Anda di halaman 1dari 487

ISSN 1978-0176

PROSIDING
Seminar Nasional SDM Teknologi Nuklir

Peningkatan Profesionalitas SDM dan


Riset Iptek Nuklir dalam Mewujudkan
SDM Nuklir Unggul

Yogyakarta, 25 Agustus 2016

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA

i
Prosiding Seminar Nasional SDM Teknologi Nuklir

Peningkatan Profesionalitas SDM dan Riset


Iptek Nuklir dalam Mewujudkan SDM
Nuklir Unggul

Kamis 25 Agustus 2016,


Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional Yogyakarta

Hak Cipta 2016 Pada Penulis

ISSN 1978-0176

Hak publikasi pada Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir Badan Tenaga Nuklir
Nasional Yogyakarta

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun,
tanpa izin tertulis dari penerbit dan penulis.

ii
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat kami susun dan terbitkan sebuah prosiding hasil Seminar
Nasional XII SDM Teknologi Nuklir yang telah diselenggarakan pada tanggal 25 Agustus 2016 oleh
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional.

Tema pada pelaksanaan seminar tahun ini adalah Peningkatan Profesionalitas SDM dan
Riset Iptek Nuklir dalam Mewujudkan SDM Nuklir Unggul yang didasarkan pada
pertimbangan semakin mendesaknya permasalahan ekonomi dan persaingan sumber daya manusia
tingkat regional yang dihadapi oleh Indonesia dewasa ini. Di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) saat ini, arus perpindahan barang dan jasa antar negara di Asia Tenggara akan berjalan tanpa
hambatan. Oleh karena itu, salah satu aspek penting yang perlu disiapkan oleh bangsa ini adalah
SDM yang kompeten dan unggul. Pelaksanaan forum ilmiah ini sangat diharapkan menjadi salah
satu upaya untuk mengkaji peran profesionalitas SDM dan Riset Iptek Nuklir dalam peningkatan
aplikasi teknologi nuklir yang unggul dan berkelanjutan.

Prosiding Seminar Nasional XII SDM Teknologi Nuklir Tahun 2016 ini terdapat 55
makalah berasal dari berbagai satuan pusat kerja di BATAN, LIPI, UGM dan Universitas
Muhamadiyah Purwokerto yang terdistribusi dalam berbagai bidang penelitian dan kajian yaitu
bidang SDM teknologi nuklir dan sains, bidang Fisika dan Instrumentasi, bidang Keselamatan dan
Lingkungan, bidang Kimia dan Proses, dan bidang teknologi reaktor. Makalah yang terpilih untuk
diterbitkan di jurnal nasional terakreditasi LIPI yaitu Jurnal Hasil Penelitian Industri (HPI) dengan
Nomor Akreditasi 630/AU2/P2MI-LIPI/03/2015 berjumlah satu dan Jurnal Forum Nuklir berjumlah
lima makalah. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada para pembicara utama,
mitra bestari, para peserta seminar, dan segenap panitia dari STTN-BATAN atas terselenggaranya
seminar dan terbitnya prosiding ini.
Penyusunan dan proses pengeditan prosiding ini telah dilakukan dalam waktu sekitar tiga
setengah bulan semenjak tanggal pelaksanaan seminar, namun demikian kami menyadari masih
terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan prosiding ini. Oleh karena itu, segala kritik
dan saran yang bersifat membangun akan kami terima sebagai bahan evaluasi dalam penyusunan
prosiding pada seminar yang akan datang.
Yogyakarta, Januari 2017

Panitia Seminar Nasional XII

SDMTN 2016

__________________________________________________________________________________________
iii
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

SUSUNAN PANITIA PELAKSANA


SEMINAR NASIONAL SDM TEKNOLOGI NUKLIR XI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR - BATAN
TAHUN 2016

Penanggung Jawab Program : Ir. Noor Anis Kundari, M.T.


Ketua : Dr. Deni Swantomo, M.Eng.
Wakil Ketua : Dr. Muhtadan, M.Eng.
Sekretaris : Kartini Megasari, M.Eng.
Wakil Sekretaris : Ardhani Dyah K., S.ST.
Bendahara : Royan Novi Amar, SE
Acara dan Persidangan : Joko Sunardi, M.Kom*
Toto Trikasjono,M.Kes.
Suprapto, ST
Ahmad Bustanul AD.
Gea Fitria

Kesekretariatan : Dhani Aditya


Adli Muhaimin
Bilqis Latifa
Nanik Setyowati

Publikasi dan Sponsor : Budi Suhendro, SST.


Sabilul Falah Ir.
Surakhman
Siti Patimah Nasution
Penerimaan Makalah dan Penerbitan Dr. Eng Sutanto, M.Eng. *
Prosiding: Haries Handoyo, SST
Maria CHP., M.Eng.
Naufal AS.
Irianto RF.
Alfiyatur R.
Sinta EO.
Akomodasi dan Perlengkapan : Agus Purwanto *
Bayu Setiawan, SE
Wijanarko
Thera Sahara
Konsumsi : Sri Rahayu
Bukit Indah Rahayu, A.Ma

Dokumentasi/Dekorasi Taurina EK., S.,ST


Afrizal A.
Pembantu Umum Rujito
Wagimin

Rizky DF.
Sie K3
Anisa NS.

__________________________________________________________________________________________
iv
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

TIM REVIEWER
SEMINAR NASIONAL SDM TEKNOLOGI NUKLIR XI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
TAHUN 2016

1. Prof. Ir. Sunarno, M.Eng. Ph.D (UGM)


2. Prof. Dr. Sigit (BATAN)
3. Prof. Dr. Agus Taftazani (BATAN)
4. Prof. Ir. Syarip (BATAN)
5. Dr. Muh. Dani Supardan
6. Dr.rer. nat. Ir. As Natio Lasman (BBPT)
7. Dr. Anwar Budianto, DEA. (STTN-BATAN)
8. Dr. Ir Aliq, MT (STTN-BATAN)
9. Ir. Zaenal Abidin, M.Kes (STTN-BATAN)
10. Sugili Putra, ST, M.Sc (STTN-BATAN)
11. Ir. Giyatmi, M.Si (STTN-BATAN)
12. Ir. Dwi Priyantoro, M.Si (STTN-BATAN)
13. Toto Trikasjono,ST,M.Kes.(STTN-BATAN)
14. Ir. Noor Anis Kundari, MT. (STTN-BATAN)
15. Drs. Supriyono, M.Sc. (STTN-BATAN)
16. Ir. Djiwo Harsono, M.Eng. (STTN-BATAN)
17. Maria Christina Prihatiningsih, SST, M.Eng. (STTN-BATAN)
18. Dr. Eng. Sutanto, M.Eng. (STTN-BATAN)
19. Dr. Deni Swantomo, M.Eng. (STTN-BATAN)
20. Dr. Asril Pramutadi Mustari (ITB)
21. Dr. Muhtadan, M.Eng. (STTN-BATAN)
22. Edy Giri Rachman Putra, PhD. (STTN-BATAN)

__________________________________________________________________________________________
v
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

LEMBAR PERNYATAAN

Kami selaku panitia pelaksana Seminar Nasional SDM Teknologi Nuklir tahun 2016, dengan
ini menyatakan bahwa seluruh makalah yang terdapat dalam prosiding ini telah diseleksi
oleh reviewer dan telah diseminarkan pada tanggal 25 Agustus 2016 bertempat di Sekolah
Tinggi Teknologi Nuklir Yogyakarta.

Yogyakarta, 20 Januari 2017

Panitia

__________________________________________________________________________________________
vi
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
DAFTAR ISI

Halaman Sampul i

Kata Pengantar iii

Susunan Panitia Seminar SDMTN 2016 iv

Tim Reviewer Seminar SDMTN 2016 v

Lembar Pernyataan vi

Daftar Isi vii

PENINGKATAN PROFESIONALITAS SDM UNTUK MEWUJUDKAN IPTEK


NUKLIR UNGGUL 1
Djarot S. Wisnubroto

SISTEM PENGENMBANGAN SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA SDM


INDONESIA 13
Bachtiar Siradjuddin

INTERNATIONALISATION IN NUCLEAR EDUCATION AND NUCLEAR HUMAN


RESOURCES DEVELOPMENT 27
Herma Buttner

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI PEGAWAI TU BATAN MELALUI DIKLAT


ADMINISTRASI PERKANTORAN 49
Nata Wijaya, Rhisa Azaliah

ANALISIS PENGGUNAAN MENU SITASI ARTIKEL UNTUK PELAPORAN


PUBLIKASI ILMIAH DAN SITASI ARTIKEL DI BATAN 57
NoerAida1, Susana, Harini Wahyuningrum

ANALISIS PENILAIAN MANDIRI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI


BATAN 67
Harini Wahyuningrum1, Falikul Fikri1, Tanti Susanti

ANALISIS KOMPETENSI PEGAWAI BIRO PERENCANAAN DALAM


MEMBERIKAN LAYANAN PELANGGAN DI BATAN 77
Harini Wahyuningrum, Budi Santoso

UJI STATISTIK KORELASI ANTARA JALUR PENDAFTARAN MAHASISWA


ELEKTROMEKANIK TERHADAP INDEKS PRESTASI KUMULATIF TAHUN
PERTAMA 2012-2014 STTN BATAN 85

__________________________________________________________________________________________
vii
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Fatin Yuniarti, Dwi Priyantoro, Praptana

PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENGELOLAAN


PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DI BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
(STUDI KASUS PAIR) 91
Maulida Mitayani, Ani Syamsi

MANAJEMEN BAHAYA KEBAKARAN DAN LEDAKAN DI PEMBANGKIT


LISTRIK TENAGA NUKLIR 99
Moch. Romli

STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS STTN BATAN UNTUK MENDUKUNG


PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI NASIONAL 105
Ani Syamsi, Budi Santoso

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI KEPEGAWAIAN BERBASIS WEB


PADA PUSAT INOVASI LIPI 113
Karno

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM SOSIALISASI PENGEMBANGAN REAKTOR


DAYA EKSPERIMENTAL DAN IRADIATOR PADA MASYARAKAT SEKITAR
KAWASAN NUKLIR SERPONG 121
I.Aeni Muharromah

PENGUATAN POSISI DAN DAN PERAN PETUGAS PROTEKSI RADIASI DALAM


PELAYANAN KESEHATAN 129
Eri Hiswara

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR PABRIK SUSU UNTUK MENINGKATKAN


KANDUNGAN PROTEIN DAN ZAT BESI DALAM TUBUH IKAN 135
Widya Pangestika1, Sugili Putra1, Yuda Bondan Suratna2

PERAN BATAN DALAM PENYEDIAAN SDM TAHAP PENGOPERASIAN DAN


PERAWATAN PLTN PERTAMA DI INDONESIA 143
Moch. Djoko Birmano

KOMPETENSI UNTUK PENINGKATAN PROFESIONALISME SDM BATAN 151


Endang Kristuti, Tyn Isprianto

POSISI ALUMNI STTN DALAM MENYONGSONG KEHADIRAN PLTN DI ERA


PRESIDEN JOKOWI 163
Supriyono

PENENTUAN KETEBALAN OPTIMUM KOLIMATOR DAN BODI KOLIMATOR


RENOGRAF DENGAN MCNP6 173
Kasmudin, Sanda

__________________________________________________________________________________________
viii
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
ANALISIS DISTRIBUSI TEMPERATUR SUMBER COBALT60 200 kCi DI ATAS
KOLAM IRADIATOR GAMMA MENGGUNAKAN KODE KOMPUTER FLUENT 183
Sanda

STABILITAS LUARAN BERKAS RADIASI COBALT-60 PESAWAT PISAU GAMMA


LEKSELL PERFEXION 193
Assef Firnando Firmansyah, C. Tuti Budiantari, Gatot Wurdiyanto dan Nurman R.

VERIFIKASI PENENTUAN LUARAN PESAWAT PEMERCEPAT LINIER


TRILOGY 201
Sri Inang Sunaryati, Assef Firnando Firmansyah, Gatot Wurdiyanto, Nurman Rajagukguk

PENENTUAN FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL PADA POSISI


ELEMEN BAKAR TERAS 90 RSG GAS 209
Elisabeth Ratnawati, Sutrisno, Jaka Iman

TINJAUAN EFISIENSI SISTEM PENYEDIA AIR DINGIN PADA VENTILASI ZONA


RADIASI RENDAH RSG-GAS 215
Kiswanto, Nugraha Luhur

VERIFIKASI PENGUKURAN ARUS DETEKTOR JKT 03 REAKTOR RSG-G.A


SIWABESSY 225
Sutrisno, A. Mariatmo, Elisabeth Ratnawati, Hari Prijanto

KARAKTERISTIK BERKAS RADIASI Co-60 PESAWAT TELETERAPI GWXJ80 233


Fendinugroho, Assef Firnando Firmansyah, Sri Inang Sunaryati, Nurman R dan Gatot
Wurdiyanto

PERANCANGAN REAKTOR BATCH UNTUK PEMISAHAN PERAK DARI


LARUTAN BEKAS PENCUCIAN FILM RADIOGRAFI 241
Salman Yasir Fakhry Putra, Noor Anis Kundari, Kris Tri Basuki

RANCANG BANGUN PAPAN INFORMASI REAL TIME STATUS OPERASI DAN


DAYA REAKTOR KARTINI SECARA NIRKABEL 249
Hendyka Ovie Arista, Adi Abimanyu, Muhtadan

IDENTIFIKASI TINGKAT RADIASI GAMMA DI LINGKUNGAN SEKITAR


REAKTOR SERBA GUNA GA. SIWABESSY 257
Unggul Hartoyo, Suhadi, Subiharto, Nugraha Luhur

PENGARUH IMPLANTASI ION NITROGEN TERHADAP KEKERASAN CLADDING


MATERIAL BAHAN BAKAR REAKTOR RISET AlMgSi 265
Satrio Pradana, Dwi Priyantoro, Tjipto Sujitno

RANCANG BANGUN MODUL MONITORING RADIASI PADA SISTEM DETEKSI


DAN PENCARIAN SUMBER RADIASI 271
Radhia Pradana, Adi Abimanyu, Sudiono

__________________________________________________________________________________________
ix
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
KAJIAN PENGUKURAN LAJU DOSIS BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS DI
INSTALASI PENYIMPANAN SEMENTARA BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS 277
Dyah Sulistyani Rahayu

STUDI ALIRAN UAP PANASBUMI DI DALAM PIPA MENGGUNAKAN MODEL


DISPERSI AKSIAL 285
Sugiharto

KOMPONEN BIAYA BAHAN BAKAR NUKLIR PADA BIAYA PEMBANGKITAN


LISTRIK PLTN BESAR DAN KECIL 295
Mochamad Nasrullah

SISTEM AKUISISI DATA UNTUK PENGUKURAN VARIABEL PROSES


PELARUTAN SERBUK YELLOW CAKE MENJADI URANIL NITRAT DI INSTALASI
PEMURNIAN DAN KONVERSI 303
Sugeng Rianto, Triarjo, Meniek Rachmawati, Anwar

OPTIMASI WAKTU PADA PROSES PEMBENTUKAN LAPISAN TIPIS


PERMUKAAN BUSH RANTAI DENGAN metode PLASMA dari CAMPURAN GAS
HELIUM METANA TEKANAN 1,6 mBar 311
Bangun Pribadi, Tjipto Sujitno, Dwi Priyantoro, Anang Dwi Prasojo

MENYIAPKAN RISET DAN PENGEMBANGAN SISTEM TRANPORT MATERIAL


BERBASIS MAGLEV 317
Aliq Zuhdi ,Timoteus Setyo Rahmadi, Arbi Dimyati

ANALISIS UNSUR-UNSUR PENGOTOR DALAM SERBUK U-Zr-Hx, DENGAN


METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM 325
Asminar,Yanlinastuti, Slamet Pribadi

PEMBUATAN SERBUK PADUAN U-35ZrHx U-45ZrHx U-55ZrHx DENGAN PROSES


HYDRIDING 333
Suyoto, Yatno Dwi Agus Susanto

PENGUJIAN UREA LEPAS TERKENDALI (CRF) PADA TANAH GAMBUT


KALIMANTAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PADA VARIETAS SIDENUK 339
Ummu Azisah Hasibuan, Wijiyono

PEMUNGUTAN PERAK DARI LARUTAN FIXER PENCUCI FILM RADIOGRAFI


BERBASIS REAKSI PERTUKARAN 347
Pandu Dwi Cahya Perkasa, Noor Anis Kundari, Sugili Putra

EVALUASI BEBAN BUSBAR BNA/BNB/BNC YANG DICATU OLEH GENSET


BRV10/20/30 RSG GA. SIWABESSY 355
Koes Indrakoesoema, Yayan Andriyanto

__________________________________________________________________________________________
x
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
PENGEMBANGAN POLIETILENA OKSIDA-POLIETILENA GLIKOL
DIMETAKRILAT HIDROGEL FILM UNTUK APLIKASI PEMBALUT LUKA
MELALUI IRADIASI ELEKTRON BEAM 365
Haryanto, Nunuk Aries N.

IMPLEMENTASI FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) PADA


PERAWATAN TUNGKU REDUKSI ME-11 UNTUK PEMROSESAN GAGALAN
PELET SINTER UO2 371
Triarjo, Sugeng Rianto, Meniek Rachmawati

RADIOGRAFI Co-60 MENGUJI BEARING HOUSING 379


Djoli Soembogo

RADIOGRAFI SINAR-X MENGUJI HUB AIR DEFLECTOR 385


Djoli Soembogo, Harun Al Rasyid R, Namad Sianta

PENGEMBANGAN SISTEM AKUISISI DATA PARAMETER PROSES REAKTOR


KARTINI BERBASIS SIMULASI MENGGUNAKAN SUPER PLC T100MD-2424 391
Lolika Dia Amora, Adi Abimanyu, Muhtadan

SISTEM KENDALI GENERATOR INDUKSI MENGGUNAKAN ARDUINO 399


Agus Purbhadi, Budi Suhendro, Abdul Khanan

RANCANG BANGUN GENERATOR INDUKSI 1 FASA MENGGUNAKAN MOTOR


INDUKSI 3 FASA 409
Ignatius Agus Purbhadi, Suyatno, Ahsanu Qoulan

APLIKASI ISOTOP ALAM SEBAGAI STUDI INTERKONEKSI HIDRAULIK DANAU


LIDO DENGAN AIR TANAH SEKITARNYA 417
Dessy Purbandari

PENENTUAN SPHERICITY DAN DISTRIBUSI INTENSITAS BERKAS ELEKTRON


DARI SUMBER ELEKTRON TIPE PIERCE BERBASIS MATLAB 423
Achmad Ramadhani, Darsono, Anwar Budianto, Suhartono

RANCANG BANGUN SISTEM MONITORING DAN PENGUKURAN PARAMETER


TERMOHIDROLIKA BERBASIS LABVIEW PADA UNTAI FASSIP 435
Sumantri Hatmoko, Sudarno, Djiwo Harsono

ANALISIS UNSUR PADA LUMPUR ENDAPAN PENAMPUNG LIMBAH CAIR


KOLAM DRAINASE RSG-GAS 443
Nugraha Luhur, Rohidi, Mashudi

RANCANG BANGUN ALAT MONITOR KADAR KARBON DIOKSIDA DI


PERMUKAAN TROPOSFER BERBASIS ANDROID 451
Fauzy Fatahillah, Ginaldi Ari Nugroho, Nugroho Tri Sayoto

__________________________________________________________________________________________
xi
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
RANCANG BANGUN MECHANIC CUTTING BERBASIS ARDUINO DENGAN TIGA
DERAJAT KEBEBASAN 459
Aryanda Lukmana, Suroso, Nugroho Tri Sanyoto

MODIFIKASI SISTEM KENDALI SIMULATOR LENGAN ROBOT PEMINDAH


BARANG MENJADI SISTEM KENDALI BERBASIS ARDUINO 467
Yadi Yunus, Dayu Dymas Ilham Perkasa, Budi Suhendro

__________________________________________________________________________________________
xii
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

PENINGKATANPROFESIONALITASSDMUNTUK
MEWUJUDKANIPTEKNUKLIRUNGGUL

DjarotS.Wisnubroto
Badan Tenaga Nuklir Nasional

www.batan.go.id

__________________________________________________________________________________________
1
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

PERKEMBANGANSDMNUKLIRINDONESIA

Sejarah Iptek Nuklir bermula dari visi BungKarno terhadap


Energi Atom.
1950an:pengiriman sarjana Indonesiauntuk mengambil gelas
S2dan S3diluar negeri membangun reaktor riset Bandung
dan reaktor Yogyakarta.
1970an:beberapa jurusan diITB,UGM,dan UImemberikan
pelajaran tentang radiasi dan nuklir.
1980an:saat pembangunan Reaktor Serpong,dikirim
karyasiswa ke berbagai negara.
Berdirinya PATN(1985)dan kemudian menjadi STTN(2001).

www.batan.go.id

Tantangan ProgramSDMNuklir
Tidak ada programbesar dalam 25tahun
terakhir demotivasi dan penurunan
kompetensi
Penuaan SDMkekurangan SDM&sebagian
tak mau keluar dari comfortzone
Anggaran yangterbatas penuaan fasilitas
MonopoliNuklir BATAN tak ada kompetisi
&sulit meyakinkan pemangku kepentingan
karena terlalu BATANsentris

__________________________________________________________________________________________
2
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Solusi 1:Ciptakan ProgramUnggulan


BATAN

PembangunanIradiator GammaMerah Putih


ProgramTamanSains dan Tekno
PembangunanRDE
Revitalisasi Reaktor Bandung
dll

50TAHUNREAKTORTRIGABANDUNGMENGABDI

www.batan.go.id

__________________________________________________________________________________________
3
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

PEMBANGUNANIRADIATORGAMMA
Perisaikomponen Konsep2perisai:
Perisaibiologi Perisaikomponen
Perisaibiologi

PILOTPLANTPRODUKSI
LOGAMTANAHJARANG(LTJ)
Muntok BangkaBarat
Pilot Plant LTJ
hidroksida dari
monasit dengan
kapasitas 50 kg
monasit per hari telah
Produk LTJ Hidroksida berdiri dan
komisioning pada Juli
2015
Pilot Plant LTJ Hidroksida

__________________________________________________________________________________________
4
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

PROGRAMREAKTORDAYA
EKSPERIMENTAL

PENDAYAGUNAANIPTEKNUKLIR

__________________________________________________________________________________________
5
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Visi:BATANunggul ditingkat regional,berperan dalam


percepatan kesejahteraan menuju kemandirian
g
bangsa

Kondisi SDM(25/8/16):N
Usia ratarataSDM :47thn,11bln,22hari
Jumlah SDM :2722pegawai
Sd 2019berkurang :~600peg.(puncak di2018)
Contoh kondisi PSTA :44,15%usia 5665thn
Usia 45thn ke bawah :30,7%
Fungsional tertentu :40,0%

www.batan.go.id

__________________________________________________________________________________________
6
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Solusi 2:Menghadapi penuaan


pegawai
Lolosbutuh selektif
Kerjasama dengan perguruan tinggi berefek
ganda:berkembangnya komunitas nuklir dan
mengisi kekosongan tenaga peneliti.
Pegawai nonPNS:PPPK(?)&outsourcing
Optimalkan PNSyangada:multitasking,opsi
pemutihan pranata nuklir,usulkan jabatan
fungsional tertentu baru.

Jumlah Pelatihan Kenukliran Pusdiklat BATAN2010


2015
60 55

50
JumlahPelatihan

40
31
30
22 23
20 19
20 16
11 12
10

__________________________________________________________________________________________
7
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Lembaga Pendidikan Kenukliran


UGM UI ITB STTN
Faculty Subject
(S1) (S1) (S1) (D 4)

Nuclear Eng. 40 0 0 0
Physic Eng. 93 0 100 0
Electrical Eng. 103 80 150 0
Chemical Eng. 115 80 271 0
Mechanical Eng. 119 80 155 0
Engi neeri ng Electronic &
0 0 0 34
Mechanics
Elektronic and
0 0 0 31
Instrumentation
Nuclear and
0 0 0 37
Tecnochemical
Nat ural Physic 75 90 0
227
Scie nce Chemistry 179 70 0
Nuclear Eng:
Teknology, Nuclear
Nuclear Reactor
Spe cialization safety, and Physic and
Physic Technology
Medical Particle
Physic
Deendarlianto,FrenchIndonesiaJointSeminar,Serpong,1213October2015

Situasi Fasilitas Nuklir BATAN


Puncak pembangunan:1965,1978,1987
Berkonsekuensi ageing (~50thn,~40thn,
30thn)
DIPABATANfluktuatif,meskipun cenderung
naik,tetapi tak sebanding dengan proses
penuaan fasilitas.
DIPA2016,porsi Gaji 47%,sementara litbang
10,66%.

www.batan.go.id

__________________________________________________________________________________________
8
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

www.batan.go.id

Solusi 3:Menghadapi Keterbatasan


Anggaran
Manfaatkan fasilitas nuklir yangada secara
maksimal,terutama 3reaktor riset (masih
underutilized)
Tonjolkan litbang yangberbiaya rendah yang
segera bisa dimanfaatkan masyarakat
misalnya pertanian.
Kerjasama dalam dan luar negeri.

__________________________________________________________________________________________
9
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Solusi 4:Mengurangi monopoli


BATANdibidang nuklir
Kerjasama dengan perguruan tinggi dibidang
iptek nuklir,terutama dengan yangbaru
tumbuh.
Mendorong lembaga laindipemerintah pusat
maupun daerah untuk berbicara nuklir.
Dalam jangka panjang merevisi UUNo.
10/1997terkait tugas dan fungsi BATAN.
BATANsebagai clearinghouse.

KESIMPULAN
Fokus pada sumber daya yangada,baik fasilitas
maupun SDM.Masih banyak yangbisa dilakukan
supaya nuklir Indonesiaunggul.
Buka seluasluasnya kerjasama dengan perguruan
tinggi atau lembaga lain.Kurangi monopoli,ciptakan
sinergi sekaligus kompetisi.
Programunggulan (RDE,IrradiatorGammadll)salah
satu tujuannya merubah mindsetSDMnuklir supaya
berbasis target.

__________________________________________________________________________________________
10
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

TERIMAKASIH
NOONEWHOWASNORMAL
EVERMADEHISTORY

__________________________________________________________________________________________
11
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
12
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Indonesia
Kompeten

Sistem Pengembangan Sertifikasi


Kompetensi Kerja
SDM Indonesia

Oleh
Ir.Bachtiar Siradjuddin, MM, IPU
Komite Perencanaan, Harmonisasi Kelembagaan BNSP

Jogyakarta, 25 Agustus 2016

LATAR BELAKANG
1. SDM merupakan salah satu modal utama dari kegiatan
Industri, selain kapital, teknology dan lainnya
2. Tantangan Dunia Kerja Globalisasi/AFTA/APEC
Dampak terhadap pasar kerja
Tenaga kerja yang terampil sangat penting untuk menarik
investasi
Perbaikan pendidikan dan sistem pelatihan sebagai
dasar penyempurnaan SDM Nasional
Tidak ada solusi yang mudah ataupun jalan pintas yang
dapat menghubungkan penyempurnaan SDM nasional
dengan pendidikan dan pelatihan

__________________________________________________________________________________________
13
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Kondisi Kualitas SDM Hasil


Pendidikan saat ini
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kemendiknas mutu
SDM hasil pendidikan Indonesia rendah dengan indikator :
1. Daya saing (competitiveness)
SDM Indonesia rendah, lebih rendah dari SDM
Vietnam, apalagi Malaysia.
2. Nilai dan sikap kewiraswastaan rendah, makin tinggi
pendidikan makin rendah sikap kewiraswastaannya.
3. GDP yang rendah, meskipun rata-rata lama pendidikan
penduduk Indonesia cukup tinggi tapi GDPnya rendah.

Tuntutan kompetensi profesi dari sistem industri

ISO 17025/ SNI 19-17025 : Lab


SHACCP+ISO 22000 : Ind Pangan
IWA2 : Diklat
ISO 9000/SNI 19-9000 : Industri
ISO 14000/SNI 19-14000 : lingkungan
ISO 15189 : Klinik
CAC/RCP1/SNI 01-4852 : pertanian
IFOAM Standard : Organik
IEC : Listrik
dll

__________________________________________________________________________________________
14
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Tantangan Globalisasi
GLOBALISASI MENCIPTAKAN BERBAGAI KOMUNITAS PEMANGKU KEPENTINGAN
YANG MENGARAH PADA AKTIVITAS KOMUNIKASI, KOLABORASI, DAN KOMPETISI

Skema sertifikasi KKNI dan kesetaraannya

S3 Subspesialis
9
AHLI
S2 Spesialis 8

Profesi 7

S1 6
DIV
TEKNISI/ANALIS
DIII 5

DII 4

DI 3

Sekolah OPERATOR
Sekolah 2
Menengah Menegah
Umum Kejuruan 1

__________________________________________________________________________________________
15
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Sertifikasi Kompetensi Profesi

SERTIFIKAT
KOMPETENSI
PROFESI ??

KOMPETEN ?
KOMPETENDIARTIKANKEMAMPUANDAN
KEWENANGANYANGDIMILIKIOLEH
SESEORANGUNTUKMELAKUKANSUATU
PEKERJAAN,YANGDIDASARIOLEH
PENGETAHUAN,KETERAMPILANDANSIKAP
SESUAIDENGANUNJUKKERJAYANG
DITETAPKAN

__________________________________________________________________________________________
16
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Sertifikasi Kompetensi Kerja


Proses pemberian sertifikat
kompetensi yang dilakukan
secara sistematis dan obyektif
melalui uji kompetensi yang
mengacu kepada Standar
Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia (SKKNI), regional,
internasional dan/atau
khusus.

Kompetensi kerja

Integrasi dari 3(tiga)komponen:


Knowledge : KnowWhy
Skill : KnowHow
Attitude : HowShould

Kompetensi
Knowledge Kerja

Skill Attitude
10

__________________________________________________________________________________________
17
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Cycle Diagram of lifelong learning


Continual improvement

Basic Traing in
training the work
place

Expand the
competency
Lifelong learning

Assessment
in the work
place
Certfication

Manfaat Sertifikasi kompetensi


Untuk Usaha :
Membantu usaha meyakinkan kepada kliennya bahwa
produk/jasanya telah dibuat oleh tenaga-tenaga yang
kompeten.
Membantu usaha dalam rekruitmen dan mengembangkan
tenaga berbasis kompetensi meningkatkan efisensi HRD
efisiensi nasional.
Memastikan usaha mendapatkan tenaga yang kompeten.
Membantu usaha dalam sistem pengembangan karir dan
renumerasi tenaga berbasis kompetensi.
Memastikan dan meningkatkan produktivitas.

__________________________________________________________________________________________
18
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Manfaat sertifikasi kompetensi


Untuk tenaga kerja:
Membantu tenaga profesi meyakinkan kepada organisasi/usaha /kliennya
bahwa dirinya kompeten dalam bekerja atau menghasilkan produk atau jasa.
Membantu memastikan dan memelihara kompetensi untuk meningkatkan
percaya diri tenaga profesi.
Membantu tenaga profesi dalam merencanakan karirnya.
Membatu tenaga profesi dalam mengukur tingkat pencapaian kompetensi
dalam proses belajar di lembaga formal maupun secara mandiri.
Membantu tenaga profesi dalam memenuhi persyaratan regulasi.
Membantu pengakuan kompetensi lintas sektor dan lintas negara
Membantu tenaga profesi dalam promosi profesinya dipasar tenaga kerja

Manfaat sertifikasi kompetensi


Untuk LEMDIKLAT:
Membantu memastikan link and match antara kompetensi
lulusan dengan tuntutan kompetensi dunia usaha .
Membantu memastikan tercapainya efisiensi dalam
pengembangan program diklat.
Membantu memastikan pencapain hasil diklat yang tinggi.
Membantu Lemdiklat dalam sistem asesmen baik formatif,
sumatif maupun holistik yang dapat memastikan dan
memelihara kompetensi peserya didik selama proses
diklat.

__________________________________________________________________________________________
19
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Tujuan sertifikasi kompetensi


Untuk Pemerintah:
Membantu memastikan pencapaian program
pengembangan SDM pada sektornya.
Membantu memastikan kesesuaian sistem
pembinaan dan pengendalian SDM dalam
sektornya.
Membatu memastikan target-target perencanaan
program pembangunan pada sektornya.

APA DAN SIAPA BNSP ?


OTORITAS KOMPETEN DAN INDEPENDEN
BERTANGGUNG JAWAB KEPADA PRESIDEN
BERTUGAS MENYELENGGARAKAN SERTIFIKASI
KOMPETENSI KERJA
KEANGGOTAAN TERDIRI DARI 15 ORANG UNSUR
MASYARAKAT DAN 10 ORANG UNSUR PEMERINTAH
DIBENTUK BERDASARKAN PP NO. 23 TAHUN 2004 ATAS
PERINTAH UU NO. 13 TH 2003 TENTANG
KETENAGAKERJAAN

__________________________________________________________________________________________
20
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Sertifikasi Kompetensi Kerja

Siapa yang disertifikasi ? Apa yang diujikan ?


PESERTA SERTIFIKASI STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI KERJA KERJA

SKEMA SERTIFIKASI

UJI
KOMPETENSI PERANGKAT/MATERI UJI
KOMPETENSI

PENGUJI TEMPAT UJI


KOMPETENSI

__________________________________________________________________________________________
21
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

STANDAR KOMPETENSI KERJA

Menggambarkan pengetahuan, keterampilan


maupun sikap yang disyaratkan dalam
pekerjaan di industri
Dibuat oleh industri
Merupakan pedoman dasar pelatihan, untuk
menentukan kualifikasi maupun penilaian
kompetensi
Merupakan pedoman bagi pelatih maupun
evaluator terhadap penyelenggaraan dan
penilaian pelatihan

19

PENERAPAN SKKNI KEMAMPUAN TELUSUR DAN EKIVALENSI DNG SISTEM DIKLAT,


SERTIFIKASI DAN SOP usaha

PENERAPAN SERTIFIKASI PENERAPAN


SKKNI DALAM DIKLAT PADA usaha

Judul Unit Judul Learning Skema sertifikasi unit Judul SOP


material kompetensi
Deskripsi unit Ruang lingkup diklat Ruang lingkup Ruang lingkup SOP
asesmen

Elemen Pencapaian hasil Elemen asesmen Langkah-langkah


pembelajaran proses
KUK Kriteria evaluasi Kriteria pencapaian Instruksi kerja
belajar Kompetensi
Batasan Kontektualisasi diklat Kontektualisas Spesifikasi sesuai
asesmen dan dengan konteks
Veriabel spesifikasi
Panduan evaluasi Penduan asesmen QA
Penialaian

__________________________________________________________________________________________
22
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Skema sertifikasi ?
Paket kompetensi dan persyaratan
lain yang berkaitan dengan katagori
jabatan atau keahlian tertentu dari
seseorang

JENIS SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI

Skema Sertifikasi Kualifikasi Kerja


Nasional Indonesia

Skema Sertifikasi Kualifikasi


Okupasi (Jabatan) Nasional
Skema Sertifikasi berdasar Paket
Kompetensi (Cluster)

Skema Sertifikasi Unit Kompetensi

__________________________________________________________________________________________
23
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Skema sertifikasi KKNI


9

7
SKKNI SKKNI
6 6
6
Sertifikat 6
5 SKKNI SKKNI
6 5
4

3
SKKNI + Pre-
5 requisites
2

Skema sertifikasi OKUPASI

Skema SKKNI SKKNI


3 6
Sertifikasi
Kualifikasi
Okupasi SKKNI
SKKNI
Nasional 7 4

SKKNI + Pre-
6 requisites

__________________________________________________________________________________________
24
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Terima Kasih

__________________________________________________________________________________________
25
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
26
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Internationalisation in nuclear
education and nuclear human
resources development
Dr Herma Buttner, ANSTO
August 2016, Yogyakarta, Indonesia

Outline

Educational networks linked to the IAEA


ANENT
CLP4NET
Other educational networks
Examples of national nuclear knowledge
networks
Higher education in Australia
Human resources development at ANSTO
Outreach activities

__________________________________________________________________________________________
27
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Asian Network for Education in Nuclear Technology


(ANENT)
Activities and Achievements

ANENT Achievements

ANENT activities have been carried out focused on


cooperation, and sharing of information and knowledge for
nuclear capacity building through E&T by utilisation of e-
learning platform in Asia and the Pacific region

https://www.anent-iaea.org

__________________________________________________________________________________________
28
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

ANENT Achievements

Development of national
Learning Management
Systems - LMS

(BATAN/Indonesia)

(Tokyo U./Japan)

(KAERI/Korea)

Main Activities in 2014-2015

Group activities in 2014-2015 agreed in June 2014

GA 1 - Web-portal Upgrading and Integrated Database

GA 2
- Utilisation of ANENT Regional LMS
Group
GA 3
Activities - Development of Education Material
GA 4
- Promotion of ANENT
GA 5

- Collaboration with IAEA and other Networks

__________________________________________________________________________________________
29
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

The Learning Management System - LMS


LMS hosted at KAERI

E-Training courses on how


to use the LMS
to develop nuclear e-learning content
register/ login
https://ilms.kaeri.re.kr

IAEA TC Regional Project RAS/0/075

Outline of the TC Project RAS/0/075


Title: Networking for nuclear education, training and outreach programme in
nuclear science and technology in the framework of ANENT
Duration: from 1.Jan. 2016 for 4 years
Budget: 860,000

Main activities of the project


Utilisation of ANENT regional LMS
Collaboration and sharing of information for outreach activities
Internet research reactor laboratory project

Kick-off meeting in May 2016

__________________________________________________________________________________________
30
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Cyber Learning Platform for Network


Education and Training (CLP4NET)
Contains Integrated Data Base on nuclear
education and training
https://www.iaea.org/nuclearenergy/nuclearkno
wledge/CLP/index.html
Centralises information from
organisations in regional nuclear
education networks from Africa
(AFRA-NEST), Latin America
(LANENT) and Asia (ANENT)
Organised in main areas of
training courses, university
degrees, PhD topics, opportunities,
educational material, organisations

Collaborative networks
World Nuclear University
Asia
FNCA Forum for Nuclear Cooperation in Asia
AONSA neutrons only
Europe
ENEN European Nuclear Education Network
Neutrons only: E-learning NMI3
Australia
AINSE Australian Institute of Nuclear Science
and Engineering

__________________________________________________________________________________________
31
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

World Nuclear University

worldwide network of nuclear education and


research institutions
http://www.world-nuclear-
university.org/imis20/wnu/

Training courses

Forum for Nuclear Cooperation in Asia


(FNCA)
Framework for cooperation towards peaceful
use of nuclear technology, Japan-led
http://www.fnca.mext.go.jp/english/index.html
Asian Nuclear Training and Education Program
- ANTEP
Nationally coordinated

__________________________________________________________________________________________
32
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Organisation of Japans nuclear human resources net


JAIF, JEPIC (Japan Electric Power Information International institutions
Center, Inc.), IRM (Institution of Radiation IAEA-ANENT, ENEN etc. CAO
Measurements), IAE (The Institute of Applied M O E
Energy), NUSTEC (Nuclear Safety Technology Related
Center), JANSI (Japan Nuclear Safety Institute), corporations and M E T I
NSRA (Nuclear Safety Research Association), associations, etc. MOFA
JCAC (Japan Chemical Analysis Center), JICC,
NMCC (Nuclear Material Control Center), RADA
(Radiation Application Deveropment Association), M E X T
JRIA (Japan Radioisotope Association), WERC
(The Wakasa Wan Energy Research Center), KAN- Network Steering
GEN-KON.
Committee Government lab.
institutions

Network Planning WG Sub-Working group (Secretariat


Technical Institute of Planning, discussing and reviewing for and related institutions only)
National inter-organ programs Submitting and discussing each project
colleges JAEA, NIRS
College of Elementary and secondary education (National
Technology Secretariat Higher education Institute of
(JAEA & JAIF/JICC) Globalization of human resources Radiological
Service office Support for the HRD programs in Sciences),.
(coordination, consultation) nuclear- emerging countries
Universities Creating and managing HRD DB, Transfer of knowledge and skills etc.
Transmitting information
Responding inquiries
from abroad etc. Federation of
Tokyo Institute of Technology, The Electric Power
Univ. of Tokyo, Kyoto Univ., Companies
Okayama Univ., Hiroshima Univ.,
Nagoya Univ., Kobe Univ., Univ. of
Fukui, Fukui Univ. of Technology,
Tokyo City Univ., Osaka Prefecture Academic 9 power utilities
Univ., Nagaoka Univ. of Technology, Societies (Hokkaido, Tohoku, Hokuriku,
Tokai Univ., Kinki Univ., Hokkaido Local Tokyo, Chubu, Kansai, Chugoku,
Univ., Hachinohe Institute of Activities Manufactures Shikoku, Kyusyu), JAPCO (The
Atomic Japan Atomic Power Company),
Technology, Tohoku Univ., Univ. of Energy
Aizu, Ibaraki Univ., Kanazawa Univ., Aomori J-Power (Electric Power
Society Prefecture , Toshiba, Mitsubishi- Development Co., Ltd.),
Osaka Univ., Kyushu Univ., Shizuoka of Japan.
Univ., Niigata Institute of Oarai Town. HI, Mitsubishi-Electric, JNFL(Japan Nuclear Fuel
Technology. Hitachi GE, Limited), FEPC(The Federation
NTC(Nuclear Power of Electric Power Companies of
Training Center Ltd.), Japan).
Mitsubishi-Nuclear
Fuel, Mitsubishi-FBR
70member are registered under JN-HRD Net SYSTEMS.
JINED
Obligation 1) Providing information regarding nuclear HRD to this network 13
Obligation 2) Appointing contact person

InstitutionsinvolvingnuclearknowledgeinThailand
R&D
Academic Regulator
Public university : 28
Private University: 61 Institutes
CMU
CU
Technical University: 10

KU MU PSU OAP CRI TINT


Offerdegreein regulatesafetyutilizationsof Research
NuclearTechnology radiationandnuclearmaterials. Training
NuclearEngineering coordinateformulationof Services
nationalpolicyandstrategic outreach
AppliedRadiationandIsotopes
plansonpeacefulutilizationof
MedicalImaging

Energy
atomicenergy.
MedicalPhysics NationalLiaisonOffice
RadiologicalScience coordinateandcarryout
RadiologicalTechnology technicalcooperationwith
organizationsinThailandand Ministry of
Physics
abroad.
Energy
EGAT
Research Outreach
Training NuclearPowerplantproject
outreach outreach

__________________________________________________________________________________________
33
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

European Nuclear Education Network - ENEN

International non-profit organisation established


on 22 September 2003 under French Law
http://www.enen-assoc.org/en/
EMSNE - European Master of Science in
Nuclear Engineering

To get an account https://www.e-neutrons.org/

__________________________________________________________________________________________
34
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

The Asia-Oceania Neutron Scattering


Association (AONSA)
Affiliation of neutron scattering societies and
committees directly representing users in the
Asia-Oceania Region
http://aonsa.org/about-aonsa/
Neutron schools
Fellowships

Studying nuclear science and


engineering in Australia
MasterofNuclearScience,AustralianNational
University(Canberra)
http://programsandcourses.anu.edu.au/program/MNUCL
MasterinNuclearEngineeringatUniversityofNew
SouthWales,UNSW(Sydney)
https://www.engineering.unsw.edu.au/studywithus/postgraduate
degrees/masterofengineeringsciencenuclearengineering
AustralianInstituteofNuclearScienceand
Engineering AINSE(consortiumofuniversities)
http://www.ainse.edu.au

__________________________________________________________________________________________
35
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Master of Nuclear Science


Since2007
2yearMasters(from2015)
Prerequisite:Bachelordegree
Courseworktostudythefundamentalsand
applicationsofnuclearscience,including
materialsanalysis,datingtechniques,nuclear
medicine,andnuclearenergy,including
laboratorybasedtrainingusingadvanced
equipment.

Nuclear Engineering at University of


New South Wales, UNSW (Sydney)
Startedin2014
Mastersdegreeprogramme,12years
FillgapinUNSWeducationprogramme:broad
based,notonlypowergeneration
Coresubjects:nuclearengineeringreactor
physics,fuelandlifecyclemanagement,safety,
security&safeguards
Accessfrommostengineeringdisciplines
Developstrategicinternationalcollaborations

__________________________________________________________________________________________
36
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

AINSE
Australian Institute of Nuclear Science and
Engineering
Consortium;AINSEskeyareas:
accesstomajorANSTOfacilities
scientificoutcomes
networking
excellenceinimpact
Researchtrainingthrough:
scholarships,incl.travel
postgraduateresearchawards
AINSE scholarship holders -
researchfellowships(3yearappointment) senior undergraduate students
workshops/conferences

Australias strategy of nuclear


human resources development
Australia is not planning to introduce nuclear power.
If Australia were to take a decision to introduce nuclear
power HR needs were outlined in a report prepared for
the Australian government in 2006.
Identification of workforce requirements for radiation
training (radiation sources, nuclear medicine, mining),
including general radiation safety awareness training.
Individual nuclear agencies, such as the Australian
Nuclear Science and Technology Organisation (ANSTO)
and the Australian Radiation Protection Agency
(ARPANSA), develop HRD plans to meet their specific
needs.

__________________________________________________________________________________________
37
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

ANSTO Vocational training:


Radiation Safety Courses

Advanced Industrial General Safeuseof


Radiation Radiation Radiation XrayDevices
SafetyOfficer SafetyOfficer SafetyOfficer

RadiationSafety Safeuseof Safeuseof


forLaboratory FixedRadiation Portable
Workers Gauges Moisture/Density
Gauges

Who is ANSTO?
Australian Nuclear Science and Technology Organisation

ANSTO is a Federal Government agency that operates a range of nuclear and non-
nuclear facilities and equipment for research and commercial purposes.
It is located in Lucas Heights on a 70 hectare campus
~ 35 km to the south-west of Sydneys centre.

__________________________________________________________________________________________
38
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

ANSTO locations
Darwin

Northern
Territory
Queensland
Western Australia
Brisbane
South
Australia
Perth New South Wales Camperdown Cyclotron
Adelaide Sydney

Victoria Lucas Heights Campus


Melbourne
Australian Synchrotron
Tasmania
Hobart

Critical Infrastructure to deliver science


Research reactor Accelerators Cyclotron and Synchrotron
OPAL and imaging facilities
neutron-beam
instruments

Camperdown,
Lucas Heights Lucas Heights Melbourne
Sydney University

__________________________________________________________________________________________
39
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

ANSTO Businesses
ANSTO Health supplies more than 80% of the annual diagnostic nuclear medicine
procedures in Australia.

ANSTO Silicon Irradiation conducts neutron transmutation doping of silicon for


European and Asian manufacturers of silicon wafers

ANSTO Minerals has a 20-year track record in providing specialist consultancy


services to the mining and minerals processing industries (uranium & rare earth
elements)

Research

Life Sciences / X-ray Materials Neutron Environment Minerals


Health scattering scattering

__________________________________________________________________________________________
40
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Our people
~1100 employees

Enabling and Technical and


support roles Engineering Services
24.7% 52.1%

Research and
Innovation
23.2%

__________________________________________________________________________________________
41
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Careers@ANSTO
ScienceCareers@ANSTO EngineeringCareers@ ANSTO
Physics Mechanical
Chemistry Electrical
Biology Mechatronic
Environment Asset Management
EarthSciences Chemical/Process
Forensics Computer/Software
Archaeology Civil
MaterialsScience
ANSTOengagesengineeringand
Radiochemistry
scienceprofessionalsfromall
Climateprocesses
specialistareasincludingmulti and
Hydrology
interdisciplinaryactivities.

Level 3 DevelopingYour
Commercial
StrategicThinking&
Leadership
Development
Lead Planning
Acumen Centre
Practitioner

Advanced
Advanced MentoringProgram Giving&Receiving TheEngagedLeader Reasonable
Influencing& ManagingPeople
PresentationSkills (forMentees) Feedback Program ManagementAction
NegotiationSkills

Level 2 ShowLeadershipin
theWorkplace
Financefornon
GrowingResilience
ManageQuality
CustomerService
BuildingHigh Effective Performance
Advanced financeManagers PerformingTeams Conversations Coaching
Online Online
Practitioner
Facilitate
Manage Manage Lead& Developa Manage
Changeinthe Continuous
Budgets&Financial EffectiveWorkplace ManageTeam WorkplaceLearning PeoplePerformance
WorkplaceOnline Improvement
PlansOnline RelationshipsOnline EffectivenessOnline EnvironmentOnline Online
Online

Negotiation& Change Project ANSTO


PresentationSkills EffectiveWriting PersonalPlanning&
InfluencingSkills Management Management Toastmasters
Foundation Skills Productivity
Foundation Fundamentals Fundamentals Program
Level 1
Practitioner Influencing Workplace
CreativeProblem CustomerService& MicrosoftOffice Time&Stress NewStarter
Persuasion& Communications
SolvingOnline ConsultingOnline Online ManagementOnline InductionProgram
NegotiationOnline Online

Key:

__________________________________________________________________________________________
42
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Early career development at ANSTO

E-learning: Learning Management


System
Graduate programme (maintaining
HRD expertise)
Engage staff in outreach activities:
Meet an expert
Distinguished lectures recorded
Hosting international fellows

ANSTOsGraduateDevelopmentProgram
Year1
Inductionandgroupprofessionaldevelopment(twoweeks)
Ninemonthrotationalplacementalignedwithgraduatedegree
Groupprofessionaldevelopment(twoweeks)
Fourmonthrotationalplacementselectedtobroadenthegraduatesknowledgeof
ANSTO

Year2
Customisedplacements(oneortwo)alignedwithgraduatedegree
Individualdevelopmentplansestablishedalignedtotargetedselectionandto
preparegraduatefortheirongoingcareeratANSTO

KeyBenefitsoftheProgram Buddy/Mentors
Professionaldevelopment
Networkingevents
Work/LifeBalance
Cohortsystem

__________________________________________________________________________________________
43
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Young Researcher Club

Focus Research informal

Postdocs, students (PhD, year in


industry) joint positions
Self organised
About 40 members
Career development: e.g. giving
presentations, grant writing
Discussion with board members
Social: morning tea, trivia nights,
special visits

Academic outreach activities


Higher-education collaborations, e.g. joint
positions, PhD and undergraduate students (ANSTO is
not degree awarding)

Australian Collaboration for Accelerator Science


ACAS: ANU, ANSTO, Australian Synchrotron, Melbourne University

Internships national and international (e.g.


KONICOF)
Schools, workshops
Coordination: (IAEA) Fellows, RCA
Distinguished lecture series
Science teachers training

__________________________________________________________________________________________
44
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Communicating nuclear science

Material
Brochures, books (written)
Video
Apps, games
Schooltours
Videoconferenceswithschools
Teachertraining
Distinguishedlectureseries(opentopublic)

The ANSTO Discovery Centre

__________________________________________________________________________________________
45
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Engaging Australian students


Primary School High School Snr High School University
5 12 yrs 13 - 16 yrs 17 - 18 yrs 19 - 21 yrs

Tours of ANSTO site

ANSTO School Science Prize


Training in
National youth schools/
Ultimate workshops;
School Holiday science forum,
Science research
workshops scientists in
Guide projects
schools

ANSTO developed education games

Fact or Fiction

Undergraduate tours

Acknowledgements

Youngmi Nam, Sipyo Rho, KAERI, S-Korea


Supitcha Chanyotha, Chulalongkorn University, Thailand
Kiyonobu Yamashita, JAEA, Japan
Australia
ANU: Andrew Stuchbery
UNSW: Edward Obbard, Wendy Timms, John Fletcher
ANSTO: Lauren Baldock, Peter McGlinn, Megan
Tracey, Rod Dowler, Regan Beckinsale

__________________________________________________________________________________________
46
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Thank you and


?

www.ansto.gov.au

__________________________________________________________________________________________
47
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
48
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI PEGAWAI TU BATAN


MELALUI DIKLAT ADMINISTRASI PERKANTORAN
Nata Wijaya 1 dan Rhisa Azaliah 1

1) Biro Perencanaan (Badan Tenaga Nuklir Nasional, Jalan Kuningan Barat, Mampang
Prapatan, Jakarta Selatan, Indonesia 12710)

ABSTRAK

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI PEGAWAI TU BATAN MELALUI DIKLAT


ADMINISTRASI PERKANTORAN. Tuntutan masyarakat terhadap kinerja lembaga pemerintahan
semakin lama semakin meningkat tidak terkecuali BATAN yang merupakan Lembaga Pemerintah Non
Kementerian (LPNK). BATAN dituntut untuk mampu melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik
salah satunya pelaksanaan akuntabilitas dan transparansi yang tinggi. Sumber daya manusia (SDM)
pelaksana tugas tersebut adalah bagian administrasi perkantoran atau lebih dikenal sebagai tata usaha (TU).
Pegawai TU yang memiliki pekerjaan rutin sudah sepatutnya memiliki kompetensi yang sesuai agar
pekerjaan yang menjadi kewajibannya dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai dengan sasaran mutu yang
telah ditetapkan. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan peningkatan kompetensi pegawai TU BATAN.
Peningkatan kompetensi pegawai yang dapat dilaksanakan salah satunya adalah melalui pendidikan dan
pelatihan (diklat). Rancangan peraturan pemerintah terkait manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN)
mengamanatkan agar setiap pegawai negeri sipil (PNS) wajib mengikuti diklat sebanyak 80 jam per orang
per tahun, begitu pula dengan pegawai TU. Sejauh ini pelaksanaan diklat di BATAN dinilai masih belum
merata antara pegawai teknis dengan pegawai administrasi perkantoran. Hal ini ditunjukkan dengan rasio
judul diklat teknis dengan judul diklat yang bersifat administrasi perkantoran di Pusat Pendidikan dan
Pelatihan (Pusdiklat) BATAN yang tidak sebanding, yaitu 55:5. Dengan jumlah pegawai TU BATAN yang
sebanyak 544 orang, dibutuhkan setidaknya Rp1,14 milyar pertahun dari total Rp6,0 milyar untuk memenuhi
kewajiban diklat untuk tiap pegawai. Kemudian berdasarkan data sebaran usia pegawai TU BATAN,
didapatkan sebanyak 47% pegawai berumur lebih dari 51 tahun maka pengembangan kompetensi yang tepat
adalah melalui diklat dan kursus.

Kata kunci: SDM, tata usaha, diklat, ASN

ABSTRACT

COMPETENCE IMPROVEMENT EFFORTS OF BATAN ADMINISTRATION EMPLOYEE


THROUGH OFFICE ADMINISTRATION TRAINING. Public demands on the performance of
government agencies progressively increasing, also in BATAN, a Non-Ministry Government Institution
(LPNK). BATAN have to implement good governance, one of them is high accountability and transparency.
Human resources of this task is the administration employee. Administration employee who have regular
jobs supposed to have appropriate competence in order to work their tasks properly and in accordance with
established quality objectives. Therefore, improving the competence of the administration employees in
BATAN is need to be consider. One way of improving employee competence that can be implemented is
through education and training. Government regulations related to the State Civil Apparatus (ASN)
management mandates that every civil servant (PNS) must follow 80 hours per person per year training, so
do the administration employees. So far the implementation of the training program in BATAN is still
considered not evenly distributed between the technical employee and the administration employee. This
indicated by the ratio number of the training title of technical and administration in Center of Education and
Training (Pusdiklat) BATAN were not comparable, which is 55:5. With the number 544 people of
administration employees of BATAN, it takes at least Rp1.14 billion per year of the total Rp6.0 billion to
comply the training obligations for each employee. Then, based on the age distribution of administration
employees in BATAN, we found that 47% of employees aged over 51 years so the proper competence
development is through training and courses.

Key words: HR, administration, training, ASN

__________________________________________________________________________________________
49
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
upaya mengembangkan kompetensi dan
PENDAHULUAN keahlian para pegawai di bagian Tata Usaha
dan Administrasi. Hal ini menjadi urgen dan
Meningkatnya tuntutan masyarakat penting seiring dinamika kebijakan dan
kepada pemerintah dalam memberikan layanan peraturan, serta tuntutan kebutuhan organisasi
publik yang lebih baik dan efisien, mendorong yang berubah dari waktu-ke waktu.
pemerintah memperbaiki kinerjanya. Undang-Undang Republik Indonesia
Kementerian negara/lembaga diharapkan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
mampu melaksanakan tata kelola pemerintahan Negara telah menggariskan kebijakan terkait
yang baik (Good Governance). Hal ini dituntut standar kompetensi yang harus dimiliki oleh
pula terhadap BATAN sebagai Lembaga seorang PNS agar dirinya mampu
Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang melaksanakan tugas dan fungsi yang diemban
memiliki tugas melaksanakan penelitian, dengan baik dan benar. Salah satu yang
pengembangan dan pendayagunaan ilmu dinyatakan adalah kewajiban bagi kementerian
pengetahuan dan teknologi nuklir. Selain negara/lembaga untuk memberikan kesempatan
menghasilkan produk riset yang berdampak mengembangkan kompetensi bagi PNS di
pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, instansinya baik berupa pendidikan dan
BATAN juga dituntut untuk mampu pelatihan, seminar, kursus, dan penataran, dan
menunjukkan pelaksanaan tata kelola ini merupakan hak bagi PNS. Kementerian
pemerintahan yang baik, dimana salah satu negara dan lembaga berkewajiban untuk
indikatornya adalah tumbuhnya praktik-praktik menyusun rencana pengembangan kompetensi
kepemerintahan yang memiliki akuntabilitas tahunan yang tertuang dalam rencana kerja
dan transparansi yang tinggi kepada pemangku anggaran tahunan kementerian negara/lembaga.
kepentingannya. Oleh karena itu BATAN harus menyiapkan dan
Aspek-aspek akuntabilitas dan merencanakan pengembangan kompetensi
transparansi tata laksana pemerintah terhadap pegawainya, termasuk mereka yang
merupakan bagian dari kinerja administrasi bekerja di bagian administrasi perkantoran.
perkantoran. Sumber Daya Manusia (SDM)
BATAN yang bekerja pada bidang administrasi PERMASALAHAN
perkantoran memiliki peran dan tanggung
jawab yang besar terkait keberhasilan suatu Pusat Pendidikan dan Pelatihan
lembaga dalam menunjukkan pelaksanaan tata (Pusdiklat) BATAN memiliki tugas
kelola pemerintahan yang baik. SDM BATAN melaksanakan program dan evaluasi
tersebut adalah PNS yang bertugas di bagian pendidikan dan pelatihan, penyelenggaraan
Tata Usaha pada unit-unit kerja BATAN. pelatihan, dan pengembangan jabatan
Tugas mereka adalah mengelola dan membuat fungsional yang berada di bawah pembinaan
laporan pembukuan terkait pelaksanaan BATAN. Pada tahun 2014, Pusdiklat telah
keuangan dan perbendaharaan, aset menyelenggarakan dan mengkoordinasikan 39
perkantoran dan Barang Milik Negara (BMN), judul diklat bagi 711 pegawai BATAN dengan
hasil-hasil kinerja atau output BATAN dan total jam diklat sebanyak 63.296 jam. Data
sumber daya yang terlibat di dalamnya, serta pegawai BATAN di akhir tahun 2014 sebanyak
urusan adminsitrasi lain yang dibutuhkan 2.821 pegawai, maka rata-rata jam diklat SDM
dalam menunjang operasional sebuah BATAN tahun 2014 adalah 23,4 jam per orang
kementerian/lembaga. per tahun. Pada tahun 2015, terjadi kenaikan
Adminsitrasi perkantoran BATAN akan penyelenggaraan diklat oleh Pusdiklat sekitar
berjalan dengan baik bila ditangani oleh SDM 60 % baik dari jumlah peserta yang mengikuti
yang memiliki kapasitas dan kapabilitas yang diklat maupun total jam diklat. Tahun 2015
baik terhadap tugas dan fungsinya. Besarnya terselenggara 60 judul diklat bagi 1.182
peran dan fungsi bagian Tata Usaha dan pegawai BATAN dengan total jam diklat
Administrasi menuntut SDM yang bekerja di sebanyak 102.016 jam, sehingga rata-rata jam
dalamnya memiliki kemampuan dan diklat SDM BATAN tahun 2015 adalah 36,2
kapabilitas yang memadai untuk jam per orang per tahun. Angka ini masih jauh
menyelesaikan seluruh pekerjaan yang dari target pada Rancangan Peraturan
dibebankan kepadanya. Untuk itu dibutuhkan Pemerintah tentang Manajemen ASN yang

__________________________________________________________________________________________
50
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
mengamanatkan kementerian negara dan kerja [1]. N. Lyle Spencer dan M. Signe
lembaga untuk memberikan peningkatan Spencer (1993) menghubungkan kompetensi
kapasitas PNS sebanyak minimal 80 jam per dengan efektivitas kinerja individu dalam
pegawai per tahun. pekerjaannya [2]. Secara umum, kompetensi
dapat dipahami sebagai sebuah kombinasi
antara ketrampilan (skill), atribut personal, dan
pengetahuan (knowledge) yang tercermin
melalui perilaku kinerja (job behavior) yang
dapat diamati, diukur dan dievaluasi.
Kompetensi dibedakan menjadi dua tipe,
pertama: soft competency yaitu kompetensi
yang berkaitan erat dengan kemampuan untuk
mengelola proses pekerjaan, hubungan antar
manusia serta membangun interaksi dengan
orang lain. Contoh soft competency adalah:
leadership, communication, interpersonal
relation, dll. Kompetensi tipe kedua disebut
hard competency yaitu kompetensi yang
berkaitan dengan kemampuan fungsional atau
teknis suatu pekerjaan. Dengan kata lain,
kompetensi ini berkaitan dengan seluk beluk
Gambar. 1. Rasio SDM TU dan rasio judul teknis yang berkaitan dengan pekerjaan yang
diklat TU ditekuni. Contoh hard competency adalah:
Ditinjau dari tema diklat yang electrical engineering, marketing research,
diselenggarakan Pusdiklat BATAN (Gambar.1) financial analysis, manpower planning, dll.
maka judul diklat bagi pegawai administrasi Malayu S.P. Hasibuan (2002)
perkantoran masih sangat sedikit. Dari 39 jenis mendefinisikan pengembangan sebagai suatu
diklat yang diselenggarakan Pusdiklat di tahun usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis,
2014, tidak ada satupun diklat yang teoritis, konseptual, moral pegawai sesuai
dikhususkan untuk pegawai administrasi dengan kebutuhan jabatan [3]. Andrew Smith
perkantoran. Namun, pada tahun 2015, dari 60 (2000) mengaitkan pengembangan pada
judul diklat, terdapat hanya 5 judul diklat atau kebutuhan jangka panjang suatu organisasi
hanya 8% judul diklat yang diperuntukkan bagi yang meliputi seluruh aspek peningkatan
pegawai Tata Usaha. Angka ini tentu tidak kualitas [4]. Henry Simamora (1997)
sebanding dengan keberadaan pegawai di mengungkapkan bahwa dalam pengembangan
bagian Tata Usaha di BATAN yang berjumlah pegawai terdapat dua aspek kegiatan penting
544 orang atau 19 % dari keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain,
pegawai BATAN yang berjumlah 2821 orang. yaitu kegiatan pendidikan dan pelatihan, dan
Oleh karena itu dibutuhkan perencanaan dan kegiatan pengembangan SDM itu sendiri.
strategi manajemen pengelolaan diklat pegawai Kedua kegiatan tersebut dimaksudkan untuk
BATAN, khususnya pengembangan SDM bagi menghasilkan Pegawai ASN yang profesional,
pegawai Tata Usaha di BATAN. memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi,
TEORI DASAR kolusi, dan nepotisme [5]. Undang-Undang
Aparatur Sipil Negara menyatakan bahwa
Pengembangan Kompetensi pengembangan kompetensi dilakukan antara
lain melalui pendidikan dan pelatihan, seminar,
Kompetensi menurut Kravetz (2004) kursus, dan penataran.
adalah sesuatu yang seseorang tunjukkan dalam
kerja setiap hari. Fokusnya adalah pada
perilaku di tempat kerja, bukan sifat-sifat
kepribadian atau keterampilan dasar yang ada
di luar tempat kerja ataupun di dalam tempat

__________________________________________________________________________________________
51
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Pendidikan dan Pelatihan Diklat 5. Conferences and Discusion. Pelatihan ini
biasa digunakan untuk pelatihan
Diklat adalah proses terencana untuk pengambilan keputusan dimana peserta
mengubah sikap/prilaku, pengetahuan dan dapat belajar satu dengan yang Iainnya.
keterampilan melalui pengalaman belajar untuk 6. Teleconferencing. Pelatihan dengan
mencapai kinerja yang efektif dalam sebuah menggunakan satelit, dimana pelatih dan
kegiatan atau sejumlah kegiatan (Smith, 2000). peserta dimungkinkan untuk berada di
Diklat bagi PNS berdasarkan Inpres Nomor 15 tempat yang berbeda.
Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pelaksanaan 7. Case studies. Pelatihan yang digunakan
Pembinaan Diklat, bertujuan untuk dalam kelas bisnis, dimana peserta
meningkatkan kepribadian, pengetahuan dan dituntut untuk menemukan prinsip-prinsip
kemampuannya sesuai dengan tuntutan dasar dengan menganalisa masalah yang
persyaratan jabatan dan pekerjaannya sebagai ada.
PNS serta mengubah kompetensi kerja PNS 8. Role play. Pelatihan dimana peserta
sehingga ia dapat berprestasi lebih baik dalam dikondisikan pada suatu permasalahan
jabatannya. tertentu, peserta harus dapat
Diklat dilaksanakan dengan 2 metode menyelesaikan permasalahan dimana
pendekatan, yaitu off the job training dan on peserta seolah-olah terlibat langsung.
the job training. Off the Job Training 9. Simulation. Pelatihan yang menciptakan
merupakan pendekatan pelatihan di luar tempat kondisi belajar yang sangat sesuai atau
kerja yang memberikan kesempatan pada mirip dengan kondisi pekerjaan, pelatihan
pegawai untuk keluar dari rutinitas pekerjaan ini digunakan untuk belajar secara
dan berkonsentrasi dalam mempelajari sesuatu teknikal dan motor skill.
yang berkaitan dengan pekerjaan. Pada 10. Programmed instruction. Merupakan
umumnya pendekatan ini dilakukan di tempat- aplikasi prinsip dalam kondisi
tempat pelatihan pegawai seperti Badan/Pusat operasional, biasanya menggunakan
Diklat atau pusat pengembangan pegawai. komputer.
Tujuannya adalah perubahan perilaku para 11. Computer-based training. Merupakan
pegawai sehingga mampu meningkatkan program pelatihan yang diharapkan
tujuantujuan organisasi atau mempelajari mempunyai hubungan interaktif antara
sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan, dan komputer dan peserta, dimana peserta
perilaku yang spesifik yang berkaitan dengan diminta untuk merespon secara langsung
pekerjaan (Simamora, 1997). Menurut selama proses belajar.
Cherrington (1995) sebagaimana dikemukakan 12. Laboratory training. Pelatihan ini terdiri
Sujoko (2012), metode Off the job training dari kelompok-kelompok diskusi yang
dibagi menjadi 13 macam [6], antara lain: tidak beraturan dimana peserta diminta
1. Vestibule training. Pelatihan dimana untuk mengungkapkan perasaan mereka
dilakukan ditempat tersendiri yang terhadap satu dengan yang lain. Tujuan
dikondisikan seperti tempat aslinya. pelatihan ini adalah menciptakan
Pelatihan ini digunakan untuk kewaspadaan dan meningkatkan
mengajarkan keahlian kerja yang khusus. sensitivitas terhadap perilaku dan
2. Lecture. Merupakan pelatihan dimana perasaan orang lain maupun dalam
menyampaikan berbagai macam informasi kelompok.
kepada sejumlah besar orang pada waktu 13. Programmed group excercise. Pelatihan
bersamaan. yang melibatkan peserta untuk bekerjaa
3. Independent self-study. Pelatihan yang sama dalam memecahkan suatu
mengharapkan peserta untuk melatih diri permasalahan.
sendiri misalnya dengan membaca buku, Pendekatan on the job training adalah
majalah profesional, mengambil kursus bentuk pelatihan di tempat kerja. Pada
pada universitas lokal dan mengikuti pendekatan ini pegawai belajar langsung di
pertemuan profesional. tempat kerjanya, menyesuaikan metode
4. Visual presentations. Pelatihan dengan kerja, melakukan adaptasi dengan pekerjaan,
mengunakan televisi, film, video, atau menggunakan media kerja atau alat kerja
persentasi dengan menggunakan slide. secara langsung dan belajar dari yang lain

__________________________________________________________________________________________
52
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
(Smith, 2000). Metode on the job training yaitu bimbingan yang diberikan fasilitator
cenderung berfokus pada pengembangan dan atau atasan yang bertindak sebagai coach
pelatihan jangka panjang. Metode on the job kepada bawahan mengenai berbagai hal
training dibagi menjadi 6 macam yaitu: yang terkait dengan pekerjaan. Model ini
1. Training instruksi pekerjaan (job merupakan cara yang paling alamiah
instruction training). Pelatihan ini untuk belajar. Dalam konteks perilaku,
memerlukan analisa kinerja pekerjaan pembimbingan dapat dicapai dengan lebih
secara teliti. Pelatihan ini dimulai dengan baik jika melibatkan hubungan yang sehat
penjelasan awal tentang tujuan pekerjaan, antara pegawai dengan fasilitator/coach
dan menunjukan langkah-langkah selama periode waktu mereka
pelaksanaan pekerjaan berdasarkan dari mengerjakan pekerjaan mereka (Firdaus,
masing-masing tugas dasar pekerjaan. 2014).
2. Apprenticeship. Adalah suatu cara
mengembangkan keterampilan pengrajin METODOLOGI
atau pertukangan. Pelatihan ini mengarah
pada proses penerimaan karyawan baru, Metodologi yang digunakan dalam
yang bekerja sama dan dibawah penulisan makalah ini adalah studi literatur dan
bimbingan praktisi yang ahli untuk analisis data sekunder. Studi literatur dilakukan
beberapa waktu tertentu. terhadap aturan dan perundang-undangan
3. Internship dan Assistantships. Pelatihan terkait pengembangan kompetensi ASN serta
ini hampir sama dengan pelatihan literatur terkait manajemen sumber daya
apprenticeship tetapi mengarah pada manusia. Aturan yang dijadikan sandaran
kekosongan pekerjaan yang menuntut adalah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
pendidikan formal yang lebih tinggi. tentang Aparatur Sipil Negara, Rancangan
Contoh internship training adalah Peraturan Pemerintah tentang Manajemen
magang. ASN, dan Inpres Nomor 15 Tahun 1974
4. Job rotation dan transfer. Pelatihan ini tentang Pokok-Pokok Pelaksanaan Pembinaan
adalah proses belajar yang biasanya untuk Diklat. Di samping itu, data sekunder yang
mengisi kekosongan dalam manajemen dipergunakan adalah data jumlah PNS
dan teknikal. Pelatihan ini terdapat 2 BATAN, data pegawai Tata Usaha pada Unit
kerugian yaitu peserta pelatihan hanya Kerja di BATAN dan data penyelenggaraan
merasa dipekerjakan sementara dan tidak diklat di Pusdiklat BATAN sepanjang tahun
mempunyai komitmen untuk terlibat 2014 dan 2015.
dalam pekerjaan dengan sungguh-
sungguh, dan banyak waktu yang PEMBAHASAN
terbuang untuk memberi orientasi pada
perserta terhadap kondisi pekerjaan yang Rancangan Peraturan Pemerintah tentang
baru. Tetapi pelatihan ini juga mempunyai Manajemen ASN mengamanatkan BATAN
keuntungan yaitu jika pelatihan ini untuk merencanakan kegiatan peningkatan
diberikan oleh manajer yang ahli maka kapasitas pegawainya minimal 80 jam per
peserta akan memperoleh tambahan pegawai per tahun. Data pegawai BATAN
pengetahuan mengenai pelaksanaan dan tahun 2016 ada 2821 orang, maka dibutuhkan
praktek dalam pekerjaan. 225.680 jam diklat per tahun. Daya tampung
5. Junior boards dan Committee pusdiklat BATAN adalah 200 orang (6 kelas)
assingments. Pelatihan dengan per hari maka hal ini setara dengan 142 hari (7
memindahkan peserta pelatihan ke dalam bulan) penyelenggaraan diklat dengan
komite untuk bertanggungjawab dalam kebutuhan biaya Rp. 6,0 milyar (asumsi biaya
pengambilan keputusan administrasi. Dan per orang Rp. 2,1 Juta per 80 jam diklat). Jika
juga menempatkan perserta dalam dikaitkan dengan jumlah pegawai bagian TU
anggota eksekutif agar memperoleh maka diklat yang dibutuhkan adalah 43.520
kesempatan dalam berinteraksi dengan jam diklat TU per tahun, atau setara dengan 28
eksekutif yang lain. hari penyelenggaraan diklat dengan kebutuhan
6. Couching dan Counseling. Pelatihan biaya Rp. 1,1 milyar seperti terlihat pada
dalam bentuk coaching dan counseling Tabel.1.

__________________________________________________________________________________________
53
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Tabel. 1. Kebutuhan pemenuhan diklat 80 kebijakan terkait penganggaran untuk diklat
jam per tahun bagi pegawai-pegawai TU.
Variabel Diklat TU Diklat Non TU
Jumlah Peserta 544 pegawai 2.277 pegawai Analisis Pemilihan Jenis Pengembangan
Lama Diklat 43.520 jam 182.160 jam Kompetensi
(28 hari kerja) (114 hari kerja)
Biaya Rp1,14 milyar Rp4,78 milyar
Langkah kedua adalah melakukan
Data di atas membutuhkan strategi
analisis pemilihan jenis pengembangan
perencanaan dan pelaksanaan pada tataran
kompetensi. Undang-Undang menyatakan
implementasinya diantaranya terkait
bahwa pengembangan kompetensi dapat
keterbatasan ketersediaan pengajar,
dilakukan melalui diklat, seminar, kursus, dan
keterbatasan SDM penyelenggara di Pusdiklat,
penataran. Hal ini menjadi pilihan yang
serta tusi menyelenggarakan diklat terkait
dikaitkan dengan ketersediaan sumber daya
ketenaganukliran dengan peserta dari luar
waktu, tenaga pengajar dan tenaga panitia
BATAN.
penyelenggara, alat dan bahan, ruang kelas dan
Integrasi Data Pengembangan Kompetensi biaya. Oleh karena itu menjadi bagian dari
di BATAN manajemen perencanaan untuk melakukan
analisis jenis pengembangan kompetensi
Langkah pertama yang dapat dilakukan dikaitkan dengan sumber daya tersebut,
adalah dengan menerapkan integrasi data termasuk pertimbangan kondisi obyek atau
pengembangan kompetensi yang ada di sasaran peserta diklat.
BATAN. Hal ini dikarenakan 23 Unit Kerja di
BATAN masing-masing memiliki kegiatan
pengembangan kompetensi yang tidak
terkoordinasikan oleh Pusdiklat. Kegiatan
tersebut antara lain adalah diklat-diklat teknis
dan non teknis serta kursus-kursus. Dokumen
Anggaran Unit Kerja tahun 2016 mencatat Rp.
4,3 milyar dianggarkan masing-masing unit
kerja untuk kegiatan diklat dan pengembangan
SDM. Angka tersebut belum termasuk Gambar. 2. Sebaran usia pegawai TU
anggaran seminar dan workshop yang ada di BATAN
masing-masing Unit Kerja. Bila dijumlah
dengan anggaran kegiatan diklat di Pusdiklat Data pegawai TU BATAN (Gambar.2)
maka di tahun 2016 terdapat Rp. 8,8 milyar di tahun 2016 berjumlah 544 orang; hampir
anggaran BATAN untuk kegiatan 50% pegawai TU berusia di atas 51 tahun, atau
pengembangan kompetensi SDM BATAN. lebih dari 85 % pegawai TU berusia di atas 41
Angka ini sudah melebihi dari kebutuhan tahun. Beban pekerjaan di bagian administrasi
pemenuhan diklat 80 jam bagi semua pegawai perkantoran bersifat rutin, sehingga akivitas
BATAN per tahunnya. dilakukan setiap hari meskipun tidak terlalu
Integrasi data pengembangan SDM yang padat. Berlatar belakang hal tersebut maka
akurat diharapkan akan mampu mengukur pilihan jenis pengembangan kompetensi yang
sampai sejauh mana BATAN berkomitmen memungkinkan untuk pegawai TU adalah jenis
menerapkan pengembangan kompetensi diklat dan kursus karena dapat dilakukan secara
pegawainya. Selain itu, dapat pula menjadi singkat dan tidak terlalu membebani pekerjaan.
dasar kebijakan dalam melakukan perencaaan Pilihan pendekatan diklat dapat secara on the
jenis diklat dan sasaran pegawainya. Karena, job training ataupun off the job training
bila mengacu dokumen anggaran BATAN tergantung jenis diklat dan tujuan yang hendak
maka masalah yang paling terlihat adalah soal dicapai. Untuk diklat bertema soft competency,
distribusi tema diklat dan sasaran pegawainya. maka dapat dipilih pendekatan off the job
Porsi diklat untuk bidang administrasi training dengan memadukan metode-
perkantoran bagi pegawai-pegawai TU masih metodenya, baik secara lecture, case studies
sangat kecil. Dengan integrasi data ini dan lain-lain sedangkan diklat bertema hard
diharapkan ke depannya ada perubahan competency maka dapat dilaksanakan baik
secara on the job training maupun off the job

__________________________________________________________________________________________
54
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
training didasarkan pada kesiapan infrastruktur hari kerja sedangkan untuk menyelenggarakan
pelaksanaannya. Pilihan on the job training diklat sebanyak 80 jam per pegawai per
dapat dilakukan melalui coaching, mentoring, tahunnya, diperlukan biaya Rp. 6,0 milyar.
pemagangan, dan apprenticeship program Target ini bisa dipenuhi bila data pelaksanaan
sepanjang tidak memerlukan laboratorium atau diklat yang ada di unit-unit kerja BATAN
kelas khusus. dapat dikoordinasikan melalui Pusdiklat.
Diklat hard competency pada pegawai Manajemen SDM perlu melakukan
TU dapat difokuskan pada pengembangan integrasi data agar dapat memiliki informasi
keterampilan terkait pekerjaan keseharian pada dan acuan kebijakan yang tepat terkait
administrasi perkantoran. Umumnya bagian TU perencanaan pengembangan SDM BATAN,
di BATAN dibagi menjadi 3 subbagian sehingga proses peningkatan kompetensi SDM
(kecuali 6 unit kerja yaitu Biro Umum, Biro dapat berjalan secara optimal. Salah satu
Perencanaan, Biro Sumber Daya Manusia, Biro informasi tersebut adalah terkait jenis diklat
Hukum, Humas, dan Kerjasama, Pusat dan tema diklat yang tepat untuk
Standardisasi Mutu Nuklir, dan Inspektorat), pengembangan kompetensi bagi pegawai
yaitu persuratan, kepegawaian, dan BATAN, khususnya pengembangan
dokumentasi ilmiah (PKDI), perlengkapan, dan kompetensi bagi pegawai TU.
keuangan. Ketiga subbagian tersebut memiliki
tugas dan fungsi yang berbeda dan juga DAFTAR PUSTAKA
menuntut penguasaan aplikasi serta
penyusunan laporan yang berbeda. Pada 1. Kravet, Human Resource Management:
subbagian PKDI, setiap tahun harus menyusun McGraw-Hill, 2004
3 jenis laporan serta harus menguasai 12 jenis 2. Spencer, N.Lyle and Spencer, M. Signe,
aplikasi, sedangkan pada subbagian keuangan Competence at Work : Models for
terdapat 3 jenis laporan yang harus disusun dan Superrior Performance: John Wily &
10 jenis aplikasi yang harus dikuasai, dan Son,Inc, 1993
disubbagian perlengkapan setiap tahunnya 3. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber
menyusun 1 laporan serta menggunakan 2 jenis Daya Manusia: PT. Bumi Aksara, 2002
aplikasi dalam pekerjaannya. Jika ditotal maka 4. Andrew Smith, Training and Development
pegawai TU setiap tahunnya harus menyusun 7 In Australia, (2nd Edition): Reed
laporan serta dituntut untuk menguasai 24 jenis International Books Australia, 2000
aplikasi yang berbeda. Hal-hal tersebut 5. Henry Simamora, Manajemen Sumber
menuntut profesionalitas dan tranparansi yang Daya Manusia: Bagian Penerbitan STIE
tinggi bagi setiap pelakunya. YPKN Yogyakarta, 1997
Dengan tuntutan jumlah aplikasi yang 6. Alfaris Sujoko, Peningkatan Kemampuan
harus dikuasai dan laporan yang harus disusun Guru Mata Pelajaran melalui In House
setiap tahunnya, pegawai TU membutuhkan Training, Jurnal pendidikan Panabur No.
penyegaran penguasaan aplikasi dan 18 tahun ke 11, 2012
penyusunan laporan setiap tahunnya mengikuti 7. Firdaus Hafid. (19 Juni 2016)
perkembangan teknologi informasi, tuntutan Pengembangan Kompetensi Pegawai
organisasi serta dinamika kebijakan. Hal ini Negeri Sipil Melalui Pendidikan dan
menguatkan pentingnya pengembangan Pelatihan. Available:
kompetensi bagi pegawai TU. http://makassar.lan.go.id/index.php/survei/
publikasi/artikel/269-pengembangan-
SIMPULAN kompetensi-pegawai-negeri-sipil-melalui-
pendidikan-dan-pelatihan
Pengembangan kompetensi dalam bentuk 8. Dewi Irawati. (8 Mei 2010) Pengembangan
diklat bagi pegawai TU BATAN sangat SDM Berbasis Kompetensi Sebagai Upaya
diperlukan dalam rangka melaksanakan tugas- Meningkatkan Kinerja Organisasi.
tugas di bidang administrasi perkantoran. Available:
Diklat bagi pegawai TU bila ttp://asm.ariyanti.ac.id/download/Karya%2
penyelenggaraannya dikoordinasikan di 0Ilmiah/Nomor%207%20Tahun%20IV/Pe
Pusdiklat, maka memerlukan biaya Rp. 1,14 ngembangan%20SDM%20Berbasis%20Ko
milyar, dengan jangka waktu pelaksanaan 28 mpetensi%20-%20Dewi%20Irawati.doc

__________________________________________________________________________________________
55
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
56
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

ANALISIS PENGGUNAAN MENU SITASI ARTIKEL UNTUK


PELAPORAN PUBLIKASI ILMIAH DAN SITASI ARTIKEL
DI BATAN
NoerAida1, Susana2, Harini Wahyuningrum3

1) PPIKSN BATAN, Jakarta, Indonesia noerda@batan.go.id


2) PPIKSN BATAN, Jakarta, Indonesia ana@batan.go.id
3) Biro Perencanaan BATAN, Jakarta, Indonesia hningrum@batan.go.id

ABSTRAK

ANALISIS PENGGUNAAN MENU SITASI ARTIKEL UNTUK PELAPORAN PUBLIKASI


ILMIAH DAN SITASI ARTIKEL DI BATAN. Sebelum tahun 2015, capaian kinerja yang telah dilakukan
peneliti dan fungsional di BATAN berupa jumlah publikasi ilmiah dan artikel yang mensitasi belum dikelola
dengan baik dalam suatu database. Menu Sitasi Artikel dibuat untuk memudahkan dalam melengkapi data
dukung pelaporan kegiatan yang telah dilaksanakan, mengunggah judul publikasi ilmiah yang telah
diterbitkan, dan publikasi ilmiah yang telah disitasi oleh penulis lain. Tujuan dari kajian ini, untuk
menganalisis tingkat keterpakaian menu sitasi artikel dan jumlah capaian publikasi ilmiah yang telah
dihasilkan, jumlah artikel yang mensitasi yang terindeks google scholar, scopus atau lainnya. Metode yang
digunakan deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil kajian, diperoleh sebanyak 100% Peneliti / Fungsional
sudah menggunakan menu sitasi untuk melaporkan publikasi ilmiah, dengan 5 unit kerja urutan tertinggi
yang telah menginput yaitu PSTA 370 judul, PKSEN 154, PSTBM 145, PTRR 143, dan PTKRN 130, dan
yang mengunggah naskah lengkap adalah PSTA 353 judul, PKSEN 147, PSTBM 84, PSTNT 45 dan PTRR
38. Sebanyak 95% sudah menginput artikel yang mensitasi publikasi ilmiah dengan 5 urutan tertinggi
PTKRN 439 judul, PSTBM 100, PAIR 53, PTKMR 51 dan PSTNT 47. Sebanyak 93% melakukan
penelusuran melalui google scholar dengan 5 urutan tertinggi PTKRN 382 judul, PAIR 51, PTKMR 40,
PSTNT 30 dan PSTBM 22. Sedangkan melalui scopus sebanyak 38% dengan 5 urutan tertinggi PSTBM
82 judul, PTKRN 58, PSTNT 17, PTRR 4 dan PSTA 1, sebanyak 29% melakukan swasitiran. Berdasarkan
hasil kajian yang telah dilakukan, disarankan agar peneliti dan fungsional diberikan sosialisasi ulang
termasuk pencarian sitasi artikel melalui scopus.

Kata kunci: analisis sitasi, sitasi artikel, publikasi ilmiah, bibliometrik, indeks sitasi

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE MENU OF ARTICLE CITATION FOR REPORTING AND THE


SCIENTIFIC PUBLICATIONS AND ARTICLE CITATION IN BATAN. Before 2015, the gains of
performance that have been conducted by researchers and functional staff in BATAN as a collection of of
scientific publications and articles have not managed properly in a database. Article Citation Menu created
to facilitate the researchers and functional staff in BATAN to complete supporting data reporting activities
carried out, upload titles of scientific publications have been published, and scientific publications that have
been cited by other authors. The purpose of the study is to analyze the level of applicated menu and the
number of article citations achievements of scientific publications have been produced, the number of
articles indexed citate google scholar, Scopus or other. The method used is descriptive qualitative. Based on
the study results, obtained as much as 100% of researchers and functional staff in BATAN using menu
citation to report on scientific publications, with 5 units of the highest order that has been inputted is PSTA
370 titles, PKSEN 154, PSTBM, PTRR, and PTKRN 130, while the upload is complete manuscript PSTA 353,
147 PKSEN, PSTBM 84, PSTNT 45 and PTRR 38. A total of 95% have to input the article mensitasi
scientific publications with 5 units of the highest order PTKRN 439 titles, PSTBM 100, PAIR 53, PTKMR 51,
and PSTNT 51. As many as 93% of searches through google scholar with 5 units of the highest order PTKRN
382 titles, PAIR 51, PTKMR 40, 30 and PSTBM PSTNT 22. Meanwhile, through Scopus as much as 38%,
with 5 units of the highest order PSTBM 82 titles, PTKRN 58, PSTNT 17 PTRR 4 and PSTA 1, as many as

__________________________________________________________________________________________
57
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
29% has been self citation. Based on the research that has been done, it is suggested that researchers and
functional staff given re-socialization including article citation search through Scopus

Keywords: analysis citation, citation articles, scientific publications, bibliometric, citation indexes

mengindikasikan bahwa hasil-hasil penelitian


PENDAHULUAN BATAN telah sampai kepada masyarakat [5].
Sebelum tahun 2015 capaian kinerja
Publikasi ilmiah memiliki peran penting yang telah berhasil dilakukan dalam bentuk
dalam mendiseminasikan hasil penelitian publikasi ilmiah belum terdokumentasikan atau
kepada masyarakat. Beberapa dapat terkelola dalam suatu database dengan baik.
dimanfaatkan / diterapkan secara langsung, Sistem database digunakan sebagai alat untuk
tetapi ada pula yang memerlukan penelitian merekapitulasi dan melaporkan jumlah hasil
lebih lanjut. Dampak dari publikasi ilmiah publikasi tersebut. Institusi yang penelitiannya
dapat diukur, banyak bidang penelitian di didanai oleh pemerintah baik sebagian atau
menggunakan metode bibliometrik untuk sepenuhnya, harus menghasilkan laporan
mengeksplorasi dampak dari bidang berupa publikasi ilmiah sebagai
penelitiannya [1]. Peneliti yang melanjutkan pertanggungjawaban kepada publik agar
karya peneliti lain harus mensitasi penelitian terekam menjadi artikel ilmiah dan
terkait ataupun yang terdahulu. Penelitian dipublikasikan pada jurnal ilmiah bereputasi
berkelanjutan tidak hanya dilakukan oleh baik nasional maupun internasional sehingga
peneliti sendiri tetapi juga peneliti lain, instansi dapat disebarluaskan [6].
lain, atau negara lain. Penelitian berulang yang Dalam 5 tahun terkahir Badan Pemeriksa
dilakukan oleh peneliti berbeda karena saling Keuangan (BPK) memeriksa laporan hasil
tidak tahu tentunya tidak diinginkan karena penelitian yang telah dipublikasikan oleh
akan menyia-nyiakan sumber daya [2], oleh BATAN karena merupakan Aset Tidak
karena itu adanya sistem/aplikasi yang dapat Berwujud (ATB). Aset tidak berwujud adalah
memuat publikasi ilmiah maupun yang aset non-keuangan yang dapat diidentifikasi
mensitasi menjadi hal yang penting. dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki
Tujuan strategis yang ingin dicapai untuk digunakan dalam menghasilkan
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) barang/jasa atau digunakan untuk tujuan
adalah terwujudnya lembaga unggulan iptek lainnya termasuk kekayaan intelektual. Jenis
nuklir di tingkat regional [3]. Untuk menuju ATB dapat berupa perangkat lunak (software)
lembaga unggulan iptek nuklir di tingkat komputer, paten, hak cipta termasuk Karya
regional, BATAN menetapkan Indikator Tulis Ilmiah (KTI) yang memberikan manfaat
Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) yang tertuang jangka panjang [7]. Anggaran Penelitian
dalam Renstra tahun 2015-2019. Indikator BATAN tahun 2015 adalah sebesar
Kinerja Sasaran Strategis tersebut adalah Rp. 278.558.838.000,00 [8].
jumlah publikasi ilmiah yang mengutip atau Untuk mengelola dan menginventarisir
mensitasi hasil publikasi ilmiah BATAN data artikel / publikasi ilmiah yang dihasilkan
sehingga publikasi ilmiah nasional dan oleh para Peneliti / Fungsional BATAN
internasional hasil litbangyasa iptek nuklir sekaligus melihat berapa banyak penulis lain
dapat diacu oleh masyarakat ilmiah [4]. yang menyitir artikel tersebut, Biro
Indikator Kinerja Sasaran Strategis diturunkan Perencanaan (BP) yang mempunyai tugas
menjadi Indikator Kinerja Program (IKP) pada melaksanakan perencanaan, penyusunan
tingkat eselon I dan Indikator Kinerja Kegiatan anggaran, dan evaluasi pelaksanaan program
(IKK) pada tingkat unit kerja eselon II. penelitian, pengembangan dan perekayasaan,
Indikator Kinerja Kegiatan terkait publikasi diseminasi serta manajemen kelembagaan,
adalah Jumlah publikasi ilmiah yang bekerja sama dengan Pusat Pendayagunaan
diterbitkan baik dalam lingkup nasional Informatika dan Kawasan Strategis Nuklir
maupun internasional. Artikel yang (PPIKSN) khususnya bidang Sistem Informasi
terpublikasi secara internasional maupun Manajemen Nuklir (SIMN) mengembangkan
nasional dan disitasi oleh penulis lain menu Sitasi Artikel pada Aplikasi Sistem

__________________________________________________________________________________________
58
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Perencanaan Litbangyasa 2 (SIPL2). Sejauh ini yang umum digunakan untuk melihat dampak
pengelolaan basis data publikasi ilmiah untuk dari penelitian. Bibliometrik juga memiliki
pelaporan publikasi ilmiah hasil peneliti berbagai aplikasi lain, seperti dalam linguistik
BATAN belum terintegrasi dengan pelaporan deskriptif, pengembangan tesaurus, dan
kegiatan di SIPL2, demikian pula dengan data evaluasi penggunaan pembaca. Metode historis
penulis yang menyitir masih belum diketahui. bibliometrik telah digunakan untuk melacak
Menu Sitasi Artikel diharapkan dapat mendata hubungan antara kutipan jurnal akademik.
publikasi ilmiah Peneliti / Fungsional BATAN Analisis sitasi yang melibatkan pemeriksaan
secara rapi [9]. dokumen digunakan dalam mencari bahan dan
Menu Sitasi Artikel dibuat untuk menganalisis prestasi penulis [13] Sistem
memudahkan Peneliti dan Fungsional di informasi pengindeks sitasi seperti Scientific
BATAN menggunakan aplikasi SIPL2 dalam Information Science (SIS), memungkinkan
melengkapi data dukung pelaporan kegiatan pengguna untuk mengetahui publikasi terbaru
yang telah dilaksanakan kepada Kepala Unit yang mengutip publikasi sebelumnya.
Kerjanya. Menu ini ditujukan bagi penulis Istilah bibliometrik diciptakan oleh Alan
untuk mengunggah judul publikasi ilmiah yang Pritchard dalam sebuah makalah yang
telah diterbitkan, dan publikasi ilmiah yang diterbitkan pada tahun 1969 dengan judul
telah disitasi oleh penulis lain baik dalam Statistik Bibliografi atau Bibliometrik? [14].
jurnal internasional, jurnal nasional, prosiding, Analisis sitasi dianggap sebagai cabang
buku, dan telah terindeks pada Google Scholar, bibliometrika dan informetrika yang paling
Scopus atau lainnya. Pada akhir tahun besar. Fokusnya adalah pada kaitan antar
anggaran, setiap unit kerja dapat menghitung publikasi (publication-publication link). Lebih
dan mengupload jumlah publikasi ilmiah yang tepatnya lagi, kajian sitasi ini mempelajari
telah dihasilkan serta jumlah jumlah publikasi seberapa banyak atau sering sebuah karya atau
ilmiah yang mengutip atau mensitasi hasil seseorang dikutip oleh karya lainnya. Data dari
publikasi ilmiah BATAN. indeks kutipan dapat dianalisis untuk
Tujuan dari kajian ini adalah untuk menentukan popularitas dan dampak artikel
menganalisis jumlah publikasi ilmiah unit kerja tertentu, penulis, dan publikasi. Analisis sitasi
dari perjanjian dan capaian kinerja yang telah dapat juga digunakan untuk mengukur kinerja
ditetapkan, tingkat keterpakaian menu sitasi peneliti pada periode tertentu [15].
jurnal oleh unit kerja, jumlah capaian publikasi Analisis sitasi bukanlah hal baru
ilmiah yang telah dihasilkan, dan jumlah (Science Citation Index mulai diterbitkan pada
artikel yang mensitasi publikasi ilmiah tahun 1961), Sebelum dapat dihitung dengan
BATAN yang terindeks oleh lembaga komputer, perhitungan sitasi dilakukan secara
pengindeks seperti google scholar, scopus dan manual dan memakan waktu. Munculnya
lainnya. Manfaat dari kajian ini adalah sebagai algoritma otomatis membuat pekerjaan
bahan evaluasi sejauh mana menu sitasi artikel penghitungan sitasi jauh lebih berguna,
ini dipahami dan digunakan oleh para pelaku fleksibel, dan luas. Tema keilmuan publikasi
litbang di BATAN. Hasil dari evaluasi tersebut akan menentukan jumlah kutipan. Publikasi
dapat digunakan sebagai rekomendasi dengantema biokimia akan menghasilkan
kebijakan Pimpinan dalam meningkatkan makalah dengan frekuensi kutipan melebihi
jumlah sitasi publikasi ilmiah BATAN. 400 atau 500 kutipan [16]. Prinsip-prinsip yang
harus dipenuhi dalam sitasi adalah sebagai
TINJAUAN PUSTAKA berikut [2]:
1. Keunikan, kutipan harus memuat informasi
Bibliometrics adalah analisis statistik yang cukup untuk mengidentifikasi materi
publikasi tertulis, seperti buku atau artikel [10]. yang dikutip.
Metode Bibliometrik sering digunakan dalam 2. Ringkas, untuk menghemat tenaga kerja,
bidang ilmu perpustakaan dan informasi, waktu, dan bahan, kutipan seharusnya
termasuk scientometrics. Misalnya, tidak menampilkan informasi yang tidak
bibliometrics digunakan untuk menyediakan berguna.
analisis kuantitatif literatur akademik [11] atau 3. Redundansi, jenis redundansi yang
untuk mengevaluasi pengeluaran anggaran diinginkan adalah: (1) bentuk kutipan
[12]. Analisis sitasi adalah metode bibliometrik harus mengandung informasi yang

__________________________________________________________________________________________
59
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
memadai agar bahan yang disitasi dapat populasi adalah Peneliti / Fungsional di
diidentifikasi dengan benar meskipun ada BATAN yang memiliki publikasi ilmiah.
kesalahan dalam transkripsi kutipan, (2) Pengambilan sampel dilakukan dengan metode
jika memungkinkan, kutipan dapat memuat non probability sampling. Teknik non
referensi secara paralel dari dua atau lebih probability yang dipilih adalah convenience
sumber yang berbeda untuk bahan yang sampling yaitu pemilihan sample berdasarkan
sama pada pertimbangan kemudahan yaitu anggota-
4. Informatif, kutipan harus berisi informasi anggota populasi yang kita temui [18],
yang berguna sehingga memudahkan kemudian responden diminta untuk mengisi
pembaca untuk memahami dan serangkaian data seperti pada Tabel 1 berikut
mengevaluasi pernyataan yang didukung ini.
oleh kutipan. Tabel 1. Daftar Pertanyaan Survei
5. Perbedaan bentuk, ketidaksamaan antara
bentuk kutipan dari bahan dan konteks
yang sama harus seminimal mungkin.
6. Kesamaan dengan aslinya, kutipan harus
sedekat mungkin dengan informasi asli
dari bahan yang dikutip. Untuk memudahkan input data hasil
7. Logis, unsur kutipan harus mencerminkan survei dan menjaga validitasnya, responden
hubungan logis dari atribut bahan yang mengisi data yang diperlukan pada aplikasi
dikutip. SIPL2 (menu sitasi) sehingga dapat langsung
8. Bersifat permanen, informasi dalam ter-database. Periode pengambilan data
kutipan harus sedapat mungkin bersifat dilakukan pada bulan Desember 2015 sampai
permanen sehingga dapat meminimalisir dengan Januari 2016. Pengolahan data
kemungkinan untuk merevisi kutipan dilakukan dengan mengunduh database yang
untuk beberapa waktu kedepan. diinput responden kemudian mengolah data
9. Dapat dibaca / ditranskripkan, kutipan dengan Microsoft Excel. Pengolahan data
harus dapat dinyatakan pada media yang dilakukan dengan menghitung jumlah artikel
berbeda: tulisan tangan, ketikan, suara, dan BATAN berdasarkan tahun dan jenis
mesin file yang dapat dibaca. publikasi, serta jumlah artikel yang mensitasi
10. Tradisi, penulis harus mengutip seperti artikel BATAN berdasarkan tahun, jenis
cara sebelumnya untuk menghindari publikasi, dan nama pengindeks. Untuk
banyaknya kebingungan bentuk kutipan. menjawab tujuan penelitian dilakukan
11. Standardisasi, penulis harus mengikuti analisis data menggunakan analisis deskriptif,
sistem keseragaman kutipan. melalui tabulasi data untuk selanjutnya
12. Menyederhanakan sistem, sistem harus disusun berdasarkan peringkat tertinggi
meminimasi aturan untuk bentuk dan hingga terendah agar mudah diinterpre-
bahan kutipan yang sama. tasikan.
13. Bijak, penulis harus mengutip sumber yang
benar-benar digunakan. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI Publikasi ilmiah terbitan BATAN


Jumlah publikasi ilmiah yang
Penelitian ini menggunakan rancangan dituangkan dalam perjanjian kinerja (PK) pada
atau desain penelitian deskriptif kualitatif yaitu tahun 2015 dengan indikator jumlah publikasi
mixed antara kualitatif dan kuantitatif untuk ilmiah yang diterbitkan dalam publikasi
mengetahui tingkat sitasi publikasi ilmiah hasil nasional maupun internasional sebanyak 165
litbangyasa iptek nuklir. Berdasarkan teknik publikasi. Bila dibandingkan dengan jumlah
pengumpulan data dan informasi, dalam peneliti yang ada di BATAN dengan target
penelitian ini menggunakan dua macam data jumlah publikasi yang yang ditetapkan, maka
yaitu data primer dan data sekunder. Data jumlah yang ditargetkan rata-rata sebanyak
primer diperoleh melalui survei [17]. Data 48%. Unit kerja PTKRN misalnya, dengan
sekunder diperoleh dari laporan dan dokumen jumlah peneliti yang ada, memperoleh capaian
BATAN. Pada penelitian ini, yang menjadi kinerja tertinggi yaitu sebanyak 477%, diikuti

__________________________________________________________________________________________
60
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
PSTA sebanyak 450%, dan PTKMR 445%. prosiding nasional, 267 judul diterbitkan pada
Secara keseluruhan terlihat bahwa rata-rata jurnal nasional terakreditasi, 194 judul
jumlah capaian kinerja melebihi dari rencana diterbitkan pada jurnal internasional, dan
pada PK yang telah ditetapkan yaitu sebesar 58 judul diterbitkan pada prosiding
261% seperti ditampilkan pada Tabel 2. internasional seperti ditampilkan pada pada
Gambar 2. Dengan demikian kualitas artikel
Tabel 2. Perbandingan jumlah penetapan dan
capaian kinerja publikasi ilmiah peneliti di BATAN terbitan para pelaku litbangyasa di BATAN
Jumlah Perjanjian Capaian cukup berkualitas meskipun masih banyak
Unit Kerja % %
Peneliti Kinerja Kinerja yang diterbitkan pada prosiding nasional,
PTKRN 57 30 53 143 477 namun yang diterbitkan di jurnal dan buku
PSTNT 29 6 21 27 450
PTKMR 27 11 41 49 445 internasional sudah melebihi dari jumlah
PTLR 13 11 85 43 391 rencana yang telah ditetapkan pada PK.
PSTBM 42 20 48 52 260
PAIR 57 16 28 34 213
PTRR 21 20 95 36 180
PTBBN 30 16 53 27 169
PTBGN 2 6 300 8 133
PRFN 5 11 220 10 91
PSTA 35 10 29 1 10
PKSEN 19 8 42 0 0
Jumlah 338 165 48 430 261

Dalam melakukan pelaporan data jumlah


Gambar 2. Jenis terbitan artikel BATAN
artikel / publikasi ilmiah yang telah dicapai,
sejak tahun 2015 data publikasi ilmiah
Sebaran jumlah artikel yang diterbitkan
diinvertarisir dan diinput menggunakan menu
pada jurnal internasional dapat dilihat pada
sitasi artikel yang dapat diakses oleh pejabat
Tabel 3, di mana PSTBM merupakan unit kerja
fungsional, termasuk data penulis yang
tertinggi yaitu sebanyak 55 judul, diikuti
mensitasi artikel. Setelah dilakukan
PTKRN 51 dan PTRR 24 judul. Unit kerja
penghitungan, diperoleh jumlah artikel yang
PSTBM memiliki prestasi paling tinggi yaitu
telah diiput oleh unit-kerja yang ada di
dengan jumlah 42 peneliti, namun capaian
BATAN sebanyak 1.192 artikel. Unit kerja
publikasi yang diterbitkan di jurnal
PSTA menginput data paling banyak yaitu
internasional mencapai 130%. Sedangkan
sebanyak 370 judul, diikuti PKSEN 154
artikel yang diterbitkan pada jurnal nasional
artikel, PSTBM 145 judul, PTRR 143 judul
terakreditasi, PKSEN menduduki posisi
dan PTKRN 130 judul.
tertinggi yaitu sebanyak 61 judul, diikuti
Artikel yang diinput adalah yang
PSTBM dan PSTA sama-sama 53 judul.
diterbitkan sejak sebelum tahun 2010 sampai
Artikel yang diterbitkan di prosiding nasional
dengan 2016, dan diperoleh sebanyak 182
paling banyak unit kerja PSTA yaitu 275 judul,
judul yang diterbitkan pada tahun 2015,
diikuti PKSEN 82 judul dan PTRR 80 judul.
12 judul diterbitkan pada tahun 2016, sehingga
Bila mengacu pada sasaran strategis
capaian kinerja BATAN lebih dari 100%
BATAN yang unggul di tingkat regional, maka
seperti terlihat pada Gambar 1.
target jumlah publikasi yang diterbitkan di
prosiding nasional seharusnya dikurangi, dan
meningkatkan jumlah publikasi yang
diterbitkan pada jurnal internasional. Suatu
KTI akan lebih bernilai apabila dimuat dalam
jurnal internasional, dan menjadi salah satu
nilai jual atau kebanggaan suatu bangsa [19].
Pada menu sitasi artikel terdapat fasilitas
Gambar 1. Jumlah artikel berdasarkan tahun terbit untuk mengunggah naskah lengkap. Unit kerja
yang mengunggah naskah lengkap terbanyak
Berdasarkan jumlah data yang telah adalah PSTA 353 judul, diikuti PKSEN 147
telah terinput, dikelompokkan menurut jenis judul, dan PSTBM 84 judul. Naskah lengkap
terbitan yang mempublikasikan artikel. Maka ini sangat penting karena sebagai bukti ATB
diperoleh sebanyak 575 judul diterbitkan pada berupa KTI yang diminta oleh BPK [9].

__________________________________________________________________________________________
61
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Tabel 3. Jenis terbitan artikel di BATAN
Jenis Terbitan Artikel
Unit Kerja J. Nas. J. Nas. Buku Buku Jumlah
J. Int. P. Int. P. Nas. Lainnya
Ter. T.Ter Int. Nas.
PSTA 17 53 0 0 275 0 2 23 370
PKSEN 1 61 3 5 82 2 0 0 154
PSTBM 55 53 0 21 15 1 0 0 145
PTRR 24 24 12 3 80 0 0 0 143
PTKRN 51 20 1 17 23 2 0 16 130
PTLR 2 20 0 3 28 0 0 0 53
PRFN 0 4 21 0 24 0 0 0 49
PRSG 0 2 10 2 32 0 0 0 46
PSTNT 19 6 0 5 1 1 0 0 32
PAIR 14 10 0 2 1 0 0 0 27
PTKMR 11 4 2 0 7 0 0 0 24
PTBBN 0 8 2 0 1 0 0 0 11
PTBGN 0 2 0 0 6 0 0 0 8
Jumlah 194 267 51 58 575 6 2 39 1.192

artikel yang mensitasi pada tahun 2016 seperti


Tahun artikel yang mensitasi publikasi
ditampilkan pada Tabel 4.
ilmiah terbitan BATAN
PTKRN memiliki jumlah judul artikel
Dalam menu sitasi artikel, terdapat yang mensitasi paling tinggi yaitu 439 judul,
fasilitas untuk menginput bibliografi artikel diikuti PSTBM 100 judul dan PAIR 39 judul.
yang mensitasi artikel terbitan BATAN, Artinya bidang ilmu keselamatan dan teknologi
sehingga dapat diperoleh jumlah artikel yang reaktor, material sains aplikasi bidang isotop
mensitasi, jenis artikel, merupakan swasitiran dan radiasi paling diminati oleh peneliti lain.
atau bukan, terindeks pada lembaga Selain itu, PTKRN berada pada posisi tertinggi
pengindeks seperti Google Scholar, Scopus dan dengan jumlah artikel yang mensitasi sebanyak
lainnya. 82 judul pada tahun 2015, diikuti PAIR 39
Dari penghitungan yang telah dilakukan judul dan PSTNT 34 judul. Namun terdapat
berdasarkan tahun terbit artikel, maka pula unit kerja yang artikelnya belum ada yang
diperoleh 803 judul artikel yang mensitasi mensitasi. Hal ini disebabkan pada unit kerja
publikasi terbitan BATAN. Pada tahun 2015 tersebut tidak memiliki pejabat fungsional
diperoleh 228 judul artikel yang mensitasi, peneliti kecuali fungsional pranata nuklir yang
tahun 2014 sebanyak 155 judul dan 12 judul memiliki peraturan yang berbeda.

Tabel 4. Artikel yang mensitasi publikasi BATAN berdasarkan tahun


Unit Tahun Artikel yang Mensitasi
Jumlah
Kerja 2016 2015 2014 2013 2012 2011 2010 <2010
PTKRN 4 82 88 37 35 20 24 149 439
PSTBM 0 18 23 13 2 7 10 27 100
PAIR 1 39 8 3 0 1 1 0 53
PTKMR 2 21 12 11 1 2 1 1 51
PSTNT 5 34 1 3 2 0 1 1 47
PSTA 0 19 9 11 5 0 0 0 44
PRFN 0 8 6 4 1 2 0 3 24
PTRR 0 1 4 2 0 6 4 0 17
PTBBN 0 3 1 4 4 0 1 3 16
PTLR 0 2 2 1 2 0 1 1 9
PTBGN 0 1 1 0 0 0 0 0 2
PKSEN 0 0 0 0 0 0 1 0 1
PRSG 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 12 228 155 89 52 38 44 185 803

Jenis terbitan artikel yang mensitasi diterbitkan pada jurnal nasional terakreditasi.
publikasi ilmiah terbitan BATAN Hasil ini mengindikasikan bahwa publikasi
Jenis terbitan artikel yang mensitasi ilmiah terbitan BATAN bukan hanya telah
ditampilkan pada tabel 5. Secara umum terlihat sampai kepada masyarakat ilmiah, tetapi sudah
bahwa artikel yang mensitasi sebanyak 509 disitasi oleh peneliti lain baik dari dalam
judul dari artikel yang diterbitkan pada jurnal maupun luar negeri. Sedangkan sebaran jenis
internasional, 102 judul dari artikel yang terbitan artikel yang mensitasi diperoleh artikel

__________________________________________________________________________________________
62
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
terbitan PTKRN disitasi oleh 283 judul artikel 04/E/2012 tentang pedoman KTI (LIPI, 2012)
yang diterbitkan di jurnal internasional, diikuti membolehkan melakukan swasitiran, namun
oleh PSTBM disitasi oleh 87 artikel, dan PAIR tidak boleh melebihi 30% dari jumlah total
oleh 42 artikel. Data tersebut menunjukkan jumlah kutipan (daftar acuan) yang digunakan.
tingkat kualitas artikel dari unit kerja sekaligus Selain itu juga untuk menghindari plagiat
pemanfaatan menu sitasi artikel telah optimal. terhadap diri sendiri.
Jumlah rata-rata peneliti yang
Artikel yang mensitasi tulisan sendiri / melakukan swasitiran adalah sebanyak 29%.
swasitiran Peneliti yang paling sedikit melakukan
Pada menu sitasi artikel, terdapat menu swasitiran adalah unit kerja PAIR sebesar 4%,
untuk menunjukkan artikel yang mensitasi diikuti PSTNT 21%, dan PTKMR 22%. Hasil
merupakan swasitiran atau mensitasi tulisan ini perlu diketahui oleh para pelaku litbang di
sendiri atau tidak, karena terlalu banyak BATAN agar melakukan swasitiran sesuai
kutipan dari tulisan sendiri dinilai kurang baik. dengan peraturan yang ada.
Dalam peraturan Kepala LIPI Nomor

Tabel 5. Jenis terbitan artikel yang mensitasi publikasi BATAN


Jenis Terbitan Artikel yang Mensitasi
Unit
J. Nas. J. Nas. Buku Buku Jumlah
Kerja J. Int. P. Int. P. Nas. Lainnya
Ter. T.Ter Int. Nas.
PTKRN 283 55 0 23 33 10 0 35 439
PSTBM 87 5 2 5 1 0 0 0 100
PAIR 42 9 0 1 0 1 0 0 53
PTKMR 38 6 1 0 1 2 0 3 51
PSTNT 32 6 1 5 3 0 0 4 47
PSTA 3 11 0 1 23 0 0 6 44
PRFN 3 0 14 0 6 0 0 1 24
PTRR 13 0 0 0 0 0 0 0 17
PTBBN 3 5 6 0 3 0 0 0 16
PTLR 4 4 0 0 0 0 1 0 9
PTBGN 0 1 0 0 1 0 0 0 2
PKSEN 1 0 0 0 0 0 0 0 1
509 102 24 35 71 13 1 49 803

Jumlah artikel yang mensitasi dan terindeks PTKRN 58 judul seperti pada Grafik 4. Hal ini
pada Google Scholar dan Scopus menunjukkan bahwa publikasi ilmiah yang
diterbitkan oleh para pelaku litbang di BATAN
Dampak dari sebuah artikel dapat diukur cukup banyak bahkan sudah disitasi oleh
dengan jumlah kali artikel disitasi. Untuk peneliti lain dan terindeks pada lembaga
mengetahui kualitas artikel yang mensitasi pengindeks google scholar dan pengindeks yang
dapat dilakukan dengan melakukan penelusuran bereputasi seperti scopus.
melalui penyedia jasa sitasi atau lembaga
pengindeks seperti google scholar atau scopus.
Sehingga dapat menghitung jumlah kali sebuah
artikel tertentu telah dikutip. Pada menu sitasi
artikel, Terdapat submenu yang menanyakan
artikel yang mensitasi terindeks oleh lembaga
pengindeks apa saja dengan pilihan google
scholar, scopus dan lainnya. Gambar 3. Jumlah artikel yang mensitasi dan
terindeks pada google scholar
Pada Grafik 3 terlihat bahwa PTKRN
memiliki jumlah artikel tertinggi yang disitasi
oleh penulis lain dan terindeks oleh google
scholar yaitu sebanyak 382 judul, diikuti PAIR
51 judul dan PTKMR 40 judul. Sedangkan unit
kerja PSTBM memiliki jumlah artikel tertinggi
yang disitasi oleh penulis lain dan terindeks Gambar 4. Jumlah artikel yang mensitasi dan
oleh Scopus sebanyak 82 artikel, diikuti oleh terindeks pada scopus

__________________________________________________________________________________________
63
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
KESIMPULAN DAN SARAN Terakreditasi, Jurnal BACA, vol. 36(2),
Desember 2015.
Berdasarkan hasil kajian di atas, dapat 7. Komite Standar Akuntansi Pemerintah,
disimpulkan bahwa secara keseluruhan jumlah Akuntansi Aset Tak Berwujud Berbasis
capaian kinerja dalam hal jumlah publikasi Akrual, Buletin Teknis Standar Akuntansi
ilmiah melebihi dari rencana pada PK yang Pemerintah Nomor 17, 2014.
telah ditetapkan yaitu rata-rata sebanyak 261%. 8. Biro Perencanaan-BATAN, Modul Sitasi
Aplikasi penggunaan menu sitasi artikel telah Jurnal: Biro Perencanaan, Jakarta, 2015.
digunakan 100% untuk menginput publikasi 9. T.W. Utomo, Aset Tak Berwujud dan
ilmiah yang telah diterbitkan dan mengunggah Kemanfaatan Penelitian: LAN, Jakarta,
naskah lengkap artikel. Sebanyak 95% 2013.
menggunakan untuk menginput artikel yang 10. OECD. (25 Mei 2016). "Bibliometrics",
mengutip atau mensitasi hasil publikasi ilmiah 2013. Avalilable:
terbitan unit kerja di BATAN. Sebanyak 93% http://stats.oecd.org/glossary/detail.asp?ID
melakukan penelusuran melalui google scholar =198
dan 38% melalui scopus. 11. N. De Bellis, Bibliometrics and citation
Berdasarkan hasil kajian yang telah analysis: from the Science citation index to
dilakukan, disarankan untuk melakukan cybermetrics: Scarecrow Press, p. 417,
sosialisasi ulang oleh unit kerja masing-masing 2009.
agar dapat menggunakan menu sitasi artikel dan 12. D. Coughlin, B.J. Jansen, A Web
pencarian artikel yang disitasi melalui scopus Analytics Approach for Appraising
sehingga diperoleh data yang lebih lengkap. Electronic Resources in Academic
Libraries, Journal of the Association for
UCAPAN TERIMA KASIH Information Science and Technology, vol.
67(3), pp. 518-534, 2016.
Kami mengucapkan terima kasih 13. P. Schaer, "Applied Informetrics for
kepada Kepala Bidang SIMN Bapak Drs. Budi Digital Libraries: An Overview of
Prasetyo, MT yang telah mengijinkan dan Foundations, Problems and Current
memberikan masukan dalam membuat makalah Approaches". Historical Social Research,
ini. vol. 38 (3), pp. 267281, 2013.
14. A. Pritchard, Statistical Bibliography or
DAFTAR PUSTAKA Bibliometrics?, Journal of Documentation,
25(4), 348-349, 1969.
1. A. Pilkington. (25 Mei 2016). Bibliometrics, 15. D. Hoang, J. Kaur, F. Menczer,
Royal Holloway University of London. Ver "Crowdsourcing Scholarly Data", in
9.08. 2009. Avalilable: Proceedings of the WebSci10: Extending
http://personal.rhul.ac.uk/uhtm/001/Bibliom the Frontiers of Society On-Line, April 26-
etricsIndex.html 27th, 2010.
2. P. Axel-Lute, "Legal Citation Form: 16. E. Garfield, Introducing Citation Classics:
Theory and Practice", Rutgers University the Human Side of Scientific Reports,
Community, Law Library Journal, volume Current Contents. No. 1. p. 5-7 (January 3,
75:148, 1982. 1977). Reprinted in Essays of an
3. BATAN, Peraturan Kepala BATAN Information Scientist, Volume 3.
Nomor 11 Tahun 2014 tentang Penetapan Philadelphia, ISI Press, p. 1-2, 1980.
Indikator Kinerja Utama BATAN Tahun 17. M. Singarimbun, S. Effendi, Metode
2010-2014. Jakarta, 2014. Penelitian Survei: LP3ES, Jakarta, 1989.
4. BATAN, Rencana Strategis BATAN 18. Hair, et.al, Essential of Marketing
Tahun 2015-2019. BATAN, Jakarta, 2015. Research: the McGraw-Hill Companies,
5. BATAN, Laporan Kinerja BATAN. 2008.
Jakarta, 2015. 19. Soeharto (18 Mei 2016), Menilai suatu
6. Himawanto, Kajian Sitiran Terbitan jurnal melalui citation index dan impact
Berkala pada Kegiatan Riset Minyak dan factors, UNNES Semarang, 2013.
Gas Bumi yang Terekam Media

__________________________________________________________________________________________
64
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
TANYA JAWAB mendatabasekan karya tulis ilmiah para
peneliti dan fungsional yang tersebar, baik
Pertanyaan yang diterbitkan pada publikasi terbitan
1. Apakah dalam menu ini, pihak lain bisa Batan maupun terbitan di luar Batan.
mengetahui duplikasi dan kemiripan? Namun kedepan, dapat dikembangkan
2. Apakah menu ini sudah mewakili seperti untuk mengetahui duplikasi atau kemiripan
yang LIPI atau nasional buat? 2. Menu ini sudah sesuai dengan standar
umum yang ada dalam pembuatan
Jawaban bibliografi artikel.
1. Belum, karena aplikasi ini masih
merupakan langkah awal dalam proses

__________________________________________________________________________________________
65
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
66
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

ANALISIS PENILAIAN MANDIRI PELAKSANAAN

REFORMASI BIROKRASI DI BATAN


Harini Wahyuningrum1, Falikul Fikri2, Tanti Susanti3

1) Biro Perencanaan BATAN, Jakarta, Indonesia hningrum@batan.go.id


2) Biro Perencanaan BATAN, Jakarta, Indonesia fikri@batan.go.id
3) Inspektorat BATAN, Jakarta, Indonesia tanti@batan.go.id

ABSTRAK

ANALISIS PENILAIAN MANDIRI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI BATAN.


Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (RB) pemerintah harus mampu mendorong perbaikan dan peningkatan
kinerja birokrasi. Sejak tahun 2009 BATAN telah menetapkan program RB sebagai salah satu program
prioritas. Dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11
Tahun 2015 menargetkan nilai rata-rata indeks RB setiap kementerian atau lembaga pada tahun 2019 adalah
75 dengan skala 1-100. Tujuan penelitian adalah untuk mengukur kapasitas organisasi dan mengukur
persepsi korupsi di BATAN serta menganalisis keduanya. Manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui
gambaran pelaksanaan RB di BATAN dan sebagai bahan masukan/rekomendasi pengambil kebijakan dalam
rangka peningkatan kinerja RB.
Hasil pengujian instrumen penelitian untuk indikator kapasitas organisasi dan persepsi korupsi
menunjukkan validitas tinggi dan reliabel. Nilai kapasitas organisasi BATAN yang diperoleh adalah 4,17
(pada skala 5). Nilai persepsi korupsi yang diperoleh adalah 3,87 (pada skala 4). Hasil analisis lebih lanjut
menunjukkan BATAN telah melakukan beberapa aksi untuk meningkatkan kinerja RB yaitu: 1) Membentuk
agent of change; 2) Penataan peraturan perundang-undangan; 3) Penataan sistem manajemen SDM; 4)
Melibatkan pimpinan dalam menyusun dan menetapkan Renstra, Perjanjian Kinerja, dan Laporan Kinerja; 5)
Menetapkan kebijakan penanganan gratifikasi, benturan kepentingan, pengaduan masyarakat dan Whistle
Blowing System (WBS); 6) Mencanangkan BATAN sebagai zona integritas yang diikuti dengan penetapan
unit kerja menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM);
dan 7) Melakukan inovasi pelayanan dan menjaga pengelolaan RB secara berkesinambungan.

Kata kunci: Reformasi Birokrasi, kapasitas organisasi, persepsi korupsi

ABSTRACT

SELF ASSESSMENT ANALYSIS OF BUREAUCRACY REFORM IN BATAN. Implementation of


Bureaucracy Reform (RB) in governments should be encourage improvement and enhancement of
bureaucracy performance. Since 2009, RB program in BATAN has set as one of the priority programs. The
Ministry of Empowerment of State Apparaturs and Beaurocracy Reform decree No. 11 of 2015 targeting the
RB index average value of each minister or agency in 2019 was 75 with a scale of 1-100. The purpose of this
research are measuring the capacity of the organization and measuring perceptions of corruption in BATAN
and analyze both. The benefits of this research are to overview the implementation of the RB in BATAN and
as input / recommendation policy makers in order to improve the performance of RB.
The test results of the research to indicators of organizational capacity and the perception of
corruption showed high validity and reliable. BATAN organizational capacity value obtained 4.17 (on a
scale of 5). Corruption perception value obtained 3.87 (on a scale of 4). Further analysis showed BATAN
has conducted several actions to improve the performance of RB, those are: 1) Establish agent of change; 2)
Structuring the legislation; 3) reform the management of human resources; 4) Involve leaders in developing
and establishing strategic Planning, Performance Agreements and Performance Reports; 5) Establish
policies for handling gratuities, conflict of interest, public complaints and Whistle Blowing System (WBS); 6)
Declares BATAN as the integrity of the zone followed by the determination unit to the Corruption-Free Zone

__________________________________________________________________________________________
67
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
(WBK) and Clean and Serve-Bureaucracy Zone (WBBM); and 7) To innovation management services and
maintain sustainable RB.

Keywords: Bureaucracy Reform, capacity of organization, perception of corruption

sebagai salah satu output BATAN yang ingin


PENDAHULUAN dicapai dari fokus bidang kelembagaan [8].
Sesuai Permen PAN RB Nomor 14 Tahun
Pergeseran paradigma birokrasi dari yang 2014 tentang Pedoman Evaluasi RB Instansi
selama ini dikenal lambat, tidak layak, dan Pemerintah, Penilaian Mandiri Pelaksanaan RB
tidak dapat memenuhi kepuasan masyarakat (PMPRB) digunakan sebagai instrumen untuk
menjadi sebuah keniscayaan [1]. Organisasi mengukur kemajuan pelaksanaan RB secara
pemerintah dengan kapasitas tinggi biasanya mandiri (self-assessment). BATAN telah
berhubungan dengan birokrasi yang kompeten, melakukan PMPRB sejak tahun 2012 dalam
berkomitmen dan koheren, serta sumber daya rangka meningkatkan kapasitas dan
manusia (SDM) yang memiliki integritas [2]. akuntabilitas kinerja, mewujudkan
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (RB) pemerintahan yang bersih dan bebas KKN dan
pemerintah harus mampu mendorong meningkatkan kualitas pelayanan Publik.
perbaikan dan peningkatan kinerja birokrasi. Kebijakan manajemen SDM dan langkah untuk
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang membangun kapasitas organisasi berfokus pada
Rencana Pembangunan Jangka Panjang kinerja, fleksibilitas, dan pemilihan
Nasional (RPJPN) mengamanatkan bahwa berdasarkan ketepatan dan pemanfaatan yang
pembangunan aparatur negara dilakukan tepat sesuai bakat [9]. BATAN setiap tahun
melalui RB untuk meningkatkan melakukan pengukuran kapasitas organisasi
profesionalisme aparatur negara dan untuk dan persepsi terhadap korupsi guna
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang memperoleh gambaran secara obyektif
baik [3]. Tindak lanjut dari undang-undang mengenai pelaksanaan RB.
tersebut adalah Peraturan Presiden Nomor 81 Rumusan masalah pada penelitian ini
Tahun 2010 tentang Grand Design RB 2010- adalah bagaimana kapasitas organisasi
2025 [4], Peraturan Menteri Pendayagunaan BATAN dan bagaimana persepsi korupsi di
Aparatur Negara (Permen PAN) RB Nomor 20 seluruh unit kerja di BATAN. Sedangkan
Tahun 2010 tentang Roadmap RB 2010 2014 tujuan penelitian adalah untuk mengukur
[5], dan Permen PAN RB Nomor 11 Tahun kapasitas organisasi dan mengukur persepsi
2015 tentang Roadmap RB 2015 2019 [6]. korupsi di BATAN serta menganalisis
Sejak tahun 2009 BATAN telah keduanya. Manfaat dari penelitian ini adalah
menetapkan program RB sebagai salah satu mengetahui gambaran pelaksanaan RB di
program prioritas. Hasil-hasil yang telah BATAN dan sebagai bahan
diperoleh dari pelaksanaan RB pada periode masukan/rekomendasi pengambil kebijakan
2010 2014 menjadi dasar bagi pelaksanaan dalam rangka peningkatan kinerja RB.
RB pada tahapan selanjutnya (2015 2019).
Pelaksanaan RB BATAN tahap pertama yaitu TINJAUAN PUSTAKA
tahap pembangunan sistem telah diselesaikan,
dan saat ini berada pada tahap kedua yaitu Reformasi Birokrasi
tahap sosialisasi dan internalisasi, serta
sebagian program telah pada tahap pengukuran Sistem birokrasi yang efektif dalam negara
dampak RB [7]. Dalam Permen PAN RB berkembang dapat ditandai dengan: (1) hukum
Nomor 11 Tahun 2015 menargetkan nilai rata- dan peraturan yang tepat, (2) pemerintahan
rata indeks RB setiap kementerian atau yang mampu memberkan kepastian, (3) sistem
lembaga pada tahun 2019 adalah 75 dengan seleksi yang mampu menarik SDM yang
skala 1-100. Lampiran 3 dokumen Renstra terbaik dan dapat memanfaatkan bakat yang
BATAN 2015-2019 halaman 61 menyebutkan tepat, (4) kinerja sistem manajemen yang
bahwa dokumen Penguatan RB di BATAN mampu memotivasi, menghargai dan
mempertahankan orang-orang berbakat dan

__________________________________________________________________________________________
68
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
yang secara efektif mengelola SDM yang hubungan antara kapasitas atau
berkinerja rendah, dan (5) sistem disiplin yang multidimensionalitas kapasitas organisasi.
adil dan efektif dalam mempertahankan
Indikator persepsi korupsi
layanan yang koheren dan bebas korupsi [10].
RB pada hakikatnya merupakan upaya untuk Laporan Transparency International yang
melakukan pembaharuan dan perubahan
diterbitkan pada tahun 2010 menunjukkan
mendasar terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintahan terutama menyangkut aspek- bahwa indeks persepsi korupsi (Coruption
aspek kelembagaan (organisasi), Perception Index) di Indonesia berada pada
ketatalaksanaan (business prosess) dan sumber peringkat 100 dari 182 negara, dengan skor 3,0
daya manusia aparatur, atau dengan kata lain dari skala 10 (sangat bersih) ke 0 (Sangat
reformasi birokrasi adalah langkah strategis korup) [17]. Integritas nilai sektor publik di
untuk membangun aparatur negara agar lebih Indonesia masih rendah dan tidak terlalu jauh
berdaya guna dan berhasil guna dalam dari standar integritas minimum yang
mengemban tugas umum pemerintahan dan ditetapkan oleh Komisi Pemberantasan
pembangunan nasional [11]. Korupsi (KPK), yang merupakan 6,0 (pada
Penilaian terhadap setiap program dalam skala 1 sebagai yang terendah untuk 10 sebagai
komponen pengungkit (proses) dan sasaran yang tertinggi), dan tidak menyebutkan luas
reformasi birokrasi diukur melalui indikator-
praktek manipulasi dalam akuntabilitas
indikator yang dipandang mewakili program
keuangan publik [18].
tersebut. Sehingga dengan menilai indikator
tersebut diharapkan dapat memberikan
gambaran pencapaian upaya yang berdampak METODOLOGI
pada pencapaian sasaran. Evaluasi didasarkan
Kerangka pemikiran dalam penelitian
pada penilaian komponen pengungkit (60%)
dijabarkan pada bagan alir Gambar 1.
dan komponen hasil (40%). Komponen
pengungkit meliputi manajemen perubahan, Pelaksanaan PMPRB
penataan peraturan perundang-undangan,
penataan dan penguatan organisasi, penataan Penilaian Mandiri RB
tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM,
penguatan sistem akuntabilitas, penguatan Survey PMPRB
pengawasan, dan peningkatan kualitas
pelayanan publik. Sedangkan yang termasuk Penentuan jumlah sampel Analisis perangkat
komponen hasil adalah kapasitas dan responden dengan survey (Uji Validitas dan
menggunakan Tabel Cohen Reliabilitas)
akuntabilitas kinerja organisasi, pemerintah
yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN), dan kualitas pelayanan Analisis hasil survey
publik [12].
Indikator kapasitas organisasi Penilaian Kapasitas Penilaian Persepsi
Organisasi Korupsi
Kapasitas merupakan istilah luas yang
digunakan dalam banyak konteks [13].
Menurut Horton et al. [14], kapasitas Interpretasi penilaian Kapasitas
organisasi mengacu pada potensi organisasi Organsasi dan Persepsi Korupsi
untuk mencapai misi dan tujuannya
berdasarkan sejauh mana atribut tertentu yang Kesimpulan Pelaksanaan RB BATAN
telah diidentifikasi sebagai hal penting untuk berdasarkan Penilaian Mandiri
pencapaian tujuan. Lebih lanjut, Eisinger [15]
menekankan bahwa atribut kunci dari pengaruh Rekomendasi kebijakan perbaikan
kapasitas organisasi adalah efektivitas kinerja RB BATAN
organisasi atau pemenuhan misi. Hall et al.
[16] menyarankan bahwa ada banyak Gambar 1. Bagan alir kerangka pemikiran

__________________________________________________________________________________________
69
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Penelitian ini menggunakan desain untuk menyatakaan sangat setuju/sesuai.
penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif Pilihan jawaban untuk survey persepsi korupsi
bertujuan untuk menggambarkan secara tepat adalah 1 sampai dengan 3 dimana nilai 1 untuk
sifat-sifat suatu individu, kelompok tertentu, menyatakan tidak pernah sama sekali, nilai 2
atau menentukan frekuensi penyebaran suatu untuk menyatakan kadang-kadang, dan nilai 3
gejala, atau frekuensi adanya pengaruh tertentu untuk menyatakaan selalu. Periode
antara suatu gejala lain dalam masyarakat [19]. pengambilan data dilakukan pada bulan Juni
Teknik pengumpulan data dan informasi dalam 2015. Pengolahan data dilakukan dengan
penelitian ini menggunakan dua macam data menginput jawaban responden pada aplikasi
yaitu data primer dan data sekunder. Data Microsoft Office Excel kemudian mengolah
primer diperoleh melalui survey [20]. Data dan menganalisisnya untuk menjawab tujuan
sekunder diperoleh dari literatur dan dokumen penelitian. Metode analisis data dalam
BATAN. penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pada penelitian ini, yang menjadi populasi
Analisis Instrumen Penelitian (Uji Validitas)
adalah seluruh pegawai BATAN. Pengambilan
sampel dilakukan dengan metode probability Validitas adalah suatu ukuran yang
sampling karena peneliti memiliki data menunjukkan tingkat kevalidan sesuatu
populasi individu yang ada di BATAN. Teknik instrumen [23]. Suatu instrumen yang valid
probability yang dipilih adalah stratified atau sahih mempunyai validitas tinggi.
sampling [21]. Peneliti pertama-tama membagi Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti
populasi ke dalam 23 strata yang memiliki validitas rendah. Sebelum instrumen
menggambarkan 23 unit kerja. Masing-masing penelitian ini digunakan pada penelitian
strata diambil 15 sampel yang terdiri dari sesungguhnya, maka dilakukan terlebih dahulu
pejabat struktural, fungsional tertentu, dan uji instrumen. Satu cara yang sering digunakan
fungsional umum. Cara menentukan jumlah untuk uji instrumen ini adalah uji validitas. Uji
sampel penelitian dapat menggunakan tabel validitas ini dilakukan untuk memastikan
Cohen ataupun rumus Slovin. Pada penelitian bahwa instrumen yang dibuat sudah tepat dan
ini, besar sampel ditentukan dengan sesuai dengan penelitian yang kita lakukan.
memperhitungkan taraf keyakinan dan Perhitungan validitas dari sebuah instrumen
sampling error penelitian. Cohen et al. [22] dapat menggunakan rumus korelasi produk
membentuk tabel penentuan jumlah sampel momen atau dikenal juga dengan rumus
berdasarkan taraf keyakinan dan sampling validitas Pearson, adapun rumusnya adalah
error penelitian seperti pada Tabel 1 berikut. sebagai berikut:
Tabel 1. Tabel Cohen
Taraf Keyakinan
95%
Populasi
Sampling Error
5% 4% 3%
2000 322 462 696 Keterangan:
2500 333 484 749 rxy = Koefisien Korelasi
5000 357 536 879 n = jumlah responden
Penentuan jumlah responden mengacu X = skor tiap item
pada tabel Cohen, untuk populasi pegawai Y = skor seluruh item responden
BATAN yang mendekati angka 2500, dengan Untuk menguji signifikan hasil
taraf keyakinan 95% dan sampling error 5% korelasi digunakan uji t. Adapun kriteria untuk
maka jumlah sampel yang dibutuhkan minimal menentukan signifikansi dengan
333. membandingkan nilai t-hitung dan t-tabel. Jika
Dalam penelitian ini sampel 337 dianggap t-hitung > t-tabel, maka dapat disimpulkan
telah memenuhi tabel Cohen sehingga dapat bahwa butir item pertanyaan tersebut valid.
dikatakan cukup. Pengambilan data dilakukan Rumus mencari t-hitung yang digunakan
menggunakan kuesioner dengan tipe data adalah:
ordinal dan skala likert. Pilihan jawaban untuk
survey kapasitas organisasi adalah 1 sampai
dengan 5 dimana nilai 1 untuk menyatakan
ketidaksetujuan/ketidaksesuaian dan nilai 5

__________________________________________________________________________________________
70
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Analisis Instrumen Penelitian (Uji dasarnya merupakan cara/alat/metode yang
Reliabilitas) digunakan untuk pengumpulan dan analisis
data. Berbagai teknik penilaian dapat dipilih
Instrumen yang reliabel adalah instrumen untuk mendukung metode penilaian yang telah
yang bila digunakan beberapa kali untuk ditetapkan, sehingga mampu menjawab tujuan
mengukur obyek yang sama, akan dilakukannya penilaian ini. Pengukuran nilai
menghasilkan data yang sama [24]. Persyaratan kapasitas organisasi berdasarkan Permen PAN
bagi sebuah tes instrumen penelitian yaitu RB Nomor 14 Tahun 2014 menggunakan skala
validitas dan reliabilitas. Dalam hal ini 5 dengan rumus sebagai berikut:
validitas lebih penting, dan reliabilitas ini
perlu, karena menyokong terbentuknya
validitas. Sebuah tes mungkin reliabel tetapi
tidak valid. Sebaliknya, sebuah tes yang valid Pengukuran nilai indeks persepsi korupsi (IPK)
biasanya reliabel. Pengukuran reliabilitas pada berdasarkan Permen PAN RB Nomor 14
penelitian ini menggunakan teknik belah dua Tahun 2014 menggunakan skala 4 dengan
(Split-Half Technique) yaitu membagi tes rumus sebagai berikut:
menjadi dua bagian yang relatif sama
(banyaknya soal sama), sehingga masing-
masing tes mempunyai dua macam skor, yaitu
skor belahan pertama (awal/soal nomor ganjil) HASIL DAN PEMBAHASAN
dan skor belahan kedua (akhir/soal nomor
genap). Koefisien reliabilitas belahan Kementerian PAN RB setiap tahun rutin
melakukan penilaian RB di BATAN dalam
tes dinotasikan dengan dan dapat dihitung bentuk Indeks RB yang diukur dari 11 aspek
penilaian. Nilai total indeks merupakan
dengan menggunakan rumus yaitu korelasi penjumlahan dari 11 aspek penilaian yang
angka kasar Pearson. Selanjutnya koefisien tercakup dalam komponen pengungkit dan
reliabilitas keseluruhan tes dihitung komponen hasil. Seluruh aspek tersebut
menggunakan formula Spearman-Brown, dituangkan menjadi 30 pertanyaan dalam
yaitu: kuesioner survey kapasitas organisasi dan 6
pertanyaan survei persepsi korupsi.
Model pertanyaan yang digunakan dalam
survey pengukuran kapasitas organisasi adalah
seperti pada Tabel 3 berikut ini.

Kategori koefisien reliabilitas [25] dijelaskan Tabel 3. Pertanyaan survey kapasitas


pada Tabel 2 berikut ini: organisasi
Tabel 2. Kategori koefisien reliabilitas No Pertanyaan
1. Organisasi telah melakukan sosialisasi/internalisasi
Nilai Korelasi Kategori Road Map RB
0,80 < r11< 1,00 reliabilitas sangat 2. Pimpinan tertinggi organisasi terlibat secara aktif dan
berkelanjutan dalam pelaksanaan RB
tinggi 3. Organisasi telah melakukan analisis dan pemetaan
0,60 < r11< 0,80 reliabilitas tinggi peraturan perundang-undangan
0,40 < r11<0,60 reliabilitas sedang 4. Organisasi telah tepat fungsi dan tepat ukuran
5. Organisasi telah menerapkan prosedur operasional
0,20 < r11< 0,40 reliabilitas rendah tetap/SOP yang sesuai dengan tugas dan fungsi
-1,00 r11< 0,20 reliabilitas sangat organisasi
rendah (tidak reliabel) 6. Organisasi telah menerapkan e-government
7. Organisasi telah mengembangkan kompetensi pegawai
8. Organisasi telah melakukan penilaian kinerja pegawai
9. Organisasi telah melakukan sosialisasi peraturan
Analisis Penilaian Kapasitas Organisasi dan kepegawaian
Persepsi Korupsi 10. Pimpinan organisasi memantau secara langsung
pencapaian kinerja organisasi
11. Organisasi telah menetapkan kebijakan penanganan
Kapasitas organisasi diukur dengan pengaduan masyarakat
melakukan survey internal terhadap seluruh 12. Organisasi telah melakukan sosialisasi Pedoman
Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan (SPIP)
unit kerja di BATAN. Teknik penilaian pada 13. Organisasi telah mengembangkan Wilayah Bebas

__________________________________________________________________________________________
71
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Korupsi (WBK) Tabel 5. Hasil uji validitas
14. Organisasi telah menetapkan standar layanan dalam
kegiatan pelayanan publik
Penilaian Nilai Nilai T Kesimpulan
15. Organisasi telah memanfaatkan teknologi informasi Korelasi Hitung
untuk mewujudkan pelayanan prima Pearson
16. Saya memahami Road Map RB Kapasitas 0,44 0,83 2,09 6,23 Valid
17. Saya merasakan keterlibatan pimpinan tertinggi Organisasi
organisasi dalam pelaksanaan RB Persepsi 0,55 0,87 2,75 7,33 Valid
18. Saya dapat mengakses peraturan perundang-undangan Korupsi
yang berlaku di organisasi
19. Saya melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas dan Nilai t-hitung instrumen penelitian
fungsi organisasi kapasitas organisasi diperoleh dengan
20. Saya melaksanakan pekerjaan sesuai dengan SOP
21. Saya memanfaatkan e-government untuk mendukung
menggunakan Pers. (2) dan nilai t-tabel
pelaksanaan pekerjaan diperoleh dari = 5% dan derajat bebas 18
22. Saya diberi kesempatan untuk mengikuti (dimana nilai derajat bebas diperoleh dari
pengembangan kompetensi
23. Saya membuat catatan untuk penilaian kinerja jumlah sampel dikurang 2) adalah 1,73. Jika t-
pegawai hitung > t-tabel, maka dapat disimpulkan
24. Saya memahami peraturan kepegawaian bahwa butir item pertanyaan tersebut valid.
25. Saya membuat laporan kegiatan secara berkala
26. Saya mengetahui mekanisme penanganan pengaduan Setelah membandingkan t-hitung dan t-tabel,
masyarakat diperoleh kesimpulan yaitu keseluruhan nilai t-
27. Saya mengetahui kebijakan gratifikasi
28. Saya merasa organisasi berupaya mencegah korupsi
hitung (2,09 6.23) lebih besar dari 1,73
29. Saya mengetahui standar layanan dalam pelayanan sehingga dapat disimpulkan keseluruhan
publik pertanyaan adalah valid.
30. Saya mengetahui tingkat kepuasan masyarakat
terhadap pelayanan publik Nilai t-hitung instrumen penelitian
persepsi korupsi diperoleh dengan
Model pertanyaan yang digunakan dalam menggunakan Pers. (2) dan nilai t-tabel
survey pengukuran persepsi korupsi dalah diperoleh dari = 5% dan derajat bebas 18
seperti pada Tabel 4 berikut ini. yaitu 1,73. Jika t-hitung > t-tabel, maka dapat
disimpulkan bahwa butir item pertanyaan
Tabel 4. Pertanyaan survey persepsi korupsi tersebut valid. Setelah membandingkan t-
No Pertanyaan hitung dan t-tabel, diperoleh kesimpulan yaitu
1. Praktek percaloan keseluruhan nilai t-hitung (2,75 7,33) lebih
2. Memperoleh pelayanan dengan memberikan imbalan
3. Diminta komisi dalam pengurusan layanan besar dari 1,73 sehingga dapat disimpulkan
4. Memberikan tanda terima kasih atas pelayanan yang keseluruhan pertanyaan adalah valid.
diminta
5. Melihat/mendengar praktek KKN Hasil Uji Reliabilitas
6. Terdapat praktek KKN dalam pengurusan layanan
Pengambilan data dilakukan kepada 23 Pengujian realiabilitas kapasitas
unit kerja dengan total responden 337 untuk organisasi dilakukan dengan membagi
survei kapasitas organisasi dan persepsi pertanyaan menjadi 2 kelompok, kelompok 1
korupsi. adalah pertanyaan 1-15 dan kelompok 2
Hasil Uji Validitas pertanyaan 16-30. Sedangkan pengujian
reliabilitas persepsi korupsi dilakukan dengan
Untuk mengukur tingkat kevalidan dari membagi pertanyaan menjadi 2 kelompok,
pertanyaan kuisioner, peneliti melakukan uji kelompok 1 adalah pertanyaan 1-3 dan
validitas dengan bantuan aplikasi Microsoft kelompok 2 pertanyaan 4-6. Masing-masing
Office Excel. Uji validitas diujicobakan kelompok dihitung total skor jawaban
terhadap 20 sampel sebelum diterapkan pada selanjutnya dihitung korelasinya dengan
337 sampel. Langkah yang dilakukan adalah menggunakan rumus korelasi Pearson Pers.
menginput hasil dari 20 sampel, kemudian (1). Hasil korelasi Pearson dimasukkan dalam
menjumlahkan hasil isian kuisioner untuk formula Spearman-Brown Pers. (3) untuk
masing-masing responden. Berikutnya adalah mendapatkan nilai reliabilitasnya. Selaras
menghitung korelasi Pearson untuk hasil dengan Guilford (1956), instrumen memiliki
jawaban setiap pertanyaan dengan total skor tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai
setiap responden. Hasil perhitungan uji koefisien yang diperoleh > 0,60 [26]. Jumlah
validitas kapasitas organisasi dan persepsi skor masing-masing kelompok dan hasil
korupsi dapat dilihat pada Tabel 5.

__________________________________________________________________________________________
72
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
korelasinya diuraikan pada Tabel 6 berikut kuisioner yang berjumlah 6 butir. Berdasarkan
ini. hasil penelitian terhadap 337 responden dari
Tabel 6. Nilai reliabilitas Spearman-Brown 23 unit kerja, nilai persepsi korupsi diperoleh
Korelasi
Reliabilitas dengan menjumlah seluruh skor jawaban
Penilaian Spearman- Kesimpulan responden kemudian dibagi dengan jumlah
Pearson
Brown
Kapasitas Reliabilitas
responden. Sebaran jawaban responden atas 6
0,86 0,93 butir indikator persepsi korupsi seperti pada
Organisasi tinggi
Persepsi
0,46 0,63
Reliabilitas Gambar 3.
Korupsi tinggi
Berdasarkan perhitungan reliabilitas
Spearman-Brown diperoleh nilai reliabilitas
instrumen pengukuran kapasitas organisasi
adalah 0,93 dan persepsi korupsi sebesar 0,63.
Sehingga dapat disimpulkan instrumen yang
digunakan untuk pengukuran kapasitas
organisasi dan persepsi korupsi reliabel.
Hasil Pengukuran Kapasitas Organisasi
Gambar 3. Distribusi skor Persepsi
Indikator-indikator dalam pengukuran Korupsi
kapasitas organisasi dijabarkan dalam Nilai rata-rata dari keseluruhan skor
pertanyaan kuisioner yang berjumlah 30 butir. pertanyaan persepsi korupsi adalah 3,87. Hasil
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 337 skor atas pertanyaan 1 (praktek percaloan)
responden dari 23 unit kerja, nilai kapasitas adalah 3,94, skor atas pertanyaan 2 (pelayanan
organisasi diperoleh dengan menjumlah dengan memberikan imbalan) adalah 3,93,
seluruh skor jawaban responden kemudian skor atas pertanyaan 3 (komisi dalam
dibagi dengan jumlah responden. Sebaran pengurusan layanan) adalah 3,93, skor atas
skor atas 30 indikator kapasitas organisasi pertanyaan 4 (pemberian tanda terima kasih
seperti pada Gambar 2 berikut ini. atas pelayanan yang diminta) adalah 3,79,
skor atas pertanyaan 5 (melihat/mendengar
praktek KKN) adalah 3,81, dan skor atas
pertanyaan 6 (terdapat praktek KKN) adalah
3,82. Terdapat 3 indikator yang berada di atas
nilai rata-rata dan 3 indikator berada di bawah
nilai rata-rata. Berdasarkan hasil tersebut,
dapat disimpulkan bahwa BATAN perlu
meningkatkan 3 indikator yaitu terhadap
pertanyaan nomor 4, 5, 6.
Setelah dilakukan analisis lebih lanjut
Gambar 2. Distribusi skor kapasitas BATAN telah melakukan beberapa upaya
organisasi untuk meningkatkan kinerja RB. Upaya
Nilai rata-rata hasil pengukuran peningkatan kinerja RB tersebut adalah:
kapasitas organisasi adalah 4,17. Terdapat 15 x Membentuk agent of change yaitu dengan
indikator yang berada di atas nilai rata-rata dan menyelenggarakan diklat change
15 indikator berada di bawah nilai rata-rata. management team (CAMAT) dan
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan menetapkan agen perubahan pada setiap
bahwa BATAN perlu meningkatkan 15 unit kerja dalam bentuk Surat Keputusan
indikator yaitu terhadap pertanyaan nomor 3, 4, kepala unit kerja yang bersangkutan.
7, 9, 11, 12, 16, 17, 18, 22, 24, 26, 27, 29, dan x Penataan peraturan perundang-undangan
30. yaitu dengan melakukan identifikasi dan
Hasil Pengukuran Persepsi Korupsi evaluasi peraturan perundang-undangan
periode 2010-2014 untuk mengurangi
Indikator-indikator dalam pengukuran tumpang tindih antara peraturan satu
persepsi korupsi dijabarkan dalam pertanyaan dengan peraturan lainnya/lebih tinggi.

__________________________________________________________________________________________
73
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
x Penataan sistem manajemen SDM yaitu bahwa terdapat 15 indikator yang berada di
dengan menyusun Standar Operasi Prosedur atas nilai rata-rata dan 15 indikator berada di
(SOP) tentang rekrutmen terbuka untuk bawah nilai rata-rata. Hasil analisis indikator
pejabat eselon I dan II di BATAN persepsi korupsi menunjukkan bahwa terdapat
x Melibatkan pimpinan dalam menyusun dan 3 indikator yang berada diatas nilai rata-rata
menetapkan Renstra, Perjanjian Kinerja dan 3 indikator berada di bawah nilai rata-rata.
(PK), dan Laporan Kinerja (Lakin), dalam BATAN telah melakukan beberapa
hal ini telah disusun SOP penyusunan aksi untuk meningkatkan kinerja RB yaitu: 1)
kebijakan strategis program/kegiatan Membentuk agent of change; 2) Penataan
sebagai acuan pimpinan dalam menyusun peraturan perundang-undangan; 3) Penataan
dan menetapkan Renstra, PK, dan Lakin sistem manajemen SDM; 4) Melibatkan
baik di tingkat lembaga maupun unit kerja. pimpinan dalam menyusun dan menetapkan
x Menetapkan kebijakan dan sistem Renstra, PK, dan Lakin; 5) Menetapkan
penanganan gratifikasi, benturan kebijakan dan sistem penanganan gratifikasi,
kepentingan, pengaduan masyarakat dan benturan kepentingan, pengaduan masyarakat
Whistle Blowing System (WBS) dengan dan Whistle Blowing System (WBS); 6)
melakukan sosialisasi kepada seluruh unit Mencanangkan BATAN sebagai zona
kerja. integritas yang diikuti dengan penetapan unit
x Mencanangkan BATAN sebagai zona kerja menuju wilayah bebas korupsi (WBK)
integritas yang diikuti dengan penetapan dan wilayah birokrasi bersih dan melayani
unit kerja menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBBM); dan 7) Melakukan inovasi
(WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan pelayanan dan menjaga pengelolaan RB secara
Melayani (WBBM), dalam hal ini telah berkesinambungan.
ditetapkan seluruh unit kerja di BATAN DAFTAR PUSTAKA
sebagai WBK berdasarkan Peraturan
Kepala (Perka) BATAN Nomor 80 Tahun 1. J.P. Olsen, Maybe It Is Time to
2011. BATAN telah merivisi Perka Rediscover Bureaucracy, Journal of
BATAN. Nomor 80 Tahun 2011 menjadi Public Administration Research and
Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pedoman Theory, Vol 16 (1), pp 1-24, January 2006.
Penetapan WBK dan WBBM di BATAN. 2. L. Weiss, The Myth of the Powerless State:
x Melakukan inovasi pelayanan dan menjaga Cornell University Press, 1998.
pengelolaan RB secara berkesinambungan 3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007
dengan cara unit penyelenggara pelayanan tentang Rencana Pembangunan Jangka
di BATAN melakukan inovasi pelayanan Panjang Nasional (RPJPN).
dan beberapa kali mengikuti kompetisi. 4. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010
Pada tahun 2012 mengikuti kompetisi yang tentang Grand Design Reformasi Birokrasi
diselenggarakan oleh UKP4/Open 2010-2025.
Government Indonesia (OGI) dan mendapat 5. Peraturan Menteri Pendayagunaan
peringkat 20 besar, sedangkan tahun 2014 Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
dan 2015 mengikuti kompetisi inovasi Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2010
pelayanan publik yang diselenggarakan oleh tentang Road Map Reformasi Birokrasi
Kemen PAN RB. 2010 2014.
KESIMPULAN 6. Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Hasil pengujian instrumen penelitian Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2015
terhadap 337 responden dari 23 unit kerja tentang Road Map Reformasi Birokrasi
untuk indikator kapasitas organisasi dan 2015-2019.
persepsi korupsi menunjukkan validitas tinggi 7. Laporan Akhir Pelaksanaan Reformasi
dan reliabel. Nilai kapasitas organisasi Birokrasi BATAN Tahun 2010 2014,
BATAN yang diperoleh adalah 4,17 (pada BATAN, 2015.
skala 5). Nilai persepsi korupsi yang diperoleh 8. Peraturan Kepala BATAN Nomor 5 Tahun
adalah 3,87 (pada skala 4). Hasil analisis 2015 tentang Rencana Strategis BATAN
indikator kapasitas organisasi menunjukkan Tahun 2015-2019.

__________________________________________________________________________________________
74
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
9. P. Morgan, T. Land, H. Baser, Study on Manajemen Edisi Pertama: BPFE
Capacity, Change and Performance, Yogyakarta, 1999.
Discussion Paper European Centre for 20. M. Singarimbun dan S. Effendi, Metode
Development Policy Management Penelitian Survei: Jakarta: LP3ES, 1989.
(ECDPM), Maastricht, NL, 2005. 21. Hair et al., Essential of Marketing
10. J. P. Burns, Civil Service Reform in Research: the McGraw-Hill Companies,
China, OECD Journal on Budgeting, vol 2008.
7 (1), 2007. 22. L. Cohen, L. Manion and K. Morrison,
11. Noname. (14 Juni 2016). Reformasi Research Methods in Education, 5th
Birokrasi. Available: Edition: Routledge Falmer, London, 2000.
http://www.menpan.go.id/component/cont 23. S. Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu
ent/article?id=134. Pendekatan Praktik: Rineka Cipta, 2006.
12. Peraturan Menteri Pendayagunaan 24. Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis:
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2014 25. J. P. Guilford, Fundamental Statistics in
rd
tentang Pedoman Evaluasi Reformasi Psychology and Education (3 ed,): New
Birokrasi Instansi Pemerintah. York: McGraw-Hill, 1956.
13. M. E. Hilderbrand and M. S. Grindle, 26. I. Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat
Building Sustainable Capacity in the dengan Program SPSS: Badan Penerbit
Public Sector: What Can be Done?, in Universitas Dipenogoro, 2002.
Merilee S. Grindle (ed.), Getting Good
Government: Capacity Building in the
Public Sectors of Developing Countries: HASIL DISKUSI SEMINAR
Harvard University Press, Boston,
Massachusetts, United States, 1997. Pertanyaan:
14. D. Horton, A. Alexaki, S Bennett-Lartey, Bagaimana cara penentuan sampel?
K. Brice, D. Campilan, F. Carden, et al.
Evaluating capacity development: Jawaban:
experiences from research and Penentuan sampel yaitu terhadap 23 unit kerja.
development organizations around the Masing-masing unit kerja diambil 15 sampel
world. The Hague, International Service yang terdiri dari pejabat struktural, fungsional
for National Agricultural Research, NL, tertentu, dan fungsional umum. Cara
2003. menentukan jumlah sampel penelitian
15. P. Eisinger, Organizational capacity and menggunakan tabel Cohen ataupun rumus
organizational effectiveness among Slovin. Pada penelitian ini, besar sampel
streetlevel food assistance programs, ditentukan dengan memperhitungkan taraf
Nonprofit and Voluntary Sector Quarterly, keyakinan dan sampling error penelitian.
31, pp 115 130, 2002. Cohen membentuk tabel penentuan jumlah
16. M.H. Hall, A. Andrukow, C. Barr, K. sampel berdasarkan taraf keyakinan dan
Brock, M. de Wit, D. Embuldeniya, et al., sampling error penelitian. Penentuan jumlah
The capacity to serve: A qualitative study responden mengacu pada tabel Cohen, untuk
of the challenges facing Canadas populasi pegawai BATAN yang mendekati
nonprofit and voluntary organizations, angka 2500, dengan taraf keyakinan 95% dan
Canadian Centre for Philanthropy, sampling error 5% maka jumlah sampel yang
Toronto, ON, 2003. dibutuhkan minimal 333. Dalam penelitian ini
17. Noname. (14 Juni 2016). The truth about sampel 337 dianggap telah memenuhi tabel
corruption in Indonesia. Available: Cohen sehingga dapat dikatakan cukup.
http://www. thejakartaglobe.com.
18. Directorate of Research and Development,
Indonesia Public Sector Integrity 2009:
Corruption Facts in Public Service: KPK,
2010.
19. Indriantoro dan Supomo, Metodologi
Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi Dan

__________________________________________________________________________________________
75
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
76
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

ANALISIS KOMPETENSI PEGAWAI BIRO PERENCANAAN


DALAM MEMBERIKAN LAYANAN PELANGGAN DI BATAN
Harini Wahyuningrum1, Budi Santoso2

1) Biro Perencanaan BATAN, Jakarta, Indonesia hningrum@batan.go.id


2) Biro Perencanaan BATAN, Jakarta, Indonesia alva3@batan.go.id

ABSTRAK

ANALISIS KOMPETENSI PEGAWAI BIRO PERENCANAAN DALAM MEMBERIKAN


LAYANAN PELANGGAN DI BATAN. Pelayanan publik menjadi salah satu tolok ukur kinerja
pemerintah dalam melayani masyarakat. Pelayanan sering dihubungkan dengan pemberi layanan yang
berinteraksi dengan pelanggan. Penelitian empiris terbaru tentang kinerja pemerintahan menunjukkan bahwa
SDM pemberi layanan merupakan aktor yang berpengaruh terhadap kinerja layanan. Biro Perencanaan (BP)
melakukan layanan terhadap unit kerja di BATAN. Hal tersebut mengharuskan BP memiliki SDM yang
berkompeten dalam memberikan pelayanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penilaian 22 unit
kerja penerima layanan (pelanggan) BP terhadap kompetensi SDM pemberi layanan dan memformulasikan
kompetensi SDM pemberi layanan di BP. Hasil penelitian menunjukan bahwa layanan BP yang mendapat
penilaian rendah untuk pelaksana layanan adalah pada kegiatan Pelaksanaan Monev Kegiatan dan Anggaran
Unit Kerja, Penyusunan Perjanjian Kinerja, Penyelenggaraan Rapat Kerja BATAN, Penyusunan Laporan
Kinerja (LAKIN), Penyusunan Harga Satuan Standar, dan Penyusunan Standar Biaya Keluaran. Layanan BP
Penyelenggaraan Majelis Profesor Riset, Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga,
dan Penyusunan Revisi Anggaran merupakan layanan yang memiliki penilaian baik terkait kompetensi SDM.
Formulasi kompetensi SDM pemberi layanan di BP yang diperlukan adalah: (1) komunikasi dengan tamu
dilaksanakan secara terbuka, profesional, ramah, dan sopan, (2) menggunakan bahasa dan nada yang cocok,
(3) mempertimbangkan efek bahasa tubuh personal, (4) memperlihatkan kepekaan terhadap perbedaan
budaya dan sosial, (5) mendengar dan melontarkan pertanyaan secara aktif untuk memastikan komunikasi
dua arah yang efektif, (6) mengidentifikasi potensi konflik yang ada dan mencari solusinya, (7)
mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tamu, (8) berkomunikasi dengan ramah dan sopan selama melayani
tamu, (9) memenuhi seluruh kebutuhan dan permintaan pelanggan yang dapat diterima, (10) cepat mengenali
kekecewaan pelanggan dan mengambil tindakan untuk mencegah masalah sesuai dengan tingkat tanggung
jawab individu dan prosedur BP, (11) keluhan pelanggan ditangani secara positif, sensitif, dan sopan, dan
(12) keluhan disampaikan pada orang yang tepat untuk ditindaklanjuti sesuai dengan tingkat tanggung jawab
individu.

Kata kunci: pelayanan publik, pelanggan, pelaksana layanan

ABSTRACT

COMPETENCY ANALYSIS OF PLANNING BUREAU EMPLOYEE IN PROVIDING


CUSTOMER SERVICES IN BATAN. Public services become one of benchmarks the government's
performance in serving the community. Services are often linked with service provider or attendant who
interact with customers. Recent empirical research on the performance of the government shows that service
delivery are actors that influence the performance of services. Planning Bureau (BP) perform services on the
working unit in BATAN. It requires that BP has competent human resources in providing services. The
purpose of this study are to determine the assessment on the competence of BPs employee and formulate
employee competencies. BP services results showed low ratings for service delivery: implementation of
Monitoring and Evaluating activities, Perjanjian Kinerja Preparation, Implementation Meeting,
Performance Report Preparation, Harga Satuan Standar Preparation, and Standar Biaya keluaran
Preparation. Majelis Profesor Riset Meeting, Preparation of Rencana Kerja Anggaran
Kementerian/Lemmbaga, and the Revised Budget Preparation has good ratings related service delivery
competencies. Formulation competence of human resources service providers in BP required are: (1)

__________________________________________________________________________________________
77
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
communication with guests conducted in an open, professional, friendly, and courteous, (2) use language and
tone appropriate, (3) consider the effect of body language personal, (4) demonstrate sensitivity to cultural
and social differences, (5) hearing and asking questions actively to ensure two-way communication that is
effective, (6) identify potential conflicts that exist and find a solution, (7) identify the needs and expectations
of guests, (8) communicate with friendly and polite while serving guests, (9) meet all the needs and demands
of customers that can be accepted, (10) quickly recognized the disappointment of customers and take action
to prevent the problem in accordance with the level of individual responsibility and procedures BP, (11)
customer complaints are handled in a positive, sensitive, and courteous, and (12) the complaint was
delivered to the right person to follow up in accordance with the level of individual responsibility.

Keywords: public services, customers, attendant

mengembangkan keterampilan interpersonal


PENDAHULUAN yang baik (terutama untuk frontliner) tetapi juga
perubahan organisasi yang mendasar [8].
Sejalan dengan upaya pemerintah menuju Insentif sering dianggap sebagai bentuk
Reformasi Birokrasi (RB), maka pelayanan motivasi ekstrinsik, karyawan cenderung
publik menjadi salah satu tolok ukur kinerja melakukan pekerjaan mereka dengan baik
pemerintah dalam melayani masyarakat. Dalam ketika mendapat insentif seperti gaji dan bonus
lingkungan yang semakin kompetitif, organisasi [9].
harus berorientasi pada pelanggan [1]. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
Kepuasan pelanggan merupakan pendekatan tentang Pelayanan Publik menyebutkan bahwa
modern melayani perkembangan budaya dan jenis pelayanan publik meliputi pelayanan
manajemen yang benar-benar berorientasi barang publik, pelayanan jasa publik, dan
pelanggan [2]. Pelayanan publik yang dilakukan pelayanan administratif [10]. Turunan dari
oleh aparatur pemerintah saat ini belum Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 adalah
memenuhi harapan masyarakat. Hal ini dapat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
diketahui dari berbagai keluhan masyarakat Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan
yang disampaikan melalui media masa dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 [11].
jaringan sosial, sehingga memberikan dampak Lebih lanjut Kementerian Pemberdayaan
buruk terhadap pelayanan pemerintah, yang Aparatur Negara (PAN) RB mengeluarkan
menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat [3]. Peraturan Menteri (Permen) PAN RB Nomor 16
Seringkali SDM pemberi layanan sektor publik Tahun 2014 tentang Pedoman Survei Kepuasan
identik dengan kemalasan dan beban kerja Masyarakat terhadap Penyelenggaraan
rendah [4]. Pelayanan Publik. Dari ketiga peraturan tersebut
Hurley (1988) mengindikasikan bahwa menegaskan pentingnya kompetensi SDM
pelayanan sering dihubungkan dengan pemberi pelaksana penyelenggara layanan.
layanan yang berinteraksi dengan pelanggan Biro Perencanaan (BP) melakukan layanan
[5]. Pemberian layanan yang terjadi selama terhadap unit kerja di BATAN. Jenis layanan
interaksi antara SDM pemberi layanan dan BP diantaranya adalah Penyelenggaraan Rapat
pelanggan, sikap, keterampilan, tingkah laku, Kerja BATAN, Penyusunan Rencana Kerja
kepribadian dari SDM pemberi layanan dapat Anggaran (RKA) unit kerja, Pelaksanaan
mempengaruhi persepsi pelanggan atas kualitas Monitoring dan Evaluasi, serta Penyusunan
layanan, citra institusi, dan loyalitas pelanggan Harga Satuan Standar seluruh unit kerja di
[6]. BATAN. Hal tersebut mengharuskan BP
Literatur akademis manajemen publik telah memiliki SDM yang berkompeten dalam
lama mengabaikan peran dari SDM pemberi memberikan pelayanan.
layanan. Penelitian empiris tentang kinerja Rumusan masalah pada penelitian ini
pemerintahan menunjukkan bahwa SDM adalah bagaimana penilaian 22 unit kerja
pemberi layanan merupakan aktor yang penerima layanan (pelanggan) terhadap
berpengaruh terhadap kinerja layanan [7]. kompetensi SDM pemberi layanan di BP dan
Menciptakan sebuah budaya pelanggan adalah bagaimana formulasi kompetensi SDM pemberi
yang utama membutuhkan investasi besar layanan di BP. Sedangkan tujuan penelitian
tidak hanya dalam peningkatan sistem adalah untuk mengetahui penilaian 22 unit kerja
pemberian layanan dan pelatihan staf untuk penerima layanan (pelanggan) BP terhadap

__________________________________________________________________________________________
78
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
kompetensi SDM pemberi layanan dan yang sesuai dengan standar yang ditetapkan
memformulasikan kompetensi SDM pemberi [13].
layanan di BP. Manfaat dari penelitian ini Kompetensi yang tinggi bukan hanya
adalah diketahuinya kelemahan atau menyangkut pengetahuan/pendidikan
kekurangan SDM pemberi layanan terhadap (knowledge) dan keterampilan (skill) saja tetapi
unit kerja di BATAN dan sebagai bahan menyangkut banyak kondisi. Menurut Spencer
masukan/rekomendasi pengambil kebijakan et al. dalam Yuniarsih (2008), karakteristik
dalam rangka penyusunan kompetensi SDM kompetensi yang harus dimiliki seseorang agar
pemberi layanan di BP. melakukan pekerjaan dengan baik berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan, meliputi motif
TINJAUAN PUSTAKA (motive), sifat/ciri bawaan (traits), konsep diri
(self concept), pengetahuan (knowledge) dan
Pelayanan publik didefinisikan sebagai keterampilan (skill) [14]. Dimensi kualitas
layanan yang sepenuhnya didanai dari hasil pelayanan menurut Parasuraman et. al. (1988)
pajak [8]. Istilah pelayanan publik telah banyak adalah: (1) Tangibel, (2) Reliability, (3)
didefinisikan sebagai: (1) orang yang bekerja di Responsiveness, (4) Assurance, dan (5)
administrasi publik, (2) layanan yang didanai Empathy [15].
pemerintah, dan (3) motivasi orang untuk Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009
berkontribusi pada kebaikan bersama menetapkan perilaku pelaksana dalam
masyarakat [12]. Pelayanan publik adalah pelayanan harus memenuhi syarat sebagai
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka berikut: (1) adil dan tidak diskriminatif, (2)
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan cermat, (3) santun dan ramah, (4) tegas, andal,
peraturan perundang-undangan bagi setiap
dan tidak memberikan putusan berlarut-larut,
warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
(5) profesional, (6) tidak mempersulit, (7) patuh
dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan pada perintah atasan yang sah dan wajar, (8)
publik [10]. Peraturan Pemerintah Republik menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan
Indonesia Nomor 96 Tahun 2012 Tentang integritas institusi penyelenggara, (9) tidak
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun membocorkan informasi atau dokumen yang
2009 mendefinisikan Standar Pelayanan adalah wajib dirahasiakan sesuai dengan peraturan
tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman perundang-undangan, (10) terbuka dan
penyelenggaraan pelayanan publik dan acuan mengambil langkah yang tepat untuk
penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban menghindari benturan kepentingan, (11) tidak
dan janji penyelenggara kepada masyarakat menyalahgunakan sarana dan prasarana serta
dalam rangka pelayanan yang berkualitas, fasilitas pelayanan publik, (12) tidak
cepat, mudah, terjangkau, dan terukur [11]. memberikan informasi yang salah atau
Dalam Peraturan Menteri PAN RB Nomor
menyesatkan dalam menanggapi permintaan
16 Tahun 2014, yang dimaksud Unit pelayanan
publik adalah unit kerja/kantor pelayanan pada informasi serta proaktif dalam memenuhi
instansi pemerintah, yang secara langsung kepentingan masyarakat, (13) tidak
maupun tidak langsung memberikan pelayanan menyalahgunakan informasi, jabatan, dan/atau
kepada penerima pelayanan. Dalam peraturan kewenangan dimiliki, (14) sesuai dengan
tersebut juga mendefinisikan Kompetensi kepantasan, dan (15) tidak menyimpang dari
Pelaksana adalah kemampuan yang harus prosedur.
dimiliki oleh pelaksana meliputi pengetahuan,
keahlian, keterampilan, dan pengalaman [3]. METODOLOGI
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2014 Penelitian ini menggunakan desain
tentang Pedoman Penerapan Kerangka penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
Kualifikasi Nasional Indonesia menyebutkan bertujuan untuk menggambarkan secara tepat
Kompetensi Kerja adalah kemampuan kerja sifat-sifat suatu individu, kelompok tertentu,
setiap individu yang mencakup aspek atau menentukan frekuensi penyebaran suatu
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja gejala, atau frekuensi adanya pengaruh tertentu
antara suatu gejala lain dalam masyarakat [16].

__________________________________________________________________________________________
79
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Teknik pengumpulan data dan informasi
1 Penyelenggaraan MPR 13
dalam penelitian ini menggunakan dua macam 2 Monitoring dan Evaluasi 22
data yaitu data primer dan data sekunder. Data kegiatan Litbangyasa
primer diperoleh melalui survei [17] serta BATAN
wawancara dan pengamatan. Data sekunder 3 Penyusunan PK 22
diperoleh dari literatur dan dokumen BATAN. 4 Penyelenggaraan Raker 22
5 Penyusunan Laporan 22
Pada penelitian ini, yang menjadi populasi Kinerja
adalah pengguna layanan BP. Pengambilan 6 Penyusunan RKA-KL 22
sampel dilakukan dengan metode non 7 Penyusunan HSS 22
probability sampling karena peneliti tidak 8 Revisi Anggaran 22
9 Penyusunan SBK 22
memiliki data populasi individu yang akan Total 189
datang menggunakan layanan. Teknik non
probability yang dipilih adalah quota sampling, Jumlah responden untuk 1 kegiatan
yaitu pemilihan sampel berdasarkan pada layanan BP dari masing-masing unit kerja
pertimbangan kuota yaitu 1 jenis layanan diambil 1 orang sehingga total responden untuk
diambil 1 orang dari masing-masing unit kerja. 1 layanan BP berjumlah 22 orang. Sedangkan
[18]. Dalam penelitian ini menggunakan 189 jumlah responden untuk layanan
sampel yang berasal dari 22 unit kerja penerima penyelenggaraan Majelis Profesor Riset hanya
layanan BP. diambil 13 orang karena jumlah MPR di
Pengambilan data dilakukan menggunakan BATAN tidak banyak dan tidak selalu ada di
kuisioner dengan tipe data ordinal dan skala setiap unit kerja, sehingga jumlah 13 dianggap
likert. Pertanyaan kuisioner berjumlah 5 yang cukup mewakili dari keseluruhan populasi MPR
mencerminkan kompetensi pegawai BP dalam di BATAN.
memberikan layanan. Pilihan jawaban adalah 1 Analisis dilakukan dengan mengukur
sampai dengan 4 dimana nilai 1 untuk perilaku pelaksana layanan sesuai yang
menyatakan ketidaksetujuan/ketidaksesuaian disyaratkan dalam Undang Undang Nomor 25
dan nilai 4 untuk menyatakaan sangat Tahun 2009: (1) adil dan tidak diskriminatif, (2)
setuju/sesuai. Periode pengambilan data santun dan ramah, (3) tegas, andal, dan tidak
dilakukan pada bulan Januari - Desember 2015. memberikan putusan berlarut-larut, (4)
Pengolahan data dilakukan dengan menginput profesional, dan (5) tidak mempersulit. Syarat-
jawaban responden pada aplikasi Microsoft syarat tersebut menjadi dasar penyusunan
Office Excel kemudian mengolah dan pertanyaan kuisioner survey. Hasil analisis dari
menganalisisnya untuk menjawab tujuan setiap persyaratan tersebut adalah sebagai
penelitian. Metode analisis data dalam berikut
penelitian ini menggunakan metode statistik
deskriptif, crosstab, dan analisis kualitatif. Analisis perilaku adil dan tidak diskriminatif

HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksana layanan harus memiliki sikap


adil dan tidak diskriminatif terhadap seluruh
BP dalam mengkoordinasikan penyusunan pelanggan yang dilayani. Untuk mengetahui
rencana program, penyusunan anggaran, dan kompetensi pelaksana layanan dalam
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan memberikan keadilan dapat dilihat dari
mengharuskan berhubungan dengan seluruh penilaian pelanggan yang disurvey. Hasil
unit kerja di BATAN. Kualitas pelayanan yang penilaian responden terhadap 9 layanan BP
diberikan oleh BP ditentukan oleh kualitas lini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.
terdepannya (frontliner). Penilaian kualitas
layanan pegawai BP dilakukan dengan
melakukan survey terhadap 22 unit kerja
penerima layanan dengan 9 jenis kegiatan dan
189 responden seperti dalam Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Responden penerima layanan BP


Jumlah
No Kegiatan BP
Responden

__________________________________________________________________________________________
80
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Gambar 1. Hasil penilaian sikap adil

Dengan skala 1 4 dimana nilai 1 untuk


menyatakan tidak adil dan nilai 4 untuk
menyatakaan sangat adil, hasil survey
menunjukkan bahwa layanan Penyusunan SBK
memiliki penilaian paling buruk dan layanan
Penyelengagraan MPR memiliki penilaian
paling baik. Gambar 3. Hasil penilaian sikap tidak berlarut-larut

Analisis perilaku santun dan ramah Dengan skala 1 4 dimana nilai 1 untuk
menyatakan tidak cepat dan nilai 4 untuk
Pelaksana layanan harus memiliki sikap menyatakaan sangat cepat, hasil survey
santun dan ramah terhadap seluruh pelanggan menunjukkan bahwa layanan Pelaksanaan
yang dilayani. Untuk mengetahui kompetensi Monev Kegiatan dan Anggaran Unit Kerja
pelaksana layanan dalam bersikap santun dan memiliki penilaian paling buruk dan layanan
ramah dapat dilihat dari penilaian pelanggan Penyelenggaraan MPR memiliki penilaian
yang disurvey. Hasil penilaian responden paling baik.
terhadap 9 layanan BP dapat dilihat pada Analisis perilaku profesional
Gambar 2 berikut ini.
Pelaksana layanan harus memiliki sikap
profesional terhadap seluruh pelanggan yang
dilayani. Sikap professional tercermin dalam
kemampuan dan tanggung jawab yang dimiliki
oleh pelaksana layanan. Untuk mengetahui
kompetensi pelaksana layanan dalam hal
kemampuan dan tanggung jawab dapat dilihat
dari penilaian pelanggan yang disurvey. Hasil
penilaian responden terkait kemampuan SDM
Gambar 2. Hasil penilaian sikap santun BP dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini.

Dengan skala 1 4 dimana nilai 1 untuk


menyatakan tidak santun dan ramah dan nilai 4
untuk menyatakaan sangat santun dan ramah,
hasil survey menunjukkan bahwa layanan
Penyusunan HSS memiliki penilaian paling
buruk dan layanan Penyelenggaraan MPR
memiliki penilaian paling baik.
Analisis perilaku tegas, andal, dan tidak
memberikan putusan berlarut-larut Gambar 4. Hasil penilaian kemampuan SDM

Pelaksana layanan harus memiliki sikap Untuk mengukur kemampuan pegawai BP


tegas, andal, dan tidak memberikan putusan dalam memberikan layanan menggunakan skala
berlarut-larut terhadap seluruh pelanggan yang 1 4 dimana nilai 1 untuk menyatakan tidak
dilayani. Untuk mengetahui kompetensi mampu dan nilai 4 untuk menyatakaan sangat
pelaksana layanan dalam bersikap tegas, andal, mampu, hasil survey menunjukkan bahwa
dan tidak memberikan putusan berlarut-larut layanan Pelaksanaan Monev Kegiatan dan
dapat dilihat dari penilaian pelanggan yang Anggaran Unit Kerja memiliki penilaian paling
disurvey. Hasil penilaian responden terhadap 9 buruk dan layanan Penyelenggaraan MPR
layanan BP dapat dilihat pada Gambar 3 berikut memiliki penilaian paling baik.
ini.

__________________________________________________________________________________________
81
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Secara agregat, kinerja pelaksana layanan
untuk 9 layanan BP dapat ditampilkan dalam
bentuk grafik seperti pada Gambar 7 berikut ini.

Gambar 5. Hasil penilaian sikap tanggung jawab

Untuk mengukur tanggung jawab pegawai


BP dalam memberikan layanan menggunakan
skala 1 4 dimana nilai 1 untuk menyatakan
tidak bertanggung jawab dan nilai 4 untuk
menyatakaan sangat bertanggung jawab, hasil
survey menunjukkan bahwa layanan Gambar 7. Hasil penilaian kinerja pelaksana layanan
Pelaksanaan Monev Kegiatan dan Anggaran Berdasarkan grafik diatas tampak bahwa
Unit Kerja memiliki penilaian paling buruk dan keseluruhan layanan BP mendapatkan nilai
layanan Penyelenggaraan MPR memiliki diatas 3 pada skala 1 - 4 dan termasuk dalam
penilaian paling baik. Hasil penilaian responden kategori Baik. Untuk lebih mamacu kegiatan
terkait kemampuan SDM BP dapat dilihat pada yang masih berada dibawah nilai rata-ratanya,
Gambar 5. kompetensi SDM pelayanan perlu ditingkatkan
Analisis perilaku tidak mempersulit untuk kegiatan: Pelaksanaan Monev Kegiatan
dan Anggaran Unit Kerja, Penyusunan PK,
Pelaksana layanan harus memiliki sikap Penyelenggaraan Raker, Penyusunan LAKIN,
mempermudah/tidak mempersulit terhadap Penyusunan HSS, dan Penyusunan SBK.
seluruh pelanggan yang dilayani. Untuk Semua kompetensi yang dibutuhkan
mengetahui kompetensi pelaksana layanan merupakan pendekatan dengan mengidentifikasi
dalam bersikap tidak mempersulit dapat dilihat atau memetakan semua kebutuhan kompetensi
dari penilaian pelanggan yang disurvey. Hasil di tempat kerja. Dari hasil identifikasi atau
penilaian responden terhadap 9 layanan BP pemetaan tersebut, dapat diketahui kompetensi
dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini. yang harus dimiliki oleh pelaksana layanan
dalam melaksanakan proses bisnis di tempat
kerja. Setelah mengetahui hasil penilaian
pelaksana layanan BP, selanjutnya dapat
disusun strategi kebijakan untuk meningkatkan
kompetensi pegawai BP yang bertugas pada
jenis-jenis layanan yang nilainya masih rendah.
Salah satu acuan dalam menentukan strategi
peningkatan kompetensi yang dapat dilakukan
oleh BP adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2014 yang
Gambar 6. Hasil penilaian sikap tidak mempersulit dijabarkan pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Kriteria yang diperlukan untuk SDM
Untuk mengukur kemampuan pegawai BP pelaksana layanan
dalam mempermudah/tidak mempersulit Elemen Kriteria untuk Bekerja
menggunakan skala 1 4 dimana nilai 1 untuk Berkomunika x Komunikasi dengan tamu
si di tempat dilaksanakan secara terbuka,
menyatakan tidak jelas dan nilai 4 untuk bekerja profesional, ramah, dan sopan.
menyatakaan sangat jelas, hasil survey (communicat x Menggunakan bahasa dan nada yang
menunjukkan bahwa layanan Penyelenggaraan e in the cocok.
workplace) x Mempertimbangkan efek bahasa
Raker memiliki penilaian paling buruk dan tubuh personal.
layanan Penyelenggaraan MPR memiliki x Memperlihatkan kepekaan terhadap
penilaian paling baik. perbedaan budaya dan sosial.
x Mendengar dan melontarkan
pertanyaan secara aktif untuk

__________________________________________________________________________________________
82
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
memastikan komunikasi dua arah tepat untuk ditindaklanjuti sesuai dengan
yang efektif.
x Mengidentifikasi potensi konflik tingkat tanggung jawab individu.
yang ada dan mencari solusinya.
Memberikan x Mengidentifikasi kebutuhan dan SARAN
bantuan harapan tamu.
untuk tamu x Berkomunikasi dengan ramah dan
internal dan sopan selama melayani tamu. Strategi peningkatan kompetensi SDM
eksternal x Memenuhi seluruh kebutuhan dan pemberi layanan di BP yang dapat
(provide permintaan pelanggan yang dapat
assistance to diterima.
dipertimbangkan adalah dengan
internal and x Cepat mengenali kekecewaan mengikutsertakan SDM tersebut pada pelatihan
external pelanggan dan mengambil tindakan penunjang. Pelatihan dapat dilaksanakan secara
guests) untuk mencegah masalah sesuai
dengan tingkat tanggung jawab
eksternal maupun internal. Pelatihan eksternal
individu dan prosedur BP. adalah dengan mengikutsertakan pada lembaga
x Keluhan pelanggan ditangani secara pemberi latihan diluar BP, sedangkan Pelatihan
positif, sensitif, dan sopan.
x Keluhan disampaikan pada orang
Internal adalah dengan memanggil pelatih tamu
yang tepat untuk ditindaklanjuti untuk memberikan pelatihan di lingkup BP.
sesuai dengan tingkat tanggung
jawab individu.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN 1. P. Kotler, Marketing Management:
Analysis, Planning, Implementation, and
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
Control, 9th ed.; Prentice Hall, Upper
kesimpulan bahwa keseluruhan layanan BP
Saddle River, NJ, 1997.
mendapatkan nilai diatas 3 pada skala 1 - 4 dan
2. E. Cengiz, Measuring Customer
termasuk dalam kategori Baik. Untuk lebih
Satisfaction: Must Or Not?, Journal of
mamacu kegiatan yang masih berada dibawah
Naval Science and Engineering, Vol. 6 ,
nilai rata-ratanya, kompetensi SDM pelayanan
No.2, pp. 76-88, 2010.
perlu ditingkatkan untuk kegiatan: Pelaksanaan
3. Peraturan Menteri PAN RB Nomor 16
Monev Kegiatan dan Anggaran Unit Kerja,
Tahun 2014 tentang Pedoman Survei
Penyusunan PK, Penyelenggaraan Raker,
Kepuasan Masyarakat terhadap
Penyusunan LAKIN, Penyusunan HSS, dan
Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Penyusunan SBK.
4. S. A. Frank and G. B. Lewis, Government
Formulasi kompetensi SDM pemberi
employees: Working hard or hardly
layanan di BP yang diperlukan adalah: (1)
working?, The American Review of
komunikasi dengan tamu dilaksanakan secara
Public Administration, vol 34 (1) pp 36-
terbuka, profesional, ramah, dan sopan, (2)
51, 2004.
menggunakan bahasa dan nada yang cocok, (3)
5. R. F. Hurley, Customer service behaviour
mempertimbangkan efek bahasa tubuh personal,
in retail settings: a study of the effect of
(4) memperlihatkan kepekaan terhadap
service provider personality, Journal of
perbedaan budaya dan sosial, (5) mendengar
the Academy of Marketing Science, vol
dan melontarkan pertanyaan secara aktif untuk
26(2) pp 115-127, 1988.
memastikan komunikasi dua arah yang efektif,
6. Y. Ekinci, P. L. Dawes, P. Massey,
(6) mengidentifikasi potensi konflik yang ada
Frontline Service Personality, Interaction
dan mencari solusinya, (7) mengidentifikasi
Quality and Consumer Satisfaction,
kebutuhan dan harapan tamu, (8) berkomunikasi
European Journal of Marketing, vol 42(1),
dengan ramah dan sopan selama melayani tamu,
2008.
(9) memenuhi seluruh kebutuhan dan
7. G.A. Brewer, Frontline Supervisors and
permintaan pelanggan yang dapat diterima, (10)
Federal Agency Performance. Journal of
cepat mengenali kekecewaan pelanggan dan
Public Administration Research and
mengambil tindakan untuk mencegah masalah
Theory. vol 15 (4) pp 505527 Oxford
sesuai dengan tingkat tanggung jawab individu
University Press, 2005.
dan prosedur BP, (11) keluhan pelanggan
8. P.C. Humphreys, Improving Public
ditangani secara positif, sensitif, dan sopan, dan
Service Delivery, Committee for Public
(12) keluhan disampaikan pada orang yang
Management Research Discussion Paper 7,

__________________________________________________________________________________________
83
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Institute of Public Administration 57-61 penelitian kedepan pengelompokan
Lansdowne Road Dublin 4 Ireland, 1998. layanan berdasarkan jenisnya dapat
9. L. C. Kaiser, Job Satisfaction and Public dlakukan agar diperoleh kesimpulan yang
Service Motivation, IZA Discussion lebih akurat.
Paper No. 7935, Bonn: Institute for the 2. Pertanyaan (Ani Syamsi - BP): Apakah
Study of Labour, 2014. survey dilaksanakan pada saat on the spot
10. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 kegiatan dilaksanakan atau tidak
tentang Pelayanan Publik. bersamaan dengan kegiatan dilaksanakan?
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tanggapan: Survey dilaksanakan on the
Nomor 96 Tahun 2012 tentang spot kegiatan tersebut dilaksanakan. Pada
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 saat pelaksanaan kegiatan, peneliti
Tahun 2009. membagikan kuesioner kepada responden
12. S. Horton. History and Persistence of an dan responden mengisinya sesuai dengan
Idea and an Ideal, in Motivation in Public kondisi layanan yang diterima.
Management: The Call of Public Service,
James L. Perry and Annie Hondeghem,
eds. New York: Oxford University Press,
2008.
13. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2014
tentang Pedoman Penerapan Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia.
14. S. T Yuniarsih, Manajemen Sumber Daya
Manusia, Teori, Aplikasi dan Isu
Penelitian: Penerbit Alfabeta Bandung,
2008.
15. A. Parasuraman, V.A. Zeithaml and L.L
Berry, Servqual: A Multiple-Item Scale
For Measuring Consumer Perceptions Of
Service Quality'', Journal of Retailing, Vol.
64, Spring, 1988.
16. Indriantoro dan Supomo, Metodologi
Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi Dan
Manajemen Edisi Pertama: BPFE
Yogyakarta, 1999.
17. M. Singarimbun dan S. Effendi, Metode
Penelitian Survei: Jakarta: LP3ES, 1989.
18. Hair et al., Essential of Marketing
Research: the McGraw-Hill Companies,
2008.

HASIL DISKUSI SEMINAR

1. Pertanyaan (Dani Aditya B - STTN):


Megapa layanan kegiatan yang diukur
memiliki karakteristik yang berbeda, hal
ini dapat mempengaruhi penilaian
responden?
Tanggapan: peneliti tidak membedakan
jenis layanannya karena perangkat survey
masih mengacu kepada Peraturan Kepala
BATAN No. 186 Tahun 2012 tentang
Indeks Kepuasan Masyarakat. Untuk

__________________________________________________________________________________________
84
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

UJI STATISTIK KORELASI ANTARA JALUR PENDAFTARAN


MAHASISWA ELEKTROMEKANIK TERHADAP INDEKS
PRESTASI KUMULATIF TAHUN PERTAMA 2012-2014 STTN
BATAN
Oleh : Fatin Yuniarti, Dwi Priyantoro, Praptana

Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir BATAN Yogyakarta

ABSTRAK

UJI STATISTIK KORELASI ANTARA JALUR PENDAFTARAN MAHASISWA


ELEKTROMEKANIK TERHADAP INDEKS PRESTASI KUMULATIF TAHUN PERTAMA 2012-
2014 STTN BATAN. Telah diadakan uji statistik menggunakan metode analisis Chi-kuadrat untuk
menentukan korelasi antara jalur pendaftaran mahasiswa terhadap indeks prestasi kumulatif tahun pertama,
dengan sampel mahasiswa elektromekanik tahun 2012-2014.
Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada korelasi antara jalur penerimaan mahasiswa baru program
unggulan sekolah dan program tes tulis terhadap IPK tahun pertama mahasiswa elektromekanik angkatan
2012-2014.

Kata kunci: Chi-kuadrat, jalur pendaftaran mahasiswa, indeks prestasi kumulatif.

ABSTRACT

STATISTIC TEST FOR THE TRACK STUDENT ENROLLMENT OF ELECTROMECHANIC


AT POLYTECHNIC INSTITUTE OF NUCLEAR TECHNOLOGY (STTN) AND GRADE POINT
AVERAGE FIRST YEAR 2012-2014. Statistic test by Chi-square analyze to determine the correlation
between track student enrollment at STTN and grade point average first year, with the sample are students of
electromechanical years 2012-2014, have been done.
The result of the statistics test shows there haven't correlation between track student enrollment (test
and academic report) with grade point average first year in 2012-2014.

Key words: Chi-square, track student enrollment, grade point average.

kalibrasi, monitor dan merawat berbagai


PENDAHULUAN macam produk dan proses engineering.
Kompetensi ini banyak diterapkan di berbagai
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir bidang dari sistem yang sederhana/skala kecil
(STTN)[1] sebagai perguruan tinggi kedinasan seperti pengendalian motor dan generator
di lingkungan Badan Tenaga Nuklir Nasional sampai sistem yang lebih kompleks seperti
(BATAN) yang berdiri berdasarkan Kepres power plant termasuk pembangkit tenaga
No.71 tahun 2001 tanggal 8 Juni 2001. STTN nuklir, industri makanan, farmasi dan
[2]
memiliki tiga program studi (prodi) yaitu kesehatan, dan industri manufaktur yang
Prodi Teknokimia Nuklir, Prodi Elektronika menuju ke penggunaan teknologi otomasi dan
Instrumentasi Nuklir, dan Prodi Elektro robotik.
Mekanika Nuklir. Visi program studi elektromekanik
Program studi elektromekanika nuklir[2] adalah Unggul/menjadi rujukan utama di
memiliki kompetensi yang bersifat multi- tingkat regional dalam keilmuan
disiplin dalam mengintegrasikan bidang mesin, elektromekanika terapan untuk industri nuklir
listrik, elektronik dan control serta memiliki dan industri terkait dengan nuklir serta energi
keahlian dalam disain, instalasi, pengujian dan pada umumnya. Untuk mewujudkan visi

__________________________________________________________________________________________
85
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
tersebut program studi elektromekanik Dalam penelitian ini akan dicari apakah ada
memiliki misi : hubungan yang signifikan antara jalur
1. Menyelenggarakan pendidikan penerimaan mahasiswa baru program unggulan
elektromekanika terapan untuk sekolah dan program tes tulis terhadap IPK
menghasilkan lulusan yang unggul di tahun pertama mahasiswa elektromekanik
tingkat regional yang cakap dalam angkatan 2012-2014, dan hipotesa yang
disain, instalasi, operasi dan perawatan digunakan adalah :
sistem elektromekanika nuklir dan
terkait dengan nuklir/energy pada H1 : Hipotesis alternatif
umumnya. Seluruh susunan dan tata
kelola naskah ini baik itu berupa Ada hubungan yang signifikan antara jalur
ukuran kertas, margin, lebar kolom, penerimaan mahasiswa baru program unggulan
spasi baris, jenis type sudah disusun sekolah dan program tes tulis terhadap IPK
secara built in. Disetiap bentuk dari tahun pertama mahasiswa elektromekanik
elemen naskah disertai keterangan angkatan 2012-2014.
jenis style yang harus diadopsi untuk
melakukan pemformatan. H0 : Hipotesis nihil
2. Membangun sistem pembelajaran yang
berkualitas dengan benchmarking Tidak ada hubungan yang signifikan antara
kurikulum dengan program studi jalur penerimaan mahasiswa baru program
sejenis yang telah lebih dulu unggulan sekolah dan program tes tulis
menerapkan standar kurikulum baik terhadap IPK tahun pertama mahasiswa
nasional (KKNI) dan international elektromekanik angkatan 2012-2014.
(ABET) agar lulusannya memiliki
kecakapan, keahlian dan attitude yang Sebagai sampel digunakan IPK tahun pertama
baik dan komitmen dengan long-life mahasiswa prodi elektromekanik angkatan
learning. 2012-2014. Metode penelitian yang digunakan
3. Mensinergikan konsep tri darma adalah metode statistik analisis Chi-kuadrat
perguruan tinggi dalam proses seperti pada pembahasan berikut.
pembelajaran dengan melibatkan
mahasiswa dalam kegiatan penelitian DASAR TEORI
dan pengabdian masyarakat.
Dalam ilmu statistic[3,4,5,6], untuk menunjukkan
Visi dan misi program studi elektromekanik ini signifikansi hubungan antara dua variable yang
akan menjadi acuan ke depannya. Untuk independen dapat digunakan analisis Chi-
mewujudkan visi dan misi tersebut, program kuadrat. Dalam penelitian ini akan ditentukan
studi elektromekanik harus memiliki ada atau tidaknya keterkaitan/hubungan antara
mahasiswa-mahasiswa yang berkualitas. Oleh jalur penerimaan mahasiswa baru program
karena itu, proses penyeleksian calon unggulan sekolah dan program tes tulis
mahasiswa baru merupakan bagian terpenting terhadap IPK tahun pertama mahasiswa
untuk memperoleh bibit-bibit mahasiswa yang elektromekanik angkatan 2012-2014.
berkualitas. Jalur pendaftaran dan penyeleksian Dalam analisis Chi-kuadrat, variable pertama
adalah salah satunya. Di Sekolah Tinggi dinyatakan sebagai golongan
Teknologi Nuklir terdapat 2 jalur pendaftaran sedang variable kedua
dan penyeleksian calon mahasiswa baru yaitu : dinyatakan sebagai atribut
, seperti dinyatakan dalam
1. Program unggulan sekolah yaitu
penerimaan mahasiswa baru Tabel 1. Nilai-nilai tiap baris dan kolom
berdasarkan nilai rapot dan sertifikat dinyatakan dengan , yang mana i
yang dimiliki. menunjukkan nomor baris dan j menunjukkan
nomor kolom, sehingga , , dan
2. Program tes tulis yaitu penerimaan seterusnya, berturut-turut menunjukkan nilai
mahasiswa baru berdasarkan hasil pada baris ke-1 kolom ke-1, baris ke-1 kolom
ujian masuk tertulis. ke-2, dan seterusnya.

__________________________________________________________________________________________
86
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Selanjutnya dibuat tabel harapan yang dan variabel ,


yang ditandai dengan
bersesuaian dengan tabel pengamatan, seperti , dan H0 menyatakan
tertera pada Tabel 2. Nilai-nilai tiap unsur dalam tidak ada hubungan yang signifikan antara
tabel harapan adalah
variable dan variabel , yang ditandai
dengan .
(1)
Konsutasikan ke Tabel Distribusi Chi-
Ada atau tidaknya hubungan antara variable kuadrat. Nilai dalam persamaan (2)
dan ditunjukkan oleh adanya perbedaan dianggap besar atau kecil perlu dibandingkan
antara Tabel 1. dan Tabel 2. yang selanjutnya dengan nilai dalam tabel distribusi Chi-kuadrat,
dinyatakan dalam nilai Chi-kuadrat [3,4,5] berikut dengan level signifikansi tertentu dan derajat
ini, kebebasan tertentu. Derajat kebebasan dapat
dihitung seperti berikut,
(2)
(3)
Hipotesis :
Hipotesis yang digunakan dalam analisis Chi- dengan n adalah jumlah baris dan m adalah
kuadrat adalah hipotesis alternative (Ha) dan jumlah kolom.
hipotesis nihil (H0). Ha menyatakan ada
hubungan yang signifikan antara variable

Tabel 1. Daftar Pengamatan

Atribut
Golongan
Atribut ke-1 Atribut ke-2 Atribut ke-n Jumlah

Golongan ke-1 e11 e12 e1n

Golongan ke-2 e21 e22 e2n

Golongan ke-m em1 em2 emn

Jumlah

Penarikan kesimpulan. Bila nilai Chi-kuadrat Sebaliknya, bila nilai Chi-kuadrat hasil
hasil perhitungan lebih besar dari nilai perhitungan lebih kecil dari nilai dalam tabel
tabel maka dinyatakan ada hubungan maka dinyatakan tidak ada hubungan yang
yang signifikan antara variable dan atau signifikan antara variable dan atau
ditolak dan dengan sendirinya diterima, yang
diterima, yang dapat dituliskan sebagai,
dapat dituliskan sebagai,
; diterima (4)
; ditolak (5)

__________________________________________________________________________________________
87
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Tabel 2. Daftar Harapan


Atribut
Golongan
Atribut ke-1 Atribut ke-2 Atribut ke-n Jumlah

Golongan ke-1 a11 a12 a1n

Golongan ke-2 a21 a22 a2n

Golongan ke-m am1 am2 amn

Jumlah

DATA DAN PERHITUNGAN Tahap 1. Pembuatan daftar pengamatan


Dalam penelitian ini digunakan data jalur Data pengamatan ditempatkan dalam tabel
penerimaan mahasiswa baru program unggulan pengamatan, seperti tertera pada Tabel 3.
sekolah dan program tes tulis dan IPK tahun Tahap 2. Perhitungan daftar harapan
pertama mahasiswa prodi elektromekanik Data dari Tabel 3 dengan menggunakan
angkatan 2012-2014. Data angkatan yang persamaan (1) dapat dibuat tabel harapan, seperti
menunjukan IPK tahun pertama mahasiswa tertera pada Tabel 4.
prodi elektromekanik dikelompokan menjadi 3 Tahap 3. Perhitungan nilai
atribut (lihat Tabel 3) yaitu : Dengan menggunakan persamaan (2) dapat
- Atribut pertama adalah IPK tahun dihitung nilai Chi-kuadrat, yang hasilnya adalah,
pertama mahasiswa prodi
elektromekanik angkatan 2012 Tahap 4. Pembacaan Chi-kuadrat tabel
- Atribut kedua adalah IPK tahun pertama Derajat kebebasan dihitung sesuai persamaan
mahasiswa prodi elektromekanik (3),
angkatan 2013
- Atribut ketiga adalah IPK tahun pertama
yang selanjutnya dengan menentukan nilai level
mahasiswa prodi elektromekanik
angkatan 2014 signifikan alfa (D) tertentu (lihat Tabel. 5) maka
Metode penelitian yang digunakan adalah dapat ditarik kesimpulan, Ha diterima atau
analisis Chi-kuadrat yang dikerjakan dalam 4 ditolak.
tahap sebagai berikut.

Tabel 3. Tabel Pengamatan

Angkatan
Jalur Masuk
2012 2013 2014 Jumlah
Program Unggulan
Sekolah 3,43 3,42 3,46 10,31
Program Tes Tulis 3,42 3,23 3,44 10,09
Jumlah 6,85 6,65 6,90 20,4

__________________________________________________________________________________________
88
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Tabel 4. Tabel harapan

Angkatan
Jalur Masuk
2012 2013 2014 Jumlah
Program Unggulan
Sekolah 3,46 3,36 3,49 10,31
Program Tes Tulis 3,39 3,29 3,41 10,09
Jumlah 6,85 6,65 6,90 20,4

Tabel 5. Daftar distribusi Chi-kuadrat[6] untuk .

2 4,61 2,77 1,39 0,575 0,211 0,103 0,0506 0,0201 0,01

Pembahasan yang baik dan memenuhi persyaratan, bentuk


prioritas yang dimaksud dapat berupa pendaftar
Untuk level sinifikan (D) sebesar 50 % nilai Chi- otomatis terdaftar sebagai peserta jalur tes tulis
kuadrat perhitungan lebih kecil dari nilai Chi- tanpa membayar biaya pendaftaran.
kuadrat tabel, bahkan dengan level signifikan
(D) sebesar 1% nilai Chi-kuadrat perhitungan DAFTAR PUSTAKA
masih jauh lebih kecil dari nilai Chi-kuadrat 1. Keppres No.071/2001 tentang Pendirian
tabel. Level signifikansi yang sangat rendah ini Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN).
disebabkan oleh IPK yang merata, sehingga 2. STTN, Pedoman Akademik STTN BATAN,
hipotesa alternatif ditolak dan hipotesa nihil Yogyakarta: STTN-BATAN, 2015.
diterima atau dengan kata lain, tidak ada 3. Spiegel, M. R, Statistic, Singapore: Mc
hubungan yang signifikan antara jalur Grawhill International Book Company,
penerimaan mahasiswa baru program unggulan 1981
sekolah dan program tes tulis terhadap IPK 4. Steel, R.G.D. & Torrie, J.H, Prinsip dan
tahun pertama mahasiswa elektromekanik Prosedur Statistika (alih bahasa oleh :
angkatan 2012-2014. Bambang Sumantri) Edisi 2, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 1995.
Kesimpulan 5. Kreyszig, E. Advanced Enggineering
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Mathematics fifth edition, New York: John
jalur penerimaan mahasiswa baru program Wiley & Sons, 1983.
unggulan sekolah dan program tes tulis terhadap 6. Spiegel, Murray R. & Larry J. Stephens,
IPK tahun pertama mahasiswa elektromekanik Statistik (alih bahasa oleh : Wiwit Kastawan
angkatan 2012-2014. & Irzam Harmein) Edisi 3, Jakarta:
Erlangga, 1999.
Saran

Hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk


evaluasi, pengembangan, dan penyempurnaan
sistem penerimaan mahasiswa baru agar lebih
efektif dalam penyeleksian. Contohnya
pendaftar yang tidak lolos pada jalur prestasi
akademik dapat diprioritaskan pada jalur tes
tulis untuk pendaftar dengan riwayat prestasi

__________________________________________________________________________________________
89
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
90
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA DALAM


PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DI
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL (STUDI KASUS PAIR)
Maulida Mitayani, S.Si1, Ani Syamsi, M.T2

1) Subbagian Perencanaan Penerimaan Negara Bukan Pajak, Biro Perencanaan


(Badan Tenaga Nuklir Nasional Jalan Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta
Selatan, Indonesia 12710)
2) Fungsional Perencana Program, Biro Perencanaan (Badan Tenaga Nuklir Nasional
Jalan Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Indonesia 12710)

ABSTRAK

PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENGELOLAAN


PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DI BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL (STUDI
KASUS PAIR). Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) merupakan kegiatan yang harus dikelola dengan
stategi yang tepat agar dapat melayani masyarakat secara maksimal sehingga akan berdampak positif pada
nilai indeks kepuasan masyarakat (IKM) dan juga meningkatkan target penerimaan. Metode yang digunakan
adalah deskriptif kualitatif dengan studi kasus di PAIR BATAN. Kondisi faktual mengenai sumber daya
manusia (SDM) di BATAN khususnya PAIR belum secara maksimal melaksanakan layanan PNBP
dikarenakan jumlah SDM yang kurang memadai dengan kompetensi yang dibutuhkan dan adanya
kesenjangan kompetensi. Peningkatan kualitas SDM berbasis dengan kompetensi merupakan solusi yang
tepat untuk pengelolaan PNBP. Keterbatasan SDM yang dihadapi saat ini menjadi masalah utama sehingga
percepatan penguasaan kompetensi dapat dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan serta untuk mengukur
tingkat kompetensi yang dimiliki maka dilakukan penilaian kompetensi.

Kata kunci: SDM, PNBP, Kompetensi

ABSTRACT

IMPROVING THE QUALITY OF HUMAN RESOURCES IN NON TAX-REVENOUS


MANAGEMENT OF NATIONAL NUCLEAR AGENCY (CASE STUDY IN PAIR). Non-tax revenues is
an activity that must be managed with the right strategies in order to serve the community to the maximum so
as to increase community satisfaction index (HPI) and also increase the revenue target . The method used is
descriptive qualitative case study in PAIR BATAN. Factual conditions regarding human resources (HR) in
BATAN especially PAIR not optimally perform the service non-tax revenues due to the unavailability of
human resources in accordance with the necessary competence and there are gaps competence. Improving
the quality of human recources (HR) based on competency is the right solution for the management of Non-
tax revenues. HR limitations faced today is a major problem that acceleration mastery of competencies to do
with education and training and to measure the level of competency of the assessment of competence.

Key words: human recources, non-tax revenous, competency

sebuah organisasi untuk mencapai tujuannya.


PENDAHULUAN Tujuan organisasi akan tercapai apabila
memiliki SDM yang berkualitas. Pengelolaan
Keberadaan Sumber Daya Manusia dan pengembangan untuk mencapai SDM yang
(SDM) dalam suatu organisasi merupakan aset berkualitas merupakan salah satu usaha dalam
yang berharga dan perlu dijaga karena SDM rangka meningkatkan kemampuan pegawai
merupakan salah satu elemen terpenting dalam

__________________________________________________________________________________________
91
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
dalam mengerjakan pekerjaan secara profesional Nilai IKM yang meningkat diharapkan
dan handal [1]. dapat menaikan target PNBP di BATAN
Pengembangan SDM berbasis kompetensi umumnya dan PAIR khususnya. Berdasarkan
saat ini merupakan wacana yang tengah proposal Target dan Realisasi Penerimaan
berkembang. Kompetensi SDM merupakan Negara Bukan Pajak (TRPNBP) PAIR
suatu karakteristik yang mendasari individu atau menunjukkan penurunan pada tahun 2015
seseorang mencapai kinerja yang tinggi dalam 2017
pekerjaannya. Kompetensi merupakan gabungan
Tabel. 1. Target penerimaan PAIR Tahun
dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
2015-2017
dibutuhkan oleh seseorang untuk melakukan Target Penerimaan
pekerjaan tertentu. Pengetahuan merupakan 2015 2016 2017
kedalaman dan luasnya informasi yang diserap Rp 3.659.000.000 Rp 3.137.840.300 Rp 2.960.090.300
dan dipahami oleh seseorang yang akan
memungkinkan orang tersebut menghadapi
situasi yang berbeda dan perubahan yang tak SDM memiliki peranan yang sangat
terduga. Keterampilan adalah kemampuan dan penting dalam menentukan keberhasilan
keahlian yang ditunjukkan oleh seseorang dalam penyelenggaraan pelayanan PNBP. SDM yang
melakukan tugas dengan standar yang mampu menjalankan tugas dengan baik dalam
ditentukan sebagaimana dinilai oleh evaluator. memberikan pelayanan PNBP kepada
Sikap adalah apresiasi dan perilaku yang masyarakat adalah SDM yang memiliki
dipraktekkan seseorang untuk melakukan kompetensi.
pekerjaan atau tugas [2]. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) penulis bermaksud membuat kajian tentang
merupakan salah satu unsur penyumbang Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan
(APBN). Menyadari akan pentingnya PNBP Pajak di Badan Tenaga Nuklir Nasional (Studi
tersebut maka perlu adanya pengelolaan PNBP Kasus PAIR)
di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).
Menurut Peraturan Pemerintan (PP) No. 29 Rumusan Masalah
Tahun 2011 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis
PNBP yang berlaku pada BATAN menjelaskan Rumusan masalah pada kajian ini
bahwa ada 17 jenis layanan PNBP di BATAN adalah:
dan dikelola oleh 16 Satuan Kerja [3]. 1. Bagaimana kondisi faktual SDM pengelola
Banyaknya jenis layanan dan satuan kerja PNBP di PAIR?
yang mengelola layanan PNBP maka perlu 2. Bagaimana strategi yang tepat untuk
adanya dukungan dari manajemen sehingga meningkatkan kualitas SDM pengelola
didapatkan pengelolaan SDM yang tepat maka layanan PNBP?
akan dapat berdampak positif pada kepuasan Tujuan
pelanggan. Kepuasan pelanggan dapat dinilai
melalui nilai Indeks Kepuasan Masyarakat Adapun tujuan kajian ini adalah
(IKM). Menurut Laporan Kinerja BATAN tahun 1. Mengetahui kondisi faktual SDM pengelola
2015 menghasilkan nilai IKM 3,17 dalam skala PNBP di PAIR
4. Dengan target nilai IKM 3,0, maka capaian 2. Mengetahui strategi yang tepat untuk
kinerja yang diperoleh sebesar 103,93%. meningkatkan kualitas SDM
Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan
bahwa secara keseluruhan mutu pelayanan METODOLOGI
BATAN mendapat kategori B (2,51 3,25).
IKM PAIR pada tahun 2015 adalah 3,24. Agar Kajian ini menggunakan metode
IKM menunjukkan peningkatan tiap tahunnya deskriptif kualitatif. Metode kualitatif dapat
maka salah satu cara yang dapat dilakukan berfungsi untuk menggambarkan dan memahami
adalah dengan meningkatkan kualitas SDM yang makna di balik data-data yang tampak.
berbasis kompetensi pada Satuan Kerja Sedangkan deskripsi adalah satu kaedah upaya
pengelola layanan PNBP [4]. pengolahan data menjadi sesuatu yang dapat
diutarakan secara jelas dan tepat dengan tujuan

__________________________________________________________________________________________
92
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
agar dapat dimengerti oleh orang yang tidak adalah 58 tahun maka BATAN akan kehilangan
langsung mengalaminya sendiri [5]. Pada 17 persen pegawainya dalam dua tahun
penelitian kualtitatif jenis deskripsi tidak mendatang dan 35 persen dalam lima tahun
diperlukan hipotesa oleh karena tidak mendatang jika kebijakan moratorium masih
dimaksudkan untuk membuktikan sesuatu diterapkan [7].
kebenaran [6].
Sumber data yang digunakan merupakan
data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang diambil melalui kuesioner
terbuka yang disebar kepada satuan kerja yang
memiliki layanan PNBP. Data sekunder yaitu
berupa data pegawai dari Pusat Aplikasi Isotop
dan Radiasi (PAIR) BATAN yang didapatkan
dari Surat Keputusan Kepala Pusat.

KONDISI FAKTUAL SUMBER DAYA


MANUSIA

Sumber Daya Manusia (SDM) adalah Gambar 1 Petugas Pengelola Layanan PNBP
suatu hal yang sangat penting dalam kegiatan PAIR Berdasarkan Rentang Umur
pengelolaan layanan PNBP karena kualitas dari Hal tersebut pula yang menjadi
SDM tersebut sangat menentukan kinerja pada permasalahan pada SDM pengelola layanan
saat melaksanakan tugas sebagai pelayan publik. PNBP di PAIR. Jika dilihat pada Gambar.1.
Tim pengelola layanan PNBP di PAIR Rentang umur diatas 54 tahun yaitu sebesar
dibagi berdasarkan jenis jasa layanan, seperti 32%. Rentang umur diatas 54 tahun dapat
yang ditunjukkan pada Tabel.2. Anggota tim dijabarkan lagi berdasarkan pendidikan terakhir,
tersebut terdiri dari koordinator, sekretariat, yang ditunjukkan pada Gambar 2
pengolah data, pembantu peneliti, dan pembantu
lapangan.

Tabel. 2. Jumlah SDM Pengelola Layanan


PNBP di PAIR
JENIS JASA LAYANAN PNBP JUMLAH SDM
Jasa Iradiasi 19
Jasa Penyiapan Sampel dan Analisis 16
Jasa Konsultasi Teknik dan Penelusuran
Masalah dalam Industri 13

Jasa Uji Tidak Merusak 17


Penjualan Produk (Proses Radiasi) 14
Penjualan Produk (Pertanian) 13

Banyaknya jumlah petugas pengelola


PNBP dari tiap jenis layanan dapat diuraikan Gambar 2 Petugas Pengelola Layanan PNBP PAIR
lagi berdasarkan umur dan pendidikan terakhir. Rentang Umur diatas 54 Tahun Berdasarkan
Kajian yang sudah dilakukan menyebutkan Pendidikan Terakhir
bahwa kesenjangan kompetensi SDM menjadi
salah satu faktor permasalahan dan ancaman Berdasarkan pada Gambar 1 dan Gambar
yang dapat menghambat keberhasilan 2 dapat diketahui bahwa 4 sampai 5 tahun ke
pencapaian BATAN selain faktor penuaan depan PAIR akan kehilangan SDM yang
fasilitas dan strategi komunikasi. Sebaran umur berkompeten dari masing-masing jenis layanan
pegawai BATAN sebagian besar terletak pada PNBP. S3 akan kehilangan 6 orang, S2 akan
umur 41 tahun ke atas yaitu sekitar 81 persen. kehilangan 1 orang, S1 akan kehilangan 10
Dan jika mengasumsikan bahwa umur pensiun orang, DII akan kehilangan 2 orang, dan juga
SMU akan kehilangan 9 orang dimana lulusan

__________________________________________________________________________________________
93
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
SMU tersebut kemungkinan besar memiliki memiliki pengalaman bekerja secara teknis
pengalaman secara teknis dalam jangka waktu dalam waktu yang lama.
yang lama pada masing-masing jenis layanan.
Kesenjangan kompetensi berdasarkan
pendidikan terakhir akan terlihat apabila petugas
dengan umur diatas 54 tahun dibandingkan
dengan petugas yang memiliki umur kurang dari
34 tahun.

Gambar 4 Petugas Pengelola Layanan PNBP PAIR


berdasarkan Jabatan Fungsional

Pemilihan petugas pengelola layanan


PNBP berdasarkan dengan jabatan fungsional
sudah menggambarkan kebutuhan akan petugas
yang terampil dan ahli dalam bidang tertentu
sesuai dengan kompetensi. Saat ini PAIR sudah
melakukan hal tersebut, namun belum secara
maksimal. Hal tersebut dikarenakan jumlah
Gambar 3 Petugas Pengelola Layanan PNBP PAIR SDM yang kurang memadai dengan kompetensi
Rentang Umur dibawah 34 Tahun Berdasarkan
yan diperlukan.
Pendidikan Terakhir
Berdasarkan pada Gambar 4 diketahui
Banyaknya petugas pengelola layanan hubungan antara rentang umur, jabatan
PNBP yang diperkirakan pensiun dalam waktu 4 fungsional tertentu dengan jumlah personil
sampai 5 tahun, maka perlu adanya transfer pengelola layanan PNBP. Pada jabatan
knowledge agar kompetensi yang dimiliki tidak fungsional umum terlihat jumlah personil cukup
hilang. Pada Gambar 3 terlihat bahwa petugas banyak. Jabatan fungsional umum tersebut
dengan pendidikan terakhir DII, DIV, dan S1 terdiri dari lulusan pendidikan DIII/S1 yang
siap untuk ditingkatkan kompetensinya. belum diklat jabatan fungsional tertentu, SMU
BATAN sebagai badan yang yang tidak masuk dalam jabatan fungsional
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang tertentu, dan outsourcing.
kajian, pengembangan dan pemanfaatan tenaga PAIR sudah memberikan syarat agar
nuklir memiliki kelompok kompetensi yang pengelola layanan PNBP dapat mengikuti diklat
tercantum pada Peraturan Kepala BATAN tertentu seperti diklat tata cara pengelolaan
No.16 Tahun 2004. Kelompok kompetensi PNBP, sertifikasi petugas iradiator, dan
tersebut dibagi menjadi 6 bidang, yaitu bidang sertifikasi petugas radiografi akan tetapi saat ini
isotop radiasi, bahan bakar nuklir, instalasi dan PAIR menghadapi kondisi bahwa SDM yang
instrumentasi nuklir, reaktor dan energi nuklir, mengelola teknis di tiap bidang layanan sudah
keselamatan nuklir dan radiasi, dan penunjang banyak yang akan menjalani purna bakti,
[8]. sehingga diperlukan penambahan SDM yang
PAIR termasuk dalam kelompok bidang baru. Dalam hal ini PAIR harus mempersiapkan
isotop dan radiasi maka dalam pemilihan SDM pengganti yang memiliki kompetensi yang
petugas pengelola layanan PNBP seharusnya dibutuhkan.
dipilih SDM yang memiliki pengetahuan yang Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
luas tentang bidang tersebut, keterampilan yang Republik Indonesia Nomor 65/PMK.02/2015
ditunjukkan dengan pernah mengikuti diklat tentang Standar Biaya Masukan Tahun
tertentu, dan perilaku yang dipraktekkan Anggaran 2016 menyebutkan bahwa honorarium
seseorang dalam menjalankan pekerjaan dan diberikan kepada Pegawai Aparatur Sipil
Negara/Anggota Polri/TNI yang diberi tugas

__________________________________________________________________________________________
94
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
oleh pejabat yang berwenang untuk mengelola pengelola teknis layanan PNBP akan tetap
PNBP fungsional dengan ketentuan sebagai menjalankan pekerjaanya dengan baik.
berikut: Selain itu, Penetapan standar kompetensi
a. Jumlah petugas penerima PNBP atau juga merupakan langkah mempertegas dan
anggota paling banyak 5 (lima) orang; memperjelas kualifikasi dalam
b. Jumlah alokasi dana untuk honorarium melaksanakan tugas-tugas atau tanggung
Pengelola PNBP dalam 1 (satu) tahun jawabnya sesuai dengan kompetensi.
paling tinggi sebesar 10% (sepuluh Terdapat 5 (lima) karakteristik
persen) dari target pagu penerimaan kompetensi, yaitu pengetahuan,
PNBP fungsional; dan keterampilan, konsep dan nilai-nilai,
c. Dalam hal bendahara penerimaan telah karakteristik pribadi, dan motif.
menerima tunjangan fungsional Pengetahuan merujuk pada informasi dan
bendahara, maka yang bersangkutan tidak hasil pembelajaran yang sudah diketahui.
diberikan honorarium dimaksud Keterampilan merupakan keahlian yang
Honorarium untuk pengelola PNBP dapat ditunjukkan dengan kemampuan seseorang
digunakan sebagai pemicu semangat petugas dalam melakukan sesuatu. Konsep diri dan
pengelola PNBP untuk lebih produktif [9]. nilai-nilai merujuk pada sikap, nilai-nilai
Kondisi faktual yang terjadi pada PAIR dan citra diri seseorang. Karakteristik
tidak jauh berbeda dengan kondisi yang dialami pribadi merujuk pada karakteristik fisik dan
oleh Satuan Kerja lain di BATAN, terutama konsistensi tanggapan terhadap situasi dan
Satuan Kerja yang memiliki jumlah penerimaan informasi. Sedangkan motif merujuk pada
yang besar. Pada umumnya keterbatasan SDM emosi, hasrat, kebutuhan psikologis atau
menjadi salah satu masalah utama dalam dorongan-dorongan lain yang memicu
pengelolaan PNBP. tindakan [8].
Berdasarkan karakteristik
STRATEGI kompetensi tersebut, SDM dapat terpetakan
dengan dukungan dari para pimpinan dalam
Berdasarkan target kinerja BATAN tahun melaksanakan manajemen SDM yang tepat.
2019 yaitu salah satunya pencapaian IKM 3,2 Peran pimpinan adalah mampu merumuskan
dan berdasarkan kondisi faktual SDM pengelola kompetensi apa saja yang harus dimiliki dan
layanan PNBP di PAIR, maka strategi yang dikembangkan sebagai pengelola PNBP
dapat diambil dalam rangka peningkatan kualitas sesuai dengan layanan yang tersedia dan
SDM pengelola PNBP di BATAN adalah kompetensi yang dibutuhkan. Pemetaan
sebagai berikut: SDM berdasarkan kompetensi yang
1. Manajemen Pengelolaan SDM Berbasis diperlukan dengan tetap mengacu pada
Kompetensi Peraturan Kepala BATAN Nomor 16 tahun
Dalam penempatan pengelola teknis 2004 tentang kelompok kompetensi [11].
layanan PNBP haruslah memiliki Apabila daya dukung organisasi
perencanaan SDM yang cukup matang. UU sudah dapat berjalan secara simultan maka
No 5 Tahun 2014 menyebutkan bahwa pengembangan SDM berbasis kompetensi
kompetensi teknis dapat diukur dari tingkat akan dapat memberikan dampak baik bagi
dan spesialisasi pendidikan, pelatihan teknis peningkatan kinerja. Hal ini terjadi karena
fungsional, dan pengalaman bekerja secara SDM yang berkembang secara kompeten
teknis. Manajemen Pengelolaan SDM merupakan suatu kondisi dimana seluruh
Berbasis Kompetensi merupakan strategi elemen internal organisasi siap untuk
baru dalam memetakan kinerja SDM yang bekerja dengan mengandalkan kualitas diri
mengarah pada profesionalisme [10]. dan kemampuan yang baik. Pada level
Strategi pengelolaan SDM yang tertentu dimana kondisi di atas sudah
diterapkan seharusnya adalah strategi yang mampu tercipta dalam suatu organisasi maka
berbasis kompetensi. Strategi tersebut lebih kinerja individu menjadi cerminan bagi
menekankan pada pengetahuan, kinerja organisasi/instansi [8].
keterampilan, dan sikap SDM dalam
menjalankan tugas. Tidak terpengaruh
berapa banyak penerimaan yang didapatkan,

__________________________________________________________________________________________
95
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
2. Pendidikan dan Pelatihan Berbasis menduduki jabatan tertentu, dengan cara
Kompetensi (PPBK) membandingkan antara level kompetensi
Pengembangan kompetensi saat ini dengan standar yang ditetap atau
pengelola teknis layanan PNBP dapat level kompetensi yang dibutuhkan. Ada
dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan. beberapa aspek-aspek yang harus terpenuhi
Pendidikan dan pelatihan sangat penting dalam penilaian kinerja kompetensi sebagai
dilakukan agar dapat meningkatkan kualitas berikut:
SDM. Pendidikan dan Pelatihan Berbasis 1. Reliability, yaitu faktor penilaian harus
pada Kompetensi-PPBK merupakan salah dapat dipercaya. Ukuran kinerja harus
satu pendekatan dalam pengembangan SDM konsisten, jika dua penilai mengevaluasi
yang berfokus pada hasil akhir (outcome). pekerja yang sama mereka perlu
Pendidikan dan pelatihan berbasis menyimpulkan hal serupa menyangkut
kompetensi (PPBK) adalah sistem hasil mutu pekerja.
pendidikan dan pelatihan yang 2. Relevance, yaitu ada kesesuaian antara
menawarkan upaya peningkatan kinerja penilaian dengan tujuan sistem
SDM dan organisasi melalui kompetensi penilaian, ukuran kinerja harus
yang dapat menciptakan karyawan dengan dihubungkan dengan output riil dari
kemampuan yang sesuai dengan kegiatan yang secara logika itu
kebutuhan dan persyaratan pekerjaan. mungkin.
PPBK dirancang untuk peningkatan 3. Sensitivity, yaitu beberapa ukuran harus
kompetensi yang dapat dimodifikasi dan mampu mencerminkan perbedaan antara
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondidi penampilan tingkat tinggi dan rendah.
yang ada agar dapat mencapai hasil seperti Penampilan tersebut harus dapat
yang diharapkan. Adapun langkah-langkah membedakan dengan teliti tentang
dalam PPBK antara lain: menganalisis perbedaan kinerja.
kebutuhan, penilaian, dan perencanaan; 4. Practicality, mudah dipahami dan dapat
pengembangan model kompetensi; diterapkan secara praktis dan
perencanaan kurikulum; perencanaan dan kekurangan data tidak telalu
pengembangan intervensi pembelajaran; dan mengganggu.
evaluasi [8]. Kelemahan yang ada dalam
Studi kasus PAIR membutuhkan penilaian kinerja ini terdapat pada sisi
beberapa diklat yang dipersyaratkan sebagai kepraktisannya, mengingat penilaian kinerja
petugas pengelola teknis layanan PNBP ini menggunakan lebih banyak data dan
seperti: diklat petugas iradiator, diklat tata multirater sehingga membutuhkan lebih
cara pengelolaan PNBP, dan diklat banyak proses [12].
radiografi.
KESIMPULAN DAN SARAN
3. Penilaian Kompetensi
Penilaian kompetensi merupakan Berdasarkan hasil kajian menunjukkan
bagian dari strategi manajemen SDM bahwa bahwa pengelola PNBP saat ini memiliki
berbasis kompetensi, sehingga manajemen beberapa kendala antara lain keterbatasan SDM
dapat menjamin perolehan informasi yang dan kesenjangan kompetensi. Oleh karena itu,
akurat dan komprehensif mengenai tingkat strategi yang diambil untuk mengatasi kendala
kemampuan kemampuan kritis SDM yang tersebut adalah manajemen SDM berdasarkan
dimiliki unit pelayanan publik. Adapun kompetensi, pendidikan dan pelatihan, dan
maksud diadakannya penilaian kompetensi penilaian kompetensi. Dukungan dari
adalah untuk mengetahui atau menganalisis manajemen dalam pengelolaan PNBP sangat
kesenjangan (gap) antara level kompetensi berpengaruh terhadap hasil yang diharapkan.
saat ini dan menggunakan hasilnya untuk Adapun peningkatan kualitas SDM dapat
aplikasi manajemen SDM seperti terlaksana sesuai dengan harapan, terdapat
penempatan pengelola PNBP. beberapa saran yang dapat dipertimbangkan,
Secara umum pengukuran antara lain:
kompetensi adalah proses menentukan x Peraturan Kepala BATAN No.16 Tahun
apakah seseorang kompeten atau tidak untuk 2004 tentang Kelompok Kompetensi perlu

__________________________________________________________________________________________
96
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
diperbaharui karena sudah tidak relevan [11] Republik Indonesia. 2004. Peraturan
dengan keadaan saat ini. Kepala BATAN Nomor 16 tahun 2004
x Dalam penilaian kompetensi hendaknya tentang Kelompok Kompetensi. BATAN.
merujuk pada buku dari IAEA pada tahun Jakarta.
2016 yaitu Competency Assessment for [12] I. Mayasari, K. Haryanti, F. Hindiarto.
Nuclear Industry personnel Penilaian Kinerja Berdasarkan Kompetensi
dan KPI (Key Performer Indicator)
DAFTAR PUSTAKA Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten
Semarang. 2012. Pediksi, Kajian Ilmiah
[1] F. Setiadi. Analisa Deskriptif rekruitmen Psikologi. Vol.1, No.2. hal 224-228.
dan Seleksi Karyawan Pada PT. ISS
Indonesia Surabaya. 2014. AGORA
Vol.2, No. 1.
[2] IAEA. Training The Staff Of The
Regulatory Body For Nuclear Facilities: A
Competency Framework. IAEA TECDOC
Series, No. 1254, 2001.
[3] Republik Indonesia. 2011. Peraturan
Pemerintah No.29 Tahun 2011 tentang
Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada
Badan Tenaga Nuklir Nasional. Sekretariat
Negara. Jakarta.
[4] BATAN. 2016. Laporan Kinerja Badan
Tenaga Nuklir Nasional 2015. Jakarta:
BATAN.
[5] E. A. Limawandoyo dan A. Simanjuntak.
Pengelolaan dan Pengembangan
Sumberdaya Manusia Pada PT. Aneka
Sejahtera Engineering. 2013. Jurnal
Manajemen Bisnis Petra Vol.1 No.2.
[6] Subandi. Deskripsi Kualitatif Sebagai Satu
Metode dalam Penelitian Pertunjukan.
2011. HARMONIA, Volume 11, No.2.
[7] N. Wijaya dan R. Azaliah. Preservasi
Pengetahuan Nuklir di BATAN. 2015.
Seminar Nasional XI SDM Teknologi
Nuklir. ISSN 1978-0176.
[8] Jumawan. Mengembangkan Sumber Daya
Manusia (HRM) yang Strategis untuk
Menunjang Data Saing Organisasai:
Perspektif. Competency & Talent
Management. 2015. Media Mahardika
Vol.13, No.3. hal. 258 269.
[9] Republik Indonesia. 2015. Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 65/PMK.02/2015 tentang Standar
Biaya Masukan Tahun Anggaran 2016.
Kementerian Keuangan. Jakarta.
[10] Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara.
Kementerian Sekretariat Negara. Jakarta.

__________________________________________________________________________________________
97
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
98
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

#
   !
1&*1/.+

&EC2D)6<?@=@8:":>329'25:@2<D:7 J )$)2?86B2?8(6=2D2??5@?6C:2
>BB@>=:32D2?8@:5

 

 #        


 ! !6;25:2? <646=2<22? B62<D@B ?E<=:B 5: <@>A=6<C &")$ E<EC9:>2 D6=29 32?H2<
>6>36B:<2? A6=2;2B2? 6C2:? 52? (:CD6> E<E?8 72C:=:D2C ?E<=:B >6>6B2?<2? 6=6>6? A6?D:?8 52=2>
AB@D6<C: 3292H2 <632<2B2? 52? =652<2? !2;:2? :?: 36BDE;E2? E?DE< >6>36?DE< <6B2?8<2 <6B;2 52=2>
#2?2;6>6?292H2!632<2B2?52?"652<2? :<2>6?824EA252   $#162'"# 
 /,1#!1',+
%'+01 +1#/+) '/#0 +" 5-),0',+0 '+ 1&# #0'%+ ,$ 2!)#/ ,4#/ )+1 >:?:>2= 252

 C636=2C
6=6>6? AB@D6<C: <632<2B2? 52? =652<2? =6>6? D6BC63ED >6?;25: A6?892=2?8 2?D2B2 2A: CE>36B =652<2?
56?82? <646=2<22? <2D2CDB@A:< =6>6?6=6>6? D6BC63ED D6B5:B: 52B: 6C2:?  )6,21 ,+1/,) ,$ %+'1',+
,2/!# ,20#(##-'+% +&#/#+1)6$#/#0'%+&6B2G2D2?&6>6=:92B22?#2?2;6>6?&6BE3292? 7/"
1#/')(EBF6:=2?52?(:CD6>=2B>&6?2?88E=2?82?!652BEB2D2??CA6<C:E5:D52?&6=2D:92? *A2H2
A6?468292? >6>682?8 A6B2?2? H2?8 5@>:?2? 52=2> #2?2;6>6? 292H2 !632<2B2? 52? "652<2?
(652?8<2? EA2H2 A6?2?88E=2?82? H2?8 D6A2D C642B2 C:8?:7:<2? 52A2D >6?8EB2?8: 52>A2< 52B: <646=2<22?
H2?8D6B;25:

!2D2<E?4: B62<D@B?E<=:BE<EC9:>26C2:?(:CD6>E<E?8  


AB@D6<C:<632<2B2?52?=652<2?



     


          2!)#/
/#!1,/!!'"#+112(20&'*2!)#/,4#/)+1,*-)#5&0 ##+-/,3'"#"*+6)#00,+0#0'%++"
2--,/1 601#* ,$ +2!)#/ $!')'16 1, # '*-,/1+1 #)#*#+1 '+ 1&# $'/# +" #5-),0',+-/,1#!1',+ &'0 012"6
'*0 1, #01 )'0&  $/*#4,/( $,/ '/# +" 5-),0',+ 7/"0 +%#*#+1 &#+ /#$#//'+% 1, 1&#  
$#162'"# 
 /,1#!1',+%'+01+1#/+)'/#0+"5-),0',+0'+1&##0'%+,$2!)#/,4#/
)+11&#/#/#)#01 #)#3#+#)#*#+10,$$'/#+"#5-),0',+-/,1#!1',+&##)#*#+1 #!,*#0 //'#/0
#14##+1&#$'/##5-),0',+0,2/!#4'1&!101&/,-'!!!'"#+1&##)#*#+10/#"#0'%+)6,21 ,+1/,),$
%+'1',+ ,2/!# ,20#(##-'+% +&#/#+1)6 $#/ #0'%+ '+1#++!# +%#*#+1 ,$ &+%# 7/"
1#/')2/3#'))+!#+" )/*601#**#/%#+!6#0-,+0#+0-#!1',+ 2"'1+"/'+'+% /#3#+1',+
!1',+ '0  ",*'++ /,)# '+ 1&# '/#  5-),0',+ 7/"0 +%#*#+1 &')# 1&# /'%&1 !,2+1#/*#02/#0
!1',+!+0'%+'$'!+1)6/#"2!#1&#'*-!1,$!!'"#+101&1,!!2/

#64,/"0 +2!)#//#!1,/2(20&'*#0'%+ 2--,/1 601#* 


$'/##5-),0',+-/,1#!1',+

D:?88: A6B>E<22? 2:B B62<D@B D6BEC >6?HECED


!! 52? CE2DE C22D C2>A2: <6 D:D:< 5: >2?2 3292?
32<2B>E=2:D:52<D6B6?52>2:BA6?5:?8:?&252
!646=2<22? &6>32?8<:D ":CDB:< )6?282 C22D :DE CE9E B62<D@B CE529 >6?42A2:  @
$E<=:B &")$ 5: <@>A=6< E<EC9:>2 ):52< D6B6?52>?H2 32D2?8 3292? 32<2B
>6>36B:<2? A6=2;2B2? <:32D ,00 ,$ #1 36B:>A=:<2C: C6B:EC C6323 CE9E B62<D@B
'+( !!'"#+12:BA6?5:?8:?B62<D@BD:52<3:C2 >6=@?;2<?2:<9:?882>6?42A2:
@&252
>6?82=:B C69:?882 2:B A6?5:?8:? :DE C6?5:B: D:D:<:?:A2?2CD6=29>2>AE>6=6=69<2?32D2?8
D6B5:5:9<2? 9:?882 >6?8E2A @=69 A2?2C 3292? 32<2B 52? :C:?H2 <@?5:C: H2?8 C642B2
A6=EBE92? &6?8E2A2? :?D6?C:7 >6?82<:32D<2? D6<?:C 5:C63ED ,00 ,$ ,,)+1 !!'"#+1

__________________________________________________________________________________________
99
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

  2=2> 7:C:<2 B62<D@B ?E<=:B  *, ')# !!2*2)1,/ 4252?82? C686B2
>6?5E5E<:9:B2B<:D6BD:?88:C63282:<646=2<22? 5:52D2?8<2? 52B: &")$ D6B56<2D H2?8 D:52<
D6BA2B29 H2?8 >6>3E2D C63E29 B62<D@B 3:C2 >6?82=2>: 82?88E2? ?2>E? 3EDE9 G2<DE

>2D: E?DE< C6=2>2?H2 .:B<@?:E> H2?8 ;2>A2C4286>A2E?DE<>6?42A2:E<EC9:>2
>6=6=69 <6>E5:2? 36B62<C: C642B2 <:>:2G:
56?82?E2A2:BA2?2C>6?892C:=<2?I:B<@?:E>
@<C:52 52? 82C 9:5B@86? 5: >2?2 52=2> D:2A
<:=@8B2> I:B<@?:E> H2?8 36B62<C: 5:AB@5E<C:
  =:D6B 82C 9:5B@86? )6B36?DE<?H2 82C
9:5B@86? >6>3E2D D6<2?2? 5: 52=2> B62<D@B
>6?:?8<2D9:?882>6?42A2: <2=: =:A2D5:2D2C
?@B>2=
&252 D:D:< D6BD6?DE 42>AEB2? 2:B E52B2
52? 82C 9:5B@86? 4E<EA 36B3292H2 <2B6?2
C2?88EA>6?892C:=<2?56D@?2C:=652<2?H2?8
5:D2?52: 56?82? A6=6A2C2? 86=@>32?8 <6;ED
(6D:2A B62<D@B A252 52C2B?H2 >6>:=:<:
A6B2?8<2D H2?8 >2>AE >6?82=:B<2? 82C
9:5B@86?<6=E2BC636=E><@?C6?DB2C:36B3292H2 2>32B
(6C22DC6D6=29=652<2?9:5B@86?5:
D6B42A2: $2>E? <6D:2522? 2=:B2? =:CDB:< '62<D@B !@>A=6<CE<EC9:>2 /
0
>6?82<:32D<2? 7E?8C: A6B2?8<2D :?: D:52<
36B;2=2?(63282:2<:32D?H2<6D:<2<@?C6?DB2C: 2?DE2? :DE AE? D:52< =2?8CE?8 D6BC2>3E?8
36B3292H2 D6B42A2: =652<2? 9:5B@86? D:52< 56?82?E<EC9:>2 <2B6?2<@?6<D@B?H236B252
52A2D5:9:?52B: 5: BE2?8 32C6>6?D H2?8 D6B6?52> 2:B
(6A6BD: :DE=29 82>32B2? <6;25:2? 5: <:32D?H2 B62<D@B E?:D
 92?H2 >6?52A2D<2?
&")$ !@>A=6<C E<EC9:>2 6>A2 A6?5:?8:?2?;2>A2C4286>A252?C6D6=29:DE
>6?88E?42?8 6A2?8 A252 D2?882=

 #2B6D A6?5:?8:?2? 36B96?D: (:CD6> A6?5:?82?


AE<E=  A>56?82?<6<E2D2?C<2=2 52BEB2D  *#/%#+!6 ,/# ,,)'+%


/'!&1#/ ):82 AE=E9 >6?:D <6>E5:2? DCE?2>: 601#* AE? D2< 3:C2 5:2<D:7<2? 2<:32D =:CDB:<
>6?892?D2> C6A2?;2?8 328:2? D:>EB =2ED A252>!@?C6<E6?C:?H2A2?2CA6=EBE92?D:52<
6A2?8 :?5:?8 =2ED 0# 4)) C6D:?88: 3:C2 5:2=:B<2? <6=E2B 52? 36BA@D6?C:
>6D6B H2?8 >6=:?5E?8: !@>A=6<C E<EC9:>2 >6?82<:32D<2?<68282=2?H2?85:<6?2=56?82?
D:52< >2>AE >6>36?5E?8 D6B;2?82? DCE?2>: ,00,$#1'+( !!'"#+1  2D2E ,00
H2?8 5:A6B<:B2<2? >6?42A2:  >6D6B : ,$),4 !!'"#+1  
52=2> <@>A=6< :?: D6B52A2D  6?2> 3E29 "652<2?9:5B@86?A6BD2>2<2=:D6B;25:5:
B62<D@B?E<=:B86?6B2C:A6BD2>2B62<D@BD6BDE2 B62<D@BE?:D
A252
#2B6D

AE<E=
 
B62<D@B
 >6>:=:<: 52H2   #,6 H2?8 >6?H6323<2? 2D2A B62<D@B =2A:C2?
C6>6?D2B2 B62<D@B E?:D  9:?882  >6>:=:<: A6?8E<E?8 <65E2 36B=E32?8 C652?8<2?
52H2   #,6 52? B62<D@B E?:D  >6>:=:<: =2A:C2? A6?8E<E?8 A6BD2>2 >2C:9 EDE9
52H2D6B36C2BH2<?:

#,6!@>A=6<C:?: 36B52C2B<2? :?CA6<C: C6D6=29 <646=2<22?


>6BEA2<2? C2=29 C2DE <@>A=6< &")$ D6BDE2 !6;25:2?5:B62<D@BE?:D
D6B?H2D2D6B;25:;E82
52?C6<2=:8ECD6B36C2B5:5E?:2H2?85:32?8E? 5: B62<D@B E?:D  H2?8 36BE;E?8 A252 =652<2?
C6;2< 56<256
 2? 52? C6=6C2: A252
  9:5B@86? 5E2 92B: <6>E5:2?
 #2B6D

2? AE<E= 
 "652<2? 5: B62<D@B E?:D
&252 C22D D6B;25: 86>A2 C:CD6> <6?52=: >6?82<:32D<2? AE:?8AE:?8 36B92>3EB2? 52?
B62<D@B C642B2 @D@>2D:C >6>2D:<2? C6>E2 >6?86?2: C:CD6> A6?5:?8:? B62<D@B E?:D 
B62<D@B 56?82? C:CD6> $#16 ,+1/,) ," 5# <:32D?H2  B62<D@B  AE? D:52< 52A2D
+   &252>?H2 2=:B2? =:CDB:< 36B7E?8C: 52?>6?82<:32D<2?2:B52=2>B62<D@B
>6?82<:32D<2? <2DEA<2DEA 2=:B2? A6?5:?8:? C6A6?E9?H2 <@C@?8 C69:?882 A6=6=292? AE?
5:86B2<<2? @=69 5:6C6= 4252?82? ?2>E? :?: >E=2:D6B;25:&2522<9:B?H2=652<2?9:5B@86?
AE?92?H236BD292?C6<:D2B
;2><2B6?25:6C6= 5: B62<D@B E?:D  AE? D6B;25: A252
 #2B6D
<6>E5:2? >2D: D6B6?52> 2:B DCE?2>: =:B2?

AE<E= 

=:CDB:<<6>E5:2?5:2>3:=2=:9@=69 !!2*2)1,/ &252 B62<D@B E?:D  >6C<: D6=29
C6=2>2  ;2> 2?DE2? *, ')# "'#0#) 52? 5:>2D:<2? <2B6?2 52=2> >2C2 A6B2G2D2?
__________________________________________________________________________________________
100
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

C636=E> 86>A2 D6B;25: 52? C6=EBE9 32D2?8 


3292? 32<2B D6=29 5:A:?529 <6 <@=2> 3292?
32<2B 36<2C 5: 2D2C B62<D@B A6?5:?8:?2? H2?8 2=2> >2?2;6>6? 3292H2 <632<2B2?
D:52< >6?4E<EA: >6>3E2D 2:B 52=2> <@=2> 52?=652<2?AB@D6<C:>6?;25:=2?8<29A6?D:?8
3292? 32<2B 36<2C >6>2?2C 52? >6?5:5:9 52? A2=:?8 676<D:7 E?DE< >6?;25: A6?892=2?8
9:?882<6B:?82C9:5B@86?AE?D6B36?DE<52? D6B;25:?H2 72D2=:D: 2D2EAE? <646=2<22? H2?8
=2>2 <6=2>22? >6?42A2: <@?C6?DB2C: 36BC:72D <2D2CDB@A:< &B@D6<C:3292H2<632<2B2?
36B3292H2 C69:?882 =652<2? 9:5B@86? AE? 52? =652<2? D6B5:B: 2D2C A6?892=2?8
D6B;25:A252
#2B6D

AE<E=  #2C:9 A6?892=2?8 //'#/02?D2B2D:>3E=?H2A6>:4E


D:?88:?H2 <@?C6?DB2C: 82C 9:5B@86? '%+'1',+0,2/!#56?82?D6B;25:?H272D2=:D:2D2E
>6?82<:32D<2? <@=2> 3292? 32<2B 36<2C <6;25:2?<2D2CB@A:< / 0
D6B32<2B 6>A2D ;2> <6>E5:2? "652<2? D6=29
>6?82<:32D<2? 5:?5:?8 =2A:C2? A6?8E<E?8
<65E2 36B=E32?8 6B=E32?8?H2 5:?5:?8 52?

&6?892=2?8 >6=E2C?H22C2A
&6?892=2?8 >6=E2C?H22A:
&6?892=2?8D:>3E=?H22A:
923:C?H2 2:B 52=2> <@=2> 3292? 32<2B

'6CA@?):>'6C4E6

2D2=:D:<2D2CDB@A:<
F2<E2C:&6<6B;2
>6?6>A2D<2? B62<D@B E?:D  C63282: B62<D@B
A2=:?836B3292H2C6=2>2B2?8<2:2?<646=2<22?
?E<=:B <2B6?2 ?H2B:C D:52< 252 A6=:5E?8 =28:
2?D2B2 32D2?8 3292? 32<2B ?E<=:B 56?82?
=:?8<E?82?=E2C / 0
(6;2< <6;25:2? D6BC63ED 56C2:? 52?
A6?86=@=22? C2B2?2A6?5E<E?8>6?;25:328:2?
A6?D:?8 H2?8 92BEC 5:A6B92D:<2? 52=2>
:?CD2=2C: ?E<=:B : C2>A:?8 :DE 6=6>6? 2>32B ":>2&6?892=2?8A:*D2>22?D2B2A:
A6?468292? 3292H2 <632<2B2? 52? =652<2? 52?2D2=:D: / 0
;E82 A6B=E 5:A6B92D:<2? 36B52C2B<2? B676B6?C: !6=:>2 A6?892=2?8  //'#/0 D6BC63ED
52B: 3636B2A2 CD2?52B 32:< CD2?52B 328: 3:C2 5:328: <6>32=: >6?;25:

 C636=2C
:?CD2=2C: ?E<=:B 52? CD2?52B E?DE< 32?8E?2? 6=6>6? AB@D6<C: <632<2B2? 52? =652<2?
32:< C642B2 E>E> 2D2EAE? CA6C:7:< C6A6BD: 5: !6C636=2C 6=6>6? D6BC63ED >6BEA2<2?
:?5ECDB:<:>:2 A6BCH2B2D2? AB@D6<C: <632<2B2? 52? =652<2?
H2?85:2>3:=52B:   $#162'"# 

 /,1#!1',+ %'+01 +1#/+) '/#0 +"


  5-),0',+0 '+ 1&# #0'%+ ,$ 2!)#/ ,4#/
)+1 / 0 52? 24E2? 52B: &#*'!) /,!#00
#6D@56 H2?8 5:8E?2<2? 252=29 $#16 /0 =6>6?6=6>6? D6BC63ED >6?;25:
56C<B:AD:7 56?82? CDE5: =:D6B2DEB H2?8 @3;6< :?F6CD:82C: 52B: CDE5: <2CEC <646=2<22?
5:=6?8<2A: CDE5: <2CEC E?DE< :?F6CD:82C: &")$E<EC9:>2
<68282=2? >2?2;6>6? 3292H2 <632<2B2? 52?
=652<2? 5: &")$ E<EC9:>2 5:=:92D 52B: (4$+0'$0 !)#('
3636B2A224E2?H2?85:8E?2<2?
#6?EBED  
 32?8E?2? &")$
92BEC 36B5:?5:?8D292?2A:52? 5:5:C2:?56?82?
4E2?

>6?6?DE<2? <@>A2BD6>6? 2A: (6=2:? :DE


A6?82DEB2? 526B29 <6B;2 92BEC
>6>A6BD:>32?8<2?<6>E5292?2<C6C52?BED6
(DE5:!2CEC
E?DE< 6F2<E2C: )6B<2:D 56?82? B62<C: H2?8
&")$
E<EC9:>2
>6?892C:=<2? 9:5B@86? BE2?82? 5: 526B29
D6B2C B62<D@B 92BEC 5:56C2:? 282B D:52< D6B;25:
2<E>E=2C: 9:5B@86? 32:< 56?82? 2D2E D2?A2
4E2? F6?D:=2C: *?DE< A6B<236=2? H2?8 D6B<2:D
56?82? C:CD6> <6C6=2>2D2? 5:=6D2<<2? A252
BED6H2?8D6B=:?5E?8:<@>A2BD6>6?2A: 2=2>
56C2:? ;E82 92BEC 5:D6?DE<2? )6,21 C:CD6>
A6?HEA=2: 2:B C:CD6> 56D6<C: 52? A6>252>2?
2>32B  (DE5:!2CEC&")$E<EC9:>25:=:92D
__________________________________________________________________________________________
52B:636B2A24E2?
101
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

<632<2B2? 282B >E529 52=2> A6?88E?22? 52? 


#(& $"
:?CA6<C:E;:7E?8C:
:<2 >6?824E A252 A6BCH2B2D2? 0$#16 ,20#(##-'+% 3:C2 >6?;25: E?CEB
%2'"#  
 252 3636B2A2 <6D:52<C6CE2:2? A6?D:?8 52=2> EC292 A6?468292? <632<2B2?
5:C2:? 52B: &")$ E<EC9:>2 H2?8 52?=652<2?!EB2?8?H2A6B92D:2?D6B9252A92=
36B<@?DB:3EC: >6?H6323<2? <646=2<22? : :?: 52A2D 36B2<:32D 72D2= C6A6BD: <@?C6?DB2C:
2?D2B2?H2 252=29 56C2:? H2?8 D:52< >2>AE 563E 56?82?E<EB2?D6BD6?DE52?52=2>F@=E>6
>6?46829 2<E>E=2C: 9:5B@86? 52? H2?8 BE2?8D6BD6?DE3:C2>6?H6323<2?=652<2?
>6?;25: A6?H6323 52C2B 252=29 A6?6>A2D2?
<@?6<C:C:CD6>42DE 52H24252?82?5: 0#*#+1  "%"'!)%&"
H2?8>6?HE=:D<2?EC292>:D:82C:
+&#/#+1)6 0$#/ "#0'%+ >6BEA2<2?
 #"'%#!# "'#"#(% C:CD6> A2C:7 H2?8 C642B2 =2?8CE?8 52A2D
>6>:D:82C: 52>A2< 52B: CE2DE <68282=2?
6B52C2B<2?  
 CE>36B 2A: 52? '62<D@B 5: <@>A=6<C E<EC9:>2 >6BEA2<2?
F@=E>6 82C >E529 D6B32<2B >6=652< 92BEC D:A6  H2?8 >6BEA2<2? 56B:F2C: =2?8CE?8
5:32D2C: <636B2522??H2 5: 52=2> :?CD2=2C: : 52B: B62<D@B <2A2= C6=2> H2?8 >2C:9
C2>A:?8 :DE A6B=E 5:=2<E<2? CD2?52B :?CD2=2C: >6>3EDE9<2?A6?5:?8:?2<D:7 !6<EB2?82??H2
=:CDB:< E?DE< 5: =:?8<E?82? #5-),0'3# 252=29 A6?5:?8:? 2<D:7 D6BC63ED >6>3EDE9<2?
1*,0-&#/# 2? A:A2 H2?8 36B:C: >2D6B:2= A2C@<2? =:CDB:< E?DE< >6?886B2<<2? A@>A2
A2?2C C6A6BD: A:A2 A6?5:?8:? AB:>6B 92BEC 52? <2DEA (69:?882 7E?8C: '+&#/#+1)6 0$#/
D6B:?CE=2C: (642B2E>E>A6?468292?D6B9252A "#0'%+ H2?8 5:92B2A<2? D:52< 52A2DD6BA6?E9:
<632<2B2? A6B=E 5:=2<E<2? 282B <@>A@?6? C642B2>2C<:>2=
<@>A@?6? 52=2> C68:D:82 2A: 3292? >E529
D6B32<2B 2A: 52? @<C:86? D:52< 36BD6>E 52?  (3$8$5$0'$0(/(.+*$3$$0
36B62<C:
'62<D@B 5: <@>A=6< E<EC9:>2 D6=29 &6B2G2D2? C642B2 36B<2=2 A6B=E
5:AB@D6<C: 56?82? >6>3E2D :?C6BC: >2?E2= 5:=2<E<2? D6B9252A C:CD6> AB@D6<C: <632<2B2?
32D2?8 <6?52=: 52? C:CD6> :?;6<C: 2:B 2C2> (6=2:? AB@C6C A6B2G2D2? :DE C6?5:B: A6B2=2D2?
3@B2< E?DE< >6?82D2C: <68282=2?   52? 3292? E?DE< *'+1#++!# 52? A6B32:<2?
>6B6CD@B2C: C:CD6> A6>:?5292? A2?2C B6C:5E A6B=E5:A6B92D:<2?D6B>2CE<A6?H:>A2?2?52?
52? 0-/6 0601#* >2?E2= :?CD2=2C: 3#+1'+% A6?88E?22? 82C 2C6D:=6? AB@A2?6 52? 82C
!,+1'+*#+1 3#00#) 0601#* E?DE< >6?46829 =2:??H2
8282=7E?8C:A6>:?5292?A2?2C52? 21,*1'!
"#-/#002/'51',+ 0601#* E?DE< >6?EBE?<2?
 $0$,(/(0(36%$*$0
D6<2?2? 5: D2?8<: B62<D@B : C2>A:?8 :DE
D6B52A2D &'%&  ),4 -/#002/#  C6BD2 !646=2<22? 52A2D D6B;25: <2B6?2 D:52<
:?;6<C: 2:B 2=D6B?2D:7 ?: 2BD:?H2 329G2B62<D@B 5:=2<E<2??H2A6BE3292?2D2E252AD2C:D6B9252A
5: <@>A=6<C E<EC9:>2 D6=29 >6>:=:<: C:CD6> A6BE3292? A@D6?C: 3292H2 H2?8 36B2C2= 52B:
E?DE< >6>:D:82C: CE>36B A2?2C 52? =652<2? :?D6B?2= 52? 6<CD6B?2= A6BE3292? H2?8 C2=29
?2>E? <@?5:C: <646=2<22? H2?8 36BE?DE? 52? D6B9252A A6BE3292? A@D6?C: 3292H2 6<CD6B?2=
5: =E2B AB65:<C: >6?82<:32D<2? >2?2;6>6? 52? :?D6B?2= 2D2EAE? *'00!,**2+'!1',+
>:D:82C:<646=2<22?D:52<36B;2=2?C63282:>2?2 52=2>A6?6B2A2?A6BE3292?
>6CD:?H2 %B82?:C2C: G2;:3 >6>:=:<: CE2DE
"652<2? 9:5B@86? 5: B62<D@B C642B2 AB@8B2> D6BDE=:C E?DE< >6?86=@=2 A6BE3292?
<@>AB696?C:7 5:D6D2A<2? >6?;25: >2?2;6>6? 32:< D6B9252A A6?88E?22? 3292? >@5:7:<2C:
B:C:<@ AB:@B:D2C D:?88: )6BC65:2?H2 C:CD6> A6B2=2D2?  72C:=:D2C C6BD2 AB@C65EB C69:?882
A6>2?D2E2? 82C 9:5B@86? C2?82D 5:A6B=E<2? 5:A6B@=69 <6;6=2C2? D6?D2?8 52C2B D6<?:C 52B:
E?DE< >6?46829 <646=2<22? H2?8 A2B29 A6BE3292? :DE 52>A2< A6BE3292? D6B9252A
?CDBE>6? 52? A6B2=2D2? 56D6<C: C6A6BD: :?: <6C6=2>2D2? >@5:7:<2C: D6B9252A AB@C65EB
92BEC 5:9E3E?8<2? 56?82? CE>36B =:CDB:< @A6B2C: A6B:@56 G2<DE 52B: A6BE3292?
2=D6B?2D:7/0 A6B>2?6? 2D2E C6>6?D2B2 52? A6BCH2B2D2?
<6G6?2?82? E?DE< >6=2<C2?2<2? A6BE3292?
:DE #2?2;6>6? ;E82 G2;:3 >6?8:?7@B>2C:<2?

__________________________________________________________________________________________
102
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

52? >6=2D:9 A6<6B;2 D6B<2:D A6BE3292? H2?8 >6?E?DED <6C:2A2? 52? <6C:82A2? 52=2>
5:=2<E<2? A6?2?88E=2?82? <652BEB2D2? >6BEA2<2? 92=
)6B<2:D56?82?<646=2<22?B62<D@B?E<=:B H2?8G2;:3E?DE<5:=2D:9
5:<@>A=6<CE<EC9:>2D6B52A2D:?5:<2C:D:52< 6=2;2B 52B: <6;25:2? <646=2<22? &")$
5:=2<E<2??H2 <2;: E=2?8 D6B9252A )6,21 E<EC9:>2 5: C2>A:?8 EA2H2 >:D:82C: H2?8
72C:=:D2C &")$ C6A6BD: A6?6>A2D2? 42DE 52H2 8282=<@>E?:<2C:<652BEB2D2?H2?85:=2<E<2?
4252?82?52?56C2:? 0#4)) H2?8D:52<:562= AE? 5:?:=2: 8282= >6>:?:>2=:C:B >2CH2B2<2D
H2?8 D6BA2A2B B25:2C: &6B<6>32?82? 52?

*% '%! 6CD:>2C:B:C:<@H2?8D:>3E=AE?C2?82D=2>32?
5:36B:<2?@=69A6>6B:?D29
#6?EBED  
 >2D6B:2= H2?8
5:8E?2<2? A252 <@?CDBE<C: 32?8E?2?  042(-4+6'+5'$0(.$5+*$0
A6>32?8<:D =:CDB:< D6?282 ?E<=:B 92BEC
>6BEA2<2? 3292? H2?8 D:52< >E529 D6B32<2B ?CA6<C:2E5:D52?A6=2D:92?>6BEA2<2?
2? E?DE< A6?H:>A2?2? 52? A6?88E?22? 328:2? G2;:3 H2?8 92BEC 5:=2<C2?2<2? 52=2>
>2D6B:2= 36B3292H2 C6A6BD: 3292? >E529 &B@8B2> &B@D6<C: !632<2B2? ?CA6<C: 52?
D6B32<2B2D2E>6=652<92BEC5:<6?52=:<2? 2E5:D >6=:?8<EA: >2?2;6>6? CE>36B 52H2
6B52C2B<2? !&#*'!) -/,!#00 0$#16 D6B>2CE< C:CD6> AB@D6<C: <632<2B2? 52?
:56?D:7:<2C: 52? A6>36B:2? :56?D:D2C >2D6B:2= =652<2? ?CA6<C: 52? 2E5:D 92BEC >2>AE
36B3292H2 92BEC 5:=2<E<2? 282B C6>E2 A:92< >6>36B:<2? A6B32:<2? 2D2E A6?H6>AEB?22?
>6?52A2D<2?:?7@B>2C: H2?8>6>252: D6?D2?8 D6B9252AC:CD6>H2?8252 (652?8<2?A6=2D:92?
3292H2>2D6B:2= 5:A6B=E<2? E?DE< A6BC@?:= A6?2?88E=2?82?
52=2> >6=2<E<2? >:D:82C: A6>252>2?
 637(+.$0'$0+45(/.$3/ <632<2B2?9:?8826F2<E2C:<@B32?
?42>2? DCE?2>: D6=29 5:>2CE<<2?
2:< >6?EBED  
52? !&#*'!) 52=2> B68E=2C: <6C6=2>2D2? ?E<=:B =63:9 52B:
-/,!#000$#16 CEBF6:=2?92BEC5:=2<E<2?E?DE< C6AE=E9 D29E? H2?8 =2=E G2=2EAE? 32BE
>6?;2>:? C:CD6> 2=2B> $'/# )/* &6"/,%#+ >6?6<2?<2?A252>@5ECAB@D6<C:C2;2#6?:=:<
!,+!#+1/1',+ )/* 52? -/#002/# )/* <6;25:2? 5: <@>A=6<C &")$ E<EC9:>2
36B7E?8C:56?82?32:< AB@8B2> :?CA6<C: 52? 2E5:D D6=29 8282=
>6>36B:<2? B6<@>6?52C: AB@C65EB @A6B2C:
 0$.+4+4$*$9$314(4 <652BEB2D2? 52? A6DE?;E< >2?2;6>6?
<646=2<22? A2B29 C6A6BD: 3282:>2?2
(642B2 E>E> <6C6=EBE92? AB@C6C >6=:?5E?8:D6B2C52?A6?8E?8<E?8B62<D@B;:<2
A6<6B;22? 52? A6?88E?22? C:CD6> A6B2=2D2? D6B;25: DCE?2>: 52? 52=2> <@?5:C: D:52< 252
92BEC 5:=2<E<2? 2?2=:C:C B:C:<@ C636=E> A2C@<2? =:CDB:< 32:< A2C@<2? =:CDB:< ED2>2
A6<6B;22? 5:=2<E<2? #6?EBED  
 92C:= >2EAE?A2C@<2?=:CDB:<4252?82?
2?2=:C:C3292H2 >6?6?DE<2?C:CD6>56D6<C:52?
A6?2?88E=2?82? <632<2B2? ?2=:C:C 3292H2
H2?8 5:=2<E<2? >6=:AED: <6;25:2? <632<2B2? !
H2?8 5:2<:32D<2? '+'1') #3#+1 C6A6BD: 86>A2
3E>:2D2E;E825:<2B6?2<2? &,1#.2'-*#+1 52?
 *A2H2 A6?468292? >6>682?8 A6B2?2?
82C>E529D6B32<2B H2?85@>:?2?52=2>#2?2;6>6?292H2
)6B<2:D 56?82? <6;25:2? 5: <@>A=6<C !632<2B2?52?"652<2?
&")$ E<EC9:>2 A6B=E 5:=2<E<2? 2?2=:C:C  ?:D:2= 6F6?D 52A2D 36B2C2= 52B: :?D6B?2=
3292H2 AB@C6C 52? A6?:=2:2? B:C:<@ C642B2 >2EAE? 6<CD6B?2= :?CD2=2C: C69:?882
36B<2=2 D6B9252A A6BE3292? 32:< H2?8 252 5: >6>E?8<:?<2? 252?H2 A6BE3292? E?DE<
:?D6B?2=72C:=:D2C>2EAE?72<D@B6<CD6B?2=H2?8 56C2:?52?AB@C65EBD6B9252A36B86C6B?H2
36BA6?82BE9 D6B9252A<6C6=2>2D2?72C:=:D2C ?:=2:B:C:<@
 *A2H2A6?2?88E=2?82?H2?8D6A2DC642B2
 (0$0))6.$0)$0('$363$5$0 C:8?:7:<2?52A2D >6?8EB2?8:52>A2<52B:
<646=2<22?H2?8D6B;25:
(6=2:? A6B2=2D2? 52? A6B=6?8<2A2?
<652BEB2D2? H2?8 92BEC 5:A6?E9:  

__________________________________________________________________________________________
103
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

+4-64+3(4(05$4+3$.
 !  (35$09$$0

"(%4+5( 
 ):52<?2>A2<252?H2A6?:=2:2?B:C:<@52B:
AB6C6?D2C:H2?85:D2>A:=<2?A:<B:

 9DDA>2AC >65:24@>  A2<29 252 A6B36522? A6=2<C2?22?


2A2?12::49:1'624D@B1#2B49

A57 #2?2;6>6? 292H2 !632<2B2? 52?


5:2<C6C A252
 E?:
 &E<E=  "652<2?:?:E?DE<C6D:2A;6?:C&")$H2?8
, 36B3652AE5:
6-6 
$8$%$0
 E<EC9:>2$E4=62B44:56?D?56A6?56?D
?F6CD:82D:@? @>>:C:@? &# $$'!')
 !2;:2? :?: 36BDE;E2? E?DE< >6>36?DE<
#-,/1 ,$ &# 2(20&'* +"#-#+"#+1 <6B2?8<2 36BA:<:B 52=2> #2?2;6>6?
+3#01'%1',+ ,**'0',+ )96 $2D:@?2= 292H2!632<2B2?52?"652<2?&6?:=2:2?
:6D@7 2A2?
 B:C:<@ >6BEA2<2? C2=29 C2DE D292A 52=2>
 -E?8 2F:5 /'+!'-)#0 ,$ '/# '0( #2?2;6>6?292H2!632<2B2? "652<2?
00#00*#+1 '+ 2')"'+% *?:D65 !:?85@> A252 =2?8<29 2?2=:C:C 3292H2 !646=2<22?
 @9? ,:=6H  (@?C "D5    &")$ 5: E<EC9:>2 5:8E?2<2? C63282:
    CDE5:<2CECE?DE<>6>A6B>E52956C<B:AD:7
  $#16 2'"#  
 D:2A D292A2? 52=2> <6B2?8<2 36BA:<:B :?:
/,1#!1',+ %'+01 +1#/+) '/#0 +" ):52< 5:36B:<2? A6?:=2:2? B:C:<@ E?DE<
5-),0',+0 '+ 1&# #0'%+ ,$ 2!)#/ <2CEC:?:<2B6?2<2;:2?:?:92?H236BDE;E2?
,4#/)+1 +:6?2  >6>36?DE<<6B2?8<236BA:<:B
 2'"#)'+#0 $,/ '/# /,1#!1',+ '+  (6D:2A D292A2? 52=2> <6B2?8<2 36BA:<:B
&#*'!) #1/,!&#*'!) +" #2?2;6>6?292H2!632<2B2?"652<2?
6"/,!/ ,+ /,!#00'+% !')'1'#0 :?: 52A2D 5:8E?2<2? E?DE< C682=2 ;6?:C
6?D6B 7@B 96>:42= &B@46CC (276DH B62<D@B 52? &")$ 2?H2 C2;2 A2CD: 252
 A6B36522? 52=2> 3636B2A2 A6?;6=2C2?
C6A6BD: A252 56C2:?  =2H@ED &7/"
630$. *1#/') 2?2=:C:C 3292H2 52? '+&#/#+1)6
 $:C9:>EB2 )2<6C9: @C9: 2BED2<2 0$#/"#0'%+
@DD2 <:D@C9: 2//#+1 #0#/!& +"
#3#),-*#+1 !1'3'1'#0 ,+ '00',+
/,"2!10 +" 6"/,%#+ '0( $1#/ 1&#
!!'"#+1 1 2(20&'* ''!&' 2!)#/
,4#/ 11',+ $E4=62B ?8:?66B:?8 2?5
)649?@=@8H


__________________________________________________________________________________________
104
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS STTN BATAN UNTUK


MENDUKUNG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI
NASIONAL
Ani Syamsi1, Budi Santoso1

1) Biro Perencanaan (Badan Tenaga Nuklir Nasional Jalan Kuningan Barat, Mampang
Prapatan, Jakarta Selatan, Indonesia 12710)

ABSTRAK

STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS STTN BATAN UNTUK MENDUKUNG


PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI NASIONAL. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir
(STTN) merupakan sekolah tinggi kedinasan di bawah koordinasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)
dan satu-satunya institusi pendidikan di Indonesia yang mendidik teknisi ahli di bidang teknologi nuklir
yang akan terserap ke dalam industri yang menggunakan sumber radiasi. Akan tetapi kedudukan STTN yang
cukup penting sebagai bagian dari pendidikan tinggi nasional belum didukung dengan anggaran yang cukup.
Sehingga perlu dilihat kekuatan, kelemahan, kesempatan serta tantangan yang dimiliki STTN dari beberapa
sudut pandang serta strategi yang dapat ditempuh dalam usaha meningkatkan kapasitas STTN agar lebih
berkontribusi dalam pendidikan nasional dengan menggunakan analisis SWOT. Hasil analisis SWOT
menunjukkan bahwa STTN sangat strategis untuk ditingkatkan kapasitasnya dengan melihat begitu banyak
kekuatan STTN dan keunggulan dari lulusan STTN.

Kata kunci: Strategi, STTN, Pendidikan Tinggi, SWOT

ABSTRACT

STRATEGIES FOR STTN BATAN CAPACITY BUILDING TO SUPPORT NATIONAL HIGHER


EDUCATION ENFORCEMENT. School of Higher Learning in Nuclear Technology (STTN) is an official
college under National Nuclear Energy Agency (BATAN) and the only education institution in Indonesia
which conducts expertise education in the field of nuclear technology that would be absorbed into industry
which using radation sources. However the important position of STTN as a part of national higher
education not fully supported by enough budget. So it is important to see the strength, the weakness, the
opportunity also the threath that belong to STTN from different point of view and the strategy that can be
choosen to increase STTN capacity so that STTN will give more contribution on national education by using
SWOT analyis. The SWOT analysis result show that STTN is worth enough to be increased on its capacity by
seeing so many STTN strength and excellence of its graduates.

Key words: Strategy, STTN, Higher Education, SWOT

Sedangkan sekolah tinggi adalah Perguruan


PENDAHULUAN Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
akademik dan dapat menyelenggarakan
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 pendidikan vokasi dalam satu rumpun Ilmu
tentang Pendidikan Tinggi menyebutkan Pengetahuan dan/atau Teknologi tertentu dan
bahwa pendidikan tinggi adalah jenjang jika memenuhi syarat, sekolah tinggi dapat
pendidikan setelah pendidikan menengah yang menyelenggarakan pendidikan profesi [1].
mencakup program diploma, program sarjana, Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir
program magister, program doktor, dan (STTN) merupakan sekolah tinggi kedinasan di
program profesi, serta program spesialis, yang bawah koordinasi Badan Tenaga Nuklir
diselenggarakan oleh perguruan tinggi Nasional (BATAN). Sejarah berdirinya STTN
berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia.

__________________________________________________________________________________________
105
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
seperti tertulis di Rencana Strategi (Renstra) sumber daya manusia yang akan terserap ke
STTN Tahun 2015-2019 [2] dilatarbelakangi dalam industri yang menggunakan sumber
oleh adanya suatu gagasan diperlukannya radiasi selain BATAN dan BAPETEN (Badan
program diploma bagi para teknisi. Pada awal Pengawas Tenaga Nuklir). Saat ini STTN baru
tahun 1983, gagasan ini dikembangkan dengan berhasil menghasilkan lulusan <100 orang per
membentuk Satuan Tugas (Satgas) Persiapan tahunnya, hal ini tentu terkait dengan daya
Pendidikan Ahli Teknik Nuklir berdasar Surat tampung sekolah yang terbatas dan tentunya
Keputusan Direktur Jenderal (Dirjen) BATAN fasilitas dan infrastruktur pendukung yang juga
Nomor 08/DJ/07/I/1983. Pada tanggal 3 masih terbatas termasuk didalamnya masalah
Agustus 1985 kegiatan Pendidikan Ahli Teknik pendanaan.
Nuklir dengan singkatan PATN di Yogyakarta, Kedudukan yang strategis ini seharusnya
dibuka dengan resmi oleh Direktur Jendral bisa dioptimalkan lebih baik lagi dalam
BATAN, Bapak Ir. Djali Ahimsa. Ijin mencetak SDM di bidang nuklir lebih banyak
operasional dari Dirjen Pendidikan Tinggi lagi karena kebutuhan tenaga ahli nuklir masih
(Dikti) diperoleh sesuai dengan Surat cukup besar, sangat dibutuhkan diberbagai
Keputusan Dirjen Dikti Nomor 1640/D/O/86 tempat, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di
tanggal 15 September 1986, PATN luar negeri [3].
menyelenggarakan program DIII. Berdasarkan Undang-undang Nomor 20
Peningkatan PATN menjadi Sekolah Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) Nasional telah disebutkan pada pasal 49 ayat 1
menyelenggarakan program Diploma IV, bahwa Dana pendidikan selain gaji pendidik
ditujukan dalam rangka mencukupi kebutuhan dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan
SDM terdidik yang terampil dengan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan
kemampuan teknis dan akademis yang lebih Belanja Negara (APBN) pada sektor
baik dan memenuhi tuntutan stakeholder. pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran
STTN BATAN dinyatakan layak didirikan Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) [4].
dengan persetujuan Depdiknas tanggal 15 Oleh karena itu mengingat bahwa
Maret 2001. amanat undang-undang tentang alokasi
Persetujuan pembukaan Jurusan dan anggaran pendidikan yang cukup besar dalam
Program Studi (prodi) di STTN-BATAN APBN sudah sepantasnya perlu dipikirkan
Yogyakarta dilakukan oleh Direktur Jenderal kembali apakah STTN mempunyai peluang
Perguruan Tinggi Nomor 1037/D/T/2001 pada dalam meningkatkan kapasitasnya dalam
tanggal 20 Maret 2001 dengan 2 Jurusan dan 3 menyumbang tenaga ahli nuklir di Indonesia
Prodi, yaitu Jurusan Teknokimia Nuklir dengan melalui dukungan peningkatan alokasi
1 Prodi Teknokimia Nuklir, dan Jurusan anggaran. Maka melalui makalah ini akan
Teknofisika Nuklir dengan 2 Prodi, yaitu Prodi dilihat kekuatan, kelemahan, kesempatan serta
Elektronika Instrumentasi dan Prodi tantangan yang dimiliki STTN dari beberapa
Elektromekanik. sudut pandang serta strategi yang dapat
Setelah dilakukan pembahasan antara ditempuh dalam usaha meningkatkan kapasitas
BATAN dengan Kementerian Pendayagunaan STTN agar lebih berkontribusi dalam
Aparatur Negara (MENPAN), akhirnya pada pendidikan nasional dengan menggunakan
tanggal 8 Juni 2001 diterbitkan Keputusan analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan
Presiden) (KEPPRES) nomor 71 tahun 2001 teknik analisis yang dapat dilakukan oleh
tentang Pendirian Sekolah Tinggi Teknologi sebuah organisasi/perusahaan untuk melihat
Nuklir. Keputusan ini ditindaklanjuti dengan produk, layanan maupun pasar dalam hal
Keputusan Kepala BATAN Nomor memutuskan strategi yang terbaik untuk
360/KA/VII/2001 tentang Organisasi dan Tata pengembangan ke depan. Analisis ini berusaha
Kerja STTN, dan Keputusan Kepala BATAN mengidentifikasi Strength (kekuatan),
Nomor 542/KA/XI/2002 tentang Statuta Weakness (kelemahan), Opportunity
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir. (kesempatan), dan Threat (tantangan) [5].
STTN merupakan satu-satunya institusi
pendidikan di Indonesia yang mendidik teknisi
ahli di bidang teknologi nuklir mempunyai
peran yang cukup penting dalam menghasilkan

__________________________________________________________________________________________
106
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Sarana Prasarana STTN
Potensi dan permasalahan yang No Sarana Jumlah Luas (m2)
dimiliki STTN saat ini telah digambarkan 1 Ruang Kuliah 12 600
dalam dokumen Renstra STTN Tahun 2015- 2 Laboratorium 19 1540
2019 [2]. 3 Perpustakaan 1 108
(standar nasional 250
Sumber Daya Manusia STTN m2)
4 Kegiatan Mahasiswa 1 38
Saat ini SDM pendukung STTN terdiri 5 Ruang Dosen 2 90
dari 60 pegawai dengan komposisi pendidikan 6 UPPM 1 38
terdiri dari 6 orang lulusan S3, 20 orang 7 Auditorium 1 1000
lulusan S2, 19 orang lulusan S1/DIV, 10 orang 8 Ruang Sidang 2 100
lulusan DIII/DII/I dan 5 orang lulusan SLTA). 9 Ruang Administrasi 8 600
Pegawai yang menduduki jabatan Dosen 10 Mushola 1 36
sebanyak 27 orang yang terdiri dari 7 orang 11 Kantin 1 50
Lektor Kepala, 12 orang Lektor, 2 orang 12 Toilet 9 156
Asissten Ahli dan 6 orang belum masuk dalam
Anggaran STTN
jabatan fungsional dosen. Fungsional Pranata
Nuklir 3 orang, 1 orang Peneliti Utama, 1
Berdasarkan data didalam dokumen
orang Perekayasa Madya, 2 orang Pustakawan
Renstra STTN 2015-2019 disebutkan bahwa
dan 1 orang fungsional pengelola pengadaan
tiap tahun anggaran STTN sebesar Rp+/-16
barang/jasa muda. Pejabat struktural terdiri dari
milyar dengan Rp10 milyar peruntukannya
9 orang dan sisanya adalah fungsional umum.
adalah untuk gaji, maka anggaran operasional
Akan tetapi berdasarkan Analisis
STTN hanya sekitar Rp6 milyar. Anggaran
Beban Kerja (ABK), seharusnya SDM STTN
operasional ini digunakan untuk membeli
berjumlah 74 orang [6] dan dengan tingkat
bahan dan alat praktikum, perawatan, kegiatan
pendidikan yang lebih tinggi, yaitu dosen
tim, peningkatan SDM, kegiatan kepanitian,
minimal S2 dan semua dosen tersertifikasi.
kegiatan administrasi, menerima tamu,
Permasalahan ini tidak mudah untuk
melakukan kunjungan dan studi banding,
dipecahkan, karena STTN tidak dapat secara
meningkatkan kemampuan SDM, kegiatan
mandiri memenuhi kekurangan jumlah SDM
kemahasiswaan, kegiatan penelitian, kegiatan
tersebut, masih bergantung dengan BATAN
pengabdian masyarakat, kegiatan seminar dan
sebagai induknya. Untuk mengatasi hal
sebagainya. Jika dibandingkan dengan
tersebut maka perlu ada sistem manajemen
anggaran pendidikan nasional tahun 2016
yang lebih efektif dan efisien. Berdasarkan
mencapai Rp419,2 trilyun atau 20% dari total
kondisi riil SDM STTN dan analisis beban
belanja negara [8], anggaran operasional STTN
kerja maka sebenarnya STTN masih
ini sangat kecil sekali.
kekurangan SDM sebanyak 14 orang dengan
Berdasarkan Peraturan Presiden
spesifikasi keahlian tertentu.
Nomor 45 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja
Fasilitas STTN Pemerintah (RKP) Tahun 2017 [9], pemerintah
telah mengalokasikan anggaran pendidikan
Fasilitas STTN sampai saat ini terdiri untuk STTN sebesar Rp47 Milyar dari
gedung yang dibangun 4 (empat) lantai dan sebelumnya Rp16,7 Milyar. Hal ini merupakan
gedung auditorium yang terdiri dari 2 lantai sesuatu yang baru dan merupakan hal yang
dengan luas gedung/bangunan kurang lebih sangat bagus untuk STTN karena secara
7585 m2. Sejak berdiri tahun 1985, luas lahan penganggaran angka ini tidak akan berubah
STTN tidak berubah, padahal kebutuhan karena terikat dengan anggaran pendidikan
perluasan laboratorium makin besar dan nasional sebesar 20%. Anggaran ini
kebutuhan penambahan ruang kelas maupun peruntukannya memang untuk revitalisasi
perkantoran semakin mendesak. Berikut adalah khususnya untuk pembangunan asrama
Tabel 1 yang menjelaskan fasilitas yang mahasiswa.
dimiliki oleh STTN [7]: Akan tetapi peningkatan anggaran
STTN menyebabkan penurunan anggaran

__________________________________________________________________________________________
107
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
BATAN karena baseline yang digunakan STTN juga merupakan satu-satunya
dalam pengalokasian anggaran adalah baseline perguruan tinggi yang diberi kesempatan oleh
BATAN secara keseluruhan atau masih unified BAPETEN untuk menyelenggarakan pelatihan
bukan on top. dan ujian SIB PPR bidang industri tingkat 1.
SIB PPR adalah nilai tambah bagi lulusan
Mahasiswa STTN
STTN untuk mendapatkan pekerjaan, karena
mahasiswa STTN belajar di tempat teknologi
Sampai dengan tahun 2014, STTN
telah meluluskan 773 Sarjana Sains Terapan nuklir dan asumsinya juga akan bekerja di
daerah medan radiasi [11].
DIV, 372 Ahli Madya DIII, 31 Ahli Muda DII
dan 41 Ahli Muda DI. Sehingga total lulusan Lulusan STTN diharapkan dapat
menjadi juru bicara tentang peranan nuklir di
PATN dan STTN adalah 1217 orang.
Indonesia sebagai upaya sosialisasi bagi
Berdasarkan dokumen Renstra STTN 2015-
2019, jumlah mahasiswa yang mengikuti masyarakat untuk tidak perlu takut terhadap
nuklir [12].
program DIV adalah sebanyak 420 orang.
Artinya daya tampung mahasiswa baru STTN Petugas Proteksi Radiasi (PPR)
merupakan orang yang bertanggung jawab atau
per tahun masih sangat kecil yaitu +/-100
pemegang peralatan yang menggunakan
orang. Hal ini tentu bertolak belakang dengan
jumlah peminat yang mendaftar ke STTN pada sumber radioaktif/radiasi. Penggunaan sumber
radioaktif tentu tidak boleh sembarangan,
tahun 2014 sebanyak 1200 orang sedangkan
pada tahun 2015 sebanyak 1400 orang hanya seorang ahli yang diperbolehkan
melakukannya. Oleh karena itu, institusi yang
pendaftar [10].
tidak memiliki PPR berizin, dilarang
Angka ini menunjukkan peningkatan melakukan aktivitas yang menggunakan
kepercayaan masyarakat yang ingin sumber radioaktif. Aturan ini mulai
menyekolahkan putra-putrinya di STTN. diberlakukan ketat sejak tahun 2012, dan
Selain itu kepercayaan dari pihak industri sampai tahun 2013 sudah ada 6 perusahaan
terhadap lulusan STTN juga semakin yang ditutup karena tidak memiliki karyawan
meningkat dengan adanya rekruitmen lulusan yang mengantongi SIB PPR [12].
STTN dengan ujian masuk diadakan langsung Masa berlaku SIP PPR bidang industri
di STTN bahkan ada perusahaan yang tingkat 1 adalah 3 (tiga) tahun dan dapat
memesan lulusan STTN tanpa di tes [2]. diperpanjang paling lambat 1 (satu) bulan
Lisensi Surat Izin Bekerja Petugas Proteksi sebelum SIB berakhir dengan memenuhi
Radiasi (SIB PPR) bagi Lulusan STTN persayaratan umum dan harus lulus ujian
sertifikasi ulang [13].
STTN merupakan satu-satunya sekolah SIB PPR diharapkan bisa digunakan
tinggi kedinasan yang menghasilkan tenaga sesuai dengan ketentuan dan tidak dipakai
profesional Diploma IV dalam bidang untuk membantu perusahaan yang sebenarnya
teknologi nuklir. Selain mendapatkan ijazah tidak memenuhi syarat dalam memperoleh Izin
dengan gelar Sarjana Sains Terapan (SST), Pemanfaatan Tenaga Nuklir dari BAPETEN.
mahasiswa dibekali dengan keahlian yang BAPETEN sendiri akan membantu center of
dapat menunjang dalam dunia kerja khususnya excellence seperti STTN, karena proses ini
yang berhubungan dengan teknologi akan memberi kick back positif dalam
nuklir. Salah satu pembekalan keahlian yang meningkatkan mutu pengawasan oleh
diberikan STTN kepada mahasiswa adalah BAPETEN [14].
melalui penyelenggaraan pelatihan sebagai Standar Mutu Lulusan STTN
persiapan mengikuti ujian untuk mendapatkan
lisensi Surat Izin Bekerja Petugas Proteksi Dalam dokumen Renstra STTN 2015-
Radiasi (SIB PPR) bidang industri tingkat 1 2019 disebutkan salah satu indikator kinerja
yang dikeluarkan oleh BAPETEN. Pelatihan STTN yaitu rata-rata masa tunggu alumni
ini diikuti oleh mahasiswa semester VII atau untuk bekerja adalah selama 6 bulan [2]. Hal
mahasiswa yang telah mencapai SKS setara D- ini cukup bagus jika mengacu pada standar
III dengan Indek Prestasi minimal 2,56. mutu penilaian Badan Akreditasi Nasional
Perguruan Tinggi (BAN-PT) maka masa

__________________________________________________________________________________________
108
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
tunggu 6 bulan berada pada skor 3,2 atau swasta yang memiliki atau menggunakan
terkategori baik [15]. sumber radiasi, termasuk rumah sakit yang saat
Indikator kinerja yang lain yang lain ini jumlahnya sudah hampir mencapai 7.000
yaitu persentase jumlah lulusan STTN tepat instansi [16]. Jenis lapangan pekerjaan untuk
waktu sebesar 90%. Berdasarkan standar mutu lulusan STTN antara lain [2]:
penilaian BAN-PT maka indikator ini
x Aplikasi iptek nuklir di bidang industri
terkategori sangat baik dengan skor 4 (>50%)
dan usaha jasa inspeksi (Non
[15].
Destructive Test).
Selain itu indikator kinerja lainnya
adalah diharapkan bahwa persentase serapan x Bidang pertambangan dan eksportir
lulusan STTN di dunia kerja sebesar 80-85% emas.
dan memiliki kemampuan aktif berbahasa x Bidang pembangkit listrik konvensioal,
Inggris dengan standar TOEFL 450. telekomunikasi dan IT.
Sedangkan untuk akreditasi program studi baik x Bidang industri jasa perdagangan alat-
Teknokimia Nuklir maupun Teknofisika Nuklir alat iptek nuklir.
dapat mendapatkan Akreditasi A pada tahun x Bidang industri otomotif dan alat berat.
2017 [2]. x Bidang industri elektronika dan
permesinan.
Jejaring Kerja STTN
Analisis SWOT
Jejaring kerja STTN terdiri dari
kalangan akademik dalam rangka mendukung Berdasarkan gambaran potensi dan
kegiatan belajar mengajar (perguruan tinggi permasalahan tersebut, maka hasil analisis
negeri di Yogyakarta), kalangan SWOT dapat dilihat pada Tabel 2.
industri/pemerintah dalam rangka penyediaan
tempat kerja praktek atau tugas akhir mahasiwa Tabel 2. Hasil Analisis SWOT
(PT Radiant Utama, Garuda Maintenance
Facilities, PT Pembangkit Listrik Tanjung Jati, 1. STTN didukung oleh SDM yang sudah
Strength
PT Yokogawa, fasilitas di lingkungan berpengalaman.
2. STTN merupakan lembaga pendidikan yang
BATAN), kalangan industri/ pemerintah dalam cukup pengalaman dengan usia >30 tahun.
rangka menyerap lulusan STTN (PT Radiant 3. STTN memiliki tanah dan bangunan sendiri.
Utama, PT ASTRA, PT UT Quality BATAM, 4. Peningkatan anggaran STTN untuk tahun
PT Shaib Sejati Kalimantan Timur, PT anggaran 2017 merupakan peluang yang
bagus untuk mengembangkan sarana prasana
Surveyor Indonesia Riau, PT Angkasa Pura, yang diperlukan saat ini.
PT Semen Bosowa Sulawesi, UD I Love Emas 5. Minat calon mahasiswa baru terhadap STTN
Denpasar), kalangan perguruan tinggi cukup besar.
6. Lulusan STTN banyak diminati oleh industri.
kedinasan untuk mendiskusikan aturan-aturan 7. Lulusan STTN memiliki lisensi SIB PPR bidang
perundangan yang berlaku, serta kalangan industri tingkat 1.
industri/PT/Rumah Sakit dalam rangka 8. Lulusan STTN bisa menjadi juru bicara tentang
peranan nuklir di Indonesia.
penelitian bersama. Akan tetapi sayangnya 9. Rata-rata masa tunggu alumni untuk bekerja
jejaring internasional masih lemah walaupun adalah selama 6 bulan.
saat ini sedang dirintis kerjasama dengan 10. Persentase jumlah lulusan STTN tepat waktu
Universitas Teknologi Malaysia dalam hal sebesar 90%.
11. Persentase serapan lulusan STTN di dunia kerja
pertukaran pengajar bidang iptek nuklir [2]. sebesar 80-85%.
Hal ini tentu perlu menjadi perhatian 12. Standar TOEFL lulusan STTN sebesar 450.
mengingat saat ini sudah memasuki era 13. STTN memiliki jejaring kerja yang cukup luas.
14. Lapangan pekerjaan lulusan STTN cukup luas.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dimana 1. Berdasarkan hasil perhitungan ABK, STTN masih
persaingan tenaga kerja semakin ketat. Weakness kekurangan SDM.
2. STTN belum bisa memenuhi kebutuhan
Lapangan Pekerjaan Lulusan STTN perluasan laboratorium, penambahan ruang
kelas maupun perkantoran.
Pengguna lulusan STTN tidak hanya 3. Peningkatan anggaran STTN mengakibatkan
penurunan anggaran BATAN.
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dan 4. Daya tampung STTN sangat kecil.
Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), 5. Jejaring kerja internasional STTN masih lemah.
tetapi instansi lain, baik pemerintah maupun

__________________________________________________________________________________________
109
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Opportunity
1. Kebijakan anggaran pendidikan nasional 20% diharapkan agar tidak mengganggu
memberikan peluang bagi STTN untuk
mengajukan proposal peningkatan anggaran
baseline anggaran BATAN dengan
lebih besar lagi. dilakukan penganggaran secara on top
2. SIB PPR bagi lulusan STTN memberi nilai postif dan tidak unified seperti yang terjadi
bagi BAPETEN dalam meningkatkan mutu saat ini.
pengawasan oleh BAPETEN.
3. Nilai standar mutu yang baik dari STTN akan
mendukung kegiatan akreditasi program studi DAFTAR PUSTAKA
STTN yang diharapkan mendapatkan akreditasi
A pada tahun 2017. [1] Undang-undang No. 12 Tahun 2012
4. Kebijakan BAPETEN tentang adanya keharusan
PPR berizin bagi institusi yang menggunakan tentang Pendidikan Tinggi.
sumber radioaktif merupakan peluang yang [2] Rencana Strategis STTN Tahun 2015-
bagus bagi lulusan STTN. 2019.
1. Era MEA menyebabkan persaingan tenaga kerja
Threat semakin ketat.
[3] http://blog.nuklir.org/?p=3269
2. Pengalokasian anggaran STTN yang bersifat [4] Undang-undang No. 20 Tahun 2003
unified dapat mengganggu besaran alokasi tentang Sistem Pendidikan Nasional.
anggaran untuk BATAN secara keseluruhan.
[5] Team FME, SWOT Analysis Strategy
Skills: www.free-management-ebooks.
KESIMPULAN DAN SARAN com, 2013.
[6] Peraturan Kepala BATAN No. 7 Tahun
Melihat tabel hasil analisis SWOT 2013 tentang Nama, Syarat, dan Formasi
yang telah diuraikan sebelumnya dapat Jabatan pada Unit Kerja BATAN.
disimpulkan bahwa STTN sangat strategis [7] Dokumen KAK Revitalisasi STTN Tahun
untuk ditingkatkan kapasitasnya dengan 2016 dan 2017.
melihat begitu banyak kekuatan STTN dan [8] http://bisnis.liputan6.com/read/2356557/a
keunggulan dari lulusan STTN. Saat ini nggaran-pendidikan-di-apbn-2016-cetak-
indikator kinerja STTN dan target capaiannya sejarah
telah dimasukkan ke dalam Renstra Terpadu [9] Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2016
Kementerian Pendidikan dan Budaya, sehingga tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
akan sangat mudah bagi STTN untuk Tahun 2017
meningkatkan kapasitasnya sebagai bagian dari [10] http://www.tribunnews.com/nasional/2015
pendidikan tinggi nasional. Adapun strategi /08/28/batan-terus-bergerak-sdm-
yang dapat ditempuh dalam usaha teknologi-nuklir-semakin-marak
meningkatkan kapasitas STTN agar lebih [11] http://sttn-batan.ac.id/content/view/346/1/
berkontribusi dalam pendidikan nasional [12] http://nasional.sindonews.com/read/78188
adalah: 2/15/sib-ppr-bekal-alumni-sttn-berkarir-
di-industri-nuklir-1378893952
x STTN sebaiknya membuat proposal [13] Peraturan Kepala BAPETEN No.16
penambahan anggaran pendidikan Tahun 2014 tentang Surat Izin Bekerja
untuk mendukung rencana
Petugas Tertentu yang Bekerja di Instalasi
pengembangan fasilitas pendidikan
dan perkantoran STTN termasuk daya yang Memanfaatkan Sumber Radiasi
tampungnya kemudian diajukan ke Pengion
Kementerian Pendidikan dan [14] http://www.bapeten.go.id/?p=15976
Kebudayaan dan Kementerian Riset [15] BAN-PT, Buku VI Matriks Penilaian
Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Instrumen Akreditasi Program Studi
Proposal tersebut sebaiknya dibuat Sarjana, 2008.
dengan menggambarkan keunggulan
[16] http://yogya.antaranews.com/berita/32509
lulusan STTN dan kedudukannya yang
sangat strategis dan krusial sebagai 9/92-persen-lulusan-sttn-terserap-dunia-
satu-satunya institusi pendidikan di kerja
Indonesia yang mendidik teknisi ahli
di bidang teknologi nuklir.
x Peningkatan anggaran STTN saat ini
dan khususnya untuk kedepan

__________________________________________________________________________________________
110
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
TANYA JAWAB STTN menjadi Politeknik maka STTN
harus banyak belajar dari institusi lain
Pertanyaan yang memang sudah melalui proses
1. Belum ada hubungan antara anggaran tersbut misalnya dengan Politeknik
dan kualitas lulusan, hal ini agar dapat Batam yang baru saja melakukan
dikoreksi. Masalah aging dari SDM di kerjasama dengan STTN.
STTN terutama tenaga pengajar
mengapa belum muncul di makalah?
2. Bagaimana prospek ke depan tentang
tiga fasilitas BATAN (Loka Jepara,
STTN dan Reaktor Kartini) untuk
STTN dalam hal mendukung
pendidikan di STTN? Aturan tentang
pendidikan tinggi saat ini STTN harus
berubah menjadi Politeknik, bagaimana
pendapat Anda?

Jawaban
1. Dalam makalah hanya menyebutkan
bahwa penurunan anggaran dapat
mengakibatkan penurunan kualitas dari
lulusan STTN, artinya hal ini baru
menjadi dugaan dan perlu dibuktikan
lebih lanjut, maka poin tersebut akan
dihilangkan. Masalah aging SDM
belum muncul, karena makalah ini
memang diharapkan dapat diteruskan
oleh SDM STTN karena yang paling
mengetahui permasalahan di STTN
adalah orang STTN sendiri dan
kedepannya makalah tersebut dapat
menjadi referensi bagi pihak
penganggaran sebagai bahan
pertimbangan untuk penambahan
anggaran.
2. Penggabungan tiga fasilitas tersebut
untuk mendukung proses pendidikan di
STTN merupakan hal /ide yang sangat
bagus, tentunya dengan mengubah
peraturan hal ini bisa dilaksanakan
tetapi memang perlu dipersiapkan
sebuah makalah dalam bentuk naskah
akademik yang menceritakan tentang
ide tersebut, kelebihan serta
kekurangannya dan memang perlu
dikomunikasikan dengan pimpinan.
Kemudian tentang rencana perubahan

__________________________________________________________________________________________
111
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
112
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI KEPEGAWAIAN


BERBASIS WEB PADA PUSAT INOVASI LIPI
Karno
Pusat Inovasi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor, Indonesia, karno@lipi.go.id

ABSTRAK

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI KEPEGAWAIAN BERBASIS WEB PADA PUSAT


INOVASI LIPI. Peningkatan pelayanan kepegawaian merupakan wujud indikasi perbaikan manajemen
dalam rangka pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Mengingat
begitu pentingnya pelayanan kepegawaian dilingkungan Pusat Inovasi LIPI dibutuhkan suatu sistem yang
memperbaiki kualitas pelayanan kepegawaian. Selama ini masih terdapat beberapa permasalahan dalam
kepegawaian anatara lain pemrosesan data yang lama, sistem yang masih manual sehingga kurang efisien
dalam penyampaian informasi dan memungkinkan terjadi banyak kesalahan, kualitas informasi yang rendah,
validitas informasi yang kurang valid dan ketersediaan informasi yang rendah. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut dikembangkan sebuah sistem informasi administrasi kepegawaian berbasis web yang
memanajemen administrasi pegawai. Dalam pengembangan sistem informasi ini agar sesuai dengan
kebutuhan dan permasalahan yang terjadi, pengambilan data dan requirment sistem dilakukan dengan metode
observasi, wawancara dan studi pustaka. Dalam pengujiannya sistem dapat berjalan dengan baik sesuai
dengan fungsi dan prosedur. Sistem informasi ini juga dapat meningkatkan efisiensi pemrosesan data dan
penyampaian informasi. Sehingga sistem informasi administrasi kepegawaian ini dapat meningkatkan
kualitas dan validitas informasi tentang administrasi pegawai

Kata kunci: sistem informasi; kepegawaian; layanan, web

ABSTRACT

DESIGN AND IMPLEMENTATION OF EMPLOYES INFORMATION SYSTEMS ON CENTER


FOR INNOVATION LIPI. The Improvement of employes services is an indicator of improving the
management quality in order to increasing the implementation of the principles of good governance.
Considering the importance of employes services at Center for Innovation LIPI, than it will be needed a
system which could increase the quality of employes services. All this time some problem related to
employes issues that often occurred is the length of data processing, system still manual so it make less
efficient in delivering the information and probably incorrect, low quality of information, the validity of the
information that is less valid and less of information. So to resolve those problem a web-based employes
information system will be developed. The developing of information system will be conducted as it needed,
data retrieval and system requirement conducted with observation method, Interview, and literature studied.
In the test of the system it turns out working properly in accordance with the functions and procedures. This
Information System could increasing the efficiency of data processing and the efficiency of delivering the
information. So this Employees Information System will increase the quality and the validation of employee
administration

Key words: information system, employee affairs, service, web

kelola pemerintahan yang baik (good


PENDAHULUAN governance). Dengan meningkatkan
pelayananan publik khususnya di internal
Peningkatan layanan publik sangat kepegawaian merupakan salah satu wujud
penting dalam rangka mendukung sistem indikator implementasi program reformasi
penyelenggaraan pemerintahan di Pusat birokrasi dan zona integritas dilingkungan
Inovasi LIPI yang berorientasi sepenuhnya Pusat Inovasi LIPI.
terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip tata

__________________________________________________________________________________________
113
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Mengingat begitu pentingnya prima dengan membenahi kualitas kinerja
peningkatan pelayanan kepegawaian aparatur pemerintah melalui pelaksanaan
diperlukan suatu alat bantu yang dapat transparansi dan akuntabilitas penyelengaraan
mengakomodasi dan mempermudah pelayanan pelayanan. Peningkatan pelayanan adalah salah
kepegawaian. Karena selama ini masih terdapat satu titik penting dari keseluruhan reformasi
berbagai permasalahan dalam pelayanan administrasi di Indonesia. Kementerian
kepegawaian di Pusat Inovasi LIPI. Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Diantaranya adalah penyajian informasi yang Reformasi Birokrasi yang bertugas memotori
belum terkomputerisasi, lama dan belum real- reformasi administrasi menetapkan 6 (enam)
time. Pengajuan pelayanan pegawai yang strategi peningkatan pelayanan publik[8],
meliputi cuti, izin, peminjaman kendaraan, yaitu:
peminjaman ruangan, notulensi dan rekap 1. Deregulasi dan debirokratisasi di bidang
kehadiran pegawai masih dilakukan dalam pelayanan publik
bentuk manual. Dengan sistem sekarang yang 2. Peningkatan profesionalisme pejabat di
berjalan yang masih dilakukan dengan cara bidang pelayanan publik
mencatat secara manual memungkinkan 3. Korporatisasi unit pelayanan publik
terjadinya lebih banyak kesalahan, dan 4. Pengembangan dan pemanfaatan e-
tentunya akan memakan waktu yang lebih government bagi instansi pelayanan
lama, membutuhkan ketelitian yang tinggi publik
sehingga sistem yang berjalan kurang efisien 5. Peningkatan partisipasi masyarakat di
dalam pemrosesan data dan penyampaian bidang pelayanan publik
informasi 6. Pemberian penghargaan dan sanksi
Dari permasalahan-permasalahan yang kepada unit pelayanan masyarakat.
ada, maka Pusat Inovasi LIPI perlu dibangun
Sistem Informasi
dan di implementasikan sistem informasi
kepegawaian untuk mempermudah Sistem informasi adalah kombinasi
administrasi kepegawaian. Sistem informasi ini antara prosedur kerja, informasi, orang dan
nanti berbasis web untuk mempermudah dalam teknologi informasi yang diorganisasikan
penyajian informasi dan sebagai alat untuk untuk mencapai tujuan dalam sebuah
pengelolaan data administrasi kepegawaian organisasi. Sistem informasi berbasis komputer
secara elektronik sehingga pengelolaan data adalah sebuah sistem informasi yang
lebih efisien dan meningkatkan kualitas serta menggunakan komputer dan teknologi
ketersediaan informasi kepegawaian. telekomunikasi untuk melakukan tugas-tugas
Dengan dibuatnya sistem informasi yang diinginkan. Teknologi Informasi
administrasi pegawai berbasis web, nantinya merupakan komponen tertentu pada sebuah
dapat dapat meningkatkan efisiensi pelayanan sistem. Teknologi informasi dikombinasikan
kepegawaian dalam pengelolaan data atau digabungkan ke dalam sistem informasi
administrasi pegawai yang dibuktikan dengan merupakancara efektif dalam pemanfaatan
kecepatan waktu pemrosesan dan penyajian teknologi informasi[5][12].
informasi, ketelitian dan validitas informasi
yang disajikan. Sehingga dengan Web
meningkatnya efisiensi pelayanan kepegawaian
dapat meningkatkan produktivitas kinerja para Web adalah bagian tertentu dari berbagai
pegawai dilingkungan Pusat Inovasi LIPI dokumen yang saling dihubungkan satu sama
. lain sehingga terbentuk jejaring web yang
saling kait-mengait. Apabila
STUDI PUSTAKA diimplementasikan dalam sebuah jaringan
komputer, dokumen yang berada dalam
Peningkatan Pelayanan Publik jaringan semacam itu dapat berdiam pada
mesin-mesin berbeda membentuk sebuah
Pertama Peningkatan pelayanan publik jaring yang membentuk seluruh jaringan
adalah keseluruhan kebijakan pemerintah yang komputer[1][2].
menerobos sisi lain dari pelayanan guna
mempercepat perwujudan pelayanan yang

__________________________________________________________________________________________
114
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
METODE proses administrasi kepegawaian di Pusat
Inovasi LIPI adalah sebagai berkut :
Sebelum Untuk memperoleh data dan
informasi dalam pembuatan sistem informasi
kepegawaian berbasis web dilakukan dengan
beberap meode yaitu observasi, wawancara dan
studi pustaka Pada metode observasi dilakukan
dengan melakukan pengamatan langsung
mengenai proses dan permasalahan yang
terjadi[11] pada administrasi kepegawaian
Pada metode wawancara dilakukan dengan
berdiskusi langsung kepada pegawai, Kepala
Subbagian Kepegawaian dan Umum
Sedangkan untuk pengembangan sistem
menggunakan metode waterfall yang meliputi
analisis kebutuhan, desain, koding, mengujian
dan pemeliharaan[13]. Pada tahap analisa
kebutuhan sistem ini menggunakan metode-
metode pada pengambilan data dan analisa
permasalahan, pada tahapan desain adalah
persiapan rancang bangun implementasi yang
menggambarkan bagaimana suatu sistem
dibentuk. Pada tahap koding yaitu
menterjemahkan hasil rancngan kedalam Gambar 1. Pohon permasalahan
sistem. Sedangkan untuk pengujian melalui 2
cara yaitu pengujian software melalui metode
blackbox dan pengujian waktu untuk Perncangan Sistem
pemrosesan data dan pemyampaian informasi.
Pada metode pengujian software yaitu dengan Pada perancangan sistem ini perlu
melakukan uji coba ke semua menu atau fungsi dilakukan agar sistem yang dirancang atau
software dengan melakukan inputan kedalam dibangun sesuai dengan kebutuhan dan dapat
sistem. Dan untuk metode pengujian waktu memecahkan masalah yang ada pada
yaitu dengan mencatat dan membandingkan administrasi kepegawaian. Selain itu
waktu pemrosesan data dan penyampaian perancangan sistem ini menggambarkan alur
informasi pada sistem manual dan sistem yang secara detail mengenai fungsi dan penggunaan
dikembangkan. sistem. Perancangan sistem ini dimodelkan
menggunakan UML (Unified Modelling
HASIL DAN PEMBAHASAN Language) yang terdiri dari usecase diagrams,
sequence diagarams, activity diagrams dan
Analisa Permasalahan relasi tabel. Berikut ini perancangan sistem
informasi kepegawaian :
Dengan melakukan observasi dan
wawancara diperoleh informasi mengenai 1. Use Case Diagram
permasalahan-permasalahan yang terjadi pada Use case diagram menggambarkan
proses administrasi kepegawaian. Analisa fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah
dilakukan dengan menganalisa dokumen- sistem [4] Pada Use case diagrams sistem
dokumen ISO terkait administrasi pegawai dan informasi kepegawaian memiliki tiga actor
berdiskusi langsung dengan pegawai di yaitu pegawai struktural dan admin. Pada use
lingkungan Pusat Inovasi LIPI. Pada gambar 1 case diagram nanti memiliki pengguna yang
merupakan analisa permasalahan ini berinteraksi dengan sistem yaitu pegawai,
menggunakan pohon masalah untuk admin dan struktural. Pada gambar 2 adalah
mengetahui deatil dari masalah di use case diagrams sistem informasi
kepegawaian. Adapun pohon permasalahan di kepegawaian:

__________________________________________________________________________________________
115
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
menampilkan menu mengelola surat tugas,
kemudian pegawai mengelola surat tugas
ketika tidak valid maka akan muncul pesan
eror dan ketika valid maka akan muncul pesan
berhasil. Pada gambar 4 adalah activity
diagrams mengelola surat tugas untuk actor
pegawai:

Gambar 2. Use Case Sistem Informasi


Kepegagawain
Gambar 4. Activity Diagram Surat Tugas
2. Sequence Diagram
Dalam sequence diagram mengelola 4. Relasi Tabel
tugas ini terdapat dua boundary, satu process Pada relasi tabel ini menggambarkan
dan dua entity yang masing-masing hubungan hubungan antar tabel yang digunakan dalam
antara boundary, proces dan entity ditunjukan sistem informasi administrasi kepegawaian.
dengan mesaggse dan method. Pada gambar 3 Adapun relasi tabel sistem informasi
adalah sequence diagram mengelola surat tugas administrasi pegawai berbasis web ditunjukan
untuk actor pegawai: pada gambar 5 adalah sebagai berikut:

Gambar 3. Mengelola Surat Tugas

3. Activity Diagram
Gambar 5. Relasi Tabel Sistem Informasi
Pada activity diagrams mengelola surat
Kepegawaian
tugas ini dimulai dari pegawai memilih menu
mengelola surat tugas, kemudian sistem

__________________________________________________________________________________________
116
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Implementasi Sistem tampilan halaman mengelola surat tugas
ditunjukan gambar 7 adalah sebagai berikut :
Pada perancangan sistem ini perlu
dilakukan agar sistem yang dirancang atau
dibangun sesuai dengan kebutuhan dan dapat
memecahkan masalah yang ada pada
administrasi kepegawaian. Pada implementasi
sistem ini menggunakan bahasa pemrograman
PHP untuk membuat fungsi-fungsi
didalamnya, untuk tampilan menggunakan
HTML dan Bootsrap, sedangkan untuk
database menggunakan MySQL. Penggunaan Gambar 7. Halaman Surat Tugas
bootsrap berfungsi untuk mengkonversi
tampilan agar responsive sehingga ketika 3. Halaman Rekap Uang Makan
dibuka menggunakan perangkat smartphone Pada halaman berisi fasilitas untuk
sistem menyesuaikan tampilan smartphone. melakukan rekapitulasi sesuai dengan tanggal
Berikut ini tampilan implementasi sistem yang dipilih dan berisi fasilitas dalam cetak
informasi: excel.Berikut ini adalah tampilan halaman
untuk mengelola rekap uang makan. Pada
1. Tampilan Halaman Login tampilan ini rekap uang makan bisa dikelola
Pada halaman login ini merupakan berdasarkan tanggal yang dipilih. Selain itu
proses mengakses modul sistem sesuai dengan pada rekap uang makan ini terdapat fasilitas
level actor yang terdeteksi oleh halaman login rekap uang makan dalam bentuk file microsoft
yaitu dengan memasukan username dan excel sehingga mempermudah untuk
password. Pada halaman login menggunakan pelaporan. Gambar 8 adalah tampilan halaman
login multi user yaitu dengan menggunakan rekap uang makan.
satu halaman login akan dideteksi level actor
sehingga halaman yang ditampilkan sesuai
dengan level tersebut. Pada gambar 6 adalah
tampilan halaman login :

Gambar 8. Halaman Rekap Makan

Hasil dan Pengujian Sistem

Pada hasil dan pengujian ini terdapat dua


Gambar 6. Halaman Login pengujian yaitu pengujian software dan
pengujian pemrosesan data. Pengujian software
2. Tampilan Halaman Surat Tugas dalam penelitian ini dilaksanakan dengan
Pada halaman ini berisi fungsi untuk menguji setiap fungsi pada sistem. Pengujian
pengelolaan surat tugas antara lain tambah, pemrosesan data ini dilakukan dengan
edit, hapus, download dan cetak surat tugas. melakukan inputan data kedalam menu-menu
Pada halaman rekap surat tugas ini terdapat sistem yaitu halaman login, surat tugas, cuti,
fasilitas pencarian berdasarkan tanggal, lokasi, izin, rekap kehadiran, peminjaman ruangan,
dan dalam rangka. Selain itu terdapat fasilitas peminjaman kendaraan, user, kelola absensi,
cetak surat tugas sehingga mempermudah sinkronisasi, dan laporan tunkin. Pada tabel 1
pembuatan surat tugas untuk pegawai. Adapun mengenai pengujian software terbukti bahwa
fungsi-fungsi yang ada dalam sistem dapat

__________________________________________________________________________________________
117
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
berjalan dengan baik setelah dilakukan uji coba 5 fungsi yang diuji yaitu menu laporan kinerja,
penginputan data dalam sistem. Adapun hal- laporan uang makan, rekapitulasi kehadiran,
hal yang akan diujikan adalah sebagai berikut : peminjaman kendaraan dan peminjaman
Tabel 1. Pengujian software ruangan.
Adapun grafik untuk pemrosesan data
Modul Aksi Kesimpulan
ditunjukan gambar 9 dimana membandingkan
Halaman login Melakukan login Berhasil manual yang ditunjukan warna biru dengan
Halaman surat Tambah, edit, Berhasil waktu sistem yang ditunjukan dengan warna
tugas hapus, dan cetak
Halaman cuti Tambah, edit, Berhasil
merah. Pada tabel 9 ini terbukti bahwa waktu
hapus, dan cetak pemrosesan data menggunakan sistem jauh
Halaman izin Tambah, edit, Berhasil lebih baik dibandingkan manual.
hapus, dan cetak
Halaman Rekap Memilih Berhasil
Kehadiran berdasarkan tanggal
Halaman Tambah, edit, Berhasil
peminjaman hapus, dan cetak
ruangan
Halaman Tambah, edit, Berhasil
peminjaman hapus, dan cetak
kendaraan
Halaman daftar Tambah, edit, Berhasil
user hapus, dan cetak
Kelola absensi Upload file excel Berhasil
Sinkronisasi Memilih sinkronisasi Berhasil
Absensi berdasarkan tanggal
Laporan tunkin Memilih Berhasil
berdasarkan tanggal Gambar 9. Grafik Pemrosesan Data

Pada pengujian yang kedua Pada gambar 10 yaitu grafik


menggunakan pengujian waktu pemrosesan perbandingan antara manual dan sistem dalam
data dan penyampaian informasi ini yaitu hal penyampaian informasi terkait administrasi
dengan membandingkan sistem manual dengan kepegawaian. Grafik ini menunjukan waktu
sistem yang dibangun. Nilai-nilai yang yang dibutuhkan oleh sistem lebih cepat
dihasilkan dengan pengamatan langsung dibandingkan manual. Sistem yang ditunjukan
terhadap sistem yang lama dengan sistem yang grafik warna merah mebutuhkan waktu lebih
baru sehingga diperoleh perkiraan atau rata- sedikit dibandingkan manual yang ditunjukan
rata nilai sebagai berikut: grafik warna biru.
Tabel 2. Pengujian Waktu Pemrosesan
dan Penyampaian Informasi

Penyampaian
Pemrosesan Data
Informasi
Modul (Menit)
(Menit)
Manual Sistem Manual Sistem
Tunjangan
2723 121 423 58
kinerja
Laporan Uang
187 3 423 58
makan
Rekapitulasi
2723 121 323 32
kehadiran
Peminjaman
15 5 62 11
kendaraan
Peminjaman Grafik 10. Penyampaian Informasi
15 5 62 11
rungan
KESIMPULAN
Pada Tabel 2 merupakan hasil pengujian
waktu pemrosesan data dan waktu Dari pengujian terhadap fungsi software
penyampaian informasi dengan yaitu dengan melakukan uji coba semua fungsi
membandingkan manual dengan sistem yang sistem terbukti bahwa sistem dapat berfungsi
dikembangkan. Pada pengujian tabel 2 terdapat dengan baik sesuai dengan perancangan sistem.

__________________________________________________________________________________________
118
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Sedangkan dari pengujian pemrosesan data dan 7. Lembaga Administrasi Negera, Modul
penyampaian informasi terbukti bahwa dengan Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
menggunakan sistem informasi kepegawaian Golongan III Komitmen Mutu. Lembaga
ini proses yang dihasilkan jauh lebih cepat Administrasi Negara. Jakarta, 2015
dibandingkan dengan sistem yang berjalan 8. Lembaga Administrasi Negera, Peraturan
sehingga sistem yang dikembangkan lebih Kepala Lembaga Administrasi Negara
efektif dan efisien. Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Diklat Pelayanan Publik
.Lembaga Administrasi Negara. Jakarta,
DAFTAR PUSTAKA 2011
9. T. Ramadhani, Sistem Informasi Data
1. H. Alatas, Proyek Membangun Responsive Kepegawaian Dan Kesiswaan SMA Negeri
Web Design dengan Bootstrap 3 dan 4. 1 P. Brandan. Tugas Akhir, Fakultas
Yogyakarta: Lokomedia, 2015. MIPA. Sumatera Utara : Universitas
2. J. G. Brookshear, Computer Science : an Sumatera Utara, 2015.
Overview. Jakarta : Erlangga, 2003. 10. Republik Indonesia, Undang-undang
3. A. Dennis, B. H. Wixcom, and R. M. Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Roth, Systems Analysis and Design with Publik. Sekretariat Negara. Jakart, 2009.
UML 3rd Edition. New York: John Wiley 11. S. Sularsi, Sistem Pendukung Keputusan
and Sons, 2010. Pemilihan Guru Terbaik Menggunakan
4. H. Gomaa, Software Modeling and Design: Algoritma Topsis Pada SMA Negeri 2
UML, Use Cases, Patterns, and Software Wonogiri. Skripsi. Jurusan Teknik
Architectures, New York : Cambridge Informatika. Surakarta: STMIK Duta
University Press, 2011. Bangsa Surakarta, 2014.
5. A. Kadir, Pengenalan Sistem Informasi. 12. Sutarman, Pengantar Teknologi Informasi.
Yogyakarta: Andi Publisher, 2009. Yogyakarta : PT. Bentang Pustaka, 2009.
6. Karno, Aplikasi Penentuan Beasiswa 13. R. S. Pressman. 2009. Software
Menggunakan Metode Analytical Engineering: A Practitioner's Approach.
Hierarchy Process Pada SMA Negeri 2 New Yok: McGraw-Hill Science, 2009.
Wonogiri. Skripsi. Jurusan Teknik
Informatika. Surakarta: STMIK Sinar
Nusantara, 2011.

__________________________________________________________________________________________
119
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
120
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM SOSIALISASI


PENGEMBANGAN REAKTOR DAYA EKSPERIMENTAL
DAN IRADIATOR PADA MASYARAKAT
SEKITAR KAWASAN NUKLIR SERPONG
I.Aeni Muharromah
PDK-BATAN, Jakarta, aeni@batan.go.id

ABSTRAK
Pengembangan Reaktor Daya Eksperimen (RDE) dan Irradiator telah menjadi program nasional
BATAN dan salah satu dokumen AMDAL yang diperlukan adalah melakukan sosialisasi terhadap
masyarakat sekitarnya. Komunitas yang terdekat dengan RDE adalah Kabupaten Tangerang, Bogor dan kota
Tangsel adalah wilayah yang diberikan sosialisasi. Strategi Komunikasi adalah inti dari makalah ini yaitu
dengan mengenali dan mengevaluasi sosialisasi yang dilakukan. Menggunakan metode kualitatif dan
pendekatan studi kasus untuk mengetahui pemahaman peserta sosialisasi tentang manfaat dari pengembangan
RDE dan Irradiator. Menyusun strategi komunikasi adalah suatu seni, makalah ini berfokus pada pembahasan
penggabungan tujuan, peserta, pesan, alat dan kegiatan yang digunakan, dan juga evaluasi. Mengidentifikasi
alat dan kegiatan yang paling tepat dalam sosialisasi. Kuesioner dilakukan sesaat sebelum acara berakhir dan
hasil kuesioner tentang persepsi masyarakat terhadap manfaat dari proyek hasilnya baik (72,66%),
kepercayaan mereka terhadap keamanan radiasi nuklir masih rendah (21%), tetapi sebaliknya peserta
sosialisasi setuju dan menerima proyek ini sebesar 96.66%. Sebelum sosialisasi, peserta sudah mengenal
pengembangan rencana Puspiptek sebesar 40% dan mereka tahu kegiatan nyata Puspiptek adalah 36,66%.
Dengan analisis strategi komunikasi didapat bagaimana langkah-langkah mencapai tujuan organisasi, alat
yang digunakan, kegiatan dan materi yang disampaikan.

Kata kunci: strategi komunikasi, sosialisasi, dan RDE

Abstract

Development of Eksperimental Power Reactor (RDE) and Irradiator will be the National Program of
BATAN and one of AMDAL documents required is conducting the socialization concern this project to the
public. The nearest communities of RDE site is Kabupaten Tangerang, Kota Tangsel and Kabupaten Bogor
that chosen for given socialization. Communication Strategy is the core of this paper to recognize and to
evaluate the socialization for the societies. Using qualitative and case study approach to recognize the
participantscomprehension-understanding about the benefit of RDE and Irradiator. Description of The
Comunication Strategy that used in those events will portray how to reach the goal of the socialization.
Drawing up a communications strategy is an art, this paper focuses on approching the objectives, audiences,
messages, tool and also evaluation. Identify the tools and activities that are most appropriate to
communicating the key messages to the audiences. Quetioner was given a while before the programm was
over and the results about the societiesperception toward the benefit of the project is good (72,66%), their
trust of radiation nuclear safety is still low ( 21%), but on the contrary their participants agree and accept this
project is 96.66%. Before the socialization, the participats have already known the development of
Puspipteks plan is 40% and they know the real activities of Puspiptek is 36,66%. By analyzing the
communication strategy, obtained what organisational steps to reach its goal, tool, activites and the matery
delivered.

Key words: communication strategy, sosialization, rde

PENDAHULUAN sosial BATAN dalam mensosialisasikan


kegiatan iptek nuklir supaya dapat diketahui,
Masyarakat sekitar kawasan nuklir adalah dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat
bagian dari stake holder BATAN oleh karena sekitar perkantoran BATAN.
itu BATAN memiliki tanggung jawab bahwa
Pusat Desiminasi dan Kemitraan (PDK)
nilai manfaat dari Iptek nuklir harus dapat
memiliki tupoksi melakukan desiminasi dan
dirasakan oleh masyarat sekitar. Tangungjawab
kerjasama berkaitan dengan litbangyasa iptek

__________________________________________________________________________________________
121
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
nuklir dan BATAN sebagai lembaga penelitian Disamping itu tulisan ini sebagai ajang
dan pengembangan ilmu pengetahuan dan pembelajaran dan pengasahaan kegiatan ilmiah
teknologi nuklir di Indonesia menghasilkan berkaitan dengan jabatan fungsional Pranata
produk teknologi hasil litbang yang dapat Humas di BATAN.
dimanfaatkan masyarakat diberbagai bidang.
Aktivitas ini perlu didukung dengan
pengembangan infrastruktur fisik dan SDM Manfaat
yang mumpuni, untuk menjamin bahwa proses Bagi Organisasi manfaat langsung yang
penelitian dan pengembangan dapat berjalan dapat dijadikan dokumen adalah langkah-
secara berkelanjutan dan senantiasa mutakhir. langkah Strategi Komunikasi dan evaluasinya
Pengembangan infrastruktur untuk mendukung bagi perbaikan kegiatan serupa yang akan
aktivitas litbang BATAN akan berencana dilaksanakan, juga dapat dijadikan masukan
membangun RDE serta Fasilitas Penunjang bagi pimpinan dalam penyusunan rencana
lainnya berupa Irradiator Gamma, Fasilitas program kegiatan. Dengan mengetahui respon
Elemen Bakar dan lain-lain di kawasan masyarakat sekitar organisasi dapat lebih dekat
Puspiptek Serpong. dan memahami kebutuhan masyarakat dan
Sosialisasi merupakan satu bagian ekspektasi masyarakat pada keberadaan
pelaksanaan edukasi pada masyarakat terkait BATAN.
Iptek Nuklir dan manfaatnya. Dalam kegiatan Bagi personil humas penulisan sederhana
pembangunan RDE dan Iradiator telah ini bisa dijadikan landasan dasar untuk
dilaksanakan sosialisasi pada 3 daerah yaitu pengembangan penulisan yang lebih
Kabupaten Tangerang, Kabupaten Bogor dan mendalam.
Kota Tangerang Selatan yang berbatasan
langsung dengan kawasan PUSPIPTEK maka Rumusan Masalah
selama tiga hari berlangsung tanggal 28-30 Juli Dari latar belakang masalah diatas,
2015 di auditorium gedung 71 Kawasan Nuklir Penulis merumuskan masalah adalah
Serpong. Bagaimana Stretegi Komunikasi dilakukan
Kegiatan ini sangat penting terkait dengan dalam mensosialisasikan pembangunan RDE
masyarakat sekitar yang memiliki latar dan Iradiator di Kawasan Nuklir Serpong?
belakang pendidikan dan karakter yang
beragam sehingga perlu dibuatkan suatu
strategi komunikasi yang tepat. Disamping itu Metodologi
kegiatan sosialisasi ini juga merupakan Metodologi yang digunakan yaitu
keharusan untuk mendapat dokumen Amdal
menggunakan metode deskriftif dan teknik
sebagai pendukung pembangunan fasilitas ini.
Melalui tulisan ini kami melihat bagaimana survey dengan penyebaran kuesioner, diambil
strategi komunikasi yang telah dilakukan setelah mengikuti sosialisasi, dan tinjauan
dalam kegiatan ini. pustaka terkait dengan teori strategi
Tujuan komunikasi.

Tujuan tulisan ini adalah untuk TINJAUAN PUSTAKA


mengetahui strategi komunikasi yang x Penertian Strategi Komunikasi
digunakan dalam kegitan sosialisasi Komunikasi adalah proses penyampaian
pembangunan RDE dan Iradiator di kawasan suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain
Nuklir Serpong bagaimana tinjauan dan untuk memberi tahu atau untuk mengubah
evaluasinya. Dengan mendiskripsikan strategi sikap, pendapat atau perilaku, baik langsung
komunikasi yang dilakukan dalam sosialisasi secara lisan, maupun tidak langsung mlalui
ini maka tulisan ini akan dapat memberikan media. [1]
gambaran analisa yang baik untuk kegiatan Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan
serupa sehingga dapat memperbaiki strategi (planning) dan manajemen (management)
komunikasi yang akan digunakan sehingga untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai
lebih baik lagi tingkat keberterimaannya. tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi
sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan

__________________________________________________________________________________________
122
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
arah tetapi harus diikuti dengan langkah- dilakukan BATAN untuk memperkenalkan
langkah atou taktik operasionalnya. [3] diri dan mendiskusikan manfaat-manfaat
Sejalan dengan pendapat Sofyan bahwa yang diperoleh dari RDE dan Iradiotor bagi
Strategi komunikasi merupakan paduan dari pengembangan komunitas. Proses
perencanaan komunikasi (communication sosialisasi dapat dimaknai sebagai
planning) dan manajemen (management membuka pintu gerbang komunitas agar
communication) untuk mencapai suatu BATAN dan programnya diterima dan
tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut mendapat sambutan dengan baik. Hal ini
strategi komunikasi harus dapat menunjukkan akan menentukan dukungan dan
bagaimana operasionalnya secara taktis harus keterlibatan masyarakat. Keadaan demikian
dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan menjadi dasar yang kuat bagi terjalinnya
(approach) bisa berbeda sewaktu-waktu, hubungan kemitraan dengan masyarakat.
bergantung pada situasi dan kondisi. [3]
x Pengertian RDE
Pengertian RDE atau reaktor daya
x Fungsi Strategi Komunikasi eksperimental [4] adalah reaktor nuklir
yang dapat digunakan untuk pembangkit
Fungsi Strategi komunikasi baik secara listrik, pembangkit panas dan untuk
makro (planned multimedia strategy) maupun memproduksi hidrogen. Karena sifatnya
secara mikro (single communication medium yang eksperimental maka pengoperasian
strategy) mempunyai fungsi [3] reaktor nuklir tersebut lebih banyak untuk
- Menyebarluaskan pesan komunikasi yang tujuan percobaan dalam meningkatkan
bersifat informatif, persuasif, dan instruktif penguasaan teknologi. Penguasaan
secara sistematis kepada sasaran untuk teknologi reaktor untuk ketiga hal tersebut
memperoleh hasil yang optimal. sangat penting mengingat Bangsa Indonesia
- Menjembatani kesenjangan budaya masih kekurangan listrik, pupuk dan banyak
(cultural gap) akibat kemudahan industri yang membutuhkan energi panas
diperolehnya dan kemudahan untuk berbagai proses industri. Produksi
dioperasionalkannya media massa yang hidrogen dari RDE dapat digunakan untuk
begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan bahan baku pembuatan pupuk tanaman
merusak nilai-nilai budaya. yang sampai saat ini masih sangat
dibutuhkan dalam peningkatan
x Faktor Pendukung Strategi Komunikasi; produktivitas pertanian, sedangkan energi
ada beberapa faktor strategi komunikasi panas sisa dari pembangkitan listriknya
diantaranya adalah mengenali sasaran dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan proses
komunikasi, pemilihan media komunikasi, industri. (Batan.go.id)
pengkajian tujuan pesan komunikasi dan
peranan komunikator dalam komunikasi. x Pengertian Iradiator
Iradiator merupakan [4] suatu fasilitas
x Pengertian Sosialisasi menurut KBBI untuk melakukan iradiasi berbagai macam
(Kamus Besar Bahasa Indonsia) [2] adalah sampel atau produk dengan tujuan
sebuah usaha untuk memayarakatkan penelitian, pengembangan, pengawetan, dan
sesuatu sehingga menjadi dikenal, sterilisasi. Karena itu, irradiator dapat
dipahami, dihayati oleh khalayak umum disebut sebagai fasilitas iradiasi.
atau masyarakat luas. Pengertian tersebut Berdasarkan jenis radiasi pengion yang
mencakup proses memahami dalam dua digunakan, radiator dikelompokkan menjadi
arah, yaitu: 1) masyarakat memahami Apa iradiator gamma dan irradiator elektron.
itu BATAN dan hasil yang dihasilkannya Iradiator gamma terbagi lagi menjadi empat
dan fungsi dan kegunaan fasilitas RDE dan kategori yang umumnya menggunakan zat
Iradiator bagi BATAN dan masyarakat luas radioaktif Co-60, sedangkan irradiator
dan 2) BATAN mampu memahami electron terbagi menjadi dua kategori dan
masyarakat. Menurut pengertian pertama, menggunakan filamen, biasanya terbuat dari
definisi sosialisasi adalah: kegiatan yang tungsten, atau plasma sebagai sumber
radiasi. (Batan.go.id)

__________________________________________________________________________________________
123
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
HASIL DAN BAHASAN x Mengenali Sasaran Komunikasi
Sasaran komunikasi yang paling
Kegiatan sosialisasi ini melibatkan mendasar adalah aparat pemerintahan
pemangku kepentingan di wilayah sekitar kelurahan/desa dan tokoh masyarakat
kawasan khususnya 6 Kelurahan di wilayah setempat. Perencanaan kgiatan sosialisasi yang
Kota Tangerang Selatan (Kelurahan Bakti dituangkan dalam dokumen Kerangka Acuan
Jaya, Buaran, Ciater, Serpong, Rawabuntu, dan Kegiatan (KAK) perlu ditentukan, dikaji dan
Cilenggang), 8 desa di wilayah Kabupaten dipelajari untuk menententukan siapa saja yang
Tangerang (Desa Dandang, Suradita, Cisauk, akan menjadi sasaran komunikasi. Dengan
Situ Gadung, Samporna, Cibogo, Sukamulya melakukan survey langsung datang ke
dan Taman Sari), dan 5 desa di wilayah kelurahan/desa dan mengambil data dan
Kabupaten Bogor (Desa Jampang, Cibadung, sumber dari Community Development
Cibinong, Padurenan dan Rawakalong), (comdev) yang sudah dilakukan terlebih
berlangsung dari tanggal 28-30 Juli 2015 dahulu oleh PPIKSN. Catatan-catatan data
bertempat di auditorium Gedung 71 KNS. survey lapangan dan identifikasi data comdev
Dengan menggunkan metode tatap muka ditelaah dan dievaluasi untuk mengenal sasaran
langsung dengan pemberian materi dan diskusi komunikan.
dilanjutkan dengan kunjungan ke fasilitas Dengan menyampaikan undangan
reaktor nuklir dan laboratoria penunjang di secara langsung dengan pendekatan warga
KNS dilakukan dalam 3 hari dengan agenda setempat yang juga mempunyai akses ke
acara dan materi yang sama, menggunakan BATAN dan anggota masyarakat setempat
strategi komunikasi yang sama ternyata hasil yang bekerja di BATAN diajak turut serta
prosentasi tidak menunjukan perbedaan yang untuk bersilaturahim dan menyampaikan
berarti. Melihat dan mengetahui persepsi undangan. Undangan disampaikan dengan
kegiatan Iptek nuklir, bagaimana kekhawatiran pendekatan personal dengan melibatkan
bahaya radiasi dan menyetujui atau sepakat karyawan BATAN yang memiliki akses dan
dengan pembangunan RDE dan Iradiator. kedekatan untuk mendapatkan konfirmasi
kehadiran dalam acara tersebut. Berkunjung
Ulasan Pelaksanaan Sosialisasi untuk menyelami bagaimana latar belakang
Partisipasi 90% wilayah yang diundang dalam pendidikan, strata sosial dan keinginan calon
kegiatan sosialisasi adalah 3 wilayah peserta sosialisasi. Dalam teori hal ini
Kabupaten/Kota yang mengirimkan merupakan faktor kerangka referensi dan
perwakilannya mengikuti kegiatan tersebut. faktor situasi/kondisi. Sehingga didapat
Dari tingkat partisipasi udangan, kegiatan gambaran nyata komunikan ketika menerima
dapat dinyatakan terlaksana dengan baik. pesan dalam sosialisasi dan mengetahui
Peserta secara keseluruhan berjumlah 167 keadaan fisik dan psikis komunikan pada saat
orang dengan rincian 69 dari Tangsel, 57 ia menerima pesan komunikasi tersebut.
Tangerang dan 41 dari kabupaten Bogor yang x Pemilihan Media Komunikasi
merupakan perwakilan dari kelurahan/daerah. Untuk mencapai sasaran komunikasi kita
Pencapaian Sasaran dalam kegiatan dapat memilih salah satu atau gabungan dari
komunikasi publik dapat terlaksana dengan beberapa media, bergantung pada tujuan yang
baik, namun upaya pencapaian sasaran berupa akan dicapai, pesan yang akan disampaikan,
peningkatan pemahaman masyarakat terhadap dan teknik yang akan dipergunakna. Sosialisasi
program RDE dan Irradiator belum tercapai adalah media yang dipakai karena melibatkan
sempurna disebabkan materi informasi yang banyak orang dengan latar belakang yang
kurang spesifik, terlalu teknis tentang kedua beragam dilaksanakan dalam waktu singkat
fasilitas yang perlu diperbaiki. Disamping itu dan tertentu untuk mencapai sasaran
materi informasi yang dikemas dalam komunikasi. Disamping itu untuk
sosialisasi tersebut merupakan hal baru bagi memaksimalkan proses penyampaian
masyarakat. informasi, komunikator atou pembicara
mengunakan infografis, video dan gambar-
Strategi komunikasi dilakukan dengan gambar yang mendukung sebagai alat dan data
memperhitungkan faktor-faktor komponen dukung. Hal ini menjadi dasar untuk
sebagaiberikut: menentukan sifat komunikasi yang harus

__________________________________________________________________________________________
124
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
dilakukuan yaitu informatif dan persuatif, bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan
sehingga informasi dapat diterima dengan oleh komunikator.
mengedepankan aplikasi dan manfaat iptek b. b. Kredibilitas sumber (komunikator)
nuklir Ialah kepercayaan komunikan kepada
komunikator. Kepercayaan ini banyak
x Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi bersangkutan dengan profesi atau keahlian
Penggunaan tehnik informasi dan tehnik yang dimiliki seorang komunikator. Dipilih
persuasi digabungkan dalam penyampaian nara sumber dari tim atau juga bisa didampingi
sosialisasi, dengan dilengkapi tayangan video, dengan tokoh masyarakat setempat namun
gambar-gambar ilustrasi dan infografis Kajian memiliki pengetahuan baik dengan iptek
tujuan sosialisasi yaitu memberikan nuklir. Pelaksana sebagai komunikator sudah
pemahaman manfaat apliksai iptek nuklir bagi tepat dan kredibel.
masyarakat, pemahaman iptek nuklir yang c. Materi Informasi Yang Disampaikan
benar dan rencana pengembangan RDE dan Materi disusun dengan bahasa umum dengan
Iradiator dengan mengedepankan keselamatan memperhatikan target komunikan, sisi kultural,
dari proses pemanfaan radiasi. Pesan yang latar belakang pendisikan, dan usia. Materi
diberikan menggunakan tehnik informasi disampaikan secara komunikatif dengan
dengan kondisi menggedepankan kegunaan mengedepankan budaya dan pendekatan
dan azas manfaat yang didapat dari aplikasi personal dan diselingi dengan humor supaya
Iptek nuklir bagi kemaslahatan masyarakat, tidak tegang dan situasi menyenangkan.
pembangunan Iradiotor terkait dengan kondisi Komunikator sebanyak menghindari istilah
alam Indonesia yang terpisah pulau-pulau atau prasa yang sangat teknis, dan untuk
sehingga manfaat teknologi radiasi terutama menyampaikan info teknis dibantu dengan
dalam tehnik pengawetan makanan sangat ilustrasi slide dan video kemudian seperti
dibutuhkan untuk bidang pertanian dan rill bercerita dan berdialog melibatkan komunikan
kehidupan masyarakat. Kebutuhan listrik sehingga interaksi terbangun dan ini sanat baik
nasional yang semakin memprihatinkan. dalam proses komunikasi.
Tehnik persuatif dipakai untuk mengambarkan
Kondisi listrik sering mati dan data kebutuhan Untuk melihat gambaran sampainya pesan
listrik nasional atoupun daerah dikaitkan komunikasi maka dilakukan tehnik kuesioner,
dengan urgensi pengembangan PLTN untuk makalah ini ingin melihat gambaran kondisi
menjawab kebutuhan ini diperlukan terobosan umum komunikan atau peserta sosialisasi.
dengan pengembangan RDE sebagai miniatur Informasi yang ingin dilihat yaitu rencana
PLTN yang dapat menghasikan listrik untuk pengembangan kawasan Puspiptek, kegiatan
penerangan. didalamnya, bagaimana persepsi komunikan
terkait dengan pembangunan RDE/Irasiator,
x Peranan Komunikator dalam Komunikasi keamanan dan maslahat keuntungan/kerugian.
Ada beberapa faktor yang penting pada diri Masukan/saran dan harapan komunikan dengan
komunikator bila ia melancarkan komunikasi, adanya kegiatan Puspiptek termasuk kegiatan
yaitu: BATAN dapat dijadikan bahan masukan untuk
a. Daya tarik sumber (komunikator) pengembangan kegiatan sosialisasi yang akan
Dengan memperhatikan kondisi psikologis dan dilaksanakan kemudian.
sosiologis sebagian besar masyrakat kabupaten
Bogor, kota Tangse dan kabupaten Tangerang Berikut ini adalah hasil hitungan statistic
yang berbahsa daerah sunda maka dipilihlah Ir sederhana untuk beberapa pointer kuestioner
Ferly Hermana dan Dr. Taswanda yang sebagai berikut: - Pendidikan komunikan
memiliki kultur dan bahasa ibu yang sama (responden) adalah magister sebanyak 3,33%,
sehingga akan terbangun kedekatan emosi. sarjana/diploma 16,66%, SLTA 36%,
Sejalan dengan teori strategi komunikasi yaitu SD/SLTP 44,01%
apabila pihak komunikan merasa bahwa - Untuk mengetahui apakah komunikan telah
komunikator ikut serta denganya. Atau mengetahui adanya rencana pengembangan
komunikan merasa ada kesamaan antara kawasan Puspitek, Kab Bogor, Tangsel dan
komunikator dengannya sehingga komunikan Tangerang sebanyak 63,33% belum
mengetahui.

__________________________________________________________________________________________
125
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Gambar. 3. Keyakinan Masyarakat Terhadap


Keamanan Radiasi Nukir
Gambar. 1. Pengetahuan Masyarakat Mengenai
Rencana Pengembangan Kawasan Puspitek
Berdasarkan pengamatan kualitatif, sikap yang
Untuk melihat apakah komunikan sudah disampaikan oleh perwakilan Desa Cisauk dan
mengetahui kegiatan dan aktifitas apa saja Suradita menunjukkan gejala sosial awal
yang ada di dalam kawasan Puspitek sebanyak penolakan terhadap program RDE. Patut
63.33% sudah mengetahui. diduga bahwa dua desa yang terletak di daerah
klasifikasi sub-urban sekitar Serpong ini sudah
mendapatkan informasi negatif sebelumnya
perihal rencana program RDE, sehingga
diperlukan treatment yang berbeda dengan
wilayah lain yang mayoritas lebih rural dan
belum terpapar informasi negatif. Perlu pula
diwaspadai wilayah urban dan sub-urban
lainnya di wilayah Kota Tangsel yang pada
tahun ini tidak dilaksanakan sosialisasi, ada
kemungkinan wilayah tersebut menjadi
wilayah yang mudah terpapar informasi negatif
Gambar. 2. Pengetahuan Masyarakat Mengenai dengan pertimbangan akses komunikasi yang
Kegiatan yang Ada di Puspitek jauh lebih baik dibanding wilayah lainnya.

Keberadaan instalasi RDE dan Iradiator


Bagaimana persepsi pandangan/pendapat memberikan dampak langsung berupa
komunikan terkait adanya kegiatan BATAN keuntungan dan kerugian.
(pengembangan RDE) sebesar 28.66%
penyebab ketakutan adalah bahaya radiasi
nuklir dan kecelakaan nuklir.

Keyakinan komunikan terhadap keamanan


radiasi nuklir nilainya besar dikarenakan
proses penyampaian pesan terkait keamanan
belum dapat dicerna dengan baik dan
keyakinan psikis terhadap kemampuan SDM
masih diragukan sehingga ketidakyakinan akan
keamanan radiasi nuklir nilanya tinggi. Strategi Gambar. 4. Pendapat Masyarakat Mengenai
komunikasi untuk penyampaian pesan Keberadaan Rencana Kegiatan Pengembangan
keamanan harus lebih ditingkatkan frekwensi Puspiptek
dan kualitasnya.
Dengan pemilihan nara sumber yang
komunikatif, menyiapkan materi yang sesuai
dengan kemampuan target komunikan, strategi
komunikasi dalam penyampaian materi secara
keseluruhan berhasil hal ini diperlihatkan

__________________________________________________________________________________________
126
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
dengan banyaknya komunikan berpendapat demikian kesan positif dan materi informasi
bahwa program nasional batan ini banyak dapat tersampaikan dengan baik.
memberikan keuntungan sehingga nilai
perolehan komunikan menyatakan setuju
dengan pembangunan RDE dan Iradiator. SIMPULAN DAN SARAN

Kegiatan sosialisasi perlu dievaluasi apakah


pesan yang disampaikan tercapai sejalan
dengan tujuan kegiatan tersebut. Strategi
Komunikasi bisa dijadikan alat untuk
pengkajian sosialisasi atau kegiatan
penyampaian komunikasi lainnya. Daya tarik
yang bertugas sebagai penyaji atau
komunikator harus menarik dan kredibel.
Materi yang disampaikan harus dibuat mudah
dipahami, rileks, sederhana dan menarik sesuai
dengan kebutuhan di lapangan. Hasil
Gambar 5. Tingkat persetujuan masyarakat kuestioner dipakai untuk melihat sejauhmana
mengenai rencana kegiatan BATAN pemahaman yang didapat komunikan selama
kegiatan tersebut. Hasil kuesioner tentang
Nilai persuatif komunikator bisa menentukan persepsi masyarakat terhadap manfaat dari
dan menciptakan kesan yang baik sehingga proyek hasilnya baik (72,66%), kepercayaan
prosentasi tingkat persetujuan sangat tinggi mereka terhadap keamanan radiasi nuklir
yaitu 96.66%. Pertanyaan terbuka mengenai masih rendah (21%), tetapi sebaliknya peserta
keuntungan dari program ini diantaranya sosialisasi setuju dan menerima proyek ini
membantu bidng pangan, pertanian, kesehatan, sebesar 96.66%. Sebelum sosialisasi, peserta
dan membuka lapangan pekerjaan. Untuk sudah mengenal pengembangan rencana
kerugiannya adalah sulit mengetahui hasil Puspiptek sebesar 40% dan mereka tahu
penelitian, mungkin ada dampak radiasi, kegiatan nyata Puspiptek adalah 36,66%.
khawatir ada kecelakaan nuklir, dan Pendekatan dan komponen strategi komunikasi
pencemaran lingkungan. lain harus lebih dikembangkan lagi sehingga
Dengan memfokuskan pada faktor-faktor bukan sekedar informasi itu sampai pada
komponen strategi komunikasi dan hasil komunikan lebih jauh lagi namun harus bisa
kuestioner maka faktor strategi komunikasi memberikan dampak positif.
yaitu faktor komponen materi dan faktor
komponen komunikator yang disampaikan DAFTAR PUSTAKA
harus mendapat perlakukan khusus yaitu
dengan menggunakan perumpamaan dan objek Buku:
yang dekat dengan komunikan, hindari bahasa
teknis yang mungkin tidak dipahami secara 1. Effendy, Onong Uchan.2003. Ilmu
dalam pada materi sosialisasi. Buat senyaman Komunikasi Teori dan Praktek.
mungkin kondisi ketika acara berlangsung dan Bandung : PT Remaja Rosdakarya
posisikan komunikan sebagi mitra penting dan 2. Kamus Besar Bahasa Indonesia
utama. Dengan menanyakan feedback dengan
humor untuk menciptakan komunikasi aktif 2 Website:
arah yang baik, juga menjaga kondisi rilek. 3. Sofyan, http://pr-
Terkait dengan komponen materi adalah Faktor komunikasi.blogspot.co.id/2012/05/strategi
komponen komunikator. Tetap memperhatikan -komunikasi; 2012
dua unsur penting dalam komunikator yaitu 4. www.batan.go.id
daya tarik dan kredibel untuk jenis sosialisasi
RDE faktor daya tarik lebih dipertajam dengan Prosiding:
menyampaikan materi dengan cara 5. Bambang. S Sudibyo, Strategi Sosialisasi
menyenangkan dengan lebih memahami psikis dan promosi Unit pelayanan informasi
dan latar belakang komunikan. Dengan pertanian kabupaten, Deptan; 2008

__________________________________________________________________________________________
127
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Tanya Jawab : schedule kapan dibangun komisioning
pada pimpinan atau tim dan segera
Pertanyaan: sosialisasikan progress nya.
1. Endang ; Bagaimanakah kegiatan yang - STTN sebagai pencetak sarjana
mencakup Stategi komunikasi? Apakah terapan nuklir menyatakan siap
cakupan bahasan komunikasi itu terlalu luas? mendukung SDM pengembangan RDE
2. Sukaryono; proses komunikasi seperti apa dan Iradiator.
dan kaitanya dengan kesimpulan bagaimana? - Saran; judul sebaiknya dipersempit
Jawaban : menjadi keberterimaan rencana
1. Sejalan dengan definisi beberapa pakar pengembangan RDE pada masyarakat
komunikasi bahwa istilah Strategi Komunikasi sekitar kawasan nuklir Serpong.
adalah gabungan antara perencanaan dan siasat
dalam komunikasi yang juga mencakup
manajemen komunikasi dalam mencapai tujuan
yang telah direncanakan. Dengan demikian
Strategi komunikasi dapat menunjukan cara
dan bagaimana melakukanya operasionalnya
proses komunikasi dijalankan dengan
pendekatan tujuan yang telah ditentukan.
Kegiatan riil dalam Strategi komunikasi adalah
Langkah-langkah strategis yang dilakukan
sebagaimana dalam teori (Pengenalan
komunika, pemilihan media, dan peranan
komunikator) dalam kegiatan sosialisasi RDE
pada masyarakat sekitar kawasan nuklir
Serpong.
2. Proses komunikasi yang dimaksud adalah
Kegiatan Sosialisasi pengembangan RDE dan
Iradiator di KNS pada masyarakat sekitar KNS
yang berbatasan langsung yaitu kabupaten
Tangerang, Kota Tangsel dan Kabupaten
Bogor.
Dalam teori proses komunikasi secara ringkas
digambarkan dalam ilustrasi
Proses berlangsungnya serangkaian kegiatan:
komunikator (sender) atau narasumber dalam
kegiatan sosialisasi tersebut menyampaikan
pesan kepada komunikan (receiver) atau
peserta sosialisasi melalui media presentasi,
pemutaran video, slides dan infografis. Dengan
menyebarkan kuestioner dilihat tingkat
pemahaman peserta (responden) Gabungan
dari proses perencanan kegiatan hingga
eksekusi kegiatan dan evaluasi itulah cakupan
strategi komunikasi.

Saran :
- Hendaknya progress rencana
pengembangan segera disampaikan,

__________________________________________________________________________________________
128
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

PENGUATAN POSISI DAN DAN PERAN PETUGAS PROTEKSI


RADIASI DALAM PELAYANAN KESEHATAN
Eri Hiswara

Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi, Badan Tenaga Nuklir


Nasional, Jalan Lebak Bulus Raya No. 49, Jakarta Selatan
Email: e.hiswara@batan.go.id

ABSTRAK

PENGUATAN POSISI DAN PERAN PETUGAS PROTEKSI RADIASI DALAM


PELAYANAN KESEHATAN. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) mensyaratkan adanya Petugas
Proteksi Radiasi (PPR) Medik dalam setiap layanan kesehatan yang memanfaatkan radiasi pengion di
Indonesia. PPR Medik bertugas antara lain untuk melaksanakan program proteksi dan keselamatan radiasi di
instalasi medik. Di lain pihak, Kementerian Kesehatan telah menetapkan tenaga fisika medik sebagai tenaga
kesehatan yang harus memiliki kompetensi keselamatan radiasi. Mengingat PPR Medik belum mendapat
pengakuan Kementerian Kesehatan sebagai tenaga kesehatan, maka ruang gerak kegiatannya menjadi sangat
terbatas, sementara peranan dan tanggung jawabnya juga menjadi tumpang tindih dengan fisikawan medik.
Makalah ini mencoba memberikan solusi dari sisi pendidikan, pelatihan dan jabatan fungsional sehingga PPR
Medik dan Fisikawan Medik mendapat pengakuan yang sama sebagai tenaga kesehatan dari Kementerian
Kesehatan, dan dapat bekerja secara sinergi dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan
selamat di Indonesia.

Kata kunci: Petugas Proteksi Radiasi Medik, pelayanan kesehatan, pendidikan, pelatihan

ABSTRACT

STRENGTHENING POSITION AND THE ROLE OF RADIATION PROTECTION OFFICER


IN HEALTHCARE SERVICES. Nuclear Energy Regulatory Agency (BAPETEN) requires the presence of
Medical Radiation Protection Officer (MRPO) in every healthcare services utilizing ionizing radiation in
Indonesia. MRPO has duties, inter alia, to perform the program of radiation protection and safety in medical
installations. On the other hand, the Ministry of Health has recognized that medical physicist as health
worker that has competences in radiation safety. Since the MRPO has not been officially recognized as
health worker by the Ministry of Health, its activities are limited, while its role and responsibilities are also
overlapped with those of medical physicist. This paper attempts to seek a way out from the education,
training and functional status point of view so that both MRPO and medical physicist are recognized as
health worker by the Ministry of Health, and can work sinergetically in providing healthcare services that
are safe and secure in Indonesia.

Key words:, Medical Radiation Protection Officer, healthcare services, education, training

bisa memastikan bahwa kegiatan yang


PENDAHULUAN melibatkan radiasi pengion telah mematuhi
peraturan perundangan yang berlaku, telah
Berdasar IAEA, Petugas Proteksi memahami kegiatan yang dilakukan di
Radiasi (PPR) adalah orang yang secara teknis fasilitasnya, infrastruktur organisasi yang ada,
kompeten dalam hal-hal yang berkaitan dengan dan prosedur kerja yang berlaku, serta
proteksi radiasi untuk suatu jenis kegiatan memiliki kewenangan yang cukup untuk
tertentu yang ditunjuk oleh pemegang izin melaksanakan fungsinya dengan efektif [2].
untuk mengawasi aplikasi persyaratan Di Indonesia, Petugas Proteksi Radiasi
keselamatan [1]. Seorang PPR antara lain harus (PPR) didefinisikan sebagai petugas yang

__________________________________________________________________________________________
129
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
ditunjuk oleh Pemegang Izin dan oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan
BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir) membandingkan kedua peraturan tersebut
dinyatakan mampu melaksanakan pekerjaan kemudian diberikan beberapa usulan agar
yang berhubungan dengan proteksi dan eksistensi PPR medik pada layanan kesehatan
keselamatan radiasi [3]. dapat diakui oleh Kementerian Kesehatan,
Sesuai dengan jenis pekerjaannya, tanpa mengurangi peranan dan tanggung jawab
BAPETEN membedakan PPR atas dua fisikawan medik sesuai dengan kompetensinya.
kelompok, yaitu PPR Medik dan PPR Industri
[4]. Mengingat kedua kelompok memiliki jenis
TEORI
pekerjaan yang cukup bervariasi, maka
masing-masing kelompok PPR dibagi lagi atas
Klasifikasi PPR Medik
tiga tingkat. Tingkat 1 adalah PPR yang
bekerja pada instalasi dengan risiko radiasi Berdasar Perka BAPETEN Nomor 16
yang cukup tinggi, Tingkat 2 bekerja pada Tahun 2014 [7], PPR Medik dibedakan atas
instalasi dengan risiko menengah, sedangkan PPR Medik Tingkat 1, PPR Medik Tingkat 2
Tingkat 3 bekerja pada instalasi dengan risiko dan PPR Medik Tingkat 3.
cukup rendah. PPR Medik Tingkat 1 adalah PPR yang
Sementara itu, Kementerian Kesehatan bekerja pada instalasi yang memanfaatkan
ternyata memiliki ketentuan tersendiri yang sumber radiasi pengion untuk kegiatan:
terkait dengan pelaksanaan proteksi dan a. ekspor zat radioaktif untuk keperluan
keelamatan radiasi di layanan kesehatan. medik;
Kementerian Kesehatan menunjuk Fisikawan b. pengalihan zat radioaktif dan/atau
Medik sebagai petugas yang melaksanakan pembangkit radiasi pengion untuk
tugas-tugas keselamatan, atau proteksi, radiasi keperluan medik;
dalam pelayanan kesehatan [5]. Kementerian c. impor dan pengalihan zat radioaktif
Kesehatan juga secara resmi telah menetapkan dan/atau pembangkit radiasi pengion untuk
tenaga fisika medik sebagai tenaga kesehatan keperluan medik;
[6]. d. produksi radioisotop berupa radiofarmaka;
Berbeda dengan fisikawan medik yang dan
telah mendapat pengakuan sebagai tenaga e. penggunaan dan/atau penelitian dan
kesehatan dari Kementerian Kesehatan, PPR pengembangan dalam radioterapi,
Medik belum mendapat pengakuan yang kedokteran nuklir diagnostik in vivo, dan
serupa. Oleh karena itu, ruang gerak kegiatan kedokteran nuklir terapi.
PPR Medik di fasilitas layanan kesehatan PPR Medik Tingkat 2 adalah PPR yang
menjadi cukp terbatas, demikian pula peranan bekerja pada instalasi yang memanfaatkan
dan tanggung jawabnya menjadi tumpang sumber radiasi untuk kegiatan impor pembang-
tindih dengan fisikawan medik. kit radiasi pengion dan penggunaan dan/atau
Makalah ini akan membahas upaya agar penelitian dan pengembangan dalam radiologi
PPR Medik dan fisikawan medik dapat bekerja diagnostik dan intervensional. Sedang PPR
sama dalam menunjang aplikasi radiasi Medik Tingkat 3 adalah PPR yang bekerja
pengion di bidang medik secara aman dan pada penggunaan dan/atau penelitian dan
selamat. Pembahasannya akan difokuskan dari pengembangan dalam kedokteran nuklir
sisi pendidikan, pelatihan, dan jabatan diagnostik in vitro.
fungsional untuk kedua jenis pekerjaan ini.
Tanggung Jawab PPR
METODOLOGI Tanggung jawab PPR secara umum
diuraikan pada Peraturan Kepala (Perka)
Pembahasan mengenai PPR Medik pada BAPETEN Nomor 4 Tahun 2013 [8]. Pada
makalah ini dilakukan dengan metode Pasal 7 dari Perka BAPETEN ini dinyatakan
deskriptif melalui studi literatur legal. Ruang bahwa PPR mempunyai tanggung jawab:
lingkup dibatasi hanya tanggung jawab PPR a. mengawasi pelaksanaan program proteksi
medik dan tanggung jawab fisikawan medik dan keselamatan radiasi;
terkait keselamatan radiasi berdasar peraturan

__________________________________________________________________________________________
130
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
b. mengkaji ulang efektivitas penerapan pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
program proteksi dan keselamatan radiasi; 237/MENKES/SK/IV/2009. Selain kompetensi
c. memberikan instruksi teknis dan fisika medik, fngsional fisikawan medik
administratif secara lisan atau tertulis ternyata juga mendapat tambahan beban untuk
kepada pekerja radiasi tentang pelaksanaan melaksanakan kegiatan yang terkait dengan
program proteksi dan keselamatan radiasi; keselamatan, atau proteksi, radiasi.
d. mengidentifikasi kebutuhan dan Untuk jenjang fisikawan medik pertama,
mengorganisasi kegiatan pelatihan; kompetensi yang terkait dengan keselamatan
e. memastikan ketersediaan dan kelayakan radiasi adalah sebagai berikut:
perlengkapan proteksi radiasi dan a. menyiapkan alat pelayanan fisika medik
memantau pemakaiannya; yang meliputi alat keselamatan kerja
f. membuat dan memelihara rekaman dosis terhadap radiasi;
yang diterima oleh pekerja radiasi; b. menyiapkan pelayanan fisika medik bidang
g. melaporkan kepada pemegang izin jika keselamatan radiasi melalui pengukuran/
pekerja radiasi menerima dosis melebihi kalibrasi film badge;
Pembatas Dosis; c. melaksanakan pelayanan fisika medik
h. memberitahukan kepada pekerja radiasi bidang keselamatan radiasi melalui
mengenai hasil evaluasi pemantauan dosis; pengukuran/kalibrasi thermoluminesensi
i. membuat dokumen yang berhubungan dosimeter (TLD);
dengan proteksi radiasi; d. melaksanakan pelayanan fisika medik
j. melakukan kendali akses di Daerah bidang keselamatan radiasi dengan
Pengendalian; melakukan perawatan dan pemeliharaan
k. melaksanakan latihan penanggulangan dan peralatan proteksi;
pencarian fakta dalam hal kedaruratan; e. melaksanakan pelayanan fisika medik
l. memberikan konsultasi yang terkait dengan bidang radiodiagnostik/pencitraan dengan
proteksi dan keselamatan radiasi di melakukan tindakan emergensi;
instalasinya. f. melaksanakan pelayanan fisika medik
bidang radioterapi dengan melaksanakan
IAEA, sementara itu, menyatakan bahwa
survey;
PPR Medik antara lain memiliki tanggung
g. melaksanakan pelayanan fisika medik
jawab sebagai berikut [2] :
bidang radioterapi dengan melakukan
a. semua kegiatan yang terkait dengan
tindakan emergensi;
keselamatan radiasi;
h. melaksanakan pelayanan fisika medik
b. proteksi pekerja dan pasien
bidang kedokteran nuklir dengan membuat
c. memastikan kondisi yang layak bagi
rencana kerja survey radiasi;
peralatan yang digunakan
i. melaksanakan pelayanan fisika medik
d. melaksanakan kegiatan pengelolaan limbah
bidang kedokteran nuklir dengan
radioaktif di fasilitas, jika ada limbah
melakukan tindakan emergensi; dan
tersebut.
j. melaksanakan pembinaan teknis konsultasi
dengan melakukan sosialisasi budaya
Tanggung Jawab Fisikawan Medik Terkait
keselamatan kerja terhadap radiasi.
Keselamatan Radiasi
Untuk jenjang fisikawan medik muda,
Sebagai jabatan fungsional, fisikawan
kompetensi yang terkait dengan keselamatan
medik terdiri atas Fisikawan Medik Pertama,
radiasi adalah sebagai berikut:
Fisikawan Medik Muda, dan Fisikawan Medik
a. melaksanakan pelayanan fisika medik
Madya. Berbeda dengan beberapa jenis jabatan
bidang keselamatan radiasi dengan
fungsional lainnya yang bisa mencapai puncak
membuat rencana kerja survey radiasi
tertinggi Pegawai Negeri Sipil dengan
lapangan/kecelakaan radiasi;
golongan ruang IV/e, atau Pembina Utama,
b. melaksanakan pelayanan fisika medik
Fisikawan Medik hanya dirancang untuk
bidang keselamatan radiasi dengan
sampai golongan ruang IV/c, atau Pembina
membuat desain limbah radiasi sederhana;
Utama Muda.
Setiap jenjang fisikawan medik memiliki
kompetensi masing-masing yang yang diatur

__________________________________________________________________________________________
131
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
c. melaksanakan pelayanan fisika medik e. melaksanakan pelayanan fisika medik
bidang keselamatan radiasi dengan bidang radioterapi dengan melakukan
membuat desain limbah radiasi sedang; tindakan emergensi;
d. melaksanakan pelayanan fisika medik f. melaksanakan pelayanan fisika medik
bidang keselamatan radiasi dengan bidang radioterapi dengan melakukan
menggunakan alat ukur radiasi; pengelolaan limbah radioterapi;
e. melaksanakan pelayanan fisika medik g. melaksanakan pelayanan fisika medik
bidang radiodiagnostik/pencitraan medik bidang kedokteran nuklir dengan
dengan membuat rencana kerja survey melakukan tindakan emergensi;
radiasi; h. melaksanakan pelayanan fisika medik
f. melaksanakan pelayanan fisika medik bidang kedokteran nuklir dengan
bidang radiodiagnostik/pencitraan medik melakukan pengelolaan limbah radioaktif;
dengan melaksanakan survey; i. melaksanakan pembinaan teknis konsultasi
g. melaksanakan pelayanan fisika medik dengan melakukan sosialisasi budaya
bidang radiodiagnostik/pencitraan medik keselamatan kerja terhadap radiasi.
dengan melakukan tindakan emergensi;
h. melaksanakan pelayanan fisika medik
HASIL DAN PEMBAHASAN
bidang radioterapi dengan membuat
rencana kerja survey radiasi;
Pendidikan
i. melaksanakan pelayanan fisika medik
bidang radioterapi dengan melaksanakan Sesuai dengan Perka BAPETEN Nomor
survey; 16 Tahun 2014 [7], PPR termasuk dalam
j. melaksanakan pelayanan fisika medik kelompok petugas tertentu yang bekerja di
bidang radioterapi dengan melakukan instalasi yang memanfaatkan sumber radiasi
tindakan emergensi; pengion dengan memiliki surat izin bekerja.
k. melaksanakan pelayanan fisika medik Karena berstatus sebagai petugas tertentu, PPR
bidang kedokteran nuklir dengan hanya disyaratkan memiliki ijazah serendah-
melaksanakan survey; rendahnya DIII jurusan eksakta.
l. melaksanakan pelayanan fisika medik Hal ini berbeda dengan fisikawan medik
bidang kedokteran nuklir dengan yang saat ini telah memiliki kelas reguler
melakukan tindakan emergensi; hingga S2 di beberapa perguruan tinggi negeri
m. melaksanakan pembinaan teknis konsultasi di Indonesia, bahkan sampai program S3 di
dengan melakukan sosialisasi budaya perguruan tinggi tertentu.
keselamatan kerja terhadap radiasi. Kemampuan nalar, kecerdasan dan
pengambilan keputusan untuk mereka yang
Untuk jenjang fisikawan medik madya,
memiliki latar pendidikan hanya sampai D-III
kompetensi yang terkait dengan keselamatan
secara umum berbeda dengan mereka yang
radiasi adalah sebagai berikut:
telah memperoleh gelar S2. Hal ini tentu
a. melaksanakan pelayanan fisika medik
menjadi salah satu kendala dalam memberikan
bidang keselamatan radiasi dengan
pengakuan yang sama kepada PPR Medik
menyusun analisis kebutuhan peralatan
seperti yang telah diberikan kepada fisikawan
pelayanan fisika medik bidang keselamatan
medik.
kerja;
Untuk mengatasi kendala ini barangkali
b. melaksanakan pelayanan fisika medik
syarat kepemilikan ijazah pendidikan untuk
bidang keelamatan radiasi dengan
menjadi PPR Medik bisa ditingkatkan paling
membuat desain limbah radiasi kompleks;
tidak menjadi S1. Untuk PPR Medik Tingkat 1
c. melaksanakan pelayanan fisika medik
yang tingkat risiko pekerjaannya paling tinggi
bidang keelamatan radiasi dengan
malah bisa dipertimbangkan hanya boleh
membuat penilaian rencana kerja survey
diduduki oleh mereka yang telah memiliki
radiasi lapangan/kecelakaan radiasi;
ijazah S2.
d. melaksanakan pelayanan fisika medik
bidang radiodiagnostik/pencitraan medik
dengan melakukan tindakan emergensi;

__________________________________________________________________________________________
132
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Pelatihan Jabatan Fungsional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Salah satu motivasi yang diberikan agar
(Pusdiklat) BATAN merupakan salah satu fisikawan medik dapat bekerja dengan tenang
institusi tempat diselenggarakannya pelatihan adalah kesempatan untuk menjadi tenaga
bagi PPR Medik. Sesuai dengan informasi fungsional fisikawan medik. Perangkat hukum
yang tersedia [9], pelatihan PPR Medik untuk jabatan fungsional fisikawan medik saat
Tingkat 1 diselenggarakan selama 12 hari ini telah cukup lengkap dan operasional
kerja, sementara PPR Medik tingkat 2 dan PPR [5,10,11], sehingga mereka dapat mengem-
Medik tingkat 3 diselenggarakan selama 7 hari bangkan kariernya hingga mencapai jabatan
kerja. maksimum Pembina Utama Muda golongan
Untuk dapat bekerja sebagai PPR ruang IV/c dalam kerangka Aparatur Sipil
Medik, seseorang harus telah memiliki Surat Negara (ASN).
Izin Bekerja (SIB) yang dikeluarkan oleh PPR Medik, sementara itu, sampai saat
BAPETEN. SIB dapat diperoleh setelah ini masih berstatus sebagai petugas yang
mengikuti serta lulus ujian yang diselenggara- bekerja di instalasi medik yang memanfaatkan
kan oleh BAPETEN, sementara syarat untuk sumber radiasi pengion dan belum dianggap
mengikuti ujian ini adalah telah mengikuti dan sebagai jabatan fungsional. Karena itu, jaminan
lulus pelatihan PPR yang dibuktikan dengan pengembangan karier bagi seorang PPR Medik
sertifikat. masih tidak atau belum jelas.
Dalam hal fisikawan medik, untuk Agar PPR Medik dapat setara dengan
meningkatkan kemampuan tenaga fisikawan fisikawan medik, maka sudah selayaknya dapat
medik dalam memberikan pelayanan radiologi dibentuk pula jabatan fungsional Petugas
yang berkualitas, mereka perlu mengikuti Proteksi Radiasi, yang dapat diikuti pula oleh
pelatihan fungsional tenaga fisikawan medik. PPR Industri. Sudah tentu, perlu disusun pula
Pelatihan fungsional ini dilakukan selama 60, peraturan perundangan yang mengatur tentang
92 dan 63 jam pelajaran masing-masing untuk jabatan fungsional PPR dan angka kreditnya.
fungsional fisikawan medik pertama, fisikawan Jabatan fungsional yang ada yang jenis
medik muda dan fisikawan medik madya [5]. pekerjaannya mirip dengan PPR Medik adalah
Satu jam pelajaran berlangsung selama 45 Pengawas Radiasi. Jika pembentukan jabatan
menit. fungsional PPR tidak memungkinkan, keten-
Dengan dasar lama waktu dan tuan terkait jabatan fungsional Pengawas
banyaknya materi yang diperoleh selama Radiasi barangkali bisa direvisi untuk dapat
pelatihan yang harus diikuti oleh PPR Medik mengakomodasi kegiatan yang dilakukan oleh
dan fungsional fisikawan medik ini makin PPR Medik, atau PPR secara umum, sehingga
tampak adanya kesenjangan dari segi ilmu dan mereka yang bekerja sebagai PPR dapat
pengetahuan untuk kedua profesi ini. Hal ini bergabung dalam jabatan fungsional Pengawas
berimbas pada makin sulitnya memberikan Radiasi ini.
pengakuan yang sama kepada PPR Medik dan
fisikawan medik. Tugas dan Tanggung Jawab
Salah satu cara untuk mengatasi
Seperti telah diuraikan sebelumnya,
kesenjangan ini barangkali adalah dengan
Kementerian Kesehatan mensyaratkan bahwa
mewajibkan mereka yang telah lulus ujian SIB
fisikawan medik juga harus memiliki
BAPETEN untuk mengikuti magang paling
kompetensi keselamatan radiasi. Jika PPR
tidak satu tahun sebagai PPR Medik di salah
Medik bisa bergabung dan menjadi tenaga
satu instalasi medik. Dengan kata lain, SIB
fungsional pengawas radiasi, maka kompetensi
baru akan diberikan setelah mereka selesai
keselamatan radiasi bagi fisikawan medik
mengikuti program magang ini. Dengan
dapat dihilangkan, dan diberikan kepada PPR
mengikuti magang diharapkan ketrampilan
Medik. Dengan demikian tidak akan ada lagi
teknis lapangan mereka telah bertambah
tumpang tindih tugas dan tanggung jawab
sehingga tidak canggung lagi dan bisa
antara PPR Medik dengan fisikawan medik.
langsung beradaptasi saat diberikan tugas dan
Berbagai upaya yang diusulkan di atas
tanggung jawab penuh sebagai PPR Medik.
harus diperkuat dengan penerbitan keputusan
Menteri Kesehatan tentang penetapan tenaga

__________________________________________________________________________________________
133
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
PPR Medik sebagai tenaga kesehatan. Dengan 3. Anonim, Peraturan Pemerintah Nomor 33
semua perangkat hukum yang lengkap, disertai Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi
dengan aturan pendidikan dan pelatihan yang Pengion dan Keamanan Sumber
harus diikuti oleh PPR Medik, tenaga PPR Radioaktif.
Medik yang bekerja pada institusi layanan
kesehatan dapat dianggap setara dengan 4. ANONIM. Peraturan Kepala BAPETEN
fisikawan medik. Dengan penguatan posisi dan Nomor 16 Tahun 2014 tentang Surat Izin
peran tenaga PPR Medik, sinergi yang Bekerja Petugas Tertentu Yang Bekerja di
berlangsung antara tenaga PPR Medik dengan Instalasi Yang Memanfaatkan Sumber
tenaga fisikawan medik diharapkan mampu Radiasi Pengion.
memberikan pelayanan kesehatan yang prima, 5. Anonim. Keputusan Menteri Kesehatan
aman dan selamat di Indonesia. Nomor 237/MENKES/SK/IV/2009 tentang
Standar Kurikulum Pelatihan Fungsional
KESIMPULAN Fisikawan Medik.
6. Anonim. Keputusan Menteri Kesehatan
Berdasar uraian di atas, penguatan posisi Nomor 048/MENKES/SK/I/2007 tentang
dan peran PPR Medik dapat dicapai dengan Penetapan Tenaga Fisika Medik Sebagai
melakukan beberapa tindakan sebagai berikut: Tenaga Kesehatan.
a. Menyusun tugas PPR Medik yang spesifik
dan tidak saling bersinggungan dengan 7. Anonim. Peraturan Kepala BAPETEN
tugas Fisikawan Medik. Nomor 16 Tahun 2014 tentang Surat Izin
b. Menyelenggarakan kegiatan magang bagi Bekerja Petugas Tertentu Yang Bekerja di
mereka yang lulus ujian SIB BAPETEN Instalasi Yang Memanfaatkan Sumber
sebelum diberi tugas dan tangung jawab Radiasi Pengion.
penuh sebagai PPR Medik. 8. Anonim. Peraturan Kepala BAPETEN
c. Merevisi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2013 tentang Proteksi dan
Nomor 237/MENKES/SK/IV/2009 dengan Keselamatan Radiasi Dalam Pemanfaatan
menghilangkan tugas fisikawan medik Tenaga Nuklir.
yang terkait dengan keselamatan radiasi
d. Meminta Kementerian Kesehatan untuk 9. http://www.batan.go.id/pusdiklat/j254inter/
mengakui keberadaan PPR medik sebagai 10. Peraturan Menteri Pendayagunaan
tenaga kesehatan, seperti yang telah Aparatur Negara Nomor PER/12/M.PAN/
dilakukan untuk tenaga fisikawan medik. 5/2008 tentang Jabatan Fungsional
e. Meminta Kementerian PANRB untuk Fisikawan Medis dan Angka Kreditnya.
menyusun Peraturan Menteri PANRB
tentang jabatan fungsional PPR Medik dan 11. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan RI -
angka kreditnya, atau merevisi Permen Kepala Badan Kepegawaian Negara
PANRB terkait jabatan fungsional Nomor 1111/Menkes/PB/XII/2008 dan
pengawas radiasi dengan mengakomodasi Nomor 29 Tahun 2008 tentang Petunjuk
kegiatan yang dilakukan oleh PPR medik. Pelaksanaan Jabatan Fungsional Fisikawan
Medis dan Angka Kreditnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. IAEA, Radiation Potection and Safety of
Radiation Sources: International Basic
Safety Standards. Safety Standards Series
No. GSR Part 3. IAEA, Vienna, 2011.

2. IAEA, Building Competence in Radiation


Protection and the Safe Use of Radiation
Sources. Safety Standards Series No. RS-
G-1.4. IAEA, Vienna, 2001.

__________________________________________________________________________________________
134
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

    


  
     
 
%!2*#"./%'0#%(%0/-0! +*!*0-/*

 *7=A>3:+;@99;+7=@A>A9;&G=>;D363@+7@393&G=>;D&3E;A@3>/A9K3=3DF3
!@6A@7E;3 I;6K3  9?3;> 5A?
 *7=A>3:+;@99;+7=@A>A9;&G=>;D363@+7@393&G=>;D&3E;A@3>/A9K3=3DF3
!@6A@7E;3 EG9;>;43F3@ 9A ;6
 (+*3D; GE363,@;F!!#>3F7@!@6A@7E;3 KG63 EGD3F@363@A@7 5A?

 

    


      
            3>3? =79;3F3@ BDA6G=E;@K3
B34D;= EGEG 3=3@ ?7@9:3E;>=3@ >;?43: 53;D  %7>3>G; BDAE7E =A39G>3E;8>A=G>3E; >;?43: 53;D B34D;= EGEG
6;G43: ?7@<36; 7@63B3@ K3@9 ?3E;: ?7@93@6G@9 BDAF7;@ E747E3D    "G?>3: BDAF7;@ K3@9 F7D9A>A@9
F;@99; ;@; >74;: 43;= 3B34;>3 6;?3@833F=3@ ?7@<36; E7EG3FG K3@9 47D9G@3  ; E3?B;@9 ;FG 7@63B3@ 63D;
>;?43: 53;D B34D;= EGEG ;@; <G93 ?7@93@6G@9 L3F 47E; E747E3D   K3@9 47D9G@3 G@FG= =7>3@9EG@93@
:;6GB;=3@ 03F47E;K3@9F;@99;;@;6;B7DA>7:63D;BDAE7E=A39G>3E;8>A=G>3E;?7@99G@3=3@=A39G>3@7>
*7>3;@>;?43: B34D;= EGEG6;F3?43:=3@BG>343:3@B3=3@>3;@=763>3?B3=3@4G3F3@E7B7DF;F7BG@9D74A@
6763=93@6G?F7D87D?7@F3E;63@F7BG@9=3@<; 3>3?B7@7>;F;3@;@;6;4G3F6G38AD?G>3B3=3@;=3@K3;FG
B3=3@ 47DL3F 47E;   B3=3@  63@ B3=3@ 47DL3F 47E;   B3=3@  E7?7@F3D3 B3=3@ =A?7DE;3>
B3=3@ 6;9G@3=3@ E74393;B3=3@B7?43@6;@9 ,@FG= ?7@9G<;=G3>;F3EB3=3@B3=3@ 63@  6;47D;=3@
7?B3F =3>; E7:3D; E7>3?3 7?B3F ?;@99G =7B363 ;=3@ @;>3 E763@9=3@ B3=3@  6;47D;=3@ 6G3 :3D; E7=3>;
E7>3?37?B3F?;@99G %7@GDGF:3E;>B7@9G=GD3@B7@;@9=3F3@4A4AF FG4G: K3@9B3>;@947E3DF7D63B3FB363
;=3@ @;>3 K3@9 6;47D; B3=3@  (3=3@ 47DL3F 47E; B3>;@9 47E3D B3=3@  ?3?BG ?7?47D;=3@ B7@;@9=3F3@
=363DL3F47E; F7D47E3D63>3?;=3@@;>3 K3;FG E747E3D  ?9 7
=9;=3@ *743>;=@K3=3@6G@93@BDAF7;@
B363 B3=3@ F7D@K3F3 F;63= 479;FG ?7?B7@93DG:; =3@6G@93@ BDAF7;@ 63>3? ;=3@ @;>3  3E;> K3@9 F7>3:
6;B7DA>7:?7?4G=F;=3@43:I3 7@63B3@ >;?43: 53;DB34D;= EGEG>3K3=6;?3@833F=3@E74393;B3=3@;=3@

#3F3=G@5;@63B3@>;?43:53;DB34D;=EGEG(3=3@;=3@03F47E;(DAF7;@






  
   
  
  
 
 
 
=:16/ 8:7,=+<176 ,)1:A ?144 8:7,=+- ?);<-?)<-: &0:7=/0 +7)/=4)<176.47++=4)<176 ,)1:A ?);<-?)<-: 1;
+76>-:<-,16<7 ;4=,/-?01+0;<144+76<)16;8:7<-16 );5=+0);   &01;01/08:7<-161;*-<<-:=;-,16<7
;75-<016/=;-.=4 6),,1<176;4=,/-)4;7+76<)1616/ 
1:76 ?01+01;1587:<)6<.7:.1;0;=:>1>)4 &01;
01/0 1:76 7*<)16-, <0:7=/0 <0- +7)/=4)<176.47++=4)<176 =;16/ +7)/=4)6< -4  6 ),,1<176 <7 ;4=,/- 7.
,)1:A ?);<- )67<0-: .--, 5)<-:1)4 )4;7 ),,-, 16<7 .--, ;=+0 ); :-*76 .47=: .-:5-6<-, ?0-)< *:)6 )6,
<)817+)6<01;:-;-):+0 <?7.1;0.--,.7:5=4);1;5),-6)5-4A.--,+76<)1616/

1:76 .--,)6,
.--, +76<)1616/ 
 1:76 .--,  ?014- +755-:+1)4 .--, .--,  1; /1>-6 ); ) +758):)<1>- .--, 6
7:,-:<7+0-+3<0-9=)41<A7..--,.--, )6,  1;/1>-6<7<14)81).7=:<15-;),)A.7:.7=:?--3;?014-.--,
 1;/1>-676+-16<?7,)A;.7:.7=:?--3; ;:-;=4<; <0-*1//-;<16+:-);-7.<14)81)G;?-1/0<1;7++=::-,*A
.--,16/?1<0.--, --,?01+0+76<)16; <0- 01/0-;< 1:76.--,/1>-<0-*1//-;< 1:7616<0- <14)81)?01+0
1; )57=6<-,  5/- 3/.1;0"6<0-7<0-:0)6, <0- 8:7<-16 16<0-.--,?);67<:-)44A)..-+<<0-8:7<-16
16 <14)81) $-;=4<;0)>-*--68:7>-,<0)<;4=,/-7.,)1:A?);<-?)<-:+)6=;-,);.1;0.--,

-A ?7:,;%4=,/-7.,)1:A?);<-?)<-:1;0.--,:76 #:7<-16

__________________________________________________________________________________________
135
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
   ,@FG= ?7@9:;>3@9=3@ =A>A;6 B3DF;=7>
B3DF;=7>;@;:3DGE6;67EF34;>;E3E;F7D>74;:63:G>G
#3@6G@93@AD93@;=>;?43:EGEGF7D63B3F E7:;@993 3=3@ F7D47@FG= 8>A= K3@9 47DG=GD3@
63>3? %=;8-6,-, %741, ** >;?43:  B34;>3 >74;: 47E3D 63@ >74;: 47D3F K3@9 4;E3
=3@6G@93@ ;=;8-6,-,;741, >;?43:EGEGF;@99; 6;:;>3@9=3@ 67@93@ =A39G>3E; 8>A=G>3E; 63@
?3=3 ;4=,/- K3@96;B7DA>7:E74393;:3E;>3=:;D B7@97@63B3@1 2
B7@9A>3:3@>;?43:<G933=3@E7?3=;@43@K3= #7F;=3 93D3? 6;F3?43:=3@ =7 63>3?
%4=,/- >;?43: (+ *3D; GE363 :;@993 =;@; >3DGF3@  3D3? ;@; 3=3@ F7D6;EAE;3E; ?7@<36;
43DG 63B3F 6;?3@833F=3@ E74393; BGBG= G@FG= ;A@;A@  )73=E; 6;EAE;3E; ;@; 4;E3 <G93 6;E74GF
F3@3?3@ %4=,/- K3@9 F;63= 63B3F D73=E; :;6DA>;E;E 12 !A@ 7 ?7?;>;=;
6;?3@833F=3@ E753D3 ?3=E;?3> >3?3 =7>3?33@ =757@67DG@93@ G@FG= ?7?BA>3D;E3E; 3;D 63@
3=3@ ?7@G?BG= 63@ ?7@57?3D; >;@9=G@93@ ?7@6ADA@9 F7D<36;@K3 :;6DA>;E;E  "7@;E
'>7: =3D7@3 ;FG =3@6G@93@ AD93@;= K3@9 :;6DA>;E;E ;@; 4;3E3 6;?;>;=; A>7: > 63@ 7
F7D63B3F 63>3? ;=;8-6,-, ;741, >;?43: EGEG 12
:3DGE63B3F6;?3@833F=3@E743;=43;=@K3 I3>@K3 EB7E; 3=3@ ?7?47@FG=
*7>3;@ ;FG B7@9A>3:3@ >;?43: 53;D ?A>7=G>F7D:;6D3E;E7B7DF;7 '1 2 !A@
B34D;= EGEG ?7@<36; E7EG3FG K3@9 47D?3@833F =A?B>7=E >A93? :;6DA=EA K3@9 6;:3E;>=3@
439; ?3=:>G= :;6GB ?;E3>@K3 B3=3@ ;=3@ 3=3@ 47D?G3F3@ BAE;F;8 63@ >3DGF3@ 3=3@
?7DGB3=3@E74G3:F7DA4AE3@43DGK3@9E3@93F 47DEG3E3@3 3E3? =3D7@3 F7D63B3F ;A@   !A@
47D?3@833F439;;@6GEFD; *3K3@9@K3<;=3;@9;@ ;A@=A?B>7=E;@;3=3@?7?47@FG=?7=3@;E?7
?7@7D3B=3@ F7DA4AE3@ 43DG F7DE74GF F;63= 47DF3:3B ?7@9:3E;>=3@ 7'  K3@9 @7FD3>
6;B7D=7@3@=3@ G@FG= ?7@99G@3=3@ =A39G>3@ %7=3@;E?7 B7?47@FG=3@ 7'  63B3F
>3;@ E7>3;@ K3@9 6;F7F3B=3@ A>7: *3D; GE363 6;>;:3FB363 (7DE3?33@      63@  12
#A39G>3@ D7E?; K3@9 :3@K3 4A>7: 6;9G@3=3@
  
6; G@;F ..+( (+ *3D; GE363 363>3: 7E; 7 ' 7 ''   
!!!#>AD;637>

#363D BDAF7;@ 63>3? 7@63B3@ 63D; 7 '' 7 ''   
 
>;?43: 53;D B34D;= EGEG 363>3:  
%7E=;BG@ =363D BDAF7;@ 63>3? >;?43: EGEG 7 ''   7 '' A  

5G=GB F;@99; @3?G@ 7@63B3@ ;@; F;63= 63B3F
6;?3@833F=3@ E7B7@G:@K3 E74393; B3=3@ ;=3@ )73=E; E753D3 =7E7>GDG:3@ 63B3F 6;>;:3F
=3D7@3 L3F 47E; @K3 K3@9 F7D>3>G F;@99; K3;FG B363 (7DE3?33@ 
E747E3D   3:3@F3?43:3@>3;@E7B7DF;

F7BG@9 D74A@ 63@ 6763= 93@6G? 6;B7D>G=3@ 7 ' 7' ' A  

63>3? ?7?4G3F B3=3@ ;=3@  &3?G@ 43:3@ "-)"*/.%"*##0*'* 
@343F;E7B7DF;6763=93@6G??7DGB3=3@43:3@
K3@9 ?7@93@6G@9 BDAF7;@ 63>3? <G?>3: K3@9 (7@;@9=3F3@ =G3>;F3E 43:3@ B3=3@ ;=3@
E76;=;F  ,@FG= ?7@;@9=3F=3@ =7787=F;83@@K3 E753D3 4;A>A9; 63B3F 6;>3=G=3@ 67@93@ 53D3
E74393; 43:3@ B3=3@ BDAF7;@ 63>3? 43:3@ ;@; 87D?7@F3E; ?7@99G@3=3@ =3B3@9 ;8-:/144=;
:3DGE 6;F;@9=3F=3@ =363D@K3 ?7>3>G; BDAE7E 61/-:  G@9; ;@; 63B3F ?7@;@9=3F=3@
87D?7@F3E;?7@99G@3=3@ ;8-:/144=;61/-: =3@6G@93@BDAF7;@E7;D;@9E7@93@?7@GDG@=3@
E7D3F=3E3D
  (7@;@9=3F3@ =3@6G@93@ BDAF7;@ K3@9
F7D<36; B363 ;=3@ @;>3 E7F7>3: 6;47D; B3=3@
+#0(.%3 (+'0(.% "*##0*'* +#0 ;4=,/- >;?43: EGEG :3E;> 87D?7@F3E; =3B3@9
(* "
( ;8-:/144=; 61/-: F7>3: F7D4G=F; 12  3D; :3E;>
B7@7>;F;3@ F7DE74GF 6;=7F3:G; 43:I3
$;?43: G?G?@K3 ?7@93@6G@9 BA>GF3@
=3@6G@93@BDAF7;@;=3@@;>3?7@;@9=3FE7F7>3:
K3@9 :36;D 63>3? 47@FG= =A>A;6  #A>A;6
6;>3=G=3@ B7?47D;3@ B3=3@ 67@93@
47DE;83F EF34;> 63>3? >;?43: =3D7@3 ?7?;>;=;
B7@3?43:3@ ;4=,/- >;?43: EGEG F7D87D?7@F3E;
?G3F3@ 7>7=FD;=  %G3F3@ =A>A;6 4;E3 BAE;F;8
;8-:/144=; 61/-:  (7@;@9=3F3@ =3@6G@93@
3F3GBG@ @793F;8  &3?G@ G?G?@K3 B3DF;=7>
BDAF7;@F7DF;@99;E747E3D  
=A>A;6 63>3? >;?43: AD93@;= 47D?G3F3@
@793F;8 1 2

__________________________________________________________________________________________
136
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
;8-:/144=; 61/-: ?7?BDA6G=E; 7@L;? 6;4G3F E7DF3 3;D :3@93F E3?B3; 36A@3@ 63B3F
=A?B>7=EE7>G>AE3 67@93@4747D3B3=A?BA@7@ 6;97@993?  6A@3@ 6;6;3?=3@ E7>3?3
B7@F;@9 K3@9 6;4GFG:=3@ 63>3? BDAE7E 4747D3B3?7@;FE3?B3;EG:G?3=E;?3>36A@3@
?7?753: ;=3F3@ B363 EFDG=FGD E7>G>AE3 63>3? A  #7?G6;3@ ;8-:/144=; 61/-: E743@K3= 
E7D3F =3E3D E7:;@993 ?3?BG ?7@9:3E;>=3@ 9
=9 B3=3@ =7D;@9 6;?3EG==3@ =7 63>3?
9>G=AE3 12  (7?47D;3@ E7D3F =3E3D 63>3? 36A@3@  6A@3@ 6;87D?7@F3E;=3@ E7>3?3 
<G?>3: 47D>74;:3@ 63B3F ?7@K7434=3@ :3D;  *7F7>3: 87D?7@F3E; E7>7E3; 36A@3@
93@99G3@ B363 BDAE7E B7@K7D3B3@ B3=3@ 6; 6;=7D;@9=3@ 67@93@ E;@3D ?3F3:3D; 3F3G AH7@
63>3?GEGE:3>GE 12 B363EG:G?3=E;?3> A
") 0/*'*
    
@63B3@>;?43: 53;DB34D;= EGEGF7BG@9
(/
D74A@ F7BG@9 =3@<; 63@ 6763= 93@6G? K3@9
(7D3>3F3@ 97>3E =;?;3 BA?B3 H3=G? F7>3: 6;87D?7@F3E; 6;53?BGD=3@ E7EG3; 67@93@
F7D?A?7F7D AH7@ 53I3@ BADE7>7@ EB3FG>3 :3E;> 8AD?G>3E; B3=3@ K3@9 363 B363 +347> 
=7DF3EE3D;@9 .=:6)+- 51@-: 07<84)<- 3K3=3@ 63@ =7?G6;3@ 6;36G= ?7@99G@3=3@ 51@-:
4)*7:)<7:A *4-6,-: 3>3F EAJ:>7F >7@9=3B E3FG :;@993 ?7D3F3  #7?G6;3@ H;F3?;@  63@
D3@9=3;3>3F67EF;>3E; * <751+*;7:8<176 7?BG>GD 43F3@9 G4; 6;?3EG==3@ =7 63>3?
%8-+<:7807<75-<-: I363: B>3EF;= =7D3?43 36A@3@ B3=3@  63@  E75G=GB@K3  (3=3@
63@>347> K3@9 F7>3: ?7@<36; 36A@3@ 6;57F3= 67@93@
?7E;@ B7@57F3= B7>7F  *7F7>3: F7D47@FG=
$* ?7@<36; B7>7F B3=3@ 6;=7D;@9=3@ 63>3? AH7@
B363EG:G A
$;?43: 53;D B34D;= EGEG K3@9 6;3?4;>
63@6;=A39G>3E; 6; :3D;K3@9E3?3 ;8-:/144=; ") "-%* '* !* "*#0'0-* + +/
61/-: 6763= 93@6G? F7BG@9 D74A@ F7BG@9 0 0$'*%(
=3@<; 7?BG>GD43F3@9 G4; H;F3?;@  ?7D= 
*3@ CG3F;5 GD73 3=G367E ;@6;=3FAD %% !=3@ @;>3 ":-7+0:751; 6147<1+=;
;@6;=3FAD (( 7> >  & &3'    6;E;3B=3@E743@K3= 7=ADB7D=7D3?4363>3?
F;93=7D3?43K3@947D476367@93@ ?3EE3D3F3
'  &3 *' G*'  ' *'
B7=3F 9&'   & >  % & 7=E3@3 D3F3 E7=;F3D   9 *747>G? 6;47D; B3=3@
7F3@A>  >3DGF3@ ;@6G= 7 6;7F;> 7F7D 63@ ;=3@ B363 E7F;3B =7D3?43 6;BG3E3=3@ E7>3?3
;=3@@;>3E74393;EB7E;7EG<;  <3?  +;93 ?353? B7>7F K3;FG B7>7F
=A?7DE;3>B3=3@B7>7F4G3F3@E7@6;D;K3@9
-+."!0- ?7@93@6G@9 L3F 47E;   B3=3@  63@
47DL3F 47E;   B3=3@  6;E;3B=3@ >3>G
+#0(.%3 (+'0(.% ?3E;@9?3E;@9 B3=3@ 6;47D;=3@ E743@K3= 
63D;FAF3>4A4AFFG4G:;=3@
$;?43: 53;D B34D;= EGEG E743@K3=  (3=3@63@ B3=3@6;47D;=3@=7;=3@
?$ 6;?3EG==3@ =7 63>3? 97>3E 47=7D  $ @;>3 7?B3F =3>; E7:3D; E7>3?3 7?B3F ?;@99G
EG:GBDAE7E6;3FGDB363EG:G=3?3D *7?7@F3D3 B7?7>;:3D33@  (3=3@  6;47D;=3@ 6G3 :3D;
7> E743@K3= ?$?$?$ ?$ E7=3>; E7>3?3 7?B3F ?;@99G B7?7>;:3D33@
 ?$ 63@  ?$ 6;?3EG==3@ =7 63>3? (7?47D;3@ B3=3@ H3D;3E; ;@; 6;=A?4;@3E;=3@
?3E;@9?3E;@9 97>3E 47=7D 47D;E; >;?43: 67@93@ B7?47D;3@ B3=3@  =7 ;=3@ @;>3 !=3@
E3?4;>6;36G=57B3FE7>3?3 ?7@;F #757B3F3@ 6;F;?43@9 63@ 6;53F3F 4A4AF D3F3D3F3 B363
B7@936G= 6;FGDG@=3@ 63@ 6;4;3D=3@ =A@EF3@ ?;@99G 3I3> B7?7>;:3D33@ 63@ E7F;3B ?;@99G
E7>3?3  ?7@;F $3>G B7@936G= 6;>7B3E 63D; E7>3?37?B3F ?;@99GB7?7>;:3D33@
3>3F 63@ >3DGF3@ 6;4;3D=3@ ?7@97@63B E7>3?3
  ?7@;F (DAE76GD F7DE74GF 6;G>3@9; G@FG= "*#0&%*!--+/"%*!()'*%(
7> 67@93@=A@E7@FD3E; 63@
!=3@ @;>3 K3@9 3=3@ 6;G<; BDAF7;@@K3
"-)"*/.% 6;3?4;> E753D3 353= E743@K3=  7=AD B7D
=7D3?43 E7F;3B ?;@99G@K3  !=3@ @;>3 K3@9
763= 93@6G? 6;53?BGD=3@ 67@93@ F7>3:6;=7F3:G;4A4AF@K3;@;=7?G6;3@6;8;>>7F
GD73 E743@K3=  63D; <G?>3: B3=3@ K3@9

__________________________________________________________________________________________
137
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
*743@K3=   9 E3?B7> 8;>>7F ;=3@ 6;9G@3=3@ G@FG= ?7?4G3F =GDH3 =3>;4D3E;
6;?3EG==3@ =7 63>3?  >34G #<7>63:> ?$ $3DGF3@ 36;E; 7 6;4G3F 67@93@ ?7@97@57D=3@
=7?G6;3@ 6;F3?43:=3@  9 =3F3>;E 53?BGD3@ 7  BB? ?7@<36;  BB? =7?G6;3@
E7>7@ 63@  ?$ *' B7=3F  3?BGD3@ 6;F3?43:=3@ E3?B7> E743@K3=  ?$ >3>G
6;B3@3E=3@ 6; 3F3E B7?3@3E >;EFD;= E3?B3; 6;F3@6343F3E=3@
?7@6;6;: E7:;@993 >3DGF3@ ?7@<36; <7D@;:
"*#0'0-*
0,(%'*
=7:;<3G:;<3G3@ $3DGF3@ 6;4;3D=3@ 6;@9;@
6;7@57D=3@ 63@ 6;?3EG==3@ =7 63>3? >34G ,@;F * 6;3=F;8=3@  (7@9G=GD3@
G=GD  ?$ >3>G 6;F3@6343F3E=3@ 67@93@ 34EAD43@E; 4>3@=A 6;>3=G=3@ 67@93@  =3>;
3=G367E  #7?G6;3@ >3DGF3@ E743@K3=  ?$ B7@K76AF3@  (7@9G=GD3@ 34EAD43@E; 6;>3=G=3@
&3'    63@ 4747D3B3 F7F7E ;@6;=3FAD (( G@FG=  H3D;3E; >3DGF3@ EF3@63D  (7@9G=GD3@
6;?3EG==3@=763>3?3>3FB7@KG>;@9 34EAD43@E; 6;>3=G=3@ >3DGF3@ E3?B7>  #GDH3
3?BGD3@ 6;EG>;@9=3@ E7>3?3 >74;: =3>;4D3E;6;4G3F $3DGF3@36;E;E3?B7>6;G=GD
=GD3@9  ?7@;F E74393; B7@3?BG@9
6;9G@3=3@ >3DGF3@ 3E3? 4AD3F  K3@9 F7>3:     
6;53?BGD;@6;=3FAD $3DGF3@53?BGD3@6;F;FD3E;
67@93@ >3DGF3@ >   &  (7@7F3B3@ 4>3@=A "*"*/0*+*."*/-.% "
( 2*#,/%)(
6;=7D<3=3@  #363D BDAF7;@ 6;B7DA>7: E7EG3;
67@93@ DG?GEB363 (7DE3?33@  *7F7>3: ?7>3>G; BDAE7E B7D:;FG@93@
'  '  !     . 3  . 8
(DAF7;@
6;=7F3:G; ?3EE3 63D; E7>GDG: H3D;3E; <G?>3:
   7> K3@9 6;?3EG==3@ =7 63>3? >;?43:

E74393;=A39G>3@ (7@93DG:B7@3?43:3@7>
7@93@ =7 63>3? >;?43: EGEG 63B3F 6;>;:3F B363
A4AF5GB>;=3@E747>G?6;34G=3@9 3?43D #363D**K3@9B3>;@9D7@63:63B3F
- -A>G? >  &K3@96;9G@3=3@ 6;B7DA>7:?7>3>G;B7@3?43:3@7> E743@K3=
G@FG=B7@;F7D3@E3?B7>?$  9 *753D3H;EG3>8>A=8>A=K3@9F7D47@FG=
- -A>G? >  &K3@96;9G@3=3@ ?7>3>G; B7@3?43:3@ 7> E743@K3=   9
G@FG=B7@;F7D3@4>3@=A?$ >74;: 47E3D 63D;B363 =A@E7@FD3E; K3@9 >3;@
&&AD?3>;F3E > >A=8>A=;@;3=3@?7@9G?BG>63@?7@97@63B
8=3=FAD=A@H7DE;BDAF7;@63D;?3=3@3@ 6; 63E3D I363:  3> F7DE74GF ?7@K7434=3@
E753D3G?G?  >3DGF3@ K3@9 47D363 6; 3F3E 7@63B3@ ?7@<36;
8B3=FADB7@97@57D3@ 47@;@9 63@ ?7?4G3F ** >;?43: ?7@GDG@
"*#0&%*!-/ ".%!()'*%( E753D36D3EF;E
;>3 7> K3@9 6;F3?43:=3@ =GD3@9
-",-.%
0,(%'* ?3=3 8>A=8>A= K3@9 F7D47@FG= E3@93F =75;>
>A= K3@9 =75;> ;@; 6;E7434=3@ A>7: =GD3@9
*743@K3= 9 47D3F =7D;@9E3?B7>;=3@ ?3?BG@K3 7'  63>3? ?7?7D3@9=3B
6;?3EG==3@ =7 63>3? 8GD@357 63@ F7?B7D3FGD B3DF;=7> =A>A;6 #7?3?BG3@ B363F3@ >A93?
6;F;@9=3F=3@ B7D>3:3@ ?7@<36;  A :;6DA=E;6363>3??7?7D3@9=3BB3DF;=7>=A>A;6
(7@934G3@6;>3=G=3@E7>3?3 <3? *743@K3= 47D43@6;@9 >GDGE 67@93@ 47E3D@K3 8>A= K3@9
 ?$ >  & 6;F3?43:=3@ =7 63>3? 34G F7D47@FG= 12
(7>3DGF3@ 34G 6;>3=G=3@ 67@93@ B7?3@3E3@ 6;
3F3E 07<84)<- *3?B7>6;6;@9;@=3@63@6;E3D;@9
=7 63>3? >34G G=GD  ?$ =7?G6;3@
6;F3@6343F3E=3@?7@99G@3=3@3=G367E
-",-.%-0/*/*!-

$3DGF3@ EF3@63D 7  BB?


6;7@57D=3@ ?7@<36;  BB?  $3DGF3@ EF3@63D
7  BB? K3@9 F7>3: 6;4G3F  =7?G6;3@
6;7@57D=3@ =7?43>; E7:;@993 6;B7DA>7: 
H3D;3E; =A@E7@FD3E; >3DGF3@ K3;FG  BB?  3?43D  G4G@93@%3EE37> 67@93@
BB?  BB? 63@  BB?  $3DGF3@ ;@; **$;?43: *GEG

__________________________________________________________________________________________
138
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
7> K3@9 6;?3EG==3@ >74;: 43@K3= %3F$34 ?7@99G@3=3@ B7DE3?33@ >;@;7D
?7@G@<G==3@ 363@K3 B7@;@9=3F3@ =363D ** E;?G>F3@
63>3?>;?43:  3>;@;6;F3@63;67@93@E7?3=;@
+347>  #3@6G@93@(DAF7;@63@03F
=G@;@9@K3>3DGF3@4;>37> 6;F3?43:67@93@
7E;3:3@3?BGD3@(3=3@63@(3=3@
<G?>3: K3@9 E7?3=;@ 43@K3= 3> ;@; 63B3F
G3F3@K3@9!@9;@;B7DA>7:63>3?#73633@
6;E7434=3@ =3D7@3 =7E7F;?43@93@ B363
#7D;@9
(7DE3?33@  47D97E7D =7 =;D; ?7@K7434=3@

=A?B>7=E 7'   ?7@<36; F7D>3DGF  

=7?43>;12 (7@3?43:3@ 7> K3@9  
  

47D>74;:3@ 63B3F ?7@GDG@=3@ B  63@      
?7@K7434=3@ E7?3=;@ 47DF3?43:@K3 <G?>3:   
%) $      
;A@ A>7:=3D7@3;FG=7E7F;?43@93@47D97E7D /-/
=7=;D;
"!'          
"-)"*/.% "!'*!0) #*!/)
",/*# 
    
   
7D?7@F3E; 6;>3=G=3@ F7D:363B 43:3@ " +*
F3?43:3@ B3=3@ ;=3@ K3@9 ?7?;>;=; '*   
     
=3@6G@93@ BDAF7;@ 5G=GB D7@63: K3;FG 6763= /.*
93@6G?  (7@;@9=3F3@ =363D BDAF7;@ 63@
B7@GDG@3@ =363D E7D3F =3E3D ?7>3>G; BDAE7E 7D63E3D=3@ +347>  63B3F 6;4G3F
87D?7@F3E; B363 6763= 93@6G? 63B3F 6;>;:3F (7DE3?33@63@G@FG=B3=3@
B363+347>


   

 
+347>  #3@6G@93@763=3@6G?
*747>G? 63@*7F7>3:;87D?7@F3E; 
   

!
  "   "!      
    
  # #
(7DE3?33@ 63@ G@FG=B3=3@
" "(/) 
  
"."($ 

  

    



  

(7@3?43:3@ 6763= 93@6G?
F7D87D?7@F3E; 67@93@ =3@6G@93@ BDAF7;@    
  

 B363 E33F B7?4G3F3@ B3=3@ 63B3F 7@93@
?7@;@9=3F=3@ =363D BDAF7;@ 63>3? B3=3@   (7DE7@F3E7>;?43:EGEGK3@9
E743@K3=63@B3=3@E743@K3=  6;?3EG==3@=763>3?B3=3@
3B34;>3 6;43@6;@9=3@ 67@93@ 6763= 93@6G?   (7DE7@F3E76763=93@6G?
4;3E3 F7D87D?7@F3E; K3@9 6;?3EG==3@ =7
+-)0(.%'* 63>3?B3=3@
 (7DE7@F3E7F7BG@9D74A@K3@9
#3@6G@93@ BDAF7;@ 63@ L3F 47E; E7F;3B 6;?3EG==3@=763>3?B3=3@
43:3@53?BGD3@B3=3@:3DGE6;=7F3:G;F7D>74;:  (7DE7@F3E7>;?43:EGEGK3@9
6G>G G@FG= ?7?4G3F EG3FG 8AD?G>3E; B3=3@ 6;?3EG==3@=763>3?B3=3@
K3@943;= (3=3@K3@96;4G3F63>3?B7@7>;F;3@  (7DE7@F3E76763=93@6G?
363 6G3 <7@;E K3;FG B3=3@ K3@9 ?7@93@6G@9 F7D87D?7@F3E; K3@9 6;?3EG==3@ =7
L3F 47E;   B3=3@  63@ B3=3@ K3@9 63>3?B3=3@
?7@93@6G@9 L3F 47E;   B3=3@   (7DE7@F3E7F7BG@9D74A@K3@9
E7?7@F3D3 B3=3@ K3@9 6;9G@3=3@ E74393; 6;?3EG==3@=763>3?B3=3@
B3=3@ B7?43@6;@9 363>3: B3=3@ =A?7DE;3>
B3=3@   AD?G>3E; B3=3@ 6;4G3F ?7>3>G; 7@93@?7@99G@3=3@BDA9D3?%3F$34
3B>;=3E; %3F$34  #3@6G@93@ @GFD;E; 43:3@ (7DE3?33@       63@  
53?BGD3@ B3=3@ 63B3F 6;>;:3F B363 +347> 63B3F 6;E7>7E3;=3@ E7:;@993 6;B7DA>7: :3E;>
AD?G>3E; B3=3@ 6;4G3F ?7>3>G; 3B>;=3E; E7B7DF;B363+347> 

__________________________________________________________________________________________
139
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
+347>  3E;>AD?G>3E;(3=3@G3F3@ +347>  +;@9=3F#7>3@9EG@93@ ;6GB
(3=3@63@(3=3@ !=3@&;>3*7>3?3%3E3(7?7>;:3D33@
 !"!

 # %*#'."(*#-/*#*%!/,
     '*%(
%) $/-/ 
  
"!' #*!/) 
     
" +*
 
    
",/*#*&%
  

") "-%*'*'*   
  
A4AF ;=3@ @;>3 E7F7>3: 6;47D; B3=3@
4G3F3@63B3F6;>;:3FB3633?43D
,@FG= ?7>;:3F B7D=7?43@93@ =363D
BDAF7;@ ;=3@ E753D3 H;EG3> =363D BDAF7;@ ;=3@
6;4G3F 63>3? 47@FG= 9D38;= E7B7DF; B363
3?43D

3?43D  G4G@93@ .3=FG(7?47D;3@


(3=3@ +7D:363B A4AF !=3@&;>3

+7D63B3F B7@;@9=3F3@ 4A4AF ;=3@ @;>3


B363 ?3E;@9?3E;@9 B7D>3=G3@ B7?47D;3@
B3=3@ (3=3@  ?7DGB3=3@ B3=3@ K3@9 3?43D  G4G@93@.3=FG(7?47D;3@
?7@9:3E;>=3@ B7@;@9=3F3@ 4A4AF ;=3@ @;>3 (3=3@+7D:363B#363D(DAF7;@63>3?!=3@&;>3
K3@9 B3>;@9 43;= 6;3@F3D3 E7?G3 <7@;E B3=3@
E7?7@F3D3 B3=3@  >74;: 43;= G@FG= D38;= B363 3?43D  F;63=
?7@;@9=3F=3@ 4A4AF ;=3@ 6;43@6;@9=3@ B3=3@ ?7@G@<G==3@ B7DG43:3@ BDAF7;@ K3@9 5G=GB
 !=3@K3@96;47D;B3=3@ E7?B3F?7@93>3?; E;9@;8;=3@ F7D:363B I3=FG B7?47D;3@ B3=3@
B7@GDG@3@ 4A4AF B363 ?;@99G B7DF3?3  3> =3D7@3 F;63= E7?G3 @GFD;E; ?3=3@3@
F7DE74GF ?G@9=;@ 6;E7434=3@ A>7: 363BF3E; 6;?3@833F=3@ A>7: ;=3@ G@FG= ?7>3@9EG@9=3@
;=3@F7D:363BB3=3@43DG =7:;6GB3@@K3 %7@GDGF F7AD; K3@9 363 F;63=
*7>3;@ 4A4AF ;=3@ @;>3 =363D BDAF7;@ E7?G3 BDAF7;@ ?3=3@3@ K3@9 ?3EG= 6;G43:
L3F 47E; 63@ F;@9=3F =7>3@9EG@93@ :;6GB ;=3@ ?7@<36; 639;@9 1 2  *7>3;@ ;FG B7?47@FG=3@
<G93 FGDGF 6;3?3F;  3E;> B7@93?3F3@ F7D:363B BDAF7;@ 639;@9 <G93 F7D93@FG@9 =7?3?BG3@
BDAF7;@ L3F 47E; 63>3? FG4G: ;=3@ @;>3 63B3F 8;E;A>A9;E;=3@
6;>;:3F B363+347> 63@F;@9=3F =7>3@9EG@93@ *7>3;@BDAF7;@=363DL3F47E;63>3?;=3@
:;6GB;=3@@;>363B3F6;>;:3FB363+347> @;>3 <G93 FGDGF 6;3@3>;E;E  #3@6G@93@ L3F 47E;
;=3@ @;>3 B363 +347>  63B3F 6;4G3F ?7@<36;
+347>  #363D(DAF7;@63@03F7E; 9D38;=E7B7DF;B3633?43D
!=3@&;>3*747>G?63@*7F7>3:;47D; (3=3@
#A?7DE;3>63@ (3=3@G3F3@

  $"!   "


#   "##

   
         
 


   


   
    
  

 

    
 
3?43D  G4G@93@.3=FG(7?47D;3@
(3=3@+7D:363B#363D7E;63>3? !=3@&;>3

__________________________________________________________________________________________
140
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
(7@;@9=3F3@ =363D L3F 47E; B3>;@9 47E3D B7@;@9=3F3@ =363D L3F 47E; ?3E;@9?3E;@9
F7D63B3F B363 ;=3@ @;>3 K3@9 6;47D; B3=3@  E747E3D  ?9 7
=9 ;=3@ 63@    ?9
(7?47D;3@ B3=3@  F7D4G=F; 63B3F 7
=9;=3@
?7@;@9=3F=3@ L3F 47E; 63>3? FG4G: ;=3@ @;>3
E747E3D   ?9 7
=9 ;=3@ *7?7@F3D3 
B3=3@ :3@K3?3?BG?7@;@9=3F=3@=363DL3F
47E; 63>3?FG4G:;=3@E747E3D ?97
=9 (7D>G 6;>3=G=3@ B7@7>;F;3@ >74;: >3@<GF
;=3@ ?7@97@3; I3=FG 87D?7@F3E; K3@9 ABF;?G?
(3=3@ =A?7DE;3> B3=3@  F7D@K3F3 G@FG= 6763= 93@6G? 67@93@ =;E3D3@ I3=FG
=GD3@9 ?3?BG ?7@;@9=3F=3@ L3F 47E; 63>3? K3@9 >74;: E7?B;F *7>3;@ ;FG <G93 B7D>G
FG4G: ;=3@ 4;>3 6;43@6;@9=3@ 67@93@ B3=3@  6;>3=G=3@ =3<;3@ >74;: >3@<GF ?7@97@3; =3B3@
63@ B3=3@   *7<3= ?;@99G B7DF3?3 :;@993 B3=3@?7@<36;L3FK3@9FA=E;=439;;=3@3=;43F
?;@99G =77?B3F =363D L3F 47E; 63>3? FG4G: 4;A3=G?G>3E;63>3?FG4G:@K3
;=3@ @;>3 K3@9 6;47D; B3=3@  :3@K3
?7@93>3?; B7@;@9=3F3@ E747E3D    ?9  
7
=9 ;=3@ 7D63E3D=3@ :3E;> B7@9G=GD3@
?7@99G@3=3@ * =363D 47E; 6; B3=3@ ;=3@ D?7@3@F7 (  %    &AH7?47D 
=A?7DE;3> 363>3:   ?9
=9 B3=3@  3> ;@; 6,=;<:1)4 ();<- 76<:74 #0A;1+)4 )6,
?7@K7DGB3; F7AD; K3@9 ?7@K74GF=3@ 43:I3 0-51+)4 &:-)<5-6< 0)8<-:
B3=3@ ;=3@ =A?7DE;3> 4;3E3@K3 ?7@93@6G@9 7)/=4)<176 )6, 47++=4)<176  H3;>34>7
L3F47E;   ?9
=9B3=3@ 1 2 :FFB

5B7 @<;F 76G


6>@AF7E
5:7
5>E 
%7E=;BG@ L3F 47E; B363 B3=3@  E3@93F B68
F;@99;@3?G@ 63F3B363+347>?7?4G=F;=3@ #AA:7EF3@;3@   AEE7;@; %  3@6
43:I3 B7?47D;3@ B3=3@ 4G3F3@ E743@K3= E3FG 443E;3@0 P+:7*7B3D3F;A@%7F:A68AD
=3>; 63>3?  :3D; F7D4G=F; ?3?BG )7?AH;@9A8A>>A;63>(3DF;5>7E8DA?)3I
?7@9:3E;>=3@ F;@9=3F =7>3@9EG@93@ :;6GB .3F7DQ 5-:1+)6=:);1)6 7=:6)4 7.
 B363 ;=3@ @;>3  3> ;@; ?G@9=;@ /:1+=4<=:)4  6>1:765-6<)4 %+1-6+-
6;E7434=3@ F;63= E7?G3 7 63>3? B3=3@ HA> BB    
6;E;?B3@ E7B7@G:@K3 63>3? FG4G: ;=3@  )3@6 % 76 =6,)5-6<)4;7.9=)<1+
(7?47D;3@ 7 E743@K3= E3FG =3>; 63>3? 6G3 &7@1+747/A ..-+<; 6>1:765-6<)4 )<-
:3D;?7?47D;=3@I3=FGG@FG=FG4G:;=3@393D )6, $1;3 6,, +3K>AD  D3@5;E DAGB
63B3F ?7@97>G3D=3@ =7>74;:3@ 7 63>3? 
FG4G:@K3  3> ;@; ?7@K7434=3@ 3=G?G>3E;  EE;@9FA@ %    %714 )6, ()<-:
>A93? 7 63>3? FG4G: ;=3@ ?7@<36; F;63= 0-51;<:A66<-/:)<1>-88:7)+0 )
F7D>3>G 47E3D E7:;@993 F;63= ?7@K7434=3@ (D7EE 
=7D35G@3@ 439; ;=3@ =3D7@3 ;=3@ 63B3F  &3LG>>3I3FK )  %3:18;1 #-5)6.))<)6
?7D79G>3E;>A93?7E7@E;3> 1 2 %4=,/- 15*)0 %=;= ,-6/)6 #:7;-;
+7AD; >3;@ ?7@K74GF=3@ 43:I3 <G?>3: -:5-6<);1 )8)6/ ;8-:/144=; 61/-:
=A@E7@FD3E; >A93? 47D3F K3@9 6;?;>;=; A>7: =6<=3 -616/3)3)6 #-:<=5*=0)6 ,)6
4;AF33;D6;B7@93DG:;A>7:=7?3?BG3@4;AF33;D )6,=6/)6 #:7<-16 3)6 !14)
63>3? ?7@934EAD4E; 63@ ?7@97=ED7E;=3@ ":-7+0:751; 6147<1+=; 3=G>F3E
>A93?K3@93636;B7D3;D3@ 1 2 %3F7?3F;=3 63@ !>?G (7@97F3:G3@ >3?
,@;H7DE;F3E*747>3E%3D7F 
   /GE3=/ P(7@93DG:*G:G63@B G887D
E7F3F +7D:363B ;6DA>;E3 % '>7:
#363D BDAF7;@ B363 B3=3@ ;=3@ F;63= @L;? E7>G>3E7 3D; =EFD3= EB7D9;>>GE
479;FG?7?B7@93DG:;=363DBDAF7;@63>3?;=3@ @;97D63>3?%76;33?BGD3@'@99A=63@
@;>3 ;>3;@B;:3==363DL3F47E; 63>3?B3=3@ 763=Q =:6)4 %)16; 151) HA>   :3>
;=3@63B3F?7@;@9=3F=3@=363DL3F47E;63>3?  
FG4G: ;=3@ @;>3  !=3@ @;>3 K3@9 6;47D; B3=3@  8D;3@FA 63@$;H;3I3FK  #)3)63)6
47D=363D 47E;   B3=3@  ?7@93>3?; ,)6 #-:3-5*)6/)66A) (7@7D4;F#3@;E;GE
B7@;@9=3F3@ L3F 47E; B3>;@9 F;@99; K3;FG 
E747E3D  ?97
=9;=3@ *7?7@F3D3;=3@  .G>3@( (  # ;3@GDE3@F; % 63@
K3@9 6;47D; B3=3@  63@  ?7@93>3?; &G9DA:A .    P'BF;?3E; (7@99G@33@

__________________________________________________________________________________________
141
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
#A39G>3@ B363 (7@9A>3:3@ ;D $;?43:
3FG43D3Q 63>3? #:7;1,16/ %-516):
!);176)4&-3613151)F-2=)6/)6G 
:3>  
 .7;@7D   )  8841+)<176; 7.
6>1:765-6<)4 0-51;<:A  #:)+<1+)4
=1,- .7: 6>1:765-6<)4 #:7.-;;176)4;
)(D7EE$$
3@; &  (  G6;:3D<A   $;EFK3I3F; * 
P#A?BAE;E; (3=3@ G3F3@ G@FG=
%7@;@9=3F=3@ (7DFG?4G:3@ 63@
#3@6G@93@ (DAF7;@ !=3@ +3I7E (G@F;GE
<3H3@;5GE>=D Q 17;5):<HA> :3> 
  
$3>>* (  P&GFD;F;A@3@6 73>F:A8;E:Q
63>3? DGL *GMD7L $   );5CG7%3D;7
  +3B;3*3>3L3D %  '>H7D3&AHA3
%   K ;H7D37D7576A )  76E 
>)6+-; -6 !=<:1+1E6 +=B+74) '
-57:1); ,-4 ' %1587;1=5 6<-:6)+176)4
,-!=<:1+1E6+=B+74) BB  
3D?A@A 7/)5 )4)5 %1;<-5 1747/1
)304=31,=8 (7@7D4;F ,! O(D7EE 
 *GBD;K3@FA   03;@G> #  63@ *3?;@ 
# PH3>G3E;#3@6G@93@$A93?7D3F7
GD(463@0@63>3?#7D3@9,63@9
63@ !=3@ 67@93@ *B7=FDA?7FD; *7D3B3@
FA?Q #:7;1,16/ #-:<-5=)6 ,)6
#:-;-6<);1 451)0 #-6-41<1)6 );): 45=
#-6/-<)0=)6 ,)6 &-36747/1 !=341:
# & &!



"-/*2*

B3=3: B7@;@<3G3@ F7D:363B E;E;


7=A@A?;E B3=3@ ;=3@ 4G3F3@ ;@; F7>3:
6;>3=G=3@! 7@;%G:3DDA?3:
B3=3: =7F7DE76;33@ 43:3@ 43=G
5G=GB G@FG= 6;9G@3=3@ 6; 4747D3B3
=3I3E3@#3D@A
1 *

(7@;@<3G3@ F7D:363B E;E; 7=A@A?;E


B3=3@;=3@4G3F3@47>G?6;>3=G=3@
$;?43: EGEG K3@9 6;9G@3=3@ B363
B7@7>;F;3@ ;@; 47D3E3> 63D; B34D;= EGEG
G@FG==3I3E3@K3@9>74;:=75;>63B3F
?7?3@833F=3@ >;?43: EGEG K3@9
47D3E3>63D;,#%K3@9?7@9A>3:EGEG
E3B;

__________________________________________________________________________________________
142
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

PERAN BATAN DALAM PENYEDIAAN SDM


TAHAP PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN
PLTN PERTAMA DI INDONESIA

Moch. Djoko Birmano

PKSEN, BATAN, Jakarta, Indonesia, birmano@batan.go.id

ABSTRAK

PERAN BATAN DALAM PENYEDIAAN SDM TAHAP PENGOPERASIAN


DAN PERAWATAN PLTN PERTAMA DI INDONESIA. Banyak hal yang harus
dipersiapkan guna menyongsong pembangunan PLTN pertama di Indonesia, salah satunya adalah aspek
penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM). Permasalahannya bagaimana peran BATAN dalam penyediaan
SDM PLTN tahap O&M, karena secara peraturan perundang-undangan SDM BATAN tidak memungkinkan
menjadi operator PLTN. Tujuan makalah adalah menganalisis peran BATAN dalam penyediaan SDM tahap
O&M PLTN pertama di Indonesia. Analisis penyediaan SDM PLTN ini merupakan kelanjutan dari analisis
sebelumnya yang didasarkan pada hasil kegiatan survei kuesioner oleh PPEN-BATAN pada tahun 2013.
Hasil analisis disimpulkan bahwa proyek pembangunan PLTN pertama di Indonesia adalah putar kunci
(turnkey), dimana penyediaan SDM pada tahap O&M adalah tanggung jawab pemilik PLTN. Penyiapan
dan pengembangan SDM PLTN secara masif dan intensif akan dilakukan oleh pemilik PLTN.
Peran BATAN dalam pembangunan PLTN adalah sebagai promotor dan TSO (Technical Supporting
Organization) bukan pemilik, yang bertugas menyiapkan infrastruktur dasar pembangunan PLTN yang salah
satunya adalah penyiapan & pengembangan SDM. Penyiapan dan pengembangan SDM PLTN tahap O&M di
BATAN tidak dimaksudkan untuk memenuhi seluruh kebutuhan SDM PLTN tahap O&M, tetapi hanya
mengisi pekerjaan ketenaganukliran di daerah nuklir (nuclear island). Peran BATAN saat ini sebagai TSO
yang secara peraturan tidak memungkinkan untuk menjadi operator PLTN. Akan tetapi untuk kepentingan
bangsa yang lebih besar, nantinya ketika PLTN mulai beroperasi pada tahun 2027 diharapkan akan ada
peraturan yang memungkinkan perekrutan SDM PLTN dari pegawai BATAN untuk menjadi operator PLTN.

Kata kunci: SDM, PLTN pertama, tahap pengoperasian dan perawatan

ABSTRACT

THE BATANs ROLE IN SUPPLYING HUMAN RESOURCES IN OPERATION


AND MAINTENANCE PHASE FOR FIRST NPP IN INDONESIA. Many things have to be
prepared to meet the construction of first NPP in Indonesia, which one of them is the aspect of Human
Resources (HRs) preparation. The problem is how BATANs role in supplying NPPs HRs in O & M phase,
because in legislation BATANs HRs are not allowed as the NPP operator. The purpose of this paper is to
analyze the role of BATAN in supplying HRs in O&M phase for first NPP Indonesia. The analysis in
supplying of NPPs HRs is continuation of previous analysis that based on the results of the questionnaire
survey by PPEN - BATAN in 2013. The result of analysis is concluded that the construction of first NPP in
Indonesia is a turnkey, where the supplying of HRs in O & M phase is responsibility of the NPPs owner.
Preparation and development of HRs for the NPPs operation and maintenance will be performed massively
and intensively by the NPPs owner BATANs role in the NPPs development is as a promotor and TSO
(Technical Supporting Organization), not the owner, have duty to prepare the national basic infrastructures
of NPPs development that one of them is the preparation and development of HRs. Preparation and
development of HRs in O & M phase in BATAN is not intended to meet all of HRs need in O & M phase of
first NPP, but only to meet nuclear jobs in the nuclear island. The BATANs role as TSO today is not allowed
to become NPPs operator. But for the larger interest of the nation, eventually when the NPP start operating
in 2027is expected will be legislation that allows the recruitment of BATANs HR to be NPPs operator.

Key words: human resources, first NPP, operation and maintenance phase

__________________________________________________________________________________________
143
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Pengembangan Energi Nuklir (PPEN) -
PENDAHULUAN BATAN telah melakukan survei kuesioner di
internal BATAN untuk mengetahui
Latar Belakang kemampuan dan kesiapan SDM PLTN pertama
Program Nuklir di Indonesia merupakan di Indonesia untuk tahap pengoperasian dan
program untuk membangun dan perawatan (O&M)[6]. Fokus survei SDM
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan di internal BATAN dengan alasan
nuklir, baik di bidang non-energi maupun di bahwa saat ini penyiapan SDM nuklir terkait
bidang energi untuk tujuan damai. PLTN dilaksanakan oleh BATAN, dan institusi
Pemanfaatan non-energi di Indonesia sudah diluar BATAN seperti PT. PLN, Kementerian
berkembang cukup maju, sedangkan dalam ESDM, Kementerian RISTEK, BAPETEN dan
bidang energi untuk pembangkitan listrik perguruan tinggi hanya menyiapkan dalam
PLTN hingga saat ini masih berupaya porsi yang kecil.
mendapatkan dukungan publik. Salah satu hal Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1997
yang sering dipertanyakan publik adalah tentang Ketenaganukliran[7], PLTN hanya
apakah Sumber Daya Manusia (SDM) dapat dibangun dan dioperasikan oleh
Indonesia mempunyai kemampuan untuk perusahaan swasta, Badan Usaha Milik Negara
mengoperasikan PLTN, walaupun sebenarnya (BUMN) atau Koperasi. Sementara itu, tugas
kemampuan SDM nuklir di Indonesia saat ini, BATAN dalam persiapan pembangunan PLTN
sudah mampu merencanakan, mengoperasikan adalah selain sebagai promotor dapat berfungsi
dan memelihara reaktor nuklir non daya[1]. sebagai TSO (Technical Support
Banyak hal yang harus dipersiapkan Organization). TSO adalah organisasi yang
guna menyongsong pembangunan dan memberikan bantuan teknis berupa jasa
pemanfaatan PLTN pertama di Indonesia. konsultasi, studi kelayakan, persyaratan teknis,
Salah satu yang harus dipersiapkan sejak dini rancang bangun dan rekayasa, dan lain-lain
adalah aspek penyiapan Sumber Daya Manusia terhadap industri, operator/pemilik serta badan
(SDM), bahkan sejak tahap persiapan regulasi[7,8]. Masalah yang muncul adalah
proyeknya (pre-project) yang sudah harus bagaimana peran BATAN sebagai promotor
dimulai beberapa tahun sebelum pembangunan dan TSO dalam penyediaan SDM PLTN tahap
PLTN[2]. Penyiapan SDM adalah suatu O&M, mengingat secara peraturan perundang-
pekerjaan awal dalam rangka pembangunan undangan SDM BATAN tidak memungkinkan
PLTN, apalagi bagi Indonesia yang baru sebagai operator PLTN.
pertama kali akan memiliki PLTN, maka Makalah ini merupakan kelanjutan dari
penyiapan SDM harus ditangani dengan makalah sebelumnya yang didasarkan pada
sungguh-sungguh[2,3]. Penyiapan SDM yang hasil kegiatan survei kuesioner yang dilakukan
kompeten merupakan salah satu infrastruktur oleh PPEN BATAN pada tahun 2013.
dasar pembangunan PLTN[4]. Kegiatan ini merupakan salah satu
Salah satu tahapan terpenting proyek bagian studi yang perlu disiapkan karena
PLTN adalah tahap pengoperasian dan merupakan salah satu bagian infrastruktur
perawatan[2]. Pertanyaan yang sering muncul di dasar pembangunan PLTN, yaitu
masyarakat terkait introduksi PLTN pertama di pengembangan SDM sesuai dengan pedoman
Indonesia adalah kesiapan SDM dalam dalam dokumen IAEA Nuclear Energy Series
mengoperasikan dan merawat PLTN. SDM No. NG-T-3.2 tentang "Evaluation of the
yang mempunyai kompetensi dan kualifikasi Status of National Nuclear Infrastructure
teknis (technical qualification) sangat penting Development".
dalam pengoperasian dan perawatan PLTN,
khususnya untuk keselamatan dan keandalan[5]. Tujuan dan Ruang Lingkup
Oleh sebab itu, setiap negara yang memulai Tujuan kegiatan ini adalah untuk
program tenaga nuklir memiliki tanggung menganalisis peran BATAN dalam penyediaan
jawab utama untuk merencanakan dan SDM PLTN pertama di Indonesia untuk tahap
melaksanakan program penyiapan SDM yang pengoperasian dan perawatan PLTN pertama
berbasis kompetensi, yang harus dimulai pada di Indonesia yang didasarkan pada hasil survei
tahap awal dari program tenaga nuklir tersebut. kuesioner 2013.
Untuk itu, pada tahun 2013 Pusat

__________________________________________________________________________________________
144
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Metodologi Dari 10 jenis pelatihan keahlian khusus dengan
Penyediaan SDM PLTN didasarkan lama pelatihan bervariasi 1-3 tahun, 3-4 tahun
pada data hasil survei kuesioner SDM PLTN di dan 4-5 tahun tergantung jenis jabatan, yang
internal BATAN pada tahun 2013 yang dibutuhkan untuk menduduki jabatan di
dilaksanakan oleh PPEN - BATAN. organisasi O&M PLTN, hanya 7 jenis
Analisis penyediaan SDM PLTN ini pelatihan yang baru diikuti SDM muda
merupakan kelanjutan dari analisis-analisis BATAN, itupun lamanya kurang dari 3 bulan.
sebelumnya yang didasarkan pada hasil c. Pengalaman khusus bekerja dan terlibat
kegiatan survei kuesioner yang dilakukan oleh langsung di lingkup pengoperasian dan
PPEN BATAN pada tahun 2013. perawatan pembangkit yang diikuti SDM
Pelaksanaan survei kuesioner SDM muda BATAN masih terbatas.
PLTN tahun 2013 bertujuan untuk mengetahui Dari berbagai pengalaman khusus bekerja di
tingkat kualifikasi teknis personil PLTN untuk pembangkit, baik di pembangkit konvensional
tahap pengoperasian dan perawatan, yang maupun di PLTN, belum ada satupun SDM
terdiri dari 3 kriteria, yaitu: kualifikasi muda BATAN yang berpengalaman.
pendidikan, pelatihan bersertifikasi, dan
pengalaman khusus[5]. PLTN Pertama di Indonesia
Survei kuesioner tersebut didisain Proyek pembangunan PLTN pertama di
dengan asumsi bahwa dua (2) unit PLTN jenis Indonesia kemungkinan besar merupakan
PWR berkapasitas 1000 MWe akan mulai proyek turnkey, maka sebagian dari SDM yang
beroperasi tahun 2027. Analisis kesiapan SDM terlibat dalam proyek dari tahap pra-proyek
PLTN tahap pengoperasian dan perawatan di sampai tahap konstruksi tersebut akan berasal
internal BATAN menggunakan Metode dari kontraktor negara pembuat PLTN
Analisis Kesenjangan (Gap Analysis Methods), (vendor)[9]. Sedangkan untuk sebagian lagi
yaitu membandingkan kualifikasi teknis SDM keterlibatan SDM Indonesia masih
PLTN saat ini yang diperoleh dari hasil survei dimungkinkan, selama dapat memenuhi
kuesioner dengan kualifikasi teknis SDM kualifikasi yang dipersyaratkan[10].
PLTN yang dipersyaratkan IAEA. Sementara itu, pada tahap komisioning
dan terutama pada saat pengoperasian dan
HASIL DAN PEMBAHASAN perawatan PLTN menjadi tanggungjawab
Pemilik (owner) PLTN[11], sehingga SDM
Hasil Survei Kuesioner Indonesia diharapkan sudah berperan optimal.
Secara umum hasil survei menunjukkan Untuk tercapainya harapan tersebut maka perlu
bahwa SDM BATAN masih perlu ditingkatkan dipersiapkan SDM Indonesia agar dapat
kualifikasi teknisnya, seperti yang memenuhi kualifikasi teknis yang
dipersyaratkan IAEA. Hal ini untuk menutup dipersyaratkan IAEA, yang meliputi aspek
celah kesenjangan antara kualifikasi teknis pendidikan, pelatihan bersertifikasi, dan
yang dipersyaratkan IAEA dan yang tersedia pengalaman khusus.
saat ini[6].
Secara khusus hasil survei menunjukkan Posisi BATAN Sebagai TSO Bukan Pemilik
realitas bahwa: Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1997
a. Jumlah, tingkat dan bidang personil yang tentang Ketenaganukliran[7], tugas BATAN
dibutuhkan untuk menempati jabatan/posisi dalam persiapan pembangunan PLTN adalah
pada tahap pengoperasian dan perawatan selain sebagai promotor dalam
PLTN masih kurang. mempromosikan PLTN, juga dapat berfungsi
Dari jumlah personil yang dibutuhkan sebagai TSO (Technical Supporting
menduduki jabatan di organisasi O&M PLTN Organization). TSO adalah organisasi yang
sebanyak 80-110 orang, di BATAN hanya memberikan bantuan teknis berupa jasa
tersedia 59 orang yang memenuhi syarat awal, konsultasi, studi kelayakan, persyaratan teknis,
yaitu umur, tingkat dan latar belakang rancang bangun dan rekayasa, dan lain-lain
pendidikan. terhadap industri, operator atau pemilik PLTN,
b. Jumlah dan jenis pelatihan keahlian khusus serta badan regulasi[8].
yang diikuti SDM muda BATAN masih Sebagai promotor dan TSO proyek PLTN,
terbatas. BATAN bertugas menyiapkan infrastruktur

__________________________________________________________________________________________
145
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
dasar pembangunan PLTN yang salah satunya PLTN seperti jurusan teknik mesin, sipil, listrik
adalah penyiapan & pengembangan SDM[12]. (termasuk elektronika), industri, instrumentasi,
Akan tetapi, karena posisi BATAN dalam kimia dan fisika. Pemenuhan kebutuhan SDM
proyek pembangunan PLTN adalah sebagai tersebut akan direkrut langsung sesuai
TSO bukan sebagai Pemilik PLTN, maka tingkatan yang dibutuhkan sehingga tidak
penyiapan SDM PLTN secara keseluruhan memerlukan pendidikan formal lanjutan,
akan dilakukan oleh Pemilik PLTN bukan dengan demikian usaha pemenuhan kualifikasi
BATAN. SDM PLTN di BATAN hanya salah dapat langsung difokuskan pada kualifikasi
satu sumber yang mampu memberikan pelatihan dan pengalaman melalui program
kontribusi SDM dengan mempertimbangkan pelatihan.
jenis tenaga kerja di PLTN[2,10]. Hal ini Dari aspek pelatihan teknis bidang
mengingat BATAN merupakan salah satu ketenagalistrikan (daerah non nuklir), SDM
institusi di Indonesia yang paling mengetahui Indonesia (di luar BATAN) sudah mapan
dan berpengalaman tentang ilmu pengetahuan berjalan lengkap dengan proses sertifikasi
dan teknologi nuklir. Berbeda posisi BATAN personilnya, sedangkan pelatihan bidang
dalam pembangunan reaktor daya non ketenaganukliran (daerah nuklir) khusus untuk
komersial seperti RDE (Reaktor Daya PLTN masih belum memadai. Sampai saat ini
Eksperimental), BATAN sebagai pemilik dan BATAN telah menyelenggarakan berbagai
badan pelaksana[7,13]. macam pelatihan ketenaganukliran tetapi lebih
Penyiapan dan pengembangan SDM banyak menyangkut bidang yang bukan PLTN.
PLTN tahap O&M di BATAN tidak Pelatihan bidang ketenaganukliran khusus
dimaksudkan untuk memenuhi seluruh untuk PLTN dapat dibedakan menjadi dua
kebutuhan SDM PLTN tahap O&M yang yaitu pelatihan tingkat lanjut (advanced), yaitu
berjumlah 80-110 orang. Saat ini posisi pelatihan yang membutuhkan fasilitas dan
BATAN sebagai TSO yang secara peraturan kepakaran yang belum dimiliki Indonesia dan
tidak memungkinkan untuk menjadi operator pelatihan tingkat dasar (basic), yaitu pelatihan
PLTN. Akan tetapi untuk kepentingan bangsa yang dapat diselenggarakan di dalam negeri,
yang lebih besar, nantinya diharapkan akan ada misalnya oleh Pusdiklat BATAN. Selama ini
peraturan yang memungkinkan perekrutan pelatihan ketenaganukliran khusus PLTN
SDM PLTN dari BATAN untuk menjadi tingkat dasar yang diselenggarakan oleh
operator PLTN. Pusdiklat BATAN baru pada tingkat dasar.
Dari aspek pengalaman kerja khusus
Kesiapan SDM PLTN Pertama di bekerja dan terlibat langsung di operasi
Indonesia[11] pembangkit, dapat dibedakan menjadi dua
Dari aspek pendidikan, sistem yaitu pengalaman kerja di proyek PLTN dan di
pendidikan di Indonesia sudah dapat mencetak proyek pembangkit listrik konvensional (non
SDM pada jenjang teknisi (sekolah kejuruan nuklir). Sudah banyak SDM Indonesia (di luar
dan program diploma) maupun tenaga BATAN) yang mempunyai pengalaman kerja
ahli/profesional (program S1, S2 dan S3) di di pembangkit listrik konvensional tetapi
berbagai bidang yang dibutuhkan pada tahap belum ada yang mempunyai pengalaman kerja
O&M PLTN, sehingga persyaratan kualifikasi di proyek PLTN, sehingga nampaknya SDM
pendidikan nampaknya akan dapat dipenuhi Indonesia belum dapat mengisi posisi yang
oleh SDM Indonesia, baik untuk mengisi menuntut persyaratan ini. Indonesia memang
kelompok yang bekerja di daerah nuklir belum mempunyai pengalaman dalam
(nuclear island) maupun non nuklir pembangunan maupun pengoperasian PLTN,
(conventional island)[11]. Secara umum SDM walaupun begitu Indonesia telah mempunyai
tahap O&M PLTN hanya memerlukan jenjang banyak pengalaman dalam pembangunan dan
pendidikan sampai S2 dengan jurusan mesin pengoperasian pembangkit listrik non nuklir
mekanik, elektro/listrik, nuklir, fisika dan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap
kimia[14]. Kebutuhan tersebut akan dapat (PLTU) yang berbahan bakar batubara dengan
dipenuhi tanpa kesulitan yang berarti karena berbagai macam daya mulai dari 35 MW
hampir semua perguruan tinggi di Indonesia sampai 600 MW. BATAN telah mempunyai
mempunyai fakultas teknik dan MIPA dengan pengalaman dalam pembangunan dan
beberapa jurusan yang dibutuhkan oleh SDM pengoperasian reaktor nuklir riset untuk

__________________________________________________________________________________________
146
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
penelitian yaitu reaktor Kartini di Yogyakarta Setelah ada keputusan pembangunan
(100 kW), reaktor Triga di Bandung (2 MW) PLTN oleh pemerintah, akan segera dibentuk
dan reaktor GA. Siwabessy di Serpong (30 organisasi pemilik untuk PLTN pertama, yang
MW). salah satu tugasnya adalah mencari pemasok
PLTN yang terbaik sesuai dokumen
Penyediaan SDM Tahap O&M PLTN persyaratan pengguna (User Requirement
Pertama di Indonesia Document, URD). Penyiapan dan
Program penyiapan SDM PLTN tahap pengembangan SDM PLTN secara masif dan
pengoperasian dan perawatan yang telah intensif akan dilakukan oleh pemilik PLTN
dilaksanakan oleh institusi di Indonesia sesuai roadmap penyiapan dan pengembangan
khususnya di BATAN sudah banyak SDM PLTN melalui kontrak pembangunan
dilakukan, akan tetapi belum memenuhi PLTN dengan pemasok.
kualifikasi yang dipersyaratkan IAEA, Untuk PLTN pertama di Indonesia,
khususnya untuk aspek pelatihan teknis dan pemilik PLTN dimungkinkan akan merekrut
pengalaman kerja khusus bekerja dan terlibat SDM yang berkompeten dari fresh graduate
langsung di operasi pembangkit. Hal ini dapat perguruan tinggi, BATAN & BAPETEN dan
dipahami mengingat tidak mudahnya posisi Kementerian ESDM & perusahaan listrik
BATAN sebagai TSO bukan Pemilik, untuk seperti PT. PLN, PT. Indonesia Power, PT.
menjalin kerjasama dengan calon pemasok Pembangkitan Jawa Bali (PJB). SDM dari
(vendor) PLTN khususnya dalam program BATAN & BAPETEN telah berpengalaman
penyiapan dan pengembangan SDM PLTN. dalam operasi reaktor penelitian/riset,
Penyiapan dan pengembangan SDM sementara SDM dari perusahaan listrik telah
sesuai persyaratan IAEA secara masif dan memiliki pengalaman lebih banyak di bidang
intensif akan dilakukan oleh Pemilik PLTN pengoperasian dan perawatan pembangkit
setelah penandatanganan kontrak konvensional seperti PLTU batubara. SDM
pembangunan PLTN dengan Pemasok. yang direkrut dari BATAN hasil survei
Roadmap penyiapan dan pengembangan SDM berjumlah 59 orang (53,64% - 73,75%) akan
PLTN yang berisi diantaranya pengadaan dipekerjakan di daerah nuklir, selebihnya yang
pelatihan keahlian khusus dan pengalaman berjumlah 21-51 orang direkrut dari
khusus bekerja dan terlibat langsung di operasi perusahaan listrik dan fresh graduate
pembangkit dicantumkan dalam kontrak perguruan tinggi. Semua SDM yang direkrut
proyek pembangunan PLTN. ini masih harus ditingkatkan dan
Oleh sebab itu, untuk kesiapan SDM dikembangkan kompetensi dan kualifikasinya
PLTN pertama di Indonesia diperlukan untuk memenuhi persyaratan IAEA melalui
keputusan eksekutif (executive decision) yang pelatihan khusus dan pengalaman khusus
tidak mudah, yaitu: bekerja di PLTN dan pembangkit listrik.
1. Keputusan Pemerintah yang jelas dan tegas Penjadwalan program penyiapan dan
untuk program pembangunan PLTN. pengembangan SDM PLTN hanya dapat
Kesinambungan penyiapan SDM PLTN akan dilakukan setelah beberapa hal berikut
terjadi dengan sepenuhnya jika program ditetapkan, yaitu meliputi:
pembangunan PLTN secara jelas dan tegas - Program pembangunan PLTN pertama
telah diputuskan oleh Pemerintah. Selain itu, - Jadwal kegiatan proyek PLTN pertama
sumber daya untuk pengembangan SDM ini - Jadwal dan lingkup program partisipasi
akan terfokus dan dapat segera menutup celah nasional
kesenjangan kualifikasi teknis yang ada. - Persyaratan SDM proyek, dan
- Pelatihan dan pengalaman yang dibutuhkan
2. Pembentukan organisasi pemilik (owner
untuk memenuhi kualifikasi personil
organization) PLTN dilakukan sejak awal
Mengingat proses penyiapan dan
Hal ini agar dapat dilakukan penyiapan dan
pengembangan SDM PLTN tahap O&M
pengembangan SDM PLTN secara masif dan
membutuhkan waktu yang sangat panjang
intensif sehingga pada saat PLTN dioperasikan
maka proses perekrutan personil juga harus
Indonesia telah siap dengan operator dan
dimulai beberapa tahun sebelum pengoperasian
sekaligus tenaga perawatannya.
PLTN. Dalam menyesuaikan jadwal penyiapan
dan pengembangan SDM PLTN dengan jadwal

__________________________________________________________________________________________
147
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
program dan proyek PLTN, diperlukan DAFTAR PUSTAKA
ketepatan waktu untuk menghasilkan SDM
yang berkualitas. Beberapa personil yang [1]. Ahmad, M., Penyiapan SDM Iptek nuklir
dipersiapkan untuk menduduki posisi kunci Untuk Menuju Kemandirian Bangsa,
pada tahap O&M PLTN harus mengikuti Seminar Nasional SDM Teknologi Nuklir
pelatihan tertentu beberapa tahun sebelum VII, ISSN 1978-0176, Yogyakarta, 2011.
pengoperasian PLTN agar pada saat [2]. _______, Konsep Pengembangan SDM
dibutuhkan mereka sudah mempunyai Pengoperasian dan Pemeliharaan Bidang
kompetensi dan kualifikasi seperti yang Pembangkitan PLTN, PUSDIKLAT-
dipersyaratkan IAEA BATAN, Jakarta, 2010.
[3]. Bagiyono dan Basuki, F., Penyiapan
KESIMPULAN SDM Untuk PLTN di Indonesia:
Dari hasil analisis disimpulkan bahwa: PENYUSUNAN Standar Kompetensi
1. Proyek pembangunan PLTN pertama di Personil, Seminar Nasional VI SDM
Indonesia adalah turnkey, dimana Teknologi Nuklir, ISSN 1978-0176,
penyediaan SDM pada tahap O&M adalah Yogyakarta, 2010.
tanggung jawab pemilik PLTN. [4]. IAEA Nuclear Energy Series No. NG-T-
2. Penyiapan dan pengembangan SDM PLTN 3.2., Evaluation of The Status of
secara masif dan intensif akan dilakukan National Nuclear Infrastructure
oleh pemilik PLTN sesuai roadmap Development, IAEA, Vienna, 2008.
penyiapan dan pengembangan SDM PLTN [5]. IAEA Technical Reports Series No. 200,
melalui kontrak pembangunan PLTN Manpower Development for Nuclear
dengan pemasok Power, A Guide Book, IAEA. Vienna,
3. Untuk kesiapan SDM PLTN pertama di 1980.
Indonesia diperlukan Keputusan Pemerintah [6]. Birmano, M.D., dkk., Laporan Teknis:
yang jelas dan tegas untuk program Pemetaan SDM PLTN dan Kesiapannya
pembangunan PLTN, dan Pembentukan ke Depan, PPEN-BATAN, Jakarta, 2013.
organisasi pemilik PLTN sejak awal [7]. Republik Indonesia, Undang-Undang (UU)
4. Peran BATAN dalam pembangunan PLTN Nomor 10 Tahun 1997 tentang
adalah sebagai promotor dan TSO bukan Ketenaganukliran, Jakarta, 1997
pemilik, yang bertugas menyiapkan [8]. TJAHYANI, D. T. S., Kesiapan SDM
infrastruktur dasar pembangunan PLTN Sebagai TSO Dalam Analisis
yang salah satunya adalah penyiapan & Keselamatan Deterministik Pada PLTN
pengembangan SDM. Pertama di Indonesia, Jurnal Forum
5. Penyiapan dan pengembangan SDM PLTN Nuklir, ISSN 1978-8738, Vol. 4 No. 1
tahap O&M di BATAN tidak dimaksudkan Tahun 2010,Yogyakarta, 2010.
untuk memenuhi seluruh kebutuhan SDM [9]. PT. PLN Udiklat, Hasil Diklat
PLTN tahap O&M, tetapi hanya mengisi Manajemen Proyek Konstruksi
pekerjaan ketenaganukliran di daerah Pembangkit Listrik, Bogor, 2016
nuklir. [10].Pusdiklat-BATAN, Naskah Akademis
6. Peran BATAN saat ini sebagai TSO yang Pengembangan SDM PLTN di Indonesia
secara peraturan tidak memungkinkan untuk 2012 2025, Jakarta, 2010
menjadi operator PLTN. Akan tetapi untuk [11].Birmano, M.D. dan Anggoro, Y.D.,
kepentingan bangsa yang lebih besar, Analisis Kesiapan SDM PLTN Pertama
nantinya diharapkan akan ada peraturan Tahap Pengoperasian dan Perawatan di
yang memungkinkan perekrutan SDM Indonesia, Seminar Nasional Teknologi
PLTN dari BATAN untuk menjadi operator Energi Nuklir 2014, ISSN 2355-7524,
PLTN Jakarta, 2014.
[12].Birmano, MD. dan Anggoro, YD.,
Pemetaan dan Penyiapan SDM Tahap
Pengoperasian dan Perawatan PLTN di
Indonesia, Jurnal Pengembangan Energi
Nuklir Volume 15, Nomor 2, Desember
2013, Jakarta, 2013

__________________________________________________________________________________________
148
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
[13].Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah [14].IAEA Technical Reports Series No. 200,
Republik Indonesia No 2/2014 tentang Manpower Development for Nuclear
Perizinan Reaktor Nuklir dan Power, A Guide Book, iAEA, Vienna,
Pemanfaatan Bahan Nuklir, Jakarta, 2014 1980

__________________________________________________________________________________________
149
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
150
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

KOMPETENSI UNTUK PENINGKATAN PROFESIONALISME


SDM BATAN
Endang Kristuti, Tyn Isprianto

BSDMO, BATAN, Jakarta, Indonesia,


Email: kristuti@batan.go.id; tyn_is@batan.go.id

ABSTRAK

KOMPETENSI UNTUK PENINGKATAN PROFESIONALISME SDM BATAN.


Pengembangan SDM pada intinya diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia profesionalitas. Berbicara
masalah SDM profesional tentu tidak bisa terlepas dengan masalah kompetensi, sehingga membicarakan
masalah kompetensi berarti berbicara dalam rangka meningkatkan SDM profesional. Undang-Undang RI
Nomor 5 Tahun 2014 menentukan bahwa semua pegawai yang diangkat dalam suatu jabatan didasarkan atas
kompetensinya, yang berarti bahwa pegawai tersebut memiliki kompetensi yang dibutuhkan dalam jabatan
tersebut. Dengan memastikan bahwa setiap orang dalam organisasi mempunyai pengetahuan dan
keahlian/keterampilan serta sikap perilaku yang diperoleh melalui proses perencanaan pendidikan dan
pelatihan, dimana hal tersebut digunakan dalam mencapai tingkat kemampuan yang dibutuhkan untuk
melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif, maka harapan terhadap SDM professional akan dapat
dipenuhi. Sejalan dengan profesionalitas SDM, BATAN telah berupaya untuk memenuhi profesionalitas
tersebut melalui kegiatan-kegiatan yang sejalan dengan pelaksanaan reformasi birokrasi, bahkan sebelum
reformasi birokrasi dicanangkan oleh pemerintah. Sejak tahun 2006 BATAN telah mulai melaksanakan
profesionalitas tersebut melalui penyusunan dan pengkajian kompetensi baik jabatan struktural maupun
jabatan fungsional. Selanjutnya beberapa hal dilaksanakan juga oleh BATAN guna meningkatkan SDM
profesionalisme menuju SDM unggul terkait kompetensi. Hal ini dilaksanakan meliputi penetapan standar
komptensi jabatan, peningkatan kemampuan PNS berbasis komptensi, diklat PNS berbasis kompetensi,
penegakan etika dan disiplin pegawai negeri, sertifikasi kompetensi profesi, mutasi dan rotasi sesuai
komptensi secara periodik, pengukuran kinerja individu, dan berupa penguatan jabatan fungsional

Kata kunci: Kompetensi, SDM

ABSTRACT

COMPETENCE FOR PROFESSIONAL DEVELOPMENT OF HUMAN RESOURCES BATAN.


BATAN.
Human resources (HR) development is essentially directed to improve the quality of human professionalism.
Talking about HR professionals certainly can not be separated with the issue of competence, so that to
discuss the issue of competence means to speak in order to improve HR professionals. The law No. 5 of 2014
specifies that all employees who are appointed to at any position are based on competence, which means that
the employee has the competence required by the job. By ensuring that everyone in the organization has the
knowledge and expertise / skills as well as behavioral attitudes acquired through education and training
planning processes, in which to be used to achieve the level of skills needed to carry out their work
effectively, then the hope for the HR professional will be fulfilled. In line with the professionalism of human
resources, BATAN has sought to meet the professionalism through activities that are in line with the
implementation of the reform of the bureaucracy, even before the bureaucratic reform announced by the
government, BATAN since 2006 has started to implement them through the preparation and assessment of
competence both structural position and functional, and then a couple of things to be undertaken to improve
the HR professionalism towards superior human resources-related competencies include covering standard-
setting komptensi positions, increase the ability of civil servants based on competency, training civil servants
based on competency, ethics enforcement and discipline of civil servants, certification of professional
competence, transfer and rotation in accordance komptensi basis periodically, the measurement of individual
performance, and strengthening functional form.

__________________________________________________________________________________________
151
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
In line with the professionalism of human resources, BATAN has attempted to fulfill the
professionalism through activities that are in line with the implementation of the bureaucracy reform, even
before the bureaucracy reforms it has been announced by the government. Since 2006 BATAN has begun to
implement such a professionalism through the preparation and assessment of the competence of both
structural and functional positions. Furthermore, several things have been done by BATAN in order to
improve the professionalism of human resources related to the superior human resources competency. These
things are implemented include setting standards competency positions, competency based on capacity
building of civil servants, civil servants competency-based on training, enforcement of ethics and discipline
of civil servants, certification of professional competence, transfer and rotation periodically in accordance to
the competency, measuring individual performance, and strengthening functional ocupation.
.

Key words: competence, human resources

PENDAHULUAN (ASN) tercantum bahwa pengembangan karier


PNS dapat dilakukan berdasarkan kualifikasi,
Sumber Daya Manusia (SDM) kompetensi, penilaian kinerja, dan kebutuhan
merupakan faktor yang sangat menentukan Instansi Pemerintah. Setiap Pegawai ASN
dalam upaya menciptakan pembangunan yang memiliki hak dan kesempatan untuk
lebih mantap dan maju. Tanpa sumber daya mengembangkan kompetensinya. Kompetensi
manusia yang baik tidak mungkin suatu bangsa ini meliputi 3 (tiga) yaitu:
bisa berkembang dan mampu bersaing di a. kompetensi teknis yang diukur dari
tengah-tengah percaturan ekonomi dunia tingkat dan spesialisasi pendidikan,
internasional. pelatihan teknis fungsional, dan
Globalisasi membawa perubahan dalam pengalaman bekerja secara teknis.
berbagai aspek kehidupan masyarakat dunia, b. Komptensi manajerial yang diukur dari
termasuk didalamnya lingkungan berbagai tingkat pendidikan, pelatihan struktural
organisasi ataupun bisnis yang menjadikannya atau manajemen, dan pengalaman
sangat bergolak, penuh perubahan, dan kepemimpinan, dan
persaingan yang semakin tajam, bahkan harus c. Kompetensi sosio kultural yang diukur
mampu bersaing di pasar global. dari pengalaman kerja berkaitan
Untuk memenangkan suatu persaingan dengan masyarakat majemuk dalam
maka organisasi/perusahaan harus memiliki hal agama, suku, dan budaya sehingga
SDM yang unggul sehingga sumber daya akan memiliki wawasan kebangsaan.
menghasilkan keunggulan bersaing dalam Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 46
jangka panjang. Hal tersebut dapat terwujud Tahun 2013, Badan Tenaga Nuklir Nasional
apabila SDM nya berkompeten dan dengan (BATAN) mempunyai tugas melaksanakan
adanya peran manajemen sumber daya tugas pemerintahan di bidang penelitian,
manusia sangat dalam meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan ilmu
profesional SDM yang kompeten tersebut. pengetahuan dan teknologi nuklir sesuai
Pengembangan SDM intinya diarahkan dengan ketentuan peraturan perundang-
untuk meningkatkan kualitas manusia undangan.
profesionalitas dan produktivitas, dan kualitas Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
SDM merupakan faktor penentu produktivitas. dimaksud dalam Pasal 2, BATAN
Agar kualitas SDM meningkat maka organisasi menyelenggarakan fungsi :
memberikan dan membekali kompetensi 1. pengkajian dan penyusunan kebijakan
kepada SDM sesuai dengan jabatan yang nasional di bidang penelitian,
diembannya. Dalam melaksanakan tugas pengembangan dan pendayagunaan
keprofesionalan, maka setiap pegawai berhak ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir;
memperoleh kesempatan untuk meningkatkan 2. koordinasi kegiatan fungsional dalam
kompetensi, memperoleh pelatihan dan pelaksanaan tugas BATAN;
pengembangan profesi sesuai bidangnya. 3. pelaksanaan penelitian,
Dalam Undang-undang RI Nomor 5 pengembangan, dan pendayagunaan
Tahun 2015 tentang Aparatur Sipil Negara ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir;

__________________________________________________________________________________________
152
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
4. fasilitasi dan pembinaan terhadap dan kaitannya antara profesional dan
kegiatan instansi pemerintah dan kompetensi.
lembaga lain di
bidang penelitian, pengembangan dan A.PENGERTIAN PROFESIONAL
pendayagunaan ilmu pengetahuan dan
teknologi nuklir; Berbicara masalah profesional maka
5. pelaksanaan pembinaan dan pemberian perlu dijelaskan dahulu apa yang dimaksud
dukungan administrasi kepada seluruh profesi, profesional, profesionalisme, dan
unit profesionalitas.
organisasi di lingkungan BATAN; Schein, E.H (1962) mengatakan bahwa
6. pelaksanaan pengelolaan standardisasi profesi adalah suatu kumpulan atau set
dan jaminan mutu nuklir; pekerjaan yang membangun suatu set norma
yang sangat khusus yang berasal dari perannya
Untuk memperlancar tugas BATAN yang khusus di masyarakat. Sedangkan Kamus
maka BATAN menyusun Renstra yang Besar Bahasa Indonesia mengatakan bahwa
didalamnya terdapat visi dan misi BATAN. profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi
BATAN sebagai lembaga pemerintah yang pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan,
diberi amanat untuk melaksanakan penelitian, dan sebagainya) tertentu.
pengembangan dan pendayagunaan ilmu Menurut Hadari Nawawi (2006) profesi adalah
pengetahuan dan teknologi nuklir, turut pekerjaan/jabatan yang memerlukan keahlian
bertanggung jawab untuk menciptakan khusus yang berbeda satu dengan yang lain.
keunggulan iptek tersebut, terutama di tingkat Misalkan dokter adalah profesi yang
regional. Oleh karena itu, visi BATAN pada memerlukan keahlian khusus yang berbeda,
tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut: juga pengacara, guru, dan lain-lain.
BATAN Unggul di Tingkat Regional, Kamus Besar Bahasa Indonesia mengatakan
Berperan dalam Percepatan Kesejahteraan bahwa Profesional bersangkutan dengan
Menuju Kemandirian Bangsa profesi yang memerlukan kepandaian khusus
Untuk mendukung visi BATAN untuk menjalankannya.
tersebut maka perlu penguatan SDM yang Tanri Abeng(2002) mengatakan bahwa
kompeten sehingga SDM profesional terwujud seorang profesional harus mampu menguasai
dan secara otomatis membawa BATAN ilmu pengetahuannya secara mendalam,
menjadi unggul. BATAN telah melaksanakan mampu melakukan kerativitas dan inovasi atas
beberapa kegiatan yang mendukung bidang yang digelutinya serta harus selalu
kompetensi pegawai dalam rangka peningkatan berfikir positif dengan menjunjung tinggi etika
profesional SDM BATAN agar unggul, apalagi dan integritas profesi.
semenjak melaksanakan Reformasi Birokrasi Pengertian Profesional adalah orang
Tahun 2011 telah beberapa upaya yang yang memiliki profesi atau pekerjaan yang
dilakukan. dilakukan dengan memiliki kemampuan yang
Oleh karena itu makalah dengan judul : tinggi dan berpegang teguh kepada nilai moral
Kompetensi untuk Peningkatkan SDM yang mengarahkan serta mendasari perbuatan.
Profesional di BATAN akan membahas apa Dengan kata lain profesional yaitu orang yang
saja yang sudah dilakukan BATAN dalam menjalankan profesi sesuai dengan
penataan SDM untuk meningkatkan keahliannya.
profesional SDM nya. Ruang lingkup dalam Untuk mencapai sukses dalam bekerja,
makalah ini meliputi: seseorang harus mampu bersikap profesional.
BAB I Pendahuluan Profesional tidak hanya berarti ahli saja,
BAB II Pembahasan namun selain memiliki keahlian juga harus
BAB III Penutup bekerja pada bidang yang sesuai dengan
keahlian yang dimilikinya tersebut. Seorang
profesional tidak akan pernah berhenti
PEMBAHASAN menekuni bidang keahlian yang dimiliki.
Sebelum memulai pembahasan Selain itu, seorang profesional juga harus
terlebih dahulu perlu dibahas mengenai selalu melakukan inovasi serta
pengertian Profesional, pengertian kompetensi, mengembangkan kemampuan yang dimiliki

__________________________________________________________________________________________
153
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
supaya mampu bersaing untuk tetap menjadi yang artinya bebas dari rasa sentimen, benci,
yang terbaik di bidangnya. Menurut malu maupun rasa malas dan enggan bertindak
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara serta mengambil keputusan.
dan Reformasi Birokrasi (2013), profesional
adalah menyelesaikan tugas dengan baik, B. PENGERTIAN KOMPETENSI
tuntas, sesuai dengan kompetensinya
(keahliannya). Spencer & Spencer (1993) menyatakan
Sedangkan bicara tentang bahwa kompetensi adalah pengetahuan,
profesionalisme, Kiki Syahnarki (Andrean keterampilan, sikap, nilai, perilaku &
Perdana,2013). berpendapat bahwa karakteristik yang dibutuhkan individu agar
profesionalisme merupakan "roh" yang berhasil menyelesaikan tugasnya.
menggerakkan, mendorong, mendinamisasi Dalam Peraturan Kepala Badan
dan membentengi TNO dari tendensi Kepegawaian Negara (2008), Kompetensi
penyimpangan serta penyalahgunaannya baik adalah kemampuan dan karakteristik yang
secara internal maupun eksternal. Jadi dimiliki oleh seorang Pegawai Negeri Sipil
profesionalisme merupakan komitmen para (PNS) berupa pengetahuan, keterampilan, dan
anggota suatu profesi untuk meningkatkan sikap perilaku yang diperlukan dalam
kemampuannya secara terus menerus. pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga PNS
Profesionalisme adalah sebutan yang tersebut dapat melaksanakan tugasnya secara
mengacu kepada sikap mental dalam bentuk profesional, efektif, dan efisien.
komitmen dari para anggota suatu profesi Berbicara masalah kompetensi maka
untuk senantiasa mewujudkan dan banyak para ahli mendefinisikan kompetensi.
meningkatkan kualitas profesionalnya. Beberapa definisi kompetensi (dalam bukunya
Lain lagi dengan profesionalitas yang Hadari Nawawi, 2006) sbb:
merupakan sikap para anggota profesi benar- 1. Kompetensi adalah kemampuan yang harus
benar menguasai, sungguh-sungguh kepada dimiliki seorang atau setiap individu untuk
profesinya. Profesionalitas adalah sutu dapat melakukan suatu pekerjaan secara
sebutan terhadap kualitas sikap para anggota sukses (efektif,efisien, produktif dan
suatu profesi terhadap profesinya serta derajat berkualitas) sesuai dengan visi dan misi
pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki organisasi.
untuk dapat melakukan tugas-tugasnya 2. Kompetensi adalah seperangkat
(Andrean Perdana, 2013). pengetahuan, keterampilan/keahlian, dan
Menarik garis benang beberapa sikap yang harus dikuasai oleh seorang
pengertian tersebut, maka profesi merupakan individu melalui kegiatan pembelajaran
suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut mengenai bidang kerjanya/jabatannya.
keahlian atau keterampilan tertentu dari 3. Kompetensi adalah kepemilikan dan
pemangku jabatan. Namun tidak semua penguasaan keterampilan/keahlian atau
pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi kemampuan yang dituntut oleh
karena profesi menuntut keahlian para pekerjaan/jabatan masing-masing.
pemangku jabatan. Hal ini mengandung arti Dari uraian-uraian tersebut di atas maka dapat
bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang disimpulkan bahwa:
disebut profesi tidak dapat dipegang oleh 1. Kompetensi membutuhkan kualifikasi
sembarang orang, akan tetapi memerlukan pekerjaan/jabatan dalam bekerja, jadi bukan
suatu persiapan melalui pendidikan dan sekedar unjuk kerja
pelatihan yang dikembangkan khusus untuk 2. Kompetensi bukan sifat (pembawaan) atau
itu. Sofyan S. Willis (2013) mengatakan bahwa karakteristik kepribadian saja
ada 4 (empat) aspek yang terkandung dalam 3. Kompetensi adalah kemampuan
profesi yaitu dedikasi, keahlian, sikap mental, melaksanakan pekerjaan, yang diantaranya
dan sambutan masyarakat. memiliki hubungan yang erat dengan
Sora N., 2015 menyatakan bahwa beberapa sifat/karakteristik kepribadian,
untuk disebut menjadi profesional tentunya seperti percaya diri, loyalitas, kejujuran,
harus memiliki keahlian yang didapat melalui kreativitas, inovatif, orientasi pada hasil,
suatu pendidikan, dan dalam menjalankan pemecahan masalah, keterbukaan, dll
tugas profesi harus dapat bertindak objektif,

__________________________________________________________________________________________
154
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
4. Kompetensi bukan potensi atau kapasitas Dari beberapa uraian tersebut di atas
dalam bekerja atau bukan kemampuan maka terlihat jelas bahwa seorang yang
kerja di masa depan. profesional membutuhkan pengetahuan,
Dengan demikian setiap keterampilan, dan sikap yang baik. Sedangkan
pekerjaan/jabatan memiliki tuntutan pengetahuan, keterampilan dan sikap
penguasaan kompetensi tertentu yang berbeda merupakan unsur dari kompetensi. Artinya
satu dengan yang lainnya, agar dilaksanakan adalah bahwa dalam meningkatkan kualitas
secara sukses. Kesuksesan sesorang individu SDM yang profesional dibutuhkan kompetensi
ditentukan oleh penguasaan kompetensi di dari masing-masing pemangku jabatan.
bidang kerja/jabatan masing-masing. Sehingga Lebih jelasnya bahwa profesionalisme
diperlukan evaluasi (penilaian) berbasis berkaitan erat dengan kompetensi, dalam arti
kompetensi, yang berbeda antara seorang individu yang profesional adalah
pekerjaan/jabatan yang satu dengan yang lain, individu yang kompeten di bidang kerjanya.
yang disebut assessmen. Selanjutnya berdasar Seorang profesional di bidangnya memerlukan
uraian di atas maka kompetensi berkaitan erat kompetensi khusus berupa kemampuan
dengan profesional. intelektual tinggi berdasarkan penguasaan
pengetahuan yang diperoleh dari lembaga
C.KAITAN PROFESIONALISME DAN pendidikan dan/atau pelatihan tertentu. Dengan
KOMPETENSI kata lain profesionalitas menggambarkan
kompetensi dalam bekerja yang didukung oleh
Menurut Hadari Nawawi (2006) pengetahuan, keahlian, dan sikap sehingga
profesionalitas dalam suatu pekerjaan/jabatan dapat melaksanakan pekerjaannya/profesinya
harus memenuhi tiga faktor, sbb: secara efisien dan efektif. Dapat dikatakan pula
1. Menguasai seperangkat keahlian yang seorang yang profesional merupakan pribadi
dipersiapkan melalui program pendidikan yang berkarakter dan menguasai pengetahuan
atau pelatihan keahlian sebagai spesialisasi; dan keahlian dan komitmen yang kuat terhadap
2. Memiliki kemampuan untuk kariernya. Pekerjaan/jabatan profesional
memperbaiki/meningkatkan keterampilan menuntut kinerja yang optimal, dalam arti
dan/atau keahlian khusus yang dikuasai setiap pekerjaan/jabatan sebagai profesi
sesuai perkembangan dan kemajuan ilmu memiliki tuntutan kompetensi yang berbeda-
dan teknologi di bidangnya, sehingga beda. Perbedaan ini mengharuskan individu
keahlian atau spesialisasinya selalu terkini; untuk mengikuti pelatihan dan/atau pendidikan
3. Dihargai dengan penghasilan yang memadai khusus agar menguasai kompetensi dalam
sebagai imbalan profesi berdasarkan profesinya masing-masing.
keahlian khusus yang dikuasai; Undang-undang RI Nomor 5 Tahun
Seseorang dikatakan profesional apabila 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN)
memiliki tiga hal pokok yang ada dalam menegaskan bahwa kompetensi memegang
dirinya (Sora N., 2013), yaitu: peranan penting dalam penempatan jabatan
1. Skill, harus benar-benar ahli dibidangnya seseorang. Dalam beberapa pasal di Undang-
2. Knowledge, harus dapat menguasai, undang ASN tercantum jelas bahwa setiap
minimalnya berwawasan mengenai ilmu jabatan harus berdasarkan kompetensi. Pada
lain yang berkaitan dengan bidangnya pasal 62 ayat (1) tentang seleksi pengadaan
3. Attitude, bukan hanya pintar akan tetapi PNS disebutkan Penyelenggaraan seleksi
harus memiliki etika yang diterapkan pengadaan PNS oleh instansi pemerintah
didalam bidangnya melalui penilaian secara objektif berdasarkan
Menurut Sora N.(20013) Ciri-ciri orang yang kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan
profesional sbb: lainnya yang dibutuhkan oleh jabatan.
a. kemampuan dan pengetahuan yang tinggi Kemudian pasal 68 menyatakan bahwa PNS
b. Kode etik diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu
c. Tanggung jawab profesi serta integritas pada Instansi Pemerintah berdasarkan
tinggi perbandingan objektif antara kompetensi,
d. Jiwa pengabdian kepada masyarakat kualifikasi., dst. Selanjutnya pasal 69 juga
e. Kemampuan yang baik dalam perencanaan menyatakan bahwa Pengembangan karier
program kerja PNS dilakukan berdasarkan kualifikasi,

__________________________________________________________________________________________
155
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
kompetensi, penilaian kinerja, dan kebutuhan Sejak tahun 2006 Biro Sumber Daya
Instansi Pemerintah. Kompetensi yang Manusia melakukan pengkajian kompetensi,
dimaksud adalah kompetensi teknis, yang pertama berupa pengkajian kompetensi
kompetensi manajerial dan kompetensi sosial jabatan fungsional Peneliti. Tahun berikutnya
kultural. adalah jabatan fungsional Pranata Nuklir,
Sementara dalam kegiatan Reformasi dilanjutkan Teknisi Litkayasa, Perekayasa,
Birokrasi (RB) terdapat 9 (sembilan) program Pustakawan, dan tahun 2013 adalah Arsiparis.
percepatan RB, salah satunya adalah Mulai tahun 2014 dilanjutkan dengan
Peningkatan Profesionalisme PNS. pengkajian kompetensi jabatan Analis
kepegawaian dan Pranata Humas. Tahun 2015
C.YANG DILAKUKAN BATAN terhadap jabatan fungsional Perancang
Peraturan Perundang-undangan dan Perencana.
Sudah sangat jelas bagaimana caranya Sedang tahun 2016 dilanjutkan dengan
meningkatkan profesional SDM untuk menuju pengkajian jabatan fungsional Penyelidik Bumi
SDM unggul dibutuhkan SDM yang dan Dosen. Meski belum sempurna menuju
profesional yaitu dengan kompetensi. Standar Kompetensi namun BATAN akhirnya
Berdasarkan pengertian kompetensi, memiliki data hasil kajian kompetensi tersebut.
profesional, dan kaitan antara kompetensi dan Disamping itu selain pengkajian jabatan
profesional, BATAN telah melaksanakan fungsional, BATAN juga telah melakukan
beberapa hal guna meningkatkan SDM kajian standar kompetensi jabatan Struktural
profesionalisme menuju SDM unggul terkait dan jabatan Fungsional Umum. Hasil
kompetensi. Menurut Kemenpan&RB (2013) pengkajian itu dijadikan acuan dalam merekrut
kompetensi dalam peningkatan CPNS dan ujian penyesuaian ijasah. Dari 26
profesionalisme PNS meliputi: jabatan fungsional yang ada di BATAN 50%
1. Penetapan standar komptensi jabatan jabatan fungsional sudah dilakukan pengkajian
2. Peningkatan kemampuan PNS berbasis kompetensi jabatan fungsional.
komptensi Ditahun 2015, BATAN selaku instansi
3. Diklat PNS berbasis kompetensi Pembina jabatan fungsional Pranata Nuklir
4. Penegakan etika dan disiplin pegawai mulai menyusun Standar Kompetensi jabatan
negeri fungsional Pranata Nuklir. Hasil penyusunan
5. Sertifikasi kompetensi profesi standar kompetensi jabatan fungsional Pranata
6. Mutasi dan rotasi sesuai komptensi secara Nuklir tersebut telah ditetapkan dengan
periodik Peraturan Kepala BATAN Nomor 9 Tahun
7. Pengukuran kinerja individu 2016 tentang Standar Kompetensi Jabatan
8. Penguatan jabatan fungsional Fungsional Pranata Nuklir. Terhitung mulai
Untuk selanjutnya kami akan membahas tanggal 22 Juli 2016 BATAN mulai melakukan
berdasarkan 8 (delapan) unsur di atas terkait Uji Kompetensi jabatan fungsional Pranata
yang telah dilakukan BATAN Nuklir.
Pada tahun 2015 BATAN juga telah
C.1. Penetapan standar kompetensi menyusun standar Kompetensi Manajerial
Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama (JPT
jabatan
Pratama) dan telah digunakan untuk seleksi
Jauh sebelum ada pencanangan
terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama (
reformasi birokrasi oleh Pemerintah,
Kepala Pusdiklat).
sesungguhnya BATAN telah mulai menyusun
kompetensi jabatan fungsional menuju standar
C.2. Peningkatan kemampuan PNS berbasis
kompetensi meski belum sempurna. Tujuan
komptensi
dari penetapan standar kompetensi adalah
untuk mendapatkan profil kompetensi jabatan.
Dalam rangka meningkatkan
Berdasarkan profil kompetensi jabatan ini
kemampuan pegawai, BATAN setiap tahunnya
kemudian dilakukan asssessmen terhadap para
menugaskan pegawai di Dalam Negeri maupun
pejabat fungsional, yang hasilnya dianalisis
di Luar Negeri, dengan biaya dari BATAN
apakah ada gap antara profil jabatan dengan
maupun beasiswa dari luar BATAN dengan
profil individu.
didahului seleksi TOEFL dan Tes Potensi

__________________________________________________________________________________________
156
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Akademik. BATAN yang selama ini lebih C.4. Penegakan etika dan disiplin pegawai
memprioritaskan pegawai Teknis sejak tahun negeri
2011 mulai membuka diri bahwa pegawai non BATAN menyusun peraturan terkait
teknis pun membutuhkan wawasan yang luas disiplin pegawai, kode etik perilaku, tunjangan
untuk mendukung tugas-tugas teknis. kinerja dalam rangka penegakan etika dan
Mengacu hasil assessmen yang disiplin pegawai. Meski belum sempurna
menunjukkan ada kesenjangan antara profil sistem reward dan punishment sudah mulai
jabatan dengan profil individu maka pimpinan dilaksanakan. Reward tidak harus berbentuk
BATAN menindaklanjuti dengan pelaksanaan materi, namun penghargaan pegawai teladan
diklat kepemimpinan, diklat coaching dan yang diumumkan di setiap unit kerja.
mentoring, dan diklat Komunikasi. Diklat soft Punishment sudah dilaksanakan bagi pegawai
kompetensi ini akhirnya menjadi agenda utama yang melanggar disiplin. Pegawai yang tidak
Pusdiklat BATAN setiap tahunnya. Selain itu, masuk dan/datang terlambat juga mengalami
BATAN sejak tahun 2006 juga telah pengurangan tunjangan kinerja untuk
melakukan assessment untuk identifikasi calon menegakkan disiplin pegawai sehingga
pegawai yang akan menduduki jabatan pegawai yang benar-benar bekerjalah yang
struktural eselon IV. mendapatkan tunjangan kinerja. Selanjutnya
Melalui Pusdiklat, BATAN telah Reward dan Punishment diberlakukan sesuai
melakukan analisis kebutuhan diklat untuk dengan capaian kinerja setiap pegawai sesuai
merencanakan jenis diklat teknis yang dengan kompetensinya masing-masing.
dibutuhkan oleh pegawai BATAN setiap
tahunnya. Selain itu juga BATAN C.5. Sertifikasi kompetensi profesi
mengirimkan para pejabat fungsional untuk
mengikuti diklat fungsional. Pengiriman Meskipun BATAN belum melakukan
pejabat mengikuti diklat dilakukan dengan sertifikasi kepada seluruh pegawai, namun
evaluasi sesuai persyaratan jabatan yang beberapa jabatan menuntut pegawai memiliki
dibutuhkan untuk mendapatkan pegawai yang Surat Ijin Bekerja (SIB) antara lain: Petugas
benar-benar memiliki kompetensi yang sesuai Proteksi Radiasi (PPR), Ahli Radiografi (AR),
nantinya. Pengiriman pejabat Struktural untuk Operator Radiografi (OR), dan lain sebagainya.
mengikuti diklat PIM juga dilakukan dengan Selain itu, pejabat fungsional yang belum
terlebih dahulu melakukan analisis berdasarkan mengikuti diklat sesuai kompetensi jabatannya
usia, dan karena keterbatasan alokasi dana. dikirim untuk mengikuti diklat fungsional
dengan tujuan agar para pegawai memiliki
C.3. Diklat PNS berbasis kompetensi kompetensi dibidangnya. BATAN seyogyanya
Sesuai dengan Undang-undang ASN melakukan sertifikasi kompetensi melalui uji
RI Nomor 5 Tahun 2014 bahwa setiap pegawai kompetensi, khususnya kompetensi yang
harus memiliki kompetensi sehingga para sangat khas BATAN. BATAN melalui PSMN
pegawai harus didiklatkan. Pusdiklat harus melangkah maju untuk menginisiasi uji
menangkap amanat UU ASN RI tersebut kompetensi SDM BATAN melalui kerjasama
sehingga setiap tahun Pusdiklat melakukan dengan Badan Nasional Sertifikasi Personel
analisis kebutuhan diklat, jenis diklat apa saja (BNSP).
yang sangat dibutuhkan oleh pegawai BATAN.
Analisis kebutukan diklat dilakukan C.6. Mutasi dan rotasi sesuai komptensi
berdasarkan adanya kesenjangan antara standar secara periodik
kompetensi jabatan dan kompetensi pemangku BATAN melakukan mutasi dan rotasi pegawai
jabatan. Adanya kesengajangan kompeteni ini pada jabatan sesuai dengan kompetensinya
harus dikurangi atau bahkan dihilangkan secara periodik. Dalam penyusunan Informasi
melalui pengembangan kompetensi SDM. jabatan melalui analisis jabatan, maka terdapat
Hampir setiap Unit Kerja melaksanakan persyaratan jabatan dan persyaratan-
pelatihan selingkung untuk membantu persyaratan lainnya yang harus dipenuhi
Pusdiklat dalam rangka meningkatkan sebagai dasar seorang pegawai dilakukan
kompetensi pegawai BATAN. rotasi/mutasi., Mutasi pegawai dilakukan
terhadap beberapa pegawai BATAN dalam
rangka memenuhi formasi J1 dan J2

__________________________________________________________________________________________
157
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
berdasarkan syarat jabatan yang ditentukan. Oleh karena itu sejak tahun 2011, BATAN
Mutasi pegawai atau alih tugas pegawai di mulai membenahi diri dengan melakukan
dalam instansi dari satu unit kerja ke unit kerja Reformasi Birokrasi. Ada beberapa kegiatan
lainnya telah dilakukan dengan uji yang dilakukan BATAN sejak melakukan
kompetensi. Reformasi Birokrasi, antara lain:
1. Organisasi.
C.7. Pengukuran kinerja individu Tahun 2014, BATAN melalui Biro Sumber
Dengan dilaksanakan penilaian kinerja Daya Manusia (BSDM) yang kemudian
melalui Sasaran Kerja Pegawai, sudah berubah menjadi Biro Sumber Daya
selayaknya dilakukan pengukuran kinerja Manusia dan Organisasi (BSDMO) telah
pegawai/individu agar target kinerja yang melakukan penyempurnaan organisasi agar
dibuat pada awal tahun dapat dicapai pada tepat fungsi dan ukuran melalui penataan
akhir tahun dan sesuai dengan tujuan tugas dan fungsi unit kerja. Penataan
organisasi, sehingga dari sisi pegawai target struktur organisasi ini berdampak pada
yang dibuat akan tercapai secara maksimal dan pengurangan jumlah eselon I, II, III, dan IV.
dari sisi organisasi capaian target tersebut juga Selain itu juga menempatkan para pejabat
merupakan tujuan dari organisasi melalui fungsional Madya dan Utama dibawah
pelaksanaan tugas dan fungsinya. Seluruh eselon II, menempatkan pejabat fungsional
pegawai sudah melaksanakan penyusunan SKP Muda dibawah eselon III, dan
100% menempatkan pejabat fungsional Pertama
dan Keterampilan dibawah eselon IV.
C.8. Penguatan jabatan fungsional
2. Perencanaan SDM
Sejalan dengan pola karier pegawai Dalam rangka meningkatkan kualitas SDM
khususnya pegawai yang berkarier di jalur yang profesional, kompeten, dan berkinerja
jabatan fungsional, perlu adanya pola tinggi maka BATAN melalui BSDMO
rekrutmen pejabat fungsional dengan benar melakukan penyempurnaan penataan SDM.
dimulai dari formasi jabatan yang lowong dan BATAN melakukan promosi, rotasi, dan
didasarkan adanya kebutuhan organisasi, mutasi agar komposisi SDM BATAN
adanya standar kompetensi jabatan fungsional, menuju perbandingan S3:S2:S1 adalah
pelaksanaan assesmen bagi yang akan duduk 1:3:9 untuk memenuhi janji RB dengan
dalam jabatan dimaksud, pelatihan fungsional, jumlah optimum kurang lebih 2700
dan adanya reward and punishment yang pegawai.
dikaitkan dengan capaian kinerja yang
bersangkutan. Penguatan jabatan fungsional 3. Analisis Jabatan
dapat dilakukan dengan menyusun standar Dalam rangka melaksanakan penataan dan
kompetensi jabatan fungsional. BATAN, penyempurnaan kelembagaan,
sebagai Pembina Jabatan Fungsional Pranata ketatalaksanaan dan sumber daya manusia
Nuklir, telah menyusun standar kompetensi aparatur, BATAN melalui BSDMO selama
jabatan fungsional Pranata Nuklir. Standar kurang lebih 1.5 tahun melalukan analisis
kompetensi jabatan fungsional Pranata Nuklir beban kerja (ABK). Hasil ABK didapatkan
dapat digunakan sebagai salah satu instrumen nama-nama jabatan dan jumlah formasi
untuk penguatan jabatan pranata nuklir di pegawai.
BATAN. Selain melaksanakan ABK, BSDMO juga
secara paralel melaksanakan analisis jabatan
Selain 8 (delapan) hal tersebut di atas, untuk mendapatkan Informasi Jabatan (IJ).
permasalahan SDM Aparatur berdasarkan hasil Dalam menyusun IJ ini juga BSDMO mulai
evaluasi yang dilakukan oleh Tim RB BATAN mengevaluasi persyaratan jabatan
adalah manajemen SDM belum berbasis
kompetensi sehingga belum menunjukkan 4. Rekruitmen pegawai
kinerja maksimal, belum menunjukkan BATAN dalam melaksanakan seleksi
profesionalisme, dan belum berkontribusi pengadaan pegawai berbasis kompetensi di
dalam meningkatkan kinerja organisasi. mana pelamar mengajukan lamaran pada
jabatan, dan tidak lagi melamar sebagai staf.

__________________________________________________________________________________________
158
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Proses seleksi secara objektif dengan assessmen terhadap calon pejabat eselon IV,
melalui Seleksi Administarsi, Tes III, dan II sampai saat ini.
Kompetensi Dasar dan Tes Kompetensi 8. Sasaran Kerja Pegawai (SKP)
Bidang. Tes Kompetensi Bidang selain BATAN mulai memberlakukan penilaian
TOEFL, dan wawancara, juga dilakukan kinerja dengan model baru yaitu setiap
Psikotes untuk menggali Soft Kompetensi pegawai wajib menyusun SKP setiap awal
calon pelamar. Wawancara yang dilakukan tahun. Dengan menerapkan sistem penilaian
oleh Tim BATAN meliputi wawancara kinerja pegawai maka setiap pegawai
Hard kompetensi dengan melibatkan Unit dituntut untuk membuat target kinerja.
Kerja Pengguna dan Soft Kompetensi. Penilaian prestasi kerja PNS terdiri atas
5. Pegawai Tugas Belajar unsur SKP dan Perilaku Kerja
Untuk meningkatkan pengetahuan para
pegawainya, BATAN setiap tahun 9. Pengajuan Angka Kredit (PAK) dan SK
melakukan seleksi pegawai tugas belajar. Mutasi jabatan fungsional berbasis SIM
Untuk mendapatkan pegawai yang memang SDM sehingga mempermudah pegawai
benar-benar ingin meningkatkan pendidikan BSDMO sebagai pemroses maupun pejabat
dan didasarkan pada formasi J1 dan J2, fungsional itu sendiri, dan dengan demikian
serta yang sesuai dengan persyaratan proses kenaikan pangkat dan jabatan lebih
jabatan. Proses seleksi dengan cepat dan tepat waktu. Meski belum semua
menggunakan seleksi Administrasi, jabatan fungsional berbasis kompetensi.
TOEFL, dan ujian Substansi. BSDMO 10.Tunjangan Kinerja
berperan dalam memeriksa dan BATAN telah menerapkan tunjangan
menganalisis Formulir Rekomendasi Tugas berbasis kinerja sesuai dengan kelas jabatan
Belajar sehingga apabila Form pegawai. Kelas Jabatan diperoleh melalui
Rekomendasi Tugas Belajar tidak penilaian setiap jabatan berdasarkan metode
disarankan karena arah pendidikan tidak Informasi Faktor jabatan (IFJ).
sesuai dengan kebutuhan kompetensi maka 11.Nuclear Knowledge Management (NKM)
pegawai tidak dapat disetujui untuk tugas Untuk mencegah dan mengurangi terjadinya
belajar. kehilangan pengetahuan terkait
6. Penyesuaian ijasah pengetahuan nuklir maka BATAN mulai
Setiap pegawai yang memiliki pendidikan melakukan manajemen pengetahuan iptek
setingkat lebih tinggi dan ingin nuklir (NKM) yang salah kegiatannya
menyesuaikan pendidikannya maka adalah sharing knowledge
pegawai tersebut harus mengikuti ujian 12.SIM SDM dan Penyempurnaan sistem
penyesuaian ijasah. Tujuannya adalah agar informasi pegawai berbasis Web
BATAN benar-benar mendapatkan pegawai BATAN mengembangkan sistem informasi
yang kompeten dan sesuai dengan manajemen SDM untuk mempermudah
persyaratan jabatan yang diinginkan akses, meningkatkan pelayanan, menjamin
BATAN. kebenaran dan keakuratan data, serta
7. Assessmen individu berbasis kompetensi mengikuti tuntutan perkembangan dunia
Dalam rangka mendapatkan pegawai yang global. Disamping itu BATAN juga
berkompeten maka BATAN berusaha menyempurnakan informasi berbasis Web,
penempatan pegawai sesuai dengan antara lain Sistem Informasi Tata
kualifikasi dan persyaratan jabatan dengan Persuratan (SITP), Sistem Informasi
melakukan assessmen. Sesungguhnya Kinerja Pegawai (SIKAP), Sistem
assessmen sudah dimulai sejak tahun 2006, Informasi Pelatihan (SILAT), Sistem
jauh sebelum dicetuskan reformasi birokrasi Informasi Pengelolaan Litbangyasa (SIPL2)
yaitu dengan melakukan assessmen untuk dan sebagainya yang semuanya bertujuan
identifikasi jabatan eselon IV. Kemudian untuk mempermudah akses sesuai
tahun 2011 dimulai assessmen untuk kepentingan masing-masing.
pejabat fungsional Pranata Nuklir dan 13.Penyusunan SOP
dilanjutkan dengan assessmen kepada BATAN menyederhanakan sistem proses
pejabat fungsional Perekayasa. dan prosedur kerja untuk mempermudah
Tahun berikutnya berlanjut dengan pegawai melaksanakan kegiatan

__________________________________________________________________________________________
159
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
14. Reward dan punishment dengan persyaratan jabatan, demikian pula
Penerapan reward dan punishment yang akan mengikuti diklat fungsional.
tidak hanya pada disiplin pegawai saja Selain itu BATAN telah melakukan
namun nantinya diutamakan juga perekrutan CPNS dengan seleksi menggunakan
dalam capaian kinerja yang diperoleh metode Computer Assisted Test (CAT)
berdasarkan penilaian kinerja, sehingga disamping mempermudah
sehingga besaran tunjangan kinerja pelaksanaannya maka keakuratan hasil lebih
didasarkan pada kinerja yang dicapai terjamin.
berdasarkan target selama satu tahun. Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan
15. Uji Kompetensi yaitu:
Mulai tahun ini BATAN mulai 1. Analisis terhadap kebutuhan diklat
memberlakukan Uji kompetensi belum dilakukan secara komprehensif
jabatan fungsional Pranata Nuklir bagi sehingga diklat belum sepenuhnya
para pejabat yang akan naik jabatan mengenai sasaran. Menjadi tugas
atau jenjang yang lebih tinggi. BSDMO untuk melakukan assessmen
Diharapkan dengan pelaksanaan uji terkait kesenjangan antara kompetensi
kompetensi ini maka formasi jabatan jabatan dengan kompetensi yang
yang lowong hanya dapat diisi oleh dimiliki pegawai. Selain diklat teknis
pejabat yang benar-benar sesuai maka BATAN perlu meningkatkan
dengan kompetensinya, sehingga diklat soft kompetensi, sehingga hard
capaian kinerja organisasi diharapkan kompetensi dan soft kompetensi bagi
dapat terpenuhi. pegawai berjalan seimbang.
16. Manajemen perubahan Pendidikan dan pelatihan untuk para
BATAN berusaha melakukan pegawai Non Teknis (snon eksak) juga
manajemen perubahan, hampir disetiap perlu diadakan agar pegawai non
Unit Kerja BATAN digerakkan untuk teknis yang berfungsi sebagai
bekerja sesuai SOP, sementara SOP pendukung tugas pokok dapat duduk
yang belum ada harus segera disusun. sejajar dengan para pegawai teknis.
Budaya keselamatan kerja diaktifkan, 2. Adanya gap/kesenjangan antara
dan bersamaan dengan budaya pegawai senior dan yunior baik dari
keamanan nuklir disosialisasikan sisi usia maupun ilmu
secara terus menerus. pengetahuan/kompetensinya,
dikarenakan adanya kebijakan Zero
growth dan moratorium PNS beberapa
PENUTUP tahun yang lalu bahkan berlanjut
sampai saat ini.
A. KESIMPULAN 3. Kurangnya komunikasi antara pejabat
struktural dan fungsional, dan antara
Untuk meningkatkan SDM yang senior dan yunior.
profesional, saat ini BATAN telah 4. Beberapa jabatan belum memiliki
menyelenggarakan pendidikan formal maupun standar kompetensi sehingga belum
informal berupa diklat, pelatihan teknis, semua pegawai dapat dilakukan
pelatihan fungsional, dan lebih menggalakkan assessmen untuk mengetahui
pelatihan soft kompetensi. BATAN juga telah kompetensi yang dimiliki setiap
menyusun Standar kompetensi jabatan pegawai, sehingga berakibat kesulitan
fungsional Pranata Nuklir, dan mengkaji dalam menemukan gap antara
kompetensi jabatan baik Struktural maupun kompetensi jabatan dengan kompetensi
Fungsional. Hasil kajian ini ditindaklanjuti individu.
dengan pelaksanaan assessmen dengan maksud
untuk mengetahui kesenjangan kompetensi
pegawai dengan profil jabatan. Disamping itu B. SARAN
pegawai yang akan melanjutkan pendidikan ke Saran yang dapat penulis berikan adalah
jenjang lebih tinggi dianalisis agar sesuai 1. Agar program diklat dan pelatihan
mengena ke sasaran maka sebaiknya

__________________________________________________________________________________________
160
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
semua pegawai BATAN yang akan DAFTAR PUSTAKA
mengikuti diklat atau pelatihan perlu 1. Mila Badriyah, Manajemen
diseleksi melalui Biro Sumber Daya Sumber Daya Manusia,. CV.
Manusia dan Organisasi (BSDMO). Pustaka Setia, Bandung. 2015
Tugas BSDMO untuk melakukan 2. Hadari Nawawi, Evaluasi dan
assessmen terkait kesenjangan antara Manajemen Kinerja di Lingkungan
kompetensi jabatan dengan kompetensi Perusahaan dan Industri. Gadjah
yang dimiliki pegawai; Mada University
2. Selain diklat teknis maka BATAN Press.Yogyakarta.2006
perlu meningkatkan diklat soft 3. Sedarmayanti, Manajemen Sumber
kompetensi. Pendidikan dan pelatihan Daya Manusia. Refika Aditama.
untuk pegawai Non Teknis (non eksak) 2007
juga perlu diadakan agar pegawai non 4. Veithzal Rivai, Manajemen
teknis yang berfungsi sebagai Sumber Daya Manusia untuk
pendukung dapat duduk sejajar dengan Perusahaan. Dari Teori ke Praktik.
para pegawai teknis dan secara optimal PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.
dapat mendukung kinerja BATAN; 2005
3. Perlu transfer knowledge secara terus 5. Andrean Perdana, Pengertian
menerus untuk menjembatani adanya Profesi, Profesional,
kebijakan Zero growth dan moratorium Profesionalisme,
PNS yang menyebabkan jarak/gap Profesionalitas,Profesionalisasi,htt
yang cukup jauh antara pegawai senior p://www.andreanperdana.com/201
dan yunior baik dari sisi usia maupun 3/03/pengertian-profesi-
ilmu pengetahuan/kompetensinya, profesional.html
Transfer knowledge dan skill melalui 6. Fahmi I Fuad, (17 Oktober 2008),
program NKM perlu lebih digiatkan di Ciri-ciri Manajemen Sumer Daya
unit kerja BATAN Manusia Profesional,.
4. Perlu dibangun komunikasi yang lebih https://alhidayahku.wordpress.com
efektif antara pejabat Struktural dan /2008/10/17/ciri-ciri-manajemen-
fungsional, antara senior dan yunior, sumer-daya-manusia-profesional
antara lain dengan sering diadakannya /.2008
pertemuan, pertukaran ilmu, ataupun 7. M. Sobry Sutikno, Mewujudkan
pelibatan kegiatan pegawai yunior SDM yang unggul, (19 Juli 2016)
dalam teamwork; http://www.sobrycenter.com/sobry/
5. Perlu disusun dan dilengkapi seluruh article.php?catid=artikel&subid=1
kompetensi jabatan, baik struktural, 0&docid=9, . 2016
fungsional, maupun fungsional umum; 8. Sora N., (Mei 2015). Pengertian
6. Perlu melakukan assessmen terhadap Profesional Dan Ciri-Cirinya
seluruh pegawai. Agar setiap PNS Lengkap,
dapat ditempatkan sesuai dengan http://www.pengertianku.net/2015/
kompetensi yang dimiliki; 05/pengertian-profesional-dan-ciri-
7. Perlu dibuatkan proses pemeriksaan cirinya-lengkap.html
Pengajuan Angka Kredit (PAK) dan 9. Aparatur Sipil Negara, Undang-
SK Mutasi terhadap semua jabatan undang Republik Indonesia Nomor
fungsional yang berbasis aplikasi 5 Tahun 2014.
(Sistem Informasi Manajemen) 10. Peraturan Kepala BKN Nomor 12
sehingga mempermudah pegawai Tahun 2008, Pedoman
BSDMO sebagai pemroses maupun Penyelenggaraan Assessment
pejabat fungsional itu sendiri, dan Center Pegawai Negeri Sipil. 2008
dengan demikian proses kenaikan 11. Badan Tenaga Nuklir Nasional
pangkat dan jabatan lebih cepat dan (BATAN), Dokumen Usulan
tepat waktu. Reformasi Birokrasi 2010-2014.
2011

__________________________________________________________________________________________
161
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
12. Badan Tenaga Nuklir Nasional
(BATAN), Peraturan Kepala
Badan Tenaga Nuklir Nasional
Nomor 5 Tahun 2015 tentang
Rencana Strategis BATAN Tahun
2015-2019. 2015.
13. Badan Kepegawaian Negara
(BKN). Pengantar Pengembangan
Kompetensi, Direktorat
Standardisasi dan kompetensi
Jabatan BKN. 2013
14. Noname. (9 Mei 2012).
Kompetensi, sebuah dasar SDM
yang unggul,
https://inspiringrahmat.wordpress.c
om/2012/05/09/kompetensi-
sebuah-dasar-sdm-yang-unggul/
15. Noname,Membangun SDM yang
unggul,
http://trainerlaris.com/profiles/blog
s/membangun-sdm-yang-unggul
16. Noname, Urgensi Penerapan Standar
Kompetensi jabatan fungsional
Arsiparis, Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi, Jakarta. 2013.

__________________________________________________________________________________________
162
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
POSISI ALUMNI STTN DALAM MENYONGSONG KEHADIRAN PLTN DI ERA
PRESIDEN JOKOWI

Supriyono
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir BATAN
Jl. Babarsari Kotak Pos 6101/YKBB Yogyakarta.
Email : masprie_sttn@yahoo.com

ABSTRAK

Posisi alumni STTN dalam menyongsong kehadiran PLTN di Era Presiden Jokowi. Telah dilakukan kajian
tentang dimana posisi alumni STTN saat dan bagaimana menyiapkan mereka dalam menyongsong era PLTN di
era Presiden Jokowi. Tujuan dilakukan kajian ini adalah untuk memberi penguatan informasi dalam menyiapkan
SDM PLTN di Indonesia khususnya sumber SDM yang berasal dari alumni STTN. Dalam melakukan kajian ini
metode yang digumakan pertama-tama adalah mencari sumber-sumber pustaka baik dari media sosial, karya
tulis ilmiah serta komunikasi pribadi dengan pihak yang terkait. Dari sumber informasi tersebut di analisis kaitan
antar informasi dan selanjutnya dirangkum menjadi kesimpulan. Hasil kajian menunjukkan bahwa posisi alumni
STTN saat ini sangat menyebar bidang kerjanya dan sangat sedikit yang bekerjanya bersinggungan dengan
PLTN. Untuk meningkatkan jumlah SDM yang siap bekerja di PLTN perlu dari sekarang ada lembaga yg
mengurusi mereka, baik lembaga itu berasal dari instansi pemerintah/BUMN maupun swasta. Kesimpulan
berikutnya adalah STTN sebagai lembaga yng meluluskan alumni wajib untuk selalu melakukan tracer study dan
pemantauan secara kontinyu pada alumninya.

KATA KUNCI : Posisi Alumni STTN, Pengelola SDM PLTN, tracer study, industri nasional, era Jokowi.

ABSTRACT

POSITION alumni of STTN hearts to welcome the presence of the NPP in the Era of President Jokowi. Studies
have been done where POSITION ON alumni of STTN When And how to prepare their hearts to welcome the era
of nuclear power plants in the era of President Jokowi. The purpose of study is to review Singer Gives
information Strengthening human hearts set up nuclear power plants in Indonesia, especially the alumni Source
HR Stemming From STTN. In conducting the study Singers Methods digumakan First is for source-source
library Good From social media, papers Scientific And Personal communication Yang Subscription WITH
parties. Sources of the information in the analysis of linkages between information and then summarized Being
CONCLUSION. Study results showed that the alumni POSITION STTN When singer Very spread his field and
Very Little Yang workings intersect WITH NPP. To improve Term review of human resources Its Ready WORK
on NPP Need Of Now THERE Institutions that take care of them, both derived from ITU Institute of Government
Agencies / State Enterprises and Private. CONCLUSION Next is STTN as the Institute of alumni graduated yng
required to review Always conduct a tracer study and Monitoring Operates continuously ON alumni.

Keywords: Alumni STTN position, business HR NPP, tracer studies, national industry, Jokowi eraI.

PENDAHULUAN a. Membangun reaktor daya riset dan


Menurut Kepala BATAN (29 Juni 2016) laboratorium reaktor sebagai tempat untuk
mengatakan bahwa hasil sidang paripurna ke 3 ahli nuklir berekspresi, berinteraksi, dan
Dewan Energi Nasional (DEN) tanggal 22 Juni berkarya, serta memberikan dukungan untuk
2016 yang dipimpin oleh Bp. Presiden RI, dilaksanakannya riset-riset terkait nuklir
khusus terkait nuklir Presiden menekankan supaya apa yang sudah dikuasai tidak hilang
supaya opsi pengembangan nuklir dibuatkan dan dapat dipertahankan.
peta jalan (roadmap). Opsi nuklir sebagai b. Mendorong kerja sama internasional agar
pilihan terakhir dalam Kebijakan Energi selalu termutakhirkan dengan kemajuan
Nasional, diterjemahkan dalam RUEN teknologi.
mencakup langkah-langkah sebagai berikut : Hal yang sama telah disampaikan pula
oeh Menteri ESDM (28 Juni 2016) yang intinya

__________________________________________________________________________________________
163
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
adalah pemerintah mulai menjajagi nuklir c. Bagaimana peran STTN sebagai lembaga
sebagai energi alternatif. Program PLTN ini juga pendidikan yang mendidiknya.
diperkuat oleh anggota Komisi Energi DPR RI
Dr. Kurtubi (2 Juli 2016) mengatakan bahwa Untuk menjawab ke 3 permasalah tersebut di
ekonomi Indonesia hampir tidak pernah tumbuh atas maka perlu dilakukan suatu kajian tentang
di atas 7%. Dalam sejarah republik ini hanya posisi alumni STTN saat ini apakah siap bila
sekali Indonesia mengalami pertumbuhan di atas sewaktu-waktu dibutuhkan untuk program
7 %, yaitu di jaman presiden Suharto. PLTN serta siapa yang bertanggung jawab untuk
Selebihnya maksimal 6 %., maka kita akan menyiapkan SDM PLTN beserta perhitungan
semakin tertinggal jika kita tidak merubah jumlah kebutuhannya. Apa peran STTN untuk
kebijakan energi nasional kita yang mentabukan mensikapi fenomena di atas. Dengan kajian ini
dan mengharamkan PLTN. Kita harus membuka dapat menjadi gambaran stake holder untuk
peluang PLTN untuk bisa dibangun di Negeri penyiapan SDM yang lebih baik dan lebih siap.
besar ini. Alumni sebagai produk STTN telah disiapkan
Pada tataran pimpinan di tingkat menteri secara maksimal baik dari sisi kurikulum,
dan DPR ke atas nampaknya serius untuk fasilitas laboratorium, profesionalitas pengajar,
menyamakan persepsi perlunya segera dibangun kemampuan bahasa Inggris dan bekal softskill
PLTN di Indonesia, tetapi pada tataran tingkat yang memadai. Dengan kurikulum yang sesuai
pelaksana kadang-kadang masih muncul pro dengan aturan dikti sebagai sekolah vokasi
kontra pembanguna PLTN seperti yang ditunjang dengan laboratorium yang memadai
disampaiakan oleh Kepala BATAN (25 Juli dalam bidang iptek nuklir serta diasuh oleh
2016) pada saat Kepala BATAN mengikuti dosen-dosen yang berpengalaman,
pertemuan tentang ketahanan energi, menurut berpendidikan S2/S3 dan sebagian dosen telah
Kepala BATAN bahwa pada pertemuan tersebut tersertifikasi ditambah dengan persyaratan
muncul pro dan kontra nuklir, bukan melihat lulusan STTN harus mempunyai TOEFL 450
pada seberapa kekuatan sumber daya yg kita dan dibekali dengan softskill serta SIB PPR,
punya dg mempertimbangkan pertumbuhan maka diharapkan lulusan STTN dapat secara
ekonomi dan penduduk. Dalam pertemuan mandiri bekerja dalam bidang iptek nuklir baik
tersebut terkesan hanya memuaskan ego saja. untuk energi maupun non energi.
Informasi di atas menunjukkan bahwa Dari tracer study yang telah dilakukan
pembicaraan tentang opsi PLTN mulai muncul selama 5 tahun, terbukti bahwa lulusan STTN
lagi dipermukaan, lepas dengan kondisi bangsa telah tersebar di seluruh Indonesia sebagai
yang beragam dengan pro dan kontranya. profesional bidang iptek nuklir. Ada yang
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) bekerja di kantor untuk mengurus perijinan
BATAN Yogyakarta sebagai perguruan tinggi di penggunaan zat radioaktif ada yang menangani
bawah BATAN yang berdiri pada tahun 1985 langsung peralatan iptek nuklir ada pula yang
dengan program Diploma III, dan pada tahun menangani keselamatnnya sebagai HSE. Selain
2001 telah ditingkatkan menjadi program berkecimpung langsung dalam proses aplikasi
Diploma IV dengan Jurusan Teknofisika Nuklir iptek nuklir, ada juga yang menjadi distributor
dengan Program studi Elektronika Instrumentasi peralatan iptek nuklir serta ada yang berprofesi
dan Program Studi Elektromekanik dan Jurusan sebagai pengajar/peneliti bidang iptek nuklir.
Teknokimia Nuklir, menghasilkan Sarjana Sains Tentunya ada juga alumni yang berkiprah di
Terapan dalam bidang teknologi nuklir. Sebagai bidang industri non-nuklir sesuai dengan
perguruan tinggi dalam bidang iptek nuklir satu kompetensi program studi dan beberapa ada
satunya di Indonesia wajib hukumnya untuk yang berwira usaha [4]
mendukung dan berperan dalam program PLTN Dari informasi tersebut di atas nampak
dan selalu harus up date dengan informasi- benar bahwa STTN secara konsisten tetap
informasi terkini tentang PLTN. sebagai penyedia SDM iptek nuklir di Indonesia
Dari latar belakang di atas muncul dan sekaligus sebagai penyedia SDM bidang
beberapa permasalahan, yaitu : Elektronika Instrumentasi, Elektromekanik dan
a. Dimana posisi alumni STTN saat ini agar bila Teknokimia dalam mendukung industri nasional.
sewaktu-waktu dibutuhkan untuk program
PLTN selalu siap? II .POSISI ALUMNI STTN SAAT INI
b. Siapa yang menyiapkan SDM PLTN dan Hasil penelusuran alumni yang
berapa kebutuhannya? dilakukan oleh penulis dan dibantu oleh Tim

__________________________________________________________________________________________
164
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Tracer Study STTN selama bertahun-tahun telah Love Emas Denpasar yang menggunakan
dihasilkan suatu gambaran posisi alumni STTN XRF.
saat ini yang dituangkan dalam Renstra STTN
3) Bidang Pembangkit Listrik Konvensional,
2015 2019, yaitu [4] :
Telekomunikasi dan IT
1) Aplikasi Iptek Nuklir Di Bidang Industri
Di bidang pembangkit listrik konvensional,
dan Usaha Jasa Inspeksi (NDT)
alumni STTN juga telah berkiprah
PT. Graha Cemerlang Paper Utama (GPCU)
didalamnya. Misalnya ada yang menjadi
Karawang, PT. Pura Barutama pabrik kertas
profesional di KPJB PLTU Tanjung Jati B
di Kudus, PT. UT Quality Batam, PT
Unit III-IV dan PT TS3 PLTU Tanjung Jati
Samudra Oceaneering Batam, PT. Bixindo
B, ada pula yang berkarier di PLN Jakarta
Utama Batam, PT. Hitek Indo Mulia Batam,
dan di Indonesia Power Jawa Tengah.
PT. Surveyor Indonesia Jakarta, Riau, dan
Kiprah alumni STTN tidak saja dibidang
PT. Sucofindo Palembang, PT. Radiant
pembangkit listrik, tetapi ada yang
Utama Interinsco. Sejenis dengan PT.
berkarier dibidang telekomunikasi, yaitu PT.
Radiant Utama Interinsco, perusahaan
Telkom Sigma dan di PT. Multipolar
lainnya misalnya PT. Bonne Indo Teknik,
sebuah perusahaan telekomunikasi dan IT
PT. Shaib Sejati, PT. Spektra Megah
di bawah Lippo Group. Yang paling
Semesta. Alumni STTN juga berkiprah di
membanggakan yaitu adanya alumni STTN
dunia industri penerbangan, yaitu sebagai
yang bekerja di Scada PLC Automation
tenaga maintenance pesawat sinar-X di
Engineers, dimana penugasannya di Wina
bandara, yaitu yang bekerja di PT. Scientek
Austria.
Komputindo Jakarta serta yang bekerja di
industri perhotelan yang menggunakan 4) Bidang Industri Jasa Perdagangan Alat-
iptek nuklir (Sinar-X di hotel), yaitu di Alat Iptek Nuklir.
Hotel Mandarin Jakarta dan Hotel Hyatt Lulusan STTN yang bekerja di bidang jasa
Jakarta. Selain itu, ada juga lulusan STTN perdagangan juga tidak kalah penting,
yang bekerja pada perusahaan swasta satu- sehingga alumni STTN tersebut ada yang
satunya yang memiliki iradiator yaitu PT. berkiprah di jasa perdagangan, baik
Rel Ion Bekasi. berprofesi sebagai tenaga penjual maupun
sebagai teknisi pemasangan dan perawatan
2) Bidang Pertambangan dan Exportir
peralatan iptek nuklir. Misalnya yang
Emas
berkarier di PT. Pacifik Aman Garda, PT.
Lulusan STTN yang telah bekerja di bidang
Wisu Varia Analitika, PT. Indotech
pertambangan batubara antara lain PT.
Scientific. Yang paling membanggakan
Pama Persada Nusantara (sebuah
adalah adanya lulusan STTN yang saat ini
perusahaan pertambangan batubara di
telah menjadi owner perusahaan distributor
bawah konglomerasi Astra Group), PT
peralatan iptek nuklir yang berasal dari
Sapta Indra Sejati Kalimantan (salah satu
negara-negara : Ukraina, Amerika, Jerman,
anak perusahaan Adaro Group di
Italia, Slovakia, Australia, dan sebagainya,
Kalimantan), yang bekerja di pertambangan
yaitu PT. Gamma Mitra Lestari.
minyak, yaitu di PT. Dowell Anadrill
Schlumberger dan di PT Hariburton. 5) Bidang Industri Otomotif dan Alat Berat
Tentunya tidak hanya di tambang batubara Lulusan STTN yang bekerja di industri
dan minyak, tetapi ada pula yang di otomotif dan alat-alat berat, misalnya di PT.
tambang Emas, yaitu di PT. ANTAM Mitsubishi Krama Yudha Motor and
(Persero) Tbk Bogor, dan di pertambangan Manufacturing (penghasil spare part mobil
nikel, yaitu di PT. Global Mining Service milik Tiga Berlian Group yang lokasinya di
Sulawesi. Ada pula yang menjadi konsultan Jakarta), PT. Akebono Brake Astra
di PT. Global Handitech, sebagai Supervisi Indonesia (penghasil spare part mobil milik
Pemeliharaan Metering System di Pertamina Astra Group yang lokasinya di Jakarta), PT.
RU IV- Cilacap dan yang membanggakan Honda Prospect Motor (asembly mobil
bahwa alumni STTN saat ini bekerja sbg milik Honda yang lokasinya di Cikarang),
NDT Inspector Abu Dhabi Gas Industries PT Astra Daihatsu Motor (asembly mobil
Limited. Dalam perdagangan emas di UD I milik Astra Group di Sunter Jakarta), di PT.
Denso Corp (anak perusahaan Astra Group

__________________________________________________________________________________________
165
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
yang memproduksi spare part mobil, Steel di Batulicin Kalsel (suatu perusahaan
seperti AC, karburator, busi, dsb yang industri baja anak perusahaan Krakatau
lokasinya di Cibitung Bekasi), serta di PT. steel) dan di PT KGEO Elektronik Cikarang.
Astra Indonesia dan PT. Toyota Nasmoco 9) Bidang Perbankan, Jasa Keuangan dan
Jawa Tengah. Di bidang alat berat di PT. Asuransi
United Tractor (anak perusahaan Astra Di bidang industri perbankan dan keuangan
Group) serta di PT. Kobexindo Tractors ada lulusan STTN yang bekerja disana,
Tbk. Ada juga yang bekerja di Suzuki Grup, misalnya di Bank BCA Jakarta, Bank BCA
yaitu di PT. Indonesia Thai Summit Bengkulu, Bank NOBU Solo, Bank
Karawang. Danamon Serpong, Bank BRI Kebumen,
Bank BRI Gunung Kidul, Bank Mandiri
6) Bidang Industri Makanan dan Minuman
Yogyakarta, Bank BJB Banten, Bank
serta Kosmetika
Muamalat Surakarta, Bank BPD Sleman,
Di industri makanan dan minuman,
Bank BNI Medan, Bank BTN Jakarta dan
misalnya di : PT Indofood CBP Sukses
lembaga pembiayaan WOM Finance, Kredit
Makmur (Kelompok Salim Group), PT
Pembiayaan ADIRA Finance Jakarta, yang
Torbika Eka Semesta, PT Ultra Prima Plast
lebih istimewa ada yang menjadi
(Kelompok Ultra Jaya Group), PT Sugiura
analis/pialang saham di Bursa Effek Jakarta
(Orang Tua Group), PT Sariwangi AEA, PT.
(BEJ). Sedangkan untuk jasa asuransi ada
Triteguh Manunggal Sejati (Garudafood
Allianz Life Jakarta.
Group), PT. Kino Jakarta, UBPN Maluku
Utara (industri pengolahan hasil laut), PT. 10) Instansi
Pandu Rasa Jakarta, dsb. Selain bekerja di Pemerintah/ABRI/BUMN/PEMDA
industri makanan dan minuman ada juga Di pemerintahan sudah banyak yang di
yang bekerja di industri kosmetika, BATAN baik di Jakarta, Bandung maupun
misalnya di PT. Procter and Gambler di Yogyakarta. Selanjutnya juga banyak
Operations Indonesia, PT. Ferron for yang di BAPETEN Jakarta. Ada yang jadi
Pharmaceutcal, PT. Nippon Shokubai tentara yaitu Lettu chb Ilham Wahyu
Indonesia, dsb. Ada juga yang bekerja di PT. Nugroho, SST sebagai Komandan Kompi
Sido Muncul Semarang dan di PT. SGM Perhubungan Kesatuan Brigade Infanteri 15
Yogyakarta. Kujang II Jabar. Ada juga yang menjadi
PNS di Kementerian Lingkungan Hidup
7) Bidang Industri Pakaian, Sepatu dan
Jakarta, Kementerian BUMN,
Keramik
LEMHANAS dan BUMN, yaitu di PT
Selain itu ada juga yang bekerja di industri
PERTAMINA, PT Angkasa Pura Jakarta
pakaian dan sepatu, yaitu di PT. Indorama
dan di Bea Cukai Tanjung Priok. Di Pemda
Synthetic di Purwakarta (suatu perusahaan
atau perusahaan daerah antara lain di
polyester terbesar di Indonesia), PT Adis
PDAM Tirtarandi Musi Banyu asin Sumsel.
Dimension Footwear (NIKE) Tangerang
dan di industri keramik di PT. Satya Raya 11) Pengajar
Keramindo Indah. Lulusan STTN yang saat ini menjadi
seorang pendidik, baik sebagai dosen antara
8) Bidang Industri Elektronika dan
lain di STTN, di Universitas
Permesinan
Muhammadiyah Jakarta, Universitas
Di bidang industri elektronika dan
Andalas Padang, Politeknik Manufaktur
permesinan pun alumni STTN banyak yang
Ceper, Poiteknik Aceh, Politeknik Makasar
menjadi profesional di bidangnya, baik ada
atau ada yang menjadi Guru SMA di
yang menekuni bidang R&D, ada pula yang
Kalimantan dan Guru SMP di SMP IT
di bagian produksi, misalnya : di PT.
Insan Cendikia Serpong bahkan ada yang
Polytron Kudus, PT. Panasonic Electronic
berprofesi sebagai guru Bimbel di Bimbel
Devices di Batam, PT. Yamaha Music
Citra Putra Nusa Serpong.
Manufacturring Asia di Jakarta, PT.
Yokogawa Manufacturing di Batam. Selain 12) Studi Lanjut
di produk-produk elektronika, sebagian juga Lulusan STTN ternyata bisa juga kalau mau
di industri baja dan produk mesin, seperti studi lanjut, terbukti saat ini beberapa
yang bekerja di PT. Meratus Jaya Iron & lulusan STTN sudah dan sedang

__________________________________________________________________________________________
166
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
menyelesaikan S3 baik di dalam negeri atau Chulalangkorn, Thailand, Jurusan Kimia
di luar negeri, yaitu di Jurusan Teknik ITS, Jurusan Fisika UI.
Nuklir Universitas Waseda, Jepang, Jurusan
Teknik Elektro UGM, Jurusan Teknik
III. PENANGGUNG JAWAB PENYEDIA
Kimia UGM, Jurusan Fisika Nuklir ITB,
SDM PLTN DI INDONESIA
Department of Engineering and System
Dengan bekal informasi tentang Rencana
Science, College Nuclear Science National
pembangunan PLTN di Semenanjung Muria
Tsing Hua Univ , No. 101, Section 2,
dapat dilihat pada Gambar 1 (Subki, 2006),
Kuang Fu road Hsinchu, Taiwan 30013
maka diskusi tentang PLTN di Indonesia
ROC, Univ Selangor Malaysia, Univ.
dimulai.

Gambar 1. Rencana Pembangunan PLTN di Semenanjung Muria

Gambar 2. Kebutuhan SDM untuk PLTN

__________________________________________________________________________________________
167
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Menurut TRS 200 (IAEA, 1980), kebutuhan seperti yang disampaikan oleh [Wardhana,
SDM untuk PLTN dapat dikelompokkan W.A.,2006] dan [Soentono, 2005] yang
menjadi Professional, Technicians, and menyatakan bahwa untuk membangun sebuah
Craftmans, dari pre-proyek sampai operasional PLTN, diperkirakan diperlukan tenaga kerja
dapat digambarkan dengan Gambar 1. langsung sebagai berikut (lihat Tabel 1) :
Kebutuhan SDM yang terdistribusi seperti pada
gambar 3 di atas, secara rinci dapat diuraikan

Tabel 1. : Perkiraan Tenaga Kerja untuk pembangunan PLTN


Jenis Kegiatan Profesional Teknisi Tukang Ahli Jumlah
Pre Project 24 38 12 - 25 40
Project Management
- Utility 48 63 8 11 - 56 74
- Main Contractor 27 36 34 - 30 40
Project Engineering 180 - 240 130 - 190 - 310 - 430
Procurement 17 - 28 8 -12 - 25 - 40
AQ / QC Activity 30 - 50 50 - 70 - 80 120
Plant Construction 70 100 280 - 400 2000 2700 2350 - 3200
Commisioning 38 - 50 40 - 60 80 - 120 158 - 230
O&M 40 - 55 110 - 180 20 - 35 170 270
Licensing & Regulating 45 - 65 - -
Sumber : [Soentono, 2005]
Dengan perkiraan kebutuhan seperti pada Table 08/DJ/07/I/1983. Mengingat proses untuk
1. di atas, maka dapat lebih dirinci nama jabatan melaksanakan tugas tersebut memerlukan waktu,
sesuai dengan jenis kegiatan beserta persyaratan tugas Satgas diperpanjang dengan Surat
dan kualifikasi SDM yang diperlukan. Secara Keputusan Dirjen BATAN Nomor
garis besar untuk semua jenis kegiatan dapat 81/DJ/V/1984, diikuti kemudian dengan
diperkirakan bahwa kebutuhan SDM pembentukan Satuan Tugas Pengelola
professional adalah 529 725 SDM orang, Pendidikan Ahli Teknik Nuklir dengan Surat
teknisi 630 981 orang, dan tukang ahli 2100 Keputusan Dirjen BATAN Nomor
2855 orang (belum termasuk buruh harian). 53/DJ/IV/1985. Baru pada tanggal 3 Agustus
Dengan adanya kajian ini, diharapkan dapat 1985 kegiatan Pendidikan Ahli Teknik Nuklir
dihasilkan nama jabatan untuk masing-masing dengan singkatan PATN di Yogyakarta, dibuka
jenis kegiatan, baik untuk tingkat professional, dengan resmi oleh Direktur Jendral BATAN,
teknisi, maupun tukang ahli beserta persyaratan Bapak Ir. Djali Ahimsa. Ijin operasional dari
dan kualifikasinya. Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) diperoleh
sesuai dengan Surat Keputusan Dirjen Dikti
IV. PERAN STTN DALAM Nomor 1640/D/O/86 tanggal 15 September 1986,
MENYONGSONG ERA PLTN PATN menyelenggarakan program DIII.
Menurut [4] bahwa berdirinya Sekolah Peningkatan PATN menjadi Sekolah
Tinggi Teknologi Nuklir dilatarbelakangi atas Tinggi Teknologi Nuklir (STTN)
adanya suatu gagasan diperlukannya program menyelenggarakan program Diploma IV,
diploma bagi para teknisi. Pada awal tahun 1983, ditujukan dalam rangka mencukupi kebutuhan
gagasan ini dikembangkan dengan membentuk SDM terdidik yang terampil dengan kemampuan
Satuan Tugas (Satgas) Persiapan Pendidikan teknis dan akademis yang lebih baik dan
Ahli Teknik Nuklir berdasar Surat Keputusan memenuhi tuntutan stakeholders. Pada bulan
Direktur Jenderal (Dirjen) BATAN Nomor Agustus 1999 diadakan pertemuan antara

__________________________________________________________________________________________
168
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
BATAN dengan Departemen Pendidikan peringkat A dari BAN-PT. Pada tahun 2008,
Nasional (Depdiknas) yang membahas rencana STTN ditunjuk oleh Badan Pengawas Tenaga
pendirian STTN. Selanjutnya, pada tanggal 31 Nuklir (BAPETEN) sebagai lembaga
Agustus 1999, BATAN mengajukan penyelenggara kursus Proteksi Radiasi dan pada
permohonan pendirian STTN-BATAN ke tanggal 4 Desember 2009 memperoleh sertifikat
Depdiknas. STTN-BATAN dinyatakan layak penerapan Sistem Manajemen Mutu dengan
didirikan dengan persetujuan Depdiknas tanggal standar SB-77-0001-80:2005/ SNI 19-9001/ SNI
15 Maret 2001. 19-9001-2001 dari Badan Tenaga Nuklir
Persetujuan pembukaan Jurusan dan Nasional yang berlaku 3 tahun serta telah
Program Studi (prodi) di STTN-BATAN mendapatkan akreditasi laboratorium radiografi
Yogyakarta dilakukan oleh Direktur Jenderal dari PSJMN-BATAN.
Perguruan Tinggi Nomor 1037/D/T/2001 pada STTN adalah perguruan tinggi yang
tanggal 20 Maret 2001 dengan 2 Jurusan dan 3 diselenggarakan oleh BATAN mengemban
Program Studi (prodi), yaitu Jurusan tugas untuk menghasilkan sumber daya manusia
Teknokimia Nuklir dengan 1 Prodi Teknokimia (SDM) profesional yang dapat mengantisipasi
Nuklir, dan Jurusan Teknofisika Nuklir dengan 2 segala tantangan, hambatan, dan perubahan
Prodi, yaitu Prodi Elektronika Instrumentasi dan internal maupun eksternal di bidang iptek nuklir.
Prodi Elektromekanik. STTN melaksanakan kegiatan Tri Dharma
Setelah dilakukan pembahasan antara perguruan tinggi yaitu kegiatan pendidikan dan
BATAN dengan Kementerian Pendayagunaan pengajaran, penelitian, serta pengabdian kepada
Aparatur Negara (MENPAN), akhirnya pada masyarakat. Hasil utama/output kegiatan STTN
tanggal 8 Juni 2001 diterbitkan Keputusan adalah SDM profesional/Sarjana Sains Terapan
Presiden) (KEPPRES) nomor 71 tahun 2001 bidang iptek nuklir yaitu lulusan Program
tentang Pendirian Sekolah Tinggi Teknologi Diploma IV Teknokimia Nuklir, Elektronika
Nuklir. Keputusan ini ditindaklanjuti dengan Instrumentasi, dan Elektromekanik. Hasil lain
Keputusan Kepala BATAN Nomor STTN adalah penelitian terapan bidang iptek
360/KA/VII/2001 tentang Organisasi dan Tata terutama iptek nuklir dan menyebarluaskan hasil
Kerja STTN, dan Keputusan Kepala BATAN penelitian tersebut, sedangkan dalam bidang
Nomor 542/KA/XI/2002 tentang Statuta Sekolah pengabdian kepada masyarakat, STTN
Tinggi Teknologi Nuklir. melakukan sosialisasi ilmu pengetahuan dan
Peningkatan mutu STTN dilakukan teknologi nuklir kepada masyarakat, serta
secara berkelanjutan dimulai tahun 2006 dengan meningkatkan keterkaitan program STTN
menerapkan sistem mutu berdasar standar dengan kebutuhan masyarakat.
Depdikbud dan standar BATAN, STTN telah
mendapat sertifikasi sistem manajemen mutu SB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
001-SNI-9001:2012 tentang Peyelenggaraan Sesuai dengan judul di atas, kajian ini
pendidikan program diploma IV bidang nuklir setting waktunya tidak begitu panjang, yaitu
dan mengajukan akreditasi ke Badan Akreditasi hanya 3 tahun. Karena berakhirnya jabatan
Nasional (BAN)-PT, pada tangal 9 November presiden Jokowi-JK adalah tahun 2019. Dari
2007 tiga program studi (Program Diploma IV: latar belakang di atas nampaknya pada era
Teknokimia Nuklir, Elektonika Instrumentasi, jokowi belum ada keputusan politik yang besar
dan Elektromekanika) yang diselenggarakan tentang PLTN. Keputusannya masih diminta
oleh STTN telah memperoleh Sertifikat untuk melakukan kajian, pembuatan roadmap
Akreditasi BAN-PT masing-masing dengan dan berlatih dengan reaktor daya yang lebih
peringkat B yang berlaku selama 5 tahun. Pada kecil, yaitu lathan dengan RDE.
tahun 2012 telah melakukan re-akreditasi dengan Situasi dengan time frame yang
hasil ketiga program studi dapat pendekpun tentunya alumni STTN tetap
mempertahankan nilai peringkat B untuk 5 tahun mempunyai peranan yang strategis dalam
kedepan (berdasarkan SK BAN PT Nomor penyiapan PLTN di Indonesia, walaupun alumni
14/BAN-PT/Ak-IX/Dpl-IV/XII/2012 untuk STTN saat ini telah tersebar pada 12 bidang
prodi Elektronika dan Instrumentasi, dan prodi pekerjaan. Peranan yang paling mungkin
Elektromekanik, dan Nomor : 043/SK/BAN- dilakukan oleh alumni STTN adalah :
PT/Ak-IX/Dpl-IV/II/2013 untuk prodi 1. Senantiasa belajar iptek nuklir yang
Teknokimia Nuklir) . Direncanakan pada tahun diajarkan di STTN agar bila sewaktu-waktu
2017 STTN diharapkan dapat mencapai dibutuhkan mengisi SDM PLTN siap untuk

__________________________________________________________________________________________
169
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
training dan bekerja di PLTN, agar selalu Dimana saat itu banyak SDM yang
kompetensi nuklirnya tetap terjaga selain disiapkan, tetapi tidak terkoordinir dengan
perlu juga meningkatkan kapasitas diri untuk baik tersebar kemana-mana serta tidak
mendukung pekerjaan/profesi saat ini. focus, sehingga sulit untuk selalu siap bila
2. Senantiasa mengikuti perkembangan berita sewaktu-waktu dibutuhkan.
dan informasi tentang iptek nuklir STTN sebagai lembaga pendidikan
khususnya PLTN baik melalui media cetak mempunyai fungsi sebagai jembatan yang
dan media lainnya agar tidak ketinggalan menghubungkan antara alumni dan industri,
info terkini tentang PLTN di Indonesia, khususnya industri PLTN. Sehingga dalam hal
sehingga kecintaan terhadap PLTN masih ini tugas STTN ada di 2 kaki, di satu sisi selalu
tetap membara. harus mengikuti kompetensi dan memelihara
3. Siap bila sewaktu-waktu tenaganya kontak person alumni dan satu sisi lainnya
dibutuhkan mengikuti diklat atau traning adalah mensosialisasi dan mempromosikan
bidang iptek nuklir baik di dalam negeri atau kepada badan otorita penyiapan SDM PLTN
luar negeri termasuk siap juga bila sewaktu- tentang STTN itu sendiri dan alumninya. Untuk
waktu ada penerimaan karyawan untuk tugas-tugas ini yang dapat dilakukan STTN
mengisi SDM PLTN. adalah :
4. Senantiasa menjaga komunikasi dengan 1. Rutin melakukan tracer study kepada
pihak STTN dengan memberikan alamat alumninya paling tidak setahun sekali.
kontak yang benar dan mudah untuk 2. Medokumentasikan data alumni dengan
dihubungi, agar bila sewaktu-waktu baik dan mudah diakses.
dibutuhkan siap berangkat. Hal ini ibarat 3. Menginformasikan current status PLTN
prajurit yang selalu siap untuk maju di terbaru dan kontinyu kepada alumni, baik
medan laga. dengan media sosial maupun dengan kontak
Tentunya kesiapan alumni STTN tidak langsung secara berkala.
banyak manfaatnya untuk waktu yang pendek ini 4. Selalu meng update info perkembangan
bila tidak ada lembaga atau badan baik PLTN baik dari BATAN, Kementerian
pemerintah, BUMN maupun swasta yang ESDM, PLN maupun BAPPENAS.
ditunjuk oleh pemerintah sebagai badan 5. Menjaga silakhturakhmi dengan perguruan
pelaksana atau badan otorita yang menyiapkan tinggi lain yang mempunyai kompetensi
SDM PLTN, karena menurut data pada gambar nuklir untuk memelihara standar
1 di atas untuk kesiapan SDM PLTN sebelum kompetensi dosen dan kurikulum.
operasi adalah 5 tahun. Semoga dalam era 6. Mengirimkan dosen-dosen untuk mengikuti
presiden periode mendatang sudah ada seminar/pertemuan ilmiah tentang PLTN
keputusan politik tentang pembangunan PLTN agar kompetensi dosen tentang PLTN
sekaligus ada badan otorita pelaksana khususnya adalah ilmu-ilmu yang terbaru.
yang menyiapkan SDM PLTN. Jika Badan Ketiga pilar Alumni STTN, Badan
otorita tersebut sudah terbentuk maka hal-hal otoritas PLTN dan STTN merupakan pilar yang
yang perlu dilaksanakan adalah : strategis di tataran penyiapan SDM PLTN.
1. Menentukan jumlah SDM dan kualifikasi Dengan koordinasi yang bagus dan kontinyu
pendidikan serta kualifikasi standar diantara 3 pilar itu maka akan dihasilkan SDM
kompetensinya. PLTN yang lebih siap. Dengan SDM yang lebih
2. Mempetakan SDM potensial yang akan siap dan dokumen kesiapan ini termasuk bagian
mengisi masing2 nama jabatan. Saat ini yang terdokumentasi dengan baik, maka dapat
mereka ada dimana-mana karena sudah menjadi salah satu daya dorong kepada Presiden
menjadi alumni dengan berkerjasama dalam mengambil keputusan go PLTN.
dengan pihak perguruan tinggi. Agar ketiga pilar ini dapat bersinergi
3. Melakukan perekrutan SDM yang dengan baik, maka peran instansi lain juga
diperlukan. diperlukan. Antara lain BATAN, Kementerian
4. Melatih dan mendidik calon SDM yang ESDM, PLN, BAPETEN dan BAPPENAS.
sesuai kebutuhan. BATAN dapat mendorong STTN agar
5. Mengelola dan mempertahankan eksistensi senantiasa meningkatkan kualitas dosen dan
mereka agar tetap pada jalur yang benar. mahasiswanya serta meningkatkan akreditasinya,
Pengalaman penyiapan SDM PLTN di era baik akreditasi program studi, akreditasi institusi
tahun 1980 an bisa menjadi bahan pelajaran. dan akreditasi laboratorium, agar tingkat

__________________________________________________________________________________________
170
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
kepercayaan masyarakat kepada alumni STTN 5. Subki, M., H., Evolusi Teknologi PLTN
semakin meningkat. BATAN sebagai lembaga dan Sistem Keselamatannya, Bahan
yang ditunjuk oleh pemerintah dalam mengkaji Pidato Di Depan Civitas Akademika
tentang teknologi PLTN juga perlu senantiasa STTN - BATAN, Yogyakarta, 2006.
memberikan info yang up to date kepada STTN 6. Soetrisnanto,A.J., Dampak Pembangunan
dan alumni STTN agar STTN sebagai lembaga PLTN Terhadap Lingkungan dan
dan alumni sebagai kelompok potensial bidang Masyarakat Sekitar Tapak, Seminar
iptek nuklir selalu siap bila sewaktu-waktu go Sosialisasi Peningkatan Pemahaman
nuklir dicangkan. Kemudian Kementerian Masyarakat Terhadap PLTN Sebagai
ESDM, PLN, BAPETEN dan BAPPENAS Pembangkit Listrik yang Aman Bagi
sebagi badan regulasi, perencana dan mungkin Masyarakat, Yogyakarta, 2006.
pelaksana PLTN juga harus bisa saling sinergi 7. Soentono, S., Bahan Pidato Di Depan
untuk melakukan hal yang sama seperti BATAN. Civitas Akademika STTN - BATAN,
Yogyakarta, 2005.

VI. KESIMPULAN
1. Posisi alumni STTN saat ini ada di 12
bidang lapangan pekerjaan dan sangat
sedikit yang bidang kerjanya bersinggungan
dengan PLTN, walaupun demikian bila
perhatian dan support selalu diberikan oleh
STTN maupun BATAN dan pihak-pihak
terkait lainnya sangat besar dan kontinyu,
alumni STTN siap untuk menjadi SDM
PLTN yang handal dan militan.
2. Pemerintah perlu segera membentuk badan
otorita pelaksana PLTN yang salah satu
tugasnya adalah menyiapkan SDM PLTN.
3. STTN wajib untuk senantiasa melakukan
tracer study untuk senantiasa menjaga
komunikasi dengan alumninya.
4. Lembaga-lembaga lain yang kemungkinan
keterlibatan dalam era PLTN ini sangat
besar, seperti Kementerian ESDM, PLN,
BAPETEN, BAPPENAS, dll untuk
senantiasa berkomunikasi dengan pihak
STTN serta memberikan info PLTN terbaru
kepada alumni STTN, sesuai dengan bidang
tugas masing-masing lembaga.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Tim Tracer Study STTN atas hasil
laporan Tracer study, sehingga laporan-laporan
yang ada dapat digunakan sebagai bahan kajian
ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wisnubroto, D, 2016, Status Face Book, 29
Juni 2016.
2. Said, S, finance.detik.com, 28 Juni 2016.
3. Kurtubi, petroenergi/article, 2 Juli 2016.
4. Supriyono, DKK, Renstra STTN 2015-2019,
Yogyakarta 2016.

__________________________________________________________________________________________
171
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
172
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

 
   
 
 
   


 
     
     

 

  
    
     
 
           !      
"  #  # $ "   #      #        
#         !        %&' "  ( 
  #  "" ! 

  #")#! *   
    (    #  )
*       ( 
 "
 +            %&'   "  # #  
           !             % 
   
     "       # ,-.-    /  01 2& 
   
 #    (       "     
     # ,-.-
  #3       (     #  "   (  
#     " 3   #       !" 
            (   "
      "     3"  
   (        ( 
   
   (  "
    "  3"    
 (           "        %&'     " 
  #"#  (     # )  (  
  * ,          -4     -') -4
-'*  " --4-15 6 -- -' --5.'4 6 7 -' --7588 6 9 -'
-0-485 6 5 -' -007'5 6 9 -. -09-'5 6 9 -- -.5'44 6 9
7 -848.1 6 9 9 -'7-.4 6 5 5 -7-'05 6  ' ' 008789 6
:        "#     #       (       
#      0 6  #   #    5       5 

      816      8'086   
     
 "  "

 3   #      ! #3#'



   
   

      
     
 
       
            
  
                     
                     
  

                 
      
!                        
 
                 

     !       
           
 
                  
 
   "#$%$    &' (          
  )        
  
    "#$%$ 
                      
               
   
     
                        

   
        
 #       


__________________________________________________________________________________________
 173
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
         
              
 
  
  *             
   
        +    
     , 
     - $.       $ +/$. 0$ , $$.$'12
/$$ 0$ $$1% .2 /3 0$ $$31442 /5 0$ $&$.412 /1 0$ $&&3 12
/5 0$% $&5$ 12 /5 0$$ $%1 ..2 /5 03 $4.4%'2 /5 05 $ 3$%.2
/1 01 $3$ &12   / 0 &&43452 6      
  
       
        7   &2      
        1       1         
    4'2             4 &42     
       
    

/-           


    

   " #    




#
     

#        !  
:    ( " #      
           
!   (  (  #                (
; "   
 01111#  !    #   )
*  
 # "      "              ( 
# "  # #   #   "

    #  33  " <-= +  +    
   
  
    !   (  !   (   !   
#   #        # ,-.-    /  
  !    01 &  ? 81 &     # 3,77
   
 ##  !  "    /   -11 &  ? 011 & 
"      <7=
       " # 
  <0= !    "    #"  
 
  #            (  "   ( 
          !   #         
!   (  ) *    
          ) *
#     " <.= : # (    -1 3    ( 
  # >    !   # ,-.- 3    
) ! * ! # (      1.'4 %A )
 
#      (    !  986*  1'.9 %A )
  -86* <-1= 
;  <48= ! ( "     # 3,77 3 
 #   # #          1-418
#  #33"   /    # %A  ;  #"
 #  ' ( <--=
 ! 
    #  @      "   ) *  #
     "  (    !  "   #      ( 
   !  ,-.-
     !   33" #
 #    ! 3 #
  ;    # B!   
 #" # 
  91' "  <'=      <-0=   

 #  01?812& ;    # !  ! 
#  -8?08   (   #  # /3  # 
    #  "  #  #   #   
#     #  # #    
    
   !
        !   ( 

  #  #
 #   
  #    3  
      /    !  ,-.-  
$@3,77<59= "       !
 "
! 
  " #   #     "   #  "   
  #   "  

__________________________________________________________________________________________
 174
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
) 0-  "  * (    !     
"  3 # #  #   !  
  " 
#  !    
 (  #  $ "          !" !# $% " !# $
            " " 

 %&'   #    #  #        

 #       
 (    %&'  # " 
 " #    ! 
      %&' 

  #")#! *        "     
       (       
   
  #   )
*       ( 
 
 <-8= $ "  
    (  "
 #            
%& )% &  , 3 *  "     
  
 3 
  "     # #   
   3    C     #


        
C   +   #     #"
       )*

   #(  #     #"
    
!            
       )*
     #    !  D " E  
  )#"
          "     3 "  
 "    " D E <-.= )   " # *  " # 
  
          
#   ( 
  ( 
%  3  #      ,-.-B 
      
    
       
  3    #
    "        (   " B -

          3 B0B.
  
(   #      "  
3   #    
    ! "      
       (    "

     "      3"
         (    
      ( 
 
            (  B-B    
"
    "    #  

3"     (   
    



C ",  "      


        #   
     !
 %&' "#
 
# 
 # #<-4=
% # %&'     
   D E
     
#        
 #  #  # 
    ( 
   B0B  #"
             

#  !       ## ;"#

__________________________________________________________________________________________
 175
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
    #      ( 
    
)#"*-4    -'
 K 
 #        (  
    % ,      !
,-.-    /  01 2& 
   
   (       !      
       
   !      (     
  "  
      
B.B   #"    !
       (  
     
    !           
       !      ( 
+  #"            :  #
 
    ,   "            
    "     
      # 
 #    # #   , #   (  #   0  #
#
   ,               # )   
#  %&' # #      * H -19   "    
, #
           
  #  "
  #"        
"    (      - 
#     ,    "    0      
 
 
 " 
    %&'
 "#  "     
 (  
$#! %! !# $ %!  !# $
 


     ,- -4 -'
 -     ,0 -- -'
#  ,#
       ,. 7 -'
 !  
<-'-5=     ,4 9 -'

$   $&#%' $     ,8 5 -'


()*+&,-./(01 *)**(2&,-.     ,' 5 -.
@ )@* -111 1-1484 
    ,5 5 --
)&* '111 100''. 1111-81
    ,9 5 7
 )* 5111 110471 15944.-
    ,7 5 9
$  )$* 9111 1'.808 10-1549
    ,-1 5 5
 )* --111 111--0 
    ,-- ' '
% )%* -0111 1111-. 
 ) * -4111 1111.1  
"!)* -8111 111-.4   !%$$
 )* -'111 111014  +  "    
" )& * -5111 111-.. 
  #  "    #    
 -9111  1114'5-      !     :!   
 ) * -7111 111019  
  #     # 
  )&* 01111 111104 
%&'  " (  #  

 #3      #" #  
 ) * 0'111 8,118 
" #   

)&* 07111  
# #          !
)F* .1111 .,118 
%   
   
  )* .5111 -,118   #        %&'
F   )F* 41111 -,118   (   .
  )* 90111 !  -11GH--.8I3. 
  !  &151JF1.1GH9'1I3.

__________________________________________________________________________________________
 176
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
 .
:   #%&'
%$ #$&
  ,-.-
  /  01& 
    
   :   ( 

1.'4%A)986*
 
1'.9%A)-86*
K    
"  # 


 ! #$
 "        
!         " 
 (
  " # "   
  (  # ) !  *

   :       # " '

   "  #     
   
 # " 
  %AI <-7= @  #
%&  "           "
#     ! +  # 
 
 
  " "   
 ( " #    ( " ! 

 #
 <01=    
#  " 
  KI    (
  " 
I "   '

%AI#   
! 
   !     #   ) %* 

" " 
( 
I
B4%    

      !
" / %&'#
 "  %&'    #   # ;"#
           
   ) '* (
 %&'
 (  )  
*  #
&# !  3 )*&
)%* 5 &+ 7'1  .01 B@> .-7 B@>
%'11B@>)411B@> * 
# L ;5+  

%$ !& #$'!3 
B        
       ! "  
/   )/ *%&' ( # 
B 4        B8%    
  
 ( #B8       
 !" / %&'


__________________________________________________________________________________________
 177
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
#4#'!   4: #   "#
@       %&'    (    )%AI*
'  # -19      # %!" !# $  $4$  $4$   
    "#       5% " !# $ %$"$ %$" "6# #!
,-.-01&    (    -4-' -177-. 11-0'9'' --4-156
)1196* )1816*
 (   @       ---' -177-. 11-.18.1 --5.'46
  #
 (   4:  )1196* )1456*
  4       ";   7-' -177-. 11-..000 --75886
)1196* )1446*
   -4    9-' -177-. 11-.8-.9 -0-4856
  -' 
 #    )1196* )1406*
       !
 5-' -177-. 11-.'9.7 -007'56
)1196* )1416*
 "    "    #   5-. -177-. 11-44410 -07'586
 "#   (   ( )1196* ) 1416*
 -177-. %AI   # 5-- -177-. 11-88-1- -.7-476
)1196* )1416*
   "#   (  57 -177-. 11-540-8 -8'1.16
 (  11-0'9'' %AI  )1196* )1416*
  #   "# 59 -177-. 11-71911 -51'.16
)1196* )1416*
     (        # 7 7 (*88(. **2(+7.0 (8(27:
   --4-15 6    9**0:; 9*+*:;
'' -177-. 11084177 0087896
#"        )1196* )1.56*
# -'        
   , .  8  ' 

 5        -4 
 #"  #   "# 


   
  

   (   (# 


    


-177-. %AI     # 

   "#   (  

 (      , 

(  11-.18.1 %AI 11-..000 

%AI 11-.8-.9 %AI  

11-.'9.7 %AI      # 

   "#   ( 


 

  
 



      #   ( 


     , (  B'B!   # 
--5.'4 6 --7588 6 -0-485 6     (  "# 
-007'56+   "( 
   # "#     
  #   "#     #-'
     (        # 
    !             (  
 #-'    
#"     #
  -4       
, (  --  7  9  5  #       
5  "#B'       , .  8  5
       # -'   9   7     
        "   -':  4 # "
#  5   81 6     ";       
  -4      # 5  
       , -.
  --  7  9   5 
   #    "#
       (    ( #

 -177-. %AI  

   #    "#

__________________________________________________________________________________________
 178
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
      (   (        I  
, (  11-44410    " 
%AI 11-88-1- %AI #
#         "
11-540-8 %AI 11-71911 "  (     
 
    
 #  
%AI110-45.9%AI
 #     " " 
    #     "#   #   "#
      (           (        #
  #   (       (  
,( -07'586-.7-47 :     #       
6 -8'1.1 6 -51'.1 6  -7-'05     "#     #  
6 +   " ( 
      (  "#  # 
    #     "#    0 6        
      (       0 6   #"
  3 
  #     !  "# "  #    !
    # 5  
     " (  
   0 6    #     
        -' 
#" "# #    
      ,
        !   ( 
( -.--79
  #    3  
5  "#B5   !   (  :   
    0 6   #  

 #   5   5

      


  816       -4 


   
  

         8'08


    




6       -'  




  #       #

          (  
"#   #    " -7-'05 6


K          
     "  #       
#        #    



  
  "#       (  

  
     # (   "
   0 6 #   (      4
B5B!   #  :    4  # "      
   (  "#      '      
# "#       '  "     
     #5 #   "#  
  (        #    "
    B ' # B 5  06#
0087896

   "  ";   @  #      (  
 #    I      
      "    <0-=
  #     "#      #"   #
  (      #   !  # (     
 @      "
  # "   #    7 
#                "  #" 
  I     "      # "
(  #  ; # "         #    -.  

  
 #
#    #   #   
     "    K    "  #"  
   #    I   #  !    #" 
                

__________________________________________________________________________________________
 179
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
     "         
    %&'      
   %&'   !    
 #    "  
    ,         3#     " #
    
   #    %      
# "  #"   #   , : % :""  
!   #"     ;   
 K #  , 
        
  
# 3# 
#
"K "   #    "   "L 

      
  # " #"  # 
       %&'  "  
   " #"  
#  !  # " 
#"      -     K   " 
    #  ; ; E#  
    "  #"   !,1. " G
 #  !   7           
E K # 
   #"     BA -40K 01--
   -.      9-?74-4-1,'795
   #    0 K    K  
 E 
  "       %&'      B (  
 5  , 
  " %  !  
09856985-6 BE %( "   A  5  -.
K  01-1 485 ? 4'4  -4--,107'
 
 ,# # ?
.  #
 E  
:    "   #"    +(   B ( E   3(
      #  ";  %&' + /  B(" % M
 
       #       -770
       
  #3  4 
  L   D:  &) *,
 "            @$$:$:   ! K ( E
 (          !       " : "
 "           #  " " #  N    
  !       -0:-779
    
 , 8  K % 3"   "
 3 
)   # *   3    3 % 3 B3
#           ;M +-797
@          !  ' B K   > " K
       # "#   @@   "   
      (        &#      "   
#       0 6  # A   "      
  #    5     %" #  ? A   
  5 
     @  ;M -7'9
    81 6     5 K     K  
    -4       " D:     
    8'08 6     :  # !E K   
      -'  K     A  15  10 # 01-.
"              5- ? 91   -759,.8-8 ,
       816,
 # # ?#
  "   !   
9 K      K 
 

D 
   : & 
  %  :    # #

  !E K   

__________________________________________________________________________________________
 180
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
  A  19  10 # 01-4 C
 C   ; %Q 3
85 ? ''   -759,.8-8 , 011.
# # ?# -9 C>   : % 3  "
 3
7  
  L      & 3  L "%& " 
! D   : 
 :   % ! 3 3 Q N%
  #   !E + / 
011'
        A :% -7 "   K   ;  D %&
      ,  E :# ! %3" 3  
M
 8/0117807?8.. 3      
-759,1-5' + / 
%"01--
-1 L  
 L"       01  
   
 
 D  
       #   
 :     #    
 :M
 0115 B 0 %&  %  %&E
-- "  ;   D  # %( "   A  --  0 /
  ,77  
E 01-4 -- ? -5 , # # 
   A -.0: ?01-4
01-- '- ? '8 , 0-    @(   
 
# # ?# D$#       : 
-0 B 
  !  :    B #   !
:  :     "
  +#  #E   

  B (   #  B (  +       
: (  I      "  C   O 
+ /  B(" % M
  -4-0,0477  %, K 
0-:-77' K 01-4 
-.     %&   

 (  :      
<=%6
  "K 01-.

-4       :  # 
-) ;B,*
      ,-70   %# #   #  
 #   %  #        
%&     O "  # #(  ,-- 
:%       ,       'S
 M
  -8 # 

K;-
01-8.'?4.-759,1-5'    "  # #(  ,--
-8     D :          '    
B          '      
   '1& 411 BP            #  
%&8E          "#    ( 
    "       # ) 
       A       (     *  06
K -8:0117   " #(  ,-1    
-' O,8%& %&,B  #    "#  
% &  , 3  # &    (        #  
A  8 A  - $// ;  -7-'056
  " ;"
"
 C,+,1.,-795 C       06 #
   C
 C   ;  " ,--     #    
%Q 3011.   "#        (  
-5 O,8%& %&,B       #    0087896
% &  , 3  # &
   "  ;     
A  8 A   +R B  C,    06 "  #(  " 
+,1.,-795 C      #  " ,--   " ; 
    

__________________________________________________________________________________________
 181
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

 0 ) " ;  B,
*
!   
  

   -4   
-'  "      # 
# # "   "        
" # S


K;0
!      -4 
   -' ""   
,  @
;   
  !    (  
    3 %&    ,
  3%&


.) B,*
# "#%&'" /  S


K;.
#        /   #   
 #"   " 
#      (  

    " <0-=

__________________________________________________________________________________________
 182
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

ANALISIS DISTRIBUSI TEMPERATUR


SUMBER COBALT60 200 kCi DI ATAS KOLAM IRADIATOR
GAMMA MENGGUNAKAN KODE KOMPUTER FLUENT
Sanda

Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir, BATAN,


Tangerang Selatan, Indonesia.
Email : sanda@batan.go.id.

ABSTRAK
ANALISIS DISTRIBUSI TEMPERATUR SUMBER COBALT60 200 kCi DI ATAS KOLAM
IRADIATOR GAMMA MENGGUNAKAN KODE KOMPUTER FLUENT. Sejak tahun 2014 PRFN
telah melakukan penelitian iradiator gamma dengan membuat desain konstruksi iradiator gamma
berkapasitas 200 kCi. Salah satu bagian utama iradiator gamma adalah kolam iradiator yang digunakan untuk
menyimpan sumber Cobalt 60 dengan kapasitas maksimal 2 MCi. Tujuan utama analisis ini adalah untuk
mendapatkan nilai distribusi temperatur dari sumber radiasi ke udara lingkungan dengan menggunakan
program Fluent. Fluent merupakan salah satu program Computational fluid dynamic (CFD). CFD merupakan
program yang digunakan untuk mengetahui distribusi temperatur dan aliran pada suatu sistem. Program
Fluent menyediakan fleksibilitas mesh yang lengkap dan dapat menyelesaikan kasus aliran fluida. Adanya
distribusi temperatur di atas kolam iradiator gamma merupakan salah satu parameter penting dalam
keselamatan instalasi iradiator gamma, karena berhubungan dengan kemampuan pendinginan temperatur
selama sumber radiasi Cobalt 60 berada diatas kolam. Sumber radiasi Cobalt 60 yang berada di atas kolam
mempunyai energi sebesar 7564,151 Watt dengan fluks yang dipancarkan sebesar 6311,11W/m2. Pada
makalah ini akan dibahas penggunaan Fluent untuk mengetahui distribusi temperatur yang terjadi di atas
kolam iradiator. Perhitungan dilakukan untuk mengetahui temperatur sumber radiasi dan udara di atas
kolam. Hasil perhitungan, diperoleh temperatur udara sebesar 48oC dan temperatur pada sumber radiasi
sebesar 160,5oC dan heat flux yang terjadi pad udara sebesar 335 W/m2, dari kedua data hasil perhitungan
menunjukkan bahwa temperatur yang terjadi pada udara sekeliling di ruang iradiasi sangat rendah, sehingga
temperatur yang timbul pada periode waktu berikutnya tidak akan meningkat, dengan demikian keberadaan
sumber Cobalt 60 di atas kolam iradiator gamma dapat dianggap aman.

Kata kunci : Analisis, Distribusi suhu, Iradiator gamma, Fluent, Cobalt 60, kolam iradiator.

ABSTRACT

ANALYSIS OF TEMPERATURE DISTRIBUTION IN 200 kCi COBALT60 SOURCE ABOVE THE


GAMMA IRRADIATOR POOL USING FLUENT CODE. Since 2014 PRFN gamma irradiator has been
conducting research with gamma irradiators making construction design capacity of 200 KCI. One of the
main parts of gamma irradiators is an irradiator used to store Cobalt 60 source with a maximum capacity of 2
MCi. The main purpose of this analysis is to get the value of the temperature distribution of the radiation
source to the environmental air by using Fluent program. Fluent is one program Computational fluid dynamic
(CFD). CFD is a program used to determine the temperature distribution and flow in a system. Fluent
program provides a complete mesh flexibility and be able to resolve the case of the fluid flow. Their
temperature distribution over gamma irradiators pool is one of the important parameters in the gamma
irradiators plant safety, because it deals with the temperature during the cooling capability Cobalt 60
radiation source is above the pool. Cobalt 60 radiation source located above an energy have amounted to
7564.151 Watt flux emitted by 6311,11W / m2. In this paper will discuss the use of Fluent to determine the
temperature distribution occurs on an irradiators. The calculation is done to determine the temperature of the
radiation source and the air above the pond. Calculations, the air temperature of 48oC and the temperature of
the radiation source for 160,5oC and heat flux that occur in the air at 335 W / m2, of both the data the
calculation results show that the temperature that occur in the ambient air in the irradiation chamber is very
low, so temperatures that arise in the next time period will not be increased, thus the presence of a source of
Cobalt 60 gamma irradiators over the pool can be considered safe.

Keywords : Analysis, Temperature distribution, Gamma irradiator, The Fluent, Cobalt 60, Irradiator pool.

__________________________________________________________________________________________
183
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

PENDAHULUAN sehingga instalasi iradiator gamma dapat


Energi panas yang ke luar dari dianggap aman dari kenaikan temperatur
Cobalt dengan intensitas 2 MCi harus bisa yang ditimbulkan oleh sumber radiasi
didinginkan oleh udara di atas kolam. Bila Cobalt 60.
pendinginan yang dilakukan oleh udara
tidak tercapai, maka akan menyebabkan METODOLOGI
temperatur udara di dalam ruang iradisi
dan material akan meningkat secara terus Iradiator gamma aktivitas 200 kCi
menerus. Energi panas yang ke luar dari berada di atas kolam (ruang iradiasi)
Cobalt 60, suhunya semakin lama semakin dengan sumber radioaktif Co60
tinggi atau suhunya naik setiap hari. memancarkan foton gamma dengan energi
Kemampuan pendingin dalam 1,173 MeV (100%) dan 1,332 MeV
memindahkan temperatur yang terjadi (100%)4,5,6). Sumber Co-60 berbentuk
di atas dasar kolam iradiator gamma harus batang pensil6) (d = 1,11 cm, h = 45,1 cm)
menjadi pertimbangan utama dalam disusun menjadi modul dan modul-modul
desain.Temperatur udara di atas kolam disusun menjadi rak sumber yang disimpan
merupakan parameter yang digunakan dalam kolam air. 1 modul = 20 batang, 1
untuk mendeteksi terjadinya distribusi rak = 4 modul.
temperatur agar naiknya temperatur dapat Ruang iradiasi yang berada di atas
terkontrol. Bila distribusi temperatur yang Kolam berkuran 4x5,6x6,9 m berfungsi
terjadi tanpa kontrol, maka akan sangat sebagai ruang iradiasi dan pendingin dari
berbahaya bagi instalasi iradiator gamma gamma heating. Dengan adanya gamma
dan lingkungan sekitarnya, oleh karena itu heating, suhu udara di atas kolam akan
peristiwa yang terjadi di atas kolam naik. Dengan program Fluent akan
iradiator harus dihitung agar asfek dianalisis seberapa besar kenaikan
keselematan bisa terjamin. Ruang iradiasi temperatur udara di atas kolam dan
material di atas kolam iradiator gamma distribusinya akibat adanya gamma heating
dengan geometri ketinggian 4 meter, lebar tersebut. Sebagai gambaran kolam iradiator
5,8 meter dan panjang 6,9 meter, aktivitas ditunjukkan pada Gambar 1.7,8,9)
sumber radiasi Cobalt 60 dengan intensitas
sebesar 200 kCi1,2,3,15).
Untuk menghitung distribusi
temperatur di atas kolam iradiator gamma
dapat digunakan paket program Fluent
yang merupakan salah satu analytical tool
yang dapat memprediksi parameter
distribusi temperatur di atas kolam dengan
akurasi yang mampu membuat model dua
dimensi atau tiga dimensi dari kolam.

Penelitian dalam makalah ini


menyajikan data sumber radiasi Cobalt 60,
ruangan iradiasi di atas kolam dan program
Fluent untuk menghitung distribusi
temperatur yang terjadi di atas kolam Gambar 1.Ruang Iradiasi Iradiator
Iradiator gamma. Hasil yang diharapkan Gamma di atas kolam.
adalah temperatur yang terdistribusi di atas
kolam dapat terjadi secara merata dengan Pada Gambar 1 ditunjukkan ruang iradiasi
kenaikan temperatur yang relatif kecil, di atas kolam dan posisi rak sumber radiasi

__________________________________________________________________________________________
184
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

yang sedang iradiasi tote. Untuk rak x ketinggian 400 cm, juga dibuat penuh,
sumber, modul dan pensil ditunjukkan dengan batas bagian atas dan bawah
pada Gambar 2.11,12,13) adalah udara.

2. Sumber Cobalt 60 pemancar sinar


gamma dengan deskripsi :
x dibuat sesuai dengan ukuran aslinya,
yaitu diameter 1,11 cm dengan panjang
45,1 cm. Dalam analisis ini aktivitas
sumber Cobalt 60 kapasitas maksimum
200 kCi, yang dimodelkan
sepertiganya, menjadi satu rak sumber.

Adapun energi gamma yang dipancarkan


Gambar 2. Rak sumber, modul dan pensil oleh Cobalt 60 dari aktivitas sumber pensil
sumber radiasi gamma. dapat dihitung menggunakan
persamaan14) :
Adapun dimensi rak sumber, modul dan
pensil ditunjukkan pada Gambar 3. P A.EJ
1)
Dengan :
P : Besar daya Cobalt 60, (Watt)
A : Aktivitas sumber, (Ci)
EJ
: besar energi
Gamma yang
dipancarkan, (eV).

Adanya perbedaan temperatur yang


terjadi antara sumber radiasi dan udara
lingkungan dihitung untuk memperoleh
besarnya energi panas yang terjadi di
ruang iradiasi sebagai berikut :

Adanya pembentukan lapisan batas


Gambar 3. Dimensi rak sumber, modul dan laminar, pada suatu kondisi kritis karena
pensil sifat-sifat fluida, gangguan-gangguan
kecil pada aliran itu membesar, maka
mulailah terjadi aliran transisi hingga
Data masukan (input) sebagai aliran turbulen. Untuk aliran melintas
berikut : dapat ditentukan bilangan Reynolds
1. Ruang iradiasi di atas kolam sebagai sebagai berikut16) :
udara lingkungan dengan deskripsi :
x panjang 690 cm, diambil 230 cm ufL
Re =
bagian tengah, karena adanya sifat 2)
simetri pada dinding kiri dan kanan
x lebar 560 cm, dibuat penuh dengan Dengan :
batas dinding depan dan belakang u :
terbuat dari struktur bangunan. kecepatan aliran bebas (m/s)
L : jarak dari tepi depan pelat (m)
: viskositas kinematika fluida

__________________________________________________________________________________________
185
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Analisis Distribusi Suhu Sumber Gamma 2 MCi
di atas Kolam Iradiator Gamma menggunakan Program Fluent

(m2/s). (udara)
Untuk menghitung koefisien 6. Batas atas sebagai wall
perpindahan kalor, sifat-sifat fluida (udara)
dievaluasi pada suhu film (Tf), yaitu Selanjutnya dibuat langkah-langkah
rata-rata aritmatk antara suhu dinding untuk pemodelan dan analisis distribusi
temperatur di atas kolam irradiator sebagai
dan suhu aliran bebas, Tf = (Tw + Tf ) / 2 ,
berikut :
maka koefisien perpindahan kalor ( h )
sepanjang pelat mulai x = 0 sampai 1. Preprocessing
dengan x = L, jadi :
1 L Merupakan langkah dalam
h = h(x)dx = 2h(x) x=L
L 0 3) membangun dan menganalisa sebuah
Dan bilangan Nusselt rata-rata untuk model CFD. Tekniknya adalah membuat
model dan operation mesh yang sesuai
aliran laminar sepanjang pelat ( Nu ) dengan menggunakan paket progam
adalah : Gambit. Pembuatan model dan mesh
ditunjukkan pada Gambar 4.
Nu = 0, 664Pr1/3 .Re1/2 4)
Sehingga besar perpindahan kalor total
(Q), sebagai berikut :

wT
Q = - kA y=0 = h.A(Tw - Tf )
wy 5)

PEMODELAN CFD

Langkah yang dilakukan dalam


simulasi ini adalah pemodelan CFD7,8,9) Gambar 4. Model ruang iradiasi sebagai
dengan menggunakan CAD (Computer Coolant dan sumber Cobalt 60
Aided Design). Adapun definisi ruang sebagai fuel yang di-meshing
iradiasi di atas kolam dan cobalt dengan elemen Tet/Hybrid
ditentukan sebagai berikut : dengan jumlah mesh volume
sebanyak 1507844 buah.
Ruang iradiasi di atas kolam berupa
media udara dan berfungsi sebagai Setelah model di-meshing, langkah
coolant (udara lingkungan). selanjutnya dilakukan adalah File. msh
1. Sumber cobalt 60 berbentuk pensil yang di-export Gambit untuk dibaca oleh
atau lingkaran diubah bentuknya Fluent.
menjadi persegi didefinisikan
sebagai fuel (sumber radiasi). 2. Solving
2. Proses subtract dilakukan terhadap Solvers (program inti pencari
coolant, setelah itu terhadap fuel solusi) CFD untuk menghitung kondisi-
permukaannya sebagai wall kondisi yang diterapkan pada saat
3. Batas kiri dan kanan coolant preprocessing. kemudian dilakukan
sebagai simetri langkah sesuai unitnya, penentuan model
4. Batas depan dan belakang penyelesaiannya (persamaannya),
sebagai wall (udara) kemudian penentuan jenis material yang
5. Batas bawah sebagai wall sesuai, penentuan kondisi operasi dan

__________________________________________________________________________________________
186
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

penentuan kondisi batas. Setelah itu Pada Gambar 5 diperoleh konvergensi pada
diinisialisasi dan terakhir diiterasi. iterasi ke 343, sedangkan untuk grafik
3. Post processing konvergensinya ditunjukkan pada Gambar
Post processing adalah langkah 6.
terakhir dalam analisis CFD. Hal ini
dilakukan pada langkah mengorganisasi
dan interpretasi data hasil simulasi CFD
dengan hasil yang berupa gambar, kurva
atau grafik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis dengan program Fluent


untuk mendapatkan distribusi yang terjadi
di atas kolam ruang iradiasi.14) Energi
gamma yang dipancarkan oleh pensil
dihitung sebagai berikut :
P = 8110Cix1000x3,7.1010dpsx Gambar 6. Grafik konvergensi
2,505.106eVx1,6.10-19J/s
P = 120,27 W Dari Gambar 6 diperoleh Grafik iterasi
Fluks yang dipancarkan oleh sumber numerik yang menunjukkan bahwa
radiasi pensil berbentuk lingkaran adalah program Fluent dapat bekerja secara benar
I = P/A dengan indikasi residual errornya semakin
I = (120,27 W)/(1,59.10-2m2 kecil, yaitu arah grafik yang menurun.
I = 7564,151 W/m2 Hasil perhitungan distribusi
Sedangkan dalam analisis pensil tersebut temperatur di atas kolam ruang iradiasi
dibuat berbentuk persegi, sehingga ditunjukkan pada Gambar 7.
dihasilkan fluks sebesar :
I = (1,59.10-2m2/1,9.10-2m2).7564,151
I = 6311,11 W/m2
Analisis dengan program Fluent ini diawali
dengan langkah iterasi dengan indikasi
terdapat pernyataan konvergensi dan grafik
untuk menunjukkan bahwa program Fluent
residual errornya rendah. Hasil running
ditunjukkan pada Gambar 5 dan 6.7,10)

Gambar 7. Temperatur yang terjadi pada


udara lingkungan dan sumber
radiasi .

Pada Gambar 7 ditunjukkan bahwa pada


udara lingkungan temperatur terjadi
Gambar 5. Hasil running Fluent yang
sebesar 48oC dan pada sumber radiasi
menunjukkan konvergensi.

__________________________________________________________________________________________
187
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Analisis Distribusi Suhu Sumber Gamma 2 MCi
di atas Kolam Iradiator Gamma menggunakan Program Fluent

temperatur terjadi sebesar 160,5oC.


Kondisi temperature yang terjadi di ruang
iradiasi sebesar 48oC, ini merupakan
kondisi temperatur yang relatif rendah,
karena temperatur terdistribusi secara
homogen pada dimensi ruangan iradiasi
yang besar.
Hasil perhitungan velocity
magnitude yang terjadi pada udara
lingkungan dan pada sumber radiasi,
ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 9. Tekanan yang terjadi pada


udara lingkungan dan sumber
radiasi.

Tekanan pada udara lingkungan


dan sumber radiasi terjadi secara homogen
dengan nilai yang sangat kecil, yaitu
sebesar 0,0647 Pa, harga tersebut jauh dari
harga tekanan atmosfir, harga tekanan ini
Gambar 8. Velocity vectors by velocity sangat bagus untuk daerah kerja ruang
Magnitude. iradiasi material, karena temperatur ruang
Hasil perhitungan velocity vectors iradiasi tidak akan keluar lingkungan.
by velocity magnitude sebagai laju Untuk total surface heat flux yang
kecepatan temperatur panas yang terjadi di terjadi pada udara lingkungan dan sumber
ruang iradiasi. Pada udara lingkungan radiasi ditunjukkan pada Gambar 10.
terjadi dengan kecepatan sebesar 0,015
m/detik dan pada sumber radiasi terjadi
kecepatan sebesar 0,03 m/detik. Besar laju
kecepatan temperatur panas dari sumber
radiasi ke udara lingkungan sebesar 0,03
m/detik menurun menjadi sebesar 0,015
m/detik. Memang laju aliran vector
temperatur terjadi tidak secara homogen,
namun dengan adanya pembebanan
turbulen pada saat input model viscous k-
epsilon, maka laju aliran vektor menjadi
turbulen.
Sedangkan untuk tekanan yang
terjadi pada udara lingkungan dan sumber Gambar 10. Total surface heat flux pada
radiasi ditunjukkan pada Gambar 9. udara lingkungan dan sumber
radiasi.

Total surface heat flux pada udara


lingkungan sebesar 335 W/m2 dan pada
sumber radiasi sebesar 3320 W/m2. Total

__________________________________________________________________________________________
188
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

surface heat flux yang terjadi pada udara menunjukkan terjadinya perpindahan
lingkungan sepuluh kali lebih kecil dari temperatur dari sumber radiasi ke udara
pada yang terjadi pada sumber radiasi. Hal lingkungan sebesar 160,5oC dan 48oC,
tersebut menunjukkan bahwa panas yang yang pada udara lingkungan terjadi secara
terjadi pada udara lingkungan terjadi secara homogen dengan indikasi warna biru
homogen, sehingga tidak akan merata pada gambar simulasi, untuk harga
menimbulkan temperatur panas pada tahap heat flux yang terjadi pada udara
iradiasi selanjutnya. lingkungan sangat rendah hanya sebesar
Sedangkan grafik temperatur yang 335 W/m2, tentunya dengan harga heat
terjadi di ruang iradiasi ditunjukkan pada flux tersebut temperature yang akan timbul
gambar 11. tidak akan meningkat pada periode iradiasi
berikutnya. Sedangkan untuk nilai
kecepatan sebesar 0,015 m/detik dan nilai
tekanan sebesar 0,0647 Pascal yang
terjadi pada udara lingkungan semakin
mengindikasikan bahwa nilai tersebut tidak
mempengaruhi distribusi temperatur yang
terjadi di atas kolam iradiator gamma,
sehingga keberadaan sumber radiasi Cobalt
60 di atas kolam ruang iradiasi dapat
dianggap aman.

DAFTAR PUSTAKA

1. Program manual, Desain rinci irradiator


kapasitas 200 kCi, PRFN BATAN,
Gambar 11. Grafik temperatur dengan Tangerang, 2014
posisi sumber Cobalt 60. 2. Kristiyanti, Edy Karyanta, Analisis
dosis radiasi pada kolam air irradiator
Dari grafik diatas, temperatur yang gamma 2 MCi menggunakan MCNP,
terjadi pada udara lingkungan sebesar 42oC Majalah Prima, Vol 11, No. 2, Nop.
dan pada sumber radiasi sebesar 167oC. 2014, PRFN, Tangerang.
Nilai temperatur dari grafik diatas 3. Budi Santoso, Penyiapan desain rinci
mengindikasikan bahwa nilai tersebut irradiator 200 kCi, Usulan kegiatan
mendekati nilai perhitungan dari Gambar PRFN BATAN, Serpong, 2014.
7, memang ada perbedaan pada udara 4. Anonim, IAEA safety standard series
lingkungan antara 42oC dan 48oC dan pada No. SSG-8, Radiation safety of Gamma,
sumber radiasi antara 167oC dan 160,5oC, Electron, and X Ray Irradiation
namun harga tersebut masih berada dalam Facilities, specific safety Guide,
fluktuasi, sehingga kedekatan harga yang Vienna, 2010.
terjadi pada udara lingkungan dan sumber 5. Wisnu Arya Wardhana, Teknologi
radiasi memiliki kesamaan harga. Nuklir, Proteksi Radiasi dan
Aplikasinya, CV. Andi Offset,
KESIMPULAN Yogyakarta, 2006
6. Anonim, Technical Specification
Telah dilakukan analisis distribusi Multipurpose Continous and Batch
temperatur Cobalt 60 yang berada di atas Gamma Irradiator, PT. Gamma Mitra
kolam iradiator gamma menggunakan Lestari, Jakarta, 2014.
paket program Fluent. Hasil analisis

__________________________________________________________________________________________
189
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Analisis Distribusi Suhu Sumber Gamma 2 MCi
di atas Kolam Iradiator Gamma menggunakan Program Fluent

7. Software Fluent 5/6, Fluent Inc, 15. Achmad Suntoro, Analisis Pola Gerak
Copyright 2006. Obyek yang akan diiradiasi pada
8. Suroso dan M. Darwis Isnaini, Desain Iradiator Gamma IZOTOPTM
Penggunaan fluent untuk simulasi untuk PRFN, Seminar Nasional XI
distribusi Suhu dan kecepatan pada alat SDM Teknologi Nuklir, Yogyakarta,
Penukar panas, Prosiding Lokakarya 15 September 2015, ISSN 1978-0176,
Komputasi dalam Sains dan Teknologi STTN BATAN.
Nuklir, PTRKN BATAN, Jakarta, 16. Raldi Artono Koestoer, Dr. Ir.,
Oktober 2010. Perpindahan Kalor, Salemba Teknika,
9. Tuhika, Firman, Dasar-dasar CFD Jakarta, 2002.
menggunakan Fluent, Informatika,
Bandung, 2008. A. Pertanyaan Sutrisno :
10. H. Farajollahi, A. Ghasemizad and B. 1. Gamma heating diakibatkan oleh apa
Khanbabaei, CFD -Calculation of dan apakah gamma heating = temperatur
flow in a pressurized water reactor, udara ?.
Journal of Sciences, Islamic Republic 2. Apakah ada batasan sinar radiasi gamma
of Iran 19(3): 273-281, ISSN 1016- untuk buah-buahan dan makanan ?.
1104, University of Tehran, 2008.
11. Pudjiyanto MS., Aplikasi Pensil Baris Jawab Sanda :
1.2 untuk Desain Keselamatan Iradiator 1.Inti Cobalt 60 sifatnya tidak stabil,
Gamma Batan 500 K, Jurnal Teknologi menuju stabil dia akan memancarkan sinar
Reaktor Nuklir, ISSN 1411-240X, Vol. gamma, sinar gamma yang memancar
13 No. 1 Februari 2011, Hal 34-48, mengenai atom Cobalt/foton Cobalt,
Nomor : 266/AUI/P2MBI/05/2010, sehingga menimbulkan panas. Adapun
PTRKN-BATAN. foton gamma pada atom luar berinteraksi
12. Ari Satmoko, Sutomo Budihardjo, Tri dengan medium, seperti udara, air dan
Harjanto dan Sanda, Perhitungan dan logam, kemudian panas dari foton tersebut
Oenentuan Spesifikasi Komponen- akan diserap oleh medium, sehingga
komponen Utama Sistem Pengangkat medium tersebut menjadi panas.
Sumber Gamma pada Iradiator Gamma 2. Iradiasi gamma untuk buah-buahan dan
Batan 2x250 KCI, Seminar Nasional makanan memang berbeda dan besar
SDM Teknologi Nuklir VII, intensitasnya dibatasi, karena jaringan
Yogyakarta, 16 Nopember 2011, ISSN buah-buahan dan makanan berbeda,
1978-0176, STTN BATAN. bahkan bukan hanya intensitas iradiasi
yang berbeda, tapi juga waktu iradiasinya
13. Sanda, Ari Satmoko, Perancangan pun tidak sama.
Sistem Transmisi Rak Sumber Radiasi
Iradiator Gamma untuk Iradiasi Bahan B. Pertanyaan Sri Inang Sunaryati :
Pangan, Seminar Nasional X SDM Saran saya agar dipelajari/dianalisis
Teknologi Nuklir, Yogyakarta, 10 lagi dimana untuk irradiator yang
September 2014, ISSN 1978-0176, dimanfaatkan untuk sterilisasi adalah
STTN BATAN. radiasi bukan panas yang dihasilkan untuk
14. Sanda, Kasmudin, Simulasi Distribusi radiasi tersebut.
Suhu Kolam Iradiator Gamma 2 MCi
Menggunakan Fluent, Seminar Jawab Sanda :
Nasional XI SDM Teknologi Nuklir, Benar untuk sterilisasi adalah
Yogyakarta, 15 September 2015, ISSN menggunakan radiasi bukan dari panas
1978-0176, STTN BATAN. yang dihasilkan oleh proses iradiasi
tersebut. Hanya ketika terjadi proses

__________________________________________________________________________________________
190
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

iradiasi terhadap buah-buahan, makanan


atau ikan terdapat gelombang
elektromagnetik yang berinteraksi dengan
media, sehingga menimbulkan panas pada
media tersebut.

__________________________________________________________________________________________
191
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
192
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

STABILITAS LUARAN BERKAS RADIASI COBALT-60 PESAWAT


PISAU GAMMA LEKSELL PERFEXION
Assef Firnando Firmansyah1, C. Tuti Budiantari2, Gatot Wurdiyanto3, Nurman Rajagukguk4

1. PTKMR-BATAN, Jakarta, firnando3154@gmail.com


2. PTKMR-BATAN, Jakarta, tuti@batan.go.id
3. PTKMR-BATAN, Jakarta, gatot_w@batan.go.id
4. PTKMR-BATAN, Jakarta, nurman55@yahoo.com

ABSTRAK

STABILITAS LUARAN BERKAS RADIASI COBALT-60 PESAWAT PISAU GAMMA LEKSELL


PERFEXION. Makalah ini menguraikan pengukuran stabilitas luaran berkas radiasi Co-60 untuk kolimator 16
mm dari Pesawat Pisau Gamma Leksell Perfexion. Pengukuran dilakukan menggunakan detektor ionisasi
volume 0,125 cc Semiflex TM 31010 no. seri 004507 yang dihubungkan dengan elektrometer PTW Unidos T
10001 no. seri 11814. Detektor diletakkan di dalam fantom ELEKTA ABS spherical phantom berdiameter 160
mm dan disinari selama 1 menit. Pengambilan data dilakukan sebanyak 5 buah. Dilakukan juga pengukuran
menggunakan fantom ELEKTA solid water spherical phantom. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya
stabilitas luaran Pesawat Pisau Gamma Leksell yang cukup baik sebesar lebih kecil daripada 2,0 %. Hasil
pengukuran menggunakan fantom air padat menunjukkan adanya perbedaan yang kecil sebesar 1,9 % terhadap
fantom plastik.

Kata kunci : Pisau Gamma Leksell Perfexion, dosis serap air, ELEKTA ABS spherical phantom dan
ELEKTA solid water spherical phantom

ABSTRACT

THE OUTPUT STABILITY OF COBALT-60 BEAM FROM THE LEKSELL GAMMA KNIFE
PERFEXION. This paper describe the measurement of the output stability for a 16 mm collimator of the
Leksell Gamma Knife Perfexion. Measurement has been carried out by using a 0.125 cc ionization chamber
Semiflex type of TM 31010 serial number 004507 connected with a PTW Unidos electrometer type of T 10001
serial number 11814. The chamber inserted into an ELEKTA ABS spherical phantom with 160 mm in diameter
and irradiated for 1 minute. Five data were acquired for each measurement. The determination of the absorbed
dose to water using ELEKTA solid water spherical phantom were also described. The results obtained showed
that the output stability of the Leksell Gamma Knife Perfexion was good enough with deviation less than 2.0 %.
The measurement using ELEKTA solid water spherical phantom obtained a good agreement of 1.9 % against
ELEKTA ABS spherical phantom

Key words : Leksell Gamma Knife Perfexion, absorbed dose to water, ELEKTA ABS spherical phantom and
ELEKTA solid water spherical phantom

PENDAHULUAN Pesawat Pisau Gamma Leksell


Pada tahun 2012 Rumah Sakit Siloam Perfexion ini adalah model terakhir dan
Karawaci mengoperasikan pesawat Pisau merupakan pengembangan teknologi dari
Gamma Leksell (Leksell Gamma Knife ) Pisau Gamma generasi sebelumnya yaitu
model Perfexion no. seri 6121 dan ini model 4 C dan model Perfexion ini baru
merupakan pesawat pisau Gamma yang dioperasikan pertama kali pada tahun 2006 di
pertama di Indonesia 1. Pesawat Pisau Timone University Hospital of Marseille,
Gamma Leksell ini dikembangkan oleh Prof. Perancis. Perubahan yang signifikan pada
Leksell dari Swedia pada tahun 1968. model Perfexion ini adalah pada sistem
Penggunaan pisau gamma ini khusus untuk kolimatornya3. Pesawat Pisau Gamma
tumor yang berada di otak. Sampai dengan Leksell Perfexion dapat dilihat pada Gambar
bulan Oktober 2015 Pesawat Pisau Gamma 1.
Leksell ini telah digunakan untuk penyinaran Ketika selesai dipasang pada tanggal
kepada 350 orang pasien 2. 14 Mei 2012, maka dilakukan pengukuran

__________________________________________________________________________________________
193
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
luaran dari pesawat pisau gamma tersebut
oleh pihak fabrikan menggunakan alat ukur
yang dimilikinya untuk keperluan
komisioning dan bersamaan dengan itu
dilakukan juga pengukuran oleh personil
Laboratorium Dosimetri Standar Sekunder
PTKMR-BATAN untuk persyaratan
pengajuan izin penggunaan zat radioaktiv 4.
Kedua pengukuran tersebut dilakukan
menggunakan detektor ionisasi volume 0,125 Gambar 1. Pesawat Pisau Gamma Leksell
cc Semiflex TM 31010 di dalam fantom Perfexion no. seri 6121
yang sama yaitu fantom ELEKTA ABS
spherical phantom terbuat dari polisterin.
Hasil yang diperoleh menunjukkan DASAR TEORI
pengukuran yang dilakukan fabrikan
mendapatkan laju dosis serap air dari pesawat Kesalahan Penunjukan Waktu Pesawat
tersebut adalah 3,394 Gy/menit, sedangkan Pisau Gamma
Laboratorium Dosimetri Standar Sekunder Untuk pesawat terapi Co-60
PTKMR-BATAN mendapatkan 3,400 konvensional, kesalahan penunjukan waktu
Gy/menit. Hal ini menunjukkan adanya (timer) pesawat adalah koreksi dari penunjuk
kesesuaian antara kedua pengukuran tersebut waktu pesawat (timer) yang disebabkan
sebesar 0,2 %. adanya pergerakan sumber radiasi dari posisi
Pada tanggal 23 September 2015 penyimpanan ke posisi penyinaran.
pesawat ini dikalibrasi ulang menggunakan Kesalahan penunjukan waktu pesawat dapat
peralatan yang sama. Dari hasil kalibrasi ditentukan menggunakan persamaan berikut
5
ulang ini akan diperoleh kestabilan luaran .
  
jangka panjang dari pesawat Pisau Gamma (1)
 
Leksell Perfexion ini. Disamping itu
dilakukan juga penentuan laju dosis serap air
dengan
menggunakan detektor ionisasi yang
MA : jumlah bacaan pengukuran selama
volumenya jauh lebih kecil yaitu 0,016 cc.
waktu tA
Selain fantom ELEKTA ABS spherical
MB : jumlah bacaan pengukuran dalam
phantom, dilakukan juga pengukuran di
penyinaran pendek sebanyak n selama
dalam fantom ELEKTA solid water spherical
waktu tB / n
phantom. Fantom ini merupakan model baru
tA : waktu pengukuran selama 60 detik
sebagai pengembangan dari fantom ELEKTA
tB : waktu pengukuran selama 60 detik
ABS spherical phantom yang terbuat dari
n : 4 atau ( 2 < n > 5)
bahan dengan karakteristik hamburan dan
penyerapan terhadap radiasi yang sama
dengan air. Dari pengukuran menggunakan
Penentuan Dosis Transit Untuk Kolimator
kedua detektor dan fantom ini akan diperoleh
16 mm
data yang dapat dijadikan acuan dalam
Sumber sumber radiasi Co-60 di
melaksanakan kegiatan kendali mutu.
dalam pesawat pisau gamma bergerak ke
Makalah ini menguraikan pengukuran
posisi penyinaran pada awal dan di antara
untuk menentukan laju dosis serap air dari
penyinaran. Jadi untuk mencapai posisi
Pesawat Pisau Gamma Perfexion
kolimator 16 mm, sumber radiasi tersebut
menggunakan beberapa detektor dan fantom
harus melewati kolimator 4 mm, dengan
padat yang dilakukan di Rumah Sakit Siloam
demikian memberikan apa yang disebut
Karawaci, Tanggerang.
Dosis Transit .
Satu cara untuk mengukur Dosis
Transit kolimator 16 mm adalah dengan
memberikan dosis yang dibutuhkan dengan
dua perlakuan di isosenter fantom. Pertama

__________________________________________________________________________________________
194
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
detektor disinari menggunakan waktu k pol : faktor koreksi polaritas
penyinaran tunggal. Selanjutnya detektor
disinari dengan dosis yang sama untuk empat ks : faktor koreksi rekombinasi
kali penyinaran. Dosis Transit dapat ion
ditentukan menggunakan persamaan di
bawah ini 6: Penggunaan persamaan ini tidak
terlalu tepat meskipun kesalahannya kecil,
Dosis Transit =

( 2) karena pengukuran menggunakan Technical
Report Series No. 398 ini harus di dalam air.
Selain fantom ELEKTA ABS
D4 D1: selisih dosis terukur di antara dua spherical phantom, Elekta mengeluarkan
penyinaran Gy fantom model baru yaitu ELEKTA solid
3: perbedaan jumlah penyinaran water spherical phantom. Fantom ini terbuat
dari bahan yang memberikan respon terhadap
Pada prinsipnya Persamaan.1 yang digunakan radiasi yang datang seperti respon yang
untuk menentukan kesalahan penunjukan diberikan air. Dengan demikian penggunaan
waktu dan Persamaan. 3 yang digunakan fantom air padat ini sudah sesuai dengan
untuk menentukan dosis transit adalah sama yang direkomendasikan oleh Technical
yaitu untuk mendapatkan koreksi dari luaran Report Series No. 398.
yang disebabkan adanya pergerakan sumber PERALATAN DAN TATA KERJA
radiasi Co-60 dari dan kembali tempat Peralatan
penyimpanan sumber.
Sumber Radiasi
Penentuan Laju Dosis Serap Air Pesawat Sebagai sumber radiasi digunakan
Pisau Gamma Leksell Pesawat Pisau Gamma Leksell Perfexion.
Belum ada protokol khusus untuk Pesawat ini memiliki 192 buah sumber Co-
menentukan laju dosis serap air berkas 60 yang dibagi dalam 8 sektor dengan 24
radiasi Co-60 dari Pesawat Pisau Gamma buah sumber radiasi setiap sektornya.
Leksell. Secara tradisional biasanya pabrik Aktivitas total sumber radiasi Co-60 dari
melakukan pengukuran ionisasi di isosenter pesawat ini adalah 5329,8 Ci pada tanggal1
dengan menempatkan detektor ionisasi di Maret 2012. Untuk keperluan penyinaran
dalam fantom plastik (ELEKTA ABS pasien, pesawat ini dilengkapi dengan 3 buah
spherical phantom). Selanjutnya laju dosis kolimator berdiameter 4, 8 dan 16 mm.
serap air ditentukan menggunakan publikasi
IAEA yang terdapat dalam Technical Report Alat Ukur Radiasi
Series No. 398 dengan persamaan di bawah Sebagai alat ukur radiasi digunakan
ini 7 : detektor ionisasi volume 0,125 cc Semiflex
TM 31010 no. seri 004507 yang
Dw, Q M Q . N D,w . k pol . k S (3) dihubungkan dengan elektrometer PTW
Unidos 10001 no. seri 11814 dan detektor
dengan
volume 0,016 cc Pinpoint TW 31016 no. seri
Dw , Q : laju dosis serap air berkas radiasi 000968 yang dihubungkan dengan
Co-60 ( mGy ) elektrometer Unidos Webline. Sistem
MQ : bacaan dosimeter terkoreksi dosimeter ini tertelusur ke Laboratorium
Standar Primer BIPM. Detektor dan
terhadap temperature dan tekanan (nC )
elektrometer yang digunakan untuk
N D , w : faktor kalibrasi dosis serap air pengukuran tersebut dapat dilihat pada
(mGy/nC ) Gambar 2.

__________________________________________________________________________________________
195
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

a b c
Gambar 2. Detektor ionisasi volume 0,125 cc Semiflex TM 31010 no. seri 004507 a) dan detektor
Pinpoint TW 31016 no. seri 000968 b) serta elektrometer PTW Unidos T10001 no. seri 11814 dan
PTW Webline c).

Fantom Kelemahan fantom ini adalah pemegangnya


Sebagai media pengukuran untuk menyerap berkas radiasi sebanyak 1 % 8 Yang
menentukan laju dosis serap air dari Pesawat kedua adalah ELEKTA solid water spherical
Pisau Gamma Leksell Perfexion ini digunakan phantom. Air padat adalah material yang
dua buah fantom buatan Elekta. Yang pertama memberikan respon terhadap radiasi sama
adalah ELEKTA ABS spherical phantom. dengan air. Disamping itu pemegang fantom
Fantom ini berdiameter 160 cm terbuat dari ini sama dengan pemegang kepala pasien
polisteren dengan densitas 1,066 g/cm3. ketika penyinaran.

a b
Gambar 3. Fantom ELEKTA ABS spherical phantom a)
dan ELEKTA solid water spherical phantom b)

TATA KERJA menggunakan dua buah tegangan .


Pengukuran Dosis Transit Pengukuran dilakukan dengan memberikan
Pertama fantom plastik ELEKTA ABS tegangan kerja detektor yang berbeda V 1 (
spherical phantom dipasang pada tegangan normal ) dan V2. Pengaturan
pemegangnya (adaptor dosimetri ), selanjutnya tegangan V1 dan V2 sedemikan rupa sehingga
pemegang fantom tersebut dipasang pada meja V1/V2 sekurang-kurangnya = 3 .
pasien. Setelah itu detektor volume 0,125 cc Pengukuran untuk menentukan koreksi
Semiflex TM 31010 no. seri 004507 rekombinasi ion berkas Co-60 dilakukan di
dimasukkan ke dalam fantom tersebut. dalam fantom dengan waktu penyinaran =
Kemudian atur waktu penyinaran pada 1 menit
pesawat selama 1 menit. Ambil 1 buah data. Faktor koreksi rekombinasi ion ditentukan
Kemudian lakukan hal yang sama untuk waktu menggunakan persamaan di bawah ini 7
penyinaran 15 menit dengan pengambilan data Ks =
sebanyak 4 buah. Temperatur dan tekanan 2
udara selama pengukuran diamati. V1
 1
V2 ........................... 4
Pengukuran Laju Dosis Serap Air 2
Penentuan Faktor Koreksi Rekombinasi V1 Q1

Ion V2 Q2
Setelah pengecekan stabilitas maka dengan
dilakukan penentuan faktor rekombinasi ion Ks : faktor koreksi rekombinasi ion
yang dilakukan dengan pengukuran V1 : tegangan normal detektor

__________________________________________________________________________________________
196
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
V2 : tegangan detektor sehingga V1/V2 = Kesalahan Penunjukan Waktu Pesawat
3 Pisau Gamma Leksell Perfexion
Q1 : muatan yang dihasilkan Hasil pengukuran kesalahan
menggunakan tegangan V1 penunjukan waktu dari pesawat Pisau Gamma
Q2 : muatan yang dihasilkan Leksell Perfexion dilihat pada Tabel 1 di
menggunakan tegangan V2 bawah ini.

Penentuan Efek Polaritas Tabel 1. Data pengukuran kesalahan


Penentuan faktor koreksi penunjukan waktu pesawat
polaritas dilakukan dengan cara
memberikan detektor tegangan positip dan MA MB
negatip pada kondisi pengukuran yang ( nC/60 detik ) (nC) dengan n:4
sama. Faktor koreksi polaritas, kpol 1,833
ditentukan menggunakan persamaan di 1,832
bawah ini 7 : 7,368 1,832
I  I  1,832
kpol = ................ 5 n. MB = 7,329
2 I
dengan Dengan menggunakan Persamaan 1
I+ : arus yang terukur dengan tegangan akan diperoleh kesalahan penunjukan waktu
detektor positif pesawat sebesar -0,11 detik. Dibandingkan
I- : arus yang terukur dengan tegangan dengan pengukuran sebelumnya yang
detektor negatif mendapatkan nilai - 0,08 detik, maka tidak
I : arus yang terukur dengan tegangan terjadi perubahan yang signifikan.
detektor normal Jika hasil pengukuran tersebut
dihitung menggunakan Persamaan 2, maka
Setelah pengukuran faktor faktor akan diperoleh dosis transit sebesar - 0,013
koreksi yang diperlukan untuk penentuan laju Gy/ (16 mm penyinaran ). Nilai ini relatif kecil
dosis serap air berkas radiasi Co-60 selesai, yaitu sekitar 0,6 % dibandingkan dengan
maka detektor disinari kembali untuk 1 menit luarannya.
penyinaran. Pengambilan data dilakukan Hasil pengukuran laju dosis serap air
sebanyak 5 kali. Selama pengukuran, dari pesawat Pisau Gamma Leksell Perfexion
temperatur dan tekanan udara diamati. dengan detektor Semiflex volume 0,125 TM
Setelah pengukuran selesai, hal yang 31010 no. seri 004507 menggunakan fantom
sama dilakukan untuk fantom ELEKTA solid ELEKTA ABS spherical phantom dan
water spherical phantom dan detektor ELEKTA solid water spherical phantom yang
Pinpoint TW 31016. dihitung dengan Persamaan 3 dapat dilihat
HASIL DAN PEMBAHASAN pada Tabel 2 di bawah ini

Tabel 2. Hasil perhitungan laju dosis serap air pesawat Co-60 yang diukur dengan detektor Semiflex
volume 0,125 TM 31010 no. seri 004507

Rerata NDW DW
Fantom Pol. PS
nC mGy/nC mGy/mt
ELEKTA ABS
7,369 299,25 1,00760 1,00038 2222,7
spherical phantom
ELEKTA solid
water spherical 7,514 299,25 1,00706 1,00041 2265,3
phantom

Hasil pengukuran laju dosis serap air dari dengan detektor Semiflex volume 0,125 TM
pesawat Pisau Gamma Leksell Perfexion 31010 no. seri 004507 menggunakan fantom

__________________________________________________________________________________________
197
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
ELEKTA ABS spherical phantom dan mendapatkan perbedaan sebesar 1,7 %
ELEKTA solid water spherical phantom yang antara pengukuran dan perhitungan. Hal ini
dihitung menggunakan Persamaan 3 dapat menunjukkan bahwa stabilitas luaran pesawat
dilihat pada Tabel 2 di bawah ini Pisau Gamma Leksell Perfexion untuk
Dari Tabel 2 di atas dapat dilihat rentang waktu yang panjang yaitu 1227 hari
bahwa laju dosis serap air yang diperoleh cukup baik. Dengan demikian untuk keperluan
menggunakan fantom air padat mendapatkan penyinaran pasien, laju dosis serap air dapat
nilai 1,9 % lebih besar dibandingkan dengan diperoleh dengan perhitungan. Namun untuk
menggunakan fantom plastik . mengontrol luarannya pengukuran dapat
Hasil pengukuran kalibrasi pertama dilakukan setiap bulan dan membandingkan
pada tanggal 14 Mei 2012 menggunakan dengan perhitungan.
detektor Semiflex TM 31010 no. seri 004507 Hasil pengukuran laju dosis serap air
yang dimasukkan dalam fantom ELEKTA ABS dari pesawat Pisau Gamma Leksell Perfexion
spherical phantom mendapatkan laju dosis menggunakan detektor Pinpoint TW 31016
serap air sebesar 3400 mGy/menit. Jika hasil no. seri 000968 fantom ELEKTA ABS
ini dihitung menggunakan faktor peluruhan spherical phantom dan ELEKTA solid water
dengan waktu paruh Co-60 sebesar 5,27 tahun spherical phantom yang dihitung dengan
ke tanggal 23 September 2015 akan Persamaan 3 dapat dilihat pada Tabel 3 di
mendapatkan laju dosis serap air sebesar bawah ini.
2186,1 mGy/menit. Dengan demikian akan

Tabel 3. Hasil perhitungan laju dosis serap air pesawat Co-60 menggunakan detektor Pinpoint TW
31016 no. seri 000968

Rerata NDW DW
Fantom Pol. PS
nC mGy/nC mGy/mt
ELEKTA ABS
0,881 2515 1,00460 1,00079 2228,5
spherical phantom
ELEKTA solid water
0,902 2515 1,00706 1,00089 2285,7
spherical phantom

Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa hasil x Penentuan laju dosis serap air
penentuan laju dosis serap air di dalam menggunakan publikasi IAEA yang
ELEKTA solid water spherical phantom terdapat dalam Technical Report
mendapatkan hasil yang lebih besar dengan Series No. 398, pengukurannya harus
perbedaan 2,5 %, sedangkan jika dibandingkan menggunakan fantom ELEKTA Solid
dengan pengukuran menggunakan detektor Water Spherical
Semiflex volume 0,125 cc mendapatkan x Dosis Transit untuk kolimator
perbedaan yang kecil sebesar 0,9 %. Namun mendapatkan nilai yang kecil sehingga
meskipun perbedaannya kecil, penggunaan dapat diabaikan
detektor ini belum dianggap valid, karena x Stabilitas laju dosis serap air pesawat
masih ada sejumlah volume udara di dalam Pisau Gamma Leksell Perfexion
fantom yang menyebabkan prinsip Teori cukup baik
Bragg Gray Cavity tidak berlaku. Untuk itu x Kedapat-ulangan output pesawat Pisau
perlu dibuat adaptor dari detektor ini agar Gamma Leksell Perfexion ini sangat
tidak terdapat rongga udara di dalam fantom. baik.
Dari Tabel 2 dan 3 menunjukkan
kecenderungan yang sama bahwa fantom UCAPAN TERIMA KASIH
ELEKTA Solid Water Spherical mendapatkan Penulis mengucapkan terima kasih
hasil yang lebih besar. yang sebesar-besarnya kepada Rumah Sakit
Siloam Karawaci atas kesempatan yang
KESIMPULAN diberikan untuk penggunaan fasilitas Pesawat
Berdasarkan hasil pengukuran tersebut di atas Pisau Gamma Leksell Perfexion.
dapat disimpulkan bahwa :

__________________________________________________________________________________________
198
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
DISKUSI Prosiding PPI Standardisasi 2012, Badan
Standardisasi Nasional, 2012
1. Mengapa timer error yang dibawah 1 detik 2. Komunikasi dengan staf Brain Center
dapat diabaikan dan apakah ada batasan Rumah Sakit Siloam Karawaci,
atau standar yang dapat diacu? Tanggerang
Jawab: kesalahan pada timer dibawah 1 3. DAVID SHEPARD , Gamma Knife and
detik dapat diabaikan karena biasanya pada CyberKnife : Physics and Quality
penyinaran kanker dibutuhkan sekitar 20- Assurance, Swedish Cancer Institute,
60 menit, maka koreksi dosisnya sangat Seattle,WA
kecil. Batasan timer error tidak ada 4. BADAN PENGAWAS TENAGA
standarnya. NUKLIR, Peraturan Kepala BAPETEN
2. Apa bentuk sumber Co-60 dan berapa tentang kalibrasi alat ukur radiasi dan
aktivitasnya ? keluaran sumber radiasi, standardisasi
Jawab : bentuk sumber Co-60 adalah radionuklida dan fasilitas kalibrasi,
seperti pelet dan terbagi menjadi 192 titik BAPETEN, Jakarta, 2007
dengan total aktivitasnya adalah 197,2 TBq 5. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY
(5329,8 Ci) pada tanggal 11 Maret 2012. AGENCY, Absorbed Dose Determination
3. Apakah sumber Co-60 untuk kebutuhan in External Beam Radiotherapy ; An
Gamma Knife ini bisa diganti dengan International Code of Practice for
sumber yang lain ? Dosimetry Based on Standards of Absorbed
Jawab : sumber Co-60 dapat digantikan Dose to Water, Technical Report Series
dengan sumber lain misalnya Cs-137 akan No.398, IAEA, Vienna , 2000
tetapi hal ini akan menjadi tidak efektif 6. PAULA L. PETTI,Ph.D., Leksell Gamma
mengingat daya tembus dan penumbra dari Knife Perfexion TM QA Consideration,
sumber Cs-137 jauh berbeda dengan Co-60. Taylor Mc Adam Bell Neuroscience
Institute, Washington Hospital Healthcare
DAFTAR PUSTAKA System, Fremont, Ca.
7. Bhatnagar, et al, 16-mm Dose Rate
1. NAZAROH dkk, Leksell Gamma Knife Measurement : Practical Issues : Choice of
(LGK) Perfexion/6121, Pertama di new or old-Style phantom , Med.Phys 36 :
Indonesia dan Verifikasi Keluarannya, 1208-1211, 2009.

__________________________________________________________________________________________
199
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
200
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

VERIFIKASI PENENTUAN LUARAN PESAWAT PEMERCEPAT


LINIER TRILOGY
Sri Inang Sunaryati1, Assef Firnando Firmansyah2, Nurman Rajagukuguk3,
Gatot Wurdiyanto4

1. PTKMR-BATAN, Jakarta, sri.inang12@gmail.com


2. PTKMR-BATAN, Jakarta, firnando3154@gmail.com
3. PTKMR-BATAN, Jakarta, nurman55@yahoo.com
4. PTKMR-BATAN, Jakarta, gatot_w@batan.go.id

ABSTRAK

VERIFIKASI PENENTUAN LUARAN PESAWAT PEMERCEPAT LINIER TRILOGY. Makalah ini


menguraikan verifikasi penentuan laju dosis serap air berkas foton 6 MV dan elektron energi nominal 18
MeV yang dipancarkan dari pesawat pemercepat linier medik Trilogy milik Rumah Sakit Siloam
Simatupang. Pengukuran dilakukan di dalam fantom air pada kondisi acuan dengan jarak sumber radiasi ke
permukaan air 100 cm dan lapangan radiasi 10 cm x 10 cm serta kedalaman 10 cm untuk berkas foton dan
(0,6 R50 0,1) cm untuk berkas elektron. Sebagai alat ukur radiasi digunakan dosimeter Farmer NE 2570
/1B milik PTKMR-BATAN dan IBA milik Rumah Sakit Siloam. Perhitungan hasil pengukuran dilakukan
menggunakan protokol dosimetri IAEA yang terdapat dalam Technical Report Series No. 398. Hasil yang
diperoleh menunjukkan adanya kesesuaian yang cukup baik antara kedua pengukuran dengan perbedaan
lebih kecil dari 1,0 %.

Kata kunci : verifikasi, laju dosis serap air, berkas foton, berkas elektron, detektor ionisasi, pesawat
pemercepat linier Trilogy, Technical Report Series No. 398

ABSTRACT

VERIFICATION OF THE OUTPUT DETERMINATION FROM A TRILOGY LINEAR


ACCELERATOR MACHINE. This paper describes the verification of the determination of the absorbed
doses to water for 6 MV foton and 18 MeV electron beams from a Trilogy linear accelerator machine at
Siloam Simatupang Hospital. Measurement has been carried out at the reference condition with the source
to the surface distance of 100 cm, field size of 10 cm x 10 cm and the depth of 10 cm for photon and (0,6
R50 0,1) cm for electron beams. As radiation measuring instrument, Farmer dosemeter type of NE 2570/1B
owned by PTKMR and IBA dosemeter owned by Siloam Hospital were used for the measurement.
Calculation of the measurement were based on the International Atomic Energy Agency publication in the
Technical Report Series No. 398. The result obtained showed that there were good agreement between the
measurement with differences less than 1.0 %.

Key words : verification, absorbed dose to water, photon beam, ionization chamber and Trilogy linear
accelerator machine, Technical Report Series No. 398.

PENDAHULUAN Pada prinsipnya radioterapi adalah


Pesawat pemercepat linier medik penggunaan radiasi pengion untuk
Trilogy no. seri 5484 buatan pabrik Varian mematikan sel kanker dengan dosis yang
Medical Treatment adalah pesawat teleterapi terukur pada volume tumor dan
yang digunakan oleh Unit Radioterapi mengupayakan efek radiasi pada jaringan
Rumah Sakit Siloam Simatupang, Jakarta sehat seminimal mungkin. Ketelitian
untuk menyinari pasien tumor. Pesawat ini pemberian dosis pada pasien diupayakan
dapat memancarkan berkas foton 6 dan 10 tidak melebihi 5 % 2,3. Dengan
MV serta berkas elektron dengan energi diperlukannya ketelitian dalam pemberian
nominal 6, 9, 12, 16 dan 18 MeV 1. dosis pada pasien dan untuk menghindari
risiko yang tidak diinginkan, badan pengawas

__________________________________________________________________________________________
201
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
mewajibkan kepada pemegang ijin untuk pemilihan kualitas radiasi berkas foton dan
mengkalibrasi sumber radiasi yang elektron tersebut di atas, kecuali dianggap
dimilikinya 4. sudah mewakili kualitas radiasi terendah dan
Untuk mendapatkan dosis radiasi yang tertinggi dari berkas radiasi pesawat Trilogi .
akurat untuk penyinaran pasien tumor, maka Makalah ini menguraikan verifikasi
harus dilakukan beberapa pengukuran penentuan dosis serap berkas foton 6 MV dan
parameter dosimetri yang penting dan elektron energi nominal 18 MeV dari
berpengaruh pada besaran dosis radiasi pesawat pemercepat linier medik Varian
tersebut. Salah satu parameter tersebut adalah Trilogy yang dilakukan di Rumah Sakit
persentase dosis di kedalaman berkas radiasi Siloam Simatupang, Jakarta. Pesawat
yang dipancarkan dari pesawat teleterapi pemercepat linier Trilogy no. seri 5484 dan
yang digunakan. Persentase Dosis di personil yang melakukan pengukuran dapat
Kedalaman (PDD) diperlukan untuk dilihat pada Gambar 1.
mendapatkan kedalaman pengukuran laju
dosis serap air, indeks kualitas berkas radiasi,
faktor koreksi kualitas radiasi detektor yang
digunakan untuk perhitungan laju dosis serap
air pada titik pengukuran dan laju dosis serap
air maksimum dari berkas radiasi tersebut 5.
Hasil suatu pengukuran sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain : alat ukur
yang digunakan, pesonil yang melakukan
pengukuran, peralatan penunjang, protokol
yang digunakan dan kondisi lingkungan Gambar 1. Pesawat pemercepat linier medik
tempat pengukuran. Perkembangan Trilogy no. seri 5484 buatan pabrik Varian
belakangan ini menunjukkan adanya Medical Treatment
kecenderungan untuk melibatkan pihak
independen dan memiliki kapabilitas yang TINJAUAN PUSTAKA
mumpuni sebagai pembanding untuk Kualitas Radiasi Berkas Foton
meyakinkan kebenaran hasil suatu Untuk menyatakan kualitas radiasi
pengukuran . 6 berkas foton protokol Nordic dan IAEA yang
Untuk menerapkan program kendali terdapat dalam Technical Reports Series no.
mutu fasilitas radioterapinya, Rumah Sakit 277 menggunakan rasio dosis di kedalaman
Siloam Simatupang memiliki beberapa alat 10 cm dan 20 cm dengan lapangan radiasi 10
ukur radiasi antara lain : dosimeter IBA cm x 10 cm pada jarak sumber radiasi ke
welhofer yang digunakan untuk pengukuran permukaan fantom 100 cm 5. Berdasarkan
relatif seperti persentase dosis di kedalaman nilai rasio ini akan diperoleh beberapa
dan profil berkas radiasi dan detektor ionisasi faktor koreksi seperti: faktor koreksi
volume 0,65 cc FC 65 G no. seri 2477 pertubasi dan nisbah daya henti masa air
untuk pengukuran berkas foton dan detektor terhadap udara yang digunakan dalam
pengionan keping sejajar PPC 40 no. seri perhitungan laju dosis serap air berkas foton
1205 untuk pengukuran berkas elektron. energi tinggi jika menggunakan protokol
Kedua detektor tersebut dirangkaikan dengan Technical Report Series No. 277. Jika
elektrometer IBA Dose 1 no. seri 18186. perhitungan laju dosis serap air dilakukan
Untuk meyakinkan kebenaran hasil menggunakan protokol Technical Report
penentuan laju dosis serap air dari pesawat Series No. 398, maka dari kualitas radiasi ini
pemercepat linier Trilogy no. seri 5484 yang akan diperoleh nilai koreksi kualitas radiasi
dimilikinya, maka dilakukan pengukuran detektor yang digunakan untuk pengukuran 7.
oleh personil rumah sakit menggunakan Selain dari pengukuran pada dua
peralatannya dan membandingkan dengan kedalaman tersebut di atas, kualitas radiasi
pengukuran yang dilakukan oleh personil berkas foton ini dapat juga diperoleh dari
PTKMR-BATAN terhadap berkas foton 6 kurva persentase dosis di kedalaman yaitu
MV dan elektron energi nominal 18 MeV . rasio persentase dosis pada kedalaman 10 cm
Tidak ada pertimbangan khusus terhadap dan 20 cm. Dari kurva ini dapat diperoleh

__________________________________________________________________________________________
202
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
juga kedalaman dosis mencapai nilai detektor pengionan keping sejajar Roos W
maksimum, R100. 34001 no. seri 0125 untuk pengukuan berkas
Untuk mendapatkan kurva persentase elektron. Kedua detektor tersebut
dosis di kedalaman ini dapat dilakukan dirangkaikan dengan elektrometer Farmer
menggunakan pengukuran relatif. Sistem tipe 2570/1B no. seri 1182.
dosimeter untuk pengukuran relatif ini Alat ukur radiasi yang digunakan
menggunakan dua buah detektor. Detektor Rumah Sakit Siloam adalah detektor
yang pertama merupakan acuan yang pengionan volume 0,65 cc FC 65 G no. seri
diletakkan tetap pada medan radiasi di atas 2477 untuk pengukuran berkas foton dan
air, sedang detektor yang kedua dapat detektor pengionan keping sejajar PPC 40 no.
digerakkan di sepanjang sumbu utama mulai seri 1205 untuk pengukuran berkas elektron.
dari permukaan air sampai dengan Kedua detektor tersebut dirangkaikan dengan
kedalaman yang dibutuhkan. elektrometer IBA Dose 1 no. seri 18186.
Detektor pengionan Roos dan PPC 40 dan
Penentuan Dosis Serap di Air Berkas elektrometer Farmer dan IBA Dose 1 dapat
Foton dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.
Dosis serap air berkas foton atau
elektron dari sebuah pesawat teleterapi
merupakan salah satu parameter dosimetri
yang sangat penting karena berhasilnya
perlakuan radioterapi sangat bergantung
pasda parameter ini. Laju Dosis serap air
berkas foton atau elektron pada titik acuan a b
pengukuran dapat ditentukan dengan Gambar 2. Detektor Roos dan PPC 40 a).
persamaan berikut 7 : Elektrometer IBA dan Farmer b)

Dw,Q = MQ . ND,w,Q 0 . k Q,Q 0 (1) Tata Kerja


Pengukuran Persentase Dosis di
dengan : Kedalaman Berkas Foton dan Elektron
Dw,Q : dosis serap pada titik pengukuran
acuan Pertama personil rumah sakit
MQ : bacaan dosimeter terkoreksi temperatur, mengukur persentase dosis di kedalam berkas
tekanan dan rekombinasi ion dan polaritas foton 6 MV dari pesawat pemercepat linier.
ND,w,Qo : faktor kalibrasi dosimeter dalam Pengukuran dilakukan menggunakan sistem
besaran dosis serap air untuk kualitas acuan Dosimeter IBA Welhofer pada jarak sumber
Q0 radiasi ke permukaan air 100 cm dan
k Q,Qo : faktor koreksi kualitas radiasi dari lapangan radiasi 10 cm x 10 cm. Detektor
detektor yang digunakan . Tabel 6 . III dalam ditempatkan pada kedalaman tertentu,
TRS No. 398 untuk berkas fotonTabel 7 . III kemudian disinari dengan berkas foton 6
dalam TRS No. 398 untuk berkas elektron MV. Selanjutnya detektor digerakkan secara
otomatis di sepanjang sumbu utama berkas
PERALATAN DAN TATA KERJA radiasi sampai kedalaman yang diperlukan.
Peralatan Setelah pengukuran persentase dosis di
kedalam berkas foton selesai, maka
Sebagai sumber radiasi digunakan dilakukan pengukuran persentase dosis di
pesawat pemercepat linier medik Trilogy no. kedalaman berkas elektron. Pengukuran
Seri 5484. Pesawat ini dapat memancarkan dilakukan pada jarak sumber radiasi ke
berkas foton 6 dan 10 MV serta berkas permukaan air 100 cm menggunakan
elektron dengan energi nominal 6, 9, 12, 16 aplikator pembentuk lapangan radiasi 10 cm
dan 20 MeV. x 10 cm.
Alat ukur radiasi yang digunakan Dari kedua pengukuran ini akan
PTKMR-BATAN adalah detektor diperoleh kurva persentase dosis di
pengionan volume 0,6 cc tipe TW 30013 no. kedalaman berkas foton 6 MV dan elektron
seri 6367 untuk pengukuran berkas foton dan energi nominal 18 MeV.

__________________________________________________________________________________________
203
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
kedalaman tersebut dengan Tissue Phantom
Pengukuran Kualitas Radiasi Berkas Ratio dalam sebuah tabel.
Foton Menggunakan Detektor Ionisasi.
Untuk menyatakan kualitas radiasi Pengukuran Laju Dosis Serap di Air
berkas foton protokol Nordic dan IAEA Berkas Foton 6 MV
yang terdapat dalam Technical Reports Series Mula-mula pengukuran dilakukan
no. 277 menggunakan rasio dosis di menggunakan alat ukur radiasi milik
kedalaman 10 cm dan 20 cm dengan Laboratorium Dosimetri Standar Sekunder
lapangan radiasi 10 cm x 10 cm pada jarak PTKMR-BATAN. yaitu detektor pengionan
sumber radiasi ke permukaan fantom 100 cm volume 0,6 cc tipe 2571 no.seri 2491 yang
8
. Berdasarkan nilai rasio ini akan diperoleh dirangkaikan dengan elektrometer Farmer
beberapa faktor koreksi seperti : faktor tipe 2570/1B no. seri 1182. Pengukuran
koreksi pertubasi dan nisbah daya henti masa dilakukan pada kedalaman 5 cm untuk berkas
air terhadap udara yang digunakan dalam foton energi 6 MV dengan jarak sumber
perhitungan laju dosis serap air berkas foton radiasi ke permukaan fantom 100 cm dan
energi tinggi jika menggunakan protokol lapangan radiasi pada permukaan fantom 10
Technical Report Series No. 277. Jika cm x 10 cm.
perhitungan laju dosis serap air dilakukan Setelah itu dilakukan pengukuran
menggunakan protokol Technical Report menggunakan alat ukur radiasi milik rumah
Series No. 398, maka dari kualitas radiasi ini sakit Siloam Simatupang yaitu detektor
akan diperoleh nilai koreksi kualitas radiasi pengionan volume 0,6 cc tipe TM 30013
detektor yang digunakan untuk pengukuran 9. no.seri 1456 yang dirangkaikan dengan
Selain dari pengukuran pada dua elektrometer PTW Unidos E T 10009 no.
kedalaman tersebut di atas, kualitas radiasi seri 90209. Susunan peralatan pada
berkas foton ini dapat juga diperoleh dari pengukuran laju dosis serap berkas foton 6
kurva persentase dosis di kedalaman yaitu MV dan elektron energi nominal 18 MeV
rasio persentase dosis pada kedalaman 10 cm dapat dilihat pada Gambar 3.
dan 20 cm. Dari kurva ini dapat diperoleh
juga kedalaman dosis mencapai nilai
maksimum, R100.
Untuk mendapatkan kurva persentase
dosis di kedalaman ini dapat dilakukan
menggunakan pengukuran relatif. Sistem
dosimeter untuk pengukuran relatif ini
menggunakan dua buah detektor. Detektor
yang pertama merupakan acuan yang
diletakkan tetap pada medan radiasi di atas
air, sedang detektor yang kedua dapat Gambar 3. Susunan peralatan pada
digerakkan di sepanjang sumbu utama mulai pengukuran laju dosis serap air berkas foton
dari permukaan air sampai dengan 6 MV dan 18 MeV
kedalaman yang dibutuhkan.
Pengukuran kualitas radiasi berkas HASIL DAN PEMBAHASAN
foton 6 MV tersebut dilakukan dengan cara Berkas Foton 6 MV
mengukur ionisasi pada kedalaman 10 cm
dan 20 cm. Kondisi pengukuran dilakukan Hasil pengukuran persentase dosis di
dengan jarak sumber radiasi ke permukaan kedalaman yang dilakukan oleh fisikawan
fantom 100 cm dan lapangan radiasi 10 cm x medis Rumah Sakit Siloam untuk berkas
10 cm. Hasil perbandingan ionisasi di kedua foton 6 MV pada jarak sumber radiasi ke
kedalaman tersebut merupakan kualitas dari permukaan air 100 cm dan lapangan radiasi
berkas foton yang diukur 5. pada permukaan air 10 cm x 10 cm dapat
Sementara itu Technical Report Series dilihat pada Gambar 4 di bawah ini.
No. 277 menghubungkan bacaan di kedua

__________________________________________________________________________________________
204
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Gambar 4. Persentase dosis di kedalaman (PDD) berkas foton 6 MV

Dari gambar tersebut di atas dapat dilakukan dengan 2 cara, alat ukur dan
dilihat bahwa prosentase dosis pada personil yang berbeda tersebut di atas
kedalaman 10 cm dan 20 cm masing-masing mendapatkan perbedaan yang tidak
67,0 % dan 38,5 %, sehingga perbandingan signifikan sebesar 0,5 %.
antara dosis pada kedua kedalaman tersebut Dengan menggunakan persamaan
adalah 0,575. Persentase dosis di kedalaman TPR20/10 = 1,2661 x PDD20/10 - 0,0595 akan
10 cm ini digunakan untuk mendapatkan laju diperoleh TPR20/10 = 0,667. Dengan
dosis serap air maksimum berkas foton 6 menggunakan Tabel 6 . III dalam TRS No.
MV berdasarkan pengukuran pada 398, maka untuk detektor tipe TW 30013
kedalaman 10 cm. akan diperoleh nilai kQ = 0,992, sedangkan
Hasil pengukuran ionisasi untuk untuk detektor tipe FC 65 G akan
berkas foton 6 MV yang dilakukan mendapatkan nilai kQ = 0,996.
menggunakan dosimeter milik SSDL Hasil pengukuran kalibrasi laju dosis
PTKMR-BATAN pada kedalaman 10 cm serap air berkas foton pada jarak sumber
dan 20 cm masing-masing mendapatkan nilai radiasi ke permukaan fantom 100 cm dan
12,485 nC dan 7,145 nC sehingga lapangan radiasi 10 cm x 10 cm
perbandingan antara ionisasi pada kedua menggunakan dosimeter Farmer yang
kedalaman tersebut adalah D20/10 = 0,572. dihitung menggunakan Persamaan 1 dapat
Dari penentuan kualitas radiasi yang dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Hasil penentuan laju dosis serap air maksimum berkas foton 6 MV menggunakan
elektrometer milik PTKMR
mGy/100
mGy/nC
Bacaan

100MU
nC/100
meter

mGy/
Dosi-

PDD

Dmak
MU

MU
ND

Ks Kpol kQ
D5

PTKMR 12,539 54,27 1,0018 1,0024 0,992 675,026 66,2 1019,7

Dari Tabel 1 tersebut di atas dapat tersebut agar 1 MU ~ 1,00 cGy 1 %.


dilihat bahwa laju dosis serap air berkas Setelah dilakukan adjutsment, maka
foton 6MV pada kedalaman dosis mencapai dilakukan kembali pengukuran yang
maksimum mendapatkan nilai 1019,7 hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2 dengan 1
mGy/100 MU yang artinya 1 MU ~ 1,0197 MU ~ 1,00 cGy 1,0 %. Hasil ini dijadikan
cGy. Hasil ini mendapatkan deviasi acuan untuk verifikasi hasil pengukuran yang
mendekati 1,97 % dari 1 MU ~ 1,00 cGy. dilakukan personil Rumah Sakit Siloam
Dengan demikian perlu dilakukan adjustment Simatupang yang hasil pengukurannya dapat
potensiometer dari pesawat pemercepat linier dilihat pada tabel yang sama.

__________________________________________________________________________________________
205
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Tabel 2. Hasil penentuan laju dosis serap air maksimum berkas foton 6 MV menggunakan dua
detektor

nC/100M

mGy/100

mGy/100
Detektor

mGy/nC
Bacaan

PDD
ND,W

Dmak
MU

MU
Ks Kpol kQ

D5

%
U
PTKMR
30013
TW

12,262 54,27 1,0018 1,0024 0,992 662,972 66,2 1001,5


FC 65 G

Siloam
RS

13,807 48,2 1.003 0,990 0,996 662,721 66,48 996,9

Dari Tabel 2 di atas dapat dilihat Berkas Elektron Energi Nominal 18 MeV
bahwa untuk berkas foton energi 6 MV Hasil pengukuran persentase dosis di
Rumah Sakit Siloam mendapatkan laju dosis kedalaman berkas elektron dengan energi
serap air maksimum sebesar 996,9 mGy/100 nominal 18 MeV pada jarak sumber radiasi
MU, sedangkan PTKMR mendapatkan nilai ke permukaan air 100 cm dan lapangan
1001,5 mGy/100 MU. Hasil ini menunjukkan radiasi yang dibentuk oleh aplikator 10 cm x
adanya perbedaan yang tidak signifikan 10 cm dapat dilihat pada Gambar. 5 di bawah
sebesar 0,4 %. ini.

Gambar 5. Persentase dosis di kedalaman (PDD) berkas elektron 18 MeV

Dari Gambar 5 diperoleh kedalaman dosis 398 akan diperoleh nilai faktor koreksi KQ,Q0
mencapai 50 % dari nilai maksimum, R50 pada Persamaan 2 = 0,8943. Perhitungan
yaitu 7,61 cm. Dengan menggunakan hasil pengukuran dosis serap untuk berkas
persamaan (0,6 R50 0,1) cm akan diperoleh elektron energi nominal 18 MeV
kedalaman pengukuran untuk menentukan menggunakan dosimeter milik Laboratorium
laju dosis serap air yaitu 4,50 cm dengan Metrologi Radiasi Nasional dan Rumah Sakit
persentase dosis kedalaman sebesar 97,66 %. Cipto Mangunkusumo dapat dilihat pada
Dengan nilai R50 = 7,61 cm ini, maka dengan Tabel 2 di bawah ini.
menggunakan Tabel 7. III dalam TRS No.

__________________________________________________________________________________________
206
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Tabel 3. Hasil penentuan laju dosis serap maksimum berkas elektron energi nominal 18 MeV
menggunakan detektor Roos

nC/100M
Detektor

mGy/nC

cGy/100

cGy/200
Bacaan

Dacuan

PDD

Dmak
MU

MU
ND
Ks Kpol kQ

%
U
Roos
PTKMR 13,261 83,53 1,008 1,003 0,894 978,46 97,73 1013,71

Dari Tabel 3 tersebut di atas dapat tersebut. Setelah dilakukan adjutsment,


dilihat bahwa laju dosis serap air berkas maka dilakukan kembali pengukuran yang
elektron pada kedalaman dosis mencapai hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2 dengan
maksimum mendapatkan nilai 1013,71 1 MU ~ 1,00 cGy 0,2 %. Hasil ini
mGy/100 MU yang artinya 1 MU ~ 1,0137 dijadikan acuan untuk verifikasi hasil
cGy. Hasil ini mendapatkan deviasi pengukuran yang dilakukan personil Rumah
mendekati 1,4 % dari 1 MU ~ 1,00 cGy. Sakit Siloam Simatupang yang hasil
Dengan demikian perlu dilakukan adjustment pengukurannya dapat dilihat pada tabel yang
potensiometer pesawat pemercepat linier sama.

Tabel 4. Hasil penentuan laju dosis serap maksimum berkas elektron energi nominal 18 MeV
menggunakan dua detektor ionisasi keping sejajar.
nC/100MU

cGy/100M

cGy/200M
Detektor

mGy/nC
Bacaan

PDD
Dacuan

Dmak
ND

U
ks kpol kQ %
PTKMR
Roos

12,95 83,53 1,008 1,003 0,894 978,46 97,73 1001,19


RS Siloam
PPC 40

12,552 86,90 1.007 0,997 0,894 975,52 97,66 998,85

Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa MU, sedangkan PTKMR mendapatkan nilai
untuk berkas elektron energi nominal 18 1001,2 mGy/100 MU. Hasil ini menunjukkan
MeV RS Siloam mendapatkan laju dosis adanya perbedaan yang tidak signifikan
serap maksimum sebesar 998,9 mGy/100 sebesar 0,2 %.
radiasi, faktor koreksi rekombinasi ion dan
KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN faktor koreksi polaritas, sedangkan tipe B
meliputi : ketidakpastian stabilitas alat ukur
Ketidakpastian hasil pengukuran radiasi, faktor kalibrasi alat ukur radiasi,
dievaluasi sesuai dengan kriteria yang barometer, termometer, penunjuk jarak dan
terdapat dalam ISO/TAG 4/WG 3: Guide to faktor koreksi kualitas berkas radiasi 8.
the Expression of Uncertainty in Evaluasi ketidakpastian pengukuran
Measurement yang mendefinisikan dua berdasarkan komponen ketidakpastian
katagori komponen ketidakpastian yaitu Tipe tersebut di atas diperoleh Ketidakpastian
A dan Tipe B. Komponen ketidakpastian tipe Terentang ( Expanded Uncertainty) sebesar
A meliputi : bacaan berulang alat ukur 2,0 %. Dengan demikian deviasi sebesar

__________________________________________________________________________________________
207
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
lebih kecil daripada 1,0 % menunjukkan Jawab : berkas radiasi foton biasanya
kedua pengukuran mendapatkan hasil yang digunakan pada kanker yang letaknya
mendekati. dalam terhadap permukaan tubuh seperti
kanker payudara, servic, dan nasofaring,
KESIMPULAN sedangkan berkas elektron untuk
menyinari kanker yang letaknya dekat
Dari hasil dan pembahasan tersebut di atas dengan permukaan tubuh seperti kanker
dapat disimpulkan bahwa : kulit.
1. Tidak terdapat perbedaan yang
signifikan untuk penentuan laju dosis DAFTAR PUSTAKA
serap air berkas foton 6 MV dan berkas 1. High Energy C- Series Clinac ,
elektron energi nominal 18 MeV dari Costumer Acceptance test Procedure.
pesawat pemercepat linier Varian VARIAN MEDICAL SYSTEM ,
Trilogy yang diukur menggunakan alat Revision U, 2009.
ukur milik Laboratorium Dosimetri 2. WILLIAM, J.R., and TWAITES, D.I.,
Standar Sekunder PTKMR-BATAN dan Radiotherapy in practice, Oxford
milik Rumah Sakit Siloam Simatupang. Medical Publication, 1993
2. Hasil verifikasi ini menunjukkan bahwa 3. JHON HORTON. Ph.D Handbook
kemampuan personil RS Siloam, alat Radiation Therapy Physics, Prentice-
ukur radiasi, protokol dosimetri yang Hall, Inc. Englewood Cliffs, N.J.,1987.
digunakan sudah memadai. 4. BADAN PENGAWAS TENAGA
3. Kegiatan semacam ini perlu dilakukan NUKLIR, Peraturan Ka. BAPETEN
secara berkala untuk menjamin NOMOR 1 TAHUN 2006 Tentang
kebenaran hasil pengukuran. Laboratorium Dosimetri, Kalibrasi,
diasi dan Keluaran Sumber Radiasi
Terapi, dan Standardisasi Radionuklida,
BAPETEN,l 2006
5. INTERNATIONAL ATOMIC
UCAPAN TERIMA KASIH ENERGY AGENCY, Absorbed Dose
Penulis mengucapkan terima kasih Determination in Photon and Electron
yang sebesar-besarnya kepada fisikawan Beams : An International Code of
medis dan personil Rumah Sakit Siloam Practice, Technical Report Series
Simatupang atas kerja samanya sehingga No.277, IAEA, Vienna (1987)
penulisan makalah ini dapat terlaksana 6. F.O. BOCHUD, T. BUCHILLIER, J,-F.
VALLEY, Verification of Diagnostic
DISKUSI Radiology Control Instruments in
Switzerland, Standard and Codes of
1. Apakah kalibrasi ini atas inisiatif PTKMR Practice in Medical Radiation
untuk mendapatkan data penelitian atau Dosimetry, Proceedings of an
hal lain ? International Symposium, IAEA,
Jawab: untuk mengalibrasi bukanlah Vienna, 2003.
inisiatif PTKMR tetapi dari permintaan 7. INTERNATIONAL ATOMIC
pelanggan yaitu Rumah Sakit. Untuk ENERGY AGENCY, Absorbed Dose
mendapatkan data penelitian ini atas kerja Determination in External Beam
sama PTKMR dengan pihak Rumah Sakit. Radiotherapy ; An International Code of
2. Kalau sekiranya PTKMR menjadi tempat Practice for Dosimetry Based on
kalibrasi atas rekombinasi BAPETEN, Standards of Absorbed Dose to Water,
apakah semua rumah sakit ke PTKMR ? Technical Report Series No. 398, IAEA,
Jawab : semua Rumah Sakit harus Vienna, 05 June 2006 (V.12) .
mengalibrasi ke PTKMR sesuai dengan 8. INTERNATIONAL
Perka BAPETEN. STANDARDIZATION
3. Apa perbedaan dalam terapi ORGANIZATION , Guide to the
(penyembuhan) kanker antara berkas Expression of Uncertainty in
radiasi foton dengan elektron ? Measurement, ISO, Switzerland, 1995.

__________________________________________________________________________________________
208
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

PENENTUAN FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL


PADA POSISI ELEMEN BAKAR TERAS 90 RSG GAS
Elisabeth Ratnawati, Sutrisno, Jaka Iman

Pusat Reaktor Serba Guna G.A.Siwabessy, Kawasan Puspiptek Gedung 31


Serpong Email betty@batan.go.id

ABSTRAK

PENENTUAN FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL PADA POSISI


ELEMEN BAKAR, TERAS 90 RSG GAS. Penentuan fluks neutron thermal dan epithermal di posisi
elemen bakar diperlukan karena adanya perbedaan tinggi arus pada detektor sistem JKT03. Dikhawatirkan
bahwa perbedaan tinggi arus ini disebabkan karena fluks neutron dalam teras reaktor memiliki nilai yang
tidak seimbang. Dipilih 11 posisi pengukuran pada bagian luar teras yang berdekatan dengan kanal JKT03.
Penentuan fluks neutron dilakukan dengan melakukan aktivasi keping Au-197 berbungkus aluminium dan
cadmium. Iradiasi dilakukan dengan daya 200kwatt selama 20 menit. Posisi F6 memiliki besaran nilai yang
paling tinggi dibandingkan dengan posisi yang lain. Ini terjadi karena letak foil yang tidak berada tepat
ditengah sela-sela elemen bakar seperti keping keping yang lain, karena adanya kendala pada saat
pemasangan. Sehingga kemungkinan keping menerima pancaran neutron dari berilium reflektor. Secara
keseluruhan hasil pengukuran memiliki rentang nilai yang tidak jauh berbeda satu sama lain. Sehingga dapat
dikatakan bahwa perbedaan tinggi arus pada detektor JKT03 CX821 bukan berasal dari ketidakseimbangan
besaran fluks didalam teras reaktor, tetapi kemungkinan berasal dari sistem instrumentasi dalam detektor
tersebut. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut serta pengukuran ulang untuk posisi F6. Pengukuran juga
akan dilakukan pada semua posisi secara bertahap sehingga diperoleh data mengenai distribusi fluks
neutron secara keseluruhan.

Kata kunci: fluks neutron thermal dan epithermal, elemen bakar.

DETERMINATION OF THERMAL AND EPITHERMAL NEUTRON FLUX IN FUEL ELEMENT OF


THE 90CYCLES OF RSG GAS. Determination of thermal and epithermal neutronflux in the position of fuel
elements is deemed necessary due to thedifference ofhigh current of JKT03 system. It is feared that
difference is due toun-balance load of the core. It is selected of 11 measuring pointpositions at the out core
adjacent to JKT03 canal. Determination ofneutron flux is performed is by activating Au-197 foil covered by
aluminumand cadmium. Irradiation is implemented by 200 kwatt power for 20minutes. The F-6 position
having the highest value compare to the otherpositions This occur due to location of the foil is not exactly
in theinterrupted fuel element because of difficulties during installation.Therefore the possibility of the foil
receiving the emitted neutrons fromberyllium reflector is possible. Hence for the entire results of this
experiment having measurement rangeof values that are not much different each other. So it can be said
thatthe difference between high and currents on the detector JKT03 CX821 isnot from an un balance of the
neutron flux in the reactor core, but ismaybe from instrumentation of systems. Further research needs to be
done as well as repeated measurements for the position F6. Measurements will be done to all positions
gradually in order to obtain data on the overall
distribution of neutron flux

Keywords: thermal and epithermal neutron flux, fuel elements.

Untuk mendeteksi kecelakaan reaktivitas pada


PENDAHULUAN daerah daya maka digunakan alat pendeteksi
yaitu empat buah pengukur fluks neutron
Salah satu kecelakaan yang bersama dengan tiga pengukur laju dosis gama
dimungkinkan terjadi pada saat reaktor dalam sistem pendingin primer. Empat kanal
beroperasi adalah kecelakaan reaktivitas. beredundansi yaitu : JKT03 CX811, JKT03

__________________________________________________________________________________________
209
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

CX821, JKT03 CX831 dan JKT03 CX841 yang berarti identik dengan 45,7 elemen bakar
dilengkapi dengan empat buah detektor standar. Selain dari 8 elemen Beryllium di
neutron yang masing masing dipasang tepi dari susunan teras reaktor 8 x 8, teras
sepanjang teras pada sudur luar reflektor reaktor dikeliling pada kedua sisinya oleh dua
berilium. Adapun fungsi dari alat tersebut baris posisi pelat kisi (seluruhnya berjumlah
adalah memantau kondisi teras reaktor dalam 36) yang menyediakan ruang untuk elemen
hal daya terlalu tinggi, beban tidak setimbang, reflektor Beryllium (B atau BS) maupun posisi
maupun kondisi penyumbatan kanal pendingin iradiasi di reflektor dan piranti-piranti untuk
Pada saat salah satu detektor JKT03 sistem rabbit (RS) sesuai dengan permintaan
mengalami gangguan, maka dilakukan khusus dari pemakai. Susunan tipikal dipilih
pengukuran arus pada semua sistem JKT03 sebagai dasar untuk perhitungan teras reaktor.
dan diperoleh hasil bahwa sistem JKT03 Susunan ini mempertimbangkan posisi tetap
CX821 memiliki nilai pengukuran arus yang dari kelima posisi sistem rabbit maupun ruang
lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. bebas dari dua posisi pelat kisi (dengan posisi
Perbedaan antara yang terendah dengan yang yang dapat dipindah-pindah untuk pengarah
tertinggi hingga mencapai enam kali lipat. Hal aliran) untuk gerakan fasilitas uji daya ramp
ini merupakan sesuatu yang tidak lazim, sebab (PRTF) di dekat teras reaktor aktif.
besaran arus pada keempat sistem JKT03 ini
seharusnya memiliki nilai yang seimbang. Berikut adalah gambar konfigurasi teras
Adanya perbedaan nilai ini menjadi penting reaktor GA.Siwabessy.
untuk diteliti lebih lanjut, karena besaran arus
dalam detektor adalah similar dengan besaran
fluks neutron pada posisi tersebut. Dengan
adanya fenomena ini maka timbul kekuatiran
bahwa hal ini merupakan suatu indikasi dari
kondisi teras reaktor yang tidak setimbang.
Oleh karena itu maka dipandang perlu
untuk melakukan pengukuran fluks neutron
pada elemen bakar di teras reaktor. Pengukuran
fluks neutron dilakukan secara langsung
dengan metode aktivasi keping Au-197, baik
yang dibungkus Aluminium (terbuka) maupun
Cadmium (tertutup). Posisi yang dipilih adalah Gambar 1 : Konfigurasi Teras Reaktor[1]
A-9, H-9, A-4, H-4, F-3, C-10, F-10, C-6, C-3, Pengukuran aktivitas keping
F-6, E-8. Posisi ini ditentukan agar dapat
memperoleh data besaran fluks neutron pada Pengukuran aktivitas keping dilakukan dengan
bagian luar teras yang berdekatan dengan kanal melakukan iradiasi foil dalam kolam reaktor
JKT03. Diharapkan dari hasil pengukuran kemudian dilakukan pencacahan dengan
fluks neutron tersebut akan memberi menggunakan seperangkat alat spektrometri
gambaran, apakah perbedaan tinggi arus pada gamma. Sebelum digunakan untuk proses
JKT03 ini disebabkan karena pencacahan, terlebih dahulu dilakukan
ketidaksimbangan dalam teras reaktor, atau kalibrasi energi terhadap sistem spektrometri
sebab sebab yang lain. gamma. Secara kualitatif puncak energi akan
segera dapat diidentifikasi, sedangkan secara
TEORI kuantitatif besarnya aktivitas detektor keping
dapat dihitung dengan terlebih dahulu
Konfigurasi teras setimbang (TWC) silisida menghitung efisiensi energi.
RSG-GAS terdiri atas 40 elemen bakar standar Efisiensi mutlak untuk analisis kuantitatif,
(EB), 8 elemen bakar kendali (EK), satu posisi
biasanya dinyatakan dengan lambang , dan
iradiasi di tengah (CIP) yang besar yang terdiri
besarnya adalah[2] :
atas 2 x 2 posisi kisi teras, dan 4 posisi iradiasi
...................................(1)
(IP) di dalam teras reaktor, masing-masing
mengambil satu posisi kisi teras. Keseluruhan Dimana :
teras TWC terdiri atas 960 pelat elemen bakar, (E) : efisiensi mutlak pada tenaga E

__________________________________________________________________________________________
210
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

cps : cacah per sekon, adalah adalah cacah


yang dihasilkan detektor per sekon
dps : disintegrasi per sekon, yaitu cacah sinar
gamma yang dipancarkan oleh sumber ke
segala arah per sekon.
Y (E): intensitas mutlak sinar (Yield)
Setelah mendapatkan besaran effisiensi pada TATA KERJA
tenaga yang dimaksud maka besaran aktivitas
keping dapat dihitung dengan menggunakan Tahapan pengukuran fluks neutron thermal dan
rumus[2] epithermal adalah sebagai berikut :
1. Melakukan preparasi keping Au dan
Aktivitas (Bq) = (2) stringer yang akan digunakan untuk
iradiasi.
2. Menempelkan keping Au yang
dibungkus dengan Al dan Cd pada
stringer dengan posisi sejajar, dalam
Penentuan Fluks neutron posisi 30 cm, tepat ditengah stringer.
3. Memasukkan stringer bermuatan
Besaran fluks neutron thermal dapat ditentukan
keping Au dalam posisi bahan bakar
dengan persamaan [3]
yang telah ditentukan, tepat ditengah-
tengahmya.
.............(3) 4. Melakukan iradiasi keping Au dalam
reaktor berdaya 200kwatt selama 20
Sedangkan besaran fluks epithermal ditentukan
menit
g ppersamaan[3]
dengan
5. Melakukan kalibrasi energi dan
efisiensi
.....................(4) 6. Melakukan pencacahan keping Au
7. Melalukan perhitungan efisiensi energi
dimana 8. Melakukan perhitungan aktivitas
BA = berat atom detektor keping keping terbuka dan tertutup
Ab(t) = aktivitas terukur keping terbuka 9. Melakukan perhitungan fluks neutron
Rcd = nisbah cadmium 10. Menghitung ketidakpastian
= tetapan peluruhan pengukuran.
td, tm,ti= waktu peluruhan, waktu pengukuran,
dan waktu iradiasi
m = massa keping detektor
No = bilangan Avogadro HASIL DAN PEMBAHASAN
th = tampang lintang inti keping
terhadap neutron thermal Pada penentuan aktivitas foil Au-198
Ir = integral resonansi dibutuhkan besaran nilai efisiensi pada energi
Gth = faktor perisai diri thermal utama dari Au-198 (411,8 keV) . Untuk itu
Gepi = faktor perisai diri epithermal maka digunakan sumber standar campuran
E1 = energi batas bawah neutron untuk menentukan nilai efisiensi pada energi
epithermal = 0,5 eV yang diinginkan. Berdasarkan data pencacahan
E2 = energi batas atas neutron thermal pada sumber campuran Ba-133, Cs-137 dan
= 0,1 MeV Co-60 selama 3600 detik dengan
menggunakan detektor HpGe model GC0918
maka diperoleh besaran efisiensi energi.
Dengan nilai intensitas nuklida yang diperoleh
dari tabel[4] dan hasil analisis spektrum dengan
menggunakan software Genie maka dapat
dihitung nilai efisiensi energi. Berikut adalah
Tabel hasil perhitungan efisiensi energy.

__________________________________________________________________________________________
211
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Tabel 1. Hasil Perhitungan Efisiensi Pada Energy 81,00-1332,5 keV


Nuklida Energi peak area waktu Cps At Intensitas Efisiensi
(kev) (det) (Bq) (Bq)
Ba-133 81 3,41E+04 3600 9,47E+00 63923,90506 0,340 0,000435823
276,4 9,66E+03 3600 2,68E+00 63923,90506 0,071 0,000586271
302,85 2,29E+04 3600 6,36E+00 63923,90506 0,180 0,000552837
356,02 6,74E+04 3600 1,87E+01 63923,90506 0,620 0,000472392
383,85 9,12E+03 3600 2,53E+00 63923,90506 0,089 0,000445286
Cs-137 661,66 2,12E+05 3600 5,89E+01 223621,88 0,852 0,000309086
Co-60 1173,24 7,10E+03 3600 1,97E+00 9927,62 0,999 0,000198859
1332,5 6,30E+03 3600 1,75E+00 9927,62 0,999 0,000176311

Tabel 2: Hasil perhitungan aktivitas keping Au


pada tanggal 21 Maret 2016
Dari Tabel di atas dapat maka dapat dihitung No Posisi Pembung- Berat keping Aktivitas
nilai effisiensi pada energi 411,8 keV. Berikut kus (gr) (bq/gr)
adalah persamaan efisiensi energi. 1. C-6 Al 2,502E-01 2,903E+08
Cd 2,570E-01 7,984E+07
2. E-8 Al 2,410E-01 4,097E+08
Cd 2,314E-01 7,389E+07
3 H-4 Al 2,233E-01 4,401E+08
Cd 2,243E-01 9,226E+07
4 F-10 Al 2,440E-01 4,114E+08
Cd 2,374E-01 8,132E+07
5 F-3 Al 2,407E-01 6,731E+08
Cd 2,803E-01 3,456E+08
6 C-10 Al 2,395E-01 5,588E+08
Cd 2,472E-01 2,418E+08
7 C-3 Al 2,780E-01 5,350E+08
Cd 2,637E-01 3,676E+08
8 A-9 Al 2,521E-01 5,938E+08
Cd 2,196E-01 1,917E+08
9 H-9 Al 2,596E-01 7,624E+08
Gambar 2: Grafik Persamaan Efisiensi Energi Cd 2,712E-01 3,395E+08
10 A-4 Al 2,399E-01 6,617E+08
Berdasarkan persamaan diatas maka diperoleh Cd 2,399E-01 1,873E+08
efisiensi pada energi 411,8 keV sebesar 11 F-6 Al 2,210E-01 1,125E+09
0,000441. Cd 2,940E-01 2,764E+08
Aktivitas keping Au dapat dihitung dengan
menggunakna rumus (2). Hasil perhitungan Dengan menggunakan rumus (3) dan (4) maka
aktivitas keping Au dapat dilihat pada tabel dapat dilakukan penentuan besaran fluks
berikut ini. neutron pada masing-masing posisi. Berikut
adalah hasil perhitungan fluks neutron di posisi
bahan bakar pada teras 90. Berikut adalah hasil
pengukuran fluks neutron thermal dan
epithermal pada sebelas posisi elemen bakar.

__________________________________________________________________________________________
212
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

mengkhawatirkan karena masing masing posisi


memiliki rentang nilai dalam kisaran yang
Tabel 3 : Hasil Pengukuran Fluks neutron
tidak jauh berbeda, (kecuali pada posisi F6),
Thermal dan epithermal
karena alasan yang telah disebtkan diatas.
Khusus untuk posisi F6 akan dilakukan
Fluks n pengukuran ulang, bersama dengan posisi
Fluks n Thermal Fluks n Epithermal
Posisi Thermal lainnya yang belum diukur. Sehingga akan
(n/cm2.det) (n/cm2.det)
(n/cm2.s)
(200 kW)
(15MW) (15MW) diperoleh data mengenai distribusi fluks
neutron secara keseluruhan.
A9 3,726E+11 (2,7950,218).1013 (1,0270,047).1013
H9 3,919E+11 (2,9390,136).1013 (1,8180,084).1013 Dari hasil perhitungan yang sudah dilakukan
A4 4,396E+11 (3,2970,152).1013 (1,0030,05).1013
nampak bahwa perbedaan tinggi arus pada
detektor JKT03 CX821 kemungkinan berasal
H4 3,223E+11 (2,4170,110).1013 (4,9410,22).1012
dari sistem instrumentasi dalam detektor
F3 3,035E+11 (2,2760,105).1013 (1,851E0,08).1013 tersebut, dan bukan berasal dari
C10 2,938E+11 (2,2030,098).1013 (1,2950,06).1013 ketidakseimbangan besaran fluks didalam
F10 3,059E+11 (2,2940,104).1013 (4,3550,2).1012
teras reaktor. Meskipun demikian perlu
untuk dilakukan pengukuran ulang untuk
C6 1,951E+11 (1,4630,065).1013 (4,2760,19).1012
posisi F6 serta semua posisi yang lain untuk
C3 3,223E+11 (2,4170,110).1013 (1,9230,09).10.13 mengetahui kondisi teras yang sebenarnya.
F6 7,865E+11 (5,8980,273).1013 (1,4800,07).1013 Pengukuran secara berkala amat dibutuhkan
E8 3,111E+11 (2,3340,106).1013
(3,9570,18).1012 terutama pada saat adanya perubahan pada
konfigurasi bahan bakar reaktor.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengukuran pada Tabel.3 1. Terdapat satu posisi yang memiliki nilai
diatas nampak bahwa posisi F6 memiliki nilai tertinggi (F6) sehingga perlu dilakukan
yang tertinggi, (5,8980,273).1013 n/cm2.detik. pengukuran ulang.
Perbedaan nilai ini dapat terjadi karena posisi 2. Secara keseluruhan, besaran fluks
F6 merupakan posisi yang sulit dijangkau pada neutron pada masing-masing posisi
saat proses pemasukan stringer berisi foil, memiliki besaran dengan kisaran
sehingga kemungkinan foil tidak berada tepat yang tidak jauh berbeda
di tengah bahan bakar. Dengan demikian 3. Perbedaan tinggi arus pada sistem
dimungkinkan foil menerima pancaran neutron JKT03 kemungkinan disebabkan oleh
dari berilium reflektor yang mengakibatkan sistem instrumentasi dalam detektor
nilai fluks neutron menjadi lebih tinggi tersebut, bukan karena ketidak
dibandingkan dengan foil yang lain. Untuk itu seimbangan besaran fluks neutron
maka perlu dilakukan pengukuran ulang untuk dalam teras reaktor.
posisi ini. 4. Pengukuran secara rutin diperlukan
Perlu diketahui bahwa dalam eksperimen ini teristimewa pada setiap adanya
proses pemasukkan stringer di sela sela bahan perubahan pada konfigurasi bahan
bakar merupakan pekerjaan yang memiliki bakar reaktor
tingkat kesulitan yang tinggi. Sehingga
dibutuhkan konsentrasi dan kecermatan untuk
mencapai posisi yang sama dengan yang lain DAFTAR PUSTAKA
yaitu tepat ditengah tengah bahan bakar,
supaya hasil yang diperoleh dapat 1. Laporan Analisis Keselamatan RSG
menggambarkan kondisi yang sebenarnya. GAS, Bab V, revisi 10.1, Desember
2011.
Jika dilihat secara keseluruhan, hasil 2. Wisnu Susetyo, Spektrometri Gamma
penentuan fluks neutron di 11 posisi elemen Dan Penerapannya Dalam Analisis
bakar yang berdekatan dengan sistem JKT03 Pengaktifan Neutron, Gajah Mada
ini maka dapat dikatakan bahwa tidak nampak University Press,1988
gejala yang mengarah pada kondisi yang

__________________________________________________________________________________________
213
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

3. E.M.Zsolnay, Neutron Flux and 5. http://www.nucleide.org/Publications/


Spectrum Measurement by Activation monographies_bipm.htm.
Method, Lecture note for the RTC on 6. Laporan Analisis Keselamatan RSG
Calculation and Measurement of GAS, Vol 3, Bab XVII, revisi 10.1,
Neutron flux for Research Reactor, Desember 2011.
1993
4. IAEA Practical Aspect of Operating A
Neutron Activation Laboratory, IAEA-
TECDOC-564,Wina 1990

Pertanyaan:

Nama : Sri Inang Sunaryati (PTKMR)

Apakah pengukuran fluks selalu dilakukan dan apakah aturan internasional mewajibkan
pengukuran ini?

Jawab
Pengukuran fluks dilakukan pada pergantian teras dengan perhitungan 2D menggunakan
program Batan Fuel, tidak dengan melakukan eksperimen secara langsung karena pengukuran
langsung membutuhkan waktu relatif lebih lama. Eksperimen ini dilakukan karena adanya
perbedaan tinggi arus pada salah satu detektor JKT03.
Secara internasional tidak ada peraturan mengenai hal ini.

Nama : Sanda (PRFN)

1. Apakah perhitungan fluks neutron berhubungan dengan aktivitas?


2. Adakah gamma heating pada elemen bakar ?

Jawab:
1. Ya.
2. Ada. Tapi dalam eksperimen ini tidak diperhitungkan.

__________________________________________________________________________________________
214
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

TINJAUAN EFISIENSI SISTEM PENYEDIA AIR DINGIN PADA


VENTILASI ZONA RADIASI RENDAH RSG-GAS
Kiswanto 1), Nugraha Luhur 2)

1) PRSG-BATAN, Tangerang Selatan, Indonesia, Kiswanto@batan.go.id

ABSTRAK

TINJAUAN EFISIENSI SISTEM PENYEDIA AIR DINGIN PADA VENTILASI ZONA


RADIASI RENDAH RSG-GAS. Telah dilakukan tinjauan efisiensi system penyedia air dingin QKJ 10/20/30
untuk ventilasi zona radiasi rendah. Sistem penyedia air dingin QKJ10, QKJ20, QKJ30 yang ada di RSG-GAS
telah dilakukan penggantian dengan kompresoar yang baru,hal ini dilakukan karena kompresor yang lama sudah
tidak efektif lagi dan hal ini dapat dilihat dari t yaitu selisih suhu air masuk dengan suhu air keluar sistem yang
sudah sangat rendah yaitu 0,5C - 1C. Tinjauan efisiensi sistem penyedia air dingin dilakukan untuk mengetahui
efektivitas sistem ditinjau dari kemampuan mendinginkan air dan juga ditinjau dari penggunaan daya listriknya.
Metode yang digunakan dengan melakukan pengamatan parameter-parameter Tekanan, Suhu, waktu operasi,dan
Arus, Tegangan faktor daya dari supai listrik yang digunakan. Dari hasil tinjauan diperoleh bahwa sistem dapat
O
mendinginkan suhu dengan t sebesar 4 C. Efisiensi daya listrik sebesar 30.608,64 Kwh dalam 1
bulan atau dalam rupiah sebesar Rp. 29.608.656,- dengan pengembalian nilai investasi dalam kurun
waktu 13,37 bulan.

Kata kunci: air dingin, zona, radiasi rendah

ABSTRACT

REVIEW OF THE EFFICIENCY OF COLD WATER SYSTEM PROVIDERS ON LOW


RADIATION ZONE VENTILATION RSG-GAS. Has conducted a review of cold water supply system efficiency
QKJ 10/20/30 to ventilatation the low radiation zone. Water supply system cold QKJ10, QKJ20, QKJ30 in RSG-
GAS has done its replacement by kompressor new one, this is done because the compressor that long is no longer
effective, and this can be seen from t is the difference between the temperature of incoming water with water
temperature exit system is already very low at 0,5C - 1C. Review of the efficiency of cold water supply system
was conducted to determine the effectiveness of the system in terms of the ability to cool the water and also in
terms of the use of electrical power. The method used by observing the parameters of pressure, temperature,
operation time, and Current, Voltage supai power factor of the electricity used. From the results of the review
showed that the system can cool the temperature with t of 4O C. Efficiency of electric power amounted to
30608.64 kWh in one month or in rupiah at Rp. 29,608,656, - with the return value of the investment in a month
13.37.

Keywords: water cool,zona ,low radiation

PENDAHULUAN untuk beberapa keperluan, diantaranya untuk


pendingin, mengatur tingkat kelembaman udara
Pengelolaan tata udara di reaktor serba dan mengatur beda tekanan antar ruangan.
guna G.A. Siwabessy (RSG-GAS) Pengaturan pendingin dan kelembaman udara
menggunakan beberapa sistem ventilasi. ruangan berfungsi untuk menjaga keandalan
Sistem-sistem ventilasi tersebut di rancang dan ketahan peralatan-peralatan yang ada serta

__________________________________________________________________________________________
215
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

untuk kenyamanan bagi pekerja. Pengaturan Sistem penyedia air dingin QKJ10 A dan B,
beda tekanan antar ruangan berfungsi untuk QKJ20 A dan B dan QKJ30 A dan B
mencegah tersebarnya udara jika dirancang dengan kapasitas 3x100 % yaitu
terkontaminasi ke ruangan yang lain pada saat Masing-masing CWU dilengkapi dengan 1
membuka dan menutup pintu antara ruangan buah kompresor, 1 buah kondensor, 1 unit
yang satu dengan ruangan lain. Sistem ventilasi evaporator dan 1 buah pompa sirkulasi air.
di RSG-GAS dikelompokan ke dalam beberapa Sistem penyedia air dingin QKJ10, QKJ20,
daerah sebagai berikut: QKJ30 yang ada di RSG-GAS telah dilakukan
penggantian dengan kompresoar yang baru,hal
- daerah bebas kontaminasi ini dilakukan karena kompresor yang lama
- daerah radiasi rendah sudah tidak efektif lagi dan hal ini dapat dilihat
- daerah radiasi menengah dari t yaitu selisih suhu air masuk dengan
- daerah radiasi tinggi suhu air keluar sistem CWU yang sudah sangat
Untuk pengaturan pendingin dan rendah yaitu antara 0,5C - 1C. Tinjauan
kelembaman udara sistem ventilasi efisiensi sistem penyedia air dingin dilakukan
memerlukan media pendingin berupa air untuk mengetahui efektivitas sistem ditinjau
dingin. Sistem penyedia air dingin (chilled dari kemampuan mendinginkan air dan juga
water system, CWU) atau yang lebih dikenal ditinjau dari penggunaan daya listriknya.
dengan sebutan chiller adalah sistem yang . Metode yang digunakan yaitu dengan
berfungsi sebagai alat untuk memproduksi air melakukan pengukuran dan pengamatan
dingin. Air dingin tersebut digunakan untuk terhadap konsumsi arus listrik, Tegangan
media pendingin pada sistem ventilasi RSG- operasi, Faktor Daya, Tekanan, suhu masuk
GAS. Salah satu sistem penyedia air dingin di dan keluar (' t), waktu hidup dan mati
sistem ventilasi RSG-GAS adalah sistem kompresor dari tiga unit sistem penyedia air
penyedia air dingin untuk sistem ventilasi dingin QKJ10, QKJ20, QKJ30. Selanjutnya
daerah radiasi rendah yang diberi kode QKJ10, dilakukan perhitungan pemakaian daya listrik
QKJ20 dan QKJ30. Sistem ventilasi daerah dan pembandingan saat menggunakan
radiasi rendah RSG-GAS meliputi sistem kompresor yang lama dengan yang baru.
ventilasi daerah radiasi rendah gedung reaktor:
1. (KLE 31) dipergunakan untuk ruang Floor TEORI
Channel 0962, Reactor Protection Venting
Sistem ventilasi rsg-gas
1025, Reactor Proyection System 0930,
Distribution Reaktor Room 0924, Battery
Pengelolaan tata udara di reaktor RSG-
Room 0928.
GAS dipergunakan beberapa sistem ventilasi.
2. (KLE 32) dipergunakan untuk ruang Floor
Sistem-sistem ventilasi tersebut di rancang
Channel 0961, Reactor Protection Venting
untuk beberapa keperluan, diantaranya untuk
1026, Reactor Proyection System 0931,
pendingin, mengatur tingkat kelembaman udara
Distribution Reaktor Room 0923, Battery
dan mengatur beda tekanan antar ruangan.
Room 0927.
Pengaturan pendingin dan kelembaman
3. (KLE 33) dipergunakan untuk ruang Floor
udara ruangan berfungsi untuk menjaga
Channel 0960, Reactor Protection Venting
keandalan dan ketahan peralatan-peralatan
1027, Reactor Proyection System 0932,
yang ada serta untuk kenyamanan bagi pekerja.
Distribution Reaktor Room 0922, Battery
Pengaturan beda tekanan antar ruangan
Room 0926.
berfungsi untuk mencegah tersebarnya udara
4. (KLE 34) dipergunakan untuk ruang Floor
jika terkontaminasi ke ruangan yang lain disaat
1023, LV Distribution 1022, Main Control
terjadi membuka dan menutup antara ruang
Room 0135, Marshalling Kiosk 0824-0825,
yang satu dengan yang lain. Secara umum
Computer Room 0933, Floor 0929. [1] sistem ventilasi RSG-GAS berfungsi untuk:

__________________________________________________________________________________________
216
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

1. Mencukukupi pasokan udara bersih dan Pada tulisan ini hanya akan dibahas berkenaan
sehat untuk manusia dengan sistem penyedia air dingin QKJ10,
2. Menyerap kalor yang ditimbulkan oleh QKJ20, QKJ30 untuk memasok air dingin pada
lampu, perlengkapan lainnya dan mesin- sistem ventilasi daerah radiasi rendah.
mesin
Sistem penyedia air dingin (qkj 10/20/30)
3. Mempertahankan suhu, kelembaban dan
rsg-gas
beda tekanan antar ruangan dan tekanan
negatif gedung Sistem chiller water unit (CWU) safety
4. Mengisolasi ruangan dan gedung apabila related (QKJ 10/20/30), adalah sistem penyedia
terjadi kontaminasi air dingin untuk dipasok ke sistem ventilasi
5. Melakukan dekontaminasi ruangan gedung daerah radiasi rendah (KLE 31/32/33/34) dan
6. Mempertahankan tingkat kebisingan yang intercooler (air to air) dari sistem ventilasi
ditimbulkan sampai batas aman bagi kolam reaktor (KLA 60 BC 101/201/301).
manusia[2] Sistem CWU safety related, terdiri dari: 3 (tiga)
Sistem-sistem ventilasi di RSG-GAS unit yang berlokasi di atas gedung reaktor
berikut fungsi dan kegunaannya adalah sebagai (roof).
berikut: Sistem penyedia air dingin QKJ10,
1. Sistem ventilasi untuk pemasok udara segar QKJ20, QKJ30 zona radiasi rendah termasuk
pada daerah radiasi rendah yang di beri dalam klasifikasi safety related dimana suatu
kode KLE 10 sistem yang termasuk di dalam diversifikasi
2. Sistem ventilasi untuk pembuangan udara catu daya listrik darurat, yaitu: bila catu daya
dari daerah radiasi rendah yang di beri listrik dari PT.PLN (Persero) padam (blackout)
kode KLE 20 maka sistem CWU harus tetap dapat
3. Sistem ventilasi untuk resirkulasi udara dioperasikan dengan menggunakan catu daya
pada daerah radiasi rendah yang diberi darurat disel.
kode KLE 30 Jenis siklus aliran air dingin dari sistem
4. Sistem ventilasi untuk pemasok udara segar CWU safety related, adalah siklus tertutup,
pada daerah radiasi menengah diberi kode sedangkan jenis pendinginan kondensor dari
KLA 10 CWU menggunakan udara (air cooled type).
5. Sistem ventilasi untuk pembuangan udara Susunan peralatan CWU, terdiri dari: 2 (dua)
ke cerobong yang di beri kode KLA 20 CWU-A/B (QKJ 10 A/B; QKJ 20 A/B; QKJ 30
6. Sistem ventilasi untuk resirkulasi udara A/B) yang sejenis dan independen, CWU-A
pada daerah radiasi menengah yang di beri terdiri dari 1(satu) unit kompresor semi
kode KLA 30 hermetik, 1 (satu) unit kondensor, 1 (satu) unit
7. Sistem ventilasi untuk kondisi darurat evaporator dengan 2-laluan (shell & tube, 2/2),
gedung reaktor yang di beri kode KLA 40 1 (satu) unit pompa sirkulasi air dingin dan 3
8. Sistem ventilasi untuk kondisi darurat Balai (tiga) unit exhaust fan kondensor yang
Operasi reaktor yang diberi kode KLA 60 terhubung langsung antara blade/impeler
9. Sistem ventilasi untuk daerah radiasi tinggi dengan motor listrik.
seperti Bilik Panas (Hot Cell) yang di beri Jaringan pemipaan keenam CWU-A/B
kode KLA 70 (QKJ 10 A/B; QKJ 20 A/B; QKJ 30 A/B)
10. Sistem penyedia air dingin untuk memasok adalah sejenis (typical) dan pipa
air dingin pada daerah radiasi menengah masukan/keluaran dari CWU langsung
yang di beri kode QKJ 01, QKJ 02 dan terhubung ke beban pendingin (KLE
QKJ 03 31/32/33/34/35 dan KLA 60 BC 101/201/301)
11. Sistem penyedia air dingin untuk memasok melalui pencabangan pemipaan (tee/elbow
air dingin pada daerah radiasi rendah yang connection) sedangkan jalur pipa pengalih
di beri kode QKJ 10, QKJ 20 dan QKJ 30 aliran pintas (by pass pipe line) terdapat pada
unit-unit beban pendingin yang dilengkapi

__________________________________________________________________________________________
217
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

dengan katup aktuator penggerak motor listrik pengoperasian CWU-A ke CWU-B atau
dan di kendalikan oleh thermostat, yang sebaliknya, dilakukan secara manual (human
bertujuan untuk mengalihkan aliran air dingin touch).
dari sisi masuk ke sisi keluar unit beban Sistem ini merupakan unit mesin untuk
pendingin. Thermostat pengendali katup memproses air (refrijerasi) dari air dengan suhu
aktuator dipasang di ducting pada sisi udara tertentu menjadi air dengan suhu yang lebih
keluar, pengalihan air dingin yang masuk ke rendah (lebih dingin). Fluida pendingin yang
unit beban pendingin terjadi, jika suhu udara digunakan pada mesin refrijerasi adalah
keluar dari unit beban pendingin telah cukup refrijeran (refrigerant) R22, kemudian
sesuai dengan kebutuhan (air temperature refrijeran mendinginkan air, dan selanjutnya air
setting limit), maka katup aktuator akan dingin didistribusikan untuk dipergunakan
menutup sebagian, sehingga beban pendingin sebagai media pendingin pada sistem-sistem
CWU akan berkurang dan sampai pada harga yang membutuhkan. Jenis mesin refrijerasi
batas suhu air yang masuk ke CWU telah yang digunakan adalah jenis pendingin udara
dicapai maka kompresor semi-hermetik dan (air cooled type) dengan jenis kompresor yang
exhaust fan kondensor akan berhenti dapat dibongkar pasang tanpa merusak (semi-
beroperasi, tetapi pompa sirkulasi masih tetap hermetic compressor type) dan
beroperasi untuk mensirkulasikan air dingin penggerak/penghasil tekanan refrijerasi
dari unit-unit beban pendingin ke CWU[3]. menggunakan torak (reciprocating type).
Moda pengoperasian CWU-A/B, Secara garis besar sistem penyedia air
adalah: 3x100%, dimana dalam kondisi normal dingin tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar
1 (satu) unit CWU-A atau B dapat melayani 1 berikut:
keseluruhan beban pendingin yang sesuai
perolehan distribusi air dingin. Pemindahan

ELECTRICAL
CONTROL

SV

FD

M
M
EVAPORATOR UNIT

CT CT CT
CONDENSER UNIT

CF
EF
AN101/201/301

AN101/201/301
BC101/201/301

CIRCUIT A
KLE 31/32/33

CIRCUIT A
by pass line

by pass line

by pass line
KLA 60

KLE 35

KLE 34

AN001

M M M BT2 M

PIHIGH PIOIL PILOW Keterangan Gambar Chiller Water Unit (CWU):


BT = Bulb Temperature
M BT2 = Load Capacity Thermostat
by pass line
TXV CF = Control Flow (Dry Running Protection)
LPC HPC
E & C = Electrical Control
BT OPC EF = Exhaust / Condenser Fan
TXV = Expansion Valve
COMPRESSOR SEMI HERMETIC FD = Filter Dryer
UNIT A HPC = High Pressure Control
LPC = Low Pressure Control
M = Electric Motor
Gambar Prinsip Kerja CWU, QKJ-10/20/30 OPC = Oil Pressure Control
SV = Electric Solenoid Valve

Gambar 1. Sistem Penyedia Air Dingin (Chiller Water Unit,CWU)

Fungsi utama sistem penyedia air dingin, yang lebih rendah (lebih dingin). Secara garis
adalah untuk menyediakan dan memasok air besar prinsip kerja dari sistem pemroses air
dingin sesuai dengan yang dibutuhkan, yaitu: dingin (QKJ 10/20/30) adalah refijeran pada
mendinginkan air dengan kondisi dari air mesin refigerasi disirkulasi oleh komproser.
dengan suhu tertentu menjadi air dengan suhu Refijeran dari komproser kemudian masuk ke

__________________________________________________________________________________________
218
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

dalam unit condesor (dalam unit condensor 2. Pengendalian tekanan keluaran (high
terdapat blower) kemudian melawati filter, pressure control, HPC) mesin refrijerasi
kemudian masuk ke dalam unit evaporator dan harus berada diantara: 12 ~ 25 bar (
kembali lagi ke kompresor. Di dalam unit kgf/cm). Jika tekanan keluaran lebih kecil
evaporator ini air disirkulasikan sehingga suhu dari dua belas bar (PIHIGH < 12bar) maka
air dari suhu tertentu didinginkan menjadi air kemampuan pendingin berkurang, karena
dengan suhu yang lebih rendah (lebih dingin). kompresi yang dihasilkan tidak memadai
Dan selanjutnya air dingin oleh sebuah pompa sehingga freon akan mengembun sebagian
sirkulasi digunakan sebagai media pendingin sebelum memasuki unit evaporator, dan
pada sistem-sistem yang membutuhkan. jika keluaran melebihi dua puluh lima bar
(PIHIGH > 25 bar) maka kemampuan
Distribusi air dingin
pendingin akan berkurang karena freon
Distribusi air dingin dari sistem penyedia tidak mengembun sempurna di unit
air dingin adalah menggunakan siklus tertutup evaporator dan, memungkinkan kompresor
maka pengendalian di titik beratkan kepada akan mati (berhenti karena ada gangguan
tekanan air agar massa air yang didinginkan fault) untuk mencegah terjadinya panas
setara dengan kemampuan beban sistem berlebih di unit kondensor;
pendingin. Distribusi air dingin dari dan ke 3. Pengendalian tekanan minyak pelumas (oil
sistem penyedia air digunakan pompa pressure control, OPC) mesin refrijerasi
sentrifugal. Volume air keseluruhan adalah harus berada diantara: 1,5 5 bar (
sebanyak 10.000 liter, untuk menjaga kualitas kgf/cm2) diatas tekanan isap. Jika tekanan
air maka pada air ditambahkan bahan kimia minyak pelumas lebih kecil dari batas
pengendali yaitu Nalco 121. Untuk bawah maka pendinginan kompresor akan
mereratakan (menstabilkan) tekanan air di berkurang karena distribusi minyak
sepanjang pipa distribusi digunakan tangki pelumas tidak merata atau saringan minyak
ekspansi dan dipasang sesudah pompa sirkulasi pelumas kotor atau pompa minyak pelumas
atau sisi tekan pompa sirkulasi. Kapasitas rusak, dan jika tekanan minyak pelumas
tangki adalah 800 liter air, di dalam tangki melebihi batas atas maka kemungkinan
dipasang membran yang terbuat dari bahan saringan minyak pelumas rusak;
karet, dilengkapi dengan pentil (katup searah).
4. Pengendalian suhu pembekuan (freeze
Sistem penyedia air dingin saat beroperasi
protection thermostat, BT1) berfungsi
maka seluruh parameter harus terkendali
untuk mencegah agar air tidak membeku
sampai batas aman operasi, lingkup
dan alat ini di setting diantara: (4 6)C.
pengendalian meliputi:
5. Pengendalian laju alir air (dry running
1. Pengendalian tekanan isap (low pressure protection, CF) berfungsi untuk mencegah
control, LPC ) mesin refrijerasi harus pompa sirkulasi beroperasi tanpa ada aliran
berada diantara: 3,5 4,5 bar ( kgf/cm). air yang minimum atau lebih kecll dari
Jika tekanan isap lebih kecil dari tiga empat puluh persen dari penampang pipa
setengah bar maka kemampuan pendingin normal;
berkurang sehingga terjadi bunga es di
Pengendalian rangkaian pengaman kompresor
sekitar sisi isap kompresor semi hermetik,
(safety circuit) berfungsi untuk mencegah
dan jika tekanan isap melebihi empat
rangkaian pengaman selalu dapat beroperasi
setengah bar maka kemampuan pendingin
akan berkurang, dimana air membutuhkan dengan normal dan terpantau[4].
waktu yang lama untuk menurunkan suhu Daya Listrik
air hingga batas yang telah di setting oleh
BT 2;

__________________________________________________________________________________________
219
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Untuk menghitung daya listrik yang d. Stopwots yang digunakan untuk


digunakan oleh suatu motor listrik AC 3 fasa mengukur lamanya waktu kerja
maka digunakan persamaan sebagai berikut : sistem

P E.In.CosM. 3 (1) [5] 2. Cara Kerja


Dimana : Pengukuran dan pengamatan dilakukan
P = Daya motor ( wat) dengan cara sebagai berikut:
E = Tegangan kerja ( volt) a. Dilakukan pengukuran arus listrik
In = Arus nominal ( ampere) yang mengalir ke motor kompresor
Cos = Faktor daya pada kabel distribusi.
b. Dilakukan pengukuran tegangan
METODE PENELITIAN kerja pada terminal motor.
c. Dilakukan pengukuran faktor daya
Tinjauan efisiensi kinerja sistem penyedia pada terminal motor.
air dingin QKJ10, QKJ20, QKJ30 dilakukan d. Dilakukan pengukuran lamanya
menggunakan beberapa peralatan dan sistem bekerja
dilakukan beberapa tahapan pengukuran dan e. Dilakukan pengukuran lamanya
pengamatan parameter-parameter. sistem mati
f. Amati suhu air masuk dan keluar
1. Alat yang digunakan adalah sistem
a. Tang Ampere yang digunakan untuk g. Amati penunjukan parameter High
mengukur arus listrik Presure Control,Low Presure Control
b. Volt meter yang digunakan untuk dan Oil Presure Control
mengukur tegangan listrik
c. Cos meter yang digunakan untuk
mengukur faktor daya

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil pengukuran dan pengamatan


pada sistem CWU yang baru didapatkan data2
seperti tabel dibawah ini:

Tabel 1. Data Pengukuran dan Pengamatan QKJ 10 Kompresor A


Arus High Low Oil Waktu Suhu
Tegangan 't
No R S T rerata Cos Q Presure Presure Presure hidup Mati mati hidup
O O O
Ampere Volt bar bar bar menit Menit C C C
1 52,4 53,4 56,4 54,06 402 0,9 17 4,2 6 5 12 6 12 4
2 52,2 53,3 56,2 53,90 402 0,9 17,5 4,2 6 5 12 6 12 4
3 52,3 53,4 56,4 54,03 402 0,9 17 4,2 6 5 12 6 12 4
Rata-rata 53,99 402 0,9 17,15 4,2 6 5 12 6 12 4

Tabel 2. Data Pengukuran dan Pengamatan QKJ 10 Kompresor B


Arus High Low Oil Waktu Suhu
Tegangan 't
No R S T rerata Cos Q Presure Presure Presure hidup Mati mati hidup
O O O
Ampere Volt bar bar bar menit Menit C C C
1 50,1 50,6 50,8 50,50 400 0,9 18 4,4 6,6 6 12 6 12 4
2 50,0 50,4 50,6 50,30 400 0,9 18 4,4 6,6 6 12 6 12 4
3 50,1 50,5 50,6 30,70 400 0,9 18 4,4 6,6 6 12 6 12 4
Rata-rata 50,50 400 0,9 18 4,4 6,6 6 12 6 12 4

__________________________________________________________________________________________
220
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Tabel 3. Data Pengukuran dan Pengamatan QKJ 20 Kompresor A


Arus High Low Oil Waktu Suhu
Tegangan 't
No R S T rerata Cos Q Presure Presure Presure hidup Mati mati hidup
O O O
Ampere Volt bar bar bar menit Menit C C C
1 49,6 51,2 49,8 50,20 401 0,9 19 4,4 6,5 6 14 6 12 4
2 49,7 51,4 49,8 50,30 401 0,9 19 4,4 6,5 6,5 14 6 12 4
3 49,6 51,2 49,7 50,16 401 0,9 19 4,4 6,5 6 14 6 12 4
Rata-rata 50,22 401 0,9 19 4,4 6,5 6,15 14 6 12 4

Tabel 4. Data Pengukuran dan Pengamatan QKJ 20 Kompresor B


Arus High Low Oil Waktu Suhu
Tegangan 't
No R S T rerata Cos Q Presure Presure Presure hidup Mati mati hidup
O O O
Ampere Volt bar bar bar menit Menit C C C
1 50,2 50,3 50,6 50,36 402 0,9 19 4,2 6,5 6 14 6 12 4
2 50,4 50,4 50,8 50,53 402 0,9 19 4,2 6,5 6 14 6 12 4
3 50,4 50,4 50,7 50,50 402 0,9 19 4,2 6,5 6 14 6 12 4
Rata-rata 50,46 402 0,9 19 4,2 6,5 6 14 6 12 4

Tabel 5. Data Pengukuran dan Pengamatan QKJ 30 Kompresor A


Arus Waktu Suhu
High Low Oil
Tegangan hidu 't
No R S T rerata Cos Q Presure Presure Presure hidup Mati mati
p
O O O
Ampere Volt bar bar bar menit Menit C C C
1 52,2 53,4 52,6 2,73 401 0,9 18 4,2 6,5 5 15 6 12 4
2 52,4 53,5 52,8 52,90 401 0,9 18 4,2 6,5 5 15 6 12 4
3 52,3 53,4 52,6 52,76 401 0,9 18 4,2 6,5 5 15 6 12 4
Rata-rata 52,79 401 0,9 18 4,2 6,5 5 15 6 12 4

Tabel 6. Data Pengukuran dan Pengamatan QKJ 30 Kompresor B


Arus Waktu Suhu
High Low Oil
Tegangan hidu 't
No R S T rerata Cos Q Presure Presure Presure hidup Mati mati
p
O O O
Ampere Volt bar bar bar menit Menit C C C
1 52,6 52,4 53,1 52,70 401 0,9 19 4,4 6,4 5 15 6 12 4
2 52,4 52,3 53,0 52,56 401 0,9 19 4,4 6,4 5 15 6 12 4
3 52,4 52,3 53,1 52,56 401 0,9 19 4,4 6,4 5 15 6 12 4
Rata-rata 52,62 401 0,9 19 4,4 6,4 5 15 6 12 4

Untuk mengetahui efektifitas dari sistem CWU dibandingkan dengan data dari sistem CWU
yang telah diganti kompresornya ini maka perlu yang lama

Tabel 7. Data Pengukuran dan Pengamatan QKJ 10/20/30 sebelum penggantian kompresor
High Low Oil Waktu Suhu
Arus Tegangan 't
Sistem Cos Q Presure Presure Presure hidup mati mati hidup
O O O
Amper Volt bar bar bar menit Menit C C C
QKJ 10 A 66,4 401 0,9 15 4,2 5,8 18 12 6 12 0,5
QKJ 10 B 66,2 401 0,9 15 4,4 5,7 17 13 6 12 1
QKJ 20 A 64,1 400 0,9 16 4,1 6 17 14 6 12 1
QKJ 20 B 64,3 400 0,9 16 4,2 5,9 17 14 6 12 1
QKJ 30 A 67,5 400 0,9 15 4,2 5,8 19 15 6 12 0,5
QKJ 30 B 67,2 400 0,9 16 4,1 6 18 15 6 12 1

__________________________________________________________________________________________
221
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Untuk mengetahui kebutuhan daya listrik dari Harga per Kwh listrik PLN adalah Rp 967,33,-
CWU maka dapat dihitung dengan Biaya pemakaian listrik untuk sistem penyedia
menggunakan persamaan 1. Perhitungan daya air dingin QKJ 10/20/30 dengan kompresor
listrik untuk QKJ 10 A dengan kompresor yang baru adalah
baru adalah : = 19.975,68 x Rp 967,33
= Rp 19.323.075,-
P E.In.CosM. 3
Untuk perhitungan QKJ dengan kompresor
= 402.53,99.0,9.1,73 Watt
yang lama dapat dilihat pada tabel berikut :
= 33793,1 Watt
= 33,793 KW Tabel 9. Data perhitungan pemakaian daya
Dalam pengoperasiannya sistem QKJ ini antara listrik dengan kompresor yang lama
kompresor A dan B adalah saling bergantian Daya
Operasi Daya dlm Daya dlm 1
Sistem dlm 1 jam 1 jam bulan
jadi dalam perhitungan pemakaian daya listrik kw menit Kwh Kwh
untuk kurun waktu tertentu maka hanya QKJ 10 A 41,457 36 24,874 17.909,28
diambil salah satu saja, sehingga pemakaian QKJ 10 B 41,332
daya listrik sistem QKJ dalam 1 jam adalah: QKJ 20 A 39,921 32,9 21,89 15.760,8
QKJ 20 B 40,046
Dalam 1 jam QKJ 30 A 42,039 33,529 23,492 16.914,24
QKJ 30 B 41,852
QKJ 10 beroperasi selama 1 jam
= (lama operasi + mati) x lama operasi Total pemakaian daya listrik dalam 1 bulan
= 60 : 17 x 5 sistem penyedia air dingin QKJ dengan
= 17,647 menit kompresor yang lama adalah
Pemakaian daya listrik dalam I jam adalah
= Daya : 60 menit x lama operasi = Daya QKJ10 + Daya QKJ20 + Daya
= 33,793 : 60 x 17,647 QKJ30
= 9,935 Kwh = 17.909,28 + 15.760,8 + 16.914,24
= 50.584,32 Kwh
Pemakaian daya listrik dalam 1 bulan adalah
= daya dalam 1 jam x 24 jam x 30 hari Biaya pemakaian listrik untuk sistem penyedia
= 9,935 x 24 x 30 air dingin QKJ 10/20/30 dengan kompresor
= 7.153,2 Kwh lama adalah
= 50.584,32 x Rp 967,33,-
Hasil perhitungan untuk QKJ yang lain dapat = Rp. 48.931.730,-
dilihat pada tabel 8: Selisih pemakaian daya listrik per bulan setelah
dilakukan penggantian kompresor adalah
Tabel 8. Data perhitungan pemakaian daya listrik = 50.584,32 - 19.975,68
Operasi Daya dlm Daya dlm
Sistem
Daya
dlm 1 jam 1 jam 1 bulan
= 30.608,64 Kwh
kw menit Kwh Kwh Selisih biaya pemakaian listrik dalam I bulan
QKJ 10 A 33,793 17,647 9,935 7.153,2 adalah
QKJ 10 B 31,451 = 30.608,64 x Rp 967,33,-
QKJ 20 A 31,355 18,313 9,57 6.890,4
QKJ 20 B 31,583 = Rp. 29.608.656,-
QKJ 30 A 32,959 15 8,239 5.932,08 Bila biaya per unit penggantian kompresor
QKJ 30 B 32,853 adalah Rp.66.000.000,- maka untuk 6 unit
kompresor diperlukan dana 396.000.000,-dan
Total pemakaian daya listrik dalam 1 bulan bila nilai selisih biaya pemakaian listrik per
sistem penyedia air dingin QKJ ini adalah bulan sebesar Rp 29.608.656,- maka nilai
= Daya QKJ10 + Daya QKJ20 + Daya QKJ30 investasi akan kembali dalam 13,37 bulan.
= 7.153,2 + 6.890,4 + 5.932,08 Dari hasil perhitungan diatas maka
= 19.975,68 Kwh diketahui bahwa setelah dilakukan penggantian

__________________________________________________________________________________________
222
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

kompresor pada sistem penyedia air dingin pemeliharaan sistem ventilasi, pelatihan
zona radiasi rendah QKJ10, QKJ20, QKJ30 perawatan sistem bantu reaktor.PRSG,
didapatkan efisiensi pemakaian daya listrik BATAN. 2012.
dalam 1 bulan sebesar 30.608,64 Kwh atau Rp 2. ANONIMOUS. KUMPULAN DIKTAT
29.608.656,-. PENYEGARAN DAN SUPERVISOR
Hasil penunjukan beberapa parameter PERAWATAN REAKTOR, PRSG,
seperti high pressure, low pressure, oil pressure BATAN 2015
dan t menunjukan bahwa sistem QKJ 3. ANONIMOUS. MAINTANANCE AND
10/20/30 telah bekerja dengan baik sehingga REPAIR MANUAL, INTERATOM 1986
dapat berfungsi sesuai tujuannya yaitu 4. ANONIMOUS. PUSAT REAKTOR
menyediakan suplai air dingin yang akan SERBA GUNA. Laporan Analisis
didistribusikan kedalam gedung reaktor. Hasil Keselamatan Reaktor Serba Guna G.A.
evaluasi kinerja sistem penyedia air dingin Siwabessy revisi 9 PRSG Serpong. 2007.
zona radiasi rendah QKJ 10, QKJ 20 dan QKJ 5. ZAENAL, DASAR TENAGA LISTRIK,
30 adalah bahwa keputusan untuk mengganti PENERBIT ITB BANDUNG 1982
kompresor pada sistem CWU ini adalah tepat
dan sangat bermanfaat karena dapat
menghemat keuangan Negara dan sistem dapat
kembali bekerja secara optimal.

KESIMPULAN

Dari hasil tinjauan efisiensi setelah dilakukan


penggantian kompresor pada system penyedia
air dingin zona radiasi rendah QKJ 10, QKJ 20
dan QKJ 30 dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Penunjukan t telah mengalami kenaikan
dari 0,5C - 1C menjadi 4C dan hal ini
berpengaruh pada lamanya sistem
beroperasi.
2. Pemakaian daya listriknya terdapat
efisiensi sebesar 30.608,64 Kwh dalam 1
bulan atau dalam rupiah sebesar Rp.
29.608.656,-
3. Pengembalian nilai investasi dalam kurun
waktu 3,58 bulan
4. Hasil penunjukan beberapa parameter
seperti high pressure, low pressure, oil
pressure menunjukan bahwa sistem QKJ
10/20/30 telah bekerja dengan baik
sehingga dapat berfungsi sesuai tujuannya
yaitu menyediakan suplai air dingin yang
akan didistribusikan kedalam gedung
reaktor.

DAFTAR PUSTAKA
1. SENTOT ALIBASYAH HARAHAP,
PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN.

__________________________________________________________________________________________
223
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
224
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

VERIFIKASI PENGUKURAN ARUS DETEKTOR JKT03 REAKTOR


RSG-G.A.SIWABESSY
Sutrisno, A.Mariatmo, Elisabeth Ratnawati dan Hari Prijanto

PRSG-BATAN Gd.31 , Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang-Selatan,


Banten, 15310, Telp.(021) 7560908, Faks. (021) 7560573
E-mail: soe-tris@batan.go.id

ABSTRAK

VERIFIKASI PENGUKURAN ARUS DETEKTOR JKT03 REAKTOR RSG-


G.A.SIWABESSY. Detektor JKT03 adalah salah satu detektor yang berfungsi untuk memantau kondisi teras
reaktor saat beroperasi pada tingkat daya, dan memberikan sinyal scram jika di teras reaktor tejadi unbalance
load (ketidaksetimbangan) fluks neutron. Pada tanggal 29 Pebruari 2016 telah dilakukan pengukuran arus
detektor dengan alat ukur microameter yang telah terkalibrasi. Pengukuran arus dilakukan pada daya reaktor
2 MW dan 4 MW di JKT03 CX821, JKT03 CX831 dan JKT03 CX841. Hasil pengukuran arus di posisi
JKT03 CX821 mempunyai harga arus yang paling tinggi yaitu kurang lebih 8 kali dari arus di JKT03 CX831
dan kurang lebih 3 kali untuk arus di JKT03 CX841. Dengan ketidaksetimbangan pengukuran arus tersebut
maka diperlukan verifikasi pengukuran arus dengan metode analisis aktivasi neutron. Pada Tanggal 7 Maret
2016 telah dilakukan pengukuran fluks neutron thermal dengan metode analisis aktivasi neutron pada daya
15 MW selama 2 jam 15 menit menggunakan dummy detektor. Hasil dari verifikasi pengukuran fluks neutron
thermal dengan metode analisis aktivasi neutron mempunyai tren yang similar dengan pengukuran arus.
Sehingga hasil ketidakseimbangan pengukuran arus merupakan karakter dari guide tube detektor JKT03 itu
sendiri. Untuk meyakinkan hal itu maka direkomendasikan pengukuran fluks neutron di teras reaktor sebagai
tindak lanjut hasil verifkasi.

Kata kunci : verifikasi, arus, detektor, aktivasi, fluks neutron termal

ABSTRACT

VERIFICATION CURRENT MEASUREMENT OF THE JKT03 DETECTOR AT REACTOR RSG


G.A. SIWABESSY. JKT03 detector is one detector that functions to monitor the condition of the reactor core
while operating at power levels, and provide scram signal if unbalance load neutron flux in the reactor core.
On 29 February 2016 have been conducted measuring the current detector measuring devices microameter
that has been calibrated, Current measurements carried out at the reactor power of 2 MW and 4 MW in
JKT03 CX821, CX831 and JKT03 JKT03 CX841. Results of the current measurement in position JKT03
CX821 has the highest current is approximately 8 times that of the current in JKT03 CX831 and
approximately 3 times in JKT03 CX841. With the current measurement imbalance will require verification of
current measurement with neutron activation analysis method. On March 7, 2016 has been carried out
thermal neutron flux measurement by the method of neutron activation analysis at 15 MW for 2 hours 15
minute using a dummy detector. The results of verification the thermal neutron flux measurement by neutron
activation analysis method Similar trends. So that verification recommend mapping of neutron flux in the
reactor core for the safety of the reactor.

keywords: verification, current, detector, activation, thermal flux neutron

__________________________________________________________________________________________
225
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176 2
__________________________________________________________________________________________

a. proporsional dengan daya reaktor;


PENDAHULUAN (Jangkauan start-up, jangkauan
menengah, dan jangkauan daya).
Pengukuran kerapatan fluks neutron b. berkaitan dengan laju perubahan daya
memantau kondisi teras reaktor saat reaktor; (periode reaktor untuk
beroperasi pada tingkat daya adalah jangkauan start-up dan jangkauan
menggunakan detektor kamar ionisasi menengah).
berlapis boron. Rapat fluks neutron dalam c. menampilkan kesetimbangan beban;
jangkauan daya diukur dengan menggunakan (pada jangkauan daya).
kanal linier. Empat kanal beredundansi yang Sinyal-sinyal tersebut diperlukan
disediakan adalah: JKT03 CX811 (redundan sebagai besaran input oleh SPR. Jangkauan
1), JKT03 CX821 (redundan 2), JKT03 pengukuran yang dapat dicapai oleh sistem
CX831 (redundan 3) dan JKT03 CX841 pengukuran rapat fluks neutron tersebut
(redundan 3, tambahan untuk penentuan mendekati 10 dekade seperti diperlihatkan
beban tidak seimbang). Detektor JKT03 pada Gambar VIII-5) adalah untuk
adalah salah satu detektor yang berfungsi melaksanakan tugas-tugas tersebut di atas.
untuk memantau kondisi teras reaktor saat Sistem pengukuran memiliki daerah tindihan
beroperasi pada tingkat daya, dan (2 dekade) antara:
memberikan sinyal scram jika di teras a. Jangkauan start-up;
reaktor tejadi unbalance load b. Jangkauan menengah;
(ketidaksetimbangan) fluks neutron c. Jangkauan daya.
Pada perawatan bulan pebruari telah Setiap sistem pengukuran tersebut di atas
dilakukan pengukuran arus di setiap detektor terdiri dari susunan khusus (detektor, kanal
JKT03 dengan microammeter yang pengukuran). Ketiga daerah pengukuran
terkalibrasi dan hasilnya di setiap detektor (start-up, menengah, dan daya) dirancang
JKT03 mempunyai perbedaan arus yang secara redundansi untuk tujuan keselamatan.
signifikan. Untuk menindaklanjuti tersebut Sistem pengukuran ini terdiri dari 2 sistem
maka diperlukan memverifikasi dengan pengukuran jangkauan start-up dan
metode lain yaitu metode analisis aktivasi menengah yang terletak secara terpisah, dan
neutron. Pada makalah ini dibahas secara empat sistem pengukuran jangkauan daya.
garis besar proses pengukuran arus dan Detektor dari seluruh jangkauan
pengukuran fluks neutron di guide tube pengukuran dipasang di dalam tabung/pipa
detektor JKT03 RSG-GAS. Aluminium di kolam reaktor. Tabung
Dengan Hasil verifikasi tersebut Aluminium untuk sistem jangkauan
diharapkan dapat menjawab kebenaran pengukuran start-up dan menengah
pengukuran arus yang telah dilakukan, dan terbentang dari kotak Aluminium di tepi atas
dapat sebagai bahan rekomendasi pemetaan kolam reaktor ke tempat pengukuran di sisi
fluks neutron di teras reaktor untuk luar blok reflector Beryllium dan untuk
keselamatan reaktor. sistem jangkauan pengukuran daya
terbentang sampai ke titik pengukuran di atas
TEORI blok Beryllium. Detektor dan kabelnya
(hingga ke kotak terminal) dapat diganti pada

Kerapatan fluks neutron dalam saat reaktor padam.
teras reaktor1) Kanal Jangkauan Daya

Pengukuran kerapatan fluks neutron Rapat fluks neutron dalam jangkauan


memantau kondisi teras reaktor saat daya diukur dengan menggunakan kanal
beroperasi pada tingkat start-up, tingkat linier. Empat kanal beredundansi yang
menengah, tingkat daya, juga pada saat disediakan adalah:
penurunan daya, dan pada kondisi teras x JKT-03 CX811 (redundan 1);
reaktor sub-kritis. x JKT-03 CX821 (redundan 2);
Oleh karena itu sistem pengukuran mengirim x JKT-03 CX831 (redundan 3);
sinyal yang:

__________________________________________________________________________________________
226
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176 3
__________________________________________________________________________________________

x JKT-03 CX841 (redundan 3, neutron di ruang SPR. Sinyal tersebut di


tambahan untuk penentuan beban perkuat oleh penguat DC linier dan
tidak seimbang). dikonversikan ke dalam sinyal tegangan 0 -
Setiap kanal mencakup dua dekade 10 V. Sinyal tersebut dikirim melalui penguat
tertinggi dari pada jangkauan pengukuran penyangga secara pararel (keluaran 0 - 20
daya reaktor. Detektor yang digunakan mA) ke SPR untuk membangkitkan tindakan
adalah kamar ionisasi terkompensasi berlapis pengamanan dan ke RKU untuk tampilan dan
Boron, yang mencakupi ketinggian teras perekaman. Simulator yang dihubungkan
(dengan sensitivitas neutron thermal dengan satuan penguji dan indikator
mendekati 5u10-14 A/n.v). digunakan untuk uji fungsi kanal
Setiap kanal pengukuran dirancang sebagai pengukuran. Diagram kanal pengukuran
berikut: jangkauan daya terlihat seperti pada Gambar
Seperti halnya kanal jangkauan menengah, 1.
sinyal DC dari detektor jangkauan daya
ditransmisi ke kabinet elektronik rapat fluks

POWER RANGE
Redundancy I - IV

1. Ionization chamber (Gamma compensated)


REACTOR AREA

2
2. Guide tube
3. Terminal box
4. Protection tube for measuring cables
3 5. Linear DC amplifier
6. Buffer amplifier
7. High-voltage generator
4 8. Limit value unit
9. Test and indicator unit
10. Simulator
11. Indicator recorder neutron flux density
12. Indicator module, high-voltage > max resp. < min
NEUTRON FLUX DENSITY ELECTRONIC CABINET

7 5 7
- +

10 6 6 6 8
G

) t max  3%
REACTOR PROTECTION SYSTEM Unbalanced load
d) / dt t max

No. Ident : RSG.KK.01.01.63.11


11 12
MEASURING CHANNEL FOR
CONTROL ROOM Revisi : 10.1 Gambar VIII - 8
Halaman : VIII-39 dari VIII-58 NEUTRON FLUX DENSITY POWER RANGE
BATAN

Gambar 1. Diagram Kanal Pengukuran Jangkauan Daya


Pengukuran aktivitas keping2) diidentifikasi, sedangkan secara kuantitatif
besarnya aktivitas detektor keping dapat
Pengukuran aktivitas keping dilakukan dihitung dengan terlebih dahulu menghitung
dengan menggunakan seperangkat alat efisiensi energi. Rangkaian peralatan sistem
pencacah multi channel analyzer. Sebelum spektrometri gamma dapat dilihat pada
digunakan untuk proses pencacahan, terlebih Gambar 1.
dahulu dilakukan kalibrasi energi terhadap
sistem spektrometri gamma. Secara kualitatif
puncak energi akan segera dapat

__________________________________________________________________________________________
227
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176 4
__________________________________________________________________________________________

Catu daya
tegangan tinggi

Perisai Radiasi

Detektor HPGe

Sumber
radioaktif Pre
(keping) Amplifier Amplifier Komputer pribadi dan
printer dot matrix
kartu MCA

Gambar 2. Rangkaian peralatan sistem spektrometri gamma


Penentuan Fluks neutron3) E1 = energi batas bawah neutron
epithermal = 0,5 eV
Setelah mendapatkan besaran E2 = energi batas atas neutron thermal
effisiensi pada tenaga, maka besaran aktivitas = 0,1 MeV
keping dapat dihitung dengan menggunakan
rumus METODOLOGI
Aktivitas (Bq) =
Dalam memverifikasi pengukuran
arus di detektor JKT03, menggunakan
.......................................................(1) metode analisis aktivitas neutron. Langkah
Besaran fluks neutron thermal dapat pertama melakukan pembuatan dummy
ditentukan dengan persamaan detektor JKT03 dengan dimensi diameter
luar 35 mm dan panjang 600 mm seperti
terlihat pada Gambar 3. Kemudian
menempelkan keping Au yang dibungkus
.........................................................(2) dengan Al dan Cd pada dummy detektor,
di mana dengan posisi sejajar tepat ditengah dummy
BA = berat atom detektor keping (300 mm) dari bawah dummy. Kemudian
Ab(t) = aktivitas terukur keping terbuka memasukkan dummy detektor untuk
Rcd = nisbah cadmium diiradiasi dengan daya reaktor 15 MW
= tetapan peluruhan selama 2 jam 15 menit di 4 buah guide tube
td,tm,ti = waktu peluruhan, waktu JKT03 CX811, JKT03 CX821, JKT03
pengukuran, dan waktu iradiasi CX831 dan JKT03 CX841 seperti terlihat
m = massa keping detektor pada Gambar 4 . Setelah iradiasi selesai, 4
No = bilangan Avogadro buah dummy detektor dikeluarkan untuk
th = tampang lintang inti keping peluruhan selama2 hari, kemudian dicacah
terhadap neutron thermal untuk menghitung besarnya aktivitas dan
Ir = integral resonansi fluks neutron thermal.
Gth = faktor perisai diri thermal
Gepi = faktor perisai diri epithermal

__________________________________________________________________________________________
228
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176 5
__________________________________________________________________________________________

Gambar 3. Dummy detektor JKT03

Guide tube detektor JKT03 CX821


Guide tube detektor JKT03 CX831

Guide tube detektor JKT03 CX811

Guide tube detektor JKT03 CX841

Gambar 4. Guide Tube detektor JKT 03


CX841. Pengukuran arus menggunakan alat
HASIL DAN PEMBAHASAN microampere meter yang sudah terkalibrasi,
adapun pengukuran arus dilakukan saat
Pada perawatan di bulan Pebruari (29 reaktor dioperasikan pada daya 2 MW dan 4
Pebruari) telah dilakukan pengukuran arus di MW. Hasil dari pengukuran arus tersebut
3 buah detektor JKT03 yaitu di detektor dapat dilihat pada Tabel 1.
JKT03 CX821, JKT03 CX831 dan JKT03

__________________________________________________________________________________________
229
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176 6
__________________________________________________________________________________________

Tabel 1. Pengukuran arus detektor JKT03

Arus detektor Arus detektor Arus detektor


Daya
Reaktor
JKT03 CX821 (A) JKT03 CX831 (A) JKT03 CX841 (A)
(MW)
1 2 3 Rerata Rerata Rerata

2 34,51 36,35 37,52 36,17 4,15 4,70 5,24 4,70 9,22 12,10 12,99 11,44

4 64,10 65,15 67,38 65,43 9,98 10,05 10,02 10,02 17,72 23,71 25,46 22,30
fungsi sebagai pendeteksi adanya unbalance
Dari Tabel 1 terlihat bahwa, untuk
load (ketidaksetimbangan) fluks neutron,
daya reaktor 2 MW arus yang terukur di
maka diperlukan verifikasi dengan metode
JKT03 CX 821 mempunyai nilai rerata 36,17
lain yaitu metode analisis aktivasi neutron
A harga ini paling besar, ini disebabkan
untuk meyakinkan bahwa pengukuran arus
posisi guide tube JKT03 CX821 paling dekat
tersebut adalah benar.
dengan blok reflektor dan teras reaktor lihat
Pada Tanggal 6 Maret 2016 telah
Gambar 3. Berikutnya untuk pengukuran
dilakukan pengukuran fluks neutron di 3
arus di JKT03 CX841 arus reratanya adalah
buah guide tube JKT03 CX821, JKT03
4,70 A arus ini 1/8 dari arus JKT03 CX821
CX831, JKT03 CX841 dan ditambah 1 buah
dan di detektor JKT03 CX831 arus reratanya
guide tube JKT03 CX811 sebagai data
adalah 11,44 A arus ini 1/3 dari arus JKT03
tambahan. Hasil pengukuran fluks thermal di
CX821. Untuk daya reaktor 4 MW ternyata
4 buah guide tube JKT 03 dapat dilihat pada
pengukuran arus yang dilakukan di 3 buah
Tabel 2.
detektor tersebut mempunyai tren yang
sama. Karena detektor JKT03 mempunyai
Tabel 2: Hasil pengukuran fluks neutron thermal di guide tube JKT03

Posisi
Fluks neutron thermal (n/cm2.s) Ketidakpastian
No guide tube
(15MW) pengukuran (%)

1 4,28
JKT03 CX811 1,947 E+07
2 4,53
JKT03 CX821 1,032 E+08
3 4,21
JKT03 CX831 1,590 E+07
4 4,25
JKT03 CX841 3,580 E+07
Dari Tabel 2. di atas terlihat bahwa Dengan hasil verifikasi tersebut
harga fluks neutron thermal di setiap posisi maka hasil pengukuran arus tersebut adalah
guide tube JKT03 mempunyai harga yang benar dan ketidakseimbangan arus di
tidak merata, terlebih posisi guide tube detektor JKT03 merupakan karakter dari
JKT03 CX821 yang mempunyai harga fluks guide tube detektor JKT03. Untuk
neutron thermal paling tinggi yaitu 1,032 meyakinkan kesetimbangan fluks neutron
E+08 4,53% , di guide tube JKT03 CX831 thermal di teras reaktor, dan kepentingan
adalah 1,590 E+07 4,21% harga ini hampir keselamatan reaktor maka direkomendasikan
1/8 kali dari fluks neutron thermal di guide pengukuran pemetaan fluks neutron thermal.
tube JKT03 CX821 dan di guide tube JKT03
CX841 adalah 3,580 E+07 4,25% harga KESIMPULAN
ini kurang lebih 1/3 dari fluks neutron
thermal di guide tube JKT03 CX821. Dari Dari hasil verifikasi pengukuran arus
hasil pengukuran fluks neutron thermal detektor JKT03 dengan metode analisis
tersebut dapat memverifikasi hasil aktivasi neutron adalah similar, dari hasil itu
pengukuran arus yang hasilnya adalah maka ketidakseimbangan arus merupakan
similar. karakter guide tube detektor JKT03. Untuk
meyakinkan hal itu maka direkomendasikan

__________________________________________________________________________________________
230
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176 7
__________________________________________________________________________________________

pengukuran fluks neutron di teras reaktor


sebagai tindak lanjut hasil verifkasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Laporan Analisis keselamatan, Bab


VIII, revisi 10.1, Tahun 2010
2. ANONIMOUS, IAEA Practical Aspect
of Operating A Neutron Activation
Laboratory, IAEA-TECDOC-564,Wina
1990
3. WISNU SUSETYO, Spektrometri
Gamma Dan Penerapannya Dalam
Analisis Pengaktifan Neutron, Gajah
Mada University Press, 1988

__________________________________________________________________________________________
231
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
232
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

KARAKTERISTIK BERKAS RADIASI CO-60 PESAWAT


TELETERAPI GWXJ80
Fendinugroho1, Assef F.F.1, Sri Inang S.1, Nurman R.1 dan Gatot W.1

1) Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN


Jl. Lebak Bulus Raya No. 49 Jakarta
email : fendinug@batan.go.id

ABSTRAK

KARAKTERISTIK BERKAS RADIASI Co-60 PESAWAT TELETERAPI GWXJ80. Telah


dilakukan pengujian terhadap dua pesawat teleterapi Co 60 GWXJ80 baru dengan no. seri 257 dan 261
buatan NPIC, China masing-masing dipasang di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. dr. R.D. Kandau, Manado
dan Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan, Bandung. Pengukuran karakteristik tersebut meliputi: kesalahan
penunjukan waktu pesawat, faktor keluaran dan faktor wedge. Pengukuran dilakukan di dalam fantom air
pada kedalaman 5 cm dengan jarak sumber radiasi ke permukaan fantom 80 cm dan lapangan radiasi 10 cm x
10 cm. Pengukuran faktor keluaran dilakukan dengan lapangan radiasi yang bervariasi mulai dari 5 cm x 5
cm sampai dengan 20 cm x 20 cm. Sebagai alat ukur radiasi digunakan detektor ionisasi volume 0,6 cc tipe
TW 30013 no. seri 6367 yang dihubungkan dengan elektrometer Farmer tipe NE 2570/1B no. seri 1182.
Perhitungan laju dosis serap air dilakukan menggunakan protokol International Atomic Energy Agency yang
terdapat dalam Technical Report Series No. 398. Hasil yang diperoleh menunjukkan kesalahan penunjukan
waktu pesawat adalah 0,91 detik dan 0,51 detik, laju dosis serap air pada lapangan radiasi acuan 10 cm x 10
cm adalah 2415,9 mGy/menit dan 2355,7 mGy/menit masing-masing untuk pesawat dengan no. seri 257 dan
261. Kedua pesawat teleterapi ini dinyatakan siap digunakan secara aman untuk terapi pasien tumor.

Kata kunci: pesawat teleterapi Co-60 GWXJ80, laju dosis serap air, kesalahan penunjukan waktu, faktor
wedge, detektor ionisasi, elektrometer, Technical Report Series No. 398

ABSTRACT

CHARACTERISTIC OF RADIATION BEAM OF CO-60 GWXJ80 TELETHERAPY


MACHINES. Tests has been carried out to new Co-60 GWXJ80 teletherapy machines with serial number
257 and 261 made by NPIC, China owned by Prof. dr. R.D. Kandau Hospital in Manado and Al Ihsan
Hospital in Bandung. Determination of the dosimetry parameters consist of: time errors, output factors and
wedge factor. Measurement has been carried out inside a water phantom at depth of 5 cm and the source to
the water surface distance of 80 cm and the field size of 10 cm x 10 cm. Measurement of the output factors
were carried out with various field sizes ranging between 5 cm x 5 cm and 20 cm x 20 cm. As radiation
measuring instrument it was used a 0.6 cc ionization chamber of type TW 30013 serial number 6367
connected with a Farmer electrometer of type 2570/1B serial number 1182. The International Atomic
Energy Agency dosimetry protocol in the Technical Report Series No. 398 has been used to determine the
absorbed dose to water rates of the teletherapy machines. The results obtained show that the time errors
were 0.91 seconds, and 0.51 seconds, the absorbed dose to water rates at the reference field sizes were
2415.9 mGy/minute and 2355.7 mGy/minute each for machine with serial number 257 and 261. In
conclusion, both the machines was ready used with safely for tumor patients treatment.

Key words: Co-60 GWXJ80 teletherapy machines, absorbed dose to water rate, time error, wedge factor,
ionization chamber , electrometer, Technical Report Series No. 398.

__________________________________________________________________________________________
233
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
Jurnal Forum Nuklir (JFN), Volume 7, Nomor 2, November 2011
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
dibutuhkan untuk penyinaran berakhir.
PENDAHULUAN Mekanisme pergerakan sumber radiasi ini akan
menyebabkan kesalahan penunjukan waktu
Penggunaan Radiasi pengion di pesawat (time error). Untuk itu kesalahan
Indonesia khususnya di bidang radioterapi penunjukan waktu pesawat perlu diukur dan
untuk pengobatan penyakit kanker meningkat harus diperhitungkan jika nilainya besar karena
dengan pesat. Sampai dengan bulan Juni tahun akan menyebabkan kesalahan dalam pemberian
2016 ini tercatat ada sekitar 7 buah pesawat dosis pada pasien [5].
teleterapi baru baik pesawat Co-60 atau Dalam perlakuan radioterapi, ukuran
pesawat pemercepat linier medik dipasang di lapangan radiasi yang dipakai untuk
beberapa rumah sakit[1]. penyinaran pasien tumor sangat bervariasi
Pada bulan Mei 2016 Rumah Sakit mulai dari lapangan yang kecil sampai dengan
Umum Daerah Prof. dr. R.D. Kandau, Manado yang besar bergantung pada volume tumor
memasang sebuah pesawat Co-60 model yang akan disinari. Dengan demikian pihak
GWXJ80 no. seri 257 buatan NPIC, China rumah sakit memerlukan data keluaran dari
dengan aktivitas sumber radiasi 329,30 TBq pesawat teleterapi yang sangat banyak. Hal ini
(8900 Ci) pada tanggal 27 Okober 2015. sudah tentu akan menyita waktu. Untuk
Selanjutnya pada bulan Juni 2016 Rumah Sakit mengatasi hal tersebut di atas biasanya
Umum Daerah Al Ihsan, Bandung memasang dilakukan pengukuran keluaran lapangan
juga sebuah pesawat Co-60 model GWXJ80 radiasi dengan bentuk persegi yang bervariasi.
no. seri 261 dengan aktivitas sumber yang Untuk lapangan persegi lain yang berada di
sama [2,3]. Pesawat teleterapi Co-60 model antaranya bisa diperoleh dengan cara
GWXJ80 dapat dilihat pada Gambar 1. interpolasi sedangkan untuk lapangan persegi
panjang dapat diperoleh dengan metoda
Lapangan Ekivalen menggunakan lapangan
persegi. Lapangan Ekivalen didefinisikan
sebagai lapangan standar dengan bentuk
persegi atau lingkaran yang mempunyai
karakteristik persentase dosis kedalaman di
sumbu utama berkas sama dengan lapangan
persegi panjang [6].
Laju dosis serap air maksimum
berbagai lapangan radiasi persegi yang
ditentukan tersebut dinormalisasikan ke laju
dosis serap pada lapangan acuan yaitu 10 cm x
Gambar. 1. Pesawat teleterapi Co-60
10 cm. Perbandingan ini disebut sebagai Faktor
GWXJ80 buatan pabrik NPIC, China.
Keluaran. Faktor keluaran biasanya
Meskipun pesawat GWXJ80 ini dibuat digambarkan sebagai fungsi lapangan radiasi
di China, namun sumber radiasi Co-60 nya persegi [7].
didatangkan dari Rusia dan baru dipasang pada Untuk memenuhi kebutuhan penyinaran
Head pesawat tersebut ketika pesawat tersebut tumor yang bentuknya tidak homogen atau
sudah berada di rumah sakit. Dengan demikian tumor tersebut berada di bagian tubuh yang
ada kemungkinan pemasangan sumber radiasi tidak rata, maka setiap pesawat dilengkapi
tersebut tidak akurat, sehingga laju dosisnya dengan beberapa buah wedge dengan empat
tidak sesuai dengan aktivitas sumber [4]. sudut yang berbeda yaitu 15, 30, 45 dan 60
Untuk itu perlu dilakukan pengukuran yang dengan dimensi 10W cm x 15 cm. Pabrik
teliti dan membandingkan hasil pengukuran pesawat tersebut memberikan Faktor Wedge
dengan pesawat yang modelnya sama. namun sifatnya tipikal sehingga pengguna
Ketika digunakan untuk penyinaran direkomendasikan mengukur sendiri Faktor
pasien, sumber radiasi Co-60 dari pesawat Wedge tersebut.
teleterapi GWXJ80 bergerak dari posisi Makalah ini menguraikan penentuan
penyimpanan (off position) ke posisi parameter dosimetri dari dua buah pesawat
penyinaran (radiation position) dan kembali ke teleterapi Co-60 GWXJ80 yang baru dipasang
posisi penyimpanan setelah waktu yang pada dua rumah sakit tersebut di atas.

__________________________________________________________________________________________
234
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Dimana PDD(zref) adalah Percentage
depth dose di kedalaman acuan (zref) .
TEORI

Kesalahan Penunjukan Waktu Pesawat Penentuan Faktor Wedge

Kesalahan penunjukan waktu pesawat Faktor atenuasi yang disebut Faktor


(timer error) adalah koreksi dari penunjuk Wedge (WF) didefinisikan sebagai
waktu pesawat yang disebabkan adanya perbandingan keluaran antara lapangan dengan
pergerakan sumber radiasi dari posisi wedge terhadap keluaran lapangan tanpa wedge
penyimpanan ke posisi penyinaran. Kesalahan (terbuka).
penunjukan waktu pesawat dapat ditentukan Dalam perhitungan dosis, Faktor Wedge
menggunakan Pers. 1[8]. digunakan untuk mengurangi keluaran medan
radiasi tanpa menggunakan wedge menjadi
medan radiasi menggunakan wedge. Dengan
M B t A  M At B perkataan lain medan wedge diperlakukan
 W    sebagai berkas tanpa wedge tetapi keluarannya
nM A  M B
dimodifikasi oleh Faktor Wedge.
W = kesalahan penunjukan waktu pesawat Keluaran medan wedge = keluaran medan
MA = bacaan akumulasi untuk waktu tA radiasi terbuka pada luas lapangan radiasi yang
MB = bacaan akumulasi untuk n kali waktu sama x WF. Salah satu wedge dapat dilihat
penyinaran pendek tB/n (2 < n < 5 ) pada Gambar 2 di bawah ini.

Penentuan Laju Dosis Serap Air Berkas Co-


60

Pengukuran keluaran dilakukan dengan


detektor ionisasi volume 0,6 cc tipe TW 30013
nomor seri 6367 yang dirangkaikan dengan
elektrometer Farmer tipe 2570/1 B nomor seri
1182[6]. Pengukuran dilakukan di dalam
fantom air pada kedalaman 5 cm dengan jarak
sumber radiasi ke permukaan fantom 80 cm
dan lapangan radiasi yang bervariasi mulai dari Gambar. 2. Wedge dengan sudut 30
5 cm x 5 cm sampai dengan 20 cm x 20 cm. berukuran 10 cm x 15 cm
Perhitungan laju dosis serap dilakukan dengan
menggunakan Pers. 2[8]:
 Dw ( zref ) M u N D ,w   PERALATAN

Dimana M adalah bacaan dosimeter pada Sumber Radiasi Terapi


posisi detektor di kedalaman acuan (zref)
terkoreksi faktor rekombinasi ion (ks), faktor Sebagai sumber radiasi digunakan 2
polaritas (kpol), foktor koreksi tekanan udara buah pesawat teleterapi Co-60 GWXJ80 no.
dan temperature (kP,T) dan ND,w adalah faktor seri 257 dan 261 dengan aktivitas sumber yang
kalibrasi dosis serap air[8]. sama yaitu 329,30TBq (8900 Ci) pada tanggal
27 Oktober 2015 masing-masing milik Rumah
Untuk mendapatkan laju dosis serap Sakit Umum Daerah Prof. dr. R.D Kandau,
maksimum Dw(zmax), maka digunakan Pers. Manado dan Rumah Sakit Umum Daerah Al
3[8]. Ihsan, Bandung.

100 u Dw ( zref ) Alat Ukur Radiasi


 Dw ( z max )   
PDD( zref ) Sebagai alat ukur radiasi digunakan
detektor volume 0,6 cc tipe TW 30013 no. seri

__________________________________________________________________________________________
235
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
6367 yang dirangkaikan dengan elektrometer Pengukuran Kesalahan Penunjukan Waktu
Farmer tipe 2570/1B no. seri 1182. Pengukuran Pesawat GWXJ80
dilakukan di dalam fantom air berukuran 30
cm x 30 cm x 30 cm. Kondisi ruang selama Pengukuran untuk menentukan
pengukuran diamati. Untuk mengecek kesalahan penunjukan waktu dari pesawat
kestabilan dosimeter tersebut di atas digunakan dilakukan di dalam fantom air pada kedalaman
sumber pengecek Sr-90. Detektor volume 0,6 5 cm, jarak sumber radiasi ke permukaan
cc tipe TW 30013 no. seri 6367 dan fantom (Source Surface Distance) SSD = 80
Elektrometer Farmer tipe 2570/1B no. seri cm, dan lapangan radiasi (Field Size) FS = 10
1182 dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4. cm x 10 cm. Mula-mula detektor disinari
dengan waktu 60 detik menggunakan penunjuk
waktu (timer) dari pesawat. Dilakukan
pengambilan data satu kali. Kemudian hal yang
sama dilakukan untuk waktu penyinaran 15
detik dengan pengambilan data sebanyak
empat buah.

Penentuan Faktor Koreksi Rekombinasi Ion


dan Polaritas

Gambar. 3. Detektor volume 0,6 cc tipe TW Pengukuran faktor koreksi rekombinasi


30013 no. seri 6367 ion (ks) dilakukan dengan memberikan
tegangan kerja detektor yang berbeda V1
(tegangan normal) dan V2. Pengaturan
tegangan V1 dan V2 sedemikan rupa sehingga
V1/V2 sekurang-kurangnya = 3. Pengukuran
untuk menentukan koreksi rekombinasi ion
berkas Co-60 dilakukan di dalam fantom air
pada kedalaman 5 cm, SSD = 80 cm, dan FS =
10 cm x 10 cm dengan waktu penyinaran = 1
menit. Faktor rekombinasi ion, (ks) dihitung
dengan Pers. 4[8]:
Gambar. 4. Elektrometer Farmer tipe (V1 / V2 ) 2 1
2570/1B no. seri 1182  ks    
(V1 / V2 ) 2  ( M 1 / M 2 )
TATA KERJA V1 = tegangan polaritas normal detektor
V2 = tegangan polaritas detektor yang lebih
Penentuan Stabilitas Alat Ukur Radiasi rendah dengan V1/V2 3
M1 = bacaan muatan pada tegangan detektor V1
Pertama dilakukan uji stabilitas sistem
M2 = bacaan muatan pada tegangan detektor V2
alat ukur radiasi. Detektor ionisasi volume 0,6
cc tipe tipe TW 30013 no. seri 6367
Setelah dilakukan penentuan faktor
dihubungkan ke elektrometer Farmer tipe
koreksi rekombinasi ion maka dilanjutkan
2570/1B no.seri 1182. Kemudian detektor
dengan penentuan faktor koreksi polaritas
tersebut dimasukkan ke dalam sumber radiasi
dengan memberikan detektor tegangan positip
pengecek Sr-90. Bacaan untuk waktu paparan
dan negatip pada kondisi pengukuran yang
250 detik dicatat. Dilakukan ulangan sebanyak
sama dengan penentuan faktor koreksi
lima kali. Nilai rata-rata dibandingkan dengan
rekombinasi ion. Faktor koreksi polaritas,
nilai acuan. Sistem alat ukur dikatakan stabil
(kpol) ditentukan menggunakan Pers. 4[8]:
dan siap digunakan untuk pengukuran apabila
perbedaan antara bacaan alat pada saat itu dan M  M
nilai acuan tidak lebih dari 1 %.  k pol   
2M

__________________________________________________________________________________________
236
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
M+ = bacaan muatan yang terukur dengan
tegangan detektor positif
M- = bacaan muatan yang terukur dengan
tegangan detektor negatif
M = bacaan muatan yang terukur dengan
tegangan detektor normal

Penentuan Laju Dosis Serap Air Berkas Gambar. 7. pengukuran keluaran


Radiasi Co-60 menggunakan wedge

Setelah itu dilakukan pengukuran laju HASIL DAN PEMBAHASAN


dosis serap air berkas radiasi Co-60.
Pengukuran dilakukan di dalam fantom air Hasil pengecekan stabilitas
pada kedalaman 5 cm dengan jarak permukaan menunjukkan bahwa dosimeter yang
fantom ke sumber radiasi, SSD = 80 cm dan digunakan mendapatkan stabilitas lebih kecil
luas lapangan radiasi yang bervariasi dari dari 1 %. Hal ini berarti stabilitas dosimeter
lapangan radiasi 5 cm x 5 cm sampai dengan cukup baik dan dosimeter tersebut dapat
20 cm x 20 cm. Data temperatur dan tekanan digunakan untuk pengukuran.
udara dimasukkan ke dalam elektrometer Hasil pengukuran kesalahan penunjukan
sehingga bacaan yang diperoleh sudah waktu dari 2 buah pesawat Co-60 GWXJ80 no.
terkoreksi terhadap temperatur dan tekanan Seri 257 dan 261 yang dihitung menggunakan
udara. Susunan peralatan dapat dilihat pada Pers.1 dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2 di
Gambar 5. bawah ini.
Tabel. 1. Data pengukuran kesalahan
penunjukan waktu pesawat Co-60 GWXJ80
no. seri 257
MA ; tA=60 detik MB ; n = 4; tB=15 detik

35,061 nC/60 detik 9,157 nC/15 detik


9,157 nC/15 detik
9,157 nC/15 detik
9,157 nC/15 detik
Gambar. 5. Susunan peralatan pengukuran MA = 35,061 nC/60 detik MB = 36,628 nC/60 detik

Hasil pengukuran kesalahan penunjukan


Pengukuran Faktor Wedge waktu dari pesawat Co-60 GWXJ80 no. seri
261 dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Pengukuran Faktor Wedge dilakukan Tabel. 2. Data pengukuran kesalahan
pada jarak sumber radiasi SSD = 80 cm dan penunjukan waktu pesawat Co-60 GWXJ80
kedalaman detektor 5 cm. Pengukuran dengan no. seri 261
dan tanpa wedge dapat dilihat pada Gambar 5
MA ; tA=60 detik MB ; n = 4; tB=15 detik
dan 6.
34,150 nC/60 detik 8,755 nC/15 detik
8,755 nC/15 detik
8,755 nC/15 detik
8,755 nC/15 detik
MA = 34,150 nC/60 detik n = 4; MB = 35,021 nC/60 detik

Dengan menggunakan Pers. 1 diperoleh


kesalahan penunjukan waktu pesawat sebesar W
= 0,91 detik untuk pesawat Co-60 GWXJ80
Gambar. 6. Pengukuran keluaran tanpa
wedge no. seri 257 dan W = 0,51 detik untuk pesawat
no. seri 261.
Dari hasil tersebut di atas dapat dilihat
bahwa kesalahan penunjukan waktu kedua

__________________________________________________________________________________________
237
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
pesawat ini tidak sama, namun keduanya lebih 6 dan 8 dan Faktor Keluarannya dicantumkan
kecil dari 1 detik. Perbedaan ini kemungkinan pada tabel yang sama.
besar disebabkan oleh kemampuan kompresor Dari Tabel 6 dan 8 dapat dilihat bahwa
pendorong drawer sumber radiasi yang tidak laju dosis serap air maksimum pada lapangan
sama. Dibandingkan dengan pesawat lain radiasi 10 cm x 10 cm mendapatkan nilai
seperti pesawat teleterapi Co-60 GammaBeam 2415,9 mGy/menit untuk pesawat GWXJ80
100-80 External Beam Therapy System no. seri 257 dan 2337,7 mGy/menit untuk
(EBTS), kesalahan penunjukan waktu pesawat pesawat GWXJ80 no. seri 261. Kedua
ini boleh dikatakan tidak jauh berbeda. Untuk pengukuran tersebut di atas dilakukan
keselamatan pasien, sebaiknya kesalahan berselang 1 bulan. Jika hasil pengukuran
penunjukan waktu tersebut di atas tidak pesawat GWXJ80 no. seri 257 diluruhkan
diabaikan [9]. untuk waktu peluruhan 1 bulan, maka akan
Hasil pengukuran untuk menentukan mendapatkan nilai 2395,54 mGy/menit.
koreksi rekombinasi ion dan polaritas berkas Dengan demikian akan mendapatkan
Co-60 pesawat GWXJ80 no. Seri 257 dan 261 perbedaan sebesar 1,5 %. Dengan
yang dilakukan di dalam fantom air pada ketidakpastian bentangan sebesar 1,7 %,
kedalaman 5 cm, jarak sumber ke permukaan maka kedua pengukuran mendapatkan hasil
fantom, SSD 80 cm, dan lapangan radiasi, FS yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa
10 cm x 10 cm dengan waktu penyinaran 1 pemasangan sumber radiasi Co-60 pada head
menit yang dihitung menggunakan Persamaan pesawat sudah sesuai.
4 dan 5 ditunjukkan dalam Tabel 3 dan 4.
Tabel. 3. Data pengukuran faktor Tabel. 5. Data pengukuran laju dosis
koreksi rekombinasi ion dan polaritas pesawat serap air pesawat Co-60 GWXJ80 no. seri 257
no. seri 257 Lapangan Bacaan
Faktor Dair(5),
Bacaan (Mu)
Tegangan Kerja, cm x cm Pengali*
Terkoreksi Perbandin mGy/menit
P/T/h nC
(Volt) gan
(nC/menit) 5x5 31,518 1711,4
100,9 M1/M2 = 6 x 6. 41,704 1769,8
V1(-) = 243,5 (V-) 35,061 (M1)(M-) 7 x 7. 42,548 1797,8
kPa 1,000
22,34 qC V2 = 61,00 34,259 (M2) ks = 1,000 8x8 43,434 1842,0
85 %RH V+ = 242,75 (V+) 35,074 (M2)(M+) kpol =1,000 9x9 44,254 1868,2
54,30
10 x 10 44,891 1903,7
12 x 12 46,093 1953,7
Tabel. 4. Data pengukuran faktor 15 x 15 47,680 2019,0
18 x 18 48,765 2068,5
koreksi rekombinasi ion dan polaritas pesawat
20 x 20 49,250 2098,5
no. seri 261 * Faktor pengali = ND,W . Kpol . Ks
Bacaan
Tegangan Kerja, Perbandin
P/T/h Terkoreksi
(Volt) gan Tabel. 6. Data pengukuran laju dosis
(nC/menit)
serap air maksimal pesawat Co-60 GWXJ80
100,9
V1(-) = 243,5 (V-) 34,150 (M1)
M1/M2 = no. seri 257
kPa 21,4 1,000
qC V2 = 61,25 34,141 (M2) ks =1,000 Lapangan Dair(5), PDD5 Dmax Faktor
58 %RH V+ = 243,5 (V+) 34,259 (M2) kpol =1,002 cm x cm mGy/menit % mGy/menit Keluaran

5x5 1711,4 75,2 2275,8 0,9420


Hasil penentuan laju dosis serap air 6 x 6. 1769,8 76,2 2322,6 0,9614
untuk berbagai lapangan radiasi dari kedua 7 x 7. 1797,8 77,1 2331,8 0,9652
pesawat GWXJ80 yang dihitung menggunakan 8x8 1842,0 77,8 2367,6 0,9800
Pers. 2 dapat dilihat pada Tabel 5 dan 7. 9x9 1868,2 78,3 2386,0 0,9876
10 x 10 1903,7 78,8 2415,9 1,0000
Selanjutnya laju dosis serap maksimum dari 12 x 12 1953,7 79,5 2457,5 1,0172
setiap lapangan radiasi tersebut dinormalisasi 15 x 15 2019,0 80,3 2514,3 1,0407
ke laju dosis serap air maksimum pada 18 x 18 2068,5 80,8 2560,0 1,0596
lapangan radiasi 10 cm x 10 cm dihitung 20 x 20 2098,5 81,3 2581,2 1,0684
menggunakan Pers. 3 dapat dilihat pada Tabel

__________________________________________________________________________________________
238
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Tabel. 7. Data pengukuran laju dosis Tabel. 9. Hasil pengukuran Faktor
serap air pesawat no. seri 261 Wedge tiga buah pesawat teleterapi Co-60
Lapangan Bacaan Dair(5),
GWXJ80
(Mu) Faktor
cm x cm mGy/menit Faktor Faktor
Pengali* Faktor
nC Wedge Wedge Wedge
Wedge
5x5 30,811 1674,8 10W cm x 15 cm No. seri No. seri
Pabrik
257 261
6 x 6. 31,649 1720,4
7 x 7. 32,301 1755,8 Wedge 15o 0,680 0,681 0,698
8x8 32,986 1793,1 Wedge 30o 0,573 0,526 0,589
9x9 33,674 1830,4 Wedge 45o 0,576 0,559 0,597
54,36
10 x 10 34,150 1856,3 Wedge 60o 0,416 0,393 0,437
12 x 12 35,204 1913,6
15 x 15 36,421 1979,7
18 x 18 37,326 2029,0 Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat
20 x 20 37,826 2056,1 bahwa dari 4 buah wedge tersebut, hanya
* Faktor pengali = ND,W . Kpol . Ks wedge dengan sudut 15 saja yang nilai Faktor
Wedge kedua pesawat GWXJ80 nya
mendekati nilai yang diberikan oleh pabrik
Tabel. 8. Data pengukuran laju dosis
dengan deviasi yang tidak signifikan sebesar
serap air pesawat no. seri 261
0,4 %, sedangkan untuk sudut wedge yang
Lapangan Dair(5), PDD5 Dmax Faktor lain, perbedaan antara pesawat no. seri 257 dan
cm x cm mGy/menit % mGy/menit Keluaran 261 maupun terhadap nilai yang diberikan oleh
5x5 1674,8 75,2 2227,1 0,9454
pabrik mendapatkan perbedaan yang cukup
6 x 6. 1720,4 76,2 2257,7 0,9584 besar antara 3 % sampai dengan 10 %. Hal ini
7 x 7. 1755,8 77,1 2277,3 0,9667 menunjukkan bahwa wedge masing-masing
8x8 1793,1 77,8 2304.7 0,9784 pesawat tidak sama. Dengan demikian perlu
9x9 1830,4 78,3 2337,7 0,9923
10 x 10 1856,3 78,8 2355,7 1,0000
dilakukan pengukuran faktor wedge untuk
12 x 12 1913,6 79,5 2407,0 1,0217 masing-masing pesawat.
15 x 15 1979,7 80,3 2465,4 1,0466
18 x 18 2029,0 80,8 2511,1 1,0660 KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN
20 x 20 2056,1 81,3 2529,0 1,0736
Ketidakpastian hasil penentuan laju
Dari Tabel 5 dan 7 tersebut di atas dosis serap air berkas radiasi Co-60 dievaluasi
dapat dilihat juga bahwa tidak terdapat sesuai dengan kriteria yang terdapat dalam
perbedaan yang signifikan antara nilai Faktor ISO/TAG 4/WG 3: Guide to the Expression of
Keluaran pesawat Co-60 GWXJ80 no. seri 257 Uncertainty in Measurement yang
dan 261. Perbedaan terbesar diperoleh untuk mendefinisikan dua katagori komponen
lapangan radiasi 15 cm x 15 cm dan 20 cm x ketidakpastian yaitu Tipe A dan Tipe B[11].
20 cm sebesar 0,6 %. Nilai ini tidak signifikan Komponen ketidakpastian meliputi :
karena lebih kecil dari 2 %. Dengan ketidakpastian faktor kalibrasi dosimeter,
perbedaan yang kecil ini menunjukkan bahwa stabilitas dosimeter, bacaan dosimeter, resolusi
kedua pengukuran mendapatkan kesesuaian termometer, faktor kalibrasi termometer,
yang baik [10]. resolusi barometer, faktor kalibrasi barometer,
Hasil penentuan Faktor Wedge kedua koreksi polaritas, koreksi rekombinasi ion dan
pesawat dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah kedalaman air. Ketidakpastian bentangan
ini. (expanded uncertainty) dari penentuan laju
dosis serap air ditaksir sebesar 1,7 %.

KESIMPULAN

Dari hasil pengujian terhadap dua


pesawat dapat disimpulkan bahwa kinerja
kedua pesawat tersebut cukup baik. Hasil
penentuan dosis serap air dapat digunakan
untuk terapi pasien tumor. Disamping itu hasil

__________________________________________________________________________________________
239
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
penentuan parameter dosimetri yang diperoleh Kesehatan dan Lingkungan dan
dapat dijadikan data acuan dalam pelaksanaan Pengembangan Teknologi Nuklir, ISSN
program kendali mutu dari pesawat teleterapi 2477-0345, Jakarta, 2015.
tersebut. Bagi laboratorium kalibrasi PTKMR- 10. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY
BATAN hasil ini dapat dijadikan data acuan AGENCY, Technical Report Series No.
untuk pengukuran-pengukuran pesawat Co-60 277 : Absorbed Dose Determination in
model GWXJ80 yang kemungkinan besar akan Photon and Electron Beam, An
semakin bertambah di masa yang akan datang. International Code Practice, IAEA,
Vienna, 1987
11. INTERNATIONAL ORGANIZATION
DAFTAR PUSTAKA OF STANDARDIZATION, Guide to The
Expression of Uncertainty in
1. Komunikasi pribadi dengan personil PT Measurement, ISO TAG/WG 3/June 1992.
Indosopha Sakti dan PT Bumi Paradise,
Vendor pesawat teleterapi di Indonesia
2. Sertifikat sumber radiasi no. seri E00, TANYA JAWAB
Rus/6351/5-96, Gamma Service Recycling
GmBH- Bautzer Strasse 67 D 04347 Pertanyaan :
Leipzig
3. Sertifikat sumber radiasi no. seri A79 , 1. Terapi pasien tumor yang dimaksud
Rus/6351/5-96, Gamma Service Recycling tumor dimana letaknya?
GmBH- Bautzer Strasse 67 D 04347 2. Adakah persamaan dengan diagnosa
Leipzig kanker gamma?
4. Rajagukguk, N., Firmansyah, A.F.,
Ketidakssuaian Posisi Sumber Radioaktif Jawaban :
Pasca Pergantian Sumber Radioaktif Pada
Pesawat Teletrapi Co-60 Berpengaruh 1. Terapi tumor dengan penyinaran
Terhadap Laju Dosis Serap Air di eksternal biasanya letak tumor ada di
Kedalaman Maksimum, Prosiding Seminar kepala dan leher, payudara, paru-paru,
Pertemuan dan Presentasi Ilmiah usus, dan prostat.
Fungsional Teknologi Nuklir VIII, ISSN 2. Berbeda antara diagnosis gamma
1978-9971, Jakarta, 2013 dengan terapi gamma.
60
5. GWXJ80 Co TELETHERAPY,
Operation Manual, Nuclear Power Institute
of China, Si Chuan, China, 2006
6. British Journal of Radiology Supplement
No. 25, Central Axis Depth Dose Data for
Use in Radiotherapy: 1996, British
Institute of Radiology, London, 1996
7. Jhon HORTON. Ph.D Handbook Radiation
Therapy Physics, Prentice-Hall, Inc.
Englewood Cliffs, N.J.,1987.
8. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY
AGENCY, Absorbed Dose Determination
in External Beam Radiotherapy; An
International Code of Practice for
Dosimetry Based on Standards of
Absorbed Dose to Water, Technical Report
Series No.398, IAEA, Vienna , 2000
9. Rajagukguk, N., Firmansyah, A.F.,
Penentuan Parameter Dosimetri Awal Tiga
Buah Pesawat Teleterapi 60 GammaBeam
100-80 External Beam Therapy System
Co- 60, Prosiding Seminar Keselamatan

__________________________________________________________________________________________
240
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

PERANCANGAN REAKTOR BATCH UNTUK PEMISAHAN PERAK


DARI LARUTAN BEKAS PENCUCIAN FILM RADIOGRAFI
Salman Yasir Fakhry Putra 1, Noor Anis Kundari 2, Kris Tri Basuki 3

1,2,3) STTN-BATAN, Yogyakarta, Indonesia, sttn@batan.ac.id

ABSTRAK

Perancangan reaktor batch untuk pemisahan perak dari larutan bekas pencucian film
radiografi. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan kinetika proses pelarutan dan desain reaktor batch.
Fixer bekas menjadi masalah dikarenakan pada fixer bekas mengandung logam Ag yang termasuk logam
berat dan digolongkan limbah B3.Namun selain fixer bekas tergolong dalam limbah B3, logam Ag yang
terkandung pada fixer bekas juga mempunyai nilai ekonomis karena tergolong logam mulia. Oleh karena itu,
dilakukan perancangan reakotr batch untuk untuk mengurangi masalah limbah di lingkungan. Metode untuk
menentukan konstanta kinetika pada proses pelarutan adalah melarutkan Ag2S dan HNO3, diaduk dan
dipanaskan pada suhu 90OC konstan dengan memvariasikan waktu pengadukan. Nilai konstanta kinetika
proses Pelarutan Adalah 0,216/menit. Berdasarkannilai konstanta knetika yang diperoleh, dapat dihitung
rancangan reaktor batch pada proses pertukaran logam untuk kapasitas 99 L/bulan sebesar D = 45 cm, H =
68cm, t = 0,35 cm, P = 0,76watt, dan pada proses pelarutan adalah D = 44 cm, H = 66cm, t = 0,33 cm, P
=42,29watt.

Kata kunci : Reaktor batch, fixer, pelarutan,kinetika,perancangan

ABSTRACT

Batch reactor design for silver separation fromused radiographic film fixer solution. This study was
conducted to determine the kinetics of the dissolution process and batch reactor design. The usedfixer
solution because it coontainssilver and hazardous materials.However, its silver content has economic value
as it is a precious metal. Therefore, it is necessary to design batch reactor to produce silver which has
economic value and to reduce environmental problem from the fixer solution. The method for determining the
kinetics constant of the dissolution process is by dissolving Ag 2S and HNO3. The solution is stirred and
heated at a constant temperature of 90C by varying the stirring time. The dissolution process is a firstorder
reaction with kinetics constant value is 0,216 / min. The obtained kinetics constant can be used to design
batch reactor for the metal exchange processes for a capacity of 99 L/month at D = 45 cm, H = 68 cm, t =
0,35 cm, P = 0,76 watts, and on the dissolution process is D = 44 cm, H = 66 cm, t = 0,33 cm, P = 42,29
watts.
Keywords:Batchreactor,fixer,dissolution,kinetics,design

1
__________________________________________________________________________________________
241
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Karena pada batch Fa0=Fa=0, maka


PENDAHULUAN

Fixer bekas menjadi masalah dikarenakan


pada fixer bekas mengandung logam Ag
danfixer bekas tergolong dalam limbah B3,
Namun logam Ag yang terkandung pada fixer
bekas juga mempunyai nilai ekonomis karena Untuk merancang reaktor batch
tergolong logam mulia.Berbagai teknologi diperlukan persamaan kinetika. Pada pengolahan
digunakan untuk mendapatkan kembali Ag dari limbah fixer telah tersedia data kinetika pada
limbah larutan fixer yang kebanyakan efektif proses pertukaran logam Mg(3). Sedangkan
pada batas konsentrasi Ag tertentu. Perak dalam dalam proses pelarutan belum tersedia. Oleh
bentuk kompleks anionik tiosulfat (Ag(S2O3)2)3- karena itu, dalam penelitian ini akan ditentukan
dapat dipisahkan dari larutannya dengan cara terlebih dahulu persamaan kinetika pada proses
elektrolisis, pertukaran logam (metallic pelarutan.
replacement), pengendapan, penukar ion, Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa
membran cair emulsi (ELM), dan adsorbsi menentukan persamaan kinetika pada proses
dengan kitin(1). pelarutan dan perancangan reaktor batch untuk
Reaksi pertukaran logam tunggal pada pemisahan perak dari larutan bekas pencucian
pemungutan perak dalam limbah larutan fixer film radiografi.
logam Mg menggeser logam Ag pada
Ag2S2O3dan Membentuk Ag2S. hal ini
dikarenakan logam Mg lebih reaktif dari pada LANDASAN TEORI
logam Ag, dengan demikian akan terjadi reaksi
Proses Pertukaran Logam Mg
redoks. Selanjutnya, reaksi pelarutan dengan
cara melarutkan Ag2S menggunakan HNO3
Reaksi pertukaran logam tunggal adalah
membentuk AgNO3.
juga perubahan kimia yang terjadi ketika sebuah
Penelitian ini dilakukan untuk perancan-
unsur yang lebih reaktif menggantikan unsur
gan reaktor batch yang mampu memulihkan
yang kurang reaktif dari suatu senyawa.
perak dari limbah larutan fixer sehingga limbah
Reaktifitas logam dapat diketahui dari urutan
larutan fixer yang mengandung perak tidak
pada deret volta, pada deet volta logam yang
mencemari lingkungan dan limbah fixer juga
urutannya berada di sebelah kiri hidrogen (H)
digolongkan sebagai limbah B3. Selain itu,
tergolong logam yang reaktif dan semakin ke
logam perak mempunyai nilai ekonomis.
kiri semakin reaktif. Namun sebaliknya logam
Pemulihan logam perak dilakukan dengan cara
yang mempunyai urutan berada di sebelah kanan
melewatkan larutan fixer bekas cucian film
hidrogen adalah logam-logam yang kurang
radiografi dengan logam Mg pada reaktor. Pada
reaktif dan semakin ke kanan semakin kurang
saat terjadi kontak larutan fixer dengan logam
reaktif terhadap logam yang mempunyai
akan terjadi reaksi pertukaran logam Mg dan
urutandi sebelah kirinya. Pada reaksi pertukaran
menghasilkan logam perak dan larutan MgS2O3,
logam tunggal yang terjadi pada proses
Selanjutnya dilakukan proses pelarutan
pemungutan perak, logam Mg akan menggeser
menggunakan HNO3 dan membentuk AgNO3.
Ag yang terdapat dalam senyawa komplek
Perancangan alat yang sesuai untuk
Ag2S2O3, pergeseran logam yang terjadi dapat
memaksimalkan pemungutan perak dari limbah
dilihat pada reaksi berikut,
larutan fixer yaitu perancangan reaktor batch.
Untuk Menentukan desain reaktor batch
Berdasarkan reaksi (5) dapat diamati,
menggunakan persamaan sebagai berikut(2).
logam Mg menggeser posisi Ag yang menjadi
atom inti dan berikatan dengan ligan S2O3-

__________________________________________________________________________________________
242
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

sehingga logam Mg menjadi atom inti dan


berikatan dengan ligan S2O3- menjadi MgS2O3.
Ketika kompleks melalui proses Namun, untuk reaktor batchpada
pemungutan, kompleks akan terkonversi umumnya volume tidak ditentukan sebelumnya
menjadi Ag2S. sebagai fungsi waktu. Maka, waktu t yang
Proses Pelarutan Menggunakan HNO3 diperlukan untuk mencapai konversi X adalah(2).
Untuk mendapatkan perak murni,
Ag2Sdilarutkan dengan asam nitrat (HNO3)
maka reaksinya akan menjadi,
Mengikuti reaksi dibawah ini(4).
Untuk menetukan nilai konstanta kinetika
Reaksi dalam reaktor batch dengan
(k) pada proses pelarutan dengan orde 1 yang
volume V secara terus-menerus, untuk
diperoleh dari percobaan di laboratorium
menentukan tingkat produksi, maka harus
menggunakan Persamaan sebagai berikut(2).
memperhitungkan waktu reaksi (t dalam
persamaan(34)) dan down-time (td) antara batch.
Berdasarkan konstanta kinetika (k)
Total waktu per batch, atau waktu siklus,
dengan reaksi orde 2 dapat ditentukan
adalah(4).
persamaan sebagai berikut(2).
Volume reaktor (V) terkait dengan Nao
melalui persamaan keadaan (1) atau (9). harus
Ag larut dan membentuk ikatan senyawa ditentukan atau dianggap sebagai parameter(4).
dengan NO menjadi AgNO3, dimurnikan dengan
reaksi pertukaran logam tunggal menggunakan
logam tembaga (Cu) sehingga didapatkan logam
Ag murni, reaksi yang terjadi dapat dilihat pada Menentukan dimensi dari reaktor batch
reaksi 17, dengan cara mengasumsi bahwa reaktor batch
berbentuk silinder dan mengikuti persamaan
sebagai berikut(5).
Logam Ag mengendap dan dipisahkan
dengan Cu(NO3)2sehingga didapatkan logam Ag
murni yang siap untuk dilebur.
Rasio antara diameter dan tinggi reaktor
Perhitungan Desain Reaktor Batch batch ditunjukkan pada persamaan sebagai
berikut(5).
Reaktor batch tidak memiliki aliran
masuk maupun aliran keluar dari reaktan atau
produk sementara reaksi sedang dilakukan; Fj0
= Fj = 0 menghasilkan keseimbangan mol umum Dengan mensubtitusi persamaan (38) ke
pada spesies j adalah(2). (39), maka diperoleh persamaan (41)

Untuk sistem batch dimana volume


bervariasi ketika reaksi berjalan, volume Untuk merancang pengaduk pada bejana
biasanya dapat dinyatakan sebagai fungsi waktu atau tangki memiliki banyak pilihan untuk
atau konversi saja, baik untuk reaktor adiabatik membuat jenis dan lokasi impeller,
atau isotermal. Karena itu, variabel dari ukuranbejanaatau tangki, jumlah dan ukuran
persamaan diferensial dapat dipisahkan dalam baffle, dan sebagainya. Maka perancangan unit
salah satu cara berikut(2). pengaduk beserta impeller akan ditunjukan pada
gambar dibawah ini(6).

Atau

__________________________________________________________________________________________
243
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Tutup reaktor sangat bermacam-macam,


namun pada umumnya tutup yang sering
dijumpai di reaktor kimia berjenis flanged and
shallow dishead.Untuk merancang tutup reactor
mengikuti persamaan sebagai berikut(8).

Gambar 1 Desain pengaduk jenis turbulen(6).

Gambar 2 Flanged and shallow dishead reactor(8)


Menentukan Tebal penutup mengikuti
persamaan berikut(8).

Pada unit pengaduk membutuhkan


seberapa besar daya yang dikonsumsi. Dalam
tangki baffled dengan bilangan reynolds Sehingga
yangmendekati 10.000, maka jumlah daya
adalah independen dari bilangan reynolds, dan
viskositas bukan faktor. dalam rentang ini aliran METODOLOGI PENELITIAN
sepenuhnya turbulen(6).
Bahan dan Alat Penelitian
ini akan menjadi
Bahan Penelitian

Dalam perancangan reaktorbatch untuk


Dalam sistem pengadukan, kecepatan pemisahan perak dari limbah bekas film
dalam pengadukan sangat mempengaruhi radiografi digunakan bahan untuk
effisiensi laju reaksi.Berdasarkan persamaan melangsungkan perancangan adalah limbah fixer
(53), kecepatan pengadukan juga dipengaruhi berasal dari rumah sakit wilayah Yogyakarta
oleh WELH (Water Equivalen Liquid Hight)(7). dengan konsentrasi 57,51 g/L, Aquadest dari alat
pembuat air aquadest yang ada di laboraturium
kimia dasar STTN-BATAN Yogyakarta, logam
Dengan magnesium didapat dari laboraturium kimia
dasar STTN-BATAN Yogyakarta berbentuk pita
dengandimensi lebar 0,5 cm dan panjang 100
Ketebalan reaktor batchdapat ditentukan cm, dan asam nitrat berasal dari laboratorium
berdasarkan persamaan sebagai berikut(8). kimia dasar STTN-BATAN Yogyakarta, Asam
nitrat yang digunakan memiliki konsentrasi 65%
dan massa Jenis 1,62 kg/L

__________________________________________________________________________________________
244
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Alat Penelitian lalu selanjutnya menghitung volume beserta


dimensi keseluruhan reaktor batch.
Dalam perancangan reaktor batch untuk
pemisahan perak dari limbah bekas film HASIL DAN PEMBAHASAN
radiografi digunakan alat alat seperti hot plate,
magnetic stirrer, termometer, neraca analitik, Penentuan Nilai Konstanta Kinetika Reaksi
kertas saring whatman 42, oven, stopwatch, (k) Pelarutan Ag2S Menggunakan HNO3
AAS, dan peralatan-peralatan kaca lainnya.
Pada Penelitian ini dilakukan pengamatan
Prosedur Penelitian laju reaksi pada proses pelarutan Ag2S dan
HNO3 dengan kondisi pengamatan di
Pengendapan Ag2S dari Ag2S2O3
laboraturium dan perhitungan sesuai
menggunakan Logam Mg
stoikiometri
Proses pengendapan Ag2S ditentukan
Endapan Ag2S di larutkan dengan HNO3
dengan mereaksikan limbah larutan fixer dari
akan membentuk AgNO3 dengan suhu tetap
rumah sakit diambil sebanyak 500mL dan di
dijaga konstan sebesear 90o Celcius. Untuk
tempatkan pada gelas beker 500mL dengan
menentukan kinetika pada proses pelarutan
logam magnesium ditimbang seberat 1 gram.
maka dilakukan Variasi Waktu Pengadukan
logam magnesium yang telah ditimbang
yaitu, 15, 20, 35 50, 70 dan 80 menit. Setelah
dimasukkan ke dalam limbah larutan fixer dan
dilakukan Variasi tersebut, maka diperoleh
diaduk menggunakan pengaduk magnet,
konsentrasi hasil dari spektrometri serapan Atom
kemudian endapan hasil reaksi di saring
yang ditunjukan pada Tabel 3
menggunakan kertas saring whatman 42. Kertas
saring dan endapan dikeringkan menggunakan
Tabel 1 Hasil Spektrometri serapan atom
oven dan ditimbang sampai konstan.
Waktu Konsentrasi (Ca) (ppm)
Penentuan Nilai Konstanta Kinetika (k) (menit)
Pelarutan Ag2S Menggunakan HNO3 15 2,1098
20 2,0641
35 1,0959
Nilai konstanta kinetika (k) pada proses 50 2,6999
pelarutan ditentukan dengan melarutkan Ag2S 70 4,9978
menggunakan HNO3 dengan konsentrasi yang 80 13,1715
sesuai perhitungan stoikiometri dan dipanaskan
pada suhu 90oC dijaga konstan. Endapan dan Kemdian dari hasil spektrometri serapan
filtrat hasil reaksi dipisahkan menggunakan atom, dihitung konversi yang terjadi selama
kertas saring whatman 42, dan langkah tersebut proses pelarutan dalam variasi waktu yang
diulangi dengan melakukan variasi waktu. ditunjukan pada Tabel 4
pengadukan. Hasil pelarutan tersebut yang Tabel 2 Perhitungan konversi
berupa filtrat dianalisis menggunakan Waktu (menit) Konversi(X)
spektrometri serapan atom. 15 0,989451
20 0,989680
Perancangan dan Desain Reaktor Batch 35 0,994521
50 0,986501
70 0,975011
Prosedur perancangan dan desain reaktor 80 0,934143
batch adalah langkah pertama membuat digram
alir proses, kemudian menghitung neraca massa Dari Tabel 4, maka dabat dibuat grafik
proses. Setelah dihitung neraca massa dengan hubungan antara konversi dan waktu untuk
kapasitas yang telah ditentukan, kemudian menentukan konstanta kinetika.Untuk reaksi
menentukan spesifikasi alat yang digunakan order 1
(pompa, pipa, jenis bahan yang digunakan untuk
reaktor, dll). Kemudian langkah selanjutnya
menghitung waktu pengadukan dalam reaktor,

__________________________________________________________________________________________
245
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

PERANCANGAN REAKTOR BATCH

Diagram alir proses

Gambar 3 Hubungan konversi dengan waktu Gambar 5 Diagram alir proses reaksi pertukaran
pengadukan logam dan pelarutan
Hasil menunjukkan bahwa untuk proses Berdasarkan Gambar 5, limbah fixer di
pelarutan diperoleh nilai konstanta kinetika pompa menggunakan pompa sentrifugal
sebesar 0,0261 / menit dengan R2 sebesar kemudian masuk ke reaktor untuk proses
0,6533. pertukaran logam menggunakan magnesium.
Untuk menentukan nilai konstanta Proses pertukaran logam terjadi dan membentuk
kinetika pada reaksi orde 2 akan ditunjukkan Ag2S dan Mg2S2O3 sebagai hasil reaksi yang
pada gambar berikut ini. sesuai dengan reaksi pada persamaan (5).
Setelah proses pertukaran logam, selanjutnya
hasil proses di pompa dan masuk reaktor
selanjutnya.
Pada proses tersebut merupakan proses
pelarutan menggunakan HNO3 sebagai pelarut.
Selanjutnya, HNO3 melarutkan Ag2S dan
membentuk AgNO3 yang sesuai dengan reaksi
pada persamaan (6).
Desain reaktor batch proses pertukaran
logam

Gambar 4Hubungan konsentrasi terhadap waktu


reaksi orde 2
Berdasarkan Gambar 4 menunjukkan
bahwa untuk reaksi orde 2 di peroleh nilai
konstata kinetika sebesar 0,0007/C.s dengan
Nilai R2 sebesar 0,4587.
Jika dibandingkan hasil antara reaksi orde
1 dan orde 2, maka hasil yang lebih baik
terdapat pada orde1. Karena nilai R2 pada orde 1
lebih besar dibandingkan dengan nilai R2 pada Gambar 6Reaktor batch proses pertukaran
orde 2. Oleh karena itu, perancangan dan desain logam
reaktor batch akan menggunakan nilai konstanta
kinetika pada reaksi orde 1

__________________________________________________________________________________________
246
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Desain reaktor batch proses pelarutan SARAN

1. Hasil dari perancangan ini diharapkan dapat


dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu
rancang bangun alat dan dapat digunakan
pada fasilitas pengolahan film radiografi.
2. Perlu dilakukan penelitian lagi yang terkait
dengan perancangan reaktor dan pemilihan
bahan agar lebih effisien dan optimal.
3. Pada proses pelarutan perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut dikarenakan variasi
waktu yang dilakukan hanya sampai
maksimal 80 menit sehingga kinetika yang
diperoleh masih kurang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Gambar 7 Reaktor batch proses pelarutan 1. Songkroah, C., Nakbanpote, C., and
Thiravetyan, P., 2003, Recovery of Silver-
KESIMPULAN Thiosulphate Complexes with Chitin,
Process Biochemistry Journal, 39, 1553-
1. Berdasarkan data yang diperoleh dari 1559.
spektrometri serapan atom (AAS) konstanta 2. Fogler, H.Scot, 2004, Solutions Manual for
kinetika reaksi pada proses pelarutan adalah Elements of Chemical Reaction
0,0261/menit untuk reaksi orde 1 dan Engineering Third Edition., The University
0,0007/C.menit untuk reaksi orde 2 of Michigan, Ann Arbor
2. Dimensi reaktor batch untuk proses reaksi 3. Perkasa, P.D.C, 2015, Pemungutan Perak
pertukaran logam dan pelarutan dapat di dari larutan fixer pencuci film radiografi
hitung. Dan hasil perhitungan dimensi yang berbasis reaksi pertukaran logam, STTN-
diperoleh adalah sebagai berikut : BATAN Yogyakarta.
a. Reaktor batchproses reaksi pertukaran 4. Missen, R.W, Mims. C.A, Savilley. B.A, ,
logam 1999, Introduction to chemical reaction
Volume = 0,1287 m3 Engineering and kinetics, john wilwy and
Diameter =0,45m sons, Inc. united state of America.
Tinggi =0,68 m 5. Silla, Harry, 2003, Chemical Process
Tebal shell =0,0035 m Enginering Design and Economics, Stevens
Tebal head = 0,0033 m Institute of Techonolgy Hoboken, New
Tinggi head =0,0942 m Jersey, USA.
Daya yang dikonsumsi = 0,76 watt 6. McCabe, W.L, Smith. C.J, Harriott. P,
Kecepatan pengadukan =16,35 rpm 1993, Unit Operations of chemical
b. Reaktor batchproses pelarutan Engineering, McGraw-Hill, Inc. USA.
Volume = 0,101 m3 7. Rase, H.F., 1977, Chemical Reactor Design
Deiameter = 0,44 m for Process Plants, 2 Volumes, (Willeys).
Tinggi = 0,66 m 8. Brownell, L.E. and Young, E.H., 1979,
Tebalshell = 0,0036 m Process Equipment Design, John Wiley
Tebal head = 0,0033 m and Sons, Inc., New York.
Tinggi head =0,0072 m 9. Suryati., Linda, 2003, Pengambilan
Daya yang dikonsumsi = 42,29 watt Kembali Perak Buangan Berdasarkan
Kecepatan pengadukan =20,28 rpm Metode Reduksi Kimiawi, Penelitian Dosen
Muda, UNDIP, Semarang

__________________________________________________________________________________________
247
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

10. Sardjono, I.D, Prayitno, Poernomo, H,


Yuwono, W, 2006, Pemakaian Metode
Adsorpsi Gelembung Untuk Pemungutan
Kembali Unsur Ag Dari Air Limbah Cucian
Film Fotothoraks, Pusat Teknologi
Akselerator dan Proses Bahan-BATAN,
Yogyakarta.
11. Suryati., Linda, 2003, Pengambilan
Kembali Perak Buangan Berdasarkan
Metode Reduksi Kimiawi, Penelitian Dosen
Muda, UNDIP, Semarang
12. Kuswati, Hari, Handoyo. D, Kohar. I, 2010,
Perolehan Kembali Logam Perak Dari
Limbah Cair Pencucian Film Studio
dibanding Film X-Ray dengan
Menggunakan Metode SN Flake,
Universitas Suravaya, Surabaya.

__________________________________________________________________________________________
248
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

RANCANG BANGUN PAPAN INFORMASI REAL TIME


STATUS OPERASI DAN DAYA REAKTOR KARTINI
SECARA NIRKABEL
Hendyka Ovie Arista1, Adi Abimanyu2, Muhtadan1

1) Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, Yogyakarta, ovieoval35@gmail.com,


muhtadan@batan.go.id
2) Pusat Sains dan Teknologi Akselerator, Yogyakarta, abimanyu.adi@batan.go.id

ABSTRAK

RANCANG BANGUN PAPAN INFORMASI REAL TIME STATUS OPERASI


DAN DAYA REAKTOR KARTINI SECARA NIRKABEL. Seiring dengan
berkembangnya teknologi komunikasi, sistem transfer data dapat dilakukan secara
nirkabel (wireless). Teknologi nirkabel juga semakin banyak digunakan karena kecepatan
transfer datanya, terutama data yang penting seperti daya dari sebuah reaktor. Tujuan
penelitian ini adalah menghasilkan sebuah papan informasi real time mengenai status
operasi dan daya dari Reaktor Kartini secara nirkabel. Data dari reaktor yang berupa
tegangan analog dari kanal daya NP-1000 dikonversi ke nilai daya dalam satuan persen
(%) yang ditampilkan pada papan penampil. Papan informasi real time ini terdiri dari
modul Nice RF SV 611, mikrokontroler AT-Mega8, modul RTC DS1307, papan LED
seven segment. Penelitian tersebut menghasilkan sebuah papan informasi real time
memiliki ukuran 70 cm x 70 cm x 6 cm dengan jarak maksimal pengiriman data adalah
240 meter pada area terbuka dan waktu pengiriman data selama 0,079 detik dengan
penggunaan baudrate sebesar 19200 bps pada power 7. Sehingga, penggunaan modul RF
dengan jarak tertentu dapat menggunakan power yang mendekati untuk digunakan pada
jarak tersebut.

Kata kunci : Radio Frequency Nice RF SV 611, mikrokontroler AT-Mega8, RTC


DS1307, daya Reaktor Kartini

ABSTRACT
WIRELESS REAL TIME INFORMATION BOARD DESIGN OF OPERATION
STATUS AND POWER OF KARTINI REACTOR. The development of communication
technology, data transfer system can be done wirelessly. Wireless technology
increasingly used because the speed of data transfer, particularly for important data such
as power of reactor. Therefore, the purpose of this research is to produce a wireless real
time information board about operation status and power of Reactor Kartini. In this
research, the analog voltage data from channel power NP-1000 converted to value of
power in units per cent (%) displayed on the information board. The real time
information board consist of Nice RF SV 611 module, microcontroller AT-Mega8, RTC
DS1307 module, and LED board seven segment. So, result of the research that has a size
of 70 cm x 70 cm x 6 cm with maximum data transfer distance is 240 meter on outdoor
and time to transfer data for 0,079 second with the use of baudrate is 19200 bps on
power 7. So that the use of RF module with certain distance can use power that
approaching for used the distance.
Keywords : Radio Frequency Nice RF SV 611, microcontroller AT-Mega8, RTC
DS1307, power of Kartini Reactor.

__________________________________________________________________________________________
249
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
PENDAHULUAN format yang sama dengan data output dari
reaktor.
Reaktor Kartini yang terletak di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu LANDASAN TEORI
fasilitas yang dimiliki oleh Pusat Sains dan
Teknologi Akselerator Badan Tenaga Nuklir Nice RF SV 611
Nasional (PSTA - BATAN). Reaktor Kartini
mulai dibangun pada tahun 1974 dan pertama Komunikasi data secara nirkabel
kali beroperasi pada tahun 1979, merupakan seringkali dijumpai akhir-akhir ini dalam
reaktor riset jenis TRIGA (Training Research aplikasi komputer, ponsel, dll. Berbagai
Isotop Production General Atomic) dengan macam teknologi digunakan sebagai sarana
desain sebagai reaktor tipe kolam 250 kW komunikasi nirkabel seperti RF, infrared,
dengan daya operasi 100 kW. Reaktor Kartini bluetooth, wireless LAN, dsb [4]. Penelitian ini
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, iradiasi, menggunakan modul RF jenis Nice RF SV 611
pendidikan dan pelatihan [1]. dengan frekuensi 433 Mhz. Modul Nice RF
Penelitian mengenai sistem penampil dapat dilihat pada Gambar 1.
parameter keselamatan Reaktor Kartini pernah
dilakukan oleh Yoyok Dwi Setyo Pambudi
pada tahun 2003 dengan judul Rancang
Bangun Sistem Penampil Parameter
Keselamatan Reaktor Kartini[2]. Pada
penelitian tersebut sistem penampil berupa
monitor yang ada di ruang kendali dengan
perangkat lunak LabView 5.0 yang kompatibel
dengan perangkat keras antarmuka National
Instrument. Sehingga, untuk mengetahui
informasi dari parameter keselamatan tersebut
perlu memasuki gedung reaktor dan diakses
melalui monitor pada ruang kendali reaktor. Gambar. 1. Modul Nice RF SV 611
Seiring dengan berkembangnya
teknologi komunikasi, sistem transfer data Keterangan :
dapat dilakukan secara nirkabel (wireless). 1. Connector
Salah satu teknologi yang digunakan sebagai Connector berfungsi untuk
sarana komunikasi wireless yaitu Radio menyambungkan modul RF ke USB
Frequency (RF). RF menggunakan gelombang Bridge.
elektromagnetik dengan panjang gelombang 2. Modul Nice RF SV 611
seperti yang digunakan untuk radio Modul Nice RF SV 611 merupakan
communication. Frekuensi RF berkisar dari perangkat untuk pengiriman dan
Very Low Frequency (VLF), dengan frekuensi penerimaan data.
10 sampai 30 KHz, hingga Extremely High 3. USB Bridge
Frequency (EHF), yang besarnya kurang lebih USB Bridge berfungsi sebagai jembatan
30 sampai 300 GHz [3]. atau penghubung dari modul RF ke PC
Hingga saat ini, penampil informasi agar dapat berkomunikasi.
mengenai status operasi dan daya dari Reaktor
Kartini hanya tersedia di dalam gedung reaktor 4. Antenna
dan penempatannya masih terpisah-pisah. Oleh Antenna berfungsi sebagai penangkap
karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan sinyal.
kegiatan rancang bangun hardware dan
software sebuah papan informasi real time Mikrokontroler AT-Mega8
mengenai status operasi dan daya Reaktor
Kartini secara nirkabel. Pada penelitian ini, Salah satu mikrokontroler yang
data yang dikirimkan ke papan informasi termasuk keluarga MCS51 dan diproduksi oleh
menggunakan data simulasi yang memiliki Atmel yaitu ATMega8. ATmega8 adalah
mikrokontroler CMOS 8-bit berarsitektur AVR

__________________________________________________________________________________________
250
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
RISC yang memiliki 8K byte In-System
Programmable Flash, 512 bytes EEPROM,
dan 1 Kbyte internal SRAM. Untuk ATmega8
tipe L, mikrokontroler ini dapat bekerja dengan
tegangan antara 2,7 - 5,5 V sedangkan untuk
ATmega8 hanya dapat bekerja pada tegangan
antara 4,5 5,5 V [5]. Konfigurasi pin dari
AT-Mega8 dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar. 3. Bentuk fisik dari IC RTC
DS1307

METODE PENELITIAN

Pada proses perancangan papan


informasi real time mengenai status operasi
dan daya Reaktor Kartini secara nirkabel terdiri
dari modul pengiriman dan penerimaan data
menggunakan modul Radio Frequency (RF),
proses interface antara RF, mikrokontroler,
RTC, dan juga papan penampil informasi, serta
proses perakitan dan wiring pada papan led
seven segment. Blok diagram sistem
monitoring status operasi dan daya Reaktor
Kartini menggunakan penampil LED seven
Gambar. 2. Konfigurasi pin AT-Mega8
segment ditunjukkan pada Gambar 3.
Modul Real Time Clock (RTC) Berdasarkan blok diagram pada Gambar
3, pengiriman data dilakukan menggunakan RF
Real Time Clock (RTC) merupakan serial RTC
transmitter yang dihubungkan dengan
dengan konsumsi daya rendah yang
komputer master. Alur perancangan dan
menyediakan waktu dan penanggalan dalam
perakitan sistem dapat dilihat pada Gambar 4.
format BCD (binary-coded decimal) dan
memiliki SRAM untuk penyimpanan data PC Kendali Reaktor
sebesar 56 byte. Salah satu modul RTC yang
sering digunakan yaitu tipe RTC DS1307.
DS1307 diakses dengan metode komunikasi
serial sinkron melalui jalur I2C. RTC ini
menyediakan informasi tentang detik, menit,
jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun. Jumlah
hari dalam 1 bulan sudah diperhitungkan
secara otomatis dari RTC. Format waktu yang
tersedia adalah format dan 24 jam dan format
12 jam dengan indikator AM/PM. DS1307
memiliki rangkaian pendeteksi catu daya,
sehingga bila catu daya utama mati DS1307
akan langsung mengganti sumber tenaganya
dari baterai [6]. Bentuk fisik dari IC DS1307
dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar. 4. Blok diagram perancangan


sistem

__________________________________________________________________________________________
251
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
pengiriman data dari transmitter dan dapat
diterima oleh receiver tanpa error. Pengujian
pengiriman data tersebut dilakukan dengan
jarak yang bervariasi. Selain variasi jarak,
pengujian ini juga dilakukan dengan
memberikan variasi pada power yang akan
digunakan pada RF yaitu pada power 0 hingga
7 yang memiliki daya dari -1 dBm hingga +20
dBm dengan tidak merubah parameter yang
lain. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui
jarak maksimal dari masing-masing power
pada RF yang akan berpengaruh terhadap
konsumsi arus pada RF karena daya yang
dibutuhkan juga makin besar. Pengujian ini
menggunakan perangkat lunak bawaan dari RF
itu sendiri yaitu SiWei. Tampilan perangkat
Gambar. 5. Alur perancangan dan perakitan lunak SiWei dapat dilihat pada Gambar 5.
sistem
Pada alur perancangan dan perakitan
sistem, dimulai dari perancangan hardware
dari papan penampil hingga pengujian dan
hasil yang ditampilkan. Pada proses
perancangan papan penampil dilakukan
menggunakan LED yang dibentuk menjadi
seven segment, IC shift register, dan IC
penguat arus, jika hasilnya sudah sesuai maka
dilanjutkan dengan perakitan sistem. Perakitan
sistem dilakukan dengan merakit serta
mengaturan modul RF, mikrokontroler, modul
RTC, dan papan penampil. Apabila hasilnya
sudah sesuai dilanjutkan dengan pembuatan Gambar. 6. Tampilan perangkat lunak
program pada mikrokontroler. Apabila SiWEi
program yang dibuat telah sesuai, kemudian
dilakukan pengujian pada sistem tersebut. Pada Pada perangkat lunak Siwei terdapat
proses pengujian, apabila dalam pengujian pengaturan parameter-parameter dari RF
tersebut data yang ditampilkan tidak sesuai seperti baudrate, stop bit, start bit, parity,
dengan data yang, maka pembuatan program power, data rate, kanal, frekuensi, dan lain-
harus diperiksa ulang. Apabila hasil pengujian lain. Selain parameter dari RF, software
sudah sesuai, maka sistem sudah bekerja tersebut juga menampilkan COM yang
dengan baik. terhubung dengan hardware atau komputer.
Modul RF bagian transmitter Pengujian dilakukan dengan
mengirimkan paket data dengan header @, melakukan pengiriman data dari titik ke titik
paket data tersebut berisi data tegangan analog pada jarak yang bervariasi. Diagram pengujian
dari kanal daya NP-1000, kanal daya NLW-2, jarak pengiriman data dapat dilihat pada
perioda, posisi batang kendali, suhu ATR, suhu Gambar 6.
bahan bakar, aliran primer, dan aliran
sekunder.

PENGUJIAN SISTEM

Pengujian Variasi Power

Pengujian ini dilakukan untuk Gambar. 7. Diagram pengujian jarak


mengetahui seberapa jauh jarak maksimal

__________________________________________________________________________________________
252
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Pada pengujian tersebut, untuk Pengujian ini dilakukan dengan cara
simulasi pengiriman dan penerimaan data pada memberikan variasi terhadap nilai baudrate,
pengujian jarak pengiriman data menggunakan dengan jarak yang tetap yaitu 240 m, dan
perangkat lunak Labview. Tampilan dari dengan power yang tetap pula yaitu
perangkat lunak Labview serta listing menggunakan power maksimal 7 yang
programnya dapat dilihat pada Gambar 7 untuk memiliki daya +20 dBm. Pengujian throughput
program pengiriman data. masih menggunakan perangkat lunak Labview
sebagai pengirim dan penerima data dengan
menambahkan indikator waktu pengiriman
pada keduanya. Indikator waktu tersebut dapat
digunakan untuk mengetahui waktu transmisi
suatu data dengan baudrate yang berbeda-
beda. Pengujian throughput menggunakan
listing program Labview yang sama dengan
pengujian jarak pengiriman data. Data yang
diambil dari pengujian tersebut adalah selisih
waktu antara waktu pengiriman dan waktu
penerimaan data.
Gambar. 8. Listing program pengiriman data
Pengujian Keseluruhan Sistem
Sementara data yang dikirim dari RF
transmitter akan diterima oleh RF receiver dan Pengujian keseluruhan sistem
ditampilkan pada perangkat lunak Labview dilakukan untuk mengetahui kinerja dari
dengan program read serial. Listing program seluruh modul yang dibuat dalam mengirimkan
penerimaan data dapat dilihat pada Gambar 8. hingga menampilkan data. Pengujian ini
Pada tampilan Labview, data yang dikirimkan dilakukan pada dua bagian, yaitu bagian
akan diterima dengan didahului protokol atau pengiriman data menggunakan modul RF dan
awalan @. Fungsi dari awalan @ disini untuk bagian penampil data pada papan LED seven
menyaring data yang akan diterima oleh RF, segment. Pengujian keseluruhan sistem
jadi RF hanya akan menerima dan memproses digunakan untuk mengetahui kesesuaian data
data dengan awalan @ dan jika tanpa awalan yang dikirim dengan data yang ditampilkan.
@ atau protokolnya berbeda, maka data Blok diagram pengujian keseluruhan sistem
tersebut tidak akan diproses. Awalan @ juga dapat dilihat pada Gambar 9.
digunakan agar data dapat ditampilkan pada
papan LED seven segment.

Gambar. 10. Diagram pengujian keseluruhan


sistem

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengujian Variasi Power

Data hasil dari pengujian jarak pada RF


dapat dilihat pada Tabel 1.
Gambar. 9. Listing program penerimaan data

Pengujian Throughput

Pengujian throughput dilakukan untuk


mengetahui kecepatan transmisi suatu data.

__________________________________________________________________________________________
253
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Tabel. 1. Hasil pengujian jarak RF Tabel. 2. Hasil pengujian throughput
TX/RX No Baudrate (bps) Waktu Pengiriman
Set Jarak
No Power (s)
Level Maksimum (m)
(dBm) 1. 1200 0,444
1. 0 -1 40 2. 2400 0,404
2. 1 +2 90 3. 4800 0,319
3. 2 +5 110 4. 9600 0,217
4. 3 +8 130 5. 14400 0,177
5. 4 +11 140 6. 19200 0,079
6. 5 +14 190 Berdasarkan hasil pengujian throughput
7. 6 +17 210 pada Tabel 2, terlihat pengaruh pengaturan
8. 7 +20 240 baudrate yang digunakan terhadap waktu
pengiriman data. Pengujian tersebut dilakukan
Tabel 1 menunjukkan hasil pengujian dengan memberikan variasi baudrate dengan
jarak RF pada masing-masing power. power dan jarak yang tetap. Pengujian
Berdasarkan pengujian jarak transmisi RF dari throughput ini menggunakan power 7 dengan
power 0 hingga power 7, didapatkan hasil daya +20 dBm dan jarak transmisi sepanjang
bahwa semakin besar power RF yang 240 meter. Variasi baudrate yang digunakan
digunakan, maka semakin jauh pula jarak pada pengujian tersebut dari 1200 bps hingga
pengiriman data antarmodul RF. Namun 38400 bps.
seiring dengan bertambahnya power yang
Pengujian Keseluruhan Sistem
digunakan, maka konsumsi daya dari modul
RF tersebut juga meningkat.
Data hasil dari pengujian tersebut
ditunjukkan pada Tabel 3.
Hasil Pengujian Throughput
Data hasil dari pengujian throughput
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel. 3. Hasil pengujian keseluruhan sistem
Daya yang Status Waktu
No Data yang Dikirim
Ditampilkan Operasi Pengujian
@0.0000.9430.3600.0150.0170.0 1 Jam
1 0% OFF
13B0.00002 pertama
@1.0000.9430.3600.0150.0170.0 1 Jam kedua
2 20 % ON
13B0.00002
@2.0000.9430.3600.0150.0170.0 1 Jam ketiga
3 40 % ON
13B0.00002
@4.3750.9430.3600.0150.0170.0 1 Jam
4 87,5 % ON
13B0.00002 keempat
@4.3750.9430.3600.0150.0170.0 1 Jam
5 87,5 % ON
13B0.00002 kelima
@4.3750.9430.3600.0150.0170.0 1 Jam
6 87,5 % ON
13B0.00002 keenam
@4.0000.9430.3600.0150.0170.0 1 Jam
7 80 % ON
13B0.00002 ketujuh
@5.0000.9430.3600.0150.0170.0 1 Jam
8 100 % ON
13B0.00002 kedelapan
mikrokontroler dan kemudian dapat
Berdasarkan hasil pengujian keseluruhan ditampilkan pada papan penampil. Data
sistem pada Tabel 3, data yang dikirimkan tegangan analog telah dikonversi menjadi daya
telah dapat ditampilkan pada papan penampil oleh mikrokontroler. Status operasi akan
berupa informasi daya dan status operasi. Pada berubah menjadi OFF apabila daya hasil
pengujian tersebut data tegangan analog dari konversi tegangan analog yang dihasilkan
kanal daya NP-1000 diolah pada kurang dari atau sama dengan 0, namun apabila

__________________________________________________________________________________________
254
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
daya hasil konversi bernilai lebih dari 0 status 0,079 detik dengan penggunaan
operasi berubah menjadi ON. Pada Gambar 10 baudrate sebesar 19200 bps pada
menunjukkan papan informasi yang power 7.
menampilkan tanggal, jam, daya, dan status 3. Penggunaan modul RF dengan jarak
dari Reaktor Kartini. tertentu dapat menggunakan power
Besarnya daya yang ditampilkan pada yang mendekati jarak tersebut.
papan penampil yang berasal dari tegangan
analog kanal daya NP-1000, dapat dihitung DAFTAR PUSTAKA
menggunakan perhitungan seperti berikut :
Daya pada saat 1 jam pertama dengan data [1] BATAN. (2014, 13 Februari). Reaktor
@0.0000.9430.3600.0150.0170.013B0.00002 Kartini - Yogyakarta. Available:
Perhitungan : http://www.batan.go.id/index.php/id/kedepu
tian/fasilitas-nuklir/143-kartini/538-sejarah-
reaktor-kartini-yogyakarta
[2] Y. D. S. Pambudi, S. Widagdo, A. Zuhdi,
and Darlis, "Rancang Bangun Sistem
Penampil Parameter Keselamatan Reaktor
Kartini," in Presentasi Ilmiah Teknologi
Daya = 0 % Keselamatan Nuklir VIII, Serpong,
Sementara untuk hasil perhitungan untuk data Tangerang Selatan, Banten, 2003, pp. 247 -
yang lain dapat dilihat pada Tabel 3. 255.
[3] I. D. Saputro, "PERANCANGAN ALAT
PENGIRIM SUARA BERBASIS RADIO
FREKUENSI DI DALAM AIR " Diploma
Teknik Informatika Tugas akhir, Teknik
Informatika, Universitas Kristen Satya
Wacana, Salatiga, 2013.
[4] R. Apribra, "Rancang Bangun Alat
Monitoring Radiasi Melalui Udara
Menggunakan Quadcopter," D-IV Tugas
Akhir, STTN-BATAN Yogyakarta, 2015.
[5] A. N. N. Chamim. (2010, PENGGUNAAN
MICROCONTROLLER SEBAGAI
PENDETEKSI POSISI DENGAN
MENGGUNAKAN SINYAL GSM. 4, 430-
439.
[6] M. Fatoni, Harianto, and M. C. Wibowo.
Gambar. 11. Tampilan papan penampil (2013, Rancang Bangun Absensi
Mahasiswa Menggunakan RFID dengan
KESIMPULAN Komunikasi Terpusat. 2, 43 - 50.
Berdasarkan hasil pengujian, dapat
disimpulkan bahwa : TANYA JAWAB
1. Telah dirancangbangun sebuah papan
informasi real time mengenai status Unggul Hartoyo
operasi dan daya dari Reaktor Kartini Apakah hanya data tentang status
secara nirkabel dengan ukuran panjang operasi dan daya dari Reaktor Kartini saja yang
sebesar 70 cm, lebar sebesar 70 cm, dapat ditampilkan, bagaimana dengan data
dan tebal sebesar 6 cm dengan mengenai paparan dari reaktor ?
menggunakan data simulasi yang
sesuai dengan data reaktor. Hendyka Ovie Arista
2. Jarak maksimal pengiriman data Data yang ditampilkan pada papan
adalah 240 meter pada area terbuka penampil dapat diatur sesuai kebutuhan data
dan waktu pengiriman data selama yang harus ditampilkan, namun pada papan

__________________________________________________________________________________________
255
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
penampil yang dibuat ini khusus menampilkan
Mengenai data paparan reaktor, PSTA-
BATAN telah memiliki papan penampil
tersendiri yang diletakkan di dekat pintu masuk
area PSTA-BATAN Yogyakarta. Sistem
transfer datanya pun sudah dilakukan secara
nirkabel.

Radhia Pradana
Berapa jarak dan baudrate yang
digunakan papan penampil tersebut saat akan
diimplementasikan pada Reaktor Kartini ?

Hendyka Ovie Arista


Jarak ruang kendali dan papan
penampil direncanakan sejauh 200 meter,
sehingga set level pada skala 6 dan baudrate
19200 bps.

__________________________________________________________________________________________
256
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

IDENTIFIKASI TINGKAT RADIASI GAMMA


DI LINGKUNGAN SEKITAR REAKTOR SERBA GUNA-GA. SIWABESSY
Unggul Hartoyo 1), Subiharto 1), Nugraha Luhur 1)

1) PRSG-BATAN, Tangerang Selatan, Indonesia, unggul@batan.go.id

ABSTRAK

IDENTIFIKASI TINGKAT RADIASI GAMMA DI LINGKUNGAN SEKITAR REAKTOR SERBA


GUNA GA. SIWABESSY. Untuk menjamin keselamatan radiasi dan lingkungan dari adanya kegiatan operasi Reaktor
Serba Guna G.A. Siwabessy (RSG-GAS) telah dilakukan program pengendalian daerah kerja dari paparan radiasi
gamma berupa identifikasi tingkat radiasi gamma di Lingkungan sekitar Reaktor Serba Guna GA.Siwabessy. Untuk
mengidentifikasi tingkat radiasi gamma di lingkungan sekitar RSG-GAS yaitu dengan melakukan pengukuran
paparan radiasi gamma sebanyak 36 titik lokasi pengukuran. Tujuan dari makalah ini adalah untuk
mengetahui tingkat radiasi gamma dilingkungan sekitar Reaktor RSG-GAS tidak melebihi batas yang
dipersyaratkan dari Komisi Proteksi Radiasi Kawasan Nuklir Serpong yaitu 0,3 Sv/jam. Dari hasil pengukuran paparan
radiasi di Lingkungan sekitar Reaktor Serba Guna GA.Siwabessy terukur pada titik 25 sebesar 0,622 Sv/jam, titik 26
sebesar 0,530 Sv/jam, titik 27 sebesar 0,612 Sv/jam, 28 sebesar 0,672 Sv/jam titik 34 sebesar 0,862 Sv/jam, titik
35 sebesar 0.654 Sv/jam, hasil tersebut melebihi batas. Setelah dilakukan pengendalian dengan cara mengurangi
beberapa material radioaktif yang ada di sekitar daerah itu, kemudian dilakukan pengukuran ulang, tingkat radiasi
paparan radiasi gamma di 5 titik pengukuran. Di titik pengukuran 25 menjadi sebesar 0,257 Sv/jam , titik 26 menjadi
sebesar 0,230 Sv/jam, titik 27 sebesar 0,217 Sv/jam titik 28 sebesar 0,253 Sv/jam titik 34 sebesar 0,244 Sv/jam,
titik 35 sebesar 0.213 Sv/jam, hasil tersebut sudah di bawah yang dipersyaratkan dari Komisi Proteksi Radiasi
Kawasan Nuklir Serpong, namun perlu dilakukan pemantauan yang kontinu sehingga pekerja radiasi atau pekerja
kebersihan akan aman dalam melakukan kegiatannya.

Kata kunci: Paparan Gamma, Lingkungan Reaktor,

Abstract

IDENTIFICATION OF GAMMA RADIATION IN THE ENVIRONMENT AROUND MULTIPURPOSE


REACTOR G.A. SIWABESSY (RAG-GAS). To ensure radiation safety and environment of their operations
Multipurpose Reactor G.A. Siwabessy (RSG-GAS) has done the work area control program of exposure to gamma
radiation in the form of identification of gamma radiation levels in the surrounding neighborhood Multipurpose Reactor
GA.Siwabessy. To identify the level of gamma radiation in the environment around RSG-GAS is by measuring the
gamma radiation exposure as much as 36 points of measurement locations. The purpose of this paper is to determine the
level of gamma radiation in the environment around RSG-GAS reactor did not exceed the limits required by the
Commission Serpong Nuclear Radiation ProtecWLRQ=RQHLV6YK)URPWKHUHVXOWVRIPHDVXUHPHQWVRIUDGLDWLRQ
exposure in the environment around Multipurpose Reactor GA.Siwabessy measured at point 25 of 0.6YKSRLQW
RI6YKSRLQWRI6YKDPRXQWHGWRSv / h point 34 of 0.6YKSRLQWRI.6Y
h, the results exceeded the limit. After control by reducing some existing radioactive material around the area, then
measuring the level of radiation exposure to gamma radiation at 5 measurement points. At the measuring point 25
DPRXQWHGWR6YKSRLQWDPRXQWHGWR6YKSRLQWRI6YKSRLQW RI6YKSRLQW
34 of 0. 6Y  K SRLQW  RI  6Y  K WKH UHVXOWV DUH EHORZ WKDW UHTXLUHG RI WKH &RPPLVVLRQ Rn radiation
Protection Nuclear Zone Serpong, but needs to be done so that the continuous monitoring of radiation workers or
janitorial workers will be safe in doing activities.

__________________________________________________________________________________________
257
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

PENDAHULUAN kontaminasi di lingkungan PRSG. Sehubungan di


area pengukuran tidak terpasang sistem proteksi
Pada suatu instalasi nuklir seperti RSG-GAS, radiasi untuk itu dilakukan pengukuran secara
pengendalian daerah kerja terhadap paparan radiasi manual di setiap titik yang telah ditentukan.
adalah suatu hal yang mutlak yang harus dilakukan, Tujuan dilakukan identifikasi tingkat radiasi
baik radiasi gamma, beta, alpha maupun neutron gamma di lingkungan sekitar RSG-GAS dilakukan
agar dosis yang diterima pekerja radiasi serendah untuk menentukan bahwa tidak ada tingkat radiasi
mungkin dan tidak melebihi Nilai Batas Dosis gamma yang melebihi batas keselamatan sehingga
(NBD) yang diijinkan, serta paparan radiasi yang pekerja radasi dan pekerja kebersihan yang berada
ditimbulkan tidak merugikan dan membahayakan di lingkungan sekitar RSG-GAS tersebut aman,
masyarakat dan lingkungan. Pada tulisan ini hanya sesuai dengan batasan yang tidak melebihi nilai
akan dibahas mengenai identifikasi paparan radiasi batas yang dipersyaratkan dari Komisi Proteksi
gamma di Lingkungan sekitar Pusat Reaktor Serba Radiasi Kawasan Nuklir Serpong yaitu 0,3
Guna (PRSG). Kegiatan ini perlu dilakukan Sv/jam. [2]
mengingat cukup banyaknya kegiatan yang Metoda yang digunakan dalam identifikasi
dilakukan di Pusat Reaktor Serba Guna dimana tingkat radiasi gamma di lingkungan sekitar RSG-
keluar masuknya limbah aktif maupun non aktif GAS yaitu dengan melakukan pengukuran paparan
hasil pengoperasian RSG-GAS, sehingga perlu radiasi gamma dengan menggunakan surveimeter
dilakukan identifikasi paparan radiasi gamma di Radiation Alert Inspector, dilakukan pengukuran
lingkungan sekitar PRSG. Subbidang Keselamatan sebanyak 36 titik lokasi pengukuran seperti terlihat
Kerja dan Proteksi Radiasi mempunyai tugas pada Gambar 1. Titik-titik pengukuran difokuskan
melakukan pemantauan keselamatan kerja, proteksi pada daerah sudut-sudut pagar dan jalan yang
radiasi dan koordinasi kedaruratan nuklir fasilitas sering dilalui kendaraan atau pekerja, yang
serta pengelolaan limbah fasilitas. Untuk menjamin tujuannya untuk mencari pada titik mana yang
keselamatan radiasi dari adanya kegiatan operasi mempunyai tingkat paparan radiasi gamma paling
reaktor, di RSG-GAS telah ada program tinggi, sehingga dapat diketahui titik-titik mana
pengendalian daerah kerja dari paparan radiasi yang perlu dikendalikan.
gamma [3]. Untuk meningkatkan sistem
pengendalian daerah kerja dari paparan radiasi TEORI
diperlukan suatu sistem proteksi dan petugas
proteksi radiasi yang handal. Sistem atau peralatan Pengukuran paparan radiasi gamma di
proteksi radiasi harus dilakukan pemeriksaan dan instalasi nuklir dilakukan secara langsung
pengujian, khususnya sistem proteksi radiasi menggunakan detektor paparan radiasi gamma.
portabel harus dalam kondisi terkalibrasi Pengukuran dapat dilakukan pada permukaan
(mempunyai sertifikat kalibrasi) dari lembaga yang sumber atau pada jarak tertentu dari sumber sesuai
berkompetensi. Sedangkan untuk Petugas Proteksi dengan keperluannya, namu yang perlu di
Radiasi (PPR) diharuskan mempunyai SIB (Surat perhatikan adalah masa kalibrasi dari detektor
Ijin Bekerja) untuk instalasi nuklir yang tersebut. Kemampuan dari alat ukur paparan radiasi
dikeluarkan oleh Bapeten. Seorang PPR harus disesuaikan besarnya paparan radiasi yang diukur
menguasai tugas dan kewajiban seorang PPR, dan bacaan alat ukur terdapat untuk beberapa skala
dengan demikian diharapkan pengendalian daerah pengukuran yang terkalibrasi. Tujuan pemantauan
kerja terhadap paparan radiasi gamma akan tingkat radiasi pada daerah kerja adalah untuk
berlangsung dengan baik, jika sistem proteksi menentukan bahwa setiap daerah kerja terpantau
radiasi dan PPR dalam keadaan terkondisi. Pada secara aman terkendali dan memperkirakan nilai
kegiatan sebelumnya identifikasi paparan radiasi batas dosis tertinggi untuk pekerja radiasi terhadap
gamma hanya dilakukan di dalam gedung RSG- paparan radiasi eksternal dan internal berdasarkan
GAS namun demikian berjalannnya waktu Bidang pengukuran tingkat paparan radiasi.
Keselamatan Kerja dan Operasi yang dalam hal ini Berdasarkan Peraturan Kepala Badan
membawahi Subbidang Keselamatan Kerja dan Pengawas Tenaga Nuklir No.4 Tahun 2013,
Proteksi Radiasi yang salah satu tugasnya dimana [1]
mengidentifikasi paparan radiasi maupun tingkat

__________________________________________________________________________________________
258
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

1. Pemegang Izin harus melakukan pemantauan 3. Pemantauan khusus


Paparan Radiasi dan/atau kontaminasi
radioaktif di daerah kerja sebagaimana Pemantauan khusus yaitu pemantauan
dimaksud dalam Pasal 25 huruf b secara terus paparan radiasi yang dilakukan untuk
menerus, berkala, dan/atau sewaktuwaktu memperoleh data yang digunakan untuk
sesuai dengan jenis/risiko Pemanfaatan membuat laporan mengenai permasalahan
Tenaga Nuklir. yang ditimbulkan dari suatu keadaan tak
2. Periode pemantauan berkala dan sewaktu normal, kejadian khusus atau kecelakaan.
waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Di RSG-GAS terdapat sistem proteksi
ditentukan oleh Pemegang Izin dengan
radiasi terpusat yaitu suatu sistem pemantauan
mempertimbangkan jenis/risiko Pemanfaatan
paparan radiasi yang terpasang permanen di
Tenaga Nuklir.
berbagai lokasi yang dipilih dan ditentukan
3. Pemantauan Paparan Radiasi dan/atau
letaknya di dalam gedung reaktor. Sistem-sistem
kontaminasi radioaktif di daerah kerja
tersebut adalah sistem laju dosis gamma, sistem
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
alpha/beta aerosol, sistem beta aerosol, sistem gas
meliputi pemantauan terhadap:
mulia, sistem monitor cerobong dan sistem gamma
a. Paparan Radiasi eksterna;
air. Fungsi dan kegunaan dari sistem proteksi
b. kontaminasi permukaan; dan/atau
radiasi ini yaitu untuk mengukur tingkat radiasi
c. kontaminasi udara.
Sv/jam atau Ci/m3 dan menampilkan besarnya
Pengendalian daerah kerja yang dilakukan di RSG- radiasi di Ruang Kendali Utama (RKU)
RSG - GAS terdiri dari [4] : membangkitkan alarm-alarm jika besar radiasi
tertentu dilampui dengan maksud untuk
1. Pemantauan rutin
memperingatkan para pekerja radiasi. Dari sistem
Pemantauan rutin yaitu pemantauan paparan proteksi radiasi yang ada, tidak terdapat sistem
radiasi yang dilaksanakan secara berkala pemantau paparan radiasi yang terpasang permanen
setiap dari untuk mengukur tingkat paparan di Lingkungan sekitar RSG-GAS. Identifikasi
radiasi di daerah kerja. tingkat radiasi gamma di lingkungan sekitar RSG-
GAS dilakukan secara manual dengan melakukan
2. Pemantauan operasional pemantauan atau pengukuran paparan radiasi
gamma menggunakan surveimeter portabel di titik-
Pemantauan operasional yaitu pemantauan titik lokasi seperti terlihat pada Gambar 1.
paparan radiasi yang dilaksanakan dalam
waktuyang direncanakan pada pelaksanaan
kegiatan operasi tertentu.

Gambar .1 DENAH LOKASI IDENTIFIKASI PAPARAN RADIASI DI AREA SEKITAR


RSG GAS

__________________________________________________________________________________________
259
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

peningkatan. Komisi Proteksi Radiasi Kawasan


TATA KERJA Nuklir Serpong, kemudian mensyaratkan bahwa
laju dosis di Kawasan Nuklir Serpong sebesar 0,3
Dalam identifikasi tingkat radiasi gamma di Sv/jam [2]. Dengan persyaratan tersebut maka
Lingkungan sekitar Reaktor Serba Guna GA. Bidang Keselamatan Kerja dan Operasi melalui
Siwabessy yaitu dengan melakukan pengukuran Subbidang Keselamatan Kerja dan Proteksi Radiasi
paparan radiasi gamma. Peralatan surveimeter yang melakukan pemantauan paparan radiasi di
akan digunakan di check terlebih dahulu untuk lingkungan sekitar RSG-GAS. Pada pengukuran
memastikan alat tersebut dalam kondisi baik (tidak paparan radiasi di Lingkungan sekitar RSG-GAS
rusak) dan masih berlaku masa terkalibrasinya serta dilakukan 36 titik pengukuran. Hasil pengukuran
mempersiapkan formulir untuk pencatatan data dari penyisiran paparan radiasi gamma di Lingkungan
hasil pengukuran. Dengan menggunakan sekitar RSG-GAS ditemukan pada titik pengukuran
surveimeter Radiation Alert Inspector. Pengukuran 25 sebesar 0,622 Sv/jam, titik 26 sebesar 0,530
paparan radiasi dilakukan dengan melakukan Sv/jam, titik 27 sebesar 0,612 Sv/jam, 28 sebesar
pengukuran sesuai dengan titik-titik yang telah 0,672 Sv/jam, titik 34 sebesar 0,862 Sv/jam, titik 35
ditentukan sebanyak 36 titik pengukuran yang sebesar 0.654 Sv/jam, hasil pengukuran tersebut
terdistribusi dari gedung 30 sampai dengan gedung melebihi batas persyaratan Komisi Proteksi Radiasi
36 di Lingkungan sekitar Reaktor Serba Guna GA. Kawasan Nuklir Serpong.
Siwabessy. Pengukuran paparan radiasi gamma Sehubungan ditemukan paparan radiasi yang
dilakukan pada saat reaktor RSG-GAS beroperasi, besar maka Subbidang Keselamatan Kerja dan
kemudian dievaluasi hasil dari pengukuran. Proteksi Radiasi membuat langkah-langkah
pengendalian di daerah tersebut. Titik pengukuran
Diagram Alir paparan radiasi yang teridetifikasi tinggi terletak di
sekitar bengkel PRSG dan depan pintu darurat
Reaktor RSG-GAS bagian belakang. Banyaknya
material yang ada di daerah tersebut menyumbang
paparan radiasi yang melebihi persyaratan Komisi
Proteksi Radiasi Kawasan Nuklir Serpong. Langkah
pengendalian yang dilakukan dengan memindahkan
material-material di sekitar daerah tersebut, dengan
cara mengumpulkan/memasukan ke dalam drum
untuk selanjutnya di kirim ke Pusat Teknologi
Pengolahan Limbah Radioaktif. Setelah dilakukan
pengendalian material-material yang aktif maka
dilakukan pengukuran ulang pada titik-titik
pengukuran. Hasil pengukuran ulang dapat dilihat
pada Tabel 1. kemudian dibuat grafik antara
besarnya tingkat paparan radiasi fungsi titik lokasi
pengukuran yang dapat dilihat pada Gambar 1. Dari
Gambar 1. Di titik pengukuran 25 menjadi sebesar
0,257 Sv/jam, titik 26 menjadi sebesar 0,230 Sv/jam,
titik 27 sebesar 0,217 Sv/jam titik 28 sebesar 0,253
Sv/jam titik 34 sebesar 0,244 Sv/jam, titik 35 sebesar
0.213 Sv/jam, hasil tersebut sudah di bawah yang
dipersyaratkan dari Komisi Proteksi Radiasi Kawasan
HASIL DAN PEMBAHASAN Nuklir Serpong, namun perlu dilakukan pemantauan
yang kontinu sehingga pekerja radiasi atau pekerja
Setelah Kepala BATAN membentuk Komisi kebersihan akan aman dalam melakukan kegiatannya.
Proteksi Radiasi Kawasan Nuklir Serpong, dimana
salah satu tugas nya adalah mengkoordinasi
kegiatan proteksi radiasi kawasan baik yang
sebelumnya tidak ada maupun yang bersifat

__________________________________________________________________________________________
260
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Gambar 1. Grafik Laju Dosis Gamma

Tabel 1. HASIL PENGUKURAN TINGKAT LAJU DOSIS RADIASI PADA TITIK TERTENTU DI
LINGKUNGAN SEKITAR RSG GAS Tahun 2015
TITIK Laju Dosis Radiasi (Sv/ hr)
UKUR BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Rerata
1 0.133 0.136 0.152 0.147 0.144 0.154 0.143 0.140 0.160 0.134 0.126 0.120 0.141
2 0.100 0.103 0.164 0.145 0.142 0.154 0.145 0.142 0.140 0.064 0.068 0.058 0.119
3 0.111 0.114 0.086 0.175 0.172 0.241 0.143 0.140 0.140 0.145 0.145 0.146 0.147
4 0.100 0.103 0.146 0.138 0.135 0.202 0.137 0.139 0.050 0.146 0.143 0.136 0.131
5 0.106 0.109 0.128 0.155 0.152 0.166 0.156 0.153 0.100 0.178 0.178 0.177 0.147
6 0.147 0.150 0.134 0.147 0.144 0.100 0.143 0.143 0.100 0.176 0.177 0.167 0.144
7 0.123 0.126 0.140 0.123 0.120 0.112 0.119 0.122 0.140 0.158 0.158 0.156 0.133
8 0.117 0.121 0.145 0.127 0.124 0.142 0.125 0.126 0.100 0.124 0.120 0.120 0.124
9 0.117 0.121 0.147 0.135 0.132 0.160 0.162 0.159 0.897 0.062 0.062 0.062 0.185
10 0.094 0.098 0.141 0.128 0.125 0.130 0.125 0.123 0.090 0.256 0.246 0.246 0.150
11 0.135 0.139 0.149 0.126 0.123 0.168 0.113 0.115 0.050 0.104 0.101 0.101 0.119
12 0.176 0.180 0.213 0.140 0.137 0.156 0.155 0.157 0.140 0.120 0.120 0.120 0.151
13 0.123 0.127 0.123 0.136 0.133 0.084 0.113 0.118 0.090 0.146 0.142 0.142 0.123
14 0.040 0.044 0.191 0.139 0.137 0.168 0.143 0.147 0.150 0.130 0.130 0.130 0.129
15 0.106 0.110 0.165 0.146 0.144 0.192 0.137 0.142 0.110 0.252 0.252 0.252 0.167

__________________________________________________________________________________________
261
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

16 0.153 0.149 0.162 0.115 0.113 0.156 0.107 0.108 0.160 0.122 0.120 0.120 0.132
17 0.147 0.143 0.163 0.075 0.073 0.174 0.071 0.076 0.120 0.134 0.134 0.134 0.120
18 0.123 0.119 0.160 0.129 0.127 0.114 0.119 0.117 0.090 0.148 0.138 0.139 0.127
19 0.076 0.072 0.133 0.135 0.133 0.121 0.095 0.098 0.160 0.164 0.164 0.164 0.126
20 0.076 0.072 0.146 0.149 0.147 0.169 0.131 0.135 0.399 0.172 0.170 0.172 0.162
21 0.100 0.096 0.163 0.167 0.165 0.163 0.161 0.158 0.100 0.124 0.124 0.125 0.137
22 0.165 0.168 0.156 0.157 0.155 0.151 0.107 0.109 0.120 0.128 0.128 0.124 0.139
23 0.149 0.152 0.150 0.154 0.152 0.133 0.113 0.114 0.090 0.126 0.126 0.126 0.132
24 0.182 0.185 0.175 0.178 0.176 0.133 0.185 0.186 0..090 0.122 0.120 0.120 0.147
25 0.253 0,.56 0.229 0.234 0.231 0.313 0.089 0.091 0.354 0.246 0.244 0.244 0.257
26 0.313 0.316 0.235 0.238 0.235 0.236 0.143 0.141 0.177 0.234 0.246 0.244 0.230
27 0.108 0.111 0.175 0.177 0.174 0.206 0.578 0.576 0.106 0.136 0.134 0.123 0.217
28 0.288 0.238 0.256 0.267 0.248 0.236 0.238 0.256 0.278 0.238 0.242 0.256 0.253
29 0.150 0.162 0.152 0.154 0.150 0.162 0.154 0.152 0.152 0.162 0.156 0.152 0.155
30 0.164 0.156 0.162 0.160 0.162 0.156 0.160 0.160 0.164 0.156 0.166 0.162 0.161
31 0.132 0.130 0.132 0.134 0.132 0.130 0.134 0.132 0.132 0.130 0.144 0.134 0.133
32 0.146 0.142 0.144 0.142 0.144 0.142 0.142 0.142 0.146 0.142 0.138 0.144 0.143
33 0.162 0.160 0.162 0.158 0.156 0.160 0.158 0.162 0.162 0.160 0.158 0.162 0.160
34 0.268 0.246 0.236 0.242 0.226 0.246 0.242 0.235 0.268 0.246 0.242 0.236 0.244
35 0.212 0.214 0.212 0.210 0.215 0.214 0.210 0.212 0.212 0.214 0.216 0.212 0.213
36 0.086 0.097 0.088 0.089 0.086 0.097 0.088 0.086 0.086 0.087 0.086 0.088 0.089

Terlihat dari Gambar 1, ada beberapa titik DAFTAR PUSTAKA


pengukuran paparan radiasi gamma besarnya
hampir mendekati 0,3 Sv/jam ini perlu 1. Perka BAPETEN No. 04. Tahun 2013,
perhatian khusus dan harus dilakukan tentang proteksi dan keselamatan radiasi
pemantauan yang kontinu sehingga pekerja dalam pemanfaatan tenaga nuklir.
radiasi atau pekerja kebersihan akan aman dalam 2. Pedoman Keselamatan dan Proteksi Radiasi
melakukan kegiatannya. Kawasan Nuklir Serpong, Revisi 1 Tahun
2011
KESIMPULAN 3. NUGRAHA LUHUR, Kumpulan Laporan
Rutin Evaluasi Paparan Radiasi Gamma
1. Identifikasi paparan radiasi di Lingkungan RSG-GAS
sekitar RSG-GAS telah dilakukan, Paparan 4. Program Proteksi dan Keselamatan Radiasi
sebesar 0,253 Sv/jam di titik pengukuran 28 Pusat Reaktor Serba Guna, Tagun 2015
dan 0,244 Sv/jam di titik pengukuran 34
hampir mendekati batas yang di persyaratkan PERTANYAAN
Komite Proteksi Radiasi Kawasan Serpong
yaitu sebesar 0,3 Sv/jam 1. Apa dasar menggunakan Kebijakan laju
2. Dari hasil Identifikasi paparan radiasi di dosis dibawah 0,3 Sv/jam ?
Lingkungan sekitar Reaktor Serba Guna GA. 2. Apakah dilakukan juga pemantauan paparan
Siwabessy masih di bawah batas persyaratan radiasi Neutron ?
yang telah ditentukan sehingga para pekerja 3. Kenapa di titik-titik tersebut paparan
radiasi dan pekerja kebersihan dapat bekerja melebihi 0,3 Sv/jam ?
dengan aman. 4. Apakah juga dilakukan identifikasi nuklida?

__________________________________________________________________________________________
262
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

5. Paparan besar terjadi di lokasi mana saja dan


apa penyebabnya?

JAWABAN

1. Kebijakan laju dosis 0,3 Sv/jam ditetapkan


oleh Komisi Proteksi Radiasi Kawasan
Nuklir Serpong.
2. Dalam identifikasi paparan radiasi di
Lingkungan sekitar RSG-GAS pemantauan
paparan radiasi neutron tidak dilakukan.
3. Karena di titik tersebut adanya limbah
radioaktif yang tercampur dengan limbah
non radioaktif, tetapi saat ini sudah
dilakukan Clean Up dan sudah dinyatakan
bersih.
4. Dalam kegiatan ini tidak dilakukan
Identifikasi Nuklida hanya pemantauan
paparan radiasi gamma.
5. Paparan besar terjadi di sekitar pembuangan
sampah depan bengkel dan depan pintu darurat
RSG-GAS, penyebabnya tercampurnya limbah
radioaktif dengan limbah non radioaktif.

__________________________________________________________________________________________
263
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
264
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

PENGARUH IMPLANTASI ION NITROGEN TERHADAP


KEKERASAN CLADDING MATERIAL BAHAN BAKAR REAKTOR
RISET AlMgSi

Satrio Pradana1, Dwi Priyantoro2, Tjipto Sujitno3

1) Jurusan Teknofisika Nuklir, Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, Yogyakarta, Indonesia,


satriopradana@gmail.com
1) Jurusan Teknofisika Nuklir, Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, Yogyakarta, Indonesia,
dwi.priyantoro@gmail.com
3) Bidang Fisika Partikel, Pusat Sains dan Teknologi Akselerator, Yogyakarta, Indonesia,

ABSTRAK

PENGARUH IMPLANTASI ION NITROGEN TERHADAP SIFAT MEKANIK CLADDING


MATERIAL BAHAN BAKAR REAKTOR RISET AlMgSi. Sejalan dengan pengembangan bahan bakar
baru, maka dikembangkan pula kelongsong bahan bakar agar lebih sesuai dengan bahan bakar yang
digunakan. Kelongsong harus mempunyai kekerasan yang baik. Dalam hal ini dilakukan perubahan
komposisi kimia yaitu penambahan ion nitrogen dengan teknik implantasi ion pada bahan paduan AlMgSi.
Hasil dari penelitian ini, implantasi ion nitrogen dapat meningkatkan kekerasan 71.2 % dari kekerasan awal
yaitu 77.3 VHN menjadi 132.4 VHN yang dicapai pada parameter waktu 20 menit dengan dosis ion sebesar
1.192 1017.

Kata kunci: Implantasi ion, Cladding Material, Kelongsong AlMgSi, Kekerasan.

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF NITROGEN ION IMPLANTATION ON THE HARDNESS


PROPERTIES OF CLADDING MATERIAL NUCLEAR FUEL OF RESEARCH REACTOR AlMgSi.
In line with the development of new fuels, it is also developed a fuel cladding to better fit the fuel used.
Cladding must have a good hardness It requires the development of hardness properties of the cladding
materials and further research to investigate the increase of properties of AlMgSi. In this case, changed the
chemical composition is the addition of nitrogen ions by ion implantation techniques in AlMgSi alloy
materials. The results of this study are ion implantation of nitrogen can increase 71.2% of the initial
hardness, 77.3 VHN become 132.4 VHN. It reached within 20 minutes by ion dose of 1.192 1017.
Teks abstraks dalam bahasa inggris dengan menggunakan style JFN-Text Abstract Inggris.

Key words: Ion implantation, Cladding Material AlMgSi, Cladding Material Properties, Hardness.

densitas tinggi agar jumlah uranium yang dapat


PENDAHULUAN dimasukkan ke dalam bahan bakar tiap satuan
volume lebih banyak. Mula-mula bahan bakar
Teknologi elemen bakar reaktor riset yang digunakan untuk reaktor RSG-GAS
yang terus dikembangkan ditujukan untuk adalah bahan bakar jenis U3O8-Al, dan
mengembangkan jenis bahan bakar baru dan selanjutnya diganti bahan bakar jenis U3Si2-Al,
bahan kelongsong elemen bahan bakar. sebelum dikembangkannya bahan bakar jenis
Pengembangan bahan bakar baru diarahkan UMo [1]. Penggantian bahan bakar dari U3O8-
untuk membuat bahan bakar yang mempunyai

__________________________________________________________________________________________
265
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Al menjadi U3Si2-Al disebabkan densitas elektromagnet kemudian menembakkannya
U3Si2-Al lebih tinggi daripada densitas U3O8- pada permukaan material target. Teknik ini
Al. Sejalan dengan pengembangan bahan bakar digunakan karena mempunyai keunggulan:
baru tersebut, maka dikembangkan pula tidak melibatkan panas sehingga bahan tidak
kelongsong bahan bakar agar lebih sesuai mengalami tekanan termal, karena itu bahan
dengan bahan bakar yang digunakan. tidak akan mengalami perubahan dimensi,
Pengembangan kelongsong diarahkan untuk kedalaman (depth) sisipan dapat dikendalikan
menggunakan paduan yang mempunyai dengan mengatur tenaganya, dan proses
ketahanan korosi dan kekerasan yang baik. implantasi berlangsung bersih, karena
Selain faktor-faktor tersebut, paduan dilakukan di ruang hampa[4].
aluminium secara umum dipilih untuk Di dalam reaktor, kelongsong elemen
kelongsong elemen bakar reaktor riset bakar akan menjadi panas karena terjadi reaksi
disebabkan antara lain sifatnya yang ringan, fisi dari bahan bakar. Pada saat yang sama,
kuat, ketahanan korosi yang baik, hantaran kelongsong mendapat tekanan dari moderator
panas yang baik, mudah difabrikasi dan reaktor dan juga dari pendingin reaktor. Panas
kekerasan mendekati kekerasan bahan bakar [7]. yang terjadi karena reaksi fisi tersebut bisa
Dasar desain kelongsong dirancang agar mengakibatkan terjadinya kerusakan batang
mempunyai sifat yang dapat digunakan dengan bahan bakar ataupun komponen strukturnya
baik selama operasi normal, kondisi transien, berupa retak karena korosi-tegangan ataupun
ataupun kecelakaan. Hal itu dilakukan untuk pelelehan. Tekanan yang ada di dalam reaktor
memenuhi persyaratan operasi yang aman juga ikut andil dalam mengakibatkan
dengan memperhitungkan kekerasan, laju kerusakan. Maka kelongsong tersebut harus
korosi dan konduktivitas termal yang baik. mempunyai sifat yang mampu memberikan
Selain itu interaksi yang ditimbulkan dari kekuatan struktur pada elemen bakar karena
sebuah bahan bakar densitas tinggi akan mendapatkan beban panas akibat pembakaran
menyebabkan radiasi tinggi yang berasal dari bahan bakar.
reaksi pembelahan bahan bakar. Hal tersebut Berdasarkan uraian di atas, maka akan
dapat menyebabkan terjadinya kerusakan dikaji pengaruh implantasi ion terhadap sifat
batang bahan bakar ataupun komponen mekanik cladding material/kelongsong bahan
strukturnya berupa retak karena korosi bakar reaktor. Dengan demikian yang dikaji
tegangan [2]. Oleh karena itu salah satunya dalam bahasan ini adalah pengaruh dosis ion
diperlukan kelongsong dengan sifat kekerasan dalam implantasi ion terhadap kekerasan
yang baik untuk digunakan. cladding material/kelongsong bahan bakar
Untuk mengubah sifat bahan dapat reaktor riset.
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
memberikan perlakukan panas atau bisa IMPLANTASI ION
dengan mengubah komposisi kimia. Cara Implantasi ion adalah suatu proses
pertama dapat dengan memanaskan bahan penambahan unsur asing (dopan) kedalam
sampai suhu tertentu dan kemudian permukaan material sasaran dengan cara
didinginkan secara perlahan-lahan (annealing) pengionan atom asing tersebut, pemercepatan
atau pendinginan secara cepat (quenching). dalam tabung akselerator/pemercepat oleh
Cara kedua dapat dilakukan dengan medan listrik, pemfokusan dalam medan
menambahkan unsur-unsur baru pada bahan. elektromagnet kemudian menembakkannya
Cara ini dapat dilakukan dengan metode pada permukaan material target. Adapun
implantasi ion[3]. komponen-komponen dari mesin implantor ion
Implantasi ion adalah suatu proses meliputi sumber ion, sumber daya listrik
penambahan unsur asing (dopan) pada tegangan tinggi, sistim hampa, sistim pemisah
permukaan material sasaran dengan cara berkas ion, tabung pemercepat, penyapu berkas
pengionan atom asing tersebut, pemercepatan dan tempat target [4]. Secara skematis mesin
dalam tabung akselerator/pemercepat oleh implantor ion disajikan pada Gambar 2.1.
medan listrik, pemfokusan dalam medan

__________________________________________________________________________________________
266
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
DOSIS ION YANG DIIMPLANTASIKAN
Dosis ion didefinisikan sebagai jumlah
ion yang sampai pada permukaan target
persatuan luas (ion/cm2) berkas. Besaran ini
akan menentukan jumlah atau prosentase ion
yang terimplantasi. Nilai dosis ion sebagai
fungsi arus berkas ion dan lamanya proses
implantasi (detik)[4]. Dalam prakteknya nilai
dosis ion dapat diatur melalui dua cara yaitu
dengan memvariasi besarnya arus ion
sedangkan waktunya tetap atau lamanya proses
implantasi divariasi sedangkan arus berkas ion
Gambar 1. Mesin Implantor Ion dibuat tetap, yang secara matematis dapat
dituliskan dalam
SISTEM SUMBER ION
Sumber ion merupakan komponen yang it
berfungsi untuk menghasilkan ion. Sumber ion D ion / cm 2
qeA
dapat berujud gas/uap ataupun padatan [4]
Dengan,
TABUNG AKSELERATOR I = arus berkas ion (ampere)
Tabung ini berfungsi sebagai t = lamanya proses implantasi (detik)
pemercepat dan sekaligus pemfokus berkas A = luasan berkas (cm2)
ion. Ion yang dihasilkan oleh sumber ion akan q = charge state (+1, +2, +3,..dst)
dipercepat di dalam tabung akselerator e = muatan elektron (1,602 10-19 coulomb)
sebelum dicangkokkan pada sasaran. Tabung
pemercepat ini terbuat dari bahan keramik ENERGI ION (KEV)
yang didalamnya berisi banyak elektrode Besarnya energi ion diperoleh dari
dengan tegangan yang semakin negatif tegangan pemercepat yang terpasang pada
terhadap elektrode sebelumnya. tabung pemercepat. Energi kinetik berkas ion
Medan listrik yang terbentuk di antara akan menentukan kedalaman penembusan
elektrode-elektrode akan membentuk bidang (penetration depth), juga akan menentukan
ekuipotensial yang dapat berfungsi profil distribusi konsentrasi ion-ion dalam
memfokuskan selain mempercepat berkas material target. Besar kecilnya energi ion ini
partikel bermuatan. Potensial pada elektrode dapat dikontrol dengan mengatur besarnya
diberikan melalui sistem pembagi tegangan tegangan tinggi yang terpasang[4].
yang terdiri dari beberapa tahanan. Antara
elektrode timbul beda potensial yang besarnya CLADDING MATERIAL BAHAN BAKAR
hampir sama sehingga berkas ion mendapat REAKTOR RISET
penambahan energi yang hampir sama setiap Cladding Material/kelongsong bahan
melalui elektrode [4] bakar reaktor riset merupakan bagian dari
elemen bakar reaktor riset yang memberikan
RUANG SASARAN kekuatan struktur. Komponen elemen bakar
Berkas ion dopan yang dihasilkan oleh terdiri dari dua buah pelat sisi, end fitting
sumber ion setelah dipercepat dalam tabung (ujung pasang) dan handle (pemegang) terbuat
akselerator selanjutnya ditembakkan pada dari bahan AlMgSi, sedangkan pelat elemen
bahan target yang diimplantasi. Bahan tersebut bakar dari bahan AlMg2. Elemen bakar
ditempatkan pada ruang sasaran. Ruang tersusun atas 21 PEB (Pelat Elemen Bakar)
tersebut terdiri dari tingkap (aperture), dengan didukung seperangkat komponen
mangkok Faraday dan pegangan bahan yang struktur. Untuk menyisipkan PEB digunakan
akan diimplantasi. Untuk mengukur arus dua buah pelat sisi kiri dan sisi kanan, masing-
berkas ion dopan, mangkok faraday masing beralur dengan jumlah alur sama
dihubungkan dengan alat ukur microamper dengan jumlah PEB yang akan disisipkan.
meter [4] Pelat yang disisipkan terdiri dari 2 PEB luar
dan 19 PEB dalam. Pada PEB luar/PEB dalam

__________________________________________________________________________________________
267
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
tersebut tidak terdapat perbedaan kandungan pengerjaan dingin, selain itu juga dapat
U, bedanya hanya terletak pada dimensi pelat memperbaiki ketahanan terhadap korosi dan
luarnya sedikit lebih panjang dari pada dimensi mampu las. Unsur Mg bersama-sama unsur Si
PEB dalam [1]. Contoh rakitan elemen bakar akan membentuk senyawa Mg2Si yang
dispersi tipe pelat disajikan pada Gambar 2. berperan menaikkan kekuatan hasil paduan.
Senyawa Mg2Si berbentuk endapan halus yang
dihasilkan melalui proses penuaan (age
hardening) dalam perbandingan antara Mg
terhadap Si adalah 1,73 berbanding 1.
Dalam hal AlMgSi sebagai bahan
struktur elemen bakar reaktor riset
ditambahkan unsur B yang berfungsi sebagai
Gambar 2. Elemen bakar dispersi tipe pelat penyerap neutron. Namun, untuk industri
nuklir unsur B yang ada harus dibatasi karena
Selama beroperasinya reaktor nuklir, dikhawatirkan bahan tersebut akan menyerap
dalam kondisi radiasi tinggi, terjadi interaksi neutron dalam jumlah yang besar. Hal ini
mekanis antara pelet dan kelongsong bahan disebabkan unsur B mempunyai tampang
bakar akibat pemuaian bahan bakar[5].. Interaksi lintang serapan mikroskopik yang besar yakni
tersebut berdampak pada komponen 759 barn [7] Sementara itu unsur Cu dalam
strukturnya. Komponen struktur akan paduan yang berada bersama unsur Cr akan
mengalami tegangan karena panas dari dalam menaikkan kekuatan dan memperbaiki
dan beban korosi dari luar. ketahanan korosinya.
Untuk bahan penelitian kali ini adalah
LOGAM AlMgSi paduan AlMgSi yang memiliki paduan Mg dan
Paduan AlMgSi merupakan paduan Si yang masing-masing hanya sekitar 1,02 %
aluminium dalam kelompok seri 6061 yang dan 0,6 %. Sehingga titik lebur dari AlMgSi
banyak digunakan untuk bahan struktur mampu mencapai 660 0C.
berkekuatan menengah, misalnya untuk bahan
konstruksi rumah, badan mobil, industri METODE PENELITIAN
pesawat terbang, dan lain-lain. Paduan ini Implantasi ion pada cladding material
memiliki spesifikasi seperti ditunjukkan pada bahan bakar reaktor riset AlMgSi
Tabel 2.1. menggunakan gas Nitrogen. Penelitian ini
menggunakan variasi waktu 10, 15, 20, 25 dan
Tabel 1. Spesifikasi Aluminium Paduan 30 menit dengan energy ion 100 keV.
Al-Mg-Si[6] Pengujian dalam penelitian ini yaitu uji
Kandungan kekerasan vickers, dan uji lau kororsi. Adapun
No. Unsur penyusun pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada
(% berat)
1 Mg 0,8 - 1,2 Gambar 4.
2 Si 0,4 - 0,8 Tahapan dalam penelitian ini adalah
3 Fe < 0,7 sebagai berikut: persiapan bahan dan peralatan,
4 Cu 0,15-0,4 pembuatan benda uji, penghalusan
5 Zn < 0,25 (pempolisan), pencucian dengan sabun maupun
6 Cr < 0,25 alkohol, proses implantasi, karakterisasi hasil
7 Mn < 0,15 implantasi yang meliputi uji kekerasan dan uji
8 Ti < 200 ppm korosi baik sebelum maupun sesudah proses
9 B < 1 ppm implantasi dan yang terakhir adalah analisis
10 Al Sisanya hasil.
Dalam eksperimen ini, sebagai material
AlMgSi ini memiliki densitas sebesar sasaran adalah kelongsong bahan bakar
2,7 g/mm3. Unsur-unsur paduan AlMgSi dapat AlMgSi. Sebagai tahap penyiapan benda uji
ditambahkan secara tersendiri atau bersamaan. adalah pemotongan material sesuai dengan
Unsur Mg di dalam paduan alumunium bentuk pengujian. Material dipotong menjadi
memperbaiki kekuatan dan keuletan pada hasil bentuk kubus ukuran 5 mm 5 mm dengan
tebal 5 mm untuk uji kekerasan. Selanjutnya

__________________________________________________________________________________________
268
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
kepingan tersebut dihaluskan bagian pinggir 4 20 1.19 1017
dengan kertas gosok dari ukuran 120 mesh 5 25 1.50 1017
hingga 2000 mesh dan bagian permukaan 6 30 1.78 1017
dibiarkan seperti apa adanya. Sesudah proses
tersebut selesai kemudian dilanjutkan proses
UJI KEKERASAN VIKERS
pempolesan dengan menggunakan autosol.
Pempolesan berakhir setelah diperoleh
Hasil uji kekerasan vikers ditunjukkan
permukaan yang sangat rata dan mengkilap
pada gambar 3. Dari gambar tersebut dapat
seperti cermin. Sesudah pempolesan selesai
diketahui dosis ion yang menghasilkan
kemudian dilanjutkan proses pencucian dengan
kekerasan tertinggi yaitu pada dosis 1.19 1017
air sabun, alkohol maupun etanol, kemudian
dengan lama implantasi selama 20 menit.
dikeringkan dengan tissue.
Kekerasan naik sebesar 71.2 % dari kekerasan
Proses implantasi ion dikerjakan dengan
awal.
menggunakan akselerator ion energi rendah
Gambar 3. Grafik pengaruh dosis ion
150 keV/2 mA milik PSTA-BATAN. Sebelum
terhadap kekerasan
proses implantasi ion berlangsung, terlebih
dahulu akselerator implantasi ion dihampakan
Data prosentase kenaikan kekerasan
dengan pompa rotari dan difusi hingga dicapai
kehampaan dalam orde 106 torr. Langkah
132.4 123.6
selanjutnya adalah menghidupkan sumber ion 160
106.2 111.73
Kekerasan (VHN)
101.1
jenis Penning dan sumber tegangan tinggi 120
77.3
Cocroft-Walton. Dalam pelaksanaanya, 80
penambahan ion Nitrogen dapat dikerjakan 40
dengan cara mengatur dosis ion. Dosis ion 0
dapat divariasi dengan eara mengatur arus 0 0.5 1 1.5 2
berkas ion atau lamanya proses implantasi. 17
Dos is ion 10 (i on/cm ) 2

Perubahan tingkat kekerasan diukur


dengan metode vickers menggunakan mesin
menimbulkan grafik yang ditunjukkan pada
micro hardness tester type Vickers Matsuzawa
Gambar 4
MMT-X7 yang bisa menguji kekerasan dalam
skala mikro. 71.20%
80% 59.80%
Persen Kekerasan

HASIL DAN PEMBAHASAN 60% 44.50%


37.38%
Proses implantasi yang dilakukan berupa 40%
30.70%
variasi dosis ion dengan mengubah parameter
20% 0%
waktu implantasi. Ada dua cara untuk
mengatur dosis ion yang masuk ke dalam 0%
material yaitu dengan membuat arus berkas ion 0 0.5 1 1.5 2
dipertahankan tetap sedang lamanya proses Dosis ion 1017 (ion/cm2 )
divariasi/dihitung atau arus divariasi sedang
lamanya proses dibuat tetap. Dalam prakteknya Gambar 4. Prosentase kenaikan kekerasan
akan lebih mudah membuat arus berkas ion akibat variasi dosis ion
tetap, sedangkan lamanya proses divariasi.
Maka didapatkan lah hasil dosis ion dengan Dalam proses implantasi ion,
memvariasi waktu yang ditunjukkan pada kemungkinan efek yang terjadi adalah
Tabel 2. terbentuknya pasangan kekosongan
(vacancies) dan sisipan (interstition) atom
Tabel 2. Dosis ion dengan variasi waktu material, sisipan ion nitrogen, serta
implantasi pembentukan senyawa baru. Dengan demikian
No. Waktu (menit) Dosis ion (ion/cm2) pengujian kekerasan tersebut bisa dikatakan
1 0 0 menjadi keras akibat pengaruh dosis ion
2 10 5.96 1016 dengan lama proses implantasi 20 menit.
3 15 8.94 1016

__________________________________________________________________________________________
269
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
KESIMPULAN Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir III, 1997,
Dari penelitian ini dapat disimpulkan PEBN BATAN, Jakarta, pp. 197-204
sebagai berikut:
1. Implantasi ion nitrogen dapat Jurnal:
meningkatkan kekerasan 71,2 % dari
kekerasan awal yaitu 77,3 VHN menjadi 7. Masrukan dan A. Ginting, Analisis
132,4 VHN. Peningkatan kekerasan Komposisi Bahan dan Sifat Termal Paduan
kekerasan dicapai pada parameter waktu AlMgSi-1 Tanpa Boron Hasil Sintesis
20 menit dengan dosis ion sebesar 1,192 Untuk Kelongsong Elemen Bakar Reaktor
1017. Riset, Jurnal Teknologi Bahan Nuklir,
Badan Tenaga Nuklir Nasional. Vol 1 no.
SARAN 2, pp. 77-87, 2005.
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
dengan menambahkan variasi energi.
2. Perlu dilakukan uji kororsi dan
konduktivitas panas.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

1. Supardjo, , Proses Produksi Elemen Baka


Reaktor Riset Tipe Pelat Di Instalasi
Produksi Elemen Bakar Reaktor Riset
(IPEBRR). Pusat Teknologi Bahan Bakar
Nuklir - BATAN, 2013.

2. S. Lutfi, Nitridasi Plasma Permukaan


AlMgSi Sebagai Bahan Struktur Elemen
Bakar Reaktor Riset. Jurusan Teknofisika
Nuklir, Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir
BATAN, 2015.

3. E. Istiyono, Implantasi Ion Sebagai Upaya


Modifikasi Sifat Mekanik dan Elektrik
Bahan, Jurusan Pendidikan Fisika, FMIPA
Universitas Negeri Yogyakarta, 2008.

4. T. Sujitno, Aplikasi Iradiator, Pelatihan


Petugas Iradiator, Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional,
Yogyakarta, 2012.

5. Ensiklopedi Teknologi Nuklir, Riset


Karakteristik Radiasi Pada Pelet Bahan
Bakar, Pusat Teknologi Bahan Bakar
Nuklir BATAN, 2010.

Prosiding:

6. Masrukan, Paduan AlMgSi1 Sebagai


Material Cladding Bahan Bakar Reaktor
Riset Alternatif, Prosiding Presentasi

__________________________________________________________________________________________
270
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

RANCANG BANGUN MODUL MONITORING RADIASI PADA


SISTEM DETEKSI DAN PENCARIAN SUMBER RADIASI
RADHIA PRADANA1, ADI ABIMANYU2, SUDIONO1

1) Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-Badan Tenaga Nuklir Nasional


2) Pusat Sains dan Teknologi Akselerator-Badan Tenaga Nuklir Nasional

ABSTRAK

RANCANG BANGUN MODUL MONITORING RADIASI PADA SISTEM DETEKSI DAN


PENCARIAN SUMBER RADIASI. Penelitian ini merancangbangun sebuah modul monitoring radiasi
gamma menggunakan Frequency to Voltage Converter (FVC) sehingga dapat dibaca Arduino pada pin
Analog to Digital Converter (ADC). Dengan modul monitoring radiasi yang dapat dibaca oleh Arduino pada
pin ADC, Arduino yang digunakan dapat melakukan monitor radiasi bersamaan dengan pengendalian motor
menggunakan Pulse Width Modulation (PWM). Modul yang dibuat terdiri dari detektor Geiger-Muller (GM),
rangkaian High Voltage, rangkaian pembalik GM, rangkaian pembentuk pulsa, rangkaian FVC menggunakan
IC LM2907, dan Arduino sebagai pemroses data. Berdasarkan hasil pengujian alat yang dibuat memiliki
tegangan keluaran yang berhubungan regresi linier dengan laju paparan dengan koefisien korelasi r = 0,980
dan memiliki faktor konversi 218,38 PSv/jam.volt. Alat yang dibuat memiliki rangkaian FVC dengan rata-
rata penyimpangan relatif 2,8% dan ADC dengan gain error 1,8%.

Kata kunci: Arduino, Frequency to Voltage Converter, Radiasi.

ABSTRACT

DESIGN OF RADIATION MONITORING MODULE ON DETECTION AND SEARCH OF


RADIATION SOURCE SYSTEM. This research build a gamma radiation monitoring device using
Frequency to Voltage Converter (FVC) so it can be read by Arduino on its Analog to Digital Converter
(ADC). With radiation monitoring module that can be read by the ADC pin Arduino, Arduino can perform
radiation monitors simultaneously with motor control using Pulse Width Modulation (PWM). The module
consists of Geiger-Muller (GM) detector, High Voltage circuit, GM inverter circuit, pulse shaping circuit,
FVC circuit, and Arduino for its data processor. Based on the result of device test, the device having voltage
output associated with exposure rate as linear regression with correlation coefficients r = 0,980 and
conversion factor 218,38 PSv/h.volt. The device FVC circuit with average relative error of 2,8% and ADC
with gain error 1,8%.

Key words: Arduino, Frequency to Voltage Converter, Radiation.

dapat dideteksi dengan menggunakan modul


PENDAHULUAN deteksi radiasi.
Dalam proteksi radiasi, dikenal asas As
Radiasi merupakan suatu gelombang Low As Reasonably Achievable (ALARA)
elektromagnetik dan partikel bermuatan yang yang berarti penerimaan paparan radiasi
karena energi yang dimilikinya mampu serendah mungkin yang dapat dicapai. Dalam
mengionisasi media yang dilaluinya. Paparan upaya mengurangi paparan radiasi, pada
radiasi adalah penyinaran radiasi yang diterima umummnya digunakan jarak aman dan
oleh manusia atau materi, baik sengaja pembatasan waktu serta penggunaan penahan.
maupun tidak disengaja, yang berasal dari Untuk menentukan batas waktu dan jarak aman
radiasi interna maupun eksterna [1]. Radiasi yang diperlukan, dibutuhkan data mengenai
tidak dapat dirasakan menggunakan panca laju paparan yang dihasilkan sumber.
indera manusia, oleh karena itu radiasi hanya Sehingga, sistem monitor radiasi diperlukan

__________________________________________________________________________________________
271
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
agar penggunan asas proteksi radiasi ALARA yang akan digunakan, yaitu dengan tegangan
dapat lebih optimal. DC hingga 900 volt. Tegangan tinggi diperoleh
Arduino merupakan suatu board mikro- dengan menggunakan sistem DC to DC
kontroler yang mudah didapat dan didesain converter. DC to DC converter terdiri dari
secara sederhana sehingga mudah digunakan. osilator dan penguat push pull untuk
Arduino dapat diaplikasikan sebagai mikro- menyediakan frekuensi kerja trafo step up.
kontroler yang berfungsi sebagai pemroses Selanjutnya, keluaran yang masih berupa arus
data dalam sistem monitor radiasi. bolak-balik disearahkan menggunakan dioda
Mikrokontroler pada sistem monitor radiasi tegangan tinggi yang dibentuk menjadi
difungsikan sebagai pencacah dengan rangkaian pelipat tegangan bersamaan dengan
menggunakan fungsi timer/counter. Pada kapasitor [3].
mikrokontroler fungsi timer/counter memiliki Rangkaian pengkondisi sinyal pada
jumlah terbatas dan diperlukan dalam fungsi detektor GM terdiri dari rangkaian pembalik
penting lain seperti pengendalian motor dan GM dan pembentuk pulsa. Rangkaian
servo menggunakan Pulse Width Modulation pembalik GM menerima pulsa keluaran dari
(PWM). Oleh karena itu, agar pemantauan detektor dengan bentuk semi-gaussian dan
radiasi dapat dilakukan bersamaan dengan polaritas negatif. Keluaran dari rangkaian
pengendalian motor dan servo, maka pembalik GM berupa pulsa dengan polaritas
dibutuhkan alternatif lain penggunaan fitur positif. Pembentuk pulsa berfungsi untuk
mikrokontroler dalam proses pemantauan membentuk pulsa keluaran rangkaian pembalik
radiasi, yaitu dengan cara menggunakan GM menjadi pulsa kotak dengan lebar pulsa
rangkaian Frequency to Voltage Converter 30-100 Ps [3].
(FVC), dan mikrokontroler Arduino melalui
kanal Analog to Digital Converter (ADC). ADC
Sehingga, sebuah robot yang melakukan
pengendalian motor dan servo dapat Resolusi ADC dinyatakan sebagai
melakukan pemantauan radiasi secara jumlah bit keluaran digitalnya. Misal, ADC
bersamaan. dengan resolusi n-bit memiliki 2n kode digital
sehingga memiliki 2n tingkat undak (step level)
TEORI [4].
Dalam pengukuran, terdapat
Sistem Monitoring Radiasi penyimpangan nilai yang terukur dengan nilai
yang didapat dari perhitungan. Pada ADC
Sistem monitor radiasi terdiri dari detektor penyimpangan yang terjadi dapat dikarenakan
Geiger-Muller(GM), rangkaian High Voltage (HV), Gain Error [5], yaitu selisih antara gain point
rangkaian pengkondisi sinyal, dan pencacah. ideal dengan terukur. Penyimpangan ini
Diagram blok modul monitoring radiasi ditampilkan
mempresentasikan perbedaan kemiringan dari
pada Gambar 1.
fungsi transfer ideal dan terukur. Perhitungan
GE menggunakan Pers. (1) [4].
Vmax ideal  Vmax
%GE u 100% (1)
Vmax ideal
Gambar 1 Diagram blok modul monitoring Dengan Vmax ideal adalah tegangan
radiasi masukan ideal saat keluaran digital maksimum.
Detektor GM termasuk detektor ionisasi Vmax adalah tegangann terukur saat keluaran
yang menggunakan tegangan tinggi Direct digital maksimum.
Current (DC) sebagai tegangan kerjanya. Pada
detektor GM, keluaran pulsa tidak Analisa Linieritas
berhubungan dengan energi ionisasi dari
radiasi namun hanya sebagai fungsi tegangan Analisa linieritas dilakukan untuk
kerjanya [2]. membuktikan bahwa dua variabel
Rangkaian HV berfungsi sebagai berhubungan linier. Hal ini, dilakukan dengan
penyedia tegangan kerja dari detektor GM menghitung nilai koefisien korelasi (r) antar

__________________________________________________________________________________________
272
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
keduanya. Koefisien korelasi (r) didapatkan bagian tersebut adalah detektor GM, modul
dengan menggunakan Pers. (2) [6]. penyedia tegangan tinggi, rangkaian peng-
n xy  x y
kondisi sinyal, rangkaian FVC, dan modul
r (2) mikrokontroler Arduino. Diagram blok modul
n x  x u n y 2  y
2 2 2

monitoring radiasi gamma menggunakan FVC


Dengan n adalah jumlah data, x adalah dapat dilihat pada Gambar 3.
variabel pada sumbu x, dan y adalah variabel
pada sumbu y.
Setelah mengetahui bahwa dua variabel
berhubungan linier, dapat diketahui persamaan
regresi linier antara keduanya memiliki faktor
konversi (m) dari Pers.(3).
Gambar 3 Diagram blok modul monitoring
.

y 2  y1 radiasi gamma menggunakan FVC.


m
x 2  x1
(3)
.

Detektor GM
Dengan y2 dan x2 berturut-turut adalah
nilai pada sumbu y dan x saat titik kedua, Detektor GM yang digunakan adalah
sedangkan y1 dan x1 berturut-turut adalah nilai detektor GM buatan Victoreen dengan tipe
y dan x saat titik pertama. 491-30. Detektor GM Victoreen tipe 491-30
Dalam pengukuran, terdapat memiliki rekomendasi tegangan kerja sebesar
penyimpangan nilai yang terukur dengan nilai 900 volt serta sensitivitas gamma untuk Co-60
yang didapat dari perhitungan. Penyimpangan sebesar 2200 cpm/(mr/jam) [7].
antara keduanya dapat ditunjukkan sebagai
penyimpangan relatif (error). Penyimpangan Rangkaian HV
relatif (error) dapat dihitung menggunakan
Pers.(4). Pada rangkaian HV yang ditampilkan
pada Gambar 4, digunakan modul DC to AC
Nt  Na dari Cold Cathode Fluorescence Lamp
error u 100% (4)
Nt (CCFL). Masukan dan keluaran modul CCFL
dihubungkan dengan rangkaian masing-masing
Dengan Nt adalah nilai teori atau hasil pada CN7 dan CN8. Untuk pengaturan
perhitungan. Dan Na adalah nilai dari hasil tegangan referensi untuk masukan modul
pengukuran. CCFL digunakan regulator tegangan LM 317.
Untuk mengubah keluaran tegangan bolak-
METODE PENELITIAN balik dari modul CCFL menjadi tegangan DC
digunakan rangkaian penyearah dan pelipat
Modul monitoring radiasi yang dibuat
tegangan menggunakan dioda dan kapasitor.
merupakan bagian dari sistem deteksi dan
Dioda zener yang dipasang secara seri hingga
pencarian sumber radiasi. Diagram blok dari
mencapai 1 kV (D7 dan D8) berfungsi sebagai
sistem deteksi dan pencarian radiasi
buffer. CN6 merupakan keluaran HV menuju
ditampilkan pada Gambar 2.
detektor GM dan CN2 merupakan pulsa
keluaran dari detektor berbentuk semi-gaussian
menuju rangkaian pembalik GM.

Gambar 4 Rangkaian HV.


Gambar 2 Diagram blok sistem deteksi dan
pencarian sumber radiasi Rangkaian pengkondisi sinyal

Modul monitoring radiasi gamma yang Rangkaian pengkondisi sinyal ditampil-


dibuat terdiri dari beberapa bagian. Bagian- kan pada Gambar 5, berfungsi untuk meng-

__________________________________________________________________________________________
273
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
kondisikan sinyal keluaran detektor GM Tabel 1 Respon tegangan keluaran terhadap
sehingga menjadi pulsa kotak positif yang frekuensi masukan.
dapat diproses oleh rangkaian FVC. No Frekuensi Tegangan Tegangan error
Pada rangkaian ini, pulsa keluaran (Hz) (volt) ideal (volt) (%)
detektor GM yang berbentuk semi-gaussian 1 0 0,000 0,000 0,000
dengan polaritas negatif masuk ke dalam 2 10 0,054 0,048 11,478
rangkaian melalui CN3. Kemudian pulsa 3 20 0,104 0,097 7,349
tersebut dibalikkan polaritasnya menjadi 4 40 0,205 0,195 5,801
3 80 0,405 0,387 4,511
polaritas positif menggunakan transistor Q1 4 120 0,604 0,581 3,909
BC 547. Selanjutnya, pulsa akan dibentuk 5 160 0,802 0,775 3,479
menjadi pulsa kotak pada rangkaian 6 200 0,998 0,969 3,014
7 240 1,194 1,163 2,704
pembentuk pulsa menggunakan IC CD4001. 8 280 1,39 1,356 2,483
9 320 1,588 1,550 2,446
10 360 1,783 1,744 2,246
11 400 1,977 1,938 2,033
12 440 2,173 2,131 1,954
13 480 2,363 2,325 1,629
14 520 2,559 2,519 1,593
15 560 2,756 2,713 1,598
16 600 2,948 2,906 1,431
17 640 3,137 3,100 1,188
18 680 3,331 3,294 1,126
19 720 3,523 3,488 1,013
Gambar 5 Rangkaian pengkondisi sinyal. 20 760 3,713 3,681 0,857
21 800 3,911 3,875 0,924
Rangkaian FVC 22 840 4,101 4,069 0,787
23 880 4,289 4,268 0,617
24 920 4,472 4,456 0,348
Rangkaian FVC berfungsi mengubah 25 960 4,665 4,650 0,317
frekuensi keluaran pengkondisi sinyal (CN1) 26 1000 4,844 4,844 0,000
yang berupa pulsa kotak menjadi tegangan Rata-rata penyimpangan relative 2,800
yang akan dibaca oleh Arduino melalui pin
ADC (CN3). Pada pin 11 IC LM 2907,
merupakan pin tegangan referensi dari LM
2907. Dalam rangkaian pin 11 dihubungkan
dengan tegangan sebesar 2 volt. Oleh karena
itu, rangkaian FVC hanya akan merespon pulsa
dengan tinggi pulsa lebih dari 2 volt dan
mengabaikan pulsa dengan tinggi pulsa kurang
dari 2 volt. Rangkaian FVC ditunjukkan pada
Gambar 6.

Gambar 7 Grafik respon tegangan keluaran


terhadap frekuensi masukan.
Berdasarkan hasil pengujian, tegangan
keluaran memiliki penyimpangan terhadap
nilai tegangan keluaran yang didapat dari
perhitungan. Nilai penyimpangan relatif untuk
tiap data didapat dengan menggunakan Pers.
(4). Perhitungan penyimpangan relatif pada
Gambar 6 Rangkaian FVC.
data ke-2 sebagai berikut.
0,1938  0,205
HASIL DAN PEMBAHASAN error u100% 5,801%
0,205
Hasil Pengujian Keluaran Rangkaian FVC Dari hasil pengujian FVC didapatkan
grafik pada Gambar 7 yang menunjukkan
Hasil dari pengujian rangkaian FVC tegangan keluaran FVC berhubungan linier
ditunjukkan pada Tabel 1 dan Gambar 7. terhadap frekuensi masukan yang ditunjukan

__________________________________________________________________________________________
274
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
dengan nilai koefisien korelasi yang didapat Arduino yang digunakan memiliki ADC
dari Pers. (2) sebesar r = 0,999. dengan koefisien korelasi tegangan masukan
Sehingga, dari hasil pengujian rangkaian dan keluaran r = 0,99 dan nilai %GE 1,8%.
FVC, respon tegangan keluaran terhadap
Hasil pengujian faktor konversi laju
frekuensi masukan memiliki koefisien korelasi
paparan dan tegangan keluaran FVC.
sebesar 0,999 dan rata-rata penyimpangan
relatif sebesar 2,8% dengan penyimpangan Pengujian faktor konversi dilakukan
terbesar pada frekuensi masukan dibawah 10 untuk menentukan persamaan antara laju
Hz. Hal ini menunjukkan tegangan keluaran
rangkaian memiliki linieritas yang baik paparan ( X dan tegangan keluaran FVC (Vo).
terhadap frekuensi masukan, namun memiliki Hasil pengujian ditampilkan pada Tabel 3 dan
sedikit penyimpangan dari nilai tegangan Gambar 9.
keluaran secara teori. Tabel 3 Hasil pengujian faktor konversi.
Hasil Pengujian ADC No Jarak (cm) V0 (volt) X PSv/jam)

Berdasarkan pengujian ADC yang telah 1 - 0,00 0,00


2 37,5 0,02 3,94
dilakukan, didapatkan hasil pengujian yang 3 30,0 0,04 6,90
ditampilkan pada Tabel 2 dan Gambar 8. 4 25,0 0,07 10,85
Masukan dan keluaran ADC memiliki 5 20,0 0,11 15,78
6 15,0 0,16 30,30
koefisien korelasi yang didapat dari Persamaan 7 12,5 0,22 40,40
(2) r = 0,999. Nilai %GE dari ADC dihitung 8 10,0 0,26 60,60
menggunakan Persamaan (1), sehingga didapat 9 5,0 0,37 80,80
nilai %GE . Rata-rata = 0,14 27,73

5  5,09
%GE u 100% 1,8% Berdasarkan hasil pengujian,
5
didapatkan hubungan laju paparan dengan
Tabel 2 Hasil pengujian ADC. tegangan keluaran yang bersifat linier,
ditunjukan dengan nilai koefisien korelasi yang
No Vin (volt) Dout No Vin (volt) Dout
didapat Persamaan (2) sebesar r = 0,980.
1 0,00 0 12 2,75 553
2 0,25 48 13 3,00 602
3 0,50 98 14 3,25 652
4 0,75 148 15 3,50 703
5 1,00 199 16 3,75 754
6 1,25 249 17 4,00 804
7 1,500 300 18 4,25 854
8 1,75 350 19 4,50 904
9 2,00 401 20 4,75 954
10 2,25 452 21 5,00 1006
11 2,50 502 22 5,09 1023

Gambar 9 Grafik laju paparan terhadap


tegangan keluaran.
Hal ini menunjukkan laju paparan memiliki
linieritas yang baik terhadap tegangan keluaran
rangkaian FVC. Faktor konversi dari tegangan
keluaran menjadi laju paparan didapatkan
menggunakan Pers. [1].
m
80,80  0 PSv / jam 218,38 ( PSv / jam)
0,37  0 Volt Volt

Gambar 8 Grafik hasil pengujian ADC.

__________________________________________________________________________________________
275
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
TANYA JAWAB
KESIMPULAN
Pertanyaan
Telah dibuat modul monitoring radiasi
gamma berbasis arduino menggunakan Pada pengujian faktor konversi,
rangkaian FVC. Alat yang dibuat memiliki pengujian dilakukan hanya hingga laju paparan
tegangan keluaran yang berhubungan regresi 80,8PSv/jam. Bagaimana hasil pengujian untuk
linier dengan laju paparan dengan koefisien laju paparan yang lebih tinggi?
korelasi r = 0,980 dan memiliki faktor konversi
Jawaban
218,38 PSv/jam.volt. Alat yang dibuat
memiliki rangkaian FVC dengan rata-rata Pengujian faktor konversi dilakukan
penyimpangan relatif 2,8% dan ADC dengan
hanya hingga 80,8PSv/jam dikarenakan
gain error 1,8%.
keterbatasan sumber radiasi. Untuk laju
paparan yang lebih tinggi diperlukan pengujian
DAFTAR PUSTAKA
menggunakan sumber radiasi dengan aktivitas
[1] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia yang lebih besar, sehingga mendapatkan hasil
nomor 33 tahun 2007 tentang Keselamatan yang lebih signifikan.
Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber
Radioaktif, BAPETEN 33, 2007.
[2] J. Fraden. (2010). Handbook of Modern
Sensors Physics, Design, and Aplication
(Fourth ed.).
[3] Jumari, Djuningran, A. Abimanyu, and M.
Rosyid, "Pembuatan Rangkaian Analog
untuk Gamma Area MonitorTipe GAM-
09," in Penelitian dan Pengelolaan
Perangkat Nuklir, Yogyakarta, 2009, pp.
189-194.
[4] H. Wibawanto. (1999, 15 Juni). Spesifikasi
Peranti Konversi Data. Available:
http://www.elektroindonesia.com/elektro/i
nst26.html
[5] N. Tsoulfanidis and S. Landsberger.
(2011). Measurement and Detection of
Radiation (Third ed.).
[6] T. Trikasjono, S. N. Krisna, and
Surakhman, "Rancang Bangun Penampil
Cacah Untuk Penentuan Plato Detektor
Geiger Muller Berbasis Personal
Komputer," in Seminar Nasional,
Yogyakarta, 2009, pp. 191-204.
[7] flukebiomedical. (2006, 31 Mei). 491-30
Geiger Mueller Gamma Beta Probe.
Available: http://www.flukebiomedical.
com/Biomedical/usen/radiation-safety/
GM-Scintillation-Probes/491-30-geiger-
mueller-gamma-beta-probe.htm?PID=
54811

__________________________________________________________________________________________
276
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

KAJIAN PENGUKURAN LAJU DOSIS BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS


DI INSTALASI PENYIMPANAN SEMENTARA BAHAN BAKAR NUKLIR
BEKAS
Dyah Sulistyani Rahayu
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN
yayuk@batan.go.id

ABSTRAK
KAJIAN PENGUKURAN LAJU DOSIS BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS DI INSTALASI
PENYIMPANAN SEMENTARA BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS. Bahan bakar yang digunakan pada
reaktor GA Siwabessy adalah elemen bakar tipe Material Testing Reactor (MTR) dengan pengkayaan U235 sebesar
19,75% , terdispersi dalam matriks Al bentuk plat. Laju dosis perlu diketahui agar didapat paparan yang real time
dari masing-masing BBNB dan sebagai dasar untuk menentukan tebal shielding kontainer berdasarkan perhitungan
pancaran radiasi BBNB dari dalam kontainer melewati ketebalan shielding menuju dinding luarnya, sehingga tidak
melebihi batas aman yaitu 200 mrem/jam. Hasil pengukuran laju dosis terhadap 3 bahan bakar nuklir bekas yaitu RI-
308,RI-357, RI-419. Semakin besar jaraknya bahan bakar nuklir bekas terhadap alat ukur nya semakin kecil dosis
radiasinya. BBNB diukur didalam kolam dimana terdapat perisai radiasi berupa air bebasmineral pada jarak 1,2 m ,
laju dosis RI 308 = 97,38 Sv/h ,RI -357 = 102,8 Sv/h, RI-419 = 105,23 Sv/h. Sedangkan dosis tanpa shielding
laju dosis RI 308 = 135,78 Sv/h ,RI -357 = 141,96 Sv/h, RI-419 = 143,73 Sv/h.
Kata kunci : bahan bakar nuklir bekas, laju dosis, perisai radiasi

ABSTRACT
DOSE RATE MEASUREMENT ASSESMENT OF SPENT NUCLEAR FUEL IN INTERIM STORAGE OF
SPENT FUEL. Fuel element type of fuel used in the reactor fuel element GA Siwabessy is the type of Material
Testing Reactor (MTR) with the U235 enrichment of 19.75%, dispersed in a matrix of Al plat form. By knowing the
dose rate that it will get exposure to the real time of each spent and as a basis to determine the thickness of shielding
container based on the calculation of radiation BBNB of the containers passing through the thickness of shielding
towards the outer wall, so it does not exceed the safe limit of 200 mrem / hour . The results of measurements of the
dose rate to 3 spent nuclear fuel that is RI-308, RI-357, RI-419. The greater the distance of spent nuclear fuel on its
measuring devices getting smaller doses of radiation. BBNB measured inside the pool where there is a radiation
shield in the form of demineralized water at a distance of 1.2 m, the dose rate RI 308 = 97.38 Sv / h, RI -357 =
102.8 Sv / h, RI-419 = 105.23 Sv / h. To determine the value of the dose without shielding the dose rate RI 308 =
135.78Sv/h,RI-357=141.96Sv/h,RI-419=143.73Sv/h.

Keywords: spent nuclear fuel, dose rate, radiation shielding, radiation exposure

PENDAHULUAN negara tergantung dari strategi daur bahan bakar


nuklir yang dipilih. Ada dua pilihan utama
Bahan Bakar Nuklir Bekas (BBNB) strategi daur bahan bakar nuklir, yaitu daur
ialah bahan bakar nuklir teriradiasi yang bahan bakar terbuka (open fuel cycle) dan daur
dikeluarkan dari teras reaktor secara permanen bahan bakar tertutup (closed fuel cycle) [4].
dan tidak digunakan lagi dalam kondisinya saat Bahan bakar bekas yang akan dikirim ke Kanal
ini karena penyusutan bahan fisil, peningkatan Hubung Instalasi Penyimpanan Bahan Bakar
racun, atau kerusakan akibat radiasi[1]. Dalam Nuklir Bekas (KH-IPSB3) telah mengalami
reaktor nuklir, bahan bakar menghasilkan peluruhan minimal selama 100 hari, sehingga
neutron dan panas selama periode operasi unsur-unsur radio nuklida umur pendek di dalam
dikeluarkan dari reaktor bila umur ekonominya bahan bakar telah habis meluruh. Perhitungan
telah tercapai. BBNB tersebut mengeluarkan komposisi nuklida dan spektrum gamma yang
panas dan radiasi peluruhan unsur radioaktif, dipancarkan oleh material struktur, produk fisi
hasil fisi, aktinida, dan hasil aktivasi. Strategi dan aktinida dari bahan bakar bekas dilakukan
pengelolaan BBNB berbeda beda untuk setiap dengan paket program Origen2. Berkenaan

__________________________________________________________________________________________
277
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

dengan disain proteksi radiasi, hanya photon (1990) untuk dosis yang terjadi adalah 20
gamma yang berasal dari produk fisi saja yang mSv/tahun yang ekivalen dengan bekerja terus
perlu dipertimbangkan, yaitu photon gamma menerus dengan dosis 10 Sv/jam (bekerja 2000
yang berasal dari bahan bakar yang telah jam/tahun). Ketebalan air dan beton KH-IPSB3
diiradiasi secara terus menerus sampai akhir didisain berdasarkan atas laju dosis dengan dosis
siklus. 5 Sv/jam. Dengan demikian fasilitas tersebut
Dalam pengoperasian RSG-GAS dikatagorikan sebagai daerah yang bebas
menggunakan 48 buah bahan bakar yang terdiri dimasuki semua orang (unristricted access) dan
dari 40 buah elemen bakar dan 8 buah elemen dijamin bahwa batasan ICRP untuk dosis radiasi
kendali. Berdasarkan desain reaktor dapat yang terjadi tidak akan dilewati.
beroperasi dengan daya 30 MW, saat ini reaktor Potensi pelepasan radioaktivitas dan
dioperasikan dengan daya 15 MW. Setiap kontaminasi yang tidak dapat diterima akan
pergantian siklus operasi dilakukan pergantian 6 dibatasi dan hal-hal tersebut dapat disebabkan
buah bahan bakar yang terdiri dari 5 buah oleh :
elemen bakar standar dan 1 buah elemen 1. Aktivitas di dalam KH-IPSB3, seperti
kendali, 6 buah bahan bakar bekas dipindah ke halnya penanganan dan penyimpanan
Kolam Penyimpanan Sementara RSG-GAS bahan bakar bekas
(KPS RSG-GAS) dan 6 buah bahan bakar baru 2. KH-IPSB3 tidak untuk menerima bahan
dimasukkan ke dalam teras RSG-GAS. radioaktif dengan kontaminasi tinggi.
Berdasarkan desain, pada operasi normal RSG 3. Karakteristik bahan bakar bekas sesuai
GAS terdapat penggantian 8 BBNB per siklus ketentuan yang dipersyaratkan.
dan ada 7 siklus per tahun, maka kapasitas 4. Waktu peluruhan pada waktu penerimaan
penyimpanan IPSB3 adalah 1448 elemen BBNB bahan bakar bekas sesuai ketentuan yang
termasuk elemen Batang Kendali Bekas. dipersyaratkan.
Syarat-syarat perisai radiasi dipenuhi KH-IPSB3 tidak diperbolehkan untuk menerima
selain oleh ketinggian air di dalam KH juga oleh bahan radioaktif dengan kontaminasi tinggi.
ketebalan dinding beton yang memanjang sesuai Bahan bakar eksperimen, bahan bakar RSG-
dengan panjang saluran KH. Pada operasi GAS yang cacad dan bahan lain dengan tingkat
normal perisai ini akan menghasilkan dosis kontaminasi tinggi dimasukkan ke dalam can
radiasi sebesar 5 Sv/jam. Prinsip dan syarat atau didekontaminasi dahulu sebelum dikirim ke
keselamatan fasilitas KH-ISPB3 berdasarkan IPSB3. IPSB3 hanya digunakan untuk
IAEA Guide No. 50-SG-D10 Fuel Handling and menangani dan menyimpan bahan radioaktif,
Storage Systems in Nuclear Power Plants (1984) bukan untuk kegiatan yang dapat menimbulkan
dan rekomendasi ICRP yang terakhir serta kontaminasi. Kontaminasi yang mungkin timbul
ICRP-60 (1990) yang berkaitan dengan dosis berasal dari bahan bakar bekas cacad dan hasil
radiasi. Prinsip keselamatan IAEA Guide List korosi yang terlepas dari bahan bakar. Sebagai
yang berhubungan dengan penyimpanan bahan gambaran tingkat kontaminasi untuk kolam yang
bakar bekas adalah sebagai berikut : sejenis di Inggris adalah 2 x 10-6 Ci/ml.
1. Pencegahan terjadinya kritikalitas Bahaya radiasi pada penyimpanan limbah
2. Pencegahan terjadinya laju dosis yang radioaktif yang berupa bahan bakar bekas
tidak semestinya diakibatkan tidak terkendalinya suatu sumber
3. Pencegahan terjadinya pelepasan radiasi yang secara langsung maupun tidak
radioaktivitas yang tidak dapat diterima langsung dapat menimbulkan bahaya radiasi
Rekomendasi ICRP-60 memberikan harga terhadap pekerja, masyarakat maupun
dosis radiologi akibat laju dosis atau pelepasan lingkungan seperti kecelakaan pada
radioaktivitas. Untuk memenuhi prinsip IAEA pengangkutan limbah radioaktif berupa bahan
Guide, Design Notes yang merupakan syarat- bakar bekas baik dari PRSG maupun dari IRM
syarat umum yang harus dipenuhi dalam dan IPR. Hal ini dapat dikendalikan karena
membuat LAK KH-IPSB3. Laju dosis langsung pengiriman bahan bakar bekas dari PRSG
merupakan bahaya yang potensial dan dapat melalui kanal hubung dan setiap kegiatan
terjadi di dalam KH-IPSB3. Batasan ICRP 60 disertai PPR yang akan melaksanakan

__________________________________________________________________________________________
278
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

penanggulangan dengan menerapkan prinsip dalam matriks Al bentuk plat. Spesifikasi bahan
proteksi radiasi. bakar nuklir bekas yang dipindahkan adalah
Prinsip umum proteksi radiasi elemen bakar bekas jenis U3Si2Al dan U3O8Al
justifikasi, optimasi dan pembatasan dosis , uraniumnya berasal dari Amerika Serikat, burn
individu diaplikasikan dalam membandingkan up nya mencapai 49 - 59% dan telah mengalami
strategi dan pilihan opsi daur bahan bakar. Dosis pendinginan pendahuluan minimum selama 100
laju dosis diperhitungkan timbul dari limbah hari di kolam penyimpanan sementara RSG
dalam disposal dengan nilai yang rendah untuk GAS.[6]
semua keadaan pada kedua opsi, walaupun
toksisitas hasil vitrifikasi limbah aktivitas tinggi B. Pengaruh operasi reaktor pada bahan
dan polimerisasi limbah transuranium dan bakar nuklir
reprosesing. Penelitian ini dilakukan untuk
menghitung laju dosis dari bahan bakar nuklir Selama iradiasi bahan bakar nuklir, bahan fisil
bekas (BBNB) yang tersimpan di kolam KH- awal (235U) diubah menjadi unsurunsur hasil
IPSB3. Dengan diketahuinya laju dosis tersebut fisi, dan unsur aktinida melalui reaksi aktivasi
maka akan didapat paparan yang real time dari dengan neutron. Inventarisasi radionuklida dan
masing-masing BBNB dan sebagai dasar untuk radiokativitas serta tenaga termal yang
menentukan tebal shielding kontainer dihasilkan BBNB akan tergantung pada
berdasarkan perhitungan pancaran radiasi BBNB komposisi bahan bakar dan bahan struktur dan
dari dalam kontainer melewati ketebalan pada derajat bakar (burn-up) sebagi fungsi dari
shielding menuju dinding luarnya, sehingga fluks netron dan lamanya waktu iradiasi. Faktor
tidak melebihi batas aman yaitu 200 faktor utama operasi reaktor yang
mrem/tahun, yang akan dilakukan pada mempengaruhi distriubusi radionuklida dan
penelitian selanjutnya.[2] mikrostruktur adalah suhu selama radiasi dan
burn up bahan bakar. Besarnya suhu
A. Karakteristik Bahan Bakar Nuklir Bekas berhubungan secara linier dengan tenaga yang
(BBNB) dihasilkan oleh bahan bakar per satuan panjang
Reaktor GA Siwabessy merupakan salah dari batang bahan bakar (fuel rod). [7]
satu reaktor penelitian yang mempunyai daya
dan fluks netron tinggi serta menggunakan B. Karakteristik Distribusi Radionuklida dan
bahan bakar uranium dengan pengayaan rendah Peluruhannya
dengan daya nominal 30 MW. Dalam Distribusi radionuklida dalam BBNB
pengoperasiannya reaktor ini memerlukan bahan ditentukan dari kelimpahan absolut unsur hasil
bakar nuklir berupa 40 elemen bakar standar dan fisi sebagai fungsi burn up bahan bakar, dan
8 elemen bakar kendali. Bahan bakar aktif kelimpahan unsur aktinida dan unsur hasil
adalah bahan bakar yang telah teriradiasi di aktivasi sebagai fungsi fluks netron. Komposisi
dalam teras reaktor. Bahan bakar yang bahan bakar nuklir sebelum dan sesudah
digunakan di RSG GAS adalah elemen bakar digunakan dalam PLTN dapat dilihat pada tabel
tipe Material Testing Reactor (MTR) dengan berikut:
pengkayaan U-235 sebesar 19,75% , terdispersi

Tabel 1 Komposisi Bahan Bakar sebelum dan sesudah digunakan Nuklida Bahan Bakar Baru Bahan
Bakar Bekas [4]
Nuklida Bahan Bakar Baru Bahan Bakar Bekas
238
U 95,5% 93%
235
U 4,5% 1%
Pu + TRU (transuranium) - 1%
Unsur hasil fisi - 5%
*) TRU (Np, Am, Cm) dalam jumlah kecil kurang dari 0,1%

__________________________________________________________________________________________
279
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Nuklida hasil fisi meliputi semua manusia dan lingkungan, sampai bahan bakar
nuklida hasil fisi dan beberapa nuklida yang bekas dipindah ke repository untuk
dihasilkan dari penangkapan netron oleh nuklida penyimpanan akhir atau ke fasilitas pemerosesan
hasil fisi. Besar kontribusi radioaktivitas suatu ulang.
radionuklida hasil fisi ditentukan oleh besarnya Ada 2 metode dasar dalam penyimpanan
yield dan umur paronya. Kontributor utama sementara bahan bakar bekas, yaitu metode
radioaktivitas total sesudah penyimpanan 1 penyimpanan dalam kolam air (penyimpanan
tahun meliputi 4 rantai peluruhan, yaitu: 90Sr basah), dan metode penyimpanan kering. Dalam
90
Y, 106Ru 106Rh, 137Cs 137Ba, dan kedua metode penyimpanan tersebut, fungsi
144
Ce 144Pr, ditambah radioaktivitas dari 134Cs dasar fasilitas yang harus dipenuhi ialah
dan 241Pu. Radionuklida 106Ru dan 106Rh pengambilan panas dari bahan bakar bekas,
mempunyai waktu paro yang pendek, yaitu perisai radiasi untuk mempertahankan batas
masing masing 368 hari dan 2,2 jam. tingkat radiasi yang diizinkan diterima di daerah
Kemudian setelah 100 tahun, aktivitas total akan kerja dan penahanan dan pengurungan unsur
menurun dengan faktor 40 dengan hasil fisi (90Sr radioaktif guna mencegahpelepasan radionuklida
90
Y, 137Cs dan 137Ba) yang memberikan sekitar ke dalam daerah kerja [8]. Perisai radiasi
80% dari total aktivitas. Aktinida umur panjang diperoleh melalui penyimpanan secara baik di
mendominasi aktivitas setelah 1000 tahun( dalam air dengan kedalaman yang cukup untuk
>98%) yaitu 239Pu, 240Pu, dan 243Am dan setelah penyimpanan basah, atau ruang tertutup
10.000 tahun (>94%) yaitu 237Np, 239Np, 239Pu, berperisai untuk penyimpanan kering.
240
Pu, dan 241Am. Penyimpanan jangka panjang Penahanan dan pengurungan unsur radioaktif
berikutnya (100.000 tahun), radionuklida utama diselesaikan melalui penyimpanan dalam air
99
Tc (T1/2 = 2,1 x 105 tahun) dan 239Pu (2,41 x untuk penyimpanan basah dan ruang tertutup
104 tahun), serta radionuklida yang ada dalam berperisai radiasi di dalam kontainer untuk
rantai peluruhan uranium [2]. Komponen non- penyimpanan kering. Untuk menghindari
bahan bakar dari kesatuan bahan bakar pelepasan sejumlah unsur radioaktif bila terjadi
mengandung bagian komponen non-bahan bakar kondisi kecelakaan yaitu kerusakan kelongsong
dari kesatuan bahan bakar mengandung bagian bahan bakar.
radioaktivitas yang lebih kecil dibanding dengan Tiga penyebab utama rusaknya kelongsong yaitu
radioaktivitas dari batang bahan bakar. kerusakan fisik selama transfer, kerusakan
Meskipun demikian komponen non-bahan bakar karena temperatur maksimum kelongsong terlalu
dapat dipertimbangkan untuk disimpan dalam tinggi, dan kerusakan karena bahan kimia.
repository, baik sebagai kesatuan utuh misalnya, Sistem kolam memiliki 2 kekurangan penting
bahan bakar PLTN tipe CANDU (Canadian yang harus diperhatikan, yaitu:
Deuterium Uranium) atau sebagai bahan limbah 1. Adanya kemungkinan kebocoran air
terpisah yang timbul selama penggabungan kolam. Hal ini mudah dideteksi dan
batang bahan bakar tipe Reaktor Air Ringan dapat diatasi sementara dengan menutup
(LWR = Light Water Reactor). Radionuklida bagian kebocoran tersebut sampai
60
Co akan mendominasi aktivitas pada periode dilakukannya perbaikan.
awal setelah 50 tahun, sedang 59Ni (T1/2 = 7,5 x 2. Korosi galvanis.
104 tahun) dan 63Ni (T1/2 = 100 tahun) Penyimpanan bahan bakar bekasi sistem kering
mendominasi aktivitas sampai awal awal mempunyai keuntungan
selama 1000 tahun, sedang 59Ni (T1/2 = 7,5 x sebagai berikut:
104 tahun), 93Zr (T1/2=1,5 x 106 tahun). 94Nb 1. Keselamatan penyimpanan meningkat (2
(T1/2 = 2,0 x 104 tahun), dan 14C (T1/2 = 5,73 x penahanan pada bagian luar ditambah
103 tahun) mendominasi periode peluruhan pemonitoran permanen)
sampai 10.000 tahun setelah BBNB dikeluarkan 2. Tahan terhadap intrusi, kejatuhan barang
dari reaktor[4]. Sasaran utama pengelolaan (benda) dan kejadian gempa.
bahan bakar bekas adalah bahwa bahan bakar 3. Biaya perawatan dan operasi murah
tersebut harus disimpan secara aman, ekonomis, 4. Modular design
dan memenuhi ketentuan keselamatan terhadap

__________________________________________________________________________________________
280
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

5. Pembersihan, perawatan, dan perbaikan detektor pada jarak 0,5 m hingga 2 meter.
cask mudah dilaksanakan Pengukuran dilakukan selama 2 menit. Mencatat
6. Penyetelan sendiri dari penutup (cover nomor BBNB dan waktu pengukuran kedalam
self-adjustment) melalui konveksi udara logbook. Setelah proses pengukuran selesai,
mengembalikan BBNB kedalam rak BBNB
METODE semula menggunakan handling tool dan
A. BAHAN DAN PERALATAN jembatan geser. Hasil pengukuran adalah dosis
1. Detektor monitor radiasi, Handling tools laju dosis I sehingga I0 dapat dihitung dengan
BBNB , Crane, Jembatan geser ,Tools set menggunakan persamaan I = I0. E x...(1)
mekanik-elektrik, Surveymeter, APD Nilai dosis laju dosis dicacah selama waktu 2
2. Bahan bakar nuklir bekas yang akan diukur menit untuk setiap jarak , pengambilan
laju dosisnya. dilakukan selama 3 kali.
B. CARA KERJA
Memastikan semua alat dan bahan sudah siap
PEMBAHASAN
digunakan dan seluruh personel kegiatan
menggunakan APD yang sesuai. Memasang Analisis Data Pancaran Dosis Radiasi
detektor pengukuran laju dosis di permukaan air Perhitungan nilai dosis laju dosis
. Menentukan BBNB yang akan diuji serta catat menggunakan data hasil pengukuran yang telah
nomor rak posisi BBNB. Menggunakan dilakukan. Hasil perhitungan laju dosis pada
handling tool untuk mengambil BBNB yang permukaan BBNB diperlihatkan pada Gambar 1.
akan diuji dari rak dan memastikan kait sudah Dosis radiasi fungsi waktu dapat digunakan
terkunci sebelum BBNB diangkat/dikeluarkan untuk menentukan nilai dosis dari BBNB dalam
dari rack. Memindahkan BBNB di dekat masa simpan tertentu..

Gambar 1. Grafik Laju Dosis (Sv/h) vs Jarak Pengukuran (meter)


pada jarak 1.2 m, perhitungannya ialah sebagai
Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa berikut:
semakin besar jaraknya semakin kecil dosis I = I0. E x ..................... (1)
radiasinya. Ini dikarenakan BBNB tidak diukur 97,38 = I0. E -(0,277. 1,2 )
di udara terbuka, namun diukur di dalam kolam I0 = 97,38. E (0,3324 )
KH-IPSB3 dimana terdapat shielding berupa I0 = 135,78
demineralized water. Jadi untuk nilai dosis laju dosis RI-308 tanpa
Untuk mengetahui nilai dosis tanpa shielding, shielding air ialah 138,78 Sv/h. Untuk
maka dilakukan perhitungan balik dosis dengan keseluruhan perhitungan nilai dosis tanpa
shielding menggunakan persamaan 1, untuk nilai shielding dapat dilihat pada Tabel 2.
air= 0.277. Sebagai contoh diambil RI-308

__________________________________________________________________________________________
281
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Tabel 2. Pengukuran Dosis Tanpa Shielding


IDENTIFIKASI BBNB

RI-308 RI-357 RI-419

Laju dosis/Laju Dosis (Sv/h) Laju dosis/Laju Dosis (Sv/h) Laju dosis/Laju Dosis (Sv/h)

Jarak Rata2 I I ** T* Jarak Rata2 I I ** T* Jarak Rata2 I I ** T*

1,2 97,38 135,78 135,78 9 1,2 101,81 141,96 141,96 7 1,2 103,09 143,73 143,7 5

1,3 52,51 75,28 1,3 64,71 92,76 1,3 76,96 110,32

1,4 23,83 35,12 1,4 29,72 43,8 1,4 42,62 62,81

1,5 17,45 26,43 1,5 12,86 19,49 1,5 18,82 28,52

1,6 5,05 7,86 1,6 6,3 9,81 1,6 7,97 12,42

1,7 2,22 3,56 1,7 2,56 4,09 1,7 3,52 5,63

1,8 0,98 1,62 1,8 1,18 1,94 1,8 1,82 3

1,9 0,5 0,85 1,9 0,62 1,05 1,9 0,95 1,61

2 0,27 0,47 2 0,36 0,63 2 0,56 0,97

Jarak dalam meter


T* = waktu penyimpanan dikolam

Kemudian hasi dari perhitungan I0 diplotting ke pada Gambar 2. Sebagai contoh menentukan
dalam grafik dan ditentukan persamaan yang nilai dosis pada BBNB berumur 9 tahun ialah
digunakan sebagai persamaan proyeksi dosis y = 144,55. x-0.048
radiasi fungsi waktu. Persamaan yang digunakan y = 144,55. (9). -0.048.
untuk proyeksi ialah persamaan grafik fungsi y = 130,0812
pangkat. Pemilihan nilai untuk plotting grafik
ialah I0 pada jarak 1,2 m karena yang paling Maka berdasarkan persamaan proyeksi
mendekati I0 pada kondisi riil, dari plotting tersebut, nilai dosis untuk BBNB berumur 9
tersebut didapatkan persamaan sebagai berikut: tahun ialah 130.0812 Sv/h.
y = 144.55 x-0.048....(2) Kemudian dari persamaan tersebut didapatkan
Persamaan tersebut digunakan untuk proyeksi lah data nilai dosis laju dosis berdasarkan umur
nilai dosis laju dosis fungsi waktu, ditunjukkan BBNB, ditunjukkan pada Tabel 3.

__________________________________________________________________________________________
282
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Gambar 2. Grafik Proyeksi Dosis Radiasi Fungsi Waktu Penyimpanan

Tabel 3. Dosis laju dosis berdasarkan umur BBNB


Tahun Tahun Storage Laju dosis Laju dosis
Unload Input Umur (Sv/jam) (mrem/jam)
2011 2015 4 135,2444 13,5244
2010 2015 5 133,8035 13,3804
2009 2015 6 132,6377 13,2638
2008 2015 7 131,6599 13,1660
2007 2015 8 130,8187 13,0819
2006 2015 9 130,0812 13,0081
2005 2015 10 129,4250 12,9425
2004 2015 11 128,8342 12,8834
2003 2015 12 128,2973 12,8297
2002 2015 13 127,8053 12,7805
2001 2015 14 127,3515 12,7351
2000 2015 15 126,9304 12,6930
1996 2015 19 125,4983 12,5498
1995 2015 20 125,1897 12,5190
1994 2015 21 124,8969 12,4897

Dari Tabel 3. dapat terlihat bahwa semakin KESIMPULAN


muda umur bahan bakar nuklir bekas di Telah dilakukan pengukuran laju dosis pada 3
pindahkan dari teras reaktor maka semakin besar bakan bakar nuklir bekas pada Kanal Hubung
laju dosisnya. Dari data tersebut akan digunakan
Instalasi Penyimpanan Sementara Bahan Bakar
untuk perhitungan selanjutnya, yaitu mengukur
ketebalan shielding dry cask, yang kan Nuklir Bekas, yang berbeda umur unloading dari
dilanjutkan pada penelitian berikutnya. teras reaktor. Dari hasil pengukuran didapat
bahwa semakin dekat jarak pengukuran akan
semakin besar laju dosisnya dan semakin muda

__________________________________________________________________________________________
283
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

umur bahan bakar nuklir bekas dipindahkan dari Radioaktif sebagai Bentuk Akhir Limbah
teras reaktor maka semakin besar laju dosisnya. Radioaktif. Tangerang BATAN
Hasil perhitungan akan didapat laju dosis 4. Salimin, Zainus dan Rahayu, Dyah
Sulistyani. 2010. Pengelolaan Bahan
berdasarkan umur BBNB dapat dijadikan acuan
Bakar Nuklir Bekas sebagai Penentu
untuk perhitungan tebal shielding kontainer Program Pembangunan PLTN. Jakarta
untuk penyimpanan dry storage yang akan BATAN
dilakukan penelitian selanjutnya. 5. Rahayu, Dyah Sulityani dan Budianti,
Arie. 2011. Pemindahan Bahan Bakar
DAFTAR PUSTAKA Nuklir Bekas dari Kolam Reaktor ke
1. Republik Indonesia. 2002. Peraturan Cask Transnuclear Material Testing
Pemerintah Republik Indonesia Reactor. Jakarta: BATAN
Indonesia tentang Pengelolaan Limbah 6. Salimin, Zainus dan Rahayu, Dyah
Radioaktif. Jakarta: Sekertariat Negara Sulistyani. 2010. Unjuk Kerja
2. Rigby, Douglas B. Evaluation of Penyimpanan Bahan Bakar Nuklir
Technical Basis for Extended Dry Bekas PLTN dalam Kaitan Dengan
Storage and Transportation of Used Teknologi Penyimpanannya. Tangerang
Nuclear Fuel. 2010. United State BATAN
Nuclear Waste Technical Review Board 7. Rahayu, Dyah Sulistyani. 2012.
3. Salimin, Zainus dan Gunandjar. 2010. PengembanganTeknologi Pengelolaan
Pengelolaan Bahan bakar Nuklir Bekas Bahan Bakar Nuklir Bekas dan Material
Teriradiasi di KHIPSB3 Tangerang
BATAN

Pertanyaan :
1. Dari Unggul Hartoyo (PRSG)
Apakah laju dosis personil yang mengerjakan penelitian/kegiatan selama mengikuti kegiatan
tidak melebihi dosis sesuai persyaratan?
Jawab :
Selama melakukan kegiatan selalu didampingi oleh Petugas Proteksi Radiasi (PPR) dan tidak
terjadi lonjakan laju dosis/paparan yang melebihi persyaratan.

2. Dari Salman Putra (STTN)


Bagaimanakah solusinya apabila bahan bakar nuklir bekas (bbnb) dikolam sudah penuh ?
Jawab :
Kapasitas kolam adalah 1458 bbnb, dan sekarang tersimpan 245 bundel bbnb. Apabila penuh
maka akan dipindah ke dry storage yang sekarang masih dalam tahap kajian design. Tetapi hal
ini bisa diperhitungkan dengan menghitung jumlah bbnb tiap tahun yang akan dipindahkan ke
kolam KHIPSB3 selama masa ijin operasi reaktor.

__________________________________________________________________________________________
284
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

STUDI ALIRAN UAP PANASBUMI DI DALAM PIPA


MENGGUNAKAN MODEL DISPERSI AKSIAL
Sugiharto
Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional, Jl. Lebak Bulus Raya
No. 49, Jakarta, Indonesia.

ABSTRAK

STUDI ALIRAN UAP PANASBUMI DI DALAM PIPA MENGGUNAKAN MODEL DISPERSI


AKSIAL. Meskipun dapat dianggap sebagai fasa tunggal, aliran fasa uap geothermal di dalam pipa
menunjukkan fenomena yang kompleks disebabkan oleh transport konveksi dan difusi di dalam skala
molekular. Dalam situasi seperti itu, aliran fluida biasanya digambarkan dengan menggunakan persamaan
diferensial yang berisi suku difusi dan konveksi. Dalam makalah ini, aliran fasa uap geothermal di pelajari
secara eksperimen menggunakan model dispersi aksial. Eksperimen dilakukan dengan cara menginjeksikan
isotop gas Krypton-85 (85Kr) ke dalam pipa berdiameter 10 inci yang berisi uap kering geothermal. Tekanan
dan temperatur uap masing-masing adalah 8 kg.cm-2 dan 170oC. Tiga detektor radiasi terkolimasi yang
masing-masing ditempatkan pada jarak 127, 177 dan 277 m dari titik injeksi digunakan untuk merekam
radiasi gamma yang berasal dari isotop 85Kr yang diinjeksikan. Data yang diperoleh dari injeksi isotop 85Kr
disebut data distribusi waktu tinggal yang menggambarkan lamanya masing-masing partikel isotop tinggal di
dalam segmen yang dipilih sebagai tempat eksperimen. Selama eksperimen, sifat-sifat aliran diasumsikan
tidak berubah terhadap waktu, sehingga parameter-parameter aliran diasumsikan konstan. Parameter aliran
yang dihitung menggunakan metode waktu tinggal rata-rata menunjukkan bahwa laju aliran uap geothermal
adalah sebesar 11 m.s-1. Parameter model, digammbarkan dengan bilangan Peclet ( ), yang diprediksi
berdasarkan fitting terbaik antara model dispersi aksial pada data eksperimen menunjukkan bahwa fitting
terbaik terjadi manakala nilai bilangan Peclet sama dengan 223. Koefisien difusi molekular ( ) yang dihitung
menggunakan bilangan Peclet adalah sebesar 0,5 m2.s-1. Hasil eksperimen menyimpulkan bahwa aliran fas
uap di dominasi oleh transport konveksi dan aliran cenderung berperilaku seperti aliran plug.

Kata kunci: geothermal, distribusi waktu tinggal, model disperse aksial, 85Kr, bilangan Peclet.

ABSTRACT

STUDY OF GEOTHERMALVAPOR FLOW IN PIPE USINGAXIAL DISPERSION MODEL. Although


it is considered as a single phase, geothermal vapor phase flow in pipe shows a complex
phenomena due to convective and diffusive transports in molecular scale. In such situation, the
flow is usually described using partial differential equation containing diffusion and convection
terms. In the present paper, the flow of geothermal vapor phase is studied experimentally using
axial dispersion model. The experiment is carried out by injection of Krypton-85 (85Kr) gas isotope
into the pipe of 10 inch diameter containing dry geothermal vapor. The pressure and the
temperature of the vapor is 8 kg.cm-2 and 170oC respectively. Three collimated radiation detectors
positioned respectively at 127, 177 and 277 m from the injection point are employed to record
gamma radiation from 85Kr isotope. The obtained data from injection fo 85Kr is called residence
time distribution (RTD) data which shows residence of each isotope particles in the selected
experimental section. During the experiment, the flow properties is assumed time invariant,
therefore the flow parameters is assumed constant. Flow parameters calculated using mean
residence time (MRT) method shows that the flow rate of the vapor is 11 m.s-1. Model parameters,
represented by the Peclet number ( ), which is predicted based on best fitting the axial dispersion
model to the experimental data shows that the best fitting is occurred when the Peclet number is
223. The coefficient of molecular diffusion ( ), calculated using the Peclet number is 0.5 m2.s-1. The
experiment concludes that the vapor phase flow is dominated by convection transport and the flow
pattern tend to follow plug flow.

Key words: geothermal, residence time distribution (RTD), axial dispersion model, 85Kr, Peclet number.

__________________________________________________________________________________________
285
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
flow measurement is differential pressure
INTRODUCTION meter such as orifice plate. Such device is
inserted into a fluid-carrying pipe causing an
Geothermal is renewable energy obstruction and creates a pressure difference on
resource with little or almost no pollution. The side of the device. The flow measurement
resources are distributed throughout the Earth using orifice plate is inferior in accuracy hence
crust. Their locations are easily recognized by such device should be calibrated regularly with
warm groundwater in sedimentary formation predetermined time interval [3]
area or in deep water circulation system in One of the available alternate methods
crystalline rock. The greatest energy for flow measurement is the method of
concentration is usually associated with residence time distribution (RTD) which was
hydrothermal system in volcanic regions. the first time introduced by Danckwert [4]. The
Groundwater in the geothermal reservoir RTD concept states that if the flow velocity
absorbs heat energy from hot rock and the hot cannot be obtained because lack of flow
fluids penetrate to the earths surface due to meters, let inject a suitable radiotracer at inlet
differential pressure through crustal plate of the system and monitor its concentration at
boundaries [1]. the outlet of the system. Measured
Although potential use of the concentration of radiotracer, usually in form of
geothermal resources is huge and its a graph, at the outlet represents the time of the
availability is abundant, however, only very radiotracer resides in the system. Obtained
small fraction of geothermal resources can RTD data can then be used for calculating flow
currently be converted commercially into parameters and for analyzing faults that may
electricity and heating source using todays take place in the system, such as flow rate,
technology. Geothermal is exploited by drilling channeling or short-circuiting and dead volume
the surface of the earth at several points above [5].
geothermal reservoirs. Superheated water from Among available tracers, the gamma
the beneath of the earths surface are pumped emitting radiotracer is the most suitable to be
out from which the steam phase is used to used for industrial application because gamma
drive turbine [2]. radiation can penetrate shielding make it
Located in string active volcanic possible to be detected from outside, therefore,
landscape in the Pacific Ring, Indonesia an on-line measurement can be performed at
archipelago has vast reservoirs of underground real time. Physico-chemical compatibility
water. The underground heat is relatively easy between the radiotracer and traced materials
to exploit because it is close to the earths are wide range available. Suitable various type
surface. Indonesias potential geothermal and energy of radiotracers are available and
energy has been predicted to reach 28,000 can be chosen one to meet the system
MW, equivalent to 12 billion barrel of oil and requirement [5]
account to 40 % worlds geothermal resources. Radiotracer techniques have become
Currently, Indonesia is at the third rank as important tools in various industrial
worlds largest geothermal energy producers applications. Chemical and radioactive tracers
behind United States and the Philippines. have been used for various research activities
Todays Indonesia installed geothermal either in laboratory scale or in complex
generator is around 1200 MW electricity from industrial plants. Flow rate measurement of
six geothermal fields in Java, North Sumatra geothermal fluids in pipes using various
and North Sulawesi. By 2025, Indonesia aims chemical and radioactive tracers has been
to produce more than 9,000 MW of geothermal reported [6,7]. Steam flow of geothermal fluids
power, becoming the worlds leading using alcohol tracer has also been conducted
geothermal energy producers [2]. and documented [8]. Residence time
Flow rate is one of the most important distribution and axial dispersion model has
parameter in fluid transport pipe. Measurement been applied for experiments at various
of flow rate in geothermal pipe has special structure of constructions. The influence of
class of difficulty because of low viscosity of packing density in the packed bed tube was
the fluids in high temperature and pressure measured to observe the flow behavior of
environment. The common device for volume liquid [9]. Gas flow in pebble bed nuclear

__________________________________________________________________________________________
286
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
reactor has been studied [10]. Flow of single one dimensional is expressed by Ficks law
phase fluid in pulsed sieve plate column was which has the form.
measured and simulated [11]. Continuous flow
of sands and broken rice has been applied to (1)
investigate the influence of rotational speed,
kiln slope, material flow and exit dam height to
the performance of the pilot scale rotary kiln where is molecular diffusion coefficient and
equipped with filter [12]. Mixing properties is radiotracer concentration. Diffusion
has been characterized by mean of flow process is usually caused by gradient
visualization through series of measurement concentration and random motion of particles
using particle imaging velocity meter (PIV) in the bulk flow due to turbulent eddies [12].
and planar laser induced fluorescence (PLIF) in As just mentioned above, injected radiotracer
Taylor-Couette apparatus [13]. Hydrodynamic is not only diffused but are also move in the
behavior of gas and fluid flow rate in a lab- direction of bulk flow which is known as
scale trickle bed reactor (TBR) containing convection. By this fact, the complete complex
silica particles has been investigated by governing of equation of injection of
evaluating residence time distribution obtained radiotracer into vapor phase flow in geothermal
from conductivity measurement [14]. State pipe is
profiles of plug flow reactor has been modeled
including axial dispersion by moment method (2)
of a polynomial approximation [15].
Radiotracer for study or residence time
distribution in multiphase flow in hydrocarbon
where is velocity in x direction.
transport (HCT) has been studied and reported
One of the available numerical
[16,17]. The same author used 82Br radiotracer
solutions for Eqn. (2) is by modeling the RTD
for determination of molecular and turbulent
data obtained from injected radiotracer as
diffusivities in single phase flow of water in
proposed by Danckwerts [4]. To model the
small diameter of pipe was also published [18].
RTD, an assumption is needed where the
The purpose of this paper is two folds.
injection radiotracer performed very fast to
First is to report flow rate measurement of
fulfill the delta Dirac function or simply
vapor phase of geothermal fluids in pipe.
impulse injection. If is the concentration
Second, develop RTD model called axial
of the radiotracer at the outlet of the system
dispersion model for analyzing the RTD data
obtaining from the impulse injection at the
obtained from injection of 85Kr gas isotope
inlet of the system, then the RTD function
with appropriate boundary condition. Model
parameter, the Peclet number ( ), is then used is defined as
to calculate molecular diffusion coefficient.
Results obtained from this experiment can be (3)
used to predict the flow pattern of the vapor
phase in geothermal pipe and potentially be Equation (3) represents fraction of
used to calibrate the installed flow meter in the radiotracer materials in the system. The
pipe. integration of denominator represents
normalized area which is proportional to the
total radiotracer injected. From Eqn. (3) it
GOVERNING EQUATION
follows that the concept of RTD is basically
related to the concept of area which can further
Vapor phase flow in geothermal pipe is
be exploited using statistical moments [5].
one of physical phenomena in fluid mechanic
which is usually described by second order
differential equations. In micro scale point of
EXPERIMENT
view, the injected radiotracer into fluid flow in
the pipe is basically comprises two kind
The Kamojang Geothermal site
process of transports, namely diffusion or
dispersion and convection. Diffusion process in

__________________________________________________________________________________________
287
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Kawah Kamojang geothermal field, be diffused leads to very low concentration in
located in the Gandapura-Guntur volcanic the sky. The properties of 85Kr isotope is
terrain of West Java and 42 km south east of summarized in the Table 1.
Bandung, is one of only few dry steam
reservoir in the world that has been developed Table 1.85Kr gas radiotracer properties.
for energy production. The two other dry steam Radionuclide Half Energy Chemical
reservoirs are The Geysers in California (USA) time (keV) form
and Larderello (Italy) [2]. Exploration of
85
geothermal resources in Kamojang field can be Kr 10.7 J = 510 Gas
traced back to Dutch colonial era. The first year = 840
proposal on volcanoes energy in 1918 was
introduced to explore this site. In 1926, five
shallow exploration wells were drilled by the Experiment.
Netherlands East Indies Vulcanological Flow rate measurement was performed
Survey. One of these wells, called Kamojang 3 by injection of 85Kr noble gas radioisotope into
(KMJ-3), was first successful producing steam the 10 inch diameter of geothermal pipe
from a depth of 700 meters at a temperature of through sampling point, located 10 m from
140oC and a pressure of 3.5 to 4 bar and still geothermal production well, KMJ-14. Injection
discharging superheated steam until now. preparation has been made by transferring
In 1974 the Government of New isotope from 2500 ml stainless capsule into
Zealand drilled five wells in the Kamojang 500 cm3 small capsule with activity of 650
area. Pertamina in 1975 onward was then mCi. The air pressure in the small capsule was
continuing to drill and installed 30 MW, Unit-1 increased to 65 kg.cm-2, much higher than
power plant utilizing steam from six wells. internal pressure in the geothermal pipe which
More wells have been drilled and the at the level of 8 kg.cm-2. This strategy was
Kamojang generating capacity was then considered as one of the best option in order
expanded from 30 to 140 MW in 1987 for the isotope to be able to go into the pipe
supplied by 26 wells. In 2008, the total based on pressure difference. In order to
capacity production of Kamojang geothermal increase the safety factor, an additional high
energy reached to 200 MW from 81 wells pressured N2 gas was connected in series to
which are composed into four units. A study one end of small capsule containing fresh
carried out by Enjineering Kamojang and water. The other one end of the small capsule
Bandung Institute of Technology (ITB) containing 85Kr isotope was then connected to
confirmed that the Kamojang geothermal field the injection point through flexible stainless
could be operated with a capacity up to 230 tubing. This network forms an injection
MW for the next 30 years. Todays ownership system. Prior to injection, dummy tests had
composition of Kamojang geothermal area is been performed in order to make sure that the
as follow: The steam field, including unit 4 designed injection system is work well as
with 60 MW, is operated by the state-owned expected.
oil company, PT. Pertamina Geothermal Injection of 85Kr radiotracer was
Energy (PGE), and the Units 1, 2 and 3 power conducted in very short time. Three collimated
plants are belong to PT. Indonesia Power (IP) NaI(Tl) radiation detectors (Ludlum
[19]. Measurement, USA), designated as D1-D3,
were placed at the distance of 127, 177 and 227
Krypton-85 isotope. m from injection point, respectively. Radiation
Krypton-85 (85Kr) isotope has been level at the injection point was monitored by
chosen as radiotracer because it is a noble gas environmental survey meter. These detectors
that is not reacting chemically with vapor were connected to 12 channels data-logger
phase of geothermal fluids. Its energy is at (Ludlum Measurement, USA). The data logger
medium level which is safe to handle with has been set up to record 2400 data points at
appropriate container. The half-life of the 85Kr the rate interval of 0.05 s. Concentration of
isotope is very long, so there is no problem 85
Kr radiotracer in the pipe were recorded by
with long-distance transportation. When these detectors. The completed experimental
released to the air, the isotope will immediately data including background level was then

__________________________________________________________________________________________
288
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
transferred to the computer and saved for
subsequent data analysis and interpretation. (4)
The preliminary treatment of the tracer data
included radiation back ground subtraction and where is mean residence time (MRT)
area normalization was performed. representing the centroid of the RTD curve.
As the system was operated normally
during the course of experimental time, it was
RESULT AND DISCUSSION. assumed that the system was time-invariant
Experimental data is presented in Fig. which means that the quantities of flow
1. Two of three detectors which are at position parameters including the volumetric flow were
127 and 177 m from injection point have given constant. It was also assumed that the flow was
responses, whereas the third one has no steady state. As the distance of the two
response. The data represent radiotracer detectors is definitely known and the inner
concentration with respect to the measurement diameter of the pipe was fixed, the flow
time in the pipe. During time of evolution, the velocities of vapor phase of geothermal fluids
radiotracer concentration may be dispersed due can be calculated precisely.
to convection and diffusion processes [12].
The RTD data obtained from this
experiment show low concentration of
radiation intensity because of short time
interval setting, but this is typical for fast flow
measurement. Setup of time interval rate of
event at every 0.05 s was intended to get much
more data of measurement with consequence
that the radiation intensity of each curve will
be low, otherwise the data will be lose.
Fluctuated radiation intensity was strongly
affected by parameter setting of the
measurement. Non-response of the third
detector might be caused by connection Figure.1. RTD data obtained from injection of
problem to the detector. However, two of three 85
Kr radiotracer into geothermal pipe.
obtained data still give invaluable information
for flow assaying the flow being under To our understanding, the flow rate
investigated. measurement using radiotracer method was the
first attempt in the Kamojang geothermal field
Flow measurement. to investigate vapor flow characteristics with
Flow measurement theoretically can be very high accuracy. Other experimental work
calculated using two methods (1) peak to peak have also been performed by others engineers
and (2) through mean residence time (MRT). from private company, Thermochem, a
The transit time calculated using the peak-to- specialist in chemical non-radioactive tracer
peak method is straightforward performed, flow test [6]. They injected various chemical
namely by measuring the distance between two tracers such as fluoride, bromine, fluorescein
peak positions of the curves. This method is dye, sodium benzoate, rhodamine WT and
only suitable applied for situations where the naphthalene disulfonate into the pipe for
shape of RTD curve is ideally slim, symmetric, measuring geothermal liquids. As the chemical
and containing one peak only. In real tracers are unable to be recorded on-line even
situations, however, the obtained RTD curves by a special designed detector, a sampling
often do not show the ideal shape, therefore, technique has to be applied to obtain tracer
the calculation of flow velocity is best data. Moreover, sampling technique requires
performed through MRT method. Statistically, considerable big volume of chemical tracers to
mean residence time is the first moment which be injected continuously. Injection more
is formulated as [5, 21]. volume of chemical tracers may cause
instability to the geothermal fluids due to

__________________________________________________________________________________________
289
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
disturbance coming from the injected chemical (5)
tracer which may lead to reduce the accuracy
of measurement.
From this technical point of view, it is where,
believed that flow measurement using is radiotracer concentration,
radioactive materials gives better result than dimensionless.
any other type of flow measurement methods. is model parameter, which is
In certain case, the radiotracer technique can called the Peclet number, dimensionless.
serve as a tool for calibration of any installed is linier velocity, m.s-1
flow meters [21]. During performing the is axial dispersion coefficient, or molecular
experiment, unfortunately, the flow rate data diffusion coefficient, m2.s-1
read-out from the orifice plate installed near to is tracer concentration at time,
the wellhead was not well recorded, therefore is tracer concentration at time
the current flow data cannot be compared with is the distance, dimensionless.
respective data obtained from respective is reduced time, dimensionless.
installed measuring device.
A new constant in Eqn. (5) is
Flow modeling. called the dispersion number which opposite to
RTD modeling so called the axial the Peclet number which formulated as .
dispersion model is one of the available The Peclet number represents the ratio of
methods for characterization of fluid flow in transport due to convection to the transport due
various tubular reactors such as one that is to diffusion. In the axial dispersion model, the
being analyzed in this paper. It is worth to note Peclet number is the only model parameter
that the RTD data obtained from the needs to be calculated. The pproperty
p y of the
experiment cannot be defined by any Peclet number is that, when the
mathematical function definitively, therefore flow is represented as well-mixed flow, like
the analytical solution cannot be obtained flow in stirred continuous tank reactor (CSTR),
accordingly. It is intuitively to introduce a whereas when the flow is
governing equation describing the physical represented as plug flow.
problem of the flow. Concerning to this As mentioned previously that solution
experiment, the vapor flow in geothermal pipe of Eqn. (5) is solely depend on given boundary
was analyzed using axial dispersion model conditions. One of the most relevant from four
with the governing equation of vapor flow is available boundary conditions is open-open
Eqn. (2). This model is the classical one for boundary condition because the flow condition
describing one-dimensional convection and in pipe on which the radiation detector placed
dispersion transport including dependence of is undisturbed. The open-open boundary
radiotracer concentration with time and this condition requires at and
model is commonly used for evaluation of at . By applying these
fluids flow in tubular reactor like the one in conditions, the solution of Eqn. (5) is [21, 22].
pipe [5, 20].
In fluid mechanics applications, non- (6)
dimensional equation is very common way to
study a wide variety of physical phenomena or
engineering problem because it can reduce the After formulating the required
complexity of the problem, give insight into governing equation and determining the
fundamental scales of the problem. In this boundary condition, then the modeling process
study, the counting time, t, is transformed into is performed using Excels software from
dimensionless time, , which called Microsoft. All radiotracer experimental data
reduced time. Other flow qquantities to be are input to the software for subsequent
transformed is that , the processing. In this experiment, the input data is
distance along the pipe segment. By applying assumed as a narrow pulse (Diracs delta
these dimensionless quantities, Eqn. (2) can be function) and output data is the RTD data
written in the form obtained from D2. The RTD data obtained
from detector 1 (D1) is not processed because

__________________________________________________________________________________________
290
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
the signal is too low. The task of the software Table. 2. Flow properties of vapor phase of
is to perform a parameter optimization geothermal fluids in pipe.
processes. Determination of the selected Molecular
Transit Flow
model is based on the best fit with the Distance, diffusion
time, rate,
experimental data. The quantity of the best fit coefficient,
(m.s-1)
is judged by choosing the model parameter to (m2.s-1)
minimize the root mean square error (RMSE) 4.5 50 11 0.5
which formulated as

(7) To sump up, flow rate measurement


using 85Kr radiotracer method was able to
reveal the character of the vapor flow of
where is the number processed data geothermal fluid in pipe. Calculation of flow
velocity through the concept of MRT gives an
accurate result. Simulation of experimental
RTD data using the axial dispersion model was
able to quantize model parameter, , based on
the best fitting curve of the RTd model to the
experimental RTD data with the error of fitting
(RMSE) is very low. The molecular diffusion
coefficient of the vapor flow, , is calculated
from the obtained Peclet number.

CONCLUSION.
Measurement of vapor phase flow in
pipe of Kamojang geothermal field has been
Figure. 2. Fitting curve of the RTD axial
carried out successfully and safely for the first
dispersion model on RTD experimental data
time using 85Kr noble gas radioisotope.
Through well prepared equipment and
Fitting curve between the selected
appropriate procedure, the difficulties related
model and the experimental data is presented
to the technical aspects such as high
in Fig. 2. From this simulation, it can be seen
temperature and high pressure was able be
that the selected axial dispersion model gives
overcome by work well of injection system.
best fitting when the Peclet number, is 233. The flow rate of vapor phase of geothermal
By this value it indicates that the vapor flow of liquids measured form injection 85Kr
geothermal fluids is to follow plug flow in
radiotracer is 11 m.s-1. The Peclet number as
character. Furthermore, the Peclet number also
big as 223 predicted based on best fitting of the
indicates that diffusion process is occurred in
axial dispersion model to the experimental data
the vapor flow, with calculated molecular
shows that the vapor flow is dominated by
diffusion equation is equal to 0.5 m2.s-1. As convection transport and the flow tends to
refer to the property of the Peclet number and follow plug flow. Furthermore, the molecular
as mentioned elsewhere, the value of Peclet diffusion coefficient calculated from this
number as big as 223 indicates that the vapor model is 0.5 m2.s-1, indicating low diffusion
flow in geothermal pipe is dominated by
process compared with the convective flow.
convection transport [12, 14, 15]. When >
100, it is believed that axial diffusion can be
ACKNOWLEDGEMENT.
neglected [9]. The corresponding error The author thank PT. Pertamina
calculated using Eqn. (7) is at the value of Geothermal Energy, Area Geothermal Energy
0.02, extremely low, indicating that the fitting Kamojang for kind cooperation and provided
was excellent and the experimental data is field work.
appropriately described by the proposed axial
dispersion model. All calculation on flow
properties is summarized in Table 2.

__________________________________________________________________________________________
291
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
REFERENCES column, Chemical Engineering Research
1. A. K. Mortensen and G. Axelsson, at and Design, vol. 89, pp. 1909 -1918, 2011
Short Course on Conceptual Modelling 12. A.S. Bongo Njeng, S. Vitu, M. Clausse,
of Geothermal Systems organized by J.L. Dirion and M. Debacq, Effect of filter
UNU-GTP and La Geo, in Santa Tecla, El shape and operating parameters on the
Salvador, February 24 - March 2, 2013 flow of meterials in a pilot rotary kiln:
2. D. L. Gallup, Production engineering in Part I. Experimental RTD and axial
geothermal technology: A review. dispersion study, Powder Technology,
Geothermics, vol 38, pp 326 334, 2009 vol. 269, pp. 554 565, 2015
3. A.S. Morris, Measurement and 13. M. Nemri, S. Charton and E. Climent,
Instrumentation Principles, 3rd ed., Mixing and axial dispersion in Taylor-
Butterworth Heinemann., Oxford, 2001 Couette flows: The effect of the flow
4. P.V. Danckwerts, Continuous flow regime, Chemical Engineering Science,
systems, distribution of residence times, vol. 139, pp. 109 124, 2016
Chem. Eng. Sci, vol 2, pp. 1 13, 1953 14. A. Bittante, J. Garcia-Serma, P. Biasi, F.
5. IAEA, Radiotracer Applications in Sobron and T. Sami, Residence time and
Industry A Guidebook, Vienna, Austria, axial dispersion of liquid in Tricle Bed
2004 Reactor at laboratory scale, Chemical
6. P. N. Hirtz, R. J. Kunzman, M. L. Engineering Journal, vol. 250, pp. 99
Broaddus, J. A. Barbita, Development of 111, 2014
tracer flow testing for geothermal 15. J. Roininen, V. Alopaeus, The moment
production engineering, Geothermics, vol method for one-dimensional of dynamic
30, pp. 727 745, 2001 reactor model with axial dispersion,
7. Sugiharto, Wibisono, Kushartono, Computer and Chemical Engineering,
Achdiyat, B. Azmi, T. Suryantoro, A. vol. 35, pp. 423 433, 2011
Yani and Z. Abidin, Flow characteristic of 16. Sugiharto, Z. Suud, R. Kurniadi, W.
vapor phase of geothermal fluid in pipe Wibisono and Z. Abidin, Radiotracer
using isotope 85Kr and residence time Method for Residence Time Distribution
distribution modeling, Atom Indonesia Study in Multiphase Flow System, Appl.
Vol 40 No. 2, pp. 89 95, 2014 Radiat. Isot, vol 67 1445 1448, 2009
8. B. G. Lovelock, Steam flow measurement 17. Sugiharto, R. Kurniadi, Z. Abidin, Z.
using alcohol tracers, Geothermics, vol Stegowski and L. Furman, Prediction of
30, pp. 641 654, 2001 separation lenght of turbulent multiphase
9. Z. Wu and G.Q. Chen, Axial dispersion flow using radiotracer and computational
effect on concentration dispersion, fluid dynamics simulation, Atom
International Journal of Heat and Mass Indonesia, vol. 39, pp. 32 39, 2013
Transfer, vol 84, pp. 571 577, 2015 18. Sugiharto, Z. Stegowski, L. Furman, Z.
10. R.S. Abdulmohsin and M.H. Al-Dahhan, Suud, R. Kurniadi, A. Waris and Z.
Axial dispersion and mixing phenomena Abidin, Dispersion determination in a
of the gas phase in a packed-bed reactor, turbulent pipe flow using radiotracer data
Annal of Nuclear Energy, vol 88, pp. 100 and CFD analysis, Computer & Fluids.
111, 2016 Vol. 79, pp. 77 81, 2013
11. N.S. Kohle, Y.H. Mirage, A.V. 19. S. Suryadarma, T. Dwikorianto, A. Zuhro
Parwardhan, V.K. Rathod, N.K. Padey, and A. Yani, Sustainable development of
U.K. Mudali and R. Natarajan, CFD and Kamojang geothermal field, Geothermics.
experimental studies of single phase axial Vol. 39, pp. 391 399, 2010
dispersion coefficient in pulsed sieve plate

__________________________________________________________________________________________
292
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
20. H. Kasban, O. Zahrtan, B. Arafa, M. El-
Kordy, S.M.S. Elaraby, F.E. Abd El-
Samie, Laboratory Experiment and
modeling for industrial radiotracer
application, App. Radiat. Isot, vol. 68, pp.
1049 1056, 2010
21. IAEA, Radiotracer Residence Time
Distribution Method for Industrial and
Environmental Applications, Training
Course Series. Vienna , 2008
22. O. Levenspiel., Chemical Reaction
Engineering, 2nd ed., New York, John
Wiley &Sons., 1972

__________________________________________________________________________________________
293
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
294
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

KOMPONEN BIAYA BAHAN BAKAR NUKLIR PADA BIAYA


PEMBANGKITAN LISTRIK PLTN BESAR DAN KECIL
Mochamad Nasrullah

Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir,


Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta 12710 email: nasr@batan.go.id

ABSTRAK

KOMPONEN BIAYA BAHAN BAKAR NUKLIR PADA BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK PLTN
BESAR DAN KECIL. Bahan bakar merupakan salah satu komponen penting untuk menghitung biaya
pembangkitan listrik. Penelitian menggunakan data capital cost untuk Engineering Procorument Construction
PLTN 1000 dan PLTN 100. Biaya operasional dan perawatan menggunakan data pengalaman PLN dan biaya
bahan bakar nuklir menggunakan data tahun 2015. Tujuan penelitian untuk menghitung biaya pembangkit
listrik PLTN dan mengetahui porsi biaya bakar nuklir baik front-end maupun back end yang menggunakan
program LEGECOST. Metodologi yang digunakan adalah membandingkan biaya bahan bakar PLTN ukuran
SMR dan besar dengan menggunakan program LEGECOST dari International Atomic Energy Agency
(IAEA). Hasil penelitan menunjukkan dengan discount rate 10%, biaya PLTN 1000 dan PLTN 100
menunjukkan biaya investasi PLTN 1000 sebesar 66,08 US$/MWh dengan porsi 74% dan PLTN 100 sebesar
70,91 US$/MWh dengan porsi 69,07% dari keseluruhan biaya PLTN, untuk biaya operasi dan maintenance
PLTN 1000 sebesar 14,61 US$/MWh dengan porsi 16,26%, sedangkan untuk PLTN 100 sebesar 24,31
US$/MWh porsi 23,68%. Total biaya bahan bakar PLTN 1000 sebesar 9,14 US$/MWh dengan porsi 10,16%,
terdiri atas biaya front end sebesar 5,66 US$/MWh dengan porsi 6,30% dan biaya back end 3,47 US$/MWh
dengan porsi 3,86%. Sedangkan hasil perhitungan biaya bahan bakar PLTN 100 ukuran SMR menunjukkan
7,39 US$/MWh dengan porsi 7,20%, terdiri atas biaya front end sebesar 7,24 US$/MWh dan biaya back end
sebesar 0,16 US$/MWh. Perbedaan biaya bahan bakar disebabkan kapasitas daya nilai burn-up dari reaktor,
harga uranium alam per kg biaya proses (konversi. pengkayaan dan fabrikasi) biaya back end, efisiensi
termal, faktor kapasitas, perbedaan gaji dan upah tenaga kerja, pengaruh kenaikan bahan material, struktur
spesifikasi konstruksi yang dibuat, peraturan yang terkait dengan PLTN dan masalah lingkungan.

Kata kunci: Biaya pembangkitan listrik, Biaya bahan bakar, PLTN Besar dan Kecil

ABSTRACT

COMPONENTS OF NUCLEAR FUEL COSTS IN GENERATION COSTS LARGE AND SMALL


NPP. Fuel is one of the important components to calculate the cost of power generation. The study uses data
capital cost Engineering Procorument Construction of NPP 1000 and NPP 100. Operations and
maintenance costs based on PLN experience, and fuel cost of NPP using the data in 2015. The aim of study
is to calculate the cost of power generation of nuclear power plants and nuclear fuel cost portion knowing
both front-end and back-end using the program LEGECOST. The methodology played to compare fuel cost
of NPP large and SMR using LEGECOST program of IAEA. The results showed with discount rate of 10%,
generation cost of NPP 1000 and NPP 100 shows investment costs of NPP 1000 is 66,08 US $ / MWh with
portion of 74% and NPP 100 is 70,91 US $ / MWh with portion 69,07% of portion NPP, for cost of operation
and maintenance of NPP 1000 is 14,61 US $ / MWh with portion 16,26%, while for the 100 NPP is 24,31 US
$ / MWh portion of 23,68%. The total fuel cost NPP 1000 is 9,14 US $ / MWh with portion 10.16%,
consisting of front end cost is 5,66 US $ / MWh with portion 6,30% and a back end cost is 3,47 US $ / MWh
with portion 3,86%. While the results of the calculation of fuel cost NPP 100 showed 7,39 US $ / MWh with
portion 7,20%, consisting of front end cost is 7,24 US $ / MWh and a back end cost is 0,16 US $ / MWh.
Differences in fuel costs caused power capacity, value of burn-up of the reactor, uranium price per kg cost
process (conversion, enrichment and fabrication) costs back end, thermal efficiency, capacity factor,
differences in wages and labor costs, the effect of rising materials, structure construction specifications are
made, the regulations related to NPP and environmental problems.

Keywords: Generation costs, Fuel costs, NPP Large and Small.

__________________________________________________________________________________________
295
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
bahan bakar (front-end costs) disajikan data
PENDAHULUAN harga bulanan dari tahun 1968 sampai dengan
tahun 2016. dalam kajian ini diambil harga
Salah satu informasi yang sangat bahan bakar PLTN tahun 2015 rata-rata
diperlukan oleh calon investor dalam tahunan. sedangkan komponen biaya
keputusan berinvestasi pada proyek penanganan bahan bakar bekas (back-end cost)
pembangkit listrik energi baru terbarukan diambil dari data sekunder yang disesuaikan
adalah masalah biaya pembangkitan listrik dengan kondisi tahun 2015. Biaya operasi dan
teraras atau Levelized Unit Electricity Cost perawatan diasumsikan dari data sekunder dan
(LUEC) dari energi baru dan terbarukan khusus upah tenaga kerja diambil dari data
tersebut. Nilai LUEC ini akan menjadi acuan Indonesia berdasarkan standar gaji PT PLN
dalam menentukan besarnya tarif listrik. Salah (Persero) yang telah disesuaikan dengan
satu mekanisme pembelian energi listrik yang kondisi tahun 2015.
banyak diterapkan dalam proyek pembangkitan
listrik dari energi baru terbarukan adalah METODOLOGI
mekanisme feed-in tariff [1].
Perhitungan biaya pembangkit listrik LUEC atau Levelized Generation Cost
terdiri dari tiga komponen. yaitu biaya (LGC) adalah biaya pembangkitan listrik yang
investasi, bahan bakar serta operasi dan di-levelized sehingga menjadi cost/kWh, yang
perawatan. Biaya investasi PLTN biasanya terdiri dari biaya investasi atau capital
disebut biaya sesaat (overnight cost), yaitu pembangunan pembangkit, fixed O&M cost,
biaya yang belum memasukkan tingkat suku variable O&M cost dan biaya bahan bakar [3].
bunga selama konstruksi atau Interest During LGC tidak termasuk biaya transmisi, sehingga
Construction (IDC). Biaya ini terdiri dari biaya sering disebut juga busbar cost. Perbandingan
EPC (Engineering Procurement Construction), keekonomian dari jenis pembangkit yang
biaya pengembangan (development costs) dan berbeda biasa dilakukan dengan konsep LUEC
biaya lain-lain (other costs) serta biaya atau LGC ini. Tujuan perbandingan LUEC
contigency. Bahan bakar nuklir (nuclear fuel) antar jenis pembangkitan adalah untuk
merupakan bahan bakar yang dibutuhkan oleh membantu pengambil keputusan dalam
PLTN untuk dapat beroperasi guna memilih jenis pembangkit yang akan
menghasilkan energi listrik selama waktu dikembangkan (resource allocation). Formula
hidupnya (life time). Biaya operasi dan yang dipakai untuk menghitung LUEC adalah
perawatan merupakan biaya yang dibutuhkan sebagai berikut [3]:
untuk menjalankan operasi rutin PLTN dan
besarnya bergantung pada teknologi dan LUEC = W (I t + O&M t + F t + D t) / (1 + r )t
kapasitas daya yang terpasang [2] Dalam studi W (t) / (1 + r)t )
ini akan di fokuskan pada biaya bahan bakar.
Studi ini bertujuan untuk menghitung Dimana:
biaya pembangkit listrik PLTN dan E t : Listrik yang diproduksi dalam tahun t
mengetahui porsi biaya bakar nuklir baik front- r : discount rate per tahun
end maupun back end yang menggunakan I t : Biaya Investasi dalam tahun t
program LEGECOST dengan O&M t : Biaya Operasi dan pemeliharaan
mempertimbangkan parameter teknis dan dalam tahun t
ekonomis yang diambil dari berbagai data F t : Biaya bahan bakar dalam tahun t
sekunder dan sumber lainnya. Ruang lingkup D t : Biaya Decommissioning dalam tahun t
studi ini adalah PLTN-1000 yaitu PLTN
berkapasitas daya sebesar 2 x 1117 MWe dan KOMPONEN BIAYA PLTN
PLTN-100, yaitu PLTN berkapasitas daya 100
MWe Biaya investasi PLTN biasanya disebut
Penelitian dilakukan dengan mengambil biaya sesaat (overnight cost) yaitu biaya yang
data sekunder dan menggunakan data terbaru belum memasukkan tingkat suku bunga selama
tahun 2015. Untuk biaya investasi konstruksi atau Interest During Construction
menggunakan data dari PLTN 2 x 1117 MWe (IDC). Biaya ini terdiri dari biaya EPC
dan PLTN 1 x 100 MWe. Komponen biaya (Engineering Procurement Construction).

