PENDAHULUAN
Beton merupakan campuran dari pasir, kerikil yang di aduk menjadi kesatuan di
suatu pasta yang ditambahkan oleh semen lalu air yang menciptakan ikatan
menjadi seperti batuan. beberapa material adiktif dimasukan supaya membuat
beton serta sifat khusus, sebagai keluasan pengerjaan (workability), daya tahan,
dan durasi pengerasan (Mc.Cormac, 2004)
Meninjau kemajuan bidang teknologi infrastruktur di dunia serta pemakaian beton
seperti perkuatan yang terdapat di struktur bangunan kerap kali dipakai. Selain itu
material pembuat beton sangat gampang ditemukan semisal semen, agregat, dan
air. Namun pemakaian semen pada ujung nya sering dipermasalahkan khususnya
oleh pengamat lingkungan dikarenan pembuatan semen yang sering menyebabkan
masalah berupa gas karbondioksida yang dibuang ke udara ketika sedang
memproduksi semen yang mampu menyebabkan peningkatan suhu di atmosfer.
Jumlah gas karbondioksida yang dihasilkan berbanding lurus dalam pembuatan
semen. Bisa kita bayangkan ketika makin besar jumlahya semen yang dihasilkan
maka semakin besar juga gas karbondioksida yang dihasilkan. Dalam
meminimalisir penghasilan semen maka diciptakan material pengerat agregat
yang ramah lingkungan. Material pengerat itu adalah geopolimer. Beton
geopolimer ialah beton baru yang tak pakai semen pada material pengeratnya.
Peristiwa polimer yang berlangsung saat beton geopolimer mencakup reaksi kimia
antara alkali dengan Si (silika) – Al (Almunium) hingga menyebabkan jaringan
struktur Si-O-Al-O yang konstan (J. Davidovits, 1991).
Beton geopolimer terdiri dari beberapa komponen, larutan alkali activator dan
material dasar. Larutan alkali activator bisa diperoleh dari berbagai macam bahan
seperti dengan melarutkan alkali seperti sodium atau potassium ke dalam air
suling. Bentuk material dasar bisa berupa tanah liat, slag ,fly ash, rice husk ask,
silica fume, dan lainnya. Umumnya dalam pembuatan beton geopolimer yaitu
natrium hidroksida (NaOH) atau potassium hidroksida (KOH) dan natrium silika
atau potassium silikat (Lloyd, 2010).
Terdapat banyak bahan baku utama (prekursor) untuk produksi geopolimer adalah
bahan alumino-silikat. Prekursor dapat berasal dari alam seperti kaolin, zeolit, abu
vulkanik atau pozzolan alam, tetapi juga dapat berupa bahan yang diolah secara
termal seperti metakaolin, fly ash, terak tanur sembur granulasi, serpih terkalsinasi
atau residu industri lainnya. Pada penulisan laporan ini, penulis menggunakan
material utama dari beton geopolimer berupa zeolite. Pada zeolit alam memiliki
aktivitas pozzolan yang tepat dan penggunannya sebagai pengganti semen
portland menyebabkan peningkatan daya tahan komposit semen dan beton, kinerja
zeolit alam dalam komposit semen dan beton juga telah dibandingkan dengan
pozzolan lainnya, bahwa akitivitas pozzolan zeolit alam lebih tinggi dari fly ash
dan lebih rendah dari silika fume (Meysam Najimi, 2012)
1.2. Rumusan Masalah
Dalam pengerjaan laporan Tugas Akhir ini ada beberapa rumusan masalah,
diantara lain:
1. Berapa nilai kuat tekan pada beton geopolimer menggunakan bahan dasar
fly ash dan zeolit?
2. Bagaimana pengaruh beton geopolimer terhadap lingkungan?
3. Bagaimana karakteristik zeolit yang digunakan melalui hasil pengujian
XRF?
4. Bagaimana pengaruh penambahan variasi yang diguanakan zeolite 5%,
10% dan 15%.
Dalam pengerjaan laporan Tugas Akhir ini terdapat beberapa ruang lingkup
penelitian, diantara lain :
1. Pembuatan beton geopolimer dengan bahan dasar fly ash
2. Penambahan larutan alkali activator
3. Pengunaan zeolit sebagai bahan variasi
4. Zeolit yang digunakan melewati proses aktivasi fisik
5. Variasi penambahan zeolit 5%, 10% dan 15%
6. Kuat tekan rencana 25 Mpa
7. Acuan campuran beton menggunakan SNI 03-2834-2000
8. Sampel uji terdapat sebanyak 12 sampel
Dalam pengerjaan laporan Tugas Akhir ini terdapat beberapa tujuan penelitian
diantara lain:
1. Mengetahui nilai kuat tekan beton geopolimer bahan fly ash variasi zeolit
2. Mengetahui pengaruh beton geopolimer terhadap lingkungan
3. Mengetahui karakteristik fly ash dan zeolit yang digunakan melalui hasil
pengujian XRF
5. Mengetahui pengaruh penambahan variasi yang digunakan zeolite 5%, 10%
dan 15%.
Pada pengerjaan laporan Tugas Akhir ini terdapat beberapa manfaat penelitian
diantara lain:
1. Dapat meminimalisir polusi karbondioksida akibat pembuatan semen.
2. Dapat mengetahui opsi pengganti semen.
3. Mampu menghasilkan beton ramah lingkungan
4. Dapat mengelola limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun)
Laporan Tugas Akhir ini mengurutkan berdasarkan bab per bab, dalam penulisan
ini memakai sistematika penulisan yang terdiri dari 5 bab yang seuai pada aturan
Tugas Akhir, yaitu:
1. BAB І PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menerangkan “mengenai latar belakang, rumusan
masalah, batasan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan sistematika lapora.”
