Disusun Oleh
Rahmi Said
45 18 041 127
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL
UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
menggunakan
2. bahan yang pada umumnya dipakai, agar mahasiswa pun dapat mencoba
3. dengan beton daur ulang sehingga limbah disekitar lingkungan bisa terpakai
keseimbangan ekosistem.
campuran beton.
Beton adalah suatu material yang secara harfiah merupakan bentuk dasar
dari kehidupan sosial modern.Beton sendiri adalah merupakan campuran yang
homogen antara semen, air dan aggregat.Karakteristik beton adalah mempunyai
tegangan hancur tekan yang tinggi serta
Beton terbentuk dari campuran agregat halus, agregat kasar, semen dan
air dengan perbandingan tertentu.Agregat kasar beton dapat berupa kerikil hasil
disintegrasi alami dari batu- batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
pemecahan batu. Pada umunya yang diamksud dengan agregat kasar adalah
agregat dengan besar butiran 5 mm, agregat halus adalah pasir alam sebagai
hasil disintegrasi alami batuan atau pasir yangdihasilkan oleh industri pemecah
batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 4,75 mm dan Semen adalah zat yang
digunakan untuk merekat batu, bata, batako, maupun bahan bangunan lainnya.
Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa Latin), yang
artinya "memotong menjadi bagian - bagian kecil tak beraturan". Sedangkan air
dalam campuran beton berfungsi sebagai zat yang mencegah semen untuk tidak
merekat secara cepat.
Aceh Barat, Aceh. Beton daur ulang tersebut dari sisa pengujian benda uji
proyek dan penelitian, beton tersebut dihancurkan sehingga berbentuk
agregat kasar dengan lolos saringan 19.1 mm.
Abu kerak boiler yang digunakan didapat dari hasil pembakaran cangkang
kelapa sawit dari salah satu Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit di wilayah
Nagan Raya. Kerak boiler yang diambil dari dapur pembakaran pabrik CPO
yang bentuk awalnya berupa bongkahan-bongkahan kristal yang kemudian
akan dihancurkan dengan menggunakan alat uji proctor, selanjutnya disaring
dengan saringan diameter lolos no. 200.
Bahan semen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu semen portland
tipe I, produksi salah satu pabrik semen yang ada di Aceh. Pemeriksaan
laboratorium terhadap semen ini tidak dilakukan karena telah memenuhi
Standar Nasional Indonesia (SNI l5-2049-2004). Pemeriksaan hanya
dilakukan secara visual terhadap kantong yang robek dan tidak terdapat
gumpalan- gumpalan yang keras pada semen.
Agregat kasar (kerikil) dan agregat halus (pasir) di dapat dari Krueng
Mereubo Kecamatan Mereubo Kabupaten Aceh Barat. Pemeriksaan terhadap
agregat kasar (kerikil) dan agregat halus (pasir) sebagai material pembentuk
beton perlu dilakukan untuk mendapatkan mutu material yang baik (SNI 2847-
2013). Pemeriksaan ini dilakukan terhadap sifat-sifat agregat yang meliputi
berat jenis (specific gravity), penyerapan (absorbtion), berat volume (bulk
density), analisa saringan (sieve analysis), dan Modulus Kehalusan (finenes
modulus).
Air yang digunakan untuk campuran beton dan perawatannya berasal dari
air bersih yang diperoleh dari Laboratorium Dinas PUPR Aceh Barat. Air yang
ada di laboratorium ini sudah memenuhi standar air bersih layak pakai untuk
campuran beton.
Hasil perhitungan (mix design) campuran beton dapat dilihat pada Tabel
3.1. Penggunaan agregat daur ulang dan penambahan abu kerak boiler dengan
persentase substitusi yaitu: 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100% untuk tiga benda uji
silinder. Pada 0% penggunaan agregat daur ulang, digunakan: 7,236 kg semen,
0 kg kerak boiler, 2,544 kg air, 17,661 kg agregat kasar, 0 kg agregat daur ulang
dan 9,855 kg agregat halus. Untuk 25% penggunaan agregat daur ulang,
digunakan: 6,150 kg semen, 1,086 kg kerak boiler, 2,544 kg air, 13,245 kg
agregat kasar, 13,245 kg agregat daur ulang dan 9,855 kg agregat halus.
Kemudian pada 50% penggunaan agregat daur ulang, digunakan: 6,150 kg
semen, 1,086 kg kerak boiler, 2,544 kg air, 8,829 kg agregat kasar, 8,829 kg
agregat daur ulang dan 9,855 kg agregat halus. Selanjutnya 75% penggunaan
agregat daur ulang, digunakan: 6,150 kg semen, 1,086 kg kerak boiler, 2,544 kg
air, 4,416 kg agregat kasar, 13,245 kg agregat daur ulang dan 9,855 kg agregat
halus. Untuk 100% penggunaan agregat daur ulang, digunakan: 6,150 kg
semen, 1,086 kg kerak boiler, 2,544 kg air, 0 kg agregat kasar, 17,661 kg
agregat daur ulang dan 9,855 kg agregat halus. Pada table tersebut di bawah
menunjukkan perbedaan jumlah berat semen dan variasi berat agregat kasar
dan agregat daur ulang, sedangkan untuk berat air dan berat agregat halus
terlihat jumlah beratnya sama untuk rancangan campuran beton.
Material
Persentase Penggunaan Agregat Daur Ulang
Tabel 3.2 dan Gambar 3.2 menunjukan nilai kuat tekan beton pada umur
28 hari, terlihat kuat tekan rata-rata benda uji beton tanpa penggunaan beton
daur ulang dengan penambahan abu kerak boiler adalah 30,007 MPa. Nilai kuat
tekan Benda uji dengan penggunaan beton daur ulang 25%, 50%, 75% dan
100% dengan penambahan 15% abu kerak boiler adalah 23,213 MPa, 26,799
MPa, 16,419 MPa dan 20,382 MPa. Kuat tekan optimum benda uji yang
menggunakan beton daur ulang dengan penambahan abu kerak boiler 15%
berada pada persentase 50% adalah 26,799 MPa.
Tabel 3.2 Perhitungan Kuat Tekan Beton Silinder Umur 28 Hari
Kuat tekan rata-rata benda uji dengan penggunaan agregat daur ulang
25%, 50%, 75% dan 100% dengan penambahan 15% abu kerak boiler adalah
23,213 MPa, 26,799 MPa, 16,419 MPa dan 20,382 MPa. Benda uji tanpa
penggunaan agregat daur ulang dan abu kerak boiler adalah 30,007 MPa. Kuat
tekan optimum penggunaan agregat daur ulang dengan penambahan abu kerak
boiler 15% berada pada persentase 50% adalah 26,799 MPa.
Dari pengamatan pengujian kuat tekan beton dapat dilihat bentuk retakan
yang terjadi pada benda uji. Pola retakan yang terjadi pada benda uji dalam
penelitian ini ada dua jenis yaitu geser (shear) dan sejajar sumbu tegak
(columnar). Pola retak pada beton dengan subtitusi agregat daur ulang (25%)
dan (50%) berbentuk geser (shear) hal ini menunjukkan ikatan antara mortar
dan agregat cukup kuat, dibandingkang dengan beton yang menggunakan
agregat daur ulang 75% dan 100% yang mempunyai pola retak berbentuk
sejajar sumbu tegak (columnar). Bentuk pola retak benda uji dapat dilihat pada
Gambar 3.3 dan Gambar 4.4.
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan, dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai hasil akhir dari penelitian ini :
a. Kuat tekan rata-rata benda uji dengan penggunaan agregat daur ulang 25%,
50%, 75% dan 100% dengan penambahan 15% abu kerak boiler adalah 23,213
MPa, 26,799 MPa, 16,419 MPa dan 20,382 MPa. Sedangkan benda uji tanpa
penggunaan agregat daur ulang dan abu kerak boiler mempunyai kuat tekan
sebesar 30,007 MPa.
b. Beton yang menggunakan agregat daur ulang dengan penambahan kerak boiler
dalam campuran beton mengalami penurunan kuat tekan jika dibandingkan
dengan beton normal 30 MPa.
e. Terjadi perubahan nilai faktor air semen (FAS) yang disebabkan oleh
penyerapan air yang lebih besar pada beton yang menggunakan agregat daur
ulang jika dibandingkan dengan beton normal, hal ini diperkirakan juga
menyebabkan terjadinya penurunan kuat tekan pada beton dengan penggunaan
agregat daur ulang.
f. Berdasarkan pengujian kuat tekan beton pada umur 28 hari menunjukkan kuat
tekan optimum diperoleh pada penggunaan agregat ulang 50% yaitu sebesar
26,799 MPa.
h. Pola retak pada beton dengan subtitusi agregat daur ulang (25%) dan (50%)
berbentuk geser (shear), hal ini menunjukkan ikatan antara mortar dan agregat
cukup kuat, dibandingkan dengan beton yang menggunakan agregat daur ulang
75% dan 100% yang mempunyai pola retak berbentuk sejajar sumbu tegak
(columnar).
SARAN
Berkat penelitian ini, penulis sangat berharap dapat dikembangkan lagi penelitian
terhadap agregat daur ulang dengan penambahan kerak boiler, dan dijadikan
sebagai salah satu pedoman dalam merencanakan beton agregat buatan/agregat
daur ulang dengan penambahan kerak boiler. Maksud dan saran disajikan pada
beberapa hal sebagai berikut:
a. Perlunya alat yang lebih praktis saat proses penghancuran beton daur ulang
untuk mendapatkan agregat daur ulang, demikian juga untuk proses
mendapatkan abu kerak boiler,
b. Pemilihan beton daur ulang sebaiknya dilihat juga dari mutu betonnya yang
seragam,
d. Perlu adanya penelitian lebih lanjut terhadap campuran yang lebih variatif,
sehingga dapat digunakan di lapangan,
e. Ruang lingkup untuk penelitian ini masih bisa dikembangkan, yaitu dengan
memakai benda uji kubus serta persentase agregat daur ulang yang lebih
bervariasi.