Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dengan semakin pesatnya pertumbuhan pengetahuan dan teknologi di
bidang teknologi beton yang mendorong kita lebih memperhatikan standar
mutu serta produktivitas kerja yang lebih berkualitas. Diperlukan suatu
bahan yang memiliki keunggulan yang lebih baik dibandingkan bahan yang
sudah ada selama ini. Selain itu bahan tersebut harus memiliki beberapa
keuntungan seperti bentuk yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan,
spesifikasi teknis dan daya tahan yang kuat, kecepatan pelaksanaan serta
ramah lingkungan. Pembangunan saluran air sperti drainase, dan irigasi
sering kita jumpai dengan bentuk fisik berupa beton. Pembuatan beton pada
saluran tersebut dapat dilakukan secara konvensional atau pracetak.
Pemakaian bahan khususnya beton sebagai bahan bangunan mulai
menjadi pilihan masyarakat. Hal ini dikarenakan keunggulannya, seperti
beton mempunyai kesesuaian material struktural dan arsitektur, ekonomis,
perawatan yang mudah, tahan panas dan bahan penyusunnya mudah
didapat. Bahan dasar dan perbandingan campuran dari adukan yang akan
digunakan untuk suatu bangunan akan mempengaruhi kekuatan dan
keawetan beton itu sendiri. Faktor kekuatan dan keawetan bangunan adalah
faktor yang sangat penting, karena faktor ini menyangkut kenyamanan dan
keselamatan jiwa manusia yang ada dalam bangunan tersebut.
Seiring perkembangan jaman pada teknologi beton memunculkan
penggunaan beton busa, juga dikenal sebagai beton berbusa, foamcrete,

beton ringan selular atau dikurangi beton kepadatan. Apabila beton busa di
aplikasikan pada saluran air (drainase dan irigasi) maka tidak hanya diuji
kekuatannya akan tetapi diuji permeabilitas agar tidak mengurangi volume
air yang di akibatkan oleh rembesan pada beton itu sendiri. Dilihat dari segi
manfaatnya saluran air khususnya drainase sebagai tempat pembuangan air
kotor (limbah) rumah, gedung, pabrik, kantor dan sebagainya yang nantinya
akan dialirkan pada permukaan yang lebih rendah yaitu sungai, danau, atau
laut agar tercemar pada lingkungan pada daerah tersebut. Sedangkan pada
saluran air pada irigasi adalah saluran bangunan, dan bangunan pelengkap
yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan,
pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
Permeabilitas merupakan kemampuan pori-pori beton ringan dilalui
oleh air. Pasta semen yang telah mengeras tersusun atas banyak partikel,
dihubungkan antar permukaan yang jumlahnya relatif lebih kecil dari total
permukaan partikel yang ada. Air memiliki viskositas yang tinggi namun
demikian dapat bergerak dan merupakan bagian dari aliran yang terjadi
(Neville, 1995). Hal ini peneliti menguji ketahanan foam concrete terhadap
kuat tekan dan rembesan (permeabilitas test).
1.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengaruh agent foam terhadap uji kuat tekan beton pada
masing-masing campuran beton busa?
b. Berapa koefisien permeabilitas yang didapat pada beton busa terhadap
masing-masing campuran beton busa?
1.3. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Benda uji kuat tekan dan uji permeabilitas beton menggunakan


benda uji silinder berukuran T : 30 cm dan D : 15 cm, T : 15 cm
2.
3.
4.
5.

dan D : 15 cm.
Tidak membahas masalah biaya
Menggunakan jenis semen tipe 1 (PC)
Menggunakan agent foam
Karakteristik kuat tekan dan nilai

