Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

ANNELIDA (OLIGOCHAETA)

Disusun oleh:
Ditha Paulina NIM. 2010801005

Dosen Pengampu:
Awalul Fatiqin, M.Si

PRODI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


mengizinkan penulis untuk membuat sebuah makalah tentang Annelida karena ridhanya
lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT dan
dosen pengampu Bapak Awalul Fatiqin dan orang-orang yang telah mendukung. Dalam
penulisan makalah ini penulis mendapatkan banyak ilmu pengetahuan yang baru, dan
penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Oleh karena itu masukan dan saran sangat penulis perlukan untuk makalah ini.
Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya
dan jadi pedoman bagi yang membacanya.
Palembang, 27 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan Praktikum.........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
A. Filum Annelida.............................................................................................3
B. Taksonomi Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)..........................................5
BAB III METODE PRAKTIKUM..........................................................................6
A. Waktu dan Tempat.......................................................................................6
B. Alat dan Bahan.............................................................................................6
C. Cara kerja.....................................................................................................6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................7
A. Hasil.............................................................................................................7
B. Pembahasan..................................................................................................9
C. Diskusi........................................................................................................10
BAB V KESIMPULAN.........................................................................................15
A. Kesimpulan................................................................................................15
B. Saran ..........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cacing bersegmen (Annelida) merupakan salah satu filum dalam kingdom
Animalia yang berasal dari bahasa Latin annelus yang berarti cincin kecil
dan oidos yang berarti bentuk. Annelida adalah cacing dengan bentuk menyerupai
cincin yang diuntai, karena tubuhnya tersusun atas segmen-segmen. Menurut John
W. Kimball, dalam bukunya yang berjudul Biology tahun 1983, cacing jenis ini
memiliki ciri khas yaitu simetri bilateral dan memiliki rongga tubuh yang besar
berisi cairan.
Cacing tanah merupakan hewan Invertebrata dari filum Annelida, kelas
Chaetopoda dan ordo Oligochaeta. Cacing-cacing yang termasuk dalam Filum
Annelida ini, tubuhnya bersegmen-segmen. Mereka hidup di dalam tanah yang
lembab, dalam laut, dan dalam air tawar, pada umumnya Annelida hidup bebas, ada
yang hidup dalam liang, beberapa bersifat komensal pada hewan-hewan aquatik,
dan ada juga yang bersifat parasit pada vertebrata (Radiopoetro, 1991).
Famili dari ordo ini yang sering ditemukan adalah:
a. Famili Moniligastridae, contoh genus: Moniligaster.
b. Famili Megascolidae, contoh genus: Pharetma, Peryonix, Megascolex.
c. Famili Acanthodrilidae, contoh genus: Diplocardia.
d. Famili Eudrilidae, contoh genus: Eudrilus.
e. Famili Glossoscolecidae, contoh genus: Pontoscolex corenthurus.
f. Famili Sparganophilidae, contoh genus: Sparganophilus.
g. Famili Tubificidae, contoh genus: Tubifex.
h. Famili Lumbricidae,contoh genusnya yaitu: Limbricus, Eisenella, Binatos,
Dendrobaena, Octalasion, Eisenia, Allobophora (John, 2007).

Hegner dan Engeman (1978) menjelaskan bahwa cacing tanah tidak


mempunyai kepala, tetapi mempunyai mulut pada ujungnya (anterior) yang disebut
prostomium.

1
Ada 3 kelompok cacing tanah yang dibedakan berdasarkan tipe ekologinya
yaitu spesies epigeik, spesies anesik, spesies endogeik.
1. Spesies Epigeik
Cacing tanah yang hidupnya (tinggal dan memperoleh makanan) di
permukaan tanah atau di lapisan organik. Cacing tipe epigeik berperan dalam
penghancuran seresah dan transformasi bahan organik tetapi tapi tidak aktif
dalam penyebaran seresah. Ciri lain dari jenis ini adalah cacing tanah tidak
membuat lubang di dalam tanah dan meninggalkan casting (Hairiah et al.,
2004).

2. Spesies Anesik
Cacing tanah pemakan seresah yang diperolehnya dipermukaan tanah
dan dibawa masuk kesegala lapisan dalam profil tanah, melalui aktifitas ini
akan membentuk liang atau celah yang memungkinkan sejumlah tanah lapisan
dan bahan organik masuk dan tersebar ke lapisan bawah. Cacing tanah tipe ini
akan mempengaruhi sifat fisik tanah antara lain struktur dan konduktifitas
hidrolik (Lavelle, 1994).

3. Spesies Endogenik
Cacing tanah yang hidup dan makan didalam tanah, makanannya yaitu
bahan organik termasuk akar-akar yang telah mati di dalam tanah, dan sering
pula mencernakan sejumlah besar mineral tanah. Kelompok cacing ini berperan
penting dalam mencampur seresah yang ada di atas tanah dengan tanah lapisan
bawah, dan meninggalkan liang dalam tanah. Kelompok cacing ini membuang
kotorannya di dalam tanah. Kotoran cacing ini lebih kaya akan karbon dan hara
lainnya daripada tanah disekitarnya (Hairiah et al., 2004).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukannya praktikum ini
agar memberikan pemahaman kepada kita tentang hal-hal yang berkaitan
dengan filum Annelida khususnya cacing tanah.

B. Tujuan Praktikum

2
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui morfologi dan
struktur tubuh filum Annelida khususnya cacing tanah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Filum Annelida
Annelida adalah kelompok hewan dengan bentuk tubuh seperti susunan
cincin, gelang-gelang atau ruas-ruas. Istilah kata annelida berasal dari bahasa
Yunani dari kata annulus yang berarti cincin, dan oidos yang berarti bentuk.
Annelida adalah cacing dengan tubuh bersegmen, tripoblastik dengan rongga
tubuh sejati. Filum Annelida merupakan organisme yang tergolong dalam hewan
makrozoobentos yang dimana dengan adanya hewan annelida dapat diketahui
suatu perairan tercemar atau tidak tercemar (Andriana, 2008). Cacing tanah
merupakan makrofauna yang keberadaannya di dalam tanah sangat dipengaruhi
oleh tutupan lahan (Dwiastuti dan Sajidan, 2014).
Cacing tanah mempunyai banyak manfaat, diantaranya memperbaiki dan
mempertahankan struktur tanah, meningkatkan daya serap air permukaan tanah,
menyuburkan tanah, sebagai pakan bagi ikan, ternak dan hewan piaraan, serta
bahan obat, dan kosmetik (Manurung, 2008). Pada setiap segmen dari tubuh
cacing tanah terdapat alat gerak yang disebut dengan satae yaitu berwujud
seperti rambut halus, pergerakan dari satae diatur oleh otot yang dapat disebut
dengan muskulus protaktor dengan fungsi untuk mendorong keluar dan
muskulus retraktor yang memiliki fungsi untuk menarik kembali satae kedalam
rongga kembali, letak dari kedua muskulus tersebut berada pada ujung dari satae
(Ristek, 2009).
Pada segmen ketiga dalam tubuh cacing tanah terdapat pusat syaraf dan
terletak pada sebelah bawah dari faring berupa kumpulan system saraf anterior
(ganglion celebrale). Simpul syaraf vertikal dan serabutserabut syaraf, pada saraf
cacing terdapat ujung sarat yang memiliki fungsi untuk menangkap rang sangan

3
yang berupa sinar atau getaran dan selanjutnya akan dikirim ke otak. Syaraf ini
sangat sensitif terhadap cahaya, suhu, getaran, dan sentuhan (Saptono, 2011).
Filum Annelida atau yang biasa dinamakan cacing beruas, memiliki jumlah
spesies yang sangat tinggi (Finishia dkk, 2014). Cacing tanah merupakan hewan
yang tidak mempunyai tulang belakang (Invertebrata) tubuhnya tersusun atas
segmen-segmen yang berbentuk cincin (Chaeta) yaitu struktur berbentuk rambut
yang berguna untuk memegang substrat dan bergerak. Tubuh dibedakan menjadi
bagian anterior dan posterior. Pada bagian anteriornya terrdapat mulut dan
beberapa segmen yang agak menebal membentuk klitelium (Edward dan Lofty,
1997).
Hegner dan Engeman (1978) menjelaskan bahwa cacing tanah tidak
mempunyai kepala, tetapi mempunyai mulut pada ujungnya (anterior) yang
disebut prostomium. Bagian belakang mulut terdapat bagian badan yang sedikit
segmennya dinamakan klitelium yang merupakan pengembangan segmen-
segmen, biasanya mempunyai warna yang sedikit menonjol atau tidak
dibandingkan dengan bagian tubuh lain. Cacing tanah juga tidak mempunyai alat
pendengar, tetapi peka sekali terhadap sentuhan dan getaran. Cacing tanah juga
tidak mempunyai mata, tetapi peka sekali terhadap sentuhan dan getaran,
sehingga dapat mengetahui kecendrungan untuk menghindari cahaya, selain itu
cacing juga tidak mempunyai gigi.
Adapun jenis cacing tanah yang sudah diketahui di Indonesia adalah:
Pontoscolex corethrurus, Peryonix excavatus, Pheretima pusthuma, Drawida
sp., Megascolex cempii (Maftuah & Susanti, 2009; Morario, 2010). Faktor yang
mempengaruhi keragaman dan kelimpahan cacing tanah adalah iklim mikro
tanah dan sumber makanan. Perbedaan ini dapat dilihat dari karakter morfologi.
Karakter pokok cacing tanah yang bisa digunakan untuk membedakan antar
jenis antara lain: jumlah segmen, setae, prostomium, dan klitelum. Tubuh cacing
tanah tersusun atas beberapa segmen, karena itu digolongkan dalam filum
Annelida (Moore, 2001).
Cacing anggota Ordo Oligochaeta merupakan cacing yang umum dikenal
sebagai cacing tanah (earthworm) karena hidup secara terrestrial, namun ada
sebagian yang hidup secara akuatik. Cacing anggota Ordo Oligochaeta

4
mempunyai sedikit setae di tubuhnya (Edward & Lofty, 1977). Keragaman
cacing tanah pada suatu area dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang meliputi:
jenis bahan organik, pH tanah, kadar air tanah, dan suhu tanah (Ratnawati dkk,
2019).

B. Taksonomi Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)


Taksonomi dari cacing tanah (Leiden University Medical Center, 2005),
adalah sebagai berikut:
Super Kingdom : Eukaryota
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Metazoa
Filum : Annelida
Kelas : Oligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Sub Ordo : Lumbricina
Famili : Lumbricidae
Genus : Lumbricus
Spesies : Lumbricus rubellus

5
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum mengenai Annelida ini dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 23
April 2021 pukul 13.00 sampai dengan selesai. Praktikum ini dilaksanakan secara
mandiri di rumah masing-masing.

B. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu mata pisau bedah, sterofoam,
dan latex pelindung tangan. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah sampel
cacing tanah (Lumbricus rubellus).

C. Langkah Kerja
1. Letakkan sampel cacing pada sterofoam, kemudian amati gerak tubuh, dan
macam-macam pergerakkannya.
2. Amati morfologi luar tubuh sampel, catat pada lembar kerja.
3. Lakukan pembedahan pada cacing sepanjang garis medio-dorsal mulai dari
segmen dibelakang klitelium menuju ke antero sampai ke segmen pertama.
4. Amati organ reproduksi dan organ lain yang ada di ujung anterior.
5. Lanjutkan pembedahan kea rah posterior. Amati organ-organnya dan catat pada
lembar kerja.
6. Menggunakan preparat mikroskopik amati lapisan dan struktur dari dinding
tubuh sampel.
7. Amati organ apa saja yang terdapat pada soelom.
8. Amati jaringan apa saja yang menyusun dinding usus dan apa yang terjadi pada
dinding usus sebelah dorsal.
9. Amati letak jantung dan pembuluh darah pada sampel.
10. Tentukan letak ganglion dan serabut saraf-sarafnya. Lengkapi dengan gambar.

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Ciri-ciri Morfologi Luar Annelida (Referensi: Nisa, 2020)

No Bagian tubuh ke Ciri-ciri Letak pada


yang diamati segmen ke
1. Bagian-bagian yang a. Di daerah kepala a.Terletak pada
menyusun kepala: Annelida yang ada di segmen
a. Prostonium daerah depan mulut, bisa pertama di
b. Peristonium disebut daerah anterior daerah kepala.
tubuh, peka cahaya yang b. letaknya pada
dikenal sebagai titik mata segmen di
organ sensorik. bagian pertama
b. Bisa disebut lidah seperti tubuh di
segmen yang berada di daerah depan.
bagian depan
mengelilingi mulut,
berada dalam
prostonium.
2. Seta (diraba) Alat gerak berupa rambut- Terletak pada
rambut kaku disetiap ruas setiap segmen.
tersusun atas 4 pasang.
3. Klitelium Alat kopulasi atau Terletak pada
reprosuksi pada annelida segmen ke 14
dan membentuk kokon.
4. Lubang genital Pada segmen ke 15 Terletak pada
merupakan organ genital segmen ke 9 dan
jantan. 10 yang
merupakan
genital betina.
5. Lubang vesikula Kelenjar yang membungkus Terletak pada

7
seminali organ genital yang segmen 11 dan
berjumlah 3 pasang. 12
6. Lubang Sebagai tempat Terletak pada
reseptakulum disimpannya sperma. segmen ke tiga.

7. Seminalis anus Terletak pada ujung. Terletak pada


segmen terakhir.

Tabel 2. Ciri-ciri Anatomi Annelida (Referensi: Nisa, 2020)


No Bagian tubuh ke yang Ciri-ciri Letak pada
diamati segmen ke
1. Organ reproduksi a. Organ kelamin betina. a. Terletak pada
a. Ovarium b. Secara umum organ segmen ke 13
b. Testis kelamin jantan terdiri b. Terletak pada
c. Oviduk dari dua pasang testis. segmen ke 10
d. Vas deferen c. Ovarium dan 11.
e. Reseptakulum menghasilkan sel telur c. Terletak pada
seminalis (Ovum). segmen ke
f. Vesikula d. Lubang urigerital alat 14.
seminalis kelamin betina. d. Terletak pada
e. Sebagai tempat segmen ke
penyimpanan sperma. 15.
f. Terhubung dengan e. Terletak pada
kantung testis. segmen ke 3.
f. Terletak pada
segmen ke
12.
2. Amati saluran a. Terdapat pada ujung a. Terletak pada
disgeftifnya anterornya. segmen
a. Mulut b. Terdapat pada pertama.
b. Faring tenggorokan, b. Terletak pada
kerongkongan dan segmen ke 2

8
c. Esophagus sistem pencernaan. sampai 4
d. Ventrikulus c. Menghubungkan ke c. Terletak pada
e. Usus rongga mulut. segmen ke 6
f. Anus d. Merupakan lanjutan ke sampai 14.
ujung dari ventrikulus. d. Terletak pada
e. Terdapat dibagian segmen ke 17
ujung. sampai 18.
f. Terdapat di bagian e. Terletak pada
ujung. segmen ke
20.
f. Terletak pada
segmen
terakhir.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan filum annelida yaitu cacing tanah, dapat
diketahui bahwa cacing tanah tidak memiliki kaki. Memiliki kerutan (seta)
disepanjang tubuhnya yang dapat di julur kerutkan (bergerak seperti spiral). Bagian
belakangnya berfungsi sebagai penahan (jangkar). Klitelium merupakan organ
pembentukkan telur. Warna bagian punggung (dorsal) cacing adalah coklat sampai
keunguan. Warna bagian bawah (ventral) adalah krem. Pada bagian anterior
terdapat mulut tak bergigi. Pada bagian belakang (posterior) terdapat anus. Cacing
tanah bertubuh tanpa kerangka yang tersusun oleh segmen-segmen fraksi luar dan
fraksi dalam yang berhubungan secara integral. Diselaputi oleh epidermis berupa
kutikula (kulit kaku) berpigmen tipis dan seta kecuali pada segmen pertama bagian
mulut. Ciri umum yang tergolong filum annelida yaitu (Pratama, 2014):
1. Alat gerak cacing giling yaitu kontraksi otot tubuh dan setae (rambut kaku)
pada tiap segmen (Polygochaeta dan Olygochaeta).
2. Triloblastis.
3. Tiap segmen dipisahkan oleh septa.
4. Tubuh ditutupi oleh kutikula fleksibel.
5. Memiliki seta, keras, seperti kitin.

9
6. Punya parapodia.
7. Respirasi, epidermis permukaan kulit (difusi) dan insang (pada polychaeta).
8. Saluran pencernaan lengkap (mulut, usus, anus).
9. Reproduksi: seksual / generative: konjugasi, aseksual / vegetative:
fragmentasi atau regenerasi.
10. Ekskresi: nefridia (nephridios = ginjal).
11. Saraf dan indera: saraf tangga tali (ganglion berderet berpasangan) statosida
indra keseimbangan, peka terhadap cahaya.
12. Sirkulasi: perdaran darah tertutup.
13. Bentuknya gilik dan memanjang.
14. Tersusun atas ruas-ruas atau segmen.
15. Tergolong triploblastic selomata.
16. Hidupnya diperairan dan parasite.
17. Annelida mempunyai kepala.
18. Tiap segmen mengandung alat pengeluaran, reproduksi, saraf.
19. Tiap segmen yang sama disebut matameri.
20. Sistem saraf tangga tali.
21. Sistem sirkulasi terbuka (darah beredar melalui pembuluh darah yang tidak
seluruhnya terhubung).
Habitat cacing tanah pada pengamatan ketika pengambilan sampel yaitu tanah
yang lembab, dibawah kayu-kayu lapuk.

C. Diskusi
Klitelium pada cacing giling terletak pada segmen ke 14-16. Fungsi klitellium
adalah sebagai organ kelamin sekunder pada cacing tanah mensekresikan lender
yang berguna untuk menyelubungi pelekatan cacing pertama dengan pasangannya,
melindungi dan melancarkan jalannya spermatozoa pada saat kopulasi serta
membentuk dinding kokon (Palungkun, 1999). Tubuh annelida terbentuk dari
beberapa bagian yang sama, atau segmen yang dipisahkan secara eksternal oleh
kerut dan secara internal oleh septa (sekat). Cacing tanah menunjukkan rencana
tubuh tabung dalam tabung, secara eksternal tersegmentasi dengan segmentasi

10
internal yang sesuai, dan biasanya memiliki satae pada semua segmen (Edwards,
1977).
Pada cacing yang tidak mempunyai sistem rangka, pergerakan hanya diatur
oleh sistem saraf berupa tangga tali yang terdiri dari sepasang ganglion otak di
bagian anterior tubuh. Kedua ganglia ini dihubungkan oleh serabut-serabut saraf
melintang dan dari masing-masing ganglion membentuk tangga tali saraf yang
memanjang ke arah posterior. Kedua tali saraf ini bercabang-cabang ke seluruh
tubuh (Basarah, 2018).
Disamping sistem saraf, sistem lain yang memegang peranan pada pergerakan
cacing adalah sistem otot yang terdiri dari otot longitudinal dan otot transversal.
Pada saat pergerakan terjadi koordinasi antara saraf dengan otot. Dimana otot
longitudinal dan otot sirkular berkontraksi dan berelaksasi secara bergantian. Pada
saat otot longitudinal berkontraksi dan otot sirkular relaksasi pada beberapa
segmen, segmen-segmen tersebut akan memendek dan mengembung. Sebaliknya,
pada saat otot longitudinal berelaksasi dan otot sirkular relaksasi pada beberapa
segmen, segmen-segmen tersebut akan memanjang dan rongga tubuh akan menjadi
sempit (Putra, 2021).
Dikutip dari hewan.mitalom.com, cacing tanah umumnya memakan bahan-
bahan organic yang ada di dalam tanah, serasah daun, sampah organic, dan materi
tumbuhan yang telah mati. Kemampuan cacing tanah dalam mengonsumsi sampah
tergantung pada ketersediaan jenis sampah yang disukainya dan kandungan karbon
serta nitrogen pada sampah. Populasi cacing tanah sangat erat hubungannya dengan
keadaan lingkungan dimana cacing itu berada. Lingkungan yang disebut adalah
totalitas kondisi-kondisi fisik, kimia, biotik dan makanan yang secara bersama-
sama dapat mempengaruhi populasi cacing tanah (Satchell, 1967). Faktor-faktor
yang mempengaruhi populasi cacing tanah adalah kelembaban, suhu, ph, tanah,
serta vegetasi.
Cacing tanah yang hidup dan makan didalam tanah, makanannya yaitu bahan
organic termasuk akar-akar yang telah mati di dalam tanah, dan sering pula
mencernakan sejumlah besar mineral tanah. Kelompok cacing ini berperan penting
dalam mencampur seresah yang ada di atas tanah dengan tanah lapisan bawah, dan
meninggalkan liang dalam tanah. Kelompok cacing ini membuang kotorannya di

11
dalam tanah. Kotoran cacing ini lebih kaya karbon dan hara lainnya daripada tanah
disekitarnya (Hairiah et al., 2004).
Suin (1982) menyatakan bahwa tanah dengan vegetasi dasarnya rapat, cacing
tanah akan banyak ditemukan, karena fisik tanah lebih baik dan sumber makanan
yang lebih banyak dijumpai berupa seresah. Menurut Edward & Lofty (1997) factor
makanan, baik jenis maupun kuantitas vegatasi yang tersedia di suatu habitat sangat
menentukan keanekaragaman spesies dan kerapatan populasi cacing tanah di
habitat tersebut. Pada umumnya cacing tanah lebih menyukai yang berbentuk
jarum. Selanjutnya dijelaskan bahwa cacing tanah menyukai daun yang tidak
mengandung tanin.
Pada cacing tanah ada lipatan punggung usus yang membentang di sepanjang
sebagian besar panjangnya, secara efektif membentuk tabung di dalam tabung, dan
mengingkatkan area penyerapan dengan permukaan bagian dalamnya. Dungsinya
untuk meningkatkan luas permukaan usus agar penyerapan nutrisi yang dapat
digunakan lebih efisien (Harisson, 2019).
Alat respirasi cacing adalah menggunakan kulit. Proses respirasi cacing dapat
terjadi karea pada permukaan kulit cacing terdapat lapisan tipis yang disebut
kutikula. Kutikula ini selalu lembab dan basah sehingga kulit cacing selalu lembab
dan basah. Lapisan ini bisa menyerap udara (oksigen) di dalam tanah sehingga
masuk ke pembuluh darah cacing. Setelah masuk ke pembuluh darah, oksigen pun
diedarkan ke seluruh tubuh. Habitat cacing umumnya di tempat yang basah, untuk
menjaga kulitnya agar tetap lembab dan basah (Rahmalia, 2020).
Cacing tanah memiliki alat ekskresi khusus yang terdapat pada setiapa segmen
tubuhnya. alat ekskresi ini dinamakan nefridium. Pada setiap segmen tubuh cacing
tanah terdapat sepasang nefridium. Hanya tiga segmen pertama dan segmen
terakhir saja yang tidak terdapat sepasang nefridium. Nefridium dilengkapi corong
bersilia dan terbuka yang terletak pada sekat pemisah antar segmen tubuh. Alat ini
disebut nefrostom. Nefrostom berfungsi sebagai penarik cairan tubuh dari satu
segmen ke segmen lainnya. Sementara, sisa metabolism akan dikeluarkan melalui
sebuah lubang yang disebut nefridiopori. Saat silia pada nefrostom bergetar, cairan
tubuh dari segmen di sebelahnya akan mengalir ke dalam nefridium. Pada
nefridium ini, zat berguna seperti glukosa dan ion-ion diserap oleh darah untuk

12
dialirkan melalui pembuluh kapiler. Sedangkan zat sisa seperti air, senyawa
nitrogen dan garam yang tidak berguna oleh tubuh dikeluarkan melalui nefridiopori
(Rochmah dkk, 2009).
Cacing tanah menyerap oksigen melalui seluruh permukaan tubuhnya. Oksigen
tersebut masuk ke dalam pembuluh darah kapiler. Selanjutnya, oksigen akan
diangkut oleh darah melalui pembuluh darah punggung. Ke dalam pembuluh
punggung juga masuk pembuluh darah dari usus yang kaya zat-zat makanan.
Selanjutnya, darah dari pembuluh punggung menuju lengkung aorta. Lengkung
aorta berdenyut berfungsi sebagai jantung. Dari lengkung aorta, darah mengalir ke
tubuh bagian depan dan bagian belakang melalui pembuluh perut. Dari pembuluh
perut, darah melalui kapiler, kemudian masuk ke pembuluh punggung. Selanjutnya
darah mengalir ke lengkung aorta. Darah pada cacing tanah beredar di dalam
pembuluh, oleh sebab itu disebut peredaran darah tertutup (Suartini, 2016).
Factor lingkungan yang mempengaruhi respon cacing tanah yaitu keasaman
tanah, kelengasan tanah, temperature, aerasi dan CO2, bahan organic, jenis tanah,
dan suplai pakan. Menurut Anas (1990) percobaan Satchell (1955) membuktikan
bahwa cacing tanah A. Chlorotica ditempatkan pada tanah masam (pH 4.0 : 4, 1;
dan 4.4) cacing tanah segera memperlihatkan reaksi untuk menghindar yang hebat,
menggulung-gulung dan berputar-putar, menggelepar-gelepar dan mengeluarkan
cairan dari lubang dorsalnya. Sekitar 75 – 90% bobot cacing tanah adalah air
sehingga dehidrasi (pengeringan) merupakan hal yang sangat menentukan bagi
cacing tanah (Yuwafi, 2016). Cacing tanah memiliki organ sensorik yang
berkembang baik dan memiliki struktur sederhna. Struktur organ tersebut terdiri
dari sel tunggal atau kelompok khusus terdapat pada sel ectodermal. Terdapat tiga
tipe organ sensorik pada cacing tanah, yaitu reseptor epidermal, reseptor buccal
yang terdapat pada rongga mulut dan reseptor cahaya (Susilowati dan Rahayu,
2007).
Cacing tanah adalah hewan hermafrodit yaitu organ kelamin jantan dan betina
terletak dalam satu individu. Tetapi, walaupun cacing tanah adalah hewan
hermafrodit, cacing tanah tidak bisa melakukan fertilasi sendiri, cacing tanah
memerlukan pasangan untuk pertukaran sperma. Hal ini disebabkan karena sel
sperma dan sel telur matang tidak pada waktu yang bersamaan (Zahro, 2021).

13
Aktifitas cacing tanah dapat mengubah struktur tanah, aliran air tanah,
dinamika hara dan pertumbuhan tanaman, keberadaannya tidak penting bagi sistem
tanah yang sehat tetapi merupakan bioindikator dari tanah yang sehat sehingga
cacing tanah ini mempunyai fungsi menguntungkan bagi ekosistem (Handayanto
dan Kohiriah, 2007). Potensi dan peran cacing tanah sangat bermanfaat terhadap
kesuburan tanah yaitu untuk manfaat biologi berperan dalam mengubah bahan
organic menjadi humus hal ini dilakukan melalui aktivitas cacing tanah dengan
membawa bahan organic kebagian bawah tanah (Dwiastuti, 2015).

14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan Praktikum ini dapat disimpulkan bahwa annelida adalah
kelompok hewan dengan bentuk tubuh seperti susunan cincin, gelang-gelang
atau ruas-ruas. Cacing tanah, tidak memiliki kaki. Memiliki kerutan (seta)
disepanjang tubuhnya yang dapat di julur kerutkan (bergerak seperti spiral).
Bagian belakangnya berfungsi sebagai penahan (jangkar). Klitelium merupakan
organ pembentukkan telur. Warna bagian punggung (dorsal) cacing adalah
coklat sampai keunguan. Warna bagian bawah (ventral) adalah krem. Pada
bagian anterior terdapat mulut tak bergigi. Pada bagian belakang (posterior)
terdapat anus. Cacing tanah bertubuh tanpa kerangka yang tersusun oleh
segmen-segmen fraksi luar dan fraksi dalam yang berhubungan secara integral.
Diselaputi oleh epidermis berupa kutikula (kulit kaku) berpigmen tipis dan seta
kecuali pada segmen pertama bagian mulut.

B. Saran
Agar jalannya praktikum dapat terlaksana dengan baik, sebaiknya kita
memperbanyak pemahaman tentang materi yang akan di praktikkan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Andriana, Wilda. 2008. Keterkaitan Struktur Komunitas Makrozoobenthos Sebagai


Indikator Keberadaan Bahan Organik Di Perairan Hulu Sungai Cisadane Bogor,
Jawa Barat" (Skripsi. IPB) Bogor.

Basarah, Arif Rubiana. 2018. Phylum Annelida. Surabaya: Universitas Airlangga.

Dwiastuti, Sri dan Sajidan. 2014. Kontribusi Naungan Pohon terhadap Kepadatan
Cacing Tanah, Bioedukasi, Vol 7, No. 2, 43-46.

Edward, C.H & J.R. lofty. 1977. Biology of Earthworm. London. Chapman and Hall.
pp. 77-221.

Finishia, Tiara., Riniatsih, Ita dan Endrawati, Hadi. (2014). STRUKTUR


KOMUNITAS POLYCHAETA PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN
ALAMI DAN BUATAN DI PERAIRAN PANTAI PRAWEAN
BANDENGAN, JEPARA, Journal Of Marine Research, Vol 3, No. 4, 483-491.

Hairiah, K., Widianto, Suprayoga, D., Widodo, R. H., Purnomosidi, P., Rahayu, S., dan
Noordwijk, V. 2004. Ketebalan Seresah Sebagai Indikator Daerah Aliran Sungai
(DAS) Sehat. World Agroforestry Centre (ICRAF). Malang: Unibraw.

Hegner, R.W. & J.G Engeman. 1978. Invertebrate Zoology. Mac Milan. NewYork. pp.
616.

Maftuah, E. & Susanti, M.A. 2008. Komunitas Cacing Tanah pada Beberapa
Penggunaan Lahan Gambut di Kalimantan Tengah. Berita Biologi, 9(4):371-
377.

Moore, J. 2001. An Introduction to the Invertebrates. Cambridge University Press.


Cambridge UK. Hal 110-123.

Palungkun. 1999. Sukses Beternak Cacing Tanah (Lumbricus rubellus). Jakarta:


Penebar Swadaya.

Pratama, Oktaviani. 2014. Annelida. Diakses pada tanggal 28 April 2021 dari
oktavianipratama.com.

Putra, adit. 2021. Analisis Sistem Gerak Cacing. Yogyakarta: Muhammadiyah


University of Yogyakarta.

Ratnawati, Sita., Handayani, Niken S N dan Trijoko. (2019). Keragaman Jenis Cacing
Tanah di Kebun Biologi Universitas Gajah Mada, Jurnal Biologi Universitas
Andalas, Vol 7, No. 2, 126-135.
Suartini, Ni made. (2019). SISTEM SIRKULASI INVERTEBRATA. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam: Universitas Udayana.
Yuwafi, Hamdan. (2016). KEPADATAN CACING TANAH DI PERKEBUNAN KOPI
PTPN XII BANGELAN KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN
MALANG. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi: Universitas Islam Negeri
Maulana Malik.
LAMPIRAN

Gambar morfologi cacing tanah.

Gambar morfologi cacing tanah.


Literatur morfologi cacing tanah.

Cacing tanah

Anda mungkin juga menyukai