Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I

I.I Pendahuluan
Batako adalah campuran antara semen, agregat, dan air dengan atau tanpa
bahan tambahan. Batako yang dihasilkan oleh industri kecil pada umumnya
adalah batako padat. Batako tersebut dilihat secara langsung menunjukkan
kualitas yang cukup baik dengan permukaan yang mulus. Dari hasil peninjauan di
lapangan menunjukkan hasil yang dicapai antara industri rumah tangga dalam hal
jumlah batako yang dihasilkan dalam satu sak semen. Industri rumah tangga
bervariasi antara 60-80 buah batako. batako di lihat dari segi pembuatannya di
bagi menjadi tiga:

1. Batako trass atau putih.


bahan utama yang di pakai adalah kapur, trass kemudian di campur dengan
air. karena itu ada yang menamakan batako jenis ini dengan sebutan batu cetak
kapur trass. sedangkan trass adalah: salah satu jenis tanah yang asalnya dari batu
gunung berapi yang mengalami pelapukan.
2. Batako semen/press.
Batako press dibuat dari campuran semen dan pasir atau abu batu. Ada
yang dibuat secara manual (menggunakan tangan) dan ada juga yang
menggunakan mesin. Perbedaanya dapat dilihat pada kepadatan permukaan
batakonya. Umumnya memliki panjang 36-40 cm dan tinggi 18-20 cm. terdapat
lubang di bagian sisinnya untuk pengikat ketika di pasang. lubang tersebut
jumlahnya tiga atau dua.
3. Bata ringan/Hebel.
Bata ringan dibuat dari bahan batu pasir kuarsa, kapur, semen dan bahan
lain yang dikategorikan sebagai bahan-bahan untuk beton ringan.

I.II Identifikasi Masalah

1. Masalah pertama yang terjadi adalah belum mengetahui proses pembuatan


batako secara langsung. Terdiri dari bahan yang di gunakan dalam membuat

Universitas Sriwijaya
2

batako, takaran dalam pencampuran bahan, proses pencetakan batako, ukuran


batako, dan lain sebagainnya.

2. Masalah yang kedua ialah kualitas batako. Banyak dari masyarakat yang kurang
teliti dengan kualits dari batako. Kebannyakan orang membeli batako itu di lihat
dari segi fisiknya, tapi belum tahu kekuatan atau ketahanan batako itu sendiri.

I.III Rumusan Masalah


Berdasarkan pendahuluan/latar belakang dan identifikasi masalah di atas.
Maka rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembuatan dari batako?
2. Bagaimana cara membedakan kualitas batako yang baik dengan kualitas
batako yang kurang baik?

I.IV Batasan Masalah

Kejadian dalam dunia pembangunan sangat cepat dalam


perkembangannya. Dari keterangan di atas yang paling utama di bahas dari
makalah ini adalah proses pembuatan batako. Mulai dari pencampuran sampai
akhir yaitu proses couring atau dalam konteks bahasa kita sehari-hari adalah
penyiraman dan batako jadinnya. Di dalamnya juga ada pengelompokan batako.

I.V Tujuan dan Manfaat

1. Agar kita dapat mengetahui proses dari pembuatan batako.


2. Supaya dapat membedakan kualitas batako.

Universitas Sriwijaya
3

I.VI Literatur/Tinjau pustaka

1.4.1 Batako
Batako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak alternatif
pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen Portland
dan air dengan perbandingan 1 semen : 4 pasir. Batako difokuskan sebagai
konstruksi-konstruksi dinding bangunan nonstruktural. Supribadi (1986)
mengatakan bahwa batako adalah “ semacam batu cetak yang terbuat dari
campuran tras, kapur, dan air atau dapat dibuat dengan campuran semen, kapur,
pasir dan ditambah air yang dalam keadaan pollen (lekat) dicetak menjadi balok-
balok dengan ukuran tertentu”. Bentuk dari batako/batu cetak itu sendiri terdiri
dari dua jenis, yaitu batu cetak yang berlubang (hollow block) dan batu cetak yang
tidak berlubang (solid block) serta mempunyai ukuran yang bervariasi.

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan tentang


pengertian batako adalah salah satu bahan bangunan yang berupa batu-batuan
yang pengerasannya tidak dibakar dengan bahan pembentuk yang berupa
campuran pasir, semen, air dan dalam pembuatannya dapat ditambahkan dengan
bahan tambah lainnya (additive). Kemudian dicetak melalui proses pemadatan
sehingga menjadi bentuk balok-balok dengan ukuran tertentu dan dimana proses
pengerasannya tanpa melalui pembakaran serta dalam pemeliharaannya
ditempatkan pada tempat yang lembab atau tidak terkena sinar matahari langsung
atau hujan, tetapi dalam pembuatannya dicetak sedemikian rupa hingga memenuhi
syarat dan dapat digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding.

Karakteristik bata beton yang umum ada dipasaran adalah memiliki


densitas rata-rata > 2000kg/m3. Ditinjau dari densitasnya batako tergolong cukup
berat sehingga untuk proses pemasangan sebagai konstruksi dinding memerlukan
tenaga yang cukup kuat dan waktu yang lama (Simbolon T. 2009).

Berdasarkan bahan pembuatannya batako dapat dikelompokkan ke dalam


3 jenis, yaitu :

Universitas Sriwijaya
4

1. Batako putih (tras).


Batako putih dibuat dari campuran tras, batu kapur, dan air. Campuran
tersebut dicetak. Tras merupakan jenis tanah berwarna putih/putih kecoklatan
yang berasal dari pelapukan batu – batu gunung berapi, warnanya ada yang putih
dan ada juga yang putih kecoklatan. Umumnya memiliki ukuran panjang 25-3 cm,
tebal 8-10 cm, dan tinggi 14-18 cm.
2. Batako semen/batako press.
Batako pres dibuat dari campuran semen dan pasir atau abu batu. Ada
yang dibuat secara manual (menggunakan tangan) dan ada juga yang
menggunakan mesin. Perbedaanya dapat dilihat pada kepadatan permukaan
batakonya. Umumnya memliki panjang 36-40 cm dan tinggi 18-20 cm.
3. Bata ringan
Bata ringan dibuat dari bahan batu pasir kuarsa, kapur, semen dan bahan
lain yang dikategorikan sebagai bahan-bahan untuk beton ringan. Berat jenis
sebesar 1850 kg/m3 dapat dianggap sebagai batasan atas dari beton ringan yang
sebenarnya, meskipun nilai ini kadang-kadang melebihi. Dimensinya yang lebih
besar dari bata konvensional yaitu 60 cm x 20cm dengan ketebalan 7 hingga 10
cm menjadikan pekerjaan dinding lebih cepat selesai dibandingkan bata
konvensional.

Batako diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu batako normal dan


batako ringan. Batako normal tergolong batako yang memiliki densitas sekitar
2200-2400 kg/m3 dan kekuatannya tergantung komposisi campuran beton (mix
design). Sedangkan untuk beton ringan adalah suatu batako yang memiliki
densitas < 1800 kg/m3, begitu juga kekuatannya biasanya disesuaikan pada
penggunaan dan pencampuran bahan bakunya (mix design). Jenis batako ringan
ada dua golongan yaotu : batako ringan berpori (aerated concrete) dan batako
ringan non aerated. (Wisnu wijanarko. 2008)

Batako ringan berpori adalah beton yang dibuat sehingga strukturnya


banyak terdapat pori-pori, beton semacam ini diproduksi dengan bahan batu dari

Universitas Sriwijaya
5

campuran semen, pasir, gypsum, CaCO3 dan katalis aluminium. Dengan adanya
katalis Al selama menjadi reaksi hidradasi semen akan menimbulkan panas
sehingga timbul gelembung-gelembung yang menghasilkan gas yang
menghasilkan pori-pori yang membuat batako semakin ringan. Berbeda dengan
batako non aerated, pada beton ini akan menjadi ringan dalam pembuatannya
ditambahkan agregat ringan. Banyak kemungkinan agregat ringan yang digunakan
antara lain batu apung (pumice), perlit, serat sintesis, slag baja dan lain-lain.
Pembuatan batako ringan berpori tentunya jauh lebih mahal karena menggunakan
bahan-bahan kimia tambahan dan mekanisme pengontrolan reaksi cukup sulit.

Batako yang baik adalah yang masing-masing permukaanya rata dan


saling tegak lurus serta mempunyai kuat tekan yang tinggi. Persyaratan batako
menurut PUBI 1982 pasal 6 antara lain adalah “ permukaan batako harus mulus,
berumur minimal satu bulan, pada waktu pemasangan harus sudah kering,
berukuran panjang 400 mm, lebar 200 mm dan tebal 100-200 mm, kadar air 25-35
% dari berat, dengan kuat tekan antara 2-7 N/mm2”.

Sebelum dipakai dalam bangunan, maka batako minimal harus sudah


berumur satu bulan dari proses pembuatannya, kadar air pada waktu pemasangan
tidak lebih dari 15 %. Agar didapat mutu batako yang memenuhi syarat SI banyak
faktor yang mempengaruhi.

Faktor yang mempengaruhi mutu batako tergantung pada :


1. Faktor air semen
2. Umur batako
3. Kepadatan batako
4. Bentuk dan struktur batuan
5. Ukuran agregat, dan lain-lain.

Ada beberapa keuntungan dan kerugian dalam penggunaan batako.


Keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan batako adalah:

Universitas Sriwijaya
6

1. Tiap m2 pasangan tembok, membutuhkan lebih sedikit batako jika dibandingkan


dengan menggunakan batu bata, berarti secara kuantitatif terdapat suatu
pengurangan.
2. Pembuatan mudah dan dapat dibuat secara sama.
3. Ukurannya besar, sehingga waktu dan ongkos juga lebih hemat.
4. Khusus jenis yang berlubang dapat befungsi sebagai isolasi udara.
5. Apabila pekerjaan rapi, tidak perlu diplester.
6. Lebih mudah dipotong untuk sambungan tertentu yang membutuhkan potongan.
7. Sebelum pemakaian tidak perlu direndam air.

Sedangkan kerugian pemakaian batako adalah sebagai berikut :


1. Karena proses pengerasannya membutuhkan waktu yang cukup lama ( 3
minggu), maka butuh waktu yang lama untuk membuatnya sebelum memakainya.
2. Bila diinginkan lebih cepat mengeras perlu ditambah dengan semen, sehingga
menambah biaya pembuatan.
3. Mengingat ukurannya cukup besar, dan proses pengarasannya cukup lama
mengakibatkan pada saat pengangkutan banyak terjadi batako pecah.

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan tentang


pengertian batako adalah salah satu bahan bangunan yang berupa batu-batuan
yang pengerasannya tidak dibakar dengan bahan pembentuk yang berupa
campuran pasir, semen, air dan dalam pembuatannya dapat ditambahkan dengan
bahan tambah lainnya (additive). Kemudian dicetak melalui proses pemadatan
sehingga menjadi bentuk balok-balok dengan ukuran tertentu dan dimana proses
pengerasannya tanpa melalui pembakaran serta dalam pemeliharaannya
ditempatkan pada tempat yang lembab atau tidak terkena sinar matahari langsung
atau hujan, tetapi dalam pembuatannya dicetak sedemikian rupa hingga memenuhi
syarat dan dapat digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding.

1.4.2 Klasifikasi Batako

Universitas Sriwijaya
7

Berdasarkan PUBI 1982, sesuai dengan pemakaiannya batako


diklasifikasikan dalam beberapa kelompok sebagai berikut :
1. Batako dengan mutu A1, adalah batako yang digunakan untuk konstruksi yang
tidak memikul beban, dinding penyekat serta konstruksi lainnya yang selalu
terlindungi dari cuaca luar.
2. Batako dengan mutu A2, adalah batako yang hanya digunakan untuk hal-hal
seperti dalam jenis A1, tetapi hanya permukaan konstruksi dari batako tersebut
boleh tidak diplester.
3. Batako dengan mutu B1, adalah batako yang digunakan untuk konstruksi yang
memikul beban, tetapi penggunaannya hanya untuk konstruksi yang terlindungi
dari cuaca luar ( untuk konsruksi di bawah atap).
4. Batako dengan mutu B2, adalah batako untuk konstruksi yang memikul beban
dan dapat digunakan untuk konstruksi yang tidak terlindungi. (Darmono, 2009)

1.4.3 Beton Ringan (Lighweight Concrete)

Pembuatan beton ringan pada prinsipnya membutuhkan rongga didalam


beton. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk membuat beton lebih
ringan adalah sebagai berikut :
1. Dengan membuat gelembung – gelembung gas / udara dalam adukan semen
sehingga terjadi banyak pori - pori udara di dalam betonnya. Salah satu cara yang
dapat dilakukan dengan menambah bubuk aluminium ke dalam campuran adukan
beton.
2. Dengan menggunakan agregat ringan, misalnya tanah liat bakar, batu apung atau
agregat buatan sehingga beton yang dihasilkan akan lebih ringan dari pada beton
biasa.
3. Dengan cara membuat beton tanpa menggunakan butir – butir agregat halus atau
pasir yang disebut beton non pasir.

