BAB 1 PENDAHULUAN
Semburan lumpur Lapindo di daerah Sidoarjo Jawa Tengah belum ada tanda
berhenti sampai tahun 2017 ini. walaupun begitu semburan ini memiliki dua sisi,
disatu sisi merupakan bencana bagi masyarakat sekitar dan dilain sisi lumpur
lapindo dapat dimanfaatkan untuk berbagai bahan bangunan. Menurut Taufiqur
Rahman (2005), didasarkan penelitiannya menunjukkan bahwa kadar silika dalam
lumpur Lapindo cukup signifikan untuk dipisahkan. Silika dapat menghasilkan
nano silika yang berguna untuk memperkuat batako maupun batubata.
Kebutuhan rumah di Indonesia setiap tahun rata-rata sebesar + 1,1 juta unit
dengan pasar potensial di daerah perkotaan sebesar 40 % atau + 440.000 unit
(Simanungkalit, 2003). Harga material bangunan yang cenderung meningkat,
yang mengakibatkan harga rumah mengalami kenaikan. Oleh karena itu
pemanfaatan lumpur lapindo sebagai bahan bangunan, khususnya untuk genteng
akan memberikan bahan bangunan yang lebih murah karena bahan baku yang
melimpah selama semburan lumpur lapindo masih ada.
Menurut Kamariah (2010) lumpur Lapindo berpotensi sebagai bahan baku utama
pembuatan komposit untuk bahan bangunan yang dikompositkan dengan semen
(PC) dan sabut kelapa (coco fiber) yang ramah lingkungan dengan mengetahui
karaktristik mekanik dan kimia dari komposit. Untuk Cocofiber sendiri yaitu
bahan limbah yang sebenarnya dapat digunakan dalam pembuatan material
tertentu, (seperti: beton, genteng, batu bata, dll) dengan tujuan untuk menaikkan
kekuatan material tersebut terhadap gaya lentur. Hal ini menandakan bahwa
lumpur lapindo bercampur sabut kelapa dapat di jadikan genteng beton yang
untuk meningkatkan karakteristik mekanik komposit bahan bangunan.
Badan Meteorologi Dunia (WMO) pada tahun 2014 mencatat bahwa terjadi
peningkatan polusi CO2. Karena karbondioksida di atmosfer menumpuk, suhu
bumi jadi semakin panas. Polusi karbondioksida global meningkat menjadi 396
parts per million (ppm) dari pada tahun sebelumnya. Peningkatan tingkat polusi
CO2 itu berkisar 2,9 ppm pada periode 2013–2014. Pada tahun sebelumnya
peningkatan berkisar 2,2 ppm (anonym, 2015). Polusi CO2 didominasi pada
daerah di perkotaan dimana akibat banyaknya kendaraan yang ada. Maka dari itu
perlu adanya Struktur bangunan ramah lingkungan yang mampu mengurangi
emisi gas CO2. Pengunaan Genteng Beton dinilai efektif untuk mengurangi
emisi gas CO2 diudara karena atap rumah yang sering terpapar langsung polusi
gas ini.
Nanozeolite terbukti dapat menyerap emisi gas CO2 yang ada di udara sering di
akibatkan adanya kendaraan. Dengan adanya GENRAM ini diharapkan dapat
mengurangi limbah semburan lumpur lapindo dan mengoptimalkan pengunaan
serabut kelapa untuk meningkatkan struktur mekanis genteng beton.
Penambahan Nanozeolit pada komposisi genteng di harapkan genteng beton
yang digunakan untuk atap bangunan efektif untuk mengurangi polusi akibat
emisi gas CO2.
Lumpur lapindo masih terus mengalami semburan hingga saat ini. Berbagai cara
telah di lakukan untuk mengatasi semburan lumpur lapindo seperti penutupan
sumber lumpur mengunakan bola beton. Akan tetapi hal ini kurang efektif, Salah
satu cara penanggulangan lumpur lapindo adalah dengan memanfaatkan lumpur
lapindo itu sendiri untuk material bangunan yaitu sebagai genteng beton.
“GENRAM” Genteng beton berbahan dasar komposit lumpur lapindo dan serabut
kelapa dengan penambahan komposisi nanozeolite pada campuran bahan
Genteng akan mempunyai sifat yang mampu menyerap emisi gas CO2. Menurut
Thi-Huong Pham Penurunan ukuran partikel kristal zeolit dari tingkat mikro ke
tingkat nano terjadi peningkatan yang signifikan dalam spesifik luas permukaan,
sehingga memberikan sifat yang lebih aktif untuk adsorpsi CO2. Genteng Beton
ini sangat ramah lingkungan dengan memanfaatkan lumpur lapindo dan limbah
serabut kelapa beserta harga nya ekonomis karena bahan yang digunakan cukup
melimpah.
1. Membuat Reinforcement dan Filler komposit Lumpur lapindo serta Serabut kelapa.
2. Melakukan Sintesis partikel nanozeolit.
3. Menciptakan “GENRAM” Genteng Beton Berbahan dasar komposit lumpur lapindo
dan serabut kelapa berbasis nanozeolit.
4. Melakukan Pengujian yang akan dilakukan adalah pengujian beban lentur-kuat
tekan, daya serap gas CO2, penyerapan air ( porositas), dan penyerapan panas
genteng beton.
Luaran yang diharapkan dari Penelitian yang berjudul “GENRAM : Genteng Beton
Ramah Lingkungan Berbahan Dasar Komposit Lumpur Lapindo dan Serabut
Kelapa Berbasis Nanozeolit untuk Peningkatan Mutu Genteng dan Mengatasi
Polusi Gas CO2” sebagai solusi Pemanfaatan Limbah Lumpur Lapindo dan
serabut kelapa yang belum digunakan secara optimal, dan juga untuk
mengurangi polusi gas CO2 yang berbahaya bagi kehidupan. Kami juga sebagai
peneliti akan meyajikan data-data teknis eksperimen sebagai design proses .
1.5 Kegunaan
Genteng beton pada umumnya dibuat dengan cara mencampur pasir dan semen
ditambah air, kemudian diaduk sampai homogen lalu dicetak. Selain semen dan
pasir, sebagai bahan susun gentang beton dapat juga ditambahkan kapur.
Oleh karena itu penelitian ini sangat penting untuk dilakukan karena dirancang
memberdayakan potensi limbah lumpur Lapindo yang melimpah dan menjadi
problem lingkungan untuk dikompositkan dengan semen (PC) dan serat
kelapa sebagai bahan utama dalam pembuatan genteng bangunan yang
ringan memiliki karakteristik mekanik tinggi dan ramah lingkungan.
Zeolite adalah batuan yang membuih bila dipanaskan pada 100ºC. Zeolit
didefinisikan sebagai kristal alumina silika yang mempunyai struktur kerangka
tiga dimensi yang terbentuk dari tetrahedral silika dan alumina dengan
rongga-rongga tiga dimensi yang didalamnya terisi ion-ion logam penyeimbang
muatan kerangka zeolite dan molekul air yang dapat bergerak bebas (Yadi, 2007).
Sifat-sifat khusus zeolite diantaranya :
2.3.1 Dehidrasi
Molekul-molekul air pada zeolite merupakan molekul yang mudah lepas.
2.3.2 Adsorpsi
Adsorpsi diartikan sebagai proses melekatnya molekul-molekul pada
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cetakan genteng beton,
oven, high energy milling, Los Angles abrasion, SEM (Scanning Electron
Microscopy), XRD. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lumpur lapindo, serabut kelapa, zeolit, abu batu, semen, PVA dan air.
Zeolit Bayat diayak dengan ayakan 228 mesh. Pembuatan nanozeolit dilakukan
dengan metode top down menggunakan high energy milling (HEM-E3D) yaitu
dengan menggiling bahan awal (zeolit alam) ke dalam alat milling. Rasio yang
digunakan yaitu 1:8. Setiap kali melakukan milling, zeolit sebanyak 5,85 gram
dengan 13 buah bola penggiling yang memiliki berat masing masing 4,52 gram
dimasukkan dalam tabung (jar) HEM-E3D. Proses milling berlangsung selama 8
jam pada kecepatan 1000 rpm.
3.4.2 Pembuatan genteng beton berbahan lumpur lapindo dan serabut kelapa
berbasis nanozeolit
Nanozeolite yang telah di buat dengan metode top down menggunakan high
energy milling (HEM-E3D) kemudian di tambahkan pada komposisi lumpur
lapindo, serabut kelapa, semen portland, abu batu dan PVA. Dari Pengujian ini
kami melakukan variasi penambahan nanozeolit dan lumpur lapindo.
SP 0,5 + 0,3 (Zeolit) + 0,2 Lumpur Lapindo + 0,1 serabut kelapa= Benda Uji A
SP 0,5 + 0,2(Zeolit) + 0,3 Lupur Lapindo + 0,1 serabut kelapa = Benda Uji B
SP 0,2 + 0,6(Zeolit) + 0,3 Lumpur Lapindo + 0,1 serabut kelapa = Benda Uji C
SP 0,3 + 0,5(Zeolit) + 0,3 Lumpur Lapindo + 0,1 serabut kelapa = Benda Uji D
SP 0,3 + 0,5 (Zeolit) + 0,7Lumpur Lapindo + 0,1 serabut kelapa = Benda Uji E
N0 KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7
1 Studi
pustaka
2 Preparasi
alat dan
bahan
3 Pembuatan
prototipe
genteng
beton
4 Analisa
labotorium
5 Analisis
data
6 Penyusuna
n laporan
7 Peresentasi
hasil
8 Publikasi
Minggu
DAFTAR PUSTAKA
Agustanto, BP. 2014. Pemerintah Tidak Bisa Hentikan Semburan Lumpur
Lapindo. Media Indonesia Online kamis, 19 Desember 2017.
Basuki, Eko. 2015. Analisis Kualitas Genteng Beton Sebagai Penutup Atap
Dengan Bahan Tambahan Serat Ijuk.