FILUM ANNELIDA
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Alika Ratna Maulida Isnaya (193030903034)
Audrey Venera Kusuma (193020903028)
Desiana Sinta (193020903024)
Yusep Satriado (193020903028)
DOSEN PENGAMPU:
HALAMAN JUDUL...................................................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR.................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 6
2.1 Filum Annelida................................................................................................ 6
2.1.1 Pengertian..................................................................................................... 6
2.1.2 Struktur Tubuh dan Ciri-Ciri Filum Annelida.............................................. 6
2.1.3 Klasifikasi Filum Annelida........................................................................... 8
2.1.4 Alat Gerak.................................................................................................... 20
2.1.5 Reproduksi.................................................................................................... 20
2.1.6 Habitat.......................................................................................................... 20
2.1.7 Siklus Hidup................................................................................................. 21
2.1.8 Peranan Annelida Dalam Kehidupan........................................................... 22
BAB III PENUTUP........................................................................................................ 23
3.1 Kesimpulan................................................................................................... 23
3.2 Saran............................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA
3
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesempatan dan kesehatan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah
tentang “Filum Annelida” yang merupakan salah satu tugas yang diberikan kepada
mahasiswa untuk melengkapi penilaian dalam mata kuliah Zoologi Invertebrata.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Julian Tambunan, S.Pd, M.Si selaku
dosen pengampu mata kuliah Zoologi Invertebrata, atas bimbingan dan materi yang telah
diberikan kepada kami dalam kegiatan perkuliahan.
Andai kata dalam penyusunan makalah tentang “Filum Annelida” terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat
memperbaiki penulisan dimasa yang akan datang.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Annelida yang sering juga disebut Annulata adalah salah satu jenis cacing yang
bersegmen. Jika dilihat dari namanya Annelida yang berasal dari bahasa latin (annulus
yang berarti cincin). Tubuhnya yang bersegmen menyerupai cincin itu sehingga
banyak yang menyebutnya cacing gelang. Annelida merupakan salah satu filum
invertebrata yang memiliki struktur tubuh yang jauh lebih sempurna dibandingkan
filum-filum invertebrata lainnya. Tubuhnya berongga (celomata) dan tripoblastik.
Beberapa spesies cacing yang termasuk ke dalam filum Annelida hidup di dalam air
tawar, air laut dan juga di darat serta ada juga yang hidup sebagai parasit. Tubuhnya
berkutikula dan licin.
Filum Annelida terdiri dari cacing berbuku-buku seperti cacing tanah.
Perkembangan buku-buku badan ini memungkinkan adanya pembentukan fungsi yang
berbeda dalam ruas badan (segmentasi) yang berbeda. Annelida memiliki coelom
yang besar untuk mengakomodasi organ dalam yang lebih kompleks. Terdapat sekitar
15.000 spesies filum Annelida, panjangnya berkisar antara kurang dari 1 mm sampai
3 m pada cacing tanah Australia. Anggota filum Annelida hidup di laut, sebagian
habitat air tawar, dan tanah lembab, untuk menjelaskan anatomi filum Annelida
menggunakan anggota filum yang terkenal, yaitu cacing tanah.
Cacing tanah (Pheretima) hidup di tanah, makanannya berupa sisa tumbuhan dan
hewan. Charles Darwin seorang ahli biologi yang termahsyur adalah orang yang
pertama kali meyatakan bahwa cacing tanah mempunyai peranan yang penting dalam
menggemburkan/menyuburkan tanah. Karena hidup di dalam tanah, cacing ini
membuat liang-liang sehingga tanah menjadi berpori dan mudah diolah. Cacing tanah
juga mencampur dedaunan dengan tanah, jadi menaikan kandungan humus tanah.
Sebagian besar Annelida hidup di laut, yaitu di liang-liang atau di bawah karang
yang dekat dengan pantai, misalnya Neries. Golongan lain dari Annelida yang banyak
dikenal adalah lintah penghisap darah. Lintah mempunyai balik penghisap di kedua
ujung badannya. Batil penghisap posterior dipergunakan untuk melekatkan diri pada
inang, sedangkan batil penghisap anterior dipergunakan untuk menghisap darah.
5
Adapun tujuan dari penulisan mengenai filum Annelida adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui apa itu filum Annelida
2. Mengetahui struktur tubuh filum Annelida
3. Mengetahui karakteristik atau ciri-ciri dari filum Annelida
4. Mengetahui dan memahami pengklasifikasian yang ada dalam filum Anelida
5. Mengetahui sistem gerak filum Annelida
6. Mengetahui cara reproduksi dari filum Annelida
7. Mengetahui habitat dari filum Annelida
8. Memahami siklus hidup dari filum Annelida
9. Mengetahui peranan dari filum Annelida bagi kehidupan sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Filum Annelida
2.1.1 Pengertian
Filum Annelida adalah kelompok hewan dengan bentuk tubuh seperti susunan cincin,
gelang-gelang atau ruas-ruas. Istilah kata Annelida berasal dari bahasa Yunani dari
kata annulus yang berarti cincin, dan oidos yang berarti bentuk. Annelida merupakan
cacing dengan tubuh bersegmen, tripoblastik dengan rongga tubuh sejati (hewan
selomata) dan bernapas melalui kulitnya.
Filum Annelida terdiri dari cacing berbuku-buku seperti cacing tanah. Perkembangan
buku-buku badan ini memungkinkan adanya pembentukan fungsi yang berbeda dalam
ruas badan (segmentasi) yang berbeda. Annelida memiliki coelom yang besar untuk
mengakomodasi organ dalam yang lebih kompleks. Terdapat sekitar 15.000 spesies
Annelida dengan panjang tubuh mulai dari 1 mm sampai 3 m. Filum Annelida hidup di
air tawar, air laut, dan di tanah. Umumnya Annelida hidup secara bebas, meskipun ada
yang bersifat parasit.
- Struktur Tubuh
Annelida adalah hewan triploblastik yang sudah mempunyai rongga sejati
sehingga disebut triploblastik selomata, karena lapisannya terdiri ektoderm, mesoderm dan
endoderm. Bagian mesoderm sudah berkembang menjadi rongga disebut selom. Dinding
luar selom melekat pada ectoderm membentuk lapisan somatik, sedangkan dinding
dalamnya melekat pada endoderm membentuk lapisan splangtik. Bentuk luar tubuh
tampak memanjang tersusun atas ruas-ruas seperti cincin, setiap ruas bersifat matemari
atau somit. Artinya, setiap segmen tubuh memiliki alat ekskresi, alat reproduksi, otot,
pembuluh darah dan sebagainya. Segmen-segmen tersebut tetap beraneka ragam dan
koordinasi dalam suatu sistem.
Annelida memiliki sistem syaraf tangga tali (sepasang ganglionotak dihubungkan
oleh syaraf longitudinal). Sisa metabolisme diekskresikan melalui nefridium. Pernapasan
bisa dilakukan oleh seluruh permukaan tubuhnya. Anggota cacing ini ada yang bersifat
7
hemaprodit dan ada juga yang bersifat gonokoris (alat kelamin jantan dan betina terpisah
atau terdapat pada individu yang berbeda).
reproduksi. Contoh spesies annelida yang terkenal adalah cacing tanah (Lumbricus sp.)
cacing ini hidup di tanah, makanannya berupa sisa tumbuhan dan hewan.
1. Kelas Polychaeta
Polychaeta merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 2
kata yaitu Poli yang berarti banyak, dan Chaeta berarti rambut. Sehingga Polychaeta
adalah kelas dengan rambut paling banyak di filum Annelida. Polychaeta memiliki
bagian tubuh yang terdiri dari kepala, mata, dan sensor palpus. Polychaeta mempunyai
tubuh bersegmen dengan struktur mirip daging yang bentuknya mirip dayung, hal ini
disebut parapodia (tunggal = parapodium) yang berfungsi sebagai alat gerak. Sebagian
besar dari Polychaeta, memiliki parapodia berfungsi sebagai insang karena terdapat
pembuluh darah halus. Di setiap parapodium terdapat rambut halus yang sifatnya
kaku yang biasanya disebut seta, rambut dilapisi kutikula sehingga licin. Umumnya
ukuran tubuh Polychaeta adalah 5-10 cm. Polychaeta hidup di dalam air.
Cacing polychaeta bertubuh silindris (agak pipih dorsoventral) dan bersegmen.
Hidup dalam pasir atau menggali batu-batuan di daerah pasang surut dan aktif di
waktu malam. Kepala jelas, dengan faring yang ditonjolkan keluar. Faring itu
berahang dan dikelilingi peristomium dan yang beratap disebut prostomium.
Prostomium dilengkapi 4 mata sederhana, 2 tentakel pendek dan palpus. Mempunyai
alat gerak seperti dayung (parapodia) yang mengandung setae (rambut kaku) kecuali
di bagian segmen terakhir. Ruas terakhir (pigidium) mengandung anus. Warna
tubuhnya banyak yang menarik (merah, merah muda, hijau ataupun kombinasi warna-
warna). Metamerisme pada umumnya sempurna, dengan tiap segmen silindris identik,
kecuali bagian kepala dan ekor. Di bagian anterior terdapat kepala yang sempurna,
disebut prostomium. Pada kepala terdapat mata, antena, sepasang palpus dan mulut di
bagian ventral.
Ciri-Ciri Polychaeta :
Berambut banyak
Hidup di laut dan dapat dibedakan antara jantan dan betina
Mempunya parapodia (alat gerak)
Memiliki panjang tubuh sekitar 5-10 cm, dengan diameter 2-10 mm.
Tinggal dalam tabung dan ada juga hidup bebas
Tubuh dapat dibedakan menjadi prostomium (kepala) dan peristomium
(segmen pertama).
Sistem respirasi pada polychaeta dengan menggunakan kulit yang berkutikula
terutama di parapodia. Parapodia adalah kaki seperti dayung (sirip) digunakan untuk
berenang sekaligus bertindak sebagai alat pernafasan. Polychaeta bernafas dengan
insang ketika di perairan, namun pertukaran gas menggunakan permukaan tubuh juga
yang terjadi secara difusi. Beberapa jenis tiap ruas terdapat insang, kecuali ujung
anterior dan posterior. Pada Polychaeta mengalami modifikasi, jumlah dan letak
insang terbatas pada ruas tertentu.
Darahnya mengandung pigmen merah (hemoglobin), mengalir dalam pembuluh-
pembuluh kontraktil yang disebut pembuluh-pembuluh longitudinal dorsal. Darah
dalam pembuluh-pembuluh ini mengalir ke anterior. Sedangkan darah dalam
pembuluh-pembuluh longitudinal ventral mengalir ke posterior. Sistem sirkulasi pada
polychaeta adalah dengan peredaran darah tertutup.
Sistem ekskresi pada kelas polychaeta sama halnya dengan kelas-kelas lainnya pada
filum annelida yakni dengan sepasang nefridium. Dalam tiap segmen, kecuali yang
terakhir dan yang pertama, terdapat sepasang nefridium untuk membersihkan segmen
di sebelah interior dari segmen tempat nefridium terdapat.
11
Polychaeta dibagi dalam dua Ordo : Erratia dan Sedentaria. Penggolongan itu di
dasarkan perkembangan anterior dan cara hidup hewan dari masing-masing
kelompok.
o Ordo Sedentaria, segmen tubuh dan parapodium tidak sama; faring tidak punya
rahang, bersembunyi dalam lumpur/hidup dalam tabung di lumpur, parapodia dan
organ saraf mereduksi bentuk kepala mengalami berbagai modifikasi sesuai fungsinya
sebagai ciliary feeder. Kelas ini anggotanya merupakan Polychaeta tipe pembuat
13
lubang (liang) di sedimen atau materi keras sebagai pipa atau lubang pelindung
tempat hidupnya. Pipa atau tabung dibangun dengan limbah organik, kalsium
karbonat, kompleks protein polisakarida dan pasir kulit kerang yang terikat secara
bersama-sama dengan mucus dan Polychaeta. Terowongan atau liang ini berbentuk
lurus, bercabang, berbentuk spiral atau huruf U. Parapodia mengalami reduksi,
modifikasi atau bahkan tidak ada. Pada sedentaria mempunyai modifikasi paling baik
pada bagian kepala sesuai dengan kebiasaan makan secara khusus.
1). Famili Sabella (cacing kipas), struktur dikepala seperti bulu yang disebut radiola.
2). Famili Chaetopterus, hidup dalam tabung berbentuk huruf U notopodium
mengsekresi kantong lendir yang menjaring makanan dari air. Kantong secara
periodik akan masuk ke dalam mulut ventral suckers.
3). Famili Arenicola, hidup dalam tabung berbentuk huruf J.
o Ordo Errantia, segmen tubuh sama dari kepala hingga ekor parapodia sama dari
depan hingga belakang pelagis merayap lubang organ indera berkembang baik.
Kelas ini anggotanya merupakan Polychaeta yang aktif, dimana aktifitas bergerak
dengan pelan atau berjalan, berenang dan hidup di bawah bebatuan. Contohnya
cacing karang dan Nereis. Parapodia sebagai dayung atau tuas untuk bergerak
kedepan. Parapodia bergerak menggelombang untuk berjalan dan berenang.
Accicula pada bagian parapodia sangat penting sebagai elemen yang
membuat Iebih kaku, mencegah kerusakan jaringan parapodia yang tipis. Pada
bagian prostomium atau kepala berkembang sangat baik, dimana mempunyai
mata, tentakel, organ tentakel sensori dan organ khusus (nuchal organ) untuk
mendeteksi bahan kimia.
1). Famili Tomopteris, berenang bebas dan bioluminescen. Contoh polychaeta,
diantaranya:
- Sabellastarte indica (cacing kipas), Marphysa sanguine, Eunice viridis (cacing
wawo),
- Lysidice oele (cacing palolo) dan Nereis virens (kelabang laut).
Gambar 7. Kelas Polychaeta
kecil, tidak memiliki alat peraba, dan tidak memiliki bintik mata. Pada lapisan kulit
terdapat bagian saraf dengan fungsi untuk menerima rangsangan.
Oligochaeta bersifat hermaprodit/monoceus dengan perkembangbiakan secara
generatif dengan perkawinan, dan secara vegetatif dengan regenerasi.
Terdapat Kitellum (Selzadel) yang berfungsi sebagai alat reproduksi. Pada ruas 9-11
terdapat receptaculum seminis yang berfungsi sebagai penampung sel-sel
spermatozoa.
Ciri-Ciri Oligochaeta :
Tidak mempunyai parapodia
Mempunyai seta pada tubuhnya yang bersegmen
Memiliki sedikit rambut
Kepala berukuran kecil, tanpa alat peraba/tentakel dan mata
Mengalami penebalan antara segmen ke 32-37, yang disebut dengan klitelum.
Telur terbungkus oleh kokon
Daya regenerasi tinggi
Hidup air tawar atau darat
Hermaprodit
Sistem respirasi, kelas Oligochaeta tidak memiliki parapodia seperti pada kelas
polychaeta, pernapasannya dilakukan melalui seluruh permukaan tubuhnya. Itu
sebabnya mengapa tubuh kelompok cacing ini berlendir. Tubuh cacing tanah tertutup
oleh selaput bening dan tipis yang disebut kutikula. Kutikula ini selalu lembap dan
basah. Melalui selaput inilah cacing bernapas. Kutikula menyebabkan udara di dalam
tanah dapat masuk ke pembuluh darah cacing. Setelah masuk ke pembuluh darah,
udara tersebut diedarkan ke seluruh tubuh. Tetapi ada juga Oligochaeta yang bernafas
dengan menggunakan insang, yakni kelas oligochaeta yang hidup akuatik.
Sistem pencernaan, kelas Oligochaeta memiliki sistem pencernaan yang lengkap
mulai dari mulut, faring, kerongkogan dan usus. Traktus digestivus beberapa sebuah
tabung lurus mulai dari mulut, lalu faring yang kuat dan membengkak (segmen 2-6),
esofagus (segmen 6-14), ingluvies (tembolok) yang berdinding tipis (segmen 14-17),
gizzard (lambung tebal) (segmen 17-18), kemudian usus halus (segmen 19 sampai
akhir) dan anus. Usus halus mempunyai lipatan internal sebelah dorsal yang disebut
tiflosol, yang memanjang mengikuti panjang usus. Esofagus dilengkapi dengan 3
pasang kelenjar berkapur yang memanjang pada sisi-sisinya. Makanannya adalah
sisa dedaunan yang dikeluarkan oleh getah pencernaan secara ekstrasel. Cacing tanah
dapat mencerna senyawa organik tersebut menjadi molekul yang sederhana yang
dapat diserap oleh tubuhnya. Sisa pencernaan makanan dikeluarkan melalui anus.
Sistem reproduksi, cacing tanah bersifat hermafrodit, tetapi tidak melakukan
pembuahan sendiri. Hal itu karena, matangnya sel kelamin betina tidak sama
waktunya dengan matangnya sel kelamin jantan. Organ reproduksi betina terdapat
di segmen ke-9 sampai ke-14 dan organ reproduksi jantan terdapat di segmen ke-10
sampai ke-15. Di segmen ke-32 sampai ke-37 terdapat klitelum, yaitu penebalan
epidermis sebagai penghasil lendir. Sewaktu sepasang cacing berkopulasi maka
akan keluar lendir yang akan membungkus kedua cacing dan menjaga sperma dari
kekeringan. Selubung (coccon) lendir tadi akan maju mundur di sepanjang kedua
tubuh cacing. Setelah itu, sel telur dari masing-masing cacing keluar dan memasuki
coccon. Jika melewati lubang kelamin jantan, telur-telur yang ada di dalam coccon
akan dibuahi oleh sperma dari cacing yang berlainan. Setelah selesai pembuahan,
coccon akan lepas ke arah depan. Sekarang di dalam coccon terdapat telur-telur
yang akan dibuahi dan kemudian tekur-telur tersebut akan menetas menjadi cacing.
Bahan-bahan ini lalu menembus sekitar kapiler dan disirkulasikan lagi. Sampah
nitrogen dan sedikit air tersisa di nefridium dan kadang diekskresikan keluar.
3. Hirudenia
dalam selom. Selom pada lintah telah tereduksi menjadi kecil. Beberapa ahli
menduga bahwa rongga-rongga kecil dan sinus-sinus itu sebenarnya merupakan
bagian-bagian selom yang tereduksi.
Sistem ekskresi, setiap segmen dari segmen ke-7 sampai 23 berisis nefridia yang
berpasanagan. Masing-masing nefridia mempunyai ekspansi berupa vesikula yang
berbentuk gelembung dan merupakan muara saluran ekskresi.
Sistem saraf dan perasa, sistem saraf pada lintah sama seperti pada cacing tanah,
tetapi pada lintah ganglion-ganglion ventralnya lebih jelas, sedangkan ganglion
serebral lebih kecil. Lintah bermata 10 buah (5 pasang) dan terdapat pada 5 segmen
pertama. Pada segmen-segmen selanjutnya terdapat organ-organ sensoris.
Reproduksi dan perkembangan, lintah itu hermafrodit dengan beberapa pasang testes
dan satu pasang ovarium. Untuk reproduksi diperlukan fertilisasi silang. Massa sel
sperma (spermatofor) yang telah mengental (aglutinasi) dimasukkan kedalam vagina
lintah partnernya melalui penis. Fertilisasi berlangsung secara internal dan
perkembangan terjadi dalam kokon seperti pada cacing tanah. Tiap telur yang
dibuahi menjadi zigot dan tumbuh menjadi lintah-lintah kecil dalam kokon. Kokon di
letakkan dalam alam bebas.
Hirudinea hidup pada inangnya untuk menghisap darah dengan cara menempel.
Sebagian mereka membuat luka pada permukaan tubuh inang sehingga dapat
menghisap darahnya, sedangkan sebagian lain mensekresikan suatu enzim yang
dapat melubangi kulit, dan jika itu terjadi maka waktunya mensekresikan zat anti
pembeku darah, kebanyakan tidak terasa saat kelas ini menempel pada inangnya
karena ia menghasilkan suatu zat anastesi yang dapat menghilangkan rasa sakit. Jenis
ini dikenal dengan sebutan lintah.
Seta: bulu kasar/rambut pada invertebrate. Pada polychaeta mempunyai seta yang
banyak, sedangkan pada olygochaeta mempunyai seta yang sedikit. Seta ini terdapat
pada tonjolan di samping.
Tiap segmen terdapat parapodia; untuk lokomosi, Parapodia terdiri dari sejumlah seta;
Seta terdiri dari notopodium, neuropodium, acicula & otot yang bekerja untuk berjalan,
merangkak, bersembunyi atau berenang.
2.1.5 Reproduksi
Annelida memiliki sistem reproduksi secara seksual. Satu Annelida mempunyai 2 alat
kelamin yaitu jantan dan betina (hermafrodit), tetapi individu tetap melakukan
perkawinan silang dengan cara saling mempertukarkan spermanya untuk membuahi sel
telur pasangan. Namun, ada juga yang bereproduksi secara fregmentasi (pemutusan
sebagian tubuhnya), yang kemudian beregenerasi. Organ seksual annelida ada yang
menjadi satu dengan individu (hermafrodit) dan ada yang terpisah pada individu lain
(gonokoris) melalui larva trochopore berenang bebas.
2.1.6 Habitat
Kebanyakan Annelida hidup degan bebas dan ada sebagian yang parasit (merugikan)
dengan menempel pada vertebrata, termasuk manusia. Habitat Annelida umumnya
21
berada di dasar laut dan perairan tawar, dan juga aa yang sebagian hidup di tanah atau
tempat-tempat lembab. Annelida hidup diberbagai tempat dengan membuat kiang
sendiri. Adapun penyebaran terdapat di beberapa daerah diantaranya yaitu Indonesia,
Finlandia, dan Rusia.
3.1 Kesimpulan
Istilah kata Annelida berasal dari bahasa Yunani dari kata annulus yang berarti
cincin, dan oidos yang berarti bentuk. Annelida merupakan cacing dengan tubuh
bersegmen, tripoblastik dengan rongga tubuh sejati (hewan selomata) dan bernapas
melalui kulitnya. Lapisannya terdiri ektoderm, mesoderm dan endoderm. Bagian
mesoderm sudah berkembang menjadi rongga yang disebut selom sehingga disebut
hewan triploblastik selomata. Dinding luar selom melekat pada ektoderm membentuk
lapisan somatik, sedangkan dinding dalamnya melekat pada endoderm membentuk
lapisan splangtik. Bentuk luar tubuh tampak memanjang tersusun atas ruas-ruas
seperti cincin, setiap ruas bersifat matemari atau somit. Annelida memiliki sistem
peredaran darah tertutup, dengan pembuluh darah memanjang sepanjang tubuhnya.
Secara Umum, Filum Annelida dibagi menjadi 3 (tiga) kelas, yaitu Polychaeta,
Oligochaeta, dan Hirudinea, pembagian ke dalam kelas terutama didasarkan pada
segmentasi tubuh, seta, parapodium, sistem sirkulasi, ada tidaknya batil isap, dan
sistem reproduksi. Annelida memiliki sistem reproduksi secara seksual yaitu satu
Annelida mempunyai 2 alat kelamin yaitu jantan dan betina (hermafrodit), tetapi
individu tetap melakukan perkawinan silang dengan cara saling mempertukarkan
spermanya untuk membuahi sel telur pasangan. Namun, ada juga yang bereproduksi
secara fregmentasi, yang kemudian beregenerasi. Habitat Annelida umumnya berada
di dasar laut dan perairan tawar, dan juga aa yang sebagian hidup di tanah atau
tempat-tempat lembab. Siklus hidupnya mulai dari peletakan, lalu tahap larva, dan
yang terakhir tahap dewasa. Annelida ada yang bersifat merugikan dan
menguntungkan, namun sebagian besar Annelida bersifat menguntungkan contohnya
Hirudo medicinalis yang digunakan sebagai alat terapi dalam dunia medis.
3.2 Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini
akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis
DAFTAR PUSTAKA
Wibowo, Eko Setio & dkk. 2018.Aspek Biologi dan Lingkungan Polychaeta Nereis sp. di
Kawasan Desa Jeruklegi Kabupaten Cilacap: Potensinya Sebagai Pakan Alami Udang.
Pancasakti Science Education Journal 3(1), 18-24.