Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beton merupakan campuran semen portland atau semen hidrolis


lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan
campuran tambahan (SNI 2847:2013, 2013). Beton merupakan material
komposit. Disebut komposit karena terdiri dari media pengikat (pada
umumnya campuran semen hidrolis dan air), agregat halus (pada umumnya
pasir), dan agregat kasar (pada umumnya kerikil). Beton merupakan salah
satu komponen struktur yang sangat dikenal di dunia teknik sipil. Beton
biasa digunakan pada struktur bangunan seperti gedung, bangunan air,
jembatan, jalan, dll. Beton dipilih sebagai salah satu komponen struktur
bangunan karena kekuatannya. Kuat tekan beton merupakan salah satu
andalan utama bahan ini (Lie, 2017). Selain itu, beton memiliki kelebihan
lain, yaitu tahan terhadap air, mudah dibentuk, dan mudah perawatannya.
Kelebihan beton juga terdapat pada material penyusunnya yang relatif
mudah didapat. Selain kelebihan tersebut, beton juga memiliki kekurangan.
Kekurangan beton yaitu sifatnya yang kaku dan kuat tarik yang lebih rendah
dibanding kuat tekannya. Sifat kaku atau getas, mengakibatkan beton
menjadi susah dibentuk ketika beton sudah mengeras, selain itu, beton yang
terlalu getas tidak memberi tanda berupa retakan ketika akan mengalami
kegagalan struktur atau runtuh. Beton yang sudah retak, kekuatannya akan
berkurang dan sulit untuk diperbaiki
Regangan beton digunakan untuk berbagai parameter dalam
perencanaan. Data regangan beton digunakan sebagai parameter untuk
perencanaan beton bertulang. Data regangan juga diperlukan untuk
mengetahui diagram kesetimbangan tegangan-regangan dan modulus
elastisitas beton. Diagram tersebut digunakan untuk menentukan kategori
beton bertulang. Apabila beton sudah mencapai atau melampaui regangan
maksimal, sedangkan baja tulangan belum mencapai leleh maka, beton
bertulang tersebut termasuk kategori beton gagal tekan. Selain itu, data
regangan pada beton digunakan untuk menentukan kebutuhan tulangan.
Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum
digunakan untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lain lain. Beton
merupakan satu kesatuan yang homogen. Beton ini didapatkan dengan cara
mencampur agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), atau jenis agregat
lain dan air, dengan semen portland atau semen hidrolik yang lain, kadang-
kadang dengan bahan tambahan (additif) yang bersifat kimiawi ataupun
fisikal pada perbandingan tertentu, sampai menjadi satu kesatuan yang
homogen. Campuran tersebut akan mengeras seperti batuan. Pengerasan
terjadi karena peristiwa reaksi kimia antara semen dengan air. Beton
merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat halus
(pasir), agregat kasar (kerikil), air dengan tambahan adanya rongga-rongga
udara. Campuran bahan-bahan pembentuk beton harus ditetapkan
sedimikian rupa, sehingga menghasilkan beton basah yang mudah
dikerjakan, memenuhi kekuatan tekan rencana setelah mengeras dan cukup
ekonomis (Sutikno, 2003:1 dalam Supriadi,2016). Beton adalah suatu bahan
bangunan yang telah digunakan secara luas. Bahan tersebut diperoleh
dengan cara mencampurkan semen, air dan agregat pada perbandingan
tertentu, dimana dalam jangka waktu tertentu akan mengeras (Rosida, 2007
dalam Supriadi,2016). Beton normal ialah beton yang mempunyai berat isi
2200–2500 kg/m³ dengan menggunakan agregat alam yang dipecah atau
tanpa dipecah. Beton normal dengan kualitas yang baik yaitu beton yang
mampu menahan kuat desak/hancur yang diberi beban berupa tekanan
dengan dipengaruhi oleh bahan-bahan pembentuk, kemudahan pengerjaan
(workability), faktor air semen (F.A.S) dan zat tambahan (admixture).
1.2 Deskripsi Beton
Beton adalah bahan konstruksi yang berbasis perekat semen, dan
agregatnya berupa: pasir dan batu (kerikil). Beton pada umumnya di
gunakan untuk konstruksi rumah, gedung, jembatan, jalan, dan lain-lain.
Karakteristik beton yang beredar, memiliki densitas sebesar 2,0-2,5 gr/cm,
dan kuat tekan 3-50 MPa. Beton ini tergolong beton cukup berat untuk satu
panel berukuran 240 X 60 X 6 cm, dengan bobot sekitar 100-125 Kg. Oleh
karena itu untuk mengangkat ataupun instalasi memerlukan tenaga lebih
dari satu orang atau alat berat sebagai media pembantu. Beton dengan
perekat semen di samping berat, mempunyai kelemahan seperti pengerasan
cukup lama, tidak tahan terhadap lumut atau kelembaban tinggi dan
menyebabkan beton cepat rapuh. Cara mengatasinya perlu perekayasaan
material, sehingga kelemahan tersebut dapat di minimalkan, seperti
penambahan bahan agregat kasar yang menggunakan batu cadas (batu
trass), batu apung, batu gamping, dan lain sebagainya. Agregat merupakan
bahan pengisi utama dalam campuran beton maupun adukan, kualitas beton
dapat di ketahui melalui perencanaan dan pengawasan yang lebih baik dan
teliti terhadap bahan-bahan yang akan di pakai, seperti penggunaan batu
cadas (batu trass) sebagai bahan pembentuk beton yang diperlakukan
seperti batu pecah. Batu cadas (batu trass) adalah batuan yang telah
mengalami perubahan komposisi kimia yang di sebabkan oleh pelapukan
dan pengaruh kondisi air bawah tanah. Bahan galian ini berwarna putih –
keabu-abuan hingga putih kecoklatan, kompak, padu dan agak sulit digali
dengan alat sederhana. Kegunaan batu trass adalah untuk bahan baku
batako, industri semen, campuran bahan bangunan dan semen alam. Batu
cadas (batu trass) banyak terdapat di di daerah Kabupaten Bengkulu Utara
dan sekitarnya, pada saat ini batu cadas (batu trass) belum di manfaatkan
secara optimal oleh masyarakat.
1.3 Rumusan Masalah
Dari praktikum teknologi bahan dan kontruksi didapatkan rumusan
praktikum sebagai berikut :
1) Bagaimanakah pengaruh batu cadas (batu trass) dengan kadar
25% dan 50% terhadap kuat tekan beton,
2) Berapakah nilai kuat tekan beton maksimum yang di hasilkan
dengan menggunakan batu cadas (batu trass) dengan kadar 25%
dan 50 %?
3) Berapakah presentase perbedaan kuat tekan beton dengan
menggunakan batu cadas (batu trass) dengan kadar 25% dan
50%?
1.4 Sifat Beton
Beton memiliki sifat-sifat nya sebagai berikut :
1. Memiliki kuat tekan tinggi
2. memiliki kuat tarik lemah
3. kualitasnya tergantung pada kualitas semen dan agregat
pembuatan nya
4. beton bisa kehilangan kekuatan hingga 40% jika pengeringan
diadakam sebelum waktu yang tepat
5. Sifat pengerasan beton bertambah seiring pertambahan suhu
6. Kekuatan beton bertambah seiring dengan bertambahnya
umurnya
1.5 Beton berdasarkan bahan tambahnya
1. Beton serat (fiber concrete)
Beton serat adalah bagian komposit yang terdiri dari beton biasa
dan bahan lain yang berupa serat. Bahan serat dapat berupa: serat
asbestos, serat tumbuh-tumbuhan (rami, bambu, ijuk), serat plastik
(polypropylene), atau potongan kawat baja. Jika serat yang dipakai
mempunyai modulus elastisitas yang lebih tinggi daripada beton,
maka beton serat akan mempunyai kuat tekan, kuat tarik, maupun
modulus elastisitas yang sedikit lebih tinggi dari pada beton biasa
(Tjokrodimuljo, 1996 dalam Prayitno, 2013).
2. Beton foam
Beton foam adalah campuran antara semen, air, agregat dengan
bahan tambah (admixture) tertentu yaitu dengan membuat
gelembung- gelembung gas atau udara dalam adukan semen
sehingga terjadi banyak pori-pori udara didalam betonnya (Husin,
2008 dalam Prayitno, 2013).
Kuat tekan pada beton diperngaruhi oleh faktor yang lain. Menurut
Mustafid (2016), faktor tersebut dijelaskan dalam uraian berikut:
1. Faktor Air Semen (FAS).
2. Perbandingan campuran.
3. Proses pembuatan dan quality control.
4. Perawatan.
5. Jenis semen
6. Susunan dan gradasi agregat.
7. Umur beton
1.6 Latar Belakang Praktikum
Teknik sipil adalah cabang ilmu teknik yang secara umum
mempelajari tentang struktur dan konstruksi bangunan. Sebagai
mahasiswa/mahasiswi teknik sipil, sangat penting untuk memahami hal
yang berkaitan dengan struktur sebagai sistem penyusun bangunan dan
konstruksi. Beton adalah konstruksi yang saat ini paling sering digunakan
karena kelebihannya pada kuat tekan yang terbilang luar biasa. Sejak
penggunaannya secara masif yang diawali pada abad 19, pengetahuan
tentang beton semakin tersebar luas dan semakin banyak digunakan di
seluruh dunia. Penemuanpenemuan dan penelitian-penelitian dari para ahli
tentang beton semakin berkembang, dan semakin mengurangi kelemahan
beton dengan berbagai cara. Berdasarkan pernyataan di atas, kami
melaksanakan praktikum pembuatan campuran beton normal sesuai dengan
SNI 2847-2013 sebagai media pembelajaran mahasiswa/mahasiswi teknik
sipil. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Bahan dan
Konstruksi, Program Studi Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Tanjungpura Pontianak.
1.7 Tujuan Praktikum
Teknologi Bahan dan Konstruksi ini dilaksanakan dengan beberapa
tujuan sebagai berikut :
1. Megetahui prosedur dalam pemeriksaan kandungan lumpur dan
kotoran organis pada agregat halus (pasir)
2. Menentukan banyaknya kandungan butir lebih kecil Pada agregat
halu (pasir)
3. Meningkatkan dan memperluas daya inovasi Mahasiswa
dalammemecahkan suatu masalah
4. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai perkembangan
beton
5.
1.8 Ruang Lingkup Praktikum
Ruang lingkup praktikum yang kami laksanakan meliputi :
1. Penganalisaan untuk mengetahui layak atau tidaknya bahan yang
digunakan untuk campuran beton. Penganalisaan parameter bahan ini
meliputi :
a. Pengujian densitas air
b. pengujian suhu air
c. pengujian pH Air
d. pengujian agregat kasar dan agregat halus
e. pengujian berat jenis dan daya serap air agregat kasar dan halus
f. pengujian bahan organik dalam agregat halus
g. pengujian berat isi agregat kasar dan agregat halus
h. pengujian kadar lumpur agregat kasar dan agregat halus
i. pengujian analisis saringan agregat kasar dan agregat halus
j. pengujian keausan agregat dengan mesin los angeles
k. pengujian sifat kekekalan agregat
l. pengujian semen
• Pengujian berat jenis semen
• Pengujian berat isi semen
• Pengujian konsistensi normal semen
• Pengujian waktu pengikatan semen portland
• Pengujian kehalusan semen

2. Mix design untuk memperhitungkan komposisi bahan-bahan campuran


untuk menghasilkan beton yang berkualitas baik dan sesuai standar SNI
7656-2012.
3. Pengujian slump campuran beton muda untuk mengetahui nilai
kekentalan disamping itu untuk menentukan baik atau tidaknya kualitas
beton yang akan dihasilkan ( konsistensi beton ).
4. Pembuatan campuran beton fc’ = 17 MPa dengan fcr = 24,17 MPa. 5.
Pengujian kekuatan tekan beton, yang menyatakan kekuatan beton untuk
menahan beban yang diberikan kepadanya.
1.9 Metodologi Praktikum
1. Studi Pustaka
Studi Pustaka kami susun berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
a. Buku Petunjuk Praktikum Teknologi Bahan dan Konstruksi.
b. Laporan Praktikum Teknologi Beton tahun 2021/2022
2. Pelaksanaan Praktikum
a. Pengenalan dan penganalisaan parameter bahan penyusun beton.
b. Perhitungan komposisi bahan-bahan campuran untuk beton
yang berkualitas baik.
c. Pembuatan beton dengan cara manual
d. Pengujian slump campuran beton muda untuk mengetahui nilai
kekentalan campuran beton tersebut, sehingga menghasilkan
beton yang berkualitas
e. Pencetakan beton didalam silinder kecil berdiameter 10 cm
dengan tinggi 20 cm sebanyak 5 buah, silinder besar berdiameter
15 cm dengan tinggi 30 cm sebanyak 13 buah, dan pencetakan
beton didalam kubus dengan panjang 15 cm sebanyak 10 buah.
f. Perawatan beton dengan cara merendamnya didalam bak yang
berisi air.
g. Pengujian kekuatan tekan beton pada umur 3 hari, 7 hari, 14
hari, 21 hari dan 28 hari. Untuk pengujian kuat tekan beton pada
umur tersebut masing- masing diambil 5 sampel beton ( 2 buah
sampel silinder besar, 2 buah sampel silinder kecil, dan 2 buah
sampel kubus ) yang telah direndam sebelumnya dan yang telah
dikeluarkan dari perendaman bak air 1 hari sebelum pengujian
kuat tekan beton.
1.10 Aktivitas pengerjaan beton

Pemeriksaan/pengujian
material

Analisa hasil Pengujian tekan (uji tekan)


pemeriksaan/pengujian
material

Pelepasan sampel beton


Sifat beton yang di dari cetakan dan
inginkan perendaman sampel beton
(perawatan/curing)

Perencanaan rancangan
campuran (Mix Desain) Pembuatan sampel beton
beton

Gambar 1.9 Flowchart aktivitas pengerjaan beton


Dalam suatu aktivitas pengerjaan beton, tentu perlu adanya suatu spesifikasi Teknik
untuk dapat melakukan perancangan mutu atau kualitas beton yang ingin diperoleh.
Kualitas beton terletak pada uji kuat tekan beton terhadap beban yang diterimanya.
Suatu beton akan memiliki kualitas yang baik jika dapat menahan beban yang lebih
besar. Untuk itu dilakukan perancangan karakteristik kuat tekan yang ingin diperoleh
dengan istilah job mix desain, yaitu dengan memahami sifat bahan adukan itu sendiri.
Untuk dapat menentukan karakteristik dan sifat bahan tersebut, perlu adanya dilakukan
penganalisaan bahan di laboratorium. Penganalisaan bahan itu sendiri dilakukan dengan
pengambilan sampel bahan penyusun beton seperti agregat kasar (batu) dan agregat halus
(pasir) untuk selanjutnya dilakukan pengujian menggunakan alat-alat laboratorium yang
fungsinya untuk memperoleh koreksi bahan di lapangan yang nantinya akan digunakan
sebagai bahan pembuatan beton. Setelah analisa bahan dilakukan, maka tahap
selanjutnya ialah melakukan job mix desain yaitu perhitungan jumlah campuran adukan
beton yang nantinya akan kita jadikan sebagai dasar pembuatan sampel (benda uji),
dengan tahapan yang sesuai maka dilakukanlah pengolahan, pengangkutan, penuangan,
pemadatan, dan pengerjaan akhir saat beton dibiarkan kering selama ± 24 jam untuk
selanjutnya direndam. Beton yang siap untuk dilakukan uji tekan minimal telah berumur
3 hari. Hal ini dikarenakan pada umur 3 hari, beton sudah memiliki korelasi sekitar 40%
sampai lebih.

Anda mungkin juga menyukai