porositas

bata

beton

menggunakan SNI 03-0349-1989


1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh agent foam pada
beton terhadap uji kuat tekan dan uji rembesan (permeabilitas test) pada
beton.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan tambah ilmu
pengetahuan tentang penggunaan agent foam pada beton. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat memperoleh informasi baru tentang pemanfaatan foam
concrete menjadi bahan alternatif beton yang lebih baik.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Umum Foam Concrete
Beton foam adalah campuran antara semen, air, agregat dengan bahan
tambah
(admixture) tertentu yaitu dengan membuat gelembung-gelembung
gas atau udara dalam adukan semen sehingga terjadi banyak pori-pori udara
didalam betonnya (Husin, dan Setiaji, 2008).
Beton busa, juga dikenal sebagai beton berbusa, foamcrete, beton
ringan selular atau dikurangi beton kepadatan, adalah bubur yang dibuat
dengan menyuntikkan mortar atau semen pasta dengan busa sintetik
diangin-anginkan. Hampir tidak ada agregat kasar yang digunakan dalam
memproduksi beton busa, sehingga beton istilah teknis keliru. beton berbusa
berbeda dari diautoklaf beton aerasi , yang merupakan bubur menyatu
dengan reaksi kimia bubuk aluminium dan kalsium hidroksida.
Menurut Murdock, L.J dan Brook, K. M, dalam Bahan dan Praktek
Beton, ada banyak cara yang dilakukan untuk menghasilkan beton ringan,
tetapi ini semua tergantung adanya rongga udara dalam agregat atau
pembentukan rongga udara dalam beton dengan menghilangkan agregat
halus, atau pembentukan rongga udara dalam pasta semen dengan
menambahkan beberapa bahan yang menyebabkan busa, dan pada beberapa
jenis beton ringan, kedua cara tersebut dapat dikombinasikan. Beton ringan
juga tidak hanya diperhitungkan karena memiliki berat yang ringan, tetapi
juga karena isolasi suhu yang tinggi dibandingkan dengan beton biasa.

Umumnya

pengurangan kepadatan diikuti oleh kenaikan isolasi suhu,

meskipun tentu saja diikuti pula oleh penurunan kekuatan.


Sejarah beton busa tanggal kembali ke awal 1920-an dan produksi
diautoklaf beton aerasi , yang digunakan terutama sebagai isolasi . Sebuah
studi rinci mengenai komposisi, sifat fisik dan produksi beton berbusa
pertama kali dilakukan pada 1950-an dan 60-an. Setelah penelitian ini, baru
admixtures

dikembangkan

pada

1970-an

dan

awal

80-an,

yang

menyebabkan penggunaan komersial beton berbusa dalam proyek


konstruksi. Awalnya, itu digunakan di Belanda untuk mengisi kekosongan
dan untuk stabilisasi tanah. Penelitian lebih lanjut dilakukan di Belanda
membantu membawa tentang penggunaan lebih luas beton busa sebagai
bahan bangunan.
2.2. Penelitian yang Terkait
Firmanto, Edwin (2014), penggunaan foam agent dalam pembuatan
bata beton ringan. Pada penelitian ini dilakukan dengan menambahkan
foaming agent dalam campuran beton yang membuat beton menjadi ringan.
benda uji yang digunakan berbentuk kubus dengan komposisi semen :
pasir sebesar 1 : 0,5 ; 1 : 0,7 dan 1 : 0,9 menghasilkan kuat tekan sebesar
17,422 kg/cm2 ; 14,756 kg/cm2 dan 9,778 kg/cm2 dengan berat masing masing sebesar 2,510 kg ; 2,748 kg dan 2,808 kg. Begitu juga pada
penelitian penambahan sikaset accelerator menghasilkan kuat tekan sebesar
14,222 kg/cm 2 ; 14,933 kg/cm2 dan 16,356 kg/cm2 dengan berat masing masing sebesar 2,540 kg ; 2,666 kg dan 2,817 kg. Berdasarkan hasil
pengujian kuat tekan dari kubus beton ringan. Dalam penelitian ini
digunakan mix design semen : pasir adalah 1 : 0,5. Mix design tersebut

diterapkan pada bata beton ringan, dimana kuat tekan yang dihasilkan
sebesar 15,26 kg/cm 2 dengan berat 6,02 kg dan memiliki persen absorbsi
sebesar 13,02 %.
Susanto, Eka Pradana, Biemo W Soemardi, Ivindra Paned, Studi
Penggunaan Dinding Foam Concrete (FC) dalam Efisiensi Energi dan Biaya
untuk Pendinginan Udara (Air Conditioner). Pada

penelitian

ini

menggunakan mix design foam concrete dengan komposisi semen, pasir dan
foam sebagai berikut :
Campuran
1
2
3
4

