PENDAHULUAN
I.1 URAIAN
Kebutuhan air merupakan suatu komponen sangat penting bagi mahluk hidup yang ada di
permukaan bumi ini, baik untuk manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan (Kodoatie and
Sjarief, 2010; Notohadiprawiro, 1998). Air selalu dibutuhkan bagi semua kegiatan mahluk hidup
terutama manusia. Kegiatan pengelolaan dalam kebutuhan air ini diantaranya bidang industri,
pertanian, peternakan, perikanan, dan lain-lain.
Sedemikan vitalnya kebutuhan air bagi manusia, namun jika keberadaan air tidak dikelola
dan dikendalikan secara tepat maka keberadaanya akan menjadi membahayakan terutama bagi
manusia. Tidak sedikit bencana terjadi disebabkan karena kurang tepatnya pengelolaan air
seperti bencana kekeringan pada musim kemarau, banjir dan longsor pada musim hujan. Oleh
karenanya pemanfaatan sumber air harus dilakukan sebaik-baiknya, agar air tersebut dapat
digunakan seoptimal mungkin dan supaya tidak terjadi akibat yang tidak diinginkan.
Dalam dunia pertanian, air mempunyai peranan yang penting bagi pertumbuhan tanaman.
Keberadaan air bagi tanaman harus dikelola dan dikendalikan. Kelebihan air pada tanaman akan
terjadi pembusukan, sedangkan kekurangan air tanaman akan mengalami kekeringan( Song and
Banyo, 2011; Rosmarkam and Yuwono, 2002).
Sejak jaman dahulu sebagian besar orang dalam pengelolaan pertanian, untuk memenuhi
kebutuhan tanaman mengandalkan curah hujan. Seiring dengan perkembangan kemampuan
berpikir, maka mulailah manusia mengenal apa yang disebut dengan irigasi. Pemikiran irigasi
yang pada dasarnya bertujuan untuk mencukupi kebutuhan air tanaman sesuai dengan fase
pertumbuhannya. Sebenarnya irigasi sudah dikenal sejak jaman Mesir Kuno dengan
memanfaatkan air dari sungai Nil (Nurlidiawati, 2014; Umar, 2009). Di Indonesia, irigasi juga
sudah dikenal sejak jaman nenek moyang dengan membendung aliran sungai untuk dialirkan ke
sawah-sawah yang membutuhkannya(Oppenheimer and Syahrir, 2010; Rupa, 1985). Bahkan
beberapa waduk juga dibangun yang salah satu fungsinya adalah penyediaan air untuk kegiatan
irigasi.
1
I.3 PENGERTIAN IRIGASI
Beberapa pengertian irigasi diantaranya Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 tentang
Irigasi (PP No 20, 2006), Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air
irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi
air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Sedangkan maksud irigasi adalah: untuk
mencukupi kebutuhan air di musim hujan untuk keperluan pertanian seperti membasahi tanah,
merabuk, mengatur suhu tanah, menghindarkan gangguan hama dalam tanah dan sebagainya.
Irigasi berfungsi mendukung produktivitas usaha tani guna meningkatkan produksi pertanian
dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani,
yang diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1982 tentang irigasi, bahwa Irigasi ialah
usaha untuk penyedian dan pengaturan air untuk menunjang pertanian. Menurut PP No. 23/
1982 irigasi juga termasuk dalam pengertian Drainase yaitu : mengatur air terlebih dari media
tumbuh tanaman atau petak agar tidak mengganggu pertumbuhan maupun produksi tanaman.
Sedangkan Small dan Svendsen ( menyebutkan bahwa irigasi ialah : tindakan intervasi manusia
untuk mengubah aliran air dari sumbernya menurut ruang dan waktu serta mengolah sebagian
atau seluruh jumlah tersebut menaikkan produksi pertanian (http://zanius.blogspot.com).
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 32/PRT/M/2007 dan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat RI Nomor: 17/PRT/M/2015). Irigasi adalah
usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian
yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi
pompa, dan irigasi tambak. Irigasi juga didefinisikan sebagai suatu proses pemberian air kepada
suatu lahan secara tidak alami guna pertumbuhan tanaman. Pemberian air dalam kegiatan
irigasi ini harus diiringi dengan drainase yaitu pembuangan air kelebihan pada lahan pertanian
agar tidak mengganggu pertanian.
Kegiatan irigasi tersebut, dapat dibagi dalam tiga tahap :
1. Tahap pengambilan air dari sumbernya melalui cara membendung sungai atau dengan cara
memompa air dari sungai maupun air tanah.
2. Membawa air tersebut serta membagi air yang diambil ke lahan pertanian yang
memerlukannya, melalui saluran atau pipa.
3. Membuang air kelebihan dari lahan pertanian kesungai utama atau langsung kelaut melalui
saluran-saluran dan bangunan pembuang.
Walaupun tujuan utama dari irigasi ini adalah pemberian air dan pembuangan air kelebihan,
namun ada beberapa tujuan yang sering menjadi tujuan kegiatan irigasi (https:manfaat.co.id/manfaat-
irigasi), sebagai berikut :
Melancarkan aliran air ke lahan sawah
Manfaat paling umum yang diketahui banyak orang dari adanya irigasi ini adalah untuk
mengalirkan air menuju ke lahan persawahan. Air yang dialirkan ini dapat bersumber dari
danau, waduk (bendungan), sungai, atau sumber air yang lainnya. Dari sumber-sumber air
ini dibuatkan semacam jalan yang nampak seperti parit (terkadang berukuran besar) untuk
kemudian ditujukan ke area lahan persawahan. Hal ini tentu akan sangat memudahkan
lahan persawahan mendapatkan air, terlebih pada saat musim kemarau sehingga pada saat
musim kemarau tiba tidak banyak lahan sawah yang kekeringan akibat kurangnya pasokan
air.
2
Membasahi tanah persawahan
Salah satu tujuan dialirkannya air ke lahan persawahan adalah membuat tanah persawahan
menjadi basah. Tanah persawahan yang basah akan memudahkan tanah untuk ditanami.
Selain itu, tanah yang sudah basah akan mempermudah proses pembajakan sawah, karena
sebelumnya sudah gembur. Manfaat irigasi untuk membasahi tanah persawahan ini akan
semkin terasa ketika terjadi pada daerah yang mempunyai curah hujan sedikit dan atau
tidak menentu.
Pembasahan tanah sawah ini memang sangat dibutuhkan. Namun pembasahan tersebut
tidak asal basah saja, pembasahan lahan persawahan juga perlu diatur kadar airnya. Tidak
dianjurkan bagi tanah persawahan yang terlalu basah sehingga air menggenang di dalamnya,
bagitu pula dengan pembasahan yang terlalu sedikit. Oleh karena itu, pembasahan pada
tanah sawah ini dapat diatur dengan menggunakan irigasi. Dengan demikian, irigasi
berfungsi sebagai pembasah sekaligus pengontrol pembasahan tanah sawah tersebut. Salah
satu manfaat untuk mengontrol pembasahan tanah sawah tersebut agar sawah dapat dialiri
air sepanjang tahun, baik di musim kemarau maupun musim penghujan.
Mempermudah petani untuk mengairi lahan sawah
Tujuan irigasi dibentuk agar sawah milik petani ini tidak terlalu sulit jika ingin mendapatkan
air, terlebih ketika musim kemarau datang. Jadi, irigasi ini akan sangat memudahkan petani
dalam memberikan pengairan terhadap lahan sawahnya. Jika sumber air berada jauh dari
sawah, maka petani tidak perlu bersusah payah untuk menimba air dan membawanya ke
sawah karena sudah ada saluran irigasi yang akan membawa air ke lahan sawah tersebut.
Mencukupi kebutuhan air pada sawah
Sebagaimana diketahui bersama bahwa sawah ini merupakan satu bidang atau lahan yang
sangat membutuhkan banyak air agar tumbuhan yang ditanam di dalamnya tumbuh subur
dan berbuah banyak sehingga petani bisa mendapatkan hasil panen yang melimpah.
Pemupukan.
Pemupukan menjadi tujuan irigasi terutama pada irigasi yang menggunakan pipa dimana air
irigasi dibubuhi pupuk sebelum masuk kedalam pipa. Dapat juga pemupukan ini terjadi
secara alami karena air irigasi yang diberikan kepada tanaman memang berasal dari daerah
yang ranahnya cukup baik sehingga air yang digunakan untuk irigasi juga mengandung
unsur-unsur hara yang diperlukan oleh tanaman.
Kolmatasi.
Kolmatasi adalah usaha meninggikan muka tanah dengan mengalirkan air yang mengandung
lumpur ke permukaan tanah dan apabila lumpur ini mengendap, maka permukaan tanah
akan bertambah tinggi. Untuk ini air irigasi ahrus mengandunglumpur dan kecepatan aliran
harus cukup tinggi agar mampu membawa lumpur tadi dan sebaliknya pada lahan pertanian
kecepatan alirannya harus cukup rendah sehingga sehingga memungkinkan pengendapan.
Usaha kolmatasi ini dulu digunakan untuk menutup rawa-rawa di Pulau Jawa seperti di
Purworejo dan Rawa Besar di lembah Kali Juwana (Prof.Ir. Soetedjo, Diktat Pengairan jilid I ).
Sebagai sarana pendukung ketahanan pangan
Irigasi ini karena manfaatnya yang luar biasa bagi tanah persawahan dan juga bagi tanaman
yang ada di dalamnya, maka irigasi ini dapat dikatakan sebagai salah satu sarana
pendukung untuk ketahanan pangan yang ada di Indonesia. Jika tidak ada saluran irigasi,
maka area persawahan kita mungkin akan mengalami kekeringan dan tanaman tidak dapat
tumbuh dengan subur sehingga petani tidak akan mendapatkan panen yang banyak. Jika
3
semua petani di Indonesia mengalami hal yang sama, tentu saja hal seperti ini akan sangat
merugikan negara karena pasokan bahan makanan dari negeri sendiri hanya sedikit, dan
pemerintah akan terpaksa mengimpor. Oleh karena itu, irigasi ini sangat penting, baik bagi
petani, bagi tanaman sendiri, dan kita yang mengonsumsi hasil pertanian, dan juga bagi
perekonomian negara kita sendiri.
Menyuburkan tanah
Tanah yang dibasahi oleh air dari irigasi ini akan manjadi tanah yang subur. Hal ini karena
biasanya air yang diambil dari sumber air dan akan dialirkan ke sawah tersebut mengandung
lumpur dan berbagai macam zat hara lainnya. Hal ini menjadikan tanah perawahan menjadi
tanah yang subur dan siap ditanami.
Untuk penggelontoran air
Penggelontoran air adalah semacam pembersihan tanah sawah dari berbagai macam hal yang
tidak berguna (sampah). Dengan menggunakan air irigasi ini, segala hal yang tidak berguna
yang terdapat di area persawahan seperti kotoran, pencemaran atau limbah, sampah yang
biasanya kita temukan di permukaan tanah sawah dapat digelontor ke tempat yang telah
disediakan (saluran drainase) atau digelontor ke luar area persawahan. Dengan demikian
akan menjernihkan area persawahn secara alami dan areal persawahan akan bebas dari
sampah, kotoran, dan sebagainya.
Pencucian.
Seringkali suatu lahan mempunyai produktifitas yang rendah karena tanahnya mengandung
zat-zat yang merugikan tanaman seperti pada daerah rawa. Baik pada rawa pantai maupun
rawa pedalaman, kemampuan lahan terbatas karena drainase terhambat. Terhambatnya
drainase ini menyebabkan tanah mengandung senyawa-senyawa yang merugikan tanaman
yang umumnya bersifat masam. Walaupun kemampuan lahan dapat ditingkatkan melalui
drainase, namun kemampuan lahan ini akan cepat meningkat kalau pada lahan tersebut
dapat dialirkan air segar, sehingga senyawa-senyawa yang merugikan tadi dapat
dihanyutkan/dicuci.
Sebagai tempat budidaya tumbuhan atau hewan tertentu
Manfaat irigasi yang satu ini merupakan manfaat tambahan di luar tujuan membangun
irigasi, yaitu sebagai tempat untuk membudidayakan hewan maupun tumbuhan tertentu.
Beberapa tumbuhan dapat ditanam disekitar aliran air, karena tanah di sekitar aliran air
akan selalu lembap. Beberapa tanaman yang dapat ditanam di area itu antara lain adalah
kangkung atau berbagai macam sayuran lainnya. Selain itu, saluran irigasi juga bisa
dijadikan rumah bagi beberapa hewan air tertentu seperti beberapa macam ikan kecil, atau
kepiting air tawar. Dengan keberadaan hewan-hewan kecil ini biasanya banyak anak-anak
yang bermain di dekat aliran irigasi dan terkadang mandi di bawah pancuran air irigasi ini.
Sebagai penyimpan pasokan air
Irigasi selain berguna untuk mengangkut dan menyalurkan air ke persawahan, ternyata juga
berfungsi dengan baik sebagai penyimpan air agar tidak habis, terutama pada saat musim
kemarau datang. Irigasi ini akan menyimpan cadangan air untuk dapat digunakan pada
musim kemarau.
Mengendapkan zat garam
Mengendapkan zat garam dari permukaan tanah ke lapisan bawah tanah sehingga kadar
garam di permukaan tanah sawah menjadi berkurang.
Pelindung tanah
Irigasi juga berfungsi sebagai pelindung tanah dari resiko terjadinya frost.
4
Pengatur suhu dalam tanah
Irigasi berfungsi untuk menurunkan suhu dalam tanah sehingga lebih kondusif untuk
masalah pertanian. Itulah beberapa manfaat dari irigasi yang dapat ditemukan di sekitar
areal persawahan. Irigasi ini sangat penting keberadaannya. Dengan demikian, pembangunan
irigasi ini harus selalu ditingkatkan dan bangunan irigasi ini harus dijaga dan dilestarikan.
5
dan nilai NTU nya semakin tinggi. Nilai pH air mengindikasikan apakah air bersifat asam atau
basa. Tingkat pH yang baik untuk air minum adalah antara 6,5 dan 8,5. Nilai pH di bawah 6,5
akan terlalu asam dan pH di atas 8,5 akan terlalu basa. Secara umum, kualitas air harus
memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan mikrobiologi, fisika, kimia dan radioaktif.
Parameter kualitas air tersebut harus dipenuhi sesuai standar yang telah ditetapkan oleh
Departemen Pertanian sebelum didistribusikan ke tanaman budidaya (Anonim, 2011).
Pencemaran air dapat dijadikan indikator untuk penentuan kualitas air. Pencemaran air
dikelompokkan menjadi empat, yaitu dari bahan organik, anorganik, zat kimia, dan limbah.
Bahan buangan organik biasanya berupa limbah yang dapat terdegradasi oleh mikroorganisme
sehingga dapat meningkatkan perkembangan mikroorganisme. Sementara itu, bahan buangan
anorganik berupa limbah yang tidak dapat membusuk dan mikroorganisme tidak dapat
mendegradasinya. Macam-macam bahan anorganik berasal dari logam-logam seperti ion kalsium
(Ca), ion timbal (Pb), ion magnesium (Mg), ion arsen (As), dan air raksa (Hg). Bila logam-logam
tersebut mencemari air, maka akan menimbulkan akumulasi yang pada akhirnya menyebabkan
air menjadi sadah dan mengganggu kesehatan manusia. Bahan buangan yang berasal dari zat
kimia dihasilkan oleh sabun, pestisida, zat warna kimia, larutan penyamak kulit, dan zat
radioaktif. Limbah adalah zat, energi atau komponen lain yang dikeluarkan/ dibuang akibat
sesuatu kegiatan baik industry maupun non-industri. Limbah bisa merusak kualitas air untuk
pertanian dan membahayakan kesehatan tanaman budidaya (Harmayani, 2007).
Kondisi DAS dikatakan baik jika memenuhi beberapa kriteria, antara lain kualitas air baik
dari tahun ke tahun, debit sungai konstan dari tahun ke tahun, ketinggian air muka tanah
konstan dari tahun ke tahun, serta fluktuasi debit antara debit maksimum dan minmum kecil. Ini
digambarkan dengan nisbah debit tersebut. DAS sendiri merupakan suatu sistem yang
mempunyai potensi besar untuk mengalami polusi atau pencemaran. Komponen utama DAS yang
berpotensi untuk tercemar adalah badan air dan tanah, yang selanjutnya akan berpengaruh pula
pada makhluk hidup (manusia, hewan, dan tumbuhan) yang berinteraksi dengan komponen-
komponen yang ada dalam sistem DAS atau daerah yang dipengaruhinya. Penurunan kualitas air
di DAS antara lain disebabkan oleh: (a) meningkatnya kandungan sedimen dalam air sungai, (b)
sistem pembuangan air limbah industry di sepanjang aliran sungai sehingga terjadi pencemaran,
(c) limbah rumah tangga yang ikut mempengaruhi kualitas air dan (d) akibat negatif intensifikasi
pertanian (Machbub and Mulyadi, 2000).
Dalam menentukan kualitas air dikenal tiga parameter utama, yaitu oksigen terlarut,
kebutuhan oksigen biologis, dan kebutuhan oksigen kimia. Oksigen (O2) merupakan parameter
penting dalam air. Sebagian besar makhluk hidup dalam air membutuhkan O2 untuk
mempertahankan hidupnya, baik tanaman air maupun hewan yang hidup di air bergantung pada
oksigen terlarut. Keseimbangan oksigen terlarut dalam air secara alamiah terjadi secara
berkesinambungan (Isidoro and Aragüés, 2007).
Kriteria air yang bagus digunakan dalam sektor pertanian, antara lain air tersebut tidak
memiliki konsentrasi garam yang tinggi karena dengan tingginya tingkat konsentrasi garam maka
akan meningkatkan tekanan osmotic yang berpengaruh dalam penghambatan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Selain itu, air yang bagus digunakan untuk pertanian juga harus
memiliki kandungan sodium yang rendah karena sodium terdapat di koloid tanah dan akan
berfluktuasi sesuai penambahan air irigasi atau air hujan dan sistem koloid tanah, sebab air yang
baik bagi pertumbuhan tanaman adalah yang bersodium rendah. Kriteria lain adalah nilai pH
berkisar antara 6,5 – 8,4 atau pH netral, karena apabila pH tinggi atau lebih dari 8,5 sering ada
HCO3- dan CO3- dalam konsentrasi tinggi atau disebut alkalinity. Selain itu, air yang baik untuk
6
pertanian juga harus memilih nutrisi yang tidak berlebih karena apabila nutrisinya berlebih maka
akan mengurangi kualitas hasil pertanian (Nawawi, 2001).
Dalam usaha pemberian air untuk pertanian, maka tidak akan terlepas dari bangunan-
bangunan air. Bangunan ini direncanakan sesuai dengan keperluan dari sistem pengairan
tersebut dalam mensuplay airnya ke lahan pertanian. Hal ini terkait dengan kondisi darerah yang
direncanakan. Hidrolika merupakan bagian dari ilmu air yang diperlukan sebagai dasar untuk
menentukan bangunan air. Seperti halnya mekanika teknik merupakan pengetahuan dasar
untuk kontruksi.
Baku Mutu Air Golongan D : Pertanian dan Usaha Perkotaan
FISIKA
01. Daya Hantar Listrik umhos/cm 1000
02. Zat Padat Tcrlarut (TDS) mg/L 1000
03. Suhu °C Suhu air normal
KIMIA
a. Kimia Anorganik
01 Air raksa mg/L 0,0005
02 Arsen mg/L 0,050
03 Boron mg/L 1,0
04 Kadmium mg/L 0,010
05 Cobalt mg/L 0,20
06 Kromium,valensi 6 mg/L 0,050
07 Manggan mg/L 1,0
08 Na(garam alkali) ug/L 40,0
09 Nikel mg/L 0,050
10 pH '- 6,5 - 8,5 Merupakan batas
minimum dan
maksimum
11. mg/L 1,25-2,50 Merupakan batas
Residual Sodium
minimum dan
Carbonat (RSC)
maksimum
12. Selenium mg/L 0,050
13. Seng mg/L 1,00
14. Sodium Absorption Ratio mg/L 10,0
(SAR)
15. Tembaga mg/L 0,1
16. Timbal mg/L 0,05
Radioaktivitas
17. Aktivitas Alpha (Gross Bq/L 0,1
Alpha Activity)
18. Aktivitas Beta (Gross Bq/L 1,0
Beta Activity)
Keterangan : ug = mikrogram ; mg = miligram ; ml = milliliter; L = liter
Bq = Bequerel Logam berat merupakan logam terlarut
7
I.5. BIDANG HIDROLIKA DAN BANGUNAN AIR
Pengertian bangunan air di sini adalah bangunan irigasi, pengendalian banjir, tenaga air,
pelabuhan, teknik penyehatan perlindungan pantai dan sebagainya. Pada bangunan air ini harus
dihitung dan ditentukan :
a) Banyaknya air pada pengambilan, pembuangan, pengaliran dalam suatu saluran terbuka
atau tertutup (pipa).
b) Pemakaian Tenaga air.
c) Dinding penahan air ( Tembok, turap dan sebagainya).
d) Gelombang yang diakibatkan oleh angin, kapal berlayar, penutupan, pembukaan pintu air
dan lain sebagainya.
Tujuan dari ilmu hidrolika adalah mencari rumus atau hukum yang dapat mengambarkan
peristiwa di atas dan diturunkan dari rumus atau hukum yang diketahui oleh mekanika.
Pokok dari tujuan ini adalah memanfaatkan peristiwa dan gejala alam untuk kepentingan
kemanusiaan. Tanpa pokok ini tidak perlu kita memperdalam pengetahuan, karena akhirnya
akan merusak lingkupngan hidup saja. Tetapi karena kurangnya pengetahuan kita mengenai
alam maka rumus / formula tersebut tidak dapat menggambarkan peristiwa dengan sempurna .
Karena itu perlu dimasukan koefisien yang ditentukan dari peninjauan atau pengamatan dalam
alam atau dalam model percobaan.
Dalam ilmu teknik sipil pengetahuan hidrolika diperlukan dalam :
a. Merencanakan bangunan Air.
b. Memeriksa perhitungan dan Perencanaan bangunan Air.
c. Memeriksa dan Menilai keadaan di lapangan dari bangunan air.
d. Memeriksa dan menilai keadaan di lapangan dari bangunan air, sungai, pantai dan lain –
lain aliran air serta akibatnya. Karena tidak semua peristiwa alam dapat dihitung maka untuk
menetapkan rencana suatu bangunan air yang penting diperlukan suatu Penyelidikan Model.
Pada Diktat penulisan lebih ditekankan pada bangunan air, dalam hal ini bangunan
Pelengkap Untuk Irigasi Lahan Kering ( daerah Irigasi). Dalam rangka peningkatan hasil
pertanian, khususnya pertanian tanaman pangan diperlukan adanya perluasan areal sawah
terutama yang beririgasi teknis. Data teknis yang lengkap dan akurat sangat diperlukan dalam
kaitannya dengan perencanaan dan perhitungan yang cermat dengan pertimbangan berbagai
aspek teknis maupun aspek lainnya yang nantinya digunakan sebagai dasar pengembangan areal
ini menjadi lahan pertanian beririgasi.
Rencana Pengembangan Daerah Irigasi ini didasarkan beberapa aspek yang meliputi aspek
teknis yang berupa keadaan topografi, tanah, hidrologi, geologi dan irigasi, aspek ekonomi yang
meliputi biaya dan analisa ekonomi serta aspek sosial meliputi kependudukan, kelembagaan,
status lahan, usaha tani dan lain-lain.
Design suatu jaringan irigasi khususnya bangunan air diperlukan cabang Ilmu air yang
berkaitan, dalam hal ini hidrolika. Selain itu pula dalam perencanaan desig bangunan serta
jaringan irigasi tersebut disesuaikan dengan kriteria – kriteria yang berlaku. Untuk
mempermudah dalam pengistilahan nantinya maka diberikan beberapa pendefinisian mengenai
istilah tersebut seperti berikut :
Bangunan Bagi adalah bangunan yang terletak pada saluran Primer yang membagi air ke
saluran – saluran sekunder atau saluran sekunder yang membagi air ke saluran sekunder
lainnya atau pada suatu titik cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua
saluran atau lebih.
8
Gambar 1.1 Bangunan Gambar 1.2 Bangunan Gambar 1.3 Bangunan
Bagi yang terletak di Sadap yang terletak di Bagi Sadap yang terletak di
saluran Primer saluran Primer saluran
Bangunan Sadap merupakan bangunan yang menglirkan air dari aliran saluran primer dan atau
saluran skunder ke saluran tersier penerima melalui pintu ukur.
Bangunan Bagi – Sadap adalah apabila pada suatu lokasi diperlukan adanya bangunan bagi dan
bersamaan itu pula bangunan sadap yang merupakan kombinasi dari bangunan bagi dan
bangunan sadap.
Bangunan Pengatur Muka Air adalah bangunan yang bersifat mengatur Muka Air di saluran
pada Elevasi yang dikehendaki. Termasuk disini bangunan-bangunan yang karena keadaan
medan harus dibuat ( Terjun, Got Miring) sejak pada tahap perencanaan sudah diduga
perlunya Pelimpah maupun yang di atur dalam Eksploitasi.
Bangunan Terjun adalah bangunan air yang dibangun apabila muka air rencana dalam saluran
cukup tinggi di atas medan sehinga timbunan saluran akan lebih tinggi maka muka air dalam
saluran diturunkan dengan sarana bangunan terjun. Bangunan terjun terdiri dari dua yakni
bangunan terjun tegak dan miring.
Bangunan Got miring adalah suatu saluran dengan pasangan yang mempunyai
kemiringan yang besar. Apabila medan mempunyai kemiringan melabihi yang diperlukan
oleh dasar saluran, Sedangkan kalau dibangun terjun akan memerlukan beberapa buah
bangunan, maka biasanya dibangun got miring dengan fungsi yang sama dengan
bangunan Terjun.
Pelimpah adalah apabila dikhawatirkan bahwa muka air di saluran akan naik sehinga
membahayakan tanggul saluran baik karena masuknya air hujan lebat ataupun karena
kemungkinan kekhilapan dalam eksploitasi maka perlu di bangun suatu pelimpah.
Pelimpah tersebut dapat berupa pelimpah samping, Pelimpah heuvel ataupun pelimpah
tengah.
Pintu Pengatur Muka Air ( Check Gate) adalah bangunan air untuk mengatur muka air agar
dapat masuk ke saluran lain maka sebelah hilirnya dibangun pintu pengatur muka air yang
biasanya di gabungkan menjadi satu dengan bangunan lainnya ( bangunan bagi atau
Terjun) termasuk di sinuini balok Sekat.
Siphon adalah Bangunan Silang berupa saluran tertutup yang mengalirkan air dibawah
bangunan lain ( misalnya jalan ataupun saluran Lain) dengan aliran bersifat tertekan.
Talang adalah Bangunan air yang dibangun dimana air mengalir dengan permukaan bebas yang
dibuat melintasi cekungan, Saluran , Sungai, Jalan ataupun sepanjang Lereng bukit.
Bangunan ini dapat didukung dengan pilar atau Konstruksi lainnya.
9
Talang Siphon adalah bangunan Air yang dibangun apabila suatu talang melintasi lembah yang
cukup dalam sehingga tianggnya akan tinggi, Maka dapat dibuat bangunan kombinasi
antara talang dan Siphon. Dasar bangunan terletak pada permukaan tanah tetapi aliran air
tidak bersifat tertekan.
Gorong-gorong adalah berupa saluran tertutup yang dibangun untuk melmbawa air irigasi yang
melewati jalan lalu lintas ataupun Jalan Kereta Api.
Boks Bagi adalah bangunan air yang digunakan untuk membagi-bagi air irigasi ke seluruh petak
tertier dan kwarter. Dan dibangun diantara saluran-saluran.
Bendung adalah bangunan air yang dibangun melintang sungai digunakan untuk menaikan
tinggi muka air agar dapat mengairi lahan irigasi yang direncanakan.
11
34. Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya,
termasuk kegiatan membuka, menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana
pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/ bangunan, mengumpulkan data,
memantau, dan megevaulasi.
35. Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi
agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan
mempertahankan kelestariannya.
36. Rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan perbaikan jaringan irigasi guna
mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula.
37. Pengelolaan aset irigasi adalah proses manajemen yang terstruktur untuk perencanaan
pemeliharaan dan pendanaan sistem irigasi guna mencapai tingkat pelayanan yang
ditetapkan dan berkelanjutan bagi pemakai air irigasi dan pengguna jaringan irigasi
dengan pembiayaan pengelolaan aset irigasi seefesien mungkin.
38. Forum koordinasi daerah irigsi adalah sarana konsultasi dan komunikasi antara
perkumpulan petani pemakai air, petugas pemerintah, provinsi, dan kabupaten, dan
jaringan irigasi lainnya dalam rangka pengelolaan irigasi yang jaringannya berfungsi
multiguna pada suatu daerah irigasi.
39. Perkumpulan petani pemakai air/ keujruen blang adalah lembaga kepengurusan air
irigasi di Provinsi Aceh
40. Pemberdayaan keujruen blang upaya penguatan dan penigkatan kemampuan
perkumpulan petani pemakai air yang meliputi aspek kelembagaan, teknis, dan
pembiayaan dengan dasar keberpihakan kepada petani melalui pembentukan, pelatihan,
pendampingan dan menumbuhkembangkan partisipasi.
41. Garis sepadan irigasi adalah batas pengamanan bagi saluran dan atau bangunan irigasi
dengan jarak tertentu sepanjang saluran dan sekeliling bangunan.
42. Daerah sempadan irigasi adalah kawasan sepanjang saluran dan sekeliling bangunan
irigasi diluar jaringan irigasi yang dibatasi oleh garis sempadan untuk mengamankan
jaringan irigasi.
43. Pengamanan daerah sempadan irigasi adalah upaya pengetahuan dan penertiban
terhadap pemamfaatan daerah irigasi.
44. Pengawasan daerah sempadan adalah upaya memantau tindakan- tindakan yang terjadi
didaerah sempadan.
45. Penyidik adalah pejabat polisi NKRI, pejabat atau pegawai negeri sipil yang diberi tugas
dan wewenang khusus oleh UU melakukan penyidikan.
46. Pengamat irigasi adalah petugas irigasi yang bertanggung jawab untuk mengelola areal
irigasi seluas 5.000-7.500 Ha.
47. Juru irigasi adalah petugas irigasi yang bertanggung jawab untuk mengelola areal irigasi
seluas 750-1.500 Ha.
48. Penjaga pintu bendung adalah petugas irigasi yang bertanggung jawab terhadap
operasional pintu bendung, 1 (satu) orang perbendung dapat ditambah bila bendung
besar.
49. Penjaga pintu air adalah petugas irigasi yang bertanggung jawab operasional bangunan
sadap dan bangunan bagi, dimana setiap per 3-5 pintu sepanjang 2-3 km.
12
I.6 CARA-CARA PEMBERIAN AIR IRIGASI.
13
a. Untuk mengatur suhu terutama didaerah yang beriklim dingin. pada waktu musim dingin
yang disemprotkan mempunyai suhu normal.
b. Untuk menyebarkan pupuk dan obat anti hama, karena pupuk dan obat tadi langsung
dicampur dengan air yang akan disemprotkan. Tapi perlu diperhatikan bahwa ada
obat-obatan yang, merusak pipa karena korosifitasnya tinggi.
Namun demikian ada beberapa kekurangan/kelemahan dari sistem ini yaitu :
a. Angin dapat mempengaruhi penyemprotan air.
b. Supaya penggunaan peralatan dapat ekonomis, diperlukan sumber air yang konstan.
c. Diperlukan air yang bersih dan bebas pasir dan sebagainya.
d. Investasi awal cukup tinggi.
e. Penggunaan daya untuk menyemprotkan cukup tinggi.
Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan pengabut (nozzle ) yang bentuknya antara
lain seperti berikut ini. Pengabut pada gambar tersebut memiliki dua pengabut :
a. Pengabut penggeser.
b. Pengabut penyebar.
Pada waktu air memancar melalui pengabut penggeser, maka air akan mendorong
pemukul untuk berputar pada poros tegaknya. Namun dengan adanya pegas, maka pemukul
tersebut akan segera kembali dan memukul pengabut penggeser sehingga pengabut secara
keseluruhan akan berputar pada poros tegaknya. Akibat dari gerakan ini menyebabkan pengabut
dapat menyebarkan air secara berkeliling. Pada waktu air mengenai pemukul, maka pancaran air
akan dipantulkan, sehingga penyiraman terjadi pada daerah sekitar pengabut. Sedangkan pada
waktu pemukul terdorong, maka pengabut akan menyemprotkan air cukup jauh, sehingga dapat
mencapai radius yang besar. Daerah yang tidak tercapai oleh pancaran pengabut penggeser akan
diisi oleh pengabut penyebar. Dengan demikian maka penyebaran air cukup merata.
I.6.3 Irigasi tetesan ( Drip/trickle Irrigation ).
Irigasi tetesan ini pada prinsipnya mengalirkan air kepemukaan tanah melalui pipa plastik
yang berlubang lubang yang diletakkan ditanah pada dasar jajaran tanaman. Untuk menjaga
agar banyaknya air yang keluar selalu konstan, maka pada lubang-lubang ini dipasang emiter,
yaitu pengatur aliran keluar dengan jarak yang tetap sepanjang pipa pemberi.
Air yang keluar dari emiter ini hanya menetes dengan debit kurang darl 5 liter perjam.
membentuk jalur sepanjang jajaran tanaman atau keliling basah sekitar tiap-tiap tanaman.
Daerah yang dibasahi oleh sebuah emiter. tergantung pada :
a. Tekstur tanah.
Semakin halus semakin meluas, tapi kalau teksturnya
kasar, daerah yang dibasahi akan menyempit dan lebih
masuk kedalam tanah.
b. Debit yang keluar.
Semakin besar debit, semakin luas daerah yang dibasahi.
c. Frekwensi pemberian.
Frekwensi pemberian yang berarti pula banyak air yang
diberikan.
Keuntungan dari sistem ini ialah : Gbr. I.6. Irigasi Tetesan
a. Kecepatan pemberian air dapat diatur sesuai dengan pemakaian
konsumtif tanaman.
b. Perkolasi dapat dihindari karena air tidak sampai keluar atau kebawah daerah perakaran.
c. Penguapan pada permukaan tanah diperkecil, sesuai dengan bagian yang dibasahi.
d. Dari kedua hal terakhir berarti pula effisiensi penggunaan
air dapat lebih tinggi.
14
e. Pemupukan dapat diberikan langsung dengan melarutkan
pupuk dalam air yang diberikan kepada tanaman.
f. Mengurangi kebutuhan penyemprotan dan penaburan
pestisida. karena pestisida yang disemprot-kan/ditaburkan
ke daun tidak tercuci oleh pemberian air seperti pada irigasi
sprinkler.
g. Tidak mengganggu pembungaan dan pembuahan karena
tidak ada titik air yang menjatuhi bunga.
h. Kemungkinan naiknya garam keatas permukaan tanah
dapat dihindari karena pemberian air tidak sampai
mencapai muka air tanah.
i. Mengurangi tumbuhnya rumput liar karena yang diairi hanya
sekitar tanaman. Gbr. I.7. Irigasi Tetesan
j. Biaya pemeliharaan relatif lebih murah.
Namun demikian ada kerugian/kesulitan digunakannya sistem ini :
a. Biaya investasi yang cukup besar.
b. Seringkali terjadi penyumbatan emiter, karena tekanan air yang rendah tidak akan mampu
mendorong keluar butir-butir tanah yang menyumbat emiter. Untuk itu air yang dipakai
harus disaring dulu.
c. Pemeriksaan emiter tidak mudah dan memerlukan banyak waktu.
15
Gambar 1.8 di atas, adalah irigasi bawah permukaan yang sistem drainasenya
menggunakan pipa tanah liat. Pada gambar nampak kenaikan muka air tanah sesuai dengan
muka air pada pipa.
2. Bangunan penyadap air di sungai umumnya mempunyai konstruksi semi permanen dan
cenderung setiap kelompok petani atau desa memiliki bangunan penyadapan sendiri-sendiri.
3. Umur bangunan pendek karena rawan mengalami kerusakan pada waktu banjir.
4. Saluran yang ada mempunyai fungsi ganda : sebagai saluran pemberi dan sebagai saluran
pembuang.
5. Saluran umumnya memotong garis kontur, sehingga mempunyai kemiringan memanjang yang
cukup curam sehingga kecepatan alirannya cukup tinggi.
6. Tingkat penggunaan air cukup boros, sehingga hanya diterapkan pada sungai yang
mempunyai debit berlimpah.
7. Luas areal tidak besar akibat effisiensi penggunaan air yang rendah.
Pada Gambar I.6 berikut ini adalah gambaran suatu jaringan irigasi sederhana. Pada
gambar tersebut nampak bahwa bangunan penyadap sungai dalam bentuk pengambilan bebas
ada dua buah sesuai jumlah kampung/desa yang ada. Saluran irigasi yang berfungsi sebagai
saluran pembuang, memotong garis kontur.
16
Gambar I.10. Jaringan Irigasi Sederhana.
17
4. Saluran yang ada mempunyai fungsi ganda : sebagai saluran pemberi dan sebagai saluran
pembuang
5. Saluran ada yang memotong garis kontur dan ada pula yang mengikuti garis kontur.
6. Tingkat penggunaan air sudah mulai hemat, karena sudah dapat melakukan penggiliran pembagian
air
18
dengan bangunan pembagi atau dengan menggunakan pintu ukur yang dapat mengukur dan
sekaligus mengukur banyaknya air seperti pintu Romijn.
Jaringan irigasi teknis ini umumnya merupakan peningkatan dari jaringan irigasi semi
teknis yang ada. Tututan akan peningkatan jaringan irigasi semi teknis menjadi jaringan irigasi
teknis adalah bertambah luasnya sawah yang perlu diairi sejalan pertambahan penduduk di desa
yang bersangkutan, sedangkan debit sungai yang ada tetap atau bahkan semakin berkurang.
Dengan demikian, maka ciri-ciri jaringan irigasi sederhana ini adalah :
1. Sudah memiliki bangunan-bangunan pengatur untuk membagi air, yang telah dilengkapi
dengan alat ukur.
2. Bangunan penyadap air di sungai maupun bangunan pembagi airnya mempunyai konstruksi
permanen serta melayani suatu areal yang cukup luas.
3. Umur bangunan panjang karena tidak rawan mengalami kerusakan pada waktu banjir.
4. Sudah terjadi pemisahan fungsi saluran yang ada, antara sebagai saluran pemberi dan sebagai saluran
pembuang.
5. Saluran ada yang memotong garis kontur dan ada pula yang mengikuti garis kontur.
6. Tingkat penggunaan air sudah hemat, karena sudah dapat melakukan penggiliran pembagian air
maupun banyaknya air yang diberikan sudah diukur.
7. Luas areal cukup besar akibat effisiensi penggunaan air yang baik.
8. Petak tersier sudah dikembangkan sepenuhnya, dimana setiap petak tersier mempunyai satu titik
pengambilan dan satu titik pembuangan.
9. Bangunan tersier sudah ada di setiap petak terseir.
Pada Gambar I.13 berikut ini adalah
gambaran suatu jaringan irigasi teknis yang
merupakan peningkatan ddari jaringan irigasi
semiteknis pada gambar I.8 terdahulu. Pada
gambar tersebut nampak bahwa pembagian
petak terseir telah dilakukan sepenuhnya dan
saluran pemberi terpisah dari saluran
pembuang. Pada jaringan irigasi teknis ini
petani yang memanfaatkan jaringan irigasi
sudah harus membentuk perkumpulan untuk
mengatur pembagian air, terutama pada petak
tersier. Untuk pembagian air tingkat jaringan
utama dilakukan oleh petugas pengairan yang
bekerja sama dengan perkumpulan petani.
20
Gambar I.14 . Keberadaaan Air dan Udara pada Pori-pori Tanah.
Supaya penyerapan hara dapat lancar dan tanaman dapat hidup dengan baik, maka
perbandingan antara butir-butir air, udara, dan tanah. Perlu diusahakan agar memenuhi nilai
dalam batas-batas tertentu. Cara yang dilakukan untuk pengaturan kadar air dan udara dalam
tanah adalah dengan cara kombinasi antara sistem irigasi dan drainasi.
Pada saat kadar air kurang, maka saluran pemberi (supply-channel) memberikan air
untuk keperluan menaikan kadar air, dan pada saat kelebihan air saluran drainase bertugas
untuk mengalirkan kelebihan air dari areal usaha tani.
21
Gambar I.16 . Ilustrasi Skematik Kedudukan Air dalam Tanah
Dibawah permukaan tanah, pori-pori tanah mengandung air dan udara dengan jumlah
yang berubah-ubah. Setelah air hujan jatuh dipermukaan tanah, air hujan dapat bergerak ke
bawah melalui zone aerasi, sebagian lagi mengisi pori-pori tanah. dan tinggal dalam pori ditahan
oleh gaya kapiler atau gaya tarik menarik molekul disekililing butir-butir tanah.
Air yang berada pada lapisan atas dari zone aerasi dinama Lengas tanah. Apabila
kapasitas menahan air tanah pada zone aerasi telah terpenuhi, air akan bergerak kebawah
menuju zone saturasi. Air pada zone saturasi ini dinamakan air tanah. Di atas zone saturasi
terdapat air kapiler, yang berasal dari air hujan dan air dari air tanah yang terangkat oleh gaya –
gaya kapiler.
22
Pada areal yang mempunyai sistem drainase yang baik keadaan jenuh pada zone
perakaran dapat ditiadakan oleh perkolasi yang terjadi. Sebelum timbul gangguan yang berarti
pada tanaman.
Terdapat dua sifat penting dalam kaitan dengan lengas tanah yakni kapasitas lapang dan
titik layu permanen.
Kapasitas Lapang
Kapasitas lapang adalah kondisi ketika komposisi air dan udara di dalam tanah
berimbang. Kondisi ini dapat kita lihat seperti pada contoh pot yang telah disiram air hingga
jenuh yang mengentaskan semua air hingga tak ada lagi air yang keluar dari lubang yang
terdapat pada bagian bawah pot. Hampir semua tanaman menyukai tanah pada kondisi
kapasitas lapang.
Dalam kondisi kapasitas lapang, udara menempati pori makro tanah sedangkan air hanya
terdapat dalam pori mikro tanah. Air yang terdapat dalam pori mikro tanah tersebut dikenal
dengan istilah air tersedia atau air perkolasi. Air tersedia adalah air yang dapat diambil oleh
tanaman, terdapat di antara kondisi kapasitas lapang dan kondisi titik layu permanen. Air
tersedia berbentuk larutan yang mengandung berbagai unsur hara yang diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman. Kemampuan tanah untuk menyimpan air tersedia sangat
dipengaruhi oleh struktur pembentuk tanah tersebut yakni liat, lempung, dan pasir
Titik Layu Permanen
Titik layu permanen adalah kandungan air tanah dimana akar-akar tanaman mulai tidak
mampu lagi menyerap air dari tanah, sehingga tanaman menjadi layu. Tanaman akan tetap
layu baik pada siang ataupun malam hari. meskipun ke dalam tanah ditambah lengasnya/
tidak bisa segar kembali meskipun tanaman ditempatkan ke dalah ruangan yang jenuh uap
air. Hal ini terjadi karena peristiwa plasmolisis.Plasmolisis yang terjadi pada sel tanaman
sudah lanjut dan sel terlanjur mati, meskipun tanaman disiram deplasmolisis tidak akan
terjadi, tanaman mati.
Karakteristik titik layu permanen adalah sebagai berikut:
a) Air yang ada berupa air higroskopis
b) Batas bawah air tersedia
c) Ditentukan dengan mengukur kandungan lengas pada saat tanaman indikator
d) layu, dan tidak dapat segar kembali setelah dibiarkan semalam di udara basah
23
merupakan titik-titik air yang mengisi pori-pori kapiler. Dan kadang-kadang titik-titik air kapiler
dan terbentuklah suatu rantai yang mengisi rangkaian pori dan terbentuklah pipa –pipa kapiler,
Air kapiler ini dapat diserap oleh akar tanaman, jadi juga merupakan air yang dapat
dimanfaatkan oleh tanaman.
Air hidroskopis berupa sebagian air yang tidak dapat diserap oleh tanaman pada
umumnya kecuali oleh beberapa jenis tanaman gurun, jumlah air hidroskopis ini umumnya
sedikit kurang dari 1 %, hanya pada keadaan khusus, misalkan suatu jenis tanah lempung
tertentu kandungan air hidroskopis dapat mencapai 15%. Jumlah air dalam tanah ini biasanya
dinyatakan sebagai prosentase terhadap berat tanah kering.
24
Permukaan air tanah yang dangkal akan menghalangi pertumbuhan akar kebawah, akar
cenderung menyebar pada lapisan tanah bagian atas yakni di atas permukaan air tanah.
Jumlah lengas tanah berpengaruh karena akar-akar tanaman tidak dapat tumbuh baik
pada tanah yang kurang air.
25
I.9 PENGARUH AIR TERHADAP TANAMAN.
Sebelum kita membahas banyaknya air yang diperlukan tanaman, kita perlu memahami terlebih
dahulu pengaruh air terhadap tanah dan tanaman. Pemberian air kepada tanaman sebaiknya dapat
memberikan pengaruh yang menguntungkan dan mengurangi pengaruh yang merugikan.
Beberapa pengaruh yang perlu kita perhatikan adalah :
27
Untuk tanaman padi, walaupun padi bukan tanaman air, tapi dia memerlukan banyak air untuk
pertumbuhannya. Dr. Hadrian Siregar dalam bukunya Budidaya Tanaman Padi di Indonesia mencatat
bahwa pertumbuhan tanaman padi akan maksimum kalau sawah mempunyai lapisan air setebal 5 cm dan
airnya terus mengalir. Kalau tidak mengalir, maka penghasilan padi akan turun 7,6 % menjadi 92,3 % dari
produksi maksimum. Dengan demikian tinggi genangan pada sawah akan mempengaruhi produksi padi.
Apalagi kalau sampai padi kekurangan air pada saat bunting. Pada masa tersebut terjadi perubahan pada
tubuh tanaman yaitu dari pertumbuhan vegetatif menjadi pertumbuhan generatif. Pada masa itu padi
membentuk primordia yang kemudian akan menjadi bulir-bulir dengan segala bagian bulirnya seperti
mayang dan bakal gabah. Pada masa itu diperlukan banyak ait untuk melarutkan macam-macam hara yang
ada dalam tanah kemudian diserap oleh tanaman melalui akar untuk disalurkan ke primordia tersebut.
Kekurangan air pada masa ini dapat mengakibatkan matinya primordia atau paling tidak akan
menyebabkan bakal butir gabah kekurangan makanan dan ini akan menyebabkan banyak gabah akan
hampa.
28
I.10.1 Kebutuhan air untuk mengimbangi penguapan.
Penguapan dapat terjadi pada setiap permukaan yang basah, baik itu permukaan air, permukaan
aliran sungai, waduk maupun dari permukaan tanaman. Penguapan dari tanaman ini dapat berupa
penguapan dari pemukaan daun yang basah karena hujan atau embun dan dapat juga berupa penguapan air
dari dalam jaringan tanaman itu sendiri. Banyaknya air yang diuapkan juga berbeda antara keduanya.
Disamping itu ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi besarnya penguapan itu :
a. Luas Permukaan yang diuapkan.
Semakin luas permukaan, semakin banyak air yang diuapkan.
b. Jenis tanaman.
Tiap jenis tanaman mempunyai jenis daun yang berbeda baik lebar maupun lebatnya. Karena itu
besarnnya penguapan juga berbeda.
c. Kelembaban.
Pada daerah dengan kelembaban tinggi, besarnya penguapan relatif lebih kecil dibanding dengan
daerah dengan kelembaban rendah.
d. Kecepatan angin.
Pada daerah yang berangin kencang, penguapan akan lebih besar dibanding dengan daerah
berangin lemah.
e. Suhu.
Penguapan yang terjadi pada suhu tinggi akan lebih besar dibanding dengan penguapan pada
suhu yang rendah.
29
I.10.4 Kebutuhan air untuk Penggelontoran.
Kalau kwalitas air yang ada di saluran pada lahan sudah cukup jelek akibat tercemar, maka satu-
satunnya jalan adalah menggelontor keluar air yang ada di lahan dengan memasukkan air yang baik
kedalam lahan. Seperti misalnya untuk daerah pertanian didaerah pantai yang terluapi air laut, mungkin
sulit untuk mengalirkan air yang tercampur air asin keluar lahan dengan cara drainase biasa. Dalam keadaan
ini maka harus dimasukkan air segar untuk mendorong air asin tadi keluar lahan.
30
Yang dalam bentuk uap air sangat sedikit yaitu sekitar 0,001 %. ( Ir. Suyono S. dan Kensaku Takeda :
Hidrologi untuk Pengairan ).
Sebagian dari air tersebut akan berubah menjadi uap dan proses penguapan ini dapat terjadi
dipermukaan tanah yang ditanami atau yang tidak ditanami, permukaan air di danau, laut maupun sungai-
sungai. Selain itu penguapan juga terjadi pada permukaan daun, baik berupa penguapan air hujan atau
embun yang menempel didaun ataupun penguapan air dari dalam jaringan tanaman yang didapat dari
tanah melalui akar-akarnya.
Uap air tersebut akan mengumpul diangkasa dalam bentuk awan. Apabila awan ini sudah jenuh dan
karena perubahan tekanan, maka awan tersebut akan berubah menjadi titik-titik air atau berubah menjadi
butiran es yang halus yang disebut salju atau dalam bentuk butiranes yang agak besar. Semua itu akan
turun kebumi dalam bentuk persipitasi : hujan, hujan es, hujan salju atau embun.
Gambar I.20. Siklus
hidrologi.
1. Awan dan uap air.
2. Presipitasi.
3. Hujan.
4. Hujan es.
5. Salju.
6. Limpasan Permukaan.
7. Salju yang mencair.
8. Perkolasi.
9. Evaporasi.
10. Intersepsi.
11. Evapotranspirasi.
Air yang jatuh ketanah atau yang berasal dari salju yang mencair pada permukaan tanah akan
mengalami dua kejadian : sebagian dari air tersebut akan mengalir melalui permukaan tanah dalam bentuk
aliran permukaan ( run off ), sebagian akan meresap kedalam tanah ( perkolasi ). Dan sebagian lagi tertahan
dicekungan - cekungan daun, kadang - kadang diuapkan kembali ( intersepsi ). Air yang mengalir di
permukaan tanah akhirnya akan masuk kesungai dan terus kelaut. Sedangkan yang meresap kedalam tanah
akan mempunyai dua kemungkinan : menambah air tanah atau mengalir didalam tanah/dibawah
permukaan tanah sebagai aliran dalam tanah ( interflow ). Aliran dalam tanah ini juga akhirnya akan
mencapai sungai sebagai aliran dasar ( base flow ) atau ke laut.
Dengan demikian terjadi suatu sirkulasi, dimana uap air yang berasal dari penguapan air laut,
setelah melalui beberapa tahap akhirnya kembali lagi kelaut. Sirkulasi ini yang disebut sebagai siklus
hidrologi.
dimana :
Is = Debit air yang masuk kepetak sawah.
31
R = Besarnya curah hujan effektif.
Ig = Air yang masuk dari rembesan samping.
S = Jumlah air yang tersedia pada permukaan tanah atau didalam tanah
E = Evapotranspirasi ( Evaporasi + Transpirasi ).
Gv = Perkolasi kebawah ( vertikal ).
Gh = Perkolasi kesamping ( horisontal ).
Os = Air yang keluar melalui permukaan tanah.
Kesimbangan air untuk lahan kering/ladang, mempunyai persamaan yang sedikit berbeda :
Ir + R + Ge + Wb = E
dimana :
Ir = Pemberian Air Irigasi.
E = Evapotranspirasi.
R = Curah Hujan effektif.
Ge = Kontribussi Air Tanah.
Wb = Air tanah yang tersimpan diawal musim.
Dari kedua persamaan tersebut, belum dimasukkan dua kebutuhan air yang hanya terjadi dalam
keadaan khusus, yaitu untuk pencucian dan untuk penggelontoran. Kalau dalam suatu kasus, salah satu
atau kedua kebutuhann itu terjadi, maka kebutuhan tersebut harus dimasukkan kedalam ruas kanan
persamaan tersebut.b Pembahasan lebih lanjut mengenai analisa kebutuhan air irigasi yang didasarkan atas
keseimbangan air diatas akan dibahas dalam bab III.
32
PUSTAKA
Anonim. 2010. Irigasi Menuju Pertanian Sehat. <http://www.ptpn-11.com/irigasi-
menuju pertanian-sehat.html>. Diakses pada tanggal 30 Mei 2013.
Anonim. 2011. Kualitas Air. <http://www.tkcmindonesia.com/bahasa/waterquality.html>.
Diakses pada tanggal 30 Mei 2013.
Harmayani, K.D., 2007. Pencemaran Airtanah Akibat Pembuangan Limbah Domestik Di Lingkungan
Kumuh: Studi Kasus Banjar Ubung Sari, Kelurahan Ubung: Laporan Penelitian. Fakultas Teknik,
Universitas Udayana.
Haslam, S.M., 1990. River Pollution: An Ecological Perspective. Belhaven press.
Isidoro, D., Aragüés, R., 2007. River Water Quality And Irrigated Agriculture In The Ebro Basin: An
Overview. Water Resour. Dev. 23, 91–106.
Kodoatie, R.J., Sjarief, R., 2010. Tata Ruang Air. Penerbit Andi.
Machbub, B., Mulyadi, M., 2000. Kualitas Air Sungai Alamiah Sebagai Standar Kualitas Sumber Air. Bul.
PUSAIR 31–38.
Notohadiprawiro, T., 1998. Tanah dan Lingkungan. Dir. Jendral Pendidik. Tinggi Dep. Pendidik. Dan Kebud.
Jkt. 237.
Nurlidiawati, N., 2014. Sungai Sebagai Wadah Awal Munculnya Peradaban Umat Manusia. Rihlah J. Sej. Dan
Kebud. 2, 96–106.
Oppenheimer, S., Syahrir, I., 2010. Eden in the East. Ufuk Press.
Pasandaran, E., 1991. Irigasi di Indonesia: Strategi dan pengembangan. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan
Penerangan, Ekonomi dan Sosial.
PP No 20, 2006. Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi.
Rosmarkam, A., Yuwono, N.W., 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.
Rupa, I.N., 1985. Subak. Baru.
Song, A.N., Banyo, Y., 2011. Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator Kekurangan Air Pada Tanaman. J.
Ilm. Sains 11, 166–173.
Sutanto, R., 2002. Pertanian organik: Menuju pertanian alternatif dan berkelanjutan. Kanisius.
Umar, M., 2009. Mesopotamia dan Mesir Kuno: Awal Peradaban Dunia. El-Harakah 11.
33