2. BAB ІІ TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Pada Bab ini menerangkan landasan teori dan literatur yang dipakai
sebagai tujuan penulis pada penyusunan laporan penelitian. Landasan teori
pada penelitian ini di dapatkan dari jurnal dan buku refrensi.
3. BAB ІІІ METEDOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini menjabarkan megenai metode penelitian yang dipakai dalam
pegumpulan data.
4. BAB ІV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan menganalisis material yang dipakai, kalkulasi desain
campuran beton, slump beton, analisis kuat tekan beton dan sebab
penambahan zeolite untuk adukan dari berat maksimal beton.
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini menjabarkan hasil dan saran yang diperoleh dari bab
sebelumnya, lalu menjabarkan saran yang faktual pada temuan dalam
penelitian lalu hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat dikembangkan
dab di pertimbangkan kembali.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Beton merupakan gabungan antara semen portland, pasir, kerikil dan air, dengan
atau tanpa material tambahan yang menjadi massa padat (SNI, 2000).
Dalam penelitian ini memakai refresnsi berupa jurnal penelitian beton geopolimer
terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang akan di lakukan :
1. Delii Noviarti Rachman,dkk (2011), melakukan penelitian perbandingan
beton geopolimer dan beton normal, Penggunaan semen pada campuran
beton merupakan hal yang sangat umum terjadi. Sebenarnya banyak dampak
buruk penggunaan semen bagi lingkungan. Salah satunya adalah
mengakibatkan banyaknya pelepasan gas CO2 ke udara. Hal ini tentu menjadi
permasalahan bagi pemerhati lingkungan. Untuk itu para peneliti mencari
bahan lain pengganti semen sebagai campuran beton, yang dinamakan
geopolimer. Beton geopolimer merupakan beton yang dibuat tanpa
menggunakan semen sama sekali. Beton dibuat dengan campuran fly ash
sebagai pengganti penggunaan material semen, agregat halus, agregat kasar
dan air. Sedangkan sebagai katalisatornya digunakan NaOH : Na2SiO3
dengan perbandingan tertentu. Pada penelitian ini digunakan perba ndingan
katalisatornya yaitu 1:2, 1:3 dan 2: 5. Fly ash ya ng digunakan pada penelitian
ini adalah sisa pembakaran dari PT. PUSRI Palembang. Berdasarkan hasil
pengujian di laboratorium, maka didapatkan hasil bahwa beton geopolimer
dengan campuran katalisator NaOH : Na2SiO3 ya itu 2:5 adalah yang memiliki
nilai kuat tekan terbesar yaitu mencapai 352,8 Kg/Cm2 pada umur 28
hari.Maka dapat disimpulkan bahwa penambahan larutan natrium silikat
( Na2SiO3) dan Natrium hidroksida (NaOH) Terhadap Beton Geopolimer
sangat berpengaruh terhadap kuat tekan beton geopolimer. Diharapkan
dengan banyaknya penggunaan fly ash sebagai pengganti semen akan
mengurangi dampak kerusakan pada lingkungan.
2. Amir Ali Shahmansouri, dkk (2001) ,melakukan penelitian dengan judul “
Model jaringan syaraf tiruan untuk memprediksi kuat tekon beton geopolimer
ramah lingkungan yang menggunakan silika fume dan zeolit alam”.
Kekhawatiran yang berkembang tentang perubahan iklim global dan dampak
buruknya terhadap masyarakat memberikan tekanan berat pada industri
konstruksi sebagai salah satu produsen gas rumah kaca terbesar. Mengingat
masalah lingkungan yang terkait dengan produksi semen, Geopolymer
Concrete (GPC) telah muncul sebagai bahan konstruksi yang berkelanjutan.
Penelitian ini secara eksperimental mempelajari pengaruh substitusi parsial
ground granulated blast-furnace slag (GGBS) dengan silika fume (SF) dan
zeolit alam (NZ) (sebesar 0e30% dengan kenaikan 5%) pada GPC yang
diaktifkan oleh larutan natrium hidroksida (NaOH). dengan konsentrasi yang
berbeda (4, 6 dan 8 M) dan larutan natrium silikat (gelas air) terhadap kuat
tekan.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi NaOH
mengurangi kekuatan beton, sementara menambahkan SF dan NZ ke beton
menghasilkan peningkatan kuat tekan. Selain itu, penelitian ini mengusulkan
Jaringan Syaraf Tiruan (JST) untuk memprediksi kuat tekan GPC pozzolan
berdasarkan GGBS (yaitu pada umur 7, 28, dan 90 hari). Kuat tekan GPC
berbasis GGBS (yaitu, 117 spesimen beton yang dibuat dari 39 campuran
yang berbeda) yang diperoleh dengan uji eksperimental digunakan untuk
mengembangkan model. Umur spesimen, konsentrasi NaOH, kandungan NZ,
SF, dan GGBS dianggap sebagai variabel input untuk pengembangan model
JST. Hasil prediksi menetapkan akurasi dan kemampuan prediksi yang tinggi
dari model yang diusulkan. Temuan penelitian ini dapat membawa manfaat
yang signifikan bagi berbagai organisasi yang terlibat.
3. Reiner Tirtamulya Surja dkk (2017), melakukan penelitian dengan judul “
Perbandingan Beberapa Prosedur Pembuatan Geopolimer Berbahan Dasar Fly
Ash Tipe C” Fly ash merupakan limbah industri yang sering digunakan untuk
memanfaatkan portland cement dalam pembuatan beton semen. Fly ash
tersedia dalam jumlah banyak dan penggunaannya masih terbatas. Namun
penggunaan fly ash tipe C dengan kandungan kalsium yang tinggi dapat
menyebabkan terjadinya flash set dimana beton geopolimer mengeras dengan
sangat cepat. Penelitian sebelumnya membuat prosedur pembuatan mortar
geopolimer berbahan dasar fly ash tipe C dengan urutan yang berbeda dan
menghasilkan beton yang sedikit lebih baik dibandingkan dengan prosedur
pada umumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
prosedur mix design terhadap karakteristik mortar geopolimer. Berdasarkan
penelitian yang didapatkan dengan mencampurkan fly ash terlebih dahulu
dengan larutan NaOH selama 5 menit dan kemudian ditambahkan dengan
larutan natrium silikat akan menghasilkan mortar dengan kuat tekan yang
tinggi setelah dilakukan curing oven pada suhu 60 C selama 24 jam. Begitu
pula dengan prosedur ini set awal yang didapatkan bertambah dengan
signifikan dari 9 menit hingga 165 menit.
4. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Ika Febrianto yang berjudul
Tinjauan Kuat Lentur dan Porositas Beton dengan Zeolite sebagai Pengganti
Semen Pada Campuran Beton. Pada penelitian ini peneliti berharap agar
zeolite ini bisa menambah mutu beton, karena zeolite sendiri itu bersifat
pozzolan yang berarti material berasal dari alam dan memiliki kandungan
yang sebagian besar kandungannya memiliki senyawa silika dan alumina.
Benda uji pada penelitian ini ada sebanyak 33 buah dengan persentasi zeolite
5%, 10%, 15%, 20%, dan 25% terhadap berat semen setiap persentasi
sebanyak 3 buah dengan benda uji balok beton tinggi 10 cm, lebar 10 cm, dan
Panjang 55 cm. Penelitian ini mempersiapkan campuran beton yang mengacu
pada SK.SNI.T-15-1990-03 dengan kekuatan rencana 30 MPa saat beton
berumur 28 hari. Pada penelitian ini didapatkan hasil meningkatnya kekuatan
beton variasi zeolite sebagai bahan aditif maupun bahan pengganti
dibandingkan dengan kekuatan beton pada umumnya. Pada beton normal
didapatkan kekuatan beton 28,483 (MPa) sedangkan pada beton dengan
persentasi zeolite sebagai bahan tambah variasi 5%, 10%, 15%, 20%, dan
25% didapatkan kuat tekan sebesar 30,275 MPa, 30,369 MPa, 30,935 MPa,
29,425 MPa, 25,559 MPa sedangkan pada beton dengan persentasi zeolite
sebagai bahan pengganti semen variasi 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25%
didapatkan kuat tekan sebesar 29,237 MPa, 31,124 MPa, 24,427 MPa, 23,295
MPa, 22,258 MPa. Dapat dilihat bahwa pada beton dengan persentasi zeolite
sebagai bahan tambah variasi 15% didapatkan kuat tekan paling besar dengan
selisih sekitar 8,5% dari beton normal, sedangkan pada beton dengan
persentasi zeolite sebagai bahan pengganti variasi 10% didapatkan kuat tekan
paling besar dengan selisih kenaikan kuat tekan sekitar 9,4% dari beton
normal.
Pada beberapa penelitian terdahulu diatas, penulis mendapatkan kesimpulan
bahwasannya bahan zeolit dapat mempengaruhi hasil beton geopolimer, dan
penulis melihat pada alkali aktivator 5:2 Na2SiO3 dan NaOH, lalu untuk
pengganti semen dalam beton geopolimer menggunakan fly ash mendapatkan
hasil kuat tekan lebih besar dari beton normal.
2.3. Beton
Beton menjadi material infrastruktur yang mudah sekali dipakai, lalu memiliki
karakteristik yang mampu tahan kuat tekan yang besar. Beton tersusun dari
koral/split, pasir, dan semen (Delli Noviarti Rachman, 2021). Saat kenaikan usia,
beton semakin bertambah keras hingga tercapai kuat tekan rencana (f’c) saat umur
28 hari. Beton mempunyai kekuatan tekan yang besar oleh sebab itu beton layak
dipakai pada jenis infrastruktur apa lagi struktur gedung, jalan dan jembatan.
Beton bisa dibuat cukup gampang sekalipun dengan orang yang kurang
pemahaman tentang pembuatan beton, namun maksud yang kurang benar dari
pemahaman ini sering membuat turunnya mutu pada beton selaku material
struktur. Pada Standar Nasional Indonesia (SNI) beton merupakan gabungan
kerikil, pasir, semen dan air dengan atau tanpa material tambahan yang menjadi
massa padat. Beton normal merupakan beton yang memiliki berat isi (2,200 –
2,500) kg/m3 memakai agregat alam yang dipecah. (Andika Setiawan, 2015)
2.3.1. Sifat Beton
Pada konstruksi banguan dipakai beberapa jenis beton yang umumnya digunakan
meliputi.
1. Beton normal merupakan beton yang umumnya memakai agregat biasa
2. Beton bertulang merupakan beton yang memakai tulangan dengan perancanaan
sesuai asumsi lalu secara bersamaan bahan bekerja saat menahan gaya yang
ada
3. Beton pracetak merupakan beton dibuat pada kawasan yang beda dari tempat
yang dibutuhkan
4. Beton pratekan merupakan beton yang telah dikasih tegangan sebagai bentuk
meminimalisir tegangan tarik potensial pada beton efek diberi bobot yang ada.
5. Beton ringan merupakan beton yang menggunakan agregat ringan syaratnya
tidak dikenankan melebihi berat isi maksimaal beton 1,850 kg/m3 kering udara
lalu mesti melengkapi syarat kekuatan tekan dan kekuatan tarik beton ringan.
6. Beton geopolimer merupakan beton yang terbuat melalui rekasi kimia
aluminat dan silikat dengan aktivator kaustik.
7. Beton berpori merupakan beton yang disiapkan supaya air dapat melewati
bagian dalam beton. Beton ini mempunyai sekitar 15-20% rongga sehingga air
dapat melewatinya.
8. Beton Serat merupakan material campuran terbuat dari beton dan material
seperti serat. Serat beton ini bermanfaat agar tidak terjadi keretakan yang
mengakibatkan beton cukup kuat dibanding beton biasa.
Pada umumnya terdapat mutu dan kelas beton, ada 3 golongan beton, yaitu:
1. Beton kelas I, adalah beton buat proyek non struktur. Dalam pengerjaannya tak
harus mempunyai keahlian spesifik. Pemeriksaan mutu sekedar pemastian pada
pemeriksaan akan mutu bahan, sementara untuk kuat tekan tidak ada
pengecekan. Mutu kelas I ditandai sebagai B0.
2. Beton kelas II, merupakan beton bagi proyek struktur umum. Dalam
pengerjannya membutuhkan spesialisasi. Beton kelas II terbagi pada beberapa
mutu B1, K125, K175, lalu K225. Dalam kualitas B1, pemeriksaan kualitas
ditentukan dalam pengecekan terhadap kualitas material sementara kepada kuat
tekan tidak di isyaratkan pengecekan. Dalam kualitas K125, K175 mesti
dilakukan pengecekan kuat tekan beton berkelanjutan pada pengecekan
sampel.
3. Beton kelas III, adalah beton buat proyek struktur yang lebih kuat mutu dari
K225. Pengerjaanya membutuhkan kemampuan yang cukup. Diisyaratkan
adanya laboratorium dan fasilitas yang baik dan pengecekan kualitas beton.
Tabel 2.1. Mutu Beton berdasarkan Penggunaan
Berdasarkan pengertian dan jenis beton diatas, penulis mengambil topik beton
geopolimer yang akan menjadi solusi untuk mengurangi polusi dengan
memperhatikan sifat beton dan mutu beton.
Pada metode pencampuran beton geopolimer terdapat dua cara yang biasa
dilakukan,adapun metode pencampuran dari beton geopolimer antara lain:
1. Metode pencampuran basah adalah metode yang biasa dipakai saat produksi
pengerjann beton geopolimer. Maklumnya ialah, material kimia alkali
aktivator yang dipakai disiapkan sendiri saat bentuk larutan. Padatan NaOH
(Natrium Hidroksida) diencerkan sesuai konsentrasi molar yang dibutuhkan
dan Na2SiO3 (Natrium Silikat) berwujud larutan atau biasa disebut water
glass. larutan tersebut lalu digabungkan oleh material pozzolan yang
disiapkan pada tempat tersendiri sebelumnya (Abdullah et al, 2013). Proses
pencampuran semua bahan dilakukan secara serentak pada saat itu juga, baik
bahan pengikat maupun bahan pengisi. (YASIN, 2017)
2. Metode pencampuran kering adalah cara saat material alkali aktivator digiling
bersamaan dengan bahan pozzolan dengan komposisi tertentu, sehingga
menghasilkan suatu butiran halus mirip semen (semen geopolimer). Semen
geopolimer ini cukup ditambahkan air saja dalam aplikasi penggunaanya (Tri
Eddy, 2016). Prosedur pada pembuatan material pengerat dilaksanakan di lain
tempat berbeda. (YASIN, 2017)
Dalam metode pencampuran di atas, penulis menggunakan metode pencampuran
basah karena dalam penelitian terdahulu yang dilakukan menghasilkan beton
geopolimer yang sedikit lebih baik.
2.6. Alkali Activator
Bahan baku utama (prekursor) untuk produksi geopolimer adalah bahan alumino-
silikat. Prekursor dapat berasal dari alam seperti zeolit bahan alumino-silikat harus
diaktifkan oleh bahan baku kedua, yang disebut aktivator—larutan basa, secara
umum. Aktivator umum adalah natrium dan kalium hidroksida. (Aleksandar
Nikolova, 2017)
Alkali aktivator akan berguna sebagai pengikat agregat sebab fly ash dan zeolite
powder tidak mempunyai kekuatan untuk pengikat sama dengan semen. Aktivator
yang umum dipakai untuk adukan geopolimer merupakan campuran dua larutan
ini:
2.6.1. Natrium Hidroksida (NaOH)
NaOH adalah material pengerat geopolimer. NaOH sering dipakai sebab harga
nya yang tidak terlalu mahal. Natrium hidroksida umumnya dipakai saat wujud
padat umumnya asahi 97-99% (Criado, 2010).
Bekerja demi mengreaksikan zat almunium dan silika yang terdapat pada binder
kemudian bisa memproleh jalinan polimer yang kuat (Hardjito, 2004). NaOH
muda reaktif didalam air.
Material ini mempunyai sifat higroskopis, jika NaOH didiamkan di tempat
terbuka mudah tereaksi oleh udara, NaOH mudah menghisap air yang dimiliki di
udara dan menjadi melebur (Caustic Soda, 2006). Pada pemakaiannya bahan
penyusun pengerat geopolimer, umumnya disajikan secara tertutup, sehabis itu
ditimbang, lalu langsung dikonsentrasikan jadi zat sesuai molar yang
direncanakan, lalu di taruh wadah yang di tutup rapat. Ini terjadi dikarenakan
tidak seimbangnya NaOH sebab karakteristik higroskopisnya yang tak langsung
di larutkan (Standarization of sodium silicate-Macalester, 2004).
Selaku aktifator NaOH dapat dilarutkan terlebih dahulu oleh air sesuai molaritas
rencana, larutan mesti didiamlan selama 24 jam sebelum digunakan.
Pada larutan NaOH dapat menggunakan rumus berikt untuk menghitung molar
pada larutan
( Gram ) × ( v )
1000
M= Mr 2.1
M = Molaritas yang diinginkan
Mr = Jumlah air dari unsur senyawa
Zeolit merupakan zat kimia alumino-silika berhidrat pada barium, kalium lalu
kation natrium,. adapun karaktersitik dipunyai zeolit merupakan dehidrasi,
adsorpsi, penukaran ion, katallisator, dan sepparator. Dehidrasi di zeolit
mengakibatkan jaringan dalam pori pori terbuka, dan memiliki permukaan
internal yang luas sampai dapat mengasorbsi dalam jumlah banyak dan dapat
memecah senyawa berdasarkan tingkatan molekul dan kemolarannya. Serbuk batu
zeolit dihasilkan dari menghancurkan bongkahan zeolit lalu di panaskan dalam
suhu 800 sampai 900°C dan di filter supaya menghasilkan butiran yang halus .
Karakter zeolit selaku adsorpen dan pengayak molekul, memungkinkan sebab
struktur zeolit dapat menyesap beberapa molekul yang bervolume lebih kecil dari
rongga. (Sirait, 14 Aug 2018)
Terdapat karakteristik zeolit sebagai berikut (Ginting, 2007):
1. Dehidrasi zeolit memiliki karakteristik dehidrasi (melepaskan molekul H2O)
secara reversibel apabila diberi perlakuan panas tanpa mengubah kerangka
dasarnya.
2. Adsorpsi zeolit berkarakteristik adsorpen sebab mempunyai jaringan yang
berongga, hingga molekul yang memiliki ukuran lebih kecil dari rongga
tersebut dapat terserap oleh zeolit. Zeolit yang sudah didehidrasi memiliki
selektivitas dan keefektifan adsorbsi yang baik.
3. Pertukaran ion pada zeolit merupakan fungsi pada derajat penggantian silikat
dan almunium pada jaringan zeolit. Makin besar ion aluminium yang
mengambil alih silikat, hingga kemampuan penukaran kation zeolit semakin
tinggi karena makin besar ion negatif yang dibuat.
4. Katalis zeolit mempunyai pori yang dapat menjadi katalis untuk mempercepat
reaksi dalam suatu proses kimia.
Adapun hasil uji laboratorium sampel zeolit yang telah dilakukan sebagai
berikut :
Tabel 2.2. Tabel Pengujian XRF
Kode sampel : ZEOLIT
Omnian ED – XRF PANalytical Epsilon 3 XLE
Element Oxides
Compund Conc Unit Compound Conc Unit
Al 9,632 % Al2O3 11,569 %
Si 61,243 % SiO2 72,751 %
P 0,829 % P2O5 0,843 %
K 10,057 % K2O 5,147 %
Ca 8,537 % CaO 4,724 %
Ti 0,516 % TiO2 0,322 %
Mn 0,141 % MnO 661,2 Ppm
Fe 8,304 % Fe2O3 4,275 %
Zn 277,4 Ppm ZnO 116,4 Ppm
Ga 102,5 Ppm Ga2O3 46,4 Ppm
Rb 811,2 Ppm Rb2O 295,0 Ppm
Sr 0,235 % SrO 920,8 Ppm
Y 117,0 Ppm Y203 49,2 Ppm
Zr 929,2 Ppm ZrO2 416,0 Ppm
Sn 484,4 Ppm SnO2 212,1 Ppm
Sumber : Data Hasil Pengujian
Tabel 2.3. Tabel Pengujian XRF
Kode Sampel : ZEOLIT
Omnian ED – XRF Nalytical Epilson 3 XLE
Element Oxides
Te 183,7 Ppm TeO2 80,3 Ppm
Ba 0,130 % BaO 518,0 Ppm
Ce 210,0 Ppm CeO2 91,7 Ppm
Eu 426,9 Ppm Eu2O3 180,9 Ppm
Pb 98,6 Ppm PbO 35,5 Ppm
Th 138,5 Ppm ThO2 52,3 Ppm
Sumber : Data Hasil Pengujian
Zeolit pada adukan beton berharap mampu menghasilkan reaksi pozolanik
kemudian menaikkan kualitas beton. Hasil tersebut biasanya dinamakan reaksi
sekunder dan reaksi terjadi lebih lama dan berkalan sangat lambat, sampai
kualitas beton mencapai usia 28 hari dan diharapkan mampu meningkat. Dengan
ini durasi penguatan beton menggunakan tambahan zat zeolit biasanya akan
lambat jika disamakan pada beton semen. Reaksinya sebagai berikut : Ca(OH)2
+SiO2 + H2O CaO . SiO2 . 2HO
2.8. Aktivasi Zeolite
Supaya bisa dipakai zeolit perlu memiliki spesifikasi dan berkaitan pada
kualifikasi zeolit ditargetkan pada daya serap daya tukar kation dan daya katalis.
Untuk menghasilkan zeolit pada kapasitas tinggi diharuskan melewati metode,
yaitu aktivasi. Metode bertujuan untuk penambahan karakter zeolit serta
mentiadakan kandungan pengganggu dan menghilangkan air yang terjebak pada
rongga zeolit.
Aktivasi terbagi menjadi 2 cara yang biasanya dipakai pada prosedur, biasanya
secara fisik dan secara kimia.
1. Aktivasi secara fisik dikerjakan melalui pengecilan ukuran butir,
penyaringan,dan cara pembakaran di suhu 200 sampai 400o C selama 2
sampai 3 jam tujuan dari pembakaran ini berupaya dalam menghilangkan
pengotor organik, memperluas pori untuk membuang molekul air yang ikut
pada pori kristal zeolit, dan memperluas permukaan. (Bayu Wiyantoko, 5
November 2017)
2. Aktivasi secara kimia melewati metode destruksi saat memakai pereaksi HCl,
NaOH atau H2SO4 dalam mentiadakan unsur kotor berbentuk logam alkali
dan alkali tanah juga beberapa jenis logam lainnya yang ada pada kerangka
zeolit. (Muhammad Al Muttaqii1*, 2019)
Pada aktivasi zeolit di atas penulis menggunakan aktivasi secara fisik dimana
dalam aktivasi menggunakan suhu 200 o C selama 3 jam.
Fly ash merupakan sisa hasil pembakaran batu bara, sifat fisik fly ash dilihat dari
distribusi partikel, area permukaan, kehalusan dan kerapatan. Umumnya bahan
penyusun beton geopolimer adalah fly ash yang mengandung zat silika dan
alumina yang memiliki sifat pozolan seperti semen (Nanavati, 2017). Kehadiran
kalsium pada fly ash dalam jumlah tinggi dapat mengganggu proses polimerisasi.
Fly ash terbagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Kelas N
Kelas N Pozolan alam mentah atau tanah dikalsinasi memenuhi persyaratan
yang berlaku untuk kelas N, misalnya beberapa tanah diatomae (hasil
lapukan) batu rijang opalan dan serpih tufa dan abu vulkanik atau batu apung.
Dikalsinasi atau tidak,dan berbagai bahan yang memerlukan kalsinasi untuk
menghasilkan sifat-sifat yang diinginkan misalnya lempung dan serpih.
2. Kelas F
Kelas F Abu terbang dari batubara memenuhi persyaratan yang berlaku
nuntuk kelas F. Abu terbang kelas F mempunyai sidat pozolanik.
3. Kelas C
Kelas C Abu terbang dari batu bara memenuhi persyaratan yang berlaku
untuk kelas C. Abu terbang kelas C memiliki sifat pozolanik dan sementisius.
Persyaratan Kimia dalam fly ash Menurut (SNI 2460 2014) adalah sebagai
berikut:
Adapun beberapa kelemahan penggunaan fly ash dalam campuran beton antara
lain proses pengerasan atau penambahan kuat tekan beton memiliki waktu yang
lebih yang sebabkan reaksi bahan pozzolan dari fly ash, pengendalian dari mutu
beton harus dilakukan lebih sering, dikarenakan mutu dari fly ash dipengaruhi dari
suhu pada proses pembakarannya dan jenis batu bara.
Adapun hasil uji laboratorium sampel zeolit yang telah dilakukan sebagai
berikut :
Tabel 2.5. Tabel Pengujian XRF
Kuat tekan beton merupakan besarnya beban per satuan luas, yang menghasilkan
benda uji beton rusak karena terbebani gaya tekan yang sebabkan pada mesin
tekan. Kuat tekan beton adalah karakter utama pada mutu beton. Kuat tekan beton
ditargertkan pada kontrol diperbandingan air, agregat halus dan kasar, semen.
Perbedaan untuk air semen, semakin kuat kekuatan tekannya. Maka jumlah
tertentu air dibutuhkan saat menghasilkan aksi kimiawi pada penguatan beton,
kebanyakan air meninggikan workability akan tetapi merendahkan kuat tekannya.
Pada umumnya acuan umur uji kekuatan tekan beton ialah 28 hari. Umum nya
nilai korelasi pada pengujian 7,14, dan 21 hari.
Berdasarkan (SNI 1974-2011), Pengujian kuat tekan beton bisa dicari dengan
rumus:
P
f’c = A 2.2
πD ²
A = 2 2.3
Keterangan:
f’c = Kuat Tekan Beton (Mpa)
Mulai
Tinjauan Pustaka
Persiapan Bahan
Tidak
Sesuai Syarat
Ya
Pasta Geopolimer
Beton Geopolimer
Pencetakan
Curing
Selesai
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian
3.3.1. Bahan
Adapun material yang dipakai saat pengerjaan ini untuk pembuatan benda uji
antara lain :
1. Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida yang digunakan berbentuk kristal. NaOH yang akan
digunakan harus dilarutkan terlebih dahulu dengan air sehingga menjadi
larutan NaOH. Konsentrasi NaOH yang digunakan dalam penelitian ini 8
M.
7. Fly Ash
Pada penelitian ini bahan fly ash di dapat dari PT. Bukit Asam, fly ash
dipakai untuk pengganti semen pada beton normal.
3.3.2 Peralatan
12. Furnace
Mesin furnance
Tahap ini adalah proses untuk mempersiapkan bahan dan peralatan. Dengan
pengecekan kondisi peralatan dan bersiap material yang akan dipakai pada
penelitian.
Pada tahap ini semua bahan yang digunakan dalam pembuatan beton akan masuk
dalam pengujian kelayakan untuk memeriksa bahan yang digunakan dalam
kondisi bagus dan layak untuk digunakan dan mendapatkan data-data yang akan
dibutuhkan dalam merencanakan beton. Dengan pengujian yang dilakukan antara
lain :
1. Agregat Halus
5. Fly Ash
Pemeriksaan Fly ash dilakukan dengan lolos saringan No. 200 yang akan di
lakukan pemeriksaan laboratorium
Dalam pencampuran ini, kuat tekan diisyaratkan digunakan f’c = 25 Mpa pada
usia 28 hari. Dasar pencampuran beton mengacu kepada sistematis dasar adukan
beton yang mengacu pada SNI-03-2834-2000 sebagai berikut:
10. Menentukan tipe gradasi agregat halus sesuai dengan syarat menurut
pada gambar kurva gradasi. Bedasarkan hasil pengujian analisis
ageregat halus bahwa agregat halus yang digunakan grdasi agregat
halus tipe 2.
Gambar 3.23. Hubungan faktor air semen – proporsi agregat halus untuk ukuran
butir maksimum 20mm
14. Menghitung kadar agregat gabungan = berat beton – jumlah (semen + air).
15. Menghitung kadar agregat halus
16. Menghitung kadar agregat kasar = agregat gabungan – agregat halus.
17. Menetapkan komposisi campuran hasil perhitungan.
18. Menghitung komposisi agregat halus berbanding agregat kasar dari
berat total agregat dengan perbandingan 55 : 45
19. Melakukan koreksi campuran berdasarkan kondisi agregat saat
pelaksanaan.
20. Menentukan berat zeolite yang diperlukan dengan mengkalikan
variasi persen zeolite dengan berat semen.
21. Menentukan berat Sika viscocrete 3115-N yang diperlukan sebanyak
1,5% dari berat semen.
22. Menentukan kebutuhan material untuk pembuatan benda uji silinder.
3.6. Parameter Perencanaan campuran Beton
Zeolite yang digunakan akan di aktivasi secara fisika menggunakan oven furnace.
Adapun proses pengaktivasiannya secara berikut:
a. Mempersiapkan zeolite yang akan di aktivasi
b. Masukan pada cawan anti panas dengan kapasitas 400 ml
c. Masukan pada oven Ifurnance dengan suhu 250oC selama 3 jam
d. Saat sudah 3 jam keluarkan zeolite yang sudah diaktivasi lalu masukan pada
wadah yang kedap udara
3.8. Pembuatan Beton Geopolimer
Uji kuat tekan beton dilaksanakan ketika beton di usia 28 hari. Uji kuat tekan bisa
dikerjakan saat beton sudah kering saat umur 28 hari. Saat mengerjakan uji
kekuatan tekan, beton ditimbang terlebih dahulu, selanjutnya pengerjaan capping
memakai belerang di pakai di setiap permukaan beton. Capping berfungsi ketika
meratakan permukaan beton, percobaan kekuatan tekan beton didapat hasil yang
maksimal. Uji kekuatan tekan beton memakai mesin penguji kuat tekan sesuai
pada ASTM C 39/C 39M – 01. Mesin CTM akan memberikan pembebanan
konstan terhadap beton dengan beban berkisar 2-4 kilogram per satuan luas setiap
detiknya dan pembacaan kuat tekan dibaca saat kondisi beton mengalami hancur
awal.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Berdasarkan data pengujian terhadap material agregat halus yang digunakan untuk
pembuatan benda uji didapatkan data sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Kadar Lumpur
Pemeriksaan kadar lumpur dilakukan dengan dua metode yaitu pengendapan lumur
didalam tabung dan metode pengujian agregat yang lolos saringan No.200.
a. Pengujian Metode Pengendapan
Dari hasil pengendapan lumpur agregat halus diperoleh kandungan lumpur yang
terdapat pada agregat halus yaitu 4,3%, hasil ini memenuhi persyaratan
SK SNI 04-1989-F dengan kandungan lumpur maksimum pasir tidak
melebihi dari 5%. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah.
Tabel 4.1. Pengujian Kadar Lumpur Pasir
Tinggi Pasir 220 cm
Tinggi Lumpur 10 cm
% Kadar Lumpur 4,3%
3/8” 0 0 0 100
No.4 0 0 0 100
No.8 12 2,4 2,4 97,6
No.16 65 13 15,4 84,6
No.30 151 30,2 45,6 54,4
No.50 143 28,6 74,2 25,8
No.100 94 18,8 93 7
pan 35 7 100 0
Kumulatif Kehalusan 2,3
100 100 100
100
85 97.6 100
95
84.6 80
80
Persentas lolos %
60
60
54.4 % Lolos
50 40
30 Batas Bawah
Batas Atas
10 25.8 25 20
0
7 5 0
9 8
0 7
0 6 5 4 3 2 1 0
3. Analisis Saringan
Pengujian gradasi agregat kasar atau analisis saringan dilakukan untuk mengetahui
sebaran ukuran agregat dan ukuran maksimum agregat yang digunakan serta
mengetahui modulus kehalusan dengan nilai yang didapatkan sebesar 7,024,
nilai tersebut berada di antara 6 – 8 maka nilai tersebut telah memenuhi
persyaratan SE Nomor:07/SE/M/2016. Adapun hasil analisis saringan dapat
dilihat pada tabel 4.10 dibawah.
Tabel 4.9. Hasil Analisis Data Gradasi Agregat Kasar
Berat Tertahan %Massa
No Saringan %Kumulatif %Lolos
(gr) tertahan
1 0 0 0 100
3/4” 0 0 0 100
1/2 2142,8 42,9 42,9 57,1
3/8” 969,6 19,4 62,2 37,8
4 1776,6 35,5 97,8 2,2
8 85,4 1,7 99,5 0,5
Pan 25,6 0,5 100 0,0
Kumulatif Kehalusan 7,0
100 100
100
90
90
70 80
70
Persentas lolos %
55 57.1 60
50 50
Batas Atas
37.8 40 % Lolos
30 Batas Bawah
15 20 20
5 10
0 0.5 2.2
0 0 0
pan no.100 no.50 no.30 no.16 no.8 no.4 no.3/8
Diameter Saringan (mm)
Grafik 4.2. Grafik Ukuran Saringan dengan Persen Lolos Saringan Agregat Kasar
Kebutuhan material yang diperlukan untuk membuat 3 benda uji silinder ukuran dengan
ukuran diameter 15 cm dengan tinggi 30 cm, adapun perencanaan campuran
dengan kebutuhan 3 benda uji dapat dilihat pada tabel 4.15. dibawah ini.
Tabel 4.15. Kebutuhan Material Untuk 3 Benda Uji
Kebutuhan 3 Benda Uji
Semen 8,666 kg
Air 2,979 kg
Agregat Halus 15,061 kg
Agregat Kasar 13,298 kg
Total kebutuhan material yang diperlukan untuk membuat 12 benda uji silinder ukuran
15 cm x 30 cm, volume cm dengan umur 28 hari menggunakan zeolite yang telah
di aktivasi sebagai bahan pengganti semen.
Tabel 4.16. Kebutuhan Material Untuk 12 Benda Uji
Persentase Zeolit Semen Agregat Agregat
Air (Kg)
Zeolit (%) (Kg) (Kg) Kasar (Kg) Halus (Kg)
0 0 8,666 2,979 15,061 13,298
10 0,917 8,666 2,979 15,061 13,298
20 1,835 8,666 2,979 15,061 13,298
30 2,752 8,666 2,979 15,061 13,298
Variasi Zeolite
54 51.861
52 50.012
50
48 46.803
46
44
42
8.7 8 7.6 6.5
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan berupa uji kelayakan material,
pembuatan sampel uji, pengujian kuat tekan, dan menganalisis data, dengan
demikian dapat ditarik beberapa kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Hasil pengujian beton segar mutu tinggi yaitu pengujian slump test yang
memenuhi nilai slump rencana sebesar 7,5 - 10 cm adalah pada variasi zeolite
yang telah diaktivasi kimia 0%, 10%, dan 20% yaitu sebesar 8,7 cm, 8 cm,
dan 7,6 cm. Sedangkan pada variasi zeolite 30% nilai slump rencana tidak
tercapai yaitu sebesar 6,5 cm hal ini dikarenakan zeolite ini memiliki sifat
menyerap air yang tinggi, maka dengan penambahan zeolite dengan jumlah
yang banyak akan menyebabkan beton kekurangan air sehingga didapatkan
nilai slump yang rendah.
2. Hasil uji kuat tekan beton yang dihasilkan pada variasi zeolite yang telah
diaktivasi kimia 0%, 10%, 20%, dan 30% sebagai bahan penambah agregat
halus secara berturut turut adalah 50,012 MPa, 55,504 MPa, 51,861 MPa, dan
46,803 MPa.
3. Pada pembuatan beton mutu tinggi yang optimal dengan menggunakan
zeolite yang telah diaktivasi kimia didapatkan kuat tekan tertinggi pada
variasi 10% dengan kuat tekan yang dihasilkan sebesar 55,504 MPa.
5.2. Saran
Adapun saran yang diberikan untuk memaksimalkan hasil serta mengembangkan
penelitian lebih lanjut, sebagai berikut:
1. Pada saat melakukan aktivasi zeolite secara kimia harus menggunakan panci
yang terbuat dari plat yang tebal, dikarenakan pada proses aktivasi dapat
membuat panci berlubang jika panci terbuat dari bahan yang tipis.
2. Perlu adanya uji XRF pada zeolite setelah di aktivasi kimia.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan menambah variasi zeolite agar
menghasilkan data yang lebih bervariasi dan akurat.
4. Perlu memakai alat pelindung diri saat melakukan kegiatan di laboratorium.