Air
0,5
0,5
0,5
0,5

Semen
1
1
1
1

Pasir
0,67
2
1
1,5

Mortar : Foam
0,4 : 0,6
0,4 : 0,6
0,4 : 0,6
0,4 : 0,6

Pada umur 28 hari di uji kuat tekan beton dengan komposisi campuran
diatas diperoleh kuat tekan tertinggi pada campuran 1 adalah 1,14 Mpa.
Namun kuat tekan yang diperoleh belum memenuhi syarat sebagai bata
beton SNI 03-0349-1989 karena penelitian ii menggunakan semen jenis
PCC (Portland Composite Cement).
Fahrizal, Zulkarnain, Mahyuddin Ramli, Durability of Performance
Foamed Concrete Mix Design with Silica Fume for Housing Development.
Penelitian ini semen OPC (Ordinary Portland Cement) yang merupakan
semen tipe 1 dengan komposisi semen, pasir dan air adalah 1 : 1,5 : 0,5 dan
mortar : foam adalah 0,4 : 0,6, memperoleh kuat tekan pada hari ke 3, 7 dan
28 hari adalah 2,81 Mpa, 3,40 Mpa, dan 4,67 Mpa.
2.3. Beton
Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari
kombinasi aggregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton

adalah beton semen Portland, yang terdiri dari agregat mineral (biasanya
kerikil dan pasir), semen dan air.
Biasanya dipercayai bahwa beton mengering setelah pencampuran dan
peletakan. Sebenarnya, beton tidak menjadi padat karena air menguap, tetapi
semen berhidrasi, mengelem komponen lainnya bersama dan akhirnya
membentuk material seperti-batu. Beton digunakan untuk membuat
perkerasan

jalan,

struktur

bangunan,

fondasi,

jalan,

jembatan

penyeberangan, struktur parkiran, dasar untuk pagar/gerbang, dan semen


dalam bata atau tembok blok. Nama lama untuk beton adalah batu cair.
2.4. Klasifikasi Beton Menrut Kelas dan Mutu
Menurut( Mulyono.T, 2004) secara umum beton dapat dibedakan atas 2
kelompok yaitu :
1. Beton berdasarkan kelas dan mutu beton.
Beton berdasarkan klasifikasi ini dapat dibagi 3 seperti yang tercantum
dalam table 1. dibawah ini:
a. Beton kelas I adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan non strukturil.
Untuk

pelaksanaannya

tidak

diperlukan

keahlian

khusus.

Pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan ringan terhadap


mutu bahan-bahan, sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak
disyaratkan pemeriksaan. Mutu kelas I dinyatakan dengan Bo.
b. Beton kelas II adalah Beton untuk pekerjaan-pekerjaan strukturil
secara umum. Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan
harus dilakukan di bawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Beton kelas
II dibagi dalam mutu-mutu standar B1, K 125, K175, dan K225.
Pada mutu B1, pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan
terhadap mutu bahanbahan sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak
disyaratkan pemeriksaan. Pada mutu-mutu K125, K175 dengan

keharusan untuk memeriksa kekuatan tekan beton secara kontinu


dari hasil-hasil pemeriksaan benda uji.
c. Beton kelas III adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan strukturil
yang lebih tinggi dari K225. Pelaksanaannya memerlukan keahlian
khusus dan harus dilakukan dibawah pimpinan tenaga-tenaga ahli.
Disyaratkan adanya laboratorium beton dengan peralatan yang
lengkap yang dilayani oleh tenaga-tenaga ahli yang dapat melakukan
pengawasan mutu beton secara kontinu.
2. Berdasarkan jenisnya beton dapat dibagi atas 6 jenis yaitu:
a. Beton Ringan
Agregat yang digunakan untuk memproduksi beton ringan
merupakan agregat ringan juga. Agregat yang digunakan umumnya
merupakan hasil pembakaran shale, lempung, slates, residu slag,
residu batu bara dan banyak lagi hasil pembakaran vulkanik. Berat
jenis agregat ringan sekitar 1900kg/m3 atau berdasarkan kepentingan
penggunaan strukturnya berkisar antara 1440-1850kg/m3 , dengan
kekuatan tekan umur 28 hari lebih besar dari 17,2 MPa.
b. Beton Normal
Beton normal adalah beton yang menggunakan agregat pasir sebagai
agregat halus dan kerikil sebagai agregat kasar dan mempunyai berat
jenis beton antara 2200kg/m3-2400kg/m3 dengan kuat tekan sekitar
15-40 MPa.
c. Beton Berat
Beton berat adalah beton yang dihasilkan dari agregat yang
mempunyai berat isi lebih besar dari beton normal atau lebih dari
2400kg/m3. Untuk menghasilkan beton berat digunakan agregat
yang mempunyai berat jenis yang besar.
d. Beton Massa (Mass Concrete)

Dinamakan beton massa karena digunakan untuk pekerjaan beton


yang besar dan masif misalnya untuk bendungan, kanal, pondasi,
jembatan.
e. Ferro-Cement
Ferro-Cement adalah suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan
cara memberikan suatu tulangan yang berupa anyaman kawat baja
sebagai pemberi kekuatan tarik dan daktil pada mortar semen.
f. Beton Serat (Fibre Concrete)
Beton Serat (Fibre Concrete) adalah bahan komposit yang terdiri dari
beton dan bahan lain berupa serat. Serat dalam beton ini berfungsi
mencegah retakretak sehingga menjadikan beton lebih daktil
daripada beton normal
2.5. Bahan Pembuatan Beton
Untuk mendapatkan mutu beton yang direncanakan, maka pemilihan
materialnya tidaklah dilakukan dengan sembarangan, tapi harus melalui
beberapa kriteria yang telah disyaratkan.
Ada beberapa standar persyaratan yang dapat dipakai sebagai acuan.
Misalnya : SII (Standar Industri Indonesi) 0013-1981 tentang material bahan
bangunan, BS (British Standard) 812-1976 tentang pengujian material
bahan bangunan, ASTM (American Standart for Testing and Materials), IS
(Indian Standard) 269-1976 tentang material bahan bangunan, dan masih
banyak lagi standar yang lain.
Pada campuran beton, pasta semen (air + semen) harus mengisi ruang
antar partikel agregat. Penggunaan partikel harus berlebih (pasir) akan
memiliki luas permukaan yang besar sehingga butuh pasta semen yang
banyak, dilain pihak, tanpa partikel halus, beton segar tidak akan mencapai
plastisitas yang baik. Jadi, FAS tidak dapat dipisahkan dengan gradasi

agregat. Kekurangan agregat halus menyebabkan campuran kasar, terjadi


segregasi dan sulit dikerjakan juga menyebabkan beton tidak ekonomis.
Bentuk agregat juga mempengaruhi workability. Semakin mendekati
bentuk speris, maka semakin mudah dikerjakan. Agregat mendekati bentuk
speris memiliki rasio luas/volume kecil sehingga membutuhkan sedikit
pasta semen untuk melapisi permukaan ageregat. Bentuk pipih dan
memanjang membutuhkan pasta semen yang lebih banyak. Selain bentuk
ageregat normal, ada juga penelitian tentang penggunaan limbah beton
praktis pada bongkaran bangunan sebagai pengganti agregat kasar.
2.5.1.

Semen Portland
Semen portland atau biasa disebut semen adalah bahan
pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat
kalsium yang bersifat hidrolis), dengan batu gips sebagai bahan
tambahan. Jika semen dicampur dengan air, dalam beberapa waktu
akan dapat menjadi keras. Campuran semen dengan air tersebut
dinamakan pasta semen. Jika pasta semen dicampur dengan pasir,
maka dinamakan mortar. Jenis Semen Portland
Menurut SII.0013-1981, semen portland diklasifikasikan
menjadi 5 (lima) jenis sebagai berikut :
a. Jenis I, yaitu semen portland yang digunakan untuk pekerjaan
teknik sipil pada umumnya dan tidak memerlukan persyaratnpersyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis
portland yang lain.

b. Jenis II, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya


mempunyai ketahanan terhadap sulfat dan kalor hidrasinya
lebih kecil dari jenis I (kalor hidrasi sedang). Semen ini
biasanya digunakan untuk pekerjaan beton yang bervolume
besar. Kandungan C3S kurang dari 50% dan kandungan C 3A
kurang dari 8%.
c. Jenis III, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya
mempunyai kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan
terjadi. Biasanya kandungan C3S-nya maksimum.
d. Jenis IV, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya
memerlukan kalor hidrasi yang rendah, hampir sama dengan
jenis II.
Jenis V, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat, biasanya kadar C3A2.5.2.

