PENDAHULUAN
1
beberapa tahun terakhir ini, telah diadakan penelitian untuk mengembangkan
penggunaan limbah-limbah yang masih bisa digunakan untuk bahan campur
dalam adukan beton. Pemanfaatan limbah serbuk kaca untuk digunakan
kembali (re-use) merupakan salah satu solusi penanganan limbah yang tepat.
Salah satu usaha untuk mengatasi masalah tersebut adalah memanfaatkan
limbah serbuk kaca sebagai powder.
Gagasan awal berpedoman pada pemikiran bahwa unsur unsur kimia yang
ada pada kaca sebagian diantaranya sama seperti yang ada pada semen,
sehingga apabila kaca dihancurkan menjadi serbuk yang berkemungkinan
berfungsi sebagai filler karena persentase kandungan silika (Si02), Na2O,
Fe2O3 dan CaO pada kaca yang cukup besar yaitu lebih dari 70%. Penulis
mencoba untuk memanfaatkan limbah serbuk kaca sebagai bahan
pendamping semen.Serbuk kaca merupakan bahan yang ramah lingkungan
yang dapat meningkatkan kuat tekan beton sehingga dapat berpengaruh baik
terhadap struktural bangunan. Serbuk kaca yang mempunyai kandungan
SiO2, Al2O3, Fe2O3 dan CaO yang berpotensi untuk digunakan sebagai
bahan pengganti semen dan diharapkan menambah kuat tekan beton karena
butirannya yang sangat kecil dan mampu mengisi lubang pori pada beton.
Melalui penelitian ini diharapkan bahwa dengan menambah serbuk kaca pada
campuran adukan beton dapat meningkatkan nilai kuat tekan beton.
Oleh karena itu penulis mengangkat tugas akhir dengan judul “Tinjauan
Kuat Tekan Beton Menggunakan Serbuk Kaca Sebagai Penganti
Sebagian Agregat Halus”.
Dengan menggangkat judul tersebut, adalah untuk mempelajari dan
mendalami besaran pengaruh serbuk kaca sebagai subtitusi agregat halus
dalam merancang beton normal dengan metode ACI 211.1-9.
2
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang
akan diangkat yaitu :
1. Bagaimana pengaruh penambahan serbuk kaca terhadap kuat tekan
beton?
2. Bagaimana pengaruh penambahan serbuk kaca terhadap nilai slump dan
Nilai Faktor Air Semen?
3. Seberapa besar persentase serbuk kaca yang dapat memberikan kuat tekan
beton maksimum ?
3
1.5. Batasan Masalah
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
rongga antar butir agregat. Adapun portland cement dibedakan menjadi
beberapa jenis berdasarkan penggunaannya, antara lain :
6
Kekuatan beton dan daya tahannya akan berkurang jika air
mengandung kotoran. Adanya lumpur dalam air diatas 2 gram/liter
dapat mengurangi kekuatan beton.Air dapat memperlambat ikatan awal
beton sehingga beton belum mempunyai kekuatan dalam umur 2-3 hari.
Sedangkan sodium karbonat dan potasium dapat menyebabkan ikatan
awal sangat cepat dan konsentrasi yang besar akan mengurangi
kekuatan beton (Tjokrodimuljo, 1996).
2.3.3. Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan
pengisi dalam campuran mortar.Agregat ini kira-kira menempati
sebanyak 60-70% dari volume adukan beton (Tjokrodimuljo, 2009).
Berdasarkan ukuran besar butirnya, agregat yang dipakai dalam adukan
beton dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut :
2.3.3.1. Agregat Halus
Menurut Tjokrodimuljo (2009), agregat halus (pasir) adalah
batuan yang mempunyai ukuran butir antara 0,15-5 mm.
Agregat halus dapat diperoleh dari dalam tanah, dasar sungai
atau dari tepi laut.
