Anda di halaman 1dari 11

Bina Darma Conference on Engineering Science

http://conference.binadarma.ac.id/index.php/BDCES e-ISSN: 2686-5785

Analisa Perbandingan Kuat Tekan Beton fc’52 MPa Menggunakan Semen


PCC dan OPC Terhadap Pemakaian Water Reducer

Erik Okto Fernandes1, Firdaus2


Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Bina Darma, Palembang
Email : erikfernandes21101991@gmail.com, firdaus.dr@gmail.com

ABSTRACT
The government has set a greenhouse gas emission target of 29% in 2030. This is pursued, among other, by reducing energy
consumption in industries such as cement, steel, paper, etc. santoso stated that the potential for reducing CO 2 emissions if OPC
(Conventional cement) is replaced by PCC (Environmentally friendly cement) amounted to 3,34 million tons of CO2at the meeting of the
Indonesian Cement Association in 2019. For this reason, this research is necessary to determine the ration of the compressive strength of
concrete in PCC cement and OPC cement. The concrete compressive strength test object is in the form of a cylinder with a diameter of 15
cm x 30 cm.
Strength test result at 28 days of age using superplasticizer on OPC cement were higher, namely 52,9 MPa, while for PCC
cement was 52,62 MPA. The difference in the thecoma [ressive strength of concrete between OPC and PCC cement is not too big.
However, there was a big difference at 7 days of age, namely in OPC cement the compressive strength value was 44,83 MPa, while in
PCC cement the compressive strength was 34,97 MPa. However, this difference keeps getting smaller until the age of 28 days

Keywords : Greenhouse Emission, PCC, OPC, and Compressive Strength

ABSTRAK
Pemerintah telah mencanangkan target pengurangan emisi Gas Rumah Kaca sebesar 29% pada tahun 2030.
Hal tersebut diupayakan.antara lain dengan mengurangi konsumsi energi pada industri seperti semen, baja, kertas, dll.
Santoso menyatakan bahwa potensi penurunan emisi CO 2 bilaOPC.(semen konvensional) digantikan dengan PCC
(semen ramah lingkungan) adalah sebesar 3,34 juta.ton CO2 di pertemuan asosiasi semen Indonesia pada tahun 2019.
Untuk itu perlu dilakukan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana perbandingan kuat tekan beton pada semen
PCC dan semen OPC. Benda uji kuat tekan beton berupa silinder berdiameter 15 cm x 30 cm.
Pada penelitian ini didapat hasil pengujian kuat tekan pada usia 28 hari dengan menggunakan superplasticizer
pada semen OPC lebih tinggi yaitu 52,9 MPa, sedangkan untuk semen PCC yaitu 52,62 MPa. Perbedaan nilai kuat
tekan beton antara semen OPC dan PCC tidak terlalu besar. Akan tetapi terdapat selisih yang cukup besar pada usia
7 hariyaitu pada semen OPC nilai kuat tekannya 44,83 MPa, sedangkan pada semen PCC kuat tekannya 34,97 MPa.
Tetapi selisih tersebut terus semakin mengecil sampai usia 28 hari.

Kata kunci : Emisi Rumah Kaca, PCC, OPC, dan Kuat Tekan Beton

1. PENDAHULUAN
Beton merupakan bahan kontruksi yang paling sering digunakan dalam struktur bangunan. Baik itu
struktur bangunan gedung, jalan, jembatan, dan dermaga.
Salah satu susunan utama bahan beton adalah semen. Saat ini industri semen sudah mengeluarkan produk
yang ramah lingkungan.tanpa mengurangi mutu beton yang dihasilkan, salah satunya yaitu semen PCC.
(Portland Cement Composite). Semen PCC (Portland Cement Composite) saat ini banyak dipakai oleh pengguna
kontruksi. Sementara semen OPC (Ordinary Portland Cement) sudah jarang dipakai. Terdapat dua penyebab
utama yaitu harga yang mahal dan tidak lebih.ramah lingkungan dibandingkan semen PCC (Portland Cement
Composite). Selain itu pemerintah telah mencanangkan target pengurangan emisi Gas Rumah Kaca sebesar
29% pada.tahun 2030. Hal tersebut diupayakan antara lain dengan mengurangi konsumsi energi pada
industri seperti semen, baja, kertas, dll (Asosiasi Semen Indonesia, 2019). Lebih lanjut lagi Santoso
menyatakan bahwa potensi penurunan emisi CO2 bila OPC (semen konvensional) digantikan dengan PCC.
(semen ramah lingkungan) adalah sebesar 3.34 juta ton CO2 (Santoso, 2019).

