Anda di halaman 1dari 28

B.

RINGKASAN PROPOSAL
Beton merupakan salah satu material dalam konstruksi yang umum digunakan
yang terdiri dari agregat kasar, ageragat halus, semen dan air yang bersifat komposit.
Penggunaan beton dalam konstruksi dapat ditemukan pada bangunan gedung,
jembatan, jalan dan lain-lain. Pada penggunaan agregat terhadap campuran beton
memiliki kandungan yang cukup besar terhadap penyusun beton, sehingga akan
mengakibatkan eksploitasi sumber alam yang berlebihan. Salah satu cara untuk
mencegah akibat dari eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan adalah
digunakan agregat buatan dari bahan limbah plastik mie instan yang berjenis
polypropylene dengan karakteristik mudah meleleh ketika dipanaskan dan kembali
mengeras ketika suhunya kembali, serta plastik jenis polypropylene juga memiliki
karakteristik elastisitas dan kekuatan yang tinggi, serta kemampuannya
mempertahankan bentuk sehingga cocok dijadikan agregat buatan. Tujuan
menggunakan agregat buatan dari limbah plastik mie instan adalah mengetahui
pengaruh penambahan agregat buatan limbah plastik mie instan terhadap kuat tekan
beton, serta dapat membandingkan kuat tekan beton normal dengan kuat tekan beton
yang memakai agregat buatan dari limbah plastik mie instan. Pengerjaan pembuatan
beton dengan menggunakan agregat buatan plastik mie instan adalah sebagai berikut:
semen Portland tipe II dicampur dengan agregat kasar (batu pecah), agregat halus
(pasir), dan air sehingga menjadi suatu adukan bahan beton, proses penambahan
agregat buatan plastik mie instan bersamaan dengan pencampuran bahan agregat
kasar (batu pecah).Adapun komposisi masing-masing adukan yang dibuat disesuaikan
dengan persentase benda uji. Kemudian ditambahkan agregat buatan plastik mie
instan variasi 5,5%, 7,5%, 9,5%. Sebagai pembanding dibuat beton tanpa
penambahan agregat buatan plastik mie instan yaitu 0%. Setelah adukan beton
merata, lalu masukkan ke dalam cetakan. Setelahnya benda uji masuk ke tahapan
perendaman selama 14 hari dan 28 hari, serta dilakukan pengujian kuat tekan beton
setelahnya. Hasil yang diharapkan pada pengujian kuat tekan beton adalah
tercapainya kuat tekan rencana yaitu sebesar 25 MPa.

Kata kunci : beton, limbah plastik polypropylene, agregat buatan, kuat tekan beton.

1
C. OUTLINE
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beton merupakan salah satu material dalam konstruksi yang umum digunakan
yang terdiri dari agregat kasar, ageragat halus, semen dan air yang bersifat komposit.
Penggunaan beton dalam konstruksi dapat ditemukan pada bangunan gedung,
jembatan, jalan dan lain-lain. Menurut Supriyadi,2016 beton merupakan bahan dari
campuran antara portland cement, agregat halus (halus), agregat kasar (kerikil), air
dengan tambahan adanya rongga-rongga udara. Campuran bahan-bahan pembentuk
beton harus ditetapkan sedemikian rupa, sehingga menghasilkan beton basah yang
mudah dikerjakan, memenuhi kekuatan tekan rencana setelah mengeras dan cukup
ekonomis.
Agregat merupakan salah satu bahan penyusun beton yang terdiri atas agregat
kasar (kerikil) dan agregat halus (pasir) yang berfungsi sebagai bahan pengisi
terhadap beton, agregat salah satu meterial yang dapat diperoleh dari alam seperti
sungai. Berdasarkan SNI No: 1737-1989-F agregat adalah sekumpulan butir-butir
pecah, kerikil, pasir, atau mineral baik berupa hasil alam maupun buatan dan dalam
campuran beton kandungan agregat berkisar 60%-70% dari volume total beton.
Namun, pada penggunaan agregat terhadap campuran beton memiliki kandungan
yang cukup besar terhadap penyusun beton, sehingga akan mengakibatkan eksploitasi
sumber alam yang berlebihan. Salah satu cara untuk mencegah kerusakan alam akibat
dari eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan maka dari itu dapat digunakan
agregat buatan dari bahan limbah plastik mie instan.
Limbah plastik merupakan salah satu jenis sampah yang dapat membahayakan
lingkungan karena tidak dapat diurai jika ditimbun di tanah. Selain mencemari

2
lingkungan akan dapat mengakibatkan banjir jika dibuang di sungai. Oleh karena
plastik bukan dari senyawa biologis, maka sifatnya ialah sulit terdegradasi (non-
biodegradable) yang membutuhkan waktu 100 hingga 500 tahun agar plastik dapat
terdekomposisi (terurai) dengan sempurna.
Berdasarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
Indonesia menyatakan bahwa pada tahun 2021 jumlah sampah nasional mencpai
68,5 juta ton, yang terdiri atas 17% atau sekitar 11,6 juta ton dari sampah plastik.
Berdasarkan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihah (DLHK) Aceh Barat
menyatakan bahwa Jumlah sampah mencapai 80 ton per hari. Dalam hal ini sampah
plastik mie Instan menyumbang banyak dari jumlah sampah plastik di aceh barat.
Dapat di lihat dari jumlah konsumsi nya di masyarakat sebagai makanan cepat saji
alternatif baik di konsumi di rumah maupun warung-warung kopi yang banyak
menjualnya sebagai makanan pendamping warung kopi, apalagi di aceh terkhusus
aceh barat terdapat sangat banyak warung kopi. Maka dari itu banyak nya sampah
plastik mie instan ini dapat didaur ulang menjadi agregat buatan yang diperoleh dari
limbah Mie Instan. Limbah Mie Instan adalah salah satu sampah yang mengandung
polypropylene (PP) yang banyak ditemukan dikalangan masyarakat Aceh Barat.
Polypropylene merupakan jenis plastik kedua di dunia yang paling banyak diproduksi
setelah polyethylene. Sama dengan polyethylene, polypropylene adalah termoplastik
sehingga akan meleleh ketika dipanaskan, dan kembali mengeras ketika suhunya
kembali. Hal ini membuat polypropylene mudah didaur ulang. Beberapa karakteristik
lainnya dari polypropylene atau plastik PP adalah elastisitas dan kekuatannya yang
tinggi, kemampuannya mempertahankan bentuk, serta memiliki ketahanan terhadap
aliran listrik. Dengan kemampuan nya yang dapat mempertahankan bentuk yang
tinggi diharapkan pada penelitian ini dapat memanfaatkan limbah plastik mie instan
secara maksimal sebagai pengganti sebagian agregat kasar buatan yang ramah
lingkungan pada campuran beton yang menghasilkan kuat tekan beton mencapai 25
MPa.

