Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan di Indonesia saat ini semakin meningkat, banyaknya
pembangunan baik gedung, jalan dan jembatan mengakibatkan meningkat pula
penggunaan bahan bangunan di Indonesia, khususnya bahan bangunan beton.
Beton pada umumnya merupakan bahan bangunan yang mudah dijumpai. Dimana
beton terbentuk dari satu kesatuan campuran antara agregat halus maupun kasar,
semen, dan air serta ditambah bahan lainnya.
Beton pada umumnya memiliki kekuatan tekan yang tinggi, akan tetapi
kuat tariknya kecil oleh karena itu beton diperkuat dengan baja tulangan untuk.
Menurut Kusdiyono (2011), beton mengandung pasta semen (semen dan air) 25 %
- 40 %, agregat (agregat halus dan kasar) 60 % - 75 % dan udara 1 % - 3 %.
Jenis beton ada berbagai macam jika dilihat dari bahan pembentuknya
meliputi beton normal, beton bertulang, beton pra-cetak (pre-cast), beton pra
tekan (pre-stress) dan lainnya. Selain itu ada juga beton komposit dimana beton
ini digunakan bersama dengan bahan lain, seperti misalnya baja profil H beam.
Menjadikan beton yang kuat dan ramah lingkungan merupakan suatu
tantangan untuk pembangunan yang berkelanjutan. Salah satu cara yaitu dengan
mengurangi pemakaian semen, air, dan mengurangi pemakaian pasir alam
menggantinya dengan pasir buatan contohnya abu batu.
Penelitian ini sangat penting, bermanfaat dan menambah pengetahuan
dimana akan membahas mengenai penambahan abu batu sebagai campuran beton
yang tetap memperhatikan kualitas dan kekuatannya.

1.2 Identifikasi Masalah


Saat ini semakin banyaknya pertumbuhan bangunan yang berbahan beton
di Indonesia khususnya. Hal tersebut merupakan salah satu alasan dimana
diperlukan rekayasa beton yang ramah lingkungan, akan tetapi tetap
memperhatikan kekuatan dan kualitas. Disamping itu dalam perencanaan
campuran beton yang akan dilaksanakan di lapangan harus saling terintegrasi.

1
Mengingat saat ini semakin tingginya pemanasan global akibat pertumbuhan
bangunan yang berbahan beton.
Komposisi campuran beton dengan mengurangi pemakaian semen, air dan
pasir alam juga harus memperhatikan dari segi kualitas. Penggunaan ukuran
agregat yang maksimum merupakan salah satu cara mengurangi penggunaan air
dan semen. Selain itu, untuk mengurangi pemakaian semen yaitu dengan
penambahan bahan kimia pada campuran beton.
Di dalam penggantian pasir alam dengan pasir buatan pada campuran
beton ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Disamping ditinjau dari segi
kekuatan dan ekonomis. Terbentuknya beton yang ramah lingkungan, kuat dan
berkelanjutan harus memperhatikan mengurangi komposisi pasir alam yang akan
digunakan dalam campuran beton. Salah satu alternatifnya yaitu dengan
penambahan abu batu, dimana abu batu memliki butiran yang kecil dan seragam,
serta teksturnya yang tajam sebagai ikatan dalam campuran beton, sehingga beton
yang dihasilkan memiliki kekuatan yang tinggi. Akan tetapi tidak semua kota di
Indonesia memproduksi abu batu. Abu batu biasanya diproduksi di tempat -
tempat yang langka dengan pasir alam.

1.3 Perumusan Masalah


Dari uraian tersebut diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang
timbul antara lain :
1. Bagaimana karakteristik abu batu sebagai campuran beton untuk pelaksanaan
pekerjaan konstruksi ?
2. Bagaimana analisis komposisi antara pasir dan abu batu pada mix desain
beton K 250 dengan Metode Departement of Environment (DoE) ?
3. Bagaimana pengaruh penggunaan abu batu sebagai bahan pengganti pasir
alam pada beton K-250 dengan prosentase sebesar 0 %, 25 %, 50 %, 75 %
dan 100 % dari berat agregat halus campuran beton terhadap hasil uji kuat
tekan beton ?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan penambahan abu batu ditunjau dari hasil
kekuatan tekan betonnya ?

2
1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah menganalisa kekuatan tekan beton dan
karakteristik penambahan abu batu sebagai campuran beton.
Untuk maksud tersebut, tinjauan khusus yang ingin dicapai adalah :
1. Mengidentifikasi karakteristik abu batu sebagai campuran beton untuk
pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
2. Menganalisis komposisi pasir dan abu batu pada mix desain beton.
3. Menganalisis pengaruh penggunaan abu batu sebagai bahan pengganti pasir
alam pada beton K-250 dengan prosentase sebesar 0 %, 25 %, 50 %, 75 %
dan 100 % dari berat agregat halus campuran beton terhadap hasil uji kuat
tekan beton.
4. Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan penambahan abu batu ditinjau
dari hasil kekuatan tekan betonnya.

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan bermanfaat dan menambah pengetahuan
mengenai Analisis Kekuatan Tekan Beton dengan Penambahan Abu Batu sebagai
Campuran Beton bagi mahasiswa, dosen, dan peneliti.
Disamping itu juga bermanfaat bagi industri pembuat beton untuk
mengurangi penggunaan pasir alam, semen, dan air dalam campuran beton agar
terciptanya pembangunan konstruksi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan
akan tetapi tetap memperhatikan kualitas.

