Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A . Latar Belakang Masalah


Makin meningkatnya kebutuhan perumahan saat ini menyebabkan kebutuhan
bahan bangunan semakin meningkat. Salah satu masalah dilapangan saat ini yang
perlu segera diatasi adalah masalah kebutuhan batu bata sebagai bahan dinding
perumahan dan efek kerusakan lingkungan yang ditimbulkan serta kurangnya
keamanan struktur bangunan dalam menghadapi gempa yang sering terjadi di
Indonesia. Selama ini berbagai penelitian sudah dilakukan tetapi masih belum
ditemukan alternatif teknik konstruksi yang effisien serta penyediaan bahan bangunan
dalam jumlah besar, aman dan ekonomis. Keamanan atau kenyamanan struktur
bangunan yang berdiri di atas tanah tergantung pada kekuatan tanah di bawahnya.
Jika tanah runtuh, maka struktur bangunan tersebut akan runtuh dan dapat merenggut
korban serta menyebabkan kerugian ekonomi. Limbah industri untuk bahan
campuran beton ternyata mampu meningkatkan daya kuat tekan (Triwulan dkk,
2004). Bahan tambah tersebut dapat berupa abu terbang (fly ash), pozolan, abu sekam
padi (rice husk ash), abu ampas tebu (bagase furnace), dan abu jerami padi (batang
padi pasca panen).
Salah satu alternatif yang akan digunakan untuk mengatasi masalah diatas
adalah dengan batako tidak berlubang dengan bahan tambah abu jerami padi (batang
padi setelah pasca panen).. Pemanfaatan abu jerami sebagai bahan bangunan dapat
mengurangi jumlah batu bata dan pasir yang dipakai dalam membangun dinding
eksterior.
Alasan penggunaan bahan abu jerami untuk bahan campuran beton ringan
adalah menciptakan bangunan yang ramah lingkungan (Eco-Architecture) dengan
sentuhan teknologi baru dan peningkatan kualitas batako dalam hal menghadapi
persoalan mengenai tekanan. Dibandingkan dengan batako biasa, batako dengan
penambahan abu jerami padi ini dimungkinkan mempunyai berat yang lebih ringan,

1 | Pressure Stregth Test Of Oryza sativa Ashes For Eco-Architecture


sehingga dapat digunakan pada daerah rawan gempa. Sehingga dengan meyakini
Batako Eco-Architecture ini akan menghemat biaya dalam jangka panjang dan
utamanya tahan dengan tekanan dibandingkan dengan batako biasa.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana pemanfaatan jerami padi sebagai baan alternatif pembuatan batako
sebagai bahan bangunan?
2. Berapa persentase yang tepat pada penggunaan abu jerami padi sebagai bahan
tambah batako?
3. Bagaimana perbandingan hasil uji tekanan antara batako tanpa bahan
tambahan abu jerami dengan batako yang telah ditambah abu jerami?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk memanfaatkan abu jerami padi sebagai bahan alternatif dalam
pembuatan batako.
2. Untuk mengetahui optimasi penambahan abu jerami padi sampai 30% pada
campuran bahan batako dalam uji tekanan.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu :
1. Memberikan informasi tentang abu jerami padi sebagai bahan tambahan
dalam pengembangan pembuatan batako dengan mutu yang baik dan lebih
ekonomis.

2. Memberikan informasi kelayakan untuk penambahan abu jerami padi sampai


10 % pada campuran bahan batako dalam uji tekanan.

2 | Pressure Stregth Test Of Oryza sativa Ashes For Eco-Architecture


BAB II
LANDASAN TEORI
A. Batako

1 . Pengertian Batako

Batako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak alternatif


pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen Portland
dan air dengan perbandingan 1 semen : 7 pasir. Batako adalah bata yang dibuat
dari campuran bahan perekat hidrolis ditambah dengan agregat halus dan air
dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya dan mempunyai luas penampang lubang
lebih dari 25 % penampang batanya dan isi lubang lebih dari 25 % isi batanya
(PUBI, 1982 :26). Sementara PUBI mendefinisikan batako seperti yang dikutip
oleh Sunaryo adalah bata cetak yang dibuat dengan memelihara dalam suasana
lembab dengan campuran tras, kapur dan air, dengan atau tanpa bahan tambah
lainnya (Darmono, 2006). Lebih lanjut Sunaryo Suratman (1995: 5)
menambahkan bahwa batako atau batu cetak beton adalah elemen bahan bangunan
yang terbuat dari campuran SP atau sejenisnya, pasir, air dengan atau tanpa bahan
tambah lainnya (additive), dicetak sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat dan
dapat digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding (Darmono, 2006).

Gambar1.Batako (aljamal.indonetwork.co.id)

2 . Sifat dan Jenis Batako

3 | Pressure Stregth Test Of Oryza sativa Ashes For Eco-Architecture


Menurut Randing, jenis batako dikelompokkan dalam: (1) Bata cetak
beton, dibuat dari campuran semen portland (SP) dan pasir atau kerikil. (2) Batu
cetak trass kapur, dibuat dengan campuran kapur padam dan trass.(3) Batu cetak
tanah stabilisasi terdiri dari batu cetak semen + tanah (solid cement) dan batu
cetak kapur + tanah (line stabilized soil). (4) Batu cetak kapur pasir (sand-
line-brick), yaitu batu cetak kapur pasir dibuat dari campuran kapur padam +
pasir kwarsa, dimanfaatkan dan dikeraskan dengan tekanan uap tinggi. (5) Batu
cetak beton ringan, yang dapat berupa: (a) batu cetak beton gas atau beton busa
yang dibuat dari campuran kapur atau SP + digiling dengan pasir kwarsa +
bubuk aluminium (bahan pembusa lain) dan dikeraskan seperti batu kapur, dan (b)
batu cetak beton dan beton apung, dibuat dari SP, pasir alami, kerikil, dan batu apung
(Darmono, 2006).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Batako

Menurut Pusoko Prapto,Agar didapat mutu batako yang memenuhi syarat SII
banyak faktor yang mempengaruhi. Faktor yang mempengaruhi mutu batako
tergantung pada: (1) faktor air semen (f.a.s), (2) umur batako, (3) kepadatan
batako, (4) bentuk dan tekstur batuan, (5) ukuran agregat dan lain-lain (Darmono,
2006).

Faktor air semen adalah perbandingan antara berat air dan berat semen
dalam campuran adukan. Kekuatan dan kemudahan pengerjaan (workability)
campuran adukan batako sangat dipengaruhi oleh jumlah air campuran yang
dipakai.

Untuk suatu perbandingan campuran batako tertentu diperlukan jumlah


air yang tertentu pula. Menurut A. Manap, Pada dasarnya semen memerlukan jumlah
air sebesar 32% berat semen untuk bereaksi secara sempurna, akan tetapi apabila
kurang dari 40 % berat semen maka reaksi kimia tidak selesai dengan
sempurna. Apabila kondisi seperti ini dipaksakan akan mengakibatkan kekuatan

4 | Pressure Stregth Test Of Oryza sativa Ashes For Eco-Architecture


batako berkurang. Jadi air yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan semen dan
untuk memudahkan pembuatan batako, maka nilai f.a.s. pada pembuatan dibuat
pada batas kondisi adukan lengas tanah, karena dalam kondisi ini adukan dapat
dipadatkan secara optimal. Disini tidak dipakai patokan angka sebab nilai f.a.s.
sangat tergantung dengan campuran penyusunnya. Nilai f.a.s. diasumsikan
berkisar antara 0,3 sampai 0,6 atau disesuaikan dengan kondisi adukan agar
mudah dikerjakan (Darmono, 2006).

Mutu batako (kuat tekan) bertambah tinggi dengan bertambahnya umur


batako. Oleh karena itu sebagai standard kekuatan batako dipakai kekuatan pada
umur batako 28 hari. Bila karena sesuatu hal diinginkan untuk mengetahui
kekuatan batako pada umur 28 hari, maka dapat dilakukan dengan menguji kuat tekan
batako pada umur 3 atau 7 hari dan hasilnya dikalikan dengan faktor tertentu
untuk mendapatkan perkiraan kuat tekan batako pada umur 28 hari. Kekuatan batako
juga dipengaruhi oleh tingkat kepadatannya. Dalam pembuatan batako
diusahakan campuran dibuat sepadat mungkin. Hal ini memungkinkan untuk
menjadikan bahan semakin mengikat keras dengan adanya kepadatan yang lebih,
serta untuk membantu merekatnya bahan pembuat batako dengan semen yang
dibantu oleh air.

3. 1 Bahan penyusun Batako

3.1.1 Semen

Semen portland (SP) adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menggiling halus klinker, yang terdiri terutama dari silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidrolis dan gips sebagai bahan pembantu. Klasifikasi Sesuai dengan tujuan
pemakaiannya, semen portland dibagi dalam 5 jenis, sebagai berikut :

1. Jenis I : Untuk konstruksi pada umumnya, dimana tidak diminta

persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lainnya.

5 | Pressure Stregth Test Of Oryza sativa Ashes For Eco-Architecture


2. Jenis II : Untuk konstruksi umumnya terutama sekali bila disyaratkan agak
tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi yang sedang.
3. Jenis III : Untuk konstruksi - konstruksi yang menuntut persyaratan
kekuatan awal yang tinggi.
4. Jenis IV : Untuk konstruksi - konstruksi yang menuntut persyaratan
panas hidrasi yang rendah.
5. Jenis V : Untuk konstruksi - konstruksi yang menuntut persyaratan sangat
tahan terhadap sulfat.

3.1.2 Pasir

Pasir merupakan agregat alami yang berasal dari letusan gunung berapi,
sungai, dalam tanah dan pantai oleh karena itu pasir dapat digolongkan dalam tiga
macam yaitu pasir galian, pasir laut dan pasir sungai.

Menurut (SK SNI - S – 04 – 1989 – F : 28) disebutkan mengenai


persyaratan agregat halus yang baik adalah sebagai berikut :

1. Agregat halus harus terdiri dari butiran yang tajam dan keras dengan indeks
kekerasan <2,2.
2. Sifat kekal apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut:

a) Jika dipakai natriun sulfat bagian hancur maksimal 12%.


b) Jika dipakai magnesium sulfat bagian halus maksimal 10%.

3. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dan apabila pasir


mengandung lumpur lebih dari 5% maka pasir harus dicuci.
4. Pasir tidak boleh mengandung bahan – bahan organik terlalu banyak,
yang harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrans-Harder dengan
larutan jenuh NaOH 3%.
5. Susunan besar butir pasir mempunyai modulus kehalusan antara 1,5 sampai
3,8 dan terdiri dari butir –butir yang beraneka ragam.
6. Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi reaksi pasir terhadap alkali
harus negatif.

6 | Pressure Stregth Test Of Oryza sativa Ashes For Eco-Architecture


7. Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus untuk semua
mutu beton kecuali dengan petunjuk dari lembaga pemerintahan bahan
bangunan yang diakui.
8. Agreagat halus yang digunakan untuk plesteran dan spesi terapan harus
memenuhi persyaratan pasir pasangan.

Dilihat dari syarat batas gradasinya, agregat halus (pasir) di bagi menjadi 4 zone sepert
yang di tunjukkan pada Tabel 2.1 di bawah ini.

Lubang Berat tembus komulatif (%)


Zone 1 Zone 2 Zone 3 Zone 4
ayakan
(mm) Bawah Atas Bawah Atas Bawah Atas Bawah Atas
10 100 100 100 100 100 100 100 100
4.8 90 100 90 100 90 100 95 100
2.4 60 95 75 100 85 100 95 100
1.2 30 70 55 100 75 100 90 100
0.6 15 34 35 59 60 79 80 100
0.3 5 20 8 30 12 40 15 50
0.15 0 10 0 10 0 10 0 15
Keterangan:

Zone 1 = Pasir Kasar

Zone 2 = Pasir Agak Kasar


Zone 3 = Pasir Halus
Zone 4 = Pasir Agak Halus
B. Abu Jerami Padi
Pembuatan jerami dan briket arang jerami menghasilkan abu. Abu jerami padi
berasal dari jerami yang digiling atau ditumbuk halus. Abu jerami padi dapat
dimanfaatkan untuk abu gosok, bahan ameliorasi tanah asam dan bahan campuran
dalam pembuatan semen hidrolik serta dapat dimanfaatkan campuran batako/mortar,
beton, dan campuran batu bata press.

7 | Pressure Stregth Test Of Oryza sativa Ashes For Eco-Architecture


Abu silika adalah kristalin yang halus dimana komposisi silika yang lebih
banyak dihasilkan dari tanur tinggi. Penggunaan abu silika dalam campuran
batako/mortar dan beton dimaksudkan untuk menghasilkan kekuatan yang tinggi.
Abu silika berkinerja tinggi sehingga dapat menghasilkan kekuatan sekitar 30-
70 Mpa untuk umur 28 hari berkisar antara 0-30 % (Mulyono, 2004).

Tabel Komposisi pada abu jerami padi

Kimia Berat dalam persen


SiO2 94,5
Al2O3 3-5
Fe2O3 0,10-0,50
CaO 0,25
MgO 0,23
SO4 1,13
CaO bebas 0,10-0,50
Na2O 0,78
(Husin, 2003)

Gambar2.Abu jeramik padi (aanfaperta.blogspot.com)

C. Kekuatan Tekan

8 | Pressure Stregth Test Of Oryza sativa Ashes For Eco-Architecture


Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama batako. Kekuatan
tekanadalah kemampuan batako untuk menerima gayatekan persatuan luas.
Penentuan kekuatan tekandapat dilakukan dengan menggunakan alat ujitekan dan
benda uji silinder atau kubus. Nilaikekuatan tekan yang diperoleh dari setiap
sampelakan berbeda, karena batako merupakan material heterogen, yang kekuatan
tekannya dipengaruhi oleh proporsi campuran, bentuk dan ukuran, kecepatan
pembebanan, dan oleh kondisilingkungan pada saat pengujian.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Nopember 2015 yang bertempat di


Madrasah Aliyah Negeri 2 Kudus

B. Alat dan Bahan

Alat yang akan digunakan dalam penelitan ini ditunjukkan pada tabel 1

Tabel 1. Alat yang akan diguakan dalam penelitian

No Nama alat Manfaat

9 | Pressure Stregth Test Of Oryza sativa Ashes For Eco-Architecture


1 Cetakan batako Mencetak sampel
2 Timbangan Menibang bahan-bahan yang
digunakan dalam pembuatan sempel
3 Alat dan kotak pengaduk Mengaduk campuran
5 Beban 30 kg

Spesifikasi Jumlah
Bentuk kubus degan panjang 20 cm 6 buah
Kekuatan max 30 kg 1 buah
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel 2

Tabel 2. Bahan yang akan digunakan dalam penelitian

No Nama bahan Kegunaan Keterangan


1 Semen Perekat pada capuran batako Semen Portland
2 Pasir Filter pada campuran batako Lolos ayakan
3 Air Pemicu proses kimiawi semen, Tidak
membasahi agregat dan memberikan terdapatkandungan
kemudahan dalam pengerjaan batako semen
dan sebagai pereaksi campuran semen
5 Abu jerami Bahan tambah pada campuran batako Hasil pembakaran
jerami padi

Campuran Batako

Pembuatan abu jerami akan dilakukan dengan cara mengumpukan jerami sisa
panen padi yang telah di keringkan dengan dijemur, setelah itu dibakar hingga
menghasilkan abu. Bahan yang akan digunakan dalam campuran pembuatan batako
ditunjukkan pada tabel 3

Tabel 3. Bahan yang akan digunakan dalam campuran pembuatan batako

Campuran ke - Semen Pasir Potongan Abu


Jerami Jerami

10 | Pressure Stregth Test Of Oryza sativa Ashes For Eco-Architecture


1cm
1 33.3% 66.7% 0% 0%
2 31.6% 65% 3.4% 0%
3 31.6% 65% 0% 3.4%
4 33.3% 66.7% 0% 0%
5 30% 63.3% 6.7% 0%
6 30% 63.3% 0% 6.7%

Batako yang dicetak terdiri dari 6 jenis, yaitu: (1) & (4) batako tanpa
campuran (2) & (5) batako dengan bahan tambahan potongan jerami 1 cm dengan
presentase 3.4% (3) & (6) batako dengan tambahan abu jerami dengan presentase
6,7%

Penelitian dilaksanakan mengikuti prosedur berikut:

1. Menyediakan bahan campuran batako semen dan pasir lolos ayakan


2. Membersihkan semua alat yang akan digunakan agar tidak ada bahan-bahan
lain yang dapat mempengaruhi campuran batako
3. Memasukkan semua campuran batako yang telah ditakar kedalam kotak
pengaduk dan diaduk hingga campuran homogen,
4. Menuangkan adonan kedalam cetakan
5. Menggetarkan adonan tersebut dengan fibrator agar udara-udara yang
terperangkap dalam adonan keluar sehingga adonan menjadi padat
6. Meratakan permuakaan cetakan
7. Cetakan yang telah diiisi campuran batako disimpan dalam ruangan perawatan
selama 24 jam sampai batako menjadi kering
8. Untuk membuat sempel yang dicampur dengan abu jerami menggunakan cara
yang sama dengan pembuatan batako normal yang diatas.

Perbedaannya terletak pada penambahan abu jerami dengan presentasi masing-


masing 3.4 % dan 6.7 %.

Prosedur mengidentfkasi karakteristik fisis masing-masing batako sebagai berikut:

1. Siapkan seluruh sempel batako

11 | Pressure Stregth Test Of Oryza sativa Ashes For Eco-Architecture


2. Timbang masing-masing sampel batako
3. Catat hasil pengamatan

Prosedur pengujian kekuatan tekan dari batao adalah sebagai berikut :

1. Sempel diletakkan pada mesin alat uji tekan dan diatur agar tepat berada di
tengah-tengah alat penekan
2. Memberikan beban tekan secara perlahan-lahan pada sampel dengan pengatur
tuas pompa hingga sampe retak atau hancur
3. Mencatat hasil beban maximum yng ditunjukkan oleh jarum penunjuk skala
pada saat sampe retak dan hancur. Pencatatan dilakukan saat jarum penunjuk
skala tidak lagi bergerak atau bertambah
4. Mengulangi prosedur 1-3 terhadap semple lainnya.
5. Analisis hasil dilakukan sesuai dengan pengujian sifat fisik dan pengujian
geser langsung

12 | Pressure Stregth Test Of Oryza sativa Ashes For Eco-Architecture


Mulai

Bahan Batako +
Bahan Batako Abu Jerami
Normal

Diproses
menjadi batako

Menguji Kuat
Tekan Batako

Menganalisa
pengaruh
penambahan
abu jerami
pada batako

Diagram Alur (flowchart) Pengaruh Penambahan Oryza sativa ashes terhadap


karakter fisis batako dan uji kuat tekan batako

13 | Pressure Stregth Test Of Oryza sativa Ashes For Eco-Architecture


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Kekuatan

Sebelum Pengujian Kuat Tekan dengan pemberian beban 30 kg.

Gambar3.Batako Tanpa Campuran

Gambar4.Batako dengan Campuran Potongan Jerami 1 cm 3.4 %

Gambar5.Batako dengan Campuran Potongan Jerami 1 cm 6.7 %

14 | Pressure Stregth Test Of Oryza sativa Ashes For Eco-Architecture


Gambar6.Batako dengan Campuran Abu Jerami 3.4 %

Gambar7.Batako dengan Campuran Abu Jerami 6.7 %


Sesudah Pengujian Kuat Tekan dengan pemberian beban 30 kg.

Gambar9. Batako dengan Campuran Potongan Jerami 1 cm 3.4 %

Gambar8. Batako Tanpa Campuran

15 | Pressure Stregth Test Of Oryza sativa Ashes For Eco-Architecture


Gambar10. Batako dengan Campuran Potongan Jerami 1 cm 6.7 %

Gambar11. Batako dengan Abu Jerami 1 cm 3.4 %

16 | Pressure Stregth Test Of Oryza sativa Ashes For Eco-Architecture


Gambar12. Batako dengan Campuran Abu Jerami 6.7 %

Dapat dilihat dari gambar hasil pengujian kuat tekan dengan pemberian beban
30 kg bahwa batako dengan campuran potongan jerami 1 cm sebesar 6.7 % dan
dengan penambahan abu jerami padi sebesar 3.4 % lebih tahan terhadap tekanan
sebesar 30 kg disbanding tanpa tambahan apapun.

Dibandingkan dengan penambahan potongan jerami 1 cm, tambahan abu


jerami lebih efektif penggunaanya karena, jika menggunakan tambahan potongan
jerami 1 cm dalam kurun waktu tertentu potongan jerami yang ada didalam batako
akan mengalami degradasi ( pembusukan oleh bakteri ) sehingga akan mengakibatkan
di dalam batako terdapat rongga-rongga yang dapat mengurangi kekuatan batako
tersebut.

Dengan demikian dapat diperoleh kesimpulan bahwa penambaan abu jerami


memberi keefektifan dalam penggunaannya terlebih lagi dalam penghematan bahan
baku semen dan pasir yang digantikan oleh abu jerami yang lebih ramah lingkungan.

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan

1. Abu jerami padi dapat dimanfaatkan sebagai bahan alternatif dalam


pembuatan batako.
2. Abu jerami padi yang ditambahakan pada batako setelah diuji kuat tekan
menunjukkan hasil yang lebih optimal pada prosentase 3,4 % sampai 6,7 %

17 | Pressure Stregth Test Of Oryza sativa Ashes For Eco-Architecture


B. Saran

1. Penelitian ini menggunakan sempel abu jerami kurang dari 10%, sehingga
perlu juga dilakukan penelitian dengan presentase yang lebih besar atau lebih
kecil.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jenis tanah yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Andoyo, 2006. Pengaruh Penggunaan Abu Terbang Terhadap Kuat Tekan, Kuat Tarik
Dan Serapan Air Pada Mortar, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri.

Anonim, 1990, Standar SK-SNI T-15-1990-03 : Tata Cara Pembuatan Rencana


Campuran Beton Normal, Yayasan LPMB Departemen Pekerjaan Umum : Bandung.

18 | Pressure Stregth Test Of Oryza sativa Ashes For Eco-Architecture


Budi. H, 2004. Analisis Kuat Tekan Paving Block Dengan Butiran Pasir Kasar
Bergradasi Seragam dan Lolos Ayakan 2,36 – 4,75 mm Akibat Beban Pemadatan,
Skripsi, Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan , Fakultas Teknik, Universitas Negeri
Semarang : Semarang.

Hidayat, Y. S, 1986. Penelitian pendahuluan pemanfaatan Abu Terbang (Fly Ash)


untuk Campuran Beton di Indonesia, Jurnal Litbang Vol.II No. 4 – 5 April – Mei 1986
: Bandung.

Hidayat, Y. S, 1993. Penelitian Mutu Beton Abu Terbang Pada Lingkungan Yang
Aresif (Pantai dan Laut), Jurnal Litbang Vol.X No. 5 – 6 Mei – Juni 1993 : Bandung.

Husin, A. A, 1998. Semen Abu Terbang untuk Genteng Beton, Jurnal Litbang Vol. 14,
No. 1 :
Jakarta.

Mulyono, T, 2006. Teknologi Beton, Penerbit Andi :Yogyakarta.

Murdock,L. J, and Brook K. M, 2003. Bahan dan Praktek Beton, Cetakan Ketiga ,
Erlangga : Bandung

Prakoso, J, 2006. Pengaruh Penambahan Abu Terbang Terhadap Kuat Tekan dan
Serapan Air pada Conblock, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Semarang : Semarang.

UNIMED-Article-22836-Jurnal Sains Indonesia. (Online, 24 Maret 2015)

19 | Pressure Stregth Test Of Oryza sativa Ashes For Eco-Architecture

Anda mungkin juga menyukai