cm 2 dengan berat 6,02 kg dan memiliki persen absorbsi
sebesar 13,02 %.
Susanto, Eka Pradana, Biemo W Soemardi, Ivindra Paned, Studi
Penggunaan Dinding Foam Concrete (FC) dalam Efisiensi Energi dan Biaya
untuk Pendinginan Udara (Air Conditioner). Pada
penelitian
ini
menggunakan mix design foam concrete dengan komposisi semen, pasir dan
foam sebagai berikut :
Campuran
1
2
3
4
Air
0,5
0,5
0,5
0,5
Semen
1
1
1
1
Pasir
0,67
2
1
1,5
Mortar : Foam
0,4 : 0,6
0,4 : 0,6
0,4 : 0,6
0,4 : 0,6
Pada umur 28 hari di uji kuat tekan beton dengan komposisi campuran
diatas diperoleh kuat tekan tertinggi pada campuran 1 adalah 1,14 Mpa.
Namun kuat tekan yang diperoleh belum memenuhi syarat sebagai bata
beton SNI 03-0349-1989 karena penelitian ii menggunakan semen jenis
PCC (Portland Composite Cement).
Fahrizal, Zulkarnain, Mahyuddin Ramli, Durability of Performance
Foamed Concrete Mix Design with Silica Fume for Housing Development.
Penelitian ini semen OPC (Ordinary Portland Cement) yang merupakan
semen tipe 1 dengan komposisi semen, pasir dan air adalah 1 : 1,5 : 0,5 dan
mortar : foam adalah 0,4 : 0,6, memperoleh kuat tekan pada hari ke 3, 7 dan
28 hari adalah 2,81 Mpa, 3,40 Mpa, dan 4,67 Mpa.
2.3. Beton
Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari
kombinasi aggregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton
adalah beton semen Portland, yang terdiri dari agregat mineral (biasanya
kerikil dan pasir), semen dan air.
Biasanya dipercayai bahwa beton mengering setelah pencampuran dan
peletakan. Sebenarnya, beton tidak menjadi padat karena air menguap, tetapi
semen berhidrasi, mengelem komponen lainnya bersama dan akhirnya
membentuk material seperti-batu. Beton digunakan untuk membuat
perkerasan
jalan,
struktur
bangunan,
fondasi,
jalan,
jembatan
pelaksanaannya
tidak
diperlukan
keahlian
khusus.
Semen Portland
Semen portland atau biasa disebut semen adalah bahan
pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat
kalsium yang bersifat hidrolis), dengan batu gips sebagai bahan
tambahan. Jika semen dicampur dengan air, dalam beberapa waktu
akan dapat menjadi keras. Campuran semen dengan air tersebut
dinamakan pasta semen. Jika pasta semen dicampur dengan pasir,
maka dinamakan mortar. Jenis Semen Portland
Menurut SII.0013-1981, semen portland diklasifikasikan
menjadi 5 (lima) jenis sebagai berikut :
a. Jenis I, yaitu semen portland yang digunakan untuk pekerjaan
teknik sipil pada umumnya dan tidak memerlukan persyaratnpersyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis
portland yang lain.
nya rendah
Agregat
Agregat adalah merupakan salah satu komponen yang bisa
membuat beton kompak. Agregat beton dikelompokkan menjadi 3
jenis disesuaikan dengan keperluan beton, yaitu :
a. Jenis agregat berat
Agregat ini biasa dipakai untuk membuat beton dengan berat
volume yang tinggi. Jenis beton ini dipakai terutama untuk
mencegah terjadinya radiasi akibat bahan radioaktif, misalnya
untuk pembuatan reaktor nuklir. Biasanya berasal dari batu
barit (BaSO4), biji besi, butiran atau potongan besi baja.
b. Jenis agregat normal
Agregat jenis ini biasa digunakan untuk pembuatan beton
sehari-hari. Biasanya berasal dari batuan yang berat volumenya
anatara 2.5 kg/m3 sampai 3 kg/m3.
Agregat Halus
Agregat halus sering disebut dengan istilah pasir. Pasir
berfungsi sebagai bahan pengisi yang berasal dari pasir alam.
Seperti halnya bahan baku yang lain, maka pasir juga harus
memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu :
a. Kadar lumpur yang terkandung tidak boleh lebih dari 5%.
b. Butir pasir yang dipakai dalam campuran beton harus
merupakan butiran yang tajam, keras serta harus bersifat kekal,
artinya tidak mudah pecah atau hancur oleh pengaruhpengaruh alam, sperti terik matahari atau hujan.
c. Penimbunan pasir harus dipisahkan dari material lainnya,
karena pasir yang digunakan harus dalam keadaan bersih.
d. Tidak boleh mengandung banyak bahan organik.
e. Secara visual harus bersih dan tidak bercampur kotoran.
Menurut peraturan SK-SNI-T-15-1990-03, kekasaran pasir
dibagi menjadi empat kelompok menurut gradasinya, yaitu pasir
halus, agak halus, agak kasar, dan kasar.Batas batas tercantum
dalam tabel ini.
Lubang
ayakan
Daerah I
Daerah II
Daerah III
Daerah IV
10
100
100
100
100
4.8
90 - 100
90 - 100
90 - 100
95 - 100
2.4
60 - 95
75 - 100
85 - 100
95 - 100
(mm)
1.2
30 - 70
55 - 90
75 - 100
90 - 100
0.6
15 - 34
35 - 59
60 - 79
80 - 100
0.3
5 - 20
8 - 30
12 - 40
15 - 50
0.15
0 - 10
0 - 10
0 - 10
0 - 15
Keterangan : Daerah I
Daerah II
Daerah III
Daerah IV
2.5.4.
: pasir kasar
: pasir agak kasar
: pasir agak halus
: Pasir Halus
Kebersihan Agregat
Agregat dalam beton memberikan kekuatan yang maksimum
apabila keadaannya bersih (tidak mengandung bahan-bahan yang
merugikan). Bahan-bahan yang nerugikan dalam beton adalah:
a. Zat organik
Zat organik pada agregat, umumnya berasal dari
pelapukan tumbuh-tumbuhan yang berbentuk humus dan atau
lumpur organik.
b. Tanah liat, lumpur, debu
Tanah liat pada agregat bisa berupa gumpalan atau lapisan
yang menutupi permukaan butiran agregat. Lumpur dan debu
merupakan partikel yang berukuran 0.002 mm s/d 0.006 mm.
Tanah liat, lumpur dan debu akan menyerap air yang
cukup banyak didalam beton, jadi akan memperbanyak FAS
yang dibutuhkan dalam beton, hal ini akan memperbesar susut
dalam beton.
c. Garam chlorida dan sulfat
Garam Chlorida akan berbahaya terhadap beton ataupun
tulangnya (karena ada unsur CI). Garam sulfat (MgSO4) akan
berbahaya terhadap beton. Serangan MgSO4 terhadap beton
akan memberikan suatu senyawa baru yang bersifat expansive.
Air
Air adalah salah satu unsur yang penting dalam campuran
beton, karena air berfungsi agar proses hidrasi didalam beton
berlangsung. Beberapa macam air yang terdapat di alam, yaitu :
a. Air hujan
Pada umumnya air hujan mengandung kotoran-kotoran
dari udara, CO2 dan juga SO2 sehingga ada kemungkinan
bahwa air tesebut tidak jernih dan kotor.
b. Air dari mata air
Pada dasarnya air dari mata air mengandung larutan garam
antara lain garam sulfat, besi, kalsium, dan natrium, dan
kadang-kadang mengandung asam karbonat.
c. Air laut
Pada dasarnya air laut mengandung larutan garam (
3,5%) dimana prosentase maksimum adalah garam NACl
(75%).
Syarat-syarat air untuk campuran beton :
Telah menjadi kesepakatan bahwa air untuk adukan beton adalah
air yang bersih. Berikut ini beberapa persyaratan air menurut
SKSNI,ACI, dan British Standart.Persyaratan air menurut SKSNI
S-04-1989-F :
a. Bersih.
b. Tidak mengandung lumpur, minyak, benda terapung lain yang
bisa dilihat secara visual.
c. Tidak mengandung benda tersuspensi > 2 gram/liter.
gas/udara
dalam
campuran
mortar
sehingga
Menurut Neville and Brooks (1993), ada dua metode dasar yang dapat
ditempuh untuk menghasilkan gelembung-gelembung gas/udara dalam
beton yaitu sebagai berikut :
a. Gas concrete, dibuat dengan memasukkan suatu reaksi kimia dalam
bentuk gas/udara ke dalam mortar basah, sehingga ketika bercampur
menghasilkan gelembung-gelembung gas/udara dalam jumlah yang
banyak. Cara yang sering digunakan adalah dengan menambahkan
bubuk aluminium kira-kira 0,2% dari berat semen ke dalam campuran.
b. Foamed concrete, dibuat dengan menambahkan foam agent (cairan
busa) ke dalam campuran. Foam agent merupakan salah satu bahan
pembuat busa yang biasanya berasal dari bahan berbasis protein
hydrolyzed. Bahan pembentuk foam agent dapat berupa bahan alami
dan buatan. Foam agent dengan bahan alami berupa protein memiliki
kepadatan 80 gram/liter, sedangkan bahan buatan berupa synthetic
memiliki kepadatan 40 gram/liter. Fungsi dari foam agent ini adalah
untuk menstabilkan gelembung udara selama pencampuran dengan
cepat.
2.7. Permeabilitas Beton
Permeabilitas beton adalah kemampuan media yang poros untuuk
mengalirkan fluida. Setiap material dengan ruang kosong diantaranya
disebut poros, dan apabila ruang kosong itu saling berhubungan maka ia
akan memilikisifat permeabilitas. Maka batuan, beton, tanah, dan banyak
matrial lain dapat meruakan material poros dan permeable. Material dengan
ruang kosong yang lebih besar biasanya mempunyai angka pori yang lebih
besar pula (bowles, JE 1986).
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah untuk menganalisa kekuatan beton ringan menggunakan
foam untuk dinding dengan tulangan anyaman bambu. Lokasi penelitian
dilakukan di laboratorium teknologi beton Universitas Muhammadiyah Malang.
3.1. Rancangan Penelitian
3.1.1. Peralatan dan Bahan Penelitian
Penelitian ini menggunakan peralatan yang ada di laboratorim
teknologi beton jurusan sipil fakultas teknik Universitas
Muhammadiyah malang.
a. Alat
1. Satu set saringan ASTM
2. Timbangan analitis
3. Oven
4. Seperangkat alat vikat
5. Gelas ukur
6. Piknometer
7. Stopwatch
8. Peralatan pemeriksaan beton
9. Alat aduk beton
10. Cetakan
11. Alat dan mesin uji kuat tekan dan uji permeabilitas
12. Alat pendukung lainnya
b. Bahan
1. Semen PC Gresik tipe I
2. Agregat halus
3. Air
3.1.2. Perencanaan Campuran
Perencanaan campuran pada
semen
semen,
pasir
dan
Air
Seme
Pasir
Mortar :
0,50
0,50
0,50
0,50
0,50
n
1
1
1
1
1
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
Foam
1:0
0,8 : 0,2
0,6 : 0,4
0,4 : 0,6
0,2 : 0,8
Benda Uji
Umur
45 benda
14, 21 dan 28
uji
15 benda
hari
Uji
Kuat Tekan
Silinder
Permeabilita
Silinder
s
28 hari
uji
2. Agregat (Pasir)
a. Pemeriksaan clay lump pasir
b. Pencucian pasir lewat saringan no.200
c. Analisa saringan agregat
d. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat
3.2.2. Perawatan dan Pengujian Beton
Pengujian kuat tekan dilakukan setelah umur beton menempuh
umur 7, 14 dan 28 hari, dan pada uji rembesan dan kuat lentur umur
28 hari dihitung pada pelepasan cetakan. Kemudian beton dilakukan
perawatan pada beton, perawatan dilakukan dengan cara direndam
kedalam bak air yang ada di laboratorium teknologi beton,
Universitas Muhammadiyah Malang.
Pada pengujian kuat tekan beton menggunakan benda uji
silinder berukuran tinggi 30 cm dan diameter 15 cm, berikut
prosedur pengujiannya :
1. Meletakkan benda uji pada mesin uji tekan secara sentris
2. Jalankan mesin uji tekan dengan penambahan beban yang
konstan berkisar antara 3 5 kg per detik
3. Lakukan pembebanan sampai benda uji mencapai hancur dan
catat beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda
uji.
4. Gambar bentuk retak / pecahan dan catat pada benda uji.
Perhitungan uji kuat tekan :
Kekuatan tekan beton :
P
( kg/cm 2 )
A
pengujian
rembesan
(Permeabilitas
Test)
beton
K=
aL h0
ln
A t h1
Dimana :
K
MULAI
STUDI LITERATUR
PERSIAPAN & PENGUJIAN
MATERIAL
SEMEN
Berat jenis
Kehalusan
semen
Konsistensi
semen
Waktu ikat
PASIR
Agent foam
Analisa
saringan
Berat jenis
dan
penyerapan
PEMBUATAN BENDA
UJI
UJI SLUMP
PERAWATAN
PENGUJIAN UJI KUAT LENTUR BETON RINGAN
SETELAH UMUR 28 HARI
PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN
SARAN
SELESAI