By :
Syf. Melinda Sari, S.Hut
3/26/2012
Diterbitkan oleh :
Tim Produksi
Penyusun : Syarifah Melinda Sari, S. Hut
Kontributor : Ir. Fairus Mulia, Ateng Surya Sandjaya
Design sampul dan lay-out : Syarifah Melinda Sari, S. Hut
Penanggung Jawab :
Foto – foto :
Ateng Surya Sandjaya (seluruh foto)
KATA PENGANTAR
Indonesia memiliki keanekaragaman jenis fauna yang begitu tinggi yang tidak perlu diragukan lagi
keberadaannya. Salah satu ekosistem yang memiliki keanekaragaman yang tinggi adalah ekosistem hutan
mangrove. Kawasan PT. Bina Ovivipari Semesta (BiOS) Group yang terletak di Kabupaten Kubu Raya
Propinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu ekosistem hutan mangrove yang masih memiliki
Kurangnya fasilitas yang memadai dalam pemantauan dan penelitian jenis – jenis fauna ini,
menyebabkan penulis tidak dapat memastikan secara jelas jumlah jenis fauna yang berada di Kawasan
Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. Bios Group tidak bisa
dilakukan secara sepihak. Sangat diperlukan upaya kerjasama dari berbagai pihak untuk menjaga
kelestarian Hutan dikawasan PT. BiOS Group. Untuk itu, kami menganggap perlunya mendokumentasikan
dan mengenalkan keanekaragaman jenis fauna di kawasan ini kepada masyarakat luas. Dengan
mengenalkan keanekaragaman hayati tersebut, dapat diharapkan akan tumbuh minat masyarakat dalam
Akhir kata, penulis berharap buku ini dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan minat
masyarakat luas terhadap pelestarian fauna dan kawasan hutan mangrove dikawasan ini.
i
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur selalu penulis haturkan ke Hadirat Allah SWT, karena masih memberikan kesempatan
kepada penulis, untuk tetap peduli pada kawasan sekitar, dan Insyallah akan memberikan kontribusi yang
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ateng Surya Sandjaya, karena gambar –
gambar hasil jepretannyalah, yang memberikan inspirasi penulis untuk membuat buku ini.
Terima kasih juga kepada Bapak Ir. Fairus Mulia yang memberikan referensi buku-buku Inventarisasi
Flora dan Fauna, penerbit buku – buku klasifikasi fauna hutan mangrove dan hutan rawa gambut, yang
telah membantu dalam pemberian nama – nama jenis fauna yang terdapat di kawasan Hutan PT. BiOS
Pada akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
penyelesaian buku ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, tetapi tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………… i
UCAPAN TERIMA KASIH……………………………………………….. ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………... iii
PENDAHULUAN………………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang………………………………………………………..... 1
B. Tujuan dan Sasaran…………………………………………………….. 3
KONDISI UMUM HUTAN MANGROVE PT. BiOS…………………… . 4
A. Letak dan Luas…………………………………………………………. 4
B. Karakteristik Tanah…………………………………………………….. 5
C. Iklim……………………………………………………………………. 6
D. Flora dan Fauna………………………………………………………… 6
E. Sosial, Ekonomi, dan Budaya………………………………………….. 7
F. Pendidikan, Kesehatan, dan Agama……………………………………. 8
JENIS-JENIS FAUNA DI AREAL PT. BIOS……………………………. .. 10 – 26
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 27
iii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PT. Bina Ovivipari Semesta (BiOS) group, terutama bergerak di bidang
Kehutanan. Produksi yang dihasilkan berupa Kayu Bulat Kecil (KBK), yang
diperuntukan sebagai bahan baku industri chip kayu/pulp/paper dan industri arang
(milik sendiri). Jenis dominan yang dimanfaatkan adalah bakau ( Rhizophora spp).
PT. Bios, memperoleh Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan
Alam melalui SK No. SK.68/MENHUT-II/2006 Tanggal 27 Maret 2006, Luas ±
10.100 Ha di Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat selama 20 tahun,
terhitung tanggal 2 Juli 2001 s/d 1 Juli 2021, yang merupakan pembaharuan dari
Sk Bupati Pontianak tahun 2001 dan memulai aktivitas lapangan tahun 2002.
Areal yang dikelola PT. BiOS saat ini adalah bekas areal tebangan
IUPHHK-HA/HPH :
PT. Pelita Rimba Alam, SK HPH No. 270/Kpts/Um/4/1979 tanggal 5 Mei
1979 seluas 40.000 Ha, dan telah berakhir tahun 1979
PT. Bumi Indonesia Jaya, SK HPH No. 322/Kpts/Um/7/1975 tanggal 28 Juli
1975, seluas 21.000 Ha, dan telah dicabut melalui Surat Keputusan Menteri
Kehutanan No. 317/Kpts-II/1991 tanggal 71 Juni 1991
Dari kedua areal IUPHHK-HA tersebut hanya sebagian kecil yang merupakan
hutan mangrove, sedangkan sisanya merupakan areal hutan rawa gambut (peat
swamp forest)
Berdasarkan penelusuran dokumen-dokumen PT. Bumi Indonesia Jaya dan
PT. Pelita Rimba Alam, khususnya yang saat ini dikelola oleh PT. Bina Ovivipari
Semesta (tipe mangrove), areal bekas tebangan tidak teregister dengan baik,
sehingga sejarah penataan, pemanfaatan dan pembinaan hutan secara
administrative sulit diketahui. Tetapi sesuai dengan hasil inventarisasi tegakan dan
pengamatan pada seluruh areal kerja, didapatkan hal-hal berikut :
1
Masih ditemukan virgin forest pada daerah + 500 m dari sungai pasang surut
(pasut) dan atau alur air pasang surut. Hal ini disebabkan perusahaan terdahulu
hanya mampu melakukan penebangan dan penyaradan secara manual sejauh +
500 m dari tepi sungai pasang surut dan alur air pasang surut.
Masih ditemukan bekas-bekas potongan kayu yang sudah membusuk/lapuk
pada beberapa TPn, mungkin karena sudah tidak sempat diangkut atau sebagai
kayu rejek.
Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas alami, seperti sungai pasang surut
dan alur air pasang surut karena tidak ditemukan batas buatan (berupa patok
batas) dilapangan.
Lokasi bekas tebangan + 95 % sudah ditutupi oleh permudaan dengan jenis
yang sama dengan yang ditebang (tidak terjadi perubahan jenis) yakni
didominasi oleh jenis bakau (R. apiculata) dengan rata-rata diameter 20 cm.
Permudaan ini kemungkinan tumbuh secara alami, dimana bibit/propagule
dapat berasal dari yang hanyut kemudian masuk kedalam hutan (pasang surut)
atau berasal dari tegakan yang ditinggalkan. Dalam areal juga tidak ditemukan
bekas lokasi persemaian mangrove.
Sistem silvikultur yang digunakan kemungkinan system tebang habis dalam
jalur atau system rumpang, karena system silvikultur untuk mangrove baru
ditetapkan tahun 1978 melalui SK Dirjen Kehutanan No. 60 tahun 1978.
Sebelum tahun 1978 tidak ada peraturan khusus silvikultur untuk mangrove,
namun hanya berdasarkan surat rekomendasi hasil penelitian yang dilakukan
Litbang Kehutanan.
Luas areal PT. BiOS yang dikelola adalah 10.100 Ha yang terletak di kawasan
hutan mangrove dengan keanekaragaman jenis fauna yang cukup tinggi. Sistem
pengelolaan yang dilakukan adalah Sistem Silvikultur Pohon Induk, dengan dasar
acuan adalah Dokumen-dokumen SOP (Standard Operasional Prosedur), yang
merupakan uraian-uraian ketentuan yang ditetapkan oleh Departemen Kehutanan.
2
Keanekaragaman jenis fauna sampai saat ini masih bisa dilihat pada
kawasan lokasi kerja PT. BiOS dan sekitarnya, hal ini karena kegiatan produksi
perusahaan yang dilakukan selama ini merupakan kegiatan yang ramah
lingkungan. Hal tersebut merupakan indikasi bahwa kawasan tersebut masih dalam
kondisi baik. sehingga sebagai perwujudan komitmen pemegang ijin, pada tanggal
18 Februari 2009 IUPHHK-PT BiOS sudah mendapatkan sertifikasi PHAPL
dengan Predikat Baik, yang selanjutnya pengesahan RKT dilakukan secara Self
Approval mulai tahun 2010
3
KONDISI UMUM HUTAN MANGROVE
PT. BINA OVIVIPARI SEMESTA
A. LETAK DAN LUAS
Tabel A-1. Letak dan Luas Areal IUPHHK Hutan Alam PT. Bina Ovivipari
Semesta
4
B. KARAKTERISTIK TANAH
Parameter tanah dan lahan yang ditelaah antara lain meliputi jenis tanah, sifat fisik-
kimia tanah, tingkat kesuburan tanah, tingkatabrasi air laut, penggunaan lahan,
produkstifitas lahan, rencana pengembangan wilayah.
Tabel B – 1. Jenis Tanah Dalam Areal IUPHHK Pada Hutan Alam
NO. JENIS TANAH LUAS (HA)
1. Organosol glei dan humus – bahan Alluvial – Dataran 665
2. Alluvial – Bahan Alluvial – Dataran 9.435
Total 10.100
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia, Lembar 1315 (Pontianak), 1415 (Tayan),
Bakosurtanal (1987), skala 1 : 250.000
5
Tabel B – 4. Jenis Batuan
NO. JENIS BATUAN LUAS (HA)
1. Kwarter 10.092
2. Neogen 8
Total 10.100
Untuk tingkat kesuburan tanah berdasarkan kandungan unsur hara yang ada, maka
dapat digolongkan tingkat kesuburan tanah diareal IUPHHK-HA PT. Bina Ovivipari
Semesta cukup tinggi.
C. IKLIM
Daerah PT. Bina Ovivipari Semesta berdasarkan klasifikasi iklim Schmidht &
Ferguson Type A (daerah sangat basah). Curah hujan tertinggi pada bulan Maret dan
April (250-350 mm), dan terendah pada bulan Juli-Agustus (65-150 mm). Perbedaan
curah hujan dari bulan ke bulan relative kecil atau dengan kata lain hujan merata
sepanjang tahun. Hari hujan tertinggi terjadi pada bulan Nopember dan Desember
(20-25 hari) dan terendah pada bulan Juli-Agustus (8 hari).
6
Selain komunitas mangrove, wilayah ini juga didiami oleh fauna yang hidup
berasosiasi di ekosistem ini, baik yang berada di bagian atas, batang maupun akar
mangrove, antara lain dari golongan mamalia yaitu babi (Sus scrofa), berang-berang
(Cunogale benneti), musang (Paradoxurus hermaproditus), tikus (Rattus sp),
kelelawar (Cynopterus sp), monyet (Macaca fascicularis),
Golongan crustacea yaitu udang galah (Macrobrancium rosenbergii), rama-rama
(Thalassina anomala), kepiting bakau (Scylla serrata), udang (Penaeus sp). Terdapat
pula fauna dari golongan molusca yaitu siput babi (Ellobium sp), umang-umang
(Caenobita cavipes), lintah laut (Onchidium sp) dan buah tanah. Selanjutnya terdapat
golongan ikan yaitu sembilang (Plotosus sp), penyumpit (Toxotes sp), kitang,
glodok/tembakul (Periopthalmus sp), buntal (Tetraodon sp), belanak (Mugil sp),
lundu dan betutu (Oxyeleotris marmorata). Dari golongan reptil terdapat buaya
muara (Crocodilus porosus), ular bakau (Trimeresurus pupuremaculatus), ular air
(Enhydris enhydris), ular tanah (Cerberus rhynchops), ular daun (Bungarus laticep),
ular cincin/belang kuning (Boiga dendrophila), ular hijau (Trimeresurus albolabris),
ular sawak (Pyton molurus), biawak (Varanus salvator). Selanjutnya golongan
serangga yaitu laba-laba (Cyptophora beccani), capung (Aeshinidae sp), kupu-kupu
(Lycanidae sp), lalat (Drosophila sp), jangkrik tanah (Apterone mobius), nyamuk
(Culicidae sp) dan agas. Terdapat pula dari golongan cacing yaitu cacing nipah dan
umpun-umpun (Polycaeta sp). Golongan aves (unggas) terdiri dari Elang bondol
(Haliastur indus), wallet (Collocalio esculente), layang-layang (Hirundo tahtica).
Sedangkan golongan amphibi adalah katak bakau (Rana cancrivora).
km², dengan jumlah penduduk sebanyak 490.408 jiwa (data BPS KKR, tahun 2010).
Mata pencaharian masyarakat sekitar mayoritas adalah tani, nelayan dan peternak.
Jenis tanaman yang diusahakan oleh masyarakat adalah ubi jalar, ubi kayu, pisang,
dan kelapa. Jenis ternak yang dikembangkan oleh masyarakat adalah ayam kampung,
itik, wallet, sapi, dan kambing.
7
Masyarakat yang berada di sekitar areal IUPHHK-HA merupakan penduduk
pendatang yakni : bugis, melayu, dayak, cina, jawa dan Madura.
2. 2007 43 74 2 4 4 2 - 2
3. 2006 43 74 2 4 4 2 - 2
8
Tabel F – 3. Sarana Kesehatan yang Terdapat di Kecamatan Batu Ampar
Kabupaten Kubu Raya
KECAMATAN
NO. JENIS FASILITAS KESEHATAN JUMLAH
BATU AMPAR
I Sarana Kesehatan
1. Rumah Sakit - -
2. Puskesmas Perawatan 1 1
3. Puskesmas Lengkap 2 2
4. Puskesmas Pembantu 3 3
5. Puskesmas Keliling (aksesibilitas air) - -
6. Polindes 10 10
7. Rumah Dokter 1 1
8. Rumah Dokter gigi - -
9. Rumah Paramedis 7 7
10. Mess Paramedis 4 4
Jumlah I 28 28
II Tenaga Kesehatan
1. Dokter Umum 3 3
Dokter Gigi - -
Bidan Desa 14 14
Mantri Kesehatan/ Perawat 15 15
Paramedis - -
Non Medis/ Dukun Bayi Terlatih 45 45
Paramedis lainnya - -
Non Medis - -
Jumlah II 77 77
Sumber : BPS KKR, Kec. Batu Ampar Dalam Angka 2009
Berdasarkan data Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Rubini Mempawah (2008),
bahwa jenis penyakit yang sering diderita penduduk Kabupaten Kubu Raya yakni
penyakit Hypertensi, ISPA, Diabetes Melitus, Tuberculosis, Peptic Ulcer, Asma
Bronciale, Osteo Arthritis, Gastro Entritis, Bronchitis, Low Back Pain (LBP) dan
Malaria.
9
JENIS – JENIS FAUNA DI AREAL
PT. BINA OVIVIPARI SEMESTA
Burung Raja Udang yang dijumpai di Hutan Mangrove (Kawasan PT. Bina Ovivipari Semesta
Group – Kabupaten Kubu Raya) bagian tubuhnya didominasi warna putih, sayap dan ekornya
berwarna biru laut dan hitam, jika diperhatikan struktur tubuhnya tidak proporsional
sebagaimana burung pada umumnya, berkepala besar, paruh besar panjang dan runcing, nampak
kurang seimbang dengan ukuran tubuhnya yang relatif kecil. Kaki pendek, begitu juga lehernya.
Selain Burung raja udang berwarna biru, dikawasan ini juga ditemukan raja udang berwarna
kuning yang biasa disebut pekaka emas dengan nama latin Pelargopsis capensis
Makanan burung Raja udang yaitu ikan kecil, katak dan serangga. Bertengger diam-diam di
ranting kering atau di bawah lindungan dedaunan dekat air, burung ini dapat tiba-tiba menukik
dan menyelam ke air untuk memburu mangsanya. Raja udang memiliki kemampuan untuk
mengetahui posisi mangsanya di dalam air, melalui bentuk lensa matanya yang mirip telur.
Burung raja udang juga dapat memburu reptil, kodok dan serangga yang nampak di atas tanah
atau di semak-semak.
Burung Raja udang merupakan salah satu aves yang dilindungi undang-undang
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Coraciiformes
Famili : Halcyonidae
Genus : Pelargopsis
10
Spesies Kadalan Beruang/Indak / Black-bellied Malkoha ( Phaenicophaeus diardi)
Jenis ini adalah spesies Cuckoo dalam keluarga Cuculidae. Tersebar di Brunei,
Indonesia, Malaysia, Myanmar, Singapura, dan Thailand. Habitat alamnya hutan dataran
rendah subtropis atau tropis dan hutan mangrove. Penurunan populasi dan terancam oleh
hilangnya habitat. Dengan alasan inilah statusnya dinyatakan mendekati keterancaman
(Near Threatened-IUCN).
Ciri-ciri khas burung ini adalah Perut gelap; paruh hijau; kulit merah tua di sekitar
mata. Mencari makan diantara tajuk daun-daun pohon hutan. Makanannya berupa
serangga. Berpindah dengan cara melompat pendek antara dahan yang berdekatan,
biasanya dengan mengeluarkan suara pelan, tok... tok.. tok...
11
Burung Pucong/Kokokan Laut ( Butorides striatus Mangrove heron )
Kerajaan: Animalia Jenis burung ini memiliki paruh yang lurus yang digunakan
Filum : Chordata untuk menangkap mangsa hewan-hewan air, terutama ikan.
Kelas : Aves Bagian belakang dan sayap berwarna abu-abu hijau-biru, kaki
Ordo : Ciconiiformes kuning, mata kuning dengan memiliki postur membungkuk
Familia : Ardeidae dengan kepala ditarik dekat dengan tubuh. Ukuran tubuh
Genus : Butorides berkisar antara 43 – 51 cm, habitat : mangrove, lumpur,
muara pasang surut, makanan keramak (kepiting
kecil/krustasea lainnya),moluska dan ikan kecil.
Kingdom : Animalia Habitat asli burung yang dalam bahasa Inggrisnya disebut Magpie
Phylum : chordate Robin/Oriental Magpie Robin/Straits Robin ini adalah daerah hutan
Ordo : Passeriformes terbuka, kebun dekat pemukiman penduduk. Burung ini lebih
Family : muscicapidae menyukai area terbuka di pinggiran hutan dibandingkan dengan di
Genus : copsychus dalam hutan yang lebat. Secara umum burung ini mempunyai
ukuran panjang tubuh sampai 19 cm jika diukur dari ujung paruh
sampai ujung ekor. Makanan utama burung ini adalah serangga,
namun adakalanya mereka memangsa cacing dan kadang-kadang
juga memakan buah-buahan, bahkan ada Kacer yang juga
mengkonsumsi madu.
12
Burung Tledekan ( Niltava vivida )
Kingdom : Animali
Filum : Chordata
Class : Aves
Ordo : Sittaciformes
Family : Sittacida
Ciri-ciri : Burung ini memiliki ukuran sedang (40cm), dengan warna dada hijau, ekor panjang
bertahap. Perbedaan dengan Betet Biasa, tubuh bagian bawah hijau dan sisi-sisi kapala merah.
Iris kuning kehijauan, paruh merah dengan ujung seperti tanduk, kaki berwana abu-abu. Pakan di
alam: Buah-buahan (Pandanus, daun pepaya, Dryobalan-ops sp.), biji, bunga (Acacia) dan kuncup
daun.
13
Burung Trinil Pantai ( Tringa hypoleucos )
Klasifikasi Ilmiah : Kerajaan : Animalia; Filum: Kordata; Subfilum: Vertebrata;
Kelas: Burung/Aves; Genus: hypoleucos
Makhluk yang sedang asyik mencari makan tersebut adalah burung Trinil pantai (Tringa
hypoleucos) atau orang-orang londo menyebutnya Common Sandpiper. Trinil pantai merupakan
jenis burung yang hidup di daerah pesisir pantai dan hutan mangrove yang mempunyai
hamparan dataran lumpur (mudflat). Gampang sekali untuk mengidentifikasi burung ini, karena
setiap dia berjalan pasti dia selalu menggoyangkan ekornya naik-turun (Bobbing) dan burung ini
mempunyai ciri khas paruhnya yang panjang untuk mencari kerang di dasar lumpur.
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Charadriiformes
Famili : Sternidae
14
Klasifikasi ilmiah : Kerajaan : Animalia;
Filum: Chordata; Kelas: Aves; Ordo:
Ciconiiformes; Famili: Ardeidae; Genus:
Egretta
15
Monyet Ekor Panjang ( Macaca fascicularis )
Klasifikasi Ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Primata; Famili:
Cercopithecidae; Genus: Macaca;
Monyet Ekor Panjang mempunyai panjang tubuh sekitar 38-55 cm ditambah ekor
sepanjang 40-65 cm. Berat tubuh Long-tailed Macaque berkisar antara 5-9 kg untuk
jantan dan 3-6 kg untuk monyet betina. Bulu Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)
berwarna coklat keabu-abuan hingga coklat kemerahan dengan wajah berwarna abu-abu
kecoklatan serta jambang di pipi berwarna abu-abu, terkadang terdapat jambul di atas
kepala. Hidungnya datar dengan ujung hidung menyempit. Monyet ini memiliki gigi seri
berbentuk sekop, gigi taring dan geraham untuk mengunyah makanan. Monyet Ekor
Panjang hidup berkelompok dengan anggota antara 5 hingga 40-an ekor lebih. Dalam satu
kelompok terdapat 2-5 pejantan dengan jumlah betina 2-5 kali lipatnya dengan salah satu
monyet jantan sebagai pemimpin kelompok. Seekor pejantan biasanya melakukan
perkawinan dengan beberapa betina sekaligus. Monyet jenis ini termasuk hewan
omnivora. Makanannya bervariasi mulai dari buah, daun, bunga, umbi, jamur, serangga,
siput, rumput muda, bahkan kepiting. Meskipun mayoritas yang dikonsumsi adalah buah-
buahan.