Menurut PBI (1971), syarat-syarat agregat halus (pasir)
adalah sebagai berikut:
a. Agregat halus terdiri dari butiran-butiran tajam dan keras,
serta tidak mudah pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca,
seperti panas matahari dan hujan.
b. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%
terhadap jumlah berat agregat kering.Apabila kandungan
lumpur lebih dari 5%, agregat halus harus dicuci terlebih
dahulu.
c. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik
terlalu banyak.Hal demikian dapat dibuktikan dengan
percobaan warna dari Abrams header dengan menggunakan
larutan NaOH.
7
d. Agregat halus terdiri dari butiran-butiran yang
beranekaragam besarnya dan apabila diayak dengan susunan
ayakan yang ditentukan harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
1. Sisa di atas ayakan 4 mm, harus minimum 2% berat.
2. Sisa di atas ayakan 1 mm, harus minimum 10% berat.
8
Agregat normal adalah agregat yang berat jenisnya
antar 2,5-2,7 gram/cm3. Agregat ini biasanya berasal dari
granit, basal, kuarsa dan lain sebagainya. Beton yang
dihasilkan mempunyai berat 2,3 gram/cm3 dan biasa disebut
beton normal.
b. Agregat berat.
Agregat berat adalah agregat yang berat jenisnya lebih
dari 2,8 gram/cm3, misalnya magnetil (Fe3O4), barites
(BaSO4) atau serbuk besi. Beton yang dihasilkan mempunyai
berat jenis yang tinggi yaitu sampai dengan 5 gram/cm3 yang
digunakan sebagai dinding pelindung atau radiasi sinar X.
c. Agregat ringan.
Agregat ringan adalah agregat yang berat jenisnya
kurang dari 2 gram/cm3 misalnya tanah bakar (bloated clay),
abu terbang (fly ash) dan busa terak tanur tinggi (foamed
blast furnace slag). Agregat ini biasanya digunakan untuk
beton ringan yang biasanya dipakai untuk elemen non-
struktural.
9
c. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat
merusak beton, seperti zat-zat yang reaktif alkali.
d. Kekerasan butir-butir agregat kasar yang diperiksa dengan
bejana penguji dari Rudelof dengan beton penguji 20 ton,
yang harus memenuhi syarat-syarat :
1. Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5-19 mm lebih
dari 24% berat.
2. Tidak terjadi pembubukan sampai 19-30 mm lebih dari
22% berat.Kekerasan ini dapat juga diperiksa dengan
mesin Los Angeles.Dalam hal ini tidak boleh terjadi
kehilangan berat lebih dari 50%.
e. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang
beranekaragam besarnya dan apabila diayak dengan
susunan ayakan yang ditentukan harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
1. Sisa diatas ayakan 31,5 mm harus 0% berat.
2. Sisa diatas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90- 98%
berat.
3. Selisih antara sisa-sisa kumulatif diatas dua ayakan yang
berurutan, maksimum 60% dan minimum 10% berat.
10
2.4. Pengertian Umum Kaca
Kaca adalah salah satu produk industri kimia yang paling akrab
dengan kehidupan kita sehari-hari. Dipandang dari segi fisika kaca
merupakan zat cair yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur
partikel-partikel penyusunnya yang saling berjauhan seperti dalam zat cair,
namun kaca sendiri berwujud padat. Ini terjadi akibat proses pendinginan
(cooling) yang sangat cepat, sehingga partikel-partikel silika tidak “sempat”
menyusun diri secara teratur. Dari segi kimia, kaca adalah gabungan dari
berbagai oksida an-organik yang tidak mudah menguap, yang dihasilkan dari
dekomposisi dan peleburan senyawa alkali dan alkali tanah, pasir serta
berbagai penyusun lainnya (Dian, 2011). Kaca memiliki sifat-sifat yang khas
dibanding dengan golongan keramik lainnya. Kekhasan sifat-sifat kaca ini
terutama dipengaruhi oleh keunikan silika (SiO2) dan proses
pembentukannya.
