PENDAHULUAN
1
Mengingat saat ini semakin tingginya pemanasan global akibat pertumbuhan
bangunan yang berbahan beton.
Komposisi campuran beton dengan mengurangi pemakaian semen, air dan
pasir alam juga harus memperhatikan dari segi kualitas. Penggunaan ukuran
agregat yang maksimum merupakan salah satu cara mengurangi penggunaan air
dan semen. Selain itu, untuk mengurangi pemakaian semen yaitu dengan
penambahan bahan kimia pada campuran beton.
Di dalam penggantian pasir alam dengan pasir buatan pada campuran
beton ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Disamping ditinjau dari segi
kekuatan dan ekonomis. Terbentuknya beton yang ramah lingkungan, kuat dan
berkelanjutan harus memperhatikan mengurangi komposisi pasir alam yang akan
digunakan dalam campuran beton. Salah satu alternatifnya yaitu dengan
penambahan abu batu, dimana abu batu memliki butiran yang kecil dan seragam,
serta teksturnya yang tajam sebagai ikatan dalam campuran beton, sehingga beton
yang dihasilkan memiliki kekuatan yang tinggi. Akan tetapi tidak semua kota di
Indonesia memproduksi abu batu. Abu batu biasanya diproduksi di tempat -
tempat yang langka dengan pasir alam.
2
1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah menganalisa kekuatan tekan beton dan
karakteristik penambahan abu batu sebagai campuran beton.
Untuk maksud tersebut, tinjauan khusus yang ingin dicapai adalah :
1. Mengidentifikasi karakteristik abu batu sebagai campuran beton untuk
pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
2. Menganalisis komposisi pasir dan abu batu pada mix desain beton.
3. Menganalisis pengaruh penggunaan abu batu sebagai bahan pengganti pasir
alam pada beton K-250 dengan prosentase sebesar 0 %, 25 %, 50 %, 75 %
dan 100 % dari berat agregat halus campuran beton terhadap hasil uji kuat
tekan beton.
4. Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan penambahan abu batu ditinjau
dari hasil kekuatan tekan betonnya.
3
1.7 Sistematika Penulisan
Proposal Penelitian ini terdiri dari 3 (lima) bab antara lain :
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan menjelaskan tentang latar belakang, identifikasi masalah,
rumusan masalah, maksud dan tujuan serta manfaat dari penelitian ini,
batasan masalah, sistematika penulisan serta keaslian.
BAB II STUDI PUSTAKA
Studi Pustaka menjelaskan menguraikan teori teori yang berhubungan
dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi Penelitian berisikan tentang metode pengumpulan data,
analisis data, percobaan pembuatan benda uji dengan penambahan abu
batu 0 %, 25 %, 50 %, 75 % dan 100 %, pengujian kuat tekan beton,
dan diagram alir penelitian, serta jadwal pelaksanaan penelitian.
1.8 Keaslian
Pada penelitian Kekuatan Tekan Beton dengan Penambahan Abu Batu
Sebagai Campuran Beton ini, meneliti mengenai Mix Design Beton menggunakan
Metode DoE (Departement of Environment) dengan mutu rencana K-250 atau
250 kg/cm2. Parameter yang di teliti penambahan abu batu 0 %, 25 %, 50 %,
75 %, dan 100 % dari jumlah agregat halus yang dipakai.
Peneliti terdahulu Didik (2014) dengan judul skripsi Pengaruh Abu Batu
Sebagai Pengganti Pasir Untuk Campuran Beton, parameter nya yaitu penggunaan
komposisi abu batu 0 %, 20 %, 40%, 60 %, 80 %, 100 % untuk fc 20 MPa.
Selanjutnya penelitian Iwan dan Wantutrianus (2014) dengan judul
Pengaruh Pemakaian Fly Ash dan Abu Batu Sebagai Pengganti Sebagian Semen
Pada Kuat Tekan Beton Mutu Tinggi, dengan hasil penelitian pemakaia fly ash
22,5 % dan abu batu 12,5 % sebagai pengganti semen pada campuran beton
menghasilkan kekuatan beton 48,30 Mpa.
4
BAB II
STUDI PUSTAKA
5
1) Kekuatan Tekan
Pada Pengujian Kuat Tekan Beton dilakukan dengan membuat sejumlah
benda uji benda uji berbentuk kubus a = 15 cm atau a = 20 cm dan
silinder d = 15 cm dengan tinggi 30 cm yang di uji tekan pada berbagai
umur.
Keterangan :
P = Beban tekan maksimum (kg atau N)
A = Luas bidang tekan (cm2 atau mm2)
2) Kekuatan Tarik
Kemampuan beton menahan beban tarik maksimum.
3) Kekuatan Lentur
Kemampuan beton menahan beban lentur maksimum.
c. Modulus Elastisitas
Modulus Elastisitas merupakan perbandingan antara kuat tekan beton dengan
regangan beton biasanya ditentukan 25 50 % dari kuat tekan beton.
d. Rangkak (Creep)
Sifat beton dimana beton mengalami perubahan bentuk (deformasi) secara
terus menerus berdasarkan waktu selama memikul beban.
6
e. Susut (Shrinkage)
Beton mengalami susut (Shrinkage), dimana sifat ini merupakan perubahan
volume yang tidak berhubungan dengan pembebanan.
f. Kelecakan (Workability)
Kemudahan dalam pengerjaan beton sesuai dengan ketentuan yang ada.
2.2 Agregat
Menurut Kusdiyono (2011), agregat adalah butiran mineral yang memiliki
fungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran beton. Agregat menempati volume
60 - 70 % dalam campuran beton. Oleh karena itu, sifat-sifat agregat sangat
berpengaruh pada mutu beton yang dihasilkan.
Berdasarkan asalnya agregat dibagi menjadi dua yaitu : agregat alam dan
agregat buatan. Agregat Alam merupakan agregat yang dihasilkan dari batu alam
atau penghancurannya. Sedangkan Agregat buatan merupakan agregat yang dibuat
dengan mesin yang memiliki tujuan karena kekurangan agregat alam.
7
3. Berat jenis dan berat isi
Berat jenis adalah perbandingan berat suatu massa dengan berat air murni
pada volume yang sama dan suhu tertentu. Berat jenis agregat terdiri dari
empat jenis yaitu :
a. Berat jenis absolut
b. Berat jenis bulk (Bulk Specifiis Gravity)
c. Berat jenis jenuh air kering permukaan (Saturated Surface Dry)
d. Berat jenis semu (Apparent Specivic Gravity)
Sedangkan Berat isi (Bulk density) adalah perbandingan antara berat suatu
benda dengan isinya, yang dinyatakan dalam satuan kg/liter atau kg/m3.
4. Porositas dan daya serap
Porositas adalah jumlah pori/rongga yang terdapat dalam batuan dinyatakan
dalam prosen terhadap volume batunya.
Untuk mencari porositas dapat dihitung dengan rumus :
Porositas = 100 %
Daya serap air adalah jumlah air yang terdapat dalam agregat yang dihitung
dari keadaan kering oven sampai dengan keadaan jenuh air permukaan kering
(saturated surface dry) dinyatakan dalam prosen terhadap berat kering.
Untuk mencari daya serap air dapat dihitung dengan rumus :
Daya serap air = 100 %
Keterangan :
Wssd = berat agregat keadaan ssd, dalam gram
Wko = berat agregat kering oven, dalam gram
5. Kadar air
Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam agregat, dinyatakan
dalam prosen dan dihitung terhadap berat agregat kering oven.
Kadar air = 100 %
Keterangan :
W1 = berat agregat keadaan ssd, dalam gram
W2 = berat agregat kering oven, dalam gram
8
6. Bahan-bahan yang merugikan (deleterious) yang terdapat pada agregat
Agregat halus maupun kasar memiliki kemungkinan terkontaminasi oleh
bahan-bahan yang berpengaruh negatif apabila digunakan untuk campuran
beton. Bahan bahan yang merugikan antara lain :
a. Zat organik.
b. Tanah liat, lumpur dan debu yang sangat halus.
c. Garam klorida dan sulfat.
d. Partikel-partikel yang tidak kekal.
7. Kekekalan (soundness)
Kekekalan adalah kemampuan agregat untuk menahan perubahan volume
yang berlebihan, akibat perubahan-perubahan kondisi lingkungan.
8. Reaksi alkali agregat
Reaksi alkali agregat adalah reaksi antara alkali (Na2O dan K2O) dalam
semen dengan silika aktif yang terkandung dalam agregat.
9. Sifat thermal
Sifat thermal adalah sifat pengembangan linear (koefisien muai), panas jenis
dan daya hantar panas yang akan mempengaruhi keawetan dan kualitas beton.
10. Susunan butir (gradasi)
Gradasi agregat adalah distribusi dari butiran-butiran agregat. Di dalam
teknologi beton, agregat dibedakan menjadi dua kelompok susunan butir
antara lain :
a. Agregat halus, agregat yang butirannya menembus ayakan ukuran kurang
kebih 5 mm.
b. Agregat kasar, agregat yang butirannya tertahan diatas ayakan 5 mm.
9
b. Sisa diatas ayakan 1,2 mm, harus maksimum 10 % berat.
c. Sisa diatas ayakan 0,30 mm, harus maksimum 15 % berat.
Tabel 2.1 Batas - batas daerah susunan butir agregat halus
Presentase Lewat Komulatif
No Ayakan
Zone 1 Zone 2 Zone 3 Zone 4
# 9,5 100 90 - 100 100 100
# 4,75 90 - 100 75 - 100 95 - 100 95 - 100
# 2,36 60 - 95 55 - 90 85 - 100 95 - 100
# 1,2 30 - 70 55 - 90 75 - 100 90 - 100
# 0,6 15 - 34 35 - 59 60 - 79 80 - 100
# 0,3 5 - 20 8 - 30 12 - 40 15 50
# 0,15 0 - 10 0 - 10 0 - 10 0 -15
Sumber : SNI 03-6861.1-2002
2. Agregat Kasar
Menurut SNI 03-6861.1-2002 Agregat Kasar mempunyai modulus kehalusan
butir antara 6,0 7,10 dan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Sisa diatas ayakan 38 mm, harus 0 % berat.
b. Sisa diatas ayakan 4,8 mm, harus berkisar antara 90 % - 98 % berat.
c. Selisih antara sisa komulatif diatas dua ayakan yang berurutan, adalah
maksimum 60 % dan minimum 10 % berat.
Tabel 2.2 Batas - batas daerah susunan butir agregat kasar menurut
BS 882 1973
Presentase Lewat Komulatif
No Ayakan
38,1 - 4,75 mm 19,1 - 4,75 mm 9,5 - 4,75 mm
# 76,0 100 - -
# 38,1 95 - 100 100 -
# 19,0 30 - 70 95 - 100 100
# 9,5 10 - 35 25 - 55 50 - 85
No. 4 0-5 0 - 10 0 - 10
Sumber : SNI 03-6861.1-2002
10
Selain itu abu batu, merupakan agregat mineral pengisi dengan ukuran
< 0,075 mm. Material jenis ini banyak dibutuhkan untuk campuran dalam proses
pengaspalan dan bisa digunakan sebagai pengganti pasir.
Biasanya abu batu digunakan pada campuran beton dengan alasan kesulitan pasir
alam di lokasi tersebut, oleh sebab itu abu batu sebagai pengganti pasir dalam
campuran beton di lokasi proyek tertentu.
11
2.4 Semen
Semen merupakan bahan perekat atau lem, yang bisa merekatkan bahan-
bahan menjadi satu kesatuan yang kuat. Menurut Yuanda (2011), fungsi semen
adalah untuk merekatkan butir agregat menjadi suatu massa yang padat atau
menjadi satu kesatuan, selain itu untuk mengisi rongga diantara butiran agregat.
Berdasarkan SNI 15 2049 2004, semen portland merupakan semen
hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland terutama
yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama
dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium
sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain.
Menurut Riyadi dan Amalia (2005), semen portland dibagi menjadi lima
jenis antara lain :
1. Jenis I yaitu semen portland untuk konstruksi biasa yang tidak memerlukan
sifat khusus
2. Jenis II yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat atau panas dari hidrasi yang sedang.
3. Jenis III semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan
tinggi pada tahap permulaan.
4. Jenis IV yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memiliki panas
yang rendah dari hidrasi yang diinginkan
5. Jenis V yaitu semen portland dengan daya tahan yang tinggi terhadap sulfat.
2.5 Air
Air merupakan salah satu komposisi dalam pembuatan campuran beton.
Air yang dipakai dalam campuran beton adalah air bersih yang dapat diminum.
Akan tetapi menggunakan air bersih yang dapat diminum mengalami kesulitan di
tempat yang sulit mendapatkan air. Oleh karena itu, menggunakan air laut atau air
sungai dapat digunakan untuk campuran beton, tetapi tetap memperhatikan
kebersihannya.
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
13
3.2 Tahapan Penelitian
Berikut ini bagan alir dari langkah kerja penyusunan penelitian :
MULAI
PENGUJIAN
KARAKTERISTIK
MATERIAL
YA
ANALISIS DATA
KESIMPULAN DAN SARAN
SELESAI
Sumber : Peneliti, 2016
Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian
14
3.3 Pengambilan Data
Cara pengambilan data pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu :
1. Data Primer
Data Primer diperoleh melalui Pengujian sifat - sifat dan karakteristik
material agregat kasar, halus dan semen yang nantinya akan digunakan dalam
Mix Design Beton, serta pengujian kekuatan tekan beton dengan Mesin Tekan
di Laboratorium Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil Universitas
Semarang.
2. Data Sekunder
Data Sekunder diperoleh dari referensi-referensi pustaka yang mendukung
dan mempunyai hubungannya dengan penelitian ini.
15
Talam.
d. Kadar Butir Halus Lewat Saringan No. 200, peralatan yang digunakan
meliputi :
Saringan.
Talam.
Timbangan.
Oven
e. Pengujian Keausan Agregat Kasar dengan Metode Los Angeles, peralatan
yang digunakan meliputi :
Mesin Los Angeles dan bola-bola baja.
Saringan, timbangan, dan oven.
Alat yang digunakan untuk menguji karakteristik dan sifat semen yang
digunakan meliputi :
a. Waktu ikat, peralatan yang digunakan meliputi :
Mixer.
Alat vicat.
Gelas ukur.
Timbangan.
Spatula.
b. Konsistensi normal, peralatan yang digunakan meliputi :
Mixer.
Alat vicat.
Gelas ukur.
Timbangan.
Spatula.
Stopwatch.
Pelat kaca.
c. Kehalusan butir, peralatan yang digunakan meliputi :
Saringan, timbangan, dan kuas.
16
d. Kekekalan semen dengan kue rebus, peralatan yang digunakan meliputi :
Gelas ukur.
Stopwatch.
Timbangan.
Sendok perata / spatula.
e. Berat jenis semen, peralatan yang digunakan meliputi :
Botol Le Chatelier.
Timbangan.
Termometer dan baki.
Dalam pengujian slump beton berikut peralatan yang diperlukan :
a. Cetakan silinder d = 15 cm t = 30 cm.
b. Tongkat pemadat.
c. Kerucut Abrams.
d. Pelat logam.
e. Sendok cekung.
f. Meteran.
2. Bahan :
a. Abu batu ex lokal Tayu, Kabupaten Pati.
b. Pasir ex Muntilan.
c. Batu pecah ex lokal Semarang.
d. Semen Jenis I ex Tiga Roda
17
c. Kadar Air.
d. Kadar Butir Halus Lewat Saringan No. 200.
2. Agregat Kasar
Pengujian agregat kasar disini yaitu pengujian karakteristik batu pecah atau
Batu pecah yang digunakan untuk campuran beton. Pengujiannya meliputi :
a. Analisa Ayak.
b. Berat Jenis, Berat Isi dan Penyerapan Air.
c. Kadar Air.
d. Kadar Butir Halus Lewat Saringan No. 200.
e. Pengujian Keausan Agregat Kasar dengan Metode Los Angeles.
3. Semen
Selain pengujian agregat kasar dan halus, semen yang digunakan perlu
dilakukan pengujian untuk mengetahui sifat dan karakteristik semen yang
digunakan. Pengujiannya meliputi :
a. Waktu ikat.
b. Konsistensi normal.
c. Kehalusan butir.
d. Kekekalan semen dengan kue rebus.
e. Berat jenis semen.
18
2. Agregat Halus (75 % Pasir dan 25 % Abu batu) + Semen + Batu pecah
(25 % Abu batu untuk agregat halusnya).
3. Agregat Halus (50 % Pasir dan 50 % Abu batu) + Semen + Batu pecah
(50 % Abu batu untuk agregat halusnya).
4. Agregat Halus (25 % Pasir dan 75 % Abu batu) + Semen + Batu pecah
(75 % Abu batu untuk agregat halusnya).
5. Abu batu + Semen + Batu pecah
(100 % Abu batu untuk agregat halusnya).
Langkah langkah dari perhitungan mix design beton ini antara lain :
1. Menetapkan kuat tekan yang disyaratkan pada umur 28 hari (A) dalam satuan
kg/cm2.
2. Menghitung nilai deviasi standar (Sr).
3. Menghitung nilai margin = 1,64 x Sr.
4. Kekuatan tekan rata-rata (B) dihitung dengan cara :
B = A + (1,64 x Sr) = ...... kg/cm2.
5. Jenis semen, pada penelitian ini ditetapkan Jenis I ex Tiga Roda.
Jenis agregat halus :
- Abu batu ex lokal Tayu, Kabupaten Pati.
- Pasir ex Muntilan.
Jenis agregat kasar :
- Batu pecah ex lokal Semarang.
6. Menetapkan faktor air semen dari campuran, dimana untuk mencapai
kekuatan beton yang ditargetkan. Faktor air semen dapat dicari dengan
hubungan antara kekuatan rata-rata dengan faktor air semen untuk benda uji
yang dipakai, dalam penelitian ini menggunakan benda uji silinder.
19
Tabel 3.1 Perkiraan kekuatan tekan (N/mm2) Beton dengan Faktor Air Semen
0,50 dan jenis semen dan agregat kasar yang biasa dipakai di Indonesia
Kekuatan tekan
(N/mm)
Jenis semen Jenis agregat kasar
Pada umur Bentuk
3 7 (hari) 28 91
Semen Portland Batu tak dipecahkan 17 23 33 40 Silinder
20
Tabel 3.2 Hubungan antara Jumlah semen minimum dan nilai f.a.s maksimum
untuk berbagai macam pekerjaan
Jumlah semen Nilai Faktor Air
21
Tabel 3.4 Hubungan antara Jumlah semen minimum dengan nilai f.a.s maksimum
untuk beton kedap air
22
Sumber : Kusdiyono, 2011
Gambar 3.4 Grafik Persen pasir terhadap kadar total agregat yang
dianjurkan untuk maksimum besar butir 20 mm
23
12. Menentukan kebutuhan air untuk campuran beton, dari tabel di bawah ini :
Tabel 3.6 Perkiraan jumlah air bebas untuk mengaduk 1 m3 beton untuk
berbagai kondisi kelecakan, dalam liter
Slump 0 - 10 10 - 30 30 - 60 60 - 180
(mm)
Ukuran
butir Jenis agregat
Batu tak dipecahkan 150 180 205 225
10
Maksimum
Batu pecah 180 205 230 250
24
18. Berat jenis beton dalam satuan kg/m3 diperoleh dari gambar grafik di bawah
ini :
19. Menghitung kadar agregat gabungan dalam satuan kg/m3 diperoleh dengan
cara :
D = Berat jenis beton jumlah kadar semen jumlah kadar air
20. Menentukan kadar agregat halus dalam satuan kg/m3 diperoleh dengan cara :
E = Prosentase kebutuhan agregat kasar dan halus x kadar agregat gabungan
21. Menentukan kebutuhan agregat kasar dalam satuan kg/m3 diperoleh dengan
cara :
F=DE
= kadar agregat gabungan kadar agregat halus
22. Kemudian di dapat proporsi sebagai berikut :
a. Semen = G (kg)
b. Air = H (kg)
c. Agregat Halus = I (kg)
d. Agregat Kasar = J (kg)
23. Setelah diketahui proporsi campuran tiap m3 nya. Maka perlu dilakukan
koreksi kandungan air dengan cara sebagai berikut :
a. Semen = ................. kg
25
b. Air = ............. - ( ) ( ) =
100 100
= ................. kg
c. Agregat Halus = ............. - ( ) = ................. kg
100
d. Agregat Kasar = ............. - ( ) = ................. kg
100
26
membuat Trial Mix pada setiap komposisi beton untuk umur 7, 14, 28 hari.
Kemudian benda uji di uji dengan mesin tekan untuk mengetahui beban tekannya.
Benda Uji Silinder memiliki angka konversi 0,83 jika diubah ke kubus,
maka :
226,354
(bk) = = 272,716 kg/cm2
0,83
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa beton tersebut merupakan beton dengan
mutu setara dengan K 250 atau 250 kg/cm2
Setelah diketahui kekuatan tekan pada lima jenis komposisi campuran
beton, dapat diketahui karakteristik penambahan abu batu ditinjau dari kekuatan
tekan betonnya.
27
28
3.12 Time Schedule
Berikut jadwal pelaksanaan penelitian :
Tabel 3.8 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
29