Anda di halaman 1dari 6

1.

Berikan contoh inovasi teknologi beton normal (Nomer Absen GENAP)/ Inovasi teknologi Mortar
(Nomer Absen GANJIL) sebutkan material yang digunakan, kelebihan dan kekurangan dari inovasi
teknologi beton/ mortar tersebut.

JAKARTA, HaIPapua.com – Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono
mendorong jajarannya melakukan riset dan pengembangan bagi penyediaan infrastruktur yang
memenuhi kriteria murah, mudah, cepat, dan berkelanjutan.

Upaya ini telah dilakukan Kementerian PUPR melalui Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang)
yang telah menghasilkan berbagai inovasi infrastruktur.

“Hasil-hasil litbang sangat penting untuk mempercepat pencapaian target pembangunan infrastruktur
melalui inovasi-inovasi yang lebih murah, lebih cepat, dan lebih baik,” kata Menteri Basuki.

Sebagai contoh pengembangan teknologi mortar busa untuk mendukung pembangunan infrastruktur di
wilayah dengan jenis tanah lunak. Untuk diketahui ada sekitar 20 juta hektare atau 10 persen dari total
luas daratan Indonesia adalah tanah lunak.

Penyebarannya banyak ditemui di daerah dataran pantai seperti pantai utara Pulau Jawa, pantai timur
Pulau Sumatera, dan pantai selatan Pulau Sulawesi. Selain itu di pantai selatan dan timur Pulau
Kalimantan, serta pantai barat dan selatan Pulau Papua.

“Daerah dengan kondisi tanah lunak membuat daya dukung tanah rendah sehingga tidak dapat
menyokong struktur bangunan di atasnya dengan baik. Akibat yang sering terjadi misalnya jalan amblas
atau terjadi keretakan gedung,” papar Menteri Basuki.

Hemat Waktu dan Biaya

Teknologi mortar busa yang dikembangkan Pusat Jalan dan Jembatan (Pusjatam) merupakan
optimalisasi penggunaan busa (foam) dengan mortar (campuran pasir, semen, dan air) yang
berkekuatan tinggi sehingga ideal menjadi dasar atau perkerasan jalan pada tanah lunak.

Mortar busa tergolong ringan dengan massa jenis maksimum 0,8 ton/m3 untuk lapisan base dengan
nilai kuat tekan bebas (Unconfined Compression Strength atau UCS) minumum 2.000 kilogram/cm2,
serta massa jenis maksimum 0,6 ton/m3 untuk lapis sub-base dengan UCS minimum 800 kilogram/cm2.
Sama seperti mortar beton, mortar busa juga memiliki sifat memadat sendiri.

“Keunggulan dari teknologi ini di antaranya adalah dapat menghemat biaya hingga 60-70 persen dan
dapat menghemat waktu pengerjaan hingga 50 persen jika dibandingkan dengan konstruksi
konvensional. Selain itu juga ramah lingkungan karena menggunakan lebih sedikit material konstruksi
terutama bahan alam,” katanya.

Teknologi mortar busa digunakan sebagai pengganti timbunan tanah, atau sub-base yang biasanya
dipakai tanpa memerlukan lahan yang lebar karena dapat dibangun tegak dan tidak memerlukan dinding
penahan. Pemanfaatan teknologi ini juga tidak membutuhkan alat pemadat karena dapat memadat
dengan sendirinya.

“Teknologi mortar busa telah dipakai dalam pembangunan jalan layang (flyover) Antapani di Bandung,”
ujarnya.

Jalan Layang Antapani merupakan pilot project teknologi Corrugated Mortar Busa Pusjatan (CMP) yang
baru pertama kali diterapkan di Indonesia. CMP adalah pengembangan teknologi mortar busa yang
dikombinasikan dengan struktur baja bergelombang.

Penggunaan baja bergelombang, selain mempercepat waktu pelaksanaan pembangunan jalan layang
juga lebih efisien secara pembiayaan.

“Penggunaan teknologi CMP juga dipakai dalam pembangunan jalan layang Klonengan di Tegal dan jalan
layang Manahan di Solo,” pungkasnya.

Inovasi penelitian ini dilakukan oleh Ariel Ardian Noer, M. Zainal Abidin, dan Ainun Mumtaz M.G.
mahasiswa Universitas Madura. Adapun bahan limbah yang akan digunakan yakni serbuk besi dan abu
terbang, bahan ini akan menggantikan sebagian dari proporsi kebutuhan semen pada campuran beton.
Serbuk Besi menurut (Daryus, 2008), serbuk besi adalah bagian dari hasil sisa potongan atau sisa
pembubutan besi tuang yang merupakan hasil pemakaian di industri. Pembuatan besi pada industri
menghasilkan limbah buangan berupa serbuk besi yang merupakan hasil langsung dari sisa pembubutan
dan pemotongan besi. Kandungan kimia pada besi yang membuat beton menjadi lebih kuat adalah
adanya kandungan silika (Si) dengan persentase 1-3 % dari seluruh kandungan kimia besi.

Limbah abu terbang (fly ash) diperoleh dari hasil residu PLTU. Material ini berupa butiran halus ringan,
bundar, tidak porous, mempunyai kadar bahan semen yang tinggi dan mempunyai sifat pozzolanik, yaitu
dapat bereaksi dengan kapur bebas yang dilepaskan semen saat proses hidrasi dan membentuk
senyawa yang bersifat mengikat pada temperatur normal dengan adanya air. Abu terbang ini mudah
sekali kita temukan di pabrik-pabrik Pembangkit Listrik Tenaga Batu Bara yang banyak digunakan di
Indonesia.

Pembuatan beton diawali dengan pengujian agregat yang digunakan seperti agregat halus dan agregat
kasar dengan mengacu pada syarat SNI Beton. Selanjutnya membuat rencana campuran beton (mix
design) berdasarkan SNI Beton seperti penetuan kuat tekan f’c = MPa pada umur 28 hari, penetapan
deviasi standar, menghitung nilai tambah penetapan kuat tekan rata-rata, penetapan jenis semen
portland, penetapan jenis agregat, penetapan faktor air semen, penetapan nilai slump, penetapan besar
butir agregat maksimum, penetapan jumlah air yang diperlukan, berat semen yang diperlukan,
penyesuaian jumlah air atau faktor air semen, perbandingan agregat halus dan agregat kasar, berat jenis
agregat campuran, penentuan berat jenis beton dan kebutuhan agregat campuran halus dan kasar
kemudian dilakukan pengecoran beton, dilakukan pencetakan hingga perawatan beton berdasarkan
ketentuan umur beton.
Hasil analisis kuat tekan beton umumnya diambil pada umur 28 hari dengan persamaan f’c = P/A.
Berdasarkan analisis data dari hasil pengujian yang dilakukan di laboratorium beton didapat hasil yang
sangat baik dan memenuhi kriteria beton mutu tinggi berdasarkan syarat SNI Beton. Pemakaian serbuk
besi sebesar 6% dan abu terbang 5% dari berat semen total memberikan kuat tekan sebesar 50,72 MPa
umur 7 hari, 51,81 MPa umur 14 hari dan 50,47 MPa umur 28 hari. Pemakaian serbuk besi sebesar 6%
dan abu terbang 5% dari semen total memberikan kuat tekan maksimum sebesar 51,81 MPa pada umur
7 hari. Penggunaan serbuk besi dapat meningkatkan kuat tekan karena secara mekanik gradasi serbuk
besi mampu mengisi pori-pori beton. Serbuk besi mempunyai sifat filler juga sifat kimiawi yang
mengandung silika (Si) sehingga membantu kinerja semen sebagai bahan pengikat, maka dapat
dihasilkan kuat tekan yang semakin tinggi seiring dengan meningkatnya persentase serbuk besi.

Penelitian yang akan dilakukan yaitu dengan menggunakan metode eksperimental laboratorium yaitu
dengan melakukan berbagai macam pengujiansehubungan dengan data-data yang direncanakan
sebelumnya. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bahan Bangunan, Program Studi Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penelitian yang dilaksanakan terbagi atas empat
tahapan sebagai berikut:

1) Tahap I :Sebelum dilakukan pembuatan campuran beton maka pada tahap ini dilakukan uji bahan
dasar beton yang berupa agregat kasar dan halus. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan zat organik
dalam pasir, pemeriksaan kadar lumpur pada pasir dan batu pecah, pemeriksaan specific gravity dan
absorbtion pasir dan batu pecah, pengujian SSD pasir, pengujian gradasi batu pecah, pemeriksaan berat
satuan volume, pemeriksaan kadar keausan batu pecah.