nya rendah
Agregat
Agregat adalah merupakan salah satu komponen yang bisa
membuat beton kompak. Agregat beton dikelompokkan menjadi 3
jenis disesuaikan dengan keperluan beton, yaitu :
a. Jenis agregat berat
Agregat ini biasa dipakai untuk membuat beton dengan berat
volume yang tinggi. Jenis beton ini dipakai terutama untuk
mencegah terjadinya radiasi akibat bahan radioaktif, misalnya
untuk pembuatan reaktor nuklir. Biasanya berasal dari batu
barit (BaSO4), biji besi, butiran atau potongan besi baja.
b. Jenis agregat normal
Agregat jenis ini biasa digunakan untuk pembuatan beton
sehari-hari. Biasanya berasal dari batuan yang berat volumenya
anatara 2.5 kg/m3 sampai 3 kg/m3.

c. Jenis agregat ringan


Agregat jenis ini digunakan untuk membuat beton dengan
berat volume rendah. Jenis agregat ringan yang biasa dipakai
dalam industri beton ringan adalah ALWA (Artifical Light
Weight Aggregate).
2.5.3.

Agregat Halus
Agregat halus sering disebut dengan istilah pasir. Pasir
berfungsi sebagai bahan pengisi yang berasal dari pasir alam.
Seperti halnya bahan baku yang lain, maka pasir juga harus
memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu :
a. Kadar lumpur yang terkandung tidak boleh lebih dari 5%.
b. Butir pasir yang dipakai dalam campuran beton harus
merupakan butiran yang tajam, keras serta harus bersifat kekal,
artinya tidak mudah pecah atau hancur oleh pengaruhpengaruh alam, sperti terik matahari atau hujan.
c. Penimbunan pasir harus dipisahkan dari material lainnya,
karena pasir yang digunakan harus dalam keadaan bersih.
d. Tidak boleh mengandung banyak bahan organik.
e. Secara visual harus bersih dan tidak bercampur kotoran.
Menurut peraturan SK-SNI-T-15-1990-03, kekasaran pasir
dibagi menjadi empat kelompok menurut gradasinya, yaitu pasir
halus, agak halus, agak kasar, dan kasar.Batas batas tercantum
dalam tabel ini.
Lubang

Persen bahan butir yang lewat ayakan

ayakan
Daerah I

Daerah II

Daerah III

Daerah IV

10

100

100

100

100

4.8

90 - 100

90 - 100

90 - 100

95 - 100

2.4

60 - 95

75 - 100

85 - 100

95 - 100

(mm)

1.2

30 - 70

55 - 90

75 - 100

90 - 100

0.6

15 - 34

35 - 59

60 - 79

80 - 100

0.3

5 - 20

8 - 30

12 - 40

15 - 50

0.15

0 - 10

0 - 10

0 - 10

0 - 15

Keterangan : Daerah I
Daerah II
Daerah III
Daerah IV
2.5.4.

: pasir kasar
: pasir agak kasar
: pasir agak halus
: Pasir Halus

Kebersihan Agregat
Agregat dalam beton memberikan kekuatan yang maksimum
apabila keadaannya bersih (tidak mengandung bahan-bahan yang
merugikan). Bahan-bahan yang nerugikan dalam beton adalah:
a. Zat organik
Zat organik pada agregat, umumnya berasal dari
pelapukan tumbuh-tumbuhan yang berbentuk humus dan atau
lumpur organik.
b. Tanah liat, lumpur, debu
Tanah liat pada agregat bisa berupa gumpalan atau lapisan
yang menutupi permukaan butiran agregat. Lumpur dan debu
merupakan partikel yang berukuran 0.002 mm s/d 0.006 mm.
Tanah liat, lumpur dan debu akan menyerap air yang
cukup banyak didalam beton, jadi akan memperbanyak FAS
yang dibutuhkan dalam beton, hal ini akan memperbesar susut
dalam beton.
c. Garam chlorida dan sulfat
Garam Chlorida akan berbahaya terhadap beton ataupun
tulangnya (karena ada unsur CI). Garam sulfat (MgSO4) akan
berbahaya terhadap beton. Serangan MgSO4 terhadap beton
akan memberikan suatu senyawa baru yang bersifat expansive.

d. Partikel-partikel yang tidak kekal


Partikel yang tidak kekal adalah partikel yang mudah
berubah bentuk (berubah komposisinya). Contoh partikel
tersebut adalah pyrit (besi sulfida).
2.5.5.

