Dosen Pengampu :
Gabriel JP. Ghewa, S.T., MT.
Disusun Oleh :
Hengky Ardi Nur Cahyo
22.O3.0004
1.2 Tujuan
Mengetahui bagaimana proses pembuatan beton dan juga pengujian kuat tekan
beton dengan menggunakan Compression Testing Machine (CTM).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beton
Beton merupakan suatu bahan bangunan yang terdiri dari campuran beberapa
bahan seperti semen portland, air, agregat kasar (kerikil), dan agregat halus (pasir).
Proses pembuatan beton melibatkan beberapa langkah yang cermat, dimulai dengan
pemilihan bahan baku yang sesuai (Kuncoro, 2021a). Sebelumnya, jenis dan kualitas
semen seperti semen Portland dipilih sesuai kebutuhan proyek. Agregat yang terdiri dari
kerikil dan pasir juga harus memenuhi standar kualitas dan ukuran tertentu. Setelah
memilih bahan, langkah selanjutnya adalah menimbangnya secara akurat sesuai dengan
jadwal pencampuran yang telah ditetapkan. Proses pencampuran dilakukan secara hati-
hati dalam alat pengaduk beton untuk menghasilkan campuran yang seragam dan
homogen. Beton yang sudah dicampur diangkut ke tempat penuangan beton dengan
menggunakan kendaraan pengangkut seperti truk pengaduk. Tergantung pada struktur
bangunan yang diinginkan, beton dituangkan ke dalam cetakan atau cetakan di lokasi.
Selama pengecoran, alat seperti vibrator digunakan untuk menghilangkan gelembung
udara dan mendistribusikannya secara merata. Setelah beton dituang, diperlukan
perawatan awal, termasuk perlindungan dari pengaruh lingkungan yang tidak diinginkan.
Selanjutnya terjadi proses hidrasi dimana semen bereaksi dengan air membentuk
produk hidrasi yang memberikan kekuatan pada beton. Beton membutuhkan waktu
beberapa hari untuk mengeras, selama waktu tersebut beton dilindungi untuk mencegah
retak dan deformasi. Proses ini bervariasi tergantung pada jenis beton, persyaratan
desain, dan metode konstruksi yang digunakan (Jabair, 2021).
Beton banyak digunakan dalam konstruksi untuk berbagai keperluan, seperti
konstruksi gedung, jembatan, jalan, tanggul, dan struktur arsitektur lainnya. Komponen
bangunan ini juga merupakan bagian integral dari industri konstruksi karena beragam
fungsi utamanya (Kuncoro, 2021b). Pertama, beton memberikan kekuatan struktural
yang penting pada banyak jenis struktur seperti bangunan, jembatan, dan bendungan.
Kemampuannya menahan tekanan dan tekanan air menjadikannya ideal untuk pondasi
dan struktur bendungan. Selain itu, sifat beton yang tahan api menjadikannya pilihan
yang aman untuk melindungi bangunan dari bahaya kebakaran. Ketahanan beton
terhadap cuaca ekstrem dan kondisi lingkungan yang keras, serta kemampuannya
menyerap dan menahan air, menjadikannya ideal untuk konstruksi dalam berbagai
kondisi iklim. Fleksibilitas desainnya memungkinkan terciptanya struktur unik,
sementara fitur termalnya membantu mengatur suhu di dalam gedung. Beton juga
dikenal karena stabilitas dimensinya yang sangat baik, perawatan yang rendah, serta
sifat penyerapan dan retensi air yang memungkinkannya mengelola air hujan. Oleh
karena itu, beton memainkan peran penting dalam membentuk fondasi infrastruktur dan
berbagai struktur bangunan, memberikan kekuatan, daya tahan, dan keamanan yang
penting (Kuncoro, 2021b).
2.2 Faktor Kuat Tekan Beton
Kuat tekan beton mengacu pada kemampuan beton dalam menahan tekanan atau
beban tekan. Untuk mendapatkan beton dengan kuat tekan maksimal, secara umum
harus memperhatikan faktor-faktor yang akan mempengaruhi kuat tekan beton seperti
berikut ini.
a. Rasio air-semen
Rasio air-semen merupakan salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi
kuat tekan beton. Semakin rendah rasio air-semen, semakin tinggi kuat tekan
beton.Rasio air-semen yang tinggi mengurangi kekuatan beton dan meningkatkan
risiko retak. Umumnya semakin tinggi nilai FAS maka kekuatan beton semakin
rendah. Namun semakin rendah nilai FAS maka kekuatan beton semakin tinggi dan
ada batasnya. Nilai FAS yang rendah membuat pengolahan khususnya pemadatan
menjadi sulit dan pada akhirnya menyebabkan mutu beton menjadi buruk. Secara
umum dilaporkan bahwa nilai minimum FAS kira-kira 0,4 dan nilai maksimumnya
adalah 0,65 (Panjaitan & Herlina, 2020).
