Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan beton dalam konstruksi bangunan terus berkembang. Beton
dibutuhkan dalam setiap konstruksi ketekniksipilan. Beton digunakan dalam
dunia teknik sipil seperti pada pondasi, kolom, balok plat lantai, bendungan, dan
gorong-gorong. Dengan demikian di tuntut adanya peningkatkan kualitas
beton,maka diperlukan suatu rencana campuran dengan syarat tertentu agar
didapat mutu beton dengan syarat yang telah di tentukan.
Beton memiliki kelemahan yang mudah retak akibat kuat tekan, kuat tekan
beton ini dapat ditingkatkan sehingga mampu menahan tekanan tanpa mengalami
retakan. Salah satu cara adalah dengan penambahan serat- serat pada adukan
beton sehingga retak-retak yang mungkin terjadi akibat tekanan pada daerah beton
tekan akan ditahan oleh serat-serat tambahan ini,sehingga kuat tekan beton serat
dapat lebih tinggi dibanding kuat tekan beton biasa.
Di Negara-negara maju seperti amerika dan inggris, para peneliti telah
berusaha memperbaiki sifat-sifat kurang baik dari beton tersebut dengan cara
menambahkan serat atau fiber pada adukan beton. Pemikiran dasarnya adalah
menulangi beton dengan fiber yang disebarkan merata ke dalam beton segar
secara acak (random) dan merata, sehingga dapat mencegah terjadinya retakan-
retakan beton yang terlalu dini, baik akibat panas hidrasi maupun pembebanan.
Berbagai jenis fiber yang dapat dipakai untuk memperbaiki sifat beton adalah baja
(steel), plastik (polypropylene), polymers,asbes dan carbon. Di Indonesia, konsep
pemakaian fiber baja pada adukan beton untuk struktur bangunan teknik sipil
belum banyak dikenal dan belum dipakai dalam praktek. Salah satu sebabnya
adalah tidak tersedianya fiber baja di Indonesia dan harganya yang mahal.
Suhendro (1991), telah menemukan bahan lokal yang mudah didapat di
Indonesia juga harganya lebih murah dibandingkan dengan fiber baja berupa

42
potongan kawat bendrat diameter 1 mm, panjang 60 mm (aspek rasio I/d = 60).
Hasilnya menunjukan peningkatan kualitas beton yaitu beton menjadi sangat liat
atau detail (ductile) kuat desak, kuat tarik, dan ketahanan terhadap kejut juga
meningkat.
Elfiandi, (2015) dengan judul Pengaruh Metode Curing Dengan Penambahan
Sarat Konvensional (Bendrat) Terhadap Kuat Tekan Beton, Tugas Akhir, Jurusan
Teknik Sipil Politeknik Negeri Bengkalis. Studi ini membuktikan bahwa
penambahan serat-serat pada adukan beton retak-retak yang terjadi terhadap beton
akibat kuat tekan akan di tahan oleh serat-serat tambahan ini, sehingga kuat tekan
beton serat dapat lebih tinggi di banding kuat tekan beton biasa.
Dimana kita ketahui Kabupaten Bengkalis adalah salah satu daerah yang
terkenal dengan tanah gambut pada Tugas Akhir ini, akan diteliti karakteristik
beton (kuat tekan dan kuat tarik) serat dengan menggunakan bahan air campur
dan air perawatan.
Tanah gambut berserat merupakan tanah organik yang terbentuk akibat
pelapukan tumbuh tumbuhan yang tergenang air di daerah tropis akibatnya
sebagian serat masih jelas terlihat pada struktur tanah gambut berserat. Tanah
gambut berserat mempunyai sifat fisik dan teknik yang jelek, yaitu: Kadar air dan
angka pori yang tinggi, spesific gravity dan daya dukung yang rendah serta
pemampatan yang besar dan tidak merata. Untuk itu pada Tugas Akhir ini akan
diteliti Pengaruh Air Gambut Sebagai Campuran Dan Perendaman Terhadap
Karakteristik Beton Serat Kawat Bendrat

1.2. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah


Ruang lingkup dari pengujian ini penulis menjelaskan tentang perbandingan
kekuatan beton dengan menggunakan air hujan,air gambut terhadap beton serat
dengan penambahan serat konvensional maupun beton normal.
Dimana dalam pengujian ini akan mengetahui perbandingan kekuatan beton
dengan memakai air hujan,air gambut terhadap beton serat dengan penambahan
serat konvensional dan beton normal dengan menguji kuat tekan beton dan kuat
tarik beton dari ini akan mengetahui perbandingan kekuatan beton serat

42
penambahan serat konvensional dengan menggunakan air hujan dan air gambut.
Adapun batasan masalah yang dibuat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan bahan yaitu Semen Holcim, Agregat halus dan Agregat Kasar
dari Tanjung Balai.
2. Air untuk campuran beton adalah Air Gambut dan Air Hujan.
3. Benda uji berbentuk silinder dengan diameter 15 cm tinggi 30 cm.
4. Kawat bendrat ukuran ± 6 cm.
5. Mutu beton yang di rencanakan adalah 20 Mpa
6. Pengujian di lakukan pada umur 3,7,21,28 hari.
7. Pengujian sampel dilakukan diLaboratorium Uji bahan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bengkalis.
8. Perawatan beton dilakukan dengan cara perendaman .
9. Percobaan kuat tekan beton dilakukan pada 3,7,28 hari
10. Rencana slump 10 cm ± 2 cm
11. Persentase serat bendrat 1% terhadap berat semen
12. Sampel yang digunakan 64 buah. Untuk setiap persentase beton serat dengan
penambahan Serat Konvensional 32 sampel dan 32 sampel untuk beton
normal 16 Uji Kuat Tekan dan 16 Uji Kuat Tarik dengan 8 Air Gambut dan 8
Air Hujan

1.3. Tujuan Pengujian


Tujuan dari pengujian ini antara lain :
1. Mengetahui perbandingan air gambut dan air hujan terhadap karakteristik
beton
2. Dapat melihat pengaruh perbandingan kuat tekan beton dan kuat tarik beton
dengan penambahan kawat bendrat

42
1.4. Manfaat Penulisan
Dengan adanya pengujian ini diharapkan,
1. Menambah pengalaman, pengetahuan dan wawasan tentang Pengaruh Air
Gambut Sebagai Campuran dan Perendaman Terhadap Karakteristik Beton
Serat Kawat Bendrat.
2. Bisa menjadi referensi untuk peneliti-peneliti selanjutnya yang menguji
pengaruh air gambut serat kawat bendrat.

42
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Beton
Beton merupakan material atau bahan yang di pakai untuk keperluan struktur
bangunan dan dibuat dengan campuran antara pasir, batu split atau krikil, air,
semen, dan juga bisa ditambahkan bahan – bahan lainnya untuk mendapatkan
mutu beton khusus karena digunakan untuk bahan struktur bangunan khusus.
Kelebihan beton kuat menahan gaya tekan tetapi rendah atau kurang kuat
menahan gaya tarik untuk melengkapi kekurangannya tersebut digunakanlah
bersama dengan besi baja sebagai tulangan yang membuat beton akan lebih kuat
menahan gaya tarik maupun gaya tekan dan mempunyai tingkat keawetan yang
cukup baik. Akhirnya muncullah produk baru bernama beton bertulang
(reinforced comcrete) yaitu penggabungan dua material yang saling memberikan
manfaat di antara keduannya. Oleh karena itu beton sudah dilengkapi dengan besi
sebagai tulangan hal tersebut bisa membuat beton semakin kuat menahan gaya
tekan maupun gaya tarik (Tjokrodimulyo 1996)

2.2 Beton Serat


Beton serat merupakan campuran beton di tambah serat. Bahan serat dapat
berupa serat asbestos, serat plastic (poly- propyline), atau potongan kawat baja,
serat tumbuh-tumbuhan (rami, sebut, kelapa, bambu, ijuk) ( Mulyono, T , 2004).
Dalam sifat fisik beton, penambahan serat menyebabkan perubahan terhadap sifat
beton tersebut. Dibandingkan dengan beton yang bermutu sama tanpa serat, maka
beton dengan serat mempunyai menjadi lebih kaku sehingga memperkecil nilai
slump serta waktu ikat awal lebih cepat juga. Serat baja dapat berupa potongan-
potongan kawat atau dibuat khusus dengan permukaan halus/rata atau deform,
lurus atau bengkok untuk memperbesar lekatan dengan betonnya. Serat baja akan
berkarat dipermukaan beton, namun akan sangat awet jika didalam beton.