Air
Air adalah salah satu unsur yang penting dalam campuran
beton, karena air berfungsi agar proses hidrasi didalam beton
berlangsung. Beberapa macam air yang terdapat di alam, yaitu :
a. Air hujan
Pada umumnya air hujan mengandung kotoran-kotoran
dari udara, CO2 dan juga SO2 sehingga ada kemungkinan
bahwa air tesebut tidak jernih dan kotor.
b. Air dari mata air
Pada dasarnya air dari mata air mengandung larutan garam
antara lain garam sulfat, besi, kalsium, dan natrium, dan
kadang-kadang mengandung asam karbonat.
c. Air laut
Pada dasarnya air laut mengandung larutan garam (
3,5%) dimana prosentase maksimum adalah garam NACl
(75%).
Syarat-syarat air untuk campuran beton :
Telah menjadi kesepakatan bahwa air untuk adukan beton adalah
air yang bersih. Berikut ini beberapa persyaratan air menurut
SKSNI,ACI, dan British Standart.Persyaratan air menurut SKSNI
S-04-1989-F :
a. Bersih.
b. Tidak mengandung lumpur, minyak, benda terapung lain yang
bisa dilihat secara visual.
c. Tidak mengandung benda tersuspensi > 2 gram/liter.

d. Tidak mengandung garam yang mudah larut dan merusak


beton (asam, zat organik) > 15 gram/liter.
e. Kandungan CI < 500 ppm.
f. Senyawa sulfat < 1000 ppm sebagai SO3.
g. Bila dibandingkan dengan kekuatan yang menggunakan air
suling, maka penurunan kekuatan beton yang memakai air
yang yang diperiksa tidak lebih 10%.
h. Semua air yang mutunya meragukan harus dianalisa secara
kimia dan dievaluasi mutunya menurut pemakaiannya.
2.6. Foam Agent
Menurut Husindan Setiaji (2008), foam agent adalah suatu larutan pekat
dari bahan surfaktan, dimana apabil hendak digunakan harus dilarutkan
dengan air. Surfaktan adalah zat yang cenderung terkonsentrasi pada antar
mukadan mengaktifkan antar muka tersebut. Dengan membuat gelembunggelembung gas/udara dalam adukan semen. Dengan demikian akan terjadi
banyak pori-pori udara di dalam betonnya. Dalam penelitian foam agent
menggunakan bahan yang digunakan adalah Spectafoam, HDM, Polimer.
Menurut Scott (1993) dalam kamus lengkap teknik sipil, beton busa
adalah beton yang mengandung busa kalsium silikat. Beton ini hanya terdiri
dari tiga bahan baku yaitu semen, air, dan gelembung-gelembung gas/udara.
Menurut Neville and Brooks (1993) yang dikutip oleh Zein (2007 : 5) salah
satu cara untuk menghasilkan beton ringan adalah dengan membuat
gelembung-gelembung

gas/udara

dalam

campuran

mortar

sehingga

menghasilkan material yang berstruktur sel-sel, yang mengandung rongga


udara dengan ukuran antara 0,1 s/d 1,0 mm dan tersebar merata sehingga
menjadikan sifat beton yang lebih baik untuk menghambat panas dan lebih
kedap suara.

Menurut Neville and Brooks (1993), ada dua metode dasar yang dapat
ditempuh untuk menghasilkan gelembung-gelembung gas/udara dalam
beton yaitu sebagai berikut :
a. Gas concrete, dibuat dengan memasukkan suatu reaksi kimia dalam
bentuk gas/udara ke dalam mortar basah, sehingga ketika bercampur
menghasilkan gelembung-gelembung gas/udara dalam jumlah yang
banyak. Cara yang sering digunakan adalah dengan menambahkan
bubuk aluminium kira-kira 0,2% dari berat semen ke dalam campuran.
b. Foamed concrete, dibuat dengan menambahkan foam agent (cairan
busa) ke dalam campuran. Foam agent merupakan salah satu bahan
pembuat busa yang biasanya berasal dari bahan berbasis protein
hydrolyzed. Bahan pembentuk foam agent dapat berupa bahan alami
dan buatan. Foam agent dengan bahan alami berupa protein memiliki
kepadatan 80 gram/liter, sedangkan bahan buatan berupa synthetic
memiliki kepadatan 40 gram/liter. Fungsi dari foam agent ini adalah
untuk menstabilkan gelembung udara selama pencampuran dengan
cepat.
2.7. Permeabilitas Beton
Permeabilitas beton adalah kemampuan media yang poros untuuk
mengalirkan fluida. Setiap material dengan ruang kosong diantaranya
disebut poros, dan apabila ruang kosong itu saling berhubungan maka ia
akan memilikisifat permeabilitas. Maka batuan, beton, tanah, dan banyak
matrial lain dapat meruakan material poros dan permeable. Material dengan
ruang kosong yang lebih besar biasanya mempunyai angka pori yang lebih
besar pula (bowles, JE 1986).

Menurut A.M Neville & JJ Brooks (1987), permeabilitas beton dapat


diartikan kemudahan cairan atau gas, untuk melewati beton. Pengujian
dilakukan dengan mensaled beton dengan air yang bertekanan. Dalam beton
nilai koefisien permeabilitas akan menurun secara substansial dengan
menurunnya factor air semen (f.a.s).
Permeabilitas beton juga dipengaruhi dari sifat semen, untuk
perbandingan air atau semen yang sama. Semen yang butiranya kasar
cenderung menghasilkan pasta semen yang mengeras dengan porositas yang
lebih tinggi daripada semen yang butirannya lebih halus (Neville, 1995).

BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah untuk menganalisa kekuatan beton ringan menggunakan
foam untuk dinding dengan tulangan anyaman bambu. Lokasi penelitian
dilakukan di laboratorium teknologi beton Universitas Muhammadiyah Malang.
3.1. Rancangan Penelitian
3.1.1. Peralatan dan Bahan Penelitian
Penelitian ini menggunakan peralatan yang ada di laboratorim
teknologi beton jurusan sipil fakultas teknik Universitas
Muhammadiyah malang.
a. Alat
1. Satu set saringan ASTM
2. Timbangan analitis

3. Oven
4. Seperangkat alat vikat
5. Gelas ukur
6. Piknometer
7. Stopwatch
8. Peralatan pemeriksaan beton
9. Alat aduk beton
10. Cetakan
11. Alat dan mesin uji kuat tekan dan uji permeabilitas
12. Alat pendukung lainnya
b. Bahan
1. Semen PC Gresik tipe I
2. Agregat halus
3. Air
3.1.2. Perencanaan Campuran
Perencanaan campuran pada

semen

semen,

pasir

dan

mortar:foam menggunakan landasan penelitian Susanto, Eka


Pradana, Biemo W Soemardi, Ivindra Paned.
Campu
ran
1
2
3
4
5

Air

Seme

Pasir

Mortar :

0,50
0,50
0,50
0,50
0,50

n
1
1
1
1
1

1,5
1,5
1,5
1,5
1,5

Foam
1:0
0,8 : 0,2
0,6 : 0,4
0,4 : 0,6
0,2 : 0,8

3.2.1. Rancangan Benda Uji


Jumlah benda uji yang digunakan pada penelitian ini adalah 60
benda uji.
Benda
Pengujian

Benda Uji

Umur

45 benda

14, 21 dan 28

uji
15 benda

hari

Uji
Kuat Tekan

Silinder

Permeabilita
Silinder
s

28 hari
uji

Pada pengujian kuat tekan menggunakan masing-masing 3


benda uji pada umur 7, 14 dan 28 hari sedangkan pada pengujian
permeabilitas.
Gambar Benda Uji