2) Tahap II :Tahap ini merupakan tahap perencanaan campuran beton, pembuatan benda uji dan
perawatan beton. Perbandingan jumlah proporsi bahan campuran beton dihitung dengan menggunakan
Metode American Concrete Institute.

3) Tahap III :Dilakukan pengujian kuat tekan dan kuat sampel beton yang dilakukan setelah beton
berumur 28 hari.

4) Tahap IV :Dari hasil pengujian yang dilakukan pada tahap III dilakukan analisis data. Analisis data
merupakan pembahasan hasil penelitian, kemudian dari langkah tersebut dapat diambil kesimpulan
penelitian.

Dari hasil pengujian kuat tekan beton dengan bahan tambah serbuk halus bahwa kuat tekan maksimum
yang tercapai sebesar 38,93 MPa dengan prosentase penambahan 20%. Secara keseluruhan beton
dengan bahan tambah serbuk halus gelas mampu mempertahankan nilai kuat tekan normal dan bahkan
mampu selalu berada di atas nilai kuat tekan normalnya pada prosentase penambahan 5% sampai 25%.
Sedangkan dari Gambar 2 terlihat kuat tekan maksimum yang dihasilkan sebesar 38,30 MPa dengan
prosentase penambahan optimum sebesar 19,5%.
Dari hasil pengujian kuat tekan beton dengan bahan tambah serbuk halus arang briket bahwa kuat tekan
maksimum yang terjadi sebesar 38,59 MPa dengan prosentase penambahan 5%. Sedangkan pada
penambahan serbuk halus arang briket 10% terjadi penurunan nilai kuat tekan yang sangat jauh yaitu
dengan nilai kuat tekan sebesar 5,76 MPa. Sedangkan dari didapatkan kuat tekan maksimum yang
dihasilkan sebesar 34,30 MPa dengan prosentase penambahan optimum sebesar 3%.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :

1. Untuk beton dengan bahan tambah serbuk halus gelas, nilai kuat tekan rata-rata tertinggi sebesar
38,93 MPa dengan penambahan serbuk halus gelas sebesar 20% terhadap berat semen. Peningkatan
kuat tekan sebesar 31,55% bila dibandingkan dengan beton normal dengan kuat tekan sebesar 29,60
MPa.

2. Berdasarkan grafik kadar optimum penambahan serbuk halus gelas pada fas 0,5 umur 28 hari
didapatkan kadar penambahan serbuk halus gelas yang paling optimum sebesar 19,5% terhadap berat
semen dengan kuat tekan maksimum sebesar 38,30 MPa.

3. Untuk beton dengan bahan tambah serbuk halus arang briket, nilai kuat tekan rata-rata tertinggi
sebesar 38,59 MPa dengan penambahan serbuk halus arangbriket sebesar 5% terhadap berat semen.
Peningkatan kuat tekan sebesar 30,40% bila dibandingkan dengan beton normal dengan kuat tekan
sebesar 29,60 MPa.

4. Berdasarkan grafik kadar optimum penambahan serbuk halus arang briket pada fas 0,5 umur 28 hari
didapatkan kadar penambahan serbuk halus arang briketyang paling optimum sebesar 3% terhadap
berat semen dengan kuat tekan maksimum sebesar 38,30 MPa.

5. Fungsi serbuk halus gelas dominan sebagai filler yang mengisi rongga-rongga dalam campuran beton,
meskipun memiliki kandungan silika cukup tinggi.Sedangkan serbuk halus arang briket mampu bereaksi
secara kimia dengan kalsium hidroksida yang terbentuk dari proses hidrasi semen dan menghasilkan zat
yang memiliki kemampuan mengikat.

2. Jika kekuatan beton normal yang ditargetkan pada umur 28 hari = 40 MPa. Jika hasil pengujian
kekuatan tekan beton pada umur 7 hari diperoleh = 20 MPa. Apakah pada umur 28 hari kekuatan yang
ditargetkan dapat tercapai. Jelaskan.

3. Apa yang perlu diperhatikan jika pada pengerjaan beton harus dilakukan penyambungan antara beton
yang sudah kuat dengan beton baru/ fresh concrete pada pekerjaan beton yang luas penampangmya
besar.
Dalam kondisi tertentu diperlukan penundaan waktu initial setting untuk mempertahankan beton segar
dalam kondisi plastis (mis. karena waktu transport yang lama karena jarak atau macet, karena waktu
pengerjaan yang lama karena kompleksitas struktur yang dilaksanakan, dsb)

Untuk itu dapat dilakukan tindakan penambahan bahan tambah/additive yang bersifat retarder, yaitu
memperlambat waktu ikat semen/waktu hidrasi, oleh supplier atau batching plant bersama dengan
Kontraktor

Yang perlu diperhatikan dalam penambahan additive adalah kapan ditambahkannya bahan tersebut ke
dalam adukan beton segar, apakah pada waktu pengadukan awal atau dalam waktu tertentu sebelum
waktu setting terjadi, harus mengikuti standar petunjuk teknis dari produsen material yang dipakai.

Beton segar dalam kondisi plastis harus segera dikerjakan sampai selesainya pelaksanaan pemadatan
(compacting) jika masih tersisa beton di dalam truk mixer setelah fase plastis beton berakhir, maka
adukan beton tersebut tidak boleh digunakan dalam komponen struktural namun masih bisa
dimanfaatkan untuk keperluan non struktural

4. Jelaskan apa akibat dari pelaksanaan plesteran jika retentivity dari adukan tinggi, dan suction rate dari
dinding batu bata tinggi, bagaimana cara menanggulanginya?

Ekstraksi air dari mortar yang terlalu banyak atau terlalu sedikit cenderung mereduksi lekatan antara
unit pasangan dan mortar. Kehilangan terlalu banyak air dari mortar dapat disebabkan oleh mortar
dengan retensivitas air yang rendah, unit pasangan yang isapnya tinggi, atau kondisi kering, berangin.
Bila ini terjadi, mortar tidak mampu membentuk lekatan yang lengkap ketika unit berikutnya diletakkan.
Jika tidak tepat atau tidak mungkin mengurangi isap dengan membasahi terlebih dahulu unit tersebut,
waktu selang antara penyebaran mortar dan peletakan unit pasangan harus sesingkat mungkin. Bila
digunakan unit pasangan yang isapnya sangat rendah, unit cenderung mengapung dan lekatan sulit
terbentuk. Tidak ada cara untuk meningkatkan isap dari unit pasangan yang rendah isapnya, dan dengan
demikian selang waktu antara penyebaran mortar dan peletakan unitmungkin harus lebih lama.

Mortar yang memiliki retensivitas air lebih tinggi disukai untuk digunakan di musim panas atau dengan
unit pasangan yang isapnya tinggi. Mortar yang memiliki retensivitas air lebih rendah disukai untuk
digunakan di musim dingin atau dengan unit pasangan yang isapnya rendah.

5. Jika dalam penggujian diperoleh hasil kuat tekan beton rata-rata 375 Kg/cm2 dengan fas rencana
0.48. Hasil kekuatan tekan beton tersebut lebih rendah dari kuat tekan beton yang ditargetkan 410
Kg/cm2 dalam mix design. Jelaskan tahapan-tahapan yang harus dilakukan untuk mendapatkan
kekuatan tekan sesuai dengan yang ditargetkan.
Secara umum, semakin tinggi nilai fas, semakin rendah mutu kekuatan beton. Tetapi nilai fas yang
semakin rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Nilai fas yang rendah akan
menyebabkan kesulitan dalam pengerjaan, yaitu kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan yang pada
akhirnya akan menyebabkan mutu beton menurun. Umumnya nilai fas minimum yang diberikan sekitar
0,4 dan maksimum 0,6.

6. Hitung kebutuhan bahan dalam satuan volume untuk pelaksanaan 20 m3 beton yang akan digunakan
untuk pembetonan masal dengan data-data sebagai berikut:Mutu beton f’c 40 Mpa. Untuk Nomer
Absen GENAP benda uji kubus, Nomer Absen GANJIL benda uji silinder. Jenis semen Type 2, Bj semen
3,1, standar deviasi dan slump menyesuaikan dengan mutu dan pekerjaan betonnya. Agregat kasar batu
pecah, maksimal butir 20 mm BJ ssd 2.6 penyerapan air 1.3% dan kadar air 1.6%. Agregat halus pasir
alami BJ ssd 2.4, penyerapan air 1.5% dan kadar air 1.8%, Zone II BS, Suhu pengadukan 30oC.

Anda mungkin juga menyukai