PENDAHULUAN
Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum digunakan untuk
bangunan gedung, jalan, jembatan, dan sebagainya. Beton merupakan kesatuan yang
homogen, yang didapatkan dengan cara mencampur agregat halus, agregat kasar, atau
jenis agregat lain, air, dan dengan semen Portland atau semen hidrolik, dan kadang-
kadang menggunakan bahan campuran yang bersifat kimiawi maupun fisika dengan
perbandingan tertentu sampai menjadi kesatuan yang homogen. Campuran tersebut akan
mengeras seperti batuan, diakibatkan oleh reaksi kimia antara semen dan air.
Beton kuat terhadap gaya tekan namun lemah terhadap gaya tarik, pada
kenyataannya beton selalu mengalami tegangan tarik sehingga seringkali terjadi
keretakan, mulai dari retak rambut sampai retak struktur. Maka dibuat berbagai macam
jenis beton, seperti beton bertulang, beton pra tegang, dan paving block untuk menangani
hal itu.
Mutu kekuatan beton biasanya dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya faktor
air semen, sifat agregat, proporsi semen dan jenis semen yang digunakan, serta bahan
tambahan yang digunakan. Pemilihan bahan-bahan yang akan digunakan perlu
diperhatikan. Perencanaan campuran yang sesuai dengan karakteristik bahan yang
digunakan merupakan poin yang penting dalam proses pembuatan beton, sehingga
diperoleh karakteristik beton yang dikehendaki.
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengenal alat-alat dan bahan yang
digunakan untuk membuat sampel uji dan membuat campuran beton yang mana akan
digunakan untuk pembuatan beton secara langsung dan mengetahui fungsi dari setiap
alat. Tujuan lain yang ingin dicapai ialah belajar menggunakan alat dengan baik dan tepat
agar bisa melakukan pengujian dengan hasil yang baik untuk kemudian diproses dan
diolah datanya.
1.3 Hasil
1
2
1. Kuat tekan beton rata-rata yang diperoleh dari pengujian pembebanan beton umur
3 hari adalah 225,361 kg/cm2 dan kuat tekan karakteristik beton sebesar 200,586
kg/cm2.
2. Kuat tekan beton rata-rata yang diperoleh dari pengujian pembebanan beton umur
28 hari sebesar 205,153 kg/cm2 dan kuat tekan karakteristik beton sebesar
190,891 kg/cm2.
3. Nilai deviasi standar yang diperoleh dari hasil uji tekan 3 buah benda uji silinder
umur 7 hari adalah 15,015, sedangkan untuk pengujian 3 buah silinder beton
umur 28 hari diperoleh standar deviasi sebesar 8,644.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dibahas teori-teori yang berhubungan dengan beton, material-
material penyusun beton, pemeriksaan sifat-sifat fisis material penyusun beton dan
perencanaan komposisi campuran beton yang akan mendukung kegiatan praktikum yang
berkenaan dengan perencanaan campuran beton struktural ini.
2.1 Beton
1. Kelebihan:
Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi
Mampu memikul beban yang berat
Tahan terhadap temperatur tinggi
Biaya pemeliharaan yang kecil.
2. Kekurangan:
Bentuk yang dibuat sulit untuk diubah
Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi –
Berat
Daya pantul suara yang besar
Beton tidak berudara di dalam, kuat tekan nya sangat terpengaruh pada
kepadatan, daya lekat partikel-partikel agregat dengan pasta semen dan kekerasan agregat
yang digunakan. Beton dengan bahan pemasuk udara, kuat tekan nya tergantung pada
daya lekat partikel-partikel agregat dengan pasta semen dan kekerasan agregat yang
digunakan.
Beton yang baik adalah beton yang kuat, tahan lama, kedap air, tahan aus, dan
sedikit mengalami perubahan volume atau kembang susut nya kecil (Tjokrodimulyo,
1992).
Kekuatan dari suatu beton pada umur tertentu tergantung pada faktor air semen,
yaitu perbandingan antara berat air dan berat semen dalam campuran beton. Oleh karena
itu faktor ini merupakan kriteria utama dalam mendesain campuran beton (Nawy, 1990).
Maka dari itu, untuk mendapatkan mutu beton dengan mutu dan kuat tekan tinggi
sebesar yang diinginkan dan direncanakan perlu adanya analisis laboratorium terhadap
beberapa faktor penyusunnya. Karakteristik dari beton harus dipertimbangkan dalam
hubungannya dengan kualitas yang dituntut untuk suatu tujuan konstruksi tertentu. Yang
paling diharapkan dari suatu konstruksi adalah dapat memenuhi harapan maksimal
dengan tepat mengikuti variasi sifat-sifat beton. Dari kriteria perencanaan, ukuran kuat
hancur kubus atau silinder beton sebagai benda uji mencerminkan suatu usaha untuk
mempertahankan mutu standar yang seragam dan dapat memberikan informasi yang
cukup.
