Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PRAKTEK BAB 4

BAHASA INDONESIA (CERPEN)

OLEH:

BASO AHMAD FAUZAN

KELAS : XI IPS 3

SMA NEGERI 1 PALOPO 2022/2023


SI KELINGKING
( Cerita Rakyat dari Jambi )
Alkisah, disebuah dusun di Negeri
Jambi, ada sepasang suami – istri yang miskin.
Mereka sudah puluhan tahun berumah tangga,
tetapi belum dikaruniai anak. Segala usaha
telah mereka lakukan untuk mewujudkan
keinginan mereka, namun belum juga
membuahkan hasil. Disaat mereka dilanda
keputusasaan, mereka berdoa kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa. Mereka memohon agar
dikaruniai seorang anak, walaupun hanya
sebesar kelingking, mereka mau menerimanya.
Beberapa bulan kemudian, sang istri
mengandung. Mulanya, sang suami tidak
percaya, karena dia melihat tidak ada tanda-
tanda kehamilan pada istrinya. Namun, sebagai
seorang wanita, dia yakin dirinya sedang
hamil. Dia merasa ada yang bergerak-gerak
didalam perutnya. Dia juga mengingatkan
suaminya dengan doa yang telah mereka
ucapkan. Suaminya ingat dengan doanya, dia
baru percaya bahwa istrinya benar – benar
hamil. Karena bayi di dalam rahimnya hanya
sebesar kelingking, jadi perut istrinya tidak
kelihatan membesar.
Setelah sembilan bulan mengandung.
Pada suatu malam, sang istri benar – benar
melahirkan seorang bayi laki-laki sebesar
kelingking. Betapa bahagianya mereka, karena
dapat memperoleh seorang anak yang telah
mereka idam – idamkan. Mereka pun
memberinya nama Kelingking. Mereka
mengasuhnya dengan penuh kasih sayang
hingga menjadi dewasa. Hanya saja, tubuhnya
masih sebesar kelingking.
Pada suatu hari, Negeri Jambi
didatangi Nenek Gergasi. Ia adalah hantu
pemakan manusia dan apa saja yang hidup.
Kedatangannya membuat penduduk takut.
Penduduk diperintah Rajanya untuk mengungsi
ketempat yang lebih aman. Begitu juga dengan
keluarga kelingking. Tetapi, kelingking menolak
untuk pergi, dia meminta ayahnya untuk
membuatkan sebuah lubang kecil untuk
menakut – nakuti Nenek gergaji dan ia ingin
mengusir Nenek Gergaji yang selama ini
membuat ketakutan penduduk. Karena
tubuhnya yang kecil, dia dapat dengan mudah
sembunyi dan sulit ditemukan. Sebenarnya
ayahnya ragu dengan Kelingking, karena
tubuhnya yang kecil itu, tetapi sang ayah pun
memenuhi permintaan Kelingking. Ia membuat
sebuah lubang di dekat tiang rumah paling
depan.
Ketika hari menjelang sore, Nenek
gergaji pun datang hendak memakan manusia.
Alangkah marahnya ketika ia melihat kampung
itu sangat sepi.
“Hai manusia, kambing, kerbau, dan
ayam, dimana kalian? Aku datang ingin menelan
kalian semua. Aku sudah lapar!” seru Nenek
Gergasi dengan geram.
Kelingking yang mendengar teriakan
itu pun menyahut dari dalam lubang.
“Aku disini Nenek Tua.” sahut
Kelingking
Nenek Gergasi sangat heran
mendengar suara manusia, tapi tidak kelihatan
manusianya. Ia pun berusaha berteriak
memanggil manusia itu. Betapa terkejutnya ia
ketika teriakannya dijawab oleh sebuah suara
yang lebih keras lagi. Hantu itu pun mulai
ketakutan. Ia mengira ada manusia yang sangat
sakti di kampung itu. Beberapa saat kemudian,
si Kelingking menggertaknya dari dalam lubang
persembunyiannya.
“Kemarilah Nenek Gergasi. Aku juga
lapar. Dagingmu pasti enak dan lezat!”
Mendengar suara gertakan itu, Nenek
Gergasi yang merasa ketakutan langsung lari
tungganglanggang dan terjerumus ke dalam
jurang dan mati seketika.
Kemudian kelingking mengabarinya
kepada oranrtuanya dan penduduk sekitar.
Berita tentang keberhasilam Kelingking
mengusir Nenek Gergasi itu sampai ke telingan
Raja. Kelingking pun dipanggil untuk segera
menghadap sang Raja. Kelingking ditemani
ayah dan emaknya.
Sesampai di Istana, Raja langsung
bertanya apakah benar Kelingking yang telah
mengusir mengusir Nenek Gergasi. Kelingking
menjawabnya sambil memberi hormat “ Benar
Tuanku, untuk apa hamba berbohong?”
Sang Raja percaya, tetapi dengan
subuah ancaman. Jika hantu itu datang lagi,
maka si Kelingking akan dijadikan makanan
tikus pelihataan putrinya.
Kelingking meminta sesuatu pada
sang Raja “ Jika hamba terbukti berbohong,
hamba siap menerima hukuman itu. Tapi, kalau
hamba terbukti tidak berbohong, Tuanku
berkenan mengangkat hamba menjadi Panglima
di Istana ini.”
Walaupun permintaan Kelingking itu
sangatlah berat, sang Raja menyanggupinya
dengan mempertimbangkan bahwa mengusir
Nenek Gergasi tidaklah mudah.
Seminggu setelah berlalu, Nenek
Gergasi tidak pernah muncul lagi. Ketika pulang
dari ladang, Kelingking dan ayahnya
menemukan mayat Nenek Gergasi di Jurang.
Keesokan harinya, Kelingking bersama kedua
orangtuanya menghadap Raja untuk
membuktikan bahwa ia benar-benar tidak
berbohong. Kelingking pun diangkat menjadi
seorang panglima.
Pada suatu hari, Kelingking merasa
memerlukan sebuah pendamping hidup. Dia pun
mengatakan keinginannya kepada orangtuanya.
Kelingking meminta orangtuannya untuk
melamar putri Raja yang cantik jelita. Ayahnya
mengindir Kelingking, bahwa tidak mungkin
Baginda Raja mau menerima lamaran anaknya.
Tetapi, Kelingking tidak mau menyerah. Dia
tetap meminta ayahnya untuk melamarkannya.
Mulanya kedua orangtuanya enggang
memenuhi permintaan Kelingking. tapi, setelah
didesak, akhirnya mereka pun terpaksa
menghadap dan siap menerima caci maki dari
Raja. Ternyata benar, ketika menghadap,
mereka mendapat cacian dan bentakan dari
Raja.
Mendengar bentakan itu, kedua
orangtua Kelingking tidak bisa berbuat apa-
apa. Mereka pun pulang tanpa membawa hasil.
Mendengar berita itu, Kelingking tidak berputus
asa. Ia meminta agar orangtuanya kembali
menghadap Raja, namun hasilnya pun tetap
nihil. Akhirnya, Kelingking memutuskan pergi
menghadap bersama ibunya. Sang putri pun
hadir dalam pertemuan itu
Tidak disangka oleh Baginda raja,
putrinya mau menikah dengan Kelingking.
“Nanti engkau menyesal, Putriku.
Masih banyak pemuda sempurna dan gagah di
negeri ini. Apa yang kamu harapkan dari
pemuda sekicil kelingking ini?” ujar sang Raja.
Setelah mendengar pernyataan
putrinya, sang Raja tidak dapat berkutik. Sang
raja pun menerima lamaran si Kelingking.
Seminggu kemudian, Pesta pernikahan
Kelingking dengan sang Putri dilangsungkan
selama tujuh hari tujuh malam. Usai pesta
pernikahan putrinya, sang Raja memberikan
sebagian wilayah kekuasaannya, pasukan
pengawal, dan tenaga kerja kepada si
Kelingking untuk membangun Kerajaan sendiri.
Setelah istananya jadi, Kelingking bersama
istrinya memimpin kerajaan kecil itu. Meski
hidup dalam kemewahan, istri Kelingking tetap
menderita batin , karena si Kelingking tidak
pernah mengurus kerajaan dan sering pergi
secara diam – diam tanpa memberitahukan
istrinya. Namun, anehnya, setiap Kelingking
pergi, tidak lama kemudian seorang pemuda
gagah menunggang kuda putih datang ke
kediaman istrinya.
“ Ke mana suamimu si Kelingking?”
Tanya pemuda gagah itu
“ Suamiku sedang bepergian. Kamu
siapa hai orang muda?” Tanya sang putri.
“Maaf, bolehkan saya masuk ke
dalam?” pinta pemuda itu
“Jangan, orang muda! Tidak baik
menurut adat.” cegat sang Putri
Pemuda itu pun tidak mau memaksa.
Dia pun berpamitan dan pergi entah kemana.
Keesokan harinya Pemuda itu datang kembali,
dan menanyakan hal yang sama. Tetapi, sang
putri menjawabnya dengan kata – kaa yang
sama. Melihat glagat aneh pemuda itu, sang
putri pun merasa curiga. Pada malam
berikutnya, ia berpura-pura tidur. Si Kelingking
yang mengira istrinya sudah tidur pulas, pergi
secara diam-diam. Namun, ia tidak menyadari
jika ternyata istrinya membututi dari
belakang.
Sesampainya di tepi sungai, si
Kelingking pun langsung membuka pakaian dan
menyembunyikannya di balik semak-semak.
Kemudian ia masuk berendam ke dalam sungai
seraya berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Sebentar setelah mebaca doa, tiba-tiba
seorang pemuda gagah berkuda putih muncul
dari dalam sungai. Alangkah terkejutnya sang
Putri menyaksikan peristiwa itu.
Melihat peristiwa itu, sadarlah sang
Putri bahwa pemuda gagah itu adalah
suaminya, si Kelingking. Dengan cepat ia pun
mengambil pakaian si Kelingking lalu
membawanya pulang an membakarnya. Tidak
beberapa lama setelah sang Putri berada di
rumah, pemuda berkuda itu datang lagi
menemuinya laluberpamitan seperti biasanya.
namun, ketika sang Putri akan masuk ke dalam
rumah, tiba-tiba pemuda gagah itu kembali
menemuinya.
“Maafkan Kanda, Istriku! Percayalah
pada Kanda, Dinda! Kanda adalah si Kelingking.
Kanda sudah tidak bisa lagi jadi si Kelingking.
Pakaian Kanda hilang di semak-semak. Selama
ini Kanda hanya ingin menguci kesetiaan Dina
kepada Kanda. Ternyata Dinda adalah istri
yang setia kepada suami. Izinkanlah Kanda
masuk, Dinda!” pinta pemuda gagah itu.
Dengan perasaan senang dan
gembira, sang Putri pun mempersilahkan
pemuda itu masuk ke dalam rumah, karena ia
tahu bahwa pemuda gagah itu adalah
suaminya. Setelah itu, sang Putri pun bercerita
kepada suaminya. Sang Putri meminta maaf
kepada si Kelingking, bahwa ialah yang
mengambil pakaian suaminya dan sang Putri
ingin melihat suaminya gagah dan tampan
seperti ini.
Kelingking pun merasa senang melihat
istrinya bahagia karena mempunyai suami yang
gagah dan tampan. Akhirnya, mereka pun hidup
bahagia. Si kelingking memimpin negerinya
dengan arif dan bijaksana, dan rakyatnya
hidup damai dan sejahtera.
Demikian ringkasan cerita si
Kelingking dari daerah Jambi, Indonesia.
Dalam penulisan Cerita Rakyat
tersebut, ada beberapa kelemahan yang
menyebabkan kurang sempurnanya Cerita
tersebut. Diantaranya, tokoh Nenek Gergasi
yang dianggap sebagai seorang hantu, misalkan
dia seorang hantu, dia berarti bukan seorang
nenek dan tidak akan mati, ini akan membuat
pembaca bingung memahami siapa sebenarnya
tokoh Nenek Gergasi itu. Cerita yang sangat
panjang dan rumit, dapat menyebabkan
pembaca terutama anak kecil, sulit memahami
jalan ceritanya.
Namun, selain kelemahan yang
terdapat dalam Cerita Rakyat tersebut,
terdapat beberapa kelebihan yang terkandung.
Diantaranya, bahasa yang mudah dipahami
serta komunikatif, pilihan kata yang tepat dan
menarik, ceritanya runtut dari awal hingga
akhir, serta tidak membosankan.
UNSUR INTRINSIK

¤ Tema : Kepahlawanan, Keberanian, Kasih


Sayang

¤ Tokoh dan perwatakan :

>< Si Kelingking :
> Tidak mudah putus asa,>Pemberani, > Arif
dan bijaksana > Sopan dan penuh rasa hormat.

>< Ayah dan Ibu Kelingking :


> penuh kasih sayang > pekerja keras

>< Sang Raja :


> Gampang emosi > suka mengancam > Menilai
orang dari fisik/rasisme

>< Istri Kelingking/Sang Putri :


> cantik > setia

¤ Alur : Menggunakan Alur Mundur

¤ Latar / Setting :
>< Tempat
> Di sebuah Dusun di Negeri Jambi
> Di Istana Raja

> Di Sungai

> Di Kediaman sang Putri

>< Waktu
> Sore hari Malam hari

¤ Amanat :
>< Bentuk dan ukuran tubuh seseorang tidak
dapat dijadikan pedoman rendah atau luhurnya
kepribadian sesorang
>< Jangan mudah putus asa

¤ Sudut Pandang : Orang ke-3 ( Dia, ia, mereka,


Sang Putri, Sang Raja, dll)

¤ Konflik : Batin (Meski hidup dalam


kemewahan, istri Kelingking tetap menderita
batin , karena si Kelingking tidak pernah
mengurus kerajaan dan sering pergi secara
diam – diam tanpa memberitahukan istrinya )

Anda mungkin juga menyukai