Anda di halaman 1dari 24

ANNELIDA

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada


Mata Kuliah Zoologi Invertebrata

Oleh:

Kelompok VII

A.Muh. Nurfauzan Hanif Debitama (20500119044)

Nur Aulia Darmayanti (20500119042)

Sitti Rahmania Abdullah (20500119025)

Dosen Pengampu: Ainul Uyuni Taufiq, S.P., S.Pd., M.Pd.

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, inayah, dan taufik-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Tidak lupa pula
ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu penyusunan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman bagi pembaca dalam
memahami salah satu materi pada mata kuliah Zoologi Invertebrata, yaitu
mengenai Annelida.

Harapan Kami selaku penyusun makalah ini, semoga makalah ini dapat
membantu menambah pengetahuan serta wawasan bagi para pembaca mengenai
materi Annelida. Makalah ini, Kami akui masih mempunyai banyak kekurangan
karena pengalaman yang Kami miliki masih sangatlah kurang.

Oleh karena itu, Kami harapkan kepada para pembaca yang terhormat
untuk memberikan kritik atau tanggapan serta saran yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini. Sehingga Kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi dari makalah ini agar ke depannya lebih baik lagi.

Mamuju, 19 November 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL MAKALAH .......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah............................................................................................ 2

C. Tujuan .............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Annelida ........................................................................................ 3

B. Ciri-ciri Annelida............................................................................................. 3

C. Klasifikasi Annelida ....................................................................................... 10

D. Hubungan Antar Filum Annelida .................................................................. 16

E. Peranan Annelida dalam Kehidupan ............................................................. 16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................... 19

B. Saran .............................................................................................................. 20

DAFTAR REFERENSI ...................................................................................... 21

iii
Annelida

Oleh: Kelompok VII

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Invertebrata merupakan jenis kelompok hewan yang tidak bertulang belakang.
Terdapat banyak sekali spesies invertebrata di dunia ini, baik itu hidup di daratan
maupun di wilayah perairan. Beberapa di antaranya seperti cacing tanah, lintah,
kelabang laut, dan masih banyak lagi. Beberapa spesies tersebut ada yang bersifat
menguntungkan, ada pula yang bersifat merugikan. Spesies-spesies tersebut
dikelompokkan ke dalam suatu filum maupun kelas yang berbeda. Kelompok
invertebrata dibedakan menjadi beberapa filum, salah satunya adalah filum
Annelida atau cacing gelang.
Annelida yang sering juga disebut Annulata adalah salah satu jenis cacing
yang bersegmen. Kata Annelida berasal dari bahasa latin, Annulus yang berarti
cincin dan Oidos, yang berarti bentuk. Tubuhnya yang bersegmen menyerupai
cincin itu sehingga banyak yang menyebutnya cacing gelang. Annelida
merupakan salah satu filum pada kelompok invertebrata yang memiliki struktur
tubuh yang jauh lebih sempurna dibandingkan filum-filum invertebrata lainnya.
Tubuhnya berongga atau selomata dan triploblastik. Beberapa spesies cacing yang
termasuk ke dalam filum Annelida hidup di dalam air tawar, air laut, dan juga di
darat serta ada juga yang hidup sebagai parasit. Tubuhnya berkutikula dan licin.
Filum Annelida terdiri dari cacing berbuku-buku seperti cacing tanah.
Perkembangan buku-buku badan ini memungkinkan adanya pembentukan fungsi
yang berbeda dalam ruas badan (segmentasi) yang berbeda.
Berdasarkan uraian di atas, maka disusunlah makalah ini dengan judul,
“Annelida”. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu untuk mengetahui

1
pengertian dari Annelida, ciri-ciri Annelida, klasifikasi Annelida, hubungan antar
filum Annelida, dan peranan Annelida dalam kehidupan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada makalah ini,


sebagai berikut:

1. Apa pengertian dari Annelida?


2. Bagaimana karakteristik dari Annelida?
3. Bagaimana pengelompokkan atau klasifikasi dari Annelida?
4. Bagaimana hubungan antar Filum Annelida?
5. Bagaimana peranan Annelida dalam kehidupan?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian dari Annelida.


2. Untuk mengetahui karakteristik dari Annelida.
3. Untuk mengetahui pengelompokkan atau klasifikasi dari Annelida.
4. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antar Filum Annelida.
5. Untuk mengetahui peranan Annelida dalam kehidupan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Annelida

Annelida yang sering juga disebut Annulata adalah salah satu jenis cacing
yang bersegmen. Jika dilihat dari namanya, Annelida berasal dari bahasa latin,
Annulus yang berarti cincin dan Oidos yang berarti bentuk.1 Tubuhnya yang
bersegmen menyerupai cincin itu sehingga banyak yang menyebutnya cacing
gelang. Annelida merupakan salah satu filum invertebrata yang memiliki struktur
tubuh yang jauh lebih sempurna dibandingkan filum-filum invertebrata lainnya.
Filum Annelida adalah cacing-cacing yang tubuhnya bersegmen-segmen juga
tertutup oleh kutikula yang merupakan hasil dari sekresi dari epidermis, sudah
mempunyai sistem nervousum, sistem cardiovasculare tertutup, dan sudah ada
rongga tubuh (coelom).2

Lintah dan cacing tanah merupakan contoh dari spesies Annelida atau cacing
bersegmen. Cacing tersegmentasi secara bilateral simetris dan memiliki dua
coelom dan dua bukaan badan. Makanan dicerna di mulut, yang terdapat pada
bagian ujung anterior cacing dan akan dibuang melalui anus, sebuah lubang di
ujung posterior. Kebanyakan cacing tersegmentasi memiliki bulu kecil yang
disebut setae pada masing-masing segmen. Setae membantu cacing tersegmentasi
bergerak dengan memberikan jalan ke jangkar tubuh mereka di tanah sehingga
setiap segmen bisa menggerakkan tubuh hewan tersebut. Cacing tersegmentasi
dapat ditemukan di sebagian besar lingkungan, kecuali di tanah beku dari daerah
kutub dan pasir kering pada daerah padang pasir.

B. Ciri-ciri Annelida

Annelida sebagai salah satu dari filum invertebrata tentunya memiliki


karakteristik atau ciri-ciri yang membedakannya dari berbagai filum lainnya. Ciri

1
Muhammad Ihsan, Filum Annelida, (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati, 2017), h. 2.
2
Vivin Elviana, Identifikasi Morfologi Hewan Filum Platyhelmintes, Nematoda, dan
Annelida, (Jember: FTIK IAIN Jember, 2018), h. 1.

3
atau karakteristik tersebut terbagi menjadi 3 (tiga) kategori atau bagian utama,
sebagai berikut:

1. Ciri Morfologi

Gambar 2.1 Karakteristik umum Annelida (Morfologi, Anatomi, dan Fisiologi)

Filum Annelida adalah kelompok hewan dengan bentuk tubuh seperti susunan
cincin, gelang-gelang atau ruas-ruas. Terdapat sekitar 15.000 spesies annelida
dengan panjang tubuh mulai dari 1 mm - 3 m. Filum Annelida hidup di air tawar,
air laut, dan di tanah. Umumnya, annelida hidup secara bebas, meskipun ada yang
bersifat parasit.3 Misalnya cacing tanah hidup di dalam liang dalam tanah yang
lembab, subur, dan suhunya tidak rendah. Cacing-cacing ini keluar ke permukaan
hanya pada saat tertentu saja. Pada siang hari tidak pernah keluar ke permukaan
tanah, kecuali pada saat hujan. Dalam keadaan yang sangat dingin atau sangat
kering mereka masuk ke dalam liang, sering kali sampai sedalam 8 kaki dan
dalam keadaan ini beberapa cacing sering kali terdapat melingkar bersama-sama,
dengan di atasnya terdapat lapisan tanah yang bercampur dengan lendirnya.
Tubuh tersusun atas segmen-segmen menyerupai gelang atau cincin. Segmen
terdapat di bagian luar dan dalam tubuhnya. Di antara satu segmen dengan

3
Srevin Imanuel Yacob Liu, Filum Annelida, (Denpasar: FKIP Universitas Nusa
Cendana, 2016), h. 2.

4
segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh darah, sistem
ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling
berhubungan menembus septa. Bentuk tubuhnya simetris bilateral.4 Annelida
memiliki alat gerak berupa bulu-bulu kaku pada setiap segmen. Lapisan terluar
diselubungi oleh kulit ari tipis, sejenis bulu-bulu chitinous (chaetae atau setae).5
Pada kelas Hirudinea, ukuran panjangnya dari 1-7 cm, walau ada yang
mecapai 12 cm, bahkan 30 cm. Metamerisme sudah sangat tereduksi, segmen-
segmen ujung anterior (biasanya kecil) dan posterior (biasanya lebih besar)
termodifikasi menjadi alat hisap. Jumlah segmen yaitu sekitar 32-34 walau anulus
di luarnya menyamarkan segmentasi primer tersebut. Pada tiap segmen terdiri dari
2-3 anulus.6
2. Ciri Anatomi

Gambar 2.2 Karakteristik atau ciri anatomi Annelida

4
Muhammad Ihsan, Filum Annelida, (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati, 2016), h. 4.
5
Khoerunisa Nur M, dkk., Biosistematik Hewan: Filum Annelida dan Platyhelmintehes,
(Bandung: FST UIN Sunan Gunung Djati, 2012), h. 3-4.
6
Vivin Elviana, Identifikasi Morfologi Hewan Filum Platyhelmintes, Nematoda, dan
Annelida, (Jember: FTIK IAIN Jember, 2018), h. 3.

5
Berdasarkan Gambar 2.1 dan Gambar 2.2 di atas, maka dapat diketahui
dengan jelas mengenai ciri anatomi dari Annelida. Hewan dari filum ini memiliki
tiga lapisan tubuh (triploblastik), yaitu eksoderm, mesoderm, dan endoderm.
Tubuhnya berkutikula, sehingga permukaan tubuhnya licin yang dalam hal ini
terletak di atas epitelium. Annelida bersifat hermafrodit, jadi reproduksi secara
generatif dengan cara konjugasi dan secara vegetatif dengan fragmentasi. Cacing
ini juga mempunyai daya regenerasi yang tinggi. Annelida adalah cacing
prototosme dengan tiga lapisan sel, saluran cerna dengan mulut dan anus, sebuah
dinding tubuh dengan otot membujur dan melingkar. Rongga tubuh coelomic
terbentuk karena pemisahan mesoderm embrio. Segmentasi metamerik yang
selalu ditunjukkan dalam muskular dan sistem saraf adalah karakteristik yang
jelas. Sistem saraf memiliki ganglion supraoesophaegal (kelompok tubuh utama
sel saraf) yang disebut otak meskipun lebih banyak dari pada sensor penyampai
pesan, dan kawat saraf ventral yang menuju segmen ganglia memberikan segmen
saraf. Terdapat sistem darah tertutup dengan darah yang bergerak menuju
pembuluh membujur dorsal. Pembuluh segmen antar coelum dan luar digunakan
untuk sekresi dan reproduksi.

3. Ciri Fisiologi
a. Sistem Gerak
Sistem gerak Annelida berbeda-beda tergantung dari masing-masing kelas.
Dalam hal ini, ada yang bergerak dengan menggunakan parapodia, dengan
kontraksi otot sirkular dan membujur yang memungkinkan memanjangkan
bagian anterior tubuhnya, atau dengan cara memipihkan dan mengeraskan
tubuhnya dengan kontraksi otot dorsoventral sehingga otot dapat melentur
tanpa harus memendekkan tubuhnya.7
b. Sistem Peredaran Darah

7
Khoerunisa Nur M, dkk., Biosistematik Hewan: Fium Annelida dan Platyhelminthes,
(Bandung: FST UIN Sunan Gunung Djati, 2012), h. 7.

6
Gambar 2.3 Sistem Peredaran Darah Annelida
Annelida memiliki sistem peredaran darah tertutup dan pada pembuluh
darah mengandung hemoglobin, sehingga darah berwarna merah. Fungsi
pembuluh darah annelida adalah menghantarkan nutrisi dan oksigen ke
seluruh tubuh. Di bagian kulit, terdapat sejumlah pembuluh darah kecil,
karena bernafas melalui kulit.8
c. Sistem Pernapasan

Gambar 2.4 Sistem Pernapasan Annelida


Annelida mempunyai sistem pernafasan yang berlangsung di seluruh kulit
permukaan tubuhnya, tetapi ada sumber yang menyatakan bahwa, ada juga
spesies yang melalui insang.
d. Sistem pencernaan

8
Stevin Imanuel Yacob Liu, Filum Annelida, (Denpasar: FKIP Universitas Nusa
Cendana. 2016), h. 4.

7
Gambar 2.5 Sistem Pencernaan Annelida
Annelida memiliki sistem pencernaan lengkap yang teridiri dari mulut,
faring, esofagus, usus, dan anus.9
e. Sistem Ekskresi

Gambar 2.6 Sistem Ekskresi Annelida


Annelida memiliki organ ekskresi berupa nefridia (organ ekskresi yang
merupakan saluran), nefrostom (corong bersilia dalam tubuh), dan nefrotor
(pori tubuh tempat kotoran keluar). Setiap segmen memiliki organ ekskresinya
masing-masing. Regulasi osmosis adalah aspek penting dalam Annelida yang

9
Stevin Imanuel Yacob Liu, Filum Annelida, (Denpasar: FKIP Universitas Nusa
Cendana. 2016), h. 4.

8
mampu untuk mengumpulkan air dari lingkungan. Terdapat 2 (dua) proses
yang terjadi pada organ eksresi Annelida, sebagai berikut:10
1) Ultrafiltrasi, dalam hal ini tekanan mendesak air dan molekul larutan kecil
menerobos membran semi permeabel yang menahan balik molekul besar
seperti protein.
2) Transport aktif ion adalah langkah penting kedua. Filtrasi dalam tubula
ekskresi dimodifikasi ketika lewat substansi yang dipilih ditambahkan atau
diserap kembali.
Adapun zat hasil ekskresinya, sebagai berikut:
1) Karbon dioksida (CO2), hasil dari pernapasan pada semua hewan.
2) Amonia, NH3, NH4, produk primer deaminasi asam amino, ini adalah
racun dan perlu air untuk membuangnya.
3) Urea, CO(NH2)2, sedikit beracun dan memerlukan sedikit air untuk
menghilangkannya. Ini adalah poin akhir yang umum pada metabolisme
nitrogen yang diproduksi oleh pemadatan molekul CO2 dengan dua
molekul amonia.
4) Asam uric, C5O3N4H4, dapat dikeluarkan dengan semi pada dengan sedikit
air, atau disimpan dalam hewan atau telur, tetapi membahayakan.
f. Sistem reproduksi
Annelida memiliki sistem perkembangbiakan secara seksual. Satu
Annelida mempunyai dua alat kelamin, yaitu jantan dan betina (hermafrodit),
tetapi reproduksi secara aseksual tetap membutuhkan dua individu yang akan
mengatur dirinya sedemikian rupa sehingga dapat menukarkan sperma. Lalu,
dari hasil sperma tersebut, akan dilepas dari kepala cacing, tinggal, dan
berkembang dalam tanah. Sebagian Annelida bereproduksi secara aseksual
dengan fragmentasi diikuti dengan regenerasi. Tidak semua spesies Annelida
bersifat hermafrodit.

10
Khoerunisa Nur M, dkk., Biosistematik Hewan: Fium Annelida dan Platyhelminthes,
(Bandung: FST UIN Sunan Gunung Djati, 2012), h. 10.

9
C. Klasifikasi Annelida

Secara Umum, Filum Annelida dibagi menjadi 3 (tiga) kelas, yaitu Polychaeta,
Oligochaeta, dan Hirudinea. Pembagian ke dalam kelas terutama didasarkan pada
segmentasi tubuh, seta, parapodium, sistem sirkulasi, ada tidaknya batil isap, dan
sistem reproduksi.11

1. Kelas Polychaeta

Gambar 2.7 Morfologi dan Anatomi Kelas Polychaeta


Filum Annelida ini terdiri dari 8.700 spesies dan kelas Polychaeta sendiri
diperkirakan sekitar 5.300 spesies. Kelas Polychaeta berasal dari kata poly
(banyak) dan chaetom (rambut) berarti mempunyai banyak rambut pada
permukaan tubuhnya. Kelas Polychaeta ini dibagi menjadi 17 bangsa (ordo), 81
suku (familia), dan 1540 marga (genus). Cacing laut mempunyai ukuran tubuh
mikroskopik, pada umumnya berkisar antara 2-3 mm dan dapat mencapai
beberapa centimeter. Namun, ada yang mempunyai ukuran tubuh beberapa meter,
salah satu contoh dari spesies Eunice aphroditois yang hidup di pasir perairan
dangkal mencapai panjang tubuh sekitar 2 meter.12 Pada umumnya cacing laut
merupakan hewan yang memiliki metameri sempurna dengan tubuh yang lunak,

11
Muhammad Ihsan, Filum Annelida, (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati, 2017), h. 4-5.
12
Eddy Yusron, “Beberapa catatan Mengenai Cacing Laut (Polychaeta)”, Oseana X, no. 4
(1985): h. 122-123.

10
langsing, dan berbentuk silindris serta mempunyai warna-warna yang menarik
seperti merah, hijau, biru, coklat, dan lain-lain yang disebabkan adanya pigmen
zat warna pada tubuhnya.
Bagian tubuh cacing laut ini dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu
Presegmental, Segmental, dan Postsegemental. Pada bagian presegmental terdapat
pros-tomium yang biasanya dilengkapi dengan sepasang palpi dan sepasang
antena, kedua organ ini berfungsi sebagai alat peraba (sensory organ). Pada
prostomium dari kebanyakan cacing laut biasanya mempunyai beberapa buah
bintik mata. Kemudian terdapat segmental pada deretan segmen tubuh. Deretan
segmen tubuh bagian depan disebut dada (thorax) dan deretan segmen tubuh
bagian belakang disebut perut (abdomen). Pada setiap segmen tubuh terdapat dua
pasang podia (kaki), sepasang podia pada sisi atas segmen tubuh (dorsolateral)
disebut notopodia, sedang podia pada sisi bawah (ventrolateral) disebut
neuropodia. Segmen paling akhir dari cacing laut ini biasa disebut postsegmental,
dimana terdapat pygidium, anus dan sepasang anal cirri.13
Cacing laut ini dapat hidup di berbagai macam habitat seperti pada dasar
berlum-pur, berpasir dan berbatu. Makanan cacing laut adalah kelompok udang-
udangan rendah, diatomae, cacing lain yang lebih kecil dan sisa-sisa zat organik
(detritus). Ada beberapa spesies Polychaeta yang terdapat di dalam plankton atau
sebagai plankton, yang paling dikenal di antaranya adalah genus Tomopteris. Pada
daerah tropik, Polychaeta pelagis pada umumnya menggerombol sebagai karnivor
dan biasanya memangsa zooplankton renik termasuk larva herring. Cacing ini
mempunyai tubuh yang lunak dan hidup bebas sebagai fauna dasar (benthic
fauna) pada berbagai habitat di dasar laut. Cacing laut dapat hidup pada perairan
dangkal sampai kedalaman ribuan meter. Cacing laut ini dijumpai di daerah
tropis, subtropis, ataupun di daerah empat musim.
Kelompok cacing laut ini pada umumnya mempunyai kelamin terpisah,
artinya dapat dibedakan antara betina dan jantan. Pada waktu musim kawin cacing

13
Eddy Yusron, “Beberapa catatan Mengenai Cacing Laut (Polychaeta)”, Oseana X, no. 4
(1985): h. 123.

11
laut jantan melepaskan sperma. Pembuahan terjadi di air laut, kemudian
membentuk zygote. Telur yang telah dibuahi ini akan menetas menjadi larva yang
dapat berenang bebas. Kemudian larva cacing laut yang mempunyai bulu getar ini
akan mengalami metamorfosis menjadi hewan bentuk dewasa (juvenile). Terdapat
beberapa kelompok cacing laut dimana pada tubuh betina terdapat semacam
rongga khusus yang memungkinkan pembuahan terjadi dalam tubuh betina.
Selanjutnya cacing laut betina tersebut akan mengeluarkan telur yang sudah
dibuahi. Proses berikutnya adalah sama seperti yang sudah dijelaskan. Seekor
cacing laut betina dapat bertelur sampai beribu- ribu butir. Adapun beberapa
contoh spesies kelas Polychaeta, yaitu Lycidice collaris, Eunice siciliences
(keduanya termaksud Famili Eunicidae), dan Dendronereides heteropoda (Famili
Nereidae).14
2. Kelas Oligochaeta
Oligochaeta berasal dari bahasa Yunani, yaitu Oligo yang berarti sedikit dan
Chaetae yang artinya rambut kaku. Jadi, Oligochaeta adalah Annelida yang
15
berambut sedikit. Morfologi dan Anatomi Kelas Oligochaeta dapat dilihat pada
Gambar 2.1. Oligochaeta tidak memiliki parapodia, tetapi memiliki beberapa
setae pada tubuhnya yang bersegmen. Habitat cacing ini umumnya di air tawar
dan tempat lembab. Namun, ada pula yang hidup di darat. Tubuhnya bersegmen-
segmen dengan jumlah segmen mencapai 200 buah. Setae tidak membentuk
berkas, tunggal dan membentuk rangkaian tertentu, tidak memiliki parapodia,
jarang mempunyai insang (kecuali yang akuatik), prostomium kecil, berbentuk
kerucut, tanpa mata ataupun tentakel. Organ reproduksi hermafrodit (pembuahan
silang) artinya susunan gonad dan saluran-saluran reproduksi khas, metamerisme
terbatas, sejumlah segmen membentuk clitellum untuk menyekresikan cocoon.
Anggota kelas Oligochaeta mempunyai panjang antara 0,5 mm-3 m. Kepala
berbentuk kerucut yang sederhana tanpa alat sensori. Oligochaeta mempunyai
tubuh yang bersegmen, tiap segmen mengandung setae yang tersusun dalam 4

14
Dwi Soelistya Dyah Jekti, dkk., “Jenis-jenis Polychaeta di Pulau Lombok dan Peristiwa
Baunyale”, Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia 1, no.1, (1993): h. 26.
15
Muhammad Ihsan, Filum Annelida, (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati, 2017), h. 9.

12
pasang. Setae pada cacing di air tawar lebih panjang daripada cacing yang hidup
di darat. Setae pada cacing sebagai alat peraba. Jumlah segmen di antara
prostomium (anterior) dan pygidium 100-150 segmen. Mulut terdapat pada bagian
ventral dan peristomium yang merupakan segmen pertama dari cacing. Anus
terdapat pada ujung dari pygidium. Pada segmen mengandung delapan setae yang
tersusun dalam empat pasang setae, dua pada bagian ventral dan dua pasang yang
terdapat pada bagian ventolateral. Pada segmen juga terdapat lubang
metanephridia (alat ekskresi) yang terdapat pada daerah rolateral.
Anatomi kelas Oligoehaeta secara melintang (dinding tubuh) dan bagian
paling luar (permukaan) sampai bagian dalam yaitu rongga tubuh (coelom) yaitu
terdiri dari lapisan kutikula, epidermis, dan lapisan otot. Kutikula merupakan
lapisan tipis yang terdapat paling luar, tidak bersel, tidak berwama atau
transparan, terdiri dari lapisan serabut collagenous. Epidermis yang terdapat
dibawah lapisan kutikula terdiri dari satu lapis berupa sel penyokong berbentuk
sel glandular (struktural). Sel glandular terdiri daei sel mucus (sel goblet) dan sel
albumin yang fungsinya belum diketahui. Sel goblet mengeluarkan lendir ke
permukaan kutikula yang berfungsi untuk mencegah kekeringan permukaan tubuh
dan menyokong pergerakan di tanah. Pada bagian epidermis juga terdapat sensor
yang banyak (sense cell) yang tersebar lebih banyak pada bagian ventral daripada
di bagian dorsal. Rongga tubuh (coelom) yang cukup luas tempat terdapatnya
usus, metanephridia, dan organ reproduksi. Pembagian segmentasi tiap coelom
terpisah dengan sempurna, tetapi pemisah diantaranya masih terbuka untuk dilalui
simpul-simpul saraf ventral dan pembuluh darah mayor pada bagian atas dan
bawah.16
Pada kelas Oligochaeta ini mempunyai sekitar 3.500 spesies yang meliputi
cacing tanah dan cacing yang hidup di air tawar. Oligochaeta mernpunyai habitat
yang bervariasi di seluruh dunia. Pada umumnya membuat lubang-lubang di
dalam tanah, tetapi ada juga yang hidup di rawa-rawa atau danau. Spesies yang
lain hidup di bawah bebatuan, dedaunan di daerah tropis, pada permukaan glacier

16
Muhammad Ihsan, Filum Annelida, (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati, 2017), h. 10-
11.

13
atau pada insang ikan-ikan air tawar. Klasifikasi Oligochaeta berdasarkan sistem
dasar taksonomi modern pertama kali dipelopori oleh Michaelsen (1920), dimana
Oligochaeta dibagi menjadi 11 famili, 152 genus, dan 1200 spesies. Pada tahun
1930, Stephenson mengklasifikasikan Oligochaeta menjadi 14 famili. Kemudian
beberapa nama membuat sistem klasifikasi baru untuk menggantikan klasifikasi
Stephenson (1930), yaitu Omodeo (1958) berdasarkan letak dan jumlah kelenjar
kalsiferus. Lee (1959), berdasarkan jumlah, letak lubang jantan dan letak
Nephridioporus. Gates (1959) berdasarkan bentuk kelenjar prostatil, sistem
ekskretori, dan letak kelenjar kiasiferous.
Pembagian famili Oligochaeta, meliputi Moniligastridae, Megascolecidae,
Ocneodrillidae, Acanthodrillidae, Octochaetidae, Eudrillidae, Glossocolecidae,
Sparganophillidae, Microchaetidae, Hormogastridae, Criodnllidae, dan
Lumbricidae. Adapun contoh spesies dari kelas Oligochaeta adalah Moniligaster
houtenil (cacing tanah sumatra), Tubifex sp (cacing air tawar atau sutra),
Lumbricus terestris (cacing tanah), Pheretima sp, dan Perichaeta musica (cacing
hutan).17
3. Kelas Hirudinea

Gambar 2.8 Struktur Tubuh Kelas Hirudinea


Hirudenia merupakan kelas filum Annelida yang tidak memiliki seta
(rambut) dan tidak memiliki parapodium di tubuhnya. Tubuh Hirudinea yang
pipih dengan ujung depan serta di bagian belakang sedikit runcing. Di segmen

17
Stevin Imanuel Yacob Liu, Filum Annelida, (Denpasar: FKIP Universitas Nusa
Cendana. 2016), h. 7.

14
awal dan akhir terdapat alat penghisap yang berfungsi dalam bergerak dan
menempel. Gabungan dari alat penghisap dan kontraksi serta relaksasi otot adalah
mekanisme pergerakan dari Hirudinea. Kebanyakan dari Hirudinea merupakan
ekstoparasit yang sering didapati di permukaan luar inangnya.
Ukuran Hirudinea beragam dari 1-30 cm. Hirudinea hidup pada inangnya
untuk menghisap darah dengan cara menempel. Sebagian mereka membuat luka
pada permukaan tubuh inang sehingga dapat menghisap darahnya, sedangkan
sebagian lain mensekresikan suatu enzim yang dapat melubangi kulit, dan jika itu
terjadi maka waktunya mensekresikan zat anti pembeku darah, kebanyakan tidak
terasa saat kelas ini menempel pada inangnya karena ia menghasilkan suatu zat
anastesi yang dapat menghilangkan rasa sakit. 18Anggota kelas ini hidup parasitis
atau bahkan sebagai predator. Ditemukan dalam air tawar atau di darat. Anggota
pada kelas ini tidak mempunyai parapodia atau setae-setae. Tubuhnya dengan 33
segmen ditambah lagi dengan prostomium. Mempunyai alat pengisap posterior
atau anterior. Bersifat hermafrodit. Selom reduksi oleh karena terbentuknya
jaringan ikat yang berlebihan. Contoh pada kelas ini adalah Hirudo medicinalis
(lintah).
Dalam keadaan biasa, lintah mencapai panjang 5-8 cm, pipih dorsoventral,
dengan 26 metamer tetapi dari luar nampak tiap metamer itu mempunyai 2-5
anulasi (cicin yang melingkari tubuh). Pada lintah tidak ada setae dan parapodia.
Pada sebelah anterior terdapat sebuah pengisap oral, dan pada sebelah posterior
ada lagi sebuah. Kedua pengisap itu untuk menepel pada inang sewaktu mengisap
darah. Mulut mempunyai 3 buah rahang dari kitin yang tersusun dalam segitiga.
Tiap rahang tertutup dengan serasi (gigi kecil seperti pada gergaji).19

18
Stevin Imanuel Yacob Liu, Filum Annelida, (Denpasar: FKIP Universitas Nusa
Cendana. 2016), h. 7.
19
Muhammad Ihsan, Filum Annelida, (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati, 2017), h. 17.

15
D. Hubungan Antar Filum Annelida

Hubungan antara tiga kelas utama Annelida sudah jelas, bahwa Clitellata

berbeda, apapun asal usulnya. Dalam kelompok ini, tidak akan bisa lagi ada

pembatasan kelas, munculnya spesialisasi Hirudinea (lintah), mungkin lebih dari

satu kali dari semua Oligochaeta. Kelihatannya, Clitellata adalah asli cacing

terrestial, yang kemudian hidup di air.

Asal-usul dan komposisi Polichaeta tidak cukup jelas. Banyak cacing yang

dikira merupakan filum terpisah sekarang dikenal sebagai Polichaeta yang telah

berubah. Pertama adalah Achiannelida, sekumpulan Annelida yang kecil dan

sederhana yang pernah dikira Anchestral, dikenal sebagai Polycaeta yang bersatu

dari beberapa famili. Kemudian, Echiura dan mungkin juga Sipuncula dianggap

kelompok Polychaeta dengan kehilangan segmentasi dan kekuatan perpindahan

ketika dewasa. Sekarang, Pogonophora dipercaya dengan dukungan bukti

molekul, dimasukkan ke dalam anggota Polichaeta karena memiliki saluran cerna

dengan pemanjangan endoderm berisi bakteri Chemosynthetic. Mereka bisa

dikatakan dekat dengan Sabella.20

E. Peranan Annelida dalam Kehidupan

Pada beberapa negara maju, cacing laut Polychaeta telah menjadi komoditas
ekspor yang mampu menambah sumber devisa negara. Negara Inggris, misalnya,
cacing laut Polychaeta dari jenis Nereis virens (Nereidae) dijual secara komersial
ke beberapa negara lain sebagai pakan alami bagi beberapa jenis biota laut.
Cacing laut khas Inggris tersebut terbukti kaya akan protein sehingga baik bagi
pertumbuhan ikan dan udang-udangan.21

20
Khoerunisa Nur M, dkk., Biosistematik Hewan: Fium Annelida dan Platyhelminthes,
(Bandung: FST UIN Sunan Gunung Djati, 2012), h. 17-18.
21
Joko Pamungkas, “Pengamatan Jenis Cacing Laor (Annelida, Polychaeta) di Perairan
Desa Latuhalat Pulau Ambon, dan Aspek Reproduksinya”, Jurnal Triton 5, no. 2 (2009): h. 2.

16
Peran cacing tanah sebagai makrofauna tanah memainkan peran penting dalam
ekosistem yang berhubungan dengan siklus hara dan aliran energi karena
organisme ini melakukan proses pelapukan bahan organik dan akhirnya
memberikan kontribusi pada faktor kesehatan tanah. Aktivitas Cacing Tanah
dapat mengubah struktur tanah, aliran air tanah, dinamika hara, dan pertumbuhan
tanaman, keberadaannya tidak penting bagi sistem tanah yang sehat tetapi lebih
merupakan bioindikator dari tanah yang sehat sehingga cacing tanah ini
mempunyai fungsi menguntungkan bagi ekosistem.22 Perubahan struktur kimia
tanah dan dinamika hara akan mempengaruhi invasi cacing tanah. Oleh karena itu
cacing tanah dapat dijadikan bioindikator produktivitas dan kesinambungan fungsi
tanah, sehingga eksistensi dan peran cacing tanah dapat digunakan sebagai
informasi awal dalam rangka meningkatkan kesuburan tanah di tanah marginal
berbahan induk kapur yang miskin hara.23 Peranan cacing tanah sangat penting
dalam proses dekomposisi bahan organik tanah. Bersama-sama mikroba tanah
lainnya, terutama bakteri, cacing tanah ikut berperan dalam siklus biogeokimia.
Cacing tanah memakan serasah daun dan materi tumbuhan yang mati lainnya,
dengan demikian materi tersebut terurai dan hancur. 24Aktivitas cacing tanah yang
membuat liang di dalam tanah dengan memakan massa tanah dan bahan organik
dapat mencegah pemadatan tanah serta mencampur tanah lapisan atas dan bawah
(bioturbasi). Liang-liang cacing tanah meningkatkan infiltrasi dan aerasi serta
menurunkan aliran permukaan dan erosi. Melalui kasting, cacing tanah kelompok
endogaesis meningkatkan stabilitas agregat tanah, mengonservasi bahan organik,

22
Sri Dwiastuti, “Kajian tentang Kontribusi Cacing Tanah dan Peranannya terhadap
Lingkungan Kaitannya dengan Kualitas Tanah”, Seminar Nasional IX Pendidikan Biologi FKIP
UNS, (Jawa Tengah: FKIP Universitas Sebelas Maret, 2020), h. 449.
23
Sri Dwiastuti, dkk., “Pengaruh Kepadatan Cacing Tanah terhadap Emisi CO2
mesocosm pada Konversi Lahan Hutan ke Pertanian”, Seminar Nasional IX Pendidikan Biologi
FKIP UNS, (Jawa Tengah: FKIP Universitas Sebelas Maret, 2020), h. 2.
24
Hasbuna, dkk., “Jenis Cacing Tanah di Kawasan Deudap Pulo Aceh Kabupaten Aceh
Besar”, Prosiding Seminar Nasional Biotik 2018, (Banda Aceh: FTK UIN Ar-Raniry Banda Aceh,
2018), h. 75.

17
dan menempatkan hara maupun bahan organik di daerah rhizosfir sehingga nilai
fungsi hara maupun bahan organik untuk pertumbuhan tanaman menjadi efektif.25
Selain itu, ada juga spesies yang biasa digunakan dalam ilmu kedokteran yaitu
Hirudo medicinalis. Meskipun terlihat menyeramkan dengan bisa menyedot
darah, tetapi lintah juga dapat berguna sebagai alat bantu pengobatan dengan
metode sedot lintah.26

25
Subowo G., “Peran Cacing Tanah Kelompok Endogaesis dalam Meningkatkan
Efisiensi Pengolahan Tanah Lahan Kering”, Jurnal Litbang 30, no. 4 (2011): h. 125.
26
Khoerunisa Nur M, dkk., Biosistematik Hewan: Fium Annelida dan Platyhelminthes,
(Bandung: FST UIN Sunan Gunung Djati, 2012), h. 21-22.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, adapun kesimpulan yang dapat diperoleh,
sebagai berikut:

1. Annelida yang sering juga disebut Annulata adalah salah satu jenis cacing
yang bersegmen. Jika dilihat dari namanya, Annelida berasal dari bahasa
latin, Annulus yang berarti cincin dan Oidos yang berarti bentuk. Filum
Annelida adalah cacing-cacing yang tubuhnya bersegmen-segmen juga
tertutup oleh kutikula yang merupakan hasil dari sekresi dari epidermis,
sudah mempunyai sistem nervousum, sistem cardiovasculare tertutup, dan
sudah ada rongga tubuh (coelom).
2. Filum Annelida adalah kelompok hewan dengan bentuk tubuh seperti
susunan cincin, gelang-gelang atau ruas-ruas. Terdapat sekitar 15.000
spesies annelida dengan panjang tubuh mulai dari 1 mm - 3 m. Filum
Annelida hidup di air tawar, air laut, dan di tanah. Umumnya, annelida
hidup secara bebas, meskipun ada yang bersifat parasit. Hewan dari filum
ini memiliki tiga lapisan tubuh (triploblastik), yaitu eksoderm, mesoderm,
dan endoderm. Tubuhnya berkutikula, sehingga permukaan tubuhnya licin
yang dalam hal ini terletak di atas epitelium. Annelida bersifat
hermafrodit, jadi reproduksi secara generatif dengan cara konjugasi dan
secara vegetatif dengan fragmentasi.
3. Secara Umum, Filum Annelida dibagi menjadi 3 (tiga) kelas, yaitu
Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea. Pembagian ke dalam kelas
terutama didasarkan pada segmentasi tubuh, seta, parapodium, sistem
sirkulasi, ada tidaknya batil isap, dan sistem reproduksi.
4. Hubungan antara tiga kelas utama Annelida sudah jelas, bahwa Clitellata
berbeda, apapun asal usulnya. Dalam kelompok ini, tidak akan bisa lagi
ada pembatasan kelas, munculnya spesialisasi Hirudinea (lintah), mungkin

19
lebih dari satu kali dari semua Oligochaeta. Kelihatannya, Clitellata
adalah asli cacing terrestial, yang kemudian hidup di air.
5. Pada beberapa negara maju, cacing laut Polychaeta telah menjadi
komoditas ekspor yang mampu menambah sumber devisa negara. Peran
cacing tanah sebagai makrofauna tanah memainkan peran penting dalam
ekosistem yang berhubungan dengan siklus hara dan aliran energi karena
organisme ini melakukan proses pelapukan bahan organik dan akhirnya
memberikan kontribusi pada faktor kesehatan tanah. Selain itu, ada juga
spesies yang biasa digunakan dalam ilmu kedokteran yaitu Hirudo
medicinalis. Meskipun terlihat menyeramkan dengan bisa menyedot darah,
tetapi lintah juga dapat berguna sebagai alat bantu pengobatan dengan
metode sedot lintah.

B. Saran
Makalah ini, kami akui masih mempunyai banyak kekurangan karena
pengalaman yang kami miliki masih sangatlah kurang. Oleh karena itu, kami
harapkan kepada para pembaca yang terhormat untuk memberikan kritik atau
tanggapan serta saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Sehingga, kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi dari makalah ini agar ke
depannya lebih baik lagi.

20
DAFTAR REFERENSI

Dwiastuti, Sri. (2020). Kajian Tentang Kontribusi Cacing Tanah dan Perannya
Terhadap Lingkungan Kaitannya dengan Kualitas Tanah. Seminar
Nasional IX Pendidikan Biologi FKIP UNS (hal. 448-451). Jawa Tengah:
FKIP Universitas Sebelas Maret.
Dwiastuti, Sri dkk. (2020). Pengaruh Kepadatan Cacing Tanah Terhadap Emisi
CO2 mesocosm pada Konversi Lahan Hutan ke Pertanian. Seminar
Nasional IX Pendidikan Biologi FKIP UNS (hal. 1-9). Jawa Tengah: FKIP
Universitas Sebelas Maret.
Elviana, Vivin. (2018). Identifikasi Morfologi Hewan Filum Platyhelmintes,
Nematoda, dan Annelida. Jember: FTIK IAIN Jember.
Hasbuna. (2018). Jenis Cacing Tanah di Kawasan Deudap Pulo Aceh Kabupaten
Aceh Besar. Prosiding Seminar Nasional Biotik 2018 (hal. 75-78). Banda
Aceh: FTK UIN Ar-Ramiry Banda Aceh.
Ihsan, Muhammad. (2017). Filum Annelida. Bandung: Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sunan Gunung Djati.
Jekti, Dwi Soelistya Dyah. (1993). Jenis-jenis Polychaeta di Pulau Lombok dan
Peristiwa Baunyale. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia
1, no. 1: h. 21-32.
Liu, Stevin Imanuel Yacob. (2016). Filum Annelida. Denpasar: FKIP Universitas
Nusa Cendana.
Nur, Khoerunisa dkk. (2012). Biosistematik Hewan: Filum Annelida dan
Platyhelminthes. Bandung: FST UIN Sunan Gunung Djati.
Pamungkas, Joko. (2009). Pengamatan Jenis Cacing Laor (Annelida, Polychaeta)
di Perairan Desa Latuhalat Pulau Ambon, dan Aspek Reproduksinya.
Jurnal Triton 5, no. 2: h. 1-10.
Subowo. (2011). Peran Cacing Tanah Kelompok Endogaesis dalam Meningkatkan
Efisiensi Pengolahan Tanah Lahan Kering. Jurnal Lubang Pertanian 30,
no. 4: h. 125-131.
Yusron, Eddy. (1985). Beberapa Catatan Mengenai Cacing Laut (Polychaeta).
Oseana X, no. 4: h. 122-127.

21

Anda mungkin juga menyukai