ABSTRACT
The government has set a greenhouse gas emission target of 29% in 2030. This is pursued, among other, by reducing energy
consumption in industries such as cement, steel, paper, etc. santoso stated that the potential for reducing CO 2 emissions if OPC
(Conventional cement) is replaced by PCC (Environmentally friendly cement) amounted to 3,34 million tons of CO2at the meeting of the
Indonesian Cement Association in 2019. For this reason, this research is necessary to determine the ration of the compressive strength of
concrete in PCC cement and OPC cement. The concrete compressive strength test object is in the form of a cylinder with a diameter of 15
cm x 30 cm.
Strength test result at 28 days of age using superplasticizer on OPC cement were higher, namely 52,9 MPa, while for PCC
cement was 52,62 MPA. The difference in the thecoma [ressive strength of concrete between OPC and PCC cement is not too big.
However, there was a big difference at 7 days of age, namely in OPC cement the compressive strength value was 44,83 MPa, while in
PCC cement the compressive strength was 34,97 MPa. However, this difference keeps getting smaller until the age of 28 days
ABSTRAK
Pemerintah telah mencanangkan target pengurangan emisi Gas Rumah Kaca sebesar 29% pada tahun 2030.
Hal tersebut diupayakan.antara lain dengan mengurangi konsumsi energi pada industri seperti semen, baja, kertas, dll.
Santoso menyatakan bahwa potensi penurunan emisi CO 2 bilaOPC.(semen konvensional) digantikan dengan PCC
(semen ramah lingkungan) adalah sebesar 3,34 juta.ton CO2 di pertemuan asosiasi semen Indonesia pada tahun 2019.
Untuk itu perlu dilakukan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana perbandingan kuat tekan beton pada semen
PCC dan semen OPC. Benda uji kuat tekan beton berupa silinder berdiameter 15 cm x 30 cm.
Pada penelitian ini didapat hasil pengujian kuat tekan pada usia 28 hari dengan menggunakan superplasticizer
pada semen OPC lebih tinggi yaitu 52,9 MPa, sedangkan untuk semen PCC yaitu 52,62 MPa. Perbedaan nilai kuat
tekan beton antara semen OPC dan PCC tidak terlalu besar. Akan tetapi terdapat selisih yang cukup besar pada usia
7 hariyaitu pada semen OPC nilai kuat tekannya 44,83 MPa, sedangkan pada semen PCC kuat tekannya 34,97 MPa.
Tetapi selisih tersebut terus semakin mengecil sampai usia 28 hari.
Kata kunci : Emisi Rumah Kaca, PCC, OPC, dan Kuat Tekan Beton
1. PENDAHULUAN
Beton merupakan bahan kontruksi yang paling sering digunakan dalam struktur bangunan. Baik itu
struktur bangunan gedung, jalan, jembatan, dan dermaga.
Salah satu susunan utama bahan beton adalah semen. Saat ini industri semen sudah mengeluarkan produk
yang ramah lingkungan.tanpa mengurangi mutu beton yang dihasilkan, salah satunya yaitu semen PCC.
(Portland Cement Composite). Semen PCC (Portland Cement Composite) saat ini banyak dipakai oleh pengguna
kontruksi. Sementara semen OPC (Ordinary Portland Cement) sudah jarang dipakai. Terdapat dua penyebab
utama yaitu harga yang mahal dan tidak lebih.ramah lingkungan dibandingkan semen PCC (Portland Cement
Composite). Selain itu pemerintah telah mencanangkan target pengurangan emisi Gas Rumah Kaca sebesar
29% pada.tahun 2030. Hal tersebut diupayakan antara lain dengan mengurangi konsumsi energi pada
industri seperti semen, baja, kertas, dll (Asosiasi Semen Indonesia, 2019). Lebih lanjut lagi Santoso
menyatakan bahwa potensi penurunan emisi CO2 bila OPC (semen konvensional) digantikan dengan PCC.
(semen ramah lingkungan) adalah sebesar 3.34 juta ton CO2 (Santoso, 2019).
Karena belum dikatahui secara pasti.perbandingan kuat tekan beton.antara semen PCC (Portland.Cement
Composite) dan OPC (Ordinary Portland Cement), oleh karena itu perlu dianalisa nilai kuat tekan antara kedua
223
Bina Darma Conference on Engineering Science
tipe semen ini (Azmi, dkk, 2010). Analisa yang dilakukan perlu dilakukan.dengan perencanaan beton
mutu.tinggi agar dapat terlihat dengan baik perbandingan kuat tekan beton pada kedua semen.
Bahan tambah yang digunakan dalam penelitian ini adalah polimer tipe water reducing yang berfungsi dapat
mengurangi pemakaian air hingga 20% dan dapat meningkatkan 40% kuat tekan beton karena dapat
mengurangi pemakaian air pada campuran beton dan meningkatkan Slump beton sampai 8 inch (208 mm)
atau. ebih. Dosis yang disarankan adalah 1% sampai 2% dari berat semen. Dosis yang berlebihan akan
menyebabkan menurunnya kekuatan beton (Mulyono, 2003).
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Beton
Dalam.SNI 2847, 2013, beton adalah campuran semen Portland atau semen hidrolis lainnya, agregat kasar,
agregat halus, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan (admixture). Beton normal adalah
beton yang mempunyai berat isi 2200-2500 kg/m3 menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa
dipecah yang tidak menggunakan bahan tambahan. Larutan tambahan untuk memperbaiki sifat beton.
2.2.4. Air
Air digunakan sebagai salah satu bahan penyusun beton dan sebagai bahan perawatan beton. (curing). Air
akan bereaksi dengan semen serta menjadi bahan pelumas antara butir anagregat agar mudah dipadatkan
dan dikerjakan. Air yang digunakan harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak, dan tidak
mengandung garam-garam dan zat-zat lain yang dapat merusak beton (Nugraheni, 2017).
Menurut Standard Definitions of Terminology Relating to Concrete and Concrete Aggregates (ASTM C.125-
1995:61), terdapat 7 jenis bahan tambah kimia, yaitu:
1. Tipe A, Water-Reducing Admixtures
2. Tipe B, Retarding Admixtures
3. Tipe C, Accelerating Admixtures
4. Tipe D, Water Reducing and Retarding Admixtures
5. Tipe E, Water Reducing and Accelerating Admixtures
224 | Analisa Perbandingan Kuat Tekan Beton fc’52 MPa Menggunakan Semen PCC dan OPC Terhadap Pemakaian
Water Reducer
Bina Darma Conference on Engineering Science
Pada penelitian ini digunakan Polimer yang bersifat Water-Reducing Admixtures untuk membuat kadar
semen tetap, air dikurangi. Cara ini untuk memproduksi beton dengan nilai perbandingan atau faktor air
semen (fas) yang rendah. Dengan faktor air semen yang rendah akan meningkatkan kuat tekan beton. Pada
Kimia Kontruksi Indonesia terdapat referensi kadar penggunaan nya yaitu 0.8-2%. Sedangkan pada
penelitian ini digunakan 0.87%, hal ini didasarkan dari penelitian yang telah dilakukan oleh Laboratoium
Wika Beton.
Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara pengujian standar, menggunakan mesin uji dengan cara
memberikan beban tekan bertingkat dengan kecepatan peningkatan beban tertentu atas benda uji silinder
beton sampai hancur. Kekuatan tekan beton merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan tekan
adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Pengujian kuat tekan dilakukan
untuk mengetahui kuat tekan beton yang telah mengeras dengan benda uji berbentuk kubus atau silinder.
Kuat tekan beton dipengaruhi oleh faktor perbandingan air semen. (w/c).
Nilai Kuat tekan beton beragam sesuai dengan umurnya dan biasanya nilai kuat tekan beton ditentukan
pada waktu beton mencapai umur 28 hari setelah pengecoran. Umumnya pada umur 7 hari kuat tekan
beton mencapai 70% dan pada umur 14 hari mencapai.85-90% dari kuat tekan beton umur.28 hari. Kuat
tekan beton itu sendiri dipengaruhi oleh nilai faktor air semen (f.a.s.), jumlah semen, umur beton, serta
sifat agregat yang digunakan.
3. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium PT. Wijaya Karya Beton, Tbk. (Tegineneng, Lampung).
3.3. Persiapan
Persiapan dari pengujian ini yaitu mempersiapkan bahan-bahan dan alat yang akan digunakan sebagai
bahan campuran beton yang akan dibuat. Persiapan alat yang digunakan merupakan alat dari Laboratorium
PT. Wijaya Karya Beton Tbk. (Tegineneng, Lampung). Benda uji yaitu berupa beton silinder diameter 150
mm dengan tinggi 300 mm. Untuk variasi dalam benda uji tiap pengujian memakai 3 sampel benda uji.
Waktu pengujian yang dipakai yaitu 7 hari, 14 hari dan 28 hari. Semen yang digunakan Type OPC dan PCC.
Jadi jumlah sampel pada pengujian ini berjumlah 18 benda uji silinder.
100
100
Persentase Lolos Saringan %
90
80
70
60
50 Batasan Atas (ASTM)
40
30 Batasan Bawah (ASTM)
20
10 Sampel Uji
0
0 5 10 15 20 25
Diameter Saringan (mm)
Berdasarkan pengamatan analisa zat organik yang dilakukan, didapatkan warna nomor 1 yang artinya pasir
dalam keadaan baik dan layak untuk digunakan.
Perhitungan :
Keterangan Rumus Hasil
Apparent Specific Grafity W4/(W4+W3-W2) 2,624
Bulk Specific Grafity SSD W1/(W1+W3-W2) 2,569
Bulk Specific Grafity Dry W4/(W1+W3-W2) 2,536
Absorption Percentage ((W1-W4)*100%)/W4 1,317
(Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium, 2021)
Keterangan :
T.O.7 = Beton Dengan Semen OPC Usia 7 Hari
T.O.14 = Beton Dengan Semen OPC Usia 14 Hari
T.O.28 = Beton Dengan Semen OPC Usia 28 Hari
T.P.7 = Beton Dengan Semen PCC Usia 7 Hari
T.P.14 = Beton Dengan Semen PCC Usia 14 Hari
T.P.28 = Beton Dengan Semen PCC Usia 28 Hari
230 | Analisa Perbandingan Kuat Tekan Beton fc’52 MPa Menggunakan Semen PCC dan OPC Terhadap Pemakaian
Water Reducer
Bina Darma Conference on Engineering Science
50,00
40,00
MPa
30,00
20,00
10,00
0,00
7 14 28
Umur Test (Hari)
Semen OPC
Semen PCC
Gambar 3. Grafik Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Semen OPC dan PCC.
Dari gambar di atas, kita dapat melihat perbandingan antara kuat tekan beton menggunakan semen. OPC
dan PCC, pada usia 7 hari terlihat perbedaan yang cukup signifikan antar kuat tekan semen OPC dan PCC
, Tetapi Ketika menuju usia 28 hari kuat tekan beton yang dihasilkan memiliki mutu beton yang sama
sesuai dengan rencana kuat tekan beton awal yaitu 52 MPa. Hal ini memperlihatkan seberapa besar
pengaruh water reducer pada beton. Seperti yang kita tahu pengaruh kuat tekan pada usia dapat membantu
mengoptimalkan biaya pada penggunaan bekisting, dapat mempersingkat waktu untuk pembangunan
struktur high building. Ataupun pada jalan beton yang memiliki volume lalu lintas yang tinggi.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis data maka dapat di ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan pada usia 7,14,28 hari dengan menggunakan water reducer pada
semen OPC dan PCC diperoleh hasil sebagai berikut :
Kuat Tekan (Mpa)
Tipe Semen
7 Hari 14 Hari 28 Hari
OPC 44,83 48,10 52,90
PCC 39,10 46,67 52,65
2. Berdasarkan hasil uji kuat tekan beton pada usia 28 hari. Didapat bahwa perbedaan nilai kuat tekan
beton antara semen OPC dan PCC tidak terlalu besar. Akan tetapi selisih terbesarnya dapat dilihat pada
232 | Analisa Perbandingan Kuat Tekan Beton fc’52 MPa Menggunakan Semen PCC dan OPC Terhadap Pemakaian
Water Reducer
Bina Darma Conference on Engineering Science
usia 7 hari yaitu pada semen OPC nilai kuat tekan nya 44,83 MPa, sedangkan pada semen PCC kuat
tekan nya 39,10 MPa. Akan tetapi selisih tersebut terus semakin mengecil sampai usia 28 hari.
3. Penambahan water reducer pada semen OPC sangat berpengaruh di mana mampu membuat kuat tekan
beton pada usia 7 hari, sudah mendekati kuat tekan beton pada semen PCC usia 14 hari.
DAFTAR PUSTAKA
[1] ACI Committee 554. 1993. Guide for Selecting Proportions for High-Strength Concrete with Portland Cement and
Fly Ash. Report : ACI 211.4R – 93
[2] Antono, A. 1995.Bahan Kontruksi Teknik Sipil. Penerbit Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
[3] Asosiasi Semen Indonesia. 2019. Jakarta.
[4] ASTM C-33.Standard Specification for Concrete Aggregates. United States.
[5] ASTM C-39.Test for Specific Gravity and Absorption of Fine Aggregate. United States.
[6] ASTM C-117. 1995. Standard Test Method For Materials Finer Than 75-µm (No. 200) Sieve In Mineral
Aggregates. United States.
[7] ASTM C.125-1995:61. Standard Definitions of Terminology Relating to Concrete and Concrete
Aggregates.United States.
[8] ASTM C136-01.Standard Test Method for Sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregates.United States.
[9] ASTM C-150. 1985. Standard Specification For Portland Cement.United States.
[10] ACISP-19. 1985. Cement and Concrete Terminology.United States.
[11] Azmi, F., dkk.2010. Kuat Tekan Beton dan Waktu Ikat Semen Portland Komposit (PCC). Universitas Riau,
Pekan Baru.
[12] Dipohusodo. 1994. Struktur Beton Bertulang. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
[13] George, Winter. 1993.Perencanaan Struktur Beton Bertulang. Jakarta.
[14] Mulyati. 2013. Studi Perbandingan Kuat Tekan Beton Normal Menggunakan Semen Portland Tipe I dan
Portland Compostie Cement. Universitas Hasnudin, Makassar.
[15] Mulyono, T. 2003. Teknologi Beton.Penerbit Andi Offset.Yogyakarta.
[16] Nugraheni, Melly.2017. Pengaruh Penambahan Serat Bendrat Berkait (Hooked) dengan Perilaku Beton pada
Beban Tekan Berulang. Universitas Lampung, Lampung.
[17] PD T-04-2004-C. 2004. Tata Cara Pembuatan dan PelaksanaanBeton Berkekuatan Tinggi. Jakarta.
[18] Santoso, Widodo. 2019. Aplikasi Semen Tipe PPC, PCC,Slag Cement pada Beton Struktural untuk penurunan
Emisis CO2 di Industri Semen. Asosiasi Semen Indonesia, Jakarta.
[19] SNI 03-1970-1990. Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus. Badan Standardisasi
Nasional. Jakarta.
[20] SNI 03-1974-1990.1990. Metode Pengujian Kuat Tekan Beton. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
[21] SNI 03-2834-1993. Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal.Badan Standardisasi Nasional.
Jakarta.
[22] SNI03-6468-2000. Perencanaan Campuran Tinggi dengan Semen Portland dengan Abu Terbang.Badan
Standardisasi Nasional. Jakarta.
[23] SNI 15-7065-2004. Semen Portland Komposit.Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
[24] SNI 2847:2013. 2013. Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung.Badan Standardisasi Nasional.
Jakarta.
[25] Sugiyanto, dan Sebayang, S. 2005. Teknologi Bahan. Universitas Lampung. Bandar Lampung.