Benda Uji Kuat Tekan dan Uji Permeabilitas


Dimensi yang dipakai pada benda uji kuat tekan dan uji
permeabilitas berdiameter 15 cm dengan tinggi 30 cm, akan tetapi
pada benda uji permeabilitas memiliki lubang dengan diameter 6,3
cm.
3.2. Tahap Pengujian
3.2.1. Pengujian Material
Pengujian material meliputi pengujian semen dan agregat
(pasir). Pengujian agent foam dan air tidak perlu dilakukan karena
sudah memenuhi syarat pada campuran beton busa. Pengujian
material ini dilakukan untuk mengetahui data-data yang diperlukan
dalam perancangan adukan beton .
Pengujian material ini berdasarkan ASTM Standard (American
Society for Testing and Materials) yang dilakukan diantaranya
sebagai berikut :
1. Semen
a. Berat jenis semen
b. Kehalusan semen
c. Konsistensi semen
d. Waktu pengikatan semen dengan alat vicat

2. Agregat (Pasir)
a. Pemeriksaan clay lump pasir
b. Pencucian pasir lewat saringan no.200
c. Analisa saringan agregat
d. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat
3.2.2. Perawatan dan Pengujian Beton
Pengujian kuat tekan dilakukan setelah umur beton menempuh
umur 7, 14 dan 28 hari, dan pada uji rembesan dan kuat lentur umur
28 hari dihitung pada pelepasan cetakan. Kemudian beton dilakukan
perawatan pada beton, perawatan dilakukan dengan cara direndam
kedalam bak air yang ada di laboratorium teknologi beton,
Universitas Muhammadiyah Malang.
Pada pengujian kuat tekan beton menggunakan benda uji
silinder berukuran tinggi 30 cm dan diameter 15 cm, berikut
prosedur pengujiannya :
1. Meletakkan benda uji pada mesin uji tekan secara sentris
2. Jalankan mesin uji tekan dengan penambahan beban yang
konstan berkisar antara 3 5 kg per detik
3. Lakukan pembebanan sampai benda uji mencapai hancur dan
catat beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda
uji.
4. Gambar bentuk retak / pecahan dan catat pada benda uji.
Perhitungan uji kuat tekan :
Kekuatan tekan beton :
P
( kg/cm 2 )
A

Dimana : P = Beban maksimum (kg)


A= Luas penampang benda uji (cm2)
Pada

pengujian

rembesan

(Permeabilitas

Test)

beton

menggunakan benda uji silinder berukuran tinggi 30 cm dan

diameter 15 cm. Pengujian ini menggunakan cara uji aliran falling


head permeability test, berikut prosedur pengujiannya :
1. Siapkan benda uji berbentuk silinder dengan ukuran tinggi 30
cm dan berdiameter 15 cm yang memiliki lubang dengan
diameter 6,3 cm.
2. Pada kedua permukaan beton dibuat kedap air dengan
menambahkan lapisan kedap air. Hal ini untuk mencegah
kebocoran melalui celah tersebut. Benda uji tersebut kemudian
dimasukkan pada alat uji.
3. Mengisi volume air sehingga air mencapai batas permeameter.
Persiapkan stopwatch kemudian dimulai pembacaan batas air
pada permeameter setelah menempuh selang waktu yang telah
ditentukan.
4. Hitung koefisien permeabilitas dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :

K=

aL h0
ln
A t h1

Dimana :
K

: Koefisien permeabilitas (cm/det)

: luas lubang pada benda uji (cm2)

: Luas permukaan benda uji (cm2)

: Panjang atau tinggi sampel (cm)

h0 : Tinggi permukaan air awal (cm)


h1 : Tinggi permukaan air akhir = h0 - h (cm)

: Selang waktu turunnya batas air = t (cm)

3.3. Tahap Penelitian

MULAI
STUDI LITERATUR
PERSIAPAN & PENGUJIAN
MATERIAL
SEMEN

Berat jenis
Kehalusan
semen
Konsistensi
semen
Waktu ikat

PASIR

Agent foam

Analisa
saringan
Berat jenis
dan
penyerapan

LOLOS UJI SAMPEL

PEMBUATAN BENDA
UJI

UJI SLUMP
PERAWATAN
PENGUJIAN UJI KUAT LENTUR BETON RINGAN
SETELAH UMUR 28 HARI
PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN
SARAN

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai