Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Batako ringan merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak
alternatif pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen
Portland dan air dengan perbandingan antara semen dan pasir dengan ratio 1:7.
Batako ringan difokuskan sebagai konstruksi dinding bangunan nonstruktural.
Supribadi (1986 : 5) mengatakan bahwa Batako ringan adalah semacam batu
cetak yang terbuat dari campuran tras, kapur, dan air atau dapat dibuat dengan
campuran semen, kapur, pasir dan ditambah air yang dalam keadaan pollen
(lekat) dicetak menjadi balok-balok dengan ukuran tertentu. Bentuk dari Batako
ringan/batu cetak itu sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu batu cetak yang
berlubang (hollow block) dan batu cetak yang tidak berlubang (solid block) serta
mempunyai ukuran yang bervariasi.
Batako ringan dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan
tentang pengertian Batako ringan adalah salah satu bahan bangunan yang berupa
batu-batuan yang pengerasannya tidak dibakar dengan bahan pembentuk yang
berupa campuran pasir, semen, air dan dalam pembuatannya dapat ditambahkan
dengan bahan lainnya (additive). Kemudian dicetak melalui proses pemadatan
sehingga menjadi bentuk balok-balok dengan ukuran tertentu dan dimana proses
pengerasannya tanpa melalui pembakaran serta dalam pemeliharaannya
ditempatkan pada tempat yang lembab atau tidak terkena sinar matahari
langsung atau hujan, tetapi dalam pembuatannya dicetak sedemikian rupa hingga
memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding.
Dalam pembentukan batako ringan yang selama ini menggunakan
perbandingan antara semen dan pasir dengan ratio 1:7 merupakan komposisi
yang cukup besar dalam hal ongkos produksinya, kita daapat mengurangi
ongkos produksi dari batako ringan tersebut dengan cara menggantikan
komposisi batako ringan itu sendiri. Dalam hal ini kita dapat mencoba proses
pembuatan batako ringan dengan menggunakan bahan limbah sisa spesi batako
dan limbah wol kayu dengan menggantikan komposisi yang sudah ada. Selain
mengurangi ongkos produksi batako ringan juga dapat memanfaatkan sisa-sisa
spesi batako dari proyek-proyek dan limbah wol kayu meubel-meubel kayu
sehingga dapat mengurangi limbah-limbah tersebut.

1.2. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Menentukan seberapa besar kekuatan dari limbah wol kayu dan limbah
spesi sebagai pengganti agregat halus dengan campuran kapur sebagai
bahan pengikat terhadap kuat tekan bata.
b. Mencari solusi sebagai bahan pengganti bata murni untuk praktek kerja
mahasiswa di bengkel sipil Politeknik Negeri Pontianak.

1.3. Keselamatan Kerja Dan Instruksi Umum


A. Keselamatan kerja
1) Sebaiknya alat yang tidak dipergunakan lagi di taruh / diketepikan
agar tidak terpijak oleh kaki;
2) Gunakanlah alat sebagai mestinya agar tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan;
3) Jangan bergurau pada saat bermain main dengan alat yang berat
dan tajam dalam pelaksanaan praktek.
B. Instruksi Umum
Dalam pengerjaan pembuatan bata terdapat tahapan yang harus
diketahui, yaitu:
1) Menghitungan Kebutuhan Bahan
a. Kebutuhan Spesi
Volume Cetakan = P x L x T
= (20 x 10 x 8) cm
= 1600 cm3 x 3 buah = 4800 cm3=0,0048 m3
1 m3 = 1000 kg
0,0048 m3 = 4,8 kg
b. Kebutuhan Wol Kayu
4,8 kg x 10 % = 0,48 Kg
(10% merupakan perbandingan kebutuhan bahan)
2) Menyediakan Kebutuhan Bahan
a. Mengambil limbah spesi dari pembangunan ruko yang ada di
Jalan Ketapang.
b. Mengambil limbah rol kayu yang ada di meubel Jalan Tanjung
Raya.

1.4. Alat dan Bahan


Alat alat yang digunakan dalam praktek ini antara lain:
a. Sendok spesi

b. Skop
c. Gerobak

d. Palu

e. Gergaji Mesin

f. Cetakan Bata
g. Cetakan

h. Timbangan

i. Karung Plastik

j. Ember
k. Open
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Pengertian Batu Bata


Batu bata adalah sebuah gumpalan batu yang dibuat dari campuran tanah
liat dan tanah abu yang dibakar dan dibentuk seperti balok sebagai bahan pokok
membuat suatu bangunan ataupun konstruksi.
Menurut NI-10, SII-0021-78 Batu bata adalah bahan bangunan yang
diperuntukkan untuk kontruksi, dibuat dari tanah liat atau tanpa campuran bahan
lain, dibakar dengan suhu yang tinggi, sehinga tidak mudah hancur bila
direndam.
Batu bata merupakan salah satu bahan material sebagai bahan pembuat
dinding. Batu bata terbuat dari tanah liat yang dibakar sampai berwarna kemerah
merahan. Seiring perkembangan teknologi, penggunaan batu bata semakin
menurun. Munculnya material-material baru seperti gipsum dan bambu yang telah
diolah, cenderung lebih dipilih karena memiliki harga lebih murah dan secara
arsitektur lebih indah.
Batu Bata dalam sebuah bangunan rumah memiliki peranan yang sangat
vital, seindah apapun rumah tanpa batu bata belum bisa dikatakan sebuah rumah.
Namun seiring perkembangan arsitektur, batu bata tak hanya sebatas pelindung
sebuah rumah semata, kini peranan batu bata bergeser kearah yang lebih luas.
Disini akan dikenalkan bahan-bahan yang biasa digunakan untuk
pekerjaan batu baik itu material utama maupun material dari bahan perekat batu
tersebut. Macam macam jenisnya yaitu:
A. Bata merah
Bata merah adalah suatu unsur bangunan yang terbuat dari tanah liat
dengan atau tanpa bahan tambahan seperti serbuk gergaji, sekam padi
atau pasir. Tanah liat ini dicetak berbentuk balok balok, lalu dibakar
dengan C untuk mengeraskannya, sehingga tidak dapat hancur
temperatur 1050 lagi bila direndam dalam air.
Penimbunan dilapangan harus diberi lantai dengan jarak 30 cm dari
permukaan tanah. Bata disusun berdiri arah lebarnya dan disusun
berselang seling empat buah empat buah. Ketinggian penyusunan
max 2 m ini untuk memudahkan dalam pengambilan. Diatasnya ditutup
dengan kain terpal atau plastik agar air hujan tidak terserap oleh bata
merah.
B. Super bata
Super bata adalah bahan bangunan yang bentuk dan kegunaannya sama
dengan bata merah. Super bata juga terbuat dari tanah liat dan dicampur
dengan pasir halus. Pembuatannya melalui proses mekanis, oleh
karenanya super bata mempunyai permukaan halus dengan ukuran yang
sama. Biasanya bata ini dibuat tidak penuh, tapi berlobang sehingga
dapat menghemat bahan baku dan menghasilkan ikatan yang kuat dengan
mortar. Karena Super bata mempunyai permukaan yang halus, maka pada
pemakaiannya kita tidak memerlukan plesteran lagi. Dan juga karena
bentuknya yang bervariasi, maka dapat dibuat pemasangannya yang
artisrik.
C. Batu cetak
Batu cetak adalah suatu bahan bangunan yang diproduksi oleh
masyarakat kita, terbuat dari trus dan kapur dengan perbandingan 5 : 1.
Banyak keuntungan yang dapat kita ambil dari pemakaian batu cetak ini,
umpamanya untuk pemasangan 1 m2 dinding lebih sedikit jumlah batu
yang diperlukan, dan juga mengurangi keperluan mortar sampai 30 50
%. Berat pasangan jauh lebih ringan dari konstruksi bata merah bias 50
% lebih ringan, sehingga tidak diperlukan lagi pondasi yang tidak terlalu
dalam. Disebabkan oleh bentuk batu cetakan yang beraneka macam,
sehingga menarik, dan karena itu pula, dinding tidak usah diplester
karena ini sudah cukup menarik. Komposisi mortar untuk pemasangan
batu cetak ini harus sama dengan komposisi bahan batu cetak itu sendiri,
sehingga dapat menghasilkan ikatan yang baik antara mortar dan batu
cetak.
D. Batako press
Batako press ini terbuat dari adukan kapur, pasir, tras dan semen,
pencetakannya dengan mesin press, dibuat berlobang untuk menghemat
bahan dan juga untuk isolasi suara dan panas. Dan biasanya tembok
sebelah luar tidak diplester lagi, kecuali bagian dalam dinding.

