PENDAHULUAN
b. Skop
c. Gerobak
d. Palu
e. Gergaji Mesin
f. Cetakan Bata
g. Cetakan
h. Timbangan
i. Karung Plastik
j. Ember
k. Open
BAB II
DASAR TEORI
Pekerjaan pasangan bata telah dikenal sejak kurang lebih 6000 tahun yang
lalu (jaman Babilonia). Peningkatan konstruksi kuno terlihat di Mesir, Roma,
Eropa, Inggris, Cina dan Indonesia (kerajaan majapahit dan sriwijaya).
Di Indonesia, sebagian pekerjaan pasangan bata menggunakan bata
merah yang dihasilkan oleh industri kecil, hal ini umumnya kekuatan mutunya
rendah serta memiliki daya serap air yang tinggi. Pembuatan bata merah mutu
tinggi dihasilkan oleh industri besar di buat setelah tahun 1970 (pelita), yaitu bata
bentuk pegal, berlubang atau berongga dan berbentuk bata lapis. Tapi bata jenis
ini jauh lebih mahal dibanding dengan bata industri kecil (4 s/d 7 kali lipat), maka
untuk kontruksi pasangan bata yang umum (dinding rumah tinggal biasa dan
sejenisnya) dipakai hasil industri kecil, meski mutunya kurang lebih 1/3 sampai
dari bata mutu tinggi.
Berbagai jenis bahan bangunan dapat dipergunakan untuk membut
didinding bangunan, tetapi bata merupakan salah satu jenis bahan untuk
pemasangan didnding yang banyak digunakan. Hal tersebut dikarenakan :
a. Dinding pemasangan bata dapat berfungsi sebagai pembagi ruangan;
b. Mampu menahan beben;
c. Isolasi terhadap panas dan suara;
d. Proteksi terhadap kebakaran dan cuaca;
e. Relatif merah dan awet;
f. Dalam bidang datar sangat fleksibel;
g. Menampilkan permukaan luas yang menarik (estetika).
Sedangkan sifat dinding pasangan bata yang menarik oleh ahli teknik dan
arsitek, sehingga sering digunakan, yaitu :
a. Kuat tekan dan lentur, kedua gaya ini menyatu menjadi gaya vertical dan
gaya horizontal;
b. Daya hantar panas yang baik, dapat menahan panas pada pasangannya
(sehingga ruangan tidak panas) kemudian mengeluarkannya pada suhu
rendah;
c. Daya sekat suara atau kedap suara;
d. Ketahanan api sampai 600C (sedangkan beton 300C);
e. Tahan terhadap pemuaian dan penyusutan (tergantung bayak bahan
perekat);
f. Tahan terhadap daya rembes iar hujan.
Dalam satu pasangan tembok bata, diperlukan kurang lebih 30% adukan
untuk mambuatnya. Dinding tersebut dibuat sedemikian, sehingga memenuhi
syarat kekuatan, keawatan dan stabilitas serta memberikan sifat yang baik
terhadap pengaruh cuaca dimana tembok itu didirikan / dibangun. Juga ditempat
yang memiliki gangguan gempa bumi, sifat tembok itu juga harus tahan terhadap
gaya-gaya horizontal.
Karena pasangan dinding bata merupakan susunan dari bata dan adukan /
mortar, maka sifat dinding tersebut dipengaruhi oleh sifat bata dan adukan
pasangannya. Oleh karena itu pengetahuan mengenai sifat bata, terutama sifat
kekuatannya perlu diketahui sehingga dapat diperkirakan kekuatan dinding
tembok yang akan dibangun / dibuat.
Disamping itu perlu diketahui cara pelaksanaan pekerjaannya, karena
walaupun bahan yang dipakai baik mutunya tetapi bila cara pelaksanaan tidak
benar maka akan menghasilkan tembok yang tidak baik. Oleh karena iti sifat suatu
dinding tembok bata tergantung dari beberapa faktor, yaitu:
a. Sifat dari bahan pembuatannya yaitu adukan (sifat mortar) sifat bata yang
dipakai untu pemasangan.
b. Cara pelaksanaan pemasangan bata.
2.2. Bahan - Bahan Penyusun Bata
2.2.1. Kapur
A. Teori Kapur
Kapur termasuk bahan bangunan yang penting. Bahan ini dipakai sejak
jaman kuno. Orang orang Mesir kuno memakai kapur untuk plester
bangunan. Di Indonesia kapur juga sudah lama dikenal sebagai bahan
ikat, dalam pembuatan tembok, pilar dan sebagainya.
B. Sifat Sifat Kapur
Sifat sifat kapur sebagai bahan bangunan (bahan ikat) yaitu:
a. Mempunyai sifat plastis yang baik (tidak getas);
b. Sebagai mortel, memberi kekuatan pada tembok;
c. Dapat mengeras dengan mudah dan cepat;
d. Mudah dikerjakan;
e. Mempunyai ikatan yag bagus dengan batu dan bata.
C. Pemakaian
Kapur dapat dipakai untuk keperluan sbb:
a. Sebagai bahan ikat pada mortel;
b. Sebagai bahan ikat pada beton. Bila dipakai bersama sama Semen
Portland, sifatnya menjadi lebih baik dan dapat mengurangi
kebutuhan semen;
c. Sebagai bantuan, jika berbentuk batu kapur;
d. Sebagai bahan pemutih.
2.2.4. Air
Air merupakan salah satu unsur penting sebagai bahan penyusun
bata beton. Agar kestabilan dan kekuatan campuran bata beton terpenuhi,
maka salah satu cara adalah dengan meninjau atau menetapkan faktor air
semen (f.a.s) yang digunakan dalam adukan. Air berfungsi untuk reaksi
semen memulai pengikatan serta menjadi pelumas antara butir-butir
agregat agar dapat mudah dikerjakan dan di padatkan. Untuk bereaksi
dengan semen, air yang diperlukan hanya sekitar 25% berat semen saja,
namun dalam kenyataannya nilai faktor air semen (fas) yang dipakai sulit
kurang 0,35.
Kelebihan air yang dipakai sebagai pelumas ini tidak boleh terlalu
banyak karena kekuatan beton akan rendah. Faktor air semen merupakan
konstanta pembanding antara jumlah air bebas dan berat semen. Semakin
kecil nilai faktor air semen dalam adukan maka tingkat kekentalan adukan
semakin tinggi. Hal ini menyebabkan sifat adukan tidak mudah untuk
dikerjakan, sifat susut adukan menjadi kecil dan tingkat kekuatan tekan
adukan semakin tinggi. Pengunaan air dalam campuran bata beton
sebaiknya memenuhi syarat yang tercantum dalam PUBI 1982 sebagai
berikut :
1) Air harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak, dan benda
terapung lainnya lebih dari 2 gram per liter;
2) Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan merusak beton
(asamasam,zat organik dsb) lebih dari 15 gram per liter;
3) Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram per liter.
Air perawatan dapat menggunakan air yang dipakai untuk
pengadukan, tetapi harus yang tidak menimbulkan noda atau endapan yang
merusak warna permukaan
KuatTekan (f) = P / A
Keterangan :
f = Kuat tekan bata beton (MPa)
P = Beban Tekan (N)
A = Luas Penampang (cm2)
c. Penyerapan air
Untuk pengujian penyerapan air, dipakai 5 variabel benda
uji dengan masing - masing 3 buah benda uji dalam keadaan utuh.
Alat yang dipakai dalam pengujian ini: timbangan yang dapat
menimbang teliti sampai 0,5 persen dari berat benda uji dan dapur
pengeringan/oven yang dapat mencapai suhu kurang lebih 1050C.
Langkah pengujian penyerapan sebagai berikuT.
Benda uji dalam keadaan seutuhnya direndam dalam
keadaan bersih, suhu ruangan selama 24 jam. Kemudian benda uji
diangkat dan air sisanya dibiarkan meniris kurang lebih selama 1
menit, lalu benda-benda uji diseka permukaannya dengan kain
basah, untuk menyeka kelebihan air yang masih tertinggal. Benda
uji kemudian ditimbang (A). Setelah itu benda uji coba dikeringkan
di dalam dapur pengeringan pada suhu kurang lebih 1050 C,
sampai beratnya pada 2 kali penimbangan tidak berselisih lebih
dari 0,2% dari penimbangan yang terdahulu. Selisih penimbangan
(A) dan (B) adalah jumlah penyerapan air, dan harus dihitung
berdasarkan persen berat.
Penyerapan air = (( A B ) / B ) x 100 %
BAB III
PEMBAHASAN
A. Teori Dasar
Pemilihan papan yang lurus tanpa retak, untuk menghindari rembesnya FAS
(Faktor Air Semen) pada saat pengecoran, di buat persegi panjang, seperti cetakan
batako pada umumnya.
B. Tujuan khusus
a. Mengetahui teknik pelaksanaan pembuatan cetakan bata dengan bahan
papan.
b. mengetahui, mengenal serta dapat mempergunakan alat sebagaimana
fungsinya.
D. Analisa Bahan
Dalam menganalisa kebutuhan bahan pada pengerjaan pasangan bata yang harus
di perhitungkan yaitu kebutuhan jumlah papan yang dipergunakan.
Diketahui :
Ukuran bata = 8 cm x 10 cm x 20 cm
Ditanya :
Kebutuhan papan ?
Penyelesaian
Perhitungan kebutuhan cetakan bata
Ukuran 1 buah cetakan :
t = 8 cm
l = 10 cm a = 10 cm a = 14 cm
p = 20 cm
b = 24 cm
E. Langkah Kerja
1. Siapkan semua alat dan bahan yang akan dipergunakan, letakan didekat
tempat atau lokasi pemasangan dengan jarak kira-kira 70 80 cm dari
bidang pekerjan.
2. Persiapkan alat dan bahan sesuai dengan analisa perhitungan.
3. Potong papan sesuai perhitungan.
4. Buat cetakan sebanyak 3 buah.
E. Gambar Kerja
JOB II
PERENDAMAN DAN PENGERINGAN WOL KAYU
A. Teori
Perendaman dan pengeringan wol kayu dilakukan untuk mengetahui
kadar air wol kayu awal (sebelum proses mineralisasi), pemeriksaan kadar air wol
kayu akhir (setelah proses mineralisasi) dan pemeriksaan berat isi wol kayu dalam
keadaan longgar.
B. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui kadar air dari wol kayu
b. Untuk mensterilisasi wol kayu, sehingga didapat berat bersih dari wol
kayu tersebut
D. Analisa Bahan
Diketahui : Persentase kebutuhan bahan = 10%
Ditanya :
Kebutuhan wol kayu
Penyelesaian :
Menghitungan Kebutuhan Bahan
Kebutuhan Spesi
Volume Cetakan = P x L x T
= (20 x 10 x 8) cm
= 1600 cm3 x 3 buah = 4800 cm3=0,0048 m3
1 m3 = 1000 kg
0,0048 m3 = 4,8 kg
Kebutuhan Wol Kayu
4,8 kg x 10 % = 0,48 Kg (10% merupakan perbandingan kebutuhan bahan)
E. Langkah kerja
Adapun langkah kerjanya sebagai berikut :
1. Mengambil bahan (wol kayu) ke lokasi mebel di Jalan Tanjung Raya
2(Komplek Cendana Permai 1);
2. Merendam wol kayu selama 2 x 24 jam.
o hari pertama tanggal 11 april pukul 15.15 perendaman wol kayu di lab.
o hari kedua pukul 15.15 penggantian air yang lama dengan air yang
baru.
3. Setelah perendaman wol kayu 2 x 24 jam, wol kayu kemudian ditus kan
dan dilakukan timbangan;
4. Melakukan timbangan:
o Berat kering yang di pakai = 0,48 kg
o Berat kering yang di tuskan = 2.3 kg
5. Setelah di tuskan, wol kayu di hamparkan didalam 3 cetakan, kemudian
diopen. Dan didapatkan berat kering yang diopen = 0,39 kg
F. Gambar kerja
Perendaman
Pengeringan
JOB III
PEMBUATAN BENDA UJI
A. Dasar Teori
Pada proses pengadukan, kapur dan wol kayu dicampur terlebih dahulu
hingga pollen. Penggunaan air secukupnya, tidak boleh terlalu basah seperti
pembuatan mortar beton pada umumnya.
B. Tujuan khusus
Mengetahui proses pengadukan dan pengisian mortar batako ke dalam cetakan.
E. Langkah kerja
Adapun langkah kerjanya, sebagai berikut:
1. Sediakan bahan yang sudah disediakan dan ditimbang sebelumnya.
2. Siapkan wadah untuk mengaduk bahan.
3. Pertama kali masukan wol kayu terlebih dahulu, campur air dan kapur
secara perlahan sampai menyatu. Kapur yang dituang hanya seperlunya
sekitar 4 gelas besar.
4. Setelah itu masukan spesi.
5. Setelah semua bahan tercampur, masukan campuran bata ke dalam
cetakan. Sebelumnya, cetakan bata diolesi oli.
STEP 1
F. Gambar kerja
STEP 2 STEP 3
STEP 4 STEP 6
STEP 5
STEP 7 STEP 8
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian yang dilakukan mengenai
pengaruh penggunaan limbah spesi sisa mortar perekat batako dan limbah wol
kayu sisa dari hasil ketaman kayu sebagai pengganti agregat batako, adalah
sebagai berikut.
B. SARAN