1. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,
Depok, 16424, Indonesia
2. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,
Depok, 16424, Indonesia
3. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,
Depok, 16424, Indonesia
E-mail:annisa.amalia@hotmail.com
Abstrak
Hampir semua material yang digunakan untuk pembuatan beton menggunakan bahan dari alam
menyebabkan berkurangnya sumber daya alam yang ada. Dilihat dari sisi lain, banyak terdapat
limbah beton yang hanya menjadi limbah di tempat pembuangannya. Penelitian ini akan
menggunakan agregat halus daur ulang sebagai agregat pada beton. Komposisi benda uji terdiri
dari 0%, 20%, 40%, dan 60% agregat halus daur ulang dari limbah beton mutu K350-K400
menggunakan bahan tambah superplasticizer Glenium C-316. Pengujian meliputi, yaitu pengujian
kuat tekan, kuat lentur, dan susut pada beton. Kuat tekan beton dengan komposisi 20% agregat
halus daur ulang meningkat dari kuat beton normal pada umur 7, 21 dan 28 hari. Tegangan lentur
beton dengan komposisi 20% agregat halus daur ulang mengalami penurunan sebesar 8.54% dari
beton normal. Susut beton dengan komposisi 60% agregat kasar daur ulang mempunyai nilai susut
tertinggi dibandingkan dengan campuran lainnya.
Almost all of the materials used for the manufacture of concrete using materials from nature,
causes natural resources that exist decrease. Besides, there are a lot of concrete waste at a waste
disposal. This study will use recycled fine aggregate in concrete. Composition of the test object
consists of 0%, 20%, 40%, and 60% of fine recycled aggregate from waste concrete K350-K400
with addition superplasticizer Glenium C-316. Testing includes, compressive strength test, flexural
strength, and shrinkage in concrete. Compressive strength of concrete with a composition of 20%
recycled fine aggregate increase compared to normal concrete at the age of 7, 21 and 28 days.
Flexure strength of concrete with a composition of 20% recycled fine aggregate decreased by
8.54% compared to normal concrete. Shrinkage of concrete with a composition of 60% recycled
coarse aggregate has the highest shrinkage values compared to other mixtures.
Keywords:
concrete, recycled aggregate, compressive strength, flexural strength, shrinkage
Hampir semua material yang digunakan untuk pembuatan beton menggunakan bahan dari
alam. Disebabkan oleh maraknya penggunaan beton sebagai bahan utama konstruksi, terjadi
pula penambangan besar-besaran batu dari alam. Hal ini menyebabkan semakin sedikitnya
kapasitas yang dihasilkan dari alam. Selain dari tingginya kebutuhan bahan dari alam yang
pada dasarnya tidak akan bertambah, penggunaan beton sebagai bahan utama konstruksi juga
menyebabkan banyak sisa beton padat ataupun sisa beton ready mix yang sudah tidak
terpakai dan menjadi limbah yang merugikan lingkungan sekitar. Usaha untuk memanfaatkan
limbah beton bukan saja akan mengurangi masalah lingkungan akan tetapi dapat memberikan
nilai ekonomis terhadap konstruksi, serta suatu upaya pelestarian sumber daya alam sehingga
diadakan penelitian di mana limbah-limbah tersebut dapat dimanfaatkan kembali dengan cara
mendaur ulang.
Pada penelitian ini, beton daur ulang yang didapatkan dari sisa pengujian beton pada
laboratorium diharapkan dapat mencapai mutu beton yang sama seperti beton induk sebelum
dihancurkan. Limbah beton yang digunakan juga dibatasi pada suatu mutu tertentu dan tidak
berasal dari campuran mutu beton yang lain, sehingga pada hasil penelitian dapat terlihat
perbedaan antara pengaruh pemakaian agregat daur ulang dan agregat alam untuk beton serta
perbedaan karakteristik kedua material tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
• Mengetahui karakteristik agregat halus daur ulang, yaitu gradasi butiran, absorpsi, dan
berat isi.
• Mengetahui pengaruh agregat halus daur ulang dengan penambahan Glenium C-316
dalam campuran beton baru terhadap kekuatan tekan, kuat lentur dan susut beton
sehingga didapatkan kadar optimum penggunaan agregat halus daur ulang.
• Menganalisa kadar optimum agregat halus daur ulang dengan penambahan Glenium C-
316 agar dihasilkan kuat tekan, kuat lentur dan susut yang optimum.
2. Tinjauan Teoritis
Kuat tekan beton dapat diketahui dengan pengujian menurut ASTM C39/C39N-05 atau SNI
1974.2011 tentang Cara Uji Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji Silinder yang Dicetak.
Dalam pengujian kuat tekan beton, sampel yang digunakan berbentuk silinder dengan
diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. secara teori, beton akan mengalami pengerasan
sempurna dan mencapai kekuatan puncaknya pada umur 28 hari, dan siap untuk menerima
beban rencana yang direncanakan. Pengujian terhadap kuat tekan beton dilakukan pada beton
umur 7 hari, 28 hari dan 56 hari. Kuat tekan beton bertambah sesuai dengan bertambahnya
umur beton, faktor yang mempengaruhi kecepatan bertambahnya kekuatan beton tersebut
antara lain : faktor air – semen dan suhu perawatan beton.
Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015
Dalam kata lain, kuat lentur beton adalah kemampuan balok beton untuk menahan gaya
dengan arah tegak lurus sumbu yang diberikan sampai balok patah. Kuat lentur pada beton
perlu diketahui untuk mengetahui lendutan dan retak yang terjadi pada balok. Kuat lentur
maksimum beton akan dialami pada bagian serat bawah balok beton dan disebut sebagi
modulus of rupture, yang besarnya tergantung dari panjang balok dan jenis pembebanannya.
Pengujian kuat lentur dilakukan pada balok berukuran 150 mm x 150 mm x 600 mm.
Pembebanan akan dilakukan pada dua titik dengan jarak 1/3 bentang, dan pemnbebanan
dilakukan hingga benda uji patah. Pengujian kuat lentur beton menggunakan metode third
point loading sehingga data yang didapatkan merupakan lentur murni tanpa adanya gaya
geser.
Susut pada beton adalah perubahan volume pada beton yang tidak disebabkan oleh
pembebanan, melainkan disebabkan oleh hilangnya air akibat penguapan selama proses
pengerasan yang dipengaruhi oleh panas yang ditimbulkan oleh hidrasi semen ataupun karena
kehilangan uap air. Penyusutan pada beton akan mengakibatkan keretakan pada beton yang
masih plastis dan berpengaruh terhadap berkurangnya mutu beton yang dihasilkan.
Bahan Admixture
Menurut hipotesis dan penelitian yang dilakukan sebelumnya, agregat yang berasal dari
limbah daur ulang akan memiliki nilai absorbsi yang lebih tinggi dari agregat yang berasal
dari alam sehingga akan terjadi penyerapan yang berlebihan, sehingga air yang akan
digunakan untuk proses hidrasi akan berkurang dan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya.
Untuk mencegah hal tersebut, dalam penelitian ini akan ditambahkan superplasticizer
Glenium C-316.
3. Metode Penelitian
Metode yang akan dilaksanakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental, dimana
percobaan tersebut akan dilaksanakan didalam laboratorioum untuk mendapatkan data, yang
kemudian akan digunakan pada proses analisis. Penelitian yang dilakukan mengacu kepada
standar SNI dan ASTM untuk metode dan prosedur pada saat perencanaan, perhitungan,
maupun pengujian.Tahap-tahap yang akan dilalui adalah sebagai berikut:
Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015
Persiapan Pengujian
Studi Bahan Karakteris6k Perancangan Pembuatan Pengumpulan Analisis
Literatur Bahan Benda Mix Design Benda uji Data Data
Benda Uji Uji
7 5 sampel
21 5 sampel
Uji Kuat Tekan
28 5 sampel
56 5 sampel
28 3 sampel
Uji Kuat Lentur
56 3 sampel
Uji Susut setiap hari 3 sampel
Sumber: Olahan Penulis
Jumlah
No Nama Pengujian
Sampel
Σ 112 sampel
Sumber: Olahan Penulis
Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015
Departemen Teknik Sipil Universitas Indonesia dan hasil pengujian di Laboratorium PT.
Adhimix Indonesia.
30
25
Jumlah
20
15
Limbah Beton
10
0
K350-K360 K361-K370 K371-K380 K381-K390 K391-K400
Mutu
4. Hasil Penelitian
Analisa Agregat
Sebelum membuat sample benda uji, terlebih dulu dilakukan pengujian material yang
diperlukan sebagai data masukan dalam pembuatan mix design beton. Material yang diuji
adalah agregat kasar, agregat halus dan agregat halus daur ulang. Pengujian agregat bertujuan
untuk mengetahui karakteristik yang dimiliki dari agregat alam dan daur ulang serta
membandingkan kedua hal tersebut untuk mendapatkan proporsi campuran beton yang
optimal.
Tabel 3. Perbandingan hasil uji agregat halus alam dan daur ulang
Sumber: Olahan Penulis
Agregat Kasar Daur
Jenis Pengujian Agregat Kasar Alam Standar ASTM
Ulang
Berat Isi 1430 kg/m3 1353 kg/m3 1400-2200 kg/m3
Absorpsi 6.6 % 11 % <4%
Abrasi 30.9 % 31,2% 15 – 50 %
Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015
Tabel 4. Perbandingan hasil uji agregat kasar alam dan daur ulang
Jenis Pengujian Agregat Alam Agregat Daur Ulang Standar ASTM
! !
Berat Isi 1530 kg/𝑚 1551 kg/𝑚 1300-1900 kg/𝑚 !
Absorpsi 5.7% 20.48% 2.3 %
Kadar Lumpur 3.8 % 2% 0,2 – 6 %
Kotoran Organik No. 2 No.2 Maks. No. 3
FM 2.98 1.9 2,3 – 3,1
Sumber: Olahan Penulis
Properti material agregat halus alam memiliki karakteristik yang hampir sama dengan
agregat halus alam namun terdapat perbedaan yang besar yaitu pada nilai absorpsi agregat
daur ulang yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan agregat halus alam. Hal ini
dikarenakan agregat daur ulang yang berasal dari pecahan beton mempunyai porosity yang
lebih besar, sehingga menambah nilai absorpsi dari agregat.
Mix Design
Dalam proses perancangan campuran beton, campuran beton dibuat berdasarkan nilai
kekuatan rencana. Perhitungan mix design atau perhitungan campuran beton yang dilakukan
mengacu kepada Standar Nasional Indonesia yang diatur dalam Tata Cara Pembuatan
Rencana Campuran Beton Normal (SNI, Tata Cara Pembuatan Rencana Campran Beton
Normal, 2002).
Berikut merupakan data – data untuk melakukan perhitungan mix design:
• Kuat tekan rencana : 30 MPa
• MSA : 20 mm
• w/c : 0.43
• Target slump : 60 – 180 mm
Perhitungan menggunakan metode SNI akan menghasilkan kebutuhan material per 1 m3,
kemudian dapat dihitung jumlah agregat daur ulang yang dibutuhkan dengan variasi
komposisinya. Berikut merupakan detail rincian kebutuhan material untuk beton normal:
• Fc’ : 30 MPa
• Fc’ ( SNI ) : 42 MPa
• Air : 195 kg/m3
• Semen : 453.49 kg/m3
• Faktor Air Semen : 0.43
• Agregat Halus : 696.74 kg/m3
Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015
• Agregat Kasar : 1089.77 kg/m3
• Superplasticizers : 1 L / 100kg semen
Berikut merupakan detail rincian kebutuhan material untuk beton daur ulang:
• Air : 195 kg/m3
• Semen : 453.49 kg/m3
• Agregat Halus : 696.74 kg/m3
• Agregat Halus DU
o 20% : 139.34 kg/m3
o 40% : 278.68 kg/m3
o 60% : 418.04 kg/m3
• Agregat Kasar : 1089.77 kg/m3
• Superplasticizers : 1 L / 100kg semen
Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015
15 20%
10 40%
5 60%
0
0 5 10 15 20 25 30
Hari
30.00
KUAT TEKAN (MPa)
25.00
20.00
7 hari
15.00
y = -7.6603x + 24.161 21 hari
R² = 0.77592
10.00 y = -8.9732x + 28.372 28 hari
R² = 0.30812 y = -12.025x + 33.167
5.00 R² = 0.63285
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
KOMPOSISI AGREGAT HALUS DAUR ULANG
Gambar 3
Dari grafik dapat dilihat bahwa benda uji dengan komposisi agregat halus daur ulang sebesar
20% pada umur 7, 21 dan 28 hari menghasilkan kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan beton normal. Sedangkan beton dengan komposisi agregat halus daur ulang sebesar
40% dan 60% menghasilkan kekuatan yang lebih kecil dibandingkan dengan beton normal
pada umur 7, 21 dan 28.
Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015
Tabel 5. Persentase kenaikan kuat tekan beton daur ulang terhadap beton normal
Komposisi Agregat Kenaikan Kuat Tekan Terhadap
No Umur
Halus Daur Ulang Beton Normal (%)
1 7 9.99
2 20 21 0.40
3 28 1.89
4 7 -0.91
5 40 21 -3.75
6 28 -9.60
7 7 -6.69
8 60 21 -21.16
9 28 -10.73
Beton yang menggunakan komposisi campuran 20% agregat halus daur ulang menghasilkan
kenaikkan kuat tekan yang signifikan hingga pada umur 7 hari, yaitu peningkaan sebesar
9.99% dari kuat tekan beton normal. tetapi kenaikkan kuat tekan tidak terlalu signifikan pada
umur 21 dan 28 hari. Analisa dari kenaikan kuat tekan ini adalah adanya penambahan
superplasticizer pada campuran beton sehingga menghasilkan kuat tekan yang lebih tinggi
daripada beton normal yang tidak menggunakan bahan tambahan. Selain itu, nilai komposisi
agregat halus daur ulang yang kecil sehingga absorpsi agregat tidak berpengaruh banyak
terhadap kekuatan beton yang dihasilkan.
Beton dengan komposisi campuran agregat halus daur ulang 40% dan 60% menghasilkan
nilai kuat tekan lebih rendah dibandingkan benda uji lainnya hingga umur 28 hari, dan
penurunan kekuatan terbesar terjadi pada beton dengan 60% agregat halus daur ulang umur
21 hari yaitu sebesar 21.16% dari kuat tekan beton normal. Penurunan kuat tekan beton
disebabkan oleh peningkatan penggunaan material daur ulang yang memiliki nilai absorpsi
dan porositas yang lebih besar bila dibandingkan dengan agregat yang berasal dari alam.
Semakin besar nilai absorpsi maka semakin banyak air pada campuran beton yang terserap.
Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015
Gambar 4. Perbandingan Kuat Lentur Beton Normal dengan Beton Agregat Halus
Daur Ulang
Tabel 6. Nilai Kuat Lentur Beton Normal dan Beton dengan Agregat Halus Daur
Ulang
Dimensi Mix Beban T. Lentur
Berat
Kode Umur b h L Desig Rata2
(kg) ( kg )
(cm) (cm) (cm) n (kg/cm2)
N-TL-0-28-1 32.1 15.27 15.29 60 M1 1700
N-TL-0-28-2 28 32 15.15 15.21 60 M2 2450 33.12
N-TL-0-28-3 31.9 15.09 15.27 60 M3 2720
I-TL-20-28-1 32.2 15.3 15.67 60 M1 2450
I-TL-20-28-2 28 31.8 15.47 15.53 60 M2 2540 30.29
I-TL-20-28-3 32 15.33 15.23 60 M4 2440
I-TL-40-28-1 32.2 15.27 15.38 60 M1 2230
I-TL-40-28-2 28 31.9 15.37 15.38 60 M2 2570 29.65
I-TL-40-28-3 32 15.32 15.32 60 M3 2360
I-TL-60-28-1 32.1 161.4 154 60 M1 2420
I-TL-60-28-2 28 31.8 161.3 151 60 M3 2510 29.73
I-TL-60-28-3 32.8 154 150.5 60 M5 2500
Kuat lentur beton normal tanpa campuran agregat halus daur ulang memiliki nilai yang lebih
besar dibandingkan dengan beton yang menggunakan agregat halus daur ulang sebagai
campurannya. Benda uji dengan komposisi agregat halus daur ulang 20% mengalami
penurunan kuat lentur sebesar 8.54% dibandingkan dengan beton normal pada umur 28 hari,
dan benda uji dengan komposisi agregat halus daur ulang yang lebih besar yaitu 40% dan
60% mengalami penurunan nilai tegangan lentur sebesar 10.48% dan 10.24%. Hal ini
Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015
disebabkan oleh daya serap air pada agregat halus daur ulang yang tinggi, sehingga air yang
digunakan dalam proses hidrasi untuk membentuk ikatan dengan semen akan terserap oleh
agregat halus daur ulang dan dapat menyebabkan penurunan nilai kuat lenturnya. Penurunan
nilai kuat lentur sampel dengan agregat halus daur ulang sebagai campuran.
Gambar 5. Grafik Perbandingan Susut Beton Normal dan Beton Daur Ulang
Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015
Gambar 7. Grafik Perbandingan Susut Beton 20% Agregat Halus Daur Ulang
Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015
Gambar 8. Grafik Perbandingan Susut Beton 40% Agregat Halus Daur Ulang
Gambar 9. Grafik Perbandingan Susut Beton 60% Agregat Halus Daur Ulang
Perhitungan %shrinkage didapatkan dari perbandingan penurunan tinggi (ΔL) yang terbaca
pada dial terhadap tinggi sebelumnya. Dari grafik dapat dilihat bahwa beton dengan
campuran agregat halus daur ulang memiliki nilai penyusutan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan beton normal.
Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015
Benda uji susut pada stand portable mengalami nilai penyusutan yang lebih besar
dibandingkan dengan benda uji susut yang berada pada stand permanen, karena mengalami
pengikisan permukaan beton pada saat proses pengujian. Selain itu, beberapa kendala yang
terjadi selama pengujian susut dengan menggunakan stand portable adalah sulitnya
menentukan titik di mana pengukuran dilakukan pada hari sebelumnya, dan tidak adanya
batang referensi yang memastikan dial yang digunakan untuk pembacaan tidak mengalami
pergeseran
Penyusutan beton normal pada umur 28 hari yaitu sebesar 0.02%, penyusutan beton agregat
halus daur ulang 20% umur 28 hari sebesar 0.05%, penyusutan beton agregat halus daur
ulang 40% umur 28 hari sebesar 0.06% sedangkan penyusutan beton agregat halus daur ulang
60% umur 28 hari sebesar 0.07%. Daya serap air tinggi yang dimiliki oleh agregat daur ulang
membuat penyerapan air menjadi semakin tinggi sehingga keadaan beton akan kering dan
memungkinkan untuk terjadinya penyusutan. Semakin banyak komposisi agregat halus daur
ulang, maka semakin besar juga penyusutan yang terjadi pada beton.
5. Kesimpulan
6. Saran
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini untuk penelitian selanjutnya adalah:
1. Pengecoran sebaiknya dilakukan dalam satu mixer yang sama agar hasil mutu yang
didapatkan lebih akurat.
2. Penelitian yang memeriksa nilai kuat tekan, kuat lentur, dan susut diperlukan nilai w/c
yang sama pada setiap campurannya untuk menjadi variabel terikat sehingga hasil
pengujian dapat dibandingkan satu dan yang lain.
3. Pencucian agregat daur ulang terlebih dahulu agar debu yang menempel pada agregat
dapat diminimalisasi.
4. Pengujian susut beton sebaiknya menggunakan pengujian susut stand permanen agar
hasil pembacaan lebih akurat dan penyemprotan untuk curing beton dilakukan secara
berkala. Pengujian susut sebaiknya diletakkan pada ruangan yang sama.
5. Pengujian susut stand portabel sebaiknya menggunakan satu benda panjang yang tidak
mengalami susut untuk menjadi benchmark yang dipasang pada saat selesai pengujian
setiap harinya. Hal ini bertujuan untuk mencegah dial pada stand susut portabel agar
tidak mengalami kekosongan hingga pengujian berikutnya dilakukan sehingga data
yang didapatkan valid.
6. Kelembaban sampel pada pengujian susut harus diperhatikan agar benda uji tidak
terlalu kering baik pada saat disimpan hingga pada saat dilakukan penyemprotan
sebelum pengujian susut.
Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015
Daftar Referensi
SNI. (2002). Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI-03-2847-
2002). Jakarta: Badan Standar Nasional Indonesia.
Duma, H. (2008). Studi Perilaku Kuat Lentur dan Susut Beton Agregat Daur Ulang. Depok:
Universitas Indonesia.
Evangelista, L., & Brito, J. d. (2007). Mechanical Behaviour od Concrete Made with Fine
Recycled Concrete Aggregates. Cement & Concrete Composites, 397-401.
Studi pengaruh ..., Annisa Amalia Hidayah, FT UI, 2015