Keuntungan lain dari beton ringan antara lain : memiliki nilai tahan panas
yang baik, memiliki tahanan suara (peredam) yang baik, tahan api. Sedangkan

Universitas Sriwijaya
8

kelemahan beton ringan adalah nilai kuat tekannya lebih kecil dibandingkan
dengan beton normal sehingga tidak dianjurkan penggunaanya untuk struktural.
Secara garis besar pembagian penggunaan beton ringan dapat dibagi tiga yaitu (
Tjokrodimuljo,1996) :

1. Untuk non struktur dengan nilai densitas antara 240 – 800 kg/m3 dan kuat tekan
dengan nilai 0,35 – 7 MPa digunakan untuk dinding pemisah atau dinding isolasi.
2. Untuk struktur ringan dengan nilai densitas antara 800 – 1400 kg/m3 dan kuat
tekan dengan nilai 7 – 17 MPa digunakan dengan dinding memikul beban.
3. Untuk struktur dengan nilai densitas antara 1400 – 1800 kg/m3 dan kuat tekan >
17MPa digunakan sebagai beton normal.

Pembagian beton ringan menurut penggunaan dan persyaratannya dibagi


atas (wisnu wijanarko. 2008) :

1. Beton dengan berat jenis rendah (Low Density Concrete) dengan nilai densitas
240 – 800 kg/m3 dan nilai kuat tekan 0,35 – 6,9 MPa.
2. Beton dengan menengah (Moderate Trenght Lighweight Concrete) dengan nilai
densitas 800 – 1440 kg/m3 dan nilai kuat tekan 6,9 – 17,3 MPa.
3. Beton ringan struktur (Structural Lighweight Concrete) dengan nilai densitas
1440 – 1900 kg/m3 dan nilai kuat tekan > 17,3 MPa.

1. Pengertian Batako
Batako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak alternatif
pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen Portland
dan air dengan perbandingan 1 semen : 4 pasir. Menurut Persyaratan Umum
Bahan Bangunan di Indonesia (1982) pasal 6, Batako adalah bata yang dibuat
dengan mencetak dan memelihara dalam kondisi lembab. Sedangkan menurut SNI
03-0349-1989, Conblock (concrete block) atau batu cetak beton adalah komponen
bangunan yang dibuat dari campuran semen Portland atau pozolan, pasir, air dan
atau tanpa bahan tambahan lainnya, dicetak sedemikian rupa hingga memenuhi
syarat dan dapat digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding”.

Universitas Sriwijaya
9

Gambar 1. Batako Pejal


Batako adalah salah satu bahan bangunan yang berupa batu-batuan dengan
bahan pembentuk yang berupa campuran pasir, semen, air dan dalam
pembuatannya dapat ditambahkan dengan jerami sebagai bahan pengisi antara
campuran tersebut atau bahan tambah lainnya (additive) seperti serat sabut kelapa.
Kemudian dicetak melalui proses pemadatan sehingga menjadi bentuk balok-
balok dengan ukuran tertentu dan dimana proses pengerasannya tanpa melalui
pembakaran serta dalam pemeliharaannya ditempatkan pada tempat yang lembab
atau tidak terkena sinar matahari langsung atau hujan, tetapi dalam pembuatannya
dicetak sedemikian rupa hingga memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai
bahan untuk pasangan dinding.
Batako sendiri memiliki berbagai bentuk, yang dikenal dimasyarakat saat
ini adalah batako padat dan batako berlubang.Bedanya hanya dicetakan saja.
Batako berlubang volume nya tidak sama dengan batako padat atau batako pejal
tapi harus memiliki kekuatan setara dengan batako padat. Batako berlubang
memiliki sifat peredam panas yang lebih baik dari batako padat dengan
menggunakan bahan dan ketebalan yang sama. Menurut SNI 03-0348-1989, bata
beton pejal adalah bata beton yang memiliki penampang pejal 75% atau lebih dari
luas penampang seluruhnya dan memiliki volume pejal lebih dari 75% volume
seluruhnya.
Batako mempunyai sifat – sifat panas dan ketebalan total yang lebih baik
daripada beton padat. Batako dapat disusun 4 kali lebih cepat dan cukup untuk
semua penggunaan yang biasanya menggunakan batu bata.Dinding yang dibuat
dari batako mempunyai keunggulan dalam hal meredam panas dan suara.Semakin

Universitas Sriwijaya
10

banyak produksi batako semakin ramah terhadap lingkungan daripada produksi


batu bata tanah liat karena tidak harus dibakar.
Campuran batako terdiri dari semen portland, agregat, dan air. Pengertian
batako atau batu cetak tras-kapur menurut PUBI-1982 adalah bata yang dibuat
dengan mencetak dan memelihara dalam suasana lembab, campuran tras, kapur
dan air dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya.Bahan bangunan seperti batako
secara umum biasanya digunakan untuk dinding tembok.Batako terdiri dari
berbagai bentuk dan ukuran.Istilah batako berhubungan dengan bentuk persegi
panjang yang digunakan untuk dinding beton.Batako digolongkan ke dalam dua
kelompok utama, yaitu batako padat dan batako berlubang.

2. Proses Pembuatan Batako


Dalam proses pembuatan batako bahan yang dibutuhkan antara lain
semen, pasir, air dan cetakan batako dari kayu sesuai ukuran yang ditentukan atau
yang dicetak dikalangan masyarakat. Langkah-langkah pembuatan batako, antara
lain :
1. Pasir dan semen dicampur sampai merata dengan perbandingan 4:1
2. Bubuhkan air secukupnya jangan terlalu basah
3. Masukan lumpur ke cetakan
4. Tumbuk sampai padat
5. Balik cetakan untuk mengeluarkan batako yang sudah dicetak
6. Jemur tempat yang lembab atau tidak terkena sinar matahari langsung atau
hujan (diangin-anginkan)
7. Setelah kering batako sudah siap dipakai.

Gambar 2. Proses Pembuatan Batako

Universitas Sriwijaya
11

Untuk memperoleh pengeringan dan keutuhan bentuk, batako tersebut


didiamkan antara 3-5 hari dalam suhu kamar, kemudian diperlukan waktu antara
3-4 minggu sebelum batako bisa digunakan, semakin lama semakin baik
kualitasnya. Selama pengerasan batako hendaknya dijaga agar tempat tersebut
tetap lembab dan dihindarkan dari panas matahari maupun hujan secara langsung
dan sebaiknya batako disimpan atau ditempatkan di los tertutup.

3. Bahan yang Digunakan dalam Pembuatan Batako


1. Semen Portland
Menurut ASTM C-150, 1985, semen Portland didefinisikan sebagai
semen hidrolik yang dihasilkan dengan cara menggiling klinker yang terdiri dari
silikat – slikat kalsium yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk
kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama – sama dengan
bahan utamanya. Proses hidrasi semen cukup rumit sehingga tidak dapat diketahui
hasilnya. Namun hasil utama dari hasil proses hidrasi semen adalah C3S2H3 yang
biasa disebut “Tobermorite” yang berbentuk gel. Selain gel tersebut, proses
hidrasi menghasilkan panas hidrasi dan kapur bebas yang merupakan sisa dari
proses hidrasi. Kapur bebas ini akan mengurangi kekuatan semen karena
kemungkinan akan larut dalam air yang mengakibatkan “poreus”.
2. Agregat
Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
campuran beton.Agregat ini menempati sebanyak 70% dari volume beton.Agregat
sangat berpengaruh terhadap sifat – sifat betonnya, sehingga pemilihan agregat
merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan beton.Agregat yang digunakan
dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau agregat buatan.Secara
umum agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu agregat kasar dan
agregat halus.Batasan antara agregat kasar dan agregat halus berada antara disiplin
ilmu yang satu dengan lainnya. Meskipun demikian, dapat diberikan batasan
ukuran antara agregat halus dan agregat kasar yaitu 4.80 mm (British Standard)
atau 4.75 mm (Standar ASTM), dan agregat halus adalah batuan yang lebih kecil
dari 4.80 mm (4.75 mm).
3. Air

Universitas Sriwijaya
12

Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta untuk menjadi bahan
pelumas antara butir – butir agregat agar dapat mudah dikerjakan dan dipadatkan.
Untuk bereaksi dengan semen, air yang diperlukan hanya sekitar 25% berat semen
saja, namun dalam kenyataannya nilai faktor air semen yang dipakai sulit kurang
dari 0,35. Kelebihan air ini yang dipakai sebagai pelumas.
Karena pengerasan beton berdasarkan reaksi antara semen dan air, maka
perlu pemeriksaan apakah air yang akan digunakan memenuhi syarat tertentu. Air
tawar yang dapat diminum, tanpa diragukan dapat dipakai.Air minum tidak selalu
ada maka disarankan untuk mengamati apakah air tersebut tidak mengandung
bahan – bahan yang merusak beton/baja.Air yang digunakan dapat berupa air
tawar (dari sungai, danau, telaga, kolam dan lainnya).Air yang digunakan dalam
campuran beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, zat
organis atau bahan lainnya yang dapat merusak beton atau tulangan.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Batako


Agar didapat mutu batako yang memenuhi syarat SII banyak faktor yang
mempengaruhi. Faktor yang mempengaruhi mutu batako tergantung pada faktor
air semen, umur batako, kepadatan batako, bentuk dan tekstur batuan, ukuran
agregat dan lain-lain Faktor air semen adalah perbandingan antara berat air dan
berat semen dalam campuran adukan. Kekuatan dan kemudahan pengerjaan
(workability) campuran adukan batako sangat dipengaruhi oleh jumlah air
campuran yang dipakai. Untuk suatu perbandingan campuran batako tertentu
diperlukan jumlah air yang tertentu pula.
Pada dasarnya semen memerlukan jumlah air sebesar 32% berat semen
untuk bereaksi secara sempurna, akan tetapi apabila kurang dari 40 % berat semen
maka reaksi kimia tidak selesai dengan sempurna. Apabila kondisi seperti ini
dipaksakan akan mengakibatkan kekuatan batako berkurang. Jadi air yang
dibutuhkan untuk bereaksi dengan semen dan untuk memudahkan pembuatan
batako, maka nilai f.a.s. pada pembuatan dibuat pada batas kondisi adukan lengas
tanah, karena dalam kondisi ini adukan dapat dipadatkan secara optimal. Disini
tidak dipakai patokan angka sebab nilai f.a.s. sangat tergantung dengan campuran
penyusunnya. Nilai f.a.s. diasumsikan berkisar antara 0,3 sampai 0,6 atau
disesuaikan dengan kondisi adukan agar mudah dikerjakan.

Universitas Sriwijaya
13

Mutu batako (kuat tekan) bertambah tinggi dengan bertambahnya umur


batako. Oleh karena itu sebagai standard kekuatan batako dipakai kekuatan pada
umur batako 28 hari. Bila karena sesuatu hal diinginkan untuk mengetahui
kekuatan batako pada umur 28 hari, maka dapat dilakukan dengan menguji kuat
tekan batako pada umur 3 atau 7 hari dan hasilnya dikalikan dengan faktor
tertentu untuk mendapatkan perkiraan kuat tekan batako pada umur 28 hari.
Kekuatan batako juga dipengaruhi oleh tingkat kepadatannya. Dalam
pembuatan batako diusahakan campuran dibuat sepadat mungkin. Hal ini
memungkinkan untuk menjadikan bahan semakin mengikat keras dengan adanya
kepadatan yang lebih, serta untuk membantu merekatnya bahan pembuat batako
dengan semen yang dibantu oleh air.

5. Syarat Mutu dari Batako


1. Pandangan Luar
Bata beton pejal harus tidak terdapat retak-retak dan cacat, rusak-rusaknya
siku satu terhadap yang lain dan sudut rusuknya tidak boleh mudah direpihkan
dengan kekuatan jari tangan.
2. Dimensi dan toleransinya
Tabel 1. Ukuran Bata Beton
Satuan : mm
Tebal dinding sekatan
Ukuran
Jenis lobang, minimum
Panjang Lebar Tebal Luar Dalam
1. Pejal 390 + 3 90 ± 2 100 ± 2 - -
-5
2. Berlobang
a. Kecil 390 + 3 190 + 3 100 ± 2 20 15
-5 -5
b. Besar 390 + 3 190 + 3 200 ± 3 25 20
-5 -5
Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 1989

Universitas Sriwijaya
14

3. Syarat-syarat fisis dari Batako


Tabel 2. Syarat-Syarat Fisis Batako Pejal
Tingkat mutu bata beton
Satuan pejal
Syarat Fisis
I II III IV
1. Kuat tekan bruto* rata-rata min. kg/cm2 100 70 40 25
2. Kuat tekan bruto masing-masing kg/cm2 90 65 35 21
benda uji min.
3. Penyerapan air rata-rata, maks. % 25 35 - -
Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 1989

