PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beton adalah hasil dari campuran agregat yang terdiri dari batu hancur,
pasir, semen, air, dan aditif (campuran). Komponen utama beton adalah
penggunaan semen sebagai bahan gabungan untuk pengikatan beton, air sebagai
bahan penolong, reaksi kimia dalam proses pencampuran, dan beton yang di
perkeras serata agregat kasar dan halus sebagai bahan baku campuran.
Apakah ada formula atau formula khusus untuk membuat beton? Dimasa
lalu Belanda, memiliki formula khusus untuk pencampuran beton yaitu dengan
Penambahan bahan baku campuran (aditif) dalam hal ini Fly Ash sebagai bahan
ini mengungkapkan rahasia bagi siapa saja yang dapat belajar dan mengunakanya.
pemahaman yang lebih dalam tentang sifat setiap elemen material, perannya dan
Fly Ash adalah materian sisa dari tungku yang belum pernah digunakan
selama pembakaran batu bara dipembangikit listrik tenaga uap. Limbah yang
dihasilkan oleh pembangkit listrik mencapai satu juta ton/tahun. Pembankit listrik
yang memproduksi Fly Ash batu bara yaitu, PLTU BARUTA 2X7 MW.
B. Rumusan Masalah
1. Berapa besar kuat tekan beton pada campuran beton normal dan subtitusi
2. Bagaimana pengaruh kuat tekan beton yang telah memakai bahan subtitusi
Sebagian semen dengan Fly Ash dengan beton normal pada umur 28 hari.
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui berapa besar kuat tekan beton pada campuran beton normal
2. Bagaiman untuk mengetahui pengaruh kuat tekan beton yang telah memakai
bahan subtitusi sebagian semen dengan Fly Ash dan beton normal pada umur
28 hari.
D. Manfaat Penelitian
perlindungan lingkungan.
E. Batasan Masalah
perencanaan beton, maka permasalahan dalam penulisan ini di batasi oleh hal-hal
sebagai berikut :
1. Berapa kadar yang paling optimum untuk penambahan Fly Ash batu bara
dengan variasi 0%, 7.5%, 10%, dan 12,5% pada beton umur 28 hari.
2. Berapa hasil pengujian hasil kuat tekan yang dihasilkan oleh beton dengan
3. Setiap variasi pengunaan bahan dibuat benda uji 3 buah untuk uji tekan.
4. Semen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah semen Portland (PCC)
7. Agregat halus yang berupa pasir alam yang digunakan berasal dari Desa
8. Agregat kasar yang berupa krikil batu pecah yang di gunakan beras dari
9. Jenis Fly Ash yang digunakan dari diperoleh dari PLTU BARUTA 2X7 MW
uji yang direncanakan adalah 36 buah, penujian di lakukan pada umur 3,7, dan
28 hari.
F. Sistematika Penulisan
meberikan gambaran secara garis besar dan secara ringkas sistematika penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis akan mengemukakan uraian tentang latar belakang,
Dalam bab ini penulis akan mengemukakan tentang batu bara, Fly Ash
batu bara sebagai bahan tambah beton, keunggulan penggunaan Fly Ash batu bara,
beton, materi pembentuk beton, sifat-sifat beton segar, factor yang mempengaruhi
penelitian, lokasi dan waktu penelitian, Teknik pengumpulan data, bagang alir
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran
mengenai penelitian
G. Keaslian Penelitian
judul”“Penggunaan Fly Ash Batu Bara Sebagi Bahan Subtitusi Semen Untuk
Beton”. Ditinjau dari uji kuat tekan beton merupakan hasi pemikiran dan ide
penulis yang berdasarkan pemikiran saya sendiri, bukan dari hasil jiplakan dari
karya tulis orang lain, baik Sebagian atau seluruhnya, namun ada sedikit
TINJAUAN PUSTAKA
A. Batu Bara
Batu bara adalah bahan bakar fosil. Batu bara yang terbentuk dari sedimen,
batuan organik yang terutama terdiri dari karbon, hydrogen, dan oksigen dapat
diantara lapisan batuan lainya dan telah mengalami perubahan di bawah tekanan
tanaman, dan keduanya pengandung unsur utama yang keduanya tersusun dari
unsur C, H, O, N, S, dan P. Hal ini Bisa di maklumi karena batu bara tebentuk
dengan cara yang sama seperti manusia mengahasilkan arang dari kayu,
perbedaanya arang bisa dikonversi menjadi produk kekayaan manusia dan inovasi
begitu singkat, sementara batu bara terbentuk dalam ratusan hingga ribuan tahun.
Di bentuk melalui proses alam pada masaitu. Karena batu bara terbentuk melalui
proses alami, ada banyak parameter yang mempengaruhi pembentukan batu bara.
Yaitu teori in-situ dan teori drift . Teori in-situ menjelaskan bahwa laksi adalah
tempat dimana batu bara tebentuk dilokasi batu bara yang sama dan dimana
tanaman tumbu. Teori drift menunjukan endapan batu bara yang terkandung di
cekungan sedimen berasal dari lokasi lain. Material pembentukan batu bara
melalui proses pengangkutan, klasifikasi dan penumpukan di sedimen. Perbedaan
kualitas batu bara dapat di identifikasi berdasarkan strata. Hal ini mudah
dipahami, karena selama pengangkutan, intensitas air berdasarkan fakta bahwa air
yang besar akan menyapu pohon-pohon yang besar, dan Ketika aliran air
berkurang , air yang besar akan menyapu pohon-pohon kecil (ranting dan daun).
Bergantung pada luasnya cekungan, teori drift dapat di gunakan untuk meredakan
batu bara dalam proses pembentukan atau pengalangan batu bara terjadi proses
kimiawi dan fisik yang akan merubah komposisi dasar batu bara yang selulosa
Menurut American For Testing and Materials (ASTM), batu bara secara
umum di bagi menjadi empat kategori berdasarkan kandungan unsur C dan H2O,
yaitu antrasit, batu bara bituminous, batu bara sub-bituminus, lignit dan gambut.
kalornya lebih tinggi, kadar airnya lebih rendah, kadar abunya lebih
c. Batu bara coklat berwarna hitam, sangat rapuh , kadar karbon rendah, nilai
kalori rendah, kadar air tinggi , kadar abu tinggi, kadar sulfur tinggi.
d. Kualitas batu bara yang diperoleh dari hasil penambangan mengandung
Bahan tambah adalah bahan selain komponen dasar beton (air, semen dan
satu atau lebih sifat beton setelah masi segar atau mengeras. Bahan tambah hanya
terutama dalam kondisi dimana beton akan digunakan. Jumlah bahan yang di
tambah biasanya relative kecil dan pengawasan yang ketat harus di berikan untuk
kinerja beton kinerkaja beton yang di tingkatkan dalam hal ini temasuk hidrasi
(waktu pengikatan) dan proses yang mudah dan tahan air, dalam penelitian ini
Fly Ash merupakan material yang bersal dasi hasil sisa pembakaran batu
bara yang tidak terpakai. Batu bara terutama di gunakan pada pembakit listrik
tenaga uap (PLTU). Limbah yang di hasilkan dari sisa pembakaran batu bara pada
PLTU Suralaya, PLTU Paiton, termasuk PLTU BARUTA 2X7 MW. Fly Ash Juga
di peroleh dari pabrik kertas atau pabrik kimia. Sistem Elektrostatik Prepicitator
Gambar 1.0
(ESP) merupakan teknologi yang menagkap abu dengan cara mengisi daya proses
pembakaran. Prinsip kerja ESP adalah membuat muatan negative abu-abu melalui
bawah tungku (disebut Ding Ash). Kualitas abu terbang tergantung pada
pada Fly Ash. Menurut ASTM C618-86, ada dua jenis Fly Ash, kelas F dan kelas
Sedangkan Grade C didasarka pada jenis lignit dan sub-batu bara. Fly Ash dapat
di bagi dalam tiga jenis (ACI Concrate Practice Handbook 1993 Bagian 1
226.3R-3), yaitu :
1.
D. Beton
E. Pelaksanaan Penelitian
A. Karakteristik Material
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN