Anda di halaman 1dari 60

MAKALAH

BIOLOGI DAN EKOLOGI INVERTEBRATA LAUT,


MANFAAT SERTA PERANANNYA BAGI EKOSISTEM
PERAIRAN LAUT DAN MANUSIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah:


“Biologi Laut”
Dosen Pengampu: Arif Mustakim, M.Si.

Disusun oleh:
Kelompok 6 TBIO 6AK
1. Evi Citasari (12208173062)
2. Eka Saputri (12208173107)
3. Ulfu Rosyidi (12208173126)
4. Moh. Nursyamsudin (12208173129)
5. Ela Fitrotul Umami (12208173134)

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
MEI 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas


segala karunianya sehingga makalah yang berjudul “Biologi dan Ekologi
Invertebrata Laut, Manfaat serta Peranannya pada Ekosistem Perairan Laut dan
Manusia” dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa abadi
tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallahu alaihi wa sallam dan seluruh
umatnya.

Sehubungan dengan selesainya penulisan makalah ini, maka penulis ingin


mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Maftukin, M.Ag., selaku Rektor Institut Agama Islam


Negeri Tulungagung.

2. Ibu Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Tulungagung.

3. Ibu Dr. Eny Setyowati, S.Pd., M.M., selaku Ketua Jurusan Tadris
Biologi.

4. Bapak Arif Mustakim, M.Si., selaku Pembimbing dan Dosen Pengampu


Matakuliah Biologi Laut.

5. Semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya makalah ini.

Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah


Subhanahu wa Ta’ala dan tercatat sebagai amal shalih. Tak ada yang bisa penulis
berikan selain do’a dan terima kasih yang tulus kepada yang bersangkutan. Namun,
tidak lupa juga masukan, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh
penulis. Penulis sangat berharap bahwa laporan penelitian ini akan sangat
bermanfaat dan menambah pengetahuan serta wawasan bagi kita semua.

Tulungagung, Mei 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ...........................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Biologi dan Ekologi Filum Arthropoda........................................................3


B. Biologi dan Ekologi Filum Molluska..........................................................18
C. Biologi dan Ekologi Filum Echinodermata.................................................24
D. Biologi dan Ekologi Cacing Laut................................................................27
E. Biologi dan Ekologi Filum Cnidaria...........................................................28
F. Biologi dan Ekologi Filum Porifera............................................................46
G. Manfaat dan Peranan Invertebrata Laut bagi Ekosistem Perairan Laut ......49
H. Manfaat dan Peranan Invertebrata Laut bagi Manusia................................51

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................52
B. Saran...........................................................................................................53

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keanekaragaman makhluk hidup di dunia ini sangat beragam dan
memiliki ciri khasnya masing-masing salah satunya adalah
keanekaragaman hewan. Berdasarkan ada tidaknya tulang belakang, hewan
dibagi menjadi dua kelompok yaitu vertebrata dan invertebrata. Invertebrata
ini juga sering disebut dengan avertebrata.
Invertebrata adalah organisme yang paling melimpah di bumi.
Mereka menempati hampir semua habitat. Mereka dapat ditemukan
merayap, terbang atau mengambang. Invertebrata merupakan hewan yang
tidak mempunyai tulang belakang. Beberapa jenisnya memiliki badan yang
lunak dan ada juga yang mempunyai kulit keras untuk sebagai pelindung
badan. Hewan invertebrata mempunyai ukuran yang kecil karena tidak
mempunyai struktur yang begitu kompleks dalam tubuhnya.
Invertebrata adalah hewan yang memiliki struktur morfologi dan
anatomi yang lebih sederhana dibandingkan kelompok hewan vertebrata.
Susunan syaraf hewan invertebrata terletak di bagian ventral (perut)
dibawah saluran pencernaan. Secara garis besar lingkungan hewan
anvertebrata air dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan air tawar dan air laut.
Hewan invertebrata ini dikelompokkan menjadi 9 (delapan)
kelompok filum yaitu, Protozoa, hewan dengan kaki beruas-ruas
(Arthropoda), hewan lunak (Molluska), cacing berbuku-buku (Annelida),
cacing pipih (Plathyelminthes), cacing gilig (Nemathelminthes), hewan
penyengat (Cnidaria) dan hewan berpori (Porifera), dan hewan berduri
(Echinodermata).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biologi dan ekologi filum Arthropoda ?
2. Bagaimana bilogi dan ekologi filum Molluska ?
3. Bagaimana biologi dan ekologi filum Echinodermata ?
4. Bagaimana biologi dan ekologi Cacing Laut ?
5. Bagaimana biologi dan ekologi filum Cnidaria ?

1
6. Bagaimana biologi dan Ekologi filum Porifera ?
7. Bagaimana manfaat serta peranan invertebrata laut bagi ekosistem
perairan laut ?
8. Bagaimana manfaat serta peranan invertebrata laut bagi manusia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui biologi dan ekologi filum Arthropoda.
2. Untuk mengetahui biologi dan ekologi filum Molluska.
3. Untuk mengetahui biologi dan ekologi filum Echinodermarta.
4. Untuk mengetahui biologi dan ekologi Cacing Laut.
5. Untuk mengetahui biologi dan ekologi Cnidaria.
6. Untuk mengetahui biologi dan ekologi filum Porifera.
7. Untuk mengetahui manfaat serta peranan invertebrata laut bagi
ekosistem perairan laut.
8. Untuk mengetahui manfaat serta peranan invertebrata laut bagi manusia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Arthropoda
Arthropoda merupakan filum terbesar dalam dunia Animalia yang
mencakup serangga, laba-laba, udang, lipan, kaki seribu dan hewan mirip
lainnya. Arthropoda adalah kelompok hewan beruas-ruas, bersendi atau
bersegmen. Arthropoda satu sama lain dapat dibedakan berdasarkan
anggota tubuh, jumlah alat gerak dan jenis organ pernafasan. Arthropoda
termasuk hewan paling dominan (dari segi jumlah) diantara anggota-
anggota kelompok hewan lainnya.
1. Karakteristik Arthropoda

Arthropoda berasal dari bahasa Yunani yaitu arthro berarti “ruas”


dan podos yang berarti “kaki”. Jadi, arthropoda berarti hewan yang
kakinya beruas-ruas. Organisme yang tergolong filum arthropoda
memiliki kaki yang berbuku-buku. Hewan ini memiliki jumlah spesies
yang saat ini telah diketahui sekitar 900.000 spesies.1

1
Susilawati Desy, Keanekaragaman dan Kemelimpahan Arthropoda Permukaan Tanah
Pada Kebun Mentimun (Cucumis sativus L.) yang dirawat dan tidak dirawat di Desa UPT

3
Karakteristik utamanya ialah memiliki tubuh beruas-ruas dengan
sepasang kaki disetiap ruas tubuhnya, ruas-ruas tersebut biasanya
dikelompokkan menjadi dua atau tiga daerah yang agak jelas.2 Bentuk
tubuh arthropoda adalah simetri bilateral dan memiliki rangka luar
berkitin yang mengelupas dan diperbaharui secara periodik. Arthropoda
memiliki sistem peredaran darah terbuka dengan pembuluh darah
berbentuk tabung yang terletak di sebelah dorsal saluran pencernaan
dengan lubang-lubang lateral di daerah abdomen. Untuk sistem
eksresinya, berupa pembuluh malphigi dimana bahan-bahan yang
diekskresikan dikeluarkan dari tubuh melalui anus. Sistem sarafnya
terdiri dari ganglion anterior atau otak, sepasang penghubung dan saraf-
saraf berganglion yang saling berpasangan.
Secara umum, karakteristik Filum Arthropoda laut sebagai
berikut:
a. Tubuh tersusun atas segmentasi luar (heteronom). Terdiri atas
tiga bagian kepala (chepalo), dada (toraks) dan perut
(abdomen).
b. Tubuh simetri bilateral. Bagian tubuhnya berpasangan yaitu
kaki, capit dan sistem pernafasan.
c. Memiliki susunan saraf tangga tali dengan ganglion cerebrale
dan gangliaabdominalia.
d. Satu pembuluh darah punggung yang berfungsi sebagai
jantung/cor, memompa darah kearah anterior.
e. Memiliki rangka luar (eksoskeleton) untuk melindungi organ-
organ dalam, mencegah dehidrasi dan membantu dalam
pergerakan.
f. Memiliki appendage yang menyatu (jointed appendages)
untuk menggerakkan kaki, organ mulut dan capit sekalipin
tubuhnya tertutupi oleh eksoskeleton.

Sawahan Kecamatan Cerbon Kabupaten Barito Kuala, Skripsi, Banjarmasin: STKIP-PGRI, 2012.
h. 06.
2
Gracemetarini A. “Keanekaragaman Jenis Arthropoda dari Hasil Koleksi Metode
Canopy Knockdown di Hutan Alami Gunung Tangkuban Perahu”, Skripsi, Bandung: ITB, 2003.
h. 05.

4
g. Memiliki sejumah organ luar (limbs), sejumlah pasang kaki,
beberapa berukuran kecil atau besar sedangkan lainnya
berukuran besar dan adapula yang termodifikasi menjadi
capit.

Arthropoda memiliki gender terpisah, fertilisasi terjadi secara


internal, dan bersifat ovivar. Perkembangan individu baru terjadi secara
langsung atau melalui larva. Pembagian tubuh pada arthropoda
menunggu seperti annelida yang memiliki dinding tubuh yang berotot
dan tubuh tidak terbagi menjadi daerahtertentu, pada Crustacea,
Insecta, Chilopoda, dan Tubuh diplopod dibedakan menjadi tiga daerah
yang jelas yaitu kepala dada dan perut atau kepala dan dada yang
bergabung menjadi sefalotoraks.

2. Sistem reproduksi Aarthropoda


Sebagian Arthropoda bereproduksi secara seksual,akan tetapi ada
juga yang hermafrodit dan melakukan parthenogenesis dimana sel telur
fertile dihasilkan tanpa perkawinan. Fertilisasi pada Arthropoda air dapat
bervariasi bergantung spesiesnya, ada yang melakukan fertilisasi eksternal,
da nada juga melakukan fertilisasi internal. Namun pada Arthropoda darat,

5
fertilisasi umumnya terjadi secara internal. Mereka menggunakan organ
pelengkap yang dimodifikasi untuk melakukan pengiriman sperma ke
individu betina. Sistem reproduksi pada kelas Insecta berupa: alat
reproduksi jantan terdiri dari dua buah testes tampat dimana spermatozoa
berkembang. Masing-masing testes dihubungkan oleh vas deferens yang
akan bersatu membentuk saluran ejakulasi yang terbuka ke permukaan
dorsal dari bagian subgenital. Sedangkan alat reproduksi betina terdiri dari
dua buah ovarium yang terdiri dari sejumlah tabungtabung telur yang
disebut ovarioles. Ovarioles-ovarioles ini pada bagian belakang melekat
pada oviduk (saluran telur).dua buah oviduk di bagian dasar akan bersatu
membentuk vagina pendek, diteruskan ke lubang genital yang terdapat di
antara ovipositor di bagian ujung dari pada perut. Di daerah vagina terdapat
seminal reseptakel yang akan menerima sperma ketika terjadi perkawinan
dan dilepaskan jika sel telur dibuahi
Pada udang jantan, dua pasangan kaki renang (pleopod) yang paling
depan bermodifikasi menjadi gonopod, organ ini berfungsi menyalurkan
sperma ketika berkawin. Pasangan pleopod pada udang betinyanya selain
berfungsi untuk berenang, juga untuk tempat melekatnya telur-telur yang
telah dibuahi sebelum menetas menjadi larva (benur).3
3. Klasifikasi Arthropoda
Kelas Crustaceae
Crustacea filum Arthropoda adalah hewan akuatik yang terdapat di air
laut dan di air tawar. Crustacea berasal dari bahasa latin yaitu crusta atau
cangkang keras. Crustacea memiliki cangkang yang keras disebabkan
adanya endapan kalsium karbonat pada kutikula. Spesies dari Crustacea air
tawar dibagi menjadi dua kategori yang berbeda yaitu spesies yang hanya
ditemukan pada di air tawar dan spesies yang dapat berpindah dari air tawar,
air payau bahkan asin. Crustacea air tawar yang sering ditemui adalah
kepiting dan udang air tawar. Crustacea ordo Decopoda dominan ditemukan
di perairan dangkal dan dapat pula ditemukan di daerah dengan salinitas

3
Drs. Sundowo herminto, m.sc. dan drs. Wisnu wardhana, m.si, modul dasar klasifikasi
hwean avertebrata.

6
rendah dan air tawar. Seperti Arthropoda lainnya, Crustacea memiliki tali
saraf ventral, yang terhubung dengan semua anggota badan, eksoskeleton
ditandai dengan segmen pada tubuh yang sering disebut tagmata.4
a. Kepiting
Berikut ini merupakan karak teristik umum dari kepiting. Kepiting
merupakan anggota dari Ordo Decapoda sehingga tampak pada gambar
di bawahi ni, kaki kepiting berjumlah 10 (lima pasang).

4
Novese Tantri, Crustacea Air Tawar (Decapoda: Brachyura Dan Caridea) Di
Kabupaten Sintang Kalimantan Barat, Bogor, Institut Pertanian Bogor, 2016.

7
Berikut ini adalah deskripsi beberapa kepiting sebagai berikut:

1) Famili Homolida
Kepiting ini merupakan Penghuni laut dalam. Karapaksnya
longitudinal rectangular. Permukaan carapace kasar (granulose)
hingga halus (spinose), seluruh segmen perut jantan (abdominal
segments) terpisah dan dapat digerakkan. Selain itu, ciri khas
kepiting ini yaitu membawa spon dipunggungnya. Habitatnya

diperairan dalam hingga mencapai 200 meter.


2) Famili Dromiidae
Karapaks sirkular hingga heksagonal, permukaan karapaks agak
cembung hingga sangat cembung longitudinal dan transversal,
permukaan halus dan kasar (granule). Kepiting jenis ini juga
membawa spons atau tunikata pada punggungnya sebagai
mekanisme kamuflase. Seluruh segmen perutnya terlihat nyata
dan dapat digerakkan. Habitatnya didasar perairan, umumnya
ditemukan didalam atau disekitar karang yang memiliki substrat
halus. Kepiting ini pemakan segala (omnivora) antara lain
bintang laut (Asteroidea).

8
3) Famili Raninidae
Karapaknya berbentuk ovate longitudinal, permukaan karapaks
halus hingga sangat kasar. Seluruh segmen perut terlihat nyata
dan dapat digerakkan. Kaki jalan ke lima berbentuk menyerupai
kaki dayung. Habitatnya menggali membuat benteng pertahanan
pada substrat yang halus dan umumnya ditemukan pada perairan
yang dangkal. Makanannya berupa berbagai jenis cacing dan
moluska lunak.

9
4) Famili Calappidae
Karapaks berbentuk sirkular (circular) atau ovate hingga ovate
transversal atau subovate. Abdominal segmen jantan yang ketiga
hingga kelima menyatu sangat nyata. Capit kanan memiliki gigi
yang unik. Habitatnya dengan cara menggali substrat yang halus
maupun lumpur.

5) Famili Xanthidae
Karapaks berbentuk heksagonal, heksagonal transversal hingga
ovate transversal ovate terkadang circular, permukaan umumnya
kasar. Segmen perut ke 3 hingga ke 5 tidak dapat digerakkan,
menyatu sebagian maupun seluruhnya. Habitatnya sangat
bervariasi di dasar perairan.

10
b. Lobster
Lobster diklasifikasikan menjadi dua Infra order berdasarkan bentuk
pasangan kaki pertama. Infra ordo Astaciea merupakan lobster yang
memiliki capit, sedangkan Infra ordo Palinura merupakan lobster yang
memiliki duri. Karakteristik umum lobster sebagai berikut:
1) Tubuhnya datar atau plat dan memiliki ekor kipas.
2) Semua lobster memiliki karapaks yang keras.
3) Lobster memiliki 10 pasang kaki, seperti anggota ordo Decapoda
lainnya dan pasangan kaki pertama termodifikasi menjadi capit atau
duri.
4) Memiliki mata bertangkai yang menonjol keluar dari depan
karapaks.
5) Memiliki dua pasang antena. Pasangan pertama lebih pendek dan
ramping disbanding pasangan antenna kedua serta memiliki dua
filament sensor, sedangkan pasangan antena kedua dapat berukuran
lebih panjang dari tubuh lobster dan hanya memiliki satu filament
sensor.
6) Lobster terkecil dari Family Scyllaridae hanya berukuran sekitar
2.5cm sedangkan yang paling besar adalah American lobster,

11
Homarus americanus dengan panjang sekitar 60cm dan mencapai
berat hingga 22 kg.
7) Pergerakan lobster menggunakan kaki untuk berjalan atau
merangkak pada permukaan substrat. Lobster juga memiliki
mekanisme khusus dengan mengibaskan ekornya (Uropod) untuk
lari dari predator.
8) Lobster merupakan tipe scavenger dan omnivore yang makanannya
berupa ikan ikan, moluska, kepiting, bulu babi, bintang laut, bahkan
sesame lobster.
9) Lobster baik jantan maupun betina, lobster betina hanya dapat
melakukan f ertilisasi bilamana lobster tersebut baru saja mengalami
moulting. Betina memilih pasangannya dan bergerak menuju tempat
perlindungan sekitar satu minggu sebelum melakukan moulting.
Setelah moulting, betina dan jantan akan bersama pada tempat
tersebut sampai karapaksnya keras kembali. Telur-telur diletakkan
pada pleopod yang dengan ekornya. Betina tidak akan melakukan
moulting bila mana masih mengerami telur-telurnya sampai telur-
telur tersebut menetas, sekitar 11 bulan. Masa hidupnya dapat
mencapai 100 tahun.
10) Respirasi dengan cara menggunakan insang yang berkembang
sampai dinding tubuhnya dan berada disekitar segmen dada. Jumlah
insang tergantung spesies misalnya Homarus americanus memiliki
20 insang pada setiap sisi tubuhnya.
11) Distribusinya mulai dari perairan subtropics sampai tropis diseluruh
dunia, dari perairan intertidal hingga kedalaman laut. Habitatnya
berada pada lubang lubang dan celah-celah batu di dasar atau
disekitar karang.

Karapaks lobster keras dan harus diganti untuk memungkinkan lobster


untuk tumbuh. Proses pelepasan karapaks yang lama disebut sebagai ekdisis
dan keseluruhan proses dinamakan moulting.

Berikut ini deskripsi dari beberapa famili yang umum pada lobster

12
1) Family Enoplometopidae

2) Family Thaumastochelidae

13
3) Family Synaxidae

4. Family Palinuridae

14
5. Family Scyllaridae

Perbedaan lobster dan udang

Lobster dan udang secara umum memilki karakteristik yang sama,


tetapi terdapat perbedaan yang mendasar selain perbedaan ukuran. Berikut
ini perbedaan lobster dan udang:

Karakter yang membedakan antara lobster dan udang

karakter Lobster Udang


Bentuk Dorsoventrally Laterally compressed
Depressed
Tubuh Ekor kipas Non ekor kipas
Telson Lebar Runcing
Pleopod Pendek Panjang
pleuron Kecil besar

15
c. Udang
Karakteristik udang baik secara morfologi maupun fisiologi menyerupai
lobster. Berikut ini karakteristik morfologi dari udang.5

5
Ade Yamindago, S. Kel, MP., M. Sc, FiLum Arthropod, Malang, Universitas Brawijaya,
2013.

16
17
B. Mollusca
1. Definisi Mollusca
Mollusca berasal dari bahasa Romawi molis yang berarti lunak.6
Filum Mollusca meliputi keong, kerang, cumi-cumi, gurita dan sotong.
Bentuknya simetri bilateral, tidak beruas, diantaranya mempunyai
cangkang dari kapur dan mempunyai kaki ventral. Pada keong, kaki ini
biasanya digunakan untuk mengeduk melalui dasar lumpur dan pada
cumi-cumi untuk menangkap mangsa.7 Mollusca memiliki alat
pencernaan sempurna dan di dalam rongga mulut terdapat radula,
kecuali pelecypoda. Radula terdiri atas tulang muda yang disebut
odontophore. Di atas odontophore terdapat pita radula yang berisi
beberapa baris gigi khitin kecil-kecil dengan ujung mengarah ke
belakang.
Mulut berhubungan dengan esofagos, perut dan usus yang
melingkar. Anus terletak pada tepi dorsal rongga mantel di bagian
posterior. Sisa pencernaan berbentuk pelet yang padat, sehingga rongga
mantel dan insang tidak tercemar oleh buangan tersebut.
Jantung mollusca terdiri atas dua serambi (auricle) dan sebuah bilik
(ventricle), terdapat dalam rongga perikardium. Bilik memompa darah
ke aorta, beberapa arteri dan menuju sinus dalam organ atau jaringan.
Peredaran darah terbuka, artinya darah tidak melalui pembuluh darah,
tetapi melalui sinus darah yaitu rongga di antara sel-sel dalam organ.
Pernafasan pada mollusca dilakukan dengan menggunakan insang atau
paru-paru, mantel atau oleh bagian epidermis. Alat ekskresi berupa
ginjal yang disebut nefridia. Sistem saraf tipikal terdiri atas tiga pasang

6
Sugiarti Suwignyo, dkk, Avertebrata Air, Jilid I (Cet. I; Jakarta: Penebar Swadaya,
2005), h. 123
7
Kasijan Romimohtarto dan Sri Juwana, Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan tentang Biota
Laut, Edisi Revisi (Cet. III; Jakarta: Djambatan, 2007), h. 173

18
ganglion yaitu ganglion cerebral, ganglion visceral, dan ganglion pedal
yang ketiganya dihubungkan oleh tali-tali saraf longitudinal.8

2. Sistem reproduksi Mollusca


Alat reproduksi mollusca umumnya terpisah, beberapa jenis
hermafrodit, sedikit yang protandrik, yakni sel kelamin jantan masak
dan ditebar lebih dahulu sebelum sel kelamin betina masak, gonad dua
atau satu, dengan saluran, fertilisasi eksternal atau internal, kebanyakan
ovipar, pembelahan telur tertentu (determinate), tak sama, dan total, atau
(pada chepalopoda, diskoidal), larva veliger (trochophore), atau stadia
parasit (unionidae), atau perkembangan langsung (Pulmonata,
Chepalopoda), tak ada perkembangbiakan seksual.9 Alat indera
mollusca terletak dalam rongga mantel yang disebut osphradium, yang
berfungsi sebagai chemoreceptor dan juga mendeteksi jumlah sedimen
yang terbawa aliran air masuk. Selain osphradia, alat indera pada

8
Adun Rusyana,Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktek) (Cet. III; Bandung: Alfabeta, 2013), h.
8
9
Kasijan Romimohtarto dan Sri Juwana, Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut, h.
175-176,

19
mollusca ialah mata dan statocyst. Mollusca hidup sejak periode
Cambrian, terdapat lebih dari 100.000 spesies hidup dan 35.000 spesies
fosil. Sebagian besar jenis mollusca hidup di laut dangkal, menempati
daerah terumbu karang, sebagian membenamkan diri dalam sedimen,
beberapa dapat dijumpai menempel pada tumbuhan laut dan dapat juga
dijumpai di pinggiran pantai. Sekitar 25% ditemukan di air payau, air
tawar, dan beberapa di darat.
3. Klasifikasi phylum Mollusca
Mollusca sebagai organisme yang hidup di perairan sangat peka
terhadap perubahan kualitas air tempat hidupnya. Mollusca merupakan
salah satu biota yang dapat digunakan sebagai parameter biologi dalam
menentukan kondisi suatu perairan karena mollusca menghabiskan
seluruh hidupnya di kawasan tersebut sehingga apabila terjadi
pecemaran lingkungan maka tubuh mollusca akan terpapar oleh bahan
pencemar dan terjadi penimbunan/akumulasi. Mollusca mempunyai
anggota yang bentuknya sangat beraneka ragam, Olehnya itu,
berdasarkan bentuk tubuh, serta beberapa sifat khas lainnya. Mollusca
dibagi menjadi delapan kelas yaitu:
a. Kelas Pelecypoda (bivalvia)

Kelas pelecypoda (bivalvia) merupakan salah satu kelas dari


filum mollusca. Kelas ini termasuk kerang, tiram, remis, dan
sebangsanya, secara lokal lebih dikenal dengan kerang-
kerangan. Kelas pelecypoda mempunyai dua keping cangkang
yang setangkup, mereka hidup menetap di dasar laut, ada yang
membenamkan diri dalam pasir atau lumpur bahkan ada pula
yang membenamkan diri di dalam kerangka karang-karang batu.
Kerang bernafas dengan menggunakan insang yang terdapat
dalam rongga mantelnya. Pada umumnya kerang memperoleh
makanannya dengan menyaring partikel-partikel yang terdapat
dalam air laut. Insangnya mempunyai rambut-rambut getar yang
menimbulkan arus yang mengalir masuk ke dalam mantelnya,

20
sekaligus menyaring plankton makanannya dan memperoleh
oksigen untuk respirasinya.10

b. Kelas Gastropoda
Kelas gastropoda adalah kelas terbesar mollusca yang meliputi
semua keong dan kerabatnya yang tidak bercangkang yaitu siput
telanjang. Keong sering disebut univalvia karena cangkangnya
yang tunggal. Cangkang ini berputar, seperti juga dengan semua
organ dalam tubuh hewan tersebut. Hewan ini mempunyai
kepala yang jelas dengan dua mata yang sering kali terdapat di
atas tangkai. Sebagian besar spesies keong hidup dalam air laut
tetapi beberapa di antaranya juga ditemukan dalam air tawar
bahkan ada yang di darat.
c. Kelas Chepalopoda
Kelas ini meliputi cumi-cumi, sotong, Nautilus (satu-satunya
kelas chepalopoda yang memunyai cangkok luar), Octopus
(gurita) mempunyai ukuran yang sangat besar. Chepalopoda
kakinya terletak di bagian kepala, mengalami modifikasi dan
berfungsi untuk memegang, sedangkan mantel beradaptasi
untuk berenang. Seluruh badannya ditutupi oleh mantel, di
dalam rongga mantel terdapat insang, bagian luar mantel di
sebelah kanan kiri tubuh terdapat sirip yang berfungsi sebagai
pendayung untuk bergerak ke depan dan ke belakang. Di bagian
media dorsal di bawah mantel terdapat struktur penguat tubuh
yang disebut pen. Pen ini dapat ditarik ke luar, bentuknya pipih,
panjang seperti bulu burung, berwarna coklat atau jernih.11
d. Kelas Scaphopoda
Merupakan kelas kecil mollusca laut dan jarang ditemukan.
Scaphopoda berukuran kecil, hidup dalam pasir atau lumpur,
terpendam di bawah permukaan dan umumnya disebut keong

10
Anugerah Nontji, Laut Nusantara, (Cet. III; Jakarta: Djambatan, 2002), h. 166-171.
11
Adun Rusyana, Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktek)(Cet. III; Bandung: Alfabeta,
2013), h. 108-110.

21
gigi. Bentuk cangkangnya seperti gigi ular yang tipis dan
panjang. Cangkangnya sering meruncing dari ujung depan ke
ujung belakang, karenanya disebut cangkang gading (tusk shell).
Cangkangya melengkung dan bagian dalamnya berongga.
Kedua ujungnya terbuka, yang satu lebih besar dari pada yang
lain.12
e. Kelas Polyplacophora.
Polyplacophora dinamakan demikian karena banyaknya
cangkang (biasanya delapan) yang ada di atas permukaan
dorsalnya, diwakili oleh kiton. Kiton adalah organisme lamban
yang hidup secara tidak menyolok di pantai laut. Kiton
merupakan sebuah kelompok mollusca yang relatif kecil,
cangkangnya terdiri atas beberapa lempeng terpisah yang
bertumpang tindih. Rongga mantel, yang terletak di antara
mantel dan kaki, mengandung insang, yang biasanya merupakan
kelepak-kelepak seperti daun yang memanjang dari kaki.
f. Kelas Monoplacophora
Kelas ini disangka telah punah selama berjuta-juta tahun dan
barulah
didirikan lagi sejak Neopilina ditemukan pada tahun 1952.
Bentuk tubuh monoplacophora seperti siput kecil, berukuran 3
mm sampai 3 cm. Tubuh bagian dorsal tertutup sebuah
cangkang, bagian ventral terdapat sebuah kaki yang datar dan
bundar, di bagian lateral dan posterior kaki dikelilingi rongga
mantel yang luas. Dalam rongga mantel tersebut terdapat 5 atau
6 pasang ctenidia monopectinate serta 5 pasang atau 6 pasang
ginjal. Monoplacophora ini sangat menarik karena disamping
mempunyai ciri khas mollusca, hewan ini secara internal
bersegmen. Dalam hal segmentasi, hewan ini sama seperti

12
Kasijan Romimohtarto dan Sri Juwana, Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan tentang Biota
Laut, h. 191

22
annelida dan dengan demikian memperkuat pendapat bahwa
mollusca dan annelida merupakan kerabat yang dekat.
g. Chaetodermomorpha
Chaetodermomorpha mencakup kelompok mollusca. Hewan ini
mirip cacing tidak mempunyai cangkang, secara struktural mirip
dengan solenogasters, seluruh tubuh tertutup sisik yang
mengarah ke posterior. Sisik tertanam pada kutikula yang
mengandung khitin yang dihasilkan epidermis mantel. Cara
hidupnya di dalam sedimen pasir. Makanan mereka terutama
detritus dan mikroorganisme laut. Jenis kelamin terpisah, telur
direndam dalam kantong kloaka, dan pengembangan biasanya
termasuk larva trochophore yang berenang bebas.
h. Kelas Neomeniomorpha
Bentuk tubuh Neomeniomorpha seperti cacing, memanjang
menurut sumbu anterior posterior, tidak mempunyai cangkang,
kepala tidak jelas, tidak mempunyai alat ekskresi maupun
gonoduct, bahkan beberapa spesies tidak mempunyai radula.
Panjang tubuh 1 mm sampai 30 cm, Tubuh neomeniomorpha
agak pipih secara lateral, dan mempunyai lekukan ventral
dengan satu lebih guratan kecil. Mantel menutup seluruh tubuh
kecuali bagian yang berlekuk. Pada mantel terdapat selapis atau
beberapa lapis sisik kapur, atau spikul di bawah lapisan kutikula.
Neomeniomorpha hidup di laut dan bisa terdapat pada koloni
coelenterata, karena sebagai hewan karnivora merupakan
pemakan polippolipnya.
Mollusca merupakan salah satu filum dari kingdom Animalia
yang di dalamnya terdapat kelas terbesar yaitu gastropoda dan
pelecypoda (bivalvia). Gastropoda dan pelecypoda (bivalvia)
dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan, sumber protein,
makan ternak, bahan industri, perhiasan, bahan dasar kosmetik,
obat-obatan dan bahan pupuk. Mollusca juga memiliki peranan

23
penting bagi lingkungan perairan yaitu sebagai bioindikator
kesehatan lingkungan dan kualitas perairan.
C. Echinodermata
Echinodermata berasal dari kata Echinos artinya duri dan Derma
artinya kulit. Echinodermata adalah hewan yang memiliki kulit yang
berduri. Biota yang termasuk dalam filum ini yaitu bintang ular laut
(Ophiuroidea), landak laut (Echinodea), teripang laut (Holothuroidea),
bintang laut (Asteroidea), dan lili laut (Crinoidea).13
Salah satu biota laut yang memiliki keankeragaman yang tinggi
merupakan dari filum Echinodermata. Filum ini memiliki banyak jenis
hewan yang memiliki peran penting dalam pemeliharaan serta pelestarian
keseimbangan suatu ekosistem, terutama pada ekosistem laut. Hal ini
disebabkan karena Echinodermata berperan dalam siklus energi yaitu
dengan memakan berupa bahan organik yang masu ke dalam laut, sehingga
Echinodermata sering disebut dengan pembersih pantai.14
1. Bintang Laut
Salah satu biota yang termasuk filum Echinodermata adalah bintang
laut (Asteroidea). Bintang laut memiliki tubuh yang ditutupi dengan kulit
yang berduri halus. Bintang laut yang banyak ditemukan memiliki lima
lengan, namun tidak jarang juga ditemukan dengan empat sampai enam
lengan. Jika salah satu lengan pada biota ini putus, maka lengan baru aan
terbentuk dengan cepat karena adanya daya regenerasi dalam tubuh biota
ini. 15
Hewan bernama bintang laut ini umumnya memiliki tubuh yang
relatif tipis. Pada bagian ventral ditemukan mulut serta kaki tabung atau

13
M. Jasin, “Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata)”, (Surabaya: Sinar
Wijaya, 1987).
14
A. Nontji, “Laut Nusantara”, (Jakarta: Jamban, 1993).
15
Nanti Fitriana, “Inventarisasi Bintang Laut (Echinodermata: Asteroidea) di
Pantai Pulau Pari, Kabupaten Adm. Kepuauan Seribu, Jurnal Ilmiah Faktor Exacta, Vol.
3 No. 2 Juni 2010, (Universitas Indraprasta PGRI: Program Studi Pendidikan Biologi), hlm.
167.

24
kaki ambulakral pada setiap lengannya dan pada bagian dorsal ditemukan
madreporit dan anus. Madreporit merupakan sejenis lubang yang
mempunyai saringan yang berguna menghubungan air laut dengan
sistem pembuluh air dan lubang kelamin.16
Bintang laut sering ditemukan dalam kelompok kecil dengan
membenamkan diri didalam pasir. Ketika air laut sedang surut, biota laut
ini akan terjebak dalam genangan air yang dangkal. Selain itu biota laut
ini umumnya hidup di pantai tropis sampai dengan sub tropis.
Asteroidea merupakan hewan yang memiliki rongga tubuh serta
sistem pencernaan yang lengkap. Hal ini ditunjukkan pada makanan yang
berupa plankton serta bahan organik yang dimakan biota ini akan masuk
melalui mulut menuju esofagus dan lambung yang bercabang menuju
setiap lengan. Sisa pencernaan akan dikeluarkan melalui anus yang
terdapat pada aboral (bagian dorsal) tubuh bintang laut.

Gambar Morfologi dan anatomi bintang laut.


Pada rangka tubuh bintang laut memiliki kandungan yang kaya akan
zat kapur, sehingga biota ini yang sudah dikeringkan akan diolah untuk
digunakan sebagai bahan campuran untuk obat dan juga kosmetik.17
2. Landak Laut (Echinoidae)

16
Nanti Fitriana, .......... hlm. 168.
17
Nanti Fitriana, .......... hlm. 171.

25
Selain bintang laut, landak laut merupakan hewan yang termasuk
dalam filum Echinodermata. Filum Echinodermata berpotensi dalam
menghasilkan senyawa metabolit sekunder. Organisme ini memiliki
potensi untuk memproduksi senyawa beracun sebagai upaya untuk
mempertahankan dirinya dari serangan predator, serta racun yang berasal
dari biota laut lebih mematikan daripada racun biota yang ada di
daratan.18
Bagian dalam tubuh dari landak laut ini banya dimanfaatkan sebagai
bahan pangan, sedangkan pada bagian luar dan cangkangnya belum ada
pemanfaatan yang lebih maksimal. Ekstrak kloroform cangkang dan duri
landak laut memiliki kandungan sitotoksik.19
Ladak laut atau yang sering dikenal dengan Sea Uchin merupakan
suatu binatang laut hampir 95% tubuhnya tersusun dari duri-duri yang
mengandung racun. Duri-duri inilah yang digunakan sea urchin untuk
mencapit makanan, bergera, serta melindungi diri dari bahaya. Menurut
Angka dan Suhartono (2009) cangkang dan duri landak laut memiliki
kandungan senyawa aktif yang bersifat toksik. Kandungan dalam
cangkang dan duri pada landak laut sampai sejauh ini diketahui
mengandung polihidroksi dan apelasterosida A dan B.20
Cangkang yang dimiliki landak laut bertekstur keras dan pada
bagian dalamnya berisis 5 simetris. Cangkang yang dimiliki dari jenis
bulu babi tertentu dilapisi oleh suatu pigmen berupa cairan hitam. Cairan
ini berguna sebagai pewarnaan jala dan kulit. Cangkang dari bulu babi
juga dapat dimanfaatkan sebagai barang perhiasan dan organ dari sisa

18
V. Venugopal, “Marine Products for Healthcare :Functional and Bioactive
Nutraceutical Compounds from the Ocean”, 1st edition, Volume 1, (Florida: CRC
Press, 2009).
19
H.A. Aprilia,. D. Pringgenies, E. Yudiati, “Uji Toksisitas Ekstrak Kloroform
Cangkang dan Duri Landak Laut (Diadema setosum) Terhadap Mortalitas Nauplius
Artemia sp.” Journal of Marine Research 1: 2012, hlm. 75-83.
20
H.A. Aprilia,. D. Pringgenies, E. Yudiati, .......... hlm. 76.

26
pengolahan bulu babi yaitu cangkang dan organ dalam (jeroan) bisa
diproses menjadi pupuk.21

Gambar Landak Laut atau Bulu Babi.


Diadema setosum merupakan salah satu jenis dari landak laut yang
mempunyai nilai ekonomis untuk di konsumsi, pada bagian tubuhnya
yang dapat dikonsumsi adalah gonad atau telurnya. Selain itu, landak laut
juga memiliki fungsi sebagai organisme hiasan dan bisa dimanfaatkan
dalam bidang kesehatan untuk obat berbagai jenis penyakit.22
D. Cacing Laut
Cacing laut merupakan salah satu biota yang termasuk dalam filum
Annelida yaitu kelas Polychaeta. Pada filum Annelida terdiri hampir 8700
spesies dan kelas Polychaeta terdiri hampir 5300 spesies. Akan tetapi, masa
hidup Polychaeta tidak berumur panjang, yaitu tidak lebih dari 2 tahun serta
ada beberapa jenis bahkan memiliki umur yang pendek yaitu sekitar 30
sampai 45 hari.23
Cacing laut pada umumnya yaitu hewan yang mempunyai metameri
sempurna yang dilengkapi dengan tubuh bertekstur lunak, relatif langsing,
berbentuk silindris, dan memiliki warna yang menarik seperti biru, coklat,
hijau, merah dan warna lain akibat adanya pigmen atau zat warna didalam
tubuh. 24

21
Ibid. Hlm. 76.
22
Ibid. Hlm. 76.
23
Edi Yusron, “Beberapa Catatan Mengenai Cacing Laut (Polychaeta)”, Oseana,
Vol. X No. 4, 1985, hlm. 122.
24
Edi Yusron, ....... hlm. 122.

27
Pada cacing laut yang biasanya hidup di sekitar terumbu karang akan
membentuk cangkang kapur dan secara biologis mempunyai peran sebagai
pengurai batu karang. Akan tetapi pada kelas Polychaeta salah satu jenisnya
berasal dari Nereidae yang cukup berbahaya bagi penyelam laut. Jenis
cacing laut ini biasanya berada pada celah karang mati yang dikenal dengan
sebutan bulu kucing. Jika tersentuh oleh anggota badan, maka akan tubuh
akan terasa gatal-gatal dan bahkan bisa membengkak.25
Cacing laut memiliki ukuran tubuh mikroskopik yang berkisar
anatara 2 sampai 3 mm dan dapat mencapai beberapa centimeter. Namun,
ada beberapa yang memiliki ukuran hingga meter yaitu spesies Eunice
aphroditois yang hidup di perairan pasir dangkal dengan ukuran tubuh
mencapai 2 meter. 26
Polychaeta dapat hidup di berbagai macam habitat, seperti pada
dasar berlumpur, berbatu, dan berpasir. Adapun makanan cacing laut adalah
kelompok udang-udangan rendah, diatom, cacing lain yang berukuran lebih
kecil dan sisa-sisa zat organi (detritus). Pada daerah beriklim tropis,
Polychaeta pelagis hidup bergerombol sebagai karnivor dan biasanya
memangsa zooplankton renik termasuk larva herring. Cacing laut memiliki
tubuh yang lunak serta hidup bebas di kedalaman ribuan meter. Cacing laut
ini banyak ditemui pada daerah tropis, sub tropis, atau daerah yang memiliki
empat musim. 27
E. Biologi dan Ekologi Filum Cnidaria
1. Pengertian Filum Cnidaria
Cnidaria berasal dari bahasa Yunani “cnidos” yang artinya
“penyengat”. Cnidaria juga disebut Coelenterata yaitu berasal dari kata
“coilos” yang artinya “berongga” dan “enteron” yang artinya “usus”.
Filum ini berbentuk simetri radial dan memiliki dua fase kehidupan

25
Edi Yusron, ....... hlm. 122.
26
Ibid. Hlm. 122-123.
27
Ibid. Hlm. 123.

28
sebagai medusa (berenang bebas) dan polip (menetap).28 Cnidaria
diklasifikasikan menjadi dua kelas yaitu Anthozoa dan Scyphozoa dan
Hydrozoa.
2. Kelas dari Filum Cnidaria
a. Scyphozoa
1) Morfologi Scyphozoa
Scyphozoa berasal dari kata “skyphos” yang artinya
cawan atau mangkuk dan kata “zoon” yang artinya binatang.
Jadi Scypozoa berarti hewan yang bentuk tubuhnya menyerupai
mangkok. Contoh hewan dari filum ini adalah ubur-ubur. Secara
garis besar, bentuk tubuh Scyphozoa dibagi atas bentuk payung
dan lengan atau kaki-kaki yang menggantung bebas. Tekstur
tubuh seperti gelatiin dan mengandung banyak air. Bentuk
payungnya bervariasi ada yang seperti lonceng atau genta,
speerti kubah, terompet atau juga seperti kubus.
Kelas ini juga menunjukkan gejala metagenesis atau
perkembangbiakan seksual yang diikuti oleh perkembangbiakan
aseksual dalam satu generasi. Hanya pada kelompok ini yang
lebih menonjol dalam penampilan selama siklus hidupnya
adalah vase medusa atau ubur-ubur, sedangkan vase polipnya
berukuran kecil dan sukar dijumpai contohnya Aurelia aurita.
Bentuk payung bagian luar sebagai atap disebut
exuumbrella sedangkan bagian dalam yaitu cekungannya
disebut subumbrella. Di sekeliling tepi payung terdapat suatu
bentuk lekukan-lekukan kecil seperti kurva disebut lapet yang
disokong oleh tentakel dan badan-badan saraf. Dari bagian
tengah muncul suatu bagian tubuh yang posisinya menggantung,
pendek dan berbentuk saluran persegi empat yang disebut
manubrium. Pembukaan pada ujung manubrium disebut mulut
yang mengandung berartus-ratus alat penghisap yang kecil-

28
Laila Hanum dan Aditya Krishar Karim, Bahan Alam Laut: Senyawa Bioaktif dan
Aktivitas Farmakologis untuk Antimalaria, Jurnal Oseana Vol. XXXVIII No.2 Tahun 2013, hal. 14.

29
kecil. Diujung distal manubrium terdapat lubang mulut yang
bersisi empat, setiap sisi atau sudut mulut dilengkapi semacam
juluran pita yang menelungkup panjang yang disebut lengan-
lengan mulut. Keempat lengan mulut tersebut dibagian basisnya
menyatu sedemikian rupa sehingga mengelilingi rongga atau
lubang mulut. Rongga mulut ini selanjutnya akan bersambungan
dengan saluran manubrium dan bermuara kedalam rongga perut
yang terbagi atas sebuah rongga sentral dan empat buah kantong
gastrik. Dari sini muncul saluran-saluran atau kanal-kanal radial
yang banyak dan bercabang yang terdapat disepanjang payung
dan berakhir pada tepi payung membentuk lingkaran yang
disebut kanal cincin. Kanal-kanal ini terlihat jelas pada spesies
Aurelia aurita.

Gambar Struktur Tubuh Ubur-ubur


Sel kelamin atau gonad terdapat di kedua sisi septa,
memanjang menuju masing-masing kantong mulut. Jumlah
gonad delapan buah, pada setiap kantong mulut terdapat

30
sepasang gonad. Tentakel dan organ saraf terdapat di sepanjang
tepi payung. Sel-sel penyengat atau nematokis letaknya tersebar
pada tentakel, lengan mulut, dan pada permukaan mulut dalam
jumlah besar.
2) Makanan dan Cara Makan Scyphozoa
Ubur ubur ini makanannya berupa hewan-hewan kecil
yang merupakan anggota zooplankton, misalnya udang udang
kecil, cacing, larva, ataupun telur-telur hewan lain yang
bergerombol bersama-sama tumpukan plankton sebagai hewan
yang hidupnya terapung diperairan. Zat lendir atau mukosa yang
menutupi tubuhnya terutama pada permukaan bawah sangat
membantu dalam hal pengumpulan hewan hewan yang akan
menjadi mangsanya.
Zooplankton yang telah melekat atau berkumpul
dibagian bawah tubuhnya akan disapu oleh flagel dan
selanjuyntan akan dicakup oleh tangan tangan mulut untuk
dibawa masuk kedalam mulutnya. Bulu-bulu getar yang
menghiasi rumbai-rumbai pada tangan-tangan mulut cukup
selektif dalam memilih makanan yang akan disantapnya. Artinya
partikel-partikel yang tidak disukai akan ditolak atau tidak diikut
sertakan.
Setelah para mangsa masuk kedalam mulut kemudian
melalui manubrium akan ditampung didalam rongga
gastrovaskular. Di dalam rongga gastrovaskular makanan
tersebut dicampur dengan enzim yang dihasilkan oleh sel-sel
kelenjar. Enzim tersebut sanggup mencerna zat makanan berupa
protein, karbohidrat, lemak, bahkan zat kitin sekalipun. Proses
pencernaan yang terjadi di dalam rongga gastrovaskular
semacam itu disebut proses pencernaan ekstraselular.
Partikel-partikel makanan yang telah tercerna akan
disalurkan keseluruh cabang saluran sistem gastrovaskular.
Selanjutnya sari-sari makanan akan di serap oleh sel-sel nutritif

31
dari lapisan gastrodermis. Sari-sari makanan tersebut akan
ditampung dan diedarkan ke segala bagian tubuh oleh sel-sel
pengembara atau sel-sel amoeboid. Didalam sel pengembara
khususnya di vakuola makanan, sari-sari makanan masih belum
menjadi sederhana susunan malekul-molekulnya akan dicerna
lebih lanjut. Proses pencernaan yang terjadi di dalam vakuola
makanan dinamakan proses pencernaan intraselular. Ubur-ubur
biasanya menyimpan cadangan makanan berupa glikogen yang
disimpan di dalam sel-sel gastrodermal.
3) Reproduksi Scyphozoa
Reproduksi Scyphozoa adalah seksual pada bentuk
dewasa (medusa) dan aseksual pada bentuk polip. Ubur-ubur
(Aurelia) bersifat dioecious atau berkelamin terpisah. Artinya
ada ubur-ubur jantan dan ada yang betina. Spermatozoid dari
ubur-ubur yang jantan setelah dipancarkan masuk ke dalam air
lalu berenang-renang mencari tubuh ubur-ubur betina. Bila
sudah ketemu lalu masuk ke dalam tubuhnya melalui mulut yang
selanjutnya sampai ke dalam enteron.
Selanjutnya spermatozoid tersebut membuahi sel telur
yang dihasilkan oleh ovarium. Zigot akan dikeluarkan dari
dalam tubuh betina melalui mulut. Lalu zigot tersebut akan
didukung oleh tangan-tangan mulut, dan ditempat tersebut akan
berkembang menjadi larva yang berambut getar atau disebut
planula. Planula dengan rambut-rambut getarnya akan
mengembara untuk sementara waktu dan selanjutnya akan
mengikatkan diri pada suatu substrat yang berada didasar laut.
Ditempat tersebut planula melepaskan rambut-rambut getarnya
dan tumbuh menjadi polip baru yang disebut skifistoma
(scyphistoma).
Skifistoma berbentuk seperti terompet, dengan bagian
tubuh sebagai berikut; cakram basal, batang tubuh, mulut dan
tentakel. Bila skifistoma telah mencapai ukuran penuh (±12

32
mm), maka skifistoma akan membelah-belah secara transversal
sehingga terbentuk setumpu ruas-ruas yang masing-masing
berbentuk seperti cakram. Skifistoma yang berubah ini disebut
strobilia, sedangkan bentuk cakram sebagai hasil pembelahan
akan menjadi ubur-ubur muda dan dinamakan efira (ephera).
Efira akan berenang bebas dan selanjutnya tumbuh menjadi
ubur-ubur dewasa.

Gambar Siklus hidup ubur-ubur


b. Anthozoa
Penamaan kelas Anthozoa berasal dari bahasa Yunani;
anthos (bunga) dan zoon (hewan), yang berarti hewan yang
menyerupai bunga. semua anggota kelas ini hidup di laut, dari
kawasan pantai hingga kedalaman 6000 meter, terutama diperairan
yang hangat (tropik). Mereka merupakan polip yang menetap
dengan meletakkan diri pada suatu obyek yang terdapat didasar laut.
1) Anemon Laut
a) Morfologi Anemon Laut (Metridium)
Metridum memiliki tubuh yang berbentuk silindris
dengan bagian oral melebar seperti corong yang dihiasi

33
dengan rangkaian tentakel-tentakel yang membentuk seperti
mahkota bunga. Panjang tubuhnya sekitar 5—7 cm, tetapi
ada juga yang berukuran raksasa mencapai 1 m. Tubuhnya
radial simetris dengan warna yang bervariasi, tetapi biasanya
warnanya kecoklat-coklatan atau kekuning-kuningan.
Tubuhnya terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu,
bagian diskus pedal atau bagian kaki, bagian kolumna atau
bagian batang tubuh, dan bagian diskus oral atau kapitalus.
Antara bagian diskus pedal dengan bagian skapus
dihubungkan oleh limbus, sedangkan antara bagian skapus
dengan bagian diskus oral dihubungkan oleh kollar atau
parapet.

Gambar Struktur Tubuh Metridium

b) Makanan dan Pencernaan


Metridium bersifat karnivora, makanannya berupa
hewan invertebrata kecil atau ikan-ikan kecil. Makanan atau
mangsanya terlebih dahulu dilumpuhkan dengan racun yang
dihasilkan oleh nematokist, baru kemudian ditarik kedalam
mulutnya dengan bantuan tentakel-tentakelnya. Selanjutnya
makanan ditelan melalui stomedeum dan akhirnya sampai
didalam rongga garstrovaskularnya. Didalam rongga

34
coelenteron, makanan tersebut dicernakan oleh enzim yang
terkandung didalam getah pencernaan.
Selanjutnya, sari-sari makanan akan diserap oleh
dinding gastrodermis, sedangkan bagian atau partikel yang
tak tercernakan akan dimuntahkan kembali melalui
mulutnya. Proses pencernaan makanan berlangsung baik
secara ekstraseluler maupun secara intraseluler.
c) Reproduksi Anemon Laut
Anemon laut berkembangbiak secara seksual dan
aseksual. Perkembangbiakan secara aseksual dilakukan
dengan pembentukan kuncup maupun secara fragmentasi.
Cara fragmentasi ini dilakukan dengan memutuskan
tubuhnya di bagian diskus pedal. Bagian yang membawa
diskus pedal akan membentuk diskus oral baru, sedangkan
yang membawa diskus oral akan membentuk bagian diskus
pedal baru. Tetapi fragmentasi tersebut bisa terjadi secara
biner. Perkembangbiakkan secara aseksual membentuk
kuncup yaitu mula-mula di bagian kolumna atau skapus
timbul semacam tonjolan yang makin berkembang sehingga
akhirnya terbentuklah metridum baru. Metridium anakan
tersebut kelak bila sudah tiba saatnya akan melepaskan diri
dari tubuh induknya dan hidup secara mandiri.

35
Gambar Reproduksi Metridum

Pada perkembangbiakkan seksual metridum, ada


jenis yang bersifat hermaprodit ada yang berkelamin
terpisah. Pada jenis yang hermaprodit perkembangan antara
sel telur dengan spermatozoid masaknya tidak bersamaan.
Dengan demikian perkawinan antara sel telur dengan
spermatozoid terjadi perkawinan secara silang. Baik ovum
maupun spermatozoid yang telah masak akan dikeluarkan
melalui mulutnya dan perkawinannya berlangsung di alam
bebas. Dari hasil perkawinan antara sel telur dan
spermatozoid akan terbentuklah zigot. Dari hasil
pembelahan zigot akan terbentuklah coeloblastula.
Coeloblastula tersebut selanjutnya dengan proses gastrulasi
akhirnya membentuk larva yang berambut getar atau
planula. Dengan rambut getarnya, planula akan berenang-
renang secara bebas untuk mencari lingkungan hidup baru.
Bila sudah menemukan tempat yang sesuai maka planula
akan melekatkan diri pada suatu obyek dan tumbuh menjadi
polip Metridium baru.

36
2) Hewan Karang
Karang merupakan individu organisme yang membentuk
kumpulan komunitas dan menempati terumbu. Bila hewannya
telah mati kelak hanya tinggal kerangkanya saja, kerangka
tersebut biasanya secara bersama-sama membentuk apa yang
dinamakan dengan pulau karang atau terumbu. Hewan karang
dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan kemampuan
membentuk terumbu, yaitu karang pembentuk terumbu
(hermatypic) dan karang yang tidak dapat membentuk terumbu
(ahermatypic). Karang ahermatypic umumnya ditemukan di laut
dalam. Karang hematypic bersimbiosis secara mutualisme
dengan alga zooxanthellae.
a) Morfologi Hewan Karang
Hewan dari filum Cnidaria pada umumnya memiliki
tubuh simetri radial atau bilateral. Struktur tubuh filum ini
dibedakan menjadi polip yang hidup menetap dan medusa
yang hidup berenang. Karang termasuk dalam kelas
Anthozoa yang umumnya hidup sebagai polip dengan
bentuk tubuh seperti tabung. Karang memiliki tentakel yang
tersusun dalam bentuk melingkar disekitar mulutnya dan
berguna untuk menangkap makanan. Jaringan tubuh karang
dibagi menjadi tiga bagian yaitu, epidermis, mesoglea dan
endodermis. Lapisan mesoglea merupakan lapisan lapisan
pemisah yang berada diantara lapisan epidermis dan lapisan
endodermis. Sel penyengat (nematosit) yang merupakan ciri
dari filum Cnidaria pada lapisan epidermis.
b) Reproduksi Karang
Karang berkembang biak dengan dua cara yaitu, secara
seksual dan aseksual. Perkembangbiakan secara seksual
diawali dengan pertemuan ovum dengan sperma. Metode
pembuahan berbeda-beda pada setiap jenisnya. Karang
bersifat hermaprodit melakukan pembuahan didalam

37
induknya, sedangkan karang yang lain melakukan
pembuahan diluar dengan melepaskan sperma dan ovum.
Reproduksi karang secara aseksual umumnya dengan cara
membentuk tunas yang akan menjadi individu baru pada
induk, serta pembentukan tunas secara terus-menerus yang
merupakan mekanisme untuk menambah ukuran koloni
karang.
c. Hydrozoa
1) Hydra (Hydrozoa Air Tawar)
a) Morfologi Hydra
Ujung bawah tubuh merupakan bagian-bagian yang
tertutup dan disebut cakram basal yang berfungsi sebagai
alat gerak dan alat pelekat. Ujung atas tubuh merupakan
bagian-bagian berbentuk konus (jantung) dan ujungnya
terbuka yang disebut mulut yang disekitarnya dikelilingi
oleh 6 atau 10 buah tentakel. Bagian tubuh yang terletak
diantara mulut dan cakram basal disebut tangkai tubuh.
Mulut bermura ke dalam suatu rongga yang disebut rongga
gastrovaskular atau enteron yang berfungsi untuk
meneruskan makanan dan sekaligus mengedarkan sari- sari
makanan ke seluruh tubuh. Rongga gastrovaskular ini juga
berhubungan dengan rongga yang terdapat di dalam
tentakelnya.

38
Gambar Hydra

Dinding tubuh hydra terdiri atas 3 lapisan. 3 lapis


dinding tubuh tersebut yaitu berturut-turut dari luar ke dalam
yaitu: lapisan epidermis lapisan mesoglea, lapisan
endodermis. Lapisan epidermis merupakan lapisan yang
tipis yang sel-selnya berbentuk kubus yang berfungsi
sebagai alat pelindung tubuh dan sebagai alat penerima
rangsang dari luar. Lapisan gastrodermis merupakan
dinding gastrovaskular. Jika dibandingkan dengan lapisan
epidermis maka lapisan gastrodermis nampak lebih tebal dan
tersusun atas sel-sel yang berbentuk balok panjang-panjang
yang berfungsi sebagai alat pencerna makanan dan sekaligus
juga mengedarkan sari-sari makanan serta penyerap sari-sari
makanan dan sekaligus juga mengedarkan sari-sari makanan
tersebut keseluruh penjuru tubuh. Lapisan ini sifatnya
elastis, berhubung mesoglea ini merupakan lapisan yang
terletak antara lapisan dermis dengan lapisan gastrodermis
maka sering dinamakan juga lapisan mesolamela
Dinding tubuh hydra berupa lapisan epidermis, dan
di bagian luar dilapisi oleh lapisan kutikula yang tipis serta
transparan (kecuali epidermis di bagian cakram basal).

39
Cnidoblast atau sel jelatang, merupakan hasil perkembangan
atau modifikasi dari sel-sel intertisial. Cnidoblast berasal
dari kata Yunani kuno = jelatang: blast, blast = sel. Di dalam
cnidoblast ditemukan kantong racun yang disebut
nematocyst yang fungsinya sebagai alat pertahanan diri dari
serangan musuh maupun untuk melumpuhkan calon mangsa
agar mudah ditangkap dan ditangani dalam proses
pencernaan makanan.
b) Makanan dan Pencernaan Hydra
Pada prinsipnya, makanan utama Hydra berupa
hewan-hewan yang berukuran kecil seperti mikrokrustasea,
annelida, atau larva-larva insekta yang hidup dalam air.
Hydra yang kelaparan mempunyai kebiasaan berdiri tegak
diatas cakram basalnya dengan tentakel-tentakel yang
digapai-gapaikan seolah-olah akan meraih tubuh
mangsanya. Bila sekiranya sebuah tentakel menyentuh tubuh
mangsanya, maka nematokis-nematokis segera bekerja.
Tubuh mangsa yang telah tertangkap segera dimasukkan
kedalam lubang mulutnya, kemudian ditelan masuk kedalam
liang enteron.
c) Reproduksi Hydra
Hydra bereproduksi dengan dua cara yaitu secara
seksual dan aseksual. Reproduksi aseksual pada Hydra yaitu
dengan cara membentuk kuncup dan dengan membelah diri.
Bila keadaan atau kondisi tubuh hydra telah memadai maka
di bagian tengah-tengah batang tubuhnya yang disebut zona
pembentukan kuncup, sel-sel intertistial akan membelah diri
secara cepat dengan membentuk tonjolan. Tonjolan tersebut
lama kelamaan akan tumbuh menjadi suatu tonjolan yang
besar dan selanjutnya disebut kuncup. Pada kuncup tersebut
akan terbentuk mulut dan tentakel-tentakel. Bila kuncup
tersebut telah terbentuk secara sempurna, maka akan

40
memisahkan diri dari tubuh induk untuk berkembang
menjadi Hydra baru. Sedangkan dengan pembelahan diri
biasanya dilakukan secara tidak reguler, artinya secara
insidental atau kadang-kadang saja. Misalnya pada kejadian
regenerasi yang berlangsung secara abnormal.
Dalam perkembangbiakkan secara seksual atau
generatif, pada umumnya Hydra bersifat hermaprodit, tetapi
ada juga yang tidak. Pembentukan gonad hanya terjadi pada
musim tertentu saja. Ovariumnya berbentuk bulat,
sedangkan testisnya berbentuk seperti konus yang keduanya
terjadi dari hasil perkembangan sel-sel interstisal.
2) Obelia (Hydrozoa Air Laut)
Obelia hidup di perairan laut hingga kedalaman 80 m
atau lebih dan tersebar secara kosmopolitan. Obelia yang
ditemukan di kawasan perairan laut yang dangkal biasanya
melekatkan diri pada batu-batuan, karang ataupun di tumbuhan
air laut lainnya misalnya ganggan laminaria dan lain-lain.
Penampilan fase polip tampak seperti tumbuhan tetapi
sebenarnya adalah hewan.
a) Morfologi Obelia
Pada fase polip, kolonia hydroid melekat pada suatu
substrat dengan bagian tubuh yang disebut hydrorhiza.
Hydrorhiza mendukung bagian tubuh berbentuk seperti
batang yang disebut hydrocaulus. Pada hydrocaulus tersebut
tumbuh beratus-ratus cabang dengan diameter kurang lebih
0,5 inci. Cabang-cabang tersebut ada dua macam yaitu
hydran dan gonangium. Mulut pada obelia muncul dari
bagian yang disebut hydrotheca. Disekitar mulut dikelilingi
20 buah tentakel.
Obelia pada fase medusa merupakan fase generatif
yang dibentuk secara vegetatif oleh fase hydroid. Medusa
berbentuk seperti payung dengan diameter tubuh 6 atau 7

41
mm. Hidupnya tidak secara berkoloni melainkan secara
soliter. Permukaan atas berbentuk cembung dinamakan
aboral sedangkan permukaan bawah berbentuk cekung
dinamakan oral. Ditengah-tengah permukaan oral ditemukan
lubang mulut yang bergelambir empat. Mulut tersebut
sebenarnya merupakan lubang awal dari suatu saluran yang
dindingnya berlendir yang disebut manubrium. Saluran
manubrium bermuara kedalam rongga gastrovaskular.
Tubuh medusa ini dilengkapi dengan 16—80 buah tentakel
yang bergelantungan di permukaan oral dekat dengan bagian
tepi tubuhnya.
b) Cara Makan dan Pencernaan Obelia
Dalam hal makanan, obelia bersifat karnivora yakni
beruoa cacing-cacing kecil, udang kecil maupun larva
insekta yang hidup di perairan laut. Mangsa mula-mula
ditangkap oleh tentakel yang dibantu dengan nematokisnya,
dan kemudian dimasukkan kedalam mulut dan anteron atau
gastrovaskular. Dalam rongga gastrovaskular mangsa
tersebut mengalami proses pencernaan secara ekstraseluler
dan intraseluler.
c) Reproduksi Obelia

Gambar Reproduksi Obelia

42
Medusa yang dihailkan oleh polip gonangium ada
yang betina dan ada yang jantan. Setelah hidup bebas dan
mandiri di laut, medusa jantan akan menghasilkan
spermatozoid sedangkan medusa betina akan menghasilkan
ovum yang masing-masing akan dikeluarkan kedalam air
laut. Medusa-medusa yang telah mengeluarkan sperma
kemudian akan mati. Pembuahan ovum oleh sperma terjadi
didalam air laut. Dari hasil pembuahan akan menghasilkan
zigot, yang kemudian menjadi morula, dari morula berubah
menjadi blastula. Dalam perkembangannya, blastula akan
berubah menjadi larva yang berambut getar yang disebut
planula. Dengan rambutnya maka planula akan berenang-
renang untuk mendapatkan tempat yang sesuai bagi
perkembangan hidup selanjutnya. Setelah menemukan
lingkungan yang sesuai, planula akan melekatkan diri pada
suatu obyek, kemudian secara berangsur-angsur akan
tumbuh mejadi koloni hydroid muda. Dari tubuh hydroid
tumbuh polip-polip hydran maupun polip gonangium. Polip
gonangium akan membentuk medusa-medusa secara
vegetatif.
Siklus hidup obelia mengalami peristiwa
metagenesis atau pergiliran keturunan antara reproduksi
secara vegetatif (pada fase polip) dan reproduksi secara
generatif (pada fase medusa).29
d. Ekologi Filum Cnidaria
Kebanyakan Cnidaria bentuk polip memerlukan substrat
padat untuk tempat menempel, meskipun beberapa bersembunyi
dalam sedimen lembut. Sedangkan medusa mempertahankan
hidupnya dengan bergerak bebas melayang di air.30 Cnidaria hidup
bebas secara heterotrof sebagai karnivora. Habitat Cnidaria

29
Maskoeri Jasin, Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata) untuk Universitas
Negeri Malang, (Surabaya: Sinar Jaya, 1984), hal. 68—77.
30
Cyska Lumenta, Avertebrata Air, (Unsrat Bahu Manado: Unsrat Press, 2017, hal. 98.

43
seluruhnya hidup di air baik di laut maupun di air tawar secara soliter
maupun berkoloni.
Ubur-ubur berenang dengan cara mengembang kempiskan
payungnya secara berirama dan dengan interval yang teratur.
Frekwensi berenang tergantung pada ukuran tubuh, kontraksi
payung biasanya 20—30 kali per-menit untuk Scyphozoa yang
diameter payungnya 15 cm. Mereka berenang lebih lama pada siang
hari, posisi payung tegak, bergerak mendatar dekat permukaan,
kadang-kadang menyelam sampai ke kedalaman kurang lebih 2 m
kemudia secara perlahan-lahan muncul lagi ke permukaan. Ada
beberapa jenis ubur-ubur yang berenang dengan posisi miring
mendekati permukaan, berhenti sejenak kemudian menyelam denga
posisi terbalik. Gerakan seperti ini biasanya dilakukan pada waktu
mengejar mangsa.
Ubur-ubur muncul ke permukaan pada waktu pagi atau sore
hari. Pada waktu siang atau malam gelap mereka menghilang ke
tempat yang lebih dalam. Bila langit berawan mereka lebih banyak
dijumpai di permukaan. Pada keadaan cuaca buruk seperti angin,
dan ombak besar, mereka akan menyelam menjauhi permukaan
walaupun pada saat itu keadaan cahaya matahari memungkinkan
mereka bergerak di permukaan seperti biasanya. Toleransi terhadap
temperatur biasanya berkisar antara 0,6°C—31°C dengan
temperatur optimum 9°C—19°C. Perubahan temperatur akan
mempengaruhi kontraksi payung dan konsumsi oksigen. Medusa
ubur-ubur dapat tahan terhadap perubahan salinitas yang mendadak.
Aurelia aurita dapat bertahan hidup pada perairan payau dengan
salinitas yang rendah kurang lebih 6‰ sedangkan pada perairan
terbuka salinitasnya 30‰. pH air laut berkisar antara 8,0—8,2.
Bertambah atau berkurangnya keasaaman air laut mula-mula akan
mempercepat kontraksi payung, akan tetapi lama-kelamaan

44
kontraksinya akan semakin melemah. Melemahnya kontraksi
payung dapat terjadi pada pH kurang dari 7,2 atau lebih dari 9,5.31
e. Klasifikasi Filum Cnidaria
1) Kelas Scyphozoa32
a) Rhizostoma sp.
Filum : Coelenterata
Subfilum : Medusozoa
Kelas : Scyphozoa
Subkelas : Scyphomedusae
Ordo : Rhizostomeae
Famili : Rhizostomatidae
Genus : Rhizostoma
Spesies : Rhizostoma sp.
b) Aurelia sp.
Filum : Coelenterata
Subfilum : Medusozoa
Kelas : Scyphozoa
Subkelas : Scyphomedusae
Ordo : Semaeostomaeae
Famili : Ulmaridae
Genus : Aurelia
Spesies : Aurelia sp.
c) Pelagia sp.
Filum : Coelenterata
Subfilum : Medusozoa
Kelas : Scyphozoa
Subkelas : Scyphomedusae
Ordo : Semaeostomaeae
Famili : Pelagiidae
Genus : Pelagia

31
Anna E.W. Manuputty, Ubur-ubur (Scyphomedusae) dan Cara Pengolahannya, Jurnal
Oseana Vol. XIII No. 2 Tahun 1988, hal. 56—58.
32
Ibid, hal. 50.

45
Spesies : Pelagia sp.
2) Kelas Anthozoa
a) Acropora sp.
Filum : Coelenterata
Kelas : Anthozoa
Subkelas : Hexacorallia
Ordo : Scleractinia
Famili : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora sp
3) Kelas Hydrozoa
a) Obelia sp.
Filum : Coelenterata
Kelas : Hydrozoa
Ordo : Leptomedusae
Famili : Campanulariadae
Genus : Obelia
Spesies : Obelia sp
b) Hydra fusca
Filum : Coelenterata
Kelas : Hydrozoa
Ordo : Anthomedusae
Famili : Hydridae
Genus : Hydra
Spesies : Hydra fusca
F. Porifera (Spons Laut)
Spons adalah organisme laut invertebrata yang berasal dari filum
porifera. Spons merupakan hewan multiseluler sederhana dan memiliki
bentuk yang bervariasi. Bentuknya dipengaruhi oleh lingkungan kimia dan
lingkungan fisik, seperti kedalaman, arus, ombak dan sedimentasi (Rachmat
et al., 2001). Di dunia ada sekitar 10.000 spesies spons, di Indonesia
diperkirakan sebanyak 850-1500 spesies (Hooper et al., 2002)

46
Gambar Porifera

Spons termasuk sebagai salah satu hewan primitive hidup menetap


dan bersifat filter feeder, yaitu memompa air keluar dari tubuhnya dan
menyaring partikel sebagai bahan makanan karena aliran air tersebut
menyediakan kumpulan makanannya dan oksigen. Makanan spons terdiri
dari detritus organik seperti bakteri, zooplankton dan phytoplankton yang
kecil-kecil yang mana secara efektif ditangkap oleh sel-sel berbulu
cambuknya. Pada umumnya, spons mampu memompakan air rata-rata
sebanyak 10 kali volume tubuhnya dalam waktu 1 menit, sehingga tidak
salah kalau hewan ini terkenal sebagai hewan "filter feeder" yang paling
efisien dibandingkan hewan laut lainnya (Bergquist, 1978).

Gambar Proses Filter Feeding


Secara ekologi, spons merupakan salah satu biota penyusun
ekosistem pesisir dan laut, terutama pada ekosistem terumbu karang dan
padang lamun baik di perairan tropik maupun subtropik (Samawi et al.,

47
2009). Persebaran spons mulai dari zona intertidal hingga zona subtidal
suatu perairan. Keanekaragaman jenis spons di suatu habitat umumnya
ditemukan oleh kondisi perairan yang jernih dan tidak memiliki arus kuat.
Spons juga dapat ditemui pada setiap kondisi kedalaman yang berbeda
dengan tingkat kecerahan yang cukup untuk pertumbuhannya (Haedar et al.,
2016).
Faktor kedalaman sangat mempengaruhi bentuk spons. Bentuk
spons pada perairan yang lebih dalam cenderung memiliki bentuk tubuh
yang lebih simetris dan lebih besar sebagai akibat dari lingkungan yang
lebih stabil dibandingkan dengan jenis yang sama yang hidup pada perairan
yang lebih dangkal.
Beberapa spons memiliki warna yang berbeda walaupun dalam satu
jenisnya. Beberapa spons juga memiliki warna dalam tubuh yang berbeda
dengan pigmentasi luar tubuhnya. Spons yang hidup di lingkungan
yanggelap akan berbeda warnanya dengan sponssejenis yang hidup pada
lingkungan yang cerah. Warna spons tersebut sebagian dipengaruhi oleh
fotosintesa mikrosimbionya (misal berwarna ungu dan merah jambu).
Mikrosimbion spons umumnya adalah cyanophita (cyanobacteriadan
eukariot alga seperti dinoflagella atauzooxanthella (Wilkinson, 1980).
Pada umumnya hewan spons berkelamin ganda (hermaprodit), tetapi
memproduksi sel telur dan sel spermanya pada waktu yang berbeda. Hewan
ini dapat juga berkembang biak (reproduksi) secara aseksual (fragmentasi).
Pcrtumbuhan spons muda menjadi individu yang dewasa dipengaruhi oleh
temperatur, salinitas, kekeruhan, arus air, kemiringan dasar, sedimen, serta
kompetisi ruang (Bergquist & Tizard, 1969).

48
Gambar Reproduksi Porifera

Dalam reproduksi seksual, hewan ini membutuhkan air yang


mengalir untuk membantu pertemuan sperma dengan telur. Pejantan
melepaskan spermanya melalui oskula, kemudian mengalir dan masuk ke
dalam saluran masuk (ostia). Kemudian sperma tersebut ditangkap oleh
"Chaonocyte" dan bertemu dengan telur dalam mesohil. Pada jenis spons
yang ovipar, telur yang telah dibuahi dikeluarkan dari tubuh spons dan
kemudian menetas. Sedangkan, pada jenis spons yang vivipar, larva spons
dikeluarkan dari tubuh spons dan berenang dengan bulu getarnya selama
selang waktu tertentu sampai mendapat tempat menempel yang sesuai.
Reproduksi aseksual umumnya dengan fragmentasi. Potongan-
potongan dari spons yang patah dapat hidup dengan cadangan makanan
yang ada ditubuhnya, kemudian beregenerasi membentuk tunas baru atau
kompleks gemmula untuk menjadi spons dewasa (Bergquist, 1978). Cara
reproduksi fragmentasi ini dapat ditiru untuk membuat kultur spons.
G. Manfaat serta Peranan Invertebrata Laut bagi Ekosistem Perairan
Laut
Invertebrata merupakan kelompok binatang yang tidak mempunyai
tulang belakang (vertebrae). Invertebrata, mencakup 95% dari semua jenis
hewan yang telah diidentifikasi, merupakan hewan yang persebarannya
paling luas dengan keunikan setiap ekosistem. Invertebrata digunakan
sebagai bioindikator karena mempunyai sifat hidup yang relatif menetap
dalam jangka waktu yang lama, sifat infertebrata tersebut yang

49
memungkinkan untuk merekam kualitas suatu perairan. Invertebrata terbagi
kedalam beberapa filum yaitu: Arthropoda Mollusca Echinodermata
Annelida Polifera Coelenterata Nemathelminthes dan Platyhelminthes. Di
Indonesia, kurang lebih terdapat 1.800 spesies yang termasuk ke dalam
filum Invertebrata. Karakteristik biota indikator pencemaran adalah mudah
diidentifikasi mudah diambil untuk dijadikan sampel pola distribusi biota
kosmopolitan; mudah menyerap atau penyimpan bahan pencemar dan peka
terhadap perubahan lingkungan.33
Kadar pencemar fisika kimia dalam ekosistem perairan dapat
menyebabkan turunnya diversitas hewan invertebrate. Kelimpahan jumlah
invertebrata di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor kimia
dan fisika yang terdapat pada lingkungan tersebut. Beberapa faktor yang
mempengaruhi diantaranya adalah suhu, kuat arus, pH dan terjadinya runoff
sungai yang membawa beberapa bahan kimia yang dihasilkan dari daratan.
Semakin banyak bahan kimia yang mencemari lingkungan, maka semakin
sedikit organisme yang dapat hidup atau toleran di lingkungan perairan
tersebut.
Invertebrata mempunyai tiga aspek fungsi dalam lingkungan yaitu
sebagai bioindikator, ekonomi penting konsumsi, dan komoditas koleksi.
Invertebrata bioindikator merupakan biota yang mempunyai pengaruh
langsung ke lingkungan. Invertebrata bioindikator yang termasuk pada
pemantauan ini adalah Banded Coral Shrimp (Stenopus hispidus), Diadema
urchin (Diadema antillarum), Crown of Thorns/COTs (Acanthaster planci),
Kima (Tridacna sp.), dan Teripang (Thelenota ananas). Invertebrata juga
dapat dilihat indeks ekonomi penting konsumsi, antara lain: lobster
(Panulirus versicolor) dan teripang. Invertebrata komoditas koleksi akuatis
umumnya dicari untuk penghias akuarium air laut. Invertebrata koleksi
akuatis yang diamati adalah Banded Coral Shrimp (Stenopus hispidus),
Collector urchin (Tripneustes sp.), dan Pencil urchin (Heterocentrotus
spp.).34

33
Luhtfi, O. M. et al., Journal of Fisheries and Marine Research Vol. 3, No. 2 (2018),
hal. 137-148.
34
Barnes, R. D. “Invertebrate zoology (No. Ed. 5)”. WB Saunders company. 1987

50
Banded Coral Shrimp merupakan spesies yang popular diantara
kolektor akuarium air asin. Hewan ini mempunyai warna tubuh menarik dan
dapat membersihkan akuarium membuat hewan ini disukai banyak kolektor
akuarium hias. Negara pengekspor terbesar hewan ini adalah Filipina dan
Indonesia, dimana tingkat edukasi masih rendah sehingga mengandalkan
ekspor hewan ini.
Diadema urchin merupakan hewan yangDiadema urchin merupakan
hewan yang banyak dikonsumsi gonadnya oleh masyarakat pesisir.
Masyarahat biasanya mengambil langsung di pantai ketika surut. Sekarang
ini sudah banyak yang membudidayakan hewan ini untuk dijual. Bulu babi
menjadi hewan yang dikoleksi oleh kolektor akuarium air asin karena
warnanya yang menarik. Umumnya spesies yang dipasarkan adalah spesies
yang racunnya kurang kuat. Acanthaster planci atau biasa disebut dengan
hewan COTs yang dijadikan sebagai bioindikator predator karang.
H. Manfaat serta Peranan Invertebrata Laut bagi Manusia
1. Arthropoda, Anggota crustacea merupakan sumber makanan berprotein
tinggi bagi manusia.
2. Manfaat Mollusca bagi manusia diantaranya sebagai sumbe protein,
bahan pakan ternak, bahan industri, perhiasan, bahan pupuk dan obat-
obatan.
3. Peranan Echinodermata, ini cukup besar bagi sumber daya manusia
dimana merupakan sumber makanan yang bergizi dan nilai jual dari
teripang ini cukup mahal diekspor ke luar negeri. Beberapa jenis
Echinodermata mempunyai manfaat untuk makanan, misalnya tripang
dan telur bulu babi.
4. Cnidaria, ubur-ubur merupakan hewan yang dapat dikonsumsi karena
memiliki kandungan protein tinggi.
5. Spons, Ekstrak metabolit spons dipercaya mempunyai sifat sitotoksin,
anti tumor, anti virus, anti inflamasi, anti fungi, anti leukimia dan
penghambat aktivitas enzim. Spikula Euspongia juga dapat digunakan
sebagai alat penggosok badan dan pembersih kaca.

51
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Arthropoda berarti dari bahasa yunani, yaitu anthro yang berarti ruas
dan podos yang berarti kaki. Jadi, Arthropoda berarti hewan yang
mengeluarkan beruas-ruas. Tubuh Arthropoda terdiri atas caput (kepala),
toraks (dada) dan perut yang bersegmen-segmen. Hewan arthropoda ada
yang sempurna, metamorphosis tidak sempurna, dan ada yang tidak
bermetamorfosis. Sistem reproduksi Arthropoda. Ciri-ciri umum dari
arthropoda antara lain memilki anggota yang beruas, memilki simetris
bilateral terdiri atas jumlah ruas-ruas, tubuh dibungkus oleh zat kitin
sehingga menjadi bagian luar, biasanya ruas-ruas dari bagian-bagian yang
tidak berkitin sehingga ruas-ruas yang diingkan mudah digerakkan, sistem
saraf membentuk sistem saraf tangga.
Mollusca berasal dari bahasa Romawi yaitu Molis yaitu lunak. Jadi
Filum Mollusca adalah kelompok hewan invertebrate yang memilki tubuh
lunak. Anggota dari filum Mollusca memilki bentuk tubuh yang beraneka
ragam. Filum Mollusca dibagi menjadi 5 kelas: Gastropoda,
Chepaalopoda, pelecypoda, Amphineura dan Scaphopoda.
Echinodermata berasal dari kata Echinos artinya duri dan Derma
artinya kulit. Echinodermata adalah hewan yang memiliki kulit yang
berduri. Echinodermata berperan dalam siklus energi yaitu dengan
memakan berupa bahan organik yang masu ke dalam laut, sehingga
Echinodermata sering disebut dengan pembersih pantai. Bintang laut atau
Asteroidae memiliki tubuh yang ditutupi dengan kulit yang berduri halus.
Bintang laut sering ditemukan dalam kelompok kecil dengan
membenamkan diri didalam pasir. Ketika air laut sedang surut, biota laut ini
akan terjebak dalam genangan air yang dangkal. Selain itu biota laut ini
umumnya hidup di pantai tropis sampai dengan sub tropis. Landak laut
merupakan hewan yang termasuk dalam filum Echinodermata yang potensi
untuk memproduksi senyawa beracun sebagai upaya untuk

52
mempertahankan dirinya dari serangan predator, serta racun yang berasal
dari biota laut lebih mematikan daripada racun biota yang ada di daratan.
Cacing laut merupakan salah satu biota yang termasuk dalam filum
Annelida yaitu kelas Polychaeta yang biasanya hidup di sekitar terumbu
karang akan membentuk cangkang kapur dan secara biologis mempunyai
peran sebagai pengurai batu karang.
Cnidaria berasal dari bahasa Yunani “cnidos” yang artinya
“penyengat”. Cnidaria juga disebut Coelenterata yaitu berasal dari kata
“coilos” yang artinya “berongga” dan “enteron” yang artinya “usus”. Filum
ini berbentuk simetri radial dan memiliki dua fase kehidupan sebagai
medusa (berenang bebas) dan polip (menetap). Cnidaria diklasifikasikan
menjadi dua kelas yaitu Anthozoa dan Scyphozoa dan Hydrozoa.
Spons adalah organisme laut invertebrata yang berasal dari filum
porifera. Spons merupakan hewan multiseluler sederhana dan memiliki
bentuk yang bervariasi. Bentuknya dipengaruhi oleh lingkungan kimia dan
lingkungan fisik, seperti kedalaman, arus, ombak dan sedimentas.
Invertebrata merupakan kelompok binatang yang tidak mempunyai
tulang belakang (vertebrae). Invertebrata, mencakup 95% dari semua jenis
hewan yang telah diidentifikasi, merupakan hewan yang persebarannya
paling luas dengan keunikan setiap ekosistem. Invertebrata digunakan
sebagai bioindikator karena mempunyai sifat hidup yang relatif menetap
dalam jangka waktu yang lama, sifat infertebrata tersebut yang
memungkinkan untuk merekam kualitas suatu perairan. Kadar pencemar
fisika kimia dalam ekosistem perairan dapat menyebabkan turunnya
diversitas hewan invertebrate. Invertebrata mempunyai tiga aspek fungsi
dalam lingkungan yaitu sebagai bioindikator, ekonomi penting konsumsi,
dan komoditas koleksi. Invertebrata bioindikator merupakan biota yang
mempunyai pengaruh langsung ke lingkungan.

53
B. Saran
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca guna menunjang kegiatan pembelajaran serta menambah wawasan
mengenai biologi dan ekologi invertebrata laut beserta manfaat dan
peranannya. Akan tetapi, dalam penyusunan makalah ini tentunya masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, dibutuhkan kritik dan saran
yang membangun sehingga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam
penyusunan makalah-makalah berikutnya.

54
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, H.A.., Pringgenies, D., Yudiati, E. 2012. “Uji Toksisitas Ekstrak Kloroform
Cangkang dan Duri Landak Laut (Diadema setosum) Terhadap Mortalitas
Nauplius Artemia sp.” Journal of Marine Research 1.

Bergquist, P.T. And Tizard, C.A. 1969. Sponges Industry. In Firth (Ed.).
Encyclopedia of Marine. Resources:665670.
Bergquist, P.R. 1978. Sponges. Hutchinson, London: 268 Pp.
Desy Susilawati. 2012. Keanekaragaman dan Kemelimpahan Arthropoda
Permukaan Tanah Pada Kebun Mentimun (Cucumis sativus L.) yang
dirawat dan tidak dirawat di Desa UPT Sawahan Kecamatan Cerbon
Kabupaten Barito Kuala, Skripsi. Banjarmasin: STKIP-PGRI.

Fitriana, Nanti. 2010. “Inventarisasi Bintang Laut (Echinodermata: Asteroidea) di


Pantai Pulau Pari, Kabupaten Adm. Kepuauan Seribu, Jurnal Ilmiah Faktor
Exacta, Vol. 3 No. 2 Juni 2010. Universitas Indraprasta PGRI: Program
Studi Pendidikan Biologi.

Gracemetarini, A. 2003. Keanekaragaman Jenis Arthropoda dari Hasil Koleksi


Metode Canopy Knockdown di Hutan Alami Gunung Tangkuban Perahu:
Skripsi, Bandung: ITB.

Haedar, Sadarun, B., Palupi, Ratna, D., 2016. Potensi Keanekaragaman Jenis Dan
Sebaran Spons Di Perairan Pulau Saponda Laut Kabupaten Konawe.
Sapa Laut. 1 (1) 1-9.
Hanum, Laila & Aditya Krishar Karim. 2013. Bahan Alam Laut: Senyawa Bioaktif dan
Aktivitas Farmakologis untuk Antimalaria, Jurnal Oseana Vol. XXXVIII No.2.

Hooper, J.N.A., Van Soest, R.W.M., Debrenne, F., 2002. Sponguide (Guide to
Sponge Collection And Identification) Queensland Museum, South
Brisbane, Australia.

Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata) untuk


Universitas Negeri Malang. Surabaya: Sinar Jaya.
Lumenta, Cyska. 2017. Avertebrata Air. Unsrat Bahu Manado: Unsrat Press.

55
Manuputty, Anna E.W. 1988. Ubur-ubur (Scyphomedusae) dan Cara
Pengolahannya, Jurnal Oseana Vol. XIII No. 2.
Nontji Anugerah. 2002. Laut Nusantara Cet. III. Jakarta: Djambatan.

O. M., Luhtfi et al. 2018. Journal of Fisheries and Marine Research Vol. 3, No. 2

Rachmat, R., Kobayashi, M. Dan Rasyid, A. 2001. Substansi Antikanker Dari


Spons Sp. Asal Baranglompo, Kepulauan Spermonde, Indonesia.
Prosiding Seminar Laut Nasional III. Jakarta.

R. D., Barnes. 1987. “Invertebrate zoology (No. Ed. 5)”. WB Saunders company.

Romimohtarto Kasijan &Sri Juwana. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan tentang


Biota Laut, Edisi Revisi Cet. III. Jakarta: Djambatan.
Rusyana Adun. 2013. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktek) Cet. III. Bandung:
Alfabeta.
Samawi, M.F., Rani, C., Dan Ramli. 2009. Keterkaitan Antara Kondisi Oseanografi
Dengan Komposisi Jenis Dan Kepadatan Sponge Laut Di Kepulauan
Spermonde. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan,Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Sundowo, Herminto & Wisnu Wardhana. t.t. Modul Dasar Klasifikasi Hewan
Avertebrata. t.t.p. : t,p.

Suwignyo, Sugiarti, dkk. 2007. Avertebrata Air, Jilid I Cet. I. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Tantri Novese. 2016. Crustacea Air Tawar (Decapoda: Brachyura Dan Caridea)
Di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Venugopal, V. 2009. “Marine Products for Healthcare: Functional and Bioactive


Nutraceutical Compounds from the Ocean”, 1st edition, Volume 1. Florida:
CRC Press.

Wilkinson, C.R. 1980. Cyanobacteria Symbiotic In Marine Sponges. In


Schwemmler et Al (Eds). Endocytobiology: Endosymbiosis and Cell
Biology. Walter De Gruyter, Berlin: 553-563.
Yamindago Ade. 2013. FiLum Arthropod. Malang: Universitas Brawijaya.

56
Yusron, Edi. 1985. “Beberapa Catatan Mengenai Cacing Laut (Polychaeta)”.
Oseana, Vol. X No. 4.

57

Anda mungkin juga menyukai