Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN ILMIAH

PEMBUATAN DAN UJI KUAT TEKAN BETON

Dosen Pengampu :
Gabriel JP. Ghewa, S.T., MT.

Disusun Oleh :
Hengky Ardi Nur Cahyo
22.O3.0004

PROGRAM STUDI REKAYASA INFRASTRUKTUR DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan infrastrukur seperti gedung, tanggul, jembatan, dll memerlukan
perancangan dan pembangunan yang baik untuk menunjang faktor keamanan dari suatu
infrastruktur bangunan. Dalam meninjau keamanan suatu infrastruktur bangunan, tidak
jauh kaitannya dengan meninjau juga kekuatan dan kualitas bangunan. Apabila suatu
bangunan memiliki kekuatan dan kualitas yang baik, maka resiko bangunan dalam
mengalami keruntuhan atau kerusakan akan kecil. Selain rancangan bangunan dan
pondasi yang kuat, salah satu faktor yang juga akan mempengaruhi kekuatan dan
kualitas bangunan yaitu kekuatan beton (Sumajouw et al., 2014).
Beton merupakan suatu bahan bangunan yang terdiri dari campuran beberapa
bahan seperti semen portland, air, agregat kasar (kerikil), dan agregat halus (pasir).
Campuran ini dicampur secara merata dan dikompres menjadi bahan yang keras dan
tahan lama (Sumajouw et al., 2014) . Beton banyak digunakan dalam konstruksi untuk
berbagai keperluan, seperti konstruksi gedung, jembatan, jalan, tanggul, dan struktur
arsitektur lainnya. Sifat utama beton meliputi kuat tekan, kuat tarik, tahan terhadap
cuaca, dan tahan korosi. Beton banyak digunakan sebagai bahan bangunan karena
tahan lama dan dapat dibentuk menjadi berbagai bentuk tergantung kebutuhan
konstruksi. Penggunaan beton juga dapat dimodifikasi dengan menambahkan bahan
tambahan dan bahan tambahan untuk meningkatkan sifat tertentu, seperti tahan air,
tahan api, dan tahan terhadap bahan kimia tertentu (Aribawa et al., 2019).
Dalam pembuatan beton, diperlukan juga pengujian terhadap kekuatan tekan beton
yang sudah dibuat. Pengujian kuat tekan beton memegang peranan yang sangat penting
dalam industri konstruksi. Cara pengujian ini penting dalam menilai kemampuan beton
dalam menahan beban tekan atau tekan, dan merupakan aspek penting dalam
menentukan kekuatan struktur suatu bangunan (Aribawa et al., 2019) . Selain itu,
pengujian kuat tekan membantu mengidentifikasi variasi metode pencampuran dan
sumber material, dan juga digunakan untuk memastikan kualitas material beton itu
sendiri. Data uji kuat tekan digunakan dalam desain struktur dan membantu
menentukan dimensi dan ketebalan elemen beton yang benar. Selain itu, pengujian ini
juga memberikan informasi tentang kemampuan beton dalam mempertahankan
kekuatan dari waktu ke waktu, sehingga membantu dalam pemeliharaan dan
pemeliharaan struktur. Pengujian kuat tekan juga dapat memandu pemilihan campuran
beton yang sesuai tergantung pada kebutuhan konstruksi tertentu (Kuncoro, 2021a).
Oleh karena itu, melalui laporan ilmiah ini, akan dipaparkan bagaimana proses
pembuatan beton dan juga pengujian kuat tekan beton dengan menggunakan
Compression Testing Machine (CTM).