Betonadalahsuatuelemenstrukturyangmemilikikarakteristikyangterdiridari
beberapabahan penyusun, diantaranya sebagai berikut :
2.2.1 Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran beton. Agregat ini kira-kira menempati sebanyak 70% dari volume
beton. Walau hanya bahan pengisi, akan tetapi agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-
sifat betonnya, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting dalam
pembuatan beton (Tjokrodimuljo, 2007).
Cara membedakan jenis agregat yang paling banyak dilakukan adalah dengan
didasarkan pada ukuran butirannya. Agregat yang mempunyai ukuran berbutir besar
5
disebut agregat kasar dan agregat yang berbutir halus disebut agregat halus. Dalam
pelaksanaannya di lapangan umumnya agregat dikelompokan menjadi 3 kelompok
(Tjokrodimuljo, 2007), yaitu sebagai berikut:
Untuk mendapatkan beton yang baik, diperlukan agregat berkualitas baik pula.
Menurut Tjokrodimuljo (2007), agregat yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
Agregat kasar biasa juga disebut kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari
batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu, dengan butiran
nya berukuran antara 5 mm – 150 mm. Ketentuan agregat kasar antara lain:
1. Agregat kasar harus terdiri dari butiran yang keras dan tidak berpori. Agregat kasar
yang butiran nya pipih hanya dapat dipakai jika jumlah butir-butir pipih nya tidak
melampaui 20% berat agregat seluruhnya.
2. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dalam berat
keringnya. Bila melampaui harus dicuci.
3. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang relatif alkali.
4. Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil alam dari batuan pecah, umumnya
agregat kasar besar butirnya lebih dari 5 mm.
1. Agregat halus harus terdiri dari butiran-butiran tajam, keras, dan bersifat kekal
artinya tidak hancur oleh pengaruh cuaca dan temperatur.
2. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan
terhadap berat kering). Bila lebih 5% harus dicuci.
6
3. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan organis terlalu banyak dan harus
dibuktikan dengan percobaan warna dari ABRAMS – HARDER dengan larutan
NaOH 3%.
4. Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan diatas dapat juga dipakai, asal
kekuatan tekan adukan agregat pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95%
dari kekuatan adukan agregat yang sama tetapi dicuci dalam larutan NaOH 3%
yang kemudian dicuci bersih dengan air pada umur yang sama.
5. Angka kehalusan (fineness modulus) antara 2 – 3,2.
6. Agregat halus harus terdiri dari butiran yang beranekaragam besarnya.
7. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton.
8. Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alami sebagai desintegrasi alami
dari batu-batuan atau pasir buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah batu.
Semen Portland adalah semen hidrolis yang terbuat dari serbuk halus mineral
kristalin yang komposisi utamanya adalah kalsium dan aluminium silikat yang bersifat
hidrolis.
Menurut Mulyono (2004), semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak
digunakan dalam pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air semen
akan menjadi pasta semen, jika ditambah agregat halus pasta semen akan menjadi mortar,
jika mortar ditambah agregat kasar, maka akan menjadi beton segar yang setelah
mengeras menjadi beton keras atau hard concrete.
Air merupakan salah satu bahan yang paling penting dalam pembuatan beton
karena menentukan mutu dalam campuran beton. Fungsi air pada campuran beton adalah
untuk membantu reaksi kimia semen portland dan sebagai bahan pelicin antara semen
dengan agregat agar mudah dikerjakan.
7
Air diperlukan pada adukan beton karena berpengaruh pada sifat pengerjaan
beton (workability). Air yang diperlukan untuk bereaksi dengan semen hanya sekitar 25%
- 30% dari berat semen, namun dalam kenyataannya jika nilai faktor air semen kurang
dari 0,35 maka adukan beton akan sulit dikerjakan. Akan tetapi jumlah air untuk pelicin
pada adukan beton tidak boleh terlalu banyak karena dapat mempengaruhi beton setelah
mengeras yaitu beton akan porous sehingga kekuatannya akan rendah (Tjokrodimuljo,
2007).
Air untuk campuran beton minimal yang memenuhi persyaratan air minum, akan
tetapi bukan berarti air untuk campuran beton harus memenuhi standar persyaratan air
minum. Penggunaan air sebagai bahan campuran beton sebaiknya memenuhi syarat
sebagai berikut (Tjokrodimuljo, 2007):
Pada percobaan ini, jumlah air yang dipakai untuk membuat adonan/cetakan
harus tepat dengan perbandingan berat atau isi.
Berat volume agregat ditinjau dalam dua keadaan yaitu berat volume gembur dan
berat volume padat. Berat volume gembur adalah perbandingan berat agregat sebanyak isi
literan (container) dengan volume literan, sedangkan berat volume padat adalah
perbandingan berat agregat sebanyak isi literan dalam keadaan padat dengan volume
literan. Volume agregat padat merupakan hasil pemadatan standar dalam keadaan kering
absolute.
Berat jenis agregat adalah perbandingan berat sejumlah volume agregat tanpa
mengandung rongga udara terhadap berat air pada volume yang sama. British standard
812-2:1995 membedakan berat jenis agregat dalam dua keadaan yaitu keadaan jenuh
permukaan (saturated surface dry) dan keadaan kering absolut atau kering oven (oven
dry). Pengukuran dilakukan dengan dua metode, untuk kerikil dengan cara penimbangan
di luar dan di dalam air, sedangkan untuk pasir berdasarkan metode Thallow’s. Jenis
kerikil yang baik untuk material beton berkisar antara 2,50 – 2,80 cm.
Ada pun yang akan kita dapat dalam hasil pengujian yaitu, modulus kehalusan
(fineness modulus) atau juga sering disebut modulus halus butir ialah suatu indeks yang
di pakai untuk mengukur kehalusan atau kekerasan butir-butir agregat (Abrams, 1918).
Makin besar nilai fineness modulus suatu agregat semakin besar butiran agregat
nya. Umumnya agregat halus mempunyai fineness modulus sekitar 1,50 – 3,8. Nilai ini
juga dipakai sebagai dasar untuk perbandingan dari campuran agregat. Untuk agregat
campuran nilai fineness modulus yang biasa bisa dipakai sekitar 5,0 – 6,0.
Selain modulus kehalusan ada pula yang dinamakan gradasi agregat. Gradasi
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu menerus, seragam, dan sela. Untuk mendapatkan
campuran beton yang baik kadang-kadang kita harus mencampur beberapa jenis agregat.
Untuk itu pengetahuan mengenai gradasi menjadi sangat penting. Dalam pekerjaan beton
yang banyak dipakai adalah agregat normal dengan gradasi yang harus memenuhi
standar, namun untuk keperluan yang khusus sering dipakai agregat ringan atau agregat
berat.
Batasan ukuran agregat halus dan agregat kasar yaitu 4,80 (British Standard) atau
4,75 mm (Standar ASTM). Agregat kasar adalah batuan yang ukuran butiran nya lebih
besar dari 4,80 mm (4,75 mm) dan agregat halus adalah batuan yang ukuran butiran nya
lebih kecil dari 4,80 mm (4,75 mm). Adapun penggunaan saringan standar American
9
Society for Testing of Materials (ASTM) yang digunakan pada praktikum ini adalah: 31,5
mm, 19,1 mm, 9,52 mm, 4,76 mm, 2,38 mm, 1,2 mm, 0,6 mmm, 0,30 mm, dan 0,15 mm.
Yang dimaksud dengan absorpsi adalah persentase perbandingan antara berat air
yang terserap agregat pada kondisi jenuh permukaan dengan berat agregat dalam keadaan
kering oven.
Kinerja sebuah beton dapat dibuktikan dengan nilai kuat tekan beton. Kuat tekan
beton merupakan kemampuan beton untuk menerima beban persatuan luas (Mulyono,
2004). Nilai kuat tekan beton seringkali menjadi parameter utama mengenal kinerja
utama beton, karena kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur.
Semakin tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula mutu
beton yang dihasilkan. Kuat tekan beton diwakili oleh tegangan maksimum f’c dengan
satuan kg/cm2 atau MPa (Mega Pascal)
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton (Tjokrodimuljo, 2007)
antara lain:
Kuat tekan beton bertambah tinggi dengan bertambahnya umur. Yang dimaksud
umur di sini adalah umur beton dihitung sejak beton dicetak. Kenaikan kuat tekan beton
mula-mula cepat dan lama-lama laju kenaikan itu akan semakin melambat. Laju kenaikan
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: faktor air semen, suhu sekeliling
beton, semen portland dan faktor lain yang sama dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi kuat tekan beton. Untuk rasio kuat tekan beton berbagai umur dapat
dilihat pada Tabel 3.1
Hari ke
Umur Beton (Hari) 3 7 14 21 28 90 365
Semen Portland Biasa 0,40 0,65 0,88 0,95 1,00 1,20 1,35
Semen Portland Mutu Tinggi 0,55 0,75 0,90 0,95 1,00 1,15 1,20
Faktor Air Semen (FAS) adalah perbandingan berat antar air dan semen portland
di dalam campuran adukan beton. Nilai FAS juga sangat berpengaruh pada jumlah semen
yang dibutuhkan pada suatu campuran beton. Secara umum sudah diketahui bahwa
semakin tinggi nilai FAS, maka semakin rendah nilai kuat tekan beton yang didapatkan.
Dan jika nilai FAS semakin kecil, maka nilai kuat tekan beton yang didapatkan akan
semakin tinggi, akan tetapi karena kesulitan pemadatan maka di bawah FAS tertentu
(sekitar 0,30) kekuatan beton menjadi lebih rendah, karena betonnya kurang padat akibat
10
kesulitan pemadatan. Untuk mengatasi kesulitan pemadatan dapat digunakan alat getar
(vibrator) atau dengan bahan kimia tambahan (chemical admixture) yang bersifat
menambah kemudahan pengerjaan (Tjokrodimuljo, 2007). Faktor Air Semen (FAS, w/c)
adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara berat air dan berat semen. Pada
beton mutu tinggi dan sangat tinggi, pengertian w/c bisa diartikan sebagai
watertocementratio, yaitu rasio berat air terhadap berat total semen dan aditif cement
yang umumnya ditambahkan pada campuran beton mutu tinggi (Supartono, 1998).
Jumlah pasta semen dalam beton berfungsi untuk merekatkan butir-butir agregat.
Pasta semen akan berfungsi secara maksimal jika seluruh pori antar butir-butir agregat
terisi penuh dengan pasta semen, serta seluruh permukaan butir agregat terselimuti pasta
semen. Jika pasta semen sedikit maka tidak cukup untuk mengisi pori-pori antar butir
agregat dan tidak seluruh permukaan butir agregat terselimuti pasta semen, sehingga
rekatan antar butir kurang kuat dan berakibat kuat tekan beton rendah. Akan tetapi, jika
jumlah pasta semen terlalu banyak maka kuat tekan beton lebih didominasi oleh pasta
semen, bukan agregat. Karena pada umumnya kuat tekan pasta semen lebih rendah
daripada agregat, maka jika terlalu banyak pasta semen kuat tekan beton menjadi lebih
rendah.
2.4.4 Kepadatan
Kekuatan beton akan berkurang jika kepadatan beton kurang. Beton yang kurang
padat berarti berisi rongga udara sehingga kuat tekan nya berkurang karena adanya udara
di dalam.
Semen portland untuk pembuatan beton terdiri dari beberapa jenis, masing-
masing jenis semen portland mempunyai sifat tertentu misalnya cepat mengeras dan
sebagainya, sehingga mempengaruhi pula terhadap kuat tekan beton.
Karena permukaan agregat yang kasar dan tidak licin membuat retakan antara
permukaan agregat dan pasta semen lebih kuat dari pada permukaan agregat yang halus
dan licin.
b. Bentuk Agregat
Karena bentuk agregat yang bersudut misalnya pada batu pecah, membuat butir-
butir agregat itu sendiri saling mengunci dan digeserkan berbeda dengan batu kerikil yang
11
bulat. Oleh karena itu beton yang dibuat dari batu pecah lebih kuat dari pada beton yang
dibuat dari kerikil.
Pemeriksaan kuat tekan beton dilakukan untuk mengetahui kuat tekan beton
ringan pada umur 28 hari yang dihasilkan apakah sesuai dengan yang telah disyaratkan.
Pada mesin uji tekan benda diletakkan dan diberikan beban sampai benda runtuh, yaitu
pada saat beban maksimum bekerja (Mulyono, 2004).
Mutu beton ditentukan oleh kuat tekan karakteristiknya. Kuat tekan karakteristik
beton (σbk) diperoleh dari hasil pengetesan benda uji-benda uji pada umur 28 hari.
Benda-benda uji ini dibuat dari hasil pencampuran komposisi campuran beton yang
direncanakan. Komposisi campuran beton yang direncanakan disesuaikan dengan mutu
yang diinginkan. Perencanaannya didasarkan pada ketentuan-ketentuan American
Concrete Institute (ACI) Standard 211.1-91 yang dikombinasikan dengan ketentuan-
ketentuan Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI).
P
A
σbi = ….. (2.1)
Keterangan :
Luas penampang benda uji yaitu luas lingkaran lingkaran, dihitung dengan
rumus:
1
π
4
A= d2 ….. (2.2)
Keterangan:
Kelecakan beton biasanya di periksa dengan uji slump untuk dapat memperoleh
nilai slump yang kemudian dipakai sebagai tolok ukur kelecakan beton segar untuk
kemudahannya dalam mengerjakan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelecakan
beton (Tjokrodimuljo, 2007) antara lain:
Penetapan nilai slump untuk berbagai pengerjaan beton dapat dilihat pada Tabel
3.2.
yang dibuat beberapa buah, tentu saja hasil tes tekan masing-masing benda uji tersebut
berbeda. Dan faktor perbedaan (penyimpangan atau deviasi) ini harus diperhatikan dalam
menghitung besarnya kuat tekan karakteristik beton, karena semakin besar penyimpangan
(deviasi), maka semakin kecil nilai mutu beton yang didapat.
Nilai simpangan baku (standar deviasi) untuk beton dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan:
√
n=i
∑ ( σ bm−σ bi )2
n=1
n−1
S = ….. (2.3)
Keterangan:
Ada dua jenis lambang yang biasa digunakan untuk kuat tekan beton yaitu K dan
f`c. K adalah kuat tekan karakteristik dengan sampel standar kubus berukuran 15 x 15 x
15 cm, biasanya memiliki satuan kg/cm 2. Sedangkan f’c adalah kuat tekan karakteristik
dengan sampel standar silinder diameter 15 cm, dan tinggi 30 cm, biasanya memiliki
satuan Mpa. (Panduan Praktikum Universitas Syiah Kuala)
Keterangan:
S = simpangan baku
Nilai simpangan baku diambil berdasarkan nilai pada tabel berikut ini:
14
Jumlah air yang dibutuhkan tergantung pada ukuran agregat maksimum yang
digunakan dan tinggi slump yang diinginkan.
Tabel 3.5 Perkiraan Volume Air per 1 m3 Beton Berdasarkan Nilai Slump dan Ukuran
Aggregate
entrained concrete
percent
Jumlah Air
FAS = .…. (2.5)
Semen
Jumlah Air
Jumlah semen = .…. (2.6)
FAS
Kemudian berdasarkan koefisien agregat kasar dan Bulk Density agregat kasar,
dihitung kebutuhan agregat kasar dengan rumus:
Berat beton segar dipengaruhi oleh ukuran maksimum agregat yang digunakan.
Berat beton segar diambil dari tabel berikut:
Beton adalah campuran semen, air, agregat kasar, dan juga pasir. Maka
banyaknya pasir yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus:
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Pada bab ini membahas tentang metode pelaksanaan kegiatan praktikum yang
telah dilakukan, yaitu: pemeriksaan sifat-sifat fisis material agregat, perencanaan
campuran, pembuatan benda uji hingga pembebanan untuk mendapatkan kuat tekan
masing-masing benda uji.
Peralatan :
Langkah kerja :
Peralatan :
6. Natrium oksida
7. Kerucut pasir + pemadat
8. Timbangan kapasitas 5 kg
9. Timbangan kapasitas 5 kg + keranjang kawat + ember
10. Oven
Bahan :
Langkah kerja :
1. Ambil sampel agregat sesuai ukurannya, kerikil lolos saringan 31,5 mm dan
tertahan saringan 4,75 mm. Dan pasir lolos saringan 4,75 mm.
2. Lalu rendam masing-masing agregat selama 24 jam, agar tercapai jenuh air.
3. Setelah 24 jam, pisahkan air dari agregat jenuh air dan angin-anginkan agregat
pada tempat teduh untuk mencapai keadaan kering permukaan (SSD).
Langkah kerja :
1. Kerikil yang telah jenuh air kemudian dihamparkan di atas lantai sambil dibalik-
balikkan untuk mengeringkan permukaannya secara merata.
4. Pisahkan kerikil dari air, dan di oven selama 24 jam dengan temperatur 105 C.
5. Setelah 24 jam, kerikil dalam keadaan kering oven (OD) ditimbang beratnya.
Perhitungan:
Ws = Wcs - Wc
19
Ww = Wcsw - Wcw
3. Volum kerikil
Wv = Ws - Ww
Ws Ws
Ws−Ww Wv
SG (SSD) = atau Sg (SSD) =
Wd = Wcd – Wc’
Wd Wd
Ws−Ww Wv
SG (OD) = atau Sg (OD) =
Langkah kerja :
1. Agregat yang telah jenuh air, kemudian dihamparkan di atas lantai sambil
dibalik- balikkan untuk mengeringkan permukaannya secara merata.
6. Kemudian isikan air ke dalam container sampai penuh, dan di tutup dengan
penutup.
9. Kemudian pisahkan kembali air dengan pasir, jangan sampai ada butiran- butiran
pasir yang tercecer.
10. Pasir diisikan ke dalam wadah, di oven selama 24 jam dengan temperatur 105 C.
Perhitungan:
Ws = Wcs - Wc
2. Volum pasir
Wv = Ws – Wcsw’ + Wcw”
Ws
¿¿
Ws
'
Ws−Wcsw +Wcw } } } {¿ Wv
SG (SSD) = atau Sg (SSD) =
Wd = Wcsw’ – Wc’
Wd
¿¿
Wd
'
Ws−Wcsw +Wcw } } } {¿ Wv
SG (OD) = atau Sg (OD) =
(Ws−Wd)
Wd
Absorpsi = x 100%
Keterangan:
21
Langkah kerja :
1. Dalam pemeriksaan ini, coarse aggregate, fine sand, dan coarse aggregate
mendapat perlakuan yang sama.
2. Masukkan agregat ke dalam baskom lebih kurang 5 liter, lalu di oven selama 25
jam pada temperatur 105C.
Perhitungan:
(Wca−Wc)
Vc
Wv =
Wc = berat container
Vc = volum container
Peralatan :
1. Oven
2. Timbangan kapasitas 5 kg
22
3. Satu set saringan standar ASTM E11-70 (ukuran saringan 31,5 mm, 19,0 mm,
4,75 mm, 2,36 mm, 1,18 mm, 0,6 mm, 0,3 mm, dan 0,15 mm, dan sisa)
4. Baskom
Langkah kerja :
Langkah :
Terlebih dahulu harus dilakukan pengujian sifat fisis dan mekanis agregat dan
menghasilkan data sebagai berikut:
Kemudian tentukan berapa mutu beton yang diinginkan. Kuat beton yang
diinginkan adalah K 200 kg/cm2. Kemudian harus diubah menjadi f’c
23
K = 200 kg/cm2
f’c = K x 0,83
= 166 kg/cm2
= 16,6 Mpa
Untuk mencari kuat tekan beton rata-rata digunakan rumus 2.4. Nilai s diambil
berdasarkan Tabel 3.3. Berdasarkan keadaan agregat, pelaksana pengecoran, dan aspek
manajemen konstruksi lainnya dipilih nilai s sebesar 2,5, sehingga:
= 20,725 Mpa
Faktor yang mempengaruhi FAS adalah nilai f’cr, dimana f’cr nya sebesar 20,725
Mpa. Kemudian nilai FAS dapat dicari berdasarkan Tabel 3.4. Karena nilai f’cr tidak
sesuai dengan nilai kuat tekan yang tersedia di tabel, maka harus diinterpolasikan:
25−20 25−20,725
=
0,61−0,69 0,61−x
5 ( 0,61−x )=−0,342
x=0,678
Faktor yang mempengaruhi jumlah air adalah ukuran maksimum agregat yaitu
31,5 mm, dan tinggi slump rencana. Tinggi slump rencana yang ditetapkan adalah 75
sampai 100 mm. Jumlah air yang dibutuhkan dihitung berdasarkan Tabel 3.5. Karena
kurang maksimum agregat yang digunakan tidak sesuai dengan tabel, maka harus di
interpolasikan:
25 193
31,5 ?
37,5 181
37,5−25 37,5−31,5
=
181−193 0.69−x
x=186,76
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa FAS adalah jumlah air dibagi dengan
jumlah semen. Karena FAS dan jumlah air telah didapatkan pada langkah sebelumnya
maka jumlah semen bisa dihitung dengan rumus 2.6. Dari perhitungan dengan rumus
tersebut didapatkan jumlah semen sebesar 275,457 kg
37,5−25 37,5−31,5
=
0,69−0,65 0,69−x
x=0,671
Jumlah agregat kasar dipengaruhi oleh koefisien agregat kasar yaitu sebesar
0,671, dan Bulk Density agregat kasar yaitu sebesar 1695 kg/m3. Adapun jumlah agregat
kasar yang dibutuhkan dapat dihitung dengan persamaan
Jumlah agregat kasar = koefisien agregat kasar x Bulk Density agregat kasar
= 0,671 x 1,655
= 1,110505 kg
37,5−25 37,5−31,5
=
2410−2380 2410−x
x=2395,6
Jumlah pasir yang dibutuhkan untuk membuat 1 m 3 beton dapat dicari dengan
rumus:
=744,24kg
3.5.6 Rekapitulasi
Air = 186,76 kg
Semen = 289,550
Pasir = 744,240 kg
Untuk mencampur pada 6 benda uji silinder standar, maka komposisi campuran
yang dibutuhkan dapat dihitung:
V 1 benda uji = ¼ d2 h
= 0,032 m3
= 0.038 m3
Peralatan :
27
3. Martil karet/plastik
4. Sendok beton
8. Timbangan kapasitas 50 kg
Bahan :
2. Semen
3. Air
Langkah kerja :
4. Setelah merata, tuangkan beton muda ke dalam bak penampung, sisa- sisa yang
ada di dalam molen diambil dengan sekop atau martil karet diketuk-ketuk agar
betontersebut mudah keluar.
6. Jika mortal telah sesuai dengan yang disyaratkan, isi ke dalam cetakan yang
dipersiapkan, masing-masing diisi 1/3 bagian kemudian dipadatkan dengan
tongkat 25 kali tusukan. Lakukan hal ini sampai cetakan penuh.
8. Tiga jam setelah pengecoran, dilakukan capping (diberi topi dengan mengoles
pasta semen 29%) di permukaan pada setiap benda uji
28
Peralatan :
1. Kerucut Abram’s
4. Sendok/sekop beton
Bahan :
Langkah kerja :
2. Masukkan mortar beton ke dalam kerucut terdiri dari tiga lapisan yang kira-kira
mempunyai ketebalan yang sama dan setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat
pemadatan (dengan cara menusuk-nusuk sebanyak 25 kali).
Peralatan :
29
1. Bak perendaman
Bahan :
Langkah kerja :
Untuk mengetahui kuat tekan beton dilakukan dua kali pembebanan yaitu pada
saat beton berumur 7 hari dan pada saat beton berumur 28 hari.
Peralatan :
1. Timbangan
3. Jangka sorong
4. Mistar/penggaris
5. Stopwatch
Bahan :
1. Dari enam buah benda uji di ambil sampel tiga buah benda uji
Langkah kerja :
1. Benda uji yang telah berumur 6 hari dikeluarkan dari bak perendaman dan
dibiarkan sampai kering permukaan selama 24 jam dengan suhu normal (± 27º).
6. Beban tekan maksimum yang dapat dipikul benda uji adalah beban maksimum
yang terbaca pada jarum manometer mesin pembebanan.
Peralatan :
1. Timbangan
6. Jangka sorong
7. Mistar/penggaris
8. Stopwatch
Bahan :
Langkah kerja :
7. Benda uji yang telah berumur 27 hari dikeluarkan dari bak perendaman dan
dibiarkan sampai kering permukaan selama 24 jam dengan suhu normal (± 27º).
11. Kecepatan pembebanan dari mesin adalah 500 kg/det. Kecepatan di stabilkan
menggunakan Stopwatch.
31
12. Beban tekan maksimum yang dapat dipikul benda uji adalah beban maksimum
yang terbaca pada jarum manometer mesin pembebanan.
32
BAB IV
Hasil penelitian yang diperoleh dari ketiga jenis aggregate yaitu coarse aggregate,
coarse sand dan fine sand, meliputi beberapa bagian sebagai berikut:
Jenis Aggregate
No. Jenis Pengujian
Coarse aggregate Coarse sand Fine sand
Jenis Agregat
1. 31,5 - - -
2. 19,0 40,233 - -
3. 9,54 48,767 - -
Dalam percobaan ini dilakukan pengujian tekan pada umur 7 hari. Dari hasil
pengujian pada umur 7 hari tersebut, kita dapat menghitung kuat tekan beton pada umur
28 hari.
Um Beba
Ben Tanggal Tanggal Ukuran Ting f'c N
ur Mass n f'c 28
da Pembuat Pengujia Diamet gi hari
(hari a Max hari
Uji an n er (cm) (cm) (P/A)
) (kg)
σbm = 225,361
Dari tabel 4.2 diperoleh kuat tekan beton rata-rata pada umur 28 hari adalah:
∑ σ bi
n
σbm =
= 225,361 kg/cm2
Keterangan:
Data kuat tekan dari tabel harus dicari standar deviasi nya untuk mengetahui
perbedaan (penyimpangan atau deviasi) tiap data kuat tekan beton tersebut, karena
semakin besar penyimpangan (deviasi), semakin kecil nilai kuat tekan beton yang
didapat.
A 8,956 80,209
B 8,379 70,208
C -17,335 300,502
Σ= 450,919
Deviasi standar:
√
n=i
∑ ( σ bm−σ bi )2
n=1
n−1
S =
=
√ 450 , 919
2
= 15,015
= 200.586 kg/cm2
= 20,06 Mpa
35
Um Beba
Ben Tanggal Tanggal Ukuran Ting f'c N
ur Mass n f'c 28
da Pembuat Pengujia Diamet gi hari
(hari a Max hari
Uji an n er (cm) (cm) (P/A)
) (kg)
σbm = 205,153
Dari tabel 4.2 diperoleh kuat tekan beton rata-rata pada umur 28 hari adalah:
∑ σ bi
n
σbm =
= 205,153 kg/cm2
Keterangan:
Data kuat tekan dari tabel harus dicari standar deviasi nya untuk mengetahui
perbedaan (penyimpangan atau deviasi) tiap data kuat tekan beton tersebut, karena
semakin besar penyimpangan (deviasi), semakin kecil nilai kuat tekan beton yang
didapat.
36
C 8,878 78,817
D -8,389 70,381
E -0,489 0,239
Σ= 149,437
Deviasi standar:
√
n=i
∑ ( σ bm−σ bi )2
n=1
n−1
S =
=
√ 149, 437
2
= 8,644
= 190,891 kg/cm2
= 19,89 Mpa
Berat volum beton adalah perbandingan antara berat beton dengan volume
volumenya.
37
2461,929
38
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi
tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton yang
dihasilkan dan beton harus dirancang proporsi campurannya agar menghasilkan
suatu kuat tekan rata- rata yang disyaratkan. Faktor- faktor yang mempengaruhi
kekuatan tekan beton yaitu, proporsi bahan- bahan penyusunnya, metode
perancangan, perawatan, dan keadaan pada saat pengecoran dilaksanakan.
3. Nilai slump yang diperoleh adalah 8,2 cm, dan telah sesuai dengan nilai slump
rencana yaitu 7,0 – 10,0 cm.
4. Kuat tekan beton rata-rata yang diperoleh dari pengujian pembebanan beton umur
7 hari adalah 225,361 kg/cm2 dan kuat tekan karakteristik beton sebesar 200,586
kg/cm2. Sedangkan untuk pengujian beton umur 28 hari diperoleh kuat tekan
beton rata-rata sebesar 205,153 kg/cm2 dan kuat tekan karakteristik beton sebesar
190,891 kg/cm2 .Artinya kuat tekan karakteristik beton yang diperoleh lebih
besar dari kuat tekan karakteristik beton yang direncanakan.
5. Nilai deviasi standar yang diperoleh dari hasil uji tekan 3 buah benda uji silinder
umur 7 hari adalah 15,015, sedangkan untuk pengujian 3 buah silinder beton
umur 28 hari diperoleh standar deviasi sebesar 8,644.
6. Dalam melakukan uji kekuatan beton kita harus memperhatikan toleransi umur
pembebanan yang dibolehkan, setelah benda uji dikeluarkan dari bak
perendaman. Toleransi yang dibolehkan lebih kurang 3 jam untuk beton berumur
7 hari.
5.2 Saran
Dalam pelaksanaan praktikum ini penulis menyadari adanya kekurang
telitian. Untuk itu, masih banyak hal yang harus diperbaiki dan ditingkatkan guna
berhasilnya pelaksanaan praktikum dimasa mendatang.
Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan praktikum, penulis
menghimbau kepada mahasiswa yang akan melaksanakan praktikum dimasa
mendatang, untuk dapat memahami materi kuliah sebelum melakukan praktikum.
Ketelitian dan kehati-hatian dalam melaksanakan praktikum harus ditingkatkan,
serta dituntut pula kekompakan antara sesama praktikan agar hasil kerja
maksimal.
Kepada karyawan dan staff laboratorium, hendaklah bimbingannya lebih
ditingkatkan, sehingga ketidaktelitian dalam menimbang dan menguji dapat
dikurangi.
40
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. SNI 1974:2011Cara Uji Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji Silinder.
Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Brook, L. J. Murdock. 1999. Bahan Dan Praktek Beton, terjemahan Ir. Stephanus
Hindarko. Jakarta: Penerbit Erlangga.