3
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengaruh agregat buatan plastik mie instan terhadap kuat tekan
Beton
b. Berapa persentase agregat buatan plastik mie instan untuk mencapai kuat
tekan maksimal beton
c. Bagaimana perbandingan kuat tekan beton normal tanpa agregat plastik mie
instan dan kuat tekan beton normal dengan menggunakan agregat buatan
platik mie instan

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan
penelitian ini:
a. Mengatahui pengaruh penambahan agregat buatan plastik mie instan terhadap
kuat tekan beton.
b. Mengetahui persentase optimal agregat buatan plastik mie instan untuk
mencapai kuat tekan beton yang maksimal.
c. Mengetahui perbandingan kuat tekan beton normal tanpa campuran plastik
mie instan dan kuat tekan beton normal dengan menggunakan agregat buatan
platik mie instan.

1.4 Batasan Penelitian

Agar penelitian ini tidak menyimpang dari tujuannya, maka diberi batasan
masalah sebagai berikut :
a. Beton yang dipakai adalah beton normal menggunakan agregat plastik yang
di buat dari limbah plastik mie instan
b. Kuat tekan rencana (fc’) adalah 25 Mpa

4
c. Variasi penambahan agregat buatan plastik mie instan yang di campur
dengan agregat adalah 0%, 5.5%, 7.5%, 9.5% sebagai penambahan terhadap
agregat.
d. Pengujian kuat tekan beton pada umur beton 14 dan 28 hari
e. Benda uji yang digunakan adalah silinder dengan ukuran diameter 15 cm dan
tinggi 30 cm,untuk pengujian kuat tekan beton;

1.5 Manfaat Penelitian


a. Penambahan agregat buatan plastik mie instan pada beton normal diharapkan
dapat dijadikan sebagai bahan pegganti agregat untuk solusi mengurangi
limbah plastik yang mencemari lingkungan.
b. Melalui penelitian ini diharapkan bahan tambah tersebut dapat di jadikan
bahan tambah beton yang mempunyai kualiatas yang baik.
c. Dapat diaplikasikan di lapangan sebagai penggunaan beton normal dari
bahan pengganti agregat buatan dari plastik mie instan.
d. Dapat membantu mengembangkan ilmu pengetahuan dalam dunia teknik,
khususnya teknologi beton, di bidang struktur dan konstruksi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beton Normal

Beton merupakan Campuran dari agregat halus dan kasar yaitu pasir, batu,
batu pecah, atau bahan semacam lain nya, dengan menambahkan secukupnya bahan
perekat semen dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia selma
proses pengerasan dan perawatan beton berlangsungNilai kekuatan seta daya tahan
beton merupakan fungsi dari banyak faktor, diantaranya ialan nilai banding
campuran dam mutu bahan susun, metode pelaksanaan pengecoran, Pelaksanaan

5
Finishing, temperatur dan kondisi perawatan pengerasannya. Nilai kuat tekan beton
relatif tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya, dan beton merupakan bahan
bersifat getas (Dipohusodo,1994).

Beton didefiniskan sebagai campuran dari bahan penyusunnya yang terdiri


dari bahan hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus, dan air dengan
atau tanpa menggunakan bahan tambah (admixture atau additive). Seiring dengan
penambahan umur, beton akan semakin mengeras dan akan mencapai kekuatan
rencana (f’c) pada usia 28 hari. Beton memliki daya kuat tekan yang baik oleh karena
itu beton banyak dipakai atau dipergunakan untuk pemilihan jenis struktur terutama
struktur bangunan, jembatan dan jalan. DPU-LPMB memberikan definisi tentang
beton sebagai campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lainnya,
agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang
membentuk massa padat (SNI, 2013).
Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi (2200-2500) kg/cm3
menggunakan agregat alam yang dipecah. Beton normal mempunyai kuat tekan
berkisar antara 200 kg/cm2 sampai 500 kg/cm2 . Kuat tekan beton yang disyaratkan
f’c adalah kuat tekan yang ditetapkan oleh perencana struktur (berdasarkan benda uji
berbentuk silinder diameter 150 mm, tinggi 300 mm) (SNI 7656:2012, 2012).

2.2 Bahan Campuran Beton

Komponen-komponen yang terdapat pada campuran beton diantaranya adalah


agregrat, semen portland, dan air. Komponen ini dicampur dengan perbandingan yang
bermacam-macam dan disesuaikan dengan mutu beton yang telah direncanakan.
Mutu atau kekuatan beton ini maksudnya adalah kekuatan beton dalam menerima
gaya tekan sampai beton mengalami pecah (crash). 7 Sebagaimana dalam

6
(Laintarawan, 2009), berikut ini adalah spesifikasi dari masing- masing campuran
beton.

2.2.1 Agregat

Agregat ialah campuran butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan
pengisi dalam campuran mortar atau beton. Walaupun namanya hanya sebagai bahan
pengisi, akan tetapi agregat kasar sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat
mortar/beton (Tjokrodimuljo,2007).
Agregat merupakan komponen beton yang paling berperan dalam menentukan
besarnya kekuatan beton. Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat
tinggi. Berdasarkan pengalaman, komposisi agregat tersebut berkisar 70%-75% dari
berat campuran beton. Walaupun fungsinya hanya sebagai pengisi, tetapi karena
komposisinya yang cukup besar, agregat ini pun menjadi penting. Karena itu perlu
dipelajari karakteristik agregat yang akan menentukan sifat mortar atau beton yang
akan dihasilkan (Danar Kurniawan, 2015)
Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam
atau agregat buatan (artificial aggregates). Secara umum, agregat dapat dibedakan
berdasarkan ukurannya, yaitu agregat kasar dan agregat halus. Batasan antara agregat
kasar dan agregat halus berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya.
Meskipun demikian, dapat diberikan batasan ukuran antara agregat kasar dengan
agregat halus yaitu 4.80 mm (British Standard) atau 4.75 mm (Standar ASTM).
Agregat kasar yaitu batuan yang ukuran butirnya lebih besar dari 4.80 mm (4.75 mm)
dan agregat halus dengan ukuran lebih besar dari 4.80 mm dibagi lagi menjadi dua:
pertama berdiameter antara 4.80 mm – 40 mm disebut kerikil beton dan yang kedua
ketika lebih dari 40 mm disebut kerikil kasar. Agregat adalah bahan yang dipakai
sebagai pengisi yang berasal dari alam antara lain yaitu berasal dari pecahan batu
alam atau boleh pula bahan buatan. Agregat yang baik adalah agregat yang keras,

7
kuat, ulet, kekuatannya melebihi kekuatan semen Portland setelah mengeras
(Mulyono, 2003).

2.2.2 Portland Cement Composite (PCC)

Semen Portland adalah semen hidrolis yang di hasilkan dengan cara


menghaluskan klinker,yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat
hidrolis dan gips sebagai bahan pembantu. Fungsi semen adalah untuk bereaksi
dengan air menjadi pasta semen yang memiliki fungsi sebagai pengisi rongga-rongga
di antara butir-butir agregat (SK SNI-05-041989-F dalam Tjokrodimuljo,2007).
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus disesuaikan dengan
rencana kekuatan dan spesifikasi teknik yang diberikan. Berdasarkan (SNI 15-2049-
2004, 2004), semen Portland dibagi menjadi 5 (lima jenis) berdasarkan jenis dan
penggunaanya, antara lain sebagai berikut ini.

1. Jenis I yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan-persyratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain.
2. Jenis II yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang.
3. Jenis III semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan
tinggi pada tahap permulaan setelah peningkatan terjadi.
4. Jenis IV yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalor
hidrasi rendah.
5. Jenis V yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan tinggi terhadap sulfat.

2.2.3 Air

Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang penting namun harganya
paling murah. Pada pembuatan beton air diperlukan untuk bereaksi dengan semen

8
Portland dan menjadi bahan pelumas antar butir-butir agregat,agar dapat mudah
dikerjakan (diadul, dituang, dan dipadatkan) (SK-SNI-S-04-1989-F dalam
Tjokrodimuljo,2007).
Tujuan utama dari penggunaan air adalah agar terjadi hidrasi yaitu reaksi
kimia antara semen dan air yang menyebabkan campuran ini menjadi keras setelah
lewat beberapa waktu tertentu. Air yang dibutuhkan agar terjadi proses hidrasi tidak
banyak, kira-kira 30% dari berat semen. Dengan menambah lebih benyak air harus
dibatasi sebab penggunaan air yang terlalu banyak dapat menyebabkan berkurangnya
kekuatan beton. Adapun persyaratan Air untuk campuran beton (SNI 03-6861.1-
2002)
1. Harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung
lainnya yang dapat dilihat secara visual.
2. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/liter.
3. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan merusak beton (asam-
asam, zat organik dll) lebih dari 15 gram/liter.
4. Kandungan khlorida (Cl) < 0.50 gram/liter, dan senyawa sulfat
5. Bila dibandingkan dengan kekuatan tekan adukan beton yang menggunakan
air suling, maka penurunan kekuatan beton yang menggunakan air yang
diperiksa tidak lebih dari 10%.
Khusus Untuk Beton Pratekan , kecuali syarat-syarat diatas, air tidak boleh
mengandung klorida lebih dari 0.05 gram /liter.

2.2.4 Agregat buatan plastik mie instan

a. Agregat buatan
Agregat buatan merupakan agregat yang didapat dari proses kimia atau
fisika dari material sehingga menghasikan suatu material baru yang sipatnya
menyerupai agregat. Jenis agregat ini merupakan hasil sampingan dari proses

9
industri dan proses material yang sengaja di peroses agar dapat digunakan
sebagai agregat atau sebagai mineral pengisi (filler) (Sudrajat, 2016).
Adapun beberapa keuntungan penggunaan agregat Polypropylene dalam
campuran beton, adalah sebagai berikut (Kartini, 2007) :
1. Memperbaiki daya ikat matriks beton pada saat pre–hardening stage sehingga
dapat mengurangi keretakan akibat penyusutan;
2. Memperbaiki ketahanan terhadap kikisan;
3. Memperbaiki ketahanan terhadap tumbukan;
4. Memperbaiki ketahanan terhadap penembusan air dan bahan kimia
5. Memperbaiki keawetan beton.

b. Limbah plastik
Ada banyak jenis plastik yang sering digunakan Salah satunya dari
plastik sintetis adalah polypropylene (PP). Salah satu sampah yang menempati
peringkat teratas berdasarkan jumlahnya adalah sampah jenis plastik
polypropylene. polypropylene merupakan jenis plastik yang sering digunakan
karena memiliki sifat tahan terhadap bahan kimia (Sahwan et al., 2005)
Karakteristik dari plastik polypropylene memiliki kuat tarik (Tensile
Strenght) sebesar 35,8 MPa, ketahanan pukul (Impact Strength) sebesar 43
J/m, specific gravity rendah dibandingkan dengan jenis plastik lain yaitu
antara 0,85- 0,90 dan ketahanan terhadap terhadap bahan kimia yang tinggi
dan titik leleh yang cukup tinggi 200 - 300 oC (Felixon, 2011).
Beberapa molekul sederhana (monomer) melalui proses kimia menjadi
molekul besar (makromolekul atau polimer), proses ini disebut polimerisasi.
Plastik dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu thermoplastic dan
Plastik adalah salah satu jenis makromolekul yang dibentuk dengan proses 10
penggabungan thermosetting. Thermosetting adalah plastik yang jika
dipanaskan dalam temperatur tertentu, akan mencair dan dapat dibentuk

10
kembali menjadi bentuk yang diinginkan. Sedangkan thermosetting adalah
plastik yang jika telah dibuat dalam bentuk padat, tidak dapat dicairkan
kembali dengan cara dipanaskan (Surono, 2013).

2.3 Kuat Tekan (compressive Strenght)

Compression Testing Machine merupakan alat uji kuat tekan beton secara
merusak (destructive test) dan pengujian menggunakan alat inilah yang paling
mendekati nilai kuat tekan beton sebenarnya dimana pengujian ini harus dilakukan di
laboratorium dengan menggunakan alat Compression Testing Machine.
Pemeriksaan kuat tekan beton dilakukan untuk mengetahui secara pasti akan
kekuatan tekan beton ringan pada umur 28 hari yang sebenarnya apakah sesuai
dengan yang telah disyaratkan. Pada mesin uji tekan benda diletakkan dan diberikan
beban sampai benda runtuh, yaitu pada saat beban maksimum bekerja (Mulyono. T,
2004). Kuat tekan beban beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang
menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang
dihasilkan oleh mesin tekan. Berdasarkan (Badan Standardisasi Nasional, 2011), kuat
tekan beton dihitung dengan membagi beban tekan maksimum yang diterima benda
uji selama pengujian dengan luar penampang melintang.
P
Kuat Tekan Beton Fc`= A (2.1)

Keterangan:
f’c = Kuat tekan beton (N/mm2 )
P = Beban maksimum (N)
A = Luas penampang yang menerima beban (mm2 )

2.4 Penelitian Terdahulu

11
1.(Danar Kurniawan, 2015) dalam penelitian Perilaku Kuat Tekan dan Kuat Tarik
Beton Campuran Limbah Plastik HDPE menghasilkan kesimpulan bahwa
Nilai kuat tekan beton menurun seiring dengan penambahan kadar limbah
plastik HDPE. Kuat tekan rata-rata untuk variasi campuran agregat kasar
limbah plastik HDPE 0% (normal), 10%, 15% dan 20% berturut-turut
sebesar : 27,88 MPa; 15,67 MPa; 14,96MPa; 11,08 Mpa dan nilai kuat tarik
beton menurun seiring dengan penambahan kadar limbah plastik HDPE.Kuat
tarik rata-rata untuk variasi campuran agregat kasar limbah plastik HDPE 0%
(normal), 10%, 15% dan 20% berturut-turut sebesar : 2,71 MPa; 2,34 MPa;
2,01 MPa; 1,72 Mpa.

GAMBAR 2.1 HASIL KUAT TEKAN BETON

2. (Handayasari, 2017), dalam penelitianm Studi Alternatif Bahan Konstruksi


Ramah Lingkungan dengan Pemanfaatan Limbah Plastik Kemasan Air
Mineral Pada Campuran Beton menghasilkan kesimpulan bahwa kedua
pengujian baik uji kuat tekan maupun uji kuat lentur/tarik menunjukkan
bahwa variasi 5% cacahan limbah plastik kemasan air mineral sebagai
pengganti sebagian agregat halus pada campuran beton dapat memberikan
hasil lebih baik dibandingkan dengan beton konvensional.

12
3. (Kusdiyono et al., 2018) dalam penelitian Pengaruh Variasi Penambahan
Limbah Plastik Terhadap Kekuatan Tekan Batako Dalam Upaya Pemanfaatan
Limbah menghasilkan kesimpulan bahwa secara umum dengan penambahan
limbah Plastik dengan kadar variasi 0,10% pada pembuatan Bata beton
berlubang dapat dinyatakan bisa dilakukan, hanya saja mutu yang dicapai
antara Tingkat III dan IV (kuat tekan rata-rata brutto antara 2 s.d. 3,5 Mpa);
kuat tekan rata-rata terendah diperoleh umur 28 hari, sebesar 21,16 kg/cm²
pada penambahan Plastik 1,0%. Kekuatan tekannya secara umum terjadi
penurunan pada penambahan Plastik setiap beda 0,10% terhadap berat pasir
(agregat) dan Kuat tekan rata-rata bata beton berlubang tertinggi pada
penambahan 0,10% dengan Kuat Tekan 35,21 kg/cm². Pengaruh penambahan
Plastik dalam bata beton berlubang terbukti menurunkan kuat tekan rata-
ratanya pada setiap penambahan 0,10% sampai dengan 1,0% dan pada
penambahan 1,0% masih dapat dilakukan karena Kuat tekan terendah masih
diatas 2,0 MPa
4. (Angga Pirman Firdaus, dkk 2017) Dalam Penelitian Pengaruh Penggunaan
Limbah Plastik Polypropylene (PP) Sebagai Campuran Agregat Kasar
Terhadap Kuat Tekan Dan Kuat Tarik Pada beton f’c25 MPA. Metode
penelitian dilakukan menggunakan dua metode yaitu metode pengumpulan
data melalui studi pustaka atau studi dokumenter dan metode observasi
dengan cara melakukan pengujian langsung di laboratorium sesuai Standar
Nasional Indonesia (SNI). Sampel yang akan dibuat dalam penelitian adalah
beton normal dengan Fc’ 25 MPa. Dimana campuran beton normal dengan
perbandingan komposisi limbah plastik 0%, 0,5%, 0,10%, 0,15%, dan di uji
pada umur 3, 7dan 28 hari. Dengan Hasil untuk mengetahui karakteristik
beton normal dengan campuran limbah plastik jenis Polypropylene (PP)
sebagai bahan pembanding digunakan beton normal dengan mutu yang sama.
Dengan tujuan untuk menganalisa pengaruh penggunaan limbah plastik jenis

13
Polypropylene (PP) sebagai campuran agregat kasar pada campuran beton
normal Fc’ 25 MPa terhadap kuat tekan dan kuat tarik pada beton. Hasil Dari
Penelitian Ini Ialah Kuat Tarik Beton Dengan Limbah Plastik polypropylene
(PP) dalam campuran agregat kasar mengalami penurunan sebesar 17,61%
pada campuran limbah plastik 5%, 24,13% pada campuran limbah plastik
10% dan 23,24% pada campuran limbah plastik 15%.
5. (Andi yusra, dkk 2018) Dengan Penelitian pengaruh substitusi agregat buatan
(beton daur ulang) terhadap kuat tekan beton normal. Metode penelitian
Dilakukan adalah Material yang digunakan untuk membuat beton ialah
material semen portland, agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil) dan air
serta beton daur ulang sebagai substitusi agregat kasar. Kemudian, sebagai
beton pembanding dibuat juga beton normal mutu 30 MPa tanpa penambahan
beton daur ulang (0% beton daur ulang). Kerak boiler yang diambil dari dapur
14 pembakaran pabrik CPO yang bentuk awalnya berupa bongkahan-
bongkahan kristal yang kemudian akan dihancurkan dengan menggunakan
alat uji proctor, selanjutnya disaring dengan saringan diameter lolos no. 200.
Untuk komposisi campuran (concrete mix design) beton, direncanakan dengan
menggunakan metode American Concrete Institute (ACI 2I1.1-91) dengan
mutu beton rencana 30 MPa. Perencanaan berdasarkan kepada metode
perbandingan berat material pembentuk beton. Adapun komposisi masing-
masing adukan yang dibuat di sesuaikan dengan pesentase benda uji.
kemudian ditambahkan beton daur ulang dengan variasi 25 ,50 ,75 dan 100%
dari berat agregat kasar, Pengujian kuat tekan silinder dilakukan setelah beton
mencapai umur rencana yaitu pada umur 28 hari. Menghasilkan Kuat tekan
rata-rata benda uji dengan penggunaan agregat daur ulang 25%, 50%, 75%
dan 100% dengan penambahan 15% abu kerak boiler adalah 23,213 MPa,
26,799 MPa, 16,419 MPa dan 20,382 MPa. Sedangkan benda uji tanpa
penggunaan agregat daur ulang dan abu kerak boiler mempunyai kuat tekan

14
sebesar 30,007 MPa. Terjadi perubahan nilai faktor air semen (FAS) yang
disebabkan oleh penyerapan air yang lebih besar pada beton yang
menggunakan agregat daur ulang jika dibandingkan dengan beton normal.
6. (Gandjar Pamudji, Dkk 2008) Dengan penelitian Pengaruh Pemakaian Bahan
Tambah Limbah Plastik Kemasan Air Mineral Terhadap Kuat Tekan Dan
Kuat Tarik Belah Beton. Metode penelitian Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah semen portland Tipe I, kerikil pecah diameter maksimum
20 mm, pasir sungai Serayu, limbah plastik kemasan air mineral dan air sumur
laboratorium Teknik Sipil. Cacahan Plastik Limbah Kemasan Air Mineral Di
Cairkan Dengan Suhu ±174°C, Dengan Persentasi Campuran Limbah Plastik
Mineral Ialah 5%, 10% Dan 15% dan menggunakan campuran bahan zat ki
mia (NaOH). Menghasilkan Pengamatan Terhadap Kuat Tarik Belah
Menunjukkan Peningkatan Paling Optimum Nilai Kuat Tarik Belah Pada
Beton Dengan Kadar Larutan 5,426% Sebesar 11,732%
7. (Erwin Rommel, 2015) Dengan penelitian Pembuatan Beton Ringan dari
Aggregat Buatan Berbahan Plastik. Metode penelitian menggunakan SNI 03-
2461-1991. Pembuatan agregat dari bahan plastik dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut ; limbah botol plastik dari jenis HDPE (high density
polyethylene) ini dibersihkan hingga tidak ada lagi kotoran-kotoran yang
menempel. Kemudian limbah botol plastik itu dibuat menjadi potongan-
potongan kecil dengan menggunakan mesin pencacah. Hal ini untuk
memudahkan pada saat proses melelehkan dengan cara memasukkan cacahan
plastik HDPE itu ke dalam mesin pencetak plastik. Hasil lelehan plastik itu
dibentuk menjadi bongkahan-bongkahan plastik yang cukup besar. Kemudian
bongkahan-bongkahan plastik itu didinginkan pada udara terbuka hingga
mengeras. Selanjutnya, bongkahan plastik yang sudah mengeras tadi
dipecahkan hingga didapat pecahan-pecahan yang bentuknya menyerupai
agregat dengan ukuran diameter yang beragam antara 10 – 20 mm. Sedangkan

15
untuk memperoleh data kuat hancur agregat dikarenakan HDPE merupakan
bahan yang bukan umum Agregat ringan buatan yang berasal dari bahan
limbah plastik berjenis HDPE dapat digunakan sebagai bahan penyusun beton
ringan. Dimana karakteristik agregat diperoleh; BJ agregat sebesar 1,15
(syarat BJ antara 1 sampai 1,8), berat isi agregat sebesar 1378 kg/m3 (syarat <
1800 kg/m3 ), serta keausan agregat sebesar 29,64% (syarat abrasi antara 27%
sampai 40%). Kekuatan tekan beton ringan dari agregat plastik diperoleh
sebesar 13,16 MPa dan berat isi sebesar 1373 kg/m3 . Sehingga penggunaan
beton ringan tersebut hanya dipakai untuk elemen struktur ringan dan elemen
non-struktur. Persyaratan untuk penggunaan beton ringan tersebut 7 sampai
17 MPa dan berat isi antara 800 sampai 1400 kg/m. Beton ringan dari agregat
plastik berjenis HDPE tersebut sangat rentan digunakan pada daerah yang
memiliki tingkat penyerapan air atau kelembaman udara yang tinggi seperti
wilayah diperairan dan tepi pantai. Sebaliknya beton tersebut sangat baik
dipakai pada daerah kering atau kelembaman udaranya kecil. Hal ini karena
tingkat penyerapan beton ringan dengan agregat plastik berjenis HDPE
sebesar 8,043% sedangkan porositasnya sebesar 10,7%.

III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dimulai dengan melakukan persiapan dan pengadaan bahan,


pemeriksaan sifat fisis agregat, pengolahan plastik mie instan, perencanaan campuran
beton (Mix Design), pengerjaan campuran beton, dan pengujian benda uji. Untuk
bagan alir penelitian dilampirkan pada Lampiran

3.1 Lokasi Penelitian

16
Pada penelitian ini menggunakan limbah plastik mie instan yang mengandung
polypropylene yang diperoleh dari lingkungan masyarakat. Tahapan Pengerjaan beton
yang dimulai dari persiapan dan pengadaan bahan, pemeriksaan sifat fisis agregat,
pengolahan limbah plastik mie instan untuk dijadikan sebagai agregat buatan plastik
mie instan, perencanaan pencampuran beton, pengerjaan campuran beton, perawatan
benda uji dan pengujian benda uji dilakukan di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universtas Teuku Umar.

3.2 Persiapan dan Pengadaan Bahan

Plastik mie instan diperoleh dari produksi limbah usaha masyarakat dan
lingkungan masyarakat. Plastik nantinya berupa lelehan yang diolah sesuai ukuran
rencana untuk dijadikan sebagai agregat buatan plastik. Penelitian ini menggunakan
plastik mie instan sebagai substitusi sebagian agregat terhadap volume agregat kasar
pada beton normal dengan mutu 25 MPa. Material yang akan digunakan untuk
menghasilkan beton normal ialah material semen PCC, agregat halus, agregat kasar
dan air dengan tambahan agregat buatan limbah plastik mie instan. Kemudian,
sebagai beton pembanding dibuat juga beton normal 25 MPa tanpa penambahan
agregat buatan plastik mie instan (0%).
Agregat kasar (kerikil) dan agregat halus (pasir) diperoleh dari salah satu
pabrik yang ada di Teunom yaitu PT. ALS. Pemeriksaan terhadap agregat kasar
(kerikil) dan agregat halus (pasir) sebagai material pembentuk beton perlu dilakukan
untuk mendapatkan mutu material yang baik. Pemeriksaan ini dilakukan terhadap
sifat-sifat agregat yang meliputi berat jenis (specific gravity), penyerapan
(absorbtion), berat volume (bulk density), analisa saringan (sieve analysis).
Semen yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu Semen PCC tipe II
merek Conch produksi salah satu pabrik semen yang ada di Aceh. Pemeriksaan

17
Laboratorium terhadap semen ini tidak dilakukan karena telah memenuhi Standar
Nasional Indonesia (SNI 7064-2014). Pemeriksaan hanya dilakukan secara visual
terhadap kantong yang robek dan tidak terdapat gumpalan-gumpalan yang keras pada
semen.
Air yang akan digunakan untuk campuran beton dan perawatannya berasal
dari air bersih yang diperoleh dari Laboratorium Fakultas Teknik Universitas Teuku
Umar. Air yang ada di laboratorium ini sudah memenuhi standar air bersih layak
pakai untuk campuran beton.

3.3 Peralatan yang Digunakan

Peralatan yang akan digunakan untuk pemeriksaan sifat fisis material agregat
ialah :
1. Sekop;
2. Gelas ukur;
3. Plat kaca;
4. Tongkat besi untuk pemadatan;
5. Satu set saringan;
6. Wadah;
7. Oven
8. Timbangan berbagai kapasitas dan ketelitian;
9. Keranjang kawat.
Peralatan yang akan digunakan untuk pengecoran dan pemeriksaan adukan beton
adalah :
1. Mesin pengaduk beton (concrete mixer) berkapasitas 90 liter;
2. Peralatan pengukuran slumtest (kerucut Abram’s);
3. Palu karet.

18
3.4 Pemeriksaan Sifat Fisis Agregat

3.4.1 Berat volume (bulk density)

Pemeriksaan nilai berat volume (bulk density) menggunakan standar ASTM


C.I27-88 dilakukan dengan cara material agregat kasar dikeringkan dengan oven
terlebih dahulu selama 24 jam yang diletakkan di dalam baskom aluminium. Setelah
dikeluarkan dari oven dilakukannya proses penumbukan terhadap agregat kasar
sebanyak 25 kali. Penumbukan tersebut dilakukan di dalam silinder sebanyak 3
tahapan yaitu pada saat 1/3, 2/3 dan 3/3 dari tinggi silinder. Setelah proses tersebut,
dilakukan penimbangan terhadap silinder yang berisikan agregat untuk didapatkan
nilai beratnya.

3.4.2 Berat jenis (spesific gravity) dan absorbsi (absorption)

Berat jenis (spesific gravity) dan absorbsi (absorption) Proses pemeriksaan


nilai berat jenis menggunakan standar ASTMC.128-3 dan Absorbsi (absorption)
ASTM C.128-3 dan absorbsi dilakukan dengan cara pengambilan sampel terhadap
agregrat kasar (coarse aggregate), agregat halus (coarse sand) dan pasir (fine sand).
Ketiga jenis agregat tersebut direndam didalam air dan didiamkan selama 24 jam.
Setelah itu dilakukannya penimbangan terhadap ketiga jenis agregrat tersebut
menggunakan basket/keranjang untuk mendapatkan nilai berat jenis kering air
permukaaan (saturate surface dry/SSD). Setelah proses tersebut, dilakukannya
pengovenan selama 24 jam terhadap ketiga jenis agregat tersebut. Setelah 24 jam
dilakukannya penimbangan terhadap ketiga jenis agregat untuk mendapatkan nilai
berat jenis kering oven (oven dry/OD).

3.4.3 Analisa saringan (sieve analysis)

19
Pemeriksaan untuk mendapatkan nilai gradasi menggunakan standar (ASTM
C.136-93). Agregat didapatkan dari data analisa saringan (sieve analysis) yang
dilakukan dengan cara menyaring agregat tersebut menggunakan saringan/ayakan
satu set. Data yang diperoleh dari analisa saringan (sieve analysis) digunakan untuk
melihat susunan butiran agregat yang digunakan dalam campuran beton.

3.5 Pengolahan Limbah Plastik Mie Instan

Limbah plastik mie instan yang telah dikumpulkan dari beberapa tempat
pembuangan sampah sangatlah mudah didapatkan. Selanjutnya langkah-langkah
dalam pengelolaan limbah platik mie instan menjadi agregat buatan plastik mie instan
adalah sebagai berikut :
1. Langkah pertama adalah membersikan limbah plastik mie instan dari kotoran-
kotoran yang menempel.
2. Selanjutnya masukkan plastik kedalam kuali untuk dipanaskan dan diaduk
merata sampai plastik meleleh.
3. Kemudian limbah plastik mie instan yang telah dilelehkan dimasukkan
kedalam cetakan yang sesuai ukuran agregat.
4. Lalu plastik yang telah mengeras dikeluarkan dari cetakan dan akhirnya
menjadi agregat buatan plastik.
5. Langkah selanjutnya agregat buatan plastik disaring dengan menggunakan
saringan no.19
6. Kemudian agregat buatan plastik mie instan dimasukkan kedalam masing-
masing campuran beton sesuai dengan persentase yang telah direncanakan.

3.6 Perencanaan Pencampuran Beton (mix design)

20
Rancangan campuran beton mutu normal ini akan dilakukan untuk beton
rencana f’c 25 MPa. Metode perencanaan menggunakan American Concrete Institute
(ACI), untuk benda uji silinder 15/30 cm dengan mengunakan Faktor Air Semen
0,61. Agregrat kasar yang akan digunakan adalah batu pecah dengan diameter
agregrat maksimum 19 mm. Langkah pertama menentukan diameter agregat
maksimum, kemudian menentukan nilai slump rencana, setelah menentukan nilai
slump rencana, tahapan selanjutnya ialah menentukan perkiran jumlah air untuk
campuran beton, jumlah air yang dibutuhkan didapatkan dari penentuan slump
rencana dan agregat maksimum yang sudah direncanakan.
Selanjutnya dari nilai slump didapatkan faktor air semen untuk penentuan
berat semen sendiri. Tahapan selanjutnya menentukan jumlah agregat kasar untuk
campuran beton yang direncanakan, agregat kasar diperoleh dari diameter agregat
maksimum dan dari hasil bulk density. Tahapan selanjutnya menentukan jumlah
agregat halus untuk campuran beton yang direncanakan, agregat halus diperoleh dari
berat beton dikurangi dengan jumlah air, semen dan agregat kasar, dari pengurangan
tersebut didapatakan jumlah pasir yang akan digunakan untuk campuran beton. Pada
penelitian ini ditambahkan agregat buatan plastik mie instan dengan variari 5,5%,
7,5%, 9,5%. Kemudian Sebagai pembanding dibuat beton tanpa penambahan agregat
buatan plastik mie instan yaitu 0%.

3.7 Pengerjaan Campuran Beton

Pengerjaan beton mutu normal diawali dengan pencampuran bahan


pembentuk beton (pasir, batu pecah, semen dan air) serta agregat buatan plastik mie
instan. Kemudian bahan tersebut dimasukkan kedalam mesin pengaduk beton
(concrete mixer). Pekerjaan selanjutnya yaitu memasukkan beton kedalam cetakan
selama 24 jam. Pengerjaan pembuatan beton dengan menggunakan agregat buatan
plastik mie instan adalah sebagai berikut: semen Portland tipe II dicampur 22 dengan

21
agregat kasar (batu pecah), agregat halus (pasir), dan air sehingga menjadi suatu
adukan bahan beton.
Adapun komposisi masing-masing adukan yang dibuat disesuaikan dengan
persentase benda uji. Kemudian ditambahkan agregat buatan plastik mie instan
variasi 5,5%, 7,5%, 9,5%. Sebagai pembanding dibuat beton tanpa penambahan
agregat buatan plastik mie instan yaitu 0%. Setelah adukan beton merata, lalu
masukkan ke dalam cetakan. Dalam proses penambahan agregat buatan plastik mie
instan bersamaan dengan pencampuran bahan agregat kasar (batu pecah).
Pada saat proses pengerjaan beton selesai, selanjutnya dilakukan perendaman
untuk perawatan beton sesuai umur rencana dengan cara dimasukkan kedalam bak
yang ada di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Teuku Umar Aceh Barat.
Pengujian kuat tekan silinder dilakukan setelah beton mencapai umur 14 hari dan
umur 28 hari. Beton diberikan beban arah vertikal secara perlahan hingga benda uji
hancur. Total jumlah benda uji yaitu 30 buah berbentuk silinder (Ø15 cm, T= 30 cm)
dengan berbagai variasi persentase agregat,dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.

Persentase Agregat Buatan Mie Instan


UMUR TOTAL
0% 5,5% 7,5% 9,5%
14 Hari 3 3 3 3 12
28 Hari 3 3 3 3 12
Total 6 6 6 6 24

3.8 Pengujian Benda Uji


Pengujian ini mencakup cara penentuan kuat tekan benda uji yang dicetak
berbentuk 15 x 30 cm yang berbentuk silindris, dengan pengujian mengacu pada

22
SNI berstandar Nasionsal. Pada tahap ini, pengujian dilakukan pada saat benda uji
berumur 14 dan 28 hari. Sebelum dilakukannya pengujian terlebih dahulu benda uji
di ukur dan ditimbang kemudian dilakukan pengujian kuat tekan dengan kecepatan
2 – 4 kg/cm2 per detik dan dicatat beban maksimumnya.

3.9 Perawatan Benda Uji

Pada penelitian ini, perawatan ( curing ) beton dilakukan dengan cara


merendamkan benda uji pada bak perendam ( water bath ) berisi air bersih yang sama
dengan air adukan. Perawatan benda uji dilakukan sampai umur rencana 28 hari.
Proses perawatan benda uji dilakukan setelah cetakan dibuka dan dibiarkan mengeras
selama 24 jam kemudian diberi tanda atau penomoran untuk setiap benda uji,
perawatan ini dilakukan selama 14-28 hari.

23
IV. RENCANA HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas hasil dari penelitian dari bahan penganti agregat pada
penyusun beton dengan mutu Fc` 25 Mpa dengan bahan pengganti sebagian agregat
adalah limbah plastik mie instan yang terdiri atas beberapa variasi kandungan plastik
mie instan dengan umur beton yang telah ditetapkan yaitu 14 dan 28 hari.

4.1 Rencana Hasil


Bagian ini akan dijelaskan rencana hasil penelitian yang telah dilakukan pada
benda uji yang terdiri dari beberapa benda uji yang akan diperoleh kuat tekan beton
dengan menggunakan alat kuat tekan beton dengan ketetapan ataupun langkah-
langkah pengujian yang sesuai dengan standart penelitian. Hasil dari penelitian ini
akan dianalisis mengunakan rumus kuat tekan beton yang telah dijelasakan pada
bagian II. Tinjauan Pustaka.

4.2 Rencana Pembahasan


Bagian ini akan menjabarkan mengenai hasil dari penelitian pengganti agregat
yang terbuat dari plastik mie instan dan juga akan menjelasakan bagaimana kondisi
benda uji yang terdiri dari beberapa variasi kandungan agregat plastik mie instan pada
kandungan beton berdasarkan pelaksanaan penelitian untuk mencapai standart mutu
beton Fc`25 Mpa.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan rencana penelitian yang akan dilakukan dapat diambil kesimpulan


bahwa pentingnya untuk memperhatikan cara pembuatan atau langkah kerja dan
perawatan benda uji agar mencapai kuat tekan optimum yang sesuai pada target yang
diharapkan pada penelitian ini. Adanya penelitian ini juga dapat mengurangi limbah

24
plastik yang berada di Aceh barat dengan memanfaatkannya menjadi konstruksi yang
ramah terhadap lingkungan.

25
RENCANA JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Kegiatan Jadwal Kegiatan 2022


JULI JUNI AGT SEP OKT NOV
Studi Awal /Literatur
Penyusunan Proposal
TGA
Seminar Proposal TGA

Penelitian

Pengolahan Data

Penyusunan Laporan
TGA
Seminar TGA

Disetujui Oleh Alue Peunyareng, 2022


Pembimbing

Inseun Yuri Salena, B.Sc., M.Sc. Dimas Fahcrul Rozak


NIP. 198508132015042003 NIM. 1805903020020

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Standardisasi Nasional. (2011). SNI 1974-2011 Cara Uji Kuat Tekan
Beton dengan Benda Uji Silinder. Badan Standardisasi Nasional Indonesia, 20.
2. Danar Kurniawan, B. S. , A. P. ,. (2015). Perilaku Kuat Tekan dan Kuat Tarik
Beton Campuran Limbah Plastik HDPE. Semesta Teknika, 16(1), 76–82.
https://doi.org/10.18196/st.v16i1.435
3. Felixon, K. (2011). Penelitian Terhadap Pengembangan Penggunaan Material
Plastik (policarbonat) Pada Selubung Bangunan. Prosiding Seminar Nasional
AVoER Ke-3, 116–124.
https://repository.unsri.ac.id/23304/1/Pages_from_PROSIDING_AVOER_2011-
14.pdf
4. Handayasari, I. (2017). Studi Alternatif Bahan Konstruksi Ramah Lingkungan
Dengan Pemanfaatan Limbah Plastik Kemasan Air Mineral Pada Campuran
Beton. Jurnal Poli-Teknologi, 16(1), 1–6.
https://doi.org/10.32722/pt.vol16.no.1.2017.pp.
5. Kartini, W. (2007). Penggunaan serat polypropylene untuk meningkatkan kuat
tarik belah beton. Rekayasa Perencanaan, 4(1), 1–13.
http://eprints.upnjatim.ac.id/1306/
6. Kusdiyono, Supriyadi, Rochadi, M. T., & W, H. L. (2018). Pengaruh Variasi
Penambahan Limbah Plastik terhadap Kekuatan Tekan Batako dalam Upaya
Pemanfaatan Limbah. Wahana Teknik Sipil, 23(2), 64=76.
7. Sahwan, F. L., Martono, D. H., Wahyono, S., & Wisoyodharmo, L. A. (2005).
Sistem Pengelolaan Limbah Plastik di Indonesia. Jurnal Sistem Pengolahan
Limbah J. Tek. Ling. P3TL-BPPT, 6(1), 311–318.
8. SNI. (2013). SNI 2847:2013, Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan
Gedung. SNI 2847:2013, Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung.

27
Bandung: Badan Standardisasi Indonesia, 1–265.Si Indonesia, 1–265.

9. SNI 15-2049-2004. (2004). Semen Portland. Badan Standardisasi Nasional


Indonesia, 1–128.

10. SNI 7656:2012. (2012). Tata Cara Pemilihan Campuran untuk Beton Normal,
Beton Berat dan Beton Massa. Badan Standarisasi Nasional, 52.

11. Ridwan, F. F., Subari, & Elma, Y. (2014). 357-Article Text-916-1-10-20180305.


Pengaruh Penggunaan Cacahan Gelas Plastik Polypropylene (Pp) Terhadap
Kuat Tekan Dan Kuat Tarik Beton, 2(1), 24–37.
12. Angga Pirman Firdaus, & Jonbi. (2019). Pengaruh Penggunaan Limbah Plastik
Polypropylene (Pp) Sebagai Campuran Agregat Kasar Terhadap Kuat Tekan Dan
Tarik Pada Beton Fc’ 25 Mpa. Jurnal Infrastruktur, 3(2), 81–89.
https://doi.org/10.35814/infrastruktur.v3i2.706
13. Yusra, A., Opirina, L., & Satria, A. (2019). Pengaruh Penambahan Serat
Polypropylene pada Kuat Tekan Beton Mutu Tinggi. Ijccs, x, No.x(2), 1–5.
14. Faldo, F., & Hudori, M. (2021). Pengaruh Efektifitas Penggunaan Serat
Polypropylene Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Journal of Civil Engineering
and Planning, 2(1), 77–83. https://journal.uib.ac.id/index.php/jce/article/view/745
15. Irawan, D., Yusuf, M., & Samsurizal, E. (2016). Tinjauan Kekuatan Beton pada
Usia Muda dengan Penambahan Polypropylene Fibre. 1–8.

28

Anda mungkin juga menyukai