Anda di halaman 1dari 32

JENIS FAUNA HUTAN MANGROVE

DI AREAL PT. BINA OVIVIPARI


SEMESTA DAN SEKITARNYA
2012

By :
Syf. Melinda Sari, S.Hut
3/26/2012
Diterbitkan oleh :

Jenis Fauna di Hutan Mangrove


Di Areal PT. Bina Ovivipari Semesta dan Sekitarnya

Tim Produksi
Penyusun : Syarifah Melinda Sari, S. Hut
Kontributor : Ir. Fairus Mulia, Ateng Surya Sandjaya
Design sampul dan lay-out : Syarifah Melinda Sari, S. Hut
Penanggung Jawab :

Foto – foto :
Ateng Surya Sandjaya (seluruh foto)
KATA PENGANTAR

Indonesia memiliki keanekaragaman jenis fauna yang begitu tinggi yang tidak perlu diragukan lagi

keberadaannya. Salah satu ekosistem yang memiliki keanekaragaman yang tinggi adalah ekosistem hutan

mangrove. Kawasan PT. Bina Ovivipari Semesta (BiOS) Group yang terletak di Kabupaten Kubu Raya

Propinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu ekosistem hutan mangrove yang masih memiliki

keanekaragaman jenis fauna cukup tinggi.

Kurangnya fasilitas yang memadai dalam pemantauan dan penelitian jenis – jenis fauna ini,

menyebabkan penulis tidak dapat memastikan secara jelas jumlah jenis fauna yang berada di Kawasan

PT. BiOS Group.

Kami menyadari bahwa untuk melakukan upaya konservasi kawasan PT. Bios Group tidak bisa

dilakukan secara sepihak. Sangat diperlukan upaya kerjasama dari berbagai pihak untuk menjaga

kelestarian Hutan dikawasan PT. BiOS Group. Untuk itu, kami menganggap perlunya mendokumentasikan

dan mengenalkan keanekaragaman jenis fauna di kawasan ini kepada masyarakat luas. Dengan

mengenalkan keanekaragaman hayati tersebut, dapat diharapkan akan tumbuh minat masyarakat dalam

melestarikan habitat hutan mangrove yang masih tersisa ini.

Akhir kata, penulis berharap buku ini dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan minat

masyarakat luas terhadap pelestarian fauna dan kawasan hutan mangrove dikawasan ini.

Sei. Raya, 2012

i
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur selalu penulis haturkan ke Hadirat Allah SWT, karena masih memberikan kesempatan

kepada penulis, untuk tetap peduli pada kawasan sekitar, dan Insyallah akan memberikan kontribusi yang

berguna dengan membuat buku fauna ini.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ateng Surya Sandjaya, karena gambar –

gambar hasil jepretannyalah, yang memberikan inspirasi penulis untuk membuat buku ini.

Terima kasih juga kepada Bapak Ir. Fairus Mulia yang memberikan referensi buku-buku Inventarisasi

Flora dan Fauna, penerbit buku – buku klasifikasi fauna hutan mangrove dan hutan rawa gambut, yang

telah membantu dalam pemberian nama – nama jenis fauna yang terdapat di kawasan Hutan PT. BiOS

Group, dan mempermudah penulis untuk menyelesaikan tulisan buku ini.

Pada akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu

penyelesaian buku ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, tetapi tidak bisa penulis sebutkan

satu persatu.

Sei. Raya, 2012

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………… i
UCAPAN TERIMA KASIH……………………………………………….. ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………... iii
PENDAHULUAN………………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang………………………………………………………..... 1
B. Tujuan dan Sasaran…………………………………………………….. 3
KONDISI UMUM HUTAN MANGROVE PT. BiOS…………………… . 4
A. Letak dan Luas…………………………………………………………. 4
B. Karakteristik Tanah…………………………………………………….. 5
C. Iklim……………………………………………………………………. 6
D. Flora dan Fauna………………………………………………………… 6
E. Sosial, Ekonomi, dan Budaya………………………………………….. 7
F. Pendidikan, Kesehatan, dan Agama……………………………………. 8
JENIS-JENIS FAUNA DI AREAL PT. BIOS……………………………. .. 10 – 26
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 27

iii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
PT. Bina Ovivipari Semesta (BiOS) group, terutama bergerak di bidang
Kehutanan. Produksi yang dihasilkan berupa Kayu Bulat Kecil (KBK), yang
diperuntukan sebagai bahan baku industri chip kayu/pulp/paper dan industri arang
(milik sendiri). Jenis dominan yang dimanfaatkan adalah bakau ( Rhizophora spp).
PT. Bios, memperoleh Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan
Alam melalui SK No. SK.68/MENHUT-II/2006 Tanggal 27 Maret 2006, Luas ±
10.100 Ha di Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat selama 20 tahun,
terhitung tanggal 2 Juli 2001 s/d 1 Juli 2021, yang merupakan pembaharuan dari
Sk Bupati Pontianak tahun 2001 dan memulai aktivitas lapangan tahun 2002.
Areal yang dikelola PT. BiOS saat ini adalah bekas areal tebangan
IUPHHK-HA/HPH :
PT. Pelita Rimba Alam, SK HPH No. 270/Kpts/Um/4/1979 tanggal 5 Mei
1979 seluas 40.000 Ha, dan telah berakhir tahun 1979
PT. Bumi Indonesia Jaya, SK HPH No. 322/Kpts/Um/7/1975 tanggal 28 Juli
1975, seluas 21.000 Ha, dan telah dicabut melalui Surat Keputusan Menteri
Kehutanan No. 317/Kpts-II/1991 tanggal 71 Juni 1991
Dari kedua areal IUPHHK-HA tersebut hanya sebagian kecil yang merupakan
hutan mangrove, sedangkan sisanya merupakan areal hutan rawa gambut (peat
swamp forest)
Berdasarkan penelusuran dokumen-dokumen PT. Bumi Indonesia Jaya dan
PT. Pelita Rimba Alam, khususnya yang saat ini dikelola oleh PT. Bina Ovivipari
Semesta (tipe mangrove), areal bekas tebangan tidak teregister dengan baik,
sehingga sejarah penataan, pemanfaatan dan pembinaan hutan secara
administrative sulit diketahui. Tetapi sesuai dengan hasil inventarisasi tegakan dan
pengamatan pada seluruh areal kerja, didapatkan hal-hal berikut :