b. Mutu Semen
Jenis dan mutu semen yang digunakan mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kuat tekan beton. Semen portland adalah bahan bangunan yang paling
umum digunakan untuk konstruksi beton. Semen portland diproduksi dengan
menggiling terak semen yang terutama terdiri dari kalsium silikat hidrolik dan
menggilingnya dengan bahan tambahan untuk membentuk bentuk kristal dari satu
atau lebih senyawa kalsium sulfat. Bahan tambahan lainnya juga dapat ditambahkan
(SNI 15-2049-2004) (Standar Nasional Indonesia, 2011). Semen ini sering digunakan
dalam konstruksi karena kekuatannya yang tinggi (Panjaitan & Herlina, 2020).
c. Ukuran dan jenis agregat
Ukuran dan jenis agregat yang digunakan dalam campuran beton juga
memegang peranan penting. Ada berbagai ukuran dan jenis agregat yang cocok
untuk membuat beton, yang dapat mempengaruhi sifat beton yang dihasilkan. Ada
dua jenis agregat yaitu agregat halus (pasir) dan agregat kasar (kerikil dan batu
pecah). Agregat halus untuk beton dituntut memiliki partikel yang tajam, keras, tidak
mengandung pengotor, dan gradasi yang baik. Sebaliknya agregat kasar harus terdiri
dari partikel keras, bebas bahan organik, dan memiliki ukuran partikel yang sesuai.
Selain itu, ukuran partikel agregat juga mempengaruhi kekuatan dan tekstur beton
yang dihasilkan. Penggunaan agregat yang memenuhi standar tersebut akan
menghasilkan beton berkualitas tinggi yang memenuhi persyaratan konstruksi
(Ahmad & Sipil, 2022) .
d. Hubungan antara semen dengan agregat (Rasio Semen-Agregat)
Dalam proses pembuatan beton, rasio agregat-semen, yang mengacu pada
perbandingan volume agregat dan semen dalam campuran beton, cenderung
menghasilkan beton yang memiliki sifat tertentu, seperti kekuatan tekan yang tinggi,
tetapi dapat menyebabkan masalah saat pengecoran. Sebaliknya, rasio yang rendah
dapat menghasilkan beton yang mudah mengala (Ahmad & Sipil, 2022) .
2.3 Uji Kuat Tekan Beton
Uji kuat tekan beton dilakukan dengan cara mengukur kekuatan beton melalui
beberapa metode sebagai berikut ini.
a. Metode Tekan Beton (Compressive Test)
Kuat tekan beton merupakan besarnya beban setiap satuan luas permukaan yang
mengakibatkan benda sampel uji beton hancur jika diberi gaya tekan tertentu yang
dihasilkan oleh mesin tekan. Mesin yang digunakan dalam metode ini biasanya
menggunakan mesin Compression Testing Machine (CTM) seperti pada gambar.
Kuat tekan beton didapatkan dari takaran pada perbandingan semen, agregat
kasar dan halus, air. Beton merupakan struktur yang sangat kuat untuk menerima
gaya tekan, sehingga untuk mengetahui nilai kuat tekan dari sebuah struktur beton
(f’c), dapat diperoleh melalui pengujian Compressive Test dengan rumus :
P
f’c = A
Keterangan : f’c = nilai kuat tekan struktur beton; P = beban yang diberikan pada alat
CTM; A = Luas penampang beton
b. Metode Non-Destructive Test
Saat ini perkembangan teknologi dibidang teknik sipil sudah berkembang
pesat salah satunya yaitu pengujian kuat tekan beton dengan metode non-
destructive. Dengan metode ini, beton akan diuji kuat tekannya tanpa merusak
benda uji. Tentunya metode ini dinilai lebih menguntungkan karena tidak merusak
struktur dan kekuatan beton itu sendiri. Salah satu contoh dari metode non-
destructive ini yaitu Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) dan Hammer Test
(Ahmad & Sipil, 2022)
.
Bahan Takaran
Batu Pecah 19,8 kg
Pasir 12,6 kg
Semen 5,36 kg
Air 3,015 L
Superplasticizer 48 ml
b. Persiapan alat yang dibutuhkan.
Untuk membuat sampel uji beton pada eksperimen ini, diperlukan beberapa alat
diantaranya : ember, sekop, cangkul, timbangan, palet untuk mencampur bahan,
modding/cetakan, rojok/ penusuk, dan palu karet.
c. Timbang semua bahan sesuai dengan takaran yang sudah dihitung.
d. Campur semua bahan secara merata dengan menggunakan palet dan cangkul.
Gambar 4.2 Pencampuran bahan-bahan ke dalam palet
e. Masukan campuran bahan-bahan beton ke dalam modding/cetakan berukuran
diameter 15cm dan tinggi 30cm, sedikit demi sedikit.
f. Tusuk modding/cetakan yang sudah berisi bahan-bahan campuran sampai
memadat.
h. Adonan beton sudah jadi dan harus ditunggu sesuai usia yang sudah ditentukan (7
hari dan 28 hari).
Gambar 4.5 Hasil beton dalam modding
4.2 Uji kuat tekan beton
Sebelum dilakukan uji kuat tekan beton, terlebih dahulu dilakukan proses
caping/perataan permukaan beton agar pengujian kuat tekan beton dapat lebih akurat.
Proses caping ini menggunakan belerang yang sudah dilelehkan yang akhirnya digunakan
untuk menutupi bagian atas permukaan beton. Dengan adanya caping ini, beton yang
ditekan akan diberi gaya dari alat CTM secara merata.
Selanjutnya uji kuat tekan beton dalam eksperimen ini menggunakan alat
Compressing Testing Machine (CTM). Alat tersebut menunjukan kuat tekan dari beton
dengan berdasarkan indikator jarumnya. Jarum hitam menunjukan tekanan maksimum
yang diberikan mesin kepada beton. Sedangkan jarum merah menunjukan hasil kuat
tekan beton saat jarum hitam berada di titik maksimum. Pada eksperimen ini uji kuat
beton dilakukan pada hari ke-7 dan hari ke-28.
Dari perolehan angka kuat tekan pada alat CTM tersebut, dapat disajikan dalam tabel
berikut ini yang kemudian akan diolah kembali perhitungannya untuk memperoleh hasil
final.
Luas
Tanggal Uji Kuat Tekan
Jenis Beton Usia Massa (kg) Permukaan
Tekan (Kn)
(cm2)
Beton 1 14
Desember 7 hari 12,46 176,71 90
2024
Beton 2 18 Januari
28 hari 12,83 176,71 240
2024
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil eksperimen dari praktikum yang sudah dilakukan, didapatkan
bahwa pembuatan beton memerlukan bahan-bahan yaitu batu pecah, semen, air, pasir, dan
superplasticizer. Bahan-bahan tersebut kemudian ditakar sesuai dengan ketentuan
perhitungan lalu dicampur hingga merata dan dicetak pada cetakan. Beton yang sudah
dicetak harus ditunggu hingga mengeras sesuai usia yang ditentukan. Setelah usia beton
mencapai 7 hari dan 28 hari, maka akan dilakukan uji kuat tekan beton dengan alat
Compressing Testing Machine (CTM). Hasil eksperimen menunjukan bahwa beton 1 yang
berusia 7 hari memiliki massa 12,46 kg; luas permukaan 176,71 cm2; dan kuat tekan 90 Kn.
Sedangkan beton yang berusia 28 hari memiliki massa 12,83 kg; luas permukaan 176,71
cm2; dan kuat tekan 240 Kn.
Perhitungan dengan rumus f’c = P/A dilakukan untuk memperoleh nilai kuat tekan
beton. Pada beton 1 (usia 7 hari) didapatkan nilai 51,93 Kg/cm2. Sedangkan pada beton 2
(usia 28 hari) didapatkan nilai 138,49 Kg/cm2. Oleh karena itu dapat disimpulkan juga bahwa
usia beton mempengaruhi kuat tekan beton yang dihasilkan. Semakin panjang usia beton
maka kuat tekannya pun juga semakin besar.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, F., & Sipil, T. (2022). Uji Kuat Tekan Beton dengan CTM (Compression Testing Machine). In
Ilmuteknik.org (Vol. 2, Issue 1).
Aribawa, B. B., Wijatmiko, I., & Simatupang, R. M. (2019). STUDI EVALUASI PENGARUH VARIASI
MUTU BETON TERHADAP KEKUATAN STRUKTUR BETON NORMAL MENGGUNAKAN METODE
NON-DESTRUCTIVE TEST DAN DESTRUCTIVE TEST (Vol. 13, Issue 3).
Jabair. (2021). Studi Eksperimental Kuat Tekan Beton Kekuatan Tinggi Menggunakan Batu
Gamping Sebagai Agregat Kasar.
Kuncoro, F. B. (2021a). Kajian Kuat Tekan, Kuat Tarik Belah, dan Modulus Elastisitas Beton dengan
Bahan Pengganti Semen Fly Ash Kadar 15%, 30%, dan 40% Terhadap Beton Normal. Matriks
Teknik Sipil, 9(3), 170. https://doi.org/10.20961/mateksi.v9i3.54494
Kuncoro, F. B. (2021b). Kajian Kuat Tekan, Kuat Tarik Belah, dan Modulus Elastisitas Beton dengan
Bahan Pengganti Semen Fly Ash Kadar 15%, 30%, dan 40% Terhadap Beton Normal. Matriks
Teknik Sipil, 9(3), 170. https://doi.org/10.20961/mateksi.v9i3.54494
Panjaitan, E., & Herlina, L. (2020). Review Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Karakteristik Kuat
Tekan Beton Geopolimer.
Standar Nasional Indonesia. (2011). Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder Badan
Standardisasi Nasional. www.bsn.go.id
Sumajouw, M. D. J., Teknik, F., Sam, U., Manado, R., & Windah, R. S. (2014). PENGUJIAN KUAT
TEKAN BETON MUTU TINGGI Servie O. Dapas. Jurnal Ilmiah Media Engineering, 4(4), 215–
218.