42
Gambar 2.1. Beton Serat
2.2.1. Fungsi Penambahan Serat
Penambahan serat kawat kedalam adukan beton adalah untuk mengatasi sifat-
sifat kurang baik dari beton. Ide dasar penambahan serat adalah memberikan
tulangan serat pada beton yang disebar merata secara acak (random) untuk
mencegah retak-retak yang terjadi pembebanan.
2.2.2. Kelebihan dan Kekurangan Beton Serat
Adapun kelebihan dan kekurangan penggunaan beton serat adalah sebagai
berikut:
1. Kelebihan Penggunaan Serat
a. Dapat meningkatkan kuat lentur beton
b. Kemungkinan terjadi segregasi kecil
c. Daktilitas (kemampuan menyerap energi) juga meningkat
d. Tahan benturan
e. Retak–retakyang terjadi dapat direduksi
f. Beton menjadi lebih kaku
g. Meningkatan kuat tarik, kuat tekan beton
2. Kekurangan Penggunaan Serat
a. Biaya menjadi lebih mahal karena adanya penambahan material yang
berupa serat
b. Proses pengerjaan lebih sulit dari beton biasa
2.2.3. Metode Pecampuran Serat
Penyebaran fiber pada adukan beton tergantung cara atau teknik
pencampurannya. Ada dua cara pecampuran yaitu pecampuran kering dan
pecampuran basah yang keduannya boleh dilakukan tergantung pada jenis fiber

42
yang di gunakan. Pecampuran kering adalah dengan mencampurkan fiber pada
beton sebelum di tuang air, sebaliknya pecampuraan basah adalah fiber
dicampurkan setelah adukan beton dituang air.

2.3. Karakteristik Air gambut


Air gambut tergolong yang tidak memenuhi persyaratan air bersih yang telah
dietapkan oleh peraturan material kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010
tanggal 19 April 2010, beberapa karakteristik yang tidak memenuhi persyaratan
adalah sebagai berikut:
1. Segi estetika yaitu dengan adanya warna, kekeruhan dan bau pada air gambut
akan mengurangi efektifitas usaha desinfeksi, karena mikroba terlindung oleh
zat padat tersuspensi, baik yang bersifat anorganik maupun yang organik. Hal
ini tentu berbahaya bagi kesehatan bila terdapat mikroba yang pathogen. Di
samping itu penyimpanan terhadap standar yang diterapkan akan mengurangi
penerimaan masyarakat terhadap air tersebut yang selanjutnya dapat
mendorong untuk mencari sumber air lain yang kemungkinan tidak
aman.(Sutrisno,1991).
2. Ph rendah pada air gambut menyebabkan air terasa asam yang dapat
menimbulkan kerusakan gigi dan sakit perut (Notodarmojo , 1994).
3. Kandungan zat organik yang tinggi dapat menjadi sumber makanan bagi
mikroorganisme dalam air yang dapat menimbulkan bau apabila zat organik
tersebut terurai secara biologis dan jika dilakukan desinfeksi dengan larutan
khlor akan membentuk senyawa organokhlorine yang bersifat karsinogenik
(Notodarmojo, 1994).
4. Tinggi nya kadar besi (Fe) pada air merupakan suatu hal yang harus
diperhatikan dalam penyediaan air bersih bagi masyarakat. Mengingat bahwa
tingginya kadar Fe akan mengurangi segi estetika dan akan mengurangi
efektifitas usaha desinfeksi karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi
tersebut. Tingginya kadar besi pada air menyebabkan air berwarna merah
kecoklatan dan berbau logam sehingga menimbulkan keengganan untuk
mengkonsumsinya. (Sutrisno,2006).

42
5. Endapan mangan (Mn) akan memberikan noda - noda pada bahan/benda -
benda yang berwarna putih. Adanya unsure ini dapat menimbulkan bau dan
rasa pada minuman.(Sutrisno,2006).

2.3.1. Sifat Air Gambut Terhadap Beton


Air gambut bersifat spesifik, bergantung pada lokasi, jenis vegetasi dan jenis
tanah tempat air gambut tersebut berada ,ketebalan gambut ,usia gambut, dan
cuaca karakteristik air gambut dari sebagian wilayah Indonesia yang merupakan
hasil penelitian puslitbang pemukiman bekerja sama dengan PAU ITB
(Irianto,1998)
Sifat yang utama dari hasil penelitian ini adalah untuk mendapatkan dasar
beton di wilayah gambut berdasarkan kuat tekannya. Dengan melakukan
penelitian ini dapat memperluas pengetahuan kita bagaimana kuat tekan beton
pada daerah gambut yang tanahnya cenderung bersifat asam dan sebagai
masukkan untuk penelitian selanjutnya. Beberapa bahan ketika dalam
pemakaiannya akan mendapat pembebanan.

2.4. Material-Material Pembentuk Beton


Pada pembuatan beton, ada beberapa material yang digunakan. Adapun
material-material digunakan yaitu :
2.4.1 semen
Semen merupakan bahan pengikat utama untuk adukan beton dan pasangan
batu yang digunakan untuk menyatukan bahan menjadi satu kesatuan yang kuat.
Butiran-butiran semen mengandung kapur, selika, alumina, dan besi yang bersifat
hidrolis dan gips, sebagai bahan pembantu artau bahan pengikat yang apa bila
telah kering menjadi keras.
2.4.2 Agregat
Pengaruh kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi
komposisi agregat tersebut berkisar 60 % - 80 % dari berat campuran beton yang
harus digradasikan. Walaupun fungsinya hanya sebagai pengisi, tetapi karena
posisinya yang cukup besar, agregat menjadi penting (Mulyono, 2004), agregat

42
yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau agregat
buatan. Secara umum, agregat dapat dibedakan berdasarkan ukuran nya, yaitu
agregat kasar dan agregat halus. Agregat yang digunakan dalam campuran beton
dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu :
1. Agregat Halus
Agregat halus ialah mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi halus
sebagai bahan campuran beton ialah menurut SII 0052-80, ”mutu dan cara uji
agregat beton dalam campuran beton yang memiliki ukuran butiran kurang dari 5
mm atau lolos saringan no.4 dan tertahan pada saringan no.200 yang terdapat
dalam standar spesifikasi ASTM C. 330-80, namun persyaratan yang berlaku pada
agregat.
a. Modulus halus butir 1,5 sampai 3,8
b. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm)
maksimum 5%
c. Dapat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau
pasir buatan atau yang sering disebut sebagai abu batu yang dihasilkan dari
mesin pemecah batu
d. Kadar zat organik yang terkandung ditentukan dengan mencampur agregat
halus dengan larutan natrium sulfat 3% jika dibandingkan dengan warna
standar/perbandingan tidak lebih tua dari pada warna standar.
e. Kekerasan butiran bersifat kekal (tidak hancur atau pecah oleh pengaruh
cuaca)

Beberapa karakteristik dari agregat halus yang mempengaruhi sifat-sifat dan


mutu beton ialah, gradasi yang mempengaruhi kepadatan dalam pekerjaan, kadar
air yang mempengaruhi perbandingan semen yang akan digunakan, dan kadar
lumpur agregat yang mempengaruhi kekuatan beton.

42
Tabel 2.1.Batas Gradasi Agregat Halus
Persen Berat Butir yang Lewat Ayakan
Lubang ayakan (mm)
Zona 1 Zona II Zona III Zona IV
10 100 100 100 100
4,8 90-100 90-100 90-100 95-100
2,4 60-95 75-100 85-100 95-100
1,2 30-70 55-90 75-100 90-100
0,6 15-34 25-59 60-79 80-100
0,3 5-20 8-30 12-40 5-50
0,15 0-10 0-10 0-10 0-15
Sumber: SNI 03-2834-1993
Keterangan:
1. Daerah Gradasi Zona 1 : Pasir Kasar
2. Daerah Gradasi Zona II : Pasir Agak Kasar
3. Daerah Gradasi Zona III : Pasir Agak Halus
4. Daerah Gradasi Zona IV : Pasir Halus

2. Agregat Kasar
Agregat kasar merupakan krikil alam atau batu pecah yang ukurannya lebih
besar dari 4,75 mm, bersifat mempengaruhi kekuatan air dari beton kerasdan daya
tahannya terhadap cuaca dan efek-efek perusak lainnya. Jenis agregat kasar yang
sering dignakan menurut SNI 03-1968-1990 ialah:
a. Modulus halus butir 6,0 sampai 7,1
b. Batu pecah alami, diperoleh dari cadas atau batu pecah alami yang di gali.
Batu pecah dapat memudahkan dalam pekerjaan dan pengecoran
dibandingkan dengan agregat jenis lain, tetapi dapat menghasilkan kekuatan
beton yang tinggi.
c. Batas toleransi kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron
(0,074 mm) maksimal 1% ”menurut SII 0058-80”
d. Kerikil alami, diperoleh dari proses salami yaitu dari pengkisan dasar atau
tepi sungai yang mengalir. Memberikan kemudahan dalam pekerjaan,
namun memiliki kekuatan yang rendah dari batu pecah.
Beberapa karakteristik dari agregat kasar yang dapat mempengaruhi sifat-
sifat dan mutu beton ialah, gradasi yang mempengaruhi kekuatan, kadar air

42
yang mempengaruhi perbandingan air semen dan kebersihan dari agregat
kasar juga mempengaruhi kekuatan dan keawetan beton.
Tabel 2.2. Batas Gradasi Agregat Kasar
Persen Besar Butir yang Lewat Ayakan
Lubang ayakan (mm) 38-4,76 19-4,76 9,6-4,76
1 ½”(38) 95-100 100 100
¾”(19) 35-70 95-100 100
3/8”(9,6) 10-40 30-60 50-85
No. 4 (4,8) 0-5 0-10 0-10
Sumber: SNI 03-2834-1993

2.4.3. Air
Air merupakan bahan dasar pada pembuatan beton, karna tanpa air semen
tidak bisa menjadi pasta tanpa air, air juga berfungsi sebagai pelumas antara
butiran-butiran agregat yang agar mudah dikerjakan atau dipadatkan. Kekuatan
dan daya tahan beton berkurang apabila air yang digunakan mengandung banyak
kotoran.
Kotoran dalam air dapat mengakibatkan gangguan pada saat hidrasi pada
pengikatan, gangguan terhadap kuat tekan beton dan ketahanan beton, perubahan
volume beton, mengakibatkan korosi, beton yang mengandung air kotor akan
mengalami bercak-bercak pada permukaan.
Menurut SNI 03-2847-2002 untuk pemakaian air hendaknya memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari
bahan-bahan merusak yang mengandung oli,asam,alkali,garam,bahan
organik, atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau
tulangan.
b. Air pencampuran yang digunakan pada beton prategang atau pada beton
yang didalamnya tertahan logam almunium, termasuk air bebas yang
terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam
jumlah yang membahayakan.
Semua air yang akan di gunakan apabila mutunya masih diragukan harus
dianalisa secara kimia dan di evaluasi mutu menurut pemakaiannya.

42
2.4.4. Air Gambut
Air gambut merupakan pelarut universal sehingga air yang ada disekitar kita
bukanlah air murni, melainkan mengandung zat-zat terlarut, seperti tingkat
keasaman pada air (pH) dimana air layak digunakan untuk dikomsumsi ,Secara
umum nilai pH dapat digunakan sebagai parameter kualitas air. Telah kita ketahui
bahwa Ph air murni adalah 7 , namun demikian air alam jarang mempunyai Ph
kurang dari 7. Hal ini terjadi karna karbon dioksida yang terdapat di udara dapat
larut dalam air hujan membentuk asam karbonat. Air hujan dinyatakan sebagai
hujan asam jika Ph nya kurang dari 5,6. Secara umum Ph minimum dan
maksimum air bersih adalah 6,5 dan 8,5 air adalah zat cair yang tidak mempunyai
rasa, warna dan bau.
Air gambut berdasarkan parameter baku mutu air tidak memenuhi
persyaratan kualitas air bersih. Air gambut mengandung senyawa zat organik
terlarut yang menyebabkan air menjadi warna coklat dan bersifat asam, sehingga
perlu pengolahan khusus sebelum siap untuk dikonsumsi. Senyawa organik
tersebut adalah asam humus yang terdiri dari asam humat, asam fulvat dan humin
(Nanggolan,2011).

Gambar.2.2. Air Gambut


2.4.5. Serat konvesional (Bendrat)
Kawat bendrat digunakan sebagai pengikat rangkaian tulangan-tulangan
antara satu tulangan dengan yang lainnya baik untuk tulangan kolom, balok, slab,
shearwall, ataupun rangkaian tullangan lainnya sehingga membentuk suatu
rangkaian tulangan lainnya sehingga membentuk suatu rangkaian rangka elemen
struktur yang siap dicor, selain itu kawat juga dapat digunakan untuk hal-hal lain,
seperti pengikatan beton decking pada tulangan serta mengikat material-material
lain. Panjang kawat ± 3,4,5, dan 6 cm diameter 1mm dengan volume serat 1% dari
berat volume silinder.

42
2.5. Metode Perencanaan Campuran Beton
Perencanaan campuran beton (mix design) merupakan hal yang komplek
jika dilihat dari perbedaan sifat dan karakteristik bahan penyusunnya. Naham
penyusun tersebut akan menyebabkan variasi dari hasil beton yang akan
dihasilkan, perencanaan campuran beton dilakukan untuk menghasilkan suatu
proporsi campuran bahan optimal dengan kekuatan maksimum. Maksud dari
maksimum ialah penggunaan bahan yang minimum dengan menghasilkan
kekuatan beton maksimum dengan tanpa mempertimbangkan kriteria standard an
ekonomis dilihat dari biaya keseluruhan untuk membuat struktur beton tersebut
Mix design beton ialah suatu cara untuk membuat komposisi campuran
beton dengan melakukan pengujian proportis bahan maupun material yang akan
digunakan untuk pembuatan penyusun beton.
Krateria dasar pada perencanaan beton ialah kekuatan tekan dan faktor air
semen,karena faktor air semen yang kecil akan menghasilkan kekuatan beton
yang tinggi namun pada kemudahan pengerjaannya tidak akan mempengaruhi
sifat pengerjaan,butiran agregat yang terlalu besar akan mengakibatkan
terbentuknya rongga pada beton dan akan menimbulkan segregasi.
Masalah yang sering dihadapi oleh seseorang perencana ialah bagaimana
merencanakan komposisi dari bahan-bahan penyusun beton tersebut agar dapat
memenuhi spesifikasi teknik yang di tentukan.
Dalam metode perencanaan campuran beton metode SNI 02-2834-2000
beton yang direncanakan harus memenuhi persyaratan kekentalan yang
memungkinkan memudahkan pengerjaan beton agar dapat mengisi acuan dan
menutupi permukaan secarasama,keawetan,kuat tekan,ekonomis,serta beton yang
dibuat harus menggunakan bahan agregat normal tanpa bahan tambah. Dari kuat
tekan beton sebagai dasar rencana, dapat menggunakan hasil uji kurang dari 28
hari berdasarkan data rekaman yang lalu untuk kodisi yang sama, jika
menggunakan perhitungan umur 28 hari dapat di konversi dari tabel dibawah ini
untuk menentukan kekuatan beton

42
Tabel 2.3. Faktor Pengali Untuk Daviasi Standar Bila Data Hasil Uji Yang Tersedia
Kurang Dari 30
Jumlah pengujian Faktor Pengali Deviasi Standar

Kurang dari 15 Lihat butir 4.2.3.1.1.(5)


15 1.16
20 1.08
25 1.03
30 atau lebih 1.00

Faktor air semen yang diperlukan untuk mencapai kuat tekan rata-rata yang
ditargetkan berdasarkan hubungan kuat tekan dan faktor air semen yang diperoleh
dari penelitian lapangan sesuai dengan bahan dan kondisi pekerjaan yang di
usulkan. Bila tidak tersedia data hasil penelitian sebagai pedoman dapat
dipergunakan Grafik.
Tabel 2.4 perkiraan kuat tekan beton dengan faktor air semen, dan agregat kasar
yang biasa dipakai diindonesia
Kekuatan tekan (Mpa)
Jenis semen Jenis agregat kasar Pada umur rencana Bentuk
(hari)
3 7 28 29 Benda uji
Semen portland Batu tak dipecahkan 17 23 33 40 Silinder
Tipe 1 Batu pecah 19 27 37 45
Semen tahan Batu tak dipecahkan 20 28 40 48 Kubus
sulfat Batu pecah 25 32 45 44
Tipe II,V
Semen portland Batu tak dipecahkan 21 28 38 44 Silinder
Tipe III Batu pecah 25 33 44 48
Batu tak dipecahkan 25 31 46 53 Kubus
Batu pecah 30 40 53 60

42
Gambar 2.3 Grafik hubungan kuat tekan beton dengan faktor air semen (FAS)
(teknologi beton, Trimulyona, 2003)

Tabel 2.5 Perkiraa kadar air bebas (Kg/m3) yang dibutuhgkan untuk beberapa
tingkat kemudahan pekerjaan adukan beton
Slump (mm) 0 - 10 10 - 30 30 - 60 60 - 180

Ukuran besar butir agregat - - - -


Jenis agregat
batu tak dipecahkan 150 180 205 225
10
batu pecah 180 205 230 250
batu tak dipecahkan 135 160 180 195
20
batu pecah 170 190 210 225
batu tak dipecahkan 115 140 160 175
40
batu pecah 155 175 190 205

42
Tabel 2.6 persyaratan jumlah semen minimum dan faktor air semen maksimum
untuk berbagai macam pembetonan dalam lingkungan khusus
Jumlah Semen Minimum Nilai Faktor
Lokasi
per M3 beton (kg) Air Semen Maksimum
Beton didalam ruangan Bangunan :
275 0,6
a. Keadaan Keliling non-korosif
b. Keadaan keliling korosif disebabkan
325 0,52
oleh kondensasi atau uap korosif
Beton diluar ruangan bangunan :
a. Tidak terlindungi dari hujan dan terik 325 0,6
matahari langsung
b. Terlindung dari hujan dan terik 275 0,6
matahari langsung
beton masuk kedalam tanah: 325 0,55
a. Mengalami keadaan basah dan kering
berganti-ganti
b. Mendapat pengaruh sulfan dan alkali
dari tanah lihat tabel 2.7
beton yang kontinu berhubungan :
a. Air tawar
b. Air laut lihat tabel 2.8

42
Tabel 2.7 ketentuan untuk beton yang berhubungan dengan air tanah yang
mengandung sulfat

Dalam perencanaan campuran beton harus dipenuhi persyaratan sebagai


berikut:
1. Perhitungan perencaan campuran beton harus didasarkan pada sifat-sifat
bahan yang akan dipergunakan dalam produksi beton.
2. Susunan campuran beton yang diperoleh dari perencanaan harus dilakukan
pengujian melalui campuran coba yang menunjukan bahwa proporsi tersebut
dapat memenuhi kekuatan beton yang disyaratkan.

42
2.6. Slump Beton
Slump adalah salah satu ukuran kekentalan adukan beton dinyatakan dalam
mm ditentukan dengan alat keucut abram (SNI 03-1972-1990) tentang metode
pengujian Slump Beton Semen Portland). Suatu campuran beton memiliki
konsistensi yang berbeda-beda sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan suatu bangunan
yang akan dibeton. Konsistensi ini bisa dapat dengan kering, kering, plastis,
plastis, cair, cair dan sebagainya, sehingga dapat diketahui nilai kekentalan yang
akan digunakan dengan cara kualitas beton. Untuk mengetahui nilai slump
dilakukan pengukuran dengan menggunakan perbedaan tinggi cetakan dengan
tinggi rata-rata benda uji rumus perhitungan slump :
Nilai slump=tinggi cetakan-tinggi rata-rata benda uji
Tabel 2.8. Nilai slump untuk berbagai konstruksi menurut PBI 1971
Jenis Konstruksi Slump (mm)
Maksimum Minimum
Dinding penahan pondasi 75 25
Pondasi sederhana,semur dan dinding struktur 75 25
Balok dan dinding beton 100 25
Kolom struktur 100 25
Perkerasan dan slab 75 25
Beton missal 75 25
Sumber : PBI 1971
Pada PBI 1971, dalam hal ini slump beton yang dihasilkan tidak boleh
melebihi 100 mm, bila beton tersebut digunakan untuk komponen struktur yang
harus kedap air, tidak boleh digunakan perbandingan volume 1 semen : 1,5 pasir :
2,5 krikil percobaan slump beton menggunakan corong baja yang terbentuk konus
berlubang pada kedua ujungnya, yang disebut kerucut Abrams. Nilai slump
terdapat 3 buah jenis yaitu:
a. Slump sebenarnya penurun umum dan seragam tanpa ada yang pecah,oleh
karena itu dapat disebut slump yang sebenarnya. Pengambilan nilai slump
sebenarnya dengan penurunan minimum dari puncak kerucut
b. Slump geser yang terjadi bila mana perlu puncaknya bergeser atau
tergelincir ke bawah pada bidang miring. Pengambilan nilai slump geser ini

42
ada dua yaitu dengan mengukur penurunan minimum dan penurunan rata-
rata dari puncak kerucut.
c. Campuran beton pada kerucut runtuh seluruhnya. Pengambilan nilai slump
collapse dengan mengukur penutunan minimum dari puncak kerucut.

2.7. Kuat Tekan Beton dan Kuat Tarik Belah Beton


2.7.1. Kuat Tekan Beton
Umum nya kuat tekan maksimum tercapai pada saat nilai satuan regangan
tekan ԑ’ mencapai ± 0.002. Selanjutnya nilai tegangan f’c akan turun dengan
bertambahnya nilai regangan sampai benda uji hancur pada nilai ԑ’ mencapai
0.003-0.005. Beton dengan kuat tekan tinggi lebih getas dan akan hancur pada
nilai regangan maksimum yang lebih rendah dibandingkan dengan beton dengan
kuat tekan rendah.
Pada umumnya nilai kuat tekan maksimum untuk mutu beton tertentu akan
berkurang oada tingkat pembebanan yang lebih lamban atau slower rates of
strain. Nilai kuat tekan beton beragam sesuai dengan umurnya dan biasanya nilai
kuat tekan beton ditentukan pada waktu beton mencapai umur 28 hari setelah
pengecoran.

Gambar 2.4. Pengujian Kuat Tekan


Rumus untuk kuat tekan adalah sebagai berikut:
𝑃
Ƒ’c = 𝐴………………………………………………..(Persamaan 2.1)

Dengan :
Ƒ’c = Kuat tekan beton
P = Beban yang diterima
A = Luas penampang Benda Uji

42
2.7.2. Kuat Tarik Belah Beton
Kuat tarik beton merupakan suatu bagian yang penting dalam menahan
retak akibat perubahan kadar air , suhu dan pembebanan. Kuat tarik beton sangat
dipengaruhi oleh lekatan antara pasta semen dengan agregat kasar.penambahan
serat pada adukan beton ternyata dapat memberi pengaruh yang besar pada kuat
tarik beton. Hal ini disebabkan bertambahnya ikatan pada beton karena lekatan
antara pasta semen dengan serat cukup besar.
Sifat kuat tarik dipengaruhi oleh mutu betonnya. Setiap usaha perbaikan
mutu beton untuk kekuatan tekan hanya di sertai oleh peningkatan yang kecil dari
kuat tariknya. Dalam SI ditentukan hubungan kuat tarik dengan kuat tekannya
(f’c) adalah 0,5 √ f’c – 0,6 √ f’c. Menurut perkiraan kasar, nilai kuat tarik berkisar
antara 9% - 15% dari kuat tekannya. Nilai pastinya sulit diukur (Tri
Mulyono:2004). Pengujian kuat tarik biasanya diadakan untuk pembuatan beton
konstruksi jalan raya dan lapangan terbang. Penentuan kuat tarik belah beton
dapat dilakukan dengan menggunakan alat uji tarik dan benda uji silinder
diameter 15 cm tinggi 30 cm dengan prosedur ASTM C 496-94.
Kuat tarik belah menjadi bagian penting dalam beton untuk menahan retak–
retak akibat kadar air dan suhu sehingga berpengaruh terhadap kemampuan beton
di dalam mengatasi retak awal sebelum dibebani. Secara kasar nilai kuat tarik
beton normal hanya bekisar 9% - 15% dari kuat tekannya dan dapat dihitung
dengan persamaan sebagai berikut:

Gambar 2.5. Pengujian Kuat Tarik Belah

42
2𝑃
Ƒt = 𝜋 𝑙 𝑑…..……………………………………………………….(Persamaan 2.2)

Dengan :
Ƒt = Kuat tarik belah
P = Beban pada waktu beton terbelah (N)
𝑙 = Panjang benda uji selinder (mm)
d = Diameter benda uji selinder (mm)

2.8. Kerangka Pemikiran


Dalam pembuatan beton serat ini dari campuran air yaitu air gambut dan air
hujan, terdapat material lain seperti semen, dan agregat halus, agregat kasar dari
tanjung balai dan berupa serat (bendrat). Maka dari itu pada TugasAkhir ini ingin
melihat perbandingan antara air gambut dan air hujan terhadap kekuatan beton
berupa beton serat dan beton normal pengujian dilakukan dengan percobaan kuat
tekan beton dan kuat tarik belah beton.

42
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada pengujian beton adalah sebagai
berikut :
a. Cetakan silinder beton dengan diameter 15 cm tinggi 30 cm
b. Saringan /ayakan
c. Timbangan
d. Ember
e. Mould
f. Kerucut Abrams dan baja penumbuk
g. Mesin uji kuat tekan dan uji kuat tarik
h. Alat bantu lainnya

3.1.2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada pengujian beton adalah sebagai
berikut :
a. Semen portland pozzolan didalam pengujian ini menggunakan semen holcim.
b. Agregat halus atau pasir dari Tanjung Balai.
c. Agregat kasar berupa batu pecah dari Tanjung Balai.
d. Air untuk campuran beton adalah air tanah gambut dan air hujan.
e. Bahan serat konvensional (bendrat) ukuran ± 6 cm.
f. Bekisting, menggunakan sampel besi silinder.
g. Ukuran sampel berbentuk silinder dengan diameter 15 cm tinggi 30 cm.

42
3.2. Tahapan Pengujian
Adapun tahapan pelaksanaan penelitian ini antara lain:
1. Tahapan persiapan. Meliputi pengurusan surat pernyataan, surat izin
penggunaan laboratorium yang diketahui oleh dosen pembimbing dan
disetujui oleh ketua laboratorium uji bahan teknik sipil serta persiapan
smaterial dan peralatan yang akan dilaksanakan.
2. Tahap pengujian sifat fisik material seperti :
a. Pengujian berat volume agregat
b. Pengujian air agregat
c. Pengujian gradasi agregat
d. Pengujian kadar lumpur agregat

3.3. Pengujian Material


Ada beberapa pengujian yang harus dilakukan pada material yang akan
digunakan untuk bahan campuran beton, pengujian nya yaitu :
3.3.1 Pengujian Berat Volume Agregat (SNI 03-4804-1998)
Metode pengujian berat volume agregat mencangkul perbandingan antara
berat material kering terhadap volumenya, pemeriksaan ini bertujuan untuk
menentukan berat isi dari agregat yang diuji.
A. Berat isi agregat dengan cara tusuk
Pemeriksaan berat volume agregat, adapun langkah-langkap sebagai berikut:
1. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan ialah
a. Timbangan digital
b. Wadah yang dipakai cukup untuk kapasitas mengeringkan benda uji.
c. Penusuk untuk memadatkan dengan diameter 10 mm, dengan panjang
600 mm, yang ujungnya bulat dan terbuat dari baja yang kuat.
d. Mistar perata.
e. Mould/cetakan yang berbentuk silinder
f. Sendok.

42
2. Bahan atau benda uji
Bahan maupun benda uji yang digunakan adalah agregat halus yang
berasal dari Tanjung Balai, sedangkan agregat kasar juga berasal dari
Tanjung Balai.

3. Langkah kerja
Langkah-langkah kerja untuk memeriksa berat volume agregat ialah:
a. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, dan memastikan
alat-alat tersebut siap digunakan dan bersih.
b. Menimbang dan mencatat berat benda uji (W1).
c. Mengisi wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal,
setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat yang ditusukkan
sebanyak 25 kali secara merata.
d. Meratakan benda uji dengan tongkat maupun seminar.
e. Timbang dan catat wadah yang sudah berisi benda uji (W2).
f. Menghitung berat benda uji dengan rumus (W3) = (W2) – (W1)
g. Didapat berat benda uji.
B. Berat isi agregat dengan cara getar
Pemeriksaan berat volume agregat dengan cara getar melalui beberapa
tahap, yaitu :
1. Peralatan
Peralatan yang digunakan pada pengujian ini adalah :
a. Timbangan digital
b. Wadah yang digunakan untuk meletakkan benda uji
c. Tongkat pemadat yang memiliki ukuran diameter 10 mm, dengan
panjang 600 mm, yang bagian bawahnya berbentuk bulat.
d. Mistar perata.
e. Mould/cetakan yang berbentuk silinder
f. Sendok.

42
2. Bahan atau benda uji
Bahan maupun benda uji yang akan digunakan adalah agregat halus yang
berasal dari Tanjung Balai, sedangkan agregat kasar juga berasal dari
Tanjung Balai.
3. Langkah kerja
Langkah-langkah kerja untuk memeriksa berat volume agregat ialah :
a. Menimbang dan mencatat berat wadah (W1)
b. Mengisi wadah dengan benda uji dalam tuga lapis yang sama tebal.
c. Memadatkan sampel dengan cara menggoyang-goyangkan wadah, hal
yang pertama adalah meletakkan wadah ditempat yang kokoh dan
datar. Kemudian mengangkat salah satu sisi dengan ketinggian kira-
kira 5 cm dan kemudian lepaskan, setelah itu lanjutkan hal yang sama
dengan sisi lainnya. Lakukan percobaan sebanyak 25 kali.
d. Meratakan permukaan benda uji dengan tongkat penusuk maupun
mistar perata.
e. Timbang dan catat berat wadah yang terdapat sampel benda uji (W2)
f. Menghitung berat benda uji dengan rumus (W3) = (W2) – (W1)
g. Didapat berat benda uji.
C. Menghitung volume agregat halus dan agregat kasar
Setelah mengetahui berat pada masing-masing sampel yang menggunakan
masing-masing cara, kemudian mengetahui volume wadah yang digunakan
dengan rumus:
V=¼ 𝜋 d2 x t
Kemudian menentukan berat volume agregat pada masing-masing cara
3.3.2. Pemeriksaan kadar air agregat (SNI 03-1971-1990)
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk
menentukan kadar air agregat, yang nantinya bertujuan untuk memperoleh angka
persentasi dari kadar air yang terkandung oleh agregat. Dimana kadar air agregat
itu ialah besar nya perbandingan antara berat air yang dikandung agregat dengan
agregat dalam keadaan kering, yang dinyatakan dalam satuan persentase.

42
A. Pemeriksaan kadar air agregat halus
Pemeriksaan kadar air agregat halus, melalui tahapan-tahapan sebgai berikut :
1. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam pemeriksaan kadar air agregat ini
ialah :
a. Timbangn dengan ketelitian 0,1 gram.
b. Oven yang suhunya sampai (110± 5)°𝐶
c. Tanah logam tahan karat berkapasitas besar untuk mengeringkan
benda uji
2. Benda uji
Bahan maupun benda uji yang akan digunakan adalah agregar halus yang
berasal dari Tanjungb Balai
3. Langkah Kerja
Langkah-langkah kerja untuk memeriksa kadar air agregat ialah :
a. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, dan memastikan
alat-alat tersebut siap digunakan dan bersih
b. Menimbang dan mencatat berat wadah (W1)
c. Memasukkan benda uji kedalam wadah, kemudian menimbang benda
uji beserta dengan wadah (W2)
d. Menghitung berat benda uji, dengan rumus (W3) = (W2)- (W1)
e. Memasukkan benda uji kedalam oven pada suhu (110 ± 5 ) ° 𝑐 sampai
bendauji memiliki berat tetap (selama 24 jam)
f. Setelah kering, benda uji ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta
wadah (W4).
g. Menghitung berat benda uji kering (W5)= (W4) – (W1).
B. Pemeriksaan kadar air agregat kasar
Pemeriksaan kadar air agregat halus, melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam pemeriksaan kadar air agregat ini
ialah :
a. Timbangn dengan ketelitian 0,1 gram.

42
b. Oven yang suhunya sampai (110± 5)°𝐶
c. Talam logam tahan karat berkapasitas besar untuk mengeringkan
benda uji
2. Benda uji
Bahan maupun benda uji yang akan digunakan adalah agregat halus yang
berasal dari Tanjung Balai.
3. Langkah kerja
Langkah-langkah kerja untuk memeriksa kadar air agregat ialah :
a. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, fdan memastikan
alat-alat tersebut siap digunakan dan bersih
b. Menimbang dan mencatat berat wadah (W1)
c. Memasukkan benda uji kedalam wadah, kemudian menimbang benda uji
beserta dengan wadah (W2)
d. Menghitung berat benda uji, dengan rumus (W3) = (W2)- (W1)
e. Memasukkan benda uji kedalam oven pada suhu (110 ± 5 ) ° 𝑐 sampai
bendauji memiliki berat tetap (selama 24 jam)
f. Setelah kering, benda uji ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta
wadah (W4).
g. Menghitung berat benda uji kering (W5)= (W4) – (W1).
C. Menghitung kadar air agregat kasar dan agregat halus
Untuk menentukan kadar air ditentukan oleh persamaan seperti berikut ini :
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟
Kadar air agregat = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑢𝑗𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 x 100 %
(𝑊2)− (𝑊5)
Kadar air agregat = x 100 %
(𝑊5)

3.3.3. Pengujian Gradasi/Saringan (SNI 03-1968-1990)


Analisa saringan ini dilakukan untuk mengetahui distribusi agregat
(gradasi) dengan menggunakan saringan.
A. Pemeriksaan Gradasi/Saringan Agregat Halus
Adapun tata cara pemeriksaan yaitu:
1. Peralatan
Ada beberapa peralatan yang digunakan, yaitu:

42
a. Saringan No. 4, No. 8, No. 16, No. 30, No. 50, No. 100, dan pan
b. Wadah maupun pan.
c. Timbangan denganketelitian 1%
d. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu sehingga (110±5)°C
2. Benda uji
Benda uji yang digunakan adalah agregat halus yang berasal dari tanjung balai
3. Langkah Kerja
Langkah-langkah kerja untuk pemeriksaan geadasi agregat halus ialah:
a. Mengambil agregat halus secara acak sebanyak 1000 gram
b. Menimbang masing-masing saringan keadaaan kosong (W1)
c. Menyusun saringan dengan susunan saringan no.4 hingga pan, dan
memasukkan sampel agegat halus ke dalam saringan
d. Lalu meletakkan saringan pada alat penggetar dan digetarkan selama ±10
menit
e. Setelah dilakukan penggetaran, timbang masing-masing saringan yang
sudah berisi (W2)
B. Pemeriksaan Gradasi/Saringan Agregat Kasar
Adapun tata cara pemeriksaan ini yaitu:
1. Peralatan
a. Saringan No.1 ½” , No ¾ ”,No 3.̸ 8”, No.4, No.8, No. 16, No. 30, No. 50,
No.100, dan pan
b. Wadah maupun ember
c. Timbangan dengan ketelitian 1%
d. Oven yang dilengkapin dengan pengatur suhu hingga (100±5)°C
2. Benda uji
Benda uji digunakan adalah agregat kasar yang berasal dari tanjung balai
3. Langkah Kerja
Langkah-langkah kerja untuk pemeriksaan geadasi agregat kasar ialah:
a. Mengambil agregat halus secara acak sebanyak 2000 gram
b. Menimbang masing-masing saringan keadaan kosong (W1)

42
c. Menyusun saringan dengan susunan saringan No.1 ½”, hingga pan,dan
memasukan sampel agregat kasar ke dalam saringan.
d. Lalu meletakan saringan pada alat penggetar dan digetarkan selama±10
menit
e. Setelah dilakukan penggetaran, timbang masing-masing saringan yang
sudah berisi (W2)
C. Menghitung Gradasi/Saringan Agregat halus dan Agregat kasar
Untuk menentukan gradasi/ saringan ditentukan menggunakan rumus:
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔−𝑚𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛
% tertahan = × 100%
Ʃ 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 ℎ𝑎𝑙𝑢𝑠

% lolos =100%-% Tertahan komulatif tiap-tiap saringan


Ʃ% 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓
Modulus Halus Butir = 100

3.3.4. Pemeriksaan kadar lumpur (Metode pencucian yang lolos ayakan


No.200(SNI 03-4142-1996)
Tujuan dari pemeriksaan ini ialah untuk menentukan kadar lumpur dalam
agregat. Kadar lumpur dalam agregat. Kadar lumpur yang diseratkan untuk
penggunaan agregat halus dalam pembuatan beton <5% sedangkan pada agregat
kasar <1% kadar lumpur itu sendiri adalah perbandingan antara berat benda uji
sebelum dioven dengan berat benda uji setelah di oven adalah jumlah kandungan
lumpur dan agregat tersebut.
A . Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Halus
Tahapan pemeriksaan kadar lumpur agregat halus ialah:
1. Peralatan

a. Saringan No. 200


b. Wadah yang digunakan untuk mencuci sampel, dengan kapasitas besar
agar waktu pencucian benda uji tidak tumpah
c. Timbangan dengan ketelitian 1 %
d. Oven yang dilengkapin dengan pengatur suhu hingga (110±5)°C
2. Benda Uji
Benda uji yang digunakan adalah agregat halus yang berasal dari tanjung balai

42
3. Langkah Kerja
Langkah-langkah kerja untuk pemeriksaan ini meliputi:
a. Mengambil sampel agregat halus yang telah di oven sebanyak 1000 gram
secara acak (A)
b. Kemudian mencuci sampel yang akan di gunakan (jangan sampai ada yang
tumpah)
c. Setelah mencuci agregat, masukan kedalam oven selama 24 jam
d. Menimbang sampel benda uji yang sudah dioven, untuk mendapatkan
sampel kering oven (B)
B. Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Kasar
Tahapan pemeriksaan kadar lumpur agregat kasar ialah:
1. Peralatan
Adapun peralatan yang dipakai pada pemeriksaan ini ialah:
a. Saringan No.200 dari saringan No.30
b. Wadah yang digunakan untuk mencuci sampel, dengan kapasitas besar
agar waktu pencucian benda uji tidak tumpah
c. Timbangan dengan ketelitian 1%
d. Oven yang dilengkapin dengan pengatur suhu hingga (110±5)°C

2. Benda Uji
Benda uji yang digunakan adalah agregat kasar yang berasal dari tanjung balai
3. Langkah Kerja
Langkah – langkah kerja untuk pemeriksaan ini meliputi:
a. Mengambil sampel agregat kasar yang telah di oven sebanyak 2500 gram
secara acak(A)
b. Kemudian mencuci sampel yang akan digunakan jangan sampai asa yang
hilang, pencucian dilakukan didalam saringan No.30 dan saringan No. 200
sampai air yang lolos dari saringan sama dengan air yang amsuk dalam
saringan
c. Agregat yang telah di cuci, lalu agregat tersebut dimasukkan kedalam
wadah dan dioven selama 24 jam

42
d. Menimbang sampel uji yang telah dikeringkan dalam oven untuk
menentukan berat sampel kering oven (B)

C. Menghitung Kadar Lumpur Agregat Halus dan Agregat Kasar


Untuk menentukan kadar lumpur ditentukan menggunakan rumus seperti:
(𝐴−𝐵)
Kadar lumpur = × 100%
𝐴

3.3.5. Pemeriksaan Berat Jenis (Spesific Gravity)


Pemeriksaan berat jenis agregat bertujuan untuk menentukan volume yang
diisi oleh agregat dari pada akhirnya akan menentukan berat jenis dari beton
sehingga secara tidak langsung akan menentukan banyaknya kebutuhan agregat
yang terkandung dalam beton. Berat jenis agregat yang tinggi akan menyerap air
yang sedikit begitu juga sebaliknya, apabila berat jenis agregat rendah akan
menyerap air yang relative banyak.
A. Berat jenis Agregat Halus (SNI 1970:2008)
Pemeriksaan berat jenis agregat halus, langkah-langkah sebagai berikut:
1. Peralatan
a. Piknometer dengan kapasitas 500 Ml
b. Cetakan yang terbuat dari baja dengan ukuran tebal 0,8 mm berbentuk
frustum kerucut dengan ukuran diameter dalam bagian atas (40±3) mm,
diameter dalam bagian bawah (90±3) mm, dan tinggi kerucut terpancung
(75±3) mm
c. Batang penumbuk dengan ukuran diameter (25±3) mm dengan berat
(340±15) gram dan memiliki permukaan berbentuk lingkaran yang rata
d. Timbangan dengan ketelitian 0,1%
e. Oven yang memiliki suhu (110±5)°C
f. Alat pengukur temperatur.
g. Alat bantu yang digunakan seperti, pompa vacum, saringan dengan ukuran
bukaan 4,75 mm (No.4), talam maupun wadah, bejana sebagai tempat air.

2. Benda Uji
Benda Uji yang digunakan yaitu agregat halus yang lolos saringan No.4 (4,75
mm)

42
3. Langkah Kerja
Langkah-langkah kerja untuk pemeriksaan berat jenis agregat halus ini ialah
sebagai berikut:
a. Menimbang berat piknometer kosong (A)
b. Masukan air kedalam piknometer hingga penuh, kemudian timbang
piknometer yang telah terisi penuh oleh air (B)
c. Menyiapkan benda uji agregat halus yang lolos saringan No.4 keadaan
benda uji harus kering permukaan (SSD), untuk mengetahui apakah benda
uji telah kering permukaan (SSD) dilakukan pengujian menggunakan
kerucut dengan cara memasukan benda uji menjadi tiga lapisan pada
masing-masing lapisan lakukan penumbukan sebanyak 24 kali tumbukan.
Lakukan hal yang sama sehingga ketiga lapisankerucut penuh, kedaan
kering permukaan tercapai bila bend uji runtuh akan tetapi masih dalam
keadaan tercetak.
d. Setelah benda uji dalam keadaan kering permukaan(SSD) timbang sampel
sebanyak 500 gram (C)
e. Memasukan sampel benda uji kedalam piknometer dan tambahkan air
hingga batas piknometer, kemudian diamkan piknometer hingga 24 jam
agar gelembung udara dalam pikno hilang
f. Setelah 24 jam air yang terdapat dalam piknometer tidak sampai batas
garis yang telah ditentukan maka perlu diisi hingga batas garis tersebut,
kemudian timbang benda uji dengan air tersebut(D)
g. Timbang wadah kosong yang akan di gunakan(W2)
h. Mengeluarkan benda uji dari dalam piknometer kedalam wadah dan oven
benda uji hingga 24 jam
i. Setelah 24 jam, menimbang benda uji dan wadah yang digunakan (W2)
j. Menghitung berat kering oven benda uji (E)=(W2)- (W2)

B. Berat Jenis Agregat Kasar (SNI 1962-2008)

Pemeriksaan berat jenis agregat kasar, langkah-langkah sebagai berikut:

42
1. Peralatan
a. Timbangan yang dilengkapi dengan peralatan yang dapat menggantung
wadah
b. Wadah benda uji berupa keranjang kawat3,35 mm (saringan No.6)
c. Tangki air yang digunakan untuk merendam benda uji didalam keranjang
yang gantungkan ketimbangan
d. Alat penggantung (kawat)
e. Saringan No. 4 (4,75)
f. Oven yang memiliki suhu (110±5)°C
2. Benda Uji
Benda uji yang digunakan yaitu agregat halus yang tertahan saringan No.4
(4,75 mm)
3. Langkah Kerja
Langkah – langkah kerja untuk pemeriksaan berat jenis agregat halus ini ialah
sebagai berikut:
a. Mempersiapkan benda uji agregat kasar yang tertahan saringan No.4 (4,75
mm), kemudian mencuci benda uji
b. Merendam benda uji selama 24 jam
c. Mengeluarkan benda uji yang telah direndam 24 jam, dan mengeringkan
benda uji hingga kering permukaan (SSD)
d. Apabila benda uji sudah kering permukaan,menimbang benda uji yang
kering permukaan (SSD)
e. Memasukan air kedalam wadah yang dipersiapkan sebelumnya
f. Benda uji yang sudah ditimbang kemudian memasukkan kedalam
keranjang, masukan keranjang yang sudah berisi benda uji kedalam wadah
yang sudah berisi air dengan keadaan tergantung di bawah timbangan. Dan
aduk-aduk agar gelembung udara yang terperangkap keluar, timbang benda
uji yang ada didalam air(B)
g. Menimbang wadah pan (W1)
h. Memasukan benda uji yang sudah ditimbang dalam air kedalam wadah pan
dan memasukan kedalam oven selama 24 jam

42
i. Setelah dioven, timbang benda uji beserta pan (W2)
j. Menghitung berat benda uji kering oven (W3 )=( W2- W1)

C. Menghitung Berat Jenis Agregat Halus dan Agregat Kasar


Untuk menentukan berat jenis agregat, dapat dihitung menggunakan beberapa
rumus sebagai berikut.
Rumus untuk menghitung agregat kasar:
𝐶
1. Apparent specific gravity = (𝐶–𝐵)
𝐶
2. Bulk specifity gravity kondisi kering = (𝐴−𝐵
(𝐴−𝐵)
3. Bulk specific gravity kondisi SSD = 𝐴
(𝐴−𝐶)
4. Presentase Penyerapan = ×100%
𝐶

Rumus untuk menghitung agregat halus :


𝐸
1. Apparent specific gravity = (𝐸+𝐷–𝐶)
𝐸
2. Bulk specific gravity kondisi kering = (𝐸+𝐷–𝐶)
𝐵
3. Bulk specific gravity kondisi SSD = (𝐵+𝐷–𝐶)
𝐵−𝐸
4. Persentase penyerapan = ×100%
𝐸

3.4. Mix Design


Adapun langkah – langkah pembuatan rencana campuran beton dilakukan
sebagai berikut :
1. Ambil kuat tekan beton yang disyaratkan pada umur tertentu
2. Hitung deviasi standar menurut ketentuan butir 4.2.3.1
3. Hitung nilai tambah menurut butir 4.2.3.1.2
4. Hitung kuat tekan beton rata-rata yang di targetkan f Xcr menurut butir
4.2.3.1.3
5. Tetap kan jenis semen
6. Tentukan jenis agregat kasar dan agregat halus, agregat ini dapat dalam
bentu tak dipecahkan(pasir atau koral) atau dipecahkan.

42
7. Tentukan faktor air semen menurut butir 4.2.3.2. bila di pergunakan grafik
1 atau 2 ikuti langkah-langkah berikut :
a. Tentukan nilai kuat tekan pada umur 28 hari dengan menggunakan
tabel 2, sesuai dengan semen dan agregat yang akan di pakai
b. Lihat grafik 1 untuk benda uji berbentuk silinder atau grafik 2 untuk
benda uji berbentuk kubus
c. Tarik garis tegak lurus ke atas melalui faktor air semen 0,5 sampai
memotong kurva kuat tekan yang ditentukan pada sub butir diatas
d. Tarik garis lengkung melalui titik pada sub. Butir 3 secara proporsional
e. Tarik garis mendatar melalui nilai kuat tekan yang di targetkan sampai
memotong kurva baru yang ditentukan pada sub butir 4 di atas
f. Tarik garis tegak lurus ke bawah melalui titik potong tersebut untuk
mendapatkan factor air semen yang diperlukan
8. Tetapkan factor air semen maksimum menurut butir 4.2.3.2.3 (dapat
ditetapkan sebelumnya atau tidak). Jika nilai factor air semen yang
diperoleh dari butir 7 di atas lebih kecil dari yang dikehendaki, maka yang
dipakai terendah
9. Tetapkan slump
10.Tetapkan ukuran agregat maksimum jika tidak ditetapkan lihat butir
4.2.3.4
11. Tentukan nilai kadar air bebas menurut butir 4.2.3.5 dari tabel 3
12. Hitung jumlah semen yang besarnya adalah kadar semen adalah kadar air
bebas dibagi factor air semen
13. Jumlah semen maksimum jika tidak ditetapkan dapat di abaikan
14. Tentukan jumlah semen seminimum mungkin. Jika tidak lihat tabel 4.5.6
jumlah semen yang di peroleh dari perhitungan jika perlu di sesuaikan
15. Tentukan factor air semen yang di sesuaikan jika jumlah semen berubah
karena lebih kecil dari jumlah semen minimum yang ditetapkan (atau
lebih besar dari jumlah semen maksimum yang disyaratkan) maka factor
air semen harus diperhitungkan kembali

42
16. Tentukan susunan butir agregat halus (pasir kalau agregat halus sudah
dikenal dan sudah dilakukan analisa ayak menurut standar yang berlaku
maka kurva dari pasir ini dapat dibandingkan dengan kurva-kurva yang
tertera dalam grafik 3 sampai dengan 6 atau gabungkan pasir-pasir
tersebut seperti pada tabel 8
17. Tentukan susunan agregat kasar menurut grafik 7,8, atau 9 bila lebih dari
satu macam agregat kasar gabungkan seperti table 9
18. Tentukan presentase pasir dengan perhitungan atau menggunakan grafik
13 sampai dengan 15 dengan diketahui ukuran butir agregat maksimum
menurut butir 10 slumps menurut butir 9, factor air semen menurut buir
15 dan daerah susunan butir 16, maka jumlah persentase pasir yang
diperlukan dapat dibaca pada grafik. Jumlah ini adalah jumlah
seluruhnya dari pasir atau fraksi agregat yang lebih halus dari 5 mm.
dalam agregat kasar yang biasa dipakai dindonesia seringkali dijumpai
bagian yang lebih halus dari 5mm dalam jumah yang lebih dari 5%.
Dalam hal ini maka jumlah agregat halus yang diperlukan harus
dikurangi
19.Hitung berat jenis relative agregat menurut butir 4.2.3.6.
20. Tentukan berat isi beton menurut Grafik 16 sesuai dengan kadar air
bebas yang sudah ditemukan dari tabel 3 dan berat jenis relative dari
agregat gabungan menurut butir 18
21. Hitung kadar agregat gabungan yang besarnya adalah jenis beton
dikurangi jumlah kadar semen dan kadar air bebas
22. Hitung kadar agregat halus yang besarnya adalah hasil kali persen pasir
butir 18 dengan agregat gabungan butir 21
23. Hitung kadar agregat kasar yang besarnya adalah kadar agregat gabungan
butir 21 dikurangi kadar agregat halus butir 22, dari langkah-langkah
tersebut diatas butir 1 sampai dengan 23 sudah dapat diketahui susunan
campuran bahan-bahan untuk 1mᵌ beton
24. Koreksi proporsi campuran menurut perhitungan padabutir 4.2.3.8.

42
26. Buatlah campuran uji,ukur dan catatlah besarnya slump serta kekuatan
tekan yang sesungguhnya perhatikan hal berikut: (1) jika harga yang
didapat sesuai dengan harga yang diharapkan, maka susanan campuran
beton tersebut dikatakan baik. Jika tidak, maka campuran perlu
dibetulkan
a. Kalau slumpnya ternyata terlalu tinggi atau rendah, maka kadar air
perlu di kurangi atau ditambah (demikian juga kadar semennya,
karena factor air semen harus di jaga agar tetap tak berubah)
b. Jika kekuatan beton dari campuran ini terlalu tinggi atau rendah,
maka factor air semen dapat atau harus ditambah atau dikurangi
sesuai dengan Grafik 1 atau 2

3.5.Pengujian Slump
Pengujian nilai slump adalah suatu cara untuk mengukur suatu kelecekan adukan
beton, yaitu keenceran atau kekentalan adukan yang berguna dalam pekerjaan
beton. Semakin rendah nilai slump maka menunjukan bahwa adukan tersebut
semakin kental.

3.6. Pembuatan Benda Uji


Benda uji yang digunakan adalah silinder beton yang dibuat untuk satu jenis
perawatan beton.
Tabel 3.1. Jumlah benda uji kuat tekan beton serat
Kondisi Presentase 1% jumlah
3 7 21 28
Air Hujan 2 2 2 2
Air Gambut 2 2 2 2 16

Tabel 3.2. Jumlah benda uji kuat tarik belah beton serat
Kondisi Presentase 1% jumlah
3 7 21 28
Air Hujan 2 2 2 2
Air Gambut 2 2 2 2 16

42
3.7. Perawatan (curing)
Metode perawatan beton yang dilakukan menggunakan satu metode
perawatan yakni dengan perendaman.
Setelah pekerjaan mix design, beton akan dibiarkan selama 1 hari dimana
setelah 1 hari cetakan beton akan dibuka dan beton dimasukan ke dalam bak
perendaman selama 28 hari terhitung dari hari cetakan dibuka.

42
3.8. Diagram Alir
Mulai

Persiapan Alat dan Bahan

Pengujian Material

a. Analisa Saringan Agregat


b.Kadar Air Agregat
c. Kadar Lumpur Agregat
d. Berat Jenis Agregat
e. Berat Volume Agregat
Tidak
Rencanakan Campuran Beton 20 Mpa

Pembuatan Adukan Beton

Beton Normal Beton Beserat


(Air Gambut,Air (Air Gambut,Air
Hujan) Hujan)

Uji Slump 10±2cm

Ya
Pembuatan Benda Uji Beton

Curing (Perendaman)

Pengujian Benda Uji

Pembahasan

Kesimpulan

Selesai
Gambar 3.1 diagram alir

42
3.9. Teknik Pengumpulan Data dan Analisa Data
Teknik pengumpulan data dan Analisa data merupakan salah satu tahap
memerlukan penyelesaian suatu masalah secara ilmiah. Studi pengumpulan data
dilakukan dengan mengolah data dari hasil studi literatur yang berkaitan dengan
setiap masalah yang ada untuk menjawab permasalahan begitu juga dengan
analisa data kita harus mengetahui apa saja analisa data yang di perlukan dalam
penelitian ini dalam pengerjaan tugas akhir ini.
Adapun Analisa data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel tetap (Kuat tekan beton,Kuat tarik belah dengan mutu 20 mpa)
2. Varibel bebas (Persentase penambahan serat bendrat dengan menggunakan air
gambut dan air hujan)

3.10. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Uji Bahan Program Studi Teknik
Sipil Politeknik Negeri Bengkalis, penulis melakukan pemeriksaan material atau
pengujian propertis material serta melakukan pengujian kuat tekan, kuat tarik
belah beton menggunakan air gambut, air hujan dan penambah serat bendrat.
Obyek dari penelitian ini berupa silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30
cm. Waktu pelaksanaan pengujian pada umur rencana 3 hari, 7 hari, 21 hari dan
28 hari.

42
42
3.11. Jadwal Pelaksanaan (Schedule)
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul
2 Studi Literatur
3 Penyusunan Proposal
4 Asistensi Proposal
5 Pengajuan Seminar
6 Seminar Proposal
7 Penyusunan Laporan T.A
8 Asistensi Laporan T.A
9 Seminar Laporan T.A
10 Revisi Laporan T.A

42
3.12. Perkiraan Biaya

No Keterangan Jumlah Satuan Harga Satuan Total Biaya


1 Kertas A4 3 Rim Rp. 40,000.00 Rp. 120,000.00
2 Print Proposal 5 Expl Rp. 25,000.00 Rp. 125,000.00
3 Fotocopy + Jilid 4 Expl Rp. 50,000.00 Rp. 200,000.00
4 Agregat Kasar 1/2 Mᵌ Rp. 170,000.00 Rp. 170,000.00
5 Agregat Halus 1/2 Mᵌ Rp. 148,000.00 Rp. 148,000.00
6 Semen 3 Zak Rp. 65,000.00 Rp. 195,000.00
7 Kawat Bendrat 2 kg Rp. 20.000.00 Rp. 40,000.00
8 Oprasional dan Konsumsi - Ls Rp. 100,000.00 Rp. 100,000.00
Total Rp.1,098.000.00

42

Anda mungkin juga menyukai