1
Masih ditemukan virgin forest pada daerah + 500 m dari sungai pasang surut
(pasut) dan atau alur air pasang surut. Hal ini disebabkan perusahaan terdahulu
hanya mampu melakukan penebangan dan penyaradan secara manual sejauh +
500 m dari tepi sungai pasang surut dan alur air pasang surut.
Masih ditemukan bekas-bekas potongan kayu yang sudah membusuk/lapuk
pada beberapa TPn, mungkin karena sudah tidak sempat diangkut atau sebagai
kayu rejek.
Penataan dilakukan berdasarkan batas-batas alami, seperti sungai pasang surut
dan alur air pasang surut karena tidak ditemukan batas buatan (berupa patok
batas) dilapangan.
Lokasi bekas tebangan + 95 % sudah ditutupi oleh permudaan dengan jenis
yang sama dengan yang ditebang (tidak terjadi perubahan jenis) yakni
didominasi oleh jenis bakau (R. apiculata) dengan rata-rata diameter 20 cm.
Permudaan ini kemungkinan tumbuh secara alami, dimana bibit/propagule
dapat berasal dari yang hanyut kemudian masuk kedalam hutan (pasang surut)
atau berasal dari tegakan yang ditinggalkan. Dalam areal juga tidak ditemukan
bekas lokasi persemaian mangrove.
Sistem silvikultur yang digunakan kemungkinan system tebang habis dalam
jalur atau system rumpang, karena system silvikultur untuk mangrove baru
ditetapkan tahun 1978 melalui SK Dirjen Kehutanan No. 60 tahun 1978.
Sebelum tahun 1978 tidak ada peraturan khusus silvikultur untuk mangrove,
namun hanya berdasarkan surat rekomendasi hasil penelitian yang dilakukan
Litbang Kehutanan.
Luas areal PT. BiOS yang dikelola adalah 10.100 Ha yang terletak di kawasan
hutan mangrove dengan keanekaragaman jenis fauna yang cukup tinggi. Sistem
pengelolaan yang dilakukan adalah Sistem Silvikultur Pohon Induk, dengan dasar
acuan adalah Dokumen-dokumen SOP (Standard Operasional Prosedur), yang
merupakan uraian-uraian ketentuan yang ditetapkan oleh Departemen Kehutanan.

2
Keanekaragaman jenis fauna sampai saat ini masih bisa dilihat pada
kawasan lokasi kerja PT. BiOS dan sekitarnya, hal ini karena kegiatan produksi
perusahaan yang dilakukan selama ini merupakan kegiatan yang ramah
lingkungan. Hal tersebut merupakan indikasi bahwa kawasan tersebut masih dalam
kondisi baik. sehingga sebagai perwujudan komitmen pemegang ijin, pada tanggal
18 Februari 2009 IUPHHK-PT BiOS sudah mendapatkan sertifikasi PHAPL
dengan Predikat Baik, yang selanjutnya pengesahan RKT dilakukan secara Self
Approval mulai tahun 2010

B. Tujuan dan Sasaran


1. Tujuan
Memberikan informasi sekaligus mengenalkan kekayaan jenis fauna
dikawasan hutan mangrove, khususnya diareal kawasan PT. BiOS dan
sekitarnya.
2. Sasaran
 Meningkatkan apresiasi masyarakat dan Pihak Pengelola Kawasan hutan
dalam meningkatkan kesadaran akan arti penting melestarikan fauna dan
hutan sebagai habitatnya.
 Meningkatkan minat masyarakat dalam melestarikan fauna dan habitat
hutan mangrove yang masih tersisa.

3
KONDISI UMUM HUTAN MANGROVE
PT. BINA OVIVIPARI SEMESTA
A. LETAK DAN LUAS
Tabel A-1. Letak dan Luas Areal IUPHHK Hutan Alam PT. Bina Ovivipari
Semesta

NO. URAIAN KETERANGAN


1. Geografis Blok S. Bunbun
: 109º 8, 3’00” BT - 109º 29, 2’00” BT
: 0º 27, 9’00” LS - 0º 53, 2’00” LS
Blok Selat Sekh
: 109º 36’ 00” BT - 109º 41, 6’00” BT
: 0º 54, 7’00” LS - 0º 58, 6’00” LS
2. Kel. Hutan S. Bunbun dan Selat Sech
3. Batas Areal :
Blok A (Selat Sech)
- Sebelah Utara Hutan Produksi Konversi
- Sebelah Timur Hutan Lindung dan Hutan Produksi Konversi
- Sebelah Selatan Hutan Lindung
- Sebelah Barat Hutan Produksi Konversi
Blok A (Selat Sech)
- Sebelah Utara Areal Penggunaan Lain (APL)
- Sebelah Timur Hutan Lindung
- Sebelah Selatan Hutan Lindung
- Sebelah Barat Areal Penggunaan Lain (APL)
4. Administrasi Pemerintah Kecamatan Batu Ampar
Kabupaten Kubu Raya (d/h Pontianak)
Provinsi Kalimantan Barat
5. Administrasi Kehutanan Dinas Perkebunan Kehutanan dan
Pertambangan Kabupaten Kubu Raya
Dinas Kehutanan Prov. Kalimantan Barat
6. DAS/ Sub DAS -
7. Luas + 10.100 Ha
8. Tipe Hutan Lahan Basah (Mangrove)

4
B. KARAKTERISTIK TANAH
Parameter tanah dan lahan yang ditelaah antara lain meliputi jenis tanah, sifat fisik-
kimia tanah, tingkat kesuburan tanah, tingkatabrasi air laut, penggunaan lahan,
produkstifitas lahan, rencana pengembangan wilayah.
Tabel B – 1. Jenis Tanah Dalam Areal IUPHHK Pada Hutan Alam
NO. JENIS TANAH LUAS (HA)
1. Organosol glei dan humus – bahan Alluvial – Dataran 665
2. Alluvial – Bahan Alluvial – Dataran 9.435
Total 10.100
Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia, Lembar 1315 (Pontianak), 1415 (Tayan),
Bakosurtanal (1987), skala 1 : 250.000

Tabel B – 2. Sifat – sifat Fisik Tanah


NO. SIFAT FISIK KETERANGAN
1. Tekstur Halus dengan sebaran fraksi-fraksi pasir, debu dan liat
relative sama. Untuk komposisi pasir, debu dan liat
2. Struktur Tanah Struktur tanah pada lapisan atas berbentuk granular
3. Porositas Sekitar 52,87% - 56,07%
4. Permeabilitas Berkisar antara 0,2385 – 0,3398

Tabel B – 3. Sifat – sifat Kimia Tanah


NO. KIMIA TANAH KETERANGAN
1. Reaksi (PH) Nilai PH : 4,86 – 6,16
2. Kandungan Bahan C-Organik relative sama
Organik N-Total : 0,76 % - 1,02%
P-Tersedia : berkisar antara 4,46 – 6,70
3. Kandungan Basa- Calsium: 8,96 me/100 gram-10,28 me/100 gram tanah
basa Tertukarkan Magnesium : 4,45-5,29 me/100/gram tanah
Kalium: 2,52 me/100gr-2,89 me/100 gr
Natrium : 2,65-2,82 me/100gr tanah
Kapasitas Tukar Kation (KTK): 34,52-40,14 me/100gr
Kejenuhan Basa(KB): sangat bervariasi dari lokasi yang
satu dengan lokasi lainnya

5
Tabel B – 4. Jenis Batuan
NO. JENIS BATUAN LUAS (HA)
1. Kwarter 10.092
2. Neogen 8
Total 10.100
Untuk tingkat kesuburan tanah berdasarkan kandungan unsur hara yang ada, maka
dapat digolongkan tingkat kesuburan tanah diareal IUPHHK-HA PT. Bina Ovivipari
Semesta cukup tinggi.

C. IKLIM
Daerah PT. Bina Ovivipari Semesta berdasarkan klasifikasi iklim Schmidht &
Ferguson Type A (daerah sangat basah). Curah hujan tertinggi pada bulan Maret dan
April (250-350 mm), dan terendah pada bulan Juli-Agustus (65-150 mm). Perbedaan
curah hujan dari bulan ke bulan relative kecil atau dengan kata lain hujan merata
sepanjang tahun. Hari hujan tertinggi terjadi pada bulan Nopember dan Desember
(20-25 hari) dan terendah pada bulan Juli-Agustus (8 hari).

D. FLORA DAN FAUNA


Tabel D – 1. Jenis Tumbuhan Mangrove di Areal PT. Bina Ovivipari Semesta
NO. SUKU JENIS
1. Rhizophoraceae Rhizophora mucronata
Rhizophora apiculata
Bruguiera gymnorhiza
Bruguiera parvifolia
Bruguiera sexangula
Ceriopa roxburgiana
Ceriops decandra
Ceriops decandra

2. Sonneratiaceae Sonneratia alba


3. Meliaceae Xylocarpus moluccensis
Xylocarpus granatum
Exoecaria agallocha
4. Verbenaceae Avicennia marina
5. Palmae Nypa fructicans
6. Pteridaceae Acrostichum aureum

6
Selain komunitas mangrove, wilayah ini juga didiami oleh fauna yang hidup
berasosiasi di ekosistem ini, baik yang berada di bagian atas, batang maupun akar
mangrove, antara lain dari golongan mamalia yaitu babi (Sus scrofa), berang-berang
(Cunogale benneti), musang (Paradoxurus hermaproditus), tikus (Rattus sp),
kelelawar (Cynopterus sp), monyet (Macaca fascicularis),
Golongan crustacea yaitu udang galah (Macrobrancium rosenbergii), rama-rama
(Thalassina anomala), kepiting bakau (Scylla serrata), udang (Penaeus sp). Terdapat
pula fauna dari golongan molusca yaitu siput babi (Ellobium sp), umang-umang
(Caenobita cavipes), lintah laut (Onchidium sp) dan buah tanah. Selanjutnya terdapat
golongan ikan yaitu sembilang (Plotosus sp), penyumpit (Toxotes sp), kitang,
glodok/tembakul (Periopthalmus sp), buntal (Tetraodon sp), belanak (Mugil sp),
lundu dan betutu (Oxyeleotris marmorata). Dari golongan reptil terdapat buaya
muara (Crocodilus porosus), ular bakau (Trimeresurus pupuremaculatus), ular air
(Enhydris enhydris), ular tanah (Cerberus rhynchops), ular daun (Bungarus laticep),
ular cincin/belang kuning (Boiga dendrophila), ular hijau (Trimeresurus albolabris),
ular sawak (Pyton molurus), biawak (Varanus salvator). Selanjutnya golongan
serangga yaitu laba-laba (Cyptophora beccani), capung (Aeshinidae sp), kupu-kupu
(Lycanidae sp), lalat (Drosophila sp), jangkrik tanah (Apterone mobius), nyamuk
(Culicidae sp) dan agas. Terdapat pula dari golongan cacing yaitu cacing nipah dan
umpun-umpun (Polycaeta sp). Golongan aves (unggas) terdiri dari Elang bondol
(Haliastur indus), wallet (Collocalio esculente), layang-layang (Hirundo tahtica).
Sedangkan golongan amphibi adalah katak bakau (Rana cancrivora).

E. SOSIAL EKONOMI, DAN BUDAYA


PT. Bina Ovivipari Semesta terletak di kecamatan Batuampar dengan luas 2.002,70

km², dengan jumlah penduduk sebanyak 490.408 jiwa (data BPS KKR, tahun 2010).

Mata pencaharian masyarakat sekitar mayoritas adalah tani, nelayan dan peternak.
Jenis tanaman yang diusahakan oleh masyarakat adalah ubi jalar, ubi kayu, pisang,
dan kelapa. Jenis ternak yang dikembangkan oleh masyarakat adalah ayam kampung,
itik, wallet, sapi, dan kambing.

7
Masyarakat yang berada di sekitar areal IUPHHK-HA merupakan penduduk
pendatang yakni : bugis, melayu, dayak, cina, jawa dan Madura.

F. PENDIDIKAN, KESEHATAN, DAN AGAMA


Tabel F – 1. Informasi Pendidikan di Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kubu
Raya
NO. JENIS STATUS KECAMATAN BATU AMPAR
SEKOLAH SEKOLAH MURID GURU
1 2 3 4 5 6
1. TK N 2 83 6
S - - -
2. SD N 34 5.127 155
S 1 109 4
MI S 3 380 38
3. SMTP N 2 479 19
S 3 296 30
ST S 4 299 54
4. SMU N 1 190 19
S 2 259 19
MA S 1 9 19
N 39 5.105 199
Jumlah
S 14 1.357 164
Jumlah Total 53 6.462 363
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kubu Raya, Kecamatan Batu Ampar Dalam
Angka 2009
Keterangan : N = Sekolah Negeri; S = Sekolah Swasta

Tabel F – 2. Jumlah Rumah Ibadah Menurut Agama di Kecamatan Batu Ampar


Kabupaten Kubu Raya di Sekitar Areal IUPHHK pada Hutan Alam
ISLAM KRISTEN KATOLIK HINDU BUDHA
NO. TAHUN
MASJID SURAU GEREJA KAPEL GEREJA KAPEL PURA WIHARA
1. 2008 43 74 2 4 3 2 - 2

2. 2007 43 74 2 4 4 2 - 2
3. 2006 43 74 2 4 4 2 - 2

BPS KKR, Kec. Batu Ampar Dalam Angka 2009

8
Tabel F – 3. Sarana Kesehatan yang Terdapat di Kecamatan Batu Ampar
Kabupaten Kubu Raya
KECAMATAN
NO. JENIS FASILITAS KESEHATAN JUMLAH
BATU AMPAR
I Sarana Kesehatan
1. Rumah Sakit - -
2. Puskesmas Perawatan 1 1
3. Puskesmas Lengkap 2 2
4. Puskesmas Pembantu 3 3
5. Puskesmas Keliling (aksesibilitas air) - -
6. Polindes 10 10
7. Rumah Dokter 1 1
8. Rumah Dokter gigi - -
9. Rumah Paramedis 7 7
10. Mess Paramedis 4 4
Jumlah I 28 28
II Tenaga Kesehatan
1. Dokter Umum 3 3
Dokter Gigi - -
Bidan Desa 14 14
Mantri Kesehatan/ Perawat 15 15
Paramedis - -
Non Medis/ Dukun Bayi Terlatih 45 45
Paramedis lainnya - -
Non Medis - -
Jumlah II 77 77
Sumber : BPS KKR, Kec. Batu Ampar Dalam Angka 2009

Berdasarkan data Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Rubini Mempawah (2008),
bahwa jenis penyakit yang sering diderita penduduk Kabupaten Kubu Raya yakni
penyakit Hypertensi, ISPA, Diabetes Melitus, Tuberculosis, Peptic Ulcer, Asma
Bronciale, Osteo Arthritis, Gastro Entritis, Bronchitis, Low Back Pain (LBP) dan
Malaria.

9
JENIS – JENIS FAUNA DI AREAL
PT. BINA OVIVIPARI SEMESTA

Spesies raja udang biru (Halcyon smyrnensis)

Burung Raja Udang yang dijumpai di Hutan Mangrove (Kawasan PT. Bina Ovivipari Semesta
Group – Kabupaten Kubu Raya) bagian tubuhnya didominasi warna putih, sayap dan ekornya
berwarna biru laut dan hitam, jika diperhatikan struktur tubuhnya tidak proporsional
sebagaimana burung pada umumnya, berkepala besar, paruh besar panjang dan runcing, nampak
kurang seimbang dengan ukuran tubuhnya yang relatif kecil. Kaki pendek, begitu juga lehernya.
Selain Burung raja udang berwarna biru, dikawasan ini juga ditemukan raja udang berwarna
kuning yang biasa disebut pekaka emas dengan nama latin Pelargopsis capensis

Makanan burung Raja udang yaitu ikan kecil, katak dan serangga. Bertengger diam-diam di
ranting kering atau di bawah lindungan dedaunan dekat air, burung ini dapat tiba-tiba menukik
dan menyelam ke air untuk memburu mangsanya. Raja udang memiliki kemampuan untuk
mengetahui posisi mangsanya di dalam air, melalui bentuk lensa matanya yang mirip telur.
Burung raja udang juga dapat memburu reptil, kodok dan serangga yang nampak di atas tanah
atau di semak-semak.

Burung Raja udang merupakan salah satu aves yang dilindungi undang-undang

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Coraciiformes
Famili : Halcyonidae
Genus : Pelargopsis

Spesies : Pelargopsis capensis

10
Spesies Kadalan Beruang/Indak / Black-bellied Malkoha ( Phaenicophaeus diardi)

Jenis ini adalah spesies Cuckoo dalam keluarga Cuculidae. Tersebar di Brunei,
Indonesia, Malaysia, Myanmar, Singapura, dan Thailand. Habitat alamnya hutan dataran
rendah subtropis atau tropis dan hutan mangrove. Penurunan populasi dan terancam oleh
hilangnya habitat. Dengan alasan inilah statusnya dinyatakan mendekati keterancaman
(Near Threatened-IUCN).
Ciri-ciri khas burung ini adalah Perut gelap; paruh hijau; kulit merah tua di sekitar
mata. Mencari makan diantara tajuk daun-daun pohon hutan. Makanannya berupa
serangga. Berpindah dengan cara melompat pendek antara dahan yang berdekatan,
biasanya dengan mengeluarkan suara pelan, tok... tok.. tok...

Spesies Burung Elang Bondol (Haliastur indus)

Kingdom: Animalia Elang Bondol atau Brahminy Kite (Haliastur indus),


Phylum : Chordata juga dikenal sebagai the red-backed sea-eagle yaitu
Class : Aves Burung Elang Laut yang bagian belakangnya berwarna
Ord0 : Falconiformes merah dan kepala sampai leher berwarna putih,
Family : Accipitridae merupakan sejenis burung buas atau burung pemangsa
Genus : Haliastur yang berukuran sedang dari famili Accipitridae.

11
Burung Pucong/Kokokan Laut ( Butorides striatus Mangrove heron )

Kerajaan: Animalia Jenis burung ini memiliki paruh yang lurus yang digunakan
Filum : Chordata untuk menangkap mangsa hewan-hewan air, terutama ikan.
Kelas : Aves Bagian belakang dan sayap berwarna abu-abu hijau-biru, kaki
Ordo : Ciconiiformes kuning, mata kuning dengan memiliki postur membungkuk
Familia : Ardeidae dengan kepala ditarik dekat dengan tubuh. Ukuran tubuh
Genus : Butorides berkisar antara 43 – 51 cm, habitat : mangrove, lumpur,
muara pasang surut, makanan keramak (kepiting
kecil/krustasea lainnya),moluska dan ikan kecil.

Burung Kacer ( Copsychus saularis )

Kingdom : Animalia Habitat asli burung yang dalam bahasa Inggrisnya disebut Magpie
Phylum : chordate Robin/Oriental Magpie Robin/Straits Robin ini adalah daerah hutan
Ordo : Passeriformes terbuka, kebun dekat pemukiman penduduk. Burung ini lebih
Family : muscicapidae menyukai area terbuka di pinggiran hutan dibandingkan dengan di
Genus : copsychus dalam hutan yang lebat. Secara umum burung ini mempunyai
ukuran panjang tubuh sampai 19 cm jika diukur dari ujung paruh
sampai ujung ekor. Makanan utama burung ini adalah serangga,
namun adakalanya mereka memangsa cacing dan kadang-kadang
juga memakan buah-buahan, bahkan ada Kacer yang juga
mengkonsumsi madu.

12
Burung Tledekan ( Niltava vivida )

KLASIFIKASI Burung Tledekan mempunyai panjang badan berkisar antara 8


Kingdom : Animalia s/d 20 cm. Habitat Pada tempat yang cenderung lembab,hutan
Phylum : Chordata lebat berdaun lebar dan hijau, sering dekat satu aliran sungai dan
Class : Aves biasanya pada hutan tropis dan sub tropis. Burung ini termasuk
Order : Passeriformes burung yang tidak melakukan migrasi, tapi melakukan
Family : Muscicapidae perpindahan habitat musiman di antara dataran tinggi dan
Genus : Niltava rendah. Pasangan burung ini berkembang biak pada satu wilayah
tertentu. Walaupun aktif bergerak tapi burung sering duduk di
atas bertengger untuk waktu yang agak lama. Makanan Pokok
keluarga Niltava adalah serangga seperti capung, kupu-kupu ulat
dan buah buahan kecil.

Burung Betet Ekor Panjang ( Psittacula longicauda )

Kingdom : Animali
Filum : Chordata
Class : Aves
Ordo : Sittaciformes
Family : Sittacida
Ciri-ciri : Burung ini memiliki ukuran sedang (40cm), dengan warna dada hijau, ekor panjang
bertahap. Perbedaan dengan Betet Biasa, tubuh bagian bawah hijau dan sisi-sisi kapala merah.
Iris kuning kehijauan, paruh merah dengan ujung seperti tanduk, kaki berwana abu-abu. Pakan di
alam: Buah-buahan (Pandanus, daun pepaya, Dryobalan-ops sp.), biji, bunga (Acacia) dan kuncup
daun.

13
Burung Trinil Pantai ( Tringa hypoleucos )
Klasifikasi Ilmiah : Kerajaan : Animalia; Filum: Kordata; Subfilum: Vertebrata;
Kelas: Burung/Aves; Genus: hypoleucos

Makhluk yang sedang asyik mencari makan tersebut adalah burung Trinil pantai (Tringa
hypoleucos) atau orang-orang londo menyebutnya Common Sandpiper. Trinil pantai merupakan
jenis burung yang hidup di daerah pesisir pantai dan hutan mangrove yang mempunyai
hamparan dataran lumpur (mudflat). Gampang sekali untuk mengidentifikasi burung ini, karena
setiap dia berjalan pasti dia selalu menggoyangkan ekornya naik-turun (Bobbing) dan burung ini
mempunyai ciri khas paruhnya yang panjang untuk mencari kerang di dasar lumpur.

Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Charadriiformes
Famili : Sternidae

Dara-laut adalah burung laut di dalam keluarga


Sternidae, masih berkerabat dengan Burung
Camar, paruh kuning dan kepala berjambul
hitam. Burung Dara-laut dapat ditemukan di
seluruh dunia.
Dara Laut Jambul ( Sterna bergii )

14
Klasifikasi ilmiah : Kerajaan : Animalia;
Filum: Chordata; Kelas: Aves; Ordo:
Ciconiiformes; Famili: Ardeidae; Genus:
Egretta

Kuntul Kecil atau dalam nama ilmiahnya


Egretta garzetta berukuran lebih besar
da Kuntul Kerbau yaitu 55-65 cm dan
memiliki panjang bentangan sayap 88-106
cm. Pada musim kawin, burung ini
mempunyai dua bulus hias putih yang tipis
memanjang pada tengkuknya dan lebih
banyak bulu pada punggungnya yang meluas melebihi ekor.
Burung Kuntul Kecil ( Egretta garzetta )

Kelompok burung kecil yang


sangat lincah.
Pemakan serangga dengan
paruh sempit menajam,
kicauannya nyaring.
Perbedaan jantan dan betina
terlihat dari ukuran badan
dan warna. Burung jantan
lebih agresif berkicau,
berukuran lebih besar, dan
memiliki semburat merah di
kepala.
Cinenen Kelabu ( Orthotomus ruficeps )

Klasifikasi ilmiah : Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Aves; Ordo:Passeriformes;


Famili: Sylviidae; Genus: Orthotomus; Spesies: O. ruficeps

15
Monyet Ekor Panjang ( Macaca fascicularis )
Klasifikasi Ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Primata; Famili:
Cercopithecidae; Genus: Macaca;

Monyet Ekor Panjang mempunyai panjang tubuh sekitar 38-55 cm ditambah ekor
sepanjang 40-65 cm. Berat tubuh Long-tailed Macaque berkisar antara 5-9 kg untuk
jantan dan 3-6 kg untuk monyet betina. Bulu Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)
berwarna coklat keabu-abuan hingga coklat kemerahan dengan wajah berwarna abu-abu
kecoklatan serta jambang di pipi berwarna abu-abu, terkadang terdapat jambul di atas
kepala. Hidungnya datar dengan ujung hidung menyempit. Monyet ini memiliki gigi seri
berbentuk sekop, gigi taring dan geraham untuk mengunyah makanan. Monyet Ekor
Panjang hidup berkelompok dengan anggota antara 5 hingga 40-an ekor lebih. Dalam satu
kelompok terdapat 2-5 pejantan dengan jumlah betina 2-5 kali lipatnya dengan salah satu
monyet jantan sebagai pemimpin kelompok. Seekor pejantan biasanya melakukan
perkawinan dengan beberapa betina sekaligus. Monyet jenis ini termasuk hewan
omnivora. Makanannya bervariasi mulai dari buah, daun, bunga, umbi, jamur, serangga,
siput, rumput muda, bahkan kepiting. Meskipun mayoritas yang dikonsumsi adalah buah-
buahan.

16
Status konservasi : Terancam

Bekantan ( Nasalis lavartus )

Klasifikasi Ilmiah : Kerajaan : Animalia; Filum : Chordata; Kelas : Mammalia; Ordo : Primata;
Famili : Cercopithecidae; Genus : Nasalis

Ciri-ciri :
Tubuh bagian atas umumnya kuning keabu-abuan pucat dan kusam sampai coklat merah, pada
bayi bekantan berwarna biru tua. Mempunyai semacam tudung tengguli pada bagian atas kepala,
ekor dan bagian pantat keputih-putihan. Hidungnya menonjol lebar agak menggantung, bekantan
jantan mempunyai hidung yang menonjol dibandingkan betina. Pada saat duduk, ekor
menggantung kebawah. Pada jari kaki dan tangan terdapat selaput.
Ekologi & Habitat :
Merupakan satwa arboreal tetapi akan menyeberangi sungai untuk mencapai hutan ditepi sungai
yang terisolasi, diurnal, aktif saat subuh dan menjelang sore saat kembali ke tempat
peristirahatan. Hidup berkelompok 6-21 ekor. Makanan terdiri dari dedaunan, buah-buahan dan
pucuk daun. Sebagian besar ditemukan hutan mangrove, campuran mangrove nipah, muara
sungai dan hutan galam. Di daerah Hutan Bakau PT. Bina Ovivipari Semesta sangat susah
ditemukan jenis primate ini, dan saat mengambil gambar ini pun sangat susah sehingga tidak
terlalu Nampak jelas.
Distribusi :
Terbatas di Pulau Kalimantan
Status Kelangkaan:
Termasuk dalam Cites Apendiks I, yaitu jenis yang tidak boleh diperdagangkan secara nasional
maupun internasional

17
Ikan Tembakol/ Gelodok ( Periophthalmus modestus )

Klasifikasi Ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Actinopterygii; Ordo: Perciformes;
Famili: Gobiidae; Upafamili: Oxudercinae

Tampang ikan ini sangatlah khas. Kedua matanya menonjol di atas kepala seperti mata
kodok, wajah yang dempak, dan sirip-sirip punggung yang terkembang menawan.
Badannya bulat panjang seperti torpedo, sementara sirip ekornya membulat. Panjang
tubuh bervariasi mulai dari beberapa sentimeter hingga mendekati 30 cm. Keahlian yang
dimiliki ikan yang satu ini, selain dapat bertahan hidup lama di daratan (90% waktunya
dihabiskan di darat), ikan gelodok dapat memanjat akar-akar pohon bakau, melompat
jauh, dan ‘berjalan’ di atas lumpur. Pangkal sirip dadanya berotot kuat, sehingga sirip ini
dapat ditekuk dan berfungsi seperti lengan untuk merayap, merangkak dan melompat.
Daya bertahan di daratan ini didukung pula oleh kemampuannya bernafas melalui kulit
tubuhnya dan lapisan selaput lendir di mulut dan kerongkongannya, yang hanya bisa
terlaksana dalam keadaan lembab. Oleh sebab itu gelodok setiap beberapa saat perlu
mencelupkan diri ke air untuk membasahi tubuhnya. Ikan gelodok Periophthalmus
koelreuteri setiap kalinya bisa bertahan sampai 7-8 menit di darat, sebelum masuk lagi ke
air. Di samping itu, gelodok juga menyimpan sejumlah air di rongga insangnya yang
membesar, yang memungkinkan insang untuk selalu terendam dan berfungsi selagi ikan
itu berjalan-jalan di daratan. Hidup di wilayah pasang surut, gelodok biasa menggali
lubang di lumpur yang lunak untuk sarangnya. Lubang ini bisa sangat dalam dan
bercabang-cabang, berisi air dan sedikit udara di ruang-ruang tertentu. Ketika air pasang
naik, gelodok umumnya bersembunyi di lubang-lubang ini untuk menghindari ikan-ikan
pemangsa yang berdatangan. Ikan jantan memiliki semacam alat kopulasi pada
kelaminnya. Setelah perkawinan, telur-telur ikan gelodok disimpan dalam lubangnya itu
dan dijaga oleh induk betinanya. Telur-telur itu lengket dan melekat pada dinding lumpur.
Gelodok Periophthalmodon schlosseri dapat bertelur hingga 70.000 butir. Gelodok
memangsa aneka hewan, mulai dari ketam binatu (Uca spp.), udang, ikan, kerang, cumi-
cumi, sampai ke semut ngangrang dan lalat. Ikan ini juga diduga memakan sedikit
tumbuhan. Ketika menjelajah daratan, gelodok juga sering menyerang dan mengusir
gelodok yang lainnya, untuk mempertahankan teritorinya(kekuasaannya). Ikan gelodok
hanya dijumpai di pantai-pantai beriklim tropis dan subtropis di wilayah Indo-Pasifik
sampai ke pantai Atlantik, benua Afrika. Saat ini telah teridentifikasi sebanyak 35 spesies
ikan gelodok. Terbagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu Boleophthalmus,
18
Periophthalmus dan Periophthalmodon. Beberapa spesies contohnya adalah
Pseudapocryptes elongatus, Periophthalmus gracilis, Periophthalmus novemradiatus,
Periophthalmus barbarus, Periophthalmus argentilineatus dan Periophthalmodon
schlosseri. Belum banyak terkuak nilai dari ikan ini. Namun ikan ini termasuk yang paling
tahan terhadap kerusakan lingkungan hidup dan dapat tetap hidup dalam kondisi yang
"memprihatinkan" sekalipun. Namun di Tiongkok dan Jepang, ikan gelodok menjadi
santapan, selain juga digunakan sebagai obat tradisional, terutama sebagai peningkat
tenaga lelaki.

Udang Rama-rama ( Thalassina anomalia )

Klasifikasi Ilmiah: Kingdom : Animalia; Phylum : Arthropoda; Subphylum : Crustacea;


Class: Malacostraca Order : Decapoda; Infraorder : Thalassinidea; Superfamily : Thalassinoidea;
Family:Thalassinidae; Genus : Thalassina
T. anomala adalah hewan lobster dengan panjang tubuh sampai 30 sentimeter,tetapi lebih
biasanya 6-20 cm. Warnanya berkisar dari pucat sampai coklat gelap dan kecoklatan hijau.
Ekornya panjang dan tipis. Rama-rama atau yang biasa disebut udang tanah dapat membentuk
gundukan tanah besar di mulut liangnya, dan jenis ini kebanyakan memakan dedaunan,
lmemakan alga atau detritus di sedimen tanah dan membuang sisanya dalam gumpalan-
gumpalan pellet.