Karena belum dikatahui secara pasti.perbandingan kuat tekan beton.antara semen PCC (Portland.Cement
Composite) dan OPC (Ordinary Portland Cement), oleh karena itu perlu dianalisa nilai kuat tekan antara kedua

223
Bina Darma Conference on Engineering Science

http://conference.binadarma.ac.id/index.php/BDCES e-ISSN: 2686-5785

tipe semen ini (Azmi, dkk, 2010). Analisa yang dilakukan perlu dilakukan.dengan perencanaan beton
mutu.tinggi agar dapat terlihat dengan baik perbandingan kuat tekan beton pada kedua semen.

Bahan tambah yang digunakan dalam penelitian ini adalah polimer tipe water reducing yang berfungsi dapat
mengurangi pemakaian air hingga 20% dan dapat meningkatkan 40% kuat tekan beton karena dapat
mengurangi pemakaian air pada campuran beton dan meningkatkan Slump beton sampai 8 inch (208 mm)
atau. ebih. Dosis yang disarankan adalah 1% sampai 2% dari berat semen. Dosis yang berlebihan akan
menyebabkan menurunnya kekuatan beton (Mulyono, 2003).

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Beton
Dalam.SNI 2847, 2013, beton adalah campuran semen Portland atau semen hidrolis lainnya, agregat kasar,
agregat halus, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan (admixture). Beton normal adalah
beton yang mempunyai berat isi 2200-2500 kg/m3 menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa
dipecah yang tidak menggunakan bahan tambahan. Larutan tambahan untuk memperbaiki sifat beton.

2.2. Bahan-Bahan Penyusun Beton


2.2.1. Semen
Menurut SNI.15-7064-2004, Semen merupakan bahan.pengikat hidrolis.yang diproses dengan
penggilingan.bersama-sama terak/klinker semen Portland dan gypsum dengan satu atau lebih bahan
anorganik. Semen digunakan dalam pembuatan beton. ebagai bahan pengikat antara satu komponen
penyusun beton dengan komponen lainnya dan banyak dipakai dalam pembangunan fisik. Penambahan air
pada semen akan menghasilkan suatu pasta semen yang jika mengering akan mempunyai kekuatan seperti
batu, sedangkan jika ditambah air dan pasir akan menjadi mortar semen, dan jika ditambah lagi dengan
kerikil atau batu pecah disebut beton.

2.2.2. Agregat Halus


Menurut Antono. (1995), pasir sebagai agregat halus merupakan bahan batuanberukuran kecil, ukuran
butirnya ≤5 mm. Pasir dapat berupa pasir alam, sebagai hasil desintegrasi alam dari batu-batuan, atau
berupa pasir pecahan batu.

2.2.3. Agregat Kasar


Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan
atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dan mempunyai ukuran butir antara 5-40
mm. Besar butir maksimum yang diizinkan tergantung pada maksud pemakaian.

2.2.4. Air
Air digunakan sebagai salah satu bahan penyusun beton dan sebagai bahan perawatan beton. (curing). Air
akan bereaksi dengan semen serta menjadi bahan pelumas antara butir anagregat agar mudah dipadatkan
dan dikerjakan. Air yang digunakan harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak, dan tidak
mengandung garam-garam dan zat-zat lain yang dapat merusak beton (Nugraheni, 2017).

2.3. Bahan Tambah (Admixture)


Bahan tambah (admixture) adalah bahan-bahan yang ditambahkan kedalam campuran pada saat atau selama
percampuran berlangsung. Fungsi dari bahan ini adalah untuk mengubah sifat-sifat dari beton agar menjadi
lebih cocok untuk pekerjaan tertentu, atau untuk menghemat biaya.

Menurut Standard Definitions of Terminology Relating to Concrete and Concrete Aggregates (ASTM C.125-
1995:61), terdapat 7 jenis bahan tambah kimia, yaitu:
1. Tipe A, Water-Reducing Admixtures
2. Tipe B, Retarding Admixtures
3. Tipe C, Accelerating Admixtures
4. Tipe D, Water Reducing and Retarding Admixtures
5. Tipe E, Water Reducing and Accelerating Admixtures

224 | Analisa Perbandingan Kuat Tekan Beton fc’52 MPa Menggunakan Semen PCC dan OPC Terhadap Pemakaian
Water Reducer
Bina Darma Conference on Engineering Science

http://conference.binadarma.ac.id/index.php/BDCES e-ISSN: 2686-5785

6. Tipe F, Water Reducing, High Range Admixtures


7. Tipe G, Water Reducing,High Range Retarding Admixtures

Pada penelitian ini digunakan Polimer yang bersifat Water-Reducing Admixtures untuk membuat kadar
semen tetap, air dikurangi. Cara ini untuk memproduksi beton dengan nilai perbandingan atau faktor air
semen (fas) yang rendah. Dengan faktor air semen yang rendah akan meningkatkan kuat tekan beton. Pada
Kimia Kontruksi Indonesia terdapat referensi kadar penggunaan nya yaitu 0.8-2%. Sedangkan pada
penelitian ini digunakan 0.87%, hal ini didasarkan dari penelitian yang telah dilakukan oleh Laboratoium
Wika Beton.

2.4. Beton Mutu Tinggi


Beton Mutu Tinggi adalah beton yang memiliki kuat tekan lebih tinggi dibandingkan beton normal biasa.
Menurut PD T-04-2004-C tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaksanaan Beton Berkekuatan Tinggi,
yang tergolong beton bermutu tinggi adalah beton yang memiliki kuat tekan antara 40–80 MPa. Beton
mutu tinggi (high strength concrete) yang tercantum dalam SNI 03-6468-2000 didefinisikan sebagai beton yang
mempunyai kuat tekan yang disyaratkan lebih besar sama dengan 41,4 Mpa. Beton mutu tinggi bermanfaat
pada pracetak dan pratekan. Pada bangunan tinggi mengurangi beban mati. Kelemahannya adalah
kegetasannya.

2.5. Kuat Tekan Beton


Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila
dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan (SNI03-1974-1990). Berdasarkan
standar ASTM C-39, uji tekan beton dilakukan pada benda uji berbentuk silinder dengan diameter 150
mm dan tinggi 300 mm (Purwanto, 1999, dalam Nugraheni, 2017).

Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara pengujian standar, menggunakan mesin uji dengan cara
memberikan beban tekan bertingkat dengan kecepatan peningkatan beban tertentu atas benda uji silinder
beton sampai hancur. Kekuatan tekan beton merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan tekan
adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Pengujian kuat tekan dilakukan
untuk mengetahui kuat tekan beton yang telah mengeras dengan benda uji berbentuk kubus atau silinder.
Kuat tekan beton dipengaruhi oleh faktor perbandingan air semen. (w/c).

Nilai Kuat tekan beton beragam sesuai dengan umurnya dan biasanya nilai kuat tekan beton ditentukan
pada waktu beton mencapai umur 28 hari setelah pengecoran. Umumnya pada umur 7 hari kuat tekan
beton mencapai 70% dan pada umur 14 hari mencapai.85-90% dari kuat tekan beton umur.28 hari. Kuat
tekan beton itu sendiri dipengaruhi oleh nilai faktor air semen (f.a.s.), jumlah semen, umur beton, serta
sifat agregat yang digunakan.

3. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium PT. Wijaya Karya Beton, Tbk. (Tegineneng, Lampung).

3.2. Waktu Penelitian


Durasi dari penelitian diperkirakan dilaksanakan selama 3 bulan (November 2020 s.d. Januari 2021).

3.3. Persiapan
Persiapan dari pengujian ini yaitu mempersiapkan bahan-bahan dan alat yang akan digunakan sebagai
bahan campuran beton yang akan dibuat. Persiapan alat yang digunakan merupakan alat dari Laboratorium
PT. Wijaya Karya Beton Tbk. (Tegineneng, Lampung). Benda uji yaitu berupa beton silinder diameter 150
mm dengan tinggi 300 mm. Untuk variasi dalam benda uji tiap pengujian memakai 3 sampel benda uji.
Waktu pengujian yang dipakai yaitu 7 hari, 14 hari dan 28 hari. Semen yang digunakan Type OPC dan PCC.
Jadi jumlah sampel pada pengujian ini berjumlah 18 benda uji silinder.

Erik Okto Fernandes, Firdaus| 225


Bina Darma Conference on Engineering Science

http://conference.binadarma.ac.id/index.php/BDCES e-ISSN: 2686-5785

3.4. Pengujian Material


Pengujian material bertujuan untuk mengetahui sifat atau karakteristik dari material yang digunakan, serta
menganalisis perbandingan kuat tekan beton antara semen OPC dan PCC untuk memperoleh variabel-
variabel yang diperlukan dalam perhitungan mix design beton. Pengujian material meliputi analisa semen,
analisa agregat halus, dan analisa agregat kasar.

3.5. Perencanaan Campuran Beton (Mix Design)


Perencanaan campuran beton (mix design) memakai metode ACI (ACI Committee 544,1993). Rencana
campuran antara semen, air dan agregat sangat penting untuk mendapatkan kekuatan beton yang
diinginkan. Kekuatan yang direncanakan adalah kuat tekan dengan mutu fc’ = 52 MPa.

3.6. Pembuatan Banda Uji


Proses ini meliputi persiapan bahan campuran adukan beton, proses pencampuran, penambahan zat aditif,
pemeriksaan nilai slump, dan pencetakan benda uji.

3.7. Perawatan Terhadap Benda Uji (Curing)


Perawatan dilakukan dengan cara merendam benda uji silinder dalam bak air dengan ketentuan waktu H-1
hari sebelum pengujian.

3.8. Pengujian Kuat Tekan Beton


Uji tekan beton dilakukan dengan menggunakan alat Compression Testing Machine (CTM) berkapasitas 150
ton dengan kecepatan pembebanan 0,14–0,34 MPa/detik. Pengujian dilakukan dengan mengatur alat
CTM. Benda uji silinder beton yang telah melalui proses curing diangkat dan ditimbang. Kemudian, dicatat
dan diberi tanda. Sebelum pengujian kuat tekan beton dilakukan, permukaan tekan benda uji silinder harus
rata agar tegangan terdistribusi secara merata pada penampang benda uji. Dalam hal ini, benda uji diberi
lapisan belerang setebal 1,5–3 mm pada permukaan tekan benda uji, atau dapat dilakukan dengan memberi
pasta semen. Pengujian ini dilakukan pada umur beton 28 hari. Benda uji diletakkan pada ruang penekan
CTM dengan posisi tegak lurus dan jarum penunjuk dipastikan tepat pada titik nol. Kemudian mesin tekan
dihidupkan dan secara perlahan alat akan menekan benda uji silinder, sampai beton mencapai hancur atau
jarum tidak bergerak kembali lalu mesin dimatikan.

4. ANALISA DAN PEMBAHASAN


4.1. Analisa Pengujian Bahan
Pengujian Agregat dilakukan untuk mendapatkan data-data yang nantinya dipakai untuk perhitungan mix
design. Adapun pengujian yang dilakukan pada agregat halus adalah pengujian analisa saringan dan modulus
halus butir, .berat isi/volume agregat, berat jenis dan penyerapan air, kadar air, dan kandungan bahan
organik.

Tabel 1. Hasil Analisa Saringan Agregat Halus

Diameter Berat Kumulatif


% Berat % Kumulatif
Saringan Tertahan Tertahan % Lolos
Tertahan Tertahan
(mm) (gram) (gram)
4,75 31,3 3,13 31,3 3,13 96,87
2,36 115,5 11,55 146,8 14,68 85,32
1,18 305,5 30,55 452,3 45,23 54,77
0,6 299,8 29,98 752,1 75,21 24,79
0,3 173,7 17,37 925,8 92,58 7,42
0,15 58,9 5,89 984,7 98,47 1,53
Pan 15,3 1,53 1000 100 0
Jumlah 1000 100 429,3 270,7
(Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium, 2021)
226 | Analisa Perbandingan Kuat Tekan Beton fc’52 MPa Menggunakan Semen PCC dan OPC Terhadap Pemakaian
Water Reducer
Bina Darma Conference on Engineering Science

http://conference.binadarma.ac.id/index.php/BDCES e-ISSN: 2686-5785

100

Persentase Lolos Saringan


90
80
70
60
% 50 Batasan Atas
40
Batasan Bawah
30
20 Sampel Uji
10
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5
Diameter Saringan (mm)
Gambar 1. Grafik Analisa Saringan Agregat Halus.

Tabel 2. Hasil Analisa Saringan Agregat Kasar

Diameter Berat Kumulatif


Saringan % Berat % Kumulatif
Tertahan Tertahan % Lolos
(mm) Tertahan Tertahan
(gram) (gram)

19 1327,3 13,273 1327,3 13,273 86,727


9,5 6101,8 61,02 7429,1 74,29 25,709
4,75 2297,4 22,97 9726,5 97,265 2,735
2,36 273,5 2,735 10000 100 0
Pan 0 0 10000 100 0
Jumlah 10000 1000 384,829 115,171
(Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium, 2021)

100
Persentase Lolos Saringan %

90
80
70
60
50 Batasan Atas (ASTM)
40
30 Batasan Bawah (ASTM)
20
10 Sampel Uji

0
0 5 10 15 20 25
Diameter Saringan (mm)

Gambar 2. Grafik Analisa Saringan Agregat Kasar.

Erik Okto Fernandes, Firdaus| 227


Bina Darma Conference on Engineering Science

http://conference.binadarma.ac.id/index.php/BDCES e-ISSN: 2686-5785

Tabel 3. Hasil Pengujian Berat Volume Agregat Halus

Kondisi Padat Gembur


A. Volume Wadah 4896 cm3 4896 cm3
B. Berat Wadah 3546 gr 3546 gr
C. Berat Wadah + Benda Uji 10270 gr 11116 gr
D. Berat Benda Uji (C-B) 6724 gr 7570 gr
Berat Volume → D/A 1373,366 kg/ m3 1546,16 kg/ m3
(Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium, 2021)

Tabel 4. Hasil Pengujian Berat Volume Agregat Kasar


Kondisi Padat Gembur
A. Volume Wadah 10270 cm3 10270 cm3
B. Berat Wadah 3880 gr 3880 gr
C. Berat Wadah + Benda Uji 18167 gr 19870 gr
D. Berat Benda Uji (C-B) 14287 gr 15990 gr
Berat Volume → D/A 1391,139 kg/ m3 1556,926 kg/ m3
(Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium, 2021)

Berdasarkan pengamatan analisa zat organik yang dilakukan, didapatkan warna nomor 1 yang artinya pasir
dalam keadaan baik dan layak untuk digunakan.

Tabel 5. Hasil Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus


No Parameter Sampel I Sampel II Satuan
A Volume Awal 1000 1000 gr
B Volume Akhir 995,5 994,5 gr
C Kadar Lumpiur 0,45 0,45 %
(Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium, 2021)

Tabel 6. Hasil Pengujian Kadar Air Agregat Halus


Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus
A. Berat Benda Uji Sebelum di Oven = 1000 gram
B. Berat Benda Uji Setelah di Oven = 981,3 gram
C. Kandungan Air (A-B) = 18,7 gram
Kadar Air = A-B/B x 100% = 1,91 %
(Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium, 2021)

Tabel 7. Hasil Pengujian Kadar Air Agregat Kasar


Pemeriksaan Kadar Air Agregat Kasar
A. Berat Benda Uji Sebelum di Oven = 3000 gram
B. Berat Benda Uji Setelah di Oven = 2914 gram
C. Kandungan Air (A-B) = 86 gram
228 | Analisa Perbandingan Kuat Tekan Beton fc’52 MPa Menggunakan Semen PCC dan OPC Terhadap Pemakaian
Water Reducer
Bina Darma Conference on Engineering Science

http://conference.binadarma.ac.id/index.php/BDCES e-ISSN: 2686-5785

Kadar Air = A-B/B x 100% = 2,95 %


(Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium, 2021)

Tabel 8. Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus

PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS

Keterangan Notasi I II Rerata Satuan


Berat Sampel Kondisi SSD W1 500 500 500 gram
Berat Picnometer + Air + Sampel W2 988,9 998,5 993,7 gram
Berat Picnometer + Air W3 686,3 690,3 688,3 gram

Berat Sampel Kondisi Kering Oven W4 491,8 495,2 493,5 gram

Perhitungan :
Keterangan Rumus Hasil
Apparent Specific Grafity W4/(W4+W3-W2) 2,624
Bulk Specific Grafity SSD W1/(W1+W3-W2) 2,569
Bulk Specific Grafity Dry W4/(W1+W3-W2) 2,536
Absorption Percentage ((W1-W4)*100%)/W4 1,317
(Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium, 2021)

Tabel 9. Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar

PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR

Keterangan Notasi I II Rerata Satuan


Berat Sampel Kondisi SSD W1 7000 7000 7000 gram
Berat Sampel dalam Air W2 4196 4228 4212 gram
Berat Sampel Kondisi Kering Oven W3 6766 6822 6794 gram

Keterangan Rumus Hasil


Apparent Specific Grafity W3/(W3-W2) 2,631
Bulk Specific Grafity SSD W1/(W1-W2) 2,511
Bulk Specific Grafity Dry W3/(W1-W2) 2,437
Absorption Percentage ((W1-W3)*100%)/W1 3,032
(Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium, 2021)

Tabel 10. Hasil Pengujian Sifat-Sifat Fisik Material


Nilai hasil
Jenis Pengujian Material yang dipakai Standar ASTM
pengujian

Erik Okto Fernandes, Firdaus| 229


Bina Darma Conference on Engineering Science

http://conference.binadarma.ac.id/index.php/BDCES e-ISSN: 2686-5785

Agregat halus 1,91% 0–1%


Kadar air
Agregat kasar 2,95% 0–3%
Agregat halus 2,624 2,0 – 2,9
Beratjenis Agregat kasar 2,631 2,5 – 2,9
Semen 3,145 -
Agregat halus 1,317 1–3%
Penyerapan
Agregat kasar 3% 1–3%
Agregat halus 3,3 2,3 – 3,1
Modulus kehalusan
Agregat kasar 7,8 6,0 – 8,0
Agregat halus 1546,16 -
Berat volume
Agregat kasar 1556,96 -
Kadar lumpur Agregat halus 4,50% <5%
Kandungan zat Sama dengan Tidak boleh lebih tua
Agregat halus
organis warna standar dari warna standar
(Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium, 2021)

4.2. Mix Design

Tabel 11. Mix Design Beton


Kode
Jumlah Volume Semen Split Pasir
No Benda Air (Ltr) WR (Ltr)
Sampel (m3) (Kg) (Kg) (Kg)
Uji
PER-M3 1 515 1189 669 125 4,5
1 T.O.7 3 0,01 8,19 18,90 10,63 1,99 0,71
2 T.O.14 3 0,01 8,19 18,90 10,63 1,99 0,71
3 T.O.28 3 0,01 8,19 18,90 10,63 1,99 0,71
4 T.P.7 3 0,01 8,19 18,90 10,63 1,99 0,71
5 T.P.14 3 0,01 8,19 18,90 10,63 1,99 0,71
6 T.P.28 3 0,01 8,19 18,90 10,63 1,99 0,71
(Sumber : Hasil Perhitungan, 2021)

Keterangan :
T.O.7 = Beton Dengan Semen OPC Usia 7 Hari
T.O.14 = Beton Dengan Semen OPC Usia 14 Hari
T.O.28 = Beton Dengan Semen OPC Usia 28 Hari
T.P.7 = Beton Dengan Semen PCC Usia 7 Hari
T.P.14 = Beton Dengan Semen PCC Usia 14 Hari
T.P.28 = Beton Dengan Semen PCC Usia 28 Hari

4.3. Hasil Pengujian

Tabel 12. Hasil Pengujian Nilai Slump Campuran Beton


No Kode Benda Uji Nilai Slump (mm)
1 T.O.7,14,28 60
2 T.P.7,14,28 50
(Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium, 2021)

230 | Analisa Perbandingan Kuat Tekan Beton fc’52 MPa Menggunakan Semen PCC dan OPC Terhadap Pemakaian
Water Reducer
Bina Darma Conference on Engineering Science

http://conference.binadarma.ac.id/index.php/BDCES e-ISSN: 2686-5785

Tabel 13. Berat Jenis Beton


Berat
Volume Berat Volume
Kode Benda Berat Benda Volume
No. Benda Uji Beton
Benda Uji Uji Uji (kg) Rata-Rata
(m3) (kg/m3)
(kg/m3)
1 T.O.7.1 12,54 0,0053 2366,04
Sylinder
2 T.O.7.2 12,53 0,0053 2364,15 2366,04
15x30
3 T.O.7.3 12,55 0,0053 2367,92
4 T.O.14.1 12,58 0,0053 2373,58
Sylinder
5 T.O.14.2 12,52 0,0053 2362,26 2367,92
15x30
6 T.O.14.3 12,55 0,0053 2367,93
7 T.O.28.1 12,51 0,0053 2360,38
Sylinder
8 T.O.28.2 12,51 0,0053 2360,38 2361,63
15x30
9 T.O.28.3 12,53 0,0053 2364,15
10 T.P.7.1 12,63 0,0053 2383,02
Sylinder
11 T.P.7.2 12,54 0,0053 2366,04 2374,21
15x30
12 T.P.7.3 12,58 0,0053 2373,58
13 T.P.14.1 12,54 0,0053 2366,04
Sylinder
14 T.P.14.2 12,61 0,0053 2379,24 2373,58
15x30
15 T.P.14.3 12,59 0,0053 2375,47
13 T.P.28.1 12,58 0,0053 2373,58
Sylinder
14 T.P.28.2 12,55 0,0053 2367,92 2371,69
15x30
15 T.P.28.3 12,58 0,0053 2373,58
(Sumber : Hasil Perhitungan, 2021)

Tabel 14. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Semen OPC


Kuat
Dimensi Luas Gaya Kuat
Kode Type Tekan
No. Bidang Tekan Tekan
Benda Uji Semen L D Rata-rata
(mm2) (kN) (N/mm2)
(mm) (mm) (N/mm2)
1 T.O.7.1 300 150 17671,46 777,54 44,00
2 T.O.7.2 OPC 300 150 17671,46 807,59 45,70 44,83
3 T.O.7.3 300 150 17671,46 791,68 44,80
4 T.O.14.1 300 150 17671,46 830,56 47,00
5 T.O.14.2 OPC 300 150 17671,46 865,90 49,00 48,10
6 T.O.14.3 300 150 17671,46 853,53 48,30
7 T.O.28.1 300 150 17671,46 925,98 52,40
8 T.O.28.2 OPC 300 150 17671,46 938,35 53,10 52,90
9 T.O.28.3 300 150 17671,46 940,12 53,20

Tabel 15. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Semen PCC


Dimensi Kuat
Kode Luas Gaya Kuat
Type Tekan
No. Benda Bidang Tekan Tekan
Semen L (mm) D (mm) Rata-rata
Uji (mm2) (kN) (N/mm2)
(N/mm2)

Erik Okto Fernandes, Firdaus| 231


Bina Darma Conference on Engineering Science

http://conference.binadarma.ac.id/index.php/BDCES e-ISSN: 2686-5785

1 T.P.7.1 300 150 17671,46 678,58 38,40


2 T.P.7.2 PCC 300 150 17671,46 703,32 39,80 39,10
3 T.P.7.3 300 150 17671,46 690,95 39,10
4 T.P.14.1 300 150 17671,46 795,22 45,00
5 T.P.14.2 PCC 300 150 17671,46 844,70 47,80 46,67
6 T.P.14.3 300 150 17671,46 834,09 47,20
7 T.P.28.1 300 150 17671,46 922,45 52,20
8 T.P.28.2 PCC 300 150 17671,46 931,82 52,73 52,65
9 T.P.28.3 300 150 17671,46 937,12 53,03
(Sumber : Hasil Perhitungan, 2021)

Grafik Mutu Beton Semen OPC dan PCC


60,00

50,00

40,00
MPa

30,00

20,00

10,00

0,00
7 14 28
Umur Test (Hari)
Semen OPC
Semen PCC

Gambar 3. Grafik Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Semen OPC dan PCC.

Dari gambar di atas, kita dapat melihat perbandingan antara kuat tekan beton menggunakan semen. OPC
dan PCC, pada usia 7 hari terlihat perbedaan yang cukup signifikan antar kuat tekan semen OPC dan PCC
, Tetapi Ketika menuju usia 28 hari kuat tekan beton yang dihasilkan memiliki mutu beton yang sama
sesuai dengan rencana kuat tekan beton awal yaitu 52 MPa. Hal ini memperlihatkan seberapa besar
pengaruh water reducer pada beton. Seperti yang kita tahu pengaruh kuat tekan pada usia dapat membantu
mengoptimalkan biaya pada penggunaan bekisting, dapat mempersingkat waktu untuk pembangunan
struktur high building. Ataupun pada jalan beton yang memiliki volume lalu lintas yang tinggi.

5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis data maka dapat di ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan pada usia 7,14,28 hari dengan menggunakan water reducer pada
semen OPC dan PCC diperoleh hasil sebagai berikut :
Kuat Tekan (Mpa)
Tipe Semen
7 Hari 14 Hari 28 Hari
OPC 44,83 48,10 52,90
PCC 39,10 46,67 52,65
2. Berdasarkan hasil uji kuat tekan beton pada usia 28 hari. Didapat bahwa perbedaan nilai kuat tekan
beton antara semen OPC dan PCC tidak terlalu besar. Akan tetapi selisih terbesarnya dapat dilihat pada

232 | Analisa Perbandingan Kuat Tekan Beton fc’52 MPa Menggunakan Semen PCC dan OPC Terhadap Pemakaian
Water Reducer
Bina Darma Conference on Engineering Science

http://conference.binadarma.ac.id/index.php/BDCES e-ISSN: 2686-5785

usia 7 hari yaitu pada semen OPC nilai kuat tekan nya 44,83 MPa, sedangkan pada semen PCC kuat
tekan nya 39,10 MPa. Akan tetapi selisih tersebut terus semakin mengecil sampai usia 28 hari.
3. Penambahan water reducer pada semen OPC sangat berpengaruh di mana mampu membuat kuat tekan
beton pada usia 7 hari, sudah mendekati kuat tekan beton pada semen PCC usia 14 hari.

DAFTAR PUSTAKA

[1] ACI Committee 554. 1993. Guide for Selecting Proportions for High-Strength Concrete with Portland Cement and
Fly Ash. Report : ACI 211.4R – 93
[2] Antono, A. 1995.Bahan Kontruksi Teknik Sipil. Penerbit Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
[3] Asosiasi Semen Indonesia. 2019. Jakarta.
[4] ASTM C-33.Standard Specification for Concrete Aggregates. United States.
[5] ASTM C-39.Test for Specific Gravity and Absorption of Fine Aggregate. United States.
[6] ASTM C-117. 1995. Standard Test Method For Materials Finer Than 75-µm (No. 200) Sieve In Mineral
Aggregates. United States.
[7] ASTM C.125-1995:61. Standard Definitions of Terminology Relating to Concrete and Concrete
Aggregates.United States.
[8] ASTM C136-01.Standard Test Method for Sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregates.United States.
[9] ASTM C-150. 1985. Standard Specification For Portland Cement.United States.
[10] ACISP-19. 1985. Cement and Concrete Terminology.United States.
[11] Azmi, F., dkk.2010. Kuat Tekan Beton dan Waktu Ikat Semen Portland Komposit (PCC). Universitas Riau,
Pekan Baru.
[12] Dipohusodo. 1994. Struktur Beton Bertulang. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
[13] George, Winter. 1993.Perencanaan Struktur Beton Bertulang. Jakarta.
[14] Mulyati. 2013. Studi Perbandingan Kuat Tekan Beton Normal Menggunakan Semen Portland Tipe I dan
Portland Compostie Cement. Universitas Hasnudin, Makassar.
[15] Mulyono, T. 2003. Teknologi Beton.Penerbit Andi Offset.Yogyakarta.
[16] Nugraheni, Melly.2017. Pengaruh Penambahan Serat Bendrat Berkait (Hooked) dengan Perilaku Beton pada
Beban Tekan Berulang. Universitas Lampung, Lampung.
[17] PD T-04-2004-C. 2004. Tata Cara Pembuatan dan PelaksanaanBeton Berkekuatan Tinggi. Jakarta.
[18] Santoso, Widodo. 2019. Aplikasi Semen Tipe PPC, PCC,Slag Cement pada Beton Struktural untuk penurunan
Emisis CO2 di Industri Semen. Asosiasi Semen Indonesia, Jakarta.
[19] SNI 03-1970-1990. Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus. Badan Standardisasi
Nasional. Jakarta.
[20] SNI 03-1974-1990.1990. Metode Pengujian Kuat Tekan Beton. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
[21] SNI 03-2834-1993. Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal.Badan Standardisasi Nasional.
Jakarta.
[22] SNI03-6468-2000. Perencanaan Campuran Tinggi dengan Semen Portland dengan Abu Terbang.Badan
Standardisasi Nasional. Jakarta.
[23] SNI 15-7065-2004. Semen Portland Komposit.Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
[24] SNI 2847:2013. 2013. Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung.Badan Standardisasi Nasional.
Jakarta.
[25] Sugiyanto, dan Sebayang, S. 2005. Teknologi Bahan. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Erik Okto Fernandes, Firdaus| 233

Anda mungkin juga menyukai