ABSTRAK
Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan pengaruh tetes tebu dan
super plasticizer terhadap daya kerja, serta kondisi kekuatan dari masing-masing campuran
terhadap kuat tekan beton. Penelitian dilakukan dengan cara percobaan di Laboratorium Teknik
Sipil Universitas Gunadarma Jurusan Sipil. Material yang digunakan dalam percobaan ini
adalaha material yang terdapat di pasaran dan menggunakan air di sekitar laboratorium. Hasil
percobaan menunjukkan adanya perbedaan karakteristik beton yang dicampur dengan tetes tebu
dan super plasticizer.
Kata Kunci: uji Lumpur, rongga udara, beton, zat tambahan
PENDAHULUAN
Beton adalah suatu material yang terdiri dari campuran semen, air, agregat (kasar dan halus) dan
bahan tambahan bila diperlukan. Beton yang banyak dipakai pada saat ini yaitu beton normal. Beton
normal ialah beton yang mempunyai berat isi 2200 – 2500 Kg/m3 dengan menggunakan agregat alam
yang dipecah atau tanpa dipecah dan yang tidak menggunakan bahan tambahan. Daya kerja dapat
memengaruhi jalannya rencana suatu pekerjaan. Untuk daya kerja yang baik dan memperoleh kekuatan
yang diinginkan/direncanakan biasanya menggunakan faktor air semen (F.a.s). Untuk menghindari suatu
pekerjaan yang sangat sulit maka penggunaan faktor air semen membutuhkan adanya zat tambahan yang
berfungsi mengencerkan, tanpa mengurangi atau menambah jumlah air dan semen. Dengan adanya
penambahan zat akan memengaruhi daya kerja, tanpa harus mengurangi tingkat kekuatan kuat tekan
rencananya. Beton yang menggunakan zat tambahan biasanya dapat dipadatkan sehingga rongga udara
dapat dihilangkan/dikurangi, selain itu juga beton dapat lebih homogen, koheren dan stabil selama
dikerjakan serta dapat digetarkan tanpa harus terjadi segregasi/pemisahan butiran dari bahan utama dan
dapat mengalir ke dalam cetakan di sekitar tulangan.
Zat tambahan yang terdapat di pasaran pada umumnya relatif mahal. Penelitian
dilakukan untuk menghasilkan harga beton yang relatif murah dengan kualitas dan mutu beton
yang baik, yaitu beton yang mempunyai kekuatan tinggi dan daya kerja yang bagus. Karena
untuk mempunyai kekuatan yang diinginkan (tanpa penambahan F.a.s) bagi beton dengan harga
terjangkau/relatif murah maka diperlukan zat tambahan yang mampu menambah kekuatan beton,
disamping itu juga harus memperhatikan keadaan bahan pembentuk dari segi harga dan kualitas.
Penambahan zat akan membuat beton bersifat homogen, stabil serta dapat mengalir di sekitar
rongga tulangan dan dapat meningkatkan kekuatan. Zat tambahan yang digunakan adalah tetes
tebu dan super plasticizer, karena tetes tebu mempunyai fungsi yang sama dengan super
plasticizer yaitu bersifat mengencerkan sehingga akan memengaruhi daya kerja tanpa harus
mengurangi kekuatannya.
LANDASAN TEORI
Beton
Beton merupakan ikatan dari material pembentuk,yang terdiri dari campuran semen, air, agregat
(kasar dan halus), semen dan air. Bahan air dan semen disatukan akan membentuk pasta semen, dan
berfungsi sebagai bahan pengikat, sedangkan agregat halus dan agregat kasar sebagai bahan pengisi.
Agregat halus berfungsi sebagai pengisi rongga antara agregat kasar. Bahan dipilih sesuai dengan
ketentuan yang ada, dicampur dengan perbandingan tertentu dan digunakan sedemikian rupa untuk
menghasilkan beton yang diinginkan.
Karakteristik bahan pembentuk bangunan adalah tahan cuaca, kuat dan harga murah. Kualitas.
Pemilihan dari bahan akan memengaruhi beton, karena terdapat banyak variasi yang menuntut dari beton,
yaitu dari segi bentuk kualitas dan mutu dari beton yang dihasilkan serta diperlukan juga pencampuran
yang merata. Pencampuran bahanbahan yang merata akan bersifat homogen yaitu saling mengikat dan
mengisi antara semua bahan pada waktu dilaksanakan pengecoran dan pencetakan beton.
Beton mempunyai keunggulan antara lain kekuatan tekan yang diisyaratkan. Kekuatan beton yang
diisyaratkan pada dasarnya adalah mampu menahan kuat tekan (desak/hancur). Selain itu juga beton lebih
awet terhadap aus, misalnya jalur lalu-lintas, tahan lama selama bertahun-tahun dengan masa bangunan
tersebut yang telah ditetapkan, serta kedap terhadap air dan kemungkinannya kecil dirusak oleh agresi
kimia (menggunakan semen abu terbang). Kemudian juga beton tahan terhadap kebakaran (api), selain itu
juga dari segi biaya untuk membuat beton yang baik biaya yang dikeluarkan relatif kecil dan daya kerja.
Beton juga dapat didesain sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan dari segi bentuk dan kekuatannya..
Beton direncanakan terutama mampu menahan berat dengan kekuatan tinggi akibat beban yang berada di
atas atau di sampingnya yang tidak mampu ditahan oleh kayu dan baja.
Kelemahan beton adalah tidak mampu menahan gaya tarik dan lentur. Biasanya jika beton
diusahakan mampu menahan gaya tarik atau lentur ditambahkan tulangan. Tulangan mempunyai fungsi
yaitu menahan gaya tarik dan lentur sehingga dapat sedikit mungkin menghindari keretakan akibat gaya
tarik atau lentur. Gaya tarik dan lentur biasanya diakibatkan oleh bentangan yang terlalu panjang dan
tinggi yang berlebihan.
Kekurangan yang lain yaitu beton tidak mampu diubah bentuk dan ukurannya jika terjadi
kesalahan pada waktu bila pengerjaan struktur telah dilakukan. Bila menggunakan struktur baja dan kayu
perbaikan dapat dilakukan, tetapi apabila dengan penggunaan konstruksi dengan beton, desain struktur
harus didesain ulang. Karena beton tidak dapat diperbaiki, itupun jika yang terjadi pada beton akibat
kesalahan perencanaan, bukan akibat dari pencampuran beton. Kalaupun akibat kesalahan pencampuran
terjadi (beton dapat terjadi pecah-pecah) kemungkinan kecil dapat diperbaiki tergantung kerusakannya.
Tetapi jika kerusakan terlalu banyak keretakan yang terjadi beton harus didesain ulang.
Pada umumnya beton terdiri dari 15% semen, 8% air, 3% udara, selebihnya pasir dan kerikil.
Campuran tersebut setelah mengeras mempunyai sifat dan kualitas yang berbeda-beda, tergantung pada
cara bermacam-macam faktor. Perbandingan campuran, cara mencampur, cara mengangkut, cara
memadatkan dan sebagainya. Hal itupun akan memengaruhi sifat dan kualitas beton. Sifat beton yang
akan diuraikan tidak selalu semua harus dimiliki oleh setiap konstruksi beton, dan sifatsifat tersebut juga
relatif ditinjau dari segi pemakaian beton itu sendiri.
Daya kerja sulit untuk didefinisikan dengan tepat. Newman mengusulkan agar didefinisikan pada
sekurang-kurangnya tiga sifat yang terpisah, yaitu :
1. Kompakbilitas, atau kemudahan di mana beton dapat dipadatkan sehingga rongga udara
dapat dihilangkan/dikurangkan.
2. Stabilitas, atau kemampuan beton tetap sebagai massa yang homogen, koheren, dan stabil
selama dikerjakan dan digetarkan tanpa terjadi segregasi/pemisahan butiran dari bahan
utama.
3. Mobilitas, atau kemudahan di mana beton dapat mengalir ke dalam cetakan di sekitar
tulangan dan dapat dituang kembali.
Tak satu pun dari pengujian yang ada memberikan petunjuk lengkap pada tingkatan di mana sifat-
sifat ini dikembangkan dalam campurannya. Faktor pemadatan pengujian V – B dan pengujian lumpur
merupakan petunjuk umum yang paling berguna sekarang ini. Di antaranya pengujian lumpur yang
terkenal di lapangan, baik di negara Indonesia dan Amerika, sedangkan pengujuan V – B dan pengujian
faktor pemadatan telah meluas penggunaannya di laboratorium. Uji lumpur adalah petunjuk yang baik
dari mobilitas dan stabilitas beton dengan daya kerja menengah atau tinggi. Pengujian faktor pemadatan
dirancang pada stasiun penelitian bangunan dan mempunyai keuntungan tertentu di dalam mengukur
derajat pemadatan untuk pekerjaan tertentu. Perubahan air/semen lebih sensitif terhadap campuran yang
banyak semen dari pada campuran yang kurang semen dimana terjadi pencampuran partikel.
Keawetan atau durabilitas merupakan sifat dimana beton harus tahan terhadap pengaruh luar
akibat dari udara dan suhu yang dapat mengakibatkan beton dehidrasi kekurangan air selama perawatan.
Kerusakan beton akibat pamanasan, dan pengeringan, juga penjalaran retak, merupakan hal-hal yang
sangat penting. Adanya rongga-rongga udara akan menambah kerusakan sehingga sangat berpengaruh
terhadap keawetan beton.
Faktor yang menentukan kuat tekan jenis semen, jenis dan bentuk bidang permukaan
agregat, efisiensi perawatan, suhu, umur, dan pengujian konsistometer V-B. Jenis semen
memengaruhi kekuatan rata-rata dan kuat batas beton. Penggunaan agregat akan menghasilkan
beton dengan kuat desak yang lebih besar dengan menggunakan kerikil yang banyak mempunyai
lekuk dan tekuk. Perawatan adalah hal yang sangat penting pada pekerjaan lapangan dan pada
pambuatan benda uji. Cara perawatan benda uji beton terdapat dalam SK SNI M-62-1990-03.
Pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah dengan bertambahnya suhu sehingga proses
pengikatan yang terjadi antara butiran agregat lebih menjadi homogen. Dilihat dari umur, pada keadaan
yang normal, kekuatan beton bertambah dengan umurnya. Kecepatan bertambahnya kekuatan tergantung
pada jenis semen. Pengujian Konsistometer V – B terutama sesuai untuk pengukuran laboratorium
terhadap daya kerja sangat rendah dan dipadatkan dengan penggetar, dan campuran beton isi udara.
Ketepatannya berkurang dengan kenaikan ukuran agregat. Pada agregat yang mempunyai ukuran
maksimum lebih dari 20mm hasilnya diragukan ketepatannya ( V - B yaitu pengujian dengan cara uji
lumpur dan pengujian beton segar menggunakan waktu yang diukur sehingga disebut derajat V – B).
Suatu petunjuk terhadap hubungan lumpur, faktor pemadatan dan waktu V - B diberikan dalam Gambar
1.
Gambar 1. Hubungan antara lumpur, factor pemadatan dan waktu V-B.
Pembuatan Beton
Beton dengan kualitas yang bagus akan diperoleh menggunakan bahan agregat kasar maupun
halus yang mempunyai gradasi butiran yang baik (sesuai dengan peraturan/syarat yang berlaku di
Indonesia). Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar
(aduk) dan beton. Agregat kasar diklasifikasikan menjadi dua (2), yaitu agregat alam dan agregat buatan.
Agregat alam mempunyai butiran yang beraneka ragam sedangkan agregat buatan dapat ditentukan
ukuran dari jenis butiran yang diinginkan. Penentuan ukuran butiran yang baik biasanya terdapat dalam
aturan- SK SNI T-15-1990-03.
Pencampuran dapat dilakukan dengan dua (2) cara, yaitu pencampuran dengan mesin dan
tangan. Pencampuran bahan meggunakan mesin hasilnya hampir seragam, tetapi perlu suatu referensi
untuk mencampur dengan mesin. Pencampuran dengan tangan biasanya tidak dapat dikerjakan dengan
sempurna dikarenakan pencampuran dengan tangan memerlukan tenaga yang lebih besar dan hasilnyapun
tidak seragam .
Mesin pencampur beton ada dua (2) jenis, di antaranya mempunyai tempat pecampuran yang
berjalan atau yang tetap. Mesin pencampur berisi tempat pecampur dengan pisau putar berbentuk bintang.
Alat ini merupakan alat campur yang paling efisien dari segi keseragaman beton yang dihasilkan.
Keseragaman beton sukar diukur, tetapi dapat terbukti bahwa banyak variasi yang terjadi pada hampir
semua jenis alat pecampur, menyangkut dari proporsi material yang dipilih dalam takaran yang sama.
Pengadukan yang baik terlebih dahulu dilakukan dengan cara pencampuran yang baik,
dikarenakan bila pencampuran tidak baik di dalam pengadukan akan terdapat gumpalan mortar yang tidak
menyatu semuanya. Hal ini akan berakibat buruk pada pengecoran. Pengadukan beton yang baik
dilakukan dengan pencampuran air yang perlahan-lahan kemudian dicampurkan dengan semen sehingga
menyatu kemudian pasir lalu kerikil.
Pemadatan yang baik dilakukan menggunakan mesin yang dinamakan concrete vibrator.
Concrete vibrator berfungsi menghilangkan rongga beton sehingga pasir yang berfungsi sebagai
pengisi dapat mengisi rongga. Pemadatan dilakukan hanya menggunakan metode manual dan
digetarkan oleh meja penggetar. Standar pemadatan yang baik terdapat dalam SK SNI M-62-
1990-03.
Reaksi kimia yang terjadi pada pengikatan dan pengerasan beton tergantung pada
pengadaan airnya. Meskipun pada keadaan normal, air yang tersedia dalam jumlah yang memadai
untuk hidrasi penuh selama pencampuran, perlu adanya jaminan bahwa masih ada air yang
tertahan. Penguapan dapat mengakibatkan kehilangan air yang cukup berarti sehingga
mengakibatkan proses hidrasi, dengan konsekuensi berkurangnya tingkat kekuatan dan terjadi
keretakan. Oleh karena itu direncanakan suatu perawatan untuk mempertahankan beton supaya
terus-menerus berada dalam keaadaan basah selama perioda beberapa hari atau bahkan beberapa
minggu, termasuk pencegahan penguapan dengan pengadaan beberapa selimut pelindung yang
membasahi permukaan secara berulang-ulang.
Perawatan yang baik terhadap beton akan memperbaiki kualitasnya. Disamping
lebih kuat dan lebih awet terhadap agresi kimia, beton juga akan tahan terhadap aus
karena lalu lintas, dan lebih kedap air.
METODE PENELITIAN
Prosedur percobaan
PEMBAHASAN
Tabel 1 menunjukkan rata-rata berat, hasil uji Lumpur dan uji rongga udara beton segar yang
dihasilkan.
Tabel 1. Rata-rata berat, uji lumpur, dan rongga udara beton segar yang dihasilkan
Jumlah Rata-rata berat Tipe Bahan tambahan Nilai
benda uji isi (kg/m3) percobaan SP Tetes tebu Uji lumpur Uji kandungan
udara
20 2257,78 I 2% 35 mm 1,8 Kg/m3
20 2257,78 II 1% 30 mm 1,7 Kg/m3
20 2227,26 III 2% 60 mm 1,4 Kg/m3
20 2229,33 IV 1% 50 mm 1,5 Kg/m3
20 2247,18 VA 30 mm 1,8 Kg/m3
20 2247,18 VB 30 mm 1,8 Kg/m3
Tipe II dan V Tipe I Tipe III & IV 30mm 35mm 60mm & 50mm
Gambar 2. Hasil uji Cone
Gambar 2. Perbedaan nilai Lumpur untuk tiap tipe
70 60 50 40 30 20 10 0
GRAFIK 5.1 PERBANDINGAN NILAI LUMPUR
I II III IV V A V B
Tipe Benda Uji
Nilai Lumpur ( mm )
Nilai kandungan udara didapat dari pengukuran penurunan angka udara yang dikalikan
2
dengan faktor koreksi. Nilai koreksi yang dipakai pada penelitian ini untuk tekanan 1 kg/cm
adalah 1.5. Faktor ini tidak memberikan banyak perbandingan karena tingkat udara di dalam beton
segar tidak terlalu banyak nilai perbedaan angkanya.
3
Nilai Air Content ( Kg/m )
2
1.8
1.6
1.4
1.2 1
0.8
0.6
0.4
0.2 0 I II III IV V A V B
GRAFIK 5.2 PERBANDINGAN NILAI AIR CONTENT
Pengukuran kuat tekan rata-rata dan penyusutan untuk setiap perlakuan ditunjukkan Tabel 2. Hasil
menunjukkan bahwa perbandingan kuat tekan untuk zat tambahan super plasticizer tipe I dan II
mempunyai perbedaan kekuatan sebesar 9.36 kg/cm2. Tipe III dan IV mempunyai perbedaan 8.52 kg/cm2.
Semua tipe perlakuan mempunyai perbedaan yang jelas dengan control. Tipe I mempunyai kekuatan
lebih besar dibandingkan dengan kontrol, yaitu sebesar 4,31 kg/cm2 atau sekitar 1,83 %, tipe II sebesar
9,15 kg/cm2 atau sekitar 3,88 %, sedangkan untuk tipe III dan IV mempunyai perbedaan penurunan nilai
kekuatan sebesar 17,14 kg/cm2 dan 12,67 kg/cm2 atau sekitar 7,27 %v dan 5,38 % secara berturut-turut.
Tabel 2. Nilai kuat tekan rata-rata dan penyusutan
Tipe SP Tetes Kuat tekan Jumlah Penyusutan Deviasi
Tebu Karakteristik ( Benda ( mm ) Standar
Kg/cm2 ) Uji
I 2% 240,01 20 ± 0,01 10,15
2
Kuat Tekan ( Kg/cm )
245 240 235 230 225 220 215 210 205 200
GRAFIK 5.3 PERBANDINGAN KUAT TEKAN
I II III IV V A V B
Tipe Benda Uji
Konsentrasi super plastcizer juga memberikan perbedaan kekuatan, dimana kekuatan
yang diberikan konsentrasi 2% lebih tinggi dibandingkan 1%. Konsentrasi tetes tebu juga
memberikan perbedaan, tetapi konsentrasi 2% memberikan kekuatan tekan yang lebih rendah
dibandingkan konsentrasi 1%. Beton yang menggunakan zat tambahan tetes tebu lebih besar
penyusutannya. Hal ini disebabkan tetes tebu mempunyai penguapan air yang lebih besar,
sehingga dehidrasi yang terjadi pada beton lebih besar.
Saran
1. Penentuan presentase zat tambahan super plasticizer tidak hanya dilihat dari penggunaan semennya
saja, tetapi ada zat tambahan super plasticizer yang memengaruhi penggunaan pengurangan air.
2. Penelitian selanjutnya sebaiknya mencoba super plasticizer dengan persentasi yang lebih besar agar
dapat dilihat daya kerja dan kekuatannya (dengan sampel yang lebih banyak).
3. Penelitian selanjutnya untuk uji kuat tekan diuji dengan skala umur yang panjang agar kita
mengetahui kekuatan beton itu dalam umur yang lama.
DAFTAR PUSTAKA
Stephanus Hindarko, Bahan dan Prakatek Beton, Terjemahan Erlangga, 1991.
R. Sagel, P. Kole, Gideon Kusuma, Pedoman Pengerjaan Beton Berdasarkan SK SNI T-15-1991-
03,Erlangga,1994.
Newman, K, Properties of Concrete, Strucktural Concrete, 2, No.11,Sept/Okt, 1965.
Cusens, A.R, The measurement of Workability af Dry Concrete Mixes, Mag, Concr.Res.,8,No.22, March
1965.
BS 1926: 1962. Spesification for Ready Mixed Concrete. British Standar Institution.
Price, W.H., Factor Influencing Concrete Strength. J. Amer, Conr. Inst., 47 Feb. 1953 pp 417-31
Departemen Pekerjaan Umum, Peraturan Beton Bertulang, Bab 3.3, 1971
Departemen Pekerjaan Umum, Tata Cara Pembuatan Beton Normal, SK SNI T-15-1990-03
Departemen Pekerjaan Umum, Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium, SK
SNI M-62-1990-03
Pekerjaan Umum, Metode Pengujian Kuat Tekan Beton, K SNI M-14-1989-F
Laboratorium Beton,Diktat Praktikum Teknik Sipil
Pekerjaan Umum, Metode Pengujian Lumpur Beton, SK SNI M-12-1989-F
Quinion, D.W.,Super plasticizer in concrete – a Riview of Internasional experience of Long-lem
Reliability, Construction Industry Research and Information Association, Report 62, September
1976.