Anda di halaman 1dari 21

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

ANALISIS PENGARUH PERSENTASE CANGKANG KOPI


TERHADAP KUAT LENTUR DAN UKURAN RETAK PADA
BETON

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Seminar Proposal Penelitian


dalam Rangka Penyusunan Tugas Akhir Skripsi

Oleh :

Erlanda Y Simamora
4192240002
Program Studi Fisika

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN

1|Page
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................2

BAB I. PENDAHULUAN............................................................................................3

1.1. Latar Belakang................................................................................................3

1.2. Identifikasi Masalah........................................................................................6

1.3. Ruang Lingkup................................................................................................6

1.4. Rumusan Masalah...........................................................................................7

1.5. Batasan Masalah.............................................................................................7

1.6. Tujuan Penelitian............................................................................................7

1.7. Manfaat Penelitian..........................................................................................8

BAB II. TINJAUAN TEORI.........................................................................................9

2.1. Beton dan Karakteristik Beton........................................................................9

2.2. Fiber..............................................................................................................10

2.3. Serat Cangkang Kopi....................................................................................11

2.4. Kuat Tekan, Lentur dan Retak pada Beton...................................................12

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...................................................................15

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................................15

3.2. Populasi dan Sampel.....................................................................................15

3.3. Alat dan Bahan..............................................................................................15

3.4. Teknik Pengumpulan Data............................................................................16

3.5. Prosedur Pelaksanaan....................................................................................17

3.6. Teknik Analisis Data.....................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................20

2|Page
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Beton merupakan salah satu pilihan untuk bahan bangunan atau


konstruksi yang lebih banyak digunakan jika dibandingkan dengan bahan
bangunan yang lain seperti kayu dan baja. Selain karena tingkat ketahanannya
yang tinggi, beton juga memiliki harga terjangkau serta lebih mudah
ditemukan dibandingkan dengan bahan yang lain. Beton merupakan
pencampuran dari agregat halus seperti pasir, dan agregat kasar seperti
pecahan batu, kerikil, yang dicampur dengan semen, yang menggunakan air
sebagai media penyatu dengan perbandingan tertentu(Sendow et al., 2018) .
Pencampuran dari bahan-bahan beton yang biasa ditemui pada
bangunan rumah dan bangunan sederhana di indonesia yaitu perbandingan 1:
2: 3, di mana perbandingan tersebut untuk masing masing semen, pasir dan
kerikil. Air yang digunakan untuk mencampurkan bahan-bahan penyusun
beton tersebut harus bersih dan tidak mengandung bahan-bahan lain yang
berifat merusak, seperti minyak, oli dan bahan lainnya( Agus, dkk. 2019).
Secara umum bangunan yang layak adalah bangunan yang tidak
mengalami kerusakan dari luar bangunan. Adapun kerusakan bangunan yang
dimaksud adalah kerusakan yang disebabkan oleh bencana alam, suhu,
penggunaan bahan dalam bangunan, kimia dan usia dari bangunan tersebut
(Adeswanto, H. 2018).
Salah satu jenis kerusakan pada beton adalah kemunculan retakan atau
crack, dalam bentuk visualnya yaitu garis lurus atau bentuk yang tidak
beraturan. Kemunculan retak pada beton menunjukkan kerusakan pada
struktur penyusun beton yang menunjukan ketidakmampuan untuk

3|Page
menanggung beban yang diberikan padanya. Retak pada beton dapat dapat
berupa retak struktural, retak beton susut plaxtik, yang dibebakan oleh
kelembaban pada beton, retak settlement, yang disebabkan oleh penahanan
beton, retak susut kering yang disebabkan oleh kelembabab, partikel yang
susut, kandungan air dan penempatan tulang dan semen yang kurang seuai
serta retak akibat suhu (Sulardi, 2018).
Kuat tekan beton merupakan besar maksimum persatuan luas, jika
beton dibebani dengan gaya yang lebih besar dari daya tekan beton makan
akan menyebabkan kerusakan pada beton sementara untuk kuat tarik beton
lebih rendah dari kuat tekannya, berkisar 10-15% dari kuat tekannya
(Prasetyo, 2021).
Penggunaan material berupa serat/ fiber dapat meningkatkan kapasitas
beban lentur dan beban retak beton bertulang. Material yang dapat digunakan
seb agai material fiber adalah limbah industri dan limbah rumah tangga . Fiber
dari limbah industri yang dapat digunakan sebagai material fiber antara lain
adalah potongan baja, besi galvanis dan serat polypropylene (PP) . Beton fiber
dengan tambahan material tersebut menyebabkan workability dari FRC
menurun (fraksi fiber > 1%) karena area permukaan fiber PP cukup besar
sehingga pasta semen menempel pada permukaan fiber sehingga beton
menjadi lebih kental. Workability akan mempengaruhi kekuatan beton
sehingga fraksi fiber akan mempengaruhi kekuatan mekanis FRC
( Wijatmiko, dkk. 2020)
Pada penelitian sebelumnya, beberapa serat atau fiber telah digunakan
sebagai campuran beton untuk meningkat kuat tarik beton sehingga
menurunkan tingkat keretakan pada beton sendiri. Pada penelitian Medio,
peneliti menggunakan serat karung goni (RAMI) sebagai bahan tambahan
beton pada pembuatan beton normal, Peneliti menggunaka serat rami dengan
persentasi 0%, 0,5%, 0,75%, dan 1% sebagai campuran beton, menghasilkan
penurunan sifat mekanis pada beton dengan persentasi 1 %, yang berarti

4|Page
semakin tinggi persentasi rami akan menurunkan sifat mekanis beton
(Rahman,2019)
Pada penelitian lain Lindawati juga mencoba meneliti pengaruh
penambahan biji karet pada campuran beton terhadap kuat tekan beton K-175,
dimana dari hasil penelitian peccahan biji karet yang ditambahkan dapat
meningkatkan kuat tekan beton tetapi hanya pada perbandingan dan persentasi
tertentu, sehingga limbah karet masih belim dapat digunakan secara universal.
Penambahan limbah biji karet yang berebihan justru dapat menurunkan kuat
tekan pada beton (MZ, 2018).
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Indradi yaitu menganalisis
pengaruh dari panjang dan bentuk serat kaleng bekas terhada kuat lentur dan
lebar retak balokpada beton bertulang. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan fiber dengan jenis dan ukuran yang berbeda, yaitu fiber yang
dipilin dengan ukuran 40mm, fiber polos dengan ukuran 40 mm dan fiber
polos dengan ukuran 80mm. Peneliti tidak hanya menguji kuat tarik dan tekan
beton tetaapi juga hubungan beban dan lendutan pada material untuk
mengetahui tingkat kekakuan pada beton. Retak pada beton paling lebar
terlihat pada material dengan campuran kaleng bekas pilin berukuran 40mm,
sedangkan dengan lebar retak paling kecil pada campuran kaleng bekas polos
berukuran 80 mm(Wijatmiko, 2020).
Fiber yang digunakan pada beton harus sesuai agar tidak menimbulkan
kerusakan. Untuk itulah maka perlu dilakukan penelitian untuk menganalisa
pengaruh panjang atau pendek fiber terhadap ukuran keretakan yang muncul
dengan memvariasi panjang fiber tersebut. Pada penelitian ini, penulis akan
mencoba menganalisa pengaruh persentasi cangkang kopi terhadap kuat
lentur dan lebar retak balok beton.
Di penelitian sebelumnya, cangkang kopi telah digunakan dalam
pembuatan beton polimer dengan resin polyester sebagai perekat, dengan
persentase 0%, 2%, 4%, 6% dan 8%, di mana ditemukan bahwa semakin
banyak serat cangkang kopi yang digunakan maka kuat tekan dan kuat lentur

5|Page
beton semakin besar (Maghfirah et al., 2019), tetapi pada penelitian ini
peneliti belum mengkaitkan dengan retak adanya kemunculan retak pada
beton.
Untuk itu penulis mengangkat topik ini untuk diteliti lebih lanjut.
Dengan menganalisa hubungan beban dan lendutan pada beton yang terbuat
dari campuran cangkang kopi, penulis bertujuan melihat lebar retak beton
dengan persentasi penambahan serat cangkang kopi yang berbeda.

1.2. Identifikasi Masalah


Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah, maka identifikasi masalah
dalam penelitian sebaga berikut:
1. Kurangnya informasi lebih lanjut mengenai hubungan beban dengan
lendutan atau kekakuan beton pada penambahan cangkang kopi.
2. Kurangnya informasi kandungaan cangkang kopi yang dapat
mempengaruhi kuat tarik dan kekakuan pada beton.
3. Belum adanya penelitian lanjutan mengenai lebar retak yang akan muncul
pada beton dengan penambahan cangkang kopi.

1.3. Ruang Lingkup


Penelitian ini melingkupi beberapa tahapan yaitu pembuatan benda uji,
pengujian material pada tengah bentang dan menggunakan LVDT di tengah
untuk mengetahui lendutan yang terjadi.

Persiapan materi penelitian( studi literatur)

Penyusunan proposal

Pembuatan benda uji

Pengujian material( Uji slump dan Uji


tekan)
6|Page
Analisis data pengujian

Penyusunan Skripsi

1.4. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah , penulis merumuskan masalah
diantaranya sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh penambahan cangkang kopi terhadap lebar retak
pada balok beton?
2. Jenis kandungan apa yang dimiliki cangkang kopi sehingga dapat
mempengaruhi kuat tarik dan kekakuan pada beton?
3. Pada persentase berapa beton dengan campuran cangkang kopi
menunjukkan retakan paling lebar dan paling kecil terjadi?

1.5. Batasan Masalah


Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan benda uji beton dengan penambahan persentasi cangkang kopi
yang berbeda.
2. Uji slump dan kuat tekan pada beton
3. Pembacaan hubungan beban yang ditambahkan pada beton dengan
lendutan untuk memperoleh kekakuan pada beton.

1.6. Tujuan Penelitian


Sesuai dengan rumusan masalah yang sudah dikemukakan, tujuan dari
penelitian yang dilakukan penulis adalah:

7|Page
1. Menganalisis pengaruh penambahan cangkang kopi terhadap munculnya
retak pada beton.
2. Mengidentifikasi kandungan yang dimiliki oleh cangkang kopi sehingga
dapat mempengaruhi kuat tarik pada beton.
3. Mengidentifikasi hubungan penambahan beban dan kelendutan pada beton
untuk mengetahui tingkat kekakuan pada beton.

1.7. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Dapat memberikan informasi lebar retak dari penambahan cangkang kopi
pada beton dengan persentasi yang berbeda serta kandungan dalam
cangkang kopi sehingga dapat mempengaruhi kuat tarik dan kekakuan
pada beton.
2. Dapat digunakan peneliti lain untuk melakukan penelitian yang sejenis.

8|Page
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Beton dan Karakteristik Beton

Beton merupakan pencampuran dari semen hidraulik, agregat halus, agregat


kasar dan air tanpa menggunakan yang membentuk agregat padat. Beton yang
dibentuk dari massa halus dan massa yang kasar. Massaa halus yang biasanya
digunakan adalah pasir alam maupun pasir dari industri pemecah batu, sementara
agregat kasar yang biasa digunakan seperti batu alam maupun batuan yang dihasilkan
oleh industri pemecah batu(Rahman, 2019). Beton adalah bahan yang menggunakan
semen sebagai perekat, sementara agregatnya berupa pasir, batu atau kerikil. Beton
banyak digunakan dalam pembangunan seperti konstruksi gedung, rumah, jembatan
dan pembangunan jalan serta pembangunan lainnya(Magfirah, 2019).

Beton juga didefenisikan sebagai material yang kuat menerima tekanan tetapi
lemah dalam kondisi tariknya, kuat tarik pada beton antara 8-14% dari kuat tekannya.
Adapun unsur yang terdapat dalam beton yaitu 60-80% agregat halus dan agregat
kasar, 7%-15% terdiri dari semen, 1%-8% udara, dan 14%-21% mengandung unsur
air. Ada beberapa kriteria yang palingmemengaruhi kekuatan beton yaitu:

a. Kualitas semen, bahan penyusun beton pada umumnya terdiri dari semen,
agregat dan air, serta bahan tambahan yang dapat mengubah sifat mekanik
beton. Semen adalah bahan campuran yang memiliki peranan penting
dalam pembentukan beton. Semen berfungsi sebaagai pengisi mineral

9|Page
yang dapat mencegah perubahan volume serta memperbaiki keawetan
beton.
b. Kebersihan agregat, Beton memiliki kandungan agregat sebesar 60%-70%
dari berat campuran, sehingga agregat yang digunaan harus dijamin
kebersihannya dari senyawa-senyawa organik yang bisa mempengaruhi
kualitas beton.
c. Penempatan yang tepat, pada saat pengerjaan beton, diperlukan cetakan
yang mana tingkat keenceran pasta adukan, volume pasta adukan,
perbandingan campuran agregat yang telah ditentukan dengan tepat.
d. Perawatan beton, perawataan pada beton bertujuan untuk menjamin usia
ekonomi truktur yang tercapai.

Sifat yang tidak kalah penting dari beton adalah keawetannya, yaitu kemaampuan
beton untuk menahan pengaruh kimia, fisika serta mekanis. Keawetan pada beton
dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu penggunaan bahan, pengerjaan beton, tempat
untuk pembuatan beton, serta perubahan pada volume beton.(MZ, 2018)

2.2. Fiber
Beton serat adalah beton yang ditambahkan serat seperti serat baja, plastik,
glass maupun serat alami. Adapun tujuan penambahan serat atau fiber padaa beton
adalah untuk meningkatkan kuat tari beton yang masih lebih rendah dari kuat
tekannya(Rahman, 2019).

Beron serat juga dapat didefenisikan sebagai beton yang tersusun dari semen,
agregat halus, agregat kasar, air dan serat yang di sebarkan secara tidak teratur dalam
adukan pembuat beton ( Hidayat, 2018)

Beton dengan campuran fiber atau lebih dikenal dengan fiber reinforce
concrete (FRC), adalah beton yang ditambahkan fiber berupa steel fiber, glass fiber,
natural fiber dan fiber lainnya. Setiap fiber yang ditambahkan pada beton merupakan
material yang akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap sifat mekanik pada
beton. Fiber lain yang dapat digunakan dalam beon adalah lombah industri seperti

10 | P a g e
potongan baja, galvanis, da serat polypropylene(PP). Terdapat beberapa hal yang
dapat memengaruhi kemampuan fiber dalam beton yaitu :

1. Jenis fiber, penggunaan fiber dalam beton harus memperhatikan maksud


dari penambahan fiber tersebut ke dalam beton. Serat yang baik mampu
meningkatkan kuat tarik yang lebih baik pada beton.
2. Aspek perbandingan fiber, dalam pencampuran fiber dengan beton, perlu
mempertimbangkan perbandingan yang tepat agar campuran merata dan
tidak terdapat penggumpalan pada adukan beton.
3. Jumlah fiber, selian perbandingan yang tepat, jumlah fiber yang digunakan
juga harus diperhatikan agar tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit. Jika
fiber terlalu banyak dapat menyebabkan penggumpalan yang akhirnya
menghambat pemerataan pada beton sehingga tingkat workabilitynya
semakin rendah.
4. Kualitas beton, penambahan fiber dapat menguraangi tingkat workability
pada beton, sehingga perlu penambahan pasta semen dan suplerplasticizer
yang tepat.
5. Bentuk permukaan fiber, bentuk fiber yang digunakan juga menjadi
bagian terpenting yang dapat mmempengaruhi daya lekat fiber dengan
beton. Agar daya lekat lebih baik, maka permukaan serat harus kasar.
6. Metode pencampuran beton, pencampuran beton baik pencampuran basah
maupun pencampuran kering perlu diperhatikan . Pencampuran basah
dilaakukan setelah campuraan ditambahkan dengan air sementara
pencampuran kering, penambahan fiber dilakukan sebelum campuran
beton ditambahkan air.(Wijatmiko, 2020)

2.3. Serat Cangkang Kopi

Tanaman kopi termasuk dalam genus coffea keluarga rubiaceae. Tanaman


kopi merupakan tanaman dikotil dan berakar tunggang, sehingga tanaman kopi dapat
berdiri dengan kokoh. Tanaman kopi memiliki beberapa lapisan antara lain: lapisan

11 | P a g e
terluar disebut juga exocarp, lapisan yang apabila buah kopi sudah masak akan
berawarna merah, kemudian ada bagian daging buah, disebut juga mesocarp, bagian
yang diincar oleh binatang seperti kera atau murang karena memiliki rasa maanis dan
berlendir dan bagian terdalam, berbentuk tanduk sebagai pembatas kulit dan biji kopi,
disebut juga endocarp. Kopi memiliki beberapa bahan yang terkandung di dalamnya
antara lain carbon(C), oksigenn(O), kalsium(Ca, tembaga ( Cu), dan seng(Zn). Dari
keseluruhan kandungan, yang paling banyak adalah karbon dengan berat massa
sekitar 49,47%dari berat total kopi(Mahfirah, 2018).

2.4. Kuat Tekan, Lentur dan Retak pada Beton

Kuat tekan pada beton merupakan perbandingan dari besar beban per satuan
luas. Formula yang digunakan untuk mendapatan kuat tekan yaitu:

P
fc =
A

Dimana:

f c adalah kuat tekan dengan satuan Mpa

P adalah beban maksimum dalam satuan kN

A adalah luas penampang dengan satuan mm2

Sementara kuat tarik pada beton biasanya berkisar 8%-15% dari kuat tekan
pada beton. Kekuatan tarik merupakan hal yang paling mempengaruhi perambatan
serta ukuran dari retak pada struktur beton.uji tarik biasanya dilakukan dengan
pembebanan pada silinder. (Pane, 2015)

Jika beban terus menerus diberikan pada balok akan menyebabkan balok
melendut dan akan menyebabkan keretakan pada beton. Retak yang muncul akan
semakin melebar jika beban terus menerus diberikan (Wijatmiko, 2020).

Lentur pada beton dapat terjadi saat adanya beban dari luar yang bekerja pada
struktur beton. Semakin besar beban yang diberikan maka regangan akan semakin

12 | P a g e
besar yang kemudian menyebabkan retak lentur di sepanjang beton, dan jika terus
dibebani maka akan menyebabkan keruntuhan pada balok beton. Oleh sebab itu balok
dirancang sebaik mungkin agar tidak terjadi keretakan akibat pembebanan yang
berlebihan. Terdapat beberapa jenis keruntuhan yang terjadi pada balok beton yaitu:

1. Keruntuhan tarik (Tensile Filure), apabila balok dengan rasio tulangan


kecil diberi beban maksimum dan baja tulangan telah mencapai regangan
lelehnya, tetapi beton belum runtuh, maka keruntuhan inilah yang disebut
keruntuhan tarik yang bersifat ductile.
2. Keruntuhan seimbang(balanced failure), apabila rasio tulangan seimbang
dengan beban kerja maksimum yang diberikan, maka baja tukangan dan
beton akan runtuh secara bersamaan, yaitu ketika tulangan telaah
mencapai batas regangannya, hal inilah yang disebut keruntuhan
seimbang, keruntuhan ini bersifat getis.
3. Keruntuhan tekan(compression failure), apabila balok memiliki rasio
tulangan yang lebih besar dari beban kerja maksimum, sehingga saat baja
tulangan belum mencapai regangan lelehnya, beton sudah runtuh terlebih
dahulu, hal ini yang disebut keruntuhan tekan, kondisi keruntuhan pada
balok bersifat getis.

Selain keruntuhan karena lentur, balok juga dapat mengalami keruntuhan geser. Ada
tiga jenis retak pada struktur yang terjadi tanpa peringatan yaitu:

1. Retak lentur murni(flextural crack), retak yang terjadi apabila momen lentur
di suatu daerah itu besar, memiliki arah yang mendekati tegak lurus terhadap
sumbu balok.
2. Retak geser lentur(flexural shear crack), apabila terjadi perambatan miring
pada bagian balok yang sudah mengalami retak lentur maka akan terjadi retak
geser lentur.
3. Retak geser murni(shear crack), terjadi apabila pada suatu daerah memiliki
gaya geser maksimum dan tegangan normal yang sangat kecil(Dady, 2015)

13 | P a g e
Kuat tarik lentur pada beton dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

3 pa
Fr = 2
bh

Keterangan:

Fr adalah kuat tarik lentur dalam satuan Mpa

P adalah beban pada waktu lentur dalam satuan kN

a adalah jarak dari titik letak ke gaya dalam satuan mm

b adalah lebar penampang pada balok dalam satuan mm

h adalah tinggi penampang pada balok dalam ssatuan mm.(Pane, 2015)

Lebar retak merupakan perilaku yang terjadi dan harus ditinjau pada saat batas
layan(serviceability), sementara lebar maksimum pada balok merupakan fungsi yang
tergantug pada kedalaman retak yang muncul ( Prasetiya, 2017).

14 | P a g e
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yang pertamma tahap pembuatan benda
uji dan yang kedua adalah proses pengujian mulai dari uji kuat tarik, kuat tekan dan
lentuh pada bahan uji, pengujian ini akan dilakukan di Laboratorium Material,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2023.

3.2. Populasi dan Sampel


3.2.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah sifat mekanik pada beton yang
dicampur dengan serat cangkang kopi.

3.2.2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah kekakuan dan kelenturan pada


beton yang dicampur dengan serat cangkang kopi.

3.3. Alat dan Bahan


3.3.1. Alat

15 | P a g e
Alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah Bekisting dari bahan
kayu dan pengaduk beton untuk pembuatan benda uji, kemudian untuk
pengujian beton, alat yang digunakan yaitu Universal Testing Machine untuk
melakukan uji tekan pada beton, dan alat menyerupai kerucut yang didesain
khusus untuk melakukan uji slump serta falling wight deffectometer(FWD).

3.3.2. Bahan

Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah bahan pembuat


beton yakni semen, air, agregat halus, dan agregat kasar, serta tambahan serat
yakni cangkang kopi.

3.4. Teknik Pengumpulan Data


3.4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan


metode eksperimen, untuk mengetahui pengaruh persentase atau banyaknya
penggunaan seraat cangkang kopi terhadap lebar retak pada beton tersebut.

3.4.2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian


kuantitatif dengan metode eksperimental. Penelitian dimulai dari pembuatan
benda uji dengan mencampurkan serat cangkang kopi yang memiliki
persentase yang berbeda. Adapun rancangan penelitian pada penelitian ini
yakni:

Pembuatan benda uji

16 | P a g e
Serat cangkang Serat cangkang Serat cangkang Serat cangkang
kopi 8 gr kopi 6 gr kopi 4 gr kopi 2 gr

Uji tekan dan Uji Slump pada benda uji

Analisa hubungan lendutan dengan beban yang


diberikan pada benda uji

3.5. Prosedur Pelaksanaan


3.5.1. Pembuatan Benda Uji

Langkah pembuatan benda uji adalah dengan meengumpulkan terlebih


dahulu bahan yang diperlukan berupa pasir, batu apung, serat cangkang kopi
serta resin polyester sebagai perekat(Maghfirah, 2019). Semua bahan
ditimbang sesuai persentase yang diperlukan. Pada campuran benda uji
pertama, akan ditambahkan 2 gram serat cangkang kopi dengan pasir 60gram,
batu apung 20gram, dan resin polyester 20 gram, kemudian semua bahan akan
dicampur lalu diaduk menggunakan concrete mixer agar merata. Setelah
bahan menjadi homogen, bahan akan dimasukan ke dalam cetakan berukuran
100mm x 20 mm x 10 mm, kemudian di atas cetakan akan diletakkan
aluminium foil yang telah dilapisi wax. Dengan menggunakan suhu 90 oC
dengan menggunakan Hot Compressor selama 20 menit, bahan dalam cetakan
akan dipress. Tahapan yang sama akan dilakukan pada pembuatan benda uji
dengan campuran serat cangkang kopi 4 gram, 6 gram dan 8 gram.

17 | P a g e
3.5.2. Uji Kuat Tekan Pada Beton

Pengujian kuat tekan pada benda uji bertujuan untuk mengetahui


perbandingan besar daya tekan benda dengan variasi persentase serat
cangkang kopi yang ditambahkan. Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan mesin penguji kuat tekan(Pane, 2015). Adapun langkah-
langkah pengujiannya yaitu benda uji dimasukkan pada mesin secara centris,
secara otomatis mesin akan menekan benda uji sampai mencapai batas
maksimum, yang akan menjadi hasil untuk kuat tekan dari beton tersebut.

3.5.3. Uji Slump pada Beton

Adapun pengujian slump dilakukan untuk mengetahui tingkat


workability dari campuran beton tersebut(Wijatmiko, 2020). Workability
beton segar umumnya dilihat dari kerataan campuran, kelekatan adukan,
kemampuan aalir beton, kemampuan beton mempertahankan kerataan serta
kelekatannya saat dipindahkan, dan menunjukkan apakah beton berada dalam
kondisi plastis. Adapun langkah-langkah untuk pengujian slump pada beton
yaitu mulai dari pembuatan cetakan kerucut abram, yang terbuat dari logam
dengan ketebalan 1.15mm yang tidak bereaksi terhadap bahan perekat beton,
cetakan ini harus memiliki bentuk seperti kerucut.

Setelah cetakan siap, langkah berikutnya adalah membasahi cetakan


kerucut dan plat dengan kain basah, lalu cetakan benda uji diletakkan di atas
plat. Cetakan tersebut kemudian diisi 1/3 dengan beton, diratakan lalu
dipadatkan dengan cara menusuk benda sebanya 25-30 kali. Saat penusukan
dilakukan, besi dimiringkan sesuai dengan dinding cetakan, sampai besi
menyentuh dasar.

Kemudian cetakan diisi lagi 1/3 bagian, dilakukan penusukan


sebanyak 25-30 kali dengan cara yang sama sampai besi menyentuh dasar
lapisan pertama, dan terakhir cetakan diisi 1/3 bagian dengan proses yang

18 | P a g e
sama dengan sebelumnya. Setelah dipadatkan, dan ditunggu beberapa saat,
cetakan diangkat ke atas secara tegak lurus.

Untuk mengukur nilai slump, maka kerucut perlu dibalikkan di


sebelah benda uji untuk melihat perbedaan tinggi rata-rata dari benda uji.
Toleransi untuk uji slump dari beton ±2cm, jika sesuai dengan standar maka
beton tersebut layak untuk digunakan.

3.5.4. Uji Lendutan pada Beton

Dari hubungan antara lendutan yang muncul dengan bebaan yang


diberikan akan diperoleh besar kekakuan dari benda uji tersebut(Wijatmiko,
2020). Pengujian ini dilakukan dengan memberikan beban yang berpusat di
tengah bentang dan menggunakan LVDT di tengah bentang untuk
mendapatkan besar lendutan yang terjadi. Ketika diberikan beban ultimit
maka akan diperoleh lendutan, benda uji akan menunjukan retak dengan lebar
yang berwariasi.

3.6. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif


antara lain melihat hasil pengujian baik uji tekan, uji slump dan uji lendutan
pada benda uji, kemudian membandingkan hasilnya untuk benda uji dengan
persentase penambahan serat cangkang kopi yang berbeda. Data hasil
penelitian akan disajikan dalam bentuk dokumentasi berupa gambar, tabel
hasil pengujian dan dianalisis dalam bentuk penjabaran narasi.

19 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Dady, Y, T. (2015). Pengaruh Kuat Tekan Terhadap Kuat Lentur Balok Beton
Bertulang. Jurnal Sipil Statik. 3(5), 342-350.

Hidayat, M, K, B., Purwanto, E., Boyzoni. (2018). Pengaruh Penambahan Serat


Kawat Bendrat pada Beton Mutu Tinggi terhadap Kapasitas Kuat Tekan dan
Kuat Lentur. Jurnal JRSDD. 6(2), 199-208.
Maghfirah, A., Meilanda, H., Marlianto, E., Fisika, D., & Sumatera, U. (2019). the
Use of Coffee Husk Fiber in the Making of. 3(2), 51–61.

MZ, L. (2018). Analisis Pegaruh Penambahan Biji Karet Pada Campuran Beton
Terhadap Kuat Tekan Beton K-175. Jurnal Deformasi, 3(1), 96.
https://doi.org/10.31851/deformasi.v3i1.1966

Pane, F, P., Tanudjaja, H., Windah, R, S. (2015). Pengujian Kuat Tarik Lentur Beton
dengan Variasi Kuat Tekan Beton. Jurnal Sipil Statik. 3(5), 313-321.

Prasetiya, R., Wahyuni, E., & Wisnumurti. (2017). Eksperimen Dan Analisis Lebar
Retak Pada Balok Beton Bertulang Pasca Paparan Suhu Tinggi. Jurnal
Rekayasa Sipil. 11(2).

Prasetyo, Y, E. (2015). Perawatan Terhadap Kuat Tekan dan Kuat Lentur High Early
Strength Fiber Reinforced Concrete. Jurnal Inersia. 11(1).

Rahman, M, D, W. (2019). Pemanfaatan Serat Karung Goni (Rami) Sebagai Bahan


Tambahan Beton Dan Electric Arc Furnace Slag 30% Sebagai Subtituen Pasir
Pada Pembuatan Beton Normal. Jurnal Rekayasa Teknik Sipil.
Sendow, M. R., Manalip, H., & Kumaat, E. J. (2018). Tegangan Lekat Antara Baja
Dan Beton Mutu Tinggi Dengan Variasi Luas Tulangan. Jurnal Sipil Statik,

20 | P a g e
6(11), 1003–1010. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jss/article/view/20857

Sulardi. (2018). POMPA DENGAN METODE LOW PRESSURE. 2.

Wijatmiko, I., Wibowo, A & Nainggolan, C, R. (2020). Analisis Pengaruh Panjang


dan Bentuk Fiber Kaleng Bekas Terhadap Kuat Lentur dan Lebar Retak Balok
Beton Bertulang. Jurnal Rekayasa Sipil. 14(1).

21 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai