Anda di halaman 1dari 29

Peranan Annelida yang mengutungkan/bermanfaat

 Makanan manusia, karena cacing memiliki sumber protein yang berpotensi dimasukkan
sebagai bahan makan manusia seperti halnya daging sapi dan ayam
 Bahan baku ternak, memiliki kandungan protein, lemak dan mineral yang tinggi, cacing
tanah dimanfaatkan sebagai makanan ternak misalnya unggas, udang, kodok, dan ikan.
 Bahan baku obat, Cacing tanah dipercaya dapat meredakan demam, menurunkan
tekanan darah, menyembuhkan bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi dan tipus.
 Bahan baku kosmetik, Cacing tanah diolah untuk dgunakan sebagai pelembab kulit dan
bahan baku pembuatan lipstik.
 Lintah digunakan untuk membersihkan nanah pada luka yang telah terinfeksi
 Hirudin bermanfaat menyimpan darah untuk keperluan transfusi darah

b. Peranan Annelida yang merugikan

 Menimbulkan penyakit cacing pita, cacing darah, cacing hati, cacing perut, cacing kremi,
cacing tambang, cacing filaria.
 Menyebabkan anemia, seperti cacing darah, cacing tambang, pacet, dan lintah.
Filum Annelida
1. Pengertian
Annelida berasal dari kata annulus yang berarti cincin dan oidos yang berarti bentuk.
Dari namanya, Annelida dapat disebut sebagai cacing yang bentuk tubuhnya bergelang-gelang
atau disebut juga cacing gelang.
2. Habitat dan Penyebaran
Sebagian besar Annelida hidup dengan bebas dan ada sebagian yang parasit (merugikan
karena menempel pada inangnya) dengan menempel pada vertebrata, termasuk manusia. Habitat
Annelida umumnya berada di dasar laut dan perairan tawar, dan juga ada yang sebagian hidup di
tanah atau tempat-tempat lembab. Annelida hidup di berbagai tempat dengan membuat liang
sendiri.
Adapun penyebaran terdapat di beberapa daerah, diantaranya yaitu Indonesia, Finlandia,
dan Rusia.
3. Klasifikasi
Phylum Annelida dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
3.1 Kelas Polychaeta
Polychaeta, dalam bahasa Yunani “poly” berarti banyak, “chaetae” = rambut kaku,
merupakan Annelida berambut banyak. Anggota kelas polychaeta dikenal dengan sebutan umum
cacing laut, cacing sikat, cacing ruas
1.1.1 Ciri-ciri Morfologi
Seluruh permukaan tubuh polychaeta mengandung rambut-rambut kaku atau setae yang
dilapisi kutikula sehingga licin dan kaku. Panjang tubuh umumnya kurang dari 10 cm dengan
garis tengah 2-10 mm.
Warna tubuhnya banyak yang menarik (merah, merah muda, hijau ataupun kombinasi warna-
warna). Metamerisme pada umumnya sempurna, dengan tiap segmen silindris identik, kecuali
bagian kepala dan ekor. Dibagian anterior terdapat kepala yang sempurna, disebut prostomium.
Pada kepala terdapat mata, antena, sepasang palpus dan mulut di bagian ventral.
Gambar 1. A. Polychaeta dengan parapodia B. Polychaeta dengan bagian tubuh.
1.1.1 Ciri-ciri Anatomi dan Fisiologi