1.2 Tujuan
Mengetahui bagaimana proses pembuatan beton dan juga pengujian kuat tekan
beton dengan menggunakan Compression Testing Machine (CTM).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beton
Beton merupakan suatu bahan bangunan yang terdiri dari campuran beberapa
bahan seperti semen portland, air, agregat kasar (kerikil), dan agregat halus (pasir).
Proses pembuatan beton melibatkan beberapa langkah yang cermat, dimulai dengan
pemilihan bahan baku yang sesuai (Kuncoro, 2021a). Sebelumnya, jenis dan kualitas
semen seperti semen Portland dipilih sesuai kebutuhan proyek. Agregat yang terdiri dari
kerikil dan pasir juga harus memenuhi standar kualitas dan ukuran tertentu. Setelah
memilih bahan, langkah selanjutnya adalah menimbangnya secara akurat sesuai dengan
jadwal pencampuran yang telah ditetapkan. Proses pencampuran dilakukan secara hati-
hati dalam alat pengaduk beton untuk menghasilkan campuran yang seragam dan
homogen. Beton yang sudah dicampur diangkut ke tempat penuangan beton dengan
menggunakan kendaraan pengangkut seperti truk pengaduk. Tergantung pada struktur
bangunan yang diinginkan, beton dituangkan ke dalam cetakan atau cetakan di lokasi.
Selama pengecoran, alat seperti vibrator digunakan untuk menghilangkan gelembung
udara dan mendistribusikannya secara merata. Setelah beton dituang, diperlukan
perawatan awal, termasuk perlindungan dari pengaruh lingkungan yang tidak diinginkan.
Selanjutnya terjadi proses hidrasi dimana semen bereaksi dengan air membentuk
produk hidrasi yang memberikan kekuatan pada beton. Beton membutuhkan waktu
beberapa hari untuk mengeras, selama waktu tersebut beton dilindungi untuk mencegah
retak dan deformasi. Proses ini bervariasi tergantung pada jenis beton, persyaratan
desain, dan metode konstruksi yang digunakan (Jabair, 2021).
Beton banyak digunakan dalam konstruksi untuk berbagai keperluan, seperti
konstruksi gedung, jembatan, jalan, tanggul, dan struktur arsitektur lainnya. Komponen
bangunan ini juga merupakan bagian integral dari industri konstruksi karena beragam
fungsi utamanya (Kuncoro, 2021b). Pertama, beton memberikan kekuatan struktural
yang penting pada banyak jenis struktur seperti bangunan, jembatan, dan bendungan.
Kemampuannya menahan tekanan dan tekanan air menjadikannya ideal untuk pondasi
dan struktur bendungan. Selain itu, sifat beton yang tahan api menjadikannya pilihan
yang aman untuk melindungi bangunan dari bahaya kebakaran. Ketahanan beton
terhadap cuaca ekstrem dan kondisi lingkungan yang keras, serta kemampuannya
menyerap dan menahan air, menjadikannya ideal untuk konstruksi dalam berbagai
kondisi iklim. Fleksibilitas desainnya memungkinkan terciptanya struktur unik,
sementara fitur termalnya membantu mengatur suhu di dalam gedung. Beton juga
dikenal karena stabilitas dimensinya yang sangat baik, perawatan yang rendah, serta
sifat penyerapan dan retensi air yang memungkinkannya mengelola air hujan. Oleh
karena itu, beton memainkan peran penting dalam membentuk fondasi infrastruktur dan
berbagai struktur bangunan, memberikan kekuatan, daya tahan, dan keamanan yang
penting (Kuncoro, 2021b).
2.2 Faktor Kuat Tekan Beton
Kuat tekan beton mengacu pada kemampuan beton dalam menahan tekanan atau
beban tekan. Untuk mendapatkan beton dengan kuat tekan maksimal, secara umum
harus memperhatikan faktor-faktor yang akan mempengaruhi kuat tekan beton seperti
berikut ini.
a. Rasio air-semen
Rasio air-semen merupakan salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi
kuat tekan beton. Semakin rendah rasio air-semen, semakin tinggi kuat tekan
beton.Rasio air-semen yang tinggi mengurangi kekuatan beton dan meningkatkan
risiko retak. Umumnya semakin tinggi nilai FAS maka kekuatan beton semakin
rendah. Namun semakin rendah nilai FAS maka kekuatan beton semakin tinggi dan
ada batasnya. Nilai FAS yang rendah membuat pengolahan khususnya pemadatan
menjadi sulit dan pada akhirnya menyebabkan mutu beton menjadi buruk. Secara
umum dilaporkan bahwa nilai minimum FAS kira-kira 0,4 dan nilai maksimumnya
adalah 0,65 (Panjaitan & Herlina, 2020).
b. Mutu Semen
Jenis dan mutu semen yang digunakan mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kuat tekan beton. Semen portland adalah bahan bangunan yang paling
umum digunakan untuk konstruksi beton. Semen portland diproduksi dengan
menggiling terak semen yang terutama terdiri dari kalsium silikat hidrolik dan
menggilingnya dengan bahan tambahan untuk membentuk bentuk kristal dari satu
atau lebih senyawa kalsium sulfat. Bahan tambahan lainnya juga dapat ditambahkan
(SNI 15-2049-2004) (Standar Nasional Indonesia, 2011). Semen ini sering digunakan
dalam konstruksi karena kekuatannya yang tinggi (Panjaitan & Herlina, 2020).
c. Ukuran dan jenis agregat
Ukuran dan jenis agregat yang digunakan dalam campuran beton juga
memegang peranan penting. Ada berbagai ukuran dan jenis agregat yang cocok
untuk membuat beton, yang dapat mempengaruhi sifat beton yang dihasilkan. Ada
dua jenis agregat yaitu agregat halus (pasir) dan agregat kasar (kerikil dan batu
pecah). Agregat halus untuk beton dituntut memiliki partikel yang tajam, keras, tidak
mengandung pengotor, dan gradasi yang baik. Sebaliknya agregat kasar harus terdiri
dari partikel keras, bebas bahan organik, dan memiliki ukuran partikel yang sesuai.
Selain itu, ukuran partikel agregat juga mempengaruhi kekuatan dan tekstur beton
yang dihasilkan. Penggunaan agregat yang memenuhi standar tersebut akan
menghasilkan beton berkualitas tinggi yang memenuhi persyaratan konstruksi
(Ahmad & Sipil, 2022) .
d. Hubungan antara semen dengan agregat (Rasio Semen-Agregat)
Dalam proses pembuatan beton, rasio agregat-semen, yang mengacu pada
perbandingan volume agregat dan semen dalam campuran beton, cenderung
menghasilkan beton yang memiliki sifat tertentu, seperti kekuatan tekan yang tinggi,
tetapi dapat menyebabkan masalah saat pengecoran. Sebaliknya, rasio yang rendah
dapat menghasilkan beton yang mudah mengala (Ahmad & Sipil, 2022) .
2.3 Uji Kuat Tekan Beton
Uji kuat tekan beton dilakukan dengan cara mengukur kekuatan beton melalui
beberapa metode sebagai berikut ini.
a. Metode Tekan Beton (Compressive Test)
Kuat tekan beton merupakan besarnya beban setiap satuan luas permukaan yang
mengakibatkan benda sampel uji beton hancur jika diberi gaya tekan tertentu yang
dihasilkan oleh mesin tekan. Mesin yang digunakan dalam metode ini biasanya
menggunakan mesin Compression Testing Machine (CTM) seperti pada gambar.

Gambar 2.1 Compression Testing Machine

Kuat tekan beton didapatkan dari takaran pada perbandingan semen, agregat
kasar dan halus, air. Beton merupakan struktur yang sangat kuat untuk menerima
gaya tekan, sehingga untuk mengetahui nilai kuat tekan dari sebuah struktur beton
(f’c), dapat diperoleh melalui pengujian Compressive Test dengan rumus :
P
f’c = A

Keterangan : f’c = nilai kuat tekan struktur beton; P = beban yang diberikan pada alat
CTM; A = Luas penampang beton
b. Metode Non-Destructive Test
Saat ini perkembangan teknologi dibidang teknik sipil sudah berkembang
pesat salah satunya yaitu pengujian kuat tekan beton dengan metode non-
destructive. Dengan metode ini, beton akan diuji kuat tekannya tanpa merusak
benda uji. Tentunya metode ini dinilai lebih menguntungkan karena tidak merusak
struktur dan kekuatan beton itu sendiri. Salah satu contoh dari metode non-
destructive ini yaitu Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) dan Hammer Test
(Ahmad & Sipil, 2022)
.

c. Metode Ultrasonic Pulse Velocity (UPV)


Ultrasonic Pulse Veocity Test (UPVT) adalah metode pengujian kuat tekan
beton dengan memperkirakan kekerasan beton yang didasari pada hubungan
kecepatan gelombang UPV melalui media uji beton dengan kekuatan tekan beton itu
sendiri. Tes UPV berguna untuk mengetahui keserasian kualitas beton, mengetahui
kualitas struktur beton setelah berusia tahun tertentu, mengetahui kuat tekan beton
yang ada, dan menghitung modulus elastisitas beton (Ahmad & Sipil, 2022) .

d. Metode Hammer Test


Metode Hammer Test bisa dipakai untuk mengetahui keserasian beton yang
ada di lapangan, memperoleh gambaran bagian struktur beton yang mengalami
kerusakan, serta memperkirakan besarnya kuat beton yang ada di lapangan.
Rebound number yang dihasilkan dari hammer test dipengaruhi oleh kelembapan
pada permukaan bidang sampel yang diuji, metode untuk mendapatkan permukaan
bidang uji (tipe bahan cetakan dan tipe penyelesaian akhir), serta kedalaman pada
karbonasi (Ahmad & Sipil, 2022).
BAB III
METODE
Metode yang digunakan untuk mengetahui pembuatan beton dan juga perhitungan
uji kuat tekan beton dalam laporan ini yaitu dengan metode eksperimental. Eksperimen
dilakukan di Laboratorium Beton yang ada di Universitas Katolik Soegijapranta. Dalam
eksperimen ini, dilakukan 2 tahapan yaitu :
a. Pembuatan beton
Dalam eksperimen ini, dibuat sebanyak 3 beton yang memiliki diamater dan
tinggi yang sama yaitu 15 cm dan 30cm. Pembuatan beton ini dilakukan secara
manual dengan bebrapa alat dan bahan yang sederhana tanpa menggunakan mesin
pengaduk semen. Hasil dari pembuatan sampel beton ini nantinya juga akan
dilakukan uji tekan beton pada tahap selanjutnya.
b. Uji kuat tekan beton
Setelah beton selesai dibuat, akan dilakukkan uji kuat tekan beton yang
dilakukan sebanyak 3 kali setiap betonnya pada usia beton hari ke 7 hari dan 28 hari.
Pada pengujian kuat tekan beton ini digunakan metode compressive test yaitu
dengan mesin Compressing Testing Machine (CTM). Setelah itu juga dilakukan
perhitungan lebih lanjut seperti yang tercantum pada pembahasan berikut ini.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembuatan beton
a. Penentuan takaran bahan-bahan pencampuran beton.
Dalam tahap ini dilakukan perhitungan untuk menentukan berapa banyak bahan
yang akan digunakan mulai dari agregat kasar sampai agregat halus. Setelah
dilakukan perhitungan, maka didapatkan angka takaran bahan beton sebagai berikut.

Bahan Takaran
Batu Pecah 19,8 kg
Pasir 12,6 kg
Semen 5,36 kg
Air 3,015 L
Superplasticizer 48 ml
b. Persiapan alat yang dibutuhkan.
Untuk membuat sampel uji beton pada eksperimen ini, diperlukan beberapa alat
diantaranya : ember, sekop, cangkul, timbangan, palet untuk mencampur bahan,
modding/cetakan, rojok/ penusuk, dan palu karet.
c. Timbang semua bahan sesuai dengan takaran yang sudah dihitung.

Gambar 4.1 Penimbangan bahan-bahan beton

d. Campur semua bahan secara merata dengan menggunakan palet dan cangkul.
Gambar 4.2 Pencampuran bahan-bahan ke dalam palet
e. Masukan campuran bahan-bahan beton ke dalam modding/cetakan berukuran
diameter 15cm dan tinggi 30cm, sedikit demi sedikit.
f. Tusuk modding/cetakan yang sudah berisi bahan-bahan campuran sampai
memadat.

Gambar 4.3 Penusukan dengan rojok

g. Pukul modding/cetakan dengan palu karet sebanyak 3 kali pada 3 bagian


modding/cetakan.

Gambar 4.4 Pemukulan modding dengan palu karet

h. Adonan beton sudah jadi dan harus ditunggu sesuai usia yang sudah ditentukan (7
hari dan 28 hari).
Gambar 4.5 Hasil beton dalam modding
4.2 Uji kuat tekan beton
Sebelum dilakukan uji kuat tekan beton, terlebih dahulu dilakukan proses
caping/perataan permukaan beton agar pengujian kuat tekan beton dapat lebih akurat.
Proses caping ini menggunakan belerang yang sudah dilelehkan yang akhirnya digunakan
untuk menutupi bagian atas permukaan beton. Dengan adanya caping ini, beton yang
ditekan akan diberi gaya dari alat CTM secara merata.

Gambar 4.6 Proses Caping

Selanjutnya uji kuat tekan beton dalam eksperimen ini menggunakan alat
Compressing Testing Machine (CTM). Alat tersebut menunjukan kuat tekan dari beton
dengan berdasarkan indikator jarumnya. Jarum hitam menunjukan tekanan maksimum
yang diberikan mesin kepada beton. Sedangkan jarum merah menunjukan hasil kuat
tekan beton saat jarum hitam berada di titik maksimum. Pada eksperimen ini uji kuat
beton dilakukan pada hari ke-7 dan hari ke-28.

Gambar 4.7 Uji kuat beton pada hari ke-7


Gambar 4.8 Uji kuat beton hari ke-28

Dari perolehan angka kuat tekan pada alat CTM tersebut, dapat disajikan dalam tabel
berikut ini yang kemudian akan diolah kembali perhitungannya untuk memperoleh hasil
final.

Luas
Tanggal Uji Kuat Tekan
Jenis Beton Usia Massa (kg) Permukaan
Tekan (Kn)
(cm2)
Beton 1 14
Desember 7 hari 12,46 176,71 90
2024
Beton 2 18 Januari
28 hari 12,83 176,71 240
2024

a. Perhitungan Beton 1 (7 hari)


- 90 Kn = 9.177 Kg
P
f’c = A
9.177
f’c = 176 ,71
f’c = 51,93 Kg/cm2

b. Perhitungan Beton 2 (28 hari)


- 240 Kn = 24.473 Kg
P
f’c = A
24.473
f’c = 176 ,71
f’c = 138,49 Kg/cm2
Pada beton yang berusia 7 hari didapatkan kuat tekan beton sebesar 51,93 Kg/cm2.
Sedangkan pada beton yang berusia 28 hari didapatkan kuat tekan beton yakni sebesar
138,49 Kg/cm2.

BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil eksperimen dari praktikum yang sudah dilakukan, didapatkan
bahwa pembuatan beton memerlukan bahan-bahan yaitu batu pecah, semen, air, pasir, dan
superplasticizer. Bahan-bahan tersebut kemudian ditakar sesuai dengan ketentuan
perhitungan lalu dicampur hingga merata dan dicetak pada cetakan. Beton yang sudah
dicetak harus ditunggu hingga mengeras sesuai usia yang ditentukan. Setelah usia beton
mencapai 7 hari dan 28 hari, maka akan dilakukan uji kuat tekan beton dengan alat
Compressing Testing Machine (CTM). Hasil eksperimen menunjukan bahwa beton 1 yang
berusia 7 hari memiliki massa 12,46 kg; luas permukaan 176,71 cm2; dan kuat tekan 90 Kn.
Sedangkan beton yang berusia 28 hari memiliki massa 12,83 kg; luas permukaan 176,71
cm2; dan kuat tekan 240 Kn.
Perhitungan dengan rumus f’c = P/A dilakukan untuk memperoleh nilai kuat tekan
beton. Pada beton 1 (usia 7 hari) didapatkan nilai 51,93 Kg/cm2. Sedangkan pada beton 2
(usia 28 hari) didapatkan nilai 138,49 Kg/cm2. Oleh karena itu dapat disimpulkan juga bahwa
usia beton mempengaruhi kuat tekan beton yang dihasilkan. Semakin panjang usia beton
maka kuat tekannya pun juga semakin besar.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, F., & Sipil, T. (2022). Uji Kuat Tekan Beton dengan CTM (Compression Testing Machine). In
Ilmuteknik.org (Vol. 2, Issue 1).

Aribawa, B. B., Wijatmiko, I., & Simatupang, R. M. (2019). STUDI EVALUASI PENGARUH VARIASI
MUTU BETON TERHADAP KEKUATAN STRUKTUR BETON NORMAL MENGGUNAKAN METODE
NON-DESTRUCTIVE TEST DAN DESTRUCTIVE TEST (Vol. 13, Issue 3).
Jabair. (2021). Studi Eksperimental Kuat Tekan Beton Kekuatan Tinggi Menggunakan Batu
Gamping Sebagai Agregat Kasar.
Kuncoro, F. B. (2021a). Kajian Kuat Tekan, Kuat Tarik Belah, dan Modulus Elastisitas Beton dengan
Bahan Pengganti Semen Fly Ash Kadar 15%, 30%, dan 40% Terhadap Beton Normal. Matriks
Teknik Sipil, 9(3), 170. https://doi.org/10.20961/mateksi.v9i3.54494
Kuncoro, F. B. (2021b). Kajian Kuat Tekan, Kuat Tarik Belah, dan Modulus Elastisitas Beton dengan
Bahan Pengganti Semen Fly Ash Kadar 15%, 30%, dan 40% Terhadap Beton Normal. Matriks
Teknik Sipil, 9(3), 170. https://doi.org/10.20961/mateksi.v9i3.54494
Panjaitan, E., & Herlina, L. (2020). Review Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Karakteristik Kuat
Tekan Beton Geopolimer.
Standar Nasional Indonesia. (2011). Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder Badan
Standardisasi Nasional. www.bsn.go.id
Sumajouw, M. D. J., Teknik, F., Sam, U., Manado, R., & Windah, R. S. (2014). PENGUJIAN KUAT
TEKAN BETON MUTU TINGGI Servie O. Dapas. Jurnal Ilmiah Media Engineering, 4(4), 215–
218.

Anda mungkin juga menyukai