PENDAHULUAN
harga lebih murah, tidak memerlukan perawatan khusus, dan lebih tahan terhadap
lingkungan bila dibandingkan dengan material baja dan kayu. Hal ini menjadikan
dan lain-lain.
bahan-bahan yang digunakan seperti semen, pasir, dan lain sebagainya juga
sekitar kita untuk terciptanya bahan bangunan tepat guna dan ramah lingkungan.
kang ale-ale adalah jenis kerang dari spesies vertebrata, bagian dagingnya
dimuka halaman rumah warga sambil menunggu jika ada yang membeli untuk
1
2
bagaimana memanfaatkan kulit ale-ale agar dapat menjadi suatu nilai tambah secara
bahan tambah untuk campuran beton, maka diharapkan dapat mengurangi dampak
Berkaitan dengan hal di atas, maka dalam Tugas Akhir ini akan
dilakukan kajian kuat tekan beton limbah dengan menggunakan serbuk cangkang
Gambar 1.1 Limbah cangkang ale ale yang digunakan sebagai bahan tambah
campuran beton
3
1.2 Permasalahan
permasalahan dalam tugas akhir ini adalah bagaimana mengurangi limbah ale-ale
Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis membatasi masalah yang akan
dibahas, yaitu :
tekan beton antara beton normal dan beton dengan persentase bahan tambah
1.4 Tujuan
Tujuan umum dari penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai persyaratan
untuk menyelesaikan program Diploma III Teknik Sipil pada Jurusan Teknik Sipil
Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui kuat tekan
beton dengan menggunakan serbuk limbah cangkang ale-ale sebagai bahan tambah
untuk beton sehingga dapat diketahui apakah limbah cangkang ale-ale ini dapat
a. Manfaat yang di peroleh dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi
bagi perencana dan pelaksanaan bangunan teknik sipil.
b. Meberikan informasi kekuatan beton K-175 dengan menggunakan serbuk
limbah cangkang ale-ale apakah dapat digunakan sebagai bahan tambah.
1.6 Metodologi
Metode yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah metode
pengumpulan data dan studi literatur. Metode pengumpulan data dilakukan dengan
melakukan pengujian material dan kuat tekan beton di laboratorium. Metode studi
berikut :
5
DASAR TEORI
sebagai pembentuknya telah dimulai sejak zaman Yunani dan Romawi, bahkan
mungkin sebelum itu (Nawy, 1985:2-3). Penggunaan bahan beton bertulang secara
intensif diawali pada awal abad ke sembilan belas. Pada tahun 1801, F.Coignet
kelembaban bahan beton terhadap taruknya. Pada tahun 1850, J.L.Lambot untuk
pertama kalinya membuat kapal kecil dari bahan semen untuk dipamerkan pada
Pameran Dunia tahun 1855 di Paris. J.Monier, seorang ahli taman dari Prancis,
mematenkan rangka metal sebagai tulangan beton untuk mengatasi taruknya yang
6
7
yang sangat khas (Nawy, 1985) seperti Auditorium Kresge di Boston, Marina
Tower, Lake Point Tower di Chicago, dan Keong Mas di Taman Mini Indonesia.
digunakan untuk, jalan, dan lain lain. Beton merupakan satu kesatuan yang
homogen. Beton ini didapatkan dengan cara mencampur agregat halus (pasir),
agregat kasar (kerikil), atau jenis agregat lain dan air, dengan semen portland atau
semen hidrolik yang lain, kadang kadang dengan bahan tambahan (additif) yang
bersifat kimiawi ataupun fisikal pada perbandingan tertentu, sampai menjadi satu
Pengerasan terjadi karena peristiwa reaksi kimia antara semen dengan air. Beton
yang sudah mengeras dapat juga dikatakan sebagai batuan tiruan, dengan rongga
rongga antara butiran yang besar (agregat kasar atau batu pecah), dan diisi oleh
batuan kecil (agregat halus atau pasir), dan poripori antara agregat halus diisi oleh
semen dan air (pasta semen). Pasta semen juga berfungsi sebagai perekat atau
dengan kuat sehingga terbentuklah suatu kesatuan yang padat dan tahan lama.
sering terlihat pada pembuatan bangunan sederhana. Tetapi jika ingin membuat
beton yang baik, dalam arti memenuhi persyaratan yang lebih ketat karena tuntutan
memperoleh adukan beton segar yang baik dan menghasilkan beton keras yang baik
pula. Beton segar yang baik ialah beton segar yang dapat diaduk, dapat diangkut,
dapat dituang, dapat dipadatkan, tidak ada kecenderungan untuk terjadi pemisahan
kerikil dari adukan maupun pemisahan air dan semen dari adukan. Beton keras
yang baik adalah beton yang kuat, tahan lama, kedap air, tahan aus, dan kembang
Susunan bahan yang terdapat dalam beton pada umumnya terdiri dari :
a. ± 3 % udara
b. ± 8 % air
c. ± 15 % semen
d. ± 74 % agregat
Beton terdiri dari campuran agregat, semen dan air. Dengan berjalannya
waktu. Campuran itu berubah dari keadaan plastis menjadi padat. Campuran pada
keadaan plastis yang disebut beotn segar, segera dituang ke dalam cetakan lalu
pengecoran kira-kira 10 jam, beton mulai mengeras. Proses pengerasan ini berjalan
9
terus sampai dicapai kekuatan beton yang disyaratakan, fase ini disebut beton keras
(hard concrete).
Beton segar merupakan campuran air, semen, agregat dan bahan tambah
(jika diperlukan) dalam keadaan plastis (sebelum semen mengikat). Salah satu cara
untuk memeriksa kekentalan adukan beton ialah dengan pengujian slump. Adukan
beton yang akan diuji harus diambil langsung dari tempat pengadukan atau mesin
pengaduk (molen) dengan menggunakan ember atau alat lain yang tidak menyerap
air.
Percobaan slump (slump test) ialah satu cara untuk mengukur kelecakan
adukan beton, yaitu kecairan atau kepadatan adukan yang berguna dalam
a. Corong baja yang berbentuk konus dan berlubang pada kedua ujungnya.
tinggi 30 cm.
b. Tongkat baja dengan diameter 16 mm dan panjang 60 cm. Bagian ujung baja
encer, dianjurkan untuk menggunakan nilai slump pada batas-batas yang telah
ditentukan.
10
maka dapat dipakai nilai-nilai slump yang menyimpang dari tabel di atas tetapi
Sifat yang dianggap paling penting dari beton keras adalah kekuatan
tekan karena mutu beton sering dinilai berdasarkan kekuatan tekannya. Pengujian
kuat tekan beton dapat dilakukan di laboratorium. Pengujian ini bertujuan untuk
syarat atau belum. Bentuk-Bentuk dasar dari benda uji beton yang diguanakan
b. Beton kelas II, adalah beton untuk pekerjaan pekerjaan struktural secara umum.
bawah pimpinan tenaga ahli. Beton kelas II dibagi dalam mutu standar yaitu
B1, K 125, K 175 dan K 225. Pada mutu B1, pengawasan mutu hanya dibatasi
225, pengawasan mutu terdiri dari pengawasan yang ketat terhadap mutu bahan
tinggi dari 225 kg/cm². Pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus dan harus
beton dengan peralatan yang lengkap dilayani oleh tenaga ahli yang dapat
melakukan pengawasan mutu beton secara kontinyu. Mutu beton kelas III
12
pembuatan.
a. Beton Berat
Beton ini mempunyai berat volume > 2,8 ton/m³, dipakai untuk massa
yang berat dan pelindung sinar gama (untuk reaktor). Agregat yang dipakai antara
b. Beton normal
Beton ini mempuyai berat volum 1,8 – 2,8 ton/m³, dipakai untuk
c. Beton ringan
Beton ini mempunyai berat volume 0,6 – 1,8 ton/m³, dipakai untuk
pembuatan lapis penyekat suara atau bangunan yang memikul beban ringan.
Agregat yang dipakai antara lain lempung bekah (expanded clay), batu apung
berikut :
a. Beton biasa
Beton ini dibuat langsung dalam keadaan plastis. Cara pembuatan beton
b. Beton precast
dari konstruksi yang akan dibuat. Beton ini dipasang dalam keadaan mengeras.
c. Beton prestress
Beton ini dibuat dengan memberi tegangan dalam pada beton sebelum
e. Biaya besar.
belum benar sehingga menghasilkan beton yang tidak memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan. Hal ini merupakan tugas dan tanggung jawab dari petugas-petugas yang
pelaksana. Untuk membuat beton yang baik, petugas atau pelaksana di lapangan
yang benar. Selain itu, semua bahan dasar yang digunakan juga harus memenuhi
diminta, diajurkan agar pertama-tama menguji terlebih dahulu agregat yang akan
digunakan, kemudian membuat uji coba beton atau campuran uji beton setelah
b. Jenis/mutu semen
Misalnya suatu kolom bangunan, yang terpenting adalah beton tersebut harus
memiliki kekuatan tekan yang tinggi dan kuat untuk menahan beban bangunan itu,
sehingga sifat kedap air tidak penting untuk diperhatikan. Sebaliknya, lantai suatu
bak air harus memiliki sifat kedap air. Dengan kata lain, sifat-sifat penting beton
a. Kekentalan
bergantung pada berbagai hal seperti jumlah dan jenis semen, nilai faktor air semen,
Yang dimaksud dengan nilai faktor air semen (f.a.s) ialah perbandingan
antara berat air seluruhnya (termasuk yang terkandung dalam agregat) dan berat
mutu.
adukan beton disebut segregation. Pemisahan kerikil dari adukan beton berakibat
tidak baik terhadap betonnya setelah mengeras. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk
iii. Cara pengangkutan, penuangan dan pemadatan harus mengikuti cara yang
benar.
17
Sifat tahan lama pada beton, merupakan sifat dimana beton tahan
terhadap pengaruh luar selama dalam pemakaian. Sifat tahan lama pada beton dapat
a.1. Tahan terhadap pengaruh cuaca , berupa hujan dan pembekuan pada musim
dingin serta pengembangan dan penyusutan yang diakibatkan oleh basah dan
a.2. Tahan terhadap pengaruh buangan zat kimia, seperti air laut, rawa dan air
limbah, zat kimia hasil industri dan air limbahnya serta bangunan air kotor kota
a.3. Tahan terhadap erosi/gesekan yang diakibatkan oleh orang yang berjalan kaki
dan lalu lintas di atasnya serta gerakan ombak laut atau oleh partikel-partikel
b. Rayapan (Creep)
Rayapan adalah suatu sifat dari banyak bahan-bahan yang akan terus
mengalami perubahan bentuk untuk jangka waktu yang lama pada pembebanan
yang tetap. Beton dengan mutu tinggi ternyata menunjukkan gejala rayapan lebih
kecil daripada beton dengan mutu lebih rendah. Gejala rayapan ini akan menurun
kegiatannya dengan berjalannya waktu dan akan berhenti prosesnya sampai 5 tahun
kemudian.
18
aliran air, tiupan angin kencang dan gesekan serta benturan oleh lalu lintas sehingga
terjadi lubang-lubang pada beton. Lubang-lubang yang terjadi antara air dan
permukaan beton biasanya terisi oleh uap air. Terkikisya permukaan beton oleh air
beberapa bahan kimia yang bereaksi dengan beton, akan tetapi dua bentuk serangan
kombinasi reaksi kimia antara semen dan air yang diikuti oleh mengeringnya beton,
Apabila perubahan volume tertahan oleh gaya-gaya luar atau gaya-gaya dalam,
f. Kekuatan Beton
Sifat ini merupakan sifat utama yang harus dimiliki beton sebab beton
yang tidak memiliki kekuatan tekan sesuai kebutuhannya maka beton tersebut
beton adalah :
19
i. Mutu semen
v. Umur beton
Untuk mendapatkan beton yang kedap air, perbandingan air semen harus
direduksi seminimal mungkin sejauh kemudahan dikerjakan masih tercapai dan air
cukup untuk keperluan hidrasi semen. Perbandingan air semen juga tergantung
Beberapa faktor lain yang dapat memperngaruhi sifat kedap air pada
ii. Umur Beton, kekedapan air akan berkurang dengan adanya perkembangan
umur. Pada campuran basah penurunan daya kedap air lebih besar daripada
campuran kering.
iii. Gradasi, harus dipilih sedemikian agar beton dapat mudah dikerjakan dengan
iv. Perawatan, merupakan faktor yang sangat penting untuk mendapatkan beton
kedap air.
20
2.9.1. Semen
material yang mempunyai sifat-sifat adesif dan kohesif yang diperlukan untuk
sesuai rencana. Untuk bisa menjadi padat, perlu ditambahkan air karena air akan
dipatenkan pertama kali di Inggris pada tahun 1824. Semen ini berupa bubuk yang
sangat halus yang terdiri dari kalsium (CaO) dan alumunium silikat (A12 O3).
minggu untuk mencapai kekuatan yang cukup sebelum cetakan dapat dibuka.
yaitu :
a. Semen Portland tipe I : semen portland ini jenis umum (normal Portland
cement) yaitu jenis semen Portland untuk penggunaan dalam konstruksi beton
(modified Portland Cement). Semen ini memiliki panas hidrasi lebih rendah
dan keluarnya panas lebih lambat dari pada semen tipe I. Jenis ini digunakan
untuk bangunan tebal seperti pilar dengan ukuran besar, tumpuan dan dinding
21
penahan tanah tebal dan sebagainya. Panas hidrasi yang agak rendah dapat
c. Semen Portland tipe III : semen Portland dengan kekuatan awal tinggi (high
earl strenght Portland cement). Jenis ini memperoleh kekuatan besar dalam
bangunan beton yang perlu segera digunakan atau yang acuannya perlu
segera dilepas.
d. Semen portland tipe IV: semen Portland dengan panas hidrasi yang rendah
(low heat Portland cement). Jenis ini merupakan jenis khusus untuk
e. Semen Portland tipe V : semen Portland tahan sulfat (sulfat resisting Portland
Cement). Jenis ini digunakan pada daerah yang mengandung sulfat seperti air
yang tinggi kadar alkalinya. Pergeseran berjalan lebih lambat dari semen
biasa.
yaitu :
a. Semen Portland mutu S-400 yaitu semen Portland dengan kuat tekan pada
b. Semen Portland mutu S-475 yaitu semen Portland dengan kuat tekan pada
c. Semen Portland mutu S-550 yaitu semen Portland dengan kuat tekan pada
d. Semen Portland mutu S-S yaitu semen Portland dengan kuat tekan pada umur
a. Semen Hidrolik
di dalam air. Contoh semen hidrolik antara lain kapur hidrolik, semen pozzolan,
portland terak tanur tinggi, semen alumina dan semen expansif. Contoh lainnya
adalah semen portland putih, semen warna dan semen-semen yang dipakai untuk
keperluan khusus.
Jenis semen ini tidak dapat mengikat atau mengeras di dalam air tetapi
dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen non hidrolik adalah kapur.
Kapur digunakan sebagai bahan pengikat selama jaman Yunani dan Romawi. Hal
Pathenon.
23
Berat jenis semen adalah perbandingan antara berat isi kering semen
pada suhu kamar dengan berat isi kering air suling pada 48ºC yang isinya sama
dengan isi semen. Berat jenis semen Portland pada umumnya berkisar antara 3,10
mengeras, terhitung dari mulai bereaksi dengan air dan menjadi pasta semen hingga
pasta semen cukup kaku untuk menahan tekanan, Pengikatan semen diukur dengan
2.9.2. Agregat
menempati ± 74% dari volume padat, sisanya terdiri dari adukan semen yang telah
mengeras, air yang belum bereaksi (air yang tidak ikut dalam proses hidrasi) dan
rongga udara.
agregat kasar. Agregat halus adalah agregat yang lolos saringan 4,8 mm
Sedangkan Agregat kasar ialah agregat yang semua butirnya tertinggal di atas
dengan saringan menjadi dua atau tiga kelompok ukuran agregat kasar. Ukuran
maksimum agregat kasar harus dapat dengan mudah mengisi cetakan dan lolos dari
c. Mengurangi susut pengerasan beton. Dengan gradasi agregat yang baik, maka
Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang terkandung
dalam agregat dengan berat agregat kering yang dinyatakan dalam persen. Kadar air
agregat perlu diketahui agar perencanaan job mix formula (JMF) menjadi lebih
diantaranya :
b.1. Berat jenis absolute ialah perbandingan antara berat suatu massa yang masip
dengan berat air murni pada volume yang sama pada suhu tertentu. Disini
25
volume benda adalah volume masip tidak termasuk dengan pori-pori yang
terdapat didalamnya. Untuk menentukan berat jenis ini benda harus dibuat
b.2. Berat jenis nyata seperti berat jenis absolute tetapi di dalam volume benda
termasuk pori-pori yang tidak tembus air dan tidak termasuk volume pori-pori
b.3. Berat jenis pada keadaan jenuh kering muka (saturated and surface dry
condition atau SSD condition) ialah perbandingan antara berat suatu benda
pada keadaan jenuh/kering muka dengan berat air murni pada volume yang
sama pada suhu tertentu. Disini volume benda termasuk volume pori-pori yang
b.4. Berat jenis dalam keadaan kering (bulk specific gravity) adalah perbandingan
antara berat agregat kering dan berat air yang isinya sama dengan isi agregat
dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu. Berat jenis ini sama seperti pada berat
jenis pada keadaan jenuh tetapi di dalam volume benda termasuk volume
agregat kering. Besar penyerapan tergantung porositas yaitu berupa volume pori-
volume yang ditempatnya dan dinyatakan dalam satuan kilogram per liter atau
kilogram per meter kubik. Hal ini secara angka sama dengan berat jenis bila volume
26
benda diukur atau ditentukan bagi masing-masing butirannya. Tetapi tidak mungkin
agregat ke dalam suatu tempat atau ruangan tertentu. Berat agregat yang mengisi
suatu tempat atau ruangan dalam satuan volume tertentu disebut isi atau bulk
density. Akan didapat angka yang berbeda dengan berat jenis, karena ruangan
Untuk agregat dengan berat jenis yang sama, dapat memberikan nilai
bentuk butiran dan susunan besar butirnya. Nilai berat atau isi ini biasanya
satuan volume.
ukuran baik agregat kasar maupun halus dengan menggunakan ukuran saringan
standar tertentu yang ditunjukkan dengan lubang saringan (mm). Analisa ayak juga
bertujuan untuk memeriksa apakah agregat kasar ataupun halus yang akan
digunakan tersebut cocok untuk produksi beton. Ayakan yang dipakai untuk
lubang dinyatakan dengan satuan inci, milimeter atau dengan nomor ayakan.
27
agregat halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-
pengaruh cuaca, seperti terik matahari atau hujan. (Kusnadi, 1986 : 39)
Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil hasil disintegrasi alam
dari batuan-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari mesin pemecah batu.
a. Harus terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tidak berpori. Agregat kasar
yang mengandung butiran pipih hanya dapat dipakai apabila jumlah butiran
tersebut tidak melebihi 20% dari berat agregat seluruhnya. Butiran agregat
kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh
iklim.
berat kering. Apabila kadar lumpurnya melebihi 1% maka agregat kasar harus
dicuci.
beton apabila zat tersebut bereaksi dengan K20 dan Na2O yang terkandung
Agregat untuk beton harus memenuhi salah satu dari ketentuan sebagai
berikut :
2.9.3. Air
Air adalah bahan pereaksi kimiawi semen (terjadi proses hidrasi). Air
yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak mengandung minyak,
asam alkali, garam-garam, zat organik atau bahan - bahan lainnya yang bersifat
merusak beton dan baja tulangan. Sangat dianjurkan menggunakan air tawar bersih
yang dapat diminum, seperti air PDAM. Fungsi utama air dalam campuran beton
adalah melangsungkan proses hidrasi yaitu reaksi kimia antar semen dan air yang
Seperti pada reaksi kimia lainnya, semen dan air dikombinasikan dalam
proses tertentu. Untuk melangsungkan proses hidrasi, air yang diperlukan hanya
sekitar 30% dari berat semen, namun kenyataannya faktor air semen yang dipakai
kurang dari 0,35. Kelebihan air ini dipakai sebagai pelumas. Tetapi perlu diketahui
31
bahwa tambahan air untuk pelumas, tidak boleh terlalu banyak karena kekuatan
perbandingan yang baik agar didapat kekuatan tekan beton yang optimum. Air
untuk pembuaan dan perawatan beton harus memenuhi standar yang telah
a. Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan
organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton dan baja tulangan
b. Air campuran yang digunakan pada beton prategang atau beton yang di
dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang
membahayakan
c. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton kecuali
c.1. Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton
c.2. Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang dibuat
dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai kekuatan
sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji yang dibuat
dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air pencampuran, yang dibuat
dan diuji sesuai dengan "Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidroli"
32
volume yang biasa dipakai yaitu 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil untuk beton kedap air
b. Mudah dikerjakan
d. Murah
e. Tahan aus
pekerjaan serta keawetan dan kekuatan pekerjaan beton. Dalam metode ACI,
dengan melihat ukuran agregat tertentu,jumlah air per kubik akan menentukan
33
tingkat konsistensi dalam campuran beton yang pada akhirnya akan mempengaruhi
karakteristik yang sama. Selanjutnya data tentang kuat tekan rencana, data butir
nominal agregat yang akan digunakan, data slump (jika diinginkan dengan
Pekerjaan Umum yang tertuang dalam SK SNI T-15-1990-03 tentang Tata Cara
tidak tepat dapat mengakibatkan kualitas beton yang dihasilkan mungkin kurang
memenuhi syarat mutu. Terutama takaran yang berkaitan dengan banyaknya air
pengadukan atau banyaknya semen, sebab jika faktor air semen tidak tepat maka
akan sangat mempengaruhi kualitas betonnya. Makin besar harga faktor air semen
tidak tepat maka akan sangat mempengaruhi kualitas betonnya. Makin besar harga
faktor air semen pada komposisi bahan yang sama, akan makin kecil kekuatan
Made By Volumetric Batching and continous mixing serta ASTM.94 adalah sebagai
berikut :
a. Beton yang mempunyai kekuatan tekan (f'c) lebih besar atau sama dengan 20
b. Beton yang mempunyai kekuatan tekan (f'c) lebih kecil dari 20 MPa proporsi
semen, pasir, kerikil, dan air dalam perbandingan yang telah ditentukan.
homogen, warnanya tampak rata, kelecakan cukup (tidak terlalu cair dan tidak
kurang baik kualitasnya. Pengadukan dapat dilakukan dengan tangan atau dengan
mesin (molen).
ii. Jika tidak terdapat sertifikasi mutu, harus tersedia data uji dari laboratorium
yang diakui.
iii. jika tidak dilengkapi dengan sertifikasi mutu atau data hasil uji, harus
berdasarkan bukti dari hasil pengujian khusus atau pemakaian nyata yang
syarat.
yang dibuat tidak banyak. Cara ini juga dilakukan jika di tempat pekerjaan tidak
ada mesin pengaduk atau tidak diinginkan adanya suara mesnin yang dirasa
mengganggu. PBI 1971 menyaratkan beton yang boleh tanpa mesin hanyalah beton
36
mencampur semen dengan secara kering terlebih dahulu ditempat yang rata, keras
dan tidak menyerap air. Pencampuran ini dilakukan sampai campuran benar-benar
homogen yang ditandai dengan tecapainya warna yang sama pada seluruh
campuran. Kemudian campuran ini dicampur dengan kerikil yang sudah di takar
Alat yang digunakan dapat berupa cangkul, sekop dan alas kedap air.
Kemudian di bagian tengah gundukan campuran tadi dilubang lalu dimasukkan air
sebanyak kira-kira 75% dari jumlah air yang diperlukan, dan diaduk sampai rata,
baru sisa air ditambahkan dan diaduk lagi sampai homogen. Adukan yang telah
kualitas beton yang kurang baik, karena tenaga manusia jika sudah lelah akan dapat
menghasilkan adukan yang kurang homogen. Dalam hal ini pengadukan dengan
mesin akan lebih memuaskan, karena dapat menghasilkan adukkan beton yang baik
atau homogen. Dan dapat dilakukan dengan ukuran yang lebih tepat serta dengan
faktor air semen sedikit lebih kecil dari pada diaduk dengan tangan.
37
Tabel 2.3.
Waktu Campuran Minimum Pencampuran Menurut ASTM C.94
Kapasitas mesin pengaduk (m³) Waktu pencampuran (menit)
7,6 3 menit
untuk campuran beton yang volumenya lebih kecil atau sama dengan 1 m³ beton
serta pengadukan ditambah 1,5 menit setelah bahan tercampur. waktu pengadukan
ini akan berpengaruh pada mutu beton. Jika terlalu sebentar pencampuran bahan
keausan pada agregat sehingga agregat pecah, terjadinya kehilangan air sehingga
beton.
pencetakan dapat dilakukan dengan berbagai cara dan alat. Beberapa jenis alat yang
b. Kereta dorong
c. Truk ringan
38
e. Gerobak
beton dengan tongkat baja atau kayu, dan tebal beton yang ditusuk-tusuk tidak lebih
dari 15 cm. Penusukan dengan tongkat itu dilakukan beberapa waktu sampai
tampak suatu lapisan mortar di atas permukaan beton yang dipadatkan itu.
Pemadatan yang kurang baik akan mengakibatkan hasil mutu betonnya berongga
atau keropos.
getar (vibrator). Alat getar itu mengakibatkan getaran pada beton segar yang baru
saja dituang, sehingga adukan beton yang mengalir menjadi padat. Penggetaran
bagian bawah dan hanya mortar di bagian atas beton. Alat getar yang biasa
a. Alat getar intern (internal vibrator) adalah alat getar yang berupa seperti
tongkat. Alat getar ini digetarkan dengan mesin dan dimasukkan kedalam
b. Alat getar cetakan (form vibrator, external vibrator) adalah alat getar yang
segar selalu lembab sejak adukan beton dipadatkan sampai beton dianggap cukup
keras. Kelembaban permukaan beton itu harus dijaga untuk menjamin proses
hidrasi semen berlangsung dengan sempurna. Bila hal ini tidak dilakukan, akan
terjadi beton yang kurang kuat dan juga timbul retak-retak. Selain itu kelembaban
permukaan tadi juga menambah beton lebih tahan cuaca dan lebih kedap air.
a. Perawatan normal
b. Perawatan dipercepat
ii. Beton masih dalam keadaan plastis, suhu tinggi atau ada tiupan angin,
makaakan terjadi plastic shrinkage atau cracking. Hal seperti ini dapat terjadi
pada waktu antara 20 menit 4 jam setelah adukan beton dicor atau dicetak.
b. Terjadi susut pengeringan (drying shrinkage) ini terjadi karena air kapiler dan
air agar-agar pada pasta semen menguap. Hal tersebut dapat menimbulkan
2.12. Limbah
Secara umum, limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu
kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri,
a. Limbah cair, adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud
b. Limbah padat, berasal dari kegiatan industri (non dosmetik) dan dosmetik.
c. Limbah gas dan partikel, limbah ini dapat menyebabkan polusi udara.
d. Limbah B3 (bahan berbahaya beracun), merupakan sisa suatu hasil usaha atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena
sehari-hari secara langsung dan terus menerus dari rumah tangga, pasar,
b. Limbah non domestik, adalah limbah yang di hasilkan oleh aktifitas dan
Merupakan salah satu limbah padat yang ada disekitar lingkungan yang
besar Indonesia adalah daerah perairan laut oleh karena itu perlu mencari inovasi
baru untuk campuran beton dengan menggunakan hasil laut yang sudah tidak
tidak dimanfaatkan karena dianggap tidak dapat didaur ulang hanya cangkang
kerang bagus yang diambil untuk di buat hiasan. Sisanya yang tidak bagus dan
berbau di buang di sekitar bibir pantai. Hal inilah yang mendorong penyelamatan
mengandung zat kapur (CaO), Alumina dan silika. sehingga Dengan harapan bahwa
cangkang kerang dapat meningkatkan kerakteristik beton. Kulit kerang atau kulit
ale ale , mengandung kalsium karbonat (CaCO3) dalam kadar yang lebih tinggi
bila dibandingkan dengan batu gamping. Hal ini terlihat dari tingkat kekerasan
cangkang kerang. Semakin keras cangkang, maka semakin tinggi kandungan kapur
atau kalsium karbonat (CaCO3) nya. Cangkang yang berasal dari hewan molusca
ini adalah rangka luar pada kerang. Cangkang ini dibentuk oleh sl-sel cangkang
cocchiolin.
berbentuk prisma)
c) Lapisan nacreas (mutiara) ,juga terdiri dari kristal-kristal kalsium karbonat (zat
d) Engsel cangkang dibentuk oleh jaringan ikat yang disebut ligamentum. Karena
itu Kedua cangkang dapat membuka dan menutup , karena adanya dua otot
dductor ,satu terletak di bagian anterior dan satunya lagi terdapat di bagian
posterior.
43
Untuk memanffatkan kapur dari ale ale atau kerang ini warga
memanffatkannya dengan cara membakar kulit cangkang kerang atau ale ale
tersebut. Setelah dibakar baru ditumbuk, jadilah dia akpur yang biasa untuk makan
sirih. Teknologi lain adalah dengan cara menumbuk dan menggilas kulit atau
cangkang kerang tersebut sampai halus. Dengan cara ini zat yang ada pada kerang
tidak hilang.
karakteristik beton normal dan untuk mengetahui apakah cangkang lokan dapat
digunakan sebagai alternatif pengganti agregat halus untuk campuran beton normal
serbuk cangkang lokan pengganti agregat halus adalah 0%, 10%, 20%, dan 30%.
Pengujian terhadap benda uji dilakukan pada umur 28 hari. Hasil pengujian kuat
tekan dengan menggunakan serbuk cangkang lokan diperoleh kuat tekan beton
ditingkatkan.
44
industri berupa kulit kerang (clam shell) sebagai bahan substitusi sebagian pasir dan
abu ampas tebu (sugarcane bagasse ash) sebagai substitusi sebagian semen terhadap
kuat tekan beton. Variasi penggunaan bahan substitusi yaitu, kombinasi abu ampas
tebu ditambah kulit kerang yang dibuat adalah 8%+9%, 10%+11% dan 12%+13%.
Pengujian kuat tekan beton dilakukan saat benda uji mencapai umur 7 hari, 14 hari
dan 28 hari dengan benda uji berbentuk kubus 15x15x15cm. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa beton dengan campuran bahan substitusi abu ampas tebu
ditambah kulit kerang mengalami kenaikan kuat tekan beton hingga 19%. Sehingga
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penggunaan kulit kerang dan abu
ampas tebu sebahgai bahan substitusi pasir dan semen dengan persentase yang tepat
Metode Pelaksanaan
dilaksanakan pada tanggal 8 Juni 2017 sampai dengan 8 Juli 2017. Pengujian ini
3.2.1. Bahan
a. Agregat halus
b. Agregat kasar
c. Semen
Semen yang digunakan merupakan semen type I dengan merk dagan semen
Tiga Roda.
d. Air
Air yang digunakan adalah air yang diproduksi oleh PDAM Kota Pontianak.
45
46
Dalam pengujian ini, benda uji dibagi atas 8 (Delapan) variasi atau
3.3. Pengujian
3.3.1. Persiapan
persiapan, yaitu :
berikutnya, yaitu tahap pengujian sifat fisik dan mekanik beton. Diagram alir
Mulai
Identifikasi Masalah
Bahan Serbuk
cangkang ale ale
- Agregat halus
- Agregat Kasar
Pengujian Agregat
- Kadar Air
- Berat Isi
- Analisa Ayak
- Berat Jenis dan Job-Mix Formula
Penyerapan
K-175 dan K-225
- Analisa Ayak
Selesai
3.4.1.1. Tujuan
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air agregat
a. Alat
Oven Pengering
Talam/cawan
b. Bahan
Gambar 3.2 Timbangan digital 0,01 gram Gambar 3.3 Oven pengering
49
3.4.1.3. Pelaksanaan
3.4.2.1. Tujuan
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan berat jenis (bulk),
berat jenis permukaan jenuh (Saturated Surface Dry = SSD), berat jenis semu
a. Alat
Timbangan 0.01gr
Saringan no 4 (4,75mm)
Gelas ukur
Talam
Penumbuk
b. Bahan
Pasir sebagai agregat halus yang dalam keadaan jenuh air kering permukaan
(SSD), ±1000gr Pasir yang lolos saringan no.4 . masing-masing talam berisi
500gr
Gambar 3.5 Kerucut Abraham Gambar 3.6 Gelas Ukur Gambar 3.7 Penumbuk
3.4.2.3. Pelaksanaan
3.4.3.1. Tujuan
54
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui berat isi agregat
a. Alat
Timbangan Manual
Mistar perata
Wadah baja (mould) yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat
pemegang.
b. Bahan
Agregat halus yang sudah kering oven dengan suhu 100±5° selama ±24 jam
3.4.3.3. Pelaksanaan
55
3
Meratakan permukaan benda uji
menggunakan perata.
4
Menimbang dan catatlah berat
wadah beserta benda uji(W2).
56
5
Menghitung berat benda uji
(W3=W2-W1).
-
Berat isi lepas
1
Menimbang dan mencatat berat
mould/wadah (W1).
2
Mengisi benda uji ke kedalam
mould dengan hati -hati agar tidak
terjadi pemisahan butiran.
Ketinggian maksimun 5cm diatas
wadah dengan sendok spesi atau
sekop hingga penuh,
3
Meratakan permukaan benda uji
dengan perata
4
Menimbang dan catat wadah+benda
uji (W2)
5
Menghitung berat benda uji
(W3=W2-W1)
3.4.4.1. Tujuan
57
a. Alat
Satu set saringan : 76,2 mm (3"); 63,5 mm (2 1/2"); 50,8 mm (2"); 37,5 mm (1
1/2"); 25 mm (1"); 19,1 mm (3/4"); 12,5 mm (1/2"); 9,5 mm (3/8"); no. 4; no. 8;
Kuas.
Talam / nampan.
b. Bahan
3.5.1.1. Tujuan
59
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air agregat
a. Alat
Timbangan Manual
Oven Pengering
Talam
b. Bahan
3.5.1.3. Pelaksanaan
3.5.2.1. Tujuan
61
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan berat jenis (bulk),
berat jenis permukaan jenuh (Saturated Surface Dry = SSD), berat jenis semu
a. Alat
Oven
Cawan
Kain
b. Bahan
3.5.2.3. Pelaksanaan
3.5.3.1. Tujuan
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui berat isi agregat
a. Alat
Timbangan 0.01gr.
Mistar perata.
Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang.
64
b. Bahan
3.5.3.3. Pelaksanaan
mould/wadah (W1).
3.5.4.1. Tujuan
a. Alat
Timbangan manual .
Kuas.
Talam / nampan.
b. Bahan.
66
3.5.4.3. Pelaksanaan.
3.5.5.1. Tujuan
agregat yang dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus yang lolos
a. Alat
Bola baja
Oven
Timbangan
b. Bahan
Gambar 3.16 Los angeles abrasion machine Gambar 3.17 Bola baja
68
3.5.5.3. Pelaksanaan
Penjemuran kerang ale ale bertujuan untuk mengurangi kadar air yang
terdapat pada kerang ale ale tersebut sehingga mudah untuk di bakar. Pembakaran
kerang ale ale juga bertujuan untuk memudahkan saat penumbukan kerang ale ale
nanti.
a. Alat
Drum pembakaran
Sekop
b. Bahan
Bensin
Gambar 3.21 Arang tempurung kelapa Gambar 3.22 Kerang Ale ale
3.6.1.2. Pelaksanaan
Proses penjemuran
Proses pembakaran
digunakan sebagai bahan tambah beton yang lolos ayakan no. 100 (0,150 mm).
a. Alat.
Talam.
Mould
Cawan.
b. Bahan.
3.6.2.2. Pelaksanaan
3.7.1. Tujuan
perbandingan material beton guna mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan
1) Menetapkan kuat tekan beton yang disyaratkan (fc’) pada umur tertentu.
kuat tekan beton yang disyaratkan dari sejumlah benda uji yang kekuatannya
makin kecil standart deviasinya, makin jelek mutu pelaksanaannya makin besar
standart deviasinya.
Volume Pekerjaan
Baik Sekali Baik Cukup
Kecil (< 1000m³) 4,5 < sd ≤ 5,5 5,5 < sd ≤ 6,5 6,5 < sd ≤ 8,5
Sedang (1000 - 3000m³) 3,5 < sd ≤ 4,5 4,5 < sd ≤ 5,5 5,5 < sd ≤ 7,5
Besar (> 3000m³) 2,5 < sd ≤ 3,5 3,5 < sd ≤ 4,5 4,5 < sd ≤ 6,5
Sumber : Teknologi Bahan dan Konstruksi
M = k x SD
k = 1,64
fc’r = fc’+ M
Ditetapkan berdasarkan jenis/tipe semen yang dipakai dan kuat tekan rata-rata
Nilai faktor air semen maksimum disesuaikan dengan rencana fungsi beton
pengangkutan adukan beton dengan aliran dalam getar (triller) dapat dilakukan
dengan nilai slump yang agak kecil. Nilai slump yang diinginkan dapat
Tabel 3.15 Nilai slump beton yang disarankan untuk berbagai jenis konstruksi
Nilai Slump (mm)
Jenis Konstruksi
Maksimum Minimum
Dinding, plat pondasi dan pondasi telapak
- 125 50
bertulang
Beton massa 75 25
-
Sumber : SK. SNI. T-15-1990-03
Besar butir/ukuran agregat maksimum didapat dari hasil analisa ayak agregat
kasar.
Jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton ditetapkan berdasarkan
Berat semen per meter kubik beton dihtiung dengan membagi jumlah air
Ditetapkan sesuai tabel 3.14. Kebutuhan semen minimum ini ditetapkan untuk
baik. Pada langkah ini dicari nilai banding antara berat agregat halus dan
maksimum agregat kasar, nilai slump, faktor air semen, daerah gradasi agregat
halus mengacu pada grafik presentase agregat halus berdasarkan ukuran butir
maksimum agregat.
22) Menuliskan campuran yang diperoleh untuk 1 m³ beton pada daftar isian
didapatkan.
80
3.8.1. Tujuan
Tujuan dari pembuatan benda uji adalah sebagai contoh beton yang akan
Tujuan Uji slump ini dimaksudkan untuk menentukan slump beton segar.
a. Alat
Timbangan
Tongkat pemadat
Nampan
Palu karet
Kerucut Abraham
82
b. Bahan
Agregat halus (pasir dan kerang ale ale yang sudah ditumbuk)
semen
air
Gambar 3.25 Cetakan silinder Gambar 3.26 Timbangan Gambar 3.27 Palu
karet
3.8.3. Pelaksanaan
1
Uji Slump
5 Meratakan permukaan
kerucut yang sudah penuh
hingga permukaannya rata
dan biarkan selama ±30
6 detik.
8
Meletakkan cetakan di
samping benda uji.
3.9.1. Tujuan
beton dengan benda uji berbentuk silinder dan digunakan untuk memperoleh nilai
a. Alat
Timbangan.
b. Bahan
Gambar 3.30 Mesin kuat tekan Gambar 3.31 Beton yang telah di buat
sesuai umur pengujian
88
3.9.3. Pelaksanaan
Gambar 3.32 Hasil beton yang telah dilakukan Pengujian Kuat tekan
BAB IV
Dalam pengujian kadar air ini kami dapat mengetahui pengaruh terhadap
Perhitungan :
Percobaan 1
(5898 5863)
Kadar air = 100 %
5863
= 0,597 g
Percobaan 2
(6404 6395)
Kadar air = 100 %
6395
= 0,141 g
93
94
Dalam pengujian berat jenis kami dapat mengetahui berapa rata rata
Perhitungan :
SSD
Berat jenis SSD =
B3 SSD - B1
B2
Berat jenis app =
B3 B2 - B1
Percobaan 1
Percobaan 2
496
Berat jenis bulkov =
858 500 -1164
= 2,56 g
Rata – rata =
Dalam pengujian berat isi ini kami dapat diketahui berapa hasil rata
Perhitungan :
Berat isi = W3
(kg/dm 3 )
V
Percobaan 1
Percobaan 2
Percobaan 1
4254
Berat isi = (kg/dm 3 )
3106
= 1,370 kg/dm³
Percobaan 2
4247
Berat isi = (kg/dm 3 )
3106
= 1,367 kg/dm³
Rata rata dari berat isi agregat halus = (berat isi lepas + berat isi padat)/2 =
= (1,506 + 1,368)/2 =
=1,4307 kg/dm³
Dalam Pengujian analisa ayak ini kami dapat mengetahui data yang di
dapat dari hasil uji analisa ayak agregat halus (pasir) masuk kedalam zona 1,2,3
ataupun 4 :
Perhitungan :
A
a= x100%
B
98
Berat Berat
DIAMETER Masing2 Tertahan Persen % KUMULATIF
AYAKAN Tertahan Kumulatif Tertahan Spesifikasi
Inch Mm (gram) (gram) (%) Tertahan Lolos
3 76,20 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
2 50,80 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
1½ 38,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
1¼ 31,50 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
1 25,40 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
¾ 19,10 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
5/8 16,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
½ 12,70 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
3/8 9,50 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
No. 4 4,750 5,66 5,66 1,13 1,13 98,87
No. 8 2,360 16,00 21,65 3,21 4,34 95,66
No. 16 1,180 94,49 116,14 18,96 23,30 76,70
No. 30 0,600 194,52 310,66 39,04 62,34 37,66
No. 50 0,300 97,42 408,07 19,55 81,89 18,11
No. 100 0,150 69,27 477,34 13,90 95,79 4,21
No. 200 0,075 16,54 493,87 3,32 99,11 0,89
Pan 0 4,31 498,18 0,86 99,98 0,02
Jumlah 498,18 99,98
100
80
Persen Lolos (%)
60
40
20
0
0.010 0.100 1.000 10.000 100.000
Diameter Ayak (mm)
99
Dapat diketahui agregat halus (pasir) yang di uji analisa ayak masuk kedalam
Dalam pengujian kadar air ini kami dapat mengetahui pengaruh terhadap
Perhitungan :
Percobaan 1
(6077 6075)
Kadar air = 100 %
6075
= 0,03 g
100
Percobaan 2
(5816 5804)
Kadar air = 100 %
5804
= 0,21 g
Dalam pengujian berat jenis kami dapat mengetahui berapa rata rata
Perhitungan :
Bj
Berat jenis SSD =
B3 Bj - B1
B2
Berat jenis app =
B3 B2 - B1
Penyerapan = Bj - B2
x 100 %
B2
Percobaan 1
Percobaan 2
Rata – rata =
Dalam pengujian berat isi ini kami dapat diketahui berapa hasil rata
Perhitungan :
Percobaan 1
Percobaan 2
Percobaan 1
5031
Berat isi = (kg/dm 3 )
3106
= 1,620 kg/dm³
Percobaan 2
5103
Berat isi = (kg/dm 3 )
3106
= 1,643 kg/dm³
Rata rata dari berat isi agregat halus = (berat isi lepas + berat isi padat)/2 =
= (1,731 + 1,631)/2 =
=1,681 kg/dm³
Dalam Pengujian analisa ayak ini kami dapat mengetahui data yang di
Perhitungan :
A
a= x100%
B
104
Berat
DIAMETER Masing2 Berat Tertahan Persen % KUMULATIF
AYAKAN Tertahan Kumulatif Tertahan Spesifikasi
Inch mm (gram) (gram) (%) Tertahan Lolos
3 76,20 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
2 50,80 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
1½ 38,00
1¼ 31,50
1 25,40 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
¾ 19,10 2364,50 2364,50 29,29 29,29 70,71
5/8 16,00 3011,00 5375,50 37,30 66,59 33,41
½ 12,70 839,50 6215,00 10,40 76,99 23,01
3/8 9,50 1291,00 7506,00 15,99 92,98 7,02
No. 4 4,750 566,50 8072,50 7,02 100,00 0,00
No. 8 2,360 0,00 0,00 100,00 0,00
No. 16 1,180 0,00 0,00 100,00 0,00
No. 30 0,600 0,00 0,00 100,00 0,00
No. 50 0,300 0,00 0,00 100,00 0,00
No. 100 0,150 0,00 0,00 100,00 0,00
No. 200 0,075 0,00 0,00 100,00 0,00
Pan 0 0,60 8073,10 0,01 100,00 0,00
Jumlah 8073,10
100
80
Persen Lolos (%)
60
40
20
0
1.00 10.00 100.00
Diameter Ayak (mm)
digunakan dalam pengujian ini adalah metode Standar Nasional Indonesia (SNI)
yang tertuang dalam SK SNI T-15-1990-03 tentang Tata Cara Pembuatan Beton
23) Menetapkan kuat tekan beton yang disyaratkan (fc’) pada umur tertentu.
Pada pengujian ini, digunakan nilai standar deviasi sebesar 60 kg/cm² atau
M
Tabel 4.2 Nilai Standar Deviasi
p
Mutu Pelaksanaan (Mpa)
a
Volume Pekerjaan
. Baik Sekali Baik Cukup
3) MKecil (< 1000m³) 4,5 < sd ≤ 5,5 5,5 < sd ≤ 6,5 6,5 < sd ≤ 8,5
e Sedang (1000 - 3000m³) 3,5 < sd ≤ 4,5 4,5 < sd ≤ 5,5 5,5 < sd ≤ 7,5
n Besar (> 3000m³) 2,5 < sd ≤ 3,5 3,5 < sd ≤ 4,5 4,5 < sd ≤ 6,5
Sumber : Teknologi Bahan dan Konstruksi
g
M = k x SD
= 1,64 x 60 kg/cm²
= 98,4 kg/cm²
106
- fc’r = fc’+ M
= 273,4 kg/cm²
Semen yang digunakan dalam pengujian ini adalah semen tipe I dengan merk
Tiga Roda.
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Kuat Tekan Beton Dengan Faktor Air Semen Untuk K-175
108
8) M
e Tabel 4.3 Jumlah Semen Minimum dan Fas Maksimum Untuk K-175
n Jumlah Semen
Nilai F.A.S
Jenis Pekerjaan Beton Minimum
Maksimum
e (kg/m³ beton)
Beton di dalam ruang bangunan (terlindung)
t a. keadaan keliling non-korosif 275 0,60
b. keadaan keliling korosif,
adisebabkan oleh kondensasi atau uap 325 0,52
korosif
p Beton di luar ruang bangunan (terbuka)
a. tidak terlindung oleh hujan dan
kterik matahari langsung 325 0,60
b. terlindung oleh hujan dan terik
amatahari langsung 275 0,60
Beton yang masuk ke dalam tanah
na. mengalami keadaan basah-kering
berganti-ganti 325 0,55
b. mendapat pengaruh sifat dan
alkali dari tanah 375 0,52
f Beton yang kontinyu berhubungan dengan air
a. Air tawar 275 0,57
ab. Air laut 375 0,52
Sumber : SK. SNI. T-15-1990-03
k
- Beton massa 75 25
Dari hasil Analisa ayak didapat ukuran agregat maksimum untuk kerikil 40
mm.
= 341,667 kg/m³
275 kg/m³
- Dari tabel 4.4, didapat kebutuhan semen minimum yaitu sebesar 341,667
- Dari langkah 12 dan 14, maka dapat ditentukan kebutuhan semen yang
Keterangan :
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Antara Berat Volume Beton Segar, Jumlah Air Dan Berat
Jenis Kondisi SSD Agregat Campuran untuk Beton K-175
- Berat agg. Gabungan SSD = 2370 – 341.667 – 205 = 1823 kg/m³ (K-
175)
22) Menuliskan campuran yang diperoleh untuk 1 m³ beton pada daftar isian
didapatkan
digunakan dalam pengujian ini adalah metode Standar Nasional Indonesia (SNI)
yang tertuang dalam SK SNI T-15-1990-03 tentang Tata Cara Pembuatan Beton
1) Menetapkan kuat tekan beton yang disyaratkan (fc’) pada umur tertentu.
Pada pengujian ini, digunakan nilai standar deviasi sebesar 60 kg/cm² atau
a Volume Pekerjaan
Baik Sekali Baik Cukup
.
Kecil (< 1000m³) 4,5 < sd ≤ 5,5 5,5 < sd ≤ 6,5 6,5 < sd ≤ 8,5
3) MSedang (1000 - 3000m³) 3,5 < sd ≤ 4,5 4,5 < sd ≤ 5,5 5,5 < sd ≤ 7,5
e Besar (> 3000m³) 2,5 < sd ≤ 3,5 3,5 < sd ≤ 4,5 4,5 < sd ≤ 6,5
Sumber : Teknologi Bahan dan Konstruksi
n
M = k x SD
= 1,64 x 60 kg/cm²
= 98,4 kg/cm²
- fc’r = fc’+ M
= 323,4 kg/cm²
Semen yang digunakan dalam pengujian ini adalah semen tipe I dengan merk
Tiga Roda.
Gambar 4.4 Grafik Hubunngan Kuat Tekan Beton Dengan Faktor Air Semen Untuk K-225
9) M Tabel 4.7 Jumlah Semen Minimum dan Fas Maksimum Untuk K-225
Jumlah Semen
e Nilai F.A.S
Jenis Pekerjaan Beton Minimum
Maksimum
(kg/m³ beton)
n
Beton di dalam ruang bangunan (terlindung)
ea. keadaan keliling non-korosif 275 0,60
b. keadaan keliling korosif,
t disebabkan oleh kondensasi atau uap 325 0,52
korosif
a Beton di luar ruang bangunan (terbuka)
a. tidak terlindung oleh hujan dan
pterik matahari langsung 325 0,60
b. terlindung oleh hujan dan terik
kmatahari langsung 275 0,60
Beton yang masuk ke dalam tanah
a a. mengalami keadaan basah-kering
berganti-ganti 325 0,55
n b. mendapat pengaruh sifat dan
alkali dari tanah 375 0,52
Beton yang kontinyu berhubungan dengan air
a. Air tawar 275 0,57
nb. Air laut 375 0,52
Sumber : SK. SNI. T-15-1990-03
ilai slump
Dari hasil Analisa ayak didapat ukuran agregat maksimum untuk kerikil 40
mm.
117
Tab
= 365,38 kg/m³
375 kg/m³
- Dari tabel 4.8, didapat kebutuhan semen minimum yaitu sebesar 375
- Dari langkah 12 dan 14, maka dapat ditentukan kebutuhan semen yang
Keterangan :
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Antara Berat Volume Beton Segar, Jumlah Air Dan Berat
Jenis Kondisi SSD Agregat Campuran untuk Beton K-225
22) Menuliskan campuran yang diperoleh untuk 1 m³ beton pada daftar isian
didapatkan
- Agregat Halus
- Agregat Kasar
- 3 buah silinder
3 x 0,0053 m³ = 0,0159 m³
- Air=(0,3074%x1103,1147)+205+(0,5066%x720,215)= 212,0395 kg
- Ag.Kasar=(0,0159x1103,114)+10%x(0,0159%x1103,114)= 19,2934 kg
Total = 1,791 kg
- Agregat Halus
- Agregat Kasar
- 3 buah silinder
3 x 0,0053 m³ = 0,0159 m³
- Air=(0,35%x1311,3)+190+(0,28%x548,7)= 191,5829 kg
- Semen=(0,0159x375)+10%x(0,0159%x375)= 6,5587 kg
Total = 1,965 kg
Dari hasil pengujian nilai slump dapat diketahui untuk semua campuran
menggunakan serbuk cangkang berada diatas nilai slump yang telah ditentukan
124
Dari hasil pengujian nilai slump dapat diketahui untuk semua campuran
menggunakan serbuk cangkang berada diatas nilai slump yang telah ditentukan
Dari hasil pengujian uji tekan beton dapat diketahui untuk semua
campuran menggunakan serbuk cangkang berada dibawah pada nilai uji kuat tekan
126
yang telah ditentukan yaitu 175kg/cm². Nilai uji tekan maksimum 145.6 kg/cm²
120
100
80
60
40
20
0
0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16%
Gambar 4.12 Grafik Hasil Uji Kuat Tekan Pada Beton K-225
Dari hasil pengujian uji tekan beton dapat diketahui untuk semua
campuran menggunakan serbuk cangkang berada dibawah pada nilai uji kuat tekan
yang telah ditentukan yaitu 225 kg/cm². Nilai uji tekan maksimum 123,2 kg/cm²
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pada Proses pengujian kuat tekan beton, penambahan serbuk cangkang ale ale
126
127
5.2 Saran
1. Pada saat pembuatan benda uji seharusnya lebih teliti dalam pengererjaan
dalam campuran beton hingga sesuai dengan uji kuat tekan beton yang akan
ditentukan.
2. Pada sat pembuatan uji seharusnya dibuat 3 hari, 7 hari, 14 hari, dan 28 hari.
‘
Daftar Pustaka
Beton, Panduan Praktikum Teknologi Beton ( Uji Fisik NDT & Mix
Design ), Bandung
Bandung : LPMB
126