Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beton adalah hasil dari campuran agregat yang terdiri dari batu hancur,

pasir, semen, air, dan aditif (campuran). Komponen utama beton adalah

penggunaan semen sebagai bahan gabungan untuk pengikatan beton, air sebagai

bahan penolong, reaksi kimia dalam proses pencampuran, dan beton yang di

perkeras serata agregat kasar dan halus sebagai bahan baku campuran.

Apakah ada formula atau formula khusus untuk membuat beton? Dimasa

lalu Belanda, memiliki formula khusus untuk pencampuran beton yaitu dengan

perbandingan 1:2:3, yang merupakan 1 semen, 2 pasir, 3 krikil. Dengan

berkembangnya ilmu pengetahuan peneliti menciptakan formula baru yaitu,

Penambahan bahan baku campuran (aditif) dalam hal ini Fly Ash sebagai bahan

tambah dalam pembuatan beton dengan formula khusus dalam proses

pencampuran yang sering di sebut desain Hybrid, Kelompok-kelompok tertentu

menrahasiakan formula hybrid karena di anggap sebagai formula medis. Skripsi

ini mengungkapkan rahasia bagi siapa saja yang dapat belajar dan mengunakanya.

Selain itu untuk mendapatkan perencanaan yang lebih baik, diperlukan

pemahaman yang lebih dalam tentang sifat setiap elemen material, perannya dan

kontribusi terhadap kualitas beton yang di butuhkan.

Fly Ash adalah materian sisa dari tungku yang belum pernah digunakan

selama pembakaran batu bara dipembangikit listrik tenaga uap. Limbah yang
dihasilkan oleh pembangkit listrik mencapai satu juta ton/tahun. Pembankit listrik

yang memproduksi Fly Ash batu bara yaitu, PLTU BARUTA 2X7 MW.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dipaparkan maka dapat dirumuskan masalah

yang akan di teliti yaitu :

1. Berapa besar kuat tekan beton pada campuran beton normal dan subtitusi

semen dengan Fly Ash pada umur 28 hari.

2. Bagaimana pengaruh kuat tekan beton yang telah memakai bahan subtitusi

Sebagian semen dengan Fly Ash dengan beton normal pada umur 28 hari.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui berapa besar kuat tekan beton pada campuran beton normal

dan subtitusi semen dengan Fly Ash pada umur 28 hari.

2. Bagaiman untuk mengetahui pengaruh kuat tekan beton yang telah memakai

bahan subtitusi sebagian semen dengan Fly Ash dan beton normal pada umur

28 hari.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Pemerintah maupun masyarakat setempat dapat memperoleh informasi

mengenai kualitas dari penggunaan Fly Ash Batu Bata.


2. Dapat mengurangi limbah Fly Ash batu bara, serta dapat mendukung upaya

perlindungan lingkungan.

E. Batasan Masalah

Mengingat banyakanya hal-hal yang mempengaruhi dalam suatu

perencanaan beton, maka permasalahan dalam penulisan ini di batasi oleh hal-hal

sebagai berikut :

1. Berapa kadar yang paling optimum untuk penambahan Fly Ash batu bara

dengan variasi 0%, 7.5%, 10%, dan 12,5% pada beton umur 28 hari.

2. Berapa hasil pengujian hasil kuat tekan yang dihasilkan oleh beton dengan

penambahan Fly Ash batu bara pada umur 3, 7 dan 28 hari.

3. Setiap variasi pengunaan bahan dibuat benda uji 3 buah untuk uji tekan.

4. Semen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah semen Portland (PCC)

yaitu semen Tonasa.

5. Factor Air Semen (FAS) yang direncanakan yaitu, 0,46.

6. Kuat tekan yang direncanakan adalah 25 Mpa.

7. Agregat halus yang berupa pasir alam yang digunakan berasal dari Desa

Muara Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton Utara.

8. Agregat kasar yang berupa krikil batu pecah yang di gunakan beras dari

Kecamatan Batauga Kabupaten Buton Selatan.

9. Jenis Fly Ash yang digunakan dari diperoleh dari PLTU BARUTA 2X7 MW

Desa Kamama Mekar Kecamatan Gu Kabupaten Buton Tengah.


10. Benda uji berbentuk silinder dengan ukuran 15 x 30 cm dengan jumlah benda

uji yang direncanakan adalah 36 buah, penujian di lakukan pada umur 3,7, dan

28 hari.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan hasil penelitian laboratorium, penulis

meberikan gambaran secara garis besar dan secara ringkas sistematika penulisan

hasil studi di uraikan dalam komposisi bab-bab sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan mengemukakan uraian tentang latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, Batasan

masalah,sistematika penulisan serta keaslian penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini penulis akan mengemukakan tentang batu bara, Fly Ash

batu bara sebagai bahan tambah beton, keunggulan penggunaan Fly Ash batu bara,

beton, materi pembentuk beton, sifat-sifat beton segar, factor yang mempengaruhi

kualitas beton, dan hasil penelitian yang pernah dilakukan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini penulis akan mengemukakan tentang tinjauan umum

penelitian, lokasi dan waktu penelitian, Teknik pengumpulan data, bagang alir

penelitian, dan pelaksanaan penelitian.


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan mengemukakan tentang karekteristik material,

komposisi perencanaan campuran, dan hasi pengujian kuat tekan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran

mengenai penelitian

G. Keaslian Penelitian

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir dengan

judul”“Penggunaan Fly Ash Batu Bara Sebagi Bahan Subtitusi Semen Untuk

Beton”. Ditinjau dari uji kuat tekan beton merupakan hasi pemikiran dan ide

penulis yang berdasarkan pemikiran saya sendiri, bukan dari hasil jiplakan dari

karya tulis orang lain, baik Sebagian atau seluruhnya, namun ada sedikit

kemiripan dengan penelitian terdahulu.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Batu Bara

Batu bara adalah bahan bakar fosil. Batu bara yang terbentuk dari sedimen,

batuan organik yang terutama terdiri dari karbon, hydrogen, dan oksigen dapat

dinyalakan. Batu bara terbentuk berdasarkan flora, yang telah terkonsolidasi

diantara lapisan batuan lainya dan telah mengalami perubahan di bawah tekanan

dan panas selama jutaan tahun, membentuk lapisan batuan.

1. Pembentukan Bara Bara

Komposisi batu bara hamper sama dengan komposisi kimia jaringan

tanaman, dan keduanya pengandung unsur utama yang keduanya tersusun dari

unsur C, H, O, N, S, dan P. Hal ini Bisa di maklumi karena batu bara tebentuk

berdasarkan jaringan tanaman berkarbonisasi. Pada dasarnya, batu bara terbentuk

dengan cara yang sama seperti manusia mengahasilkan arang dari kayu,

perbedaanya arang bisa dikonversi menjadi produk kekayaan manusia dan inovasi

begitu singkat, sementara batu bara terbentuk dalam ratusan hingga ribuan tahun.

Di bentuk melalui proses alam pada masaitu. Karena batu bara terbentuk melalui

proses alami, ada banyak parameter yang mempengaruhi pembentukan batu bara.

Yaitu teori in-situ dan teori drift . Teori in-situ menjelaskan bahwa laksi adalah

tempat dimana batu bara tebentuk dilokasi batu bara yang sama dan dimana

tanaman tumbu. Teori drift menunjukan endapan batu bara yang terkandung di

cekungan sedimen berasal dari lokasi lain. Material pembentukan batu bara
melalui proses pengangkutan, klasifikasi dan penumpukan di sedimen. Perbedaan

kualitas batu bara dapat di identifikasi berdasarkan strata. Hal ini mudah

dipahami, karena selama pengangkutan, intensitas air berdasarkan fakta bahwa air

yang besar akan menyapu pohon-pohon yang besar, dan Ketika aliran air

berkurang , air yang besar akan menyapu pohon-pohon kecil (ranting dan daun).

Bergantung pada luasnya cekungan, teori drift dapat di gunakan untuk meredakan

batu bara dalam proses pembentukan atau pengalangan batu bara terjadi proses

kimiawi dan fisik yang akan merubah komposisi dasar batu bara yang selulosa

seperti lignit, batu bara sub-bituminus.

2. Klarifikasi Batu Bara

Menurut American For Testing and Materials (ASTM), batu bara secara

umum di bagi menjadi empat kategori berdasarkan kandungan unsur C dan H2O,

yaitu antrasit, batu bara bituminous, batu bara sub-bituminus, lignit dan gambut.

a. Batu bara bituminous / batu bara sub-bituminus berwarna hitam, lebih

gelap, kepadatanya lebihi kecil, kandungan karbonya lebih tinggi, nilai

kalornya lebih tinggi, kadar airnya lebih rendah, kadar abunya lebih

rendah, dan sulfurnya lebih rendah.

b. Antrasit berawarna hitam, sangat mengkilap, padat, tinggi, karbon, rendah

air, rendah abu, dan rendah sulfur.

c. Batu bara coklat berwarna hitam, sangat rapuh , kadar karbon rendah, nilai

kalori rendah, kadar air tinggi , kadar abu tinggi, kadar sulfur tinggi.
d. Kualitas batu bara yang diperoleh dari hasil penambangan mengandung

pengotor. Ini dapat terjadi karena selama karbonisasi atau penambangan,

dalam hal perataan yang digunakan selalu tenggelam di tanah.

B. Fly Ash Batu Bara Sebagai Bahan Tambah Beton

Bahan tambah adalah bahan selain komponen dasar beton (air, semen dan

agregat) ditambah kedalam campuran beton. Tujunaya adalah untuk mengubah

satu atau lebih sifat beton setelah masi segar atau mengeras. Bahan tambah hanya

berguna setelah evaluasi yang cermat terhadap dampaknya terhadap beton,

terutama dalam kondisi dimana beton akan digunakan. Jumlah bahan yang di

tambah biasanya relative kecil dan pengawasan yang ketat harus di berikan untuk

menghindari pengunaan yang berlebihan, yang benar-benar akan menurunkan

kinerja beton kinerkaja beton yang di tingkatkan dalam hal ini temasuk hidrasi

(waktu pengikatan) dan proses yang mudah dan tahan air, dalam penelitian ini

bahan tambah yang di gunakan Fly Ash batu bara.

Fly Ash merupakan material yang bersal dasi hasil sisa pembakaran batu

bara yang tidak terpakai. Batu bara terutama di gunakan pada pembakit listrik

tenaga uap (PLTU). Limbah yang di hasilkan dari sisa pembakaran batu bara pada

PLTU mencapai 1 juta Ton Pertahun.

PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) Yang Menghasilkan Fly Ash

PLTU Suralaya, PLTU Paiton, termasuk PLTU BARUTA 2X7 MW. Fly Ash Juga

di peroleh dari pabrik kertas atau pabrik kimia. Sistem Elektrostatik Prepicitator

Gambar 1.0
(ESP) merupakan teknologi yang menagkap abu dengan cara mengisi daya proses

pembakaran. Prinsip kerja ESP adalah membuat muatan negative abu-abu melalui

elektroda (biasanya disebut elektroda pelepasan). Sisanya di peroleh di bagian

bawah tungku (disebut Ding Ash). Kualitas abu terbang tergantung pada

kesempurnaan proses pembakaran.

Gambar 1 Bentuk Partikel Fly Ash

Tergantung pada jenis batu bara , beberapa komposisi kimia didasarka

pada Fly Ash. Menurut ASTM C618-86, ada dua jenis Fly Ash, kelas F dan kelas

C. Grade F didasarkan pada pembakaran batu bara antrasit dan bitumen.

Sedangkan Grade C didasarka pada jenis lignit dan sub-batu bara. Fly Ash dapat

di bagi dalam tiga jenis (ACI Concrate Practice Handbook 1993 Bagian 1

226.3R-3), yaitu :

1.

C. Keunggulan Pengunaan Abu Terbang Fly Ash

D. Beton

E. Materi Pembentukan Beton

F. Sifat-Sifat Beton Segar

G. Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Beton

H. Hasil Penelitian Yang Pernah Dilakukan


BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tinjauan Umum Penelitian

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

C. Teknik Pengumpulan Data

D. Bagang Alir Penelitian

E. Pelaksanaan Penelitian

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Material

B. Komposisi Perencanaan Campuran

C. Hasil Pengujian Kuat Tekan

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai