net/publication/323110458
CITATIONS READS
0 884
1 author:
Iman Satyarno
Universitas Gadjah Mada
56 PUBLICATIONS 98 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Financial Consequencis of Road Premature Damage : The Framework and It's Application View project
All content following this page was uploaded by Iman Satyarno on 11 February 2018.
ABSTRAK:
Pada saat ini kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh penggalian tanah persawahan
untuk bahan batu bata sudah cukup serius. Akibat buruk jangka panjang yang dikhawatirkan
adalah berkurangnya lahan subur untuk persawahan yang dapat menurunkan produksi beras.
Untuk itu perlu dicari bahan alternatif lain sebagai pengganti tanah subur persawahan yang
dapat digunakan dalam pembuatan batu bata. Makalah ini mendiskusikan hasil penelitian
penggunaan semen putih dan Styrofoam untuk pembuatan beton ringan yang disebut dengan
BATAFOAM. Berbagai macam pengujian dengan variasi komposisi campuran air, semen, pasir
dan Styrofoam telah dilakukan untuk mendapatkan kuat tekan, kuat lentur, berat jenis dan
kenampakannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak kandungan Styrofoam
yang digunakan maka berat jenis beton semakin kecil dan warna beton jadi semakin putih.
Namun kuat tekan beton dan kuat lentur beton yang didapat juga semakin kecil. Untuk
penggunaan di lapangan besarnya kandungan Styrofoam yang dapat digunakan untuk
mencapai berat jenis dengan kuat tekan tertentu akan tergantung juga dari jumlah semen yang
dipakai dalam campuran.
ABSTRACT:
A serious environmental impact has currently occurred in some places in Indonesia due
to the over exploitation of rice field soil for brick production. A long term impacts should be
anticipated that may cause a reduction of rice production. Therefore, it is necessary to find
alternative materials as substitute of rice field soil to make the brick. This paper discusses the
test results of the application of white cement and Styrofoam to make light weight concrete brick
which is called BATAFOAM. Several tests of various compositions of water, cement, sand and
Styrofoam have been carried out to find out the compressive strength, modulus of rupture, unit
weight, and the aesthetic of this light weight Styrofoam concrete. The test results show that the
more the content of Styrofoam the less the unit weight of concrete and the whiter the colour will
be. However, the concrete compressive strength and modulus of rupture also become lower and
lower. In the application, the suitable content of Styrofoam to get the intended unit weight and
compressive strength will also depend on the cement content to be used in the mixdesign.
36
Iman Satyarno Yogjykarta, 21 Juni 2004
Seminar Nasional Program Swadaya Teknik Sipil FT UGM
sebagaimana dapat terlihat pada Gambar 1. adalah untuk mengkaji pembuatan dan sifat
Pengambilan yang terusmenerus ini mekanika dari BATAFOAM sebelum digunakan
dikhawatirkan akan merusak areal persawahan di lapangan sebagai bahan dinding. Kajian
yang pada akhirnya akan menurunkan produksi yang dilakukan adalah sebagai berikut.
beras. 1) Perbandingan campuran air, semen putih,
pasir dan Styrofoam yang paling sesuai
Untuk mencegah kerusakan lahan untuk pembuatan BATAFOAM.
persawahan akibat pengambilan tanah yang 2) Sifat mekanika bahan BATAFOAM dengan
berlebihan untuk pembuatan batu bata, maka berbagai campuran tersebut di atas yang
perlu dicari alternatif bahan lain. Salah satu meliputi berat jenis, kuat tekan, dan kuat
bahan alternatif yang dapat digunakan adalah lentur.
campuran bahan air, semen putih, dan 3) Semen yang digunakan sebagai bahan
Styrofoam untuk dibuat BATAFOAM. campuran adalah semen putih, untuk itu
Styrofoam adalah suatu bahan yang terbuat diteliti juga kenampakan atau estetika dari
dari polisterin yang dikembangkan atau BATAFOAM.
expanded polysteryne yang mempunyai berat
satuan sangat ringan yaitu sekitar 13 kg/m3
sampai 15 kg/m3. Karena ringannya bahan 2. TINJAUAN PUSTAKA
Styrofoam ini, maka BATAFOAM yang
dihasilkan juga tentunya akan sangat ringan Untuk mengurangi kerusakan
bila dibandingkan dengan batu bata atau lingkungan pada areal persawahan yang subur
batako pada umumnya. akibat pengambilan tanah yang berlebihan
untuk pembuatan batu bata di Kecamatan
Karena beratnya yang ringan, maka Plered Kabupaten Bantul, Fakultas Teknik
BATAFOAM ini akan mempunyai keuntungan UGM telah melakukan suatu diversifikasi bahan
sebagai berikut. untuk pembuatan batu bata dan batako
1) Lebih mudah dalam hal pengangkutan dan [Anonim (2001)]. Batu bata yang dibuat dari
pemasangan. bahan alternatif ini disebut dengan BATAGAMA
2) Dapat lebih hemat dibiaya struktur seperti sebagai pengganti bata dan batako.
fondasi, kolom, dan balok.
3) Cocok juga digunakan pada daerah yang BATAGAMA dibuat dari beton dimana
tidak terdapat pasir seperti di Kalimantan. agregat halus atau pasir dan agregat agregat
4) Karena berat struktur berkurang, maka kasar atau kerikil yang digunakan diambil dari
beban gempa yang bekerja juga akan lebih quary yang berupa perbukitan batu apung
kecil sehingga struktur diharapakan akan (breksi batu apung) yang belum dimanfaatkan
lebih aman dan sangat cocok untuk secara optimal yang ada pada daerah tersebut
perumahan di daerah gempa. [Widiasmoro dkk (1993)]. Menurut Dinas
Pertambangan DIY (1997), diperkiraan
Tujuan dari penelitian yang dilakukan ketersediaan breksi batu apung tersebut
37
Iman Satyarno Yogjykarta, 21 Juni 2004
Seminar Nasional Program Swadaya Teknik Sipil FT UGM
mencapai 8 juta meter kubik sehingga dihasilkan akan lebih ringan dari pada beton
merupakan potensi alam yang amat biasa.
bermanfaat jika dapat digunakan dengan tepat. 3) Dengan cara membuat beton tanpa
Penelitian mengenai penggunaan bahan ini menggunakan butir-butir agregat halus atau
sebagai bahan BATAGAMA telah dilakukan di pasir yang disebut beton non pasir.
Laboratorium Bahan Bangunan Jurusan Teknik
Sipil FT UGM. Perlu dicatat di sini bahwa berat Tabel 1 memperlihatkan pembagian
jenis dari BATAGAMA ini hampir sama dengan penggunaan beton ringan berdasarkan berat
berat jenis batu bata. jenis dan kuat tekan minimum yang harus
dipenuhi. Secara garis besar kalau diringkas
Dari hasil evaluasi dapat diketahui pembagian penggunaan beton ringan dapat
bahwa harga BATAGAMA ini dapat bersaing dibagi tiga yaitu:
apabila penjualan dilakukan pada daerah 1) Untuk nonstruktur dengan berat jenis antara
sekitar quary jika ongkos pemecahan batu 240 kg/m3 sampai 800 kg/m3 dan kuat
breksi sebagai bahan pembuatan BATAGAMA tekan antara 0.35 MPa sampai 7 MPa yang
dapat ditekan. Untuk daerah-daerah lain, maka umumnya digunakan seperti untuk dinding
akan diperlukan ongkos tambahan untuk pemisah atau dinding isolasi.
transportasi bahan yang dapat menyebabkan 2) Untuk struktur ringan dengan berat jenis
kenaikan harga dan kemungkinan tidak dapat antara 800 kg/m3 sampai 1400 kg/m3 dan
bersaing dengan harga batu bata maupun kuat tekan antara 7 MPa sampai 17 MPa
batako. yang umumnya digunakan seperti untuk
dinding yang juga memikul beban.
Pada awal tahun 2004 Satyarno dkk 3) Untuk struktur dengan berat jenis antara
(2004) telah melakukan penelitian penggunaan 1400 kg/m3 sampai 1800 kg/m3 dan kuat
Styrofoam untuk membuat beton ringan yang tekan lebih dari 17 MPa yang dapat
menggunakan semen biasa atau semen Tipe I. digunakan sebagaimana beton normal.
Hasil penelitian yang didapat menunjukkan
bahwa beton dengan campuran Styrofoam ini Styrofoam
dapat mempunyai berat jenis yang jauh lebih
kecil dibandingkan dengan beton normal. Jika Styrofoam atau expanded polystyrene
beton normal mempunyai berat jenis sekitar dikenal sebagai gabus putih yang biasa
2400 kg/m3, maka beton dengan campuran digunakan untuk membungkus barang
Styrofoam dapat mempunyai berat jenis hanya elektronik. Polystyrene sendiri dihasilkan dari
sekitar 600 kg/m3. Namun kuat tekan yang styrene (C6H5CH9CH2), yang mempunyai gugus
diperoleh juga lebih kecil yaitu sekitar 1.5 MPa phenyl (enam cincin karbon) yang tersusun
sampai 2 MPa yang mana cukup kecil jika secara tidak teratur sepanjang garis karbon dari
dibandingkan dengan kuat tekan beton normal molekul. Penggabungan acak benzena
yang sekitar 20 MPa. mencegah molekul membentuk garis yang
sangat lurus sebagai hasilnya polyester
mempunyai bentuk yang tidak tetap, transparan
3. LANDASAN TEORI dan dalam berbagai bentuk plastik. Polystyrene
merupakan bahan yang baik ditinjau dari segi
Beton Ringan (Lightweight Concrete) mekanis maupun suhu namun bersifat agak
rapuh dan lunak pada suhu dibawah 100C
Ada beberapa metode yang dapat (Billmeyer , 1984). Polystyrene memiliki berat
digunakan untuk mengurangi berat jenis beton jenis sampai 1050 kg/m3, kuat tarik sampai 40
atau membuat beton lebih ringan antara lain MN/m2, modulus lentur sampai 3 GN/m2,
adalah sebagai berikut [Tjokrodimuljo, (1996)]. modulus geser sampai 0.99 GN/m2, angka
1) Dengan membuat gelembung-gelembung poisson 0.33 (Crawford, 1998).
gas/udara dalam adukan semen sehingga
terjadi banyak pori-pori udara di dalam Jika dibentuk granular Styrofoam atau
betonnya. Salah satu cara yang dapat expanded polystyrene maka berat satuannya
dilakukan adalah dengan menambah bubuk menjadi sangat kecil yaitu hanya berkisar
alumunium kedalam campuran adukan antara 13 - 16 kg/m3. Penggunaan Styrofoam
beton. dalam beton dapat dianggap sebagai udara
2) Dengan menggunakan agregat ringan, yang terjebak. Namun keuntungan
misalnya tanah liat bakar, batu apung atau menggunakan Styrofoam dibandingkan
agregat buatan sehingga beton yang menggunakan rongga udara dalam beton
38
Iman Satyarno Yogjykarta, 21 Juni 2004
Seminar Nasional Program Swadaya Teknik Sipil FT UGM
bekerja sebagai serat yang meningkatkan digunakan untuk bangunan yang artistik dan
kemampuan kekuatan dan khususnya daktilitas dekoratif serta untuk pemasangan keramik.
beton. Kerapatan beton atau berat jenis beton
dengan campuran Styrofoam dapat diatur Fungsi semen secara umum adalah
dengan mengontrol jumlah campuran untuk merekatkan butiran-butiran agregat agar
Styrofoam dalam beton. Semakin banyak terjadi suatu massa yang kompak/padat,
Styrofoam yang digunakan dalam beton maka walaupun semen hanya kira-kira mengisi 10% -
akan dihasilkan beton dengan berat jenis yang 30% dari volume beton. Kelebihan semen putih
lebih kecil. Namun kuat tekan beton yang dibanding semen portland jenis lainnya adalah
diperoleh tentunya akan lebih rendah dan hal semen putih lebih cepat mengeras karena lebih
tersebut harus disesuaikan dengan banyak mengandung silikon dioksida ( SiO2)
kegunaannya sebagaimana dijelaskan dan dapat diberi warna jika diinginkan.
sebelumnya.
BATAFOAM
Semen Putih (White Cement)
Dengan mengunakan dasar penelitian
Semen portland ialah semen hidrolis terdahulu yaitu pembuatan beton ringan yang
yang dihasilkan dengan cara menghaluskan menggunakan Styrofoam dan semen biasa
klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat [Satyarno dkk (2004)], penelitian kemudian
kalsium yang bersifat hidrolis dengan gips dikembangkan untuk membuat BATAFOAM
sebagai bahan tambahan (PUBI-1982). dengan menggunakan campuran air, semen
Kandungan silikat dan aluminat pada semen putih, pasir dan Styrofoam. Berat satuan dari
merupakan unsur utama pembentuk semen masing-masing bahan tersebut adalah sekitar
yang mana apabila bereaksi dengan air akan 1000 kg/m3, 1250 kg/m3, 1600 kg/m3, dan 15
menjadi media perekat. Media perekat ini kg/m3.
kemudian akan memadat dan membentuk
massa yang keras. Proses hidrasi terjadi bila Pasir mempunyai berat jenis, kekuatan
semen bersentuhan dengan air. Proses ini dan modulus elastis yang besar, sedangkan
berlangsung dalam 2 arah yakni keluar dan Styrofoam mempunyai berat jenis, kekuatan
kedalam, maksudnya hasil hidrasi mengendap dan modulus elastis yang kecil. Kombinasi
dibagian luar dan inti semen yang belum campuran kedua bahan ini sebagai campuran
terhidrasi dibagian dalam secara bertahap beton akan menentukan berat jenis, kuat tekan
terhidrasi. dan modulus elastisitas BATAFOAM. Makin
banyak kandungan Styrofoam dalam campuran
Semen putih merupakan salah satu maka sifat mekanika yaitu berat jenis, kuat
jenis dari semen portland yang tidak
39
Iman Satyarno Yogjykarta, 21 Juni 2004
Seminar Nasional Program Swadaya Teknik Sipil FT UGM
tekan dan modulus elastis yang disebutkan di 1) Menetapkan perbandingan pasir dan
atas akan menurun. Styrofoam serta jumlah semen per meter
kubik.
2) Menghitung kebutuhan bahan.
4. CARA PENELITIAN
Peralatan
Tahap pelaksanaan
Peralatan utama yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Pencampuran bahan adukan beton
1) Satu set ayakan / Saringan. 2) Tahap pembuatan silinder, balok lentur dan
2) Cetakan silinder beton ukuran 150 x 300 batako.
mm. 3) Perawatan benda uji
3) Cetakan balok lentur beton ukuran 150 x 4) Pengujian kuat tekan beton
150 x 600 mm. 5) Pengujian kuat lentur beton
4) Cetakan batako ukuran 100 x 200 x 400
mm. Parameter Penelitian
5) Meja sebar.
6) Mesin penggetar (siever machine). Dalam penelitian ini beton ringan dibuat
7) Kerucut konik. dari campuran semen putih dan Stryrofoam
8) Timbangan. tanpa agregat kasar. Variasi yang digunakan
9) Oven. adalah sebagai berikut.
10) Piknometer. 1) Variasi jumlah semen yang digunakan setiap
11) Gelas ukur. 1 m3 beton yaitu 250 kg, 300 kg, 350 kg, dan
12) Universal Testing Machine (UTM). 400 kg.
13) Peralatan pendukung yang lain seperti 2) Faktor air semen (fas) awal ditentukan
jangka sorong, , stopwatch, sendok spesi, sebesar 0.45, kemudian akan dinaikan
ember, cawan, sekop, cangkul dan tongkat sampai adukan mempunyai kelecekan yang
besi. cukup dengan penambahan nilai fas 2.5%.
3) Perbandingan pasir dan Stryrofoam dalam
Bahan volume campuran beton adalah sebagai
berikut 1.0 : 0.0, 0.8 : 0.2, 0.6 : 0.4, 0.4 : 0.6,
Bahan–bahan yang digunakan dalam 0.2 : 0.8 dan 0.0 : 1.0. Untuk setiap variasi
penelitian ini adalah sebagai berikut. campuran akan dibuat tiga silinder beton
1) Air dari Laboratorium Bahan Bangunan, (150 x 300 mm ), tiga balok lentur (150 x
Jurusan Teknik Sipil FT UGM. 150 x 600 mm) dan dua batako (100 x 200
2) Semen putih produksi PT. INDOCEMENT x 400 mm). Tiga silinder beton untuk
3) Styrofoam pengujian kuat tekan, tiga balok lentur untuk
4) Agregat halus(pasir) dari Sungai Progo pengujian kuat lentur dan dua batako
Yogyakarta. sebagai sampel untuk penilaian estetika dan
dekoratif. Oleh karena itu setiap variasi
Tahap Persiapan Penelitian jumlah semen akan itu dibuat 18 silinder, 18
balok lentur dan 12 batako. Dengan
1) Pemeriksaan air dan semen secara visual. demikian secara total akan dibuat benda uji
2) Pemeriksaan pasir meliputi pemeriksaan sebanyak 72 silinder, 72 balok lentur dan 48
kadar air, berat jenis, berat satuan, batako.
kandungan zat organik, kandungan lumpur,
modulus kehalusan dan gradasi pasir. Analisis Hasil
3) Pemeriksaan bahan Styrofoam meliputi
pemeriksaan berat jenis. W
4) Pemeriksaan awal nilai sebar tanpa dan
Bj
V
dengan Styrofoam untuk menentukan nilai
faktor air semen yang sesuai. Data yang didapat dari pengujian
kemudian dianalisis dengan menggunakan
Tahap Perencanaan Campuran Adukan Beton rumus-rumus sebagai berikut.
Berat jenis:
40
Iman Satyarno Yogjykarta, 21 Juni 2004
Seminar Nasional Program Swadaya Teknik Sipil FT UGM
41
Iman Satyarno Yogjykarta, 21 Juni 2004
Seminar Nasional Program Swadaya Teknik Sipil FT UGM
1500
1000
500
0
0 20 40 60 80 100
Persentase Styrofoam (%)
15
10
0
0 20 40 60 80 100
Persentase Styrofoam (%)
42
Iman Satyarno Yogjykarta, 21 Juni 2004
Seminar Nasional Program Swadaya Teknik Sipil FT UGM
3.5
Jumlah semen = 250 kg/m3
Kuat lentur (MPa) 3 Jumlah semen = 300 kg/m3
Jumlah semen = 350 kg/m3
2.5
Jumlah semen = 400 kg/m3
2
1.5
1
0.5
0
0 20 40 60 80 100
Persentase Styrofoam (%)
berat jenis antara 240 kg/m3 sampai 800 sampai 400 kg/m3.
kg/m3 maka jumlah persentase Styrofoam 3) Untuk penggunaan struktur dengan
yang dipakai harus lebih besar dari 80 %. persyaratan kuat tekan lebih besar dari 17
2) Untuk penggunaan struktur ringan dengan MPa maka jumlah presentase Styrofoam
berat jenis antara 800 kg/m3 sampai 1400 yang dipakai antara 0% sampai 20 % untuk
kg/m3 maka jumlah presentase Styrofoam kandungan semen 350 kg/m3 sampai 400
yang dipakai antara 40% sampai 80 %. kg/m3.
3) Untuk penggunaan struktur dengan berat
jenis antara 1400 kg/m3 sampai 1800 kg/m3 Kuat Lentur BATAFOAM
sebagaimana beton normal, maka jumlah
presentase Styrofoam yang dipakai antara Kuat lentur dari BATAFOAM yang
20% sampai 40 %. didapat dari penelitian untuk berbagai variasi
campuran dapat dilihat pada Gambar 4.
Kuat Tekan BATAFOAM Sebagaimana pada kuat tekan, kuat lentur
BATAFOAM juga menurun sehubungan
Kuat tekan BATAFOAM yang didapat dengan penambahan Styrofoam yang dipakai.
dari penelitian untuk berbagai variasi campuran Namun berbeda dengan kuat tekan dan berat
dapat dilihat pada Gambar 3 dan dapat jenis, batasan kuat lentur untuk beton ringan
disimpulkan sebagai berikut. belum ada ketentuannya. Untuk itu besarnya
batasan persentase Styrofoam yang akan
1) Untuk penggunaan nonstruktur dengan digunakan harus ditentukan saja dengan
persyaratan kuat tekan 0.35 MPa sampai 7 besarnya minimum kuat lentur yang diperlukan.
MPa maka jumlah persentase Styrofoam
yang dipakai adalah anta 60% sampai 100 Hubungan antara Berat Jenis dan Kuat Tekan
%.
2) Untuk penggunaan struktur ringan dengan Hubungan antara berat jenis dan kuat
persyaratan kuat tekan antara 7 MPa tekan BATAFOAM dari hasil pengujian dapat
sampai 17 MPa maka jumlah presentase dilihat pada Gambar 5. Pada gambar tersebut
Styrofoam yang dipakai antara 0% sampai tampak bahwa jumlah semen yang lebih
60 % untuk kandungan semen 250 kg/m3 banyak akan menyebabkan kekuatan yang
lebih besar pada berat jenis yang sama tetapi
43
Iman Satyarno Yogjykarta, 21 Juni 2004
Seminar Nasional Program Swadaya Teknik Sipil FT UGM
700000
600000
500000
400000
300000
0 20 40 60 80 100
Persentase Styrofoam (%)
dengan jumlah semen yang lebih sedikit. Untuk menjual barang-barang furniture dimana
itu jika berat jenisnya dibatasi, maka untuk Styrofoam yang dijual biasanya digunakan
meningkatkan kuat tekan dapat ditempuh untuk bantal. Dengan demikian harganya cukup
dengan menaikan jumlah semen yang mahal dan ada kemungkinan akan lebih murah
digunakan. Namun demikian hal ini akan jika dapat diproduksi masal khusus untuk
menyebabkan kenaikan harga karena kenaikan bahan bangunan. Harga beli Styrofoam dari
pemakaian jumlah semen. salah satu toko di Yogyakarta tersebut adalah
Rp 24000 per kg atau Rp 360000 per m3. Jika
Tinjauan Ekonomi harga pasir adalah Rp 55000/m3 dan semen
Styrofoam yang digunakan pada putih Rp 45000/sak isi 40 kg, maka perubahan
penelitian ini dibeli dari suatu toko yang harga karena digunakannya Styrofoam dapat
44
Iman Satyarno Yogjykarta, 21 Juni 2004
Seminar Nasional Program Swadaya Teknik Sipil FT UGM
45
Iman Satyarno Yogjykarta, 21 Juni 2004