Gambar 2. Struktur Anatomi Lubricus terrestris


3.1.2.1 Sistem Gerak
Setiap segmen tubuh polychaeta dilengkapi dengan sepasang alat gerak atau alat
berenang yang disebut parapodia. Alat ini pun berperan sebagai alat pernafasan. Setae berupa
berkas, biasanya ada dua berkas: notosetae (di bagian dorsal) dan neurosetae (di bagian ventral);
parapodia menonjol, tipenya bernacam-macam (biramus, uniramus), kadang-kadang tereduksi;
prostomium pada umumnya berkembang baik, mempunyai mata dan tentakel, namun sangat
termodifikasi pada hewan sedentaria. Pergerakan disebabkan oleh perpaduan gerak antar
parapodia, otot dinding tubuh dan cairan rongga tubuh. Gerak undulating mengakibatkan cacing
dapat menjalar dan berenang dengan cepat. Kebanyakan Polychaeta hidup di laut serta memiliki
parapodia dan setae. Setae adalah bulu-bulu yang melekat pada parapodia, yang membantu
polychaeta melekat pada substrat dan juga membantu mereka bergerak.
3.1.2.2 Sistem Respirasi
Parapodia adalah kaki seperti dayung (sirip) digunakan untuk berenang sekaligus
bertindak sebagai alat pernafasan. Polychaeta bernafas dengan insang ketika di perairan, namun
pertukaran gas via permukaan tubuh juga terjadi secara difusi. Beberapa jenis tiap ruas terdapat
insang, kecuali ujung anterior & posterior. Pada Polychaeta mengalami modifikasi, jumlah &
letak insang terbatas pada ruas tertentu.
3.1.2.3 Sistem Pencernaan
Sistem Pencernaan Polychaeta, terdapat ruas pada anterior yang mengandung mulut
disebut peristomium. ruas terakhir atau pigidium mengandung anus. Sistem pencernaan terdiri
atas beberapa tipe yaitu :
1.) Raptorial feeder: avertebrata kecil ditangkap dengan pharink/probosis yang dijulurkan, terdapat
rahang kitin
2.) Deposit feeder: menelan pasir & lumpur dalam lorong; bahan organik dicerna & partikel mineral
dikeluarkan via anus, atau melalui tentakel cilia yang berlendir.
3.) Filter feeder: tidak punya probosis tutup kepala dilengkapi radiola untuk menyaring detritus &
plankton.
3.1.2.4 Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi belum sempurna, dan masih menggunakan organ-organ khusus sebagai
alat ekskresi. Polychaeta tidak mempunyai pembuluh darah berupa protonefridia solenosit,
namun mempunyai pembuluh darah berupa metanefridia. Alat ekskresi terdiri dari nefrostom
yaitu corong bersilia, nefridial kanal yaitu pembuluh ekskresi, nefridiophor yaitu lubang
ekskresi, bermuara pada neuropodium. Nefridia juga berfungsi sebagai alat osmoregulasi.
3.1.2.5 Sistem Saraf
Sistem saraf Polychaeta berupa sistem saraf tangga tali. Alat indera utama terdiri dari
mata, “nuchal organ” dan statocyst. Mata berkembang baik (errantia), bintik mata/tidak ada
(sedentaria) dan berfungsi sebagai fotoreseptor.
Nuchal organ berfungsi sebagai kemoreseptor untuk mendeteksi makanan. Sel peraba
terdapat diseluruh tubuh, terutama parapodia dan kepala.
3.1.2.6 Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi dari Polychaeta terdiri dari reproduksi seksual dan reproduksi
aseksual.
1.) Reproduksi Seksual Polychaeta yaitu secara diocious dan monocious. Seksual via fertilisasi
eksterna (ovum dan sperma di lepas di air). Feritilisasi dari zigot → trokofor → juvenile.
Pembuahannya dilakukan di luar tubuh. Telur yang telah dibuahi tumbuh menjadi larva yang
disebut trakofora, yang kemudian menjadi juvenile.
2.) Reproduksi Aseksual Polychaeta biasanya dengan cara membelah diri. Pada Cirratulidae,
Sabellidae, Spionidae & Syllidae (Tunas/Budding) dari parapodia. bagian tubuh menjadi dua
bagian. Dalam reproduksi aseksual Polychaeta dikenal Epitoksi yaitu pembentukan individu
reproduktif yang merupakan fenomena reproduksi khas polychaeta, hewan tampak jadi dua
bagian.
3.1.2.7 Habitat
Habitatnya di lautan, Polychaeta hidup dalam pasir atau menggali batu-batuan di daerah
pasang surut air laut ataupun membentuk tabung. Cara hidupnya yang bersembunyi
menyebabkan mereka luput dari pengamatan biasa.
Polychaeta dibagi dalam dua Ordo : Erratia dan Sedentaria. Penggolongan itu di
dasarkan perkembangan anterior dan cara hidup hewan dari masing-masing kelompok.
Ordo Sedentaria, segmen tubuh & parapodium tidak sama; faring tidak punya rahang,
bersembunyi dalam lumpur / hidup dalam tabung di lumpur; parapodia dan organ saraf
mereduksi; bentuk kepala mengalami berbagai modifikasi sesuai fungsinya sebagai ciliary
feeder.
Famili 1 Sabella (cacing kipas), struktur dikepala seperti bulu yang disebut radiola.
Famili 2 Chaetopterus, hidup dalam tabung berbentuk huruf U; notopodium mengsekresi
kantong lendir yang menjaring makanan dari air. Kantong secara periodik akan masuk ke dalam
mulut ventral suckers.
Famili 3 Arenicola, hidup dalam tabung berbentuk huruf J.
Ordo Errantia, segmen tubuh sama dari kepala hingga ekor; parapodia sama dari depan hingga
belakang; pelagis; merayap; lubang organ indera berkembang baik.
Famili 1 Tomopteris, berenang bebas dan bioluminescen.
Contoh polychaeta yang terkenal:
1) Sabellastarte indica (cacing kipas)
2) Marphysa sanguinea
3) Eunice viridis (cacing wawo)
4) Lysidice oele (cacing palolo)
5) Nereis virens (kelabang laut)
Cacing kerang, seperti Nereis adalah pemangsa yang aktif. Banyak yang memiliki kepala yang
berkembang baik, dengan rahang bagus, mata dan organ peraba lainnya.

