Anda di halaman 1dari 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/328280089

PENGELOLAAN WADUK CIRATA MENGGUNAKAN PENDEKATAN


MULTIASPEK

Presentation · January 2018

CITATIONS READS

0 611

1 author:

Ady yes Suryawan


Enviromental and Forestry Research and Development Agency of Manado
49 PUBLICATIONS   7 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

utillization of coconut waste View project

endemic of Sulawesi View project

All content following this page was uploaded by Ady yes Suryawan on 25 October 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Kebijakan Pengelolaan Waduk Cirata Menggunakan Pendekatan
Urgent Issues Methods

Enviromental Planing
Menggunan Enviroment Diagnosis and Prescription Methods

Tugas
Managemen Sumber Daya Alam
Dr. Tb Benito A Kurnani

oleh
Ady Suryawan
NPM 250120187015,
ady18001@mail.unpad.ac.id

Program Pascasarjana Master Ilmu Lingkungan


Universitas Padjadjaran
Bandung
2018

A. Latar Belakang

1
Waduk merupakan suata kawasan yang difungsikan untuk dapat menampung air
melalui pembangunan bendungan. Bendungan dibangun menggunakan berbagai bahan baik
menggunakan tanah, batu, beton. Pembangunan bendungan memiliki beberapa tujuan antara
lain untuk menahan/menampung air, limbah tambang (tailing), dan penampung lumpur [1].
Peraturan Pemerintah ini memberi amanah bahwa setiap pengelolaan Waduk, masyarakat
yang miliki potensi terdampak dan masyarakat yang tinggal di daerah tangkapan air harus
turut dilibatkan. Masyarakat terdampak yang berada di pada dibawah waduk secara elevasi
memiliki potensi bahaya yang tinggi apabila terjadi kerusakan bendungan seperti banjir
bandang. Masyarakat yang berada di daerah tangkapan air perlu diberikan program
pemberdayaan dalam rangkan mengendalikan erosi dan sedimentasi. Aktivitas masyarakat
yang ada pada daerah memiliki peran kunci terhadap kelestarian fungsi Waduk. Kegiatan
pada daerah tangkapan air yang diperbolehkan adalah penelitian, pengembangan ilmu
pengetahuan dan upaya mempertahankan fungsi sempadan waduk Dalam rangka pengelolaan
dan pemanfaata ruang waduk kegiatan yang diizinkan adalah pariwisata, olah raga dan
perikanan.
Waduk memiliki fungsi yang tinggi sebagai pengendali volume air limpasan,
pengontrol arus air, purifikasi, pemasok kebutuhan air untuk irigasi dan sebagainya.
Bendungan yang pertama kali dibuat manusia adalah bendungan Ma’Rib yang dibangun oleh
Kaum Saba pada abad 25-10 sebelum masehi dan mampu beroperasi lebih dari 1500 tahun
[2]. Bendungan ini mampu menampung air yang menjadi kebutuhan irigasi lahan pertanian
seluas 9.600 hektar, namun mengalami kehancuran [2], [3]. Salah satu faktor yang diyakini
sebagai penyebab hancurnya bendungan adalah sedimentasi berdasaarkan perkiraan sedimen
yang mencapai 30 meter diatas dasar waduk [2]. Bencana ini disebut sebagai Catastrophe
yaitu bencana yang menyebabkan kerusakan multi dimensi dan eksodus mayoritas penduduk
[3], [4].
Berdasarkan kitab suci umat muslim, Al Qur’an dalam Surah Saba menjelaskan
bahwa dari bendungan ini tumbuh berbagai jenis buah yang nikmat dan bagaimana hancurnya
bendungan akibat memalingkan hukum alam dan kesombongan [5]. Berdasarkan tafsir Al-
Jalalail, kenikmatan itu berupa tanah yang subur, udara yang bersih dan harum, tidak ada
serangga dan hama, serta berbagai jenis hewan beracun. Hancurnya bendungan ini merubah
ekosistem yaitu tanah yang subur menjadi tandus sehingga hanya pohon Ats dan Sidr atau
pohon berbuah pahit yang mampu tumbuh. Tentu saja pengalaman ini harus menjadi
pelajaran bagi manusia bagaimana seharunya memperlakukan bendungan agar dapat
berfungsi secara optimum secara lestari. Berikut penggalan arti QS 34 : 15-16.
(15) Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasan Allah) di tempat kediaman
mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan kiri (kepada mereka dikatakan): "
Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu
kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang
Maha Pengampun".
(16) Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar
dan Kami ganti kedua kebun-kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-
pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr
Jumlah bendungan yang dibangun Pemerintah terus meningkat, pada tahun 1995
mencapai 62 unit [6] dan telah menjadi 800 unit pada tahun 2012 [7]. Salah satu waduk
terbesar yang berhasil dibangun adalah Waduk Cirata. Waduk Cirata merupakan waduk
terbesar di Asia Tenggara, memiliki luas 62 km2 (6.200 ha) dan volume air 2.165 juta m3 [8],
dan berfungsi sebagai pengendali kualitas dan kuantitas air tawar [9]. Sekitar 3.000 ha lahan
pertanian dipengaruhi oleh DAS dari Waduk Cirata [10]. Waduk Cirata memiliki potensi

2
energi sebagai pembangkitkan listrik sebesar 1.428 Gigawatt/Tahun [8] dan potensi ekonomi
sebagai kawasan produksi ikan mencapai puncak sebesar 135.000 ton pada Tahun 2012 [11].
Saat ini Waduk Cirata menghadapi persoalan yang sangat komplek dan multi aspek
antara lain : Aspek lingkungan (penemaran, sedimentasi, penurunan kualitas air, blooming
alga, sedimentasi, upwelling pencemaran), Aspek politk (tumpang tindih kebijakan dan
kepentingan berbagai stakeholder) [8], [12], Aspek Sosial-Ekonomi (pencemaran
menyebabkan kerugian ekonomi baik perikanan dan pertanian [13]. Biaya pelestarian yang
tinggi mencapai rata-rata Rp. 3,5 Milyar/Tahun [14]. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji
persoalan mendasar, penting dan mendesak untuk segera diselesaikan dari persoalan komplek
yang terjadi di Waduk Cirata guna menghindari Catastrophe Damage yaitu bencana yang
sangat besar dan memiliki efek simultan multidimensi dalam skala yang lebih besar luas
secara regional
B. Metode
Artikel ini menggunakan pendekatan dasar untuk pembuatan kebijakan lingkungan,
melalui metode enviromental diagnosis and prescreption. Design review yang dilakukan
diawali dengan pemotretan kondisi saat ini, ekstraksi dari permasalahan, menentukan tujuan
akhir dan menentukan peran setiap pihak yang terlibat untuk mencapai tujuan akhir.
Potret kondisi Waduk didapatkan dari literatur riview dengan kata kunci : “Cirata”,
“Waduk”, “Citarum”, “Bendungan”, “Reservoir”, “Pollutan”, “Keramba Jaring Apung”,
“Kualitas Air”, “Korosif”, . Artikel yang terkumpul diseleksi dengan studi awal
abstrak/ringkasan dari hasil penelitian. Untuk data yang lebih detail, pembacaan atikel
dilanjutkan terhadap hasil, pembahasan dan kesimpulan.
Esktraksi dilakukan terhadap data tersebut menggunakan analisis deduktif kemudian
diklasifikasikan dalam daftar masalah berdasarkan tingkat kesulitan dan tingkat penting dan
mendesak tidaknya untuk diselesaikan. Berdasarkan tingkatan tersebut, penentuan tujuan
dilakukan berdasarkan penentuan issue yang mendesak untuk segera dilaksanakan.
Berdasarkan tujuan tersebut dilakukan penyusunan panduan yang dapat dilaksanakan oleh
seluruh pihak.

C. Hasil dan Pembahasan


Beberapa permasalahan yang telah didapatkan dari hasil review literatur,
dikompilasi pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Daftar permasalahan di Waduk Cirata
No Aspek Permasalahan Sumber
1 Pencemaran
Eutrofikasi atau meningkatnya nutrien pada perairan mencapai hypereutrophik [15]–[17]
Berdasarkan populasi plankton tergolong dalam eutrofikasi sedang (2017) [18]
Cemaran menyebabkan kerugian petani di Cianjur [13], [19]
Bahan organik cemaran mencapai 7.393 ton / tahun [20]
2 Kontaminan pada Ikan Budidaya
Kandungan logam berat (Zn) pada daging ikan [21]
Prevelansi ektoparasit pada Ikan Bandeng > 95% [22]
3 Perubahan Tata Ruang
Tataruang pada daerah tangkapan air (pemukiman dan industri semrawut) [23]
4 Sedimentasi
Lajur sedimentasi meningkat diatas prediksi awal pembangunan projek > 7,3 m3 [24],
/ tahun
Menyebabkan indeks keberlanjutan buruk [25]

3
5 Biokapasitas
Jumlah KJA diatas Kapasitas Waduk [7], [23], [26], [27]
Biodegradasi kapasitas tidak seimbang [28]
6 Produksi Ikan
Produksi ikan dan pendapatan petani ikan menurun menyebabkan indek [25], [29], [30]
keberlanjutan perikanan pada level cukup berlanjut
Benefit Cost Ratio yang rendah dari sektor perikanan [31]
7 Kelembagaan
Ketiadaan kelembagaan lintas sektoral dan adminitrasi menyebabkan [8], [12]
pengelolaan yang parsial dan tidak sinergi, serta tumpang tindih.
Pelaksanaan roadmap dan rekomendasi dalam kelembagaan yang kurang efektif [32], [33]
Egosektoral stakeholder dalam pengelolaan masih menonjol akibat perbedaan [30], [34]
persepsi dari masing masing stakeholder, implementasi tidak sinkron
8 Biaya Pelestarian Waduk Tinggi
Biaya pelestarian diperkirakan menelan biaya > Rp. 3,5 milyar/tahun tidak [14]
seimbang dengan kemampuan finansial
9 Potensi kerugian
Evapotranspirasi memiliki potensi kerugian berdasarkan perhitungan [35]
hydropower
10 Kemampuan SDM
Pendidikan petani ikan dan kepatuhan terhadap SOP serta aktivitas masyarakat [11], [25], [34]
petani KJA, namun sikap gotong royong, pengalaman dan kerukanan sosial –
keagamaan menjadi potensi
11 Teknologi masih lemah
Pemanfaatan teknologi masih skala ujicoba dalam melakukan pengendalian [25], [36]
dampak cemaran dan meningkatkan produktivitas perikanan
12 Alternatif sektor ekonomi ramah lingkungan lemah
Pengembangan wisata air masih belum diimplementasikan sebagai alternatif [37].
pemanfaatan ruang yang lebih ramah lingkungan
13 Jumlah Penduduk terus meningkat
Tren peningkatan jumlah penduduk 1,5% /tahun berdampak terhadap produksi [7]
limbah padatan
14 Trend sektor industri, pertanian dan peternakan meningkat
Ketiga sektor industri ini terus mengalami peningkatan dan berimplikasi [7]
terhadap produksi limbah
15 Korosifitas Baja
Pada lingkungan Tailrace PLTA mengalami korosif secara merata dan berat [38]
dengan laju korosifitas berkisar antara 0,0356 – 0,5010 mm/tahun

1. Difficult Problems
Permasalahan yang dianggap sulit dapat dinilai dari banyaknya usaha yang telah
dilakukan untuk menyelesaikan masalah namun masalah tersebut masih belum bisa
diselesaikan. Berikut ini daftar permasalahan yang sulit diselesaikan.
Tabel 2. Daftar permasalahan di Waduk Cirata yang sulit diselesaikan
No Permasalahan sulit di selesaikan Justifikasi
1 Kualitas Air 7 artikel mulai dari tahun 2002 s.d 2017
2 Kelembagaan 6 artikel mulai dari tahun 2006 s.d 2017
3 Biokapasitas 4 artikel mulai dari tahun 2005 s.d 2018
4 Produksi ikan 4 artikel mulai dari tahun 2006 s.d 2016
2. Important Problems
Permasalahan yang dianggap penting dinilai berdasarkan riset yang dilakukan
selama 3 tahun terakhir yaitu antara tahun 2016 s.d 2018. Berikut ini daftar permasalahan
penting.

4
Tabel 3. Daftar permasalahan di Waduk Cirata yang dianggap penting
No Permasalahan sulit di selesaikan Justifikasi
1 Kualitas Air 1 Artikel 2017
2 Biokapasitas 1 Artikel 2018
3 Produksi ikan 1 Artikel 2016
4 Kelembagaan 1 Artikel 2016 & 1 artikel 2017
5 Teknologi lemah 1 Artikel 2017
6 Alternatif ekonomi ramah lingkungan 1 Artikel 2016

3. Urgen Issues
Berdasarkan Tabel 2 dan Tabel 3, dilakukan pemetaan dan tersaji pada Gambar 2
berikut ini.
8

Kualitas Air
7

Kelembagaan
6
Jumlah Riset pada tahun (Tingkat kesulitan)

Produksi ikan Biokapasitas


4

Kemampuan SDM
3 Petani

Kontaminasi ikan Sedimentasi Teknologi lemah


2
Perubahan Tata Tren sektor industri
Ruang Biaya Pelestarian
pencemar
1 Alternatif ekonomi
Korosifitas ramah lingkungan

0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Tahun terakhir riset (Tingkat pentingan diselesaikan)

Gambar 2. Peta sebaran topik dan jumlah riset di Waduk Cirata sampai tahun terakhir

Berdasarkan Gambar 2, permasalahan kualitas air, kelembagaan, biokapasitas dan


produksi ikan merupakan permasalahan yang dianggap sulit dan penting untuk
diselesaikan. Ke 4 permasalahan tersebut pada memiliki hubungan yang erat khususnya
faktor fisik yaitu kulaitas lingkungan dan biokapasitas memiliki pengaruh terhadap
produksi ikan. Biokapasitas merupakan esensi dari kualitas air dan produksi ikan.
Permasalahan biokapasitas yang terjadi adalah pertumbuhan unit KJA yang ada sudah
tidak seimbang dengan kapasitas ekosistem melakukan purifikasi, sehingga limbah yang
masuk dalam ekosistem semakin banyak yang tidak terurai/terdegradasi. Limbah yang
tidak terdegradasi menyebabkan kualitas air menurun. Baku mutu air yang rendah
menyebabkan kondisi perairan melampau titik batas maksimal toleransi kehidupan ikan
budidaya. Adanya kematian masal, kontaminasi daging ikan, menurunya produksi dan

5
rendahnya benefit rasio petani KJA adalah fakta yang terjadi akibat biokapasitas yang
tidak seimbang.
Permasalahan kelembagaan cukup banyak dibahas sampai tingkat desertasi dan
menghasilkan model kelembagaan yang ideal pada tahun 2011. Model ini tersebut belum
dapat diimplementasikan secara holistik. Berdasarkan riset pada tahun 2017 masih terjadi
adanya tumpang tindih dan perbedaan persepsi dalam implementasi perencanaan yang
telah disepakati, sehingga berdasarkan analisa ada 2 problem penting yang masih menjadi
permasalahan yang mendesak untuk segera diselesaikan yaitu :
Urgent Issues
1. Biokapasitas: membutuhkan pengelolaan limbah/bahan pencemar dan
meningkatkan kemampuan ekosistem melakukan
purifikasi
2. Kelembagaan : meningkatkan status riset dari kelembagaan ketataran
yang lebih tinggi seperti kekuatan politik dan ekonomi
untuk mendapatkan win-win solution dari setiap
stakeholder

D. Vison
Berdasarkan hasil sintesis permasalahan pada bagian 3 yaitu biokapasitas dan
kelembagaan, pengelolaan Waduk Cirata perlu memiliki visi yang tajam dalam rangka
mengatasi kedua isu yang mendesak tersebut.Visi sebaiknya dibuat secara bersama-sama atau
mengedapankan inklusifitas untuk meningkatkan internailisasi masing masing pihak.
Penulisan mengusulkan visi tersebut tidak jauh dari rancangan berikut ini.