Pekerjaan pasangan bata telah dikenal sejak kurang lebih 6000 tahun yang
lalu (jaman Babilonia). Peningkatan konstruksi kuno terlihat di Mesir, Roma,
Eropa, Inggris, Cina dan Indonesia (kerajaan majapahit dan sriwijaya).
Di Indonesia, sebagian pekerjaan pasangan bata menggunakan bata
merah yang dihasilkan oleh industri kecil, hal ini umumnya kekuatan mutunya
rendah serta memiliki daya serap air yang tinggi. Pembuatan bata merah mutu
tinggi dihasilkan oleh industri besar di buat setelah tahun 1970 (pelita), yaitu bata
bentuk pegal, berlubang atau berongga dan berbentuk bata lapis. Tapi bata jenis
ini jauh lebih mahal dibanding dengan bata industri kecil (4 s/d 7 kali lipat), maka
untuk kontruksi pasangan bata yang umum (dinding rumah tinggal biasa dan
sejenisnya) dipakai hasil industri kecil, meski mutunya kurang lebih 1/3 sampai
dari bata mutu tinggi.
Berbagai jenis bahan bangunan dapat dipergunakan untuk membut
didinding bangunan, tetapi bata merupakan salah satu jenis bahan untuk
pemasangan didnding yang banyak digunakan. Hal tersebut dikarenakan :
a. Dinding pemasangan bata dapat berfungsi sebagai pembagi ruangan;
b. Mampu menahan beben;
c. Isolasi terhadap panas dan suara;
d. Proteksi terhadap kebakaran dan cuaca;
e. Relatif merah dan awet;
f. Dalam bidang datar sangat fleksibel;
g. Menampilkan permukaan luas yang menarik (estetika).
Sedangkan sifat dinding pasangan bata yang menarik oleh ahli teknik dan
arsitek, sehingga sering digunakan, yaitu :
a. Kuat tekan dan lentur, kedua gaya ini menyatu menjadi gaya vertical dan
gaya horizontal;
b. Daya hantar panas yang baik, dapat menahan panas pada pasangannya
(sehingga ruangan tidak panas) kemudian mengeluarkannya pada suhu
rendah;
c. Daya sekat suara atau kedap suara;
d. Ketahanan api sampai 600C (sedangkan beton 300C);
e. Tahan terhadap pemuaian dan penyusutan (tergantung bayak bahan
perekat);
f. Tahan terhadap daya rembes iar hujan.
Dalam satu pasangan tembok bata, diperlukan kurang lebih 30% adukan
untuk mambuatnya. Dinding tersebut dibuat sedemikian, sehingga memenuhi
syarat kekuatan, keawatan dan stabilitas serta memberikan sifat yang baik
terhadap pengaruh cuaca dimana tembok itu didirikan / dibangun. Juga ditempat
yang memiliki gangguan gempa bumi, sifat tembok itu juga harus tahan terhadap
gaya-gaya horizontal.
Karena pasangan dinding bata merupakan susunan dari bata dan adukan /
mortar, maka sifat dinding tersebut dipengaruhi oleh sifat bata dan adukan
pasangannya. Oleh karena itu pengetahuan mengenai sifat bata, terutama sifat
kekuatannya perlu diketahui sehingga dapat diperkirakan kekuatan dinding
tembok yang akan dibangun / dibuat.
Disamping itu perlu diketahui cara pelaksanaan pekerjaannya, karena
walaupun bahan yang dipakai baik mutunya tetapi bila cara pelaksanaan tidak
benar maka akan menghasilkan tembok yang tidak baik. Oleh karena iti sifat suatu
dinding tembok bata tergantung dari beberapa faktor, yaitu:
a. Sifat dari bahan pembuatannya yaitu adukan (sifat mortar) sifat bata yang
dipakai untu pemasangan.
b. Cara pelaksanaan pemasangan bata.
2.2. Bahan - Bahan Penyusun Bata
2.2.1. Kapur
A. Teori Kapur
Kapur termasuk bahan bangunan yang penting. Bahan ini dipakai sejak
jaman kuno. Orang orang Mesir kuno memakai kapur untuk plester
bangunan. Di Indonesia kapur juga sudah lama dikenal sebagai bahan
ikat, dalam pembuatan tembok, pilar dan sebagainya.
B. Sifat Sifat Kapur
Sifat sifat kapur sebagai bahan bangunan (bahan ikat) yaitu:
a. Mempunyai sifat plastis yang baik (tidak getas);
b. Sebagai mortel, memberi kekuatan pada tembok;
c. Dapat mengeras dengan mudah dan cepat;
d. Mudah dikerjakan;
e. Mempunyai ikatan yag bagus dengan batu dan bata.
C. Pemakaian
Kapur dapat dipakai untuk keperluan sbb:
a. Sebagai bahan ikat pada mortel;
b. Sebagai bahan ikat pada beton. Bila dipakai bersama sama Semen
Portland, sifatnya menjadi lebih baik dan dapat mengurangi
kebutuhan semen;
c. Sebagai bantuan, jika berbentuk batu kapur;
d. Sebagai bahan pemutih.

2.2.2. Limbah Spesi


Spesi batako adalah salah satu limbah yang bersifat anorganik yang
merupakan limbah yang biasanya ditemukan di proyek-proyek konstruksi
gedung dan rumah. Spesi batako ini merupakan sisa dari mortar perekat
batako pada pekerjaan pemasangan dinding.
Limbah ini juga belum pernah dimanfaatkan kembali, sehingga perlu
sebuah alternatif yang bisa menggunakan limbah spesi ini dalam jumlah
banyak, karena limbah ini bersifat anorganik dan sukar mengurai. Limbah
spesi ini memiliki komponen semen dan pasir, dan memungkinkan untuk
penggunaan kembali limbah ini sebagai pengganti agregat pengisi batako.

2.2.3. Wol Kayu


Wol kayu adalah salah satu jenis bahan limbah yang bersifat organik
yang merupakan limbah yang terdapat pada lingkungan industri
penggergajian kayu atau pengrajin furniture yang saat ini belum optimal
pemanfaatannya. Wol kayu adalah serpihan dari kayu yang berasal dari
kayu yang diampas dengan mesin pengamplas. Wol yang akan digunakan
memerlukan pengolahan yang disebut proses mineralisasi. Proses ini
digunakan untuk mengurangi zat ekstraktifnya seperti gula, tanin dan
asam-asam organik dari tumbuh-tumbuhan agar daya lekatan dan
pengerasan semen tidak terganggu. Pemeriksaan yang dilakukan pada wol
adalah pemeriksaan kadar air wol kayu awal (sebelum proses
mineralisasi), pemeriksaan kadar air wol kayu akhir (setelah proses
mineralisasi) dan pemeriksaan berat isi wol kayu dalam keadaan longgar.
Wol kayu merupakan limbah industri kayu yang ternyata dapat digunakan
sebagai zat penyerap. Dimana proses kimianya adalah sebagai berikut:

Dilihat dari reaksi di atas bahwa serbuk gergaji yang banyak


mengandung selulosa setelah direndam dengan larutan kapur 5% selama
24 jam akan membentuk kalsium karbonat sebagai zat perekat
(tobermorite) yang apabila bereaksi dengan semen akan semakin
merekatkan butir-butir agregat sehingga terbentuk massa yang kompak
dan padat. (Ida Nurwati,2006).
Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, juga
merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang
sesuai dengan kemajuan teknologi. Pengertian kayu di sini adalah suatu
bahan yang diperoleh dari hasil pemungutan pohonpohon di hutan, yang
merupakan bagian dari pohon tersebut, serta diperhitungkan bagian mana
yang lebih banyak dapat dimanfaatkan untuk sesuatu tujuan penggunaan.
Demikian halnya dengan wol kayu pengergajian merupakan salah satu
jenis partikel kayu yang berukuran 2 cm 6 cm, bobotnya sangat ringan
dalam keadaan kering dan mudah diterbangkan oleh angin. (Dumanauw, J.
F, 1990).

2.2.4. Air
Air merupakan salah satu unsur penting sebagai bahan penyusun
bata beton. Agar kestabilan dan kekuatan campuran bata beton terpenuhi,
maka salah satu cara adalah dengan meninjau atau menetapkan faktor air
semen (f.a.s) yang digunakan dalam adukan. Air berfungsi untuk reaksi
semen memulai pengikatan serta menjadi pelumas antara butir-butir
agregat agar dapat mudah dikerjakan dan di padatkan. Untuk bereaksi
dengan semen, air yang diperlukan hanya sekitar 25% berat semen saja,
namun dalam kenyataannya nilai faktor air semen (fas) yang dipakai sulit
kurang 0,35.
Kelebihan air yang dipakai sebagai pelumas ini tidak boleh terlalu
banyak karena kekuatan beton akan rendah. Faktor air semen merupakan
konstanta pembanding antara jumlah air bebas dan berat semen. Semakin
kecil nilai faktor air semen dalam adukan maka tingkat kekentalan adukan
semakin tinggi. Hal ini menyebabkan sifat adukan tidak mudah untuk
dikerjakan, sifat susut adukan menjadi kecil dan tingkat kekuatan tekan
adukan semakin tinggi. Pengunaan air dalam campuran bata beton
sebaiknya memenuhi syarat yang tercantum dalam PUBI 1982 sebagai
berikut :
1) Air harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak, dan benda
terapung lainnya lebih dari 2 gram per liter;
2) Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan merusak beton
(asamasam,zat organik dsb) lebih dari 15 gram per liter;
3) Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram per liter.
Air perawatan dapat menggunakan air yang dipakai untuk
pengadukan, tetapi harus yang tidak menimbulkan noda atau endapan yang
merusak warna permukaan

2.2.5. Pengujian Kuat Tekan dan Penyerapan Air Bata


Pengujian bata beton pada penelitian ini berdasarkan dari ketentuan
SNI 0303491989. Berdasarkan SNI 0303491989 pengujian
menggunakan langkah langkah sebagai berikut :
1. Pengukuran benda uji
Untuk mengetahui ukuran contoh, di gunakan 5 (lima) variabel benda
uji yang utuh. Alat ukur yang digunakan adalah kaliper / mistar sorong
yang dapat mengukur teliti sampai 1 mm, setiap pengukuran panjang,
lebar, tebal bata beton, dilakukan paling sedikit 3 (tiga) kali pada
tempat yang berbeda-beda, kemudian dihitung harga ratarata dari
ketiga pengukuran tersebut. Harga pengukuran dari 5 (lima) variabel
benda uji, dilaporkan mengenai ukuran ratarata dan
penyimpangannya.
2. Untuk pengujian kuat tekan dipakai 3 variabel benda uji dengan
masing masing 3 buah benda uji yang sudah di uji ukurannya.
Pengujian kuat tekan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
a. Meratakan/menerapkan bidang tekan
Bahan penerapan dibuat dari 1 adukan semen Portland ditambah 1
atau 2 bagian pasir halus lolos ayakan 0,3 mm. bidang tekan benda
uji (2 bagian) diterap dengan adukan semen sedemikian rupa
sehingga terdapat bidang yang rata dan sejajar satu dengan lainnya.
Tebal dari lapisan penerap kurang lebih 3 mm. benda uji ditentukan
kuat tekannya apabila pengerasan lapisan penerap sedikitnya telah
berumur 3 hari.
b. Penentuan kuat tekan
Arah tekanan pada bidang tekan benda uji disesuaikan dengan arah
tekanan beban didalam pemakaian. Benda uji dibuat dalam bentuk
kubus dan benda uji yang telah siap ditentukan kuat tekannya
dengan mesin tekan yang dapat diatur kecepatan penekanannya.
Kecepatan penekanan dari mulai member beban sampai benda uji
diatur sehingga tidak kurang dari 1 menit dan tidak lebih dari 2
menit. Kuat tekan benda uji dihitung dengan membagi beban
maksimum (pada waktu benda hancur), dengan luas bidang tekan
bruto, dinyatakan dalam kg/cm2. Kuat tekan tadi dilaporkan
masing-masing untuk setiap benda uji dan juga harga rata-rata dari
5 variabel benda uji dengan maing-masing 3 buah benda uji.

KuatTekan (f) = P / A

Keterangan :
f = Kuat tekan bata beton (MPa)
P = Beban Tekan (N)
A = Luas Penampang (cm2)
c. Penyerapan air
Untuk pengujian penyerapan air, dipakai 5 variabel benda
uji dengan masing - masing 3 buah benda uji dalam keadaan utuh.
Alat yang dipakai dalam pengujian ini: timbangan yang dapat
menimbang teliti sampai 0,5 persen dari berat benda uji dan dapur
pengeringan/oven yang dapat mencapai suhu kurang lebih 1050C.
Langkah pengujian penyerapan sebagai berikuT.
Benda uji dalam keadaan seutuhnya direndam dalam
keadaan bersih, suhu ruangan selama 24 jam. Kemudian benda uji
diangkat dan air sisanya dibiarkan meniris kurang lebih selama 1
menit, lalu benda-benda uji diseka permukaannya dengan kain
basah, untuk menyeka kelebihan air yang masih tertinggal. Benda
uji kemudian ditimbang (A). Setelah itu benda uji coba dikeringkan
di dalam dapur pengeringan pada suhu kurang lebih 1050 C,
sampai beratnya pada 2 kali penimbangan tidak berselisih lebih
dari 0,2% dari penimbangan yang terdahulu. Selisih penimbangan
(A) dan (B) adalah jumlah penyerapan air, dan harus dihitung
berdasarkan persen berat.
Penyerapan air = (( A B ) / B ) x 100 %
BAB III
PEMBAHASAN

JOB I PEMBUATAN CETAKAN

A. Teori Dasar
Pemilihan papan yang lurus tanpa retak, untuk menghindari rembesnya FAS
(Faktor Air Semen) pada saat pengecoran, di buat persegi panjang, seperti cetakan
batako pada umumnya.

B. Tujuan khusus
a. Mengetahui teknik pelaksanaan pembuatan cetakan bata dengan bahan
papan.
b. mengetahui, mengenal serta dapat mempergunakan alat sebagaimana
fungsinya.

C. Peralatan dan Bahan


Peralatan yang diperlukan:
1. Gergaji Mesin
2. Palu
Bahan yang diperlukan:
1. Papan
2. Paku

D. Analisa Bahan
Dalam menganalisa kebutuhan bahan pada pengerjaan pasangan bata yang harus
di perhitungkan yaitu kebutuhan jumlah papan yang dipergunakan.

Diketahui :
Ukuran bata = 8 cm x 10 cm x 20 cm

Ditanya :
Kebutuhan papan ?
Penyelesaian
Perhitungan kebutuhan cetakan bata
Ukuran 1 buah cetakan :
t = 8 cm
l = 10 cm a = 10 cm a = 14 cm
p = 20 cm

b = 24 cm

Alas cetakan = uk. 24 cm x 14 cm = 1 x 24 cm = 24 cm ( tebal kayu 2 cm);


Sisi a = uk. 10 cm x 8 cm. 2 buah = 2 x 10 cm = 20 cm (lebar papan 14 cm);
Sisi b = uk. 24 cm x 8 cm = 2 x 24cm = 48 cm ( tebal kayu 2 cm).
Jadi, kebutuhan papan untuk 1 buah cetakan adalah 24 cm + 16 cm + 48
cm = 102 cm. Dan untuk keseluruhan cetakan sebanyak 3 buah, kebutuhan
bahannya adalah 3 x 102 cm =276 cm = 2,76 m.
Uk. papan = 2 / 20 x 3 m.
Kebutuhan papan sebanyak 1 buah.

E. Langkah Kerja
1. Siapkan semua alat dan bahan yang akan dipergunakan, letakan didekat
tempat atau lokasi pemasangan dengan jarak kira-kira 70 80 cm dari
bidang pekerjan.
2. Persiapkan alat dan bahan sesuai dengan analisa perhitungan.
3. Potong papan sesuai perhitungan.
4. Buat cetakan sebanyak 3 buah.

E. Gambar Kerja
JOB II
PERENDAMAN DAN PENGERINGAN WOL KAYU

A. Teori
Perendaman dan pengeringan wol kayu dilakukan untuk mengetahui
kadar air wol kayu awal (sebelum proses mineralisasi), pemeriksaan kadar air wol
kayu akhir (setelah proses mineralisasi) dan pemeriksaan berat isi wol kayu dalam
keadaan longgar.

B. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui kadar air dari wol kayu
b. Untuk mensterilisasi wol kayu, sehingga didapat berat bersih dari wol
kayu tersebut

C. Peralatan dan Bahan


Peralatan yang diperlukan:
1. Cetakan
2. Timbangan
3. Ember/Bak
4. Gerobak Dorong
5. Karung
6. Open
Bahan yang diperlukan:
1. Wol Kayu
2. Air

D. Analisa Bahan
Diketahui : Persentase kebutuhan bahan = 10%
Ditanya :
Kebutuhan wol kayu
Penyelesaian :
Menghitungan Kebutuhan Bahan
Kebutuhan Spesi
Volume Cetakan = P x L x T
= (20 x 10 x 8) cm
= 1600 cm3 x 3 buah = 4800 cm3=0,0048 m3
1 m3 = 1000 kg
0,0048 m3 = 4,8 kg
Kebutuhan Wol Kayu
4,8 kg x 10 % = 0,48 Kg (10% merupakan perbandingan kebutuhan bahan)

E. Langkah kerja
Adapun langkah kerjanya sebagai berikut :
1. Mengambil bahan (wol kayu) ke lokasi mebel di Jalan Tanjung Raya
2(Komplek Cendana Permai 1);
2. Merendam wol kayu selama 2 x 24 jam.
o hari pertama tanggal 11 april pukul 15.15 perendaman wol kayu di lab.
o hari kedua pukul 15.15 penggantian air yang lama dengan air yang
baru.
3. Setelah perendaman wol kayu 2 x 24 jam, wol kayu kemudian ditus kan
dan dilakukan timbangan;
4. Melakukan timbangan:
o Berat kering yang di pakai = 0,48 kg
o Berat kering yang di tuskan = 2.3 kg
5. Setelah di tuskan, wol kayu di hamparkan didalam 3 cetakan, kemudian
diopen. Dan didapatkan berat kering yang diopen = 0,39 kg
F. Gambar kerja
Perendaman

Pengeringan
JOB III
PEMBUATAN BENDA UJI

A. Dasar Teori
Pada proses pengadukan, kapur dan wol kayu dicampur terlebih dahulu
hingga pollen. Penggunaan air secukupnya, tidak boleh terlalu basah seperti
pembuatan mortar beton pada umumnya.

B. Tujuan khusus
Mengetahui proses pengadukan dan pengisian mortar batako ke dalam cetakan.

C. Peralatan dan Bahan


Peralatan yang diperlukan:
1. Cetakan
2. Sendok Spesi
3. Gelas Plastik Kecil
4. Ember
Bahan yang diperlukan:
1. Wol Kayu
2. Spesi
3. Oli
4. Air
5. Kapur

E. Langkah kerja
Adapun langkah kerjanya, sebagai berikut:
1. Sediakan bahan yang sudah disediakan dan ditimbang sebelumnya.
2. Siapkan wadah untuk mengaduk bahan.
3. Pertama kali masukan wol kayu terlebih dahulu, campur air dan kapur
secara perlahan sampai menyatu. Kapur yang dituang hanya seperlunya
sekitar 4 gelas besar.
4. Setelah itu masukan spesi.
5. Setelah semua bahan tercampur, masukan campuran bata ke dalam
cetakan. Sebelumnya, cetakan bata diolesi oli.
STEP 1
F. Gambar kerja

STEP 2 STEP 3

STEP 4 STEP 6
STEP 5

STEP 7 STEP 8
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian yang dilakukan mengenai
pengaruh penggunaan limbah spesi sisa mortar perekat batako dan limbah wol
kayu sisa dari hasil ketaman kayu sebagai pengganti agregat batako, adalah
sebagai berikut.

B. SARAN

Anda mungkin juga menyukai