Anda di halaman 1dari 17

Studi Pengaruh Penggunaan Agregat Halus Daur Ulang Dari

Limbah Beton Padat dengan Penambahan Admixture Glenium C-


316 Terhadap Kuat Tekan, Kuat Lentur Dan Susut Pada Beton

Annisa Amalia Hidayah1, Elly Tjahjono2, Essy Arijoeni3

1. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,
Depok, 16424, Indonesia
2. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,
Depok, 16424, Indonesia
3. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,
Depok, 16424, Indonesia

E-mail:annisa.amalia@hotmail.com

Abstrak

Hampir semua material yang digunakan untuk pembuatan beton menggunakan bahan dari alam
menyebabkan berkurangnya sumber daya alam yang ada. Dilihat dari sisi lain, banyak terdapat
limbah beton yang hanya menjadi limbah di tempat pembuangannya. Penelitian ini akan
menggunakan agregat halus daur ulang sebagai agregat pada beton. Komposisi benda uji terdiri
dari 0%, 20%, 40%, dan 60% agregat halus daur ulang dari limbah beton mutu K350-K400
menggunakan bahan tambah superplasticizer Glenium C-316. Pengujian meliputi, yaitu pengujian
kuat tekan, kuat lentur, dan susut pada beton. Kuat tekan beton dengan komposisi 20% agregat
halus daur ulang meningkat dari kuat beton normal pada umur 7, 21 dan 28 hari. Tegangan lentur
beton dengan komposisi 20% agregat halus daur ulang mengalami penurunan sebesar 8.54% dari
beton normal. Susut beton dengan komposisi 60% agregat kasar daur ulang mempunyai nilai susut
tertinggi dibandingkan dengan campuran lainnya.

Study of Using Fine Recycled Aggregate of Solid Waste Concrete


K300-K350 with Addition of Admixtures Glenium C-316 to
Compressive Strength, Flexural Strength and Shrinkage in
Concrete
Abstract

Almost all of the materials used for the manufacture of concrete using materials from nature,
causes natural resources that exist decrease. Besides, there are a lot of concrete waste at a waste
disposal. This study will use recycled fine aggregate in concrete. Composition of the test object
consists of 0%, 20%, 40%, and 60% of fine recycled aggregate from waste concrete K350-K400
with addition superplasticizer Glenium C-316. Testing includes, compressive strength test, flexural
strength, and shrinkage in concrete. Compressive strength of concrete with a composition of 20%
recycled fine aggregate increase compared to normal concrete at the age of 7, 21 and 28 days.
Flexure strength of concrete with a composition of 20% recycled fine aggregate decreased by
8.54% compared to normal concrete. Shrinkage of concrete with a composition of 60% recycled
coarse aggregate has the highest shrinkage values compared to other mixtures.

Keywords:
concrete, recycled aggregate, compressive strength, flexural strength, shrinkage

Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015




1. Pendahuluan

Hampir semua material yang digunakan untuk pembuatan beton menggunakan bahan dari
alam. Disebabkan oleh maraknya penggunaan beton sebagai bahan utama konstruksi, terjadi
pula penambangan besar-besaran batu dari alam. Hal ini menyebabkan semakin sedikitnya
kapasitas yang dihasilkan dari alam. Selain dari tingginya kebutuhan bahan dari alam yang
pada dasarnya tidak akan bertambah, penggunaan beton sebagai bahan utama konstruksi juga
menyebabkan banyak sisa beton padat ataupun sisa beton ready mix yang sudah tidak
terpakai dan menjadi limbah yang merugikan lingkungan sekitar. Usaha untuk memanfaatkan
limbah beton bukan saja akan mengurangi masalah lingkungan akan tetapi dapat memberikan
nilai ekonomis terhadap konstruksi, serta suatu upaya pelestarian sumber daya alam sehingga
diadakan penelitian di mana limbah-limbah tersebut dapat dimanfaatkan kembali dengan cara
mendaur ulang.

Pada penelitian ini, beton daur ulang yang didapatkan dari sisa pengujian beton pada
laboratorium diharapkan dapat mencapai mutu beton yang sama seperti beton induk sebelum
dihancurkan. Limbah beton yang digunakan juga dibatasi pada suatu mutu tertentu dan tidak
berasal dari campuran mutu beton yang lain, sehingga pada hasil penelitian dapat terlihat
perbedaan antara pengaruh pemakaian agregat daur ulang dan agregat alam untuk beton serta
perbedaan karakteristik kedua material tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
• Mengetahui karakteristik agregat halus daur ulang, yaitu gradasi butiran, absorpsi, dan
berat isi.
• Mengetahui pengaruh agregat halus daur ulang dengan penambahan Glenium C-316
dalam campuran beton baru terhadap kekuatan tekan, kuat lentur dan susut beton
sehingga didapatkan kadar optimum penggunaan agregat halus daur ulang.
• Menganalisa kadar optimum agregat halus daur ulang dengan penambahan Glenium C-
316 agar dihasilkan kuat tekan, kuat lentur dan susut yang optimum.

2. Tinjauan Teoritis

Beton dan Material Penyusun Beton


Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik lainnya, agregat kasar,
agregat halus, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat
berdasarkan (Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung ( SNI 03 - 2847
- 2002 ), 2002). Beton juga termasuk material komposit karena memiliki material penyusun
yang berbeda – beda dan juga dapat ditambahkan admixture untuk mencapai berbagai

Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015


karakteristik dan sifat beton yang diinginkan. Beton sangat diminati di industri konstruksi
karena memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah mudah dikerjakan dengan cara
mencampur semen, agregat, air dan bahan tambahan lain bila diperlukan dengan
perbandingan tertentu.

Beton Daur Ulang


Beton daur ulang merupakan beton yang komponen pembentuknya menggunakan agregat
daur ulang yang berasal dari pecahan limbah beton hasil pembongkaran bangunan, hasil
pengetesan mutu beton, sisa ready mix beton dan lain-lain. Dalam penelitian ini limbah beton
yang digunakan adalah limbah beton yang berasal dari hasil pengetesan Laboratorium Stuktur
dan Material Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Limbah beton
dimasukkan ke dalam mesin crusher sehingga didapatkan butiran dengan ukuran tertentu.
Agregat yang berasal dari penghancuran limbah beton dapat berupa pecahan-pecahan agregat
yang terbelah, atau mungkin agregat yang masih terlapis dengan mortar di permukaannya,
atau pecahan mortar. Dalam penelitian ini, agregat yang digunakan adalah agregat halus daur
ulang. Karakteristik agregat daur ulang berbeda dengan karakteristik agregat yang berasal
dari alam, sehingga karakteristiknya harus diuji sebelum dilakukan penelitian.

Sifat Mekanis Beton


Sifat-sifat mekanis pada beton dibedakan menjadi dua tinjauan, yaitu sifat mekanis pada
jangka waktu pendek dan sifat mekanis pada jangka waktu panjang. Pada penelitian ini akan
dibatasi sifat-sifat mekanis yang ditinjau yaitu kuat tekan beton, kuat lentur beton dan susut
pada beton.

Kuat tekan beton dapat diketahui dengan pengujian menurut ASTM C39/C39N-05 atau SNI
1974.2011 tentang Cara Uji Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji Silinder yang Dicetak.
Dalam pengujian kuat tekan beton, sampel yang digunakan berbentuk silinder dengan
diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. secara teori, beton akan mengalami pengerasan
sempurna dan mencapai kekuatan puncaknya pada umur 28 hari, dan siap untuk menerima
beban rencana yang direncanakan. Pengujian terhadap kuat tekan beton dilakukan pada beton
umur 7 hari, 28 hari dan 56 hari. Kuat tekan beton bertambah sesuai dengan bertambahnya
umur beton, faktor yang mempengaruhi kecepatan bertambahnya kekuatan beton tersebut
antara lain : faktor air – semen dan suhu perawatan beton.


Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015


Dalam kata lain, kuat lentur beton adalah kemampuan balok beton untuk menahan gaya
dengan arah tegak lurus sumbu yang diberikan sampai balok patah. Kuat lentur pada beton
perlu diketahui untuk mengetahui lendutan dan retak yang terjadi pada balok. Kuat lentur
maksimum beton akan dialami pada bagian serat bawah balok beton dan disebut sebagi
modulus of rupture, yang besarnya tergantung dari panjang balok dan jenis pembebanannya.
Pengujian kuat lentur dilakukan pada balok berukuran 150 mm x 150 mm x 600 mm.
Pembebanan akan dilakukan pada dua titik dengan jarak 1/3 bentang, dan pemnbebanan
dilakukan hingga benda uji patah. Pengujian kuat lentur beton menggunakan metode third
point loading sehingga data yang didapatkan merupakan lentur murni tanpa adanya gaya
geser.

Susut pada beton adalah perubahan volume pada beton yang tidak disebabkan oleh
pembebanan, melainkan disebabkan oleh hilangnya air akibat penguapan selama proses
pengerasan yang dipengaruhi oleh panas yang ditimbulkan oleh hidrasi semen ataupun karena
kehilangan uap air. Penyusutan pada beton akan mengakibatkan keretakan pada beton yang
masih plastis dan berpengaruh terhadap berkurangnya mutu beton yang dihasilkan.

Bahan Admixture
Menurut hipotesis dan penelitian yang dilakukan sebelumnya, agregat yang berasal dari
limbah daur ulang akan memiliki nilai absorbsi yang lebih tinggi dari agregat yang berasal
dari alam sehingga akan terjadi penyerapan yang berlebihan, sehingga air yang akan
digunakan untuk proses hidrasi akan berkurang dan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya.
Untuk mencegah hal tersebut, dalam penelitian ini akan ditambahkan superplasticizer
Glenium C-316.

3. Metode Penelitian

Metode yang akan dilaksanakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental, dimana
percobaan tersebut akan dilaksanakan didalam laboratorioum untuk mendapatkan data, yang
kemudian akan digunakan pada proses analisis. Penelitian yang dilakukan mengacu kepada
standar SNI dan ASTM untuk metode dan prosedur pada saat perencanaan, perhitungan,
maupun pengujian.Tahap-tahap yang akan dilalui adalah sebagai berikut:


Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015


Persiapan Pengujian
Studi Bahan Karakteris6k Perancangan Pembuatan Pengumpulan Analisis
Literatur Bahan Benda Mix Design Benda uji Data Data
Benda Uji Uji

Gambar 1. Flowchart Metodologi Penelitian


Sumber: Olahan Penulis

Kebutuhan Benda Uji


Untuk kuat tekan, benda uji dibuat dengan variasi penggunaan agregat halus daur ulang
sebesar 0%, 20%, 40%, dan 60%. Benda uji divariasikan juga untuk umur pengetesan 7, 21,
dan 28 hari untuk uji kuat tekan dan 28 dan 56 hari untuk pengetesan kuat lentur. Sehingga
jumlah kebutuhan benda uji untuk penelitian ini disajikan pada tabel sebagai berikut.

Tabel 1. Jumlah sampel tiap komposisi penggunaan agregat daur ulang

Jumlah sampel tiap komposisi agregat


Nama Pengujian Hari Pengujian
daur ulang (0%, 20%, 40%, 60%)

7 5 sampel
21 5 sampel
Uji Kuat Tekan
28 5 sampel
56 5 sampel
28 3 sampel
Uji Kuat Lentur
56 3 sampel
Uji Susut setiap hari 3 sampel
Sumber: Olahan Penulis

Tabel 2. Jumlah sampel tiap pengujian

Jumlah
No Nama Pengujian
Sampel

1 Tes kuat tekan 80 sampel

2 Tes kuat lentur 20 sampel

3 Tes susut 12 sampel

Σ 112 sampel
Sumber: Olahan Penulis

Sumber dan Pemetaan Mutu Limbah Beton


Limbah beton tersebut dikumpulkan berdasarkan hasil uji kuat tekan dimana mutu beton uji
yang diambil mencapai mutu diantara K350-K400 pada umur 28 hari. Limbah beton yang
digunakan merupakan beton hasil pengujian di Laboratorium Struktur dan Material


Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015


Departemen Teknik Sipil Universitas Indonesia dan hasil pengujian di Laboratorium PT.
Adhimix Indonesia.

Persebaran Mutu Limbah Beton


35

30

25
Jumlah

20

15
Limbah Beton
10

0
K350-K360 K361-K370 K371-K380 K381-K390 K391-K400
Mutu

Gambar 2. Grafik Pemetaan Mutu Limbah Beton


Sumber: Olahan Penulis

4. Hasil Penelitian

Analisa Agregat
Sebelum membuat sample benda uji, terlebih dulu dilakukan pengujian material yang
diperlukan sebagai data masukan dalam pembuatan mix design beton. Material yang diuji
adalah agregat kasar, agregat halus dan agregat halus daur ulang. Pengujian agregat bertujuan
untuk mengetahui karakteristik yang dimiliki dari agregat alam dan daur ulang serta
membandingkan kedua hal tersebut untuk mendapatkan proporsi campuran beton yang
optimal.

Tabel 3. Perbandingan hasil uji agregat halus alam dan daur ulang
Sumber: Olahan Penulis
Agregat Kasar Daur
Jenis Pengujian Agregat Kasar Alam Standar ASTM
Ulang
Berat Isi 1430 kg/m3 1353 kg/m3 1400-2200 kg/m3
Absorpsi 6.6 % 11 % <4%
Abrasi 30.9 % 31,2% 15 – 50 %


Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015


Tabel 4. Perbandingan hasil uji agregat kasar alam dan daur ulang
Jenis Pengujian Agregat Alam Agregat Daur Ulang Standar ASTM
! !
Berat Isi 1530 kg/𝑚 1551 kg/𝑚 1300-1900 kg/𝑚 !
Absorpsi 5.7% 20.48% 2.3 %
Kadar Lumpur 3.8 % 2% 0,2 – 6 %
Kotoran Organik No. 2 No.2 Maks. No. 3
FM 2.98 1.9 2,3 – 3,1
Sumber: Olahan Penulis

Properti material agregat halus alam memiliki karakteristik yang hampir sama dengan
agregat halus alam namun terdapat perbedaan yang besar yaitu pada nilai absorpsi agregat
daur ulang yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan agregat halus alam. Hal ini
dikarenakan agregat daur ulang yang berasal dari pecahan beton mempunyai porosity yang
lebih besar, sehingga menambah nilai absorpsi dari agregat.

Mix Design
Dalam proses perancangan campuran beton, campuran beton dibuat berdasarkan nilai
kekuatan rencana. Perhitungan mix design atau perhitungan campuran beton yang dilakukan
mengacu kepada Standar Nasional Indonesia yang diatur dalam Tata Cara Pembuatan
Rencana Campuran Beton Normal (SNI, Tata Cara Pembuatan Rencana Campran Beton
Normal, 2002).
Berikut merupakan data – data untuk melakukan perhitungan mix design:
• Kuat tekan rencana : 30 MPa
• MSA : 20 mm
• w/c : 0.43
• Target slump : 60 – 180 mm

Perhitungan menggunakan metode SNI akan menghasilkan kebutuhan material per 1 m3,
kemudian dapat dihitung jumlah agregat daur ulang yang dibutuhkan dengan variasi
komposisinya. Berikut merupakan detail rincian kebutuhan material untuk beton normal:
• Fc’ : 30 MPa
• Fc’ ( SNI ) : 42 MPa
• Air : 195 kg/m3
• Semen : 453.49 kg/m3
• Faktor Air Semen : 0.43
• Agregat Halus : 696.74 kg/m3


Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015


• Agregat Kasar : 1089.77 kg/m3
• Superplasticizers : 1 L / 100kg semen

Berikut merupakan detail rincian kebutuhan material untuk beton daur ulang:
• Air : 195 kg/m3
• Semen : 453.49 kg/m3
• Agregat Halus : 696.74 kg/m3
• Agregat Halus DU
o 20% : 139.34 kg/m3
o 40% : 278.68 kg/m3
o 60% : 418.04 kg/m3
• Agregat Kasar : 1089.77 kg/m3
• Superplasticizers : 1 L / 100kg semen

Analisa Pengujian Kuat Tekan


Pengujian kuat tekan dilakukan untuk mengetahui kuat tekan beton berbentuk silinder yang
dibuat serta dirawat di Laboratorium Struktur dan Material Teknik Sipil Universitas
Indonesia. Pengujian kuat tekan beton dilakukan dengan mengacu pada standar ASTM C.39.
Pengujian kuat tekan dilakukan dengan cara pemberian beban langsung terhadap benda uji
menggunakan alat tekan hidrolik sehingga diperoleh beban ultimate beton. Pengujian bersifat
destruktif sehingga beban diberikan sampai benda uji hancur sehingga tidak dapat digunakan
untuk pengujian selanjutnya. Berikut merupakan hasil pengujian tes tekan dari setiap variasi
komposisi pada umur 7 hari, 21 hari, 28 hari dan perbandingan hasil tersebut dengan beton
normal yang digunakan sebagai acuan:


Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015

Perbandingan Kuat Tekan Beton Terhadap


Umur
35
30
Kuat tekan (MPa)
25
20 0%

15 20%

10 40%

5 60%

0
0 5 10 15 20 25 30
Hari

Gambar 2. Grafik Perbandingan Kuat Tekan Beton Terhadap Umur

Perbandingan Kuat Tekan Terhadap Presentase Agregat Halus Daur


Ulang
35.00

30.00
KUAT TEKAN (MPa)

25.00

20.00
7 hari
15.00
y = -7.6603x + 24.161 21 hari
R² = 0.77592
10.00 y = -8.9732x + 28.372 28 hari
R² = 0.30812 y = -12.025x + 33.167
5.00 R² = 0.63285

0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
KOMPOSISI AGREGAT HALUS DAUR ULANG

Gambar 3
Dari grafik dapat dilihat bahwa benda uji dengan komposisi agregat halus daur ulang sebesar
20% pada umur 7, 21 dan 28 hari menghasilkan kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan beton normal. Sedangkan beton dengan komposisi agregat halus daur ulang sebesar
40% dan 60% menghasilkan kekuatan yang lebih kecil dibandingkan dengan beton normal
pada umur 7, 21 dan 28.


Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015


Tabel 5. Persentase kenaikan kuat tekan beton daur ulang terhadap beton normal
Komposisi Agregat Kenaikan Kuat Tekan Terhadap
No Umur
Halus Daur Ulang Beton Normal (%)
1 7 9.99
2 20 21 0.40
3 28 1.89
4 7 -0.91
5 40 21 -3.75
6 28 -9.60
7 7 -6.69
8 60 21 -21.16
9 28 -10.73

Beton yang menggunakan komposisi campuran 20% agregat halus daur ulang menghasilkan
kenaikkan kuat tekan yang signifikan hingga pada umur 7 hari, yaitu peningkaan sebesar
9.99% dari kuat tekan beton normal. tetapi kenaikkan kuat tekan tidak terlalu signifikan pada
umur 21 dan 28 hari. Analisa dari kenaikan kuat tekan ini adalah adanya penambahan
superplasticizer pada campuran beton sehingga menghasilkan kuat tekan yang lebih tinggi
daripada beton normal yang tidak menggunakan bahan tambahan. Selain itu, nilai komposisi
agregat halus daur ulang yang kecil sehingga absorpsi agregat tidak berpengaruh banyak
terhadap kekuatan beton yang dihasilkan.

Beton dengan komposisi campuran agregat halus daur ulang 40% dan 60% menghasilkan
nilai kuat tekan lebih rendah dibandingkan benda uji lainnya hingga umur 28 hari, dan
penurunan kekuatan terbesar terjadi pada beton dengan 60% agregat halus daur ulang umur
21 hari yaitu sebesar 21.16% dari kuat tekan beton normal. Penurunan kuat tekan beton
disebabkan oleh peningkatan penggunaan material daur ulang yang memiliki nilai absorpsi
dan porositas yang lebih besar bila dibandingkan dengan agregat yang berasal dari alam.
Semakin besar nilai absorpsi maka semakin banyak air pada campuran beton yang terserap.

Analisa Pengujian Kuat Lentur


Pengujian kuat lentur beton menggunakan metode third point loading sehingga data yang
didapatkan merupakan lentur murni tanpa adanya gaya geser. Metode pengujian kuat lentur
ini adalah pemberian dua buah beban yang bekerja pada jarak 1/3 panjang span (L) secara
kontinu sampai benda uji tidak dapat menahan gaya yang diberikan dan kemudian patah.
Hasil pengujian kuat lentur untuk beton normal dan beton dengan campuran agregat halus
daur ulang dapat dilihat sebagai berikut:


Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015

Perbandingan Kuat Lentur Beton Normal


dengan Beton Agregat Halus Daur Ulang
33.5
Tegangan Lentur (kg/cm2 ) 33
32.5
32
31.5
31
30.5
30
29.5
29
0 10 20 30 40 50 60 70
Komposisi Agregat Halus Daur Ulang (%)

Gambar 4. Perbandingan Kuat Lentur Beton Normal dengan Beton Agregat Halus
Daur Ulang

Tabel 6. Nilai Kuat Lentur Beton Normal dan Beton dengan Agregat Halus Daur
Ulang
Dimensi Mix Beban T. Lentur
Berat
Kode Umur b h L Desig Rata2
(kg) ( kg )
(cm) (cm) (cm) n (kg/cm2)
N-TL-0-28-1 32.1 15.27 15.29 60 M1 1700
N-TL-0-28-2 28 32 15.15 15.21 60 M2 2450 33.12
N-TL-0-28-3 31.9 15.09 15.27 60 M3 2720
I-TL-20-28-1 32.2 15.3 15.67 60 M1 2450
I-TL-20-28-2 28 31.8 15.47 15.53 60 M2 2540 30.29
I-TL-20-28-3 32 15.33 15.23 60 M4 2440
I-TL-40-28-1 32.2 15.27 15.38 60 M1 2230
I-TL-40-28-2 28 31.9 15.37 15.38 60 M2 2570 29.65
I-TL-40-28-3 32 15.32 15.32 60 M3 2360
I-TL-60-28-1 32.1 161.4 154 60 M1 2420
I-TL-60-28-2 28 31.8 161.3 151 60 M3 2510 29.73
I-TL-60-28-3 32.8 154 150.5 60 M5 2500

Kuat lentur beton normal tanpa campuran agregat halus daur ulang memiliki nilai yang lebih
besar dibandingkan dengan beton yang menggunakan agregat halus daur ulang sebagai
campurannya. Benda uji dengan komposisi agregat halus daur ulang 20% mengalami
penurunan kuat lentur sebesar 8.54% dibandingkan dengan beton normal pada umur 28 hari,
dan benda uji dengan komposisi agregat halus daur ulang yang lebih besar yaitu 40% dan
60% mengalami penurunan nilai tegangan lentur sebesar 10.48% dan 10.24%. Hal ini

Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015


disebabkan oleh daya serap air pada agregat halus daur ulang yang tinggi, sehingga air yang
digunakan dalam proses hidrasi untuk membentuk ikatan dengan semen akan terserap oleh
agregat halus daur ulang dan dapat menyebabkan penurunan nilai kuat lenturnya. Penurunan
nilai kuat lentur sampel dengan agregat halus daur ulang sebagai campuran.

Analisa Pengujian Susut


Pengujian ini dilakukan sesuai dengan ASTM C 490-04. Pengujian ini dilakukan kepada 12
sampel dengan jenis pengetesan susut drying shrinkage, yang terdiri dari 4 sampel susut
dengan menggunakan stand permanen (tetap) serta 8 sampel susut dengan menggunakan
stand portable (mobile), yang terdiri dari benda uji agregat daur ulang 0%, 20%, 40%, dan
60%. Kedua jenis pengetesan ini dilakukan setiap harinya untuk mendapatkan perbandingan
susut yang dihasilkan oleh beton dengan dua metode yang berbeda.

Gambar 5. Grafik Perbandingan Susut Beton Normal dan Beton Daur Ulang


Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015

Gambar 6. Grafik Perbandingan Susut Beton Normal

Gambar 7. Grafik Perbandingan Susut Beton 20% Agregat Halus Daur Ulang


Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015

Gambar 8. Grafik Perbandingan Susut Beton 40% Agregat Halus Daur Ulang

Gambar 9. Grafik Perbandingan Susut Beton 60% Agregat Halus Daur Ulang

Perhitungan %shrinkage didapatkan dari perbandingan penurunan tinggi (ΔL) yang terbaca
pada dial terhadap tinggi sebelumnya. Dari grafik dapat dilihat bahwa beton dengan
campuran agregat halus daur ulang memiliki nilai penyusutan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan beton normal.


Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015

Benda uji susut pada stand portable mengalami nilai penyusutan yang lebih besar
dibandingkan dengan benda uji susut yang berada pada stand permanen, karena mengalami
pengikisan permukaan beton pada saat proses pengujian. Selain itu, beberapa kendala yang
terjadi selama pengujian susut dengan menggunakan stand portable adalah sulitnya
menentukan titik di mana pengukuran dilakukan pada hari sebelumnya, dan tidak adanya
batang referensi yang memastikan dial yang digunakan untuk pembacaan tidak mengalami
pergeseran

Penyusutan beton normal pada umur 28 hari yaitu sebesar 0.02%, penyusutan beton agregat
halus daur ulang 20% umur 28 hari sebesar 0.05%, penyusutan beton agregat halus daur
ulang 40% umur 28 hari sebesar 0.06% sedangkan penyusutan beton agregat halus daur ulang
60% umur 28 hari sebesar 0.07%. Daya serap air tinggi yang dimiliki oleh agregat daur ulang
membuat penyerapan air menjadi semakin tinggi sehingga keadaan beton akan kering dan
memungkinkan untuk terjadinya penyusutan. Semakin banyak komposisi agregat halus daur
ulang, maka semakin besar juga penyusutan yang terjadi pada beton.

5. Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :


1. Properti material agregat halus alam dan agregat halus daur ulang memiliki karakteristik
yang hampir sama dan masuk ke dalam starndar ASTM C-33, kecuali nilai absorpsi yang
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan agregat halus alam, yaitu sebesar 20.48%.
2. Pengaruh 20% penggunaan agregat halus daur ulang terhadap kuat tekan beton
menghasilkan kuat tekan sebesar 30.68 MPa pada umur 28 hari, mengalami kenaikan
sebesar 1.89% dari kuat tekan beton normal jika dianalisi secara linear.
3. Pengaruh 40% penggunaan agregat halus daur ulang terhadap kuat tekan beton
menghasilkan kuat tekan sebesar 27.22 MPa pada umur 28 hari, mengalami penurunan
sebesar 9.6% dari kuat tekan beton normal jika dianalisi secara linear.
4. Pengaruh 60% penggunaan agregat halus daur ulang terhadap kuat tekan beton
menghasilkan kuat tekan sebesar 26.88 MPa pada umur 28 hari, mengalami penurunan
sebesar 10.73% dari kuat tekan beton normal jika dianalisi secara linear.
5. Penggunaan agregat halus daur ulang komposisi 20%, 40% dan 60% menyebabkan
penurunan pada kuat lentur. Kuat lentur beton dengan komposisi agregat halus daur
ulang 20% yang didapatkan sebesar 30.29 𝑘𝑔 𝑐𝑚! , mengalami penurunan tegangan
lentur sebesar 8.54% dibandingkan dengan beton normal pada umur 28 hari. Kuat lentur

Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015


beton dengan komposisi agregat halus daur ulang 40% yang didapatkan sebesar 29.65
𝑘𝑔 𝑐𝑚! , mengalami penurunan tegangan lentur sebesar 10.48% dibandingkan dengan
beton normal pada umur 28 hari dan kuat lentur beton dengan komposisi agregat halus
daur ulang 60% yang didapatkan sebesar 29.73 𝑘𝑔 𝑐𝑚! , mengalami penurunan
tegangan lentur sebesar 10.24% dibandingkan dengan beton normal pada umur 28 hari.
6. Benda uji dengan campuran agregat halus daur ulang memiliki nilai penyusutan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan beton normal dan semakin banyak komposisi agregat
halus daur ulang, maka semakin besar juga penyusutan yang terjadi pada beton.
Penyusutan beton normal pada umur 28 hari yaitu sebesar 0.02%, penyusutan beton
agregat halus daur ulang 20% umur 28 hari sebesar 0.05%, penyusutan beton agregat
halus daur ulang 40% umur 28 hari sebesar 0.06% dan penyusutan beton agregat halus
daur ulang 60% sebesar 0.07%.

6. Saran

Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini untuk penelitian selanjutnya adalah:
1. Pengecoran sebaiknya dilakukan dalam satu mixer yang sama agar hasil mutu yang
didapatkan lebih akurat.
2. Penelitian yang memeriksa nilai kuat tekan, kuat lentur, dan susut diperlukan nilai w/c
yang sama pada setiap campurannya untuk menjadi variabel terikat sehingga hasil
pengujian dapat dibandingkan satu dan yang lain.
3. Pencucian agregat daur ulang terlebih dahulu agar debu yang menempel pada agregat
dapat diminimalisasi.
4. Pengujian susut beton sebaiknya menggunakan pengujian susut stand permanen agar
hasil pembacaan lebih akurat dan penyemprotan untuk curing beton dilakukan secara
berkala. Pengujian susut sebaiknya diletakkan pada ruangan yang sama.
5. Pengujian susut stand portabel sebaiknya menggunakan satu benda panjang yang tidak
mengalami susut untuk menjadi benchmark yang dipasang pada saat selesai pengujian
setiap harinya. Hal ini bertujuan untuk mencegah dial pada stand susut portabel agar
tidak mengalami kekosongan hingga pengujian berikutnya dilakukan sehingga data
yang didapatkan valid.
6. Kelembaban sampel pada pengujian susut harus diperhatikan agar benda uji tidak
terlalu kering baik pada saat disimpan hingga pada saat dilakukan penyemprotan
sebelum pengujian susut.


Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015


Daftar Referensi

SNI. (2002). Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI-03-2847-
2002). Jakarta: Badan Standar Nasional Indonesia.

Jeong, H. (2011). Processing and Properties of Recycled Aggregate Concrete.

Duma, H. (2008). Studi Perilaku Kuat Lentur dan Susut Beton Agregat Daur Ulang. Depok:
Universitas Indonesia.

Evangelista, L., & Brito, J. d. (2007). Mechanical Behaviour od Concrete Made with Fine
Recycled Concrete Aggregates. Cement & Concrete Composites, 397-401.


Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015

Anda mungkin juga menyukai