Gambar 3. Nereis virens


3.1 Kelas Oligochaeta
Oligochaeta (dalam bahasa Yunani, oligo = sedikit, chaetae = rambut kaku) yang
merupakan annelida berambut sedikit.
3.2.1 Ciri-ciri Morfologi
Cacing ini memiliki sedikit setae pada tubuhnya, segmen pada tubuhnya mencapai 200
segmen, panjang tubuh mulai 1cm- 3 m, kulit dilapisi kutikula. Setae tidak membentuk berkas,
tunggal dan membentuk rangkaian tertentu, tidak memiliki parapodia, jarang mempunyai insang
(kecuali yang akuatik), prostomium kecil, berbentuk kerucut, tanpa mata atupun tentakel, organ
reproduksi hermafrodit (pembuahan silang), susunan gonad dan saluran-saluran reproduksi khas,
metamerisme terbatas, sejumlah segmen membentuk clitellum untuk menyekresikan cocoon.
3.2.2 Ciri-ciri Anatomi dan Fisiologi
3.2.2.1 Sistem Respirasi
Kelas Oligochaeta tidak memiliki parapodia seperti pada kelas polychaeta,
pernapasannya dilakukan melalui seluruh permukaan tubuhnya. Itu sebabnya mengapa tubuh
kelompok cacing ini berlendir. Tubuh cacing tanah tertutup oleh selaput bening dan tipis yang
disebut kutikula. Kutikula ini selalu lembap dan basah. Melalui selaput inilah cacing bernapas.
Kutikula menyebabkan udara di dalam tanah dapat masuk ke pembuluh darah cacing. Setelah
masuk ke pembuluh darah, udara tersebut diedarkan ke seluruh tubuh. Tetapi ada juga
Oligochaeta yang bernafas dengan menggunakan insang, yakni kelas Oligochaeta yang hidup
akuatik.
3.2.2.2 Sistem Pencernaan
Kelas Oligochaeta memiliki sistem pencernaan yang lengkap mulai dari rongga mulut
terletak pada ruas 1 sampai dengan 3, pharinx terletak pada ruas ke 4 sampai dengan 6,
oesophagus pada ruas ke 6 sampai dengan 14, crop (proventriculus) terdapat pada ruas 15
sampai dengan 16, Gizzard (ventriculus) berdinding tebal terletak pada ruas 17 sampai dengan
18, intestinum terletak pada ruas-ruas 19 dan berakhir pada anusyang terdapat disegmen terakhir.
Makanannya adalah sisa dedaunan. yang dikeluarkan oleh getah pencernaan secara ekstrasel.
Cacing tanah dapat mencerna senyawa organik tersebut menjadi molekul yang sederhana yang
dapat diserap oleh tubuhnya. Sisa pencernaan makanan dikeluarkan melalui anus.
3.2.2.3 Sistem Ekskresi
Anelida dan moluska mempunyai organ nefridium yang disebut metanefridium. Pada
cacing tanah yang merupakan anggota annelida, setiap segmen dalam tubuhnya mengandung
sepasang metanefridium, kecuali pada tiga segmen pertama dan terakhir. Nephridia menempati
dua ruas berbatasan, saluran nephridium yang bersilia yang disebut nephrostome pada ruas
sebelah muka, sedang saluran lain-lainnya berbelit-belit pada ruas yang belakang. Silia pada
nephrostome menggiring cairan didalam coelom dan masuk ke saluran yang yang membelit yang
selanjutnya akan dibuang di muara pada permukaan tubuh.
3.2.2.4 Sistem saraf
Sistem saraf Oligochaeta terdiri dari ‘otak’ (ganglion cerebral), dua lobus di atas faring,
dua saraf penghubung disekitar faring menuju ke ganglia sub paringeal, tali saraf ventral
(sepanjang dasar selom ke arah somit anal) yang beberapa saraf menuju ke prostomium &
daerah mulut, dan tali saraf ventral dalam tiap somit mempunyai ganglion membesar dan
memberikan 3 pasang saraf lateral, serta tiap saraf lateral membentang setengah somit terdiri
dari serabut sensoris dan motoris. Sel perasa dilengkapi dengan dengan rambut saraf yang
menerobos kutikula sehingga bisa mencapai dunia luar. Alat perasa itu peka terhadap sinar dan
rangsangan lain.
3.2.2.5 Sistem Reproduksi
Cacing tanah bersifat hermafrodit, tetapi tidak melakukan pembuahan sendiri. Hal itu
karena, matangnya sel kelamin betina tidak sama waktunya dengan matangnya sel kelamin
jantan. Organ reproduksi betina terdapat di segmen ke 9 sampai ke 14 dan organ reproduksi
jantan terdapat di segmen ke 10 sampai ke 15. Di segmen ke 32 sampai ke 37 terdapat klitelum,
yaitu penebalan epidermis sebagai penghasil lendir. Sewaktu sepasang cacing berkopulasi maka
akan keluar lendir yang akan membungkus kedua cacing dan menjaga sperma dari kekeringan.
Selubung (coccon) lendir tadi akan maju mundur di sepanjang kedua tubuh cacing. Setelah itu,
sel telur dari masing-masing cacing keluar dan memasuki coccon. Jika melewati lubang kelamin
jantan, telur-telur yang ada di dalam coccon akan dibuahi oleh sperma dari cacing yang
berlainan. Setelah selesai pembuahan, coccon akan lepas ke arah depan. Sekarang di dalam
coccon terdapat telur-telur yang akan dibuahi dan kemudian tekur-telur tersebut akan menetas
menjadi cacing.
3.2.2.6 Habitat
Sebagian besar cacing tanah hidup di tanah, tetapi beberapa lebih memilih lumpur di
sepanjang tepi badan segar atau asin air. Tergantung pada spesies, cacing tanah banyak hidup di
lapisan serasah daun atas, humus, atau di lapisan dalam tanah. Lainnya tinggal di tanah yang
menumpuk antara cabang-cabang pohon kanopi di hutan hujan tropis.
Ordo 1. Lumbriculida, gonopore jantan dan testis terletak pada ruas yang sama. Contoh famili
Lumbriculus