Tabel 3. Syarat-Syarat Fisis Batako


Kuat tekan minimum, dalam kg/cm2 *) Penyerapan air
Bata beton pejal
Rata-rata dari 5 maksimum %
Mutu Masing-masing
buah bata volume
B 25 25 21 -
B 40 40 35 -
B 70 70 65 35
B 100 100 90 25
*) Kuat tekan adalah beban tekan pada waktu bata uji pecah (dalam kg), dibagi
dengan luas bidang tekan bata diukur dalam satuan cm.
Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 1989

6. Standar Nasional Indonesia (SNI) dari Batako


Menurut SNI 03-0348-1989, bata beton pejal dibedakan dari kuat tekannya
sebagai berikut :
 Bata beton pejal Mutu B 25
Bata beton pejal Mutu B 25 adalah bata beton pejal yang kuat tekannya tidak
kurang dari 25kg/cm2.
 Bata beton pejal Mutu B 40
Bata beton pejal Mutu B 40 adalah bata beton pejal yang kuat tekannya tidak
kurang dari 40kg/cm2.

Universitas Sriwijaya
15

 Bata beton pejal Mutu B 70


Bata beton pejal Mutu B 70 adalah bata beton pejal yang kuat tekannya tidak
kurang dari 70kg/cm2.
 Bata beton pejal Mutu B 100
Bata beton pejal Mutu B 100 adalah bata beton pejal yang kuat tekannya
100kg/cm2 atau lebih.

Berdasarkan pemakaiannya batako diklasifikasikan dalam beberapa


kelompok sebagai berikut:

(1) Batako dengan mutu A1, adalah batako yang digunakan hanya untuk
konstruksi yang tidaak memikul beban, dinding penyekat serta konstruksi
lainnya yang selalu terlindung dari cuaca luar;

(2) Batako dengan mutu A2, adalah batako yang digunakan hanya untu hal-hal
seperti tersebut dalam jenis A1, hanya permukaan dinding/ konstruksi dari
batako tersebut boleh tidak diplester;

(3) Batako dengan mutu B1, adalah batako yang digunakan untuk konstruksi
yang memikul beban, tetapi penggunaannya hanya untuk konstruksi yang
terlindung dari cuaca luar (untuk konstruksi di bawah atap); dan

(4) Batako dengan mutu B2, adalah batako untuk konstruksi yang memikul
beban dan dapat digunakan pula untuk konstruksi yang tidak terlindung.

7. Keuntungan dan Kelemahan Batako

Pembuatan bangunan atau hunian tempat tinggal menggunakan batako


bisa selesai dalam waktu lebih cepat.Jika membangun dinding menggunakan
batako, hanya dibutuhkan 10 hingga 15 buah batako untuk menyusun dinding
seukuran satu meter persegi.Memang tidak secepat pemasangan dinding papan
semen atau gypsum, tetapi jelas lebih cepat dari aplikasi bata merah.Dinding yang
dibuat dari batako mempunyai keunggulan dalam hal meredam panas dan
suara.Semakin banyak produksi beton semakin ramah lingkungan dari pada
produksi bata tanah liat karena tidak harus dibakar.
Keuntungan yang bisa diperoleh melalui penggunaan batako tidak hanya
itu, melainkan juga menghemat plesteran serta mengurangi beban dinding

Universitas Sriwijaya
16

sehingga konstruksi bangunan menjadi lebih ringan. Jika di tinjau dari keunggulan
pasangan batako dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Mudah dalam memasangnya dan lebih cepat tinggi
2. Irit lumpur dalam pemasangannya bila bandingkan dengan bata merah
3. Tidak memerlukan tenaga banyak dalam proses pembuatannya, bisa untuk
kerjaan sampingan
4. Bila kena air bisa tambah kuat beda dengan batu bata kena air pasti hancur
kalau kurang matang dalam pembakarannya
5. Lebih hemat dalam pemakaian adukan dibandingkan pasangan batu bata
6. Dinding tidak perlu diplester atau dicat
7. Bisa dibuat sendiri dengan peralatan pres yang agak sederhana
8. Sebagai isolasi suara
9. Tidak dibakar seperti batubata
10. Kedap air sehingga sangat kecil kemungkinan terjadinya rembesan air
Namun dibalik keuntungan yang ada, batako memiliki beberapa
kelemahan, antara lain :
a. Proses pembuatan batako memerlukan waktu yang cukup lama sekitar 3-4
minggu
b. Batako lebih mudah pecah dan patah
c. Mudah terjadi retak rambut pada dinding.
d. Bila terkena sinar matahari secara langsung akan ada retakan-retakan
e. Mudah dilubangi karena terdapat lubang pada bagian sisi dalamnya (batako
berlubang)
Jika dibandingkan dengan bata merah batako lebih hemat yakni dari segi
waktu pemasangan, jumlah pemakaian adukan, dan harga per meter persegi.
Batako juga bisa menampilkan tekstur dinding yang lebih rapi apabila tidak diberi
plester atau ekspos.

BAB V

Kesimpulan dan saran

5.1. Kesimpulan

Universitas Sriwijaya
17

Dari hasil survey batako press di atas. kita dapat mengetahui bagaimana
proses pembuatan batako. mulai dari kelebihan batako sampai kekurangan batako.
dapat disimpulkan disini batako itu bisa jadi pengganti batu bata merah. selain
dari harga murah, untuk proses pembangunnanya juga cepat. batako yang kuat itu
batako yang tidak mudah protol kalau dicuil.

5.2. Saran

1. Sebaiknya agregatnya pakai yang halus yang terhindar dari sampah, kandungan
lumpur yang agak banyak, atau kotoran-kotoran yang lain.
2. untuk air sebaiknya menggunakan air sumber yang bersih dan jernih. jangan air-
air kotor, atau sisa-sisa air rumah tangga.
DAFTAR PUSTAKA

A.Manap, dkk. 1987. Analisis Batako dan Genteng Semen sebagai Bahan Murah
di DIY. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP
Yogyakarta.

Afkar, Abu. 2009. “Dinding Batako Vs Dinding Bata


Merah”.(online).www.eramuslim-.com-konsultasi/arsitektur/dinding-
batako-vs-dinding-bata-merah.htm#.Ul-aAN9KdnfI [Diakses tanggal 12
Oktober 2016]

Anonim. 2012. “Batako Ringan Material Alternatif Tahan


Gempa”.(online)http://bagaim-
anacaramembuat.com/2012/04/20/bagaimana-cara-membuat-batako-ringan/
[Diakses tanggal 12 Oktober 2016]

Ariestadi, Dian. 2008. Teknik Struktur Bangunan. Jakarta : Direktorat Pembinaan


Sekolah Menengah Kejuruan

Arifin. 2012. “Manakah Pilihan Anda: Bata Merah, Batako, Atau Bata Ringan
(Hebel/Celcon)”.
(online)http://www.mujijayaganesha.com/2012/01/manakah-pilihan-anda-
bata-merah-batako.html [Diakses tanggal 12 Oktober 2016]

Universitas Sriwijaya
18

Irsyam, M., Dangkua, D.T., Hendriyawan, Hoedajanto, D., Hutapea, B.M.,


Kertapati, E.K., Boen, T. dan Petersen, M.D., 2008, Proposed Seismic
Hazard Maps Of Sumatra And Java Islands And Microzonation Study Of
Jakarta City, Indonesia, Jurnal Earth System Science (JESS) November
2008, pp. 865-878

Siagian, Henok dan Agus Dermawan.2011. Pengujian Sifat Mekanik Batako Yang
Dicampur Abu Terbang (Fly Ash).Jurnal Sains Indonesia.Dipublikasi : 28
Maret 2011

Sina, Dantje A. T. Elia Hunggurami, Amorin S. Menezes.Pengaruh Penggantian


Sebagian Agregat Halus Dengan Kertas Koran Bekas Pada Campuran
Batako Semen Portland Terhadap Kuat Tekan Dan Serapan Air.FST
Undana

SNI 03-0348-1989, Bata Beton pejal, Mutu dan Cara Uji

SNI 03-0349-1989, Bata Beton Untuk Pasangan Dinding

Sunaryo. 1992. Batako: Terobosan Teknologi dalam Pembuatan Dinding. Jurnal


Penelitian. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta

Tjokrodimuljo, Kardiyono. 1996. Teknologi Beton. Yogyakarta : Universitas


Gajah Mada Press

Universitas Sriwijaya
19

LAPORAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN


BATAKO

VERONICA RATI PANJAITAN


05021281520090

Universitas Sriwijaya
20

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2016

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai