Makanan manusia, karena cacing memiliki sumber protein yang berpotensi dimasukkan
sebagai bahan makan manusia seperti halnya daging sapi dan ayam
Bahan baku ternak, memiliki kandungan protein, lemak dan mineral yang tinggi, cacing
tanah dimanfaatkan sebagai makanan ternak misalnya unggas, udang, kodok, dan ikan.
Bahan baku obat, Cacing tanah dipercaya dapat meredakan demam, menurunkan
tekanan darah, menyembuhkan bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi dan tipus.
Bahan baku kosmetik, Cacing tanah diolah untuk dgunakan sebagai pelembab kulit dan
bahan baku pembuatan lipstik.
Lintah digunakan untuk membersihkan nanah pada luka yang telah terinfeksi
Hirudin bermanfaat menyimpan darah untuk keperluan transfusi darah
Menimbulkan penyakit cacing pita, cacing darah, cacing hati, cacing perut, cacing kremi,
cacing tambang, cacing filaria.
Menyebabkan anemia, seperti cacing darah, cacing tambang, pacet, dan lintah.
Filum Annelida
1. Pengertian
Annelida berasal dari kata annulus yang berarti cincin dan oidos yang berarti bentuk.
Dari namanya, Annelida dapat disebut sebagai cacing yang bentuk tubuhnya bergelang-gelang
atau disebut juga cacing gelang.
2. Habitat dan Penyebaran
Sebagian besar Annelida hidup dengan bebas dan ada sebagian yang parasit (merugikan
karena menempel pada inangnya) dengan menempel pada vertebrata, termasuk manusia. Habitat
Annelida umumnya berada di dasar laut dan perairan tawar, dan juga ada yang sebagian hidup di
tanah atau tempat-tempat lembab. Annelida hidup di berbagai tempat dengan membuat liang
sendiri.
Adapun penyebaran terdapat di beberapa daerah, diantaranya yaitu Indonesia, Finlandia,
dan Rusia.
3. Klasifikasi
Phylum Annelida dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
3.1 Kelas Polychaeta
Polychaeta, dalam bahasa Yunani “poly” berarti banyak, “chaetae” = rambut kaku,
merupakan Annelida berambut banyak. Anggota kelas polychaeta dikenal dengan sebutan umum
cacing laut, cacing sikat, cacing ruas
1.1.1 Ciri-ciri Morfologi
Seluruh permukaan tubuh polychaeta mengandung rambut-rambut kaku atau setae yang
dilapisi kutikula sehingga licin dan kaku. Panjang tubuh umumnya kurang dari 10 cm dengan
garis tengah 2-10 mm.
Warna tubuhnya banyak yang menarik (merah, merah muda, hijau ataupun kombinasi warna-
warna). Metamerisme pada umumnya sempurna, dengan tiap segmen silindris identik, kecuali
bagian kepala dan ekor. Dibagian anterior terdapat kepala yang sempurna, disebut prostomium.
Pada kepala terdapat mata, antena, sepasang palpus dan mulut di bagian ventral.
Gambar 1. A. Polychaeta dengan parapodia B. Polychaeta dengan bagian tubuh.
1.1.1 Ciri-ciri Anatomi dan Fisiologi
1. Ciri-ciri Annelida
Golongan cacing ini mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Jika
diamati, cacing tersebut sudah mempunyai rongga sejati disebut triplobastik selomata. Bentuk
tubuhnya bersegmen-segmen dilapis+i oleh kutikula, tersusun oleh gelang kecil yang dibatasi
dengan sekat berbentuk seperti cincin atau gelang. Jika cacing ini dipotong menjadi dua bagian
yang sama, maka bentuk tubuhnya simetri bilateral. Secara umum ciri-ciri Annelida antara lain
sebagai berikut.
2. Perkembangbiakan Annelida
Pada cacing yang sudah dewasa akan terjadi penebalan epidermis yang disebut klitelum. Alat ini
dapat digunakan untuk kopulasi dan akan menghasilkan kelenjar-kelenjar yang membentuk
lapisan lendir sangat kuat untuk membentuk kokon, yaitu tempat/ wadah telur yang telah
dibuahi.
Meskipun Annelida ini bersifat hemaprodit, tetapi pada saat terjadinya pembuahan harus
dilakukan pada dua individu dengan saling memberikan sperma yang disimpan dalam
reseptakulum seminis. Setelah selesai terjadinya perkawinan, maka kokon akan lepas dan berisi
butir-butir telur yang telah dibuahi.
4. Klasifikasi Annelida
Permukaan tubuh cacing ini akan seperti terasa duri/rambut halus disebut seta. Seta ini berguna
untuk bergerak. Dengan dasar ada tidaknya seta, maka filum ini dibagi menjadi kelas yaitu
Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea.
a. Polychaeta
Poly artinya banyak dan chaeta artinya rambut, jadi pada tubuh cacing ini banyak sekali dijumpai
rambut. Kulitnya dilapisi oleh kutikula, memiliki sistem saraf tangga tali dengan pusat sarafnya
adalah ganglion. Cacing ini sebagian besar hidup di laut. Contoh spesies cacing ini adalah Nereis
virens (kelabang laut), Eunice viridis (cacing wawo), dan Lysidice oele (cacing palolo).
Tiap segmen tubuh polychaeta dilengkapi dengan parapodia, yaitu semacam kaki yang terdapat
pada sisi kanan dan kiri tubuhnya. Kepala dapat terlihat jelas dan bermata. Anggota species
cacing jenis ini paling banyak di antara cacing yang lain. Habitat berada di laut. Pada cacing ini,
alat kelamin cacing jantan dan betina sudah dapat dibedakan, larvanya bersilia, dan dapat
bergerak bebas yang disebut dengan trokopor. Pada saat musim kawin, bagian tubuh tertentu
membentuk gonad. Pembuahan dapat terjadi di luar tubuh
b. Olygochaeta
Cacing ini memiliki chaeta atau rambut yang jumlahnya sedikit. Cacing ini banyak hidup di darat
ataupun perairan tawar. Bersifat hermafrodit, sehingga di dalam tubuhnya dapat dijumpai
ovarium dan testis. Pada beberapa segmen tubuh cacing ini epidermisnya mengalami penebalan,
disebut klitellum. Pada waktu reproduksi pada bagian klitellum akan mengeluarkan kokon.
Kokon inilah yang nantinya akan menetas menjadi individu baru. Respirasi dilakukan secara
difusi melalui seluruh permukaan tubuhnya. Contoh: cacing tanah (Pheretima, Lumbricus
terrestris).
Makanan cacing ini adalah zat-zat organik. Setelah zat-zat sisa organik dimakan cacing,
selanjutnya dicerna di dalam usus yang dibantu oleh enzim selulose. Jika cacing mengeluarkan
feses, maka akan dikeluarkan di permukaan tanah. Feses tersebut masih banyak mengandung
kalium fosfor dan nitrogen sehingga tanah di permukaan menjadi subur, selain itu, cacing tanah
ini banyak membuat lubang di dalam tanah sehingga pada tempat tinggalnya terdapat
aerasi/pertukaran udara berjalan dengan baik.
c. Hirudinea
Cacing ini termasuk cacing pengisap darah. Adapun yang termasuk dalam kelas ini adalah lintah
(Hirudo medicinalis) dan pacet (Haemadipsa javanica). Lintah biasanya hidup di daerah yang
lembap, sebelum mengisap darah, lintah akan menyuntikkan zat anastesi atau bius ke dalam
tubuh korbannya. Lintah juga dapat menghasilkan zat antikoagulan (zat anti pembeku darah),
yang disebut hirudin. Adanya zat antikoagulan tersebut menyebabkan darah korban yang diisap
tidak akan membeku. Lintah memiliki dua alat pengisap yang terletak di bagian anterior dan
posterior.
Sebagian besar Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya. Inangnya
adalah vertebrata dan termasuk manusia. Hirudinea parasit hidup dengan mengisap darah
inangnya, sedangkan Hirudinea bebas hidup dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput.
Hewan ini tidak memiliki parapodium maupun seta pada segmen tubuhnya. Bentuk tubuh lintah
ini pipih, bersegmen, mempunyai warna kecokelatan, dan bersifat hemaprodit. Pada musim
kawin, klitelum akan keluar. Setelah terjadi perkawinan, alat tersebut mensekresikan kokon
untuk menyimpan telur dan sperma.
Kokon diletakkan pada substrat dan sedikit dibenamkan dalam lumpur. Ada pula lintah yang
mengerami telurnya. Setelah menetas, anak-anak lintah tetap menempel pada induknya hingga
beberapa hari. Lintah dewasa setelah berumur 3 – 5 tahun. Untuk dapat mencegah agar kita
tidak digigit atau ketika kita sedang digigit adalah dengan memberikan air tembakau atau garam,
dapat pula tubuh diolesi dengan balsem atau minyak kayu putih.
5.ManfaatAnnelida
Terdapat sekitar 15.000 spesies Annelida yang telah diketahui menghuni habitat laut, air tawar
dan tanah yang lembab. Beberapa manfaat dari Annelida bagi kehidupan antara lain sebagai
berikut.
1. Annelida yang hidup di tanah, berperan penting dalam memperbaiki struktur tanah untuk
pertanian dan mengembalikan mineral yang penting untuk menjaga kesuburan tanah.
Beberapa contoh kelas Oligochaeta yang penting adalah Pheretima (cacing tanah) yang
mampu menghancurkan sampah dan membantu proses sirkulasi bahan organik di tanah
serta sebagai makanan sumber protein bagi ternak.
2. Cacing wawo dan cacing palolo merupakan cacing yang enak dimakan dan memiliki
kandungan protein yang tinggi. Cacing ini banyak dijumpai di wilayah perairan
kepulauan Maluku serta Fiji negara Jepang. Contoh lainnya adalah Perichaeta (cacing
hutan), Tubifex (cacing air), Lumbricus rubellus yang banyak diternakkan orang karena
berkhasiat untuk mengobati penyakit tifus, ekstraknya sebagai minuman kesehatan dan
bahan kosmetik.
3. Salah satu species, yaitu Tubifex sp. dapat dipakai sebagai “indikator pencemaran air
yang berat” cacing ini hidup di got, sungai, dan parit yang tercemar bahan organik
biasanya air tersebut berwarna merah. Makanan cacing ini adalah zat-zat organik dalam
air tersebut. Jadi, jika tidak ada zat organik dalam air tersebut, maka cacing ini tidak
dapat hidup. Dengan demikian apabila dalam suatu peristiwa terdapat banyak cacing
Tubifex, maka perairan di daerah itu telah tercemar
Polychaeta adalah kelas cacing annelida yang umumnya hidup di laut,sebagian juga ditemukan
di sungai dan danau (air tawar) dan sebagin lainnya ditemukan di darat (terrestrial). Seluruh
permukaan tubuh polychaeta mengandung rambut-rambut kaku atau setae yang dilapisi kutikula
sehingga licin dan kaku. Tubuhnya berwarna menarik, seperti ungu kemerah-merahan. Setiap
segmen tubuh polychaeta dilengkapi dengan sepasang alat gerak atau alat berenang yang disebut
parapodia, pada cacing yang bergerak aktif (Errantia), tetapi pada cacing yang relatif lamban
bergerak (Sedentaria) tidak memiliki parapodia. Parapodia berperan sebagai alat pernapasan.
Ukuran tubuh polychaeta sebagian besar berukuran 5–10 cm, tetapi ada yang kurang dari 1 mm
(misalnya Diurodrilus) dan ada juga yang mencapai 3 m (misalnya Namalycastis rhodochorde).
Cacing ini tidak mempunyai sadel (klitelum)seperti pada cacing tanah (oligochaeta).Polychaeta
memiliki kelamin terpisah dan ada yang hermaprodit. Perkembangbiakannya dilakukan dengan
cara seksual dan aseksual. Pembuahannya dilakukan di luar tubuh dan ada yang di dalam tubuh.
Telur yang telah dibuahi tumbuh menjadi larva yang disebut trakofor.
Sebagian besar, polychaeta hidup secara bebas (free living), tetapi juga ada yang bersifat parasit
pada hewan lain, misalnya Polydora dari famili Spionidae. Contoh jenis Polychaeta antara lain
calm worm, cacing sorong, cacing wawo, cacing palolo, dan cacing nipah.
Klasifikasi Cacing Tanah (Annelida)
1. Polychaeta
kepala (prostomium) dengan mata, antena, dan sensor palpus. Polychaeta memiliki
sepasang struktur seperti dayung yang disebut parapodia (tunggal = parapodium)
pada setiap segmen tubuhnya. Fungsi parapodia adalah sebagai alat gerak dan
mengandung pembuluh darah halus sehingga dapat berfungsi juga seperti insang
untuk bernapas. Setiap parapodium memiliki rambut kaku yang disebut seta yang
tersusun dari kitin. Contoh Polychaeta yang sesil adalah cacing kipas (Sabellastarte
indica) yang berwarna cerah. Sedangkan yang bergerak bebas adalah Nereis virens,
Marphysa sanguinea, Eunice viridis (cacing palolo), dan Lysidice oele (cacing wawo).
2. Oligochaeta
Oligochaeta (dalam bahasa yunani, oligo = sedikit, chaetae = rambut kaku) yang
memiliki seta pada tubuhnya yang bersegmen. Contoh Oligochaeta yang paling
terkenal adalah cacing tanah. Jenis cacing tanah antara lain adalah cacing tanah
Amerika (Lumbricus terrestris), cacing tanah Asia (Pheretima sp.), cacing merah
(Tubifex), dan cacing tanah raksasa Australia (Digaster longmani). Cacing ini
memakan organisme hidup yang ada di dalam tanah dengan cara menggali tanah.
Manfaat lain dari cacing ini adalah digunakan untuk bahan kosmetik, obat, dan
campuran makan berprotein tinggi bagi hewan ternak. Contoh cacing tanah salah
satunya adalah Pheretima sp. Pheretima sp. adalah nama yang umum digunakan untuk
kelompok Oligochaeta, yang kelas dan subkelasnya tergantung dari penemunya dalam
filum Annelida. Cacing tanah jenis Pheretima sp. segmennya mencapai 95-150
segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang
dan silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima
sp. antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung. Berikut adalah
Phylum : Annelida
Class : Oligochaeta
Order : Ophistopora
Family : Megascolecidae
Genus : Pheretima
3. Hirudinea
Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya sedikit. binatang ini tidak
bervariasi dari 1 – 30 cm. Tubuhnya pipih dengan ujung anterior dan posterior yang
meruncing. Pada anterior dan posterior terdapat alat pengisap yang digunakan untuk
menempel dan bergerak. Sebagian besar Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada
bebas hidup dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput. Contoh Hirudinea
parasit adalah Haemadipsa (pacet) dan Hirudo (lintah). Saat merobek atau membuat
tidak akan menyadari adanya gigitan. Setelah ada lubang, lintah akan mengeluarkan
zat anti pembekuan darah yaitu hirudin. Dengan zat tersebut lintah dapat mengisap
Kerajaan : Animalia
Filum : Annelida
Kelas : Clitellata
Ordo : Haplotaxida
Subordo : Lumbricina
Families :Acanthodrilidae,
Criodrilidae,
Eudrilidae,
Glossoscolecidae,
Lumbricidae,
Megascolecidae.
Cacing tanah memiliki sangat banyak ragam jenisnya. Apalagi kalau harus
spesies pasti tidak akan di sebutkan satu per satu. Namun jangan kaget terlebih
1. Earthmovers yakni jenis cacing tanah yang cenderung soliter atau penyendiri.
Cacing tanah dalam kelompok ini hidup di dalam tanah dengan cara membuat rongga
dengan udara yang pada akhirnya berdampak positif bagi tanaman berfungsi untuk
airasi dalam tanah. Jenis cacing ini hidup dengan memakan fungi, bakteri, juga algae.
juga bermanfaat bagi kesuburan tanah terutama dalam hal penyedia nutrisi tanah.
2. Composter merupakan jenis cacing tanah yang hidup berkelompok atau massal.
Mereka mudah dijumpai pada tumpukan sampah organik di permukaan tanah. Cacing
composter ini hidup dengan memakan fungi, bakteri, juga algae pada sampah
Setelah membahas tentang 2 kelompok besar cacing tanah. Semua jenis cacing
tanah belum tentu bisa dikomersilkan. Berikut ini merupakan jenis cacing tanah yang
biasa dibudidayakan secara komersil oleh para pelaku bisnis budidaya cacing tanah.
Adapun jenis yang biasa dimanfaatkan sebagai budidaya komersil oleh masyarakat