16
Status konservasi : Terancam
Klasifikasi Ilmiah : Kerajaan : Animalia; Filum : Chordata; Kelas : Mammalia; Ordo : Primata;
Famili : Cercopithecidae; Genus : Nasalis
Ciri-ciri :
Tubuh bagian atas umumnya kuning keabu-abuan pucat dan kusam sampai coklat merah, pada
bayi bekantan berwarna biru tua. Mempunyai semacam tudung tengguli pada bagian atas kepala,
ekor dan bagian pantat keputih-putihan. Hidungnya menonjol lebar agak menggantung, bekantan
jantan mempunyai hidung yang menonjol dibandingkan betina. Pada saat duduk, ekor
menggantung kebawah. Pada jari kaki dan tangan terdapat selaput.
Ekologi & Habitat :
Merupakan satwa arboreal tetapi akan menyeberangi sungai untuk mencapai hutan ditepi sungai
yang terisolasi, diurnal, aktif saat subuh dan menjelang sore saat kembali ke tempat
peristirahatan. Hidup berkelompok 6-21 ekor. Makanan terdiri dari dedaunan, buah-buahan dan
pucuk daun. Sebagian besar ditemukan hutan mangrove, campuran mangrove nipah, muara
sungai dan hutan galam. Di daerah Hutan Bakau PT. Bina Ovivipari Semesta sangat susah
ditemukan jenis primate ini, dan saat mengambil gambar ini pun sangat susah sehingga tidak
terlalu Nampak jelas.
Distribusi :
Terbatas di Pulau Kalimantan
Status Kelangkaan:
Termasuk dalam Cites Apendiks I, yaitu jenis yang tidak boleh diperdagangkan secara nasional
maupun internasional
17
Ikan Tembakol/ Gelodok ( Periophthalmus modestus )
Klasifikasi Ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Actinopterygii; Ordo: Perciformes;
Famili: Gobiidae; Upafamili: Oxudercinae
Tampang ikan ini sangatlah khas. Kedua matanya menonjol di atas kepala seperti mata
kodok, wajah yang dempak, dan sirip-sirip punggung yang terkembang menawan.
Badannya bulat panjang seperti torpedo, sementara sirip ekornya membulat. Panjang
tubuh bervariasi mulai dari beberapa sentimeter hingga mendekati 30 cm. Keahlian yang
dimiliki ikan yang satu ini, selain dapat bertahan hidup lama di daratan (90% waktunya
dihabiskan di darat), ikan gelodok dapat memanjat akar-akar pohon bakau, melompat
jauh, dan ‘berjalan’ di atas lumpur. Pangkal sirip dadanya berotot kuat, sehingga sirip ini
dapat ditekuk dan berfungsi seperti lengan untuk merayap, merangkak dan melompat.
Daya bertahan di daratan ini didukung pula oleh kemampuannya bernafas melalui kulit
tubuhnya dan lapisan selaput lendir di mulut dan kerongkongannya, yang hanya bisa
terlaksana dalam keadaan lembab. Oleh sebab itu gelodok setiap beberapa saat perlu
mencelupkan diri ke air untuk membasahi tubuhnya. Ikan gelodok Periophthalmus
koelreuteri setiap kalinya bisa bertahan sampai 7-8 menit di darat, sebelum masuk lagi ke
air. Di samping itu, gelodok juga menyimpan sejumlah air di rongga insangnya yang
membesar, yang memungkinkan insang untuk selalu terendam dan berfungsi selagi ikan
itu berjalan-jalan di daratan. Hidup di wilayah pasang surut, gelodok biasa menggali
lubang di lumpur yang lunak untuk sarangnya. Lubang ini bisa sangat dalam dan
bercabang-cabang, berisi air dan sedikit udara di ruang-ruang tertentu. Ketika air pasang
naik, gelodok umumnya bersembunyi di lubang-lubang ini untuk menghindari ikan-ikan
pemangsa yang berdatangan. Ikan jantan memiliki semacam alat kopulasi pada
kelaminnya. Setelah perkawinan, telur-telur ikan gelodok disimpan dalam lubangnya itu
dan dijaga oleh induk betinanya. Telur-telur itu lengket dan melekat pada dinding lumpur.
Gelodok Periophthalmodon schlosseri dapat bertelur hingga 70.000 butir. Gelodok
memangsa aneka hewan, mulai dari ketam binatu (Uca spp.), udang, ikan, kerang, cumi-
cumi, sampai ke semut ngangrang dan lalat. Ikan ini juga diduga memakan sedikit
tumbuhan. Ketika menjelajah daratan, gelodok juga sering menyerang dan mengusir
gelodok yang lainnya, untuk mempertahankan teritorinya(kekuasaannya). Ikan gelodok
hanya dijumpai di pantai-pantai beriklim tropis dan subtropis di wilayah Indo-Pasifik
sampai ke pantai Atlantik, benua Afrika. Saat ini telah teridentifikasi sebanyak 35 spesies
ikan gelodok. Terbagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu Boleophthalmus,
18
Periophthalmus dan Periophthalmodon. Beberapa spesies contohnya adalah
Pseudapocryptes elongatus, Periophthalmus gracilis, Periophthalmus novemradiatus,
Periophthalmus barbarus, Periophthalmus argentilineatus dan Periophthalmodon
schlosseri. Belum banyak terkuak nilai dari ikan ini. Namun ikan ini termasuk yang paling
tahan terhadap kerusakan lingkungan hidup dan dapat tetap hidup dalam kondisi yang
"memprihatinkan" sekalipun. Namun di Tiongkok dan Jepang, ikan gelodok menjadi
santapan, selain juga digunakan sebagai obat tradisional, terutama sebagai peningkat
tenaga lelaki.
19
Siput Bakau ( Cerithidea djadjariensisi )
21
Kerang Bambu/ Musil /Navajas/ Razor Clams (Ensis directus)
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan : Animalia; Filum:Kerang-kerangan; Kelas:Bivalvia;
Urutan:Veneroida;
Famili: Pharidae; Genus: Ensis; Spesies: E. directus
Kerang ini habitatnya di pasir dan lumpur didaerah pasang surut (seperti dilokasi/diareal PT. Bina
Ovivipari Semesta Group). Memiliki cangkang yang ramping dan lebih dikenal dengan sebutan
berlipat Atlantik, directus Ensis, juga dikenal sebagai kerang bambu, kerang Amerika berlipat
atau kerang pisau cukur. Kerang ini memiliki shell ramping dan kaki yang kuat,sehingga mampu
berenang dan jika kulit terkena shell yang sangat tajam, atau terinjak dapat menyebabkan nyeri
pada tubuh yang terkena. Pada saat air surut posisi kerang ini akan membuka berbentuk lubang
kunci di pasir, jika kerang ini terganggu, kerang akan menyemprotkan air dari pembukaan
tubuhnya tersebut. Kerang ini merupakan spesies yang mampu dengan cepat mengali tanah
tempat tinggalnya sehingga membuat kerang sulit untuk menangkap.
Pada bagian kaki juga dilengkapi dengan kuku dan sepasang penjepit, chelipeds terletak di depan
kaki pertama dan setiap jenis kepiting memiliki struktur chelipeds yang berbeda-beda. Chelipeds
dapat digunakan untuk memegang dan membawa makanan, menggali, membuka kulit kerang
dan juga sebagai senjata dalam menghadapi musuh. Di samping itu, tubuh kepiting juga ditutupi
dengan Carapace. Carapace merupakan kulit yang keras atau dengan istilah lain exoskeleton
(kulit luar) berfungsi untuk melindungi organ dalam bagian kepala, badan dan insang.
22
Klasifikasi Ilmiah :
Kingdom : Animalia; Phylum : Arthropoda;
Subphylum : Mandibulata; Kelas: Crustacea;
Subkelas : Malacostraca; Serie : Eumalacostraca;
Superordo : Eucarida; Ordo : Decapoda;
Subordo : Reptantia; Sectio : Brachyura;
Subsectio : Brachyrhynchus; Famili : Portunidae;
Genus : Scylla
Secara morfologis kepiting mempunyai ciri-ciri : karapas pipih atau cembung, berbentuk
heksagonal, bentuk umum adalah bulat; Karapas umumnya berukuran lebih besar daripada
panjang permukaan yang tidak terlalu jelas pembagian derahnya. Tepi anterolateral begigi lima
sampai 27aying27n buah; antenula kecil terletak melintang atau menyilang; pasang kaki terakhir
berbentuk pipih dan menyerupai dayung terutama dua ruas terakhirnya (Moosa et al. 1985)
Ubur-ubur adalah sejenis binatang laut yang termasuk dalam kelas Scyphozoa.
Tubuhnya berbentuk 27aying berumbai, dapat membuat gatal pada kulit bila tersentuh.
23
Tokek ( Gekko gecko )
Klasifikasi ilmiah : Kerajaan : Animalia; Filum : Chordata; Kelas : Reptilia; Ordo : Squamata;
Upaordo : Sauria; Famili : Gekkonidae; Genus : Gekko
Tokek adalah binatang reptilian yang mirip cecak, namun ukurannya lebih besar dari jenis cecak,
dan memiliki bunyi yang khas.
Klasifikasi Ilmiah : Kerajaan : Animalia; Filum : Chordata; Kelas : Sauropsida; Ordo : Squamata;
Upaordo : Scleroglossa; Infraordo : Anguimorpha; Superfamili : Varanoidea; Famili : Varanidae;
Genus : Varanus
Biawak adalah sebangsa reptil yang masuk ke dalam golongan kadal besar, suku biawak-
biawakan (Varanidae). Biawak umumnya menghuni tepi-tepi sungai atau saluran air, tepian
danau, pantai, dan rawa-rawa termasuk rawa bakau.
24
Buaya Muara ( Crocodylus porosus )
Merupakan reptil yang paling besar (Schneider, 1801). Beratnya mencapai 1.000-1.200 kg. Pada
buaya jantan dewasa dapat mencapai 6-7 m. Buaya betina lebih kecil dan pada umumnya
berkisar 3 m. Kepalanya cukup besar dan mempunyai sepasang tepi di sepanjang dari mata ke
tengah hidung. Sisiknya berbentuk oval dan biasanya lebih kecil daripada spesies lain. Pada Buaya
Muara berwarna kuning pucat dengan garis-garis hitam dengan bintik-bintik yang ditemukan di
tubuh dan ekor. Pada buaya dewasa berwarna lebih gelap dengan warna abu-abu kehitaman.
Pada permukaan bawah (ventral) berwarna kuning atau putih, dan garis-garis dihadirkan pada sisi
lebih bawah pada tubuh tetapi tidak memperluas sampai bagian perut. Ekor berwarna abu-abu.
Mempunyai sepasang rahang yang berat dan kuat dengan jumlah gigi antara 64-68. Pada
permukaan atas (dorsal) tubuh terdapat seperti duri. Pada setiap sela jari pada kakinya terdapat
selaput. Spesies ini tergolong hewan karnivora, yakni pemakan daging. Sesuai dengan ukuran
tubuhnya yang besar, buaya muara memerlukan banyak makanan. Makin besar ukuran seekor
buaya muara, makin banyak pula kebutuhan makannya. Mulai dari ikan-ikanan hingga hewan
mamalia seperti kancil, kambing, rusa bahkan sapi bisa masuk ke dalam perutnya. Buaya muara
berburu mangsa dengan cara yang unik, yaitu cukup dengan mengambil posisi diam bagai patung
yang tak berdaya. Hal ini dilakukan sebagai salah satu strategi kamuflase untuk memperoleh
mangsanya. Biasanya mangsa akan terpedaya dan sama sekali tidak menyadari bahwa ia-lah yang
justru mendekati mulut buaya. Kemudian tanpa disangka-sangka ia mampu bergerak secepat
kedipan mata menyambar mangsanya. Yang paling berbahaya dari C. porosus adalah gigitannya
yang sangat kokoh, sehingga dapat meremukkan tulang dari mangsanya. Gigi-gigi C. porosus
umumnya adalah gigi taring yang menyebar merata di seluruh permukaan dalam mulutnya.
Sehingga dengan rahang yang sangat kuat ditunjang dengan deretan gigi yang menyerupai
gergaji, maka jarang ada mangsa yang dapat lolos dari gigitannya.
25
Kadal Kecil (Mabouya multifasciata)
Klasifikasi Ilmiah : Kingdom : Animalia; Phylum : Chordata; Sub phylum : Vertebrata;
Classis : Reptilia; Sub ordo : Squamata; Familia : Latertilia; Genus : Mabouya
Tubuh kadal terdiri dari caput (kepala), truncus (badan), cauda (ekor), anggota depan (extrimitas
anterior) dan anggota belakang (extrimitasposterior).
Ciri-ciri kadal (Mabouya multifasciata) antara lain yaitu hidup di darat, tubuhnya tertutup oleh
sisik (bercarapace) atau kulit kering yang menanduk (kasap), memiliki ekor dan bernafas dengan
paru-paru.Kadal melakukan fertilisasi secara internal yaitu pembuahan di dalam tubuh.
26
DAFTAR PUSTAKA
Ruhuddien Pandu Yudha, Babo Sembodo, dan Tim Kelola Lingkungan, 2009. Inventarisasi Flora
Dan Fauna, PT. Bintuni Utama Murni Wood Industries, Amutu Besar.
Tim Magang Fakultas Kehutanan, Universitas Gajah Mada dan Tim Kelola Lingkungan PT. BUMWI
Teluk Bintuni Papua,2010.
27