MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Bahasa Indonesia Keilmuwan
yang dibina oleh Ibu Novi Eka Susilowati
Oleh
Dwinanda Galih Haryuni Putra 150521602161
Ahmad Faidzin Kamala 150521604938
1. PENDAHULUAN
Dalam KBBI () didefinisikan beton sebagai suatu campuran semen,
kerikil, dan pasir yang diaduk dengan air untuk tiang rumah, pilar, dan dinding.
Sedangkan menurut Horning (1997) mengemukakan bahwa beton ialah campuran
semen, pasir, air, dan kerikil atau batu pecah. Beton terdiri dari bahan pengikat
dan bahan tambahan. Semen ialah bahan pengikat sedangkan bahan-bahan yang
lain ialah bahan-bahan tambahan. Peraturan Beton Indonesia (1971) juga
mendefinisikan beton sebagai bahan yang diperoleh dengan mencampurkan
agregat halus, agregat kasar, semen portland, dan air. Beton juga didefinisikan
sebagai bahan konstruksi yang banyak digunakan pada pekerjaan struktur
bangunan di Indonesia karena banyak keuntungan yang diberikan, diantaranya
adalah bahan-bahan pembentukanya mudah diperoleh, mudah dibentuk, harga
lenih murah, tidak memerlukan perawatan khusus, dan lebih tahan terhadap
lingkungan, bila dibandingkan dengan material baja dan kayu (Suharwanto,
2004). Dalam SNI-03-2847 (2002) dijelaskan bahwa beton beton adalah
campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lain, agregat halus,
agregat kasar, dan air, atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa definisi beton ialah suatu
bahan pembentuk struktur bangunan yang terbuat dari beberapa material seperti
kerikil, pasir, semen, dan air sebagai bahan pengemulsinya dengan perbandingan
tertentu.
Dewasa ini pembangunan bidang konstruksi di Indonesia terus
berkembang. Untuk mengimbangi volume pembangunan yang cenderung terus
bertambah, diperlukan suatu inovasi guna mempertahankan atau meningkatkan
volume pembangunan di Indonesia. Terkait keterbatasan dana, maka perlu dicari
suatu alternatif metode peningkatan volume pembangunan yang lebih efektif dan
efisien. Kebutuhan peningkatan pembangunan dibidang konstruksi memerlukan
ketersediaan volume material, seperti batu kali, pasir, dan kerikil yang sangat
besar tetapi ketersediaan material-material tersebut di alam tentunya juga sangat
terbatas. Oleh karena itu diperlukan suatu metode alternatif yang mampu
menghasilakan kualitas konstruksi yang memenuhi standar namun juga dapat
menggunakan bahan material seminim mungkin.
Limbah ternyata tidak selamanya terbuang percuma. Pembuatan beton tak
harus mengandalkan material-material beton konvensional yakni pasir, kerikil,
dan semen. Kini telah ditemukan berbagai alternatif material baru sebagai
jawaban atas masalah keterbatasan material di alam, salah satunya adalah
menggunakan agregat daur ulang yang berasal dari proses daur ulang terhadap
beton lama atau beton yang sudah tidak dipakai. Suharmanto dalam ()
mengemukakan agregat yang berasal dari bongkaraan bangunan dan sisia beton
siap pakai (readymix) disebut agregat daur ulang, sedangkan beton yang
dibentuknya disebut beton agregat daur ulang.
Penggunaan agregat daur ulang ini juga tidak hanya mengatasi masalah
ketersediaan material di alam, namun juga dapat menjaga alam dari eksploitasi
material yang jika terus dilanjutkan dapat berdampak terhadap kerusakan alam.
Dengan penggunaan material baru ini juga dapat mengurangi estimasi biaya yang
dikeluarkan oleh pihak pengelola pembangunan konstruksi, karena menggunakan
limbah yang didaur ulang.
Tulisan ini berusaha untuk mendeskripsikan (1) spesifikasi material beton
daur ulang yang dapat digunakan untuk struktur bangunan, (2) bagaimana cara
pemanfaatan beton daur ulang untuk struktur bangunan?, (3) kelebihan dan
kekurangan penggunaan beton daur ulang untuk struktur bangunan.
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk memberi wawasan kepada
pembaca tentang pentingnya menjaga keberlangsungan sumber daya alam
terutama material bangunan yang dewasa ini semakin banyak terjadi eksploitasi
terhadap material tersebut. Perlu adanya upaya alternatif yang lebih efisien dan
efektif dalam pemanfaatan material bangunan, sebagai jalan keluarnya perlu
adanya inovasi baru material bangunan yang dianggap lebih ramah terhadap
lingkungan dan berkelanjutan bagi pembangunan konstruksi di Indonesia. Dalam
makalah ini akan disajikan salah satu alternatif inovasi material baru yaitu beton
daur ulang.
2. PEMBAHASAN
a. Spesifikasi Material Beton Daur Ulang Yang Dapat Digunakan Untuk
Struktur Bangunan
Dalam penggunaanya material penyusun beton juga harus memenuhi
syarat-syarat yang telah ditetapkan sehingga hasil beton yang dibuat memiliki
mutu yang baik. Dalam Peraturan Beton Indonesia (1971) telah dipaparkan
beberapa syarat atau spesifikasi material penyususn beton diantara lain.
(1) Semen
Untuk konstruksi beton bertulang pada umumnya dipakai jenis-jenis
semen yang memenuhi ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang
ditentukan dalam NI-8.
Apabila diperlukan persyaratan-persyaratan khusus mengenai sifat
betonya, maka dapat dipakai jenis-jenis semen lain dari pada yang
ditentukan dalam NI-8 seperti: semen Portland-tras, semen alumnia,
semen tahan sulfat, dan lain-lain.
Untuk beton mutu B0, selain jenis-jenis semen yang disebut di muka, dapat
juga dipakai semen tras kapur.
Untuk beton mutu K175 dan mutu lebih tinggi, jumlah semen yang
dipakai dalam setiap campuran harus ditentukan dengan ukuran berat.
Untuk beton mutu B1 dan K125, jumlah smene yang dipakai dalam setiap
campuran dapat ditentukan dengan ukuran isi. Pengukuran tidak boleh
mempunyai kesalahan lebih dari ± 2,5%.
(2) Agregat halus (pasir)
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil
disintregasi alami dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang
dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu. Sesuai dengan syarat-syarat
pengawasan mutu agregat untuk berbagai mutu beton.
Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dank eras. Butir-
butir agregat alus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan
terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-
bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur
melampaui 5% agregat halus harus dicuci.
Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu
banyak yang harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-
Harder (dengan larutan NaOH). Agregat halus yang tidak memenuhi
percobaan warna ini dapat juga dipakai, asal kekuatan tekan adukan
agregat tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari
kekuatan adukan agregat yang sama tetapi dicuci dalam larurat 3% NaOH
yang kemudian dicuci hingga dengan air, pada umur yang sama.
Agregat halus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan
apabila diayak dengan susunan yang ditentukan harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut. (1) sisa di atas ayakan 4 mm, harus minimum 2%
berat, (2) sisa di atas ayakan 1 mm, harus minimum 10% berat, (3) sisa dia
atas ayakan 0,25 mm, harus berkisar antara 80% dan 95% berat.
Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu
beton, kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-
bahan yang diakui.
(3) Agregat kasar (kerikil dan batu pecah)
Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebgai hasil disintegrasi
alami dari batuan-batuab atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
pemecahan batu. Pada umumnya yang dimaksudkan dengan agregat kasar
adalah agregat denga besar butir lebih dari 5 mm. Sesuai frngan syarat-
syarat pengawasan mutu agregat untuk berbagai mutu beton.
Agregat kasar terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat
kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai, apabila
jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melampaui 20% dari bera agregat
seluruhnya. Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak
pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahri dan
hujan.
Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan
terhadap berat kering). Yan diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian
yang dapat melampaui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur
melampaui 1%, maka agregat harus dicuci.
Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapt merusak beton,
seperti zat-zat yang reaktif alkali.
Kekerasan butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejan penguji dari
Rudeloff dengan beban penguji 20t, dengan mana harus dipenuhi syarat-
syarat berikut. (1) tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 ̶ 19 mm
lebih dari 24% berat, (2) tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19 ̶ 30
mm lebih dari 22%.
Atau dengan mesin Pengaus Los Angelos, dengan mana tidak boleh terjadi
kehilangan berat lebih dari 50%.
Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya
dan apabila dianyak dengan susunan ayakan sebagai berikut. (1) sisa di
atas ayakn 31,5 mm, harus 0% berat, (2) sisa di atas ayakan 4 mm, harus
berkisar antara 90% dan 98% berat, (3) selisih antara sisa-sisa komulatif di
atas dua ayakan yang berurutan adalah maksimum 60% dan minimum
10% berat.
Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih daru pada seperlima jarak
terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan , sepertiga dari tebal
pelat atau tigaperempat dari jarak bersih minimum diantara batang0batang
atau berkas-berkas tulangan Penyimpangan dari pembatasan ini diijinkan,
apabila menurut penilaian Pengawas Ahli, cara-cara pengecoran beton
adalah sedemikian rupa hingga menjamin tidak terjadinya sarang-sarang
kerikil.
(4) Agregat campuran (agregat halus dan kasar)
Susunan agregat campuran untuk beton dengan mutu K125 dan mutu lebih
tinggi harus diperiksa dengan melakukan analisa ayakan. Untuk itu
ditetapkan susunan ayakan dengan lubang-lubang persegi, dengan ukuran
lubang dalam mm berturut-turut, 31,5 ̶ 16 ̶ 8 ̶ 4 ̶ 2 ̶ 1 ̶ 0,500 ̶ 0,250
(ayakan ISO). Apabila tidak tersedia susunan ayakan ini, maka dengan ijin
dari Pengawas Ahli susunan ayakan lain jug adapt dipakai, asal
mempunyai ukuran-ukuran lubang yang mendekati ukuran-ukuran diatas.
Untuk beton dengan mutu K125, K175, dan K225, ditentukan daerah-
daerah susunan butir sebagai berikut. (1) untuk agregat campuran dengan
butir maksimum 31,5 mm, (2) untuk agregat campuran dengan butir
maksimum 16 mm, (3) untuk agregat campuran dengan butir maksimum 8
mm. Untuk mencapai suatu kekuatan beton tertentu pada suatu nilai slump
tertentu, pada umumnya diperoleh penghematan semen sebanyak 25 kg/m3
beton.
Apabila tidak dipakai susunan-susunan butir menurut pengalaman
keahlian pelaksana masing-masing yang disetujui oleh Pengawa Ahli,
maka pembutan beton Kelas III juga harus dipakai susunan butir yang
memenuhi daerah-daerah susunan butir yang ditentukan.
(5) Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung
minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan-bahan organis, atau bahan-
bahan lain yang merusak beton dan atau baja tulangan. Dalam hal ini
sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.
Apabila terdapat keragu-raguan mengenai air, dianjurkan untuk
mengirimkan contoh air ke lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui
untuk diselidiki sampai seberapa jauh air mengandung zat-zat yang dapat
merusak beton dan atau tulangan.
Apabila pemeriksaan contoh air tidak dapat dilakuakan, maka dalam hal
adanya keraguan-raguan mengenai air harus diadakan percobaan
perbandingan antara kekuatan mortel semen + pasir dengan memakai air
itu dan dengan menggunakan air suling. Air tersebut dianggap dapat
dipakai, apabila kekuatan tekan mortel dengan memakai air itu pada umur
7 dan 28 hari paling sedikit adlah 90% dari kekuatan tekan mortel adukan
beton dengan menggunakan air suling pada umur yang sama.
Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton dapat ditentukan
denga ukuran isi atau ukuran berat dan harus dilakukan setepat-tepatnya.
Dari syarat-syarat material diatas dapat kita ketahui bahwa dalam
pengerjaan campuranya, beton memiliki standar-standar tersendiri dalam setiap
material untuk di aplikasikan pada campuran adukan beton. Dengan demikian
beton yang akan dihasilkan juga akan baik karean menggunakan material-material
yang telah di uji sedemikian rupa.
Pecahan 7043 7129 7340 250 310 330 111,11 137,78 146,67
Ubin 7105 7264 7260 270 320 335 120 142,22 148,89
7118 7052 7334 275 270 320 122,22 120 142,22
Pecahan 6793 6856 6985 290 350 300 128,89 155,56 133,33
Genteng 6687 6859 6940 285 345 360 126,67 153,33 160
6890 6825 6840 275 375 385 122,22 166,67 171,11
Pecahan 7493 7973 8029 415 495 510 184,44 220 226,67
Batu 7853 8018 7901 330 510 530 146,67 226,67 235,56
Alam 7952 7866 7978 435 480 505 193,33 213,33 224,44
Pecahan 7662 7596 7770 370 505 495 164,44 224,44 220
Kerikil 7729 7859 7718 380 480 490 168,88 213,33 217,78
7615 7729 7790 370 475 475 164,44 211,11 224,44