11
Perkembangan zaman di era globalisasi yang pesat ini
mengakibatkan terus bertambahnya jumlah barang bekas/limbah yang
keberadaanya dapat menjadi masalah bagi kehidupan, salah satunya
adalah keberadaan limbah kaca rumah tangga. Dalam hal ini upaya
yang dilakukan adalah pemanfaatan serbuk kaca sebagai substitusi
sebagian agregat halus untuk meningkatkan kuat tekan beton.
12
2.5. Slump Test
Menurut Tjokrodimuljo (2007), kelecakan (sifat plastis, yaitu sifat
kelecakan beton segar, antara lain cair dan padat), pada beton segar penting
dipelajari karena merupakan ukuran kemudahan beton segar (adukan beton)
untuk diaduk dalam bejana pengaduk, diangkut dari tempat pengadukan
kelokasi penuangan, dituang dari bejana pengaduk ke cetakan beton, dan
dipadatkan setelah beton segar berada dalam cetakan. Semakin encer
beton segar maka semakin mudah beton segar tersebut dikerjakan.
13
Gambar 2.1. Sketsa pengujian kuat tekan beton
Keterangan :
Sifat beton yang baik adalah jika beton tersebut memiliki kuat tekan
tinggi (antara 20-50 MPa pada umur 28 hari). Dengan kata lain dapat
diasumsikan bahwa mutu beton ditinjau hanya dari kuat tekannya saja
(Tjokrodimuljo, 1996).
14
2.8. Review Hasil-hasil Penelitian Terkait
Berbagai hasil-hasil penelitian yang terkait dengan rencana penelitian ini
dapat di kemukakan sebagai berikut :
Nilai kuat tekan pada umur beton 28 hari untuk kaca 6%, kaca 8% dan kaca
10% mengalami peningkatan terhadap kaca 0% tetapi, nilai kuat tekan beton
pada variasi berikutnya yaitu pada kaca 12% dan kaca 15% mengalami
penurunan. Nilai kuat tekan optimum didapat pada variasi kaca 10% yaitu
31,1 MPa.
15
nilai slump terendah pada penambahan serbuk kaca 5% dari berat semen
yaitu sebesar 6,8 cm. Jadi penambahan serbuk kaca dalam campuran beton
normal.dapat.mempermudah.pengerjaan.beton.
beton..............................................................................
Muhammad Nur Ikhsan, dkk (2016) dalam penelitiaannya
terhadap(Pengaruh Penambahan Pecahan Kaca Sebagai Bahan
Pengganti Agregat Halus dan Penambahan Fiber Optik Terhadap Kuat
Tekan Beton Serat), Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan sebagai
berikut.
a. Hasil penelitian diperoleh dengan penambahan 15% pecahan kaca sebesar
24,94 Mpa dengan nilai modulus elastisitas 23471,8 MPa, penambahan
20% memperoleh hasil kuat tekan sebesar 25,48 Mpa dengan nilai
modulus elastisitas 23724,5 MPa, sedangkan dengan penambahan pecahan
kaca sebesar 25%memperoleh hasil kuat tekan sebesar 25,77 Mpa denga
nilai modulus elastisitas 23859,2 MPa.
b. Penambahan pecahan kaca pada beton serat dapat meningkatkan nilai kuat
tekan beton. Nilai kuat tekan beton pada penambahan pecahan kaca 15%;
20% dan 25% masingmasing sebesar 24,94 MPa, 25,48 MPa dan 25,77
MPa.
c. Persentase peningkatan kuat tekan pada penambahan kaca 15% menjadi
20% sebesar 2,17% sedangkan pada penambahan pecahan kaca 20%
menjadi 25% mengalami peningkatan kuat tekan sebesar 1,14%.