“Terwujudnya Waduk Cirata sebagai ekosistem yang berdaya guna maksimal secara
jasa lingkungan, ekonomi dan budaya dengan prinsip fungsi dan manfaat lestari
melalui pengelolaan bersama yang dilandasai dengan iman dan taqwa”

Indikator yang dapat digunakan sebagai acuan dalam implementasi visi tersebut
antara lain :
1. Terciptanya suasanya kerjasama (guyub) antara pihak dan merasa menjadi tim dalam
pengelolaan Waduk Cirata. Para pihak harus meyakini bahwa pengelolaan Waduk ini
sebagai perwujudan iman dan ketakwaan terhadap sang pencipta, sehingga seluruh
kebijakan program harus mencerminkan keshalehan.
2. Seluruh pihak dan masyarakat umum meyakini bahwa, bendungan memiliki 2 sisi tajam,
1 sisi berfungsi sebagai layanan ekosistem yang mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat secara ekonomi dan budaya. 1 sisi lainnya, Waduk memiliki potensi luar
biasa sebagai malapetaka apabila dan mengancam sendi kehidupan dalam skala yang luar
biaasa.

E. Goals
Penyusunan target pengelolaan membutuhkan pemikiran secara bersama untuk
meningkatkan kualitas target yang ingin dicapai dan secara realitas mempertimbangkan
kemampuan Sumber Daya Manusia dan finansial serta potensi lainnya dari masing masing
stakeholder. Usulan target yang dapat digunakan sebagai acuan dalam implementasi visi :

6
1. Kelembagaan
a. Memperbaiki regulasi yang telah ada.
b. Meningkatkan kualitas kelembagaan melalui diskusi yang kuat dan ilmiah dengan
prinsip mendapatkan pemahaman dan rasa memiliki yang sama terhadap hasil hasil
kesepakatan. Setiap pihak memiliki kepentingan dan kemampuan yang berbeda –
beda, sehingga pemetaan kepentingan dan kemampuan sangat penting sebagai dasar
menentukan irisan dari kepentingan dan kemampuan tersebut. Win-win solution harus
benar – benar dapat diambil dan menjadi titik awal dari langkah pengelolaan.
c. Meningkatkan lembaga pengelola waduk yang telah ditunjuk sebagai pangkalan data
resmi pemerintah yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh pihak.
d. Meningkatkan peran kelambagaan dalam evaluasi dan monitoring program
2. Kualitas Air
Meningkatkan kualitas perairan waduk agar memenuhi standar baku mutu air melalui
pengelolaan air kotor inlet dan outlet.
a. Pada bagian inlet perlu dipasang jaring jebakan dan bak penampung yang dapat
mengikat limbah (grease trap) yang masuk seperti limbah FOG (Fats-Oil-Grease),
sampah organik dan an organik. Pada ekosistem waduk, perlu adanya intervensi
terhadap kadar cemaran. Intervensi harus disandarkan dari hasil riset yang telah ada,
pengelolaan sedimen secara bijaksana.
b. Pada bagian outlet, pemasangan pengelolaan air (limbah) perlu dilakukan untuk
meningkatkan kualitas air irigasi. Adanya kegiatan ekonomi didalam ekosistem
waduk telah menghasilkan limbah, namun hingga saat ini belum pernah dilakukan
pengelolaan terhadap limbah yang dihasilkan. Hal ini penting agar sektor pertanian
yang bertumpu pada air dari Waduk mendapatkan air yang sesuai.
3. Ekonomi Hijau
a. Meningkatkan program ekonomi hijau seperti sektor pariwisata alam, dan
meningkatkan kualitas KJA yang ramah lingkungan dengan introduksi teknologi dan
meningkatkan rantai pasokan yaitu pembangunan pengolahan hasil KJA bukan
peningkatkan jumlah KJA.
b. Pemerintah dapat membangun satu unit pengolah limbah dilakukan melalui unit
pelaksana teknis maupun kerjasama dengan pihak swasta dan mewajibkan bagi
industri yang tidak mampu mengoperasikan IPALnya makan harus memanfaatkan
unit yang dibentuk dengan perhitungan yang relevan dan tidak memberatkan.
4. Pendidikan dan Kampanye
Prinsip dasar ekologi dan potensi bencana waduk perlu disosialisasikan kepada seluruh
masyarkat guna meningkatkan kesadaran. Pendidikan lingkungan, program sekolah
Adiwiyata, kampung ramah lingkungan, kampung petani modern dan sebagainya sebagai
bentuk implementasi dalam rangka mengurangi cemaran yang masuk kedalam waduk.

F. Guidence
Perencanaan yang fokus terhadap problematikan waduk Cirata perlu
memperhatikan beberapa aspek dan mempertimbangkan keterlibatan stakeholder. Berikut ini
matrik rancangan peran dan aspek yang diperhatikan.

7
Tabel 4. Matrik dasar rencana pengelolaan multiapsek
Aspek/Peran Aspek Lingkungan Aspek Ekonomi Aspek Sosial Aspek Teknologi &
Institusi Politik Infrastruktur
Pemerintah Updating Regulasi Updating dan Updating Pemerintah harus
Pusat teknis tentang baku penegakan aturan pengelolaan mengeluarkan
mutu air bendungan izin lingkungan sumber daya air peraturan terkait
[39] pelaku usaha [40] / revisi [1], [41] teknologi yang
digunakan dalam
pengelolaan industri
in situ waduk
Pemerintah Pemerintah Provinsi Mengarahkan DRPD Propinsi Propinsi Jawa Barat
Propinsi membentuk badan sektor industri harus mampu memiliki banyak
pengelolaan yang ramah menekan DRPD perguruan tinggi dan
Updating lingkungan integrasi lingkungan seperti Kabupaten lembaga riset, harus
Roadmap (Pemerintah, Swasta sektor ekowisata untuk dimanfaatkan guna
yang telah dan Masyarakat) yang dipandang meratifikasi mendukung
dibuat dengan diskusi yang ramah lingkungan seluruh program
intensif dan tinggi income peraturan
pengelolaan
waduk integratif

Pemerintah Dinas Lingkungan Dinas Pariwisata, Bupati dan Dinas PU perlu


Kabupaten Hidup Kabupaten Dinas Setda harus terlibat dalam
memiliki peran Perindustrian dan turut duduk pengelolaan waduk
penting dalam Dinas Pertanian bersama dalam
monitoring serta Dinas perencanaan
lingkungan dari Perikanan
sektor industri dan memiliki peran
penataan KJA kunci dalam
kebersilan
Badan yang Optimalisasi peran Optimalisasi peran Optimalisasi Optimalisasi peran
ditunjuk peran
Pemerintah
Swasta Mematuhi peraturan Mematuhi Mematuhi Mematuhi peraturan
dan menyampaikan peraturan dan peraturan dan dan menyampaikan
kendala dalam menyampaikan menyampaikan kendala dalam
pematuhan tersebut kendala dalam kendala dalam pematuhan tersebut
sehingga didapatkan pematuhan pematuhan sehingga didapatkan
solusi tersebut sehingga tersebut solusi
didapatkan solusi sehingga
didapatkan
solusi
Masyarakat Aspirasi masyarakat Aspirasi Aspirasi Aspirasi masyarakat
dan kesediaan dalam masyarakat dan masyarakat dan dan kesediaan dalam
melakukan upaya kesediaan dalam kesediaan dalam melakukan upaya
perbaikan melakukan upaya melakukan perbaikan
pengelolaan dari diri perbaikan upaya perbaikan pengelolaan dari diri
sendiri pengelolaan dari pengelolaan dari sendiri
diri sendiri diri sendiri

Pengeloaan Waduk Cirata membutuhkan pemahaman dan persepektif yang sama


antar stakholder, sehingga branstroming menjadi kunci untuk meletakan dasar yang sama
dalam rangka menemukan akar masalah yang sedang dihadapi. Akar masalah sebagian besar

8
telah ditunjukan dalam bagian tinjauan pustaka di artikel ini, namun permasalahan dari
perspektif masyarakat dan pelaku industri perlu dilibatkan dan belum masuk dalam artikel
ini. Fokus diskusi harus dilakukan, sebagai penyelanggara adalah institusi penyelanggara /
badan otoritas yang ditunjuk pemerintah pusat dalam pengelolaan waduk, dalam hal ini
terintegrasi dengan perencanaan grand design sungai Citarum. Selain problematika, potensi
setiap institusi/stakeholder sangat dibutuhkan dalam rangka memetakan arah pembangunan
kedepan. Hal yang mendasar dari hasil riset menunjukan bahwa praktek industri perikanan air
tawar tidak memiliki dampak signifikan terhadap pembangunan dan justru menyebabkan
banyak kerugian pada daerah pertanian yang berada di bawah waduk Cirata.
Pemetaan masalah dan potensi diatas menjadi dasar dalam memetakan visi
pengelolaan Waduk Cirata yang secara konseptual dapat diterima oleh setiap stakeholder.
Proses ini harus dilakukan secara komprehensif dan direncanakan bersama – sama sehingga
muncul rasa memiliki dan kepedulian bersama-sama. Ikatan emosional antar stakeholder
menjadi sangat penting dibangkitkan, sehingga perlu melibatkan tokoh diluar stakeholder
dalam rangkan meningkatkan spiritual kelembagaan. Tokoh tersebut dapat dilakukan oleh
tokoh agama, tokoh adat maupun motivator. Berikut ini flowchart yang dapat dijadikan
sbegai logika berfikir dalam pengelolaan waduk.
Pemanfaatan waduk menggunakan prinsip yang dibangun berdasarkan prinsip
potensi masing masing sumber daya. Perencanaan pemanfaatan ini merupakan kompromi
dari seluruh tujuan masing masing stakeholder, dimana batasan kemampuan / potensi masing
masing stakeholder di overlay. Bagian overlay yang saling tumpang tindih merupakan titik
temu / kompromi tujuan pemanfaatan. Selanjutnya dari titik temu tersebut diuraikan/
(breakdown) berdasarkan 4 aspek yaitu Aspek Lingkungan, Aspek Ekonomi, Aspek Sosial –
Politik dan Aspek Teknologi dan Infrastruktur. Komponen yang diuraikan dari ke 4 aspek
merupakan landasan penyusunan Tata Pengelolaan. Prinsip yang digunakan dalam
penyusunan Tata Kelola Waduk adalah peningkatan biokapasitas waduk dalam rangka untuk
melestarikan fungsi dan pemanfaatannya.
Konsep diatas sangat vital diterapkan sebelum menyusun arahan dalam bentuk
Roadmap atau rencana kerja rinci yang berisi tentang siapa melakukan apa, kapan dan
dimana. Saat ini, pengelolaan Waduk Cirata merupakan bagian dari Roadmap pengelolaan
DAS Citarum, sehingga penyusunan roadmap pengelolaan Waduk Cirata merupakan partial
dari rencana integral. Oleh karena itu, fokus terhadap pengelolaan Waduk Cirata akan dapat
membantu penyelesain DAS Citarum yang menjadi program nasional saati ini. Berikut ini
Roadmap pengelolaan Waduk Cirata.
Tabel 5. Roadmap pengelolaan Waduk Cirata
N Program Target Pihak
o Vol Waktu
1 Kelembagaan
a. Memperbaiki regulasi 1 paket 1 tahun Seluruh stakholder (Badan Pengelola Waduk,
PLN, Masyarakat KJA, Pemerintah Daerah
Kabupaten, Masyarakat sekitar Waduk,
Kementerian terkait (KKP, Kemenpar, KLHK,
Bappenas, KPUPR, Kemensos), Dinas
Lingkungan Hidup, Setda Propinsi Jawa Barat,
Industri terkait, Aparat (TNI,POLRI),
Lembaga Riset, Dikti, Dinsos, NGO,
Perguruan Tinggi, Disperindakop, Badan
Penanaman Modal, Jamaah keagamaan, Dikti-
Sekolahan, Badan Penyuluh

