Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH CANGKANG KERANG SEBAGAI SUBTITUSI


AGREGAT KASAR DENGAN BAHAN TAMBAH
SUPERPLASTICIZER PADA KUAT TEKAN BETON

ANDRI PAWENNANGI PURNOMO

219190080

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2022
BAB І

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semakin berkembangnya pembangunan dan meningkatnya populasi

manusia yang sangat pesat, mengakibatkan bahan material beton semakin

berkurang. Oleh karena itu berbagai penelitian dan percobaan tentang material

beton telah dilakukan guna mencari bahan lain sebagai penunjang bahan material

beton dan juga ramah terhadap lingkungan. Beton adalah seperangkat interaksi

mekanik dan kimia dari bahan penyusun dan memenuhi kekuatan batas yang

diperlukan oleh perencana dan memenuhi kemampuan servis yang juga dapat

diartikan sebagai layanan yang andal dengan memenuhi kriteria

ekonomi.(Mulyono 2005).

Beton banyak digunakan karena keunggulan-unggulannya antara lain; kuat

tekan beton tinggi, mudah dalam perawatan, mudah dalam pembentukan serta

mudah mendapatkan bahan penyusun. Selain keunggulan-keunggulan tersebut,

beton juga memiliki kelemahan-kelemahan, misalnya kuat tarik rendah dan

mempunyai sifat getas. Penggunaan beton sudah memasyarakat dalam pembuatan

struktur bangunan, maka kebutuhan bahan-bahan dasar penyusun beton juga

meningkat, terutama agregat kasar, dalam hal ini kerikil dan atau batu pecah.

Faktor yang diperlukan dalam penggunaan jenis agregat kasar adalah kekerasan.
2

Semakin tinggi kekerasan agregat maka semakin tinggi pula kuat tekan beton yang

dihasilkan. Beton normal dengan kualitas yang baik yaitu beton yang mampu

menahan kuat desak/hancur yang diberi beban berupa tekanan dengan dipengaruhi

oleh bahan-bahan pembentuk, kemudahan pengerjaan (workability), faktor air

semen (F.a.s) dan zat tambahan (admixture) bila diperlukan (Alam, dkk 2011).

Agregat adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah yang dipakai

bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton semen

hidraulik atau adukan. Agregat kasar dapat diperoleh dari alam, dapat juga dengan

buatan. Agregat kasar alami kebanyakan diperoleh dengan cara mengambil dari

sungai atau dengan penggalian dari dalam tanah. Agregat yang masih berupa batu

ini kemudian dipecah-pecah menjadi bagian-bagian yang kecil berukuran 5 - 40

mm, biasa disebut kerikil. Sekarang ini banyak sekali daerah pengambilan agregat

kasar yang membuat sifat fisik dan karakteristik dari agregat kasar bervariasi, maka

dari itu tingkat kekerasan agregat kasar perlu diteliti lebih lanjut.

Indonesia merupakan negara kepulauan, dengan luas wilayah perairan

mencapai 5,8 juta km dan garis pantai mencapai 81.000 km, memiliki potensi besar

dalam hal pengelolaan kekayaan laut dan salah satunya adalah kerang. Daerah

Sulawesi Selatan memiliki kekhasan dan masalah yang dihadapinya masing-

masing. Kawasan yang akan dibahas yaitu Kabupaten Barru, karena daerah ini

berada dekat dengan pantai dan lautnya. Maka bukan hal yang tidak mungkin jika

masalah yang dihadapi oleh daerah Barru adalah limbah kulit kerang.

Meningkatnya kebutuhan material beton memicu penambangan batu, yang


3

merupakan material penyusun beton sebagai agregat kasar, sehingga menyebabkan

turunnya jumlah sumber alam yang tersedia untuk keperluan konstruksi beton.

Agregat kasar merupakan bahan penyusun beton yang paling dominan, maka untuk

mengurangi penggunaan agregat kasar secara berlebihan perlu dilakukan penelitian

dengan memanfaatkan cangkang kerang yang masih belum dimanfaatkan secara

efisien sebagai subsitusi agregat kasar pada campuran beton.

Peningkatan mutu beton dapat dilakukan dengan memberikan bahan

tambah mineral dan bahan tambah kimia, dari beberapa bahan tambah mineral

diantaranya adalah abu terbang (fly ash) dan bahan tambah kimia yang digunakan

adalah superplasticizer. Superplasticizer berfungsi untuk mendapatkan nilai

workability yang baik pada saat pencampuran

Menurut Penelitian Haris, (2020) Hasil penelitian menunjukan bahwa

komposisi campuran yang menggunakan agregat kasar kulit kerang menghasilkan

kuat tekan beton yang bervariasi, pada umur 28 hari campuran beton yang

menggunakan 10% kulit kerang mengalami penurunan kuat tekan hingga 20,87

Mpa dari campuran beton normal yang kuat tekannya mencapai 27.72 Mpa.

Penelitian Lina Flaviana Tilik, Fadhila Firdausa, Muhammad Rifqi Agusri, Puji

Hartoyo, (2021) Nilai kekuatan tekan beton meningkat dengan penambahan

cangkang sebesar 5% dan menurun dalam penambahan cangkang di atas 5%

dengan superplasticizer 0,5% ditambahkan. Kekuatan tekan beton normal dan

beton superplastisizer 0,5% adalah 28,26 MPa dan 29,15 MPa pada usia 28 hari

dan kekuatan tekan beton shell dengan komposisi 5%, 10%, 15%, dan 20%
4

ditambahkan dengan superplasticizer 0,5% menghasilkan kekuatan tekan

30,78MPa; 26.78MPa; 24,71 MPa, dan 22,93 MPa pada usia 28 hari.

Maka dari peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian dengan judul

“pengaruh cangkang kerang sebagai subtitusi agregat kasar dengan bahan

tambah superplasticizer pada kuat tekan beton”

B. Rumusan Masalah

Dalam pengujian yang akan dilaksanakan nantinya, permasalahan yang

akan dibahas adalah :

1. Bagaimana pengaruh cangkang kerang komposisi 0%, 5%, 10%, dan 20%

sebagai bahan substitusi agregat kasar terhadap kuat tekan beton?

2. Bagaimanakah pengaruh penambahan superplasticizer pada beton cangkang

kerang terhadap kuat Tarik belah beton?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui pengaruh cangkang kerang komposisi 0%, 5%, 10%, dan

20% sebagai bahan substitusi agregat kasar terhadap kuat tekan beton

2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan superplasticizer pada beton cangkang

kerang terhadap kuat Tarik belah beton.

D. Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat terarah dan sesuai dengan tujuan, maka

diperlukan pembatasan masalah, yaitu sebagai berikut:


5

1. Bahan material yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Semen, yaitu semen Tonasa Type I ( Portland Cement ) dengan

pertimbangan sering digunakan dalam kegiatan untuk pelaksanaan

konstruksi.

b. Cangkang kerang yang digunakan adalah limbah cangkang kerang Kab.Barru

c. Agregat yang berasal dari Pinrang sungai la sape.

d. Superplasticizer, merek No Drob Type A ( Water Reducer ) terdapat ditoko

bangunan

2. Benda uji berupa silinder. 30cm x 15cm

3. Uji tekan dilakukan pada saat beton berumur 7, 14, dan 28 hari dengan jumlah

masing-masing benda uji 3 buah.

4. Mutu beton rencana adalah 25 MPa

E. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan masyarakat dapat mengetahui

pemanfaatan dari limbah cangkang kerang. Selain itu diharapkan limbah cangkang

kerang dan bahan superplasticizer sebagai bahan campuran dalam pembuatan beton

dapat digunakan dalam teknologi beton,.Diharapkan dapat mengetahui berapa

persentase tambahan cangkang kerang dan tambahan superplasticizer yang cocok

untuk dijadikan sebagai bahan campuran beton.

F. Sistematika Penulisan

Secara garis besar sistematika penulisan yang dapat disajikan sebgai berikut:
6

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang teori teori yang menyangkut tentang penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan mengenai metode metode yang akan digunakan dalam

penelitian baik dari jenis penelitiannya, tahapan, bagan alir serta lain sebagainya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas secara keseluruhan tentang hasil penelitian yang dilakukan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari keseluruhan penulisan berdasarkan

dari analisa hasil


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Beton

Beton merupakan bahan konstruksi yang banyak digunakan yang diperoleh

dengan mencampurkan semen portland. agregat kasar, agregat halus, dan air dan

kadang ditambalkan additive admixture bila diperlukan (Aman Subakti, 1995).

Sifat-sifat beton dapat ditentukan terlebih dahulu dengan mengadakan

perencanaan dan pengawasan yang teliti terhadap bahan-bahan yang dipilih. Bahan-

baban pilihan itu adalah ikatan keras yang ditimbulkan oleh reaksi kimia antara

semen dan air, serta agregat di mana semen yang mengeras dan ber adhesi dengan

baik maupun kurang baik. Agregat boleh berupa kerikil, batu pecah, sisa-sisa bahan

mentah tambang, agregat ringan buatan dan pasir.

Kualitas beton yang harus dipertimbangkan dalam hubungannya dengan

kualitas yang dituntut untuk tujuan konstruksi adalah dapat memenuhi harapan mak

sintal yang tepat yang tergantung pada hal sebagai berikut:

1. Semen (mutu, komposisi, kehalusan butiran)

2. Ukuran dan mutu agregat (keseragaman gradasi butiran. kekerasan)

3. Jenis bahan campuran tambahan (admixture)

4. Perbandingan campuran

5. Pemadatan yang dilakukan (caranya dan lamanya)


8

6. Tingkat kemudahan pekerjaan (workability)

7. Perawatan / ketahanan jangka panjang (durability)

Dalam penelitian yang dilakukan perencanaan adukan beton digunakan

metode yang dikembangkan oleh Department of Environmental dari kerajaan

Inggris yang dikenal dertgan metode DOE. Cara DOE ini merupakan cara yang

paling sering digunakan di Indonesia dengan dua anggapan dasar, yaitu :

1. Mudahnya pengerjaan adukan beton bergantung dari jumlah air bebas dan

tidak tergantung dari kadar semen dan faktor air semen.

2. Kekuatan beton tergantung dari faktor air semen (FAS) dan tidak tergantung

dari banyaknya air dan kadar semen.

Untuk menunjukan kekuatan beton yang akan dicapai dengan material yang

sesuai, maka hal utama yang sangat berpengaruh adalah water cement ratio atau

perbandingan pemakaian air dan semen (W/C). Dengan adanya penambahan bubuk

kapur sebagai suplemen tambahan. nilai (W/C)) sudah berubah menjadi W/(C+K)

yang artinya material semen menjadi material cementations yakni semen yang

didukung oleh beberapa material suplemen seperti admixture, silica fume dan lain-

lain (Anonim. 2002). Dalam hal ini suplemen yang ditambah adalah kapur jenis

bubuk kapur, sehingga faktor air semennya menjadi W/(C+K).

Dalam pelaksanaan menurut PBI 1971 bahwa beton dianggap memenuhi

syarat apabila :

1. Tidak boleh lebih dari 1 nilai diantara 20 nilai hasil pemeriksaan benda uji
9

berturut-turut terjadi kurang dari σ’bk.

2. Tidak boleh satupun nilai rata-rata 4 hasil pemeriksaan benda uji berturut-

turut terjadi kurang dari (σ’bk + 0,82 Sr).

3. Selisih diantara nilai tertinggi dan terendah diantara 4 hasil pemeriksaan

benda uji berurut-turut tidak boleh lebih besar dari 4,3 Sr.

4. Dalam segala hal, hasil pemeriksaan benda uji berturut--turut harus

memenuhi : σ’bk = σb’m-1,64 S

Selain perbandingan bahan susunnya, kekuatan beton ditentukan oleh

padat tidaknya campuran bahan penyusun beton tersebut. Semakin kecil

rongga yang dihasilkan dalam campuran beton, maka semakin tinggi kuat

tekan beton yang dihasilkan. Selain itu, adukan beton diusahakan dalam

kondisi yang homogen sehingga tidak terjadi segregasi dalam campuran

beton. Didalam konstruksi ada beberapa jenis beton yaitu sebagai berikut :

a. Beton ringan

Berat jenisnya <1900 kg/m3, dipakai untuk elemen non-struktural.

Dibuat dengan cara membuat gelembung udara dalam adukan semen,

menggunakan agregat ringan seperti tanah liat bakar atau batu apung atau

dengan pembuatan beton non-pasir.

b. Beton normal

Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi antara 2200 –

2500 kg/m3 menggunakan agregat alam yang dipecah. Perencanaan

campuran beton normal harus didasarkan pada data sifat-sifat bahan yang
10

akan dipergunakan dalam pembuatan beton. Susunan campuran beton yang

diperoleh dari perencanaan harus dibuktikan melalui uji coba yang

menunjukkan bahwa proporsi tersebut dapat memenuhi kekuatan beton yang

direncanakan.

c. Beton berat

Beton berat adalah beton yang dihasilkan dari agregat yang

mempunyai berat isi lebih besar dari beton normal atau lebih 2400 kg/m3 .

Jenis beton ini biasanya digunakan untuk kepentingan tertentu seperti

menahan radiasi, menahan benturan dan lainnya.

Menurut Wuryati Samekto (2001), beton dapat diklasifikasikan menjadi

tiga yaitu :

a. Beton kelas I

Beton untuk pekerjaannon struktural dan dalam pelaksanaannya tidak

diperlukan keahlian khusus. Mutu beton kelas I dinyatakan dengan B0

b. Beton kelas II

Beton untuk pekerjaan struktural secara umum dalam pelaksanaannya

memerlukan keahlian yang cukup dan harus dilakukan dibawah pimpinan

tenaga- tenaga ahli. Beton kelas II dibagi dalam mutu-mutu standar yaitu

B1,K125,K175, dan K225.

c. Beton kelas III

Beton untuk pekerjaan struktral dimana memiliki kekuatan


11

karakteristik yang lebih tinggi dari 225 kg/m3. Pelaksanaannya memerlukan

keahlian khusus dan harus dilakukan dibawah tenaga-tenaga ahli. Mutu beton

kelas III dinyatakan dengan huruf K dengan angka dibelakangnya yang

menyatakan kekuatan kerakteristik beton yang bersangkutan.

Pada dasarnya tuntutan utama dalam membuat campuran beton adalah

mengenai kekuatan tekan beton, keawetan, workability, dan harga yang

seekonomis mungkin.

Berikut ini akan dijelaskan penyusun atau komposisi beton dan pengujian

apa saja yang akan dilakukan.

B. Material Penyusun Beton

1. Agregat

Agregat ialah material natural ataupun buatan yang berperan sebagai

bahan kombinasi beton. Agregat menempati+70% volume beton, sehingga

sangat mempengaruhi terhadap sifat apapun kualitas beton, sehingga pemilihan

agregat merupakan bagian yang berguna untuk pembuatan beton. Mengingat

kalau agregat ialah jumlah yang lumayan besar dari volume beton serta sangat

pengaruhi sifat beton, sehingga perlu sesuatu material ini diberi atensi yang lebih

detail serta teliti dalam tiap pembuatan suatu agregat dapat bisa kurangi

penyusutan akibat perkerasan beton dan juga mempengaruhi koefisien pemuaian

akibat temperatur panas, pemilihan tipe agregat yang akan dipilih bergantung

pada kualitas agregat, ketersedianya dilokasi, harga dan tipe kontruksi yang akan

memanfaatkannya.
12

Agregat digolongkan jadi 2 macam, ialah agregat alam serta agregat

buatan, agregat alam ialah agregat yang wujudnya natural, tercipta bersumber

pada aliran air sungai serta degradasi. Agregat yang tercipta dari aliran air sungai

berbentuk bulat dan licin, ataupun agregat yang tercipta dari proses degradasi

berbentuk kubus( bersudut) dan permukaanya kasar. Sedangkan agregat

buatanialah agregat yang berasal dari hasil sambingan pabrik- pabrik semen

serta mesin pemecah batu.

Menurut Silvia Sukirman (2003), agregat merupakan buti-butir batu

pecah, kerikil, pasir atau mineral lain, baik yang berasal dari alam maupun

buatan yang berbentuk mineral padat berupa ukuran besar maupun kecil

(fragmen-fragmen) yang berfungsi sebagai bahan campuran atau pengisi dari

suatu beton. Sedangkan menurut Tjokrodimulyo (1992) agregat umumnya

digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu :

a. Batu, untuk besar butiran lebih dari 40mm

b. Kerikil, untuk besar butiran antara 5mm sampai 40mm

c. Pasir, untuk butiran antara 0,15mm sampai 5mm

Jenis agregat yang digunakan sebagai bahan susunan beton adalah

agregathalus dan agregat kasar.

a. Agregat halus

Agregat halus merupakan seluruh butiran lolos saringan 4, 75 mm.

agregat halus untuk beton bisa berbentuk pasir alami, hasil pecahan dari batuan

secara alami, ataupun berbentuk pasir buatan yang dihasilkan oleh mesin
13

pemecah batu yang biasa disebut abu batu. Agregat halus tidak boleh memiliki

lumpur lebih dari 5%, dan tidak memiliki zat- zat organik yang bisa merusak

beton. Manfaatnya merupakan untuk mengisi ruangan antara butir agregat kasar.

Ketentuan agregat halus secara umum berdasarkan SNI 03-6821-2002

adalah sebagai berikut :

1. Agregat halus harusterdiri dari butir-butir tajam dan keras.

2. Butir-butir halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur karena

faktor cuaca. Sifat kekal agregat halus dapat diuji dengan larutan jenuh

garam. Jika dipakai natrium sulfat maksimum bagian yang hancur

adalah 10% berat.

3. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (terhadap

berat kering), jika kadar lumpurnya melebihi 5% maka pasir harus di

cuci.

Agregat halus harus mempunyai susunan besar butir dalam batas- batas

berikut :

Tabel 2.1 Persentase lolos agregat pada ayakan

Ukuran lubang ayakan (mm) Persen lolos kumulatif

9,60 100

4,80 95 – 100

2,40 80 – 100

1,20 50 – 85
14

0,60 25 – 60

0,30 10 – 30

0,15 2 – 10

b. Agregat kasar

Agregat kasar merupakan agregat yang butirannya lebih besar dari 5

mm ataupun agregat yang seluruh butirannya bisa tertahan diayakan 4, 75 mm.

agregat kasar untuk beton bisa berbentuk kerikil sebagai hasil dari disintegrasi

dari batu- batuan ataupun berbentuk batu pecah yang diperoleh dari pemecahan

manual maupun mesin. Agregat kasar mesti terdiri dari butiran- butiran yang

keras, permukaan yang kasar. Agregat kasar harus memenuhi ketentuan

kebersihan yaitu, tidak mengandung lumpur lebih dari 1%, serta tidak memiliki

zat- zatorganik yang bisa merusak beton.

Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa air

dengan volume sama pada suhu yang sama. Karena butiran agregat umumnya

mengandung butiran pori-pori yang ada dalam butiran tertutup atau tidak

berhubungan, maka berat jenis agregat dibedakan menjadi dua istilah, yaitu berat

jenis mutlak, jika volume benda padatnya tanpa pori dan berat jenis semu, jika

volume benda padatnya termasukpori-pori tertutupnya.

b. Berat satuan dan kepadatan

Berat satuan agregat adalah berat agregat satu satuan volume, dinyatakan
15

dengan kg/liter atau ton/m3..

c. Ukuran maksimum agregat

Ukuran maksimum agregat yang biasa dipakai adalah 10 mm, 20

mm, atau40 mm.

d. Gradasi agregat

Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila

butiran agregat mempunyai ukuran yang sama (seragam), maka volume pori

akan meningkat. Sebaliknya apabila butirannya bervariasi akan menyebabkan

volume pori yang kecil. Hal ini dikarenakan butiran berukuran kecil akan

mengisi pori diantara butiran yang lebih besar, sehingga pori-porinya menjadi

sedikit.

Tabel 2.2 Batas-batas gradasi dari agregat kasar

Presentasi berat butir lewat ayakan


Lubang ayakan (mm)
40 mm 20 mm

40 95 – 100 100

20 30 – 70 95 – 100

10 10 – 35 25 – 55

4,8 0–5 0 – 10

Keadaan kering jenuh muka (Saturated Surface Dry) lebih dipakai

sebagai standar, karena merupakan kebasahan agregat yang hamper sama

dengan agregat dalam beton, sehingga agregat tidak akan menambah dan
16

mengurangi air dari pastanya, dan kadar air di lapangan lebih banyak mendekati

keadaan SSD dari pada kering tungku.

e. Kekuatan dan keuletan agregat

Kekerasan agregat tergantung dari kekerasn bahan penyusunnya. Agregat

dapat menjadi kurang kuat disebabkan dua faktor yaitu, karena mengandung

bahan yang lemah atau berasal dari partikel butir yang kuat tapi tidak melekat

dengan kuat dan pada umumnya kekuatan dan elastisitas agregat berdasarkan dari

jenis batuan, tekstur serta struktur butirannya. hal ini dikarenakan agregat adalah

komposisi terbesar dari campuran beton

2. Semen portland

Semen adalah bahan pengikat yang merupakan campuran dari tanah liat,

batu kapur, pasir silika, pasir besi, dan gypsum yang merupakan bahan pencampur

melalui proses pembakaran sehingga menjadi klinker, kemudian digiling halus

dan dicampur dengan gips. Semen adalah salah satu bagian terpenting dalam

perencanaan sebuah bangunan. Semen disini merupakan sebuah komponen dasar

pembuatan beton karena semen menjadi bahan pengikat antara pasir, agregat dan

air menjadi satu kesatuan bahan yang mampu menerima beban. Dalam pengertian

umum disebutkan, semen adalah bahan yang mempunyai sifat adhesif dan

kohesif, yaitu bahan pengikat yang dipakai bersama-sama dengan bahan

campuran beton lainnya.

Menurut SK SNI S - 04 - 1989 - F mangenai bahan semen dikatakan


17

bahwa, komponen utama dari semen portland adalah seperti tercantum dalam

tabel berikut:

Tabel 2.3 : Komponen wama dari semen portland

Komponen Prosentase

Kapur (CaO) 60 – 66 %

Silika (SiO2) 19 – 25 %

Alumina (Al203) 3–8%

Oksida besi (Fe203) 1–5%

Oksida magnesium (MgO) 4%

Sumber : SK SNI S – 04 - 1989 F

3. Air

Air adalah bahan yang diperlukan untuk proses reaksi kimiadengan semen

untuk membentuk pasta semen. Air juga dipakai untuk pelumas antara butiran

dalam agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Air dalam campuran

beton menyebabkan terjadinya proses hidrasi dengan semen. Jumlah air yang

yang berlebihan akan menurunkan kekuatan beton. Namun air yang terlalu

sedikit akan menyebabkan proses hidrasi yang tidak merata. Pada umumnya air

yang dapat diminum digunakan sebagai campuran beton dijelaskan tentang

syarat-syarat mutu air untuk adukan beton menurut British Standard (BS.3148-

80) adalah sebagai berikut (Mulyono, 2003) :


18

a) Garam-garam anorganik. Ion-ion yang terdapat di dalam air adalah

kalsium, magnesium, natriu, kalium, bikarbonat, sulfat, klorida, dan

nitrat. Gabungan ion-ion tersebut yang terdapat dalam air maksimum 2000

mg/liter. Garam-garam ini akan menghambat waktu pengikatan pada beton

sehingga kuat tekannya turun. Selain itu garam-garam ini membuat beton

bersifat higroskopis, sehingga beton selalu basah, beton menjadi bercak

putih, ditumbuhi lumut dan tulang menjadi elektrolit dan berkarat.

Konsentrasi garam-garam ini pada air pencampur beton maksimum 500

ppm.

b) NaCl dan sulfat. Konsentrasi NaCl dalam air diijinkan maksimum 20000

ppm. Garam ini membuat beton bersifat higroskopis dan bila bereaksi

dengan agregat yang mengandung alkali akan membuat beton

mengembang. Pengaruh garam sulfat terhadap beton adalah membuat

beton tidak awet.

c) Air asam. Air yang mempunyai nilai asam tinggi (PH > 3,0) akan

menyulitkan pekerjaan beton.

d) Air basah. Air dengan kandungan Natrium Hidroksida kurang dari 0,5 %

dari berat semen tidak mempengaruhi kekuatan beton. Sebaliknya NaOH

lebih dari 0,5 % dari berat semen akan menurunkan kekuatan beton.

e) Air gula. Penambahan air gula sebesar 0,25 % ke atas akan menyebabkan

bertambahnya waktu ikat semen dan juga menurunkan kekuatan beton.


19

f) Minyak. Air yang mengandung minyak tanah lebih dari 2 % menyebabkan

kekuatan beton turun sebesar 20 %. Oleh karena itu air yang tercemar oleh

minyak sebaiknya tidak digunakan untuk campuran beton.

g) Rumput laut. Air yang tercampur dengan rumput laut mengakibatkan daya

lekat dengan berkurang dapat menimbulkan gelembung-gelembung udara

pada beton. Akibatnya beton menjadi keropos dan akhirnya kekuatannya

akan turun.

h) Zat-zat organik. Lanau dan bahan-bahan terapung. Air yang banyak

mengandung zat organik biasanya keruh, berbau dan mengandung butir-

butir lumut. Air ini dapat mengganggu proses hidrasi semen, apabila

agregat yang digunakan banyak mengandung alkali. Ini akan

menyebabkan beton mengembang yang akhirnya retak. Air yang

mengandung lumpur halus kurang dari 2000 ppm bila akan digunakan

untuk beton harus diendapkan terlebih dahulu agar lumpur tidak

mengganggu proses hidrasi semen.

i) Air limbah. Cair limbah biasanya mengandung senyawa organik sebanyak

400 ppm. Air ini dapat digunakan untuk campuran beton bila senyawa

organik diencerkan/dinetralisir sampai air hanya mengandung senyawa

organik sebesar maksimum 20 ppm.

Syarat-syarat air untuk adukan beton menurut ACI 318-83 :


20

a) Air untuk beton harus bebas dari minyak, alkali, garam, dan bahan-bahan

organik

b) Air untuk beton pratekan atau yang dilekati alminium, termasuk agregat

tidak boleh mengandung ion clorida. Untuk mencegah korosi, kadar klorida

setelah beton berumur 28 hari

C. Material Alternatif
1. Cangkang Kerang

Gambar 2.1 Cangkang kerang


Sumber : Tumpukan kerang Sungai dari Danube, vertical

Cangkang Kerang merupakan nama sekumpulan moluska

dwincangkerang pada family cardiidae yang merupaka salah satu komoditi

perikanan yang telah lama di budidayakan sebagai salah satu usaha sampingan

masyarakat pesisir. Teknik budidaya mudah dikerjakan, tidak memerlukan

modal besar dan dapat dipanen setelah berumur 6 – 7 bulan. Hasil panen kerang

per hektar per tahun dapat mencapai 200 –300 ton kerang utuh atau sekitar 60-

100 ton daging kerang (Porsepwandi,1998). Sedangkan berdasarkan data

statistik hasil perikanan Indonesia dan Sumatera Selatan terdapat 31.163

ton/tahun kerang Indonesia, sedangkan di daerah Sumatera Selatan terdapat


21

kerang sebanyak 448 ton/tahun. Cangkang kerang berbentuk seperti hati,

bersimetri dan mempunyai tetulang diluar. Cangkang kerang mempunyai tiga

bukaan diantaranya inhalen, ekshalen, dan pedal untuk mengalirkan air serta

untuk mengeluarkan kaki. Kerang biasanya mengorek lubang dengan

menggunakan kakinya dan makan plankton yang didapat dari aliran air yang

masuk dan keluar. Kerang-kerang juga berupaya untuk melompat dengan

membengkokkan lalu meluruskan kakinya. Cangkang kerang mengandung

senyawa kimia pozzolan yaitu mengandung zat kapur (CaO), Alumina dan silika

sehingga dengan harapan bahwa kulit kerang dapat meningkatkan karakteristik

beton. Penambahan serbuk camgkang kerang yang homogen akan menjadikan

campuran beton yang lebih reaktif. Adapun komposisi kimia serbuk cangkang

kerang (Siti Maryam, 2006),

Salah satu ciri umum adalah memiliki dua buah cangkang berkapur serta

mempunyai insang sebagai alat untuk bernafas dan menyerap makanan. Bentuk

cangkang kerang ini dipengaruhi oleh tempat hidupnya, semakin sedikit

gangguan, tiram akan berkembang dengan baik. Selain itu, tubuh dari kerang

terdiri dari tiga bagian yaitu kaki, mantel dan kumpulan organ bagian dalam.

Kaki bivalvia bersifat elastis, terdiri atas susunan jaringan otot yang dapat

meregang. Cangkang bivalvia dibentuk oleh mantel dengan cara mengeluarkan

sel-sel yang dapat membentuk struktur cangkang dengan warna yang berbeda-

beda tergantung pada faktor lingkungan dan genetik. Sedangkan, mantel

berfungsi untuk membungkus organ bagian dalam dan menyeleksi unsurunsur


22

yang terhisap kedalam tubuh Kerang bakau atau tiram merupakan organisme

yang memiliki tubuh bilateral simestris dimana terlindung oleh cangkang kapur

yang keras. Bagian cangkang terdiri atas bagian dorsal dan bagian ventral

(Komala, 2012). Bentuk tubuh agak bulat dengan cangkang atau katup yang

tidak beraturan memanjang (Machalski, 1998).

2. Superplasticizer Polycarboxylate (No Drop plastron)

Gambar 2.2 Superplasticzier


Sumber :Dokumentasi Bahan Penelitian

Superplasticizer ini bila ditambahkan dalam campuran beton mempunyai

pengaruh dalam meningkatkan workability beton serta dapat meningkatkan

kekuatatan beton karena memungkinkan pengurangan kadar air guna Bila

ditambahkan dalam campuran beton, superplasticizer mempunyai pengaruh

dalam meningkatkan workability beton serta dapat meningkatkan kekuatatan

beton karena memungkinkan pengurangan kadar air guna mempertahankan

workabilitas yang sama. Superplasticizer disediakan dalam bentuk cairan.


23

Penggunaan superplasticizer membutuhkan tingkatan kontrol yang cukup tinggi

terhadap penakaran bahan beton, terutama airnya, karena bila superplastcizer

ditambahkan pada saat workabilitas yang tidak tepat maka akan terjadi segresi

(L.J. Murdock dan K.M.Brook)

D. Sifat-Sifat Mekanis Beton

Sifat-sifat mekanis yang ada pada beton dibagi menjadi dua, yaitu

sifat mekanis jangka pendek dan jangka panjang. Sifat mekanis jangka pendek,

yaitu kuat tekan beton, kuat tarik beton, kuat geser beton, dan modulus elastisitas

beton. Sedangkan untuk sifat mekanis jangka panjang, yaitu rangkak dan susut

pada beton.

1. Kuat Tekan Beton (SNI 03-1974-1990)

Kuat tekan beton merupakan kemampuan beton untuk menerima

tekanan yang berupa gaya tekan per satuan luasnya. Kuat tekan beton dapat

diketahui dengan pengujian dengan menggunakan sampel beton berbentuk

silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Kuat tekan beton dapat

diketahui dalam umur 28 hari dan dinyatakan dalam satuan Mpa. Selama 28

hari, beton disimpan dan dirawat dengan suhu dan kelembaban yang tetap.

2. Kuat Lentur Beton (SNI 03-4431-1997)

Kuat lentur beton dapat diketahui dengan pembebanan pada balok

arah transversal. Kuat lentur maksimum beton akan dialami pada bagian serat

bawah balok veton dan disebut sebagai modulus of rupture, yang besarnya

tergantung dari panjang balok dan jenis pembebanannya. Kuat lentur pada
24

beton penting diketahui untuk mengetahui batasan dan jenis keretakan yang

terjadi pada beton akibat pembebanan. Walaupun umumnya pada struktur

beton bertulang, gaya lenturnya sudah ditanggung oleh tulangan yang ada

didalamnya. Pengujian kuat lentur dilakukan pada dua titik dengan jarak 1/3

bentang hingga benda uji patah (three points loading).

3. Tarik Belah Beton (SNI 03-2491-2002)

Dapat diketahui bahwa beton memiliki kelemahan secara struktural

yaitu memiliki kuat tarik yang rendah dimana besar kuat Tarik belah

memiliki perbandingan sekitar 9% - 15% dari kuat tekannya. nilai kuat tekan

dan nilai kuat tarik bahan beton tidak berbanding lurus, setiap usaha

perbaikan mutu kekuatan tekan hanya disertai peningkatan kecil nilai kuat

tariknya.

Kecilnya nilai kuat tarik yang dihasilkan oleh beton yang menjadi

kelemahan terbesar dari beton. Sehingga untuk menaikan kuat tarik belah

pada beton dapat dilakukan dengan menambahkan tulangan agar beton dapat

mampu menahan gaya tarik. Pengujian kuat tarik belah menggunakan benda

uji yang berbentuk slinder yang berukuran diameter 15cm dan tinggi 30

cm diletakansecara mendatar di atas meja penguji tekan. Kemudian benda uji

diberi beban dari atas merata sepanjang benda uji. Apabila benda uji sudah

tidak dapat menahan beban lagi, maka benda uji akan terbelah menjadi dua.
25

E. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian Haris, (2020) “Studi pemanfaatan limbah kulit kerang sebagai agregat

kasar pada beton normal” Penelitian ini merupakan penelitian yang menerapkan

metode eksperimental. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

pengaruh penggunaan limbah kulit kerang terhadap kuat tekan beton dan untuk

mengetahui bagaimana persentase pengganti/substitusi limbah kulit kerang agar

diperoleh kuat tekan beton optimum. Penelitian ini menggunakan bahan-bahan

untuk campuran beton normal yang terdiri dari air, semen, dan agregat kasar. air

yang digunakan untuk mencampur beton diambil dari saluran PDAM. Untuk

perekat hidrolik digunakan semen Portland tipe I berdasarkan SNI 15-2049-

2000. Untuk mensubtitusikan limbah kulit kerang pada agregat kasar. Hasil

penelitian menunjukan bahwa komposisi campuran yang menggunakan agregat

kasar kulit kerang menghasilkan kuat tekan beton yang bervariasi, pada umur 28

hari campuran beton yang menggunakan 10% kulit kerang mengalami

penurunan kuat tekan hingga 20,87 Mpa dari campuran beton normal yang kuat

tekannya mencapai 27.72 Mpa. Dengan komposisi masing-masing agregat pada

umur 7 dan 28 hari diperoleh kuat tekan beton yang dibuat menggunakan

agregat kasar berupa 0% kulit kerang atau beton normal sebesar 30.08 Mpa dan

42.65 Mpa, campuran 5% kulit kerang sebesar 25.92 Mpa dan 33.18 Mpa,

campuran 10% kulit kerang sebesar 24.28 Mpa dan 32.11 MPa, campuran 15%

kulit kerang sebesar 23.02 Mpa dan 34.92 Mpa.


26

2. Penelitian Sudirman Latjemma, Suratnan Tahir, Haris (2020) yang berjudul

“Studi Pemanfaatan Limbah Kulit Kerang sebagai Agregat Kasar pada Beton

Normal”. Penelitian ini merupakan penelitian yang menerapkan metode

eksperimental Dalam penelitian ini menggunakan bahan-bahan untuk campuran

beton normal yang terdiri dari air , semen, dan agregat kasar. air yang digunakan

untuk mencampur beton diambil dari saluran PDAM. Untuk perekat hidrolik

digunakan semen Portland tipe I berdasarkan SNI 15-2049-2000. Untuk men

subtitusikan limbah kulit kerang pada agregat kasar. Hasil penelitian

menunjukan bahwa komposisi campuran yang menggunakan agregat kasar kulit

kerang menghasilkan kuat tekan beton yang bervariasi, pada umur 28 hari

campuran beton yang menggunakan 10% kulit kerang mengalami penurunan

kuat tekan hingga 20,87 Mpa dari campuran beton normal yang kuat tekannya

mencapai 27,72 MPa. Dengan komposisi masing-masing agregat pada umur 7

dan 28 hari diperoleh kuat tekan beton yang dibuat menggunakan agregat kasar

berupa 0% kulit kerang atau beton normal sebesar 30.08 Mpa dan 42.65 Mpa,

campuran 5% kulit kerang sebesar 25.92 MPa dan 33.18 Mpa, campura 10%

kulit kerang sebesar 24.28 MPa dan 32.11 MPa, campuran 15% kulit kerang

sebesar 23.02 Mpa dan 34,92 MPa.

3. Penelitian Lina Flaviana Tilik, Fadhila Firdausa, Muhammad Rifqi Agusri, Puji

Hartoyo, (2021) yang berjudul “pengaruh cangkang kerang sebagai substitusi

agregat kasar dengan bahan tambah superplasticizer pada kuat tekan beton”.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efek kerang sebagai substitusi agregat
27

kasar dengan bahan tambahan superplasticizer pada kekuatan tekan beton.

Spesimen yang digunakan adalah silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30

cm. Komposisi kerang yang ditentukan dalam penelitian ini adalah 0%, 5%,

10%, 20% dan 400ml superplasticizer ditambahkan. Kualitas beton yang

direncanakan adalah Fc = 25MPa. Nilai kekuatan tekan beton meningkat dengan

penambahan cangkang sebesar 5% dan menurun dalam penambahan cangkang

di atas 5% dengan superplasticizer 0,5% ditambahkan. Kekuatan tekan beton

normal dan beton superplastisizer 0,5% adalah 28,26 MPa dan 29,15 MPa pada

usia 28 hari dan kekuatan tekan beton shell dengan komposisi 5%, 10%, 15%,

dan 20% ditambahkan dengan superplasticizer 0,5% menghasilkan kekuatan

tekan 30,78MPa; 26.78MPa; 24,71 MPa, dan 22,93 MPa pada usia 28 hari.

4. Penilitian Dina Heldita, (2021) yang berjudul “studi pengaruh penggunaan

cangkang kerang desa teluk gosong sebagai campuran agregat kasar terhadap

kuat tekan beton” penelitian ini bertujuan Cangkang kerang banyak didapat dari

wilayah Desa Teluk Gosong, Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan. Daerah

ini adalah salah satu daerah yang memiliki potensi kerang. Sehingga sisa

cangkang kerang banyak ditemukan di daerah tersebut. Dengan latar belakang

ini penulis btertarik untuk dapat melaksanakan penelitian untuk cangkang

kerrang agar dapat digunakan sebagai bahan campur beton dengan cara

menumbuk cangkang kerang tersebut. Cangkang kerang mengandung zat kapur

(CaO), Alumina dan silica, sehingga dengan harapan penggunaan cangkang

kerrang diharapkan dapat meningkatkan karakteristik beton. Kebutuhan bahan


28

mengacu pada AHSP Bidang Cipta Karya dari Kementrian PU (Pekerjaan

Umum) tahun 2013 dengan komposisi agregat, semen sebanyak 326 kg, pasir

sebanyak 760 kg, kerikil sebanyak 1029 kg dan air sebanyak 215 liter. Dari

pengujian ini diperoleh nilai kuat tekan beton normal rata-rata adalah 104,22

kg/cm2 , nilai kuat tekan beton dengan campuran cangkang kerang 10%

diperoleh hasil kuat tekan beton rata-rata adalah 165,12 kg/cm2 , nilai kuat tekan

beton dengan campuran cangkang kerang 20% diperoleh nilai kuat tekan beton

rata-rata 163,56 kg/cm2 . Dari pengujian kuat tekan beton yang telah dilakukan

dengan menggunakan campuran cangkang kerang adalah dapat meningkatkan

kuat tekan beton. Dengan proporsi campuran 10% dan 20% dapat dilihat bahwa

dengan menggunakan proporsi campuran 10% hasil kuat tekan adaalah lebih

tinggi daripada proporsi 20%. Oleh karena itu disarankan untuk penelitian

lanjutan dapat memperhitungkan kembali proporsi optimum untuk penggunaan

cangkang kerrang sebagai campuran agregat kasar dibawah 10%.

5. Penelitian Dinda Alma Esa, Agustinus Agus Setiawan, Galih Wulandari Subagyo

(2021) yang berjudul “cangkang kerang darah (anadara granosa) sebagai

subsitusi agregat kasar pada campuran beton” penelitian ini bertujuan Salah satu

program internasional yang sedang di kembangkan saat ini adalah Sustainable

Development Goals (SDGs) dengan 17 poin utama didalamnya. Penelitian ini

mendukung 3 poin SDGs yaitu membangun infrastruktur yang Tangguh,

meningkatkan industri inklusif dan berkelanjutan, serta mendorong inovasi

menjadikan kota dan pemukiman inklusif, aman, Tangguh dan berkelanjutan dan
29

menjamin pola dan konsumsi yang berkelanjutan. Sustainable Development

Goals (SDGs) disetujui pada tanggal 25 – 27 September 2015 di markas besar

PBB (Perserikatan BangsaBangsa), New York, Amerika Serikat yang dihadiri

oleh 193 negara termasuk Indonesia. untuk merealisasikan program tersebut,

maka didalam penelitian ini digunakan cangkang kerang darah sebagai subsitusi

agregat kasar beserta penambahan admixture sehingga diharapkan cangkang

kerang darah mempunya nilai ekonomis dan juga dapat menudukung program

SDGs. Hasil kuat tekan beton normal mencapai nilai 27,9 MPa pada umur 28

hari. Pada beton dengan campuran cangkang kerang darah (Anadara Granosa)

sebagai subsitusi agregat kasar pada persentase 5%, 10%, 15%, dan 20% di

dapat nilai tertinggi ada pada persentase 10% dengan nilai kuat tekan sebesar

24,9 MPa hampir mendekati kuat tekan yang direncanakan yaitu 25 MPa nilai

terendah adalah 19,0 MPa dengan persentase 20%. Pada beton dengan campuran

cangkang kerang darah (Anadara Granosa) sebagai subsitusi agregat kasar dan

superplasticizers nilai tertinggi kuat tekan beton sebesar 42,4 MPa dengan

persentase 5% dan nilai terendah 15,8 MPa dengan persentase 20%.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Penelitian kuantitatif adalah proses mengumpulkan dan menganalisis data

numerik. Ini dapat digunakan untuk menemukan pola dan rata-rata, membuat

prediksi, menguji hubungan sebab akibat, dan menggeneralisasi hasil ke populasi

yang lebih luas.

B. Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian

tersebut dilakukan. Adapun lokasi yang dipilih yaitu di Laboratorium Struktur dan

Bahan Universitas Muhammadiyah Parepare. Waktu penelitian yang dilakukan pada

penelitian ini terhitung selama 4 (empat) bulan dimulai pada bulan Maret 2023

sampai dengan bulan Mei 2023. Berikut ini adalah rincian kegiatan pelaksanaan

kegiatan penelitian yang akan disajikan dalam bentuk tabel.

Tabel 3.1 Jadwal pelaksanaan penelitian

No Uraian Kegiatan 2023


Maret April Mei Juni
1 Persiapan alat dan bahan
2 Pembuatan benda uji
3 Pengujian benda uji
4 Analisis hasil penelitian
5 Kesimpulan
31

C. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini akan disajikan dalam

tabel dibawah ini.

Tabel 3.2 Alat

NO Uraian Jumlah (pcs)


1 1 Set saringan 1
2 Timbangan analitis kapasitas 20 kg 1
3 Mesin Pencampur bahan atau molen kapasitas 100 kg 1
4 Cetakan beton silinder 9
5 Sekop, cetok, talam, timba 1
6 Alat ukur meteran 1
7 Batang Pemadat diameter 1,6 cm dan panjang 60 cm 1
8 Mesin uji tekan (compression testing machine) 1

Gambar 3.1 Saringan Gambar 3.2 Timbangan

Gambar 3.3 Molen Gambar 3.4 Cetakan silinder


32

Gambar 3.5 Sekop semen Gambar 3.6 Meteran

Gambar 3.7 Batang pemadat Gambar 3.8 Mesin Tekan

Tabel 3.3 Bahan

NO Bahan
1 Semen PC type I (Semen Tonase)
2 Agregat Kasar
3 Agregat Halus
4 Cangkang kerang
5 Air
6 No drop
33

Gambar 3.9 Semen Gambar 3.10 Agregat kasar

Gambar 3.11 Agregat halus Gambar 3.12 Cangkang kerang

Gambar 3.13 No drop


34

D. Prosedur Standar Penyiapan dan pembuatan benda uji

Tabel 3.4 Jumlah sampel dan variasi campuran beton

Karakteristik uji Kuat tekan


Presentase
cangkang kerang + 0% 5% 10% 20%
superplasticizer(%)
7 hari 3 3 3 3
14 hari 3 3 3 3
28 hari 3 3 3 3
Jumlah benda uji 36

1. Pemeriksaan sifat bahan agregat kasar dan halus

a) Ambil contoh agregat dengan cara perempat sebanyak 1000 gram

b) Oven selama 24 jam.

c) Timbang pasir kering oven sebanyak 1000 gr. Kondisi suhu kamar.

d) Timbang saringan satu persatu, lalu susun menurut ukuran saringan. Mulai

dari pan, lubang saringan terkecil dan seterusnya sampai lubang saringan

terbesar.

e) Masukkan benda uji pada saringan teratas kemudian tutup. Pasang saringan

pada mesin saringan lalu hidupkan motor pengguncang selama 15 menit.

f) Biarkan selama 5 menit untuk memberi kesempatan debu-debu mengendap.

g) Buka saringan tersebut, kemudian timbang masing-masing saringan beserta

isinya.

h) Hitung berat agregat yang tertahan pada masing-masing saringan.


35

i) Hitung persentase berat tertahan, kumulatifkan untuk mendapatkan faktor

kehalusan.

j) Hitung persentase lolos.

k) Plot ke dalam grafik hasil perhitungan lolos.

l) Finess Modulus adalah jumlah kumulatif persen dari suatu perhitungan

analisa ayakan agregat pada seri lubang 0,15 mm, 0,30 mm, 0,60 mm sampai

dengan saringan maksimum pada seri ayakan berbanding 1:2 dibagi dengan

100.

2. Perhitungan rancang campur beton (mix design).

Menyiapkan data sebagai berikut:

a) Persentase penggabungan agregat kasar dan halus Berat jenis spesifik agregat

halus dan kasar (laboratorium).

b) Persentase cangkang tiram yang akan ditambahkan yaitu 0%, 5% ,10% dan

20%.

c) Berat volume agregat halus dan kasar (laboratorium).

d) Kadar air agregat halus dan kasar (laboratorium).

e) Penyerapan air agregat kasar dan halus (laboratorium).

f) Kadar lumpur agregat kasar dan halus (laboratorium).

g) Keausan agregat kasar dan halus (laboratorium).

h) Mutu beton yang disyaratkan

i) Fungsi struktur yang akan didesain betonnya (tujuan struktur)


36

j) Diameter maksimum dari agregat sehubungan dengan penggunaannya pada

struktur.

3. Pembuatan benda uji silinder.

a) Bersihkan bagian dalam concrete mixer.

b) Timbang bahan yang akan digunakan sesuai hasil perhitungan mix-design.

c) Jalankan mixer concrete.

d) Masukkan agregat ke dalam mixer.

e) Masukkan air sedikit demi sedikit sampai air yang telah disediakan masuk

semua sambil mixer jalan terus.

f) Setelah semua bahan dimasukkan, jalankan mixer sampai ± 2 menit

berikutnya (sampai campuran kelhatan mengkilat).

g) Lakukan pengukuran nilai slump.

h) Setelah nilai slump tercapai, tuangkan campuran ke dalam talang.

i) Beton segar dimasukkan ke dalam cetakan silinder yang telah diolesi gemuk.

j) Tiap 1/3 bagian silinder terisi, padatkan dengan tongkat pemadat.

k) Padatkan dengan vibrator.

l) Ratakan permukaan beton dalam cetakan.

m) Diamkan selama 24 jam.

n) Setelah 24 jam, buka cetakan dengan hati-hati, usahakan beton tidak

menerima getaran.

o) Beton yang telah dibuka dari cetakan langsung direndam dalam bak

perendaman.
37

4. Tahap perawatan benda uji beton dengan cara direndam.

a) Siapkan kolam dan isi dengan air hingga kira-kira semua bagian sampel beton

bisa terendam.

b) Beton yang telah dibuka dari cetakan langsung direndam dalam bak

perendaman.

5. Pengujian kuat tekan beton.

a) Ambil benda uji dari bak perendaman.

b) Keringkan hingga mencapai kondisi SSD (kering permukaan).

c) Timbang benda uji.

d) Letakkan benda uji pada meja penekan. Periksa manometer yang akan

digunakan pada skala nol.

e) Bundel distel pada posisi penekanan lalu hidupkan mesinnya.

f) Amati pergerakan manometer, catat nilai maksimum beban yang dapat

ditahan oleh benda uji. Setelah dibagi dengan luas penampang benda uji,

diperoleh nilai kuat tekan karakteristik beton tersebut.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pelaksanaan tes secara langsung diambil dari hasil pengukuran nilai kuat tekan beton

dari mesin uji tekan (compression testing machine).


38

F. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini digunakan teknik analisis data statistik deskriptif. Statistik

deskriptif merupakan salah satu teknik analisis data yang biasa digunakan oleh para

peneliti dan profesional data. Teknik ini biasanya digunakan untuk mendeskripsikan

atau menggambarkan data yang dikumpulkan sebelumnya dan menganalisis data

tanpa mengubah sumber data. Studi yang menggunakan sumber data populasi

biasanya menggunakan statistik deskriptif untuk analisis.

Statistik deskriptif adalah data turunan yang biasanya ditampilkan dalam

bentuk tabel, bagan, grafik, mean, median, mode, dan lain-lain. Selain itu, teknik ini

dapat digunakan untuk mencari korelasi antar variabel, membuat prediksi

menggunakan model regresi, dan membandingkan sarana sampel data.

Hasil dari pengukuran kuat tekan beton tadi kemudian akan disajikan dalam

bentuk grafik untuk melihat apa pengaruh dari setiap variabel penambahan cangkang

kerang dan superplasticizer


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (1991). Tata cara Rencana Pembuatan Beton Normal.SK SNI T-15-
1990-03.Bandung: Departemen Pekerjaan Umum

Badan Standardisasi Nasional. (2002). Spesifikasi Agregatringan Untuk Batu


Cetak Beton Pasangan Dinding. SNI 03-6821-2002. Jakarta: Departemen
Pekerjaan umum

Badan Standardisasi Nasional. (2008). Cara Uji Slump Beton. SNI 1972:2008.
Jakarta: Departemen Pekerjaan umum

Badan Standardisasi Nasional. (2011). Cara Uji Kuat Tekan Beton Dengan Benda
Uji Silinder. SNI 1975:2011. Jakarta: Departemen Pekerjaan umum

Badan Standardisasi Nasional. (2012). Tata cara pemilihan campuran untuk beton
normal, beton berat dan beton massa. SNI 7656:2012. Jakarta:
Departemen Pekerjaan umum

Badan Standardisasi Nasional. 2002. Spesifikasi Agregat ringan Untuk Batu Cetak
Beton Pasangan Dinding. SNI 03-6821-2002. Jakarta: Departemen
Pekerjaan Umum

Badan Standardisasi Nasional. 2019. Persyaratan beton struktural untuk


bangunan Gedung dan penjelasannya. SNI 2847-2019. Jakarta: Departemen
Pekerjaan Umum

Haris, Haris. (2020). "Studi pemanfaatan limbah kulit kerang sebagai agregat
kasar pada beton normal." Tolis Ilmiah: Jurnal Penelitian 2.1 2020

Heldita, Dina. (2021). "studi pengaruh penggunaan cangkang kerang desa teluk
gosong sebagai campuran agregat kasar terhadap kuat tekan beton." jurnal
ilmu sipil (jalusi) 3.1 8-11.

Latjemma, Sudirman, Suratnan Tahir, and Haris Haris. (2020). "Studi Pemanfaatan
Limbah Kulit Kerang Sebagai Agregat Kasar Pada Beton Normal." Siimo
Engineering: Journal Teknik Sipil 4.1: 29-39

Muhammad Rifqi, and Puji Hartoyo. (2021).pengaruh cangkang kerang sebagai


substitusi agregat kasar dengan bahan tambah superplasticizer pada kuat
tekan beton. Diss. Politeknik Negeri Sriwijaya,
42

Tilik, Lina Flaviana, et al. 2021. "Pengaruh cangkang kerang sebagai substitusi
agregat kasar dengan bahan tambah superplasticizer pada kuat tekan
beton." Jurnal Deformasi 6.2 80-86.

Zuraidah, Safrin, et al. 2020. "Limbah Cangkang Kerang Sebagai Subtitusi Agregat
Kasar Pada Campuran Beton." Limbah Cangkang Kerang Sebagai Subtitusi
Agregat Kasar Pada Campuran Beton : 117-124.

Anda mungkin juga menyukai