Gambar 4. Lumbricus terrestris


Ordo 2. Moniligastrida, gonopore jantan terletak di belakang ruas yang mengandung testis.
Contoh famili Moniligaster
Ordo 3. Haplotaxida, gonopore jantan sedikit satu ruas di belakang ruas yang mengandung testis.
Contoh famili Limnodrillus, Chaetogaster.
3.2 Kelas Hirudinea
Hirudinea parasit hidup dengan mengisap darah inangnya, sedangkan Hirudinea bebas
hidup dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput. Contoh Hirudinea parasit adalah
Haemadipsa (pacet) dan Hirudo (lintah). Saat merobek atau membuat lubang, lintah
mengeluarkan zat anestetik (penghilang sakit), sehingga korbannya tidak akan menyadari adanya
gigitan. Setelah ada lubang, lintah akan mengeluarkan zat anti pembekuan darah yaitu hirudin.
3.3.1 Ciri-ciri Morfologi
Tubuh dilindungi oleh lapisan kutikula, tubuh relatif pipih, tubuh terdiri dari 34 segmen,
tidak mempunyai parapodia dan setae, mempunyai alat penghisap (sucker) di bagian anterior
maupun posterior. Sekalipun dikenal dengan nama umum lintah pengisap darah, bagian terbesar
di antaranya tidak hidup sebagai ektoparasit. Tubuhnya pipih. Ukuran panjangnya dari 1-2cm
atau 5cm, walau ada yang mencapai 12cm, bahkan 30cm (Haemanteria ghiliani dari daerah
Amazon). Metamerisme sudah sangat tereduksi: segmen-segmen ujung anterior (biasanya kecil)
dan posterior (lebih besar) termodifikasi manjadi alat penghisap yang digunakan untuk
menempel dan bergerak. Jumlah segmen tetap, yaitu 34, walau lapisan cincin sekunder di
luarnya (annuli) menyamarkan segmentasi primer tersebut. Clitellum dibentuk segmen-segmen
9, 10 atau11.
3.3.2 Ciri-ciri Anatomi dan Fisiologi
3.3.2.1 Sistem Gerak
Sistem Gerak Hirudinae, jika didarat bergerak dengan cara melekukkan badan, serta
melekat dengan sucker namun jika diair berenang dengan cara menggelombangkan badan.
3.3.2.2 Sistem Respirasi
Sistem respirasi Hirudinae, jika didarat menggunakan anyaman kapiler di bawah
epidermis yang terdapat pada kulit, namun jika diair Hirudinae dengan menggunakan insang,
contoh Piscicolidae.

3.3.2.3 Sistem Pencernaan


Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, tembolok, lambung, rektum, anus. Anus
terletak pada bagian dorsal. Proses pencernaan penghisap anterior terdapat mulut menuju faring
kemudian tembolok dlanjutkan keusus keluar pada anus dan kembali ke penghisap posterior.
Pada faring, otot yang dilengkapi rahang bergigi atau probocis berotot. Di kerongkongan
tempat isapannya terdapat tiga rahang yang berbentuk seperti setengah gergaji yang dihiasi
sampai 100 gigi kecil. Dalam waktu 30 menit lintah bisa menyedot darah sebanyak 15 ml –
kuota yang cukup untuk hidupnya selama setengah tahun. Air ludahnya pun mengandung zat
aktif yang sekurang-kurangnya berisi 15 unsur. Contohnya, zat putih telur hirudin yang
bermanfaat untuk mengencerkan darah, dan mengandung penisilin.
Lintah hidup sebagai pemakan bangkai/predator, parasit. Predator makan larva, keong,
serangga, cacing. 75% penghisap darah, melekat/nempel pada permukaan tubuh vertebrata (ikan-
manusia). Darah dihisap oleh faring otot & menampung dalam tembolok. Enzim saliva (hirudin)
mencegah koagulasi darah. Dalam 1 kali makan, lintah mengisap darah 10 kali berat tubuhnya.
3.3.2.4 Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi Hirudinae terdapat organ khusus yaitu nephridia yang di bagian tubuhn
terdapat 10-17 pasang nephridia. Sistem ekskresi sama dengan Annelida pada umumnya, dan zat
yang diekskresikan berupa ammonia.
3.3.2.5 Sistem Saraf
Sistem saraf Hirudinae terdiri atas ruas 5 dan 6 terdapat lingkar saraf ganglia “otak”. Alat
indera berupa mata yang berfungsi sebagai fotoreseptor dan papilla serta sensila yang berupa
tonjolan kecil pada epidermis yang berfungsi sebagai alat peraba dan perasa.
3.3.2.6 Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi Hirudinae berjenis monocious. Alat kelamin jantan terdiri atas 4-12
pasang testis dan 1 pasang ductus spermaticus. Alat kelamin betina yang terdiri atas 2 ovarium
dan oviduct yang berhubungan dengan kelenjar albumin dan vagina di median yang bermuara di
belakang porus genitalia jantan. Dalam fertilisasi tidak ada tingkat larva. Lintah membentuk
kokon yang mengandung telur yang telah dibuahi dan kokon akan diletakkan dalam air atau
tanah.
3.3.2.7 Habitat
Hirudinae berhabitat air tawar, hidup di rawa-rawa, kolam, ataupun sungai. Hirudinea
adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inang.
Kelas Hirudinae, terbagi atas beberapa ordo yaitu sebagai beikut :
Ordo 1. Acanthobdellia, mempunyai setae; hanya satu marga yang ada, ditemukan di Finlandia
dan Rusia, tidak punya alat isap pada anterior, pada segmen 2-4 terdapat dua pasang setae tiap
ruas. Contoh famili Acanthobdella
Ordo 2. Gnathobdellia, punya alat isap anterior dan posterior; lintah bergigi tiga buah (walau
kadang-kadang tereduksi); mulut lebar, hampir menyatu denga bibir batil isap oral; biasanya
barmata 5 pasang; punya 3 buah rahang, pharink tidak dapat dijulurkan. Contoh famili
Haemadipsa, dan contoh spesies Hirudo medicinalis.

Gambar 5. Hirudo medicinalis


Ordo 3. Rhynchobdellida, lintah degan probocis yang eversible; mulut kecil, di tengah batil isap
oral; kelompok glossiphoniid hidup di air tawar, kelompok piscicolid hidup sebagai parasit ikan.
Famili Galssiphonia, mempunyai anterior sucker atau tidak; tidak punya rahang, tapi punya
belalai. Contoh: Piscicola, Helobdella.
Ordo 4. Pharyngobdellida, mirip dengan Gnathobbdellida, tetapi faring tidak bergigi; bermata 6-
8 pasang; kebanyakan berhabitat air tawar, pemakan larva insecta dan moluska.
Famili Erphobdella, pharinks tidak dapat dijulurkan, tidak mempunyai gigi, tapi punya 1-2
stylet.
Annelida berasal dari kata annulus yang berarti cincin, sesuai dengan bentuk tubuhnya yang
beruas-ruas dan memanjang. Anggota filum ini adalah cacing tanah. Cacing tanah sebagai
anggota Annelida dapat digunakan untuk memberi gambaran struktur umum dari filum ini.
Tubuh cacing tanah memiliki selom bersepta (bersekat), tetapi saluran pencernaan, pembuluh
saraf dan tali saraf memanjang menembus septa itu. Sistem pencernaan terdiri atas: faring,
esophagus, tembolok, empedal, dan usus halus. Habitat cacing ini pada tanah yang lembap, dan
air. Ada yang hidup bebas dan ada juga yang hidup sebagai parasit.

1. Ciri-ciri Annelida
Golongan cacing ini mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Jika
diamati, cacing tersebut sudah mempunyai rongga sejati disebut triplobastik selomata. Bentuk
tubuhnya bersegmen-segmen dilapis+i oleh kutikula, tersusun oleh gelang kecil yang dibatasi
dengan sekat berbentuk seperti cincin atau gelang. Jika cacing ini dipotong menjadi dua bagian
yang sama, maka bentuk tubuhnya simetri bilateral. Secara umum ciri-ciri Annelida antara lain
sebagai berikut.

 Bentuk gilig dan bersegmen.


 Tiap segmen mengandung alat pengeluaran, reproduksi, saraf.
 Tiap segmen yang sama disebut metameri.
 Sistem saraf tangga tali.
 Sistem sirkulasi terbuka (darah beredar melalui pembuluh darah yang tidak seluruhnya
terhubung).

2. Perkembangbiakan Annelida
Pada cacing yang sudah dewasa akan terjadi penebalan epidermis yang disebut klitelum. Alat ini
dapat digunakan untuk kopulasi dan akan menghasilkan kelenjar-kelenjar yang membentuk
lapisan lendir sangat kuat untuk membentuk kokon, yaitu tempat/ wadah telur yang telah
dibuahi.

Meskipun Annelida ini bersifat hemaprodit, tetapi pada saat terjadinya pembuahan harus
dilakukan pada dua individu dengan saling memberikan sperma yang disimpan dalam
reseptakulum seminis. Setelah selesai terjadinya perkawinan, maka kokon akan lepas dan berisi
butir-butir telur yang telah dibuahi.

3. Struktur Tubuh Annelida


Annelida termasuk hewan yang memiliki lapisan tubuh triploblastik euselomata. Euselomata
artinya sudah terdapat selom sejati, sistem peredaran darahnya berupa sistem sirkulasi terbuka,
memiliki sistem saraf tangga tali. Tubuh hewan ini memiliki segmen dan setiap segmen tersebut
(disebut metameri) memiliki sistem saraf, pencernaan, reproduksi serta memiliki sistem ekskresi.

4. Klasifikasi Annelida
Permukaan tubuh cacing ini akan seperti terasa duri/rambut halus disebut seta. Seta ini berguna
untuk bergerak. Dengan dasar ada tidaknya seta, maka filum ini dibagi menjadi kelas yaitu
Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea.

a. Polychaeta
Poly artinya banyak dan chaeta artinya rambut, jadi pada tubuh cacing ini banyak sekali dijumpai
rambut. Kulitnya dilapisi oleh kutikula, memiliki sistem saraf tangga tali dengan pusat sarafnya
adalah ganglion. Cacing ini sebagian besar hidup di laut. Contoh spesies cacing ini adalah Nereis
virens (kelabang laut), Eunice viridis (cacing wawo), dan Lysidice oele (cacing palolo).

Tiap segmen tubuh polychaeta dilengkapi dengan parapodia, yaitu semacam kaki yang terdapat
pada sisi kanan dan kiri tubuhnya. Kepala dapat terlihat jelas dan bermata. Anggota species
cacing jenis ini paling banyak di antara cacing yang lain. Habitat berada di laut. Pada cacing ini,
alat kelamin cacing jantan dan betina sudah dapat dibedakan, larvanya bersilia, dan dapat
bergerak bebas yang disebut dengan trokopor. Pada saat musim kawin, bagian tubuh tertentu
membentuk gonad. Pembuahan dapat terjadi di luar tubuh

b. Olygochaeta
Cacing ini memiliki chaeta atau rambut yang jumlahnya sedikit. Cacing ini banyak hidup di darat
ataupun perairan tawar. Bersifat hermafrodit, sehingga di dalam tubuhnya dapat dijumpai
ovarium dan testis. Pada beberapa segmen tubuh cacing ini epidermisnya mengalami penebalan,
disebut klitellum. Pada waktu reproduksi pada bagian klitellum akan mengeluarkan kokon.
Kokon inilah yang nantinya akan menetas menjadi individu baru. Respirasi dilakukan secara
difusi melalui seluruh permukaan tubuhnya. Contoh: cacing tanah (Pheretima, Lumbricus
terrestris).
Makanan cacing ini adalah zat-zat organik. Setelah zat-zat sisa organik dimakan cacing,
selanjutnya dicerna di dalam usus yang dibantu oleh enzim selulose. Jika cacing mengeluarkan
feses, maka akan dikeluarkan di permukaan tanah. Feses tersebut masih banyak mengandung
kalium fosfor dan nitrogen sehingga tanah di permukaan menjadi subur, selain itu, cacing tanah
ini banyak membuat lubang di dalam tanah sehingga pada tempat tinggalnya terdapat
aerasi/pertukaran udara berjalan dengan baik.

c. Hirudinea
Cacing ini termasuk cacing pengisap darah. Adapun yang termasuk dalam kelas ini adalah lintah
(Hirudo medicinalis) dan pacet (Haemadipsa javanica). Lintah biasanya hidup di daerah yang
lembap, sebelum mengisap darah, lintah akan menyuntikkan zat anastesi atau bius ke dalam
tubuh korbannya. Lintah juga dapat menghasilkan zat antikoagulan (zat anti pembeku darah),
yang disebut hirudin. Adanya zat antikoagulan tersebut menyebabkan darah korban yang diisap
tidak akan membeku. Lintah memiliki dua alat pengisap yang terletak di bagian anterior dan
posterior.
Sebagian besar Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya. Inangnya
adalah vertebrata dan termasuk manusia. Hirudinea parasit hidup dengan mengisap darah
inangnya, sedangkan Hirudinea bebas hidup dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput.
Hewan ini tidak memiliki parapodium maupun seta pada segmen tubuhnya. Bentuk tubuh lintah
ini pipih, bersegmen, mempunyai warna kecokelatan, dan bersifat hemaprodit. Pada musim
kawin, klitelum akan keluar. Setelah terjadi perkawinan, alat tersebut mensekresikan kokon
untuk menyimpan telur dan sperma.

Kokon diletakkan pada substrat dan sedikit dibenamkan dalam lumpur. Ada pula lintah yang
mengerami telurnya. Setelah menetas, anak-anak lintah tetap menempel pada induknya hingga
beberapa hari. Lintah dewasa setelah berumur 3 – 5 tahun. Untuk dapat mencegah agar kita
tidak digigit atau ketika kita sedang digigit adalah dengan memberikan air tembakau atau garam,
dapat pula tubuh diolesi dengan balsem atau minyak kayu putih.

5.ManfaatAnnelida
Terdapat sekitar 15.000 spesies Annelida yang telah diketahui menghuni habitat laut, air tawar
dan tanah yang lembab. Beberapa manfaat dari Annelida bagi kehidupan antara lain sebagai
berikut.

1. Annelida yang hidup di tanah, berperan penting dalam memperbaiki struktur tanah untuk
pertanian dan mengembalikan mineral yang penting untuk menjaga kesuburan tanah.
Beberapa contoh kelas Oligochaeta yang penting adalah Pheretima (cacing tanah) yang
mampu menghancurkan sampah dan membantu proses sirkulasi bahan organik di tanah
serta sebagai makanan sumber protein bagi ternak.
2. Cacing wawo dan cacing palolo merupakan cacing yang enak dimakan dan memiliki
kandungan protein yang tinggi. Cacing ini banyak dijumpai di wilayah perairan
kepulauan Maluku serta Fiji negara Jepang. Contoh lainnya adalah Perichaeta (cacing
hutan), Tubifex (cacing air), Lumbricus rubellus yang banyak diternakkan orang karena
berkhasiat untuk mengobati penyakit tifus, ekstraknya sebagai minuman kesehatan dan
bahan kosmetik.
3. Salah satu species, yaitu Tubifex sp. dapat dipakai sebagai “indikator pencemaran air
yang berat” cacing ini hidup di got, sungai, dan parit yang tercemar bahan organik
biasanya air tersebut berwarna merah. Makanan cacing ini adalah zat-zat organik dalam
air tersebut. Jadi, jika tidak ada zat organik dalam air tersebut, maka cacing ini tidak
dapat hidup. Dengan demikian apabila dalam suatu peristiwa terdapat banyak cacing
Tubifex, maka perairan di daerah itu telah tercemar
Polychaeta adalah kelas cacing annelida yang umumnya hidup di laut,sebagian juga ditemukan
di sungai dan danau (air tawar) dan sebagin lainnya ditemukan di darat (terrestrial). Seluruh
permukaan tubuh polychaeta mengandung rambut-rambut kaku atau setae yang dilapisi kutikula
sehingga licin dan kaku. Tubuhnya berwarna menarik, seperti ungu kemerah-merahan. Setiap
segmen tubuh polychaeta dilengkapi dengan sepasang alat gerak atau alat berenang yang disebut
parapodia, pada cacing yang bergerak aktif (Errantia), tetapi pada cacing yang relatif lamban
bergerak (Sedentaria) tidak memiliki parapodia. Parapodia berperan sebagai alat pernapasan.
Ukuran tubuh polychaeta sebagian besar berukuran 5–10 cm, tetapi ada yang kurang dari 1 mm
(misalnya Diurodrilus) dan ada juga yang mencapai 3 m (misalnya Namalycastis rhodochorde).

Cacing ini tidak mempunyai sadel (klitelum)seperti pada cacing tanah (oligochaeta).Polychaeta
memiliki kelamin terpisah dan ada yang hermaprodit. Perkembangbiakannya dilakukan dengan
cara seksual dan aseksual. Pembuahannya dilakukan di luar tubuh dan ada yang di dalam tubuh.
Telur yang telah dibuahi tumbuh menjadi larva yang disebut trakofor.

Sebagian besar, polychaeta hidup secara bebas (free living), tetapi juga ada yang bersifat parasit
pada hewan lain, misalnya Polydora dari famili Spionidae. Contoh jenis Polychaeta antara lain
calm worm, cacing sorong, cacing wawo, cacing palolo, dan cacing nipah.
Klasifikasi Cacing Tanah (Annelida)

Annelida dibagi menjadi 3 kelas, yaitu Polychaeta (cacing berambut banyak),

Oligochaeta (cacing berambut sedikit), dan Hirudinea.

1. Polychaeta

Polychaeta (dalam bahasa yunani, poly = banyak, chaetae = rambut kaku)

merupakan Annelida berambut banyak. Tubuh Polychaeta dibedakan menjadi daerah

kepala (prostomium) dengan mata, antena, dan sensor palpus. Polychaeta memiliki
sepasang struktur seperti dayung yang disebut parapodia (tunggal = parapodium)

pada setiap segmen tubuhnya. Fungsi parapodia adalah sebagai alat gerak dan

mengandung pembuluh darah halus sehingga dapat berfungsi juga seperti insang

untuk bernapas. Setiap parapodium memiliki rambut kaku yang disebut seta yang

tersusun dari kitin. Contoh Polychaeta yang sesil adalah cacing kipas (Sabellastarte

indica) yang berwarna cerah. Sedangkan yang bergerak bebas adalah Nereis virens,

Marphysa sanguinea, Eunice viridis (cacing palolo), dan Lysidice oele (cacing wawo).

2. Oligochaeta

Oligochaeta (dalam bahasa yunani, oligo = sedikit, chaetae = rambut kaku) yang

merupakan Annelida berambut sedikit. Oligochaeta tidak memiliki parapodia, namun

memiliki seta pada tubuhnya yang bersegmen. Contoh Oligochaeta yang paling

terkenal adalah cacing tanah. Jenis cacing tanah antara lain adalah cacing tanah

Amerika (Lumbricus terrestris), cacing tanah Asia (Pheretima sp.), cacing merah

(Tubifex), dan cacing tanah raksasa Australia (Digaster longmani). Cacing ini

memakan organisme hidup yang ada di dalam tanah dengan cara menggali tanah.

Kemampuannya yang dapat menggali bermanfaat dalam menggemburkan tanah.

Manfaat lain dari cacing ini adalah digunakan untuk bahan kosmetik, obat, dan

campuran makan berprotein tinggi bagi hewan ternak. Contoh cacing tanah salah

satunya adalah Pheretima sp. Pheretima sp. adalah nama yang umum digunakan untuk

kelompok Oligochaeta, yang kelas dan subkelasnya tergantung dari penemunya dalam

filum Annelida. Cacing tanah jenis Pheretima sp. segmennya mencapai 95-150

segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang

dan silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima

sp. antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung. Berikut adalah

klasifikasi dari cacing tanah Pheretima sp.


Kingdom : Animalia

Phylum : Annelida

Class : Oligochaeta

Order : Ophistopora

Family : Megascolecidae

Genus : Pheretima

Species : Pheretima sp.

3. Hirudinea

Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya sedikit. binatang ini tidak

memiliki arapodium maupun seta pada segmen tubuhnya. Panjang Hirudinea

bervariasi dari 1 – 30 cm. Tubuhnya pipih dengan ujung anterior dan posterior yang

meruncing. Pada anterior dan posterior terdapat alat pengisap yang digunakan untuk

menempel dan bergerak. Sebagian besar Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada

permukaan tubuh inangnya. Inangnya adalah vertebrata dan termasuk manusia.

Hirudinea parasit hidup dengan mengisap darah inangnya, sedangkan Hirudinea

bebas hidup dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput. Contoh Hirudinea

parasit adalah Haemadipsa (pacet) dan Hirudo (lintah). Saat merobek atau membuat

lubang, lintah mengeluarkan zat anestetik (penghilang sakit), sehingga korbannya

tidak akan menyadari adanya gigitan. Setelah ada lubang, lintah akan mengeluarkan

zat anti pembekuan darah yaitu hirudin. Dengan zat tersebut lintah dapat mengisap

darah sebanyak mungkin.

Dalam kajian ilmiah, klasifikasi Cacing Tanah disusun sebagai berikut:

Kerajaan : Animalia
Filum : Annelida

Kelas : Clitellata

Ordo : Haplotaxida

Subordo : Lumbricina

Families :Acanthodrilidae,

Criodrilidae,

Eudrilidae,

Glossoscolecidae,

Lumbricidae,

Megascolecidae.

Jenis-Jenis Cacing Tanah

Cacing tanah memiliki sangat banyak ragam jenisnya. Apalagi kalau harus

menyebutkan berapa jumlah keseluruhan spesiesnya. Dengan estimasi angka ± 3000

spesies pasti tidak akan di sebutkan satu per satu. Namun jangan kaget terlebih

dahulu, marilah untuk lebih menyederhanakan dari spesies-spesies cacing tanah.


Pembahasan pertama yaitu mulai dari kelompok cacing tanah. Cacing tanah sendiri

terdapat 2 kelompok besar apabila dibagi berdasarkan perilaku hidup (ekologi),

berikut adalah kelompok cacing tanah.

1. Earthmovers yakni jenis cacing tanah yang cenderung soliter atau penyendiri.

Cacing tanah dalam kelompok ini hidup di dalam tanah dengan cara membuat rongga

dengan udara yang pada akhirnya berdampak positif bagi tanaman berfungsi untuk

airasi dalam tanah. Jenis cacing ini hidup dengan memakan fungi, bakteri, juga algae.

Selain berfungsi sebagai pembuat rongga udara, ternyata Kotoran (castings)

juga bermanfaat bagi kesuburan tanah terutama dalam hal penyedia nutrisi tanah.

2. Composter merupakan jenis cacing tanah yang hidup berkelompok atau massal.

Mereka mudah dijumpai pada tumpukan sampah organik di permukaan tanah. Cacing

composter ini hidup dengan memakan fungi, bakteri, juga algae pada sampah

organik. Makanan tersebut kemudian diolah menjadi humus dan sangat

baik meningkatkan kesuburan tanah.

Setelah membahas tentang 2 kelompok besar cacing tanah. Semua jenis cacing

tanah belum tentu bisa dikomersilkan. Berikut ini merupakan jenis cacing tanah yang

biasa dibudidayakan secara komersil oleh para pelaku bisnis budidaya cacing tanah.

Adapun jenis yang biasa dimanfaatkan sebagai budidaya komersil oleh masyarakat

luas, sebagai berikut.

 Cacing Tanah jenis Lumbricus rubellus.


 Cacing Tanah jenis Eisenia feitida.
 Cacing Tanah jeis Perionyx sp.
 Cacing Tanah jenis Eudrilus eugeniae.

 Cacing Tanah jenis Lumbricus hortensis.


 Cacing Tanah jenis Lumbricus terristris.
 Cacing Tanah jenis Esenia andrei.

 Cacing Tanah jenis Pheretima sp. ,dll.

Anda mungkin juga menyukai