16
tekan sebesar 32,50% untuk fas 0,57 dan 33,04% untuk fas 0,46, penurunan
modulus elastisitas sebesar 12,10% untuk fas 0,57 dan 16,84% untuk fas 0,46,
penurunan kuat tarik belah sebesar 11,14% untuk fas 0,57 dan 16,38% untuk
fas 0,46, penurunan kuat lentur sebesar 26,51% untuk fas 0,57 dan 10,95%
untuk fas 0,46. Beton dengan serbuk kaca 30% mengalami penurunan kuat
tekan sebesar 41,66% untuk fas 0,57 dan 42,20% untuk fas 0,46, penurunan
modulus elastisitas sebesar 18,41% untuk fas 0,57 dan 22,72% untuk fas 0,46,
penurunan kuat tarik belah sebesar 17,58% untuk fas 0,57 dan 17,33% untuk
fas 0,46, penurunan kuat lentur sebesar 14,20% untuk fas 0,57 dan 12,26%
untuk fas 0,46. Beton dengan serbuk kaca 10% dan 20% dan faktor air semen
0,46 masih memiliki kuat tekan di atas 20 MPa sehingga masih dapat
digunakan untuk struktur bangunan. Beton dengan faktor air semen 0,46
memperlihatkan kenaikan kuat tekan sebesar rata-rata 21,13%, kenaikan
modulus elastisitas sebesar rata-rata 9,09%, kenaikan kuat tarik belah sebesar
rata-rata 14,02% dan kenaikan kuat lentur sebesar rata-rata 19,35% dibanding
beton dengan faktor air semen 0,57.
17
beton dengan w/c 0,65, penurunan nilai kuat tekan beton terbesar juga
pada beton berumur 28 hari dengan nilai rata-rata sebesar 12,72%.
d. Berat beton untuk kedua desain campuran, baik beton dengan curing air
biasa maupun beton dengan perendaman dalam larutan sulfat terus
mengalami penurunan seiring dengan pertambahan jumlah bubuk kaca
dalam beton.
e. Dengan semakin meningkatnya jumlah kaca pada beton hingga 20% dari
berat pasir, kuat tekan tekan beton akan terus meningkat dengan berat yang
semakin ringan, akan tetapi workabilitas akan terus..berkurang.
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pengujian dilakukan setelah beton berumur 28 hari untuk uji kuat tekan.
Data yang digunakan yaitu analisis statistik menggunakan program Microsoft
Excel. Data hasil pengujian tersebut nantinya dapat diambil kesimpulan pada
setiap benda uji yang memiliki kuat tekan variatif dengan persentase kaca
yang berbeda - beda. Jumlah benda uji dan penamaan benda uji dapat dilihat
pada (Tabel 3.1.)
1 0% UP – 0 3
2 3% UP – 6 3
3 6% UP – 8 3 18
4 9% UP – 10 3
5 12% UP – 12 3
6 15% UP – 15 3
19
15 cm
30 cm
3.2.Tahapan Penelitian
Tahapan-tahapan dalam penelitian ini meliputi :
a. Tahap I
Pada tahap pertama ini dilakukan persiapan. Pada tahapan ini dilakukan
pengujian terhadap agregat halus dan kasar yang meliputi analisa saringan,
kadar air, berat volume, berat jenis dan penyerapan, kadar lumpur dan
keausan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sifat dan karakteristik bahan
tersebut.
b. Tahap II
Pada tahapan kedua rencana campuran & pembuatan benda uji. Pada
tahapan ini dilakukan pekerjaan sebagai berikut:
a) Perhitungan rencana campuran adukan beton (Mix Design) metode ACI
Lightweight Concrete (211.2-98)
b) Pembuatan adukan beton metode ACI Lightweight Concrete (211.2-98)
c) Pemeriksaan Nilai Slump pada adonan beton
d) Pengecoran adukan beton ke dalam cetakan.
c. Tahap III
Pada tahapan ini dilakukan perawatan dan pengujian terhadap benda uji
yang telah dibuat pada tahap II. Perawatan beton umur dilakukan dengan
cara perendaman sampaiumur 28 hari. Lalu dilakukan pengujian benda uji
20
silinder berdimensi 15 x 30 cm untuk mengetahui kuat tekan beton pada
umur 28 hari.
d. Tahap IV
Pada tahap ini, data yang diperoleh dari hasil pengujian untuk
mendapatkan suatu kesimpulan pada keseluruhan sampel beton yang
diteliti dalam penelitian.Tahapan penelitian ini dapat dilihat dalam bagan
alir pada (Gambar 3.3.)
21
3.3. Bagan Alir Mulai
Persiapan Bahan
Uji : Uji :
Tahap I
- Konsistensi Normal - Pemeriksaan Analisa
- Waktu Ikat Awal dan Akhir Saringan Agregat Halus
- Pemeriksaan Berat Jenis - Pemeriksaan Kadar Air
Semen - Pemeriksaan Berat Volume
- Pemeriksaan Kehalusan - Pemeriksaan Specific
Semen Gravity
- Pemeriksaan Berat Volume - Pemeriksaan Zat Organik
Semen - Abrasi
Memenuhi persyaratan
Tidak
Ya
Perhitungan Rencana Campuran
Tahap II
Pembuatan Adukan Beton
Perawatan
Tahap III
Peninjauan
Kesimpulan Tahap IV
Selesai
23
h. Alat bantu lain:
1. Gelas ukur 250 ml untuk pengujian kadar lumpur dan kandungan zat
organic dalam pasir
2. Gelas ukur 100 ml untuk menakar air.
3. Cetok semen
4. Ember
5. Alat tulis
6. Sekop
7. Ayakan pasir
8. Corong kaca
3.5.Bahan Uji
Bahan yang digunakan dalam pembuatan beton normal ini meliputi:
a. Agregat kasar.
b. Agregat halus.
c. Semen Portland Composit Cement (PCC).
d. Air
e. Kaca
24
c.ASTM C- 29 : Pemeriksaan berat volume
d. ASTM C-128 : Pemeriksaan specific gravity
e.ASTM C- 40 : Pemeriksaan zat organik
f. ASTM C- 117: Pemeriksaan kadar lumpur
3.6.2. Standar pengujian agregat kasar
a. ASTM C-136 : Pemeriksaan analisa saringan agregat kasar
b. ASTM C-556 : Pemeriksaan kadar air
c. ASTM C- 29 : Pemeriksaan berat volume
d. ASTM C-127 : Pemeriksaan specific gravity
e. ASTM C-131 : Pemeriksaan keausan (abrasi) agregat
f. ASTM C- 117: Pemeriksaan kadar lumpur
25
6. Tetapkan volume agregat kasar ringan berdasarkan ukurann agregat
maksimum dan modulus halus butiran (MHB) agregat halusnya sehingga
didapat persen agregat kasar.
7. Estimasikan berat beton segar untuk mendapatkan jumlah agregat halus
dari bahan, semen, air, agregat kasar yang sudah di ketahui, dengan
permukaan jenuh kering (SSD)
8. Setelah didapatkan masing-masing kebutuhan semen, agregat kasar, agregat
halus dan air maka di lakukan simulasi variasi subtitusi agregat halus (kaca)
0%, 3%, 6%, 9%, 12% dan 15%.
Sbeton segar selalu lembab sejak adukan beton dipadatkan sampai beton
dianggap cukup keras. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin agar proses
hidrasi dapat berlangsung dengan baik dan proses pengerasan terjadi dengan
sempurna sehingga tidak terjadi retak-retak pada beton dan mutu beton dapat
terjamin.
3.9.1. Maksud
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian ini
untuk menentukan kuat tekan (compressive strength) beton dengan
benda uji berbentuk silinder yang dibuat dan dimatangkan (curring) di
laboratorium maupun di lapangan. Tujuan pengujian ini untuk
memperoleh nilai kuat tekan dengan prosedur yang benar.
26
3.9.2. Ruang Lingkup
Pengujian dilakukan terhadapa beton segar (fresh concrete) yang
mewakili campuran beton; bentuk benda uji bisa berwujud silinder
ataupun kubus; hasil pengujian ini dapat digunakan dalam pekerjaan :
a. perencanaan campuran beton;
b. pengendalian mutu beton pada pelaksanaan pembetonan.
3.9.3. Peralatan
Untuk melaksanakan pengujian kuat tekan beton diperlukan
peralatan sebagai berikut:
a. cetakan silinder, diameter 152 mm, tinggi 305 mm;
b. tongkat pemadat, diameter 16 mm, panjang 600 mm, dengan
ujung dibulatkan, dibuat dari baja yang bersih dan bebas karat;
c. mesin pengaduk atau bak pengaduk beton kedap air;
d. timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh;
e. mesin tekan, kapasitas sesuai kebutuhan;
f. satu st alat pelapis (capping);
g. peralatan tambahan : ember, sekop, sendok, sendok perata, dan
talam;
h. satu set alat pemeriksa slump;
i. satu set alat pemeriksaan berat isi beton.
27
boleh mengenai dasar cetakan; pada saat pemadatan lapisan kedua
serta ketiga tongkat pemadat boleh masuk kira-kira 25,4 mm
kedalam lapisan dibawahnya;
3. setelah selesai melakukan pemadatan, ketuklah sisi cetakan
perlahan-lahan sampai rongga bekas tusukan tertutup; ratakan
permukaan beton dan tutuplah segera dengan bahan yang kedap
air serta tahan karat; kemudian biarkan beton dalam cetakan
selama 24 jam dan letakkan pada tempat yang bebas dari getaran.
4. setelah 24 jam, bukalah cetakan dan keluarkan benda uji; untuk
perncanaan campuran bton, rendamlah benda uji dalam bak
o
perndam berisi air pada temperatur 25 C disebutkan untuk
pematangan (curing), selama waktu yang dikehendaki; untuk
pengendalian mutu beton pada pelaksanaan pembetonan,
pematangan (curing) disesuaikan dengan persyaratan.
c. Persiapan Pengujian
1. ambilah benda uji yang akan ditentukan kekuatan tekannya dari
bak perndam/pematangan (curing), kemudian bersihkan dari
kotoran yang menempel dengan kain lembab.
2. tentukan berat dan ukuran benda uji.
3. lapislah (capping) permukaan atas dan bawah benda uji dengan
mortar belerang dengan cara sebagai berikut: Lelehkan mortar
belerang didalam pot peleleh (melting pot) yang dinding
dalamnya telah dilapisi tipis dengan gemuk; kemudian letakkan
benda uji tegak lurus pada cetakan pelapis sampai mortar belerang
cair menjadi keras; dengan cara yang sama lekukan pelapisan
pada permukan lainnya.
4. benda uji siap untuk diperiksa.
28
3.9.5. Cara Pengujian
Untuk melaksanakan pengujian kuat tekan beton harus diikuti
beberapa tahapan sebagai berikut:
a.letakkan benda uji pada mesin tekan secara centris
b.jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan
2
berkisar antara 2 sampai 4 kg/cm per detik.
c.lakukan pembebanan sampai uji menjadi hancur dan catatlah beban
maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.
d.gambar bentuk pecah dan catatlah keadaan benda uji.
29
DAFTAR PUSTAKA
Fanisa Eki G. P. dan Gunawan Tanzil (2014) “Pengaruh Sulfat Terhadap Kuat
Tekan Beton Dengan Variasi Bubuk Kaca Substitusi Sebagian Pasir
Dengan W/C 0,60 Dan 0,65” Universitas Sriwijaya.
Handy Yohanes Karwur, dkk (2013) “Kuat Tekan Beton Dengan Bahan Tambah
Serbuk Kaca Sebagai Subtitusi Parsial Semen”. laporan tugas akhir,
Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Johanes Januar Sudjati, dkk (2014) “Pengaruh Penggunaan Serbuk Kaca Sebagai
Bahan Substitusi Agregat Halus Terhadap Sifat Mekanik Beton”
Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
30
Judea, R., T., 2013, Optimalisasi Konsentrasi Tailing Sebagai Substitusi Parsial
Semen Terhadap Kuat Tekan Beton Beragregat Halus Pecahan Kaca
dan Pasir, laporan tugas akhir, Universitas Sam Ratulangi, Manado.
31