__________________________________________________________________________________________
296
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
biaya pengembangan (development costs) dan engineering. Biaya investasi yang dihitung
biaya lain-lain (other costs) serta biaya disesuaikan dengan disbursement selama masa
contigency. Komposisi biaya kapital untuk konstruksi. dan data tersebut diambil dari data
EPC terdiri atas biaya nuclear island, terbaru tahun 2015. Secara rinci ditunjukkan
conventional island, balance of plant. Tabel 1.
construction dan erection work. design dan

Tabel 1. Jumlah Unit dan Biaya Investasi PLTN [4, 5]


No Studi Kasus Jumlah Unit Kapasitas Biaya Sesaat Biaya sesaat
Unit (MWe)
Juta US$ US$/kWe
1 PLTN SMR-100 1 100 497 4970
2 PLTN 1000 2 1117 9406 4210

Pembangunan PLTN memerlukan dana keuangan internasional. dengan demikian ada


yang cukup besar sehingga biasanya pemilik konsekuensi biaya berupa interest during
modal (owner) tidak cukup dana untuk construction (IDC). Biaya sesaat apabila
membiayai pembangunan PLTN tersebut. ditambahkan dengan IDC disebut juga dengan
Owner biasanya meminjam dana dari lembaga biaya investasi. Secara rinci biaya investasi
ditunjukkan Tabel 2.

Tabel 2. Biaya Investasi Termasuk IDC PLTN [4, 5]


Biaya IDC Total Biaya Total Biaya
No Studi Kasus Sesaat (juta (juta Investasi Investasi
US$) US$) (JutaUS$) (US$/kWe)
1 PLTN SMR-100 497 76 573 5734
2 PLTN 1000 9406 2531 11937 5343

Biaya Bahan Bakar Nuklir dipergunakan kembali sebagai bahan bakar


Bahan bakar nuklir (nuclear fuel) nuklir [6] .
merupakan bahan bakar yang dibutuhkan oleh Komponen biaya bahan bakar nuklir
PLTN untuk dapat beroperasi guna terdiri atas dua bagian. yaitu front-end costs
menghasilkan energi listrik selama waktu dan back-end costs. Front-end costs adalah
hidupnya. Daur bahan bakar nuklir mencakup biaya-biaya yang berkaitan dengan proses
seluruh aktivitas mulai dari eksplorasi. bahan bakar yang terjadi sebelum bahan bakar
penambangan. penggilingan. pemurnian. masuk reaktor yang meliputi empat tahap.
pengayaan dan kemudian dilanjutkan dengan yaitu: biaya pembelian uranium , biaya
fabrikasi menjadi elemen bakar nuklir untuk konversi ke uranium hexafluorida/UF6, biaya
siap digunakan dalam operasi reaktor dan pengayaan dan biaya fabrikasi. Back-end cost
akhirnya menjadi bahan bakar bekas. Ada dua adalah biaya yang berkaitan dengan proses
jenis daur bahan bakar nuklir. yaitu daur bahan bakar setelah bahan bakar dipakai dalam
terbuka dan daur tertutup. reaktor hingga penyimpanan lestari.
Pada daur terbuka tidak ada pengolahan
bahan bakar nuklir bekas. yaitu bahan bakar a. Front-End Cost
nuklir bekas diperlakukan sebagai limbah akhir Komponen front-end costs diambil dari
yang akan disimpan sementara dalam data rata-rata tahunan tahun 2015 dari
penyimpanan onsite yang akan dibongkar komponen front-end costs tersebut. Secara
bersamaan pada saat dekomisioning. Pada daur rinci ditunjukkan pada Tabel 3. Harga uranium
tertutup bahan bakar bekas diolah kembali rata-rata tahun 2015 sebesar 36.75 US$/lb.
untuk mengambil sisa uranium yang belum Sedangkan 1 lb setara dengan 0.453592 kg.
terbakar dan plutonium yang dapat Pada bulan Juli 2015. perkiraan biaya US $

__________________________________________________________________________________________
297
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
untuk mendapatkan 1 kg dari uranium sebagai per kg sehingga biaya bahan bakar sebesar 0.43
UO2 bahan bakar reactor. Pada 60.000 MWd/t /kWh [9]
burn-up memberikan 460.800 kWh electrical
Tabel 3. Rincian Harga Bahan Bakar Nuklir Tahun 2015 [7, 8]
Komponen front-end Costs Faktor Pengali Harga (US$) Total (US$) Harga (%)
Uranium 8,9 kg U3O8 81*) 721 36
Conversion 7,5 kg U 11,65 87 4
Enrichment 7,3 SWU 127,17 928 47
Fuel fabrication per kg (approx) 240 240 12
Total. approx 1977 100
c. Burn-up bahan bakar nuklir
b. Back-end cost Burn-up bahan bakar nuklir merupakan
Back-end cost merupakan biaya besarnya energi yang dihasilkan oleh reaktor
penanganan bahan bakar bekas sesudah dipakai untuk setiap metrik ton U235. Besarnya burn-up
dan keluar dari reaktor. berupa biaya U235 tergantung pada teknologi reaktor yang
penyimpanan sementara on-site di PLTN dan dari tahun ke tahun terus meningkat
biaya penyimpanan lestari di repository akhir. sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.
Untuk daur bahan bakar tertutup biaya back-
end juga termasuk biaya reprocessing. Biaya Tabel 4. Perkembangan Burn-up dari tahun
back-end dalam kajian ini tidak dibebankan ke tahun [10]
pada biaya bahan-bakar. tetapi dibebankan Tahun Enrichment (%) Burn-Up (MWd
kepada biaya tetap operasi dan perawatan per metrik ton)
setiap tahun sebagai tabungan untuk 1993 3,84 42.000
menghimpun dana agar kelak pada akhir 1998 4,07 46.000
umurnya akan tersedia dana untuk disposal 2004 4,39 50.000
lestari. Memperkirakan biaya back-end cost 2008 4,73 55.000
sangat sulit. karena nilai back-end cost yang 2018 5,04 60.000
dilaporkan oleh negara-negara yang telah
memiliki PLTN ternyata sangat bervariasi. Nilai burn-up yang dipakai pada studi ini
Oleh karena itu dalam penelitian ini baik PLTN 1000 MWe maupun PLTN 100
diasumsikan diambil dari salah satu studi [13], MWe adalah 60.000 MWd per metrik ton
back end cost sebesar 1,09 US$/MWh terdiri uranium. Sedangkan enrichment untuk PLTN
atas disposal sebesar 1,00 US$/MWh dan 1000 MWe sebesar 4.55% dan PLTN 100
waste disposal sebesar 0,09 US$/MWh MWe sebesar 4.88%. Plant net Efficiency
semuanya dalam harga tahun 2003. Jika untuk PLTN 1000 MWe sebesr 32% dan
diasumsikan eskalasi sebesar 3% per tahun, PLTN 100 MWe sebesar 27%. Secara rinci
maka dihasilkan back end cost 1,554 dapat dilihat pada Tabel 5.
US$/MWh terdiri atas disposal (nuclear fuel
disposal) sebesar 1,426 US$/MWh dan waste Biaya Operasi Dan Perawatan
disposal (temporary on site storage) sebesar Biaya operasi dan perawatan (O&M
0,128 US$/MWh semuanya dalam harga Cost) merupakan biaya yang dibutuhkan untuk
estimasi tahun 2015. Di beberapa negara Eropa menjalankan operasi rutin PLTN. Biaya
dan Asia yang mempunyai biaya back end rata- operasi dan perawatan besarnya bergantung
rata 2.03 US$/MWh [14]. sedangkan di pada teknologi dan kapasitas daya yang
Amerika Serikat sebesar 1.09 US$/MWh [15]. terpasang. Biaya operasi dan perawatan
Adanya dua jenis daur bahan bakar terbuka dan dibedakan menjadi dua. yaitu biaya tidak tetap
tertutup juga dapat mempersulit estimasi back- operasi dan perawatan dan biaya tetap operasi
end cost, sedangkan biaya dekomisioning pada dan perawatan.
penelitian ini diasumsikan rata-rata 320
US$/kWe harga tahun 2007.

__________________________________________________________________________________________
298
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Tabel 5. Data Desain PLTN 1000 MWe dan 100 MWe [11]
Tahun Enrichment (%) Burn-Up (MWd per metrik ton) Plant net efficiency (%)
100 1000 100 1000 100 1000
MWe MWe MWe MWe MWe MWe
2025 4,88 4,55 60.000 60.000 27 32
PLTN 1000 rata-rata sebesar US$ 27, 017
a. Biaya tetap operasi dan perawatan /kWe dan PLTN 100 rata-rata sebesar US $
Biaya tetap operasi dan perawatan 6,036 /kWe.
merupakan biaya operasional rutin yang antara
lain meliputi biaya pegawai, property tax, plant HASIL DAN PEMBAHASAN
insurance dan life-cycle maintenance. Rincian
biaya tetap operasi dan perawatan diasumsikan Biaya investasi PLTN 1000 sebesar
diambil dari data Indonesia berdasarkan 4.210 US$/kWe dan biaya investasi PLTN 100
standar gaji PT PLN (Persero). sebesar 4.970 US$/kWe, jika ditambah IDC
Dalam menentukan biaya pegawai biaya investasi PLTN 1000 menjadi 5.343
dikategorikan menjadi dua. yaitu (1) biaya US$/kWe dan PLTN 100 menjadi 5.734
general administrative dan biaya management. US$/kWe. Biaya operasi dan maintenance
(2) biaya pegawai langsung yang selanjutnya PLTN 1000 terdiri atas fixed O&M cost
disebut labor cost. Biaya operasi rutin dan sebesar 120,61 US$/kWa dan Variable O&M
perawatan merupakan biaya yang dialokasikan cost sebesar 2,79 mills/KWh. Demikian juga
untuk melaksanakan perawatan asset. Total dengan PLTN 100, fixed O&M cost sebesar
biaya routine operation dan maintenance cost 170,92 US$/kW.a dan Variable O&M cost
diambil dari studi Dominion Energy Inc. sebesar 2,79 mills/KWh. Total biaya bahan
Bechtel Power Corp. tahun 2004 yaitu sebesar bakar PLTN 1000 sebesar 9,14 US$/MWh,
US$ 68.411.326 per tahun [11]. Dengan sedangkan biaya bahan bakar PLTN 100
menggunakan eskalasi 3% per tahun akan ukuran SMR sebesar 7,39 US$/MWh.
dihasilkan estimasi total biaya routine Hasil perhitungan biaya pembangkit
operation dan maintenance cost PLTN 1000 listrik PLTN 1000 ukuran large dan PLTN 100
sebesar US$ 19,52 per kWe sedangkan PLTN ukuran SMR menunjukkan bahwa biaya
100 sebesar US$ 4,36 per kWe. Property tax investasi PLTN 1000 sebesar 66,08 US$/MWh
merupakan biaya yang dialokasikan untuk menempati porsi 74% dan PLTN 100 sebesar
membayar pajak bumi dan bangunan. Total 70,91 US$/MWh dengan porsi 69,07% dari
biaya property tax adalah sebesar US$ 18.947 keseluruhan biaya PLTN, untuk biaya operasi
untuk semua kasus. Asuransi pembangkit dan maintenance PLTN 1000 sebesar 14,61
merupakan biaya yang dialokasikan untuk US$/MWh dengan porsi 16,26%, sedangkan
membayar asuransi PLTN yang meliputi untuk PLTN 100 sebesar 24,31 US$/MWh
reaktor nuklir. steam generator. turbin dan porsi 23,68%. Total biaya bahan bakar PLTN
peralatan lain dalam sistem PLTN. Biaya 1000 sebesar 9,14 US$/MWh dengan porsi
asuransi pembangkit diperhitungkan 0.25% 10,16%, terdiri atas biaya front end sebesar
dari aset total pada masing-masing kasus. 5,66 US$/MWh dengan porsi 6,30% dan biaya
back end 3,47 US$/MWh dengan porsi 3,86%.
b. Biaya variabel operasi dan perawatan Sedangkan hasil perhitungan biaya bahan
Biaya variabel operasi dan Perawatan bakar PLTN 100 ukuran SMR menunjukkan
terdiri dari biaya-biaya untuk Perawatan 7,39 US$/MWh dengan porsi 7,20%, terdiri
langsung unit pembangkit. Perawatan gedung atas biaya front end sebesar 7,24 US$/MWh
pembangkit dan perawatan oleh outsourcing. dan biaya back end sebesar 0,16 US$/MWh.
Besarnya biaya variabel O&M diadopsi dari Hasil perhitungan menunjukkan semakin
sebuah studi yang dilakukan oleh Departement besar kapasitas daya listriknya maka semakin
of Energy Amerika Serikat pada tahun 2004. rendah biaya pembangkitan listriknya.
yaitu sebesar US$ 15.000.000 untuk 1 unit AP- Meskipun harga uranium, biaya konversi,
separative work dan fabrikasi yang dijadikan
1000 atau sebesar US$ 14.286/kWe [11]. Pada referensi sama nilainya antara PLTN 1000 dan
penelitian ini diperkirakan tahun 2015 PLTN 100, namun total biaya bahan bakar baik
besarnya biaya variabel operasi dan perawatan untuk biaya front end dan back end

__________________________________________________________________________________________
299
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
menunjukkan perbedaan, perbedaan biaya [15], sehingga pada PLTN 1000, biaya
bahan bakar disebabkan perbedaan beberapa decommissioning menjadi 715 juta US$ dan
parameter seperti enrichment, burnup, annual biaya decommissioning PLTN 100 sebesar 32
fuel feed. Biaya decommissioning dalam juta US $. Secara rinci hasil perhitungan biaya
beberapa referensi ada yang dimasukkan pembangkitan listrik PLTN dari PLTN 1000
kedalam biaya investasi, ada juga yang MWe dan PLTN 100 MWe dapat dilihat pada
dimasukkan kedalam biaya operasi dan Tabel 6.
perawatan. Biaya decommissioning diambil
dari referensi rata-rata sebesar 320 US $/kWe

Tabel 6. Hasil Perhitungan Biaya Pembangkitan Listrik PLTN


PLTN 1000 PLTN 100
No Keterangan Satuan Nilai Porsi (%) Nilai Porsi (%)
1 Biaya Investasi US$/MWh 66,08 73,52 70,91 69,07
Decommissioning US$/MWh 0,05 0,06 0,05 0,05
2 Biaya Operasi dan Maintenance US$/MWh 14,61 16,26 24,31 23,68
3 Biaya Bahan Bakar
Komponen front-end costs
Harga Uranium alam US$/MWh 2,59 2,88 3,31 3,22
Biaya Konversi US$/MWh 0,35 0,39 0,45 0,44
Biaya Separative work US$/MWh 2,14 2,38 2,79 2,72
Biaya Fabrikasi US$/MWh 0,58 0,64 0,69 0,67
Komponen back-end costs
Disposal US$/MWh 3,19 3,54 0,14 0,14
Temporary on-site storage US$/MWh 0,29 0,32 0,01 0,01
Total Biaya Pembangkitan US$/MWh 89,88 100,00 102,67 100,00

KESIMPULAN Total biaya bahan bakar PLTN 1000


sebesar 9,14 US$/MWh dan PLTN 100 ukuran
Biaya investasi PLTN 1000 sebesar SMR menunjukkan 7,39 US$/MWh. Total
4.210 US$/kWe dan biaya investasi PLTN 100 biaya bahan bakar PLTN 1000 sebesar 9,14
sebesar 4.970 US$/kWe, jika ditambah IDC US$/MWh dengan porsi 10,16%, terdiri atas
biaya investasi PLTN 1000 menjadi 5.343 biaya front end sebesar 5,66 US$/MWh dengan
US$/kWe dan PLTN 100 menjadi 5.734 porsi 6,30% dan biaya back end 3,47
US$/kWe. Hasil perhitungan biaya pembangkit US$/MWh dengan porsi 3,86%. Sedangkan
listrik PLTN 1000 ukuran large dan PLTN 100 hasil perhitungan biaya bahan bakar PLTN 100
ukuran SMR menunjukkan bahwa biaya ukuran SMR menunjukkan 7,39 US$/MWh
investasi PLTN 1000 sebesar 66,08 US$/MWh dengan porsi 7,20%, terdiri atas biaya front end
menempati porsi 74% dan PLTN 100 sebesar sebesar 7,24 US$/MWh dan biaya back end
70,91 US$/MWh dengan porsi 69,07% dari sebesar 0,16 US$/MWh.
keseluruhan biaya PLTN. Perbedaan biaya pembangkitan
Biaya operasi dan maintenance PLTN disebabkan selain ukuran kapasitas daya, nilai
1000 terdiri atas fixed O&M cost sebesar burn-up dari reaktor, harga uranium alam per
120,61 US$/kW.a dan Variable O&M cost kg, biaya proses (konversi. pengkayaan dan
sebesar 2,79 mills/KWh. Sedangkan PLTN fabrikasi), biaya back end, efisiensi termal dan
100, fixed O&M cost sebesar 170,92 US$/kW.a faktor kapasitas juga perbedaan gaji dan upah
dan variable O&M cost sebesar 2,79 tenaga kerja. pengaruh kenaikan bahan
mills/KWh. Biaya operasi dan maintenance materia, struktur spesifikasi konstruksi yang
PLTN 1000 sebesar 14,61 US$/MWh dengan dibuat, peraturan yang terkait dengan PLTN
porsi 16,26%, sedangkan untuk PLTN 100 dan masalah lingkungan.
sebesar 24,31 US$/MWh porsi 23,68%.

__________________________________________________________________________________________
300
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA 13. WORLD NUCLEAR ORGANISATION,
Overall costs of radioactive waste
1. MOCHAMAD NASRULLAH, management, including decommissioning,
NURYANTI, Studi Perbandingan Biaya IAEA. Vienna, 2003
Pembangkitan Listrik Teraras Pada 14. DEPARTEMENT OF ECONOMICS,
Pembangkit Energi Terbarukan Dan PLTN. UNIVERSITY OF CHICAGO, The
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Economic Future of Nuclear Power,
Teknologi Nuklir PTNBR BATAN Chicago, Agustus 2004
Bandung, 4 Juli 2013 15. OECD-NEA, Decommissioning Nuclear
2. MOCHAMAD NASRULLAH, Studi Power Plant, OECD, NEA 2003
Perbandingan Harga Dan Tarif Listrik
PLTN Dari Berbagai Negara. Laporan
Presentasi Ilmiah tanggal Kantor Pusat
BATAN 1 Mei 2009
3. EMWG, Users Manual for G4-ECONS
Version 2.0 A Generic EXCEL-Based
Modelfor Computation of the Projected
Levelized Unit Electricity Cost (LUEC)
and/or Levelized non-Electricity Unit
Product Cost (LUPC) from Generation IV
Systems, EMWG. 2008.
4. NEA (Nuclear Energy Agency). Current
Status, Technical Feasibility and
Economics of Small Nuclear Reactors;
OECD, NEA: Paris, France, 2011
5. THE UNIVERSITY OF CHICAGO, EPIC,
Analysis Of GW-Scale Overnight Capital
Costs, Technical Paper November. The
University Of Chicago, EPIC, 2011
6. IAEA, TECHNICAL REPORTS SERIES
No. 425, IAEA. Vienna 2005
7. THE UX CONSULTING COMPANY,
LLC http://www.uxc.com, 2016 Diakses
Maret 2016.
8. WNA, Economics of Nuclear Power,
WNA. 16 February 2015.
9. PT. PURNA BINA INDONESIA (PBI)
BECHTEL, Financing Study for First
Indonesia Nuclear Power Plant Project,
Final Report- March. PT. Purna Bina
Indonesia (PBI) Bechtel. 1997
10. CHRISTOPHER, RADEK SKODA,
Comparison of Small Modular Reactor and
Large Nuclear Reactor Fuel Cost, 2014.
11. US DOE. Study of Construction
Technologies and Scedules. O&M Staffing
and Cost. Decommissioning Costs and
Funding Requirements for Advanced
Reactor Designs (Volume 1). prepared by
Dominion Energy Inc. Bechtel Power
Corp. May 2004. US DOE.
12. THE UNIVERSITY OF CHICAGO, The
Economic Future Of Nuclear Power, The
University Of Chicago, August 2004

__________________________________________________________________________________________
301
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
302
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

SISTEM AKUISISI DATA UNTUK PENGUKURAN VARIABEL


PROSES PELARUTAN SERBUK YELLOW CAKE MENJADI URANIL
NITRAT DI INSTALASI PEMURNIAN DAN KONVERSI
Sugeng Rianto, Triarjo, Meniek Rachmawati
Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN
Email : sugeng-r@batan.go.id

ABSTRAK

SISTEM AKUISISI DATA UNTUK PENGUKURAN VARIABEL PROSES PELARUTAN SERBUK


YELLOW CAKE DI INSTALASI PEMURNIAN DAN KONVERSI (PCP). Pelarutan adalah proses untuk
merubah uranium bentuk padat yang terdapat dalam yellow cake menjadi uranium bentuk cair dalam larutan
uranil nitrat (UNH). Proses pelarutan dilakukan dalam temperatur uap panas (steam) dan tekanan dibawah
tekanan atmosfer, oleh karena itu diperlukan pemahaman tentang variabel proses yang memadai untuk
keperluan pengendalian proses dengan suatu sistem akuisi data yang mampu mengukur dan menyimpan
semua variabel proses selama proses pelarutan ini berlangsung. Sistem akuisisi data yang dibangun ini
memonitor variabel proses pelarutan yaitu temperatur, tekanan, level dan densitas proses. Hasil akuisisi data
varibel proses pada satu siklus proses pelarutan telah diperoleh data variabel proses sebanyak 15.636 sampel
data. Untuk parameter temperatur proses terjadi kenaikan sampai suhu pelarutan mencapai 99,325oC.
Parameter tekanan ketika proses pelarutan berlangsung terjadi fluktuasi dan stabil pada kisaran
-300mmH2O. Parameter level proses pelarutan naik dari 75% menjadi 85%, dan untuk parameter densitas
proses pelarutan terjadi perubahan menjadi 1,6 kg/liter. Data proses ini selanjutnya di gunakan untuk
penelitian karakterisasi proses pelarutan lebih lanjut.
Kata kunci: akuisisi data, variabel proses, pelarutan.

ABSTRACT
DATA ACQUISITION SYSTEM FOR MEASUREMENT DISSOLUTION VARIABLE DATA PROCESS
YELLOW CAKE POWDER TO URANIL NITRATE IN THE PURIFICATION AND CONVERSION
INSTALLATION (PCP). The dissolution process is changing the solid uranium form yellow cake into
uranium in liquid form in a solution of uranyl nitrate (UNH). Dissolution process carried out in a
temperature steam heat and pressures below atmospheric pressure, therefore the necessary understanding of
the process variables are adequate for the purposes of process control with the data acquisition system
capable of measuring and storing all process variables during the dissolution process is underway.This data
acquisition system was developed to monitor the dissolution process variables is temperature, pressure, level
and density of the process. The results of the acquisition of process variables on the cycle of the leaching
process has obtained the necessary process variable data as many as 15.636 samples of process data.
Pressure process parameter leaching takes place when there is a fluctuation and stable in the range
- 300 mmH2O. Level process parameter leaching increased from 75% to 85%, and for the dissolution process
parameter changes the density to 1.6 kg /liter. The process that can be used for characterization studies
further dissolution process.

Key words: Data acquisition, process variables, Dissolution.


alternatif guna memenuhi kebutuhan energi
PENDAHULUAN
nasional.
Program pemerintah dan kajian terhadap Bahan bakar nuklir sebagai komponen
penggunaan energi nuklir terus berkembang di utama dalam pengoperasian reaktor nuklir baik
Indonesia. Kajian tersebut bertujuan untuk rektor daya (PLTN) maupun reaktor riset, akan
mempelajari kemungkinan penggunaan bahan memegang peranan penting di masa datang.
bakar nuklir sebagai salah satu sumber energi Hingga saat ini bahan bakar nuklir yang banyak
digunakan adalah uranium, dimana bahan
uranium tersebut cukup tersedia dalam jangka

__________________________________________________________________________________________
303
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
waktu lama di Indonesia. Uranium tersebut juga sinyal listrik yang diukur dan dikonversi menjadi
dimanfaatkan sebagai penyusun utama di dalam bentuk digital untuk pengolahan, analisis, dan
bahan bakar nuklir baik untuk reaktor riset penyimpanan oleh komputer. Dalam beberapa hal
maupun reaktor daya[1]. akusisi data digital secara online memiliki
Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir beberapa keuntungan, diantaranya penyimpanan,
BATAN, yang berada di kawasan Puspiptek pengambilan dan pemrosesan data pasca akuisisi
Serpong mempunyai Instalasi Elemen Bakar lebih mudah dilakukan dengan menggunakan
Eksperimental (IEBE) yang dilengkapi dengan perangkat lunak analisa data dan pemerosesan
fasilitas konversi yang berfungsi untuk mengolah sinyal.
bahan baku yellow cake menjadi serbuk UO2
yaitu Pilot Conversion Plant (PCP). Fasilitas
tersebut terdiri dari beberapa unit proses, salah
satunya adalah unit pelarutan (Seksi 300) yang
berfungsi untuk melarutkan serbuk yellow cake
(YC) menjadi larutan Uranil Nitrat/UO2(NO3)2
atau (UN)[3].
Proses pelarutan bertujuan untuk
merubah uranium bentuk padat yang terdapat
dalam yellow cake menjadi uranium bentuk cair
dalam larutan uranil nitrat (UN) sehingga
memudahkan proses pemisahan uranium dengan
pengotor-pengotornya pada proses pemurnian.
Proses pelarutan serbuk YC dilakukan dengan
Gambar 1.
menggunakan asam nitrat (HNO3) dengan
menggunakan 3 (tiga) parameter proses yaitu Diagram alir proses pelarutan YC dalam
konsentrasi asam nitrat, suhu proses pelarutan dissolver tank DI-301 seksi 300
dan laju pengadukan.
Di alam bebas uranium dalam yellow Keterangan gambar :
cake terikat dalam bentuk oksida U3O8 sehingga DI-301 : Tangki pelarutan / dissolver tank
jika direaksikan dengan asam nitrat HNO3 akan XD-301: Centrifuge / pemisah padatan dan
menghasilkan larutan uranil nitrat dengan cairan
mengikuti persamaan reaksi sbb : V-301 : Tangki penampung UN hasil pelarutan
V-302 : Tangki penampung UN hasil centrifuge
U3O8+HNO3 UO2(NO3)2+NO2+H2O
Proses pelarutan yang dilakukan pada
.............. (1)
tangki DI-301 dipengaruhi oleh parameter proses
yaitu : temperatur, tekanan, densitas larutan, level
Proses pelarutan dilakukan dalam tangki tangki, dan laju alir uap panas yang masuk ke
pelarutan DI-301 (dissolver tank), menggunakan jacket tangki DI-301. Oleh karena itu, maka
sumber panas dari steam dan sebagai pengaduk diperlukan pemahaman yang memadai tentang
digunakan sistem pengaduk udara tekan karakteristik proses pelarutan dengan mengetahui
(compressed air) yang disemburkan/ dan mempelajari parameter atau variabel
digelembungkan dari bawah tangki pelarutan [4] . prosesnya. Dengan demikian maka akuisisi data
Proses pelarutan serbuk YC dimulai dari seluruh variabel proses yang diperlukan menjadi
proses crushing bertujuan untuk size reduction, sangat penting dalam membangun sistem akuisisi
sieving/pengayakan, pengangkutan (lift elevator), data monitoring dan pengendalian proses.
dan proses pelarutan dengan asam nitrat hingga
diperoleh larutan urani nitrat (UN). Selanjutkan
TEORI
dilakukan pemisahan antara lautan uranil nitrat
dengan lumpur yang tidak terlarut dengan Komponen Sistem Akuisisi Data
menggunakan centrifuge sehingga diperoleh Terdapat lima komponen dalam sistem akuisisi
larutan UN yang bersih. Diagram alir proses data. Komponen pertama adalah parameter
seperti diperlihatkan pada Gambar 1[2]. proses yang merupakan besaran fisis yang akan
Akuisisi data adalah proses dimana diukur, yaitu temperatur, tekanan, level dan
fenomena fisik dari dunia nyata diubah menjadi densitas. Komponen kedua adalah Sensor dan

__________________________________________________________________________________________
304
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Transduser.Sensor berfungsi untuk mengindra digital (ADC). Komponen keempat adalah
besaran fisis menjadi besaran listrik dan nilai Konverter Analog-ke-digital (ADC). Merupakan
kuantitasnya bisa diukur, sedangkan tranduser rangkaian elektronika di menkonversi sinyal
mengubah parameter listrik dari sensor tegangan analog ke menjadi digital. Komponen terakhir
atau arus secara langsung.komponen ketiga adalah PC atau komputer yang merupakan bentuk
adalah adalah rangkaian pengkondisi sinyal yang tampilan visual nilai parameter proses dengan
merupakan rangkaian elektronika yang merubah perangkat lunak didalamnya. Gambar 2
besaran atau sinyal dari pengukuran ke sinyal memperlihatkan sistem akusisi data yang
standar yang bisa dibaca konverter analog-ke- dikembangkan untuk proses secara umum.

Gambar 2. Blok Diagram akuisisi data proses

METODOLOGI pressure transmitter buatan K-Deltapi dengan


range tekanan -600 s/d 0 mmH2O, level 0
Parameter atau variabel proses pelarutan yang s/d100% dan densitas 0,8 s/d 1,2 Kg/liter.
akan di ukur secara online pada saat proses Transmitter diatas dihubungkan dengan modul
pelarutan berlangsung adalah sebagai berikut: input arus standar 4-20 mA (Adam4018+,
Advantech Inc) yang mempunyai jumlah kanal
a) Temperatur proses pelarutan (oC) analog input sebanyak 8 buah[6].
b) Tekanan proses pelarutan (mmH2O)
c) Level proses pelarutan (%) Pengkondisian dan konversi sinyal
d) Densitas proses pelarutan (Kg/liter) analog ke digital sudah terintegrasi baik dalam
modul input analog ataupun modul input
Sensor dan Tranduser termokopel. Sistem komunikasi antar modul
Sensor yang digunakan untuk mengukur menggunakan komunikasi serial RS-485 ,
temperatur pada proses pelarutan adalah RTD sedangkan untuk komunikasi dengan PC karena
tipe PT-100 dengan rentang pengukuran 0 port yang tersedia adalah port USB maka
400oC. Sensor RTD ini dihubungkan ke digunakan modul konversi dari RS485 ke USB
rangkaian konverter untuk dikonversi menjadi yaitu modul Adam 4561. Modul Adam 4018+
arus standar 4-20 mA agar bisa dibaca oleh diperlihatkan pada Gambar 3, dan instalasi sistem
modul input arus (Adam4018+, Advantech Inc). akuisisi data diperlihatkan pada Gambar 4.
Selanjutnya pada pengukuran tekanan, level dan
densitas proses pelarutan digunakan differensial

Gambar 3. Modul ADAM 4018+ keluaran Advantech Inc

__________________________________________________________________________________________
305
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Gambar 4. instalasi sistem akuisisi data proses pelarutan PCP

Perangkat Lunak Akuisisi Data grafis pada panel tersebut menampilkan beberapa
data parameter sekaligus dalam satu grafik untuk
LabVIEW (Buatan National Instrument Inc) memungkinkan di tampilkanya semua parameter
merupakan program standar industri yang atau variabel proses pada saat memonitor proses
digunakan untuk otomatisasi, pengujian dan pelarutan, selain dari pada itu ditampilkan juga
akuisisi data. Program LabVIEW disebut sebagai nilai aktual parameter proses untuk masing-
virtual instruments atau VI karena operasi dan masing sensor. Data variabel proses yang di
tampilannya meniru instrumen secara fisik. Panel akusisi oleh sistem akan langsung disimpan
untuk proses akuisisi data pada proses pelarutan dalam file database di dalam PC.
yang di disain menggunakan LabVIEW di
perlihatkan pada Gambar 5. Setiap tampilan

Gambar 5. Tampilan Akuisisi data proses pelarutan tangki DI-301

Setelah dilakukan kalibriasi selanjutnya sistem


HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan uji fungsi. Data variabel proses uji
Sistem akuisisi data yang telah diinstalasi fungsi sistem pelarutan dilakukan dengan
sebelum di uji fungsi, dilakukan kalibrisai untuk parameter proses sebagai berikut; laju kenaikan
menentukan tingkat linieritas sistem akuisisi data. temperatur uap dikendalikan dengan membuka

__________________________________________________________________________________________
306
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
sistem kontrol valve dengan kendali kontroller, Data hasil Akuisisi data selama satu siklus proses
temperature uap panas di set pada suhu 80- pelarutan dengan waktu sampling adalah satu
100oC, ketika suhu sudah tercapai, dimasukan detik didapat jumlah sampel data sebanyak
serbuk yellow cake secara catu, hingga proses 15.636 data.
pelarutan selesai. Kemudian uap panas
diberhentikan sehingga proses pendinginan Gambar 6 memperlihatkan data temperatur (TE-
berlangsung secara konvensional/alami. 301) selama satu siklus proses pelarutan dalam
tangki DI-301,

Gambar 6. Temperatur proses pelarutan


Dari gambar diatas temperatur maksimum proses tersebut terlihat bahwa pada tahapan awal proses
pelarutan mencapai 99,325 oC dan akan turun pelarutan terjadi fluktuasi ketika memasukan
kembali setelah proses pelarutan selesai. serbuk yellow cake terjadi perubahan tekanan
yang drastis, yang kemudian tekanan akan
Gambar 7, memperlihatkan fluktuasi tekanan kembali stabil pada kisaran 300 mmH2O.
transmitter PT302 pada tangki DI-301 selama
satu siklus proses pelarutan. Pada gambar

Gambar 7. Tekanan proses pelarutan

Gambar 8, memperlihatkan data selama satu menjadi 85% jika proses pelarutan telah selesai,
siklus level tangki DI-301 proses pelaturan yang naiknya level ini disebabkan penambahan volume
diukur oleh lever transmitter LT302. Pada tangki DI-301 akibat ditambahkannya serbuk
gambar tersebut terlihat bahwa pada level relatif yellow cake.
stabil pada besaran 75% dan akan naik levelnya

__________________________________________________________________________________________
307
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Gambar 8. Level proses pelarutan

Gambar 9, memperlihatkan data selama satu naiknya densitas ini disebabkan tingkat
siklus densitas larutan di tangki DI-301 proses kepekatan dari larutan uranil nitrat lebih tinggi
pelaturan yang diukur oleh densitas transmitter dari larutan asam nitrat sebagai bahan untuk
DT-301. Pada gambar tersebut terlihat bahwa melarutkan serbuk yellow cake.
pada densitas larutan turun, kemudian akan naik
nilainya jika proses pelarutan telah selesai,

Gambar 9. Densitas proses pelarutan

terhadap empat parameter proses ini, sistem


KESIMPULAN
akuisisi data yang dikembangkan
Telah dilakukan akuisisi data untuk memperlihatkan respon kinerja yang baik dengan
pengukuran variabel proses pelarutan serbuk tidak terjadi kegagalan atau terhentinya akuisisi
yellow cake menjadi larutan uranil nitrat di data yang di sebabkan oleh kerusakan sistem.
instalasi pemurnian dan konversi untuk parameter Dari data runtun waktu empat variabel proses
temperatur, tekanan, level dan densitas. Sistem pelarutan yang diperoleh, sudah cukup memadai
data akuisisi untuk pengukuran variabel proses untuk digunakan sebagai bahan dalam memahami
pelarutan dikembangkan dengan menggunakan karakteristik proses pelarutan. .
modul data akusisi standar industri yang tersedia
di pasaran. Eksperimen untuk akuisisi terhadap
semua variabel proses dilakukan secara online
ketika proses berlangsung. Hasil akuisisi data

__________________________________________________________________________________________
308
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA bahan pelarut, panas tangki DI-301, dan lama
proses pengadukan.
1. Benedict, M.Pigford, T.H.Levi,H.W, Nuclear
Chemical Engineering, Second Edition,
McGraw, Hill Book Company, Toronto,
2011.
2. Commissiong Manual Part 2 Pilot
Conversion Plant, NIRA, Italia, No. Dok.
IND 220 04 Z 0006.
3. Commissiong Manual Part 1 Pilot
Conversion Plant, NIRA, Italia, No. Dok.
IND 220 04 Z 0005.
4. Operation Manual Part 4 Chemical Process
from YC dissolution to UNH concentrate,
NIRA, Italia, No. Dok. IND 22004Z0007.
5. Operation Manual Part 2 Yellow Cake
handling, NIRA, Italia, No. Dok. IND
22004Z0007
6. ADAM-4000 Series I/O Module User's
Manual, Advantech Co., Ltd, 2005.
7. Richard C Dorf, Robet H Bishop, Modern
Control System, Twelfth Edition, Prentice
Hall, 2011.
8. Robert H. Bishop, Modern Control Systems
with LabVIEWTM, National Technology and
Science Press,2012

PERTANYAAN

1. Kenapa terjadi fluktuasi tekanan yang sangat


besar ?
2. Apakah fluktuasi tekanan diatas
mempengaruhi kualitas produknya ?

JAWABAN :
1. Fluktuasi tekanan yang diperlihatkan pada
gambar 7 untuk tekanan proses tangki DI-301
terjadi karena proses pemasukan Yellow Cake
secara bertahap sedikit demi sedikit, untuk
mencegah timbulnya gas NOx. Ketika proses
pemasukan Yellow Cake dari globe box itulah
terjadi perubahan tekanan yang mendadak
karena perbedaan tekanan globe box dengan
tangki DI-301. Justru data perubahan tekanan
ini menjadi dasar perhitungan jumlah Yellow
Cake yang dimasukan ke tangki DI-301
dalam proses pelarutan yang akan diteliti
kemudian.
2. Fluktuasi tekanan pada tangki DI-301 ketika
proses pelarutan tidak mempengaruhi
kualitas produk, karena kualitas produk
ditentukan oleh kosentrasi Yellow Cake
sebagai bahan dasar, Asam Nitrat sebagai

__________________________________________________________________________________________
309
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
310
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
OPTIMASI WAKTU PADA PROSES PEMBENTUKAN LAPISAN TIPIS
PERMUKAAN BUSH RANTAI DENGAN metode PLASMA dari CAMPURAN
GAS HELIUM METANA TEKANAN 1,6 mBar

Bangun Pribadi, Tjipto Sujitno, Dwi Priyantoro, Anang Dwi Prasojo

Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-Badan Tenaga Nuklir Nasional


Jl. Babarsari PO BOX 6101/YKBB Yogyakarta 55281

INTISARI
Transmisi daya mekanik antar dua roda gigi dapat menggunakan rantai.
Bagian dari mata rantai yang bergesekan langsung dengan roda gigi adalah bush
rantai. Permukaan bush rantai harus memiliki sifat yang keras agar tidak mudah aus.
Pengerasan permukaan bush rantai dapat dilakukan dengan membentuk lapisan tipis
dengan metode plasma dari campuran gas He dan metana pada tekanan tertentu.
Metode ini sering dsebut metode plasma carburizing dan lapisan tipis yang terbentuk
sering dinamakan diamond like carbon (DLC).
Lapisan tipis DLC yang dibentuk dengan metode plasma carburizing dalam
penelitian ini dilakukan dari campuran gas helium dan gas metana pada tekanan 1,6
mbar, temperatur 300 0C, dan waktu perlakuan divariasi 1, 2, 3, 4, dan 5 jam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekerasan permukaan bush rantai
optimum pada 3 jam dan kekerasan permukaan, naik dari 491 VHN menjadi 650
VHN.

Kata kunci : DLC, plasma carburizing, bush rantai.

ABSTRACT
Mechanical power transmission between two gears can use a chain. Part of
the chain rubbing directly with the gears are bush chains. Surface bush chains must
have properties that hard to make it easy to wear. Surface hardening bush chains can
be done by forming a thin layer by the method of plasma from a gas mixture of He
and methane at a certain pressure. This method is often dsebut plasma carburizing
method and a thin layer formed often called diamond like carbon (DLC).
DLC thin layer formed by plasma carburizing method in this study is done
from a mixture of helium and methane gas at a pressure of 1.6 mbar, temperature 300
0C, and the treatment time varied 1, 2, 3, 4, and 5 hours.
The results showed that the optimum surface hardness bush chains at 3 o'clock
and surface hardness, up from 491 to 650 VHN.

Key words: DLC, plasma carburizing, chain roller.

__________________________________________________________________________________________
311
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Pendahuluan
Rantai sering digunakan untuk plasma yang dilengkapi dengan sumber
transmisi daya mekanis[1] antar dua roda tegangan DC, sumber gas helium dan
gigi. Sebuah rantai seperti tertera pada metana, dan pompa hampa. Dalam
Gambar 1, tersusun dari beberapa mata tabung plasma terdapat anoda dan
rantai yang saling bersambungan satu katoda. Benda kerja atau sering disebut
sama lain. Bagian dari mata rantai yang substrat/sampel, diletakkan pada katoda.
bersinggungan langsung dengan roda
gigi adalah bush rantai. bush rantai
menumpu beban gesek yang tinggi, oleh
karena itu harus memiliki sifat yang
keras[1] agar tidak mudah aus.

Gambar 2. Skema dari sebuah reaktor


plasma[3,6]

Proses pembentukan lapisan


DLC[3,6]. Mula-mula benda kerja
diletakkan pada katoda, selanjutnya
tabung plasma dihampakan, diikuti
Gambar 1. Bagian-bagian dari sebuah tabung plasma diisi campuran gas
rantai[2] helium dan gas metana pada tekanan
rendah (1,6 mbar), kemudian tabung
Untuk memperkeras permukaan plasma diberi tegangan DC melalui
bush[3] rantai dapat dilakukan dengan anoda dan katoda. Temperatur plasma
membentuk lapisan tipis DLC (diamond diset pada 300 0C dengan mengatur
like carbon) pada permukaan tersebut. tegangan anoda-katoda. Dengan adanya
Proses pengerasan seperti ini masuk tegangan ini maka terjadi lucutan
kategori surface treatment[3] yang mana elektron dari katoda menuju anoda.
perubahan sifat hanya terjadi pada Elektron akan menumbuk partikel gas
permukaan saja sedang bagian dalam metana sehingga terionisasi membentuk
sifatnya tidak mengalami perubahan. ion positif dari karbon dalam fase
Lapisan tipis DLC[3,4,5] memiliki sifat plasma. Indikator terbentuknya plasma
yang keras sehingga apabila dilapiskan adalah adanya arus listrik yang mengalir
pada bush rantai maka umur pakai dari lewat anoda-katoda.
rantai dapat lebih panjang. Ion karbon dalam fase plasma ini
Lapisan tipis DLC dapat dibentuk akan terdeposisi pada permukaan
dengan metode plasma carburizing[3] benda-kerja yang telah diletakkan pada
lucutan pijar DC dari campuran gas katoda. Pendeposisian ini berlangsung
helium dan gas metana. Alat yang terus-menerus sehingga terbentuk
digunakan adalah reaktor plasma. lapisan tipis yang disebut lapisan DLC.
Skema reaktor plasma lucutan pijar DC Lapisan ini memiliki sifat yang sangat
terlihat pada Gambar 2. Komporen keras[3,4,5,6].
utama reaktor plasma[3,6] adalah tabung

__________________________________________________________________________________________
312
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Kekerasan permukaan benda kerja
dapat diukur dengan uji Vikers[3,6,7].
Pertambahan kekerasan permukaan Mulai
dapat diketahui dari selisih antara
kekerasan benda kerja sebelum dan Pembuatan substrat
setelah perlakuan plasma carburizing.
Bila kekerasan permukaan material asli Tanpa Perlakuan, T=300
C, P=1,6 mbar, t =
adalah dan kekerasan permukaan perlakuan 1,2,3,4, dan 5 jam
benda kerja setelah perlakuan plasma
Uji Vikers
carburizing adalah maka kenaikan
Pembandingan
kekerasan adalah
Selesai
(1)
atau peningkatan kekerasan adalah
(2) Gambar 3. Urutan langkan penelitian
Untuk melihat keadaan kekerasan
Langkah 1. Penyiapan substrat.
permukaan benda kerja yang dikenai
Mata rantai dibongkar dan diambil
perlakuan plasma carburizing, dapat
bagian bush rantai. Substrat atau benda
dibuat grafik kekerasan versus waktu.
kerja, disiapkan dan dipisahkan ke
Dari grafik itu dapat diketahui
dalam 6 (enam) kelompok yaitu
kekerasan maksimum beserta lamanya
kelompok ke-1, ke-2, ke-3, ke-4, ke-5,
waktu yang diperlukan untuk proses
dan ke-6. Benda kerja kelompok ke-1
plasma carburizing.
sampai dengan ke-5 dikenai perlakuan
plasma carburizing, sedang kelompok
ke-6 tidak dikenai perlakuan. Benda
Metode Penelitian
kerja kelompok ke-6 ini ditetapkan
Pengerasan permukaan bush
sebagai material asli.
rantai dengan metode plasma
[2,6] Langkah 2. Perlakuan carburizing.
carburizing . Dalam penelitian ini
Benda kerja kelompok ke-1 sampai
digunakan campuran gas helium dan
dengan ke-5 dikenai perlakuan plasma
metana pada tekanan 1,6 mbar dan
carburizing. Reaktor plasma carburizing
temperatur plasma 573 K, sedang waktu
dioperasikan sesuai prosedur yang ada.
perlakuan divariasi : 1 jam; 2 jam; 3
Reaktor plasma diisi benda kerja ke-1,
jam; 4 jam; dan 5 jam. Selanjutnya hasil
terus dihampakan, diikuti pengisian
perlakuan plasma carburizing pada
campuran gas helium dan metana pada
benda kerja diuji kekerasannya dengan
tekanan rendah (1,6 mbar), selanjutnya
alat uji Vikers. Urutan langkah
diberikan tegangan tinggi pada anoda-
penelitian[2,6,7] dapat dilihat dari Gambar
katoda. Tekanan dipertahankan 1,6
3 dengan uraian sebagai berikut:
mbar. Temperatur dinaikan dari suhu
kamar hingga 300 0C dengan mengatur
tegangan tinggi. Meter arus diamati
sebagai indikator terjadinya plasma
carburizing. Kondisi perlakuan ini
dipertahankan selama 1 (satu) jam.
Selanjunya reaktor plasma dihentikan,
terus didinginkan hingga suhu kamar,
dan benda kerja ke-1 diambil. Proses
yang sama dilakukan terhadap benda

__________________________________________________________________________________________
313
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
kerja ke-2 dengan perlakuan 2 jam, perlakuan plasma carburizing, seperti
benda kerja ke-3 dengan perlakuan 3 tertera pada Gambar 3.
jam, benda kerja ke-4 dengan perlakuan
4 jam, dan bendakerja ke-5 dengan
perlakuan 5 jam.
Langkah 3. Pengujian kekerasan.
Pengujian dikenakan pada semua benda
kerja, baik yang mendapat perlakuan
plasma carburizing (kelompok ke 1 5)
maupun yang tidak mendapat perlakuan
plasma carburizing (kelompok ke-6).
Hasil pengujian dicatat sebagai hasil
penelitian ini.
Langkah 4. Pembandingan.
Gambar 3. Grafik hubungan kekerasan
Pembandingan kekerasan dilakukan versus waktu.
antara benda kerja yang telah dikenai
Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa
perlakuan plasma carburizing terhadap prosentase kenaikan nilai kekerasan
material asli. Dengan persamaan (1)
permukaan bendakrja cenderung naik
dapat dihitung bertambahnya kekerasan sejalan dengan bertambahnya waktu
dan dengan persamaan (2) dapat
perlakuan (yaitu plasma carburizing),
dihitung prosentase kenaikan kekerasan dan nilai kekerasan cenderung menurun
terhadap material asli. Selanjutnya
setelah mencapai titik maksimum. Nilai
dibuat grafik hubungan kekersan versus kekerasan berubah dari 276,05 VHN
waktu.
(material awal) menjadi 403,56 VHN
Hasil dan Pembahasan (nilai maksimum), dengan waktu
Hasil penelitian tertera pada Tabel 1. perlakuan selama 4 jam. Prosentase
kenaikan kekerasan adalah sebesar
Dalam Tabel 1 dimuat kekerasan
lapisan DLC benda kerja kelompok ke- 46,19 %.
1 sampai dengan ke-5 beserta kekerasan
benda kerja kelompok ke-6 yaitu Kesimpulan
material asli (tanpa perlakuan) dan juga Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kenaikan kekerasan yang dihitung
optimasi waktu proses pembentukan
sesuai persamaan (2). lapisan tipis permukaan bush rantai 3
jam naik dari 491 VHN menjadi 650
Tabel 1. Kekerasan benda kerja versus VHN.
lama waktu perlakuan
Waktu Kekerasan Kenaikan
perlakuan lapisan DLC kekerasan Saran
1 jam 523 VHN 6.51 % Selain uji kekerasan dipandang perlu
2 jam 565 VHN 15.07 % dilakukan uji keausan.
3 jam 650 VHN 32.38 %
4 jam 559 VHN 13.85 %
DaftarPustaka
5 jam 545 VHN 11.00 % 1. Robert L. Mott, P.E. 2004,
Tanpa Machine Elements in Mechanical
491 VHN 0% Design Universty of Dayton.
perlakuan

Dari Tabel 1 dapat dibuat grafik nilai 2. Sularso, Pradnya ParamitaDasar


kekerasan permukaan benda kerja Perencanaan dan Pemilihan Elemen
sebagai fungsi dari waktu proses Mesin

__________________________________________________________________________________________
314
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
3. Anang Dwi Prasojo, 2014, Teknologi Maju BATAN
Optimasi Parameter Proses Yogyakarta.
Pembentukan Lapisan Keras
Permukaan Bush rantai dengan 5. Sehah, 1997, Pembuatan Lapisan
Plasma dari Campuran Gas Helium Tipis Karbon Amorf
dan Metana, Tugas Akhir STTN Terhidrogenasi (a-C:H) dengan
BATAN, Yogyakarta. Teknik Plasma Lucutan Pijar RF,
UNDIP, Semarang.
4. Suprapto, Tjipto Suyitno, 2005,
Pengerasan Permukaan Baja St 42
dengan Teknik Nitridasi Pslitbang

6. Robertson, 2002, Diamond Like


Amorphous Carbon, Cambridge
University, Cambridge.

7. Zuhdi Arif Ainun Najib, 2014,


Pengerasan Permukaan Mata
Rantai dengan Plasma Lucutan
Pijar DC dari Campuran Gas
Helium dan Metana, Tugas Akhir
STTN BATAN, Yogyakarta.

__________________________________________________________________________________________
315
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
316
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

MENYIAPKAN RISET DAN PENGEMBANGAN SISTEM


TRANSPORT MATERIAL BERBASIS MAGLEV

Aliq Zuhdi1 ,Timoteus Setyo Rahmadi1, Agus Purbhadi1, Suroso Hadi1, Arbi
Dimyati2

Program Studi Elektromekanika Jurusan Teknofisika Nuklir


Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir1
Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju2
Badan Tenaga Nuklir Nasional

INTISARI

MENYIAPKAN RISET DAN PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORT


MATERIAL BERBASIS MAGLEV . Dalam proses material handling industri, levitasi
magnetik dapat digunakan untuk menggantikan konveyor belt konvensional. Dengan
menggantikannya dengan konveyor berbasis levitasi magnetik, diharapkan proses produksi dapat
berjalan lebih cepat. Penelitian ini merupakan persiapan dalam pengembangan system transport
material bebrbasis Maglev. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil levitasi magnetik dan menghasilkan desain awal sistem levitasi untuk
purwarupa Maglev conveyor berupa alat penarik magnetik, sehingga dihasilkan levitasi untuk
ketinggian dan beban tertentu. Desain sistem levitasi magnetik menggunakan gabungan antara
elektromagnet dan magnet permanen yang disusun berdasarkan susunan Halbach. Penelitian awal
ini menghasilkan alat peraga dengan gaya angkat magnetik terhadap beban sebesar 1,167 kg pada
jarak celah udara sebesar 13 mm, dengan arus sebesar 1,5 A dan beban sebesar 1,134 kg pada
jarak celah udara 11 mm, dengan arus masukan sebesar 1,2 A.

Kata kunci: levitasi, maglev, konveyor, transport, material.

ABSTRACT

PREPARING RESEARCH AND DEVELOPMENT OF MATERIAL TRANSPORT


BASED ON MAGNETIC LEVITATION TECHNOLOGY. In the process of material handling
industry, magnetic levitation can be used to replace a conventional conveyor belt . By replacing it
with a conveyor-based of magnetic levitation, expected the production process can run faster. This
research is the first step in preparing the development of material transport system based on
magnetic levitation technology. This research aims to know the factors that influence the outcome
of magnetic levitation and generate the initial design of the levitation system for prototype Maglev
conveyor be attraction magnetic force, so the resulting levitation to a certain altitude and load.
Magnetic levitation system design using a combination of permanent magnets and electromagnetic
arranged by order of Halbach. This preliminary research produces design with magnetic lift force
against the load of 1,167 kg on the distance of the air gap of 13 mm, with the electric current of
1,5 A and the load of 1,134 kg on the distance of the air gap 11 mm, with the current input by 1,2
A.

Keyword : levitation, maglev, conveyor, material transport.

__________________________________________________________________________________________
317
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

PENDAHULUAN
Latar belakang melawan gaya gravitasi pada kereta
Dalam proses produksi di industri, pengangkut, sebagai bagian dari sistem
dikenal istilah material handling. Material konveyor Maglev. Perancangan akan
handling merupakan kegiatan transportasi memadukan penggunaan magnet statis dari
atau pengangkutan jarak pendek yang magnet permanen dan elektromagnet.
dilakukan dalam suatu bangunan industri, Medan magnet yang dihasilkan oleh magnet
yang meliputi pengangkutan, penyimpanan, permanen bersifat konstan, sehingga
dan kontrol bahan baku, barang setengah memberikan keuntungan dari sisi
jadi, atau barang jadi dari tempat asal ke perancangan. Penggunaan elektromagnetik
tempat tujuan yang sudah ditetapkan [1]. memungkinkan adanya pengaturan besar
Dalam industri dikenal berbagai macam medan magnet dengan mengubah-ubah arus
jenis konveyor, salah satu jenis konveyor listrik yang mengalir pada kawat kumparan,
yang umum digunakan adalah conveyor belt sehingga didapatkan besarnya gaya tarik
atau ban berjalan. Penggunaan ban berjalan magnet yang dibutuhkan.
memiliki beberapa kekurangan yaitu jalur Penelitian pendahuluan ini meninjau
transportasi masing-masing belt hanya dapat permasalahan jumlah lilitan dan diameter
dibuat lurus, terdapat gesekan antara dari kawat yang mempengaruhi kuat medan
permukaan konveyor dengan permukaan magnet dengan kendala timbulnya panas
barang produksi, dan belt yang digunakan akibat disipasi energi di dalam kawat. Pada
ikut menjadi beban bagi motor penggerak penelitian ini, dilakukan desain pengangkat
[2]. magnetik menggunakan prinsip
Untuk mengatasi kekurangan pada elektromagnetik dan magnet permanen,
sistem material handling menggunakan untuk menentukan pemilihan diameter kawat
konveyor konvensional, dibutuhkan inovasi terhadap jumlah lilitan kawat dan arus listrik
sehingga kekurangan-kekurangan yang ada sehingga medan magnet yang dihasilkan
dapat dikurangi atau dihilangkan. Inovasi mampu mengangkat beban dengan berat
yang dapat mengatasi permasalahan tersebut total sampai 1 kg. Desain yang digunakan
adalah dengan mengubah konveyor umum merupakan rangkaian penarik dengan
dengan konveyor Maglev. Maglev susunan elektromagnetik bolak-balik dan
merupakan singkatan dari magnetic susunan magnet permanen menggunakan
levitation atau levitasi magnetik. Teknologi Halbach array.
Maglev dapat mengatasi kekurangan pada
konveyor belt konvensional. DASAR TEORI
Untuk membuat gaya levitasi, Levitasi Magnetik
dibutuhkan interaksi setidaknya dua buah
Levitasi berasal dari bahasa Latin
medan magnet sehingga menimbulkan gaya
levis, ringan, adalah suatu proses dimana
tolak-menolak atau gaya tarik-menarik.
sebuah benda terangkat melawan gravitasi
Penelitian mengenai levitasi yang pernah
dalam posisi stabil oleh sebuah gaya, tanpa
dilakukan di Indonesia, merupakan
penelitian gaya levitasi yang bersifat tarik- kontak fisik [5]. Magnetic levitation atau
menarik (attractive) yang dilakukan pada levitasi magnet merupakan metode untuk
membuat benda terangkat tanpa bantuan lain
bola baja magnetik [3]. Penelitian levitasi
kecuali dari medan magnet. Gaya magnetik
yang bersifat aplikasi, dilakukan untuk
digunakan untuk melawan efek tarikan
meredam getaran berupa bantalan magnetik
percepatan gravitasi dan percepatan lainnya.
pada mesin akselerasi tinggi [4]. Dalam
penelitian ini juga menggunakan hasil
penemuan rangkaian Halbach Array oleh Medan Magnet Solenoida
Klaus Halbach untuk dipadukan dengan Kumparan panjang yang terdiri atas
rancangan yang dibuat menggunakan banyak lilitan kawat penghantar menyerupai
magnet NdFeB N52. sebuah lilitan pegas disebut dengan
Penelitian yang dilakukan akan solenoida. Solenoida menghasilkan medan
menghasilkan rancangan awal berupa magnet seperti pada magnet permanen.
penarik magnetik yang digunakan untuk Medan magnet yang diproduksi oleh aliran
listrik dibentuk oleh material magnetik.

__________________________________________________________________________________________
318
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

(3)
Halbach Array
Penemuan material magnet dan Terdapat hubungan antara gaya gerak
Halbach array memberikan peningkatan magnetik dengan medan magnet yang
pada gaya angkat atau rasio berat magnet. dihasilkan. Hubungan tersebut dapat
Magnet permanen memiliki keterbatasan ditunjukkan dalam persamaan 4 [7].
dalam menghasilkan densitas fluks magnet
dan dalam perakitan memiliki kesulitan (4)
karena menarik bahan feromagnetik seperti
baja. Klaus Halbach merupakan seorang dengan g adalah besarnya celah udara antara
peneliti yang berhasil menemukan cara dua bagian inti besi.
untuk mengatasi kekurangan pada magnet
permanen tersebut, dengan menyusun Gaya Tarik Magnet
magnet permanen seperti pada Gambar 1. Gaya tarik magnet merupakan
Pada rangkaian Halbach array tersebut, interaksi magnet akibat timbulnya celah
akan menghasilkan medan yang kuat pada udara dengan jarak tertentu terhadap bahan
bagian bawah, sementara medan bagian atas ferromagnetik. Persamaan 5 menunjukkan
akan teredam, alasan untuk distribusi flux persamaan gaya tarik Maxwell [7].
tersebut dapat secara intuitif digambarkan
menggunakan diagram asli Mallinson.  (5)

dengan 0 adalah permeabilitas udara, yang


nilainya adalah 410-7 H/m, dan A adalah
luas permukaan inti besi.
Dari persamaan 4 dan persamaan 5,
dapat disesuaikan pada aplikasi
menggunakan inti besi berbentuk U, yang
dituliskan pada persamaan 6 [6].
Gambar 1. Rangkaian Halbach array [6]

Gaya Gerak Magnetik (6)

Gaya gerak magnetik atau
magnetomotive force (m.m.f.) merupakan dengan p dan l adalah panjang dan lebar
besaran yang menunjukkan banyaknya fluks permukaan inti besi.
magnet dalam rangkaian elektromagnet. Dengan salah satu dari dua bagian
Gaya gerak magnetik dapat diketahui inti besi terpasang tetap, maka diperlukan
dengan hukum Ohm, melalui persamaan 1 gaya tarik yang dihasilkan oleh fluks magnet
[6]. yang akan membuat bagian inti besi bebas
bergerak menuju inti besi tetap. Oleh sebab
 (1) itu berdasarkan persamaan 6, dikembangkan
menjadi persamaan 7 [6].
Dengan N adalah jumlah lilitan dan I adalah
besarnya arus listrik yang melalui kumparan.
Nilai N untuk kumparan yang memiliki (7)

lapisan kawat lebih dari satu lapis, maka
dapat dicari menggunakan rumus seperti
dengan w adalah jarak antara sisi dalam inti
dalam persamaan 2. Dengan L adalah
besi U.
induktansi dan nilai Al ditetapkan dengan
nilai 2200 [7].
METODE PENELITIAN

(2) Dalam perancangan kumparan
elektromagnetik diperlukan adanya
Nilai induktansi L dapat dicari menggunakan pembuatan tempat untuk kumparan kawat
persamaan 3 [8]. atau biasa disebut dengan koker. Bahan

__________________________________________________________________________________________
319
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

dasar pembuatan koker adalah akrilik


dengan ketebalan 2 mm dan 1,5 mm pada
bagian samping. Akrilik dengan tebal 2 mm Gambar 3. Penyusunan Halbach array
difungsikan sebagai penahan kekuatan
mekanik dari luar, sehingga perlu ketebalan Pengambilan data, dilakukan seperti
yang lebih untuk melindungi kumparan. pada Gambar 4.
Akrilik dengan tebal 1,5 mm pada bagian
samping difungsikan agar terdapat cukup
ruang bagi kumparan, bila bagian samping
menggunakan akrilik lebih tebal, maka
jumlah kumparan akan berkurang atau akan
tersumbat dengan kumparan lainnya.
Kumparan elektromagnet meng-
gunakan kawat enamel berdiameter 0,5 mm
tipe PEW. Penggunaan kawat enamel
berdiameter 0,5 mm, dikarenakan pada
penelitian ini pernah digunakan kawat
dengan diameter 0,3 mm yang dapat
menghasilkan 1280 lilitan, namun memiliki
kekurangan dikarenakan kawat tersebut
menghasilkan tahanan dalam yang besar dan
menimbulkan panas berlebih bila diberikan
arus listrik dalam waktu yang lama. Panas
yang terjadi pada kumparan menimbulkan
tahanan listrik yang semakin besar dan
membuat arus yang melalui kumparan tidak
menghasilkan medan magnet secara
maksimal. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut, maka diameter kawat diganti
menggunakan kawat berdiameter 0,5 mm Gambar 4. Cara penyusunan alat penelitian
dengan jumlah lilitan yang berkurang pendukung (atas) dan penyusunan kereta
menjadi setengahnya dibandingkan dengan pengangkut (bawah)
menggunakan kawat berdiameter 0,3 mm.
Lilitan kawat berjumlah 565 lilitan dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
enam lapisan kumparan, jumlah tersebut
merupakan jumlah maksimal lilitan yang Dari pengujian pendukung yang
dapat dibuat untuk mengisi ruang pada inti dilakukan, didapatkan bahwa pada celah
besi trafo tipe E yang digunakan. Masukan udara sebesar 13 mm, pengangkatan
listrik berupa muatan positif dan negatif sempurna terjadi pada pemberian arus listrik
dalam kumparan disesuaikan dengan arah sebesar 1,3 A. Grafik pengujian pada
kutub atau polaritas yang dibutuhkan. Gambar 5.
Polaritas elektromagnet disusun secara
bolak-balik (alternating array), seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Penyusunan polaritas


elektromagnet Gambar 5. Grafik percobaan pendahuluan
dengan celah udara 13 mm
Rangkaian magnet permanen
menggunakan susunan Halbach dengan 21 Dari Gambar 5, gaya angkat yang
buah magnet. Penyusunan pola Halbach terjadi pada saat pemberian arus sebesar 1,3
ditunjukkan pada Gambar 3. A adalah 2,9596 N. Berat satu rangkaian

__________________________________________________________________________________________
320
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

magnet adalah 319 gram, namun dalam dengan celah udara 11 mm, arus listrik 1,1 A
pengukuran yang dilakukan, berat yang dapat menghasilkan gaya angkat lebih besar
ditunjukkan oleh timbangan digital sebesar dari 2,891 N. Untuk dapat menghasilkan
302 gram pada saat elektromagnet tidak pelayangan atau levitasi magnetik, maka
diberikan arus listrik. Hal tersebut diperlukan gaya tarik yang sama dengan
disebabkan oleh gaya angkat yang terjadi gaya normal beban.
karena pengaruh medan magnet yang Pengujian menggunakan kereta
dihasilkan oleh magnet permanen terhadap pengangkut ini dilakukan dengan
inti besi elektromagnet. Pengukuran akibat memasangkan bagian kereta pengangkut
pengurangan sebesar 17 gram tidak dengan dua pasang rangkaian magnet
berpengaruh terhadap pengambilan data permanen. Pengujian dilakukan pada variasi
jarak celah udara, karena celah udara diukur celah udara 13 mm dan 11 mm. Dari
pada saat terjadi pengurangan berat tersebut. pengujian yang dilakukan, dapat diketahui
Penurunan terbesar terjadi pada saat bahwa berat total kereta pengangkut adalah
pemberian arus listrik 1,2 A dan 1,3 A, 1136 gram, sehingga menghasilkan gaya
dengan penurunan sebesar 0,539 N dan normal sebesar 11,1328 N. Pengangkatan
0,882 N. total terjadi ketika arus yang diberikan pada
Pengujian lainnya, dilakukan dengan rangkaian elektromagnet sebesar 1,5 A. Pada
celah udara sebesar 11 mm, dengan grafik Gambar 7, dapat diketahui grafik
pengangkatan sempurna terjadi pada saat penurunan yang terjadi pada awal pemberian
pemberian arus listrik sebesar 1,1 A. arus listrik sangat landai dan baru terjadi
Dibandingkan dengan celah udara sebesar penurunan yang curam ketika masukan arus
13 mm, celah udara 11 mm menghasilkan sebesar 0,9 A, yang pada tabel menunjukkan
selisih arus pengangkatan total sebesar 0,2 penurunan sebesar 1,4994 N. Penurunan
A. yang tajam terjadi hingga pengangkatan
grafik pengujian ditunjukkan pada Gambar total, dengan titik batas penurunan landai
6. pada pemberian arus 0,8 A. Penurunan
terbesar terjadi ketika pemberian arus
sebesar 1,4 A dengan penurunan sebesar
1,7248 N.

Gambar 6. Grafik percobaan pendahuluan


dengan celah udara 11 mm

Gambar 6 menunjukkan penurunan


Gambar 7. Grafik pengujian kereta pada
yang besar terjadi pada saat pemberian arus
celah udara 13 mm
listrik sebesar 0,8 A hingga 1 A dan
penurunan berkurang pada saat pemberian
Pengujian menggunakan kereta
arus 1,1 A hingga beban terangkat total.
pengangkut dengan jarak celah udara
Dari pengujian pendukung penelitian,
sebesar 11 mm, mendapatkan hasil
dapat diketahui bahwa celah udara sangat
pengangkatan total pada pemberian arus
mempengaruhi besarnya arus listrik yang
sebesar 1,2 A. Grafik pengujian ditunjukkan
diperlukan untuk dapat mengangkat beban
pada Gambar 8. Dari Gambar 8, penurunan
secara total, dengan perbedaan celah udara 2
yang curam terjadi dimulai dari pemberian
mm dapat mempengaruhi masukan arus
arus 0,7 A hingga 0,9 A. Penurunan yang
listrik sebesar 0,2 A. Pada pengujian dengan
terbesar terjadi pada saat pemberian arus
celah udara 13 mm, arus listrik sebesar 1,3 A
sebesar 0,8 A, yaitu sebesar 1,9306 N.
dapat menghasilkan gaya angkat lebih besar
dari 2,9596 N, sehingga beban terangkat dan
menempel dilangit-langit. Pada pengujian

__________________________________________________________________________________________
321
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Gambar 9. Model penarik dengan inti besi


tipe U dengan besi plat [6]

Untuk mendapatkan hasil gaya tarik


Gambar 8. Grafik pengujian kereta dengan yang terjadi pada model yang ditunjukkan
celah udara 11 mm pada Gambar 9, perlu dilakukan perhitungan
gaya tarik Fa. Untuk mendapatkan nilai dari
Dari percobaan menggunakan kereta besaran-besaran yang ada di dalamnya,
pengangkut, dengan perbedaan celah udara dilakukan penggabungan persamaan dari
sebesar 2 mm, terjadi selisih arus sebesar 0,3 persamaan (1) hingga persamaan (4).
A untuk dapat mengangkat beban yang Sehingga persamaan (7), menjadi seperti
sama. Pada pengujian dengan celah udara 13 persamaan (8).
mm, arus listrik sebesar 1,5 A dapat
menghasilkan gaya angkat lebih besar dari


11,4366 N. Pada pengujian dengan celah (8)
udara 11 mm, arus listrik sebesar 1,2 A

dapat menghasilkan gaya angkat lebih besar


dari 11,1132 N. Sehingga selisih gaya tarik Dari persamaan 8, didapatkan hasil
adalah 0,3234 N pada perbedaan celah udara perhitungan untuk jarak celah udara sebesar
sebesar 2 mm. 13 mm dan arus 1,5 A, Fa = 8,066147219 N,
Pengujian dengan menggunakan maka didapatkan berat benda yang dapat
bagian kereta dapat mengangkut beban lebih diangkat dengan cara mengalikan dengan
berat tiga kali dibandingkan pada saat percepatan gravitasi g =9,81 m/s2, sehingga
pengujian pendukung, hal tersebut diduga didapatkan hasil massa beban m yaitu
disebabkan oleh penggunaan rangkaian 823,0762468 gram. Dengan cara yang sama,
magnet permanen yang lebih banyak. Hal pada celah udara dengan jarak 11 mm dan
tersebut belum dapat dibuktikan, karena arus 1,2 A dapat dilakukan perhitungan
penelitian terbatas pada desain awal yang menggunakan persamaan 4-1, menghasilkan
telah dibuat. gaya tarik sebesar 6,0585728 N atau
mengangkat beban bermassa sebesar
618,2217143 gram.
Perbandingan Desain
Pengujian dengan menggunakan Hasil perhitungan yang dilakukan
bagian kereta dapat mengangkut beban lebih terhadap desain seperti Gambar 9,
berat tiga kali dibandingkan pada saat didapatkan bahwa desain yang dibuat dalam
pengujian pendukung, hal tersebut diduga penelitian ini lebih unggul. Pada desain yang
disebabkan oleh penggunaan rangkaian diteliti, pada jarak celah udara sebesar 13
magnet permanen yang lebih banyak. Hal mm dan arus sebesar 1,5 A dapat
mengangkat beban sebesar 1167 gram.
tersebut belum dapat dibuktikan, karena
Sehingga dari perhitungan yang dilakukan,
penelitian terbatas pada desain awal yang
maka desain yang diteliti memiliki selisih
telah dibuat.
Dari hasil pengujian alat yang telah kapasitas beban pada celah udara 13 mm
dilakukan, akan dibandingkan dengan desain sebesar 343,9237 gram dibandingkan
rancangan sistem levitasi magnetik yang dengan desain seperti pada Gambar 9. Pada
hanya menggunakan elektromagnet pada jarak celah udara 11 mm dan arus sebesar
jalur gerak yang bersifat statis terhadap 1,2 A, desain yang dibuat dapat mengangkat
bahan ferromagnetik pada kereta beban sebesar 1134 gram. Sehingga dari
pengangkut. Desain yang dijadikan perhitungan yang dilakukan, maka desain
pembanding, ditunjukkan pada Gambar 9. yang diteliti memiliki selisih kapasitas beban
pada celah udara 11 mm sebesar 515,7782

__________________________________________________________________________________________
322
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

gram dibandingkan dengan desain seperti DAFTAR PUSTAKA


pada Gambar 9.
[1] Kay, M. G., 2012, Material Handling
Equipment, North Carolina: Fitts
KESIMPULAN Dept. Of Industrial and Systems
Engineering North Carolina State
Berdasarkan penelitian yang University.
dilakukan dapat difahami faktor-faktor yang [2] Durowoju, Sangotayo, dan Orowole,
mempengaruhi levitasi magnetik yaitu : (1) 2014, Performance Evaluation of
jarak celah udara yang berbanding terbalik Friction Belt Apparatus Using
dengan gaya tarik magnet dan (2) besarnya Indigenous Materials, International
arus listrik elektromagnet yang berbanding Journal of Modern Engineering
lurus terhadap gaya tarik magnet. Research (IJMER).
Didapatkan alat peraga yang dapat [3] Patriawan, D.A., 2015, Rancang Bangun
melakukan gaya angkat magnetik terhadap dan Pengembangan Ssistem Kendali
beban sebesar 1,167 kg pada jarak celah pada Model Magnetik Levitasi,
udara sebesar 13 mm, dengan arus masukan Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
sebesar 1,5 A dan beban sebesar 1,134 kg November.
pada jarak celah udara sebesar 11 mm [4] Layyinan, I, dkk, 2015, Rancang Bangun
dengan arus masukan sebesar 1,2 A. Model Sistem Pengangkat Magnetik
Sebagai Alat Bantu Ajar Praktikum
SARAN Teknologi Elektromekanik Berbasis
Terdapat beberapa saran untuk Instrumen Virtual, Bandung:
penelitian lanjutan, antara lain: Politeknik Negeri Bandung.
1. Penggunaan bahan yang ringan sebagai [5] Gallagher, P.K., 2008, Hanbook of
kereta pengangkut, sehingga tidak Thermal Analysis and Calorimetry:
menyebabkan beban berlebih bagi Recent Advances, Techniques and
rangkaian elektromagnet untuk Application, Amsterdam: Elsevier.
menghasilkan gaya angkat magnetik. [6] Han, H-S & Kim D-S, 2016, Magnetic
2. Diperlukan Gaussmeter dengan kapasitas Levitation Maglev Technology and
minimal 1,5 T untuk pengukuran medan Applications, Dordrecht: Springer
magnetik Science+Business Media Dordrecht.
3. Perlu dilakukannya peningkatan dan [7] Surrey, 2014, Magnetism: quantities,
pengujian desain kereta dengan units and relationship, (Online)
menambahkan magnet permanen pada (http://info.ee.surrey.ac.uk, diakses
ruang kosong rangkaian magnet pada 18 Juli 2016)
permanen yang sudah didesain untuk [8] Maxwell, J. C., 1954, A Treatise on
dilakukan penelitian lanjutan. Electricity and Magnetism, Vol. 2,
Dover.

__________________________________________________________________________________________
323
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
324
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

ANALISIS UNSUR-UNSUR PENGOTOR DALAM SERBUK U-ZrHx


DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

Asminar,Yanlinastuti, Slamet Pribadi

Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN


Kawasan Puspiptek, Serpong Tangerang Selatan 15313
email : asmi.hari165@gmail.com

ABSTRAK

ANALISIS UNSUR-UNSUR PENGOTOR DALAM SERBUK U-ZrHx DENGAN METODE


SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM. Penentuan jenis dan kadar unsur-unsur pengotor di dalam
bahan bakar U-ZrHx sangat penting agar dapat memenuhi persyaratan bahan bakar reaktor PWRTujuan makalah
ini adalah melakukan anailisis mengetahui jenis dan kadar unsur-unsur pengotor dalam bahan bakar U-ZrHx hasil
proses hidriding-dehidring. Sampel yang digunakan berupa bahan bakar serbuk U-35ZrHx, U-45ZrHx dan U-
55ZrHx yang dilarutkan dengan asam nitrat sehingga membentuk larutan uranil nitrat (UN). Larutan UN tersebut
kemudian dipisahkan dengan cara ekstraksi pelarut menggunakan Tributil Phosfat-Heksan (TBP-Hexan) sebagai
pengekstrak dengan perbandingan 70:30%. Hasil analisis diperoleh bahwa unsur-unsur pengotor yang terdapat
dalam serbuk UZrHx yaitu: Al, Ca, Cd, Co, Cr, Cu, Fe,Mg, Mn, Mo, Ni, Pb, Si, Sn dan Zn. Kadar unsur- unsur
pengotor tersebut diperoleh lebih kecil dari spesifikasi yang diizinkan dalam bahan bakar PWR, kecuali untuk
unsur Fe. Kadar unsur Fe, khususnya dalam serbuk U-35ZrHx diperoleh 382,912(g/g) lebih besar dari
spesifikasi yang dipersyaratkan (250,0 ppm) sehingga perlu dilakukan pengambilan sampel yang lebih homogen
dan pengulangan analisis kadar pengotor Fe. Unsur pengotor lainnya masih lebih rendah dari nilai spesifikasi
yang ditentukan sehingga bubuk U-ZRX dapat digunakan untuk aplikasi bahan bakar nuklir

Kata kunci : Unsur Pengotor, bahan bakar U-ZrHx, ekstraksi, Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

ABSTRACT

The analysis of impurities in the U-ZrHx powder by using atomic absorption spectrophotometer (AAS)
method. Determination of types and levels of impurity elements in the U-ZrHx fuel is very important in order to
meet the requirements of PWR reactor fuel. The purpose of this study is to analyze and define the types and levels
of impurity elements in the fuel U-ZrHx from the hidriding-dehidring process results. The sample was used are
U-35ZrHx, U-45ZrHx and U-55ZrHx in the form of a powder dissolved in nitric acid to form a solution of uranyl
nitrate (UN).. The UN solution then extracted using Tributyl phosphate (TBP)-Hexane solution with a
composition of 70%: 30%. The result of analysis showed that the U-ZrHx powder contains impurities such as Al,
Ca, Cd, Co, Cr, Cu, Fe, Mg, Mn, Mo, Ni, Pb, Si, Sn, and Zn. Levels of impurity elements are obtained is smaller
than the specifications are allowed in the PWR fuel, except for the elements Fe. Levels of the Fe impurities,
especially in the U-35ZrHx powder obtained 382.912 (Pg/g) is greater than the required specifications (250.0
ppm) so we need a more homogenous sampling and repetition impurity analysis for Fe content. The other
impurities are still lower than the defined specifications so that the U-ZRX powder can be used for nuclear fuel
applications.

Keywords: Impurities, U-ZrHx, extraction, Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS).

PENDAHULUAN rangka mendapatkan bahan bakar prototype


elemen bakar PWR dan berkas bahan bakar
Pengembangan bahan bakar reaktor HWR/Cirene[1]. Bahan bakar reaktor PWR
daya tengah dilakukan di PTBBN dalam dapat berupa bahan bakar keramik, logam,

__________________________________________________________________________________________
325
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

hidrida atau campuran antara keramik dengan 11 Ni 200,0


12 Pb 250,0
logam. Bahan bakar paduan U-ZrHx 13 Si 300,0
merupakan bahan bakar dengan tipe hidrida 14 Sn 250,0
dan telah lama digunakan secara luas, seperti 15 Zn 250,0

bahan bakar reaktor TRIGA (Training Isotop


by General Atomic) dalam bentuk U-
ZrHx,.Advance Boiling Water Reactor TEORI
(ABWR), FBR (Fast Bredeer Reaktor) dan Beberapa teknik analisis dapat
EBR (Experiment Breeder Reactor) digunakan untuk menentukan kandungan unsur
menggunakan bahan bakar dalam bentuk di dalam suatu bahan, diantaranya dengan
campuran antara U, Pu dan Zr [2]. menggunakan teknik Spektroskopi Serapan
Percobaan sebelumnya[1] telah berhasil Atom (SSA), Inductively Coupled Plasma
membuat pelet mentah U-ZrHx. Pemilihan Atomic Emission Spectrometer (ICP-AES)
bahan bakar U-ZrHx pada percobaan ini karena Plasma 40, X Ray Flourocency (XRF), dan
bahan bakar UZrHx memiliki kelebihan dari UV-Vis. Metode SSA dan ICP-AES biasanya
bahan bakar yang lainnya yaitu dalam hal digunakan untuk menentukan unsur pengotor
kemampuan menempatkan hidrogen sebagai di dalam suatu bahan, metode UV-Vis untuk
moderator secara langsung di dalam bahan menentukan kadar uranium, sedangkan X-Ray
bakar, yang memungkinkan reaktor dapat Fluoresensi (XRF) merupakan salah satu teknik
beroperasi pada temperatur yang relatif tinggi analisis tidak merusak digunakan untuk analisis
(hingga 750oC) serta mempunyai sifat termal unsur dalam bahan secara kualitatif dan
lebih baik [3]. Namun agar dapat digunakan kuantitatif. Pemilihan metoda uji/analisis
sebagai bahan bakar nuklir, maka bahan bakar didasarkan pada batas deteksi dan kemudahan
U-ZrHx tersebut harus mempunyai kemurnian dalam menganalisis termasuk dalam penyiapan
yang tinggi (nuclear grade). Oleh karena itu sampel uji. Dalam percobaan ini metoda
perlu dilakukan analisis unsur- unsur pengotor analisis yang digunakan adalah SSA. Metode
dalam bahan bakar U-ZrHx yang akan SSA memilki keunggulan dalam menganalisis
digunakan sebagai bahan bakar dalam reaktor keberadaan unsur pengotor dari pada metode
PWR. analisis lainnya karena kemudahan metode
Kandungan unsur-unsur pengotor tersebut dan kemampuan dalam melakukan
dalam bahan bakar nuklir perlu diketahui jenis deteksi unsur-unsur. Percobaan ini bertujuan
dan jumlahnya serta harus memenuhi untuk menentukan unsur pengotor di dalam
persyaratan/spesifikasi yang ditentukan untuk bahan bakar U-ZrHx secara kualitatif,
bahan bakar karena keberadaan unsur pengotor kuantitatif dan penguasaan metode analisis
dapat mengganggu proses yang terjadi dalam unsur-unsur pengotor dalam bahan bakar
reaktor. Bahan bakar U-ZrHx dapat digunakan uranium.
sebagai bahan bakar PWR bila telah memenuhi Spektrometri Serapan Atom (SSA)
persyaratan yang tercantum dalam spesifikasi adalah suatu alat yang digunakan untuk
bahan bakar nuklir PWR, seperti tertera pada analisis unsur-unsur logam dan paduannya
Tabel 1. berdasarkan penyerapan cahaya dengan
Tabel 1. Spesifikasi kandungan unsur- panjang gelombang tertentu oleh atom logam
unsur pengotor di dalam bahan bakar PWR[5] dalam keadaan bebas (Skoog et al., 2000).
No. Unsur Kadar (ppm)
Prinsip kerja SSA berdasarkan absorpsi
1 Al 250,0 cahaya dengan panjang gelombang tertentu
2 Ca 200,0 melalui suatu sel yang mengandung atom-
3 Cd 0,2
4 Co 100,0
atom bebas yang dianalisis maka sebagian
5 Cr 200,0 cahaya tersebut akan diserap dan intensitas
6 Cu 250,0 penyerapan akan berbanding lurus dengan
7 Fe 250,0
8 Mg 50,0 banyaknya atom bebas logam yang berada
9 Mn 250,0 pada sel. Hubungan antara absorbansi dengan
10 Mo 250,0

__________________________________________________________________________________________
326
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

konsentrasi berdasarkan dari Hukum Lambert Kadar unsur = A x V g/g ................ (4)
yang menyatakan bila suatu sumber sinar B
monokromatik melewati medium transparan, dengan :
maka intensitas sinar yang diteruskan A = konsentrasi (hasil interpolasi dari
berkurang dengan bertambahnya ketebalan kurva kalibrasi)
medium yang mengabsorbsi cahaya. Selain V = volume labu untuk pengenceran
hukum Lambert juga digunakan hukum Beer contoh (mL)
yang menyatakan bahwa intensitas sinar yang B = berat cuplikan (g)
diteruskan berkurang secara eksponensial
dengan bertambahnya konsentrasi unsur yang METODOLOGI
menyerap sinar tersebut. Dari kedua hukum a. Bahan
tersebut diperoleh suatu persamaan: [6,7] Bahan yang digunakan dalam percobaan ini
Log Io/It = A .(1) adalah larutan standar, serbuk U-ZrHx dengan
A = am.b.c .. (2) kadar U35ZrHx, U-45ZrHx dan U-55ZrHx,
dengan : asam nitrat 3 M, asam fluorida 1:1, TBP-
Io = Intensitas mula-mula Heksan dengan perbandingan 70:30%, udara
It = Intensitas sinar yang diteruskan tekan, gas acetilen, gas nitrogen oksida.
am = ekstensi molar %/ (cm x M) b. Peralatan
A = absorbansi Spektrometri Serapan Atom (SSA), corong
b = panjang burner (medium yang pemisah, pipet effendrof, peralatan gelas,
dilewati radiasi resonansi) timbangan analitik, almari asam dan pemanas
c = kepekatan atom-atom yang listrik.
mengabsorbsi c. Cara kerja
Konstanta am dan b merupakan suatu Penyiapan larutan sampel paduan U-ZrHx
yang tetap, sehingga absorbansi cuplikan dapat Larutan sampel dibuat dengan menimbang
langsung dibandingkan dengan absorbansi 1 g serbuk paduan U-ZrHx dengan kadar U-
larutan standar yang telah diketahui 35ZrHx ; U-45ZrHx ; U-55ZrHx kemudian
konsentrasinya dengan membuat grafik antara dimasukkan ke dalam beaker Teflon, lalu
konsentrasi dan absorbansi. Besarnya ditambahkan dengan 10 mL campuran HNO3 3
kandungan unsur dalam sampel dapat diketahui M dan HF 1 M (1:1). Campuran larutan
dengan mengsubtitusi nilai absorbansi unsur tersebut kemudian dipanaskan diatas pemanas
dalam sampel ke dalam grafik hubungan listrik sampai agak kering, ditambahkan 10
antara konsentrasi dengan menggunakan mL HNO3 3 M, diuapkan hingga kering.
persamaan linear.[8] Setelah dingin ditambah 10 mL HNO3 3 M.
y = ax + b (3) Larutan yang terjadi kemudian dimasukkan ke
dengan : dalam labu ukur 50 mL dan ditepatkan hingga
y = absorbansi tanda batas menggunakan HNO3 3M. Larutan
a = slope y/x diekstraksi dengan 50 mL campuran TBP-
b = intercept Hexan selama 10 menit, kemudian didiamkan
x = konsentrasi sehingga fasa air dan fasa organik terpisah.
Pembuatan kurva kalibrasi larutan Fasa organik dipisahkan dari fasa airnya, dan
standar dilakukan dengan mengukur absorbansi ekstraksi diulangi dua kali. Fasa air hasil
larutan standar pada setiap konsentrasi yang ekstraksi siap dilakukan analisis unsur
berbeda dan besarnya tingkat ketelitian pengotornya dengan menggunakan peralatan
pengukuran ditunjukan dari nilai koefisien SSA, dengan cara yang sama, dilakukan
linier regresi yang mendekati 100 % atau 1. untuk paduan U-45ZrHx dan U-55ZrHx.
Kadar dari masing-masing unsur pengotor Langkah terakhir melakukan perhitungan
dalam cuplikan dapat dihitung dengan kadar unsur-unsur pengotor dalam sampel.
mensubtitusikan nilai absorbansi pengukuran Penyiapan larutan blanko dan
pada persamaan sebagai berikut : pernyiapan larutan standar.

__________________________________________________________________________________________
327
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

HASIL DAN PEMBAHASAN metode SSA adalah data absorbansi seperti


Hasil analisis unsur-unsur pengotor yang tertuang pada Tabel 2.
dalam larutan standar dengan menggunakan

Table 2 Konsentrasi dan absorbansi dalam larutan standar


No Unsur
Konsentrasi (ppm) dan Absorbansi standard
Al Konsentrasi 0,000 10 20 40
1
Absorbansi -0,0007 0,0313 0,0621 0,1256
Ca Konsentrasi 0,000 0,2 0,4 0,8
2
Absorbansi -0,002 0,0227 0,0448 0,0997
Cd Konsentrasi 0,000 0,025 0,05 0,1
3 0,0436
Absorbansi 0,0004 0,0116 0,0219
Co Konsentrasi 0,000 0,1 0,2 0,4
4
Absorbansi 0,0005 0,0087 0,0163 0,0320
Cr Konsentrasi 0,000 0,4 0,8 1,6
5
Absorbansi -0,0023 0,04 0,0618 0,1340
Cu Konsentrasi 0,00 0,4 0,8 1,6
6
Absorbansi 0,0003 0,0528 0,1046 0,2138
Fe Konsentrasi 0,000 1,0 2,0 4,0
7
Absorbansi -0,0023 0,0870 0,1739 0,3358
Mg Konsentrasi 0,000 0,1 0,2 0,4
8
Absorbansi 0,0005 0,1835 0,3263 0,6380
Konsentrasi 0,000 0,1 0,2 0,4
9 Mn
Absorbansi -0,0010 0,0249 0,0445 0,0863
Konsentrasi 0,00 5 10 20
10 Mo
Absorbansi -0,0001 0,008 0,0241 0,0782
Konsentrasi 0,000 1,0 2,0 4,0
11 Ni
Absorbansi -0,0002 0,094 0,1935 0,3263
Konsentrasi 0,00 0,2 0,4 0,8
12 Pb
Absorbansi 0,0006 0,0056 0,0120 0,0237
Konsentrasi 0,00 15 30 60
13 Si
Absorbansi 0,0005 0,0343 0,0714 0,1338
Konsentrasi 0,000 5 10 20
14 Sn
Absorbansi -0,0005 0,0127 0,0262 0,0502
Konsentrasi 0,000 0,2 0,4 0,8
15 Zn
Absorbansi -0,0009 0,0666 0,1312 0,2520

Tabel 2 merupakan data absorbansi unsur-unsur Tabel 3. Pada Tabel 3 terlihat bahwa semua
pengotor hasil pengukuran dari konsentrasi unsur memiliki koefisien regresi (R2) dari
standar untuk membuat kurva kalibrasi yang persamaan garis regresi linear mendekati 1,
merupakan hubungan konsentrasi dan berkisar antara 0,9815 sampai 0,9999. Hal ini
absorbansi. Kurva kalibrasi akan menghasilkan menunjukkan bahwa hasil pengukuran unsur-
suatu persamaan regresi linier dengan koefisien unsur pengotor dalam serbuk UZrHx
regresi. Persaman dan koefisien regresi dari memberikan hubungan antara konsentrasi
setiap unsur yang dianalisis tercantum pada dengan absorbansi yang linier.

Table 3. hasil perhitungan linearitas kurva kalibrasi unsur-unsur pengotor dalam standar

No Unsur Persamaan garis regresi R2

1 Al Y= 0,0031x+0,0002 0,9999
2 Ca Y= 0,1481x+0,0176 0,9972
3 Cd Y= 0,4334x+0,0006 0,9996
4 Co Y= 0,0313x+0,0007 0,9993
5 Cr Y= 0,0332x+0,0004 0,9928
6 Cu Y= 0,1336x-0,0004 0,9999
7 Fe Y= 0,0843x+0,0012 0,9994

__________________________________________________________________________________________
328
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

8 Mg Y= 1,574x+0,0118 0,9984
9 Mn Y= 0,2146x+0,0012 0,9970
10 Mo Y= 0,0041x+0,0048 0,9815
11 Ni Y= 0,0814x+0,0109 0,9894
12 Pb Y= 0,0292x+0,0003 0,9987
13 Si Y= 0,0022x+0,0013 0,9990
14 Sn Y= 0,0025x+0,0001 0,9991
15 Zn Y= 0,13149x+0,0021 0,9993

Persamaan garis regresi linear kemudian sampel ke dalam persamaan tersebut. Salah
digunakan untuk menghitung konsentrasi unsur- satu contoh unsur Al yang digunakan untuk
unsur pengotor dalam sampel dengan cara mendapatkan persamaan garis regresi linear
mensubtitusi nilai absorbansi unsur dalam terlihat pada Gambar 1.

0.15
Absorbansi

0.1
0.05 y=0
0 R

0 10 20 30

Gambar 1. Hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi stndar Al

Hasil analisis unsur-unsur pengotor dalam unsur pengotor, yang dapat dilihat pada Tabel
serbuk U35%ZrHx, U45%ZrHx dan U55%ZrHx 4.
adalah data absorbansi dari masing-masing

Tabel 4. Data absorbansi unsur-unsur pengotor dalam sampel serbuk U-ZrHx

No Unsur pengotor Absorbansi


U-35ZrHX U-45ZrHx U-55ZrHX
1 Al 0,0182 0,0366 0,0061
2 Ca 0,0604 0,0896 0,0680
3 Cd 0,0009 0,0014 0,0020
4 Co 0,0010 0,0011 0,0200
5 Cr 0,1091 0,1414 0,0620
6 Cu 0,0906 0,1073 0,1542
7 Fe 0,4762 0,5022 0,0336
8 Mg 0,3179 0,3796 0,0905
9 Mn 0,0323 0,0403 0,0806
10 Mo 0,0042 0,0106 0,0108
11 Ni 0,2071 0,2780 0,141
12 Pb ttd ttd ttd
13 Si 0,0092 0,0058 0,0049
14 Sn 0,0026 0,0032 0,0031
15 Zn 0,1074 0,2271 0,0521

Unsur Pb tidak dapat dideteksi (ttd) karena serbuk U-ZrHx dibawah limit detekis
dimungkinkan konsentrasi unsur Pb dalam pengukuran SSA yaitu sebesar 0,015 ppm.

__________________________________________________________________________________________
329
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Terlihat bahwa unsur pengotor Pb untuk dimungkinkan karena unsur pengotor Pb tidak
sampel U-ZrHx tidak dapat ditentukan besaran terdapat didalam sampel atau kandungan Pb
kadarnya, karena absorbansi yang dihasilkan sangat kecil sehingga tidak terdeteksi oleh alat
dibawah limit deteksi pengukuran. Hal ini SSA.

Tabel 5. Data hasil pengukuran konsentrasi dalam cuplikan UZrHx

No Unsur pengotor Konsentrasi (ppm)


U-35ZrHX U-45ZrHx U-55ZrHX
1 Al 4,070 4,540 2,920
2 Ca 0,509 0,765 0,607
3 Cd 0,002 0,003 0,003
4 Co 0,012 0,013 0,029
5 Cr 1,381 1,6884 0,820
6 Cu 0,677 0,806 1,400
7 Fe 6,57 2,39 2,630
8 Mg 0,1871 0,2275 0,0346
9 Mn 0,136 0,176 0,465
10 Mo 0,6875 1,5781 1,580
11 Ni 2,004 2,787 1,525
12 Pb ttd ttd ttd
13 Si 5,400 3,400 2,920
14 Sn 1,020 1,240 1,230
15 Zn 0,329 0,724 0,176

Setelah diperoleh kandungan unsur-unsur Perhitungan yang sama dilakukan untuk


dalam analisis, maka kadar unsur-unsur penentuan kandungan unsur-unsur pengotor
pengotor dalam cuplikan UZrHx dapat dihitung dalam sampel di dalam serbuk U-ZrHx yang
menggunakan persamaan 4. Sebagai contoh lainnya . Hasil kandungan unsur-unsur
perhitungan kandungan unsur pengotor Al pengotor dalam bahan bakar uranium serbuk
dalam larutan cuplikan U-35ZrHX sebesar 4,07 U35% ZrHx, U45%ZrHx dan U55%ZrHx
g/mL diperoleh : ditunjukkan pada Tabel 6.
Kadar Al (ppm) = (4,07 g/mL)(50 mL)
0,8579 g
= 237,207 g/g

Tabel 6. Data kandungan unsur-unsur pengotor di dalam serbuk U-ZrHx

No Unsur pengotor Serbuk Serbuk Serbuk


U35ZrHx (g/g) U45ZrHx (g/g) U55ZrHx (g/g)
1 Al 237,207 227,136 206,886
2 Ca 29,665 38,273 43,007
3 Cd 0,042 0,101 0,101
4 Co 0,699 0,650 2,055
5 Cr 80,487 84,471 58,098
6 Cu 33,822 40,519 99,192
7 Fe 382,912 119,572 186,339
8 Mg 10,904 11,382 2,452
9 Mn 7,926 8,805 32,946
10 Mo 40,069 78,952 111,953
11 Ni 116,797 139,434 108,049
12 Pb ttd ttd ttd
13 Si 214,722 170,102 206,887
14 Sn 59,447 62,037 87,148
15 Zn 19,181 36,227 4,171

Tabel 6 menunjukan kadar- unsur-unsur pada bahan bakar UZrHx, khususnya pada
pengotor yang diperoleh dengan metode SAA serbuk U-35 ZrHx, U-45ZrHx dan U-55 ZrHx

__________________________________________________________________________________________
330
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

diperoleh lebih kecil dari kadar unsur yang


dipersyaratkan dalam bahan bakar nuklir UCAPAN TERIMA KASIH
PWR. Untuk kadar unsur Fe dalam serbuk U- Ucapan terima kasih disampaikan
35ZrHx diperoleh lebih besar dari yang kepada Bapak Ir. Masrukan, MT yang telah
dipersyaratkan dalam bahan bakar nuklir memberikan kesempatan untuk melaksanakan
karena dimungkinkan sampel terkontaminasi penelitian ini, serta kepada rekan-rekan yang
unsur Fe yang berasal dari wadah pembuat telah membantu kelancaran pelaksanaan
ingot yang dominan mengandung Fe. Selain kegiatan ini baik secara langsung maupun tidak
itu dimungkinkan karena dalam pengambilan langsung hingga makalah ini dapat terwujud.
cuplikan yang tidak homogen saat untuk
dianalisis. Unsur Pb tidak dapat diketahui
kadarnya karena hasil pengukuran unsur Pb DAFTAR PUSTAKA
dibawah limit yaitu 0,0015 ppm. Hal ini 1. Masrukan, M Husna Al Hasa, Anwar
karena diduga unsur Pb tidak terdapat dalam Muchsin, Pembuatan Green Pellet U-
cuplikan UZrHx. Namun dengan demikian ZrHx Untuk Bahan Bakar PWR Pusat
penentuan kadar unsur-unsur pengotor tesebut Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBN)-
pada umumnya masih dalam batasan BATAN
spesifikiasi yang diizinkan seperti tercantum 2. Http://
pada Tabel 1, en.wikipedia.org/wiki/Experimental_
Breeder_ Reactor II. Download:
KESIMPULAN tanggal 4-1-2008.
Hasil analisis mendapatkan bahwa 3. Greenpan, Ehud, (1994). BWR Fuel
unsur-unsur pengotor yang terdapat dalam Assembly Having Oxide and Hydride
serbuk UZrHx yaitu: Al, Ca, Cd, Co, Cr, Cu, Fuel. US Patent Publication, US
Fe,Mg, Mn, Mo, Ni, Pb, Si, Sn dan Zn. Kadar 5349618 A.
unsur- unsur pengotor tersebut diperoleh lebih 4. Rosika, Dian A, Agus J, Prosiding
kecil dari spesifikasi yang diizinkan dalam Seminar Nasional VI SDM Teknologi
bahan bakar PWR sehingga memenuhi Nuklir Yogyakarta, 18 November 2010.
persyaratan yang diizinkan sesuai spesifikasi. Hal 273-277. ISSN 1978-0176.
Namun untuk unsur Fe, khusus dalam serbuk 5. ASTM C753-04, (2009), Standard
U-35ZrHx diperoleh lebih besar dari spesifikasi Specification for Nuclear-Grade,
yang dipersyaratkan sehingga perlu dilakukan Sinterable Uranium Dioxide Powder,
pengambilan sampel yang lebih homogen dan volume 12.01 Nuclear Energy (I).
pengulangan analisis kadar Fe. 6. Septiyani Aris, dkk, (2013),
Hasil anlisis untuk unsur-unsur Spektroskopi Serapan Atom (SSA) ,
pengotor yang terdapat dalam bahan bakar Politeknik Kesehatan Banjarmasin. Hal.
serbuk U-ZrHx menggunakan metode SSA 8.
telah diperoleh dan memenuhi spesifikasi yang 7. Farida Jaya1, Any Guntarti1, Zainul
dipersyaratkan, namun untuk unsur pengotor Kamal, Penetapan Kadar Pb Pada
Fe dalam serbuk U35% ZrHx diperoleh Shampoo Berbagai Merk, Parmaciana ,
382,912 (g/g), hasil analisisi ini melebihi Vol 3 No 2, 2013: 9-13.
spesifikasi yang dipersyaratkan, sehingga perlu 8. Sigit, Laporan Teknis,Kajian
dilakukan pengambilan sampel yang homogen Pembuatan Bahan Bakar Dupic, Badan
untuk dianalisisi kembali agar mendapatkan Tenaga Nuklir Nasional, Pusat Teknologi
hasil yang memenuhi spesifikasi sehingga Bahan Bakar Nuklir, Kawasan Puspiptek
bahan tersebut dapat digunakan sebagai bahan Serpong Tahun 2006.
bakar nuklir.

__________________________________________________________________________________________
331
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

TANYA JAWAB 1. Agar alat AAS bekerja dengan baik


sebelum bekerja dilakukan kalibrasi
Pertanyaan : masing-masing unsur dari larutan
standar unsur-unsur yang digunakan
1. Apa yang perlu dilakukan agar alat
dan diukur dengan AAS hingga
AAS ini bekerja dengan baik (Tria
diperoleh hasil yang optimum,
Madesa)
contohnya unsur Al pada konsentrasi
2. Dalam penyiapan sampel U-ZrHx 40 ppm memberikan daya absorbansi
mengapa harus ditambah HNO3 dan sebesar 0,2.
HF. Dan bagaimana jika tidak
2. Dalam penyiapan sampel digunakan
menggunakan HNO3 dan HF serta
pelarut HNO3 dan HF hal ini
diganti dengan bahan lain?
dilakukan karena sampel yang
(Mahasiswa STTN)
digunakan mengandung Si, maka perlu
pelarutan menggunakan HF. Jika tidak
menggunakan HNO3 dan HF sampel
Jawaban : tidak bias larut sempurna.

__________________________________________________________________________________________
332
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

PEMBUATAN SERBUK PADUAN U-35ZrHx U-45ZrHx U-55ZrHx


DENGAN PROSES HYDRIDING
Suyoto, Yatno Dwi Agus Susanto
Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN
Kawasan Pispiptek Serpong, Tangerang Selatan 15314
e-mail : su_yoto65@yahoo.co.id

ABSTRAK
PEMBUATAN SERBUK PADUAN U-35ZrHx U-45ZrHx U-55ZrHx DENGAN PROSES HYDRIDING.
Pembuatan serbuk U-35ZrHx U-45ZrHx U-55ZrHx telah dilakukan melalui proses hydriding dalam rangka
pengembangan bahan bakar reaktor riset untuk meningkatkan muatan uranium yang lebih tinggi. Permasalahan
utama dari penelitian bahan bakar ini adalah mengubah bentuk paduan yang bersifat ulet menjadi rapuh dan
membentuk serbuk. Metode yang akan digunakan untuk pembuatan serbuk malalui teknik hydriding didasarkan
pada ketersediaan alat dan kemudahan proses. Teknik hydriding dilakukan dengan cara mereaksikan potongan
ingot paduan U-35Zr U-45Zr U-55Zr dalam suasana gas hidrogen, dengan harapan zirconium akan mengikat
hidrogen dan membentuk senyawa ZrHx. Sementara itu logam uranium diharapkan akan memisah dan
terdistribusi secara merata di dalam matriks zirconium hydrid. Pada proses hydriding, paduan U-35Zr U-45Zr
U-55Zr dipanaskan di dalam tabung reaksi (retort) pada suhu dibawah suhu euthectik ( 5650C) dan dalam
kondisi vakum. Proses hydriding untuk penyerapan hydrogen hingga merapuhkan ingot paduan U-35ZrHx, U-
45ZrHx, U-55ZrHx dilakukan pada suhu masing-masing 3500C, 4500C dan 5500C dengan tekanan aliran gas
hidrogen 3,00 s/d 6,00 psi. Ingot paduan U-35ZrHx lebih mudah rapuh bila dibandingkan dengan paduan U-
45ZrHx dan paduan U-55ZrHx. Paduan U-35ZrHx, U-45ZrHx, U-55Zr ZrHx yang telah rapuh berhasil menjadi
serbuk butiran partikel berukuran +70 - 125 m.

Kata kunci: Bahan bakar reaktor riset, ingot paduan U-35Zr U-45Zr U-55Zr, hydriding dan serbuk U-35ZrHx,
U-45ZrHx, U-55ZrHx.

ABSTRACT
MAKING POWDER ALLOY U-35ZrHx U-45ZrHx U-55ZrHxTHE PROCESS HYDRIDING. Pulverizing U-
35ZrHx U-45ZrHx U-55ZrHx has been done through the hydrogen process in order to develop a research
reactor fuel to increase the uranium charge higher. The main problem of fuel research is changing the form of
the alloy that is ductile become brittle and form a powder. The method will be used for the manufacture of
powder mall hydriding technique is based on the availability of tools and ease the process. Hydriding technique
performed by reacting piece alloy ingot U-35Zr U-45Zr U-55Zr in an atmosphere of hydrogen gas, in the hope
of zirconium will bind the hydrogen and form compounds ZrHx. While the uranium metal is expected to be split
and distributed uniformly in the matrix of zirconium hydride. In the process of hydrogen, alloy U-35Zr U-45Zr
U-55Zr heated in a test tube (retort) at a temperature below the temperature autistic (5650C) and under
vacuum conditions. Hydrogen process for hydrogen absorption by the alloy ingot thins U-35ZrHx, U-45ZrHx,
U-55ZrHx carried out at each 3500C, 4500C and 5500C with a hydrogen gas flow pressure of 3.00 s/d 6.00 psi.
The U-35ZrHx alloy ingot is easier fragile than the U-45ZrHx alloy and alloy U-55ZrHx. Alloy U-35ZrHx, U-
45ZrHx, U-55Zr ZrHx who has managed to become brittle granular powder particle size of +70 - 125 m.

Keywords: research reactor fuel, U-35Zr alloy ingot U-45Zr U-55 Zr, hydriding and powder U-35ZrHx, U-
45ZrHx, U-55ZrHx.

PENDAHULUAN tingkat muat lebih rendah, namun memiliki


Penelitian dan pengembangan bahan tingkat keselamatan yang paling tinggi
bakar reaktor riset bertujuan untuk menaikkan sebagaimana yang dihasilkan oleh General
muatan uranium yang lebih tinggi. Beberapa Atomic berupa bahan bakar yang digunakan
kandidat bahan bakar dewasa ini sudah pada reaktor TRIGA (Training, Research and
mengarah ke penggunaan basis paduan U-Mo, Isotope Production by General Atomic),
U-Zr, dan U-N. Paduan U-Mo adalah kandidat sedangkan bahan bakar paduan U-N digunakan
yang memiliki tingkat muat lebih tinggi untuk reaktor generasi ke IV (reaktor maju).
dibanding U-Zr atau U-N, namun kelemahan Bahan bakar paduan U-Zr untuk reaktor
dari paduan U-Mo adalah kestabilan panas TRIGA berupa tipe dispersi yaitu uranium
yang rendah dengan membentuk swelling[1]. terdispersi secara homogen sebagai logam
Walaupun bahan bakar U-Zr mempunyai bebas didalam matriks zirconium hydrid
__________________________________________________________________________________________
333
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
dengan membentuk paduan U-ZrH [1,4]. Bahan gas hidrogen pada suhu dan tekanan tertentu.
bakar berupa paduan U-Zr dikembangkan Dari pemilihan paduan dan teknik yang
dengan konsep keselamatan melekat, yaitu digunakan diharapkan dapat diperoleh ukuran
dapat mengeliminasi kecelakaan reaktor akibat serbuk yang sesuai persyaratan untuk bahan
reaktivitas berlebih (prompt negative bakar reaktor riset.
temperature coefficient of reactivity) yaitu
suatu keadaan dimana reaktivitas di dalam TATA KERJA
reaktor menjadi tak terkendali oleh neutron Alat :
yang dilahirkan akan secara otomatis 1. Peralatan Sistem Hydriding
menyerap hidrogen pada elevasi suhu, 2. Glove Box.
sehingga keadaan reaktor yang lebih buruk 3. Sendok, Kuas, Pinset.
dapat dihindarkan. [2]. 4. Morter, Penumbuk (alat penggerus)
Bahan bakar logam paduan U-xZr 5. Ayakan ukuran 70 m dan 125 m.
diperoleh dari proses peleburan, logam yang Bahan :
dilebur dipanaskan hingga melebur memiliki 1. Potongan ingot paduan U-35Zr,
karakteristik tertentu. Proses peleburan U45Zr, U55Zr
dilakukan pengaturan komposisi kimia hasil 2. Gas Hidrogen.
peleburan juga perlu diatur serapan gas, suhu 3. Gas Argon / Helium
dan inklusi. Proses peleburan umumnya
menggunakan kupala dan tanur listrik. Tanur CARA KERJA
listrik dibagi menjadi dua tipe yaitu tanur Potongan ingot paduan U-35Zr, U-
induksi dan tanur busur listrik. Peleburan U- 45Zr, U-55Zr dari hasil peleburan ditunjukkan
xZr dilakukan menggunakan arus listrik 125 pada Gambar 1. Kemudian potongan ingot
Ampere dengan lima kali remelting dengan dimasukkan pada wadah pyrex yang ada di
membalik dan waktu peleburan selama 2 dalam tabung reaksi (retort) sistem hydriding.
menit. Sampel U-xZr yang berbentuk ingot Gas argon dialirkan pada tekanan 1,50 s/d 3,50
kemudian ditimbang dan diukur diameter dan psi, flushing dengan gas argon atau helium
dimensi tebal. untuk mengusir udara yang masuk ke dalam
Paduan logam untuk bahan bakar tabung reaksi (retort) digunakan untuk
nuklir dispersi yang berbentuk padat dan ulet melindungi sampel agar tidak terjadi oksidasi
harus diubah kedalam bentuk serbuk hingga
butiran partikel 125 m. Sifat ulet paduan
menyebabkan proses pembuatan serbuk sulit
dilakukan dengan cara permesinan/mekanik
(grinding mill/ball mill), sehingga hal ini
merupakan suatu tantangan yang harus
diperhatikan dalam pemilihan teknik yang
tepat. Teknik pembuatan serbuk dapat
dilakukan dengan cara antara lain atomisasi,
cryogenic mechanical crushing, dan teknik Gambar 1. Potongan ingot paduan
hydriding-dehydriding [1,3]. U-35Zr, U-45Zr, U-55Zr
Paduan U-Zr dipilih karena tampang
lintang serapan neutron mikroskopik Zr Flushing dengan gas argon atau
rendah, sifat mekanik dan fisik cukup baik [4], helium biasanya dilakukan pengulangan tiga
berdensitas tinggi, dan tersedia di dalam kali untuk menjamin tidak ada udara yang
negeri. Teknik yang dicoba adalah teknik terjebak pada tabung reaksi (retort).
hydriding terhadap logam paduan U-35Zr U- Homogenisasi dilakukan pada suhu 5500C
45Zr U-55Zr dalam suasana gas H2, dengan dengan kenaikan suhu interval 500C selama 12
harapan hidrogen akan mengikat zirconium jam dengan tujuan membentuk kisi-kisi pada
membentuk senyawa ZrHx sedangkan logam material agar memudahkan penyerapan gas
uranium akan memisah dan terdistribusi secara hidrogen pada saat proses hydriding.
merata didalam matrik zirconium hydrid. Selanjutnya proses hydriding dilakukan pada
Pemilihan teknik hydriding didasarkan pada suhu masing-masing 3500C (U-35Zr), 4500C
ketersediaan alat, kesederhanaan proses, dan (U-45Zr) dan 5500C (U-55Zr) dan ditahan
mampu menghasilkan serbuk yang lebih selama 1 jam, kemudian tutup valve dan
homogen. Proses hydriding dilakukan dengan pompa vakum dimatikan. Gas hidrogen
cara kimia yaitu mereaksikan paduan dengan dialirkan dengan tekanan 3,00 s/d 6,00 psi dan
__________________________________________________________________________________________
334
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176 ______________________________________
__________________________________________________________________________________________
diamati serapannya pada manometer
tekanan digital, pengisian gas hidrogen 6,00 psi dapat merapuhkan ingot paduan U-
bila terjadi serapan dapat dilakukan 35Zr, U-45Zr, U-55Zr dan membentuk serbuk
beberapa kali dan bila dianggap cukup gas U-35ZrHx, U-45ZHxr, U-55ZrHx . Ingot
hidrogen dimatikan. Peralatan Sistem paduan U-35Zr hasil proses hydriding
Hydriding yang digunakan untuk penelitian ditunjukkan pada Tabel 1, Ingot paduan U-
ini ditunjukkan pada Gambar 2. 45Zr hasil proses hydriding ditunjukkan pada
Untuk melihat ingot paduan yang Tabel 2 dan Ingot paduan U-55Zr hasil proses
rapuh di dalam tabung reaksi (retort), tungku hydriding ditunjukkan pada Tabel 3.
pemanas diturunkan dengan memutar tuas Tabel 1. Ingot paduan U-35Zr hasil proses
kearah kiri pada alat dongkrak sampai batas hydriding pada suhu 3500C
bawah. Keluarkan sampel di dalam tabung Berat Tekanan Tekanan
reaksi (retort) terlebih dahulu dialiri gas argon Ingot Masuk Penyerapan
Keterangan
atau helium pada ruang tabung reaksi (retort) Paduan Hidrogen Hidrogen
(gram) (psi) (psi)
diharapkan sampel terhindar dari oksidasi. 3,91 -3,52 Mudah rapuh
17,5624
Selanjutnya sampel dikeluarkan dari tabung 18,4980 4,87 -6,34 Mudah rapuh
reaksi (retort), dimasukkan di dalam glove box. 18,6110 4,09 -0,92 Mudah rapuh
Di dalam glove box dengan media gas argon 17,8431 4,69 -5,18 Mudah rapuh
atau helium sebagai pelindung, sampel 16,6204 4,53 -2,81 Mudah rapuh
15,9667 4,61 -6,30 Mudah rapuh
ditumbuk atau digerus dengan alat penumbuk
10,7836 4,74 -3,51 Mudah rapuh
dan morter untuk dihaluskan menjadi serbuk.
Serbuk yang sudah digerus, kemudian diayak
dengan ayakan +70 - 125 m dan serbuk Pada Tabel 1 Ingot paduan U-35Zr
yang sudah dihasilkan ditimbang dan diukur hasil proses hydriding pada suhu 3500C
densitas oleh unit kerja kendali kualitas. dihasilkan sampel yang mudah rapuh dan
pengaruh suhu terhadap ingot paduan
menunjukkan bahwa serapan gas hidrogen
cepat diserap oleh sampel dan diperoleh
rapuhan serbuk. Dalam preparasi serbuk
diperoleh serbuk U-35ZrHx yang lolos ayakan
+70 - 125 m masih banyak.

Tabel 2. Ingot paduan U-45Zr hasil proses


hydriding pada suhu 4500C
Berat Tekanan Tekanan
Ingot Masuk Penyerapan
Keterangan
Paduan Hidrogen Hidrogen
(gram) (psi) (psi)

17,7835 4,80 0,35 Setengah rapuh


16,7339 4,94 1,62 Setengah rapuh
16,2363 4,77 -1,28 Setengah rapuh
17,5403 4,19 -6,33 Setengah rapuh
13,7536 4,67 -6,31 Setengah rapuh
16,3117 4,46 -4,94 Setengah rapuh
Gambar 2. Peralatan Sistem Hydriding 18,3170 4,62 -6,32 Setengah rapuh

HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Tabel 2 Ingot paduan U-45Zr


Dari hasil penelitian proses hydriding, hasil proses hydriding pada suhu 4500C
tekanan aliran gas hidrogen sangatlah dihasilkan sampel setengah rapuh dan
berpengaruh terhadap sampel, agar dapat pengaruh suhu terhadap ingot paduan
menyerap dan merapuhkan. Akan tetapi panas menunjukkan bahwa serapan gas hidrogen
pada suhu 3500C sangatlah mempengaruhi dari mudah diserap oleh sampel dan diperoleh
regangan pada logam bila dilihat strukturnya. rapuhan serbuk. Dalam preparasi serbuk
Hasil proses hydriding nampak rapuh dan diperoleh serbuk U-45ZrHx yang lolos ayakan
terdapat serbuk, serapan yang diterima oleh +70 - 125 m sedikit sehingga diperlukan
sampel biasanya mencapai tekanan minus yaitu siklus waktu yang lebih lama pada saat proses
-6,34 psi. Pemberian tekanan pada 3,00 s/d hydriding.
__________________________________________________________________________________________
335
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Tabel 3. Ingot paduan U-55Zr hasil proses
hydriding pada suhu 5500C rapuhan dan membentuk serbuk ditunjukkan
pada Gambar 4.
Berat Tekanan Tekanan
Ingot Masuk Penyerapan
Keterangan
Paduan Hidrogen Hidrogen
(gram) (psi) (psi)

21,8310 5,70 3,18 Sedikit rapuh


22,1705 4,81 1,37 Sedikit rapuh
21,0779 3,67 2,18 Sedikit rapuh
15,8050 5,91 1,30 Sedikit rapuh
13,9838 4,83 0,31 Sedikit rapuh
12,7272 5,54 2,37 Sedikit rapuh
11,5617 4,74 3,70 Sedikit rapuh
Gambar 4. Rapuhan ingot paduan
Pada Tabel1 ingot paduan U-55Zr membentuk serbuk
yang dilakukan proses hydriding pada suhu
5500C dihasilkan sampel sedikit rapuh dan Setelah rapuhan ingot paduan yang
pengaruh suhu terhadap ingot paduan membentuk serbuk dikeluarkan digerus secara
menunjukkan bahwa serapan gas hidrogen manual dengan menggunakan Morter,
sangat rendah yang diserap oleh sampel dan Penumbuk (alat penggerus), penggerusan
diperoleh rapuhan serbuk hanya bagian luarnya dilakukan di dalam glove box dengan suasana
saja. Dalam preparasi serbuk diperoleh serbuk gas argon atau helium sebagai gas pelindung
U-55ZrHx yang lolos ayakan +70 - 125 m material sampel. Penggerusan serbuk paduan
sedikit sehingga diperlukan siklus waktu yang U-35ZrHx, U-45ZrHx, U-55ZrHx ditunjukkan
lebih lama lagi pada saat proses hydriding. pada Gambar 5. Serbuk yang sudah digerus
Sampel potongan ingot paduan U-35 kemudian diayak dengan menggunakan ayakan
ZrHx, U-45 ZrHx, U-55ZrHx yang sudah ukuran +70 - 125 m sesuai ukuran spesifikasi
rapuh dapat dilihat secara visual untuk yang diinginkan, pengayakan serbuk
mengetahui apakah terjadi rapuh sebagian atau ditunjukkan pada Gambar 6.
semuanya, bila perlu dapat dilakukan proses
pengulangan beberapa kali agar didapatkan
sampel yang benar-benar rapuh. Untuk
mengetahui kerapuhan ingot paduan secara
detail dapat diamati menggunakan alat
mikroskop optik dan gambar dilihat secara
makro ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 5. Penggerusan serbuk paduan

Gambar 3. Ingot paduan yang rapuh

Ingot paduan U-35ZrHx, U-45ZrHx,


U-55ZrHx yang sudah rapuh dikeluarkan dari Gambar 6. Pengayakan serbuk paduan
tabung reaksi (retort), penanganan dilakukan
secara hati-hati dalam glove box dengan media Serbuk U-35ZrHx, U-45ZrHx, U-55 ZrHx
pelindung gas argon atau helium mengingat yang sudah diayak kemudian dilakukan
sampel merupakan bahan mudah terbakar pengujian dan dianalisa lebih lanjut untuk
(peroforik). Hasil proses hydriding dari ingot mendapatkan karakterisasinya. Analisis serbuk
paduan U-35Zr, U-45Zr, U-55Zr yang berupa meliputi densitas, impuritas dan kadar uranium
yang dilakukan di unit kerja kendali kualitas.
__________________________________________________________________________________________
336
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Serbuk U-35ZrHx, U-45ZrHx, U-55ZrHx And Water Reflected Research Reactors"


hasil hydriding ditunjukkan pada Argonne National Laboratory 9700,
Gambar 7. Selanjutnya serbuk yang South Cass Avenue, Argonne, Illinois
dihasilkan untuk dilakukan pengujian dan 60439, July 1996.
analisis berikutnya. . TANYA JAWAB
1. Diantara suhu 3500C, 4500C, 5500C pada
proses hydriding manakah yang paling
optimum suhunya dan bagaimana
pengaruhnya terhadap kualitas serbuk
paduan?
(Nindia P., Mahasiswa Sekolah Tinggi
Gambar 7. Serbuk paduan hasil hydriding Teknologi Nuklir - BATAN)
Jawab:
KESIMPULAN Suhu yang paling optimum untuk proses
Proses hydriding untuk penyerapan hydriding tergantung dari komposisi
hydrogen hingga merapuhkan ingot paduan U- sampel ingot paduan U-35Zr, U-45Zr, U-
35ZrHx, U-45ZrHx, U-55ZrHx dilakukan pada 55Zr dari ketiga variasi suhu masing-
suhu masing-masing 3500C, 4500C dan 5500C masing tersebut mampu merapuhkan ingot
dengan tekanan aliran gas hidrogen 3,00 s/d paduan yang membentuk serbuk dan
6,00 psi. Ingot paduan U-35ZrHx lebih mudah pengaruhnya terhadap kualitas serbuk hasil
rapuh bila dibandingkan dengan paduan U- hydriding untuk U-35ZrHx serbuk butiran
45ZrHx dan paduan U-55ZrHx. Paduan U- partikel yang lolos ayakan dibawah 70 m
35ZrHx, U-45ZrHx, U-55Zr ZrHx yang telah lebih banyak sedangkan U-45ZrHx dan U-
rapuh berhasil menjadi serbuk butiran partikel 55ZrHx serbuk butiran partikel yang lolos
berukuran +70 - 125 m. ayakan 70 m lebih sedikit.

UCAPAN TERIMAKASIH 2. Pemakaian Gas Hidrogen pada proses


Ucapan terima kasih disampaikan hydriding diperlukan alat keamanan yang
kepada Bapak Masrukan dan teman-teman tinggi, apakah pada Peralatan Sistem
yang telah membantu dalam penelitian dan Hydriding sudah dipasang pengaman?
pengembangan bahan bakar reaktor riset (Lilis Windaryati, Pusat Teknologi Bahan
sehingga dapat ditulis dalam makalah ini. Bakar Nuklir - BATAN)
Jawab:
PUSTAKA Gas Hidrogen merupakan gas yang sangat
1. SUPARDJO., SUWARNO, H., berbahaya, pengamanan pada saat proses
KADARJONO, A.,Karakterisasi Paduan hydriding dilakukan secara manual yaitu
U-7%Mo dan U-7%Mo.x%Si (x = 1, 2, dengan alat Detektor Gas Hidrogen
dan 3) Hasil Proses Peleburan Dalam Portable yang dilakukan oleh operator atau
Tungku Busur Listrik, ISSN 0852-4777 personel keselamatan kerja dengan tujuan
UraniaVol. 15 No. 4, Oktober 2009: 171 - untuk mencegah adanya kebocoran gas
232 yang termasuk kategori berbahaya.
2. SUWARNO, H., Karakter Bahan Bakar
Reaktor TRIGA, Prosiding Seminar 3. Pada saat homogenisasi (pemanasan)
Nasional ke-11 Teknologi dan untuk sampel ingot paduan U-35Zr, U-
Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir, 45Zr, U-55Zr kenapa sampai dilakukan
ISSN: 0854 2910, Malang, 15 September selama 12 jam?
2005 (Amal Reza Putra, Pusat Teknologi
3. KAUFMANN, A.,Nuclear Reactor Fuel Radioisotop dan Radiofarmaka - BATAN)
Elements: Metallurgy And Fabrications, Jawab:
US Atomic Energy Commission, New Homogenisasi (pemanasan) untuk sampel
York Interscience Publishers, Jhon Wiley ingot paduan U-35Zr, U-45Zr, U-55Zr
and Sons, 1972. dilakukan selama 12 jam dengan tujuan
4. BRETSCHER, M M., MATOS, J untuk membentuk marerial selular agar
E.,Neutronics Performance of High memudahkan penyerapan Gas Hidrogen
Density LEU Fuels In Water-Moderated pada saat proses hydriding berlangsung.

__________________________________________________________________________________________
337
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
338
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
PENGUJIAN PUPUK UREA LEPAS TERKENDALI ( CRF)
PADA TANAH GAMBUT KALIMANTAN TERHADAP PRODUKTIVITAS
PADI VARIETAS SIDENUK

Ummu Azisah Hasibuan1, Wijiyono2


1STTN-BATAN

2PSTA-BATAN

Abstrak

Pengujian Pemupukan Urea Lepas Terkendali (Crf) Pada Tanah Gambut Kalimantan Terhadap
Produktivitas Padi Varietas Sidenuk. Telah dilakukan Pengujian Pemupukan Urea Lepas Terkendali (CRF)
Pada Tanah Gambut Kalimantan Terhadap Produktifitas Padi Varietas Sidenuk. Pengujian dilakukan di Green
house STTN-BATAN Langkah langkah dalam percobaan meliputi penentuan daya tumbuh benih padi,
pembuatan pesemaian lalu dilanjutkan pembuatan media tumbuh. Media tumbuh dibuat dengan mencampur 1
bagian tanah dan 1 bagian pupuk organik sampai kondisi campuran media homogen. lalu diamkan selama 2-3
hari untuk membantu proses fisiologis media. Pengujian CRF pada jenis tanah Gambut Kalimantan dengan
ketentuan dosis pada Perlakuan CRF : 1.60 gram/tanaman P : 0.80 gram/tanaman K : 0.40 gram/tanaman
sementara pada Kontrol NPK dengan dosis N : 1.60 gram/tanaman P : 0.80 gram/tanaman K : 0.40 gram/
tanaman. Berdasarkan hasil percobaan pada perlakuan CRF diperoleh data produksi tertinggi pada tanah
Gambut dari Kalimantan : 8.28 ton/ha, sementara pada kontrol NPK : 7.63 ton/ha sedangkan petani rata-rata :
6.2 ton/ha

Abstract
The Effect Of Controlled Release Urea Fertilization (Crf) In Soil Peat Kalimantan Productivity Of Rice
Variety Sidenuk. The experiment have been carried Controlled Release Urea Fertilizer (CRF) On Kalimantan
Peat Soil Productivity Against Rice Varieties Sidenuk. Testing is done in Green house STTN-BATAN Steps in
the trial include determining the ability to grow paddy, manufacture of nursery and then continued manufacture
of the growing medium. Growing medium made by mixing 1 part soil and one part organic fertilizer through
inhomogeneous media mixed conditions. and let stand for 2-3 days to help the physiological process media. The
experiment of CRF on the type of soil Peat Kalimantan with the provisions of the dose in treatment of CRF: 1.60
g / plant P: 0.80 g / plant K: 0:40 gram /plant while the treatment NPK doses of N: 1.60 g / plant P: 0.80 g /
plant K: 0:40 grams / plant. Based on the results of experiments on the treatment of CRF data showed the highest
production on peat soil of Borneo: 8:28 tons / ha, while in the control NPK: 7.63 tones / ha, while the average
farmer: 6.2 tones / ha

__________________________________________________________________________________________
339
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
I. Latar Belakang Masalah hujan yang baik akan memberikan dampak yang baik
dalam pengairan, sehingga genangan air yang
Salah satu usaha untuk mencapai hasil yang
diperlukan tanaman padi disawah dapat tercukupi.
maksimal dalam usaha budidaya tanaman padi perlu
mengenal klasifikasi dari jenis tanaman padi. Kemudian temperatur seperti suhu memiliki peranan
Tanaman padi adalah termasuk jenis tanaman penting dalam pertumbuhan tanaman padi. Suhu yang
rumput-rumputan. Tanaman padi mempunyai panas merupakan termperatur yang sesuai bagi
klasifikasi sebagai berikut : tanaman padi, misalnya daerah tropika yang dilalui
x Genus : Oryza , Linn Garis Katulistiwa seperti di negara kita ini. Tanaman
padi dapat tumbuh baik pada suhu 230C ke atas,
x Famili : Grammeae (poaceae)
sedangkan di Indonesia pengaruh suhu tidak terasa
x Spesies : Oryza Sativa, L
Tujuan utama pembudidayaan padi adalah karena suhunya hampir konstan sepanjang tahun.
untuk mendapatkan hasil padi yang berkualitas Adapun salah satu pengaruh suhu terhadap tanaman
padi adalah kehampaan pada biji. Sementara itu
bagus, serta panen yang setinggi-tingginya. Untuk
mendapatkan hasil padi sesuai yang diharapkan, hubungan antara tinggi tempat dengan tanaman padi
maka tanaman yang akan ditanam harus sehat dan adalah daerah antara 0-650 m dengan suhu 200 C -
subur. Tanaman sehat adalah tanaman yang tidak 220 C termasuk 96 % dari luas tanah di Jawa cocok
untuk tanaman padi. Sementara itu sinar matahari
terserang oleh hama dan penyakit, tidak mengalami
merupakan sumber kehidupan, termasuk tanaman
defisiensi hara, baik unsur hara yang diperlukan
dalam jumlah besar maupun kecil (1). Sedangkan padi. Sinar matahari diperlukan padi untuk proses
tanaman subur adalah tanaman yang tumbuh dan fotosintesis, terutama proses penggembungan dan
perkembangannya tidak terhambat, baik karena kemasakan buah padi akan tergantung terhadap
kondisi biji atau lingkungan tempat tanaman ituintensitas cahaya matahari (3). Kemudian angin
tumbuh. memiliki peranan yang sangat penting terhadap
Untuk mendapatkan hasil panen pada padipertumbuhan tanaman padi. Dengan angin tanaman
sawah yang berkualitas bagus serta banyak, padi dapat melakukan proses penyerbukan dan
pembuahan. Selain itu, angin memiliki peran yang
diperlukan teknik dan cara-cara tertentu. Apabila
tanaman yang kita tanam hanya asal tanam, tanpanegatif terhadap perkembangan padi. Berbagai
penyakit, seperti tumbuhnya jamur atau bakteri,
perawatan dan pengolahan yang baik, maka hasilnya
ditularkan oleh angin, bahkan angin juga bisa
pun tidak seperti yang diharapkan. Pemeliharaan dan
mengakibatkan buah jadi hampa dan tanaman roboh.
perawatan harus dilakukan mulai dari awal pesemaian
sampai tanaman panen. Dalam proses pertumbuhan Sedangkan musim juga berpengaruh terhadap
tanaman hingga berbuah, diperlukan pemeliharaanpertumbuhan tanaman padi, kita kenal khususnya di
Indonesia adalah musim kemarau dan penghujan.
yang baik, terutama harus diusahakan agar tanaman
terhindar dari serangan hama dan penyakit yang Penaman padi pada musim kemarau dan musim
sering kali produksinya menurun. Selain usaha penghujan memiliki dampak yang cukup besar
perawatan yang baik dan benar perlu dilakukan terhadap kuantitas dan kualitas padi. Penanaman padi
pemupukan berimbang, dan untuk meningkatkan pada musim kemarau akan lebih baik dari pada musim
efisiensi pemupukan berimbang perlu dilakukan hujan, asalkan sistem pengairan baik (4). Proses
Pengujian Pelepasan Pupuk Urea Lepas Terkendalipenyerbukan dan pembuahan padi pada musim
(CRF) pada Tanah Gambut Kalimantan Terhadap kemarau tidak akan terganggu oleh hujan sehingga
padi yang dihasilkan akan optimal. Sedangkan pada
Produktifitas Padi Varietas Sidenuk. Selain itu untuk
mempertahankan produksi tetap tinggi dan musim penghujan proses penyerbukan dan
pembuahan pada tanaman padi sering terjadi
berkualitas harus dipenuhi juga apa yang menjadi
syarat tumbuh untuk tanaman padi tersebut. gangguan hujan sehingga menyebabkan tanaman padi
Meskipun padi adalah tanaman yang mudah sebagian hampa yang menyebabkan produksi padi
ditemukan dimana-mana, namun tanaman padi tidakmenurun.
dapat tumbuh disembarang tempat. Padi memerlukan II. Tata Kerja
perlakuan khusus untuk dapat tumbuh serta beberapa Bahan dan Tata Kerja
dukungan alam, diantaranya iklim dan tanah (2). a. Bahan :
Terkait dengan iklim tanaman padi sangat cocok a) Bibit padi Varietas Sidenuk
tumbuh di iklim yang berhawa panas dan banyak b) Pupuk Urea
mengandung uap air. Keadaan iklim ini, meliputi c) Pupuk SP-36
curah hujan, temperatur, ketinggian tempat, sinar d) Pupuk KCl Kanada
matahari, angin, dan musim. Tanaman padi e) Pestisida Jenis Boldoog
__________________________________________________________________________________________
membutuhkan curah hujan yang baik, rata-rata 200 f) Pestisida jenis Bassa 50 Ec
340 g) Herbifarm
mm/bulan, dengan distribusi selama 4 bulan. curah
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
h) Hand Spayer d. Penentuan daya kecambah dan Penaburan
i) Tanah Gambut Kalimantan benih, terlebih dahulu benih direndam dalam
j) Pupuk organik/kandang air dengan tujuan sebagai berikut :
1) Seleksi terhadap benih yang kurang baik,
b. Alat : benih yang terapung/melayang harus
a) Green House dibuang
b) Papan nama dan kode percobaan 2) Agar terjadi proses fisiologis. Proses
c) Dokumentasi fisiologis berarti terjadinya perubahan di
d) Form rekaman data dalam benih yang akhirnya benih cepat
e) pH meter berkecambah. Penyerapan atau masuknya
f) Kantong plastik klip air ke dalam benih akan mempercepat
g) Timbangan analitik proses fisiologis.
3) Lama perendaman benih
c. Pelaksanaan Penelitian
4) Benih direndam dalam air selama 24 jam,
Penentuan daya kecambah bibit padi sebelum
kemudian diperam (sebelumnya ditiriskan).
disemai perlu ditentukan daya kecambahnya
Lamanya pemeraman benih diperam
dengan ketentuan daya kecambah berkisar
selama 48 jam, agar didalam pengeraman
antara 80-100 % . Langkah awal yang harus
tersebut benih berkecambah, Penentukan
dilakukan dalam budidaya tanam padi ialah
daya kecambah dengan persamaan sbb
dengan membuat pesemaian. Pembuatan
X -Y
pesemaian memerlukan suatu persiapan yang Daya kecambah = ---------- x 100 %
sebaik-baiknya. Hal ini karena pesemaian 100
merupakan tempat untuk melakukan pembenihan. Dimana :
Benih dipesemaian akan menentukan X : benih berkecambah
pertumbuhan padi di sawah. Pesemaian harus Y : benih yang tidak berkecambah
mendapat perhatian yang lebih, tujuannya untuk
Dari hasil penentuan daya tumbuh benih padi varietas
mendapatkan bibit yang berkualitas bagus. Benih
Sidenuk sebesar 85 %. seperti pada gambar 1
yang digunakan sebaiknya merupakan benih
unggul yang telah disebarluaskan kepada petani
dan telah bersertifikat, sehingga kualitas benih
dapat dijamin. Media tumbuh pesemaian harus
dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Hal ini
dimaksudkan supaya diperoleh bibit yang baik.
Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk
media pesemaian, di antaranya sebagai berikut:
a. Tanah harus subur
Tanah yang subur mengandung bunga tanah
atau humus dalam lapisan yang dalam dan
gembur. Tanah yang berstruktur gembur akan Gambar 1. Daya tumbuh benih padi varietas
mempermudah penyediaan air. Sidenuk
b. Cahaya matahari
Cahaya matahari dibutuhkan untuk 5) Pelaksanaan menebar benih
pertumbuhan dan perkembangan bibit agar a) Usahakan benih yang telah
tetap sehat dan kuat. Bibit harus diupayakan berkecambah dengan ukuran sekitar 1
jangan sampai terlindung dari cahaya mm, benih disebar merata pada
matahari, untuk menjaga terhadap penyakit pesemaian.
etiolasi (bibit memanjang dan lemah).
c. Pengairan b) Lokasi pesemaian seluas 2 m2 x 2 m2
Air dalam pesemaian sangat diperlukan, disiapkan.
terutama untuk perkembangan semai (bibit). c) Lokasi pesemaian dibersihkan dari
Kedalaman air pada pesemaian harus berbagai herba dan gulma.
diperhatikan. Apabila mengalami kekeringan, d) Tanah digemburkan dengan cangkul
pesemaian harus segera diairi. Sebaliknya, jika sambil diairi sampai kondisi tanah rata
air terlalu tinggi, harus segera dikurangi/ dan halus Kemudian dibuat petak 2 m2
dialirkan. Hal ini dimaksudkan supaya bibit x 2 m2 dengan ketebalan 10-20 cm lalu
__________________________________________________________________________________________
tetap sehat. diamkan selama 3 hari.
341
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
e) Benih yang sudah berkecambah Tabel 1. Lay Out Percobaan Pengujian Pupuk
ditaburkan pada peta pesemaian secara Urea Lepas Terkendali (CRF) Pada Tanah
merata. Gambut Padi Varietas Sidenuk
f) Air dalam pesemaian diperlukan, untuk
Ulangan Ulangan Ulangan
perkembangan bibit. Kedalaman air Jenis tanah 1 2 3
pada pesemaian harus diperhatikan.
Tanah Gambut
Apabila mengalami kekeringan, 1 2 3 1 2 3 1 2 3
pesemaian harus segera diairi. CRF
* * * * * * * * *
Sebaliknya, jika air terlalu tinggi, harus NPK
segera dikurangi. Hal ini supaya bibit * * * * * * * * *
tetap sehat. dan setelah berumur 23 hari Keterangan :
benih padi siap untuk ditanam sebagai N : 1.60 gram/tanaman
P : 0.80 gram/tanaman
tanaman percobaan.
K : 0.40 gram/tanaman
6) Persiapan media tumbuh dengan
CRF : 1.60 gram/tanaman
menyiapkan bak media sebagai tempat P : 0.80 gram/tanaman
media tumbuh yang berdiameter 40 cm K : 0.40 gram/tanaman
dengan tinggi 40 cm sebanyak 6 buah 1,2,3 : ulangan percobaan
bak media * : tanaman percobaan
7) Siapkan media tanah yang dicampur
dengan pupuk organik dengan
perbandingan 1 : 1 dan dicampur sampai III. Hasil Dan Pembahasan
homogen. Kemudian media tanah Berdasarkan hasil Pengujian Pupuk Urea Lepas
dimasukan ke dalam bak media dengan Terkendali (CRF) Pada Jenis Tanah Gambut dari
ketebalan 40 cm Kalimantan Terhadap produksi diperoleh data jumlah
8) Masing-masing bak media yang sudah anakan produktif pada Kontrol NPK dapat dilihat
berisi media diberi air dengan kedalaman pada tabel 2.
air 5-7 cm dari permukaan media tanah,
lalu diamkan 2-3 hari maka media siap Tabel 2. Pengamatan Jumlah Anakan Produktif
tanam. Pengujian CRF Pada Tanah Gambut Kalimatan
Adapun Pesemaian seperti gambar berikut ini: Terhadap Produksi Padi Varietas Sidenuk
Jenis tanah Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
Tanah Rata rata Rata rata Rata rata
Gambut anakan anakan anakan
produktif produktif produktif
CRF 7 5 5
NPK
6 5 5
Keterangan :
N : 1.60 gram/tanaman
P : 0.80 gram/tanaman
K : 0.40 gram/tanaman
CRF : 1.60 gram/tanaman
P : 0.80 gram/tanaman
Gambar 2. Pesemaian Padi Varietas
K : 0.40 gram/tanaman
Sidenuk 1,2,3 : ulangan percobaan

d. Langkah-langkah Penelitian Sedangkan pertumbuhan vegetatif kontrol NPK


pada gambar 3 berikut ini
Setelah media percobaan sudah siap dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sbb :
Penanaman bibit dilakukan setelah berumur
2-3 minggu pada pot percobaan masing-
masing 3 tan/pot\
Perlakuan (treatment) terhadap tanaman padi Gambar 3. Perlakuan NPK Pengujian
__________________________________________________________________________________________
varietas Sidenuk seperti pada tabel 1 CRF Pada Jenis Tanah Gambut Kalimatan
342
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Sementara pertumbuhan vegetatif pada perlakuan optimal sehingga dari hasil proses potosintesis yang
CRF seperti pada gambar 4. ditranlokasikan ke bagian vegetatif relatif lebih
sempurna sehingga secara tidak langsung akan
mempengaruhi prtumbuhan generatif dalam hal ini
produksi padi.
Sehubungan dengan hasil pengujian CRF pada
Padi Varietas Sidenuk, pada perlakuan NPK, ternyata
setelah 3 hari setelah perlakuan, bagian vegetatif
seperti pada daun batang dan urat daun tanaman padi
sudah kelihatan hijau subur. Namun setelah 3 minggu
setelah perlakuan warna bagian vegetatif mulai
beransur-ansur menguning. Sementara itu pada
Gambar 4. Pengujian CRF Pada Jenis Tanah perlakuan CRF bagian vegetatif tanaman padi yang
Gambut Kalimatan berwarna hijau bisa bertahan hingga menjelang awal
Dari data yang diperoleh bahwa jumlah anakan berbunga. Fenomena ini menggambarkan bahwa pada
produksi hampir tidak berbeda. Namun bila perlakuan CRF penyerapan unsur Nitrogen dalam
dicermati dari pertumbuhan vegetatif nampak Controlling Releaze Fertilization (CRF) terabsorbsi
berbeda. Seperti terlihat pada perlakuan CRF secara perlahan-lahan sesuai dengan kebutuhan dari
pada jenis tanah Gambut yang diikuti dengan tanaman padi itu sendiri. Sedangkan sisa unsur
pertumbuhan vegetatif lebih subur bila dibandingkan nitrogen yang belum terserap terikat oleh CRF
dengan kontrol NPK. sehingga dapat meningkatkan efisiensi dalam
Sementara data tinggi tanaman yang paling pemupukan. Sedangkan sebaliknya terjadi pada
tinggi pada kontrol NPK : 183 cm dan pada perlakuan NPK setelah 3 hari setelah perlakuan
perlakuan CRF : 193 cm. Data hasil pengujian tinggi tanaman padi sudah mulai napak hijau. Kemudian 2
tanaman dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4 minggu setelah perlakuan ternyata berannsur-ansur
dibawah ini. tanaman padi daunnya mulai menguning yang
dikarenakan sistem penyerapan unsur hara tanaman
Tabel 3 Pengamatan Tinggi Tanaman Pada padi dapat mencapai maksimal. Kemudian setelah
Pengujian Pupuk Urea Lepas Terkendali (CRF) penyerapan Nitrogen mencapai titik optimum yaitu
Pada Tanah Gambut Kalimatan Terhadap Produksi 50 % . Kemudian penyerapan unsur hara Nitrogen
Padi Varietas Sidenuk akan berhenti atau lambat, sementara unsur hara
sudah banyak yang hilang karena penguapan atau
Perlakuan Ulangan 1 Ulangan Ulangan larut dalam air pengairan. Walaupun cepat lambatnya
2 3 penyerapan unsur hara tanaman padi juga ada korelasi
Tanaman Rata rata Rata rata Rata rata dengan intensitas cahaya. Intensitas cahaya maksimal
percobaan Tinggi Tinggi Tinggi maka penyerapan unsur hara Nitrogen juga akan
tanaman tanaman tanaman meningkat yang dikarenakan proses penguapan lewat
(cm) (cm) (cm) daun akan berjalan dengan lancar.
CRF 180 Terkait dengan sifat dari berbagai tanaman
183 183
terhadap kebutuhan unsur hara hanya menyerap sesuai
NPK 198 196 190 dengan kebutuhan, artinya walaupun cadangan unsur
Keterangan : hara cukup melimpah namun tidak akan diserap
N : 1.60 gram/tanaman semuanya dalam waktu relatif cepat, melainkan
P : 0.80 gram/tanaman sesuai kebutuhan seperti penyerapan unsur hara
K : 0.40 gram/tanaman Nitrogen setelah mencapai titik maksimal maka
CRF : 1.60 gram/tanaman absorbsi unsur hara akan berhenti atau lambat seperti
P : 0.80 gram/tanaman absorbsi unsur Nitrogen akan melemah setelah
K : 0.40 gram/tanaman
tercapai 50 % .
1,2,3: ulangan percobaan
Berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan
vegetatif yang lebih subur akan menentukan
Berdasarkan data produksi pada tabel 4.
pertumbuhan generatif dalam hal ini tentu
Menunjukkan bahwa produksi yang paling tinggi
berpengaruh terhadap produksi padi. Hasil
pada perlakuan CRF, walaupun jumlah anakan
pengamatan produksi dapat dilihat pada tabel 4
produktif sama, namun secara visual pertumbuhan
berikut ini.
vegetatif jauh lebih baik bila dibandingkan dengan
__________________________________________________________________________________________
kontrol NPK. Pertumbuhan vegetatif yang lebih baik
343
mengindikasikan proses potosintesis dapat mencapai
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Tabel 4 Pengamatan Produksi Pengujian CRF Pada DAFTAR ACUAN
Tanah Gambut Terhadap Produksi Padi
Varietas Sidenuk 1. Ragi, Am, 2006, Konsepsi Pertanian Berbasis
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ekologi Lokakarya Revitalisasi Penelitian dan
Perlakuan Produksi Produksi Produksi Pengembangan Pertanian. Badan Penelitian dan
(gram) (gram) (gram) Pengembangan Pertanian, Jakarta.
5 4 6 2. Jurnal of Suytainable 1990, http/www.
NPK
Haworthpressinc.com. 10 Agustus 2006.
CRF 13 13 - 3. Pelaksanaan PSO Subsidi Benih dan Pupuk Tahun
Keterangan Anggaran 2010, Kementerian Pertanian,
NPK : 1.60 gram/tanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2010.
P : 0.80 gram/tanaman 4. Pemulihan Kesuburan Tanah Pada Lahan Sawah
K : 0.40 gram/tanaman Berkelanjutan, Kementerian Pertanian Republik
CRF : 1.60 gram/tanaman
Indonesia, 2010.
P : 0.80 gram/tanaman
K : 0.40 gram/tanaman

Gambar 5. Kontrol NPK Pengujian CRF Pada Tanah


Gambut Terhadap padi Varietas Sidenuk

Bila diperhitungkan pada luas 1 ha dengan


jarak tanam 20 cm x 20 cm akan diperoleh produksi.
Pada perlakuan CRF : 8.28 ton/ha dan pada kontrol
NPK : 7.63 ton/ha sementara yang biasa dilakukan
petani rata-rata : 6.0/ ton/ha atau CRF>NPK>Petani.

IV. KESIMPULAN
Dari hasil Pengujian Pemupukan Lepas
Terkendali (CRF) Pada Jenis Tanah Gambut
Terhadap Produksi Padi Varietas Sidenuk dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Produksi paling tinggi dari perlakuan CRF pada
jenis tanah Gambut dengan produksi : 8.28 ton/
ha
2. Produksi paling tinggi dari Kontrol NPK pada
jenis tanah Gambut dengan produksi : 7.63 ton/ha
3. Rata-rata produksi petani : 6 ton/ha.

UCAPAN TERIMA KASIH

1. Siva Fausiah anggota tim SINAS 2015 di STTN-


BATAN yang telah melakukan tugasnya sebagai
asisten pelaksana teknis dilaboratorium.
2. Akbar Juandra anggota tim SINAS 2015 di
STTN-BATAN yang telah melakukan tugasnya
__________________________________________________________________________________________
sebagai asisten pelaksana teknis dilapangan.
344
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
LEMBAR TANYA JAWAB:

JUDUL MAKALAH : Pengujian Pupuk UREA Lepas Terkendali (CRF) pada Gambut Kalimantan
Terhadap Produktivitas Padi Varietas Sidenuk.
PENULIS : WIJIYONO
PENYAJI : WIJIYONO

PERTANYAAN:
1. Komposisi NPK yang digunakan apa sudah baku ataukah hasil optimasi dari percobaan-percobaan yang
telah dilakukan?

JAWABAN :
1. Sudah baku, tapi bukan hasil dari optimasi percobaan-percobaan, melainkan mengacu pada sistem
pemupukan berimbang dari Dinas Pertanian (DIPERTA).

__________________________________________________________________________________________
345
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
346
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

PEMUNGUTAN PERAK DARI LARUTAN FIXER PENCUCI FILM


RADIOGRAFI BERBASIS REAKSI PERTUKARAN
Pandu Dwi Cahya Perkasa, Noor Anis Kundari , Sugili Putra

Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir BATAN


Jl. Babarsari Kotak POB 6101/YKBB, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
(0274) 484085

Email: 011100294.pandu@gmail.com

ABSTRAK

PEMUNGUTAN PERAK DARI LARUTAN FIXER PENCUCI FILM RADIOGRAFI


BERBASIS REAKSI PERTUKARAN LOGAM. Limbah fixer bekas pencucian film radiografi merupakan
masalah bagi industri uji tak merusak menggunakan teknik radiografi dan rumah sakit yang memanfaatkan
radiologi untuk diagnosis. Limbah fixer mengandung Ag yang dikategorikan sebagai logam berat yang bila
dibuang ke lingkungan akan menyebabkan pencemaran. Namun, kandungan Ag dalam limbah fixer memiliki
nilai ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk memungut Ag dalam limbah fixer agar diperoleh perak murni
dan menentukan % perak yang dapat dipungut. Disamping itu, juga untuk memperoleh persamaan kecepatan
reaksi. Metode yang digunakan meliputi mereaksikan limbah fixer dengan logam Mg, menghasilkan Ag2S,
selanjutnya dilakukan konversi menjadi AgNO3 menggunakan asam nitrat (HNO3). Hasil konversi
disolidifikasi menggunakan logam tembaga (Cu). Setiap tahapan proses dilakukan analisis menggunakan
spektrometri serapan atom untuk mengetahui jumlah produk yang terbentuk. Hasil analisis dan perhitungan
yang dilakukan, proses pemungutan mampu memungut 93,24% perak dari limbah fixer dari konsentrasi awal
limbah 3414 ppm, konstanta kinetika reaksi pada reaksi limbah fixer dengan logam Mg adalah 0,2 menit-1
dan order reaksi 1, konversi senyawa Ag2S menjadi AgNO3 mampu mengkonversi 75,02% dari 25 g Ag2S
yang diumpankan, solidifikasi yang dilakukan menggunakan logam Cu mampu mengkristalkan 99,44%
perak dari 16 g perak yang terdapat dalam AgNO3. Logam perak yang dihasilkan dari proses pemurnian
mempunyai kemurnian 99,97%.

Kata kunci: Limbah fixer, Pemungutan Ag, Reaksi pertukaran logam, Pemurnian

ABSTRACT

SILVER RECOVERY FROM FIXER SOLUTION RADIOGRAPHIC FILM WASHER BASED


ON METALLIC REPLACEMNT REACTION. Former fixer waste radiographic film laundering is a
problem for non-destructive testing industries that use radiographic techniques and hospitals that use
radiology for diagnosis. Fixer waste contains Ag which is categorized as heavy metals when discharged into
the environment would cause pollution. However, the content of silver in the fixer waste has economic value.
This research aims to make the process of collecting the waste fixer Ag in order to obtain pure silver and
determining the percentage of silver that has been recovered. In addition, it is also aim to obtain the reaction
rate equation. Methods used include metal combined with Mg fixer waste, which produces Ag 2S, then
performed by conversion into silver nitrat using nitric acid (HNO3 ). AgNO3 to be solidification conversion
results using copper. Each stage of the process performed using atomic absorption spectrometry analysis to
determine the amount of product formed in each process. Results of analysis and calculations performed, the
process is able to charge a 93.24% covering silver from waste fixer of the initial concentration of 3414 ppm
waste, kinetic law of reaction in the reaction fixer waste with Mg metal is first order with kinetic constant is
0,2 minute-1, the conversion Ag2S be able to convert 75.02% AgNO3 of 25 g Ag2S feed, solidification is
performed using a metal capable of crystallizing 99.44% Cu silver of 16 g of silver contained in the silver
nitrat. Silver metal produced from the refining process having a purity of 99.97%.

Keywords: Fixer waste, Ag recovery, Metallic replacement reactions, Purification

__________________________________________________________________________________________
347
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
digolongkan limbah B3. Di lain pihak, logam
PENDAHULUAN Ag yang terkandung dalam fixer bekas juga
mempunyai nilai ekonomi karena logam Ag
Pemanfaatan teknologi nuklir semakin tergolong logam mulia. Berbagai teknologi
berkembang. Seiring dengan meningkatnya digunakan untuk mendapatkan kembali Ag dari
kebutuhan akan teknologi yang effisien dan limbah larutan fixer yang kebanyakan efektif
aplikatif, aplikasi teknologi nuklir berkembang pada batas konsentrasi Ag tertentu. Perak
berbanding lurus dengan kebutuhan seperti dalam bentuk kompleks anionik tiosulfat
pada bidang; kesehatan, industri, energi, dan (Ag(S2O3)2)3- dapat dipisahkan dari larutannya
pertanian. Dari berbagai aplikasi teknologi dengan cara elektrolisis, pertukaran logam
nuklir yang sedemikian rupa tersebut, aplikasi (metallic replacement), pengendapan, penukar
teknologi nuklir di bidang industri mengalami ion, membran cair emulsi (ELM), dan adsorbsi
perkembangan yang signifikan. Kebutuhan dengan kitin [2].
industri akan efisiensi dan kualitas menuntut Teknik elektrolisis dan
industri untuk melakukan kontrol kualitas. pertukaran logam merubah senyawa kompleks
Pemenuhan tuntutan akan kualitas produk perak tiosulfat menjadi logam Ag, sedangkan
industri tersebut mempengaruhi perkembangan teknik pengendapan akan mengubah kompleks
teknologi nuklir di bidang industri khususnya Ag menjadi bentuk endapan dengan
pemanfaatan teknologi nuklir untuk uji tak penambahan agen pengendap seperti sodium
merusak (NDT). sulfida, sodium borohidrida atau sodium
Perusahaan yang memanfaatkan ditionit.
teknologi nuklir di bidang uji tak merusak Metode elektrolisis
mencapai 2250 perusahaan [1]. Data tersebut keuntungannya yaitu mendapatkan kemurnian
menunjukkan pemanfaatan teknologi nuklir di Ag yang besar namun metode ini hanya dapat
bidang uji tak merusak di industri sangat digunakan pada konsentrasi perak yang tinggi
besar. Namun pemanfaatan teknologi nuklir di (larutan fixer). Metode pengendapan
bidang uji tak merusak, selain mempunyai nilai keuntungannya adalah biaya operasionalnya
manfaat yang amat besar juga menimbulkan relatif murah namun menghasilkan endapan
masalah. Uji tak merusak dengan memakai yang tidak murni sehingga membutuhkan
radiografi yang banyak dipakai oleh industri pemurnian lebih lanjut. Selain itu metode ini
masih memakai film negatif untuk tidak dapat digunakan pada konsentrasi Ag
mengintepretasikan hasil uji. Walaupun pada kurang dari 100 mg/L. Metode resin penukar
saat ini sudah ditemukan radiografi anion hanya efektif digunakan pada
menggunakan pembacaan digital, namun uji konsentrasi Ag yang kecil yaitu kurang dari 1
tak rusak umumnya banyak dilakukan di mg/L dan biaya operasinya mahal (Songkroah
medan yang berat seperti hutan dan laut, at al., 2003). Salah satu teknik yang dapat
sehingga radiografi digital menjadi kurang dipakai untuk tujuan pemungutan perak adalah
efektif bila digunakan. Dalam radiografi metode pertukaran logam. Metode pertukaran
industri, untuk membaca hasil yang terekam logam memanfaatkan reaktivitas logam yang
pada film radiografi harus menggunakan lebih aktif dari pada logam Ag. Perak dalam
proses pencucian film untuk dapat larutan akan bertukar dengan besi padat
mengintepretasikan hasil uji. Pada proses melalui reaksi oksidasi-reduksi. Baja wol,
pencucian film, AgBr yang tidak terekspose partikel besi, atau resin besi impregnated
oleh radiasi sinar-X atau gamma dari sumber digunakan sebagai sumber logam besi [3].
pengion maupun pesawat sinar-X pada saat Namun, penggunaan logam Fe pada
proses radiografi dilangsungkan, dilarutkan proses pertukaran logam dinilai kurang
oleh larutan penetapan (fixer), dengan begitu menguntungkan karena waktu reaksi yang
film dapat diintepretasi. lama dan tingkat korosi yang sulit diprediksi.
Larutan fixer yang telah Penggunaan logam Mg diharapkan mampu
digunakan untuk mencuci film negatif menjadi menggantikan logam Fe sebagai reagen pada
masalah tersendiri pada bidang uji tak merusak proses pertukaran logam. Berdasarkan reaksi
yang masih memakai film negatif. Fixer bekas pertukaran logam tunggal pada pemungutan
menjadi masalah karena mengandung logam perak dalam limbah larutan fixer logam Mg
Ag yang termasuk logam berat dan menggeser logam Ag pada Ag2(S2O3). Hal ini

__________________________________________________________________________________________
348
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
dikarenakan logam Mg lebih reaktif dari pada menggunakan reaktor batch isotermal dengan
logam Ag, dengan demikian akan terjadi reaksi volume konstan. Sisa Ag dalam limbah larutan
redoks. fixer dianalisis menggunakan Spektrometri
Serapan Atom (SSA).
METODOLOGI Proses pemurnian dilakukan dengan
mengkonversi Ag2S hasil pemungutan
Dalam penelitian pemungutan perak menggunakan Asam Nitrat (HNO3). Kebutuhan
dari limbah fixer menggunakan reaksi asam nitrat yang digunakan untuk proses
pertukaran logam magnesium digunakan konversi dihitung secara stokiometri. AgNO 3
bahan untuk melangsungkan penelitian hasil konversi kemudian disolidifikasi
seperti, Aquadest, Logam Magnesium menggunakan logam tembaga (Cu). Hasil
konversi dilakukan analisis menggunakan
(Mg), Limbah Fixer, Asam Nitrat (HNO3),
spektrometri serapan atom (SSA) untuk
Logam Tembaga (Cu). Dalam penelitian
mengetahui jumlah Ag yang terkonversi.
pemungutan perak dari limbah fixer Kemurnian Ag yang didapat dari proses
menggunakan reaksi pertukaran logam solidifikasi dianalisis menggunakan
magnesium digunakan alat seperti, Gelas spektrometri serapan atom untuk mengetahui
Beker, Batang Pengaduk, Hot Plate, kemurnian Ag yang didapatkan.
Pengaduk Magnet, Termometer, Neraca
Analitik, Sendok Sungu, Kaca Arloji, HASIL DAN PEMBAHASAN
Kertas Saring Whatman 42 dan 41, Oven,
Timer, Spektrometri Serapan Atom (SSA). Proses pemungutan perak menggunakan
logam magnesium merupakan proses yang
Diagram alir penelitian sebagai
memanfaatkan reaksi pertukaran logam tunggal
berikut, yaitu logam magnesium yang lebih reaktif dari
Mulai pada logam perak menggantikan posisi logam
perak sebagai atom pusat pada komplek
Ag2(S2O3). Logam yang digunakan untuk
menggantikan posisi unsur pada suatu senyawa
Limbah Fixer
berada di sebelah kiri logam yang akan
digantikan, karena semakin ke kiri letak logam
Penetapan yang digunakan maka semakin reaktif logam,
Pemungutan Konstanta selain itu dalam suatu reaksi oksidasi dan
Kinetika
reduksi dalam elektrokimia akan berlangsung
Analisis Ag secara spontan jika oksidatornya (zat tereduksi)
Konversi Terkonversi memiliki potensial reduksi standar lebih besar
atau berharga positif. Demikian halnya yang
Analisis Kadar
terjadi terhadap reaksi antara senyawa komplek
Solidifikasi Kemurnian Ag Ag2(S2O3) dengan logam Mg yang
mengalami reaksi oksidasi dan reduksi. Logam
Ag memiliki standar potensial reduksi 0,80
E(V) sedangkan Mg memiliki standar
potensial reduksi -2,37 E(V) dari nilai standar
Ag >99% potensial reduksi Ag maupun Mg
Tidak
menunjukkan bahwa Ag memiliki standar
Ya reduksi bernilai potitif dan terreduksi oleh Mg
yang memiliki standar potensial reduksi
Mulai bernilai negatif. Dengan demikian arah reaksi
oksidasi dan reduksi dapat dikatakan terjadi
secara spontan. Pada deret volta, logam
Pada penelitian yang dilakukan, magnesium terletak di sebelah kiri logam perak
ditentukan persamaan kinetika reaksi dengan sehingga ketika limbah fixer yang mengandung
melakukan pengamatan di laboratorium komplek perak tiosulfat direaksikan dengan
logam magnesium, terjadi reaksi pertukaran

__________________________________________________________________________________________
349
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
dan menghasilkan endapan perak seperti yang Tabel. 1. Kondisi pada Saat Pengamatan
terjadi pada Gambar 1. Laju Reaksi

Parameter Keterangan Satuan

Berat Magnesium 1,0013 g


Suhu 31 C
pH 6
Pengadukan - -
Volum Total 500 mL

Untuk menganalisis data yang diperoleh


dapat menggunakan metode diferensial
maupun metode integal. Metode diferensial
memerlukan hubungan konsentrasi dengan
Gambar. 1. Proses Pemungutan Ag dari waktu. Hal ini dilakukan dengan cara
Limbah Fixer Menggunakan Mg melakukan variasi waktu reaksi. Konsentrasi
awal Ag pada larutan fixer merupakan
Pada Gambar 1 reaksi limbah fixer yang
konsentrasi maksimum yang terdeteksi yang
mengandung komplek perak tiosulfat
diperoleh dalam waktu optimum. Konsentrasi
Ag2(S2O3) menghasilkan Ag2S atau biasa
yang terdeteksi dari beberapa waktu reaksi
disebut tarnish. Perak sulfida terbentuk karena
yang lebih pendek dari waktu optimumnya
setelah komplek perak tiosulfat bereaksi
selalu lebih rendah dari konsentrasi
dengan logam magnesium dan menghasilkan
maksimum. Berdasarkan kurva konsentrasi
logam perak. Logam perak yang terbentuk
dengan waktu dilakukan analisis menggunakan
bereaksi dengan ion sulfur S+ yang merupakan
metode diferensial untuk memperoleh orde dan
produk samping dari reaksi Ag2(S2O3) dengan
konstanta kecepatan reaksi.
logam Mg seperti pada Persamaan (c). Ion
Konsentrasi yang digunakan untuk
sulfur terbentuk karena Mg memiliki standar
perhitungan Persamaan kecepatan reaksi
potensial reduksi bernilai negatif yang besar
berasal dari konsentrasi awal pada waktu 0
sehingga ligan S2O3- ikut tereduksi. Jika
menit dikurangi konsentrasi pada setiap variasi
standar potensial reduksi terlalu tinggi maka
waktu. Hasil perhitungan yang diperoleh padat
tiosulfat dapat terreduksi mengikuti Pers (1).
dilihat pada Tabel 2.

(1) Tabel. 2. Hasil Intepretasi Data Metode


Diferensiasi
Reaksi yang terjadi membentuk sulfida C t (-dc/dt) log(-dc/dt) log(c)
dan bereaksi dengan perak membentuk perak 3414 0
sulfida Ag2S, karena perak dalam bentuk 3274 5 654 2,8162 3,5151
stabilnya selalu berikatan dengan sulfida [4]. 2747 5 549 2,7399 3,4388
Pada proses pemungutan Ag dari limbah fixer 2379 5 475 2,6774 3,3764
didapatkan Ag yang terpungut sejumlah 1953 5 390 2,5918 3,2908
93,24% dari larutan limbah fixer. 1627 5 325 2,5124 3,2114
Pada penelitian ini dilakukan 1522 5 304 2,4834 3,1824
pengamatan laju reaksi limbah fixer yang 1342 5 268 2,4289 3,1279
mengandung Ag2(S2O3) bereaksi dengan 1454 5 290 2,4637 3,1627
logam Mg dengan kondisi pada saat 1466 5 293 2,4673 3,1663
pengamatan seperti Tabel 1. 1379 5 275 2,4407 3,1396

Dari Tabel 1 dapat dibuat gafik


hubungan log C dengan log (-dC/dt) dan
didapat Gambar 2.

__________________________________________________________________________________________
350
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Tabel. 4. Hasil Konversi
Nama Bahan Jumlah Satuan
Ag2S 25,0024 g

Ag dalam Ag2S 21,7497 g

Ag terkonversi 16,3333 g
% Terkonversi 75,0814 %

Dari Tabel 4 diketahui bahwa tidak


semua Ag2S yang terkonversi menjadi AgNO 3
Gambar. 2. Kurva Hubungan log (-dCA/dt) dan hanya 75%, padahal pada saat proses
dengan log CA konversi sudah dilakukan pengadukan untuk
menghomogenisasi padatan Ag2S dan volume
Berdasarkan kurva hubungan log dCA/dt asam nitrat sudah dihitung sesuai stokiometri
dengan log CA reaksi Ag2S2O3 dengan Mg dan berlebih 20%. Selain itu pada saat proses
didapatkan Persamaan kecepatan reaksinya konversi dilakukan pemanasan pada suhu 90C
yaitu. yang menjadikan sebagian nitrat menguap
karena nitrat menguap pada suhu 83C dan
tidak bereaksi dengan Ag, hal tersebut
(2) menyebabkan sebagian dari Ag2S tidak
terkonversi menjadi AgNO3.
Hasil perhitungan yang telah dilakukan Untuk mendapatkan logam perak dari
dengan metode diferensial didapatkan AgNO3 maka, dilakukan pengendapan
Persamaan kecepatan reaksi untuk reaksi menggunakan logam tembaga (Cu). Logam Cu
Ag2S2O3 dengan Mg seperti Pers (2). dipilih karena memiliki elektro negativitas
Untuk memurnikan Ag dari Ag2S maka yang tidak terlalu jauh dari logam perak
Ag2S dikonversi terlebih dahulu menjadi berdasarkan deret volta, selain itu dipilih
larutan AgNO3 menggunakan asam nitrat logam yg tidak terlalu reaktif karena reaksi
dengan konsentrasi tertentu. Setelah dilakukan berlangsung pada suasana asam kuat. Proses
perhitungan untuk kebutuhan asam nitrat untuk pengendapan Ag dengan logam Cu dilakukan
proses konversi selanjutnya dilakukan proses dengan kondisi seperti pada Tabel 5.
konversi dengan kondisi seperti Tabel 3.
Tabel. 5. Kondisi Proses Pengendapan
Tabel. 3. Jumlah Bahan dan Kondisi Ag Menggunakan Logam Cu
Proses Konversi
Keterangan Nilai Satuan
Keterangan Nilai Satuan
Massa logam Cu 9,2339 g
Massa Ag2S 25,0024 g
Volume AgNO3 500 mL
Volume HNO3 20,7264 mL
Waktu Reaksi 60 menit
Volume Air 500 mL

Konsentrasi HNO dalam 500 ml 2,6944 % Suhu 30 C
Pengadukan 800 rpm
Suhu 90

C
Pada proses pengendapan Ag dengan
logam Cu didapatkan hasil seperti pada Tabel
Dari hasil analisis menggunakan 5.
sprektrometri serapan atom didapatkan Ag Tabel. 6. Hasil Pengendapan Ag dari
yang terkonversi menjadi AgNO3 disajikan AgNO3 Menggunakan Logam Cu
dalam Tabel 4.
Keterangan Jumlah (g)

Massa Cu Akhir 6,3945

Massa Ag 15,91729

Sisa Ag dalam Larutan 0,08944

__________________________________________________________________________________________
351
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
pembentukannya tumbuh menyerupai cabang
Berdasarkan data pada Tabel 6 dapat pohon dan sering dianalogikan sebagai bunga
dilakukan perhitungan untuk persentase produk salju. Proses solidifikasi pada metalurgi, kristal
Ag yang dihasilkan dan kebutuhan logam Cu yang terbentuk umumnya selalu mengituti
yang digunakan selama proses pengendapan, bentuk kristal dendrit begitu juga pada proses
didapatkan persentase Ag mengendap 99,44% pembentukan kristal perak pada proses
dan kebutuhan logam Cu selama proses pengendapan Ag dari AgNO3 menggunakan
pengendapan adalah 2,8394 g. Proses logam Cu. Selama konsentrasi Ag masih ada
pengendapan Ag dari AgNO 3 menggunakan dan logam Cu masih tersedia dalam proses
logam Cu terjadi karena reaksi pertukaran maka pembentukan kristal Ag masih terus
logam tunggal seperti pada proses pemungutan, berlanjut sampai konsentrasi Ag mencapai
reaksi terjadi secara spontan karena logam Cu batas minimalnya atau bahkan habis.
memiliki nilai elektro negavitas yang bernilai Dari proses pengendapan Ag dari
0,34, nilai tersebut lebih kecil dari pada nilai AgNO3 menggunakan logam Cu didapatkan
elektro negativitas Ag yang bernilai 0,85. produk akhir berupa endapan logam Ag,
Reaksi pertukaran logam menghasilkan endapan yang didapat selanjutnya dianalisis
endapan yang terjadi lewat proses kristalisasi, menggunakan spektrometri serapan atom dan
proses pembentukan kristal perak dapat dilihat dihitung kadar kemurniannya. Kadar
dan diamati pada Gambar 3. kemurnian Ag yang diperoleh adalah 99,97%
dan dapat digolongkan very fine yang artinya
sesuai dengan standar layak jual pada pasar
logam mulia yang mensyaratkan logam mulia
minimal harus memiliki kadar 99,95% menurut
acuan dari PT. Aneka Tambang selaku
pemegang regulasi sertifikasi logam mulia
resmi di Indonesia.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian proses pemungutan


Ag dari limbah fixer bekas cucian film
radiografi ini dapat disimpulkan. Perak dalam
Gambar. 3. Proses Pembentukan Kristal Ag larutan fixer bekas pencuci film radiografi
dapat dipungut dengan proses reaksi
pertukaran logam magnesium dengan
penurunan kadar perak dalam larutan fixer
sejumlah 93,24%. Pemurnian perak dari Ag2S
hasil pemungutan dilakukan dengan cara
mengkonversi Ag2S menjadi AgNO3
menggunakan asam nitrat (HNO3) dan
dilakukan solidifikasi logam perak
menggunakan logam tembaga (Cu). Pada
proses konversi, Ag yang terkonversi sebanyak
75% dan proses solidifikasi dengan logam Cu
didapatkan endapan sebanyak 99,44% dan
kemurnian Ag logam hasil solidifikasi 99,97%.
Kinetika pada proses pemungutan mengetahui
Gambar. 4. Dilihat dengan Mikroskop reaksi order 1 dengan konstanta kecepatan
Perbesaran 20 reaksi 0,2 menit -1.

Dari Gambar 3 dan 4 dapat diamati


pertumbuhan kristal membentuk seperti ranting
pohon yang terus tumbuh, kristal pada Gambar
3 dan 4 disebut kristal dendrit yang pada

__________________________________________________________________________________________
352
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA

1. BAPETEN, 2014, Data Perizinan Bidang


FRZR,http://www.bapeten.go.id/?frame=iz
in_kota, Selasa 7 April 2015 Pukul 11.10
WIB
2. Songkroah C., Nakbanpote C., and
Thiravetyan P., 2003, Recovery of Silver-
Thiosulphate Complexes with Chitin,
Process Biochemistry Journal, vol. 39,
1553-1559.
3. Vernon L.S., and David J 1980, Water
Chemistry, by John Wiley & Sons, Inc.
USA, 1980.
4. Lawrence K. W., Handbook of Industrial
and Hazardous Wastes Treatment, Marcel
Dekker, Inc., 270 Madison Avenue, New
York, NY 10016, U.S.A, 2004

__________________________________________________________________________________________
353
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
354
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

EVALUASI BEBAN BUSBAR BNA/BNB/BNC YANG DICATU OLEH GENSET


BRV10/20/30 RSG GA. SIWABESSY

Koes Indrakoesoema1), Yayan Andriyanto1)


1)
PRSG, BATAN, Tangerang Selatan, Indonesia,
Email: koes@batan.go.id

ABSTRAK

EVALUASI BEBAN BUSBAR BNA/BNB/BNC YANG DICATU OLEH GENSET


BRV10/20/30. Catu daya disel pembangkit digunakan sebagai catu daya darurat di RSG GA.
Siwabessy. Setiap catu daya darurat atau Genset dari 3 buah yang tersedia (BRV10, BRV20, dan
BRV30) melayani beban-beban yang berbeda melalui busbar BNA, BNB, dan BNC. Masing-
masing kapasitas Genset adalah 518 kVA dimana pemakaian dayanya belum optimal, bebannya
pada Gedung 30 (gedung reactor) dan sebagian ditambah dari gedung operasi (gedung 31).
Tujuan penambahan ini juga untuk lebih memberikan rasa aman terhadap catu daya listrik pada
gedung operasi dari gangguan PLN. Pada awal Juni 2016 telah dilakukan pengukuran beban riil
pada masing-masing Genset saat catu daya PLN diputus dimana secara otomatis ke tiga Genset
beroperasi dan melayani beban melalui Busbar BNA, BNB, dan BNC. Tegangan rata-rata tiap-
tiap phasa untuk BRV10 adalah VR = 226 V, VS = VT = 227 V, untuk BRV20 adalah VR = VS =
VT = 220 V, dan BRV30 adalah VR = VS = 228 V, VT = 229 V. Arus rata-rata tiap phasa untuk
BRV10 adalah IR = 75,4 A, IS = 59,3 A, IT = 63,8 A, untuk BRV20 adalah IR = 189 A, IS = 169, IT
= 190 A; dan BRV30 adalah IR = 197 A, IS = 175 A, IT = 192 A. Sedangkan daya aktif yang
diserap beban untuk BRV10 adalah P = 33,5 kW, BRV20 adalah P = 98 kW, dan BRV30 adalah
P = 104 kW. Beban pada masing-masing diesel masih belum optimal, dari daya tiap Genset 518
kVA, daya yang diserap dari BRV10 masih 8,65%, dan yang terbesar dari BRV30, yaitu 24,71%.

Kata kunci : Beban, Genset, Busbar

ABSTRACT

EVALUATION OF LOADS IN BUSBAR BNA/BNB/BNC WHICH SUPPLIED FROM


GENSET BRV10/20/30. The evaluation of the the supply and use of diesel generator power
supply has been carried out. The power supply of diesel generator used as an emergency power
supply in the RSG GA. Siwabessy. Every emergency power supply (BRV10, BRV20, and BRV30)
serve different loads via busbar BNA, BNB, and BNC. Each capacity of the Generator is 518 kVA
in which the power consumption is not optimal, the loads are on Building 30 (reactor building)
and a portion of the building operations (building 31). The purpose of this addition (some loads
from building 31) also to better provide safety against electric power supply to the building
operations of PLN disruption. At the beginning of June 2016 have been conducted measuring the
real load on each generator when the power supply from PLN is disconnected which
automatically the three Genset operate and serve the load through Busbar BNA, BNB, and BNC.
The average voltage of each phase to BRV10 is VR = 226 V, VS = VT = 227 V, for BRV20 is VR =
VS = VT = 220 V, and BRV30 is VR = VS = 228 V, VT = 229 V. the average current per phase for
BRV10 is IR = 75.4 A, IS = 59.3 A, IT = 63.8 A, for BRV20 is IR = 189 A, IS = 169, IT = 190 A;
and BRV30 is IR = 197 A, IS = 175 A, IT = 192 A. While active power absorbed load for BRV10 is
P = 33.5 kW, BRV20 is P = 98 kW, and BRV30 is P = 104 kW. The load on each diesel has not
optimal, the power absorbed from BRV10 was 8.65%, and the largest is BRV30, is 24.71%.

Key wood : Load, Genset, Busbar

__________________________________________________________________________________________
355
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

PENDAHULUAN yang terbesar adalah berasal dari system


ventilasi terkait keselamatan, dan ventilasi
Gedung RSG GA. Siwabessy (Ged. 30)
pada gedung reaktor. Disamping layanan
adalah gedung reaktor beserta fasilitas
daya pada gedung reaktor, gedung
laboratoriumnya dan Gedung Operasi (Ged.
operasipun harus dapat terjamin pasokan
31) adalah gedung perkantoran tanpa
listriknya, dimana untuk itu beban-beban
fasilitas laboratorium, dimana kedua gedung
yang dianggap penting seperti ventilasi, lift,
tersebut catu dayanya diperoleh dari
dan komputer dilayani oleh busbar darurat
Perusahaan Listrik Negara (PLN) melalui 3
yang di catu dari sumber catu daya disel
buah transformator yang terbagi dalam 3
darurat. Untuk mengetahui daya riil yang
jalur (busbar), yaitu BHA, BHB, dan BHC.
diserap oleh beban-beban baik di gedung
Untuk 3 buah busbar, yaitu BNA, BNB, dan
reaktor maupun yang di gedung operasi
BNC catu dayanya tidak hanya bersumber
maka dilakukan pengukuran pada tanggal 3
dari PLN tapi juga dari diesel.
Juni 2016 saat reactor padam dan catu daya
Sejak awal penggunaan Gedung Operasi
dari PLN diputus. Alat ukur yang digunakan
tahun 1987 sampai dengan pertengahan
adalah PQA HIOKI 3169-20, masing-
tahun 2004, catu daya untuk gedung operasi
masing disel diukur parameter listriknya
berasal dari PLN, hanya fasilitas penerangan
selama 1 jam dengan interval waktu
di toilet disetiap lantai, lift dan AHU, catu
pengukuran 1 menit.
dayanya berasal dari gedung reaktor yang
dipasok juga oleh diesel darurat, bila catu
TEORI
daya PLN mati. Dari kapasitas diesel yang
tersedia, yaitu 500 kVA dimana Diesel ini Daya Listrik
Dalam kelistrikan dikenal adanya
hanya berfungsi saat catu daya dari PLN
beberapa jenis daya, yaitu :
terputus dan beban yang dicatu tidak
termasuk motor pompa pendingin primer Daya Nyata (S)

dan sekunder, sehingga daya yang dipasok Daya Aktif (P)

oleh ke tiga diesel tersebut belum optimal. Daya Reaktif (Q)

Beban-beban yang dipasok oleh ke


Daya Nyata
tiga diesel dan melalui ke tiga busbar yang
Daya nyata untuk sistem fasa tunggal
terpisah (BNA, BNB, dan BNC)
dengan sirkuit dua kawat adalah perkalian
dikategorikan sebagai catu daya darurat dan
skalar. Daya nyata (S) untuk
hanya mencatu beban-beban yang termasuk S 3V.I [VA]
(1)
dalam Sistem Keselamatan Reaktor, daya

sistem 3 fasa dinyatakan dengan :

__________________________________________________________________________________________
356
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Daya Aktif Catu Daya RSG - GAS


Kapasitas tersedia yang diberikan oleh
Daya aktif dinyatakan oleh persamaan :
PLN untuk pasokan catu daya listrik RSG-
Vmaks Imaks (2) GAS adalah 3030 kVA. Daya terpasang dari
P cos
2
PLN masuk melalui tiga unit transformator
Persamaan untuk daya beban tiga fasa yang daya BHT01, BHT02, dan BHT03 (lihat
seimbang dinyatakan oleh Gambar 2),

P 3 Vjala - jala Ijala - jala cos [Watt]


(3)

dimana: Vjala = tegangan efektif


Ijala = arus jala efektif

Daya Reaktif
Daya reaktif dituliskan dengan persamaan :
Vmaks Imaks
Q sin (4)
2

Q V I sin [VAr]
(5)

Segitiga Daya
Hubungan antara daya nyata (S),
daya aktif (P) dan daya reaktif (Q) dikenal
dengan istilah segitiga daya. Lihat Gambar
1.
S
Q
P
Gambar 1. Segitiga Daya
dimana :
P = V.I. cos
S = V.I
Q = V.I. sin

Dari gambar di atas

S P2 Q2 (6)

atau P = S cos Q = S sin

__________________________________________________________________________________________
357
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

BUS BAR

M GS001 M GS001 M GS001

20kV 20kV 20kV


M GS00
BHT01 1600kVA BHT02 1600kVA BHT03 1600kVA
400V 400V 400V
2500A 2500A 2500A
M M M

BHA 380/220V; 3/PE/N~50Hz BHB 380/220V; 3/PE/N~50Hz BHC 380/220V; 3/PE/N~50Hz


SR5E
PT.PLN
M 1600A M 1600A M 1600A

BRV10 BRV20 BRV30


M 1600A G M 1600A G M 1600A G
BHD 3~ BHE 3~ BHF 3~
M M M
800A 800A 800A
800A 800A 800A
kapasitor kapasitor kapasitor

800A 800A 800A 800A 800A 800A


BNA 380/220V; 50Hz BNB 380/220V; 50Hz BNC 380/220V; 50Hz

150A 150A
100A 25A 100A 25A
BTD01 BTP01 BTJ11 BTJ12 BTD02 BTP02 BTJ21 BTJ22 BTD03 BTP03 BTJ31 BTJ32
+ + + + + + + + +
140A
430A

140A
430A

160A - - - 160A - - - - - -
BTU11 BTU21 BTU31
BTU12 BTU22 BTU32
+ + +
- - -
BRU01 BRU02 BRU03
1250A 250A 1250A 250A 1250A 250A
100A
100A 100A
BRA BWE BVA BWF BRB BWG
220V 1/PE ~50Hz 24V, L+/L-/PE/A 220V ; L+/L-/PE 220V ; L+/L-/PE 24V, L+/L-/PE/A 380V/220V 1/PE ~50Hz 220V ; L+/L-/PE 24V, L+/L-/PE/A

RPS RED.I RPS RED.II RPS RED.III


EMERGENCY CONTROL ROOM

Gambar 2. Diagram segaris distribusi daya RSG-GAS

__________________________________________________________________________________________
358
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

masing-masing dengan kapasitas 1600 kVA sistem-sistem keselamatan yang harus tetap
dan tegangan 380 V AC. Sisi tegangan beroperasi, dipasok oleh sistem catu daya
rendah dari transformer dihubungkan tak putus (UPS) yang mampu bekerja
dengan 3 redudan panel distribusi utama 380 selama 45 menit. Pengaturan waktu
V AC (BHA, BHB, dan BHC). Kemudian peralihan dari catu daya PLN ke catu daya
panel distribusi utama juga mencatu panel darurat dilakukan oleh sistem interlock pada
distribusi untuk reaktor dengan 3 redudan sistem keselamatan reaktor (RPS)
(BHD, BHE, dan BHF). Pada kondisi Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3
operasi normal, 3 distribusi daya disalurkan memperlihatkan uraian beban pada busbar
melalui bus bar BNA, BNB, dan BNC. BNA, BNB, dan BNC yang dipasok oleh
Dalam hal kegagalan catu daya normal, tiap masing-masing unit disel generator.
panel distribusi darurat dicatu oleh unit disel
generator yang independen, yaitu BRV10, TATA KERJA
BRV20, dan BRV30.
Pengukuran dilakukan pada tanggal 3
Masing-masing disel mempunyai
Juni 2016 dengan menggunakan PQA
spesifikasi yang sama, yaitu :
HIOKI 3169-20. Pada setiap output
Type : VTA 28 G1 Generator, masing-masing fasa diukur
Kapasitas stand by : 569 kVA (455 kW) selama 1 jam dengan interval waktu 1 menit.
(operasi 1 12 jam) Karena PQA hanya 1 buah, maka
Kapasitas normal : 518 kVA (414 kW) pengukuran dilakukan secara bergantian saat
Tegangan : 400/231 0,5% Volt jam kerja. Lihat Gambar 3 dan 4.
Frekuensi : 50 Hz
Faktor Daya : 0,8 lag.
Putaran : 1500 rpm
Efisiensi : 93,7% (beban 50%)
93,6% (beban 75%)
93% (beban 100%)

Kondisi normal adalah kondisi dimana


semua sistem kelistrikan dipasok dari catu
daya PLN, sedangkan kondisi darurat adalah Gambar 3. Pengukuran dengan PQA
kondisi dimana pasokan listrik hanya dari
disel pembangkit melalui busbar darurat.
Dari kondisi normal beralih ke kondisi
darurat akan melalui waktu peralihan.
Selama waktu peralihan catu daya, untuk

__________________________________________________________________________________________
359
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

21 QKJ GS 005 38.5 125


00
22 QKJ GS 010 38.5 125
00
23 KLA GS 006 8 16
00
24 KLE GS 011 12 25
00
25 UJA GP 201 25 50
02
26 JKT AE 011 0.25 0.8
Gambar 4. Letak pengukuran dengan PQA
01
27 KLA BC 101 3 5
Tabel 1. Beban pada busbar BNA 40
NO SIST KOMP DAYA ARUS 28 IPL - - 0
(KW) (A)
29 GED - - 125
1 KBE AA 0.06 0.22
OB
02 023
2 KBE AA 0.06 0.22 TOTAL 203.56 662.58
02 001
3 KLA AA 0.06 0.22 Tabel 2. Beban pada busbar BNB
60 601 KOMP
NO SIST DAYA ARUS
4 GHC AA 0.06 0.22 (KW) (A)
01 021
5 KBE AA 0.06 0.22 1 FAK AA 0.06 0.22
01 067 01 002
6 FAK AA 0.06 0.22 2 FAK AA 0.06 0.22
01 023 01 024
7 FAK AA 0.06 0.22 3 KBE AA 0.06 0.22
01 001 01 068
8 KLA AN 11 22 4 KBE AA 0.06 0.22
40 101 02 024
9 KLK AN 0.9 4 5 KBE AA 0.06 0.22
06 101 02 002
10 JNA AN 7.5 15.6 6 KLA AA 0.06 0.22
10 001 60 602
11 JNA AN 7.5 15.6 7 GHC AA 0.06 0.22
10 002 01 022
12 JNA AP 001 4 8.8 8 JBF AP 1.1 2.7
10 01 003
13 KLK CR 001 0.9 4 9 JNA AP 4 8.8
06 20 001
14 KLK CR 003 0.5 4 10 JBF AN 3.6 7.7
06 01 001
15 KLK CR 003 0.9 4 11 KLA AN 11 22
01 40 201
16 KLK CR 002 0.9 4 12 JNA AN 7.5 15.6
02 20 002
13 JNA AN 7.5 15.6
17 PA CR 001 0.39 1.64 10 001
01
14 KL GS 36 100
18 KLK CR 001 0.9 4 00 003
19 P.M - 0.5 1.6 15 QKJ GS 38.5 125
00 006
20 KL GS 002 42 100 16 QKJ GS 38.5 125
00 00 007

__________________________________________________________________________________________
360
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

17 KLE GS 12 25 30 001
00 012
6 QKJ GS 38.5 125
18 KL GS 8 16 00 008
00 006 7 QKJ GS 38.5 125
19 JDA - 0.008 0.008 00 009
02 8 KL 00 GS 8 16
20 JDA - 0.008 0.008 006
03 9 KL 00 GS 36 100
21 JDA - 0.008 0.008 004
04 10 KLE GS 12 25
22 JDA - 0.008 0.008 00 013
05 11 KLA BC 3 6
23 JDA - 0.008 0.008 40 301
06 12 UJA GP 30 80
24 JDA - 0.008 0.008 09 206
07 13 UKA GP 9 18
25 JDA - 0.008 0.008 04 201
08 14 KLK CR 0.9 4
26 JDA - 0.008 0.008 06 002
01 15 KLK CR 2.4 10.6
27 KLK CR 0.9 4 06 005
001 16 KONT - 0.06 4
28 KLK CR 0.9 4 AMAT
002 3
17 Gedung - 40 80
29 KLK CR 0.9 4 kantor
004
30 PA CR 0.9 4 18 IPL - 0 0
001
19 GED - - 125
31 KON - 0.5 1.6
OB
TAM
20 GED - - 125
AT 2
OB
32 JKT AE 0.25 0.8
TOTAL 244.76 898.60
01 021
33 UJA GP 25 50
09 207
34 KLA BC 3 6 Beban-beban yang dicatu melalui busbar
40 201 BWE, BWF, dan BWG dimana ketiganya
35 IPL - - 0
adalah catu daya untuk RPS, masing-masing
36 GED - - 250
OB adalah 15,44 kW, 15,54 kW, dan 16,77 kW.
TOTAL 200.53 539.40

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 3. Beban pada busbar BNC
NO SIST KOMP DAYA ARUS
(KW) (A)
Tegangan, Arus dan Daya riil pada
1 KLA AN 11 22 busbar BNA(BRV10) dapat dilihat pada
40 301
2 JNA AN 7.5 15.6 Gambar 5, 6 , dan 7.
30 001
3 KLK AN 0.9 4
06 201
4 JNA AN 3 4.6
30 002
5 JNA AP 4 8.8

__________________________________________________________________________________________
361
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Gambar 7, adalah P = 33,5 kW, Q = 29,6


kVar, dan S = 44,8 kVA.
Tegangan, Arus dan Daya riil
pada busbar BNB (BRV20) dapat dilihat
pada Gambar 8, 9 , dan 10.

Gb.5 Tegangan Busbar BNA

Gb.8 Tegangan Busbar BNB

Gb.6 Arus Busbar BNA

Gb.9 Arus Busbar BNB

Gb.7 Daya Busbar BNA

Pada Gambar 5 dapat dilihat


tegangan rata-rata untuk phasa R(U1) =
226 V, S(U2) = 227 V, dan T(U3) = 227
V. Arus rata-rata masing-masing phasa
seperti terlihat pada Gambar 6 adalah Gb.10 Daya Busbar BNB
R(I1) = 75,7A, S(I2) = 59,6A, dan T(I3) = Pada Gambar 8 tegangan rata-rata
64,1A. Pada jam 11.54 s.d jam 12.19 untuk phasa R, S, dan T adalah 220 V.
terjadi penurunan arus, masing-masing Arus rata-rata masing-masing phasa
menjadi 52,5 A, 38,9 A, dan 41 A. seperti terlihat pada Gambar 9 adalah IR
Daya rata-rata yang diserap oleh = 189 A, IS = 169 A, dan IT = 190 A.
Busbar BNA seperti terlihat pada Pada jam 14.11 s.d jam 14.18 dan 14.36

__________________________________________________________________________________________
362
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

s.d 14.43 terjadi kenaikan arus, menjadi T = 229 V. Arus rata-rata masing-
230 A masing phasa seperti terlihat pada
Daya rata-rata yang diserap oleh Gambar 12 adalah IR = 197 A, IS = 175
Busbar BNB seperti terlihat pada A, dan IT = 192 A. Daya rata-rata yang
Gambar 10, adalah P = 98 kW, Q = 68,1 diserap oleh Busbar BNC (BRV30)
kVar, dan S = 119 kVA. seperti terlihat pada Gambar 13, adalah
Tegangan, Arus dan Daya riil pada P = 104 kW, Q = 74 kVar, dan S = 128
busbar BNC (BRV30) dapat dilihat pada kVA.
Gambar 11, 12 , dan 13. Adanya perbedaan tegangan antara
busbar BNA, BNB, dan BNC, dimana
tegangan pada busbar BNB adalah
sesuai dengan tegangan nominal 1 phasa,
yaitu 220 V karena diesel BRV20 baru
dilakukan semi overhaul. Perbedaan
tegangan antara 2 (dua) diesel yang lain
Gb.11 Tegangan Busbar BNC dengan BRV20 adalah 4,09% dan
perbedaan tegangan maksimum antar
phasa pada masing-masing diesel jauh
lebih kecil dari persyaratan yang
ditetapkan PUIL Th. 2000 sebesar 10%.
Profil arus menunjukkan ketidak
seimbangan beban tiap-tiap phasa baik
Gb.12 Arus Busbar BNC pada beban BRV10, BRV20, dan
BRV30 dan arus tertinggi ada pada
BRV30, yaitu 197 A pada fasa R.
Profil daya menunjukkan masih
belum optimalnya pemakaian daya
BRV10, BRV20, dan BRV30. Beban
tertinggi ditanggung oleh BRV30 seperti
terlihat pada Gambar 13, yaitu 104 kW dan
Gb.13 Daya Busbar BNC
terendah BRV10 (lihat Gambar 7), yaitu
Pada Gambar 11 tegangan rata-rata
33,5 kW, dan daya nyatanya S = 128 kVA
untuk phasa R = 228 V, S = 228 V, dan
(BRV30) dan 44,8 kVA (BRV10). Kapasitas

__________________________________________________________________________________________
363
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

masing-masing BRV adalah 518 kVA (414


kW), sehingga pemakaian daya hanya
25,12% untuk BRV30 dan 8,09% untuk
BRV10.

KESIMPULAN

Pemanfaatan catu daya disel pembangkit


untuk gedung RSG-GAS belum optimal.
Beban pada masing-masing phasa juga
belum merata. Arus tertinggi pada phasa R
terdapat pada BRV30, yaitu 197 A dan arus
terendah pada phasa S di BRV10, yaitu 59,6
A. Daya yang diserap beban pada busbar
BNA masih sangat kecil, yaitu 8,09% dan
yang terbesar diserap oleh beban BNC, yaitu
25,12%

DAFTAR PUSTAKA

1. Diesel Emergency Sets BRV10/20/30,


System Description, INTERATOM, 1986

2. Safety Analysis Report RSG-GAS,


volume 9, Badan Tenaga Nuklir Nasional

3. PUIL (Peraturan Umum Instalasi Listrik)


2000, BSN, Jakarta

4. William D., Stevenson, Jr., Analisis


Sistem Tenaga Listrik, 1993, Erlangga,
Jakarta.

__________________________________________________________________________________________
364
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

PENGEMBANGAN POLIETILENA OKSIDA-POLIETILENA


GLIKOL DIMETAKRILAT HIDROGEL FILM UNTUK APLIKASI
PEMBALUT LUKA MELALUI IRADIASI ELEKTRON BEAM
Haryanto1, Nunuk Aries N2

1) Program studi Teknik Kimia, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Purwokerto,


Indonesia, harymsl@gmail.com
2) Program studi Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Purwokerto,
Indonesia, nunuknurulita@yahoo.com

ABSTRAK

PENGEMBANGAN POLIETILENA OKSIDA-POLIETILENA GLIKOL DIMETAKRILAT


HIDROGEL FILM UNTUK APLIKASI PEMBALUT LUKA MELALUI IRADIASI
ELEKTRON BEAM

Polimer hidrogel adalah merupakan material baru yang penggunaannya sedang berkembang luas pada
berbagai bidang diantaranya untuk pengembangan bahan-bahan biomedis, farmasi, obat-obatan dan
pertanian. Hidrogel mempunyai kemampuan untuk menyerap dan mempertahankan air yang sangat
bermanfaat untuk berbagai aplikasi medis. Polietilene oksida- polietilene glikol dimetakrilat hidrogel film
dikembangkan untuk aplikasi pembalut luka dengan menggunakan metode crosslinking permanen yaitu
menggunakan iradiasi electron beam. Untuk memperoleh kondisi optimum pembuatan hidrogel sebagai
pembalut luka, PEGDMA dengan berbagai komposisi PEGDMA/PEO ( 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%) di
sinari dengan menggunakan iradiasi elektron beam. Kandungan dari PEGDMA dalam hidrogel akan
mempengaruhi fraksi gel, rasio swelling, dan juga sifat mekanik serta kecepatan transmisi uap air. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 20% PEGDMA hidrogel film memiliki kuat mekanik yang paling tinggi yaitu
sebesar 0,65 MPa. 20 % PEGDMA hydrogel film juga menunjukkan fraksi gel yang paling besar yaitu
sebesar 76%. Namun sebaliknya, 20% PEGDMA menunjukkan tingkat swelling rasio yang paling kecil yaitu
hanya sebesar 235%. Berdasar hasil penelitian, hidrogel film 20% PEGDMA /PEO sangat potensial untuk
aplikasi pembalut luka dengan kuat mekanik yang tinggi dan kecepatan transmisi uap air yang ideal.

Kata kunci: hidrogel, pegdma, pembalut luka, elektron beam, sifat mekanik.

ABSTRACT

HYDROGEL FILM OF POLYETHYLENE OXIDE-POLYETHYLENE GLYCOL DIMETACRYLATE


BY ELECTRON BEAM IRRADIATION FOR WOUND DRESSING APPLICATION

Hydrogel polymer is a new material which has a broad application for biomedic materials,
pharmacy, drugs and agriculture. Hydrogel has an ability to absorb and retain water which is very useful for
medical applications.We have developed polyethylene oxide-polyethylene glycol dimetacrylate using
permanent crosslinking method via electron beam irradiation for wound dressing application. Various
composition of pegdma/peo ( 0%, 5%, 10%, 15% and 20% ) are irradiated with electron beam to get the
optimum composition for wound dressing application. The pegdma content in hydrogel influenced the gel
fraction, swelling ratio, mechanical properties and water vapor transmition rate.The results shows that 20%
pegdma hydrogel film has the highest mechanical strength ( 0,65 MPa). 20% pegdma hydrogel film also has
the highest gel fraction (76%). In contrary it has the lowest swelling ratio (235%). Base on the results, 20%
pegdma hydrogel film is very potential for wound dressing application with high mechanical strength and
ideal water vapor transmission rate.

Key words: hydrogel, pegdma, wound dressing, electron beam, mechanical properties

__________________________________________________________________________________________
365
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
luka terbuka dan kering dengan tujuan untuk
PENDAHULUAN menyerap cairan luka [4]. Kelemahan dari tipe
powder seperti ini adalah material yang kering
Polimer hidrogel termasuk salah satu dapat menyebabkan gumpalan dan membentuk
material polimer yang relatif masih baru dan gumpalan selama penggunaan pada luka.
banyak digunakan pada berbagai bidang Disamping itu pelepasan gumpalan dari luka
khususnya material biomedis, farmasi, obat- tanpa menyebabkan kerusakan adalah sangat
obatan dan pertanian. Salah satu dari sulit. Pembalut luka seharusnya mudah untuk
biomaterial yang sangat menjanjikan adalah digunakan, tidak sakit ketika dilepas, dapat
hidrogel. Istilah biomaterial biasanya menciptakan lingkungan yang optimal untuk
digunakan untuk material yang dipakai untuk peyembuhan luka dan seharusnya
keperluan biomedis. Selama lebih dari puluhan membutuhkan lebih sedikit pergantian
tahun hidrogel telah digunakan pada berbagai pembalut yang dapat mengurangi waktu kerja
aplikasi medis seperti pengantar obat, perawat [5]. Karena itu, hidrogel yang
pembawa sel, pembalut luka, rekayasa memiliki kekuatan mekanik yang lebih baik
jaringan, kontak lensa, bahan anti lengket dan diharapkan dapat dipakai menjadi pembalut
benang jahit yang dapat terserap seperti pada luka yang lebih berkualitas.
praktek klinik lainnya. Pada beberapa akhir tahun ini, perhatian
Hidrogel mempunyai kemampuan yang sangat besar telah difokuskan pada
menyerap air dan menahannya dari puluhan penelitian dan pengembangan polimer
persen sampai ribuan persen dari berat hydrogel sebagai biomaterial seperti untuk
keringnya didalam ruang antara rantai polimer. kontak lensa, pembalut luka dan system
Hidrogel bisa stabil secara kimia atau bisa juga pengantaran obat [6-8]. Pembalut hydrogel
terdegradasi yang pada akhirnya terdisintegrasi terdiri dari polimer yang tidak larut dengan
dan larut [1,2]. kandungan air yang tinggi yang membuatnya
Hidrogel diklasifikasikan menjadi dua menjadi ideal sebagai pembalut luka untuk
ketegori utama yaitu permanen/kimia gel dan memfasilitasi penghilangan bekas
nonpermanent/fisikal gel. Permanen gel adalah penyembuhan luka [9]. Pembalut luka tipe
jaringan kovalen crosslin-ked). Sedangkan non hydrogel dapat dibentuk dengan crosslinking
permanen/fisika gel terhubung bersama melalui polimer yg larut dalam air seperti polivinil
belitan molekuler dan atau melalui interaksi alcohol, poli pirolidone, poli akrilik dan
ion, ikatan hydrogen atau interaksi hidropobik. polietilene oksida [10].
Didalam gel yang tercrosslinking secara fisik, Diantara polimer yg larut diair seperti
pelarutan dicegah dengan adanya interaksi disebutkan diatas, PEO menunjukkan
fisik, yang berada diantara rantai polimer yang kelebihannya dalam hal tingkat toksisitas yang
berbeda [3]. relative lebih rendah [11,12]. Bagaimanapun
Didalam radiasi elektron biasanya juga, PEO hydrogel murni memiliki kuat
menggunakan energi tinggi untuk meradiasi mekanik yang rendah dan sangat mudah
objek dengan berbagai tujuan. Penggunaan pecah/hancur [13,14]. Polietilene glikol
yang mungkin dari radiasi elektron adalah dimetrakilat (PEGDMA) adalah termasuk
untuk sterilisasi dan untuk crosslinking polimer yang tidak beracun, larut dalam air
polimer. serta memiliki gugus fungsi akhir yang dapat
Radiasi elektron menimbulkan radikal dipolimerisasi [15]. Oleh karena itu diharapkan
bebas yang akan bereaksi secara kimiawi co-crosslinking antara PEO dan PEGDMA
dengan berbagai cara, dan terkadang bereaksi dengan menggunakan radiasi elektron beam
sangat lambat. Radikal bebas dapat dapat meningkatkan kekuatan mekanik dan
terkombinasi bersama membentuk crosslinks. densitas crosslinking.
Tingkat crosslinking tergantung pada jenis
polimer itu sendiri dan tingkat radiasi. EKSPERIMEN
Pembalut luka biasanya dipakai untuk
mempercepat berbagai tahap penyembuhan Bahan
luka dan dapat menciptakan kondisi yang lebih
baik untuk penyembuhan. Hidrogel yang PEO (Mn = 6x105) dan PEGDMA (Mn
berbentuk powder umumnya dipakai untuk = 550.

__________________________________________________________________________________________
366
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Pembuatan crosslinked hidrogel dengan
iradiasi electron beam Kecepatan transmisi uap air diukur
dengan menggunakan metode standar JIS.
Larutan PEO dengan konsentrasi 5% Film kering berbentuk bulat dengan diameter 7
disiapkan dengan melakukan pengadukan pada cm ditaruh diatas gelas yang berisi 50 g CaCl2
suhu kamar selama 24 jam. Komposisi dan ditempatkan pada incubator dengan
PEGDMA/PEO diubah dari 0/100, 5/100, humiditas 90% pada 40oC.
10/100, 15/100, 20/100. Lalu sejumlah tertentu WVTR = ((W2-W1)/S) [g m-2h-1] (3)
larutan dituangkan kedalam petri disk untuk Dimana W1 dan W2 adalah berat seluruh
mendapatkan film kering dengan ketebalan 0,3 gelas pada jam pertama dan jam kedua serta S
mm. Larutan dalam petri disk lalu dikeringan adalah luas daerah transmisi [16].
didalam oven pada suhu 55C selama 24 jam.
PEO yang telah kering dibungkus dengan Kuat mekanik
plastic dan selanjutnya diradiasi dengan
intensitas berkisar 300 kGy [14]. Kuat Tarik dan young modulus dari
hydrogel diukur dengan menggunakan mesin
Penentuan fraksi gel kuat Tarik (Instron Machine, USA) dengan
kecepatan 50 mm/menit pada suhu kamar.
Setelah dilakukan radiasi, bungkus
plastik dibuka lalu ditimbang beratnya dengan HASIL DAN DISKUSI
ukuran 2,5 x 2,5 cm. Setelah itu, hydrogel yang
telah diradiasi dimasukkan kedalam air suling Sejumlah kecil PEGDMA ditambahkan
pada suhu 50C selama 24 jam untuk kedalam larutan PEO untuk meningkatkan
mengeluarkan bagian yang dapat terlarut. Gel kekuatan mekanik dari hydrogel. Grafik 1
tidak terlarut yang didapatkan lalu dikeringkan menunjukkan bahwa fraksi gel dari
dioven pada suhu 50C selama 24 jam dan PEGMDA/PEO hidrogel meningkat secara
kemudian dikeringkan di vakum oven pada linier dengan meningkatnya prosentase berat
suhu yang sama selama 6 jam untuk dari PEGDMA didalam campuran. Hal ini
mendapatkan berat kering yang konstan. Fraksi dimungkinkan terjadi karena karena
gel ditentukan dari rasio berat antara gel kering meningkatnya jumlah radikal bebas yang
yang tidak terlarut dan berat awal hydrogel. terbentuk pada konsentrasi yang lebih tinggi.
Fraksi gel = (Wc/Wo) x 100 [%] (1) Swelling ratio dari PEGDMA/PEO hidrogel
Dimana Wc dan Wo adalah berat gel film dengan berbagai komposisi sebagai fungsi
kering tidak terlarut dan berat awal hydrogel dari waktu swelling diperlihatkan pada grafik
kering [16]. 2. Hasilnya menunjukkan bahwa hampir semua
hidrogel film menyerap air dengan sangat cepat
Penentuan rasio swelling dan mencapai kesetimbangan dalam waktu 10
menit. Swelling rasio menurun dengan naiknya
Hidrogel yang telah diradiasi dengan prosentase PEGDMA. Keseimbangan swelling
berat tertentu ( 2,5 x 2,5 cm) dimasukkan rasio menurun dari 870% pada 0% PEGDMA
kedalam aquadest pada suhu kamar. Berat gel menjadi 300% pada 5% PEGDMA. Hasil ini
yang telah menyerap air diukur beratnya pada mengindikasikan bahwa semakin tinggi
waktu waktu tertentu setelah dikeluarkan sisa prosentase dari PEGDMA dapat meningkatkan
airnya pada permukaannya dengan densitas ikatan silang yang mengakibatkan
menggunakan kertas filter. Hal ini dilakukan turunnya kapasitas penyerapan air dari
terus sampai tidak ada lagi kenaikan berat. RS hidrogel. Hal ini kemunginan disebabkan oleh
diukur dengan menggunakan persamaan adanya crosslinking dari PEGDMA bersama
sebagai berikut ; dengan radikal bebas pada jaringan utama PEO
RS = Wt/Wo x 100 [%] (2) melalui polimerisasi radikal bebas. Lebih jauh
Dimana Wt dan Wo adalah berat gel lagi PEGDMA juga telah mendorong
yang telah mengembang pada waktu t dan terjadinya reaksi crosslinking pada
berat film kering [14]. PEGDMA/PEO film. Hal ini disebabkan
terjadinya penurunan viskositas yang dapat
Penentuan kecepatan transmisi uap air mendorong reaksi kopling mendorong reaksi

__________________________________________________________________________________________
367
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
kopling pada senyawa radikal sebelum pertumbuhan bakteri. Penggunaan pembalut
senyawa radikal berubah menjadi tidak aktif. luka yang ideal diketahui untuk mengontrol
proses penguapan air dari luka pada kecepatan
yang optimum.

Grafik 3. Pengaruh prosentase PEGDMA terhadap


kecepatan transmisi uap air

Pengaruh prosentase PEGDMA terhadap


kuat mekanik hidrogel film

Kuat Tarik dari PEGDMA/PEO hidrogel


film sebagai fungsi dari kandungan PEGDMA
ditunjukkan pada grafik 4. Dari grafik dapat
dilihat bahwa kuat tarik hidrogel film
Grafik 1. Pengaruh prosentasi PEGDMA terhadap meningkat dengan meningkatnya kandungan
fraksi gel PEGDMA, hal ini disebabkan karena
meningkatnya densitas crosslinking dan
Grafik 2. Pengaruh prosentasi PEGDMA terhadap mencapai kuat tarik maksimum pada 20%
swelling rasio PEGDMA yaitu sebesar 0,65 MPa. Untuk kuat
tarik pada 0% PEGDMA sulit dihitung karena
Pengaruh prosentase PEGDMA terhadap sangat rapuh.
transmisi uap air

Pengaruh kandungan PEGDMA terhadap


kecepatan transmisi uap air hidrogel
ditunjukkan pada grafik 3. Grafik ini
menunjukkan bahwa nilai kecepatan transmisi
uap air hampir konstan untuk semua
komposisi. Rata rata kecepatan transmisi uap
air adalah sekitar 25 g/m2jam untuk prosentase
PEGDMA dari 5% sampai dengan 20%.
Bagaimanapun juga untuk komposisi 0%
kecepatan transmisi uap air sedikit lebih tinggi
yaitu sebesar 29%. Jika kecepatan transmisi
uap air terlalu tinggi , luka dapat mengering Grafik 4. Pengaruh prosentase PEGDMA terhadap
dengan cepat, dan menghasilkan bekas luka. kuat tarik ( MPa)
Dan juga, jika nilai kecepatan transmisi uap air
terlalu rendah maka dapat mengakibatkan
KESIMPULAN
adanya akumulasi cairan luka yang
menyebabkan proses penyembuhan menjadi
terhambat dan memungkinkan resiko

__________________________________________________________________________________________
368
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Hidrogel film PEGDMA/PEO telah [5] S. Rajendran and S.C. Anand,
dapat dibuat dengan menggunakan crosslinking Development in Medical Textiles, The
dengan metode iradiasi electron beam. Textile Institute, Manchester, 2002.
Hidrogel film ini non toxic karena dalam
pembuatannya tidak menggunakan inisiator [6] L. Jones, C. Maya, L. Nazar, and T.
yang biasanya mengandung zat toxic sehingga Simpson, Contact Lens & Anterior Eye,
film yang terbentukpun biasanya bersifat toxic. vol. 25, 147, 2002.
Dari hasil pembahasan dapat diketahui
bahwa kandungan PEGDMA mempengaruhi [7] D.M. Soler, Y. Rodriguez, H.Correa, A.
karakteristik dari hidrogel film yang terbentuk. Moreno, L. Carrizales, Radiat Phys Chem,
Semakin tinggi kandungan PEGDMA didalam vol. 81, 1249, 2012.
film, maka fraksi gel juga semakin tinggi.
Tetapi sebaliknya untuk swelling rasio justru [8] M. George, T.E. Abraham, Pharmaceutics,
semakin berkurang dengan bertambahnya vol. 335, 123, 2007.
kandungan PEGDMA didalam larutan.
Disamping itu, kecepatan transmisi uap air [9] T. Abdelrahman and H. Newton, Surgery,
sedikit turun dengan adanya penambahan vol. 29, 491, 2011.
PEGDMA.
Lebih jauh lagi Kuat mekanik dari [10] Y. Ikada, T. Mita, F. Horii, and I.
hidrogel semakin meningkat dengan Sakurada, Radiat Phys Chem, vol. 9, 633,
bertambahnya prosentase PEGDMA dan 1977.
diperoleh kuat mekanik paling tinggi pada
komposisi 20% PEGDMA. Sedangkan untuk [11] S.S. Jang, W.A. Goddard, and M.Y.S.
0% PEGDMA hidrogel film sangat rapuh. Kalani, J Phys Chem B, vol. 111, 1729,
Hasil penelitian ini telah membuktikan bahwa 2007.
penambahan PEGDMA pada hidrogel film
dapat meningkatkan kuat mekanik hidrogel [12] J.S. Park, S.J. Gwon, Y.M. Lim, and
film sehingga diharapkan dapat digunakan Y.C. Nho, Macromol. Res, vol. 17, 580,
sebagai pembalut luka tanpa mengalami 2009.
kerusakan pada saat proses penyembuhan luka.
[13] F. Yoshi, Y. Zhanshan, K. Isobe, K.
DAFTAR PUSTAKA Shinozaki, and K. Makuuchi, Radiat Phys
Chem, vol. 55, 133, 1999.
[1] D. Campoccia, P. Doherty, M. Radice, P.
Brun, G. Abatangelo, D.F. Williams, Semi [14] Haryanto, S.C. Kim, J.H. Kim, J.O.
Synthetic Resorbable Materials from Kim, S.K. Ku, H. Cho, D.H. Han, P. Huh,
Hyaluronan Esterification, Biomaterials, Macromol. Res. Vol. 22, 131-138, 2014.
vol. 19, pp.21012127, 1998.
[15] X. Zhang, D. Yang, and J. Nie, Int J
[2] G.D. Prestwich, D.M. Marecak, J.F. Biol Macromol, vol. 43, 456, 2008.
Marecak, K.P. Ver- cruysse, M.R. Ziebell,
Controlled Chemical Modification of [16] Haryanto, D. Singh, S.S. Han, J.H.
Hyaluronic Acid, J. Controlled Release, Son, S.C. Kim, Mater Sci Eng C, vol 46,
vol. 53, pp. 93103, 1998. 195-201,2015.

[3] W.E. Hennink, C.F. van Nostrum, Novel


Crosslinking Methods to Design
Hydrogels, Adv. Drug Deliv. Rev., vol. 54,
pp. 13-36, 2002.

[4] J.V. Cartmell, W.R. Sturtevant, M.


Valadez, and M.L. Wolf, Hydrogel wound
dressing product, US Patent 5059424
(1991).

__________________________________________________________________________________________
369
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
370
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

IMPLEMENTASI FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA)


PADA PERAWATAN TUNGKU REDUKSI ME-11 UNTUK PEMROSESAN
GAGALAN PELET SINTER UO2

Triarjo, Sugeng Rianto, Meniek Rachmawati


Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional, Serpong, Banten, Indonesia, 15313
Email : triarjo@batan.go.id

ABSTRAK

IMPLEMENTASI FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) PADA PERAWATAN TUNGKU
REDUKSI ME-11 UNTUK GAGALAN PELET SINTER UO2. Kegagalan (failure) merupakan sebuah fenomena
alamiah dari produk atau proses. Kemunculan kegagalan terkadang sulit untuk diprediksi, sementara dampak yang
diakibatkan kegagalan relatif signifikan terhadap unjuk kerja/kinerja produk atau proses. Failure Mode and Effect
Analysis (FMEA) merupakan perangkat yang sangat efektif dalam mengelola kegagalan yang umum digunakan di
banyak industri. FMEA mampu mengidentifikasi potensi kegagalan yang ada di dalam suatu produk atau proses dan
kemudian melakukan pembobotan untuk mendapatkan prioritas terhadap potensi kegagalan yang sangat signifikan
yang perlu untuk segera ditangani. Tujuan analisis perawatan berbasis FMEA ini adalah untuk mereduksi kegagalan
dan resiko, khususnya pada peralatan tungku reduksi ME-11 dengan menggunakan metode analisis terhadap
kegagalan proses operasi reduksi. Hasil yang didapat dari metode FMEA ini adalah tabel struktur analisis yang
menghubungkan nilai kritikalitas dan probabilitas dari bentuk kegagalan operasi tungku reduksi ME-11, sehingga
penyebab kegagalan dapat diprediksi. Dari hasil analisis yang dilakukan, kegagalan yang menyebabkan dampak
yang signikan adalah terjadinya ledakan yang diakibatkan oleh kebocoran hidrogen yang tidak terkontrol/terkendali.
Tabel 4. FMEA form sheet pada lampiran berguna bagi operator, supervisor, petugas perbaikan/perawatan dalam
pengelolaan tungku reduksi ME-11.

Kata kunci: Analisis, Perawatan, Tungku Reduksi, kegagalan

ABSTRACT

FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) IMPLEMENTATION ONTREATMENT OF THE


REDUCTION FURNACE (ME-11) FOR FAILURE SINTER PELLETS UO2. Failure can be regarded as a natural
phenomenon of any product or process. Occurrences of failure sometimes difficult to be predicted, while often
impacts resulting from the failure of the concerned, significant relative to the performance of the product or
process. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) is a highly effective tool in managing failures are commonly
used in many industries. FMEA will be able to identify potential failures in a product or process and then perform
weighting to obtain priority over very significant potential failures that need to be addressed. Purpose of FMEA-
based treatment is to eliminate failures and risks, particularly in the reduction furnace equipment ME-11 using the
method of analysis of the failure of the operation process of reduction. The results of the FMEA method is a table
structure analysis that linking the value of the criticality and the probability of failure furnace operation reduction
forms ME-11, so the cause of the failure can be predicted. From the analysis we found that the failure could lead to
a significant impact of the explosion was caused by an uncontrollable hydrogen leaks.Table 4. FMEA form sheet in
the appendix useful for operators, supervisors, officersrepairs/maintenance in the management of the reduction
furnace ME 11.

Keywords: Analysis, Treatment, Reduction Furnace, failure

PENDAHULUAN Muffle furnace ME-11 digunakan untuk proses


kalsinasi dan reduksi gagalan proses peletisasi
Perawatan adalah kegiatan pencegahan UO2 sebagai bagian dari proses pabrikasi bahan
atau perbaikan yang terorganisasi, baik bakar nuklir. Agar operasi proses kalsinasi atau
administratif maupun teknis, untuk reduksi aman dan selamat, perlu dilakukan
mempertahankan struktur, sistem dan/atau perawatan pada alat Muffle Furnace ME-
komponen agar selalu dapat beroperasi sesuai 11.Sistem perawatan terdiri dari perawatan rutin
dengan parameter operasi yang disyaratkan. dan non rutin. Perawatan rutin meliputi
__________________________________________________________________________________________
371
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
perawatan pencegahan dan surveilen. Perawatan produk diluar batas spesifikasi yang telah
non rutin meliputi perawatan perbaikan dan ditetapkan serta dilakukan pada waktu desain
inspeksi. Perawatan bertujuan untuk menjamin proses manufaktur. Beberapa alasan
keselamatan operasi instalasi (pekerja, perlunyadigunakan FMEA dalam analisis
masyarakat, dan lingkungan); menjaga dan kegagalan proses yaitu prinsip bahwa lebih baik
meningkatkan kemampuan (keandalan) alat; mencegah terjadinya kegagalan dari pada
memperpanjang umur penggunaan aset fisik memperbaiki kegagalan; untuk meningkatkan
(gedung, alat) serta menjaga dan meningkatkan peluang dalam mendeteksi terjadinya suatu
daya-guna aset non-fisik (knowledge, skill).[3] kegagalan; mengindentifikasi penyebab
Failure Mode AndEffect Analysis (FMEA) kegagalan terbesar dan mereduksinya;
adalah suatu perangkat yang secara sistematis mengurangi peluang terjadinya kegagalan serta
mengidentifikasi akibat atau konsekuensi dari membangun kualitas produk dan proses.
kegagalan sistem atau proses, serta mengurangi
atau mereduksi peluang terjadinya kegagalan. METODOLOGI
FMEA merupakan living document sehingga
dokumen perlu di up date secara teratur, Dalam melakukan analisis dan
agar dapat digunakan untuk mencegah dan Implementasi FMEA pada suatu proses akan
mengantisipasi terjadinya kegagalan. FMEA dilakukan dengan beberapa tahapan/langkah.
digolongkan menjadi dua jenis yaitu Design Langkah pertama yang dilakukan adalah
FMEA dan Process FMEA.[3] Design FMEA mendiskripsikan produk/proses dan fungsi
yaitu perangkat yang digunakan untuk tungku muffle furnace untuk menganalisa
memastikan bahwa pontential failure modes, produk/proses yang fungsinya menyimpang dari
sebab dan akibatnya telah diperhatikan terkait yang diharapkan. Selanjutnya membuat blok
karakteristik desain yang digunakan oleh Design diagram produk/proses untuk menggambarkan
Responsible Engineer/Team dan Process FMEA, komponen-komponen utama dan bentuk
terkait dengan karakteristik proses yang hubungan satu sama lain. Langkah berikutnya
digunakan oleh Manufacturing Engineer/Team. adalah pembuatan Form worksheet yang berisi
informasi mengenai Product/System, Subsystem,
Concept MFEA Component, Design Lead, Prepared by, Date,
Revision Date, dan informasi lain yang bisa
dimodifikasi sesuai proses yang dikehendaki.[1,3]
Design MFEA Process MFEA Langkah berikutnya dalam
implementasi FMEA adalah pembuatan daftar
System, Sub system, failure mode dan failure effect. Failure mode
component yang terjadi pada satu komponen dapat
berpengaruh pada komponen lainnya. Daftar
failure modesetiap fungsi dari komponen dibuat,
dan digunakan untuk identifikasi kemungkinan
Assembly Manufacture terjadinya kegagalan sehingga akan diketahui
failure mode yang berpotensi terjadi secara
System, Sub system, System, Sub system,
rinci. Failure effect adalah dampak yang
component component dihasilkan oleh failure mode pada fungsi
produk/proses, baik internal maupun eksternal.
Gambar 1. Konsep dasar FMEA.[3] Untuk menentukan besar dampak tingkat
keparahan digunakan skala dari 1 hingga 10.
Design FMEA digunakan untuk menguji Makin besar nilai tingkat keparahan, maka
fungsi komponen, sub sistem dan sistem. Modus dampaknya semakin besar dan serius. Rating
pontensialnya dapat berupa kesalahan pemilihan dapat menentukan prioritas masalah yang harus
jenis material, ketidaktepatan spesifikasi yang ditangani lebih dulu. Identifikasi yang dilakukan
dilakukan sejak tahapan desain produk awal. pada setiap failure mode berupa faktor
Process FMEAberfungsi untuk menguji probabilitas atau frekuensi, Rating Detection
kemampuan proses yang akan digunakan untuk dan Risk Priority Numbers.[3] Faktor
membuat analisa komponen, sub sistem dan probabilitas atau frekuensi, adalah ukuran yang
sistem. Modus pontensialnya dapat berupa menunjukkan seberapa besar kemungkinan dari
kesalahan operator dalam merakit part, adanya sebab tersebut terjadi. Ratting dari Detection,
variasi proses yang sangat besar sehingga yakni berapa besar kemungkinan dari kontrol
__________________________________________________________________________________________
372
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
yang ada sekarang dapat mendeteksi sebab dari Pipa saluran berfungsi untuk menyalurkan air
failure mode, atau bahkan failure mode itu pendingin dengan beberapa koneksi/cabang
sendiri. Risk Priority Numbers adalah nilai yang yang berpotensi menimbulkan kebocoran,
merupakan hasil kali antara ratting, severity, sehingga perlu dilakukan uji kinerja sebelum
occurrence dan detection control. dilakukan proses reduksi. Motor pompa
pendingin perlu dibuat sistem redundansi,
HASIL DAN PEMBAHASAN sehingga apabila salah satu pompa rusak bisa
diganti dengan pompa yang lain. Peranan pompa
Failure Mode And Effect Analysis pendingin sangat penting karena apabila tungku
(FMEA) merupakan salah satu langkah reduksi beroperasi pada suhu yang relatif tinggi
menejemen kualitas sekaligus menejemen dan sistem pendingin tidak berfungsi secara
resiko. Hasil impementasi FMEA tidak hanya tiba-tiba, maka dampaknya adalah kerusakan
menurunkan resiko kegagalan melainkan juga pada seal tungku, yang akan menimbulkan
untuk meningkatkan kualitas produk/proses. kebocoran gas H2.
[1,2] Langkah awal Implementasi failure mode Pada sub sistem pemantik terdapat
and effect analysis pada tungku reduksi ME-11 komponen utama thermokopel dan katub
adalah membuat P & I Diagram seperti solenoid. Sistem pemantik berfungsi untuk
ditunjukkan pada gambar 2. membakar gas H2 sisa proses reduksi. Katub
Dalam melakukan analisis sistem solenoid bekerja berdasarkan prinsip
struktur dan komponen suatu proses diperlukan elektromagnetik dan dilakukan uji kinerja.
data kejadian selama operasi proses sebelum operasi reduksi dilakukan.Apabila
reduksi.Sistem struktur dan komponen Tungku katub solenoid tidak berfungsi maka gas H2 sisa
Muffle Furnace ME-11terdiri dari beberapa sub proses reduksi yang bercampur dengan udara
sistem yaitu sub sistem pendingin, sub sistem pada komposisi tertentu akan menimbulkan
pemantik, sub sistem vakum, sub sistem ledakan.
pemanas, sub sistem gas dan sub sistem alarm. Sub sistem vakum mempunyai dua
Sub sistem pendingin terdiri dari beberapa komponen yaitu pompa vakum dan pressure
komponen yaitu motor pompa, katub dan pipa switch.. Pompa vakum berfungsi untuk
saluran pendingin. Motor pompa mempunyai mengeluarkan udara dalam ruang tungku
beberapa komponen yaituRotor, stator, seal dan reduksi untuk menghindari bercampurnya udara
bearing. Katub pada sistem pendingin berfungsi dan gas H2 di dalam ruang tungku.
untuk membuka atau menutup aliran pendingin.

Gambar 2. P & I Diagram Muffle Furnace ME-11. [4]

Pada sub sistem vakum terdapat perhatian khusus adalah pompa vakum.Oli
komponen utama yaitu pompa vakum, switch pompa vakum harus selalu diperiksa sebelum
elektrik dan pressure gauge. Dari ketiga opersi, karena apabila pompa vakum
komponen tersebut yang perlu mendapat dioperasikan dalam kondisi kosong akan

__________________________________________________________________________________________
373
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
merusak komponen sistem pompa vakum itu program pada pengendali proses. Perawatan
sendiri. yang dilakukan pada komponen ini adalah
Pada bagian sub sistem pemanas pemeriksaan koneksi kabel dan melakukan uji
terdapat dua komponen utama yaitu filament dan kinerja secara rutin untuk menjaga agar alat
thermokopel. Kedua komponen tidak selalu siap dioperasikan.
menimbulkan dampak kecelakaan yang serius, Sub sistem dan komponen mempuyai
dan hanya berdampak pada proses operasi potensi kegagalan dalam setiap proses kalsinasi
reduksi yang tidak bisa dilanjutkan. Perawatan maupun reduksi. Proses reduksi gagalan pelet
kedua komponen ini berupa larangan pemanasan sinter UO2 menggunakan gas H2,dan berpotensi
dengan laju yang tinggi, karena filament akan menimbulkan ledakan yang berdampak terhadap
cepat mengalami kerusakan akibat pemanasan alat dan pekerja. Dampak ledakan tersebut
secara tiba-tiba. berupa kebakaran dan kontaminasi serbuk UO2.
Pada sub sistem gas terdapat beberapa Dengan demikian maka perlu dilakukan analisis
komponen yaitu check valve, pressure switch, perawatan yang berbasis FMEA untuk menjaga
katub solenoid, flow indicator, regulator gas. keandalan alat dan melindungi pekerja dan
Check valve berfungsi untuk membuka atau lingkungan dari dampak kontaminasi. Tabel 1
menutup saluran gas LPG, gas N2 dan gas H2 dan tabel 2 adalah tabel yang digunakan untuk
sebelum masuk sistem instalasi tungku reduksi. mendukung proses analisis berbasis FMEA. [3]
Pressure switch berfungsi untuk membuka atau Tabel tersebut berfungsi untuk mengetahui
menutup saluran gas yang akan masuk dengan seberapa buruk dampak yang dapat ditimbulkan,
tekanan yang dipersyaratkan sebelum masuk dan penyebab terjadinya kegagalan proses dapat
sistem instalasi tungku reduksi. Katub solenoid diminimalkan.Tabel 1[3] dan tabel 2 [3]
berfungsi untuk membuka ataupun menutup berfungsi untuk memberikan penilaian terhadap
aliran gas LPG, gas N2 dan gas H2 selama proses kemungkinan terjadinya kegagalan dan seberapa
reduksi berlangsung. Flow indicator berfungsi parah pengaruh yang ditimbulkan. Dari tabel
untuk mengukur besar aliran gas N2 dan gas H2 penilaian dampak kegagalan (severity,
selama proses reduksi berlangsung. Regulator probability, detection), maka dapat dilakukan
gas berfungsi untuk mengatur tekanan gas yang penilaian tingkat bahaya yang dapat ditimbulkan
dialirkan kedalam ruang tungku pada proses akibat kegagalan dengan menggunakan Risk
reduksi. Pada sub sistem gas ini, komponen Matrix seperti ditunjukkan pada tabel 3. [3] Dari
yang berperan penting adalah katub solenoid table 3 Risk Matrix dapat dilihat bahwa semakin
yang berfungsi untuk membuka atau menutup besar nilai severity dan probabiliy-nya, makin
aliran gas LPG, N2 dan H2. Katub solenoid besar juga kerusakan yang ditimbulkan akibat
bekerja berdasarkan prinsip elektromagnetik dan kegagalan proses (sangat rendah, rendah,
perlu dilakukan uji kinerja sebelum operasi moderat, tinggi, sangat tinggi/tidak diterima).
reduksi dilakukan. Apabila solenoid tidak Kerusakan yang ditimbulkan bisa berupa
berfungsi, akan berdampak pada proses reduksi kerusakan alat maupun terhadap pekerja.
yang tidak dapat dilanjutkan.
Pada sistem alarm terdapat modul Tabel 1. Criticality/severity Category.[3]
kendali untuk mengendalikan proses reduksi Ranking Kriteria
Negligible severity (pengaruh buruk yang dapat
sesuai dengan parameter proses yang
1 diabaikan). Pengguna akhir mungkin tidak akan
dikehendaki. Sistem alarm berfungsi sebagai memperhatikan kecacatan.
tanda kegagalan yang ditimbulkan oleh Mild severity (pengaruh buruk yang ringan). Akibat
parameter proses yang tidak dipenuhi. Parameter 2 yang ditimbulkan bersifat ringan. Pengguna akhir tidak
3 akan merasakan perubahan kinerja. Perbaikan dapat
proses tersebut adalah tekanan suplai gas LPG, dikerjakan pada saat pemeliharaan reguler.
N2 dan H2 serta tekanan didalam tungku yang Moderate severity (pengaruh buruk yang moderat).
sangat tinggi atau sangat rendah. Apabila 4
Pengguna akhir akan merasakan penurunan kinerja,
5
parameter operasi tersebut tidak dipenuhi maka 6
namun masih dalam batas toleransi. Perbaikan yang
dilakukan tidak mahal dan dapat selesai dalam waktu
sistem alarm akan memberikan tanda berupa singkat.
lampu alarm pada panel yang berkedip dan High severity (pengaruh buruk yang tinggi). Pengguna
sirene berbunyi. Alarm ini menghendaki 7 akhir akan merasakan akibat buruk yang tidak akan
operator untuk mengembalikan nilai parameter 8 diterima, berada di luar batas toleransi. Perbaikan
yang dilakukan sangat mahal.
operasi agar proses reduksi dapat berjalan Potential safetyproblem (masalah keamanan
normal kembali. Komponen yang terdapat pada 9 potensial). Akibat yang ditimbulkan sangat berbahaya
sistem alarm ini adalah relai atau kontaktor yang 10 dan berpengaruh terhadap keselamatan pengguna.
Bertentangan dengan hukum
bekerja ON atau OFF sesuai setting
__________________________________________________________________________________________
374
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Tabel.2. Probabolity ofOccurrence Category. [3] KESIMPULAN
Frekuensi
Rating Kriteria
kejadian
Metode pencegahan sangat efektif. 0,01 per 1000
Metode FMEA telah digunakan untuk
1 Tidak ada kesempatan bahwa item analisis kegagalan (failure) guna meminimalkan
penyebab mungkin muncul. kegagalan dan resiko pada operasi tungku
0,1 per 1000 reduksi ME-11. Hasil analisis dengan metode
2 Kemungkinan penyebab terjadi item
3 sangat rendah 0,5 per 1000
FMEA menunjukkan bahwa resiko kegagalan
item operasi yang paling tinggi adalah kebocoran gas
1 per 1000 hidrogen yang tidak terkendali karena kegagalan
Kemungkinan penyebab terjadi item sistem pendingin dapat mengakibatkan
4
bersifat moderat. Metode 2 per 1000
5
pencegahan kadang memungkinkan item timbulnya ledakan di dalam tungku. Dengan
6
penyebab itu terjadi 5 per 1000 demikian diperlukan perhatian yang serius
item dalam pengoperasian tungku reduksi ME-11,
Kemungkinan penyebab terjadi masih 10 per 1000
7 tinggi. Metode pencegahan kurang item
terutama dalam hal penanganan gas hidrogen.
8 efektif, penyebab masih berulang 20 per 1000 Tabel 4 FMEA form sheet pada lampiran
kembali. item berguna bagi operator, supervisor, petugas
Kemungkinan penyebab terjadi 50 per 1000 perbaikan/perawatan dalam pengelolaan tungku
9 sangat tinggi. Metode pencegahan item
10 tidak efektif, penyebab selalu 100 per 1000 reduksi ME-11.
berulang kembali item
DAFTAR PUSTAKA
Tabel. 3. Risk matrix.[3]
1 3 5 Buku:
Severity/ 2 4
Probability
Very Remote
Occasi
Probable
Freq 1. Whitcomb R. and M. Rioux, Failure Mode
unlikly onal uent
and Effect Analysis (FMEA) System
1 -3 Deployment in a Failure Mode and Effect
Minor
Analysis (FMEA), 1994.
4-6 2. Chiang-Liang Chang, Chiu-Chi Wei dan
Moderat Yeong-Hoang Lee. Failure Mode and Effect
Analysis using Fuzzy Method and Grey
7- 9
Kritikal
Theory. Kybernetes, 1999.
3. Shen-Hsien Teng, Shin-Yann Failure Mode
10
and Effect Analysis, An Integreted Approach
Katastrofik for Product Design and Process
Contro,1996.
Keterangan: 4. Suntoro A, Modifikasi Kendali Logik
(switching) Tungku ME-11: DokumenTeknis
sangat rendah rendah moderat
Operasi dan Modifikasi, Revisi 1, 2008.
tinggi sangat tnggi/tidak diterima
TANYA JAWAB
Dengan menggunakan pendekatan yang
dimulai dari pembuatan blok diagram proses dan Pertanyaan
analisis sistem struktur dan komponen, maka
diperoleh tabel hasil analisis kegagalan. Tabel 4 1. Gagalan pelet UO2 yang dimaksud itu
(terlampir) merupakan tabel analisis kegagalan gagalan proses atau gagalan produk ?
pada tungku reduksi ME-11. 2. Selain FMEA, metode apa yang bisa
Dari analisis perawatan berbasis failure digunakan untuk perawatan ?
mode and effect analysis, yang perlu mendapat
perhatian khusus adalah sistem pemantik dan Jawaban
sistem pendingin. Apabila sistem pemantik tidak
berfungsi/mengalami kegagalan maka gas H2 1. Gagalan yang dimaksud adalah gagalan
yang mengalir akan bercampur dengan udara produk yang di luar spesifikasi untuk
dan menimbulkan ledakan. Begitu juga dengan proses fabrikasi bahan bakar nuklir.
sistem pendingin, apabila pendinginan gagal 2. Selain FMEA, metode yang digunakan
akan dapat merusak seal pada ruang tungku untuk perawatan adalah Reliability
yang dapat menimbulkan kebocoran gas H2 Centered Maintenance (RCM).
yang berakibat timbul ledakan.
__________________________________________________________________________________________
375
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Lampiran 1. Tabel. 4. FMEA Form Sheet.[3]

Control MA Maintenanc Remarks/


Name Function Failure Mode Failure Efect Crit Prob Prod
Number Code e Approach continue

1. Power
suplai tidak
ada (koneksi
Proses Peralatan Cek power
Muffle kabel PM,
1 Oksidasi tidak dapat 3 3 9 suplai, cek
Furnace bermasalah, CM
atau Reduksi dioperasikan sistem kontrol
MCB rusak).
2.Sistem
kontrol rusak.

1.Melindung
i seal pada
Seal pada
tutup
chamber
chamber
rusak, gas
agar tidak Air pendingin
H2 dalam
Sistem rusak. tidak mengalir PM, Cek power suplai
1.1 chamber 6 3 18
pendingin 2. karena motor CM motor pompa
dapat keluar
Kondensasi pompa rusak
dan bisa
uap air
menyebabka
untuk
n ledakan
mendinginka
n gas H2

Air Melakukan
Mengalirkan Motor tidak
Motor pendingin PM, perbaikan
1.1.1 air dapat 5 2 10
Pompa tidak CM motor, cek stator
pendingin dioperasikan
mengalir dan rotor

Pembangkit
Motor tidak PM,
1.1.1.1 Stator medan Lilitan terbakar 5 2 10 Cek lilitan stator
jalan CM
magnet

Menggerakk
Motor tidak PM,
1.1.1.2 Rotor an poros Lilitan terbakar 5 2 10 Cek lilitan rotor
jalan CM
pada motor

Mengurangi
Pelor bearing Motor PM,
1.1.1.3 Bearing friksi pada 5 2 10 Ganti bearing
rusak terbakar CM
poros motor

Air
Mengatur Valve macet
pendingin PM,
1.1.2 Valve aliran air sehingga tidak 5 2 10 Ganti valve
tidak dapat CM
pendingin dapat dibuka
mengalir

Air
Tempat pendingin
bocor, PM, Cek saluran pipa,
1.1.3 Pipa aliran air tidak dapat 5 2 10
tersumbat CM ganti pipa
pendingin mengalir
dengan baik

Membakar Ignition Gas buang


Sistem gas H2 pada rusak,Sensor H2 tidak PM, cek tegangan
1.2 pemantik
5 3 15
proses temperatur terbakar, CM suplai pemantik
Reduksi rusak meledak

Mendeteksi Koneksi kabel


temperatur tidak Tidak dapat
pada saat tersambung mendeteksi
Thermoco PM, Cek kabel
1.2.1 api dengan baik, temperatur 5 2 10
uple CM thermocouple
pembakar Mengalami pada
H2 penurunan pemantik
mati/nyala unjuk kerja

__________________________________________________________________________________________
376
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Control MA Maintenanc Remarks/


Name Function Failure Mode Failure Efect Crit Prob Prod
Number Code e Approach continues

Solenoid Kumparan Tidak dapat


valve magnet Kumparan mebuka Cek kumparan
PM,
1.2.2 (pada untuk putus, atau 5 2 10 pada solenoid
CM
saluran mebuka/me terbakar menutup valve
gas buang) nutup valve valve

Mengeluark Tidak dapat


Cek tegangan
an udara di mengeluark
Sistem Pompa vakum PM, suplai
1..3 dalam an udara di 5 2 10
Vakum macet/kempos CM padamotor, cek
furnace/cha dalam
oli pompa
mber Chamber

Pompa
vakum tidak
Mengeluark
berfungsi Cek tegangan
an udara di
Pompa Pompa vacum sehingga PM, suplai pada
1..3.1 dalam 5 2 10
vakum macet/kempos proses CM motor, cek oli
furnace/cha
vakum tidak pompa
mber
dapat
dilakukan

Cek tegangan
Menjalanka Pompa
Motor Lilitan motor PM, suplai pada
1..3.1.1 n pompa vakum tidak 5 2 10
Pompa terbakar CM motor, cek lilitan
vakum berfungsi
motor

Mengurangi
Merusak
friksi bagian Volume oli
pompa pada PM, Cek olipompa,
1.3.1.2 Oli pompa yang pelumas 5 2 10
bagian yang CM ganti oli pompa
bergerak kurang
aus
pada pompa

Koneksi suplai
tidak
terhubung Proses
Menaikkan Cek tegangan
dengan Oksidasi
Sistem temparatur PM, suplai pada
1.4 baik,Filamen atau Reduksi 5 2 10
pemanas di dalam CM motor, cek lilitan
putus, Kontrol tidak dapat
chamber motor
suhu rusak, dilakukan
Kontaktor
rusak

Merubah
Suhu tungku
arus listrik Kawat filamen PM, Cek filamen,
1.4.1 Filamen tidak dapat 5 2 10
menjadi putus CM ganti jika rusak
dinaikkan
panas

Koneksi kabel
tidak
Suhu
tersambung
pemanas
Thermoco Mendeteksi dengan baik, PM, Ganti
1.4.2 tidak sesuai, 5 2 10
uple temperatur Mengalami CM thermocoupel
Terjadi over
penurunan
heating
unjuk kerja
(tidak presisi)

Udara tekan Oksidasi/


untuk proses Reduksi
kalsinasi, tidak
Gas H2 dan sempurna,
Sistem Gas bocor, gas PM, Cek saluran
1.5 N2 untuk Terjadi 7 2 14
Gas tidak mengalir CM suplai gas
proses ledakan atau
Reduksi, LPG kebakaran
untuk jika H2/LPG
membakarH2 bocor

__________________________________________________________________________________________
377
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Control MA Maintenanc Remarks/


Name Function Failure Mode Failure Efect Crit Prob Prod
Number Code e Approach continues

Tidak ada
memberikan aliran gas
PM,
Pressure indikator gas Kontak swicth H2, N2, dan Cek titik
1.5.1 5 2 10 CM
switch suplai sudah rusak LPG untuk kontak swicth
siap proses
Reduksi

Tidak ada
Kumparan Tidak dapat Cek kumparan
Solenoid aliran gas PM,
1.5.2 putus, mebuka atau 5 2 10 pada solenoid
valve untuk proses CM
terbakar menutup valve valve, apabila
Reduksi

Over atau
under
pressure
Mengatur Cek saluran gas
dalam
Flow dan Bocor, PM, suplai, jika ada
1.5.3 chamber, 5 2 10
indikator mengetahui mampet CM yang bocor
Alarm
debit gas dikencangkan
berbunyi,
shutdown
sistem

Gas H2 dan
N2 tidak
Rusak, mengalir,
Mengatur PM,
1.5.4 Valve Tersumat, Proses 5 2 10 Ganti valve
aliran gas CM
bocor Reduksi
tidak
sempurna

Lampu
Memberi shut down
Sistem indikator PM, ganti lampu
1.6 tanda sistem 5 2 10
Alarm putus, Kontak CM indikatop
kegagalan Furnace
switch kotor

Modul Mengatur Cek tegangan


Over
sistem temperatur Kontrol suhu PM, suplai, cek
1.6.1 heating, 5 2 10
kontrol di dalam rusak CM tegangan input
heater rusak
suhu chamber dan otput

Mengatur
aliran gas di
Meter rusak, Tidak terjadi
Regulator ke chamber PM, Cek regulator
1.6.2 saluran gas Proses 5 2 10
Gas melalui CM gas
bocor Reduksi
pressure
switch

__________________________________________________________________________________________
378
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

RADIOGRAFI Co-60 MENGUJI BEARING HOUSING


Djoli Soembogo
Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi-BATAN, Jakarta, djoli@batan.go.id

ABSTRAK

RADIOGRAFI Co-60 MENGUJI BEARING HOUSING. Aplikasi radiografi menggunakan


sumber isotop Co-60 sudah dimanfaatan pada komponen alat berat seperti Bearing Housing produksi PT.
Texmaco. Komponen alat berat seperti Bearing Housing dibuat melalui pengecoran logam carbonsteel.
Studi ini mencoba pengaplikasian radiografi digital menggunakan sumber isotop Co-60 dan menggunakan
media pemindai film positif Epson V700 untuk pendigitalisasian hasil radiografi konvensional film.
Radiografi ini menggunakan film AGFA D7 dan AGFA D4 untuk mendapatkan kontras tinggi, kepekaan
tinggi dan kualitas bayangan yang tinggi. Tujuan radiografi Co-60 menguji Bearing Housing adalah
mengetahui/mendeteksi ada /tidaknya indikasi bentuk dan jenis cacat coran sehingga Bearing Housing layak
digunakan. Radiografi Co-60 telah dilakukan untuk pengujian Bearing Housing dengan metoda Ketebalan
Tunggal Bayangan Tunggal dan pendigitalisasian hasil radiografi film menggunakan media pemindai film
positif Epson V700 dengan parameter pengamatan cacat coran. Waktu paparan radiasi Co-60 adalah 6 menit
untuk AGFA D7 dan 18 menit untuk AGFA D4 dengan ketebalan metal coran carbonsteel 57,50 mm,
menggunakan aktivitas 30,713 Ci dan jarak tegak lurus sumber ke film 610 mm. Hasil pemindai film positip
berupa radiografi digital yang memungkinkan untuk proses transfer data digital atau penyimpanan data
digital secara komputerisasi. Radiografi Co-60 menguji Bearing Housing dengan metoda Ketebalan Tunggal
Bayangan Tunggal menghasilkan parameter cacat coran Bearing Housing pada posisi 1A, 1B, 1C; 2A, 2B,
2C; 3A, 3B, 3C yang tidak ditemukan cacat yang signifikan sehingga coran Bearing Housing dapat diterima
sesuai standar yang diacu.

Katakunci: Co-60, Bearing Housing, DIN 1ISO7 Fe

ABSTRACT

RADIOGRAPHIY OF Co-60 TEST BEARING HOUSING. The application of radiography using


isotope Co-60 source has been used on component of heavy aquipment such as Bearing Housing produced
by PT. Texmaco. Components of heavy equipment such as Bearing Housing made through metal casting of
carbonsteel. This study tried applying digital radiography are using isotope Co-60 sources and using
scanner positive film media of Epson V700 for digitization results of conventional radiographic films. This
radiography is using film AGFA D7 and AGFA D4 to obtain a high contrast, high sensitivity and high image
quality. The purpose radiographic of Co-60 test Bearing Housing is determine/detecting presence/absence
of indications of the shape and type casting defects of Bearing Housing thus fit for use. Radiography of Co-
60 has been carried out to test Bearing Housing with Single Wall Single Image method and the results of
radiographic films digitization using scanner positive film media of Epson V700 with observation parameters
casting defects. Time exposure of Co-60 radiation was 6 menutes for AGFA D7 and 18 menutes for AGFA
D4 with metal castings of carbonsteel for thickness 57,50 mm by using activity 30,713 Ci and the
perpendicular distance to the source of the film is 610 mm. Scanners positive film results in the form of
digital radiography which allow for the transfer of digital data or digital computerized data storage.
Radiography of Co-60 test Bearing Housing with Single Wall Single Image method produce casting defects
parameter of Bearing Housing in position 1A, 1B, 1C; 2A, 2B, 2C; 3A, 3B, 3C are not found significant
defects so that casting Bearing Housing acceptable under the standards referred.

Keywords: Co-60, Bearing Housing, DIN 1ISO7 Fe.

1. PENDAHULUAN sumber isotop Co-60 pada komponen alat


berat sudah dimanfaatkan seperti Bearing
Aplikasi radiografi menggunakan Housing. Komponen alat berat Bearing

__________________________________________________________________________________________
379
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Housing dibuat melalui pengecoran logam daerah periksa antara minus 15% dan plus
carbonsteel. Studi ini dilakukan dalam 30%, dibandingkan densitas pada daerah
rangka pengaplikasian radiografi digital penetrameter.
menggunakan sumber isotop Co-60 dengan
aktivitas 30,713 Ci dan penggunaan media
pemindai film positif Epson V700 untuk 3. TATAKERJA (BAHAN DAN METODE)
pendigitalisasian hasil radiografi konvensional
film. Pada studi ini digunakan film AGFA D7 Bahan radiografi pada metal coran
dan AGFA D4 untuk mendapatkan kontras Bearing Housing adalah sebagai berikut :
tinggi, kepekaan tinggi dan kualitas bayangan 1. Metal coran jenis material carbonsteel
(image) yang tinggi. Adapun tujuan dengan ketebalan 57,50 mm.
radiografi Co-60 pada Bearing Housing 2. Larutan pemroses film terdiri dari
adalah untuk mengetahui/mendeteksi indikasi developer 20 liter, air stopbath 20 liter,
bentuk dan jenis cacat coran sesuai standar fixer 20 liter, air bersih pembilas 30 liter
yang diacu sehingga Bearing Housing layak a 1 unit
digunakan dari segi keselamatan dan fungsi 3. Film kecepatan sedang AGFA D7 ukuran 7
alat. x 17 inci2 10 lembar
Radiografi Co-60 telah dilakukan untuk 4. Film kecepatan sedang AGFA D4 ukuran 7
menguji Bearing Housing dengan metoda x 17 inci2 10 lembar
Ketebalan Tunggal Bayangan Tunggal (Single 5. Screen Pb dan kaset plastik 3 set
Wall Single Image) dan pendigitalisasian hasil Peralatan yang digunakan adalah sebagai
radiografi film menggunakan media pemindai berikut :
film positif Epson V700 dengan parameter 1. Kamera dan sumber isotop Co-60 1unit
pengamatan cacat pada coran, maka 2. Pb lembaran tebal 3 mm 2 lembar
kegagalan operasi yang berisiko tinggi yang 3 Penetrameter DIN 1ISO7 Fe 3 set
terjadi pada saat mobilisasi di lapangan dapat 4. Lead Letter Pb 1 set
ditekan. Cacat atau dikontinuitas coran 5. Hanger 7 x 17 3 set
meliputi porositas, slag inklusi, shringkage, 6. Stopwatch 1 set
retak [1]. Pendigitalisasian hasil radiografi 7. Longtang 1 set
konvensional menggunakan film dengan 8. Surveymeter 1 set
sumber isotop Co-60 adalah untuk proses 9. Rollmeter 1 set
transfer data secara digital dan penyimpanan 10. Statip pendukung 1 set
data secara digital. 11. Pemindai film positip Epson V700 1 set
Radiografi ini menggunakan metode
Ketebalan Tunggal Bayangan Tunggal (Single
2. TEORI Wall Single Image (SWSI)) dengan
meletakkan 1 penetrameter 1ISO7 Fe di posisi
Prosedur pengujian radiografi pada senter menghadap sumber (source side).
metal coran menggunakan film AGFA D7 dan Pengujian ini menggunakan langkah-langka
AGFA D4 mengacu pada ASME section V [2] kerja seperti diperlihatkan pada gambar 1,
untuk teknik radiografi dan ASME section Kamera isotop Co-60 dan kolimator
VIII, Division 1, Mandatory Appendix 7, diperlihatkan pada gambar 2, Coran Bearing
Examination of Steel Casting [3]; ASTM Housing diperlihatkan pada gambar 3.
Reference Radiographs for Heavy walled (51
to 114 mm) Steel Castings [4] atau ASTM
Reference Radiographs for Steel Castings up 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
to 51 mm in thickness [5] untuk standar
penerimaan hasil radiografi. Sesuai dengan Hasil data pengamatan di lapangan
persyaratan standar ASME section V article2 diperoleh bahwa coran Bearing Housing
[2], code T-282.1, densitas film radiografi terbuat dari bahan carbonsteel [6]. Ketebalan
untuk sumber radiasi Co-60 yang terbaca pada material 57,50mm. Berdasarkan ketebalan
alat densitometer mempunyai rentang 2,00 sampel uji dengan menggunakan kurva
4,00 dan mengacu ASME section V article 2 paparan Co-60 (Lampiran 1) diperoleh waktu
[2], code T-282.2, densitas bervariasi pada paparan sebesar 6 menit untuk D7 dan 18

__________________________________________________________________________________________
380
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
menit untuk D4 dengan jarak tegak lurus Bearing Housing dengan metode Ketebalan
antara sumber dan film (Source Film Distance Tunggal Bayangan Tunggal (Single Wall
atau SFD) adalah 610 mm. Uji radiografi ini Single Image) dapat dilihat pada tabel 1.
menggunakan film AGFA D7 berukuran 7 x Dari hasil pengujian tidak ditemukan cacat
17 inci2 dan AGFA D4 berukuran 7 x 17 inci2. coran yang signifikan dan dikatakan indikasi
Pengujian ini mengamati parameter cacat tidak relevan, oleh karena itu status dapat
coran Bearing Housing, tingkat kehitaman diterima sesuai standar yang diacu. Tidak
film radiografi dan tingkat kehitamanan film ditemukan cacat coran yang signifikan karena
(densitas film) setelah proses digitalisasi yang keahlian personal pengecoran metal yang
bervariasi antara 2,00-4,00 sesuai standar [2], berkompetensi, handal dan prosedur kerja
[7], [8],[9]. Hasil radiografi Co-60 menguji yang sudah sesuai standar.

Obyek Uji Film


Sumber Bearing Radiografi Prosesing Film Pengering
Co-60 Housing AGFA D7 dan
D4

Pembacaan
Dokumentasi Densitas Film
dan Evaluasi

Pemindai Film
(Digitalisasi)

Komputerisasi
Transfer Data dengan setting
kehitaman

Gambar 1. Langkah-langkah kerja

Tabel 1. Data radiografi Co-60 menguji metal coran Bearing Housing.

No. Metode Posisi Tipe Cacat dan Level yang status Keterangan
Level diijinkan
1 SWSI 1A ITR 2 Dapat diterima -ITR adalah
2 SWSI 1B ITR 2 Dapat diterima Indikasi Tidak
3 SWSI 1C ITR 2 Dapat diterima Relevan
4 SWSI 2A ITR 2 Dapat diterima
5 SWSI 2B ITR 2 Dapat diterima
6 SWSI 2C ITR 2 Dapat diterima
7 SWSI 3A ITR 2 Dapat diterima
8 SWSI 3B ITR 2 Dapat diterima
9 SWSI 3C ITR 2 Dapat diterima

Hasil pengujian radiografi tersebut diatas film positif yang memperoleh hasil sesuai
dilakukan secara konvensional mengguna- dengan standar yang diacu. Hasil
kan viewer (pembaca film positif) dan pengujian dapat dilihat pada gambar 4 dan
pendigitalisasian menggunakan pemindai gambar 5.

__________________________________________________________________________________________
381
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Gambar 2. Kamera isotop Coo-60 dan


Kolimator.

Gambar 5. Hasil radiograafi posisi 3C.

5. KESIMPULAN.

Data radiografi Co-60


C menguji metal
coran Bearing Housing metode Ketebatalan
Tunggal Bayangan Tunnggal menggunakan
film AGFA D7 dan AGF FA D4 ukuran 7 x 14
2
inci dan ketebalan materrial las uji 57,50 mm
tidak didapat parameter cacat coran Bearing
Gambar 3. Coran Bearing Housing.
H Housing pada posisi 1A, 1B, 1C; 2A, 2B, 2C;
3A, 3B, 3C yang signiffikan sehingga coran
Bearing Housing dappat diterima sesuai
standar yang diacu.

6. UCAPAN TERIMAK
KASIH

Penulis mengucappkan terima kasih


kepada rekan-rekan Keelompok Investigasi
Tak Merusak dan Diagnosis - PAIR dan PT.
Texmaco yang teelah berkontribusi
terbentuknya makalah inii.

7. DAFTAR PUSTAKA

1. PUSDIKLAT BATAN N, Radiografi Level


II Pengetahuan Materiial, Jakarta 2012.
2. ASME, ASME secction V, article 2
Radiographic Examiination, New York,
2013.
3. ASME, ASME sectioon VIII, Division 1,
Gambar 4. Hasil radiografi poosisi 1B. Mandatory Appendix 7, Examination of

__________________________________________________________________________________________
382
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Steel Casting, New York, 2013. Pertanyaan
4. ASTM, ASTM Reference Radiographs 1. Apakah penetrameter dan satuannya (Koes
for Heavy walled (51 to 114 mm) Steel Indrakoesoema)?
Castings, Philadelphia. 2. Berapa intensitas gamma (Haryanto)?
5. ASTM, ASTM Reference Radiographs
for Steel Castings up to 51 mm in thick- Jawaban
ness, Philadelphia. 1. Penetrameter adalah indikator sensitivitas
6. Komunikasi internet, http://www.total- film radiografi dan satuan kawat pene-
materia.com/articles/Art98.htm, tanggal 21 trameter dalam mm atau inci.
April 2016. 2. 30,713 Ci
7. IAEA, IAEA/RCA Regional Training
Course on Digital Industrial Radiology
and Com-puted Tomography Applications
in Industry, Kajang, Malaysia, 2-6
November 2009.
8. IAEA, IAEA/RCA Regional Training
Course on the Use of Isee and aRTist
Software for Digital Industrial
Radiography (DIR) Image Analysis and
Interpretation, Kajang, Malaysia, 25-29
July 2011.
9. PUSDIKLAT BATAN, Radiografi Level II
Standar dan Petunjuk Praktikum, Jakarta
2013.

8. LAMPIRAN

Lampiran 1.
Kurva hubungan paparan radiasi Co-60 dan ketebalan metal coran.

__________________________________________________________________________________________
383
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
384
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

RADIOGRAFI SINAR-X MENGUJI HUB AIR DEFLECTOR


Djoli Soembogo, Harun Al Rasyid R, Namad Sianta
Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi-BATAN, Jakarta 12440, djoli@batan.go.id

ABSTRAK

RADIOGRAFI SINAR-X MENGUJI HUB AIR DEFLECTOR. Sinar-X dapat diaplikasikan


untuk analisis material dengan melihat unsur-unsurnya seperti defraksi sinar-X atau pengujian material
dengan cara uji tak rusak seperti radiografi. Radiografi ini menggunakan sumber radiasi dari mesin sinar-X.
Radiografi ini menggunakan film AGFA D7 dan AGFA D4 mendapatkan kontras tinggi, kepekaan tinggi,
dan kualitas bayangan yang baik. Radiografi sinar-X menguji Hub Air Deflector bertujuan untuk
mengetahui cacat atau diskontinuitas pada material Hub Air Deflector yang beresiko tinggi terjadi kegagalan
saat beroperasi jika melebihi yang distandarkan. Radiografi sinar-X telah dilakukan untuk menguji Hub Air
Deflector dengan metode Ketebalan Tunggal Bayangan Tunggal menggunakan sinar-X dengan parameter
pengamatan densitas film radiografi dan bentuk cacat. Waktu paparan sinar-X adalah 40 detik untuk metal
Hub Air Deflector tebal 10 mm dengan menggunakan tegangan tinggi mesin sinar-X Rigaku sebesar 130 kV
dan arus 5 mA dan 170 detik untuk metal Hub Air Deflector tebal 22 mm dengan menggunakan tegangan
tinggi mesin sinar-X Rigaku sebesar 230 kV dan arus 5 mA. Hasil radiografi sinar-X menguji Hub Air
Deflector dengan metode Ketebalan Tunggal Bayangan Tunggal didapat parameter densitas film radiografi
untuk film AGFA D7 adalah rentang antara 2,00-2,80, penumbra hasil radiografi didapat 0,031 mm untuk
posisi 1 sampai dengan posisi 6 dan 0,068 mm untuk posisi 7 dan 8, sensitivitas film radigrafi adalah 2,50%
untuk posisi 1 sampai dengan posisi 6 dan 1,50% untuk posisi 7, dan tidak ditemukan cacat yang signifikan.
Status radiografi sinar-X dapat diterima karena densitas film sudah sesuai dengan standar yang diacu dan
status material Hub Air Deflector dapat diterima, karena sudah sesuai dengan standar yang diacu.

Katakunci: Radiografi sinar-X, Hub Air Deflector, ASTM

ABSTRACT

RADIOGRAPHY X-RAY TEST HUB AIR DEFLECTOR. X-ray can be applied to the analysis of the
material by looking at the elements such as X-ray defraction or material testing by means of nondestructive
testing such as radiography. This radiography using a source of radiation from X-ray machine. These
radiographs using film AGFA D7 and AGFA D4 to get a high contrast, high sensitivity, and good image
quality. Radiography X-ray test the Hub Air Deflector aims to find defects or discontinuities in the material
Hub Air Deflector that is high risk failure occurs during operation if it exceed standardized. X-ray
radiography has been conducted to test the Hub Air Deflector with Single Wall Single Image method using X-
ray observations with the parameter radiographic film density and defect type. X-ray exposure time are 40
seconds for a thickness of 10 mm Hub Air Deflector metal by using a high voltage Rigaku X-ray machine at
130 kV and current is 5 mA and 170 seconds for a thickness of 22 mm Hub Air Deflector metal by using a
high voltage Rigaku X-ray machine at 230 kV and current is 5 mA. The results of X-ray radiography test Hub
Air Deflector with Single Wall Single Image method obtained radiographic film density parameter for the
film AGFA D7 was the range between 2.00 to 2.80, penumbra radiographic results obtained 0,031 mm for
position 1 to position 6 and 0.068 mm for positions 7 and 8, the sensitivity of the film was 2.50% radigrafi to
position 1 to position 6 and 1.50% for positions, and there was not significant defect. Status X-ray
radiography can be accepted because the density of the film is in conformity with the standards referred and
the material Hub Air Deflector status is acceptable, because it has conformed with the standards referred.

Keywords: X-ray radiography, Hub Air Deflector, ASTM.

1. PENDAHULUAN unsurnya seperti defraksi sinar-X atau


pengujian material dengan cara uji tak rusak
Sinar-X dapat diaplikasikan untuk seperti radiografi. Radiografi ini
analisis material dengan melihat unsur- menggunakan sumber radiasi dari mesin

__________________________________________________________________________________________
385
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
sinar-X. Radiografi ini menggunakan film 1. Sumber sinar-X dan panel pengendali
AGFA D7 dan AGFA D4 untuk mendapatkan 1 unit
kontras tinggi, kepekaan tinggi dan kualitas 2. Pb tebal 3mm 2 lembar
bayangan yang baik. Radiografi sinar-X 3. Penetrameter ASTM 1B Fe 2 set
menguji Hub Air Deflector bertujuan untuk 4. Penetrameter DIN Fe 6ISO12 1 set
mengetahui cacat atau diskontinuitas material 5. Lead Letter dan Lead Number 1 set
Hub Air Deflector seperti retak (crack), 6. Hanger 4 x 10 2 set
penyusupan benda asing (slag inclusion), 7. Hanger 7 x 17 2 set
porositas, Shrinkage, Insert yang beresiko 8. Stopwatch 1 set
tinggi terjadi kegagalan saat beroperasi jika 9. Longtang 1 set
melebihi ketentuan standar. 10. Surveymeter 1 set
11. Rollmeter 1 set
2. TEORI 12. Statip pendukung 1 set
Pengerjaan proses pengecoran metal secara
Prosedur radiografi pada Hub Air manual memerlukan keahlian personal
Deflector menggunakan film AGFA D7, pengecoran metal yang handal. Radiografi ini
AGFA D4, dan larutan Fixer-Developer menggunakan metode Ketebalan Tunggal
AGFA yang mengacu pada ASME section V Bayangan Tunggal atau Single Wall Single
[1] untuk teknik radiografi dan ASME section Image (SWSI) dengan 1 penetrameter ASTM
VIII, Division 1, Mandatory Appendix 7, 1B berlokasi letak di tengah menghadap
Examination of steel casting [2] atau ASTM sumber (source side) tegaklurus diatas Hub
Reference Radiographs for Steel Castings Air Deflector. Jarak tegak lurus antara
up to 51 mm in thickness [3] untuk standar sumber dan film (Source Film Distance atau
penerimaan hasil radiografi. Sesuai dengan SFD) adalah 825 mm dan dimensi focalspot
persyaratan standar ASME section V article 2 adalah 2,50 mm. Dalam pengujian ini
[1], code T-282.1, densitas film radiografi menggunakan langkah-langka kerja seperti
untuk sumber sinar-X yang terbaca pada alat diperlihatkan pada gambar 1, Hub Air
densitometer mempunyai rentang 1,80 4,00 Deflector diperlihatkan pada gambar 2, Hub
dan mengacu ASME section V article 2 [1], Air Deflector pada ketebalan 9,6 mm
code T-282.2, densitas bervariasi pada diperlihatkan pada gambar 3, Hub Air
daerah periksa antara minus 15% dan plus Deflector pada ketebalan 22 mm
30%, dibandingkan densitas pada daerah diperlihatkan pada gambar 4, posisi
penetrameter. radiografi sinar-X pada Hub Air Deflector
diperlihatkan pada gambar 5, Kontrol Panel
3. TATAKERJA (BAHAN DAN METO- mesin sinar-X dan Surveymeter diperlihatkan
DE) pada gambar 6.

Bahan untuk radiografi sinar-X pada


Hub Air Deflector adalah sebagai berikut : 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hub Air Deflector, jenis material Car-
bonsteel dengan ketebalan bervariasi 9,6 Pengujian radiografi pada Hub Air
mm sampai dengan 22 mm. Deflector memperoleh data di lapangan yaitu
2. Larutan pemroses film terdiri dari deve- jenis material Carbonsteel [4], ketebalan
loper 20 liter, air stopbath 20 liter, fixer material Hub Air Deflector 9,6 mm dan 22
20, air bersih pembilas 30 liter mm. Berdasarkan tebal spesimen 9,6 mm
a 1 unit dengan menggunakan kurva paparan sinar-X
3. Film kecepatan sedang AGFA D7 ukuran bertegangan tinggi 130 kV (Lampiran 1)
4 x 10 inci2 6 film mendapatkan waktu paparan trial and error
4. Film kecepatan sedang AGFA D4 ukuran adalah 40 detik dan tebal spesimen 22 mm
7 x 17 inci2 2 film dengan menggunakan kurva paparan sinar-X
Peralatan yang digunakan adalah sebagai bertegangan tinggi 230 kV ( Lampiran 1 )
berikut : mendapatkan waktu paparan trial and error

__________________________________________________________________________________________
386
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Sumber Obyekk Uji Film Proses Film


Sinar-X (Hubb Air AGFA D7 AGFA Pengering
Deflecctor) AGFA D4

Pembacaan
Densitas Film
Dokumentasi dan Evaluasi

Scanning Film
(Digitalisasi)

Transfer Data Komputerisasi


dengan setting
kehitaman

Gambar 1. Langkah-langkah kerja

Gambar 4. Hub Air Defl


flector pada ketebalan
Gambar 2. Hub Air Deflectorr. 22 mm.

Gambar 3. Hub Air Deflectorr pada ketebalan Gambar 5. Posisi radiiografi sinar-X pada
9,6 mm. Hub Air Defflector.

__________________________________________________________________________________________
387
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Gambar 6. Kontrol Panel mesin sinar-X dan Gambar 9. Pemindaian hasil radiografi posisi
Surveymeter. 5 dan 6.

Gambar 7. Pemindaian hasil radiografi posisi


1 dan 2. Gambar10. Pemindaian hasil radiografi
posisi 7.

Gambar 8. Pemindaian hasil radiografi posisi


3 dan 4. Gambar 11. Pemindaian hasil radiografi
posisi 8.

__________________________________________________________________________________________
388
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
adalah 170 detik untuk radiografi metal bervariasi antara 1,80 - 4,00 sesuai standar
Hub Air Deflector dengan jarak antara yang diacu [1], [5], [6], [7] dan bentuk cacat
sumber dan film (Source Film Distance) metal Hub Air Deflector. Pemindaian hasil
tegak lurus adalah 825 mm dan dimensi radiografi posisi 1 dan 2 diperlihatkan pada
focalspot sinar-X adalah 2,5 mm. Dalam hal gambar 7, pemindaian hasil radiografi posisi
ini film yang digunakan adalah AGFA D4 3 dan 4 diperlihatkan pada gambar 8,
berukuran 7 x 17 inci2 untuk radiografi sinar- pemindaian hasil radiografi posisi 5 dan 6
X ketebalan 22 mm dan film yang digunakan diperlihatkan pada gambar 9, pemindaian
adalah AGFA D4 berukuran 4 x 10 inci2 hasil radiografi posisi 7 diperlihatkan pada
untuk radiografi sinar-X ketebalan 10 mm. gambar 10, pemindaian hasil radiografi posisi
Pengujian ini mengamati parameter tingkat 8 diperlihatkan pada gambar 11.
kehitaman film radiografi konvensional yang

Tabel 1. Hasil radiografi sinar-X menguji Hub Air Deflector.

Densitas Film Sensitivitas Penumbra Jenis


No. Posisi D=1,80-4,00 S (%) Ug (mm) cacat Status Film
1 1 2,30; 2,25; 2,31 2,50 0,031 ITR Diterima AGFA D7
2 2 2,16; 2,24; 2,22 2,50 0,031 ITR Diterima AGFA D7
3 3 2,20; 2,26; 2,27 2,50 0,031 ITR Diterima AGFA D7
4 4 2,12; 2,18; 2,17 2,50 0,031 ITR Diterima AGFA D7
5 5 2,24; 2,22; 2,13 2,50 0,031 ITR Diterima AGFA D7
6 6 2,06; 2,07; 2,10 2,50 0,031 ITR Diterima AGFA D7
7 7 2,43; 2,31; 2,48 1,50 0,068 ITR Diterima AGFA D4
8 8 2,76; 2,36; 2,45 1,50 0,068 ITR Diterima AGFA D4
Keterangan : ITR adalah Indikasi Tidak Relevan.
Tabel 1 memperlihatkan hasil radiografi pada standar [2]. Tidak ditemukan cacat material
pengujian Hub Air Deflector (jenis material pada Hub Air Deflector yang signifikan
Carbonsteel dengan tebal 9,6 mm dan 22 karena personal pengecoran metal mengikuti
mm) dengan metode Ketebalan Tunggal prosedur kerja yang standar. Hasil ini
Bayangan Tunggal didapat densitas film berdasarkan pengamatan di viewer (pembaca
AGFA D7 dan AGFA D4 adalah rentang film positip) dan sudah sesuai dengan standar
antara 2,00-2,80, penumbra hasil radiografi yang diacu.
didapat 0,031 mm untuk posisi 1 sampai
dengan posisi 6 dan penumbra hasil
radiografi didapat 0,068 mm untuk posisi 7 5. KESIMPULAN
dan 8, sensitivitas film radigrafi adalah
2,50% (terlihat 6 kawat penetrameter ASTM Hasil radiografi sinar-X menguji Hub
1B, tidak ditemukan cacat material yang Air Deflector dengan metode Ketebalan
signifikan) untuk posisi 1 sampai dengan Tunggal Bayangan Tunggal didapat
posisi 6 dan 1,50% (terlihat 5 kawat parameter densitas film radiografi AGFA D7
penetrameter ASTM 1B, tidak ditemukan dan AGFA D4 adalah rentang antara 2,00-
cacat material yang signifikan) untuk posisi 7 2,80, penumbra hasil radiografi didapat 0,031
dan 8. Hasil radiografi metal Hub Air mm untuk posisi 1 sampai dengan posisi 6
Deflector tidak ditemukan cacat material dan penumbra hasil radiografi didapat 0,068
yang signifikan dan dikatakan indikasi tidak mm untuk posisi 7 dan 8, sensitivitas film
relevan. Dengan data tersebut diatas, maka radiografi adalah 2,50% untuk posisi 1
status metal Hub Air Deflector dapat sampai dengan posisi 6 dan 1,50% untuk
diterima karena tidak melebihi batas posisi 7 dan 8, dan tidak ditemukan cacat
maksimal severity level yaitu level 2 sesuai material yang signifikan. Status densitas film

__________________________________________________________________________________________
389
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
dapat diterima, karena densitas film sesuai 8. LAMPIRAN
dengan standar yang diacu dan status uji
radiografi pada Hub Air Deflector
D dapat Lampiran 1. Kurva hubuungan paparan sinar-
diterima, karena sudah sesuaii dengan standar X dan keetebalan metal coran
yang diacu. carbonsteeel (dari buku
manual alat
a mesin sinar-X
6. UCAPAN TERIMA KASIIH Rigaku RFF-300EGM2).

Penulis mengucapkann terima kasih


kepada :
1. Rekan-rekan Kelompok Uji
U Tak Rusak di
Pusat Aplikasi Isotop daan Radiasi yang
telah membantu terbenntuknya makalah
ini.
2. PT. Texmaco Perkasa Enggineering, Kali-
wungu, Semarang.

7. DAFTAR PUSTAKA

1. ASME, ASME section V, article 2


Radiographic Examinatioon, New York,
2013.
2. ASME, ASME section VIII, V Division 1,
Mandatory Appendix 7, Examination of
steel casting, New York, 2013.
3. ASTM, ASTM Referencce Radiographs
for Steel Castings up to 51 mm in
thickness, Philadelphia.
4. Komunikasi internet, http://www.total-
h
materia.com/articles/Art988.htm, tanggal Pertanyaan
27 Juni 2016. 1. Apakah Sinar-X bissa diterapkan untuk
5. IAEA, IAEA/RCA Reggional Training memeriksa tangki reeaktor (Koes Indra-
Course on Digital Indusstrial Radiology koesoema)?
and Computed Tomograpphy Applications 2. Perbedaan gamma (Co-60)
( dan sinar-X
in Industry, Kajang, Malaysia, 2-6 (Haryanto)?
November 2009.
6. IAEA, IAEA/RCA Reggional Training Jawaban
Course on the Use of Isee I and aRTist 1. Bisa untuk ketebalann antara 10 mm -25
Software fo Digitaal Industrial mm dengan tegangann tinggi dari 130 kV
Radiography (DIR) Imagge Analysis and 230 kV, posisi sumbber sinar-X dan film
Interpretation, Kajang, Malaysia,
M 25-29 memungkinkan di sett up.
July 2011. 2. Pada energi dan daya penetrasinya.
p
7. PUSDIKLAT BATAN, Radiografi
R Level
II Standar dan Petunjjuk Praktikum,
Jakarta, 2013.

__________________________________________________________________________________________
390
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

PENGEMBANGAN SISTEM AKUISISI DATA PARAMETER


PROSES REAKTOR KARTINI BERBASIS SIMULASI
MENGGUNAKAN SUPER PLC T100MD-2424
Lolika Dia Amora[1], Adi Abimanyu[2], Muhtadan[1]

1) Jurusan Teknofisika Nuklir, Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, Yogyakarta


lolikadiaamora@gmail.com, muhtadan@batan.go.id
2) Pusat Sains dan Teknologi Akselerator, Badan Tenaga Nuklir Nasional, Yogyakarta
abimanyu.adi@batan.go.id

ABSTRAK

PENGEMBANGAN SISTEM AKUISISI DATA PARAMETER PROSES REAKTOR


KARTINI BERBASIS SIMULASI MENGGUNAKAN SUPER PLC T100MD-2424. Pengembangan
sistem akuisisi data reaktor Kartini dilakukan dalam usaha untuk mempersiapkan revitalisasi SIK dengan
teknologi yang up to date, dengan mengaplikasikan Super PLC T100MD-2424 sebagai modul pengolah
sinyal dan perangkat lunak LabVIEW 2014 sebagai pengolah data. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan sistem akuisisi data parameter proses reaktor Kartini menggunakan Super PLC T100MD-
2424 dengan input simulasi sebagai basis data dalam kajian revitalisasi dan upgrade Sistem Instrumentasi
dan Kendali (SIK) reaktor Kartini. Super PLC memiliki karakteristik ADC linier dengan nilai korelasi 1
(sempurna), galat offset bernilai 0 dan persentase galat gain sebesar 0,32% serta GNLI bernilai 0. Delay time
optimum untuk menerima data dari modul pengolah sinyal ke modul akuisi dan pengolah data adalah sebesar
39 ms.

Kata kunci: akuisisi data, Super PLC T100MD-2424, parameter proses

ABSTRACT

DEVELOPMENT OF DATA ACQUISITION SYSTEM PROCESS PARAMETERS KARTINI


REACTOR BASED ON SIMULATION USING SUPER PLC T100MD-2424. Development of a data
acquisition system Kartini reactor, done an attempt to prepare for the revitalization of SIK with technology
up to date, by applying Super PLC T100MD 2424 as the signal processing module and LabVIEW software as
a data processor. The purpose of this research is to develop data acquisition system process parameters in
Kartini reactor using Super PLC T100MD 2424 with simulation input as a data base in the research of
revitalization and upgrade Instrumentation and Control Systems Kartini reactor. Super PLC has the
characteristics of ADC linear with a correlation value is 1 (perfect), offset error value is 0, gain error value
is 0.32% and GNLI value is 0. The optimum delay time to receive data from the signal processing module to
the data acquisition and processing module is 39 ms.

Key words: data acquisition, Super PLC T100MD 2424, the process parameters

PENDAHULUAN digerakkan oleh batang kendali. Ketika batang


kendali digerakkan turun ke inti reaktor, batang
Reaktor nuklir merupakan suatu sistem kendali menyerap neutron dan daya menurun.
dimana reaksi nuklir yang bernama fisi, yaitu Di sisi lain, ketika batang kendali di gerakkan
reaksi pembelahan inti secara berantai dimulai. naik ke atas, jumlah fisi dan daya meningkat
Energi dalam bentuk panas yang dihasilkan [1].
oleh reaksi fisi yang kemudian dikelola oleh Reaktor Kartini adalah reaktor penelitian
pendingin yang umumnya ialah air serta yang dirancang oleh BATAN dengan daya 250
menghasilkan uap. Pembangkit listik termal KW untuk tujuan penelitian, pelatihan dan

__________________________________________________________________________________________
391
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
pendidikan serta beroperasi pada daya 100 menggunakan Super PLC T100MD-2424
KW. Reaktor Kartini merupakan reaktor tipe sebagai pengolah sinyal dalam rangka usaha
Triga Mark II dengan kolam terbuka, mempersiapkan revitalisasi teknologi Sistem
berpendingin air ringan. Pembangunan reaktor Instrumentasi dan Kendali (SIK) reaktor
Kartini dimulai akhir tahun 1974, dan Kartini dengan perkembangan teknologi yang
mencapai kondisi kritis untuk pertama kalinya selalu up to date. Pengembangan sistem
pada 25 Januari 1979, diresmikan pada 1 Maret akuisisi data parameter proses reaktor Kartini
1979 serta masih dioperasikan hingga dengan dilakukan dengan mengaplikasikan Super PLC
sekarang [2]. T100MD-2424 sebagai pengganti modul PCL-
Sistem akuisisi data dapat didefinisikan 812PG.
sebagai suatu sistem yang berfungsi untuk
mengambil, mengumpulkan dan menyiapkan LANDASAN TEORI
data, kemudian memproses data tersebut untuk
menghasilkan data yang diinginkan [3]. Parameter Proses Reaktor Kartini
Teknologi sistem akuisisi data parameter
proses reaktor Kartini pada saat sekarang ini Parameter proses operasi reaktor Kartini
menggunakan slot ISA BUS pada komputer yang dibahas pada penelitian ini meliputi data
tipe industri dengan modul pengolah sinyal daya reaktor dan perioda reaktor serta posisi
PCL-812PG. Modul pengolah sinyal PCL- batang kendali. Pengukuran besarnya daya
812PG berfungsi untuk mengubah masukan reaktor dan perioda reaktor menggunakan
sinyal analog menjadi bentuk digital, menerima kanal pengukur daya yang terdiri dari: kanal
status sinyal digital, dan menghasilkan sinyal daya linier (NP-1000) dan kanal daya
digital. Sinyal analog dan status digital logaritmis ( NLW-2).
didapatkan dari parameter proses reaktor Kanal daya linier memperoleh input arus
Kartini yang meliputi: kanal daya linier, kanal dari detektor Compensated Ionization Chambe
daya logaritmik, dan posisi ketiga batang (CIC) yang memberi penunjukan daya linier.
kendali [4]. Sedang untuk kanal daya logaritmis input arus
PLC (Programmable Logic Controller) dari detektor Fission Chamber (FC), yang
atau kendali logika terprogram merupakan memberi penunjukkan % daya logaritmis.
suatu piranti elektronik yang dirancang untuk Periode laju perubahan daya diperoleh dari
dapat beroperasi secara digital dengan differensial % daya logaritmis. Sinyal analog
menggunakan memori sebagai media posisi batang kendali berasal dari tegangan tap
penyimpanan instruksi-instruksi internal untuk potensiometer yang bervariasi dengan naik
menjalankan fungsi fungsi logika, seperti atau turunnya batang kendali, dimana
fungsi pencacah, fungsi urutan proses, fungsi potensiometer ini posisinya terpasang seporos
waktu, fungsi aritmatika, dan fungsi yang dengan motor penggerak sambungan batang
lainnya dengan cara memprogramnya [5]. kendali. Tegangan potensiometer adalah 5 volt
Dibandingkan dengan penggunaan PCL- yang ekivalen dengan posisi batang kendali
812PG yang harus menggunakan interface slot saat ditarik maksimum keatas (38 cm) [3].
ISA BUS, penggunaan Super PLC T100MD-
2424 dipilih dengan alasan dapat menggunakan METODE PENELITIAN
komunikasi yang lebih up to date dan fleksibel,
antara lain Transmission Control Pengembangan sistem akuisisi data
Protocol/Internet Protocol (TCP/IP), RS-485, parameter proses reaktor Kartini berbasis
serta RS-232 untuk tersambung ke komputer simulasi menggunakan Super PLC T100MD-
personal. Super PLC T100MD-2424 juga 2424 sebagai pengolah sinyal dan perangkat
memiliki kehandalan yang telah teruji di dunia lunak LabVIEW 2014 sebagai perangkat lunak
industri dan mudah didapatkan di pasaran serta akuisisi data serta pengolah data. Modul Super
memiliki slot I/O yang sesuai dengan PLC T100MD-2424 akan mengambil data
kebutuhan. sinyal analog maupun digital dari simulasi
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka objek pengukuran sekaligus mengirimkan
diusulkan suatu penelitian mengenai kajian sinyal ke komputer personal (LabVIEW 2014).
pengembangan sistem akuisisi data parameter Terdapat 6 (enam) buah potensiometer sebagai
proses reaktor Kartini berbasis simulasi dengan masukan analog ke channel Analog to Digital

__________________________________________________________________________________________
392
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Coverter (ADC) dan terdapat 6 (enam) buah dihasilkan oleh Super PLC sendiri dikarenakan
push button sebagai masukkan digital ke hal ini rentan terhadap rangkaian masukkan
channel digital input (DI). Terdapat juga sinyal analog dengan beban masing masing
keluaran digital output (DO) 2 bit sebagai potensiometer sebesar 1K. Port RS-232
sinyal autorange daya NP-1000. Sinyal female (pada Super PLC) dihubungkan dengan
masukkan akan diakuisisi dan diolah oleh kabel RS-232 male converter to USB untuk
komputer serta disimpan dalam database komunikasi ke Personal Computer (PC).
MySQL. Blok diagram pengembangan sistem
Pengembangan Sistem Akuisisi dan
akuisisi data parameter proses ditunjukkan
Pengolah Data
pada Gambar 1.
Blok diagram modul akuisisi dan
pengolah data ditunjukkan pada Gambar 3.

Dari super PLC


T100MD-2424
dengan antarmuka
RS-232

Gambar. 1. Blok diagram pengembangan


sistem akuisisi data parameter proses
Pengembangan Modul Pengolah Sinyal
Gambar. 3. Blok diagram modul akuisisi
Perancangan simulator pengolah sinyal dan pengolah data
parameter proses reaktor Kartini ditunjukkan
pada Gambar 2. Modul akuisisi dan pengolah data
merupakan Human Machine Interface (HMI)
Masukkan dari PLN
Power Supply 24 volt yang memanfaatkan perangkat lunak
COM 24 V
LabVIEW 2014 sebagai bahasa
pemrogramannya. HMI pada komputer
digunakan sebagai modul pengakuisisi dan
Analog
GND

pengolahan data dari perangkat simulasi,


Konektor
RS-232

Kabel PC
RS-232
SUPER PLC T100MD-2424 penampil indikator parameter proses simulasi,
Masukkan
6 Buah Potensio

Analog

Write DO
Masukkan
Digital
Keluaran digital status (LED) (Autorange)
serta informasi disimpan dalam database
5V GND
N
6 Buah Push Button MySQL. Sinyal dari modul Super PLC
T100MD-2424 dihubungkan dengan
komunikasi serial RS-232 ke komputer.
Adaptor

PENGUJIAN DAN HASIL


Gambar. 2. Blok diagram perancangan
perangkat keras Hasil Pengujian Menentukan Delay Time
Super PLC T100MD-2424 mendapatkan Pengujian delay time disini berguna
supply tegangan dari power supply 24 volt untuk menentukan nilai delay minimum vi read
dikarenakan spesifikasi Super PLC serial dalam menerima data. Pengujian dilihat
membutuhkan tegangan sebesar 24 volt DC dari kesesuaian respon panjang data yang
dengan tegangan keluaran 5 volt dan arus 5 dikirim dari modul pengolah sinyal (PLC)
ampere. Untuk rangkaian masukan analog dan dengan yang diterima modul akuisisi dan
digital membutuhkan tegangan masukkan 5 pengolah data (LabVIEW). Pengujian
volt yang di-supply dari luar, yaitu oleh adaptor dilakukan pada satu listing program, yaitu
dengan arus yang lebih kecil dari arus yang

__________________________________________________________________________________________
393
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
listing program read ADC, yang sudah titik gain aktual. Dengan kata lain, galat gain
mewakili pengujian listing program lainnya. adalah nilai tegangan masukan yang diperlukan
Tabel 1 merupakan tabel hasil pengujian delay untuk menghasilkan keluaran digital skala
time. penuh. Galat non linieritas integral atau yang
sering disebut galat linieritas adalah
Tabel. 1. Hasil pengujian delay time
penyimpangan nilai fungsi transfer dari garis
Delay Dikirim Diterima Data lurusnya [6]. Grafik hasil pengujian ADC
No Time yang
(ms) Data Pan- Data Pan- hilang
ditunjukkan pada Gambar 4.
jang jang
1. 40 @01R 34 @01RD 34 0
D0000 000000
000F6 0F6E07
E0788 8800A6
00A60 009200
09200 572B*
572B*
2. 39 @01R 34 @01RD 34 0
D0000 000000
000F7 0F7707
70788 8800A6 Gambar. 4. Grafik tegangan input vs ADC
00A60 009700
09700 575D*
pada super PLC
575D* Berdasarkan Gambar 4, diketahui nilai
3. 38 @01R 34 @01RD 33 1
D0000 000000 korelasi (R), yaitu bernilai 1. Dimana nilai R
000F7 0F7307 disini mengidentifikasikan bahwa korelasi
30788 8800A6 antara nilai x dan y sempurna, dengan kata lain,
00A60 008D00
08D00 532F
ADC pada Super PLC memiliki karakteristik
532F* linier, sehingga nilai galat non linieritas
4. 37 @01R 34 @01RD 29 5 integralnya (GNLI) otomatis nol. Galat gain
D0000 000000
000F7 0F7307
ADC bernilai 0,016 volt dengan nilai
3078D 8D00A6 persentase kesalahan sebesar 0,32% serta galat
00A60 009200 offset bernilai nol.
09200
5720* Hasil Pengujian Karakteristik Data
Nilai delay time minimum untuk Parameter Proses
menerima data dari PLC yang didapatkan ialah
sebesar 39 ms. Pada delay time 39 ms tidak Hasil pengujian karakteristik data
terdapat pemotongan panjang data (tidak parameter proses untuk daya NP-1000 dapat
terdapat data yang hilang), sedangkan dengan dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.
nilai delay time dibawahnya, yaitu 38 ms, Diketahui bahwa daya NP-1000 dan daya
penerimaan panjang data oleh vi read serial NLW-2 apabila nilai tegangan ADC nya
function terjadi pemotongan (kehilangan data). dinaikkan, maka daya akan naik seiring
Sehingga dari hasil pengujian dapat ditentukan bertambahnya tegangan yang diberikan. Dapat
bahwa nilai delay time minimum penerimaan ditarik kesimpulan bahwa daya NP-1000
data dari PLC ialah sebesar 39 ms. mempunyai karakteristik linier dan daya
NLW2 mempunyai karakteristik logaritmis.
Hasil pengujian ADC

Pengujian ADC bertujuan untuk


mengetahui linieritas ADC, galat offset, galat
gain, serta galat non linieritas integral (GNLI).
Galat offset didefinisikan sebagai selisih antara
titik offset nominal dengan titik offset aktual.
Dengan kata lain, galat offset atau disebut juga
galat nol (zero error) adalah nilai tegangan
masukan yang diperlukan untuk menghasilkan Gambar. 5. Hasil pengujian karakteristik
keluaran digital nol. Galat bati didefinisikan daya NP-1000
sebagai selisih antara titik gain nonimal dengan

__________________________________________________________________________________________
394
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Hasil Pengujian Write DO

Hasil pengujian kesesuaian write DO


ditunjukkan pada Gambar 9. Ketika daya NP-
1000 antara 0 KW hingga 0,938 KW, status
DO yang muncul adalah 01 yang dalam
desimal bernilai 1. Saat daya NP-1000
dinaikkan dari 1,152 KW hingga 9,6 KW maka
Gambar. 6. Hasil pengujian karakteristik status DO yang muncul adalah 10, yang dalam
daya NLW-2 desimal bernilai 2. Kemudian saat daya
kembali dinaikkan antara 10,416 KW hingga
Hasil pengujian karakteristik data 109,8 KW maka status DO menjadi 11, yang
parameter proses untuk periode dapat dilihat dalam desimal bernilai 3.
pada Gambar 7. Diketahui apabila nilai
tegangan ADC dinaikkan, maka periode akan
semakin berkurang seiring dengan
bertambahnya nilai tegangan yang diberikan.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa periode
mempunyai karakteristik eksponensial. Hal ini
sesuai dengan karakteristik reaktor Kartini,
yaitu dengan naiknya flux neutron, hal ini akan
memicu naiknya tegangan, dengan naiknya
Gambar. 9. Grafik hasil pengujian
tegangan, maka nilai periode akan menurun.
kesesuaian write DO
Dapat disimpulkan bahwa antara daya
yang pada NP-1000 dengan status yang muncul
telah sesuai.
Hasil Pengujian Digital Input Output (DIO)

Hasil pengujian kesesuaian antara aksi


pada pushbtton dan indikator keterangannya
Gambar. 7. Hasil pengujian karakteristik dapat dilihat pada Tabel 2.
periode
Tabel. 2. Hasil pengujian kesesuaian
Hasil pengujian karakteristik data DIO
parameter proses untuk batang kendali dapat Indika-
dilihat pada Gambar 8. Diketahui apabila nilai Indikator led
tor led
Pushbutton Aksi pada box
tegangan ADC dinaikkan, maka nilai simulator
pada
persentase batang kendali akan semakin HMI

bertambah seiring dengan bertambahnya nilai Trip daya 100% NP-1000 ON ON ON


tegangan yang diberikan. Sehingga dapat Trip CIC ON ON ON
ditarik kesimpulan bahwa batang kendali Trip daya 100% NLW2 ON ON ON
mempunyai karakteristik linier.
Trip level aras sumber ON ON ON

Trip periode <7 sekon ON ON ON


Trip FC ON ON ON
Dari hasil pengujian dapat disimpulkan
bahwa antara aksi yang diberikan pada
pushbutton dengan hasil pada idikatornya telah
sesuai.
Hasil Pengujian Keseluruhan
Gambar. 8. Hasil pengujian karakteristik
batang kendali Hasil pengujian secara keseluruhan
didapat dari pengoperasian sistem selama

__________________________________________________________________________________________
395
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
kurang lebih satu jam dengan masukkan tetap batang kendali shim konstan pada nilai
(tidak diubah ubah). Hasil pengoperasian sekitaran 24% hingga 25%, tetapi terdapat
yang telah dilakukan pada tanggal 3 Juni 2016 kenaikan tegangan secara tiba tiba pada
selama kurang lebih satu jam, dari pukul pukul 17:42:20 selama satu detik yang
17:25:18 hingga pukul 18:30:37, diperoleh membuat % batang kendali naik dari 25%
sebanyak 19.146 data. 19.146 data yang menjadi 27%, hal ini dapat ditoleransi
diperoleh ini diwakili oleh 6 data yang dikarenakan kenaikan batang kendali masih
disajikan dalam Tabel 3. kecil, sekitar 2% saja. Nilai batang kendali
regulating konstan pada nilai sekitaran 19%,
Tabel. 3. Data pengujian keseluruhan
Daya Daya Peri- serta nilai batang kendali safety konstan pada
BK BK BK
Waktu
NP- NLW- ode
Shim Reg Safety
nilai sekitaran 19,50%.
1000 2 (deti-
(%) (%) (%)
(KW) (KW) k)

17:25:18 15 35,32 20,43 24,7 19,14 19,52

17:38:24 15,09 34,52 20,43 24,6 19,14 19,52

17:52:49 14,88 33,73 20,43 25,18 19,14 19,52


18:07:12 15 33,73 20,54 25,08 19,04 19,52

18:21:36 15 33,73 20,54 25,08 19,04 19,52


18:30:37 15,09 33,73 20,54 24,6 19,04 19,52
Hasil pengujian unjuk kerja daya dapat Gambar. 12. Hasil pengujian unjuk kerja
di lihat pada grafik Gambar 10. Diketahui nilai batang kendali
daya NP-1000 dan daya NLW2 konstan. Nilai
daya NP-1000 konstan berada pada nilai Dapat ditarik kesimpulan bahwa unjuk
sekitaran 14,88 KW hingga 15 KW dan nilai kerja sistem menyatakan sistem masih dapat
daya NLW2 berada pada nilai sekitaran 33,7 beroperasi dengan baik selama waktu kurang
KW hingga 35 KW. lebih satu jam dengan nilai yang sangat sedikit
sekali perubahannya, dan dapat dianggap
sebagai nilai konstan.
Hasil Pengembangan Sistem Penampil

Tampilan HMI sistem simulasi


parameter proses reaktor Kartini di tunjukkan
pada Gambar 13.
2 6 7 8 10

Gambar. 10. Hasil pengujian unjuk kerja daya


Hasil pengujian unjuk kerja periode
3
dapat dilihat pada grafik Gambar 11, diketahui 1
9

nilai periode selama pengoperasian adalah 4

konstan, berada pada nilai sekitaran 20 detik. 5

Gambar. 13. Tampilan HMI sistem simulasi


Pada bagian tampilan 1 adalah diagram
batang tegak daya linier NP-1000. Penampil
Gambar. 11. Hasil pengujian unjuk kerja
informasi berupa batang tegak dibuat auto
periode
range, dengan range pertama ialah pada daya
Hasil pengujian unjuk kerja batang 0-1 KW, range kedua pada daya 1-10 KW,
kendali yang meliputi batang kendali shim, serta pada range ketiga pada daya 10-100 KW.
regulating, serta safety dapat dilihat pada Warna bargraph pada daya NP-1000, apabila
grafik Gambar 12. Pada grafik diketahui nilai pada nilai lebih 110 kW otomatis akan berubah

__________________________________________________________________________________________
396
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
berwarna merah, apabila pada nilai kurang dari Telah berhasil dibuat pengembangan
sama dengan 100 adalah hijau, sedangkan nilai sistem akuisisi data paramater proses reaktor
diantara 100 dan 110 adalah kuning. Pada Kartini berbasis simulasi dengan
tampilan, daya NP-1000 bernilai 8,3 KW. memanfaatkan modul Super PLC T100MD-
Pada bagian tampilan 2 adalah diagram 2424 sebagai pengolah sinyal dan perangkat
tegak daya logaritmis NLW-2. Pada daya lunak LabVIEW 2014 sebagai modul akuisisi
NLW-2, warna normalnya (daya<100kW) dan pengolah data serta informasi
adalah hijau, apabila >100kW maka akan terdokumentasi dalam database MySQL.
berubah menjadi warna merah. Pada tampilan, Super PLC T100MD-2424 dapat
daya NLW-2 sebesar 8,35 KW. diaplikasikan sebagai pengolah sinyal masukan
Pada tampilan 3 adalah port visa serial. parameter proses reaktor Kartini dengan
Di pilih pertama kali untuk mengkoneksikan karakteristik ADC linier bernilai korelasi 1
antara modul simulasi dengan PC. (sempurna), galat offset bernilai nol dan
Pada tampilan 4 adalah indikator status persentase nilai galat gain sebesar 0,32% serta
error inisialisasi. Apabila inisialisasi tidak nilai GNLI-nya adalah nol. Delay time
berhasil, maka led indiktor akan berwarna optimum untuk menerima data dari modul
merah, sedangkan apabila inisialisasi berhasil pengolah sinyal ke modul akuisisi dan
dilakukan, maka led indikator berwarna hijau. pengolah data adalah sebesar 39.
Pada tampilan 5 adalah indikator status
erros koneksi PC dengan database MYSQL SARAN
pada local server. Apabila koneksi antara PC
dengan local server berhasil, led indikator akan Dikarenakan masukan masih berupa
berwarna hijau, apabila tidak terkoneksi simulasi, ada baiknya segera dilakukan uji
dengan local server sebagai tempat coba pada masing masing input-an untuk
penyimpanan database, maka led indikator mengetahui unjuk kerja kerja selanjutnya,
berwara merah. terutama pada masukan NP-1000 dan NLW-2.
Pada bagian tampilan 6, 7 dan 8 adalah
diagram batang tegak persen batang kendali. DAFTAR PUSTAKA
Posisi batang kendali normal adalah hijau,
tetapi apabila batang kendali berada pada [1] P. K. Bhowmik, S. K. Dhar, and S.
posisi maksimum atas, maka akan berubah Chakraborty, "Operation and Control of
menjadi warna violet. Pada tampilan, nilai TRIGA Research reactor with PLC,"
posisi batang kendali shim, regulating dan International Journal of Information and
safety berturut turut sebesar 17%, 13%, dan Electronics Engineering, vol. 3, pp. 553-
16%. 557, 2013.
Pada bagian tampilan 9, merupakan [2] T. Suhaemi, D. D. Dj., I. K., J. S., and
sinyal trip yang terdiri dari trip daya Setyono, "Evaluasi Keselamatan Reaktor
maksimum saat daya NP-1000 110% atau Kartini Ditinjau dari Desain Sistem
lebih, trip catu daya kegagalan tegangan tinggi Instrumentasi," ed. Serpong, 2003, pp. 49-
CIC, trip daya NLW-2 110% atau lebih, trip 60.
level sumber saat sumber neutron tidak berada [3] A. P. Mandela and H. L. Guntur,
pada tempatnya, trip periode kurang dari 7 "Pengembangan Sistem Akuisisi Data pada
detik, serta trip kegagalan tegangan tinggi FC. Alat Uji Suspensi Seperempat Kendaraan,"
Pada bagian tampilan 10 adalah diagram Teknik Pomits, vol. 1, pp. 1-6, 2014.
tegak periode NLW-2. Periode reaktor warna [4] Prajitno, "Perancangan dan Pengembangan
normalnya hijau, apabila periode reaktor <9 Sistem Akuisisi Data Parameter Proses
sekon, warna bargraph akan berubah kuning Reaktor Kartini," Buku I Prosiding PPI -
dan bila perioda reaktor <8 sekon maka akan PDIPTN, pp. 145-149, 2009.
berubah menjadi merah. Pada tampilan, [5] G. G. Gumilar and Khairurrijal, "Super
periode NLW-2 sebesar 8,40 detik. Programmable Logic Controller T100MD-
888+," Institut Teknologi Bandung,
KESIMPULAN Bandung, 2006.

__________________________________________________________________________________________
397
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
[6] P. R. Ariawan, "Analog To Digital
Converter," Teknik Elektro, Universitas
Udayana2010.

TANYA DAN JAWAB

Pertanyaan

1. Parameter proses pada pengembangan


sistem ini meliputi apa saja?
2. Pengembangan sistem yang dilakukan
apakah memodifikasi model yang sudah
tersedia atau membuat model yang baru?
3. Apakah memungkinkan jika Super PLC
dengan tipe T100MD-2424 diganti
dengan Super PLC tipe lain?
Jawaban

1. Parameter proses daya NP-1000, daya


NLW-2, periode, serta perubahan posisi
batang kendali (shim, reg, dan safety)
serta status sinyal trip reaktor.
2. Pengembangan sistem yang dilakukan
yaitu memodifikasi model yang telah
ada dengan cara mengganti modul
pengolah sinyal yang lama dengan
modul pengolah sinyal yang baru, yaitu
Super PLC T100MD-2424.
3. Ya, memungkinkan, tetapi harus
dilakukan beberapa pengkondisian
sesuai dengan modul pengolah sinyal
yang akan menggantikannya.

__________________________________________________________________________________________
398
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

SISTEM KENDALI GENERATOR INDUKSI MENGGUNAKAN


ARDUINO
Agus Purbhadi1, Budi Suhendro2, Abdul Khanan3

Teknofisika Nuklir, Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, Yogyakarta, Indonesia.123)


E-mail : aguspurbhadi@gmail.com1)
sudroid@yahoo.com2)
khanan@yahoo.com3)

ABSTRAK

SISTEM KENDALI GENERATOR INDUKSI MENGGUNAKAN ARDUINO. Telah dilakukan


rancang bangun sistem kendali generator induksi (Induction Generator Controller / IGC) menggunakan arduino
untuk mengatur kestabilan tegangan dan frekuensi generator induksi pada simulator pembangkit listrik di STTN.
Sistem kendali ini menstabilkan tegangan dan frekuensi generator induksi dengan cara menjaga kestabilan daya
keluaran generator dan mengalirkan daya yang tidak terpakai ke beban komplemen. Penelitian ini terdiri dari
perancangan program dan pembuatan hardware. Perancangan program dilaksanakan dengan bantuan software
Arduino IDE, sedangkan pembuatan hardware dilaksanakan dengan bantuan Eagle Layout Editor. IGC bekerja
berdasarkan tegangan yang terbaca oleh sensor tegangan dan dibandingkan dengan tegangan referensi serta
dikendalikan dengan arduino dengan metode PWM (Pulse Width Modulation). Arduino mengatur besarnya
lebar pulsa yang digunakan untuk memicu triac berdasarkan simpangan yang terbaca oleh arduino. Semakin
besar simpangan yang terjadi, maka semakin lebar pulsa yang digunakan untuk memicu triac. Besar kecilnya
picu triac yang di kendalikan oleh arduino akan mengatur besar kecilnya daya yang disalurkan ke beban
komplemen. Pengujian dilakukan, terhadap masing masing komponen sistem kendali generator induksi yang
terdiri dari catu daya, sensor tegangan, kendali arduino, dan driver triac memberikan hasil unjuk kerja yang
baik. Hasil pengujian motor induksi 3 fasa type AEVBKB04R750FU saat menjadi generator menghasilkan
daya keluaran maksimal 260 watt, tegangan generator berkisar antara 230 volt sampai 210 volt dan frekuensi
generator berkisar antara 57 Hz sampai 56 Hz. IGC mampu bekerja bekerja pada daya maksimal 880 watt,
tegangan maksimal 600 volt, dan arus maksimal 4 Ampere pada suhu maksimal 70o Celcius.

Kata kunci: IGC, Generator Induksi, PWM, Arduino

ABSTRACT

INDUCTION GENERATOR CONTROL SYSTEM USING ARDUINO. The design of induction


generator control system (Induction Generator Controller / IGC) using arduino to regulate the stability of the
voltage and frequency induction generator at a STTN power plant simulator has done. This control system
stabilize voltage and frequency induction generator by maintaining the stability of output power of generator
and discharge the unused power to the complement load. This research program consists of designing and
manufacturing of hardware. Designing programs are implemented with the help of the Arduino IDE software,
while hardware development carried out with the help of Eagle Layout Editor. IGC works based on the voltage
read by a voltage sensor and compared with a reference voltage and is controlled by arduino PWM method
(Pulse Width Modulation). Arduino set the size of the pulse width is used to trigger a triac based on the error is
read by arduino. The greater the error that occurs, then the width of the pulse is used to trigger the triac. The
size of the triac trigger controlled by arduino will adjust the size of the power supplied to the load complements.
Tests performed, each component of the induction generator control system consisting of power supply, voltage
sensor, arduino controller, and triac drivers provide good performance results. The test results of 3 phase
induction motor becomes a generator type AEVBKB04R750FU currently produces a maximum output power of
260 watts, the generator voltage ranging from 230 volts to 210 volts and frequency generator ranges from 57
Hz to 56 Hz. IGC is able to work to work at maximum power of 880 watts, the maximum voltage of 600 volts,
and a maximum current 4 Ampere at maximum temperature of 70 o Celsius.

Key words: IGC, induction generator, PWM, Arduino

__________________________________________________________________________________________
399
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

PENDAHULUAN 120 f
ns =
p
Latar Belakang
Dengan:
Permasalahan yang penting dalam suatu ns = medan putar stator
pembangkitan listrik adalah kestabilan tegangan,
pada pembangkit yang menggunakan generator f = frekuensi jala jala
induksi akan mengalami pelonjakan tegangan
saat terjadi pengurangan beban pada konsumen. p = jumlah kutub
Kondisi tersebut akan mengakibatkan kerusakan
pada peralatan yang ada pada konsumen karena Adanya rugi gesek dan panas
menerima tegangan yang berlebihan (over menyebabkan putaran rotor (nr) tidak sama
voltage). Untuk mengatasi hal tersebut generator dengan putaran medan statornya. Perbedaan
induksi membutuhkan sistem kendali beban yang kecepatan antara ns dan nr disebut slip (S)
dapat mengkondisikan tegangan yang stabil dinyatakan dalam persamaan 2 berikut:
akibat fluktuasi beban dengan cara memindah
daya yang tidak digunakan ke beban komplemen (ns  nr )
(ballast load). S= .100%
Sistem kendali yang dibuat adalah kontroler ns
beban yang lazim disebut IGC (Induction Motor induksi agar dapat diubah menjadi
Generator Controller). Penelitian ini merancang
generator induksi adalah dengan cara memutar
dan membangun sebuah sistem kendali generator rotor pada kecepatan diatas kecepatan medan
induksi menggunakan Arduino sebagai putar statornya (nr > ns) atau dengan kata lain
pengendalinya. Sistem kendali generator induksi
mesin bekerja pada slip negativ[3].
menggunakan arduino mempunyai respon yang
lebih cepat dibanding sistem kendali Komponen generator induksi
elektromekanik yang ada.
Generator atau motor induksi pada dasarnya
DASAR TEORI mempunyai 3 bagian penting seperti dalam
Gambar 1.
Generator induksi
a. Stator : Merupakan bagian yang diam dan
mempunyai kumparan yang dapat
Generator induksi adalah motor induksi yang
menginduksikan medan elektromagnetik
dioperasikan sebagai generator. Agar motor kepada kumparan rotornya.
induksi dapat menjadi generator, rotor harus
b. Celah : Merupakan celah udara. Tempat
diberi putaran mekanis yang lebih cepat daripada berpindahnya energi dari stator ke rotor.
kecepatan sinkronnya sehingga menghasilkan b. Rotor : Merupakan bagian yang bergerak
slip negatif. Arus eksitasi generator induksi
akibat adanya induksi magnet dari kumparan
didapatkan dengan memasang kapasitor eksitasi. stator yang diinduksikan kepada kumparan
Generator induksi biasanya diaplikasikan pada
rotor.
pembangkit listrik mikrohidro, turbin angin,
bahkan banyak kincir angin komersial dirancang
untuk beroperasi secara paralel dengan sistem
listrik yang besar, memasok sebagian kecil dari
keseluruhan kebutuhan listrik pelanggan. Dalam
operasi tersebut, sistem daya listriknya dapat
diandalkan untuk tegangan dan kontrol
frekuensi, dan kapasitor statis dapat digunakan
untuk koreksi faktor daya.[1]

Saat menjadi motor, apabila sumber


tegangan dipasang pada kumparan stator akan
timbul medan putar dengan kecepatan[2] :

Gambar 1. Komponen generator induksi

__________________________________________________________________________________________
400
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Sistem kontrol stabilisasi Detektor tegangan

Sistem kontrol stabilisasi adalah sistem Detektor tegangan adalah suatu alat atau
pengendalian kualitas output pembangkit yaitu sensor untuk mendeteksi perubahan tegangan
berupa tegangan dan frekuensi agar tetap stabil yang terjadi pada terminal output generator
terhadap fluktuasi beban konsumen. Pada induksi. Sensor tegangan yang akan digunakan
generator MISG (motor induksi sebagai adalah sensor yang dapat membaca tegangan AC
generator) kontrol stabilisasi biasa disebut IGC generator dan selanjutnya akan
(Induction Generator Controler)[2], yaitu mengkonversinya sebagai output sensor berupa
berfungsi untuk mempertahankan tegangan agar tegangan DC dengan kisaran 0-5 VDC.
konstan dan frekuensi yang mendekati konstan Tegangan output sensor tersebut selanjutnya
dengan menjaga beban elektrik yang konstan menjadi data input untuk diolah oleh arduino
pada generator. Untuk melakukannya IGC sebagai masukan analog. Sensor tegangan yang
menyambungkan daya yang bukan digunakan akan dirancang bangun terdiri dari IC LM741
konsumen ke beban komplemen (ballast load) di dan beberapa resistor sebagai pengatur
mana energi yang tidak digunakan oleh tegangannya.
konsumen dibuang menjadi panas oleh ballast
load. Sehingga daya pada generator induksi akan Tegangan referensi
selalu konstan mengikuti persamaan :
Tegangan referensi adalah tegangan yang
dijadikan acuan untuk dibandingkan dengan
PGenerator Pkonsumen  Pballastload tegangan yang dibaca oleh sensor tegangan AC.
(2.5)
Besarnya nilai tegangan referensi bergantung
pada nilai tegangan yang dibaca oleh sensor
IGC sebagai stabilitas tegangan yang
tegangan pada kondisi tegangan generator stabil.
dibangkitkan oleh generator induksi terukur dan
Misalnya generator induksi diasumsikan stabil
dibandingkan dengan harga referensi (tegangan
apabila mengeluarkan tegangan 220 VAC,
nominal). Kemudian jika ada perbedaan,
apabila sensor tegangan mendeteksi tegangan
Arduino memberikan perintah ke triac untuk
generator 220 VAC dan mengeluarkan output
membuka maupun menutup gerbang agar
sebesar 2 VDC, maka tegangan sebesar 2 VDC
tegangan yang terukur sesuai dengan tegangan
tersebut dikonversi kedalam bilangan desimal
referensi. Triode Alternating Current (TRIAC)
dengan tipe float pada saat memprogram arduino
sebagai saklar elektronik dapat menggantikan
uno, yang selanjutnya dibandingkan dengan
posisi transistor untuk menyalurkan daya listrik
tegangan output sensor tegangan dengan bantuan
arus bolak-balik menuju ballast load. Untuk
arduino uno. Besarnya selisih antara tegangan
memudahkan pemantauan aktivitas penggunaan
referensi dan tegangan terbaca disebut error,yang
daya listrik konsumen maupun memantau
selanjutnya berguna untuk menentukan lebar
pengendalian kualitas generator, IGC dilengkapi
pulsa yang digunakan untuk memicu triac.
dengan alat ukur listrik berupa ampere meter,
volt meter, frekuensi meter dan hour meter. Arduino uno
Skema IGC dengan TRIAC dapat dilihat pada
Gambar 2 berikut: Arduino adalah kit elektronik atau papan
rangkaian elektronik open source yang di
dalamnya terdapat komponen utama yaitu
sebuah chip mikrokontroler dengan jenis AVR
dari perusahaan Atmel. Mikrokontroler itu
sendiri adalah chip atau IC (integrated circuit)
yang bisa diprogram menggunakan komputer.
Tujuan menanamkan program pada
mikrokontroler adalah agar rangkaian elektronik
dapat membaca input, memproses input tersebut
dan kemudian menghasilkan output sesuai yang
diinginkan. Jadi mikrokontroler bertugas sebagai
otak yang mengendalikan input, proses dan
Gambar 2. Skema IGC menggunakan TRIAC output sebuah rangkaian elektronik.

__________________________________________________________________________________________
401
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Mikrokontroler juga dipakai untuk keperluan mikrokontroller dikarenakan mudah dipahami
mengendalikan robot. Baik robot mainan, dan diterjemahkan bagi user atau programmer.
maupun robot industri. Karena komponen utama
Arduino adalah mikrokontroler, maka Arduino Bahasa C memiliki struktur pemrograman
(Gambar 3) dapat diprogram menggunakan yang khusus, selain itu bahasa C memiliki sifat
komputer sesuai kebutuhan. case sensitive yang berarti bahwa penulisan
kata/word program sangat sensitive dengan
mendeteksi perbedaan capital tidaknya huruf
yang digunakan. Satu huruf yang berbeda pada
satu kata yang diulang, menyebabkan software
tidak akan bisa men-compile seluruh program
yang dibuat.

Triac

Triac adalah saklar triode untuk arus


bolak-balik. Triac merupakan sub-jenis dari
thyristor, piranti berbahan silikon yang umum
digunakan sebagai saklar elektronik, disamping
Gambar 3. Hardware arduino uno.[4] transistor dan FET. Triac sebenarnya adalah
gabungan dari dua buah SCR (Silicon Controlled
Rectifier) atau Thyristor yang dirancang anti
Arduino dapat mengenali lingkungan
paralel dengan 1 buah elektroda gerbang yang
sekitarnya melalui berbagai jenis sensor dan
menyatu. Triac biasa digunakan untuk mengatur
dapat mengendalikan lampu, motor, dan
daya dengan memberikan kontrol gelombang
berbagai jenis aktuator lainnya. Arduino
penuh. Hal ini memungkinkan tegangan yang
mempunyai banyak jenis, di antaranya Arduino
akan dikendalikan antara nol hingga tegangan
Uno, Arduino Mega 2560, Arduino Fio, dan
penuh. Triac (Gambar 4.) menyediakan berbagai
lainnya. (www.arduino.cc). Arduino uno adalah
kontrol yang lebih luas dalam sirkuit AC tanpa
sebuah board mikrokontroller yang berbasis
perlu komponen tambahan , misalnya rectifier
ATmega328. Arduino uno memiliki 14 pin
jembatan, dll.
input/output yang mana 6 pin dapat digunakan
sebagai output PWM, 6 analog input, crystal
osilator 16 MHz, koneksi USB, jack power,
kepala ICSP, dan tombol reset. Arduino mampu
men-support mikrokontroller, dan dapat
dikoneksikan dengan komputer menggunakan
kabel USB.

Bahasa C

Salah satu bahasa pemrograman yang


dikembangkan atau digunakan dunia pendidikan
adalah bahasa C dengan struktur dan kemudahan
yang dimilikinya(5). Perkembangan bahasa Gambar 4. Simbol dari triac
pemrograman yang dimulai dari bahasa tingkat
rendah (bahasa assembly/bahasa mesin) sampai
dengan bahasa tingkat tinggi (salah satunya Optotriac
bahasa C). Bagi mikrokontroller bahasa
assembly merupakan bahasa yang mudah untuk Prinsip kerja Optotriac adalah
diterjemahkan bagi prosesornya, sehingga memanfaatkan masukan dengan arus yang kecil
dikatakan sebagai bahasa tingkat rendah. untuk menghidupkan LED di dalam kemasan IC
Sedangkan bahasa tingkat tinggi merupakan tersebut yang akan menyulut triac yang
bahasa yang sulit diterjemahkan oleh prosesor berfungsi sebagai saklar elektronik yang dapat
yang ada di dalam mikrokontroller. Pemilihan melewatkan arus bolak balik, keluaran optotriac
bahasa C sebagai bahasa pemrograman untuk inilah yang akan berhubungan langsung dengan

__________________________________________________________________________________________
402
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
sumber tegangan AC pada beban yang akan induksi yang akan dibuat meliputi sensor
dikendalikan. Gambar rangkaian terpadu tegangan AC, driver triac dan kendali triac.
MOC3041 terlihat pada Gambar 5 : b. Perancangan dan pembuatan perangkat keras
sistem kendali IGC yang meliputi :
mendesain dan membuat power supply ,
driver IGC menggunakan software Eagle
5.9.0 dan menrakitnya pada papan PCB;
mengkalibrasi sensor dengan masukan AC
agar bisa ditentukan berapa besar tegangan
referensi yang akan digunakan sebagai
pembanding tegangan dari generator;
merancang bangun instrumen driver triac
yang terdiri dari Optotriac tipe MOC 3041
dan beberapa komponen lain dengan bantuan
Gambar 5. Optotriac MOC 3041 software Eagle 5.9.0 untuk menggambar
skematik rangkaiannya, kemudian driver triac
Optotriac tipe MOC 3041 ini dilengkapi diuji agar bisa menentukan pengaturan PWM
dengan rangkaian detektor pelintas nol (Zero pada arduino.
Crossing Detector) yang mampu membuat c. Membuat listing program untuk instrumen
optotriac ini mulai akan konduksi pada saat sensor tegangan dan driver triac yang dibuat
siklus tegangan masukannya pada nol. Hal ini pada software arduino IDE. Setelah listing
akan mencegah terjadinya lonjakan arus yang program berjalan sesuai rencana, kemudian
besar secara tiba-tiba pada beban yang program tersebut di download ke arduino
dikendalikan. Keuntungan dengan menggunakan dengan bantuan software arduino IDE.
IC ini adalah lebih terjaminnya keamanan d. Evaluasi program dan kerja dari keseluruhan
rangkaian pengendali dari hubungan langsung sistem kendali generator induksi yang
terhadap tegangan jala-jala PLN. Hal ini meliputi sensor tegangan AC, tegangan
dikarenakan terpisahnya aliran arus antara beban referensi, driver triac, dan triac, dengan
pengendali dengan penggunaan optotriac. mengalirkan tegangan AC bervariasi
Optotriac MOC3041 bekerja pada level tegangan (melakukan pengujian tanpa generator
ac antara 200-400 Vac dengan tegangan induksi)
masukan pada LED 2,3 VDC sedangkan arus e. Apabila pengujian tanpa generator induksi
kerjanya 200 mA. belum berjalan sesuai yang diinginkan, maka
listing program dibuat ulang dengan
Ballast load memperbaiki bagian yang kurang sesuai dan
Ballast load sebagai beban penyeimbang didownload lagi seperti pada langkah c
agar generator tidak mengalami gangguan over sampai langkah d diatas. Apabila pengujian
speed disebabkan karena tidak adanya beban, tanpa generator induksi sudah sesuai dengan
yang dapat menyebabkan kerusakan mekanik yang diinginkan, maka sistem IGC siap diuji
seperti bearing, kopling, puli maupun sabuknya. dengan generator induksi.
Oleh karena itu diperlukan penyeimbang beban f. Melakukan pengujian generator induksi
berupa ballast load atau beban tiruan[6]. Ballast menggunakan IGC yang telah dibuat, serta
load ini bekerja berdasarkan kontrol dari IGC, membandingkannya dengan pengujian tanpa
dan ballast load yang direncanakan IGC .
menggunakan lampu pijar. g. Mencatat parameter-parameter pengujian pada
pengujian generator induksi berbeban
meliputi tegangan output generator, tegangan
METODE PENELITIAN output sensor tegangan AC, arus pada beban
konsumen, arus pada beban komplemen, dan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini frekuensi generator.
terdiri dari langkah langkah seperti berikut: h. Membuat kesimpulan.
Adapun Gambar 6 berikut menunjukkan
a. Mempelajari literatur untuk mempersiapkan diagram alir penelitian secara keseluruhan:
dan merencanakan sistem kendali generator

__________________________________________________________________________________________
403
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
berfungsi untuk membaca besar tegangan dari
generator. Kemudian keluaran dari sensor
tegangan ini masuk ke pin analog arduino, yang
selanjutnya dibandingkan dengan besarnya
tegangan referensi. Selisih antara nilai
pembacaan sensor dan tegangan referensi disebut
error. Error inilah yang menentukan besarnya
pulsa yang dikeluarkan oleh arduino untuk
memicu triac. Pemicuan triac ini berfungsi untuk
mengalirkan daya ke beban komplemen.
Semakin besar nilai error yang dibaca oleh
arduino, maka semakin besar pula daya yang
dialirkan ke beban komplemen untuk
mengembalikan tegangan generator pada
tegangan nominal.

Pembuatan power supply

Power supply tegangan variable dan


keluaran 5 volt digunakan untuk menyuplai
Gambar 6. Diagram Alir Penelitian keperluan daya dari sistem IGC dan arduino.
Tegangan variable dari power supply besarnya
Perancangan Induction Generator Controller berbanding lurus dengan tegangan keluaran
generator induksi. Tegangan variable ini
Perancangan IGC terdiri dari nantinya akan masuk ke sensor tegangan dan
perancangan perangkat keras dan perangkat dibaca oleh sensor tegangan. Sedangkan
lunak. Perangkat keras yang terdiri dari tegangan 5 volt digunakan untuk suplai daya
power supply, sensor tegangan, driver triac. arduino. Arduino dapat diberi tegangan 4,5 volt
Sedangkan untuk perangkat lunaknya berupa sampai 12 volt. Dengan tegangan 5 volt, arduino
pemrograman arduino uno pada software dapat beroperasi dengan normal. Gambar 8
arduino IDE. Skema IGC yang dibuat secara merupakan skematik rangkaian power supply.
jelas digambarkan pada Gambar 7.

Gambar 8. Skema power supply

Pembuatan Detektor Tegangan

Detektor tegangan yang digunakan


adalah sensor tegangan tipe LM741. Nilai
Gambar 7. Skema perancangan IGC dengan masukan dan nilai keluaran detektor tegangan
arduino ditentukan terlebih dahulu sebelum menanamkan
program ke arduino uno, hal ini dilakukan untuk
Awalnya tegangan dari generator mensuplai mengetahui besarnya faktor pengali yang akan
beban konsumen dan masuk ke rangkaian IGC. dimasukkan saat memprogram arduino uno.
Tegangan dari generator masuk ke lilitan primer Detektor tegangan ini mampu membaca
transformator step down, dan keluarannya tegangan sampai 25 volt. Sensor tegangan ini
disearahkan terlebih dahulu dengan rangkaian mendapat masukan dari power supply sebagai
penyearah tegangan. Keluaran dari penyearah indikator tegangan generator induksi. Sedangkan
sudah dalam tegangan DC, kemudian tegangan keluarannya sebesar 0-5 volt yang selanjutnya
DC ini masuk ke detektor tegangan untuk dibaca masuk ke pin analog arduino uno. Tegangan
besaran tegangannya. Detektor tegangan keluaran dari sensor tegangan tidak

__________________________________________________________________________________________
404
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
membahayakan arduino, karena pin analog float TD=0.012; //menentukan nilai TD pada
arduino mampu membaca tegangan 0 vcc. kontrol derivative
Besar tegangan VCC pada arduino sebesar 4,5 float error_sblmI=0;
5,5 volt. Gambar 9. merupakan skematik sensor float error_sblmD=0;
tegangan tipe LM741. Keluaran sensor tegangan float outPID;
ini dihubungkan ke pin A0 pada arduino uno. float set_point=220;
float Tc=0.01;
float error;
float errorI;
float errorD;
float outP;
float outI;
Gambar 9. Skema sensor tegangan tipe LM741.
float outD;
Pembuatan driver triac float Kp = 0.026; //menentukan nilai konstanta
proporsional pada kontrol //proporsional
Mengendalikan beban tegangan AC float Ki = 1.001;
dengan arduino tidak dapat dilakukan secara float Kd = 0.012;
langsung karena akan membahayakan device int baca_sensor; //Tipe data yang digunakan
arduino jika langsung terhubung dengan adalah tipe integer
tegangan AC. Maka dari itu, perlu dibuat sebuah float nilai_sensor;
driver triac yang dapat menjadi antar muka float data=0;
(interface) antara arduino dengan tegangan AC.
// void setup adalah program yang hanya
Rangkaian driver triac ini memanfaatkan
dijalankan sekali
optocoupler MOC 3041. Optocoupler MOC
3041 memungkinkan untuk mengendalikan triac void setup() {
dengan arduino tanpa adanya hubungan pinMode(3,OUTPUT); //pin 3 digunakan
konduksi secara langsung. Triac yang digunakan sebagai output membangkitkan PWM
adalah tipe BT 138-H dengan karakteristik daya Serial.begin(9600);
maksimal 880 watt, tegangan maksimal 600 volt, Serial.println("Induction Generator Controller");
dan arus maksimal 4 Ampere pada suhu Serial.println("Voltage: ");
maksimal 70oC. Skematik rangkaian driver triac Serial.print("V");
menggunakan optocoupler MOC 3041 dapat outPID=0; // Pertama kali besar pwm adalah 0
dilihat pada Gambar 10. }
// void loop adalah program yang dijalankan
berulang ulang (looping)
void loop() {
float temp;
baca_sensor=analogRead(0); //membaca
detektor tegangan yang masuk ke pin //analog
Gambar 10. Skema driver triac. (0) pada arduino
temp=baca_sensor/4.092; //faktor konversi
Pembuatan program arduino sensor dr bit ke tegangan
Pembuatan program arduino uno dilakukan nilai_sensor=(temp/10)*29; //nilai sensor
menggunakan software arduino IDE. Berikut dikalikan faktor kali detektor tegangan
pada Gambar 11 merupakan listing program Serial.print(nilai_sensor);
arduino lengkap yang dibuat menggunakan Serial.print(" ");
software arduino IDE. //kendali proporsional
error=set_point-nilai_sensor;
float KP=0.26; //Tipe data yang digunakan outP=Kp*error;
adalah tipe float //kendali integral
float TI=1.001; //menentukan nilai TI pada errorI=error+error_sblmI;
control Integral outI=Ki*errorI*Tc;

__________________________________________________________________________________________
405
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
//error_sblmI=errorI; tegangan input 240 VAC, output sensor yang
//kendali Deferensial masuk ke pin analog arduino sebesar 1.6 volt.
errorD=error-error_sblmI; Jika tegangan dari generator naik sampai
outD=(Kd*errorD)/Tc; maksimum 300 volt, maka diasumsikan
//error_sblmD=error; tegangan yang masuk ke pin analog arduino uno
error_sblmI=error; sebesar 2 volt. Dari pengujian ini dapat
//program PID adalah gabungan dari kontroler diasumsikan bahwa tegangan output sensor
tegangan tidak membahayakan arduino uno
proportional, integral, dan derivative
karena pin analog arduino dapat membaca
outPID=outP+outI+outD;
tegangan dari 0 vcc. Besar vcc arduino sebesar
data = data - outPID; 4.5 5.5 volt.
if(data>255) data=255;
if(data<0) data=0;
analogWrite (3,data); //pin 3 mengeluarkan
pwm
Serial.println(data);
delay (10); //waktu tunda 10 milisekon
}
Gambar 11. Listing program arduino.

Pembuatan panel pengujian


Gambar 13. Karakteristik detektor tegangan
Panel pengujian IGC dibuat untuk
memudahkan mengistalasi IGC dengan Karakteristik sensor tegangan ini berfungsi
generator induksi. Panel pengujian (panel untuk menentukan besarnya tegangan referensi
simulasi kendali generator induksi menggunakan yang dipakai dalam membuat program pada
arduino) digunakan sebagai modul praktikum di arduino uno. Tegangan nominal generator yang
laboratorium listrik arus kuat STTN BATAN ingin dicapai dalam penerapan sistem kendali ini
Yogyakarta (Gambar 12.). adalah sebesar 220 volt, sedangkan tegangan
yang detektor pada saat tegangan generator 220
volt adalah 7,7 volt DC dan besarnya tegangan
keluaran dari sensornya sebesar 1.508 volt.
Sehingga tegangan referensi pada sistem kontrol
ini untuk tegangan 220 volt AC adalah sebesar
7.7 volt DC. Tegangan referensi tersebut
digunakan untuk menentukan besarnya error
yang terjadi pada sistem. Error adalah besarnya
selisih antara tegangan terbaca dengan tegangan
referensi. Besarnya tegangan keluaran generator
berbanding lurus dengan besar pembacaan
detektor tegangan. Semakin besar tegangan
Gambar 12. Panel pengujian IGC. terbaca pada sistem, maka semakin besar pula
error yang terjadi pada sistem. Sehingga dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
algoritma program, arduino uno dapat
menentukan besarnya pwm yang harus
Pada tahap ini dilakukan pengujian yang
dikeluarkan untuk memicu triac dan memodulasi
terdiri dari hasil pengujian detektor tegangan,
lebar pulsa untuk memberikan aliran daya ke
pengujian generator tanpa IGC, dan pengujian
ballast load.
generator dengan IGC.
Pengujian generator induksi tanpa IGC
Pengujian detektor tegangan
Pengujian generator dilakukan
Pada pengujian detektor tegangan, didapatkan
menggunakan MISG 3 fasa type
karakteristik detektor tegangan (Gambar 13).
AEVBKB04R750FU yang diubah menjadi
Dari grafik tersebut, output sensor tegangan naik
generator induksi 1 fasa. Dari hasil pengujian
seiring kenaikan input tegangan AC. Saat

__________________________________________________________________________________________
406
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
didapatkan karakteristik berbeban generator Analisa tegangan dan frekuensi terhadap
induksi seperti ditunjukkan pada gambar 14. fluktuasi beban
Pada keadaan tanpa beban tegangan
Sistem kontrol generator induksi
generator mencapai 290 volt, namun saat melakukan pengaturan kestabilan tegangan
beban penuh (260 watt) turun hingga 220 dengan mengalirkan beban yang tidak terpakai
volt. Sehingga rentang tegangan saat tanpa ke ballast load. Menurut keputusan Direksi PT.
beban dan berbeban penuh generator tanpa PLN (Persero) No. 063.K / 0594 / DIR / 1995
IGC sebesar 70 volt . tentang tegangan-tegangan standar pada pasal 4,
variasi tegangan pelayanan ditetapkan maksimal
+ 5% dan -10% dari tegangan nominal (antara
198 volt sampai 231 volt). Oleh karena itu unjuk
kerja IGC yang diuji dapat dikatakan memenuhi
syarat tegangan pelayanan karena fluktuasi
tegangan generator dengan pengendali IGC
hanya berkisar antara 210 - 230 volt.

Pengamatan juga dilakukan terhadap


frekuensi generator, frekuensi generator
cenderung lebih konstan terhadap perubahan
beban saat menggunakan IGC dengan nilai
Gambar 14. Karakteristik berbeban generator
frekuensi 56 Hz sampai 57 Hz. Padahal saat
induksi.
tanpa IGC, frekuensi generator berkisar antara
Pengujian generator induksi menggunakan 56 Hz sampai 59 Hz. (Gambar 16).
IGC

Pengujian IGC terhadap generator


induksi berbeban didapatkan karakteristik
IGC terhadap fluktuasi beban generator.
Dengan variasi pembebanan yang sama
seperti pengujian sebelumnya, yaitu dari 0
hingga maksimum 260 watt dengan interval
40 watt, pada saat tanpa beban tegangan
generator sebesar 230 volt dan saat diberi Gambar 16. Grafik frekuensi generator vs beban
beban penuh (260 watt) tegangan generator
mengalami sedikit penurunan yaitu sebesar Menurut Persyaratan Umum Instalasi
210 volt. Seperti terlihat pada Gambar 15, Listrik 2000 (PUIL 2000), standar frekuensi
IGC melakukan tugasnya menjaga kestabilan ditetapkan sebesar 50 Hz dengan rentang
toleransi antara 47.5 Hz sampai 60 Hz.
tegangan generator dengan rentang tegangan
Berdasarkan Gambar 13 diatas, frekuensi
saat tanpa beban hingga berbeban penuh generator menggunakan IGC masih dalam
sebesar 20 volt. rentang batas toleransi yang diperbolehkan.
Selain itu pada kondisi putaran tinggi
(overspeed) akibat generator dioperasikan tanpa
beban, dapat menyebabkan kerusakan pada
poros generator, dengan digunakannya IGC hal
tersebut dapat dihindari.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari


Gambar 15. Karakteristik IGC terhadap penelitian ini adalah sebagai berikut :
fluktuasi beban generator.

__________________________________________________________________________________________
407
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
1. Sistem kendali generator induksi [6] Sujatno, Analisis Sistem Kendali Beban
menggunakan arduino (IGC) bekerja dengan Elektronik (ELC) sebagai Stabilisasi Energi
baik saat diuji menggunakan MISG tipe Listrik Berbasis Mikrokontroler, Seminar
AEVBKB04R750FU daya 260 watt dengan Nasional VIII SDM Teknologi Nuklir,
kestabilan tegangan antara 230-210 volt, serta STTN BATAN, Yogyakarta, 2013.
kestabilan frekuensi antara 57-56 Hz.
2. Sesuai karakteristik triac yang digunakan (BT TANYA DAN JAWAB
138-H), IGC dapat digunakan pada batas
tegangan maksimum generator 600 volt, arus Pertanyaan
maksimum 4 ampere, dan pada suhu
maksimum 70o C. 1. IGC menggunakan Arduino apakah
merupakan stabilizer?
SARAN 2. Dapatkah sistem diterapkan pada genset
untuk catu daya reaktor?
1. Untuk pengendalian generator induksi dengan
daya yang lebih besar, triac yang digunakan Jawaban
harus diganti sesuai dengan daya generator
yang digunakan. 1. Benar, IGC merupakan stabilizer atau sistem
2. Untuk menghindari kerusakan pada Induction kendali untuk menstabilkan tegangan
Generator Controller (IGC) terhadap arus generator induksi.
lebih perlu diberi pengaman pembatas arus 2. Sistem tersebut (IGC) dapat diterapkan pada
yang sesuai dengan kapasitas generator dan genset yang memakai generator induksi,
beban konsumen namun biasanya genset menggunakan
generator sinkron sehingga sistem kendali
yang digunakan untuk genset adalah AVR
DAFTAR PUSTAKA (Automatic Voltage Regulator).

[1] Chapman, Stephan J., Electric Machinery


Fundamentals,Edisi ke-4,McGraw-Hill,
New York, 2005.

[2] Zuhal,. Dasar Teknik Tenaga Listrik


Dan Elektronika Daya. Gramedia
Jakarta, 1988.

[3] Isnaeni, Motor Induksi Sebagai Generator


(MISG), Seminar Nasional Teknik
Ketenagalistrikan, Teknik Elektro Fakultas
Teknik - Universitas Diponegoro. 2005.

[4] Budiarso, Z., Rekayasa Sistem Kendali


Generator Sinyal XR-2206 Berbasis
Arduino UNO R3, Jurnal Teknologi
Informasi DINAMIK Volume 19 No.2,
pp.101-111, 2014

[5] Bejo, A., C dan AVR Rahasia Kemudahan


Bahasa C dalam Mikrokontroller
ATMega8535, Edisi I, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2008

__________________________________________________________________________________________
408
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

RANCANG BANGUN GENERATOR INDUKSI 1 FASA


MENGGUNAKAN MOTOR INDUKSI 3 FASA
Agus Purbhadi1, Suyatno2, Ahsanu Qoulan3

Teknofisika Nuklir, Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, Yogyakarta, Indonesia.123)


E-mail : aguspurbhadi@gmail.com1)
ontayus@yahoo.com2)
karguzari@yahoo.com3)

ABSTRAK

RANCANG BANGUN GENERATOR INDUKSI 1 FASA MENGGUNAKAN MOTOR


INDUKSI 3 FASA. Simulator pembangkit listrik di STTN membutuhkan generator 1 fasa untuk
menghasilkan tenaga listrik. Pada penelitian ini generator 1 fasa dibuat menggunakan motor induksi 3 fasa.
Untuk merubah motor induksi 3 fasa menjadi generator 1 fasa diperlukan eksitasi berupa kapasitor dengan
hubungan C-2C, rotor diputar melebihi kecepatan sinkronnya, dan lilitan medan stator dihubung secara
delta. Generator induksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah motor induksi 3 fasa dengan daya
sebesar 0,55 kW, 1405 rpm, 220/380 V, 50 Hz, dan Cos 0,74, dan untuk menstabilkan tegangan keluaran
generator digunakan Induction Generator Controller (IGC). Dari hasil perhitungan, pada putaran generator
minimum sebesar 1600 rpm, diperoleh nilai kapasitor C-2C yang digunakan sebesar 18F. Hasil pengujian
generator induksi menggunakan penggerak motor listrik, diperoleh daya listrik maksimal sebesar 306,68
watt, efisiensi sebesar 62,78%, dan IGC memberikan kestabilan tegangan rata-rata pada 215,55 volt, dan
frekuensi rata-rata 56,11 Hz. Pengujian menggunakan simulator pembangkit listrik dengan turbin open flume
dengan head 3 meter menghasilkan daya rata-rata 60,93 watt, pada debit air rata-rata 5,29 liter/detik.

Kata kunci: generator induksi 1 fasa, turbin open flume, IGC

ABSTRACT

DESIGN 1-PHASE INDUCTION GENERATOR USING THE 3-PHASE INDUCTION MOTOR.


Simulator power plant in STTN requires 1 phase generator to produce electricity. In this research 1-phase
generator is made using a 3-phase induction motor. To change the 3-phase induction motor becomes 1-phase
generator required C-2C-connected excitation capacitor, the rotor is rotated beyond the synchronization
speed, and the stator field windings linked by delta connection. Induction generator used in this researc is a
3-phase induction motor with a power of 0.55 kW, 1405 rpm, 220/380 V, 50 Hz, and Cos 0.74, and to
stabilize the output voltage of the generator is used Induction Generator Controller (IGC) , From the
calculation, the minimum generator rotation of 1600 rpm, the value of C-2C capacitor used by 18F. The
test results of induction generator using an electric motor, electric power obtained maximum of 306.68 watts,
an efficiency of 62.78%, and the IGC provide average voltage stability at 215.55 volts, and the average
frequency of 56.11 Hz. Tests using power plant simulator with open flume turbine produces an average
power of 60.93 watts, of the average water discharge 5.29 liter / sec and the head 3 meters.

Key words:1-phase induksi generator, open flume turbine, IGC

PENDAHULUAN Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga


Mikrohidro (PLTMh) cocok diterapkan
Latar Belakang didaerah terpencil karena selain ekonomis,
Salah satu sumber energi teknologi PLTMh juga ramah lingkungan
terbarukan yang sudah dikembangkan bila dibandingkan dengan pembangkit
menjadi energi listrik adalah energi air. listrik tenaga diesel (PLTD). Untuk

__________________________________________________________________________________________
409
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
pembangkit listrik tenaga mikrohidro mesin induksi akan bernilai positif, begitu
(PLTMh) dengan skala kecil, penggunaan juga sebaliknya slip akan bernilai negatif
motor induksi sebagai generator (MISG) ketika lebih cepat dari . Dalam
sangat tepat karena harga unitnya murah, kondisi slip bernilai negatif inilah mesin
konstuksinya kuat dan sederhana, mudah induksi beroperasi sebagai generator
dalam pengoperasiannya dan memerlukan induksi (Gambar 1.).
sedikit perawatan.[1]
Dalam pengoperasiannya selain
memiliki beberapa kelebihan yang telah
disebutkan di atas, generator induksi juga
memiliki beberapa kelemahan, salah
satunya adalah setiap perubahan
pembebanan akan berpengaruh terhadap
keluaran generator induksi tersebut. Untuk
mengatasi permasalahan itu maka
diperlukan adanya sebuah sistem kontrol
yang bertujuan untuk mengatur tegangan
dan frekuensi hasil keluaran dari generator
induksi. Simulator pembangkit listrik di
STTN-BATAN Yogyakarta menggunakan
Gambar 1 Kurva Torsi fungsi kecepatan
MISG 3 fasa sebagai penghasil listriknya
rotor
dan turbin open flume sebagai penggerak
generatornya. MISG 3 fasa memiliki
Sebagai generator, mesin induksi memiliki
kelemahan harus memiliki seimbangnya
kekurangan tidak dapat menghasilkan daya
beban yang harus di pikul oleh ketiga
reaktif, bahkan mengkonsumsi daya
fasanya. Hal ini mengakibatkan apabila
reaktif. Sehingga untuk mempertahankan
sistem tiga fasa dengan daya yang kecil
medan magnet statornya diperlukan
akan sulit untuk mengantisipasi beban yang
sumber daya reaktif eksternal yang harus
tidak seimbang di karenakan kenaikan daya
selalu terhubung. Sumber daya reaktif
beban yang dihubungkan pada generator
eksternal ini berupa kapasitor yang
induksi akan menyebabkan penurunan
dipasang pada lilitan medan stator
tegangan, kecepatan putar dan
generator induksi [3]. Pada Gambar 2
frekuensinya[2]. Pada penelitian ini akan
diperlihatkan cara pemasangan kapasitor
dibuat sistem 1 fasa pada MISG 3 fasa.
pada generator induksi penguat sendiri.
Keuntungan yang utama dari sistem fasa
tunggal adalah sistem kontrol lebih
sederhana karena hanya mengatur 1 fasa
saja sehingga lebih ekonomis dari segi
pembiayaan sistem kontrol dan beban
komplemennya (dummy load).

Generator Induksi

Dalam pengoperasiannya, mesin induksi


akan memiliki kecepatan medan putar
stator () dan kecepatan medan putar
rotor (), adanya perbedaan nilai antara Gambar 2. Pemasangan kapasitor pada
dan akan menimbulkan slip (). generator induksi.
Apabila lebih cepat dari maka slip

__________________________________________________________________________________________
410
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Motor induksi 3 fasa sebagai generator 1 dioperasikan sebagai generator sistem satu
fasa fasa dapat diperkirakan melalui persamaan
(3) sebagai berikut :
Motor induksi 3 fasa agar dapat
berfungsi sebagai generator, disamping slip S
dibuat negatif atau dengan kata lain Pel g maks (3)
2
kecepatan putar rotor ( NR ) dibuat lebih Dimana harga S (daya semu)
besar dari kecepatan medan putar ( NS ) didapat dari persamaan 4.
juga dibutuhkan sumber tegangan reaktif
yang bersifat kapasitip yang akan S 3 U line I line (4)
menginduksikan arus ke rotor untuk
keperluan exitasi. Exitasi rotor Dengan Uline dan Iline dari name
menimbulkan medan magnet yang akan plate motor induksi.
memotong belitan konduktor pada stator
sehingga menghasilkan tegangan output Diagram Lingkaran
generator.
Diagram lingkaran adalah suatu
Generator induksi tiga phasa dapat cara yang bisa menunjukkan unjuk kerja
dikonversikan menjadi generator satu dari sebuah mesin induksi secara lengkap
phasa dan menghasilkan daya sekitar 80% dalam semua operasi baik saat menjadi
dari rating daya tiga phasa [4]. Untuk motor, generator, atau kondisi berhenti.
menkonversikannya pemasangan kapasitor Diagram lingkaran menyediakan informasi
generator induksi tiga phasa perlu dipasang misalnya rugi internal (angin, tembaga, dll)
dengan hubungan C-2C seperti pada yang terjadi. Sering kali motor induksi
Gambar 3. yang tertera pada name plate nya kurang
menyajikan informasi yang kita butuhkan.
Oleh karena itu dengan membuat diagram
lingkaran dari pengujian tanpa beban dan
blok rotor, parameter-parameter yang kita
butuhkan dapat kita peroleh untuk analisis
lebih lanjut. Diagram lingkaran yang
menyajikani berbagai parameter yang
diperlukan untuk perhitungan dapat dilihat
pada Gambar 4. [7]
Gambar 3. Pemasangan kapasitor
hubungan C-2C.[5]

Dari gambar 3 diatas, untuk


menentukan besarnya C1[6] dapat diperoleh
dari persamaan (1) dan (2) berikut.
1
C phase (1)
3 2 S f Rload
Gambar 4. Diagram lingkaran.
dimana :
U U IGC (Induction Generator Control)
Rload (2)
Ig 1,5 I phase
Yang dimaksud kontrol stabilisasi adalah
sistem pengendalian kualitas output
Daya keluaran maksimum (Pel g mak) pembangkit yaitu berupa tegangan dan
dari motor induksi tiga fasa yang frekuensi agar tetap stabil terhadap fluktuasi

__________________________________________________________________________________________
411
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
beban konsumen. Pada MISG kontrol Data MISG yang digunakan
stabilisasi disebut IGC (Induction Generator
Controler). Yaitu berfungsi untuk Motor induksi 3 fasa akan dijadikan sebagai
mempertahankan tegangan agar konstan dan generator 1 fasa memiliki spesifikasi sebagai
frekuensi yang mendekati konstan dengan berikut:
menjaga beban elektrik yang konstan pada Jenis Motor : Motor induksi 3 fasa 4 kutub
generator. Untuk melakukannya IGC
Merk/type : Teco Electric
menyambungkan daya yang bukan digunakan
konsumen ke beban komplemen (ballast load) Daya : 0,75 HP
di mana energi yang tidak digunakan oleh
Rpm : 1400 rpm
konsumen dibuang menjadi panas oleh ballast
load. Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa Tegangan : 220/380 volt
daya generator selalu sama dengan jumlah Arus : 2,6 / 1,5 ampere
daya yang diserap konsumen dan ballast load.
Cos : 0,74
Frekuensi : 50 Hz
METODE PENELITIAN
Hubungan :/Y
Penelitian rancang bangun generator 1 Fasa
dengan menggunakan motor induksi 3 Fasa Berat : 16,5 kg.
ini dilakukan mengikuti alur diagram alir
penelitian seperti pada Gambar 5. Membuat diagram lingkaran
Pembuatan diagram lingkaran dilakukan
setelah melakukan pengujian terhadap motor
induksi 3 Fasa yang akan dijadikan sebagai
Generator 1 Fasa. Pengujian yang dilakukan
adalah pengujian tanpa beban dan berbeban.
Seperti pada Tabel 1.
Tabel 1 hasil pengujian

Dari hasil analisa diagram lingkaran


didapatkan nilai sebagai berikut :
Pn motor = 490,76 watt
m = 72,97 %
Cos m = 0,78
Dimana:
Pn = Daya out put mekanik motor,
Km = Efisiensi motor (%)
Cos m = Faktor daya motor.

Menghitung kapasitor

Berikut tahap-tahap penghitungan kapasitor :

Gambar 5. Diagram alir penelitian 1. Dari grafik sin g / sin m ( Gambar 6 )


didapatkan data besar perbandingan sin g

__________________________________________________________________________________________
412
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
/ sin m = 1,495 (untuk motor berdaya 8. Menentukan kapasitor hubungan C2C agar
0,55 kW). generator menjadi 1 fasa.
Cphase =

Rload = =

= = 105,21 ohm
Cphase =
= 17,47 F
18 F
Sehingga untuk bagian 2C, nilai
kapasitor adalah:

Gambar 6. Grafik penentuan faktor daya 2C = 2 u 18 F


generator.[6] = 36 F

2. Menentukan faktor daya saat menjadi Menghitung transmisi sabuk dan puli
generator. yang diperlukan.
Cos m = 0,78 maka ,
Sin m = sin (arc Cos m) 1. Menentukan putaran generator.
= 0,625 nr = 1400 rpm
Sin Cos g = 0,625 1,495 ns = 1500 rpm
= 0,934 Slip = ns nr = 1500 1400
g = arc sin 0,934 g = 69,12 = 100 rpm
Cos g = 0,356 ng = ns + S = 1500 + 100
= 1600 rpm
3. Menentukan daya elektrik generator
maksimum. 2. Menentukan diameter puli generator
Pel g maks = (Pn/m) ( Cos g / Cos m) dan penggerak.
= 306,68 W Apabila puli generator yang terpasang
4. Menentukan daya penggerak generator adalah 4 inch dan putaran slip generator
maksimum. 1600 rpm sehingga diameter puli
Pmek g maks = P el g maks + Pn (1 / m -1) penggerak adalah :
= 488,47 W ng u g = np u p
= 0,65 pk p =
5. Menentukan effisiensi generator
p = 4,57 inci
Effg = 100 % = 62,78 % 4,6 inci
6. Menentukan daya reaktif yang dibutuhkan 3. Menentukan panjang sabuk (V-Belt).
generator. Persamaan yang digunakan untuk
Qg = tan arc ( Cos g) P el g maks menghitung panjang belt adalah :
= 805,02 VAR L S d  d  2C  d1  d 2
2

7. Kebutuhan kapasitor untuk faktor daya 2


1 2
4C
beban generator = 1 (generator 3 fasa). Diketahui
Qg = 3U22fC d1 = 4 inci sehingga r = 2 inci
Ceks = = d2 = 4,6 inci sehingga r = 2,3 inci
R total = r1 + r2
= = 5,918 10-6 F
R total = 2 inci + 2,3 inci = 4,3 inci
= 5,918 F antar fasa.

__________________________________________________________________________________________
413
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Jarak ke dua sisi puli minimal 5 inci Gambar 7. Grafik pengujian generator
sehingga jarak poros ke poros total adalah berbeban dengan IGC.
4,3 inci + 5 inci = 9,3 inci.
Sabuk yang digunakan tipe B Pada pengujian generator
dengan jarak poros (C) 9,3 inci sehingga digunakan variasi beban lampu pijar
panjang sabuk (L) adalah : dengan daya mulai 0 300 watt. Dari

d1  d 2  2C  d1  d 2
S
2 grafik terlihat bahwa relatif stabil dengan
L tegangan generator berkisar antara 210 -
2 4C
230 volt dan frekuensi rata rata 56,11 hz.
= 32, 19 inci
Tabel 3. Hasil pengujian Generator tanpa
Pengujian Generator
IGC
Pada saat pengujian, generator di
beri beban bervariasi berupa lampu pijar.
Dan sebagai pengendali stabilitas tegangan
generator digunakan alat bantu pengontrol
beban yaitu IGC dan ballast load.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengujian generator dengan


variasi beban lampu pijar dan IGC, Dari data Tabel 3 dibuat grafik
didapatkan hasil pengujian seperti pada yang menunjukkan hubungan antara
Tabel 2. tegangan dengan variasi beban tanpa
menggunakan IGC.
Tabel 2. Hasil pengujian generator dengan .
IGC

Dari data tabel 2 dibuat grafik antara Gambar 8. Grafik pengujian tegangan vs
tegangan vs beban seperti Gambar 7. beban tanpa IGC

Pengujian yang dilakukan pada


prinsipnya sama seperti pengujian dengan
IGC. Pada pengujian tanpa IGC terlihat
bahwa pada saat tanpa beban tegangan
generator tinggi pada 290 volt, dan akan
turun seiring pertambahan beban hingga
pada saat beban maksimal, tegangan
generator sebesar 220 volt. Sehingga
selisih rentang tegangan sangat besar yaitu
70 volt. Namun dengan IGC tegangan
generator relatif stabil pada tegangan rata-
rata 215,55 volt.

__________________________________________________________________________________________
414
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
kebutuhan head dan debit minimum yang
Pada saat dilakukan pengujian generator diperlukan turbin.
pada simulator pembangkit listrik
mikrohidro (PLTMH), didapat hasil DAFTAR PUSTAKA
pengujian seperti pada Tabel 4.
[1] Mahalla, Evaluasi Kinerja IMAG
Tabel 4. Data pengujian generator pada Pada Pembangkit Listrik Tenaga
simulator PLTMH. Mikrohidro Cokro Tulung Kabupaten
Klaten Media Elektrika, Vol. 6 No. 1,
Fakultas Teknik Universitas
Muhmammadiyah Semarang, 2013.
[2] Supardi, A.,Pengaruh Pembebanan
Dari data pengujian generator pada
terhadap Karakteristik Keluaran
simulator PLTMH menggunakan turbin
Generator Induksi 1 Fase Jurnal
open flume dengan head 3 meter
Emitor, Vol. 14 No. 02, Department
menghasilkan daya rata-rata 60,93 watt,
of Electrical Engineering, Faculty of
pada debit air rata-rata 5,29 liter/detik.
Engineering UMS, Surakarta, 2014.
[3] Chapman, S.J., Electric Machinery
KESIMPULAN
Fundamentals,Edisi ke-4,McGraw-
Dari hasil penelitian rancang bangun
Hill, New York, 2005.
generator 1 fasa menggunakan motor
[4] Ekanayake, Small hydro schems;
induksi 3 fasa berdasarkan hasil
Power Engineering Journal, 2002.
pengolahan dan pengujian dapat diambil
[5] Smith, N., Power Electrical
kesimpulan sebagai berikut :
Engineering, Commonwealth and
Tyndall Research, Srilanka, 2001.
1. Telah dilakukan pembuatan Generator
[6] Isnaeni, Motor Induksi Sebagai
1 Fasa menggunakan motor induksi 3
Generator (MISG), Seminar Nasional
fasa dengan spesifikasi motor merk
Teknik Ketenagalistrikan, Teknik
Teco Electric daya 0,75 HP, 4 poles,
Elektro Fakultas Teknik - Universitas
1400 rpm yaitu dengan memasang
Diponegoro, 2005.
kapasitor hubungan C-2C, dengan
[7] Zuhal,. Dasar Teknik Tenaga Listrik
nilai C1 = 18 F dan nilai C2 = 36F.
Dan Elektronika Daya. Gramedia
2. Daya keluaran maksimal generator
Jakarta, 1988.
sebesar 306,68 watt, dan dengan
pengendali IGC didapatkan kestabilan
TANYA DAN JAWAB
tegangan rata-rata 215,55 volt dan
frekuensi rata-rata 56,11 Hz, dengan
Pertanyaan
efisiensi generator 62,78 %.
3. Generator dapat digunakan sebagai
1. Apa keuntungannya merubah generator 3
pembangkit listrik pada simulator fasa menjadi generator 1 fasa?
PLTMH dengan head 3 meter 2. Apakah merubah generator 3 fasa menjadi
menghasilkan daya rata-rata 60,93 generator 1 fasa yang dibutuhkan hanya
watt, pada debit air rata-rata 5,29 menambah kapasitor?
liter/detik.
Jawaban
SARAN
Agar daya generator dapat dimanfaatkan 1. Keuntungan merubah generator 3 fasa
secara maksimal, perlu di perhitungkan menjadi generator 1 fasa ditinjau sistem
kembali debit air dan ketinggian head pada kontrol (IGC) yang digunakan lebih
simulator PLTMH. Disesuaikan dengan sederhana, hanya diperlukan pengaturan 1

__________________________________________________________________________________________
415
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
fasa saja. Sehingga dari segi pembiayaan
sistem kontrol dan beban komplemen
(dummy load) lebih ekonomis. Selain itu
biasanya generator induksi diterapkan pada
pembangkit kecil seperti kincir angin dan
PLTMH, sehingga dengan sistem 3 fasa
akan kesulitan mengatur keseimbangan
bebannya. Karena bila sistem 3 fasa
melayani beban yang tidak setimbang akan
berpengaruh terhadap output tegangan di
ketiga fasanya.

2. Benar. Untuk merubah generator induksi


sistem 3 fasa menjadi sistem 1 fasa hanya
diperlukan perhitungan ulang kapasitor
hubungan C-2C nya. Namun kapasitas daya
dan faktor kerja generator yang satu dengan
yang lain berbeda, maka kebutuhan daya
reaktif generator juga berbeda. Sehingga
nilai kapasitor sebagai penyedia daya
reaktif yang dipasang juga berbeda
tergantung dari kebutuhan daya reaktif
masing-masing generator.

__________________________________________________________________________________________
416
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

APLIKASI ISOTOP ALAM SEBAGAI STUDI INTERKONEKSI


HIDRAULIK DANAU LIDO DENGAN AIRTANAH SEKITARNYA
Dessy Purbandari

Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia,


dessy.purbandari@mail.ugm.ac.id

ABSTRAK

APLIKASI ISOTOP ALAM SEBAGAI STUDI INTERKONEKSI HIDRAULIK DANAU


LIDO DENGAN AIRTANAH SEKITARNYA. Pada penelitian ini, interkoneksi hidraulik antara sumur
gali dengan sumur bor dan air dari Danau Lido dilakukan menggunakan isotop lingkungan (D dan 18O).
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menyelidiki adanya keterkaitan asal-usul airtanah antara danau Lido
dengan sumur penduduk yang lokasinya berdekatan dengan Danau Lido menggunakan teknologi isotop alam.
Penelitian ini dilakukan karena adanya kekhawatiran dari penduduk sekitar dengan maraknya eksploitasi
pariwisata di Danau Lido. Penduduk khawatir eksploitasi menyebabkan pencemaran pada Danau Lido yang
berdampak pada sumber airtanah penduduk. Sampel airtanah dari empat lokasi dan air Danau Lido diambil
menggunakan botol plastik sebanyak 30 ml; rasio isotop D dan 18O pada sampel air diukur dengan Liquid-
Water Stable Isotope Analyzer LGR-DLT-100. Komposisi isotop airtanah (D dan 18O) dari kelima sampel
kemudian diplot ke koordinat garis Local Meteoric Water Line (LMWL) 7,55x + 8, 6475 dari Gunung Gede
Pangrango, Bogor. Komposisi isotop dari sampel A berimpit atau mendekati garis LMWL Gunung Gede
Pangrango. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hampir sebagian besar airtanah sampel A berasal dari air
hujan lokal. Sampel-sampel yang diduga memiliki interkoneksi dengan Danau Lido kemudian disimpulkan
melalui uji hipotesis Analysis of variance (ANOVA) pada tiap nilai rata-rata (mean) dari setiap masing-
masing populasi deuterium dan oksigen-18. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya sampel airtanah E
yang memiliki interkoneksi hidraulik dengan air Danau Lido. Sampel airtanah E diambil dari lokasi yang
berjarak sekitar 310 m di sebelah utara Danau Lido.

Kata kunci: Danau Lido, isotop alam, interkoneksi hidraulik

ABSTRACT

ENVIRONMENTAL ISOTOPE APPLICATION FOR STUDY OF HYDRAULIC


INTERCONNECTION BETWEEN LIDO LAKE AND THE SURROUNDING GROUNDWATER. The
hydraulic interconnection between the dug wells with boreholes and Lido Lake water investigated using
natural isotopes (D and 18O). The aim of this research is investigate the groundwater genesis between Lido
Lake with the wells of people that located near from Lido Lake using environmental isotope technology. This
research is done because of feared from people around Lido Lake as the tourism exploitation. The people
concern that the exploitation will cause water pollution in Lido Lake and then contaminate the water
sources. The groundwater samples from four different locations and Lido Lake water taken using plastic
bottles as much as 30 ml; D and 18O isotope ratios of groundwater samples were measured using Liquid-
Water Stable Isotope Analyzer LGR-DLT-100. Isotopic composition of groundwater (D and 18O) from five
different samples are plotted to Local Meteoric Water Line (LMWL) 7,55x + 8, 6475 line coordinate from
Gunung Gede Pangrango, Bogor. Isotopic composition from sample A approache the LMWL of Gunung
Gede Pangrango. Therefore, it can conclude that most of the groundwater in sample A derived from local
rainfall. Samples that are estimated have hydraulic interconnection between Lido Lake were analyzed by
hypotheses testing Analysis of variance (ANOVA) for every mean from each population of deuterium and
oksigen-18. The result of this research shows that only groundwater from sample E has hydraulic
interconnection with Lido Lake water. Groundwater from sample E was taken from location approximately
310 m in the north of Lido Lake.

Key words: Lido Lake, environmental isotope, hydraulic interconnection

__________________________________________________________________________________________
417
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
dengan lokasi yang berdekatan dengan Danau
PENDAHULUAN Lido sehingga dapat menjawab kekhawatiran
penduduk setempat.
Kawasan Lido Bogor, Jawa Barat
Penelitian ini bertujuan untuk
memiliki sebuah danau alami bernama Danau
menyelidiki adanya keterkaitan asal-usul air
Lido yang dijadikan sebagai salah satu sentra
tanah antara danau Lido dengan sumur
wisata di kawasan Lido Bogor. Di area sentra
penduduk sekitarnya menggunakan teknologi
wisata Danau Lido terdapat hotel dan restoran
isotop alam. Teknologi isotop alam yang
yang tepat berada di pinggir danau. Di Danau
digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
Lido juga terdapat keramba jaring apung dan
menganalisis kandungan D dan 18O dalam
wisata air.
sampel airtanah yang dianalisis.
Masifnya kegiatan pariwisata dan
Teknik isotop alam D/H dan 18O/16O
budidaya perikanan melalui keramba jaring
dapat memberikan gambaran interkoneksi
apung dikhawatirkan dapat mencemari Danau
airtanah yang selama ini tidak dapat ditentukan
Lido. Apalagi selama ini pengawasan dari
menggunakan teknik konvensional. Penentuan
pemerintah terhadap berbagai kegiatan yang
ini berhubungan erat dengan konservasi dan
ada di Danau Lido masih sangat kurang. Hal
renewable resources airtanah sedangkan
tersebut sangat mengkhawatirkan penduduk
penentuan umur airtanah berhubungan dengan
sekitar, pasalnya kebutuhan air termasuk air
potensi atau jumlah deposit airtanah. Teknik
minum dipasok dari airtanah menggunakan
isotop alam juga sangat menguntungkan karena
sumur bor maupun sumur gali milik penduduk.
aman dan tidak akan memberikan dampak
Kekhawatiran tersebut menimbulkan dugaan
apapun bagi lingkungan. Hal ini dikarenakan
bahwa pencemaran yang dapat terjadi pada
teknik isotop alam didasarkan pada ikutnya
Danau Lido akan mengalir dan ikut mencemari
isotop 18O dan 2H dalam siklus hidrologi,
airtanah yang digunakan penduduk sekitar.
isotop D/H dan 18O/16O dalam senyawa air
Interkoneksi hidraulik antara Danau 2 18
H O dan HDO.
Lido dengan sumber airtanah dari 5 kelurahan
Seperti diketahui bahwa air dengan
di sekitar Danau Lido, yaitu Kelurahan Srogol,
rumus kimia hidrogen dan oksigen memiliki
Kelurahan Cigombong, Kelurahan Ciburuy,
rumus kimia utama H2O. Hidrogen memiliki
Kelurahan Wates Jaya dan Desa Padurenan
tiga isotop, yaitu protium (1H; 99,985%),
telah diteliti oleh Horiah di tahun 2016 [1].
deuterium (2H; ~0,015%), tiritum (3H).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya
Sementara oksigen memiliki 3 isotop, yaitu 16O
terdapat dua sampel dari dua kelurahan yang
(99,759%), 17O (0,037%), 18O (0,204%) [2].
memiliki interkoneksi hidraulik dengan Danau
Keberadaan isotop deuterium dan 18O
Lido yaitu sampel sumur gali dari Kelurahan
dalam jumlah kecil dalam air dapat di analisis
Ciburury (S1) dan sampel mata air dari Desa
menggunakan alat spektrometer massa. Air
Ciwaluh Wates Jaya (S2). Sampel S1 memiliki
hujan yang turun pada elevasi yang rendah
jarak sekitar 1,5 sampai dengan 2 km dari
mempunyai nilai D dan 18O lebih enriched
Danau Lido. Sampel S2 berjarak sekitar 1 km
sedangkan air hujan yang turun pada elevasi
dari Danau Lido.
tinggi mempunyai nilai D dan 18O yang lebih
Namun, penelitian oleh Horiah (2016)
depleted. Komposisi tersebut sangat spesifik
dirasa kurang memetakan pola interkoneksi air
dan apabila air hujan pada elevasi tertentu
Danau Lido dengan airtanah di sekitarnya,
imbuh ke dalam tanah maka komposisi D/H
khususnya untuk lokasi yang berdekatan
dan 18O/16O mirip dengan air komposisi
dengan Danau Lido. Oleh karena itu
hujannya [3].
diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai
Rasio isotop dalam molekul air
interkoneksi hidraulik antara Danau Lido
dikarenakan perbedaan relatif terhadap standar

__________________________________________________________________________________________
418
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
dituliskan dengan lambang (delta) dan laboratorium. Survey lapangan dilakukan
dinyatakan dalam satuan permil () [4]. dengan membawa Global Positioning System
Persamaan (1) dan (2) menunjukkan yang digunakan untuk mengetahui koordinat
perbandingan rasio isotop sampel dengan rasio lokasi pengambilan sampel airtanah. Data
isotop standar untuk deuterium dan oksigen- koordinat lokasi pengambilan sampel disajikan
18: dalam Tabel 1. Sementara keterangan
D D mengenai lokasi pengambilan sampel disajikan
( ) sampel  ( ) SMOW
D = H H dalam Tabel 2. Data koordinat lokasi
x1000 (1)
D pengambilan sampel kemudian diplot ke dalam
( ) SMOW
H aplikasi Google Earth sehingga diperoleh Peta
18
O 18
O Lokasi Pengambilan Sampel Airtanah
( ) sampel  ( ) SMOW
O = O
18 16 16
O x1000 (2) sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 1.
18
O
( 16 ) SMOW
O Tabel 1. Koordinat lokasi pengambilan sampel
Banyak penelitian menggunakan Kode Nama Garis Garis
teknik isotop alam sebagai studi interkoneksi Lokasi Tempat Bujur Lintang
hidraulik airtanah yang telah dilakukan. (Timur) (Selatan)
Muharini (2011) telah menggunakan isotop A Rumah 106 48' 6 44' 26,55" S
alam (D dan 18O) untuk menganalisis Pak 31,24" E
kesamaan isotop airtanah di mataair Tirtoadi di Asep
Kecamatan Mlati, mataair Demangan di
(360 m)
Kecamatan Depok, dan mataair Sibedug di
B Danau 106 48' 6 44' 39,06" S
Kecamatan Sayegan. Hasil penelitian
Lido 31,78 " E
menunjukkan adanya kesamaan komposisi
isotop deuterium dan 18O pada sampel airtanah C RT 1 106 48' 6 44' 24,24" S
yang berasal dari mataair Sibedug dan mataair RW 2 41,03 E
Tirtoadi, sementara airtanah dari mataair (250 m)
Demangan memiliki komposisi isotop yang D RT 2 106 48' 6 44' 26,10" S
berbeda [5]. RW 1 38,20" E
Penelitian menggunakan isotop alam (180 m)
untuk studi penyebaran rembesan air Danau E Ketua 106 48' 6 44' 28,67" S
Batur telah dilakukan. Studi dilakukan dengan RT 4 28,59" E
menganalisa data komposisi isotop alam RW 1
deuterium dan oksigen-18 dari air danau, air (310 m)
hujan, dan mataair di sekitar Danau Batur
untuk mengetahui arah penyebaran air dari Tabel 2. Keterangan lokasi sampel airtanah
Danau Batur. Hal ini dilakukan karena studi Kode Kedalaman Elevasi Water
analisis zona batuan di lokasi sulit dilakukan (m) Table (m)
mengingat kondisi lapangan yang telah tertutup A -10 m 506 496
tanah (soil) dan vegetasi yang tebal. B 0 500 500
Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa C -12 m 519 507
arah penyebaran air Danau Batur menuju ke D -14 m 523 509
selatan (daerah Menanga, Rendang) [6]. E -12 m 518 506

METODE PENELITIAN

Lokasi Pengambilan dan Penelitian Sampel

Penelitian dilaksanakan dengan metode


survey lapangan untuk mengambil sampel
airtanah dan menganalisa sampel di

__________________________________________________________________________________________
419
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
D dan 18O dilakukan dengan menggunakan
Liquid Water Stable Isotope Analyzer-LGR
DLT-100 system.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengukuran rasio isotop D dan


18O disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai rasio isotop sampel air


Gambar 1. Citra lokasi pengambilan sampel Kode
18O (0/00) D (0/00)
Lokasi
Pengambilan sampel airtanah A -5.82 + 0.21 -37.2 + 1.7
dilakukan pada bulan Mei 2016. Pengambilan B -6.82 + 0.35 -36.3 + 0.9
sampel airtanah dari sumur gali dan sumur bor C -7.48 + 0.13 -43.8 + 2.7
dilakukan dengan menimba air menggunakan D -7.05 + 0.24 -34.2 + 0.5
tali timba maupun dengan cara dipompa E -7.18 + 0.13 -36.5 + 0.6
kemudian ditampung dalam bak penampung.
Perlu diperhatikan bahwa airtanah yang Data komposisi isotop isotop D dan
diambil untuk sampel harus merupakan 18O pada Tabel 3 diplot ke dalam diagram
airtanah yang baru ditimba ataupun dipompa. salib sumbu isotop 18O-D sehingga
menghasilkan Gambar 2. Berdasarkan Gambar
Hal ini untuk menghindari terjadinya evaporasi
2 diperoleh informasi sebagai berikut.
pada airtanah yang akan mempengaruhi nilai
D dan 18O apabila sebelumnya telah
didiamkan dalam bak penampung. Sementara
untuk sampel air Danau Lido diambil pada
kedalaman kurang lebih 1 m di bawah
permukaan air.
Sampel airtanah yang diambil
kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel
yang terbuat dari plastik berukuran 30 ml Gambar 2. Grafik nilai 18O dan D
untuk bahan analisis isotop deuterium (D) dan
oksigen-18 (18O). Cara pengambilan sampel Komposisi sampel airtanah (isotop D
dari bak penampung dilakukan dengan dan 18O) dari sampel A berimpit atau
menenggelamkan botol sampel sampai mendekati koordinat titik-titik pada garis Local
Meteoric Water Line (LMWL) 7,55x + 8, 6475
tenggelam seluruhnya dan botol terisi penuh
dari Gunung Gede Pangrango, Bogor. Karena
oleh air. Setelah botol sampel terisi penuh LMWL menunjukkan variasi komposisi isotop
kemudian botol ditutup rapat di dalam bak air hujan sebagai fungsi elevasi dari lokasi
penampung. Ujung penutup botol lalu dilapisi yang diteliti, maka berimpitnya koordinat titik
dengan selotip untuk menghindari kontaminasi sampel airtanah sampel A dengan garis LMWL
dengan udara. Gunung Gede Pangrango menunjukkan bahwa
Analisis rasio isotop D dan 18O hampir sebagian besar airtanah sampel A
berasal dari air hujan lokal [7]. Sementara
dalam sampel airtanah dilakukan di
sampel B, C, D, dan E berada jauh dari garis
Laboratorium Kebumian dan Lingkungan, koordinat LMWL Gunung Gede Pangrango
Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi sehingga kemungkinan besar airtanah dari
(PATIR) BATAN, Jakarta. Analisa rasio isotop

__________________________________________________________________________________________
420
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
keempat sampel tidak berasal dari air hujan Sampel E adalah sampel yang
lokal. lokasinya berjarak 310 meter dari Danau Lido.
Sampel-sampel yang diduga memiliki Sampel ini memiliki nilai rasio isotop D
interkoneksi dengan Danau Lido dapat bernilai (-36,5 0,6) dan 18O bernilai (-
disimpulkan melalui uji hipotesis Analysis of 7,18 0,13). Menurut penelitian oleh Horiah
variance (ANOVA) pada tiap nilai rata-rata (2016), daerah yang memiliki interkoneksi
(mean) dari setiap masing-masing populasi hidraulik dengan Danau Lido adalah lokasi di
deuterium dan oksigen-18. Uji ANOVA Kelurahan Ciburuy yang memiliki jarak sekitar
dilakukan untuk melihat perbedaan mean nilai 1,5 km arah utara dari Danau Lido dan Desa
antar Danau Lido (danau b) dengan sampel Ciwaluh Wates Jaya yang berjarak sekitar 1
lainnya. Bila variasi danau b sama dengan km arah selatan dari Danau Lido [1].
sampel lainnya, maka nilai mean yang Sehingga disimpulkan bahwa aliran
dibandingkan tidak ada perbedaan. Namun, Danau Lido berasal dari Desa Ciwaluh Wates
jika variasi danau b dengan sampel lain tidak Jaya di sebelah selatan kemudian mengalir
sama nilainya maka mean yang dibandingkan melewati Kelurahan Cigombong kemudian
menunjukkan adanya perbedaan. Proses uji menuju Kelurahan Ciburuy di sebelah utara.
ANOVA ditunjukkan pada Tabel 4. Analisa sementara menunjukkan bahwa peta
aliran Danau Lido berbentuk hampir lurus
Tabel 4. Uji ANOVA pada sampel
memanjang dari selatan menuju daerah utara.
Subset for alpha =0.05
VAR00003 N
1 2
Hal ini berdasarkan hasil analisa sampel yang
Danau a 6 diambil di empat titik terdekat Danau Lido
-37.1656
Danau e 6
dimana hanya terdapat satu titik lokasi yang
-36.4730
memiliki interkoneksi hidraulik dengan Danau
Danau b 6 -36.3329 Lido (sampel E) dan lokasi tersebut hampir
Danau d 6 -34.1839 membentuk garis lurus dari arah Desa Ciwaluh
Sig. .577 1.000 Wates Jaya menuju Kelurahan Ciburuy.

Subset for alpha =0.05


VAR00003 N
1 2 KESIMPULAN
Danau e 6 -7.1806
Sampel yang memiliki interkoneksi
Danau d 6 -7.0511
hidraulik dengan Danau Lido adalah Sampel E
Danau b 6 -6.8230 yang terletak di Rumah ketua RT 4 RW 1 yang
Danau a 6 -5.8238 berjarak sekitar 310 meter dan berada pada
Sig. .136 1.000 koordinat titik lokasi 106 48' 28,59" E bujur
timur dan 6 44' 28,67" S lintang selatan.
Berdasarkan hasil uji ANOVA Sampel E berada di sebelah utara dari Danau
deuterium menunjukkan bahwa hanya sampel Lido, sedangkan sampel lainnya yaitu sampel
E yang menunjukkan tidak adanya perbedaan A, C, dan D tidak terindikasi memiliki
nilai mean terhadap Danau Lido. Hal yang interkoneksi dengan Danau Lido. Apabila
sama juga ditunjukkan berdasarkan uji dianalisa berdasarkan hasil penelitian oleh
ANOVA oksigen-18 bahwa hanya sampel E Horiah (2016) maka disimpulkan bahwa aliran
yang menunjukkan tidak adanya perbedaan Danau Lido berasal dari Desa Ciwaluh Wates
nilai mean dengan Danau Lido. Sehingga Jaya di sebelah selatan kemudian mengalir
disimpulkan bahwa sampel yang diduga melewati Kelurahan Cigombong kemudian
memiliki interkoneksi dengan Danau Lido dari menuju Kelurahan Ciburuy di sebelah utara.
hasil uji hipotesis menggunakan ANOVA Sementara peta aliran airtanah Danau Lido
adalah sampel E.

__________________________________________________________________________________________
421
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
cenderung berbentuk lurus memanjang dari Teknologi Isotop dan Radiasi. Jakarta,
selatan ke utara. 2000.
7. Kresic. N. and Stevanovic. Z.,
UCAPAN TERIMA KASIH Groundwater Hydrology of Springs.
Engineering, theory, management, and
Penulis mengucapkan terima kasih yang sustainability, Elsevier Inc., USA. (3): 91-
sebesar-besarnya kepada Siti Horiah atas 104, 2010.
semua saran dan bimbingannya selama
pengerjaan penelitian ini. Juga kepada teman- PERTANYAAN
teman penulis yaitu Muhammad Nur Hidayat,
1. Apakah metode ini bisa digunakan
Nur Saadah, dan M. Farid Khandaq yang telah untuk menganalisa pola aliran air
mendukung dan menyukseskan penelitian ini tanah?
sehingga dapat terlaksana dengan baik. Dan 2. Artinya jarak dari sampel yang diambil
terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Agus Budhie tidak berkorelasi dengan interkoneksi
Wijatna, M. Si. Yang telah memberikan antara airtanah dengan danau Lido?
koreksi dan saran yang membangun untuk 3. Alasan pemilihan titik-titik sampel
lokasi airtanah?
perbaikan penelitian ini.
JAWABAN
DAFTAR PUSTAKA

1. Horiah, S. Aplikasi Isotop Alam Untuk 1. Tidak bisa. Karena metode analisis
Menentukan Pola Interkoneksi Air Danau rasio isotop airtanah menggunakan
Lido Dengan Air Sekitarnya Sebagai Studi deuterium hanya dapat digunakan
Awal Pencemaran Pada Airtanah Di untuk mengetahui genesis (sidik jari)
Kawasan Lido Bogor, Jawa Barat. skripsi, airtanah. Artinya apabila genesisnya
UGM, Yogyakarta, 2016. sama artinya mereka berasal dari
2. Wijatna, A. B. Studi Konektivitas Akuifer sumber yang sama atau satu aliran.
Antara Sumur Bor Dengan Sumber Daya Namun metode ini tidak dapat
Air di Bawahnya. Jurnal Manusia dan menganalisa pola aliran airtanah.
Lingkungan, Vol. 20, No. 3, 2013.. Apabila ingin menganalisa pola aliran
3. Payne, B., and Y. Yutsever, airtanah maka digunakan isotop
Environmental Isotopes as a Hydrological tritium.
Tool in Nicaragua, Isotope Technique in 2. Tidak. Karena interkoneksi yang ada
Groundwater Hydrogeology, Vol. l, 1974. antara airtanah tidak disebabkan karena
4. F.damore, g.darling, t.Paces, z.Pang, jarak atau lokasi antar sampel.
J.ilar, Environmental Isotopes in the 3. Pada awalnya sampel ingin diambil di
hydrological cycle vol 1: IAEA, Vienna , sekeliling area danau namun
2000. dikarenakan tidak di semua lokasi
5. Muharini A., and Wijatna A.B., terdapat perumahan penduduk yang
Penggunaan Isotop dan Carbon Dating memiliki sumur maka hal tersebut
untuk Studi Keterkaitan antara Mataair tidak dapat dilakukan. Maka sampel
Demangan di Kecamatan Depok dengan airtanah selain sampel Danau lido
Water Spring Belt Merapi, di Laporan kemudian hanya diambil empat sampel
Penelitian DIKs Fakultas Teknik UGM, saja.
2011.
6. Wibagiyo, Indroyono, Paston S, Zainal
A, dan Evarista. Studi Arah dan
Penyebaran Rembesan Air Danau Batur
Menggunakan Isotop Alam Deuterium
dan Oksigen-18. Risalah Pertemuan
Ilmiah Penelitian dan Pengembangan

__________________________________________________________________________________________
422
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

PENENTUAN SPHERICITY DAN DISTRIBUSI INTENSITAS


BERKAS ELEKTRON DARI SUMBER ELEKTRON
TIPE PIERCE BERBASIS MATLAB
Achmad Ramadhani1, Darsono2, Anwar Budianto3, Suhartono4
1) STTN-BATAN, Yogyakarta, Indonesia, achmad.ramadhani@gmail.com
2) PSTA-BATAN, Yogyakarta, Indonesia, b_darsono@batan.go.id
3) STTN-BATAN,Yogyakarta, Indonesia, taufad@yahoo.com
4) PSTA-BATAN, Yogyakarta, Indonesia, suhartono@gmail.com

ABSTRAK

PENENTUAN SPHERICITY DAN DISTRIBUSI INTENSITAS BERKAS ELEKTRON DARI


SUMBER ELEKTRON TIPE P IERCE BERBASIS MATLAB. Telah dilakukan penentuan bentuk profil
berkas elektron dari sumber elektron tipe Pierce berbasis GUI matlab dengan 4 tahapan sub menu aplikasi,
yaitu capture video, preprocessing citra, segmentasi citra, dan penentuan profil berkas elektron. Pembuatan
aplikasi digunakan untuk karakterisasi sumber elekton (dioda dan trioda) dari hasil nilai sphericity, dan plot
distribusi intensitas berkas elektron dengan perubahan pengaturan parameter tegangan pemercepat, dan
tegangan pemfokus pada arus tetap. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa sumber elektron tipe Pierce pada
trioda memberikan bentuk profil berkas elektron lebih baik dibandingkan dengan sumber elektron dioda
dengan nilai sphericity semakin mendekati 1 dan nilai rata-rata distibusi intensitas yang lebih merata secara
kuantitatif atau dari hasil visualisasi plot grafik 3D.
Kata Kunci : dioda, distribusi intensitas, matlab, sphericity, dan trioda
.

ABSTRACT

DETERMINATION OF SPHERICITY AND ELECTRON BEAM INTENSITY DISTRIBUTION FROM


PIERCE-TYPE ELECTRON SOURCE BASED ON MATLAB. Has been conducted to determine profile
shape of the electron beam pierce-type electron source based on GUI matlab with four stages of sub menu
application, that is video capture, image preprocessing, image segmentation, and the determination of the
electron beam profile. Creation of applications used to characterization of electron source (diode and triode)
from the value of sphericity, and electron beam intensity distribution plot with variation of accelerating
voltage and focusing voltage parameter when current constant. The test results showed tha t pierce-type
electron source of triode gives electron beam profile with better shape compared to electron source of diode
with sphericity value close to 1 and average value of intensity distribution is more even by either
quantitatively or with visualitation from 3D graph plot.
Keywords : diode, matlab, intensity distribution, sphericity, and triode

__________________________________________________________________________________________
423
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

PENDAHULUAN representasi dari cahaya tampak yang


terdistribusi pada layar tabung CRT. Idealnya
Latar Belakang hasil dari luaran profil berkas adalah
Salah satu bagian penting dari Mesin Berkas berbentuk geometri bundar dengan distribusi
Elektron (MBE) yaitu sumber elektron (SE) intensitas memuncak ditengah, layaknya
yang berfungsi sebagai penghasil berkas kurva Gaussian.
elektron yang akan diradiasikan pada suatu Pemilihan perangkat layar tabung CRT
bahan. Karakteristik luaran berkas elektron sebagai penampil citra berkas elektron dan
tidak hanya ditentukan oleh parameter energi kamera jenis CCTV sebagai penangkap citra
kinetik yang berpengaruh terhadap tingkat digital 3 dimensi (video) karena harganya
kedalaman penembusan (penetration depth) murah dan mudah didapatkan di pasaran.
tetapi parameter berupa profil berkas serta
intensitas juga sangat berpengaruh terhadap
LANDASAN TEORI
kualitas luaran berkas elektron yang akan
diradiasikan pada suatu bahan. Sumber elektron tipe Pierce
Pada tahun 2014, PSTA-BATAN telah
berhasil mengkonstruksi modul SE 3 Susunan elektroda Pierce telah dikenal
elektroda yang didesain berdasarkan sebagai suatu susunan elektroda yang dapat
elektrode katoda tipe Pierce(1). Tujuannya membentuk berkas elektron yang lurus atau
adalah dihasilkan berkas elektron yang hampir tidak menyebar dengan kerapatan
mempunyai kualitas lebih baik yaitu berkas yang cukup tinggi. Susunan elektroda
elektron terfokus dibandingkan dengan tersebut terdiri dari katoda yang berfungsi
konstruksi modul SE dioda(2). untuk mendorong elektron dari daerah
Keterbatasan pengukuran profil berkas filamen dan anoda yang berfungsi sebagai
elektron dengan metode kertas kalkir(3), foil celah untuk mengekstraksi elektron dari
alumunium, dan rotating probe(4), adalah dalam sumber elektron. Berikut adalah skema
pengukuran profil berkas di atas tidak dapat sumber elektron tipe Pierce untuk dioda dan
memberikan informasi pengukuran secara trioda, seperti yang ditunjukkan pada Gambar
kuantitatif hanya berdasarkan pengamatan 1. Pada SE tipe Pierce dioda, anoda ekstraksi
secara visual dan tidak dapat menampilkan (Va) terletak pada elektroda pemercepat (Vp)
informasi bentuk profil secara langsung. Oleh yang berdekatan dengan katoda filamen (Vk).
karena itu, dilakukan perancangan Adapun pada SE tipe Pierce trioda, elektroda
pengukuran profil berkas elektron dengan ke tiga yaitu pemfokus(Vf) diletakkan
metode tabung sinar katoda (cathode ray tube diantara Vk dan Vp yang berfungsi untuk
atau CRT) berbasis pengolahan citra digital mengatur bentuk berkas elektron yang akan
dengan software Matlab. Hasil pendaran dipercepat.
cahaya tampak yang muncul pada layar TV
selanjutnya ditangkap dan direkam
menggunakan CCTV kamera yang terhubung
ke laptop atau komputer melalui perangkat
video adaptor dengan koneksi USB 2.0.
Tangkapan gambar berkas elektron dari
CCTV kamera selanjutnya ditampilkan
secara langsung pada laptop atau komputer
dengan memanfaatkan fasilitas tool GUI dari
progam Matlab seri R2013a. Progam Matlab
a. dioda b. trioda
selanjutnya mengolah data citra analog dari Gambar 1. Sumber elektron tipe Pierce(5)
tangkapan profil berkas elektron untuk
dikonversi menjadi citra digital dalam bentuk Parameter Luaran Berkas Elektron
matriks 2 dimensi. Teknik pengolahan
citradigital selanjutnya dilakukan untuk Parameter utama luaran berkas elektron(6),
mendapatkan informasi bentuk beam profile yaitu:
dan distribusi nilai intensitas yang terukur Arus Berkas
dalam tingkat derajat keabuan sebagai

__________________________________________________________________________________________
424
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Parameter yang menentukan arus berkas format digital dan ditransfer melalui sebuah
elektron terkait tipe atau jenis sumber komputer.
elektron, diantaranya meliputi arus filamen
dan tegangan ekstraktor sedangkan yang
terkait dengan pembentuk sumber ion
elektron, meliputi tegangan ekstraktor,
tegangan pemfokus, dan tegangan
pemercepat. Gambar 3. Kamera CCTV
9Energi Berkas
Besarnya energi elektron diperoleh dari Matlab
tegangan pemercepat yang terpasang pada Matlab adalah sebuah bahasa dengan (high-
tabung pemercepat. performance) kinerja tinggi untuk komputasi
9Profil Berkas masalah teknik. Matlab mengintegrasikan
Profil berkas idealnya berbentuk bundar dan komputasi, visualisasi, dan pemrograman
homogen dimana distribusi intensitas merata dalam suatu model yang sangat mudah untuk
berbentuk gaussian plot. pakai dimana masalah-masalah dan
penyelesaiannya diekspresikan dalam notasi
Tabung Sinar Katoda matematika yang familiar(8).
Bahan layar di bagian dalam CRT yang
menghasilkan efek ini adalah fosfor. Fosfor Pengolahan Citra
menyerap energi kinetik elektron-elektron pengolahan citra terdapat enam jenis operasi
pembombardir dan memancarkan kembali pengolahan(9), yaitu :
energi tersebut pada frekuensi yang lebih 9Peningkatan kualitas citra (image
rendah dalam spektrum yang dapat dilihat enhancement)
sebagai bentuk visualisasi dari berkas Jenis operasi ini bertujuan untuk
elektron yang dipancarkan dari sumber memperbaiki kualitas citra dengan cara
elektron pada layar tabung CRT. Sifat dari memanipulasi parameter-parameter citra.
beberapa bahan berkristal seperti fosfor atau 9Restorasi citra (image restoration)
oksida seng yang memancarkan cahaya bila Operasi ini bertujuan untuk memperbaiki
dirangsang oleh radiasi disebut flueresensi. kualitas citra.
9Kompresi citra (image compression)
Jenis operasi ini dilakukan agar citra dapat
direpresentasikan dalam bentuk yang lebih
kompak sehingga memerlukan memori yang
lebih sedikit..
9Segmentasi citra (image segmentation)
Operasi ini adalah suatu tahap pada proses
analisis citra yang bertujuan untuk
Gambar 2. Skema tabung sinar katoda(7) memperoleh informasi yang ada dalam citra
tersebut
Kamera CCTV 9Analisis citra (image analysis)
Closed Circuit Television (CCTV) Jenis operasi ini bertujuan menghitung
merupakan sistem kamera video digital untuk besaran kuantitatif dari citra untuk
menggambil gambar atau video yang menghasilkan deskripsinya.
kemudian ditransmisikan ke penerima 9Rekonstruksi citra (image reconstruction)
tertentu dan ditampilkan dalam seperangkat Jenis operasi ini bertujuan untuk membentuk
monitor, ditunjukkan pada gambar 3. ulang objek beberapa citra hasil proyeksi.
Komponen kamera akan menangkap objek
gambar yang akan ditransformasikan MMO (Metric Mutual Overlap)
menjadi sinyal-sinyal elektronik, dan
selanjutnya sinyal-sinyal tersebut akan Pendekatan Mutual overlap juga dikenal
dikonversikan dari format analog menjadi sebagai istilah evaluasi Dice. Prinsip kerja
dari teknik MMO (Metric Mu ual Overlap)

__________________________________________________________________________________________
425
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

berdasarkan teknik komputasi irisan normal adalah rata-rata (mean) dan


(tumpang tindih) area antara citra ground simpangan baku (standard deviasi).
truth dan citra dengan region yang telah Fungsi yang kita gunakan untuk membuat
tersegmentasi. MMO dapat didefinisikan sebuah grafik 3D adalah plot. Fungsi ini
dengan persamaan: memiliki bentuk berbeda tergantung pada
argumen input yang kita berikan. Sintaks
yang digunakan untuk menampilakan
argument input koordinat x,y, dan z adalah
Dimana area yang dinormalisasi adalah total surf.
area antara dua region, yaitu area yang telah
tersegmentasi (A1), area ground truth(A2) METODE PENELITIAN
dan MO adalah area irian antara A1 dan A2 .
Ilustrasi MMO ditunjukkan dengan Gambar Alat dan Bahan
4. Dalam penyusunan tugas akhir ini
dibutuhkan beberapa alat dan bahan, yaitu
A1 meliputi :
A2 Perangkat pengujian modul sumber
elektron profil berkas elektron;
Gambar 4. Ilustrasi MMO (Metric Mutual Sumber DC tegangan tinggi, sumber elektron
Overlap) (10) Pierce (dioda dan trioda), tabung pemercepat,
pompa vakum, tabung sinar katode (CRT)
Sphericity Perangkat pengolah citra profil berkas
elektron;
Sphericity adalah ukuran untuk menunjukkan Kamera CCTV, video adaptor USB.2.0,
kebulatan suatu objek. Menurut Wadell kabel USB- coaxial, laptop
(1935), sphericity dari suatu partikel adalah Software pengolah citra digital;
rasio dari luas permukaan suatu bola yang Sistem Operasi Windows XP, Matlab
mempunyai volume yang sama dengan R2013a, Paint
partikel tersebut dengan luas permukaan Perangkat pengukur intensitas cahaya;
partikel(11). Nilai sphericity suatu benda Lux Meter
semakin mendekati satu (~1) maka semakin
menyerupai bola. Metode Penelitian
Ada beberapa metode yang digunakan untuk
menentukan sphericity citra dalam bentuk 2 Langkah penelitian ditunjukkan pada Gambar
dimensi (2D), yaitu diantaranya dengan 5 sebagai berikut:
membandingkan terpendek (Dmin) dan
diameter terpanjang (Dmax), membandingkan
area dengan rumus r2, membandingkan
perimeter dengan persamaan r2 , menghitung
dengan persamaan modifikasi Krumbein, dan
menghitung nilai eccentricity.

Plot distribsui normal

Distribusi probabilitas normal adalah


distribusi probabilitas dari variabel acak
kontinyu yang simetris dan mesokurtik.
Kurva yang dihasilkan berbentuk lonceng
Gambar 5. Diagram alir penelitian
yang simetris kiri dan kanan. Distribusi
normal ini disebut juga sebagai distribusi Pengambilan data citra dari modul SE
Gauss, dimana model noise Gaussian
tersebar dalam distribusi normal ini. Dua Pengambilan data citra dari modul sumber
parameter yang menentukan kurva distribusi elektron dapat ditunjukkan pada skema

__________________________________________________________________________________________
426
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

modul konstruksi pengukuran profil berkas format video. Selanjutnya menampilkan citra
elektron pada Gambar 6. video pada layar GUI dan dengan cara
snapshoot dihasilkan citra 2 dimensi. Hasil
capture disimpan pada drive folder yang
dituju dengan file format .*tiff. Gambar 8,
ditunjukkan perancangan tampilan GUI
capture video .
2) preprocessing citra
Tahapan processing citra bertujuan untuk
mengolah citra digital 2 dimensi dari hasil
citra capture video sehingga citra dapat
Gambar 6. Skema modul pengukuran profil diolah lebih lanjut dan mempermudah
berkas elektron tahapan proses selanjutnya.
Perancangan progam akuisisi data dan
pengolahan citra berbasis GUI Matlab
Terdapat 4 tahapan sub menu perancangan
aplikasi, yaitu meliputi:
1) Akusisi data capture video
Tahapan capture video bertujuan untuk
mendapatkan informasi citra digital 2
dimensi dari hasil citra video dari tampilan
profil berkas elektron pada layar tabung CRT
secara langsung (real time) dengan
memanfaatkan kamera jenis CCTV.
Gambar 9. Flowchart Preprocessing citra

Gambar 10. Perancangan tampilan GUI


Gambar 7. Flowchart akusisi data preprocessing citra
capture video Tahapan preprocessing citra, yaitu meliputi
proses grayscale, cropping, contrast, dan
noise filter menggunakan teknik median
filter. Hasilnya disimpan pada drive folder
dengan file format .*tiff. Gambar 10 ,
ditunjukkan perancangan tampilan GUI
preprocessing video .

Gambar 8. Perancangan tampilan GUI 3) Segmentasi citra


capture video
Perencanaan progam GUI capture video, Segmentasi merupakan tahapan penting
yaitu meliputi tahapan inisailisasi adaptor untuk mendapatkan daerah (region) yang
dari kamera untuk memperoleh informasi diinginkan sehingga mempermudah analisa
meliputi informasi jenis adaptor kamera, dan identifikasi citra pada tahapan
resolusi kamera, format encoding warna, dan selanjutnya.

__________________________________________________________________________________________
427
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Gambar 11. Flowchart segmentasi citra


Gambar 14/ Flowchart penentuan profil
berkas elektron
Penentuan nilai sphericity diperoleh dengan
membandingkan nilai Dmin dan Dmax,
(Dmin/Dmax) dari bastasan region citra berkas
elektron. Distribusi intensitas ditampilkan
dalam grafik hasil plot 3D dengan metode
surf dan hasil nilai rata-rata distribusi
Gambar 12. Perancangan tampilan GUI intensitasnya. Hasilnya disimpan pada drive
segmentasi citra folder dengan file format .*tiff. Gambar 13,
ditunjukkan perancangan tampilan GUI
Teknik segmentasi yang digunakan, yaitu
meliputi thresholding, region growing, dan penentuan profil berkas elektron.
watershed. Analisa kuantitatif metode Metric Karakterisasi sumber elektron tipe Pierce
Mutual Overlap (MMO) digunakan untuk (dioda dan trioda)
membandingkan ke-3 teknik segmentasi
untuk diperoleh hasil yang terbaik mendekati Karakterisasi sumber elektron tipe Pierce
1. Hasilnya disimpan pada drive folder (dioda dan trioda) dilakukan dengan cara
dengan file format .*tiff. Gambar 12, menganalisa hasil luaran profil citra berkas
ditunjukkan perancangan tampilan GUI elektron dari hasil pengaturan pada tiap-tiap
parameter pengujian modul sumber elektron,
segmentasi video.
yaitu meliputi arus filamen, tegangan
4) Penentuan Profil Berkas Elektron pemfokus, dan tegangan pemercepat
Tahapan penentuan profil berkas elektron dibandingkan dengan nilai hasil penentuan
adalah diperoleh hasil sphericity atau sphericity dan distribusi intensitasnya dari
tingkat kebulatan bentuk geometri citra hasil plot kurva 3D dengan rata-rata
dan plot distribusi intensitas dari citra intensitas dari citra uji dengan menggunakan
profil berkas elektron. progam GUI matlab yang telah dirancang
pada penelitian ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil pengujian apliklasi GUI matlab
Pada tampilan menu utama berisi sub menu
aplikasi, yaitu capture video, preprocessing
citra, segmentasi citra, dan penentuan profil
berkas (sphericity dan plot distibusi
Gambar 13. Perancangan tampilan GUI intensitas), ditunjukkan pada Gambar 15.
penentuan profil berkas elektron

__________________________________________________________________________________________
428
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Gambar 18. Tampilan sub menu


Gambar 15. Tampilan menu utama segmentasi citra
Sub menu capture video Sub menu penentuan profil berkas
Pada sub menu capture video dilakukan Pada sub menu penentuan profil berkas
pengambilan citra video berkas elektron dilakukan penentuan nilai sphericity dengan
kemudian di snapshoot menjadi citra 2 perhitungan Dmin/Dmax dan ditampilkan plot
dimensi selanjutnya disimpan dengan format 3D dengan nilai rata-rata distribusi intensitas.
file *.tiff pada drive folder yang ditentukan.

Gambar 19. Tampilan sub menu penentuan


profil berkas
Gambar 16. Tampilan sub menu
capture video Hasil penentuan sphericity dan plot 3D
distibusi intensitas
Sub menu preprocessing citra
Pengujian progam untuk penentunan
Pada sub menu preprocessing citra dilakukan sphericity dan distribusi intensitas
proses perbaikan kualitas citra berkas sebelumnya dilakukan validasi dengan file
berwarna (RGB), yaitu meliputi proses citra bola.png dan citra berkas.tiff.
grayscale, cropping, kontras, dan median
filter.

Gambar 20. Citra bola.png

Gambar 17. Tampilan sub menu


preprocessing citra
Gambar 21. Citra berkas.tiff
Sub menu segmentasi citra
Diperoleh nilai sphericity 1 dan plot 3D
Pada sub menu segmentai citra dilakukan distibusi intensitas memuncak ditengah dan
proses penentuan batasan region dari citra merata, layaknya Gaussian. Ditunjukkan
berkas elektron. Teknik segmentasi yang pada Gambar 22.
digunakan, yaitu thresholding, region
growing, dan watershed. Hasil segmentasi
dibandingkan dengan citra ground truth
dengan metode MMO (Mutual Metric
Overlap).

__________________________________________________________________________________________
429
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Gambar 22. Plot grafik 3D citra berkas.tiff


Gambar 24. Hubungan parameter tegangan
Dari hasil pengujian keseluruhan pemercepat (Vp) dengan nilai intensitas
perancangan progam aplikasi untuk
antara dioda vstrioda pada tahun 2016
karakterisasi sumber elektron tipe Pierce
(dioda dan trioda) diperoleh data pengujian Pada Gambar 4.25 dan 4.26 ditunjukkan
sumber elektron dioda dan trioda pada tahun grafik hubungan perubahan parameter
2015 dan 2016 yang ditampilkan pada grafik, tegangan pemercepat dengan nilai sphericity
ditunjukkan pada Gambar 20 sampai dengan dan nilai rata-rata intensitas antara dioda vs
Gambar 25. trioda pada arus filemen (IFilamen) 14 Ampere
Pada Gambar 23 dan 24 ditunjukkan grafik dan tegangan pemfokus (Vfokus) 9 kiloVolt
hubungan perubahan parameter tegangan tetap.
pemercepat dengan nilai sphericity dan nilai
rata-rata intensitas antara dioda vs trioda pada
arus filemen (IFilamen) 14 Ampere dan
tegangan pemfokus (Vfokus) 4,5 kiloVolt
tetap.
Dari Gambar 4.23 dan Gambar 4.24 dapat
diperoleh jenis dioda dengan pengaturan
tegangan pemercepat diperoleh sphericity
cenderung stabil berkisar 0,6. Nilai sphericity
jenis trioda lebih baik dibandingkan dengan
jenis dioda, sebanding dengan adanya Gambar 25. Hubungan parameter tegangan
kenaikan tegangan pemercepat sedangkan pemercepat (Vp) dengan nilai sphericity
nilai rata-rata distribusi intensitas pada jenis antara dioda vs trioda pada tahun 2015
dioda lebih tinggi dibandingkan dengan jenis
trioda.

Gambar 26. Hubungan parameter tegangan


pemercepat (Vp) dengan nilai intensitas
antara dioda vs trioda pada tahun 2015
Gambar 23. Hubungan parameter tegangan
pemercepat (Vp) dengan nilai sphericity Dari Gambar 25 dan Gambar 26 dapat
antara dioda vstrioda pada tahun 2016 diperoleh informasi bahwa jenis dioda
dengan pengaturan tegangan pemercepat
diperoleh sphericity cenderung stabil berkisar
0,6. Nilai rata-rata distribusi intensitas pada
jenis dioda dan trioda sebanding dengan
perubahan tegangan pemercepat. Nilai
sphericity jenis trioda lebih baik dibandigkan
dengan jenis dioda,,sebanding dengan adanya
kenaikan tegangan pemercepat Nilai rata-rata

__________________________________________________________________________________________
430
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

distribusi intensitas pada jenis dioda lebih


tinggi dibandingkan dengan jenis trioda.
Pada Gambar 27 dan 28 ditunjukkan grafik
perubahan parameter tegangan pemfokus
dengan nilai sphericity dan nilai rata-rata
intensitas jenis sumber elekton trioda pada
arus filemen (IFilamen) 14 ampere dan tegangan
pemercepat (Vp) 10 kiloVolt tetap. Gambar 29. Plot grafik 3D dari citra trioda
pada Vf = 0,5 kV, Vf = 10 kV, dan IF= 14 A
datasheet tahun 2016

Gambar 27. Hubungan parameter nilai


tegangan pemfokus (Vf) dengan nilai
sphericity antara trioda tahun 2015 vs trioda Gambar 30. Plot grafik 3D dari citra trioda
tahun 2016 pada Vf = 3 kV, Vp = 10 kV, dan IF = 14 A
datasheet tahun 2016
Dari Gambar 27 dan 28 diperoleh informasi
bahwa ada pengujian trioda tahun 2015,
diperoleh hasil sphericity lebih baik dan
cenderung stabil pada kisaran nilai 0,9
dibandingkan dengan pengujian trioda pada
tahun 2106. Nilai rata-rata distibusi intensitas
jenis trioda pada tahun 2015 lebih tinggi
dibandingkan pada tahun 2016.
Gambar 31. Plot grafik 3D dari citra trioda
pada Vf = 9 kV, Vp = 10 kV, dan IF = 14 A
datasheet tahun 2016

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan

1. Telah berhasil dirancang aplikasi progam


Gambar 28. Hubungan parameter nilai GUI berbasis Matlab untuk karakterisasi
tegangan pemfokus (Vf) dengan nilai sumber elektron (dioda dan trioda)
intensitas antara trioda tahun 2015 vs trioda dengan aplikasi memiliki 4 tahapan, yaitu
tahun 2016 capture video, preprocessing citra,
segmentasi, dan penentuan profil berkas
Pada Gambar 4.29 sampai Gambar 4.31 untuk mendapatkan sphericity dan plot
memperlihatkan plot grafik 3D distribusi grafik 3D dengan nilai rata-rata distribusi
intensitas yang menunjukkan perubahan intensitas.
sphericity yang lebih baik dengan nilai 2. Teknik segmentasi watershed pada
distribusi intensitas yang lebih merata dengan perhitungan MMO (Metric Mutual
adanya perubahan tegangan pemfokus pada Overlap) diperoleh nilai prosentasi terbaik
pengujian tahun 2016 secara kuantitatif dibandingkan dengan
teknik segmentasi threshold dan region
growing.

__________________________________________________________________________________________
431
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

3. Parameter perubahan tegangan 3. Darsono, Suhartono, Elin N, dan Sutadi.


pemercepat dan tegangan pemfokus pada 2013. Optimasi Operasi Sistem Pemayar
arus filamen tetap berpengaruh terhadap MNE Lateks 300 keV/20 mA. Prosiding
nilai sphericity dan nilai rata-rata Pertemuan dan Presentasi Ilmiah
distribusi intensitas pada sumber elektron Teknologi Akselerator dan Aplikasinya
jenis dioda dan trioda. Jenis dioda PTAPB BATAN,Yogyakarta.
memiliki nilai rata-rata intensitas lebih
4. Suhartono. 2002. Karakterisasai Sumber
tinggi dengan distribusi intensitas tidak
Elektron Termionik Model Elektrode
merata dibandingkan dengan jenis trioda
Pierce Pada Mesin Berkas Elektron
sedangkan jenis trioda memiliki nilai
(MBE) P3TM. Jurusan Teknik Fisika
sphericity lebih baik dengan nilai rata-rata
Nuklir STTN BATAN, Yogyakarta.
distibusi intensitas merata dibandingkan
5. Darsono, Suhartono, Suprapto, dan Elin
jenis dioda.
N. 2015. Pengukuran Bentuk Profil
Saran Berkas Elektron Tipe Pierce
Menggunakan Sensor Tabung TV.
1. Perlu dikembangkan lagi pemilihan teknik Prosiding Pertemuan dan Presentasi
segmentasi yang lebih baik untuk Ilmiah, Penelitian Dasar Ilmu
mendapatkan batasan citra berkas elektron Pengetahuan dan Teknologi NuklirPSTA
mendekati batasan visual mata manusia. BATAN, Yogyakarta.
2. Perlu dikembangkan embedded system, 6. Suprapto. 2004. Pengembangan
yaitu meliputi kesatuan perangkat Rancangbangun Sumber Elektron Untuk
hardware dan software yang mampu Mesin Berkas Elektron 350 keV/10 mA
mengolah dan memproses berkas elektron P3TM-BATAN. Laporan Presentasi Ilmiah
yang menampilkan nilai sphericity dan P3TM BATAN, Yogyakarta.
plot distibusi intensitas secara langsung
dan dapat dipakai secara portable oleh 7. Tatik Yuniati, Copyright 2008-2014
user sehingga memiliki nilai jual untuk ilmuti.org
dikomersilkan. 8. Wijaya, Marvin Ch. Dan Prijono, Agus.
3. Alternatif software lain yang berbasis 2007. Pengolahan Citra Digital
open source bias menjadi pilihan untuk Menggunakan Matlab. Bandung:
pengembangan pemrogaman pengolahan Informatika Bandung.
citra digital. 9. Siahaan, Meilinda. 2009. Implementasi
4. Perlu dikembangkan perancangan progam Segmentasi Citra Menggunakan Metode
GUI matlab secara otomatis untuk Graph Yang Efesien. Departemen
mengolah input data citra berkas sehingga Matematika, Fakultas Matematika dan
diperoleh hasil sphericity dan distribusi Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
intensitas secara langsung tanpa memakan Sumatera Utara.
waktu pemrosesan dan meminimalisir 10. Milan Sonka, Vaclav Hlavac, and Roger
keterlibatan user sebagai operator. Bayle. 2008. Image Processing, Analysis,
and Machine Vision. United State of
Daftar Pustaka America: Thomson.
1. Suprapto, Djoko SP., Djasiman. 2007. 11. Kharina Ns, D. Andiwijayakusuma. 2012.
Karakterisasi Sumber Elektron MBE Komputasi Sphericity Berbasis Image
Untuk Industri Lateks. Laporan teknis di Processing Pada Kernel Bahan Bakar
PTAPB-BATAN,Yogyakarta HTGR. Lokakarya Komputasi dalam
2. Suprapto, Djoko SP., Djasiman. 2001. Sains dan Teknologi Nuklir, Pusat
Rekonstruksi Sumber Elektron Termionik Pengembangan Informatika Nuklir -
Dengan Elektrode Pierce Untuk MBE 500 BATAN, Serpong.
keV/10 mA. Prosiding Pertemuan dan
Presentasi Ilmiah, Penelitian Dasar Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi NuklirP3TM
BATAN,Yogyakarta.

__________________________________________________________________________________________
432
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

TANYA-JAWAB

Tanya :
Mengapa hasil sphericity pada dioda diperoleh
nilai 0,6l lebih rendah dibandingkan pada trioda
dengan nilai 0,9?

Jawab :
Karena perbedaan penyusun komponen pada
bentuk geometri pada trioda dibandingkan
dengan dioda, yaitu adanya elektroda pemfokus
yang berfungsi untuk memfokuskan hasil luaran
berkas elektron.

__________________________________________________________________________________________
433
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
434
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

RANCANG BANGUN SISTEM MONITORING DAN


PENGUKURAN PARAMETER TERMOHIDROLIKA
BERBASIS LABVIEW
PADA UNTAI FASSIP
 
1(STTN-BATAN, Yogyakarta, Indonesia, sumantri5455@batan.go.id )
2(PTKRN, BATAN, Serpong, Indonesia, sudarno@batan.go.id)
3(STTN-BATAN, Yogyakarta, Indonesia, djiwo@batan.go.id )

ABSTRAK

RANCANG BANGUN SISTEM MONITORING PARAMETER


TERMOHIDROLIKA BERBASIS LABVIEW PADA UNTAI FASSIP. Kecelakaan PLTN
yang pernah terjadi pada PLTN jenis PWR Three Mile Island dan PLTN jenis BWR Fukushima
Daiichi sebagian besar diakibatkan oleh kegagalan manajemen termal pasca kecelakaan sehingga
perlu dilakukan penelitian keselamatan PLTN berbasis pada hukum alam. Metode tersebut disebut
sistem pasif. Pada lab temohidrolika PTKRN BATAN telah dibuat fasilitas eksperimen untuk
fenomena tersebut yang disebut untai FASSIP. Pada Untai FASSIP ada beberapa parameter yang
diukur yaitu temperatur dan laju alir. Parameter yang diukur agar dapat diolah, disimpan dan
ditampilkan dalam bentuk data realtime maka perlu dibuat sistem monitoring dan pengukuran
parameter termohidrolika berbasis labview. Untuk mengetahui perubahan temperatur pada untai
FASSIP menggunakan termokopel tipe K yang dikoneksikan dengan modul NI 9213. Untuk
mengetahui perubahan laju alir menggunakan menggunakan sensor flow meter yang di koneksikan
dengan modul NI 9203. Hasil penelitian ini adalah terbangunnya sistem monitoring yang dapat
menyimpan data hasil akuisisi secara komputerisasi dan realtime agar dapat diolah lebih lanjut
untuk memudahkan analisis data.

Kata Kunci FASSIP, Labview, parameter termohidrolika.

ABSTRACT

SYSTEM MONITORING MEASURING PARAMETERS


TERMOHIDROLIKA BASED ON LABVIEW strand FASSIP. Nuclear power accident ever
occurred at the nuclear power plant Three Mile Island PWR and BWR types Fukushima Daiichi nuclear
power plant largely due to the failure of the thermal management so we need a post-crash safety research
of nuclear power plants based on natural law. The method is called a passive system. In lab temohidrolika
PTKRN BATAN has made experimental facilities for the phenomenon called strand FASSIP. On strand
FASSIP there are some parameters that are measured are the temperature and flow rate. Parameters
measured in order to be processed, stored and displayed in the form of real-time data monitoring
system needs to be created and measurement parameters based termohidrolika labview. To
determine the temperature change on the strand FASSIP using K type thermocouple module is connected
with the NI 9213. To determine changes in flow rate using a flow meter uses a sensor that connect with NI
module 9203. Result of this study is the establishment of a monitoring system that can store data
acquisitions realtime computerized and can be processed further in order to facilitate analysis of data.

Keywords : FASSIP, Labview, Thermohidrolika parameter,

__________________________________________________________________________________________
435
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

PENDAHULUAN port chassis DAQ NI 9188. Untuk


mengetahui perubahan laju aliran
Konsep keselamatan reaktor nuklir menggunakan menggunakan sensor flow
menjadi pilar utama dalam pengoperasian meter yang di koneksikan dengan modul NI
dan penanganan pasca kecelakaan suatu 9203 dengan port chassis cDAQ NI 9188.
pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Menggunakan cDAQ 9188 sebagai sistem).
Kecelakaan PLTN yang pernah terjadi dan Untuk modul Komunikasi antara signal
masuk kategori kecelakaan parah seperti conditioning dengan display menggunakan
kecelakaan pada PLTN jenis pressurized koneksi Kabel LAN. Untuk menampilkan
water reaktor (PWR) Three Mile Island Unit visual pada layar monitor pada
2 (TMI- 2) tahun 1979 dan PLTN jenis pengembangan monitoring dan pengukuran
boiling water reaktor (BWR) Fukushima parameter termohidrolika ini menggunakan
Daiichi tahun 2011 sebagian besar labview.
diakibatkan oleh kegagalan dalam
manajemen termal pasca kecelakaan(1).
Sehingga, penelitian dan pengembangan pada Dasar Teori
bidang termohidrolika reaktor untuk
mencegah kegagalan manajemen termal pada Termohidrolika
PLTN perlu dilakukan dengan berbasis pada
Termohidrolika reaktor adalah studi
hukum-hukum alam. Metode perlakuan
mengenal transport energi dari massa dalam
terhadap termal tersebut disebut sistem pasif.
pemanfaatan energi reaksi fisi di dalam teras
Pada lab temohidrolika PTKRN
reaktor (4). Parameter termohidrolika pada
BATAN telah didesain dan konstruksi
meliputi parameter tekanan, laju alir dan
fasilitas eksperimen yang dibuat untuk
temperatur. Pada aspek termohidrolika
fenomena tersebut yang disebut untai
menjelaskan tentang distribusi temperatur
FASSIP (Fasilitas Simulasi Sistem Pasif).
dan parameter aliran yang merupakan
Pada Untai FASSIP ada beberapa parameter
parameter utama dari desain termohidrolika.
penting yang terlibat dalam fenomena
Dalam perancangan alat penukar panas di
sirkulasi alamiah yaitu parameter
analisis aliran dalam teras reaktor nuklir,
termohidrolika temperatur, tekanan dan laju
salah satu aspek yang penting untuk
aliran fluida(2). Maka untuk menentukan
diperhatikan adalah aspek termohidrolik. Hal
pengukuran pada parameter termohirolika
ini tidak saja karena aspek termohidrolik
temperatur dan laju aliran fluida disuatu
berkaitan erat dengan efektivitas perpindahan
fasilitas eksperimen sistem pasif (FASSIP)
panas, tetapi yang lebih penting lagi adalah
agar dapat diolah, disimpan dan ditampilkan
keamanan suatu reaktor sangat bergantung
dalam bentuk data dan pengukuran parameter
pada dua pendekatan yang digunakan dalam
termohidrolika berbasis labview pada untai
mendefinisikan volume atur subbuluh
FASSIP dan dapat di tampilkan melalui PC
dengan pusat fluida pendingin (the coolant
(Personal Computer.
centered subchannel) dan subbuluhpusat
Labview merupakan graphical
batang bahan bakar (the rod centered
programming environment terbuka yang
subchannel
ditetapkan oleh standar industri untuk
aplikasi pengujian pengukuran, otomasi, Fasilitas Eksperimen Untai Fassip
pengumpulan data dan fleksibel sehingga
dapat di hubungkan ke perangkat lainnya
Fasilitas untai FASSIP (Fasilitas
seperti modul National Instrument, PLC dan
sistem pasif) adalah fasilitas eksperimen yang
PAC(3). Oleh sebab itu maka labview sesuai
terdapat pada PTKRN BATAN yang
dengan kebutuhan yang diperlukan dalam
digunakan untuk mensimulasikan investigasi
penelitian ini.
fenomena aliran sirkulasi alamiah pada
Pada pengembangan monitoring dan
pengembangan sistem keselamatan PLTN
pengukuran parameter termohidrolika
baik pada kondisi kecelakaan maupun pada
berbasis labview pada untai FASSIP untuk
kondisi operasi(2). Bagian utama dari
mengetahui perubahan temperature pada
fasilitas eksperimen adalah Fasilitas
untai FASSIP menggunakan sensor
Simulasi Sistem Pasif FASSIP terdiri dari:
temperatur termokopel yang dikoneksikan
dengan modul Instruments(NI) 9213 dengan

__________________________________________________________________________________________
436
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

1. . Heater tank, bahan: SS304, geometri: dia. Compact DAQ 9188 adalah modul buatan
16inch Sch.40, heater water 10 kW (setiap National Instrument berbasi Ethernet dengan
heater 2,5 kW - ada 4 buah heater water). kecepatan perekaman 200.000 data/detik.
2. Cooler tank, bahan: SS304, geometri: Secara lengkap konfigurasi modul NI
dia. 16 inch Sch.40, terdapat saluran Compact DAQ 9188 seperti gambar 2.
air pendingin dari sistem heat sink
dengan refrigerant dan terkoneksi
dengan Untai Uji BETA (UUB).
3. Expansion Tank, bahan akrilik dan
SS316L, untuk mengkompensasi
kelebihan dan fluktuasi tekanan di
dalam loop.
4. Untai Rectangular (Rectangular Loop)
FASSIP terdiri dari sistem pemipaan
menggunakan section (dia. 1 inch) dan
Gambar 2. Data akuisisi NI Compact DAQ
flange dengan panjang maksimal 50
9188
cm berbahan SS304. Bagian-bagian
kecil penyusun untai rektangular Modul pengkondisi sinyal NI 9213
FASSIP disebut "section". adalah modul input termokopel yang
5. Flow meter menggunakan flow meter dimasukkan ke sistem akuisisi data untuk
jenis kincir. diolah dan ditampilkan pengukurannya.
Modul tersebut mempunyai input sebanyak
16 kanal seperti ditunjukkan pada gambar 3.

Gambar 1. Fasilitas Simulasi


Sistem Pasif (FASSIP)
Sistem Akuisisi Data
Sistem akuisisi data dapat
mengukur, meyimpan, menampilkan dan Gambar 3. NI 9213
menganalisa informasi yang dikumpulkan
dari berbagai perangkat. Pada dasarnya Ujung kabel pada ujung kabel
sistem akuisisi data terdiri dari sejumlah positif termokopel dihubungkan ke terminal
elemen atau komponen yang saling TC+ dan ujung kabel negatif dari termokopel
berhubungan satu dengan yang lain hingga ke terminal TC-. NI 9213 juga memiliki dua
dapat melakukan kerja berupa pencatatan dan terminal COM, yang secara internal
perekaman data secara cepat, realtime dan terhubung ke isolasi graund referensi modul..
akurat. Modul Data Acquisition (DAQ) NI 9213 memiliki saluran autozero internal
berfungsi untuk mengubah sinyal keluaran untuk mengkompensasi kesalahan offset.
modul signal conditioning menjadi sinyal Modul NI 9203 merupakan modul
digital, dimana sinyal digital tersebut input analog 16 bit, + 20 mA, terdiri dari 8
diterima komputer dan diproses berdasarkan channel yang berfungsi untuk pengkondisi
program aplikasi sehingga data pengukuran sinyal yang masuk kedalam modul tersebut
dapat ditampilkan menjadi informasi yang dan mempunyai 10 terminal terdiri dari AI0-
diperlukan(5). Modul akuisisi data NI

__________________________________________________________________________________________
437
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

AI8, NC dan COM seperti yang ditunjukkan


pada gambar 4

Gambar 5. Grafik hubungan termokopel


dan tegangan

Gambar 4. Modul NI 9203 Dari grafik gambar 5. bahwa


hubungan suhu temperature pada termokopel
Beberapa terminal pada Analog input dan tegangan linear.
(AI) dapat tekoneksi dengan sinyal arus.
Pada penelitian ini dihgunakan sebagai Flow Meter FLR 1000
sinyal masukakkan arus pada flowmeter.
Flow meter adalah sensor untuk
Setiap modul pengkondisi 9203 mengukur laju alir pada cairan dari omega
dan 9213 tersebut terhubung pada sebuah dan mampu mengukur laju alir serendah 13-
slot cDAQ-9188 yang keseluruhannya 100 ml / menit atau setinggi 1-10 l/min(7).
menyediakan 8 slot. Didukung dengan poros yang sangat kecil
dan terdapat posisi duabantalan. Sebagai
Termokopel aliran melewati sensor, presisi mesin nozzle
mengarahkan cairan ke gigi yang sangat kecil
dari roda mikro-turbin. Flow meter FLR 1000
Termokopel adalah sepasang kawat
di tunjukkan pada Gambar 6.
logam jenis yang tidak sama jenisnya
dihubungkan bersama-sama yang apabila
kedua ujungnya masing-masing dimasukkan
kedalam dua tempat yang berbeda suhunya,
maka timbul gaya gerak listrik temperature
antara kedua ujungnya(6). Tegangan gerak
listrik dipengaruhi oleh sensor suhu yang
digunakan untuk mendeteksi atau mengukur
suhu melalui dua jenis konduktor berbeda
yang digabung pada ujungnya sehingga
menimbulkan Efek Thermo-electric pada. Gambar 6. Flow meter
Efek Thermo-electric Termokopel ini
ditemukan oleh seorang fisikawan Estonia
bernama Thomas Johann Seebeck pada Software labview
Tahun 1821, dimana sebuah logam
konduktor yang diberi perbedaan panas Program labview terdiri dari blok
secara gradient akan menghasilkan tegangan diagram dan front panel. Front panel
listrik. Perbedaan Tegangan listrik diantara menyediakan interface untuk pengguna yang
dua persimpangan (junction) ini dinamakan akan mensimulasikan panel untuk
dengan Efek Seeback. Hubungan tegangan instrumen seperti knop, tombol, dan saklar.
dan termokopel dapat ditunjukkan pada Masukan pada front panel disebut control
(5)
gambar 5. . Keluaran yang terdiri dari grafik, LED,
dan meter disebut indikator. Untuk
membuat file simulasi baru dalam labview,
pasti akan tertampil 2 windows yang
muncul secara otomatis, yaitu windows front
panel dan windows block diagram.

__________________________________________________________________________________________
438
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Perancangan perangkat Lunak

Mulai

Setting
DAS

Gambar 7. Tampilan front panel dan Inisialisasi


Device
Tidak

block diagram. (a.) Tampilan front


panel. (b.) Tampilan block diagram Device Ready

Ya

Metodelogi Start ADC

Metodelogi sistem monitoring dan


pengukuran parameter termohidrolika Proses Konversi

berbasis labview pada untai FASSIP sebagai


berikut : Tidak
Data ditampilkan

1. Kalibrasi Sensor temperatur dan Flow


meter. Kalibrasi dilakukan dengan
Tekan Tombol
Save,
Save berlangsung

kalibrator jofra.
2. Menentukan titik pengukuran temperatur Tombol Stop

dan laju alir titik pengukuran pada Ya

fasilitas sistem FASSIP. Selesai

3. Menghubungkan modul NI 9203 dan NI


9213 ke sasis modul akusisi data NI cDAQ
Gambar 8. Perancangan perangkat lunak
9188 Ethernet.
4. Menghubungkan modul akusisi data NI
Setelah membuat flowchart lalu
cDAQ 9188 Ethernet ke komputer PC
menentukan tampilan indikator yang akan
dengan kabel LAN Ethernet.
diukur yaitu Temperatur sebanyak 53 buah
5. Mengatur koneksi LAN ethernet di PC
(TC01A-TC01F, TC19A-TC19F, TC02B-
dengan modul akusisi data NI cDAQ 9188
TC35B, TC10A, TC13A, TC17A,TC18A,
Ethernet.
TC35A, TC36, Tudara, Tair dan 1 buah
6. Menghubungkan termokopel ke kanal NI
indikator Laju Alir (Flow), pembuatan user
9213.
interface, front panel pada labview dan
7. Menghubungkan Flow meter ke modul NI
menentukan program blok diagram pada
9203.
labview.
8. Panggil program labview yang sudah di
program untuk mengukur temperatur dan
PEMBAHASAN
laju alir.
Hasil Koneksi sistem monitoring

Dari hasil koneksi sistem


monitoring telah terpasang 53 termokopel
dan 1 Flow meter yang terpasang di fasilitas
sistem FASSIP. Termokopel terkoneksi
dengan modul NI 9213 dan flowmeter
terkoneksi dengan modul NI 9203. Modul NI
9213 dan 9203 terhubung ke NI CDAQ 9188.
Untuk modul NI 9213 untuk membaca
temperatur dan modul NI 9203 untuk
membaca laju alir. Pada modul NI CDAQ
9188 dikoneksikan dengsn kabel LAN untuk

__________________________________________________________________________________________
439
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

terkoneksi dengan komputer yang sudah Sedangkan untuk tamoilan user


terpasang software Labview. interface pada perangkat lunak sebagai
berikut :

Gambar 9. Hasil koneksi sisiem


monitoring

Tampilan Program
Tampilan sistem monitoring dan
pengukuran parameter termohidrolika
berbasis labview pada untai FASSIP dibuat
dengan dengan cara memasukkan terlebih
dahulu variabel Input dan output block
diagram perangkat lunak labview, setelah Gambar 11. Hasil tampilan
semua variabel untuk tampilan selesai
dimasukkan selanjutnya dilakukan Pada tampilan program terdapat
pengaturan posisi indikator di mana letak dan indikator run program untuk
posisinya Pada Fasilitas sistem Fassip. Blok menjalankan program pada saat program
diagram untuk tampilan ditunjukkan pada
labview di run. Indikator save digunakan
Gambar 10.
untuk menyimpan data realtime pada saat
program di run yang kemudian hasil
simpan datanya disimpan melalui sebuah
folder berupa data file .csv yang dapat di
buka melalui excel. Pada tampilan
program terdapat indikator pembacaan
temperatur dan laju alir untuk
memonitoring suhu dan laju alir yang
terpasang pada fasilitas sistem FASSIP.
Hasil Pengujian Program

Pengujian dilakukan untuk


mengetahui kemampuan dan performa
pengukuran dan instrumentasi,
khususnya temperatur pada setiap titik
termokopel diseluh fasilutas sistem
FASSIP dan laju alir. Pengujian
dilakukan dengan menyalakan daya baik
untuk heater , pompa hss dan pre cooler.
Pengujian pada program penyimpan file
dilakukan dengan menampilkan data
Gambar 10. Blok diagram tampilan indikator hasil pengukuran.

__________________________________________________________________________________________
440
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Dari data hasil pengukuran Dari hasil grafik dapat terlihat


temperatur dapat dibuat grafik sebagai sensor laju alir mendeteksi kenaikan laju alir
berikut : ketika pomp hss dinyalakan pada fasilitas
sistem fassip. Dari grafik menunjukkan
hubungan waktu terhadap laju alir. Semakin
cepat kecepatan aliran pompa hss maka laju
alir yang terdeteksi pada flowmeter semakin
besar. Kecepatan laju alir maksimal pada
hasil pengukuran adalah 3.4 mL/det.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan

1. Telah dilakukan pengembangan sistem


monitoring dan pengukuran parameter
termohidrolika pada sistem FASSIP
menggunakan labview 2011 yang dapat
menampilkan parameter termohidrolika
berupa temperature dan laju alir.
Gambar 12. Grafik pengukuran temperatur 2. Sistem ini dapat menyimpan data hasil
akuisisi secara komputerisasi dan
Terlihat bahwa suhu pada realtime ke dalam harddisk dalam bentuk
temperatur naik, kenaikan terjadi karena file dan dapat diolah lebih lanjut untuk
adanya pemanasan dari heater yang terdapat memudahkan analisis data.
pada fasilitas sistem fassip. Dari hasil grafik 3. Menampilkan data digital sehingga
temperatur naik cepat terjadi pada memudahkan dalam pembacaan data
termokopel yang terpasang di dekat heater pengukuran.
dan kenaikan terendah terdapat pada pre
cooler. Perubahan nilai temperatur terhadap
waktu selama proses pemanasan merupakan Daftar Pustaka
pemanasan secara konveksi. Konveksi 1. Broughton, James M., P. Kuan, A. David,
terjadi akibat perpindahan panas melaui suatu Petti, and E. L. Tolman, A Scenario of the
zat yang disertai dengan perpindahan bagian- Three Mile Island Unit 2 Accident, Nuclear
bagian yang dilaluinya. Konveksi yang Technology, 87 (1 ) (1989) p. 34-53.
terjadi pada eksperimen pengukuran
temperatur pada fasilitas sistem fassip adalah 2. Juarsa, Mulya.2015. Laporan Penelitian
konveksi zat cair dan syarat terjadinya Studi Eksperimental Fenomena Sirkulasi
konveksi pada zat cair adalah terjadinya Alamiah Aliran Satu-Fasa untuk
pemanasan. Hal ini disebakan partikel zat cair Pengembangan PRHRS Menggunakan
ikut berpindah. Untai FASSIP-01, Serpong.
Dari hasil rekaman data yang
diperoleh pada file .csv pada hasil output 3. Budiono, Eka. 2007. Programmable
pengukuran laju alir pada software labview, Automation Control (PAC) dengan
maka dapat diperolah grafik pengukuran laju labview. Gava Media, Yogyakarta.
alir sebagai sebagai berikut : 4. Masaki Ucihda. Thermal Hidrolic of
Nuclear Reactor, Tokai Training Center,
JAERI.

5. L/K Well and J.Travis.1996. LabView for


everyone: Graphical Programming Made
Even Easier, 2nd Edition.

6. Irvan S, Muhammad.2009. Teknik


Gambar 13. Grafik laju alir Kalibrasi Termokopel tipe K di PT Inalu

__________________________________________________________________________________________
441
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Muara Kujang. Tugas Akhir Diploma IV


Teknologi Instrumentasi Pabrik
Universitas Sumatra Utara. Medan.

7. Datasheet Flow meter FLR 1000, Omega.

__________________________________________________________________________________________
442
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

ANALISIS UNSUR PADA LUMPUR ENDAPAN PENAMPUNG LIMBAH


CAIR KOLAM DRAINASE RSG-GAS
Nugraha Luhur 1), Rohidi 1), Mashudi 1)

1) PRSG-BATAN, Tangerang Selatan, Indonesia, nugrahal@batan.go.id

ABSTRAK

ANALISIS UNSUR PADA LUMPUR ENDAPAN PENAMPUNG LIMBAH CAIR KOLAM


DRAINASE RSG-GAS. Telah dilakukan analisis kandungan unsur zat radioaktif pada lumpur endapan pada
kolam drainase penampungan limbah cair RSG-GAS. Kolam drainase di rancang untuk fungsi penampungan air
pendingin primer yaitu air kolam reaktor, air kolam penyimpanan bahan bakar bekas, dan air pada pemipaan
sistem pendingin primer. Saat ini kolam drainase di pergunakan untuk penampungan sementara limbah-limbah
cair RSG-GAS, jika sistem penampungan limbah yang ada seluruhnya penuh dan belum dilakukan pengiriman ke
Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif yang di kelola oleh Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR). Pada
bulan Oktober 2015 kolam drainase dilakukan pengurasan dan pembersihan dalam rangka perawatan temporer
untuk mendukung infrastruktur kesiapsiagaan nuklir. Pada kolam drainase terkumpul kotoran berupa lumpur
endapan dan dilakukan analasis kandungan unsur radioaktif untuk menentukan langkah pengelolaan limbah lebih
lanjut. Metode yang digunakan dalam analisis limbah lumpur endapan kolam drainase adalah dengan melakukan
pengambilan tiga cuplikan lumpur endapan pada kolam di tiga titik yang berbeda dan dua cuplikan pada endapan
air kurasan yang di tampung dalam tangki. Cuplikan tersebut kemudian dilakukan preparasi pada tabung marineli
volume satu liter kemudian dilakukan pencacahan menggunakan spektrometer gamma untuk dianalisis secara
kualitatif dan kuantitatif. Hasil analisis diperoleh unsur Na-24 (24,836 Bq/l), Mn-54 (25,458 Bq/l), Zn-65
(370,518 Bq/l), Co-60 (535,368 Bq/l), dan Fe-59 (5,09 Bq/l) dengan jumlah limbah sebanyak 100 liter dan
dikemas ke dalam wadah drum 100 liter dan siap di kirim ke PTLR.

Kata kunci: lumpur, penampung, kbb

ABSTRACT

ANALYSIS OF ELEMENTS IN SLUDGE DEPOSITS WASTE WATER DRAINAGE POOL RSG-


GAS. We analyzed the element content of radioactive substances in the sludge sediment ponds holding liquid
waste drainage pool RSG-GAS. Drainage pool designed for water storage function of primary cooling water
reactor pool, the water spent fuel storage pool, and the water in the primary coolant system piping. Currently in
use for the drainage pool temporary shelter liquid wastes RSG-GAS, if the waste containment system that is
completely full and has not done delivery to the Radioactive Waste Treatment Plant which is managed by the
Center for Technology of Radioactive Waste. In October 2015 drainage pool draining and cleaning is done in
temporary maintenance of order to support the infrastructure nuclear preparedness. In the drainage pool basin
sediment accumulated impurities such as mud and do analasis content of radioactive elements to determine the
waste management step further. The method used in the analysis of sewage sludge pond sludge drainage is by
taking three samples sludge sediment ponds at three different points and two samples on sediment of waste water
which is contained in the tank. These samples are then carried out on the tube preparation marineli volume of one
liter and then enumeration using gamma spectrometer to be analyzed qualitatively and quantitatively. The results
obtained by analysis of the elements is Na-24 (24,836 Bq/l), Mn-54 (25,458 Bq/l), Zn-65 (370,518 Bq/l), Co-60
(535,368 Bq/l), dan Fe-59 (5,09 Bq/l) with the amount of waste as much as 100 liters and packed into drum
containers 100 liter volume and ready to send to the Radioactive Waste Treatment Plant.

Keywords: slug, container, kbb

__________________________________________________________________________________________
443
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

PENDAHULUAN

Reaktor Serba Guna GA. Siwabessy berdasarkan sifat radiologi dari limbah.
(RSG-GAS) dibangun berdasarkan konsep Berdasarkan Peratura Pemerintah No.61 Tahun
reaktor kolam terbuka dengan menggunakan air 2013 Tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif
sebagai pendingin dan moderator serta memberikan klasifikasi limbah radioaktif dalam
menggunakan Beryllium sebagai reflektor. tiga tingkatan sebagai berikut [2]:
Fasilitas RSG-GAS didesain dengan prinsip 1. Limbah radioaktif tingkat rendah
paparan minimum terhadap masyarakat dan 2. Limbah radioaktiftingkat sedang
operator RSG-GAS selama operasi normal dan 3. Limbah radioaktif tingkat tinggi
kondisi kecelakaan serta didesain dengan daya
Untuk limbah radioaktif kelas rendah dan
termal nominal 30 MW dan fluks neutron
sedang yaitu berupa zat radioaktif terbuka, zat
maksimum sebesar 5,38 u 1014 n/cm2s. radioaktif terbungkus, bahan dan peralatan
Penggunaan RSG-GAS tidak hanya untuk terkontaminasi dan atau teraktivasi yang tidak
penelitian dan pengembangan dalam bidang Ilmu digunakan lagi. Sedangkan limbah radioaktif
dan Teknologi Nuklir, tetapi juga untuk melayani tingkat tinggi yaitu bahan bakar nuuklir bekas.
kegiatan iradiasi nuklir. Penelitian di bidang Limbah radioaktif yang di timbulkan oleh RSG-
teknologi nuklir dititik beratkan pada penelitian GAS meliputi limbah padat, gas, cair, dan semi
di bidang bahan bakar nuklir, fisika reaktor, dan cair. Pada tulisan ini akan dibahas tentang
pelatihan operator reaktor. Sedangkan pelayanan limbah radioaktif semi cair berupa lumpur
kegiatan iradiasi dilakukan untuk penelitian uji endapan pada kolam drainase yang disebut
material dan produksi isotop. Konsekuensi dari dengan kolam KBB01. Berdasarkan Laporan
pengoperasian fasilitas nuklir seperti Reaktor Analisis Keselamatan (LAK-RSG-GAS) kolam
Serba Guna GA.Siwabessy (RSG-GAS) akan drainase KBB01 ini berfungsi untuk menampung
menimbulkan bahan radioaktif atau bahan air pendingin primer yaitu air yang berada di
terkontaminasi yang pada akhirnya harus kolam reaktor, air kolam penyimpanan bahan
diperlakukan sebagai limbah radioaktif. Limbah bakar bekas, air di ruang tunda dan air pada
radioaktif adalah zat radioaktif dan atau bahan pemipaan pipa sistem pendingin primer jika
serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif kolam-kolam tersebut harus dikosongkan untuk
atau menjadi radioaktif karena pengoperasian keperluan perbaikan atau jika terjadi kecelakaan
instalasi nuklir yang tidak dapat digunakan lagi sehingga air dalam kolam terbuang. Dari uraian
[1]
. Limbah radioaktif mempunyai potensi bahaya tersebut dapat dikatakan bahwa air yang
radiasi sehingga dalam pengelolaannya harus terkumul atau ditampung pada kolam drainase
memperhatikan aspek keselamatan terhadap KBB01 merupakan air bersih dan air tersebut
pekerja, masyarakat, dan lingkungan. dapat dikembalikan ke kolam reaktor dan kolam
Pengelolaan limbah radioaktif merupakan penyimpanan bahan bakar bekas. Sejak RSG-
rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, GAS beroperasi kolam drainase KBB01 pernah
pengelompokan, penyimpanan, dan pengiriman di pergunakan untuk menampungan air kolam
atau pengangkutan ke Instalasi Pengolahan reaktor yang di kosongkan untuk keperluan
Limbah Radioaktif yang di kelola oleh Pusat perbaikan sistem pada tahun 1988 dan masih di
Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR). lakukan oleh pihak InterAtom sebagai pihak
Dalam pengelolaan limbah radioaktif yang melakukan pembangunan RSG-GAS dan
maka limbah harus diklasifikasikan berdasarkan setelah kegiatan tersebut RSG-GAS dikelola oleh
sifat-sifat dari limbah tersebut untuk membantu Pusat Reaktor Serba Guna (PRSG).
dalam proses pengelolaan limbah radioaktif Di RSG-GAS terdapat beberapa tempat
selanjutnya. Secara sederhana untuk keperluan penampung limbah cair dengan fungsi yang
pengelolaan limbah radioaktif klasifikasi limbah berbeda-beda yaitu tangki penampung limbah
dapat dilakukan berdasar sifat fisika (padat, cair, drainase komponen primer (tangki KTA01), bak
dan gas). Akan tetapi untuk keperluan proteksi penampung limbah tumpahan dan limbah
radiasi klasifikasi limbah radioaktif dominan

__________________________________________________________________________________________
444
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

bocoran air di lantai gedung (bak KTF01), tangki DESKRIPSI


penampung limbah cair aktivitas sedang (tangki
KPK02) dan tangki penampung limbah cair 1. SISTEM PENAMPUNGAN LIMBAH
aktivitas rendah (tangki KPK01). Penampungan CAIR RSG-GAS
akhir dari semua limbah cair dari tempat-tempat
penampunan limbah cair tersebut bermuara di Sistem pengelolaan limbah cair RSG-GAS
tangki KPK01 yang kemudian dari Tangki terintegrasi dalam satu sistem pengelolaan
KPK01 tersebut limbah cair akan dikirim/ limbah cair RSG-GAS yang dihubungkan
diangkut ke Instalasi Pengelohan Limbah melalui jalur pipa tahan karat dan dilengkapi
Radioaktif yang dikelola oleh Pusat Teknologi dengan katup-katup untuk pengaturan
Limbah Radioaktif (PTLR). Sejak RSG-GAS di pengelolaan limbah. Dalam melakukan
kelola oleh PRSG kolam drainase KBB01 di pengelolaan limbah dilakukan dengan cara
fungsikan sebagai penampungan sementara pengumpulan, pengelompokan, penyimpanan
limbah-limbah cair RSG-GAS, jika sistem sementara dan pengangkutan (pengiriman).
penampungan limbah yang ada seluruhnya penuh Limbah cair yang ditimbulkan dari operasi RSG-
dan belum dilakukan pengiriman ke PTLR. Yang GAS dibagi dalam dua katagori yaitu limbah cair
di maksud dengan penyimpanan sementara aktivitas rendah dan aktivitas menengah. Dua
adalah jika tangki penampungan akhir KPK01 sistem terpisah dipasang di gedung reaktor untuk
telah kosong maka limbah cair yang berada di menampung limbah cair yaitu limbah cair
kolam drainase KBB01 akan dipindahkan ke aktivitas rendah dan limbah cair aktivitas
tangki penampungan KPK01. Sehingga di dalam menengah.
kolam drainase tersebut semakin lama semakin
kotor dan terakumulasi endapan kotoran a. Sistem Penampungan limbah cair
berbentuk lumpur endapan. Pada bulan Oktober aktivitas rendah (tangki KPK01)
2015 kolam drainase KBB01 dilakukan Terdapat dua buah tangki untuk
pengurasan dan pembersihan dalam rangka penampungan limbah cair aktivitas rendah
perawatan temporer untuk menunjang yaitu tangki 1 (KPK01 BB01) dan tangki 2
infrastruktur kesiapsiagaan nuklir. Kumpulan (KPK01 BB02) masing-masing
kotoran berupa lumpur endapan tersebut mempunyai kapasitas 20 m3. Limbah cair
diperlakukan sebagai limbah radioaktif semi cair pada tangki penampungan KPK01
sehingga harus dilakukan analasis untuk sebagian besar berasal dari air bekas
menentukan langkah lebih lanjut. cucian termasuk air bekas dekomentasi
Analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap dan air kondensasi dari sistem ventilasi
limbah lumpur endapan diperlukan untuk dalam gedung reaktor.
mengetahui tingkat radioaktivitas limbah untuk
menentukan langkah pengolahan limbah lebih b. Sistem Penampungan drainase
lanjut. Hasil analisis juga dapat dipergunakan komponen primer (Tangki KTA01)
sebagai bahan kajian dan usulan metode yang
lebih baik (menguntungkan) dalam pengelolaan Limbah cair pada tangki penampungan
limbah cair yang ada di RSG-GAS untuk KTA01 berasal dari air buangan dari
menjawab kekurangan yang ditemukan. Metode sistem dan komponen pendingin primer
yang digunakan dalam analisis limbah lumpur yaitu pada saat pengudaraan maupun
kolam drainase KBB01 adalah dengan pengosongan untuk keperluan perbaikan
melakukan pengambilan cuplikan lumpur dan lain-lain. Air berasal dari sumber tidak
endapan kolam di tiga titik yang berbeda dan dua aktif atau aktif rendah (kurang dari 10-2
cuplikan pada hasil. Cuplikan tersebut kemudian Ci/m3) dan disalurkan melalui header ke
dilakukan preparasi pada tabung marineli volume dalam tangki drainase komponen primer
[3]
satu liter kemudian dilakukan pencacahan . Sebagian besar berasal dari air buangan
menggunakan spektrometer gamma untuk sistem-sistem pemurnian air pendingin
dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.

__________________________________________________________________________________________
445
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

primer setelah filter resin pada saat berkas diisi dengan air sebanyak 50 liter
perawatan atau perbaikian filter mekanik. yang berfungsi sebagai perisai radiasi. Jika
tabung berkas tidak dipergunakan untuk
c. Sistem Penampungan drainase lantai eksperimen, air dibuang dan dialirkan ke
gedung (Bak Pengumpul KTF01). tangki penampung limbah aktivitas sedang
Limbah cair pada bak penampungan KPK02.
KTF01 berasal dari air bocoran dan
2. ANALISIS MENGGUNAKAN
tumpahan air pada lantai di daerah kendali.
SPEKTROMETER GAMMA
Jumlah dan frekuensi pengeluaran air
limbah bervariasi bergantung masing-
Spektrometri Gamma dapat diartikan
masing sumbernya. Selain itu limbah cair
sebagai suatu cara pengukuran dan identifikasi
pada bak pengumpul ini berasal dari
zat-zat radioaktif dengan jalan mengamati
air buangan dari sistem pendingin
spektrum karakteristik yang ditimbulkan oleh
sekunder ketika pengosongan air dari
interaksi foton gamma yang dipancarkan oleh
sistem penukar panas kemudian berasal
zat-zat radioaktif kepada detektor. Pengukuran
dari air limbah laboratorium yang sebagian
menggunakan spektrometri gamma merupakan
besar tidak aktif. Sumber yang koninyu
metoda pengukuran bersifat relatif sehingga
berasal dari air kondensasi sistem ventilasi
sebelum digunakan dalam pengukuran untuk
dengan laju alir r120 "/jam. keperluan analisis, sistem spektrometer gamma
harus dilakukan kalibrasi agar dapat digunakan
d. Sistem Penampungan limbah drainase untuk analisis. Ada 2 macam kalibrasi yang perlu
(kolam KBB01). dilakukan, yaitu kalibrasi energi dan kalibrasi
Limbah cair pada kolam drainase KBB01 efisiensi. Kalibrasi energi diperlukan untuk
digunakan untuk menampung air kolam tujuan analisis kualitatif, sedangkan kalibrasi
reaktor, air kolam penyimpan elemen efisiensi untuk tujuan analisis kuantitatif [5].
bakar bekas, air tangki tunda dan air pada Kalibrasi energi digunakan untuk mengetahui
pemipaan system pendingin primer. jenis radioanuklida yang terdapat dalam
Kolam drainase KBB01 mempunyai cuplikan. Dari hasil kalibrasi energi
kapasitas 500 m3 dilengkapi dengan menggunakan sumber standard didapat spektrum
pompa limbah tegak yang digunakan dengan nomor kanal (channel) tertentu,
untuk pengisian kembali ke sistem hubungan antara energi dengan nomor kanal dari
pendingin primer. Jika air kolam drainase sumber standar tersebut digunakan sebagai dasar
KBB01 akan diisikan kembali ke sistem untuk menentukan energi puncak spektrum
primer, air harus dibersihkan dengan sumber lain yang merupakan cuplikan limbah
mengoperasikan sistem pemurnian, lumpur endapan. Dari posisi nomor kanal
sebelum elemen bakar teriradiasi tertentu, dapat ditentukan energi dari puncak
dimasukkan kembali ke teras reaktor. spektrum-spektrum yang terukur (tercacah) dan
dapat diidentifikasi kandungan radionuklida
e. Sistem Penampungan limbah cair dalam cuplikan limbah limbah lumpur endapan.
aktivitas sedang (tangki KPK02) Kalibrasi effisiensi digunakan untuk menghitung
aktivitas sumber radioaktif yang terukur dalam
Limbah cair aktivitas sedang berasal dari
limbah lumpur endapan. Sumber radioaktif
pengudaraan dan pengosongan sistem
memancarkan radiasi ke segala arah, sedangkan
berkas neutron (beam tube), sistem
cuplikan sumber radioaktif (limbah lumpur
purifikasi, dan sistem pemindah resin.
endapan) diukur pada jarak tertentu dari detektor,
Sebagian besar limbah cair pada tangki
sehingga hasil pencacahan belum mencerminkan
KPK02 berasal dari tabung berkas
aktivitas yang sesungguhnya dari sumber
neutron. Terdapat 6 buah sistem berkas
tersebut. Pada pengukuran secara spektrometri
neutron yang masing-masing tabung
dimana pengukuran ditujukan kepada salah satu

__________________________________________________________________________________________
446
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

energi atau salah satu spektrum radionuklida dari f. Data spektrum pencacahan disimpan ke
sejumlah spektrum radionuklida yang terukur dalam hard disk
sehingga aktivitas radionuklida ditentukan oleh g. Langkah 4 dan langkah 5 diulangi
effisiensi deteksi dan intensitas mutlak dari untuk cuplikan-cuplikan limbah lumpur
energi sumber gamma yang sedang diukur. endapan yang lainnya
Perlakuan dan kondisi cuplikan saat pencacahan h. Dilakukan analisis dan pengolahan data
harus sama dengan saat kalibrasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE PENELITIAN
Pengendalian pembuangan limbah cair
1. Bahan yang digunakan dalam
RSG-GAS dalam rangka pengelolaan limbah cair
penelitian ini adalah
secara desain terpusat (bermuara) di tangki
penampungan limbah cair aktivitas rendah
a. Cuplikan limbah lumpur endapan.
KPK01. Jika salah satu dari tangki penampungan
b. Tabung Marinelli
limbah KPK 01 penuh kemudian dilakukan
c. Nitrogen cair
analisis unsur radioakti. Jika aktivitas di bawah
d. Sumber Standar Eu-152, Co -60, Cs-
2000 Bq/liter maka limbah cair di pindahkan ke
137
saluran Pantauan Buangan Terpadu (PBT) dan
2. Alat yang digunakan adalah jika aktivitas limbah diatas di atas 2000 q/liter
limbah cair di kirim ke PTLR. Tangki
Alat yang digunakan adalah spektrometer penampungan limbah cair KTA01 dan KPK02
gamma yang terdiri atas detektor adalah tangki penampungan limbah cair aktivitas
semikonduktor (HP Ge), sumber tegangan sedang. Dalam tangki ini limbah diluruhkan,
tinggi (High Voltage), penguat awal tetapi jika tangki tersebut penuh maka limbah di
(preamplifier), penguat (amplifier), pindahkan ke tangki penampungan limbah
penganalisis saluran ganda spektrum aktivitas rendah KPK 01. Sedangkan kolam
(Multi Channel Analizer) dengan penampungan KTF01 yang kapasitasnya relative
perangkat lunak program Maestro. kecil jika penuh secara otomatis limbah akan di
pindahkan ke tangki KPK01 menggunakan
3. Cara Kerja pompa yang pengoperasiannya dikendalikan oleh
control level ketinggian limbah cair. Kendala
Pengukuran dilakukan dengan cara yang di hadapi adalah jika seluruh tangki
sebagai berikut: penampungan limbah penuh dan limbah belum
a. Cuplikan limbah lumpur diambil dapat dilakukan pengiriman ke jalur PBT
diambil pada 3 titik yang berbeda dan 2 ataupun di kirim ke PTLR, sedangkan reaktor
dari proses pengendapan harus dioperasikan dengan persyaratan salah satu
b. Cuplikan limbah lumpur dimasukkan tangki dari tangki penampungan KPK01 harus
ke dalam tabung-tabung marinelli kosong maka untuk keperluan teknis dalam
untuk preparasi. rangka untuk mendukung kelancaran operasi
c. Sistem spektroskopi gamma reaktor, limbah-limbah cair dipindahkan
dihidupkan untuk pemanasan agar sementara ke kolam drainase KBB01 untuk
kinerja sistem spektroskopi stabil penampungan sementara limbah cair RSG-GAS.
d. Sistem spektroskopi di kalibrasi energi Jika tangki penampungan KPK01 telah kosong
dan dikalibrasi effisiensi menggunakan maka limbah cair yang ada di kolam drainase
sumber standar Eu-152, Co60 dan Cs KBB01 di pindahkan kembali ke tangki KPK01.
137 berbentuk tabung marinelli. Pola pengendalian limbah seperti tersebut diatas
e. Dilakukan pencacahan selama 2 jam berjalan terus sehingga kolam drainase KBB01
dari Cuplikan yang telah dipreparasi menjadi kotor dan terdeposi dan terakumulasi
pada tabung marinelli. limbah lumpur endapan. Dalam rangka

__________________________________________________________________________________________
447
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

perawatan dan untuk mendukung infrastruktur


kesiapsiagaan nuklir pada bulan tahun oktober
2015 kolam drainase KBB01 dilakukan
pengurasan dan pembersihan. Limbah lumpur
endapan dari kolam KBB01 dilakukan analisis
kandungan unsur radioaktif untuk menentukan
langkah pengendalian limbah selanjutnya.
Dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif
menggunakan perangkat spectrometer gamma. Gambar 1. Spektrum hasil pencacahan
Untuk melakukan pengamatan data, spektrum
hasil pencacahan spectrometer gamma harus Tabel 1. Nuklida-nuklida yang teridentifikasi
diolah ke dalam angka yang dapat
dalam limbah lumpur endapan
menginformasikan jumlah cacahan. Spektrum
hasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 1 di Energi Umur
No Radionuklida
bawah ini. (keV) Paroh

1. Na-24 441,56 15 Jam


2. Mn-54 834,81 312,5 hari
3. Zn-65 1115,52 244,1 hari
4. Co-60 1332,51 5,3 tahun
5. Fe-59 1691,04 44,6 hari

Tabel 2.Hasil Korosi Teraktivasi dari Bahan bahwa radionuklida Na-24, Mn-54, Zn-65, Co-
Struktur di Dalam Pendingin Primer 60, dan Fe-59 tedeteksi pada air limbah dari
Sumber
Aktivitas
3
tangki limbah KPK02, dimana sumber limbah
( Ci/m )
yang
paling
yang di tampung pada tangki limbah KPK02
Radio Umur berpeng
berasal dari air pendingin primer. Sedangkan
aruh
Nuklida paruh
hasil analisis hasil dari air limbah dari tangki
A B Air dari Lapisan Balai
dalam hangat reaktor
KPK01 jarang terdeteksi Na-24, Mn-54, Zn-65,
Na-24 15 jam X 2,4 (-3)* 1,5 (-3)* 1,3 (- dan Fe-59 dikarenakan sumber air limbah yang
11)* ditampung pada tangki KPK01 sebagian besar
Na-25 1 menit X 7 (-9) --- ---**
Al-28 2,3 X 1,5 (-3) --- --- berasal air kondensasi sistem ventilasi dan air
menit bekas cuci pada ruang dekontaminasi yang
Mg-27 9,5 X 5,0 (-5) --- --- sebagian besar tidak aktif.
menit
Cr-51 27,8 hari X 1,0 (-3) 1,0 (-3) ---
Hasil analisis kuantitatif zat radioaktif
Mn-54 312,5 X 6,8 (-7) 6,8 (-7) --- pada lumpur endapan kolam drainase KBB01
hari ditampilkan pada Tabel 3.
Mn-56 2,58 jam X 1,5 (-5) 1,0 (-6) ---
Tabel 3. Aktivitas cuplikan-cuplikan limbah
Co-58 70,8 hari X 3,4 (-6) 3,4 (-6) ---
Co-60 5,27 thn X 5,7 (-6) 5,7 (-6) --- lumpur endapan
Zn-65 2,56 jam X 1,4 (-5) 9,3 (-7) --- Aktivitas Nuklida (Bq/liter)
Kode
Fe=59 44,6 hari X 6,3 (-6) 6,3 (-6) ---
Cuplikan Na-24 Mn-54 Zn-65 Co-60 Fe-59

Dari hasil analisis kualitatif didapatkan Lmp 001 28.17 25.83 447,62 587.34 4.84

(terukur) radionuklida Na-24, Mn-54, Zn-65, Co- Lmp 002 30,93 23.22 333.5 500.21 7.27
60, dan Fe-59. Jika di tinjau dari umur paroh Lmp 003 22.27 25.01 489.12 486.99 3.18
radionuklida tersebut sebagian besar zat Lmp 004 36.85 27.45 522.11 569.01 4.81
radioaktif berumur paroh pendek, hal ini Lmp 005 36.89 25.78 507.86 533.29 5.35
menunjukkan bahwa limbah radioaktif di tangki
Jumlah 124.18 127.29 1852.59 2676.84 25.45
drainase kolam KBB01 berasal dari air
pendingin primer. Hal ini didukung hasil analisis rata-rata 24.836 25.458 370.518 535.368 5.09
pada kumpulan hasil laporan limbah-limbah cair Total 1496.638

__________________________________________________________________________________________
448
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

Dari data hasil analisis kualitatif dan DAFTAR PUSTAKA


kuantitatif yang telah dilakukan unsur-unsur
1. ANONIMOUS. UNDANG-UNDANG
yang terdeteksi dan aktivitas radionuklida yang
KETENAGANUKLIRAN No 10 tahun
terdeteksi antara cuplikan yang satu dengan yang
1997.
lain relatif sama, hal ini menunjukkan bahwa
2. ANONIMOUS. PUSAT PENDIDIKAN
unsur-unsur radioaktif pada lumpur endapan
DAN LATIHAN. PENGELOLAAN
terdistribusi merata di dalam lumpur endapan.
LIMBAH RADIOAKTIF DAN ASPEK
Dilihat dari unsur-unsur dari hasil analisis yaitu
KESELAMATANNYA. PELATIHAN
Radionuklida Mn-54, Zn 65, Co-60, dan Sb-124
PROTEKSI RADIASI. PUSDIKLAT.
dihasilkan dari korosi bahan struktur pendukung
BATAN. 2007.
reaktor yang teraktivasi neutron dan terbawa air
3. ANONIMOUS. PERATURAN
pendingin primer [5]. Radionuklida tersebut
PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
sesuai dengan data yang ada pada Laporan
No.61 Tahun 2013 TENTANG
Analisis Kecelakaan (LAK) RSG-GAS Bab 12.
PENGELOLAAN LIMBAH
Limbah terkumpul sebanyak 100 liter
RADIOAKTIF.
dan di kemas kedalam wadah drum volume @
4. ANONIMOUS. PUSAT REAKTOR
100 liter dengan kategori limbah radioaktif
SERBA GUNA. Laporan Analisis
aktivitas rendah dan siap dikirim ke PTLR.
Keselamatan Reaktor Serba Guna G.A.
Aktivitas radionuklida terbesar 535.368 Bq/liter
Siwabessy revisi 9 PRSG Serpong. 2007.
yaitu sumber Co-60 dengan waktu paroh 5,3
5. Diyah Erlina Lestari. STUD AWAL
tahun. Limbah tersebut dapat diolah dengan
RADIONUKLIDA HASIL KOROSI PADA
metode di keringkan melalui proses penguapan
AIR PENDINGIN PRIMER RSG-GAS.
sehingga dapat menjadi jenis limbah radioaktif
Proseding Seminar Hasil Penelitian PRSG
padat tak terbakar dan dapat dilakukan
Tahun 1997/1998.
pengolahan imobilisasi.
6. ANONIMOUS. Kumpulan Laporan
Analisis air limbah cair RSG-GAS.
KESIMPULAN
7. WISNU SUSETYO.
Dari hasil analisis kualitatif dan Drs.. SPEKTROMETRI GAMMA DAN
kuantitatif limbah lumpur endapan kolam PENERAPANNYA DALAM ANALISIS
drainase KBB01 menggunakan spektrometer PENGAKTIFAN NEUTRON. Gadjah
gamma dapat diambil kesimpulan sebagai Mada University Press. 1988.
berikut: 8. Mulyono Daryoko dan Gunandjar.
INVENTARISASI RADIONUKLIDA
1. Kandungan radionuklida dalam limbah DALAM KOMPONEN REAKTOR
lumpur endapan telah sesuai dengan NUKLIR. Jurnal Teknologi Pengelolaan
perkiraan radionuklida pada Laporan Limbah. PTLR. Volume 6 Nomor 1 Juni
Analisis Kecelakaan RSG-GAS yaitu 2003.
radionuklida Na-24, Mn-54, Zn-65, Co-60,
dan Fe-59 yang merupakan unsur hasil korosi
bahan struktur pendukung yang berada di
kolam reaktor
2. Limbah lumpur yang terkumpul sebanyak
100 liter dan dikemas ke dalam drum volume
liter dengan identifikasi limbah sebagai
berikut:
aktivitas Total : 1496,638 MBq
paparan kontak : 5,36 Sv/Jam
paparan 1 m :1,12 Sv/Jam

__________________________________________________________________________________________
449
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
450
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

RANCANG BANGUN ALAT MONITOR KADAR KARBON


DIOKSIDA DI PERMUKAAN TROPOSFER BERBASIS ANDROID
Fauzy Fatahillah1, Ginaldi Ari Nugroho2, Nugroho Tri Sayoto3
Program Studi Elektronika Instrumentasi, Jurusan Teknofisika Nuklir,
STTN-BATAN
Jl. Babarsari Kotak Pos 6101/YKBB Yogyakarta 55281
Email: trisanyotonugroho@yahoo.co.id

ABSTRAK

RANCANG BANGUN ALAT MONITOR KADAR KARBON DIOKSIDA DI PERMUKAAN TROPOSFER


BERBASIS ANDROID. Penelitian ini bertujuan untuk membuat alat monitor kadar karbondioksida
menggunakan aplikasi pada smartphone berbasis android. Proses pengiriman data menggunakan protokol
MQTT. Alat monitor karbondioksida ini terdiri dari Arduino Mega 2560 sebagai board mikrokontroler,
Arduino Shield Ethernet sebagai modul pengiriman data dan Sensor K-33. Dari hasil pengujian, sistem yang
telah dibuat mempunyai nilai koefisien korelasi rata-rata terhadap sistem lain sebesar 0,9055 serta data nilai
karbon dioksida dapat tertampil di aplikasi android.

Kata kunci: Karbon dioksida, Sensor K-33, MQTT, Android.

ABSTRACT

DESIGN OFCARBON DIOXIDE LEVELMONITORING TOOL IN THE TROPOSPHERE SURFACE


BASED ON ANDROID.. This research aims to create a monitoring carbon dioxide levels tool using the
android-based apps. The process of sending data using MQTT protocols. The equipment consists of Arduino
Mega 2560 as a microcontroller board, Arduino Shield Ethernet as a data transmission module, and K-33
sensor. As the result, those system has a value of the average correlation coefficient to other systems of
0.9055 and the carbon dioxide value data can be displayed on the android app.

Keywords: carbon dioxide, K-33 sensor, MQTT, Android.

1
Mahasiswa
2
Dosen pembimbing I(Lapan Bandung)
3
Dosen pembimbing II(Sttn Batan)

__________________________________________________________________________________________
451
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Karbon dioksida
PENDAHULUAN Karbon dioksida dihasilkan oleh semua
hewan, tumbuhan, manusia, dan
Pemanasan global adalah peningkatan mikroorganisme pada proses respirasi dan
suhu rata rata bumi yang disebabkan dari digunakan oleh tumbuhan pada proses
pembangunan yang menghasilkan emisi gas fotosintesis. Oleh karena itu, karbon dioksida
rumah kaca seperti karbon dioksida. merupakan komponen penting dalam siklus
Pembakaran bahan bakar yang masih karbon. Karbon dioksida tidak mempunyai
menggunakan bahan fosil seperti minyak bumi bentuk cair pada tekanan dibawah 5,1 atm
batu bara, dan gas alam lainnya akan namun langsung menjadi padat pada
menghasilkan gas karbon dioksida kemudian temperatur di bawah -78C. Dalam bentuk
melepaskan gas emisi karbon dioksida ke padat, karbon dioksida umumnya disebut
atmosfer. Perubahan iklim di bumi merupakan sebagai es kering. Konsentrasi yang lebih dari
akibat dari pemanasan global yang semakin 5.000 ppm tidak baik untuk kesehatan,
tahun semakin bertambah besar, tercatat pada sedangkan konsentrasi lebih dari 50.000 ppm
tahun 2002 the Inter-Govermental Panel on dapat membahayakan kehidupan hewan.
Climate Change (IPCC) mengeluarkan the Kandungan karbon dioksida di udara segar
third assessment report yang menyatakan bervariasi antara 0,03% (300ppm) sampai 0,06
bahwa peningkatan pemanasan global yang (600ppm), jumlah ini bisa bervariasi
disebabkan oleh ulah manusia. Diperkirakan tergantung pada lokasi dan waktu. Konsentrasi
kedepan masih akan terjadi peningkatan suhu karbon dioksida antara (300-2.500) ppm
global antara 1,4 sampai 5,8 derajat celcius digunakan sebagai indikator kualitas udara
pada abad ini. Hal ini terbukti dari penelitian dalam ruangan. Nilai kadar karbon dioksida di
yang dilakukan dalam lima tahun terakhir. udara ditunjukan pada Gambar 1
Dampak polusi udara pada kesehatan ( www.co2meter.com/products ).
manusia sangat komplek, selain dampak pada
manusia, polusi udara juga berdampak pada
kerusakan lingkungan, seperti tumbuhan,
binatang, material, terjadinya gangguan kabut
smog fotokimia, material dan konstruksi.
Kerusakan lingkungan akibat polusi udara
akhirnya juga berdampak pada kenyamanan
hidup manusia. Jadi secara langsung maupun
tidak langsung polusi udara berdampak pada Gambar 1 Nilai Batas Karbon dioksida
kesehatan dan kenyamanan kehidupan
manusia. Sehingga perlu pemantauan Atmosfer
kandungan kadar karbondioksida di udara agar Atmosfer adalah lapisan gas yang
dapat dilakukan pencegahan, penambahan melingkupi sebuah planet, termasuk bumi, dari
kadar karbon dioksida yang berlebihan di permukaan planet tersebut sampai jauh di luar
udara, karena akan membahayakan kehidupan angkasa. Di Bumi, atmosfer terdapat dari
Oleh karena itu diperlukan adanya alat monitor ketinggian 0 km di atas permukaan tanah,
kadar karbon dioksida agar dapat mengetahui sampai dengan sekitar 560 km dari atas
kadar karbon dioksida di udara pada suatu permukaan Bumi. Atmosfer tersusun atas
tempat. beberapa lapisan, yang dinamai menurut
Android merupakan sistem operasi pada fenomena yang terjadi di lapisan tersebut.
smartphone yang berbasis java dan XML. Transisi antara lapisan yang satu dengan yang
Android memiliki kemampuan multitasking lain berlangsung bertahap.
yang lebih baik, serta harga smartphone yang Troposfer merupakan lapisan atmosfer
semakin terjangkau menyebabkan hampir yang paling dekat dan berinterakasi langsung
setiap orang tidak lepas lagi dengan dengan permukaan bumi. Posisi ini
penggunaan smartphone seperti untuk menyebabkan dinamika pada keduanya, baik
komunikasi, sosial media, browsing dan lain- di permukaan bumi maupun di troposfer,
lain (Hermawan, 2011). akan saling mempengaruhi satu sama lain.

__________________________________________________________________________________________
452
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Perubahan tekanan atau suhu di troposfer Arduino Board dan Arduino IDE.
akan berpengaruh pada dan juga Mikrokontroler adalah komputer
dipengaruhi oleh permukaan bumi. Lapisan yang berukuran mikro dalam satu chip IC
atmosfer ditunjukan pada Gambar 2. (integrated circuit) yang terdiri dari
prosesor, memori, dan antarmuka yang bisa
diprogram. IC tersebut dapat dikontrol
dengan memberikan program. Arduino
merupakan board mikrokontroler yang
bersifat open source, yaitu Arduino dapat
dikembangkan dan digunakan untuk
proyek dan alat-alat lainnya. Terdapat
berbagai jenis Arduino, salah satunya
Gambar2.LapisanAtmosfer(Anonim, 2014). adalah Arduino Mega 2560.(Arduino,
2016)
Sensor K-33
K-33 adalah sensor karbon Switch dan Power over Ethernet (PoE)
dioksida, yang dirancang untuk mengukur Switch adalah suatu perangkat atau
kadar karbon dioksida, suhu dan device yang berfungsi sebagai pengatur dan
pembagi sinyal data dari suatu komputer ke
kelembaban udara di suatu lokasi. K-33
komputer lainyang terhubung pada perangkat
dilengkapi dengan amplifier internal yang tersebut. Switch bisa melakukan pengaturan
mengubah photo-current ke tegangan berupa proses filter paket data. Biasanya
tergantung kadar karbon dioksida yang masing-masing port pada switch bisa disetting
diterima. Fitur unik ini menawarkan sehingga bisa ditentukan port mana saja yang
antarmuka yang mudah untuk sirkuit bisa saling terhubung. Switch beroperasi pada
eksternal seperti ADC. Adapun kelebihan OSI layer paket ke dua. Dalam switch terdapat
dari sensor K-33 bukan hanya dapat banyak port yang digunakan untuk
mengukur kadar karbon dioksida tetapi menghubungkan komputer ke komputer lain.
dapat mengukur kelembaban serta Power over Ethernet (PoE) teknologi
temperatur udara. adalah sistem yang memanfaatkan kabel UTP
twisted pair untuk mentransmisikan daya
Sensor ini dapat ditempatkan di
(power) melalui pair yang tidak terpakai.
lapangan terbuka dengan batas kerja Teknologi PoE seperti ini telah banyak
sensor K-33 ini sampai dengan rentang didukung oleh perangkat perangkat saat ini,
pengukuran 10.000 ppm. Sensor ini dapat seperti Switch dan Wireless Access Point.
bekerja dengan beberapa masukan dan Sehingga tidak diperlukan lagi catu daya
pilihan keluaran dengan didukung I2C dan terpisah cukup sebuah kabel UTP saja yang
protokol modul tingkat TTL. Sensor K-33 terpasang antara switch dan access point.
ini menggabungkan kualitas inframerah Produsen seperti D-Link, Linksys, TP-Link,
NDIR. Sensor K-33 ditunjukan pada dan lain-lain juga mempunyai produk-produk
Gambar 3. switch ataupun access point yang terdapat
fasilitas PoE.

MQTT
Protokol MQTT (Message Queuing
Telemetry Transport) adalah protokol yang
berjalan pada diatas stack TCP/IP dan
mempunyai ukuran paket data dengan low
overhead yang kecil (minimum 2 bytes)
sehingga berefek pada konsumsi catu daya
(Gambar 3. Sensor K-33 ANONIM. 2015) yang juga cukup kecil.

__________________________________________________________________________________________
453
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Protokol ini adalah jenis protokol data- dan keadaan. Pada java terdapat kumpulan
agnostic yang artinya bisa mengirimkan data kelas standar yang dikenal dengan Application
apapun seperti data binary, text bahkan XML Progamming Interface (API) java, selain itu
ataupun JSON dan protokol ini memakai dapat juga dideskripsikan kelas sendiri sesuai
model publish/subscribe daripada model client- kebutuhan. (Hernawan, 2011)
server. Alur kerja MQTT dapat dilihat pada
Gambar 4. PERANCANGAN SISTEM
Penelitian pengukuran dan monitor
kadar karbon dioksida pada permukaan
troposfer ini disusun dari beberapa modul.
Modul ini terdiri atas modul sensor karbon
dioksida menggunakan sensor K-33, modul
pengolah data menggunakan Arduino, Micro
SD, Arduino shiled Ethernet dan modul
penerima data menggunakan laptop dan
Gambar 4. Alur kerja MQTT
smartphone berbasis android. Blok diagram
alat monitor kadar karbon dioksida pada
Sistem umum MQTT seperti pada
smartphone berbasis android pada Gambar5
gambar diatas membutuhkan dua komponent
perangkat lunak utama yaitu: INTERNET
x MQTT Client yang nantinya akan di PENGOLAH DATA PENERIMA
DATA
install di device. Untuk Arduino anda bisa
memakai pubsubclient, pustaka seperti CO2
Sensor Arduino
Shiled
Arduino Laptop
K-33
mqtt.js bisa dipakai pada platform Node.js Ethernet

di Raspberry Pi ataupun laptop. Micro SD


Android

x MQTT Broker yang berfungsi untuk


menangani publish dan subscribe data. Gambar 5. Blok Diagram penelitian.
Untuk platform Node.js anda bisa
memakai broker mosca sedangkan untuk Pada Gambar 5. Terlihat bahwa setelah
platform yg lain banyak broker tersedia kadar karbon dioksida terdeteksi oleh sensor
seperti mosquitto, HiveMQ dll. K-33, maka keluaran sensor akan diolah
dipengolah data Arduino, setelah data kadar
Android karbon dioksida diolah lalu dipublish ke server
Android adalah sistem operasi yang dengan menggunakan modul adruino shiled
dikembangkan untuk perangkat mobile Ethernet, data keluaran sensor tersebut akan di
berbasis linux. Pada awalnya sistem operasi ini simpan pada micro sd. Langkah selanjutnya
dikembangkan oleh Android Inc, yang adalah server menerima data dari pengolah
kemudian dibeli oleh Google pada tahun 2005. data, apabila server telah menerima data maka
Android merupakan OS Mobile yang tumbuh data tersebut akan di publish kembali ke
ditengah OS lainnya yang berkembang dewasa penerima data, data akan kembali diolah
ini. OS lainnya seperti Windows Mobile, i- dipenerima data agar dapat ditampilkan pada
Phone OS, Symbian, dan masih banyak lagi sistem penerima data yang berupa aplikasi
juga menawarkan kekayaan isi dan ke android sebagai penampil.
optimalan berjalan diatas perangkat hardware Sistem pengolahan data data :
yang ada. (Hermawan, 2011). Adapun langkah-langkah yang harus di
Java merupakan bahasa pemograman lakukan pada sistem pengolah data dan
untuk membangun aplikasi pada sistem operasi penerimaan data sebagai berikut :
Android. Oleh karena itu, untuk membangun
aplikasi pada sistem operasi ini diperlukan 1. Mengolah Data Sensor
dasar tentang pemograman java. Java sensor menjadi Setelah sensor
merupakan pemograman berorientasi objek. mendeteksi kadar karbon dioksida, sensor akan
Oleh karena itu, setiap konsep yang akan di diolah pada software Arduino IDE. Nilai kadar
implementasikan dalam java berbentuk dalam karbondioksida yang terdeteksi oleh sensor
kelas. Kelas ini memiliki kesamaan perilaku

__________________________________________________________________________________________
454
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
berupa nilai hexsa tetapi diolah dipengolah proses pengiriman dapat dilihat pada serial
data agar nilai keluaran digital. moitor Arduino
2.SettingIPAddress. 5. Proses Penerimaan Data Pada Server
Selanjutnya adalah setting IP Address pada Pada penerima data yang dapat di akses
sistem pengolah data, langkah pertama ialah pada komputer menggunakan aplikasi
mengaktifkan server mosquito pada komputer MQTTLens yang dapat di unduh pada google
dengan memanggil pustaka yang telah di chrome web store, data yang masuk ke server
unduh, mengaktifkan server mosquitto dapat dapat dilihat pada MQTTLens.
dilakukan dengan melakukan instruksi pada Untuk melihat data yang diterima terlebih
command prompt dengan memasukan input dahulu membuat akun koneksi di MQTTLens.
karakter Mosquitto\mosquitto.exe. Pada kolom connection name dapat diisi
Setelah server telah di aktifkan. Langkah dengan nama server yang digunakan
selanjutnya adalah mengetahui IP Address test.mosquitto.org seperti pada program
server mosquitto, untuk melihat IP Address pengolah data khususnya pada pengiriman
server mosquitto dapat di lihat pada command data, sedangkan pada kolom hostname, di isi
prompt dengan memasukan input ping dengan IP Address server mosquito
test.mosquitto.org. setelah mengetahui IP 85.119.83.194 yang telah di set pada
Adrress server, selanjutnya mengsetting IP pengolah data untuk mengirim data ke alamat
Address Shield Arduino Ethernet agar dapat server. Pada kolom port diisi dengan port
mengirim data ke server melalui jaringan switch jaringan yang terkoneksi dengan
intrenet dengan cara membuat jaringan lokal internet, sebelumnya port ini di set pada
dengan komputer, untuk melihat IP Address pengaturan switch 1883. Untuk kolom client
Shield Ethernet dapat dilihat pada command id, keep alive, username dan password tidak
prompt dengan memasukan perintah perlu diisi karena tidak diintruksikan pada
ipconfig. Setelah IP Address server dan IP program pengolah data.
Address Ethernet diketahui, maka alamat 6. Pembuatan Aplikasi Penerima Data
tersebut dimasukan pada program software Diagram perancangan penerima data dapat
pengolah data Arduino IDE. dilihat pada Gambar 6.
Sistem penerima data
3. Topik Data
Langkah selanjutnya adalah memasukan Android

topik data pada pemograman Arduino IDE


yang nantinya akan dikirim keserver, dengan
Menu Utama Lainnya

tujuan agar data yang dikirim bisa dibedakan x


Kadar x Info Pengembang

dengan data lain yang masuk ke server x


Karbondioksida
Temperatur
x Lokasi Alat
x Nilai Batas Kadar

mosquitto, dengan menggunakan protokol x kelembaban

MQTT, topik data ini di setting pada


pengolah dengan nama topik test/json. Grafik

4. Publish Data. Gambar 6. Diagram Perancangan Penerima


Setelah data sensor telah diolah dan IP Data.
Address server, IP Address Ethernet dan topik HASIL DAN PEMBAHASAN
data telah di setting pada pemograman Rancang Bangun Alat Monitor Kadar
pengolah data, maka selanjutnya, data akan di Karbon dioksida di Permukaan Troposfer
publish ke server dengan memakai protokol Berbasis Android ini melalui beberapa tahapan.
MQTT, protokol MQTT akan mempublish data Setelah dilakukan perancangan dan pembuatan
dari pengolah data ke server dengan alat, baik pada sistem pengolah data maupun
memprogram pada software di Arduino IDE, penerima data dilakukan beberapa pengujian
dengan menginisialisaikan pengolah data dan pengamatan. Hasil pengujian ini digunakan
sebagai client publish, dimana pengolah data sebagai dasar pembahasan untuk memastikan
ini hanya dapat mengirim kan data saja ke hasil yang sudah diperoleh apakah sesuai
server. Data yang nantinya diterima pada dengan yang diharapkan.
server berbentuk format data JSON. Setelah itu
Hasil pengujian berdasarkan
server akan mensubscribe data yang telah
perancangan sistem yang telah dibuat.
dikirim oleh pengolah data dengan format data
Pengujian dilakukan dengan tahapan,
JSON yang diterima. Untuk dapat melihat

__________________________________________________________________________________________
455
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
pengujian sensor dengan gas standart, membandingkan hasil pengukuran sensor di
pengujian perbandingan nilai keluaran sensor dalam Chamber.
dengan sensor Vaisala GMM-22, pengujian Pengujian sensor terhadap nilai kadar
Aplikasi. Hasil pembuatan pengolah data karbon dioksida pada chamber ini dilakukan
dibagi menjadi dua bagian yaitu, bagian selama 3 jam 45 menit, waktu sampling
hardware dan aplikasi pada android. Hasil pengukuran per 1 menit. Grafik hasil pengujian
pembuatan hardware ditunjukan pada Gambar sensor terhadap nilai kadar karbon dioksida di
7 dalam chamber dapat dilihat pada Gambar 9

Gambar 7. Hasil Pembuatan Hardware Gambar 9. Grafik Hasil Nilai


Pengujian Sensor Dengan Gas Standar. Karbondioksida Pada Chamber.
Pada Gambar 9, menunjukan relasi hasil
Hasil pengujian data keluaran sensor pengujian sensor terhadap nilai karbon
berupa kadar karbon dioksida berupa grafik dioksida di dalam Chamber. Nilai korelasi
perbandingan dan grafik relasi sensor yang di dapat sebesar 0.8821.
dengan gas standar karbon dioksida 600 Hasil pengujian selanjutnya pada metode
PPM. Pengujian sensor dengan gas standar ke dua, dengan membandingkan nilai keluaran
ini dilakukan selama 45 menit, waktu sensor pada lapisan troposfer dengan
sampling pengukuran per 30 detik. Grafik ketinggian 14 meter. Adapun gambar grafik
hasil pengujian dengan gas standar dapat hasil pengujian nilai kadar karbon dioksida
dilihat pada Gambar 8. pada lapisan troposfer pada hari pertama dapat
dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Grafik Hasil Perbandingan Hari


Pertama
Gambar 8. Grafik Hasil Pengujian Gas Standar Pada Gambar 11 Menunjukan hasil
Hasil pembacaan sensor yang perbandingan nilai kadar karbondioksida pada
ditunjukan pada Gambar 13 dimana sensor K- lapisan troposfer hari kedua.
33 mampu merespon gas standar dengan
pembacaan nilai konsentrasi sekitar 630-580
ppm. Sementara waktu respon untuk mencapai
nilai konsentrasi 600 ppm sekitar 10 menit.
Waktu respon yang lama kemungkinan
disebabkan adanya perantara antara gas
standar dengan sensor sehingga waktu yang
diperlukan untuk gas standar cukup lama. Gambar 11 Grafik Hasil Perbandingan Hari
Dilihat dari sfesifikasi sensor, mempunya nilai Kedua
simpangan 40 PPM, dan dari nilai korelasi Hasil perbandingan kedua metode
didapat sebesar 0.9662. Hal ini menunjukan dalam perbandingan sensor terhadap nilai
bahwa sistem yang telah dibuat layak untuk kadar karbon dioksida didapat nilai korelasi
digunakan. korelasi dari masing masing metode. Nilai rata-
Pada pengujian ini dilakukan dengan
dua metode. Metode pertama dengan

__________________________________________________________________________________________
456
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
rata korelasi kadar karbon dioksida dapat Karbon dioksida di Permukaan Troposfer
dilihat pada Tabel 1 Berbasis Android di PSTA-LAPAN Bandung,
Tabel 1. Nilai Rata-Rata Korelasi diperoleh beberapa kesimpulan :
Perbandingan Karbon dioksida 1) Telah dibuat Alat monitor kadar
Nilai Korelasi Terukur karbon dioksida di permukaan
troposfer menggunakan sensor K-33
Dalam Chamber 0.8821
2) Telah dibuat aplikasi monitor kadar
Hari Pertama 0.902 karbon dioksida yang dapat digunakan
Hari Kedua 0.9326 pada smartphone berbasis android.
Rata-rata 0.9055 3) Sistem yang telah dibuat mempunyai
koefisien korelasi rata-rata terhadap
Dari hasil pengujian perbandingan sistem standar sebesar 0,9055 untuk
sensor, dapat dilihat nilai yang dibaca sensor nilai kadar karbon dioksida.
GMM-22 dengan sensor K-33 tidak
menunjukan nilai yang sama, tetapi DAFTAR PUSTAKA
mempunyai pola yang sama, hal ini disebabkan 1. ANONIM.2014. CO2 Measurement
karena sensitivitas sensor yang berbeda. Sensor Specialists [Online]. Available:
K-33 membutuhkan waktu 5 menit untuk www.co2meter.com/products/tim10-
mendapat data yang stabil. Tetapi dengan nilai desktop-co2-temp-humidity-monitor
korelasi kadar karbon dioksida sebesar 0,9055, [Accessed 22 Februari 2016].
nilai korelasi temperatur sebesar 0,8757 dan 2. ANONIM. 2015. Sensor K-33
juga nilai korelasi kelembaban sebesar 0,9557. [Online].Available:
Hasil semua kolerasi menunjukan sensor layak www.co2meters.com/documentation
untuk digunakan. /Datasheets/DS33-ELG-01%20-
Hasil Pengujian Aplikasi 20%K33%20ELG% [Accessed 22
Pengujian penerimaan data kadar Februari 2016].
karbondioksida pada aplikasi dilakukan 3. HERMAWAN, S., 2011. Mudah
dengan menguji aplikasi Membuat Aplikasi Android. Salatiga:
monitorCO2Bandung pada smartphone, ANDI Yogyakarta.
yaitu dengan memastikan data yang dapat 4. KUSMININGRUM, N. 2008. Potensi
diterima pada aplikasi. Pengujian aplikasi Tanaman Dalam Menyerap CO2
selanjutnya dilakukan dengan menjalankan Dan Untuk Mengurangi Dampak
aplikasi pada beberapa OS Android yang Pemanasan Global. Jurnal
berbeda versi seperti pada Tabel 2. Permukiman 3.
5. NUGROHO G. A. 2012. Alat Ukur
Tabel 2. Pengujian aplikasi pada beberapa OS
Android Karbon dioksida Vertical
Menggunakan Sensor GMM-22.
No Smartphone Versi Keterangan
1 Andromax R 4.4.4 Bisa Digunakan LAPAN-Bandung.
(Lollipop) 6. WINNER, A. 2010. Rancang Bangun Alat
2 Samsung 5.0 Bisa Digunakan Monitor Gas CO2 Pada Mesin Anestesi.
Galaxy A8 (Lollipop) D4, STTN-BATAN.
3 Xiaomi red mi 4.4.4 (Kit Bisa Digunakan
note 2 Kat) Pertanyaan :
4 Samsung 4.4.2 (Kit Bisa Digunakan 1. Acmad Ramadani:
Galaxy S7 Kat)
5 Asus 5.0.2 (Kit Bisa Digunakan
Komunikasi jaringan yang dipakai ?
Kat) Jawab:
Berdasarkan Tabel 2 pengujian aplikasi dapat Menggunakan Protokol MQTT.
dinyatakan baik yaitu aplikasi dapat di-install
dan semua fitur dapat bekerja dengan Pertanyaan :
semestinya. 2. Nugroho Luhur:
KESIMPULAN Mengapa pola grafik tidak sama ?
Jawab :
Dari penelitian yang telah dilakukan, yaitu karena sensor K33 punya
tentang Rancang Bangun Alat Monitor Kadar kelemahan akan stabil setelah 15mnt.

__________________________________________________________________________________________
457
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
458
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

RANCANG BANGUN MECHANIC CUTTING BERBASIS ARDUINO


DENGAN TIGA DERAJAT KEBEBASAN
Aryanda Lukmana1, Suroso2, Nugroho Tri Sanyoto3

Jurusan Teknofisika Nuklir, STTN-BATAN


Jl. Babarsari Kotak Pos 6101/YKBB Yogyakarta 55281
Telp: (0274) 484085, 489716
Fax: (0274) 489715

ABSTRAK

RANCANG BANGUN MECHANIC CUTTING BERBASIS ARDUINO DENGAN TIGA


DERAJAT KEBEBASAN. Telah dilakukan rancangbangun mesin potong dengan tiga derajad kebebasan.
Tujuan dari rancangbangun ini adalah untuk membantu manusia untuk melakukan pekerjaan berulang dan
mengurangi kesalahan dalam melakukan pengolahan material lembaran, serta dapat digunakan sebagai alat
potong dalam pengolahan material lembaran. Alat potong mekanik ini dibuat dengan ballscrew, linear
guideway pada bagian mekanis serta motor stepper, driver TB6560, dan arduino sebagai pengendali pada
bagian elektronik. Alat ini mampu bergerak horizontal (sumbu X) ke kanan dan ke kiri dengan jarak
maksimum 300 mm dengan kecepatan geser rata-rata 5 mm/s, gerakan vertikal (sumbu Y) menghasilkan
gerakan ke depan dan ke belakang dengan jarak maksimum 200mm dengan kecepatan geser rata-rata 5 mm/s
dan gerak sumbu Z naik dan turun dengan jarak maksimum 75mm dengan kecepatan geser 12,5mm/s. Pada
percobaan alat mampu melakukan uji menggambar dengan hasil identik dengan data yang dikirimkan ke
pengendali dan mampu melakukan pemotongan material sterofoam dengan ketebalan 10mm .

kata kunci : mechanic cutting,ballscrew,linear guideway, motor stepper, arduino

ABSTRACT
Has done cutting machine with three degrees of freedom. The purpose of this is to help people to perform
repetitive work and reduce errors in the processing of sheet material, and can be used as a cutting tool in the
processingofsheetmaterial.
This mechanical cutting tools made with ballscrew, linear guideway on mechanical parts as well as stepper
motors, drivers TB6560, and arduino as controlling the electronic parts. This tool is able to move the
horizontal (X axis) to the right and to the left with a maximum distance of 300 mm at a speed of sliding
average of 5 mm / s, the vertical movement (Y axis) generates movement forward and backward with a
maximum distance of 200mm with a speed slide an average of 5 mm / s and Z axis motion up and down with
a maximum distance of 75mm at sliding speeds 12,5mm / s. In the experimental apparatus were able to test
the drawing with identical results with the data transmitted to the controller and is able to cut the Styrofoam
material with a thickness of 10mm with.
keywords: mechanic cutting, ballscrew, linear guideway, stepper motors, arduino
1
Mahasiswa
2,3
Dosen

__________________________________________________________________________________________
459
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
PENDAHULUAN mencapai gerakan lurus yang presisi jika
dibandingkan dengan slide yang tradisional.[2]
Untuk membantu manusia melakukan
pekerjaan berulang secara terus menerus dan Motor Stepper
mengurangi kesalahan manusia dalam
melakukan pengolahan material lembaran, Stepper motor adalah motor yang
kebutuhan alat potong mekanis yang bersifat bergerak tiap stepnya atas penerimaan
otomatis menjadi meningkat. perubahan frekuensi sinyal atau sering disebut
Adapun. Alat potong mekanis yang yang dengan pulsa. Gerakan langkah demi langkah
tersedia di pasaran masih terbilang sangat dinyatakan dalam sudut, misalkan 1 step =
mahal dan bentuk alatnya yang besar 0.9, 1 step = 1.8, ada juga 1 step = 7.5.
membuatnya sulit untuk dilakukan mobilisasi. Motor stepper dapat diputar searah dengan
Serta alat ptong yang sudah ada, seperti laser jarum jam atau sebaliknya, oleh karena itu
cutting, belum bisa melakukan proses cocok untuk macam- macam control dan posisi
pemotongan untuk material tertentu karena dalam dunia industri.
cara pemotongan maupun sifat material yang
akan dipotong tidak sesuai dengan sifat laser. Arduino Uno
Demi mengatasi masalah ini,
dilakukanlah penelitian mengenai rancang ArduinoUno adalah board berbasis
bangun mechanic cutting menggunakan mikrokontroler pada ATmega328. Board ini
ballscrew berbasis kendali arduino dengan tiga memiliki 14 pin digital masukan / keluaran
derajat kebebasan yang memanfaatkan prinsip (dimana 6 pin dapat digunakan sebagai
kerja motor stepper dan sistem mekanik berupa keluaran PWM), 6 masukan analog, 16 MHz
ballscrew dan linear guideway. Penelitian ini osilator kristal, koneksi USB, dan tombol
bermanfaat sebagai alat bantu sistem otomasi reset. Pin-pin ini berisi semua yang diperlukan
dan penggabungan mekanik dari kontrol untuk mendukung mikrokontroler, hanya
robotika dan dapat menjadi referensi untuk terhubung ke komputer dengan kabel USB atau
membuat alat bantu potong yang dapat sumber tegangan bisa didapat dari adaptor AC-
digunakan di dunia industri. DC atau baterai untuk menggunakannya.

DASAR TEORI Driver Motor Stepper TB6560

Ballscrew Merupakan driver motor stepper


sebagai penerjemah untuk pengoperasian
Ballscrew disebut juga dengan ball motor stepper dengan mudah . Perangkat
bearing screw, yang terdiri atas spindle screw dirancang untuk mengoperasikan motor
dan nut. Ballscrew adalah tipe yang paling stepper bipolar dengan langkah full , half ,
umum digunakan dalam aktuator permesinan eight (1/8) dan sixteenth (1/16) depending
dan mesin pengukuran. Fungsi yang paling mode dan diatur oleh SW1, SW2, SW3, dan
utama dari ballscrew adalah untuk merubah S1.
dari gerakan rotasi menjadi gerakan lurus dan Modul ini sangat mudah digunakan,
sebaliknya, dengan kestabilan tinggi, tidak memerlukan instruksi karena semua
reversibility dan efisiensi tinggi jika pengaturan telah tercetak di papan modul dan
dibandingkan dengan leadscrew.[1] dirancang agar mudah melepas panas.
Tegangan masukan sebesar 10-35V DC dan
Linear Guideway dapat menggerakkan motor stepper sampai
dengan 3 Ampere[3].
Linear Guideway adalah salah satu
mekanisme yang memudahkan untuk gerakan Arduino IDE
linear. Linear guideway memanfaatkan rolling
elements seperti bola-bola yang kecil agar Perangkat lunak Arduino yang akan
koefisien gesek semakin kecil. Dengan digunakan adalah IDE. IDE Arduino adalah
memanfaatkan sirkulasi ulang rolling element perangkat lunak yang sangat canggih ditulis
antara rail dan block, linear guideway dapat dengan menggunakan Java. IDE Arduino

2
__________________________________________________________________________________________
460
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
terdiri dari editor program yaitu sebuah
window yang memungkinkan pengguna
menulis dan mengedit program dalam bahasa
processing, compiler yaitu sebuah modul yang
mengubah kode program (bahasa processing)
menjadi kode biner dan Uploader, sebuah
modul yang memuat kode biner dari komputer
ke dalam memory di dalam papan Arduino.

Kode G

Kode G adalah nama umum dari ISO


6983, merupakan bahasa pemograman untuk
mengontrol mesin-mesin Computed Numerical
Control (CNC). Kode G berorientasi pada Keterangan:
mesin yang mana terfokus pada jejak titik 1. Motor Stepper Z
pusat pahat pada sumbu mesin untuk 2. Motor Stepper Y
pemogramannya (UNY.2004).
3. Motor stepper X
4. Ballscrew
Inkscape 5. Linear Guideway
6. Bor DC
Merupakan aplikasi opensource yang 7. Meja kerja
digunakan untuk membuat desain gambar 8. Kerangka
berbasis vektor dan mengubahnya menjadi
kode G. Inkscape juga dapat mengubah gambar Gambar 1. Desain sistem mekanik
citra bitmap menjadi kode G dengan
mengubahnya terlebih dahulu ke citra vektor. Spesifikasi Ballscrew dan Motor Stepper
yang Dibutuhkan dan yang Digunakan
Universal G-Code Sender
Tabel 1. Ballscrew dan motor stepper yang
Universal G-Code Sender adalah dibutuhkan dan yang dipakai
sebuah perangkat lunak yang digunakan untuk
mengirim kode G untuk mesin CNC. Perangkat
Sumbu/
lunak ini telah dioptimalkan untuk mengirim x y z
kode G ke arduino yang merupakan jenis Unit
kontroler standar. Universal G-Code Sender
dapat bekerja pada Windows , Mac , dan Diameter Ballscrew
yang 3,2 5 2,2
Linux. dibutuhkan(mm)

PERANCANGAN ALAT Diameter Ballscrew


6 6 10
yang dipakai(mm)
Desain Sistem Mekanik
Daya motor stepper
yang dibutuhkan 2,43 24,3 3,89
Desain awal sistem mekanik terdapat (Watt)
pada gambar 1. Dalam perancangan terdapat
komponen-komponen penyusun alat berupa Daya motor stepper
12 36 14,4
kerangka utama, 3 set ballscrew dan linear yang dibutuhkan
(Watt)
guideway masing-masing pada sumbu X, Y,
dan Z, motor stepper 3 buah, bor DC dan meja
kerja.

__________________________________________________________________________________________
461
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Desain Dudukan Sumbu Z Desain Rangkaian Elektronika

Kabel USB

Gambar 2. Desain dudukan sumbu z[3]

Desain Kerangka Utama



Desain kerangka utama berfungsi Gambar 5. Desain rangkaian elektronika
sebagai dudukan ballscrew dan tempat
rangkaian elektronika. Arduino terkoneksi dengan laptop/
Bahan yang digunakan untuk membuat komputer melalui kabel USB. Kemudian pin
kerangka utama adalah besi tuang dengan 2,3, dan 4 terkoneksi ke pin CWK+ masing-
ketebalan 8mm. masing TB6560. Pin 5,6,dan 7 terkoneksi ke
pin CW+. Pin CWK- dan CW- terkoneksi ke
ground arduino. Untuk motor stepper masing-
masing terkoneksi pada pin A+, A-, B+, dan B-
pada TB6560. Pemasangan pin A dan B tidak
boleh tertukar. TB6560 masing-masing
terhubung ke power supply 12V.
Program Arduino

Program library arduino yang digunakan


adalah sebagai berikut:
#include <config.h>
Gambar 3. Desain kerangka utama #include <coolant_control.h>
#include <cpu_map.h>
Desain Dudukan Sumbu X #include <defaults.h>
#include <eeprom.h>
#include <gcode.h>
#include <grbl.h>
#include <limits.h>
#include <motion_control.h>
#include <nuts_bolts.h>
#include <planner.h>
#include <print.h>
#include <probe.h>
#include <protocol.h>
#include <report.h>
Gambar 4. Desain dudukan sumbu x #include <serial.h>
#include <settings.h>

4
__________________________________________________________________________________________
462
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
#include <spindle_control.h> Tabel 2. Pengujian Kestabilan sumbu x
#include <stepper.h>
#include <system.h>
void setup() { Jarak Waktu
Kecepatan
Putaran
// put your setup code here, to run once: No geser
(mm) (detik) (rpm)
} (mm/detik)
void loop() {
// put your main code here, to run repeatedly: 1. 100 20 5 50,4
}
2. 150 30 5 50,4
Konfigurasi Universal G-Code Sender
3. 200 40,5 4,9 50,4
Konfigurasi universal g-code sender
dilakukan dengan mengetikkan $$ pada kolom 4. 250 49,5 5,05 50,4
command. Parameter penting yang diatur 5.
300 60 5 50,4
adalah jumlah langkah motor stepper yang
diperlukan untuk menempuh jarak 1mm,
Tabel 3. Pengujian Keakurasian sumbu x
kecepatan geser alat dalam mm/menit, dan
nilai jarak maksimum dalam mm untuk
masing-masing sumbu x, y, dan z. Apabila jarak yang
tidak menggunakan limit switch, maka jarak terukur Tingkat
diberikan
pengaturan konfigurasi universal g-code (mm) akurasi (%)
(mm)
sender dibiarkan pada settingan default-nya.
60 59,5 99,2
HASIL PENELITIAN
120 120 100
Hasil rancang bangun pada penelitian ini 180 180 100
terdapat pada gambar 6. 240 240 100
300 300 100
Tabel 4. Pengujian Kestabilan sumbu y

Kecepatan
Jarak Waktu Putaran
No geser
(mm) (detik) (rpm)
(mm/detik)

1. 40 7,95 5,03 30

2. 80 16 5 30

3. 120 24 5 30
Gambar 6. Hasil rancang bangun mechanic
cutting 4. 160 32 5 30
5.
Uji Kestabilan dan Keakurasian 200 40,2 4,98 30

Pengujian kestabilan dilakukan dengan


mengukur waktu tempuh alat untuk bergerak
pada jarak tertentu. Pengujian keakurasian
yaitu dengan memberikan input nilai pada alat
lalu mengukur jarak nyata yang ditempuh
benda. Pengujian dilakukan dengan
menggunkan fitur machine control pada
universal g-code sender.

__________________________________________________________________________________________
463
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
Tabel 5. Pengujian Keakurasian sumbu Y tengah serta 4 lingkaran masing-masing
dengan diameter 2cm, 4cm, 6cm dan 8cm.

jarak yang jarak terukur Tingkat akurasi


diberikan (mm) (mm) (%)

40 40 100
80 80 100
120 120 100
160 160 100
200 200 100

Tabel 6. Pengujian Kestabilan sumbu Z

Kecepatan
Jarak Waktu Putaran
No geser
(mm) (detik) (rpm)
(mm/detik)

15 1,19 12,6 50
1.
30 2,4 12,5 50
2. Gambar 7. Gambar yang akan dieksekusi
45 3,6 12,5 50
3.
60 4,8 12,5 50
4.

5. 75 6 12,5 50

Tabel 7. Pengujian Keakurasian sumbu Z

jarak yang jarak terukur Tingkat akurasi


diberikan (mm) (mm) (%)

15 15 100
30 30 100 Gambar 8. Gambar hasil eksekusi
45 45 100
Uji Memotong Material
60 60 100
75 75 100 Pengujian pemotongan material
Uji Menggambar dilakukan dengan menggunakan bor dc dengan
diameter mata potong sebesar 2,2mm sebagai
Pengujian dengan tes menggambar pemotong dan bahan yang akan dipotong
berupa sterofoam dengan ketebalan 10mm.
dilakukan sebagai simulasi alat ketika akan
Bentuk yang akan dibuat berupa lingkaran
digunakan untuk memotong material. dengan diameter 40mm. Kecepatan makan
Caranya dengan memasang sebuah pena diatur sebesar 50mm/menit. Gambar 9 adalah
pada dudukan aktuator dengan media pola yang akan dibuat dan Gambar 10 adalah
gambar berupa kertas. Gambar yang akan hasilnya.
dieksekusi berupa garis vertikal, horizontal
dan diagonal yang berpotongan pada titik

6
__________________________________________________________________________________________
464
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________
menggambar dengan data gambar yang dibuat
di komputer, serta mampu melakukan
pemotongan bahan berupa sterofoam dengan
ketebalan 10mm.

DAFTAR PUSTAKA

1. Tambati, Ruci Gelar. 2015. Rancang


Bangun Sistem Mekanik Ballscrew Dua
Derajat Kebebasan Dengan Kendali
Berbasis Arduino. Sekolah Tinggi
Teknologi Nuklir: Yogyakarta
2. http://www.hiwin.com (diakses 28
Desember 2015)
3. Syahrul. 2011. Motor Stepper: Teknologi,
Metoda Dan Rangkaian Kontrol. Majalah
ilmiah. Jurusan Teknik Komputer
Gambar 9. Pola yang akan dibuat Universitas Komputer Indonesia.
4. Tim Fakultas teknik UNY.2004.
memprogram mesin CNC.Univer

Pertanyaan :
1. Nugroho luhur :
Bagaimana solusinya untuk
memperoler error yang lebih kecil?
Jawab :
Menggunakan aplikasi yang lebih
Baik dalam membentuk kode G dan
menggunakan mata potong yang lebih
kecil/sesuai.

Gambar 10. Hasil pemotongan sterofoam

KESIMPULAN

Telah dibuat mechanic cutting berbasis


arduino dengan 3 derajat kebebasan dan
diperoleh hasil :

Gerakan horizontal (sumbu X) sejauh 300 mm


ke kanan dan ke kiri dengan putaran motor
stepper 50,4 rpm dan kecepatan geser rata-rata
5 mm/s, Gerakan vertikal (sumbu Y) sejauh
200 mm ke depan dan ke belakang dengan
putaran motor stepper 30 rpm didapatkan
kecepatan geser rata-rata 5 mm/s Gerakan
(sumbu Z) sejauh 75 mm gerakan naik maupun
turun dengan putaran motor stepper 50 rpm
didapatkan kecepatan geser rata-rata 12,5mm/s.
Alat telah mampu melaksanakan gerak bolak-
balik tanpa kehilangan kestabilan dan presisi.
Setelah diujicoba alat telah mampu

__________________________________________________________________________________________
465
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________________
466
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

!!!" 
   "
 !!"
 !! #

&')- &7175 '97 90'5 /,'0*4.'5'7)-!7,*1)42


'((#(# :/0/?@/?7%$  ,  ,=5F/9/?A/
 <2=<3@7/
(7:>
    /E
  
F/27FB<B@0/A/<5=72

!" 

! !!"  


   "   
 !!"  !!  # 7 !/0 <@A?B;3<A/@7 3<2/:7 2/<
"39/A?=<79/ '((#(# A3?2/>/A
B<7A /:/A >3?/5/ >?/9A79B;H'7;B:/A=? !3<5/<&=0=A%3;7<2/6
/?/<5 03?0/@7@ "79?=9=<A?=::3? (" I '/:/6 @/AB 2/?7 /:/A 7<7 2/:/; 9=<27@7 ?B@/9 @367<55/
A72/9 2/>/A 27=3>?/@79/< 23<5/< 0/79 2/< 07:/ A72/9 ?B@/9 >B< 2/:/; @7@A3; =>3?/@7<F/ ;/@76 @31/?/
;/<B/: B</ ;3;4B<5@79/< 93;0/:7 2/< ;3</;0/6 C/?7/@7  ;=23: >?/9A79B; @3?A/ ;3<7<59/A9/<
936/<2/:/< /:/A ;/9/ 27:/9B9/< >3?0/79/< 2/< ;=27479/@7 /:/A A3?@30BA "=27479/@7 F/<5 27:/9B9/<
A3?BA/;/ >/2/ @F@A3; 93<2/:7 F/<5 @3;B:/ ;3<55B</9/< ;79?=9=<A?=:3?  ')#
03?/:76
;3<55B</9/< ;79?=9=<A?=:3? ?2B7<= ')# 2/< @7@A3; =>3?/@7F/<5@3;B:/ 6/<F/ @31/?/;/<B/:
@39/?/<5 /2/ =>@7 =>3?/@7 @31/?/ =A=;/A7@ /?7 6/@7: >3<5B87/< /:/A @7;B:/@7 7<7 2/>/A 27=>3?/@79/<
93;0/:70/79 @31/?/;/<B/:;/B>B< =A=;/A7@

/A/9B<17 @F@A3; 93<2/:7 @7;B:/A=?:3<5/<?=0=A ;79?=9=<A?=:3? ?2B7<=




      
 
 
  
 

&')-&7175 '97 90'5 /,'0*4.'5'7)-!7,*1)42
'((#(# :/0/?@/?7%$  ,  ,=5F/9/?A/
 <2=<3@7/
(7:>
    /E
  
F/27FB<B@0/A/<5=72






              
 

        
 0 5*' #$ 04536/'05#5+10 10531. #0&
'%*#5310+%4   5*'3'#3' 60+541(2312423#%5+%6/1$153/+/6.#51311&417'34
+%31%1/265'3$#4'& 
0'1(5*'4'511.4+4&#/#)'&41+5%16.& 01512'3#5'8'..#0&'7'0
+(+5+4015 $31-'0+05*'12'3#5+0)4:45'/ +445+../#06#. 10.: 1#&&#23#%5+%#./1&'.7#3+#5+104#0&
+/2317' 5*' (60%5+10 #0& 3'.+#$+.+5: 1( 511.4 41 5*'0 &1 51 3'2#+3 #0& /1&+(+%#5+10 1( 5*' 511.
1&+(+%#5+1048'3'&10'23+/#3+.:105*'13+)+0#.%10531.4:45'/64+0)/+%31%10531..'3 ')#
51
3&6+01')# #0&5*'12'3#5+0)4:45'/5*#58#413+)+0#..:10.:/#06#..:0185*'3'+4#0125+10
1( /#06#. #0& #651/#5+% 12'3#5+10 31/ 5*' 5'45 3'46.54 5*+4 4+/6.#5+10 511. %#0 $' 12'3#5'& #)#+0
'+5*'3/#06#..:13 #651/#5+%#..:

':813&4%10531.4:45'/431$15+%#3/4+/6.#5133&6+01/+%31%10531..'3

__________________________________________________________________________________________
467
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

## 53?/9 >BA/? 23<5/< /9AB/A=? ;=A=? ><3B;/A79


/;0/?  /2/:/6 1=<A=6 C7@B/:

'6'4*/'.'1+ @7:7<23?<3B;/A79  
   
7 2/:/; 7<2B@A?7 ?=0=A ;3?B>/9/< /:/A F/<5    
2/>/A 275B</9/< @30/5/7 /:/A 0/<AB ;/<B@7/ F/<5  
;3;7:797 0303?/>/ 93:3076/< 3:3076/< A3?@30BA  
 !
@/:/6 @/AB<F/ /2/:/6 2/>/A 275B</9/< >/2/ A3;>/A
 
A3;>/A F/<5 A72/9 27;B<597<9/< B<AB9 278/<59/B /;0/? 3<AB9C7@B/:@7:7<23?
/A/B 03?0/6/F/ 0/57 ;/<B@7/'3>3?A7 >393?8/ ?/27/@7 ><3B;/A79F/<5270B9/-
.
F/<56/?B@A3?8/5/8/?/9 D/9AB2/< >3?:B>3?7@/7 @//A
0393?8/'3:/7< 7AB >3<55B<//< ?=0=A 2/:/; 7<2B@A?7 3?/9/< :B?B@ ;/8B ;B<2B? 0/A/<5 @7:7<23?
8B5/ 2/>/A ;3<7<59/A9/< 9B/:7A/@ 2/< ;3<563;/A 27>3?=:36 93A79/ B2/?/ ;/;>/A03?A39/</< ;/@B9
07/F/ >?=2B9@7 &=0=A 27>?=5?/; /5/? ;/;>B 2/< 93:B/? ;3:/:B7 :B0/<5 +0 2/< 165 2/?7 @7:7<23?
;3<53?8/9/< @B/AB >393?8//< 23<5/< 8/<59/ D/9AB A3?@30BA3?/9/<:B?B@;/8B;B<2B?0/A/<5@7:7<23?
A3?A3<AB A/<>/ ;3<53</: :3:/6 2/< A/<>/ 93@/:/6/< 7<7:/6 F/<5 2/>/A 275B</9/< B<AB9 ;3<553?/99/<
@367<55/ ;BAB >?=2B9@7 A3A/> A3?8/5/ 2/< 07/F/ :3<5/< ?=0=A F/<5 A3?2/>/A >/2/ ?=0=A :3<5/<
>?=2B9@72/>/A 27A39/< ><3B;/A79 )<AB9 ;3<3<AB9/< /?/6 2/< 9313>/A/<
'//A7<7 27!/0'7@A3;<@A?B;3<A/@7 3<2/:72/< 53?/9 :/<59/6 ;/8B ;B<2B?<F/ 0/A/<5 @7:7<23?
"39/A?=<79/ '((#(# A3?2/>/A
 B<7A /:/A ><3B;/A71 27>3?:B9/< /2/<F/ 9/AB>7#.7' F/<5
>3?/5/ B<AB9 >?/9A79B; H'7;B:/A=? !3<5/< &=0=A 2/>/A 270B9/ 2/< 27ABAB> @31/?/ ;/<B/: 23<5/<
%3;7<2/6 /?/<5 03?0/@7@ "79?=9=<A?=::3? ( A/<5/< 27@30BA *#0& 7#.7' /A/B @31/?/ =A=;/A7@
" I '/:/6 @/AB 2/?7 /:/A 7<7 2/:/; 9=<27@7 23<5/<:7@A?7927@30BA 41.'01+& 7#.7' -
.
?B@/9@367<55/A72/92/>/A27=3>?/@79/<23<5/<0/79 &=0=A :3<5/< F/<5 >3<553?/9<F/ 23<5/< ;=A=?
2/< 07:/ A72/9 ?B@/9 >B< 2/:/; @7@A3; =>3?/@7<F/ @31/?/ >?7<@7> 53?/9/< 27>3?=:36 23<5/<
;/@76 @31/?/ ;/<B/: ;3<55B</9/< A=;0=: ;3;>3?:/;0/A 53?/9 >BA/?/< ;=A=? 67<55/ >BA/?/<
3?B@/9/< 27/:/;7 27 0/57/< @7@A3; 93<2/:7 F/<5 ;=A=? F/<5 9/2/<5 @/;>/7 ?70B/< 9/:7 2/:/; @/AB
;3<5/970/A9/< :3<5/< ?=0=A @3?7<5 03?53?/9 A72/9 ;3<7A ;3<8/27A7<55/:2/?7 @/AB>BA/?/<>3? ;3<7A
A3?93<2/:7 @367<55/ 2/>/A ;3<7;0B:9/< >=A3<@7 "=A=? :7@A?79 F/<5 @B2/6 0/<F/9 27>?=2B9@7 @//A 7<7
0/6/F/ 0/57 =>3?/A=? 2/< >3?/:/A/< F/<5 03?/2/ 27 0/<F/9 @39/:7 83<7@<F/ "3<B?BA @B;03? :7@A?79 F/<5
@397A/?<F/ 27>3?:B9/< ;=A=? :7@A?79 /2/ ;=A=? :7@A?79  2/<
3<5/< /2/<F/ >3?;/@/:/6/<A3?@30BA @3?A/5B</ ;=A=? :7@A?79  "=A=? :7@A?79  270/57 :/57
;3</;0/6 C/?7/@7  ;=23: >?/9A79B; 2/< ;3<8/27 03?;/1/;;/1/; 27/<A/?/<F/ /2/ ;=A=?
;3<7<59/A9/< 4B<5@7 @3?A/ 936/<2/:/< /:/A ;/9/  9BAB> ;/5<3A >3?;/<3< ;=A=?  23<5/<
>3?:B 27:/9B9/< >3?0/79/< 2/< ;=27479/@7 /:/A >3<5B/A@3<27?7;=A=?>3<5B/A:B/?2/<:/7<:/7<
A3?@30BA 0/79 2/?7 @357 *#3&8#3' ;/B>B< 41(58#3' )<AB9 ;3<5/AB? 9313>/A/< >BA/? ;=A=?  >/2/
'367<55/ 276/?/>9/< /:/A A3?@30BA 2/>/A 275B</9/< >?7<@7><F/ /2/:/6 23<5/< ;3<5/AB? A35/<5/<
@30/5/7 ;=2B: >?/9A79B; F/<5 :3076 /;/< 6/<2/: ;/@B9/< /A/B ;3<5/AB? 4:B9@ ;32/< ;/5<3A - .
C/?7/A74 2/< 4:39@703: 9/?3</ ?/<59/7/< >3<5/D/A/< ;3<579BA7>3?@/;//< 
2/< >?=5?/;<F/ 2/>/A 27?B0/6 @3@B/7 23<5/<
937<57</< F/7AB =>@7;/<B/:/A/B=A=;/A7@
 
! " 
*1+'1 2(26 27;/</ 0 /2/:/6>BA/?/<
&=0=A;/<7>B:/A=?/2/:/6?=0=A03?03<AB9:3<5/<  A35/<5/<;/@B9/<
;/<B@7/ F/<5 A3?27?7 2/?7 A/<5/< >3?53:/<5/<  /2/:/69=<@A/<A/
A/<5/<2/<B8B<5A/<5/<F/<52/>/A2703?7>3?/:/A/< ;/2/:/64:B9@;32/<;/5<3A
F/<5 @3@B/7 23<5/< 935B<//<<F/ - . %/2/ ?=0=A
:3<5/< @30/5/7 @B;03? 5/F/ 53?/9 ;39/<79 2/>/A )<AB9 ;3<3<AB9/< 8/?/9 /A/B>B< @B2BA :/<59/6
2/?7 ;=A=? 6F2?=:79 /A/B>B< ><3B;/A79 /:/; >3;7<2/6/< >/2/ ?=0=A :3<5/< 2/>/A ;3<55B</9/<
>3<3:7A7/< 7<7 5/F/ 53?/9 F/<5 275B</9/< A3?BA/;/ >3?@/;//< 138#3& -+0'/#5+%4 %3?@/;//< 7<7
/2/:/6 ><3B;/A79 2/< @30/57/< ;=A=? :7@A?79 272/>/A9/< 03?2/@/?9/< 8B;:/6 23?/8/A 93030/@/<
%<3B;/A79>/2/>?7<@7><F//2/:/6 A39<79>3<5B0/6/<   2/?7 :3<5/< A3?@30BA -
. 79/ A3?2/>/A
5/F/ A39/< 4:B72/ 5/@ B2/?/ ;/;>/A ;3<8/27 5/F/ ;/<7>B:/A=? 23<5/< 2B/ :3<5/< 2/< 276B0B<59/<
53?/9 :B?B@ 23<5/< /9AB/A=? @7:7<23? ><3B;/A79 /A/B 23<5/<  $ @3>3?A7 >/2/ /;0/?
 2/< 8B5/

__________________________________________________________________________________________
468
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

2793A/6B7@B2BA 2/< @3?A/>/<8/<5:3<5/<:  )<AB9 ;3<B:7@9/< 9=23 >?=5?/; 2/<


2/<:3<5/<
 ;/9/ ;3<57?7;9/< 9=23 A3?@30BA 93 >/>/< ?2B7<= A3:/6
27@327/9/< />:79/@7 ?2B7<= 05')3#5'&
'7'.12/'05 07+310/'05 >:79/@7 7<7 07@/
275B</9/< B<AB9 @3;B/ >/>/< 3&6+01- . %/2/
/>:79/@7 7<78B5/A3?2/>/A0303?/>/1=<A=69=232/@/?
@3>3?A7 #4+%4 +)+5#. 0#.1) +42.#: 2/<
@30/5/7<F/ (/;>7:/< />:79/@7 ?2B7<=  2/>/A
27:76/A>/2//;0/? 

/;0/?
"/<7>B:/A=?
@3<27

:3A/9'0&'(('%513>/2/ >=@7@7 93  :3 2/>/A 2767AB<5


23<5/<%3?@/;//<





!-56*0*1)'/-
'7@A3;93<2/:7/2/:/6@B/AB @7@A3;F/<5 A3?@B@B<
/A/@ 0303?/>/ 9=;>=<3<47@79F/<5 @/:7<5 A3?6B0B<5
/A/B A3?9/7A @31/?/ @7@A3;/A79 @367<5/ 2/>/A /;0/? (/;>7:/</>:79/@7?2B7<=- .
;3;3?7<A/6 ;3<5/?/69/< /A/B ;3<5/AB? @367<55/
@B/AB @7@A3; A3?@30BA 2/>/A 03?=>3?/@7 2/< 03?4B<5@7 /:/; =>3?/@7<F/ ?/A/?/A/  A3?;/@B9  ?2B7<=
@3@B/7 23<5/< @3AA7<5 F/<5 A3:/6 27A3<AB9/< A35/<5/< :7@A?79 F/<5 275B</9/< 0/79 27 @7@7 7<>BA
@303:B;<F/ ;/B>B< =BA>BA /2/:/6  * '32/<59/< 27 0/57/<
%/2/?=0=A:3<5/< F/<5270/6/@2/:/;>3<3:7A7/< 2/F/ F/<5 2793<2/:79/< A35/<5/< F/<5 275B</9/<
@7@A3; 93<2/:7<F/ ;3<55B</9/<  ;79?=9=<A?=::3? 07/@/<F/:30762/?77AB07@/
*
* *0/69/<
?2B7<="35/
@30/5/7=A/9<F/ ?2B7<="35/

 * /A/B  * B</ ;3<5/A/@7 6/: 7AB ;/9/

 ;3?B>/9/< @30B/6 $1#3& ;79?=9=<A?=:3? F/<5 2/>/A ;3<3?/>9/< ?/<59/7/< >3?/<A/?/ +05'3(#%'
03?0/@7@ >/2/  ("35/
 7<7 ;3;7:797 F/<5 8B5/ ;3?B>/9/< >3<5B/A F/<5 9=;>=<3<<F/
0B/6 >7< 2757A/: F/<5 2/>/A 275B</9/< @30/5/7 +0265 2/>/A03?B>/?3:/F;/B>B<9=;>=<3<@3;79=<2B9A=?
/A/B 165265 /?7  0B/6 >7< A3?@30BA  >7< @3>3?A7A?/<@7@A=? /A/BA6F?7@A=?
27/<A/?/<F/ 2/>/A 275B</9/< @30/5/7 165265 6.4' '.#: 7AB @3<27?7 /2/:/6 @/9:/? 3:39A?=;39/<79
"+&5* 1&6.#5+10 %+" ;3;7:797  0B/6 >7< F/<5 1=7: 3:39A?=;/5<3A >3<553?/9<F/ /2/ F/<5
#0#.1) +0265  0B/6 >7< )&( F/<5 03?4B<5/7 2/>/A 27=>3?/@79/< 23<5/< A35/<5/<  *
@30/5/7 2135 @3?7/: *#3&8#3' @30B/6 =@7:/A=? ?7@A/: @32/<59/< 0/57/< 9=<A/9A=?<F/ 07@/ B<AB9 A35/<5/<
 "G @30B/6 ,#%- ('/#.' B<AB9 9=<39@7 )' F/<5 :3076 2/?7 7AB @30/5/7;/</ A3:/6 27@30BA9/< 27
,#%- ('/#.' /2/>A=? 2/< @30B/6 A=;0=: 3'4'5- . /A/@ =<A/9A=?9=<A/9A=? >/2/ ?3:/F A3?27?7 2/?7
3<AB9 2/?7 3&6+01 ')# 2/>/A 27:76/A >/2/ 9=<A/9 13/#..: 2'0 #$;3;0B9/ 9=<A/9
/;0/?  13/#..:.14'& #;3<F/;0B<5- .
(?/<@7@A=? /2/:/6 9=;>=<3< 2/?7 0/6/<
@3;79=<2B9A=?;/9/A3?;/@B99=;>=<3<3:39A?=<79/
F/<5 /9A74 =;>=<3< 7<7 ;3;7:797  >7< /A/B 9/97
;/@7<5;/@7<527</;/9/<;7A=?/@7@2/<
=:31A=?  '74/A A?/<@7@A=? 879/ >/2/  2703?7
@7<F/: :7@A?79 ;/9/ /<A/?/  2/<  /9/<
A3?9=<2B9@7A3?@/;0B<523<5/<<7:/79=<2B9A/<@7<F/
>?=>=?@7=</: 23<5/< A7<557 ?3<2/6<F/ /?B@A35/<5/<
@7<F/:F/<5/2/279/97 /27A?/<@7@A=?@3=:/6=:/6
@30B/6@/9:/?F/<52/>/A9=<A/9$#2/<$/<A/?/
/;0/? 1#3& ?2B7<="35/
- .

__________________________________________________________________________________________
469
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

 2/<  23<5/< >3<13A A=;0=: ;3<55B</9/< @7<F/: ;3;0B9/ B<AB9 ;3<5/:7?9/< B2/?/
>/2/9/97 ;/;>/AA39/< 93 @7:7<23? /9AB/A=? B<AB9
;3<553?/99/<0/A/<5@7:7<23?/9AB/A=? '3:/7<
" " 7AB @//A ;3<39/< @/AB A=;0=: A3?@30BA =BA>BA
"3A=23>3<3:7A7/<27:/9B9/<23<5/< ;79?=<9=<A?=: 8B5/ ;3<5/9A749/< ! 2/<
 "3;>3:/8/?7 2/< ;3<5/;/A7 @31/?/ ?7<17 :/;>B 7<279/A=? >3</;>7: 53?/9/< /9AB/A=?
A3?6/2/> 4B<5@7 2/< 1/?/ 93?8/ '7;B:/A=? /?7 A=;0=:A=;0=: F/<5 275B</9/< </;>/9
&=0=A !3<5/< F/<5 /9/< 27;=27479/@7 9B?/<5 @3@B/79/@/? 07:/ 270/<27<5 23<5/<
@39/:75B@ ;3?3<1/</9/< >3?0/79/< 2/< 9=;>=<3<9=;>=<3< 9=<A?=: 2/< /9AB/A=?
;=27479/@7 F/<5 275B</9/< ;3@A7<F/ A=;0=: 1B9B> F/<5

 '3A3:/6 2793A/6B7 2/< 27>/6/;7 6/: <= 9317: 6/:B@ A3A/>7 >39/ 27@3@B/79/< 23<5/<
;/9/ 27?/<1/<5 @B@B</< ?/<59/7/< @7@A3; 9=<A?=: 3:39A?=<79 ;79?= 9=<A?=::3? ("35/
93?8/ /:/A @7;B:/@7 A3?@30BA @3@B/7 23<5/< F/<5275B</9/<
F/<5 277<57<9/< @367<55/ '7;B:/A=? &=0=A
!3<5/< 2/>/A 275B</9/<27=>3?/@79/<
 '7;B:/A=? &=0=A !3<5/< F/<5 277<57<9/<
93;0/:7 0/69/< 07@/ 27=>3?/@79/< @31/?/ /2/:/6 2/>/A27=>3?/@79/<2/<274B<5@79/<:/57
;/<B/: 2/< =A=;/A7@ 23<5/< A=;0=:A=;0=: 23<5/< :3076 0/79 2/>/A 27=>3?/@79/< @31/?/
F/<5 :3076 6/:B@ ,/7AB ;3;0B/A 2/< /A/B ;/<B/:2/<8B5/07@/=A=;/A7@ '7@A3;93<2/:7
;3<3<AB9/< @B@B</< ?/<59/7/< ;/@7<5 3:39A?=<79 @3;B:/ 23<5/<  ;79?= 9=<A?=:
;/@7<5 0:=9 @3@B/7 23<5/< 4B<5@7 2/< ("35/  275/<A7 23<5/< ;79?=9=<A?=:
93?8/<F/ ?2B7<= "35/
 %/>/<>/<3:2/<A=;0=:
 "3;0B/A 2/< ;3:/9B9/< B87 4B<5@7 ;/@7<5 A=;0=: 275/<A7 23<5/< F/<5 :3076
;/@7<5 0:=9 ?/<59/7/< F/<5 A3:/6 03?6/@7: ?3>?3@3<A/A74 9=;B<79/A74 2/< @3<@7A74 '31/?/
270B/A 5/?7@ 03@/? @7@A3; 93<2/:7 &=0=A !3<5/<
 "3<FB@B< /A/B ;3?/<59/7 @3:B?B6 0:=9 27?/<1/<5 2/< 270B/A @3>3?A7 27/5?/; 0:=9
?/<59/7/<F/<5A3:/6270B/A27<=  @3>3?A7 /;0/?
 "3:/9B9/< B87 4B<5@7 2/< =>3?/@7 A3?6/2/>
6/@7: @B@B</<@3:B?B60:=9 ?/<59/7/<<=  %)')($#
 %3<5/;07:/< 2/< >3<5B;>B:/< 2/A/ /A/@ 

6/@7:>3<5B87/<<=
 </:7@/ 2/< >3;0/6/@/< @3?A/ 93@7;>B:/< !
/A/@2/A/2/A/<=   

$
% !# 

" 
!
!!  # # ($&
 '5-/3*1+'0'6'1)'13*0','0'1
'3A3:/6 27/;/A7 2/< 27>3:/8/?7 A3?<F/A/
9=<27@7 '7;B:/A=? &=0=A !3<5/< F/<5 /2/  $
@B2/6 A72/9 2/>/A 274B<5@79/< 23<5/< 0/79 # 
7:76/A 2/?7 @B@B</< ?/<59/7/< 03?0/5/7 $
%
9=;>=<3< F/<5 /2/ &=0=A !3<5/< 7<7 07:/
9=<27@7 <=?;/: 6/<F/ 2/>/A 278/:/<9/< @31/?/
;/<B/: F/9<7 23<5/< A/<5/< ;3<39/< A=;0=:
264*$65510 48+5%* F/<5 A3?@327/ ;/9/
/9AB/A=? 03?53?/9 :/;>B 7<279/A=? ;3<F/:/
"$($ '$!#$ '$!#$ '$!#$
! /9A74 ;3</;>7:9/< 93A3?/<5/< 93?8/ & *!* *!* *!*

2/>B< ;39/<7@;3 93?8/ ?/<59/7/< F/7AB


23<5/< ;3<39/< A=;0=: 03?/?A7 ;3;/@B99/<
@7<F/: 93 @7@7 7<>BA ;79?=9=<A?=: 93;B27/< /;0/?7/5?/;0:=9@7@A3;93<2/:7 +/6.#513
@7<F/: 27>?=@3@ 67<55/ =BA>BA ;79?=9=<A?=: &=0=A!3<5/< 03?0/@7@?2B7<=
;3<5/9A749/< ?3:/F 93;B27/< ?3:/F
;3<5/9A749/< @=:3<=72 C/:C3 67<55/ C/:C3<F/

__________________________________________________________________________________________
470
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

 *0(7'6 )'1 '6'7 0*1*167.'1 57571'1 %?=5?/;2/:/;?2B7<=2/>/A27>?=5?/;B:/<5B<AB9


4'1+.'-'1 0'5-1+0'5-1+ (/2. @3@B/7 23<5/< >3;7:76/< >?=5?/; F/<5 27<57<9/< />/9/6 ;/<B/:
4B<5@72/<93?8/<F/ /A/B =A=A;/A7@
/ 'B;03?(35/<5/< ! 2/<A/;>7:/<! @30/5/77<279/A=?>=@7@7 2/?7
%3?A/;/ 27?/<1/<5 2/< 270B/A @B;03?>=D3? :3<5/< ?=0=A ?/<59/7/< >3<59/03:/<<F/ 27A3;>/A9/<
>3<FB>:/7 2/F/ :7@A?79 93 @3:B?B6 @7@A3; 93<2/:7 2/< >/2/>7<>7<?2B7<=>/2/>7<B<AB9!23<5/<
2/F/ &=0=A !3<5/< F/7AB 270B/A9/< ?/<5/9/7/< 27@3?7 &3@7@A=?

 K @30/5/7 >3?32B9@7 /?B@ F/<5


@3>3?A7/;0/? ;3<5/:7? 27 ! A3?@30BA '32/<59/< 2/?7 ?2B7<=
;3<B8B ! 27:3D/A9/< 
 "=2B:3 @30/5/7
+05'3(#%' 23<5/< 0B/69/03: F/<527>/@/<527>7<


2/<

@3?A/5?=B<2 0& ?2B7<= @367<55/


;3<F323?6/</9/< >?=@3@ >3?/<59/7/< /?7 !
2/>/A27A/;>7:9/<>=@7@72/<93A3?/<5/< :3<5/<?=0=A
</79AB?B<9/</<97?7 2@0

/;0/? &/<59/7/<@B;03?A35/<5/<
* 1 1 %3?/<59/7/< 2/< %3<5B87/< :=9 %3<5/AB?/<
2/<
*  313>/A/<"=A=?
)<AB953?/9/< ;3;BA/? :3<5/<?=0=A275B</9/<
'B;03? A35/<5/< 7<7 275B</9/< B<AB9 ;=A=? 3A79/03:B;27;=27479/@753?/9:/<59/6
;3<5/9A749/< 41.'01+& 7#.7' 2/< ;=A=?  @3?A/ >BA/? 6/<F/ 270/A/@7 ;3<55B</9/< D/9AB 5+/'
B<AB9 >=D3? @B>:/7 ?/<59/7/< @7@A3; 93<2/:7 4'55+0) >/2/ >?=5?/;  ;79?= 9=<A?=: @32/<59/<
3:39A?=<79 ;79?= 9=<A?=: ?2B7<= &/<59/7/< 7<7 9313>/A/<A72/927/AB?@367<55/ 53?/9/<>BA/?:3<5/<
;3<55B</9/< ?35B:/A=? A35/<5/< !
67<55/ /;/A13>/A2/<@3?7<5A3?8/27:3<5/<?=0=A;3<B;0B9
A35/<5/< A3??35B:/@7   @31/?/ =A=;/A7@ @3@B/7 03<2/03<2/ /A/B =>3?/A=? F/<5 /2/ 27 239/A<F/
930BAB6/</<A/?/ 
* 67<55/ ?B@/9 3<5/< ;=27479/@7 27;/</ 53?/9
:/<59/6 >BA/? 270/A/@7 23<5/< .+/+5 48+5%* ;39/<79
0 3<2/:7 "=2B: '.#: 2/< 9313>/A/< 27/AB? 23<5/< >3<5/AB?/< &65:%+%.'
%3;0B/A/< &/<59/7/< "=2B: '.#: 23<5/< A35/<5/< @B>>:/7 ;=A=?<F/ ;3<55B</9/< %+"
?2B7<= @3>3?A7 /;0/?  &/<59/7/< ;79?= ;=2B: /?7 6/@7: >3<5B87/< >BA/?/< ;=A=? 2/>/A
9=<A?=: ?2B7<= 7<7 03?4B<5@7 B<AB9 ;3<53<2/:79/< 27>3?:/;0/A 67<55/  @2  ?>; '367<55/ A72/9
"=2B: '.#: @367<55/ ?'.#:3'.#: 2/>/A/9A742/< A3?8/27 :/57 :3<5/< ?=0=A ;3</0?/9 03<2/03<2/ 27
A72/9/9A74@3@B/7 23<5/< >?=5?/; F/<5 A3:/6 270B/A @397A/?<F/ 9/?3</ >BA/?/< ;=A=? F/<5 A3?:/:B 13>/A
2/< 27B<55/6 93 >/>/< $1#3& ;79?=9=<A?=: 2/<93:3076/<:/<59/6
?2B7<= '3:/<8BA<F/ 3'.#+3'.#+ 7AB ;3<5/9A749/<
2 %3<5B87/<%?=5?/;'7@A3; 3<2/:7 #0+26.#513
41.'01+&7#.7' 2/<93;B27/</9AB/A=?@7:7<23?/9A74
;3<553?/99/< :3<5/< ?=0=A @3@B/7 >3?7<A/6 F/<5 1$15+% 3#+0'3 3?0/@7@ ?2B7<= "35/

93:B/?2/?7;79?=9=<A?=:?2B7<= '31/?/"/<B/:
'3A3:/6 @3:B?B6 0:=90:=9 ?/<59/7/< 275/0B<5
;3<8/27 @/AB B<7A ?/<59/7/< @7@A3; 93<2/:7 ?=0=A
:3<5/< ;/9/ 27:/9B9/< >3<5B87/< @7@A3; 93<2/:7
@31/?/ ;/<B/: %3<5B87/< 27:/9B9/< 23<5/< 1/?/
;3<56B0B<59/< >/>/< ?2B7<= "35/
 93
:/>A=> ;3<55B</9/< 9/03: )' 2/< >/@A79/< >/<3:
2/:/; 93/2//< ;/A7 3;B27/< ;3<5B<55/6
>?=5?/; 93 >/>/< ?2B7<= ;3<55B</9/< ?2B7<=

/@7: >3<5B87/< @7@A3; 93<2/:7 #0+26.#513
1$15+% 3#+0'3 03?0/@7@ ?2B7<= @31/?/ ;/<B/:
2/>/A27:76/A>/2/(/03: 

/;0/?  &/<59/7/<"=2B: '.#:


23<5/<?2B7<=

__________________________________________________________________________________________
471
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

3?2/@/?9/< 6/@7: >3<5B87/< 2793A/6B7 0/6D/


(/03: /@7:>3<5B87/<@7@A3;93<2/:7 #0+26.#513 >3?53?/9/< #0+26.#513 1$15+% 3#+0'3 A/;>7:/<
1$15+% 3#+0'3 03?0/@7@?2B7<=@31/?/;/<B/: ! 2/< ! @B2/6 @3@B/7 23<5/< 9=23 ;/@7<5
;/@7<5 3?/?A7 >?=5?/; @7@A3; 93<2/:7 @31/?/
2 21)-5- *6*4'1+'1 ;/<B/: @B2/6 03?4B<5@7 @3@B/7 23<5/< >?=5?/; 
#! F/<5/2/2/:/;>/>/<?2B7<=
 /<F/ 264* :3<5/< ?=0=A >=@7@7 !2
10  F/<5 !  ;3<F/:/ !
/ %3<5B87/< %?=5?/; '7@A3; 3<2/:7
27A39/< ;/A7 A/;>7:/< ! 0/?7@ #0+26.#513 1$15+% 3#+0'3 3?0/@7@ ?2B7<=
>3?A/;/ A3?AB:7@ H!3<5/< '31/?/$A=;/A7@
&=0=AI 2/< 0/?7@ 932B/ A3? %3<5B87/< >?=5?/; @7@A3; 93<2/:7 #0+26.#513
AB:7@H!2I 1$15+% 3#+0'3 @31/?/ =A=;/A7@ 03?AB8B/< B<AB9
 /<F/ 264* :3<5/< ?=0=A >=@7@7 180 ;3<53A/6B7 />/9/6 >?=5?/; @7@A3; 93<2/:7 @31/?/
10
 F/<5 !
 ;3<F/:/ ! =A=;/A7@ @B2/6 @3@B/7 23<5/< F/<5 277<57<9/< /A/B
27A39/< ;/A7 A/;>7:/< ! 0/?7@ 03:B; %3<5B87/< 27:/9B9/< 23<5/< 1/?/
>3?A/;/ A3?AB:7@ H!3<5/< ;3<56B0B<59/< >/>/< ?2B7<= "35/
 93
&=0=AI 2/< 0/?7@ 932B/ :/>A=> ;3<55B</9/< 9/03: )' 2/< >/@A79/< >/<3:
A3?AB:7@ H180I 2/:/; 93/2//< ;/A7 3;B27/< ;3<5B<55/6
 /<F/ 264* :3<5/< ?=0=A >=@7@7 >?=5?/;93?2B7<=;3<55B</9/<?2B7<=
10  F/<5 138#3& !  ;3<F/:/ /@7: >3<5B87/< @7@A3; 93<2/:7 #0+26.#513
27A39/< !  ;/A7 A/;>7:/< ! 1$15+% 3#+0'3 03?0/@7@ ?2B7<= @31/?/ =A=;/A7@
0/?7@ >3?A/;/ A3?AB:7@ 2/>/A27:76/A>/2/(/03: 03?79BA
H!3<5/< &=0=AI 2/< 0/?7@
932B/ A3?AB:7@ H138#3&I (/03:
/@7:>3<5B87/<@7@A3;93<2/:7 #0+26.#513
 /<F/ 264* !3<5/< ?=0=A >=@7@7 1$15+% 3#+0'3 03?0/@7@?2B7<=@31/?/=A=;/A7@
10  F/<5 '7'34' !  ;3<F/:/
27A39/< !  ;/A7 2/< A/;>7:/< 2 21)-5- #" !*57'- "-)'.
! 0/?7@ >3?A/;/ A3?AB:7@ "  !*57'-
H!3<5/< &=0=AI 2/< 0/?7@  !*(*/70 0*1*.'1 620(2/
932B/ A3?AB:7@ H'7'34'I #! 

 /<F/ 264* )3+22'3 :3<5/< ?=0=A >=@7@7 %=@7@7!3<5/<&=0=A


10  F/<5 A3?ABAB> !  ;3<F/:/ )> =?D/?2 ?7>>3?
27A39/< !  ;/A7 2/< A/;>7:/< A3?ABAB> $
! 0/?7@ >3?A/;/ A3?AB:7@ ! "/A7
H!3<5/< &=0=AI 2/< 0/?7@ ! A3?AB:7@ H!3<5/<
932B/ A3?AB:7@ H/>7AI &=0=AIH&3@3AI
 /<F/ 264* )3+22'3 :3<5/< ?=0=A >=@7@7 !*6*/', 0*1*.'1 620(2/ #!
10  F/<5 A3?0B9/ !  ;3<F/:/   0'.'42(266*475 (*4+*4'.
27A39/< !  ;/A7 2/< A/;>7:/<  %=@7@7!3<5/<&=0=A
! 0/?7@ >3?A/;/ A3?AB:7@ )> =?D/?2 ?7>>3?
H!3<5/< &=0=AI 2/< 0/?7@ A3?0B9/ *
932B/ A3?AB:7@ H!3>/@I !72B>
 /<F/ 264* :3<5/< ?=0=A 03?>BA/? 93 ! A3?AB:7@ H!3<5/<
10  F/<5 /?/6 97?7 !  ;3<F/:/ &=0=AIH!3>/@I
27A39/< !  ;/A7 2/< A/;>7:/<  %=@7@7!3<5/<&=0=A
! 0/?7@ >3?A/;/ A3?AB:7@ )> =?D/?2 ?7>>3?
H!3<5/< &=0=AI 2/< 0/?7@ A3?0B9/2/<03?>BA/?9397?7 *
932B/A3?AB:7@H'(5I !72B>
 /<F/ 264* :3<5/< ?=0=A 03?>BA/? 93 ! A3?AB:7@ H!3<5/<
10  F/<5 /?/6 97?7 !  ;3<F/:/ &=0=AIH 7?7I
27A39/< !  ;/A7 2/< A/;>7:/<
! 0/?7@ >3?A/;/ A3?AB:7@
H!3<5/< &=0=AI 2/<0/?7@
932B/A3?AB:7@H+)*5I

__________________________________________________________________________________________
472
SEMINAR NASIONAL XII SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 25 AGUSTUS 2016
ISSN 1978-0176
__________________________________________________________________________________________

!#
!/<8BA/<(/03:
 /?7 >3<3:7A7/< ;=27479/@7 2/< @3A3:/6 27:/9B9/<
2 21)-5- #" !*57'- "-)'. >3<5B87/<27@7;>B:9/<0/6D/
"  !*57'-  %3?/5/ >?/9A79B; +/6.#513 &=0=A !3<5/< F/<5
 %=@7@7!3<5/<&=0=A /2/27!/0=?/A=?7B;"39/A?=<79/'((# 03?6/@7:
=D<=?D/?22/<?7>>3? 27;=279/@7 @367<55/ 2/>/A 275B</9/< 93;0/:7
A3?0B9/ * B<AB9 >?/9A79B; 3<2/:7 ;/<B/: 2/< =A=;/A7@
!
;3<F/:/ &=0=A %<3B;/A79 23<5/< ;79?=9=<A?=: ?2B7<=
! A3?AB:7@ H!3<5/< 53?/9/<53?/9/<<F/A3?93<2/:7 @31/?/ :3076 4/#35
&=0=AIH=D<I
 3<2/:7 03?0/@7@ ?2B7<=  2/>/A 27>7:76 @31/?/
 %=@7@7!3<5/<&=0=A =A=;/A7@ /A/B ;/<B/: 23<5/< 1/?/ ;3<5B<55/6
=D<=?D/?22/<?7>>3? B:/<5 >?=5?/;>/2/ >/>/< ?2B7<= <F/
A3?ABAB> *
! ;3<F/:/ ! 
! A3?AB:7@ H!3<5/< 2/ 0303?/>/ @/?/< F/<5 >3?:B 27@/;>/79/< 2/?7
&=0=AIH/>7AI >3<3:7A7/< 7<7F/7AB

 %=@7@7!3<5/<&=0=A  %3<5/AB?/< 9313>/A/< ;=A=?  ;3<55B</9/<


)> =?D/?2 2/< ?7>>3? %+"/:/<59/60/79<F/879/@7<F/:%+"8B5/27
A3?ABAB> * /;07:9/<2/?747AB? F/<527;7:797 ;79?=9=<A?=::3?
! ;3<F/:/ ?2B7<=
! A3?AB:7@ H!3<5/<
 %3<3:7A7/< @3:/<8BA<F/ /9/< :3076 ;3;B<597<9/<
&=0=AIH)>I >3<5=<A?=::/< 23<5/< @7@A3; <2?=72 2/< /A/B
 %=@7@7!3<5/<&=0=A &3;=A3=<A?=:
)> &3C3?@3 2/< ?7>>3?  =<@A?B9@7 ;39/<79 @30/79<F/ 8B5/ :3076
A3?ABAB> * 27@3;>B?</9/<:/57
! ;3<F/:/
! A3?AB:7@ H!3<5/< " #!"
&=0=AIH&3C3?@3I - . #B?6/97;  &
  H'7@A3; 3<2/:7 3?/9
 %=@7@7!3<5/<&=0=A 105+06164 #5* 3#%-+0) 23<5/< "3<55B</9/<
)> &3C3?@3 ?7>>3? 6$+% 3#,'%513: .#00+0) >/2/ &=0=A
A3?ABAB> 2/< 03?>BA/? 93 * "/<7>B:/A=? $< '9?7>@7'/?8/</)<7C3?@7A/@
9/</< <2=<3@7/3>=9
!;3<F/:/ -
. %719B> &299   H%3<5/<A/? :;B
! A3?AB:7@ H!3<5/< %<3B;/A79/I/: %(?/;327//9/?A/
&=0=AIH /</<I - . 9/F/<7 (

 H&/<1/<5 /<5B< %3<553?/9
 %=@7@7!3<5/<&=0=A "=A=?  "/5<3A %3?;/<3< B<AB9 "=2B:
)> &3C3?@3 2/< ?7>>3? <@A?B;3<A/@7 2/< '7@A3; 3<2/:7I (B5/@ 967?
A3?0B9/ * 7>:=;/ %=:7A39<79#353?7/<2B<5/<2B<5
!;3<F/:/ - . *5524888#3&6+01%%'0#+0 3&6+011#3&
! A3?AB:7@ H!3<5/< ')#  27/9@3@ >/2/ A/<55/:
 B:7
 
&=0=AIH!3>/@I >B9B:
 +
 %=@7@7!3<5/<&=0=A
- . *552'.'-5310+-# &#4#38'$+&5'13+ 3'.#:
)> &3C3?@3 ?7>>3?
'.'-531 /'-#0+- 27/9@3@ >/2/ A/<55/:  "/?3A
A3?0B9/2/<03?>BA/?9397?7

 >B9B: +
! 
   ;3<F/:/ *
! A3?AB:7@ H!3<5/<
 "&
&=0=AIH%=@7@7D/:I
 3?/>/9=<27@793A79/=>3?/@7;/<B/: 6;/2
3?2/@/?9/< 6/@7: >3<5B87/< 2793A/6B7 0/6D/ &/;/26/<7
>=@7@72/<9=<27@753?/9/<:3<5/<?=0=A #0+26.#513 '8'( 2/9=<27@7@30/5/7;/</27A/;>7:9/<
&=0=A !3<5/< @B2/6 @3@B/7 23<5/< A/;>7:/< ! >/2/(/03: 
2/< ! 7AB ;3</<2/9/< 0/6D/ >?=5?/; 2/<
?/<59/7/<@7@A3;93<2/:7 #0+26.#513 &=0=A !3<5/<
F/<5 @31/?/ =A=;/A7@ @B2/6 03?4B<5@7 8B5/ @3@B/7
23<5/< >?=5?/; F/<5 A3:/6 27B<55/6 93 >/>/<
?2B<7<=

__________________________________________________________________________________________
473

Anda mungkin juga menyukai