Anda di halaman 1dari 3

GUNUNG MAURAJA

(Cerita Dari NTT)


#gunungmauraja
September 02, 2019

Pada jaman dulu, ada seorang anak yang bandel bernama Raja. Ia tinggal
bersama orang tuanya di sebuah desa di Nusa Tenggara Timur. Selain bandel, anak
ini juga keras kepala. Apa yang diinginkan harus dituruti. Jika tidak ia akan
mengamuk sejadi-jadinya.
          Hal ini tentu saja membuat repot kedua orang tuanya. Padahal mereka
termasuk orang biasa dengan kehidupan sederhana.
          Pada suatu hari, ibunya tengah memintal benang untuk dibuat baju baru bagi
Raja. Anak itu tentu senang bukan main mendengar hal tersebut. Tiap hari
ditanyakan. Berharap cepat selesai dan bisa dipakai. Ibunya sampai bosan
menjawab pertanyaan Raja.
          “Raja untuk membuat satu baju itu tidak mudah. Waktunya lama karena
harus dipintal satu persatu. Kamu lihat sendiri bukan tiap hari Ibu sempatkan untuk
memintal. Padahal Ibu juga punya pekerjaan lainnya. Tentu jadi bertambah lama
selesainya,”jelas Ibu panjang lebar.
          Raja jadi menyesal mendengar penjelasan Ibu. Kini ia sadar dengan sikapnya
yang kurang sabar. Ia benar-benar menyesal hingga terbawa mimpi. Dalam
mimpinya ia ditemui seorang kakek berjubah putih.
          “Kenapa cemberut anak muda? Apa yang meresahkan hatimu saat ini?”tanya
Kakek ramah. Senyum tersungging di bibirnya yang keriput.
          Raja lalu menceritakan semua kejadian yang dialaminya beberapa hari
terakhir. Ia juga mengungkapkan penyesalannya yang dalam karena selama ini
telah begitu sering merepotkan kedua orang tuanya.
          “Kau harus menebus kesalahanmu itu, Nak. Besok pagi, berjalanlah ke arah
timur hingga kamu menemukan sebuah gua. Lakukan dalam diam. Jangan pernah
bersuara,”pesan Kakek lalu menghilang dari hadapan Raja.
Raja menuruti perintah Kakek misterius itu. Keesokan harinya, di pagi buta ia
sudah mengendap-endap keluar dari rumah. Ia berjalan terus menuju ke timur.
Melewati sungai, lembah dan hutan belantara hingga pada akhirnya ia bisa
menjumpai sebuah gua. Dengan penuh percaya diri ia masuk ke dalam. Ternyata
sosok Kakek dalam mimpinya telah menunggunya di dalam. Kakek itu lalu
memberinya segenggam biji kapas agar di tanam oleh Raja. Ia juga berpesan agar
meminta maaf terlebih dahulu pada kedua orang tuanya atas semua kesalahan yang
ia perbuat selama ini. Setelah itu sosok kakek itu menghilang dan berubah menjadi
seekor ular. Raja yang ketakutan segera bergegas meninggalkan tempat itu.
          Raja lalu menanam biji kapas itu. Dalam waktu seminggu tanaman itu sudah
tumbuh dengan cepat. Namun anehnya buahnya bukanlah seperti kapas
kebanyakan melainkan berupa gulungan kain menyerupai buatan ibunya.  Kedua
orang tuanya sangat gembira. Kain-kain  itu dipetik lalu dikumpulkan untuk di jual
di pasar. Dalam sekejap mereka menjadi orang yang kaya raya. Raja kini juga
memelihara banyak kambing.
          Pada suatu hari seekor kambing miliknya ada yang hilang. Iapun mencari
kesana kemari. Ia terus berjalan semakin jauh untuk mencari kambingnya itu.
Tanpa sadar langkahnya sampai di depan gua yang ia masuki dulu. Raja menyerah.
Ia berniat untuk kembali ke rumah. Namun langkahnya terhenti ketika ia
mendengar ada suara gadis-gadis di dalam gua. Ramai sekali.
          Raja yang penasaran memberanikan diri masuk ke dalam gua. Ternyata ada
tujuh orang gadis yang sedang mandi di dalam telaga yang airnya jernih sekali di
dalam gua tersebut. Raja lalu mengambil sebuah pakaian dan menyimpannya di
sela-sela bebatuan.
          Ia menunggu mereka selesai mandi. Setelah selesai mereka lalu bersiap-siap
untuk pulang. Namun seorang diantaranya menangis sedih karena pakaian
miliknya hilang. Tentu saja ia tidak berani pulang tanpa mengenakan apa-apa.
          Dalam suasana kalut, Raja berpura-pura menjadi pahlawan. Ia masuk dengan
membawa kain yang sebenarnya ia sembunyikan tadi. Tentu saja, gadis cantik
yang ternyata si bungsu itu senang bukan main.
          Mereka lalu mengajak Raja menemui orang tuanya yang ternyata sudah ia
kenal dengan baik. Ayah mereka adalah kakek ular dalam mimpinya Raja yang
telah memberinya segenggam biji kapas.
          “Terimakasih, Nak, sudah menolong anakku. Atas kebaikanmu itu, aku akan
menikahkanmu dengan anakku Si Bungsu,”ucap Kakek itu dengan gembira. Raja
tentu tidak menolak rencana tersebut.  Meski ia tahu istrinya ternyata adalah
jelmaan ular. Mereka lalu menikah dan tinggal terpisah di rumah yang baru.
          Pada suatu hari, ada seorang warga yang tidak sengaja melihat istrinya Raja
dalam sosok seekor ular. Saat itu Raja sedang bercakap-cakap dengan istrinya
tersebut. Orang itu lalu melaporkan apa yang dilihatnya kepada warga. Mereka lalu
beramai-ramai menuju rumah itu. Tanpa basa-basi lagi, rumah itupun dibakar
hingga habis tak bersisa. Raja dan istrinya yang ada di dalam tidak sempat
menyelamatkan diri. Mereka ikut tewas terpanggang.
          Keluarga Si Bungsu tentu saja tidak terima dengan perlakuan warga. Mereka
lalu melakukan pembalasan. Dengan bantuan seekor kepiting raksasa, mereka yang
kini telah berubah menjadi ular raksasa mengguncang perut bumi sehingga terjadi
gempa besar. Desa menjadi hancur berantakan.
          Tak lama kemudian, muncul sebuah gundukan dari desa yang hancur
tersebut. Lama kelamaan gundukan tersebut semakin tinggi lalu berubah menjadi
sebuah gunung. Masyarakat memberinya nama Gunung Mauraja.

Anda mungkin juga menyukai