dewofauzi@gmail.com
ABSTRAK
Beton merupakan material yang mampu menahan tegangan tekan yang cukup tinggi tetapi mempunyai
kemampuan menahan tegangan tarik yang rendah. Tegangan tarik dapat menyebabkan retak pada beton yang
telah mengeras. Salah satu sifat mekanis beton adalah mempunyai daktilitas yang rendah sehingga bersifat getas.
Tujuan dari penambahan serat adalah untuk meningkatkan sifat mekanis beton khususnya kekuatan tarik pada
beton serta meningkatkan ketahanan beton terhadap retak. Kadar serat baja yang akan digunakan pada penelitian
ini sebesar 1%, 1.5%, 2% dan 2.5% dari volume beton normal. Penambahan serat baja akan menyebabkan efek
gumpal pada beton segar.
Pengujian kuat tekan menggunakan cetakan silinder 150 mm x 300 mm dan pengujian dilakukan pada hari ke –
7, 14 , 28. Benda uji akan dilakukan pengujian non destructive test berupa alat UPV untuk mengetahui pengaruh
penambahan serat baja terhadap modulus elastisitas. Kuat tekan beton normal yang direncanakan adalah fc’ 25
MPa. Untuk meningkatkan workability beton segar pada beton segar, dilakukan penambahan bahan admixture
berupa Superplasticizer.
Berdasarkan hasil penelitian, penambahan serat baja akan menaikkan kuat tekan namun menurunkan modulus
elastisitas. Penambahan serat baja akan menurunkan workability dari beton segar. Peningkatan kuat tekan beton
pada umur 28 hari yang terjadi sebesar 14% dengan kadar serat baja sebesar 2.5%.
Kata kunci : Beton Berserat Baja, Serat Baja, Kuat Tekan, Modulus Elastisitas, UPV
ABSTRACT
Concrete has relatively high compressive strength but has lower tensile strength. Tensile strength can lead a
cracks in the hardened concrete. The low ductility is one of the mechanical properties of concrete and therefore
called brittle material. Addition of steel fibers on concrete can make increase on the mechanical properties of
concrete especially tensile strength that can reduce cracks. In this studies, the steel fiber content is 1%, 1.5%, 2%
and 2.5% based on the concrete volume. Steel fiber on the fresh concrete would develop the balling effect on the
fresh concrete.
Compression tests were conducted on 150 mm x 300 mm concrete cylinders and the test of specimens at 7,14
and 28 days. The influence of steel fiber content on the modulus elasticity of concrete will be determined using
non- destructive test (UPV). The expected normal compressive strength is 25 MPa. Addition of the
Superplasticizer provided better workability of the fresh concrete.
Based on the studies, addition of steel fiber provided higher compressive strength but reduce the modulus of
elasticity of concrete. Workability of the steel fiber reinforced concrete are worse than normal concrete. The
concrete that content 2.5% steel fiber would increase 14% of the compressive strength.
Key words : Steel Fiber Reinfoced Concrete, Steel Fiber, Compressive Strength, Modulus of Elasticity, UPV
TINJAUAN TEORITIS
Beton serat terdiri dari semen hidraulik, air, agregat halus, agregat kasar dan serat yang
terputus-putus disebut fiber reinforced concrete. Serat terdapat beberapa bentuk dan ukuran
yang terbuat dari baja, plastik, kaca dan material alami yang dapat digunakan untuk bangunan
struktural ataupun non-struktural (P.K. Metha dan Paulo J.M.M ,2001) [3]. Tujuan dari
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental, yang dilakukan di
Laboratorium Struktur dan Material, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kadar optimum serat baja dalam beton
serta pengaruh penambahan serat baja terhadap kuat tekan dan modulus elastisitas. Kadar
serat baja adalah 0% (beton normal), 1%, 1.5%, 2% dan 2.5%. Kode benda uji yang
digunakan pada benda uji dengan penambahan serat baja adalah SFRC (Steel Fiber
σ=
Keterangan:
σ = Tegangan beton (MPa)
P = Gaya tekan (N)
A = Luas permukaan beton (mm2)
o Modulus Elastisitas
Pengujian modulus elastisitas menggunakan alat Ultrasonic Pulse Velocity
(UPV) yang bersifat alat non-destructive test. Alat UPV dapat digunakan
untuk menentukan modulus elastisitas dinamis (Ed). Metode pengetesan ini
Menurut Joseph F. Lamond [7], nilai Poisson ratio dinamis berkisar antara 0,2
sampai dengan 0,25 sehingga modulus elastisitas dinamis dapat ditentukan.
Modulus elastisitas dinamis berbeda dengan modulus elastisitas statis yang
terdapat pada kurva tegangan regangan. Beberapa penelitian telah menujukan
korelasi antara modulus elastisitas dinamis dan modulus elastisitas statis dari
beton. Berdasarkan rumus empiris Lydon dan Balendran [7], korelasi antara
modulus elastisitas dinamis dan modulus elastisitas statis sebagai berikut:
HASIL PENELITIAN
Campuran Beton
Perhitungan campuran beton menggunakan standar ACI 211.1-91 [4]. Data yang diperlukan
dalam mix design didapatkan melalui pengujian properti material dan menentukan target yang
ingin dicapai. Berikut merupakan data – data properti material yang akan digunakan untuk
mix design :
Data Properti material
o MSA (Maximum Size of Aggregate) = 20 mm
o Berat jenis semen = 3,15 gr/cm3
o Specific Gravity agregat kasar (SSD) = 2,6
o Specific Gravity agregat halus (SSD) = 2,18
o Finesss Modulus agregat halus = 2,41
Target yang ingin dicapai
o Fc’ = 25 MPa
o Slump = 150 mm
Slump
18
16 15,273
14
Slump (cm)
12
9,711
10
8
6 4,678
4 2,536
1,533
2
0
Beton Normal SRFC 1% SRFC 1,5% SRFC 2% SRFC 2,5%
Kuat Tekan
Pengujian kuat tekan diuji dengan variasi beton normal, SFRC 1%, SFRC 1,5%, SFRC 2%
dan SFRC 2,5%. Benda uji dibuat berjumlah 5 buah untuk setiap variasi dan minimal data
yang digunakan sejumlah 3 benda uji. berdasarkan ASTM C39 – 09 [6], data yang dipakai
memiliki standar deviasi kurang dari 14%. Berikut merupakan grafik hasil kuat tekan rata-rata
dibandingkan dengan umur beton dan kadar serat baja:
22
Kuat Tekan Beton (MPa)
20 18.32 18,41
18 16,93 17,08
16,56 16,75
15,18 16,40
16 16,33 16,54
13,10
14 12,76 14,93
12 11,60
10
10,40
8
0 7 14 21 28
Umur Beton
Normal Kadar 1% Kadar 1,5% Kadar 2% Kadar 2,5%
18
17
Kuat Tekan (MPa)
16
15
14
13
12
11
10
0,0% 0,5% 1,0% 1,5% 2,0% 2,5% 3,0%
Modulus Elastisitas
Pengujian menggunakan alat Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) yang bersifat alat non-
destructive test. Persiapan pengujian dimulai dengan mengukur tinggi silinder sehingga dapat
diketahui panjang dari transducer awal sampai dengan transducer akhir. Pada ujung – ujung
28000
25000
22000
19000
16000
13000
10000
0,0% 0,5% 1,0% 1,5% 2,0% 2,5% 3,0%
Pengujian Slump
Berdasarkan hasil pengujian slump nilai rata-rata slump campuran beton normal, SFRC 1%,
SFRC 1,5%, SFRC 2% dan SFRC 2,5% yaitu 15,273 cm 9,711 cm, 4,678 cm , 2,536 cm dan
1,533 cm. Hasil tersebut menujukan bahwa semakin tinggi kadar serat baja maka semakin
rendah slump yang akan dicapai. Penurunan slump yang terjadi pada beton segar karena
dengan penambahan serat baja maka akan membuat campuran beton segar semakin kental
walaupun telah ditambahkan Superplasticizer.
Kuat Tekan
Berdasarkan grafik perbandingan kuat tekan rata-rata, kecenderungan nilai kuat tekan
meningkat sebanding dengan penambahan kadar serat baja. Pada benda uji umur 28,14 dan 7
hari terjadi kecenderungan peningkatan kuat tekan akibat penambahan serat baja. Berdasarkan
tabel diatas menujukan bahwa SFRC 2,5% memiliki kuat tekan tertinggi apabila
dibandingkan dengan benda uji lainnya yang berumur sama. Peningkatan kuat tekan rata-rata
benda uji SFRC 2,5% pada umur 28, 14 dan 7 hari akibat penambahan serat baja sebesar
14,16% , 22,8% dan 30,86% .
Namun, terjadi perbedaan kecenderungan pada benda uji SFRC 1,5% dengan umur beton 14
hari yang memiliki kuat tekan rata-rata 16,33 MPa bila dibandingkan dengan SFRC 1% yang
memiliki kuat tekan rata-rata 16,54 MPa. Hal tersebut disebabkan terjadinya segregasi pada
pengecoran karena beton segar yang dihasilkan encer. Perbedaan kecenderungan juga terjadi
pada SFRC 1,5% dengan umur beton 7 hari yang mengalami penurunan kuat tekan rata-rata.
Hal tersebut disebabkan benda uji masih lembab tepat sebelum dilakukan pengetesan.
Kecenderungan peningkatan kuat tekan rata-rata pada umur beton 7 hari sedikit berbeda bila
dibandingkan dengan SFRC 2,5% pada umur 14 dan 28 hari. Hal tersebut disebabkan pada
beton umur 7 hari belum menghasilkan kuat tekan beton yang optimal. Senyawa C2S yang
merupakan salah satu senyawa pada beton mulai bereaksi setelah umur beton 7 hari. Dari
hasil pengujian ini menujukan bahwa kecenderungannya, semakin tinggi kadar serat baja
semakin tinggi kuat tekan beton yang dicapai.
Tabel 4. Hubungan antara Faktor Air Semen dan Kuat Tekan Beton.
Average compressive
Effective water/cement ratio (by mass)
strength at 28 days
Non-air-entrained Air-entrained
MPa Psi
concrete concrete
- 7000 0,33 -
45 - 0,38 -
- 6000 0,41 -
40 - 0,43 -
35 5000 0,48 0,40
30 - 0,55 0,46
- 4000 0,57 0,48
25 - 0,62 0,53
- 3000 0,68 0,59
20 - 0,70 0,61
15 - 0,80 0,71
- 2000 0,82 0,74
Gambar 8. Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen (Benda Uji Berbentuk Silinder
Diamater 150 mm, Tinggi 300 mm)
Sumber: ACI 211.1-91 [4] dan SNI -03-2834-1993 [8]
Faktor lainnya yang menyebabkan kuat tekan rencana tidak tercapai adalah specific gravity
agregat halus yang kecil dan gradasi agregat kasar yang kurang baik. Specific gravity agregat
halus sebesar 2,18 serta nilai absorbsi sebesar 11,61%. Nilai absorbsi yang besar akan
menurunkan mutu beton karena ikatan pasta dengan agregat halus berkurang.
Berdasarkan grafik perbandingan modulus elastisitas dengan kadar serat baja, benda uji
dengan umur beton 28,14 dan 7 hari memiliki kecenderungan yang sama yaitu kecenderungan
menurun akibat penambahan kadar serat baja. Hal tersebut menujukan bahwa penambahan
serat baja akan meningkatkan porositas beton. Penambahan serat baja akan mengurangi
workability dan kepadatan dari beton segar. Kepadatan yang rendah akan menimbulkan
porositas. Pengaruh lainnya dari penambahan serat baja adalah peningkatan densitas beton.
Keterangan:
: Beton mutu rendah, beton mutu sedang dan beton mutu tinggi
Variasi Kadar
1%, 1.5%, 0.5%, 1%,
Serat(%) (Volume 0.5%, 1%, 1.5%
2%,2.5% 1.5%
Beton)
Panjang &
60 & 0,75 60 & 0,75
Diameter Fiber -
(mm) (mm)
(mm)
Aspect Ratio 80 80 80
Variasi
Maksimum Serat 2.5% 1.5% 1.5%
Baja
Cepat Rambat
4050 4960 4523
(Kontrol) (m/s)
Penurunan Cepat
17,09% 5,85% 9,09%
Rambat UPV
Analisa Porositas Beton
KESIMPULAN
Berdasarkan data dan analisa penelitian dari perilaku kuat tekan beton dengan penambahan
serat baja dapat disimpulkan bahwa:
Kuat tekan rencana (Fc’ = 25 MPa) tidak tercapai karena pengaruh faktor air semen
yang terlalu tinggi, absorbsi agregat halus yang besar dan gradasi agregat kasar yang
kurang baik.
Semakin tinggi kadar serat baja terhadap volume total (volume fraction) dalam beton
segar maka semakin rendah slump yang didapatkan.
Semakin tinggi kadar serat baja terhadap volume total (volume fraction) maka akan
terjadi efek gumpal (Balling effect) dari serat baja sehingga serat baja tidak tersebar
secara merata dan menyebabkan porositas yang tinggi.
Penambahan serat baja akan meningkatkan densitas dari beton yang telah mengeras.
Metode penambahan serat baja pada beton segar akan mempengaruhi hasil kuat tekan
beton.
Semakin tinggi kadar serat baja dalam beton yang telah mengeras maka semakin tinggi
kuat tekan beton namun semakin tinggi pula porositas dari beton tersebut.
Persentase optimum kadar serat baja berdasarkan penelitian skripsi ini tidak dapat
ditemukan berdasarkan hasil penelitian karena kecenderungan peningkatan kuat tekan
beton akibat penambahan serat baja.
Persentase optimum kadar serat baja pada beton mutu rendah lebih tinggi dibandingkan
dengan beton mutu sedang dan mutu tinggi.
Peningkatan kuat tekan tertinggi sebesar 14,16% pada umur beton 28 hari dengan kadar
serat baja sebesar 2,5%.
Pola keruntuhan beton akan sukar terlihat seiring penambahan serat baja pada beton.
SARAN
DAFTAR REFERENSI
[1] Vikrant.S. (2012). Investigation of Steel Fiber Reinforced Concrete on Compressive and Tensile
Strength. International Journal of Engineering Research & Technology
[2] Standar Nasional Indonesia (2002). Tata cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-
2847-2002). Jakarta: Badan Standarisasi Nasional
[3] Metha, P.K. & Monteiro P.J.M. (2001). Concrete Microstructure, Properties and Materials. Amerika
[4] American Concrete Institute (1991). Standard Practice for Selecting Proportions for Normal Heavyweight
and Mass Concrete (ACI 211.1-91) Amerika: American Concrete Institute
[5] American Society for Testing and Materials (2012). Standard Test Method for Compressive Strength of
Cylindrical Concrete Specimens (ASTM C39/C39M -12). Amerika: ASTM International
[6] American Society for Testing and Materials (2009). Standard Test Method for Pulse Velocity Through
Concrete (ASTM C597-09). Amerika: ASTM International