Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 URAIAN
Kebutuhan air merupakan suatu komponen sangat penting bagi mahluk hidup yang ada di
permukaan bumi ini, baik untuk manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan (Kodoatie and
Sjarief, 2010; Notohadiprawiro, 1998). Air selalu dibutuhkan bagi semua kegiatan mahluk hidup
terutama manusia. Kegiatan pengelolaan dalam kebutuhan air ini diantaranya bidang industri,
pertanian, peternakan, perikanan, dan lain-lain.
Sedemikan vitalnya kebutuhan air bagi manusia, namun jika keberadaan air tidak dikelola
dan dikendalikan secara tepat maka keberadaanya akan menjadi membahayakan terutama bagi
manusia. Tidak sedikit bencana terjadi disebabkan karena kurang tepatnya pengelolaan air
seperti bencana kekeringan pada musim kemarau, banjir dan longsor pada musim hujan. Oleh
karenanya pemanfaatan sumber air harus dilakukan sebaik-baiknya, agar air tersebut dapat
digunakan seoptimal mungkin dan supaya tidak terjadi akibat yang tidak diinginkan.
Dalam dunia pertanian, air mempunyai peranan yang penting bagi pertumbuhan tanaman.
Keberadaan air bagi tanaman harus dikelola dan dikendalikan. Kelebihan air pada tanaman akan
terjadi pembusukan, sedangkan kekurangan air tanaman akan mengalami kekeringan( Song and
Banyo, 2011; Rosmarkam and Yuwono, 2002).
Sejak jaman dahulu sebagian besar orang dalam pengelolaan pertanian, untuk memenuhi
kebutuhan tanaman mengandalkan curah hujan. Seiring dengan perkembangan kemampuan
berpikir, maka mulailah manusia mengenal apa yang disebut dengan irigasi. Pemikiran irigasi
yang pada dasarnya bertujuan untuk mencukupi kebutuhan air tanaman sesuai dengan fase
pertumbuhannya. Sebenarnya irigasi sudah dikenal sejak jaman Mesir Kuno dengan
memanfaatkan air dari sungai Nil (Nurlidiawati, 2014; Umar, 2009). Di Indonesia, irigasi juga
sudah dikenal sejak jaman nenek moyang dengan membendung aliran sungai untuk dialirkan ke
sawah-sawah yang membutuhkannya(Oppenheimer and Syahrir, 2010; Rupa, 1985). Bahkan
beberapa waduk juga dibangun yang salah satu fungsinya adalah penyediaan air untuk kegiatan
irigasi.

I.2 SEJARAH IRIGASI


Di Indonesia sawah sudah ada sejak jaman Hindu. Pada jaman tersebut telah dibangun
prasarana irigasi secara sederhana (Oppenheimer and Syahrir, 2010; Pasandaran, 1991). Hal itu
bisa dilihat dengan adanya peninggalan sejarah, yaitu usaha-usaha pembagian air irigasi. Seperti
irigasi subak di Bali. Seiring dengan berkembangnya jaman, irigasi di Indonesia terus
berkembang hingga jaman penjajahan Belanda.
Pada jaman penjajahan Belanda, para petani tradisional Indonesia dituntut untuk
memaksimalkan hasil pertanian mereka. Salah satu cara untuk memaksimalkan hasil pertanian
yaitu dengan pemenuhan kebutuhan air tanaman dengan kegiatan irigasi yang
sederhana.Sedangkan di Indonesia, modernisasi kegiatan irigasi terlihat sejak tahun 1957 pada
saat dimulainya pembangunan waduk Jati Luhur di Jawa Barat.

1
I.3 PENGERTIAN IRIGASI
Beberapa pengertian irigasi diantaranya Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 tentang
Irigasi (PP No 20, 2006), Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air
irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi
air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Sedangkan maksud irigasi adalah: untuk
mencukupi kebutuhan air di musim hujan untuk keperluan pertanian seperti membasahi tanah,
merabuk, mengatur suhu tanah, menghindarkan gangguan hama dalam tanah dan sebagainya.
Irigasi berfungsi mendukung produktivitas usaha tani guna meningkatkan produksi pertanian
dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani,
yang diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1982 tentang irigasi, bahwa Irigasi ialah
usaha untuk penyedian dan pengaturan air untuk menunjang pertanian. Menurut PP No. 23/
1982 irigasi juga termasuk dalam pengertian Drainase yaitu : mengatur air terlebih dari media
tumbuh tanaman atau petak agar tidak mengganggu pertumbuhan maupun produksi tanaman.
Sedangkan Small dan Svendsen ( menyebutkan bahwa irigasi ialah : tindakan intervasi manusia
untuk mengubah aliran air dari sumbernya menurut ruang dan waktu serta mengolah sebagian
atau seluruh jumlah tersebut menaikkan produksi pertanian (http://zanius.blogspot.com).
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 32/PRT/M/2007 dan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat RI Nomor: 17/PRT/M/2015). Irigasi adalah
usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian
yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi
pompa, dan irigasi tambak. Irigasi juga didefinisikan sebagai suatu proses pemberian air kepada
suatu lahan secara tidak alami guna pertumbuhan tanaman. Pemberian air dalam kegiatan
irigasi ini harus diiringi dengan drainase yaitu pembuangan air kelebihan pada lahan pertanian
agar tidak mengganggu pertanian.
Kegiatan irigasi tersebut, dapat dibagi dalam tiga tahap :
1. Tahap pengambilan air dari sumbernya melalui cara membendung sungai atau dengan cara
memompa air dari sungai maupun air tanah.
2. Membawa air tersebut serta membagi air yang diambil ke lahan pertanian yang
memerlukannya, melalui saluran atau pipa.
3. Membuang air kelebihan dari lahan pertanian kesungai utama atau langsung kelaut melalui
saluran-saluran dan bangunan pembuang.
Walaupun tujuan utama dari irigasi ini adalah pemberian air dan pembuangan air kelebihan,
namun ada beberapa tujuan yang sering menjadi tujuan kegiatan irigasi (https:manfaat.co.id/manfaat-
irigasi), sebagai berikut :
 Melancarkan aliran air ke lahan sawah

Manfaat paling umum yang diketahui banyak orang dari adanya irigasi ini adalah untuk
mengalirkan air menuju ke lahan persawahan. Air yang dialirkan ini dapat bersumber dari
danau, waduk (bendungan), sungai, atau sumber air yang lainnya. Dari sumber-sumber air
ini dibuatkan semacam jalan yang nampak seperti parit (terkadang berukuran besar) untuk
kemudian ditujukan ke area lahan persawahan. Hal ini tentu akan sangat memudahkan
lahan persawahan mendapatkan air, terlebih pada saat musim kemarau sehingga pada saat
musim kemarau tiba tidak banyak lahan sawah yang kekeringan akibat kurangnya pasokan
air.

2
 Membasahi tanah persawahan

Salah satu tujuan dialirkannya air ke lahan persawahan adalah membuat tanah persawahan
menjadi basah. Tanah persawahan yang basah akan memudahkan tanah untuk ditanami.
Selain itu, tanah yang sudah basah akan mempermudah proses pembajakan sawah, karena
sebelumnya sudah gembur. Manfaat irigasi untuk membasahi tanah persawahan ini akan
semkin terasa ketika terjadi pada daerah yang mempunyai curah hujan sedikit dan atau
tidak menentu.
Pembasahan tanah sawah ini memang sangat dibutuhkan. Namun pembasahan tersebut
tidak asal basah saja, pembasahan lahan persawahan juga perlu diatur kadar airnya. Tidak
dianjurkan bagi tanah persawahan yang terlalu basah sehingga air menggenang di dalamnya,
bagitu pula dengan pembasahan yang terlalu sedikit. Oleh karena itu, pembasahan pada
tanah sawah ini dapat diatur dengan menggunakan irigasi. Dengan demikian, irigasi
berfungsi sebagai pembasah sekaligus pengontrol pembasahan tanah sawah tersebut. Salah
satu manfaat untuk mengontrol pembasahan tanah sawah tersebut agar sawah dapat dialiri
air sepanjang tahun, baik di musim kemarau maupun musim penghujan.
 Mempermudah petani untuk mengairi lahan sawah

Tujuan irigasi dibentuk agar sawah milik petani ini tidak terlalu sulit jika ingin mendapatkan
air, terlebih ketika musim kemarau datang. Jadi, irigasi ini akan sangat memudahkan petani
dalam memberikan pengairan terhadap lahan sawahnya. Jika sumber air berada jauh dari
sawah, maka petani tidak perlu bersusah payah untuk menimba air dan membawanya ke
sawah karena sudah ada saluran irigasi yang akan membawa air ke lahan sawah tersebut.
 Mencukupi kebutuhan air pada sawah
Sebagaimana diketahui bersama bahwa sawah ini merupakan satu bidang atau lahan yang
sangat membutuhkan banyak air agar tumbuhan yang ditanam di dalamnya tumbuh subur
dan berbuah banyak sehingga petani bisa mendapatkan hasil panen yang melimpah.
 Pemupukan.
Pemupukan menjadi tujuan irigasi terutama pada irigasi yang menggunakan pipa dimana air
irigasi dibubuhi pupuk sebelum masuk kedalam pipa. Dapat juga pemupukan ini terjadi
secara alami karena air irigasi yang diberikan kepada tanaman memang berasal dari daerah
yang ranahnya cukup baik sehingga air yang digunakan untuk irigasi juga mengandung
unsur-unsur hara yang diperlukan oleh tanaman.
 Kolmatasi.
Kolmatasi adalah usaha meninggikan muka tanah dengan mengalirkan air yang mengandung
lumpur ke permukaan tanah dan apabila lumpur ini mengendap, maka permukaan tanah
akan bertambah tinggi. Untuk ini air irigasi ahrus mengandunglumpur dan kecepatan aliran
harus cukup tinggi agar mampu membawa lumpur tadi dan sebaliknya pada lahan pertanian
kecepatan alirannya harus cukup rendah sehingga sehingga memungkinkan pengendapan.
Usaha kolmatasi ini dulu digunakan untuk menutup rawa-rawa di Pulau Jawa seperti di
Purworejo dan Rawa Besar di lembah Kali Juwana (Prof.Ir. Soetedjo, Diktat Pengairan jilid I ).
 Sebagai sarana pendukung ketahanan pangan
Irigasi ini karena manfaatnya yang luar biasa bagi tanah persawahan dan juga bagi tanaman
yang ada di dalamnya, maka irigasi ini dapat dikatakan sebagai salah satu sarana
pendukung untuk ketahanan pangan yang ada di Indonesia. Jika tidak ada saluran irigasi,
maka area persawahan kita mungkin akan mengalami kekeringan dan tanaman tidak dapat
tumbuh dengan subur sehingga petani tidak akan mendapatkan panen yang banyak. Jika

3
semua petani di Indonesia mengalami hal yang sama, tentu saja hal seperti ini akan sangat
merugikan negara karena pasokan bahan makanan dari negeri sendiri hanya sedikit, dan
pemerintah akan terpaksa mengimpor. Oleh karena itu, irigasi ini sangat penting, baik bagi
petani, bagi tanaman sendiri, dan kita yang mengonsumsi hasil pertanian, dan juga bagi
perekonomian negara kita sendiri.
 Menyuburkan tanah
Tanah yang dibasahi oleh air dari irigasi ini akan manjadi tanah yang subur. Hal ini karena
biasanya air yang diambil dari sumber air dan akan dialirkan ke sawah tersebut mengandung
lumpur dan berbagai macam zat hara lainnya. Hal ini menjadikan tanah perawahan menjadi
tanah yang subur dan siap ditanami.
 Untuk penggelontoran air
Penggelontoran air adalah semacam pembersihan tanah sawah dari berbagai macam hal yang
tidak berguna (sampah). Dengan menggunakan air irigasi ini, segala hal yang tidak berguna
yang terdapat di area persawahan seperti kotoran, pencemaran atau limbah, sampah yang
biasanya kita temukan di permukaan tanah sawah dapat digelontor ke tempat yang telah
disediakan (saluran drainase) atau digelontor ke luar area persawahan. Dengan demikian
akan menjernihkan area persawahn secara alami dan areal persawahan akan bebas dari
sampah, kotoran, dan sebagainya.
 Pencucian.
Seringkali suatu lahan mempunyai produktifitas yang rendah karena tanahnya mengandung
zat-zat yang merugikan tanaman seperti pada daerah rawa. Baik pada rawa pantai maupun
rawa pedalaman, kemampuan lahan terbatas karena drainase terhambat. Terhambatnya
drainase ini menyebabkan tanah mengandung senyawa-senyawa yang merugikan tanaman
yang umumnya bersifat masam. Walaupun kemampuan lahan dapat ditingkatkan melalui
drainase, namun kemampuan lahan ini akan cepat meningkat kalau pada lahan tersebut
dapat dialirkan air segar, sehingga senyawa-senyawa yang merugikan tadi dapat
dihanyutkan/dicuci.
 Sebagai tempat budidaya tumbuhan atau hewan tertentu
Manfaat irigasi yang satu ini merupakan manfaat tambahan di luar tujuan membangun
irigasi, yaitu sebagai tempat untuk membudidayakan hewan maupun tumbuhan tertentu.
Beberapa tumbuhan dapat ditanam disekitar aliran air, karena tanah di sekitar aliran air
akan selalu lembap. Beberapa tanaman yang dapat ditanam di area itu antara lain adalah
kangkung atau berbagai macam sayuran lainnya. Selain itu, saluran irigasi juga bisa
dijadikan rumah bagi beberapa hewan air tertentu seperti beberapa macam ikan kecil, atau
kepiting air tawar. Dengan keberadaan hewan-hewan kecil ini biasanya banyak anak-anak
yang bermain di dekat aliran irigasi dan terkadang mandi di bawah pancuran air irigasi ini.
 Sebagai penyimpan pasokan air
Irigasi selain berguna untuk mengangkut dan menyalurkan air ke persawahan, ternyata juga
berfungsi dengan baik sebagai penyimpan air agar tidak habis, terutama pada saat musim
kemarau datang. Irigasi ini akan menyimpan cadangan air untuk dapat digunakan pada
musim kemarau.
 Mengendapkan zat garam
Mengendapkan zat garam dari permukaan tanah ke lapisan bawah tanah sehingga kadar
garam di permukaan tanah sawah menjadi berkurang.
 Pelindung tanah
Irigasi juga berfungsi sebagai pelindung tanah dari resiko terjadinya frost.

4
 Pengatur suhu dalam tanah
Irigasi berfungsi untuk menurunkan suhu dalam tanah sehingga lebih kondusif untuk
masalah pertanian. Itulah beberapa manfaat dari irigasi yang dapat ditemukan di sekitar
areal persawahan. Irigasi ini sangat penting keberadaannya. Dengan demikian, pembangunan
irigasi ini harus selalu ditingkatkan dan bangunan irigasi ini harus dijaga dan dilestarikan.

I.4 KUALITAS AIR UNTUK PERTANIAN


Pertanian berkelanjutan merupakan suatu upaya memelihara, memperpanjang, meningkatkan
dan meneruskan kemampuan produktif dari sumberdaya pertanian untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi pangan. Guna mewujudkan pertanian berkelanjutan, sumberdaya pertanian seperti air
dan tanah yang tersedia perlu dimanfaatkan secara berdaya guna dan berhasil guna. Kebutuhan
akan sumberdaya air dan tanah cenderung meningkat dengan adanya pertambahan jumlah
penduduk dan perubahan gaya hidup, sehingga kompetisi dalam pemanfaatannya juga semakin
meningkat tajam baik antara sektor pertanian dengan sektor non-pertanian maupun antar
pengguna dalam sektor pertanian itu sendiri (Sutanto, 2002)
Pengelolaan air untuk memenuhi kebutuhan tanaman di lahan dapat dilakukan melalui
irigasi. Namun, saat ini pemeliharaan irigasi dan air irigasi di Indonesia kurang diperhatikan.
Oleh karena itu, kualitas air irigasi menjadi hal yang harus diperhatikan dengan baik agar
produksi pertanian dapat memenuhi standar kuantitas maupun kualitas. Kualitas air untuk
pertanian ini, harus tetap dijaga baik sebelum maupun sesudah memasuki areal pertanian
Dalam air terdapat berbagai macam zat terlarut di dalamnya dan berinteraksi langsung
dengan sistem yang terdapat dalam setiap organisme hidup. Kualitas air merupakan salah satu
aspek yang banyak mendapatkan perhatian dan pengelolaan sumber daya air. Kualitas air secara
umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan pemenuhan
air untuk tanaman. Sebagai contoh: kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas
air untuk keperluan air minum. Kualitas air mengacu pada kandungan polutan yang terkandung
dalam air dan kaitannya untuk menunjang kehidupan ekosistem yang ada di dalamnya. Dalam
memahami kualitas air, kita perlu mengetahui sifat-sifat air terlebih dahulu
Air irigasi yang disuplai ke petak pertanian dengan jumlah dan kualitas air, sesuai
kebutuhan tanaman yang ditanam, dan mengalirkan kelebihan air ke tempat lain hingga tidak
merusak tanaman. Air irigasi yang cukup dengan kualitas air yang sesuai dengan peruntukan
tanaman dapat mendukung pertanian. Salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur
kualitas air adalah baku mutu air, yaitu batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan
pencemar dalam air tetapi masih sesuai dengan peruntukannya (Haslam, 1990)
Sesuai keputusan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup Negara tentang Pedoman
Penetapan Baku Mutu Lingkungan, air irigasi termasuk Golongan D yang diperuntukkan bagi
pertanian dan dapat pula digunakan untuk usaha perkotaan, industri, dan listrik tenaga air.
Persyaratan kualitas air golongan D ini lebih rendah disbanding golongan A, B, dan C yang
berturut-turut diperuntukkan bagi air minum, mandi, serta peternakan dan perikanan. Berbagai
persyaratan tersebut meliputi sifat fisik, kimia dan biologi. Sifat fisik memuat seperti kekeruhan
dan warna kekeruhan air terkait padatan yang tersuspensi, sementara sifat kimia diantaranya
adalah derajat keasaman, kadar O2 terlarut, serta padatan terlarut seperti nitrat fosfat dan residu
pestisida. Untuk sifat biologi, parameter yang digunakan adalah jumlah mikroorganisme pathogen
yang ada di dalam air (Anonim, 2010).
Kualitas air dijabarkan dalam kekeruhan yang dinyatakan dalam NTU (Nephelometric
Turbidity Units). Semakin banyak padatan tersuspensi dalam air maka air terlihat semakin kotor

5
dan nilai NTU nya semakin tinggi. Nilai pH air mengindikasikan apakah air bersifat asam atau
basa. Tingkat pH yang baik untuk air minum adalah antara 6,5 dan 8,5. Nilai pH di bawah 6,5
akan terlalu asam dan pH di atas 8,5 akan terlalu basa. Secara umum, kualitas air harus
memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan mikrobiologi, fisika, kimia dan radioaktif.
Parameter kualitas air tersebut harus dipenuhi sesuai standar yang telah ditetapkan oleh
Departemen Pertanian sebelum didistribusikan ke tanaman budidaya (Anonim, 2011).
Pencemaran air dapat dijadikan indikator untuk penentuan kualitas air. Pencemaran air
dikelompokkan menjadi empat, yaitu dari bahan organik, anorganik, zat kimia, dan limbah.
Bahan buangan organik biasanya berupa limbah yang dapat terdegradasi oleh mikroorganisme
sehingga dapat meningkatkan perkembangan mikroorganisme. Sementara itu, bahan buangan
anorganik berupa limbah yang tidak dapat membusuk dan mikroorganisme tidak dapat
mendegradasinya. Macam-macam bahan anorganik berasal dari logam-logam seperti ion kalsium
(Ca), ion timbal (Pb), ion magnesium (Mg), ion arsen (As), dan air raksa (Hg). Bila logam-logam
tersebut mencemari air, maka akan menimbulkan akumulasi yang pada akhirnya menyebabkan
air menjadi sadah dan mengganggu kesehatan manusia. Bahan buangan yang berasal dari zat
kimia dihasilkan oleh sabun, pestisida, zat warna kimia, larutan penyamak kulit, dan zat
radioaktif. Limbah adalah zat, energi atau komponen lain yang dikeluarkan/ dibuang akibat
sesuatu kegiatan baik industry maupun non-industri. Limbah bisa merusak kualitas air untuk
pertanian dan membahayakan kesehatan tanaman budidaya (Harmayani, 2007).
Kondisi DAS dikatakan baik jika memenuhi beberapa kriteria, antara lain kualitas air baik
dari tahun ke tahun, debit sungai konstan dari tahun ke tahun, ketinggian air muka tanah
konstan dari tahun ke tahun, serta fluktuasi debit antara debit maksimum dan minmum kecil. Ini
digambarkan dengan nisbah debit tersebut. DAS sendiri merupakan suatu sistem yang
mempunyai potensi besar untuk mengalami polusi atau pencemaran. Komponen utama DAS yang
berpotensi untuk tercemar adalah badan air dan tanah, yang selanjutnya akan berpengaruh pula
pada makhluk hidup (manusia, hewan, dan tumbuhan) yang berinteraksi dengan komponen-
komponen yang ada dalam sistem DAS atau daerah yang dipengaruhinya. Penurunan kualitas air
di DAS antara lain disebabkan oleh: (a) meningkatnya kandungan sedimen dalam air sungai, (b)
sistem pembuangan air limbah industry di sepanjang aliran sungai sehingga terjadi pencemaran,
(c) limbah rumah tangga yang ikut mempengaruhi kualitas air dan (d) akibat negatif intensifikasi
pertanian (Machbub and Mulyadi, 2000).
Dalam menentukan kualitas air dikenal tiga parameter utama, yaitu oksigen terlarut,
kebutuhan oksigen biologis, dan kebutuhan oksigen kimia. Oksigen (O2) merupakan parameter
penting dalam air. Sebagian besar makhluk hidup dalam air membutuhkan O2 untuk
mempertahankan hidupnya, baik tanaman air maupun hewan yang hidup di air bergantung pada
oksigen terlarut. Keseimbangan oksigen terlarut dalam air secara alamiah terjadi secara
berkesinambungan (Isidoro and Aragüés, 2007).

Kriteria air yang bagus digunakan dalam sektor pertanian, antara lain air tersebut tidak
memiliki konsentrasi garam yang tinggi karena dengan tingginya tingkat konsentrasi garam maka
akan meningkatkan tekanan osmotic yang berpengaruh dalam penghambatan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Selain itu, air yang bagus digunakan untuk pertanian juga harus
memiliki kandungan sodium yang rendah karena sodium terdapat di koloid tanah dan akan
berfluktuasi sesuai penambahan air irigasi atau air hujan dan sistem koloid tanah, sebab air yang
baik bagi pertumbuhan tanaman adalah yang bersodium rendah. Kriteria lain adalah nilai pH
berkisar antara 6,5 – 8,4 atau pH netral, karena apabila pH tinggi atau lebih dari 8,5 sering ada
HCO3- dan CO3- dalam konsentrasi tinggi atau disebut alkalinity. Selain itu, air yang baik untuk

6
pertanian juga harus memilih nutrisi yang tidak berlebih karena apabila nutrisinya berlebih maka
akan mengurangi kualitas hasil pertanian (Nawawi, 2001).
Dalam usaha pemberian air untuk pertanian, maka tidak akan terlepas dari bangunan-
bangunan air. Bangunan ini direncanakan sesuai dengan keperluan dari sistem pengairan
tersebut dalam mensuplay airnya ke lahan pertanian. Hal ini terkait dengan kondisi darerah yang
direncanakan. Hidrolika merupakan bagian dari ilmu air yang diperlukan sebagai dasar untuk
menentukan bangunan air. Seperti halnya mekanika teknik merupakan pengetahuan dasar
untuk kontruksi.
Baku Mutu Air Golongan D : Pertanian dan Usaha Perkotaan

Parameter Satuan Kadar Maksimum Keterangan

FISIKA
01. Daya Hantar Listrik umhos/cm 1000
02. Zat Padat Tcrlarut (TDS) mg/L 1000
03. Suhu °C Suhu air normal
KIMIA
a. Kimia Anorganik
01 Air raksa mg/L 0,0005
02 Arsen mg/L 0,050
03 Boron mg/L 1,0
04 Kadmium mg/L 0,010
05 Cobalt mg/L 0,20
06 Kromium,valensi 6 mg/L 0,050
07 Manggan mg/L 1,0
08 Na(garam alkali) ug/L 40,0
09 Nikel mg/L 0,050
10 pH '- 6,5 - 8,5 Merupakan batas
minimum dan
maksimum
11. mg/L 1,25-2,50 Merupakan batas
Residual Sodium
minimum dan
Carbonat (RSC)
maksimum
12. Selenium mg/L 0,050
13. Seng mg/L 1,00
14. Sodium Absorption Ratio mg/L 10,0
(SAR)
15. Tembaga mg/L 0,1
16. Timbal mg/L 0,05
Radioaktivitas
17. Aktivitas Alpha (Gross Bq/L 0,1
Alpha Activity)
18. Aktivitas Beta (Gross Bq/L 1,0
Beta Activity)
Keterangan : ug = mikrogram ; mg = miligram ; ml = milliliter; L = liter
Bq = Bequerel Logam berat merupakan logam terlarut

7
I.5. BIDANG HIDROLIKA DAN BANGUNAN AIR
Pengertian bangunan air di sini adalah bangunan irigasi, pengendalian banjir, tenaga air,
pelabuhan, teknik penyehatan perlindungan pantai dan sebagainya. Pada bangunan air ini harus
dihitung dan ditentukan :
a) Banyaknya air pada pengambilan, pembuangan, pengaliran dalam suatu saluran terbuka
atau tertutup (pipa).
b) Pemakaian Tenaga air.
c) Dinding penahan air ( Tembok, turap dan sebagainya).
d) Gelombang yang diakibatkan oleh angin, kapal berlayar, penutupan, pembukaan pintu air
dan lain sebagainya.
Tujuan dari ilmu hidrolika adalah mencari rumus atau hukum yang dapat mengambarkan
peristiwa di atas dan diturunkan dari rumus atau hukum yang diketahui oleh mekanika.
Pokok dari tujuan ini adalah memanfaatkan peristiwa dan gejala alam untuk kepentingan
kemanusiaan. Tanpa pokok ini tidak perlu kita memperdalam pengetahuan, karena akhirnya
akan merusak lingkupngan hidup saja. Tetapi karena kurangnya pengetahuan kita mengenai
alam maka rumus / formula tersebut tidak dapat menggambarkan peristiwa dengan sempurna .
Karena itu perlu dimasukan koefisien yang ditentukan dari peninjauan atau pengamatan dalam
alam atau dalam model percobaan.
Dalam ilmu teknik sipil pengetahuan hidrolika diperlukan dalam :
a. Merencanakan bangunan Air.
b. Memeriksa perhitungan dan Perencanaan bangunan Air.
c. Memeriksa dan Menilai keadaan di lapangan dari bangunan air.
d. Memeriksa dan menilai keadaan di lapangan dari bangunan air, sungai, pantai dan lain –
lain aliran air serta akibatnya. Karena tidak semua peristiwa alam dapat dihitung maka untuk
menetapkan rencana suatu bangunan air yang penting diperlukan suatu Penyelidikan Model.
Pada Diktat penulisan lebih ditekankan pada bangunan air, dalam hal ini bangunan
Pelengkap Untuk Irigasi Lahan Kering ( daerah Irigasi). Dalam rangka peningkatan hasil
pertanian, khususnya pertanian tanaman pangan diperlukan adanya perluasan areal sawah
terutama yang beririgasi teknis. Data teknis yang lengkap dan akurat sangat diperlukan dalam
kaitannya dengan perencanaan dan perhitungan yang cermat dengan pertimbangan berbagai
aspek teknis maupun aspek lainnya yang nantinya digunakan sebagai dasar pengembangan areal
ini menjadi lahan pertanian beririgasi.
Rencana Pengembangan Daerah Irigasi ini didasarkan beberapa aspek yang meliputi aspek
teknis yang berupa keadaan topografi, tanah, hidrologi, geologi dan irigasi, aspek ekonomi yang
meliputi biaya dan analisa ekonomi serta aspek sosial meliputi kependudukan, kelembagaan,
status lahan, usaha tani dan lain-lain.
Design suatu jaringan irigasi khususnya bangunan air diperlukan cabang Ilmu air yang
berkaitan, dalam hal ini hidrolika. Selain itu pula dalam perencanaan desig bangunan serta
jaringan irigasi tersebut disesuaikan dengan kriteria – kriteria yang berlaku. Untuk
mempermudah dalam pengistilahan nantinya maka diberikan beberapa pendefinisian mengenai
istilah tersebut seperti berikut :

Bangunan Bagi adalah bangunan yang terletak pada saluran Primer yang membagi air ke
saluran – saluran sekunder atau saluran sekunder yang membagi air ke saluran sekunder
lainnya atau pada suatu titik cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua
saluran atau lebih.

8
Gambar 1.1 Bangunan Gambar 1.2 Bangunan Gambar 1.3 Bangunan
Bagi yang terletak di Sadap yang terletak di Bagi Sadap yang terletak di
saluran Primer saluran Primer saluran

Bangunan Sadap merupakan bangunan yang menglirkan air dari aliran saluran primer dan atau
saluran skunder ke saluran tersier penerima melalui pintu ukur.

Bangunan Bagi – Sadap adalah apabila pada suatu lokasi diperlukan adanya bangunan bagi dan
bersamaan itu pula bangunan sadap yang merupakan kombinasi dari bangunan bagi dan
bangunan sadap.
Bangunan Pengatur Muka Air adalah bangunan yang bersifat mengatur Muka Air di saluran
pada Elevasi yang dikehendaki. Termasuk disini bangunan-bangunan yang karena keadaan
medan harus dibuat ( Terjun, Got Miring) sejak pada tahap perencanaan sudah diduga
perlunya Pelimpah maupun yang di atur dalam Eksploitasi.
Bangunan Terjun adalah bangunan air yang dibangun apabila muka air rencana dalam saluran
cukup tinggi di atas medan sehinga timbunan saluran akan lebih tinggi maka muka air dalam
saluran diturunkan dengan sarana bangunan terjun. Bangunan terjun terdiri dari dua yakni
bangunan terjun tegak dan miring.
Bangunan Got miring adalah suatu saluran dengan pasangan yang mempunyai
kemiringan yang besar. Apabila medan mempunyai kemiringan melabihi yang diperlukan
oleh dasar saluran, Sedangkan kalau dibangun terjun akan memerlukan beberapa buah
bangunan, maka biasanya dibangun got miring dengan fungsi yang sama dengan
bangunan Terjun.
Pelimpah adalah apabila dikhawatirkan bahwa muka air di saluran akan naik sehinga
membahayakan tanggul saluran baik karena masuknya air hujan lebat ataupun karena
kemungkinan kekhilapan dalam eksploitasi maka perlu di bangun suatu pelimpah.
Pelimpah tersebut dapat berupa pelimpah samping, Pelimpah heuvel ataupun pelimpah
tengah.
Pintu Pengatur Muka Air ( Check Gate) adalah bangunan air untuk mengatur muka air agar
dapat masuk ke saluran lain maka sebelah hilirnya dibangun pintu pengatur muka air yang
biasanya di gabungkan menjadi satu dengan bangunan lainnya ( bangunan bagi atau
Terjun) termasuk di sinuini balok Sekat.
Siphon adalah Bangunan Silang berupa saluran tertutup yang mengalirkan air dibawah
bangunan lain ( misalnya jalan ataupun saluran Lain) dengan aliran bersifat tertekan.
Talang adalah Bangunan air yang dibangun dimana air mengalir dengan permukaan bebas yang
dibuat melintasi cekungan, Saluran , Sungai, Jalan ataupun sepanjang Lereng bukit.
Bangunan ini dapat didukung dengan pilar atau Konstruksi lainnya.

9
Talang Siphon adalah bangunan Air yang dibangun apabila suatu talang melintasi lembah yang
cukup dalam sehingga tianggnya akan tinggi, Maka dapat dibuat bangunan kombinasi
antara talang dan Siphon. Dasar bangunan terletak pada permukaan tanah tetapi aliran air
tidak bersifat tertekan.
Gorong-gorong adalah berupa saluran tertutup yang dibangun untuk melmbawa air irigasi yang
melewati jalan lalu lintas ataupun Jalan Kereta Api.
Boks Bagi adalah bangunan air yang digunakan untuk membagi-bagi air irigasi ke seluruh petak
tertier dan kwarter. Dan dibangun diantara saluran-saluran.
Bendung adalah bangunan air yang dibangun melintang sungai digunakan untuk menaikan
tinggi muka air agar dapat mengairi lahan irigasi yang direncanakan.

BEBERAPA ISTILAH DALAM IRIGASI


1. Air adalah semua air yang terdapat pada diatas maupun dibawah permukaan tanah,
termaksuk dalam pengertian ini air permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa,
dan irigasi tambak.
2. Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian, yang
jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi air bawah tanh, irigasi pompa, dan irigasi
tambak.
3. Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air satu jaringan irigasi.
4. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan dan bangunan perlengkapannya yang
merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk mengatur air irigasi mulai dari
penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembangunannya.
5. Jaringan utama adalah jaringan irigasi yang berada dalam satu sistem irigasi mulai dari
bangunan utama, saluran induk(primer), sal;uran sekunder, dan bangunan sadap serta
bangunan pelengkapnya.
6. Jaringan tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana air dalam
ssaluran tersier, saluran pembagi yang terdiri dari saluran pembawa yang di sebut saluran
tersier, saluran pembagi tersebut saluran kwarter dan saluran pembuang berikut serta
kelengkapannya.
7. Petak irigasi adalah petak lahan yang memperoleh air irigasi.
8. Petak tersier adalah kumpulan petak irigasi yang merupakan satu kesatuan dan
mendapatkan air irigasi melalui saluran tersier yang sama.
9. Penyediaan air irigasi adalah penentuan banyaknya air persatuan waktu dan satuan
pemberian air yang dapat dipergunakan untuk menunjang pertanian.
10. Pembagian air irigasi adalah pemberian alokasi air dari jaringan utama ke petak tersier
dan kwarter.
11. penggunaan air irigasi adalah pemanfaatan air dilahan pertanian.
12. Pembuangan/drainase adalah pengalihan /kelebihan air irigasi yang sudah tidak
dipergunakan lagi pada daerqah irigasi tertentu.
13. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan /atau buatan yang terdapat pada,
diatas, ataupun dibawah permukaan tanah.
14. Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air, irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan
pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia.
15. Pengaturan air irigasi adalah kegiatan yang meliputi pembagian, pemberian, dan
penggunaan air irigasi.
16. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri bangunan utama,
saluran induk/ primer, saluran, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
10
17. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari saluran
sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi sadap, bangunan
sadap, dan pelengkapnya.
18. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat
semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air
tanah berlangsung.
19. Jaringan irigasi air tanah adalah jaringan irigasi yang airnya berasal dari air tanah, mulai
dari sumur dan instalasi pompa sampai dengan saluran irigasi air tanah termasuk
bangunan didalamnya.
20. Saluran irigasi air tanah adalah bagian dari jaringan irigasi air tanah yang dimulai setelah
bangunan pompa sampai lahan yang diairi.
21. Jaringan irigasi desa adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola oleh masyarakat
desa atau pemerintah desa.
22. Masyarakat petani adalah kelompok masyarakat yang bergerak dalam bidang pertanian,
baik yang telah tergabung dalam organisasi perkumpulan petani pemakai air maupun
petani lainnya yang belum tergabung dalam organisasi perkumpulan petani lainnya yang
belum tergabung dalam organisasi perkumpulan petani pemakai air.
23. Perkumpulan petani pemakai air adalah kelembagaan pengelolaan irigasi yang menjadi
wadah petani pamakai air dalam suatu daerah pelayanan irigasi yang dibentuk oleh petani
pemakai air sendiri secara demokratis, termasuk lembaga lokal pengelola irigasi.
24. Hak ulayat air adalah hak adat masyarakat untuk memanfaatkan air dan sumber air
untuk irigasi.
25. Hak guna air untuk irigasi adalah hak untuk memperoleh dan memakai atau
mengusahakan air dari sumber air untuk kepentingan pertanian.
26. Hak guna pakai air untuk irigasi adalah hak untuk memperoleh dan memakai air dari
sumber air untuk kepentingan pengusahaan pertanian.
27. Hak guna usaha air untuk irigasi hak untuk memperoleh dan mengusahakan air dari
sumber air untuk kepentingan pengusahaan pertanian.
28. Komisi irigasi kabupaten/ kota adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara wakil
pemerintah kabupaten/ kota, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah
irigasi, dan wakil pengguna jaringan pada kabupaten/ kota.
29. Komisi irigasi provinsi adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara wakil
pemerintah provinsi, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah irigasi, wakil
pengguna jaringan irigasi pada provinsi, dan wakil komisi irigasi kabupaten/ kota yang
terkait.
30. Pengembangan jaringan irigasi adalah pembangunan jaringan irigasi baru dan/ atau
peningkatan jaringan irigasi yang sudah ada.
31. Pembangunan jaringan irigasi adalah seluruh kegiatan penyediaan jaringan irigasi
diwiliyah tertentu yang belum ada jaringan irigasinya.
32. Peningkatan jaringan irigasi adalah kegiatan meningkatan fungsi dan kondisi jaringan
irigasi yang sudah ada atau kegiatan menambah luas areal pelayanan pada jaringan
irigasi yang sudah ada atau kegiatan yang menambah luas areal pelayanan pada jaringan
irigasi yang sudah ada dengan mempertimbangkan perubahan kondisi lingkungan daerah
irigasi.
33. Pengelolaan jaringan irigasi adalah kegiatan meliputi operasi, pemeliharaan, dan
rehabilitasi jaringan irigasi di daerah irigasi.

11
34. Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya,
termasuk kegiatan membuka, menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana
pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/ bangunan, mengumpulkan data,
memantau, dan megevaulasi.
35. Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi
agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan
mempertahankan kelestariannya.
36. Rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan perbaikan jaringan irigasi guna
mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula.
37. Pengelolaan aset irigasi adalah proses manajemen yang terstruktur untuk perencanaan
pemeliharaan dan pendanaan sistem irigasi guna mencapai tingkat pelayanan yang
ditetapkan dan berkelanjutan bagi pemakai air irigasi dan pengguna jaringan irigasi
dengan pembiayaan pengelolaan aset irigasi seefesien mungkin.
38. Forum koordinasi daerah irigsi adalah sarana konsultasi dan komunikasi antara
perkumpulan petani pemakai air, petugas pemerintah, provinsi, dan kabupaten, dan
jaringan irigasi lainnya dalam rangka pengelolaan irigasi yang jaringannya berfungsi
multiguna pada suatu daerah irigasi.
39. Perkumpulan petani pemakai air/ keujruen blang adalah lembaga kepengurusan air
irigasi di Provinsi Aceh
40. Pemberdayaan keujruen blang upaya penguatan dan penigkatan kemampuan
perkumpulan petani pemakai air yang meliputi aspek kelembagaan, teknis, dan
pembiayaan dengan dasar keberpihakan kepada petani melalui pembentukan, pelatihan,
pendampingan dan menumbuhkembangkan partisipasi.
41. Garis sepadan irigasi adalah batas pengamanan bagi saluran dan atau bangunan irigasi
dengan jarak tertentu sepanjang saluran dan sekeliling bangunan.
42. Daerah sempadan irigasi adalah kawasan sepanjang saluran dan sekeliling bangunan
irigasi diluar jaringan irigasi yang dibatasi oleh garis sempadan untuk mengamankan
jaringan irigasi.
43. Pengamanan daerah sempadan irigasi adalah upaya pengetahuan dan penertiban
terhadap pemamfaatan daerah irigasi.
44. Pengawasan daerah sempadan adalah upaya memantau tindakan- tindakan yang terjadi
didaerah sempadan.
45. Penyidik adalah pejabat polisi NKRI, pejabat atau pegawai negeri sipil yang diberi tugas
dan wewenang khusus oleh UU melakukan penyidikan.
46. Pengamat irigasi adalah petugas irigasi yang bertanggung jawab untuk mengelola areal
irigasi seluas 5.000-7.500 Ha.
47. Juru irigasi adalah petugas irigasi yang bertanggung jawab untuk mengelola areal irigasi
seluas 750-1.500 Ha.
48. Penjaga pintu bendung adalah petugas irigasi yang bertanggung jawab terhadap
operasional pintu bendung, 1 (satu) orang perbendung dapat ditambah bila bendung
besar.
49. Penjaga pintu air adalah petugas irigasi yang bertanggung jawab operasional bangunan
sadap dan bangunan bagi, dimana setiap per 3-5 pintu sepanjang 2-3 km.

12
I.6 CARA-CARA PEMBERIAN AIR IRIGASI.

I.6.1 Irigasi Genangan.


Pemberian air dengan cara irigasi
genangan ini dilakukan dengan cara
menggenangi lahan pertanian degan air irigasi.
Air ini dibawa dari sumbernya dengan
ienggunakan saluran tanah. saluran pasangan
atau pipa - pipa. Penggunaan saluran tanah
atau tanpa perkuatan. dilakukan kalau tanah
dasar cukup baik sehingga kehilangan debit
akibat rembesnya air pada saluran tidak terlalu
besar. Atau juga kalau kecepatan aliran pada
saluran cukup rendah sehingga tidak mungkin
mengakibatkan erosi pada saluran. Kalau
diperkirakan rembesan akan besar, maka perlu
dipertimbangkan untuk menggunakan saluran
pasangan atau pipa-pipa. Gambar I.4. Petak Sawah pada Irigasi Genangan.
Umumnya pemakaian air untuk irigasi genangan ini cukup besar, karena itu pada daerah yang debit
tersedianya tidak cukup besar, sitem ini sebaiknya dihindari. Apalagi untuk daerah yang tanah pertaniannya
mempunyai permeabilitas yang tinggi. Sehingga rembesan dan perkolasinya tinggi. sistem ini sebaiknya
tidak digunakan. Petak-petak sawah dengan irigasi genangan di Indonesia umumnya mempunyai bentuk
seperti Gambar 1.4 disamping ini.

I.6.2 Irigasi siraman ( Sprinkler Irrigation ).


Irigasi siraman ada!ah sistem irigasi dimana air diberikan kepada tanaman dengan
menyemprotkan air keatas sehingga menyerupai hujan ketika air jatuh ketanah. Suatu
keuntungan yang paling utama dalam penggunaan sistem ini ialah : dapat digunakan untuk
kondisi dimana irigasi permukaan/genangan tidak dapat diterapkan atau tidak effisien.
Sistem ini sangat berguna kalau:
a. Lahan tidak dapat. disiapkan untuk irigasi permukaan/genangan.
b. Kemiringan medan terialu besar.
c. Keadaan topografi lahan tidak teratur.
d. Lahan mudah tererosi.
e. Tanah mempunyai permeabilitas sangat tinggi atau sangat rendah.
f. Kedalaman tanah dangkal diatas kerikil atau pasir.
Irigasi ini memerlukan peralatan dan kelengkapan yang lebih rumit
dan mahal seperti: Pompa, pipa-pipa, keran-keran dan sebagainya. Namun
ada beberapa hat yang. menyebabkan sistem ini lebih menguntungkan :
a. Tidak memerlukan biaya penyiapan lahan yang terlalu mahal.
b. Memerlukan debit air yang relatif kecil, sehingga pemakaian air dapat
dihemat.
c. Tenaga terlatih untuk melaksanakan/mengelola. irigasi permukaan tidak
diperlukan.
d. Areal dapat dihemat karena tidak ada bagian areal yang digunakan untuk
saluran-saluran, bangunan-bangunan dan sebagainya. Gambar I.5. Irigasi Siraman.
e. Tanah dapat segera dikembangkan untuk produktifitas yang tinggi karena jaringan irigasinya dapat
segera terpasang.
Irigasi sprinkler ini selain untuk membasahi tanah, dapat juga digunakan untuk
keperluan lain seperti :

13
a. Untuk mengatur suhu terutama didaerah yang beriklim dingin. pada waktu musim dingin
yang disemprotkan mempunyai suhu normal.
b. Untuk menyebarkan pupuk dan obat anti hama, karena pupuk dan obat tadi langsung
dicampur dengan air yang akan disemprotkan. Tapi perlu diperhatikan bahwa ada
obat-obatan yang, merusak pipa karena korosifitasnya tinggi.
Namun demikian ada beberapa kekurangan/kelemahan dari sistem ini yaitu :
a. Angin dapat mempengaruhi penyemprotan air.
b. Supaya penggunaan peralatan dapat ekonomis, diperlukan sumber air yang konstan.
c. Diperlukan air yang bersih dan bebas pasir dan sebagainya.
d. Investasi awal cukup tinggi.
e. Penggunaan daya untuk menyemprotkan cukup tinggi.
Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan pengabut (nozzle ) yang bentuknya antara
lain seperti berikut ini. Pengabut pada gambar tersebut memiliki dua pengabut :
a. Pengabut penggeser.
b. Pengabut penyebar.
Pada waktu air memancar melalui pengabut penggeser, maka air akan mendorong
pemukul untuk berputar pada poros tegaknya. Namun dengan adanya pegas, maka pemukul
tersebut akan segera kembali dan memukul pengabut penggeser sehingga pengabut secara
keseluruhan akan berputar pada poros tegaknya. Akibat dari gerakan ini menyebabkan pengabut
dapat menyebarkan air secara berkeliling. Pada waktu air mengenai pemukul, maka pancaran air
akan dipantulkan, sehingga penyiraman terjadi pada daerah sekitar pengabut. Sedangkan pada
waktu pemukul terdorong, maka pengabut akan menyemprotkan air cukup jauh, sehingga dapat
mencapai radius yang besar. Daerah yang tidak tercapai oleh pancaran pengabut penggeser akan
diisi oleh pengabut penyebar. Dengan demikian maka penyebaran air cukup merata.
I.6.3 Irigasi tetesan ( Drip/trickle Irrigation ).
Irigasi tetesan ini pada prinsipnya mengalirkan air kepemukaan tanah melalui pipa plastik
yang berlubang lubang yang diletakkan ditanah pada dasar jajaran tanaman. Untuk menjaga
agar banyaknya air yang keluar selalu konstan, maka pada lubang-lubang ini dipasang emiter,
yaitu pengatur aliran keluar dengan jarak yang tetap sepanjang pipa pemberi.
Air yang keluar dari emiter ini hanya menetes dengan debit kurang darl 5 liter perjam.
membentuk jalur sepanjang jajaran tanaman atau keliling basah sekitar tiap-tiap tanaman.
Daerah yang dibasahi oleh sebuah emiter. tergantung pada :
a. Tekstur tanah.
Semakin halus semakin meluas, tapi kalau teksturnya
kasar, daerah yang dibasahi akan menyempit dan lebih
masuk kedalam tanah.
b. Debit yang keluar.
Semakin besar debit, semakin luas daerah yang dibasahi.
c. Frekwensi pemberian.
Frekwensi pemberian yang berarti pula banyak air yang
diberikan.
Keuntungan dari sistem ini ialah : Gbr. I.6. Irigasi Tetesan
a. Kecepatan pemberian air dapat diatur sesuai dengan pemakaian
konsumtif tanaman.
b. Perkolasi dapat dihindari karena air tidak sampai keluar atau kebawah daerah perakaran.
c. Penguapan pada permukaan tanah diperkecil, sesuai dengan bagian yang dibasahi.
d. Dari kedua hal terakhir berarti pula effisiensi penggunaan
air dapat lebih tinggi.

14
e. Pemupukan dapat diberikan langsung dengan melarutkan
pupuk dalam air yang diberikan kepada tanaman.
f. Mengurangi kebutuhan penyemprotan dan penaburan
pestisida. karena pestisida yang disemprot-kan/ditaburkan
ke daun tidak tercuci oleh pemberian air seperti pada irigasi
sprinkler.
g. Tidak mengganggu pembungaan dan pembuahan karena
tidak ada titik air yang menjatuhi bunga.
h. Kemungkinan naiknya garam keatas permukaan tanah
dapat dihindari karena pemberian air tidak sampai
mencapai muka air tanah.
i. Mengurangi tumbuhnya rumput liar karena yang diairi hanya
sekitar tanaman. Gbr. I.7. Irigasi Tetesan
j. Biaya pemeliharaan relatif lebih murah.
Namun demikian ada kerugian/kesulitan digunakannya sistem ini :
a. Biaya investasi yang cukup besar.
b. Seringkali terjadi penyumbatan emiter, karena tekanan air yang rendah tidak akan mampu
mendorong keluar butir-butir tanah yang menyumbat emiter. Untuk itu air yang dipakai
harus disaring dulu.
c. Pemeriksaan emiter tidak mudah dan memerlukan banyak waktu.

I.6.4 Irigasi Bawah Permukaan.


Sistem irigasi bawah permukaan ini pada prinsipnya adalah membasahi langsung daerah
perakaran. Sistem irigasi dapat dikombinasikan dengan sistem drainase, katau saluran atau pipa
untuk pembasahan dapat digunakan juga untuk membuang air kelebihan.
Kondisi yang cocok untuk penerapan sistem ini ialah :
a. Lapisan tanah bawah yang kedap air pada
kedalaman yang layak (sekitar 2 sampai 3
meter) atau muka air tanah yang tinggi.
b. Tanah agak lulus air (permeabel) seperti geluh
atau ge1uh pasiran pada daerah perakaran.
c. Kondisi topografi yang uniform/seragam.
d. Kemiringan medan yang hampir landai.
e. Kualitas air irigasi yang baik.
Di Indonesia sistem irigasi ini banyak
digunakan pada daerah rawa pasang surut,
dimana pemberian air irigasi mengandalkan
kenaikan muka air tanah dari saluran yang ada
secara kapiler. Pada waktu air pasang air masuk
ke saluran, namun tidak sampai menggenangi
lahan. Kenaikan muka air disaluran diharapkan
dapat menaikkan muka air tanah. Untuk itu
pada lahan paertanian dibuat saluran-saluran
yang sejajar yang jaraknya sekitar 50 meter
sampai 100 meter, dimana dengan jarak ini
kenaikan muka air tanah masih diperkirakan
cukup. Pada waktu air surut, muka air di
saluran juga turun dan penurunan ini juga akan Gambar I.8. Kenaikan muka air tanah akibat
menurunkan muka air tanah. irigasi bawah permukaan.

15
Gambar 1.8 di atas, adalah irigasi bawah permukaan yang sistem drainasenya
menggunakan pipa tanah liat. Pada gambar nampak kenaikan muka air tanah sesuai dengan
muka air pada pipa.

I.7 TINGKATAN JARINGAN IRIGASI.


Berdasarkan cara pengaturan,
pengukuran aliran air dan lengkapnya
fasilitas, jaringan irigasi di Indonesia
menurut Standar Perencanaan Irigasi dari
Dirjen Pengairan Departemen PU, dibagi
atas 3 tingkatan :

 Jaringan Irigasi Sederhana.

 Jaringan Irigasi Semi Teknis.


 Jaringan Irigasi Teknis.

I.7.1 Jaringan Irigasi Sederhana. Gambar I.9. Persawahan Irigasi Sederhana.


Pada jaringan irigasi sederhana ini pembagian air tidak diukur maupun diatur. Jaringan
irigasi sederhana ini umumnya merupakan jaringan irigasi yang dibangun sendiri oleh
masyarakat petani tanpa bantuan pemerintah, dengan membendung sungai dengan tumpukan
batu atau bendungan dari tanah.

Dengan demikian, maka ciri-ciri jaringan irigasi sederhana ini adalah :

1. Tidak memiliki bangunan-bangunan pengatur untuk membagi air.

2. Bangunan penyadap air di sungai umumnya mempunyai konstruksi semi permanen dan
cenderung setiap kelompok petani atau desa memiliki bangunan penyadapan sendiri-sendiri.

3. Umur bangunan pendek karena rawan mengalami kerusakan pada waktu banjir.
4. Saluran yang ada mempunyai fungsi ganda : sebagai saluran pemberi dan sebagai saluran
pembuang.

5. Saluran umumnya memotong garis kontur, sehingga mempunyai kemiringan memanjang yang
cukup curam sehingga kecepatan alirannya cukup tinggi.

6. Tingkat penggunaan air cukup boros, sehingga hanya diterapkan pada sungai yang
mempunyai debit berlimpah.
7. Luas areal tidak besar akibat effisiensi penggunaan air yang rendah.

Pada Gambar I.6 berikut ini adalah gambaran suatu jaringan irigasi sederhana. Pada
gambar tersebut nampak bahwa bangunan penyadap sungai dalam bentuk pengambilan bebas
ada dua buah sesuai jumlah kampung/desa yang ada. Saluran irigasi yang berfungsi sebagai
saluran pembuang, memotong garis kontur.

16
Gambar I.10. Jaringan Irigasi Sederhana.

I.7.2 Jaringan Irigasi Semi Teknis.


Pada jaringan irigasi semi teknis ini pembagian air diatur namun tidak diukur.
Pengaturan pembagian air dilakukan dengan melengkapi jaringan dengan bangunan pembagi air,
sedangkan bangunan penyadap di sungai sudah menggunakan bangunan yang permanen.
Jaringan irigasi semi teknis ini umumnya merupakan peningkatan jaringan irigasi sederhana
yang ada. Tuntutan akan peningkatan inin umumnya karena lusa sawah yang terus bertambah,
sedangkan sumber air tetap, sehingga langkah yang dapat dilakukan adalah mengeffektifkan
penggunaan air dengan mengatur pembagian airnya.
Dengan demikian, maka ciri-ciri jaringan irigasi sederhana ini adalah :
1. Sudah memiliki bangunan-bangunan pengatur untuk membagi air, namun tidak dilengkapi dengan
alat ukur.
2. Bangunan penyadap air di sungai umumnya mempunyai konstruksi permanen serta melayani suatu
areal yang cukup luas.
3. Umur bangunan panjang karena tidak rawan mengalami kerusakan pada waktu banjir.

17
4. Saluran yang ada mempunyai fungsi ganda : sebagai saluran pemberi dan sebagai saluran
pembuang
5. Saluran ada yang memotong garis kontur dan ada pula yang mengikuti garis kontur.
6. Tingkat penggunaan air sudah mulai hemat, karena sudah dapat melakukan penggiliran pembagian
air

Gambar I.11. Bangunan Air Pada Irigasi Semi Teknis

7. Luas areal dapat lebih besar akibat effisiensi


penggunaan air yang memadai.
8. Petak tersier belum dikembangkan
sepenuhnya dan bangunan tersier masih
jarang digunakan.

Pada Gambar I.12 berikut ini adalah


gambaran suatu jaringan irigasi semi teknis yang
merupakan peningkatan dari jaringan irigasi
sederhana pada gambar I.5. Pada gambar
tersebut nampak bahwa dengan dibangunnya
bendung permanen, bangunan penyadap sungai
yang sebelah hilir tidak lagi difungsikan sebagai
bangunan penyadap. Pada jaringan irigasi semi
teknis ini petani yang memanfaatkan jaringan
irigasi sudah harus membentuk perkumpulan
untuk mengatur pembagian air, terutama kalau
sudah memerlukan penggiliran pembagian air.

I.7.3 Jaringan Irigasi Teknis.


Pada jaringan irigasi teknis ini pembagian air
sudah diupayakan optimal dengan mengatur maupun
mengukur banyaknya air yang diperlukan pada setiap
petak sawah. Gambar I.12. Jaringan Irigasi Semi Teknis

Pengaturan pembagian air dilakukan dengan melengkapi jaringan dengan bangunan


pembagi air, sedangkan pengukuran dilakukan dengan bangunan pengukur yang terpisah

18
dengan bangunan pembagi atau dengan menggunakan pintu ukur yang dapat mengukur dan
sekaligus mengukur banyaknya air seperti pintu Romijn.
Jaringan irigasi teknis ini umumnya merupakan peningkatan dari jaringan irigasi semi
teknis yang ada. Tututan akan peningkatan jaringan irigasi semi teknis menjadi jaringan irigasi
teknis adalah bertambah luasnya sawah yang perlu diairi sejalan pertambahan penduduk di desa
yang bersangkutan, sedangkan debit sungai yang ada tetap atau bahkan semakin berkurang.
Dengan demikian, maka ciri-ciri jaringan irigasi sederhana ini adalah :
1. Sudah memiliki bangunan-bangunan pengatur untuk membagi air, yang telah dilengkapi
dengan alat ukur.
2. Bangunan penyadap air di sungai maupun bangunan pembagi airnya mempunyai konstruksi
permanen serta melayani suatu areal yang cukup luas.
3. Umur bangunan panjang karena tidak rawan mengalami kerusakan pada waktu banjir.
4. Sudah terjadi pemisahan fungsi saluran yang ada, antara sebagai saluran pemberi dan sebagai saluran
pembuang.
5. Saluran ada yang memotong garis kontur dan ada pula yang mengikuti garis kontur.
6. Tingkat penggunaan air sudah hemat, karena sudah dapat melakukan penggiliran pembagian air
maupun banyaknya air yang diberikan sudah diukur.
7. Luas areal cukup besar akibat effisiensi penggunaan air yang baik.
8. Petak tersier sudah dikembangkan sepenuhnya, dimana setiap petak tersier mempunyai satu titik
pengambilan dan satu titik pembuangan.
9. Bangunan tersier sudah ada di setiap petak terseir.
Pada Gambar I.13 berikut ini adalah
gambaran suatu jaringan irigasi teknis yang
merupakan peningkatan ddari jaringan irigasi
semiteknis pada gambar I.8 terdahulu. Pada
gambar tersebut nampak bahwa pembagian
petak terseir telah dilakukan sepenuhnya dan
saluran pemberi terpisah dari saluran
pembuang. Pada jaringan irigasi teknis ini
petani yang memanfaatkan jaringan irigasi
sudah harus membentuk perkumpulan untuk
mengatur pembagian air, terutama pada petak
tersier. Untuk pembagian air tingkat jaringan
utama dilakukan oleh petugas pengairan yang
bekerja sama dengan perkumpulan petani.

Gambar I.13 . Jaringan Irigasi Teknis.


19
I.8 HUBUNGAN AIR,TANAH , UDARA DAN TANAMAN

I.8.1 KESERAGAMAN TANAMAN DAN JENIS TANAH


Keseragaman jenis tumbuh-tumbuhan menunjukkan adanya pengaruh iklim yang
kompleks. Jenis tumbuhan-tumbuhanya akan berbeda pada daerah beriklim tropis dan beriklim
dingin. Sehingga kebutuhan air untuk tanaman pun akan berbeda dalam kaitannya untuk
pertumbuhan.
Selain air, tanaman juga memerlukan media atau tempat untuk tumbuh yang dinamakan
dengan tanah. Tanah yang baik untuk usaha pertanian yakni :
 Tanah yang mudah dikerjakan.
 Bersifat produktif
 Suatu tanah yang subur ( banyak mengandung unsur hara)
 Tanah tersebut juga memberikan kesempatan pada tanaman untuk tumbuh dengan
mudah.
 Tanah tersebut dapat menjamin sirkulasi air dan udara secara baik pada zone perakaran.
 Tanah memiliki persediaan hara dan persediaan kelembaban yang cukup.
Tanah tersusun dari bahan-bahan mineral dan organik. Tanah yang tersusun dengan
unsur mineral yang lebih banyak dinamakan dengan tanah mineral. Misalnya pasir, lumpur atau
lempung. Tanah yang tersusun dengan unsur organik yang lebih banyak dinamakan dengan
tanah organik.
Tanah bila ditinjau dari unsur asalnya dapat dikelompokan kedalam beberapa bagian,
yakni :
 Tanah hasil pelapukan kulit bumi, baiik secara kimia maupun secara fisik. Dan selama
pembentukannya mendapat pengaruh dari tanaman.
 Tanah endapan aerolian (loss) yang terutama tanah sebagai hasil pengendapan oleh angin.
 Tanah aluvial, yakni tanah hasil pengendapan oleh air disepanjang jalur aliran sungai.
Tanah bila ditinjau dari letak dalam lapisan tanah dikelompokan kedalam beberapa
bagian, yakni :
 Tanah bagian atas yang mengalami usaha pengolahan tanah atau tanah permukaan
(surface – soil), misalnya untuk pertanian , pencangkulan pembajakan dan sebagainya.
 Tanah di bawah permukaan (subsoil), untuk perakaran tanaman dan perambatan air.

I.8.2 KOMPOSISI TANAH.


Komposisi tanah untuk tanah pertanian umumnya memiliki tanah mineral dengan
kandungan bahan organik atau humus, yang relative berjumlah sedikit. Udara dan air mengisi
pori-pori diantarannya dianggap sebagai unsur senyawa tanah. Dengan demikian yang
dinamakan tanah sebenarnya memiliki 3 komponen yakni : air, udara, dan tanah. Kandungan air
dan udara dalam tanah jumlahnya berubah-ubah tetapi butir-butiran tanah relative tetap. Butir
tanah mineral diklasifikasikan sebagai pasir, lumpur ataupun lempung. Menurut besarnya
ukuran butiran perbandingan unsur air, udara, dan tanah merupakan faktor yang penting yang
mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan tanaman.

20
Gambar I.14 . Keberadaaan Air dan Udara pada Pori-pori Tanah.

Supaya penyerapan hara dapat lancar dan tanaman dapat hidup dengan baik, maka
perbandingan antara butir-butir air, udara, dan tanah. Perlu diusahakan agar memenuhi nilai
dalam batas-batas tertentu. Cara yang dilakukan untuk pengaturan kadar air dan udara dalam
tanah adalah dengan cara kombinasi antara sistem irigasi dan drainasi.
Pada saat kadar air kurang, maka saluran pemberi (supply-channel) memberikan air
untuk keperluan menaikan kadar air, dan pada saat kelebihan air saluran drainase bertugas
untuk mengalirkan kelebihan air dari areal usaha tani.

Gambar I.15 . Profil Tanah.

I.8.3 KEDUDUDUKAN AIR DALAM TANAH


Kedudukan air dalam tanah dapat dilukiskan sebagaimana Gambar I.16:

21
Gambar I.16 . Ilustrasi Skematik Kedudukan Air dalam Tanah
Dibawah permukaan tanah, pori-pori tanah mengandung air dan udara dengan jumlah
yang berubah-ubah. Setelah air hujan jatuh dipermukaan tanah, air hujan dapat bergerak ke
bawah melalui zone aerasi, sebagian lagi mengisi pori-pori tanah. dan tinggal dalam pori ditahan
oleh gaya kapiler atau gaya tarik menarik molekul disekililing butir-butir tanah.
Air yang berada pada lapisan atas dari zone aerasi dinama Lengas tanah. Apabila
kapasitas menahan air tanah pada zone aerasi telah terpenuhi, air akan bergerak kebawah
menuju zone saturasi. Air pada zone saturasi ini dinamakan air tanah. Di atas zone saturasi
terdapat air kapiler, yang berasal dari air hujan dan air dari air tanah yang terangkat oleh gaya –
gaya kapiler.

I.8.3 LENGAS TANAH YANG SESUAI UNTUK TANAMAN.


Tanaman membutuhkan air, oleh karena itu zone perakaran perlu tersedia lengas tanah
yang cukup. Air yang diberikan tidak boleh berlebihan, pemberian air harus sesuai dengan
kebutuhan dan sifat-sifat tanah serta tanaman. Sebagai contoh padi adalah satu jenis tanaman
yang tahan terhadap pengenangan, tetapi kacang kedelai akan mati bila zone perakaran terdapat
terlalu banyak air. Beberapa jenis tanaman untuk lahan pertanian, tidak boleh terdapat
kelebihan air karena akan menganggung dalam perakarannya serta tanaman akan kekurangan
oksigen sehingga produksi mejadi tidak baik.
Pada suatu areal yang memiliki sistem drainase yang baik, pemberian air secara
berlebihan akan menaikkan permukaan air tanah. Apabila pemberian air tanah berlebihan
tersebut berlangsung terus menerus maka permukaan tanah dapat memasuki zone perakaran
dan sebagian akan menjadi busuk. Untuk menentukan kondisi lengas tanah yang sesuai dengan
areal irigasi, maka diperlukan tinjauan mengenai jumlah lengas yang dapat diambil oleh akar
dan dapat dipakai untuk pertumbuhan tanaman. Jumlah lengas yang dapat dimanfaatkan
tanaman tersebut adalah terbatas. Kadar lengas tanah dalam tanah dipengaruhi oleh volume
ruang pori-pori diantara butir-butir tanah. Dan gaya tarik butir yang memegang suatu lapis tipis
air sekeliling butir dengan kuat. Sehingga akar tidak mampu menyerap air dari lapis tipis
tersebut. Apabila ruang-ruang pori tani penuh air, tanah dikatakan dalam suatu keadaan jenuh.
Kondisi jenuh ini selalu dijumpai pada tanah dibawah permukaan air tanah. Yakni zone saturasi.
Keadaan yang jenuh ini pada umumnya tidak terjadi pada zone aerasi. Apabila terjadi kondisi
jenuh pada zone aerasi umunya hanya pada suatu daerah tipis dibawah permukaan tanah. Dan
kondisi ini terbentuk saat segera sesudah pemberian air irigasi atau sesudah hujan.

22
Pada areal yang mempunyai sistem drainase yang baik keadaan jenuh pada zone
perakaran dapat ditiadakan oleh perkolasi yang terjadi. Sebelum timbul gangguan yang berarti
pada tanaman.
Terdapat dua sifat penting dalam kaitan dengan lengas tanah yakni kapasitas lapang dan
titik layu permanen.
 Kapasitas Lapang
Kapasitas lapang adalah kondisi ketika komposisi air dan udara di dalam tanah
berimbang. Kondisi ini dapat kita lihat seperti pada contoh pot yang telah disiram air hingga
jenuh yang mengentaskan semua air hingga tak ada lagi air yang keluar dari lubang yang
terdapat pada bagian bawah pot. Hampir semua tanaman menyukai tanah pada kondisi
kapasitas lapang.
Dalam kondisi kapasitas lapang, udara menempati pori makro tanah sedangkan air hanya
terdapat dalam pori mikro tanah. Air yang terdapat dalam pori mikro tanah tersebut dikenal
dengan istilah air tersedia atau air perkolasi. Air tersedia adalah air yang dapat diambil oleh
tanaman, terdapat di antara kondisi kapasitas lapang dan kondisi titik layu permanen. Air
tersedia berbentuk larutan yang mengandung berbagai unsur hara yang diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman. Kemampuan tanah untuk menyimpan air tersedia sangat
dipengaruhi oleh struktur pembentuk tanah tersebut yakni liat, lempung, dan pasir
 Titik Layu Permanen
Titik layu permanen adalah kandungan air tanah dimana akar-akar tanaman mulai tidak
mampu lagi menyerap air dari tanah, sehingga tanaman menjadi layu. Tanaman akan tetap
layu baik pada siang ataupun malam hari. meskipun ke dalam tanah ditambah lengasnya/
tidak bisa segar kembali meskipun tanaman ditempatkan ke dalah ruangan yang jenuh uap
air. Hal ini terjadi karena peristiwa plasmolisis.Plasmolisis yang terjadi pada sel tanaman
sudah lanjut dan sel terlanjur mati, meskipun tanaman disiram deplasmolisis tidak akan
terjadi, tanaman mati.
Karakteristik titik layu permanen adalah sebagai berikut:
a) Air yang ada berupa air higroskopis
b) Batas bawah air tersedia
c) Ditentukan dengan mengukur kandungan lengas pada saat tanaman indikator
d) layu, dan tidak dapat segar kembali setelah dibiarkan semalam di udara basah

I.8.4 BENTUK LENGAS TANAH.


Bentuk lengas tanah diklasifikasikan sebagai :
 Air Grafitasi
 Air Kapiler.
 Air Hidroskopis
Air grafitasi kadang disebut dengan air hidrostatis atau air bebas. Air ini akan merembes
kebawah diantara pori-pori kapiler akibar gaya grafitasi dan sebagian besar tidak melewati pori-
pori kapiler. Air grafitasi ini dapat diserap oleh akar tanaman, tetapi hanya tersedia dalam periode
singkat. Hal ini disebabkan karena air grafitasi hanya lewat. Bukan merupakan penghuni zone
perakaran.
Air Kapiler merupakan bagian air dalam tanah yang termasuk pada pori-pori. Oleh gaya
kapiler. Air kapiler dapat bergerak bebas ke segala arah tergantung pada tegangan-tegangan
kapiler yang bekerja. Tetapi gerakan air kapiler masih dipengaruhi oleh gaya grafitasi. Air kapiler

23
merupakan titik-titik air yang mengisi pori-pori kapiler. Dan kadang-kadang titik-titik air kapiler
dan terbentuklah suatu rantai yang mengisi rangkaian pori dan terbentuklah pipa –pipa kapiler,
Air kapiler ini dapat diserap oleh akar tanaman, jadi juga merupakan air yang dapat
dimanfaatkan oleh tanaman.
Air hidroskopis berupa sebagian air yang tidak dapat diserap oleh tanaman pada
umumnya kecuali oleh beberapa jenis tanaman gurun, jumlah air hidroskopis ini umumnya
sedikit kurang dari 1 %, hanya pada keadaan khusus, misalkan suatu jenis tanah lempung
tertentu kandungan air hidroskopis dapat mencapai 15%. Jumlah air dalam tanah ini biasanya
dinyatakan sebagai prosentase terhadap berat tanah kering.

Gambar I.17 . Ilustrasi Kedudukan Air dalam Tanah

I.8.5 KEDALAMAN ZONE PERAKARAN.


Dalamnya zone perakaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut :
 Tekstur tanah
 Formasi tanah
 Dalamnya permukaan air tanah
 Jumlah lengah tanah yang tersedia
Tekstur tanah memang berpengaruh, sebagai contoh akar tanaman mudah menembus
tanah pasir daripada menembus tanah lempung. Formasi tanah dibawah permukaan
berpengaruh misalkan cadas akan merintangi penembusan yang dilakukan oleh akar-akar
tanaman. Kedalaman zone perakaran berbagai jenis tanaman dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 1.1 Kedalaman Zone Perakaran Berbagai


Jenis Tanaman
No Tanaman Kedalaman akar (cm)
1 Padi 60-90
2 Tembakau 30-60
3 Jagung 130-190
4. Tebu 130-160
5 Kacang tanah 130

Gambar I.18 . Ilustrasi Zona Perakaran


dalam Tanah

24
Permukaan air tanah yang dangkal akan menghalangi pertumbuhan akar kebawah, akar
cenderung menyebar pada lapisan tanah bagian atas yakni di atas permukaan air tanah.
Jumlah lengas tanah berpengaruh karena akar-akar tanaman tidak dapat tumbuh baik
pada tanah yang kurang air.

I.8.6 KESUBURAN TANAH DAN REAKSI KIMIA


Tanah untuk areal irigasi perlu ditinjau pula dari kesuburan dan reaksi kimiawi.
Kesuburan fisik memang ditentukan oleh struktur tanah, tetapi kesuburan kimiawi ditentukan
oleh kemampuan tanah dalam menyediakan unur Hara dalam jumlah yang cukup dan seimbang.
Unsur-unsur utama yakni : C,H,O,N,S,P,K,Ca,Mg,Fe,Mn,Cu,B,Zn,Mo dan Cl
Unsur-unsur C,H dan O diambil tanaman dari udara dan air. Unsur-unsur N,S,P,K,Ca
dan Mg dalam tanah disebut unsur makro dan sisanya disebut unsur mikro. Apabila tanaman
kekurangan beberapa unsur tertentu yang dibutuhkan tanaman berarti hidup dan tumbuhnya
tanaman terganggu, cara untuk mengatasinya yakni dengan pemberian pupuk, yang mana dalam
hal ini bertujuan menambah unsur hara. Serta memperbaiki struktur tanah. Untuk pH tanah
nilainya 6,5 – 7,5 yang dianggap sebagai pH netral, jika pH tanah > 6,5 dinamakan tanah masam
sedangkan diatas 7,5 dinamakan Alkalis. Dan pH dibawah 4 basa tyang mana berpengaruh
buruk terhadap tanaman.
Kisaran nilai pH yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman secara umum adalah :
No Tanaman Kadar pH
1. Padi 5-6
2. Tembakau 5,5-7,5
3. Jagung 5,5 - 7,5
4. Tebu 6,0-8,0
5. Ubi kayu dan Jalar 5,8-6,0
6. Kacang tanah 5,3-6,6
7. Kentang 4,8 – 6,50
8. Pisang 6,0-7,5
9. Kedelai 6,0-7,5
10. Nenas 5,0-6,50
11. Kelapa 5,5-7,50

Gambar I.19 . Zona Perakaran dalam Tanah

25
I.9 PENGARUH AIR TERHADAP TANAMAN.
Sebelum kita membahas banyaknya air yang diperlukan tanaman, kita perlu memahami terlebih
dahulu pengaruh air terhadap tanah dan tanaman. Pemberian air kepada tanaman sebaiknya dapat
memberikan pengaruh yang menguntungkan dan mengurangi pengaruh yang merugikan.
Beberapa pengaruh yang perlu kita perhatikan adalah :

I.9.1 Pengaruh Timbal balik.


Pengaruh air terhadap tanah dan tanaman bersifat timbal balik. Air mempengaruhi kondisi tanah
dan pertumbuhan tanaman, karena air mengisi mengisi ruang antara butir-butir tanah dan air yang berada
diantara butir-butir tanah tersebut yang diambil oleh tanaman melalui akarnya.
Tapi juga kondisi dan sifat tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman serta kondisi air, baik
yang berada didalam tanah maupun yang berada dipermukaan tanah. Unsur hara yang tersedia dan dapat
diambil oleh tanaman, sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah itu sendiri. Begitu juga banyaknya air yang
dapat ditahan oleh tanah serta kualitas airnya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik maupun kimia
tanahnya.
Sebaliknya juga jenis tanaman yang ditanam serta pertumbuhannya, akan mempengaruhi
kandungan air didalam tanah serta dapat melindungi tanah dari pengaruh erosi. Tanaman yang
mempunyai akar serabut akan lebih dapat menahan tanah terhadap erosi permukaan dibanding dengan
tanaman yang berakar tunjang. Tapi tanaman yang berakar tunjang akan lebih mampu menahan tanah
terhadap bahaya longsor, karena tanaman tersebut mempunyai akar yang jauh masuk kedalam tanah.

I.9.2 Pengaruh air terhadap sifat mekanis tanah.


Pengaruh air terhadap sifat mekanis tanah, terutama pada daya dukung tanah. Pada tanah yang
jenuh air seperti pada daerah rawa atau pada endapan lumpur sesudah terjadi banjir mempunyai daya
dukung tanah yang kecil sekali karena tanah sangat lembek. Apabila tanah mengering, maka kadar air
dalam tanah juga akan menurun. Seiring dengan penurunan kadar air ini daya dukung tanah akan naik.
Kenaikan daya dukung ini akan sampai pada kadar air optimal. Kalau kadar air ini terus diturunkan dengan
mengeringkan tanah, sampai dibawah kadar air optimal ini, maka hubungan/kohesi antara butir-butir tanah
akan berkurang sehingga daya dukungnya akan menurun. Dalam keadaan sangat kering tanah akan mudah
menjadi debu apabila menerima beban.

I.9.3 Pengaruh air terhadap keasaman tanah.


Pengaruh air terhadap keasaman tanah, sangat nampak pada daerah rawa. Pada daerah seperti ini,
air akan menggenangi lahan sehingga tanah tidak dapat berhubungan dengan udara dan akibatnya proses
oksidasi menjadi terhambat. Kalaupun terjadi oksidasi, itu merupakan proses bakteriologis ( yang
dilakukan oleh bakteri ) dengan mengambil oksigen dari senyawa yang ada disekitarnya, sehingga terjadi
proses reduksi. Akibat proses ini air akan menjadi asam.
Kondisi drainase akan mempengaruhi keasaman tanah. Drainase dapat menurunkan dan dapat juga
menaikkan keasaman tanah. Secara umum pada daerah rawa seperti diuraikan diatas, apabila genangan
yang menggenangi lahan tadi dapat dibuang oleh sistem drainase yang dibuat, maka tanah akan mendapat
kesempatan untuk berhubungan dengan udara, sehingga terjadi proses oksidasi sehingga keasaman tanah
akan menurun.
Kenaikan kemasaman tanah akibat drainase akan terjadi pada daerah rawa pantai yang dulunya
merupakan laut. Karena proses pengendapan, maka laut tersebut akan menjadi daratan. Dengan demikian
daratan tersebut ( terutama pada lapisan bawah ) dulunya terendam air laut. Akibatnya ruang pori tanah
juga pernah terisi air laut. Dilain pihak, walaupun sedikit, tanah tadi mesti mengandung bahan organik yang
berasal dari sisa-sisa akar atau sisa-sisa daun. Pembusukan bahan organik tadi dilakukan oleh bakteri yang
ada didalam tanah. Bakteri ini memerlukan oksigen. Tapi karena jenuh air, maka tidak mungkin mengambil
26
oksigen dari udara. Dengan demikian bakteri tadi harus mengambil oksigen dari ion sulfat yang terkandung
dalam air laut tersebut. Menurut para ahli, setiap liter air laut mengandung sekitar 2 gram ion sulfat. Karena
oksigennya diambil, maka ion sulfat tadi berubah menjadi sulfida. Sulfida ini akan bereaksi dengan unsur
besi yang terkandung dalam air laut. Akibatnya terbentuklah sulfida besi yang tidak larut didalam air. Selagi
tanah yang mengandung besi sulfida masih terendam air, tidak menimbulkan masalah, karena
kemasamannya juga masih normal yaitu antara 6 dan 7.
Dengan drainase, tanah menjadi kering dan kemasukan udara sehingga timbul proses oksidasi.
Proses oksidasi ini sebagian merupakan proses kimia, yaitu reaksi antara oksigen dengan besi sulfida. Tapi
sebagian lagi merupakan proses bakteriologis, dimana proses oksidasi tadi dilakukan oleh bakteri tanah.
Akibat oksidasi tadi, sulfida akan berubah menjadi sulfat.
Kalau tanah mengandung komponen netral seperti kalsium karbonat, maka sulfat yang ada akan
dinetralkan sehingga tidak menimbulkan masalah. Tapi kalau komponen netral ini tidak ada, maka sulfat
yang timbul akan bereaksi kembali dengan besi sehingga terbentuk jarosit, suatu senyawa yang sangat
masam dan berwarna kuning.
Terbentuknya jarosit inilah yang menjadikan tanah tersebut tanah sulfat masam. Karena tanah ini
sangat masam, tidak jarang kemasaman tanah akan cukup tinggi sehingga pH tanah akan turun sampai 2
atau 3.

I.9.4 Pengaruh air terhadap pertumbuhan tanaman.


Pengaruh air terhadap pertumbuhan tanaman terutama oleh kedudukan muka air tanahnya. Muka
air tanah ini merupakan daerah jenuh air yang tekanan air potensialnya maksimal. Muka air tanah ini
terbentuk kalau terdapat lapisan kedap air yang mencakup daerah yang cukup luas, atau karena adanya
cekungan pada lapisan tanah atau pada daerah muara sungai.
Kedudukan muka air tanah yang terlalu dekat permukaan tanah dapat mengakibatkan
terkonsentrasikannya garam pada lapisan permukaan, terutama pada daerah yang mempunyai penguapan
besar tapi curah hujan kecil. Penguapan akan menarik air kearah permukaan tanah, meninggalkan garam-
garam yang terkandung dalam air tanah. Kondisi ini akan menaikkan konsentrasi garam pada daerah dekat
permukaan. Selain itu semakin dekat muka air tanah kepermukaan, semakin sedikit ruang yang dapat
ditempati sistim perakaran. Dan semakin sedikit akar yang dapat berkembang, pertumbuhan tanaman juga
kurang baik. Namun muka air tanah yang terlalu jauh dari permukaan tanah juga akan membuat tanaman
kekurangan air. Kekurangan air pada umumnya tanaman akan mengakibatkan tanaman menjadi stress dan
produksi tanaman akan menjadi menurun.
Lambert K Smedema dan David W.Rycroft dalam bukunya: Land Drainage, mengemukanan bahwa
berdasar hasil penelitian di Belanda menunjukkan bahwa pada tanah lempung berpasir ( sandy loam ),
produksi optimum terjadi pada kedalaman muka air tanah 60 cm dibawah muka tanah. Sedang pada tanah
liat ( clay ), produksi optimum terjadi kalau muka air tanah berada 1 meter dibawah muka tanah. Kalau
kedalaman air tanah jauh lebih rendah dari angka tadi, kemungkinan tanaman akan kekurangan air karena
kadar air berkurang.
FAO ( Food and Agriculture Organization ) - suatu organisasi dibawah PBB - dalam bukunya Darainage
Design Factors, memberi patokan bahwa pada perencanaan drainase untuk tanah berbutir atau bertekstur
halus atau yang lulus air, muka air tanah supaya diambil 1,20 meter dibawah muka tanah kalau jarak saluran
didisain berdasar rumus langgeng ( steady state ), untuk tanaman semusim. Tapi kalau saluran drainasinya
didisain dengan rumus tidak langgeng ( Non Steady Formulae ), muka air tanah tersebut ketinggiannya
dapat diambil lebih kecil yaitu 0,9 meter. Untuk tanah yang bertekstur ringan, kedalamannya dapat lebih
kecil. Khusus untuk tanaman perkebunan, kedalaman muka air tanah tersebut disarankan 1,60 meter untuk
saluran yang didisain dengan rumus langgeng dan 1,40 meter untuk saluran yang didisain dengan rumus
yang tidak langgeng.

27
Untuk tanaman padi, walaupun padi bukan tanaman air, tapi dia memerlukan banyak air untuk
pertumbuhannya. Dr. Hadrian Siregar dalam bukunya Budidaya Tanaman Padi di Indonesia mencatat
bahwa pertumbuhan tanaman padi akan maksimum kalau sawah mempunyai lapisan air setebal 5 cm dan
airnya terus mengalir. Kalau tidak mengalir, maka penghasilan padi akan turun 7,6 % menjadi 92,3 % dari
produksi maksimum. Dengan demikian tinggi genangan pada sawah akan mempengaruhi produksi padi.
Apalagi kalau sampai padi kekurangan air pada saat bunting. Pada masa tersebut terjadi perubahan pada
tubuh tanaman yaitu dari pertumbuhan vegetatif menjadi pertumbuhan generatif. Pada masa itu padi
membentuk primordia yang kemudian akan menjadi bulir-bulir dengan segala bagian bulirnya seperti
mayang dan bakal gabah. Pada masa itu diperlukan banyak ait untuk melarutkan macam-macam hara yang
ada dalam tanah kemudian diserap oleh tanaman melalui akar untuk disalurkan ke primordia tersebut.
Kekurangan air pada masa ini dapat mengakibatkan matinya primordia atau paling tidak akan
menyebabkan bakal butir gabah kekurangan makanan dan ini akan menyebabkan banyak gabah akan
hampa.

I.9.5 Pengaruh air terhadap penurunan tanah gambut.


Tanah gambut merupakan hasil penumpukan bagian tanaman yang mati dan selalu tergenang air.
Karena genangan yang menutupi bekas-bekas tanaman tadi, maka udara tidak dapat masuk kedalam tanah
sehingga proses oksidasi terhambat. Proses oksidasi yang terjadi adalah proses oksidasi secara mikrobiologis
atau oksidasi yang dilakukan oleh bakteri tanah. Untuk mempercepat proses ini maka dibuatlah saluran
drainase agar genangan yang terjadi dapat dialirkan sehingga udara dapat masuk dan oksidasi dapat lebih
cepat terjadi.
Proses oksidasi ini merupakan sebagian dari proses mineralisasi atau proses pembusukan. Proses ini
akan menjadikan volume tanah menjadi menyusut dan penurunan muka tanah. Penurunan tanah gambut ini
pada awalnya tidak akan menimbulkan masalah. Tapi kalau berlangsung terus, akhirnya muka tanah akan
lebih rendah dari muka air sungai terdekat, akibatnya lahan akan selalu tergenang. Selain itu proses
penurunan tanah itu juga dipengaruhi sifat tanah itu sendiri yaitu : kadar air yang dikandungnya,
kemampuannya menahan air tidak terpulihkan kalau dikeringkan serta berat jenisnya yang kecil/ringan.
Kadar air atau banyaknya air yang mengisis pori diantara butir-butir tanah, pada tanah gambut dapat
mencapai nilai 700 % sampai 1200 %. Dengan kondisi seperti ini jelaslah kalau tanah gambut akan menyusut
kalau kering.
Sifat kedua yang mempengaruhi adalah kemampuannya menahan air tidak terpulihkan apabila
dikeringkan. Dalam keadaan aslinya kemampuan tanah gambut menahan air sampai 12 kali berat keringnya
seperti diuraikan diatas. Tapi kalau sudah sempat kering, kemampuannya menahan air tidak akan sebesar
keadaan aslinya.
Ditambah lagi dengan sifatnya yang ketiga, yaitu berat jenisnya yang kecil maka gambut yang
kering tadi akan mudah tererosi. Gambut yang kering tadi menjadi gambut mati dan kalau terjadi hujan
maka akan mudah hanyut, sehingga muka tanah akan menurun.
Penurunan permukaan tanah akibat hanyutnya gambut mati ini kalau digabung dengan penurunan
akibat penyusutan tanah gambut itu sendiri, kemungkinan akan cukup besar sehingga dapat sampai
ketingkat yang cukup mengkhawatirkan karena lebih rendah dari muka air sungai. Hal ini tentu tidak
dikehendaki.

I.10 KEBUTUHAN AIR UNTUK TANAMAN.


Untuk mempermudah kita menghitung kebutuhan air untuk tanaman, kita uraikan kebutuhan air
untuk tanaman tersebut kedalam beberapa unsur kebutuhan/kehilangan air seperti yang akan dibahas
berikut ini. Namun tidak pada setiap kasus akan didapati unsur-unsur yang sama, tergantung dengan
kondisi air, kondisi tanah, kondisi tanaman serta permasalahan yang dihadapi.
Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut :

28
I.10.1 Kebutuhan air untuk mengimbangi penguapan.
Penguapan dapat terjadi pada setiap permukaan yang basah, baik itu permukaan air, permukaan
aliran sungai, waduk maupun dari permukaan tanaman. Penguapan dari tanaman ini dapat berupa
penguapan dari pemukaan daun yang basah karena hujan atau embun dan dapat juga berupa penguapan air
dari dalam jaringan tanaman itu sendiri. Banyaknya air yang diuapkan juga berbeda antara keduanya.

Disamping itu ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi besarnya penguapan itu :
a. Luas Permukaan yang diuapkan.
Semakin luas permukaan, semakin banyak air yang diuapkan.
b. Jenis tanaman.
Tiap jenis tanaman mempunyai jenis daun yang berbeda baik lebar maupun lebatnya. Karena itu
besarnnya penguapan juga berbeda.
c. Kelembaban.
Pada daerah dengan kelembaban tinggi, besarnya penguapan relatif lebih kecil dibanding dengan
daerah dengan kelembaban rendah.
d. Kecepatan angin.
Pada daerah yang berangin kencang, penguapan akan lebih besar dibanding dengan daerah
berangin lemah.
e. Suhu.
Penguapan yang terjadi pada suhu tinggi akan lebih besar dibanding dengan penguapan pada
suhu yang rendah.

I.10.2 Kebutuhan air untuk jaringan.


Air yang dihisap tanaman melalui akarnya akan mengalir kedalam jaringan tanaman. Air ini
diperlukan untuk membentuk jaringannya, tapi sebagian air akan diuapkan kembali melalui permukaan
daun. Kalau jumlah air yang diambil akar tidak sebanding dengan yang digunakan tanaman atau
penguapan, maka tanaman akan menjadi layu.
Dalam perhitungan, banyaknya air untuk transpirasi atau membentuk jaringan ini sulit dipisahkan
dengan banyaknya air untuk penguapan, baik penguapan dari tanaman maupun penguapan dari tanah
sekitar tanaman. Karena itu didalam analisa, banyaknya air untuk evaporasi ( penguapan ) dan transpirasi (
membentuk jaringan ) ini digabung menjadi kebutuhhan air untuk evapotranspirasi.
Banyaknya air untuk evapotranspirasi ini sering disebut pemakaian air konsumtif tanaman.
Banyaknya air untuk evapotranspirasi ini pada dasarnya hanya dapat ditentukan melalui
pengamatan/penelitian. Namun karena data dari hasil pengamatan/penelitian tidak selalu ada, maka sering
digunakan rumus-rumus empiris untuk menghitungnya. Apalagi hasil penelitian/ pengamatan disuatu
tempat belum tentu sama dengan hasil penelitian/ pengamatan untuk tanaman yang sama di tempat yang
lain. Dari beberapa hasil perhitungan evapotranspirasi untuk padi sekitar 4 mm/hari.

I.10.3 Kebutuhan air untuk Pencucian.


Kebutuhan air untuk pencucian ini diperlukan kalau pada tanah terdapat senyawa-senyawa
yang merugikan tanaman seperti pada daerah rawa. Baik pada rawa pantai maupun rawa pedalaman,
kemampuan lahan terbatas karena drainase terhambat. Terhambatnya drainase ini menyebabkan tanah
mengandung senyawa-senyawa yang merugikan tanaman yang umumnya bersifat masam. Walaupun
kemampuan lahan dapat ditingkatkan melalui drainase, namun kemampuan lahan ini akan cepat meningkat
kalau pada lahan tersebut dapat dialirkan air segar, sehingga senyawa-senyawa yang merugikan tadi dapat
dihanyutkan/dicuci. Banyaknya air untuk mencuci ini tergantung dari kondisi tanah serta kondisi air segar
yang digunakan untuk mencuci. Namun seringkali terjadi, pemberian air untuk pencucian ini tidak dapat
dilakukan walau diperlukan.

29
I.10.4 Kebutuhan air untuk Penggelontoran.
Kalau kwalitas air yang ada di saluran pada lahan sudah cukup jelek akibat tercemar, maka satu-
satunnya jalan adalah menggelontor keluar air yang ada di lahan dengan memasukkan air yang baik
kedalam lahan. Seperti misalnya untuk daerah pertanian didaerah pantai yang terluapi air laut, mungkin
sulit untuk mengalirkan air yang tercampur air asin keluar lahan dengan cara drainase biasa. Dalam keadaan
ini maka harus dimasukkan air segar untuk mendorong air asin tadi keluar lahan.

I.10.5 Kehilangan air karena Perkolasi.


Kehilangan air karena perkolasi adalah kehilangan air karena air terus meresap kedalam tanah,
sehingga meninggalkan daerah perakaran dan dengan demikian tidak dapat digunakan oleh tanaman.
Baik air irigasi maupun air hujan yang jatuh ke permukaan tanah, mula-mula akan membasahi
tanah pada daerah perakaran. Tapi kalau pemberian air tersebut berlangsung terus, maka sebagian dari air
tersebut akan terus masuk kedalam tanah sehingga meninggalkan daerah perakaran.
Besarnya kehilangan air karena perkolasi ini sangat tergantung pada jenis tanah dan besarnya
pemberian air atau curah hujan yang jatuh. Tapi selain itu juga tergatung pada kedudukan air tanah atau
kondisi lahan. Pada daerah rawa dimana muka air tanah tinggi, perkolasi ini akan kecil atau bahkan
mungkin tidak terjadi. Sedangkan pada daerah perbukitan atau sawah yang berteras-teras, perkolasi ini
relatif lebih tinggi dibanding dengan pada sawah di daerah datar.
Pada dasarnya perkolasi ini bisa berupa perkolasi vertikal, yaitu meresapnya air secara vertikal
kebawah dan meninggalkan perakaran. Kemudian perkolasi horisontal, dimana resapann terjadi kesamping.
Yang terakhir ini akan lebih besar terjadi pada daerah perbukitan.

I.10.6 Kebutuhan Air Untuk Penggenangan Pada Waktu Pengolahan Tanah.


Umumnya pada waktu pengolahan tanah, sawah digenangi dulu agar mudah dibajak. Tinggi
genangan umumnya diambil 15 cm atau 150 mm. Dapat saja sawah diolah dalam keadaan kering, namun
sesuai dengan catatan Dr. Hadrian Siregar dalam bukunya Budi Daya Tanaman Padi di Indonesia, tanah
yang diolah kering untuk tanaman padi produktifitasnya turun antara 54 sampai 77 % dibanding dengan
kalau tanah diolah dengan digenangi. Apalagi pengolahan tanah dalam kedaan basah akan lebih mudah
dibanding dengan dalam keadaan kering.
Menurut Standar Perencanaan Irigasi, Direktorat Jenderal Pengairan Departemen PU, besarnya
kebutuhan air di sawah untuk tanaman ladang dianjurkan diambil antara 50 - 100 mm. Sedangkann untuk
tanaman tebu, dianjurkan antara 100 - 120 mm. Untuk sawah, standar tadi menyajikan rumus kebutuhan air
untuk penyiapan lahan yang akan dibahas dalam bab IV. Selanjutnya standar tersebut menyanpaikan bahwa
banyaknya air untuk penyiapan lahan pada tanah yang bertekstur berat tanpa retak-retak diambil 200 mm.
Ini termasuk air untuk penjenuhan dan pengolahan tanah. Pada permulaan tranplatasi tidak akan ada air
tersisa di sawah. Setelah transplatasi selesai, lapisan air di sawah akan ditambah 50 mm. Secara keseluruhan,
ini berarti bahwa lapisan air yang diperlukan menjadi 250 mm untuk penyiapan lahan dan untuk lapisan
awal setelah transplatasi selesai.

I.11 SIKLUS HIDROLOGI DAN NERACA AIR.


I.11.1 Siklus Hidrologi.
Siklus hidrologi adalah suatu siklus atau peredaran yang dialami oleh air. Siklus ini dapat ditinjau
dari laut dan kembali ke laut.
Persediaan air di bumi kita ini dapat dilaut, disungai, didanau ataupun didalam tanah sebagai air
tanah. Persediaan yang terbesar adalah terdapat dilaut yaitu sekitar 97,5 %, kemudian 1,75 % dalam bentuk
es, sedangkan yang berada didaratan, baik di sungai, di danau maupun di dalam tanah hanya sekitar 0,73 %.

30
Yang dalam bentuk uap air sangat sedikit yaitu sekitar 0,001 %. ( Ir. Suyono S. dan Kensaku Takeda :
Hidrologi untuk Pengairan ).
Sebagian dari air tersebut akan berubah menjadi uap dan proses penguapan ini dapat terjadi
dipermukaan tanah yang ditanami atau yang tidak ditanami, permukaan air di danau, laut maupun sungai-
sungai. Selain itu penguapan juga terjadi pada permukaan daun, baik berupa penguapan air hujan atau
embun yang menempel didaun ataupun penguapan air dari dalam jaringan tanaman yang didapat dari
tanah melalui akar-akarnya.
Uap air tersebut akan mengumpul diangkasa dalam bentuk awan. Apabila awan ini sudah jenuh dan
karena perubahan tekanan, maka awan tersebut akan berubah menjadi titik-titik air atau berubah menjadi
butiran es yang halus yang disebut salju atau dalam bentuk butiranes yang agak besar. Semua itu akan
turun kebumi dalam bentuk persipitasi : hujan, hujan es, hujan salju atau embun.
Gambar I.20. Siklus
hidrologi.
1. Awan dan uap air.
2. Presipitasi.
3. Hujan.
4. Hujan es.
5. Salju.
6. Limpasan Permukaan.
7. Salju yang mencair.
8. Perkolasi.
9. Evaporasi.
10. Intersepsi.
11. Evapotranspirasi.

Air yang jatuh ketanah atau yang berasal dari salju yang mencair pada permukaan tanah akan
mengalami dua kejadian : sebagian dari air tersebut akan mengalir melalui permukaan tanah dalam bentuk
aliran permukaan ( run off ), sebagian akan meresap kedalam tanah ( perkolasi ). Dan sebagian lagi tertahan
dicekungan - cekungan daun, kadang - kadang diuapkan kembali ( intersepsi ). Air yang mengalir di
permukaan tanah akhirnya akan masuk kesungai dan terus kelaut. Sedangkan yang meresap kedalam tanah
akan mempunyai dua kemungkinan : menambah air tanah atau mengalir didalam tanah/dibawah
permukaan tanah sebagai aliran dalam tanah ( interflow ). Aliran dalam tanah ini juga akhirnya akan
mencapai sungai sebagai aliran dasar ( base flow ) atau ke laut.
Dengan demikian terjadi suatu sirkulasi, dimana uap air yang berasal dari penguapan air laut,
setelah melalui beberapa tahap akhirnya kembali lagi kelaut. Sirkulasi ini yang disebut sebagai siklus
hidrologi.

I.11.2 Water Balance ( Neraca Air ).


Water balance atau neraca air yang dimaksud disini adalah suatu annalisa terhadap keseimbangan
air yang masuk dan yang keluar dari suatu lahan pertanian. Dari analisa ini akan diketahui berapa
banyaknya air irgasi yang diperlukan. Analisa ini pada prinsipnya menganut prinsip siklus hidrologi untuk
skala kecil yaitu lahan pertanian.
Pada suatu petak sawah yang ditanami padi dan diairi dengan sistim genangan, keseimbangan air
yang akan terjadi mengikuti persamaan sebagai berikut :
Is + R + Ig = S + E + Gv + Gh + Os

dimana :
Is = Debit air yang masuk kepetak sawah.

31
R = Besarnya curah hujan effektif.
Ig = Air yang masuk dari rembesan samping.
S = Jumlah air yang tersedia pada permukaan tanah atau didalam tanah
E = Evapotranspirasi ( Evaporasi + Transpirasi ).
Gv = Perkolasi kebawah ( vertikal ).
Gh = Perkolasi kesamping ( horisontal ).
Os = Air yang keluar melalui permukaan tanah.

Kesimbangan air untuk lahan kering/ladang, mempunyai persamaan yang sedikit berbeda :
Ir + R + Ge + Wb = E

dimana :
Ir = Pemberian Air Irigasi.
E = Evapotranspirasi.
R = Curah Hujan effektif.
Ge = Kontribussi Air Tanah.
Wb = Air tanah yang tersimpan diawal musim.

Dari kedua persamaan tersebut, belum dimasukkan dua kebutuhan air yang hanya terjadi dalam
keadaan khusus, yaitu untuk pencucian dan untuk penggelontoran. Kalau dalam suatu kasus, salah satu
atau kedua kebutuhann itu terjadi, maka kebutuhan tersebut harus dimasukkan kedalam ruas kanan
persamaan tersebut.b Pembahasan lebih lanjut mengenai analisa kebutuhan air irigasi yang didasarkan atas
keseimbangan air diatas akan dibahas dalam bab III.

32
PUSTAKA
Anonim. 2010. Irigasi Menuju Pertanian Sehat. <http://www.ptpn-11.com/irigasi-
menuju pertanian-sehat.html>. Diakses pada tanggal 30 Mei 2013.
Anonim. 2011. Kualitas Air. <http://www.tkcmindonesia.com/bahasa/waterquality.html>.
Diakses pada tanggal 30 Mei 2013.
Harmayani, K.D., 2007. Pencemaran Airtanah Akibat Pembuangan Limbah Domestik Di Lingkungan
Kumuh: Studi Kasus Banjar Ubung Sari, Kelurahan Ubung: Laporan Penelitian. Fakultas Teknik,
Universitas Udayana.
Haslam, S.M., 1990. River Pollution: An Ecological Perspective. Belhaven press.
Isidoro, D., Aragüés, R., 2007. River Water Quality And Irrigated Agriculture In The Ebro Basin: An
Overview. Water Resour. Dev. 23, 91–106.
Kodoatie, R.J., Sjarief, R., 2010. Tata Ruang Air. Penerbit Andi.
Machbub, B., Mulyadi, M., 2000. Kualitas Air Sungai Alamiah Sebagai Standar Kualitas Sumber Air. Bul.
PUSAIR 31–38.
Notohadiprawiro, T., 1998. Tanah dan Lingkungan. Dir. Jendral Pendidik. Tinggi Dep. Pendidik. Dan Kebud.
Jkt. 237.
Nurlidiawati, N., 2014. Sungai Sebagai Wadah Awal Munculnya Peradaban Umat Manusia. Rihlah J. Sej. Dan
Kebud. 2, 96–106.
Oppenheimer, S., Syahrir, I., 2010. Eden in the East. Ufuk Press.
Pasandaran, E., 1991. Irigasi di Indonesia: Strategi dan pengembangan. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan
Penerangan, Ekonomi dan Sosial.
PP No 20, 2006. Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi.
Rosmarkam, A., Yuwono, N.W., 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.
Rupa, I.N., 1985. Subak. Baru.
Song, A.N., Banyo, Y., 2011. Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator Kekurangan Air Pada Tanaman. J.
Ilm. Sains 11, 166–173.
Sutanto, R., 2002. Pertanian organik: Menuju pertanian alternatif dan berkelanjutan. Kanisius.
Umar, M., 2009. Mesopotamia dan Mesir Kuno: Awal Peradaban Dunia. El-Harakah 11.

33

Anda mungkin juga menyukai