19
Siput Bakau ( Cerithidea djadjariensisi )

Klasifikasi Ilmiah : Kerajaan : Animalia; Class : Gastropoda; Family : Potamididae


Permukaan keong berukir dan warna cangkang hijau ke kecoklatan hingga gelap, tetapi tidak
mempunyai mulut cangkang yang melebar. Ukuran cangkang lebih kecil. hewan yang
menggunakan perut sebagai alat lokomosi (gerak). Kawasan penyebarannya sering juga dijumpai
bersamaan dengan jenis-jenis dari Genus Cerithidea yang hidup di hutan mangrove Asia
Tenggara.

Kepah bakau/ Kerang Totok ( Pelemysoda coaxan )


Klasifikasi Ilmiah : Kerajaan : Animalia; Phylum : Mollusca; Kelas : Bivalvia; Subkelas :
Heterodonta
Ordo : Veneroidea; Subordo : Sphaeriacea; Superfamily : Corbiculoidea; Famili : Corbiculidae;
Genus : Pelymesoda
Menurut Sahirman (1997) kerang P. Coaxans adalah mollusca kawasan mangrove yang secara
ekologi mempunyai nilai penting yang relatif rendah karena berkaitan dengan pola hidupnya
yang soliter dan menyukai substrat yang berlumpur. Ukuran cangkangnya dapat mencapai 110
mm, bentuk lonjong bulat bagian posterior terpangkas pada induk dewasa dan tua, gigi engsel
kuat, gigi cardinal tengah dan belakang pada cangkang kanan serta gigi cardinal tengah dan
depan pada cangkang kiri bercabang, hidup di substrat berlumpur, amobil dan merupakan hewan
makrobenthos yang menyaring makanan dengan sistim filter feeder.
20
Kerang Darah ( Anadara granosa )
Klasifikasi ilmiah :
Kerajaan: Animalia; Filum : Mollusca; Kelas : Bivalvia; Upakelas : teriomorphia; Ordo : Arcoida;
Famili : Arcidae; Genus : Anadara
Kerang darah mempunyai dua buah cangkang (valve) yang dapat membuka dan menutup
dengan menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya. Cangkang pada bagian dorsal tebal
dan bagian ventral tipis. Cangkang ini terdiri atas 3 lapisan, yaitu (1) periostrakum adalah
lapisan terluar dari kitin yang berfungsi sebagai pelindung (2) lapisan prismatic tersusun
dari kristal-kristal kapur yang berbentuk prisma, (3) lapisan nakreas atau sering disebut
lapisan induk mutiara, tersusun dari lapisan kalsit (karbonat) yang tipis dan paralel.
Dewasanya berukuran 5 sampai 6 cm panjang dan 4 sampai 5 cm lebar. Puncak cangkang
disebut umbo dan merupakan bagian cangkang yang paling tua. Garis-garis melingkar
sekitar umbo menunjukan pertumbuhan cangkang. Mantel pada pelecypoda berbentuk
jaringan yang tipis dan lebar, menutup seluruh tubuh dan terletak di bawah cangkang.
Beberapa kerang ada yang memiliki banyak mata pada tepi mantelnya. Banyak
diantaranya mempunyai banyak insang. Umumnya memiliki kelamin yang terpisah, tetapi
diantaranya ada yang hermaprodit dan dapat berubah kelamin. Kakinya berbentuk seperti
kapak pipih yang dapat dijulurkan keluar. Kaki kerang berfungsi untuk merayap dan
menggali lumpur atau pasir. Kerang bernafas dengan dua buah insang dan bagian mantel.
Insang ini berbentuk lembaran-lembaran (lamela) yang banyak mengandung batang
insang. Antara tubuh dan mantel terdapat rongga mantel yang merupakan jalan keluar
masuknya air.

21
Kerang Bambu/ Musil /Navajas/ Razor Clams (Ensis directus)
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan : Animalia; Filum:Kerang-kerangan; Kelas:Bivalvia;
Urutan:Veneroida;
Famili: Pharidae; Genus: Ensis; Spesies: E. directus
Kerang ini habitatnya di pasir dan lumpur didaerah pasang surut (seperti dilokasi/diareal PT. Bina
Ovivipari Semesta Group). Memiliki cangkang yang ramping dan lebih dikenal dengan sebutan
berlipat Atlantik, directus Ensis, juga dikenal sebagai kerang bambu, kerang Amerika berlipat
atau kerang pisau cukur. Kerang ini memiliki shell ramping dan kaki yang kuat,sehingga mampu
berenang dan jika kulit terkena shell yang sangat tajam, atau terinjak dapat menyebabkan nyeri
pada tubuh yang terkena. Pada saat air surut posisi kerang ini akan membuka berbentuk lubang
kunci di pasir, jika kerang ini terganggu, kerang akan menyemprotkan air dari pembukaan
tubuhnya tersebut. Kerang ini merupakan spesies yang mampu dengan cepat mengali tanah
tempat tinggalnya sehingga membuat kerang sulit untuk menangkap.

Keramak ( Uca sp)

Klasifikasi Ilmiah : Kingdom : Animalia; Phylum : Arthropoda; Sub Phylum : Crustacea


Class : Malacostraca; Ordo : Decapoda; Family : Ocypodidae; Genus : Uca

Pada bagian kaki juga dilengkapi dengan kuku dan sepasang penjepit, chelipeds terletak di depan
kaki pertama dan setiap jenis kepiting memiliki struktur chelipeds yang berbeda-beda. Chelipeds
dapat digunakan untuk memegang dan membawa makanan, menggali, membuka kulit kerang
dan juga sebagai senjata dalam menghadapi musuh. Di samping itu, tubuh kepiting juga ditutupi
dengan Carapace. Carapace merupakan kulit yang keras atau dengan istilah lain exoskeleton
(kulit luar) berfungsi untuk melindungi organ dalam bagian kepala, badan dan insang.

22
Klasifikasi Ilmiah :
Kingdom : Animalia; Phylum : Arthropoda;
Subphylum : Mandibulata; Kelas: Crustacea;
Subkelas : Malacostraca; Serie : Eumalacostraca;
Superordo : Eucarida; Ordo : Decapoda;
Subordo : Reptantia; Sectio : Brachyura;
Subsectio : Brachyrhynchus; Famili : Portunidae;
Genus : Scylla

Kepiting Bakau (Scylla serata )

Secara morfologis kepiting mempunyai ciri-ciri : karapas pipih atau cembung, berbentuk
heksagonal, bentuk umum adalah bulat; Karapas umumnya berukuran lebih besar daripada
panjang permukaan yang tidak terlalu jelas pembagian derahnya. Tepi anterolateral begigi lima
sampai 27aying27n buah; antenula kecil terletak melintang atau menyilang; pasang kaki terakhir
berbentuk pipih dan menyerupai dayung terutama dua ruas terakhirnya (Moosa et al. 1985)

Ubur – ubur (Chrysaora quinquecirrha)

Klasifikasi Ilmiah : Kerajaan: Animalia; Filum: Cnidaria; Kelas: Scyphozoa;


Ordo : Stauromedusae

Ubur-ubur adalah sejenis binatang laut yang termasuk dalam kelas Scyphozoa.
Tubuhnya berbentuk 27aying berumbai, dapat membuat gatal pada kulit bila tersentuh.

23
Tokek ( Gekko gecko )

Klasifikasi ilmiah : Kerajaan : Animalia; Filum : Chordata; Kelas : Reptilia; Ordo : Squamata;
Upaordo : Sauria; Famili : Gekkonidae; Genus : Gekko

Tokek adalah binatang reptilian yang mirip cecak, namun ukurannya lebih besar dari jenis cecak,
dan memiliki bunyi yang khas.

Biawak (Varanus salvator )

Klasifikasi Ilmiah : Kerajaan : Animalia; Filum : Chordata; Kelas : Sauropsida; Ordo : Squamata;
Upaordo : Scleroglossa; Infraordo : Anguimorpha; Superfamili : Varanoidea; Famili : Varanidae;
Genus : Varanus

Biawak adalah sebangsa reptil yang masuk ke dalam golongan kadal besar, suku biawak-
biawakan (Varanidae). Biawak umumnya menghuni tepi-tepi sungai atau saluran air, tepian
danau, pantai, dan rawa-rawa termasuk rawa bakau.

24
Buaya Muara ( Crocodylus porosus )

Klasifikasi Ilmiah : Kelas:Repitilia; Ordo:Crocodylia; Famili:Crocodylidae; Subfamili:


Crocodylinae
Genus : Crocodylus

Merupakan reptil yang paling besar (Schneider, 1801). Beratnya mencapai 1.000-1.200 kg. Pada
buaya jantan dewasa dapat mencapai 6-7 m. Buaya betina lebih kecil dan pada umumnya
berkisar 3 m. Kepalanya cukup besar dan mempunyai sepasang tepi di sepanjang dari mata ke
tengah hidung. Sisiknya berbentuk oval dan biasanya lebih kecil daripada spesies lain. Pada Buaya
Muara berwarna kuning pucat dengan garis-garis hitam dengan bintik-bintik yang ditemukan di
tubuh dan ekor. Pada buaya dewasa berwarna lebih gelap dengan warna abu-abu kehitaman.
Pada permukaan bawah (ventral) berwarna kuning atau putih, dan garis-garis dihadirkan pada sisi
lebih bawah pada tubuh tetapi tidak memperluas sampai bagian perut. Ekor berwarna abu-abu.
Mempunyai sepasang rahang yang berat dan kuat dengan jumlah gigi antara 64-68. Pada
permukaan atas (dorsal) tubuh terdapat seperti duri. Pada setiap sela jari pada kakinya terdapat
selaput. Spesies ini tergolong hewan karnivora, yakni pemakan daging. Sesuai dengan ukuran
tubuhnya yang besar, buaya muara memerlukan banyak makanan. Makin besar ukuran seekor
buaya muara, makin banyak pula kebutuhan makannya. Mulai dari ikan-ikanan hingga hewan
mamalia seperti kancil, kambing, rusa bahkan sapi bisa masuk ke dalam perutnya. Buaya muara
berburu mangsa dengan cara yang unik, yaitu cukup dengan mengambil posisi diam bagai patung
yang tak berdaya. Hal ini dilakukan sebagai salah satu strategi kamuflase untuk memperoleh
mangsanya. Biasanya mangsa akan terpedaya dan sama sekali tidak menyadari bahwa ia-lah yang
justru mendekati mulut buaya. Kemudian tanpa disangka-sangka ia mampu bergerak secepat
kedipan mata menyambar mangsanya. Yang paling berbahaya dari C. porosus adalah gigitannya
yang sangat kokoh, sehingga dapat meremukkan tulang dari mangsanya. Gigi-gigi C. porosus
umumnya adalah gigi taring yang menyebar merata di seluruh permukaan dalam mulutnya.
Sehingga dengan rahang yang sangat kuat ditunjang dengan deretan gigi yang menyerupai
gergaji, maka jarang ada mangsa yang dapat lolos dari gigitannya.

25
Kadal Kecil (Mabouya multifasciata)
Klasifikasi Ilmiah : Kingdom : Animalia; Phylum : Chordata; Sub phylum : Vertebrata;
Classis : Reptilia; Sub ordo : Squamata; Familia : Latertilia; Genus : Mabouya

Tubuh kadal terdiri dari caput (kepala), truncus (badan), cauda (ekor), anggota depan (extrimitas
anterior) dan anggota belakang (extrimitasposterior).
Ciri-ciri kadal (Mabouya multifasciata) antara lain yaitu hidup di darat, tubuhnya tertutup oleh
sisik (bercarapace) atau kulit kering yang menanduk (kasap), memiliki ekor dan bernafas dengan
paru-paru.Kadal melakukan fertilisasi secara internal yaitu pembuahan di dalam tubuh.

26
DAFTAR PUSTAKA

Ruhuddien Pandu Yudha, Babo Sembodo, dan Tim Kelola Lingkungan, 2009. Inventarisasi Flora
Dan Fauna, PT. Bintuni Utama Murni Wood Industries, Amutu Besar.

Tim Magang Fakultas Kehutanan, Universitas Gajah Mada dan Tim Kelola Lingkungan PT. BUMWI
Teluk Bintuni Papua,2010.

Muhammad Iqbal,Djoko Setijono,2011.Burung-burung dihutan Rawa Gambut Merang-Kepayang


Dan Sekitarnya.

27

Anda mungkin juga menyukai