1.6 Batasan Masalah


Dalam penyusunan laporan penelitian ini penulis membatasi masalah atau
ruang lingkup pada hal hal antara lain sebagai berikut :
1. Menganalisa dan merancang penggunaan pasir buatan contohnya abu batu
dalam campuran beton K - 250 dengan tetap memperhatikan kualitas.
2. Mengukur prosentase penambahan abu batu dan tingkat kekuatan yang
dihasilkan dalam beton K - 250 dengan campuran menggunakan abu batu.

3
1.7 Sistematika Penulisan
Proposal Penelitian ini terdiri dari 3 (lima) bab antara lain :
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan menjelaskan tentang latar belakang, identifikasi masalah,
rumusan masalah, maksud dan tujuan serta manfaat dari penelitian ini,
batasan masalah, sistematika penulisan serta keaslian.
BAB II STUDI PUSTAKA
Studi Pustaka menjelaskan menguraikan teori teori yang berhubungan
dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi Penelitian berisikan tentang metode pengumpulan data,
analisis data, percobaan pembuatan benda uji dengan penambahan abu
batu 0 %, 25 %, 50 %, 75 % dan 100 %, pengujian kuat tekan beton,
dan diagram alir penelitian, serta jadwal pelaksanaan penelitian.

1.8 Keaslian
Pada penelitian Kekuatan Tekan Beton dengan Penambahan Abu Batu
Sebagai Campuran Beton ini, meneliti mengenai Mix Design Beton menggunakan
Metode DoE (Departement of Environment) dengan mutu rencana K-250 atau
250 kg/cm2. Parameter yang di teliti penambahan abu batu 0 %, 25 %, 50 %,
75 %, dan 100 % dari jumlah agregat halus yang dipakai.
Peneliti terdahulu Didik (2014) dengan judul skripsi Pengaruh Abu Batu
Sebagai Pengganti Pasir Untuk Campuran Beton, parameter nya yaitu penggunaan
komposisi abu batu 0 %, 20 %, 40%, 60 %, 80 %, 100 % untuk fc 20 MPa.
Selanjutnya penelitian Iwan dan Wantutrianus (2014) dengan judul
Pengaruh Pemakaian Fly Ash dan Abu Batu Sebagai Pengganti Sebagian Semen
Pada Kuat Tekan Beton Mutu Tinggi, dengan hasil penelitian pemakaia fly ash
22,5 % dan abu batu 12,5 % sebagai pengganti semen pada campuran beton
menghasilkan kekuatan beton 48,30 Mpa.

4
BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1 Pengertian Beton


Beton adalah hasil interaksi kimia dan mekanis antara semen hirdolik,
agregat halus, agregat kasar, air dan bahan tambah (Mulyono, 2004). Sedangkan
menurut Tojkrodimuljo (2004), beton adalah campuran antara agregat kasar,
halus, air dan semen yang berfungsi sebagai pengikat dan pengisi agregat kasar
dan halus serta ditambahkan additive.
Menurut Kusdiyono (2011), beton terdiri dari pasta semen (semen dan air)
25 - 40 %, agregat (agregat halus dan kasar) 60 - 75 % dan udara 1 - 3 %.
Di dalam pekerjaan konstruksi, beton memiliki beberapa kelebihan yang tidak
dimiliki bahan bangunan lainnya antara lain meliputi :
a. Beton mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan.
b. Mampu memikul beban yang berat.
c. Memiliki ketahanan terhadap temperatur yang tinggi.
d. Biaya perawatannya kecil.
e. Harga yang relatif murah karena menggunakan bahan lokal.
Selain itu kelemahan beton yaitu kekuatan tariknya lebih rendah dibanding
dengan kekuatan tekannya, sehingga perlu diberi tulangan.

2.1.1 Sifat-Sifat Beton


Menurut Kusdiyono (2011), di dalam perencanaan dan pelaksanaan
campuran beton perlu diketahui beberapa sifat beton maupun sifat setelah
mengeras antara lain :
a. Keawetan (Durability)
Keawetan merupakan kemampuan beton bertahan sesuai dengan umur
konstruksi tanpa terjadi kerusakan.
b. Kekuatan
Kemampuan beton menerima beban tekan maksimum. Pengujian Kekuatan
Beton ada tiga meliputi :

5
1) Kekuatan Tekan
Pada Pengujian Kuat Tekan Beton dilakukan dengan membuat sejumlah
benda uji benda uji berbentuk kubus a = 15 cm atau a = 20 cm dan
silinder d = 15 cm dengan tinggi 30 cm yang di uji tekan pada berbagai
umur.

Sumber : Kusdiyono, 2011


Gambar 2.1 Benda Uji Kubus dan Silinder

Kuat tekan dihitung dengan rumus, sebagai berikut :



Kuat tekan (b) = ( ) atau Mpa
2

Keterangan :
P = Beban tekan maksimum (kg atau N)
A = Luas bidang tekan (cm2 atau mm2)

2) Kekuatan Tarik
Kemampuan beton menahan beban tarik maksimum.
3) Kekuatan Lentur
Kemampuan beton menahan beban lentur maksimum.
c. Modulus Elastisitas
Modulus Elastisitas merupakan perbandingan antara kuat tekan beton dengan
regangan beton biasanya ditentukan 25 50 % dari kuat tekan beton.
d. Rangkak (Creep)
Sifat beton dimana beton mengalami perubahan bentuk (deformasi) secara
terus menerus berdasarkan waktu selama memikul beban.

6
e. Susut (Shrinkage)
Beton mengalami susut (Shrinkage), dimana sifat ini merupakan perubahan
volume yang tidak berhubungan dengan pembebanan.
f. Kelecakan (Workability)
Kemudahan dalam pengerjaan beton sesuai dengan ketentuan yang ada.

2.2 Agregat
Menurut Kusdiyono (2011), agregat adalah butiran mineral yang memiliki
fungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran beton. Agregat menempati volume
60 - 70 % dalam campuran beton. Oleh karena itu, sifat-sifat agregat sangat
berpengaruh pada mutu beton yang dihasilkan.
Berdasarkan asalnya agregat dibagi menjadi dua yaitu : agregat alam dan
agregat buatan. Agregat Alam merupakan agregat yang dihasilkan dari batu alam
atau penghancurannya. Sedangkan Agregat buatan merupakan agregat yang dibuat
dengan mesin yang memiliki tujuan karena kekurangan agregat alam.

2.2.1 Sifat-Sifat Agregat


Menurut Kusdiyono (2011), sifat-sifat agregat sangat mempengaruhi mutu
beton yang dihasilkan, berikut beberapa sifat dari agregat :
1. Bentuk butir dan tekstur permukaan
Bentuk butir yang baik untuk campuran beton adalah agregat yang memiliki
luas permukaan besar karena untuk mengurangi air dan penggunaan semen.
Tekstur permukaan agregat yang mempunyai permukaan kasar atau berpori
akan menghasilkan ikatan yang lebih baik daripada agregat yang mempunyai
tekstur permukaan licin.
2. Kekuatan agregat
Kekuatan agregat berpengaruh pada kekuatan beton. Kekuatan dan elastisitas
agregat bergantung pada jenis, susunan mineral, tekstur batuan atau kristal
batuannya.

7
3. Berat jenis dan berat isi
Berat jenis adalah perbandingan berat suatu massa dengan berat air murni
pada volume yang sama dan suhu tertentu. Berat jenis agregat terdiri dari
empat jenis yaitu :
a. Berat jenis absolut
b. Berat jenis bulk (Bulk Specifiis Gravity)
c. Berat jenis jenuh air kering permukaan (Saturated Surface Dry)
d. Berat jenis semu (Apparent Specivic Gravity)
Sedangkan Berat isi (Bulk density) adalah perbandingan antara berat suatu
benda dengan isinya, yang dinyatakan dalam satuan kg/liter atau kg/m3.
4. Porositas dan daya serap
Porositas adalah jumlah pori/rongga yang terdapat dalam batuan dinyatakan
dalam prosen terhadap volume batunya.
Untuk mencari porositas dapat dihitung dengan rumus :

Porositas = 100 %

Daya serap air adalah jumlah air yang terdapat dalam agregat yang dihitung
dari keadaan kering oven sampai dengan keadaan jenuh air permukaan kering
(saturated surface dry) dinyatakan dalam prosen terhadap berat kering.
Untuk mencari daya serap air dapat dihitung dengan rumus :

Daya serap air = 100 %

Keterangan :
Wssd = berat agregat keadaan ssd, dalam gram
Wko = berat agregat kering oven, dalam gram
5. Kadar air
Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam agregat, dinyatakan
dalam prosen dan dihitung terhadap berat agregat kering oven.

Kadar air = 100 %

Keterangan :
W1 = berat agregat keadaan ssd, dalam gram
W2 = berat agregat kering oven, dalam gram

8
6. Bahan-bahan yang merugikan (deleterious) yang terdapat pada agregat
Agregat halus maupun kasar memiliki kemungkinan terkontaminasi oleh
bahan-bahan yang berpengaruh negatif apabila digunakan untuk campuran
beton. Bahan bahan yang merugikan antara lain :
a. Zat organik.
b. Tanah liat, lumpur dan debu yang sangat halus.
c. Garam klorida dan sulfat.
d. Partikel-partikel yang tidak kekal.
7. Kekekalan (soundness)
Kekekalan adalah kemampuan agregat untuk menahan perubahan volume
yang berlebihan, akibat perubahan-perubahan kondisi lingkungan.
8. Reaksi alkali agregat
Reaksi alkali agregat adalah reaksi antara alkali (Na2O dan K2O) dalam
semen dengan silika aktif yang terkandung dalam agregat.
9. Sifat thermal
Sifat thermal adalah sifat pengembangan linear (koefisien muai), panas jenis
dan daya hantar panas yang akan mempengaruhi keawetan dan kualitas beton.
10. Susunan butir (gradasi)
Gradasi agregat adalah distribusi dari butiran-butiran agregat. Di dalam
teknologi beton, agregat dibedakan menjadi dua kelompok susunan butir
antara lain :
a. Agregat halus, agregat yang butirannya menembus ayakan ukuran kurang
kebih 5 mm.
b. Agregat kasar, agregat yang butirannya tertahan diatas ayakan 5 mm.

2.2.2 Persyaratan Agregat


Menurut SNI 03-6861.1-2002, di dalam perencanaan campuran beton agregat
yang digunakan harus memenuhi persyaratan secara umum sebagai berikut :
1. Agregat Halus
Susunan butir agregat halus mempunyai modulus kehalusan butir antara 1,50
3,80 dan harus memenuhi syarat :
a. Sisa diatas ayakan 4,8 mm, harus maksimum 2 % berat.

9
b. Sisa diatas ayakan 1,2 mm, harus maksimum 10 % berat.
c. Sisa diatas ayakan 0,30 mm, harus maksimum 15 % berat.
Tabel 2.1 Batas - batas daerah susunan butir agregat halus
Presentase Lewat Komulatif
No Ayakan
Zone 1 Zone 2 Zone 3 Zone 4
# 9,5 100 90 - 100 100 100
# 4,75 90 - 100 75 - 100 95 - 100 95 - 100
# 2,36 60 - 95 55 - 90 85 - 100 95 - 100
# 1,2 30 - 70 55 - 90 75 - 100 90 - 100
# 0,6 15 - 34 35 - 59 60 - 79 80 - 100
# 0,3 5 - 20 8 - 30 12 - 40 15 50
# 0,15 0 - 10 0 - 10 0 - 10 0 -15
Sumber : SNI 03-6861.1-2002
2. Agregat Kasar
Menurut SNI 03-6861.1-2002 Agregat Kasar mempunyai modulus kehalusan
butir antara 6,0 7,10 dan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Sisa diatas ayakan 38 mm, harus 0 % berat.
b. Sisa diatas ayakan 4,8 mm, harus berkisar antara 90 % - 98 % berat.
c. Selisih antara sisa komulatif diatas dua ayakan yang berurutan, adalah
maksimum 60 % dan minimum 10 % berat.
Tabel 2.2 Batas - batas daerah susunan butir agregat kasar menurut
BS 882 1973
Presentase Lewat Komulatif
No Ayakan
38,1 - 4,75 mm 19,1 - 4,75 mm 9,5 - 4,75 mm
# 76,0 100 - -
# 38,1 95 - 100 100 -
# 19,0 30 - 70 95 - 100 100
# 9,5 10 - 35 25 - 55 50 - 85
No. 4 0-5 0 - 10 0 - 10
Sumber : SNI 03-6861.1-2002

2.3 Abu Batu


Abu batu merupakan agregat buatan yang dihasilkan dari pengolahan batu
pecah dengan menggunakan stone crusher.

10
Selain itu abu batu, merupakan agregat mineral pengisi dengan ukuran
< 0,075 mm. Material jenis ini banyak dibutuhkan untuk campuran dalam proses
pengaspalan dan bisa digunakan sebagai pengganti pasir.
Biasanya abu batu digunakan pada campuran beton dengan alasan kesulitan pasir
alam di lokasi tersebut, oleh sebab itu abu batu sebagai pengganti pasir dalam
campuran beton di lokasi proyek tertentu.

Sumber : PT. Adhimix Precast Indonesia, 2016


Gambar 2.2 Gunung Batu
Abu batu memiliki berbagai kelebihan abu batu antara lain :
1. Dari segi harga abu batu lebih murah daripada pasir alam, sehingga lebih
ekonomis.
2. Mengurangi penggunaan semen, dikarenakan tekstur abu batu yang cukup
tajam sehingga dapat membuat ikatan yang cukup kuat meskipun dengan
menggunakan jumlah semen yang lebih sedikit.
3. Dengan komposisi abu batu yang sesuai menghasilkan beton dengan kekuatan
beton yang sangat tinggi pada bangunan.

Sumber : PT. Adhimix Precast Indonesia, 2016


Gambar 2.3 Proses Pengolahan Abu Batu

11
2.4 Semen
Semen merupakan bahan perekat atau lem, yang bisa merekatkan bahan-
bahan menjadi satu kesatuan yang kuat. Menurut Yuanda (2011), fungsi semen
adalah untuk merekatkan butir agregat menjadi suatu massa yang padat atau
menjadi satu kesatuan, selain itu untuk mengisi rongga diantara butiran agregat.
Berdasarkan SNI 15 2049 2004, semen portland merupakan semen
hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland terutama
yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama
dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium
sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain.
Menurut Riyadi dan Amalia (2005), semen portland dibagi menjadi lima
jenis antara lain :
1. Jenis I yaitu semen portland untuk konstruksi biasa yang tidak memerlukan
sifat khusus
2. Jenis II yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat atau panas dari hidrasi yang sedang.
3. Jenis III semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan
tinggi pada tahap permulaan.
4. Jenis IV yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memiliki panas
yang rendah dari hidrasi yang diinginkan
5. Jenis V yaitu semen portland dengan daya tahan yang tinggi terhadap sulfat.

2.5 Air
Air merupakan salah satu komposisi dalam pembuatan campuran beton.
Air yang dipakai dalam campuran beton adalah air bersih yang dapat diminum.
Akan tetapi menggunakan air bersih yang dapat diminum mengalami kesulitan di
tempat yang sulit mendapatkan air. Oleh karena itu, menggunakan air laut atau air
sungai dapat digunakan untuk campuran beton, tetapi tetap memperhatikan
kebersihannya.

12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Pada penelitian ini penulis menggunakan Metode Eksperimen untuk
pengambilan datanya. Menurut Sugiyono (2010), metode eksperimen merupakan
metode yang berfungsi untuk mencari pengaruh hal yang akan dikendalikan. Pada
penelitian ini memiliki tujuan menganalisis besarnya kekuatan tekan beton dengan
penambahan abu batu sebagai campurannya.
Untuk mengetahui sifat dan karakteristik agregat kasar maupun agregat
halus serta semen dilakukan pengujian di laboratorium, kemudian dianalisa untuk
Mix Design Beton menggunakan Metode DoE (Departement of Enviroment).
Menurut Hidayat (2014), metode DoE (Departement of Environment) merupakan
metode perhitungan campuran beton yang berasal dari Inggris yang terdapat
dalam SK. SNI. T-15-1990-03 Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal.
Prosentase penambahan abu batu 0 % , 25%, 50 %, 75 %, 100 % untuk
mutu rencana Beton K 250 atau 250 kg/cm2. Untuk pengujian kuat tekan beton
menggunakan sample sebanyak 45 benda uji berbentuk silinder dengan ukuran
d = 15 cm dan tinggi = 30 cm, berikut penjelasannya :
1. Komposisi penambahan abu batu 0 % dari agregat halus
= 9 Benda Uji untuk di uji kuat tekan umur 7, 14, 28 hari.
2. Komposisi penambahan abu batu 25 % dari agregat halus
= 9 Benda Uji untuk di uji kuat tekan umur 7, 14, 28 hari.
3. Komposisi penambahan abu batu 50 % dari agregat halus
= 9 Benda Uji untuk di uji kuat tekan umur 7, 14, 28 hari.
4. Komposisi penambahan abu batu 75 % dari agregat halus
= 9 Benda Uji untuk di uji kuat tekan umur 7, 14, 28 hari.
5. Komposisi penambahan abu batu 100 % dari agregat halus
= 9 Benda Uji untuk di uji kuat tekan umur 7, 14, 28 hari.

13
3.2 Tahapan Penelitian
Berikut ini bagan alir dari langkah kerja penyusunan penelitian :

MULAI

PERSIAPAN ALAT DAN


BAHAN

PENGUJIAN
KARAKTERISTIK
MATERIAL

PASIR ABU BATU BATU PECAH / SEMEN


SPLIT

ANALISIS HASIL TIDAK


PENGGANTIAN
PENGUJIAN MATERIAL
MATERIAL

YA

MIX DESIGN BETON K - 250

PEMBUATAN BENDA UJI

PERAWATAN BENDA UJI

PENGUJIAN KUAT TEKAN


BETON

ANALISIS DATA
KESIMPULAN DAN SARAN

SELESAI
Sumber : Peneliti, 2016
Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian

14
3.3 Pengambilan Data
Cara pengambilan data pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu :
1. Data Primer
Data Primer diperoleh melalui Pengujian sifat - sifat dan karakteristik
material agregat kasar, halus dan semen yang nantinya akan digunakan dalam
Mix Design Beton, serta pengujian kekuatan tekan beton dengan Mesin Tekan
di Laboratorium Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil Universitas
Semarang.
2. Data Sekunder
Data Sekunder diperoleh dari referensi-referensi pustaka yang mendukung
dan mempunyai hubungannya dengan penelitian ini.

3.4 Persiapan Alat dan Bahan


Sebelum dilaksanakannya pengujian karakteristik material,
mempersiapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang diperlukan, meliputi :
1. Alat yang digunakan untuk setiap pengujian karakteristik material atau bahan
agregat kasar dan halus. yaitu :
a. Analisa Ayak, peralatan yang digunakan meliputi :
Satu set saringan.
Mesin pengguncang.
Timbangan.
Oven.
Talam, kuas, sendok dan lain sebagainya.
b. Berat Jenis, Berat Isi dan Penyerapan Air, peralatan yang digunakan
meliputi :
Timbangan.
Piknometer.
Kerucut terpancung dna batang penumbuk.
Saringan, talam, oven dan lain sebagainya.
c. Kadar Air, peralatan yang digunakan meliputi :
Timbangan.
Oven.

15
Talam.
d. Kadar Butir Halus Lewat Saringan No. 200, peralatan yang digunakan
meliputi :
Saringan.
Talam.
Timbangan.
Oven
e. Pengujian Keausan Agregat Kasar dengan Metode Los Angeles, peralatan
yang digunakan meliputi :
Mesin Los Angeles dan bola-bola baja.
Saringan, timbangan, dan oven.

Alat yang digunakan untuk menguji karakteristik dan sifat semen yang
digunakan meliputi :
a. Waktu ikat, peralatan yang digunakan meliputi :
Mixer.
Alat vicat.
Gelas ukur.
Timbangan.
Spatula.
b. Konsistensi normal, peralatan yang digunakan meliputi :
Mixer.
Alat vicat.
Gelas ukur.
Timbangan.
Spatula.
Stopwatch.
Pelat kaca.
c. Kehalusan butir, peralatan yang digunakan meliputi :
Saringan, timbangan, dan kuas.

16
d. Kekekalan semen dengan kue rebus, peralatan yang digunakan meliputi :
Gelas ukur.
Stopwatch.
Timbangan.
Sendok perata / spatula.
e. Berat jenis semen, peralatan yang digunakan meliputi :
Botol Le Chatelier.
Timbangan.
Termometer dan baki.
Dalam pengujian slump beton berikut peralatan yang diperlukan :
a. Cetakan silinder d = 15 cm t = 30 cm.
b. Tongkat pemadat.
c. Kerucut Abrams.
d. Pelat logam.
e. Sendok cekung.
f. Meteran.
2. Bahan :
a. Abu batu ex lokal Tayu, Kabupaten Pati.
b. Pasir ex Muntilan.
c. Batu pecah ex lokal Semarang.
d. Semen Jenis I ex Tiga Roda

3.5 Pengujian Karakteristik Material


Semua Material yang digunakan untuk Campuran Beton harus melewati
proses pengujian terlebih dahulu untuk mengetahui sifat fisik pada setiap agregat,
Pengujiannya meliputi :
1. Agregat Halus
Agregat Halus meliputi pasir dan abu batu. Dimana karakteristik pasir dan
abu batu harus diketahui dan di analisa sebelum digunakan untuk campuran
beton. Pengujiannya meliputi :
a. Analisa Ayak.
b. Berat Jenis, Berat Isi dan Penyerapan Air.

17
c. Kadar Air.
d. Kadar Butir Halus Lewat Saringan No. 200.
2. Agregat Kasar
Pengujian agregat kasar disini yaitu pengujian karakteristik batu pecah atau
Batu pecah yang digunakan untuk campuran beton. Pengujiannya meliputi :
a. Analisa Ayak.
b. Berat Jenis, Berat Isi dan Penyerapan Air.
c. Kadar Air.
d. Kadar Butir Halus Lewat Saringan No. 200.
e. Pengujian Keausan Agregat Kasar dengan Metode Los Angeles.
3. Semen
Selain pengujian agregat kasar dan halus, semen yang digunakan perlu
dilakukan pengujian untuk mengetahui sifat dan karakteristik semen yang
digunakan. Pengujiannya meliputi :
a. Waktu ikat.
b. Konsistensi normal.
c. Kehalusan butir.
d. Kekekalan semen dengan kue rebus.
e. Berat jenis semen.

3.6 Analisis Hasil Pengujian Karakteristik Material


Setelah semua material yang akan dipakai untuk Mix Design Beton sudah
dilakukan pengujian dan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Maka
dilanjutkan dengan pembuatan Mix Design Beton.

3.7 Mix Design Beton


Pada analisa perhitungan komposisi campuran beton untuk mutu rencana
K 250 ini menggunakan Metode DoE (Departement of Enviroment) dengan
komposisi prosentase penggunaan abu batu sebagai agregat halus yaitu 0 %, 25 %,
50 %, 75 %, 100 % dari berat agregat halus, berikut penjelasannya :
1. Pasir + Semen + Batu pecah
(0 % abu batu untuk agregat halusnya).

18
2. Agregat Halus (75 % Pasir dan 25 % Abu batu) + Semen + Batu pecah
(25 % Abu batu untuk agregat halusnya).
3. Agregat Halus (50 % Pasir dan 50 % Abu batu) + Semen + Batu pecah
(50 % Abu batu untuk agregat halusnya).
4. Agregat Halus (25 % Pasir dan 75 % Abu batu) + Semen + Batu pecah
(75 % Abu batu untuk agregat halusnya).
5. Abu batu + Semen + Batu pecah
(100 % Abu batu untuk agregat halusnya).
Langkah langkah dari perhitungan mix design beton ini antara lain :
1. Menetapkan kuat tekan yang disyaratkan pada umur 28 hari (A) dalam satuan
kg/cm2.
2. Menghitung nilai deviasi standar (Sr).
3. Menghitung nilai margin = 1,64 x Sr.
4. Kekuatan tekan rata-rata (B) dihitung dengan cara :
B = A + (1,64 x Sr) = ...... kg/cm2.
5. Jenis semen, pada penelitian ini ditetapkan Jenis I ex Tiga Roda.
Jenis agregat halus :
- Abu batu ex lokal Tayu, Kabupaten Pati.
- Pasir ex Muntilan.
Jenis agregat kasar :
- Batu pecah ex lokal Semarang.
6. Menetapkan faktor air semen dari campuran, dimana untuk mencapai
kekuatan beton yang ditargetkan. Faktor air semen dapat dicari dengan
hubungan antara kekuatan rata-rata dengan faktor air semen untuk benda uji
yang dipakai, dalam penelitian ini menggunakan benda uji silinder.

19
Tabel 3.1 Perkiraan kekuatan tekan (N/mm2) Beton dengan Faktor Air Semen
0,50 dan jenis semen dan agregat kasar yang biasa dipakai di Indonesia

Kekuatan tekan
(N/mm)
Jenis semen Jenis agregat kasar
Pada umur Bentuk
3 7 (hari) 28 91
Semen Portland Batu tak dipecahkan 17 23 33 40 Silinder

Jenis I atau Batu pecah 19 27 37 45


Batu tak dipecahkan 20 28 40 48
Kubus
Semen tahan sulfat
Batu pecah 23 32 45 54
Jenis II, V
Semen Portland Batu tak dipecahkan 21 28 38 44 Silinder

Jenis III BatuBatu pecah


tak dipecahkan 25 33
31 44
46 48
53 Kubus

Batu pecah Sumber30: Kusdiyono,


40 53
2011 60

Sumber : Kusdiyono, 2011


Gambar 3.2 Grafik hubungan antara kuat tekan dengan f.a.s. untuk benda
uji berbentuk silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm

7. Kemudian menetapkan faktor air semen maksimum, dengan tabel di bawah


ini :

20
Tabel 3.2 Hubungan antara Jumlah semen minimum dan nilai f.a.s maksimum
untuk berbagai macam pekerjaan
Jumlah semen Nilai Faktor Air

LINGKUNGAN PEMAKAIAN BETON minimum per m Semen


Beton didalam ruangan bangunan :
a. Keadaan sekeliling non korosif 275(kg)
beton 0,60
Maksimum
b. Keadaan sekeliling korosif disebabkan oleh 325 0,50
kondensasi atau uap-uap korosif
Beton diluar ruang bangunan :
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung 325 0,60
b. Terlindung dari hujan dan terik matahari 275 0,60
langsung
Beton yang masuk kedalam tanah :
a. Mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti 325 0,60
b. Mendapat pengaruh sulfat alkali dari tanah atau air 375 0,50
tanah
Beton yang kontinyu berhubungan dengan air :
a. Air tawar 275 0,57
b. Air laut 375 0,50
Sumber : Kusdiyono, 2011
Tabel 3.3 Hubungan antara Jumlah semen minimum dan nilai f.a.s maksimum
untuk beton berhubungan dengan air tanah yang mengandung sulfat

Sumber : Kusdiyono, 2011

21
Tabel 3.4 Hubungan antara Jumlah semen minimum dengan nilai f.a.s maksimum
untuk beton kedap air

Sumber : Kusdiyono, 2011

8. Menetapkan nilai slump dengan melihat tabel di bawah ini :


Tabel 3.5 Hubungan antara nilai Slump dengan berbagai pekerjaan
URAIAN Slump (cm)
Maksimum Minimum
- Dinding, plat pondasi dan pondasi telapak 12,5 5,0
bertulang
- Fondasi telapak tidak bertulang, kaison dan 9,0 2,0
konstruksi dibawah tanah
- Plat, balok, kolom dan dinding 15,0 7,5
- Pengerasan jalan 7,5 5,0
- Pembetonan massal 7,5 2,5
Sumber : Kusdiyono, 2011
9. Menentukan ukuran butir agregat halus baik pasir maupun abu batu, dengan
hasil dari pengujian analisa ayak menurut standar yang berlaku.
10. Menentukan ukuran butir agregat kasar dengan hasil dari pengujian analisa
ayak.
11. Menentukan jumlah agregat halus pasir maupun abu batu dengan gambar di
bawah ini :

Sumber : Kusdiyono, 2011


Gambar 3.3 Grafik Persen pasir terhadap kadar total agregat yang
dianjurkan untuk maksimum besar butir 10 mm

22
Sumber : Kusdiyono, 2011
Gambar 3.4 Grafik Persen pasir terhadap kadar total agregat yang
dianjurkan untuk maksimum besar butir 20 mm

Sumber : Kusdiyono, 2011


Gambar 3.5 Grafik Persen pasir terhadap kadar total agregat yang
dianjurkan untuk maksimum besar butir 40 mm

23
12. Menentukan kebutuhan air untuk campuran beton, dari tabel di bawah ini :
Tabel 3.6 Perkiraan jumlah air bebas untuk mengaduk 1 m3 beton untuk
berbagai kondisi kelecakan, dalam liter

Slump 0 - 10 10 - 30 30 - 60 60 - 180
(mm)
Ukuran
butir Jenis agregat
Batu tak dipecahkan 150 180 205 225
10
Maksimum
Batu pecah 180 205 230 250

Batu tak dipecahkan 135 160 180 195


20
Batu pecah 170 190 210 225

Batu tak dipecahkan 115 140 160 175


40
Batu pecah 155 175 190 205

Sumber : Kusdiyono, 2011

13. Menetapkan jumlah semen yang dibutuhkan dengan cara :



=
()
(*) Faktor air semen diambil yang terendah antara faktor air semen bebas
dengan faktor air semen maksimum.
14. Menetapkan jumlah semen minimum, dengan tabel di bawah ini :
15. Menetapkan jumlah semen. Jumlah semen minimum pada tabel dipakai jika
lebih besar jumlah semen perhitungan (C).
16. Menentukan susunan gradasi agregat halus, dengan tabel di bawah ini :
Tabel 3.7 Batas - batas daerah susunan butir agregat halus
Presentase Lewat Komulatif
No Ayakan
Zone 1 Zone 2 Zone 3 Zone 4
# 9,5 100 90 - 100 100 100
# 4,75 90 - 100 75 - 100 95 - 100 95 - 100
# 2,36 60 - 95 55 - 90 85 - 100 95 - 100
# 1,2 30 - 70 55 - 90 75 - 100 90 - 100
# 0,6 15 - 34 35 - 59 60 - 79 80 - 100
# 0,3 5 - 20 8 - 30 12 - 40 15 50
# 0,15 0 - 10 0 - 10 0 - 10 0 -15
Sumber : SNI 03-6861.1-2002
17. Menentukan berat jenis relatif agregat. Dimana berat jenis agregat diperoleh
dari hasil pengujian laboratorium.

24
18. Berat jenis beton dalam satuan kg/m3 diperoleh dari gambar grafik di bawah
ini :

Sumber : Kusdiyono, 2011


Gambar 3.6 Grafik hubungan antara kadar air bebas, berat jenis ssd
agregat dengan berat isi beton

19. Menghitung kadar agregat gabungan dalam satuan kg/m3 diperoleh dengan
cara :
D = Berat jenis beton jumlah kadar semen jumlah kadar air
20. Menentukan kadar agregat halus dalam satuan kg/m3 diperoleh dengan cara :
E = Prosentase kebutuhan agregat kasar dan halus x kadar agregat gabungan
21. Menentukan kebutuhan agregat kasar dalam satuan kg/m3 diperoleh dengan
cara :
F=DE
= kadar agregat gabungan kadar agregat halus
22. Kemudian di dapat proporsi sebagai berikut :
a. Semen = G (kg)
b. Air = H (kg)
c. Agregat Halus = I (kg)
d. Agregat Kasar = J (kg)
23. Setelah diketahui proporsi campuran tiap m3 nya. Maka perlu dilakukan
koreksi kandungan air dengan cara sebagai berikut :
a. Semen = ................. kg

25

b. Air = ............. - ( ) ( ) =
100 100

= ................. kg

c. Agregat Halus = ............. - ( ) = ................. kg
100

d. Agregat Kasar = ............. - ( ) = ................. kg
100

24. Campuran untuk 45 benda uji berbentuk silinder, dengan volume =


0,262421 m3
a. Semen = 0,262421 x G = ................. kg
b. Air = 0,262421 x H = ................. kg
c. Agregat Halus = 0,262421 x I = ................. kg
d. Agregat Kasar = 0,262421 x J = ................. kg

3.8 Pembuatan Benda Uji


Benda uji dibuat langsung di Laboratorium Bahan Bangunan Jurusan
Teknik Sipil Universitas Semarang. Sebelum dimasukkan dalam cetakan,
campuran beton di uji kekentalannya terlebih dahulu dengan pengujian Slump.
Cetakan benda uji berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm
sebanyak 45 benda uji. Setiap komposisi campuran 9 benda uji yang nantinya di
uji untuk umur 7 hari, 14 hari, dan 28 hari.

3.9 Perawatan Benda Uji


Seluruh benda uji silinder beton dirawat di Laboratorium Bahan Bangunan
Jurusan Teknik Sipil Universitas Semarang dengan cara di rendam dalam bak air,
untuk mengeluarkan gelembung-gelumbung udara dalam benda uji. Untuk
mendapatkan hasil kuat tekan yang optimal, maka satu hari sebelum dilakukan
pengujian benda uji diangkat dari bak perendam.

3.10 Pengujian Kuat Tekan Beton


Tahapan setelah dilakukannya pengujian sifat-sifat material yang
digunakan pada campuran beton, dan membuat Job Mix Design setelah itu

26
membuat Trial Mix pada setiap komposisi beton untuk umur 7, 14, 28 hari.
Kemudian benda uji di uji dengan mesin tekan untuk mengetahui beban tekannya.

3.11 Analisis Data


Berdasarkan dari tujuan penelitian ini, maka digunakan analisis
laboratorium dan analisis perhitungan. Pada analisis laboratorium meliputi data
hasil pengujian material yang digunakan dan hasil pengujian kuat tekan beton.
Kemudian untuk menganalisa kekuatan beton, maka dapat diketahui dari
hasil bacaan pengujian benda uji pada mesin tekan dalam satuan Kilo Newton
(Kn). Dianalisa dengan cara sebagai berikut :

Kuat tekan (b) = ( ) atau Mpa
2
Dikarenakan benda uji yang digunakan berbentuk silinder dengan luas penampang
(A) sebesar = 176,714 cm2. Jika diubah ke kubus angka konversinya sebesar 0,83.
Untuk benda uji yang di uji pada umur 7 hari faktor konversi nya 0,65 dan umur
14 hari sebesar 0,86. Sebagai contoh :
- Pada pengujian kuat tekan beton di dapatkan nilai beban tekan (P) sebesar
400 kN pada umur 28 hari.
40000
Kuat tekan (b) = = = 226,354 kg/cm2
176,714

Benda Uji Silinder memiliki angka konversi 0,83 jika diubah ke kubus,
maka :
226,354
(bk) = = 272,716 kg/cm2
0,83

Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa beton tersebut merupakan beton dengan
mutu setara dengan K 250 atau 250 kg/cm2
Setelah diketahui kekuatan tekan pada lima jenis komposisi campuran
beton, dapat diketahui karakteristik penambahan abu batu ditinjau dari kekuatan
tekan betonnya.

27
28
3.12 Time Schedule
Berikut jadwal pelaksanaan penelitian :
Tabel 3.8 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Sumber : Peneliti, 2016

29

Anda mungkin juga menyukai