9
b. Meningkatkan kualitas 2 1 tahun Seluruh Stakeholder
kelembagaan
multistakholder, membagi
peran berdasarkan power
and interest untuk
menemukan jalan tengah
yang saling menguntungkan

Gambar 3. Flowchat pengelolaan Waduk Cirata


c. Meningkatkan peran Badan 1 5 tahun Berdasarkan hasil rapat kelembagaan, Badan
Pengelola yang ditunjuk : Pengelola harus tegas terhadap keputusan yang
Sebagai koordinator disepakati bersama
kelembagaan,
d. Meningkatkan peran 1 paket Setiap Allstakeholder dapat memberikan pengaduan
kelembagaan dalam tahun langsung ke koordinator (Badan Pengelola
evaluasi dan monitoring Waduk Cirata) untuk selanjutnya BPWD
program misalnya melalui disposisi ke pihak terkait
layanan pengaduan (e-
pengaduan), keterbukaan
laporan kinerja, sehingga
tren kualitas Manajemen
dapat diketahui sekaligus
untuk melakukan
forecasting pada masa
depan
2 Kualitas Air
a. Membangun IPAL (Geaser 1 unit 3 tahun Badan Pengelola, Dinas Lingkungan Hidup,
Trap, Sedimentation Trap, Kementerian PUPR, Disperindakop, Badan
biofilter, insenerator, Penanaman Modal, selain untuk mengelola
komposter, pada Inlet untuk limbah yang akan masuk ke waduk, unit yang
mengurangi sedimentasi dibangun juga memiliki kapasitas untuk
dan polutan yang masuk mengelola limbah dari industri, sehingga bagi
industri yang tidak mampu mengoperasikan
IPAL diwajibkan untuk memanfaatkan unit
tersebut.

10
b. Degreding/pengerukan 1 paket 5 tahun Pengerukan harus diawali dengan kajian
sedimen didasar waduk. teknik dan pengolahan sedimen. Dilakukan
Pengerukan menggunakan oleh Pihak Badan Pengelolan, PU, Lembaga
Riset/Perguruan Tinggi
c. Membangun IPAL pada 1 unit 2 Berdasarkan hasil riset akan diketahui jenis
outlet terutama IPAL polutan yang paling mempengaruhi kualitas
penjerap unsur kimia air. Berdasarkan hasil tersebut model IPAL
polutan yang paling yang akan dibangun ditentukan. Pihak yang
dominan di ekosistem terkait, Lembaga Riset/Perguruan Tinggi,
waduk, sehingga baku mutu Kementarian PU, Badan Pengelola.
air keluaran dari waduk
memenuhi standar
3 Ekonomi Hijau
a. Peningkatan kapasitas 1 paket 10 tahun Dinas penanaman modal, Disperindakop,
masyarakat untuk ekonomi Badan Pengelola, Pemda, Dispar, Kemenpar,
kreatif seperti pariwisata, Privat Sektor
pengelolaan industri
perikanan pakan alami dan
ramah lingkungan hingga
pengolahan produk ikan
(Pengalengan, abon, keripik
dll)
b. Pembangunan pengelolaan 1 Paket 3 tahun Dinas penanaman modal, Disperindakop,
IPAL Komersil bagi Badan Pengelola, Pemda, Privat Sektor
industri yang tidak mampu
mengoperasikan atau belum
memiliki IPAL
c. Membangun sistem 1 paket 10 tahun Seluruh stakeholder
pendanaan yang dapat
menjamin kontinuitas
program
4 Pendidikan dan Kampanye
a. Memasukan pendidikan 1 paket 20 tahun Dikti dan sekolahan, Badan Pengelola, Pemda,
lingkungan dalam muatan NGO, Swasta (CSR), Badan Penyuluh
lokal, pelajaran tematik,
kontes dan lomba
pengelolaan lingkungan di
sekolah sekolah
b. Kampanye dilakukan 1 paket 5 tahun Badan Pengelola Waduk, PLN, Masyarakat
dengan berbagai iklan KJA, Pemerintah Daerah Kabupaten,
layanan masyarakat, Masyarakat sekitar Waduk, Kementerian
festival Cirata Lestari, terkait (KKP, Kemenpar, KLHK, Bappenas,
Komferensi dan seminar, KPUPR, Kemensos), Dinas Lingkungan
pembuatan film Hidup, Setda Propinsi Jawa Barat, Industri
lingkungan, terkait, Aparat (TNI,POLRI), Lembaga Riset,
lomba/kompetisi Dikti, Dinsos, NGO, Perguruan Tinggi,
kebersihan dll Disperindakop, Badan Penanaman Modal
c. Melalui lembaga 1 paket 20 tahun Lembaga keagamaan, Kementerian Agama
keagamaan, sebagai contoh dan penyuluh
meningkatkan kajian
keagamaan bertema
lingkungan, menerbitkan
peraturan di Kantor Urusan
Agama misalnya syarat
menikah harus menanam
pohon, serta memberikan
nasehat bertema lingkungan

11
G. Kesimpulan
Pengelolaan waduk Cirata saat ini masih memiliki berbagai persoalan multiaspek
baik lingkungan, sosial, ekonomi dan teknologi. Pengeleloaan harus diawali dengan
melibatkan seluruh stakholder dan dilakukan secara inklusif. Ikatan emosional sangat penting
dibangun antar stakeholder dalam meningkatkan kapasitas stakeholder dan kelembagaan
yang telah dibangun. Tata kelola dilandasarkan pada kompromisasi dari selurh kepentingan
dengan prinsip peningkatan daya dukung lingkungan sebagai dasar keberlanjutan seluruh
program pengelolaan.

H. Daftar Pustaka
[1] PP_37, Bendungan. Jakarta: Presiden Republik Indonesia, 2010.
[2] P. Kühn, D. Pietsch, and I. Gerlach, “Archaeopedological analyses around a neolithic hearth and the beginning of
Sabaean irrigation in the oasis of Ma’rib (Ramlat as-Sab’atayn, Yemen),” J. Archaeol. Sci., vol. 37, no. 6, pp. 1305–
1310, 2010.
[3] U. Brunner, “The great dam and the sabean oasis of Ma’rib,” Irrig. Drain. Syst., vol. 14, no. 3, pp. 167–182, 2000.
[4] L. Jemes, Douglas, S. Al-Hassan, and M. L. Bengston, “Catastrophic damage from dam break floods,” Utah, 1986.
[5] QS_34:15-16, Al-Qur’an Surat Saba ayat ke 15 & 16. 632.
[6] I. Kasiro, Isdiana, D. Pangluar, C. L. Nugroho, A. Muchtar, H. Martadi, and R. Suryadilaga, Bendungan besar di
Indonesia. Jakarta: Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum, 1995.
[7] Kholil, A. Widayati, A. Setijadi, and L. Noviana, “Model Pemanfaatan Sumberdaya Air Waduk Cirata Untuk
Menjamin Keberlanjutan Fungsi Ekonomi, Sosial dan Lingkungan,” Jakarta, 2012.
[8] A. Kusumawardhani, “Analisis Biaya dan Manfaat Kelembagaan Pengelolaan Waduk Cirata Provinsi Jawa Barat
[Tesis],” Institut Pertanian Bogor, 2017.
[9] A. B. Supangat and Paimin, “Kajian peran waduk sebagai pengendali kualitas air secara alami,” Forum Geogr., vol.
21, no. 2, pp. 123–134, 2007.
[10] Citarum.org, Roadmap untuk Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu Wilayah Sungai Citarum. Jakarta-Bandung:
Bappenas dan Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, 2010.
[11] N. Istiqomah, “Water Quality and Socio-Economics, Factor Affecting Fish Production in Cirata Reservoir, West
Java, Indonesia [Tesis],” Padjadjaran Univeristy, 2014.
[12] M. M. D. Widiastuti, “Analisis kelembagaan model agent principle pada petani keramba jaring apung,” Agricola,
vol. 5, no. 2, pp. 70–89, 2015.
[13] F. P. Anhar, “Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Pencemaran Air Di Waduk Cirata Wilayah Kabupaten
Cianjur Provinsi Jawa Barat [Skripsi],” Institut Pertanian Bogor, 2014.
[14] M. M. D. Widiastuti, “Analisis kesediaan membayar (wtp) program pengelolaan sampah dan pelestarian Waduk
Cirata – Jawa Barat,” J. Ilm. Agribisnis dan Perikan., vol. 6, no. 3, pp. 73–81, 2014.
[15] W. Komarawidjaja, S. Sukimin, and E. Arman, “Status Kualitas Air Waduk Cirata Dan Dampaknya Terhadap
Pertumbuhan Ikan Budidaya,” J.Tek. LIng P3TL-BPPT, vol. 6, no. 1, pp. 268–273, 2005.
[16] I. Insan, “Status Trofik dan Daya Dukung Keramba Jaring Apung di Waduk Cirata [Tesis],” Intitur Pertanian
Bogor, 2009.
[17] Shofia and B. S. Muntalif, “Distribusi fitoplankton berdasarkan sistem informasi geografis ( sig ) dan status trofik
perairan Waduk Cirata, Jawa Barat,” J. Tek. Lingkung., vol. 20, no. 2, pp. 194–203, 2014.
[18] I. Nurruhwati, Zahidah, and A. Sahidin, “Kelimpahan plankton di waduk Cirata Provinsi Jawa Barat,” J. Akuatika
Indones., vol. 2, no. 2, pp. 102–108, 2017.
[19] M. Sudrajat, “Dampak Budidaya Ikan Jaring Apung di Waduk Cirata Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar
Lokasi dan Pembangunan Ekonomi Kabupaten Cianjur [Tesis],” Institut Pertanian Bogor, 2009.
[20] L. Lukman and H. Hidayat, “Pembebanan dan distribusi bahan organik di waduk cirata,” J. Teknol. Lingkung., vol.
3, no. 2, pp. 129–135, 2002.
[21] A. Widiyati, E. Nugroho, and Kusdiarti, “Kajian beban pencemaran dan kapasitas asimilasi terhadap kandungan
logam berat Pb dan Zn pada daging ikan mas dan nila di perairan Waduk Cirata, Jawa Barat,” in Prosiding Seminar
Nasional Ikan 6, 2011, pp. 71–77.
[22] Y. A. Riko, Rosidah, and T. Herawati, “Intensitas dan prevalensi ektoparasit pada ikan bandeng (Chanos chanos)
dalam karamba jaring apung (kja) di waduk Cirata Kabupaten Cianjur Jawa Barat,” J. Perikan. dan Kelaut., vol. 3,
no. 4, pp. 231–241, 2012.
[23] I. N. Radiarta and I. Ardi, “Pemetaan distribusi keramba jaring apung ikan air tawar di Waduk Cirata , Jawa Barat
dengan multi temporal data Alos Avnir-2,” J. Ris Akuakultur, vol. 4, no. 3, pp. 439–446, 2009.
[24] W. H. Tatipata, I. Soekarno, A. Sabar, and S. Legowo, “Analisis volume sedimen yang mengendap setelah t-tahun
waduk beroperasi (studi kasus : waduk Cirata ),” J. Tek. Sipil, vol. 22, no. 3, pp. 235–242, 2015.
[25] Kholil, T. A. Dharoko, and A. Widayati, “Pendekatan multi dimensional scaling untuk evaluasi keberlanjutan
waduk Cirata - Propinsi Jawa Barat,” J. Mns. dan Lingkung., vol. 22, no. 1, pp. 22–31, 2015.
[26] N. W. Abery, F. Sukadi, A. A. Budhiman, E. S. Kartamihardja, S. Koeshendrajana, Buddhiman, and S. S. De Silva,
“Fisheries and cage culture of three reservoirs in west Java, Indonesia; a case study of ambitious development and

12
resulting interactions,” Fish. Manag. Ecol., vol. 12, no. 5, pp. 315–330, 2005.
[27] F. Awaliyah, W. Gunawan, and M. Tasrif, “Analysis of changes in water quality for supporting fish di Waduk
Cirata,” in Conference on Sustainability Science 2018, 2018, pp. 97–98.
[28] Purnawati, “Tingkat Perombakan Bahan Organik Sedimen Waduk Cirata Pada Kondisi Anaerob Skala
Laboratorium [Tesis],” Institut Pertanian Bogor, 2009.
[29] D. Permatasari, “Analisi Usahatani dan Faktor-Faktor Produksi Yang Mempengaruhi Usaha Pembesaran Ikan Mas (
Kasus : Waduk Cirata , Kabupaten Cianjur )[Skripsi],” Institut Pertanian Bogor, 2010.
[30] A. Hidayat, D. M. Marits, and P. Gandhi, “Analisis kelembagaan pengelolaan perikanan tangkap di waduk Cirata,”
Risal. Kebijak. Pertan. dan Lingkung., vol. 3, no. 2, pp. 87–107, 2016.
[31] K. Trisnani, “Analisis Pendapatan dan Efisiensi Produksi Usahatani Budidaya Pembesaran Ikan Mas dan Nila Pada
Keramba Jaring Apung Ganda (Studi Kasus Waduk Cirata Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur)
[Skripsi],” Institut Pertanian Bogor, 2013.
[32] Krismono and L. P. Astuti, “Pengelolaan waduk kaskade (saguling, cirata, jatiluhur) untuk budidaya ikan dalam
karamba jaring apung (KJA),” in Prosiding Seminar Nasional Ikan IV, 2006, pp. 225–229.
[33] M. Hasan, “Model Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air Pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Yang
Berkelanjutan [Desertasi],” Institut Pertanian Bogor, 2011.
[34] D. A. Oktaviani, “Status Keberlanjutan Pengelolaan Waduk Cirata Propinsi Jawa Barat [Skripsi],” Institut Pertanian
Bogor, 2015.
[35] M. Yusuf, “Analisis Blue Water Footprint Pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata [Tesis],” Universitas
Padjadjaran, 2015.
[36] H. Hamdani, P. P. Kelana, and I. Zidni, “Kajian peningkatan produktivitas polikultur pada karamba jaring apung di
waduk Cirata dengan pemanfaatan teknologi aerasi,” J. Akuatika, vol. 2, no. 2, pp. 120–127, 2017.
[37] B. H. Purwanto, S. Suryadi, and P. A. Sunarya, “The envirothe environmental friendly economic creative model
towards the people around the reservoirs of Cirata,” J. Appl. Bussines Econ. Res., vol. 14, no. 11, pp. 7935–7952,
2016.
[38] S. Suryaningsih, T. A. Benito, and Sunardi, “Pemetaan korosifitas baja karbon pada kondisi atmosferik kawasan
waduk Cirata,” in Pertamuan Ilmiah 29 HFI Jateng & DIY, 2015, no. April, p. 380-.
[39] Permen_LH_No_28, Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau dan atau Waduk. Jakarta: Kementerian
Lingkungan Hidup, 2009.
[40] PP_No_27, Izin Lingkungan. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia, 2012.
[41] UU_No_7, Sumber Daya Air. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia, 2004.

13

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai